ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
NIM : 21606053
Pengetahuan dan Sikap Ibu Dalam Penanganan Hipertermi Pada Anak Prasekolah
yang saya tulis benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan
pengambil alihan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti
atau dapat dibuktikan sebagian atau keseluruhan skripsi ini hasil karya orang lain,
Makassar, 2021
Yang menyatakan
iii
ABSTRAK
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena
berkat Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Dalam Penanganan
Hipertermi Pada Anak Prasekolah di Keluarahan Tamamaung Kecamatan
Panakkukang Kota Makassar Tahun 2021” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ilmu Keperawatan.
Awal dari ucapan terima kasih ini, penulis menyampaikan terima kasih yang
sedalam-dalamnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ayahanda
Rusli Maming dan Ibu Roni Selmury. Saudaraku Hermanti Maming, dan Bagas
Maming, Kakek ku Sawal Selmury dan Nenek Sumia Lewir yang dengan penuh
ketabahan dan kesabaran serta keikhlasan dalam merawat dan membesarkan
Ananda dengan segala jerih payah,didikan, nasihat dan doanya yang tak henti-
hentinya untuk keberhasilan penulis.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada Bapak
Hasriadi Lande, SKM, S.Kep, Ns, M.Kes selaku pembimbing I dan Ibu Andi Sani
Silwanah, SKM, M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan
dan arahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis juga mengucapkan
banyak terima kasih kepada Bapak Ilham Syam, SKM, M.Kesdan Ibu Nour
Sriyanah S.Kep, Nsselaku Tim Penguji.
Demikian pula ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada :
1. Ibu A. Indri Damayanti Asaad Lantara SH, M.Adm, SDA, selaku Ketua
Yayasan Pendidikan Makassar
2. Ibu Esse Puji Pawenrusi, SKM, M.Kes, selaku Ketua STIK Makassar, dosen
beserta seluruh staf dan karyawan yang telah memberikan bimbingan
kepada penulis selama mengikuti pendidikan pada program studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar.
3. Bapak Abd Razak Amd, Kom selaku Pengelola
4. Responden yang telah berpatisipasi dalam penelitian saya.
v
5. Bapak Muh,Sahlan Zamma,Ns,Sp,Kep,Mb sebagai Ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan
6. Bapak sebagai Penasehat Akademik yang selalu memberikan masukan dan
saran kepada saya.
7. Susana Gloria Kerty, S.Kep, Surijah Manca, S.Kep, Messie Sari Djerfatin,
Sunarti Selayar, Muhammad Amin, Boleboly dan Sandri Heatubun S.Kom
yang selalu menemani dikala suka dan duka serta selalu memberikan
dukungan yang sangat berarti dalam penyusunan skripsi ini.
8. Rekan-rekan Mahasiswa seperjuangan Ilmu Keperawatan STIK Makassar
angkatan 2016 dan yang paling penting teman-teman kelas reguler B
9. Teman KKN Posko Kepulauan Aru Desa Ujir yang turut mewarnai
perjalanan hidup penulis.
Akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih
banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini . Semoga skripsi ini dapat bermanfaat serta
menambah wawasan ilmiah pengetahuan kepada pembaca.
vi
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN SAMPUL.....................................................................................i
HALAMAN JUDUL........................................................................................ii
ABSTRAK........................................................................................................iii
KATA PENGANTAR......................................................................................iv
DAFTAR ISI....................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................vii
DAFTAR TABEL............................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................4
C. Tujuan Penelitian................................................................................5
D. Manfaat Penelitian..............................................................................5
v
F. Analisa Data.......................................................................................45
G. Penyajian Data....................................................................................45
H. Etika Penelitian ..................................................................................45
BAB VI PENUTUP
A. Simpulan.............................................................................................57
B. Saran...................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berisiko mengalami peningkatan suhu tubuh terus menerus diatas 37,8°C per
oral atau 38,8°C per rectal karena peningkatan kerentanan terhadap faktor-
seluruh Dunia mencapai 16 – 33 juta dengan 500 – 600 ribu kematian tiap
55.098 jiwa, dengan angka kematian 2,06 % dari jumlah penderita. Sehingga
terbesar di Indonesia.
1
Kalimantan Selatan (1,95%), Kalimantan Timur (1,80%),Sulawesi Selatan
kelompok umur sekolah(5-24 tahun) yaitu 1,9%, dan tertendah pada bayi
muntaber, demam berdarah, dan juga thypoid oleh karena itu hipertermi
sebagai gejala yang muncul pertama kali sebagai penanda adanya penyakit
yang menjangkiti balita harus ditangani dengan cepat dan tepat agar
awal yang harus segara diberikan kepada penderita DBD yaitu dengan
tidak terjadi pada anak dan menyebabkan efek yang fatal terhadap anak dan
hipertermi yang tidak dilakukan secara cepat dan tepat, data yang didapatkan
2
DBD dengan gejala awal hipertermi sebanyak 31 kasus dan kelurahan
dampak hipertermi apabila tidak dilakukan dengan tepat dan cepat maka
dapat terjadi syok, stupor dan koma, pada gejala ini penderita biasa mengeluh
konstipasi, pusing, nyeri otot, bradikardi, batuk, epitaksis oleh karena itu
penanganan yang tepat harus diawali dengan pengetahuan yang baik dari ibu
dan mampu menurunkan suhu tubuh pada sampel karena hipertermia adalah
peningkatan suhu inti tubuh manusia yang biasanya terjadi karena infeksi,
kondisi dimana otak mematok suhu di atas setting normal yaitu di atas 38oC.
hubungan yang signifikan terhadap pendidikan ibu dengan nilai p=0,0001 <
0,05 dan sikap yang dimiliki untuk perawatan balita yang hipertermi memiliki
hubungan yang signifikan dengan nilai p=0,013 < 0,05 hal tersebut
(Widiastuti, 2016).
