PROPOSAL SKRIPSI
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan
Sripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang
dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
i
HALAMAN PERSETUJUAN
PEMBIMBING
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Proposal skripsi ini diajukan oleh:
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Depok
Tanggal :
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala,
sebab atas berkat, rahmat, dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan
proposal penelitian ini dengan judul “Hubungan Efikasi Diri dalam
Menghindari Seks Bebas dan HIV/AIDS dengan Perilaku Seks Berisiko
pada Remaja di Kota Jakarta”. Penulisan proposal ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk melakukan penelitian pada mata
ajar Pengantar Skripsi Program Studi Reguler Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia. Saya menyadari tanpa adanya bantuan, masukan, dan
juga bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada
penyusunan skripsi ini, tentunya akan banyak sekali kesulitan yang saya
hadapi sehingga tidak dapat menyelesaikan proposal penelitian ini. Oleh
karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Agus Setiawan, S. Kp., M.N., D.N., selaku Dekan Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
2. Ibu Ns. Shanti Farida Rachmi, S.Kep., M.Kep., Sp.K.M.B., selaku
Kepala Program Studi Sarjana dan Ners, serta Koordinator Mata
Kuliah Skripsi yang sudah memfasilitasi penulisan proposal skripsi
ini.
3. Ibu Ns. Dikha Ayu Kurnia, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.MB selaku dosen
pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
mengarahkan saya dalam penyusunan proposal ini dengan penuh
kesabaran, membuka wawasan dan pola pikir saya, memberikan saran,
arahan, masukan dalam menyelesaikan proposal ini.
4. Kepada keluarga tercinta, Alm. Mamah, Bapak, Ka Imah, Ebong yang
senantiasa memberikan doa, dukungan, dan harapan setiap saat ke
Ulan. Dan Alm. Mamah sebagai support system Ulan dalam
menyelesaikan proposal ini sekaligus tugas perkuliahan di FIK UI.
5. Rendi Saktiawan selaku partner saya yang selalu ada ketika saya
sedang membutuhkan bantuan, selalu memberikan motivasi dan
semangat, dan selalu menjadi pendengar atas keluhan saya selama
iv
kuliah dan menyelesaikan proposal ini.
Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangatlah penting bagi penulis demi kesempurnaan proposal penelitian ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................iii
KATA PENGANTAR...................................................................................iv
DAFTAR ISI.................................................................................................vi
DAFTAR TABEL..........................................................................................x
DAFTAR SKEMA........................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................xii
PENDAHULUAN..........................................................................................1
vi
1.4 Manfaat Penelitian..............................................................................10
TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................12
2.1 Remaja...........................................................................................12
B. Generality (Generalitas)...................................................................18
C. Strength...............................................................................................19
vii
2.3 Seks Berisiko pada Remaja.................................................................25
METODOLOGI PENELITIAN...................................................................30
3.4.2.3.Besar Sampel.........................................................................36
viii
3.10.1 Pengolahan Data.........................................................................44
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Definisi Operasional Variabel Penelitian....................................31
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuesioner Efikasi Diri dalam Menghindari Seks Bebas
dan HIV/AIDS..............................................Error! Bookmark not defined.
x
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1 Kerangka Teori Penelitian..........................................................25
xi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1: Lembar Penjelasan Penelitian...........Error! Bookmark not
defined.
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1 Universitas Indonesia
terbanyak pada usia 15-17 tahun yaitu 47%. Untuk remaja laki-laki
sebanyak 27,5%
1 Universitas Indonesia
2
sebelum usia 14 dan usia 15-17 tahun sebanyak 45,3% (Wahyuni &
Jatmiko, 2013). Hasil survei SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia) dari periode (2002 hingga 2003) dan 2012 menunjukkan
prevalensi hubungan seksual pranikah pada remaja di Indonesia usia 15
hingga 24 tahun terjadi peningkatan sebanyak 3% (5% menjadi 8%) untuk
laki-laki dan angka tetap 1% untuk wanita. Prevalensi yang lebih tinggi
dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia berdasarkan
penelitian di Jakarta, Medan, Surabaya dan Bandung pada tahun 2009
sebesar 35,9% responden mengaku memiliki circle pertemanan yang pernah
berhubungan seksual sebelum nikah, dan 6,9% remaja melaporkan pernah
melakukan hubungan seksual sebelum nikah (BKKBN, 2012). Penelitian
yang sama dilaksanakan Australian National University (ANU) dan Pusat
Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia pada tahun 2010 di Jakarta,
Tangerang dan Bekasi dengan sampel sebanyak ± 3.000 responden (berusia
antara 20-34 tahun), menunjukkan bahwa 9,4% mengalami kehamilan dan
kelahiran pranikah (Berliana et al., 2018).
Universitas Indonesia
3
Universitas Indonesia
4
Remaja yang sedang berada pada masa transisi berusaha mencari jati diri
pada lingkungan terdekatnya. Kondisi lingkungan terdekat dapat menuntut
remaja melebihi kemampuan dalam menjalani tugas perkembangannya.
Perkembangan fisik remaja yang sudah matang dapat memengaruhi
kebutuhan seksualitas remaja dengan melihat tayangan pornografi
[ CITATION Jon17 \l 1033 ]. Penelitian yang dilaksanakan oleh Popy, Evin, dan
Duma (2019) menyatakan bahwa dari 125 responden, usia pertama kali
yang tergolong mayoritas mengakses konten pornografi berada di rentang
12 hingga 15 tahun yaitu sebanyak 84 responden atau 67,2% dari total. Hal
ini menggambarkan bahwa sekelompok remaja (usia 12 hingga 15 tahun)
banyak yang sudah mengeksplorasi hal-hal berbau seksualitas. Tanpa
disadari, melihat tayangan pornografi dapat memberikan dampak langsung
pada remaja seperti meniru tindakan seksual yang ada di tayangan tersebut.
