Anda di halaman 1dari 125

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN

PADA SDR. T DI RUANG TERATAI RSUD DR. SOEDIRMAN KEBUMEN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir Ujian Komprehensif Jenjang


Pendidikan Diploma III Keperawatan Pendidikan Ahli Madya
Keperawatan

Disusun Oleh :
Ici Tri Astuti
A01301764

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG


PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
2016
LEMBAR PENGESAIIAN PEMBIⅣ IBING

Laporan Hasil Ujian Komprehensif dengan Judul "Asuhan Keperawatan


Gangguan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman pada Sdr. T di Ruang Teratai
RSUD Dr. Soedirman Kebumen"

yang disusun oleh:

Nama :Ici T五 Asttlti

NIN,I

Akhir Diploma

'cnEgulg.r;,$l$S#a&&+t

( Irmawan Andri Nugroho, S. Kep.,Ns., M.Kep )


ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYADIAN
PADA SDR.T DIRUANG TERATAIRSUD DR.SOEDIRMAN KEBUⅣ IEN

Yang di p∝ siapkall dan distlsun oleh

lci T五 Astti
A01301764

Tdah dipcrtahankan di dcpan Dewan Pentti


Pada tangga1 5 Agustus 2016

Sustlnan Dttall Pentti

L Amika Dwi Asti, S.Kep.,Ns., M.Kep

2. Innawan Andri Nugtoho, S.Kep.,Ns., M.Kep

Mengetahui,

Ketua Program Studi DIII Keperawatan


STIKES Muhammadiyah Gombong

訃 鰈
Program Studi DIII Keperawatan
Sekoah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
KTI, Agustus 2016
Ici Tri Astuti¹, Irmawan Andri Nugroho²

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN RASA AMAN


DAN NYAMAN PADA SDR. T DI RUANG TERATAI RSUD
DR. SOEDIRMAN KEBUMEN

Latar Belakang: Masalah karya tulis ilmiah ini berdasarkan data yang diperoleh
dari berbagai sumber kepustakaan yang menyatakan kebutuhan rasa dan nyaman.
Kenyamanan merupakan kebutuhan dasar yang merupakan tujuan pemberian
asuhan keperawatan. Konsep kenyamanan memiliki subjektivitas yang sama
dengan nyeri. Setiap individu memiliki karakteristik fisiologis, sosial, spiritual,
psikologis, dan kebudayaan yang mempengaruhi cara mereka menginterpretasikan
dan merasakan nyeri.
Tujuan: Untuk memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan dengan
masalah gangguan kebutuhan rasa aman dan nyaman pada pasien pre operasi
hernia..
Asuhan Keperawatan: Masalah utama yang muncul pada klien Sdr. T yaitu
nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis. Implementasi yang
dilakukan berdasarkan intervensi yang dibuat yaitu mengkaji nyeri secara
komprehensif, mengobservasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan,
memonitor TTV, memberikan posisi yang nyaman, mengajarkan klien cara
mengontrol nyeri dengan teknik non farmakologi (nafas dalam dan terapi musik),
edukasi keluarga tentang management nyeri. Evaluasi keperawatan: masalah nyeri
akut berhubungan dengan agen cedera biologis teratasi.
Analisis Tindakan: Kombinasi antara teknik nonfarmakologi nafas dalam dan
terapi musik ini direkomendasikan untuk mengatasi nyeri khususnya pada klien
pre operasi.

Kata Kunci : Asuhan keperawatan, kenyamanan, nafas dalam & terapi musik

iv
Diploma III of Nursing Program
Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong
Nursing Care Report, August 2016
Ici Tri Astuti¹, Irmawan Andri Nugroho²

ABSTRACT

NURSING CARE OF INTERFERENCE SECURE AND COMFORT NEED


TO MR. T IN TERATAI WARD DR. SOEDIRMAN HOSPITAL OF
KEBUMEN

Background: The issue of scientific paper is based on data obtained from various
sources of literature that states need taste and comfortable. Convenience is a basic
need that is the purpose of nursing care. The concept of the convenience of having
the same subjectivity of pain. Each individual has a characteristic physiological,
social, spiritual, psychological, and cultural influences how they interpret and
pain.
Objective: To provide an overview of nursing care with interference problems the
needs of safety and comfort for patients pre hernia surgery.
Nursing: The main problem that appears on the client Mr. T is acute pain
associated with injury to biological agents. The implementation is based on the
intervention made that assess pain in a comprehensive manner, observing the
reaction of non-verbal discomfort, monitor vital signs, giving a comfortable
position, teaches clients how to control pain with techniques non-pharmacological
(deep breathing and music therapy), educating families about the management of
pain , Evaluation of nursing: the problem of acute pain associated with injury to
biological agents is resolved.
Analysis Action: The combination of nonpharmacological techniques deep breath
and music therapy is recommended to treat pain, especially in the pre clients
operations.

Keywords: nursing care, comfort, deep breathing and music therapy

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin. Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul “Asuhan Keperawatan Gangguan
Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman pada Sdr. T Diruang Teratai Rsud Dr.
Soedirman Kebumen”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi tingginya
kepada yang terhormat:
1. Bapak M. Madkhan Anis, S.Kep., Ns selaku ketua STIKes Muhammadiyah
Gombong yang memfasilitasi penulis dalam menyelesaikan perkuliahan.
2. Bapak Sawiji, S.Kep., Ns., M.Sc selaku ketua Program Studi DIII
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu
kesehatan di STIKes Muhammadiyah Gombong.
3. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Soedirman Kebumen yang
telah memberikan ijin tempat untuk melaksanakan ujian komprehensif.
4. Kepala dan seluruh staf bangsal Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Soedirman Kebumen, yang telah membimbing dan membantu dalam proses
ujian komprehensif.
5. Bapak Irmawan Andri, M.Kep.,Ns selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan- masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalam membimbing serta memfasilitasi demi
terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Segenap dosen dan staf Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Gombong yang telah membimbing dan memberikan materi selama belajar di
STIKes Muhammadiyah Gombong.

vi
7. Keluarga besarku tercinta, terutama Ibu, Bapak, Suami yang telah
memberikan dukungan moril maupun materil serta motivasi untuk dapat
menyelesaikan kuliah dengan baik.
8. Sdr. T beserta keluarga yang telah berkenan untuk bekerjasama dengan
penulis selama melaksanakan asuhan keperawatan.
9. Teman - teman seperjuangan dan sahabatku tercinta yang telah memberikan
semangat, bantuan tenaga, pikiran dan perhatian, sehingga saya dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
10. Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah
memberikan saran dan bantuannya, sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Saya menyadari bahwa penyusunan dan pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini
masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi bentuk maupun isinya. Oleh karna
itu, saya sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi perbaikan dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Harapan saya semoga
Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Gombong, 5 Agustus 2016

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN ........................................................... ii
HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .......................................... iii
ABSTRACT ........................................................................................................ iv
ABSTRAK .......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................. 5
C. Manfaat ............................................................................................... 6
BAB II KONSEP DASAR
A. Kebutuhan Rasa Aman & Nyaman .................................................... 7
B. Nyeri .................................................................................................. 9
1. Definisi ......................................................................................... 9
2. Fisiologi nyeri ............................................................................... 10
3. Pengkajian nyeri ........................................................................... 15
4. Penatalaksanaan nyeri................................................................... 20
C. Penggunaan Terapi Musik untuk Menurunkan Nyeri ........................ 24
1. Definisi ....................................................................................... 24
2. Manfaat terapi musik ................................................................... 25
3. Cara kerja terapi musik ............................................................... 25
4. Tata cara pemberian terapi musik ............................................... 26
5. Prosedur pelaksanaan terapi musik ............................................. 27

BAB III RESUME KEPERAWATAN

A. Pengkajian .......................................................................................... 30
B. Analisa Data ....................................................................................... 33
C. Intervensi, Implementasi dan Evaluasi ............................................... 34

viii
BAB IV PEMBAHASAN
A. Diagnosa Keperawatan ....................................................................... 41
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ................. 41
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri .................. 43
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi .. 45
B. Proses Keperawatan ............................................................................ 46
C. Analisis Inovasi Tindakan Keperawatan ............................................ 55
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 59
B. Saran ................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
LAMPIRAN ........................................................................................................

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kenyaman merupakan keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia
akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan dalam
sehari-hari), trasenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan
nyeri), kelegaan (kebutuhan dapat terpenuhi). Kenyamanan meski dipandang
secara holistik yang mencakup empat aspek yaitu fisik (berhubungan dengan
sensasi tubuh), sosial (berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga,
sosial), psikospiritual (berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri
sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan), dan
lingkungan (berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal
manusia seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah lainnya)
(Potter & Perry, 2006). Secara umum nyeri merupakan suatu rasa yang tidak
nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri diartikan sebagai suatu keadaan
yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang
pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Nyeri ialah sensasi yang rumit, unik, universal, dan bersifat individual.
Dikatakan bersifat individual karena respon individu terhadap nyeri beragam
sensasi dan tidak bisa disamakan satu dengan yang lainnya. Hal tersebut
menjadi dasar bagi perawat dalam mengatasi nyeri pada klien. Penyebab
nyeri sendiri dapat diklasifikasikan ke dalam 2 golongan yaitu fisik dan psikis
(Asmadi, 2008).
Ketidaknyamanan yang dirasakan setiap individu masing- masing berbeda
tergantung bagaimana individu tersebut menyikapinya. Ketidaknyamanan
fisik pada individu salah satunya ialah nyeri baik itu nyeri akut (nyeri yang
berlangsung kurang dari 6 bulan) maupun nyeri kronis (nyeri yang
berlangsung lebih dari 6 bulan) (Herdman, 2012). Gangguan rasa nyaman
2

adalah suatu keadaan yang mengalami sensasi yang tidak menyenangkan


dalam merespon stimulus (Tamsuri, 2007).
Kesehatan merupakan bagian penting bagi hidup kita, dimana dengan
hidup sehat kita bisa menjalankan semua aktifitas dengan baik, pada zaman
seperti sekarang ini dimana tantangan hidup semakin besar dan kebutuhan
hidup juga semakin banyak sehingga manusia dituntut untuk bekerja keras
agar kebutuhannya terpenuhi semuanya sampai mengesampingkan kesehatan,
padahal semakin berat pekerjaan semakin banyak penyakit yang ditimbulkan,
seperti hernia penyakit ini bisa timbul karena pekerjaan yang keras seperti
mengangkat benda – benda berat (Romadhon dan Wicaturatmashudi, 2014).
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga yang
bersangkutan. Di negara berkembang seperti di Indonesia ini banyak sekali
kasus hernia, yang salah satunya disebabkan karena pola hidup seseorang.
Diantaranya karena pola buang air besar yang kurang teratur, sering mengejan
pada saat buang air besar, pola makan yang kurang berserat, serta para
pekerja yang dituntut untuk mengangkat benda berat sehingga meningkatkan
tekanan pada intraabdomen (Romadhon dan Wicaturatmashudi, 2014).
Kortz dan Sabiston (1994) mengemukakan bahwa hernia timbul dalam
sekitar 1,5% populasi umum di Amerika Serikat. Sekitar 75% dari kasus
hernia terjadi dalam regio inguinalis dan sekitar 50 persennya merupakan
hernia inguinalis lateralis. Diperkirakan 15% populasi dewasa menderita
hernia inguinal, 5-8% pada rentang usia 25-40 tahun dan mencapai 45% pada
usia 75 tahun. Hernia inguinalis dijumpai 25 kali lebih banyak pada pria
dibanding wanita (Romadhon dan Wicaturatmashudi, 2014).
Data Kementerian Kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa berdasarkan
ditribusi penyakit sistem cerna pasien rawat inap menurut golongan sebab
sakit Indonesia tahun 2004, hernia menempati urutan ke-8 dengan jumlah
18.145 kasus, 273 diantaranya meninggal dunia. Dari total tersebut, 15.051
diantaranya terjadi pada pria dan 3.094 kasus terjadi pada wanita. Sedangkan
untuk pasien rawat jalan, hernia masih menempati urutan ke-8. Dari 41.516
kunjungan, sebanyak 23.721 kasus adalah kunjungan baru dengan 8.799
3

pasien pria dan 4.922 pasien wanita (Romadhon dan Wicaturatmashudi,


2014).
Data yang diperoleh dari rumah sakit islam (RSI) Siti Khadijah
Palembang, tercatat adanya kasus hernia yang membutuhkan tindakan
pembedahan, tahun 2011 tercatat sebanyak 239 kasus, tahun 2012 tercatat
sebanyak 128 kasus, dan pada tahun 2013 tercatat sebanyak 366 kasus
(Romadhon dan Wicaturatmashudi, 2014).
Hernia dapat dijumpai pada semua usia, lebih banyak terjadi pada pria
dibandingkan wanita. Karena pekerjaan yang dilakukan pria lebih berat dari
pada wanita. Umumnya penderita dan masyarakat mengatakan bahwa
penyakit hernia adalah penyakit turun berok, kelingsir, serta adanya benjolan
didaerah selangkangan atau kemaluan dan sebagian besar penderita dan
masyarakat tidak segera melakukan pengobatan seperti operasi (Romadhon
dan Wicaturatmashudi, 2014).
Masalah keperawatan yang muncul pada pasien hernia inguinalis salah
satunya yaitu nyeri. Menurut Smeltzer (2006), nyeri adalah sebagai suatu
sensori subyektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang
dirasakan dalam kejadian- kejadian dimana terjadi kerusakan (Judha, 2012).
Nyeri merupakan pengalaman sensori emosional yang tidak menyenangkan
akibat dari kerusakan jaringan aktual atau potensial (Tamsuri, 2007).
Untuk mengatasi rasa nyeri dapat dilakukan dengan metode farmakologi
dan non farmakologi. Nyeri merupakan suatu gangguan rasa aman dan
nyaman. Menurut Kolcaba, (1992) dalam Potter & Perry, (2012) kenyamanan
adalah keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan
tersebut mencakup kebutuhan akan ketentraman atau suatu kepuasan yang
meningkatkan penampilan sehari-hari, kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi),
dan transenden (keadaan mengenai sesuatu yang melebihi masalah nyeri).
Banyak cara yang dilakukan untuk mengurangi nyeri salah satunya yaitu
dengan teknik distraksi relaksasi dan distraksi relaksasi dapat dilakukan
dengan berbagai cara misalnya dengan cara visual, auditorial, distraksi
4

relaksasi pernafasan, teknik pernafasan, dan imajinasi terpimpin (Tamsuri,


2007).
Menurut Ayudiahningsih & Maliya, (2009) selain tindakan farmakologi
(analgesik) cara lain yang berperan yakni tindakan non farmakologi dalam hal
ini teknik relaksasi. Teknik relaksasi merupakan alternatif non obat-obatan
dalam strategi penanggulangan nyeri, disamping metode distraksi. Relaksasi
merupakan suatu kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress,
karena dapat mengubah persepsi kognitif dan motivasi afektif pasien. Teknik
relaksasi membuat pasien dapat mengontrol diri ketika terjadi rasa tidak
nyaman atau nyeri.
Tindakan lain yang dapat digunakan selain relaksasi adapun terapi musik.
Terapi musik sebagai teknik relaksasi yang digunakan untuk penyembuhan
suatu penyakit dengan menggunakan bunyi atau irama tertentu. Jenis musik
yang digunakan dalam terapi musik dapat disesuaikan dengan keinginan,
seperti musik klasik, instrumentalia, dan slow musik (Erfandi, 2009).
Dari hasil penelitian Nurdiansyah (2015) tentang Pengaruh terapi musik
terhadap respon nyeri pada pasien dengan post operasi di RSUD A. Dadi
Tjokrodipo kota Bandar Lampung dapat disimpulkan bahwa rerata respon
nyeri responden pada kelompok intervensi sebelum terapi musik adalah
sebesar 8,35, sedangkan rerata respon nyeri responden pada kelompok kontrol
sebelum diberikan prosedur standar adalah sebesar 8,65, rerata respon nyeri
responden pada kelompok intervensi setelah terapi musik adalah sebesar 5,71,
sedangkan rerata respon nyeri responden pada kelompok kontrol setelah
diberikan prosedur standar adalah sebesar 7,06 (Jurnal Kesehatan, Vol. VI,
No. 1, April 2015).
Setiap individu dapat merasakan nyeri yang akan menimbulkan
ketidaknyamanan fisik, begitu pula yang terjadi pada Sdr. T walaupun belum
melakukan operasi pastilah masih ada rasa nyeri karena proses penyakit
hernia yang nyerinya masih hilang timbul. Namun nyeri tadi dapat diobati
dengan obat (farmakologis) yaitu obat analgetik dan juga dapat dialihkan
dengan metode non farmakologis yaitu dengan nafas dalam dan terapi musik.
5

Kebutuhan rasa aman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia


yang selalu dirasakan dan diinginkan oleh masing-masing setiap individu.
Nyeri adalah salah satu respon yang tidak menyenangkan baik ringan maupun
berat yang dapat timbul pada seseorang yang mengalami kondisi tidak sehat.
Nyeri dapat timbul karena ada susunan saraf pusat, nyeri terjadi karena
terdapat gangguan pada suatu jaringan dan di jaringan itu juga dapat
mengenai setiap individu. Tindakan non farmakologis dan farmakologis
merupakan salah satu solusi untuk mengatasi nyeri (Potter & Perry, 2006).
Penulis tertarik untuk mengambil judul “Asuhan Keperawatan Gangguan
Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman Pada Sdr. T di Ruang Teratai RSUD Dr.
Soedirman“ karena penulis ingin memberikan informasi tentang cara
penanganan dalam hal mengurangi rasa nyeri dengan cara non farmakologi.
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Sdr. T dengan pre operasi
hernia selama 3 hari, penulis banyak menemukan hal-hal yang bermanfaat
dan bisa menumbuhkan wawasan bagi penulis tentang penanganan keluhan
nyeri khususnya pada pasien pre operasi hernia.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan karya ilmiah ini adalah untuk menjelaskan
Asuhan Keperawatan yang diberikan pada klien dengan Gangguan
Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman pada Sdr. T di Ruang Teratai RSUD
Dr. Soedirman Kebumen.
2. Tujuan Khusus
a. Memaparkan hasil pengkajian pada klien dengan Gangguan Kebutuhan
Rasa Aman dan Nyaman pada Sdr. T di Ruang Teratai RSUD Dr.
Soedirman Kebumen.
b. Memaparkan hasil diagnosa keperawatan sesuai prioritas masalah yang
muncul pada klien dengan Gangguan Kebutuhan Rasa Aman dan
Nyaman pada Sdr. T di Ruang Teratai RSUD Dr. Soedirman
Kebumen.
6

c. Memaparkan hasil rencana keperawatan untuk mengatasi klien dengan


Gangguan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman pada Sdr. T di Ruang
Teratai RSUD Dr. Soedirman Kebumen.
d. Memaparkan hasil tindakan keperawatan sesuai rencana keperawatan
pada klien dengan Gangguan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
pada Sdr. T di Ruang Teratai RSUD Dr. Soedirman Kebumen.
e. Memaparkan hasil evaluasi tindakan yang telah dilakukan pada klien
dengan Gangguan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman pada Sdr. T di
Ruang Teratai RSUD Dr. Soedirman Kebumen.

C. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penulisan yaitu:
1. Bagi Institusi/Pendidikan
Karya tulis ini diharapkan mampu menjadi referensi penulisan
karya tulis baik ilmiah maupun non ilmiah, dan memberikan referensi
untuk tindakan yang saat ini sedang populer untuk pembelajaran
mahasiswa Prodi DIII Keperawatan STIKES Muhammadiyah
Gombong tentang penanganan nyeri pre operasi pada klien dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan rasa aman nyaman dengan metode
nafas dalam dan terapi musik.
2. Bagi Rumah Sakit
a. Bagi Perawat
Karya tulis ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi
rumah sakit dan perawat yang bekerja dalam rumah sakit tersebut
dalam penanganan nyeri secara non farmakologis terutama metode
terapi musik sebagai inovasi. Dapat mempraktekan cara
penanganan nyeri pre operasi dengan nafas dalam dan terapi
musik. Meningkatkan keperdulian perawat akan pentingnya
pemenuhan kebutuhan rasa aman nyaman, dan memberikan
motivasi bagi perawat yang ada dirumah sakit untuk lebih perduli
7

dalam membantu mengurangi nyeri khususnya pada pasien pre


operasi.
b. Bagi Klien dan Keluarga
Karya tulis ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan
kesehatan bagi klien dan keluarganya bahwa nyeri pre operasi itu
merupakan respon tubuh yang normal sehingga dapat mengurangi
intensitas kecemasan pada klien dan keluarganya, dan diharapkan
dapat menjadi sumber pengetahuan tentang cara penanganan nyeri
pada pasien pre operasi dengan nafas dalam dan terapi musik.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, (2008). Teknik Prosedural Keperawatan ; Konsep dan Aplikasi


Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.

Azizah, Nisak, Nisa (2015). Teknik Relaksasi Nafas Dalam dan Terapi Musik
Sebagai Upaya Penurunan Intensitas Nyeri Haid. The 2td University
Research Coloquium 2015.

Djohan (2006). Terapi Musik Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Galang Press.

Gutgsell K. J et all. (2013). Music Therapy Reduces Pain in Palliative Care


Patient: A Randomized Controlled Trial. Journal of Pain and Symptom
Management, Vol. 45, No. 5 May 2013.

Herdman, T. Heather. (2012). Diagnosisi Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2012 - 2014. Jakarta : EGC

Herdman,T. Heather. (2015). NANDA Internasional Diagnosis Definisi Dan


Klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC.

Indonesia Departemen pendidikan Nasional, Pusat Bahasa (Indonesia), 2008.


Kamus Besar Bahas Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama

Irmawaty dan Ratilasari. (2014). Manajemen Nyeri Menggunakan Terapi Musik


Pada Pasien Post Sectio Caesarea (Studi Kasus Di Rsud Pasar Rebo Tahun
2013). Jurnal ilmiah WIDYA, Vol.2, No.3 Agustus-Oktober 2014.

Judha. (2012). Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan. Yogyakarta : Nuha
Medika.

Kozeir & Erb, (2009). Buku Ajar Keperawatan Fundamental : Konsep Proses,
Praktik. Jakarta : EGC

Mubarak & Chayatin. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta :
EGC.

Murwani. (2009). Buku Ajar Keperawatan Konsep Nyeri. Jakarta : EGC

Musbikin,I (2009) Kehebatan Musik untuk Mengasah Kecerdasan Anak,


Yogyakarta : Power Books (IHDINA)
Muttaqin Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persyarafan. Jakarta : Salemba Medika.

Muttaqin Arif & Kumala Sari. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah dengan Gangguan Gastrointestinal. Jakarta : Salemba Medika.

Moorhead, Su., et al. (2008). Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth


Edition.United States of America: Mosby Elsevier.

Nilsson, U. (2009). Caring Music: Music Intervention For Improved Health.

Nurdiansyah, T. E. (2015). Pengaruh Terapi Musik Terhadap Respon Nyeri pada


Pasien dengan Post Operasi Di Rsud A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar
Lampung. Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor 1 April 2015.

Prabowo, H & Regina, H.S (2007). Tritmen Meta Musik untuk Menurunkan
Stress. http://repository.gunadarma.ac.id

Prasetyo, S. N. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta :


Raha Ilmu.

Price dan Wilson, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Jakarta : EGC.

Priharjo, (2006). Perawatan nyeri. Jakarta : EGC

Primadita, A (2011). Efektivitas Intervensi Terapi Musik Klasik terhadap Stres,


skripsi, Universitas Diponegoro.

Potter & Perry. (2006). Fundamental of Nursing, Edition 7, vol 3. Jakarta :


Salemba medika.

Potter & Perry (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, &
Praktik Edisi ketujuh. Jakarta : EGC.

Potter, P.A. & Perry, A.G., (2011). Fundamentals of nursing, (6th Ed). St. Louis,
MO: Mosby.

Romadhon dan Wicaturatmasudi. (2014). Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada


Pasien Hernia. Jurnal Keperawatan Bina Husada Vol.2, No.2 Agustus 2014.

Smeltzer C. & Brenda G. Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner dan Suddarth. Edisi 8. Jakarta : EGC
Suhartini, A, (2008). Prosedur Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V. Jakarta :
Rieka Cipta

Tamsuri, A. (2007). Konsep & Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC.

Tarwoto dan Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan (3th ed.). Jakarta : EGC.

