Anda di halaman 1dari 149

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP LITERASI

SAINS DAN RETENSI PADA PEMBELAJARAN IPA PESERTA DIDIK


KELAS V SD AISYIYAH MUHAMMADIYAH 3 MAKASSAR

THE EFFECT OF THE DISCOVERY LEARNING MODEL ON


SCIENTIFIC LITERACY AND RETENTION IN SCIENCE LEARNING
FOR FIFTH GRADE STUDENTS AT ELEMENTARY SCHOOL
AISYIYAH MUHAMMADIYAH 3 MAKASSAR

TESIS

Oleh:

NURHIDAYAH
NIM : 105.06.03.010.18

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN DASAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2021
PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP
LITERASI SAINS DAN RETENSI PADA PEMBELAJARAN IPA
PESERTA DIDIK KELAS V SD AISYIYAH MUHAMMADIYAH 3
MAKASSAR

TESIS

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Magister

Program Studi
Magister Pendidikan Dasar

Disusun dan Diajukan Oleh

NURHIDAYAH
105.06.03.010.18

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER PENDIDIKAN DASAR

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Nurhidayah

NIM 105060301018

Program Studi : Magister Pendidikan Dasar

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini


benar-benar merupakan hasil karya saya tulis ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau
pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat
dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang
lain, saya menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, 28 Oktober 2021

Penulis,

Nurhidayah

ii
ABSTRAK

NURHIDAYAH, (2021). Pengaruh Model Discovery Learning terhadap


Literasi Sains dan Retensi pada Pembelajaran IPA Peserta Didik Kelas V SD
Aisyiyah Muhammadiyah 3 Makassar. Dibimbing oleh Arsad Bahri dan Evi
Ristiana.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model discovery learning


terhadap literasi sains dan retensi peserta didik SD Aisyiyah Muhammadiyah
3 Makassar. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, dengan
menggunakan metode quasi eksperimen. Rancangan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pretest-posttest nonequivalent control group design.
Pada rancangan ini dilakukan pretest sebelum perlakuan dan posttest setelah
perlakuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar peserta didik. Dalam
penelitian ini kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model discovery
learning, sedangkan kelas kontrol tidak diberi perlakuan (konvensional).
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta didik SD Aisyiyah
Muhammadiyah 3 Makassar. Sedangkan sampelnya adalah peserta didik
kelas VA sebagai kelas kontrol dan VB sebagai kelas eksperimen. Jumlah
peserta didik 56 yang tersebar pada kelas VA dan VB. Kelas eksperimen dan
kelas kontrol secara umum berimbang dalam tingkat kemampuannya. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan metode tes. Teknik analisis data yang
digunakan yaitu menggunakan uji anacova, sebelum melakukan uji tersebut
terdapat uji-prasyarat yaitu uji normalitas colmograv dan uji homogenitas
covarian. Hasil pengujian hipotesis anacova menunjukkan bahwa nilai sig hitung
(0,00) < sig. α (0,05) berarti Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada pengaruh
yang signifikan antara kemampuan literasi sains dan tetensi pada peserta
didik kelas V SD Aisyiyah Muhammadiyah 3 Makassar. Dengan demikian
Model discovery learning dianggap berhasil dalam meningkatkan
kemampuan literasi sains dan retensi bagi peserta didik sehingga model ini
dapat digunakan guru dalam kegiatan PBM atau pembelajaran guna
menciptakan suasana pembelajaran yang baru.

Kata Kunci : Model Discovery Learning, Literasi Sains dan Retensi

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, atas berkat rahmat dan

karunian-Nya sehingga tesis ini terselesaikan dengan baik. Tesis ini berjudul:;

“Pengaruh model discovery learning terhadap literasi sains dan retensi pada

pembelajaran IPA murid kelas V SD Aisyiyah Muhammadiyah 3 Makassar. Tesis

ini disusun sebagai salah satu persyaratan meraih gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Magister Pendidikan Dasar Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulisan tesis ini tidak sedikit hambatan yang dialami penulis, tetapi

berkat usaha dan doa serta bantuan motivasi yang diberikan oleh berbagai pihak,

maka hambatan itu dapat teratasi. Olehnya itu penghargaan dan ucapan terima

kasih yang setinggi-tingginya tak lupa penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. H. Ambo Asse, M.Ag. Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Dr. H. Darwis Muhdina, M.Ag. Direktur Program Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Hj. Sulfasyah, S.Pd., MA., Ph.D. Ketua Program Studi Magister

Pendidikan Dasar Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Dr. Arsad Bahri, M.Pd. sebagai Pembimbing 1 dan Dr. Evi

Ristiana, M.Pd. Sebagai Pembimbing II, yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan arahan dan petunjuk serta koreksi dalam

penyusunan tesis, sejak awal hingga akhir penyusunan tesis ini.

iv
5. Bapak dan ibu Dosen PPs Universitas Muhammadiyah Makassar yang

telah menyalurkan ilmunya secara ikhlas serta mendidik penulis.

6. Kepala SD Aisyiyah Muhammadiyah 3 Makassar Ibu Dra. Hamdana,

S.Pd serta guru kelas V A Rezki Amalia, S.Pd dan V B Rahmi Aziz,

S.Pd., yang dengan tangan terbuka telah memberikan masukan kepada

penulis selama melaksanakan penelitian.

7. Ibunda tercinta Nurhana, yang telah mencurahkan segala kasih

sayangnya, serta do’a yang tiada henti demi kesuksesan dan kebaikan

penulis di dunia dan akhirat, serta kepada saudara-saudara saya,

Burhanuddin, Hadijah, S.KM dan Aqilah Miftahussholihah dan

seluruh keluarga saya.

8. Teman-teman Mahasiswa seperjuangan Magister Pendidikan Dasar

Universitas Muhammadiyah Makassar angkatan 2018 terkhusus kelas

A dan Konsentrasi IPA, terima kasih atas keakraban dan kebersamaan

kita tidak berakhir sampai disini.

9. Hariyati Nur Putri Ridwan, Melda, Titin Nursyamsi, Alauddin, Nidzar

Ghazali Umar, Riska, Hastika, Nur Huzaifah, Rahmadani, Sitti

Sulastri, Riskawati, Hajisman, S.Kep, Ns serta teman-teman SD

Aisyiyah Muhamamdiyah 3 yang telah memberikan dukungan dan

motivasi yang begitu berharga bagi penulis.

10. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

v
Penulis menyadari akan segala keterbatasan kekurangan dari isi maupun

tulisan tesis ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis

senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan

kritikan tersebut sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan

tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan untuk kemudian menjadi

bahan perbaikan karya ini. Mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi para

pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Aamiin.

Makassar, September 2021

Nurhidayah

vi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iv
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vi
DAFTAR TABEL.............................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan ............................................................................ 2
1.3 Alat dan Bahan Praktikum .................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tapping Compass ................................................................................ 4
2.2 Waterpass (Auto Level) ....................................................................... 7
2.3 Theodolite ............................................................................................ 10
2.4 Total Station ........................................................................................ 14
2.5 Global Position System ........................................................................ 16

BAB III JURNAL TIAP MATA ACARA


3.1 Tapping Compass ................................................................................. 21
3.2 Waterpass (Auto Level) ........................................................................ 38
3.3 Theodolite ............................................................................................. 48
3.4 Total Station .......................................................................................... 69
3.5 GPS (Global Positioning System)......................................................... 88

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................................ 99
4.2 Saran ......................................................................................................... 101

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Daftar Isi - v
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
3.1.1 Data Pengambilan Data tapping compass ............................... 25
3.1.2 Data Pengolahan Data Satuan Centimeters .............................. 30
3.1.3 Data Pengolahan Data Satuan Meter ........................................ 30
3.1.4 Hasil Pengolahan Data Satuan CM/150 ................................... 32
3.1.5 Hasil Pengolahan Data Koordinat ............................................. 32
3.2.1 Hasil Pengambilan Data Waterpass .......................................... 42
3.2.2 Hasil Pengolahan Data CM ....................................................... 42
3.2.3 Hasil Pengolahan Data M .......................................................... 43
3.2.4 Hasil Pengolahan Data Koordinat ............................................. 43
3.3.1 Hasil Pengambilan Data Theodolite .......................................... 52
3.3.2 Hasil Pengolahan Data Satuan Centimeter ................................ 64
3.4.1 Hasil Pengambilan Data Koordinat UTM GPS ........................ 73
3.4.1 Tabel Data Koordinat Geografis GPS ...................................... 74
3.4.2 Tabel Data Pengmatan 1 ........................................................... 75
3.4.3 Tabel Data Pengmatan 2 ........................................................... 76
3.4.4 Tabel Data Pengmatan 3 ........................................................... 77
3.4.5 Tabel Data Pengmatan 4 ........................................................... 78
3.4.6 Tabel Data Pengmatan 5 ........................................................... 79
3.4.7 Tabel Data Pengmatan 6 ........................................................... 80
3.4.8 Tabel Data Pengmatan 7 ........................................................... 81
3.4.9 Tabel Data Pengmatan 8 ........................................................... 82
3.4.10 Tabel Data Pengmatan 9 ........................................................... 83
3.4.11 Tabel Data Pengmatan 10 ......................................................... 84
3.5.1 Tabel Data GPS ........................................................................ 92

Daftar Tabel - vii


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1.1 Arah Mata Angin ....................................................................... 5
2.1.2 Kompas Geologi Brunton .......................................................... 6
2.2.3 Alat Waterpass ........................................................................... 8
2.3.4 Alat Theodolite .......................................................................... 11
2.4.5 Alat Total Station ....................................................................... 15
2.5.6 GPS Gaming 78s ....................................................................... 18
3.1.1 Kompas Geologi Brunton........................................................... 24
3.2.1 Waterpass .................................................................................. 41
3.3.1 Alat Theodolite .......................................................................... 50
3.4.1 Tampilan GPS ........................................................................... 72
3.5.1 Total Station .............................................................................. 91

Daftar Gambar - vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Silabus, RPP, dan Soal .............................................................. 74


A.1 Silabus……………………………………………………………. 74
A. 2 RPP……………………………………………………………….. 89
Lampiran B Lembar Kerja Peserta Didik… .................................................... 98
Lampiran C Daftar Nilai Pre Test dan Post Test ........................................... 123
Lampiran D Hasil Pengolahan Statistik…....................................................... 125
Lampiran E Hasil Validasi Instrumen .............................................................. 135
Lampiran F Dokumentasi .................................................................................. 142
Lampiran G Surat Keterangan Bukti Penelitian........................................ 146

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Quran sebagai kitab suci bagi umat islam, beberapa surah dan
ayat yang memerintahkan kita sebagai hamba Allah untuk membaca
keadaan yang ada di bumi. Salah satunya pada surah Al-Alaq ayat 1-2.

٢ ‫ك خلَق خ ق َس َ علَق‬ ‫ٱ َق ر َأ َ ر‬
‫ لَ ٱ َ ن ن‬١ ََ‫م َ ٱل‬
‫م‬ ‫ََل‬ ‫َب س ’ب َذي‬
‫ن‬ ‫ٱ‬
Terjemahan:
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (QS. Al.Alaq: 1-
2).

Ayat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa ayat ini

memerintahkan kepada umat manusia untuk membaca segala apa yang

ada dan terjadi di muka bumi. Tidak hanya fenomena alam yang kita

saksikan tetapi segala aspek yang terjadi di muka bumi. Mulai dari hal

yang paling kecil sampai pada hal yang paling besar, hal ini tidak lepas

dari pembelajaran yang ada saat ini.

Pembelajaran abad 21 salah satunya tantangan tersebut bahwa

pendidikan hendaknya mampu menghasilkan sumber daya manusia yang

memiliki kemampuan utuh dalam menghadapi berbagai tantangan dalam

kehidupan. Pada abad 21 peserta didik dituntut untuk lebih aktif dan

menjadi pusat dalam proses pembelajaran berdasarkan empat prinsip

pokok. Empat prinsip pokok pendidikan abad ke 21, yaitu: pembelajaran

1
2

seharusnya berpusat pada peserta didik, pembelajaran seharusnya

kolaboratif serta memiliki konteks, dan terintegrasi dengan kehidupan

peserta didik di masyarakat. Peserta didik harus bisa bekerja sama

dengan peserta didik lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran dan

pembelajaran seharusnya terkait dengan kehidupan nyata dan membantu

peserta didik memecahkan persoalan dalam kehidupan sehari-hari

(Zubaidah, 2016).

Pemerintah Indonesia melakukan gerakan literasi sekolah dalam

menghadapi tantangan abad ke 21. Literasi penting bagi peserta didik

untuk sukses dalam pendidikan untuk memahami lingkungan hidup,

kesehatan, ekonomi, dan masalah-masalah lain yang dihadapi oleh

masyarakat modern (Asyhari, dkk., 2015). Salah satu literasi yaitu literasi

sains yang dapat diterapkan di sekolah.

Hasil survey yang dilakukan oleh Programme for International

Student Assessment (PISA) tahun 2012 menunjukkan skor literasi sains

Indonesia yaitu 382 dan masuk urutan 63 dari 64 negara (OECD, 2013).

Hasil survey yang dilakukan oleh PISA, berdasarkan survey yang

diselenggarakan oleh Trends in International Mathematics and Science

Study (TIMSS) yang dilakukan setiap empat tahun sekali pada tahun 2007

Indonesia berada di peringkat ke 35 dari 49 negara dan tahun 2011

Indonesia berada di peringkat 40 dari 42 negara (NCES, 2012). Hasil

tersebut menunjukkan bahwa skor rata- rata literasi sains Indonesia

berada di bawah rata-rata skor Internasional. Rendahnya literasi sains


3

berhubungan dengan proses pembelajaran Ilmu pengetahuan alam/sains.

Pembelajaran IPA belum memberikan peluang bagi peserta didik

untuk mengembangkan kemampuan bernalar secara kritis. Hal ini

mengisyaratkan bahwa proses belajar mengajar IPA di sekolah perlu

diperluas ruang lingkupnya dan ditingkatkan kualitas pembelajarannya.

Dalam pembelajaran IPA di sekolah diupayakan agar peserta didik

memiliki kompetensi untuk bekerja secara ilmiah dan pendidik bisa

memberikan pembelajaran menggunakan strategi dan model yang bisa

membantu peserta didik untuk mencapai standar kompetensi (SK) dan

Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI yang dituangkan dalam standar isi

merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh

peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di

setiap satuan pendidikan.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan

proses pendidikan adalah diberlakukan kurikulum 2013 yang disesuaikan

dengan kebutuhan proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran

yang dapat digunakan adalah Discovery learning. Model pembelajaran

discovery (penemuan) adalah proses pembelajaran yang dirancang

dengan menggunakan prinsip-prinsip pendekatan ilmiah sehingga peserta

didik memperoleh pengetahuan konsep yang sebelumnya belum

diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, melainkan sebagian atau

seluruh pengetahuan tersebut ditemukan sendiri.


4

Berdasarkan observasi awal dapat diketahui keadaan literasi sains

dan retensi peserta didik masih kurang aktif dalam proses pembelajaran.

Sehingga dengan menggunakan model discovery learning dalam

pembelajaran IPA mendorong peserta didik untuk aktif dalam membuat

hipotesis, melakukan percobaan, menganalisis data dan membuat

kesimpulan sehingga antusiasme peserta didik dalam proses belajar

menjadi lebih meningkat dan dapat meninggatkan retensi kognitif

khususnya bidang IPA bagian literasi sains (Yulianti, 2017).

Kemampuan literasi sains penting dimiliki peserta didik dalam

memahami lingkungan hidup, ekonomi serta permasalahan pada

masyarakat modern. Literasi sains dapat mengatasi kurang sadarnya

masyarakat akan peran sains yang sesungguhnya. Literasi sains hadir

untuk membentuk pola pikir, perilaku, dan membangun karakter manusia

untuk peduli dan bertanggung jawab terhadap dirinya, masyarakat serta

perkembangan ilmu pengetahuan alam semesta (Toharudin, 2016,

Hidayati, 2018). Sehingga menghasilkan peserta didik yang bisa

berkompeten dan memiliki daya retensi yang kuat dalam pembelajaran.

Rendahnya retensi retensi disebabkan oleh proses pemahaman

peserta didik terhadap konsep abstrak tidak dilakukan atau diperoleh

melalui pengalaman sendiri, yaitu peserta didik mengalami sendiri proses

belajar yang sesungguhnya, merefleksikan, membuat interferensi dan

berpengalaman menghadapi konflik kognitif. Proses pembelajaran

memegang peranan penting terhadap retensi peserta didik. Bila


5

pembelajaran hanya bersifat informatif, maka apa yang dipelajari akan

mudah terlupakan karena situasi lingkungan pembelajaran yang sangat

berbeda dengan kondisi kehidupan nyata. Oleh karena itu, peserta didik

belajar harus langsung terlibat dengan objek nyata yang ada dalam

kehidupan dan memberdayakan proses berpikir.

Retensi sebagai bagian dari ingatan memegang peranan penting

agar dapat terjadi perubahan yang permanen dalam tingkah laku sebagai

hasil dari pengalaman, yaitu melalui proses belajar. Tanpa adanya retensi,

proses belajar tidak mungkin terjadi, begitu pula sebaliknya. Retensi

peserta didik dapat ditingkatkan dengan cara melibatkan mereka secara

aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, dalam penelitian kali

ini akan dilakukan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan retensi

peserta didik dengan model/ metode sebagai penunjang proses

pembelajaran.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam usaha menggali

potensi dalam diri peserta didik berkaitan dalam mencapai tujuan

pembelajaran adalah pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan

kebutuhan dan karakteristik peserta didik (Masriyah, dkk., 2019).

Pembelajaran Discovery learning menjawab tantangan pembelajaran

abad 21 dengan menggunakan temuan ini diharapkan peserta didik lebih

aktif dan mandiri dalam menyelesaikan suatu masalah sehingga dapat

menumbuhkan rasa percaya diri dan bertanggung jawab atas pekerjaan

yang telah dikerjakan.


6

Menurut Wisudawati (2017), IPA memiliki empat unsur yang

diharapkan muncul dalam proses pembelajaran yaitu: a) Sikap, IPA dapat

memunculkan rasa ingin tahu peserta didik terhadap benda, fenomena

alam, makhluk hidup serta hubungan sebab akibatnya. b) Proses,

menggunakan metode ilmiah dengan prosedur yang sistematis untuk

memecahkan masalah IPA. c) Produk, meliputi fakta, prinsip, teori dan,

hukum. d) Aplikasi, mampu memecahkan masalah dalam kehidupan

sehari-hari dengan menggunakan metode ilmiah dan konsep IPA. Hasil

penelitian Sardinah (2018) juga membuktikan bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara literasi sains dan konsep hakikat sains saat

melakukan percobaan pada pembelajaran IPA dan menunjukkan kategori

baik.

Pembelajaran Discovery learning menjawab tantangan

pembelajaran abad 21 dengan menggunakan temuan ini diharapkan

peserta didik lebih aktif dan mandiri dalam menyelesaikan suatu masalah

sehingga dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan bertanggung jawab

atas pekerjaan yang telah dikerjakan. Oleh karena itu, akan diteliti tentang

Pengaruh model Discovery learning terhadap Literasi Sains dan Retensi

pada pembelajaran IPA Peserta didik Kelas V SD Aisyiyah

Muhammadiyah 3 Makassar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dibuatlah rumusan


masalah dalam penelitian ini:
7

1. Apakah terdapat pengaruh model Discovery learning terhadap literasi

sains peserta didik kelas V SD Aisyiyah Muhammadiyah 3

Makassar?

2. Apakah terdapat pengaruh model Discovery learning terhadap

retensi peserta didik kelas V SD Aisyiyah Muhammadiyah 3

Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Berikut ini adalah tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah

diatas:

1. Untuk mengetahui pengaruh model Discovery learning terhadap

literasi sains peserta didik kelas V SD Aisyiyah Muhammadiyah 3

Makassar.

2. Untuk mengetahui pengaruh model Discovery learning terhadap

retensi peserta didik kelas V SD Aisyiyah Muhammadiyah 3

Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka diperoleh beberapa

manfaat dalam penelitian ini:

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini menjadi salah satu sumber referensi bagi para peneliti

bidang pendidikan dalam menyusun pembelajaran.

