Anda di halaman 1dari 91

SKRIPSI

HUBUNGAN POLA ASUH PERMISIF DENGAN RISIKO


PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA REMAJA DI
KELURAHAN KAMPUNG SALO
KOTA KENDARI

OLEH :

ANISA ARMAN
P201701081

Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
2021
v
vi
ABSTRAK

Universitas Mandala Waluya Kendari


Program Studi S1 Keperawatan
Skripsi, 27 September 2021
ANISA ARMAN (P201701081)
HUBUNGAN POLA ASUH PERMISIF DENGAN RISIKO
PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA REMAJA DI KELURAHAN
KAMPUNG SALO KOTA KENDARI
Pembimbing I : Sari Ari Lestari
Pembimbing II : Dewi Sari Pratiwi
(xi + 60 Halaman + 6 Tabel + 10 Lampiran + 3 Gambar + 11 Singkatan)

Masa remaja sebagai masa peralihan sering tidak terkontrol hingga mudah
terjerumus pada perilaku yang berdampak buruk bagi dirinya maupun orang lain.
Kecenderungan mencoba hal-hal baru akan sangat rentan bagi remaja untuk
menyalahgunakan NAPZA. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan
pola asuh permisif dengan risiko penyalahgunaan NAPZA pada remaja.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional
study. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 413. Teknik penarikan sampel
secara Random Sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 81 responden. Metode
analisis menggunakan Uji Chi-Square.
Hasil uji statistik menggunakan Chi Square menunjukan hasil nilai X² hitung
lebih besar daripada X² tabel yaitu 25.903 > 2.705 dengan nilai p value (0.566) >
0.1 terdapat hubungan antara pola asuh permisif dengan risiko penyalahgunaan
NAPZA pada remaja.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara pola asuh permisif
dengan risiko penyalahgunaan NAPZA pada remaja di Kelurahan Kampung Salo
Kota Kendari. Saran kepada seluruh orang tua untuk lebih memberikan perhatian
dan pengawasan kepada remajanya di Kelurahan Kampung Salo Kota Kendari.

Kata Kunci : Pola Asuh Permisif, Risiko penyalahgunaan NAPZA,


Kelurahan Kampung Salo
Daftar pustaka: 45 (2005-2021)

vii
viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan

skripsi Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Hubungan Pola Asuh Permisif

Dengan Risiko Penyalahgunaan NAPZA Pada Remaja Di Kelurahan

Kampung Salo Kota Kendari” guna memenuhi salah satu persyaratan untuk

menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S1 Keperawatan Universitas

Mandala Waluya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh

dari kesempurnaan oleh karena itu saran-saran dari semua pihak yang sifatnya

membangun untuk meningkatkan mutu dari Penulisan ini sangat Penulis

harapkan.

Pada kesempatan ini Penulis tidak lupa pula menghaturkan rasa terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada Ibu Sari Ari Lestari, S.Kep., Ns., M.Kes selaku

Pembimbing I dan kepada Ibu Dewi Sari Pertiwi, S.Kep., Ns., M.Kes selaku

Pembimbing II atas semua waktu, tenaga dan pikiran yang telah diberikan dalam

membimbing dan mengarahkan Penulis dalam menyusun skripsi ini.

Tak lupa pula Penulis haturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Ketua Badan Pengurus Mandala Waluya Kendari

2. Rektor Universitas Mandala Waluya Kendari

3. Wakil Rektor I, II,dan III Universitas Mandala Waluya Kendari

4. Ketua LPPM, LPJM Universitas Mandala Waluya Kendari

ix
5. Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan

6. Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

7. Tim penguji Wa Ode Nova Noviyanti. R, S.Psi., M.Kes selaku penguji

I, Armayani, S.Kep., Ns., M.Kes selaku penguji II, dan Ns. Umi

Rachmawaty, M.Kep., Sp. Kep. J selaku penguji III.

8. Seluruh dosen dan staf/karyawan Universitas Mandala Waluya yang

telah banyak membantu penulis semasa pendidikan.

9. Kedua orangtua tercinta yang telah memberikan dukungan, kasih

sayang serta motivasi.

10. Para sahabat Triani D. Hadam, Fitni Triartika, Rosmelinda

Permatasari, Iham Bryan Eldowartdo, Rini Widya Sari, Bau Intan, Wd.

Najwa Izati Wanianse, Suim Sak Kiar, Afdal Wahyudi, Rey Fonda

yang telah memberikan dukungan serta membantu dalam penyelesaian

skripsi ini.

11. Seluruh teman-teman khususnya Program Studi Keperawatan yang

telah memberikan bantuan dan motivasi kepada Penulis hingga

selesainya ini.

Demikian semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan

terutama kepada Penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Universitas Mandala

Waluya, amin.

Kendari, 27 September 2021

Penulis

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN...............................................................................ii

ABSTRAK............................................................................................................iii

ABSTRACT.........................................................................................................iv

KATA PENGANTAR.........................................................................................v

DAFTAR ISI........................................................................................................vii

DAFTAR TABEL................................................................................................ix

DAFTAR SINGKATAN.....................................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................7

C. Tujuan Penelitian.......................................................................................7

D. Manfaat Penelitian.....................................................................................8

E. Kebaruan Penelitian...................................................................................10

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori Tentang Remaja................................................................14

B. Tinjauan Teori Tentang Polah Asuh..........................................................21

C. Tinjauan Teori Tentang Pola Asuh Permisif.............................................24

D. Tinjaun Teori Tentang NAPZA.................................................................27

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Dasar Pikir.................................................................................................35

xi
B. Kerangka Konsep......................................................................................37

C. Variabel Penelitian....................................................................................37

D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif...............................................38

E. Hipotesis Penelitian...................................................................................39

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian.......................................................................40

B. Waktu dan Lokasi Penelitian.....................................................................40

C. Populasi dan Sampel Penelitian.................................................................41

D. Pengumpulan Data.....................................................................................43

E. Instrument Penelitian.................................................................................44

F. Teknik Pengolahan, Analisis, Dan Penyajian Data...................................44

G. Teknik Analisis Data.................................................................................45

H. Etika Penelitian..........................................................................................46

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penetian ...........................................................47

B. Hasil Penelitian..........................................................................................47

C. Pembahasan ..............................................................................................52

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan................................................................................................55

B. Saran .........................................................................................................55

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................57

LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kebaruan Penelitian............................................................................ 10

Tabel 2. Distribusi frekuensi responden menurut usia orang tua di

Kelurahan Kampung Salo Kota Kendari............................................ 48

Tabel 3. Distribusi frekuensi responden menurut jenis kelamin di

Kelurahan Kampung Salo Kota Kendari............................................ 48

Tabel 4. Distribusi pola asuh permisif responden dalam mengasuh anak di

Kelurahan Kampung Salo Kota Kendari............................................ 49

Tabel 5. Distribusi risiko penyalahgunaan NAPZA pada remaja di

Kelurahan Kampung Salo Kota Kendari............................................ 49

Tabel 6. Hubungan pola asuh orang tua dengan risiko penyalahgunaan

NAPZA pada remaja di Kelurahan Kampung Salo Kota Kendari..... 50

xiii
DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Healt Organtation

BNN : Badan Narkotika Nasional

NAPZA : Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif

SPP : Sistem Saraf Pusat

CASA : Center On Addiction and Subtance Abuse

LSD : Lysergic Acid Diethylamide

PCC : Paracetamol Cafein Carisoprodol

MDMA : Methylene Dioxy Methamphetamine

KEMENKES : Kementrian Kesehatan

KK : Kepala Keluarga

LAPAS : Lembaga Pemasyarakatan

UNODC : United Nations Office On Drugs And Crime

Polair : Polisi Air

SPSS : Statistica Packcage Sosial Science

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)

Lampiran 2. Kusioner Pola Asuh Permisif

Lampiran 3. Kusioner Penyalahgunaan NAPZA Pada Remaja

Lampiran 4. Master Tabel

Lampiran 5. Hasil Uji Statistik

Lampiran 6. Surat Izin Penelitian Dari Kampus Mandala Waluya

Lampiran 7. Surat Izin Penelitian Dari Kesbangpol Kota Kendari

Lampiran 8. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 9. Dokumentasi

Lampiran 10. Riwayat Hidup

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyalahgunaan NAPZA adalah suatu pola perilaku di mana seseorang

menggunakan obat-obatan golongan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat

adiktif yang tidak sesuai fungsinya. Penyalahgunaan NAPZA umumnya terjadi

karena adanya rasa ingin tahu yang tinggi, yang kemudian menjadi kebiasaan.

Selain itu, penyalahgunaan NAPZA pada diri seseorang juga bias dipicu oleh

masalah dalam hidupnya atau berteman dengan pecandu NAPZA (Indra,

2018).

NAPZA secara umum merupakan zat-zat kimiawi yang apabila di

masukkan kedalam tubuh baik secara oral (diminum, dihisap, dan dihirup)

maupun disuntik dapat mempengaruhi pikiran, suasana hati, perasaan dan

perilaku seseorang. Hal ini dapat menimbulkan gangguan keadaan social yang

ditandai dengan indikasi negatif, waktu pemakaian yang panjang dan

pemakaian yang berlebihan (BNN, 2009).

NAPZA memang dapat menyerang kepada siapa saja, kapan saja dan

dimana saja NAPZA sebenarnya merupakan obat yang dibutuhkan dalam

pelayanan kesehatan manusia, namun permasalahan NAPZA di Indonesia

semakin komplek. Peredarannya bukan hanya berpusat di kota-kota besar saja,

tapi sudah merambah sampai kepelosok Desa. Penggunanya pun bukan dari

kalangan yang mampu saja, tapi sudah sampai kepada pelajar tingkat paling

bawah seperti remaja (Badan Narkotika Nasional, 2010)

1
Penyalahgunaan NAPZA adalah salah satu masalah pada remaja yang di

temukan meningkat setiap tahun. Remaja adalah usia yang rentang terhadap

obat-obatan. Ada sekitar 2 juta orang yang menggunakan NAPZA di Indonesia,

sebagian pengguna berusia 13-17 tahun dan 90% adalah laki-laki. Tetapi ada

juga yang sudah mulai menggunakan obat sejak usia 9 tahun. Penyalahgunaan

obat-obatan meciptakan beban besar pada masyarakat. Penting untuk

memahami pola perubahan penggunaan obat di seluruh dunia (Nova Noviyanti,

2020).

Dalam world Drug Report UNODC (United Nations Office On Drugs

And Crime) tahun 2020 tercatat sekitar 269 juta orang di dunia

menyalahgunakan NAPZA (penelitian tahun 2019). Jumlah tersebut 30% lebih

banyak dari tahun 2009 dengan jumlah pecandu NAPZA tercatat lebih dari 35

juta orang (the third booklet of the World Drug Report, 2020). UNODC juga

merilis adanya fenomena global dimana sampai dengan Desember 2019 telah

dilaporkan adanya penambahan temuan zat baru lebih dari 950 jenis (BNN,

2020).

Sementara itu perkembangan modus penyeludupan NAPZA tahun 2020

menurut analisa yang dilakukan BNN tidak terjadi banyak perubahan yang

signifikan. Penyeludupan melalui jalur laut juga masi menjadi primadona. Oleh

sebab itu BNN berupaya kuat membangun sinergitas khususnya di wilayah laut

dengan melakukan operasi laut interdiksi terpadu bersama instansi terkait

seperti Bea Cukai dan Polair pada bulan November lalu. Dari operasi gabungan

2
tersebut sejumlah 20 orang di amankan dan sejumlah barang bukti disita

diantaranya 85,5 kg sabu, 50.000 butir ekstasi, dan 30 gram ganja (BNN, 2020)

Berdasarkan hasil data yang di peroleh dari BNN Kota Kendari pada

tahun 2017-2019. Kasus penyalahguna NAPZA mengalami naik turun tiap

tahunnya. Data penyalahguna NAPZA secara keseluruhan di Kota Kendari

tahun 2017 berjumlah 143 orang, tahun 2018 berjumlah 80 orang dan tahun

2019 berjumlah 93 orang, dan dilakukan dari remaja hingga orang tua. Kasus

penyalahgunaan NAPZA yang di temukan antara lain ganja, shabu, PCC

Tramadol dan juga ada jenis baru yaitu medusa (tembakau gorila). Kelurahan

Kampung Salo Kota Kendari masuk dalam kategori bahaya (BNN Kota

Kendari 2020).

Masa remaja (adolescence) dimulai usia 10-24 tahun, masa ini adalah

masa transisi, yaitu peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, ditandai

dengan pertumbuhan yang cepat. Organ fisik mencapai taraf kematangan

sehingga mulai berfungsinya sistem reproduksi dengan sempurna. Remaja

ingin mengambil kesempatan mengembangkan diri, guna mencapai jati diri,

sehingga ia ingin bebas, tidak mau di tekan, cenderung egosentris. Hal ini

sering menimbulkan konflik dengan orang tua. Mereka bersifat revolusioner,

banyak memberontak, progresif, sehingga sangat perlu bimbingan orangtua

untuk mengarahkan pembentukan kepribadian yang baik (Yuniarti, 2015).