Yuanitasari, Lena. (2008). Terapi Musik untuk Anak Balita Panduan untuk
Mengoptimalkan Kecerdasan Anak Melalui Musik, Yogyakarta : Cemerlang
Publishing.
66uハ N sTtM
く、 ,CNCe
hCRNIA IN5utNAbζ lRCPQド `
3氏 フ l 程 uAN5 T
ヽCN

■│ へs匈 てヽ


=蔓

uH rrN56t tLMu keSeHelXN lquHnmMADr/Att

クつ│も

ヽ⑩
‐申‐嗜 _ロ ロロ __― ____口 ____中 ― ¨―ヽ

―り′ "´ __ ___
""‐ 、 こ
lSutl6P KtPEfuR',uATAlU ?,irn sdr" T

DCN6AN b AM55uA卜 1 ヽ
11・ Tじ Ⅳt PcNCCttVハ AA」 ; 77C D,02Afl
P,EtrxrR lN6U\NAUS tR\zEp0FtrB\.€- ,t')t tzuAr\ 5 TEe$Tftt
BsuD Dr, coEoterrAN keButvrrr.r

1*nn.r1.r\ Docralniiaf\ ' 30 rnOt eOlb


ン‐

卜lorQ Oρ oo色at、 i ctキ 点 ハstも い

ktonn nanaVoiinfi
Ψ
I rpcot-cr\
υ ヽ ・

い、
、 レοoOヽ oヽ 160 1 12`30 りtも

T Dハ Tハ ゝu3ら じビ11F
\ l0c N\-T lT i+ <
I tdeneitas pq&er1

lマ 。 Ю SaF T

urnur : 93 tcrhun
.1enis Ep\ornin t申 八品
Atcrrmt, kti.cnq, [cebrrme.o

、キatus lpeturncr lhenibc\h

A_mQ \s\osA
Su、 u ,1crwo, (ndonQhcr
pendfdi卜 0。 S0 trdoE Uacnot
poteri。。。 arpnq\cuL n-rs i.
P

\ o [ト ヘ 1 312444
f)x modis i Hqrniq (nqr-rinO\"iS \fce?onrbk
TdrЮ 嘲 ヽRS
ソ 29、ιミ20` 電 0は ヽuヽ oo‐ 2oヽ力13

P. Po.nornctorrnr'! lornoh
υ

Nlcrrmo 潟 Ч・T

し1、η ur )り う も麒ヽもヽ
,1 pnic Le\Ctr.rrln I ?ere_cnrrUoCI

Alam。 し k\rrooq , hebL\hner\

Pe-Lestoon 1\ou l:ul'odh b*rcoo


h、 ltat、 配患s lbυ 格は ゝ
"
B R.tw,+v*rt keDe pRt^lnTA^l
lce-\uhon t \Ecrrnno

L\i"n rnaoqqtqbc\n nq ari


¨


― 一 ― ― ―― ―
― ― ―

lien Sdr. 'T (za th) acrtbnc te tsu Rsr,.rD Dr.

i《 2olC putul co・ ketu\rorr nqen pqcJo benri


th a loaЩ 〕 Le RS.
rcxt L ao hori Siバ 16D■ l10n
: 110 '" qa \/

RR : 2o xlrnenit . EK6 , tctaeO di pdsdnq intrt-ls NacL


16七 。m teは
$oot- cfihfi 2・ 3o″ 16 sι ら
1 2o16 puに ul ′ clttm o解 し

i hcrnia lciian rn<nqdbobcrrr nueri


: nrjeo hartornVf,h Saa\, nlsJqt<ulco0 acrclfq6 Oon pardkkiutUcrS se-req
itetttrsul.-
し3obdl
l■

n nqis l.esap,pOn s"oor dtSurUh rnid


pinio dtYeblran-
en\rq'Abnq, p
i\ .rTU TD : lzo/ao nm[q N: Bcl *lneniL s : 36,qoc pB: Zo x(meqit
ktten m61hh tcr rpq.cork? EaLeter.
lLaO 'OStrulc員 じ∩じur menaο ♭ξQ「 りαG Selamq ζhnri Cttdun∩

i rrqrldt d\ Rufnoh tutar


ヽαス、,ヽ ωαヽdt a` Cヽ qヽ obot, ♭ t

ヒes

lieh N\ooootqkgn di q\ucrosl$$er odcr

ぢ じ

-+ :Plien fl-{) I q,qn\Hv\


.. noq%:\ <Cr,{v\ah ) oqqK
Sobgt.rm ScilqL : k\i (esQL
goqt o\,kq\\ : lctien becnqros hcErn:l , L alCtあ
ぃutt、 ≦
´

%ht:い ヽ cukuP aon i


d(r putrh s - 7 oelqslhori +r&p odO {ratuhon do
MatαヽdOn
i I Ltren ,*o619q!afl r^naFqn don Cilu
trdqE Rs
dn minum 3 - t4 gelos perhorL t<tao, lrdqb aclo tet'"thotf

´キ
lι n_rncnqat a卜 ●O SOki
3. pota Ettmimsi
se'oo[urn SokrL I kti krxn 1469 [aOcar lx ohlom sehori
teo*i fesot

し attoヽt lレ ││

btos

iU : Ptt rvrLss biosc . Fgsehorio

tr dr\<q\r Lr, tttG dヽ 安ぃりOt ti


'
al-Hurtcrs dr bonLU te\t-rOroc, clcrn toη
. Potq \stircrhcrL Ei

Ю 騎 哺 ′

r\co\r )<lierr rn<noqtotrcon ietrr-ohat c-uFL!?, ttdrrr 7*B iom dolqrn


いdn

,hl sd\(it : khqn r.r,gr\qoYoEgo f\'\enoounok.oo gs\q6u

harr aFc'n \cr$ tPv.il rihci



t
ヒ0

; C uhu tn \c\iQ(\ 3{,, -..''l


oc

((〔
〔〕
::〕
)


Sebelqm sokr\ i k[en Fenealqpog fnc(ndi 2x Sefun , Si?aL giqi e< se.hon
' lq(2ぃ hanttcx dtsり pq te、 も。鳴。い咄Q 2X dα lα W、 schα「i・
´

`OQt 30ktし
Poto-Boso arndo o\on N5qmqn
・ 
一 
一 

-9.
gabatum ,af,uL : hie.n $noonotoh*''' tnao*o ornoo dan ogomoo defiqon- kAhiclg-Pg!:

-----\- J

\aUttr fita< AcK( L-aooto unLuL (Mehoutonai nde-n"dlOerub<ebek


Fclnon rooq.(rlr.
lo. ?oto hornrrn\bcrtr -

(Obq\u\cn scrkik, , kt,* 'c!ek]W\ pasehonos,O\]tr trAenqqurqhqn


lrnerqcrtcrbctn
聴 ヽ 9、 ぃυ
。藪 い mus(ヒ 続 づぃQcNい ` ″ヽ 飲 ∝ミ ba▼ ′
Sodt d\ka\r i k\ien borkoonuqpoe <-denqoil notmq(
hala Qo\ril$c{
Soboturrn sq\ciL ; kttorr tqnenoqrbcrbo\ trnan\a\snhq\t Sho\ab s NcbLU {erob.tr
SoOt o\rkci\r I \ctrtrl rmerffiLcrtoq -<hoto| denc:rt trdqr lcrn bersVct
denOoo tcruo.fiiurn don laiOn rmznOObqkon .a.^k(LftJO odOhhcoho
, つ。ta← ∝∝Q躾

αq、
tCbι ヽ だ
ヽ 1賓 6 ', ttQ
5伝 よ 次 いヽ` €tdur ∩ 1

tiro\roL

?eは しat

owot tenbt


!T Dr,ra Abrc,?-t\e

rY\oriL scxon LlrntirYr


lcpodacrrr i.\r/vrrnfl r bark
Lerodoroi't 多Mヽ じЧ
丁刊 ヽ │

S i 36t喘 ° (
; go x /menr
B ?omonL<cnn hono\ Lo tte
hdctk odo bobqs
\tikcr lcrhrL

O QQい IS, は
9klerd an、 にパ、
に ,

li\n(rlrtl- ! t rtr\Clk- 0 otlcl€C.IOC,n hOf frrO\ , aiOi lemkon. rurr\, 11 f n Li,fii*- \on.YroLr

tinoo I punoh pondernqffin


t doE odo Pem.Vlesorqn
h.ir'{a / \-rnrntL
ti -* \nsOePfi : ?i ヽ 6da、 cポ

に気 : t しCい Qぃ
er\crkr ibunqi Son0r
usLulBk; UcgiErltst ,LldoF odcttoenhohon b,rn*' fqFa\
Cプ

│"ヽ │ l こοrd{ゞ 減、 lcS ICCマ 珈、dclα υ(卜 ttla siniSヽ ヾq


1

ιtttぐ 七 crα kス

zrk-r-th : 'hunqr
ttgi sl s2℃
もSはへ
ら′θ
ttc た
n_レ lnsρ く 0 , 式(dal ada l浜 ,suptl、 simetrit_

I u:rcut1,gt 「 ヽ燃'
`し
i
dda nUon tekan Qtrvtt いヽ
aln.

ヽ 1島 mり 温l
″ι し
n ι′Lia i 4ι f
︱プ

EVsLe.rmru,o
cda ui\ewa ,

ι
レMaい : キidat にし


│`
C . Perfleriksqon Vqrah rubi6 ol re mzi 2ol(" 03,2
?omor\Egaan Koま ヽ gctLucro |.lilar NOrfnot\
い もC 12・ Og οム3/ut

26C 5.9B r 0t L /oY M : 4,9-S.q F : 3.8 -s z


H6ら │ら .2 9′ dし Mi lろ ′
2-,73 F: ││´ 7‐ IS∫
1■ CT くη,7 % Y\; 4<t -sz ? : 3s -\tl
Mcソ SS,S ケし go.O _ ioo .o

︱  ロ

MC片 つ9`o 2ι `0 - 3Ч ・
0
Mι HC 37‐ 0 ●/JI ら20_ 36.0
,LT 2つ ι 104Ъ /ut tSO ― qЧ 。
epω ‐cυ t38 % S _ ′Ч.ゞ
││´

lzpru - so イ2 3 Tじ ろS ― 句フ

ρりω 9´ ワ F― し │´ 0_・ ′
3´ o │

ド1「/ヴ ●´ │
f― ( ワ′
ι ‐ 11・ │

b-t cz (7・ 3 °
/。 Iざ 0-乙 ∫.0
´

nl,卜 し,cNTlハ し

Jctrr # ・81
夕 to^ 3 /ut 3_
に 8
しγMp、 イ 4´ 迅3 43/ut ο f_ r2
MoNo 4
`。
6・ Ot lo 4 3/uし 0´ 16 -l
じo 寿 0・ ∫ 3+ 1043/oし 00Ч ゞ- 6・ 9Ч

BAso * 0′ Oz οlζ /cI


′ 0 - 0_2

NCuT% ・Zf只 .2 % ,o ‐7o


、、4り ‖ 0ん 句O´ S % 2S ´70
︱ち

MoNo oln ら′ Z

フ ″e
τQ % Ч´
Ч % つ _Ч
│ BASO % う`2 Z θ _│

Vzo.t uon han /Y卜 , ハ _lθ Frθ ′zO
lzeo . /ionrn
﹁﹁

I fvrrn

'rEsaao Ltmio .S´ 20


Tιくし u|.t unit ..en ce Eo
6 ω _609 &z lnq/dt ワo´ lZ0
2毛 .
10 ´SO
OЧ rdl toω σ.ら "││
SGOT tη
ら u/L ι、?フ
Sσ ?T tq.l u/u D″ りι

快もsA5 `C― D


AN、 ハusハ Dハ T,ハ

h Sod+: i'netqtcu

utQ、電 inQt ttdu、 9'1


terk-isuE' b"sut
: n$on ck
ヽ臥゛αη
e : S\ccircr {1uQil 5
ミ hl

- Ltten tornpqF
te,.rr sqcrb oti


κ橘
:“ ‐
: ?6,Q oc RE ; aoX 1rn

i116\iS \rc<Ponr\&

.i ?ornar \b/ rr
1 句
じヽe Qα

-Etton nn .Ecin bs\um b,so LP.tja(cro


90 n4ei irll - lc-1ten しdur
- lctien
- \c\rett Lc^rnnoK aoancr,hcril \\ert
下てO πフ:ヽ ちOrso mmⅥ Q 卜 iSЧ m
入′
°
s f3ら `Ч
c

ptieo bertocr{a kegoOo pero.,;o{" apa itu

Do r ]cebrEo d\bq0$q \<-t,an Cctn ke

e1'0S b
αゞQt

10日 TAS つ tACNOSn 卜cpし み n(″ Al―

t NucTi altuヒ


onヽ `
の ● TT」
SLcl a r'veri ber

C\o t€rc\pi musrk


, \.-e\<al(tal\tco dqn
J'0.1r konkqno
Lau.r,€ Nco fc{socrbolcqi

6xr l?crsE. -rfl

n kritsr(q h",r,

@n Tneni$ekc^t o{trn aPuui szsurdah l-crL'iaqn


e- llr^n I t-,:rr>.fi ,ru& S'ocrf,

DLs L.ecarc< fy16y1e{i'

s - L;lpV?ort Petua.
921F cCtr´ 「


・ヽ
ヽ一

  
  

  
  
︶・

・一
ン″

  
  
  
  
〓一
′﹂

′レ
´・

  
  

  
一一

一´
′´

- \. Ee\\rhcir. q,pskrifo
p [aLuhctn ba.rcut

q faruhon Finqctn
f . tettrhq0 l-idcr- edq

rヽ

((〔
:i〔
:::〕 〕

)
Saし clα h di THE4cド 杓

ib {i\ncrraP Pa11)

枠いOu以 ぞひac arsり sこ ,foこ


`ゞ
1,δ ヽ
▼ctt o t

いク〔 ひはもρQヽ αい0


ム、ヽ

crbctu De f\qf\CtornOLa}

Lo- rt \iVcr*.
nda sklpg; [=ao'f1n6fotbcr0


げatCaヽ 鋤

F , nqarl b",

gcictt .{;dciro0

S 1 9k=(.: nlie-fl 5
T ( llq€ri lrllcrnq +;mbui

く1 凌蛹 ヤcヒ dd
びし

て ∪ ;│ろ C
、 っenm卜 ぃ 1■ わで
、 : Tつ

p: nue"t d,blrqran

sI Sい 烈a rr meolodi 3
l NЧ d hi


0 1_に 、
len

{ernpot trdur-

ti err ta6p-t me.ndhon

k-l1gft 16s1qc\i$nctfra ln€IU

静酬hnい つα頷い daα い 0?静 帥ば


hQn

r'el,] saot rnnbrli'sqkr

dc\[ (atc \p0nceq(k\n

((〔
:11::〕 ))
dankaih hyqmqn
((Iり)
aま薫、ぃ sctinh♭ irヽ

ncxr"\ r mrrrDo Lin

; kh en torn pcif c{"rcluk

ebJtuho.n Ant.. :

gakibctn JI>d! 6lrqerctban

M el bat-Lcrrr'Leluctrcra Uotuk
barntu QeaL tct(eo fn

: ki,en lytencaLctuqn >uc{ah

P, r,Ueit !g1it$5at g gaot


r e{</lsn} } trc{uran

S ; sEal* 1'rq6p O
T: Sewa?t:u- u-E1kvu biso munci-rl

償│(み ″
aα : 百ntuk 4で〔
∫ σ
`ngξ

enqobser L/45; rhob\\i(cfi hier'


た0印 OF μhndi ttρ σr n有融 た
ψs : ソ
iton

Oar.a menqhrnola,t

d.an 4 cq{<r men(3

S ;|.tiqn z- pe-iuoe

│「 cn "

'TO :TD ,l2o/


E ' 3G ,$'C rLZ; hXln

eniotostcin
; hien eud4h tarn


曇》


ヽi gν ハ 、Asl

ri r,.*.rn gaia(DLon1ao Fqnon


'q?an ol"to
ゞσtO♭ ∈にumρ

; LerfusUf - レι「にυ
「o
: nueri di i61\\ ge[c]nolc61ngqn kancJl)

o : ktien 「し 「│こ たs

3o/20
7θ : ′ mm N ,BqX /ryeni
: zorlmeniL
r medis hg!'nrCI inquiruli-\ kre,pcni!)V Dre op hctn ke

A ; Masalah ntren btr:lrcti-< bdum terqtah

1n$rlotor

rz dqiafln bqLqs \^rotWlgt

i/ひ O

l)lgFr qaf alton l-oso flyorno0

n ルlα pagettcn

iし o『

カ tqlcqo be.lun brsq aludttl< , e.(nee


o'eh ら ゎけ ucPゞ 拠∫Qち 研 oo

((〔
]i::〕 ))
いan

「膨lρ "Cl σfrurげ ゎ ml

h I l4ssoleh hqrnbx 1ト

srtflff$*t\ daiom ortivl


ttt mo5Ftn、 ゃht


r, obs llirぃ

′´飢Oniレ 0「 寸Tυ
3. BcrnVu 'prteo dAlom 6uylpqn ADLr dan

lfoo

e <,tta oonbbatan

Vr sn,J eltlliqn ?tni(.twh hurr

t
ri 0aroobarc(n httnia
L anirttkc,s.) 'ntct
, V^\i ti

6
r‐


dit

f J(s tTclし ご に bじ S〕 レ
し´tu

SI \q i^1qert 1

T ; 0Uerj hi\ono tinrbu

O : l.tion tamfnlc ri
ヤQo sに 蠍槻 ,ぃ のはヽon
'oい
(1 可Tヴ ■つ 1 1Ъ O/亀 o いm ,Bz <'rnoni
R:i-; Lo x
ali

n levul
いctt撼
"「

efi9 n

∞雨 銀
tro\ huen dcoqon t<LoiLtnoo

p : lanJutkan \hbsruenga
t´ c、 u徴 6

2- - Tnontbor mv
tCし oi

'oi
l(n he.ca:alcqn lcrclcrh lq

1 洪cnqO∩ COditit

0 ; Yri'o に∂udCに trl

L t;eo su& rtnn qacvL rli

iaαO bf ミ
ヽ 使d〔 ltit , .- hoti otq''

((〔

ili::1:〕 ))
:Mattbh αm臓 崚n mOら ilittsヤ「αtti

kt'An $n{.hin0krb du\cNc\ at-trvt


k t."\.frn dOri

; tanjc{tEao \nttruoglg
!' oLe e-r r.c.t-, dOは い い●511簿 バ
1 knonibor fitl
3" Sa.t.xt [ria-n ぃ mの 1ll sα

g ; kti'
da 柩薩 dOn
rl M croSa へヾこ●■

a) ; tctten 4<); {iola,\

ou,ledqe nisecl(.0
tndヽ しdし οf

Munqer fi ben4crkia.rl Yan:la\,crU hefnia


kkcrn tandl * gcja\o -rL herniq
!,'Letnr'
Menqehubk?,n penut\Xb ?rtquriU,
l\'(<r,,r,Eb'.lLkan (ag61 wlenCeqqh hn(nlr, ai.iv-titvL

: Laoitw %

i - 1e)cs Leh lrnqnlpiL \,.orwi q


d i'r'c-.tr-t I i n',-teVcrV .I^n L aco, n/ (n C{dq h ,Sy:)CLhte


重》

Lidck huen'
軸 t iη i
: fiqeri Lerbu,aoq Ss<:F lTelakuLqn falqs dalqm &
lid

S : g\<-ta s1, θ

) gCutaVYg - tr,ralru )zso munr.rl

o lに 、
2o lぬ ●me甫 ぃ
。「s ttsattα O s銀 しυ
n詢 たdudJを
fi1era96a PrXarrtafu,

?te c? hcrri |ce 3


ハ : fnasa\ah r( L e.latc.5 ,' lerne flLqrq
prtin

1、 ataし 。f
│(a'a ntten bRヌ 、び豫 Q

驚 ザ aα lαロ ♭斃し s oo鰤 α I


Ytarnpu ru,erqonlroL 0ven' ()enAatl tetpr.,iV t
arrnqi<Sbqtrr

ドl¢nuα tα lα ln ,csa nЧ ぃmttn getelα h oЧ oぃ

'eftqY, anLq.n

/- tfiofiitcr n
2 - ff-t c n r1--or 11 u

ni/. ne;, y.arWtatg


4 Fc.n ,prosedur o ? eyc.4t;
.leic..s

: piizn yyrenc3tfoqk-qfi j<.,orah fuiSc: LeLctrnqr fncrPCl.t'

0; Lriarr dd」
て)i t20/6。 ぃ欅情9 傷ittX/m S lち 6′ ζ し ゃにフ zρ x′ he口 (ι

,d : rnasalq",{n L.ombaLqn ir,Abil; LcA eiS;L LzraLa$'


t;b q lzua-t
lnctiE.rt,o r
L"ttun rnoni(ULat dalarn qftivi{o\ piBi
s{tr f urit-ton dotri inql ili

((〔
:(111)))
ι^′ 0「 a∩ ハρし

′ aわ lnteruerl*t
`rイ
も ハp

$ I i<lien dct(\ kelua.qq rrr f herniq


dotqh f:en g olrif usu s
vdEc O r@nutb\o !.,ernio ''carenq
bo.qr
loma , MenqL botuP Fqnenc, ascr
(o7ok
- laten h hern,,
'tLu denqtn cqca fnerrchrnolol'i 2<n4sbabnYa.

「On′ 第
メた Eerrrbali oencerhqn herni
αn 4

befuarql dq4t rnonwbufueo .4 ddn I


Qα tt Mの υαス ル ′
C′ ルレ メ υ″ 。た r・ ,

lutien I ? ct k pehdrn 2 fierf,erima Lqa'A

agatah deptglE v@h1ao.[er-Laa


edCre pl― fa縫

ex.iatasLcxn tzrnS.tti VohqQrafoLo herntor


bdt\cqn Fembcli elrla hernio'
M cnttq.butkr.n LernUoli
trrn katte rnelc;cph h*nia otiruwh
Yいqび ま tCFp い

θhbρ l“ モ
n intcfげ 2η 研
│… 3狛 tuに ll en&餞 iclar99ヽ ゅ 『ど ki


2´ o い 『いoQ ttα が αttχ む


LAPORAN PENDAHULUAN
HERNIA INGUINALIS

Disusun Guna Memenuhi Tugas Ujian Akhir Program di Ruang Teratai


RSUD Dr. Soedirman Kebumen

Di susun oleh:
Ici Tri Astuti
A01301764

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
2016

i
LAPORAN PENDAHULUAN
HERNIA INGUINALIS

A. PENGERTIAN
Menurut Suster Nada (2007) Hernia adalah sebuah tonjolan atau
benjolan yang terjadi di salah satu bagian tubuh yang seharusnya tidak
ada. Hernia adalah protusi (penonjolan) ruas organ , isi organ ataupun
jaringan melalui bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan atau
lubang abnormal. Menurut Ester (2006) hernia adalah protrusi abnormal
organ, jaringan, atau bagian organ melalui struktur yang secara normal
berisi..Menurut Jennifer (2007) hernia adalah protusi atau penonjolan isi
suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga
bersangkutan.
Dilihat dari macam dan jenis hernia, maka dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Berdasarkan terjadinya:
a. Hernia bawaan atau congenital
Hernia yang terdapat pada waktu lahir.
b. Hernia dapatan atau akuisita
Hernia yang disebabkan oleh pengangkatan benda berat atau
strain atau cedera berat.
2. Menurut letaknya
a. Hernia Diafraga
Herniasi struktur abdomen atau retroeritoneum ke dalam rongga
dada.
b. Hernia Inguinal
Hernia lengkung usus ke dalam kanalis inguinalis. Hernia
inguinalis adalah hernia yang terjadi penonjolan dibawah
inguinalis,di daerah lipatan paha Hernia ini dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Hernia Inguinalis Interalis (indirek)
Hernia inguinalis lateralis karena keluar dari rongga

1
peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak
lateral dari pembuluh epigastrika inferior,lalu hernia masuk ke
kanalis inguinalis dan jika cukup panjang,menonjol dan keluar
dari anulus inguinalis eksternum.lebih banyak terjadi pada laki-
laki usia muda.
2. Hernia Inguinalis Medialis (direk)
Hernia yang melalui dinding inguinalis posteromedial dari vasa
epigastrika inferior didaerah yang dibatasi segitiga
Hasseibach.lebih banyak terjadi pada orang tua.
c. Hernia Umbilikal
Sejenis hernia abdominalis dengan sebagian usus menonjol di
umbilikus dan ditutupi oleh kulit dan jaringan subkutan.
d. Hernia Femoral
Hernia gelung usus ke dalam kanalis femoralis.
e. Hernia Epigastrika
Hernia abdominalis melalui linea alba diatas umbilikus.
f. Hernia Lumbalis
Herniasi omentum atau usus di daerah pinggang melalui ruang
lesshaft atau segitiga lumbal.
3. Menurut sifatnya
a. Hernia Reponibel
Isi hernia dapat keluar masuk usus, keluar jika berdiri atau
mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk,
tidak ada keluhan nyeri atau gejala abstruksi usus.
b. Hernia Irreponibel
Bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam
rongga. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada
peritonium kantong hernia
c. Hernia Inkarserata
Isi kantong tertangkap tidak dapat kembali ke dalam rongga perut
disertai akibatnya yang berupa gangguan pasage. Dapat juga

2
diartikan hernia irreponible yang sudah disertai dengan gejala
ileus yaitu tidak dapat flatus. Jadi pada keadaan ini terjadi
obstruksi jalan makan.
d. Hernia Strangulata
Hernia irreponible dengan gangguan vaskulerisasi mulai dari
bendungan sampai nekrosis.
4. Hernia menurut terlihat atau tidaknya
a. Hernia Externa
Hernia yang menonjol keluar malalui dinding perut,
pinggang atau perineum.
b. Hernia Interna
Tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu lubang dalam
rongga perut seperti foramen winslow, ressesus retrosekalis atau
defek dapatan pada mesinterium. Umpamanya setelah anatomi
usus. (Syamsuhidayat, 2006)

B. ANATOMI FISIOLOGI

3
Kanalis inguinalis dibatasi dikraniolateral oleh anulus

inguinalis internus yang merupakan bagian terbuka dari fasia

transpersalis dan aponeurosis tranversus abdominis. Dimedial

bawah, diatas tuberkulum tubkum, kanal ini dibatasi oleh anulus

inguinalis eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis moblikus

eksternus. Atapnya adalah aponeurosis moblikus eksternus,

dan didasarnya terdapat ligamentum inguinale. Kanal berisi

tali sperma pada lelaki, dan ligamentum rotundum pada

perempuan.

Hernia inguinalis indirek, disebut juga hernia inguinalis

lateralis, karena keluar dari peritonium melalui anulus inguinalis

internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior,

kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup

panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila

hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut

hernia skrotalis. (Sjamsuhidayat, 2004)

Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada

bulan ke-8 kehamilan terjadi desensus testis melalui kanal tersebut.

Penurunan testis tersebut akan menarik peritoneum kedaerah

skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut

dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir,

umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi

rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut namun dalam

4
beberapa hal, seringkali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri

turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering

terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga

terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan

menutup pada usia 2 bulan. (Mansjoer, 2007).

C. ETIOLOGI
Etiologi hernia Inguinalis menurut Hidayat (2006) adalah:
a. Batuk
b. Mengangkat benda berat
c. Adanya presesus vaginalis yang terbuka
d. Tekanan intra abdomen yang meningkatkan secara kronis seperti batuk
kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan asites.
e. Kelemahan otot dinding perut dan degenerasi jaringan ikat karena usia
lanjut.
f. Kehamilan multi para dan obesitas.

D. PATOFISIOLOGI
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah

faktor kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada

waktu kehamilan yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga pertu

melalui kanalis inguinalis, faktor yang kedua adalah faktor yang dapat

seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan faktor

usia, masuknya isi rongga perut melalui kanal ingunalis, jika cukup panjang

maka akan menonjol keluar dari anulus ingunalis ekstermus. Apabila hernia

ini berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum karena kanal inguinalis berisi

tali sperma pada laki-laki, sehingga menyebakan hernia. Hernia ada yang

5
dapat kembali secara spontan maupun manual juga ada yang tidak dapat

kembali secara spontan ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara

isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat

dimasukkan kembali.

Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau

berpindah sehingga aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap

cincin hernia maka isi hernia akan mencekik sehingga terjadi hernia

strangulate yang akan menimbulkan gejala illeus yaitu gejala abstruksi usus

sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang akan

menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan Iskemik.

Isi hernia ini akan menjadi nekrosis.

Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang

akhirnya dapat menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan

dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan

peristaltik usus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate

akan timbul gejala illeus yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi pada

strangulasi nyeri yang timbul lebih berat dan kontinyu, daerah benjolan

menjadi merah. (Manjoer, Arif, 2000 : 314 –315, Syamsuhidayat, 1998 :

706).

E. MANIFESTASI KLINIS
Adapun Manifestasi Klinis yang timbul menurut Hidayat (2006) yaitu
a. Penderita terdapat benjolan pada daerah-daerah kemungkinan terjadi
hernia
b. Benjolan bisa mengecil atau menghilang.

6
c. Bila menangis , mengesan dan mengangkat benda keras akan timbul
benjolan kembali
d. Rasa nyeri pada benjolan/ mual dan muntah bila sudah terjadi
komplikasi.
e. Benjolan tidak berwarna merah
f. Bila di raba terdapat benjolan
Sedangkan menurut Long (1996),gejala klinis yang mungkin timbul
setelah dilakukan operasi :
a. Nyeri
b. Peradangan
c. Edema
d. Pendarahan
e. Pembengkakan skrotum setelah perbaikan hernia inguinalis indirek
f. Retensi urin
g. Ekimosis pada dinding abdomen bawah atau bagian atas paha

F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang muncul menurut Hidayat (2006) yaitu:
a. Hernia ireponibel (inkarserata)
Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi hermia tidak dapat dimasukan kembali pada keadaan ini
belum terjadi gangguan penyaluran isi usus .
b. Hernia strangulata
Terjadi penekanan terhadap cincin hermia akibat makin banyaknya
usus yang masuk . Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus
di ikuti dengan gangguan vaskuler (proses strangulasi)

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dari hernia menurut Hidayat (2006) www.indopos..co.id
dengan tindakan sebagai berikut:

7
a. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga yaitu untuk mempertahankan isi hernia yang
telah di reposisi (pengembalian kembali organ pada posisi normal)
.Reposisi ini tidak dilakukan pada hernia stranggulata , pemakaian
bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah
direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai
seumur hidup.Sebaiknya cara ini tidak dilanjutkan karena mempunyai
komplikasi antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding di didaerah
yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam.
b. Definitif
Tindakan definitif yaitu dengan jalan operasi.cara yang paling efektif
mengatasi hernia adalah pembadahan.untuk mengembalikan lagi organ
dan menutup lubang hernia agar tidak terjadi lagi. Ada dua prinsip
pembedaahan yaitu:
1) Herniorafi
Perbaikan defek dengan pemasangan jaring melalui operasi terbuka
atau laparoskopik
2) Herniotomi
Pada Herniotomy di lakukan pembedahan kantong hernia sampai
lehernya,kantong di buka dan di isi hernia dibebaskan kalau ada
perlengketan kemudian direposisi kantong hernia dijahit ikat
setinggi mungkin kalau di potong . Menurut Oswari
penatalaksanaan hermia yang terbaik adalah operasi dengan jalan
menutup lubang hernianya. Bila bagian dinding perut yang lemah
dipotong dan dijahit maka di sebut herniorhapy, bila seluruh
kantong hernia di potong misalnya pada hernia inkarserata yang
telah menjadi gangren maka di sebut herniorapy .Bila dinding
perut yang lemah itu ditempati dengan fasia , misal di ambil dari
fasia otot perut maka disebut hernioplastik.

