Anda di halaman 1dari 93

SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU


MENYIKAT GIGI PADA ANAK USIA SEKOLAH
SD INPRES PERUMNAS 1
MAKASSAR

NURLINDA

NIM. 18.01.079

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG
PRODI S1- KEPERAWATAN MAKASSAR
2020
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU
MENYIKAT GIGI PADA ANAK USIA SEKOLAH
SD INPRES PERUMNAS 1
MAKASSAR

SKRIPSI

Disusun Oleh :

NURLINDA

NIM. 18.01.079

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG
PRODI S1- KEPERAWATAN MAKASSAR
2020

i
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tanan dibawah ini :

Nama : Nurlinda

NIM : 1801079

Program Studi : S1 Keperawatan (Alih Jenjang)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil penelitian saya

sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pemikiran

yang pernah ditullis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian

atau keseluruhan skripsi ini merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia

mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi berupa gelar

kesarjanaan yang telah diperoleh dapat ditinjau dan/atau dicabut.

Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada

paksaan sama sekali.

Makassar, 2020
Yang membuat pernyataan

Nurlinda
1801079
ABSTRAK

NURLINDA “ Hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku menyikat gigi pada anak usia
sekolah SD Inpres perumnas 1 Makassar” (dibimbing oleh Suriyani, Nofianty).

Kesehatan gigi dan mulut merupakan penunjang tercapainya kesehatan tubuh yang
optimal. Kondisi kesehatan gigi dan mulut yang terpelihara akan berpengaruh pada peningkatan
kualitas hidup dan produktifitas sumber daya manusia.
Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan
perilaku menyikat gigi pada anak usia sekolah SD Inpres Perumnas 1Makassar.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan
cross sectional study untuk melihat hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku menyikat gigi
pada anak usia sekolah SD Inpres Perumnas 1 Makassar. Jumlah responden dalam penelitian ini
sebanyak 60 orang. Data diuji statistic chi square dengan tingkat signifikan < 0,004.
Hasil penelitian ini adalah didapatkan sebagian besar tingkat pengetahuan baik sebanyak
24 (40,0%) responden dan yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 36 (60,0%). Dan
perilaku menyikat gigi responden Kategori Baik 23 (38,3%) responden dan kategori kurang 37
(61,7%) responden dan ada hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku menyikat gigi pada
anak usia sekolah SD Inpres Perumnas 1 Makassar.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada hubungan tingkat pengetahuan dengan
perilaku menyikat gigi pada anak usia sekolah SD Inpres perumnas 1 Makassar. Oleh karena itu
diharapkan kepada siswa dapat meningkatkan pengetahuan tentang kesehantan gigi dan perilaku
menyikat gigi, agar terhindar dari berbagai penyakit gigi dan gangguan masalah gigi.

Kata kunci : pengetahuan, perilaku menyikat gigi


Kepustakaan : 8 Buku (2014-2018) dan 12 jurnal (tahun 2016-2019)

vi
Scanned by TapScanner
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan

Hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Menyikat Gigi Pada

Anak Usia Sekolah SD Inpres Perumnas 1 Makassar” Sebagai salah satu

persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep). Tak lupa pula

penulis mengucapkan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw sebagai petunjuk

jalan yang benar.

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah

membantu selama proses penyusunan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan

terima kasih kepada keluarga terutama orang tua saya ibu Salwati yang selalu

memberikan dorongan, motivasi, terutama doa serta materi kepada penulis dalam

penyusunan skripsi ini. Tidak lupa penulis juga menyampaikan ucapan terima

kasih kepada:

1. Bapak H. Sumardin Makka, SKM., M.Kes, selaku Ketua Yayasan Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Panakkukang Makassar.

2. Bapak Dr. Ns. Makkasau Plasay, M.Kes., M.EDM, selaku ketua Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Panakkukang Makassar.

3. Bapak Ns. Muh. Zukri Malik, S.kep., M.Kep, selaku ketua Program Studi S1

Keperawatan STIKES Panakkukang Makassar yang telah memberikan

bimbingan dan petunjuknya selama penyusunan skripsi.

iii
4. Ibu Ns. Suriyani, S.Kep., M.Kep, selaku pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan, kritik, saran dan motivasi dalam

penyusunan skripsi penelitian ini.

5. Ibu Ns. Nofianty, SKM., S.Kep., M.Kes, selaku pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, arahan, kritik, saran dan motivasi dalam penyusunan

skripsi penelitian ini.

6. Ibu Hj. Andi Annas, SKM., M.SI, selaku Penguji I yang telah banyak

memberikan kritik dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Musmulyadi. SKp., M.Kes, selaku Penguji II yang telah banyak

memberikan kritik dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Dosen Prodi S1 Keperawatan yang telah dengan sabar memberikan

pengarahan yang tiada henti-hentinya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Civitas akademika STIKES Panakkukang Makassar.

9. Sahabat–sahabat Peneliti yang telah memberikan bantuan, dukungan,

dorongan serta motivasi dalam proses penyusunan skripsi penelitian ini.

10. Teman-teman Mahasiswa khususnya Program Studi S1 Keperawatan

Angkatan 2018 “Konversi” yang senantiasa memberikan dukungan serta

motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

iv
Semoga skripsi ini dapat menjadi acuan dalam peningkatan wawasan dan

pengetahuan dan mendapat respon positif dari pihak-pihak yang terkait. Akhirnya

penulis mengharapkan adanya saran dan kritik dari semua pihak.

Makassar, 2020

Penulis

Nurlinda

v
Persembahan

“SESULIT APAPUN RINTANGAN UNTUK WISUDA.

JIKA SUDAH BERUSAHA PASTI AKAN TERCAPAI.

USAHA TIDAK AKAN PERNAH MENGKHIANATI HASIL”

Tugas akhir ini saya persembahkan untuk orang tua, saudara, keluarga, dosen, sahabat dan
teman seperjuangan yang telah membantu dan mendoakan saya menyelesaikan skripsi ini.

Terima Kasih.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... iii

ABSTRAK ...................................................................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL .......................................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR..................................................................................................................... x

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ............................................................................................................ 1

B. Rumusan masalah ...................................................................................................... 4

C. Tujuan penelitian ........................................................................................................ 5

D. Manfaat penenlitian ................................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjaun tentang anak usia sekolah ............................................................................... 7

B. Tinjauan teentang perilaku .......................................................................................... 9

C. Tinjauan tentang gigi .................................................................................................. 15

D. Tinjauan cara menyikat gigi ....................................................................................... 22

E. Tinjauan tentang pengetahuan ..................................................................................... 28

F. Hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku menyikat gigi.................................. 33

BAB III KERANGKA KONSEPTAUL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka konsep ......................................................................................................... 35

B. Hipotesis penelitian .................................................................................................... 36

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis dan desain penelitian ......................................................................................... 37

B. Populasi, sampel dan sampling ................................................................................... 37

vii
C. Variabel penelitian ..................................................................................................... 39

D. Defenisi operasional ................................................................................................... 40

E. Tempat penelitian ........................................................................................................ 41

F. Waktu penelitian ......................................................................................................... 41

G. Instrument penelitian ................................................................................................... 41

H. Prosedur pengumpulan data ....................................................................................... 42

I. Teknik analisa data ..................................................................................................... 43

J. Etika penelitian ........................................................................................................... 45

BAB V HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN

A. Hasil penelitian ........................................................................................................... 47

B. Pembahasan ................................................................................................................ 51

C. Keterbatasan peneliti .................................................................................................. 55

D. Implikasi keperawatan ................................................................................................. 55

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................................. 56

B. saran............................................................................................................................. 56

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Defenisi Operasional ............................................................................. 41

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi Berdasarkan Umur dan jenis kelamin ................ 49

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi tingkat pengetahuan ............................................. 50

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan perilaku menyikat gigi 50

Tabel 5.4 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Menyikat gigi 51

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Gigi ... ............................................................................ 16

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ......................................................................... 36

x
DAFTAR SINGKATAN

Singkatan Kepanjangan

WHO World Health Organization

SOR Stimulus Organisme Respons

SPSS Statistical package for the social sciences

SD Sekolah Dasar

xi
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut merupakan penunjang tercapainya kesehatan

tubuh yang optimal. Kondisi kesehatan gigi dan mulut yang terpelihara akan

berpengaruh pada peningkatan kualitas hidup dan produktifitas sumber daya

manusia. Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut harus dilakukan sejak

dini pada usia sekolah dasar mengingat penyakit gigi dan mulut berada pada

peringkat sepuluh besar penyakit yang terbanyak dan tersebar di berbagai

wilayah(Ramadhani, 2018).

Pada usia anak sekolah dasar diperlukan untuk usaha untuk menjaga

kesehatan gigi dan mulut secara berkala, baik dalam penyuluhan pemeriksaan

dan perawatan kesehatan gigi mulut, oleh orang tua, sekolah dan instansi

pemerintah terkait. (wahyuni & hidayat, 2017).

Penyakit gigi dan mulut yang paling banyak ditemukan adalah karies

gigi dan penyakit periodontal. World Health Organization (WHO) 2017,

karies gigi di wilayah Asia Selatan-Timur mencapai 75%-90% terserang

karies gigi di seluruh dunia 60-90% anak mengalami karies gigi. Prevalensi

karies terus menurun di negara maju sedangkan di negara-negara berkembang

termasuk Indonesia ada kecenderungan kenaikan (Gultom, 2017).

1
2

Berdasarkan riset kesehatan dasar (indonesia basis health research)

pada tahun 2018, sebanyak 57% dari penduduk provinsi jawa tengah masih

mengalami kesehatan gigi dan mulut dengan 9,5% penduduk mendapatkan

perawatan dan pengobatan.

Presentasi mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut sebesar 93%

ditemukan pada kelompok usia 6-12 tahun, karena pada usia 6-12 tahun

sebagian besar masih memiliki kebiasaan menggosok gigi yang keliru yaitu

saat mandi pagi dan mandi soreh. Hal ini dibuktikan bahwa kebiasaan benar

menggosok gigi anak usia sekolah hanya 2% (BPPK, 2018). Ditemukan

bahwa 91, 1% orang indonesia menggosok gigi setiap hari. Namun hanya 7,

3% dari keseluruhan melakukan penggosokan gigi dengan benar. Fakta yang

terjadi 72,1% penduduk indonesia memiliki masalah gigi berlubang dan

46,5% diantaranya tidak merawat gigi berlubang (lubis & Nugrahaeni, 2018).

Cara menyikat gigi yang benar sangat penting diajarkan kepada anak-

anak karena sangat mempengaruhi tingkat kebersihan giginya. Usia anak-anak

merupakan saat yang ideal untuk melatih kemampuan motoric 4 seorang

anak. Namun faktanya, di Sulawesi Selatan penduduk yang berusia 10 tahun

yang menyikat gigi dengan benar hanya 5,6%, dengan data spesifik (10-14

tahun 4,9%, 15-24 tahun 5,9%, 25-34 tahun 6,1%, 45-54 tahun 5,1%). Ini

menunjukkan bahwa anak-anak masih kurang mendapat pengetahuan tentang

cara menyikat gigi yang benar dan menjadikan ini menjadi salah satu faktor

utama dalam tingginya kerusakan gigi pada anak (kasang, 2016).


3

Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit gigi berlubang antara lain

karena struktur gigi, mikroorganisme mulut, lingkungan subtract (makanan),

dan lamanya waktu makanan menempel didalam mulut. Faktor lain adalah

usia, jenis kelamin, tingkat ekonomi, tingkat pendidikan, lingkungan,

kesadaran dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi (Hermawan,

2016).

Sering kita jumpai, kondisi seseorang yang mengeluh sakit gigi

kemudian datang dan berobat kedokter gigi dalam keadaan terlambat.

Kunjungan penderita kepuskesmas rata-rata sudah dalam keadaan lanjut untuk

berobat, sehingga dapat diartikan bahwa tingkat kesadaran masyarakat pada

umumnya untuk berobat sedini mungkin masih belum dapat dilaksanakan. Di

indonesia kesadaran orang dewasa untuk datang ke dokter gigi kurang dari 7

% dan pada anak-anak hanya sekitar 4 % kunjungan (Lukihardianti, 2011).

Dampak positif apabila dilakukan perawatan gigi yaitu tidak terasa

sakit radang gusi, tidak ada karies, saat mengunyah tidak tidak terasa nyeri,

leher gigi tidak kelihatan, tidak goyang, tidak terdapat plak, warna gigi putih

kekuningan tidak terdapat karang, mahkota gigi utuh. Kelalaian merawat

mulut dan gigi dapat menimbulkan dampak negatif yang menganggu aktifitas

sehari- hari. Dapat menimbulkan karies gigi pada anak yang dibiarkan tidak

dilakukan perawatan akan dapat masalah kesehatan seperti adanya rasa nyeri,

gangguan tidur. Jika tidak dilakukan perawatan akan menimbulkan rasa sakit

pada gigi yang berakibat melakukan kegiatan anak tidak hadir ke sekolah dan
4

nafsu makan menurun sehingga mengakibatkan gangguan tumbuh kembang

anak. Oleh karena itu, orang tua perlu melakukan stimulus pada anak untuk

perkembangan motoric terutama melakukan gosok gigi. (Khasana & Susanto,

2018).

Menurut penelitian Pontunuwu dalam Afiati dkk (2014) menjelaskan

bahwa pengetahuan yang tepat mempengaruhi perilaku kesehatan dalam

meningkatkan kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut. Namun,

pengetahuan seseorang tentang perilaku memelihara kesehatan gigi dan mulut

seringkali terdapat ketidakselarasan. Kenyataan yang lain dapat ditunjukkan

pada perilaku masyarakat yang mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan

gigi. Menurut Suratri dkk (2016) pengetahuan dan sikap ibu terhadap

kesehatan atau perawatan gigi dan mulut anak cukup baik akan tetapi

perilakunya yang belum sesuai dengan pengetahuan dan sikapnya, ini terlihat

pada hanya 50% anak yang sakit gigi dibawa berobat ke pelayanan gigi dan

mulut (Gayatri, 2017).

Pada saat pengambilan data awal pada tanggal 28 Oktober 2019 di SD

Inpres Prumnas 1 Makassar yang berlokasi di Jln Bonto DG Ngirate

didapatkan jumlah siswa kelas IV sebanyak 39 Siswa, kelas V sebanyak 32

Siswa dan VI sebanyak 32 siswa, di SD inpres perumas 1 Makassar,

Berdasarkan observasi nampak perawatan giginya yang kurang bersih.


5

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti

tentang “Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku menyikat Gigi di

SD Inpres Perumnas 1 Makassar.

B. Rumusan masalah

Dari uraian latar belakang diatas penulis dapat merumuskan inti permasalahan

dari pokok bahasan utama penelitian ini, yaitu “ Apakah ada Hubungan

Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Menyikat Gigi pada anak usia sekolah

SD Inpres Perumnas 1 Makassar? ”

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Adapun tujuan umum pada penelitian ini adalah diketahuinya hubungan

tingkat pengetahua tentang kesehatan gigi dengan perilaku menyikat gigi

pada anak usia sekolah SD Inpres Prumnas 1 Makassar.

2. Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus dalam penilitain ini adalah.

a. Diketahuinya tingkat pengetahuan kesehatan gigi pada siswa di SD

Inpres Perumnas 1 Makassar.

b. Diketahui perilaku menyikat gigi pada siswa di SD Inpres Perumnas 1

Makassar.

c. Diketahui hubungan tingkat pengetahua tentang prilaku menyikat gigi

pada anak usia sekolah SD Inpres Perumnas 1 Makassar.


6

D. Manfaat penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat dipetik dari hasil penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Bagi pembaca, penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan

tentang pentingnya menyikat gigi guna mencegah terjadinya berbagai

masalah atau gangguan dalam gigi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru dan segenap manajemen pendidikan di SD Inpres Perumnas

1 Makassar, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

masukan dalam meningkatkan penegetahuan siswa budaya hidup sehat

b. Bagi siswa di SD Inpres Perumnas 1 Makassar hasil penelitian ini

diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan gigi

dan perilaku menyikat gigi, agar terhindar dari berbagai penyakit gigi

dan gangguan atau masalah dalam kesehatan gigi.

c. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

sebagai bahan referensi dan pembandingan penelitian selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Anak usia sekolah

1. Definisi

Anak usia sekolah menurut definisi WHO (World Health

Organization) yaitu golongan anak yang berusia antara 7-15 tahun,

sedangkan di Indonesia lazimnya anak yang berusia 6-12 tahun Anak usia

sekolah Periode usia pertengahan ini dimulai dengan masuknya anak

kedalam lingkungan sekolah.

2. Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Usia Sekolah

Pertumbuhan adalah proses yang berhubungan dengan bertambah

besarnya ukuran fisik karena terjadi pembelahan dan bertambahnya

banyaknya sel, disertai bertambahnya substansi intersal pada jaringan

tubuh. Proses tersebut dapat diamati dengan adanya perubahan-perubahan

pada besar dan bentuk yang dinyatakan dalam nilai-nilai ukuran tubuh,

misalnya berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas,

dan sebagainya. Pada masa anak-anak banyak mengalami perubahan-

perubahan di dalam tubuh yang meliputi meningkatnya tinggi dan berat

badan.

Menurut Toho Cholik Mutohir dan Gusril secara umum pertumbuhan

tinggi badan pada masa anak-anak akan mengalami kenaikan pertahun 5-7

7
8

cm, untuk anak perempuan umur 11 tahun rata-rata mempunyai tinggi

badan 147, 3cm sedangkan anak laki-laki 146 cm. Berat badan

mengalami kenaikan yang lebih bervariasi daripada kenaikan tinggi badan,

berkisar antara sampai 1,5-2,5 kg pertahun. Anak perempuan umur 11

tahun, rata-rata mempunyai berat badan 44, 25 kg sedangkan anak laki-

laki 42,75 kg.

Perkembangan adalah proses yang berhubungan dengan fungsi organ

atau alat tubuh karena terjadinya pematangan. Pada pematangan ini terjadi

diferensiasi sel dan maturasi alat atau organ sesuai dengan bertambahnya

pandainya keterampilan dan perilaku. Perkembangan komunikasi pada

anak usia ini dapat dimulai dengan kemampuan anak mencetak,

menggambar, membuat huruf atau tulisan yang besar dan apa yang

dilaksanakan oleh anak mencerminkan pemikiran anak dan 1 kemampuan

anak membaca disini sudah dapat mulai, pada usia kedelapan anak sudah

mampu membaca dan sudah mulai berfikir terhadap kehidupan.

Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap

masih memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu gunakan

kata sederhana yang spesifik, jelaskan sesuatu yang membuat

ketidakjelasan pada anak atau sesuatu yang tidak diketahui, pada usia ini

keingintahuan pada aspek fungsional dan procedural dari objek tertentu

sangat tinggi maka jelaskan arti fungsi dan prosedurnya, maksud dan

tujuan dari suatu yang ditanyakan secara jelas dan jangan menyakiti atau
9

mengancam sebab ini akan membuat anak tidak mampu berkomunikasi

secara efektif (Hidayat, 2012).

B. Tinjauan Perilaku

1. Batasan perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas

organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut

pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan,

binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka

mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan

perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari

manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara

lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,

membaca dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas

manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat

diamati oleh pihak luar.

Skinner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku

merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan

dari luar). Oleh karena itu perilaku ini terjadi melalui proses adanya

stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut

merespons, maka teori skinner ini disebut teori :S-O-R” atau Stimulus

Organisme Respons. Skinner membedakan adanya dua respons.


10

a. Respondent respone atau reflexive, yakni respons yang ditimbulkan

oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini

disebut eliciting stimulation karena menimbulkan respons-respons

yang relative tetap. Misalnya: makanan yang lezat menimbulkan

keinginan makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan

sebagainya Respondent response ini juga mencakup perilaku

emosional, misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau

menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan

mengadakan pesta, dan sebagainya.

b. Operant response atau instrumental response, yakni respons yang

timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau

perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation

atau reinforce, karena memperkuat respons. Misalnya apabila

seseorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik

(respons terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian

memperoleh penghargaan dari atasannya (stimuls baru), maka petugas

kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksankan tugasnya.

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini maka perilaku dapat

dibedakan menjadi dua.

a. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

terselubung atau tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap


11

stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi

pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang

menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh

orang lain. Oleh sebab itu, disebut convert behavior atau unobservable

behavior, misalnya: seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa

kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular

melalui hubungan seks, dan sebagainya. Bentuk perilaku tertutup

lainnya adalah sikap, yakni penilaian terhadap objek.

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata

atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam

bentuk tindakan atau praktik (practive), yang dengan mudah dapat

diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut over

behavior, tindakan nyata atau praktik (practice) misalnya, seorang ibu

memeriksakan kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas

untuk di imunisasi, penderita TB paru minum obat secara teratur, dan

sebagainya.

Seperti telah disebutkan di atas, sebagian besar perilaku manusia

adalah operant response. Oleh sebab itu, untuk membentuk jenis respons atau

perilaku perlu diciptakan adanya suatu kondisi tertentu yang disebut operant

conditioning. Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning ini

menurut skinner adalah sebagai berikut.


12

1) Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau

reinforce berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan

dibentuk.

2) Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen yang

kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen-

komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada

terbentuknya perilaku yang dimaksud.

3) Menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan

sementara, mengidentifikasi reinfircer atau hadiah untuk masing-masing

komponen tersebut.

4) Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen

yang telah tersusun. Apabila komponen pertama telah dilakukan, maka

hadiahnya diberikan. Hal ini akan mengakibatkan komponen atau perilaku

(tindakan) tersebut cenderung akan sering dilakukan. Kalau ini sudah

terbentuk maka dilakukan komponen (perilaku) yang kedua kemudian di

beri hadiah (komponen pertama tidak memerlukan hadiah lagi). Demikian

berulang-ulang samapi komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan

dengan komponen ketiga, keempat, dan selanjutnya sampai seluruh

perilaku yang diharapkan terbentuk.

Sebagai ilustrasi, misalnya dikehendaki agar anak mempunyai kebiasaan

menggosok gigi sebelum tidur. Untuk berperilaku seperti ini maka anak

tersebut harus:
13

 Pergi ke kamar mandi sebelum tidur.

 Mengambil sikat dan odol.

 Melaksanakan gosok gigi.

 Menyimpan sikat gigi dan odol.

 Pergi ke kamar tidur.

Kalau dapat diidentifikasi hadiah-hadiah (tidak berupa uang) bagi

masing-masing komponen perilaku tersebut (komponen 1-6), maka akan

dapat dilakukan pembentuk kebiasaan tersebut.

