2116011
MAKASSAR
2020
i
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU ORANG TUA DENGAN KEJADIAN
Skripsi
Untuk Melengkapi Tugas Tugas Dan Memenuhi Syarat – Syarat Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan
MAKASSAR
2020
ii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Disetujui Oleh
Pembimbing 1 pembimbing 2
Dr. Suriani Bahrun S.Kep, Ns, M.Kes VIvi Adriani Suardi S.Kep, Ns, M.Kes
iii
ABSTRAK
DEDE MAHENDRA PRATAMA “Hubungan Pengetahuan Dan Perilaku Orang Tua
Terhadap Kejadian Stunting Usia 24 – 60 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Perumnas Antang Kota Makassar” ( Dibimbing Oleh “Suriani Bahrun dan Vivi Adriani
Suardi).
kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Balita pendek
(stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang badan
(PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku
WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Study) 2006. Sedangkan definisi stunting
menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-
scorenya kurang dari -2SD/standar deviasi (stunted) dan kurang dari – 3SD (severely
stunted). (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Sekretariat Wakil
Presiden, 2017).Tujuan Penelitian ini yaitu untuk mengetahui adakah Hubungan
Pengetahuan Dan Perilaku Orang Tua Terhadap Kejadian Stunting Usia 24-60 Bulan Di
Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Antang Kota Makassar. Desain penelitian ini
adalah Observasioal dengan rancangan Survei Analitik melalui pendekatan Cross-
Sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah semua responden yang memiliki
anak usia 24 – 60 bulan, yaitu sebanyak 26 orang tua, sampel diambil dengan
menggunakan non probability Sampling, jenis total sampling sebanyak 26 responden.
Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik yaitu Somers’D. Dimana hasil
penelitiannya adalah untuk variabel Pengetahuan terhadap Kejadian Stunting
berdasarkan hasil uji Somers’D di dapatkan nilai p=0,060,>α=0,05dan nilai rata-rata
1,380 hal ini berarti bahwa H0 di tolak dan Ha diterima, dan untuk variabel Perilaku
terhadap Kejadian Stunting berdasarkan hasil uji Somers’D di dapatkan nilai
p=0,060>α=0,05 dan nilai rata-rata 1,120, hal ini berarti bahwa H 0 ditolak dan Ha
diterima. Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Tidak ada
Hubungan antara Pengetahuan Dan Perilaku Orang Tua Terhadap Kejadian Stunting.
iv
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…
Puji dan syukur Penulis Panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala
Limpahan rahmat, pertolongan, kasih saying serta hidayah-Nya sehingga Penulis
akhirnya dapat menyelesaikan Proposal penelitian ini dengan judul “Hubungan
Pengetahuan dan Perilaku Orang Tua Dengan Kejadian Stunting Pada Usia 24-60
Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Antang Perumnas Kota Makassar” sebagai salah
satu persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Sarjana Keperawatan pada
program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gema Insan
Akademik Makassar.
Dalam penyusunan Proposal ini, Penulis menyadari bahwa hasil yang di capai
masih jauh dari kesempurnaan dan tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan yang
sangat berharga dari berbagai pihak terutama Ayahanda saya Hadi Purbaya dan Ibu
saya Indra Marlina, serta semua saudara saya yang tanpa kenal lelah memberikan
motivasi dan dorongan kepada penulis, baik secara moril maupun material. Oleh karena
itu penulis mengucapkan Terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak H. Andi Iwan Darmawan Aras, S.E. M.Si., selaku Ketua Yayasan STIK
GIA MAKASSAR
2. Bapak Rasdin, S.Kep, Ns, M.Kep. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Gema Insan Akademik Makassar
3. Ibu Eka Suprapti, S.Kep, Ns, M.Kes. selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan di STIK GIA MAKASSAR
4. Ibu Dr. Suriani Bahrun,S.Kep, Ns,M.Kes. selaku pembimbing 1 yang dengan rela
dan tulus memberikan bimbingan dalam menyelesaikan proposal ini.
5. Ibu Vivi Adriani Suardi , S.Kep, Ns, M.Kes. selaku pembimbing 2 yang dengan
rela dan tulus memberikan bimbingan dalam menyelesaikan Proposal ini.
6. Pengelola dan seluruh Staf Dosen STIK GIA MAKASSAR.
7. Pimpinan Puskesmas Antang Perumnas Kota Makassar yang telah memberikan
ijin kepada Penulis untuk melakukan penelitian
v
dukungan selama ini penulis mengucapkan banyak terima kasih. Semoga Tuhan
senantiasa melindungi dan memberikan kita damai sejahtera. AMIN
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
vi
KATA PENGANTAR......................................................................................... v
DAFTAR ISI....................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
b. Rumusan Masalah................................................................................. 3
c. Tujuan Penelitian.................................................................................... 3
d. Manfaat Peneliti...................................................................................... 4
e. Hipotesis Penelitian………………………………………………………… 4
a. Stunting ................................................................................................. 6
1. Definsi Stunting...................................................................................... 6
b. Pengetahuan.......................................................................................... 26
1. Definisi Pengetahuan........................................................................... 26
2. Tingkat Pengetahuan........................................................................... 27
vii
4. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Kejadian Stunting............... 29
c. Perilaku................................................................................................... 30
1. Definisi Perilaku................................................................................... 30
2. Jenis-Jenis Perilaku............................................................................. 31
3. Bentuk-Bentuk Perilaku....................................................................... 31
d. Kerangka Teori......................................................................................... 36
b. Defenisi Operasional................................................................................ 38
c. Desain Penelitian...................................................................................... 40
f. Instrumen Penelitian....................................................................................
41
44
j. Etika Penelitian............................................................................................
45
viii
a. Hasil Penelitian………………………………………………………………… 46
b. Pembahasan………………………………………………………………….. 51
a. Kesimpulan…………………………………………………………………………... 53
b. Saran………………………………………………………………………………… 53
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 54
LAMPIRAN........................................................................................................ 56
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori................................................................................... 36
Gambar 3.1 Kerangka Konsep............................................................................... 37
Gambar 3.2 Kategori Dan Ambang Batas Status Gizi Anak……………………….. 39
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Responden................................................ 56
xii
DAFTAR ISTILAH
Lambang / SIngkatan Arti
Defisiensi Kekurangan
Stunted Pendek
Absorbsi Penyerapan
xiii
Pathogen Agen biologis yang menyebabkan penyakit
pada inang nya
Invasi Masuknya kuman atau serangan penyakit
kedalam tubuh
Infeksi enteric Bakteri yang umumnya berada pada
saluran pencernaan manusia baik sebagai
penyebab penyakit ataupun tidak..
Katabolisme Proses memecah molekul – molekul besar
dan kompleks menjadi bentuk yang lebih
sederhana, kebanyakan diubah menjadi
energy.
Prematuritas Kelahiran yang terjadi sebelum minggu ke
37 atau lebih awal dari hari perkiraan
Abortus Keguguran
xiv
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN
lambang/ singakatan Arti
xv
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejadian balita pendek atau biasa disebut dengan stunting merupakan salah satu
masalah gizi yang dialami oleh balita di dunia saat ini. Pada tahun 2017 22,2% atau
sekitar 150,8 juta balita di dunia mengalami stunting. Namun angka ini sudah
mengalami penurunan jika dibandingkan dengan angka stunting pada tahun 2000 yaitu
32,6%.