2. Bagi Sekolah

Penelitian ini menambah wawasan guru tentang ragam/model-model


8

pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik sekolah

dasar pada mata pelajaran IPA di sekolah dasar.

3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi masyarakat sehingga

kedepannya ada partisipasi dari masyarakat untuk dunia pendidikan

semakin merdeka
9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teoritis

1. Literasi Sains

a. Pengertian Literasi Sains

Secara harfiah, literasi sains terdiri dari kata yaitu literatur yang

berarti melek huruf dan scientia yang diartikan memiliki pengetahuan.

Literasi sains merupakan kemampuan menggunakan pengetahuan,

mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-

bukti, dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan

dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui

aktivitas manusia (OECD, 2003).

‫ِِ ن‬
﴾٣ِ ‫ِمحس ن‬
‫ِ ي‬ ‫ِ ل‬ ‫ِب هِ د‬
‫ِ حىك ِي ورحمةِ ل‬ ‫ِتك ت‬
‫ِ ا ل‬ ‫ِك ا ل‬
‫ا يل‬ ِ‫﴿ ا ِل‬١ ِ ‫ِِم‬
ِ‫م‬٢
ِ
Terjemahan:

1. Alif Lām Mīm. 2. Itulah ayat-ayat Al-Kitab (Al-Qur’an) yang


penuh hikmah, 3. sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang
berbuat kebaikan,
(Luqman/31:1-3)

Surah ini dimulai dengan pembicaraan tentang al quran kemudian

beralih kepada ayat-ayat tentang alam semesta yang menunjukkan

kekuasaan Allah dan Keesaan-Nya, surah ini juga memaparkan tentang

orang-orang yang berbicara tentang Allah tanpa berdasarkan

pengetahuan, juga peringatan tentang keangkuhan dan patuh kepada

setan, kedua: pemaparan tentang ayat-ayat tentang alam semesta dan


10

fenomena-fenomena yang ada di dalamnya. Selain itu juga ada

fenomena-fenomena cahaya yang menghiasi langit dunia seperti mega,

fajar, cahaya, semua itu adalah fenomena yang berlainan dan terjadi

karena gesekan cahaya dengan atmosfer dan medan (QS: Al mulk ayat

5).

٥ ‫ِر‬ ‫ِنِا ِلمِه ع الب‬


‫ِن واِتع د‬ ‫صاِب ِها ِلِنو ِما رجِو شِ ي‬
‫ِِلط ي‬ ‫ِِم ِب ِم ن‬
‫ِِيا ي‬
‫ِح‬ ‫ِيزا سا‬
‫ال ن‬ ‫ِقِ د‬
‫ِ﴿ و‬ ‫ل‬
‫ِي‬
ِ‫س﴾ ع‬ ِ‫ذ‬ ِ ‫ل‬ ‫ج ِع‬ ‫ِِد ء ال‬
‫ا‬

Terjemahan:

5. Sungguh, Kami benar-benar telah menghiasi langit dunia


dengan bintang-bintang, menjadikannya (bintang-bintang itu) sebagai alat
pelempar terhadap setan, dan menyediakan bagi mereka (setan-setan itu)
azab (neraka) Sa‘ir (yang menyala-nyala).

Tafsir surah Al Qamar ayat 4 yang berisi “aku bersumpah bahwa

berita tentang umat-umat terdahulu dan tentang fakta-fakta alam yang

cukup memberi …,”

‫ج‬٤ ‫ِ ِ ̊ر‬
‫ِهِي ِمد ز‬ ِِ
‫ِ ا‬
‫ِب‬
‫ِِم ء‬ ِ ‫ِقِ د‬
‫ِج ا‬ ‫﴿و ل‬
‫ف‬
ِ ‫ِِن‬
‫ِ ِل‬
‫ن‬ ‫ءم‬
ِ
Terjemahan: ‫ما‬ ‫ا‬

4. Sungguh, benar-benar telah datang kepada mereka


beberapa berita yang di dalamnya terdapat ancaman (terhadap orang-
orang kafir).

( ﴾ ٥٣ ‫ِ ِوب فه‬
‫ِ ِرى‬
‫ِي‬ ‫ِ ي‬
‫ِا ل‬ ‫ اِ ِهِد عم‬٣٤ ‫ِ وا‬
‫ِل‬ ‫ِدىك‬ ِ
‫يِل‬ ‫ِو‬
‫ وا عطى‬٣٣ ‫ِلِِي ى‬‫ِ ِت ذ‬ ‫ِِ ر‬
‫ِ﴿ء ي‬ ‫اف‬
ِ
‫ن‬ ِ ‫ل‬
ِ ِ ِ
‫ا لت‬
‫ع‬

)35-33 :53/‫النجم‬

Terjemahan:

33. Tidakkah engkau melihat orang yang berpaling (dari Al-Qur’an)


34. Dia memberikan sedikit (dari apa yang telah disepakati), lalu
menahan sisanya.
11

Surah ini menjelaskan apakah orang itu mempunyai pengetahuan

tentang alam gaib, sehingga ia mengetahui apa yang mendorongnya.

Kemudian, keajaiban lainnya ada di surah Al-Furqan ayat 53 yang berisi

tentang adanya air laut dengan rasa tawar dan segar, sedangkan bagaian

lain asin serta pahit. Lalu antara keduanya tidak pernah saling bercampur

seolah ada dinding tipis sebagai pemisahnya.

‫ِخا ِب وِح ج ِرا‬ ‫ز‬ ‫ِ حاِ اج ̊ج ِبعوج ي‬


‫ِنِل‬ ‫ِذِات م ل‬
‫ِ و ه‬
‫ِبا ف‬
‫ر‬ ِ
‫ِحنِر ه ع ذ‬
‫ِ ي‬ ‫ِ ذ‬
‫ِي ﴿ ۞ مِر ب‬ ‫ِ اِ ل‬
‫و و‬
‫ِا‬
‫ِر ه م‬ ِ‫ذ‬ ِ
‫ا لج‬
‫ا‬

﴾ ٣٥ ‫ِا‬
‫ِ ر‬
‫محج و‬

Terjemahan:

Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang


ini tawar serta segar dan yang lain sangat asin lagi pahit; dan Dia jadikan
antara keduanya dinding dan batas yang tidak tembus( Al-Furqan/25:53.

Sebelum kita lahir di dunia. Dari sini, Allah secara tidak langsung

membuktikan kepada kita bahwa diri-Nya memang benar-benar ada dan

menciptakan semua hal di dunia. Ada beberapa kewajiban dan tunutan

kepada manusia untuk melestarikan alam. Misalnya perilaku untuk

menjaga bumi dari kerusakan, merawat tanaman, memelihara sumur atau

sumber air, tidak mengebiri binatang dan sebagainya. Maka dari itu, bagi

yang beragama islam sebaiknya untuk tidak meninggalkan Al-Qur’an,

selalu mengimaninya dan mengkaji lagi beberapa hal tentang ilmu

pengetahuan alam.

Literasi sains berarti penghargaan pada ilmu pengetahuan dengan

cara meningkatkan komponen-komponen belajar dalam diri agar dapat


12

memberi kontribusi pada lingkungan sosial. Berdasarkan pernyataan

diatas literasi sains memiliki arti luas, setiap kalangan dapat memberikan

kontribusi dalam mengartikan literasi sains. Setiap kalangan umum

memberikan kontribusi terhadap teknologi berdasarkan tingkat

pemahaman yang dimilikinya (Julianti, 2019).

b. Ruang Lingkup Literasi Sains

Dalam pengukuran literasi sains, PISA menetapkan tiga dimensi

besar literasi sains, yakni konten sains, proses sains, dan konteks aplikasi

sains. Secara rinci, PISA 2003 memaparkan literasi sains sebagai berikut.

1) Kandungan Literasi sains

Dimensi konsep ilmiah (scientific concepts), peserta didik perlu

menangkap sejumlah konsep kunci atau esensial dapat memahami

fenomena alam tertentu dan perubahan-perubahan yang terjadi akibat

kegiatan manusia. Hal ini merupakan gagasan besar pemersatu yang

berupaya menjelaskan aspek-aspek lingkungan fisik. PISA

mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mempersatukan konsep-

konsep fisika, kimia, biologi, srta ilmu pengetahuan bumi dan antariksa

(Toharudin, 2011).

2) Proses Literasi Sains

Proses literasi sains dalam PISA mengkaji kemampuan peserta didik

untuk menggunakan pengetahuan dan pemahaman ilmiah, seperti

kemampuan peserta didik untuk mencari, menafsirkan dan

memperlakukan bukti-bukti. PISA menguji lima proses semacam itu,


13

yakni: 1) mengenali pertanyaan ilmiah, 2) mengidentifikasi bukti, 3)

menarik kesimpulan 4) mengomunikasikan kesimpulan, 5) dan

menunjukkan pemahaman konsep ilmiah.

3) Kontes literasi sains

Konteks literasi dalam PISA, lebih pada kehidupan sehari-hari

daripada kelas atau laboratorium. Sebagaimana bentuk-bentuk literasi

lainnya, konteks sains melibatkan isu-isu yang sangat penting dalam

kehidupan secara umum, seperti juga dalam kepedulian pribadi.

Pertanyaan-pertanyaan dalam PISA 2000 dikelompokkan menjadi tiga

area tempat sains diterapkan, yaitu kehidupan dan kesehatan, bumi

dan lingkungan, serta teknologi.

c. Ciri-Ciri Seseorang yang Memiliki Literasi Sains

Menurut National Science Teacher Association (1971) (Toharudin,

2011) adalah:

1) Menggunakan konsep sains konsep sains, keterampilan proses dan

nilai apabila ia mengambil keputusan yang bertanggung jawab dalam

kehidupan sehari-hari.

2) Mengakui bagaimana masyarakat mempengaruhi sains dan teknologi

serta bagaimana sains dan teknologi mempengaruhi masyarakat.

3) Mengetahui bahwa masyarakat mengontrol sains dan teknologi

melalui pengelolaan sumber daya alam.

4) Menyadari keterbatasan dan kegunaan sains dan teknologi untuk

meningkatkan kesejahteraan manusia.


14

5) Memahami sebagian besar konsep-konsep sains, hipotesis dan teori

sains dan mampu menggunakannya.

6) Menghargai sains dan teknologi sebagai stimulus intelektual yang

dimilikinya.

7) Mengetahui bahwa pengetahuan ilmiah bergantung pada proses-

proses teori-teori.

8) Membedakan antara fakta-fakta ilmiah dan opini pribadi.

9) Mengakui asal-usul sains dan mengetahui bahwa pengetahuan ilmiah

itu tentative.

10) Mengetahui aplikasi teknologi dan pengambilan keputusan

menggunakan teknologi.

11) Mengetahui pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk

member penghargaan kepada penelitian dan pengembangan

teknologi.

12) Mengetahui sumber-sumber informasi dari sains dan teknologi yang

dipercaya dan menggunakan sumber-sumber tersebut dalam

pengambilan keputusan.

Seseorang yang memiliki literasi sains adalah orang yang

menggunakan konsep sains, memiliki keterampilan proses sains untuk

dapat menilai dalam keputusan sehari-hari ketika ia berhubungan dengan

orang lain dan lingkungannya, serta memahami interaksi antara sains,

teknologi dan masyarakat, termasuk perkembangan sosial dan ekonomi.

Hal ini dapat dilihat dari semakin berkembangnya pemikiran seseorang

mengenai sains. Sains tidak hanya dilihat dari seberapa banyak sains
15

diketahui, namun juga seberapa besar sains dapat digunakan untuk

menyelesaikan permasalahan yang ada (Abidain, 2017).

Literasi sains diharapkan peserta didik mampu memenuhi berbagi

tuntutan zaman yaitu menjadi problem solver dengan pribadi kompetitif,

inovatif serta berkarakter. Hal tersebut dikarenakan penguasaan

kemampuan literasi sains dapat mendukung pengembangan dan

penggunaan kompetensi abad ke 21 (Yuliati, 2017).

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan peserta didik

dalam memenuhi tuntutan zaman diharapkan mampu mengembangkan

pemikirannya dalam menyelesaikan masalah-masalah ilmiah berdasarkan

konsep, keterampilan proses, serta berbasis teknologi sehingga peserta

didik dapat kompetitif, inovatif dan berkarakter dalam mengambil

keputusan di abad ke-21.

d. Aspek Literasi Sains

Sebagai bagian dari upaya pengembangan literasi sains peserta

didik di Negara kita, maka pendidik harus memahami konsep literasi

dengan baik. Pendidik perlu membaca dan menganalisis artikel-artikel

terkait isu-isu sains yang secara langsung dapat mempengaruhi aspek

kehidupan manusia seperti isu-isu pemanasan global, sumber daya air

bersih, sumber daya flora atau fauna, sumber energi, dan sejenisnya.

BouJaoude (Jufri, 2017) mengembangkan kerangka analisis literasi

sains peserta berdasarkan tiga hal yakni:


16

1. Empat aspek literasi sains: pemahaman materi sains, investigasi

sains, dan sains cara untuk mencari tahu, serta interaksi sains-

teknologi-masyarakat.

2. Pemanfaatan sains oleh individu untuk mengambil keputusan,

menyelesaikan masalah, dan pengaruh sains terkendali isu-isu moral

dan etika, dan

3. Domain kurikuler sains dan sains sebagai salah satu cara berpikir.

Sejatinya membangun literasi sains adalah membangun sejumlah

kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap peserta didik. Bagian terpenting

dalam membangun literasi sains adalah bagaimana fakta-fakta sains yang

ada membentuk keterampilan-keterampilan tertentu dalam kegiatan

pembelajaran. Literasi sains menjadi bagian tak terpisahkan dalam

membentuk peserta didik menjadi warga yang aktif dan partisipatif dalam

konteks dunia nyata serta mampu memecahkan setiap permasalahan

yang ada.

e. Indikator Literasi Sains

Tabel 2.1 Indikator Literasi Sains

Indikator Deskripsi indikator


Menjelaskan fenomena ilmiah Mengevaluasi penjelasan untuk
berbagai fenomena alam dan
teknologi
Mengevaluasi dan mendesain Menggambarkan
penelitian ilmiah
Menafsirkan data dan bukti ilmiah Menganalisis
Sumber: OECD, 2016 (Abidin, 2017)

Pembelajaran literasi sains merupakan pembelajaran yang relevan

untuk mengembangkan kemampuan literasi sains yang sesuai dengan


17

proses dan produk kehidupan sehari-hari dalam masyarakat.

Pembelajaran ini memasukkan isu-isu sosial yang memerlukan komponen

konsep sains dalam pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah

dan membantu peserta didik dalam hal menyelesaikan masalah (Holbrook

& Nia, 2009).

2. Retensi

a. Pengertian Retensi

Informasi secara tetap masuk pikiran kita melalui indera. Sebagian

besar informasi ini segera kita buang tanpa kita sadari. Sedangkan

beberapa kita simpan dalam ingatan kita untuk beberapa saat, dan

kemudian terlupakan. Bagaimanapun juga, beberapa informasi akan tetap

kita simpan bahkan kita simpan untuk selama-lamanya. Yang penting

dalam pendidikan adalah memasukan informasi yang berguna,

keterampilan, sikap ke dalam pikiran peserta didik dengan cara apapun,

sehingga peserta didik dapat mengingat kembali pengetahuan yang telah

mereka simpan jika mereka membutuhkannya.

Ingatan merupakan alih bahasa dari memory. Maka dari itu di

samping ada yang menggunakan ingatan ada pula yang menggunakan

istilah memori sesuai dengan ucapan dari memory. Pada umumnya para

ahli memandang ingatan sebagai hubungan antara pengalaman dengan

masa lalu. Proses manusia memunculkan kembali tiap kejadian

pengalaman pada masa lalunya, membutuhkan kemampuan mengingat

kembali yang baik. Dengan adanya kemampuan mengingat pada manusia


18

maka ini menunjukkan bahwa manusia mampu menerima, menyimpan

dan menimbulkan kembali pengalaman-pengalaman yang dialamninya

(Setyawan, 2013).

Retensi adalah kemampuan untuk mengingat materi (seperti:

konsep-konsep, teorema-teorema) yang telah dipelajari. Seperti ingatan,

retensi sangat menentukan hasil yang diperoleh peserta didik dalam

proses belajarnya (Yusuf, 2011).

Para ahli mencoba untuk mendefinisikan retensi itu sendiri. Berikut

ini definisi retensi menurut beberapa ahli, antara lain:

1) De Porter & Hernacki, menjelaskan bahwa memori atau ingatan

adalah suatu kemampuan untuk mengingat apa yang telah diketahui.

Seseorang dapat mengingat sesuatu pengalaman yang telah terjadi

atau pengetahuan yang telah dipelajari pada masa lalu. Kegiatan

seseorang untuk memunculkan kembali atau mengingat kembali

pengetahuan yang dipelajarinya pada masa lalu dalam ilmu psikologi

disebut recall memory.

2) Santrock,ingatan sebagai retensi informasi yang telah diterima melalui

tahap: Penkodean (Encoding), penyimpanan (storage), dan

pemanggilan kembali (retrieval)

3) Irwanto, ingatan sebagai kemampuan untuk menyimpan informasi

sehingga dapat digunakan lagi di masa yang akan datang

4) Walgito, ingatan adalah kemampuan psikis untuk memasukkan,


19

menyimpan, dan menimbulkan kembali hal-hal yang lampau.

Jadi, diperoleh kesimpulan bahwa retensi adalah kegiatan belajar

mengajar yang berhubungan dengan keterampilan daya ingat peserta

didik dari materi yang telah disampaikan dalam rentang waktu tertentu.

b. Proses Penyimpanan Informasi

Hasil pengajaran diklasifikasikan oleh Bloom (1965) menjadi tiga

bagian seperti yang dikutip oleh Sudjono (2005) yaitu kognitif, afektif, dan

psikomotor. Penelitian ini fokus pada ranah kognitif, yaitu ranah yang

mengarah pada perhatian pengembangan kapabilitas dan keterampilan

intelektual. Bloom mengklasifikasikan ranah kognitif menjadi enam bagian.

Klasifikasi pada ranah kognitif diurutkan secara hierarkis dari yang

sederhana sampai yang paling kompleks sebagai berikut:

a. Pengetahuan (knowledge).

b. Pemahaman (comprehension).

c. Penerapan (application).

d. Analisis (analysis).

e. Sintesis (synthetic).

f. Evaluasi (evaluation).

Penelitian ini berdasar pada ranah kognitif yaitu pengetahuan dan

pemahaman yang menekankan pada mengingat, dengan mengungkapkan

kembali sesuatu yang telah dipelajari, dihafalkan dan diingat kemudian

disimpan di dalam otak. Menurut Maufur (Susanto, 2011), pengetahuan

adalah sesuatu atau semua yang diketahui dan dipahami atas dasar
20

kemampuan kita berpikir, merasa, maupun mengindera, baik diperoleh

secara sengaja maupun tidak sengaja. Menurut Susanto, (2011)

menyatakan bahwa pengetahuan adalah segenap apa yang kita ketahui

tentang objek tertentu, termasuk di dalamnya adalah ilmu.

Pendapat lain menyebutkan bahwa pengetahuan adalah suatu

kegiatan yang sifatnya mengembangkan, menambah kesempurnaan atau

disebut perspektif activity (Purwastuti, 2002). Dari beberapa pendapat di

atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah segala kegiatan yang

dilakukan untuk menjadi tahu baik termasuk di dalamnya adalah ilmu, dan

sifatnya adalah mengembangkan dan menambah kesempurnaan dalam

diri.

Sebagaimana telah diketahui, jika pembelajaran yang hendak

diselenggarakan tujuannya adalah untuk meminta peserta didik

menyimpan informasi yang diberikan (retensi) maka titik tekan proses

kognitifnya adalah mengingat. Jika tujuan pembelajaran yang

diselenggarakan meminta peserta didik untuk mentransfer pengetahuan,

titik tekan proses kognitifnya bergeser menuju pemahaman/memahami

(Anderson, 2001).

Menurut Anderson (2001), memahami atau pemahaman adalah

kemampuan untuk membentuk suatu makna dari pesan-pesan yang

disampaikan saat pengajaran, baik pesan secara tertulis, lisan maupun

grafik; baik disajikan saat guru ceramah, buku, ataupun melalui layar

komputer. Seorang peserta didik dikatakan telah paham jika mereka


21

mampu menghubungkan pengetahuan baru yang diperoleh dengan

pengetahuan yang telah dimiliki.