Selain itu, dampak lainnya adalah penyimpangan seksual yang dilakukan
kepada orang lain seperti sodomi, homoseksual, dan pedophilia (Donald,
2004 dalam Haidar & Apsari, 2020). Seperti yang diketahui, hubungan
Universitas Indonesia
5
seksual sesama jenis dapat dilakukan atas motivasi pelaku sendiri dan
sangat dapat berisiko menjadi penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS.
Universitas Indonesia
6
(2013) yaitu populasi siswa/I SMA “X” diperoleh hasil yaitu adanya
hubungan antara pengetahuan seksualitas dengan perilaku seks pranikah
pada remaja sehingga H0 gagal diterima. Dari sini bisa diartiakan bahwa
pengetahuan seksualitas yang dimiliki remaja akan memengaruhi perilaku
seksnya dan apabila pengetahuan akan seksualitasnya baik, remaja
cenderung positif dalam menanggapi perilaku seks bahkan menjauhinya
agar tidak menjadi perilaku seks berisko. Apabila semakin tinggi
pengetahuan akan seksualitas pada remaja maka semakin rendah pula
perilaku seks berisikonya, sebaliknya akan semakin tinggi perilaku seks
berisiko pada remaja apabila pengetahuan akan seksualitasnya rendah
(Amrillah, 2006 dalam Fadhilah, 2013).
Remaja yang sudah mencari jati diri dan mendekati fase dewasa harus
belajar bertanggung jawab terhadap diri sendiri dalam menjalani
kehidupannya [ CITATION Win171 \l 1033 ]. Remaja yang bertanggung jawab
harus dapat menahan dorongan seksualnya sampai waktu yang cukup dan
jenjang yang sah. Aktivitas seksual pada remaja yang telah meningkat ini
dapat berdampak pada kondisi kesehatannya seperti mudahnya terserang
penyakit seksual seperti HIV/AIDS (Puspita, 2017 dalam Purwaningsih,
2020). Perilaku seksual idealnya dapat membawa ke arah positif apabila
dilakukan oleh pasangan yang sudah menikah seperti menantinya
kehamilan, namun apabila dilakukan oleh pasangan yang belum menikah
akan membawa dampak negatif seperti timbulnya beberapa penyakit
menular seksual seperti HIV/AIDS karena sering berganti pasangan, tidak
menjaga kebersihan anggota intim, dan tidak menggunakan pengaman
[ CITATION Het18 \l 1033 ]. Dari data di atas, remaja harus mempunyai
keyakinan bahwa mereka mampu menahan rasa dorongan seksualnya serta
memperdalam pengetahuan mengenai kesehatan seksual. Hal ini sejalan
dengan penelitian (Nisman et al., 2020) bahwa pendidikan kesehatan
tentang seksualitas membantu individu khususnya remaja untuk
meningkatkan pengetahuannya, serta menggali nilai dan perasaannya
tentang seksualitas.
Universitas Indonesia
7
Universitas Indonesia
8
Beberapa hasil riset mengenai efikasi diri menunjukkan bahwa hal tersebut
berkaitan dengan menghindari aktivitas seks berisiko HIV/AIDS pada
sekelompok remaja. Penelitian yang dilaksanakan oleh (Purwaningsih et al.,
2020) menemukan bahwa dari 127 siswa dan siswi yang menjadi responden
hanya sebanyak 15 siswa dan siswi yang menyatakan bahwa faktor yang
paling berpengaruh dalam menghindari perilaku seksual dan penularan
HIV/AIDS adalah kepercayaan diri/self-efficacy. Dalam hal ini berarti
remaja belum sepenuhnya paham akan faktor-faktor yang dapat
menghindari seks berisiko HIV/AIDS. Dari data ini, bisa dipaparkan bahwa
selain adanya dukungan dan lingkungan terdekat, faktor utamanya berasal
dari keyakinan dalam diri untuk menghindari suatu hal dan permasalahan.
Penelitian serupa yang dilaksanakan oleh [ CITATION Win171 \l 1033 ] dengan
hasil efikasi diri dapat memengaruhi perilaku seks pranikah pada remaja.
Ketika seorang remaja yakin akan kemampuannya untuk menghasilkan
sesuatu maka remaja tersebut akan berusaha melakukannya. Sedangkan
remaja yang tidak yakin dapat menghasilkan sesuatu maka remaja tidak
akan pernah mencoba dan berusaha untuk melakukannya melainkan
terjerumus ke hal-hal negatif seperti seks.
Universitas Indonesia
9
Dengan adanya sifat rasa ingin tahu yang tinggi pada remaja, membuat
mereka mengeksplor dunianya secara bebas. Dengan demikian, sifat
tersebut menggiring mereka untuk melakukan kenakalan seperti seks.
Prevalensi hubungan seks remaja di Indonesia menunjukkan usia 15-24
tahun terjadi peningkatan sebanyak 3% untuk laki-laki dan 1% untuk
wanita. Bahkan prevalensi kejadian HIV/AIDS di Indonesia pun semakin
meningkat dengan prevalensi 3,2-3,8% setiap tahunnya. Tingginya angka
prevalensi kejadian seks dan HIV/AIDS pada remaja dapat terjadi karena
faktor internal dan eksternal. Efikasi diri atau keyakinan diri merupakan
faktor internal pada diri remaja terhadap sikap dan pilihannya untuk
melakukan seks. Remaja dengan efikasi diri yang rendah dan tidak mampu
menyalurkan dorongan seksual kearah positif dapat menyebabkan kejadian
seks yang berdampak terhadap seks berisiko HIV/AIDS. Oleh karena itu,
masalah pada penelitian ini adalah belum diketahuinya gambaran efikasi diri
seks berisiko HIV/AIDS pada remaja di Jakarta. Oleh karena itu pertanyaan
penelitian yang diajukan peneliti adalah “Bagaimana Hubungan Efikasi Diri
dalam Menghindari Seks Bebas dan HIV/AIDS dengan Perilaku Seks
Berisiko pada Remaja di Kota Jakarta?”