Pada tahun 2017, lebih dari setengah balita stunting di dunia di Dunia berasal dari
Asia (55%) sedangkan lebih dari sepertiganya (39%) tinggal di Afrika. Dari 83,6 juta
balita stunting di Asia, proporsi terbanyak berasal dari Asia Selatan (58,7%) dan
Data prevalensi balita stunting yang dikumpulkan World Health Organization (WHO),
Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia
Stunting merupakan status gizi yang berdasarkan indeks tinggi badan menurut
umur. Persentase anak usia di bawah lima tahun (balita) sangat pendek dan pendek
usia 0-59 bulan di Indonesia tahun 2017 adalah 9,8% dan 19,8%. Kondisi ini meningkat
dari tahun sebelumnya yaitu persentase balita sangat pendek sebesar 8,57% dan balita
pendek sebesar 18,97%. Provinsi dengan persentase tertinggi balita sangat pendek
dan pendek pada usia 0-59 bulan tahun 2017 adalah Nusa Tenggara Timur.
1
Sedangkan Provinsi Jawa Tengah persentase balita sangat pendek dan pendek usia 0-
Kurang gizi khususnya stunting, merupakan permasalahan yang tak kunjung selesai
dan menjadi perhatian serius Pemerintah Indonesia. Prevalensi stunting pada anak usia
di bawah lima (5) tahun relatif tinggi. Proporsi status gizi pendek pada balita di kalangan
anak usia di bawah lima tahun sebesar 18,0%, 19,2% dan 19,3% dan proporsi status
gizi sangat pendek pada balita dikalangan anak usia di bawah lima tahun sebesar
18,8%, 18,0% dan 11,5% berturut-turut pada tahun 2007, 2013 dan 2018 (Riskesdas,
2018).
stunting di Kota Makassar mencapai 5,14 persen. Pencapaian itu diperoleh setelah
stunting nasional yang baru saja turun dari 37 persen ke 27 persen, apa yang ada di
Kota Makassar saat ini cukup kecil.“Angka 5,14 persen stunting di Makassar
merupakan capaian kita di 2019. Jadi kita cukup rendah dibanding angka nasional 37
diperoleh setelah intens dilakukan berbagai macam penyuluhan dan mengontrol gizi
anak. Angka 5 persen didapatkan dari jumlah keseluruhan anak yang ada di kecamatan
Manggala dengan penjabaran anak laki-laki berjumlah 1016 orang atau sekitar 52
persen sedangkan anak perempuan berjumlah 952 orang atau sekitar 48 persen.
2
terhadap penyakit infeksi.Stunting pada anak sekolah dasar merupakan manifestasi
dari stunting pada masa balita yang mengalami kegagalan dalam tumbuh kejar (catch
upgrowth), defisiensi zat gizi dalam jangka waktu lama, serta adanya penyakit infeksi.
Stunting tidak hanya disebabkan oleh satu faktor tetapi disebabkan oleh banyak
faktor yang saling berhubungan satu dengan lain. Diantara faktor yang mempengaruhi
kejadian stunting, pola asuh memegang peranan penting terhadap terjadinya gangguan
pertumbuhan pada anak. Pola asuh yang buruk dapat menyebabkan masalah gizi di
masyarakat..
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut “Adakah hubungan pengetahuan dan perilaku orang tua dengan
kejadian stunting pada usia balita di wilayah kerja Puskesmas Antang Perumnas Kota
Makassar ?”
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
kejadian stunting pada usia balita Usia 24 – 60 bulan di wilayah kerja Puskesmas
2. Tujuan Khusus
3
b. Mengetahui hubungan perilaku orang tua dengan kejadian stunting usia 24-60
D. Manfaat Penelitiaan
1. Bagi Ibu
Dengan adanya penelitian ini orang tua dapat mengetahui serta mampu
2. Bagi Puskesmas
3. Bagi Peneliti
E. Hipotesis Penelitian
4
a. Ada hubungan pengetahuan dengan kejadian stunting pada usia 24-60 bulan
pada balita.
b. Ada hubungan perilaku dengan kejadian stunting pada usia 24-60 bulan pada
balita.
a. Tidak ada hubungan pengetahuan dengan kejadian stunting pada usia 24-60
b. Tidak ada hubungan perilaku dengan kejadian stunting pada usia 24-60 bulan
pada balita.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Defenisi Stunting
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima
tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk
usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal
setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2
tahun. Balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita
dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya
(Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SD/standar
deviasi (stunted) dan kurang dari – 3SD (severely stunted). (Tim Nasional
Stunting yang telah tejadi bila tidak diimbangi dengan catch-up growth
6
lahir dengan berat badan normal dapat mengalami stunting bila pemenuhan
rumus tinggi badan menurut umur (TB/U) Panjang Badan Menurut Umur (PB/U)
memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan
yang berlangsung lama, misalnya kemiskinan, perilaku hidup sehat dan pola
asuh/pemberian makan yang kurang baik dari sejak dilahirkan yang mengakibatkan
mengetahui kurang gizi masa lampau, alat mudah dibawa kemana-mana, jarang
orang tua keberatan diukur anaknya.Kelemahan indeks TB/U yaitu tinggi badan
tidak cepat naik bahkan tidak mungkin turun, dapat terjadi kesalahan yang
berasal dari tenaga yang kurang terlatih, kesalahan pada alat dan tingkat kesulitan
merupakan estimasi keadaan yang telah lalu atau status gizi kronik.
keadaan gizi masa lalu tidak baik, seharusnya dalam keadaan normal tinggi badan
pertumbuhan tinggi badan baru terlihat dalam waktu yang cukup lama. (Departemen
7
3. Dampak Stunting Pada Balita
Laporan UNICEF tahun 2010, beberapa fakta terkait stunting dan pengaruhnya
a. Anak yang mengalami stunting lebih awal yaitu sebelum usia enam bulan,
akan mengalami stunting lebih berat menjelang usia dua tahun. Stunting yang
parah pada anak, akan terjadi defisit jangka panjang dalam perkembangan fisik dan
dibandingkan anak dengan tinggi badan normal. Anak dengan stunting cenderung
lebih lama masuk sekolah dan lebih sering absen dari sekolah dibandingkan anak
dengan status gizi baik. Hal ini memberikan konsekuensi terhadap kesuksesan
intelektual.Penyebab dari stunting adalah bayi berat lahir rendah, ASI yang tidak
memadai, makanan tambahan yang tidak sesuai, diare berulang, dan infeksi
gizi, berasal dari keluarga banyak, bertempat tinggal di wilayah pinggiran kota dan
komunitas pedesaan.
b. Pengaruh gizi pada usia dini yang mengalami stunting dapat menganggu
berlanjut pada masa remaja dan kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa yang
8
stunting dan mempengaruhi secara langsung pada kesehatan dan produktivitas,
menghambat dalam proses pertumbuhan dan berisiko lebih besar meninggal saat
sangat merugikan performance anak.Jika kondisi buruk terjadi pada masa golden
period perkembangan otak (0-2 tahun) maka tidak dapat berkembang dan kondisi
ini sulit untuk dapat pulih kembali. Hal ini disebabkan karena 80-90% jumlah sel
otak terbentuk semenjak masa dalam kandungan sampai usia 2 (dua) tahun.