Remaja sering kali menunjukan sikap gelisah, bertentangan, berkhayal,

mengikuti berbagai aktivitas berkelompok dan adanya keinginan untuk

mencoba segala sesuatu, dan mencoba segala sesuatu seperti cenderung ingin

3
bertualang, menjelajahi segala sesuatu, dan mencoba segala sesuatu yang

belum pernah mereka coba. Oleh sebab itu remaja perlu di bimbing agar rasa

ingin tahunya dapat di arahkan ke hal yang positif, jika tidak di khawatirkan

akan terjerumus ke hal negatif seperti minum-minuman keras, perilaku seks

pranikah yang yang berakibat kehamilan dan penyalahgunaan obat-obatan

(NAPZA) (Ali &Asrori, 2012).

Penyalahgunaan NAPZA umumnya terjadi di kalangan remaja karena

faktor keluarga dan lingkungan. Keluarga adalah unit terkecil di masyarakat.

Salah satu faktor keluarga termaksud pengaruh orang tua pada anak-anak

mereka pada umumnya, dimana anak-anak yang menyalahgunakan NAPZA

tidak bahagia, tidak memiliki perhatian dan bila hubungan kurang harmonis

dengan keluarga mereka. Penyalahgunaan NAPZA sebagai ancaman yang

cepat atau lambat bisa menghancurkan generasi muda. Oleh karena itu, peran

semua pihak diperlukan untuk mengatasi hal ini, pertama dan terutama adalah

peran keluarga. (Nova Noviyanti, 2020)

Harmoni keluarga, orang tua yang sibuk, orang tua yang permisif, ibadah

keluarga, ketaatan dan keterikatan orang tua. Salah satu peran utama orang tua

adalah mendidik dan membimbing anak-anak mereka saat penyalahgunaaan

obat terlarang tidak lagi orang asing, karena alasan ini diharapkan agar

partisipasi dan kontrol orang tua diperlukan dalam memantau aktivitas sehari-

hari anak-anak. Remaja yang memiliki dukungan keluarga yang tinggi juga

bisa memiliki perilaku yang baik dalam mencegah penggunaan NAPZA, dan

sebaliknya peran keluarga memiliki resiko 2,2 kali lebih besar untuk pengguna

4
NAPZA terutama jika mereka memiliki keluarga yang kurang terlibat dalam

pencegahan penyalahgunaan NAPZA (Nova Noviyanti, 2020)

Semua remaja memiliki risiko untuk menyalahgunakan obat-obatan.

Namun ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan peningkatan

penggunaan NAPZA di kalangan remaja salah satunya adalah pola asuh orang

tua. Berdasarkan hasil penelitian Asmoro dan Melaniani (2016), remaja yang

sebagian besar menggunakan NAPZA memiliki orang tua permisif (82,6%).

Pola asuh permisif merupakan pola asuh dimana orang tua memberikan

kebebasan penuh kepada anak. Ciri dari pola asuh permisif yaitu, orang tua

bersikap longgar, tidak terlalu memberi bimbingan dan control, perhatian

kurang dan kendali anak sepenuhnya terdapat pada anak itu sendiri. Pola asuh

permisif cenderung memberi kebebasan terhadap anak untuk berbuat apa saja

ternyata sangat tidak kondusif bagi pembentukan karakter anak. (Fathi, 2011).

Penerapan pola asuh permisif dapat memnyebabkan anak usia remaja tidak

mempunyai kontrol diri yang baik atau bertindak sesuka hati dan merasa bukan

bagian yang penting untuk orang tuanya (Habibi, 2015).

Hasil penelitian Azmiardi, Taufik dan Abrori (2015), perilaku merokok

memiliki risiko 41 kali lebih tinggi untuk menggunakan NAPZA dibandingkan

dengan yang tidak merokok dan perilaku remaja yang mengunjungi tempat

hiburan malam memiliki risiko 58 kali lebih tinggi untuk menggunaan NAPZA

dibandingkan dengan tidak mengunjungi tempat hiburan malam. Peneliti yang

tergabung di Departmen of psychiatry, di University of Pittsburgh School of

Medicine, mengatakan anak-anakyang kurang tidur memasuki usia remaja

5
lebih cepat dari seharusnya dan mempunyai risiko 20% lebih tinggi untuk

mengkomsumsi rokok, NAPZA, dan minuman alkohol dari pada anak yang

memiliki tidur yang cukup dan berkualitas setiap harinya (Rohmitriasih, 2016).

Menurut poltekkes Defkes Jakarta 1 (2012), sikap keluarga yang permisif

seperti serba boleh, tidak pernah melarang, selalu menuruti kemauan anak,

selalu memanjakan anak, akan membuat anak ketergantungan dan sulit

menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial diluar keluarga. Keluarga yang

memberikan kebebasan namun kurang disertai adanya batasan dalam

berperilaku untuk menunda pemuasan (Soetjiningsih, 2010).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan penulis di Kelurahan

Kampung Salo Kota Kendari, terdapat 626 KK. Jumlah laki-laki sebanyak

1.144 orang dan jumlah permpuan sebanyak 1.188 orang. Sedangkan KK yang

memiliki anak remaja terdapat 413 KK. Terdapat beberapa pernyataan yang di

kemukakan beliau ia mengatakan bahwa di Kelurahan Kampung Salo sudah

ada yang namanya Kampung bersinar yang artinya (bebas NAPZA/Narkoba).

Tetapi dalam hal ini adanya pola asuh yang kurang baik (permisif) yang di

terapkan dari orang tua yaitu memberikan kebebasan penuh terhadap anak

tanpa adanya pengawasan sehingga anak cenderung melakukan apa saja yang

mereka inginkan termaksud dalam pergaulan yang tidak sehat maka remaja

cenderung akan ikut serta dalam penyalahgunaan NAPZA. Terdapat 14 remaja

yang menggunakan NAPZA pernah masuk di PBM. Beliau juga mengatakan 1

orang pernah sampai melakukan perawatan di Barokah Instalasi Rawat Inap

(Kota Makassar) untuk di rehabilitasi. Dia melakukan perawatan selama 3

6
bulan, selama di sana dia di karantina dan mengikuti beberapa kegiatan

keagamaan, dll dan alhamndulillah dia di nyatakan bersih dan terbebas dari

narkoba. Tetapi setelah Dia kembali ke sini (Kendari) dia kembali lagi

terjerumus menggunakan obat-obatan terlarang (NAPZA). Dalam hal ini tidak

adanya dukungan dari keluarga yang di mana orang tua itu sendiri, mereka

terlalu sibuk akan dunia mereka sendiri tanpa memperhatikan dan bahkan tidak

memperdulikan akan anak mereka. Saya sangat kecewa akan hal tersebut (ujar

Pak LurahKelurahan Kampung Salo Kota Kendari).

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik melakukan

penelitian tentang “Hubungan Pola Asuh Permisif Dengan Risiko

Penyalahgunaan NAPZA Pada Remaja Di Kelurahan Kampung Salo Kota

Kendari”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat ditarik rumusan masalah

dalam penelitian ini :

Apakah ada hubungan pola asuh permisif dengan risiko penyalahgunaan

NAPZA pada remaja di Kelurahan Kampung Salo Kota Kendari ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah ada hubungan pola asuh permisif dengan

risiko penyalahgunaan napza pada remaja di Kelurahan Kampung Salo

Kota Kendari.

7
2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui hubungan pola asuh permisif dengan risiko

penyalahgunaan NAPZA pada remaja di Kelurahan Kampung Salo Kota

Kendari.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini di harapkan dapat memperkaya serta memperluas

khasanah ilmu mengenai hubungan pola asuh permisif dengan risiko

penyalahgunaan NAPZA pada remaja di Kelurahan Kampung Salo Kota

Kendari

b. Sebagai pijakan dan referensi pada penelitian-penelitian selanjutnya yang

berhubungan dengan pola asuh permisif terhadap risiko penyalahgunaan

NAPZA pada remaja

c. Sebagai penambah wawasan sekaligus pengalaman berharga bagi peneliti

dalam rangka penerapan ilmu yang di peroleh untuk dapat di aplikasikan

di masyarakat

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat berguna bagi peneliti untuk mendapatkan

pengalaman dalam hal meneliti sehingga akan terpacu untuk

meningkatkan potensi diri sehubungan dengan kecenderungan

penyalahgunaan NAPZA

8
b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pustaka atau

informasi tambahan bagi peneliti-peneliti selanjutnya untuk dapat

mengkaji masalah yang relevan dengan penelitian ini

c. Bagi Institusi Pendidikan Universitas Mandala Waluya Kendari

Bagi akademik untuk pengembangan ilmu pengetahuan, sebagai

bahan pustaka di lingkungan Universitas Mandala Waluya Kendari yang

menjadi bahan bacaan ilmiah sebagai referensi bagi yang membutuhkan.

9
E. Kebaruan Penelitian

Penelitian ini tentang “Hubungan Pola Asuh Permisif Dengan Risiko Penyalahgunaan NAPZA Pada Remaja di Kelurahan

Kampung Salo Kota Kendari”. Adapun penelitian yang terlkait dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

No Nama Peneliti Judul Penelitian Desain Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
1. Lina Madyastuti Hubungan Pola Asuh Penelitian ini menggunakan Pola asuh orang tua, Hasil perhitungan didapatkan nilai
R, Nurhani, dan Orang Tua Dengan design cross sectional. Metode kejadian penyalah spearman ranktest antara pola asuh
Yuanita Syaiful Kejadian Penyalahgunaan sampling menggunakan Total gunaan narkoba pada orang tua dengan kejadian
(2019 NAPZA Pada Remaja Di sampling, dengan jumlah sampel remaja penyalahgunaan narkoba remaja
Klinik Pratama BNN sebanyak 12 orang. Variabel
Gresik independen adalah pola asuh
orang tua. Variabel dependen
adalah kejadian penyalahgunaan
narkoba pada remaja.
2. Faridah, Ery Hubungan Pola Asuh Penelitian ini merupakan Pola asuh orang tua, Penelitian ini bertujuan untuk
Rosi Atakari Orang Tua Dengan penelitian observasional penggunaan mengetahui hubungan pola asuh
(2018) Penggunaan Narkotika, dengan pendekatan cross sectinal narkotika, orang tua
Psikotropika Dan Zat psikotropika dan zat dengan penggunaan NAPZA pada
Adiktif Lainnya (NAPZA) adiktif lainnya remaja
Pada Remaja (napza) pada remaja

10
3. Khamimatuz Pola Keluarga Remaja Metode pengambilan data Remaja berisiko Hasil menunjukkan bahwasecara umum
Zulfa dan Eny Berisiko yang dipakai dalam penelitian penyalahgunaan pola keluarga harmonis memiliki risiko
Purwandari Penyalahgunaan ini adalah menggunakan NAPZA penyalahgunaan NAPZA pada remaja.
(2016) NAPZA kuesioner tertutup, kuesioner
terbuka dan wawancara.
4. Muhamad Pengaruh Pola Asuh Penelitian yang digunakan Pola asuh orang tua, Hasil ini dapat dilihat dari uji Regresi
Sodikin (2016) Orang Tua Terhadap adalah penelitian kualitatif, penyalahgunaan Linier Sederhana dengan nilai
Penyalahgunaan proses peneitian bersifat narkoba pada remaja signifikansi. Karna nilai signifikan lebih
Narkoba Pada Remaja deduktif, domana untuk kecil dari alpha maka terdapat pengaruh
Di Lapas Kelas II A menjawab rumusan masalah antara pola asuh orang tua (X) terhadap
Narkotika Cipinang, di gunakan konsep atau teori narkoba (Y).
Jakarta Timur sehingga dapat di rumuskan
melalui hipotesis, selanjutnya
hipotesis diuji melalui
pengumpulan data lapangan.
5. Walimsyah Resiko Penyalahgunaan Dengan menggunakan Resiko Hasil penelitian ini menunjukan
Sitorus, M.Pd, NAPZA Pada Remaja metode kualitatif penelitian Penyalahgunaan bahwa terdapat hubungan antara tingkat
Putri Luthfiyah Ditinjau Dari ini berangkat dari data, NAPZA Pada religiusitas terhadap perilaku
Zahra Perkembangan Peran memanfaatkan teori yang ada Remaja, penyalahgunaan narkoba
Sosial, Gender, Moral sebagai bahan penjelas dan Perkembangan Peran
Dan Religi berakhir dengan sebuah teori. Sosial, Gender,
Moral Dan Religi