Universitas Indonesia
10
Mengetahui hubungan antara efikasi diri dalam menghindari seks bebas dan
HIV/AIDS dengan perilaku seks berisiko pada remaja di kota Jakarta.
Universitas Indonesia
11
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remaja
12 Universitas Indonesia
ditandai ciri perubahan fisik dan psikologisnya. Perasaan yang timbul dalam
diri remaja mengenai identitas dan pertanyaan mengenai cararemaja
13 Universitas Indonesia
14
A. Perkembangan Fisik
Pada saat neonatus hingga bayi sudah terjadi perubahan secara
proporsional secara terus menerus hingga remaja. Pada tahap
perkembangan ini juga dimulainya masa pubertas. Pubertas adalah
periode perubahan perkembangan anak-anak yang aseksual menjadi
seksual, matang, dan mampu memperbaiki keturunan [ CITATION
San12 \l 1033 ]. Secara umum, masa pubertas dipicu oleh pengaruh
hormon yang dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior sebagai
respon terhadap rangsangan dari hipotalamus (Hockenberry &
Wilson, 2015).
1. Ciri-ciri perubahan seks primer
Fungsi reproduksi pada remaja laki-laki ditandai dengan
sudahnya mereka mengeluarkan cairan sperma di malam hari
saat tidur atau biasa disebut dengan mimpi basah (KEMENKES,
2016). Hal ini terjadi pada laki-laki dengan usia 10 hingga 15
tahun. Sedangkan pada remaja perempuan ditandai dengan
kejadian menstruasi. Menstruasi adalah keluarnya darah pertama
kali dari vagina (alat kelamin perempuan) berupa lurutnya
lapisan endometrium (dinding rahim) yang mengandung banyak
darah (Leifer, 2019).
Universitas Indonesia
15
Universitas Indonesia
16
Universitas Indonesia
17
Universitas Indonesia
18
Efikasi diri dapat dibentuk oleh pengalaman masa lalu seseorang dan ini
merupakan suatu hal yang paling efektif [CITATION ABa94 \t \l 1033 ].
Pengalaman positif yang ada pada diri akan memicu seseorang untuk segera
menyelesaikan suatu permasalahan dengan mudah. Sebaliknya, apabila
seseorang pernah meraih kesuksesan dengan cara yang mudah maka orang
tersebut akan mengharapkan hasil yang praktis dan cepat putus asa. Jadi,
baik atau buruknya pengalaman masa lalu yang pernah dialami oleh
seseorang akan berpengaruh terhadap proses penentuan perilaku oleh
seseorang.
Tidak hanya pengalaman masa lalu tetapi pengalaman orang lain dapat
memengaruhi tingkat efikasi diri pada seseorang. Modelling merupakan
istilah yang biasanya digunakan untuk konteks ini, yaitu kesamaan hal
dengan orang lain yang berperan sebagai model sangat memengaruhi
persepsi efikasi diri [CITATION ABa94 \t \l 1033 ]. Ketika modelnya
mendapatkan suatu keberhasilan maka efikasi diri sesoerang akan
mengalami peningkatan sedangkan apabila model mengalami kegagalan
maka efikasi diri akan menurun. Jadi, pengalaman orang lain yang
didapatkan oleh seseorang seperti cerita-cerita dari teman, perilaku teman
ataupun lingkungan terdekatnya, akan memengaruhi sebuah efikasi diri
seseorang. Seseorang akan mudah mencontoh perilaku pengalaman dari si
modelnya.
Universitas Indonesia
19
seseorang seperti ajakan teman, ucapan orang tua, hinaan atau pujian yang
sangat berpengaruh terhadap motivasi seseorang untuk berkehendak
melakukan sesuatu.
Universitas Indonesia
20
B. Generality (Generalitas)
C. Strength
Proses kognitif dapat dikatakan sebagai sebuah pola pikir. Seseorang akan
menetapkan dan merencanakan terlebih dahulu tujuannya dalam
mengerjakan sesuatu, serta mengantisipasi adanya masalah yang terjadi.
Proses kognitif juga sebagai bentuk prediksi terhadap kejadian di masa
mendatang (Bandura, 1994). Bandura juga mengatakan bahwa serangkaian
perilaku yang akan dilakukan seorang individu pada mulanya dibangun
dalam sebuah pemikiran. Pemikiran ini selanjutnya memberikan instruksi
yang berujung pada keyakinan dan kemampuan.
Universitas Indonesia
21
Universitas Indonesia
22
Jika dilihat dari beberapa hasil wawancara kepada mereka, remaja SMP
terlihat cenderung mudah mengambil keputusan dan bertindak dibandingkan
dengan remaja SMA. Remaja SMP hanya mementingkan keadaan saat ini,
seperti kesenangan bersama teman ataupun pacarnya. Sedangkan remaja
SMA dapat memikirkan dampak dan risiko apabila mereka melakukan
aktivitas seks berisiko. Permasalah ke dua remaja putri SMA di atas sejalan
dengan pernyataan (Muharani, n.d.) bahwa kualitas keluarga merupakan
salah satu faktor penyebab terjadinya seks pada remaja. Apabila keluarga
dan orang tua tidak mampu menjalankan tugasnya untuk menjaga anak
maka indikasi terjadinya kenakalan remaja akan terjadi. Kurangnya
perhatian dari orang tua untuk remaja dapat menyebabkan terjadinya seks
bebas bahkan berisiko.