8
H. PEMERIKSAAN KHUSUS
Data yang diperoleh atau dikali tergantung pada tempat terjadinya,
beratnya, apakah akut atau kronik, pengaruh terhadap struktur di
sekelilingnya dan banyaknya akar syaraf yang terkompresi.
a. Aktivitas/istirahat
Tanda dan gejala:atropi otot, gangguan dalam berjalan riwayat
pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk dalam waktu
lama.
b. Eliminasi
Gejala: konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi adanya
inkontinensia atau retensi urine.
c. Integritas ego
Tanda dan gejala: Cemas, depresi, menghindar ketakutan akan
timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga.
d. Neuro sensori
Tanda dan gejala: penurunan reflek tendon dalam kelemahan otot
hipotonia, nyeri tekan, kesemutan, ketakutan kelemahan dari tangan
dan kaki.
e. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala: sikap, perubahan cara berjalan, nyeri seperti tertusuk paku,
semakin memburuk dengan batuk, bersin membengkokkan badan.
f. Keamanan
Gejala: adanya riwayat masalah punggung yang baru saja
terjadi(Doenges, 2000, hal 320 – 321).

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut


(Yudha, 2011) :
1. Herniografi
Teknik ini, yang melibatkan injeksi medium kontras ke dalam kavum
peritoneal dan dilakukan X-ray, sekarang jarang dilakukan pada bayi
untuk mengidentifikasi hernia kontralateral pada groin. Mungkin
terkadang berguna untuk memastikan adanya hernia pada pasien
dengan nyeri kronis pada groin.
2. USG
Sering digunakan untuk menilai hernia yang sulit dilihat secara klinis,
3. CT dan MRI

9
Berguna untuk menentukan hernia yang jarang terjadi.
I. POHON MASALAH

Faktor pencetus:

Aktivitas berat, bayi prematur, Hernia


kelemahan dinding abdominal,
tekanan intraabdominal yang tinggi Hernia inguinalis

Kantung hernia memasuki celah inguinal

Dinding posterior canalis inguinal yang lemah

Benjolan pada canalis


inguinal

Diatas ligamentum inguinal mengecil


bila berbaring

Pembedahan

Insisi bedah Asupan gizi kurang Mual

Peristaltik usus menurun Nafsu makan menurun


Terputusnya Resiko
jaringan saraf perdarahan
Gangguan eliminasi

Nyeri Resiko infeksi Intake makanan


Gangguan rasa nyaman inadekuat

Kurang Ketidakseimbangan
pengetahuan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

10
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Preoperasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot akibat penekakan oleh isi
hernia
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan
ketidaknyamanan, spasme otot.
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kesalahan informasi
Pascaoperasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan akibat tindakan
operasi
2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual muntah
4. Resiko perdarahan
5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif

11
K. Rencana Tindakan Keperawatan
Preoperasi
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Rasional
Hasil
1. Nyeri akut berhubungan dengan NOC a. Lakukan pengkajian a. Menentukan skala nyeri
diskontinuitas jaringan akibat a.Pain level nyeri secara pasien
tindakan operasi b.Pain control komprehensif (lokasi,
c.Comfort level karakteristik,
Kriteria Hasil durasi,frekuensi)
a. mampu mengontrol b. Observasi reaksi
nyeri (tahu penyebab nonverbal dari b. Mengetahui tingkat nyeri
nyeri, mampu ketidaknyamanan pasien dari reaksi nonverbal
menggunakan teknik c. Gunakan teknik
nonfarmakologis komunikasi terapeutik c. Menjalin hubungan saling
dalam mengurangi untuk mengetahui percaya dengan pasien dan
nyeri) nyeri pasien menggali tingkat nyeri pasien
b. melaporkan bahwa d. Kontrol lingkungan
nyeriberkurang yang dapat d. Mengurangi faktor penyebab
dengan menggunakan mempengaruhi nyeri nyeri
manajemen nyeri seperti suhu ruangan,
c. Mampu mengenali pencahayaan dan
nyeri (skala,intensitas, kebisingan
frekuensi dantanda e. Lakukan penanganan
nyeri) nyeri non e. Mengontrol dan menurunkan
d. menyatakan rasa farmakologis: nyeri pasien
nyaman setelah relaksasi nafas dalam
nyeri berkurang dan massage
f. Ajarkan keluarga f. Memberikan pengetahuan

12
teknik relaksasi nafas kepada keluarga
dalam g. Menurunkan tngkat nyeri
g. Kolaborasikan dengan pasien secara cepat dan tepat
dokter pemberian
penanganan nyeri
farmakologis
analgesic

2. Hambatan mobilitas fisik NOC a. Berikan tindakan a. Mengurangi resiko cidera


berhubungan dengan nyeri dan a.Joint movement: pengamanan sesuai kepada pasien
ketidaknyamanan, spasme otot active indikasi dengan situasi
b.Mobility level yang spesifik
c.Self care: ADLs b. Catat respon emosi b. Memberikan rasa aman dan
d.Transfer performance atau perilaku pada saat nyaman kepada pasien
Kriteria Hasil immobilisasi, berikan
a.Klien meningkat aktivitas yang
dalam aktifitas fisik disesuaikan dengan
b.Mengerti tujuan dari pasien c. Memberikan bantuan secara
peningkatan mobilitas c. Bantu pasien dalam total kepada pasien
fisik melakukan aktivitas
c. Mengungkapkan ambulasi progresif d. Mengurangi kelelahan pasien
perasaan dalam d. Ikuti aktivitas atau selama prosedur
meningkatkan prosedur dengan
kekuatan dan periode istirahat e. Mengurangi kekauan otot dan
kemampuan berpindah e. Berikan atau bantu sendi pasien, melancarkan
pasien untuk sirkulasi darah
melakukan latihan
rentang gerak aktif,

13
pasif

3. Ansietas berhubungan dengan NOC a. Identifikasi tingkat a. Mempermudah dalam


perubahan status kesehatan a.Anxiety self-kontrol kecemasan mengontrol kecemasan
b.Anxiety level b. Gunakan pendekatan b. Memberikan perasaan yang
c.Coping yang menenangkan tenang kepada pasien
c. Jelaskan semua c. Penjelasan tentang prosedur
prosedur dan apa merupakan hal yang harus
yang dirasakan dijelaskan
Kriteria Hasil selama prosedur d. Melancarkan sirkulasi darah
a.Klien mampu d. Lakukan back rub dan menurunkan tingkat nyeri
mengidentifikasi dan e. Kolarorasi pemberian e. Menurunkan nyeri secara
mengungkapkan obat cepat
gejala cemas
b.mengidentifikasi,
mengungkapkan dan
menunjukkan tehnik
untuk mengontrol
cemas
c.Vital sign dalam batas
normal
d.Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh
menunjukkan
penurunan kecemasan

14
4. Kurang pengetahuan berhubungan NOC a. Jelaskan kembali a. Memberikan pengetahuan
dengan kesalahn informasi a.Knowledge: disease prosespenyakit dan kepada pasien
process prognosis b. Menjelaskan prosedur
b.Knowledge: health b. Diskusikan mengenai tindakan
behavior pengobatan dan juga
Kriteria Hasil efek sampingnya c. Membantu memenuhi
a.Pasien dan keluarga c. Diskusikan mengenai kebutuhan nutrisi pasien
menyatakan kebutuhan diet d. Melakukan evaluasi
pemahaman tentang d. Anjurkan untuk selama tindakan
penyakit, kondisi, melakukan evaluasi
prognosis dan medis secara teratur.
program pengobatan
b.Pasien dan keluarga
mampu melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan secara
benar
c.Pasien dan keluarga
mampu menjelaskan
kempabi apa yang
dijelaskan

15
L. Pascaoperasi
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Rasional
Hasil
1. Nyeri akut berhubungan dengan NOC a. Lakukan pengkajian a. Menentukan skala nyeri
diskontinuitas jaringan akibat a.Pain level nyeri secara pasien
tindakan operasi b.Pain control komprehensif (lokasi,
c.Comfort level karakteristik,
Kriteria Hasil durasi,frekuensi)
a. mampu mengontrol b. Observasi reaksi
nyeri (tahu penyebab nonverbal dari b. Mengetahui tingkat nyeri
nyeri, mampu ketidaknyamanan pasien dari reaksi nonverbal
menggunakan teknik c. Gunakan teknik
nonfarmakologis komunikasi terapeutik c. Menjalin hubungan saling
dalam mengurangi untuk mengetahui percaya dengan pasien dan
nyeri) nyeri pasien menggali tingkat nyeri pasien
b. melaporkan bahwa d. Kontrol lingkungan
nyeriberkurang yang dapat d. Mengurangi faktor penyebab
dengan menggunakan mempengaruhi nyeri nyeri
manajemen nyeri seperti suhu ruangan,
c. Mampu mengenali pencahayaan dan
nyeri (skala,intensitas, kebisingan
frekuensi dantanda e. Lakukan penanganan
nyeri) nyeri non e. Mengontrol dan menurunkan
d. menyatakan rasa farmakologis: nyeri pasien
nyaman setelah relaksasi nafas dalam

16
nyeri berkurang dan massage
f. Ajarkan keluarga f. Memberikan pengetahuan
teknik relaksasi nafas kepada keluarga
dalam g. Menurunkan tngkat nyeri
g. Kolaborasikan dengan pasien secara cepat dan tepat
dokter pemberian
penanganan nyeri
farmakologis
analgesik
2. Resiko infeksi berhubungan dengan NOC a. Bersihkan lingkungan a. Mengurangi resiko infeksi
luka insisi bedah a.Immune status setelah dipakai pasien silang
b.Knowledge: Infection lain
control b. Pertahankan teknik
c.Risk control isolasi b. Meminimalkan resiko infeksi
Kriteria Hasil c. Batasi pengunjung silang
a.Klien bebas dari tanda jika perlu c. Memberikan kenyamanan
dan gejala infeksi d. Instruksikan pada pada pasien
b.mendeskripsikan pengunjung untuk d. Meminimalkan resiko infeksi
proses penularan cuci tangan dengan silang
penyakit, factor yang sabun saat berkunjung
mempengaruhi dan setelah
penularan serta berkunjung
penatalaksanaannya e. Monitor tanda dan e. Mengetahui secara cepat
c.menunjukkan gejala infeksi lokal tanda-tanda infeksi
kemampuan untuk dan sistemik
mencegah timbulnya f. Ajarkan pasien dan f. Memberikan pengetahuan
infeksi keluarga tentang pada keluarga tentang infeksi
d.Jumlah leukosit tanda dan gejala

17
dalam batas normal infeksi g. Meminimalkan
g. Kolaborasi dengan perkembangbiakan bakteri
dokter pemberian dalam tubuh
antibiotik h. Meminimalkan resistensi
h. Instruksikan kepada bakteri terhadap antibiotik
pasien untuk minum
antibiotik sesuai
dengan resep

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC a. Kaji adanya alergi a. Mengurangi resiko keracunan
dari kebutuhan tubuh berhubungan a.Nutritional status: makanan makanan
dengan mual muntah food and fluid b. Berikan makanan b. Diet yang tepat membantu
b. Nutritional status: yang terpilih sesuai proses penyembuhan penyakit
nutrient intake dengan hasil
c.Weight control konsultasi ahli gizi c. Mengotimalkan pemenuhan
Kriteria Hasil c. Berikan informasi kebutuhan nutrisi pasien
a.Adanya peningkatan tentang kebutuhan
berat badan sesuai nutrisi d. Mengetahui perkembangan
tujuan d. Monitor BB pasien berat badan pasien
b.Berat badan ideal e. Meminimalkan resiko
sesuai dengan tinggi e. Kolaborasi dengan kesalahan pemberian nutrisi
badan ahli gizi untuk yang berlebih atau kurang
c.Mampu menentukan jumlah
mengidentifikasi kalori dan nutrisi
kebutuhan nutrisi
d.Tidak menunjukkan
penurunan berat badan

18
4. Defisit pengetahuan berhubungan NOC a. Berikan penilaian a. Pengetahuan yang baik
dengan keterbatasan kognitif a.Knowledge: disease tentang tingkat memudahkan penyampaian
process pengetahuan pasien materi pada pasien
b.Knowledge: health tentang proses
behavior penyakit yang spesifik
Kriteria Hasil b. Jelaskan patofisiologi b. Penjelasan yang tepat dapat
a.Pasien dan keluarga dari penyakit dan hal menurunkan kecemasan
menyatakan yang berhubungan pasien
pemahaman tentang dengan penyakit
penyakit, kondisi, melalui cara yang
prognosis dan tepat
program pengobatan c. Sediakan bagi c. Penjelasan pada keluarga
b.Pasien dan keluarga keluarga informasi merupakan hal yang sangat
mampu melaksanakan tentang kondisi pasien penting untuk mengurangi
prosedur yang dengan cara yang kecemasan keluarga
dijelaskan secara tepat d. Memberikan kondisi terbaru
benar d. Sediakan bagi yang sedang dialami pasien
c.Pasien dan keluarga keluarga informasi
mampu menjelaskan tentang kemajuan
kempabi apa yang pasien dengan cara e. Memberikan pengetahuan
dijelaskan yang tepat penanganan yang tepat
e. Beri penjelasan
penanganan pasien
setelah pulang

5. Resiko perdarahan NOC a. Monitor ketat tanda- a. Mengurangi resiko kehilangan


a.Blood lose severity tanda perdarahan darah berlebih
b.Blood coagulation b. Monitor TTV b. Mengetahui kondisi umum

19
Kriteria Hasil c. Pertahankan bed rest pasien
a.Tidak ada hematuria selama perdarahan c. Pergerakan yang berlebih
b.Tekanan darah dalam aktif meningkatkan resiko
batas normal d. Monitor status cairan perdarahan
c.Tidak ada distensi yang meliputi intake d. Memenuhi kebutuhan cairan
abdominal dan output yang hilang akibat perdarahan
d.Hemoglobin dan e. Kolaborasi e. Meningkatkan volume darah
hematokrit dalam dalampemberian yang hilang akibat perdarahan
batas normal produk darah
(transfusi darah)

20
Daftar Pustaka

Herdman,T. Heather. 2012. Nanda International Nursing Diagnosis: Definitions


& Classification 2012-2014. Oxford: Wiley-Blackwell.

Nanda International. 2011. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-


2014. Jakarta : EGC

Nurarif & Kusuma. 2006. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA and NIC-NOC. Jakarta: Mediaction Publishing.
Mansjoer, Arif dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius FK UI

Smeltzer & Bare, 2005.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8.Jakarta:


EGC.

21
22
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)
KLIEN HERNIA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Ujian Akhir Program di Ruang Teratai


RSUD Dr. Soedirman Kebumen

Disusun Oleh :
Ici Tri Astuti
A01301764

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
2016
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
(SAP)

Pokok Bahasan : Cara menangani klien hernia


Penyuluh : Ici Tri Astuti
Sasaran : Sdr. T dan anggota keluarga
Jumlah Sasaran : 3 orang
Tempat : Ruang Teratai, RSUD Dr. Soedirman Kebumen
Waktu : 1 x 30 menit
Hari / tanggal : Rabu, 1 Juni 2016/ pukul 08.30 WIB

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit, di harapkan
Sdr. T dan anggota keluarga dapat mengerti dan memahami tentang cara
menangani klien hernia.

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit diharapkan
Sdr. T dan keluarga dapat:
1. Menyebutkan kembali pengertian hernia.
2. Menyebutkan kembali 4 dari 4 penyebab hernia.
3. Menyebutkan kembali 4 dari 4 pencegahan hermia.
4. Menyebutkan kembali 2 dari 2 pengobatan hernia

III. POKOK MATERI


1. Pengertian hernia.
2. Penyebab hernia.
3. Cara pencegahan hernia saat di rumah.
4. Pengobatan hernia
IV. METODE
JAM/ TAHAP RESPON
WAKTU
5 menit Orientasi
a. Memberi Salam a. Menjawab salam
b. Mengingatkan Kontrak b. Mendengarkan
c. Menjelaskan maksud dan c. Mengerti
tujuan
d. Menanyakan kesediaan d. Bersedia
e. Apersepsi
e. Belum tahu
tentang hernia
20 menit Kerja
a. Menjelaskan pengertian Keluarga
hernia mendengarkan apa
b. Menyebutkan faktor yang di sampaikan
penyebab hernia dan bertanya jika
c. Menyebutkan pencegahan belum tahu
hernia
d. Menjelaskan cara
pengobatan hernia

5 menit Terminasi
a. Melakukan Evaluasi a. Keluarga dapat
menyebutkan
kembali apa yang
di sampaikan
b. Memberikan Reward b. Keluarga
berterima kasih
c. Memberikan salam penutup c. Menjawab salam
V. MEDIA
1. SAP (Satuan Acara Pembelajaran)
2. Lembar balik dan
3. Leaflet

VI. SUMBER
https://makalahkeperawatan.wordpress.com/2012/10/23/makalah-hernia/
Brunner & Sudarth, 2009. “Keperawatan medikal bedah” edisi 8, volume
2, Jakarta : EGC
Doenges, Marilynn E. 2006. Rencana Asuhan Keperawatan untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta : EGC.
Kapita Selekta Kedokteran.Edisi III. 2007.MedicaAesculaplus FK UI.
Keperawatan Medikal Bedah. Swearingen. Edisi II. 2001. EGC

VII. EVALUASI
1. Evaluasi Persiapan
a. Materi sudah siap dan dipelajari 1 hari sebelum penkes
b. Media sudah siap 1 hari sebelum penkes
c. Tempat dan waktu sudah ditentukan bersama keluarga
d. SAP sudah siap 1 hari sebelum penkes
2. Evaluasi proses
Anggota keluarga kumpul semua
3. Evaluasi Hasil
a. sebutkan kembali pengertian hernia
b. sebutkan kembali faktor penyebab hernia
c. sebutkan kembali pencegahan hernia
d. sebutkan kembali pengobatan hernia
VIII. MATERI
1. Pengertian
Istilah hernia berasal dari bahasa Latin, yaitu herniae, yang berarti
penonjolan isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada
dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu
kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di
daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (Giri Made
Kusala, 2009).
Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia adalah prostrusi atau
penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo
aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi
hernia.
Sedangkan menurut Tambayong (2006), Hernia adalah defek
dalam dinding abdomen yang memungkinkan isi abdomen (seperti
peritoneum, lemak, usus atau kandung kemih) memasuki defek
tersebut, sehingga timbul kantong berisikan materi abnormal.
Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa hernia inguinalis adalah suatu
keadaan keluarnya jaringan atau organ tubuh dari suatu ruangan
melalui suatu lubang atau celah keluar di bawah kulit atau menuju
rongga lainnya (kanalis inguinalis).

2. Penyebab
Menurut Giri Made Kusala (2009), hal-hal yang dapat menyebabkan
terjadinya hernia adalah :
a. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria
maupun wanita. Pada Anak – anak penyakit ini disebabkan karena
kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan
turunnya testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia lanjut
disebabkan oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena
adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan tekanan dalam
rongga perut (Giri Made Kusala, 2009).
b. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia
Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah
selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses perkembangan alat
reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena penyakit
ini disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau
buruh pabrik. Profesi buruh yang sebagian besar pekerjaannya
mengandalkan kekuatan otot mengakibatkan adanya peningkatan
tekanan dalam rongga perut sehingga menekan isi hernia keluar dari
otot yang lemah tersebut (Giri Made Kusala, 2009).
c. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada
kondisi tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung
kencing atau pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk kronis,
sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat memicu
terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang dapat menyebabkan
keluarnya usus melalui rongga yang lemah ke dalam kanalis inguinalis.
d. Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena
hernia.
e. Obesitas
Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh,
termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia.
Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya
prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
f. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi
tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus
terjadinya hernia.
g. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat
menyebabkan terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat
barang. Aktivitas yang berat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan
yang terus-menerus pada otot-otot abdomen. Peningkatan tekanan
tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan
organ melalui dinding organ yang lemah.
h. Kelahiran prematur
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal
daripada bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis
belum sempurna, sehingga memungkinkan menjadi jalan bagi
keluarnya organ atau usus melalui kanalis inguinalis tersebut. Apabila
seseorang pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia akan
mengalaminya lagi.(Giri Made Kusala, 2009).

3. Pencegahan
Menurut Jennifer (2007), pencegahan hernia adalah :
a. Usahakan untuk mempertahankan berat tubuh yang sehat.
Hal ini dapat membantu mengurangi tekanan pada otot di bagian perut.
b. Konsumsi makanan yang mengandung serat tinggi,
Seperti : Buah-buahan, sayuran, dan makanan yang terbuat dari gandum
sangat disarankan untuk dikonsumsi. Makanan tersebut mengandung
banyak serat yang membantu mencegah konstipasi dan mengurangi
tekanan di bagian perut.
c. Hindari mengangkat barang yang terlalu berat.
Jika harus mengangkat barang berat, lakukan dengan cara yang benar.
Postur tubuh yang tepat saat mengangkat barang berat, yakni tekuk
lutut Anda dan hindari membungkuk untuk mengurangi tekanan.
d. Hindari tekanan Intra abdomen.
Seperti batuk kronis dan mengejan yang dapat mencetuskan hernia.

4. Pengobatan
1. Konservatif
a. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan
secara perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat
penyokong.
b. Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres
hangat dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.
c. Celana penyangga
d. Istirahat baring
e. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya
Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak
tinja untuk mencegah sembelit.d
f. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian
makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat
sembelit dan mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat,
cola, minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.
2. Pembedahan (Operatif) :
a. Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang.
b. Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya,
kantong dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian
direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi lalu dipotong.
c. Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen
dan menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan
transversus internus dan muskulus ablikus internus abdominus ke
ligamen inguinal.
TAHUKAH ANDA,

HERNIA BISA
DICEGAH ?
hernia merupakan
HERNIA bagian tubuh yang
didalamnya terdapat beberapa bagian, seperti
cincin, kantong serta isi hernia tersebut. Isi hernia
terdiri dari usus, ovarium serta jaringan
penyangga usus yang disebut dengan omentum.
Namun apabila terdapat unsur yang dapat
melepaskan lapisan otot dinding perut akan
berakibat pada usus yang berpindah keluar
menuju diafragma yakni bagian batas antara
perut serta dada atau bisa juga timbul di suatu
lipatan paha ataupun pusar.
PENYEBAB
PENCEGAHAN
HINDARI
PENYEBABNYA

1. KURANGI ANGKAT BEBAN


BERAT
d
2. CEGAH BATUK
3. CEGAH
MENGEJAN
4. TIDAK BOLEH
MENANGIS
INGAT HINDARI
PENYEBABNYA

SEMOGA BERMANFAAT

1. Definisi
Hernia Istilah hernia berasal dari bahasa Latin, yaitu herniae, yang berarti penonjolan isi suatu
rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu
membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah perut
dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (Giri Made Kusala, 2009). Menurut Syamsuhidayat
(2004), hernia adalah prostrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian
lemah dari lapisan muskulo aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi
hernia.
Sedangkan menurut Tambayong (2000), Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang
memungkinkan isi abdomen (seperti peritoneum, lemak, usus atau kandung kemih) memasuki defek
tersebut, sehingga timbul kantong berisikan materi abnormal.
Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
hernia inguinalis adalah suatu keadaan keluarnya jaringan atau organ tubuh dari suatu ruangan melalui
suatu lubang atau celah keluar di bawah kulit atau menuju rongga lainnya (kanalis inguinalis).
2. Penyebab
Menurut Giri Made Kusala (2009), hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya hernia
adalah :
a. Umur
b. Jenis Kelamin
c. Penyakit penyerta : batuk kronis, pembesaran prostat, penyakit kolon, sembelit
atau konstipasi kronis
d. Keturunan : Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah
terkena hernia.
e. Obesitas
f. Kehamilan
g. Pekerjaan : Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang berat dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot abdomen.
h. Kelahiran prematur
3. Pencegahan
Menurut Jennifer (2007), pencegahan hernia adalah :
a) Usahakan untuk mempertahankan berat tubuh yang sehat.
Hal ini dapat membantu mengurangi tekanan pada otot di bagian perut.
b) Konsumsi makanan yang mengandung serat tinggi.
Seperti : Buah-buahan, sayuran, dan makanan yang terbuat dari gandum sangat
disarankan untuk dikonsumsi. Makanan tersebut mengandung banyak serat yang
membantu mencegah konstipasi dan mengurangi tekanan di bagian perut.
c) Hindari mengangkat barang yang terlalu berat.
Jika harus mengangkat barang berat, lakukan dengan cara yang benar. Postur tubuh
yang tepat saat mengangkat barang berat, yakni tekuk lutut Anda dan hindari
membungkuk untuk mengurangi tekanan.
d) Hindari tekanan Intra abdomen.
Seperti batuk kronis dan mengejan yang dapat mencetuskan hernia.
4. Pengobatan
1. Konservatif
a. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara perlahan
menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.
b. Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan
setelah 5 menit di evaluasi kembali.
c. Celana penyangga
d. Istirahat baring
e. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya Asetaminofen,
antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit.
f. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan
gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan mengedan selama
BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yang dapat
memperburuk gejala-gejala.
2. Pembedahan (Operatif) :
a. Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding
belakang.
b. Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka
dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia
dijahit ikat setinggi lalu dipotong.
c. Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan
menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus internus dan
muskulus ablikus internus abdominus ke ligamen inguinal
TAHUKAH ANDA, PENGERTIAN PENYEBAB

HERNIA BISA 1. Mengangkat benda


Hernia merupakan bagian
DICEGAH ? tubuh yang didalamnya berat
terdapat beberapa bagian,
2. Batuk
seperti cincin, kantong serta
3. Mengejan
HE R NI A isi hernia tersebut. Isi hernia
terdiri dari usus, ovarium 4. Menangis
serta jaringan penyangga usus
yang disebut dengan omentum. PENCEGAHAN
Namun apabila terdapat unsur
yang dapat melepaskan lapisan
Dengan cara
otot dinding perut akan menghindari
berakibat pada usus yang penyebabnya:
berpindah keluar menuju
diafragma yakni bagian batas
antara perut serta dada atau
Disusun Oleh : Ici bisa juga timbul di suatu
lipatan paha ataupun pusar.
1.Kurangi Dengan PENGOBATAN
angkat beban makanan
 Istirahat di tempat
berat yang tidur dan menaikkan
mengandung bagian kaki, hernia
ditekan secara
2.Cegah serat seperti perlahan menuju
batuk, hindari sayuran abdomen
merokok (reposisi),selanjutnya
gunakan alat
4.Hindari menangis penyokong.
secara berlebihan  Celana penyangga
 Istirahat baring
3.Cegah
 Pengobatan dengan
mengejan, pemberian obat nyeri.
 Pembedahan
(operasi)

SEMOGA
BERMANFAAT
Latihan Nafas Dalam

Prosedur Pelaksanaan
A. Tahap orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekaan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan & prosedur tindakan pada keluarga/klien
3. Menanyakan persetujuan kesiapan klien
B. Tahap kerja
1. Membaca tasmiyah
2. Mempersiapkan pasien dengan menjaga privacy pasien
3. Meminta pasien meletakan satu tangan di dada dan 1 tangan di abdomen
4. Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik nafas dalam melalui
hidung hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup)
5. Meminta pasien merasakan mengembangnya abdomen (cegah lengkung
pada punggung)
6. Meminta pasien menahan nafas hingga 3 hitungan
7. Meminta menghembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan (lewat mulut
bibir seperti meniup)
8. Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi dari
otot
9. Menjelaskan pada pasien untuk melakukan latihan ini bila mengalami
nyeri
10. Merapikan pasien
C. Tahap terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Membaca tahmid dan berpamitan dengan klien
3. Mencuci tangan
4. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

(STIKES Muhammadiyah Gombong, 2013)


Prosedur Pelaksanaan Terapi Musik

A. Persiapan
1. Cek catatan keperawatan atau catatan medis klien (jika ada)
2. Siapkan alat-alat (Tape musik / radio, CD musik, headset, alat-alat musik
yang sesuai)
3. Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan kontra indikasi
4. Cuci tangan
B. Tahap orientasi
1. Beri salam dan panggil klien dengan namanya
2. Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada klien/keluarga
C. Tahap kerja
1. Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
2. Menanyakan keluhan utama klien
3. Jaga privasi klien.
4. Memulai kegiatan dengan cara yang baik.
5. Menetapkan perubahan pada perilaku dan/atau fisiologi yang diinginkan
seperti relaksasi (nafas dalam), stimulasi, konsentrasi, dan mengurangi
rasa sakit.
6. Menetapkan ketertarikan klien terhadap musik.
7. Identifikasi pilihan musik klien.
8. Berdiskusi dengan klien dengan tujuan berbagi pengalaman dalam musik.
9. Pilih pilihan musik yang mewakili pilihan musik klien.
10. Bantu klien untuk memilih posisi yang nyaman.
11. Batasi stimulasi eksternal seperti cahaya, suara, pengunjung, panggilan
telepon selama mendengarkan musik.
12. Dekatkan tape musik/CD dan perlengkapan dengan klien.
13. Pastikan tape musik/CD dan perlengkapan dalam kondisi baik.
14. Dukung dengan headphone jika diperlukan.
15. Nyalakan musik dan lakukan terapi musik.
16. Pastikan volume musik sesuai dan tidak terlalu keras.
17. Hindari menghidupkan musik dan meninggalkannya dalam waktu yang
lama.
18. Fasilitasi jika klien ingin berpartisipasi aktif seperti memainkan alat
musik atau bernyanyi jika diinginkan dan memungkinkan saat itu.
19. Hindari stimulasi musik setelah nyeri/luka kepala akut.
D. Terminasi
1. Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan klien)
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Berikan umpan balik positif
4. Kontrak pertemuan selanjutnya
5. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
6. Bereskan alat-alat
7. Cuci tangan
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM DAN TERAPI MUSIK SEBAGAI UPAYA


PENURUNAN INTENSITAS NYERI HAID (DYSMENORRHEA)

Noor Azizah1) Ana Zumrotun Nisak2) FaniaNurul Khoirun Nisa’2)


123
STIKES Muhammadiyah Kudus
email: noorazizah@stikesmuhkudus.ac.id, anazumrotun@stikesmuhkudus.ac.id ,
Fanianurul@stikesmuhkudus.ac.id

Abstract
Background: Dismenorea or menstruation pain is the pain that is felt in the lower abdomen and
thigh. This happens because an imbalance of the hormone progesterone in the blood causing pain
arises.Almost the woman and young women must have felt at the time of menstrual disorders such
as Dismenorea. The objective of the research is to determine the effect of deep breathing relaxation
and music therapy to the intensity of menstrual pain (Dismenorea). The design of this study is
quasi-experimental, pre-post test with control group.The sample of this study was all of girl
students in MTs. Hidayatul Mustafidin who have ever got dismenorea. They are 56 students and
divided into 28 students for experimental group and 28 students for control group. The result of
this study is most of the respondents who are 14 years old, 62,5%. Moreover, the first
menstruation (menarche) in 12 years old are 41,1%. The average pain scale before music therapy
is 2,18 and after music therapy is 1.25. The average pain scale before deep breath relaxation is
2.21 and after deep breath relaxation is 1.25. The result of wilcozon test is p <0.05. Therefore,
there is significance difference of the menstrual pain between before relaxation and after music
therapy. The result of wilcozon test is p <0.05. Therefore, there is significance difference of the
menstrual pain between before relaxation and after deep breath relaxation. It can be concluded
that there a significance difference between deep breath relaxation and music therapy to decrease
the menstrual pain scale. Suggested to the education field, to provide information that menstrual
pain doesn’t interfere the learning activity.