11
6. Rizky Adinda Hubungan Tingkat Penelitian ini merupakan Tingkat Pengetahuan Hasil penelitian menunjukan Pengetahuan
Ridwan (2019) Pengetahuan Dan penelitian analitik dengan Dan Sikap, Tindakan siswa tentang Pencegahan
Sikap Siswa Dengan menggunaka desain Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA baik (94,6%)
Tindakan penelitian Penyalahgunaan
Pencegahan cross sectional NAPZA
Penyalahgunaan
NAPZA Di SMA
Negri 1 Aek Kuasan
7. Sonia Meili Hubungan Pola Asuh Penelitian ini menggunakan Pola Asuh Keluarga, Hasil penelitian ini menemukan
Kamalin, Siti Keluarga Dengan desain penelitian deskriptif Resiko Penggunaan bahwa secara bersamaan, pola asuh,
Rahmalia Hairani Resiko Penggunaan korelasi dengan pendekatan Narkotika Pada disiplin dan motivasi memiliki hubungan
Damanik, Narkotika Pada cross sectional Remaja linier dengan kesehatan mental remaja
Yufitriana Amir Remaja
(2019)
8. Alya Nurmaya Penyalahgunaan Penelitian ini menggunakan Penyalahgunaan Hasil penelitian menunjukkan bahwa (i)
(2016) NAPZA Di pendekatan kualitatif, jenis NAPZA Pada Faktor penyebab penyalahgunaan
Kalangan Remaja penelitian studi kasus Remaja NAPZA pada subyek pertama yaitu faktor
(Studi Kasus Pada 2 dengan teknik pengumpulan individu (kepribadian) dan faktor
Siswa Di MAN 2 data melalui wawancara, lingkungan pergaulan (teman sebaya).
Kota Bima) observasi dan dokumentasi Sedangkan faktor penyebab
penyalahgunaan NAPZA pada subyek
kedua yaitu faktor keluarga (broken
home) dan faktor lingkungan

12
tempat tinggal

9. Ikawati dan Sri Layanan sosial: Pola Jenis penelitian adalah Pola Asuh Orang responden. Sasaran objek penelitian
Wahyuni Asuh Orangtua penelitian komparasi dengan Tua, Pencegahan adalah layanan sosial berkaitan dengan
Dalam Pencegahan lokasi Daerah Istimewa penyalahgunaan pola asuh orangtua demokratis, pola asuh
Penyalahgunaan Yogyakarta Narkoba Pada otoriter, dan pola asuh permisif, baik pada
Narkoba Pada Remaja kelompok remaja pengguna narkoba
Remaja maupun kelompok remaja bukan
pengguna narkoba
10. Laode saltar, Kajian Upaya Penelitian studi kasus Upaya Pencegahan Penelitian bertujuan untuk mengetahui
Sari Ari Lestari, Pencegahan digunakan untuk mengkaji Penyalahgunaan upaya pencegahan penyalahgunaan Napza
Dkk (2020) Penyalahgunaan permasalahan dengan NAPZA, melalui peningkatan kontrol
NAPZA Melalui pendekatan kualitatif, melalui Peningkatan sosial masyarakat di Kelurahan Kampung
Peningkatan Diskusi Kelompok Terarah Kontrol Sosial Salo Kota Kendar
Kontrol Sosial (focus group Masyarakat
Masyarakat Di discussion/FGD)
Kelurahan Kampung
Salo

13
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Tentang Remaja

1. Pengertian Remaja

Menurut WHO remaja di definisikan sebagai masa peralihan dari

masa anak-anak ke masa dewasa. Sedangkan batasan usia remaja menurut

WHO adalah 10-19 tahun, namun jika pada usia remaja telah menikah

maka tergolong dalam remaja. Sedangkan dalam ilmu psikologi, rentan

usia remaja di bagi menjadi tiga yaitu : remaja awal (10-14 tahun), remaja

pertengahan (15-17 tahun) dan remaja akhir (18-19 tahun) (WHO, 2018).

Terdapat keragaman dalam menetapkan batasan dan ukuran tentang

kapan mulainya dan berakhirnya masa remaja. Oleh karena itu, tidaklah

mengherankan kalau Harold Alberty (1957), dalam (Ahmad & Mubiar,

2011) menyatakan bahwa periode masa remaja itu kiranya dapat di

definisikan secara umum sebagai suatu periode perkembangan yang

dijalani seseorang yang terbentang semenjak berakhirnya masa kanak-

kanaknya sampai datangnya awal masa dewasanya.

2. Karakteristik Perkembangan

a. Perkembangan Kognitif (Intelektual)

Pratinjau dari perkembangan kognitif menurut Piaget, masa

remaja sudah mencapai tahap operasi formal (operasi = kegiatan-

kegiatan mental tentang berbagai gagasan). Remaja, secara mental telah

dapat berfikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak. Dengan kata

14
lain berfikir operasi formal lebih bersifat hipotesis dan abstrak, serta

sistematis dan ilmiah dalam memecahkan masalah dari pada berfikir

kongkret.

b. Perkembangan Emosi

Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu

perkembangan emosi yang lebih tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama

organ-organ seksual mempengaruhi berkembangnya emosi atau

perasaan-perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami

sebelumnya, seperti perasaan cinta, rindu, dan keinginan untuk

berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Pada usia, remaja awal

perkembangan emosinya menunjukan sifat yang sensitif dan reaktif

yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial,

emosinya bersifat negatif dan tempramental (mudah tersinggung/marah,

atau mudah sedih/murung) sedangkan remaja akhir sudah mampu

mengendalikan emosinya.

Mencapai kematangan emosional merupakan tugas perkembangan

yang sangat sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi

oleh kondisi sosio-emsional lingkungannya, teutama lingkungan

keluarga dan kelompok teman sebaya. Apabila lingkungan tersebut

cukup kondusif, dalam arti kondisinya diwarnai oleh hubungan yang

harmonis, saling mempercayai, saling menghargai, dan penuh tanggung

jawab, maka remaja cenderung dapat mencapai kematangan

emosionalnya. Sebaliknya, apabila kurang dipersiapkan untuk

15
memahami peran-perannya dan kurang mendapatkan perhatian dan

kasih sayang dari orang tua atau pengakuan teman sabaya, mereka

cenderung akan mengalami kecemasan, perasaan tertekan atau ketidak

nyamanan emosional.

Dalam menghadapi ketidak nyamanan emosional tersebut, tidak

sedikit remaja yang mereaksinya secara depensif, sebagai upaya untuk

melindungi kelemahan dirinya. Reaksinya itu tampil dalam tingkah laku

malasuai (maladjusment), seperti 1) agersif: melawan keras kepala,

bertengkar, berkelahi dan senang mengganggu; dan 2) melarikan diri

dari kenyataan: melamun, pendiam, senang menyendiri, dan meminum

minuman keras atau obat-obat terlarang.

Remaja yang dalam proses perkembangannya berada dalam yang

kondusif, cenderung akan memperoleh perkembangan emosinya secara

matang (terutama pada masa remaja akhir). Kematangan emosi ini

ditandai oleh: (1) emosi; cinta kasih, simpati, altruis (senang menolong

orang lain), dan ramah; (2) mengendalikan emosi: tidak mudah

tersinggung, tidak agresif, bersikap oftimis dan tidak pesimis (putus

asa), dan dapat menghadapi situasi frustasi secara wajar (Dahlan, 2016).

c. Perkembangan Sosial

Pada masa remaja berkembang “Social cognition”, yaitu

kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain

sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat

nilai-nilai maupun perasaanya. Pemahamannya ini, mendorong remaja

16
untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan mereka

(terutama teman sebaya), baik melalui jalinan persahabatan maupun

percintaan (pacaran).

Dalam hubungan persahabatan, remaja memilih teman yang

memiliki psikologis yang relatif sama dengan dirinya, baik menyangkut

interest, sikap, nilai, dan kepribadian.

Pada masa ini juga, berkembang sikap “comformity”, yaitu

kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai,

kebiasaan, kegemaran (hobby) atau keinginan orang lain (teman

sebaya). Perekembangan sikap komformitas pada remaja dapat

memberikan dampak yang positif maupun dampak negatif.

Apabila kelompok teman sebaya yang diikuti atau di imitasinya

itu menampilkan sikap dan perilaku yang secara moral atau agama

dapat dipertanggung jawabkan, seperti kelompok remaja yang taat

beribadah, memiliki budi pekerti yang luhur, rajin belajar dan aktif

dalam kegiatan-kegiatan sosial, maka kemungkinan besar remaja

tersebut akan menampilkan pribadinya yang baik. Sebaliknya, apabila

kelompoknya itu menampilkan sikap dan perilaku malasuai atau

melecehkan nilai-nilai moral maka sangat memunginkan remaja akan

menampilkan perilaku seperti kelompoknya tersebut. Contohnya, tidak

sedikit remaja (terutama di kota-kota besar) yang menjadi pengidap

narkotika, ekstasi, sabu-sabu, minuman keras dan bahkan Free Sex,

17
karena mereka bergaul dengan kelompok sebaya yang sudah biasa

melakukan hal-hal tersebut.

Remaja di tuntut untuk memiliki kemampuan penyusuaian sosial,

baik dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat. Karakteristik

penyesuaian sosial remaja di tiga lingkungan tersebut adalah sebagai

berikut.

1. Di Lingkungan Keluarga

a) Menjalin hubungan yang baik dengan para anggota keluarga

(orang tua dan saudara).

b) Menerima otoritas orang tua (mau menaati peraturan yang

ditetapkan orang tua).

c) Menerima tanggung jawab dan batasan-batasan (norma) keluarga.

d) Berusaha untuk membantu anggota keluarga, sebagai individu

maupun kelompok dalam mencapai tujuannya.

2. Di Lingkungan Sekolah

a) Bersikap respek dan mau menerima peraturan sekolah

b) Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah.

c) Menjalin persahabatan dengan teman-teman disekolah.

d) Bersikap hormat terhadap guru, pemimpin sekolah dan staf

lainnya.

e) Membantu sekolah dalam merealisasikan tujuan-tujuannya.

3. Di Lingkungan Masyarakat.

a) Mengakui dan respek terhadap hak-hak orang lain

18
b) Memelihara jalinan persahabatan dengan orang lain

c) Bersikap simpati dan altruis terhadap kesejahteraan orang lain.

d) Bersikap respek terhadap nilai-nilai, hukum, tradisi dan

kebijakan-kebijakan masyarakat (Alexander A. Scheneiders,

1964: 452-460, dalam Syamsu Yusuf LN, 2015).

d. Perkembangan Moral

Pada masa ini muncul dorongan-dorongan untuk melakukan

perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Remaja

berperilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi

psikologis (rasa puas dengan adanya penerimaan dan penilaian positif

dari orang lain tentang perbuatannya).

Keragaman tingkat moral remaja disebabkan oleh faktor

penentunya yang beragam juga. Salah satu faktor penentu atau yang

mempengaruhi perkembangan moral remaja itu adalah orang tua.

Menurut Adam dan Gullotta (183: 172-173) terdapat beberapa hasil

penelitian yang menunjukkan bahwa orang tua mempengaruhi moral

remaja, yaitu sebagai berikut.

1. Terdapa hubungan yang signifikan antara tingkat moral remaja

dengan tingkat moral orang tua (Langer & Kohiberg, 2016)

2. Ibu-ibu remaja yang tidak nakal mempunyai skor yang lebih tinggi

dalam tahapan nalar moralnya dari pada ibu-ibu yang anaknya nakal;

dan remaja yang tidak nakal mempunyai skor yang lebih tinggi

19
dalam kemampuan nalar moralnya dari pada remaja yang nakal

(Hudgins & Prentice, 2013).

3. Terdapat dua faktor yang dapat meningkatkan perkembangan moral

anak atau remaja, yaitu (a) orang tua yang mendorong anak untuk

berdiskusi secara demokratis dan terbuka mengenai isu, dan (b)

orang tua yang menerapkan disiplin terhadap anak dengan teknik

berfikir induktif (Parikh, 2015).

e. Perekembangan Kepribadian

Kepribadian merupakan sistem yang dinamis dari sifat, sikap, dan

kebiasaan yang menghasilkan tingkat konsistensi respons individu yang

beragam (Pikunas, 2001). Sifat-sifat kepribadian mencerminkan

perkembangan fisik, seksual, emosional, sosial, kognitif, dan nilai-nilai.

Masa remaja merupakan saat berkembang identity (jati diri).

Perkembangan “identity” merupakan isu sentral pada masa remaja

yang meberikan dasar bagi masa dewasa. Dapat juga dikatakan sebagai

aspek sentral bagi kepribadian yang sehat yang merefleksikan

kesadaran diri, kemampuan mengidentifikasi orang lain dan

mempelajari tujuan-tujuan agar dapat berpartisipasi dalam

kebudayaannya.

Menurut James Marcia & Waterman (Anita E. Woolfolk, 2015)

identitas diri itu merujuk kepada “pengorganisasian atau pengaturan

dorongan-dorongan, kemampuan-kemampuan dan keyakinan-

keyakinan ke dalam citra diri secara konsisten yang meliputi

20
kemampuan memilih dan mengambil keputusan baik menyangkut

pekerjaan, orientasi seksual, dan filsafat hidup.