Universitas Indonesia
23
Seperti halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Popy, Evin, dan
Duma (2019) menyatakan bahwa dari 125 responden, usia pertama kali
yang tergolong mayoritas mengakses konten pornografi berada di rentang
12 hingga 15 tahun. Hal ini menggambarkan bahwa sekelompok remaja
(usia 12 hingga 15 tahun) banyak yang sudah mengeksplorasi hal-hal
seksualitas. Dengan yakin dan sadar mereka mencari dan melihat tayangan
pornografi tersebut.
Proses afektif yang terjadi pada ketiga remaja SMP yang melakukan seks
dengan pacar tidak begitu tergali hanya saja mereka mengatakan senang dan
puas ketika sudah melakukan hal itu dengan pacar. Untuk kedua remaja
putri SMA mereka merasa menyesal dan beranggapan sudah gagal menjadi
wanita yang harus menjaga kehormatannya. Untuk remaja laki-laki SMA ia
hanya merasakan kebutuhannya seksnya sudah tercukupi dan merasa
berhasil menjaga dorongan nafsunya untuk tidak melakukan hubungan seks
badan dengan pacarnya. Sedangkan untuk keempat remaja lainnya yang
tidak melakukan seks dengan pacar, mereka akan tetap mematuhi kata-kata
Universitas Indonesia
24
orang tua nya dan senantiasa semangat dalam menggapai apa yang mereka
inginkan.
Terlihat pada remaja putri SMP, pilihannya adalah melakukan seks untuk
kesenangan dengan pacar dan menjadikan hubungannya tidak putus. Maka
mereka akan selalu melakukan itu untuk kesenangan dan agar tidak mudah
diputusi oleh pacarnya. Berbeda dengan remaja putri SMA, memilih
menjadi cewek BO karena selain senang nge-sex dengan pacarnya mereka
juga mendapatkan pemasukan dari aktivitas tersebut.
Untuk remaja lainnya yang tidak pernah melakukan seks, mereka yakin
dengan adanya penahanan hawa nafsu dalam diri dapat menguntungkan
mereka suatu hari nanti, mereka dengan yakin mengatakan adanya
ketenangan diri saat memilih tidak pacaran karena dapat terhindar dari
banyaknya dampak negatif, mereka tidak terlibat dalam risiko apapun,
mereka terbebas dari dosa, dan mereka dapat fokus belajar untuk menggapai
cita-cita.
Universitas Indonesia
25
Terdapat lima faktor utama pada konsep seksualitas yang salah satunya
adalah efikasi diri seksual. Buzwell dan Rosenthal (1996) dalam Deutsch
(2012) menjelaskan efikasi diri seksual adalah sebagai perasaan seseorang
yang memiliki kepercayaan diri atau yakin akan kemampuannya dalam
melakukan aktivitas seksual. Ditambahkan dengan asumsi Rostosky (2008)
yaitu efikasi diri seksual sebagai keyakinan para remaja akan
kemampuannya untuk menahan aktivitas seksual berisiko dan kemampuan
mereka menolak untuk melakukan seks yang belum tepat waktunya serta
tidak diinginkan demi kesehatan reproduksinya dan ketenangan
psikologisnya. Perubahan pada masa remaja memiliki implikasi penting
Universitas Indonesia
26
Seks bebas pada remaja tidak akan pernah terlepas dari berbagai sebab yang
melatarbelakangi dan akibat yang ditimbulkannya. Seks bebas sudah cukup
lama menjadi hal yang dicemaskan oleh orang tua, pendidik, dan tokoh
masyarakat melihat dampak yang akan ditimbulkannya. Pada umumnya,
seks bebas dapat terjadi apabila remaja memiliki dorongan seksual sangat
kuat dan tidak yakin sanggup untuk mengontrolnya [ CITATION Kar09 \l
1033 ]. Dengan demikian, remaja tidak dapat bertanggung jawab akibat dari
sikap dan perilaku seks bebasnya.
Segala perbuatan manusia yang dipicu dan diikuti oleh keinginan seksual
dengan sesama atau lawan jenisnya disebut dengan perilaku seksual
[CITATION SWS111 \t \l 1033 ] . Perilaku seksual dapat terjadi pada remaja
yang sedang mencoba-coba gaya hidup diantara teman-temannya dan
memiliki kepercayaan diri yang rendah. Perilaku seksual dapat berisiko
apabila hasilnya memberikan dampak negatif yang tidak diinginkan seperti
married by accident, aborsi, penyakit menular seksual (PMS), hingga
HIV/AIDS. Dalam kehidupan remaja yang masih mencari jati diri, perilaku
seksual banyak memberikan dampak dan kontribusi yang negatif. Sarwono
(2012) membagi bentuk tingkah laku seksual sebagai berikut :
A. Kissing
Dalam Bahasa Indonesia kissing berarti ciuman, definisinya yaitu
segala tingkah laku yang bertujuan menimbulkan rangsangan seksual
Universitas Indonesia
27
C. Petting
Petting merupakan perilaku yang melebihi necking, yaitu perilaku
menggesek bagian tubuh yang sensitif (payudara dan genital).
Perilaku yang termasuk ke dalam petting yaitu mengusap paha,
sekitar kemaluan, payudara, dada di dalam pakaian maupun luar
pakaian.
D. Intercourse
Perilaku hubungan seksual yang melibatkan kedua pasangan dan
ditandai dengan adanya penetrasi kelamin pria (penis) ke dalam
kelamin wanita (vagina) sebagai tanda kepuasan seksual.
Perilaku seksual dapat terbagi menjadi perilaku seksual berisiko dan tidak
berisiko. Apabila remaja memiliki keyakinan yang kuat akan dorongan
seksual maka dapat mencegah timbulnya perilaku seksual berisiko. Perilaku
seksual tidak berisiko merupakan hasil dari pertimbangan atas beberapa
risiko yang akan dihadapi baik fisik, psikologis, sosial dengan menahan
berbagai dorongan seksual yang dilandasi oleh keyakinan pada diri sendiri,
keimanan, dan tanggung jawab terhadap diri sendiri, dan orang tua.
Hal-hal yang dapat terjadi akibat dari perilaku seks berisiko yang dilakukan
oleh remaja yaitu [ CITATION FFe16 \l 1033 ]
A. Dampak Psikologis
Dampak psikologis yang dapat dirasakan oleh remaja seperti
perasaan marah apabila keinginannya tidka dituruti, takut diketahui
Universitas Indonesia
28
Efikasi diri merupakan penilaian diri tentang seberapa baik seseorang dapat
melakukan kontrol atas perilaku mereka sendiri. Penelitian sebelumnya
yang melibatkan perempuan yang telah positif HIV memberikan bukti
bahwa perempuan dewasa lebih aman melakukan seks jika mereka memiliki
Universitas Indonesia
29
efikasi diri yang lebih tinggi untuk mendiskusikan seks dengan pasangan
(Boone et al., 2015). Mengingat berkurangnya kendali perempuan atas
penggunaan kondom dalam melakukan hubungan seksual, efikasi diri
khususnya untuk pengurangan risiko seksual mungkin sangat berguna dalam
memahami cara-cara di mana perempuan mendiskusikan penggunaan
kondom dan penolakan seks yang tidak aman dalam situasi seksual (Boone
et al., 2015). Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa seks berisiko
HIV/AIDS dangat dipengaruhi oleh efikasi diri seseorang yaitu bagaimana
orang tersebut menyikapi dan mengontrol perilakunya. Efikasi diri dapat
mencerminkan keyakinan seseorang akan kemampuan dirinya untuk
mencegah risiko HIV/AIDS.
Kasus dan angka HIV telah banyak ditemukan di kalangan remaja. Salah
satunya yang telah terkaji oleh ILO-IPEC pada tahun 2007 dengan
memperkirakan banyaknya jumlah pekerja seks komersial (PSK) di bawah
18 tahun sekitar 1.244 anak di Jakarta. Masa remaja merupakan waktu untuk
mencoba-coba hal baru seperti melakukan hubungan seks yang nantinya
akan berdampak ke seks berisiko HIV/AIDS. Seks berisiko dapat
disebabkan oleh adanya dorongan dari diri sendiri untuk melakukan
hubungan seksual, pengalaman yang pernah dialami sebelumnya yang
mengakibatkan mereka ingin melakukan hal yang sama kembali, emosi
yang masih labil, serta informasi kesehatan reproduksi yang kurang
memadai, terutama yang berhubungan dengan seksual (Kumalasari et al.,
2018).
Universitas Indonesia
30
Perkembangan remaja
Remaja
- Perkembangan fisik
- Perkembangan (Hockenberry & Wilson,
kognitif 2015)
- Perkembangan
psikoseksual
Tinggi
Rendah
(Hockenberry & Sumber efikasi diri (Bandura,
Wilson, 2015) 1994):
- Pengalaman masa lalu
- Pengalaman orang lain
- Persuasi verbal
- Reaksi emosional dan kondisi
fisiologis Dimensi efikasi diri
[CITATION Ban99 \t \l 1033 ]
- Magnitude
Proses efikasi diri [CITATION ABa94 \t \l - Generality
1033 ] - Strength
- Proses efikasi kognitif
- Proses efikasi motivasi
- Proses efikasi afektif sebuah keyakinan pada diri
- Proses efikasi seleksi sendiri terhadap
kemampuannya dalam
merencanakan dan melakukan
Efikasi diri
sesuatu yang dapat
- Kissing
menghasilkan suatu pencapaian
- Necking
[CITATION Ban99 \t \l 1033 ]
- Petting
- Intercourse Seks berisiko pada remaja
Sarwono (2011)
Sarwono
(2011)
Universitas Indonesia
31
Universitas Indonesia
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Pemetaan ide baru yang berasal dari kerangka teori merupakan sebuah
kerangka konsep. Kerangka konsep merupakan pembahasan konsep-konsep
yang sebelumnya sudah disusun sedemikian rupa pada tinjauan pustaka
(Masturoh & Anggita, 2018). Berikut ini merupakan kerangka konsep yang
digunakan oleh peneliti.
Karakteristik Remaja:
Variabel Perancu
Usia
Jenis kelamin - Lingkungan
Pendidikan saat ini - Dukungan orang tua
Pengalaman berpacaran - Dukungan teman sebaya
Keterangan
: Aspek diteliti
32 Universitas Indonesia
33
No Definisi Skala
Variabel Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
. Operasional Ukur
Karakteristi
k
1. Usia Jumlah tahun Kuesioner A Pertanyaan pada Angka usia Rasio
yang terhitung Karakteristik kuesioner A (dalam tahun)
sejak lahir dan Data
hingga ulang Demografi
tahun terakhir Responden
2. Jenis Kelamin Perbedaan Kuesioner A Pertanyaan pada Berupa pilihan Nominal
gender (dilihat Karakteristik kuesioner A dengan kriteria
secara fisik dan Data berikut :
maupun Demografi 1. Laki-laki
biologis) Responden 2. Perempuan
dibedakan
menjadi laki-laki
dan perempuan
3. Pendidikan Jenjang Kuesioner A Pertanyaan pada Berupa pilihan Ordinal
saat ini pendidikan yang Karakteristik kuesioner A dengan kriteria
sedang ditempuh dan Data berikut :
oleh responden Demografi 1. SMA
saat mengisi Responden 2. Tidak lanjut
kuesioner sekolah
4. Pengalaman Apakah Kuesioner A Pertanyaan pada Berupa pilihan Ordinal
berpacaran responden Karakteristik kuesioner A dengan kriteria
pernah dan Data berikut :
Universitas Indonesia
34
No Definisi Skala
Variabel Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
. Operasional Ukur
Variabel
Independen
1. Efikasi diri Kepercayaan diri Kuesioner B. Menjawab Ordinal
dalam remaja dalam Menggunakan pertanyaan Skor yang
menghindari mengatur dan alat ukur Self- Kuesioner yang didapat yaitu :
seks bebas memutuskan Efficacy berisi 30
1. 1 = tinggi =
dan suatu tindakan dalam pertanyaan dari
minimal 2
HIV/AIDS dari situasi yang menghindari 3 domain yaitu
dari 3
memengaruhi seks bebas 1. Magnitude
domain
perilaku seksual. dan kode skor 1=
bernilai 1
HIV/AIDS sangat sulit
2. 2 = Rendah
milik Muflih kode skor 2 =
= minimal 2
dan Setiawan sulit
dari 3
(2017) kode skor 3=
domain
mudah
bernilai 0
kode skor 4=
sangat mudah
jawaban 1
untuk skor>30
dan 0 <30
2.