Contoh diatas adalah suatu penyederhanaan prosedur pembentukan

perilaku melalui operant conditioning. Di dalam kenyataanya prosedur ini

banyak dan bervariasi sekali dan lebih komplek daripada contoh diatas. Teori

skinner ini sangat besar pengaruhnya, terutama di Amerika Serikat. Konsep-

konsep behavior control, behavior theraphy, dan behavior modification yang

dewasa ini berkembang adalah bersumber pada teori ini.

2. Perilaku kesehatan

Berdasarkan batasan perilaku dari skinner tersebut, maka perilaku

kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme terhadap stimulus atau

objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

makanan, dan minuman, serta lingkungan. dari batasan ini, perilaku kesehatan

dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok.


14

a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Healt maintenance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau

menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bila

mana sakit. Oleh sebab itu, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri

dari tiga aspek, yaitu:

1) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit,

serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

2) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan

sehat. Perlu dijelaskan di sini, bahwa kesehatan itu, sangat dinamis

dan relative, maka dari itu orang yang sehat pun perlu di upayakan

supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.

3) Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat

memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang tetapi

sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab

menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan

penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap

makanan dan minuman tersebut.

b. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan

kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (healt

seeking behavior).

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai


15

dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke

luar negeri

c. Perilaku kesehatan lingkungan

Bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik

maupun sosial budaya dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut

tidak mempengaruhi kesehatannya. Dengan perkataan lain, bagaimana

seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu

kesehatannya sendiri, keluarga atau masyarakatnya. Misalnya

bagaimana mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat

pembuangan sampah, pembuangan limbah, dan sebagainya.

C. Definisi Gigi

1. GIgi

Gigi adalah tulang keras dan kecil-kecil berwarna putih yang tumbuh

tersusun, berakar didalam gusi dan berfungsi untuk mengunyah dan

mengigit.

Menurut ircham Machfoedz (2013) tugas dari gigi adalah

a. Untuk berbicara

Kehilangan gigi akan menyebabkan seseorang mengalami kesulitan

untuk berbicara terutama gigi bagian depan. Pengucapan huruf tertentu

seperti F, V dan S pun terdengar aneh.

b. Untuk mengunyah makanan

Bersama dengan lidah dan bibir, gigi melakukan fungsi pengunyahan.


16

Fungsi ini meliputi kombinasi pemotongan, perobekan, penghalusan

makanan. Di pindah kekiri, kanan, tengah seperti mixer atau blender

supaya tercerna dengan halus dimulut sebelum dimasukkan ke organ

pencernaan mulut.

c. kecantikan

Ini jelas, senyum orang yang gigi depannya tanggal akan terlihat

sedikit kurang menarik, dibandingkan senyum orang dengan gigi yang

utuh.

2. Anatomi gigi

Gambar 2.1 anatomi Gigi (sumber : Tarigan, 2016)

Struktur gigi pada manusia terbagi dua bagian yaitu bagian mahkota

dan bagian akar. Pada bagian mahkota merupakan bagian gigi yang

terlihat dalam mulut, sedangkan pada bagian akar merupakan bagian yang

tertanam didalam tulang rahang (Tarigan, 2016)

Menurut Tarigan tahun 2016, pada bagian gigi manusia terstruktur/

tersusun atas 4 (empat) jaringan yakni:


17

a. Mahkota merupakan bagian yang menonjol dari rahang.

b. Leher merupakan bagian yang terletak antara mahkota dengan bagian

akar gigi.

c. Akar merupakan bagian yang tertanam didalam rahang.

d. Email dikenal juga dengan istilah “Enamel”, merupakan jaringan

yang berfungsi untuk melindungi tulang gigi dengan zat yang sangat

keras yang berada di bagian paling luar gigi manusia. Warna email

gigi pun sebenarnya tidak putih mutlak, kebanyakan lebih mengarah

keabu-abuan dan semi translusen. Kecuali pada kondisi enamel yang

abnormal seringkali menghasilkan warna yang menyimpang dari

warna enamel yang cenderung mengarah ke warna gelap.

e. Tulang dikenal dengan istilah “dentin’’ yaitu tulang yang merupakan

lapisan yang berada pada pada lapisan setelah email yang dibentuk

dari zat kapur. Dentim juga merupakan bagian terluas dari struktur

gigi, meliputi seluruh panjang gigi mulai dari mahkota hingga akar.

Dentin pada mahkota gigi dentin dilapisi oleh enamel, sedangkan

dentin pada akar gigi dentin yang dilapisi enamel, sedangkan dentin

pada akar gigi dilapisi oleh semen.

f. Rongga gigi adalah rongga yang di dalamnya terdapat pembuluh

darah kapiler dan serabut-serabut syaraf.

g. Rongga gigi adalah rongga yang didalamnya terdapat pembuluh darah

kapiler dan serabut-serabut syaraf.


18

h. Pulp adalah rongga yang terdapat didalamnya terdapat pembuluh

darah kapiler serabut-serabut saraf.

3. Tugas gigi

Sesuai dengan tugas gigi, maka dikenal empat gigi, yaitu :

a. Gigi seri. Gigi ini ada empat buah diatas dan dibawah. Seluruhnya

delapan, terletak didepan. Tugasnya untuk memotong dan

menggunting makanan. Akarnya satu.

b. Gigi taring Gigi ini ada empat, seluruhnya diatas dua dibawah dua,

terletak di sudut mulut bentuk mahkotanya runcing, guna mencabik

makanan. Akar giginya hanya satu.

c. Geraham kecil Gigi ini merupakan pengganti gigi geraham sulung.

Seperti kita ketahui pada gigi sulung tidak memiliki geraham kecil, di

belakang gigi taring. Ada delapan, atas empat, bawah empat, tugasnya

membantu atau bersama-sama geraham besar menghaluskan makanan.

Akar gigi geraham kecil ini semua satu, kecuali yang atas delapan,

memiliki dua akar.

d. Geraham besar Terletak dibelakang gigi geraham kecil jumlahnya dua

belas. Atas enam bawah enam. Masing-masing sisi tiga buah

permukaan lebar dan bertonjol-tonjol. Gunanya untuk menggiling

makanan. gigi ini yang dibawah akarnya dua, yang atas tiga.

Sedangkan gigi geraham terakhir, seringkali ketiga akarnya bersatu

menjadi satu.
19

4. Gangguan pada gigi dan mulut

perawatan gigi yang tidak adekuat dapat menyebabkan masalah

kesehatan gigi. Masalah yang biasa muncul pada anak-anak sebagai

berikut.

a. Caries (gigi berlubang)

Caries atau karies dalam bahasa indonesia, sebenarnya istilah

untuk lubang gigi. Karies diawali dengan timbulnya bercak cokelat

atau putih yang kemudian berkembang menjadi lubang cokelat.

Lubang ini terjadi karena luluhnya mineral gigi akibat reaksi

fermentasi karbohidrat termaksud sukrosa, fruktosa, dan glukosa oleh

beberapa bakteri penghasil asam. Lubang gigi baru akan terasa sakit

bila lubang gigi sudah dalam mencapai rongga pulpa yang berisi

pembuluh darah dan saraf. Karies dapat dicegah dengan melakukan

kebiasan baik menyikat gigi setelah makan dan sebelum tidur dan rutin

memeriksa gigi setiap enam bulan sekali.

b. Halitosis ( bau mulut)

Halitosis diidentifikasikan sebagai bau yang tidak sedap yang

tercium ketika penderita menghembuskan nafasnya. Biasanya halitosis

disebabkan oleh makanan atau zat tertentu yang ditelan, fermentasi

bagian-bagian makan dalam mulut. Halitosis juga bisa merupakan

gejala penyakit tertentu seperti penyakit hati, penyakit paru-paru dan

mulut.
20

c. Gigitan buruk (Malocclusion)

Secara harfia, maloklusi berarti “gigitan buruk’’. Malocclusion

atau maloklusi adalah keadaan gigi yang menyimpang dari keadaan

normal sehingga menyebabkan timbulnya masalah dalam menggigit

atau mengunyah. Kondisi ini juga dapat disebut sebagai gigitan tidak

teratur, crosbite, atau overbite. Maloklusi dapat dilihat sebagai

bengkok, ramai, atau menonjol. Hal ini dapat memengaruhi

penampilan seseorang, ucapan, dan kemampuan untuk makan.

Maloklusi paling sering terjadi karena faktor keturunan. Minsalnya,

ukuran rahang mengikuti garis keturunan ibu dimana rahang

berukuran kecil, sedangkan ukuran gigi mengikuti garis keturunan

bapak yang ukurannya giginya besar. Kondisi yang sering terjadi

adalah gigi terlalu banyak atau terlalu sedikit, terlalu banyak atau

terlalu sering kondisi ruang antara gigi, mulut tidak teratur dan bentuk,

dan formasi atipikal dari rahang dan wajah seperti bibir sumbing.

Namun maloklusi dapat terjadi akibat kebiasaan buruk seperti

mingisap jari atau jempol, menetrasi lidah, premature hilangnya gigi

dari kecelakaan atau penyakit gigi, dan kondisi medis seperti

pembesaran amandel dan kelenjar gondok yang menyebabkan

pernafasan mulut.

d. Infeksi gusi (Periodontitis)

Periodontitis merupakan infeksi gusi serius yang merusak


21

jaringan lunak dan tulang yang menyangga gigi. periodontitis

mengacu pada penyakit gusi dan kerusakan jaringan dan tulang.

Periodontitis biasanya diakibatkan kurangnya kebersihan mulut.

Periodontitis yang dimulai pada masa kanak-kanak dan mereka yang

berusia muda disebut periodontitis agresif. Cara terbaik mencegah

periodontitis adalah dengan menjaga kebersihan mulut dengan secara

konsisten seperti menyikat gigi secara teratur.

5. Dampat tidak menyikat gigi

Masalah kesehatan gigi dapat menyebabkan kematian bila infeksi

sudah parah akan mempengaruhi jaringan tubuh lain, seperti teggorokan,

jantung hingga otak (Minata, 2011). Menurut Tompubolon (2006)

dampak yang dialami seseorang dengan masalah gigi antara lain

keterbatasan fungsi gigi (sulit mengunyah,makanan tersangkut, bau nafas,

pencernaan terganggu), desabilitas fisik (diet tidak memuaskan,

menghindari makanan tertentu, tidak dapat menggosok gigi denga baik),

rasa sakit setiap megunyah (sakit kepala, infeksi, sakit radang), ketidak

nyamanan psikis (merasa rendah diri, sangat khawatir), dan disabilitis

psikis (tidur terganggu, sulit berkonsentrasi, merasa malu).

6. Karakteristik gigi anak sekolah

Gigi adalah jaringan tubuh yang paling keras dibandingkan yang

lainnya strukturnya berlapis-lapis mulai dari email yang keras, dentim

(tulang gigi) didalamnya, pulpa yang berisi pembulu darah, pembuluh


22

saraf dan bagian lainya yang memperkokoh gigi. Namun gigi merupakan

jaringan tubuh yang mudah sekali mengalami kerusakan. Hal ini apabila

tidak memperoleh perawatan semestinya. Gigi susu (primer) terdiri dari 20

gigi dan gigi permanen terdiri 32 gigi. Normalnya setiap gigi taring

berganti dengan gigi tetap. Gigi seri berganti dengan gigi seri gigi taring

berganti dengan gigi taring dan geraham susu berganti dengan gigi

dewasa. Geraham dewasa pertamanya biasanya muncul geraham susu.