B. Tinjauan Teori Tentang Pola Asuh

1. Pengertian Pola Asuh

Pola asuh orang tua merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi

dengan anak-anaknya. Sikap orang tua memberikan aturan-aturan, hadiah

maupun hukuman, cara orang tua memberikan perhatian serta tanggapan

terhadap anak (Habibi, 2015).

Cara orang tua bertindak sebagai suatu aktivitas kompleks yang

melibatkan banyak perilaku spesifik secara individu atau bersama-sama

sebagai serangkaian usaha aktif untuk mengarahkan anaknya (Madyawati,

2017)

Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak

termasuk caranya menerepkan aturan, mengajarkan nilai/norma,

memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan

perilaku yang baik, sehingga dijadikan contoh/panutan bagi anaknya

(Habibi, 2015).

2. Macam-Macam Pola Asuh

a. Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter ini orang tua mengharapkan kepatuhan dari anak

dan melarang anak mempertanyakan peraturan keluarga. Orang tua

memberikan sedikit dukungan dan kontrol yang tinggi terhadap anak.

Peraturan dan standar yang ditetapkan sebelumnya oleh orang tua

21
dipaksa secara ketat dan keras, orang tua berharap anaknya menerima

keyakinan dan nilai keluarga serta menuntut penghormatan atas

keyakinan itu (Kyle & Carman, 2012).

b. Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis ini orang tua menunjukkan sedikit

penghargaan terhadap opini anak. Meskipun orang tua masih memiliki

wewenang akhir dan berharap anak untuk mematuhi peraturan, orang

tua otoratif mengizinkan anaknya menjadi berbeda dan meyakini bahwa

setiap anak bersifat unik. Mereka memperlihatkan kehangatan dan

menjalankan peraturan dan standar keluarga secara konsisten, adil dan

tegas tanpa menekankan hukuman. Jenis menjadi orang tua ini

berhubungan dengan peningkatan kemandirian, kebahagiaan dan

kepecayaan diri serta menjadi individu yang bertanggung jawab secara

sosial (Kyle & Carman, 2012).

c. Pola Asuh Permisif

Pola asuh permisif atau taissez-faire (tidak membatasi) ini orang

tua memiliki sedikit kontrol atas perilaku anak-anak mereka, peraturan

mungkin tidak konsisten, tidak jelas atau tidak ada. Orang tua permisif

mengizinkan anak-anak mereka Keadaan masyarakat dimana keluarga

itu hidup. Menentukan standar dan peraturan untuk diri mereka sendiri,

orang tua dapat bersikap hangat, dingin atau tidak terlibat. Terdapat

lebih banyak efek negatif dari pada efek positif, efek negatif

mencangkup anak-anak menjadi impulsif, kurang bahagia, kinerja

22
sekolah buruk, kurang bertanggung jawab serta kurang kemandirian

(Kyle & Carman, 2012).

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh

Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua adalah sebagai

berikut :

a. Pengalaman masa lalu, perlakuan orang tua terhadap anak-anaknya

mencerminkan perlakuan mereka terima waktu kecil dulu. Bila

perlakuan yang mereka terima keras dan kejam, maka pelakuan terhadap

anak-anaknya juga keras sepeti itu.

b. Kepribadian orang tua, kepribadian orang tua dapat mempengaruhi cara

pengasuhannya, orang tua yang berkepribadian tertutup cendrung

memperlakukan anaknya dengan ketat dan otoriter.

c. Nilai-nilai yang dianut orang tua, ada sebagian orang tua yang menganut

faham aqualitarian yaitu kedudukan anak sama dengan kedudukan orang

tua. Contohnya : orang tua yang mengutamakan segi intelektual dalam

kehidupan mereka, atau segi rohani dan lain-lain. Hal ini tentunya akan

berpengaruh pula dalam usaha mendidik anak-anaknya. (Indragiri,

2017).

C. Tinjauan Teori Tentang Pola Asuh Permisif

1. Pengertian

Pola asuh permisif atau taissez-faire (tidak membatasi) adalah pola

asuh yang memiliki sedikit kontrol atas perilaki anak-anak mereka.

Peraturan atau standar mungkin tidak konsisten, tidak jelas atau tidak ada.

23
Orang tua permisif mengizinkan anak-anak mereka menentukan standar

dan peraturan diri mereka sendiri untuk perilaku, disiplin dapat longgar,

orang tua dapat bersikap hangat, dingin atau tidak ada. Terdapat lebih

banyak efek negatif dari pada efek positif terkait dengan gaya menjadi

orang tua ini. Efek negatif mencangkup anak-anak menjadi impulsif,

kurang bahagia, kinerja sekolah buruk dan kurang tanggung jawab serta

kemandirian (Kyle & Carman, 2012).

Pola asuh permisif adalah pola asuh yang orang tuanya berusaha

berperilaku menerima dan bersikap positif terhadap impuls (dorongan

emosi), keinginan-keinginan dan perilaku anaknya, hanya sedikit

menggunakan hukuman, berkonsultasi pada anak, membiarkan anak untuk

mengatur aktivitasnya sendiri dan tidak mengontrol (Widyarini, 2009)

Pola asuh permisif adalah pola asuh yang memperlihatkan bahwa

orang tua cendrung menghindari konflik dengan anak, sehingga orang tua

banyak bersikap membiarkan apa saja yang dilakukan anaknya (Habibi,

2015)

Orang tua dengan pola asuh permisif memberikan kebebasan kepada

anak untuk menyatakan dorongan/keinginannya dan memiliki sikap

acceptance tinggi namun kontrolnya rendah (Yusuf, 2014).

Profil perilaku anak yang terbentuk dari pola asuh permisif antara

lain: bersikap impulsif dan agresif, suka memberontak, kurang memiliki

rasa percaya diri dan pengendalian diri, suka mendominasi, tidak jelas arah

hidupnya, prestasinya rendah (Yusuf, 2014).

24
2. Tipe-Tipe Pola Asuh Permisif

a. Pola Asuh Permisif Indifferent (Tidak Peduli)

Orang tua dengan tipe pola asuh ini akan melakukan apapun yang

dibutuhkan untuk meminimalisir waktu dan energi yang diperlukan

untuk berinteraksi dengan anaknya, mereka kurang menunjukkan sikap

menerima terhadap anak, tidak peduli pada apa yang telah, sedang atau

yang akan di lakukan anaknya. Mereka bahkan hanya mengetahui

sedikit sekali mengenai perihal anaknya, mereka juga jarang

berkomunikasi dengan anaknya. Kasarnya, orang tua dengan tipe ini

menelantarkan anaknya sendiri, mereka tidak membesarkan anak-anak

mereka dengan melihat hal-hal yang baik bagi perkembangan anaknya,

tetapi lebih bersifat “ parent-centred” dimana mereka membangun

kehidupan rumah mereka untuk memenuhi kebutuhan mereka saja.

Dengan pola asuh ini anak mendapatkan kebebasan sebanyak mungkin

dari orang tua tanpa ada batasan untuk berperilaku sesuai dengan

keinginannya sendiri, orang tua tidak pernah memberi aturan atau

pengarahan pada anaknya, semua keputusa di serahkan kepada anak

tanpa ada pertimbangan dari orang tua, anak tidak tahu apakah

perilakunya benar atau salah karena orang tua tidak pernah

membenarkan atau menyalahkan anak (Indragiri, 2017)

b. Pola Asuh Permisif Indulgent (Memanjakan)

Orang tua dengan tipe pola asuh ini menunjukkan rasa sayang dan

penerimaannya terhadap anak namun amat pasif dalam masalah

25
disiplin. Mereka memberikan tuntutan rendah terhadap perilaku

anaknya, sehingga mereka memiliki tingkat kebebasan yang tinggi

untuk melakukan tindakan yang di inginkannya. Orang tua dengan tipe

seperti ini biasanya percaya bahwa kontrol terhadap anak hanya akan

membatasi kebebasan dan kreativitas anak dan akan mengganggu

perkembangan anak yang semestinya. Dengan kata lain, orang tua

tidak pernah menuntut tanggung jawab anak dan bahkan mungkin

tidak pernah menghukum anak saat anak berbuat salah. Orang tua

dengan pola asuh seperti ini tidak secara aktif membentuk perilaku

anaknya (Indragiri, 2017)

3. Ciri-ciri Pola Asuh Permisif

a. Orang tua memberikan kebebasan kepada anak seluas mungkin

b. Tidak pernah ada peraturan dari orang tua

c. Anak tidak pernah dihukum

d. Tidak ada ganjaran dan pujian karena perilaku dari si anak

e. Anak tidak dituntut untuk belajar bertanggung jawab

f. Anak diberi hak yang sama dengan orang dewasa, dan diberi kebebasan

yang sama seluas-luasnya untuk mengatur diri sendiri

g. Orang tidak banyak mengatur dan mengontrol, sehingga anak tidak

diberi kesempatan untuk mengatur diri sendiri dan kewenangan untuk

mengontrol dirinya sendiri

h. Orang tua kurang peduli pada anak.

26
4. Dampak Pola Asuh Permisif

Dampak pola asuh permissive terhadap perkembangan anak adalah :

a. Mudah terjerat dalam pergaulan yang salah

b. Tidak matang dan tidak bertanggung jawab.

c. Kurang percaya diri

d. Agresif, tidak menurut, dan impulsif

e. Perkembangan anak jadi tidak matang, emosi mudah berubah, dan

kurang bertanggung jawab

f. Kurang motivasi untuk berprestasi

g. Pemberontak

h. Manja dan ingin mendominasi

(Indragiri, 2017)

D. Tinjauan Teori Tentang NAPZA

1. Pengertian NAPZA

NAPZA adalah singkatan dari Narkotika, psikotropika dan bahan

adiktif lainnya, meliputi zat alami atau sintesis yang bila dikomsumsi

menimbulkan perubahan fungsi, fisik dan psikis, serta menimbulkan

ketergantungan (BNN, 2009).

NAPZA adalah zat yang memengaruhi struktur atau fungsi beberapa

bagian tubuh orang yang mengkomsumsinya. Manfaat ataupun risiko

penggunaan NAPZA bergantung pada seberapa banyak, seberapa sering,

cara menggunakannya dan bersamaan dengan obat atau NAPZA lain yang

dikomsumsi (Kemenkes RI, 2010)

27
2. Jenis-Jenis NAPZA

a. Narkoba

Narkotika adalah suatu zat atau obat yang berasal dari tanaman atau

bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintesis. Zat tersebut

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, menghilangkan rasa,

mengurangi hingga menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan

ketergantungan (adiktif) (UU No. 35 tahun 2009).

Berdasarkan Golongan Narkotika dibagi menjadi 3, yaitu:

1) Narkotika Golongan I

Narkotika hanya digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai

potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contohnya:

ganja, heroin/putauw, kokain, opium.

2) Narkotika Golongan II

Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai

pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan atau tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi

mengakibatkan ketergantungan. Contoh: morfina, pentanin, petidin.

3) Narkotika Golongan III

Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan

dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.

(Contohnya: kodein, metadon, naltrexon) ( BNN,2015).

28
b. Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis

bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh pada

susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas

mental dan perilaku. Psikotropika menurut Undang-Undang Nomor 5

tahun 2009 meliputi ekstasi, sabu-sabu, obat penenang/obat tidur, obat

anti depresan dan anti psikosis. Zat psikotropika yang sering di salah

gunakan.

Berdasarkan Golongan Psikotropika dibagi menjadi 4, yaitu:

1) Golongan I

Adalah psikotropika yang hanya digunakan untuk tujuan ilmu

pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai

potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.

Contohnya: ekstasi, LSD (Lysergic Acid Diethylamide) dan Sabu.

2) Golongan II

Adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat

digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.

Contohnya: amfetamin, metilfedinat atau ritalin.

3) Golongan III

Adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak

digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

29
mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.

Contohnya: lumibal, buprenorsina, pentobarbital, flunitrazepam.

4) Golongan IV

Adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas

digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.

Contohnya: diazepam, bromazepam, fenobarbita, klonazepan,

klordiazepoksid, nitrasepam (Pil KM, koplo, rohipnol, mogadon,

dumoid, dan lain-lain).

c. Zat Adiktif lainya

Golongan adiktif lainnya adalah zat-zat selain Narkotika dan

Psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan. Contohnya:

rokok, kelompok alkohol dan minuman lain yang menimbulkan

ketagihan dan thinner dan zat-zat lain, seperti lem kayu, penghapus cair,

aseton, cat, bensin, yang bila dihisap, dihirup, dan di cium, dapat

memabukan. Jadi alkohol, rokok, serta zat-zat lain yang memabukkan

dan menimbulkan ketagihan juga tergolong NAPZA.

3. Faktor Risiko Penyalahgunaan NAPZA

Menurut Soetjiningsih (2010), faktor risiko yang menyebabkan

penyalahgunaan NAPZA antara lain faktor genetik, lingkungan keluarga,

pergaulan (teman sebaya), dan karakteristik individu.