Generalizability
kode skor 1=
sangat tidak
percaya
kode skor 2 =
tidak percaya
kode skor 3=
percaya
kode skor 4=
sangat percaya
jawaban 1
untuk skor>31
dan 0 <31
Universitas Indonesia
35
3. Strength of
belief
kode skor 1=
sangat tidak
yakin
kode skor 2 =
tidak yakin
kode skor 3=
yakin
kode skor 4=
sangat yakin
jawaban 1
untuk skor>35
dan 0 <35
Variabel
Dependen
1. Perilaku Seks Seberapa yakin Kuesioner C. Menjawab Jumlah skor Ordinal
Berisiko responden Kondisi pertanyaan tertinggi =
melakukan dalam diri yang berisi 10
skoring
hubungan responden pertanyaan.
seksual tanpa yang Pengukuran tertinggi x
kondom menunjukkan menggunakan jumlah
kemampuan skala Gutmann
pertanyaan = 1
melakukan dengan nilai
hubungan 1= Pernah x 10 = 10
seksual 2= Tidak pernah (100%)
Skor tertinggi
Jumlah skor
untuk jawaban
terendah =
“pernah” = 1
skoring
Skor terendah
terendah x
untuk jawaban
jumlah
“tidak pernah” =
pertanyaan = 0
0
x 10 = 0 (0%)
Maka, I =
100% : 2 =
50%
sehingga :
1. Tinggi,
Universitas Indonesia
36
apabila skor
>= 50%
2. Rendah,
apabila skor
<50%
Populasi didefinisikan sebuah unit dari suatu hasil penelitian yang terdiri
dari objek atau subjek dengan karakteristik tertentu [ CITATION Ali03 \l 1033 ] .
Populasi juga dapat diartikan sebagai keseluruhan unsur yang menjadi objek
sebuah penelitian (Masturoh & Anggita, 2018). Populasi juga terbagi
menjadi dua, yaitu populasi target dan terjangkau. Populasi target pada
penelitian ini yaitu seluruh remaja di Jakarta, sedangkan populasi terjangkau
yaitu remaja berusia 15 hingga 19 tahun yang berdomisili di Jakarta Pusat,
khususnya kecamatan Johar Baru. Adapun jumlah remaja laki-laki dan
Universitas Indonesia
37
3.4.2.3.Besar Sampel
Universitas Indonesia
38
N
n=
1+ Ne2
Keterangan :
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
e : derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan 10% atau
0,1
Maka besar sampel atau (n) adalah :
N
n=
1+ Ne2
73.904
n= 2
1+73.904 (0,1)
73.904
n=
740,04
n=¿99,89488721691 ≈ 100
Untuk menghindari ketidaklengkapan sampel maka harus dicari drop outnya
dengan rumus :
n
n'=
(1−f )
Keterangan :
n’ : besar sampel setelah dikoreksi
n : jumlah sampel
f : prediksi presentase sampel drop out
Maka besar sampel setelah dikoreksi (n’) adalah :
100 100
n= , maka n= =111
( 1−0,1 ) 0,9
Universitas Indonesia
39
Universitas Indonesia
40
Universitas Indonesia
41
Universitas Indonesia
42
Menyalahi norma - 7
Mampu menolak ajakan 9 -
Strength of
3 Terhindar HIV-AIDS 1 -
belief
Menjaga masa depan diri 2, 4 8
Pergaulan 7 3, 10
Menjaga hubungan - 5, 9
Kepuasan - 6
Kuesioner ini membahas perilaku seks berisiko pada remaja yang nantinya
akan diidentifikasi untuk menilai tingkat efikasi diri pada remaja mengenai
keyakinan dirinya terhadap kemampuannya untuk menahan dorongan
seksual dan tidak melakukan seks yang dapat berisiko HIV/AIDS.
Kuesioner ini terdiri dari 10 pertanyaan menggunakan skala Guttman, yaitu
skala yang memaparkan jawaban tegas seperti pernah dan tidak pernah.
Jawaban responden dapat berupa skor tertinggi/pernah bernilai (1) dan skor
terendah/tidak pernah (0).
Peneliti membuat 10 item pertanyaan pada kuesioner maka hasil skor yang
didapatkan adalah sebagai berikut :
keterangan
Universitas Indonesia
43
I : Interval
R : range = skor tertinggi-skor terendah=100-0=100%
K : kategori = 2 adalah banyaknya kriteria yang dipilih (tinggi dan rendah)
Maka, I = 100% : 2 = 50%
Kriteria penilaian = Skor tertinggi-I= 100-50=50% sehingga :
1. Tinggi, apabila skor >= 50%
Suatu tes dapat dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa
yang hendak diukur (Arikunto, 2010 dalam Masturoh & Anggita, 2018).
