Anda di halaman 1dari 20

NO Data ETIOLOGI PROBLEM

1. DS: Kerusakan membran Ketidakefektifan


bersihan jalan
a. Dispnea alveolar
nafas
b. Sulit bicara berhubungan dengan
bronkospasme.
c. Ortopnea
Pembentykan sputum
DO:
berlebihan
a. Batuk tidak efektif atau tidak
mampu batuk
b. Sputum berlebih atau obstruksi Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas
di jalan nafas atau mekonium di
jalan nafas (pada neonatus)
c. Mengi, wheezing dan atau
rhonki kering
d. Gelisah
e. Sianosis
f. Bunyi nafas menurun
g. Frekuensi nafas menurun Pola
2 DS: Distensi abdomen Ketidakseimbangan
a. Cepat kenyang setelah
nutrisi kurang dari
makan
kebutuhan tubuh
b. Kram/nyeri abdomen Mual, muntah berhubungan dengan
c. Nafsu makan menurun
ketidakadekutan intke
DO:
nutrisi, dyspneu
a. Berat badan menurun Ketidakseimbangan dyspneu
minimal 10% nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
di bawah rentang
ideal
b. Bising usus hiperaktif
c. Otot pengunyah lemah
d. Membran mukosa pucat
e. Sariawan
f. Serum albumin turun
g. Rambut rontok berlebihan
Intervensi keperawatan
No DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL
KEPERAWAT
NOC
AN (NIC)