3
Gambaran pengetahuan ibu dan metode penanganan demam pada balita
ibu, kebanyak ibu memberikan obat ketika anak demam sebanyak 32 (44,4%)
ibu dan memberikan obat paracetamol kepada anak sebanyak 67 (93,1%) ibu,
2016).
dengan nilai p=0,000 < 0,05 nilai tersebut menunjukkan bahwa ibu dengan
penanganan demam yang tidak baik akan berisiko sebesar 25,375 kali
B. Rumusan Masalah
4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
usia pra-sekolah
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
2. Manfaat Institusi
3. Manfaat Praktis
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang
produksi panas. Suhu rektal > 38oC (100,4 F). Suhu inti (rektal) lebih dapat
diandalkan daripada metode lain pada anak < 1 tahun (Kristianingsih, 2019).
Hal ini dapat diakibatkan oleh stress fisiologik seperti ovulasi, sekresi
hormon thyroid berlebihan, olah raga berat, sampai lesi system syaraf pusat
atau infeksi oleh mikroorganisme atau ada penjamu proses noninfeksi seperti
diasosiasikan sebagai bahan dari respon fase akut, gejala dari suatu penyakit
adalah keadaan dimana suhu tubuh meningkat diatas rentang normal dan
6
tubuh tidak mampu untuk menghilangkan panas atau mengurangi produksi
panas. Rentang normal suhu tubuh anak berkisar antara 36,5 – 37,5 °C.
2. Penyebab
panas). Ada juga yang menyebutkan bahwa hipertermia atau demam pada
anak terjadi karena reaksi transfusi, tumor, imunisasi, dehidrasi , dan juga
Tiga penyebab terbanyak demam pada anak yaitu penyakit infeksi (60%-
penyebab adalah infeksi virus. Sebagian besar penyebab demam pada anak
adanya pirogen seperti bakteri atau virus yang dapat meningkatkan suhu
panas), ada juga yang menyebutkan bahwa hipertermia atau demam pada
7
anak terjadi karena reaksi transfusi, imunisasi, dehidrasi, adanya penyakit,
adanya pirogen seperti bakteri atau virus dan juga karena adanya pengaruh
obat
3. Batasan Karakteristik
a. Konvulsi
Suatu kondisi medis saat otot tubuh mengalami fluktuasi kontraksi dan
b. Kulit kemerah-merahan
d. Kejang
8
e. Takikardia
f. Takipnea
Fase dingin pada hipertermia akan hilang jika titik pengaturan hipotalamus
baru telah tercapai. Dan selama fase plateau, dingin akan hilang dan anak
akan merasa hangat. Hal ini juga terjadi karena adanya vasodilatasi pembuluh
a. Anestesia
b. Penurunan perspirasi
9
c. Dehidrasi
900 cc air tiap harinya menguap dari kulit dan paru-paru sehingga terjadi
kehilangan air dan panas. Kehilangan panas air ini yang menyebabkan
lebih panas dibandingkan kulit, tubuh akan menyerap panas melalui radiasi
(Priyanto, 2016).
e. Penyakit
Penyakit atau trauma pada hipotalamus atau sumsum tulang belakang (yang
(Kurniati, 2016.
(Adimayanti, 2016).
reaksi kimia dalam seluruh sel tubuh. Aktivitas yang membutuhkan reaksi
10
h. Medikasi
i. Trauma
j. Aktivitas berlebihan
energy tambahan. Laju metabolik meningkat saat aktivitas berlebih dan hal
2016).
hipertermi merupakan salah satu gejala penyakit yang sering dianggap mudah
yang mungkin bisa saja menyerang balita namun kita tidak memberikan
penanganan yang tepat kepada balita sehingga menyebabkan efek yang fatal
11
a. Hipertermi yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas
1) Hipertermi maligna
ini merupakan miopati akibat mutasi gen yang diturunukan secara autocomal
otot rangka sehingga terjado kekakuan otot dan hipertermi. Pusat pengatur
Hipertermi jenis ini dapat terjadi pada anak besar/remaja yang melakukan
aktivitas fisik insentif dan lama pada suhu cuaca yang panas. Pencegahan
3) Endocrine hipertemi
1) Hipertermi neonatal
Peningkatan suhu tubuh secara cepat pada hari kedua dan ketiga kehidupan
a) Dehidrasi
Dehidrasi pada masa ini sering disebabkan oleh kehilangan cairan atau
paparan oleh suhu kamar yang tinggi, hipertermi jenis ini merupakan
12
penyebab kenaikan suhu ketiga setelah infeksi dan trauma lahir, karena
adanya perbedaan antara hipertermi akibat infeksi dan juga hipertermi akibat
kondisi lingkungan
b) Overheating
Pemakaian alat-alat penghangat yang terlalu panas, atau bayi terpapar sinar
c) Trauma lahir
Hipertermi yang berhubungan dengan trauma lahir timbul pada 24% dari bayi
yang lahir dengan trauma, suhu tubuh akan menurun 1-3 hari tapi bisa juga
d) Heat stroke
Tanda umum heat stroke adalah suhu tubuh > 40-50 oC atau sedikit lebih
rendah, kulit terasa kering dan panas, kelainan susunan saraf pusat,
Gambaran klinis mirip dengan heat stroke tetapi tidak ada riwayat
penyelimutan berlebihan, kekurangan cairan, dan suhu udara luar yang tinggi.
