Anda di halaman 1dari 84

SKRIPSI

HUBUNGAN PERILAKU KEBERSIHAN DIRI


DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SISWI
KELAS XI DAN XII SMA NEGERI 2 MAROS

IRMAYANTI
21906127

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR
MAKASSAR
2021
SKRIPSI

HUBUNGAN PERILAKU KEBERSIHAN DIRI


DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SISWI
KELAS XI DAN XII SMA NEGERI 2 MAROS

IRMAYANTI
21906127

Skripsi Ini Diajukan


Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Keperawatan

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR
MAKASSAR
2021

ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Hasil penelitian ini dengan judul “Hubungan perilaku kebersihan diri dengan

kejadian keputihan pada siswi kelas XI dan XII SMA Negeri 2 Maros” telah

disetujui untuk diajukan pada Ujian Tutup Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Makassar dalam rangka penyempurnaan penulisan.

Makassar, 25 November 2021

Tim Pembimbing,

Pembimbing I Pembimbing II

Andi Arnoli, S.Kep., Ns., M.Kep. Kamariana, SKM., M.Kes.

Mengetahui :
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar

Muhammad Sahlan Zamaa, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.KMB.

iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI

Skripsi dengan judul Studi Tentang Hubungan perilaku kebersihan diri kejadian

keputihan pada siswi kelas XI dan XII SMA Negeri 2 Maros telah dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi program studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Makassar Pada Tanggal 25 November 2021.

Ketua : Andi Arnoli, S.Kep, Ns.,M.Kep (..………..………….)

Sekertaris : Kamariana, SKM, M.Kes (..……………..…….)

Anggota : A. Sani Silwanah, SKM, M.Kes (……….….…..…….)

Rahma Yulis S.Kep, Ns., M.Kep (..…………….…….)

iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Irmayanti

Nim : 21906127

Institusi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-

benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan

atau pikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan

sebagian atau keseluruhan skripsi ini hasil karya orang lain, saya bersedia

menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, 25 November 2021

Yang menyatakan

Irmayanti

v
ABSTRAK
Hubungan Perilaku Kebersihan Diri dengan Kejadian Keputihan pada Siswi
Kelas XI dan XII SMA Negeri 2 Maros

IRMAYANTI
(Dibimbing oleh ANDI ARNOLI dan KAMARIANA)

Perilaku kebersihan genetalia adalah suatu pemahaman, sikap dan praktik yang
dilakukan oleh seseorang untuk meningkatkan derajat kesehatan, memelihara kebersihan
diri, meningkatkan rasa percaya diri, dan mencegah timbulnya penyakit. Keputihan
merupakan pengeluaran dari kemaluan yang bukan darah. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan perilaku kebersihan diri dengan kejadian keputihan pada siswi
kelas XI dan XII SMA Negeri 2 Maros.
Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif analitik dengan rancangan
penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian adalah siswi kelas XI dan kelas XII
SMA Negeri 2 Maros tahun ajaran 2021 yang berjumlah 151 siswi. Pengambilan sampel
dilakukan dengan metode proportional stratified random sampling sebanyak 60
responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 60 responden terdapat 10 (16.7%)
responden yang memiliki perilaku positif dan tidak mengalami keputihan. 17 (28.3%)
responden yang memiliki perilaku positif dan mengalami keputihan. 1 (1.7%) responden
yang berperilaku negatif dan tidak mengalami keputihan. Dan terdapat 32 (53.3%)
responden yang berperilaku negatif dan mengalami keputihan. Hasil nilai Chi-square p
value (0,001<0,005).
Disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara perilaku kebersihan diri dengan
kejadian keputihan di SMA Negeri 2 Maros. Diharapkan siswi dapat meningkatkan
pengetahuan dan perilaku yang benar dalam menjaga kebersihan organ genitalia terhadap
kejadian keputihan, misalnya cara membersihkan vagina dan penggunaan air bersih saat
membasuh vagina, dan untuk penelitian selanjutnya diharapkan menambahkan variabel
lain seperti aktivitas fisik dan ketegangan psikis (stres).

Kata Kunci : Keputihan, Perilaku kebersihan diri.


Daftar Pustaka : 20 Referensi (2012-2020)

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala

limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dengan judul “Hubungan perilaku kebersihan diri dengan kejadian

keputihan pada siswi kelas XI dan XII SMA Negeri 2 Maros”, sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan.

Terkhusus penulis ingin mempersembahkan ucapan terimakasih yang tak

terhingga untuk Ayahanda tercinta Muh. Yatim, Ibunda tersayang Rahmi atas

cinta kasih dan perhatiannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Andi Arnoli,

S.Kep, Ns., M.Kep selaku pembimbing I dan Ibu Kamariana, SKM, M. Kes

selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingannya sehingga

penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Penulis juga mengucapkan banyak

terima kasih kepada Ibu A. Sani Silwanah, SKM, M.Kes dan Ibu Rahma Yulis

S.Kep, Ns., M.Kep sebagai Tim Penguji.

Demikian pula ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus penulis

haturkan kepada :

1. Ibu Hj. Andi Tenriawaru Asaad Lantara selaku Dewan Pendiri YAPMA

2. Ibu Andi Indri Damayanti Asaad Lantara, SH., M.Adm. SDA selaku Ketua

Yayasan Pendidikan Makassar

3. Ibu Esse Puji Pawenrusi, SKM., M.Kes selaku Ketua STIK Makassar

4. Bapak Drs. H. A. Munir L, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 2

Maros

vii
5. Bapak Muhammad Sahlan Zamaa, S.Kep., Ns, M.Kep. , Sp. Kep, M.B selaku

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Makassar

6. Ibu Muti Sahida, S.Kep., Ns selaku Penasehat Akademik

7. Bapak Abd. Razak, Amd. Kom. dan Ibu Hardianti Naim, S.Kep., Ns. selaku

pengelola yang telah memberikan dan meluangkan waktunya bertindak

sebagai koordinator teknis dalam pelaksanaan seminar

8. Adik-Adik SMA Negeri 2 Maros yang telah bersedia menjadi responden

penelitian.

9. Teman-teman seperjuangan Kelas E Non-Reguler 2019 STIK Makassar,

terima kasih atas semangat dan dukungannya.

Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan

dan masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran

dan kritikan yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat serta

menambah wawasan ilmu pengetahuan kepada pembaca.

Makassar, September 2021

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ..............................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI......................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI..........................................iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................iv

ABSTRAK .................................................................................................v

KATA PENGANTAR ..............................................................................vi

DAFTAR ISI ...........................................................................................vii

DAFTAR TABEL ..................................................................................viii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ix

ARTI NOTASI/SIMBOL DAN SINGKATAN ......................................x

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................1

A. Latar Belakang ................................................................................1


B. Rumusan Masalah ...........................................................................4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................4
D. Manfaat Penelitian ..........................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................6

A. Tinjauan Tentang Keputihan ...........................................................6


B. Tinjauan tentang Perilaku .............................................................12
C. Tabel Sintesa Penelitian ................................................................20

BAB III KERANGKA KONSEP ...........................................................25

A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti .......................................25


B. Pola Pikir Variabel Yang Diteliti ..................................................25
C. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif ..................................26

BAB IV METODE PENELITIAN ........................................................28

A. Jenis Penelitian ..............................................................................28


B. Lokasi Dan Waktu Penelitian .......................................................28
C. Populasi Dan Sampel ....................................................................28

ix
D. Pengumpulan Data ........................................................................29
E. Pengolahan Data ...........................................................................30
F. Analisis Data .................................................................................31
G. Penyajian Data ..............................................................................32
H. Etika Penelitian .............................................................................32

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................33

A. Hasil ..............................................................................................33
B. Pembahasan ...................................................................................37

BAB VI PENUTUP .................................................................................46

A. Kesimpulan ...................................................................................46
B. Saran .............................................................................................46

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

x
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Sintesa hasil penelitian sebelumnya .................................................30

2. Jumlah sampel...................................................................................39

3. Distribusi responden berdasarkan umur, kelas, dan umur pertama kali

menstruasi di SMA Negeri 2 Maros tahun 2021............................. 43

4. Distribusi responden berdasarkan kejadian keputihan di SMA Negeri 2 Maros

tahun 2021.........................................................................................45

5. Distribusi responden berdasarkan perilaku kebersihan diri di SMA Negeri 2

Maros tahun 2021.............................................................................45

6. Distribusi responden berdasarkan keputihan fisiologi dan keputihan patologis

di SMA Negeri 2 Maros tahun 2021................................................ 46

7. Distribusi responden berdasarkan hubungan perilaku kebersihan diri dengan

kejadian keputihan di SMA Negeri 2 Maros tahun 2021.................48

xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran

Lampiran I : Lembar permohonan penelitian

Lampiran II : Lembar persetujuan penelitian

Lampiran III : Kuesioner penelitian

Lampiran IV : Master tabel

Lampiran V : Hasil analisis data SPSS

Lampiran VI : Izin Penelitian

Lampiran VII : Surat keterangan selesai penelitian

Lampiran VIII : Dokumentasi

xii
ARTI NOTASI/SIMBOL DAN SINGKATAN

Daftar Notasi/Simbol Arti


Dan Singkatan
% Persen
< Lebih kecil dari
≤ Lebih kecil dari atau sama dengan
- Sampai
= Sama dengan
(+) Positif
(-) Negatif
p Probability
α Nilai Alfa ( Nilai kemaknaan)
n Sampel
BKKBN Badan Kependudukan Keluarga Berencana
BV Bacterial Vaginosis
KB Keluarga Berencana
KVV Kandidiasis Vulvovaginalis
PMN Polymorphonuclear
pH Power Of Hydrogen
SMA Sekolah Menengah Atas
WHO World Health Organization

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu elemen penting yang akan mempengaruhi

kualitas kehidupan seseorang dari segala aspek, salah satu bagian kesehatan

yang perlu diperhatikan yaitu kesehatan reproduksi. Menjaga kesehatan

reproduksi merupakan hal yang sangat penting karena reproduksi suatu proses

kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidup

(Irmayanti, 2018).

Sikap dan pengetahuan yang kurang dalam melakukan perawatan

kebersihan genetalia eksterna (kemaluan bagian luar), serta perilaku yang

kurang baik menjadi pencetus keputihan (Abrori. dkk., 2017).

Remaja merupakan masa kanak-kanak dan dewasa, dimana terjadi pacu

tumbuh, timbul ciri-ciri seksual sekunder, tercapainya fertilitas, dan terjadi

perubahan-perubahan psikologi dan kognitif. Untuk tercapainya tumbuh

kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya (Mareta et al.,

2012). Keputihan merupakan masalah kedua sesudah gangguan haid.

Keputihan seringkali tidak ditangani dengan serius oleh para remaja.

Keputihan bisa jadi indikasi adanya penyakit (Safitri, 2018).

Keputihan menjadi persoalan yang sangat mengganggu kenyamanan bagi

wanita. Rasa tidak nyaman akibat keputihan mengakibatkan berkurangnya

rasa tidak percaya diri karena disertai dengan bau yang tidak sedap, rasa basah

pada pakaian dalam dan kadang sampai ada rasa gatal yang sangat

1
mengganggu. Keputihan tidak bisa dianggap remeh karena akibatnya bisa fatal

bila tidak segera ditangani dengan cepat. Keputihan dapat mengakibatkan

kemandulan dan merupakan salah satu gejala yang ditimbulkan oleh kanker

leher rahim (Silaban. dkk., 2020).