1 Ketidakefektifan NOC : NIC : Airway suction Adanya perubahan


bersihan jalan fungsi respirasi dan
1) Respiratory status : 1) Pastikan kebutuhan
nafas Ventilation oral / tracheal penggunaan obat
2) Respiratory status : suctioning
berhubungan tambahan
Airway patency 2) Auskultasi suara nafas
dengan 3) Aspiration Control sebelum dan sesudah menandakan kondisi
suctioning.
bronkospasme. penyakit yang masih
Kriteria Hasil : 3) Informasikan pada
klien dan keluarga harus mendapatkan
Definisi : 1) Mendemonstrasikan tentang suctioning
penanganan penuh.
Ketidakmampuan batuk efektif 4) Minta klien nafas
dan suara dalam sebelum 2. Posisi semi / high
untuk membersihkan nafas suction dilakukan.
fowler memberikan
sekresi atau obstruksi yang bersih, 5) Berikan O2 dengan
tidak menggunakan nasal kesempatan paru-
dari saluran pernafasan ada sianosis untuk memfasilitasi
paru berkembang
untuk dan dyspneu suksion nasotrakeal
(mampu 6) Gunakan alat yang secara maksimal.
mempertahankan mengeluarkan steril sitiap
Batuk efektif
kebersihan jalan nafas. sputum, melakukan tindakan
mampu 7) Anjurkan pasien untuk mempermudah
bernafas dengan istirahat dan napas
Batasan Karakteristik ekspektorasi mukus.
mudah, tidak ada dalam setelah kateter
1) Dispneu,
pursed lips) dikeluarkan dari 3. Air hangat akan
Penurunan suara 2) Menunjukkan jalan nasotrakeal
mempermudah
nafas yang paten 8) Monitor status
nafas
(klien tidak merasa oksigen pasien mengencerkan sekret
tercekik, irama 9) Ajarkan keluarga
2) Orthopneu melalui proses
nafas, frekuensi bagaimana cara
pernafasan dalam melakukan suksion konduksi.
3) Cyanosis 10) Hentikan suksion dan
rentang normal, berikan oksigen
4) Kelainan suara tidak ada suara apabila pasien 4. Batuk efektif akan
nafas menunjukkan
nafas (rales, membantu
abnormal) bradikardi,
wheezing) 3) Mampu peningkatan saturasi mengeluarkan
mengidentifikasikan O2, dll.
sekret.
5) Kesulitan berbicara dan mencegah
factor yang 5. Meningkatkan
6) Batuk, tidak kadar tekanan parsial
dapat
efekotif atau tidak menghambat oksigen dan saturasi
ada jalan nafas oksigen dalam darah.
6. Pengobatan
7) Mata melebar
berfungsi untuk
memper-lebar
saluran udara,
mempertebal
2 ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh 1) Nutritional Nutrition Management:
Status : food
Definisi : Intake nutrisi and Fluid 1) Kaji adanya alergi
tidak cukup untuk Intake makanan
keperluan metabolisme 2) Kolaborasi dengan
tubuh. Kriteria Hasil : ahli gizi untuk
menentukan jumlah
Batasan karakteristik : 1) Adanya kalori dan nutrisi
peningkatan yang dibutuhkan
1) Berat badan 20 % berat badan pasien.
atau lebih di bawah sesuai dengan 3) Anjurkan pasien
ideal tujuan untuk meningkatkan
2) Dilaporkan adanya 2) Berat badan intake Fe
intake makanan ideal sesuai 4) Anjurkan pasien
yang kurang dari dengan tinggi untuk meningkatkan
RDA (Recomended Daily badan protein dan vitamin C
Allowance) 3) Mampu 5) Berikan substansi
3) Membran mukosa mengidenti gula
dan konjungtiva fikasi 6) Yakinkan diet yang
pucat kebutuhan dimakan mengandung
4) Kelemahan otot nutrisi tinggi serat untuk
yang digunakan 4) Tidak ada mencegah konstipasi
untuk tanda tanda 7) Berikan makanan
menelan/mengunyah malnutrisi yang terpilih ( sudah
5) Luka, inflamasi 5) Tidak dikonsultasikan
pada rongga mulut terjadi dengan ahli gizi)
6) Mudah merasa penurunan 8) Ajarkan pasien
kenyang, sesaat berat bagaimana membuat
setelah mengunyah badan catatan makanan
makanan yang harian.
7) Dilaporkan atau berarti 9) Monitor jumlah
fakta adanya nutrisi dan kandungan
kekurangan kalori
makanan 10) Berikan informasi
8) Dilaporkan adanya tentang kebutuhan
perubahan sensasi nutrisi
rasa 11) Kaji kemampuan
9) Perasaan pasien untuk
ketidakmampuan mendapatkan nutrisi
untuk mengunyah yang dibutuhkan
makanan
10) Miskonsepsi Nutrition Monitoring:
11) Kehilangan BB
dengan makanan 1) BB pasien dalam
cukup batas normal
12) Keengganan untuk 2) Monitor adanya
makan penurunan berat
13) Kram pada abdomen badan
14) Tonus otot jelek 3) Monitor tipe dan
15) Nyeri abdominal jumlah aktivitas
dengan atau tanpa yang biasa
patologi dilakukan
16) Kurang berminat 4) Monitor interaksi
terhadap makanan anak atau orangtua
17) Pembuluh darah selama makan
kapiler mulai rapuh 5) Monitor lingkungan
18) Diare dan atau selama makan
steatorrhea 6) Jadwalkan
19) Kehilangan rambut pengobatan dan
yang cukup banyak tindakan tidak
(rontok) selama jam makan
20) Suara usus
hiperaktif
KONSEP KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
A. Identitas

Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin,


tempat tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi
menengah kebawah dan satitasi kesehatan yang kurang ditunjang
dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak
dengan penderita TB patu yang lain.(Enykus,2017)
B. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang

Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan


penyakit yang di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas,
batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan menurun dan
suhu badan meningkat mendorong penderita untuk mencari
pengonbatan .(Enykus,2017)
2) Riwayat Kesehatan Dahulu

Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh


penderita yang mungkin sehubungan dengan tuberkulosis
paru antara lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis paru
yang kembali aktif, (Somantri dkk. 2019)
3) Riwayat Kesehatan Keluarga

4) Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru


yang menderita penyakit tersebut sehingga sehingga
diteruskan penularannya. (Enykus,2017)
C. Data biologis

1) Pola aktivitas dan istirahat

Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul.


sesak (nafas pendek), demam, menggigil.
Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable,
sesak (tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru),
demam subfebris (40 -410C) hilang timbul.
2) Pola nutrisi

Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan


berat badan.
Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan
lemak sub kutan.
3) Respirasi

Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit


dada.
Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum
hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah,
pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah,
kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau
fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas,
pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura.),
perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural),
deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).
4) Rasa nyaman/nyeri

Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.


Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi,
gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke
pleura sehingga timbul pleuritis.
5) Integritas ego

Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan


tak berdaya/tak ada harapan.
Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas,
ketakutan, mudah tersinggung.
6) Keamanan

Subyektif: adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS,


kanker.
Obyektif: demam rendah atau sakit panas akut.

7) Interaksi Sosial
Subyektif: Perasaan isolasi/ penolakan karena penyakit
menular, perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/
perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.

D. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien

2) Tingkat kesadaran : Biasanya tingkat kesadaran pasien


compos mentis .
3) Berat badan : Biasanya berat badan pasienmengalami
penurunan
4) Tekanan darah : Biasanya tekanan darah pasien menimgkat

5) Suhu : Biasanya suhu pasien TBC tinggi sekitar 40-410c

6) Pernafasan : Biasanya pasien dengan TBC nafas nya pendek

7) Nadi : Biasanya pasien mengalami peningkatan denyut


nadi
8) Kepala : Mengamati bentuk kepala, adanya hematom/oedema, perlukaan.

9) Rambut : Pada klien TBC biasanya rambutnya hitam serta kulit kepala klien
bersih, dan tidak rontok
10) Wajah : Biasanya tampak ekspresi wajah meringis karena nyeri dada yang
dirasakannya pada saat batuk
11) Mata : Biasanya terdapat lingkaran hitam pada kelopak mata karena kurang
tidur akibat nyeri, mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva
pucat,scleraikterik.pupil bulaT
12) Hidung : Biasanya tidak ada tanda-tanda radang, ada nafas cuping hidung.

13) Mulut :Biasanya bibir kering, lidah tidak kotor dan biasanya ada caries pada
gigi
14) Leher :Biasanya tidak ada adanya pembesaran kelenjer thyroid.

15) Dada/Thorak

Inspeksi : biasanya tidak simetris kiri dan kanan, penurunan


ekspansi paru, menggunakan otot asesori pernafasan,
pernafasan dangkal.
Palpasi : biasanya fremitus kiri dan kanan sama,. Perkusi :
sonor kiri dan kanan

Auskultasi : baiasanya ada bunyi nafas tambahan ronkhi


basah kasar dan nyaring
16) Jantung

Inspeksi : biasanya ictus cordis


tidak terlihat. Palpasi : biasanya ictus cordis
teraba 2 jari.
Perkusi : biasanya bunyi
redup auskultasi : biasanya irama
jantung cepat
17) Perut/Abdomen

Inspeksi : biasanya perut nya datar

Auskultasi : biasanya terjadi penurunan bising


usus.

