Oleh:
Nim : P07220119013
SAMARINDA
2022
LEMBAR PERSETUJUAN
Oleh
Pembimbing
Pembimbing Pendamping
PANITIA PENGUJI
Ketua Penguji:
Ns. Hesti Prawita W., SST ., M.kes (..........................................)
NIDN. 4011088501
Penguji Anggota:
Mengetahui:
Hj. Umi Kalsum, S.Pd., M.Kes Ns. Andi Lis Arming G.,S.Kep.,M.Kep
NIP. 196508251985032001 NIP. 19680391994KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas berkat dan
rahmatnya dan karunia – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal dengan
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini dapat
terselesaikan dengan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan
3. Ns. Andi Lis Arming Gandini, S. Kep., M. Kep, selaku Ketua Prodi D-III
4. Dr. Dwi P Era, S.Kep., M. Kep., Sp. KMB, selaku Pembimbing Utama yang
6. Ns. Hesti Prawita W., SST ., M. Kes, selaku Penguji Utama dalam Proposal
Karya Tulis Ilmiah ini. Para Dosen dan Staff Pendidikan Politeknik Kesehatan
Sopiannor dan Ibu Martini yang selalu memberikan do’a dan dukungan serta
9. Semua pihak yang telah membantu dalam membuat Proposal Karya Tulis
Ilmiah ini baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari dalam penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini masih banyak terdaoat kesalahan serta kekurangan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
Samarinda,
2022
DAFTAR ISI
Surat Persetujuan...........................................................................................................ii
Surat Pengesahan.........................................................................................................iii
KATA PENGANTAR..................................................................................................iv
DAFTAR ISI..................................................................................................................i
DAFTAR TABEL.........................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.4. Manfaat.......................................................................................................................5
2.1.1. Definisi....................................................................................................................7
2.1.2. Etiologi....................................................................................................................9
2.1.4. Patofisiologi..........................................................................................................11
2.1.5. Pathway..................................................................................................................13
2.1.6. Klasifikasi..............................................................................................................14
2.1.7. Manifestasi Klinis.................................................................................................15
2.1.9. Komplikasi............................................................................................................17
2.1.10. Penatalaksanaan..................................................................................................19
2.2.1. Pengkajian.............................................................................................................24
2.2.5. Evaluasi..................................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
diberbagai pusat kesehatan diseluruh dunia. Salah satu masalah muskuloskeletal pada
tulang yang dapat menimbulkan disabilitas ialah fraktur yaitu terputusnya kontinuitas
struktur dari tulang. Secara umum, fraktur atau patah tulang adalah kondisi ketika
tulang menjadi patah, retak atau pecah sehingga mengubah bentuk tulang yang
disebabkan berupa trauma atau kecelakaan, baik kecelakaan kerja maupun kecelakaan
insiden patah tulang semakin meningkat dengan angka prevalensi sebesar 3,2%.
Angka kematian fraktur sendiri sekitar 6000 orang lebih dari insiden tersebut. Lebih
dari dua sepertiga (70%) dari populasi global akan meninggal akibat cedera karena
(WHO) tahun tahun 2020 menyatakan bahwa Insiden Fraktur semakin meningkat
mencatat terjadi fraktur kurang lebih 13 juta orang dengan angka prevalensi sebesar
2,7%.
1
sebanyak 39% , fraktur humerus 15%, fraktur tibia dan fibula sebanyak 11%, dengan
ini menjadikan kecelakan sebagai pembunuhan nomor tiga setelah penyakit jantung
bawah memiliki pravalensi yang paling tinggi diantara fraktur lainya yaitu sekitar
46,2%.
Sjahranie pada pasien post operasi fraktur dalam tahun 2017 yaitu sebanyak 100
orang. Penyebab terbesar adalah kecelakaan lalu lintas yang biasanya disebabkan
oleh keelakaan mobil, motor atau kendaraan rekreasi sebesar 65,6% dan jatuh sebesar
37,3%, diantara insiden tersebut yang paling banyak adalah pria yaitu sebesar 73,8%.