Kematian bayi usia 1-12 bulan yang mendadak, tidak diduga dan tidak dapat
dengan febris ringan yang fatal. Hipertermi diduga kuat berhubungan dengan
kejadian ini
13
6. Proses Pengaturan Suhu Tubuh
yang diaktifkan oleh dingin dan mekanisme yang diaktifkan oleh panas.
Mekanisme yang diaktifkan oleh dingin itu sendiri terdiri dari peningkatan
2017).
endokrin walaupun tidak terjadi asupan makanan atau gerakan otot yang
2019).
14
Sistem pengatur suhu tubuh terdiri atas tiga bagian yaitu reseptor yang
terdapat pada kulit dan bagian tubuh lainnya, integrator didalam hipotalamus,
reseptoryang terdapat pada organ tubuh lain seperti lidah, saluran pernafasan,
maupun organ visera lainnya. Bila kulit menjadi dingin melebihi suhu tubuh,
maka ada tiga proses yang dilakukan untuk meningkatkan suhu tubuh. Ketiga
Efektor sistem yang lain adalah sistem saraf somatis. Bila sistem ini
15
misalnya menambah baju sebagai respons terhadap dingin, atau mendekati
mempertahankan suhu tubuh pada angka sekitar set point (370C). Suhu tubuh
menerima masukan dari reseptor yang berada di pusat dan perifer. Jika terjadi
mempertahankan suhu set point yang konstan. Akan tetapi, selama infeksi
meningkatkan produksi panas sampai suhu inti (internal) mencapai set point
preoptik/anterior yang disuplai oleh suatu jaringan kaya vaskuler dan sangat
demam(Kurniawan, 2018).
16
8. Penatalaksanaan
a. Perilaku
individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya
(Notoatmodjo, 2012).
Perilaku dalam hal ini merupakan perilaku orang tua terhadap penyakit
yang menimpa anak karena perilaku yang baik orang tua akan menghasilkan
pola asuh yang baik terhadap penyakit pada anak mulai dari cara memberikan
intervensi fisik berupa kompres dan tepide sponge agar dapat mengurangi
b. Farmakologi
untuk mengatasi demam antara lain asetaminofen, aspirin, dan obat-obat anti-
17
aspirin pada anak-anak dengan virus influenza atau cacar air dan sindroma
BB untuk suhu kurang dari 39,1⁰C atau 10 mg/kg BB untuk suhu lebih dari
setiap 4 jam tetapi tidak lebih dari 5 kali dalam 24 jam. Suhu tubuh secara
normal menurun pada malam hari, 3 – 4 dosis dalam 24 jam biasanya cukup
c. Nonfarmakologi
jus buah, dan cairan tanpa kafein lainnya).Intervensi lainnya adalah memakai
pakaian yang berwarna cerah, melepas jaket atau tidak menggunakan baju
seluruh badan dengan air hangat dapat memfasilitasi pengeluaran panas, serta
selama ini kompres dingin atau es menjadi kebiasaan para ibu saat anaknya
pada kenyataan demam tidak turun bahkan naik dan dapat menyebabkan anak
18
menangis, menggigil, dan kebiruan. Metode kompres yang lebih baik adalah
Teknik ini menggunakan kompres blok tidak hanya disatu tempat saja,
Selain itu masih ada perlakuan tambahan yaitu dengan memberikan seka
dibeberapa area tubuh sehingga perlakuan yang diterapkan terhadap klien ini
akan semakin komplek dan rumit dibandingkan dengan teknik yang lain.
1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan berasal dari kata “tahu”, dalam Widiastuti (2016) kata tahu
dialaminya.
tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu
19
objek. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia yakni, indera
Hipertermia pada bayi baru lahir ditandai dengan meningkatnya suhu tubuh
secara ekstrim. Untuk bayi usia 0-3 bulan kondisi suhu tubuh normal berada
antara 36-37,5°C, suhu tubuh diatas angka normal tersebut dapat menjadi
kondisi dimana suhu kurang dari normal, maka pada hipertermia suhu tubuh
20
Namun, bila suhu diluar terlampau panas (bisa karena cuaca atau area kerja
berada dekat sumber panas pada orang dewasa) hingga tubuh sendiri tidak
Hipertermia pada bayi baru lahir sendiri dapat dipicu oleh suhu lingkungan
terlalu tinggi (bisa juga akibat pengaturan suhu mesin inkubator yang tidak
sesuai), demam saat hamil, bius epidural, terapi cahaya seperti dengan
bayi (lapisan kain terlalu tebal), infeksi virus atau bakteri, gangguan terkait
Segera minta bantuan tenaga medis atau dokter apabila terdapat gejala-
c. Wajah memerah
d. Kulit kering
e. Berkeringat banyak
f. Lemas, lesu
g. Apabila suhu mencapai lebih dari 41°C, bayi bisa pingsan atau koma
usus buntu, atau lainnya, oleh sebab itu, bila terjadi demam hingga lebih dari
3 hari dan suhu tubuh tidak kunjung turun, segera ke fasilitas kesehatan
terdekat untuk mencegah hipertermia pada bayi baru lahir, perlu digaris
21
bawahi bahwa pembeda antara hipertermia dan demam biasa terletak pada
meningkatkan suhu tubuh sebagai perlawanan agar virus dan bakteri tidak
dapat bertahan hidup lama-lama. Jika situasi tersebut telah berlalu, maka otak
menstabilkan suhu badan. Apabila terjadi hipertermia pada bayi baru lahir
(Widiastuti, 2016).