Apabila gangguan tersebut terus berlangsung maka akan terjadi penurunan skor
anak tersebut hidup tetapi tidak bisa berbuat banyak baik dalam bidang pendidikan,
ekonomi dan lainnya. Generasi demikian hanya akan menjadi beban masyarakat
biaya kesehatan yang tinggi akibat warganya mudah sakit. (Supariasa, 2011).
Status gizi pada dasarnya ditentukan oleh dua hal yaitu: makanan yang
tergantung pada kandungan zat gizi makanan tersebut, ada tidaknya pemberian
makanan tambahan di keluarga, daya beli keluarga dan karakteristik ibu tentang
9
makanan dan kesehatan.Keadaan kesehatan juga berhubungan dengan karakteristik
ibu terhadap makanan dan kesehatan, daya beli keluarga, ada tidaknya penyakit
Defisiensi zat gizi yang paling berat dan meluas terutama di kalangan balita
ialah akibat kekurangan zat gizi sebagai akibat kekurangan konsumsi makanan dan
hambatan mengabsorbsi zat gizi.Zat energi digunakan oleh tubuh sebagai sumber
tenaga yang tersedia pada makanan yang mengandung karbohidrat, protein yang
tubuh.Kekurangan zat gizi pada disebabkan karena mendapat makanan yang tidak
antara konsumsi zat gizi dan kebutuhan gizi dari segi kuantitatif maupun kualitatif
(Irianton A, 2015).
stunting pada balita.Kurangnya asupan energi dan protein menjadi penyebab gagal
10
Faktor-faktor yang mempengaruhi asupan zat gizi yaitu :
Daya beli keluarga sangat ditentukan oleh tingkat pendapatan keluarga. Orang
orang tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang dibutuhkan.Ada pula
Pada umumnya tingkat pendapatan naik jumlah dan jenis makanan cenderung untuk
membaik tetapi mutu makanan tidak selalu membaik (Aditianti, 2010). Anak yang
tumbuh dalam suatu keluarga miskin paling rentan terhadap kurang gizi diantara
seluruh anggota keluarga dan yang paling kecil biasanya paling terpengaruh oleh
Pendidikan ibu merupakan modal utama dalam menunjang ekonomi keluarga juga
anak. Bagi keluarga dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih mudah
pengetahuannya dan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari- hari (Depkes RI,
2015).
Tingkat pendidikan yang dimiliki wanita bukan hanya bermanfaat bagi penambahan
11
merupakan bekal atau sumbangan dalam upaya memenuhi kebutuhan dirinya serta
mereka yang tergantung padanya.Wanita dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi
Jika pendidikan ibu dan pengetahuan ibu rendah akibatnya ia tidak mampu untuk
memilih hingga menyajikan makanan untuk keluarga memenuhi syarat gizi seimbang
(UNICEF, 2010). Hal ini senada dengan hasil penelitian di Meksiko bahwa
pendidikan ibu sangat penting dalam hubungannya dengan pengetahuan gizi dan
pemenuhan gizi keluarga khususnya anak, karena ibu dengan pendidikan rendah
antara lain akan sulit menyerap informasi gizi sehingga dapat berisiko mengalami
Gizi kurang banyak menimpa balita sehingga golongan ini disebut golongan
rawan.Masa peralihan antara saat disapih dan mengikuti pola makan orang dewasa
atau bukan anak, merupakan masa rawan karena ibu atau pengasuh mengikuti
kebiasaan yang keliru.Penyuluhan gizi dengan bukti-bukti perbaikan gizi pada dapat
2014).
pernah dijalani, faktor lingkungan sosial dan frekuensi kontak dengan media masa
12
Tingkat pengetahuan gizi seseorang besar pengaruhnya bagi perubahan sikap dan
pula pada keadaan gizi individu yang bersangkutan. Keadaan gizi yang rendah di
suatu daerah akan menentukan tingginya angka kurang gizi secara nasional (Mulyati,
2009). Hasil Penelitian Taufiqurrahman (2013) dan Pormes dkk (2014) yang
2. Riwayat Kehamilan
Usia ibu mempunyai hubungan erat dengan berat bayi lahir, pada usia ibu yang
belum optimal. Selain itu emosi dan kejiwaannya belum cukup matang, sehingga
pada saat kehamilan ibu tersebut belum dapat menghadapi kehamilannya secara
Telah dibuktikan pula bahwa angka kejadian persalinan kurang bulan akan tinggi
pada usia dibawah 20 tahun dan kejadian paling rendah pada usia 26–35 tahun,
semakin muda usia ibu maka yang dilahirkan akan semakin ringan. Risiko
kehamilan akan terjadi pada ibu yang melahirkan dengan usia kurang dari 20
tahun dan lebih dari 35 tahun erat kaitannya dengan terjadinya kanker rahim dan
BBLR. Usia ibu yang beresiko akan berpotensi untuk melahirkan bayi BBLR, bayi
yang BBLR akan berpotensi untuk menjadi stunting (Depkes RI, 2013)
13
b. Hamil dengan KEK (Kurang Energi Kronis)
gangguan kesehatan pada ibu (Depkes RI 2012). Kekurangan energi kronik dapat
terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil (bumil). Kurang gizi akut
disebabkan oleh tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau
makanan yang baik (dari segi kandungan gizi) untuk satu periode tertentu untuk
mendapatkan tambahan kalori dan protein (untuk melawan) muntah dan mencret
secara umum di Indonesia untuk mengidentifikas ibu hamil risiko Kurang Energi
Kronis (KEK).
Menurut Departemen kesehatan batas ibu hamil yang disebut resiko KEK jika
ukuran LILA < 23,5 cm, dalam pedoman Depkes tersebut disebutkan intervensi
yang diperlukan untuk WUS atau ibu hamil yang menderita risiko KEK. Sampai
saat ini masih banyak ibu hamil yang mengalami masalah gizi, khususnya gizi
bayi dengan berat badan lahir kurang.Gizi kurang pada ibu hamil dapat
menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu, antara lain anemia, perdarahan,
Retardation (IUGR) atau pertumbuhan janin terhambat, dan bayi yang dilahirkan
14
mempunyai BBLR (Depkes RI, 2010).Asupan energi dan protein yang tidak
Wanita hamil berisiko mengalami KEK jika memiliki Lingkar Lengan Atas (LILA) <
23,5cm. Ibu hamil dengan KEK berisiko melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR)
yang jika tidak segera ditangani dengan baik akan berisiko mengalami stunting
c. Kadar Hb (Hemoglobin)
Masa kehamilan sering sekali terjadi kekurangan zat besi dalam tubuh.Zat besi
merupakan mineral yang sangat dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah
(hemoglobin). Selain itu mineral ini juga berperan sebagai komponen untuk
yang terdapat ditulang, tulang rawan, dan jaringan penyambung) serta enzim zat
Saat hamil kebutuhan zat besi meningkat dua kali lipat dari kebutuhan sebelum
hamil. Hal ini terjadi karena selama hamil, volume darah meningkat sampai 50%
sehingga perlu lebih banyak zat besi untuk membentuk hemoglobin.Volume darah
zat besi dalam sel darah merah yang berfungsi mengangkut oksigen dari paru–
paru ke seluruh tubuh.Selain itu hemoglobin juga memainkan peran penting dalam
menjaga bentuk sel darah merah. Pada dasarnya, berat bayi lahir memang tidak
mutlak dipengaruhi oleh kadar hemoglobin ibu hamil. Berat bayi lahir dipengaruhi
15
oleh dua faktor ibu yang mempengaruhi pertumbuhan janin intrauterin, yaitu faktor
internal ibu hamil (Nurkhasanah, 2008). Kadar Hb wanita sehat seharusnya punya
dibawah 11gr%, yaitu 9-11 gr%, dan anemia berat yaitu Hb dibawah 7 gr%.