Untuk memperjelas mengenai hafalan, berikut disajikan tingkatan

penyimpanan informasi menurut Rumini (1998):

a. Menanamkan

Mencamkan adalah kemampuan jiwa untuk menerima atau

meletakkan kesan sehingga dapat disimpan dan direproduksi.

Kemampuan ini dapat terlaksana secara sengaja, bila dilakukan

dengan aktif, bertujuan dan penuh perhatian. Selain itu dapat berlaku

secara tidak di sengaja, bila tanpa perhatian, dan tanpa tujuan

maupun aktifitas yang terencana.

b. Retensi

Retensi yaitu kesan yang dicamkan tidak hilang melainkan tersimpan

di dalam otak yang membekas atau trace maka disebut “memory

tracesí”. Memory traces suatu saat dapat memudar atau hilang.

Sesuatu yang hilang dapat bersifat:

1) Tahan lama, bila kesan itu melekat dalam waktu yang lama dan

dapat direproduksi kembali.

2) Luas, bila dapat menyimpan/menampung kesan yang banyak dan

dapat dipaparkan kembali.

3) Setia, bila kesan yang disimpan tetap baik tidak berubah bila

direproduksi.
22

4) Patuh, bila bila kesan yang tersimpan itu siap dan mudah

direproduksi.

Sifat-sifat itu dapat berkombinasi antara dua sifat atau beberapa

sifat, tetapi dapat pula merupakan berbagai sifat yang campuran.

c. Reproduksi

Reproduksi merupakan kemampuan untuk menimbulkan kembali

segala sesuatu yang disimpan. Reproduksi dilaksanakan secara berbeda-

beda sesuai dengan kejadiannya:

1) Recall/memanggil kembali kesan yang telah disimpan. Kesan

mengenai suatu objek yang pada saat itu tidak ada lagi, jadi hanya

bekasnya saja. Namun apabila kemampuan recalling itu baik dapat

memunculkan kembali sesuai dengan apa yang disimpan.

2) Recognize/mengenal kembali merupakan kemampuan menimbulkan

kembali kesan-kesan yang disimpan karena objeknya muncul kembali

atau terulangnya stimulus. Timbulnya objek itu sebagai perangsang

untuk reproduksi. Recognize lebih mudah dibandingkan dengan recall.

3) Relearn/mempelajari kembali, maksudnya adalah apa yang telah

diproduksi harus dipelajari kembali terlebih dahulu. Makin sering

diulang-ulang kembali akan makin mudah munculnya kesan dalam

reproduksi ini.

Telah disebutkan bahwa apa yang disimpan merupakan bekas atau

yang disebut dengan memory trace, dapat menjadi pudar bahkan


23

menghilang atau lupa. Sebaliknya memory trace yang tersimpan dalam

otak menjadi semakin jelas semakin membesar (Rumini, 1998).

Menurut penyelidikan Ebbinghaus (Rumini, 1998) segala sesuatu

yang dipelajari atau dialami setelah beberapa waktu akan mengalami

sebagai berikut:

a. Setelah waktu 0 menit 100% dapat diingat,

b. Setelah waktu 20 menit 58% dapat diingat,

c. Setelah waktu 1 jam 44% dapat diingat,

d. Setelah waktu 9 jam 36% dapat diingat,

e. Setelah waktu 24 jam 34% dapat diingat,

f. Setelah waktu 48 jam 28% dapat diingat,

g. Setelah waktu 6 hari 25% dapat diingat,

h. Setelah waktu 31 hari 21% dapat diingat.

Selain itu, Ebbinghaus dalam penyelidikannya menunjukkan, bila

seseorang belajar teratur diselingi tidur cukup, ingatannya menjadi baik

sehingga hanya sedikit yang dilupakan. Pendapat lain dikemukakan oleh

Buzan (2007), yang menyatakan bahwa ingatan akan meningkat atau

menjadi jika menggunakan kedua sisi otak secara bersama-sama.

Penelitian ini akan melihat retensi peserta didik pada pembelajaran

IPA kelas V semester genap dengan menggunakan model Discovery

learning. Sesuai dengan taksonomi bloom mengingat masuk ke dalam

golongan C1 atau kognitif terendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan


24

Tarlinton (Supratiknya, 2012), taksonomi bloom ranah kognitif revisi Lorin

Anderson yang paling rendah dan sederhana adalah mengingat. Dalam

proses mengingat melibatkan kembali pengetahuan yang relevan dari

ingatan jangka panjang, dan dari transfer pengetahuan ini akan

mendapatkan pemahaman (Anderson, 2001). Jadi peningkatan retensi

dapat dilihat pengetahuan dan pemahaman peserta didik.

c. Fungsi-fungsi Retensi

Retensi atau ingatan memiliki 3 fungsi, antara lain:

1. Fungsi Memasukkan

Dalam ingatan yang disimpan adalah hal-hal yang pernah dialami

oleh seseorang.

2. Fungsi Menyimpan

Fungsi kedua ini adalah berkaitan dengan penyimpan. Problem

yang ditimbulkan ialah bagaimana agar pembelajaran yang sudah

diperoleh dapat menyimpan dengan baik, sehingga pada waktu

tertentu dapat ditimbulkan lagi apabila diperlukan.

3. Fungsi Menimbulkan Kembali

Fungsi ketiga ini adalah berkaitan dengan menimbulkan kembali

hal-hal yang disimpan dalam ingatan. Pada mengingat kembali

peserta didik dapat menimbulkan kembali apa yang diingat tanpa

adanya objek (Walgito, 2002).

d. Indikator Retensi peserta didik

Adapun peningkatan daya ingat retensi (Makhfudin) dapat diukur


25

dengan cara sebagai berikut:

a. Keterampilan peserta didik untuk mendapatkan informasi.

b. Kemampuan peserta didik dalam menyimpan memori.

c. Kemampuan peserta didik menyampaikan kembali.

e. Proses Ingatan

Proses ingatan yang dialami seseorang terdiri dari tiga tahap, yaitu:

1. Proses Mencamkan (Encoding)

Tahap ini disebut sebagai tanda pengkodean terhadap sesuatu

yang akan diingat. Pengkodean akan menghasilkan memori yang

baik bila dilakukan dengan mencari hubungan tentang sesuatu

yang harus diingat dengan hal lain yang telah dikenal atau dapat

juga dilakukan dengan memusatkan pikiran pada pengertian

sesuatu yang diingat atau melalui pemahaman.

2. Proses Menyimpan (Storage)

Pengendapan informasi yang diterima di dalam memori otak.

3. Proses Pengingatan Kembali (Retrieval)

Pencarian dan penemuan kembali informasi yang disimpan dalam

struktur ingatan jika diperlukan. Kuat dan lemahnya ingatan

ditentukan oleh kegagalan atau keberhasilan dalam tahap

pengingatan kembali (Suroso, 2010).

3. Model Discovery Learning

Salah satu bentuk upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu

pendidikan di Indonesia dengan adanya kurikulum 2013. Keunggulan


26

kurikulum 2013 memiliki tiga konsep yang menyeimbangkan sikap,

keterampilan, dan pengetahuan. Konsep ini di anggap penting untuk

mendapatkan lulusan yang andal dan beretika untuk selanjutnya

berkompetisi secara global. Pada kurikulum 2013 memiliki pembelajaran

yang harus ditekankan pada pembelajaran fisika. Pembelajaran yang

seharusnya dalam kurikulum 2013 adalah pada dimensi pedagogik

modern dalam pembelajaran fisika, yaitu menggunakan pendekatan

ilmiah.

Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud

meliputi kegiatan mengamati, kegiatan menanya, kegiatan mencoba,

kegiatan menalar dan kegiatan mengkomunikasikan. Kurikulum 2013

secara konseptual memiliki beberapa keunggulan. Pertama, kurikulum

2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah atau kontekstual.

Kedua, kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi

mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Ketiga, untuk

penilaian keterampilan dilakukan dengan menggunakan pendekatan

kompetensi. Pendidik dan tenaga kependidikan yang baik mampu

memahami kurikulum dan mengimplementasikannya pada proses

pembelajaran.

Model pembelajaran penemuan (Discovery learning) dalam fisika

dianggap sebagai model yang cukup efektif dalam kurikulum 2013. Model

pembelajaran penemuan merupakan sebuah model pembelajaran yang

dirancang dengan tujuan untuk membantu peserta didik mengembangkan


27

kemampuan berpikir dan mengembangkan kemampuan dalam

memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, menekankan

pentingnya membantu peserta didik untuk memahami struktur atau ide-

ide kunci suatu disiplin ilmu, kebutuhan akan keterlibatan aktif peserta

didik dalam pembelajaran, dan keyakinan bahwa pembelajaran sejati

terjadi melalui penemuan pribadi. Mengembangkan kemampuan dalam

memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran

penemuan diharapkan dapat meningkatkan kompetensi peserta didik.

Persaingan yang positif akan terjadi di kelas dalam rangka pencapaian

prestasi belajar yang optimal. Model pembelajaran penemuan diharapkan

dapat membantu peserta didik untuk memahami struktur atau ide-ide

kunci dan penemuan pribadi.

Model pembelajaran penemuan dapat mengembangkan sikap-sikap

ilmiah peserta didik yang juga terkait dengan karakter peserta didik itu

sendiri dan juga menunjang keterlibatan peserta didik dalam proses

belajar baik secara mental maupun fisik. Selain itu, model pembelajaran

penemuan dapat menambah pengalaman peserta didik dalam belajar,

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih dekat lagi

dengan sumber pengetahuan selain buku, menggali kreativitas peserta

didik, mampu meningkatkan rasa percaya diri pada peserta didik, dan

meningkatkan kerja sama peserta didik. Suatu model pembelajaran terdiri

dari panduan untuk mendesain kegiatan pendidikan dan lingkungan

belajar. Model pembelajaran penemuan merupakan suatu model


28

pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk membangun

pengetahuannya sendiri dengan melakukan eksperimen untuk

menemukan prinsip dari eksperimen. Sebagai suatu model pembelajaran,

model pembelajaran penemuan memiliki sintak tertentu.

Fred. J.J.M Janssen (2014) “How to make guided discovery learning

practical for student teachers”.) the common aspect in different GDL

practices is that teaching starts by posing a challenging problem, and that

students themselves contribute to the knowledge development needed to

solve the problem. Dari beberapa pendapat diatas, dapat dimengerti

bahwa pembelajaran discovery learning adalah pembelajaran yang

bersifat aktif dengan menanamkan sikap-sikap dalam penelitian. Sehingga

peserta didik mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan

kemampuannya dalam melaksanakan model pembelajaran ini. Dengan

dilaksanakannya model pembelajaran discovery learning peserta didik

mengerti akan suatu materi pembelajaran tidak hanya sebatas teorinya

saja, melainkan juga penerapannya di masyarakat. Dengan harapan

peserta didik mampu untuk menyelesaikan setiap masalahnya dalam

kehidupan bermasyarakat.

a. Tujuan Discovery learning

Bell (1978) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari

pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai berikut:

1. Dalam penemuan peserta didik memiliki kesempatan untuk terlibat

secara aktif dalam pembelajaran, kenyataan menunjukkan bahwa


29

partisipasi banyak peserta didik dalam pembelajran meningkat ketika

penemuan digunakan.

2. Melalui pembelajaran dengan penemuan, peserta didik belajar

menemukan pola dalam situasi konkret maupun abstrak, juga peserta

didik banyak meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang

diberikan.

3. Peserta didik juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak

rancu dan menggunakan Tanya jawab untuk memperoleh informasi

yang bermanfaat dalam menemukan.

4. Pembelajaran dengan penemuan membantu peserta didik membentuk

cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta

mendengar dan mengunakan ide-ide orang lain.

5. Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa keterampilan-

keterampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari

melalui penemuan lebih bermakna.

6. Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam

beberapa kasus, lebih ditransfer untuk aktivitas baru dan diaplikasikan

dalam situasi belajar yang baru.

b. Ciri-ciri Discovery learning

Hosnan (2014) berpendapat ada beberapa ciri proses pembelajaran

discovery learning yang sangat ditekankan oleh teori konstruktifisme, yaitu

sebagai berikut. Menekankan pada proses belajar, bukan proses

mengajar.
30

1. Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada peserta

didik,

2. Memandang peserta didik sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang

ingin dicapai,

3. Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan

menekankan pada hasil,

4. Mendorong peserta didik untuk mampu melakukan penyelidikan,

5. Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar,

6. Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada

peserta didik,

7. Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman

peserta didik,

8. Mendasarkan proses pembelajarannya pada prinsip-prinsip kognitif,

9. Banyak menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaskan proses

pembelajraan, seperti prediksi, inferensi, kreasi dan analisis,

10. Menekankan pentingnya “bagaimana” peserta didik belajar,

11. Mendorong peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau

diskusi dengan peserta didik lain dan guru,

12. Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif,

13. Menekankan pentingnya konteks dalam belajar, dan

14. Memperhatikan keyakinan dan sikap peserta didik dalam belajar.

Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membangun

pengetahuan dan pemahaman baru yang didasari pada pengalaman


31

nyata. Dalam penerapannya pembelajaran Discovery learning memiliki ciri-

ciri dalam penerapannya, adapun ciri utama belajar menemukan

(Discovery learning) yaitu:

1. Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan,

menggabungkan, dan menggeneralisasi pengetahuan,

2. Berpusat pada peserta didik, dan

3. Kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan

yang sudah ada (Hosnan, 2014).

c. Langkah-langkah Discovery learning

Dalam penerapannya setiap model pembelajaran harus mempunyai

langkah-langkah dalam penerapannya, agar tercapai tujuan dari di

laksanakannya model pembelajaran.

1) Langkah-langkah Operasional

Markaban (2006) berpendapat, agar pelaksanaan model

pembelajaran penemuan terbimbing ini berjalan dengan efektif, beberapa

langkah yang mesti di tempuh oleh guru adalah:

1. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada peserta didik

dengan data secukupnya, perumusannya harus jelas, hindari

pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang

ditempuh peserta didik tidak salah.

2. Dari data yang diberikan guru, peserta didik menyusun,

memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam

hal ini bimbingan guru dapat diberikan sejauh diperlukan saja.


32

Bimbingan ini sebaiknya mengarahkan peserta didik untuk

melangkah kearah yang hendak di tinjau, melalui pernyataan-

pernyataan atau LKS.

3. Peserta didik menyusun konjektur (Prakiraan) dari hasil analisis

yang di lakukan.

4. Bila di pandang perlu, konjektur yang telah di buat peserta diidk

tersebut di periksa oleh guru. Hal ini penting di lakukan untuk

menyakinkan kebenaran prakiraan peserta diidk, sehingga akan

menuju arah yang hendak di capai.

5. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur

tersebut maka verbalisasi konjektur sebaiknya di serahkan juga

pada peserta didik untuk menyusunnya. Di samping itu, perlu

diingatkan bahwa induksi tidak menjamin 100% kebenaran

konjektor.

6. Sesudah peserta didik menemukan apa yang di cari, hendaknya

guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memriksa

apakah hasil penemuan itu benar.

2) Langkah-langkah operasional Implementasi dalam proses

pembelajaran

Langkah strategi Discovery learning, Hosnan (2014)

1. Menentukan tujuan pembelajaran,

2. Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik (kemampuan awal,

minat, gaya belajar, dan sebagainya),


33

3. Memilih materi pelajaran yang akan di pelajari,

4. Menentukan topik-topik yang harus di pelajari peserta didik secara

induktif (dari contoh generalisasi),

5. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,

ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk di pelajari peserta didik,

6. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks,

dari yang kompleks ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik,

sampai simbolik, dan

7. Melakukan penilaian proses dan retensi peserta didik.

Ada enam fase dari model pembelajaran penemuan yang dapat

dijadikan sebagai acuan bagi guru dalam pembelajaran, yaitu: stimulasi,

identifikasi masalah, pengumpulan data, pengolahan data, pembuktian,

dan generalisasi. Penerapan model pembelajaran penemuan merupakan

suatu alternatif untuk pemecahan masalah dengan mengintegrasikan

keterampilan berpikir tingkat tinggi. Berikut ini sintaks model pembelajaran

model discovery learning yang berorientasi pada pembelajaran online

dalam penelitian ini:

Tabel 2.2 Sintaks model Pembelajaran discovery learning

Tahap Pembelajaran Kegiatan

Guru Peserta Didik

Fase 1 ● Guru menghadapkan ● Mendengarkan


peserta didik kepada penjelasan guru dengan
(Stimulasi/pemberian suatu masalah yang membaca chat whatsapp
rangsangan) membuat peserta didik yang disampaikan oleh
merasa tertarik dan guru
perlu untuk
mempelajarinya
34

Fase 2 ● Guru member ● Melihat dan


kesempatan kepada mendengarkan
(Pernyataan/identifikasi peserta didik untuk penjelasan guru dari
masalah) mengidentifikasi video yang dikirim
sebanyak mungkin melalui video whatsapp
agenda-agenda
masalah yang relevan
dengan bahan
pelajaran, kemudian
salah satunya dipilih dan
dirumuskan dalam
bentuk hipotesis
(jawaban sementara
atas pertanyaan
masalah)

Fase 3 ● Guru mengarahkan ● Latihan mengerjakan


peserta didik untuk tugas LKS di Buku
(pengumpulan dan mengumpulkan data peserta didik dan
pengelolaan data) yang sesuai dengan dikumpulkan pukul 21.00
masalah yang sedang WITA
peserta didik pelajari
● Menanyakan hal-hal apa
● Guru membimbing saja yang belum
peserta didik untuk dipahami.
mengacak, mentabulasi
dan mengukur ● Melihat jawaban yang
kesesuaian data mereka kerjakan dan
terhadap masalah yang mencocokkannya
dipelajari dengan jawaban yang
benar

Fase 4 ● Guru mengarahkan ● Peserta didik melakukan


peserta didik untuk pemeriksaan secara
(Pembuktian) melakukan pemeriksan cermat untuk
seccara cermat untuk membuktikan benar atau
membuktikan benar tidaknya hipotesis yang
atau tidaknya hipotesis ditetapkan dengan
yang ditetapkan dengan temuan alternative,
temuan alternative, dihubungkan dengan
dihubungkan dengan hasil data processing
hasil data prosessing
Fase 5 ● Guru membantu peserta ● Peserta didik
didik dalam memperhatikan proses
(Menarik Kesimpulan) melaksanakan proses generalisasi yang
generalisasi masalah menekankan pentingnya
dengan data-data yang penguasaan pelajaran
telah diperoleh dan atas makna dan kaedah
diperifikasi oleh peserta atau prinsip-prinsip yang
didik sebelumnya. luas yang mendasari
pengalaman seseorang
serta pentingnya proses
pengaturan dan
generalisasi dan
35

pengalaman-
pengalaman
Sumber: diadaptasi dari Hosnan, 2020

4. Ilmu pengetahuan Alam (IPA)

IPA berasal dari bahasa inggris yaitu natural science yang berarti

alamiah atau berhubungan dengan alam. Jadi menurut asal katanya IPA

adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa alam. Menurut

Toharuddin & Andrian (2011, 26) “sains adalah pengetahuan yang

kebenarannya sudah diujicobakan secara empiris melalui metode ilmiah.

Selain itu pembelajaran IPA adalah mengembangkan pengetahuan dan

pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk life skill dan soft skill” (Amal &

Kune, 2018).

Pelaksanaan pembelajaran IPA di SD harus memperhatikan

beberapa hal diantaranya: (1) memberikan kesempatan kepada peserta

didik untuk mengembangkan kemampuan literasi sains, (2) sebelum

pembelajaran dimulai guru harus melihat kemampuan awal siswa

sehingga apa yang ingin dipelajari oleh peserta didik sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang diinginkan (3) pembelajaran IPA di SD harus

melibatkan peserta didik secara aktif untuk bertanya dan menjelaskan

suatu masalah berdasarkan pemikirannya.