Perilaku buruk dalam menjaga kebersihan genitalia, seperti mencucinya

dengan air kotor, memakai pembilas vagina secara berlebihan, menggunakan

celana dalam yang tidak menyerap keringat, tidak sering mengganti celana

dalam, menggunakan pembalut yang terlalu lama lebih dari 6 jam dapat

menjadi pencetus timbulnya infeksi yang menyebabkan keputihan tersebut.

Pemahaman remaja akan kesehatan reproduksi menjadi bekal remaja dalam

berperilaku sehat dan tanggung jawab, namun tidak semua remaja

memperoleh informasi yang cukup dan benar tentang kesehatan reproduksi.

Jadi, perilaku dalam menjaga kebersihan genitalia eksterna merupakan faktor

penting dalam pencegahan keputihan (Novita. dkk., 2020).

Secara global data World Health Organization (WHO) pada tahun 2017

yang dikutip oleh (Silaban. dkk., 2020) sekitar 85% perempuan di dunia pasti

mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan sebanyak 45%

akan mengalami dua kali atau lebih, sedangkan wanita Eropa yang mengalami

keputihan sebesar 25%. Dari data WHO pada tahun 2018 penduduk dunia saat

ini didefinisikan oleh penduduk usia dibawah 25 tahun (42%) dan sekitar 1,2

miliar adalah remaja putri berusia 10-19 tahun (Ramadhanti dkk., 2019).

Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena

negara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah

2
berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan. Gejala

keputihan juga dialami oleh wanita yang belum kawin atau remaja putri yang

berumur 15-24 tahun yaitu sekitar 31,8%. Hal ini, menunjukkan remaja lebih

berisiko terjadi keputihan (Abrori dkk., 2017).

Berdasarkan Badan Kependudukan Keluarga Berencana (BKKBN), untuk

wanita Indonesia yang mengalami keputihan sekitar 75%. Angka ini berbeda

tajam di Eropa karena cuaca di Indonesia yang lembab. Bacterial Vaginosis

(BV) adalah penyebab tersering keputihan patologis (40%-50% kasus infeksi

vagina) (Pangestui. D, 2017 ).

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa dari jumlah

populasi 50 orang dan sampel penelitian menggunakan teknik purposive

sampling yaitu sebanyak 33 orang. Perilaku vaginal hygiene dikategorikan

baik sebanyak 20 orang (60,61%) dan kejadian keputihan dikategorikan

mengalami keputihan fisiologis yaitu sebanyak 21 orang (63,64%). Dimana

hasil spearman rank


didapatkan nilai Sig = 0,001 (0,05), artinya ada hubungan
vaginal hygiene dengan kejadian keputihan (Astuti. dkk., 2018).

Remaja umumnya tidak memiliki cukup informasi mengenai kesehatan

reproduksi dan memiliki kesalahan persepsi mengenai kesehatan reproduksi.

Minimnya pemahaman yang dimiliki oleh remaja disebabkan oleh kurangnya

ketersediaan akses untuk mendapatkan informasi mengenai kesehatan

reproduksi. Ada pula remaja yang meskipun mereka sudah diberikan

pengetahuan akan tetapi masih tidak merubah perilaku untuk menjaga

3
kebersihan diri (kebersihan genetalia) Hal ini menjadi pencetus semakin

banyaknya kejadian keputihan pada remaja (Pradnyandari. dkk., 2019).

Berdasarkan hasil pra survey saya, saya melakukan wawancara dan

pengamatan pada 32 siswi SMA Negeri 2 Maros. Dari hasil wawancara

didapatkan data bahwa dari 32 siswi, terdapat 24 siswi yang mengalami

keputihan, baik keputihan fisiologi maupun patologis. Dari hasil pengamatan

didapatkan bahwa kamar mandi di sekolah tersebut kurang bersih.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan masalah yang dapat

ditemukan yaitu “Bagaimana Hubungan Perilaku Kebersihan Diri dengan

Kejadian Keputihan pada Siswi Kelas XI dan XII SMA Negeri 2 Maros”?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Hubungan Perilaku Kebersihan Diri dengan Kejadian Keputihan

pada Siswi Kelas XI dan XII SMA Negeri 2 Maros

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui kejadian keputihan pada siswi

b. Mengetahui perilaku kebersihan diri pada siswi

c. Mengetahui hubungan perilaku kebersihan diri dengan kejadian keputihan

pada siswi

4
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Hasil pemikiran ini dapat menjadi sumbangan ilmu pengetahuan terutama

dibidang kesehatan khususnya tentang hubungan perilaku kebersihan diri

dengan kejadian keputihan di SMA Negeri 2 Maros, serta dapat digunakan

bahan penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber pustaka dan wacana bagi

pembaca yang berada di perpustakaan dan dapat menambah wawasan ilmu

pengetahuan tentang hubungan perilaku kebersihan diri dengan kejadian

keputihan pada siswi di SMA Negeri 2 Camba Maros.

3. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini merupakan pengalaman berharga bagi peneliti dan

bentuk pengabdian dan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh, serta

memperluas wawasan.

4. Manfaat Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dan dapat menjadi sumber

informasi kepada masyarakat mengenai hubungan perilaku kebersihan diri

dengan kejadian keputihan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Keputihan

1. Definisi

Keputihan atau yang disebut juga dengan istilah white discharge atau

vaginal discharge atau leukore atau flour albus. Leukorea berasal dari kata

Leuco yang berarti benda putih yang disertai dengan akhiran –rrhea yang

berarti aliran atau cairan yang mengalir. Leukorea merupakan pengeluaran

dari kemaluan yang bukan darah. Keputihan merupakan salah satu tanda dari

proses ovulasi yang terjadi di dalam tubuh. Selain itu, keputihan juga

merupakan salah satu dari suatu penyakit (Marhaeni, 2016).

Keputihan atau flour albus adalah kondisi vagina saat mengeluarkan cairan

atau lendir menyerupai nanah. Keputihan tidak selamanya merupakan

penyakit karena ada juga keputihan yang normal. Oleh karena itu, keputihan

dibagi menjadi dua, yaitu keputihan normal (fisiologi) dan abnormal

(patologis) (Bahari, 2019).

2. Klasifikasi Keputihan

Klasifikasi keputihan menurut (Bahari, 2019)

a. Keputihan normal (fisiologi)

Keputihan normal biasanya terjadi menjelang dan sesudah menstruasi,

mendapatkan rangsangan seksual, mengalami stress berat, sedang hamil, atau

mengalami kelelahan. Adapun cairan yang keluar berwarna jernih atau

kekuningan dan tidak berbau. Selain itu, keputihan jenis ini juga tidak disertai

6
rasa gatal dan perubahan warna. Keputihan ini merupakan sesuatu yang wajar,

sehingga tidak diperlukan tindakan medis tertentu .

b. Keputihan abnormal (patologis)

Berbeda dengan keputihan normal, keputihan abnormal bisa dikategorikan

sebagai penyakit. Keputihan jenis ini ditandai dengan keluarnya lendir dalam

jumlah banyak. Selain itu, lendir tersebut berwarna putih atau kekuningan dan

memiliki bau yang sangat menyengat, vagina yang terinfeksi mengalami

bengkak.

3. Etiologi

Menurut Manuaba (2010) Penyebab terjadinya keputihan dapat

disebabkan kondisi non patologis dan kondisi patologis. Penyebab non

patologis terjadi pada saat menjelang menstruasi atau setelah menstruasi,

rangsangan seksual, saat wanita hamil, stress baik fisik maupun psikologis.

Sedangkan penyebab patologis terjadi karena infeksi jamur, infeksi bakteri,

infeksi parasit jenis protozoa dan infeksi gonore (Supriyatiningsih, 2015).

Secara umum, keputihan bisa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :

(Bahari, 2019)

a. Penggunaan tisu yang terlalu sering untuk membersihkan organ kewanitaan.

Biasanya, hal ini dilakukan setelah buang air kecil ataupun buang air besar.

b. Mengenakan pakaian berbahan sintetis yang ketat, sehingga ruang yang ada

tidak memadai. Akibatnya, timbullah iritasi pada organ kewanitaan.

c. Sering kali menggunakan WC yang kotor, sehingga memungkinkan adanya

bakteri yang dapat mengotori organ kewanitaan.

7
d. Jarang mengganti panty liner

e. Sering kali bertukar celana dalam atau handuk dengan orang lain, sehingga

kebersihannya tidak terjaga.

f. Kurangnya perhatian terhadap kebersihan organ kewanitaan

g. Membasuh organ kewanitaan ke arah yang salah, yaitu arah basuhan

dilakukan dari belakang ke depan.

h. Aktivitas fisik yang sangat melelahkan, sehingga daya tahan tubuh melemah.

i. Tidak segera mengganti pembalut ketika menstruasi.

j. Pola hidup yang kurang sehat, seperti kurang olahraga, pola makan yang tidak

teratur, atau kurang tidur.

k. Kondisi kejiwaan yang sedang mengalami stress berat.

l. Menggunakan sabun pembersih untuk membersihkan organ kewanitaan secara

berlebihan, sehingga flora doderleins yang berguna menjaga tingkat keasaman

di dalam organ kewanitaan terganggu.

m. Kondisi cuaca, khususnya cuaca lembab di daerah tropis.

n. Sering kali mandi dan berendam di air panas atau hangat. Kondisi yang hangat

justru memberikan peluang yang lebih besar bagi jamur penyebab keputihan

untuk tumbuh dengan subur.

o. Tinggal di lingkungan dengan sanitasi yang kotor.

p. Kadar gula darah yang tinggi. Kondisi ini menyebabkan jamur penyebab

keputihan tumbuh dengan subur.

q. Sering sekali berganti-ganti pasangan ketika melakukan hubungan seksual

8
r. Kondisi hormon yang tidak seimbang. Misalnya, terjadinya peningkatan

hormon estrogen pada masa pertengahan siklus menstruasi, saat hamil, atau

mendapatkan rangsangan seksual.

s. Sering kali menggaruk organ kewanitaan.

t. Infeksi akibat kondom yang tertinggal di dalam organ kewanitaan secara tidak

sengaja.

u. Infeksi yang disebabkan oleh benang AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam

Rahim).

4. Patofisiologi

Menurut Sianturi (1996) bila terjadi suatu ketidakseimbangan suasana

flora vagina yang disebabkan oleh beberapa faktor maka terjadi penurunan

fungsi basil Doderlein dengan berkurangnya jumlah glikogen karena fungsi

proteksi basil Doderlein berkurang maka terjadi aktivitas dari mikroorganisme

patologis yang selama ini ditekan oleh flora normal vagina. Progresifitas

mikroorganisme patologis secara klinis akan memberikan suatu reaksi

inflamasi di daerah vagina. Sistem imun tubuh akan bekerja membantu fungsi

dari basil Doderlein sehingga terjadi pengeluaran leukosit PMN maka

terjadilah leukorea (Supriyatiningsih, 2015).

Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina

bisa dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan

penderita sebagai suatu infeksi, khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa

perempuan pun mempunyai sekret vagina yang banyak sekali. Dalam kondisi

normal, cairan yang keluar dari vagina mengandung sekret vagina, sel-sel

9
vagina yang terlepas dan mucus serviks, yang akan bervariasi karena umur,

siklus menstruasi, kehamilan, penggunaan pil KB. Lingkungan vagina yang

normal ditandai adanya suatu hubungan yang dinamis antara lactobacillus

acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, pH vagina dan

hasil metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen

peroksida yang toksik terhadap bakteri patogen. Karena aksi dari estrogen

pada epitel vagina, produksi glikogen, lactobacillus (Doderlein) dan produksi

asam laktat yang menghasilkan pH vagina yang rendah sampai 3,8-4,5 dan

pada level ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain (Supriyatiningsih,

2015).

5. Gejala keputihan

Adapun gejala keputihan menurut (Bahari, 2019).

a. Sesuai dengan faktor penyebabnya, gejala yang timbul akibat keputihan

beraneka ragam. Cairan yang keluar bisa saja sangat banyak, sehingga harus

berkali-kali mengganti celana dalam, bahkan menggunakan pembalut, namun

dapat pula sangat sedikit.

b. Warna cairan yang keluar juga bisa berbeda-beda, seperti berwarna keputih-

putihan (tetapi jernih), keabu-abuan, kehijauan, atau kekuningan. Tingkat

kekentalan cairan tersebut juga berbeda-beda, mulai dari encer, berbuih,

kental, hingga menggumpal seperti “kepala” susu. Cairan itu dapat pula

berbau busuk, meskipun ada juga cairan keputihan yang tidak berbau.

c. Sebagian penderita keputihan mengeluhkan rasa gatal pada kemaluan dan

lipatan di sekitar paha, rasa panas di “bibir” vagina, serta rasa nyeri ketika

10
buang air kecil dan berhubungan seksual. Rasa gatal tersebut bisa jadi terus

menerus atau hanya sesekali, misalnya pada malam hari. Hal ini diperparah

oleh kondisi lembab, karena banyaknya cairan yang keluar di sekitar paha,

sehingga kulit di bagian itu mudah mengalami lecet. Lecet-lecet tersebut

semakin banyak karena garukan yang dilakukan ketika merasakan gatal.

d. Keputihan juga berpengaruh besar terhadap kondisi psikologis seseorang

sebagai penderita. Jika keputihan tersebut berlangsung lama (tidak kunjung

sembuh), dapat menimbulkan rasa malu, sedih, rendah diri. Bahkan, kondisi

ini dapat menimbulkan kecemasan yang berlebihan karena takut Karena

penyakit kanker. Akibatnya, seseorang dapat kehilangan rasa percaya diri

mulai menarik diri dari pergaulan, sehingga tidak bisa menjalani aktivitas

sehari-hari dengan tenang.

e. Bagi orang-orang yang sudah berumah tangga, kondisi tersebut sangat

mempengaruhi kehidupan seksual mereka. Boleh jadi, suami tidak lagi

bergairah untuk menggauli istrinya karena adanya bau tidak sedap dari cairan

keputihan atau rasa sakit yang dirasakan istrinya, ketika berhubungan seksual.

6. Dampak keputihan

Keputihan fisiologi dan patologis mempunyai dampak pada wanita.

Keputihan fisiologi menyebabkan rasa tidak nyaman pada wanita sehingga

dapat mempengaruhi rasa percaya dirinya. Keputihan patologis yang

berlangsung terus menerus akan mengganggu fungsi organ reproduksi wanita

khususnya pada bagian saluran indung telur yang dapat menyebabkan

infertilitas (Marhaeni, 2016).

11
7. Pengobatan Keputihan

Menurut (Bahari, 2019) pengobatan keputihan akan diberikan setelah

diketahui penyebabnya. Pengobatan yang dilakukan bisa saja menggunakan

metode-metode modern maupun memanfaatkan ramuan-ramuan yang berasal

dari beragam jenis tanaman obat.

B. Tinjauan tentang Perilaku Kebersihan Diri

1. Definisi

Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu

tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan

tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai

faktor yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa interaksi tersebut

amat kompleks sehingga kadang-kadang kita tidak sempat memikirkan

penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu. Karena itu amat penting

untuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku individu, sebelum ia mampu

mengubah perilaku tersebut (Wawan & Dewi, 2019).

Kebersihan diri merupakan suatu tindakan untuk menjaga kebersihan dan

kesehatan untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Ada beberapa macam

kebersihan diri, salah satunya yaitu perawatan genetalia. Dimana perilaku

perawatan genetalia adalah suatu pemahaman, sikap dan praktik yang

dilakukan oleh seseorang untuk meningkatkan derajat kesehatan, memelihara

12
kebersihan diri, meningkatkan rasa percaya diri, dan mencegah timbulnya

penyakit (Marhaeni, 2016).

Kebersihan diri pada alat kelamin perempuan yaitu perawatan kebersihan

diri pada organ eksterna atau dikenal dengan nama vulva hygiene yang terdiri

dari mons veneris, terletak di depan simpisis pubis, labia mayora merupakan

dua lipatan besar yang membentuk vulva, labia minora dua lipatan kecil di

antara atas labia mayora, klitoris sebuah jaringan erektil yang serupa dengan

penis laki-laki, kemudian juga bagian yang terkait di sekitarnya seperti uretra,

vagina, perineum dan anus (Hidayat & Uliyah, 2015).

2. Perilaku yang dapat menyebabkan terjadinya keputihan

Menurut (Marhaeni, 2016) adapun perilaku yang dapat menyebabkan

keputihan yaitu:

a. Kelelahan Fisik

Kelelahan fisik merupakan kondisi yang dialami oleh seseorang akibat

meningkatnya pengeluaran energy karena terlalu memaksakan tubuh untuk

bekerja berlebihan dan menguras fisik. Meningkatnya pengeluaran energy

menekan sekresi hormon estrogen. Menurunnya sekresi hormon estrogen

menyebabkan penurunan kadar glikogen. Glikogen digunakan oleh

Lactobacillus doderlein untuk metabolisme. Sisa dari metabolisme ini adalah

asam laktat yang digunakan untuk menjaga keasaman vagina. Jika asam laktat

yang dihasilkan sedikit, bakteri, jamur, dan parasite mudah berkembang.

b. Ketegangan psikis

13
Ketegangan psikis merupakan kondisi yang dialami seseorang akibat dari

meningkatnya beban pikiran akibat dari kondisi yang tidak menyenangkan

atau sulit diatasi. Meningkatnya beban pikiran memicu peningkatan sekresi

hormon adrenalin. Meningkatnya sekresi hormon adrenalin menyebabkan

penyempitan pembuluh darah dan mengurangi elastisitas pembuluh darah.

Kondisi ini menyebabkan aliran hormone estrogen ke organ-organ tertentu

termasuk vagina terhambat sehingga asam laktat yang dihasilkan berkurang.

Berkurangnya asam laktat menyebabkan keasaman vagina berkurang sehingga

bakteri, jamur, dan parasit penyebab keputihan mudah berkembang.

c. Kebersihan diri

Kebersihan diri merupakan suatu tindakan untuk menjaga kebersihan dan

kesehatan untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Keputihan yang abnormal

banyak dipicu oleh cara wanita dalam menjaga kebersihan dirinya, terutama

alat kelamin. Kegiatan kebersihan diri yang dapat memicu keputihan adalah

penggunaan pakaian dalam yang ketat dan berbahan nilon., cara

membersihkan alat kelamin (cebok) yang tidak benar, penggunaan sabun

vagina dan pewangi vagina, penggunaan pembalut kecil yang terus menerus di

luar siklus menstruasi.

3. Cara mencegah keputihan

1) Jagalah kebersihan alat kelamin

Bersihkan alat kelamin setiap kali mandi. Akan tetapi, perlu diingat bahwa

terlalu sering membilas vagina justru bisa merangsang keluarnya lebih banyak

lendir serviks.

14
2) Mencuci tangan sebelum mencuci alat kelamin

Tangan dapat menjadi perantara dari kuman penyebab infeksi. Mencuci

tangan sebelum menyentuh alat kelamin dapat menghindarkan perpindahan

kuman yang menyebabkan infeksi.

3) Menghindari cuci vagina

Produk cuci vagian dapat membunuh flora normal dalam vagina. Ekosistem

dalam vagina terganggu karena produk pencuci vagina bersifat basa sehingga

menyebabkan kuman dapat berkembang dengan baik. Produk cuci vagina

yang digunakan harus sesuai dengan pH normal vagina., yaitu 3,8 – 4.2 dan

sesuai dengan petunjuk dokter

4) Bilaslah vagina ke arah yang benar

Cara membilas vagina yang benar adalah dari depan ke belakang, khususnya

setelah buang air besar. Jika sebaliknya, kemungkinan besar bakteri dan jamur

yang ada di sekitar anus akan masuk ke dalam vagina. Akibatnya, vagina

mengalami infeksi.

5) Hindari pemakaian bedak pada vagina

Meskipun tujuannya adalah membuat vagina tetap harum dan kering, cara ini

sangat berbahaya. Sebab, bedak memiliki partikel-partikel halus yang mudah

terselip di sana-sini. Selain itu, bedak juga mudah menggumpal. Akibatnya,

15
gumpalan-gumpalan tersebut menjadi tempat yang nyaman bagi tumbuhnya

jamur dan bakteri

6) Keringkan vagina sebelum menggunakan celana dalam

Hal ini perlu dilakukan untuk menjaga vagina agar tetap kering. Sebab,

kondisi vagina yang lembab dan basah bisa menjadi tempat bersarang bagi

kuman dan bakteri.

7) Kurangi konsumsi makanan manis

Kebiasaan mengonsumsi makanan yang manis bisa meningkatkan kadar gula

dalam air kencing, khususnya bagi penderita diabetes mellitus. Akibatnya,

bakteri tumbuh subur dan meningkatkan risiko terinfeksi bakteri itu.

8) Pilihlah celana dalam yang tidak terlalu ketat dan mudah menyerap keringat

Celana dalam yang terlalu ketat dapat membuat vagina dan area di sekitarnya

menjadi mudah lembab. Kondisi ini tentu saja memudahkan tumbuhnya jamur

dan bakteri yang bisa menyebabkan keputihan. Oleh karena itu, gunakan

celana dalam yang agak longgar, dan terbuat dari bahan kartun, bukan nilon,

karena mudah menyerap keringat.

9) Ketika haid, sering-seringlah berganti pembalut

Cara ini akan membuat vagina selalu dalam keadaan bersih dan kering.

Dengan demikian, kemungkinan mengalami infeksi semakin kecil.

4. Domain Perilaku

a. Pengetahuan (Knowledge)

16
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini dihasilkan setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, indra pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau rana kognitif merupakan domain

yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Tingkat

pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan (Nurmala.

dkk., 2018).

1) Mengetahui (Know), merupakan level terendah di domain kognitif, dimana

seseorang mengingat kembali (recall) pengetahuan yang telah dipelajari.

2) Memahami (comprehension), merupakan level yang lebih tinggi dari hanya

sekedar tahu. Pada level ini pengetahuan dipahami dan diinterpretasi secara

benar oleh individu tersebut.

3) Aplikasi (application), merupakan level di mana individu tersebut dapat

menggunakan pengetahuan yang telah dipahami dan diinterpretasi dengan

benar ke dalam situasi yang nyata di kehidupannya.

4) Analisis (analysis), merupakan level di mana individu tersebut mampu untuk

menjelaskan keterkaitan materi tersebut dalam komponen yang lebih

kompleks dalam suatu unit tertentu.

5) Sintesis (synthesis), merupakan level di mana kemampuan individu untuk

menyusun formulasi yang baru dari formulasi yang sudah ada.

6) Evaluasi (evaluation), merupakan level di mana individu mampu untuk

melakukan penilaian terhadap materi yang diberikan.

b. Sikap (attitude)

17
Sikap digunakan sebagai predictor dari perilaku yang merupakan respon

seseorang ketika menerima stimulus dari lingkungannya. Sikap lebih bersifat

sebagai reaksi emosional terhadap rangsangan tersebut, yang dibagi dalam

beberapa tingkatan (Nurmala. dkk., 2018).

1) Menerima (receiving), terjadi jika individu tersebut memiliki kemauan untuk

memperhatikan stimulus yang diterima.

2) Merespons (responding), terjadi jika individu telah memberikan reaksi yang

tampak pada perilakunya terhadap stimulus yang diterima.

3) Menghargai (valuing), terjadi jika individu mulai memberikan penghargaan

pada stimulus yang diterima dan meneruskan stimulus tersebut pada orang

yang lainnya.

4) Bertanggung jawab (responsible) terjadi jika individu telah menerima segala

konsekuensi dari pilihannya dan bersedia untuk bertanggung jawab.

c. Praktik atau tindakan (practice)

Menurut (Nurmala. dkk., 2018) Praktik mempunyai beberapa tingkatan,

yaitu :

1) Respon terpimpin (guided response), dilakukan oleh individu dengan

mengikuti panduan yang ada sesuai urutan yang benar dalam panduan

tersebut.

2) Mekanisme (mechanisme), dilakukan oleh individu tanpa melihat panduan

karena sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan.

18
3) Adopsi (adoption), dilakukan oleh individu yang sudah melakukan dengan

baik sehingga perilaku tersebut dapat dilakukan modifikasi sesuai kondisi atau

situasi yang dihadapi.

5. Unsur Pokok Perilaku Kesehatan

Adapun unsur pokok perilaku kesehatan menurut (Wawan & Dewi, 2019)

yaitu:

a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia

merespon, baik secara pasif (mengetahui, bersikap dan mempersepsi penyakit

atau rasa sakit yang ada pada dirinya dan diluar dirinya, maupun aktif

(tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit atau sakit tersebut.

Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan

tingkat-tingkat pencegahan penyakit.

b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respon seseorang

terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan kesehatan modern

maupun tradisional. Perilaku ini menyangkut respon terhadap fasilitas

pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan obat-obatnya, yang

terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas,

petugas dan obat-obatan.

c. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior) yakni respon terhadap

makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku ini meliputi

pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek kita terhadap makanan serta unsur-

unsur yang terkandung didalamnya (zat gizi), pengelolaan makanan, dan

sebagainya sehubungan dengan tubuh kita.

19
d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behavior)

adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan

manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri.

6. Pembentukan Perilaku

Proses pembentukan perilaku dapat dipengaruhi oleh faktor yang berasal

dalam diri individu, yaitu susunan saraf pusat. Susunan saraf pusat berperan

dalam meneruskan stimulus yang diterima dari satu saraf ke saraf lainnya

dimana perpindahan tersebut tampak pada perilakunya tingkatan (Nurmala.

dkk., 2018).

7. Faktor yang mempengaruhi perilaku

Menurut (Irwan, 2017) Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia

terdapat 3 faktor yaitu :

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan,

tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat

sosial ekonomi dan sebagainya.

b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sumber daya kesehatan,

keterjangkauan pelayanan kesehatan, keterjangkauan petugas kesehatan, dan

keterpaparan informasi. Informasi yang diterima individu dapat menyebabkan

perubahan sikap maupun perilaku pada diri individu tersebut .

20
c. Faktor-faktor penguat

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikao dan perilaku orang tua, tokoh

masyarakat (toma), tokoh agama (toga), tokoh sikap dan perilaku para patugas

termasuk petugas kesehatan.

C. Tabel Sintesa Penelitian

Tabel 1
Sintesa hasil penelitian sebelumnya

No. Judul penelitian Jenis Sampel dan Hasil penelitian


dan nama jurnal penelitian teknik
penarikan
sampel

1. Novita, Ita Cross Sampel Dari 75 responden


Herawati, Isna sectional dalam didapatkan bahwa
Nurmaliani, dkk. penelitian ini responden yang
Hubungan seluruh mengalami
pengetahuan dan populasi keputihan fisiologis
perilaku menjaga yang ada sebanyak 19 orang
kebersihan yaitu 75 (25,3%), dan
genetalia eksterna orang responden yang
remaja putri Teknik mengalami
dengan kejadian penarikan keputihan patologis
keputihan (Jurnal sampel sebanyak 56 orang
antara kebidanan. adalah total (74,4%). Responden
Volume 3, No. 2, yang memiliki

21
Mei-Agustus sampling .
2020 pengetahuan kurang
baik sebanyak 45
orang (60%),
responden yang
memiliki
pengetahuan cukup
sebanyak 23 orang
(30,7%) dan
responden yang
memiliki
pengetahuan baik
sebanyak 7 orang
(9,3%). Responden
yang mempunyai
perilaku buruk
sebanyak 61 orang
(81,3%), responden
yang mempunyai
perilaku baik
sebanyak 14 orang
(18,7%).

2. Abrori, Andri dwi Cross Sampel 1. terdapat


hermawan dan Sectional minimal hubungan yang
Ermulyadi. yang diambil signifikan antara
Faktor yang dalam pengetahuan vulva
berhubungan penelitian ini hygiene dengan
dengan kejadian adalah 59 kejadian keputihan
keputihan responden . patologis p = 0,036
patologis siswi Teknik 2. terdapat
SMAN 1 penarikan hubungan yang
Simpang hilir sampelnya signifikan antara
Kabupaten adalah gerakan
Kayong utara proportional membersihkan
(Unnes journal of simple vagina dengan
public health 6 random kejadian keputihan
(1) (2017) sampling. patologis P = 0,025
3. terdapat

22
hubungan yang
signifikan antara
penggunaan
pembersih vagina
dengan kejadian
keputihan patologis
P = 0,002
4. Terdapat
hubungan yang
signifikan antara
penggunaan celana
dalam ketat dengan
kejadian keputihan
patologis P = 0,007
5. terdapat
hubungan yang
signifikan antara
penggunaan toilet
umum dengan
kejadian keputihan
patologis P = 0,021
6. Tidak terdapat
hubungan yang
signifikan antara
kegemukan dengan
kejadian keputihan
patologis P = 0,587

3. Hendiana astuti, Cross Sampel 1. Ada hubungan


Joko wiyono, dan Sectional berjumlah 34 antara pengetahuan
Erlisa candrawati. orang yang mengenai personal
Hubungan yang diambil hygiene dengan
perilaku vaginal dengan kejadian keputihan
hygiene dengan teknik pada remaja putri
kejadian cluster kelas XI SMAN 1
keputihan pada sampling. Anggaberi dengan
mahasiswi di nilai ρ < α
Asrama putri (0.042<0.05), yang
PSIK Unitri berarti Ha diterima
Malang ( Jurnal dan Ho ditolak.

23
Nursing News. 2. ada hubungan
Volume 3, No. 1, antara sikap
2018) terhadap personal
hygiene dengan
kejadian keputihan
pada remaja putri
kelas IX SMAN 1
Anggaberi dengan
nilai ρ < α (0.020 <
0.05), yang berarti
Ha diterima dan Ho
ditolak.

4. Ida ayu, I gede Cross Jumlah Tingkat


ngurah, dan Made Sectional sampel pengetahuan
bagus. minimum responden mengenai
Gambaran pada vaginal hygiene
pengetahuan, penelitian terhadap kejadian
sikap dan perilaku pada keputihan patologis
tentang vaginal penelitian ini adalah baik yaitu
hygiene terhadap adalah 96 sebesar 99,9%.
kejadian orang. Tingkat sikap
keputihan Teknik responden mengenai
patologis pada pengambilan vaginal hygiene
siswi kelas 1 di dengan terhadap kejadian
SMA Negeri 1 simple keputihan patologis
Denpasar periode random adalah baik yaitu
Juli 2018 sampling sebesar 100%.
(Intisari sains Tingkat perilaku
medis 2019, responden mengenai
volume 10, mengenai vaginal
number 1: 88-94) hygiene terhadap
kejadian keputihan
patologis adalah
baik yaitu sebesar
98,2%.

24
25
BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Dasar pemikiran variabel yang diteliti

Keputihan merupakan salah satu kondisi terkait sistem reproduksi yang

umum dialami oleh wanita. Artinya ada keputihan yang normal (fisiologi) dan

ada keputihan abnormal (patologis). Keputihan yang tidak normal bisa

disebabkan oleh infeksi jamur, bakteri, atau parasit di dalam vagina. Adapun

faktor pencetusnya bisa dikarenakan kebersihan diri dalam hal ini kebersihan

genetalia tidak baik.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat apakah ada atau tidak

hubungan antara perilaku kebersihan diri dengan kejadian keputihan di SMA

Negeri 2 Maros.

B. Pola pikir variabel yang diteliti

Dasar pemikiran variabel yang diteliti :

Kejadian
Perilaku Kebersihan Diri Keputihan

Keterangan :

: Variabel independen

: Variabel dependen

: Garis penghubung

26
C. Definisi operasional dan kriteria objektif

1. Perilaku kebersihan diri

a. Definisi operasional

Perilaku kebersihan diri adalah suatu pemahaman, sikap dan praktik yang

dilakukan oleh seseorang untuk meningkatkan derajat kesehatan, memelihara

kebersihan diri, meningkatkan rasa percaya diri, dan mencegah timbulnya

penyakit.

b. Kriteria objektif

Kriteria Objektif menggunakan Skala Guttman:

Jumlah Pertanyaan Total: 12 butir

Jumlah Jawaban :2

Nilai Pilihan Jawaban : Ya = 1


Tidak = 0

Pengukuran : Skor Tertinggi


12
= ×100 %=100 %
12
Skor Terendah
0
= ×100 %=0 %
12
Kriteria (K) =2

Kriteria objektif terbagi dua kategori (perilaku positif dan perilaku negatif).

Range (R) = Skor tertinggi – skor terendah = (100 – 0) % = 100%

R
Interval (I) =
K
100
= = 50%
2

Nilai Standar = (100 – 50)% = 50%

27
Kriteria Objektif:

a. Perilaku Positif: Apabila hasil skor 50%

b. Perilaku Negatif : Apabila hasil skor < 50%

2. Keputihan

a. Definisi operasional

Keputihan adalah gejala keluarnya cairan dari vagina selain darah haid. Dapat

mengeluarkan cairan atau lendir menyerupai nanah. Keputihan tidak

selamanya merupakan penyakit karena ada juga keputihan yang normal.

b. Kriteria objektif

Keputihan : Jika responden menjawab “Ya” mengalami keputihan pada

pertanyaan kuesioner keputihan no. 1

Tidak keputihan : Jika responden menjawab “Tidak” mengalami keputihan

pada pertanyaan kuesioner keputihan no. 1

28
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif analitik, yaitu untuk mengetahui

hubungan antara perilaku kebersihan diri dengan kejadian keputihan pada

siswi kelas XI dan XII SMA Negeri 2 Maros. Rancangan penelitian yang

digunakan adalah cross sectional yaitu rancangan penelitian yang dilakukan

pada satu waktu bersamaan antara variabel bebas dan terikat.

B. Lokasi dan waktu penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 2 Maros

2. Waktu penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 12 Juli – 12 Agustus 2021

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswi kelas X dan kelas XI SMA

Negeri 2 Maros tahun ajaran 2021 yang berjumlah 151 siswi. Dengan rincian

jumlah siswi sebagai berikut : kelas XI sebanyak 71 siswi dan untuk kelas XII

berjumlah 80 siswi.

2. Sampel

Dalam penelitian ini teknik penentuan sampel menggunakan rumus Slovin

sebagai berikut :

N
n=
1+ N e

29
Keterangan :

n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

e2 = Batas toleransi kesalahan (error tolerance)

151
n=
1+ 151(0 , 1)

n = 60,15 (60)

Teknik pengambilan sampelnya menggunakan metode proportional stratified

random sampling. Sehingga dari masing-masing tingkatan kelas diambil

beberapa sampel yang dianggap dapat mewakili dalam penelitian.

Tabel 2
Jumlah sampel

No Siswi Sub Populasi Sampel


.

1. Kelas XI 71 71/151 x 60 = 28

2. Kelas XII 80 80/151 x 60 = 32

Total 151 60

D. Pengumpulan data

1. Sumber data

a. Data primer

Pengumpulan data secara langsung dari responden dengan menggunakan

kuesioner yang diperoleh peneliti secara langsung dari sasarannya.

30
b. Data sekunder

Data penelitian diperoleh dari data SMA Negeri 2 Maros

2. Prosedur pengumpulan data

Prosedur pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah dengan

memberikan kuesioner melalui Google Form. Sebelum diberikan kuesioner peneliti

terlebih dahulu melakukan perkenalan diri melalui zoom meeting agar peneliti terjalin

hubungan saling percaya terhadap responden nantinya. Oleh karena itu tempat

perencanaan penelitian belum dapat dilakukan tatap muka langsung kepada

responden yang disebabkan adanya pandemi COVID-19. Didalam pertemuan melalui

zoom meeting peneliti akan menyampaikan maksud dan tujuan untuk melakukan

penelitian, dan untuk langkah-langkah pengumpulan data dilakukan kepada

responden setelah itu memberikan kuesioner penelitian kepada responden.

(https://docs.google.com/forms/d/e/

1FAIpQLSeCfMJsnU7QPV1dRz_AWEgCEn0e99LeRN-5HErPLcnrbIJwgg/

viewform?usp=sf_link).

3. Instrumen penelitian

Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan satu alat ukur

yaitu kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan dan

dijawab oleh responden sesuai jawaban yang dikemukakan oleh siswi kelas XI

dan XII SMA Negeri 2 Maros.

31
E. Pengolahan data

Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan

menggunakan program SPSS melalui tahapan berikut :

1. Penyuntingan (Editing)

Editing dalam penelitian ini adalah upaya untuk memeriksa kembali

kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan

pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Pengkodean (Coding)

Coding dalam penelitian ini merupakan kegiatan pemberian kode numeric

(angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.

3. Pemasukan data (Entry Data)

Entry Data pada penelitian ini adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau data base computer, kemudian

membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel

kontingensi.

4. Pembersihan (Cleaning)

Cleaning dalam penelitian ini yaitu pengecekan kembali kemungkinan

kesalahan seperti kode, kelengkapan.

F. Analisis data

Analisa data dibagi menjadi 2 metode analisa univariat dan analisa bivariate

sebagai berikut :

32
1. Analisis univariat

Untuk mendapatkan gambaran setiap variabel, distribusi frekuensi berbagai

yang diteliti baik variabel yang diteliti dependen maupun variabel independen

dengan melihat frekuensi dapat diketahui deskripsi masing-masing variabel

dalam penelitian atau data demografi responden.

2. Analisis bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis untuk mengetahui apakah ada atau

tidaknya hubungan perilaku kebersihan diri dengan kejadian keputihan.

G. Penyajian data

Penyajian data dalam bentuk narasi, tabel (tabel frekuensi, dan tabel analisis).

H. Etika penelitian

1. Informasi untuk responden (Informed consent)

Informed consent merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan

informan dengan memberikan persetujuan melalui informed consent, dengan

memberikan lembar persetujuan kepada responden sebelum penelitian

dilaksanakan. Setelah calon responden memahami atas penjelasan peneliti

terkait penelitian ini, selanjutnya peneliti memberikan lembar informed

consent untuk ditandatangani oleh sampel penelitian.

2. Tanpa nama (Anonymity)

33
Merupakan usaha menjaga kerahasiaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan

data responden. Pada aspek ini peneliti tidak mencantumkan nama responden

pada kuesioner dan hanya diberikan kode atau nomor responden.

3. Kerahasiaan informasi (Confidentiality)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti. Pada aspek ini, data yang sudah terkumpul dari

responden benar-benar bersifat rahasia dan penyimpanan dilakukan di file

khusus yang benar-benar milik pribadi sehingga hanya peneliti dan responden

yang mengetahuinya.

34
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Kegiatan penelitian ini di lakukan di SMA Negeri 2 Maros pada tanggal

12 Juli – 12 Agustus. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif (analitik) dengan

teknik proportional stratified random sampling dengan tujuan

menghubungkan perilaku kebersihan diri dengan keputihan. Data diperoleh

dari hasil kuesioner online yang memuat pertanyaan tentang perilaku

kebersihan diri dan keputihan.

Pada penelitian ini diperoleh sampel 60 dari masing-masing tingkatan

kelas diambil beberapa sampel yang dianggap dapat mewakili dalam

penelitian. Setelah data diperoleh peneliti menyajikan hasil analisis data pada

tiap-tiap variabel yang memaparkan distribusi frekuensi serta persentase

disertai dengan tabel dan narasi. Hasil penelitian dapat dilihat dari uraian di

bawah ini :

1. Analisi Univariat

a. Karakteristik Responden

Data umum bertujuan untuk melihat distribusi frekuensi dari data

karakteristik responden berdasarkan umur, kelas, umur pertama kali

menstruasi.

35
Tabel 3
Distribusi responden berdasarkan umur, kelas, dan umur pertama kali
menstruasi di kelas XI dan XII SMA Negeri 2 Maros tahun 2021
Karakteristik Responden n %
Umur (tahun)
15 1 1.7
16 29 48.3
17 29 48.3
18 1 1.7
Kelas
XI MIPA 1 7 11.7
XI MIPA 2 14 23.3
XI MIPA 3 7 11.7
XII MIPA 1 10 16.7
XII MIPA 2 12 20.0
XII MIPA 3 10 16.7
Umur pertama kali haid
(tahun)
11 4 6.7
12 7 11.7
13 25 41.7
14 22 36.7
15 2 3.3
Jumlah 60 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 3 diperoleh data bahwa dari 60 responden yang diteliti

berdasarkan kelompok umur terbanyak adalah 16 dan 17 sebanyak 29

responden (48.3%) dan kelompok umur sedikit yaitu 15 dan 18 sebanyak 1

responden (1.7%). Pada karakteristik kelas menunjukkan bahwa kelas XI

MIPA 2 dengan responden terbanyak yaitu 14 responden (23.3%), kelas XII

MIPA 2 sebanyak 12 responden (20.0%), kelas XII MIPA 1 DAN XII MIPA

3 sebanyak 7 responden (11.7%), dan paling sedikit pada kelas XI MIPA 1

36
dan XI MIPA 3 sebanyak 7 responden (11.7%). Berdasarkan umur pertama

kali haid, umur 13 tahun paling banyak yaitu 25 responden (41.7%), umur 14

tahun sebanyak 22 responden (36.7%), umur 12 tahun sebanyak 7 responden

(11.7%), umur 11 tahun sebanyak 4 responden (6.7%) dan yang paling

sedikit yaitu umur 15 tahun sebanyak 2 responden (3.3%).

b. Karakteristik Keputihan

Tabel 4
Distribusi responden berdasarkan kejadian Keputihan di kelas XI dan
XII SMA Negeri 2 Maros tahun 2021
Kejadian
n %
keputihan
Tidak 11 18.3
Keputihan 49 81.7
Keputihan
Jumlah 60 100
Sumber : Data Primer

Tabel 4 menunjukkan berdasarkan kejadian keputihan, paling banyak

mengalami keputihan yaitu sebanyak 49 responden (81.7%) dan yang tidak

ada kejadian keputihan yaitu sebanyak 11 responden (18.3%).

c. Karakteristik perilaku kebersihan diri

Tabel 5
Distribusi responden berdasarkan perilaku kebersihan diri di kelas XI
dan XII SMA Negeri 2 Maros tahun 2021
Perilaku n %
Positif 27 45.0
Negatif 33 55.0
Jumlah 60 100
Sumber : Data Primer

37
Tabel 5 menunjukkan bahwa berdasarkan perilaku kebersihan diri terbanyak

yaitu perilaku negatif sebanyak 33 responden (55%), sedangkan yang

berperilaku positif sebanyak 27 responden (45%).

Tabel 6
Distribusi responden berdasarkan keputihan fisiologi dan keputihan
patologis di kelas XI dan XII SMA Negeri 2 Maros tahun 2021
Keputihan n %
Fisiologis 15 30.6
Patologis 34 69.4
Jumlah 49 100
Sumber : Data Primer

Tabel 6 menunjukkan bahwa siswi lebih banyak mengalami keputihan

patologis yaitu sebanyak 34 responden (69.4%), dan yang mengalami

keputihan fisiologi sebanyak 15 responden (30.6%).

2. Analisis Bivariat

Tabel 7
Distribusi responden berdasarkan Hubungan Perilaku Kebersihan Diri
dengan kejadian Keputihan di kelas XI dan XII SMA Negeri 2 Maros
tahun 2021
Kejadian Keputihan Jumlah
Perilaku
Tidak ya n % P Value
Kebersihan
n % n %
Positif 10 16.7 17 28.3 27 45.0
0.001
Negatif 1 1.7 32 53.3 33 55.0
Sumber : Data Primer

Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 60 responden terdapat 10 (16.7%)

responden yang memiliki perilaku positif dan tidak mengalami keputihan,

responden yang memiliki perilaku positif dan mengalami keputihan sebanyak

38
17 (28.3%) responden. Responden yang berperilaku negatif dan tidak

mengalami keputihan sebanyak 1 (1.7%), sedangkan yang berperilaku negatif

dan mengalami keputihan sebanyak 32 (53.3%) responden. Hasil nilai Chi-

square p value (0,001<0,005) maka dapat disimpulkan ha diterima hal ini

menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara perilaku kebersihan diri

dengan kejadian keputihan di SMA Negeri 2 Maros.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan

program SPSS dan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui

hubungan kebersihan diri dengan kejadian keputihan pada siswi kelas XI dan

XII SMA Negeri 2 Maros tahun 2021.

1. Kejadian Keputihan

Keputihan adalah pengeluaran cairan dari kemaluan yang bukan darah.

Keputihan merupakan salah satu tanda dari proses ovulasi yang terjadi di

dalam tubuh. Selain itu, keputihan juga merupakan salah satu dari suatu

penyakit apabila tidak normal. Keputihan fisiologi dan patologis mempunyai

dampak pada wanita. Keputihan fisiologi menyebabkan rasa tidak nyaman

pada wanita sehingga dapat mempengaruhi rasa percaya dirinya. Keputihan

patologis yang berlangsung terus menerus akan mengganggu fungsi organ

reproduksi wanita khususnya pada bagian saluran indung telur yang dapat

menyebabkan infertilitas (Marhaeni, 2016).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden lebih banyak mengalami

keputihan yaitu sebanyak 49 responden (81.7%) dibandingkan yang tidak

39
mengalami keputihan yaitu sebanyak 11 responden (18.3%). Pada penelitian

ini peneliti mengkategorikan keputihan yaitu keputihan fisiologi dan

keputihan patologis. Adapun hasilnya yaitu lebih banyak yang mengalami

keputihan patologis dibanding keputihan fisiologi. Dimana siswi yang

mengalami keputihan patologis yaitu sebanyak 34 responden (69.4%), dan

yang mengalami keputihan fisiologi sebanyak 15 responden (30.6%).

Penelitian ini sejalan dengan Silaban. dkk., tahun 2020 dari 50 remaja

putri lebih banyak yang mengalami keputihan yaitu sebanyak 36 (72,0%)

responden sedangkan yang tidak mengalami keputihan sebanyak 14 (28,0%)

responden. Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya perhatian remaja putri

terhadap kebersihan diri sendiri, terutama pada daerah genetalia sehingga

akan hal tersebut akan sangat merugikan bagi remaja putri dan akan sangat

berdampak bagi kesehatan terutama pada daerah genitalia remaja putri.

Hasil Penelitian mengenai keputihan fisiologis dan patologis sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Novita. dkk., tahun 2020 sesuai

dengan dari 50 responden terbanyak mengalami keputihan patologis yaitu

sebanyak 31 (62,0%) responden, dan remaja putri yang mengalami kejadian

keputihan fisiologi yaitu sebanyak 19 (38,9%) responden.

Adapun faktor yang menyebabkan terjadinya keputihan pada penelitian ini

yaitu karena faktor lingkungan, berdasarkan data dari hasil pra survey kamar

mandi di sekolah tersebut kurang bersih dan data dari hasil wawancara lewat

aplikasi zoom dengan siswi SMA Negeri 2 Maros, 12 siswi mengatakan

bahwa mereka kurang mendapatkan informasi mengenai kebersihan genetalia

40
di sekolah, adapun informasi mengenai keputihan hanya didapatkan dari

media sosial. Hal ini selaras dengan penelitian Pradnyandari. dkk., tahun

2019 bahwa faktor lingkungan yang menyebabkan keputihan adalah

lingkungan rumah dan lingkungan sosial. Dimana Informasi terkait vaginal

hygiene umumnya juga dapat diberikan oleh orang tua, saudara, maupun

kerabat terdekat. Lingkungan sosial juga berperan dalam memberikan

informasi pada remaja.

(Berliana, 2018) dalam penelitiannya berpendapat bahwa pengetahuan

dipengaruhi oleh pendidikan, sumber informasi dan rasa ingin tahu.

Pendidikan memiliki peranan penting dalam penerimaan informasi. Semakin

tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula rasa ingin tahu yang

dimiliki dan lebih mudah dalam penerimaan informasi baru serta dapat

melakukan tindakan pencegahan terhadap suatu masalah yang dialami.

Pada usia remaja awal pengetahuan masih kurang mengenai personal

hygiene sehingga remaja masih sulit untuk menjalankan peran baru berkaitan

dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada fisiknya. Proses tumbuh

kembang remaja ditandai dengan pertumbuhan fisik dan pematangan fungsi

organ hormonal serta pengaruh lingkungan. Pematangan fungsi hormonal

wanita akan mengalami ovulasi dan menstruasi. Pada masa menjelang

menstruasi pertama, organ reproduksi sangat sensitif, sehingga apabila

personal hygiene organ reproduksi tidak terjaga, maka akan menyebabkan

keputihan yang memberi dampak negatif pada kesehatan organ reproduksi

(Irmayanti, 2018).

41
2. Gambaran Perilaku Kebersihan Diri

Kebersihan diri merupakan suatu tindakan untuk menjaga kebersihan dan

kesehatan untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Ada beberapa macam

kebersihan diri, salah satunya yaitu perawatan genetalia. Dimana perilaku

perawatan genetalia adalah suatu pemahaman, sikap dan praktik yang

dilakukan oleh seseorang untuk meningkatkan derajat kesehatan, memelihara

kebersihan diri, meningkatkan rasa percaya diri, dan mencegah timbulnya

penyakit (Marhaeni, 2016).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku kebersihan diri khususnya

vaginal hygiene sebagian besar responden berperilaku negatif yaitu sebanyak

51 (85.0%) responden dibandingkan perilaku positif sebanyak 46 (76.7%)

responden.

Hasil penelitian menunjukkan banyak siswi yang memiliki vaginal

hygiene yang kurang baik dilihat dari 42 (70.0%) responden menggunakan air

tergenang di ember pada saat membasuh alat genital. Disamping itu terdapat

40 (66.7%) responden menggunakan sabun mandi untuk membersihkan alat

genital.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

(Cahyaningtyas, 2019) yaitu berdasarkan hasil pengujian, Candida krusei

ditemukan pada 2 sampel air yang tergenang. Candida ini adalah jenis

Candida non-albicans yang memiliki peluang untuk menimbulkan kejadian

kandidiasis vulvoginalis dengan gejala keputihan, yakni sebesar 1%.

Meskipun peluangnya kecil, Candida krusei memiliki peran signifikan dalam

42
menyebabkan timbulnya kejadian keputihan, terutama keputihan yang

menyertai kejadian kandidiasis vulvoginalis, karena Candida krusei resistensi

terhadap obat anti jamur.

Berdasarkan teori (Supriyatiningsih, 2015) bahwa busa dari sabun mandi

dapat mematikan bakteri alamiah dalam vagina dengan cara yang mirip

dengan antibiotik. Hal ini juga sebanding dengan hasil penelitian (Abrori.

dkk., 2017) penggunaan pembersih vagina sangat mempengaruhi kejadian

keputihan patologis pada siswi di SMAN 1 Simpang Hilir Kabupaten Kayong

Utara. Dimana dampak penggunaan pembersih vagina berlebihan dapat

menyebabkan mikroflora normal pada vagina terbunuh dan menimbulkan

iritasi pada vagina. Iritasi pada permukaan mukosa vagina menyebabkan

mudah terjadi terinfeksi oleh kuman, bakteri, jamur, dan virus penyebab

keputihan patologis.

pH sabun mandi tidak cocok dengan alat genetalia. Dalam vagina wanita

terdapat berbagai bakteri yang bersarang, 95% yang ada didalamnya adalah

bakteri lactobacillus dan selebihnya merupakan bakteri yang merugikan

(bakteri yang bisa menyebabkan penyakit). Dalam kondisi lingkungan vagina

yang berada dalam kondisi seimbang, bakteri patogen yang ada didalamnya

tidak akan bisa mengganggu. Menjaga derajat keasaman (pH) agar selalu tetap

pada level normal merupakan peran penting dari bakteri dalam floral vaginal.

Dengan tingkat keasaman yang ada tersebut bakteri lactobacillus akan tumbuh

subur dan bakteri patogen yang ada didalamnya akan mati. Namun, pada

keadaan tertentu kadar pH bisa berubah menjadi lebih tinggi ataupun lebih

43
rendah dari kadar pH normal. Jika pH yang terdapat pada vagina naik menjadi

lebih tinggi dari 4,2 (kurang asailmiawatim) maka jamur akan tumbuh dan

berkembang. Akibatnya, bakteri lactobacillus akan kalah dari bakteri patogen

(Ilmiawati, H & Kuntoro, 2016).

Perilaku manusia yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam

dua kategori yaitu : perilaku yang terwujud sengaja atau sadar membawa

manfaat kesehatan baik bagi diri individu yang melakukan perilaku tersebut

maupun masyarakat. Dan sebaliknya ada perilaku yang disengaja atau tidak

disengaja merugikan kesehatan baik bagi diri individu yang melakukan

maupun masyarakat (Astuti. dkk., 2018).

3. Hubungan perilaku kebersihan diri dengan kejadian keputihan

Kebersihan diri merupakan tindakan untuk menjaga kebersihan dan

kesehatan untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Keputihan yang abnormal

banyak dipicu oleh cara wanita dalam menjaga kebersihan dirinya, terutama

alat kelamin.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 60 responden terdapat 10

(16.7%) responden yang memiliki perilaku positif dan tidak mengalami

keputihan, responden yang memiliki perilaku positif dan mengalami keputihan

sebanyak 17 (28.3%) responden. Responden yang berperilaku negatif dan

tidak mengalami keputihan sebanyak 1 (1.7%), sedangkan yang berperilaku

negatif dan mengalami keputihan sebanyak 32 (53.3%) responden. Hasil nilai

Chi-square p value (0,001<0,005) maka dapat disimpulkan ada hubungan

44
yang signifikan antara perilaku kebersihan diri dengan kejadian keputihan di

SMA Negeri 2 Maros.

Penelitian yang dilakukan oleh (Indriyani, R., Indriyawati, Y., & Pratiwi,

I.G., 2012) dari 63 responden didapatkan hasil bahwa sebagian besar siswa

MA Al-Hikmah memiliki personal hygiene yang kurang yaitu sebesar 95%

dan seluruhnya pernah mengalami keputihan. Setelah dilakukan analisis data

dengan menggunakan koefisien kontingensi maka didapatkan ada hubungan

antara personal hygiene dengan kejadian keputihan. Dan sebesar 5% siswa

yang pernah mengalami keputihan ternyata memiliki personal hygiene yang

baik.

Ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Novita. dkk., tahun

2020 memiliki sedikit perbedaan pada jumlah responden dimana terdapat 50

responden, namun memiliki kesesuaian pada hasilnya. Dari 50 responden

yang diteliti, terdapat 34 responden yang berperilaku buruk, dan 16 responden

yang berperilaku baik. Hasil crosstabulation menunjukkan adanya hubungan

yang bermakna antara perilaku dengan kejadian keputihan SMP Islam

Asyafiyah 06. Dibuktikan dengan hasil uji statistic Chi-Square sebesar p =

0,027 (p value < 0,05) yang berarti Ho ditolak Ha diterima artinya ada

hubungan antara perilaku dengan kejadian keputihan.

Hasil penelitian yang dilakukan memiliki sedikit perbedaan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Astuti. dkk., tahun 2018 bahwa dari 50 orang

sampel dengan menggunakan analisis spearman rank didapatkan hasil bahwa

perilaku vaginal hygiene sebagian besar responden dikategorikan baik yaitu

45
sebanyak 20 orang (60,61%) dan kejadian keputihan sebagian besar responden

dikategorikan mengalindriyaniami keputihan fisiologi yaitu sebanyak 21

orang (63,64). Nilai Sig = 0,001 (α ≤ 0,05), artinya ada hubungan vaginal

hygiene dengan kejadian keputihan pada mahasiswi di asrama putri PSIK

UNITRI Malang dengan nilai korelasi -0,760.

Penelitian yang dilakukan oleh (Indriyani, R., Indriyawati, Y., &

Pratiwi, I.G., 2012) dari siswi yang diteliti yang memiliki personal hygiene

yang baik mengalami keputihan yang masih dalam batas normal. Keputihan

yang mereka alami biasanya terjadi sebelum haid. Jadi meskipun mereka

mengalami keputihan belum tentu mereka memiliki personal hygiene yang

jelek, karena keputihan pasti terjadi pada setiap wanita, tetapi tingkat

keparahan keputihan yang mereka alami berbeda-beda. Keputihan juga terjadi

karena kurangnya upaya kebersihan diri terutama kebersihan genetalia.

Perilaku negatif dan banyak mengalami keputihan yaitu perilaku

menggunakan air yang tergenang di ember saat membasuh alat genital

sebanyak 42 (70.0%) responden, perilaku menggunakan sabun mandi untuk

mencuci alat genital bila tidak ada cairan antiseptik khusus vagina sebanyak

40 (66.7%) reponden, perilaku tidak mengganti pembalut 4 jam sekali pada

saat menstruasi sebanyak 36 (60.0%) responden dan perilaku tidak

mengeringkan daerah kewanitaan setelah BAB dan BAK sebanyak 30 (50.0%)

responden.

Responden yang berperilaku positif dan mengalami keputihan dapat

disebabkan oleh faktor lain seperti kelelahan fisik dan ketegangan psikis

46
(stress). Menurut (Marhaeni, 2016) adapun perilaku yang dapat menyebabkan

keputihan yaitu kelelahan fisik. Dimana kelelahan fisik merupakan kondisi

yang dialami oleh seseorang akibat meningkatnya pengeluaran energy karena

terlalu memaksakan tubuh untuk bekerja berlebihan dan menguras fisik.

Meningkatnya pengeluaran energy menekan sekresi hormon estrogen.

Menurunnya sekresi hormon estrogen menyebabkan penurunan kadar

glikogen. Glikogen digunakan oleh Lactobacillus doderlein untuk

metabolisme. Sisa dari metabolisme ini adalah asam laktat yang digunakan

untuk menjaga keasaman vagina. Jika asam laktat yang dihasilkan sedikit,

bakteri, jamur, dan parasit mudah berkembang.

Ketegangan psikis merupakan kondisi yang dialami seseorang akibat dari

meningkatnya beban pikiran akibat dari kondisi yang tidak menyenangkan

atau sulit diatasi. Meningkatnya beban pikiran memicu peningkatan sekresi

hormon adrenalin. Meningkatnya sekresi hormon adrenalin menyebabkan

penyempitan pembuluh darah dan mengurangi elastisitas pembuluh darah.

Kondisi ini menyebabkan aliran hormone estrogen ke organ-organ tertentu

termasuk vagina terhambat sehingga asam laktat yang dihasilkan berkurang.

Berkurangnya asam laktat menyebabkan keasaman vagina berkurang sehingga

bakteri, jamur, dan parasit penyebab keputihan mudah berkembang.

47
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Responden banyak yang mengalami keputihan yaitu sebanyak 49 responden

(81.7%) dibandingkan yang tidak mengalami keputihan yaitu sebanyak 11

responden (18.3%)

2. Responden lebih banyak berperilaku negatif sebanyak 33 responden (55%),

dibandingkan yang berperilaku positif sebanyak 27 responden (45%).

3. Hasil nilai Chi-square p value (0,001<0,005) menunjukkan ada hubungan

yang signifikan antara perilaku kebersihan diri dengan kejadian keputihan

pada siswi

B. Saran

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa lebih banyak siswi yang

berperilaku negatif dan mengalami keputihan. Maka, diharapkan siswi dapat

meningkatkan pengetahuan dan perilaku yang positif dalam menjaga

kebersihan organ genitalia terhadap kejadian keputihan, seperti penggunaan

air bersih untuk membasuh vagina, mencuci tangan sebelum membasuh

vagina dan perilaku positif lainnya. Sementara itu bagi institusi pendidikan

disarankan kepada pihak sekolah agar memberikan edukasi kesehatan

reproduksi misalnya penyuluhan mengenai vaginal hygiene dan diharapkan

penelitian ini dapat menjadi bahan materi kegiatan belajar mengajar tentang

perilaku kebersihan diri terhadap kejadian keputihan. Sedangkan bagi peneliti

lain diharapkan dijadikan sebagai data untuk melakukan penelitian selanjutnya

48
dan diharapkan untuk melakukan penyuluhan terlebih dahulu kepada

responden yang akan diteliti. Dan meneliti mengenai faktor lain yang

berhubungan dengan kejadian keputihan seperti kelelahan fisik dan

ketegangan psikis (stress).

49
DAFTAR PUSTAKA

Abrori, Hernawan, A. D., & Ermulyadi. (2017). Faktor yang berhubungan dengan
kejadian keputihan patologis siswi SMAN 1 Simpang hilir Kabupaten
Kayong utara. Unnes Journal of Public Health, 6(1), 1–11.
Astuti, H., Wiyono, J., & Candrawati, E. (2018). Hubungan Perilaku Vaginal
Hygiene Dengan Kejadian Keputihan Pada Mahasiswa Di Asrama Putri
PSIK Unitri MALANG. Nursing News, 3(1), 595–602.
Bahari, H. (2019). Cara Mudah Atasi Keputihan. Jogjakarta: BUKU BIRU.
Berliana, P. R. (2018). Hubungan Perilaku Vulva Hygiene Dengan Kejadian
Keputihan Di SMP 2 Mejobo Kudus. PROSIDING HEFA 2 Nd 2018, 135–
144. www.stikescendekiautamakudus.ac.id
Cahyaningtyas, R. (2019). Hubungan antara perilaku vaginal hygiene dan
keberadaan candida. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 11(3), 215–224.
https://doi.org/10.20473/jkl.v11i3.2019.215-224
Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia. Surabaya:
Health Books
Ilmiawati, H., & Kuntoro. (2016). Pengetahuan Personal Hygiene Remaja Putri
pada Kasus Keputihan. Jurnal Biometrika Dan Kependudukan, 5(1), 43–51.
Indriani, R., Indriyawati, Y., & Pratiwi, I. G. D. (2012). Hubungan personal
hygiene dengan kejadian keputihan pada siswi ma al- hikmah aeng deke
bluto. Wiraraja Medika.
Irmayanti. (2018). Hubungan pengetahuan dan sikap mengenai personal hygiene
dengan kejadian keputihan pada remaja putri kelas XI SMAN 1 Anggaberi
tahun 2018. Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 12(3), 301–305.
Irwan. (2017). Etika Dan Perilaku Kesehatan. CV. Absolute Media. www.
penerbitabsolutemedia.com
Mareta, permatasari wulan, Budi, M., & istiana siti. (2012). Hubungan
pengetahuan remaja putri tentang personal Hygiene tindakan pencegahan
keputihan di SMA Negri 9 Semarang tahun 2012. Jurnal.Unimus.Ac.Id, 72–
76.
Marhaeni, G. A. (2016). Keputihan pada wanita. Skala Husada, 13(1), 30–38.
Novita, Ita, H., & Nurmaliani, I. (2020). Hubungan Pengetahuan Dan Perilaku
Menjaga Kebersihan Genetalia Eksterna Remaja Putri Dengan Kejadian
Keputihan. 114–123.
Nurmala, I., Rahman, F., Nugroho, A., Erlyani, N., Laily, N., & Anhar, V. Y.
(2018). BukuPromosi Kesehatan. Airlangga University Press.
Pradnyandari, I. A. C., Surya, I. G. N. H. W., & Aryana, M. B. D. (2019).
Gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang vaginal hygiene terhadap
kejadian keputihan patologis pada siswi kelas 1 di SMA Negeri 1 Denpasar
periode Juli 2018. Intisari Sains Medis, 10(1), 88–94.
https://doi.org/10.1556/ism.v10i1.357
Ramadhanti, M., Noor, H. M., & Marsuki. (2019). Knowledge and Attitudes of
Teenage Girl With Pathological Vaginal Discharge Prevention In State High
School Takalar District. Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar,
XIV(2), 122–126. https://doi.org/hhtps://doi.org/10.3282/medkes.v14i2.1046
Safitri, D. E. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan Personal Hygiene Dengan
Kejadian Keputihan Pada Siswi Di Sma Muhammadiyah Kasihan
Yogyakarta. Naskah Publikasi.
Silaban, V. F., Silalahi, K. L., Feedia, E., & Saragih, M. (2020). Pemanfaatan
Personal Hygiene Untuk Menurunkan Tingkat Kejadian Keputihan. Ilmu
Keperawatan, 8(1), 1–7.
Supriyatiningsih. (2015). Penggunaan Vaginal Dauching terhadap kejadian
candidiasis pada kasus leukorea. LP3M Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
Wawan, A., & Dewi, M. (2019). Teori & Pengukuran Pengetahuan Sikap dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
Lampiran I
Perihal : Permohonan Penelitian
Kepada yang terhormat,
Bapak/Ibu Kepala SMA Negeri 2
Camba Maros
Di, -
Tempat
Dengan hormat,
Kami yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Irmayanti

Nim : 21906127
Akan mengadakan penelitian dengan judul Hubungan perilaku kebersihan
diri dengan kejadian keputihan pada siswi kelas XI dan XII SMA Negeri 2
Maros.
Dilakukannya penelitian tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi
pelajar SMA Negeri 2 Maros sebagai responden, kerahasiaan semua informasi
yang diberikan merupakan tanggung jawab kami untuk menjaganya. Jika
Bapak/Ibu mengizinkan ataupun menolak, maka tidak ada ancaman bagi
Bapak/Ibu ataupun pelajar SMA Negeri 2 Maros. Jika selama responden merasa
dirugikan maka diperbolehkan responden untuk mengundurkan diri dan tidak
berpartisipasi pada penelitian kami.
Demikin surat permintaan ini kami buat, jika Bapak/Ibu selaku Kepala SMA
Negeri 2 Maros telah menyetujui permintaan kami, maka kami sebagai peneliti
sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk menandatangani lembar
persetujuan.
Atas perhatiannya dan persetujuan dari Bapak/Ibu kami mengucapkan
terimakasih.
Peneliti

(IRMAYANTI)
Lampiran II

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(Informed Consent)

Saya yang bertandatangan dibawah ini bersedia menjadi responden setelah

diberikan penjelasan dalam penelitian oleh peneliti, yaitu:

Nama :

Umur :

Alamat :

Memberikan persetujuan untuk mengisi lembar persetujuan menjadi responden

yang diberikan peneliti. Saya mengerti bahwa saya telah menjadi bagian dalam

penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui “Hubungan Perilaku Kebersihan

Diri dengan Kejadian Keputihan pada Siswi Kelas XI dan XII SMA Negeri 2

Maros”.

Demikianlah surat persetujuan ini saya tandatangani tanpa adanya paksaan dari

pihak manapun. Saya menyadari bahwa penelitian ini tidak merugikan saya

sebagai responden, oleh sebab itu saya bersedia menjadi responden dalam

penelitian ini.

Maros, 02 Agustus 2021


Responden

Lampiran III

KUESIONER PENELITIAN

Pada kesempatan ini, saya akan mengajukan pertanyaan kepada anda mengenai

perilaku anda sehari-hari mengenai kebersihan alat genital dan keputihan.

Jawaban yang anda berikan tidak akan berdampak negatif pada anda. Sebelum

dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih.

A. Karakteristik Responden

1. Nama :

2. Umur :

3. Kelas :

4. Sudah menstruasi : ya / tidak

5. Umur pertama kali menstruasi :

6. Usia :

7. Agama :

B. Perilaku

Pilih salah satu jawaban yang menggambarkan keseharian anda dengan

memberikan tanda (x).

1. Apakah anda selalu menjaga kebersihan vagina ?

a. Ya

b. Tidak
2. Sebelum menyentuh daerah kewanitaan. Apakah anda membiasakan diri untuk

mencuci tangan terlebih dahulu ?

a. Ya

b. Tidak

3. Apakah anda selalu membasuh alat kelamin dari arah depan (vagina) ke

belakang (anus) ?

a. Ya

b. Tidak

4. Apakah anda menggunakan air yang tergenang di ember saat membasuh alat

genital ?

a. Ya

b. Tidak

5. Apakah anda sering menggunakan cairan antiseptic khusus vagina untuk

membersihkan daerah kewanitaan ?

a. Ya

b. Tidak

6. Bila tidak ada cairan antiseptik khusus, apakah anda memakai sabun mandi

untuk mencuci alat genital ?

a. Ya

b. Tidak

7. Setelah BAB dan BAK apakah anda selalu mengeringkan daerah kewanitaan ?

a. Ya

b. Tidak
8. Apakah anda menggunakan celana dalam yang ketat ?

a. Ya

b. Tidak

9. Pada saat menstruasi apakah anda mengganti pembalut 4 jam sekali ?

a. Ya

b. Tidak

10. Apakah anda mengganti celana dalam 1 kali sehari ?

a. Ya

b. Tidak

11. Apakah bahan celana dalam yang anda gunakan setiap hari terbuat dari nylon

(bahan celana yang tidak menyerap) ?

a. Ya

b. Tidak

12. Apakah anda 1 kali dalam sebulan mencukur rambut kemaluan anda ?

a. Ya

b. Tidak

C. Kejadian Keputihan

Pilih jawaban ya jika anda mengalaminya dan pilih jawaban tidak jika anda

tidak mengalaminya, dengan memberikan tanda (x).

1. Apakah anda mengalami keputihan ?

a. Ya

No. Kriteria Ya Tidak


1. keputihan disertai rasa gatal pada vagina

2. Cairan keputihan yang keluar dari vagina berwarna


jernih

3. Saat keputihan disertai rasa nyeri saat buang air


besar/kecil

4. Cairan keputihan yang keluar dari vagina berbau


tidak sedap
5. Saat keputihan cairan yang keluar sangat kental
menyerupai susu

6. Cairan keputihan yang keluar berwarna kuning atau


keruh

b. Tidak

2. Kapan anda mengalami keputihan :

a. Sebelum atau sesudah haid

b. Sebelum dan sesudah haid


Lampiran IV

Master Tabel

Sudah Umur Pertanyaan Perilaku Pertanyaan Keputihan kejadian


No. Inisial Umur Kelas
menstrua pertama P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 patologis Fisiologi
1 Nn.A 17 XII MIPA 1 1 15 ya ya Ya Ya Tidak Ya Ya Tidak Tidak Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak
2 Nn.N 16 XII MIPA 3 1 11 ya Tidak Ya Ya Tidak Ya Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak ya Tidak Ya Tidak Ya
3 Nn.F 17 XII MIPA 2 1 14 ya ya Ya Ya Tidak Ya Ya Tidak Tidak Ya Ya Tidak Ya Ya Ya Tidak Ya Ya Ya Ya Tidak
4 Nn.S 17 XII MIPA 1 1 14 ya Tidak Ya Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya
5 Nn.A 17 XI MIPA 3 1 13 ya Tidak Ya Ya Tidak Ya Ya Ya Tidak Ya Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya
6 Nn.F 17 XII MIPA 3 1 13 ya ya Ya Ya Tidak Ya Ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Ya Ya Tidak Ya Ya Ya Tidak Ya Tidak
7 Nn.K 17 XII MIPA 2 1 12 ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak Ya Ya Ya Tidak Ya Tidak Ya Ya Ya
8 Nn.A 16 XI MIPA 3 1 14 ya ya Ya Ya Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Ya Ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Ya Tidak
9 Nn.A 17 XII MIPA 2 1 11 ya Tidak Ya Ya Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak Ya Ya Ya Tidak Ya Tidak Ya Ya Tidak
10 Nn.S 17 XII MIPA 3 1 12 ya ya Ya Ya Tidak Ya Ya Tidak Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak
11 Nn.N 17 XII MIPA 1 1 13 ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak ya Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya
12 Nn.R 17 XII MIPA 2 1 12 ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Ya Tidak Ya Ya Tidak
13 Nn.S 16 XI MIPA 1 1 13 ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak Tidak Ya Ya Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak ya Ya Tidak Tidak Tidak
14 Nn.S 17 XII MIPA 1 1 13 ya Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya
15 Nn.S 17 XII MIPA 2 1 12 ya Tidak Ya Ya Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak
16 Nn.N 16 XI MIPA 2 1 14 ya Tidak Ya Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Ya Ya Ya Tidak Ya Tidak ya Tidak Ya Ya Tidak
17 Nn.S 16 XI MIPA 3 1 14 ya Tidak Ya Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya
18 Nn.A 16 XII MIPA 1 1 13 ya Tidak Ya Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Ya Tidak Ya Tidak ya Tidak Ya Ya Tidak
19 Nn.P 17 XI MIPA 1 1 14 ya Tidak Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak ya Ya Ya Ya Tidak
20 Nn.A 17 XII MIPA 3 1 14 ya Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak ya Tidak Tidak Ya Tidak
21 Nn.R 17 XII MIPA 3 1 13 ya ya Ya Ya Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak Tidak Tidak ya Tidak Ya
22 Nn.A 17 XII MIPA 3 1 13 ya ya Tidak Ya Ya Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Tidak Ya Ya Ya Tidak ya Tidak ya Ya Tidak
23 Nn.A 17 XI MIPA 2 1 11 ya Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak ya Tidak ya Ya Tidak
24 Nn.N 16 XII MIPA 3 1 14 ya Tidak Ya Ya Tidak Ya Ya Ya Ya Tidak Ya Tidak Ya Ya Tidak Tidak ya Tidak ya Ya Tidak
25 Nn.T 17 XII MIPA 3 1 14 ya ya Ya Ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak ya Tidak ya Tidak Tidak
26 Nn.N 16 XI MIPA 2 1 14 ya Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak ya Tidak ya Tidak Tidak
27 Nn.F 16 XI MIPA 2 1 13 ya ya Ya Ya Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak ya Ya Tidak
28 Nn.M 15 XI MIPA 2 1 12 ya ya Ya Ya Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Tidak Tidak ya Tidak Ya
29 Nn.A 17 XII MIPA 2 1 14 ya Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Tidak ya Tidak ya Ya Tidak
30 Nn.I 17 XII MIPA 1 1 14 ya ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya Ya Tidak Ya Tidak ya Ya ya Ya Tidak
Lampiran V

Hasil Analisis Data SPSS

Statistics

UMUR
KATEGORI KATEGORI SUDAH PERTAMA
UMUR KELAS MENSTRUASI? MENSTRUASI

N Valid 60 60 60 60

Missing 0 0 0 0

Frequency Table

KATEGORI UMUR

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 15 1 1.7 1.7 1.7

16 29 48.3 48.3 50.0

17 29 48.3 48.3 98.3

18 1 1.7 1.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

KATEGORI KELAS

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid XI MIPA 1 7 11.7 11.7 11.7

XI MIPA 2 14 23.3 23.3 35.0

XI MIPA 3 7 11.7 11.7 46.7

XII MIPA 1 10 16.7 16.7 63.3


XII MIPA 2 12 20.0 20.0 83.3

XII MIPA 3 10 16.7 16.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

SUDAH MENSTRUASI?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 60 100.0 100.0 100.0

UMUR PERTAMA MENSTRUASI

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 11 4 6.7 6.7 6.7

12 7 11.7 11.7 18.3

13 25 41.7 41.7 60.0

14 22 36.7 36.7 96.7

15 2 3.3 3.3 100.0

Total 60 100.0 100.0


Frequency Table

Perilakukebersihandiri

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Negatif 33 55.0 55.0 55.0

Positif 27 45.0 45.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

Keputihan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 49 81.7 81.7 81.7

Tidak 11 18.3 18.3 100.0

Total 60 100.0 100.0

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Perilaku Kebersihan *
60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
Kejadian Keputihan

Perilaku Kebersihan * Kejadian Keputihan Crosstabulation

Count

Kejadian Keputihan

0 1 Total
Perilaku Kebersihan 0 32 1 33

1 17 10 27

Total 49 11 60

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 11.470a 1 .001

Continuity Correctionb 9.311 1 .002

Likelihood Ratio 12.613 1 .000

Fisher's Exact Test .001 .001

Linear-by-Linear
11.279 1 .001
Association

N of Valid Casesb 60

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.95.

b. Computed only for a 2x2 table


Keputihan
Perilaku Ya Tidak
n % n %
Membiasakan mencuci tangan sebelum menyentuh
daerah kewanitaan
Ya
23 38.3 7 11.7
Tidak
26 43.3 4 6.7
Membasuh alat kelamin dari arah depan (vagina) ke
belakang (anus)

32 53.3 7 11.7
Tidak
27 28.3 4 6.7
Menggunakan air yang tergenang di ember saat
membasuh alat genital
Ya
42 70.0 9 15.0
Tidak
7 11.7 2 3.3
Menggunakan cairan antiseptic khusus vagina untuk
membersihkan daerah kewanitaan
Ya
13 21.7 1 1.7
Tidak
36 60.0 10 16.7
Memakai sabun mandi untuk mencuci alat genital
bila tidak ada cairan antiseptic khusus
Ya
40 66.7 6 10.0
Tidak
9 15.0 5 8.3
Mengeringkan daerah kewanitaan setelah BAB dan
BAK
19 31.7 5 8.3
Ya
30 50.0 6 10.0
Tidak
Menggunakan celana dalam yang ketat
Ya 16 26.7 0 0
Tidak 33 55.0 11 18.3
Mengganti pembalut 4 jam sekali pada saat
menstruasi
Ya
13 21.7 5 8.3
Tidak
36 60.0 6 10.0
Mengganti celana dalam 1 kali sehari
Ya 38 63.3 10 16.7
Tidak 11 18.3 1 1.7
Menggunakan celana dalam dari bahan nilon (bahan
celana yang tidak menyerap)
Ya
28 46.7 4 6.7
Tidak
21 35.0 7 11.7
Mencukur rambut kemaluan 1 kali dalam sebulan
Ya 16 26.7 3 5.0
Tidak 33 55.0 8 13.3

Lampiran VI
Izin Penelitian
Lampiran VII
Lampiran VIII
Dokumentasi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Irmayanti

Stambuk : 21906127

Tempat/Tanggal Lahir : Camba, 10 Juni 1998

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Dusun Tajo, Desa Sawaru, Kecamatan Camba,

Kabupaten Maros

Telpon/HP : 082189057284

Nama Orang Tua :

Ayah : Muh. Yatim

Ibu : Rahmi
Pendidikan

1. SD Negeri 17 Tajo : Tamat Tahun 2010

2. SMP 2 Camba Maros : Tamat Tahun 2013

3. SMA Negeri 1 Camba Maros : Tamat Tahun 2016

4. Akper Anging Mammiri : Tamat Tahun 2019

5. Sementara menyelesaikan pendidikan S1 keperawatan di STIK Makassar

Sejak tahun 2019 sampai sekarang

Anda mungkin juga menyukai