Dalam pembuatan alat ukur atau instrument dapat dilakukan dengan
validitas isi (content validity) dan validitas konstruk (construct validity).
Universitas Indonesia
44
Pada kuesioner perilaku seks berisiko yang telah disusun oleh peneliti akan
dilakukan uji validitasnya dengan tujuan untuk mengetahui kevalidan
kuesioner yang nantinya akan digunakan dalam penelitian. Adapun rumus
yang dipakai untuk mengukur validitas kuesioner adalah sebagai berikut :
(Masturoh & Anggita, 2018)
rxy = N ∑ XY −¿¿ ¿
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y
N = Jumlah subyek
X = Skor masing-masing item
Y = Skor total
2. Koefisien korelasi tabel (r tabel)
t
r=
√ df +t 2
Keterangan:
r = nilai r tabel
t = nilai t tabel
df = derajat bebas (n-2)
Apabila r hitung > r tabel pada tingkat signifikansi tertentu, maka item
pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid.
Uji reliabilitas dapat menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat
dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2010). Hal ini menunjukkan
Universitas Indonesia
45
Universitas Indonesia
46
1. Editing
Data yang sudah terkumpul dari hasil pengisian kuesioner akan
dicek kembali oleh peneliti untuk melihat kelengkapan jawabannya.
Apabila masih ada item pertanyaan yang belum terisi atau jawaban
yang belum lengkap, maka pengumpulan data ulang harus
dilakukan.
2. Coding
Pembuatan tabel dengan isi lembaran kode-kode yang dibuat oleh
peneliti dan disesuaikan dengan data yang sudah terkumpul.
3. Data entry
Pada tahap ini peneliti akan memasukkan kolom SPSS dengan kode
sesuai dengan jawaban yang telah diisi oleh responden.
4. Cleaning
Pada tahap ini peneliti melakukan re-check dan cross check untuk
mengoreksi kesalahan yang bisa saja muncul ketika memasukkan
data ke program komputer SPSS.
Tahap analisis data yang akan dilakukan pada penelitian ini akan dilakukan
dengan komputerisasi (Software SPSS) dengan menggunakan jenis analisis
data univariat dan bivariat. Analisis univariat bertujuan untuk
menggambarkan karakteristik variabel yang diteliti (Notoatmodjo, 2010).
Universitas Indonesia
47
No
Variabel Jenis Data Bentuk Analisis
.
1. Karakteristik Remaja
Variabel Variabel
Jenis Data Jenis Uji
Independen Dependen
Usia Perilaku Seks Numerik-Kategorik Mann Whitney
Berisiko
Jenis Kelamin Perilaku Seks Kategorik-Kategorik Chi square
Berisiko
Pendidikan saat ini Perilaku Seks Kategorik-Kategorik Somer’s D
Berisiko
Pengalaman Perilaku Seks Kategorik-Kategorik Somer’s D
berpacaran Berisiko
Efikasi Diri Perilaku Seks Kategorik-Kategorik Chi Square
menghindari Seks Berisiko
Bebas dan
HIV/AIDS
Universitas Indonesia
48
Daftar Pustaka
Universitas Indonesia
49
Universitas Indonesia
50
Kumalasari, D., Afritayeni, A., Yanti, P. D., Angrainy, R., Unayah, N., &
Sabarisman, M. (2018). Analisis Perilaku Seksual Berisiko Pada
Remaja Terinfeksi HIV Dan AIDS. Sosio Informa, 1(1), 69.
https://doi.org/10.22216/jen.v3i1.2717
Kusmiran, E. (2011). Kesehatan reproduksi remaja dan wanita. Jakarta:
Salemba Medika.
Leifer, G. (2019). Introduction to maternity and pediatric nursing (eight).
ELSEVIER.
Masturoh, I., & Anggita, N. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan.
Kementerian Kesehatan RI.
http://library1.nida.ac.th/termpaper6/sd/2554/19755.pdf
Muharani, A. (n.d.). Pengambilan keputusan dalam pencegahan seks bebas
dikalangan remaja.
Naully, P. G., & Romlah, S. (2018). Prevalensi HIV dan HBV pada
Kalangan Remaja. Jurnal Kesehatan, 9(2), 280.
https://doi.org/10.26630/jk.v9i2.908
Nisman, W. A., Prabandari, yayi S., Emilia, O., & Hapsari, E. D. (2020).
How do school nurse programs influence premarital sexual behavior in
adolescents? Indian Journal of Public Health Research and
Development, 11(3), 1363–1368.
http://www.embase.com/search/results?
subaction=viewrecord&from=export&id=L2004449438
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka
Cipta.
Porth, C. M., & Matfin, G. (2009). Pathophysiology Concepts of Altered
Health States (8 ed.). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Purwaningsih, Indarwati, R., & Wahyuni, H. M. (2020). DAMPAK
EFIKASI DIRI DALAM MENCEGAH PERILAKU SEKS BEBAS
PADA REMAJA. 5(1), 23–28.
https://doi.org/10.20473/ijchn.v4i1.12354
Richard, A. A., & Shea, K. (2011). Delineation of self-care and associated
concepts. Journal of Nursing Scholarship. doi:10.1111/j.1547-
Universitas Indonesia
51
5069.2011.01404.x
Rochmah, Y. E. (2005). Psikologi Perkembangan. Ponorogo: STAIN
Ponorogo Press.
Santrock, J. W. (2012). Life-Span Development (Perkembangan Masa
Hidup Edisi 13. (B. widyasinta, Trans.) Jakarta: Erlangga.
Sarwono. (2011). Psikologi remaja. Jakarta: Charisma Putra Utama Offset.
Sarwono, & Sarlito, W. (2013). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.