Palpasi :, tidak ada masa


Perkusi : baiasanya tidak kembung

18) Geniteorinaria : Biasanya keadaan dan kebersihan genetalia


pasien baik. Biasanya pasien terpasang kateter.
19) Sistem integrumen : Biasanya terjadi perubahan pada kelembapan atau turgor
kulit jelek karena keringat dingin dimalam hari
20) Ekstermitas : Biasanya ada edema pada ekstermitas atas dan bawah, dan
kekuatan otot lemah. .(Robert,2017)
E. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental, kelemahan
upaya batuk buruk
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mukopurulen dan kekurangan
upaya batuk
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan efek paru.
Kerusakan membran di alveolar, kapiler, sekret kevtal dan tebal
4. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses peradangan
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
anoreksia.
6. Gangguan pada istirahat tidur berhubungan dengan sesak nafas dan batuk
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan inadekuat oksigenasi untuk
Aktivitas
8. Kurang pengetahuan mengenai kondisi aturan tindakan dan pencegahan
berhubungan dengan jalan interpretasi inibrasi, keterbatasan kognitif
9. Resiko tinggi infeksi terhadap penyebaran berhubungan dengan pertahan primer
adekuat, kerusakan jaringan penakanan proses inflamasi, malnutrisi, (NANDA
2018-2020)
F. Intervensi
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental,kelemahan
upaya batuk buruk
a. Tujuan : bersihan jalan nafas efektif
b.KH : pasien dapat mempertahankan jalan nafas dan mengeluarkan sekret tanpa
bantuan
c. Intervensi
1) Kaji fungsi pernafasan contoh bunyi nafas, kecepatan, irama, dan kelemahan
dan penggunaan otot bantu.
Rasional : Peningkatan bunyi nafas dapat menunjukkan atelektasis, ronchi,
mengi menunjukkan akumulasi sekret/ketidakmampuan untuk membersihkan
jalan nafas yang dapat menimbulkan penggunaan otot akseseri pernafasan dan
peningkatan kerja pernafasan.
2) Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa batuk efektif, catat karakter,
jumlah sputum, adanya hemoptisis
Rasional : Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal sputum berdarah
kental/darah cerah (misal efek infeksi, atau tidak kuatnya hidrasi).
3) Berikan klien posisi semi atau fowler tinggi
Rasional : Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan
upaya pernafasan.
Fokus Intervensi dan Rasional
4) Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, penghisapan sesuai keperluan
Rasional : Mencegah obstruksi respirasi, penghisapan dapat diperlukan bila
pasien tidak mampu mengeluarkan sekret.

5) Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 m/hari kecuali kontraindikasi

Rasional : Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan sekret,


membantu untuk mudah dikeluarkan.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mukopurulen dan kekurangan
upaya batuk
a. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pola nafas kembali aktif
b.KH : dispnea berkurang, frekuensi, irama dan kedalaman dan pernafasan normal
c. Intervensi
1) Kaji kualitas dan kedalaman pernafasan penggunaan otot aksesoris,catat
setiap perubahan
Rasional : Kecepatan biasanya meningkat, dispnea terjadi peningkatan kerja
nafas, kedalaman pernafasan dan bervariasi tergantung derajat gagal nafas.
2) Kaji kualitas sputum, warna, bau dan konsistensi
Rasional : Adanya sputum yang tebal, kental, berdarah dan purulen diduga
terjadi sebagai masalah sekunder.

3) Baringkan klien untuk mengoptimalkan pernafasan (semi fowler)


Rasional : Posisi duduk memungkinkan ekspansi paru maksimal upaya batuk
untuk memobilisasi dan membuang sekret.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan efek paru,
kerusakan membran alveolar, kapiler, sekret kental dan tebal
a. Tujuan : tidak ada tanda-tanda dispnea
b. KH : melaporkan tidak adanya penurunan dispnea, menunjukkan
perbaikan ventilasi dan O2 jaringan adekuat dengan AGP dalam rentang
normal, bebes dari gejala, distres pernafasan.
c. Intervensi dan rasional
1) Kaji dispnea, takipnea, tidak normal atau menurunnya bunyi nafas,
peningkatan upaya pernafasan, terbatasnya ekspansi dinding dada dan
kelemahan.
Rasional : TB paru menyebabkan efek luas pada paru dari bagian kecil
bronkopneumonia sampai inflamasi difus luas nekrosis effure pleural untuk
fibrosis luas.
2) Evaluasi tingkat kesadaran, catat sianosis dan perubahan pada warna kulit,
termasuk membran mukosa dan kuku
Rasional : Akumulasi sekret/pengaruh jalan nafas dapat mengganggu O2
organ vital dan jaringan.
3) Tunjukkan/dorong bernafas dengan bibir selama endikasi, khususnya untuk
pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim
Rasional : Membuat tahanan melawan udara luar untuk mencegah kolaps
atau penyempitan jalan nafas, sehingga membantu menyebarkan udara
melalui paru dan menghilangkan atau menurunkan nafas pendek.
4) Tingkatkan tirah baring / batasi aktivitas dan bantu aktivitas pasien sesuai
keperluan
Rasional : Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan selama periode
penurunan pernafasan dapat menurunkan beratnya gejala.
5) Kolaborasi medis dengan pemeriksaan ACP dan pemberian oksigen
Rasional : Mencegah pengeringan membran mukosa, membantu
pengenceran sekret.
4. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses peradangan

a. Tujuan : Suhu tubuh kembali normal

b. Kriteria hasil : Suhu tubuh dalam rentang normal (360 C - 370C)

c. Intervensi dan rasional :

1) Pantau suhu tubuh


Rasional : Sebagai indikator untk mengetahui status hipertermi

2) Anjurkan untuk mempertahanan masukan cairan adekuat untuk mencegah


dehidrasi

Rasional : Dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang


memicu timbulnya dehidrasi

3) Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur

Rasional : Menghambat pusat simpatis dan hipotalamus sehingga terjadi


vasodilatasi kulit dengan merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi
panas tubuh melalui penguapan

4) Anjurkan pasin untuk memakai pakaian yang menyerap keringat

Rasional : Kondisi kulityang mengalami lembab memicu timbulnya


pertumbuhan jamur. Juga akan mngurangi kenyamanan pasien.

5) Kolaborasi pemberian antipiretik

Rasional : Mengurangi panas dengan farmakologis

5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kelemahan,anoreksia, ketidakcukupan nutrisi

a. Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi (tidak terjadi perubahan nutrisi)

b. Kriteria hasil : pasien menunjukkan peningkatan berat badan dan melakukan


perilaku atau perubahan pola hidup.

c. Intervensi dan rasional:

1) Catat status nutrisi pasien dari penerimaan, catat turgor kulit, berat badandan
derajat kekurangannya berat badan, riwayat mual atau muntah, diare.

Rasional : berguna dalam mendefinisikan derajat/luasnya masalah dan


pilihan intervensi yang tepat

2). Pastikan pada diet biasa pasien yang disukai atau tidak disukai.
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan keinginan individu
dapat memperbaik masukan diet.

3). Selidiki anoreksia, mual dan muntah dan catat kemungkinan hubungan
dengan obat, awasi frekuensi, volume konsistensi feces.

Rasional : Dapat mempengaruhi pilihan diet dan mengidentifikasi area


pemecahan masalah untuk meningkatkan pemasukan atau penggunaan
nutrien.

4). Dorong dan berikan periode istirahat sering.

Rasional : Membantu menghemat energi khususnya bila kebutuhan


meningkat saat demam.

5). Berikan perawatan rnulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan.

6). Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein.

Rasional : Masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tidak perlu atau kebutuhan
energi dari makan makanan banyak dari menurunkan iritasi gaster.

7). Kolaborasi, rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet.

Rasional : bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk


kebutuhan metabolik dan diet.

6. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan sesak nafas dan batuk.

a. Tujuan : agar pola tidur terpenuhi.

b. Kriteria hasil : pasien dapat istirahat tidur tanpa terbangun.

c. Intervensi dan rasional:

1). Diskusikan perbedaan individual dalam kebutuhan tidur berdasarkan hal


usia, tingkat aktivitas, gaya hidup tingkat stress.

Rasional : rekomendasi yang umum untuk tidur 8 jam tiap malam nyatanya
tidak mempunyai fungsi dasar ilmiah individu yang dapat rileks dan istirahat
dengan mudah memerlukan sedikit tidur untuk merasa segar kembali dengan
bertambahnya usia, waktu tidur. Total secara umum menurun, khususnya
tidur tahap IV dan waktu tahap meningkat.