Pemeriksaan Hb dilakukan minimal dua kali selama kehamilan yaitu pada trimester
terdapat hubungan yang bermakna antara kadar hemoglobin ibu hamil dengan
berat bayi lahir. Trimester III kehamilan memang merupakan masa dimana
16
d. Frekuensi Antenatal Care (ANC)
ibu dan bayinya (Oswari E, 2008).Antenatal care adalah perawatan yang diberikan
kepada ibu hamil, selama kehamilan secara berkala yang diikuti dengan upaya
antenatal yang ditentukan. Pelayanan ANC yang diberikan kepada ibu hamil sesuai
dengan pedoman pelayanan KIA yaitu pemeriksaan antenatal care minimal 4 kali
selama kehamilan dengan ketentuan 1 kali pada tribulan I, 1 kali pada tribulan II, dan
2 kali pada tribulan III (Depkes RI.2013). Pemeriksaan selama hamil sangat penting,
dalam hal ini tidak hanya jumlah kunjungan tetapi juga kualitas dari pelayanan ANC
yang timbul selama kehamilan, sehingga kesehatan selama masa kehamilan dapat
dipelihara dan yang terpenting adalah ibu dan berada dalam keadaan sebaik
maka semakin meningkat resiko sebesar 1,5–5 kali untuk mendapat BBLR (Anonim,
kurang dari 37 minggu dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Bila bayi yang
17
lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badannya kurang dari
seharusnya desebut dengan dismatur kurang bulan kecil untuk masa kehamilan.
Semakin awal bayi lahir, semakin belum sempurna perkembangan organ organ
tubuhnya, dan semakin rendah berat badannya saat lahir dan semakin tinggi
Rendah (BBLR) sangat erat kaitannya dengan mortalitas janin.Keadaan ini dapat
penting dalam kesehatan dan kelangsungan hidup bayi yang baru lahir dan
berhubungan dengan risiko tinggi pada kematian bayi dan anak (WHO, 2017).
Dampak lanjutan dari BBLR dapat berupa gagal tumbuh (growth faltering), penelitian
Sirajudin dkk tahun 2011 menyatakan bahwa bayi BBLR memiliki potensi menjadi
pendek 3 kali lebih besar dibanding non BBLR, pertumbuhan terganggu, penyebab
a) Pencegahan BBLR
menurunkan insiden atau kejadian berat badan lahir rendah di masyarakat. Menurut
selama periode kehamilan yakni 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada
2. Pada ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi diet seimbang serat dan rendah
lemak, kalori cukup, vitamin, dan mineral termasuk 400 mikrogram vitamin B
18
asam folat setiap hari. Pengontrolan berat badan selama kehamilan dari
3. Hindari rokok atau asap rokok dan jenis polusi lain, minuman beralkohol,
rahim, faktor risiko tinggi dalam kehamilan, dan perawatan diri selama kehamilan
agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan
baik.
4. ASI Eksklusif
Pemberian ASI secara dini dan ekslusif sekurang-kurangnya 4-6 bulan akan
saluran nafas, terutama asma pada anak-anak. Hal ini disebabkan adanya antibody
penting yang ada dalam kolostrum ASI (dalam jumlah yang lebih sedikit), akan
melindungi bayi baru lahir dan mencegah timbulnya alergi. Untuk alasan tersebut,
semua bayi baru lahir harus mendapatkan kolostrum (Rahmi (2008) dalam Aprilia,
2009). Inisiasi menyusu dini dan ASI ekslusif selama 6 bulan pertama dapat
mencegah kematian bayi dan infant yang lebih besar dengan mereduksi risiko
sejumlah besar faktor protektif yang memberikan proteksi aktif dan pasif
19
b. ASI esklusif dapat mengeliminasi mikroorganisme pathogen yang yang
terkontaminasi melalui air, makanan, atau cairan lainnya. Juga dapat mencegah
kerusakan barier imunologi dari kontaminasi atau zat-zat penyebab alergi pada
1).Komposisi ASI :
a. Kolostrum
setelah bayi lahir, merupakan ASI yang keluar dari hari pertama sampai hari ke 4
Kandungan proteinnya 3 kali lebih banyak dari ASI mature. Cairan emas ini encer
dan seringkali berwarna kuning atau dapat pula jernih yang mengandung sel
hidup yang menyerupai sel darah putih yang dapat membunuh kuman
mekonium dari usus bayi yang baru lahir. Volumenya bervariasi antara 2 dan 10
ml per feeding per hari selama 3 hari pertama, tergantung dari paritas ibu
(Anonim, 2010).
b. ASI peralihan/transisi
Merupakan ASI yang dibuat setelah kolostrum dan sebelum ASI mature(kadang
sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin tinggi. Volumenya juga akan
makin meningkat
20
c. ASI mature
ASI matang merupakan ASI yang keluar pada sekitar hari ke 14 dan seterusnya,
komposisi relative konstan.Pada ibu yang sehat dengan produksi ASI cukup, ASI
merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi
a) Karbohidrat
b) Protein
c) Lemak
d) Mineral
e) Vitamin
payudara ibu hamil. Setelah persalinan apabila bayi mulai mengisap payudara,
maka produksi ASI bertambah secara cepat.Dalam kondisi normal, ASI diproduksi
sebanyak 700-800 cc ASI per hari. Namun kadang-kadang ada yang mengkonsumsi
kurang dari 600 cc atau bahkan hampir 1 liter per hari dan tetap menunjukkan
tingkat pertumbuhan yang sama. Keadaan kurang gizi pada ibu pada tingkat yang
berat, baik pada waktu hamil maupun menyusui dapat mempengaruhi volume ASI.
Produksi ASI menjadi lebih sedikit yaitu hanya berkisar antara 500-700 cc pada 6
21
bulan pertama usia bayi, 400-600 cc pada bulan kedua dan 300-500 cc pada tahun
4.Manfaat ASI
Banyak manfaat pemberian ASI khususnya ASI ekslusif yang dapat dirasakan
yaitu (1) ASI sebagai nutrisi, (2) ASI meningkatkan daya tahan tubuh, (3)
Menurunkan risiko mortalitas, risiko penyakit akut dan kronis, (4) Meningkatkan
usia selama enam bulan, (7) Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk
untuk pertumbuhan otak sehingga bayi yang diberi ASI eksklusif lebih pandai, (8)
(Notoatmodjo, 2010).
5. MP ASI
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau minuman
yang mengandung zat gizi yang diberikan pada bayi atau usia 6-24 bulan guna
memenuhi kebutuhan gizi selain ASI. MP-ASI merupakan makanan peralihan dari
pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan yang sangat pesat pada periode
22
ini, tetapi sangat diperlukan hygienitas dalam pemberian MP-ASI tersebut (Anonim,
2013).
kontaminasi mikroba yang dapat meningkatkan risiko atau infeksi lain pada bayi.
Selama kurun waktu 4-6 bulan pertama ASI masih mampu memberikan kebutuhan
gizi bayi, setelah 6 bulan produksi ASI menurun sehingga kebutuhan gizi tidak lagi
dipenuhi dari ASI saja. Peranan makanan tambahan menjadi sangat penting untuk
memenuhi kebutuhan gizi bayi tersebut . Makanan pendamping ASI dapat disiapkan
secara khusus untuk bayi atau makanannya sama dengan makanan keluarga,
namun teksturnya disesuaikan dengan usia bayi dan kemampuan bayi dalam
Umur 0-6 bulan pertama dilahirkan, ASI merupakan makanan yang terbaik bagi
bayi, namun setelah usia tersebut bayi mulai membutuhkan makanan tambahan
pendamping ASI mempunyai tujuan memberikan zat gizi yang cukup bagi
kebutuhan bayi atau balita guna pertumbuhan dan perkembangan fisik dan
psikomotorik yang optimal, selain itu untuk mendidik bayi supaya memiliki
kebiasaan makan yang baik.Tujuan tersebut dapat tercapai dengan baik jika
makanan baik serta jenis makanan yang beraneka ragam. MP-ASI diberikan
sebagai pelengkap ASI sangat membantu bayi dalam proses belajar makan dan
23
pemberian MP-ASI adalah untuk menambah energi dan zat-zat gizi yang
diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus
kesenjangan antara kebutuhan nutrisi total dengan jumlah yang didapatkan dari
b) Persyaratan MP-ASI
pemberian ASI. MP-ASI hendaknya bersifat padat gizi, kandungan serat kasar
dan bahan lain yang sukar dicerna seminimal mungkin, sebab serat yang terlalu
zat gizi. Selain itu juga tidak boleh bersifat kamba, sebab akan cepat memberi
rasa kenyang pada bayi. MP-ASI jarang dibuat dari satu jenis bahan pangan,
perbandingan tertentu agar diperoleh suatu produk dengan nilai gizi yang tinggi.
energi dari minyak atau gula untuk menambah kebutuhan gizi (Depkes RI,2013).
24
perkembangan usia balita. Terkadang ada ibu-ibu yang sudah memberikannya
pada usia dua atau tiga bulan, padahal di usia tersebut kemampuan pencernaan
bayi belum siap menerima makanan tambahan. Akibatnya banyak bayi yang
mengalami diare. Masalah gangguan pertumbuhan pada usia dini yang terjadi di
Indonesia diduga kuat berhubungan dengan banyaknya bayi yang sudah diberi
MP-ASI sejak usia satu bulan, bahkan sebelumnya. Pemberian MP-ASI terlalu
dini juga akan mengurangi konsumsi ASI, dan bila terlambat akan menyebabkan
bayi kurang gizi. Bayi yang mengkonsumsi ASI, makanan tambahan dapat
diberikan setelah usia enam bulan (Mufida,dkk 2015). Salah satu permasalahan
dalam pemberian makanan pada bayi adalah terhentinya pemberian air susu ibu
dan pemberian MP-ASI yang tidak cukup (Depkes RI, 2010). WHO
usia 2 tahun. Menurut penelitian Teshome, yang diberi MP-ASI terlalu dini (< 4
6. Infeksi
Infeksi adalah invasi (masuk ke dalam tubuh) dan multiplikasi (pertumbuhan dan
Beberapa contoh infeksi yang sering dialami yaitu infeksi enterik seperti diare,
enteropati, dan cacing, dapat juga disebabkan oleh infeksi pernafasan (ISPA),
malaria, berkurangnya nafsu makan akibat serangan infeksi, dan inflamasi. Konsumsi
25
diet yang cukup tidak menjamin pertumbuhan fisik yang normal karena kejadian
penyakit lain, seperti infeksi akut atau kronis, dapat mempengaruhi proses yang
2012).
Menurut Suiraoka et al. (2011) hubungan penyakit infeksi dengan keadaan gizi
kurang merupakan hubungan timbal balik dan sebab akibat.Penyakit infeksi dapat
memperburuk keadaan gizi dan keadaan gizi yang kurang dapat mempermudah
seseorang terkena penyakit infeksi yang akibatnya dapat menurunkan nafsu makan,
kebutuhan zat gizi oleh adanya penyakit sehingga kebutuhan zat gizi tidak terpenuhi.
Menurut Supariasa et al. (2012) ada hubungan yang sangat erat antara infeksi
interaksi yang sinergis antara malnutrisi dengan penyakit infeksi dan juga infeksi
akan mempengaruhi zat gizi dan mempercepat malnutrisi. Tando (2012) dalam
seperti penumonia, diare persisten, disentri dan penyakit kronis seperti kecacingan
26
menunjukkan infeksi parasit merupakan faktor risiko sebagai penyebab perawakan
1. Definisi
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang
2. Tingkat Pengetahuan
27
(3) Aplikasi (Aplication)
yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk
(1) Umur
(2) Intelegensi
(3) Lingkungan
28
(4) Sosial Budaya
(5) Pendidikan .
(6) Informasi
(7) Pengalaman
Pengetahuan orang tua tentang gejala, dampak dan cara pencegahan stunting
dapat menentukan sikap dan perilaku orang tua dalam pemeliharaan kesehatan
faktor resiko kejadian stunting, anak yang termasuk dalam kategori stunting
Upaya pencegahan stunting tidak bisa lepas dari pengetahuan orang tua tentang
stunting. Dengan pengetahuan yang baik, dapat memunculkan kesadaran orang tua
akan pentingnya pencegahan stunting. Kesadaran orang tua akan membentuk pola
pemenuhan gizi mulai dari ibu hamil, gizi anak, menjaga lingkungan dan sanitasi
rumah yang baik, dan perilaku hidup bersih dan sehat (Harmoko, 2017)
29
C. Tinjauan Umum Mengenai Perilaku
1. Definisi Perilaku
Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu
berbicara, beraksi, berpikir, persepsi, dan emosi. Perilaku juga dapat diartikan
sebagai aktivitas organisme, baik yang dapat diamati secara langsung maupun
dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak sampai yang tidak
tampak, dari yang dirasakan sampai paling yang tidak dirasakan (Okviana,
2015).
relatif tetap disebut juga eliciting stimuli. Perilaku emosional yang menetap
misalnya orang 11 akan tertawa apabila mendengar kabar gembira atau lucu,
sedih jika mendengar musibah, kehilangan dan gagal serta minum jika terasa
haus.
b. Operan Respon Respon operant atau instrumental respon yang timbul dan
30
Perangsang perilakunya disebut reinforcing stimuli yang berfungsi memperkuat
dikarenakan gaji yang diterima cukup, kerjanya yang baik menjadi stimulus untuk
2. Jenis-jenis perilaku
a. Perilaku sadar, perilaku yang melalui kerja otak dan pusat susunan saraf,
3. Bentuk-bentuk perilaku
stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respons atau reaksi terhadap
kesadaran dan sikap yang terjadi pada seseorang yang menerima stimulus
tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
31
b. Perilaku terbuka (overt behavior) Respons terhadap stimulus tersebut sudah
jelas dalam bentuk tindakan atau praktik, yang dengan mudah dapat diamati
Faktor genetik atau faktor keturunan merupakan konsep dasar atau modal
dengan yang lainnya, ketiga kelompok terbesar yaitu ras kulit putih
(Kaukasia), ras kulit hitam (Negroid) dan ras kulit kuning (Mongoloid).
Perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara berpakaian dan
emosional.