30
a. Faktor Genetik

Risiko factor genetik didukung oleh hasil penelitian bahwa remaja

dari orang tua kandung alkoholik mempunyai risiko 3-4 kali sebagai

peminum alkohol dibandingkan remaja dari orang tua angkat alkoholik.

b. Lingkungan Keluarga

Pola asuh dalam keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap

penyalahgunaan NAPZA. Pola asuh orang tua yang demokratis dan

terbuka mempunyai risiko penyalahgunaan NAPZA lebih rendah

dibandingkan dengan pola asuh orang tua dengan disiplin yang ketat.

Fakta berbicara bahwa tidak semua keluarga mampu menciptakan

kebahagiaan bagi semua anggotanya. Banyak keluarga yang mengalami

problem-problem tertentu. Salah satunya ketidakharmonisan hubungan

keluarga. Banyak keluarga berantakan yang ditandai oleh relasi orang

tua yang tidak harmonis dan matinya komunikasi antara mereka.

c. Pergaulan (Teman Sebaya)

Di dalam mekanisme terjadinya penyalahgunaan NAPZA, teman

kelompok sebaya (per group) mempunyai pengaruh yang dapat

mendorong atau mencetuskan penyalahgunaan NAPZA pada diri

seseorag. Menurut Hawari (2010) perkenalan pertama dengan NAPZA

justru datanganya dari teman kelompok. Pengaruh teman kelompok ini

dapat menciptakan keterikatan dan kebersamaan, sehingga yang

bersangkutan sukar melepaskan diri. Pengaruh teman kelompok ini tidak

31
hanya pada saat perkenalan pertama dengan NAPZA, dan yang

menyebabkan kekambuhan (relapse).

Bila hubungan orang tua dan anak tidak baik, maka anak akan

terlepas ikatan psikologisnya dengan orang tua dan anak akan mudah

jatuh dalam pengaruh teman kelompok. Berbagai cara teman kelompok

ini mempengaruhi si anak, misalnya dengan cara membujuk, ditawari

bahkan sampai dijebak dan seterusnya sehingga anak turut

menyalahgunakan NAPZA dan sukar melepaskan diri dari teman

kelompoknya.

d. Karakteristik Individu

1) Umur

Berdasarkan penelitian, kebanyakan penyalahguna NAPZA

adalah mereka yang termasuk kelompok remaja. Pada umur ini

secara kejiwaan masih sangat labil, mudah terpengaruh oleh

lingkungan, dan sedang mencari identitas diri serta senang memasuki

kehidipan kelompok.

2) Pendidikan

Menurut Friedman (2005) belum ada hasil penelitian yang

menyatakan apakah pendidikan mempunyai risiko penyalahgunaan

NAPZA. Akan tetapi, pendidikan ada kaitannya dengan cara berfikir,

kepemimpinan, pola asuh, komunikasi, serta pengambilan keputusan

dalam keluarga.

32
4. Dalam Upaya Pencegahan NAPZA

Dalam upaya pencegahan NAPZA dan peredaran gelap NAPZA,

orang tua mengarahkan remaja untuk menghindarkan dari lingkungan yang

tidak baik, dan proses dalam diri remaja untuk mandiri dan menetukan jati

dirinya (Sulaeman, 2013). Menurut Subagio Partodiharjo (2006), strategi

pemberantasan NAPZA melalui lingkungan keluarga yaitu, menanamkan

pemahaman hidup sehat usia dini, pemahaman akan adanya racun di

sekelilingi, tanggap akan lingkungan, dan bekerja sama dengan lingkungan

rumah, serta hubungan intrapersonal yang baik. Setiap tahun korban

penyalahgunaan NAPZA terus bertambah seiring dengan perkembangan

kehidupan di dunia ini menjadi permasalahan utama. Kerja keras Badan

Narkotika Nasional (BNN)

Kepolisian untuk mewujudkan Indonesia bersih dari NAPZA selalu

disambut oleh para pelaku kejahatan (sindikat) NAPZA yang tidak pernah

takut dan jerah melakukan perdagangan di Indonesia.

Untuk itu masyarakat dan bangsa ini harus lebih paham dan sadar,

khususnya para orang tua dapat melakukan pencegahan penyalahgunaan

NAPZA di rumah secara efektif yaitu: Menciptakan keadaan rumah bersih

dan sehat, menciptakan hubungan antar anggotanya yang serasih dan

harmonis, menciptakan keluarga yang penuh dengan perhatian, cinta dan

kasih saying, menciptakan komunikasi terbuka antara orang tua dan anak,

mengasuh, memberikan pendidikan yang baik demi masa depan anak,

menjadi panutan (teladan) anak, orang tua harus senantiasa mengajarkan

33
hal-hal yang baik. Perilaku orang tua sering menjadi inspirasi anak,

menyusun peraturan keluarga yang disepakati bersama untuk malakukan

pencegahan penyalahgunaan NAPZA di lingkungan keluarga, mengawasi

dan memantau anak dan teman-temannya, dimana mereka berada,

melakukan apa di sana, dengan siapa saja mereka melakukan kegiatan dan

siapa yang bertanggung jawab, dan sebagainya, mengikuti perkumpulan

orang tua untuk saling tukar menukar informasi sehingga terjadi hal-hal

yang tidak dikehendaki mudah untuk mengatasi atau melakukan pencegahan

sebelum terjadi sesuatu yang tidak di inginkan (BNN, 2012)

34
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pikir

Penyalahgunaan NAPZA adalah kondisi yang dapat dikatakan sebagai

suatu gangguan jiwa, sehingga pengguna/penderita tidak lagi mampu

memfungsikan diri secara wajar dalam masyarakat bahkan akan mengarah

pada prilaku maladaptif (kecemasan/ketakutan berlebihan). NAPZA sendiri

adalah singkatan dari narkotika alkohol Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.

Zat yang dapat memberikan efek samping negatif bagi penggunaya jika di

konsumsi, dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,

menghilangkan rasa, mengurangi hingga menghilangkan rasa nyeri, dan dapat

menimbulkan ketergantungan jika di gunakan secara terus-menerus. Jumlah

Penyalahgunaan NAPZA dari tahun ke tahun semakin meningkat.

Peningkatan ini juga berdampak dengan meningkatnya jumlah penghuni

lembaga pemasyarakatan (lapas) di Indonesia. Hal ini tentu cukup

meresahkan, Jumlah penyalahgunaan NAPZA harus ditekan sebagai usaha

untuk meningkatkan status kesehatan masyrakat.

Setiap orang tua pasti menginginkan anakanya memiliki kepribadian

yang baik, sikap mental yang sehat serta ahlak yang terpuji. Orang tua sebagai

pembentuk pribadi yang baik, dan harus menjadi contoh teladan yang baik

bagi anak-anaknya. Pola asuh adalah cara yang di gunakan orang tua dalam

mencoba berbagai upaya untuk memberikan dukungan kepada anaknya hingga

mencapai tujuan yang di inginkan. Tujuan tersebut antara lain pengetahuan,

35
nilai moral, sikap dan perilaku yang harus di miliki anak hingga mereka

dewasa kelak.

Salah satu penyebab penyalahgunaan narkoba adalah lingkungan.

Kondisi lingkungan masyarakat yang tidak sehat atau rawan, dapat menjadi

penyebab terganggunya perkembangan jiwa kearah perilaku yang

menyimpang yang pada akhirnya terlibat penyalahgunan atau ketergantungan

narkoba. Peranan lingkungan sangat menentukan pertumbuhan dan

perkembangan jiwa pribadi seseorang. Bila masyarakat di lingkungan itu solid

berkepribadian santun ramah dan komunikatif, maka pada umumnya anak-

anak itupun kelihatan baik-baik, pintar dan cerdas tidak mudah terpengaruh

dengan perbuatan tercela begitupun sebaliknya.

Kepribadian seseorang merupakan salah satu bagian dari penyebab

terjadinya penyalahgunaan NAPZA. Individu yang mencoba-coba

menggunakan NAPZA serta efek-efek bahaya lainnya yang ditimbulkan oleh

NAPZA. Hal tersebut di atas sesuai dengan pendapat Gunarsa (2008) bahwa

pada usia remaja terjadi perubahan biologis, Psikologi maupun social yang

dapat mendorong seseorang untuk menyalahgunakan NAPZA.

36
B. Kerangka Konsep

Pola Asuh Orang Tua : Risiko Penyalahgunaan

Pola Asuh Permisif NAPZA Pada Remaja

Keterangan :

: Variabel Terikat ( Dependen)

: Variabel Bebas (Independen)

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu atribut, sifat atau nilai dari seserang,

objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (MA, Negari,

2018). Dalam penelitian ini akan diteliti dua variabel.

1. Variabel Bebas (Independent)

Variabel terdiri dari :

Variabel independent merupakan variabel yang nilainya menentukan

variabel lain. Dengan kata lain variabel independent adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya

variabel dependent( terikat ) (Sugiyono, 2017). Pola asuh permisif

2. Variabel Terikat (Dependent)

Variabel dependent merupakan variabel yang nilainya ditentukan

oleh variabel lain. Dengan kata lain variabel dependent adalah variabel

yang dipengaruhi atau menjadi akibat dari adanya variabel bebas

37
(Sugiyono, 2017). Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat yaitu

risiko penyalahgunaan NAPZA

D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Pola Asuh Permisif

a. Definisi Operasional

Orang tua dengan pola asuh permisif memberikan kebebasan

kepada anak untuk menyatakan dorongan/keinginannya dan memiliki

sikap acceptance tinggi namun kontrolnya rendah. Pola Asuh Permisif

diukur dengan menggunakan kuisioner serta kriteria penilaiannya

didasarkan atas jumlah pertanyaan yaitu 15 yang diberi skor atau bobot

dan penilaiannya menggunakan skala Guttman. Jika menjawab Ya

diberi nilai 0 dan menjawab Tidak di beri nilai 1.

b. Kriteria Objektif :

Permisif : Jika skor jawaban responden ≥50 %

Tidak Permisif : Jika skor jawaban responden <50 %

(Gelora Oktolia Sigiro, 2016)

2. Risiko Penyalahgunaan NAPZA

a. Definisi Operasiona

Resiko penyalahgunaan NAPZA yang di maksud dalam penelitian

ini adalah seberapa besar responden tersebut terpapar/memperluas

untuk meneliti NAPZA. Risiko Penyalahgunaan NAPZA diukur dengan

menggunakan kuisioner serta kriteria penilaiannya didasarkan atas

jumlah pertanyaan yaitu 1 yang diberi skor atau bobot dan penilaiannya

38
menggunakan skala Guttman. Jika menjawab Ya diberi nilai 1 dan

menjawab Tidak di beri nilai 0.

b. Kriteria Objektif :

Beresiko : Jika respon menggunakan NAPZA (rokok, alkohol,

dan lain-lain)

Tidak Berisiko : Jika respon tidak menggunakan NAPZA (rokok,

alkohol, dan lain-lain)

(Anas Sudijono, 2011 (dalam Nur Rahmi 2020)

E. Hipotesis Penelitian

1. Pola Asuh Permisif

Ho : Tidak ada hubungan antara pola asuh permisif dengan risiko

penyalahgunaan NAPZA pada remaja.

Ha : Adanya hubungan antara pola asuh permisif dengan riaiko

penyalahgunaan NAPZA pada remaja

39
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan

pendekatan cross sectional study, dimana jenis pendekatan penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel dimana variabel

independent dan variabel dependen diidentifikasi pada satu satuan waktu

(Dwiyanti, 2018).

Adapun gambar desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu sebagai berikut :

Populasi
(Sampel)

Faktor resiko Faktor resiko

(+) (-)

Efek (+) Efek (-) Efek (+) Efek (-)

Gambar 1. Bagan Desain Penelitian Cross Sectional Study

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 5-20 Juli 2021

2. Tempat

Penelitian ini telah dilaksanankan di Kelurahan Kampung Salo Kota

Kendari.

40
C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di

tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh orang tua yang memiliki anak remaja yang berada di Kelurahan

Kampung Salo Kota Kendari yang berjumlah 413 KK.

2. Sampel

Adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2017).

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Slovin

(Notoadmodjo, 2012).

N
n=
1+ N (d )2

Keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = Ketetapan relative yang ditetapkan peneliti (di tetapkan 10%).

Jadi sampel dalam penelitian ini :

N = 413

d = 0.1

Maka, hasil perhitungan didapatkan :

41
N
n = ------------------
1 + 413 (0,1)2
413
n = -----------------
1 + 4.13

413
n = -----------------
5.13

n = 80.5 (dibulatkan menjadi 81)

Jadi jumlah sampel yang harus diambil dalam penelitian ini adalah

sebanyak 81 orang.

3. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Random Sampling. Random Sampling adalah pengambilan anggota

sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan

strata atau status sosial dari segi manapun.

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi

oleh setiap anggota populasi yang diambil sebagai sampel

Notoatmodjo, 2012 dalam (Rise Dyah Pawestri, 2019).