Keywords: breathing relaxation, music theraphy, dysmenorrheal

1. PENDAHULUAN seseorang untuk mencari bantuan perawatan


Dismenore atau nyeri menstruasi kesehatan (Dharmady, 2004). Menurut
merupakan nyeri menusuk yang terasa di Smeltzer (2006), nyeri adalah sebagai suatu
perut bagian bawah dan paha, hal ini terjadi sensori subyektif dan pengalaman emosional
akibat ketidakseimbangan hormon yang tidak menyangkan berkaitan dengan
progesteron dalam darah sehingga kerusakan jaringan actual atau potnsial atau
mengakibatkan rasa nyeri timbul. Hampir yang dirasakan dalam kejadian-kejadian
seluruh perempuan dan juga termasuk di dimana terjadi kerusakan (Judha, 2012).
dalamnya remaja putri pasti pernah Nyeri merupakan pengalaman sensori
merasakan gangguan pada saat menstruasi emosional yang tidak menyenangkan akibat
berupa nyeri menstruasi (dysmenorrhea) dari kerusakan jaringan actual atau potensial
dengan berbagai tingkatan, mulai dari yang (Tamsuri, 2006).Untuk mengatasi rasa nyeri
sekedar pegal-pegal di panggul dari sisi dapat dilakukan dengan metode farmakologi
dalam hingga rasa nyeri yang luar biasa dan non farmakologi. (Suzannec, 2001)
sakitnya. Umumnya nyeri yang biasa terasa Prevalensi dismenore bervariasi antara
dibawah perut itu terjadi pada hari pertama 16% dan 91% pada wanita usia reproduksi,
dan kedua menstruasi. Rasa nyeri akan dengan sakit parah di 2% -29% dari wanita
berkurang setelah keluar darah yang cukup yang diteliti. Perempuan usia, paritas, dan
banyak (Proverawati dan Misaroh, 2009). penggunaan kontrasepsi oral dikaitkan
Nyeri adalah pengalaman sensori dan dengan dismenore, dan stres yang tinggi
emosional yang tidak menyenangkan akibat meningkatkan risiko dismenore. (Ju, 2013)
kerusakan jaringan yang aktual dan Faktor-faktor yang mempengaruhi
potensial. Nyeri adalah alasan utama terjadi dismenore antara lain faktor psikis

80
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

atau kejiwaan, faktor endokrin yang mengganggu), 4 siswi mengatakan lebih


disebabkan karena kontraksi uterus yang sakit (mengganggu aktivitas) dan 8 siswi
berlebihan dan faktor prostaglandin yaitu mengatakan agak sakit (agak mengganggu)
teori yang menyatakan bahwa nyeri saat serta 2 siswi mengatakan sedikit sakit.
menstruasi timbul karena peningkatan Ditanyakan tentang cara mengatasi nyeri
produksi prostaglandin (oleh dinding yang dialami yaitu 8 orang mengatakan
rakhim) saat menstruasi (Prawirohardjo, mengkonsumsi minuman pengurang rasa
2007). Penyebab nyeri menstruasi dari factor nyeri seperti kiranti, feminax, sedangkan 5
endokrin, factor miometrium dan factor orang mengatakan senang mendengarkan
psikososial yaitu meningkatnya sintesis musik dan 2 orang mengatakan digunakan
prostaglandin disertai penurunan kadar untuk tiduran.
estrogen/progesterone sehingga terjadi
spasme otot uterus menurunkan aliran darah 2. METODE PENELITIAN
ke uterin dan menyebabkan iskemia uterin. Penelitian ini menggunakan metode
(Tambayong, 2000) intervensi semu (quasi experiment)
Beberapa hal yang menyebabkan nyeri rancangan pre-post test with control group
dapat berkurang dan mereda, yaitu:Gerakan dengan intervensi terapi music dan nafas
tertentu,Istirahat yang cukup, Mengambil dalam Proses pelaksanaan penelitian
nafas dalam Penggunaan obat. Selain hal dilakukan dengan mengukur perubahan
tersebut yang paling berpengaruh dalam skala nyeri haid (dismenorrhea) sebelum dan
meredakan nyeri adalah hal-hal yang setelah diberikan nafas dalam (kelompok
dipercaya yang sifatnya psikologis pada eksperimen). Selanjutnya dibandingkan
penderita dapat membantu mengatasi rasa dengan perubahan skala nyeri haid
nyeri. (Judha, 2012) (dismenorhea) sebelum dan setelah
Beberapa cara untuk meredakan gejala diberikan terapi music (kelompok control).
dysmenorrheal, kompres dengan perut Populasi dalam penelitian ini adalah
bagian bawah, minum obat pereda nyeri obat siswi yang sudah mendapatkan menstruasi
yang tergolong anti peradangan non-steroid dan merasakan nyeri haid sebanyak 56
(NSAID) seperti aspirin dan ibu profen, olah orang.Pada penelitian ini terdapat 28 orang
raga, gerakan relaksasi. (Paula, 2012) kelompok eksperimen dengan menggunakan
Dismenorea juga dapat dikurangi atau nafas dalam dan 28 orang kelompok kontrol
dicegah dengan olahraga teratur, yaitu yang diberi perlakuan terapi musik.
meningkatkan konsumsi vitamin E, vitamin Remaja putri yang mengalami dismenore.
B6, atau minyak ikan, dan hindari konsumsi
alkohol, kopi, makanan berlemak, es krim,
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
dan juga coklat 3 karena dapat
A. Karakteristik Responden
meningkatkan kadar esterogen yang
1. Umur
nantinya dapat memicu lepasnya
Tabel 1 Karakteristik Responden
prostaglandin (Proverawati & Misaroh,
berdasarkan Umur
2009).
Hasil penelitian dari Husain (2014) .
Usia Frekuensi Persentase
Hasil penelitian menunjukan sebagian besar
Responden (f) (%)
responden memiliki pengetahuan kurang
yaitu sebanyak 46,2% dan sebagian besar 12 1 1.8
responden tidak melakukan penanganan 13 20 35,7
terhadap dismenore yaitu sebanyak 51,6%. 14 35 62,5
Pada penelitian ini ada hubungan antara Jumlah 56 100
pengetahuan tentang dismenore dengan
upaya penanganannya pada siswi kelas X di Berdasarkan tabel 5.1 karakteristik
SMK Negeri I Batudaa Tahun 2013 responden berdasarkan umur sebagian besar
berusia 14 tahun sebanyak 35 orang (62,5
Dari study pendahuluan yang dilakukan %)
di MTs. Hidayatul Mustafidin diperoleh data 1. Usia Menstruasi Pertama
dari 15 siswa yang telah menstruasi dan (menarche)
mengalami dismenore, dengan 1 siswa
mengatakan sangat sakit (sangat

81
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

Tabel 2 Karakteristik responden


berdasarkan usia menstruasi pertama Table 5 Skala nyeri sebelum dan
(menarche) sesudah dilakukan terapi music
Usia Frekuensi (f) Persentase
Menstruasi (%) Skala nyeri Minimum Maximum Mean Std.
Pertama deviation
(Menarche) Skala nyeri 2 3 2,18 0,390
10 1 1,8 dysmenorrheal
11 15 26,8 sebelum terapi
12 23 41,1 musik
13 17 30,4 Skala nyeri 1 2 1,25 0,441
Jumlah 56 100 dysmenorrheal
sesudah terapi
music
Berdasarkan tabel 5.2 umur mestruasi
pertama (menarche) sebagian besar berusia Skala nyeri sebelum dilakukan
12 tahun sebanyak 23 orang (41,1%). terapi musik maksimum dengan
skala nyeri mean 2,18 dan setelah
2. Lama Menstruasi dilakukan terapi musik mean 1,25
Berdasarkan tabel 5.3 lama menstruasi
sebagian besar 6-8 hari sebanyak 32 2. Relaksasi nafas dalam
orang (55,2%).
Tabel 3 Karakteristik responden Tabel 6 Distribusi Frekuensi skala
berdasarkan lama Menstruasi nyeri sebelum dan sesudah dilakukan
Lama Menstruasi Frekuensi Persentase relaksasi nafas dalam
(f) (%) Skala nyeri Pre nafas Post nafas
3-5 hari 10 17,2 dalam dalam
6-8 hari 34 55,2 F % F %
9-11 hari 11 18,9 Ringan 1 3,6 21 75
Sedang 20 71,4 7 25
15 hari 1 1,7 Berat 7 25 0 0
Jumlah 56 100
3. Nyeri Hasil skala nyeri sebelum
1. Terapi musik dilakukan nafas dalam skala nyeri
sedang sebanyak 71,4 % dan
Tabel 4. Distribusi Frekuensi skala nyeri setelah dilakukan nafas dalam skala
sebelum dan sesudah dilakukan terapi music nyeri sedang sebanyak 25%
Skala nyeri Pre terapi Post terapi
musik musik Table 7. Skala nyeri sebelum dan
f % F % sesudah dilakukan nafas dalam
Ringan 0 0 21 75 Skala nyeri Minimum Maximum Mean Std.
deviation
Sedang 23 82.1 7 25
2 3 2,21 0,499
Berat 5 17.9 0 0 Skala nyeri
dysmenorrhea
l sebelum
Mayoritas pengukuran hasil skala
nafas dalam
nyeri sebelum dilakukan terapi
musik adalah skala nyeri sedang 1 2 1,25 0,441
Skala nyeri
sebanyak 82,1 % dan setelah dysmenorrhea
dilakukan terapi musik skala nyeri l sesudah
sedang sebanyak 11,5%. nafas dalam

Skala nyeri sebelum dilakukan nafas dalam


maksimum dengan skala nyeri mean 4,54
dan setelah dilakukan nafas dalam mean
1,92. Hasil Uji Normalitas data p value <

82
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

0,05 sehingga data tidak berdistribusi kelompok usia ini dapat memperbedaani
normal sehingga menggunakan uji wilcoxon bagaimana anak dan lansia bereaksi terhadap
Table 8.Hasil uji wilcoxon skala nyeri; Jenis Kelamin Secara umum, pria dan
nyeri menstruasi sebelum dan sesudah wanita tidak berbeda secara makna dalam
dilakukan terapi musik respon terhadap nyeri. Diragukan apakah
hanya jenis kelamin saja yang merupakan
Nilai Z – 4,735 Sig.(2 tailed) 0.0001 suatu faktor dalam mengekspresikan nyeri.
Toleransi nyeri sejak lama telah menjadi
Hasil Uji Wilcoxon nilai p < 0,05 subyek penelitian yang melibatkan pria dan
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada wanita, akan tetapi toleransi terhadap nyeri
perbedaan antara nyeri menstruasi sebelum diperbedaani oleh faktor-faktor biokimia dan
dan sesudah terapi musik. merupakan hal yang unik pada setiap
individu tanpa memperhatikan jenis
Table 9. Hasil uji wilcoxon skala kelamin.Pengalaman nyeri dan cara
nyeri menstruasi sebelum dan sesudah seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Hal ini
dilakukan relaksasi nafas dalam juga dikaitkan secara dekat dengan latar
belakang budaya individu tersebut. Individu
Nilai Z – 4,838 Sig.(2 tailed) 0.0001 akan mempersepsikan nyeri dengan cara
berbeda-beda apabila nyeri tersebut
Hasil Uji Wilcoxon nilai p < 0,05 memberikan kesan ancaman, suatu
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada kehilangan, hukuman dan tantangan.
perbedaaan antara nyeri menstruasi sebelum Misalnya seseorang wanita yang melahirkan
dan sesudah relaksasi nafas dalam akan mempersepsikan nyeri, akibat cedera
karena pukulan pasangannya. Derajat dan
Dismenorrhea kualitas nyeri yang dipersiapkan nyeri klien
Dismenorea primer umumnya berhubungan dengan makna nyeri.
terjadi pada tahun – tahun pertama Perhatian yang meningkat dihubungkan
menstruasi atau menarche. Menstruasi dengan nyeri yang meningkat, sedangkan
pertama (menarche) pada anak gadis terjadi upaya pengalihan dihubungkan dengan
pada umur 10 – 16 tahun. Sedangkan respon nyeri yang menurun. Dengan
dismenorea sering terjadi pada usia 12 – 17 menfokuskan perhatian dan konsentrasi
tahun, dan mencapai batas maksimal pada klien pada stimulus yang lain, maka perawat
usia 15 – 25 tahun (Ulfa, 2010). Factor menempatkan nyeri pada kesadaran yang
resiko terjadinya dismenore salah satunya perifer. Biasanya hal ini menyebabkan
adalah pada orang yang mengalami toleransi nyeri individu meningkat,
menarche lebih awal (Smeltzer dan Bare, khususnya terhadap nyeri yang berlangsung
2002). Hasil penelitian kartika (2011) hanya selama waktu pengalihan. (Judha,
responden yang mengalami menarche pada 2012)
usia rentang 12-13 tetap mengalami Hubungan antara nyeri dan ansietas
dysmenorhe walaupun pada usia rentang bersifat kompleks.Ansietas seringkali
yang normal. Penelitian Hong Ju (2014) meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri
Prevalensi dismenorrhea antara 16-91% juga dapat menimbulkan suatu perasaan
pada wanita usia reproduktif, nyeri berat ansietas.Stimulus nyeri mengaktifkan bagian
terjadi pada 2-29%. Factor yang beresiko sistim limbik dapat memproses reaksi emosi
terjadi dismenorhea yaitu usia, paritas dan seseorang, khususnya ansietas.Sistem limbik
penggunaan kontrasepsi oral. Factor dapat memproses reaksi emosi seseorang
merokok, diet, obesitas dan penyalahgunaan terhadap nyeri, yakni memperburuk atau
obat juga sangat signifikan terjadinya menghilangkan nyeri. Keletihan
dismenorrhea.(paula K, 2012) meningkatkan persepsi nyeri, rasa kelelahan
Menurut Pery & Potter (2005), adapun menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif
beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri dan menurunkan kemampuan koping.Hal ini
antara lain : Usia merupakan variabel dapat menjadi masalah umum pada setiap
penting yang memperbedakan nyeri, individu yang menderita penyakit dalam
khususnya pada anak dan lansia. Perbedaan jangka lama. Apabila keletihan disertai
perkembangan yang ditemukan diantara kesulitan tidur, maka persepsi nyeri terasa

83
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

lebih berat dan jika mengalami suatu proses Perbedaan Tingkat Nyeri haid
periode tidur yang baik aka nyeri berkurang. (Dysmenorrhea) Sebelum dan Sesudah
Faktor lain yang memperbedakan Dilakukan Terapi Musik
respon nyeri adalah kehadiran orang terdekat
dan bagaimana sikap mereka terhadap klien. Berdasarkan hasil analisis bivariat
Walaupun nyeri dirasakan, kehadiran orang didapatkan nilai rata-rata tingkat nyeri haid
yang bermakna bagi pasien akan 2,18 sebelum dilakukan terapi musik adalah
meminimalkan kesepian dan ketakutan. dengan standar deviasi 0.390 sedangkan
Apabila tidak ada keluarga atau teman, tingkat nyeri haid sesudah dilakukan terapi
seringkali pengalaman nyeri membuat klien musik didapatkan nilai rata-rata lebih rendah
semakin tertekan, sebaiknya tersedianya yaitu 1,25 dengan standar deviasi 0,441.
seseorang yang memberi dukungan Berdasarkan uji wilcoxon didapatkan nilai
sangatlah berguna karena akan membuat signifikan 0.000 (p < 0.05), maka dapat
seseorang merasa lebih nyaman. Kehadiran disimpulkan ada perbedaan yang signifikan
orang tua atau keluarga sangat penting bagi antara tingkat nyeri sebelum dilakukan
anak-anak yang mengalami nyeri. (Judha, terapi musik dengan pengukuran tingkat
2012) nyeri sesudah dilakukan terapi musik. Hasil
Dismenore adalah keluhan skala nyeri sebelum dilakukan terapi musik
menstruasi umum dengan dampak yang skala nyeri sedang sebanyak 82,1 % dan
besar pada kualitas hidup perempuan, setelah dilakukan terapi musik skala nyeri
produktivitas kerja, dan pemanfaatan sedang sebanyak 25%. Hasil penelitian ini
layanan kesehatan. Sebuah tinjauan terjadi penurunan skala dari yang kategori
komprehensif dilakukan pada longitudinal sedang menjadi ringan.
atau kasus-kontrol atau studi cross-sectional Musik merupakan salah satu teknik
dengan sampel berbasis masyarakat yang distraksi yang efektif. Musik dapat
besar untuk secara akurat menentukan menurunkan nyeri fisiologis, stress, dan
prevalensi dan / atau kejadian dan faktor kecemasan dengan mengalihkan perhatian
risiko dismenore. Lima belas studi utama, seseorang dari nyeri. Musik terbukti
yang diterbitkan antara tahun 2002 dan menunjukkan efek antara lain menurunkan
2011, memenuhi kriteria inklusi. Prevalensi frekuensi denyut jantung, mengurangi
dismenore bervariasi antara 16% dan 91% kecemasan dan depresi, menghilangkan
pada wanita usia reproduksi, dengan sakit nyeri, menurunkan tekanan darah, dan
parah di 2% -29% dari wanita yang diteliti. mengubah persepsi waktu. Teknik distraksi
Perempuan usia, paritas, dan penggunaan adalah salah satu cara untuk mengurangi
kontrasepsi oral yang terbalik dikaitkan nyeri dengan mengalihkan perhatian kepada
dengan dismenore, dan stres yang tinggi sesuatu yang lain sehinga kesadaran klien
meningkatkan risiko dismenore. Efek ukuran terhadap nyerinya berkurang. Salah satu
umumnya sederhana sampai sedang, dengan distraksi yang efektif adalah music karena
rasio odds bervariasi antara 1 dan 4. Riwayat terbukti menunjukkan efek yaitu
keluarga dismenore sangat peningkatan mengurangi kecemasan dan depresi,
risiko, dengan odds ratio antara 3,8 dan 20,7. menghilangkan nyeri, menurunkan tekanan
Bukti meyakinkan yang ditemukan untuk darah dan menurunkan frekuensi denyut
faktor dimodifikasi seperti merokok, diet, jantung (Potter, 2002) . music yang dipilih
obesitas, depresi, dan penyalahgunaan. pada umumnya music lembut dan teratur,
Dismenore adalah gejala yang signifikan seperti instrumentalia atau music klasik
bagi sebagian besar wanita usia reproduksi; Mozart (Erfandi, 2009 dalam Farida 2010).
Namun, rasa sakit yang parah membatasi Dalam penelitian ini menggunakan music
kegiatan sehari-hari kurang umum. Ulasan klasik. Peningkatan kada PGE2 dan PGF2
ini menegaskan bahwa dismenore membaik alfa di dalam darah yang mengakibatkan
dengan bertambahnya usia, paritas, dan terjadinya peningkatan kontraksi dan
penggunaan kontrasepsi oral dan secara disritmi uterus. Sehingga terjadi penurunan
positif terkait dengan stres dan keluarga aliran darah dan oksigen ke uterus yang
sejarah dismenore.(Hong Ju, 2013) menyebabkan terjadinya iskemia serta
peningkatan sensitisasi reseptor nyeri yang
menimbulkan nyeri haid (Chang, E 2006).

84
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

Music Mozart merupakan salah satu jenis dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik
music relaksasi yang bertempo 60 ketukan relaksasi nifas dalam juga dapat
per menit. Music yang memiliki tempo meningkatkan ventilasi paru dan
antara 60 sampai 80 ketukan per menit meningkatkan oksigen darah (Smeltzer &
mampu membuat seseorang yang Bare, 2002). Prinsip yang mendasari
mendengarkannya menjadi rileks (Oritz, penurunan nyeri oleh teknik relaksasi nafas
1998 dalam McCaffrey dan Freeman 2003). dalam terletak pada fisiologi system saraf
Musik klasik mempunyai fungsi otonom yang merupakan bagian dari system
menenangkan pikiran dan kartasis emosi, saraf perifer yang mempertahankan
serta dapat mengoptimalkan tempo, ritme, homeostasis lingkungan internal individu.
melodi dan harmoni yang teratur dan dapat Hasil penelitian Nag (2013) rasa
menghasilkan gelombang alfa serta nyeri yang dirasakan setelah intervensi yoga
gelombang beta dalam gendang telinga di kelompok studi. 83,33% dari kelompok
sehingga memberikan ketenangan yang studi melaporkan nyeri lengkap dan 11,66%
membuat otak siap menerima masukan baru, melaporkan nyeri ringan. Tidak ada
efek rileks, dan menidurkan (Nurseha dan pengurangan nyeri ditemukan pada
Djafar, 2002). Selain itu music klasik kelompok kontrol. Setelah intervensi yoga,
berfungsi mengatur hormone-hormon yang absensi turun menjadi 10,3% dan
berhubungan dengan stress antara lain peningkatan aktivitas sehari-hari diamati
ACTH, prolaktin dan hormone pertumbuhan pada kelompok studi.
serta dapat meningkatkan kadar endorphin Hasil penelitian ini sependapat dari
sehingga dapat mengurangi nyeri ernawati yang melakukan intervensi teknik
(Champbell, 2001). Hasil Penelitian Sari relaksasi nafas dalam sebanyak 70% dengan
(2012) terapi music Mozart dapat kategori ringan. Hal ini sesuai dengan teori
menurunkan intensitas nyeri sebelum dan Gate Control yang dikemukakan oleh Wall
sesudah terapi music klasik Mozart dan (1978) menjelaskna bahwa impuls nyeri
music kesukaan. Tidak ada perbedaan antara dihantarkan saat sebuah pertahanan dibukla
terapi music Mozart dan music kesukaan. dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan
tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebut
Perbedaan Tingkat Nyeri haid merupakan dasar terapi untuk
(Dysmenorrhea) Sebelum dan Sesudah menghilangkan nyeri. Pemblokan ini dapat
Dilakukan Relaksasi Nafas Dalam dilakukan melalui mengalihkan perhatian
Berdasarkan hasil analisis bivariat ataupun tindakan relaksasi.
didapatkan nilai rata-rata tingkat nyeri haid Teori lain yang mendukung bahwa
2,21 sebelum dilakukan relaksasi nafas teknik relaksasi nafas dalam dapat
dalam adalah dengan standar deviasi 0,4999, menurunkan intensitas nyeri adalah teori
sedangkan tingkat nyeri haid sesudah huges dkk (1975). Menurutnya dalam
dilakukan relaksasi nafas dalam didapatkan keadaan tertentu tubuh mampu
nilai rata-rata lebih rendah yaitu 1,25 dengan mengeluarkan opoid endogen yaitu
standar deviasi 0,441 Berdasarkan uji endorphin dan enkefalin. Zat-zat tersebut
wilcoxon didapatkan nilai signifikan 0.000 memiliki sifat mirip morfin dengan efek
(p < 0.05), maka dapat disimpulkan ada analgetik yang membentuk suatu system
perbedaan yang signifikan antara tingkat penekan nyeri. Tehnik relaksasi nafas dalam
nyeri sebelum dilakukan kompres hangat merupakan salah satu keadaan yang mampu
dengan pengukuran tingkat nyeri sesudah merangsang tubuh untuk mengeluarkan
dilakukan kompres hangat. Hasil skala nyeri opoid endogen sehingga terbentuk system
sebelum dilakukan relaksasi nafas dalam penekan nyeri yang akhirnya akan
skala nyeri sedang sebanyak 71,4 % dan menyebabkan penurunan intensit nyeri. hal
setelah dilakukan relaksasi nafas dalam inilah yang menyebabkan adanya perbedaan
skala nyeri sedang sebanyak 25%. Hasil penurunan intensitas nyeri sebelum dan
penelitian ini terjadi penurunan skala dari sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas
yang kategori sedang menjadi ringan. dalam, dimana setelah dilakukan teknik
Relaksasi merupakan teknik relaksasi nafas dalam terjadi penurunan
pengendoran atau pelepasan ketegangan, intensitas nyeri.
misalnya bernafas dalam dan pelan. Selain

85
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

Priharjo (2006) menjelaskan bahwa 2. Perlunya perkembangan ilmu dan


paling tidak ada tiga hal penting yang penelitian lain terkait penanganan
menjadikan tindakan relaksasi bermakna nyeri haid dengan metode non -
secara signifikan terhadap skala nyeri yaitu farmakologi
posisi yang tepat, pikiran yang tenang dan
lingkungan yang tenang. Kondisi-kondisi 3. Hasil penelitian ini dapat
tersebut juga terjadi pada responden jika diapilkasikan dan diinformasikan
teknik relaksasi nafas dalam dilakukan kepada masyarakat sehingga dapat
secara baik d tambah pikiran yang tenang mengurangi rasa nyeri pada saat
dan kondisi lingkungan yang tenang, sangat menstruasi sehingga tidak
memberikan kontribusi dalam penurunan mengganggu aktifitas sehari-hari.
skala nyeri dismenorrhea. Meningkatkan usaha promosi
kesehatan tentang reproduksi remaja
selama pernafasan otot yang paling sehinggga meningkatkan
kerangka cenderung untuk bersantai, dan pengetahuan, sikap remaja tentang
ada beberapa bukti tidak langsung yang juga permasalahan yang dihadapi.
sistem saraf pusat menjadi kurang aktif.
pernafasan cepat dan dangkal dan penekanan REFERENSI
pada fase inspirasi hanya dapat
meningkatkan ketegangan yang Abbaspour Z. 2006. The Effect Of Exercise
menyakitkan. pada perubahan sisi lain On Primary Dysmenorrheal. J Res
sukarela pola pernapasan, seperti Health Sci. Vol 4, No 2, pp 26-31.
memperpanjang napas dan menghindari
retensi napas setelah menghirup, dapat Alimul, H. 2007. Riset Keperawatan dan
menyebabkan lebih relaksasi dan juga dapat Teknik Penulisan llmiah. Salemba
menurunkan nyeri (Nespor, 1991) Medika, Jakarta.