32
d). Sifat
manusia tidak ada yang sama karena adanya perbedaan kepribadian yang
dimiliki individu.
e). Intelegensi
kita kenal ada individu yang intelegensi tinggi yaitu individu yang dalam
a) Faktor Lingkungan
(2003),
33
perilaku itu dibentuk melalui suatu proses dalam interkasi manusia
dengan lingkungan.
1) Usia
2) Pendidikan
3) Pekerjaan
4) Agama
5) Sosial
6) Kebudayaan
Peranan orang tua dan keluarga penting untuk mengembangkan peran sosial,
salah satunya adalah pola asuh orang tua seperti contoh sikap dan perilaku orang
tua terhadap anak dalam berinteraksi dan berkomunikasi, orang tua bisa
tubuh, sehingga anak tersebut bisa membawa sifat tersebut sampai dewasa. [10]
makanan yang dijual oleh pedagang di sekolah, di jalanan bahkan di tempat umum.
baik langsung dimakan maupun harus di olah terlebih dahulu. Peran orang tua di
sini adalah memberitahu kepada anaknya bahwa makanan jajanan diluar bisa saja
tidak sehat bagi tubuh. [11] kesalahan seorang ibu salah satunya adalah anak bisa
terkena stunting , penyebab stunting adalah kekurangan asupan gizi mulai dari saat
masih dalam kandungan, dan juga lingkungan yang tidak sehat, seperti tempat
34
tangga yang tempat pembuangan akhir tinjanya melalui SPAL dan hal itu
35
KERANGKA TEORI
Pengetahuan Perilaku
Meningkatnya paparan
penyakit
Tingkat pendidikan
Orang Tua
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Tahap penting dalam satu penelitian adalah menyusun kerangka konsep. Konsep
adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suati
teori yang menjelaskan keterkaitan antara variable ( baik variable yang diteliti maupun
yang yang tidak diteliti). Kerangka konsep akan membantu peneliti menghubungkan
INDEPENDEN DEPENDENT
PENGETAHUAN
KEJADIAN
STUNTING
PERILAKU
Keterangan:
= garis penghubung
37
B ,Defenisi Opersional
38
Gambar 3.2 Kategori Dan Ambang Batas Status Gizi Anak
39
C. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survey analitik ( survei atau penelitian yang
mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi), dengan
variabel dalam satu saat sekaligus) yang bertujuan untuk mengetahui hubungan
pengetahuan dan perilaku terhadap kejadian stunting usia 24-60 bulan di wilayah
1. Waktu
2. Tempat Penelitian.
1. Populasi
yang telah ditetapkan (Nursalam, 2017). Populasi target penelitian ini adalah
orang tua balita berusia 24 bulan – 60 bulan di wilayah kerja Puskesmas Antang
2. Sampel
40
Dalam penelitian ini pemilihan sampel dengan cara Probablity Sampling
F. Instrumen Penelitian
dengan pengetahuan dan perilaku Orang Tua terhadap Stunting. Untuk memperoleh
informasi yang lebih lengkap, instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
Guttman. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
dibuat sendiri oleh peneliti sendiri dari 20 item pernyataan tentang pengetahuan
tentang kejadian stunting dengan pilihan jawaban benar dan salah. Untuk jawaban
benar diberi nilai 1 dan untuk jawaban salah diberi nilai 0, sehingga nilai median
sebagai berikut:
0-10 merupakan rentang nilai responden, jika nilai ini di urut dari terkecil sampai
pada setiap alternative jawaban untuk jawaban pernyatan yang positif maka STS=1,
TS=2, S=3, SS=4, sedangkan untuk jawaban pernyataan negative maka STS=4,
TS=3, S=2, SS=1, dimana STS :Sangat tidak setuju, TS : tidak setuju, S : Setuju, SS
41
: Sangat setuju, pernyataan tentang sikap sebayak 15 item, sehingga nilai median
sebagai berikut :
= ( 1 x 14 ) = 14
= ( 4 x 14 ) = 56
Kategori = 56 – 14 = 28
2
jika nilai ini diurut dari yang terkecil sampai besar maka nilai median = 28
menggunakan alat ukur z-Score dengan catatan normal jika PB dan TB menurut
umur berada pada ambang batas z score -3 sampai <-2SD. Pendek jika PB dan TB
menurut umur berada pada ambang batas z score -2 sampai 2SD. alat ukur yang
1. Data Primer
42
Mengurus kelengkapan surat pengantar atau surat izin penelitian kepada
penelitian
sampling.
peneliti.
e. Setelah itu dilakukan pengumpulan data hasil jawaban dari observasi untuk
2. Data Sekunder
digunakan sebagai data pelengkap dan penunjang data primer yang ada
43
H. Pengolahan Data Penelitian
Penulis akan melakukan penelitian terhadap data yang diperoleh dan diteliti.
Hasilnya tidak terdapat kekeliruan terhadap data yang diperoleh maupun diteliti.
Setelah data diedit dalam master tabel, kemudian data dimasukkan kedalam
tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki. Setiap data yang dimasukkan ke proram
dianlisa program yang diguakan untuk menganalisa data penelitian yaitu Program
1. Analisis Univariat
2. Analisis Bivariat
44
J. Etika Penelitian
dari pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat
Etika Penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak subjek antara lain menjamin
Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebaga berikut:
Lembar persetujuan ini akan diberikan kepada responden yang diteliti yang
Terdapat satu responden yang menolak untuk diteliti tetapi setelah diberikan
pengertian tentang tindakan atau intervensi yang akan dilakukan maka responden
tersebut merubah keputusan dan mau dan mau untuk diteliti selain tersebut tidak ada
tetapi lembar tersebut diisi dengan inisial nama responden untuk menjaga privasi dan
kehormatan responden.
kerahasiaan informasi akan dijamin oleh peneliti dan hanya melaporkan data
45
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penilitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Observasional dengan rancangan
Survei Analitik melalui pendekatan Cross-Sectional study, tujuan dari penelitian
ini yaitu mengetahui Hubungan Pengetahuan dan Perilaku terhadap kejadian
Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Antang. Hasil penelitian ini
diperoleh dari Kuesioner yang diberikan kepada responden. Penelitian ini
melibatkan 20 responden.
Setelah data terkumpul dilakukan pemeriksaan kelengkapan kemudian data
diolah melalui Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 22.0, maka
berikut peneliti akan menyajikan analisa data univariat terhadap setiap variabel
dengan menghasilkan distribusi frekuensi dan persentasi serta analisa bivariat
untuk mengetahui adanya hubungan variabel independen dengan dependen
dengan menggunakan statistic uji Somers’d.
1. Analisis Univariat
Pada tahap ini data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi variabel
tunggal antara lain
Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur
di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Antang Kota Makassar
Su mber,
Data Cumulative Primer
Frequency Percent Valid Percent
2020 Percent
23-28 Tahun 6 23.1% 23.1% 23.1%
29-33 Tahun 6 23.1% 23.1% 46.2%
Valid 34-38 Tahun 5 19.2% 19.2% 65.4%
39 Tahun Keatas 9 34.6% 34.6% 100%
Total 26 100% 100%
46
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa responden dengan rentan usia 23-
28 tahun (23,1%). Responden dengan rentan usia 29-33 tahun (23,1%). Responden
dengan rentan usia 34-38 tahun (19,2%). Responden dengan rentan usia 39 tahun
keatas (34,5%).