1) Bersedia menjadi responden

2) Orang tua yang memiliki anak remaja

3) Orang tua yang rentang usia 26-45 tahun

4) Mengisi kuesioner secara lengkap

42
b. Kriteria Eksklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang tidak dapat

diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012 dalam (Rise Dyah

Pawestri, 2019).

D. Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil

wawancara dan observasi langsung dari responden dengan

menggunakan instrument penelitian (kuesioner) yang telah tersedia

mengenai pola asuh permisif dan penyalahgunaan NAPZA pada

remaja.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data mengenai jumlah penyalahgunaan

NAPZA yang diperoleh melalui instansi penelitian yang telah tersedia

sebelumnya yaitu di BNN Kota Kendari.

c. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan

pemberian kuesioner kepada sampel yang terpilih dan menunggu

sampai selesai responden memberikan jawabannya. Kuesioner yang

digunakan Kuesioner dalam penelitian ini merupakan pernyataan dan

memerlukan jawaban. Pada kuisioner pola asuh permisif dan

penyalahgunaan NAPZA di dapati jawaban ya, tidak.

43
E. Instrument Penelitian

Instrument yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner.

Kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner yang

berisikan pertanyaan tentang variabel yang di teliti, yang meliputi pola asuh

permisif yang di adaptasi dari penelitian (Gelora Oktolia Sigiro, 2016). Dan

penyalahgunaan NAPZA pada remaja yang di adaptasi dari penelitian (Anas

Sudijono, (dalam Nurahmi, 2020). Kuisioner ini sudah dinyatakan sebagai

standar baku sehingga tidak dilakukan uji validitas dan realibilitas.

F. Teknik Pengolahan, Analisis, dan Penyajian Data

1. Pengolahan Data

a. Koding

Pertama-tama memberi kode pada kuesioner. Pengisian

berdasarkan pelaksanaan setiap indicator yang diamati pada responden

tersebut.

b. Editing

Editing dilakukan untuk meneliti setiap item penilaian. Editing

meliputi kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian dan konsistensi

dari setiap pelaksanaan indikator yang diteliti dilakukan di lapangan.

c. Tabulasi Data

Tabulasi data merupakan kelanjutan dari teknik koding pada

proses pengolahan dalam hal ini setiap data tersebut dikoding

kemudian ditabulasi agar lebih mempermudah penyajian data dalam

bentuk distribusi frekuensi.

44
G. Teknik Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.

Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan

presentase dari tiap variabel (Sugiyono, 2012 dalam (Rika, 2016), yaitu

hubungan pola asuh permisif dengan risiko penyalahgunaan NAPZA pada

remaja.

2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan dua variabel atau

lebih. Analisa bivariat berfungsi untuk mengetahui hubungan antara

variabel. Dua variabel tersebut di adu misalnya dengan mencari hubungan

variabel X1 dengan X2 , dengan menggunakan rumus Chi-square dengan

bantuan program SPSS 16.

X2 =∑ (fo-fh)
fh

Keterangan :

X2 = chi kuadrat

Fo = frekuensi yang diobservasi

Fh = frekuensi yang diharapkan

Setelah dihitung nilai X2 hitung dibandingkan dengan X2 tabel pada

taraf signifikan 10% (α = 0.1) dengan tingkat kepercayaan 90%

pengambilan keputusan dilakukan sebagai berikut :

45
1) Jika X2 hitung > X2 tabel maka Ho ditolak Ha diterima yang bararti ada

hubungan antara variabel independen.

2) Jika X2 hitung < X2 tabel maka Ho diterima Ha ditolak yang berarti tidak

ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen.

H. Etika Penelitian

Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak subjek. Dalam

penelitian ini, memperhatikan etika penelitian sebagai berikut:

1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan

diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan

manfaat penelitian, bila subjek menolak maka peneliti tidak akan memaksa

dan tetap menghormati hak-hak subjek.

2. Anonimity (Tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan

nama responden tetapi lembar tersebut diberi kode.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Menjelaskan masalah-masalah responden yang harus dirahasiakan

dalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasaan oleh peneliti, hanya data tertentu yang akan dilaporkan pada

hasil riset.

46
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penetian

1. Profil Kelurahan Kampung Salo Kota Kendari

Kelurahan Kampung Salo adalah salah satu kantor kelurahan di kota

Kendari tempatnya berada di Jl. Nangka No. 14 Kecamatan Kendari Kota

Kendari Sulawesi Tenggara dengan luas wilayah 200.00 m2

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Gunung Jati

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Kendari Caddi

c. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Mangga Dua

d. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Kandai

B. Hasil Penelitian

Analisi hasil penelitian ini dibagi atas data-data umum dan analisis

variabel penelitian. Analisis data umum sifatnya mendeskripsikan

karakteristik responden, sedangkan analisis variabel mendeskripsikan variabel

penelitian dengan mengunakan tehnik kuantitatif.

1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin setiap

karakteristik responden dibuat dalam bentuk tabel dengan tahap

pembuatan tabel sebagai berikut :

47
a. Usia Responden

Distribusi frekuensi menurut usia orang tua di Kelurahan

Kampung Salo Kota Kendari tahun 2021 dapat terlihat pada tabel 2

berikut :

Tabel 2.  Distribusi frekuensi responden menurut usia orang tua


di Kelurahan Kampung Salo Kota Kendari
No Kelompok Usia n %
1 26-35 Tahun 32 39.5
2 36-45 Tahun 49 60.5
Jumlah 81 100 %
Sumber : Data Primer, 2021

Tabel 2 menunjukan bahwa dari 81 responden, terdapat 32

responden (39.5%) kelompok usia 26-35 tahun, 49 responden (60.5%)

kelompok usia 36-45 tahun.

b. Jenis Kelamin

Distribusi frekuensi menurut jenis kelamin di Kelurahan

Kampung Salo Kota Kendari tahun 2021 dapat terlihat pada tabel 3

berikut :

Tabel 3. Distribusi frekuensi responden menurut jenis kelamin di


Kelurahan Kampung Salo Kota Kendari
No Jenis Kelamin n %
1 Laki-laki 27 33.3
2 Perempuan 54 66.7
Jumlah 81 100 %
Sumber : Data Primer, 2021

Tabel 3 menunjukan bahwa 81 responden, terdapat 27

responden (33.3%) berjenis kelamin laki-laki, 54 responden (66.7%)

berjenis kelamin perempuan.

48
2. Analisa Univariat

Analisis univariat dilakuan untuk mengetahuai distribusi frekuensi

variabel penelitian, baik pada variabel dependen maupun pada variabel

independen. Adapun hasil analisis univariat dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

a. Pola Asuh Permisif

Gambaran tingkat pola asuh permisif responden dalam

mengasuh anak di Kelurahan Kampung Salo Kota Kendari.

Tabel 4. Distribusi pola asuh permisif responden dalam mengasuh


anak di Kelurahan Kampung Salo Kota Kendari
No Pola Asuh n %
1 Permisif 54 61.7
2 Tidak Permisif 31 38.3
Jumlah 81 100 %
Sumber : Data Primer, 2021

Tabel 4 menunjukan bahwa dari 81 responden, terdapat 54

responden (61.7%) yang memiliki pola asuh permisif dan 31

responden (38.3%) yang memiliki pola asuh tidak permisif.

b. Penyalahgunaan NAPZA

Gambaran tingkat pola asuh permisif responden dalam

mengasuh anak di Kelurahan Kampung Salo Kota Kendari.

Tabel 5. Distribusi pola asuh permisif responden dalam mengasuh


anak di Kelurahan Kampung Salo Kota Kendari
No Penyalahgunaan n %
NAPZA
1 Beresiko 47 58.0
2 Tidak Berisiko 34 42.0
Jumlah 81 100 %
Sumber : Data Primer, 2021

49
Tabel 5 menunjukan bahwa dari 81 responden, terdapat 47

responden (58.0%) yang memiliki resiko menyalahgunaan NAPZA

dan 34 responden (42.0%) yang tidak berisiko menyalahgunakan

NAPZA.

3. Analisa Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara masing-

masing variabel independen dan variabel dependen. Analisis bivariat

dilakukan dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat

kepercayaan (Confident interval) sebesar 90%. Adapun hasil analisis

bivariat dari tiap variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Hubungan pola asuh permisif dengan risiko penyalahgunaan NAPZA

pada remaja di Kelurahan Kampung Salo Kota Kendari

Hubungan antara pola asuh permisif dengan risiko

penyalahgunaan NAPZA pada remaja diketahui dengan melakukan uji

chi-square. Hasil uji statistik dapat dilihat pada tabel 6 berkut.

Tabel 6. Hubungan pola asuh permisif dengan risiko


penyalahgunaan NAPZA pada remaja di Kelurahan
Kampung Salo Kota Kendari
Penyalahgunaan NAPZA
Pola Berisiko Tidak Total
Asuh Berisiko
n % n % N %
Permisif 40 49.4% 10 13.3% 50 61.7% X² Hit = 25.903
Tidak 7 8.6% 24 29.6% 31 38.3% X² tab = 2.705
Permisif V = 0.566
Jumlah 47 58.0% 34 42.0% 81 100 %
Sumber : Data Primer, 2021

50
Tabel 6 menunjukan bahwa dari 81 responden terdapat 50 responden

(61.7%) yang memiliki pola asuh permisif, dan 31 responden (38.3%)

memiliki pola asuh tidak permisif. Dari 50 responden (61.7%) yang

memiliki pola asuh permisif, terdapat 40 responden (49.4%) berisiko

menggunakan NAPZA dan 10 responden (13.3%) tidak berisiko

menyalahgunakan NAPZA. Selanjutnya dari 31 responden (38.3%) yang

memiliki pola asuh tidak permisif, terdapat 7 responden (8.6%) yang

berisiko menyalahgunakan NAPZA dan 24 responden (29.6%) yang tidak

berisiko menyalahgunakan NAPZA.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji chi-square diperoleh hasil

nilai X² hitung lebih besar daripada X² tabel yaitu 25.903 > 2.705 dengan

nilai p value (0.566) > 0.1, maka H0 di tolak Ha diterima yang berarti

terdapat hubungan antara pola asuh permisif dengan risiko

penyalahgunaan NAPZA pada remaja di Kelurahan Kampung Salo Kota

Kendari.

Dari hasil uji koefisien phi dengan hasil yang diperoleh adalah 0.566

yang berari ada hubungan antara pola asuh permisif dengan risiko

penyalahgunaan NAPZA pada remaja di Kelurahan Kampung Salo Kota

Kendari.

51
C. Pembahasan

1. Hubungan pola asuh permisif dengan risiko penyalahgunaan NAPZA

pada remaja di Kelurahan Kampung Salo Kota Kendari

Pola asuh orang tua adalah bentuk dasar interaksi orang tua dengan

anaknya dalam rangka memenuhi kebutuhan anak, memberi perlindungan

dan mengadakan pendidikan dasar bagi anak-anaknya. Lingkungan

keluarga merupakan lingkungan yang sangat pentig bagi perkembangan

kepribadian anak. Lingkungan keluarga, anak mempelajari cara-cara

paling dasar yang sangat penting artinya bagi anak di kemudian hari dalam

berhubungan dengan orang lain. Proses sosialisasi anak di mulai dari

keluarga, sehingga pada masa ini terbentuklah dalam dirinya pola-pola

sosial, kebiasaan tertentu, oleh karena itu lingkungan keluarga dituntut

lebih bertanggung jawab dalam pendidikan anaknya, apa bila salah dalam

penerapan maka akan merugikan anak yang akan menghambat dalam

mencapai kemandirian dari pribadinya.

Berdasarkan hasil penelitian Asmoro dan Melaniani (2016), remaja

ysng sebagian besar menggunakan NAPZA memiliki orang tua yang

permisif (82.6%). Orang tua yang menerapkan pola asuh permisif

mempunyai ciri-ciri antara lain : orangtua cenderung selalu memberikan

kebebasan pada anak atau tanpa memberikan kontrol sama sekali, anak

dituntut atau sedikit sekali untuk sesuatu tanggung jawab, tetapi

mempunyai hak yang sama seperti orang dewasa, anak diberi kebebasan

untuk mengatur dirinya sendiri dan orangtua tidak banyak mengatur

52
anaknya. Selain itu tumbuh di linkungan keluarga yang memiliki

kebiasaan mengkomsumsi alkohol dan memakai obat-obatan terlarang

dapat menyebabkan para remaja berpikir bahwa mengunakan NAPZA

merupakan hal yang biasa saja dan berada di lingkungan keluarga yang

terbiasa mengkomsumsi zat tertentu untuk menyembuhkan rasa sakit atau

penyakit dapat menyebabkan remaja melakukan hal yang sama (Teylita,

2016).

