Anda di halaman 1dari 84

SKRIPSI

GAMBARAN MEKANISME KOPING WARGA BINAAN REMAJA DI


LAPAS KELAS IIA MAROS DAN LAPAS KELAS I MAKASSAR

Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Ilmu Keperawatan

OLEH:

YUNITHA PRATIWI YULI MANDILA

C121 13 022

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017
HALAMAN PERSETUJUAN

ii
LEMBAR PENGESAHAN

iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

iv
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pantas penulis lafaskan kecuali ucapan puji dan syukur ke

hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Mekanisme

Koping Warga Binaan Remaja Di Lapas Kelas IIA Maros dan Lapas Kelas I

Makassar”, yang merupakan persyaratan akademis guna memperoleh gelar

sarjana keperawatan pada Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin

Makassar.

Penyusunan skripsi ini tentunya menuai banyak hambatan dan kesulitan

sejak awal hingga akhir penyusunan skripsi ini. Namun berkat bimbingan,

bantuan, dan kerjasama dari berbagai pihak akhirnya hambatan dan kesulitan yang

dihadapi peneliti dapat diatasi. Pada kesempatan ini perkenankanlah saya

menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada

yang terhormat:

1. Dr. Ariyanti Saleh, S.Kp., M.Si selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan

pembimbing satu yang selalu sabar dan senantiasa memberikan masukan dan

arahan-arahan dalam penyempurnaan penyusunan skripsi ini.

2. Rini Rachmawaty S.Kep Ns., MN., Ph.D selaku pembimbing dua yang juga

selalu sabar dan senantiasa memberikan arahan-arahan dalam penyempurnaan

penyusunan skripsi ini.

v
3. Takdir Tahir, S.Kep., Ns., M.Kes dan Titi Iswanti Afelya, S.Kep., Ns.,

M.Kep., Sp.Kep.MB selaku tim penguji yang akan menyempurnakan hasil

ujian skripsi ini.

4. Kedua orang tua saya, Yuli Mandila dan Ritha Sahara yang senantiasa

memberikan nasihat, semangat, dukungan moril maupun dukungan materi

demi kelancaran segala kebutuhan saya.

5. Kakak saya Randy, dan Adik saya Enjel yang senantiasa memberikan

semangat dan dukungan moril demi kelangsungan penelitian ini.

6. Kepada sahabat terbaik (Irnawati, Ruminggi, Irfani Intan, Okky Rosandy

Hasman, Rahmat Hidayat, Diah Ayu Septiani dan Ulfa) atas segala masukan,

bantuan dan dukungan kepada peneliti.

7. Kepada Muh. Fachri Adam S.ST yang selalu memberi dukungan, semangat

serta bantuannya.

8. Kepada teman-teman angkatan 2013 “FIBRINOGEN” terima kasih atas

kebersamaan, dukungan, bantuan, dan motivasi kepada peneliti setiap saat.

9. Teman-teman Siaga Ners Angkatan 08 (Niniarfina, Rahmat Hidayat,

Ruminggi, Miftahul Janna, Irna Satriani, Irnawati, Oky Rosandy Hasman, Ayu

Wulandari, dan Fatimah Nur), terima kasih atas seluruh bantuan dan

dukungannya.

10. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya yang telah

memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

Dari semua bantuan dan bimbingan yang telah diberikan, penulis tentunya

tidak dapat memberikan balasan yang setimpal kecuali berdoa semoga Tuhan

vi
senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada Hamba-Nya yang

senantiasa membantu sesamanya.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati peneliti menyadari bahwa

peneliti hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari salah dan khilaf dalam

penelitian dan penyusunan skripsi ini, karena sesungguhnya kebenaran sempurna

hanya milik Tuhan semata. Oleh karena itu, peneliti senantiasa mengharapkan

masukan yang konstruktif sehingga peneliti dapat berkarya lebih baik lagi di masa

yang akan datang. Akhir kata mohon maaf atas segala salah dan khilaf.

Makassar,November 2017

Yunitha Pratiwi Yuli Mandila

vii
ABSTRAK

Yunitha Pratiwi Yuli Mandila, C12113022. “GAMBARAN MEKANISME KOPING WARGA


BINAAN REMAJA DI LAPAS KELAS IIA MAROS DAN LAPAS KELAS I
MAKASSAR”dibimbing oleh Ariyanti Saleh dan Rini Rachmawaty

Latar belakang : Data terakhir klasifikasi narapidana anak perkantor wilayah se-Indonesia pada
bulan Oktober tahun 2016, Kantor Wilayah (KanWil) di Jawa Timur yang mempunyai penghuni
terbanyak dengan jumlah 7,426 penghuni Lapas, sementara di Wilayah Sulawesi Selatan, Lapas
Maros dan Lapas Makassar yang mempunyai penghuni terbanyak dengan jumlah 83 penghuni di
Lapas Maros dan 253 penghuni di Lapas Makassar.
Tujuan penelitian : Untuk mengetahui gambaran mekanisme koping warga binaan remaja di
Lapas Kelas IIA Maros dan Lapas Kelas I Makassar.
Metode : Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain survey Deskriptif.
Populasi pada penelitian ini adalah remaja usia 15-19 tahun yang ada di Lembaga Pemasyarakatan
(LAPAS) Kelas IIA Maros dan LAPAS Kelas I Makassar. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik Total Sampling.
Hasil : Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa gambaran mekanisme koping warga binaan
remaja di Lapas Kelas IIA Maros dan Lapas Kelas I Makassar yaitu mekanisme koping konstruktif
ada sebanyak 39 responden (97.5%). Sedangkan responden dengan mekanisme koping destruktif
dengan jumlah 1 responden (2.5%).
Kesimpulan dan saran : Disimpulkan bahwa warga binaan remaja di Lapas Kelas IIA Maros dan
Lapas Kelas I Makassar memiliki mekanisme koping yang baik yaitu mekanisme koping
konstruktif, sebanyak 39 responden (97.5%). Sehingga diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai gambaran mekanisme koping warga binaan remaja di Lapas Kelas IIA Maros dan Lapas
Kelas I Makassar.

Kata kunci : Gambaran mekanisme koping, warga binaan anak di Lapas

Sumber Literatur : 47 pustakawan (2004 – 2017)

viii
ABSTRACT

Yunitha Pratiwi Yuli Mandila, C12113022. “DESCRIPTION OF PRISONED


ADOLESCENT’S COPING MECANISM IN CLASS IIA PRISON OF MAROS AND
CLASS I PRISON OF MAKASSAR” supervised by Ariyanti Saleh and Rini Rachmawaty.

Background: The latest data about the amount of prisoned kids in Indonesia by October 2016
shows that East Java region has the highest number with 7426 prisoned kids, while in South
Sulawesi region, the highest number are in Prison of Maros (83 kids) and Prison of Makassar (253
kids).

Aims of study : This research aims to describe the coping mecanism of prisoned adolescent in
class IIA Prison of Maros and class I Prison of Makassar.

Method: This research was a descriptive-survey study. Population in this research were 15-19
years old prisoned adolescent in class IIA Prison of Maros and class I Prison of Makassar.
Sampling method was Total Sampling.

Result: Result in this research about picture of coping mechanism of juvenile people in prisons
class IIA Maros and first class classroom Makassar that is constructive coping mechanism,
counted 39 respondents (97.5%). While respondents with destructive coping mechanism couted 1
respondent (2.5%).

Conclusion and Suggestion: coping mechanism the youth in the prisons of class IIA Maros and
class I Makassar have a good coping mechanism that is constructive coping mechanism, counted
29 respondens (97.5%). So it is expected the youth in the prison of class IIA Maros and class I
Makassar

Keywords: Coping mecanism, prisoned adolescent

Literatures: 47 literatures (2004-2017)

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................................................ iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... v
ABSTRAK .....................................................................................................................viii
ABSTRACT .................................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .........................................................................................................xiii
DAFTAR BAGAN ........................................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................. 4
1. Tujuan Umum ..................................................................................................... 4
2. Tujuan Khusus .................................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................................... 4
1. Pengembangan Teori .......................................................................................... 4
2. Aplikatif ............................................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 5
A. Tinjauan Tentang Remaja................................................................................... 5
1. Definisi Remaja .................................................................................................. 5
2. Perilaku Asertif pada Remaja ............................................................................. 6
3. Penyebab Remaja Masuk Lapas ......................................................................... 8
B. Pengertian Mekanisme Koping ......................................................................... 10
1. Definisi Mekanisme Koping ............................................................................. 10
2. Jenis-jenis mekanisme koping .......................................................................... 10
3. Cara Menangani Kecemasan............................................................................. 14
BAB III KERANGKA KONSEP .................................................................................. 16

x
BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................................ 17
A. Desain Penelitian ................................................................................................ 17
B. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................... 17
1. Tempat Penelitian ............................................................................................. 17
2. Waktu Penelitian............................................................................................... 17
C. Populasi Penelitian dan Sampel ........................................................................ 17
1. Populasi ............................................................................................................ 17
2. Sampel .............................................................................................................. 17
D. Alur Penelitian ................................................................................................... 19
E. Variabel Penelitian ............................................................................................. 20
1. Variabel Penelitian ........................................................................................... 20
2. Definisi operasional .......................................................................................... 20
F. Proses Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ..................................... 21
1. Proses Pengumpulan Data ................................................................................ 21
2. Instrument penelitian ........................................................................................ 21
G. Metode Pengolahan Data dan Analisa Data ..................................................... 22
1. Rancangan Pengolahan Data............................................................................. 22
2. Analisa Data ..................................................................................................... 23
H. Etik Penelitian .................................................................................................... 23
1. Prinsip menghargai harkat dan martabat manusia (respect for persons) ........... 23
2. Prinsip berbuat baik (benefience) dan tidak merugikan (mal-eficence) ............. 24
3. Prinsip keadilan (justice) .................................................................................. 24
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 25
A. Hasil Penelitian ............................................................................................... 25
1. Gambaran Karakteristik Demografi Respnden di Lapas Kelas IIA Maros dan
Lapas Kelas I Makassar. ................................................................................... 25
2. Penyebab Masuk Lapas dan Lama Masa Tahanan di Lapas Kelas IIA Maros dan
Lapas Kelas I Makassar. ................................................................................... 27
3. Gambaran Mekanisme Koping Warga Binaan Remaja di Lapas Kelas IIA
Maros dan Lapas Kelas I Makassar. ................................................................. 27
4. Gambaran Mekanisme Koping Berdasarkan Karakteristik Responden Yaitu
Usia, Status Pendidikan, Pekerjaan Orang Tua, Status Pernikahan Orang Tua. 28
B. Pembahasan ........................................................................................................ 31
1. Karakteristik demografi responden ................................................................... 31

xi
2. Mekanisme koping berdasarkan usia ................................................................ 35
3. Mekanisme koping berdasarkan status pendidikan ........................................... 36
4. Mekanisme koping berdasarkan pekerjaan orang tua........................................ 37
5. Mekanisme koping berdasarkan status pernikahan orang tua ........................... 38
6. Mekanisme koping berdasarkan penyebab masuk Lapas .................................. 39
7. Mekanisme koping berdasarkan lama masa tahanan ......................................... 39
C. Keterbatasan Penelitian ..................................................................................... 40
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 41
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 41
B. Saran ................................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 43

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 5. 1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Jenis Zzz


Kelamin, Status Pendidikan, Agama, Pekerjaan Orang Tua, zzz
Status Pernikahan Orang Tua (n = 40).......................................... 26

Tabel 5. 2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Penyebab Zzz


Masuk Lapas dan Lama Masa Tahanan(n=40)............................. 27

Table 5.3 Distribusi Frekuensi Mekanisme Koping Warga Binaan Remaja Zzz
di Lapas Kelas IIA Maros dan Lapas Kelas I Makassar (n=40)... 27

Tabel 5. 4 Distribusi Frekuensi Mekannisme Koping Berdasarkan Usia Zzz


(n=40)............................................................................................ 28

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Mekannisme Koping Berdasarkan Status Zzz


Pendidikan (n=40)......................................................................... 28

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Mekannisme Koping Berdasarkan Zzz


Pekerjaan Orang Tua (n=40)......................................................... 29

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Mekannisme Koping Berdasarkan Status Zzz


Pernikahan Orang Tua (n=40)...................................................... 29

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Mekannisme Koping Berdasarkan Zzz


Penyebab Masuk Lapas (n=40)..................................................... 30

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Mekannisme Koping Berdasarkan Lama Zzz


Masa Tahanan (n=40)................................................................... 31

xiii
DAFTAR BAGAN

Bagan 3. 1 Kerangka Konsep ................................................................................16

Bagan 4. 1 Alur Penelitian ....................................................................................19

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden Penelitian

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

Lampiran 3 Lembar Kuesioner

Lampiran 4 Master Tabel

Lampiran 5 Output SPSS

Lampiran 6 Surat-surat

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja menurut World Health Organization (2016) adalah mereka yang berada

pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Batas usia remaja adalah 15

sampai 19 tahun. Remaja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu mereka yang

mulai dewasa hingga mereka yang cukup umur untuk nikah. Salah satu individu yang

ada dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak di Indonesia adalah remaja. Masa remaja

adalah masa pencarian identitas diri yang dipengaruhi perubahan fisik, psikis, seksual

dan sosial-ekonomi dalam batasan usia tertentu (Hasanah, 2013). Masa dan perubahan

tersebut bisa mengarah pada kerentanan remaja melakukan tindakan kriminal.

Tindakan kriminal pada remaja sering terjadi di negara-negara berkembang.

Menurut WHO (2016), pada tahun 2000-2012, tingkat kriminal seperti pembunuhan di

kalangan remaja lebih tinggi pada negara-negara berpenghasilan rendah dan

menengah. Selain itu, sebuah studi dari 40 negara berkembang menunjukkan bahwa

rata-rata 42% remaja laki-laki dan 37% remaja perempuan mengalami tindakan

kekerasan di kalangan remaja atau biasa disebut bullying (WHO, 2016), sehingga

tidak jarang tindakan-tindakan tersebut menyebabkan remaja mendapatkan hukuman

bahkan masuk penjara dan menjadi narapidana.

Menurut Sistem Database Permasyarakatan, data terakhir klasifikasi narapidana

anak perkantor wilayah se-Indonesia pada bulan Oktober tahun 2016, Kantor Wilayah

(KanWil) di Jawa Timur yang mempunyai penghuni terbanyak dengan jumlah 7,426

penghuni Lapas, sementara di Wilayah Sulawesi Selatan, Lapas Maros dan Lapas

Makassar yang mempunyai penghuni terbanyak dengan jumlah 83 penghuni di Lapas

1
Maros dan 253 penghuni di Lapas Makassar (Sistem Database Permasyarakatan,

2016).

Pada tahun 2015 di Lapas Maros terdapat 40 tahanan, dan di Lapas Makassar

132 tahanan. Pada tahun 2016 di Lapas Maros terdapat 83 tahanan,dan di Lapas

Makassar sebanyak 253 tahanan. Dan pada tahun 2017 jumlah tahanan di Lapas

Maros sebanyak 115 orang sedangkan di Lapas Makassar sebanyak 204 tahanan.

Menurut Vareoy (dalam Afrinisna, 2013), dalam penelitiannya menyimpulkan

bahwa di penjara Norwegia sering kali narapidana mengalami kecemasan, gangguan

perasaan bahkan gejala depresi. Mohino (dalam Afrinisna, 2013), juga

mengungkapkan bahwa beberapa kondisi psikologis yang dialami narapidana di

penjara adalah depresi, hysteria dan paranoid. Berdasarkan penelitian lain, ternyata

seluruh subjek narapidana mengalami kecemasan pada tingkatan tinggi, baik pada

kategori state anxiety maupun kategori trait anxiety. Solihatun (dalam Mustika, 2015)

menyimpulkan bahwa penyebab kecemasan bersumber dari hubungan personal,

keterpisahan dengan keluarga; faktor ekonomi, lingkungan Lapas. Strategi coping

yang dilakukan adalah usaha-usaha yang berfokus emosi baik melalui strategi kognitif

maupun perilaku.

Menurut Kartono (2005, dalam Apriyanto, 2016) mengatakan pemenjaraan akan

mengakibatkan konflik-konflik batin yang serius, terutama bagi para remaja yang

baru pertama kali masuk penjara, remaja cenderung mengalami patah mental yang

disebabkan oleh isolasi sosial dalam penjara. Remaja merasa dikucilkan dan dikutuk

oleh masyarakat penjara dan masyarakat luar pada umumnya. Selain itu pada diri

remaja akan muncul perasaan menyesal atas perbuatan dan kesalahan yang telah

dilakukan bahkan ada perasaan membenci dirinya sendiri. Kartono juga menyebutkan

adanya dampak yang akan muncul bagi remaja yang lama menjalani hukuman di

2
penjara diantaranya adalah : a). Tidak adanya partisipasi sosial, remaja dianggap

sebagai masyarakat yang terkucilkan. b). Para remaja mengalami tekanan-tekanan

batin yang semakin berat dengan bertambahnya waktu pemenjaraan. Kemudian

muncul kecenderungan menutup diri secara sosial dan usaha untuk melarikan diri dari

realitas yang bersifat trauma, terutama sekali peristiwa ini banyak terdapat pada

penghuni baru. c). Para remaja mengembangkan reaksi-reaksi yang stereotype, yaitu

cepat curiga, lekas marah, cepat membenci, dan mendendam.

Berdasarkan data dari Lembaga pemasyarakatan Kabupaten Maros bahwa ada

sebanyak 52 anak remaja yang menghuni Lapas, mereka adalah anak-anak yang

masih menjalani pendidikan di bangku pendidikan SMP dan SMA. Peneliti tertarik

melakukan penelitian di Lapas Maros karena di daerah Sulawesi Selatan hanya Lapas

Maros yang mempunyai penghuni anak terbanyak dan dari 52 anak tersebut yang

menghuni Lapas disebabkan karena kasus penyimpangan yang dilakukan oleh remaja

antara lain : mencuri, penganiayaan, dan tindakan kriminal yang lainnya. Oleh karena

itu, peneliti tertarik untuk meeliti mengenai “Gambaran Mekanisme Koping Warga

Binaan Anak di Lapas Maros dan Lapas Makassar”

B. Rumusan Masalah
Tingginya angka kriminal sebanyak 352.936 di kalangan remaja, baik di dunia

maupun di Indonesia, khususnya di Kota Makassar dan Kabupaten Maros Sulawesi

Selatan, menyebabkan banyak remaja yang menjadi warga binaan. Dukungan dan

pola asuh dari masing-masing orang tua berbeda-beda yang berdampak pada

mekanisme koping remaja yang menjadi warga binaan. Maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah gambaran mekanisme koping warga binaan Remaja di Lapas

Kelas IIA Maros dan Lapas Kelas I Makassar.

3
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran mekanisme koping warga binaan remaja di Lapas Kelas

IIA Maros dan Lapas Kelas I Makassar.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik remaja di Lapas Kelas IIA Maros dan Lapas Kelas

I Makassar.

b. Mengetahui mekanisme koping remaja di Lapas berdasarkan karakteristik

remaja.

D. Manfaat Penelitian
1. Pengembangan Teori
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pengembangan ilmu

keperawatan bagi pihak keperawatan jiwa, anak dan keperawatan komunitas

Universitas Hasanuddin. Hal ini terkait dalam melihat gambaran mekanisme

koping warga binaan Remaja di Lapas Kelas IIA Maros dan Lapas Kelas I

Makassar.

2. Aplikatif
Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan wawasan pengetahuan

gambaran mekanisme koping warga binaan Remaja di Lapas Kelas IIA Maros

dan Lapas Kelas I Makassar.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Remaja


1. Definisi Remaja
Remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke dewasa, batas usia

remaja pada usia 15 sampai dengan 19 tahun (WHO, 2016). Santrock (2011)

menyatakan bahwa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja melibatkan

perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional. Perubahan biologis yang terjadi

pada remaja adalah percepatan pertumbuhan, perubahan hormonal, dan

kematangan seksual yang datang dengan pubertas. Dari segi kognitif, remaja akan

mengalami peningkatan dalam berpikir abstrak, idealis, dan logis. Pada segi

sosio-emosional, seorang remaja akan mencari kebebasan, mengalami konflik

dengan orangtua, dan keinginan untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan

teman sebaya. Perubahan biologis, sosial, dan psikologis yang terjadi pada remaja

merupakan bagian dari penyesuaian positif untuk meraih otonomi, akan tetapi

pada masa remaja ini sering dijadikan sebagai masa untuk bereksperimen dan ikut

serta dalam sejumlah aktivitas termasuk perilaku yang berisiko seperti

keterlibatan dengan perilaku seksual secara dini, penyalahgunaan zat serta

perilaku-perilaku kekerasan (Sholichatun, 2011).

Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15

tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21

tahun = masa remaja akhir. Istilah asing yang digunakan untuk masa remaja,

antara lain : adolescentia, puberteit, dan youth (Departemen Pendidikan Nasional,

2008).

5
Masa remaja juga sering dikatakan masa mencari jati diri atau identitas diri,

biasanya remaja tidak puas lagi untuk bersama dengan teman sebaya mereka,

remaja selalu ingin mencari identitas dirinya, untuk menjelaskan dirinya dan apa

perannya. Tugas penting yang dihadapi remaja adalah sense of individual

indentity, yaitu mencari jawaban dari pertanyaan mengenai dirinya, mencakup

keputusan dan standar-standar tindakan. Mencari identitas diri dan mengangkat

harga diri akan membuat remaja memakai simbol status harga diri (Pieter &

Lubis, 2012).

Ketika remaja ingin mencari identitas dirinya, remaja tanpa sadar mendapat

tekanan untuk berpenampilan dan berperilaku seperti teman-teman sebaya atau

kelompok tertentu yang sesuai dengan apa yang mereka inginkan, agar dapat

diterima didalam kelompok tersebut. Misalnya, remaja kebanyakan mulai

merokok karena dipengaruhi oleh teman-teman sebayanya atau kelompok tertentu

yang lebih dahulu merokok. Contoh lainnya, penyalahgunaan Napza dan seks

bebas dimana remaja tersebut mengikuti teman sebanyanya atau kelompok

tertentu yang sudah melakukan seks bebas dan memaka Napza. Hasil penelitian

mengungkapkan bahwa semua itu berkaitan dengan kemampuan remaja untuk

bersikap asertif (BKKBN, 2013).

2. Perilaku Asertif pada Remaja


Berperilaku asertif yaitu ketika seseorang mampu berkata “tidak” atau

menolak, mampu meminta pertolongan, mampu mengekspresikan perasaan

mereka baik positif maupun negatif secara wajar. Biasanya remaja tidak dapat

berperilaku asertif karena mereka takut mengecewakan orang lain, rasa solidaritas

terhadap teman sebaya, takut tidak disukai dalam kelompok dimana mereka

sudah diterima.

6
Menurut Rathus dan Nevid (1983, dalam penelitian Rosita, 2007), terdapat

6 faktor yang mempengaruhi perkembangan perilaku asertif yaitu:

a. Jenis Kelamin

Wanita pada umumnya lebih sulit bersikap asertif seperti mengungkapkan

perasaan dan pikiran dibandingkan dengan laki-laki.

b. Self esteem

Keyakinan seseorang turut mempengaruhi kemampuan untuk melakukan

penyesuaian diri dengan lingkungan. Orang yang memiliki keyakinan diri yang

tinggi memiliki kekuatiran sosial yang rendah sehingga mampu mengungkapkan

pendapat dan perasaan tanpa merugikan orang lain dan diri sendiri.

c. Kebudayaan

Tuntutan lingkungan menentukan batas-batas perilaku, dimana batas-batas

perilaku itu sesuai dengan usia, jenis kelamin, dan status sosial seseorang.

d. Tingkat Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin luas wawasan berpikir

sehingga memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri dengan lebih terbuka.

e. Tipe Kepribadian

Dalam situasi yang sama tidak semua individu memberikan respon yang sama.

Hal ini dipengaruhi oleh tipe kepribadian seseorang. Dengan tipe kepribadian

tertentu seseorang akan bertingkah laku berbeda dengan individu dengan tipe

kepribadian lain.

f. Situasi tertentu Lingkungan sekitarnya

Dalam berperilaku seseorang akan melihat kondisi dan situasi dalam arti luas,

misalnya posisi kerja antara atasan dan bawahan. Situasi dalam kehidupan

tertentu akan dikuatirkan menggangu.

7
Pentingnya menumbuhkan perilaku asertif dapat membantu remaja

menjalani hubungan secara efektif. Remaja juga akan lebih mudah untuk

mengungkapkan apa yang dipikirikan atau dirasakan kepada orang lain secara

langsung sehingga mereka tidak hanya mengikuti kemauan orang lain saja.

Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mempermudah berperilaku

asertif, yaitu kenali diri sendiri dengan baik, apa yang menjadi kelebihan dan apa

yang menjadi kekurangan, kesukaan ideologi dan sebagainya, kembangkan nilai

kepercayaan yang dapat membuat kita bersikap asertif. Diharapkan perilaku

asertif dapat menjadi tameng bagi remaja dalam menangkal dampak-dampak

negatif dari teman sebaya atau dari lingkungannya (BKKBN, 2013).

3. Penyebab Remaja Masuk Lapas


Tingginya tingkat kriminal di kalangan remaja dipengaruhi oleh mudahnya

akses dan penyalahgunaan alcohol, akses dan penyalahgunaan senjata api, geng

dan pasokan lokal obat-obatan terlarang, ketimpangan pendapatan yang tinggi,

kemiskinan, dan kualitas pemerintahan suatu negara (hukum dan sejauh mana

mereka ditegakkan, serta kebijakan untuk pendidikan dan perlindungan sosial) di

lingkungan masyarakat (WHO, 2014). Dikarenakan pengaruh tersebut, sehingga

remaja sering melakukan suatu tindakan kriminal yang menyebabkan mereka

menjadi warga binaan di Lapas (Lembaga pemasyarakatan).

Semakin banyaknya keterlibatan remaja dalam perilaku-perilaku yang

negatif ditunjukkan dengan tingginya jumlah remaja di penjara. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia penjara sebagai bangunan tempat mengurung orang

hukuman bersalah menurut pengadilan. Di Indonesia pada umumnya penjara

dibagi menjadi 2 kategori yaitu Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) dan Rumah

Tahanan Negara (Rutan). Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995

8
tentang Permasyarakatan Bab 1, Pasal 1, Ayat 3, Lapas adalah tempat untuk

melaksanakan pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan. Berbeda

dengan Rutan yang menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983

merupakan tempat tersangka atau terdakwa yang ditahan selama proses

penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan.

Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Permasyarakatan

Bab 1, Pasal 1, Ayat 5 Warga Binaan adalah Narapidana, Anak Didik

Permasyarakatan, dan Klien Permasyarakatan. Dan menurut Keputusan Menteri

Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.02-PK 04.10 Tahun 1990 tentang pola

pembinaan Narapidana/Warga binaan permasyarakatan, disebutkan bahwa yang

dimaksud dengan warga binaan adalah tersangka atau terdakwa yang ditempatkan

di dalam rutan untuk kepentingan penyidikan penuntutan dan pemeriksaan.

Pada saat remaja terlibat dalam sebuah kasus kriminalitas, maka ia akan

mendapatkan tindakan atau perlakuan secara hukum. Meskipun dia masih dalam

usia anak-anak atau remaja. Seseorang yang dikatakan anak-anak ataupun remaja

secara hukum ketika usianya kurang dari 18 hingga 19 tahun pada saat

melakukan tindak kenakalan atau kriminal, sanksi yang diterimanya juga harus

sesuai dengan usia anak atau remaja tersebut, yaitu setengah dari sanksi yang

diterima orang dewasa, maksimal 10 tahun kurungan penjara (Hastuti S, 2006).

Menjalani kehidupan di Lapas merupakan bentuk pertanggungjawaban yang

harus dipenuhi oleh remaja yang melanggar hukum. Tujuan dari pembinaan

kepada remaja adalah agar mereka tidak mengulangi apa yang telah mereka

perbuatannya, menemukan kembali kepercayaan dirinya, dan dapat diterima

menjadi bagian dari anggota masyarakat. Selama menjalani masa hukuman di

Lapas, berbagai permasalahan dialami narapidana remaja diantaranya adalah

9
perubahan hidup, hilangnya kebebasan, hak-hak yang semakin terbatas, dan

perolehan label penjahat. Mereka yang masih tergolong remaja sangat

membutuhkan arahan, bimbingan, serta pendampingan dari orangtua agar mereka

dapat berkembang ke arah pendewasaan yang lebih positif (Handayani, 2010).

Sehingga remaja harus menerima hukuman apa yang telah diberikan, dan remaja

juga harus mengetahui bagaimana cara mengatasi atau bagaimana mekanisme

koping atau tindakan yang harus mereka lakukan untuk menerima hukuman

mereka.

B. Pengertian Mekanisme Koping


1. Definisi Mekanisme Koping
Menurut Stuart (2006), mekanisme koping merupakan tiap upaya yang di

tujukan untuk penatalaksanaan stres, termasuk upaya penyelesaian masalah

langsung dan mekanisme pertahanan ego yang digunakan untuk melindungi diri .

Mekanisme koping juga merupakan cara yang dilakukan oleh individu dalam

menyelesaiakan masalah, menyesuaikan diri terhadap perubahan, respon terhadap

situasi yang mengancam. Upaya individu ini dapat berupa kognitif, perubahan

perilaku dan perubahan lingkungan yang bertujuan untuk menyelesaikan stress

yang dihadapi.

2. Jenis-jenis mekanisme koping


a. Problem focused coping

Yaitu usaha untuk menyelesaikan masalah, seperti mendefinisikan suatu

masalah, menghasilkan solusi alternatif, mempertimbangkan alternatif secara

efisien, memilih alternatif dan bertindak, strategi problem-focused

coping beroreintasi pada penyelesaian masalah.

Adapun strategi yang digunanakan :

10
1) Confrontatif coping: mengubah keadaan yang dianggap menekan dengan

cara yang agresif, tingkat kemarahan yang cukup tinggi dan pengambilan

resiko.

2) Seeking social support: usaha untuk mendapat kenyamanan emosional dan

bantuan informasi dari orang lain.

3) Planful problem solving: usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap

menekan dengan cara hati-hati, bertahap dan analitis.

b. Emotional Focused Coping

Yaitu usaha mengatasi stres dengan mengatur respon emosional dalam

rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang ditimbulkan oleh sesuatu yang

dianggap penuh tekanan. Emotional focused coping ditujukan untuk mengontrol

respon emosional terhadap situasi stres.

Adapun strategi yang digunakan :

1.) Self-control: Usaha untuk mengatur perasaan ketika menghadapai situasi

yang menekan.

2.) Distancing: Usaha untuk tidak terlibat dalam permasalahan, menghindari

seolah-olah tidak terjadi permasalahan, menciptakan pandangan yang

positif.

3.) Positive reaprisial: Usaha mencari makna positif dari permasalahan

dengan berfokus pada pengembangan diri, biasanya bersipat religius.

4.) Acepting responsibility: Usaha untuk menyadari tanggung jawab diri

sendiri dalam permasalahan yang dihadapinya dan mencoba menerimanya

untuk menjadi lebih baik.

11
5.) Escape/avoidance: usaha untuk mengatasi situasi menekan dengan lari

dari situasi tersebut dan menghindarinya dengan beralih pada hal lain

seperti makan, minum, merokok dan obat-obatan.

Sedangkan menurut Sarafino (dalam, Hasjanah, 2012) mengategorikan strategi

koping dalam dua klasifikasi, dan pada masing-masing klasifikasi strategi coping

terdiri atas beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut :

a. Perilaku Coping yang Berfokus pada Masalah (Problem-Focused Coping).

Perilaku coping yang berorientasi pada masalah dibedakan dalam 4 bentuk berikut :

1. Planfull Problem Solving

Individu memikirkan dan mempertimbangkan secara matang beberapa alternatif

pemecahan masalah yang mungkin dilakukan, meminta pendapat dan pandangan dari

orang lain tentang masalah yang dihadapi, bersikap hati-hati sebelum memutuskan

sesuatu dan mengevaluasi strategi yang pernah dilakukan.

2. Direct Action

Meliputi tindakan yang ditujukan untuk menyelesaikan masalah secara langsung

serta menyusun secara lengkap apa yang diperlukan.

3. Assistance Seeking

Assistance Seeking dilakukan dengan cara individu mencari dukungan dan

menggunakan bantuan dari orang lain berupa nasehat maupun tindakan didalam

menghadapi masalahnya.

4. Information Seeking

Information seeking dilakukan individu dengan cara mencari informasi dari

orang lain yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan individu tersebut.

b. Perilaku Coping yang Berfokus pada Emosi (Emotional Focused Coping)

Perilaku coping yang berorientasi pada emosi dibedakan dalam 4 bentuk berikut :

12
1. Avoidance

Avoidance dilakukan oleh individu dengan cara menghindari masalah yang ada

dengan cara berkhayal atau membayangkan seandainya ia berada pada situasi yang

menyenangkan.

2. Denial

Denial dilakukan individu dengan cara menolak masalah yang ada dengan

menganggap seolah-olah masalah individu tidak ada, artinya individu tersebut

mengabaikan masalah yang dihadapinya.

3. . Self-Criticism

Self-Criticism adalah keadaan individu yang larut dalam permasalahan dan

menyalahkan diri sendiri atas kejadian atau masalah yang dialaminya.

4. Possitive Reappraisal

Possitive Reappraisal terjadi jika individu melihat sisi positif dari masalah

yang dialami dalam kehidupannya dengan mencari arti atau keuntungan dari

pengalaman tersebut.

Menurut Kelliat (1999, dalam Ramadhani, 2014), mekanisme koping ada

dua, yaitu koping adaptif dan maladaptif. Mekanisme koping adaptif adalah suatu

usaha yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah akibat adanya

stresor atau tekanan yang bersifat positif, rasional dan konstruktif. Sementara,

mekanisme koping maladaptif suatu usaha yang dilakukan individu dalam

menyelesaikan masalah akibat adanya stresor atau tekanan yang bersifat negatif,

merugikan, destruktif dan tidak dapat menyelesaikan masalah secara tuntas.

Mekanisme koping individu menurut (Arfianto, 2008) meliputi :

Mekanisme koping destruktif (maladaptive) adalah dimana individu mengalami

keadaan yang beresiko tinggi suatu ketidakmampuan untuk mengatasi stressor.

13
Koping maladaptive menggambarkan individu kesulitan dalam beradaptasi

terhadap kejadian-kejadian yang sangat menekan.

Mekanisme koping konstruktif adalah suatu kejadian dimana individu dapat

mengatur berbagai tugas mempertahankan konsep diri, mempertahankan

hubungan dengan orang lain, mempertahankan emosi dan mengatur stress.

3. Cara Menangani Kecemasan


Menurut Mutadin (dalam Mustika, 2015), cara individu menangani situasi yang

mengandung tekanan (kecemasan) ditentukan oleh sumber daya individu yang

meliputi 6 faktor berikut :

a. Kesehatan Fisik

Kesehatan fisik merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha

mengatasi stres individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar. Fisik

yang sehat adalah kondisi terhindarnya jasmani dari penyakit, misalnya tidak sakit

perut, sakit gigi, dan sakit-sakit lain.

b. Keyakinan atau Pandangan Positif

Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti

keyakinan tentang nasib (external locus of control) yang mengerahkan individu pada

penilaian ketidakberdayaan (helplessness) yang akan menurunkan kemampuan

strategi coping.

c. Keterampilan Memecahkan Masalah

Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi menganalisis

situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif-

alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan

dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan

melakukan suatu tindakan yang tepat.

14
d. Keterampilan Sosial

Keterampilan sosial meliputi kemampuan individu untuk berkomunikasi dan

bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku

di masyarakat.

e. Dukungan Sosial

Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional

pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain, saudara,

teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya.

f. Materi

Dukungan ini meliputi sumber daya berupa uang, barang barang atau layanan

yang biasanya dapat dibeli.

15
BAB III

KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep merupakan bagian penelitian yang menyajikan konsep

atau teori dalam bentuk kerangka yang mengacuh pada masalah- masalah yang

akan diteliti atau berhubungan dengan penelitian (Nursalam, 2008). Kerangka

konsep dari penelitian sebagai berikut:

Mekanisme Warga Binaan Remaja


Koping di Lapas Kelas II A
Maros dan Lapas
Kelas I Makassar

Keterangan :

: Variabel yang akan diteliti.

Bagan 3. 1 Kerangka Konsep

Penjelasan :

Yang menjadi dasar dari penelitian ini ialah variabel di sebelah kiri, yaitu

mekanisme koping. Variable tersebut akan dikaji pada partisipan yang merupakan

anak di Lapas yaitu remaja berusia 15-19 tahun. Pengkajian tersebut akan

dilakukan dengan menggunakan kuesioner, yang selanjutnya akan dianalisa

sehingga menghasilkan gambaran mekanisme koping warga binaan Remaja di

Lapas Kelas IIA Maros dan Lapas Kelas I Makassar.

16
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan desain Survey

Deskriptif. Menurut Nursalam (2016) Survey Deskriptif bertujuan untuk

mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada

masa kini.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Kelas

IIA Maros dan Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Kelas I Makassar.

2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada akhir bulan Mei sampai awal bulan Juni 2017.

C. Populasi Penelitian dan Sampel


1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2016). Populasi dalam penelitian ini adalah remaja usia 15-19 tahun yang ada

di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Maros Lembaga Pemasyarakatan

(LAPAS) Kelas I Makassar.

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2016). Sampel dalam penelitian ini adalah semua anak

usia 15-19 tahun yang ada di Lembaga Permasyarakatan (LAPAS) Kelas IIA

17
Maros dan Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Kelas I Makassar. Teknik

pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Total Sampling yaitu teknik

penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

Adapun kriteria inklusi dan ekslusi sebagai berikut :

1) Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Adapun kriteria inklusi meliputi

a) Warga binaan di Lapas Maros dan di Lapas Makassar.

b) Berusia 15-19 tahun.

c) Bersedia menjadi responden.

2) Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2016).

Adapun kriteria eksklusi meliputi :

a) Anak yang berstatus yatim piatu.

18
D. Alur Penelitian

Mendapatkan surat rekomendasi dari Universitas sebagai


bukti bahwa tindakan ini murni penelitian

Permohonan izin Penelitian : Ketua Program Studi Ilmu


Keperawatan UNHAS, Litbang Program Studi Ilmu
Keperawatan UNHAS, kepala UPT P2T BKPMD
Prov.Sulawesi Selatan, Kepala Kantor Wilayah Sulawesi
Selatan, Kepala Lembaga Pemasyarakatan Maros dan
Kepala Lembaga Pemasyarakatan Makassar

Memberi Informed Consent, termasuk menjelaskan tujuan


penelitian

Pengumpulan data, dengan menggunakan kuesioner

Analisa Data

Penyajian hasil penelitian, kesimpulan dan saran

Bagan 4. 1 Alur Penelitian

19
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah mekanisme koping.

2. Definisi operasional

a. Karakteristik responden

1) Usia adalah umur responden yang dihitung dari tanggal lahir sampai tanggal

penelitian.

2) Jenis kelamin identitas diri atau seksual yang teridentifikasi sejak lahir.

Kriteria objektif :

a) Laki-laki, jika responden berjenis kelamin laki-laki.

b) Perempuan, jika responden berjenis kelamin perempuan.

3) Status pendidikan adalah status kependidikan terakhir yang telah atau sedang

dijalani remaja.

Kriteria objektif :

a) SD (Sekolah Dasar)

b) SMP (Sekolah Menengah Pertama)

c) SMA (Sekolah Menengah Atas)

d) Tidak bersekolah, jika responden tidak pernah sama sekali mengenyam

bangku pendidikan di sekolah manapun.

4) Pekerjaan orang tua yaitu pekerjaan yang sedang dijalani orang tua saat ini.

5) Status pernikahan orang tua.

Kriteria Objektif :

1. Menikah, jika kedua orang tua masih hidup dan masih dalam ranah

pernikahan.

20
2. Cerai, apabila kedua orang tua berpisah.

6) Penyebab anak masuk Lapas adalah apa yang mereka lakukan sehingga

mereka masuk ke dalam Lapas.

7) Lama masa tahanan adalah berapa lama jangka waktu seorang tahanan

menjalani hukuman di dalam Lapas.

b. Mekanisme Koping adalah cara penyesuaian diri yang digunakan seeorang

untuk menghadapi perubahan yang diterima ketika berada di Lapas.

Kriteria Objektif :

1. Mekanisme koping konstruktif jika skor >30 atau 31-60

2. Mekanisme koping destruktif jika skor ≤ 30 atau 0-30

F. Proses Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian


1. Proses Pengumpulan Data
Peneliti memilih responden, kemudian peneliti memberikan informed

consent pada responden beserta penjelasan mengenai manfaat dan tujuan

penelitian. Selanjutnya, peneliti menyebarkan kuesioner kepada responden dan

mengumpulkan kembali kuesioner yang telah diisi.

2. Instrument penelitian
Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan kuesioner yaitu daftar pertanyaan yang dibuat untuk memperoleh

data dalam penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 4 instrumen.

a. Kuesioner A

Berisi pengumpulan data demografi yang berhubungan dengan

karakteristik responden meliputi nama, usia, jenis kelamin, status pendidikan,

agama, pekerjaan orang tua, status pernikahan orang tua, penyebabab masuk

Lapas dan lama masa tahanan kuesioner ini disusun oleh peneliti.

21
b. Kuesioner B

Untuk mengukur mekanisme koping warga binaan akan di Lapas diadaptasi

dari Sri Agustika Marbun (2015). Telah diuji validitas dan reabilitasnya dengan

nilai Cronbach’s alpha 0,841. Kuesioner ini terdiri dari 20 pertanyaan. Dimana

pertanyaan positif memiliki skor, jika Selalu (Sl) akan diberi nilai 3, jika Sering

(Sr) akan diberi nilai 2, dan jika Jarang (Jr) akan diberi 1 dan jika Tidak pernah

(Tp) akan diberi nilai 0, dan pertanyaan negatif memiliki skor, jika Selalu (Sl)

akan diberi nilai 0, jika Sering (Sr) akan diberi nilai 1, dan jika Jarang (Jr) akan

diberi 2 dan jika Tidak pernah (Tp) akan diberi nilai 3.

G. Metode Pengolahan Data dan Analisa Data


1. Rancangan Pengolahan Data

a. Editing

Pada penelitian ini, setelah data terkumpul maka dilanjutkan dengan

kegiatan editing yaitu dengan memeriksa setiap kuesioner yang diisi mengenai

kebenaran data yang sesuai dengan variable, serta pemeriksaan terhadap

ukuran/dimensi dan dijelaskan data serta pembuktiannya.

b. Pengkodean (coding)

Proses pemberian kode-kode pada jawaban responden dan ukuran-ukuran

yang diperoleh dari unit analisis sesuai dengan rancangan awal.

c. Tabulasi Data

Mengelompokkan data ke dalam suatu table menurut sifat-sifat yang

dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian.

d. Cleaning

Pengecekan kembali data yang sudah diproses apakah terdapat kesalahan,

ketidak lengkapan, serta dilakukan koreksi.

22
2. Analisa Data
Analisa data dalam penelitian ini adalah analisis univariat, pada penelitian

ini analisa univariat digunakan untuk mendeskripsikan gambaran mekanisme

koping warga binaan anak di Lapas Maros, variable yang akan dianaisis meliputi:

usia, jenis kelamin, status pendidikan, pekerjan orang tua, status pernikahan

orang tua, penyebab remaja masuk Lapas dan lama masa tahanan. Analisis

univariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah distribusi frekuensi

pervariabel untuk melihat gambaran mekanisme koping warga binaan anak di

Lapas Maros, beserta komponennya serta distribusi frekuensi dengan

crosstabulasi untuk mengukur gambaran mekanisme koping berdasarkan

karakteristik responden.

H. Etik Penelitian
Penelitian ini telah disetujui oleh komisi etik Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin dengan nomor UH17040245.

Ketetapan mengenai prinsip dasar penerapan etik, penelitian menggunakan

tiga prinsip, sebagai berikut:

1. Prinsip menghargai harkat dan martabat manusia (respect for persons)


Penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan otonomi responden dalam

keterlibatannya saat pengumpulan data dilakukan, bersedia tanpa ada paksaan

dalam memberikan informasi yang dibutuhkan dengan memberikan informed

consent (lembar persetujuan). Beberapa perlindungan khusus yang harus

diterapkan adalah bahwa peneliti harus melindungi hak, privasi, dan kerahasiaan

responden (Rachmawaty, 2017).

Sebelum memulai penelitian, peneliti meminta izin kepada responden dengan

menandatangani lembar persetujuan responden yang disertakan bersama dengan

23
penjelasan dan tujuan penelitian. Peneliti juga member kebebasan kepada

responden jika menolak dan menjamin kerahasiaan responden.

2. Prinsip berbuat baik (benefience) dan tidak merugikan (mal-eficence)


Peneliti menjelaskan manfaat dari penelitian yang dilakukan tidak akan

menimbulkan resiko/bahaya apapun kepada responden, dalam hal ini bebas dari

eksploitasi dan ketidaknyamanan akibat publikasi identitas partisipan. Untuk itu

peneliti meberikan penjelasan lengkap tentang tujuan dan manfaat yang

diperoleh, serta peneliti juga memberi informasi bahwa apabila terdapat

ketidaknyamanan dalam penelitian ini, maka responden memiliki hak untuk tidak

melanjutkan partisipasinya dalam penelitian yang dilakukan.

Peneliti harus menjelaskan manfaat dari penelitianya sebelum penelitian

dimulai, peneliti juga harus mendapatkan persetujuan dari komisi etik

(Rachmawaty, 2017). Dalam penelitian ini, persetujuan etik dilakukan sebelum

melakukan penelitian.

3. Prinsip keadilan (justice)


Penelitian yang dilakukan dapat memperlakukan subjek penelitian dengan

benar dan memperoleh hak secara adil dan seimbang. Dimana dalam prinsip

keadilan ini peneliti merahasiakan identitas dari responden, memperlakukan

responden secara adil dan terbuka. Justice harus ditegakkan pada partisipan

(Rachmawaty, 2017). Dalam penelitian ini, prinsip Justice ditegakkan dengan

tidak membeda-bedakan antar responden satu dan responden yang lainnya atau

peneliti memperlakukan setiap responden dengan adil.

24
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pengambilan data dilaksanakan mulai tanggal 01 November 2016 – 30

November 2016 di Lapas Kelas IIA Maros. Dan tanggal 04 Juni 2017 di Lapas

Kelas I Makassar. Pelaksanan penelitian ini bertempat di Maros dan Makassar.

Data diperoleh dengan menggunakan angket (kuesioner) yang dibagikan kepada

responden yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel dalam penelitian ini sebanyak

40 responden. Dengan menggunakaan metode survey deskriptif dan teknik

pengambilan sampel yaitu, total sampling.

Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui kuesioner yang terdiri

dari data demografi meliputi usia, jenis kelamin, status pendidikan, agama,

pekerjaan orang tua, status pernikahan orang tua, penyebab masuk Lapas dan

lama masa tahanan. Sedangkan untuk mengetahui gambaran mekanisme koping

digunakan kuesioner yang diadaptasi dari Sri Agustika Marbun yang terdiri dari

20 pertanyaan, degan melibatkan 40 responden.

Hasil penelitian kemudian disajikan dalam bentuk table distribusi univariat

dan bivariat sebagai berikut :

1. Gambaran Karakteristik Demografi Respnden di Lapas Kelas IIA Maros dan


Lapas Kelas I Makassar.
Penelitian ini dilakukan di Lapas Kelas IIA Maros dan Lapas Kelas I

Makassar, dengan jumlah responden sebanyak 40 responden remaja. Adapun

gambaran karakteristik responden dapat dilihat pada table 5.1

25
Tabel 5.1
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Status Pendidikan,
Agama, Pekerjaan Orang Tua, Status Pernikahan Orang Tua
(n = 40)
Variabel Frekuensi (n) Persenase (%)
Usia :
15 tahun 6 15,0
16 tahun 14 35,0
17 tahun 13 32,5
18 tahun 7 17,5
Jenis Kelamin :
Laki-laki 40 100
Status Pendidikan :
SD 6 15
SMP 17 42,5
SMA 17 42,5
Agama :
Islam 40 100
Pekerjaan Orangtua :
PNS 3 7.5
Non PNS 24 60
Tidak Bekerja 13 32.5
Status Pernikahan Orang
Tua :
Menikah 37 92.5
Cerai 3 7.5

Variabel Mean (SD) Min-Max


Usia 16.52 (.960) 15-18

Sumber : Data Primer,2017

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 40 responden, berdasarkan

karakteristik ditemukan bahwa responden yang memiliki usia termuda berada

pada usia 15 tahun, yakni 6 orang (15%) dan responden yang memiliki usia tertua

berada pada usia 18 tahun, yakni 7 orang (17.5%). Semua responden berjenis

kelamin laki-laki, yakni 40 orang (100%). Hampir sebagian status pendidikan

warga binaan SMP dan SMA yakni 17 orang (42,5%), semua responden

beragama Islam yakni 40 orang (100%), lebih dari sebagian kecil orang tua

responden tidak bekerja yakni 13 orang (32,5%), serta kebanyakan status orang

tua responden menikah, yakni 37 orang (92,5%).

26
2. Penyebab Masuk Lapas dan Lama Masa Tahanan di Lapas Kelas IIA Maros
dan Lapas Kelas I Makassar.
Adapun gambaran karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 5.2

Tabel 5.2
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Penyebab Masuk Lapas dan Lama Masa
Tahanan (n=40)

Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)


Penyebab Masuk Lapas :
Narkoba 6 15
Membawa Senjata Tajam 3 7.5
Mencuri 22 55
Pelecehan 1 2.5
Begal 5 12.5
Membunuh 1 2.5
Silariang 1 2.5
Pengeroyokan 1 2.5
Lama Masa Tahanan :
<= 10 Bulan 22 55
>10 Bulan 18 45
Variabel Mean (SD) Min-Max
Lama Masa Tahanan 1.48 (.506) 1-2

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 40 responden, berdasarkan karakteristik

lebih dari setengah penyebab warga binaan masuk Lapas karena mencuri yakni

22 orang (55,%), serta lebih dari setengah lama masa tahanan <= 10 bulan,

yakini 22 orang (55%).

3. Gambaran Mekanisme Koping Warga Binaan Remaja di Lapas Kelas IIA


Maros dan Lapas Kelas I Makassar.

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Mekanisme Koping Warga Binaan Remaja di Lapas Kelas IIA Maros
dan Lapas Kelas I Makassar (n=40)

Mekanisme Koping Frekuensi (n) Persentase


(%)
Konstruktif 39 97.5
Destruktif 1 2.5
Total 40 100

27
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari hasil kuesioner sebagian besar responden

sebanyak 39 orang (97.5%) memiliki mekanisme koping yang konstruktif

yaitu dimana individu atau seseorang dapat mempertahankan emosi dan

mengatur stress. Dan 1 orang (2.5%) memiliki mekanisme koping yang

destruktif, yaitu dimana individu tidak mampu mengatasi atau mengatur

stressornya.

4. Gambaran Mekanisme Koping Berdasarkan Karakteristik Responden Yaitu


Usia, Status Pendidikan, Pekerjaan Orang Tua, Status Pernikahan Orang Tua.

Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Mekanisme Koping Berdasarkan Usia (n=40)

Mekanisme Koping
Karakteristik Total
Konstruktif Destrukktif
n % n % n %
Usia :
15 Tahun 6 100 - - 6 100
16 Tahun 14 100 - - 14 100
17 Tahun 12 92.3 1 7.7 13 100
18 Tahun 7 100 - - 7 100

Tabel 5.4 Menunjukkan bahwa responden yang menggunakan mekanisme

koping konstruktif terbanyak terdapat pada usia 16 tahun sebanyak 14 orang

(100%). Dan responden yang menggunakan mekanisme koping destruktif

terbanyak terdapat pada usia 17 tahun yaitu 1 orang (7.7%).

Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Mekanisme Koping Berdasarkan Status Pendidikan (n=40)

Mekanisme Koping
Karakteristik Total
Konstruktif Destruktif
n % n % n %
Status Pendidikan :
SD 6 100 - - 6 100
SMP 16 94.1 1 5.9 17 100
SMA 17 100 - - 17 100

28
Tabel 5.5 Menunjukkan bahwa responden yang menggunakan mekanisme

koping konstruktif terbanyak terdapat pada responden yang memiliki status

pendidikan SMA dengan jumlah 17 responden (100%). Sedangkan responden

yang menggunakan mekanisme koping destruktif terbanyak terdapat pada

responden yang memiliki status pendidikan SMP dengan jumlah 1 orang (5.9%).

Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Mekanisme Koping Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua (n=40)

Mekanisme Koping
Total
Karakteristik Konstruktif Destruktif
n % n % n %
Pekerjaan Orang Tua :
PNS 3 100 - - 3 100
Non PNS 24 100 - - 24 100
Tidak Bekerja 12 92.3 1 2.5 13 100

Tabel 5.6 Menunjukkan bahwa responden yang menggunakan mekanisme

koping konstruktif terbanyak terdapat pada responden yang memiliki pekerjaan

orang tua Non PNS, yakni sebanyak 24 responden (100%). Dan, responden yang

menggunakan mekanisme koping destruktif terbanyak terdapat pada responden

yang memiliki pekerjaan orang tua tidak bekerja dengan jumlah 1 responden

(2.5%).

Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Mekanisme Koping Berdasarkan Status Pernikahan Orang Tua (n=40)

Mekanisme Koping
Total
Karakteristik Konstruktif Destruktif
n % n % n %
Status Pernikahan Orang Tua :
Menikah 36 97.3 1 2.7 37 100
Cerai 3 100 - - 3 100

Tabel 5.7 Menunjukkan bahwa responden yang menggunakan mekanisme

koping konstruktif terbanyak terdapat pada responden yang memiliki status

29
pernikahan ors*ang tua menikah dengan jumlah 36 responden (97.3%). Dan,

responden yang menggunakan mekanisme koping destruktif terbanyak juga

terdapat pada responden yang status pernikahan orang tua menikah dengan

jumlah 1 responden (2.7%).

Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Mekanisme Koping Berdasarkan Status Penyebab Masuk Lapas (n=40)

Mekanisme Koping
Total
Karakteristik Konstruktif Destruktif
n % n % n %
Penyebab Masuk Lapas :
Narkoba 6 100 - - 6 100
Membawa Senjata Tajam 3 100 - - 3 100
Mencuri 21 95.5 1 4.5 22 100
Pelecehan 1 100 - - 1 100
Begal 5 100 - - 5 100
Membunuh 1 100 - - 1 100
Silariang 1 100 - - 1 100
Pengeroyokan 1 100 - - 1 100

Tabel 5.8 Menunjukkan bahwa responden yang menggunakan mekanisme

koping konstruktif terbanyak terdapat pada responden yang penyebab masuk

lapasnya yaitu mencuri dengan jumlah 21 responden (95.5%). Dan untuk

responden yang menggunakan mekanisme koping destruktif terbanyak juga

terdapat pada responden yang penyebab masuk lapasnya yaitu mencuri dengan

jumlah 1 responden (4.5%).

30
Tabel 5.9
Distribusi Frekuensi Mekanisme Koping Berdasarkan Lama Masa Tahanan (n=40)

Mekanisme Koping
Total
Karakteristik Konsruktif Destruktif
n % n % n %
Lama Masa Tahanan :
<= 10 Bulan 22 100 - - 22 100
> 10 Bulan 17 94.4 1 5.6 18 100

Tabel 5.9 Menunjukkan bahwa responden yang menggunakan mekanisme

koping konstruktif terbanyak terdapat pada responden yang memiliki lama masa

tahanan <=10 bulan dengan jumlah 22 responden (100%). Sedangkan untuk

responden yang menggunakan mekanisme koping destruktif terbanyak terdapat

pada responden yang memiliki lama masa tahanan <=10 bulan dengan jumlah 17

responden (94.4%).

B. Pembahasan
1. Karakteristik demografi responden
Sampel pada penelitian ini sebanyak 40 responden. Responden berasal

dari dua tempat yaitu dari Lapas kelas IIA Maros dan Lapas kelas I Makassar.

Karakteristik responden terbagi atas usia, jenis kelamin, status pendidikan,

agama, pekerjaan orangtua, status pernikahan orangtua, penyebab masuk lapas,

lama masa tahanan.

Hasil tabel 5.3 menunjukkan bahwa, responden dengan mekanisme

koping konstruktif ada sebanyak 39 responden (97.5%) sedangkan responden

dengan mekanisme koping destruktif ada sebanyak 1 responden (2.5%).

Responden yang telah dijatuhi hukuman atau telah menjadi warga binaan Lapas

menunjukkan hasil mekanisme koping yang baik (mekanisme koping

konstruktif). Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

31
(Agnesia, Halim, & Manurung, 2014) yang menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan bermakna antara vonis yang dijatuhkan dengan mekanisme koping

individu.