Dan data yang diperoleh di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Abdul Wahab
pemukulan, terjatuh, posisi tidak teratur atau miring, dislokasi, penarikan, kelemahan
abnormal pada tulang fraktur patologik (Noorisa, 2016). Dampak lain yang timbul
pada fraktur yaitu dapat mengalami perubahan pada bagian tubuh yang terkena
metode konservatif atau non operatif. Metode konservatif atau non operatif adalah
penanganan fraktur berupa reduksi atau reposisi tertutup. dan penanganan fraktur
lainnya berupa imobilisasi yang dapat dilakukan dengan metode eksterna dan interna
mempertahankan dan mengembalikan fungsi status neurovaskuler selalu dipantau
(Huda, NA 2015). Komplikasi setelah fraktur adalah syok yang berakibat fatal
dalam beberapa jam setelah cedera, emboli lemak, yang dapat terjadi dalam 6 jam
ditangani segera.
Masalah keperawatan yang muncul pada pasien fraktur adalah nyeri akut,
perfusi perifer tidak efektif, gangguan integritas kulit, gangguan mobilitas fisik,
defisit perawatan diri: mandi, resiko infeksi, dan resiko syok (SDKI 2016). Tindakan
keperawatan yang dapat dilakukan sebagai perawat adalah sesuai diagnosa yaitu nyeri
akut dapat dilakukan dengan manejemen nyeri, perfusi perifer tidak efektif dapat
dilakukan memonitoring tanda tanda vital, gangguan integritas kulit dapat dilakukan
monitor kulit akan adanya kemerahan, gangguan mobilitas fisik dapat dilakukan
tindakan mengajarkan pasien dan keluarga tentang teknik ambulasi, defisit perawatan
diri dapat dilakukan tindakan membantu pasien melakukan perawatan diri, resiko
infeksi dapat dilakukan tindakan dengan kolaborasi pemberian obat, resiko syok
dapat dilakukan tindakan monitoring status sirkulasi BP, warna kulit suhu kulit,
fraktur yaitu dapat dilakukan metode konservatif atau non operatif dan metode
operatif. Non operatif yaitu adalah penanganan fraktur berupa reduksi atau reposisi
terbuka yaitu membuka daerah yang mengalami fraktur dan memasang fiksasi
internal maupun eksternal serta penanganan fraktur lainnya bisa berupa imobilisasi
yang dapat dilakukan dengan metode eksternal dan internal mempertahankan dan
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi nyeri yaitu dengan teknik relaksasi
nafas dalam, perfusi perifer tidak efektif dengan menginstruksikan keluarga untuk
mengobservasi kulit jika ada laserasi, gangguan intergritas kulit dengan mobilisasi
pasien (mengubah posisi setiap dua jam sekali), gangguan mobilitas fisik dengan
mendampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan membantu memenuhi kebutuhan
sehari- hari, resiko syok (hipovolemi) dengan memonitor suhu dan pernafasan.
Resiko infeksi dengan inspeksi kondisi luka atau insisi bedah dan ajarkan pasien dan
yang cukup komplit sehingga penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang
asuhan keperawatan pada pasien fraktur ekstremitas di Rumah Sakit Umum Daerah
bagaimana gambaran asuhan keperawatan pada pasien fraktur femur di RSUD Abdul
Wahab Sjahranie.
femur.
1.3.2.1 Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien fraktur femur di RSUD Abdul
1.3.2.2. Merumuskan diagnosis keperawatan pada pasien fraktur femur di RSUD Abdul
1.3.2.4. Melaksanakan intervensi keperawatan pada pasien fraktur femur di RSUD Abdul
1.3.2.5. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien fraktur femur di RSUD Abdul
1.4. Manfaat
kasus dan khusunya melakukan asuhan keperawatan pada pasien fraktur femur.
Studi kasus ini diharapkan dapat menjadi masukkan bagi rumah sakit dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien fraktur femur dan membantu rumah
sakit dalam meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan asuhan keperawatan pada
Dapat memberikan sumber informasi dan bahan bacaan pada kepustakaan institusi
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat
gerakan puntir mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem. Meskipun tulang
lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendon, kerusakan
saraf, dan kerusakan pembuluh darah. Organ tubuh dapat mengalami cedera akibat
gaya yang disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen tulang (Brunner &
Suddarth, 2013).