Hasil penelitian ini menunjukan distribusi karakteristik orang tua yang

dominan adalah berjenis kelamin perempuan atau mayoritas adalah ibu

(66.7%) dengan usia rata-rata 36-45 tahun (60.5%). Menurut Azwar

(2006) umur merupakan salah satu faktor yang menentukan kemaatangan

seseog dalam berpikir, bertindak, maupun belajar. Kematangan dalam

berpikir seseorang dapat mempegaruhi baik pengetahuan, sikap, maupun

praktek seseorang. Tahap kehidupan seseorang yang dapat memberikan

pengalaman yang tidak mudah dilupakan. Peran orang tua dan keluarga

dapat dilakukan dengan cara meningkatkan perilaku-perilaku positif yang

di ajarkan pada anak, meningkatkan komunikasi antar keluarga dengan

mengobrol bersama, meminimalkan konflik dalam keluarga terutama

konflik yang terjadi pada orang tua, dan melakukan control pada anak

dengan cara menghubungi ketika anak diluar atau bermain, mengenal dan

mengetahui yang dilakukan di luar rumah terutama dengan teman-

temannya karena pergaulan dengan teman juga berpengaruh terhadap

perilaku berisiko penyalahgunaan NAPZA.

53
Hasil pola asuh permisif berhubungan dengan risiko penyalahgunaan

NAPZA pada remaja di mana terdapat responden yang memiliki pola

asuh permisif sebanyak 50 responden (61.7%) dan yang memiliki pola

asuh tidak permisif sebanyak 31 responden (38.3%). Hal ini didukung oleh

penelitian Kembaren (2013) dalam penelitiannya yang berdesain deskriptif

kualitatif menerangkan bahwa dari tiga orang informannya yang

merupakan pasien rehabilitasi di Recevery Center Yayasan Caritas PSE

diketahui memiliki pola asuh permisif, dimana persamaan antara ketiga

orang tua informan tersebut kurang memiliki ketegasan dalam membuat

keputusan yang berhubungan dengan penyalahgunaan dan cenderung

mempercayakan apapun kegiatan yang dilakukan oleh remaja.

Hasil mengenai hubungan pola asuh permisif dengan risiko

penyalahgunaan NAPZA pada remaja di Kelurahan Kampung Salo Kota

Kendari menunjukan bahwa ada hubungan antara pola asuh orang tua

dengan risiko penyalahgunaan NAPZA pada remaja di Kelurahan

Kampung Salo Kota Kendari, dengan hasil nilai X² hitung lebih besar dari

pada X² tabel yaitu 25.903 > 2.705 dengan nilai p-value (0.566) > 0.1.

Hasil pola asuh orang tua berhubungan dengan risiko

penyalahgunaan NAPZA hal ini di sebabkan sebagian besar orang tua

memiliki pola asuh permisif terhadap anak, sehingga anak cenderung

bebas melakukan apa saja yang mereka suka/inginkan.

54
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Kelurahan Kampung Salo

Kota Kendari dapat di simpulkan sebagai berikut :

Ada hubungan pola asuh permisif dengan risiko penyalahgunaan NAPZA pada

remaja di Kelurahan Kampung Salo Kota Kendari.

B. Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis memberikan saran

sebagai berikut :

a. Bagi Orang Tua

Diharapkan kepada orang tua dapat memahami remaja sesuai tingkat

kebutuhan pada remaja. Orang tua perlu memperhatikan pendapat dan

keluhan remaja, namun tetap berdasarkan aturan. Hal tersebut dapat dimulai

dengan membiasakan diri berkomunikasi dengan remaja serta meluangkan

waktu seperti mengajak anak mengobrol tentang kegiatan sekolah,

memberikan respon yang sesuai, serta bertukar pikiran tentang NAPZA.

b. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat berguna bagi peneliti untuk mendapatkan

pengalaman dalam hal meneliti sehingga akan terpacu untuk meningkatkan

potensi diri sehubungan dengan kecenderungan penyalahgunaan NAPZA

55
c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pustaka atau informasi

tambahan bagi peneliti-peneliti selanjutnaya untuk dapat mengkaji masalah

yang relevan dengan penelitian ini

d. Bagi Institusi Pendidikan Universitas Mandala Waluya Kendari

Bagi akademik untuk pengembangan ilmu pengetahuan, sebagai bahan

pustaka di lingkungan Universitas Mandala Waluya Kendari yang menjadi

bahan bacaan ilmiah sebagai referensi bagi yang membutuhkan.

56
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, N. (2015) Hubungan Pola Asuh Orang Tu a Dengan Konsep Diri Anak
Usia Sekolah. Jurnal Psikologi Forum UMM. 1: 222-225

Agency, Beranda dan Tridhonanto, Al.2014. Mengembangkan Pola Asuh


Demokratis. Jakarta: Gramedia

Sudijono Anas. 2011. Koping keluarga terhadap anggota keluarga yang


mengalami ketergantungan Narkoba di wilayah Kota Semarang. Jurnal
Pemberdaya Masyarakat,2(1)

Ahmad dan Mubiar, (2011). Dinamika perkembangan anak dan remaja (Tinjauan
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan). Bandung: Refika Aditama.

Ali, M., & Asrori, M. (2012). Psikologi remaja: perkembangan peserta didik. Ed.
8. Jakarta: Bumi Aksara.

Asmoro, D. O. S., & Melaniani, S. (2016). Pengaruh Lingkungan Keluarga


terhadap penyalahgunaan NAPZA pada Remaja. Diperoleh tanggal 7
Desember 2017 dari https://e-journal.unair.ac.id/JBK/artic le/view/5798

Azmiardi, A, Taufik, M., & Abrori. (2015). Perilaku berisiko yang mempengaruhi
tingkat risiko penggunaan narkotika pada siswa SMKN 1 Singkawang.
Diperoleh tanggal 7 Desember 2017 dari
http://repository.unmuhpnk.ac.id/2871/JURNAL%20AKHMAD
%20AZMIARDI.pdf

Badan Narkotika Nasional. (2010). Pelajar dan bahaya Narkoba. Jakarta

Badan Narkotika Nasional. (2010). Pelajar dan Bahaya Narkotika. Jakarta: BNN.

Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, (2011). Pencegahan


Penyalahgunaan Narkoba Bagi Remaja, Jakarta.

Badan Narkotika Nasional, 2011, Jurnal Data Pencegahan dan Pemberantasan


Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba BNN, Jakarta

BNN. 2012. Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba bagi Remaja. Jakarta: BNN

Badan Narkotika Nasional. 2012 UPT dan Rehabilitasi. Jakarta

57
BNN RI. (2018). World Drug Report 2018: Krisis Opioid, penyalahgunaan
Narkoba meningkat, kokain dan Opium Mencatatatkan Rekor Tertinggi
(UNODC). Jakarta

BNN RI. (2020). World Drug Report 2020: Krisis Opioid, penyalahgunaan
Narkoba meningkat, kokain dan Opium Mencatatatkan Rekor Tertinggi
(UNODC). Jakarta

BNN. "Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia". (Online)


https://bnn.go.id/.(diakses 24 Februari 2019).

Djamarah, Syaiful Bahri . 2014 . Pola Asuh Orangtua dan Komunikasi Dalam
Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.

DEPKES RI. (2014). Provil Kesehatan Indonesia : Masalah Gangguan Jiwa


Indonesia.

Dadang Hawari. (2006). Manajemen Stres Cemas Dan Depresi. Jakarta: Sagung
Seto.

Fathi. (2011). Mendidik anak dengan Al-Qur’an Sejak Janin. Jakarta : Coasis

Garnier, H. E. And Stein, J. A. (2002). An 18-year model of family and peer


effects on adolescent drug use and delinquency. Journal of youth and
Adolescence, 31(1), pp. 45-56. Doi: 10.1023/A:1014185016511.

Handoyo, Patri & Atmosukarto, Ingrid Irawati. (2016). 40 Tahun “Perang


Melawan

Habibi, M. M. (2015). Analisis Kebutuhan Anak Usia Dini (Buku Ajar S1 PAUD).
Yogyakarta : Deepublish.

Hikmah Mario.A. 2018. Faktor Yang Memungkinkan Penyalahgunaan Narkoba


Pada Siswa SMA Akreditasi A Se- Kota Makassar. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 1(3).

Indragiri. (2017). Indragiri Journal, [e-book], diakses pada tanggal 28 Oktober


2017, dari, <https://books.google.id/books?id>

Kyle. T & Carman. S. (2012). Buku Bahan Ajar Keperawatan Pediatri, ed. 2.
Jakarta : EGC

58
Lesari, S. (2014). Psikologi keluarga: penanaman nilai & penanganan konflik
dalam keluarga. Jakarta: Prenada Media Group

Marmi. (2014). Kesehatan Reproduksi Remaja. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:Pdendekatan Praktis.


Jakarta : Salemba Medika

Noviyanti, W. O. N. (2020). The Family Roles To Prevention Of Drug Abuse In


Adolescents.

Narkotika”: Pengelolaan Narkotika oleh Negara, Perang Bukan Solusi. JURNAL


PERADILAN INDONESIA. Jurnal Berkala MaPPI FHUIISSN 24602043
Volume5,Agustus2016Januari2017.
http://mappifhui.org/wpcontent/uploads/2017/03/Teropong-Volume-5-
Agustus2016-Januari-2017.pdf.Akses 12 Desember 2018

Oktalia Gelora. S. (2016). Gambaran Pola Asuh Orang Tua Dalam Upaya
Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA Di Desa Begading, Kabanjahe,
Sumatera Utara

perkembangan anak toddler (usia 1-3 tahun) di Kelurahan Bener Kecamatan


Wiradesa Kabupaten Pekalongan: STIKES Muhammadiyah Pekajangan
Pekalongan. Retrieved from http://docplayer.info/39291036-Hubungan-
antara-pola-asuh-orang-tua-dengan-perkembangan-anak-toddler-usia1-3-
tahun-di-kelurahan-bener-kecamatan-wiradesa-kabupatenpekalongan.html.
Diunduh tanggal 15 Februari 2018.

Pires, P. And Jenkinds, J. M. (2007). A growth curve analysis of the joint


influences of parenthing affect, child characteristics and deviant peers on
adolescent illicit drug use. Journal of youth and adolescence, 36(2),
pp.169-183. Doi: 10.1007/ s10964-006-9127-5.

PERDA-PROV-SULTRA-NO-7-TAHUN-2019-TENTANG-PAGN.fdf

Rohmitriasih. (23 September 2016). Anak yang kurang tidur berisiko jadi perokok
& konsumsi narkoba. Vemale. Diperoleh tanggal 24 November 2017 dari

59
http://www.vemale.com/keluarga/97883-anak-yang-kurang-tidur-berisiko-
jadi-perokok-konsumsi-narkoba.html

Razak, A., Sayuti, W. (2006). Remaja dan Bahaya Narkoba. Jakarta: Prenada
Media Group.

Ra’uf, M dkk. (2002). Dampak Penyalahgunaan Narkoba Terhadap Remaja dan

Kamtibmas. Jakarta: BP. Dharma Bhakti.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :


Penerbit Alfabeta

Utama Idra, 2018. Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan Napza Pada Remaja


Di Desa Air I`Tam Kecamatan Penukal Kabupaten Pali. Jurnal
Penanggulangan Bahaya Narkotika Era modern,305. (Online). Di akses
Pada tanggal 15 Mei 2020.

WHO. (2018) Care Of The Preterm And Low-birth-weight Newborn Word


Prematurity Day. Retrieved Januari 15, 2018, from
https://www.who.int/maternal_child_adolescent/newborns/prematurity/en.

Yuniarty, Sri. Asuhan Tumbuh Kembang Neonatus Bayi: Balita dan Anak
Prasekolah. Bandung : PT Refika Aditama.

 Buku :

Agustin, Mubiar dan Achmad Juntika Nurihsan. 2013. Dinamika Perkembangan


Anak Dan Remaja:Tinjauan Psikologi, Pendidikan dan Bimbingan.
Bandung: Refika Aditama Anas Sudijono, 2011

Dahlan, M. S. (2016). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:


Salemba Medika

60
LAMPIRAN
Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Usia :

Jenis kelamin :

Dengan ini menyatakan bersedia ikut berpartisipasi sebagai responden

dalam penelitian yang akan dilakukan oleh mahasiswi Program Studi S1

Keperawatan Universitas Mandala Waluya dengan judul “Hubungan Pola Asuh

permisif Dengan Risiko Penyalahgunaan NAPZA Pada Remaja Di

Kelurahan Kampung Salo Kota Kendari”.

Untuk itu saya menyatakan bersedia menjadi responden pada penelitian

inidengan suka rela tanpa adanya paksaan dan memeberikan jawaban yang

sebenar-benarnya. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sejujur-jujurnya

tanpa paksaan dari pihakmanapun.