Berikut beberapa langkah yang bisa dicoba agar tidak bertambah parah:
d. Terus berikan ASI sesering mungkin agar tidak kekurangan cairan dan energi.
e. Bila suhu tubuh bayi lebih dari 39°C, berikan kompres dengan air biasa,
f. Bila memungkinkan, periksa suhu tubuh bayi setiap jam, gunakan termometer
dan bayi masih berada di tempat bersalin seperti rumah sakit, jadilah
sudah berada di rumah atau lokasi lain, akan lebih baik jika memanggil dokter
22
ke tempat untuk mengurangi paparan sinar matahari atau pemicu panas lain
1. Definisi Sikap
terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat
2. Tingkatan sikap
a. Menerima (receiving)
dilihat dari kesediaan dan perhatian ibu terhadap penyuluhan tentang ante
b. Menanggapi (responding)
dan mengerjakan tugas yang dberikan berati orang tersebut telah menerima
23
bullying, ketika ditanya atau diminta untuk menanggapi oleh penyuluh, siswa
c. Menghargai (valuing)
positif terhadap stimulus atau objek tertentu. Dalam hal ini, mengajak orang
kesehatan tentang ante natal care, atau mendiskusikan tentang ante natal
care, adalah suatu bukti bahwa ibu tersebut telah mempunyai sikap positif
ibu yang sudah mau mengikuti penyuluhan kesehatan tentang ante natal care,
24
akan memberi tekanan besar pada tubuh bayi yang menderita hipertermi.
Dalam beberapa kasus, suhu tubuh yang rendah bahkan dapat menyebabkan
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengukur suhu tubuhnya. Suhu
rektal mungkin lebih akurat, tetapi jika ibu balita tidak memiliki termometer
rektal, pakai termometer aksila pun tidak megapa kemudian gunakan selimut
hangat untuk mengeringkan bayi dan lakukan skin to skin contact. Bisa juga
2019).
Suhu tubuh yang lebih rendah dari 36,5 °C membuat bayi berisiko lebih
pembekuan darah. Jika suhu bayi rendah dan Moms tidak dapat
panas tubuh Moms dengan skin to skin contact, segera hubungi dokter anak.
Cek suhu tubuh Si Kecil secara berkala agar bisa memastikan tindakan yang
Ibu sebagai perawat yang pertama bagi anak ketika terjadi hipertermi pada
anak sebaiknya melakukan skin to skin kepada anak agar suhu yang ada pada
anak dapat disesuaikan dengan suhu pada ibu seperti hasil penelitian
suhu tubuh sebesar 0,50710C. Hal ini membuktikan bahwa metode skin to
25
skin contact (PMK) mempunyai manfaat untuk mengurangi suhu tubuh pada
menemukan bahwa dengan skin to skin contact (PMK) maka bayi akan lebih
merasa nyaman karena dapat mendengar detak jantung ibunya yang pada
akhirnya metode skin to skin contact (PMK) ini lebih cepat dalam
menstabilkan suhu tubuh bayi. Keuntungan dan manfaat skin to skin contact
(PMK) yang lainnya adalah mempercepat pengeluaran Air Susu Ibu (ASI)
Teori yang mendukung hasil penelitian ini adalah yang diungkapkan oleh
mengontrol suhu tubuh bayi. Termoregulasi merupakan salah satu tugas yang
paling berat saat bayi baru lahir beradaptasi pada lingkungan ekstra uterin.
Suhu tubuh bayi menjadi menurun ketika ia menyusu pada ibunya dengan
secara bermakna suhu tubuh pada bayi demam sesudah dilakukan skin to skin
efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang paling mendasar yaitu adanya
26
kontak kulit bayi ke kulit ibu, dimana tubuh ibu akan menjadi termoregulator
peningkatan suhu tubuh bayi yaitu karena ISPA, ISK, gastroenteritis dan
demam karena infeksi. Data ini didapatkan pada lembar kuesioner yang
tertera pada item diagnosa penyakit/ medis. Hasil penelitian ini dapat
dikatakan bahwa skin to skin contact (PMK) dapat menurunkan suhu tubuh
bayi yang mengalami demam karena infeksi ringan. Bayi setelah dilakukan
skin to skin contact (PMK) akan terjadi penurunan set point pada pusat
pengatur suhu, keadaan ini membuat aliran darah ke kulit meningkat sehingga
(Sherwood, 2011).
27
memperluas tugas-tugas yang telah mereka kuasai selama masa toddler
(Adimayanti, 2016).
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa anak usia
prasekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun dengan ciri
a. Perkembangan Fisik
Saat berusia 3-5 tahun, anak terlihat lebih tinggi dan lebih kurus. Dari usia
toddler anak cenderung bertambah tinggi bukan bertambah berat. Saat berusia
5 tahun, ukuran otak anak prasekolah hampir menyamai ukuran otak individu
1) Berat badan
badan saat mereka berusia 3 tahun, sehingga berat badan mereka hanya
2) Tinggi badan
setelah usia 5 tahun, tinggi badan mereka menjadi dua kali panjang badan
28
3) Kemampuan motorik
Anak prasekolah mampu mencuci tangan dan wajah, serta menyikat gigi
tahunnya. Setelah usia 5 tahun, anak berlari dengan sangat terampil dan dapat
melompat tiga langkah. Anak prasekolah dapat berdiri seimbang di atas jari-
jari kaki dan dapat mengenakan pakaian tanpa bantuan (Harmani, 2019).
b. Perkembangan psikososial
masa ini sebagai sesuatu yang penting bagi perkembangan konsep diri. Anak
prasekolah harus belajar dengan apa yang dapat mereka lakukan. Akibatnya
c. Perkembangan kognitif
prasekolah belajar melalui trial and error dan hanya memikirkan 1 ide pada
satu waktu. Sebagian besar anak yang berusia 5 tahun dapat menghitung uang
koin. Kemampuan membaca juga mulai berkembang pada usia ini. Anak
29
menyukai dongeng dan buku-buku mengenai binatang dan lainnya
(Kurniawan, 2018).
d. Perkembangan moral
dilakukan individu agar bermanfaat bagi orang lain. Perilaku moral biasanya
dipelajari melalui upaya meniru, mula-mula orang tua dan kemudian orang
mereka menginginkan cinta dan persetujuan dari orang tua. Biasanya mereka
e. Perkembangan spiritual
Anak yang berusia 4-6 tahun berada pada tahap perkambangan intuitif-
terdekat, seperti orang tua atau guru. Anak mulai belajar meniru perilaku
dalam buku bergambar, anak seusia ini menggunakan imajinasi mereka untuk
f. Perkembangan bahasa
Anak usia 2-5 tahun dalam perkembangan bahasanya berada pada fase
diferensiasi. Pada fase ini keterampilan anak dalam berbicara mulai lancar
dan berkembang pesat. Anak telah mampu mempergunakan kata ganti orang
30
jamak, awalan, akhiran, dan berkomunikasi lebih lancar lagi dengan
b. Perkembangan emosi
unik, anak sering tampak keras kepala, menjengkelkan, dan melawan orang
tua. Anak mulai berkenalan serta belajar menghadapi rasa kecewa saat apa
suatu yang wajar dan natural. Pada masa prasekolah berkembang juga
diri anak akan berkembang sikap-sikap antara lain keras kepala atau
(Wardiyah, 2016).
Emosi adalah reaksi internal atau perasaan, bersifat positif dan negatif, dan
menyiapkan individu untuk bertindak. Afek adalah ekspresi keluar dari emosi
melalui raut muka, gerakan tubuh, intonasi, dan vokalisasi. Emosi memiliki
peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak, baik pada usia
31
1) Dicintai
2) Dihargai
3) Merasa aman
4) Merasa kompeten
5) Mengoptimalkan kompetensi
gerakan dan bahasa tubuh. Bahasa tubuh ini perlu kita cermati karena bersifat
tubuh, kita dapat memahami pikiran, ide, tingkah laku serta perasaan anak.
1) Ekspresi wajah
2) Napas
3) Ruang gerak
emosi. Pada usia 6 tahun anak-anak memahami konsep emosi yang lebih
lain. Pada tahapan ini anak memerlukan pengalaman pengaturan emosi, yang
mencakup:
32
Menurut Sochib (2018) mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi
1) Keadaan anak
bahkan akan berdampak pada lebih jauh pada kepribadian anak. misalnya
jenis kelamin dan tuntutan sosial sesuai jenis kelamin juga akan
3) Faktor belajar
perkembangan yang pada umumnya dapat dilalui dengan baik. Namun, jika
gangguan-gangguan emosi.
5) Lingkungan keluarga
33
menentukan pola perilaku anak terhadap orang lain dalam lingkungannya.
besar dalam perkembangan emosi anak. Banyak faktor dalam keluarga yang
pola asuh orang tua, pola komunikasi dalam keluarga, dan tingkat pendidikan
orang tua.
Pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anaknya.
Sikap orang tua ini meliputi cara orang tua memberikan aturan-aturan, hadiah
maupun hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritasnya, dan cara orang
(Sochib, 2018).
Jika orang tua mereka memberikan pola asuh yang baik maka akan mereka
Semua orang tua lebih dipengaruhi oleh apa yang anggota keluarga
34
kendali terhadap anaknya. Kesiapan orang tua dalam menjalankan pola
pengasuhan dapat dilakukan dengan pendidikan yang baik, selain itu rentang
usia orang tua terlalu muda atau muda maka tidak dapat menjalankan peran
Orang tua yang belajar cara mengasuh anak dan mengerti kebutuhan anak
akan lebih menggunakan pola asuh yang demokratis daripada orang tua yang
5) Jenis kelamin
pria, dan mereka cenderung kurang otoriter. Hal ini berlaku untuk orang tua
Orang tua dari kalangan menengah ke bawah akan lebih otoriter dan
sering sekali menuntut kedua orang tua terpaksa harus bekerja dan
tua, cenderung lebih otoriter dibandingkan orang tua yang telah menganut
konsep modern.