2). Tingkatkan relaksasi, berikan lingkungan yang gelap dan terang, berikan
kesempatan untuk memilih penggunaan bantal, linen dan selimut, berikan
ritual waktu tidur yang menyenangkan bila perlu pastikan ventilasi ruangan
baik, tutup pintu ruangan bila klien menginginkan.

Rasional : tidur akan sulit dicapai sampai tercapai relaksasi, lingkungan


rumah sakit dapat mengganggu relaksasi.

7. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan keletihan dan inadekuat oksigen


untuk aktivitas.

a. Tujuan : agar aktivitas kembali efektif.

b. Kriteria hasil : pasien mampu melakukan aktifitas secara mandiri dan tidak
kelelahan setelah beraktivitas.

c. Intervensi dan rasional:

1). Jelaskan aktivitas dan faktor yang meningkatkan kebutuhan oksigen seperti
merokok. suhu sangat ekstrim, berat badan kelebihan, stress.

Rasional : merokok, suhu ekstrim dan stress menyebabkan vasokastriksi


yang meningkatkan beban kerja jantung dan kebutuhan oksigen, berat badan
berlebihan, meningkatkan tahapan perifer yang juga meningkatkan beban
kerja jantung.

2). Secara bertahap tingkatan aktivitas harian klien sesuai peningkatan toleransi.

Rasional : mempertahankan pernafasan lambat, sedang dan latihan yang


diawasi memperbaiki kekuatan otot asesori dan fungsi pernafasan.

3). Memberikan dukungan emosional dan semangat

Rasional : rasa takut terhadap kesulitan bernafas dapat menghambat


peningkatan aktivitas.

4). Setelah aktivitas kaji respon abnormal untuk meningkatkan aktivitas.


Rasional : intoleransi aktivitas dapat dikaji dengan mengevaluasi jantung
sirkulasi dan status pernafasan setelah beraktivitas.

8. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, aturan tindakan dan


pencegahan berhubungan dengan salah satu interprestasi informasi, keterbatasan
kognitif, tidak lengkap informasi yang ada.

a. Tujuan : pengetahuan pasien bertambah tentang penyakit tuberkulosis paru.

b. Kriteria hasil : pasien menyatakan mengerti tentang penyakit tuberkulosis paru.

c. Intervensi dan rasional:

1). Kaji kemampuan pasien untuk belajar

Rasional : belajar tergantung pada emosi dari kesiapan fisik dan ditingkatkan
pada tahapan individu.

2). Berikan instruksi dan informasi tertulis pada pasien untuk rujukan

contoh: jadwal obat.

Rasional : informasi tertulis menentukan hambatan pasien untuk mengingat


sejumlah besar informasi pengulangan menguatkan belajar.

3). Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan dan alasan
pengobatan lama, dikaji potensial interaksi dengan obat atau subtansi lain.

Rasional : meningkatkan kerjasama dalam program pengobatan dan


mencegah penghentian obat sesuai perbaikan kondisi pasien..

4). Dorong untuk tidak merokok.

Rasional : meskipun merokok tidak merangsang berulangnya TBC tetapi


meningkatkan disfungsi pernafasan.

5). Kaji bagaimana yang ditularkan kepada orang lain

Rasional : pengetahuan dapat menurunkan resiko penularan atau reaktivitas


ulang juga komperkasi sehubungan dengan reaktivitas.
9. Resiko tinggi infeksi terhadap penyebaran atau aktivitas ulang berhubungan dengan
pertahanan primer tidak adekuat, kerusakan jaringan,penekanan proses inflamasi,
mal nutrisi.

a. Tujuan : tidak terjadi infeksi terhadap penyebaran.

b. Kriteria hasil : pasien mengidentifikasi intervensi untuk mencegah

atau menurunkan resiko penyebaran infeksi, melakukan perubahan

pola hidup.

c. Intervensi dan rasional:

1). Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi ' melalui droplet
udara selama batuk, bersin, meludah, bicara, tertawa.

Rasional : membantu pasien menyadari/menerima perlunya mematuhi


program pengobatan untuk mencegah pengaktifan berulang atau komplikasi
serta membantu pasien atau orang terdekat untuk mengambil langkah untuk
mencegah infeksi ke orang lain.

2). Identifikasi orang lain yang beresiko, missal: anggota keluarga,

sahabat karib/teman.

Rasional : orang-orang yang terpejan ini perlu program terapi obat untuk
mencegah penyebaran/terjadinya infeksi.

3). Kaji tindakan kontrol infeksi sementara, missal: masker atau isolasi

Rasional: dapat membantu menurunkan rasa terisolasi pasien dan membuang


stigma sosial sehubungan dengan penyakit menular.

4). Anjurkan pasien untuk batuk/bersin dan mengeluarkan pada tisu dan
menghindari meludah. Kaji pembuangan tisu sekali pakai dan teknik
mencuci tangan yang tepat, dorong untuk mengulangi demonstrasi.

Rasional : perilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran

5). Tekanan pentingnya tidak menghentikan terapi obat.


Rasional : periode singkat berakhir 2-3 hari setelah kemoterapi awal, tetapi
pada adanya rongga atau penyakit luas, sedang resiko penyebaran infeksi
dapat berlanjut sampai 3 bulan.

6). Dorong memilih mencerna makanan seimbang, berikan makan sering,


makanan kecil pada jumlah, makanan besar yang tepat.

Rasional : adanya anoreksia (mal nutrisi sebelumnya, merendahkan tahapan


terhadap proses infeksi dan mengganggu penyembuhan, makanan kecil
dapat meningkatkan pemasukan semua. (NOC NIC 2016-2020)
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2017, Asuhan Keperawatan Tb Paru, diakses tanggal 30 Oktober 2017 jam 09.03
dari http://akperpemprov.jatengprov.go.id/
Barbara, C.L., 2019, Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses keperawatan),
Bandung.

Bulechek, G. 2016-2020. NIC 6 Edition. Missouri: Elseiver mosby.

Dewi, Kusma . 2018. Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan Tuberkulosis Paru.
Diakses tanggal 30 Oktober 2012 jam 10.15 dari http://www.scribd.com
/doc/52033675/

Doengoes, Marylinn E. 2020. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Ed. 3, EGC: Jakarta.

Enykus. 2017 Keterampilan Dasar Dan Prosedur Perawatan Dasar, ed. 1. Semarang. Kilat
proses

Mansjoer, Arif. 2020. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta:Media Aeculapius

NANDA-1 Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018 Edisi 11, Jakarta:EGC.

Price, S.A, 2018, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Jakarta : EGC

Robert. Priraharjo. 2017. Pengkajian Fisik Keperawatan, Cetakan II. Jakarta. EGC.

Smeltzer, C.S.2019. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Edisi 8.
Jakarta : EGC

Somantri dkk. 2019. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta: FKUI.
Pathway

Invasi Mycobacterium tuberculosis

Infeksi Primer Sembuh

Infeksi pasca primer (reaktivasi) Bakteri dorman

Bakteri muncul beberapa tahun kemudian

Reaksi infeksi/inflamasi dan merusak parenkim paru

Produksi sputum Kerusakan Perubahan cairan Reaksi sistemik


meningkat, membrane intrapleura
pecahnya alveolar-kapiler
pembuluh darah merusak pleura,
c atelektasis
Sesak napas Anoreksia, mual
dan muntah Lemah
Batuk produktif,
batuk darah
Sesak napas, Ketidakefektifan pola
ekspansi thoraks napas Ketidakseimbangan Intoleransi
nutrisi kurang dari aktivitas
kebutuhan tubuh
Ketidakefektifan
bersihan jalan
napas Gangguan pertukaran
gas

Price, S.A, 2018,

Anda mungkin juga menyukai