Fraktur ekstremitas adalah fraktur yang terjadi pada tulang yang membentuk
lokasi ekstremitas atas seperti tangan, pergelangan tangan, lengan, siku, lengan
atas, dan bahu dan ekstremitas bawah seperti pinggul, paha, lutut, kaki bagian
bawah, pergelangan kaki (UT Southwestern Medical Center 2016; Alvinanta, N.P
2019.
Fraktur femur adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur femur
secara klinis bisa berupa fraktur femur terbuka yang disertai adanya kerusakan
jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf, dan pembuluh darah) dan fraktur femur
tertutup yang terjadi akibat trauma langsung pada paha (Helmi, 2014 :508 dalam
Wahyu, S 2019).
Dampak lain yang timbul pada fraktur yaitu dapat mengalami perubahan pada
bagian tubuh yang terkena cidera, merasakan cemas akibat rasa sakit dan nyeri.
Dampak lain yang timbul pada fraktur yaitu dapat mengalami perubahan pada
bagian tubuh yang terkena cidera, merasakan cemas akibat rasa sakit dan rasa
nyeri. Nyeri terjadi akibat luka yang mempengaruhi jaringan sehat. Nyeri
Menurut Smeltzer & Bare (2013), fraktur secara umum dibedakan menjadi
dua yaitu, fraktur tertutup (simple fracure) adalah fraktur yang fragmen tulangnya
tidak menembus kulit sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan atau
2.1.2. Etiologi
puntir mendadak dan kontraksi otot yang ekstrim. Patah tulang mempengaruhi
sendi, dislokasi sendi, ruptur tendon, kerusakan saraf dan pembuluh darah. Organ
tubuh dapat mengalami cedera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau
osteoporosis.
jenis fraktur yang berbeda karena biasanya terjadi secara bertahap (Tran
2013).
2.1.3.1. Pembengkakan
Edema dapat muncul segera, sebagai akibat dari akumulasi cairan serosa
2.1.3.2. Deformitas.
bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid
seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada fragmen lengan atau tungkai
Ekstremitas tak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot
2.1.3.3. Nyeri
Hal ini terjadi karena spasme otot, fragmen fraktur yang bertindihan atau
Hilangnya fungsi terjadi karena nyeri yang disebabkan fraktur atau karena
2.1.3.5. Syok
2.1.4. Patofisiologi
Fraktur adalah gangguan pada tulang yang disebabkan oleh trauma langsung,
tidak langsung, kontraksi otot dan kondisi patologis. Pergeseran fragmen tulang
infeksi, putusnya arteri atau vena saat terjadi fraktur dapat menyebabkan
Pada kondisi trauma, diperlukan gaya yang besar untuk mematahkan batang
femur individu dewasa. Kebanyakan fraktur ini terjadi karena trauma langsung dan
tidak langsung pada pria muda yang mengalami kecelakaan kendaraan bermotor
keganasan tulang paha yang menyebabkan fraktur patologis tanpa riwayat trauma,
baik syok hipovolemik karena kehilangan darah banyak ke dalam jaringan maupun
syok neurogenik karena nyeri yang sangat hebat yang dialami klien. Respon
nyeri hebat pada area pembengkakan, penurunan perfusi perifer secara unilateral
pada sisi distal pembengkakan, CRT (capillary refill time) lebih dari 3 detik pada
sisi distal pembengkakan, penurunan denyut nadi pada sisi distal pembengkakan
(Muttaqin, 2012).
Kerusakan fragmen tulang femur menyebabkan gangguan mobilitas fisik dan
diikuti dengan spasme otot paha yang menimbulkan deformitas khas pada paha,
yaitu pemendekan tungkai bawah. Apabila kondisi ini 11 berlanjut tanpa dilakukan
intervensi yang optimal akan menimbulkan risiko terjadinya malunion pada tulang
Fraktur femur
Spasme otot
DX: Kerusakan DX: Hambatan
integritas kulit Terputusnya Tekanan sumsum tulang > kapiler Resiko jatuh
mobilitas fisik
pembuluh darah Pelepasan histamia
vena/arteri Memobilisasi asam lemak DX: Difisit perawatan
Protein plasma hilang diri
perdarahan
Bergabung dengan trombosit
Kontaminasi Luka
edema
Kehilangan lingkungan luar terbuka
volume cairan Menyumbat pembuluh darah
Penekanan pembuluh darah
DX: Resiko infeksi
DX: DX: Ketidak efektifan perfusi
hipovolemia Penurunan perfusi jaringan 14 jaringan perifer
tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih
antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya permukaan kulit.
1) Fraktur komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau
2) Fraktur inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang
(wahid, 2013).
Fraktur collum femoris adalah fraktur yang terjadi di sebelah proksimal linea
Murthy, 2011).
trauma berenergi tinggi pada pasien muda atau perluasan fraktur intertrochanter
15
2.1.6.5. Fraktur corpus femoris / fraktur batang femur
Fraktur corpus femoris adalah fraktur diafisis femur yang tidak melibatkan
daerah artikular atau metafisis. Fraktur ini sering berhubungan dengan trauma
jaringan lunak yang berat dan pada saat yang bersamaan terjadi luka terbuka
tulang.
2.1.7.2. Deformitas
Saat tangan meraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang teraba
2.1.7.5. Edema
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi
Sebagai faktor resiko, usia dan jenis kelamin adalah penyebab terbesar patah
tulang. Wanita jauh lebih mungkin mengalami patah tulang daripada pria. Hal ini
karena tulang-tulang wanita (usia 25-30) umumnya lebih kecil dan kurang padat
daripada tulang-tulang pria. Selain itu, wanita kehilangan kepadatan tulang lebih
banyak daripada pria saat mereka menua karena hilangnya eksterogen saat
menopouse. Pada pria, patah tulang biasanya terjadi di atas usia 50 tahun.
sepeda motor, jatuh dari tempat tinggi, atau cedera selama olahraga
2.1.8.2. Merokok merupakan faktor resiko patah tulang karena dampaknya pada
kualitas tulang dan hal tersebut dapat meningkatkan resiko keropos tulang
2.1.8.4. Gangguan kronis lainya seperti penyakit celiac, penyakit Chorn, dan
2.1.9. Komplikasi
1) Syok
eksterna maupun interna) dan kehilangan cairan ekstra sel ke jaringan yang
rusak.
Pada saat terjadi fraktur, globula lemak dapat masuk kedalam darah karena
tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena
ginjal, dan organ lain. Awitan gejalanya yang sangat cepat dapat terjadi dari
beberapa jam sampai satu minggu setelah cedera, namun paling sering terjadi
3) Sindrom kompartemen
dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk jaringan, bisa disebabkan
terlalu ketat atau gips atau balutan yang menjerat) atau peningkatan isi
Nekrosis avaskuler terjadi bila tulang kehilangan asupan darah dan mati.
Tulang yang mati mengalami kolaps atau diabsorpsi dan diganti dengan
tulang baru.
3) Reaksi terhadap alat fiksasi interna
Alat fiksasi interna biasanya diambil setelah penyatuan tulang telah terjadi,
yang cacat atau rusak), berkaratnya alat, respon alergi terhadap campuran
2.1.10. Penatalaksanaan
(2016) meliputi :
atau parsial yang ada sesuai keinginannya sendiri. Tujuan latihan kisaran
gerak aktif adalah menghindari kehilangan ruang gerak yang ada pada
saat tidak ada atau sedikitnya stabilitas 16 pada tempat fraktur. Umpan
fraktur.
digunakan pada keadaan kelemahan atau inhibisi gerak akibat nyeri atau
rasa takut, atau untuk meningkatkan kisaran gerak yang ada. Pada
latihan ini dibutuhkan stabilitas pada tempat fraktur, misalnya bila sudah
yang dapat dihasilkan oleh elemen kontraksi dan statis suatu unit otot-
tendon.