35
8) Jenis kelamin anak
Orang tua pada umumnya akan lebih keras terhadap anak perempuan
9) Usia anak
Pola asuh yang lebih sering digunakan oleh orang tua terhadap anak yaitu
utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak yaitu faktor internal
a. Faktor Internal
Anak yang dilahirkan dari ras atau bangsa Amerika, tidak memiliki faktor
2) Keluarga
36
3) Umur
4) Jenis kelamin
anak laki-laki akan lebih cepat bila dibandingkan dengan anak perempuan.
5) Genetik
Genetik adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri
b. Faktor Eksternal
antaranya:
1) Faktor Prenatal
a) Gizi
b) Kelainan Imunologi
janin dan darah ibu, sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah
37
hiperbilirubinemia dan kernikterus yang akan menyebabkan kerusakan
jaringan otak.
c) Psikologi ibu
d) Faktor persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala dan asfiksia dapat
a) Gizi
Untuk tumbuh kembang anak, diperlukan zat makanan yang adekuat, agar
anak menjadi lebih sehat dan dapat berkembang sesuai dengan usianya.
b) Psikologis
diinginkan oleh orangtuanya atau anak yang selalu merasa tertekan akan
38
c) Sosial Ekonomi
pertumbuhan anak.
d) Lingkungan Pengasuhan
e) Stimulasi
39
BAB III
KERANGKA KONSEP
1. Perilaku
individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya
(Notoatmodjo, 2012).
Perilaku dalam hal ini merupakan perilaku orang tua terhadap penyakit
yang menimpa anak karena perilaku yang baik orang tua akan menghasilkan
pola asuh yang baik terhadap penyakit pada anak mulai dari cara memberikan
intervensi fisik berupa kompres dan tepide sponge agar dapat mengurangi
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
dan telinga.
40
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup
terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat
Berdasarkan uraian diatas maka pola kerangka pikir dalam penelitian ini
yaitu:
Pengetahuan
Hipertermi Pada
Anak Usia Pra-
Sikap Sekolah
a. Defenisi Operasional
Hipertermi pada anak usia pra-sekolah yang dimaksud dalam penelitian ini
b. Kriteria Objektif
Hipertermi : apabila ada gejala kenaikan suhu tubuh naik sampai ≥ 37,8
2. Pengetahuan
41
a. Defenisi Operasional
Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil dari tahu
sekolah
b. Kriteria Objektif
3. Sikap
a. Defenisi Operasional
tentang tata cara penanganan kejadian Hipertermi pada anak usia pra sekolah
b. Kriteria Objektif
42
BAB IV
METODE PENELITIAN
Sulawesi Selatan .
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitian
1. Populasi
anak dan pernah merasakan gejala hipertermi saat sakit menyerang, data yang
pengobatan baik dari orang tua maupun tenaga kesehatan yang bertugas di
Puskesmas Tamamaung.
43
2. Sampel
populasi yang dijadikan sampel karena populasi kurang dari 100 dengan
asumsi akan lebih mewakili jawaban yang sesuai dengan tujuan dari
Sampel dalam penelitian ini diambil secara keseluruhan dari populasi yang
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kuantitatif
adapun sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
1. Data primer
kuesioner penelitian.
2. Data Sekunder
E. Pengolahan Data
44
analisis distribusi frekuensi untuk menggambarkan persentase hasil penelitian
dengan mudah
F. Analisis Data
1) Analisis univariat
(Notoadmodjo, 2012).
G. Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi disertai dengan narasi untuk
H. Etika Penelitian
dan tujuan riset yang dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama
dan sesudah pengumpulan data. Jika responden bersedia diteliti maka mereka
untuk diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghargai hak-
haknya.
45
dengan memberi kode pada masing-masing lembar tersebut.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
data tertentu saja akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset.
46
BAB V
HASIL DAN PEMBASAN
A. Hasil Penelitian
responden dengan teknik total sampling karena populasi yang dimiliki tidak
mencapai 100 orang, Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat
yang memiliki anak dan pernah merasakan gejala hipertermi saat sakit
dan telah dilakukan pengobatan baik dari orang tua maupun tenaga kesehatan
untuk mendapatkan gambaran dari variabel penelitian yang ingin diteliti, hasil
yang telah didapatkan disajikan dalam bentuk tabel yang disertai narasi untuk
memudahkan peneliti agar penelitian ini lebih terarah dan mudah dipahami,
hasil penelitian yang telah didapatkan yang disajikan dalam bentuk tabel
disertai narasi bisa dilihat pada paparan hasil penelitian sebagai berikut:
47
1. Karakteristik Responden
Tabel 1
Distribusi Karakteristik Responden Di Kelurahan
Tamamaung Kecamatan Panakukang
Kota Makassar
Tahun 2021
Variabel n %
Umur Responden
15-20 Tahun 8 9,6
21-30 Tahun 56 67,5
31-40 Tahun 19 22,9
Pendidikan Terakhir
Tidak Tamat Sekolah 4 4,8
SD 9 10,8
SMP 20 24,1
SMA 47 56,6
Perguruan Tinggi 3 3,6
Pekerjaan Responden
Ibu Rumah Tangga 39 47,0
Wiraswasta 33 39,8
Buruh Harian 9 10,8
Pegawai Negeri Sipil 2 2,4
Umur Anak
10-20 Bulan 8 9,6
21-30 Bulan 24 28,9
31-40 Bulan 16 19,3
41-50 Bulan 25 30,1
51-60 Bulan 10 12,0
Jumlah 83 100
Sumber: Data Primer
48
Distribusi pekerjaan menunjukkan bahwa pekerjaan Ibu Rumah Tangga
sebesar 9,6%.