B. Penelitian Relevan

Masriyah (2019) dalam penelitiannya berjudul Studi Komparasi


36

Penerapan Model Guided Discovery learning dan Inquiry Learning

terhadap Retensi Matematika menyatakan bahwa, melalui perlakuan

model guided Discovery learning hasil analisis data pada taraf signifikan

0,05 dan df =130 diperoleh nilai t-hitung 2,276 > t-tabel (1,978) dan nilai p

(2-tailed) 0,024 < 0,05. Hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan

retensi matematika antar kelompok peserta didik yang diajarkan

menggunakan model guided Discovery learning dan kelompok peserta

didik yang diajarkan menggunakan model inquiry learning.

Kristin (2016) dalam penelitian berjudul analisis model pembelajaran

Discovery learning dalam meningkatkan retensi peserta didik SD

menyatakan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Discovery

learning bisa meningkatkan retensi peserta didik karena metode ini melalui

konsep, arti dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai

kepada kesimpulan sehingga dengan menggunakan model ini peserta

didik lebih mudah memahami pembelajaran IPA.

Arifin (2019) Implementasi pembelajaran kooperatif take and give

dalam pembelajaran ipa terhadap retensi peserta didik SMP Negeri 01

Arjasa dalam penelitian ini menjelaskan bahwa dengan retensi peserta

didik terlibat langsung dalam proses pembelajaran yang berlangsung,

karena peserta didik memiliki bahan yang dapat di komunikan kepada

teman sekelompoknya sehingga dengan kooperatif take and give memberi

kesempatan mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan

komunikasi sehingga pembelajaran berlangsung secara baik.


37

Susanti (2016) yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran

Discovery learning terhadap Keterampilan Sains dan Retensi Peserta

didik Kelas VIII Tentang Ipa SMP Advent Palu, pemahaman peserta

didik mengalami kesulitan dalam belajar IPA. Pemahaman peserta didik

terhadap pembelajaran ipa sangat rendah karena, peserta didik bersifat

pasif dalam kegiatan pembelajaran sedangkan guru dominan dalam

proses pembelajaran. Hasil penelitian susanti menunjukkan bahwa,

retensi sains dan retensi dalam kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas, diperoleh informasi

bahwa literasi sains dan retensi mempunyai pengaruh terhadap retensi

IPA peserta didik begitupun dengan penggunaan model Discovery

learning sangat tepat untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar

karena menekankan keterlibatan peserta didik secara penuh.

Mengidentifikasi suatu masalah melalui kegiatan diskusi dapat

mendorong peserta didik untuk melakukan eksplorasi terhadap masalah

dengan cara mencari informasi kemudian peserta didik menganalisis,

mengorganisasikan dan membuat kesimpulan dari konsep yang telah

ditemukan. Hal ini memungkinkan peserta didik menemukan arti bagi diri

mereka sendiri dan memungkinkan mereka untuk mempelajari konsep di

dalam bahasa yang mudah dimengerti dan bertahan lama dalam ingatan

dapat dilakukan dengan memberikan pengulangan kembali.

C. Kerangka Pikir

Pembelajaran IPA atau sains adalah salah satu mata pelajaran yang
38

harus dipelajari peserta didik di lingkungan pendidikan termasuk di ranah

sekolah dasar (SD). Keberadaan IPA tentunya sangat penting dalam

mengembangkan pengetahuan peserta didik sehingga guru harus bisa

menyesuaikan kebutuhan peserta didik dengan karakteristik dan materi

ajar.

Model pembelajaran yang bisa digunakan untuk pembelajaran IPA

yaitu model Discovery learning dengan menggunakan model ini peserta

didik diberikan kesempatan untuk menyusun, memperoses, mengorganisir

suatu data yang diberikan guru. Melalui proses penemuan terbimbing,

peserta didik dituntut untuk menggunakan ide dan pemahaman yang

telah dimiliki untuk menemukan sesuatu yang baru. Setelah menentukan

model guru juga harus memiliki strategi utama dalam pembelajaran salah

satunya menggunakan gerakan literasi sains sekolah berupa literasi sains

lintas kurikulum, yaitu sebuah pendekatan penerapan literasi sains secara

konsisten dan menyeluruh di sekolah untuk mendukung pengembangan

literasi sains bagi setiap peserta didik.

Keterampilan literasi sains secara eksplisit diajarkan di dalam mata

pelajaran, tetapi peserta didik diberikan berbagai kesempatan untuk

menggunakan sains di luar mata pelajaran sains di berbagai situasi.

Menggunakan keterampilan sains lintas kurikulum memperkaya

pembelajaran bidang studi lainnya dan memberikan kontribusi dalam

memperluas dan memperdalam pemahaman sains. Selain melalui

kurikulum, literasi sains juga dimunculkan di dalam lingkungan sekolah


39

oleh staf non guru dan kegiatan-kegiatan rutin yang terjadi di sekolah yang

memberikan kesempatan nyata bagi peserta didik untuk mempraktikkan

keterampilan literasi sains dan retensi untuk mengingat pembelajaran

mereka.

Retensi peserta didik adalah unjuk kerja yang mampu ditampilkan

peserta didik setelah selang periode waktu tertentu dan mampu

diungkapkan kembali oleh peserta didik. Salah satu faktor penting yang

mempengaruhi pembelajaran adalah apa yang telah diketahui peserta

didik. Jadi agar kegiatan pembelajaran lebih bermakna, maka konsep-

konsep baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada

untuk meningkatkan retensi peserta didik dan menjadikan konsep tersebut

sebagai memori yang dapat disimpan peserta didik dalam jangka waktu

lama (long term memory). Daya retensi yang baik merupakan salah satu

kebutuhan setiap peserta didik untuk belajar secara optimal. Hal ini

dikarenakan retensi peserta didik di sekolah diukur berdasarkan

penguasaan peserta didik atas materi pelajaran, yang prosesnya tidak

terlepas dari kegiatan mengingat. Maka dengan daya ingat yang baik,

peserta didik akan dapat belajar dengan mudah dan mencapai hasil yang

optimal. Namun fakta yang terjadi di lapangan menunjukkan tidak setiap

peserta didik memiliki daya ingat yang baik. Dalam setiap kelas misalnya,

akan ditemukan peserta didik yang memiliki daya ingat baik dan ada pula

yang memiliki daya ingat kurang baik. Keaktifan peserta didik dalam

proses pembelajaran tentunya akan berdampak baik pada pembelajaran


40

IPA. Secara konseptual, kerangka pikir dapat dilihat pada bagan sebagai

berikut:

Model Pembelajaran

Discovery Learning

Keterlibatan Peserta didik


dalam pembelajaran

Literasi Sains Retensi

Hasil belajar

Rekomendasi

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan tinjauan hasil penelitian yang relevan

maka, dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh model Discovery learning terhadap literasi sains

peserta didik kelas V SD Aisyiyah Muhammadiyah 3 Makassar.


41

2. Terdapat pengaruh model Discovery learning terhadap retensi

peserta didik kelas V SD Aisyiyah Muhammadiyah 3 Makassar.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

1. Jenis Penelitian

penelitian ini adalah pendekatan eksperimen yang bersifat kuantitatif.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimental Design,

yang akan mengkaji pengaruh model Discovery Learning terhadap literasi

sains dan retensi kelas V. Penelitian ini menggunakan pendekatan

penelitian kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen semu (quasi

eksperimen). Alasan menggunakan quasi eksperimen adalah karena tidak

semua karakteristik dan kondisi sampel dapat diatur dan dikontrol secara

ketat.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Quasy eskperiment ini

menggunakan rancangan penelitian pretes-posttest nonequivalent control

group design. Alasan menggunakan nonequivalent control group design

karena pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol

tidak dipilih secara random. Secara spesitfik bentuk rancangan tersebut

dijelaskan pada table berikut.

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Prates Perlakuan Pascates


Eksperimen 01 X 02
Kontrol 03 04
(Sumber: sugiyono, 2016)

42
43

Keterangan:
01 : Pretes utuk kelas eksperimen
03 : Pretes untuk kelas Kontrol
X : Pembelajaran model Discovery Learning
02 : Posttest untuk kelas Eksperimen
04 : Posttest untuk kelas kontrol

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelas V SD Aisyiyah Muhammadiyah 3

Makassar. Subyek dari penelitian ini adalah peserta didik kelas V SD

Aisyiyah Muhammadiyah 3 Makassar.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai bulan

Februari 2021.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek /

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2016).

Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik SD Aisyiyah

Muhammadiyah 3 Kota Makassar. Penelitian ini dilakukan pada kelas V

yang memiliki kelas parallel sehingga memudahkan penelitian untuk

melakukan penelitian dan menjadikan kelas VB dijadikan kelas


44

eksperimen dan kelas VA dijadikan sebagai kelas kontrol. Seluruh peserta

didik diasumsikan memiliki kemampuan dasar yang sama.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul

representative / mewakili (Sugiyono, 2016: 81).

Sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu sampling purposive.

Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu (sugiyono, 2016:85). Alasan menggunakan teknik

samping purposive adalah karena tidak semua sampel memiliki kriteria

yang sesuai dengan fenomena yang diteliti. Oleh karena itu, peneliti

memiliki teknik sampling purposive yg menetapkan pertimbangan-

pertimbangan atau kriteria- kriteria tertentu yang harus dipenuhi oleh

sampel-sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Teknik penentuan

sampel yang akan dijadikan subjek penelitian dilakukan secara

penunjukan langsung yaitu kelas V dengan pertimbangan kelas V yang

memadai literasi sains dan karakter peserta didik untuk mengukur retensi

dan kelas V sudah masuk tingkatan kelas tinggi untuk sekolah dasar.

Adapun table jumlah peserta didik sebagai berikut:

Table 3.2 Jumlah Peserta Didik Kelas V SD Aisyiyah Muhammadiyah 3

No Kelas Jenis kelamin Jumlah


Laki-laki Perempuan
1 VA 18 10 28
2 VB 15 13 28
45

Jadi, jumlah sampel pada penelitian ini adalah Peserta didik kelas

VB sebagai kelas eksperimen dan kelas VA sebagai kelas kontrol di SD

Aisyiyah Muhammadiyah 3 Makassar.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Data kuantitatif yaitu jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara

langsung dalam bentuk angka atau skor yang diperoleh melalui alat

pengumpulan data yang diwujudkan melalui pretest dan posttest

berupa penyebaran test instrument atau yang diberikan botot/skor.

2. Sumber Data

a. Data primer yaitu data yang diperoleh melalui penelitian di lapangan

baik melalui responden maupun hasil pengamatan.

b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari hil bacaan dari buku-

buku, jurnal, makalah dan maupun kepustakaan lain yang ada

hubungannya dengan permasalahan yang dihadapi.

3. Teknik pengumpulan data serta instrumen yang digunakan

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini:

a. Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Pengumpulan data penelitian menggunakan:

1) Observasi

Penelitian yang dilakukan dengan mengunjungi secara langsung objek

penelitian untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam

penyusunan tesis ini.


46

2) Pelaksanaan pembelajaran

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar merupakan inti pelaksanaan

pembelajaran. Pada kelas eksperimen diberikan perlakukan dengan

menggunakan model Discovery Learning sedangkan pada kelas

kontrol menggunakan metode konvensional.

3) Penyelengaraan tes

Tes pembelajaran retensi IPA pada materi perpindahan kalor pada

masing-masing kelas baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen.

4) Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan sebagai bahan bukti terjadinya suatu proses

belajar mengajar dikelas yang akan diteliti berupa foto.

b. Instrumen Penelitian

1) Instrumen variabel bebas

Instrumen variabel bebas adalah lembar observasi keterlaksanaan

pembelajaran yang merupakan lembar observasi keterlaksanaan

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang terdiri atas dua

macam yaitu lembar observasi aktifitas penelitian dan lembar

observasi aktivitas peneliti dan peserta didik selama pembelajaran

berlangsung seperti terlihat di lampiran 1.14 dan 1.15 . lembar

obsrvasi dikembangkan oleh peneliti dan divalidasi oleh pembimbing

dan validator.

a) Lembar observasi aktivitas peneliti

Lembar observasi ini digunakan untuk memantau proses pelaksanaan

pembelajaran dengan memberikan tanda ceklist pada pernyataan

yang bersesuaikan dengan aktivitas peneliti yang berlangsung selama


47

pembelajran pada kolom sangat baik, baik, kurang baik dan sangat

kurang baik.lembar observasi ini diisi oleh observer. Seperti lampiran

1.14.

b) Lembar observasi aktivitas Peserta didik.

Lembar observasi ini digunakan untuk memantau aktivitas peserta

didik dengan me11mberikan tanda ceklist pada pernyataan yang

bersesuaikan dengan kategori maksimal terlaksana, terlaksana,

kurang terlaksana dan tidak terlaksana. Lembar observasi ini diisi oleh

observer. Seperti pada lampiran 1.15.

2) Instrumen variabel terikat

Instrumen yang digunakan pada variabel terikat berupa instrumen tes

bentuk pretest dan posttest yang digunakan untuk mengetahui tingkat

kemampuan literasi sains dan retensi peserta didik. Tes ini berbentuk

essay dan dikembangkan sesuai dengan tingkatan taksonomi bloom

yang telah direvisi oleh Anderson & Krathwohl (2001). Tes ini

digunakan untuk mengukur kemampuan literasi sains dan retensi

pada ranah kognitif. Sebelum tes digunakan terlebih dahulu dilakukan

analisis validitas meliputi validasi isi, konstruk dan empiris serta

ditentukan nilai reliabilitasnya.

3) Pengembangan tes sebagai alat evaluasi

Cara pengembangan tes sebagai alat evaluasi dilakukan untuk

memperoleh tes yang valid, sehingga hasil ukurnya dapat

mencerminkan secara tepat retensi yang dicapai oleh masing-masing

individu peserta tes setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar.


48

4) Uji validitas tes sebagai berikut:

a) Validitas isi

Validitas isi bertujuan untuk menentukan semua aspek yang tercakup

dalam kerangka konsep atau pokok bahasan yang terwakili dalam tes

kemampuan literasi sains dan retensi. Validitas isi menunjuk pada

sejauh mana instrumen tes mencerminkan 3 indikator kemampuan

literasi sains dan 3 indikator retensi.

b) Validitas konstruk

Validitas konstruk bertujuan untuk menentukan seberapa jauh suatu

tes mengukur dimensi proses kognitif kemampuan literasi sains dan

retensi berdasarkan revisi taksonomi bloom dan seberapa jauh

konstruksi soal memenuhi kaidah penyusunan tes kemampuan literasi

sains dan retensi. Dimensi proses kognitif meliputi mengingat (C1),

memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4),

mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6). Validitas konstruk tes dilakuan

oleh pembimbing dan validator ahli diluar pembimbing.

E. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel Penelitian

1. Definis Operasional Variabel Penelitian

Penelitian ini memiliki tiga variabel yaitu model Discovery Learning,

sebagai variabel independen (X), kemampuan literasi sains (Y1) , dan

Retensi (Y2). Untuk menghindari perbedaan pengertian dan batasan

terhadap variabel, berikut akan dijelaskan tentang ketiga variabel tersebut:


49

a. Literasi Sains

Kemampuan literasi sains merupakan kemampuan peserta didik

dalam memahami pengetahuan sains, mampu mengevaluasi dan

mendesain penelitian ilmiah sehingga peserta didik dapat terlatih dalam

menerapkan konsep atau fakta yang diperoleh dari sekolah berupa

fenomena-fenomena alam yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari

dimana data yang diperoleh ditafsirkan dalam bentuk ilmiah. Alat ukur

yang digunakan dalam hal ini berupa instrumen tes yang berdasarkan

indikator kemampuan literasi sains 1) mengevaluasi fenomena alam, 2)

menganalisis, 3) menggambarkan.

b. Retensi

Retensi merupakan tujuan dalam mengingat jangka panjang dan

mampu diungkapkan kembali oleh peserta didik. Alat ukur yang digunakan

dalam hal ini berupa instrumen tes yang berdasarkan kognitif.

c. Model Discovery Learning

Model pembelajaran yang dirancang dengan tujuan untuk

membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir dan

mengembangkan kemampuan dalam memecahkah masalah dalam

kehidupan sehari-hari, menekankan pentingnya membantu peserta didik

untuk memahami struktur atau ide-ide kunci suatu disiplin ilmu, kebutuhan

akan keterlibatan aktif peserta didik dalam pembelajaran. Adapun sintaks

model pembelajaran discovery learning 1) Menyampaikan Kompetensi

dan tujuan pembelajaran, 2) stimulation, 3) Identifikasi masalah,

pengumpulan data, dan pengolahan data, 4) memberikan kesimpulan.


50

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

teknik analisis deskriptif dan teknik analisis infetensial.

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskripsi bertujuan untuk mendeskripsikan literasi sains dan

retensi pada pembelajaran IPA murid kelas V SD Aisyiyah

Muhammadiyah 3 Makassar yang menggunakan pembelajaran model

discovery learning terdiri dari ukuran sampel, skor ideal, skor maksimum,

skor minimum, rentang skor, rata-rata (mean), median, modus, standar

deviasi, dan variansi.

2. Analisis Inferensial

Analisis statistic inferensial ini digunakan untuk menguji hipotesis

penelitian dengan menggunakan uji Anavoca. Sebelum melakukan

pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu:

a. Uji Prasyarat

1) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data terdistribusi normal

atau tidak. Analisis data normalitas menggunakan analisis Kolmogorov-

Smirnov z bantuan SPSS dengan taraf signifikan (α) 5%. Dasar

pengambilan keputusan diuraikan sebagai berikut:

a) Jika nilai Sig. > 0,05 maka data berdistribusi normal

b) Jika nilai Sig. < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.
51

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data homogeny

atau tidak. Analisis menggunakan levene’stest for equality variansces

pada SPSS dengan taraf signifikan (α) 5%. Pengujian homogenitas

dilkukan bersamaan dengan uji hipotesis dengan menggunakan program

SPSS. Dasar pengambilan keputusan diuraikan sebagai berikut.

a) Jika nilai Sig. > 0,05 maka data homogen

b) Jika nilai Sig. < 0,05 maka data tidak homogen.

b. Uji Hipotesis (Anacova)

Teknik analisis data yang menguji hipotesis penelitian ini

menggunakan Anacova (Analisis kovariansi). Untuk mengetahui pengaruh

literasi sains dan retensi pada pembelajaran IPA murid kelas V SD

Aisyiyah Muhammadiyah 3 Makassar yang mengikuti model pembelajaran

discovery learning. Dasar pengambilan keputusan diuraikan sebagai

berikut:

a. Jika nilai Sig < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima

b. Jika nilai Sig > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian

1. Hasil Analisis Deskriptif


Penelitian ini dilaksanakan SD Aisyiyah Muhammadiyah 3 Makassar,

terdiri dari kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas eksperimen adalah

Dberlangsung menggunakan proses pembelajaran Discovery learning,

sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang diberikan perlakuan dan

hanya menggunakan pembelajaran konvensional atau ceramah. Kelas VA

berjumlah 28 peserta didik dengan jumlah peserta didik laki-laki 18 dan

perempuan 10 peserta didik, sedangkan VB yang berjumlah 28 peserta

didik dengan jumlah peserta didik laki-laki 15 dan perempuan sebanyak

13 peserta didik.

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti menemui kepala sekolah

SD Aisyiyah muhammadiyah 3 makassar, untuk membicarakan rencana

penelitian bersama kepala sekolah dan wali kelas VA dan VB. Dari hasil

diskusi menyatakan bahwa jadwal pelaksanaan penelitian mengikuti

jadwal mata pelajaran yang dilaksanakan tiga kali seminggu yaitu hari

Senin, Rabu dan Kamis.

1) Analisis data kemampuan Literasi Sains

Analisis deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan karakteristik

tentang kemampuan literasi sains murid setelah pembelajaran materi.

52
53

Perpindahan kalor pada kelas eksperimen yang diajarkan dengan

model Discovery Learning maupun kelas kontrol yang menggunakan

pembelajaran konvensional.