Hold rilex adalah suatu latihan yang menggunakan otot secara isometrik
lebih mudah dilakukan dan dapat mengulur secara optimal. Tujuan dari
latihan hold rilex ini adalah untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan
lingkup gerak sendi (LGS). Indikasi dilakukannya latihan hold rilex ini
adalah pasien yang mengalami penurunan lingkup gerak sendi (LGS),
2.1.11.1. X-ray
2.1.11.3. Arteriogram
bermakna pada sisi fraktur) perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau
2.1.11.5. Kreatinin
2020).
Tulang terdiri dari beberapa lapisan yaitu periosteum, rongga medula, tulang,
tulang spongiosa, tulang rawan (Kartilago), sel tulang manusia terdiri dari 3 jenis
tulang lama), Osteosit (membawa nutrisi yang dibawa oleh darah ke bagian tulang
dan membawa keluar limbah dari proses yang telah terjadi pada bagian ini).
Secara umum, penyembuhan tulang akan sempurna sekitar 6-8 minggu setelah
Fase inflamasi terjadi segera setelah luka dan berakhir 3-4 hari, terjadi
yang keluar dari monosit selama kurang lebih 24 jam setelah cedera.
proses penyembuhan.
Fase polifrasi yaitu Fase yang terjadi setelah hari ke-2 pasca fraktur, sel-sel
berpolifrasi dari lapisan dalam periosteum sekitar lokasi fraktur sel-sel ini
menjadi osteoblas (membangun tulang baru), sel ini aktif tumbuh kearah
jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain
tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrus. Secara klinis
Fase ini terjadi pada minggu ke 3-10 setelah fraktur, pada fase ini kallus
mengeras dan terjadi proses konsolidasi, fraktur teraba telah menyatu secara
intermediet berubah menjadi tulang yang kompak dan kallus bagian dalam
2013).
2.2.1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk
keperawatan sangat bergantung pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas :
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri
tersebut bias akut atau kronik tergantung dari lamanya serangan. Untuk
digunakan:
1) Provoking incident (penyebab) : apakah ada pristiwa yang menjadi
2) Quality of pain (kualitas) : seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
menusuk.
apakah rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit
terjadi.
fungsinya.
ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena
(Ignatavicius, 2006).
2.2.1.4. Riwayat Penyakit Dahulu
masyarakat.
3) Pola Aktivitas
dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk
dirinya salah.
6) Pola Sensori dan kognitif
1) Keadaan umum
awal cedera disertai perubahan nadi, perfusi yang tidak baik (akral
3) Mata
Pada pemeriksaan mata umumnya pasien fraktur femur tidak
4) Hidung
5) Telinga
6) Mulut
tonsil.
7) Leher
8) Dada/Thorax
Paru Dikaji bentuk dada, kesimetrisan dada saat inspirasi dan
ekspirasi, adanya lesi, fokal fremitus antara dada kanan dan kiri,
adanya nyeri tekan, perkusi paru umumnya sonor, dan auskultasi suara
9) Abdomen
10) Ekstremitas
pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
(sign) dan Gejala (syimptom). Tanda merupakan data objektif yang diperoleh dari
sedangkan gejala merupakan data subjektif yang diperoleh dari hasil anamnesis.
Tanda/gejala dikelompokan menjadi dua yaitu mayor dan minor. Factor resiko
merupakan kondisi atau situasi yang dapat meningkatkan kerentanan pasien
(D.0129)
2.2.2.5. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan aliran arteri/vena (D.0009)
(D.0142).
sangat tergantung pada diagnosis yang diangkat, kondisi pasien dan sarana
keperawatan
(mis.TENS,hypnosis, akupresur,
kebisingan)
tidur
edukasi
meredakan nyeri
secara mandiri
kolaborasi
menurun terapeutik
kulit sensitive
edukasi
asupan nutrisi
Terapeutik
kruk)
meningkatkan ambulasi
edukasi
ambulasi
dini
toleransi).
kemampuan
menurun
1.3. Monitor panas, kemerahan, nyeri,
5. Pengisian kapiler
atau bengkak pada ekstremitas.