Arikunto, S. 2006 Prosedur Penelitian Suatu


4.KESIMPULAN Pendekatan Praktek. Rineka Cipta,
1. Sebagian besar usia responden 14 tahun Yogyakarta.
sebanyak 62,5 %, usia pertama
menstruasi (menarche) sebagian besar Baziad,Ali dkk. 2008. Endokinolagi
berusia 12 tahun sebanyak 41,1% Ginekologi. Media Aesculapius.
2. Rata-rata skala nyeri sebelum dilakukan Jakarta
terapi musik 2,18 dan setelah dilakukan Champbell. 2001. Efek Mozart:
terapi musik 1,25 Memanfaatkan Kekuatan Musik
3. Rata-rata skala nyeri sebelum relaksasi Untuk Mempertajam Pikiran,
nafas dalam 2,21 dan setelah dilakukan Meningkatkan Kreativitas, dan
relaksasi nafas dalam 1,25 Menyehatkan Tubuh, PT.
4. Hasil uji wilcozon p < 0,05 sehingga ada Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
perbedaaan nyeri menstruasi sebelum
dilakukan relaksasi dan setelah terapi Depkes Rl. 2009. Remaja dan
music Permasalahannya. Depkes Rl,
5. Hasil uji wilcozon p < 0,05 sehingga ada Jakarta.
perbedaaan nyeri menstruasi sebelum
Ernawati (2010) Terapi Relaksasi Terhadap
dilakukan relaksasi dan setelah relaksasi
Nyeri Dismenore Pada Mahasiswi
nafas dalam
Universitas Muhammadiyah
Semarang. Prosiding seminar
SARAN
nasional UNIMUS. Hal. 106-108
1. Teknik Relaksasi Nafas Dalam dan
Husain, Oyis Husain. (2014) Hubungan
Terapi Musik diharapkan dapat
pengetahuan tentang dismenore
dijadikan salah satu alternatif untuk
dengan upaya penanganannya pada
mengurangi nyeri haid.
siswi kelas X di SMK Negeri 1

86
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

Batudaa. Tesis. Universitas Negeri Sari, Perdana. 2012. Perbedaan terapi music
Gorontalo. klasik Mozart dengan terapi music
kesukaan terhadap intensitas nyeri
Ju, Hong, Mark Jones (2013) The haid pada remaja putri di SMA
Prevalence and Risk Factors of negeri 5 Denpasar. Skripsi Program
Dysmenorrhea. Public Health Journl Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Vol.36 Issue 1 104-113 Kedokteran Universitas Udayana
Judha. (2012). Teori Pengukuran Nyeri & Smeltzer & Bare. 2007. Keperawatan
Nyeri Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medikal Bedah. Edisi 8. Vol.1. Alih
Medika. Bahasa : Agung Waluyo. Jakarta.
McCaffrey & Freemane. 2003. Effect of EGC
Music on Chronic Osteoarthritis
pain in Older People. Journal of
Advanced Nursing, 44(5), 517- Suzannec, S. 2001. Buku Ajar Keperawatan
524 Medikal Bedah Bruner &
Nag, Usha (2013). Meditation and yoga as Suddarth. Vol.2 Ed.8, Jakarta;
alternative therapy for primary EGC Tamsuri, A.2006. Konsep
dysmenorhea. International dan Penatalaksanaan Nyeri. Jilid
Journal of Medical and Pertama. Edisi Pertama, Jakarta:
Pharmaceutical Sciences. EGC
Periodical of Radiance Reseach Tambayong, J. 2000. Patofisiologi untuk
Academy, Nagpur. India Keperawatan. Cetakan I . EGC.
Nespor, Karel (1991). Pain managemen and Jakarta
Yoga. International Journal of
psychosomatic
NS, Sallika. 2010. Serba serbi Kesehatan
Perempuan Apa yang Perlu Kamu
Tahu Tentang Tubuhmu. Cetakan
I. Jakarta. Bukune
Paula K.Lundberg-Love, Kevin L. Nada et
all 2012.Women and mental
disorder. United States of
America

Perry, & Potter. (2010). Buku Ajar


Fundamental Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Prawirohardjo, S. 2007. llmu Kebidanan :
Yayasan Bina pustakasarwono
Prawirohardjo, Jakarta.

Priharjo. 2006. Perawatan Nyeri. Jakarta.


EGC

Proverawati. 2009. Menarche Menstruasi


Pertama Penuh Makna.
Yogjakarta: Nuha Medika.

Sachan B. 2012. Age at menarche and


menstrual problems among school
going adolescent girls of a North
Indian district. Journal of basic and
clinical reproductive sciences. Vol 1.
Issue 1 Page 56-59

87
PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP RESPON NYERI PADA PASIEN
DENGAN POST OPERASI DI RSUD A. DADI TJOKRODIPO KOTA
BANDAR LAMPUNG

Tubagus Erwin Nurdiansyah


STIKES Mitra Lampung
e-mail: tubagus_erwin@yahoo.co.id

Abstrak: Pengaruh Terapi Musik Terhadap Respon Nyeri Pada Pasien Dengan Post Operasi Di
RSUD A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung. Nyeri pasca bedah merupakan satu dari masalah
keluhan pasien tersering di rumah sakit sebagai konsekuensi pembedahan yang tidak dapat dihindari.
Pengaruh negatif dari nyeri dapat dikendalikan dengan manajemen nyeri sebagai bagian dari perawatan
pasien yang sangat penting, meliputi pemberian terapi farmakologi dan terapi nonfarmakologi berupa
intervensi perilaku kognitif seperti teknik relaksasi, terapi musik, imagery dan biofeedback. Tujuan
penelitian guna melihat efektifitas terapi musik terhadap respon nyeri pasien post operasi. Metode
penelitian menggunakan quasi experimental dengan desain pretest-postest with control group design.
Sampel berjumlah 34 responden. Variabel penelitian adalah pemberian terapi musik dan respon nyeri.
Data dikumpulkan dengan menggunakan pengukuran skala nyeri Numeric Rating Scale (NRS) dan Faces
Pain Scale Resived (FPSR). Hasil penelitian menunjukan perbedaan selisih respon nyeri pasien post
operasi antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol, yang dibuktikan dengan nilai selisih pada
kelompok intervensi sebesar 2,65 dan nilai selisih pada kelompok kontrol sebesar 1,59. Adapun faktor
confounding tidak memiliki pengaruh terhadap respon nyeri yaitu pengalaman nyeri masa lalu (p–
value=0,387), jenis kelamin (p–value=0,068) dan budaya bermusik (p–value = 0,599). Kesimpulan pada
penelitian ini adalah pemberian terapi musik mempunyai efektifitas yang lebih baik dalam manajemen
nyeri pasca pembedahan. Saran penelitian ini adalah agar terapi musik dapat diterapkan secara langsung
di Rumah Sakit untuk menurunkan respon nyeri pada pasien post operasi pembedahan.

Kata Kunci: terapi musik, nyeri

Nyeri pasca bedah merupakan satu dari masalah- perubahan pada tubuh. Denyut jantung, curah
masalah keluhan pasien tersering di rumah sakit jantung dan tekanan darah meningkat, pupil
sebagai konsekuensi pembedahan yang tidak dapat berdilatasi, tangan dan kaki menjadi dingin.
dihindari. Sebanyak 77% pasien pasca bedah Mekanisme yang dapat menimbulkan respons stres
mendapatkan pengobatan nyeri yang tidak adekuat dapat pula dipakai untuk menghilangkan nyeri.
dengan 71% masih mengalami nyeri setelah diberi Segera setelah individu memahami bahwa situasi
obat dan 80%-nya mendeskripsikan masih nyeri tidak berbahaya, otak akan berhenti mengirim
mengalami nyeri tingkat sedang hingga berat (Katz, tanda bahaya ke batang otak, berhenti mengirim
2005). pesan nyeri ke sistem saraf. Beberapa menit setelah
Tindakan pembedahan berupa insisi pada pengiriman pesan bahaya terhenti, respons
kulit, tindakan traumatik pada jaringan tubuh lainnya perlawanan terhenti dan nyeri menghilang.
dan manipulasi struktur tubuh viseral telah Mekanisme penghentian respons stres dapat
mencetuskan mekanisme inflamasi, nyeri neuropati diperoleh dengan teknik relaksasi. Respons relaksasi
dan viseral yang berkontribusi pada rasa nyeri yang adalah kebalikan dari respons alarm dan respons
terjadi selama periode pasca bedah. Nyeri pasca tersebut mengembalikan tubuh pada keadaan
bedah dikelompokkan sebagai nyeri akut yang seimbang. Respons relaksasi mengembalikan proses
dihubungkan dengan respons otonom, metabolik- fisik, mental dan emosi. Menyadari persepsi nyeri,
endokrin, fisiologi dan perilaku (Sona & Amit, mengalihkan perhatian dan fikiran dan kemudian
2007). Cidera jaringan tubuh pada pembedahan akan mengendalikannya, membuat individu menjadi
meningkatkan pelepasan substansi kimia yang dapat rileks dan akhirnya nyeri menghilang.
menstimulus reseptor nyeri seperti histamin, Nyeri pasca bedah yang tidak hilang dapat
prostaglandin, bradikinin dan substansi P yang akan menimbulkan efek negatif terhadap fisiologis dan
mengakibatkan respons nyeri dan menjadi sumber psikologi (Black & Hawk, 2014). Dampak nyeri
stres bagi tubuh. Substansi kimia ini mengakibatkan terhadap psikologi berupa gangguan tidur dan sulit
tubuh melakukan perlawanan dengan mengaktivasi berhubungan dengan orang lain karena perhatiannya
sistem saraf simpatis untuk membuat serangkaian berfokus pada nyeri. Nyeri yang tidak teratasi akan
14
Nurdiansyah, Pengaruh Terapi Musik Terhadap Respon Nyeri Pada Pasien Dengan Post Operasi 15

menghambat penyembuhan. Pasien dirawat di rumah kontrol yang diberikan relaksasi biasa
sakit menjadi lebih lama dan meningkatkan biaya (Kwekkeboom, 2006).
perawatan rumah sakit (Black & Hawk, 2014; Terapi musik sebagai teknik relaksasi yang
Smeltzer et al., 2008). digunakan untuk penyembuhan suatu penyakit
Pengaruh negatif dari nyeri dapat dengan menggunakan bunyi atau irama tertentu.
dikendalikan dengan penatalaksanaan yang adekuat Jenis musik yang digunakan dalam terapi musik
melalui pendekatan multidisiplin kesehatan. dapat disesuaikan dengan keinginan, seperti musik
Manajemen nyeri merupakan bagian dari perawatan klasik, instrumentalia dan slow musik (Potter, 2005
pasien yang sangat penting. (The American Pain dikutip dari Erfandi, 2009).
Society 2003 dalam Smeltzer et al., 2008) memberi Mendengarkan musik dapat memproduksi zat
sebutan nyeri sebagai tanda-tanda vital kelima atau endorphins (substansi sejenis morfin yang disuplai
Pain: The 5 th Vital Sign. Sementara itu The Joint tubuh yang dapat mengurangi rasa sakit/nyeri) yang
Commission on the Accreditation of Healthcare dapat menghambat transmisi impuls nyeri disistem
Organization, (JCAHO) pada tahun 2000 saraf pusat, sehingga sensasi nyeri dapat berkurang,
mengembangkan standar pengelolaan nyeri bagi musik juga bekerja pada sistem limbik yang akan
institusi kesehatan dengan menyatakan bahwa nyeri dihantarkan kepada sistem saraf yang mengatur
harus dinilai pada semua pasien, dan pasien kontraksi otot-otot tubuh, sehingga dapat
mempunyai hak untuk dikaji dan diberikan mengurangi kontraksi otot (Potter & Perry, 2011).
penatalaksanaan nyeri secara tepat. Musik terbukti menunjukkan efek yaitu menurunkan
Manajemen nyeri pasca bedah meliputi frekuensi denyut jantung, mengurangi kecemasan
pemberian terapi farmakologi dan terapi dan depresi, menghilangkan nyeri dan menurunkan
nonfarmakologi berupa intervensi perilaku kognitif tekanan darah (Campbell, 2001 dalam Ucup, 2011).
seperti teknik relaksasi, terapi musik, imagery dan Beberapa studi kasus praktek dokter gigi di Eropa
biofeedback (Potter & Perry, 2011). Intervensi terapi musik telah terbukti bisa mengurangi nyeri
perilaku kognitif dalam mengontrol nyeri yang dirasakan oleh seseorang (Potter & Perry,
dimaksudkan untuk melengkapi atau mendukung 2011).
pemberian terapi analgesik agar pengendalian nyeri Manfaat terapi musik pada periode pasca
menjadi efektif (Smeltzer et al., 2008). bedah, yaitu meningkatkan kenyamanan pasien
Relaksasi adalah satu dari pendekatan karena relaksasi mampu menurunkan spasme otot,
perilaku kognitif yang sudah digunakan secara luas mengurangi kecemasan dan meningkatkan aktivitas
dalam manajemen nyeri pasca bedah dan telah parasimpatis (Black & Hawk, 2014). Pada keadaan
direkomendasikan dalam pengelolaan nyeri oleh rileks tubuh akan distimulasi untuk memproduksi
Agency for Health Care Policy and Research endorfin yang bereaksi menghilangkan rasa sakit,
(AHCPR), (1992). Relaksasi meningkatkan toleransi menimbulkan rasa tenang dan pada akhirnya akan
nyeri dan meningkatkan keefektifan tindakan merangsang organ-organ tubuh untuk mereproduksi
penghilang nyeri lainnya tanpa menimbulkan risiko sel-sel yang rusak akibat pembedahan (Smeltzer et
(Lemone & Burke, 2008; Santos dos Benedita, al., 2008).
2004) Lebih lanjut teknik relaksasi dengan terapi
Sebuah penelitian telah memperlihatkan musik dapat mempersingkat lama rawat di rumah
teknik relaksasi efektif dalam menurunkan nyeri sakit, membantu menurunkan respons kecemasan
pasca bedah. Sebuah penelitian oleh Good (1999) pasien yang menjalani pembedahan. Roykul charoen
membandingkan efek jaw relaxation, musik dan & Good, (2004) telah melakukan penelitian tentang
kombinasi jaw relaxation dan musik, dengan pengaruh teknik relaksasi terhadap sensori dan
kelompok kontrol yang mendapatkan pengobatan afeksi pasien pasca bedah abdomen setelah latihan
rutin pada sampel 500 pasien dengan nyeri pasca berjalan pada hari pertama pasca bedah yang
bedah abdomen. Skor sensasi nyeri secara signifikan dilakukan di rumah sakit besar di Thailand. Hasilnya
lebih rendah pada kelompok intervensi dibandingkan memperlihatkan sensasi nyeri berkurang secara
kelompok kontrol kecuali segera setelah ambulasi signifikan dan mengalami peningkatan sense of
pada hari pertama dan kedua. Skor nyeri pada control nyeri pada kelompok intervensi
kelompok kombinasi secara signifikan lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol. Dilaporkan juga
daripada kelompok musik dan kelompok kontrol. bahwa tingkat kecemasan pasien menurun pada
Tidak ada perbedaan dalam skor nyeri diantara kelompok intervensi daripada kelompok kontrol.
kelompok dengan terapi musik dan kelompok Berbagai jenis manajemen nyeri non
farmakologi telah banyak diterapkan dalam tatanan
16 Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor 1, April 2015, hlm 14-22

pelayanan keperawatan. Namun, penggunaan dilaksanakan mulai tanggal 4 Juli–14 Agustus 2014.
manajemen nyeri non farmakologi di Indonesia Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh pasien
masih belum optimal. Teknik relaksasi yang paling yang melakukan operasi di RSUD A. Dadi
sering digunakan yaitu nafas dalam dan teknik Tjokrodipo Kota Bandar Lampung pada bulan Juli–
distraksi. Akan tetapi belum ada prosedur tertulis Agustus tahun 2014, dengan jumlah pasien yang
mengenai teknik relaksasi untuk mengurangi rasa menjalankan operasi yaitu 216 orang.
nyeri pasca bedah yang ditetapkan menjadi standar Jumlah subyek yang diambil adalah total
pelayanan keperawatan. Dismaping itu belum ada sampel yang terpilih berdasarkan kriteria inklusi,
penggunaan alat audiovisual yang secara khusus dengan mengambil jumlah minimal sampel yang
disiapkan untuk mempermudah pasien memahami dianggap memenuhi syarat untuk penelitian
dan melakukan prosedur teknik relaksasi dan terapi eksperimen yaitu 15 subyek pada setiap kelompok
musik dengan benar dan tepat. (Dempsey & Dempsey, 2002). Dengan
RSUD A. Dadi Tjokrodipo merupakan menambahkan 10% dari jumlah sampel sehingga
Rumah Sakit rujukan yang berada di Kota Bandar didapatkan 17 sampel pada setiap kelompok.
Lampung, Rumah Sakit ini telah mempunyai Analisa Data yang diuji homogenitas yaitu
fasilitas Instalasi Bedah Sentral yang melayani karakteristik pengalaman terhadap nyeri dengan nilai
seluruh pasien yang akan melakukan operasi. RSUD signifikansi sebesar 1,000, jenis kelamin dengan
A. Dadi Tjokrodipo belum secara optimal nilai signifikansi sebesar 0,190 dan budaya
menerapkan manajemen nyeri secara non bermusik.
farmakologi, selama ini manajemen nyeri yang Analisis univariat bertujuan mendeskripsikan
berkembang merupakan manajemen nyeri secara karakteristik masing-masing variabel yang diteliti.
farmakologi. Untuk data kategorik pengalaman terhadap nyeri
Menurut data yang diperoleh pada pra survey, responden, jenis kelamin dan budaya bermusik,
berdasarkan data Rekam Medis pada Januari–Maret hanya menggunakan distribusi frekuensi dengan
tahun 2014 yang ada di RSUD. Dr. A. Dadi ukuran persentase atau proporsi. Pengujian masing-
Tjokrodipo didapatkan pada bulan Januari sebanyak masing variabel dilakukan dengan menggunakan
143 operasi, bulan Februari sebanyak 106 operasi tabel yang diinterpretasikan berdasarkan hasil yang
dan pada bulan Maret sebanyak 93 operasi. Serta diperoleh (Hastono, 2010).
berdasarkan wawancara terhadap 2 orang post Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui
operasi pembedahan abdomen masih merasakan hubungan variabel bebas, variabel terikat dan
nyeri yang hebat walaupun sudah diberikan obat perancu. Uji Statistik yang digunakan untuk menguji
penghilang nyeri. respon nyeri pada kelompok kontrol sebelum dan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dan sesudah terapi standar dan kelompok intervensi
sebagai upaya mengembangkan manajemen nyeri sebelum dan sesudah perlakuan dilakukan uji
dengan pendekatan perilaku kognitif serta untuk statistik dengan t dependent. Sedangkan uji statistik
mendukung penelitian-penelitian mengenai teknik untuk membandingkan respon nyeri pada kelompok
relaksasi sebelumnya, peneliti ingin mencoba intervensi dengan kelompok kontrol dengan uji t
mengeksplorasi lebih jauh efektifitas terapi musik independent.
terhadap respon nyeri pasien post operasi di RSUD. Analisa multivariat dilakukan untuk
Dr. A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung. mengetahui faktor yang paling besar berpengaruh
terhadap variabel dependen (Hastono, 2010).
METODE PENELITIAN Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier
ganda.
Desain Penelitian menggunakan disain quasi
experimental dengan pretest-postest with control HASIL DAN PEMBAHASAN
group design. Peneliti membandingkan efek terapi
terhadap rasa nyeri antar dua kelompok independen. HASIL
Kelompok intervensi yaitu responden yang
mendapatkan kombinasi terapi musik dan analgesik, Uji Homogenitas dan Uji Normalitas
sedangkan kelompok kontrol hanya mendapatkan Pada penelitian ini variabel-variabel yang
terapi analgesik. diuji homogenitas yaitu karakteristik pengalaman
Penelitian dilaksanakan di RSUD. Dr. A. Dadi terhadap nyeri dengan nilai signifikansi sebesar
Tjokrodipo Kota Bandar Lampung. Persiapan 1,000, jenis kelamin dengan nilai signifikansi
penelitian dimulai dari Maret-April 2014. Penelitian sebesar 0,190 dan budaya bermusik. Nilai
signifikansi sebesar 0,256>nilai alpha yaitu 0,05,
Nurdiansyah, Pengaruh Terapi Musik Terhadap Respon Nyeri Pada Pasien Dengan Post Operasi 17

berarti bahwa kelompok data mempunyai varian Sebelum Perlakuan


yang sama atau homogen. Sedangkan uji normalitas
dilakukan dengan menggunakan nilai Skewness Kelompok Mean Median S.D Min-Max
dibagi dengan standar error of skewness dengan Intervensi
tingkat kepercayaan 95% dengan bantuan program Sebelum 8,35 8,00 0,493 8-9
komputer. Diperoleh nilai signifikansi pengalaman Kontrol
Sebelum 8,65 9,00 0,493 8-9
terhadap nyeri sebesar -0,716, nilai signifikansi jenis
kelamin sebesar 1,807, nilai signifikansi budaya Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa rerata
bermusik sebesar -1,230, nilai signifikansi nyeri respon nyeri responden pada kelompok intervensi
sebelum sebesar 1,230 dan nilai signifikansi nyeri sebelum terapi musik adalah sebesar 8,35 dengan
setelah sebesar -0,083. Penelitian menunjukkan nilai median sebesar 8,00. Sementara standar deviasi
signifikansi berkisar antara -2 sampai dengan 2. sebesar 0,493 dan untuk skala nyeri terendah dan
Berarti data memenuhi asumsi normalitas. tertinggi yaitu 8 dan 9. Sedangkan rerata respon
Analisis Univariat nyeri responden pada kelompok kontrol sebelum
Analisis univariat pada penelitian ini untuk diberikan prosedur standar adalah sebesar 8,65
mengetahui karakteristik responden. Dari hasil dengan median sebesar 9,00. Sementara standar
skrening dan evaluasi terhadap responden penelitian, deviasi sebesar 0,493 dan untuk skala nyeri terendah
dapat dikategorikan sebagaimana karakteristik dan tertinggi yaitu 8 dan 9.
responden meliputi pengalaman terhadap nyeri, jenis
kelamin dan budaya dalam bermusik (jenis musik Tabel 3
kesukaan) kesemuanya itu dijabarkan sebagaimana Distribusi Frekuensi Rerata Respon Nyeri Setelah
tabel berikut: Dilakukan Perlakuan
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Kelompok Mean Median S.D Min-Max
Berdasarkan PRespon Nyeri, Jenis Kelamin, dan
Intervensi
Budaya Bermusik
Setelah 5,71 6,00 0,849 4-7
Total Kontrol
Kelompok Kelompok
Setelah 7,06 7,00 0,659 6-8
Variabel Intervensi Kontrol

n % n % n %
Respon Nyeri Berdasarkan tabel 3 juga dapat diketahui
Ditoleransi 7 41,2 7 41,2 14 41,2 bahwa rerata respon nyeri responden pada kelompok
Tidak 10 58,8 10 58,8 20 58,8 intervensi setelah terapi musik adalah sebesar 5,71
Ditoleransi dengan median sebesar 6,00. Sementara standar
Jenis Kelamin
deviasi sebesar 0,849 dan untuk skala nyeri terendah
Laki – Laki 12 70,6 10 58,8 22 64,7
dan tertinggi yaitu 4 dan 7. Sedangkan rerata respon
Perempuan 5 29,4 7 41,2 12 35,3
nyeri responden pada kelompok kontrol setelah
Budaya
Bermusik
diberikan prosedur standar adalah sebesar 7,06
Musik Mayor 6 35,3 9 52,9 15 44,1 dengan median sebesar 7,00. Sementara standar
Musik Minor 11 64,7 8 47,1 19 55,9 deviasi sebesar 0,659 dan untuk skala nyeri terendah
dan tertinggi yaitu 6 dan 8.
Berdasarkan tabel 1 dapat digambarkan Analisis Bivariat
bahwa distribusi pengalaman terhadap nyeri Analisis bivariat dilakukan untuk
responden pada kelompok intervensi ataupun kontrol mengetahui hubungan variabel bebas, variabel
yaitu sebagian besar pengalaman terhadap nyeri terikat dan perancu. Analisis data dilakukan dengan
tidak dapat ditoleransi yaitu sebanyak 20 orang menggunakan uji dependent sample t-test (Paired t-
(58,8%). Sedangkan untuk jenis kelamin sebagian test) untuk melihat perbedaan sebelum dan setelah
besar yaitu laki – laki sebanyak 22 orang (64,7%) setiap variabel, untuk melihat perbedaan antara
dan budaya bermusik responden sebagian besar kelompok intervensi dan kelompok kontrol
adalah menyukai jenis musik minor sebanyak 19 menggunakan uji independent sample t–test (Pooled
orang (55,9%). t–test).