Pada usia 6 tahun sampai 7 tahun, gigi yang tumbuh sementara antara

lain gigi seri tengah dan gigi geraham pertama. Usia 7 sampai 8 tahun

tumbuh gigi seri tengah, dan gigi seri literal. Usia 9 sampai 10 tahun

tumbuh gigi taring bagian mandibula. Usia 10 sampai 12 tahun tumbuh

gigi geraham pertama, gigi taring bagian maksila, dan gigi geraham kecil

kedua (Hockeberry & Wilson, 2009).

D. Cara Menyikat Gigi

1. Standar Oprasional Prosedur (SOP)

a. Menyikat gigi

Pengertian : adalah tindakan membersihkan rongga mulut dan gigi

dari semua kotoran makanan dengan menggunakan sikat

gigi.

Tujuan : - Mencegah penyakit gigi dan mulut.

- Mencegah penyakit yang penularannya melalui

- Untuk menanamkan kebiasaan menyikat gigi yang baik


23

dan benar kepada anak sejak dini.

Peralatan : - sikat gigi

- Pasta gigi

- gelas untuk berkumur yang berisi air

Prosedur pelaksanaan :

1) Ambil sikat dan pasta gigi, peganglah sikat gigi dengan cara

sendiri (yang penting nyaman untuk dipegang), oleskan pasta gigi

di sikat gigi yang sudah dipegang dan kumur-kumur.

2) Sikat gigi (gigi depan dengan cara menjalankan sikat gigi pelan-

pelan dan naik turun. Kenapa harus pelan-pelan karena biasanya

orang yang menyikat gigi secara kasar, akan mengakibatkan gusi

lecet dan berdarah.

3) Langkah selanjutnya gosok bagian gigi sebalah kanan dan kiri.

Cara mengaplikasikannya hampir sama dengan menyikat gigi

depan, yaitu gosok perlahan dengan irama naik turun. Jika susah

mengosok naik turun bisa menggosok biasa namun dengan durasi

lebih lama, karena mengosok dengan cara naik turun walaupun

pelan-pelan akan lebih cepat menghilangkan sisa makanan yang

mempel.

4) Setelah selesai menggosok area gigi bagian kanan, kiri dan depan,

maka langkah selanjutnya adalah membersihkan/menyikat gigi

bagian dalam (gigi geraham). Usahakan sikat dengan cara pelan-


24

pelan namun kotoran tak ada yang tertinggal karena biasanya plak

kuning terjadi di area ini jika gosok giginya tidak bersih. Caranya,

gunakanan ujung bulu sikat untuk menjangkau area gigi geraham

dengan sedikit tekanan sampai ujung sikat sedikit melungkung.

5) Langkah terakhir gosok gigi dalam (gigi tengah) dengan cara

menegakan lurus sikat gigi, lalu sikat gerakkan sikat keatas

kebawah.

3. Syarat-syarat sikat gigi memenuhi syarat:

a. Tangkai lurus dan mudah dipegang

b. Kepala sikat gigi kecil. Sebagai ancar-ancar paling besar sama dengan

jumlah lebar keempat gigi bawah. Kenapa harus kecil, sebab kalau

besar tidak dapat masuk kebagian-bagian yang sempit dan dalam.

c. Bulu sikat gigi harus lembut dan datar. bila sikat gigi terlalu besar,

bulu dapat tercabut sebagian.

4. Frekuensi menggosok gigi

Perawatan gigi sebenarnya dapat dilakukan dengan kebiasaan teratur dan

disiplin yaitu pada waktu pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum

makan (Kemenkes, 2012).

5. Pasta gigi

Flouride dibutuhkan oleh gigi untuk menjaga gigi dari kerusakan, namun

kadarnya harus diperhatikan. Flouride dapat menurunkan produksi asam

dan meningkatkan pembentukan mineral pada dasar enamel. Pasta gigi


25

yang sekarang beredar mengandung 0,15 % fluoride yang sebelumnya

mengandung 0,10 % flouride.

6. Cara penyimpanan sikat gigi

Menyimpan sikat gigi Sesudah menyikat gigi maka harus bersih. Setelah

itu harus digantung dengan kepala dibawah. Bila disimpan, dibawah maka

air tidak segerah turun dan kuman yang tinggal akan berkembang biak.

Tetapi dengan digantung maka sikat gigi akan segerah kering dan bersih

dari kuman. Tempat yang basah memungkinkan kuman akan menempel

dan berkembang biak.

7. Pemeriksaan kedokter gigi

Perilaku menjaga kesehatan yaitu dengan rutin ke dokter gigi 6 bulan

sekali. Melakukan pemeriksaan gigi dan mulut setiap 6 bulan sekali

adalah hal yang penting untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut. Dokter

gigi dapat melakukan pendeteksian dan penanganan dini terhadap

masalah gigi dan mulut dalam tahap awal.

8. Mengatur makanan

Anak-anak umumnya menyukai permen artinya apabila anak-anak terlalu

banyak mengkomsumsi permen, coklat, dan es krim jarang

membersihkan gigi setelah makan permen, dapat mengakibatkan

permukaan gigi akan diubah oleh kuman dengan bahan dari mulut diubah

menjadi asam. Asam yang menempel dipermukaan email diatas

permukaan yang lunak itu, kuman-kuman akan melubanginya makanan


26

yang lengket dan manis juga memperbesar kemungkinan terjadinya

karies. Mikroorganisme yang berperan dalam menyebabkan karies adalah

bakteri. Sumber makanan yang baik dikomsumsi untuk penguat gigi yaitu

makanan yang mengandung kalsium, vitamin C dan vitamin D seperti

susu, telur dan buah-buahan. Protein seperti tempe, telur dan daging dapat

memperhambat proses karies. Memasuki usia sekolah, resiko anak

mengalami sakit gigi makin tinggi. Banyaknya jajanan disekolah, dengan

jenis makanan dan minuman yang manis mengancam kesehatan gigi anak

9. Faktor-faktor mempengaruhi perilaku menyikat gigi

faktor internal merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi dari dalam

diri seseorang, seperti usia, pengalaman dan motivasi anak hal ini dapat

dijelaskan yaitu.

a. Usia

Usia merupaka faktor mempengaruh perawatan gigi pada anak.

Semakin bertambah usia seseorang maka berbanding lurus

pengetahuan yang dimiliki.

b. Pengalaman

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu

suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini

dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh

dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu. Anak usia

sekolah tidak akan mengkomsumsi permen tampa menggosok gigi


27

setelahnya apabila ia belum memiliki atau melihat orang lain. Ia akan

mengantisivasi hal yang dapat terjadi apabila kegiatan tersebut

dilakukan.

c. Motivasi anak

Anak usia sekolah memiliki tanggu jawab dalam melakukan sesuatu

namun anak usia sekolah memiliki motivasi rendah dalam

memperhatikan penampilan dan bau mulut sampai mereka usia remaja.

Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi dari luar

diri seseorang. Faktor yang berasal dari lingkungan sekitar

(Notoadmodjo, 2010)

a. Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor mempengaruhi pengetahuan

seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi

seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan

juga hal-hal buruk tergantung pada sifat kelompoknya.

b. Orang tua

Orang tua memiliki tanggung jawab terhadap kesehatan anggota

keluarganya terutama anak. Orang tua harus memiliki pengetahuan

yang cukup tentang kesehatan gigi dan mulut serta karies gigi.

c. Tingkat pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pebelajaran untuk

meningkatkan kemampuan tertentu, sehingga sasaran pendidikan turut


28

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pebelajaran untuk

meningkatkan kemampuan tertentu, sehingga sasaran pendidikan turut

pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan

memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya

semakin tinggi pengetahuan seseorang makin baik pula

pengetahuanya.

d. Fasilitas kesehatan

Fasilitas kesehatan sangat berpengaruh baik dalam kesehatan gigi dan

mulut.

e. Penghasilan

Status ekonomi sebagai faktor resiko terhadap karies terutama pada

masyarakat yang rendah, hal ini disebabkan mahalnya perawatan gigi.

f. Sosial budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat

mempengaruhi pengetahuan persepsi, dan sikap seseorang terhadap

sesuatu. Apabila dalam keluarga jarang melakukan kebiasaan gosok

gigi sebelum tidur, maka itu dapat berdampak kebiasaan dalam

perilaku anak yang mengikuti orang tuanya.

E. Tinjauan Tentang Pengetahuan

1. Definisi

Menurut Notoadmodjo dalam kholid (2015) Pengetahuan adalah hasil


29

‘tahu’ dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu

objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni

indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupaka domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang

Pengetahuan adalah hasil dari rasa keinginantahuan yang terjadi

melalui proses sensoris, khususnya mata dan telinga terhadap objek

tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting

terbentuknya perilaku (open behavior) (Doli, 2017).

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Kholid, (2015) tingkat pengetahuan seseorang secara rinci terdiri

dari enam yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh

sebab itu ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah. Kata kerja untuk megukur bahwa orang tahu tentang apa yang

dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan, dan sebagainya.


30

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tetang objek yang diketahui dan dapat megintrepetasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartiakan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

Aplikasi disini dapat diartiakan aplikasi atau penggunaan hukum-

hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau

situasi yang lain.

d. Analisis (comprehention)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalan komponen-komponen, tetapi masi dalam suatu

struktur organisasi tersebut, dan masi ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja

dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya

e. Sintesis (synthesis)

Menunjukan pada suatu kemampuan untuk melakukan atau untuk

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan


31

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampua untuk

menyusun atau formasi-formasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Lestari (2015):

a. Tingkat pendidikan, yakni upaya untuk memberika pengetahuan

sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.

b. Informasi, seseorang yang mendapatkan informasi lebih banyak akan

menambahkan pengetahuan yang lebih luas.

c. Pengalaman, yakni sesuatu yang pernah dilakukan seseorang akan

menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal.

d. Budaya, tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhan yang

meliputi sikap dan kepercayaan.

e. Social ekonomi yakni kemampuan seseorang memenuhi kebutuhan

hidupnya.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

menurut Maliono dalam lestari (2015) adalah:

1) Sosial ekonomi

Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan

seseorang bila ekonomi baik, tingkat pendidikan tinggi tingkat


32

pengetahuan akan tinggi pula.

2) Kultur (budaya dan agama)

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan

seseorang karena informasi yang baru akan di saring sesuai atau

tidaknya dengan budaya apapun agama yang dianut.

3) Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan maka semakin akan mudah menerima

informasi hal baru dan akan mudah meyesuaikan dengan hal yang

baru tersebut.

4) Pengalaman

Pengalaman disini berkaitan dengan umur pendidikan individu,

pendidikan yang tinggi, maka pengalaman akan lebih luas,

sedangkan semakin tua umur seseorang maka pengalaman semakin

banyak.

4. Kriteria tingkat pengetahuan

Menurut Arikunto (2010) dalam utami dkk (2016) memaparkan

pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dalam skla

bersifat kualitatif, yaitu :

a. Baik : Hasil Presentasi 76% - 100%

b. Cukup : Hasil Presentasi 56% - 75%

c. Kurang : Hasil Presentasi <56%


33

5. Pengukuran pengetahuan

Menurut (lestari, 2015) dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek

penelitian kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketehuai atau kita ukur

dapat disesuaikan dengan tingkat domain diatas pengukuran pengetahuan

dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang berisi pertanyaan

sesuai materi yang ingin kita ukur dari subyek penelitain tau responden

yang disesuaikan dengan tingkat pengetahuan.

F. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Menyikat Gigi

Menurut peneliti hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku menyikat

gigi yaitu suatu informasi yang telah dikombinasikan dengan pemahaman

guna mencegah kerusakan gigi dengan cara menyikat gigi dengan benar.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nugroho (2017) yaitu tentang

hubungan tingkat pengetahuan karies dengan perilaku perawatan gigi anak

sekolah Di SD Sonosewu kasihan bantul. Bahwa terdapat hubungan yang

singnifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku perawatan gigi di SD

Sonosewu Kasihan Bantul dengan keeratan rendah. Siswa siswi diharapkan

melakukan perawatan gigi yang benar untuk menghindari karies gigi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Carla dianmarta (2018) yaitu

tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi Dengan

Perilaku Perawatan Gigi Pada Anak Usia Sekolah Di SDN Pondok Cina 4

Depok. Bahwa terdapat hubungan yang disignifikan Hubungan Tingkat


34

Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi Dengan Perilaku Perawatan Gigi Pada

Anak Usia Sekolah Di SDN Pondok Cina 4 Depok.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan gigi yaitu pengetahuan

faktor internal merupakan yang mempengaruhi dari dalam diri seseorang,

seperti usia, pengalaman dan motivasi anak. Faktor eksternal merupakan

faktor-faktor yang mempengaruhi dari luar diri seseorang. Faktor yang berasal

dari lingkungan sekitar, seperti orang tua, tingkat pedidikan, fasilitas

kesehatan, penghasilan, sosial budaya. Ketika anak usia sekolah mendapatkan

informasi makan akan timbul adanya kesadaran dalam berperilaku. Dengan

adanya kesadaran anak-anak akan berfikir tentang pentingnyan dalam

melakukan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut diantaranya melakukan

gosok gigi dengan baik dan benar pada waktu yang tepat yaitu setelah makan

dan malam sebelum tidur (Hermawan, 2017)


BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan

membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara varibel (baik

variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka konsep akan

membentuk penelitian menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam,

2017).

Variable independen Variebel dependen

Tingkat pengetahuan

Perilaku menyikat
usia gigi

Karies gigi

Keterangan :
: Variabel yang diteliti

: Variabel independen

: Variabel dependen

: Variabel yang tidak di teliti

35
36

B. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan

peneitian. Menurut (La Biondo-Wood & Haber) dalam (Nursalam, 2017)

hipotesis adalah suatu pertanyaan asumsi tentang hubungan antara dua atau

lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam

penelitian.

Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah Ha: ada hubungan tingkat

pengetahuan dengan perilaku menyikat gigi pada anak usia sekolah di SD Inpres

Perumnas 1 Makassar. .
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Observasional

Analitik. Dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional Study, yaitu jenis

penelitian yang menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel

independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat. Dengan studi ini, akan

diperoleh prevalensi atau efek suatu fenomena (variabel dependen) dihubungkan

dengan penyebab (variabel independen) (Nursalam, 2017).

B. Populasi, Sampel dan Sampling

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas obyek atau subyek

yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2016). Pada penelitian ini populasi target adalah siswa kelas IV dan V yang

sekolah di SD Inpres Perumnas 1 Makassar dengan jumlah siswa sebanyak

71.

2. Sampel

Sampel terdiri atas bagian populasi yang terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek peneliatan melalui sampling (Nursalam, 2017).

37
38

Pada penelitian ini sampel menggunakan rumus Slovin pengambilan sampel

dilakukan sebagai berikut :

N
n=
1 + N (d)

Keterangan :

n = Besar Sampel

N = Besar Populasi

d = Tingkat kepercayan atau ketepatan diinginkan dengan nilai 0,05

Jadi jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah :

N
n=
1 + N (d)

71
n=
1 + 71 (0,05)

71
n=
1 + 71 (0,0025)

71
n=
1 + 0,177)

71
n=
1,177

n = 60,32 dibulatkan menjadi 60

Berdasarkan rumus diatas maka jumlah sampel yang akan di ambil dari

populasi adalah 60 orang siswa. Namun tidak menutup kemungkinan jumlah

sampel tersebut akan berkurang sehubung dengan kriteria sampel yang diajukan

oleh peneliti. Adapun kriteria sampel yang dimaksud adalah :


39

a. Kriteria Inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Siswa kelas IV dan V SD Inpres Prumnas 1 Makassar

2) Siswa yang bersedia menjadi responden.

b. Kriteria Ekslusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Siswa yang tidak hadir selama waktu pengambilan data.

2) Siswa dalam keadaan sakit sehingga tidak dapat mengikuti kegiatan

pengambilan data.

3. Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat

mewakili populasi yang ada. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini

akan ditentukan dengan metode Non-probability sampling melalui teknik

pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling

dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang

dikehendaki (Nursalam, 2017).

C. Variabel Penelitian

Variabel merupakan suatu gejala yang mempunyai variasi, digunakan

sebagai atribut dari sekelompok orang atau obyek antara satu dengan lainnya

dalam kelompok tersebut. Variabel menjadi fokus yang akan diamati oleh

peneliti (Sugiyono, 2013). Variabel dalam penelitian ini dibagi menjadi dua,

yaitu:

1. Variabel Independen

Variabel independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau


40

nilainya menentukan variabel lain. Variabel independen pada penelitian ini

adalah tingkat pengetahuan.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi nilainya

Ditentukan oleh variable lain. Variable dependen pada penelitian ini adalah

perilaku menggosok gigi.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan

bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain definisi

operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana mengukur suatu

variabel. Definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat

membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama. Dengan

informasi tersebut akan mengetahui bagaimana caranya pengukuran atas variabel

itu dilakukan. Dengan demikian dapat menentukan apakah prosedur pengukuran

yang sama akan dilakukan atau diperlukan prosedur pengukuran yang baru

(Nursalam, 2017).

Tabel 4.1Definisi Operasional


Variabel Definisi Alat Ukur Skala Skor
penelitian Operasional Ukur
Independen: Tingkat Lembar Ordinal Dikatakan baik
Tingkat Pengetahuan adalah kuesioner apabila jumlah
Pengetahuan segala sesuatu yang skor ≥ 15
diketahui oleh Dikatakan
responden terkait kurang apabila
dengan kesehatan jumlah
gigi. meliputi Skor <15
Pemeliharaan
41

kesehatan gigi

dependen: Perilaku menyikat Lembar Ordinal Dikatakan baik


Perilaku gigi adalah Observasi apabila jumlah
menyikat gigi kegiatan atau skornya ≥ 7,5
aktivitas responden Dikatakan
yang diamati kurang apabila
langsung dalam hal jumlah < 7,5
kegiatan menyikat
gigi

E. Tempat Penelitian

Tempat penelitian sudah dilakukan di SD Inpres Perumnas 1 Makassar.

F. Waktu Penelitian

Penelitian ini sudah dilakukan pada tanggal 15 januari – 3 februari 2020.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena

alam maupun sosial yang diamati. Instrumen penelitian digunakan sebagai alat

pengumpulan data, dan instrumen yang lazim digunakan dalam penelitian adalah

beberapa daftar pertanyaan serta kuesioner yang disampaikan dan diberikan

kepada masing-masing responden yang menjadi sampel dala penelitian pada saat

observasi dan wawancara (Sugiyono, 2016).

1. Kuesioner

Instrumen yang digunakan adalah koesioner yang berisi 10 pertanyaan untuk

kategori pengetahuan tentang kesehatan gigi. Jika jawaban benar skornya


42

adalah (2) dan jawaban salah skornya (1) dengan rumus :

(Jumlah pertanyaan x kor terendah)+( jumlah pertanyaan x skor tertinggi)


2

(10 2) + (10 1)
2

(20 + 10) 30
= = = 15
2 2

Dengan skoring salah 1 dan benar2, maka di katakan baik jika skornya

≥ 15 dan di katakana kurang jika skornya <15.

2. Observasi

Instrumen yang digunakan adalah obsevasi yang berisi 5 pertanyaan

untuk kategori perilaku menyikat gigi. Jika jawaban benar skornya adalah

(2) dan jawaban salah skornya (1) dengan rumus :

(Jumlah pertanyaan x kor terendah)+( jumlah pertanyaan x skor tertinggi)


2

(5 2) + (5 1)
2

(10 + 5) 15
= = = 7,5
2 2

Dengan skoring salah 1 dan benar2, maka di katakan baik jika skornya

≥ 7,5 dan di katakana kurang jika skornya < 7,5.


43

H. Prosedur Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder dengan penjelasan sebagai berikut (Sujarweni, 2014) :

1. Data primer

Data primer adalah data yang di dapat dengan pengambilan data

langsung melalui cara membagikan kuesioner kepada responden yaitu pada

Siswa kelas IV dan V di SD Inpres Perumnas 1 Makassar .

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang di peroleh selain dari siswa. Sumber

data lain sebagai data sekunder yaitu dari orang tua atau guru

I. Tehnik Analisa Data

1. Pengolahan data

Menurut (Nursalam, 2017) agar analisis penelitian menghasilkan

informasi yang benar paling tidak ada empat tahapan dalam pengolahan data

yang harus dilalui, yaitu:

a. Editing

Data yang telah terkumpul melaui daftar pertanyaan dan atau

pernyataan (kuesioner) ataupun pada wawancara perlu dibaca kembali

untuk melihat apakah ada hal-hal yang masih meragukan dari jawaban

responden.
44

b. Coding

Setelah tahap editing selesai, data yang berupa jawaban-jawaban

responden perlu diberi kode untuk memudahkan dalam menganalisis

data. Pemberian kode pada data dapat dilakukan dengan melihat

jawaban dari jenis pertanyaan dan pernyataan yang diajukan dalam

kuesioner dan lembar observasi.

c. Tabulating

Tabulasi data merupakan penyajian data dalam bentuk table atau

daftar. Hasil tabulasi data ini dapat menjadi gambaran tentang hasil

penelitian, karena data-data yang diperoleh sudah tersusun dan

terangkum dalam tabel.

2. Analisa data

a. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi

dari masing-masing variabel independen dan dependen. Seluruh variabel

yang digunakan dalam analisa ditampilkan dalam distribusi frekuensi.

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat, penerapan data sesuai dengan pendekatan yang

digunakan dalam penelitian analisa data yang dilakukan setelah data

yang dikumpulkan yang didapat dari kuesioner. Untuk menguji hipotesis

penelitian, maka perlu dicari hubungan antara variabel bebas dengan

variabel terikat dengan menggunakan fasilitas komputer yaitu SPSS


45

(Statistical Package For Social Science). Tipe skala pengukuran dari

kedua variabel pada penelitian ini adalah skala oridinal yang

dikelompokkan kedalam kategori-kategori tertentu sehingga uji statistic

yang digunakan pada penelitian ini menggunakan uji kai kuadrat (chi-

square)dengan koefisien kontingensi yang digunakan untuk mencari

hubungan antara dua variabel dimana variabel X dan variabel Y dalam

kategori nominal diskrit dan nominal dikontinyu, dengan tingkat

kepercayaan 95% (ɑ=0,05).

