Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

BBLR

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


Stase Keperawatan Anak

Disusun oleh :

DELVI RAHMAYANTI

14420202167

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INONSIA

MAKASSAR

2021

A. Konsep Penyakit BBLR


1. Definisi BBLR
Berat badan merupakan hasil pengukuran antropometri yang paling sering
dilakukan dan sangat berguna untuk mengetahui apakah bayi lahir dengan berat
badan normal atau mengalami Bayi Berat Badan Lahir Rendah (Depkes RI, 2003).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah suatu kondisi di mana berat
bayi yang baru lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi (Arda,
2015). BBLR di bedakan menjadi 2 kategori yaitu beyi berat lahir rendah karena
premature, (Umur kehamilan kurang dari 37 minggu) atau BBLR karena
Intrauterina Growth Retardation (IUGR) yaitu bayi cukup bulan tetapi memilki
berat badan kurang untuk ukuran berat badan nirmal pada umumnya (Depkes
RI,2003)

2. Klasifikasi BBLR
BBLR diklasifikasikan atas dua bagian yaitu berdasarkan berat badan bayi dan
usia kehamilan. Berdasarkan berat badan bayi adalah sebagai berikut :
a. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir dengan berat
badan lahir 1.500 - 2.500 gram
b. Bayi Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR) adalah bayi yang lahir
dengan berat badan 1.000-1.500 gram
c. Bayi Berat Badan Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR) adalah bayi yang
lahir dengan berat kurang dari 1.000 gram (Arda, 2015).
BBLR berdasarkan usia kehamilan adalah sebagai berikut:
a. Prematuritas murni yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu
dengan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan. (Arda,
2015).

3. Etiologi
Menurut teori ada bebrapa factor-faktor penyebab Bayi Berat Badan Lahir
Rendah
a. Faktor ibu
1) Status gizi ibu hamil
Status gizi sangat berpengaruh terhadap ibu hamil untuk pertumbuhan
janin dalam kandungan. Karena apabila status gizi buruk saat sebelum atau
selama hamil akan memberikan dampak pada anak yakni BBLR, dapat
juga menghambat pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir,
bayi baru lahir akan mudah terkena infeksi, abortus, dan lainnya. Sehingga
sebelum atau selama kehamilan, ibu sebaiknya memeriksakan diri secara
berkala agar baik ibu maupun janin dapat sehat dan lahir dengan baik.
2) Kelainan bentuk uterus /serviks incompeten
Keadaan ini dapat menjadi faktor pemicu terjadinya kelahiran
premature karena berkaitan dengan kontraksi uterus. Keadaan ini
dihubungkan dengan kejadian premature dengan kelainan uterus karena
kelainan bentuk tersebut dapat menjadi suatu keadaan yang membuat
perkembangan bayi menjadi tidak normal dan menjadi pencetus untuk
terjadinya kelahiran premature, walaupun keadaan ini jarang terjadi.
Serviks inkompeten dapat juga menjadi penyebab abortus selain partus
preterm.
3) Penyakit menahun/diderita ibu
Apabila ibu menderita suatu penyakit, maka akan mempengaruhi janin
yang ada dalam kandungannya, sehingga diperlukan pengawasan dan
pemeriksaan yang ketat serta khusus. Adapun penyakit yang dapat
memperburuk ibu maupun janin yaitu hipertensi kronik, diabetes, asma,
dll.
b. Faktor obstetric
1) Kehamilan ganda
Kehamilan ganda atau gemelli dapat membawa risiko bagi janin, bahaya
bagi ibu tidak begitu besar, tetapi wanita dengan kehamilan kembar
memerlukan perawatan yang khusus. Pada kehamilan kembar ini, berat badan
janin dapat lebih rendah dibandingkan kehamilan tunggal walaupun umur
gestasi sama antara ibu yang hamil kembar dengan ibu yang hamil tunggal..
2) Komplikasi kehamilan
Komplikasi yang dapat atau sering terjadi selama kehamilan ibu ialah
KPD, perdarahan antepartum (plasenta previa, solusio plasenta), HDK
dengan atau tanpa edema pretibial, ancaman persalinan premature dan infeksi
berat dalam kehamilan.
a) Ketuban pecah dini: merupakan penyebab persalinan prematur dimana
ketuban pecah sebelum waktunya. Hal ini disebabkan karena
berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan
intrauterine atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan ini
dapat disebabkan karena infeksi selama janin berada dalam rahim ibu.
b) Hipertensi dalam kehamilan : hipertensi pada ibu hamil cenderung akan
mempengaruhi timbulnya uteroplacental insufficiency yang
menyebabkan kekurangan zat asam (anorexia) pada janin dalam masa
sebelum atau sewaktu dilahirkan yang dapat menyebabkan kematian
perinatal dan BBLR.
c. Faktor janin dan plasenta
1) Infeksi dalam rahim, kelainan kromsom, dan cacat bawaan
Cacat bawaan yang terjadi dapat membuat persalinan menjadi premature,
keguguran, lahir mati, atau kematian pada bayi setelah persalinan pada
minggu pertama. Kelainan ini berkontribusi sebesar 20% terhadap kematian
BBLR.
2) Pertumbuhan janin terhambat (IUGR)
Pertumbuhan janin terhambat dapat terjadi karena pemasokan oksigen dan
makanan kurang adekuat dan hal inipun dapat mendorong untuk
dilakukannya terminasi kehamilan lebih dini.

4. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum
cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi
lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya
lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram.
Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam
kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta,
infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan
ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.
Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita
sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu
akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi
kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa
hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang
tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Sistem pernapasan pada dasarnya cenderung kurang berkembang pada bayi
prematur. Kapasitas vital dan kapasitas residual fungsional paru-paru pada
dasarnyakecil berkaitan dengan ukuran bayi. Sebagai akibatnya sindrom gawat
napas sering merupakan penyebab umum kematian. Masalah besar lainnya pada
bayi premature adalah pencernaan dan absorpsi makanan yang inadekuat. Bila
prematuritas bayi lebih dari dua bulan, system pencernaan dan absorpsi hampir
selalu inadekuat. Absorpsi lemak juga sangat buruk sehingga bayi premature
harus menjalani diet rendah lemak. Lebih jauh lagi, bayi premature memiliki
kesulitan dalam absorpsi kalsium yang tidak lazim dan oleh karena itu dapat
mengalami rikets yang berat sebelum kesulitan tersebut dikenali. Imaturitas organ
lain yang sering menyebabkan kesulitan yang berat pada bayi premature meliputi
system imun yang menyebabkan daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang
karena rendahnya kadar IgG gamma globulin, serta bayi premature relatif belum
sanggup membentuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap
peradangan masih belum baik sehingga bayi premature beresiko mengalami
infeksi.

5. Manifestasi klinis
a. Berat kurang dari 2500 gram
b. Panjang kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
f. Kepala lebih besar
g. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
h. Otot hipotonik lemah
i. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
j. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
k. Kepala tidak mampu tegak
l. Pernapasan 40 – 50 kali / menit
m. Nadi 100 – 140 kali / menit
6. Penatalaksanaan BBLR
a. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis
lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator

b. Mempertahankan suhu tubuh

Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam


mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal
suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C.

Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana
suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal.
Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga
memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus
diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk
bayi dengan berat kurang dari 2000 gram

c. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator.
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“.
Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu
dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0
C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan
32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang,
hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa
dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.

d. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi
preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi
O2yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box,
konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan
kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan
e. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi
yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki
ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus
menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi,
memakai masker,.

f. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu
mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan
pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi
yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara
relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.

7. Pemeriksaan penunjang

a. Jumlah sel darah putih : 18000/mm 3, neutrophil meningkat sampai 23000-


24000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
b. Hematocrit (Ht) : 43%-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan
polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal /
prinatal)
c. Hemoglobin (Hb) : 15-20gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia
atau hemolysis berlebihan).
d. Bilirubin total : 6mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8mg/dl 1-2 hari, dan
12mg/dl pada 3-5 hari.
e. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran
rata-rata 40-50mg/dl meningkat 60-70mg/dl pada hari ketiga.
f. Pemantauan elekrolit (Na, K, CI) : biasanya dalam batas normal pada awalnya.

8. Komplikasi

Menurut (Potter, 2005) komplikasi pada masa awal bayi berat lahir rendah
antara lain yaitu :
a. Hipotermia.
b. Hipoglikemia.
c. Gangguan cairan dan elektrolit.
d. Hiperbilirubinemia.
e. Sindroma gawat nafas (asfiksia).
f. Paten suktus arteriosus.
g. Infeksi.
h. Perdarahan intraventrikuler.
i. Apnea of prematuruty.
j. Anemia

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Sirkulasi :
Nadi apikal mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam batas normal
(120-160 dpm). Mur-mur jantung yang dapat didengar dapat menandakan
duktusarteriosus paten (PDA).
b. Makanan/cairan : Berat badan kurang 2500 (5lb 8 oz).
c. Neuroensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran kepala
besar dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin mudah digerakan,
fontanel mungkin besar atau terbuka lebar. Edema kelopak mata umum terjadi,
mata mungkin merapat(tergantung usia gestasi).
d. Pernafasan
Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur;
pernafasan diafragmatik intermiten atau periodik(40-60x/mt). Mengorok,
pernafasan cuping hidung.
e. Seksualita
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora,
dengan klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak turun, rugae mungkin
banyak atau tidak ada pada skrotum.