Sarwono, S. W. (2011). Psikologi Remaja Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2011). Dasar-dasar Metodologi Penelitian
Klinis (4th ed.). Sagung Seto.
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2010).
Medical-Surgical Nursing. In H. Surrena (Ed.), Nuclear Physics B -
Proceedings Supplements (12th ed.). Wolters Kluwer.
Susiyanti, H., & Sodik, M. A. (2018). Pengaruh Perilaku Seksual Beresiko
Terhadap Kejadian HIV / AIDS. perilaku seks berisiko.
Suwarni, L., & Selviana. (2015). Inisiasi Seks Pranikah Remaja dan Faktor
yang Mempengaruhi. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 10(2), 169–177.
Teferra, T. B., Erena, A. N., & Kebede, A. (2015). Prevalence of premarital
sexual practice and associated factors among undergraduate health
science students of Madawalabu university, bale goba, south east
Ethiopia: Institution based cross sectional study. Pan African Medical
Journal, 20, 1–11. https://doi.org/10.11604/pamj.2015.20.209.4525
Ula, A., & Sholeh, A. (2014). Hubungan antara efikasi diri dan religiusitas
dengan intensitas perilaku menyontek siswa di mts mazra’atul ulum
pacitan- lamongan. Malang: UIN Malang.
Unayah, N., & Sabarisman, M. (2015). Fenomena Kenakalan Remaja dan
Kriminalitas. Sosio Informa, 1(2), 121–140.
https://media.neliti.com/media/publications/52810-ID-fenomena-
kenakalan-remaja-dan-kriminalit.pdf
Wahyuni, S., & Jatmiko, Y. A. (2013). Perilaku Seksual Remaja Di Dki
Jakarta Hasil Sdki 2012. 1981, 1–11.
Universitas Indonesia
52
https://jafung.bps.go.id/assets/js/kcfinder/upload/files/Determinan
Perilaku Seksual Remaja di DKI_rev sriwah.pdf
Widyastuti. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitra Maya.
Winarni. (2017). Efikasi diri dan perilaku seksual pranikah remaja sma.
15(2).
Yusuf, S. (2014). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Zevriyanti, P., Novianti, E., Tobing, D. L., Studi, P., Keperawatan, S., &
Kesehatan, F. I. (2019). Pengalaman Remaja Mengakses Konten
Pornografi di SMP Perintis Depok Jawa Barat. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Masyarakat, 11(3), 226–231.
Universitas Indonesia
53
LAMPIRAN 1
Selamat Pagi/Siang/Sore/Malam
Universitas Indonesia
54
Universitas Indonesia
55
LAMPIRAN 2
Jakarta,……...
(Responden)
--TERIMA KASIH --
Universitas Indonesia
LAMPIRAN 3
KUESIONER PENELITIAN
“Hubungan Efikasi Diri dalam Menghindari Seks Bebas
dan HIV/AIDS dengan Perilaku Seks Berisiko pada Remaja
di Kota Jakarta”
A. Kuesioner Data Demografi dan Karakteristik Responden
Petunjuk :
1. Tulis dan lengkapilah terlebih dahulu identitas teman-teman
2. Bacalah dengan cermat setiap pernyataan di bawah ini
3. Isi ceklist pada salah satu kotak yang sesuai
a. Nama (Inisial) ……………………..
b. Usia ………… tahun
c. Jenis Kelamin ( ) Laki-laki ( ) Perempuan
d. Pendidikan saat ( ) ( )
ini SMA Tidak sekolah
e. Pengalaman ( ) Pernah berpacaran ( ) Tidak pernah berpacaran
berpacaran
KUESIONER PENELITIAN
56 Universitas Indonesia
“Hubungan Efikasi Diri dalam Menghindari Seks Bebas
dan HIV/AIDS dengan Perilaku Seks Berisiko pada Remaja
di Kota Jakarta”
B. Kuesioner Efikasi Diri dalam Menghindari Seks Bebas dan
HIV/AIDS
Bagian A
Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang sesuai dengan kemampuan saudara yang
sebenarnya
Sangat Sangat
No Pernyataan Sulit Mudah
Sulit Mudah
57 Universitas Indonesia
Bagian B
Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang sesuai dengan pendapat saudara yang sebenarnya
Sangat
Sangat Tidak
No Pernyataan Percaya Tidak
Percaya Percaya
Percaya
Bagian C
Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang sesuai dengan pendapat saudara
sebenarnya
58 Universitas Indonesia
Sangat
Sangat Tidak
No Pernyataan Yakin Tidak
Yakin Yakin
Yakin
Saya yakin :
59 Universitas Indonesia
KUESIONER PENELITIAN
“Hubungan Efikasi Diri dalam Menghindari Seks Bebas
dan HIV/AIDS dengan Perilaku Seks Berisiko pada Remaja
di Kota Jakarta”
C. Kuesioner Perilaku Seks Berisiko
Tidak
No. Pernyataan Pernah
Pernah
Saya melakukan pegangan tangan dengan
1.
lawan jenis
2. Saya berpelukan dengan lawan jenis
Saya ingin menunjukkan rasa sayang
3.
dengan berpelukan
Dengan berpelukan dengan lawan jenis akan
4.
mendapatkan kenikmatan
5. Saya berciuman bibir dengan lawan jenis
Saya mencium lawan jenis dengan dorongan
6.
nafsu
Saya mencium/dicium dibagian leher
7.
dengan lawan jenis
Saya meraba, menindih, bermesraan, dan
8.
memainkan alat kelamin dengan lawan jenis
Saya melakukan hubungan intim dengan
9.
lawan jenis tidak memakai kondom
Setiap kali dorongan/hasrat seks saya tinggi,
10. saya mengajak lawan jenis untuk melakukan
hubungan intim
60 Universitas Indonesia