2. Variabel Penelitian
Tabel 2
Distribusi Variabel Penelitian Di Kelurahan
Tamamaung Kecamatan Panakukang
Kota Makassar
Tahun 2021
Variabel n %
Pengetahuan
Cukup 63 75,6
Kurang 20 24,1
Sikap
Positif 69 83,1
Negatif 14 16,9
Kejadian Hipertermi
Hipertermi 56 67,5
Normal 27 32,5
Jumlah 83 100
Sumber: Data Primer
sikap positif yang tertinggi dengan persentase sebesar 83,1% sedangkan sikap
49
kejadian hipertemi menunjukkan bahwa hipertermi tertinggi dengan
sebesar 32,5%
4. Tabel silang antara sikap ibu terhadap kejadian hipertermi pada balita
Tabel 4
Tabel Silang Antara Sikap Ibu Terhadap Kejadian Hipertermi Pada Balita
di Di Kelurahan Tamamaung Kecamatan Panakukang
Kota Makassar Tahun 2021
Sikap Ibu Kejadian Hipertermi Jumlah
Hipertermi Normal
n % n % n %
Positif 43 62,3 26 37,7 69 100
Negatif 13 92,9 1 7,1 14 100
Total 56 67,5 27 32,5 83 100
Sumber : Data Primer
50
Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 56 balita yang mengalami kejadian
hipertermi lebih banyak ibu yang memiliki sikap positif sebesar 43 (62,3%)
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Kuesioner Pengetahuan
Responden Tentang Penanganan Hipertermi pada Anak Usia Prasekolah
penanganan hipertermi pada anak pra sekolah lebih banyak yang menjawab
51
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Kuesioner Pengetahuan
Responden Tentang Penanganan Hipertermi pada Anak Usia Prasekolah
hipertermi pada anak pra sekolah lebih banyak yang menjawab sangat tidak
52
setuju pada pertanyaan nomor dua sebanyak 22 (26,5%) yang menjawab
tidak setuju lebih banyak pada pertanyaan nomor tujuh sebanyak 55 (66,3%)
yang menjawab setuju lebih banyak yang pada pertanyaan nomor sepuluh
dan yang menjawab sangat setuju lebih banyak pada pertanyaan nomor 7
sebanyak 7 (8,4%).
B. Pembahasan
1. Pengetahuan
Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil dari tahu
sekolah.
Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini
Hasil olah data yang dilakukan peneliti menemukan bahwa sebagian besar
penanganan hipertermi pada anak seperti yang bisa kita lihat pada tabel 2
53
Hasil pengolahan data ditemukan bahwa dari 56 balita yang mengalami
mereka beranggapan bahwa suhu normal tubuh adalah > 38 oC hal ini
37,5oC, selain itu responden juga berpendapat bahwa anak yang mengalami
tubuh kemudian dikompres dengan air dingin agar suhu tubuh bisa dengan
cepat turun padahal dengan kompres air dingin akan mudah meningkatkan
terakhir sudah mencapai standar sekolah minimal yaitu SMA hal ini dapat
54
apabila dilihat tingkat pengetahuan yang sebagian besar cukup dikarenakan
dari pengalaman yang telah dilalui ataupun pengalaman dari kerabat yang
pernah mengalami hal tersebut jadi selain edukasi yang diberikan oleh
ibu dan hal itu yang paling banyak didapatkan oleh ibu dalam menangani
mengigil dan suhu tubuh akan semakin meningkat, sedangkan pada penelitian
membersihkan tubuh anak dari kuman yang ada dikulitnya, jadi bula anak
keringkan tubuh anak dengan handuk dan cepatlah berganti pakaian agar
tidak kedinginan. Misalnya untuk demam suhu 40oC, rendamlah anak dalam
air hangat selama 15 menit, jika anak mengigil atau memprotes bahwa airnya
55
Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Kurniati (2016) menemukan
yang dapat dari lingkungan sekitar dapat dipengaruhi besar terhadap proses
masuknya pengetahuan. Hal tersebut terjadi karena ada interaksi timbal balik
oleh kuman atau bakteri namun lebih kepada kondisi lingkungan padahal
hipertermi diakibatkan oleh kuman, bakteri, dan virus karena demam juga ada
noninfeksi dan juga infeksi oleh karena itu pemahaman ibu tentang penyebab
faktor jadi dalam penelitian ini pengetahuan yang dimiliki oleh ibu terkait
56
Penelitian yang dilakukan oleh Ismoedijanto pada tahun 2019 menemukan
yang cukup signifikan, pada kelompok bayi dengan usia kurang 2 bulan,
menangani hipertermi pada anak usia prasekolah sebagian besar sudah cukup
pendidikan terakhir dari responden rata-rata SMA yang juga bisa menunjang
Hasil yang didapatkan juga tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
57
Hasil pengolahan data yang dilakukan oleh peneliti menemukan bahwa
pertanyaan nomor tiga tertinggi jawaban yang benar seperti yang bisa dilihat
penanganan hipertermi pada anak pra sekolah lebih banyak yang menjawab
sembilan seperti yang bisa dilihat pada tabel 5 yang menunjukkan bahwa
hipertermi sebaiknya diberikan ketika suhu anak > 37,5% bukan ketika anak
pun beragam mulai dari edukasi yang diberikan oleh petugas kesehatan,
pengalaman diri sendiri, ataupun pengalaman orang lain yang ada disekitar
ibu.