2. Diagnose Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis
b. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan hambatan pada neonates
(prematuritas)
c. Deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
d. Ikterik neonatus berhubungan dengan penurunan berat badan yang abnormal

2. Intervensi
Diagnose Kriteria Hasil Intervensi
a. Pola nafas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen jalan nafas
tidak efektif selama 3x8 jam diharapkan pola nafas Observasi
berhubungan membaik dengan kriteria hasil : 1. Monitor pola nafas
dengan 1. Gerakan mata membaik 2. Monitor bunyi nafas tambahan
imaturitas 2. Pola nafas membaik Terapeutik
neurologis 3. Frekuensi nafas membaik 1. Lakukan penghisapan lendir
4. Denyut jantung apical membaik kurang dari 15 detik
5. Denyut jantung radialis membaik 2. Berikan oksigen, jika perlu
6. Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu

b. Menyusui tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan Edukasi nutrisi bayi


efektif selama 3x8 jam diharapkan menyusui tidak Observasi
berhubungan efektif membaik dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi kesiapan dan
dengan 1. Berat badan meningkat kemampuan ibu menerima
hambatan pada 2. Panjang badan meningkat informasi
neonates 3. Kulit kuning menurun Terapeutik
(prematuritas) 4. Sklera kuning menurun 1. Sediakan materi dan media
5. Membrane mukosa kuning menurun pendidikan kesehatan
6. Bayi cengeng menurun Edukasi
7. Kesulitan makan menurun 1. Jelaskan tanda-tanda awal rasa
8. Pola makan membaik lapar ( misalnya bayi gelisah,
9. Proses tumbuh kembang membaik membuka mulut, menghisap jari
atau tangan)
2. Anjurkan tetap memberikan ASI
saat bayi sakit
c. Deficit nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pemantauan nutrisi
berhubungan selama 3x8 jam diharapkan deficit nutrisi Observasi
dengan membaik dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi faktor yang
ketidakmampu 1. Berat badan membaik mempengaruhi asupan gizi
an 2. Tebal lipatan kulit membaik 2. Identifikasi perubahan berat
mengabsorbsi 3. Indeks massa tubuh membaik badan
nutrient Terapeutik
1. Timbang berat badan
2. Ukur antropometrik komposisi
tubuh (indeks massa tubuh,
pengukuran pinggang, dan
ukuran lipatan kulit)
Edukasi
1. Jelaskan tujuan proses
pemantauan kepada ibu atau
keluarga bayi
2. Informasikan hasil pemantauan
pada ibu atau keluarga bayi
d. Ikterik Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan neonatus
neonatus selama 3x8 jam diharapkan icterus Observasi
berhubungan neonatus membaik dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi kondisi awal bayi
dengan 1. Elastisitas meningkat setelah lahir
penurunan 2. Perfusi jaringan meningkat 2. Monitor tanda vital bayi
berat badan 3. Kerusakan jaringan menurun Terapeutik
yang abnormal 4. Pertumbuhan rambut membaik 1. Lakukan inisiasi menyusui dini
(IMD) segera setelah bayi lahir
2. Mandikan bayi dengan air hangat
Edukasi
1. Anjurkan ibu menyusui bayi tiap
2 jam
2. Anjurkan ibu mencuci tangan
sebelum menyentuh bayi
1. Pathway BBLR

Prematuritas Dismaturitas

Faktor gangguan :
Faktor ibu : umur, paritas, Faktor placenta : penyakit Faktor janin : kelainan pertukaran zat antara ibu
infertilitas, riwayat vaskuler, kehamilan ganda, kromosom, malforasi, dan janin
kehamilan tak baik, Rahim malforasi, tumor TORCH, kehamilan ganda
abnormal, dll
Reterdasi pertumbuhan intra
uterin

Dinding otot rahim bagian Bayi lahir premature Berat badan <2500gr
bawah lemah (BBLR/BBSLR)

Fungsi organ belum


baik
Permukaan tubuh Jaringan lemak prematuritas
relative lebih luas subkutan lebih tipis Penurunan daya tahan

Penguapan berlebih Pemaparan dengan suhu Kehilangan panas Kekurangan cadangan


luar melalui kulit energi

Kehilangan cairan Resiko infeksi


Kehilangan panas

Malnutrisi
dehidrasi
Termogulasi tidak
efektif
Hipoglikemia

Risiko/ icterus neonatus Hiperbilirubin Konjugasi bilirubin belum Hati


baik

Risiko infeksi Halus mudah lecet Kulit


Sepsis
piodermal

Imaturitas lensa
Retrolentral fibroplasia Mata
Retinopaty mata
Sekunder efek O2

Sekunder terapi Imaturitas ginjal Ginjal

Pertumbuhan
Penyakit membrane dinding dada belum
Insuf pernafasan Paru
hialin sempurna
Vaskuler paru imatur

Pola nafas tidak efektif Imaturitas serum vital Otak

Deficit nutrisi kurang Diskontinuitas Reflek menelan belum


dari kebutuhan pemberian ASI sempurna
DAFTAR PUSTAKA

Arda Darmi. 2015. Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) Di Ruangan PNC RSUD Kota Makassar.

Depkes RI, (2003) .Program Penangulangan Gizi Pada Wanita Umur Subur
(WUS),Direktorst gizi masyarakat dan Binkesmas: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Nurafif, Amin Huda. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose NANDA .
Mediaction: Jogjakarta.
Rohmatika, Monika. 2020. Aspek Legal etik. https://id.scribd.com/doc/82673424/Aspek-
Legal-Etik. Diakses 2 maret 2021

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi 1
Cetakan 2. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi 1
Cetakan 2. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi
1 Cetakan 3(Revisi) . Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Zaidin, Ali. 2014. Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai