Anda di halaman 1dari 126

SKRIPSI

PENGARUH PERMAINAN JEJAK KAKI TERHADAP KEMAMPUAN


MOTORIK KASAR ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TAMAN KANAK-
KANAK MANDIRI PITUE KABUPATEN PANGKAJENE

THE EFFECT OF FOOTPRINT GAME ON GROSS MOTOR ABILITY OF 5-6


YEARS OLD CHILDREN IN KINDERGARTEN MANDIRI PITUE
PANGKAJENE DISTRICT

RAHMI NURLAILAH

JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
SKRIPSI

PENGARUH PERMAINAN JEJAK KAKI TERHADAP KEMAMPUAN


MOTORIK KASAR ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TAMAN KANAK-
KANAK MANDIRI PITUE KABUPATEN PANGKAJENE

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar


Sarjana Pendidikan Guru pada Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Strata
Satu Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar

RAHMI NURLAILAH
1749041003

JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021

i
HALAMAN PENGESAHAN

ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Rahmi Nurlailah
NIM : 1749041003
Jurusan : Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Judul : Pengaruh Permainan Jejak Kaki Terhadap
Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia 5-6 Tahun
di Taman Kanak-Kanak Mandiri Pitue Kabupaten
Pangkajene

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar
merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran sendiri.
Apabila mengandung unsur plagiat, maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut sesuai ketentuan yang berlaku.

Makassar, 22 Oktober 2021


Yang Membuat Pernyataan,

Rahmi Nurlailah
1749041003

iii
MOTTO

“Segala sesuatu telah diatur sesuai porsinya, jangan terlalu berlebihan”

(Rahmi Nurlailah, 2021)

Ku peruntukan:

Kepada kedua orang tua, keluarga serta sahabatku

yang selalu mendoakan, memberi motivasi, nasehat dan senantiasa

memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi ini

iv
ABSTRAK

Rahmi Nurlailah, 2021. Pengaruh Permainan Jejak Kaki Terhadap Kemampuan


Motorik Kasar Anak Usia 5-6 Tahun di Taman Kanak-Kanak Mandiri Pitue
Kabupaten Pangkajene. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia
Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Makassar (dibimbing oleh
Azizah Amal dan A. Sri Wahyuni Asti).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh permainan jejak kaki
terhadap kemampuan motorik kasar anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-Kanak
Mandiri Pitue Kabupaten Pangkajene. Pendekatan penelitan yang digunakan
adalah pendekatan kuantitatif dengan penelitian pre-eksperimen one group pretest
posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah kelompok B di Taman
Kanak-Kanak Mandiri Pitue Kabupaten Pangkajene. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini yaitu 15
anak. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, tes dan
dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik
deskriptif, uji normalitas kolmogorov smirnov, dan statistik parametrik yaitu uji
paired sampel test. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
kemampuan motorik kasar anak sebelum dan sesudah diberikan treatment
kegiatan bermain permainan jejak kaki terdapat perubahan yang signifikan untuk
perkembangan kemampuan motorik kasar anak hal tersebut dibuktikan dari hasil
uji paired sampel test yaitu diperoleh Sig. (2-tailed) 0,001 < 0,05 maka H0 ditolak
dan H1 diterima yang berarti penggunaan kegiatan bermain permainan jejak kaki
memberikan pengaruh yang signifikan untuk perkembangan kemampuan motorik
kasar anak.

Kata kunci: kemampuan motorik kasar, permainan jejak kaki.

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur bagi Allah SWT karena berkat rahmat

dan karunia-Nya, serta masih diberi-Nya kekuatan, perlindungan dan kesehatan

kepada penulis hingga saat ini dan Insya Allah seterusnya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Pengaruh Permainan Jejak Kaki Terhadap

Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia 5-6 Tahun di Taman Kanak-Kanak

Mandiri Pitue Kabupaten Pangkajene”. Dapat disusun dan diselesaikan dengan

baik walaupun sedikit terkendala karena adanya Coronavirus Disease 2019

(Covid-19).

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat utama dalam

meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak

Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar. Dalam

menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang dialami

penulis, namun berkat dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, hambatan

dan kesulitan tersebut dapat diatasi. Penulis telah mencurahkan segala

kemampuan dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Dalam proses penyelesaian

skripsi ini, penulis mendapatkan dukungan, bimbingan saran dan bantuan dari

berbagai pihak. Sehingga pada kesempatan ini dengan rasa hormat penulis

mengucapkan terimakasih kepada ibu Dr. Azizah Amal, SS., M.Pd selaku

pembimbing I dan ibu A. Sri Wahyuni Asti, S.Pd., M.Pd selaku pembimbing II

yang selalu memberikan arahan, bimbingan serta motivasi dalam menyelesaikan

skripsi ini.

vi
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari

berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Husain Syam, M.Tp., IPU., ASEAN Eng selaku Rektor

Universitas Negeri Makassar yang telah memberi kesempatan kepada penulis

untuk menimbah ilmu selama di Perguruan Tinggi Negeri.

2. Dr. Abdul Saman, M.Si, Kons sebagai Dekan, Dr. Mustafa, M.Si sebagai

Wakil Dekan I, Dr. Pattaufi, M.Si sebagai Wakil Dekan II, Dr. H. Ansar, M. Si

sebagai Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Makassar yang telah memberi layanan akademik, administrasi dan

kemahasiswaan selama proses pendidikan dan penyelesaian studi.

3. Dr. Rusmayadi, S.Pd., M.Pd sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Guru

Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Makassar yang memberikan banyak ilmu, bimbingan dan memfasilitasi penulis

selama proses perkuliahan.

4. Dr. Azizah Amal, SS., M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Guru

Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Unive\rsitas Negeri

Makassar atas segala bantuan dan motivasi selama masa perkuliahan dan pada

proses penulisan laporan penelitian ini.

5. Dr. Muhammad Akil Musi S.Pd., M.Pd selaku Kepala Laboratorium Jurusan

Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Makassar atas segala bantuan dan motivasi selama masa

perkuliahan dan pada proses penulisan laporan penelitian ini.

vii
6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar

khususnya dalam lingkup Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

yang telah memberikan pengetahuan dalam perkuliahan, serta Staf di Jurusan

Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini yang telah banyak membantu

dalam pelayanan administrasi akademik penulis selama dalam pendidikan dan

penyelesaian Skripsi.

7. Ibu Harfiani. A, S.Pd selaku Kepala Taman Kanak-Kanak Mandiri Pitue atas

izin, kesempatan dan kemudahan dalam melaksanakan kegiatan penelitian.

8. Guru dan Anak Kelompok B Taman Kanak-Kanak Mandiri Pitue atas

kerjasama dalam penelitian ini.

9. Ayahanda tercinta Mursalim, Ibunda tercinta Marida dan saudara-saudariku,

Rahmah, Rusyda, Risda, Raihana, dan Raihan serta keluarga besar yang selalu

memberikan doa, semangat dan dukungan penuh kepada penulis.

10. Sahabat-sahabatku Vita, Nurma, Nabilah, Arina, Wildawati, Atira, Nupe,

Amma, Anti, Nanni, Dita dan Lisa karena selalu mendukung dan

menyemangati.

11. Teman-teman PGPAUD angkatan 2017 terima kasih pengalamannya selama

menduduki bangku perkuliahan, terima kasih pengertiannya, canda tawa yang

terjalin selama ini.

12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan

skripsi ini

viii
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna

dan bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, 22 Oktober 2021


Penulis

Rahmi Nurlailah

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI iii
MOTTO iv
ABSTRAK v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 8
C. Tujuan Penelitian 9
D. Manfaat Penelitian 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11
A. Kajian Teori 11
B. Kerangka Pikir 32
C. Hipotesis 34
BAB III METODE PENELITIAN 35
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 35
B. Desain Penelitian dan Variabel 35
C. Definisi Operasional Variabel 36
D. Populasi dan Sampel 38
E. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data 39
F. Teknik Analisis Data 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 46
A. Hasil Penelitian 46
B. Pembahasan Hasil Penelitian 67

x
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 70
A. Kesimpulan 70
B. Saran 71
DAFTAR PUSTAKA 72

xi
DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal


Tabel 2.1 Indikator Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 5-6 Tahun 22
Tabel 3.1 Kategori Pengukuran Kemampuan Motorik Kasar Anak 40
Tabel 4.1 Kemampuan motorik kasar anak sebelum diberikan treatment
kegiatan bermain menggunakan Permainan Jejak Kaki 49
Tabel 4.2 Kemampuan motorik kasar anak setelah diberikan treatment
kegiatan bermain menggunakan Permainan Jejak Kaki 58
Tabel 4.3 Kategori Kemampuan Motorik Kasar Anak (Pretest) 60
Tabel 4.4 Kategori Kemampuan Motorik Kasar Anak (Posttest) 62
Tabel 4.5 Uji Normalitas Kolomogorov Smirnov Pretest dan Posttest 61
Tabel 4.6 Uji Paired Sampel Test 66

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal


Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir 33
Gambar 3.1 Desain Penelitian 36

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Hal


Lampiran A Persuratan 76
A.1 Surat Pengesahan Usulan Penelitian 76
A.2 Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian 77
A.3 Surat Izin Penelitian 79
A.4 Surat Validasi Instrumen 80
A.5 Surat Keterangan Izin Penelitian 82
A.6 Jadwal Kegiatan 1 Minggu 83
Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrumen 85
Lampiran 2 Instrumen Penelitian 89
Lampiran 3 Skenario “Treatment Kegiatan Penelitian” 92
Lampiran 4 Daftar Nama Anak Didik 99
Lampiran 5 Data Hasil Nilai Pretest dan Posttest 100
Lampiran 6 Hasil Output Nilai Statistik Deskriptif Pretest
dan Posttest dari SPSS 102
Lampiran 7 Histogram Nilai Pretest dan Posttest 103
Lampiran 8 Hasil Output Uji Normalitas dari SPSS 104
Lampiran 9 Hasil Output Uji Paired Sampel Tes dari SPSS 105
Lampiran 10 Dokumentasi Kegiatan 106
Riwayat Hidup 111

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan manusia kecil yang memiliki kemampuan dan potensi.

Semua kemampuan dan potensi yang dimiliki anak masih harus dikembangkan

secara optimal agar anak dapat berkembang dengan baik. Anak usia dini adalah

sosok individu yang sedang menjalani suatu proses pertumbuhan dan

perkembangan dengan pesat dalam kehidupan selanjutnya. Proses pertumbuhan

dan perkembangan anak mengalami peningkatan yang pesat diberbagai aspek

kehidupan manusia (Pohan, 2020).

Anak usia dini adalah individu yang sedang mengalami proses

perkembangan yang pesat. Anak usia dini merupakan anak yang memiliki rentang

usia 0 sampai dengan 6 tahun, sehingga harus dimaksimalkan melalui pemberian

rangsangan pendidikan yang tepat (Fadlillah, 2018). Anak berada pada masa

kepekaan yang tinggi atau sensitive period yang hanya datang satu kali. Sensitive

period merupakan masa dimana anak dapat dengan mudah dan cepat dalam

menerima rangsangan yang diberikan. Maka dari itu, dengan adanya masa golden

age dan sensitive period ini, diperlukannya peran orang dewasa untuk

memberikan stimulasi yang tepat bagi perkembangan anak (Sulistyaningtyas &

Fauziah, 2019).

Salah satu cara menstimulasi perkembangan anak yaitu dengan adanya

pendidikan. Untuk dapat mengembangkan potensi dan kemampuannya, setiap

1
2

anak perlu mendapatkan pendidikan. Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2002

pasal 9 ayat 1 tentang perlindungan anak (Ariyanti, 2016: 52) menyatakan bahwa:

“Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam


rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya
sesuai dengan minat dan bakatnya”.

Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak yang harus terpenuhi, karena

pendidikan merupakan bekal untuk manusia agar dapat berkembang secara

maksimal. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional berkaitan dengan pendidikan anak usia dini menyatakan

bahwa : Pendidikan anak usia dini diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai

dengan enam tahun dan bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan

dasar yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan

dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Ariyanti, 2016).

Pendidikan anak usia dini merupakan upaya pembinaan yang diberikan

kepada anak dengan rentang usia 0-8 tahun melalui pemberian rangsangan

pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga

potensi-potensi anak dapat berkembang dengan optimal (Fadhillah,2018).

Menurut Suyadi (Jurnal Baan, dkk, 2020) menyatakan bahwa pendidikan anak

usia dini (PAUD) pada hakikatnya adalah pendidikan yang diselenggarakan

dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara

menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian

anak.
3

Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) sebagai salah satu bentuk

pendidikan untuk anak usia 4-6 tahun. Pendidikan taman kanak-kanak (TK)

sangat diperlukan dalam upaya mengembangkan potensi anak usia pra sekolah (4-

6 tahun) yang dilakukan melalui kegiatan bermain sambil belajar. Dengan

bermain anak-anak akan memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan,

mengekspresikan perasaan, berkreasi serta belajar dengan cara yang

menyenangkan (Herawati & Mursanib, 2019).

Pada anak usia dini, anak mengalami masa di mana mereka sedang

berkembang dengan sangat baik. Masa ini juga adalah masa yang tepat untuk

peletakan dasar dalam mengembangkan kemampuan kognitif, motorik, bahasa,

sosio-emosional, agama dan moral serta seni dalam diri anak. Orang tua dan guru

dapat memberikan stimulus yang sesuai dengan perkembangan anak sehingga

dapat mengembangkan segala potensi yang dimiliki oleh anak. Pada dasarnya

setiap anak memiliki kecerdasan masing-masing. Adapun aspek yang harus

berkembang dengan baik adalah aspek motorik.

Hurlock (Pohan,2020) menyatakan bahwa motorik adalah perkembangan

pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan

saraf, otot, dan spinal cord. Menurut Desmita (Baan, dkk, 2020) menyatakan

bahwa perkembangan motorik adalah ini berkembang sejalan dengan kematangan

saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun merupakan

hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh

yang dikontrol oleh otak.


4

Perkembangan motorik anak terbagi menjadi dua bagian, yaitu motorik

kasar dan motorik halus. Motorik kasar terbentuk saat anak mulai memiliki

koordinasi dan keseimbangan hampir seperti orang dewasa. Motorik kasar adalah

kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak.

Untuk merangsang motorik kasar anak dapat dilakukan dengan melatih anak

untuk meloncat, memanjat, berlari, berjinjit, berjalan dan sebagainya

(Iswantiningtyas & Wijaya, 2015).

Secara umum anak-anak dengan keterampilan motorik yang baik secara

keseluruhan juga akan memiliki perkembangan kognitif yang baik karena dapat

beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya sehingga berdampak positif pada

keterampilan motoriknya. Faktor utama yang berperan penting dalam merangsang

perkembangan motorik anak adalah peran guru dan orang tua. Guru memberikan

stimulasi melalui aktivitas yang melibatkan otot kasar anak di sekolah, sedangkan

di rumah, orang tua memberikan stimulasi melalui aktivitas yang dapat dilakukan

anak setiap hari.

Menurut Yenni (Anggraini, 2020) motorik kasar adalah suatu kemampuan

mengoordinasi gerakan otot-otot besar, yaitu berupa tangan, kaki, dan seluruh

anggota tubuh. Dalam penyelenggaraan pendidikan terdapat berbagai metode

yang dilakukan oleh para pendidik. Pada umumnya dalam proses pendidikan pada

anak usia dini lebih diutamakan pada metode bermain sambil belajar karena lebih

sesuai dengan kondisi anak-anak yang cenderung lebih suka bermain.

Bermain merupakan kebutuhan alami anak usia dini, selain sebagai

aktivitas bersenang-senang, bermain juga dimaksudkan untuk aktivitas belajar.


5

Melalui kegiatan bermain diharapkan seluruh potensi anak dapat dikembangkan,

selain itu melalui kegiatan bermain sangat mempengaruhi perkembangan anak.

Saat bermain anak belajar mengontrol gerakannya menjadi terkoordinasi. Selain

itu, dengan bermain memungkinkan anak untuk bergerak dengan bebas sehingga

anak mampu mengembangkan kemampuan motoriknya (Fadlillah, 2017).

Bermain akan sangat menyenangkan apabila terdapat media permainan,

manfaat dari permainan tersebut antara lain yaitu pertama, keterampilan anak akan

terasah dari berbagai bahan yang ada, kedua,melalui permainan anak mempunyai

kesempatan berkembang sesuai tahapannya, ketiga, anak akan mulai belajar

mematuhi aturan, pada saat bermain permainan pastinya terdapat suatu aturan

permainan. Adapun salah satu permainan yang dapat meningkatkan kemampuan

motorik kasar anak yaitu permainan jejak kaki.

Permainan jejak kaki merupakan permainan edukatif yang dirancang

sebagai salah satu alternatif untuk mengembangkan kemampuan motorik kasar

anak. Permainan edukatif adalah alat atau suatu bentuk permainan yang dalamnya

mengandung nilai-nilai pendidikan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Pada permainan jejak kaki menggunakan tripleks yang telah didesain dengan

gambar telapak kaki. Tripleks yang digunakan sebanyak 9 buah tripleks dengan 6

tripleks bergambar satu telapak kaki, dan 3 tripleks bergambar dua telapak kaki.

Setiap tripleks telapak kaki memiliki arah yang berbeda, sehingga saat anak

memainkan permainan ini mampu mengembangkan koordinasi antara mata dan

kaki anak.
6

Permainan jejak kaki merupakan permainan yang menyenangkan, mudah

diterapkan dan aman untuk anak, dengan tujuan untuk melatih keseimbangan,

ketepatan, kelentukan, kelincahan dan kekuatan untuk anak usia 5-6 tahun agar

anak dapat bermain dan berkembangan secara optimal. Permainan ini dapat

dilakukan di dalam maupun di luar kelas secara terbimbing oleh guru dengan

aturan permainan yang telah ditentukan. Pada saat memulai permainan, disediakan

satu bola kemudian anak mulai berjalan serta melompat sesuai dengan pola dari

permainan ini dengan membawa bola di tangannya. Setelah mencapai akhir dari

tripleks jejak kaki, anak kemudian melambungkan bola ke ring yang telah

disediakan. Pada permainan ini, peneliti menggunakan stopwatch untuk

menghitung kecepatan anak dalam bermain.

Menurut Bambang Sujiono (Wahyuseptiana, 2014) menyatakan bahwa

idealnya kemampuan motorik kasar anak usia 5-6 tahun yaitu mampu berlari dan

langsung menendang bola, melompat-lompat dengan kaki bergantian,

melambungkan bola dengan satu tangan dan menangkapnya dengan dua tangan,

berjalan pada garis yang sudah ditentukan, berjinjit dengan tangan dipinggul,

menyentuh jari kaki tanpa menekuk lutut, mengayuhkan satu kaki ke depan atau

ke belakang tanpa kehilangan keseimbangan.

Taman Kanak-Kanak Mandiri Pitue merupakan salah satu sekolah yang

beralamatkan di Desa Pitue, Kecamatan Ma‟rang, Kabupaten Pangkajene

Kepulauan. Berdasarkan hasil observasi awal yang telah peneliti lakukan di

Taman Kanak-Kanak Mandiri Pitue Kabupaten Pangkajene dengan jumlah 15

orang anak. Dari hasil observasi yang dilakukan masih terlihat anak yang
7

memiliki kemampuan motorik kasar yang masih kurang dibandingkan dengan

anak lainnya. Hal ini terlihat dari aktivitas saat melakukan kegiatan senam lompat

kelinci, masih ada 10 anak yang hanya diam dan tidak mengikuti gerakan senam

seperti melompat dan menjaga keseimbangan. Saat sesi keseimbangan, anak tidak

dapat mempertahankan keseimbangannya dan masih ada anak tidak dapat

melompat dengan baik sesuai dengan arahan.

Adapun beberapa penelitian yang relevan dengan permasalahan penulis

yaitu terkait kemampuan motorik kasar usia dini diantaranya yaitu hasil penelitian

Anggraini (2020) tentang peningkatan kemampuan fisik motorik kasar anak

kelompok B melalui permainan footprints di TK ABA 7 diketahui bahwa

kemampuan fisik motorik kasar kelompok B di TK ABA 7 Malang dapat

ditingkatkan melalui permainan footprints. Peningkatan ini dapat dilihat dari data

ketercapaian pada pratindakan sampai siklus II. Peningkatan pada pratindakan,

siklus I, dan siklus II yaitu 57,14% dan dikatakan penelitian ini berhasil dengan

sangat baik. Selanjutnya hasil penelitian Fitria (2017) tentang peningkatan

keterampilan motorik kasar melalui permainan tradisional sunda manda pada

siswa kelompok B RA Sudirman Giriwondo Jumapolo tahun pelajaran 2016/2017

diketahui bahwa permainan sunda manda dapat meningkatkan motorik kasar

siswa kelompok B di RA Sudirman Giriwondo Jumapolo. Hal ini dapat

dibuktikan melalui nilai rata-rata kelas pada prasiklus yaitu 51,5, terjadi

peningkatan pada siklus I menjadi 75, kemudian terjadi peningkatan pada siklus II

menjadi 89,6. Nilai rata-rata kelas pada penelitian prasiklus hingga siklus I
8

meningkat 23,5 dan nilai rata-rata kelas pada siklus I hingga siklus II meningkat

14,6.

Penyebab kurangnya kemampuan motorik kasar anak usia 5-6 tahun pada

anak Taman Kanak-Kanak Mandiri Pitue Kabupaten Pangkajene, dikarenakan

pembelajaran untuk mengembangkan aspek fisik motorik hanya berfokus pada

kemampuan motorik halus sehingga pembelajaran untuk motorik kasar sangat

minim. Dari uraian tersebut, peneliti beranggapan bahwa hal tersebut menjadi

masalah yang menarik sehingga perlu ditemukan solusinya maka dari masalah ini,

peneliti mengambil sebuah penelitian yang berjudul “Pengaruh Permainan Jejak

Kaki terhadap Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia 5-6 Tahun di Taman

Kanak-Kanak Mandiri Pitue Kabupaten Pangkajene”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah :

1. Bagaimana gambaran pelaksanaan permainan jejak kaki di Taman Kanak-

Kanak Mandiri Pitue Kabupaten Pangkajene?

2. Bagaimana gambaran kemampuan motorik kasar anak sebelum dan

sesudah melakukan permainan jejak kaki di Taman Kanak-Kanak Mandiri

Pitue Kabupaten Pangkajene?

3. Apakah ada pengaruh permainan jejak kaki terhadap kemampuan motorik

kasar anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-Kanak Mandiri Pitue

Kabupaten Pangkajene?
9

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, adapun yang menjadi tujuan

dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan permainan jejak kaki di Taman

Kanak-Kanak Mandiri Pitue Kabupaten Pangkajene.

2. Untuk mengetahui gambaran kemampuan motorik kasar anak sebelum dan

sesudah melakukan permainan jejak kaki di Taman Kanak-Kanak Mandiri

Pitue Kabupaten Pangkajene

3. Untuk mengetahui pengaruh permainan jejak kaki terhadap kemampuan

motorik kasar anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-Kanak Mandiri Pitue

Kabupaten Pangkajene.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis

dan praktis, yaitu :

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Akademis, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian

dalam pengembangan dan dapat memberikan informasi serta

pengetahuan yang dapat digunakan sebagai literatur dalam pelaksanaan

penelitian di masa yang akan datang.

b. Bagi Peneliti, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan

menjadi masukan dalam penelitian serta menambah pengetahuan dan

pengalaman.
10

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Anak, dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak

melalui permainan jejak kaki.

b. Bagi Guru, dapat mengetahui cara untuk meningkatkan kemampuan

motorik kasar anak melalui permainan jejak kaki.

c. Bagi Sekolah, diharapkan dapat menjadi bahan informasi terhadap

guru lainnya sehingga pembelajaran semakin menyenangkan guna

meningkatkan mutu sekolah.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Kemampuan Motorik Kasar

a. Pengertian Motorik

Motorik pada anak usia dini sangat diperlukan untuk mengembangkan

kecerdasan anak dibidang pengembangan bahasa, kognitif, seni dan kreativitas.

Sujiono (2008) menyatakan bahwa motorik adalah semua gerakan yang mungkin

dilakukan oleh seluruh tubuh. Menurut Hurlock (Pohan,2020) motorik merupakan

pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan

saraf, otot, otak serta spinal cord. Sejalan dengan Suyadi (Kamtini & Kaban,

2016) motorik adalah kegiatan pusat saraf, dan otot yang terkoordinasi. Gerak

tersebut berasal dari perkembangan refleks dan kegiatan yang telah ada sejak

lahir.

Perkembangan motorik sangat erat kaitannya dengan perkembangan pusat

motorik di otak. Kemampuan motorik berkembang sejalan dengan kematangan

saraf dan otot (Sujiono, 2008). Perkembangan motorik merupakan bagian tak

terpisahkan dari kehidupan anak usia dini. Dengan kematangan perkembangan

fisik, perkembangan motorik anak dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap

gerakan memenuhi kebutuhan dan minat anak, periode ini ditandai dengan terlalu

banyaknya gerakan atau aktivitas sehingga anak cenderung menunjukkan gerakan

yang cukup lincah (Endarwati, 2016). Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa motorik adalah perkembangan pengendalian gerakan

11
12

tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasi. Perkembangan motorik meliputi

motorik kasar dan motorik halus.

b. Pengertian Motorik Kasar

Motorik kasar erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan

anak usia dini. Kemampuan fisik yang baik akan menunjang kemampuan motorik

kasar maupun motorik halus anak. Menurut Santrock (Novitasari,dkk,2019)

kemampuan motorik kasar (gross motor skill) merupakan keterampilan yang

melibatkan aktivitas otot besar seperti tangan seseorang untuk bergerak dan

berjalan. Menurut Desmita (Hasanah,2016) menyatakan bahwa kemampuan

motorik kasar (gross motor skill), meliputi keterampilan otot-otot besar lengan,

kaki, dan batang tubuh, seperti berjalan dan melompat. Menurut Achroni

(Fitria,2017) kemampuan motorik kasar adalah gerakan fisik yang membutuhkan

keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot

besar sebagian atau seluruh anggota tubuh. Misalnya berjalan, berlari, melompat,

merangkak, dan mengayunkan tangan.

Decaprio (Yosinta, dkk, 2016:57) menjelaskan bahwa kemampuan

gerakan motorik kasar yaitu:

“Kemampuan gerakan motorik kasar merupakan gerakan yang


membutuhkan adanya koordinasi dari sebagian besar pada anggota
tubuh anak. Perkembangan motorik kasar meliputi kemampuan
berjalan, berlari, melompat, kemudian melempar. Kemampuan
motorik kasar tubuh anak akan turut menentukan perkembangan
anak agar mendapatkan hasil yang optimal, dibutuhkan adanya
stimulasi yang tepat dari orang tua anak yang berada di rumah, dan
guru ketika anak berada di sekolah “.

Adapun Sayuti Syahara menguraikan pendapatnya tentang kemampuan

motorik dasar merupakan kemampuan untuk bergerak dari satu tempat ke tempat
13

atau melakukan aktivitas fisik yang melibatkan otot-otot besar lengan tubuh, dan

kaki. Sejalan dengan Syahara, Septiari mengemukakan pengertian kemampuan

motorik kasar adalah gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan, dan

koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar, sebagian

atau seluruh anggota tubuh. Contohnya yaitu berjalan, berlari, melompat dan

sebagainya (Komaini,2018).

Menurut Rahyubi (Ririn,2020) kemampuan motorik kasar adalah

keterampilan gerak atau gerakan tubuh yang memakai otot-otot besar sebagai

dasar utama gerakannya. Motorik kasar anak adalah gerakan tubuh yang

menggunakan otot-otot besar dan seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh

kematangan anak itu sendiri. Menurut Febrianta (2017) keterampilan gerak atau

gerakan tubuh yang memakai otot-otot besar sebagai dasar utama gerakannya.

Suryana (2019:162) menjelaskan bahwa aktivitas yang menggunakan otot-

otot besar dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

1) Gerak lokomotor : meliputi gerak tubuh yang berpindah tempat


yaitu berjalan, berlari, melompat, meluncur, berguling,
menderap, menjatuhkan diri dan bersepeda.Gerak lokomotor
membantu mengembangkan kesadaran anak akan tubuhnya
dalam ruang.
2) Gerak nonlokomotor : menggerakan anggota tubuh dengan
posisi diam di tempat, seperti : berayun, mengangkat,
bergoyang, merentang, memeluk, melengkung, memutar,
membungkuk, dan mendorong. Keterampilan ini sering
dikaitkan dengan keseimbangan atau kestabilan tubuh.
3) Gerak manipulatif : lebih banyak melibatkan tangan dan kaki
tetapi bagian tubuh yang lain juga dapat digunakan, seperti
melempar, menangkap, menggiring, menendang, memantulkan
bola atau benda lainnya

Sujiono (Iswantiningtyas & Wijaya, 2015) menyatakan bahwa

perkembangan motorik kasar anak mempunyai manfaat bagi perkembangan anak


14

yang lain, yaitu bagi perkembangan fisiologis anak, perkembangan sosial

emosional anak, dan perkembangan kognitifnya. Pentingnya perkembangan

motorik kasar bagi perkembangan fisiologisnya yaitu dengan bergerak atau

berolahraga akan menjaga anak agar tidak mendapat masalah dengan jantungnya,

dan juga dapat menstimulasi semua proses fisiologis anak seperti peningkatan

sirkulasi darah dan pernafasannya.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan

kemampuan motorik kasar adalah kemampuan yang melibatkan sebagian besar

tubuh anak dan otot-otot besar anak baik otot tangan dan otot kaki sebagai dasar

utama gerakannya. Kemampuan motorik kasar dapat dikembangkan dengan

melakukan beberapa kegiatan seperti berjalan, berlari, melompat, merangkak, dan

mengayunkan tangan.

c. Unsur-Unsur Kemampuan Motorik

Menurut Komaini (2018:22) menyatakan bahwa terdapat 6 unsur utama

dalam kemampuan motorik kasar yaitu kekuatan, koordinasi, kecepatan,

keseimbangan, kelenturan dan kelincahan. Unsur-unsur kemampuan motorik

kasar di atas dapat dikembangkan dengan aktivitas-aktivitas fisik yang dirancang

khusus untuk pengembangan unsur tersebut. Unsur kemampuan motorik di atas

dapat di ukur dengan tes kemampuan motorik. Adapun unsur-unsur motorik

adalah sebagai berikut :

1) Kekuatan adalah kemampuan otot seseorang sehingga


menimbulkan tenaga sewaktu otot berkontraksi dalam jangka
waktu tertentu.
2) Koordinasi adalah kemampuan dalam melakukan keterampilan
gerak dan kemampuan motorik secara cepat dan terarah
ditentukan oleh proses pengendalian dan pengaturan gerakan.
15

3) Kecepatan adalah kemampuan tubuh melakukan gerakan


sebanyak mungkin dalam waktu sesingkat mungkin pada
kecepatan tertentu.
4) Keseimbangan adalah kemampuan dalam mempertahankan
posisi tubuh secarat tepat pada saat melakukan gerakan.
5) Kelenturan merupakan persyaratan yang diperlukan secara
anatomis bagi berlangsungnya gerak dalam olahraga.
6) Kelincahan adalah kemampuan seseorang untuk bergerak
secepat mungkin dengan cepat dan tepat berpindah dari satu
tempat ke tempat lain.

d. Tahapan Perkembangan Motorik Kasar Anak

Pada pembelajaran motorik terdapat tahapan-tahapan yang harus dilewati,

berikut penjelasan tahapan pembelajaran motorik menurut ahli. Menurut Decaprio

(Komaini, 2018:36) tahapan pembelajaran motorik dikelompokkan menjadi tiga

yaitu:

1) Tahapan Pemahaman Konsep Gerak (Cognitive stage)


Tahapan pemahaman konsep gerak adalah tahapan di mana
anak harus mengerti dan memahami akan konsep gerak yang
akan dilakukan. Pemahaman akan konsep gerak dapat
dilakukan dengan mencari tahu apa, bagaimana, dan mengapa
aktivitas motorik dilaksanakan. Dengan pemahaman konsep
akan gerak anak akan lebih mudah melaksanakan gerak yang
diinstruksikan.
2) Tahapan Gerak (Motor stage)
Tahapan selanjutnya setelah mengetahui konsep gerak
adalah memahami tahapan gerak yang akan dilaksanakan. Pada
tahapan ini anak memahami tahapan gerak dengan
melaksanakan aktivitas gerak yang dipelajari.
3) Tahapan Otonomi (Autonomous stage)
Tahap otonomi adalah di mana anak telah menguasai
gerakan yang diinstruksikan dengan baik dan gerakan telah
menjadi otomatisasi. Berdasarkan pendapat ahli tentang
tahapan pembelajaran motorik, maka pada pengembangan
model pembelajaran motorik kasar akan menggunakan tahapan
tersebut dengan cara memberi pemahaman konsep gerak,
memberikan contoh gerak, dan bentuk pengulangan kegiatan.
16

Samsudin (Komaini, 2018:36) membagi tahapan dalam mempelajari gerak

motorik :

1) Tahap verbal kognitif, tahap belajar motorik melalui uraian


lisan atau menangkap penjelasan konsep tentang gerak yang
dilakukan.
2) Tahap asosiatif, tahap untuk menyesuaikan konsep ke dalam
bentuk gerakan dengan mempersepsikan konsep gerakan pada
bentuk perilaku gerak yang dipelajari mencoba-coba gerakan
dan memahami gerakan yang dilakukan.
3) Tahap otomatisasi adalah melakukan gerakan dengan berulang-
ulang untuk mendapatkan gerakan yang benar secara alamiah.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa

tahapan dalam pembelajaran motorik kasar yaitu tahap memahami konsep gerak,

tahap menyesuaikan gerak atau mecoba gerak, dan tahap untuk mengulangi

gerakan secara otomatis atau berulang-ulang.

e. Fungsi Pengembangan Kemampuan Motorik Kasar

Terdapat 7 fungsi pengembangan motorik kasar. Berikut ini merupakan

fungsi pengembangan motorik kasar sebagai berikut:

1) Untuk melatih kelenturan dan koordinasi otot jari serta tangan

2) Untuk memacu pertumbuhan dan pengembangan fisik, rohani,

serta kesehatan anak.

3) Untuk membentuk, membangun, dan memperkuat tubuh anak.

4) Untuk melatih keterampilan dan ketangkasan gerak dan berpikir

anak.

5) Untuk meningkatkan perkembangan emosional anak.

6) Untuk meningkatkan perkembangan sosial anak.


17

7) Untuk menumbuhkan perasaan menyayangi serta memahami

manfaat kesehatan pribadi (Depdiknas, 2007).

f. Tujuan Pengembangan Kemampuan Motorik Kasar

Pengembangan motorik kasar bertujuan untuk memperkenalkan serta

melatih gerakan kasar, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan

tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup

sehat, sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang sehat, kuat dan

terampil. Sesuai dengan tujuan pengembangan jasmani tersebut, anak didik dilatih

gerakan-gerakan dasar yang akan membantu perkembangan motoriknya kelak

(Depdiknas,2007).

Adapun tujuan pengembangan kemampuan motorik kasar menurut

Sujiono (2008:2.1) adalah :

“Untuk melakukan aktivitas fisik secara terkoordinasi dalam


rangka kelenturan dan persiapan untuk keseimbangan, kelincahan,
dan melatih keberanian serta mengekspresikan diri dan berkreasi
dengan berbagai gagasan dan imajinasi dengan menggunakan
berbagai bahan media/bahan menjadi suatu karya seni”.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan

pengembangan kemampuan motorik kasar yaitu untuk melakukan kegiatan fisik

secara terkoordinasi dan dapat meningkatkan kemampuan mengontrol gerak

tubuh.

g. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik

Komaini (2018) menjelaskan mengenai faktor-faktor yang dapat

memengaruhi perkembangan motorik antara lain yaitu:


18

1) Faktor Genetik

Faktor genetik sering juga disebut dengan faktor bawaan

yaitu sifat yang diturunkan oleh kedua orang tuanya. Secara

terpisah maupun secara bersama-sama, keturunan bertanggung

jawab terhadap struktur fisik, tinggi postur, waktu kerusakan gigi,

mata dan warna rambut, kepribadian dan juga inteligensi.

Bagaimanapun juga, semua sifat dan karakteristik ini dapat

dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti terhadap postur tubuh.

2) Gizi

Almatsier (Komaini, 2018) menjelaskan penggunaan energi

di luar angka metabolisme basal bagi bayi dan anak selain untuk

pertumbuhan adalah untuk bermain dan sebagainya. Status gizi

adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat-zat gizi.

3) Perbedaan Latar Belakang Budaya

Perbedaan budaya dan suku bangsa pada dasarnya tercakup

dalam konsep lingkungan sosial budaya yang pada gilirannya

berpengaruh terhadap perkembangan keterampilan motorik.

4) Kegiatan Bermain

Perkembangan kemampuan motorik anak terlihat secara

jelas melalui berbagai gerakan dan permainan yang dapat mereka

lakukan, oleh sebab itu peningkatan keterampilan fisik anak juga

berhubungan erat dengan kegiatan bermain. Semakin kuat dan


19

terampilnya gerak seorang anak membuat anak senang bermain

dan tidak lelah untuk menggerakkan seluruh anggota tubuhnya saat

bermain.

5) Pola Asuh

Tridhonanto (Komaini, 2018) menyatakan bahwa perilaku

orang tua secara langsung maupun tidak langsung akan dipelajari

dan akan ditiru oleh anak. Orang tua sebagai lingkungan terdekat

yang selalu mengitarinya dan sekaligus menjadi figur idola anak

yang paling dekat. Bila anak melihat kebiasaan baik dari orang

tuanya maka dengan cepat mencontohnya, demikian sebaliknya

bila orang tua berperilaku buruk maka ditiru perilakunya oleh

anak-anak. Pola asuh orang tua memperlakukan anak, mendidik,

membimbing, dan mendisiplinkan anak dalam mencapai proses

kedewasaan hingga pada upaya pembentukan norma-norma yang

diharapkan masyarakat pada umumnya.

6) Lingkungan sosial

Pengaruh yang diberikan oleh lingkungan baik itu

lingkungan sosial maupun budaya pada anak menimbulkan reaksi

yang nyata untuk proses pertumbuhan dan perkembangan anak.

Lingkungan yang baik untuk perkembangan anak, maka

perkembangan anak akan optimal dan sebaliknya.


20

7) Susunan Saraf

Kiram (Komaini, 2018) pada teori Kibernetik, memandang

manusia sebagai suatu sistem informasi, artinya dalam

menampilkan suatu respons, informasi secara intern, yaitu

pengolahan informasi secara psikis. Hal ini dimungkinkan, karena

manusia memiliki sistem informasi itu sendiri, yaitu alat-alat

reseptor dan sistem persarafan. „

Hurlock (Maharani,2018) menyatakan perkembangan motorik anak tidak

sepenuhnya sempurna dan berjalan dengan baik. Adapun beberapa faktor yang

mempengaruhi perkembangan motorik anak baik faktor internal dan faktor

eksternal sebagai berikut:

1) Sifat dasar genetik

Faktor ini merupakan faktor internal yang berasal dalam diri

anak dan merupakan sifat bawaan dari orang tua anak.

2) Kondisi pra lahiran ibu

Kondisi ini biasanya ketika anak berada dalam kandungan

dimana pertumbuhan fisiknya sangat tergantung pada suplay gizi

yang diperoleh dari ibunya.

3) Kondisi Lingkungan

Faktor ini merupakan faktor internal atau faktor yang diluar

dari luar diri anak. Kondisi lingkungan yang kurang kondusif dapat

menghambat perkembangan motorik anak dimana anak kurang


21

mendapatkan keleluasaaan dalam bergerak dan latihan-latihan

gerak.

4) Kesehatan dan Gizi

Faktor yang mempengaruhi kesehatan dan gizi anak sangat

berpengaruh terhadap optimalisasi perkembangan motorik anak,

mengingat bahwa anak berada pada masa pertumbuhan dan

perkembangan fisik yang sangat pesat. Kesehatan anak yang

terganggu menghambat perkembangan fisik anak dan akan

merusak sel-sel serta jaringan tubuh anak dan gizi yang kurang

dapat mempengaruhi pertumbuhan anak dalam membentuk sel

tubuh dan jaringan baru.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa

faktor yang memengaruhi perkembangan motorik pada anak yaitu faktor genetik,

kondisi ibu pra-lahir, gizi, lingkungan, latar belakang budaya, serta pola asuh.

Kegiatan bermain juga merupakan salah satu faktor yang memengaruhi

perkembangan motorik anak, semakin banyak anak bermain maka perkembangan

motorik anak akan meningkat.

h. Metode Pengembangan Kemampuan Motorik Kasar Anak

Metode pengembangan motorik kasar bagi anak usia dini harus di pilah

dan di pilih dengan seksama dan harus tepat. Metode sendiri merupakan cara

untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran tertentu. Dalam memilih metode yang

tepat bagi pengembangan motorik kasar anak, guru harus sangat meminimalisir

resiko cedera dan mencari metode yang tepat sesuai dengan karakteristik anak
22

usia dini. Bila sudah menemukan metode yang tepat, guru dapat menyiapkan

tempat yang luas. Hal ini dikarenakan dalam pengembangan motorik kasar,

gerakan anak merupakan unsur utama sehingga anak dapat bermain dan bergerak

lebih bebas. Metode yang tepat bagi pembelajaran di lembaga prasekolah yaitu

metode bermain. Metode bermain ini merupakan metode di mana anak diajak

untuk melakukan kegiatan bermain baik menggunakan alat maupun tidak, anak

memperoleh kegembiraan, dapat dilakukan sendiri maupun bersama teman-teman

serta anak bahagia dan senang (Fitria, 2017). Di dalam penelitian ini peneliti

menggunakan metode bermain permainan jejak kaki dalam upaya meningkatkan

motorik kasar anak 5-6 tahun Taman Kanak-Kanak Mandiri Pitue Kecamatan

Ma‟rang Kabupaten Pangkajene Kepulauan.

i. Indikator Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia 5-6 Tahun

Adapun indikator pencapaian perkembangan motorik kasar usia dini dalam

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146

Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 (Kemendikbud, 2014) antara lain sebagai

berikut :

Tabel 2.1 Indikator Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 5-6 Tahun

Usia Aspek Perkembangan Indikator


1. Melakukan berbagai gerakan
terkoordinasi secara terkontrol,
seimbang, dan lincah
2. Melakukan gerakan mata, tangan,
5-6 Tahun Motorik Kasar kaki, kepala secara terkoordinasi
dalam menirukan berbagai gerakan.
3. Melakukan permainan fisik dengan
aturan
4. Terampil menggunakan tangan kanan
dan kiri dalam berbagai aktivitas
23

Adapun indikator pencapaian perkembangan kemampuan motorik kasar

anak menurut Caughlin (Wahyuseptiana, 2014) indikator perkembangan motorik

kasar anak usia dini berdasarkan kronologis usia 5-6 tahun yaitu:

1) Anak mampu berdiri di atas kaki yang lainnya selama 10 detik.

2) Anak dapat berjalan di atas papan keseimbangan ke depan, ke

belakang, dan ke samping.

3) Anak mampu melompat ke belakang dengan dua kali berturut-turut.

4) Anak dapat melompat dengan salah satu kaki

5) Anak mampu mengambil salah satu atau dua langkah yang teratur

sebelum menendang bola.

6) Anak dapat melempar bola dengan memutar badan dan melangkah ke

depan.

7) Anak dapat mengayun tanpa bantuan.

8) Anak mampu menangkap dengan mantap.

Sejalan dengan Caughin, Bambang Sujiono (Wahyuseptiana,2014:17)

menjabarkan indikator kemampuan motorik kasar anak usia 5-6 tahun yaitu

sebagai berikut :

“Berlari dan langsung menendang bola, melompat-lompat dengan


kaki bergantian, melambungkan bola dengan satu tangan dan
menangkapnya dengan dua tangan, berjalan pada garis yang sudah
ditentukan, berjinjit dengan tangan dipinggul, menyentuh jari kaki
tanpa menekuk lutut, mengayuhkan satu kaki ke depan atau ke
belakang tanpa kehilangan keseimbangan”.
24

Berdasarkan penjelasan di atas, adapun indikator yang ingin dicapai pada

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Melakukan berbagai gerakan terkoordinasi secara terkontrol,

seimbang, dan lincah : (a) anak mampu berjalan dengan berbagai

variasi yaitu maju, mundur, jalan ke samping, (b) anak mampu

melompat sesuai arah dengan menggunakan satu dan dua kaki.

2) Anak mampu melakukan permainan fisik dengan aturan.

3) Anak mampu terampil menggunakan tangan kanan dan kiri dalam

berbagai aktivitas.
25

2. Permainan Jejak Kaki

a. Pengertian Bermain

Bermain merupakan hak asasi bagi anak usia dini yang memiliki nilai

utama dan hakiki pada masa anak-anak. Kegiatan bermain bagi anak usia dini

adalah sesuatu yang sangat penting dalam perkembangan kepribadiannya (Ardini

& Lestariningrum, 2018). Bermain adalah kegiatan menyenangkan yang muncul

dari dalam diri individu baik anak- anak, remaja hingga dewasa. Bermain bagi

anak usia dini tidak hanya suatu kegiatan yang menyenangkan akan tetapi

merupakan kegiatan yang yang memiliki tujuan yaitu untuk mengoptimalkan

seluruh aspek perkembangan anak. Melalui kegiatan bermain anak akan belajar

banyak hal dan akan mudah menyerap pengalaman yang didapatkannya pada saat

bermain (Pratiwi,2017).

Menurut Piaget bermain merupakan kegiatan yang dilakukan berulang-

ulang dan menimbulkan kesenangan dan kepuasan bagi diri sendiri. Sedangkan

menurut Parten bermain adalah kegiatan sebagai sarana bersosialisasi dan dapat

memberikan kesempatan anak bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan

perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Mantasia, dkk (2017)

menyatakan bahwa bermain merupakan kebutuhan anak yang harus diperhatikan

oleh orang tua dan guru karena dengan bermain anak akan mempersiapkan otak

mereka terhadap tantangan yang akan dihadapinya kelak di kemudian hari. Selain

bermain, ada pula istilah pemain dan permainan. Pemain adalah orang-orang yang

melakukan kegiatan bermain. Adapun permainan adalah sesuatu yang digunakan

dan dijadikan sebagai sarana aktivitas bermain (Fadlillah, 2017). Kegiatan


26

bermain dapat mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak khususnya

perkembangan fisik/motorik yaitu melalui permainan motorik kasar dan halus,

kemampuan mengontrol anggota tubuh, belajar keseimbangan, kelincahan,

koordinasi mata dan tangan, dan lain sebagainya.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

bermain merupakan aktivitas atau kegiatan yang membuat anak senang baik

menggunakan alat maupun tidak. Dalam kegiatan bermain anak juga dapat

mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak.

b. Pengertian Alat Permainan Edukatif

Menurut Tedjasaputra (Ardini & Lestariningrum, 2018) alat permainan

edukatif adalah alat permainan yang dirancang secara khusus untuk kepentingan

pendidikan. Alat permainan edukatif dapat digunakan dalam berbagai cara agar

ketika anak menggunakan alat permainan ini dapat memperoleh berbagai manfaat

perkembangan. Senada dengan itu, Adang Ismail (Fadlillah, 2017:56) “alat

permainan edukatif adalah alat permainan yang dirancang secara khusus untuk

pendidikan yang ditujukan membantu perkembangan anak”. Musi,dkk (2017)

menyatakan bahwa alat permainan edukatif adalah alat permainan yang

mengandung unsur mendidik yang dirancang dan dibuat untuk merangsang daya

pikir anak dan melatih memecahkan masalah. Syamsuardi (2012) menyatakan

bahwa alat permainan edukatif adalah media dari sistem dasarnya adalah proses

yang sistematis dan sinergi dengan berbagai komponen seperti bahan kegiatan,

prosedur didaktid, pengelompokan anak.


27

Karakteristik bermain edukatif yaitu segala sesuatu yang dipergunakan

atau yang dijalankan sebagai sarana untuk bermain yang mengandung pendidikan

serta mampu mengembangkan kemampuan anak. Adapun alat yang dapat

digunakan untuk memainkan permainan edukatif yaitu harus mengandung nilai-

nilai pendidikan, aman dan tidak berbahaya serta berfungsi untuk

mengembangkan kemampuan anak (Farhurohman, 2017).

Adapun tujuan permainan edukatif dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1)

tujuan untuk anak, meliputi : memudahkan anak untuk belajar, melatih

konsentrasi anak, sebagai media kreativitas dan imajinasi anak, dapat

menghilangkan kejenuhan anak, serta sebagai bahan percobaan anak; 2) tujuan

untuk pendidik, meliputi: mempermudah pendidik dalam menyampaikan materi,

melatih kreativitas dan inovasi pendidik, mengatasi keterbatasan waktu dan ruang

serta membangkitkan motivasi belajar anak sebagai media penilaian anak

(Fadlillah, 2017).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa alat permainan edukatif

adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai peralatan atau sarana bermain

anak yang mengandung nilai pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan anak.

c. Pengertian Permainan Jejak Kaki

Permainan jejak kaki merupakan permainan edukatif yang dirancang

sebagai salah satu alternatif untuk mengembangkan kemampuan motorik kasar

anak. Permainan jejak kaki merupakan permainan yang menyenangkan, mudah

diterapkan dan aman untuk anak dengan tujuan untuk melatih keseimbangan,
28

ketepatan, kelentukan, kelincahan dan kekuatan untuk anak usia 5-6 tahun agar

anak dapat bermain dan berkembangan secara optimal (Hasliza & Annisa, 2019).

Pada permainan jejak kaki ini menggunakan tripleks yang telah didesain

dengan gambar telapak kaki. Tripleks yang digunakan sebanyak 9 buah tripleks

yang berukuran 35 cm x 35 cm dengan 6 tripleks bergambar satu telapak kaki

kanan dan kiri, 3 tripleks bergambar dua telapak kaki, selain tripleks jejak kaki,

terdapat satu bola dan ring yang berada di garis finish sebagai media penyimpanan

bola yang akan dilambungkan nantinya. Pada setiap tripleks telapak kaki memiliki

arah jejak kaki yang berbeda, sehingga saat anak memainkan permainan ini

mampu mengembangkan koordinasi antara mata dan kaki anak.

Adapun indikator yang dikembangkan dalam kemampuan motorik kasar

anak melalui permainan jejak kaki antara lain: 1) anak mampu melakukan

berbagai gerakan terkoordinasi secara terkontrol, seimbang, dan lincah dapat

terlihat dalam kegiatan: (a) anak mampu berjalan dengan berbagai variasi yaitu

maju, mundur, jalan ke samping, (b) anak mampu melompat sesuai arah dengan

menggunakan satu dan dua kaki; 2) anak mampu melakukan permainan fisik

dengan aturan; 3) anak mampu terampil menggunakan tangan kanan dan kiri

dalam berbagai aktivitas.

Permainan ini dapat dilakukan di dalam maupun di luar kelas secara

terbimbing oleh guru dengan aturan permainan yang telah ditentukan. Aturan

dalam permainan ini, anak bermain sesuai dengan urutan dari hasil pengundian

yang dilakukan lalu anak berbaris sesuai urutan. Pada permainan ini, tripleks jejak

kaki di atur sesuai pola yang di tentukan sehingga sebelum anak memulai
29

permainannya, guru akan memberi contoh kepada anak sehingga saat anak

bermain guru hanya menginstruksikan dan mengarahkan anak saja.

d. Manfaat Permainan Jejak Kaki

Sejatinya, permainan jejak kaki secara teknis sama dengan permainan

engklek dimana lebih mengutamakan pada aktivitas melompat dan berjalan.

Achroni (Fitria, 2017: 41) mengemukakan bahwa manfaat dari permainan jejak

kaki adalah sebagai berikut :

1) Memberikan kegembiraan pada anak


2) Menyehatkan fisik anak. Sebab, permainan ini dimainkan
dengan banyak bergerak yaitu melompat.
3) Melatih keseimbangan tubuh anak dikarenakan permainan
ini dimainkan dengan melompat menggunakan satu kaki.
4) Mengajarkan kedisiplinan untuk mematuhi aturan main.
5) Mengembangkan kemampuan bersosialisasi anak karena
dimainkan secara bersama-sama.
6) Mengembangkan kecerdasan logika anak, yaitu melatih
anak untuk berhitung dan menentukan langkah-langkah
yang harus dilewatinya.

e. Bentuk Permainan Jejak Kaki

1) Alat dan Bahan Membuat Permainan Jejak Kaki

Adapun alat dan bahan yang akan digunakan untuk membuat permainan

jejak kaki adalah: gunting, kertas pola jejak kaki berbagai arah, tripleks

ukuran 35 cm x 35 cm, cat kayu, kuas, bola, ring bola, stopwatch.

2) Langkah-Langkah Pembuatan Permainan Jejak Kaki

Adapun langkah-langkah dalam membuat permainan ini yaitu : a)

siapkan tripleks ukuran 35 cm x 35 cm, b) gunting kertas pola sehingga

membentuk jejak kaki, c) menempelkan kertas pola jejak kaki ke tripleks

d) warnai tripleks menggunakan cat kayu menggunakan kuas, lepaskan


30

kertas pola jejak kaki, e) setelah selesai tripleks dapat di atur sesuai dengan

pola yang telah ditentukan oleh guru atau peneliti.

3) Cara Bermain Permainan Jejak Kaki

a) Melakukan pengundian dengan anak mengambil kertas yang telah

berisi nomor urut bermain ke dalam kotak lalu setelah hasilnya

keluar, anak akan berbaris sesuai urutan.

b) Menyiapkan alat permainan jejak kaki yaitu tripleks yang telah

didesain, ring bola, bola, dan stopwatch.

c) Menyusun tripleks jejak kaki sesuai pola yang telah ditentukan.

d) Anak berjalan dan melompat sesuai dengan arah dan jumlah kaki

yang tertera dalam tripleks dimana anak berjalan sebanyak 2 kali

sesuai dengan arah gambar telapak kaki dan melompat dengan

satu kaki sebanyak 2 kali sesuai dengan arah gambar telapak kaki

dan melompat dengan 2 kaki sebanyak 4 kali tersebut dengan

membawa bola di tangannya, jika bola terjatuh atau anak tidak

melompat sesuai arah gambar telapak kaki maka anak kembali ke

garis start dan tidak dapat melanjutkan permainan, tetapi jika anak

mampu menjaga bola yang ada ditangannya hingga pijakan

terakhir, anak dapat melambungkan bola ke dalam ring yang telah

disediakan lalu guru mencatat waktunya menggunakan stopwatch.

e) Dilakukan secara bergantian sesuai urutan yang telah ditentukan

dan guru mencatat waktu yang digunakan anak dalam

menyelesaikan permainan ini untuk mengetahui pemenang dari


31

permainan ini yang dapat menyelesaikan permainan dengan waktu

yang paling cepat.

f. Hubungan Kemampuan Motorik Kasar dengan Permainan jejak kaki

Perkembangan pada anak usia dini mencakup berbagai aspek

perkembangan, diantaranya yaitu perkembangan fisik yaitu motorik kasar. Pada

usia 5-6 tahun telah tampak otot-otot tubuh yang berkembang, sehingga

memungkinkan anak melakukan melakukan berbagai jenis keterampilan. Gerakan

anak usia 5-6 tahun lebih terkendali dan terorganisasi dengan pola-pola seperti

menegakkan tubuh dalam posisi berdiri, tangan dapat digerakan dengan santai

serta mampu melangkah dengan menggerakkan tungkai dan kaki. Namun

faktanya, saat ini banyak yang lebih menyukai permainan menggunakan media

elektronik, sehingga enggan untuk bersosialisasi dengan lingkungan melalui

bermain dengan teman sebaya. Sebenarnya permainan yang dilaksanakan anak

bersama teman dengan banyak gerak mempunyai pengaruh positif terhadap

perkembangan fisik motorik kasar anak tersebut. Anak akan menjadi lebih

lincah dalam menggerakkan anggota tubuhnya. Adapun salah satu permainan

yang dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak saat ini adalah dengan

bermain permainan jejak kaki. Dengan metode bermain jejak kaki anak akan lebih

tertarik untuk mengikuti pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan

fisik motorik kasarnya.


32

B. Kerangka Pikir

Guru memiliki peranan penting dalam menentukan metode apa yang akan

digunakan dalam proses pembelajaran. Keberhasilan seorang anak dalam

perkembangan motorik kasar ditentukan oleh seberapa kreatifnya seorang guru

dalam merancang dan mengemas pembelajaran dengan baik dan menarik bagi

anak yaitu melalui sebuah permainan. Salah satu permainan yang dapat

mengembangkan aspek motorik kasar anak yaitu permainan jejak kaki. Permainan

jejak kaki merupakan permainan yang menyenangkan, mudah diterapkan dan

aman untuk anak, dengan tujuan untuk melatih keseimbangan, ketepatan,

kelentukan, kelincahan dan kekuatan untuk anak usia 5-6 tahun agar anak dapat

bermain dan berkembang secara optimal.

Peningkatan motorik kasar anak melalui kegiatan bermain permainan jejak

kaki tentunya akan membuat kegiatan anak dalam proses pembelajaran menjadi

lebih menyenangkan sehingga dapat meningkatkan minat anak dalam melakukan

kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak dalam

melakukan berbagai gerakan terkoordinasi secara terkontrol, seimbang, dan

lincah, melakukan permainan fisik dengan aturan serta terampil menggunakan

tangan kanan dan kiri dalam berbagai aktivitas. Berdasarkan penjelasan di atas,

maka peneliti mencoba melakukan sebuah penelitian tentang pengaruh permainan

jejak kaki terhadap peningkatan motorik kasar anak usia 5-6 Tahun Taman

Kanak-Kanak Mandiri Pitue Kabupaten Pangkajene


33

Berikut ini adalah gambar bagan alur kerangka pikir:

Anak 1. Anak belum mampu melakukan berbagai gerakan terkoordinasi


secara terkontrol, seimbang, dan lincah
2. Anak belum mampu melakukan permainan fisik dengan aturan
3. Anak belum mampu terampil menggunakan tangan kanan dan
kiri dalam berbagai aktivitas
Pretest

Langkah-Langkah Permainan Jejak Kaki:


1. Melakukan pengundian dengan anak mengambil kertas yang
telah berisi nomor urut bermain ke dalam kotak lalu setelah
hasilnya keluar, anak akan berbaris sesuai urutan
2. Menyiapkan alat permainan jejak kaki yaitu tripleks yang
telah didesain, ring bola, bola, dan stopwatch
3. Menyusun tripleks jejak kaki sesuai pola yang telah
Kegiatan ditentukan
Bermain 4. Anak berjalan dan melompat sesuai dengan arah dan jumlah
kaki yang tertera dalam tripleks dimana anak berjalan
Permainan sebanyak 2 kali sesuai dengan arah gambar telapak kaki dan
Jejak Kaki melompat dengan satu kaki sebanyak 2 kali sesuai dengan
arah gambar telapak kaki dan melompat dengan 2 kaki
sebanyak 4 kali tersebut dengan membawa bola di
tangannya, jika bola terjatuh atau anak tidak melompat
sesuai arah gambar telapak kaki maka anak kembali ke
garis start dan tidak dapat melanjutkan permainan, tetapi
jika anak mampu menjaga bola yang ada ditangannya
hingga pijakan terakhir, anak dapat melambungkan bola ke
dalam ring yang telah disediakan lalu guru mencatat
waktunya menggunakan stopwatch.
5. Dilakukan secara bergantian sesuai urutan yang telah
Posttest ditentukan dan guru mencatat waktu yang digunakan anak
dalam menyelesaikan permainan ini untuk mengetahui
pemenang dari permainan ini yang dapat menyelesaikan
permainan dengan waktu yang paling cepat.

Indikator Kemampuan Motorik Kasar


1. Anak mampu melakukan berbagai gerakan terkoordinasi
Kemampuan secara terkontrol, seimbang, dan lincah
Motorik Kasar 2. Anak mampu melakukan permainan fisik dengan aturan
3. Anak mampu terampil menggunakan tangan kanan dan
kiri dalam berbagai aktivitas.

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir


34

C. Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu:

Ho: Diterima jika nilai sig. (2-tailed) > 0,05 artinya tidak terdapat pengaruh

permainan jejak kaki terhadap kemampuan motorik kasar anak usia 5-6

tahun di Taman Kanak-Kanak Mandiri Pitue Kabupaten Pangkajene.

H1: Diterima jika nilai sig. (2-tailed) < 0,05 artinya terdapat pengaruh

permainan jejak kaki terhadap kemampuan motorik kasar anak usia 5-6

tahun di Taman Kanak-Kanak Mandiri Pitue Kabupaten Pangkajene.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan metode untuk

menguji teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antar variabel. Adapun

variabel yang diukur dengan instrumen penelitian sehingga data yang terdiri dari

angka-angka dapat dianalisis berdasarkan prosedur statistik (Noor, 2017).

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian pre-eksperimen. Metode pre-eksperimen ini digunakan untuk

mengetahui pengaruh permainan jejak kaki terhadap kemampuan motorik kasar

anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-Kanak Mandiri Pitue Kabupaten Pangkajene

yang diberikan perlakuan metode eksperimen. Penggunaan jenis penelitian ini

berdasarkan sifat populasi, yaitu anak didik yang tidak tetap dan bervariasi.

B. Desain Penelitian dan Variabel

1. Desain Penelitian

Desain penelitian dalam penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah one group pretest-posttest design. Desain penelitian ini merupakan desain

penelitian yang hanya menggunakan satu kelompok subjek saja, dan tidak ada

usaha untuk mengendalikan variabel non-eksperimental. Pengukuran atau

observasi dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan, dan perbedaan hasil

35
36

pengukuran tersebut dianggap sebagai efek dari perlakuan. Keman (2013)

menggambarkan bentuk desain ini sebagai berikut :

O1 X O2
Gambar 3.1 Desain Penelitian

Keterangan

X : Perlakuan (Variabel Independen)

O1 :Nilai Pretest (sebelum diberikan perlakuan)

O2 : Nilai Posttest (sesudah diberikan perlakuan)

Desain ini dilakukan tes awal (pretest) mengenai kemampuan motorik

kasar anak, kemudian diberi perlakuan dengan kegiatan bermain permainan jejak

kaki setelah itu dilakukan lagi tes akhir (posttest) dengan demikian hasil

perlakuan dapat diketahui lebih akurat karena dapat membandingkan antara

keadaan sebelum dan sesudah diberi perlakuan.

2. Variabel Penelitian

Penelitian ini mengkaji dua variabel, yaitu kemampuan motorik kasar anak

dan permainan jejak kaki. Permainan jejak kaki sebagai variabel bebas atau yang

mempengaruhi dan kemampuan motorik kasar anak sebagai variabel terikat atau

dipengaruhi.

C. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini bertujuan agar terhindar

dari berbagai kesalahpahaman atau bentuk penyimpangan terhadap sebuah

variabel pada saat proses pengumpulan yang biasanya disebabkan pemilihan

instrumen (alat pengumpulan data) yang tidak sesuai. Definisi operasional


37

variabel adalah batasan-batasan yang digunakan untuk menghindari perbedaan

tentang peubah yang diteliti sekaligus menyamakan persepsi tentang variabel

yang dikaji atau sedang diamati, maka dikemukakan definisi operasional variabel

penelitian sebagai berikut:

1. Kemampuan Motorik Kasar Anak

Kemampuan motorik kasar adalah kemampuan yang melibatkan

sebagian besar tubuh anak dan otot-otot besar anak baik otot tangan dan otot

kaki sebagai dasar utama gerakannya. Adapun indikator kemampuan motorik

kasar dalam penelitian ini yaitu: 1) anak mampu melakukan berbagai gerakan

terkoordinasi secara terkontrol, seimbang, dan lincah dapat terlihat dalam

kegiatan: (a) anak mampu berjalan dengan berbagai variasi yaitu maju, mundur,

jalan ke samping, (b) anak mampu melompat sesuai arah dengan menggunakan

satu dan dua kaki; 2) anak mampu melakukan permainan fisik dengan aturan; 3)

anak mampu terampil menggunakan tangan kanan dan kiri dalam berbagai

aktivitas.

2. Permainan Jejak Kaki

Permainan jejak kaki merupakan permainan edukatif yang dirancang

sebagai salah satu alternatif untuk mengembangkan kemampuan motorik kasar

anak. Adapun langkah-langkah dalam bermain permainan jejak kaki yaitu:

melakukan pengundian dengan anak mengambil kertas yang telah berisi nomor

urut bermain ke dalam kotak lalu setelah hasilnya keluar, anak akan berbaris

sesuai urutan, menyiapkan alat permainan jejak kaki yaitu tripleks yang telah

didesain, ring bola, bola, dan stopwatch, menyusun tripleks jejak kaki sesuai
38

pola yang telah ditentukan, anak berjalan dan melompat sesuai dengan arah dan

jumlah kaki yang tertera dalam tripleks dimana anak berjalan sebanyak 2 kali

sesuai dengan arah gambar telapak kaki dan melompat dengan satu kaki

sebanyak 2 kali sesuai dengan arah gambar telapak kaki dan melompat dengan 2

kaki sebanyak 4 kali tersebut dengan membawa bola di tangannya, jika bola

terjatuh atau anak tidak melompat sesuai arah gambar telapak kaki maka anak

kembali ke garis start dan tidak dapat melanjutkan permainan, tetapi jika anak

mampu menjaga bola yang ada ditangannya hingga pijakan terakhir, anak dapat

melambungkan bola ke dalam ring yang telah disediakan lalu guru mencatat

waktunya menggunakan stopwatch, dilakukan secara bergantian sesuai urutan

yang telah ditentukan dan guru mencatat waktu yang digunakan anak dalam

menyelesaikan permainan ini untuk mengetahui pemenang dari permainan ini

yang dapat menyelesaikan permainan dengan waktu yang paling cepat.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Adapun populasi dari penelitian ini yaitu seluruh peserta didik Taman

Kanak-Kanak Mandiri Pitue Kabupaten Pangkajene yang berjumlah 22 anak yang

terbagi atas 7 anak kelompok A dan 15 anak kelompok B.

2. Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan. Sampel yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu 15 anak kelompok B yang memiliki rentang

usia 5-6 tahun. Pengambilan sampel kelompok B ini didasari dengan


39

pertimbangan yaitu pada saat melakukan observasi awal di Taman Kanak-Kanak

Mandiri Pitue Kabupaten Pangkajene saat anak kelompok B melakukan kegiatan

senam lompat kelinci masih ada beberapa anak yang melompat tidak sesuai

arahan dan tidak dapat mempertahankan keseimbangannya sehingga menjadikan

kelompok B dengan usia anak 5-6 tahun sebagai sampel untuk melakukan

kegiatan permainan jejak kaki ini.

E. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan oleh peneliti

untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam menjawab rumusan masalah

penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini

sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi adalah melakukan pengamatan secara langsung ke objek

penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.Observasi

dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data peserta didik dari Taman

Kanak-Kanak Mandiri Pitue Kabupaten Pangkajene kelompok B yang

berusia 5-6 tahun. Observasi dilakukan peneliti untuk mengamati

kemampuan motorik kasar anak ketika diberikan pretest dan posttest

dengan menceklis setiap item pada indikator sesuai kategori pencapaian

perkembangan anak pada instrumen penelitian yang digunakan.


40

b. Tes

Tes yang digunakan yaitu tes perlakuan dengan beberapa kegiatan

antara lain, berjalan di atas papan titian, melakukan kegiatan bermain bola

estafet dengan aturan yang telah ditentukan dan memasukkan bola ke

dalam keranjang. Tes ini akan digunakan sebagai pretest dan posttest yang

diberikan pada anak. Pretest dan posttest yang diberikan pada anak dalam

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengukur kemampuan

motorik kasar anak sebelum dan sesudah diberikan perlakuan berupa

kegiatan bermain permainan jejak kaki. Pengukuran hasil tes dalam

penelitian ini dengan menggunakan ranting scale (skala penilaian). Bentuk

skala penilaian ini memuat indikator perkembangan yang sudah ditetapkan

sebelumnya. Berikut dapat dilihat kategori pencapaian perkembangan anak

pada setiap indikator yang telah ditetapkan.

Tabel 3.1 Kategori Pengukuran Kemampuan Motorik Kasar Anak

Pencapaian Perkembangan Anak Skor


Berkembang Sangat Baik (BSB) 4
Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 3
Mulai Berkembang (MB) 2
Belum Berkembang (BB) 1
Sumber: Sugiyono, 2017

c. Dokumentasi

Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data lapangan dari tempat

penelitian seperti foto-foto di lapangan. Dokumentasi yang dilakukan

dalam penelitian ini bertujuan untuk mendukung penelitian mengenai

peningkatan kemampuan motorik kasar anak usia 5-6 tahun melalui


41

permainan jejak kaki di Taman Kanak-Kanak Mandiri Pitue Kabupaten

Pangkajene.

2. Prosedur Penelitian

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini melalui beberapa tahap yaitu

sebagai berikut:

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini penulisan merumuskan instrumen yang

berisi item-item penilaian pada anak. Instrumen yang dibuat divalidasi

terlebih dahulu. Item yang valid tersebut yang akan digunakan untuk

mengukur tingkat kemampuan motorik kasar anak. Selanjutnya penulis

membuat skenario pembelajaran yang akan dilakukan saat pemberian

perlakuan. Hal ini menjadi bagi penulis dalam pemberian perlakuan.

b. Pemberian Pretest

Pada tahap ini penulis memberi penilaian terhadap kemampuan

motorik kasar anak sebelum diberi perlakuan antara lain berjalan di atas

papan titian, melakukan kegiatan bermain bola estafet dengan aturan yang

telah ditentukan dan memasukkan bola ke dalam keranjang. Hal ini

bertujuan untuk mengetahui kemampuan motorik kasar anak sebelum

bermain permainan jejak kaki.

c. Pemberian Perlakuan (Treatment)

Pada tahap ini peneliti menerapkan perlakuan (treatment) berupa

kegiatan bermain permainan jejak kaki yang akan diterapkan pada jangka
42

waktu tertentu dan berpedoman pada skenario yang telah dibuat

sebelumnya pada tahap perencanaan.

d. Pemberian Posttest

Pada tahap ini peneliti memberi penilaian terhadap kemampuan

motorik kasar anak setelah diberi perlakuan berupa kegiatan bermain

permainan jejak kaki. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat

kemampuan motorik kasar anak setelah diterapkan kegiatan bermain

permainan jejak kaki.

e. Analisis Hasil

Pada tahap ini peneliti membandingkan hasil pretest dan posttest

untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada kemampuan motorik kasar

anak dan juga untuk mengetahui apakah kegiatan bermain permainan jejak

kaki berpengaruh pada kemampuan motorik kasar anak.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data digunakan untuk menganalisis data hasil peningkatan

kemampuan motorik kasar anak sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Adapun

teknik analisis data yang digunakan antara lain:

1. Teknik Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran

peningkatan kemampuan motorik kasar anak sebelum dan sesudah melakukan

kegiatan bermain jejak kaki. teknik analisis statistik deskriptif akan dikerjakan

melalui aplikasi SPSS.


43

Selanjutnya dapat dilakukan dengan perhitungan rata-rata dengan rumus:

Keterangan:

P : Rata-rata

X : Nilai

N : Jumlah data

2. Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov

Uji normalitas Kolmogorov Smirnov digunakan untuk mengetahui apakah

data yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak.

Uji normalitas Kolmogorov Smirnov yang telah dilakukan dengan

menggunakan aplikasi SPSS dan nilai level signifikasi (sig) yang digunakan

adalah α = 0,05.

a. Jika nilai sig > 0,05 H0 diterima dan H1 ditolak maka data berdistribusi

normal.

b. Jika nilai sig < 0,05 H0 ditolak dan H1 diterima maka data berdistribusi

tidak normal.

3. Analisis Statistik Parametrik (Paired Sampel t-Test)

Uji statistik parametrik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Paired

Sampel t-Test. Penelitian ini menggunakan uji Paired Sampel t-Test untuk

mengetahui adanya pengaruh atau tidak dari permainan jejak kaki yang

diberikan pada anak. Uji Paired Sampel t-Test yang telah dilakukan melalui
44

aplikasi SPSS. Adapun rumus Paired Sampel t-Test menurut Nuryadi, dkk

(2017: 102) sebagai berikut:

Keterangan :
t = Nilai t hitung
̅ = Rata-rata selisih pengukuran 1 dan 2
SD = Standar deviasi selisih pengukuran 1 dan 2
n = Jumlah sampel

Dalam uji Paired Sampel t-Test ini nilai signifikasi (sig) atau nilai yang

digunakan adalah α = 0,05.

a. Jika nilai sig. (2-tailed) < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang

berarti terdapat pengaruh yang signifikan dengan diberikan kegiatan

bermain permainan jejak kaki terhadap kemampuan motorik kasar anak.

b. Jika nilai sig. (2-tailed) > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak yang

berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan dengan diberikan kegiatan

bermain permainan jejak kaki terhadap kemampuan motorik kasar anak.

Adapun prosedur pelaksanaan penelitian untuk mendukung teknik analisis

data tersebut yaitu: 1) Menentukan sampel penelitian yaitu anak kelompok B di

Taman Kanak-Kanak Mandiri Pitue Kabupaten Pangkajene. 2) Melakukan Pretest

(O1) untuk mengetahui nilai kemampuan motorik kasar anak sebelum diberikan

perlakuan. 3) Melakukan perlakuan dengan kegiatan bermain jejak kaki dalam

kegiatan pembelajaran (X) pada anak usia 5-6 tahun kelompok B di Taman

Kanak-Kanak Mandiri Pitue Kabupaten Pangkajene. 4) Melakukan Posttest (O2)


45

untuk mengetahui kemampuan motorik kasar anak setelah diberikan perlakuan. 5)

Membandingkan hasil Pretest (O1) dan Posttest (O2) Untuk mengetahui adanya

pengaruh permainan jejak kaki terhadap kemampuan motorik kasar anak usia 5-6

Tahun di Taman Kanak-Kanak Mandiri Pitue Kabupaten Pangkajene.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Taman Kanak-kanak Mandiri Pitue

yang berlokasi di Jl. H. Andi Kecca Desa Pitue, Kecamatan Ma‟rang, Kabupaten

Pangkajene. Taman Kanak-kanak Mandiri Pitue dikelola oleh pengurus Yayasan

Andi Mappe yaitu Ibu Hj. Ratu, S.Pd dan kepala sekolah Ibu Harfiani. A, S.Pd.

Taman Kanak-kanak Mandiri Pitue memiliki tenaga pengajar sebanyak 2 orang.

Taman Kanak-kanak Mandiri Pitue adalah lembaga pendidikan yang program

kegiatan yang mengacu pada KTSP yang dipadukan dengan materi yang sesuai

dengan kebutuhan perkembangan anak usia dini. Proses pembelajaran yang

terlaksana di Taman Kanak-kanak Mandiri Pitue sesuai dengan RPPM (Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan) dan RPPH (Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran Harian) yang mengacu pada pembelajaran dengan tema-tema yang

dilaksanakan di Taman Kanak-kanak Mandiri Pitue. Taman Kanak-kanak Mandiri

Pitue memiliki satu ruangan kantor, satu ruangan toilet, dan terdiri dari 2 kelas

yaitu 1 kelas Kelompok A dan 1 kelas Kelompok B.

2. Deskripsi Hasil Analisis Data

Deskripsi hasil analisis data ini digunakan untuk menjawab rumusan

masalah “Bagaimana gambaran pelaksanaan permainan jejak kaki di Taman

Kanak-Kanak Mandiri Pitue Kabupaten Pangkajene?”.

46
47

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan peneliti akan melakukan kegiatan antara lain

merencanakan pelaksanaan pembelajaran. Rencana pelaksanaan kegiatan

bermain menggunakan permainan jejak kaki, adapun perencanaan yang

dilakukan oleh peneliti yaitu sebagai berikut:

1) Membuat jadwal kegiatan 2 minggu belajar luring yaitu tentang

materi pembelajaran yang akan disampaikan sesuai dengan

kegiatan pembelajaran yang akan digunakan.

2) Peneliti mempersiapkan alat permainan jejak kaki dan sarana

pembelajaran yang mendukung.

3) Peneliti mempersiapkan rubrik penelitian.

4) Peneliti mempersiapkan dokumentasi, digunakan sebagai bukti

bahwa kegiatan pembelajaran benar-benar berlangsung.

b. Pelaksanaan

Proses belajar mengajar yang dilakukan di sekolah sekarang tentunya

sedikit berbeda dengan yang dilakukan sebelumnya, hal ini disebabkan karena

adanya Coronavirus Disease-2019 (Covid-19) ini sehingga proses belajar

mengajar dilakukan secara daring maupun luring. Berbagai cara dilakukan

oleh para guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar semenjak adanya

Covid-19, bukan hanya belajar secara online atau belajar dari rumah tetapi

kadang kala murid datang tetapi tetap mematuhi protokol kesehatan yang

dihimbaukan, kadang kala guru melaksanakan kegiatan pembelajaran secara

luring atau offline seperti kegiatan belajar mengajar dilakukan di sekolah


48

sebanyak 3 kali dalam seminggu. Rencana program pembelajaran pun

dikondisikan dengan masa pandemik sekarang ini, dimana program

pembelajaran disusun dan pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi

sekarang. Pada saat peneliti melakukan penelitian, anak-anak melakukan

proses belajar mengajar di sekolah dengan menggunakan sistem luring yaitu

proses belajar mengajar hanya dilakukan selama 3 kali dalam seminggu di

Taman Kanak-kanak Mandiri Pitue Kabupaten Pangkajene dengan tetap

mematuhi protokol kesehatan.

Kegiatan awal pembelajaran yang dilakukan adalah memberi dan

menjawab salam kepada anak-anak dan memberi pertanyaan tentang keadaan

anak dilanjut dengan berdoa yaitu mengucapkan doa sebelum belajar, setelah

itu dilanjutkan dengan membaca surah pendek yaitu, surah Al-Fatihah, An-

Nas, Al-Falaq, Al-Ashr, dan Al-Ikhlas. Setelah membaca surah-surah pendek,

peneliti memberi penjelasan tentang kegiatan bermain jejak kaki yang akan di

lakukan. Setelah bermain jejak kaki anak diarahkan untuk melakukan kegiatan

yang telah ditentukan sesuai tema harian pembelajaran. Selanjutnya anak

istirahat untuk makan dan bermain bebas. Kegiatan terakhir yaitu

mengucapkan doa sebelum pulang.

Pelaksanaan kegiatan penelitian dilaksanakan dengan lima kali pertemuan

dimana peneliti terlebih dahulu menyiapkan atau membuat jadwal kegiatan 2

minggu pembelajaran yang disampaikan kepada anak dengan melakukan

kegiatan bermain permainan jejak kaki yang akan dilakukan oleh peneliti.
49

1) Pelaksanaan Pretest

Dilaksanakan pada hari senin tanggal 27 September 2021, adapun

yang dilakukan peneliti pada saat pretest yaitu memberikan tes perlakuan

berupa anak berjalan di atas papan titian, bermain bola estafet dengan

aturan dan memasukkan bola ke dalam keranjang. Pelaksanaan pretest

dilakukan 1 kali. Pelaksanaan pretest bertujuan untuk mengetahui

gambaran kemampuan motorik kasar sebelum diberikan permainan jejak

kaki.

Hasil penelitian kemampuan motorik kasar anak sebelum diberikan

treatment kegiatan bermain permainan jejak kaki dimana nilai terkecil 1

dan nilai terbesar 4 dengan total pertanyaan/item sebanyak 4 sehingga skor

terkecil (nilai terkecil x banyak pertanyaan = 1 x 4) sama dengan 4 dan

skor terbesar (nilai terbesar x banyak pertanyaan = 4 x 4) sebesar 16.

Tabel 4.1 Kemampuan motorik kasar anak sebelum diberikan


treatment kegiatan bermain menggunakan permainan jejak kaki
No Nama Kategori
1 A BB (Belum Berkembang)
2 MA MB (Mulai Berkembang)
3 ACA MB (Mulai Berkembang)
4 AS MB (Mulai Berkembang)
5 KM BB (Belum Berkembang)
6 MII BB (Belum Berkembang)
7 MR BB (Belum Berkembang)
8 NNS MB (Mulai Berkembang)
9 AV BB (Belum Berkembang)
10 MGA BB (Belum Berkembang)
11 SM MB (Mulai Berkembang)
12 SN MB (Mulai Berkembang)
13 SNA BB (Belum Berkembang)
14 AK BSH (Berkembang Sesuai Harapan)
15 ZA BSB (Berkembang Sangat Baik)
50

Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui bahwa pada tes

awal (pretest) yang diberikan untuk mengetahui kemampuan motorik

kasar anak dimana terdapat 7 anak masih dalam kategori Belum

Berkembang (BB) dengan skor 9-10 skor setiap anak karena belum

mampu berjalan dengan berbagai variasi yaitu maju, mundur, jalan ke

samping, yang belum mampu melompat sesuai arah menggunakan satu

dan dua kaki, yang belum mampu bermain sesuai dengan aturan yang

telah ditentukan, dan belum mampu menggunakan tangan kanan dan kiri

dalam berbagai aktivitas.

Terdapat 6 anak dalam kategori Mulai Berkembang (MB) dengan

skor 11-12 skor setiap anak karena anak mampu berjalan dengan

berbagai variasi yaitu maju, mundur, jalan ke samping dengan arahan

guru, yang mampu melompat tidak sesuai arah dengan menggunakan

satu dan dua kaki, yang mampu bermain sesuai aturan yang telah

ditentukan dengan arahan dari guru, dan anak mampu menggunakan

menggunakan tangan kanan atau kiri dalam berbagai aktivitas dengan

bantuan guru.

Terdapat 1 anak dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan

(BSH) dengan skor 13-14 skor setiap anak karena anak mampu mampu

berjalan dengan 2 variasi jalan tanpa bantuan guru, yang mampu

melompat sesuai arah menggunakan satu kaki, yang mampu bermain

sesuai aturan yang ditentukan tanpa arahan dari guru, dan mampu
51

menggunakan menggunakan tangan kanan atau kiri dalam berbagai

aktivitas tanpa bantuan guru.

Terdapat 1 anak dalam kategori Berkembang Sangat Baik (BSB)

dengan skor 15-16 setiap anak karena anak mampu berjalan dengan

berbagai variasi yaitu maju, mundur, jalan ke samping tanpa bantuan

guru, yang mampu melompat sesuai arah menggunakan satu dan dua

kaki, yang mampu bermain sesuai aturan yang ditentukan dan

mengarahkan temannya untuk menaati aturan permainan, dan mampu

menggunakan tangan kanan dan kiri dalam berbagai aktivitas tanpa

bantuan guru dan membantu temannya.

2) Pemberian Perlakuan (Treatment)

a) Pertemuan Pertama

Pelaksanaan pemberian treatment dilaksanakan pada hari rabu

tanggal 29 September 2021 pada pukul 08.00. Adapun yang dilakukan

peneliti pada saat pemberian treatment yaitu peneliti menyiapkan alat

permainan jejak kaki sebagai kegiatan awal anak, kemudian menyiapkan

bahan ajar dengan tema lingkunganku dengan sub tema sekolah. Peneliti

kemudian mengatur 15 anak dimana terdiri atas 8 perempuan dan 7 laki-

laki untuk duduk ditempat masing-masing, kemudian bersama-sama

membaca doa sebelum belajar dan menjelaskan kegiatan yang akan

dilakukan hari ini.

Pada saat pemberian treatment mengenai kemampuan motorik

kasar anak dengan menggunakan permainan jejak kaki peneliti


52

menyiapkan alat permainan jejak kaki yaitu berupa 9 tripleks jejak kaki

sebagai pijakan kaki anak, bola, ring bola, stopwatch. Setelah itu peneliti

menjelaskan aturan yang digunakan dalam permainan ini. Kemudian

anak diarahkan untuk mengambil undian yang berisi urutan untuk

bermain. Untuk menghindari perkumpulan, anak dibagi menjadi 3

kelompok sesuai urutan yang telah ditentukan. Setelah membagi anak

menjadi 3 kelompok, kemudian peneliti mengarahkan anak untuk

berbaris sesuai dengan kelompoknya untuk memulai permainan jejak

kaki di luar kelas. Sebelum anak bermain, guru terlebih dahulu

memberikan contoh cara bermain jejak kaki dan mengingatkan kepada

anak jika peneliti mencatat waktu bermain menggunakan stopwatch.

Setelah anak memperhatikan guru, kemudian anak mulai bermain

permainan jejak kaki dimana anak membawa bola di salah satu

tangannya dan berjalan sesuai dengan pijakan kaki yang tersedia dan

melompat menggunakan satu dan dua kaki secara bergantian sesuai

dengan pola yang ditentukan, jika anak tidak mampu menjaga bola yang

ada tangannya maka anak kembali ke garis start dan tidak dapat

melanjutkan permainan. tetapi jika anak mampu menjaga bola yang ada

ditangannya hingga pijakan terakhir, anak dapat melambungkan bola ke

dalam ring yang telah disediakan lalu guru mencatat waktunya

menggunakan stopwatch. Setelah melambungkan bola, peneliti mencatat

waktu anak menggunakan stopwatch untuk mengetahui kecepatan anak

menyelesaikan permainan ini. Anak melakukan permainan ini secara


53

bergantian sesuai urutan yang telah ditentukan. Setelah semua anak

selesai bermain, kemudian peneliti mengarahkan anak untuk mencuci

tangan dan kembali ke dalam kelas untuk melaksanakan proses belajar.

Pembelajaran hari ini yaitu tema lingkunganku dengan sub tema

sekolahku. Adapun kegiatan yang dilakukan yaitu mengenalkan tentang

sekolah dan benda-benda yang terdapat disekolah, mewarnai gambar

sekolah, mengelompokkan benda yang ada di ruang bermain dan ruang

belajar, melakukan stempel jari pada gambar meja guru serta

membiasakan anak untuk memakai sepatu sendiri. Setelah melaksanakan

kegiatan belajar, peneliti memberikan anak istirahat dengan bermain

bebas, dan setelah itu peneliti kembali mngarahkan anak untuk duduk

dengan rapi dan melakukan diskusi tentang permainan jejak kaki yang

telah dimainkan hari ini. Setelah menjelaskan, peneliti mengarahkan

anak untuk berdoa sebelum pulang ke rumah.

b) Pertemuan Kedua

Pelaksanaan pemberian treatment dilaksanakan pada hari jumat

tanggal 01 Oktober 2021 pada pukul 08.00. Adapun yang dilakukan

peneliti pada saat pemberian treatment yaitu peneliti menyiapkan alat

permainan jejak kaki sebagai kegiatan awal anak, kemudian menyiapkan

bahan ajar dengan tema lingkunganku dengan sub tema sekolah. Peneliti

kemudian mengatur 15 anak untuk duduk ditempat masing-masing,

kemudian bersama-sama membaca doa sebelum belajar dan menjelaskan

kegiatan yang akan dilakukan hari ini.


54

Pada saat pemberian treatment mengenai kemampuan motorik

kasar anak dengan menggunakan permainan jejak kaki peneliti

menyiapkan alat permainan jejak kaki yaitu berupa 9 tripleks jejak kaki

sebagai pijakan kaki anak, bola, ring bola, stopwatch. Sebelumnya

peneliti telah membagi anak menjadi 3 kelompok, untuk menilai anak

dapat menaati aturan, peneliti mengarahkan anak untuk membentuk

kelompoknya sesuai dengan kelompok sebelumnya. Setelah anak

berkumpul dengan kelompoknya masing-masing, kemudian peneliti

mengarahkan untuk memulai permainan jejak kaki di luar kelas. Peneliti

kemudian menjelaskan kepada anak bahwa aturan bermain permainan ini

sama dengan permainan yang dilakukan sebelumnya. Maka dari itu,

peneliti mengamati anak bermain permainan jejak kaki. Setelah anak

memperhatikan guru, kemudian anak mulai bermain permainan jejak

kaki dimana anak membawa bola di salah satu tangannya dan berjalan

sesuai dengan pijakan kaki yang tersedia dan melompat menggunakan

satu dan dua kaki secara bergantian sesuai dengan pola yang ditentukan,

jika anak tidak mampu menjaga bola yang ada tangannya maka anak

kembali ke garis start dan tidak dapat melanjutkan permainan. tetapi jika

anak mampu menjaga bola yang ada ditangannya hingga pijakan

terakhir, anak dapat melambungkan bola ke dalam ring yang telah

disediakan lalu guru mencatat waktunya menggunakan stopwatch.

Setelah melambungkan bola, peneliti mencatat waktu anak menggunakan

stopwatch untuk mengetahui kecepatan anak menyelesaikan permainan


55

ini. Anak melakukan permainan ini secara bergantian sesuai urutan yang

telah ditentukan. Setelah semua anak selesai bermain, kemudian peneliti

mengarahkan anak untuk mencuci tangan dan kembali ke dalam kelas

untuk melaksanakan proses belajar. Pembelajaran hari ini yaitu tema

lingkunganku dengan sub tema sekolahku. Adapun kegiatan yang

dilakukan yaitu mengenalkan tentang sekolah dan benda-benda yang

terdapat disekolah, menebalkan tulisan “sekolah”, melipat kertas

membentuk kursi, dan mewarnai kursi yang telah dibentuk. Setelah

melaksanakan kegiatan belajar, peneliti memberikan anak istirahat

dengan bermain bebas, dan setelah itu peneliti kembali mengarahkan

anak untuk duduk dengan rapi dan melakukan diskusi tentang permainan

jejak kaki yang telah dimainkan hari ini. Setelah menjelaskan, peneliti

mengarahkan anak untuk berdoa sebelum pulang ke rumah.

c) Pertemuan ketiga

Pelaksanaan pemberian treatment dilaksanakan pada hari senin

tanggal 04 Oktober 2021 pada pukul 08.00. Adapun yang dilakukan

peneliti pada saat pemberian treatment yaitu peneliti menyiapkan alat

permainan jejak kaki sebagai kegiatan awal anak, kemudian menyiapkan

bahan ajar dengan tema kebutuhanku dengan sub tema makanan dan

minuman. Peneliti kemudian mengatur 15 anak untuk duduk ditempat

masing-masing, kemudian bersama-sama membaca doa sebelum belajar

dan menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan hari ini.


56

Pada saat pemberian treatment mengenai kemampuan motorik

kasar anak dengan menggunakan permainan jejak kaki peneliti

menyiapkan alat permainan jejak kaki yaitu berupa 9 tripleks jejak kaki

sebagai pijakan kaki anak, bola, ring bola, stopwatch. Setelah anak

berkumpul dengan kelompoknya masing-masing, kemudian peneliti

mengarahkan untuk memulai permainan jejak kaki di luar kelas. Peneliti

kemudian menjelaskan kepada anak bahwa aturan bermain permainan ini

sama dengan permainan yang dilakukan sebelumnya. Maka dari itu,

peneliti mengamati anak bermain permainan jejak kaki. Setelah anak

memperhatikan guru, kemudian anak mulai bermain permainan jejak

kaki dimana anak membawa bola di salah satu tangannya dan berjalan

sesuai dengan pijakan kaki yang tersedia dan melompat menggunakan

satu dan dua kaki secara bergantian sesuai dengan pola yang ditentukan,

jika anak tidak mampu menjaga bola yang ada tangannya maka anak

kembali ke garis start dan tidak dapat melanjutkan permainan. tetapi jika

anak mampu menjaga bola yang ada ditangannya hingga pijakan

terakhir, anak dapat melambungkan bola ke dalam ring yang telah

disediakan lalu guru mencatat waktunya menggunakan stopwatch.

Setelah melambungkan bola, peneliti mencatat waktu anak menggunakan

stopwatch untuk mengetahui kecepatan anak menyelesaikan permainan

ini. Anak melakukan permainan ini secara bergantian sesuai urutan yang

telah ditentukan. Setelah semua anak selesai bermain, kemudian peneliti

mengarahkan anak untuk mencuci tangan dan kembali ke dalam kelas


57

untuk melaksanakan proses belajar. Pembelajaran hari ini yaitu tema

kebutuhanku dengan sub tema makanan dan minuman. Adapun kegiatan

yang dilakukan yaitu mengenalkan kepada anak jenis-jenis makanan dan

minuman yang sehat dan tidak sehat, menggunting gambar gelas dan

piring, menulis angka pada kelompok gambar makanan sesuai jumlahnya

dan praktek membuat susu dan teh. Setelah melaksanakan kegiatan

belajar, peneliti memberikan anak istirahat dengan bermain bebas, dan

setelah itu peneliti kembali mengarahkan anak untuk duduk dengan rapi

dan melakukan diskusi tentang permainan jejak kaki yang telah

dimainkan hari ini. Setelah menjelaskan, peneliti mengarahkan anak

untuk berdoa sebelum pulang ke rumah.

3) Pelaksanaan Posttest

Pemberian Posttest dilaksanakan pada hari selasa tanggal 06

Oktober 2021, adapun yang dilakukan peneliti pada saat posttest yaitu

memberikan tes perlakuan berupa anak berjalan di atas papan titian,

bermain bola estafet dengan aturan dan memasukkan bola ke dalam

keranjang. Pada akhir kegiatan, peneliti memberikan penilaian atas hasil

kerja anak satu persatu sesuai dengan indikaor yang telah ditentukan,

Setelah itu peneliti memberikan reward berupa perlengkapan alat tulis dan

snack kepada anak karena telah semangat dan rajin untuk pergi ke sekolah

selama kegiatan bermain menggunakan permainan jejak kaki berlangsung.

Sebelum mengakhiri kegiatan, peneliti mengajak anak untuk menyanyikan


58

lagu mari pulang, membaca surah-surah pendek serta doa keluar rumah

dan doa keselamatan dunia.

Hasil penelitian kemampuan motorik kasar anak setelah diberikan

treatment kegiatan bermain permainan jejak kaki dimana nilai terkecil 1

dan nilai terbesar 4 dengan total pertanyaan/item sebanyak 4 sehingga skor

terkecil (nilai terkecil x banyak pertanyaan = 1 x 4) sama dengan 4 dan

skor terbesar (nilai terbesar x banyak pertanyaan = 4 x 4) sebesar 16.

Tabel 4.2 Kemampuan motorik kasar anak setelah diberikan


treatment kegiatan bermain menggunakan permainan jejak kaki
No Nama Kategori
1 A MB (Mulai Berkembang)
2 MA BSH (Berkembang Sesuai Harapan)
3 ACA BSB (Berkembang Sangat Baik)
4 AS BSH (Berkembang Sesuai Harapan)
5 KM BSH (Berkembang Sesuai Harapan)
6 MII BSH (Berkembang Sesuai Harapan)
7 MR MB (Mulai Berkembang)
8 NNS BSB (Berkembang Sangat Baik)
9 AV MB (Mulai Berkembang)
10 MGA BSH (Berkembang Sesuai Harapan)
11 SM BSB (Berkembang Sangat Baik)
12 SN BSB (Berkembang Sangat Baik)
13 SNA BSH (Berkembang Sesuai Harapan)
14 AK BSB (Berkembang Sangat Baik)
15 ZA BSB (Berkembang Sangat Baik)
Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui bahwa pada tes akhir

(posttest) yang diberikan untuk mengetahui kemampuan motorik kasar

anak, terdapat 3 anak dalam kategori Mulai Berkembang (MB) dengan

skor 11-12 skor setiap anak karena mampu berjalan dengan berbagai

variasi yaitu maju, mundur, jalan ke samping dengan arahan guru, mampu

melompat tidak sesuai arah dengan menggunakan satu dan dua kaki,

mampu bermain sesuai aturan yang telah ditentukan dengan arahan dari
59

guru, dan anak mampu menggunakan menggunakan tangan kanan atau kiri

dalam berbagai aktivitas dengan bantuan guru.

Terdapat 6 anak dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH)

dengan skor 13-14 skor setiap anak karena anak mampu mampu berjalan

dengan 2 variasi jalan tanpa bantuan guru, mampu melompat sesuai arah

menggunakan satu kaki, mampu bermain sesuai aturan yang ditentukan

tanpa arahan dari guru, dan mampu menggunakan menggunakan tangan

kanan atau kiri dalam berbagai aktivitas tanpa bantuan guru.

Terdapat 6 anak dalam kategori Berkembang Sangat Baik (BSB)

dengan skor 15-16 setiap anak karena anak mampu berjalan dengan

berbagai variasi yaitu maju, mundur, jalan ke samping tanpa bantuan guru,

mampu melompat sesuai arah menggunakan satu dan dua kaki, mampu

bermain sesuai aturan yang ditentukan dan mengarahkan temannya untuk

menaati aturan permainan, dan mampu menggunakan tangan kanan dan

kiri dalam berbagai aktivitas tanpa bantuan guru dan membantu temannya.

3. Hasil Analisis Penyajian Data

a. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif ini digunakan untuk menjawab rumusan

masalah “Bagaimana gambaran kemampuan motorik kasar anak sebelum dan

sesudah melakukan permainan jejak kaki di Taman Kanak-Kanak Mandiri

Pitue Kabupaten Pangkajene?”. Data yang diperoleh dari penelitian ini

merupakan hasil nilai anak yang diperoleh dari hasil tes perlakuan yaitu

sebelum (pretest) melakukan ermainan jejak kaki dan setelah (posttest)


60

melakukan permainan jejak kaki. Data pretest dilakukan untuk mengetahui

kemampuan motorik kasar anak sebelum diberikan treatment kegiatan

bermain permainan jejak kaki. Sedangkan data posttest dilakukan untuk

mengetahui kemampuan motorik kasar anak sesudah melakukan permainan

jejak kaki. Berikut ini diuraikan data hasil penelitian tentang kemampuan

motorik kasar anak sebelum dan sesudah melakukan permainan jejak kaki di

Taman Kanak-kanak Mandiri Pitue Kabupaten Pangkajene.

Distribusi pengkategorian kemampuan motorik kasar anak sebelum

(pretest) melakukan permainan jejak kaki

Tabel 4.3 Kategori Kemampuan Motorik Kasar Anak (Pretest)

No Interval Frekuensi Kategori Persentase


Belum Berkembang
1 9-10 7 46.7%
(BB)
Masih Berkembang
2 11-12 6 40%
(MB)
Berkembang Sesuai
3 13-14 1 6,7%
Harapan (BSH)
Berkembang Sangat
4 15-16 1 6,7%
Baik (BSB)
Jumlah 15 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 15 jumlah anak

terdapat 7 anak dengan persentase 46,7% dengan kategori Belum Berkembang

(BB), yang belum mampu berjalan dengan berbagai variasi yaitu maju,

mundur, jalan ke samping, yang belum mampu melompat sesuai arah

menggunakan satu dan dua kaki, yang belum mampu bermain sesuai dengan

aturan yang telah ditentukan, dan belum mampu menggunakan tangan kanan

dan kiri dalam berbagai aktivitas.


61

Terdapat 6 anak dengan persentase 40% dengan kategori Mulai

Berkembang (MB), karena anak mampu berjalan dengan berbagai variasi

yaitu maju, mundur, jalan ke samping dengan arahan guru, yang mampu

melompat tidak sesuai arah dengan menggunakan satu dan dua kaki, yang

mampu bermain sesuai aturan yang telah ditentukan dengan arahan dari guru,

dan anak mampu menggunakan menggunakan tangan kanan atau kiri dalam

berbagai aktivitas dengan bantuan guru.

Terdapat 1 anak dengan persentase 6,7% dengan kategori Berkembang

Sesuai Harapan (BSH), karena anak mampu mampu berjalan dengan 2 variasi

jalan tanpa bantuan guru, yang mampu melompat sesuai arah menggunakan

satu kaki, yang mampu bermain sesuai aturan yang ditentukan tanpa arahan

dari guru, dan mampu menggunakan menggunakan tangan kanan atau kiri

dalam berbagai aktivitas tanpa bantuan guru.

Terdapat 1 anak dengan persentase 6,7% dengan kategori Berkembang

Sangat Baik (BSB), karena anak mampu berjalan dengan berbagai variasi

yaitu maju, mundur, jalan ke samping tanpa bantuan guru, yang mampu

melompat sesuai arah menggunakan satu dan dua kaki, yang mampu bermain

sesuai aturan yang ditentukan dan mengarahkan temannya untuk menaati

aturan permainan, dan mampu menggunakan tangan kanan dan kiri dalam

berbagai aktivitas tanpa bantuan guru dan membantu temannya.


62

Distribusi pengkategorian kemampuan motorik kasar anak sesudah

(posttest) melakukan permainan jejak kaki.

Tabel 4.4 Kategori Kemampuan Motorik Kasar Anak (Posttest)

No Interval Frekuensi Kategori Persentase


Belum Berkembang
1 9-10 - 0%
(BB)
Masih Berkembang
2 11-12 3 20%
(MB)
Berkembang Sesuai
3 13-14 6 40%
Harapan (BSH)
Berkembang Sangat
4 15-16 6 40%
Baik (BSB)
Jumlah 15 100%

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 15 jumlah anak

terdapat 0 anak dengan persentase 0% dengan kategori Belum Berkembang

(BB), yang belum mampu berjalan dengan berbagai variasi yaitu maju,

mundur, jalan ke samping, belum mampu melompat sesuai arah menggunakan

satu dan dua kaki, belum mampu bermain sesuai dengan aturan yang telah

ditentukan, dan belum mampu menggunakan tangan kanan dan kiri dalam

berbagai aktivitas.

Terdapat 3 anak dengan persentase 20% dengan kategori Mulai

Berkembang (MB),yang mampu berjalan dengan berbagai variasi yaitu maju,

mundur, jalan ke samping dengan arahan guru, mampu melompat tidak sesuai

arah dengan menggunakan satu dan dua kaki, mampu bermain sesuai aturan

yang telah ditentukan dengan arahan dari guru, dan anak mampu

menggunakan menggunakan tangan kanan atau kiri dalam berbagai aktivitas

dengan bantuan guru.


63

Terdapat 6 anak dengan persentase 40% dengan kategori Berkembang

Sesuai Harapan (BSH), karena anak mampu mampu berjalan dengan 2 variasi

jalan tanpa bantuan guru, mampu melompat sesuai arah menggunakan satu

kaki, mampu bermain sesuai aturan yang ditentukan tanpa arahan dari guru,

dan mampu menggunakan menggunakan tangan kanan atau kiri dalam

berbagai aktivitas tanpa bantuan guru.

Terdapat 6 anak dengan persentase 40% dengan kategori Berkembang

Sangat Baik (BSB), karena anak mampu berjalan dengan berbagai variasi

yaitu maju, mundur, jalan ke samping tanpa bantuan guru, mampu melompat

sesuai arah menggunakan satu dan dua kaki, mampu bermain sesuai aturan

yang ditentukan dan mengarahkan temannya untuk menaati aturan permainan,

dan mampu menggunakan tangan kanan dan kiri dalam berbagai aktivitas

tanpa bantuan guru dan membantu temannya.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa kemampuan

motorik kasar anak sebelum dan sesudah melakukan permainan jejak kaki

terdapat perubahan yang signifikan yaitu setelah diberikan kegiatan bermain

permainan jejak kaki terdapat 6 anak yang masuk dalam kategori

Berkembang Sangat Baik (BSB), terdapat 6 anak yang masuk dalam kategori

Berkembang Sesuai Harapan (BHS), terdapat 3 anak yang masuk dalam

kategori Mulai Berkembang (MB), dan terdapat 0 anak yang masuk dalam

kategori Belum Berkembang (BB).


64

b. Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov

Uji normalitas Kolmogorov Smirnov digunakan untuk mengetahui apakah

data yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak.

Uji normalitas Kolmogorov Smirnov yang telah dilakukan dengan

menggunakan aplikasi SPSS dan nilai level signifikasi (sig) yang digunakan

adalah α = 0,05.

a. Jika nilai sig > 0,05 H0 diterima dan H1 ditolak maka data

berdistribusi normal.

b. Jika nilai sig < 0,05 H0 ditolak dan H1 diterima maka data

berdistribusi tidak normal.

Data dari uji normalitas dengan menggunakan aplikasi SPSS data

berdistribusi normal dapat dilihat di bawah ini:

Tabel 4.3 Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov Pretest dan Posttest

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Pre Test .159 15 .200* .899 15 .093
Post Test .153 15 .200* .902 15 .103
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Dalam pengujian suatu data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai

signifikansi > 0,05, dari perhitungan analisis data:

a) Hasil Pretest

Nilai signifikansi dari pretest adalah 0,200 > 0,05 maka H0

diterima dan H1 ditolak maka data berdistribusi nomal.


65

b) Hasil Posttest

Nilai signifikansi dari posttest adalah 0,200 > 0,05 maka H0

diterima dan H1 ditolak maka data berdistribusi nomal.

c. Uji Paired Sampel Test

Uji Paired sampel tes digunakan untuk menjawab rumusan masalah

“Apakah ada pengaruh permainan jejak kaki terhadap kemampuan motorik

kasar anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-Kanak Mandiri Pitue Kabupaten

Pangkajene?”. Uji Paired sampel tes merupakan bagian dari statistik

parametrik. Dalam menggunakan uji statistik parametrik data harus

berdistribusi normal.

1) Jika nilai Sig (2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima yang

berarti terdapat pengaruh yang signifikan pada data pretest dan

posttest.

2) Jika nilai Sig (2-tailed) > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak yang

berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan pada data pretest dan

posttest.
66

Data dari Paired sampel tes dengan menggunakan aplikasi SPSS

sebagai berikut :

Tabel 4.4 Uji Paired Sampel Test

Paired Samples Test

Paired Differences Significance


95% Confidence
Std. Interval of the One-
Std. Error Difference Sided Two-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df p Sided p
Pair 1 Pre - .74322 .19190 - - - 14 <,001 <,001
Test 3.13333 3.54492 2.72175 16.328
-
Post
Test
Berdasarkan hasil uji Paired sampel test diperoleh nilai Sig. (2-tailed)

0,001 < 0,05 maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti

terdapat pengaruh diberikan permainan jejak kaki terhadap kemampuan

motorik kasar anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-kanak Mandiri Pitue

Kabupaten Pangkajene.
67

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Menurut Desmita (Hasanah,2016) menyatakan bahwa kemampuan

motorik kasar (gross motor skill), meliputi keterampilan otot-otot besar lengan,

kaki, dan batang tubuh, seperti berjalan dan melompat.Sujiono (Iswantiningtyas &

Wijaya, 2015) menyatakan bahwa perkembangan motorik kasar anak mempunyai

manfaat bagi perkembangan anak yang lain, yaitu bagi perkembangan fisiologis

anak, perkembangan sosial emosional anak, dan perkembangan kognitifnya.

Pentingnya perkembangan motorik kasar bagi perkembangan fisiologisnya yaitu

dengan bergerak atau berolahraga akan menjaga anak agar tidak mendapat

masalah dengan jantungnya, dan juga dapat menstimulasi semua proses fisiologis

anak seperti peningkatan sirkulasi darah dan pernafasannya.

Kemampuan motorik kasar ini berkaitan dengan permainan jejak kaki

karena dalam kegiatan penggunaan permainan jejak kaki ini anak dilatih dalam

berjalan sesuai arahan, melompat menggunakan satu dan dua kaki, menaati aturan

bermain serta mampu menggunakan tangan dalam berbagai aktivitas. Kegiatan

yang dilakukan dalam penelitian ini dijelaskan dalam skenario pembelajaran yang

telah dibuat antara lain pertama peneliti mengarahkan anak didik untuk duduk

dengan rapi. Peneliti memberitahu tema pembelajaran. Peneliti menyiapkan alat

permainan jejak kaki yang akan digunakan. Kemudian peneliti memberikan

arahan pada anak dan memberikan semangat agar anak siap untuk melakukan

kegiatan bermain permainan jejak kaki. Selain itu peneliti mengamati atau

mengobservasi pada saat kegiatan berlangsung untuk menilai kemampuan anak

berjalan dengan berbagai variasi (yaitu maju, mundur, jalan ke samping),


68

kemampuan anak dapat melompat sesuai arah dengan menggunakan satu dan dua

kaki, kemampuan anak melakukan permainan fisik dengan aturan, kemampuan

anak menggunakan tangan kanan dan kiri dalam berbagai aktivitas.

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh

Anggraini (2020) tentang peningkatan kemampuan fisik motorik kasar anak

kelompok B melalui permainan footprints di TK ABA 7 diketahui bahwa

kemampuan fisik motorik kasar kelompok B di TK ABA 7 Malang dapat

ditingkatkan melalui permainan footprints. Selanjutnya hasil penelitian Fitria

(2017) tentang peningkatan keterampilan motorik kasar melalui permainan

tradisional sunda manda pada siswa kelompok B RA Sudirman Giriwondo

Jumapolo tahun pelajaran 2016/2017 diketahui bahwa permainan sunda manda

dapat meningkatkan motorik kasar siswa kelompok B di RA Sudirman Giriwondo

Jumapolo.

Dari hasil penelitian kemampuan motorik kasar anak menunjukkan bahwa

kegiatan bermain permainan jejak kaki sangat efektif digunakan untuk membantu

perkembangan motorik kasar pada anak. Pernyataan tersebut diperkuat dengan

berdasarkan hasil observasi dalam pelaksanaan permainan jejak kaki di Taman

Kanak-kanak Mandiri Pitue dimana disetiap pertemuannya terdapat

perkembangan kemampuan motorik kasar anak dalam menyelesaikan permainan

jejak kaki ini. Adapun hasil uji hipotesis yang menggunakan perhitungan uji

statistik deskriptif, uji normalitas Kolmogorov Smirnov, dan uji Paired sampel test

yang hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata hasil skor kemampuan motorik kasar

anak sesudah diberikan treatment kegiatan bermain permainan jejak kaki terdapat
69

peningkatan atau perubahan yang signifikan dibandingkan dengan kemampuan

motorik kasar anak sebelum diberikan treatment kegiatan bermain permainan

jejak kaki.

Berdasarkan penjelasan diatas dan berdasarkan hasil analisis statistik

deskriptif, uji normalitas Kolmogorov Smirnov dan uji Paired Sampel Test

menunjukkan H0 ditolak dan H1 diterima artinya ada pengaruh permainan jejak

kaki terhadap kemampuan motorik kasar anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-

kanak Mandiri Pitue Kabupaten Pangkajene. Hasil uji menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan nilai pada perkembangan motorik kasar sebelum dan setelah

mendapatkan treatment permainan jejak kaki.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang telah diperoleh pada saat melakukan penelitian, maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Dalam pelaksanaan kegiatan permainan jejak kaki pada anak usia 5-6

tahun di Taman Kanak-kanak Mandiri Pitue Kabupaten Pangkajene

terdapat perkembangan dari setiap pertemuan. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa pelaksanaan permainan jejak kaki memberikan

pengaruh terhadap kemampuan motorik kasar anak.

2. Terdapat perbedaan kemampuan motorik kasar anak hal ini dapat

dilihat dari nilai rata-rata kemampuan motorik kasar anak sebelum dan

sesudah diberikan treatment bermain permainan jejak kaki yaitu 10.87

menjadi 14,00.

3. Terdapat pengaruh permainan jejak kaki terhadap kemampuan motorik

kasar anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-Kanak Mandiri Pitue

Kabupaten Pangkajene, hal ini dapat dibuktikan dari hasil uji paired

sampel t-test dimana sig. (2-tailed) < 0,05, yaitu sig. (2-tailed) 0,001 <

0,05.

70
71

B. Saran

Adapun saran yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut:

1. Bagi guru, pemberian kegiatan motorik kasar menggunakan permainan

jejak kaki dapat dioptimalkan pada ajaran selanjutnya sebagai kegiatan

yang efektif dalam mengembangkan kemampuan motorik kasar anak,

selain itu menciptakan situasi pembelajaran yang bersifat

menyenangkan bagi anak didik agar anak memiliki motivasi belajar.

2. Bagi peneliti selanjutnya dalam meneliti aspek perkembangan anak

dapat distimulasi dengan kegiatan bermain menggunakan permainan

jejak kaki.
72

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Y. 2020. Peningkatan Kemampuan Fisik Motorik Kasar Anak


Kelompok B Melalui Permainan Footprints di TK ABA 7 Malang.Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini, 7(2), 175-184.
Ardini, Pupung Puspa dan Lestariningrum Anik. 2018. Bermain dan Permainan
Anak Usia Dini. Nganjuk: Adjie Media Nusantara.
Ariyanti, T. 2016. Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini Bagi Tumbuh Kembang
Anak The Importance Of Childhood Education For Child Development.
Dinamika Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 8(1).
Baan, A. B., Rejeki, H. S., & Nurhayati, N. 2020. Perkembangan Motorik Kasar
Anak Usia Dini. Jurnal Bungamputi, 6(1).
Depdiknas, T. 2007. Pedoman Pembelajaran Permainan Berhitung Permulaan Di
Taman Kanak-Kanak.
Endarwati, Anis. 2016. Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar
Melalui Permainan Tradisional “Gejlik” Pada Anak Kelompok B TK
Dharma Wanita Mambaul Arifin Desa Karangrejo Kecamatan Kandat
Kabupaten Kediri. Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan
Anak Usia Dini. Universitas Nusantara PGRI Kediri. Kediri.
Fadlillah, M. 2017. Bermain dan Permainan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.
.2018. Buku Ajar Konsep Dasar PAUD.Ponorogo: Unnuh Ponorogo
Press.
Farhurohman, O. 2017. Hakikat Bermain Dan Permainan Anak Usia Dini Di
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). As-Sibyan: Jurnal Pendidikan Anak
Usia Dini, 2(01), 27-36.
Febrianta, Y. 2017. Model Pembelajaran Motorik Yang Menyenangkan Di
Pendidikan Anak Usia Dini. TRIHAYU: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an,
3(3).
Fitria, Cici. 2017. Peningkatan Keterampilan Motorik Kasar Melalui Permainan
Tradisional Sunda Manda Pada Siswa Kelompok B Ra Sudirman
Giriwondo Jumapolo Tahun Pelajaran 2016/2017. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Institut Agama Islam Negeri
Salatiga.Salatiga.
Hasanah, U. 2016. Pengembangan kemampuan fisik motorik melalui permainan
tradisional bagi anak usia dini. Jurnal Pendidikan Anak, 5(1).
Hasliza, P., & Anisa, N. 2019 Pengembangan Permainan Jelajah Telapak Kaki
Ceria Untuk Meningkatkan Kecerdasan Kinestetik Pada Anak Usia 5-6
Tahun. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2(1).
73

Herawati, H., & Mursanib, M. 2019. Meningkatkan Kemampuan Anak


Berkomunikasi Melalui Metode Tanya Jawab Di Kelompok B TK Andine
Palupi. Jurnal Bungamputi, 5(1).
Iswantiningtyas, V., & Wijaya, I. P. 2015. Meningkatkan Kemampuan Motorik
Kasar Anak Usia Dini Melalui Permainan Tradisional Gobak Sodor.
PINUS: Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran, 1(2).
Kaban, D., & Kamtini, K. 2016. Pengaruh Permainan Tradisional Lompat Tali
Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 5-6 Tahun Di TK
Santa Lusia Medan T/A 2015/2016. Skripsi.Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Medan. 2016. Jurnal Bunga Rampai Usia Emas, 2(1),
60-77.
Keman, Soedjajadi. 2013. Penelitian Epidemiologi Lingkungan. Surabaya:
Airlangga University Press.
Kemendikbud. 2014. “Permen Kemendikbud No. 146 Tahun 2014 Tentang
Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini”.
Komaini, Anton. 2018. Kemampuan Motorik Anak Usia Dini. Depok: PT
RajaGrafindo Persada.
Maharani, Eka Dina. 2018. Pengaruh Permainan Tradisional Engklek terhadap
Perkembangan Motorik Halus dan Motorik Kasar pada Anak Usia
Prasekolah 4-5 Tahun di TK Barunawati 3 Samarinda. Skripsi. Program
Studi Ilmu Keperawatan. Universitas Muhammadiyah Kalimantan
Timur.Samarinda.
Mantasiah, M., Bachtiar, M. Y., & Herman, H. 2017. Meningkatkan Multiple
Intelligences Anak Melalui Permainan Tradisional Bugis-Makassar. In
Seminar Nasional LP2M UNM (Vol. 2, No. 1).
Musi, M. A., Sadaruddin, S., & Mulyadi, M. 2018. Implementasi Permainan
Edukatif Berbasis Budaya Lokal Untuk Mengenal Konsep Bilangan Pada
Anak. Yaa Bunayya: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1(2)
Noor, Juliansyah. 2017. Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana
Novitasari, R., Nasirun, M., & Delrefi, D. 2019. Meningkatkan Kemampuan
Motorik Kasar Anak Melalui Bermain Dengan Media Hulahoop Pada
Anak Kelompok B Paud Al-Syafaqoh Kabupaten Rejang Lebong. Jurnal
Ilmiah Potensia, 4(1), 6-12.
Nuryadi, dkk. 2017. Dasar-Dasar Statistik Penelitian. Yogyakarta: Sibuku Media.
Permendikbud. 2014. “Standar Nasional Penilian PAUD No. 137.” Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 65(879): 2004–6.
Pohan, Jusrin Efendi. 2020. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Konsep dan
Pengembangan. Depok: PT RajaGrafindo Persada.
74

Pratiwi, W. 2017. Konsep bermain pada anak usia dini. Tadbir: Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam, 5(2), 106-117.
Ririn. 2020. Implementasi Kegiatan Bermain Outdoor Dalam Mengembangkan
Motorik Kasar di TK PKK Banjarjo Pudak Ponorogo. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Institut Agama Islam Negeri
Ponorogo.Ponorogo
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sujiono, Bambang. 2008. Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas
Terbuka
Sulistyaningtyas, R. E., & Fauziah, P. Y. 2019. Pengembangan buku panduan
permainan tradisional untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar
anak usia 5-6 tahun. JPPM (Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan
Masyarakat), 6(1), 50-58.
Suryana, Dadan. 2019. Pendidikan Anak Usia Dini Stimulasi & Aspek
Perkembangan Anak. Jakarta: Prenadamedia Group
Syamsuardi, S. 2012. Penggunaan Alat Permainan Edukatif (APE) Di Taman
Kanak-Kanak PAUD Polewali Kecamatan Tanete Riattang Barat
Kabupaten Bone. Publikasi Pendidikan, 2(1).
Wahyuseptiana, Yetty Isna. 2014. Tingkat Kemampuan Motorik Kasar Pada
Anak Kelompok B Taman Kanak-Kanak Di Gugus Sido Mulyo Kecamatan
Mantrijeron Kota Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru
Pendidikan Anak Usia Dini. Universitas Negeri Yogyakarta.Yogyakarta.
Yosinta, S. I., Nasirun, H. M., & Syam, N. 2016. Meningkatkan Motorik Kasar
melalui Permainan Tradisional Lompat Kodok. Jurnal Ilmiah Potensia,
1(1), 57-61.
75

L
A
M
P
I
R
A
N
76
77
78
79
80
81
82
83

RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN HARIAN (RPPH)

TAMAN KANAK-KANAK MANDIRI PITUE

Semester/ Bulan/ Minggu : I/September/X


Tema/ Sub-Tema : Lingkunganku/Sekolah
Kelompok : B (5-6 Tahun)
Hari/ Tanggal : Rabu, 29 September 2021
KD : 1.1, 2.1, 2.6, 2.8, 2.10, 3.3, 3.6, 3.7, 4.1, 4.3, 4.6,
3.11, 3.15
Materi : - Mengenal dan mensyukuri ciptaan Tuhan
- Membaca doa dan surah pendek
- Mengenal tentang sekolah
- Melakukan gerakan motorik kasar dan halus
- Melakukan kegiatan bermain jejak kaki
- Mengelompokkan benda
- Mengenal warna
- Menulis
Alat dan Bahan : - Alat permainan jejak kaki
- Pensil
- Lembar Kerja
- Krayon
- Cat Air
- Sepatu Anak

A. PEMBUKAAN (±30 Menit)


1. Membaca surah-surah pendek
2. Berdoa sebelum belajar
3. Berdiskusi tentang lingkungan sekolah
4. Mengenalkan kegiatan dan aturan yang digunakan dalam bermain
5. Melakukan kegiatan bermain permainan jejak kaki
6. Cuci tangan setelah bermain permainan jejak kaki
B. INTI (±60 Menit)
1. Mengenalkan tentang sekolah dan benda yang terdapat di sekolah
2. Mewarnai gambar sekolah
3. Mengelompokkan benda yang ada di ruang bermain dan ruang
belajar
4. Melakukan kegiatan stempel jari pada gambar meja guru
5. Praktek memakai sepatu sendiri
C. RECALLING
1. Merapikan alat-alat yang telah digunakan
84

2. Diskusi tentang perasaan diri selama melakukan kegiatan bermain


3. Menceritakan dan menunjukkan hasil karyanya
4. Penguatan pengetahuan yang didapat anak
D. ISTIRAHAT (±30 Menit)
1. Cuci tangan, berdoa, makan
2. Bermain bebas
E. PENUTUP (±30 Menit)
1. Menanyakan perasaannya selama hari ini
2. Berdiskusi tentang permainan jejak kaki yang telah dimainkannya
hari ini dan kegiatan apa yang paling disukai
3. Menginformasikan kegiatan untuk pertemuan selanjutnya
4. Berdoa

Mengetahui,

Kepala TK Mandiri Pitue Peneliti

Harfiani. A, S.Pd Rahmi Nurlailah


NIP. 19691231 200701 2 125 NIM:1749041003
85

Lampiran 1

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

PENGARUH PERMAINAN JEJAK KAKI TERHADAP KEMAMPUAN


MOTORIK KASAR ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TAMAN KANAK-
KANAK MANDIRI PITUE KABUPATEN PANGKAJENE

Fokus Indikator Pertanyaan/Item


Penelitian
Kemampuan 1. Melakukan berbagai gerakan 1. Anak mampu berjalan
Motorik Kasar terkoordinasi secara terkontrol, dengan berbagai variasi
seimbang, dan lincah. (yaitu maju, mundur,
jalan ke samping)
2. Anak mampu melompat
sesuai arah dengan
menggunakan satu dan
dua kaki
2. Melakukan permainan fisik dengan 1. Anak mampu melakukan
aturan. permainan fisik dengan
aturan
3. Terampil menggunakan tangan 1. Anak mampu terampil
kanan dan kiri dalam berbagai menggunakan tangan
aktivitas. kanan dan kiri dalam
berbagai aktivitas
Kegiatan 1. Melakukan pengundian
Bermain
dengan anak mengambil
permainan jejak
kertas yang telah berisi
kaki
nomor urut bermain ke

dalam kotak lalu setelah


86

hasilnya keluar, anak

akan berbaris sesuai

urutan.

2. Menyiapkan alat

permainan jejak kaki

yaitu tripleks yang telah

didesain, ring bola, bola,

dan stopwatch

3. Menyusun tripleks jejak

kaki sesuai pola yang

telah ditentukan

4. Anak berjalan dan

melompat sesuai dengan

arah dan jumlah kaki

yang tertera dalam

tripleks dimana anak

berjalan sebanyak 2 kali

sesuai dengan arah

gambar telapak kaki dan

melompat dengan satu

kaki sebanyak 2 kali

sesuai dengan arah

gambar telapak kaki dan


87

melompat dengan 2 kaki

sebanyak 4 kali tersebut

dengan membawa bola

di tangannya, jika bola

terjatuh atau anak tidak

melompat sesuai arah

gambar telapak kaki

maka anak kembali ke

garis start dan tidak

dapat melanjutkan

permainan, tetapi jika

anak mampu menjaga

bola yang ada

ditangannya hingga

pijakan terakhir, anak

dapat melambungkan

bola ke dalam ring yang

telah disediakan lalu

guru mencatat waktunya

menggunakan

stopwatch.

5. Dilakukan secara

bergantian sesuai urutan


88

yang telah ditentukan

dan guru mencatat

waktu yang digunakan

anak dalam

menyelesaikan

permainan ini untuk

mengetahui pemenang

dari permainan ini yang

dapat menyelesaikan

permainan dengan waktu

yang paling cepat.


89

Lampiran 2

INSTRUMEN PENELITIAN
PENGARUH PERMAINAN JEJAK KAKI TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 5-6 TAHUN DI
TAMAN KANAK-KANAK MANDIRI PITUE KABUPATEN PANGKAJENE

Berilah tanda ceklis (√) pada kolom skor penilaian sesuai peningkatan kemampuan motorik kasar anak kelompok B (usia 5-6 tahun),
dengan kriteria sebagai berikut:

No. Nama Indikator Jumlah


Anak
Kemampuan Motorik Kasar
Anak mampu berjalan Anak mampu melompat Anak mampu melakukan Anak mampu terampil
dengan berbagai variasi sesuai arah dengan permainan fisik dengan menggunakan tangan
(yaitu maju, mundur, jalan menggunakan satu dan dua aturan kanan dan kiri dalam
ke samping) kaki berbagai aktivitas

BB MB BSH BSB BB MB BSH BSB BB MB BSH BSB BB MB BSH BSB


1.
2.
3.
4
5
Jumlah
Keterangan :
BB : Belum Berkembang (1) BSH : Berkembang Sesuai Harapan (3)
MB : Masih Berkembang (2) BSB : Berkembang Sangat Baik (4)
90

RUBRIK PENILAIAN:

1. Anak mampu berjalan dengan berbagai variasi

BB : Jika anak belum mampu berjalan dengan berbagai variasi yaitu

maju, mundur, jalan ke samping.

MB : Jika anak mampu berjalan dengan berbagai variasi yaitu maju,

mundur, jalan ke samping dengan bantuan guru.

BSH : Jika anak mampu mampu berjalan dengan 2 variasi jalan tanpa

bantuan guru.

BSB : Jika anak mampu berjalan dengan berbagai variasi yaitu maju,

mundur, jalan ke samping tanpa bantuan guru.

2. Anak mampu melompat sesuai arah dengan menggunakan satu dan dua

kaki

BB : Jika anak belum mampu melompat sesuai arah menggunakan satu

dan dua kaki.

MB : Jika anak mampu melompat tidak sesuai arah dengan menggunakan

satu dan dua kaki

BSH : Jika anak mampu melompat sesuai arah menggunakan satu kaki

BSB : Jika anak mampu melompat sesuai arah menggunakan satu dan dua

kaki.

3. Anak mampu melakukan permainan fisik dengan aturan

BB : Jika anak belum mampu bermain sesuai dengan aturan yang telah

ditentukan
91

MB : Jika anak mampu bermain sesuai aturan yang telah ditentukan

dengan bantuan dari guru

BSH : Jika anak mampu bermain sesuai aturan yang ditentukan tanpa

bantuan dari guru

BSB : Jika anak mampu bermain sesuai aturan yang ditentukan dan

mengarahkan temannya untuk menaati aturan permainan

4. Anak mampu menggunakan tangan kanan dan kiri dalam berbagai

aktivitas

BB : Jika anak belum mampu menggunakan tangan kanan dan kiri

dalam berbagai aktivitas

MB : Jika anak mampu menggunakan menggunakan tangan kanan atau

kiri dalam berbagai aktivitas dengan bantuan guru

BSH : Jika anak mampu menggunakan menggunakan tangan kanan atau

kiri dalam berbagai aktivitas tanpa bantuan guru

BSB : Jika anak mampu menggunakan tangan kanan dan kiri dalam

berbagai aktivitas tanpa bantuan guru dan membantu temannya


92

Lampiran 3

Skenario “Treatment Kegiatan Penelitian”

Proses belajar mengajar yang dilakukan disekolah sedikit berbeda dengan

sebelum adanya Covid-19. Pelasanaan proses belajar mengajar di sekolah dengan

menggunakan sistem luring yaitu proses belajar mengajar hanya dilakukan selama

3 kali dalam seminggu di Taman Kanak-kanak Mandiri Pitue Kabupaten

Pangkajene dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Pada kegiatan awal proses

pembelajaran dimulai dengan anak merapikan tempat duduk dan duduk rapi,

setelah itu membaca doa, membaca surah-surah, menjelaskan kegiatan yang akan

dilakukan.

Penggunaan Alat permainan jejak kaki pada pertemuan pertama

a. Melakukan pengundian dengan anak mengambil kertas yang telah

berisi nomor urut bermain ke dalam kotak lalu setelah hasilnya

keluar, anak akan berbaris sesuai urutan.

b. Menyiapkan alat permainan jejak kaki yaitu tripleks yang telah

didesain, ring bola, bola, dan stopwatch

c. Menyusun tripleks jejak kaki sesuai pola yang telah ditentukan

d. Guru memberi arahan dan contoh cara bermain permainan jejak

kaki lalu anak mengamatinya

e. Anak berjalan dan melompat sesuai dengan arah dan jumlah kaki

yang tertera dalam tripleks dimana anak berjalan sebanyak 2 kali

sesuai dengan arah gambar telapak kaki dan melompat dengan satu
93

kaki sebanyak 2 kali sesuai dengan arah gambar telapak kaki dan

melompat dengan 2 kaki sebanyak 4 kali tersebut dengan

membawa bola di tangannya, jika bola terjatuh atau anak tidak

melompat sesuai arah gambar telapak kaki maka anak kembali ke

garis start dan tidak dapat melanjutkan permainan, tetapi jika anak

mampu menjaga bola yang ada ditangannya hingga pijakan

terakhir, anak dapat melambungkan bola ke dalam ring yang telah

disediakan lalu guru mencatat waktunya menggunakan stopwatch.

f. Dilakukan secara bergantian sesuai urutan yang telah ditentukan

dan guru mencatat waktu yang digunakan anak dalam

menyelesaikan permainan ini untuk mengetahui pemenang dari

permainan ini yang dapat menyelesaikan permainan dengan waktu

yang paling cepat.

g. Peneliti mengamati anak dan mengevaluasi kemampuan motorik

kasar anak, dimana anak mampu berjalan dengan berbagai variasi

yaitu maju, mundur, jalan ke samping, anak dapat melompat sesuai

arah dengan menggunakan satu dan dua kaki, anak mampu

melakukan permainan fisik dengan aturan, dan anak mampu

menggunakan tangan kanan dan kiri dalam berbagai aktivitas

h. Anak diarahkan untuk masuk kembali ke dalam kelas untuk

melaksanakan proses belajar sesuai tema lingkunganku dengan sub

tema sekolah.
94

Skenario “Treatment Kegiatan Penelitian”

Proses belajar mengajar yang dilakukan disekolah sedikit berbeda dengan

sebelum adanya Covid-19. Pelasanaan proses belajar mengajar di sekolah dengan

menggunakan sistem luring yaitu proses belajar mengajar hanya dilakukan selama

3 kali dalam seminggu di Taman Kanak-kanak Mandiri Pitue Kabupaten

Pangkajene dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Pada kegiatan awal proses

pembelajaran dimulai dengan anak merapikan tempat duduk dan duduk rapi,

setelah itu membaca doa, membaca surah-surah, menjelaskan kegiatan yang akan

dilakukan.

Penggunaan Alat permainan jejak kaki pada pertemuan kedua

a. Mengarahkan anak untuk berbaris sesuai urutan dan kelompoknya

sesuai dengan hasil pengundian.

b. Menyiapkan alat permainan jejak kaki yaitu tripleks yang telah

didesain, ring bola, bola, dan stopwatch

c. Menyusun tripleks jejak kaki sesuai pola yang telah ditentukan

Menjelaskan kepada anak peraturan bermain sama dengan

permainan sebelumnya

d. Anak berjalan dan melompat sesuai dengan arah dan jumlah kaki

yang tertera dalam tripleks dimana anak berjalan sebanyak 2 kali

sesuai dengan arah gambar telapak kaki dan melompat dengan satu

kaki sebanyak 2 kali sesuai dengan arah gambar telapak kaki dan

melompat dengan 2 kaki sebanyak 4 kali tersebut dengan


95

membawa bola di tangannya, jika bola terjatuh atau anak tidak

melompat sesuai arah gambar telapak kaki maka anak kembali ke

garis start dan tidak dapat melanjutkan permainan, tetapi jika anak

mampu menjaga bola yang ada ditangannya hingga pijakan

terakhir, anak dapat melambungkan bola ke dalam ring yang telah

disediakan lalu guru mencatat waktunya menggunakan stopwatch.

e. Dilakukan secara bergantian sesuai urutan yang telah ditentukan

dan guru mencatat waktu yang digunakan anak dalam

menyelesaikan permainan ini untuk mengetahui pemenang dari

permainan ini yang dapat menyelesaikan permainan dengan waktu

yang paling cepat.

f. Peneliti mengamati anak dan mengevaluasi kemampuan motorik

kasar anak, dimana anak mampu berjalan dengan berbagai variasi

yaitu maju, mundur, jalan ke samping, anak dapat melompat sesuai

arah dengan menggunakan satu dan dua kaki, anak mampu

melakukan permainan fisik dengan aturan, dan anak mampu

menggunakan tangan kanan dan kiri dalam berbagai aktivitas

g. Kemudian setelah bermain permainan jejak kaki, anak diarahkan

untuk masuk kembali ke dalam kelas untuk melaksanakan proses

belajar sesuai tema lingkunganku dengan sub tema sekolah.


96

Skenario “Treatment Kegiatan Penelitian”

Proses belajar mengajar yang dilakukan disekolah sedikit berbeda dengan

sebelum adanya Covid-19. Pelasanaan proses belajar mengajar di sekolah dengan

menggunakan sistem luring yaitu proses belajar mengajar hanya dilakukan selama

3 kali dalam seminggu di Taman Kanak-kanak Mandiri Pitue Kabupaten

Pangkajene dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Pada kegiatan awal proses

pembelajaran dimulai dengan anak merapikan tempat duduk dan duduk rapi,

setelah itu membaca doa, membaca surah-surah, menjelaskan kegiatan yang akan

dilakukan.

Penggunaan Alat permainan jejak kaki pada pertemuan ketiga

a. Mengarahkan anak untuk berbaris sesuai urutan dan kelompoknya

sesuai dengan hasil pengundian.

b. Menyiapkan alat permainan jejak kaki yaitu tripleks yang telah

didesain, ring bola, bola, dan stopwatch

c. Menyusun tripleks jejak kaki sesuai pola yang telah ditentukan

Menjelaskan kepada anak peraturan bermain sama dengan

permainan sebelumnya

d. Anak berjalan dan melompat sesuai dengan arah dan jumlah kaki

yang tertera dalam tripleks dimana anak berjalan sebanyak 2 kali

sesuai dengan arah gambar telapak kaki dan melompat dengan satu

kaki sebanyak 2 kali sesuai dengan arah gambar telapak kaki dan

melompat dengan 2 kaki sebanyak 4 kali tersebut dengan


97

membawa bola di tangannya, jika bola terjatuh atau anak tidak

melompat sesuai arah gambar telapak kaki maka anak kembali ke

garis start dan tidak dapat melanjutkan permainan, tetapi jika anak

mampu menjaga bola yang ada ditangannya hingga pijakan

terakhir, anak dapat melambungkan bola ke dalam ring yang telah

disediakan lalu guru mencatat waktunya menggunakan stopwatch.

e. Dilakukan secara bergantian sesuai urutan yang telah ditentukan

dan guru mencatat waktu yang digunakan anak dalam

menyelesaikan permainan ini untuk mengetahui pemenang dari

permainan ini yang dapat menyelesaikan permainan dengan waktu

yang paling cepat.

f. Peneliti mengamati anak dan mengevaluasi kemampuan motorik

kasar anak, dimana anak mampu berjalan dengan berbagai variasi

yaitu maju, mundur, jalan ke samping, anak dapat melompat sesuai

arah dengan menggunakan satu dan dua kaki, anak mampu

melakukan permainan fisik dengan aturan, dan anak mampu

menggunakan tangan kanan dan kiri dalam berbagai aktivitas

g. Setelah itu, peneliti mengamati anak dan mengevaluasi

kemampuan motorik kasar anak, dimana anak mampu berjalan

dengan berbagai variasi yaitu maju, mundur, jalan ke samping,

anak dapat melompat sesuai arah dengan menggunakan satu dan

dua kaki, anak mampu melakukan permainan fisik dengan aturan,


98

dan anak mampu menggunakan tangan kanan dan kiri dalam

berbagai aktivitas

h. Kemudian setelah bermain permainan jejak kaki, anak diarahkan

untuk masuk kembali ke dalam kelas untuk melaksanakan proses

belajar sesuai tema kebutuhanku dengan sub makanan dan

minuman.
99

Lampiran 4

DAFTAR NAMA ANAK DIDIK

No. Nama Anak didik Kelompok L/P


1. A B L
2. MA B L
3. ACA B L
4. AS B P
5. KM B L
6. MII B L
7. MR B L
8. NNS B P
9. AV B P
10. MGA B L
11. SM B P
12. SN B P
13. SNA B P
14. AK B P
15. ZA B P
100

Lampiran 5

DATA HASIL PRETEST

No. Nama Anak Indikator Jumlah


Kemampuan Motorik Kasar
Anak mampu berjalan dengan Anak mampu melompat Anak mampu melakukan Anak mampu terampil
berbagai variasi (yaitu maju, sesuai arah dengan permainan fisik dengan menggunakan tangan
mundur, jalan ke samping. menggunakan satu dan dua aturan kanan dan kiri dalam
kaki berbagai aktivitas
BB MB BSH BSB BB MB BSH BSB BB MB BSH BSB BB MB BSH BSB
1. A 2 2 3 2 9
2. MA 3 2 3 3 11
3. ACA 3 3 3 3 12
4. AS 3 3 3 2 11
5. KM 2 2 3 3 10
6. MII 2 2 3 2 9
7. MR 2 2 2 3 9
8. NNS 3 3 3 3 12
9. AV 2 2 3 2 9
10. MGA 2 2 3 3 10
11. SM 3 3 3 2 11
12. SN 3 3 3 3 12
13. SNA 3 3 2 2 10
14. AK 3 3 4 3 13
15. ZA 4 4 4 3 15
Jumlah 163
101

DATA HASIL POSTTEST

No. Nama Anak Indikator Jumlah


Kemampuan Motorik Kasar
Anak mampu berjalan dengan Anak mampu melompat sesuai Anak mampu melakukan Anak mampu terampil
berbagai variasi (yaitu maju, arah dengan menggunakan permainan fisik dengan menggunakan tangan
mundur, jalan ke samping) satu dan dua kaki aturan kanan dan kiri dalam
berbagai aktivitas
BB MB BSH BSB BB MB BSH BSB BB MB BSH BSB BB MB BSH BSB
1. A 3 3 3 3 12
2. MA 4 3 4 3 14
3. ACA 4 4 4 3 15
4. AS 4 4 3 3 14
5. KM 3 3 4 3 13
6. MII 3 3 4 3 13
7. MR 3 3 3 3 12
8. NNS 4 4 3 4 15
9. AV 3 3 3 3 12
10. MGA 3 3 4 3 13
11. SM 4 4 4 3 15
12. SN 4 4 4 4 16
13. SNA 4 4 3 3 14
14. AK 4 4 4 4 16
15. ZA 4 4 4 4 16
Jumlah 210
102

Lampiran 6

Hasil Output Nilai Statistik Deskriptif Pretest dan Posttest dari SPSS

Pretest
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 9.00 4 26.7 26.7 26.7

10.00 3 20.0 20.0 46.7

11.00 3 20.0 20.0 66.7

12.00 3 20.0 20.0 86.7

13.00 1 6.7 6.7 93.3

15.00 1 6.7 6.7 100.0

Total 15 100.0 100.0

Posttest
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 12.00 3 20.0 20.0 20.0

13.00 3 20.0 20.0 40.0

14.00 3 20.0 20.0 60.0

15.00 3 20.0 20.0 80.0

16.00 3 20.0 20.0 100.0

Total 15 100.0 100.0


103

Lampiran 7

Histogram Nilai Pretest dan Posttest

Pretest

Posttest
104

Lampiran 8

Hasil Output Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov dari SPSS

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.


*
Pre Test .159 15 .200 .899 15 .093

Post Test .153 15 .200* .902 15 .103

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction


105

Lampiran 9

Hasil Output Uji Paired Sampel Test dari SPSS

Paired Samples Test

Paired Differences Significance


95% Confidence
Std. Interval of the
Std. Error Difference One- Two-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df Sided p Sided p
Pair Pre Test - - .74322 .19190 - - - 14 <,001 <,001
1 Post Test 3.13333 3.54492 2.72175 16.328
106

Lampiran 10

Dokumentasi Kegiatan
Pelaksanaan Pretest

(Menjelaskan kepada anak terkait kegiatan yang akan dilakukan)

(Berjalan diatas papan titian)

(Bermain bola estafet dengan aturan)

(Memasukkan bola ke dalam keranjang)


107

Treatment Pertemuan Pertama


(Permainan Jejak Kaki)

(Melakukan pengundian urutan bermain dan menjelaskan peraturan


bermain)

(Anak berjalan dan melompat sesuai dengan arah dan jumlah telapak kaki
yang ada pada tripleks, jika anak tidak melompat sesuai dengan gambar
maka anak kembali ke garis start dan dilanjutkan oleh anak selanjutnya)

(Setelah mencapai pijakan terakhir anak melambungkan bola ke ring yang


telah disediakan dan guru mencatat waktu yang digunakan anak untuk
menyelesaikan permainan ini)
108

Treatment Pertemuan Kedua


(Permainan Jejak Kaki)

(Anak berjalan dan melompat sesuai dengan arah dan jumlah telapak kaki
yang ada pada tripleks)

(Setelah mencapai pijakan terakhir, anak melambungkan bola ke ring)


109

Treatment Pertemuan Ketiga


(permainan jejak kaki)

(Anak berjalan dan melompat sesuai dengan arah dan jumlah telapak kaki
yang ada pada tripleks)

(Setelah mencapai pijakan terakhir, anak melambungkan bola ke ring)


110

Pelaksanaan Posttest

(Berjalan diatas Papan Titian)

(Bermain bola estafet dengan aturan)

(Memasukkan bola ke dalam keranjang)


111

RIWAYAT HIDUP

Rahmi Nurlailah, lahir di Makassar pada tanggal 19 Agustus


tahun 1999. Penulis adalah anak kedua dari enam bersaudara,
pasangan dari Bapak Mursalim dan Ibu Marida. Riwayat
Pendidikan Penulis yaitu dimulai dari RA Islam Rantepao tahun
2004 dan tamat pada tahun 2005. Melanjutkan di MI
Disamakan Rantepao dan tamat pada tahun 2011. Melanjutkan
Pendidikan di SMPN 2 Rantepao dan menjadi alumni pada
tahun 2014. Kemudian lanjut di MAN Pangkajene Kepulauan
dan menjadi alumni pada tahun 2017. Penulis diterima di Universitas Negeri
Makassar melalui jalur SBMPTN pada Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan
Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar untuk
Strata Satu (S1).

Anda mungkin juga menyukai