Tabel berikut menggambarkan data statistik deskriptif kemampuan

literasi sains murid kelas V pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Tabel 4.1; Distribusi frekuensi nilai statistik deskriptif kemampuan


literasi sains murid kelas V SD Aisyiyah Muhammadiyah 3
makassar pada kelas ekperimen dan kelas kontrol
Statistik Kelas kontrol Kelas Eksperimen
Subjek 28 28
Rata-rata 74,50 81,10
Standar Deviasi 8,02 7,61
Nilai Minimal 57 63
Nilai Maksimal 87 97
(sumber: data diolah dilampiran D)

Tabel 4.1 hasil statistik deskriptif tes literasi sains kelas eksperimen

memperlihatkan nilai rata-rata dari 28 murid kelas VB adalah 87. Nilai

minimal untuk hasil literasi sains 1 dan nilai maksimal 97. Sedangkan

pada kelas kontrol diperoleh rata-rata sebesar 74,50 dari 28 murid kelas

VA dengan nilai minimal yang diperoleh adalah 57 dan nilai maksimal

adalah 87.

Data distribusi frekuensi dan pengkategorian kemampuan literasi

sains murid kelas eksperimen yang dibelajarkan menggunakan model

Discovery Learning terlihat pada table 4.2. hal ini bertujuan untuk

mengetahui ada tidaknya pengaruh pembelajaran terhadap kemampuan

literasi sains murid.


54

Tabel 4.2; Distribusi pengkategorian kemampuan pretest dan


posttest literasi sains kelas VB SD Aisyiyah
Muhammadiyah 3 makassar pada kelas eksperimen
Kategori Pretest eksperimen Posttest eksperimen
Pretest % Posttest %
Sangat 1 5 0 0
rendah
Rendah 7 35 0 0
Sedang 9 45 2 10
Tinggi 3 15 10 50
Sangat tinggi 0 0 8 40
(sumber: data diolah dilampiran D)

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa distribusi nilai kategori literasi sains

murid kelas eksperimen tersebar hampir pada semua kategori yaitu

sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Berdasarkan

table 4.2 terjadi peningkatan persentasi dari nilai masing-masing pada

kategori sangat rendah yaitu 5% menjadi 0%, kategori rendah dari 35%

berubah menjadi 0% ditemukan pula perolehan nilai murid yang

menempati kategori sedang sebesar 45% menjadi 10% pada kategori

tinggi ditemukan perolehan nilai sebesar 4% menjadi 38 pada dan

kategori sangat tinggi meningkat dari 15% menjadi 50%. Hal ini

membuktikan bahwa terjadi perubahan kemampuan literasi sains murid

setelah pemberian perlakuan menggunakan model Discovery learning.

Sedangkan pada kelas kontrol, data distribusi frekuensi dan

pengkategorian kemampuan literasi sains murid SD Aisyiyah

Muhammadiyah 3 yang dibelajarkan secara konvensioal terlihat pda table

4.3
55

Table 4.3 Distribusi pengkategorian pretest dan posttest kemampuan


literasi sains kelas kontrol SD Aisyiyah Muhammadiyah 3
Nilai Kategori Pretest Kontrol Posttest Kontrol
interval
Pretest % Prosttest %
1S1 5 0 0
a
5– –n8 Rendah 6 30 0 0
9 – 12 Sedang 10 50 8 40
13 – 16 Tinggi 3 15 10 50
17 – 20 Sangat tinggi 0 0 2 10
(sumber. data diolah dilampiran D)

Table 4.3 terlihat bahwa distribusi nilai pengkategorian kemampuan

literasi sains murid kelas kontrol tersebar hampir pada semua kategori

yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.

Menunjukkan adanya perubahan kemampuan literasi sains. Berdasarkan

table 4.3 terjadi peningkatan persentasi dari masing-masing pada kategori

sangat rendah yaitu 5% menjadi 0%, kategori rendah dari 30% berubah

menjadi 0% pada kategori sedang sebesar 50% menjadi 40%, pada

kategori tinggi ditemukan perolehan nilai sebesar 0% menjadi 10%. Hal ini

membuktikan bahwa terjadi perubahan kemampuan literasi sains murid

setelah pemberian perlakuan menggunakan model discovery learning.

Table perolehan untuk pengkategorian pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol dapat ditarik kesimpulan bahwa antara kelas eksperimen

maupun kelas kontrol terjadi perubahan nilai rata-rata standar deviasi

yang didapatkan kelas eksperimen berbeda dengan kelas kontrol. Adapun

peningkatan nilai yang terjadi disebabkan karena kemapuan litersi sains

murid akan mengalami perubahan jika telah diberikan pembelajran baik


56

itumenggunakan model discovery learning maupun menggunakan model

secara konvensioal. Akan tetapi jika dilihat nilai rata-ratanya pada

pengkategorian kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol

walaupun telah terjadi perubahan nilai dari pretest ke posttest. Oleh

karena itu dapat dikatakan ada pengaruh model pembelajaran discovery

learning terhadap kemampuan literasi sains.

Jadi, untuk melihat rata-rata skor pada indikator literasi sains pretest

dan posttest di SD Aisyiyah Muhammdiyah 3 pada kelas kontrol dan

eksperimen dapt dilihat pada table dibawah ini:

Table 4.4; Nilai Skor Rata-rata Indikator literasi sains pretest dan
posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen
No Indikator Rata-rata Skor
Kontrol Literasi sains Eksp. Literasi Sains
Pretest Posttest Pretest Posttest
1. Mengevaluasi 68 75 71 95
2. Menggambarkan 48 53 58 72
3. Menganalisis 68 85 50 93
Rata-rata 61,33 71 59,65 86,66
(sumber: data diolah dilampiran D)

Table 4.4 tersebut dapat dilihat pada indikator dalam mengevaluasi

murid mempunyai nilai rata-rata pada kelas kontrol pretest 68 dan posttest

75 sedangkan untuk kelas eksperimen mempunyai nilai rata-rata

pretestnya sebesar 71 dan nilai rata-rata posttestnya sebesar 95, indikator

dalam menggambarkan murid mempunyai nilai rata-rata pretest pad kelas

kontrol sebesar 48 dan 53 pada kelas eksperimen sebesar 58 dan 72,


57

indikator dalam menganalisis murid nilai rata-rata pretest dan posttest

pada kelas kontrol sebesar 68 dan 85 sedangkan nilai rata-rata pretest

dan posttest pada kelas eksperimen 50 dan 93. Setiap indikator pada

kelas eksperimen dan kelas kontrol nilai maksimum diperoleh sebesar 4

dan nilai minum sebesar 0.

Adapun rata-rata skor keterlaksanaan model Discovery Learning

dalam proses pembelajran dapt dilihat pada table 4.5

Table 4.5; Rerata skor keterlaksanaan model Discovery Learning


dalam proses pembelajaran kemampuan literasi sains
No Indikator literasi sains Rerata % Rerata %
pretest posttest
1 Mengevaluasi 71 0,74 95 0,99
2 Menggambarkan 58 0,60 72 0,75
3 Menganalisis 50 0,52 93 0,97
Rata-rata 59 0,62 86,66 0,90
(sumber: data diolah dilampiran D)

Table 4.5 terjadi peningkatan persentase dari pretest ke posttest dari

indikator mengevaluasi yaitu 0,74% menjadi 0,99, indikator

menggambarkan dari 0,60% berubah menjadi 0,75%, sedangkan indikator

menganalisis yaitu 0,52% meningkat menjadi 0,97%. Hal ini membuktikan

bahwa terjadi peningkatan kemampuan literasi sains setelah diajarkan

menggunakan model discovery learning.

Hasil pengaruh model Discovery learning signifikan terhadap skor

kemampuan literasi sians. Ada perbedaan skor kemampuan literasi sains

antara murid yang belajar dengan model Discovery learning dengan murid
58

yang belajar menggunakan metode konvensioanl. Rata-rata skor

kemampuan literasi sains murid yang belajar dengan model Discovery

learning lebih tinggi 88,66 dari rata-rata skor kemampuan literasi sains

murid yang belajar dengan metode konvensioanal

2. Pengaruh Model Discovery Learning terhadap Retensi pada

peserta didik kelas V SD Aisyiyah Muhammadiyah 3 Makassar

a. Analisis deksriptif data retensi IPA murid pada materi

perpindahan kalor

Retensi IPA murid pada materi perpindahan kalor diukur dengan

menggunakan tes essay setelah diberi perlakuan dengan menerapkan

model discovery learning pada kelas eksperimen dan pembelajaran

konvensional pada kelas kontrol. Adapun deskripsi perolehan skor retensi

IPA murid pada materi perpindahan kalor berdasarkan model discovery

learning:

Tabel 4.6 Nilai kategori retensi IPA siswa berdasarkan kategori


retensi

Statistik Kelas Eksperimen Persentase Kelas kontrol Persentase


Pretest Posttest (%) Prete posttest (%)
st
Nilai tertinggi 57,5 85 27,5 57,5 52,5 5

Nilai 10 25 15 10 25 15
terendah
Rata-rata 27,9 53,2 25,3 31,3 36,2 4,9
Standar 12,00 20,60 - 10,9 8,22 -
deviasi 3
(sumber. Data diolah dilampiran D)

Berdasarkan tabel 4.6 retensi IPA tertinggi materi perpindahan kalor

pada posttest kelas eksperimen dengan skor 85. Retensi terendah pada
59

kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama dengan skor 10. Rata-

rata retensi IPA murid meningkat pada kelas eksperimen sebesar 25,3%

sedangkan pada kelas kontrol 4,9%. Hal ini menunjukkan rata-rata retensi

IPA murid pada kelas eksperimen lebih tinggi 20,4% dibandingkan kelas

kontrol. Selanjutnya data dianalisis untuk mengetahui tingkat kategori

perolehan retensi IPA murid. Adapun gambaran perolehan retensi IPA

berdasarkan kategori yang diacu dari teori arifin adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7 Nilai kategori retensi IPA siswa berdasarkan kategori


retensi
Tingkat penguasaan Skor murid Kategori Frekuensi
(%)
90-100 90-100 Sangat baik 0

80-89 80-89 Baik 4


70-79 70-79 Cukup 8

60-69 60-69 Kurang 4

> 59 > 59 Sangat kurang 26

(sumber. Data diolah dilampiran D)

Berdasarkan tingkat pengkategorian retensi IPA murid yang diacu

dari teori Arifin, terdapat 4 murid yang berada pada kategori retensi baik, 8

orang pada kategori cukup, 4 orang pada kategori kurang dan 26 orang

berada kategori sangat kurang. Meskipun retensi IPA murid pada materi

perpindahan kalor pada kelas eksperimen tidak ada yang berada kategori

sangat baik, jika dibandingkan dengan retensi pada kelas kontrol

berdasarkan distribusi data hasil penelitian, kelas eksperimen memiliki

retensi IPA lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Jika merujuk pada

KKM sekolah, retensi IPA murid yang tuntas dapat dilihat sebagai berikut:
60

Tabel 4.8; Distribusi nilai ketuntasan minimal murid

KKM Ketuntasan Jumlah


70-100 Tuntas 15
< 70 Tidak tuntas 35

Merujuk pada tabel 4,8 murid yang tuntas retensinya berdasarkan

posttest retensi IPA murid dengan materi perpindahan kalor 15 orang dan

yang tidak tuntas retensinya ada 30 murid. Namun nilai murid pada saat

proses pembelajaran berlangsung berdasarkan nilai yang tertera di LKS

semua murid berada pada kategori tuntas. Pada kelas kontrol tidak ada

murid yang berada pada kategori tunntas. (lampiran A) selanjutnya

analisis terhadap perbedaan retensi IPA materi perpindahan kalor akan

dinalaisis dengan analisis konvarian untuk menguji hipotesis.

3. Hasil Statistik Inferensial

a. Uji Prasyarat

1) Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini digunakan sebagai prasyarat

untuk uji Anacova. Data yang digunakan untuk uji Anacova harus

berdistribusi normal. Jika data tidak berdistribusi normal maka uji Anacova

tidak dapat dilanjutkan. Suatu distribusi dikatakan normal apabila taraf

signifikansinya >0,05, sebaliknya jika taraf signifikansinya <0,05 maka

suatu distribusi dikatakan tidak normal. Untuk menguji normalitas

menggunakan uji kolmogorov-smirnov pada program komputer SPSS.

Hasil Kolmogorov-Smirnov literasi sains diperoleh signifikansi

0,200 (lampiran 8) yang berarti berada diatas 0,05 dengan demikian


61

dapat disimpulkan bahwa variabel telah terdistribusi secara normal.

Retensi peserta didik Hasil Kolmogorov-Smirnov diperoleh signifikansi

0,200 (lampiran 9) yang berarti berada diatas 0,05 dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa variabel telah terdistribusi juga secara normal.

2). Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data dari

hasil penelitian pada kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai

varian yang sama atau tidak. Dikatakan mempunyai nilai varian yang

sama/ tidak berbeda (homogen) apabila taraf signifikansinya yaitu>0,05

dan jika taraf signifikasinya yaitu > 0,05 maka data disimpulkan tidak

mempunyai varian yang sama/ berbeda (tidak homogen).

Dari hasil perhitungan uji homogenitas literasi sains diketahui

bahwa nilai signifikasinya 0,430 (lampiran 10). Karena nilai yang di

peroleh dari uji homogenitas taraf signifikasinya > 0,05 maka data

mempunyai nilai varian yang sama (homogen). Pada retensi hasil

perhitungan uji homogenitas diperoleh signifikasinya 0,125 (lampiran 11).

Karena nilai yang di peroleh dari uji homogenitas taraf signifikasinya >

0,05 maka data mempunyai nilai varian yang sama (homogen).

3). Uji Hipotesis

Uji Anakova digunakan untuk mengetahui pengaruh model

Discovery Learning terhadap literasi sains dan retensi peserta didik kelas

V SD Aisyiyah Muhammadiyah 3
62

Tabel 4.9 Tabel Ringkasan Uji Anacova Pengaruh model Discovery


Learning terhadap literasi sains peserta didik
Source Type III Sum Df Mean Square F Sig.
of Squares

Corrected Model 1190.376a 2 595.188 14.044 .000

Intercept 1734.972 1 1734.972 40.939 .000

Kelas 754.776 1 754.776 17.810 .000

Literasi Sains 217.095 1 217.095 5.123 .030

Error 1568.024 37 42.379

Total 244872.000 40

Corrected Total 2758.400 39

a. R Squared = .432 (Adjusted R Squared = .401)

(sumber. Data diolah dilampiran D)

Berdasarkan hasil uji hipotesis pengaruh model Discovery Learning

terhadap literasi sains di peroleh ρ-level lebih kecil alpha 0,05 (< 0,05)

dengan signifikasinya 0,030. Hal ini berarti ada perbedaan literasi sains

peserta didik antara kelas peserta didik yang menerapakan model

Discovery Learning dan kelas yang tidak menerapkan model Discovery

Learning. Hal ini berarti ada pengaruh model Discovery Learning terhadap

literasi sains kelas V SD Aisyiyah Muhammadiyah 3.

Tabel 4.10 Tabel Ringkasan Uji Anakova Pengaruh Model Discovery


Learning terhadap retensi peserta didik
Source Type III Sum Df Mean Square F Sig.
of Squares
Corrected Model 305.162a 2 152.581 32.216 .000
Intercept 179.311 1 179.311 37.860 .000
Kelas 2.662 1 2.662 .562 .458
Retensi 300.599 1 300.599 63.469 .000
Error 175.238 37 4.736
Total 5588.000 40
Corrected Total 480.400 39
(sumber. Data diolah dilampiran D)
63

Berdasarkan hasil uji hipotesis pengaruh model Discovery Learning

terhadap retensi di peroleh ρ-level lebih kecil alpha 0,05 (< 0,05) dengan

signifikasinya 0,000. Hal ini berarti ada perbedaan retensi peserta didik

antara kelas peserta didik yang menerapakan model Discovery Learning

dan kelas yang tidak menerapkan model Discovery Learning. Hal ini

berarti ada pengaruh model Discovery Learning terhadap retensi peserta

didik kelas V SD Aisyiyah Muhammadiyah 3.

B. Pembahasan

1. Pengaruh model Discovery Learning terhadap literasi sains

peserta didik kelas V SD Aisyiyah Muhammadiyah 3

Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa literasi sains peserta

didik pada kelas eksperimen yang diterapkan pembelajaran menggunakan

model Discovery learning lebih tinggi dibandingkan dengan literasi sains

peserta didik pada kelas kontrol yang tanpa menggunakan model

Discovery learning. Hasil analisis inferensial menunjukkan bahwa ada

pengaruh model Discovery learning terhadap literasi sains peserta didik

kelas V SD Aisyiyah Muhammadiyah 3 Makassar.

Tingginya literasi sains peserta didik yang diberikan treatment

(perlakuan) berupa penggunaan model Discovery learning dibandingkan

dengan peserta didik yang tidak diberikan treatment tersebut merupakan

manifestasi kelebihan model Discovery learning itu sendiri. Menurut Rohim

dkk (2012) mengemukakan bahwa model ini sangat membantu peserta

didik memperoleh dua kriteria penting dalam pembelajaran aktif yaitu

membangun pengetahuan untuk membuat pengertian dari informasi baru


64

dan mengintegrasikan informasi baru sampai ditemukan pengetahuan

yang tepat.

Penggunaan model Discovery learning tentunya membawa

ketertarikan tersendiri bagi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran di

kelas. Hal ini sesuai dengan gagasan manfaat model Discovery learning

yang telah dibuktikan oleh para ahli bahwa Discovery learning mampu

menemukan konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri.

Hasil penelitian ini juga telah dibuktikan Wulandari (2010) Discovery

learning adalah pembelajaran yang bilamana materi pembelajaran tidak

disajikan dalam bentuk finalnya, tetapi peserta didik dihadapkan pada

suatu permasalahan yang direkayasa oleh guru. Peserta didik diminta

untuk mengerahkan segala kemampuannya agar permasalahan tersebut

dapat dipecahkan melalui observasi, menggolongkan, membuat dugaan,

menjelaskan menarik kesimpulan.

Data distribusi frekuensi dan pengkategorian skor kemampuan

literasi sains peserta didik diperoleh bahwa distribusi nilai baik pada kelas

eksperimen maupun kelas kontrol tersebar pada semua kategori. Jadi

dapat disimpulkan bahwa peserta didik yang dibelajarkan baik

menggunakan model Discovery learning maupun secara konvensional

memiliki kemampuan literasi yang baik tetapi kelas eksperimen memiliki

persentase lebih besar dari kategori sangat tinggi.

Menurut Sudarman, dkk. (2014) rendahnya kemampuan literasi pada

peserta didik dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang tidak menarik

dan tidak relevan bagi peserta didik, tidak kontekstual dan tidak mengarah

pada kemampuan kognitif yang lebih tinggi pembelajaran yang menarik


65

dapat diciptakan melalui beberapa unsur salah satunya adalah sumber

belajar. Sumber belajar merupakan segala tempat atau lingkungan sekitar,

benda, orang dan buku atau bahan lain yang mengandung informasi serta

dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta didik untuk melakukan

proses belajar.

Berdasarkan teori tersebut maka kemampuan literasi sains

merupakan suatu proses pembelajaran yang melibatkan peserta didik

dalam mengaktifkan kemampuan literasi sains secara lebih mendalam

terarah dan logis berdasarkan fakta dan fenomena yang terjadi di sekitar.

Model pembelajaran discovery learning yang diterapkan pada kelas

eksperimen terlihat siswa aktif. Siswa cenderung bertanya dalam proses

pembelajaran berlangsung.

Aktivitas guru dalam pembelajaran discovery learning adalah guru

menjelaskan kompetensi dan tujuan pembelajaran, guru

mendemonstrasikan pengetahuan/keterampilan yang benar atau

menyajikan informasi tahap demi tahap melalui video pembelajaran guru

yang dikirim melalui group whatsapp, guru merencanakan dan

memberikan bimbingan pelatihan awal dengan mengarahkan untuk

mengerjakan LKPD pada buku peserta didik yang telah dibagikan, guru

mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik,

serta memberikan umpan balik dengan mengirimkan jawaban yang benar.

Sedangkan aktivitas peserta didik dalam model pembelajaran discovery

learning adalah mendengarkan penjelasan guru dengan membaca chat

whatsapp yang disampaikan oleh guru, melihat dan mendengarkan


66

penjelasan guru dari video yang dikirimkan melalui grup whatsapp.

Latihan mengerjakan tugas dan dikumpul sampai pukul 21.00 WITA.

Menanyakan hal-hal apa saja yang belum dipahami, melihat jawaban

yang mereka kerjakan dan mencocokkannya dengan jawaban yang benar.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil dari

penelitian ini adalah ada pengaruh model Discovery learning terhadap

literasi sains peserta didik kelas V SD Aisyiyah Muhammadiyah 3

Makassar.

2. Pengaruh model Discovery Learning terhadap retensi peserta

didik kelas V SD Aisyiyah Muhammadiyah 3 Makassar

Sebagaimana diulas sebelum ini bahwa retensi penambahan materi

yang dipelajari dalam memori yang tidak dilupakan. Berarti retensi

menunjuk pada penyimpanan informasi yang diperoleh dalam memori.

Retensi merupakan salah satu tahapan belajar. Dalam tahap ini

retensi merupakan proses penyimpanan dan perilaku baru yang diperoleh

setelah mengalami proses acquisition (fase menerima informasi). Dalam

tahap belajar terjadi proses internal dalam pikiran peserta didik.

Penyimpanan informasi tidak seratus persen tersimpan dalam

ingatan karena adanya peristiwa lupa. Menurut Irham (2013) bahwa

membahas tentang ingatan maka terasosiasi dengan lupa. Lupa pada

dasarnya merupakan ketidakmampuan seseorang yang memunculkan

kembali informasi atau pengetahuan yang perna dimiliki. Selain itu adanya

informasi informasi baru yang masuk kemudian akan informasi yang lama.
67

Seseorang akan mengalami lupa apabila materi pembelajaran yang lama

lebih dulu tersimpan. Dalam hal ini, materi pelajaran lama akan sulit

diingat atau diproduksi kembali.

Jeon (2014) dalam penelitian yang berjudul analysis of retention of

Scientific Communication Skills, Science Process Skills, Logical Thinking

Skills,and Academic Achievement Level of Elementary School Students

menemukan bahwa ada korelasi yang cukup besar antara reterensi siswa

terhadap ingatan peserta didik, tingkat pertanyaan deskriptif pada

kurikulum sains dan secara keseluruhan terhadap tingkat pencapaian

prestasi akademik.

Shieh (2016) dalam penelitian yang berjudul A Study on information

technology integrated guided discovery instruction towards students’

learning achievement and learning retention menyatakan bahwa, para

guru yang mengidentifikasi perolehan discovery learning melalui retensi

peserta didik yang dikembangkan pada tingkat penyeledikan terstuktur,

terbimbing dan terbuka menyadari bahwa semakin tinggi tingkat retensi

peserta didik semakin mudah mencapai hasil pembelajran IPA.

Lupa dapat menyebabkan terjadinya penurunan retensi. Maka

semakin terjadi lupa menyebabkan daya ingat peserta didik semakin

menurunkan retensi peserta didik. Untuk itu diharapkan adanya

penggunaan strategi dalam pembelajaran agar dapat membantu proses

belajar lebih bermakna dan mampu mempertahankan ingatan peserta

didik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Irham (2013) bahwa setiap
68

individu memiliki memori atau ingatan yang berguna dalam proses

pemecahan masalah atau disebut memori kerja. Memori kerja ini sebagai

tempat bertemunya informasi-informasi jangka panjang untuk

memecahkan sebuah permasalahan yang sedang dialami.

Hasil analisis deskriptif menunjukkan retensi pada kelas

eksperimen yang diterapkan pembelajaran menggunakan model

Discovery learning lebih tinggi dibandingkan dengan retensi pada kelas

kontrol yang tanpa menggunakan model Discovery learning. Hasil analisis

inferensial menunjukkan bahwa ada pengaruh model Discovery learning

terhadap retensi peserta didik kelas V SD Aisyiyah Muhammadiyah 3

Makassar

Hal ini berdasarkan tabel nilai retensi peserta didik (table ringkasan

anakova) terlihat bahwa adanya perbedaan hasil nilai retensi antara kelas

yang menggunakan model Discovery learning dan kelas yang tidak

menggunakan model Discovery learning, dimana nilai retensi kelas yang

menggunakan model Discovery learning lebih tinggi dibandingkan dengan

kelas yang tidak menggunakan model Discovery learning

Peserta didik memperoleh pengalaman langsung saat proses

pembelajaran. Apabila peserta didik mendapatkan pengalaman langsung

saat proses pembelajaran, maka peserta didik akan lebih mudah untuk

menemukan gaya belajarnya sendiri serta peserta didik lebih mudah

memahami materi yang dijelaskan. Dengan adanya pengalaman langsung

ini, interaksi antara peserta didik dengan guru, peserta didik dengan
69

peserta didik akan terlihat jelas. Interaksi yang terjadi ini akan mendorong

peserta didik untuk termotivasi untuk belajar sehingga mempengaruhi

terhadap retensi yang muncul saat proses pembelajaran. Jika peserta

didik memiliki retensi yang tinggi, maka ia mampu meningkatkan hasil

kompetensi pengetahuan yang diperoleh peserta didik.

Hasil penelitian serupa juga menunjukkan bahwa model Discovery

learning secara efektif meningkatkan retensi dalam belajar di kelas lima

sekolah dasar, dengan pencapaian 3 indikator yaitu; dapat informasi,

menyimpan (memori) dan menyampaikan kembali.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil dari

penelitian ini adalah ada pengaruh model Discovery learning terhadap

retensi peserta didik kelas V SD Aisyiyah Muhammadiyah 3 Makassar.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh model Discovery

learning terhadap literasi sains dan retensi peserta didik kelas V SD

Aisyiyah Muhammadiyah 3 Makassar, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil uji hipotesis pengaruh model Discovery learning

terhadap literasi sains diperoleh ρ-level lebih kecil alpha 0,05 (< 0,05)

dengan signifikansi nya 0,030. Hal ini berarti ada perbedaan literasi

sains peserta didik antara kelas peserta didik yang menerapkan model

Discovery learning dan kelas yang tidak menerapkan model Discovery

learning. Hal ini berarti ada pengaruh model Discovery learning

terhadap literasi sains kelas V SD Aisyiyah Muhammadiyah

2. Berdasarkan hasil uji hipotesis pengaruh model Discovery learning

terhadap retensi diperoleh ρ-level lebih kecil alpha 0,05 (< 0,05)

dengan signifikansi nya 0,000. Hal ini berarti ada perbedaan retensi

peserta didik antara kelas peserta didik yang menerapkan model

Discovery learning dan kelas yang tidak menerapkan model

Discovery learning. Hal ini berarti ada pengaruh model Discovery

learning terhadap retensi peserta didik kelas V SD Aisyiyah

Muhammadiyah 3.

70
B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan telah memberikan

banyak pengalaman dan manfaat bagi Penulis.Sebagai penutup, maka

perkenankan penulis untuk memberikan saran. Adapun saran yang

diberikan sebagai berikut:

1. Kepala SD Aisyiyah Muhammadiyah 3 Makassar

Kepala SD Aisyiyah Muhammadiyah 3 Makassar hendaknya

menyarankan kepada guru kelas atau mata pelajaran lainnya, agar dalam

proses belajar mengajar memilih model pembelajaran yang tepat sesuai

dengan kebutuhan peserta didik, salah satunya adalah model Discovery

learning

2. Guru SD Aisyiyah Muhammadiyah 3 Makassar

Guru SD Aisyiyah Muhammadiyah 3 Makassar hendaknya

memperhatikan literasi sains dan retensi sehingga anak bias lebih mudah

dalam mengingat pembelajaran yang sudah didapatkan.

3. Peneliti selanjutnya

Peneliti yang akan datang diharapkan dapat mengembangkan hasil

penelitian ini dalam lingkup yang lebih luas. Peneliti berharap, para

peneliti yang akan datang dapat mengembangkan penelitian ini untuk

variabel-variabel lain yang lebih inovatif, sehingga dapat menambah

wawasan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

71
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum


2013. Bandung: PT Refika Aditama.
Amal, A., & Kune, S. (2018, July). Peranan pembelajaran IPA Berorientasi
Poe (Predict, Observe, Explain) untuk meningkatkan
Keterampilan Proses dan Hasil Belajar di Sekolah Dasar. In
prosiding seminar Nasional Pendidikan (Vol. 1, No. 1)
Amir Zubaidah. Risnawati. 2016. Psikologi Pembelajaran Matematika.Yog
yakarta: Aswaja Pressindo.

Anderson, et al. 2001. A Taxonomy for learning, teaching and assessing:


A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives
New York: longman

Suroso, A. 2010. Pengaruh Metode Diskusi Bervariasi terhadap Prestasi


Belajar Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linier Dua
Variabel Ditinjau Dari Retensi Peserta didik Kelas II
Semester 1 SMP Negeri 6. tesis tidak dipublikasikan:
Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Ariana, D., Situmorang, R. P., & Krave, A. S. 2016. Pengembangan Modul


berbasis Discovery learning pada Materi Jaringan Tumbuhan
untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Sains Peserta
didik Kelas XI IPA Sma. Jurnal pendidikan matematika dan
ipa, 11(1), 34-46.

Arifin, S. 2019. Implementasi pembelajaran kooperatif take and give dalam


pembelajaran ipa terhadap retensi peserta didik smp negeri
01 arjasa. Bio-cons jurnal biologi & konservasi, 1(2), 46-52.

Asyhari, A. 2015. Profil Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Peserta


didik melalui Pembelajaran Saintifik. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Fisika Al- Biruni, 4(2), 179-191.
Arends, R. 2008. Learning to Teach. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Bimo walgito, 2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta

Cheung, A. L. T. F., Wilcox, G., Walker, K. Z., Shah, N. P., Strauss, B.,
Ashton, J. F., & Stojanovska, L, 2011. Fermentation of
calcium- fortified soya milk does not appear to enhance
acute calcium absorption in osteopenic post-menopausal
72
women. British journal of nutrition,105(2), 282-286

Depdikbud. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Mata


pelajaran IPA untuk tingkat SD/MI. Jakarta Depdiknas.
Degeng, N,S (2016). Ilmu Pengajaran Taksonomi Variabel. Jakarta: 170.

Dimyati, 2000. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.

Fitriani L, Zulkifli Simatupang, 2014. Peningkatan Daya Retensi Peserta


didik terhadap Konsep- Konsep Biologi melalui Pemanfaatan
Media Adobe Flash pada Model Pembelajaran Langsung.
Medan

Fred. J.J M Janssen (2014) “Discovery learning” an account of rapid


curriculum change in response to accreditation. Canada
University of Alberta.

Hamdu, Ghulam. 2011. Pengaruh Literasi Sains terhadap Hasil belajar


IPA di Sekolah Dasar. Jurnal pendidikan. Vol. 12. No. 1.
Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia
Hosnan, M 2016. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam
Pembelajaran Abad 21; Kunci Sukses Implementasi
Kurikulum 2013.

Jeon, S., & Park, J. H. 2014. Analysis of Relationships of Scientific


Communication Skills, Science Process Skills. Journal of the
Korean Association for sScience Education.

Kristin, F. 2016. Analisis Model Pembelajaran Discovery learning dalam


Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik sd. Jurnal
Pendidikan Dasar Perkhasa:2(1), 90-98.
Kemendikbud. 2014. Model Discovery learning. Lampiran III:
Permendikbud Nomor 58 tahun 2014. Jakarta

Gay, L.R. 2009. Educational research: competencies for analysis and


applications (9thed).

Masril, M., Hidayati, H., & Darvina, Y, 2018. The Development of Virtual
Laboratory Using ICT for Physics in Senior High School. In
IOP Conference Series: Materials Science and Engineering
1(335)
Makhfudin, 2008. Upaya Peningkatan Daya Ingat Peserta didik dalam
Pembelajaran Matematika Melalui Metode Pemberian Tugas

73
dengan Umpan Balik. Tesis tidak dipublikasikan. Boyolali:
Universitas Muhammadiyah Surabaya

M. Hosnan, (2014) Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam


pembelajaran Abad 2: kunci sukses implementasi kurikulum
2013. Jakarta: Ghalia Indonesia

Molina-Morales, A., Amate-Fortes, I., & Guarnido-Rueda, A. 2013.


Institutions and public expenditure on education in OECD
countries. Review of Public Economics, 204(1),67-84.

Yusuf, M Teori Pembelajaran:Retensi artikel


2011(http;//yusufsila.com/teoripembelajaran-retensi.html)

Degeng, N.S 2016. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variabel. Jakarta: 170.

Samatowa, Usman. 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta:


PT. Indeks

Sardiman. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Setyawan, Heru., Memory ingatan, Guidance dan counseling. 2013.


Sisdiknas. 2008. Undang-undang sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional)
UU RI No. 20 Tahun 2003. Jakarta: Sinar Grafika

Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,


Bandung: Alfabeta

Sugiyono, 2016. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta

Susanti, e. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Discovery learning


terhadap Keterampilan Sains dan Hasil Belajar Peserta didik
Kelas Viii Tentang Ipa Smp Advent Palu. Jstt, 5(3).

Simanihuruk, l, 2012. Pengaruh Quantum Teaching terhadap Hasil Belajar


dan Retensi Peserta didik pada Mata Pelajaran Ipa di Sd sw.
Betania medan
Shieh, C. J., & Yu, L. 2016. A study on information technology integrated
guided discovery instruction towards students’ learning
achievement and learning retention. Eurasia journal of
Mathematics, Science and Technology Education, 12 (4),
Toharudin, U., Hendrawati, S., & Rustaman, A. (2011). Membangun
Literasi sains peserta didik. Bandung: Humaniora.

74
Yuliati 2017. Pengembangan Literasi sains di abad 21. Yogyakarta. Bumi
Aksara
Yusuf, A. M. 2017. Asesmen dan Evaluasi Pendidikan. Pilar Penyedia
Informasi dan Kegiatan Pengendalian Mutu Pendidikan.
Jakarta: Kencana

75
76
74

SILABUS TEMATIK KELAS V


Tema 6 : Panas dan Perpindahannya
Subtema 1 : Suhu dan Kalor
KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangganya
serta cinta tanah air
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan di tempat bermain
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

Indikator Pendidikan
Materi Kegiatan Penguatan Alokasi Sumber
Mapel Kompetensi Dasar Penilaian
Pembelajaran Pembelajaran Karakter Waktu Belajar

PPKn 1.2 Menghargai 1.2.1 Menerima  Kewajiban  Berdiskusi, dan  Religiu Sikap: 24 JP  Buku Guru
kewajiban hak, kewajiban , hak, dan menjelaskan s  Buku
dan tanggug , hak, dan tanggung makna hak  Nasion  Jujur Siswa
jawab sebagai
tanggung jawab sebagai siswa alis  Disiplin  Aplikasi
warga masyarak dan warga  Mandiri  Tanggu Media
jawab
masyarakat at dalam negara.  Gotong ng Jawa  Internet
dan umat senbagai  
kehiudupa Membaca dan Royong Santun  Lingkunga
beragama warga n sehari- mempresentasik  Integrit  Peduli n
dalam masyarak hari. an isi bacaan, as  Percaya
kehidupan at dan dan menjelaskan diri
sehari-hari. umat makna  Kerja
2.2 Menunjukkan kewajiban. Sama
beragama
sikap tanggung  Menuliskan
jawab dalam dalam
tanggung
memenuhi kehidupa
75

Indikator Pendidikan
Materi Kegiatan Penguatan Alokasi Sumber
Mapel Kompetensi Dasar Penilaian
Pembelajaran Pembelajaran Karakter Waktu Belajar

kewajiban dan n sehari- jawabnya, dan Jurnal:


hak sebagai hari. memahami hak,
warga kewajiban dan  Catatan
masyarakat 1.2.2 tanggunjawab pendidik
dalam Menjalank sebagai warga tentang
kehidupan an dalam kehidupan sikap
sehari-hari. kewajiban sehari-hari. peserta
3.2 Memahami hak, , hak dan  Menuliskan kata- didik
kewajiban dan tanggung kata kunci yang saat di
tanggung jawab ditemukan dalam sekolah
jawab sebagai senbagai tiap paragraf maupun
warga dalam warga bacaan dan informa
kehidupan masyarak meringkas eks si dari
sehari-hari. at dan eksplanasi pada orang
4.2 Menjelaskan umat media cetak. lain
hak, kewajiban, beragama  Membuat
dan tanggung dalam kesimpulan Penilaian
jawab sebagai kehidupa bacaan, dan Diri:
warga n sehari- menyajikan
masyarakat hari. ringkasan teks.  Peserta
dalam 2.2.1  Membuat didik
kehidupan Menerapk kesimpulan dari mengisi
sehari-hari. an sikap bacaan “Manusia daftar
tanggung dengan cek
Lingkungan tentang
jawab
Alam”, dan sikap
dalam
76

Indikator Pendidikan
Materi Kegiatan Penguatan Alokasi Sumber
Mapel Kompetensi Dasar Penilaian
Pembelajaran Pembelajaran Karakter Waktu Belajar

kehidupa menyajikan peserta


n sehari- ringkasan teks didik
hari. penjelasan. saat di
 Mengisi diagram rumah,
2.2.2Melaksanak berdasarkan dan di
an bacaan, dan sekolah
kewajiban menguraikan
dan hak konsep-konsep Pengeta
dalam yang saling huan:
kehidupa berkaitan pada  hak dan
n sehari- teks nonfiksi. kewajib
hari.  Menentukan inti an.
3.2.1Mengetahui dari setiap  Makna
hak, paragraf bacaan kewajib
dan membuat an.
kewajiban
kesimpulannya.  Penjela
, dan
 Membuat san,
tanggung kesimpulan dari hak,
jawab bacaan, dan  kewajib
sebagai menyajikan an, dan
warga ringkasan teks tanggun
masyarak penjelasan. g jawab
at.  Melakukan sebagai
percobaan warga
3.2.2 tentang dalam
Membeda bagaimana kehidup
77

Indikator Pendidikan
Materi Kegiatan Penguatan Alokasi Sumber
Mapel Kompetensi Dasar Penilaian
Pembelajaran Pembelajaran Karakter Waktu Belajar

kan hak, sumber energi an


kewajiban panas dapat sehari-
, dan menyebabkan hari.
tanggung perubahan.  Teks
jawab  Membuat laporan eksplan
sebagai percobaan hasil asi.
warga pengamatan  Kesimp
masyarak tentang ulan
at. perpindahan teks
4.2.1 kalor. eksplan
Menjelask  Melakukan asi
an hak, percobaan  Kesimp
kewajiban tentang cara ulan
kerja bacaan.
, dan
termometer.  Konsep-
tanggung  Menjawab konsep
jawab pertanyaan yang
masyarak berdasarkan saling
at dalam hasil berkaita
kehidupa Pengamatan n pada
n sehari- percobaan. teks
 Mengidentifikasik non
hari.
an kegiatan fiksi.
4.2.2Menyebutk sehari-hari yang  Menyaji
an dan menggunakan kan
tanggung ringkas
78

Indikator Pendidikan
Materi Kegiatan Penguatan Alokasi Sumber
Mapel Kompetensi Dasar Penilaian
Pembelajaran Pembelajaran Karakter Waktu Belajar

jawab energi panas, an teks


senbagai dan penjelas
warga Menerapkan an.
masyarak konsep  Sumber
at dan perpindahan energi
umat kalor dalam panas.
beragama kehidupan sehari  Perpind
dalam hari ahan
kehidupa  Melakukan kalor.
n sehari- kegiatan  konsep
hari. pengamatan, dan perpind
Bahasa 3.3 Meringkas teks 3.3.1  Teks mengidentifikasi ahan
Indonesia penjelasan Menjelask pejelasan interaksi manusia kalor
(eksplanasi) an ciri-ciri (ekspalan dengan dalam
dari media asi) dari lingkungan dan kehidup
teks
cetak atau media pengaruhnya. an
penjelasa
elektronik. cetak atau  Menuliskan hasil sehari-
4.3 Menyajikan n elektronik. pengamatannya, hari.
ringkasan teks (explanati dan membuat  Interkas
penjelasan on).  Teks laporan hasil i
(eksplanasi) nonfiksi. observasi di manusi
dari media 3.3.2 lingkungan a
cetak atau Mengetah sekitar tentang dengan
elektronik ui interaksi manusia lingkung
dengan langkah- dengan annya
menggunakan langkah lingkungan. dan
kosakata baku meringka
79