membaik
terapeutik
6. Tekanan darah sistolik
Lakukan hidrasi
Edukasi
Edukasi
perdarahan
saat ambulasi
konstipasi
atau antikoagulan
1.13 Anjurkan meningkatkan asupan
terjadi perdarahan
Kolaborasi
(D.0023)
Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan
1.1 Periksa tanda dan gejala
selama 3x8 jam diharapkan
hipovolemia (mis. frekuensi nadi
status cairan membaik atau
meningkat, nadi teraba lemah,
dengan kriteria hasil:
tekanan darah menurun, tekanan
edukasi
cairan oral
posisi mendadak
Kolaborasi
NaCl 0,4%)
darah
infeksi
Setelah dilakukan Obeservasi
(D.0142)
tindakan keperawatan
1.1 monitor tanda dan gejala infeksi
selama 3x8 jam diharapkan
lokal dan sistemik
tingkat infeksi menurun
Terapeutik
atau dengan kriteria hasil:
lingkungan pasien
Edukasi
Kolaborasi
jika perlu
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
Menurut Purwaningsih & Karlina (2010) ada 4 tahap oprasional yang harus di
sebagai berikut :
diperlukan, memahami kode etik dan aspek hukum yang berlaku dalam
Pada tahap kerja yang dilakukan perawat yaitu menjaga privasi pasien,
yang baik kepada pasien dan puji atas kerja sama pasien, kontrak waktu
pendokumentasian.
2.2.5. Evaluasi
telah diberikan kepada pasien dengan melihat pada kerangka SOAP ( tepatnya
pada analisa data ) jika pada analisa data disebutkan bahwa masalah teratasi be
rarti dalam pelaksanaan asuhan keperawatan kondisi pasien telah berubah ke arah
yang lebih baik dan artinya sudah mencapai tujuan dan kriteria hasil yang
diharapkan sehingga intervensi dapat dihentikan. Namun jika pada analisa data
maupun kriteria hasil belum mencapai hasil yang optimal sehingga perawat butuh
kondisi pasien masih belum membaik sehingga intervensi perlu dilanjutkan dengan
mengikuti tujuan dan kriteria hasil yang ingin dicapai dan jika dalam analisa data
disebutkan muncul masalah baru berarti perawat harus menyusun intervensi dan
menetapkan tujuan maupun kriteria hasil yang ingin dicapai untuk masalah baru
tersebut.
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus untuk
Subyek penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pasien yang
terdiagnosa fraktur femur di RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda pada saat
penelitian dilakukan.
Subyek penelitian yang diteliti berjumlah dua responden yang mengalami fraktur
femur dengan tertutup dengan kriteria yang sesuai, yaitu : a) pasien berusia 14-50 b)
dilakukan keperawatan.
49
3.3. Atasan Istilah ( Definisi Operasional )
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk dan
kontraksi otot ekstrem. Saat tulang patah, jaringan disekitar akan terpengaruh, yang
dapat mengakibatkan edema pada jaringan lunak, dislokasi sendi, kerusakan saraf.
Organ tubuh dapat mengalami cedera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau
Studi kasus ini dilakukan di ruang bangsal Edelweis RSUD Abdul Wahab
Sjahranie , Kec. Samarinda Ulu, Samarinda, Kalimantan Timur. Studi kasus ini
dilakukan sejak pasien sudah dua hari masuk rumah sakit sampai dengan pasien
dilakukan tindakan oprasi atau selama 3 sampai 6 hari, pada tanggal … sampai
metode studi kasus. Setelah disetujui oleh penguji proposal maka penelitian di
berisi tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, dll yang bersumber dari klien,
Perkusi, dan Auskultasi) pada sistem tubuh pasien. 3) Studi dokumentasi dan
angket (hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data lain yang relevan).
Pada studi kasus ini, alat atau instrument pengumpulan data yang digunakan
adalah format asuhan keperawatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku yang
Keabsahan data dimaksudkan untuk membuktikan kualitas data dan informasi yang
diperoleh dalam studi kasus sehingga menghasilkan data yang akurat. Data dapat
Data yang di dapatkan langsung dari pasien, dapat memberikan informasi yang
lengkap tentang masalah kesehatan dan keperawatan yang sedang dialami oleh
pasien. Contohnya yaitu data yang diperoleh melaui hasil wawancara langsung
dengan pasien.