Tabel 2 Perbedaan Rerata Respon Nyeri Sebelum dan


Distribusi Frekuensi Rerata Respon Nyeri Setelah Perlakuan Pada Kelompok Intervensi dan
Pada Kelompok Kontrol.
18 Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor 1, April 2015, hlm 14-22

Tabel 4 perbedaan yang signifikan rerata selisih respon nyeri


Distribusi Frekuensi Perbedaan Rerata Respon Nyeri antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol di
Sebelum dan Setelah Perlakuan ruang rawat inap RSUD. A. Dadi Tjokrodipo Kota
Bandar Lampung Tahun 2014.
Variabel N Mean S.D S.E P - Value Analisis Multivariat
Intervensi 17
Analisa multivariat dilakukan untuk
Nyeri Sebelum 8,35 0,702 0,170 0,000
mengetahui faktor yang paling besar berpengaruh
terhadap variabel dependen (Hastono, 2010).
Nyeri Setelah 5,71
Metode analisis yang digunakan adalah regresi
Kontrol 17 linier ganda.
Nyeri Sebelum 8,65 0,618 0,150 0,000
Nyeri Setelah 7,06 Tabel 6
Signifikan /Bermakna pada α=0,05 Distribusi Frekuensi Variabel Confounding
Terhadap Respon Nyeri Setelah Perlakuan
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui rerata Kelompok Intervensidan Kelompok Kontrol
respon nyeri sebelum terapi musik adalah 8,35 dan
Variabel n P -Value
rerata respon nyeri setelah terapi musik adalah 5,71.
Berdasarkan hasil uji t- independent didapatkan p - Pengalaman Terhadap 34 0,387
value 0,000. Interpretasi dari hasil p-value yang Nyeri
kurang dari 0,05 ini adalah ada perbedaan yang Jenis Kelamin 34 0,068
signifikan rerata tingkat nyeri sebelum dan setelah
diberikan terapi musik pada pasien post operasi di Budaya Bermusik 34 0,599
RSUD. A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung
tahun 2014. Signifikan / Bermakna pada α=0,25
Sedangkan rerata respon nyeri sebelum
prosedur standar adalah 8,65 dan rerata respon nyeri Berdasarkan tabel 6 dapat digambarkan
setelah prosedur standar adalah 7,06. Berdasarkan bahwa dari beberapa variabel confounding seperti
hasil uji t-independent didapatkan p-value 0,000. pengalaman terhadap nyeri, jenis kelamin dan
Interpretasi dari hasil p-value yang kurang dari 0,05 budaya bermusik pada analisis regresi menunjukan
ini adalah ada perbedaan yang signifikan rerata nilai p–value yaitu pengalaman terhadap nyeri
tingkat nyeri sebelum dan setelah diberikan prosedur sebesar 0,387, jenis kelamin sebesar 0,068 dan
standar pada pasien post operasi di RSUD. A. Dadi budaya bermusik sebesar 0,599. Berdasarkan tingkat
Tjokrodipo Kota Bandar Lampung tahun 2014. signifikan alpha 0,25, maka dapat disimpulkan
bahwa jenis kelamin merupakan variabel yang dapat
Perbedaan Selisih Rerata Respon Nyeri Antara masuk pada tahap analisis permodelan multivariat
Kelompok Intervensi dengan Kelompok Kontrol dengan menggunakan regresi linier ganda. Akan
tetapi setelah data jenis kelamin dimasukan ke dalam
Tabel 5 analisis menggunakan regresi linier ganda,
Distribusi Frekuensi Perbedaan Selisih Rerata diperoleh hasil p–value sebesar 0,075. Berarti bahwa
Respon Nyeri Antara Kelompok Intervensi dengan p–value>alpha (0,075>0,05) dengan kesimpulan
Kelompok Kontrol bahwa jenis kelamin juga tidak mempunyai
pengaruh terhadap respon nyeri post operasi.
Variabel N Mean S.D S.E P- Value
PEMBAHASAN
Intervensi 17 2,65 0,702 0,170 0,000 Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui rerata
Kontrol 17 1,59 0,618 0,150 respon nyeri sebelum terapi musik adalah 8,35 dan
rerata respon nyeri setelah terapi musik adalah 5,71.
Signifikan /Bermakna pada α=0,05 Berdasarkan hasil uji t- independent didapatkan p-
value 0,000. Interpretasi dari hasil p-value yang
Berdasarkan tabel 5 dapat digambarkan kurang dari 0,05 ini adalah ada perbedaan yang
bahwa rerata selisih penurunan nyeri pada kelompok signifikan rerata tingkat nyeri sebelum dan setelah
intervensi adalah 2,65, sementara selisih penurunan diberikan terapi musik pada pasien post operasi.
nyeri pada kelompok kontrol adalah 1,59. Hasil uji t Sedangkan rerata respon nyeri sebelum
independent didapatkan nilai p – value kurang dari prosedur standar adalah 8,65 dan rerata respon nyeri
0,05 yang memiliki interpretasi bahwa ada setelah prosedur standar adalah 7,06. Berdasarkan
Nurdiansyah, Pengaruh Terapi Musik Terhadap Respon Nyeri Pada Pasien Dengan Post Operasi 19

hasil uji t-independent didapatkan p-value 0,000. confuse, agitasi, peningkatan produksi asam-asam
Interpretasi dari hasil p-value yang kurang dari 0,05 saluran cerna, yang justru menghambat proses
ini adalah ada perbedaan yang signifikan rerata penyembuhan luka, ambulasi sampai dengan
tingkat nyeri sebelum dan setelah diberikan prosedur prolonged length of stay yang sangat berpengaruh
standar pada pasien post operasi. terhadap effective cost management dari pasien
Jika dibandingkan antara kelompok intervensi (Neal, 2002; Australian Acute musculosceletal pain
dan kelompok kontrol, terlihat lebih besar penurunan guidelines group, 2003; Peterson & Bredow, 2004;
respon nyeri pada kelompok intervensi dibandingkan Nilssons, 2008).
pada kelompok kontrol. Hal tersebut berarti bahwa Respon nyeri responden pada kelompok
ada pengaruh yang signifikan pemberian terapi kontrol yang diukur setelah 30 menit pemberian
musik dengan dikombinasikan dengan terapi standar terapi keterolak 30 mg per drip intravena
post operasi dalam menurunkan respon nyeri pada menunjukan penurunan respon nyeri yang signifikan
pasien dengan post operasi pembedahan. disebabkan karena rute pemberian keterolak melalui
Hasil ini sejalan dengan penelitian Devi per drip intravena memberikan efek lebih cepat.
(2008) dengan judul pengaruh terapi musik terhadap Seperti diketahui bahwa waktu plasma keterolak
respon stres psikofisiologis pasien yang menjalani memiliki konsentrasi 54 menit setelah pemberian
coronary angiography di Pelayanan Jantung Tepadu oral, 38 menit setelah pemberian intramuskular dan
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. 30 pemberian intravena. Waktu paruh keterolak
Penelitian ini menggunakan desain penelitian ini adalah 4–6 jam (Suryana, 2010 dalam Dian, 2012).
adalah Quasi eksperimen dengan non equivalent Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
pretest-posttest with control group. Penelitian ini selisih respon nyeri terjadi pada kelompok intervensi
dilakukan dengan random sampling, 60 orang sebesar 2,65. Rentang skala nyeri sebelum terapi
sampel yaitu 30 kelompok kontrol dan 30 kelompok musik yaitu berkisar 8–9, kemudian setelah
intervensi. Terjadi penurunan tingkat kecemasan, pemberian terapi musik skala nyeri berkisar dalam
penurunan yang lebih besar terjadi pada kelompok rentang 4–7. Sedangkan selisih respon nyeri
intervensi (p=0,000) yang berarti ada pengaruh responden pada kelompok kontrol sebesar 1,59.
terapi musik terhadap kecemasan pasien secara Rentang skala nyeri sebelum terapi standar yaitu
signifikan. berkisar 8–9, kemudian diberikan prosedur terapi
Pemberian keterolak 30 mg intravena standar maka respon nyeri dalam rentang nilai 7–8.
mempunyai efek yang sama dengan morfin 10 mg Hasil tersebut juga menunjukan bahwa selisih
dalam mengurangi nyeri sedang sampai dengan respon nyeri terjadi lebih besar pada kelompok
berat (Suryana, 2010 dalam Dian, 2012). Keterolak intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol.
merupakan agen analgesik NSAID pertama yang Hal tersebut dikarenakan terapi musik dapat
dapat diinjeksikan yang kemanjurannya dapat memodulasikan nyeri melalui pengeluaran endorfin
dibandingkan dengan morfin untuk nyeri berat dan enkefalin. Menurut teori perubahan hormone
(Potter & Perry, 2006). mengemukakan tentang peranan endorfin yang
Keterolak dalam obat NSAID yang umumnya merupakan substansi atau neurotransmiter
diberikan pada pasien post operasi di RSUD. A. menyerupai morfin yang dihasilkan tubuh secara
Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung. Keterolak alami. Neurotransmiter tersebut hanya bisa cocok
sedian ampul 30 mg dengan rute pemberian perdrip pada reseptor-reseptor pada saraf yang secara
intravena merupakan prosedur terapi standar yang spesifik dibentuk untuk menerimanya. Keberadaan
diberikan pada pasien post operasi di RSUD. A. endorfin pada sinaps sel-sel saraf mengakibatkan
Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung. Dosis yang penurunan sensasi nyeri (Kastono, 2008).
diterima pada seluruh responden adalah sama yaitu Peningkatan endorfin terbukti berhubungan erat
30 mg per drip intravena untuk keterolak sediaan dengan penurunan rasa nyeri, peningkatan daya
ampul, dengan pemberian per 8 jam setiap harinya. ingat, memperbaiki nafsu makan, kemampuan
Pemberian analgetik merupakan prosedur seksual, tekanan darah dan pernafasan.
standar pada post operasi. Penggunaan analgesik Seperti diketahui bahwa endorfin memiliki
untuk mengatasi nyeri pasca pembedahan efek relaksasi pada tubuh (Potter & Perry, 2006).
merupakan protokol yang seharusnya (Good, et.al., Endorfin juga sebagai ejektor dari rasa rileks dan
2005; Nilssons, 2008). Efek sementara dari ketenangan yang timbul, midbrain mengeluarkan
pemberian penghilang nyeri akan mengakibatkan Gama Amino Butyric Acid (GABA) yang berfungsi
banyaknya efek samping yang harus dipahami oleh menghambat hantaran impuls listrik dari satu neuron
pemberi layanan manajemen nyeri, seperti sedasi, ke neuron lainnya oleh neurotransmitter di dalam
20 Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor 1, April 2015, hlm 14-22

sinaps. Selain itu, midbrain juga mengeluarkan konsumsi analgesik. Dimana kelompok intervensi
enkepalin dan beta endorfin. Zat tersebut menunjukkan hasil yang sangat signifikan
dapatmenimbulkan efek analgesia yang akhirnya pengurangan konsumsi analgesik dibandingkan
mengeliminasi neurotransmitter rasa nyeri pada kelompok kontrol. Hal ini membuktikan bahwa
pusat persepsi dan interpretasi somatik di otak. penurunan tingkat nyeri pada kelompok kontrol. Hal
Sehingga efek yang bisa muncul adalah nyeri ini membuktikan bahwa penurunan tingkat nyeri
berkurang (Guyton & Hall, 2008). pada kelompok intervensi yang mendapatkan terapi
Nillson menyatakan bahwa waktu musik lebih besar dibandingkan dengan kelompok
pelaksanaan pelaksaan terapi musik bisa dimulai kontrol yang hanya mendapatkan terapi standar
sesegera mungkin, yaitu bisa dimulai 2 jam post Ketorolak 30 mg sedian ampul drip intravena.
operasi. Meskipun klien masih diruang pulih sadar, Chiang (2012) telah membuktikan bahwa
terapi bisa langsung diberikan (Nilsson, 2009). terapi musik sangat efektif untuk mengurangi nyeri
Good, et.al. (1999) merekomendasikan intervensi pada pasien kanker di Taiwan. Hasil penelitiannya
terapi musik diberikan pada hari pertama dan kedua adalah terdapat penuruan nyeri yang signifikan pada
post operasi. Hal ini merupakan upaya untuk ketiga kelompok intervensi dibandingkan kelompok
menstimulasi pengeluaran endorphin sesegera konterol (P value = 0,001). Terapi musik dengan
mungkin. kombinasi suara alam memiliki efek paling besar
Selain itu terapi musik akan membuat untuk menurunkan nyeri pasien kanker.
perubahan-perubahan di dalam tubuh, seperti Hasil penelitian ini sesuai dengan teori ada
mengurangi ketegangan otot, menurunkan konsumsi perbedaan yang signifikan respon nyeri sebelum dan
oksigen, pernafasan dan meningkatkan produksi setelah diberikan terapi musik pada pasien post
serotonin yang menimbulkan perasaan tenang dan operasi di RSUD. A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar
sejahtera dengan demikian akan mengurangi nyeri. Lampung tahun 2014. Penurunan tingkat nyeri ini
Serotonin merupakan neurotransmitter yang bisa disebabkan oleh efek musik yang bersifat
memiliki andil dalam memodulasi nyeri pada sedative memberikan respon berupa ketenagan
susunan saraf pusat. Ia berperan dalam sistem emosional, relaksasi, denyut nadi dan tekanan darah
analgesika otak. Serotonin menyebabkan neuron- sistolik menurun, sehingga pasien mampu
neuron lokal medulla spinalis mensekresi enkefalin. mengontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman.
Enkefalin dianggap dapat menimbulkan hambatan Berdasarkan tabel 5.6 dapat digambarkan
presinaptik dan postsinaptik pada serabut-serabut bahwa dari beberapa variabel confounding seperti
nyeri tipe C dan A. Analgesika ini dapat memblok pengalaman terhadap nyeri, jenis kelamin dan
sinyal nyeri pada tempat masuknya ke medulla budaya bermusik pada analisis regresi menunjukan
spinalis. nilai p–value yaitu pengalaman terhadap nyeri
Pemberian terapi musik terjadi pengalihan sebesar 0,387, jenis kelamin sebesar 0,068 dan
perhatian dapat menurunkan persepsi nyeri dengan budaya bermusik sebesar 0,599. Berdasarkan tingkat
menstimulasi sistem kontrol desenden, yang signifikan alpha 0,25, maka dapat disimpulkan
mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang bahwa jenis kelamin merupakan variabel yang dapat
ditransmisikan ke otak. Seseorang, yang kurang masuk pada tahap analisis permodelan multivariat
menyadari adanya nyeri atau memberikan sedikit dengan menggunakan regresi linier ganda. Akan
perhatian pada nyeri, akan sedikit terganggu oleh tetapi setelah data jenis kelamin dimasukan ke dalam
nyeri dan lebih toleransi terhadap nyeri (Smeltzer et analisis menggunakan regresi linier ganda,
al., 2008). Penurunan nyeri ini membantu proses diperoleh hasil p–value sebesar 0,075. Berarti bahwa
penyembuhan luka pada pemulihan kondisi umum, p–value > alpha (0,075>0,05) dengan kesimpulan
dan pasien bisa memulai rehabilitasi sesegera bahwa jenis kelamin juga tidak mempunyai
mungkin. Efek samping dari penggunaan analgetik pengaruh terhadap respon nyeri post operasi.
juga bisa dikurangi karena pasien bisa
direkomendasikan untuk mengurangi dosis SIMPULAN DAN SARAN
konsumsi analgesik. Hal ini akan membantu dalam
pengurangan cost pasien dan meningkatkan SIMPULAN
kepuasan pasien atas pelayanan keperawatan.
Tse, Chan dan Benzie (2005) yang melakukan Berdasarkan penelitian dapat dibuat
penelitian pengaruh terapi musik pada pasien post kesimpulan secara umum sebagai berikut:
operasi nasal di polytehnic University Hong Kong. Pengalaman terhadap nyeri responden
Salah satu indikator penelitian tersebut adalah sebagian besar tidak dapat ditoleransi yaitu sebanyak
Nurdiansyah, Pengaruh Terapi Musik Terhadap Respon Nyeri Pada Pasien Dengan Post Operasi 21

20 orang (58,8%). Sedangkan untuk jenis kelamin nyeri pada pasien post operasi, maka disarankan
sebagian besar yaitu laki – laki sebanyak 22 orang agar terapi musik dapat menjadi salah satu terapi
(64,7%) dan budaya bermusik responden sebagian mandiri bagi perawat untuk mengatasi respon nyeri
besar adalah menyukai jenis musik minor sebanyak pasien post operasi atau dalam manajemen nyeri
19 orang (55,9%). dapat menjadi SOP dalam perawatan pasien post
Rerata respon nyeri responden pada kelompok operasi, sehingga rasa nyeri pasien yang sangat
intervensi sebelum terapi musik adalah sebesar 8,35, menggangu dapat berkurang dan dapat
sedangkan rerata respon nyeri responden pada meningkatkan kesembuhan pasien.
kelompok kontrol sebelum diberikan prosedur Bagi Keilmuan Keperawatan. Diharapkan
standar adalah sebesar 8,65, rerata respon nyeri hasil penelitian ini dapat meningkatkan
responden pada kelompok intervensi setelah terapi pengembangan teknik terapi musik dalam mengelola
musik adalah sebesar 5,71, sedangkan rerata respon terapi non farmakologi untuk penatalaksanaan nyeri
nyeri responden pada kelompok kontrol setelah pasien post operasi yang dapat dilakukan secara
diberikan prosedur standar adalah sebesar 7,06. mandiri oleh perawat. Serta menjadi landasan untuk
Ada perbedaan yang signifikan rerata tingkat mewujudkan evidence based practice terutama
nyeri sebelum dan setelah pada kelompok intervensi dalam hal mengelola terapi non farmakologi untuk
dengan p–value yaitu 0,000 dan ada perbedaan yang penatalaksanaan nyeri bagi perawat secara mandiri.
signifikan rerata tingkat nyeri sebelum dan setelah Bagi Riset Keperawatan. Penelitian ini
pada kelompok kontrol dengan p–value yaitu 0,000. diharapkan dapat menjadi acuan untuk penelitian
Ada perbedaan yang signifikan rerata selisih selanjutnya terkait intervensi mandiri perawat dalam
respon nyeri antara kelompok intervensi dan mengelola nyeri non farmakologi dengan
kelompok kontrol di ruang rawat inap RSUD. A. menggunakan pendekatan yang berbeda, seperti
Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung Tahun jumlah responden yang lebih banyak serta
2014, dengan p – value yaitu 0,000. menggunakan desain dan metode yang lebih baik.
Tidak ada pengaruh antara variabel Serta pengukuran nyeri bisa disertai dengan
confounding dengan nyeri post operasi dengan perubahan hemodinamika tubuh seperti tekanan
menunjukan nilai p – value yaitu pengalaman darah, frekuensi nafas dan frekuensi nadi.
terhadap nyeri sebesar 0,387, jenis kelamin sebesar
0,068 dan budaya bermusik sebesar 0,599.

SARAN
Bagi Pelayanan Keperawatan, terapi musik
terbukti sangat efektif dalam menurunkan respon

DAFTAR PUSTAKA
Pelayanan Jantung Tepadu Rumah Sakit.
Black, J.M. & Hawk, J.H. (2014). Medical-surgical Cipto Mangunkusumo Jakarta. Unpublised Thesis
nursing clinical management for positive Paper.
outcomes. (7th Ed). St. Louis, Missouri: Dempsey, P.A & Dempsey, A.D (2002). Riset
Elsevier Saunders. Keperawatan, Edisi IV, Alih Bahasa. Palupi
Campbell, D. (2001). Music: Physician For Time to Widyastuti. EGC: Jakarta.
Come. Wheaton: Quest Books. Good M. Anderson (2005). Relaxation and Music
Chiang. L. (2012). The Effect Of Music and Reduce Pain Following Intestinal Surgery,
Nature Sounds On Cancer Pain and Anxiety Research In Nursing and Health.
In Hospice Cancer Patient, Frances Payne Guyton, A.C., & Hall, J.E. (2008). Buku ajar
Bolton School of Nursing Case Western fisiologi kedokteran. edisi 11. Alih bahasa:
Reserve University. (Unpublished Irawati et al. Jakarta: Penerbit Buku
Dissertation Paper). Kedokteran EGC.
Dian, N. (2012). Pengaruh Terapi Musik Terhadap Hastono, S.P. (2010). Analisis Data, FKM-UI, tidak
Tingkat Nyeri Pada Pasien Post Operasi dipublikasikan.
Open Reduction and Internal Fixation Katz, A.W. (2005). Cyclooxigenase-2-selctive
(ORIF), FIK-UI, Unpublised Thesis Paper. inhibitors in the management of acute and
Devi, (2008). Pengaruh terapi musik terhadap perioperative pain. Cleveland Clinic Journal
respon stres psikofisiologis pasien yang in Medicine, 69, 65-75.
menjalani coronary angiography di
22 Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor 1, April 2015, hlm 14-22

http://www.spineuniverse.com diperoleh Sabri, L., & Hastono, S.P. (2006). Statistik


tanggal 12 Maret 2014. kesehatan,.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Kwekkeboom, K.L. (2006). Sistematic review of Sona & Amit. (2007). A postoperative pain and its
relaxation interventions for pain. Journal of management. http://www.ijccm.org/ text/asp?.
Nursing Scholarship, 38, 269-278. diperoleh tanggal 17 Maret 2014.
Kastono, R. (2008). Struktur dan Fungsi Sistem Smeltzer, S.C., et al. (2008). Text book medical-
Syaraf Manusia. Yrama Widya: surgical nursing Brunner-Suddarth. (11th
Bandung. Ed). Philadelphia: Lippincott Williams &
Lemone, P. & Burke, M.K. (2008). Medical-surgical Wilkins.
nursing. New Jersey: Pearson education Inc. Tse, M., Chan, M.F & Benzie, I.F (2005). The effect
Nilsson, U. (2009). Caring Music: Music of music therapy on post opertive pain, heart
Intervention For Improved Health, Diakses rate, systolic blood pressure and analgesic
pada website: (www.orebroll.se/uso/page using following nasal surgery. Journal Pain
2436.aspx.) pada tanggal 2 Maret 2014. Palliative Care Pharmacother, 19, 21-28.
Polit, F.D. & Beck, T.C. (2006). Essentials of Peterson, S.J & Bredow, T.S (2004). Middle Range
nursing research methods, appraisal and Theories, Application to Nursing Research.
utilization. (6th Ed). Philadelphia: Philadhelphia. Lippincott Williams adn
Lippincott Williams & Wilkins. Wilkins.
Potter, P.A. & Perry, A.G., (2011), Fundamentals of Roykulcharoen,V&Good, M (2004). Systematic
nursing, (6th Ed). St. Louis, MO: Mosby. relaxation to relieve postoperative pain. US
Rospond, R. M (2008). Pain Assesment. Consult National Library of MedicineNational
Pharm. Institutes of Health.
Rekam Medik RSUDT (2014). Data Rekam Medik
Post Operasi RSUDT kota Bandar
Lampung. Unpublished Data.
ISSN 2337-6686
ISSN-L 2338-3321

MANAJEMEN NYERI MENGGUNAKAN TERAPI MUSIK


PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA
(STUDI KASUS DI RSUD PASAR REBO TAHUN 2013)

Lenny Irmawaty dan Mekar Ratilasari


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) MEDISTRA INDONESIA
E-mail: jes_irma@yahoo.com

Abstrak: Sectio caesarea merupakan pengeluaran janin melalui insisi dinding abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histerektomi).
Selama periode pasca operatif, proses keperawatan diarahkan untuk menstabilkan kembali keseimbangan fisiologis pasien dan menghilangkan
rasa nyeri. Reaksi fisiologis nyeri diantaranya adalah respon saraf otonom seperti kecepatan bernapas, peningkatan nadi dan peningkatan denyut
jantung. Terapi musik sebagai terapi nonfarmakologis mampu meringankan rasa nyeri karena saat diberikan musik, otak tengah mengeluarkan
beta endorphin hormone yang dapat mengeliminasi neurotransmitter rasa nyeri. Tujuan penelitian ini untuk: mengetahui manajemen nyeri
menggunakan terapi musik pada pasien post Sectio caesarea. Penelitian ini dilakukan di RSUD Pasar Rebo dengan metode quasi experiment
melalui pendekatan desain pretest-postest with control group, Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling sebanyak 42 orang (21
orang kelompok kontrol dan 21 orang kelompok intervensi). Nyeri diukur dengan Numeric Rating Scale (NRS). Uji statistik menggunakan
Paired Samples T-Test dan Mann-Withney U. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa: terdapat pengaruh terapi musik terhadap manajemen nyeri
pada pasien post operasi Sectio caesarea di ruang delima RSUD Pasar Rebo tahun 2013. Disarankan agar terapi musik sebagai intervensi
mandiri keperawatan maternitas dapat diimplementasikan untuk mengurangi nyeri pada pasien post Sectio caesarea.

Kata kunci: terapi musik, nyeri, pasien post sectio caesarea.

Abstract: Sectio caesarea is spending the fetus through an incision in the abdominal (laparotomy) and uterus wall (hysterectomy). During
post operative periode, treatment process aimed to stabiling patient equilibrium and to eliminate the pain. Physiological reactions of the pain
are autonomous nerve responds like speed of breathing, increase of the pulse and expenditure of adrenalin. Music can decrease of the pain
because when the patient listen to the music, midbrain have produce beta endorphin hormone which can to eliminate pain neurotransmitter.
The purpose in this research is music therapy on post Sectio caesarea surgery management pain at Pasar Rebo Hospital in 2013. Method:
quasi experiment with pretest-posttest with control group, recruiting samples by purposive sampling, there were 42 respondents (21 respondents
as the control group and 21 respondents as the intervention group). The pain was measured with Numeric Rating Scale (NRS). Statistic test
used Paired Samples T-Test and Mann-Withney U. The result showed that: there was a significant effect of music therapy on post Sectio
caesarea surgery management pain at Pasar Rebo Hospital in 2013. Music therapy is recommended for the independence nursing of maternity
intervention to reduce post Sectio caesarea surgery pain.

Key words: music therapy, pain, post sectio caesarea surgery pain.

PENDAHULUAN dinding uterus (histerektomi). Persalinan dengan Sectio


Latar belakang penelitian ini adalah kesehatan ibu caesarea beresiko kematian 25 kali dan beresiko infeksi
dan anak yang dimulai dari proses kehamilan dan 80 kali lebih tinggi dibanding persalinan pervaginam
persalinan sebagai salah satu unsur kesehatan masyarakat. (Cuningham, 2006 dalam Fitriana,2008).
Setiap wanita menginginkan persalinannya berjalan lancar Menurut World Health Organization (WHO), standar
dan dapat melahirkan bayi yang sempurna dan sehat. rata-rata Sectio caesarea di sebuah negara sekitar 5-15
Pada proses persalinan terdapat dua cara, yaitu (1) % per 1000 kelahiran di dunia, di rumah sakit pemerintah
persalinan normal atau alami, dan (2) persalinan dengan rata-rata 11%, sementara di rumah sakit swasta dapat
tindakan operasi/ pembedahan yang disebut dengan Sectio lebih dari 30%. Di Asia Tenggara jumlah tindakan Sectio
caesarea. Sectio caesarea adalah proses pengeluaran caesarea sebanyak 9550 kasus per 100.000 kasus pada
janin melalui insisi dinding abdomen (laparotomi) dan tahun 2005 (NCBI, 2005 dalam Bernatzky, 2011).

Jurnal Ilmiah WIDYA 17 Volume 2 Nomor 3 Agustus-Oktober 2014


Lenny Irmawaty dan Manajemen Nyeri menggunakan Terapi Musik pada Pasien
Mekar Ratilasari, 17 - 22 Post Sectio Caesarea Studi Kasus di Rsud Pasar Rebo Tahun 2013

Angka kejadian Sectio caesarea di Indonesia lebih menahan nyerinya. Hal ini ditegaskan oleh hasil
mengalami peningkatan seperti terlihat pada tabel 1 berikut: penelitian Bernatzky (2011) bahwa teknik distraksi/ terapi
Tabel 1. Jumlah Sectio Caesarea di Indonesia musik sebagai pengobatan nonfarmakologis modern
Tahun Persentase terbukti efektif untuk menangani nyeri pada pasien post
2000 47,22% operasi. Musik sebagai terapi telah dikenal sejak 550
2001 45,19% tahun sebelum Masehi, dan ini dikembangkan oleh
2002 47,13%
2003 46,87% Pythagoras dari Yunani. Berdasarkan penelitian di State
2004 53,22% University of New York di Buffalo, sejak mereka
2005 51,59%
2006 53,68% menggunakan terapi musik kebutuhan akan obat penenang
Sumber: Data Survei Nasional (Fitrianan 2008) juga turun drastis hingga 50% (Natalina,2013).
Menurut data survei nasional pada tahun 2007 adalah Menurut Greer (2003 dalam Bernatzky 2011), terapi
921.000 atau sekitar 22,8% persalinan dengan Sectio musik adalah penggunaan musik untuk relaksasi,
caesarea dari 4.039.000 persalinan (Fitriana,2008). mempercepat penyembuhan, meningkatkan fungsi mental
Tindakan operasi menyebabkan terjadinya perubahan dan menciptakan rasa sejahtera. Musik dapat
kontinuitas jaringan tubuh. Pada proses operasi digunakan mempengaruhi fungsi-fungsi fisiologis, seperti respirasi,
anastesi agar pasien tidak merasakan nyeri, namun setelah denyut jantung, dan tekanan darah. Musik juga merangsang
operasi selesai dan pasien mulai sadar akan merasakan pelepasan hormon endorfin, hormon tubuh yang
nyeri pada bagian tubuh yang mengalami pembedahan. memberikan perasaan senang yang berperan dalam
Nyeri yang dirasakan ibu post sectio caesarea berasal penurunan nyeri sehingga musik dapat digunakan untuk
dari luka yang terdapat dari perut (Sjamsuhidajat, 2005 mengalihkan rasa nyeri sehingga pasien merasa nyerinya
dalam Fitriana, 2008). Tidak ada dua individu mengalami berkurang. Tetapi pada kenyataannya, masih sedikit rumah
nyeri yang sama dan tidak ada dua kejadian nyeri yang sakit yang menggunakan metode nonfarmakologis dalam
sama menghasilkan sensasi nyeri atau respon nyeri yang penatalaksanaan nyeri salah satunya terapi musik. Rumah
identik sama pada seorang individu karena nyeri bersifat sakit lebih menitikberatkan penatalaksanaan nyeri dengan
subjektif (Perry & Potter, 2010). Nyeri merupakan gejala metode farmakologis salah satunya pemberian analgetik
yang paling sering terjadi di bidang medis, Oleh karena terutama pada pasien pasca operasi (www.ipmg-
itu peran perawat/bidan sangat diperlukan untuk membantu online.com edisi 7 September 2011). Seperti yang kita
klien dan anggota keluarga dalam upaya mengatasi nyeri. ketahui bahwa pemberian analgetik secara berkelanjutan,
Penting juga perawat/bidan memahami makna nyeri secara tidak sesuai dengn aturan dan monitor yang tepat akan
holistik pada setiap individu sehingga dapat menimbulkan ketergantungan (Sulistyo,2013).
mengembangkan strategi penatalaksanaan nyeri selain Berdasarkan hasil studi pendahuluan tanggal 18
pemberian analgetik yaitu terapi non farmakologis. Oktober 2013 di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo,
Penatalaksanaan nonfarmakologis terdiri dari pada tahun 2011 proporsi ibu mengalami persalinan
berbagai tindakan mencakup intervensi perilaku dan dengan sectio caesarea sebanyak 1983 dari 3313
kognitif menggunakan agen-agen fisik meliputi stimulus persalinan. Terjadi peningkatan pada tahun 2012 tercatat
kulit, stimulus elektrik saraf kulit (transcutaneous electrical persalinan dengan sectio caesarea sebanyak 2165 dari
nerve stimulation/TENS), akupuntur dan pemberian 3422 persalinan. Selama periode 1 Januari sampai dengan
placebo. Intervensi perilaku kognitif meliputi tindakan 30 September 2013 didapatkan jumlah persalinan
distraksi, tehnik relaksasi, imajinasi terbimbing, umpan seluruhnya ada 3278 ibu dan 1857 ibu diantaranya dengan
balik biologis (biofeedback), hypnosis dan sentuhan sectio caesarea (Programer Rekam Medis tahun 2013).
terapeutik (Bernatzky, 2011). Teknik distraksi sangat Setelah dilakukan tanya jawab dengan perawat ruangan
efektif digunakan untuk mengalihkan nyeri, hal ini bedah dan ruangan nifas menyatakan bahwa:
disebabkan karena distraksi merupakan metode dalam “Prosedur yang digunakan rumah sakit terhadap pasien
upaya untuk mengurangi nyeri dan sering membuat pasien post sectio caesarea yaitu dengan pemberian analgesik

Jurnal Ilmiah WIDYA 18 Volume 2 Nomor 3 Agustus-Oktober 2014


Lenny Irmawaty dan Manajemen Nyeri menggunakan Terapi Musik pada Pasien
Mekar Ratilasari, 17 - 22 Post Sectio Caesarea Studi Kasus di Rsud Pasar Rebo Tahun 2013

Ketorolac Tromethamine 30 mg dalam Ringer Laktat 500 mg/ tapi masih dapat ditahan). Lalu skala 4-6 dideskripsikan
6 jam” dan tidak pernah melakukan intervensi nonfarmakologis sebagai nyeri sedang yaitu ada rasa nyeri, skala 7-9
apapun termasuk teknik distraksi/ terapi musik karena anggapan
bahwa nyeri pada pasien post operasi itu wajar dan akan dideskripsikan sebagai nyeri berat terkontrol yaitu nyeri
hilang dengan pemberian analgetik”. terasa mengganggu dengan usaha yang cukup kuat
Tujuan penelitian ini untuk mengkaji manajemen menahannya. Skala 10 dideskripsikan sebagai nyeri berat
nyeri menggunakan terapi musik tanpa pemberian analgetik yaitu ada nyeri, terasa sangat mengganggu/ tidak
yang berkepanjang. Hal ini tentunya meningkatkan rasa tertahankan sehingga harus meringis, menjerit atau
nyaman pada pasien post sectio caesarea sehingga dengan berteriak (Black & Hawks, 2009). Analisis data
percaya diri dan komitmen yang kuat untuk menyusui menggunakan Paired Samples T-Test dan Mann-Withney
bayi ekslusif tanpa gangguan nyeri. Hal ini juga akan U.
menigkatkan euphoria pasien dengan tanpa keluhan nyeri
yang berkepanjangan. PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment Mekanisme Nyeri
dengan pendekatan desain pretest-posttest with control Mekanisme nyeri adalah ketika reseptor A Delta dan
group. Peneliti membandingkan efek terapi terhadap rasa serabut C distimulasi oleh rangsangan nyeri, axon perifer
nyeri antar dua kelompok independen, yaitu kelompok
tingkat pertama mentransmisikan data sensori ke badan
intervensi dan kelompok control. Pada kelompok
sel pada ganglion akar dorsal. Sensasi lalu diteruskan ke
intervensi, responden diberi terapi sesuai standar prosedur
bagian abu-abu (gray matter) korda spinalis dorsal melalui
ruangan ditambah dengan pemberian terapi musik oleh
traktus spinotalamikus (meliputi spinal dan thalamus)
peneliti. Sedangkan pada kelompok kontrol, responden
atau traktus spinoretikuler menuju batang otak. Serabut
diberi terapi sesuai standar prosedur ruangan saja tanpa
syaraf akan berhenti mentransmisikan data sensori persepsi
pemberian terapi musik.
nyeri pada bagian kolumna abu-abu dorsal korda spinalis
Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang
apabila diberikan neurotransmitter (misalnya epinefrin,
melahirkan dengan sectio caesarea dan dirawat di RSUD
norepinefrin, serotonin dan berbagai opioid endogen atau
Pasar Rebo periode 12 Desember 2013 – 2 Januari 2014
jenis analgesik narkotik/ non narkotik lainnya) (Guyton
yaitu sebanyak 128 orang (Programer Rekam Medis
& Hall, 2008; Black & Hawks, 2009; Potter & Perry,
RSUD Pasar Rebo, 2013). Teknik pengambilan sampel
2010).
menggunakan non probability sampling (purposive
Ketorolac sebagai neurotransmitter jenis analgesik
sampling) yaitu sebanyak 42 orang (21 orang kelompok
kontrol dan 21 orang kelompok intervensi). non narkotik yang kuat, bekerja di sistem saraf perifer
Instrumen penelitian pada variabel terapi musik untuk mengurangi transmisi dan resepsi stimulus nyeri
menggunakan headphone dan MP3 yang berisi musik- dan tidak ada efek opioid reseptor. Ketorolac dapat
musik terapi yang direkomendasikan oleh Nilsson (2009) menghambat sintesis prostaglandin dan menghambat
yaitu musik yang memiliki karakteristik non lirik, tempo respons selular selama inflamasi. Selain itu juga tidak
60-80 beat per menit, frekuensi 40-60 Hz, kombinasi dari menyebabkan sedasi atau depresi pernapasan juga tidak
2-4 unsur alat musik yang memiliki unsur string, dengan mengganggu fungsi berkemih atau defekasi sehingga
ketukan pemilihan nada dasar mayor dan minor agens NSAID dapat menjadi efektif sebagai analgesik
berdasarkan hukum Pytagoras. Instrumen penelitian pada yang manjur bagi beberapa klien atau pemberian analgesik
variabel nyeri post sectio caesarea menggunakan salah melalui oral dapat semanjur pemberian injeksi untuk
satu alat pengukuran skala nyeri yaitu Numeric Rating mengatasi nyeri (McKenry & Salerno, 1995 dalam Potter
Scale (NRS). Skala ini menggunakan angka 0 sampai & Perry, 2010).
dengan 10 untuk menggambarkan tingkat nyeri. Skala 0
dideskripsikan sebagai tidak nyeri, skala 1-3 dideskripsikan Mekanisme Musik dan Penurunkan Rasa nyeri
sebagai nyeri ringan yaitu ada rasa nyeri (mulai terasa Menurut teori Gate Control (American Music

Jurnal Ilmiah WIDYA 19 Volume 2 Nomor 3 Agustus-Oktober 2014


Lenny Irmawaty dan Manajemen Nyeri menggunakan Terapi Musik pada Pasien
Mekar Ratilasari, 17 - 22 Post Sectio Caesarea Studi Kasus di Rsud Pasar Rebo Tahun 2013

Therapy Association,2008), mekanisme musik dalam pelaksanaan terapi musik dimulai sesegera mungkin yaitu
proses penurunkan rasa nyeri dimana impuls musik yang dapat dimulai 2 jam post operasi. Meskipun klien masih
berkompetisi mencapai korteks serebri bersamaan dengan di ruang pulih sadar, terapi bisa langsung diberikan dan
impuls nyeri akan berefek pada distraksi kognitif dalam merekomendasikan intervensi terapi musik diberikan pada
inhibisi persepsi nyeri. Ketika musik yang mempunyai hari pertama dan kedua post operasi. Hal ini merupakan
efek terapi diperdengarkan, midbrain meningkatkan upaya untuk menstimulasi pengeluaran hormon endorphin
pengeluaran beta endorphin hormone dan Gamma Amino sesegera mungkin. Dilakukan terapi musik selama 30
Butyric Acid (GABA) yang dapat mengeliminasi menit, endorphin terbukti akan distimulasi untuk
neurotransmitter rasa nyeri pada pusat persepsi dan menginhibisi persepsi nyeri. Pemberian analgetik
interpretasi sensorik somatic di otak sehingga efeknya merupakan prosedur standar pada pasien post operasi
nyeri berkurang (Guyton & Hall, 2008). Menurut Natalina Sectio caesarea.
Penggunaan analgesik untuk mengatasi nyeri pasca
(2013), elemen-elemen musik juga berperan aktif dalam
pembedahan merupakan protokol yang seharusnya
penurunan persepsi nyeri, di antaranya melodi, harmoni,
(Nilsson, 2009). Efek sementara dari pemberian penghilang
timbre, lirik, rhythm dan tempo. Melodi memiliki bentuk
nyeri akan mengakibatkan banyak efek samping yang
garis tertentu (nada naik dan nada turun) yang paling
harus dipahami oleh pemberi layanan manajemen nyeri,
diingat oleh otak manusia. Harmoni memberi warna dan
seperti sedasi, confuse, agitasi, peningkatan produksi
mood untuk mengekspresikan suatu lagu. Timbre sebagai
asam-asam saluran cerna yang justru menghambat proses
tekstur musik dalam musik terapi memberikan ketenangan
penyembuhan luka, ambulasi sampai dengan prolonged
dan kenyamanan bagi pendengarnya. Rhythm yang
length of stay yang sangat berpengaruh terhadap effective
didengar manusia memberi respon terhadap pergerakan
cost management dari pasien (New Zealand Society for
tubuh (detak jantung, denyut nadi, pernafasan, tekanan Music Therapy, 2003 dalam Bernatzky, 2011).
darah, kontraksi, otot dan sebagainya) dan juga lingkungan
hidup kita (pada binatang juga pada tumbuhan) yang Hasil Penelitian dan Pembahasan
distimulasi oleh auditory cortex dan motor cortex Tingkat nyeri sebelum dan sesudah pemberian
(Natalina, 2013). prosedur pada kelompok kontrol
Jenis musik terapi yang digunakan mempunyai Berdasarkan hasil penelitian diketahui adanya
karakteristik musik yang bersifat terapi adalah musik perbedaan yang signifikan antara tingkat nyeri sebelum
dan sesudah diberikan prosedur standar pada pasien post
yang nondramatis, dinamiknya bisa diprediksi, memiliki
Sectio caesarea di RSUD Pasar Rebo tahun 2013. Nilai
nada yang lembut, harmonis dan tidak berlirik, temponya
signifikansinya sebesar 0,016 < 0,05, yang berarti ada
60-80 beat per minute dan musik yang dijadikan terapi
perbedaan yang signifikan dari hasil pengukuran data
merupakan musik pilihan klien. Musik yang bersifat
pretest dan posttest. Kelompok kontrol pada penelitian
sebaliknya adalah musik yang menimbulkan ketegangan,
ini mendapatkan terapi standar analgesik per drip intravena
tempo yang cepat, irama yang keras, ritme yang irregular,
ketorolac 30 mg sediaan ampul untuk menurunkan nyeri.
tidak harmonis atau dibunyikan dengan volume keras Seperti diketahui waktu plasma ketorolac memiliki
tidak akan menimbulkan efek terapi. Efek yang timbul konsentrasi 54 menit setelah pemberian oral, 38 menit
adalah meningkatkan denyut nadi, tekanan darah, laju setelah pemberian intramuscular dan 30 menit setelah
pernapasan dan meningkatkan stress (Nilsson, 2009). pemberian intravena. Waktu paruh ketorolac adalah 4-6
Waktu pelaksanaan terapi musik dalam penelitian jam (Suryana,2010 dalam Novita,2012).
ini dimulai setelah 5 sampai 12 jam pasca operasi selama Tingkat nyeri responden pada kelompok kontrol
30 menit, yang mana pasien telah berada di ruang yang diukur setelah 30 menit pemberian terapi ketorolac
perawatan. Nillson (2009) menyatakan bahwa waktu 30 mg per drip intravena menunjukkan penurunan tingkat

Jurnal Ilmiah WIDYA 20 Volume 2 Nomor 3 Agustus-Oktober 2014


Lenny Irmawaty dan Manajemen Nyeri menggunakan Terapi Musik pada Pasien
Mekar Ratilasari, 17 - 22 Post Sectio Caesarea Studi Kasus di Rsud Pasar Rebo Tahun 2013

nyeri yang signifikan disebabkan karena rute pemberian PENUTUP


ketorolac melalui drip intravena memberikan efek lebih Kesimpulan
cepat, seperti terlihat pada tabel 2 berikut: 1. Skala nyeri post Sectio caesarea pada kelompok kontrol
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Nyeri Sebelum Intervensi yang paling banyak adalah skala nyeri 7-9 atau nyeri
pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi berat terkontrol sebanyak 11 responden dan tidak terdapat
Tingkat Kelompok Kelompok Total % responden dengan skala nyeri 0 atau tidak nyeri.
Nyeri Kontrol Intervensi
F % F %
2. Skala nyeri post Sectio caesarea pada kelompok
Tidak nyeri 0 0 0 0 0 0 intervensi yang paling banyak adalah skala nyeri 7-9 atau
Nyeri ringan 1 4,8 1 4,8 2 4,7
Nyeri sedang 6 28,6 3 14,3 9 21,4 nyeri berat terkontrol sebanyak 13 responden dan sebanyak
Nyeri berat 9 42,9 12 57,1 21 50,0 3 responden dengan skala nyeri 0 atau tidak nyeri.
terkontrol
Nyeri berat 5 23,8 5 23,8 10 23,8 4. Pengaruh terapi musik terhadap manajemen nyeri pada
tidak terkontrol
Total 42 100 pasien post Sectio caesarea dimana: (a) Terdapat
perbedaan yang signifikan rata-rata penurunan tingkat
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tingkat Nyeri Sesudah Intervensi nyeri responden kelompok kontrol sebelum dan sesudah
pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi
diberikan terapi standar ketorolac 30 mg per drip intravena
Tingkat Kelompok Kelompok Total % pada pasien post Sectio caesarea di RSUD Pasar Rebo
Nyeri Kontrol Intervensi
F % F % tahun 2013, (b) Terdapat perbedaan yang signifikan rata-
Tidak nyeri 0 0 3 0 3 7,1 rata penurunan tingkat nyeri responden kelompok
Nyeri ringan 4 19,0 6 4,8 10 23,8
Nyeri sedang 3 14,3 9 14,3 12 28,6 intervensi sebelum dan sesudah diberikan terapi standar
Nyeri berat 11 52,4 2 57,1 13 30,9
terkontrol ketorolac 30 mg per drip intravena ditambah terapi musik
Nyeri berat 3 14,3 1 23,8 4 9,5
tidak terkontrol pada pasien post Sectio caesarea di RSUD Pasar Rebo
Total 42 100 tahun 2013, (c) Terdapat perbedaan yang signifikan selisih
rata-rata penurunan tingkat nyeri antara kelompok kontrol
Tingkat Nyeri Sebelum dan Sesudah Pemberian dan kelompok intervensi.
Prosedur pada Kelompok Intervensi 5. Manajemen nyeri menggunakan terapi musik sangat
Berdasarkan hasil penelitian, nilai rata-rata tingkat efektif pada pasien post sectio caesarea di RSUD Pasar
nyeri responden sebelum dan sesudah diberikan terapi Rebo tahun 2013.
standar pada kelompok intervensi mengalami penurunan.
Nilai rata-rata tingkat nyeri sebelum prosedur sebesar Saran-saran
8,00 dan menurun sebanyak 4,00 setelah diberikan terapi 1. Bagi pelayanan keperawatan agar Terapi musik dapat
standar menjadi 4,00. Hasil uji T sample dependen didapat dijadikan sebagai manajemen nyeri dalam perawatan
P value 0,000 (P value < 0,05) yang artinya ada perbedaan pasien post sectio caesarea.
yang signifikan tingkat nyeri sebelum dan setelah diberikan 2. Bagi pendidikan agar dapat memperdalam wawasan
terapi musik pada pasien post operasi Sectio caesarea di dan pengetahuan peserta didik melakukan manajemen
ruang delima RSUD Pasar Rebo tahun 2013 seperti terlihat nyeri menggunakan terapi music dalam perawatan pasien
pada tabel 4 berikut: post sectio caesarea baik dalam kurikulum maupun
Tabel 4. Perbedaan Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah
kegiatan nonformal (seminar/workshop).
Intervensi pada Kelompok Intervensi 3. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat
Mean Sig. mengembangkan penelitian manajemen nyeri
Pretest & menggunakan terapi musik pada pasien post sectio
posttest intervensi 4.000 .000
caesarea dan pengaruhnya terhadap tanda-tanda vital (di
*Signifikansi/bermakna pada α =0,05
Sumber: Ratilasari, 2013 antaranya kesadaran, tekanan darah, respirasi, dan nadi).

Jurnal Ilmiah WIDYA 21 Volume 2 Nomor 3 Agustus-Oktober 2014


Lenny Irmawaty dan Manajemen Nyeri menggunakan Terapi Musik pada Pasien
Mekar Ratilasari, 17 - 22 Post Sectio Caesarea Studi Kasus di Rsud Pasar Rebo Tahun 2013

DAFTAR PUSTAKA Nilsson, U. Caring Music : Music Intervention for Improved


Andarmoyo, S. Konsep & Proses Keperawatan Nyeri. Ar-Ruzz Media. Health.(www.orebroll.se/uso/page_2436.aspx, diakses tanggal
Yogyakarta. 2013. 20 Juli 2013. 2009.
Bernatzky, G. Presch, M. Dkk. Emotional Foundation of Music as a Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Non-Pharmacological Pain Management Tool in Modern Jakarta.2010.
Medicine. Neuroscience and Biobehavioral Reviews, Novita, D. Pengaruh Terapi Musik terhadap Nyeri Post Operasi Open
30(60):11.2011. Reduction and Internal Fixation (ORIF) di RSUD DR. H. Abdul
Black, J.M. & Hawks, J.H. Medical Surgical Nursing Clinical Moeloek Provinsi Lampung. Tesis tidak diterbitkan. Depok:
Management for Positive Outcomes. Elsevier. St. Louis.2009. Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan
Cunningham FG. Obstetri William Vol. 1. EGC Jakarta.2006. Keperawatan Medikal Bedah Universitas Indonesia. 2012.
Finnerty, R. 2006. Music Therapy as an Intervention for Pain Perception, Potter, P. A. Perry, Anne Griffin. (Eds). Buku Ajar Fundamental
M a s t e r o f M u s i c T h e r a p y, ( o n l i n e ) , ( h t t p : / / Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktek Edisi 7 Volume 2.
www.painedu.org/NIPC/painassessmentscale.html, diakses 10 EGC. Jakarta. 2010.
Juli 2013)
Referensi elektronik direkomendasikan oleh International
Fitriana, S. Perbedaan Tingkat Nyeri pada Pasien Pasca Operasi
Pharmaceutical Manufacturers Group, 2011. http://www.ipmg-
Sectio caesarea (SC) Sebelum dan Setelah Diberikan Teknik
Relaksasi Nafas Dalam Di RS DR. Soesilo Kabupaten Tegal. online.com/index.php?modul=berita&cat=BMedia&textid.html,
Skripsi tidak diterbitkan. Depok : Program Studi S1 Ilmu diperoleh 11 September 2013
Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Rospond, R.M. Pain Assessment. Consult Pharm, 8, 133-136. 2008.
Semarang. 2008. Sjamsuhidajat, R., & Jong, W. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC.
Guyton, A.C., & Hall, J.E. Fisiologi Kedokteran Edisi 11, Alih bahasa: Jakarta. 2005.
Irawati et al. EGC. Jakarta.2008. Sudarth & Brunner. (Eds). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Natalina, D. Terapi Musik bidang Keperawatan. Mitra Wacana Edisi 8 Volume 2. EGC Jakarta. 2002.
Media.Jakarta.2013. Susilo, W. Aima, Havidz. Penelitian dalam Ilmu Keperawatan
Natanel, Y. Sufren. Mahir Menggunakan SPSS secara Otodidak. PT. Pemahaman dan Penggunaan Metode Kuantitatif serta Aplikasi
Elex Media Komputindo.Jakarta.2013. dengan Program SPSS dan Lisrel. In Media. Jakarta. 2013.

Jurnal Ilmiah WIDYA 22 Volume 2 Nomor 3 Agustus-Oktober 2014


822 Journal of Pain and Symptom Management Vol. 45 No. 5 May 2013

Original Article

Music Therapy Reduces Pain in Palliative


Care Patients: A Randomized Controlled Trial
Kathy Jo Gutgsell, RN, MT-BC, Mark Schluchter, PhD,
Seunghee Margevicius, MA, MSN, Peter A. DeGolia, MD, Beth McLaughlin, MD,
Mariel Harris, MD, JD, Janice Mecklenburg, CNP, CHPN, and
Clareen Wiencek, PhD, CNP, CHPN
University Hospitals Case Medical Center (K.J.G., P.A.D., B.M., M.H., J.M.) and Case Western
Reserve University (M.S., S.M.), Cleveland, Ohio; and Virginia Commonwealth University (C.W.),
Richmond, Virginia, USA

Abstract
Context. Treatment of pain in palliative care patients is challenging. Adjunctive
methods of pain management are desirable. Music therapy offers a nonpharma-
cologic and safe alternative.
Objectives. To determine the efficacy of a single music therapy session to
reduce pain in palliative care patients.
Methods. Two hundred inpatients at University Hospitals Case Medical Center
were enrolled in the study from 2009 to 2011. Patients were randomly assigned to
one of two groups: standard care alone (medical and nursing care that included
scheduled analgesics) or standard care with music therapy. A clinical nurse
specialist administered pre- and post-tests to assess the level of pain using
a numeric rating scale as the primary outcome, and the Face, Legs, Activity, Cry,
Consolability Scale and the Functional Pain Scale as secondary outcomes. The
intervention incorporated music therapist-guided autogenic relaxation and live
music.
Results. A significantly greater decrease in numeric rating scale pain scores was
seen in the music therapy group (difference in means [95% CI] 1.4 [2.0,
0.8]; P < 0.0001). Mean changes in Face, Legs, Activity, Cry, Consolability scores
did not differ between study groups (mean difference 0.3, [95% CI] 0.8, 0.1;
P > 0.05). Mean change in Functional Pain Scale scores was significantly greater in
the music therapy group (difference in means 0.5 ([95% CI] 0.8, 0.3;
P < 0.0001).
Conclusion. A single music therapy intervention incorporating therapist-guided
autogenic relaxation and live music was effective in lowering pain in palliative care
patients. J Pain Symptom Manage 2013;45:822e831. Ó 2013 U.S. Cancer Pain
Relief Committee. Published by Elsevier Inc. All rights reserved.

Address correspondence to: Kathy Jo Gutgsell, RN, 5065, Cleveland, OH 44106, USA. E-mail:
MT-BC, Music Therapy Department, Seidman kathy.gutgsell@uhhospitals.org
Cancer Center at University Hospitals Case Medi- Accepted for publication: May 14, 2012.
cal Center, 11100 Euclid Avenue, Mailstop: wrn

Ó 2013 U.S. Cancer Pain Relief Committee. 0885-3924/$ - see front matter
Published by Elsevier Inc. All rights reserved. http://dx.doi.org/10.1016/j.jpainsymman.2012.05.008
Vol. 45 No. 5 May 2013 Music Therapy Reduces Pain in Palliative Care 823

Key Words
Music therapy, pain, palliative care, randomized controlled trial

Introduction a randomized trial, Tan et al.6 measured


pain, anxiety, and muscle tension levels of
Pain management in palliative care is very
burn patients undergoing dressing changes
challenging. Although patients desire to have
and found that patients who practiced music-
their pain managed, they also hope for lucidity
based imagery, a form of music-assisted relaxa-
and good quality of life as well as a sense of
tion with patient-specific mental imagery, had
control over their lives. Medications that lower
a significant decrease in symptoms. Loewy
pain may lower patients’ sense of control and
and Dileo7 add that the music therapist incor-
have unwanted side effects such as sedation,
porates techniques of muscle relaxation and
nausea, and constipation. In addition, patients
instructions for integrating breathing with im-
and families may fear addiction to opioids.
ages of comfort to potentiate the effects of mu-
Pain medications primarily target the sensory
sic in end-of-life care. In a 2011 Cochrane
(intensity) dimension of pain.1 Music therapy,
review of music interventions with cancer pa-
defined as the clinical and evidence-based use
tients, four music therapy trials were examined
of music interventions to accomplish individu-
whose interventions included music combined
alized goals within a therapeutic relationship
with imagery.8e11
by a credentialed professional who has com-
There are few quantitative music therapy
pleted an approved music therapy program,2
studies on pain in hospice and palliative care.
offers a low-risk, low-cost, nonpharmacologic
A 2010 Cochrane review of music therapy at
adjunct to standard care.3 The goals of music
the end of life included five trials. Only two
therapy in pain management are to assist the
small studies with a combined sample size of
patient in regaining self-control and becoming
45 examined the effect of music therapy on
actively involved in the management of his/
pain in hospice patients. Their pooled esti-
her pain. The music therapist engages patients
mate indicated no strong evidence of effect
in different types of music interventions (e.g.,
of music therapy (standardized mean differ-
singing, listening to music, and song writing)
ence 0.33; 95% CI 0.92, 0.26; P ¼ 0.27).
to enhance relaxation, provide opportunities
The reviewers determined that more studies
for self-expression, facilitate communication
are needed to further evaluate the effects of
with loved ones, and to bring beauty to suffer-
music therapy on pain at the end of life.12
ing. This helps to relieve the anxiety, fear, and
A 2011 Cochrane review examined the ef-
other components of suffering.4 According to
fects of music interventions on the psycholog-
the American Music Therapy Association
ical and physical outcomes of cancer patients.
(AMTA), ‘‘A diverse array of underlying theo-
The review did not differentiate between mu-
ries forms the foundation for music therapy in-
sic therapy studies using a trained music thera-
terventions. Examples include frameworks
pist and music medicine studies using
from behavioral, psychodynamic, psychologi-
prerecorded music offered by a medical pro-
cal, and neurobiological theories. For the
fessional. Five trials with a combined sample
topic of pain and pain management, emerging
size of 391 measured the effect of music inter-
findings from neuroscience with applied music
ventions on pain and found a moderate pain-
therapy interventions are trending toward
reducing effect in both music therapy and
a fuller understanding of why certain music
music medicine studies (standardized mean
therapy interventions influence outcomes
difference ¼ 0.59; 95% CI0.92, 0.27;
more favorably than others.’’5 Examples of mu-
P ¼ 0.0003). Evidence of the trials included
sic therapy interventions that incorporate be-
in this review suggests that music interventions
havioral frameworks include: the AMTA fact
may be offered as a complementary treatment
sheet on pain management, which describes
to people with cancer, but because most trials
a music therapy protocol for pain man-
were at high risk of bias, that is, one or more
agement developed by Hanser based on a
of the following criteria were not met, the
cognitive behavioral model of therapy.5 In
824 Gutgsell et al. Vol. 45 No. 5 May 2013

results need to be interpreted with caution. attended Palliative Care rounds. The investiga-
The criteria assessed for risk of bias were ran- tor received daily referrals for patients with ad-
dom sequence generation, allocation conceal- vanced, potentially life-limiting illness who
ment, blinding of participants and personnel, were in pain from the Palliative Care Team
blinding of outcome assessment for objective and from Nursing Services. The UHCMC did
and subjective outcomes, incomplete outcome not have a dedicated Palliative Care Unit
data, selective reporting, and other biases. The when the study was being conducted. The Pal-
main reason for receiving a rating of high risk liative Care Team provides consultative services
of bias was the lack of blinding. Blinding is of- for patients throughout UHCMC in intensive
ten impossible in music therapy and music care, general medical, surgical, rehabilitation,
medicine studies that use subjective outcomes and oncology units.
such as pain. This is especially true for music After the initial referral, the investigator
therapy studies that use active music making. conducted a chart review and interviewed the
When participants cannot be blinded to the in- participant and his or her nurse to determine
tervention, there is an opportunity for bias if the following inclusion criteria were met:
when they are asked to report on these subjec- 1) a diagnosis of advanced, potentially life-
tive outcomes. Therefore, it appears impossi- limiting illness, 2) 18 years or older, 3) pain
ble for these types of studies to receive a low of three or greater as measured on a zero to
or even moderate risk of bias even if all other 10 numeric rating scale (NRS), 4) able to un-
risk factors (e.g., randomization, allocation derstand English, and 5) alert and oriented
concealment, and so on) have been adequately to person and place and able to rate pain on
addressed.13 the numeric scale. Patients were not excluded
Analysis of the 2011 Cochrane review reveals if they were on scheduled pain medications,
that music therapy interventions used in re- although interventions were scheduled around
search varied in frequency (single to multiple the administration of breakthrough pain
in number), length (20e120 minutes), live medications, with the intervention occurring
vs. recorded music, patient- vs. therapist- immediately before the next dose of medica-
selected music, and the intervention itself (in- tion. The UHCMC Institutional Review Board
teractive music making with the participants, approved the study. The investigator obtained
music-guided imagery, music-guided relaxa- written informed consent from all participants.
tion, and music-video making). Palliative care
music therapy needs more rigorous research Outcome Measures
so that interventions are evidence based.14 To Primary Outcome: NRS. The NRS is validated
better understand the impact of specific music for use in adults and children aged nine years
therapy interventions, studies are needed that or older in all patient care settings who are
isolate the effects of one intervention.3,15 The able to use numbers to rate the intensity of
authors of the Cochrane review note as well their pain. It is recommended in the literature
that most studies are compromised by small to measure short-term changes in pain and it is
sample size and lack of statistical power.12 used throughout UHCMC.16 Patients rate
The objective of the present study was to de- their pain from zero to 10, with zero reflecting
termine the efficacy of a single music therapy no pain and 10 reflecting the worst possible
session to reduce pain in palliative care patients. pain.17