J. Etika Penelitian

Etika dalam penelitian merupakan salah satu hal yang penting dalam

pelaksanaan penelitian, karena penelitian keperawatan akan berhubungan secara

langsung dengan manusia. Etika penelitian harus sangat diperhatikan karena

manusia mempunyai hak asasi yang harus dihormati dalam kegiatan penelitian.

Masalah etika penelitian yang harus diperhatikan antara lain (Sugiyono, 2015) :

1. Surat Permohonan Responden

Peneliti akan membuat surat pernyataan yang berisi penjelasan tentang

penelitian yang akan dilakukan, meliputi topik penelitian, tujuan penelitian

serta ketentuan-ketentuan untuk menjadi responden dalam penelitian.

2. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Informed Consent merupakan suatu bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden yang akan diteliti dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed Consent diberikan sebelum penelitian dilaksanakan dengan


46

memberikan lembar persetujuan tersebut untuk mengetahui kesediaan subyek

untuk menjadi responden dalam penelitian. Tujuan dari Informed Consent itu

sendiri adalah untuk memberikan informasi kepada responden mengenai

maksud dan tujuan penelitian serta responden dapat mengetahui dampak dari

penelitian yang dilaksanakan. Jika subyek bersedia, maka mereka harus

menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka

peneliti harus menghormatinya.

3. Tanpa Nama (Anonimity)

Masalah dalam etika penelitian merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak memberikan

atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan.

4. Kerahasiaan (Confidentiality)

Masalah kerahasiaan dalam etika penelitian merupakan masalah yang

memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun

masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah terkumpul akan

dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.


BAB V

HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Inpres Perumnas 1 Makassar. Jenis

penelitian yang digunakan desain observasional analitik dengan pendekatan

cross sectional study. Jumlah populasi siswa SD Inpres Perumnas 1 Makassar

adalah 71 siswa, pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik

Purposive Sampling dengan jumlah sebesar 60 siswa. Instrumen pengumpulan

data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dan observasi.

Pengumpulan data dilakukan mulai pada tanggal 16 januari 2020. Data

terkumpul selanjutnya di editing, coding, tabulasi dan dianalisis. Hasil

penelitian ini berupa hasil analisis univariat dari masing-masing variable yang

diteliti, analisis bivariat berupa korelasi antara masing-masing variable

dependent dan variable dependent.

1. Karakteristik Responden

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SD Inpres Perumnas 1

Makassar maka diperoleh data terkait karakteristik responden yaitu umur,

jenis dan kelamin sebagai berikut:

47
48

a. Distrubusi frekuensi berdasarkan umur

Tabel 5.1
Distrubusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden
SD Inpres Perumnas 1 Makassar

Karakteristi umur n %
11 30 50,0
12 30 50,0
Total 60 100
Sumber : Data Primer, Januari 2020

Berdasarkan hasil distrubusi frekuensi umur responden yaitu

memilki umur 11 tahun yaitu 30 responden (50,0%) Dan frekuensi

umur 12 tahun yaitu 30 responden (50,0%).

b. Distrubusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin

Tabel 5.1
Distrubusi Frekuensi Berdasarkan Jenis kelamin Responden
SD Inpres Perumnas 1 Makassar

Jenis kelamin n %
Laki-laki 35 58,3
Perempuan 25 41,7
Total 60 100
Sumber : Data Primer, Januari 2020

Berdasarkan hasil ditrubusi frekuensi jenis kelamin laki-laki

memiliki ditrubusi sebanyak 35 responden (58,3%) dan frekuensi

perempuan 25 responden (41,7%).

2. Analisi univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variable yang diteliti. pada analisa univariat dan ini
49

data katergori dapat dijelaskan dengan angka atau nilai jumlah data

presentase setiap kelompok

a. Distribusi frekuensi berdasarkan Tingkat pengetahuan responden

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Siswa SD Inpres
Perumnas 1 Makassar

Tingkat pengetahuan n %
Baik 24 40,0
Kurang Baik 36 60,0
Total 60 100
Sumber : Data Primer, Januari 2020

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi Tingkat pengetahuan Di

SD Inpres Perumnas 1 Makassar dari 60 Responden. Responden yang

tingkat pengetahuan baik sebanyak 24 responden (40,0%) sedangkan

responden yang tingkat pengetahuan kurang baik sebanyak 36

responden (60,0%).

b. Distribusi frekuensi Berdasarkan perilaku menyikat gigi

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan perilaku menyikat gigi di SD Inpres
Perumnas 1 Makassar

Perilaku menyikat n %
gigi
Baik 23 38,3
Kurang baik 37 61,7
Total 60 100
Sumber : Data Primer, Januari2020

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi perilaku menyikat gigi Di

SD Inpres Perumnas 1 Makassar dari 60 responden. Responden


50

dengan menyikat gigi dengan baik sebanyak 23 responden (38,3%)

sedangkan responden yang menyikat gigi kurang baik sebanyak 37

responden (61,7%).

3. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

variabel independent (Tingkat pengetahuan ) dan variabel dependent

(Perilaku menyikat gigi) dengan uji statistik dengan menggunakan uji

Chi-Square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05.

Tabel 5.4
Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Menyikat Gigi Pada Anak
Usia Sekolah Di SD Inpres Perumnas 1 Makassar

Perilaku menyikat gigi Total


p-
Tingkat
Baik Kurang n % value
pengetahuan
baik
n % n %
Baik 15 25,0 9 15,0 24 40,0
Kurang baik 8 13,3 28 46,7 36 60.0
0,004
23 38,3 37 61,7 60 100,
Total
0
Sumber : Data Primer, Januari 2020

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa 60 responden yang

tingkat pengetahuan baik sebanyak 24 responden (40,0%), dengan

perilaku menyikat gigi baik sebanyak 15 responden (25,0%) dan

perilaku menyikat gigi kurang baik sebanyak 9 responden (15,0%)

sedangkan tingkat pengetahuan kurang baik 36 responden (60, 0%) dan

Perilaku baik 8 responden (13, 3%). Sedangkan perilaku menyikat gigi


51

kurang baik 28 responden (46,7).

Berdasarkan hasil analisis uji statistik dengan menggunakan uji Chi

Square dengan nilai ρ value = 0,004 jika dibandingkan dengan α = 0,05

maka ρ value < α 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Ha diterima.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini

terdapat hubungan antara Tingkat pengetahuan dengan perilaku

menyikat gigi pada anak usia sekolah SD Inpres perumnas 1 Makassar

B. Pembahasan

a. Tingkat Pengetahuan

Berdasarkan hasil distrubusi tingkat pengetahuan responden di SD

Inpres Perumnas 1 Makassar dari 60 responden. Dalam kategori tingkat

pengetahuan kurang baik sebanyak 36 responden (60,0%) Tingkat

pengetahuan baik sebanyak 24 responden (40, 0%)

Hasil penelitian sesuai dengan teori Mubarak (2016) yaitu

pengetahuan turut dipengaruhi faktor pendidikan. Semakin tinggi

pendidikan maka semakin mudah untuk menerima informasi dan pada

akhirnya semakin banyak pengetahuan yang dimilikinya. Sebalinya jika

seseorang memiliki tingkat pengetahuan rendah maka akan menghambat

perkembangan seseorang untuk memperoleh informasi atau pengetahuan

yang di sampaikan.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian dari sulistiwati (2016),

yang menyatakan bahwa terdapat hubungan tingkat pengetahuan


52

kesehatan gigi dan mulut terdapat angka karies gigi. Rendahnya

pengetahuan mengenai kesehatan merupakan faktor predisposisi dari

perilaku kesehatan yang mengarah timbul penyakit. Pengetahuan ini erat

pula kaitanya dengan sikap seseorang tentang penyakit dan upaya

pencegahannya. semakin tinggi tingkatan sekolah anak maka peran

pengetahuannya akan semakin terlihat. Sebagian besar anak usia sekolah

memiliki pengetahuan tentang kesehatan gigi masih rendah.

Menurut asumsi peneliti pengetahuan adalah pengetahuan juga dapat

diperoleh baik secara eksternal maupun internal. Pengetahuan internal

yaitu berasal dari diri sendiri berdasarkan pengalaman hidup. Pengetahuan

secara eksternal yaitu pengetahuan yang diperoleh dari orang lain

termaksud keluarga teman dan guru. Adapun faktor lain dapat menambah

pengetahuan adalah tayagan pada media masa dengan kemajuan teknologi.

b. Perilaku menyikat gigi

Berdasarkan hasil distrubusi tingkat pengetahuan responden di SD

Inpres Perumnas 1 Makassar dari 60 responden yang menyikat gigi

dengan baik sebanyak 23 responden (38,3%). sedangkan responden yang

menyikat gigi kurang baik sebanyak 37 responden (61,7%).

Penelitian ini sejalan dengan teori Gree (2000) dalam Arianto (2018),

bahwa perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh pengetahuan yang

dimiliki. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam

pembentukan tindakan seseorang. perilaku yang didasari pengetahuan


53

akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak disadari oleh

pengetahuan.

Penelitian ini sejalan yang dilakukan Gopdianto, Rattu dan Mariati,

(2015) dalam Artawa (2019), menyimpulkan bahwa terdapat hubungan

antara status kebersihan gigi dan mulut dan perilaku menyikat gigi anak

SD Negeri 1 Malalayang. Perilaku menyikat gigi yang baik dan benar

yaitu dilakukan dengan secara tekun,teliti dan teratur. Tekun artinya sikat

gigi dilakukan dengan giat dan sungguh-sungguh, teliti artinya sikat gigi

dan teratur dilakukan minimal dua kali sehari. Waktu yang tepat untuk

menyikat gigi adalah setiap selesai sarapan dan sebelum tidur.

Menurut asumsi peneliti, sebagian siswa kurang mengetahui cara

menyikat gigi yang benar siswa hanya sebatas memahami menggosok gigi

yang penting sudah disikat. Siswa kurang menyadari bahwa menggosok

gigi harus memperhatikan gerakan menggosok gigi pada setiap permukaan

gigi.

c. Hubungan tingkat Pengetahuan dengan perilaku menyikat gigi pada anak

usia sekolah

Dari hasil penelitian ini menunjukkan besarnya nilai ρ= 0,004 lebih

kecil dari nilai α (0,05) sehingga terdapat hubungan tingkat pengetahuan

dengan perilaku menyikat gigi pada anak usia sekolah SD Inpres

Perumnas 1 Makassar.
54

Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan baik sebanyak 24

responden (40.0%) dan perilaku menyikat gigi kurang baik sebanyak 9

responden (15,0%). Hal ini terjadi karena pengetahuan saja tidak cukup

mendukung seseorang untuk berperilaku yang baik. Karena harus

diimbangi dengan sikap dan tindakan positif contohnya seperti harus

menyikat gigi sesudah makan.

Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan kurang sebanyak 36

responden (60,0%) dengan perilaku menyikat gigi baik sebanyak 8

responden (13,7%). Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin baik

pengetahuan dan kesadaran seseorang untuk memilihara kebersihan

giginya akan membuat giginya bersih. sebaliknya pengetahuanya tidak

baik maka akan mempengaruhi perilaku menyikat giginya tidak baik.

Ghofur (2016) menjelaskan bahwa semakin tinggi pengetahuan

mengenai cara menyikat gigi yang benar maka semakin baik tingkat

kebersihan giginya, sebaliknya semakin rendah tingkat pengetahuan

mengenai cara menggosok gigi, semakin jellek kebersihan gigi dan mulut.