Kendari, 5 Juli 2021

Responden
Lampiran 2 Kuisioner Pola Asuh Permisif

Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Risiko Penyalahgunaan Napza

Pada Remaja

Berilah tanda checklist(√) pada salah satu kolom jawaban yang sesuai dengan pola

asuh yang diberikan pada remaja

No Pola Asuh Permisif Ya Tidak


1. Saya membuat peraturan yang harus dipatuhi oleh remaja
2. Saya melarang remaja untuk bergaul dengan sembarang
teman
3. Saya membatasi pergaulan remaja dengan siapa dia
berteman dan siapa teman-teman dekatnya
4. Saya memberi sanksi bila anak pulang kerumah lewat jam
9 malam
5. Saya memberi hukuman pada remaja bila remaja ketahuan
merokok
6. Saya menjadikan remaja sebagai teman untuk berdiskusi
tentang dampak NAPZA bagi kesehatan
7. Saya berdiskusi dengan remaja cara menjauhkan diri dari
NAPZA
8. Saya menyediakan waktu untuk berbincang-bincang
dengan remaja
9. Saya berusaha untuk mendengarkan keluhan remaja
terkait dengan pergaulan di sekolah maupun di lingkungan
10. Saya memberi kebebasan bagi anak untuk bergaul dengan
teman sekolahnya
11. Saya memberi izin pada remaja untuk belajar di luar
rumah
12. Saya tidak marah bila remaja terlambat tiba di rumah.
13. Saya tidak marah bila remaja bergaul dengan remaja putus
sekolah
14. Saya memberi kebebasan pada remaja untuk menentukan
temannya sendiri.
15. Saya memberikan kebebasan pada remaja untuk
melakukan apa saja di luar rumah.

(Gelora Oktolia Sigiro, 2016)


Lampiran 3. Kusioner Risiko Penyalahgunaan NAPZA Pada Remaja

Penyalahgunaan NAPZA Pada Remaja

Petunjuk Pengisian :

1. Mohon dengan hormat bantuan dan kesediaan ibu untuk menjawab seluruh

pertanyaan yang telah disediakan

2. Berilah tanda cheek list (√) pada jawaban yang anda pilih

3. Jawaban yang anda berikan akan dijaga kerahasiaannya maka diharapkan

anda menjawab semua pertanyaan-pertanyaan di bawah ini sesuai

denganpendapat atau keyakinan Anda

Nama (Inisial) :

Pertanyaan :

1. Apakah anda menggunaka NAPZA ?

a. Berisiko (Ya) (Heroin, Kokain, Ganja, Amphetamin (sabu), Alkohol,

Rokok dan, lem)

b. Tidak berisiko (Tidak)

(Anas Sudijono, 2011 (dalam Nur Rahmi 2020)


Lampiran 4. Output master tabel Penelitian Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Risiko Penyalahgunaan Napza Pada Remaja Di
Kelurahan Kampung Salo Kota Kendari

Inisial Risiko Penyalahgunaan NAPZA


Pola Asuh Permisif
Usia
No JK
Orang Tua
Inisiaal Inisial 1 Pert K
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Tot % KRI K Tot % K
Anak Orang Tua 1 2 RI

1 An. A Ny. L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 9 60 P 1 1 0 1 100 B 1


2 An. N Ny. K 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 4 27 TP 2 0 0 1 100 B 1
3 An. C Tn. J 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 9 60 P 1 1 0 1 100 B 1
4 An. A Ny. W 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 9 60 P 1 1 0 1 100 B 1
5 An. Y Ny. E 2 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 4 27 TP 2 1 0 1 100 B 1
6 An. P Tn. R 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 9 60 P 1 1 0 1 100 B 1
7 An. S Tn. T 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 9 60 P 1 1 0 1 100 B 1
8 An. A Ny. A 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 4 27 TP 2 1 0 1 100 B 1
9 An. T Ny. S 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 9 60 P 1 1 0 1 100 B 1
10 An. R Ny. D 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 8 53 P 1 1 0 1 100 B 1
11 An. P Tn. F 2 2 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 4 27 TP 2 1 0 1 100 B 1
12 An. K Ny. G 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 9 60 P 1 1 0 1 100 B 1
13 An. B Ny. H 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 4 27 TP 2 1 0 1 100 B 1
14 An. C Tn. J 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 9 60 P 1 1 0 1 100 B 1
15 An. R Ny. K 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 20 TP 2 1 0 1 100 B 1
16 An. W Tn. L 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 9 60 P 1 1 0 1 100 B 1
17 An. E Ny. W 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 20 TP 2 1 0 1 100 B 1
18 An. J Tn. E 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 9 60 P 1 1 0 1 100 B 1
19 An. H Tn. R 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 8 53 P 1 1 0 1 100 B 1
20 An. S Ny. T 2 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 13 TP 2 0 0 0 0 TB 2
21 An. A Ny. Y 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 9 60 P 1 1 0 1 100 B 1
22 An. Y Ny. U 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 9 60 P 1 1 0 1 100 B 1
23 An. P Ny. I 2 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 4 27 TP 2 0 0 0 0 TB 2
24 An. y Ny. S 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 9 60 P 1 1 0 1 100 B 1
25 An. K Tn. A 2 2 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 13 TP 2 0 0 0 0 TB 2
26 An. F Ny. F 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 8 53 P 1 1 0 1 100 B 1
27 An. U Tn. K 2 2 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 4 27 TP 2 0 0 0 0 TB 2
28 An. B Ny. L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 9 60 P 1 1 0 1 100 B 1
29 An. H Tn. B 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 3 53 P 1 1 0 1 100 B 1
30 An. L Ny. M 2 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 20 TP 2 0 0 0 0 TB 2
31 An. Z Ny. N 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 9 60 P 1 1 0 1 100 B 1
32 An. J Ny. J 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 9 60 P 1 1 0 1 100 B 1
33 An. G Ny. A 2 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 20 TP 2 0 0 0 0 TB 2
34 An. G Tn. S 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 8 53 P 1 1 0 1 100 B 1
35 An. R Ny. G 2 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 4 27 TP 2 0 0 0 0 TB 2
36 An. D Ny. U 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 9 60 P 1 1 0 1 100 B 1
37 An. S Tn. H 2 2 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 4 27 TP 2 0 0 0 0 TB 2
38 An. K Ny. I 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 9 60 P 1 1 0 1 100 B 1
39 An. A Ny. L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 8 53 P 1 1 0 1 100 B 1
40 An. M Ny. A 2 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 20 TP 2 0 0 0 0 TB 2
41 An. N Tn. C 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 8 53 P 1 1 0 1 100 B 1
42 An. A Ny. M 2 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 13 TP 2 0 0 0 0 TB 2
43 An. S Ny. A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 8 53 P 1 1 0 1 100 B 1
44 An. D Ny. O 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 8 53 P 1 1 0 1 100 B 1
45 An. F Ny. L 2 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 4 27 TP 2 0 0 0 0 TB 2
46 An. G Tn. P 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 8 53 P 1 1 0 1 100 B 1
47 An. H Ny. P 2 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 20 TP 2 0 0 0 0 TB 2
48 An. H Ny.M 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 9 60 P 1 1 0 1 100 B 1
49 An. I Ny. D 2 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 20 TP 2 0 0 0 0 TB 2
50 An. J Tn. H 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 9 60 P 1 1 0 1 100 B 1

51 An. K Tn. K 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 9 60 P 1 1 0 1 100 B 1


52 An. K Ny. A 2 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 13 TP 2 0 0 0 0 TB 2
53 An. L Ny. S 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 9 60 P 1 1 0 1 100 B 1
54 An. Z Ny. B 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 9 60 P 1 1 0 1 100 B 1
55 An. C Ny. M 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 13 TP 2 0 0 0 0 TB 2
56 An. B Tn. N 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 9 60 P 1 1 0 1 100 B 1
57 An. N Ny. O 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 20 TP 2 0 0 0 0 TB 2
58 An. M Tn. P 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 9 60 P 1 1 0 1 100 B 1
59 An. W Tn. L 1 2 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 4 27 TP 2 0 0 0 0 TB 2
60 An. E Ny. P 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 9 60 P 1 1 0 1 100 B 1
61 An. R Ny. A 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 20 TP 2 0 0 0 0 TB 2
62 An. T Ny. R 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 8 53 P 1 1 0 1 100 B 1
63 An. Y Ny. E 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 8 53 P 1 1 0 1 100 B 1
64 An. U Tn. W 2 2 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 20 TP 2 0 0 0 0 TB 2
65 An. U Tn. W 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 9 60 P 1 1 0 1 100 B 1
66 An. I Ny. I 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 9 60 P 1 1 0 1 100 B 1
67 An. O Ny. U 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 13 TP 2 0 0 0 0 TB 2
68 An. P Tn. D 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 8 53 P 1 0 0 0 0 TB 2
69 An. L Ny. A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 9 60 P 1 0 0 0 0 TB 2
70 An. k Tn. S 1 2 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 13 TP 2 0 0 0 0 TB 2
71 An. J Ny. H 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 8 53 P 1 0 0 0 0 TB 2
72 An. H Ny. A 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 8 53 P 1 0 0 0 0 TB 2
73 An. D Ny. R 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 8 53 P 1 0 0 0 0 TB 2
74 An. S Ny. K 2 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 20 TP 2 0 0 0 0 TB 2
75 An. A Ny. G 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 8 53 P 1 0 0 0 0 TB 2
76 An. C Tn. P 2 2 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 4 27 TP 2 0 0 0 0 TB 2
77 An. F Ny. A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 9 60 P 1 0 0 0 0 TB 2
78 An. S Tn. K 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 8 53 P 1 0 0 0 0 TB 2

79 An. A Ny. W 2 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 13 TP 2 0 0 0 0 TB 2
80 An. E Ny. S 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 8 53 P 1 0 0 0 0 TB 2
81 An. B Tn. L 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 9 60 P 1 0 0 0 0 TB 2

Keterangan :
Pola Asuh Permisif Risiko Penyalahgunaan NAPZA Usia Orang Tua Jenis Kelamin
Permisif = 1 Berisiko = 1 26-34 = 1 Laki-laki = 1
Tidak permisif = 2 Tidak Berisiko = 2 35-45 = 2 Perempuan = 2
Lampiran 5 Hasil Uji Statistik

Frequency Table
Usia Orang Tua
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 26-35 Tahun 32 39.5 39.5 39.5
36-45 Tahun 49 60.5 60.5 100.0
Total 81 100.0 100.0

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-Laki 27 33.3 33.3 33.3
Perempuan 54 66.7 66.7 100.0
Total 81 100.0 100.0

UNIVARIATE

Pola Asuh
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Permisif 50 61.7 61.7 61.7
Tidak Permisif 31 38.3 38.3 100.0
Total 81 100.0 100.0

Penyalahgunaan NAPZA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Beresiko 47 58.0 58.0 58.0
Tidak Beresiko 34 42.0 42.0 100.0
Total 81 100.0 100.0

BIVARIATE

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pola Asuh * Penyalahgunaan
81 100.0% 0 .0% 81 100.0%
NAPZA
Pola Asuh * Penyalahgunaan NAPZA Crosstabulation
Penyalahgunaan NAPZA
Beresiko Tidak Beresiko Total
Pola Asuh Permisif Count 40 10 50
% of Total 49.4% 12.3% 61.7%
Tidak Permisif Count 7 24 31
% of Total 8.6% 29.6% 38.3%
Total Count 47 34 81
% of Total 58.0% 42.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 25.903a 1 .000
Continuity Correction b
23.600 1 .000
Likelihood Ratio 27.036 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 25.584 1 .000
N of Valid Casesb 81
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.01.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Phi .566 .000
Cramer's V .566 .000
Contingency Coefficient .492 .000
N of Valid Cases 81
Lampiran 6. Surat Izin Penelitian Dari Kampus Mandala Waluya Kendari
Lampiran 7. Surat Izin Penelitian Dari Kesbangpol Kota Kendari
Lampiran 8. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampirang 9. Dokumentasi Penelitian

Gambar A. Foto Kantor Kelurahan Kampung Salo Kota Kendari

Gambar B. Foto Pertemuan Dengan Kepala Lurah Kampung Salo Kota Kendari
Gambar C. Foto Pengantaran Surat Penelitian Di Kantor Kelurahan Kampung
Salo Kota Kendari

Gambar D. Pengambilan Data Primer di Rumah Warga Kelurahan Kampung Salo


Kota Kendari
Gambar E. Pengambilan Data Primer di Rumah Warga Kelurahan Kampung Salo
Kota Kendari

Gambar F. Pengambilan Data Primer di Rumah Warga Kelurahan Kampung Salo


Kota Kendari
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Anisa Aman


2. Nim : P201701081
3. Tempat/Tanggal Lahir : Uete-13-Juni-1998
4. Agama : Islam
5. Alamat : Ds. Aukora Kec. Uluiwoi,
Kab. Kolaka Timur
6. No Hp : 081241454378
7. Status : Pelajar
8. Pendidikan Forma :
a. SDN 1 Uete
(Tamat Tahun 2010)
b. SMPN 6 Konawe Selatan
(Tamat Tahun 2013)
c. SMAN 4 Konawe Selatan
(Tamat Tahun 2016)
9. Nama Orang Tua :
a. Ayah : Arman
b. Ibu : Salwia
10. Pekerjaan Orang Tua :
a. Ayah : Wiraswasta
b. Ibu : Ibu Rumah Tangga
11. Jumlah Bersaudara : 4 (Orang)
12. Anak Ke :3

Anda mungkin juga menyukai