Secondary Outcome: The Face, Legs, Activity, Cry,


Methods Consolability Scale. The Face, Legs, Activity,
Setting and Participants Cry, Consolability (FLACC) Scale is a behavioral
All participants were inpatients at University pain assessment in which pain is rated by observ-
Hospitals Case Medical Center (UHCMC) in ing the patient and assigning a number to one’s
Cleveland, Ohio between September 2009 findings. The scale is scored between a range of
and August 2011. The principal investigator zero and 10, with zero representing no pain.
(K. J. G.), hereafter called the investigator, col- The scale has five criteria: face, legs, activity,
laborated with the Palliative Care Team (three cry, and consolability, to which each is assigned
physicians and two nurse practitioners) and a score of zero, one, or two.18 Originally
Vol. 45 No. 5 May 2013 Music Therapy Reduces Pain in Palliative Care 825

validated in children with postoperative pain, the CNS. Randomization assignments were
the FLACC Scale has been recently validated generated using SAS software (SAS Institute,
in assessing pain in critically ill adults who are Inc., Cary, NC) by the study statistician, using
unable to self-report pain. Because Voepel- a permuted block scheme with random block
Lewis et al.19 and others found that FLACC sizes of 20 or 30. Because the protocol speci-
scores were comparable with those of the com- fied the presence of a music therapist to facil-
monly used NRS, the authors selected this itate the music therapy intervention, it was not
pain assessment to provide the behavioral com- possible for the participant to be blinded to his
ponent of the patient’s pain experience. In ad- or her group assignment. If the participant’s
dition, the FLACC Scale was shown to have pain was less than three on the NRS, he or
excellent interrater reliability, criterion validity, she was excluded from the study.
and construct validity. Health care professionals
who are trained in its use are qualified to per- Music Therapy Group. The investigator, a pro-
form the assessment. Because the FLACC Scale fessional music therapist, informed the patient
has not been validated in adults who are able to of his or her assignment to the music therapy
self-report pain, the present study used the group and then proceeded with the interven-
FLACC Scale as a secondary outcome. tion. After placing a ‘‘Do Not Disturb’’ sign
on the door and preparing the patient and
Secondary Outcome: The Functional Pain Scale. the environment (adjusting the lights, offering
Patients are asked if their pain is tolerable or a blanket, turning off cell phones, and so on),
intolerable. From there, they describe whether the therapist briefly played the ocean drum to
or not pain keeps them from engaging in daily give the patient the choice of whether or not
activities. A rating of zero reflects no pain. A to include it in the intervention because
rating of one indicates tolerable pain with no some patients express aversion for it and find
impact on activity. A rating of five reflects intol- that it inhibits their ability to relax. The thera-
erable pain with a resulting inability to verbally pist then facilitated a single 20-minute music
communicate.20 The Functional Pain Scale therapy intervention directed at lowering
(FPS) assesses both the patient’s subjective per- pain. The intervention, a standard protocol
ception of pain and its impact on his or her for all participants, began with verbal instruc-
level of functioning. Although the FPS was de- tions for autogenic relaxation. The music ther-
veloped to determine pain in older people apist asked the patient to pay attention to
who are cognitively intact, the authors selected breathing for approximately one minute.
it as a secondary outcome for the present study Then the therapist led the patient in autogenic
because of its ability to help professionals un- muscle relaxation by asking the patient to pay
derstand how pain affects daily functioning attention to the scalp muscles and allow them
in all their adult patients. to release, and moving down with similar focus
on specific muscle groups, ending with the
Intervention feet. Next, the patient was invited to imagine
After the investigator obtained informed a safe place of his or her own choosing. The
consent from an eligible participant, the inves- therapist asked the patient to imagine what
tigator summoned a clinical nurse specialist he or she saw, smelled, heard, tasted, and felt
(CNS) research assistant who assessed the pa- on the skin at the safe place. Then the music
tient’s pain using the three measures: the therapist informed the patient that she would
NRS, the FLACC Scale, and the FPS. The begin to play first the ocean drum, if chosen,
CNS then left the hospital unit. If the partici- and then the harp to support his or her explo-
pant’s pain score was still three or greater on ration of the safe place. The therapist played
the NRS, the investigator immediately thereaf- the same harp pieces for every patient. The
ter opened a serially numbered, sealed, opa- pieces for the present protocol were chosen
que envelope to obtain the patient’s assigned based on the therapist’s clinical experience
group. The investigator opened the sealed en- in which patients had described them as sooth-
velope containing group assignment (music ing, peaceful, and calming. All pieces were
therapy or control) in the presence of the pa- played at a soft volume in a slow tempo and
tient but not the CNS to ensure blinding of are described as follows: 1) an improvisation
826 Gutgsell et al. Vol. 45 No. 5 May 2013

in the mode of G Mixolydian with a duple me- immediately before and after the music therapy
ter, 2) four precomposed pieces in the key of C or control intervention. Each study participant
Major that can be described as ‘‘light classical’’ was assessed by the same CNS pre- and postin-
and are unfamiliar to most listeners: ‘‘An- tervention. In all but four cases, post-test data
dante’’ by Waddington in duple meter, ‘‘Pass- were obtained within 10 minutes of completion
ing By’’ and ‘‘Reverie’’ by Grandjany in duple of the intervention. On three occasions, the
meter, and ‘‘Barcarolle’’ by Grandjany in triple CNS obtained post-test data in 15 minutes
meter. At the conclusion of the music, the ther- and on one occasion in 30 minutes because
apist gently invited the participant to leave his of schedule conflicts. For 11 patients, blinding
or her imagined safe place and re-enter the of the research assistant was broken because
hospital room, realizing that the safe place is the patients revealed their group assignment.
a resource to which he or she can return at To attempt to control for bias, the therapist
any time. Then the music therapist left the remained outside the room while the research
room and notified the same CNS to return to assistant administered pre- and post-tests to
the patient to reassess pain using the same the patient.
three measures: the NRS, the FLACC Scale,
and the FPS. After completion of the post- Statistical Analysis
tests, the therapist re-entered the patient’s Comparisons of baseline characteristics be-
room to verbally process the music therapy in- tween groups were made using t-tests or Wil-
tervention and offer follow-up treatment. She coxon rank sum tests for continuous
gave each study participant a CD of the inter- variables, and c2 tests for categorical or binary
vention for future use and provided a CD variables. The mean changes from pre- to post-
player on request. Interested readers may con- test in each of the three pain scales (NRS,
tact the investigator to request a recording of FLACC Scale, and FPS) were compared be-
the intervention. tween the music therapy and control groups
using an independent sample t-test. Two-way
Control Group. The therapist informed the pa- analysis of variance was used to examine
tient of his or her assignment to the control whether treatment effects differed according
group and explained that he or she would to patient characteristics such as age, gender,
receive the live music therapy intervention af- and baseline pain level. All tests were two-sided
ter reassessment for pain. Next, she facilitated with a significance level of 0.05. Statistical
the same comfort measures as for the music analyses were carried out using SAS version
therapy group: adjusting the lights, providing 9.2. Because there was a single primary out-
a blanket, and turning off the telephones. come, no adjustment was made for multiple
Then the therapist invited the patient to relax, comparisons.
but gave no special instructions for doing so The sample size of 200 (100 per treatment
because the therapist-guided autogenic relaxa- arm) provided 80% power to detect between-
tion was integral to the music therapy interven- group differences in mean post-test numeric
tion. She left the room and placed a ‘‘Do Not pain scores of 0.40 standard deviations, using
Disturb’’ sign on the door. After 20 minutes, a two-sided test with a significance level of
she notified the same CNS to return to the pa- 0.05. The sample size of 100 per group was
tient to reassess pain using the three measures: chosen partly on the basis of what was a feasible
the NRS, the FLACC Scale, and FPS. After number to study and was justified by determin-
post-test data were collected, the therapist pro- ing that it would provide 80% power to detect
vided the music therapy intervention for each an effect size of 0.40 standard deviations,
control patient. The therapist gave each pa- which is in-between what Cohen21 considers
tient in the control group a CD of the interven- a ‘‘small’’ and a ‘‘medium’’ effect size (0.2
tion for future use and provided a CD player and 0.5, respectively). We thus determined
on request. that this effect size was suitably low to justify
the sample size. Primary analyses were carried
Data Collection Procedure out using intention-to-treat analysis, including
The CNS, blinded to treatment allocation, all randomized patients on whom data were
administered the pain assessment measures obtained. Statistical analysis of the final data
Vol. 45 No. 5 May 2013 Music Therapy Reduces Pain in Palliative Care 827

excluding: 1) the 11 patients who divulged be wakened for the post-test. The subjects as-
group assignment to the CNS, 2) the four pa- signed to music therapy and control groups
tients who had post-test assessments for more did not differ according to gender, ethnicity, di-
than 10 minutes after the intervention, and agnosis, mean age, or baseline pain severity
3) the 10 patients who chose not to hear the (Table 1). The pain duration variable had
ocean drum and the one patient who re- a skewed distribution in both groups, which is
quested to ‘‘skip the talk and get right to the why the authors used a nonparametric Wilcox-
music,’’ did not alter the results. on rank sum test to compare the groups at base-
line. Because the median is a better measure of
location than the mean for these data, we added
the median pain duration to Table 1 for this var-
Results iable. Note that the medians of the two groups
are quite similar, reflecting the nonsignificant
Of the 400 referred patients, 200 signed in-
P-value from the rank sum test.
formed consent and were enrolled in the study
(Fig. 1). Of the 200 subjects screened but not
enrolled, 20 were ineligible and 180 did not Numeric Rating Scale
give consent. Reasons for ineligibility included Both music therapy and control groups
pain score less than three (n ¼ 15), not oriented showed significant declines from pre- to
to person and place (n ¼ 3), did not speak En- post-test (mean change [95% CI] 1.94
glish (n ¼ 1), and researcher error (n ¼ 1). [2.37, 1.52] for music therapy and 0.56
The 180 subjects who did not consent gave var- [0.92, 0.19] for control). However, a signifi-
ious reasons including ‘‘I want to be alone now,’’ cantly (P < 0.0001) greater change was seen in
‘‘It is a bad day,’’ ‘‘I do not like the harp,’’ ‘‘I am the music therapy group (difference in means
not interested,’’ ‘‘Music cannot help my pain,’’ [95% CI] 1.39 [1.95, 0.83]).
‘‘I brought my own music to listen to,’’ or ‘‘Music
is not my thing.’’ Of the 100 subjects assigned to Face, Legs, Activity, Cry, Consolability Scale
the music therapy group, all but one completed The FLACC Scale scores declined signifi-
the music therapy session and completed all cantly in both the music therapy and control
measurements. The patient who did not com- groups. However, the mean change in scores
plete the post-test exhibited symptoms of confu- did not differ significantly between the two
sion and agitation during the intervention and groups (difference in means [95% CI] 0.3
was excluded from the study. Of the 100 sub- [0.8, 0.1], P > 0.05).
jects in the control group, all completed the
pretest. Postintervention scores were obtained Functional Pain Scale
on 99 subjects. One control patient who had There was a significant decline in the func-
been in severe pain fell asleep during the con- tional pain score in the music therapy group,
trol session. His nurse requested that he not but not in the control group. The mean

Control group therapy group

Fig. 1. Flowchart of patients through the study.


828 Gutgsell et al. Vol. 45 No. 5 May 2013

Table 1
Demographic Variables of the Study Participants
Study Group

Variables All Patients Music Therapy (n ¼ 100) Control (n ¼ 100) P-value

Age (mean  SD) 56.09  15.08 57.45  14.76 54.72  15.34 0.20a
Gender, n (%)
Male 62 (31) 31 (31) 31 (31) >0.999b
Female 138 (69) 69 (69) 69 (69)
Race, n (%)
White 135 (67.5) 66 (66) 69 (69) 0.65b
Nonwhite 65 (32.5) 34 (34) 31 (31)
Diagnosis, n (%)
Cancer 174 (87) 91 (91) 83 (83) 0.09b
Noncancer 26 (13) 9 (9) 17 (17)
Pain severity (mean  SD) 6.44  1.82 6.48  1.68 6.39  1.95 0.73a
Pain duration (wk)
Mean  SD 14.04  36.83 8.49  14.50 19.58  49.54 0.51c
Median 4.00 3.50 4.00
a
P-value from t-test.
b
P-value from c2 test.
c
P-value from Wilcoxon rank sum test.

decline was significantly greater (P < 0.0001) Discussion


in the music therapy group than in the control
The results of this research appear to indicate
group (difference in means [95%CI] 0.52
that a single music therapy intervention low-
[0.78, 0.25]; Table 2 and Fig. 2).
ered pain in hospitalized palliative care pa-
Further analyses were carried out to exam-
tients. A noteworthy finding is the efficacy of
ine whether baseline characteristics of the pa-
the intervention itself. Evidence-based music
tients were related to the efficacy of the
therapy practice often uses patient-preferred
intervention. These analyses present the
music as part of an individualized treatment
mean change in pain score for both music
plan.22 In contrast, the present research inter-
therapy and control groups, stratified by levels
vention was a standard protocol and varied little
of each of the baseline factors being exam-
from one patient to another. Examples of varia-
ined. Factors examined were age (#55 and
tions included the music therapist giving each
>55 years), gender (male and female), race patient the option of including the ocean
(white and nonwhite), diagnosis (cancer and drum in the intervention. Of 100 patients in
noncancer), pain severity (mild [0e3], moder- the music therapy group, 10 declined its inclu-
ate [4e6], and severe [7e10]), and duration
sion. The rationale for providing this choice
of pain at baseline (#4, 5e12, 13e24, and
was that some patients express aversion for the
>24 weeks). A significant P-value for the test
sound of the ocean drum, finding that it inter-
for interaction indicates that the efficacy of
feres with their ability to relax. In another exam-
the intervention differed across levels of the
ple of variation, one patient requested that the
baseline factor being examined. Interaction therapist ‘‘skip the relaxation talk’’ and ‘‘get
tests for the analyses of NRS and FPS scores right to the music.’’ The therapist chose to
were not significant, indicating that effects of honor his request and not add to the distress
music therapy did not vary across levels of
he already experienced from being in pain. In
the baseline factors. In the analysis of FLACC
addition, the therapist individualized each in-
Scale scores, the interaction test for age was
tervention by matching her breathing with the
significant (P ¼ 0.03) and results indicate that
patient and adjusting the tempo and cadence
the effect of music therapy was greater in those
of the spoken script to meet the patient’s needs.
aged #55 years (95% CI 1.57, 0.27) com- Other than the patients described above, the
pared with those aged >55 years (0.59, verbal instructions, the harp music selections,
0.85). This result should be interpreted with and the length of the intervention were consis-
caution given that multiple tests were done
tent from patient to patient.
and we did not correct for multiple testing.
Vol. 45 No. 5 May 2013 Music Therapy Reduces Pain in Palliative Care 829

Although it is true that music therapists com-

0.52  0.95a (0.78, 0.25)


0.62  0.96 (0.81, 0.43)

0.10  0.93 (0.29, 0.08)


monly assess for patient preferences and then

2.38  1.01 (2.18, 2.58)


1.76  1.01 (1.56, 1.96)

2.30  0.97 (2.11, 2.49)


2.19  1.04 (1.99, 2.40)
Mean  SD (95% CI)
design interventions that include such music,
there are precedents to therapist-selected music
that are documented in the literature. The
Bonny Method of Guided Imagery and Music
FPS

(GIM) was developed by music therapist Helen


Bonny. The GIM is fully integrated into and en-
dorsed by the AMTA. The GIM uses specifically
sequenced classical music programs to stimu-
late inner experience to meet clinical goals.
99
100
99
99

100
99
99
The GIM uses Western classical music because
N

it is the field of expertise of the persons who de-


veloped and tested the programs. This music
1.01  1.56 (1.32, 0.70)

0.67  1.80 (1.02, 0.31)

contains elemental, harmonic, rhythmic, and


0.34  1.68 (0.81, 0.13)
1.81  1.86 (1.44, 2.18)
0.78  1.56 (0.47, 1.09)

1.72  2.09 (1.31, 2.13)


1.04  1.66 (0.71, 1.37)

structural patterns that have stood the test of


Mean  SD (95% CI)

time, effectively engaging persons in explora-


Summary of NRS, FLACC, and FPS Scores by Study Group

tion during altered states of consciousness,


and which consistently evoke imagery responses
FLACC

of therapeutic value.23
Mandel et al.24 found that cardiac rehabilita-
tion patients who listened to prerecorded in-
strumental music interspersed with spoken
suggestions at home for at least three months
NRS ¼ numeric rating scale; FLACC ¼ Face, Legs, Activity, Cry, Consolability Scale; FPS ¼ Functional Pain Scale.

to relax their body and mind had significantly


99
100
99
99

100
99
99
N

more improvement in systolic blood pressure,


Table 2

anxiety, and stress than those who only at-


tended cardiac rehabilitation. The music ther-
1.39  1.99a (1.95, 0.83)
1.94  2.14 (2.37, 1.52)

0.56  1.83 (0.92, 0.19)

apists carefully selected the music with


6.69  1.72 (6.35, 7.03)
4.74  2.59 (4.23, 5.26)

6.41  1.91 (6.03, 6.79)


5.86  2.42 (5.38, 6.34)
Mean  SD (95% CI)

attention to properties that research suggests


are conducive to relaxation, including slow
tempo, soft dynamics, and long phrases.
In addition, the investigator, a trained music
NRS

therapist, observed in years of clinical practice


that patients in pain are often vulnerable and
their desire to manage pain overrides personal
preferences in music. Many patients reported
lower pain perception after her intervention
of carefully selected music. Therefore, on the
100
99
99

100
99
99

99
N

strength of the literature cited above, on the


clinical experience of the investigator, and to
limit the variable of music selections in order
Difference from

Difference from

Difference in mean change between


music therapy and control groups

to demonstrate scientific rigor, the authors de-


post to pre

post to pre

signed the present study with no assessment


Test

for patient preference in music. The only op-


tions allowed were choice of ocean drum and
Post

Post
Pre

Pre

shortening the autogenic relaxation, but only


P < 0.0001 from t-test.

when their inclusion would have increased pa-


tient distress.
Music therapy
Study Group

A finding of this study is that pain also de-


creased significantly (P < 0.05) in the control
Control

group on two of the three measures (NRS and


FLACC Scale). It appears that the simple act
a
830 Gutgsell et al. Vol. 45 No. 5 May 2013

Fig. 2. Changes in pain scores of the participants.

of inquiring about pain and then instructing were obtained within 10 minutes of the com-
the patient to relax is in some instances enough pletion of the music therapy session. On three
to lower pain significantly, as long as it includes occasions the CNS obtained post-test data in
offering to make adjustments to the environ- 15 minutes and on one occasion in 30 minutes
ment such as turning down the lights, pulling as a result of schedule conflicts; 2) address
the window shades, supplying a blanket, turn- whether patients request fewer breakthrough
ing off cell phones, reassuring the patient that pain medications after music therapy; 3) find
someone will reassess his or her pain in 20 min- out whether successive interventions have a
utes, and putting a ‘‘Do Not Disturb’’ sign on the cumulative pain-lowering effect; 4) examine
door to ensure privacy. whether a therapist-created recording of an in-
Although all attempts were made to mini- tervention has the same pain-lowering effect if
mize risk of bias, two risks remained, which the patient listens to it after a live session with
are implicit in music therapy research. The the same therapist; and 5) address whether
first is the blinding of participants and person- pain is lowered in control group patients who
nel. Because music therapy requires the pres- later receive music therapy.
ence of the music therapist, both the The strengths of the present study are its
therapist and the patient were not blinded to large sample size, its use of one music therapy
group assignment. The second risk is the intervention, and its attempt to meet scientific
blinding of outcome assessment. When partic- standards of a quality randomized controlled
ipants cannot be blinded to the intervention, trial. Because of these features, it provides
there is definitely an opportunity for bias a valuable addition to the literature. Based
when they are asked to report on subjective on the results, palliative care clinicians may
outcomes such as pain.13 confidently refer trained music therapists to
A limitation of the study is that it may be dif- treat pain in this vulnerable population.
ficult to generalize the results to all palliative
care patients in pain, as 45% of the referred
patients did not consent to participate. For Disclosures and Acknowledgments
consenting patients who choose to be less ac- This research was supported by a grant from
tively involved in a music therapy session, the the Kulas Foundation in Cleveland, Ohio. The
intervention used in this study has clinical sig- authors declare no conflicts of interest.
nificance. Further research is needed to repli- The authors would like to thank the Kulas
cate the study so that its results may be Foundation, all of the patients who partici-
generalized to other music therapists and mu- pated in the study, the Clinical Nurse Special-
sical instruments. ists who assisted in gathering data, the Core
Additional research also is needed to: 1) Library, and the Art and Music Therapy De-
measure the length of time pain is reduced af- partment at University Hospitals Case Medical
ter a music therapy intervention. In the pres- Center for its support and encouragement
ent study, in all but four cases, post-test data throughout the study.
Vol. 45 No. 5 May 2013 Music Therapy Reduces Pain in Palliative Care 831

References 13. Bradt J, Dileo C, Grocke D, Magill L. Music in-


terventions for improving psychological and physi-
1. Kwekkeboom K. Oncology nurses’ use of non- cal outcomes in cancer patients. Cochrane
drug pain interventions in practice. J Pain Symptom Database Syst Rev 2011;8:CD006911.
Manage 2008;35:83e94.
14. Hilliard RE. The use of music therapy in meet-
2. American Music Therapy Association. Defini- ing the multidimensional needs of hospice patients
tion of music therapy. 2011. Available from and families. J Palliat Care 2001;17:161e166.
http://www.musictherapy.org. Accessed September
16, 2011. 15. Gallagher LM, Lagman R, Walsh D, Davis MP,
LeGrand SB. The clinical effects of music therapy
3. Groen K. Pain assessment and management in in palliative medicine. Support Care Cancer 2006;
end of life care: a survey of assessment and treat- 144:859e866.
ment practices of hospice music therapy and nurs-
ing professionals. J Music Ther 2007;44:90e112. 16. Caraceni A, Cherny N, Fainsinger R. Pain mea-
surement tools and methods in clinical research in
4. Bailey LM. Music therapy in pain management.
palliative care: recommendations of an expert work-
J Pain Symptom Manage 1986;1:25e28.
ing group of the European Association of Palliative
5. American Music Therapy Association. Music Care. J Pain Symptom Manage 2002;23:239e255.
therapy and pain management fact sheet. 2010.
Available from http://www.musictherapy.org. Ac- 17. McCaffery M, Beebe A. Pain: Clinical manual for
cessed February 27, 2012. nursing practice. St. Louis, MO: CV Mosby Co., 1989.

6. Tan X, Yowler CJ, Super DM, Fratianne RB. The 18. Merkel SI, Voepel-Lewis T, Shayevitz JR,
efficacy of music therapy protocols for decreasing Malviya S. The FLACC: a behavioral scale for scoring
pain, anxiety, and muscle tension levels during postoperative pain in young children. Pediatr Nurs
burn dressing changes: a prospective randomized 1997;23:293e297.
crossover trial. J Burn Care Res 2010;31:590e597. 19. Voepel-Lewis T, Zanotti J, Dammeyer JA,
7. Loewy JV. In: Dileo C, Loewy JV, eds. Music ther- Merkel S. Reliability and validity of the faces, legs,
apy at the end of life. Cherry Hill, NJ: Jeffrey Books, activity, cry, consolability behavioral tool in assessing
2005. acute pain in critically ill patients. Am J Critic Care
2010;19:55e61.
8. Allen J. The effectiveness of group music and
imagery on improving the self-concept of breast 20. Gloth FM III, Scheve AA, Stober CV, Chow S,
cancer survivors [unpublished PhD thesis]. Phila- Prosser J. The Functional Pain Scale: reliability, val-
delphia, PA: Temple University, 2010. idity, and responsiveness in an elderly population.
J Am Med Dir Assoc 2001;2:110e114.
9. Burns DS. The effect of the Bonny method of
guided imagery and music on the mood and life 21. Cohen J. Statistical power analysis for the behav-
quality of cancer patients. J Music Ther 2001;38: ioral sciences, 2nd ed. Hillsdale, NJ: Lawrence Erl-
51e65. baum Associates, 1988.
10. Burns DS, Azzouz F, Sledge R, et al. Music imag- 22. Magill L. The use of music therapy to address
ery for adults with acute leukemia in protective en- the suffering in advanced cancer pain. J Palliat
vironments: a feasibility study. Support Care Care 2001;17:167e172.
Cancer 2008;16:507e513. 23. Association for Music and Imagery. Definition of
11. Montserrat G, Domenech M. The effect of mu- the Bonny method of guided imagery and music.
sic and imagery to induce relaxation and reduce 2012. Available from http://www.ami-bonnymethod.
nausea and emesis in cancer patients undergoing org/faq.asp. Accessed May 4, 2012.
chemotherapy treatment [unpublished PhD thesis]. 24. Mandel SE, Hanser SB, Ryan LJ. Effects of a mu-
Stockton, CA: University of the Pacific, 2008. sic-assisted relaxation and imagery compact disc re-
12. Bradt J, Dileo C. Music therapy for end-of-life cording on health-related outcomes in cardiac
care. Cochrane Database Syst Rev 2010;1:CD007169. rehabilitation. Music Ther Perspect 2010;28:11e21.
LEPIBAR KONSUL BIPIBINGAN KTI
ⅣIAⅡ ASISWA PRODI DⅡ I KEPERAWATAN

STIKES MUHAMⅣ IADIYAⅡ GOMBONG

Nama :Ici Tri Astuti


NIM :A01301764
Pcl■ bimbing :Irma、 van Andri,S.Kcp.,Ns.,Wl.Kcp

No Waktu Topik bimbingan Keterangan Paraf Pembimbing

Cenin.20 Penentuqo topr'k



l

3unt 2ο lら ,JUdul Kil

2 dumbし ,2Ч
Ju ntュ οlレ
ponsut eAgt

k arnis,30
3
J uni ユOfら
Reυ 庭■ 3ハ ら │

1 `abじ
u′

J uti ユd色

│(OnStl 心ハらE ビ
5 Min99u, 3 卜0い Su( 3ハ ら11
」utι 2の ι
ι

R∞「象 解キ3〕
`
`ento,(8
dtJは 20ι
`
.bn ttBェ ヽ

フ 降 bu′ え0 にo鱚 ul鍋 心コ
」utt 20`6
Sentη :2c
J00 BAら 2 年

8 た υ)g〔 麟 Brッ ル
Jυ ざ つハ〔
ι
3ハ 3ν 峰
3 Pabu:28 A3t15'フ
多 ビ
J ur ュotι

O   H  2


ヤ ´

レamlく :‖ ∝ps らAι


tuS 2otι
t―

W″

[椰 eA3
t亀

  F

霊 `
´
υ″

Lamisi t♂
0ハ ら
ハに
ο
ハOusl嘔 ζユ lι

Anda mungkin juga menyukai