Menggosok gigi teratur akan menyebabkan kondisi rongga mulut semakin

bersih dan baik. Faktor terpenting dalam menjaga kebersihan gigi dan

mulut adalah faktor kesadaran dan perilaku hieginis mulut secara personal

karena kegiatanya dilakukan dirumah tanpa pengawasan siapapun,

sepenuhnya dari penegtahuan pengalaman kesadaran serta kemauan pihak

individu untuk menjaga kebershan giginya.


55

Menurut asumsi peneliti peran perilaku sangat besar

terhadapkesehatan gigi dan mulut maka diperlukan pembetukan perilaku

positif terhadap kesehatan gigi. perilaku merupakan hal penting yang

dapat mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut yang positif, minsalnya

kebiasaan menyikat gigi secara teratur maka kondisi kebersihan giginya

terlihat bersih

C. Keterbatasan penelitian

saat penelitian dilaksanakan peneliti mengalami keterbatasan dan hambatan

yaitu terbatasnya waktu yang disediakan oleh responden sangat sedikit karena

mengambil waktu istirahat.

D. Implikasi keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan ketenaga kesehatan

khususnya bagi perawat lebih banyak melakukan kegiatan pemberian

pendidikan kesehatan atau penyuluhan disekolah tentang perilaku menyikat

gigi yang benar.


56

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang Hubungan Tingkat

Pengetahuan dengan Perilaku menyikat gigi di SD Inpres Perumnas Makassar,

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat Tingkat pengetahuan kurang sebanyak 36 (60,0%) responden.

2. Terdapat Perilaku menyikat gigi kurang sebanyak 37 (61,7%)

responden .

3. Terdapat Ada hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku menyikat

gigi pada anak usia sekolah SD Inpres perumnas 1 Makassar dengan

hasil analisa data menggunakan uji chi-square dengan nilai p=0,004α

<(0,05).

B. Saran

Berkaitan dengan hasil kesimpulan penelitian ini, maka peneliti mengajukan

saran yang dapat di simpulkan sebagai berikut:

1. Bagi siswa

Di harapkan penelitian ini dapat menjadi pedoman kedepannya dan dapat

menambah wawasan ilmu baru bagi siswa.

2. Bagi sekolah

Di harapkan dapat membantu proses pendidikan kesehatan perilaku


57

menyikat gigi dalam upaya untuk meningkatkan dan kebersiha gigi dan

mulut.

3. Bagi peneliti

Di harapkan bagi peneliti agar dapat menjadi pedoman dan panduann

untuk melakukan penelitian lainya dengan topik permasalahan yang

berbeda dengan jumlah sampel relative banyak.

4. Bagi perawat

Di harapkan perawat memberikan penyuluhan perilaku menyikat gigi

yang benar dan tepat serta memeriksa kesehatan gigi secara rutin.
DAFTAR PUSTAKA
Gayatri, (2017) Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Pemeliharaan
Kesehatan gigi Anak SDN Kauman 2 Malang di akses pada tanggal 4
November2019.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jhealthedu/article/view/22612

Gultom, (2017). Analisis Status Kesehatan Gigi Dan Kebutuhan Perawatan Gigi
Pada Murid-Murid SD Di Kota Bandar Lampung di akses pada tanggal 3
November 2019. http://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&assdt=0%2c5=
Analisis+Status+Kesehatan+Gigi+Dan+Kebutuhan+Perawatan+Gigi+pada
+Murid+Di+Bandar+ lampung&btnG

Hermawan, (2016) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Gigi dan Mulut


Anak Usia Prasekolah Di POS PAUD Perlita Vinolia Kelurahan
Mojolangu di akses pada tanggal 54 November 2019.
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/286
Hidayat, (2012) Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta Salemba Medika
Hockenberry, M. J,. & Wilson, D (2019. Wong's nursing care infants and children.St.
Louis:Mosby Elsevier
Jennifer Lucinda, (2013). Cara Menggosok Gigi yang Benar. Di akses pada tanggal 4
November 2019. http:// trik-tips-sehat.blogspot.co.id/2013/07/cara-
menggosok-gigi.hml
Khasana & Susanto, (2018) Gambaran Kesehatan Gigi Dan Mulut Serta Perilaku
Menggosok gigi Anak Usia Sekolah di akses pada tanggal 3 November
2019.
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Gambaran+
Kesehatan+Gigi+Dan+Mulut+Serta+Perilaku+Menggosok+gigi+Anak+Us
ia+Sekolah&btnG=
Kasang, (2016) Gambara Perawatan Gigi Dan Mulut Pada Anak Dalam Kegiatan
Bulan Kesehatan Gigi Nasional Periode Tahun 2016 diakses pada tanggal
6 Desember.
Lubis & Nugrahaeni, (2018). Sudahkah Anda Menyikat Gigi Dengan Denar diakses
pada tanggal pada tanggl 5 Novembert. http://kosmo. vivanew.
com/new/read90266- sudahkah -anda-menyikat-gigi-dengan-benar
Nursalam (2017). Metodologi penelitian ilmu keperawatan pendekatan praktis edisi
4 Jakarta. Salemba Medika
Notoadmodjo, soekidjo, (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta
:Rineka Cipta.
Pratiwi (2013). 45 Masalah & Solusi Penyakit Gigi & Mulut. Yogyakarta
Rahmadhan (2010). Serba Serbi Kesehatan Gigi Dan mulut. Jakarta : EGC
Ramadhani, (2018). Upaya Peningkatan Kesehetan Gigi dan Mulut Melalui
Pedekatan Kuratif Di Sekolah Dasar Negeri Susukan, Kecematan Sumbang
Kabupaten Bayumas di akses pada tanggal 1 november 2019.
http://jurnal.lppm.unsoed.ac.id/ojs/index.php/Prosiding/article/view/701
SD Inpres Perumnas 1 Kota Makassar (2019) pengambilan data awal di SD Inpres
Perumnas 1 Kota Makassar pada tanggal 28 oktober 2019
Sugiyono, (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualititatif dan R&D. Bandung.
Alfabet. CV
Sunaryo, ( 2014 ). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Tarigan, (2016). Anatomi gigi diakses pada tanggal 21 desember 2019


https://www.google.com/search?client=firefoxbd&q=BAB+II.+TINJAUAN+PUS
TAKA.+A.+Anatomi+Gigi.+1.+Anatomi+Gigi.+Gambar+2.1.+Anatomi+...+Pre
valensi+Karies+Gigi%2C+FITRIANA%2C+Fakultas+Ilmu+Kesehatan+UMP%
2C+201
LAMPIRAN
KUESIONER PENELITIAN
TINGKAT PENGETAHUAN
1. Nama :
2. Jenis kelamin :
3. Umur :
4. Kelas :

Petunjuk pengisian:

Jawablah pertanyaa ini dengan memilih salah satu jawaban yangg dianggap
paling benar dengan cra menyilangkan (x)

1. Gigi berlubang dapat terjadi karena?


A. Makanan yang mengandung gula
B. Makanan yang mengandung pedas
C. Makan yang megandung panas
2. Yang termasuk gejala penyakit gigi?
A. sakit
B. munular
C. Tidak sakit
3. Kapan sebaiknya dilakukan pemeriksaan gigi dan mulut?
A. 6 bula sekali
B. 8 bulan sekali
C. 1 tahun sekali
4. Kapan waktu menyikat gigi yang baik?
A. Setelah sarapan pagi dan sebelum tidur malam
B. Setiap mandi
C. Pada saat bangun tidur
5. Bagaimana menyikat gigi yang benar?
A. Maju mundur dan memutar bulat –bulat
B. Menyikat gigi secara kuat
C. Menyikat gigi sesuka hati
6. Apa yang anda lakukan setelah makan atau minum yang manis?
A. Langsung menggosok gigi
B. Minum air putih
C. Berkumur-kumur setelah 10 menit menggosok gigi
7. Berapa lama sikat gigi diganti?
A. 3 bulan sekali
B. 8 bulan sekali
C. 5 bulan sekali
8. Satu sikat gigi digunakan berapa orang?
A. satu orang
B. Lima orang
C. tiga orang
9. Makanan yang menyebabkan gigi berlubang?
A. Permen dan coklat
B. Sayur-sayuran
C. Buah-buahan
10. Pasta gigi yang bagaimana bagus?
A. Pasta gigi yang mengandung floride
B. Pasta gigi yang tidak mengandung floride
C. Pasta gigi yang banyak iklannya
Lembar Observasi Perilaku Menyikat Gigi

Nama :

Jenis kelamin :

Kelas :

pilihan
No. Pernyataan
Ya Tidak
1. Pada bagian luar gigi depan menyikat dengan
gerakan keatas dan kebawah
2. Pada bagian luar gigi belakang.menyikat dengan
gerakan maju mundur atau memutar
3. Pada bagian dalam gigi belakang, menyikat dengan
gerakan menarik atau memutar
4. Pada bagian dalam gigi depan, menyikat dengan
gerkan menarik
5. Pada bagian gigi dataran atau bagian gigi yang
mengunyah, menyikatnya dengan gerakan maju
mudur
Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Menyikat Gigi Pada Anak Usia Sekolah
SD INPRES PERUMNAS 1 Makassar

JENIS KELAMIN UMUR TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU MENYIKAT GIGI