Data yang dikumpulkan dari orang terdekat pasien yaitu seperti keluarga,
Data yang diperoleh dari catatan pasien yaitu dokumen perawatan atau rekam
medis pasien yang merupakan riwayat penyakit pasien dan perawatan pasien di
masa lalu.
yang dilakukan perawat untuk mengkaitkan data klien serta menghubungkan data
tersebut dengan konsep teori dan prinsip yang relevan keperawatan untuk membuat
Ada beebrapa cara untuk menganalisis data menurut Setiadi dalam Mardiani (2019) :
memeriksanya dengan klien. Dengan meneliti data sesuai dengan observasi yang
dilakukan.
individu baik sehat maupun sakit yang mengalami gangguan fisik, psikis maupun
sosial untuk dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. Dengan begitu, dalam
Menurut Rosdahl (2014) Terdapat empat kesimpulan yang mungkin terjadi yaitu:
Alvinanta, P.N. (2019). KTI Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Fraktur
Ekstremitas Bawah Di Ruang Cempaka Abdul Wahab Sjahranie Samarinda;
Repository Poltekkes Kemenkes Kaltim. Online:
http://repository.poltekkeskaltim.ac.id/295/1/Untitled.pdf
Anzis, Aulia (2020). Studi Literatur: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi
Dengan Masalah Keperawatan Defisit Perawatan Diri (Mandi); Repository
Universitas Muhammadiyah Ponogoro. Online:
http://eprints.umpo.ac.id/6109/3/revisi%20bismillahBAB%202.pdf
Doris, A (2020). Karakteristik Pasien Fraktur Femur Akibat Kecelakaan Lalu Lintas
Pada Orang Dewasa. Akademi Keperawatan Kesdam1/BB Padang. Jurnal
Ilmiah Cerebral Medika (2020). Online: file:///C:/Users/user/Downloads/20-
Article%20Text-89-1-10-20200922.pdf
Gusti H. Y, dkk. (2021). Tingkat Kemandirian Pasien Post Operasi Fraktur
Ekstremitas Bawah. Journal Riset Media Keperawatan Volume 4 Nomor 2,
(68-71).
Hermanto R., Laily I., Nurhidayat S. (2020). Studi Kasus Upaya Penurunan Nyeri
Pada Pasien Post operasi Fraktur Femur, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Health Sciences Journal (2020).
https://www.mendeley.com/search/?page=1&query=fraktur%20femur&sort
By=relevance
Krisdiyana, (2019). KTI Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Orif Fraktur Femur Di
Ruang Cempaka RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda; Repository
Poltekkes Kemenkes Kaltim. Online:
http://repository.poltekkeskaltim.ac.id/404/
Sagaran, V. C., Manjas, M., & Rasyid, R. (2018). Distribusi fraktur femur yang
Dirawat di Rumah Sakit Dr.M.Djamil, Padang (2010-2012). Jurnal
Kesehatan Andalas, 6(3), 586. https://doi.org/10.25077/jka.v6.i3.p586-
589.2017
Shofiatuz, Z., & Wahyudi, W. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Sdr. A
Dengan Kasus Fraktur Di Ruang Mawar RSD Balung; University of
Muhammadiyah Jember. Online: ARTIKEL JURNAL.pdf
(unmuhjember.ac.id)
Saputra, W (2019). KTI Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. H Post Operasi
Fraktur Femur Dengan Resiko Infeksi di Ruang Flamboyan RSUD dr.
Harjono Kab. Ponorogo; Repository Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Online: http://eprints.umpo.ac.id/5390
Online:http://eprints.umpo.ac.id/6109/3/revisi%20bismillahBAB%202.pdf
Risdesdas.(2018). Laporan Nasional. Online:
https://dinkes.kalbarprov.go.id/wp-content/uplouds/2019/03/Lapor
an-riskesdas-2018-Nasional.pdf