Indikator Pendidikan
Materi Kegiatan Penguatan Alokasi Sumber
Mapel Kompetensi Dasar Penilaian
Pembelajaran Pembelajaran Karakter Waktu Belajar

dan kalimat s teks  Mengamati pengaru


efektif secara bacaan. lingkungan hnya.
lisan, tulis, dan sekitarnya dan  Bentuk
visual. 4.3.1 Membuat melengkapi bentuk
ringkasan tabel, untuk interaksi
tekspenjel menganalisis manusi
asan(expl bentuk bentuk a
interaksi manusia dengan
anation)
dengan lingkung
dengan lingkungan dan an dan
tepat. pengaruhnya pengaru
terhadap hnya
4.3.2 Menuliskan pembangunan. terhada
ringkasan  Mengamati nada p
teks nada yang pemban
penjelasa digunakan dalam gunan.
n dengan lagu yang  Nada
kosakata disajikan dan pentato
yang menentukan nis
tepat. jenis tangga dalam
IPA 3.6 Menerapkan 3.6.1  Perpindah nada pada musik lagu.
konsep Menjelask an kalor yang  Jenis
perpindahan an dalam diperdengarkan. tangga
kalor dalam kehidupan  Menyanyikan nada.
pengertia
kehidupan sehari- lagu daerah lagu
sehari-hari. n hari.
80

Indikator Pendidikan
Materi Kegiatan Penguatan Alokasi Sumber
Mapel Kompetensi Dasar Penilaian
Pembelajaran Pembelajaran Karakter Waktu Belajar

4.6 Melaporkan perpindah bertangga. nada Keterampil


hasil an kalor. pentatonis. an:
pengamatan  Menyanyikan  menjel
tentang 3.6.2 Memahami lagu derah yang askan
perpindahan jenis-jenis menggunakan makna
kalor. perpindah tangga nada hak
diatonik. dan
an kalor
 Melengkai tabel kewajib
dalam tangga nada, dan an.
kehidupa menentukan  Mering
n sehari- jenis tangga kas,me
hari. nada pada musik yajikan
yang ringkas
4.6.1 diperdengarkan. an teks
Menjelask eksplan
an asi.
Perpindah  Mengisi
diagra
an kalor
m.
yang ada  Menent
dalam ukan
kehidupa inti
n sehari- bacaan
hari.  Membu
at
81

Indikator Pendidikan
Materi Kegiatan Penguatan Alokasi Sumber
Mapel Kompetensi Dasar Penilaian
Pembelajaran Pembelajaran Karakter Waktu Belajar

4.6.2 kesimp
Mendisku ulan
sikan dari
teks
hasil
bacaan
pengamat .
an  Melaku
tentang kan
perpindah percob
an kalor. aan.
 Membu
at
IPS 3.2 Menganalisis 3.2.1  Bentuk- laporan
bentuk bentuk Mengiden bentuk percob
interaksi tifikasi interaksi aan.
manusia manusia  Membu
bentuk-
dengan dengan at
lingkungan dan bentuk laporan
lingkunga
pengaruhnya interaksi n dan hasil
terhadap manusia pengaruhn penga
pembangunan dengan ya matan
sosial, budaya, lingkunga terhadap tentang
dan ekonomi n. pembangu interak
masyarakat nan sosial, si
Indonesia. 3.2.2 budaya, manusi
Mengetah dan a.
82

Indikator Pendidikan
Materi Kegiatan Penguatan Alokasi Sumber
Mapel Kompetensi Dasar Penilaian
Pembelajaran Pembelajaran Karakter Waktu Belajar

4.2 Menyajikan ui bentuk ekonomi  Melaku


hasil analisis interakasi masyarak kan
tentang manusia at kegiata
interaksi dan Indonesia. n
manusia pengaruh penga
dengan nya matan
lingkungan dan terhadap terhada
pengaruhnya pembang p
terhadap unan interak
pembangunan sosial, si
sosial, budaya, budaya, manusi
dan ekonomi dan a.
masyarakat ekonomi  Menya
Indonesia. masyarak nyikan
at. lagu.
4.2.1  Lagu
Menyebut derah
kan yang
bentuk- mengg
unakan
bentuk
tangga
interaksi nada
manusia diatonik
dan .
83

Indikator Pendidikan
Materi Kegiatan Penguatan Alokasi Sumber
Mapel Kompetensi Dasar Penilaian
Pembelajaran Pembelajaran Karakter Waktu Belajar

lingkunga  Menent
n. ukan
jenis
4.2.2 tangga
Mendisku nada.
sikan
bentuk
interakasi
manusia
dan
pengaruh
nya
terhadap
pembang
unan
sosial,
budaya,
dan
ekonomi
masyarak
at.
Seni 3.2 Memahami 3.2.1  Tangga
Budaya tangga nada. Mengetah nada.
dan 4.2 Menyanyikan ui jenis-  Lagu-lagu
Prakarya lagu-lagu daerah.
jenis
dalam berbagai
84

Indikator Pendidikan
Materi Kegiatan Penguatan Alokasi Sumber
Mapel Kompetensi Dasar Penilaian
Pembelajaran Pembelajaran Karakter Waktu Belajar

tangga nada tangga


dengan iringan nada.
musik.
3.2.2Mengidentif
ikasi
tangga
nada
pada
sebuah
lagu.
4.3.1 Menghafal
salah satu
lagu
daerah.

4.2.2Menyanyika
n lagu
daerah
sesuai
dengan
tangga
nadanya.

4.2.3
Membaw
85

Indikator Pendidikan
Materi Kegiatan Penguatan Alokasi Sumber
Mapel Kompetensi Dasar Penilaian
Pembelajaran Pembelajaran Karakter Waktu Belajar

akan
lagu-lagu
daerah
dengan
iringan
musik.

Mengetahui, Makassar, Februari 2021

Kepala SD Aisyiyah Muhamamdiyah 3 Makassar Guru Kelas

Dra. Hamdana, S.Pd Nurhidayah


NUPTK.3533747649300092
89

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP) KURIKULUM 2013

Satuan Pendidikan : SD Aisyiyah Muhammadiyah 3 Makassar

Kelas / Semester : 5 /2

Tema : Panas dan Perpindahannya (Tema 6)

Sub Tema : Suhu dan Kalor (Sub Tema 1)

Muatan Terpadu : Bahasa Indonesia, IPA

Pembelajaran ke : 1

Alokasi waktu : 1 hari

A. Tujuan Pembelajaran

1. Dengan menuliskan kata-kata kunci yang ditemukan dalam tiap paragraf bacaan,
siswa mampu mengumpulkan informasi pada media cetak secara tepat.
2. Dengan membuat kesimpulan bacaan, siswa mampu menyajikan ringkasan teks
secara tepat.
3. Dengan melakukan percobaan tentang bagaimana sumber energi panas
dapat menyebabkan perubahan, siswa mampu menerapkan konsep perpindahan
kalor dalam kehidupan sehari-hari secara bertangung jawab.
4. Dengan membuat laporan percobaan, siswa mampu melaporkan hasil
pengamatan tentang perpindahan kalor secara tepat.

B. Kegiatan pembelajaran
Kegiatan Deskripsi kegiatan Via Whatsapp Alokasi waktu
Pendahuluan 1. Melakukan pembukaan dengan salam 10 menit
(Orientasi)
2. Melakukan absensi
3. Menyampaikan tujuan pembelajarana

Kegiatan inti (Sintak model Discovery Learning) Via


whatsapp
Ayo membaca (mengumpulkan data) 150 menit
Siswa membaca teks bacaan yang berjudul
“sumber energi panas” di dalam hati. Siswa
diperbolehkan untuk menggaris bawahi
informasi penting yang ia temukan dalam
bacaan.
Siswa menjawab pertanyaan yang
disediakan berdasarkan informasi yang ia
dapatkan dari bacaan.
Ayo menulis (pengolahan data)
Siswa membaca Kembali bacaan sumber
energi panas, kemudian menjawab
90

pertanyaan yang berhubungan denga nisi


bacaan.
Siswa melakukan percobaan untuk
mengetahui bagaimana sumber energy
panas matahari menyebabkan perubahan-
perubahan yang dengan mudah dapat kita
lihat dan amati.
Siswa membuat kesimpulan dari bacaan
tersebut.(menarik kesimpulan)

Guru menyampaikan batas pengiriman tugas


yang dikerjakan oleh siswa

Setelah batas pengumpulkan tugas terpenuhi


maka selanjutnya guru menyampaikan siswa
yang telah mengirimkan tugasnya.
penutup 1. Guru menanyakan kesulitan 15 menit
2. Guru memberikan pesan moril kepada
siswa untuk tetap menjaga kebersihan
dan kesehatan, mematuhi orang tugas
serta taat beribadah.
3. Memberikan salam penutup
Refleksi dan konfirmasi
Refleksi pencapaian siswa/formatif asesmen, dan refleksi guru untuk mengetahui
ketercapaian proses pembelajaran dan perbaikan
Assessment (Penilaian)
Penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan

C. SUMBER DAN MEDIA

1. Buku pedoman guru Tema 6 Kelas 5 dan buku siswa tema 6 kelas 5 (Buku
Tematik Terpadu Kurikulum 2013, jakarta: Kementerian pendidikan dan
Kebudayaan, 2018)

2. Internet

3. Lingkungan sekitar

4. Kertas HVS dan alat tulis

5. Video pembelajaran tema 1 pembelajaran 1

D. PENILAIAN

1. Bahasa Indonesia

Tulisan siswa dinilai dengan menggunakan daftar periksa

Indikator Penilaian Ada dan Benar Tidak Benar


Menjelaskan ciri-ciri teks
penjelasan (explanation).
Mengetahui langkah-
langkah meringkas teks
bacaan.
91

Membuat ringkasan teks


penjelasan (explanation)
dengan tepat.
Menuliskan ringkasan teks
penjelasan dengan
kosakata yang tepat.
2. IPA

Indikator Penilaian Ada dan Benar Tidak Benar


Menjelaskan pengertian
perpindahan kalor.
Memahami jenis-jenis
perpindahan kalor dalam
kehidupan sehari-hari.
Menjelaskan Perpindahan
kalor yang ada dalam
kehidupan sehari-hari.

Mendiskusikan hasil
pengamatan tentang
perpindahan kalor.

3. Penilaian Sikap

No Nama Perubahan tingkah laku


Satuan Peduli Tanggung jawab
K C B SB K C B SB K C B SB
1. …….
2. …….
3. …….
4. …….
5. …….
dst. …….
Keterangan:

K (Kurang) : 1, C (Cukup) : 2, B (Baik) ; 3, SB (sangat baik) ; 4


92

Catatan Guru

1. Masalah : ………..

2. Ide Baru : ……….

3. Momen Spesial : ……….

Mengetahui Makassar, ...................... 2021

Wali Kelas Va Peneliti

Rezki Amalia, S.Pd Nurhidayah


NUPTK. 7542763665220013
93

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Kelas Eksperimen
Satuan Pendidikan : SD Aisyiyah Muhammadiyah 3 Makassar
Kelas / Semester : V /2
Tema : Panas dan Perpindahannya (Tema 6)
Sub Tema : Suhu
dan Kalor (Sub Tema 1)
Mata Pelajaran : IPA
Pembelajaran ke : 6
Alokasi waktu : 1 kali pertemuan

A. Tujuan Pembelajaran
1. Dengan membuat kesimpulan dari bacaan siswa mampu menyajikan informasi
yang di dapatkan dari bacaan tersebut.
2. Dengan melakukan percobaan tentang cara kerja termometer, siswa mampu
menerapkan konsep perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari secara
bertanggung jawab.
3. Dengan menjawab pertanyaan berdasarkan hasil pengamatan percobaan,siswa
mampu membuat laporan tentang perubahan suhu akibat perpindahan kalor secara
tepat.
4. Dengan mengamati nada nada yang digunakan dalam laguyang disajikan, siswa
mampu menentukan jenis tangga nada pada musik yang diperdengarkan secara
jelas dan tepat.
5. Dengan menyanyikan lagu daerah, siswa mampu menyanyikan lagu bertangga nada
pentatonis secara percaya diri.

B. Kegiatan pembelajaran
Kegiatan Deskripsi kegiatan Via Whatsapp Alokasi waktu
Pendahuluan 1. Melakukan pembukaan dengan salam 10 menit
(Orientasi)
2. Melakukan absensi
3. Menyampaikan tujuan pembelajarana

Kegiatan inti (Sintak model Discovery Learning) Via


whatsapp
Ayo Berdiskusi 150 menit

1. Siswa mencermati gambar


yang disajikan pada Buku Siswa,
guru meminta siswa untuk menceritakan
apa yang ia temukan dalam gambar.
(HOTS)
2. Guru membacakan paragraf
tentang Siti dan keluarganya.
94

3. Kemudian guru berdiskusi


dengan siswa: bahan-bahan apa saja
yang diperlukan untuk membuat
secangkir kopi panas dan es jeruk. Guru
juga dapat menanyakan minuman apa
saja yang biasanya tersaji panas dan
tersaji dingin.(Collaburation)
4. Guru dapat menggunakan
pertanyaan: Pernahkah kamu
membuatkan teh hangat atau es jeruk?
Menurutmu, untuk membuat secangkir
kopi panas, apa yang kamu perlukan?
Apa juga yang kamu perlukan untuk
membuat segelas sirop dingin?
5. Guru dapat memperlihatkan
gambar segelas teh panas dan es
jeruk. Guru bertanya kepada siswa,
mana yang panas dan mana yang
dingin. Siswa diharapkan menjawab
dengan alasan yang tepat berdasarkan
penglihatan mereka.
6. Guru memimpin diskusi kelas
dan mengarahkan nya dengan
pernyataa

Ayo Membaca (mengumpulkan data)

1. Siswa membaca dan


mencermati bacaan yang berjudul:
Perbedaan Suhu dan Panas secara
individu.(Mandiri)
2. Siswa dapat menuliskan
beberapa definisi yang ada dalam
bacaan serta kata-kata baru yang masih
belum dimengerti kemudian dapat
ditanyakan kepada guru.
3. Siswa menggaris bawahi
informasi-informasi penting yang ia
dapatkan dari bacaan.
4. Guru memberikan penekakan
pada paragraf terakhir dan
membahas bersama-sama perbedaan
suhu dan panas.

Ayo Menulis (pengolahan data)

1. Setelah siswa membaca bacaan:


Perbedaan Suhu dan Panas, siswa
mengerjakan latihan secara individu.
Siswa menuliskan kata-kata kunci yang
ada pada setiap paragraf. (Mandiri)
2. Siswa membuat sebuah pertanyaan
dengan menggunakan kata kunci yang
sebelumnya ditemukan dari setiap
95

paragraf bacaan.Siswa membuat paling


sedikit dua pertanyaan tentang hal-hal
yang ingin ia ketahui lebih lanjut tentang
topik yang dibahas pada
bacaan.(Creativity and Innovation)
3. Siswa membuat kesimpulan dari bacaan
dan menjelaskannya kepada temannya.
(Mandiri)
4. Setelah itu, siswa menjawab beberapa
pertanyaan yang berhubungan dengan
bacaan. Ini membantu siswa untuk
dapat meningkat kan keterampilannya
dalam memahami bacaan dengan baik.
5. Siswa membuat tabel tentang
perbedaan suhu dan panas. Siswa
dapat menggunakan informasi dari
bacaan untuk melengkapi tabel.
6. Di akhir kegiatan, siswa membuat
kesimpulan tentang hasil
tabel.(Creativity and Innovation)

Guru menyampaikan batas pengiriman tugas


yang dikerjakan oleh siswa

Setelah batas pengumpulkan tugas terpenuhi


maka selanjutnya guru menyampaikan siswa
yang telah mengirimkan tugasnya.
penutup 1. Guru menanyakan kesulitan 15 menit
2. Guru memberikan pesan moril kepada
siswa untuk tetap menjaga kebersihan
dan kesehatan, mematuhi orang tugas
serta taat beribadah.
3. Memberikan salam penutup
Refleksi dan konfirmasi
Refleksi pencapaian siswa/formatif asesmen, dan refleksi guru untuk mengetahui
ketercapaian proses pembelajaran dan perbaikan
Assessment (Penilaian)
Penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan

C. SUMBER DAN MEDIA

1. Buku pedoman guru Tema 6 Kelas 5 dan buku siswa tema 6 kelas 5 (Buku
Tematik Terpadu Kurikulum 2013, jakarta: Kementerian pendidikan dan
Kebudayaan, 2018)

2. Internet

3. Lingkungan sekitar

4. Kertas HVS dan alat tulis


96

D. PENILAIAN

Bahasa Indonesia

Indikator Penilaian Ada dan Benar Tidak Benar

Menjelaskan ciri-ciri teks penjelasan .

Mengetahui langkah-langkah
meringkas teks bacaan.

Membuat ringkasan teks


penjelasan(explanation) dengan tepat.

Menuliskan ringkasan teks penjelasan


dengan kosakata yang tepat.

IPA

Indikator Penilaian Ada dan Benar Tidak Benar

Menjelaskan pengertian perpindahan


kalor.

Mengidentifikasi jenis-jenis
perpindahan kalor dalam kehidupan
sehari-hari.

Menjelaskan Perpindahan kalor yang


ada dalam kehidupan sehari-hari.

Mendiskusikan hasil pengamatan


tentang perpindahan kalor.

SBdp

Indikator Penilaian Ada dan Benar Tidak Benar

Mengetahui jenis-jenis tangga nada.

Mengidentifikasi tangga nada pada


sebuah lagu

Menghafal salah satu lagu daerah.

Menyanyikan lagu daerah sesuai dengan


tangga nadanya.