2. Sikap
tentang tata cara penanganan kejadian Hipertermi pada anak usia pra sekolah.
58
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup
terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat
Hipertermi merupakan salah satu gejala penyakit yang memiliki tanda dan
gejala yang tidak menentu dan pada dasarnya apabila ada infeksi yang terjadi
maka peningkatan suhu tubuh akan terjadi jadi sikap atau pandangan ibu
terhadap anak yang mengalami hipertermi haruslah tepat, dalam penelitian ini
didapatkan sikap ibu terhadap kejadian hipertermi pada anak sebagian besar
positif atau bisa dilakukan secara tepat hal ini bisa dilihat pada tabel 2 yang
Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap objek, orang atau peristiwa, hal
penanganan hipertermi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa anak
59
terhadap ibunya karena hasil wawancara dengan responden mengatakan
sikap yang seperti ini sudah tepat karena dengan memiliki sikap yang tepat
hipertemi yang tidak diatasi dengan benar, orang tua yang memiliki anak
Responden yang juga ibu dari anak yang pernah mengalami hipertemi
kesehatan dalam hal ini dokter yang memberikan diagnosa, perawat yang
kesehatan hal ini didukung pula oleh penelitian yang dilakukan oleh Dewi
60
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Haryanti
(2018) yang menemukan bahwa sikap ibu tentang hipertermi di Klinik Shanty
Medan sudah baik dengan kategori positif lebih banyak dengan persentase
sebesar 68,1% dengan jumlah responden sebanyak 32 orang, sikap positif ini
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Widiastuti (2016) yang menemukan bahwa sikap yang dimiliki oleh ibu
tertentu dan ini tentu sudah memasuki tahap komplikasi dengan penyakit lain
hipertermi pada anak usia prasekolah sudah positif yang menunjukkan bahwa
61
diketahui dan dilaksanakan karena dengan penanganan yang cepat dan tepat
peneliti menemukan bahwa sikap sangat tidak setuju ibu dalam penanganan
hipertemi pada anak pra sekolah seperti yang bisa dilihat pada tabel 6
pada anak pra sekolah lebih banyak yang menjawab sangat tidak setuju pada
pertanyaan nomor dua sebanyak 22 (26,5%) hal ini karena banyak dari
responden yang menjawab tidak setuju lebih banyak pada pertanyaan nomor
yang menjawab setuju lebih banyak yang pada pertanyaan nomor sepuluh
melakukan metode kangguru agar hipertermi yang dialami oleh anak cepat
mereda.
responden yang menjawab sangat setuju lebih banyak pada pertanyaan nomor
62
fasilitas kesehatan untuk memeriksakan kondisi anaknya mendapatka obat
Maka sikap dari ibu dalam penanganan hipertermi pada anak usia
tidak setuju terhadap beberapa penanganan yang bisa dilakukan ketika anak
mengalami hipertermi, hal ini bisa dipengaruhi oleh pengalaman yang telah
63
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
anak usia pra sekolah dalam kategori cukup dengan persentase sebesar 75,6%
anak usia pra sekolah dalam kategori positif dengan persentase sebesar 83,1%
B. Saran
yang baik akan memberikan penanganan yang tepat kepada anak sehingga
penanganan penyakit hipertermi pada anak usia pra sekolah karena dengan
sikap yang tepat oleh seorang ibu kepada anak akan meringankan gejala yang
diderita
64
DAFTAR PUSTAKA
III.Sikap
No Pernyataan STS TS S SS
1 Hipertermi merupakan penyakit yang disebabkan
selimut tebal
Umur Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pendidikan Terakhir
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pekerjaan Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pengetahuan Ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Sikap Ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pengetahuan Ibu * Kejadian Hipertermi
Crosstab
Kejadian Hipertermi
Kurang Count 14 6 20
Total Count 56 27 83
Chi-Square Tests
N of Valid Casesb 83
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,51.
Crosstab
Kejadian Hipertermi
Negatif Count 13 1 14
Total Count 56 27 83
Chi-Square Tests
N of Valid Casesb 83
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,55.
Kejadian Hipertermi
Benar Count 31 13 44
Total Count 56 27 83
Kejadian Hipertermi
Benar Count 29 13 42
Total Count 56 27 83
Kejadian Hipertermi
Benar Count 16 13 29
Total Count 56 27 83
Kejadian Hipertermi
Benar Count 27 18 45
Total Count 56 27 83
Kejadian Hipertermi
Benar Count 32 18 50
Total Count 56 27 83
Kejadian Hipertermi
Benar Count 41 16 57
Kejadian Hipertermi
Benar Count 43 13 56
Total Count 56 27 83
Kejadian Hipertermi
Benar Count 34 18 52
Total Count 56 27 83
Kejadian Hipertermi
Benar Count 43 16 59
Total Count 56 27 83
Kejadian Hipertermi
Benar Count 37 18 55
Total Count 56 27 83
Kejadian Hipertermi
Setuju Count 9 6 15
Total Count 56 27 83
Kejadian Hipertermi
Setuju Count 9 6 15
Total Count 56 27 83