NO NAMA JUMLAH KATEGORI KODE JUMLAH KATEGORI KODE
KATEGORI KODE KATEGORI KODE P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P1 P2 P3 P4 P5
1 An. R laki-laki 1 10 TAHUN 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 1 14 KURANG BAIK 2 1 1 1 2 2 7 KURANG BAIK 2
2 An. M laki-laki 1 11 TAHUN 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 14 KURANG BAIK 2 1 1 2 2 1 7 KURANG BAIK 2
3 An. Z laki-laki 1 10 TAHUN 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 17 BAIK 1 1 2 2 1 2 8 BAIK 1
4 An. N Perempuan 2 10 TAHUN 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 12 KURANG BAIK 2 2 1 1 1 2 7 KURANG BAIK 2
5 An. N perempuan 2 11 TAHUN 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 1 15 BAIK 1 2 1 2 1 2 8 BAIK 1
6 An. S Perempuan 2 10 TAHUN 1 1 2 1 2 1 2 1 2 2 1 15 BAIK 1 1 2 1 2 2 8 BAIK 1
7 An. M Laki-laki 1 11 TAHUN 2 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 14 KURANG BAIK 2 1 1 1 2 1 6 KURANG BAIK 2
8 An. A laki-laki 1 10 TAHUN 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 13 KURANG BAIK 2 2 1 1 1 2 7 KURANG BAIK 2
9 An. G laki-laki 1 11 TAHUN 2 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2 14 KURANG BAIK 2 2 2 1 1 1 7 KURANG BAIK 2
10 An. M laki-laki 1 10 TAHUN 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 18 BAIK 1 1 2 1 2 2 8 BAIK 1
11 An. M laki-laki 1 11 TAHUN 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 2 14 KURANG BAIK 2 2 1 2 1 2 8 BAIK 1
12 An. A Perempuan 2 11 TAHUN 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 16 BAIK 1 1 2 2 2 2 9 BAIK 1
13 An. M laki-laki 1 10 TAHUN 1 2 2 1 1 1 2 1 2 1 1 14 KURANG BAIK 2 2 1 1 2 1 7 KURANG BAIK 2
14 An. N Perempuan 2 10 TAHUN 1 1 2 2 1 2 1 2 1 2 1 15 BAIK 1 1 2 2 2 1 8 BAIK 1
15 An. M laki-laki 1 10 TAHUN 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 13 KURANG BAIK 2 2 2 2 1 2 9 BAIK 1
16 An. A laki-laki 1 10 TAHUN 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 17 BAIK 1 1 2 2 1 1 7 KURANG BAIK 2
17 An. A Perempuan 2 11 TAHUN 2 1 1 2 1 2 1 1 1 2 2 14 KURANG BAIK 2 2 2 1 1 1 7 KURANG BAIK 2
18 An. S Perempuan 2 11 TAHUN 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1 14 KURANG BAIK 2 1 2 2 1 1 7 KURANG BAIK 2
19 An. M laki-laki 1 10 TAHUN 1 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 15 BAIK 1 1 1 1 2 2 7 KURANG BAIK 2
20 An. F Perempuan 2 11 TAHUN 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 19 BAIK 1 2 2 2 1 2 9 BAIK 1
21 An. M laki-laki 1 10 TAHUN 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 2 14 KURANG BAIK 2 1 1 2 1 1 6 KURANG BAIK 2
22 An. M Laki-laki 1 10 TAHUN 1 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 16 BAIK 1 2 2 1 2 2 9 BAIK 1
23 An. M Laki-laki 1 11 TAHUN 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 14 KURANG BAIK 2 1 1 2 2 2 8 BAIK 1
24 An. M Laki-laki 1 10 TAHUN 1 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 14 KURANG BAIK 2 2 1 2 1 1 7 KURANG BAIK 2
25 An. A Laki-laki 1 11 TAHUN 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 15 BAIK 1 2 1 1 2 1 7 KURANG BAIK 2
26 An. M Laki-laki 1 11 TAHUN 2 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 14 KURANG BAIK 2 2 1 2 1 1 7 KURANG BAIK 2
27 An. M Perempuan 2 11 TAHUN 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 14 KURANG BAIK 2 1 1 1 2 2 7 KURANG BAIK 2
28 An. M Laki-laki 1 10 TAHUN 1 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 14 KURANG BAIK 2 1 2 1 2 1 7 KURANG BAIK 2
29 An. M laki-laki 1 10 TAHUN 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 16 BAIK 1 1 1 1 2 2 7 KURANG BAIK 1
30 An. N Perempuan 2 10 TAHUN 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 15 BAIK 1 1 1 1 2 1 6 KURANG BAIK 2
31 An. S Perempuan 2 11 TAHUN 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 13 KURANG BAIK 2 2 1 2 2 1 8 BAIK 1
32 An. A Perempuan 2 11 TAHUN 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 17 BAIK 1 2 1 2 2 2 9 BAIK 1
33 An. A Perempuan 2 10 TAHUN 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 16 BAIK 1 1 2 2 1 1 7 KURANG BAIK 2
34 An. F laki-laki 1 11 TAHUN 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 14 KURANG BAIK 2 1 1 2 2 8 14 BAIK 1
35 An. M laki-laki 1 10 TAHUN 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 14 KURANG BAIK 2 1 2 1 2 1 7 KURANG BAIK 2
36 An. S Perempuan 2 11 TAHUN 2 1 2 2 1 2 1 2 1 1 1 14 KURANG BAIK 2 2 1 1 2 1 7 KURANG BAIK 2
37 An. I Laki-laki 1 10 TAHUN 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 BAIK 1 1 2 2 1 2 8 BAIK 1
38 An. M Laki-laki 1 11 TAHUN 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 16 BAIK 1 2 2 2 2 1 9 BAIK 1
39 An. M Laki-laki 1 10 TAHUN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 14 KURANG BAIK 2 1 2 2 1 2 8 KURANG BAIK 2
40 An. S Perempuan 2 11 TAHUN 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1 14 KURANG BAIK 2 1 2 2 2 2 9 BAIK 1
41 An. R laki-laki 1 11 TAHUN 2 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 13 KURANG BAIK 2 1 1 2 1 2 7 KURANG BAIK 2
42 An. H laki-laki 1 11 TAHUN 2 1 1 1 2 1 2 2 1 1 2 14 KURANG BAIK 2 1 2 2 1 1 7 KURANG BAIK 2
43 An. B Perempuan 2 10 TAHUN 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 13 KURANG BAIK 2 2 1 1 1 1 6 KURANG BAIK 2
44 An. A Perempuan 2 10 TAHUN 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 14 KURANG BAIK 2 1 2 2 2 2 9 BAIK 1
45 An. M laki-laki 1 11 TAHUN 2 1 2 2 1 2 1 1 1 2 2 15 BAIK 1 1 1 2 1 1 6 KURANG BAIK 2
46 An. A Perempuan 2 11 TAHUN 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 14 KURANG BAIK 2 1 2 2 1 1 7 KURANG BAIK 2
47 An. Y Laki-laki 1 10 TAHUN 1 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 14 KURANG BAIK 2 1 1 2 2 1 7 KURANG BAIK 2
48 An. S Perempuan 2 11 TAHUN 2 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 13 KURANG BAIK 2 1 1 2 2 1 7 KURANG BAIK 2
49 An. M Laki-laki 1 11 TAHUN 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 16 BAIK 1 1 2 2 1 2 8 BAIK 1
50 An. M Perempuan 2 10 TAHUN 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 12 KURANG BAIK 2 1 1 2 1 1 6 KURANG BAIK 2
51 An. A Perempuan 2 11 TAHUN 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 19 BAIK 1 1 2 2 1 2 8 BAIK 1
52 An. M laki-laki 1 11 TAHUN 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 18 BAIK 1 2 1 2 1 1 7 KURANG BAIK 2
53 An. M laki-laki 1 10 TAHUN 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 13 KURANG BAIK 2 2 1 1 1 2 7 KURANG BAIK 2
54 An. A Perempuan 2 10 TAHUN 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 17 BAIK 1 1 1 2 2 1 7 KURANG BAIK 2
55 An. A Perempuan 2 11 TAHUN 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 14 KURANG BAIK 2 1 1 2 2 1 7 KURANG BAIK 2
56 An. S laki-laki 1 10 TAHUN 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 17 BAIK 1 1 1 2 1 1 6 KURANG BAIK 2
57 An. M Perempuan 2 11 TAHUN 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 13 KURANG BAIK 2 2 2 2 1 2 9 BAIK 1
58 An. M laki-laki 1 10 TAHUN 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 14 KURANG BAIK 2 1 2 2 1 1 7 KURANG BAIK 2
59 An. D Perempuan 2 11 TAHUN 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 19 BAIK 1 2 2 2 1 1 8 BAIK 1
60 An. A laki-laki 1 10 TAHUN 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 13 KURANG BAIK 2 2 1 1 1 2 7 KURANG BAIK 2

KETERANGAN

JENIS KELAMIN UMUR TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU MENYIKAT GIGI


1. LAKI-LAKI 1. 10 TAHUN 1. ≥15 = BAIK 1. ≥7,5= BAIK
2. PEREMPUAN 2. 11 TAHUN 2. <15= KURANG 2. <7,5 = KURANG
FREQUENCIES VARIABLES=JK UMUR TP OMG
/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies
[DataSet0]

Statistics

OBSERVA
TINGKAT SI
JENIS PENGETA MENYIKAT
KELAMIN UMUR HUA GIGI
N Valid 60 60 60 60
Missing 0 0 0 0

Frequency Table
JENIS KELAMIN

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 1.00 35 58.3 58.3 58.3
2.00 25 41.7 41.7 100.0
Total 60 100.0 100.0

UMUR

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 1.00 30 50.0 50.0 50.0
2.00 30 50.0 50.0 100.0
Total 60 100.0 100.0

TINGKAT PENGETAHUA

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid BAIK 24 40.0 40.0 40.0
KURANG BAIK 36 60.0 60.0 100.0
Total 60 100.0 100.0

Page 1
OBSERVASI MENYIKAT GIGI

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid BAIK 23 38.3 38.3 38.3
KURANG BAIK 37 61.7 61.7 100.0
Total 60 100.0 100.0

CROSSTABS
/TABLES=TP BY OMG
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ
/CELLS=COUNT EXPECTED ROW COLUMN TOTAL
/COUNT ROUND CELL.

Crosstabs
[DataSet0]

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
TINGKAT PENGETAHUA *
OBSERVASI MENYIKAT GIGI 60 100.0% 0 0.0% 60 100.0%

Page 2
TINGKAT PENGETAHUA * OBSERVASI MENYIKAT GIGI Crosstabulation
OBSERVA
SI ...

BAIK
TINGKAT PENGETAHUA BAIK Count 15
Expected Count 9.2
% within TINGKAT PENGETAHUA 62.5%
% within OBSERVASI MENYIKAT
GIGI 65.2%

% of Total 25.0%
KURANG BAIK Count 8
Expected Count 13.8
% within TINGKAT PENGETAHUA 22.2%
% within OBSERVASI MENYIKAT
GIGI 34.8%

% of Total 13.3%
Total Count 23
Expected Count 23.0
% within TINGKAT PENGETAHUA 38.3%
% within OBSERVASI MENYIKAT
100.0%
GIGI
% of Total 38.3%

TINGKAT PENGETAHUA * OBSERVASI MENYIKAT GIGI Crosstabulation


OBSERVASI
MENYIKAT ...
KURANG
BAIK Total
TINGKAT PENGETAHUA BAIK Count 9 24
Expected Count 14.8 24.0
% within TINGKAT PENGETAHUA 37.5% 100.0%
% within OBSERVASI MENYIKAT
GIGI 24.3% 40.0%

% of Total 15.0% 40.0%


KURANG BAIK Count 28 36
Expected Count 22.2 36.0
% within TINGKAT PENGETAHUA 77.8% 100.0%
% within OBSERVASI MENYIKAT
75.7% 60.0%
GIGI
% of Total 46.7% 60.0%
Total Count 37 60
Expected Count 37.0 60.0
% within TINGKAT PENGETAHUA 61.7% 100.0%
% within OBSERVASI MENYIKAT
100.0% 100.0%
GIGI
% of Total 61.7% 100.0%

Page 3
Chi-Square Tests

Asymp.
Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig.
Value df sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 9.882a 1 .002
b
Continuity Correction 8.252 1 .004
Likelihood Ratio 9.987 1 .002
Fisher's Exact Test .003 .002
Linear-by-Linear Association 9.718 1 .002
N of Valid Cases 60
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.20.
b. Computed only for a 2x2 table

Page 4
Dokumentasi Pembagian Kuesioner Tingkat Pengetahuan Gigi

Dokumentasi Observasi Perilaku Menyikat Gigi


Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
RIWAYAT HIDUP PENULIS

A. Identitas Penulis

Nama Lengkap : Nurlinda

NIM : 18.01.079

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tgl Lahir : Tarakan, 26 September 1997

Agama : Islam

Status pernikahan : Belum menikah

Alamat Asal : Jl. Binalatung rt 10 amal baru kota tarakan

Alamat di Makassar : Jl. Adyaksa 9 no 11 Kota Makassar

No HP : 082254812288

Alamat Email : Nurlindalinda2609@gmail.com


B. Nama Orang Tua

Ayah : M. basri

Ibu : Salwati

Saudara : - Wulandari

- Rahmat dhani

C. Riwayat pendidikan

1. SD Negeri 045 kota Tarakan

2. SMP Negeri 10 kota Tarakan

3. SMA Negeri 2 kota Tarakan

4. D3 Keperawatan Akper kaltara kota Tarakan

Anda mungkin juga menyukai