Membawakan lagu-lagu daerah dengan


iringan musik.
97

4. Penilaian Sikap

No Nama Perubahan tingkah laku


satuan peduli Tanggung jawab
K C B SB K C B SB K C B SB
1. …….
2. …….
3. …….
4. …….
5. …….
dst. …….
Keterangan:

K (Kurang) : 1, C (Cukup) : 2, B (Baik) ; 3, SB (sangat baik) ; 4

Catatan Guru

1. Masalah : ………..

2. Ide Baru : ………..

3. Momen Spesial : ………

Mengetahui Makassar, ..................... 2021

Wali Kelas Vb Peneliti

Nur Rahmi Azis, S.Pd Nurhidayah


123

Data Literasi sains dan Retensi peserta didik kelas V A SD Aisyiyah


Muhammadiyah 3 Makassar
(Kelas Eksperimen)
No Nama Nilai pre test Nilai Post test Ket
Literasi Sains Retensi Literasi Sains Retensi
1 AJP 60 63 85 88
2 ANP 55 54 70 83
3 AM 55 58 85 83
4 GNI 65 71 90 96
5 II 60 58 80 83
6 MY 60 63 85 83
7 MDR 45 54 80 71
8 MF 65 63 85 88
9 MFF 70 58 100 96
10 MRH 60 58 80 83
11 MAS 70 71 95 100
12 MAH 65 67 90 92
13 MFZ 60 46 75 79
14 MR 60 67 85 92
15 NRA 70 75 100 96
16 NW 65 54 75 83
17 NBM 65 58 95 100
18 RGP 60 67 85 92
19 NRS 65 71 95 96
20 SPN 65 67 90 88
21 SDW 55 54 80 83
22 UQ 50 63 80 88
23 KFE 55 67 90 92
24 KS 55 63 85 88
25 NH 60 46 75 88
26 NS 55 58 80 88
27 SP 60 63 80 92
28 ZR 55 46 75 83
Makassar, Februari 2021
Peneliti,

Nurhidayah
NIM. 105060301018
124

Data Literasi sains dan Retensi peserta didik kelas V B SD Aisyiyah


Muhammadiyah 3 Makassar
(Kelas Kontrol)
No Nama Nilai pre test Nilai Post test Ket
Literasi Sains Retensi Literasi Sains Retensi
1 AAW 55 50 70 75
2 AFA 50 50 70 75
3 AYT 55 63 75 83
4 AAM 55 67 80 83
5 FHW 60 64 80 71
6 HNY 50 54 80 79
7 MK 60 71 80 88
8 MPF 55 54 70 71
9 MPD 60 67 80 83
10 MAK 55 54 75 75
11 MZG 55 63 95 83
12 MRF 65 67 85 79
13 MNN 60 54 75 71
14 MAD 60 67 80 92
15 MF 45 46 65 71
16 MHN 65 68 85 83
17 NA 75 75 95 96
18 NKD 60 63 75 79
19 SRR 70 71 90 79
20 SR 65 58 80 75
21 SD 50 58 70 75
22 SA 55 71 90 88
23 TM 70 63 85 83
24 SN 50 54 70 88
25 SS 60 68 85 83
26 YDW 60 54 75 71
27 ZA 65 58 85 83
28 ZZ 65 58 80 71
Makassar, Februari 2021

Peneliti,

Nurhidayah
NIM. 105060301018
130

Analisis indikator kemampuan literasi sains

Nilai skor rata-rata indikator literasi sains pretest dan posttest kelas kontrol dan eksperimen

No Indikator Rata-rata Skor


Kontrol Literasi sains Eksp. Literasi
Sains
Pretest Posttest Pretest Posttest
1. Mengevaluasi 68 75 71 95
2. Menggambarkan 48 53 58 72
3. Menganalisis 68 85 50 93
Rata-rata 61,33 71 59,65 86,66
131

Kemampuan literasi sains kelas eksperimen pretes


Indikator
No Mengevaluasi Menggambarkan Menganalisis
1. 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3
2. 2 2 2 2 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3. 3 3 3 3 0 0 0 0 0 3 3 3 3 3 3 3 3 3
4. 4 4 4 4 2 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5. 3 3 3 3 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3
6. 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3
7. 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 3 3 3 3 3 3 3 3
8. 3 3 3 3 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9. 3 3 3 3 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3
10, 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3
11. 2 2 2 2 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
12. 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3
13. 2 2 2 2 4 4 4 4 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14. 2 2 2 2 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
16. 4 4 4 4 0 0 0 0 0 3 3 3 3 3 3 3 3 3
17. 0 0 0 0 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
18. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19. 3 3 3 3 0 0 0 0 0 3 3 3 3 3 3 3 3 3
20. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21. 4 4 4 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
23. 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3
24. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
25. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3
26. 3 3 3 3 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4
27. 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
28. 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
jumlah 81 81 81 81 70 70 70 70 70 68 68 68 68 68 68 68 68 68
Rata- 81 70 68
rata
132

Kemampuan literasi sains kelas kontrol pretes


Indikator
No Mengevaluasi Menggambarkan Menganalisis
1. 4 4 4 0 3 0 2 2 0 4 1 3 4 1 0 4 1 3
2. 4 4 1 0 1 0 3 3 0 4 4 4 0 2 0 2 0 0
3. 4 1 4 0 1 0 1 1 0 3 2 1 0 0 0 0 0 0
4. 4 4 4 0 3 1 3 3 1 2 0 0 3 4 4 2 0 4
5. 4 1 2 0 3 0 2 1 4 4 0 0 0 0 0 3 1 3
6. 4 1 0 0 3 1 3 3 4 3 3 4 4 4 0 2 1 3
7. 4 4 3 1 2 0 2 2 4 2 0 0 3 4 4 2 0 0
8. 4 4 3 1 2 0 2 2 4 4 0 0 0 0 4 3 1 3
9. 4 4 4 0 1 0 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 2 3
10, 4 4 1 0 1 3 3 3 4 2 0 0 0 4 4 0 1 2
11. 4 1 4 0 1 0 1 1 4 2 0 0 4 4 3 0 4 1
12. 4 3 0 0 0 0 0 0 4 4 4 4 3 2 3 2 0 4
13. 4 3 0 0 1 0 0 0 0 4 4 4 2 2 4 2 3 0
14. 4 4 3 1 2 0 2 2 0 3 2 1 4 0 4 0 4 3
15. 4 2 4 4 4 0 2 2 1 0 0 4 4 3 4 2 3 4
16. 4 2 4 0 1 0 1 2 0 0 1 4 4 4 4 3 2 3
17. 3 3 3 1 2 0 2 2 0 2 0 4 4 4 3 2 4 2
18. 4 2 4 4 4 0 2 2 1 4 4 3 3 2 4 2 4 1
19. 4 0 3 0 4 0 2 2 0 3 2 1 4 0 0 3 4 3
20. 4 2 0 4 0 0 4 2 1 2 0 0 0 4 0 3 4 4
21. 4 1 4 4 4 0 4 2 0 4 4 0 4 2 0 0 4 1
22. 4 1 4 4 0 0 4 2 0 3 1 1 4 0 1 1 4 3
23. 4 4 4 4 1 0 4 3 0 4 4 4 4 2 2 4 4 1
24. 4 1 4 1 4 0 4 0 0 3 2 0 4 0 4 4 3 2
25. 3 2 4 3 1 0 1 2 0 0 1 0 3 0 4 4 4 0
26. 4 1 4 3 2 0 2 2 0 2 0 0 4 4 4 3 4 0
27. 4 1 4 4 4 0 2 2 1 4 4 0 0 2 3 3 4 3
28. 4 1 4 0 4 1 2 2 0 3 2 1 0 0 3 3 4 0
jumlah 95 70 83 67 72 6 49 51 12 93 64 80 83 58 83 84 92 73
Rata- 95 72 93
rata
133

Kemampuan literasi sains kelas kontrol pretes


Indikator
No Mengevaluasi Menggambarkan Menganalisis
1. 4 1 4 0 3 0 2 2 0 4 0 3 0 1 0 0 1 3
2. 3 4 1 0 1 3 3 3 0 4 4 4 0 2 0 2 0 0
3. 3 1 4 0 1 0 1 1 0 3 2 1 0 0 0 0 0 0
4. 4 4 4 0 3 3 3 3 1 2 0 0 3 4 4 0 0 4
5. 3 1 2 0 3 0 2 1 0 4 0 0 0 0 0 0 1 3
6. 2 1 0 0 3 4 3 3 0 3 3 4 4 4 0 0 1 3
7. 3 0 3 1 2 0 2 2 0 2 0 0 3 4 4 0 0 0
8. 3 0 3 1 2 0 2 2 0 4 0 0 0 0 0 0 1 3
9. 3 4 4 0 1 3 3 3 0 3 3 4 4 4 0 0 2 3
10, 3 4 1 0 1 3 3 3 0 2 0 0 0 4 0 0 1 0
11. 3 1 4 0 1 0 1 1 0 2 0 0 0 4 0 0 1 0
12. 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 4 4 0 2 0 2 0 0
13. 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4 4 4 0 2 0 2 0 0
14. 3 0 3 1 2 0 2 2 0 3 2 1 0 0 0 0 0 0
15. 2 0 4 4 4 0 2 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16. 3 2 4 0 1 0 1 2 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
17. 3 0 3 1 2 0 2 2 0 2 0 0 0 4 0 0 1 0
18. 2 2 4 4 4 0 2 2 1 4 4 0 0 2 0 0 3 3
19. 1 0 3 0 4 1 2 2 0 3 2 1 0 0 0 0 0 0
20. 4 2 0 0 0 0 1 2 1 2 0 0 0 4 0 0 1 0
21. 2 1 4 0 4 0 1 2 0 4 4 0 0 2 0 0 3 0
22. 3 1 4 0 0 0 1 2 0 3 1 1 0 0 1 1 1 2
23. 3 4 4 0 1 3 3 3 0 2 4 4 0 2 2 0 2 0
24. 2 1 2 0 4 0 1 0 0 3 2 0 0 0 0 0 0 0
25. 3 2 2 0 1 0 1 2 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
26. 3 0 2 1 2 0 2 2 0 2 0 0 0 4 0 0 1 0
27. 2 2 4 4 4 0 2 2 1 2 4 0 0 2 0 0 3 3
28. 1 0 3 0 4 1 2 2 0 3 2 1 0 0 0 0 0 0
jumlah 68 38 67 17 59 21 50 53 5 68 47 32 14 51 11 7 23 27
Rata- 68 59 68
rata
134

Kemampuan literasi sains kelas kontrol posttest


Indikator

No Mengevaluasi Menggambarkan Menganalisis


1. 4 1 4 0 3 0 2 2 0 4 0 3 0 1 0 0 1 3
2. 3 4 1 0 1 3 3 3 0 4 4 4 0 2 0 2 0 0
3. 3 1 4 0 1 0 1 1 0 3 2 1 0 0 0 0 0 0
4. 4 4 4 0 3 3 3 3 1 2 0 0 3 4 4 0 0 4
5. 3 1 2 0 3 0 2 1 0 4 0 0 0 0 0 0 1 3
6. 4 1 0 0 3 4 3 3 0 3 3 4 4 4 0 0 1 3
7. 3 0 3 1 2 0 2 2 0 2 0 0 3 4 4 0 0 0
8. 3 0 3 1 2 0 2 2 0 4 0 0 0 0 0 0 1 3
9. 3 4 4 0 1 3 3 3 0 3 3 4 4 4 0 0 2 3
10, 3 4 1 0 1 3 3 3 0 2 0 0 0 4 0 0 1 0
11. 3 1 4 0 1 0 1 1 0 2 0 0 0 4 0 0 1 0
12. 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 4 4 0 2 0 2 0 0
13. 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4 4 4 0 2 0 2 0 0
14. 3 0 3 1 2 0 2 2 0 3 2 1 0 0 0 0 0 0
15. 4 0 4 4 4 0 2 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16. 3 2 4 0 1 0 1 2 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
17. 3 0 3 1 2 0 2 2 0 2 0 0 0 4 0 0 1 0
18. 4 2 4 4 4 0 2 2 1 4 4 0 0 2 0 0 3 3
19. 1 0 3 0 4 1 2 2 0 3 2 1 0 0 0 0 0 0
20. 4 2 0 0 0 0 1 2 1 2 0 0 0 4 0 0 1 0
21. 2 1 4 0 4 0 1 2 0 4 4 0 0 2 0 0 3 0
22. 3 1 4 0 0 0 1 2 0 3 1 1 0 0 1 1 1 2
23. 3 4 4 0 1 3 3 3 0 4 4 4 0 2 2 0 2 0
24. 2 1 4 0 4 0 1 0 0 3 2 0 0 0 0 0 0 0
25. 3 2 4 0 1 0 1 2 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
26. 3 0 3 1 2 0 2 2 0 2 0 0 0 4 0 0 1 0
27. 4 2 4 4 4 0 2 2 1 4 4 0 0 2 0 0 3 3
28. 4 4 4 0 3 3 3 3 1 2 0 0 3 4 4 0 0 4
jumlah 75 21 76 20 53 39 63 66 47 85 52 33 53 28 14 26 53 58
Rata- 75 53 rata
rata
125

1. Analisis Statistik Deskriptif

a. Kemampuan Literasi Sains

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation


Pretest_Eksperi
28 50.00 70.00 1665.00 59.4643 6.13721
men
Posttest_Eksperi
28 70.00 100.00 2370.00 84.6429 7.80889
men
Valid N (listwise) 28

b. Retensi

Descriptive Statistics

Std.
Devi
N Minimum Maximum Sum Mean ation
Pretest_Eksperimen 7.75
28 46.00 75.00 1703.00 60.8214
578
Posttest_Eksperimen 6.64
28 71.00 100.00 2474.00 88.3571
003
Valid N (listwise) 28
126

2. Analisis Statistik Inferensial

a. Uji Prasyarat

1) Uji Normlitas

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pretest Eksperimental .159 28 .066 .920 28 .035
LiterasiS Kontrol
.153 28 .090 .957 28 .299
ains
Posttest Eksperimental .160 28 .063 .950 28 .193
LiterasiS Kontrol
.151 28 .102 .950 28 .201
ains
a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pretest Eksperimental .146 28 .129 .948 28 .172
Retensi Kontrol .145 28 .135 .954 28 .252
Posttest Eksperimental .147 28 .124 .942 28 .121
Retensi Kontrol .148 28 .120 .922 28 .039
a. Lilliefors Significance Correction
127

2) Uji Homogenitas

Levene's Test of Equality of Error Variancesa


Dependent Variable: Pretestt LiterasiSains
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
.190 1 54 .665

Dependent Variable: Posttest LiterasiSains


F df1 df2 Sig.
.184 1 54 .669
128

HASIL UJI ANACOVA


Tests of Between-Subjects Effects

Source Type III Sum of Df Mean Square F Sig.


Squares

Corrected Model 1190.376a 2 595.188 14.044 .000

Intercept 1734.972 1 1734.972 40.939 .000

Kelas 754.776 1 754.776 17.810 .000

Literasi Sains 217.095 1 217.095 5.123 .030

Error 1568.024 37 42.379

Total 244872.000 40

Corrected Total 2758.400 39

a. R Squared = .432 (Adjusted R Squared = .401)


129

HASIL UJI ANACOVA


Tests of Between-Subjects Effects

Source Type III Sum of Df Mean Square F Sig.


Squares
Corrected Model 305.162a 2 152.581 32.216 .000
Intercept 179.311 1 179.311 37.860 .000
Kelas 2.662 1 2.662 .562 .458
Retensi 300.599 1 300.599 63.469 .000
Error 175.238 37 4.736
Total 5588.000 40
Corrected Total 480.400 39
135

Penilianan

No. Aspek Penilaian Validator Tingkat


V1 V2 Relevansi
Format jelas sehingga memudahkan 3 4 D
1.
penilaian
2. Format sesuai dengan kurikulum 2013 3 4 D
3. Identitas RPP Lengkap 3 4 D
Kompetensi inti, kompetensi dasar, dan 3 4 D
4.
indikator dirumuskan secara jelas
Tujuan pembelajaran dirumuskan secara 4 4 D
5.
jelas
Pemilihan materi dirumuskan secara 4 4 D
6.
garis besar
Pendekatan, strategi, model dan metode 3 4 D
7.
pembelajaran dirumuskan secara jelas
Kegiatan pembelajaran dirumuskan 3 3 C
8. secara sistematis dan disesuaikan
dengan pembelajaran daring saat ini
Penilaian, sumber, dan media 3 4 D
9.
pembelajaran dirumuskan secara jelas
Bahasa yang digunakan mudah 3 4 D
10.
dipahami oleh pembaca
Bahasa yang digunakan sesuai dengan 3 4 D
11. aturan PUEBI (Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia)
Hasil analisis validasi antara dua validator RPP

Validator I

Relevansi Relevansi kuat


lemah (3 - 4)
(1 - 2)
Validator II Relevansi 0 5
lemah
136

(1 - 2)
Relevansi kuat 1 6
(3 - 4)

Hasil kesepakatan dua validator diatas selanjutnya dihitung tingkat


validasinya dengan rumus koefisien validitas gro5gery berikut:

𝐷 6 6
Koefisien validitas = = = = 0,5
𝐴+𝐵+𝐶+𝐷 𝐴+1+5+6 12

Berdasarkan perhitungan koefisien validitas diatas diperoleh keofisien


validitas 0,5 maka tergolong dalam tingkat tinggi
137

Tabel data hasil validasi soal prettest literasi sains oleh dua ahli

No Penilaian
Soal Validator Tingkat relevansi
V1 V2
1 3 4 D
2 3 4 D
3 3 4 D
4 3 3 C
5 3 4 D
6 3 4 D
Hasil analisis validasi antara dua validator soal pretest literasi sains oleh
dua ahli

Validator I

Relevansi Relevansi kuat


lemah (3 - 4)
(1 - 2)
Validator II Relevansi 0 1
lemah
(1 - 2)
Relevansi kuat 0 5
(3 - 4)
Hasil kesepakatan dua validator diatas selanjutnya dihitung tingkat
validasinya dengan rumus koefisien validitas grogery berikut:

𝐷 6
Koefisien validitas = = = 5 = 0,8
𝐴+𝐵+𝐶+𝐷 𝐴+𝐵+1+5 6

Berdasarkan perhitungan koefisien validitas diatas diperoleh keofisien


validitas 0,8 maka tergolong dalam tingkat tinggi
138

Tabel data hasil validasi soal pretest Retensi oleh dua ahli

No Penilaian
Soal Validator Tingkat relevansi
V1 V2
1 3 4 D
2 3 3 D
3 3 4 D
4 3 3 C
5 3 4 D
6 3 4 D
7 3 4 D
8 3 4 D
9 3 4 D
10 4 4 D
11 4 4 D
12 3 4 D
13 3 4 D
14 3 4 D
15 3 3 C
16 3 4 D
17 3 4 D
18 3 4 D
19 3 4 D
20 3 4 D
Hasil analisis validasi antara dua validator soal pretest Retensi oleh dua
ahli

Validator I

Relevansi Relevansi kuat


lemah (3 - 4)
(1 - 2)
Validator II Relevansi 0 2
lemah
(1 - 2)
Relevansi kuat 0 18
(3 - 4)
Hasil kesepakatan dua validator diatas selanjutnya dihitung tingkat
validasinya dengan rumus koefisien validitas grogery berikut:

𝐷 6
Koefisien validitas = = = 18 = 0,9
𝐴+𝐵+𝐶+𝐷 𝐴+𝐵+2+18 20
139

Berdasarkan perhitungan koefisien validitas diatas diperoleh keofisien


validitas 0,9 maka tergolong dalam tingkat tinggi
140

Tabel data hasil validasi soal posttestretensi oleh dua ahli

Hasil analisis validasi antara dua validator soal posttestretensi oleh dua
ahli

No Penilaian
Soal Validator Tingkat relevansi
V1 V2
1 3 4 D
2 3 3 D
3 3 4 D
4 3 3 C
5 3 4 D
6 3 4 D
7 3 4 D
8 3 4 D
9 3 4 D
10 4 4 D
11 4 4 D
12 3 4 D
13 3 4 D
14 3 4 D
15 3 3 C
16 3 4 D
17 3 4 D
18 3 4 D
19 3 4 D
20 3 4 D
Hasil analisis validasi antara dua validator soal posttest Retensi oleh dua
ahli

Validator I

Relevansi Relevansi kuat


lemah (3 - 4)
(1 - 2)
Validator II Relevansi 0 1
lemah
(1 - 2)
Relevansi kuat 0 5
(3 - 4)
Hasil kesepakatan dua validator diatas selanjutnya dihitung tingkat
validasinya dengan rumus koefisien validitas grogery berikut:
141

𝐷 17
Koefisien validitas = = = 17 = 0,9
𝐴+𝐵+𝐶+𝐷 𝐴+𝐵+3+17 20

Berdasarkan perhitungan koefisien validitas diatas diperoleh keofisien


validitas 0,9 maka tergolong dalam tingkat tinggi
142

Kepala Sekolah SD Aisyiyah Muhammaidyah 3

Guru Kelas VA Guru Kelas VB


143

Chat Guru Via Whatsapp

Kegiatan Belajar Dirumah


144

Chat Guru Via Whatsapp

Kegiatan Belajar Dirumah


145

Kegiatan Pre test Kelas


Eksperimen

Kegiatan Pre test Kelas


Kontrol
146
147
148
149
150

RIWAYAT HIDUP

Nurhidayah, Lahir di Bone pada tanggal 20 Juni

1994. Anak ketiga dari empat bersaudara dan

merupakan buah kasih dari pasangan Ayahanda

Nogang (Alm) dan Ibunda Nurhana. Penulis

memasuki jenjang pendidikan formal pada tahun

2001 di MI Al-Khaerat Nunukan dan tamat tahun

2007. Pada tahun yang sama, penulis menempuh pendidikan di SMP N 1

Nunukan selama 3 tahun dan penulis menyelesaikan studinya pada tahun

2010. Pada tahun itu juga melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih

tinggi di Madrasah Aliyah Radiyyatan Mardiyyah Putri Balikpapan hingga

selesai pada tahun 2013. Pada tahun 2013 penulis kembali melanjutkan

pendidikannya di Universitas Muhammadiyah Makassar pada jurusan

Pendidikan Guru Sekolah Dasar (S1-PGSD), penulis menyelesaikan studi

S1-PGSD pada tahun 2017. Pada tahun 2018 penulis kembali

melanjutkan pendidikannya di Magister Pendidikan Dasar, Program

Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Makassar, Penulis

menyelesaikan studinya pada tahun 2021 dengan judul tesis “Pengaruh

Model Discovery Learning terhadap Literasi Sains dan Retensi pada

Pembelajaran IPA Peserta Didik Kelas V SD Aisyiyah Muhammadiyah 3

Makassar”

Anda mungkin juga menyukai