Tabel 4.2
Distribusi responden berdasarkan pendidikan terakhir
Di wilayah kerja Puskesmas Perumnas Antang kota Makassar
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
SD 1 3.8% 3.8% 3.8%
SMP 2 7.7% 7.7% 11.5%
SMA/SMK 16 61.5% 61.5% 73.1%
Valid
DIPLOMA 3 11.5% 11.5% 84.6%
SARJANA 4 15.4% 15.4% 100%
Total 26 100% 100%
Sumber, Data Primer 2020
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa responden dengan pendidikan terakhir SD
(3,8%). Responden dengan pendidikan terakhir SMP (7,7%). Responden dengan
pendidikan terakhir SMA/SMK ( 61,5%). Responden dengan pendidikan terakhir
DIPLOMA (11,5%). Responden dengan pendidikan terakhir Sarjana (15,4%).
47
c. Karakteristik berdasarkan pengetahuan
Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Antang Kota Makassar
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid Baik 16 61.5 % 61.5% 61.5%
Kurang
10 38.5% 38.5% 100%
Baik
Total 26 100% 100%
Sumber, Data Primer 2020
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa responden yang dapat mengetahui
sebesar (61,5%) dan responden yang kurang mengetahui sebesar (38,5%).
Tabel 4.4
Distribusi Berdasarkan Perilaku
Diwilayah Kerja Puskesmas Perumnas Antang Kota Makassar
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid Baik 23 88.5% 88.5% 88.5%
Kurang Baik 3 11.5% 11.5% 100%
Total 26 100% 100%
Sumber, Data primer 2020
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa perilaku baik sebesar (88,5%).
Sedangkan perilaku kurang baik sebesar (11,5%).
48
e. Karakteristik Berdasarkan Status Gizi (Stunting)
Tabel 4.5
Distribusi Berdasarkan Status Gizi
Di Wilayah Kerja Puskesmas Antang Kota Makassar
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid Terjadi 12 46.2% 46.2% 46.2%
Tidak Terjadi 14 53.8% 53.8% 100%
Total 26 100% 100%
Sumber, Data Primer 2020
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa kejadian Stunting terjadi (46,2%).
Sedangkan kejadian Stunting Tidak Terjadi sebesar (53,2%)
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui adanya hubungan
antara variabel independen dan variabel dependen yang dilakukan dengan
menggunakan uji Somers’D.
Tabel 4.6
Hubungan Pengetahuan dengan kejadian Stunting
Di Wilayah Kerja Puskesmas Antang Kota Makassar
Status gizi
Terjadi Tidak Terjadi Total
Pengetahuan Baik 7 9 16
Kurang Baik 5 5 10
Total 12 14 26
Somer’s d p=0.060
Hasil Uji Somers’D di peroleh angka p=0,060 sedangkan nilai signifikasi p<0,05
dan Nilai mean =1.380. Hal ini menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan antara pengetahuan dan kejadian stunting.
Tabel 4.7
Status gizi
Total
Terjadi Tidak Terjadi
Baik 11 12 23 Sumber :Data
Perilaku
Kurang Baik 1 2 3
Primer 2020
Total 12 14 26
Somers’D P = 0,060 Berdasarkan
tabel 4.7 dapat dilihat responden dengan kategori perilaku Baik mengalami
kejadian stunting terjadi sebanyak 11 responden dan yang tidak terjadi sebanyak
12 responden. Sedangkan kategori perilaku yang kurang baik mengalami kejadian
stunting terjadi sebanyak 1 responden dan yang tidak terjadi sebanyak 2 orang.
B. Pembahasan
50
mengetahui tentang stunting namun anaknya tetap mengalami stunting sebanyak
7 responden dan tidak mengalami stunting sebanyak 9 responden. Sedangkan
yang tidak mengetahui tentang stunting namun anaknya mengalami stunting
sebanyak 5 responden dan yang tidak mengalami stunting sebanyak 5 responden.
Berdasarkan hasil analisis bivariate pada tabel 4.6 menyatakan Uji Somers’D
menunjukkan hasil p value = 0,060 >(0,05) dan nilai mean = 1.380. Hal ini
menunjukkan tidak adanya hubungan antara pengetahuan dan kejadian stunting.
Namun Hasil penelitian yang didapatkan tidak sejalan dengan hasil pemelitian
yang dilakukan oleh Edwin Danie Olsa, Delmi Sulastri, dan Eliza Anas (2018)
dengan judul Hubungan Sikap Dan Pengetahuan Ibu Terhadap Kejadian Stunting
Pada Anak Baru Masuk Sekolah Dasar Di Kecamatan Nanggalo dari jumlah
responden 232 orang didapatkan nilai P<0,05(p=0,000).
51
Berdasarkan hasil analisis bivariate pada tabel 4.7 menyatakan Uji Somers’d
menunjukkan hasil p value = 0,060 >(0,05) dan nilai mean = 1.120. Hal ini
menunjukkan tidak adanya hubungan antara perilaku dan kejadian stunting.
Hasil penelitian yang di dapatkan tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Hanik Rahmawati, Susi Dyah Puspowati (2018) dengan hubungan perilaku
KADARZI dengan kejadian stunting di desa Nyemoh Kecamatan Bringin
Kabupaten Semarang dengan 47 responden ibu balita, di peroleh nilai (P=0,000).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
52
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan pengetahuan
dan perilaku terhadapkan kejadian stunting usia 24 – 60 bulan di wilayah kerja
puskesmas oerumnas antang kota Makassar, maka peneliti menyimpulkan sebagai
berikut :
1. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan Stunting,
dimana pada uji Somers’d diperoleh p-value= 0,060
2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara Perilaku dengan Stunting dimana
pada uji Somers’d diperoleh p-value= 0,060.
B. Saran
1. Bagi Institusi
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan
pengembangan ilmu pengetahuan terkait dengan masalah Stunting usia 24 – 60
bulan di wilayah kerja Puskesmas Antang Kota Makassar .
2. Bagi Profesi
Diharapkan dapat menambah kepustakaan ilmu pengetahuan dalam
bidang keperawatan khususnya keperawatan anak terhadap kejadian Stunting
usia 24 – 60 bulan.
3. Bagi Peneliti
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat dilakukan penelitian lanjutan
untuk mengidentifikasi lebih jelas mengenai pengetahuan dan perilaku Orang
Tua terhadap kejadian stunting dan dapat dibandingkan dengan yang tidak
terkena stunting.
DAFTAR PUSTAKA
53
1. Feng, G. (2011). 高峰 1 ,张树礼 2 ,郭二果 3 ((1. 97–99.
2. Francisco, A. R. L. (2013). 済無No Title No Title. Journal of Chemical Information
and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
3. goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, A. (2019). 済 無 No Title No Title.
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
4. Kesehatan, K., & Indonesia, R. (2018). Ini Penyebab Stunting Pada Anak.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 1–2. Retrieved from
http://www.depkes.go.id/article/view/18052800006/ini-penyebab-stunting-pada-
anak.html
5. Lestari, W., Rezeki, S. H. I., Siregar, D. M., & Manggabarani, S. (2018). Faktor
Yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting Pada Anak Sekolah Dasar Negeri
014610 Sei Renggas Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan. Jurnal Dunia
Gizi, 1(1), 59. https://doi.org/10.33085/jdg.v1i1.2926
6. Nursalam. (2017). metodologi penelitian ilmu keperawatan (peny puji lestari, ed.).
jakarta: salemba medika.
7. Olsa, E. D., Sulastri, D., & Anas, E. (2017). Hubungan Sikap dan Pengetahuan
Ibu Terhadap Kejadian Stunting pada Anak Baru Masuk Sekolah Dasar di
Kecamanatan Nanggalo. Jurnal Kesehatan Andalas, 6(3), 523–529. Retrieved
from http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/733
8. https://beritakotamakassar.fajar.co.id/berita/2019/11/15/dinkes-tekan-stunting-
hingga-514-persen/
54
Tua tentang Stunting pada Balita. Jurnal Ners Dan Kebidanan (Journal of Ners
and Midwifery), 6(3), 389–395. https://doi.org/10.26699/jnk.v6i3.art.p389-395
13. Setyaningsih, S. R., & Agustini, N. (2014). Pengetahuan, Sikap dan Prilaku Ibu
dalam Memenuhi Gizi Balita. Jurnal Keperawatan Indonesia, 17(3), 88–94.
(Kementrian Kesehatan, 2010)Kementrian Kesehatan. (2010). Standar Antropometri
Penilaian Status Gizi Anak. In Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak
(p. 40).
(Utami et al., 2013)Utami, R. P., Suhartono, Nurjazuli, Kartini, A., & Rasipin. (2013).
Faktor Lingkungan dan Perilaku yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting
pada Siswa SD di Wilayah Pertanian ( Penelitian di Kecamatan Bulakamba
Kabupaten Brebes ) Environmental and Behaviour Factors Associated to The
Incidence of Stunting In Elementary. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia,
12(2), 127–131.
Lampiran 1
ANGKET / KUESIONER PENELITIAN
Kepada yth.
Ibu-ibu Orang tua Balita
55
Di Tempat
Semua jawaban dan keterangan yang ibu berikan benar-benar hanya untuk
keperluan penelitian yang berorientasi ilmiah dan sama sekali tidak akan
mempengaruhi status, keamanan dan keselamatan ibu. Setiap jawaban yang ibu
berikan merupakan bantuan yang berharga bagi penelitian ini.
Atas kesediaan ibu meluangkan waktu untuk mengisi angket ini saya ucapkan
terima kasih.
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN
Identitas Responden
1. Nama Ibu : .......................................................
56
2. Usia Ibu : .......................................................
3. Pendidikan terakhir Ibu : SD / SMP / SMA / Diploma / S1 *)
4. Jumlah anak balita : .......................................................
5. Usia anak : .......................................................
6. Jumlah anggota keluarga : .......................................................
(*)lingkari yang sesuai
Berilah tanda (X) disalah satu jawaban yang menurut anda paling benar.
kehidupan
2. Stunting adalah penyakit gagal tumbuh kembang. Apa yang menyebabkan hal
tersebut?
57
ekonomi keluarga
a. Tubuh pendek
b. Tubuh kurus
c. Perut buncit
b. Mengukur BB/U
c. Menghitung IMT
a. Faktor genetik
c. Faktor kehamilan
58
b. Pendidikan orang tua sangat berpengaruh terhadap pola asuh orang tua
pola asuh
a. Sakit kepala
b. Mata merah
9. Apa pencegahan orang tua terhadap stunting pada usia balita yang paling
benar?
59
c. Melakukan intervensi gizi spesifik
11. Bagaimana peran Ante Natal Care (ANC) terhadap kejadian stunting?
a. Pengendalian penyakit
14. Manakah pernyataan di bawah ini yang paling benar mengenai pengaruh anak
60
d. Anak stunting menurunkan kualitas generasi muda Indonesia
17. Manakah pertanyaan di bawah ini yang paling benar mengenai sistem
a. Anak stunting memiliki sistem imun yang lebih baik dari pada anak yang
tidak stunting
b. Anak stunting memiliki sistem imun yang sama dengan anak yang tidak
stunting
c. Anak stunting memiliki sistem imun yang sama dengan orang tuanya
18. Manakah pernyataan yang salah mengenai dampak dari anak stunting
19. Manakah pernyataan dibawah ini yang paling benar mengenai tingkat kematian
61
a. Stunting menurunkan angka kematian
Lampiran 3
KUESIONER PERILAKU TERHADAP KEJADIAN STUNTING
Petunjuk pengisian: Berilah tanda check () pada salah satu jawaban yang anda pilih.
62
Keterangan
- STS : Sangat tidak setuju
- TS : Tidak setuju
- S : Setuju
- SS : Sangat setuju
No Pernyataan STS TS S SS
63
Lampiran 4 : Valliditas dan Realibilitas
64
65
66
67
68
REALIBILITY
69
Pengetahuan perilaku status
NO Nama Usia gizi
scoring scoring
anak
38 GK/ P
1 Dewi kusumawati 8 34
28 GK/ P
2 Devitrianna 15 41
36 BGM/P/K
3 Agnes M 14 42
67 N
4 Michael Santoso, M.Si 7 40
51 BGM/P
5 Rosdiana 11 34
38 GK/N
6 Esma 12 38
46 BGM/P
7 Kamaruddin 9 27
32 N
8 Nursia 10 31
31 N
9 Irma 7 27
30 N
10 Musdalifa 9 41
30 BGM
11 Cindy haiyyi ilmi 14 44
23 GK
12 Saqfan Mahfudzan 8 39
30 N
13 Rabiah 11 42
47 BGM/SP
14 Rosyida Ariesty Rasyid 5 36
60 BGM
15 Rukmin 11 39
38 N
16 Jeany shianoda 14 41
38 N
17 Jane 11 27
42 N
18 Eeni Jamal 13 30
28 N
20 Rosita Fitriani 9 41
26 N
21 Hk. Arty Wibowo 11 31
27 N
22 Nurul Hidayah 16 35
33 N
23 Sudiarni 9 32
40 BGM/P
24 Arieska Septiadamyanti 8 38
23 N
25 Aisah Lapabu 11 35
70
39 BGM/SP
26 Tiara yuni sasmita 13 36
71
Pengetahuan
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid Baik 16 61.5 % 61.5% 61.5%
Kurang
10 38.5% 38.5% 100%
Baik
Total 26 100% 100%
Perilaku
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid Baik 23 88.5% 88.5% 88.5%
Kurang
3 11.5% 11.5% 100%
Baik
Total 26 100% 100%
Status gizi
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid Terjadi 12 46.2% 46.2% 46.2%
Tidak
14 53.8% 53.8% 100%
Terjadi
Total 26 100% 100%
72
Crosstab
Status gizi
Terjadi Tidak Terjadi Total
Pengetahuan Baik 7 9 16
Kurang Baik 5 5 10
Total 12 14 26
Directional Measures
Asymp. Std. Approx.
Value Errora Approx. T b
Sig.
Ordinal by Ordinal Somers' d Symmetric -.061 .196 -.311 .756
Pengetahuan
-.060 .191 -.311 .756
Dependent
Status gizi Dependent -.063 .201 -.311 .756
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
Directional Measures
Asymp. Std. Approx.
Value Errora Approx. T b
Sig.
Ordinal by Somers' d Symmetric .084 .171 .484 .628
Ordinal Perilaku Dependent .060 .123 .484 .628
Status gizi
.145 .291 .484 .628
Dependent
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
73
Lampiran 7 : Dokumentasi
74
75
Lampiran 8
TIME SCHEDULE
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN STUNTING DI WILAYAH KERJA
Perbaikan
Hasil
Publikasi
76