Berdasarkan pertanyaan dari kuesioner, pada pertanyaan positif,

pertanyaan nomor 2 yaitu “berusaha dan berjuang untuk sesuatu yang saya

inginkan” yang menjawab tidak pernah ada sebanyak 2 responden (5%), yang

menjawab jarang sebanyak 4 responden (10%), yang menjawab sering

sebanyak 8 responden (20%), dan yang menjawab selalu sebanyak 26

responden (65%). Pada pertanyaan nomor 3 yaitu ”saya mendiskusikan dengan

orang lain untuk memahami keadaan” yang menjawab tidak pernah ada

sebanyak 3 responden (7.5%), yang menjawab jarang sebanyak 7 responden

(17.5%), yang menjawab sering sebanyak 19 responden (47.5%), dan yang

menjawab selalu sebanyak 11 responden (27.5%). Pada pertanyaan nomor 4

yaitu “saya menerima pengertian dan pemahaman dari orang lain” yang

menjawab jarang sebanyak 8 responden (20%), yang menjawab sering

sebanyak 18 responden (45%), yang menjawab selalu sebanyak 14 responden

(35%). Pada pertanyaan nomor 5 yaitu “saya mencari pertolongan pada orang

yang lebih tau” yang menjawab tidak pernah sebanyak 5 responden (12.5%),

yang menjawab jarang sebanyak 6 responden (15%), yang menjawab sering

sebanyak 12 responden (30%), yang menjawab selalu sebanyak 17 responden

(42.5%). Pada pertanyaan nomor 6 yaitu “saya mencari saran dan nasehat

kepada keluarga” yang menjawab jarang sebanyak 6 responden (15%), yang

menjawab sering sebanyak 7 responden (17.5%), yang menjawab selalu

sebanyak 27 responden (67.5%). Pada pertanyaan nomor 7 yaitu “saya mencari

saran dan nasehat kepada teman yang saya hormati” yang menjawab tidak

32
pernah sebanyak 6 responden (15%), yang menjawab jarang sebanyak 7

responden (17.5%), yang menjawab sering sebanyak 21 responden (52.5%),

yang menjawab selalu sebanyak 6 responden (15%). Pada pertanyaan nomor 8

yaitu saya membuat rencana dan melaksanakannya” yang menjawab tidak

pernah sebanyak 8 responden (20%), yang menjawab jarang sebanyak 13

responden (32.5%), yang menjawab sering sebanyak 13 responden (32.5%),

yang menjawab selalu sebanyak 6 responden (15%). Pada pertanyaan nomor 9

yaitu “saya belajar dari pengalaman masa lalu” yang menjawab tidak pernah

sebanyak 3 responden (7.5%), yang menjawab jarang sebanyak 3 responden

(7.5%), yang menjawab sering sebanyak 19 responden (47.5%), yang

menjawab selalu sebanyak 15 responden (37.5%). Pada pertanyaan nomor 10

yaitu “saya memilih beberapa solusi yang berbeda untuk masalah yang saya

alami” yang menjawab tidak pernah sebanyak 3 responden (7.5%), yang

menjawab jarang sebanyak 12 responden (30%), yang menjawab seing

sebanyak 8 responden (20%), yang menjawab selalu sebanyak 17 responden

(42.5%). Pada pertanyaan nomor 11 yaitu “saya berusaha untuk tidak putus

asa” yang menjawab tidak pernah sebanyak 4 responden (10%), yang

menjawab jarang 4 responden (10%), yang menjawab sering sebanyak 7

responden (17.5), yang menjawab selalu sebanyak 25 responden (62.5%). Pada

pertanyaan nomor 12 yaitu “saya mencoba untuk tidak tergesah-gesah dalam

mengambil keputusan” yang menjawab tidak pernah sebanyak 5 responden

(12.5%), yang menjawab jarang sebanyak 3 responden (7.5%), yang menjawab

sering sebanyak18 responden (45%), yang menjawab selalu sebanyak 14

responden (35%). Pada pertanyaan nomor 13 yaitu “saya meikirkan apa yang

harus saya katakana atau lakukan” yang menjawab tidak pernah sebanyak 3

33
responden (7.5%), yang menjawab jarang sebanyak 9 responden (22.5%), yang

menjawab sering sebanyak 14 responden (35%), yang menjawab selalu

sebanyak 14 responden (35%). Pada pertanyaan nomor 14 yaitu “saya berusaha

melihat sisi baik dari setiap hal” yang menjawab tidak pernah sebanyak 7

responden (17.5%), yang menjawab jarang sebanyak 5 responden (12.5%),

yang menjawab sering sebanyak 10 responden (25%), yang menjawab selalu

sebanyak 18 responden (45%). Pada pertanyaan nomor 15 yaitu “saya berusaha

supaya masalah tersebut tidak mengganggu pikiran saya” yang menjawab tidak

pernah sebanyak 2 responden (5%), yang menjawab jarang sebanyak 4

responden (10%), yang menjawab sering sebanyak 14 responden (35%), yang

menjawab selalu sebanyak 20 responden (50%). Pada pertanyaan nomor 16

yaitu “saya selalu berdoa” yang menjawab tidak pernah sebanyak 2 responden

(5%), yang menjawab jarang sebanyak 1 responden (2.5%), yang menjawab

sering sebanyak 5 responden (12.5%), yang menjawab selalu sebanyak 32

responden (80%). Pada pertanyaan nomor 17 yaitu “saya meminta maaf atas

kesalahan yang saya lakukan” yang menjawab tidak pernah sebanyak 1

responden (2.5%), yang menjawab jarang sebanyak 6 responden (15%), yang

menjawab sering sebanyak 12 responden (30%), yang menjawab selalu

sebanyak 21 responden (52.5%). Pada pertanyaan nomor 18 yaitu “saya lebih

banyak tidur dari biasanya” yang menjawab tidak pernah sebanyak 15

responden (37.5%), yang menjawab jarang sebanyak 12 responden (30%), yang

menjawab sering sebanyak 8 responden (20%), yang menjawab selalu

sebanyak 5 responden (12.5%).

Dan pada pertanyaan negatif, pada nomor 1 yaitu “saya

mengekspresikan kemarahan saya kepada yang menyebabkan masalah

34
tersebut” yang menjawab selalu sebanyak 4 responden (10%), yang menjawab

sering sebanyak 6 responden (15%), yang menjawab jarang sebanyak 19

responden (47.5%), yang menjawab tidak pernah sebanyak 11 responden

(27.5%). Pada pertanyaan nomor 19 yaitu ngan pertanyaan “saya menyalahkan

orang lain atas kondisi saya saat ini” yang menjawab selalu sebanyak 2

responden (5%), yang menjawab sering sebanyak 4 responden (10%), yang

menjawab jarang sebanyak 6 responden (15%), yang menjawab tidak pernah

sebanyak 28 responden (70%). Pada pertanyaan nomor 20 yaitu “saya

menyangkal kalau saya berada di Lapas” yang menjawab selalu sebanyak 6

responden (15%), yang menjawab sering sebanyak 3 responden (7.5%), yang

menjawab jarang sebanyak 4 responden (10%), yang menjawab tidak pernah

sebanyak 27 responden (67.5%).

2. Mekanisme koping berdasarkan usia


Responden yang menggunakan mekanisme koping konstuktif ada

sebanyak 39 responden, yang terbagi atas yaitu usia 15 tahun sebanyak 6

responden, usia 16 tahun sebanyak 14 responden, usia 17 tahun sebanyak 12

responden, dan pada usia 18 tahun sebanyak 7 responden. Sedangkan

responden yang menggunakan mekanisme koping destruktif ada sebanyak 1

responden, yang terbagi atas yaitu usia 15 tahun tidak menggunakan

mekanisme koping destruktif begitu juga dengan usia 16 tahun tidak

menggunakan mekanisme koping destruktif, usia 17 tahun dengan jumlah 1

responden dan pada usia 18 tahun tidak menggunakan mekanisme koping

destruktif.

Responden dengan usia 16 tahun memiliki presentase mekanisme koping

konstruktif yang paling tinggi yakni sebanyak 14 responden. Dimana yang kita

35
ketahui mekanisme koping konstruktif yaitu mekanisme koping yang baik, Hal

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Mulyana & Mustikasari, 2013)

dengan hasil penelitian, ternyata anak usia remaja dengan usia 16 tahun lebih

banyak menggunakan mekanisme koping adaptif atau mekanisme koping

konstruktif, dimana hasil ini menunjukkan bahwa taha perkembangan remaja

mayoritas dapat mengontrol emosi dan memandang masalah dengan baik.

3. Mekanisme koping berdasarkan status pendidikan


Responden yang menggunakan mekanisme koping konstuktif ada

sebanyak 39 responden, yang terbagi atas yaitu dengan status pendidikan SD

sebanyak 6 responden, status pendidikan SMP sebanyak 16 responden, dan

status pendidikan SMA sebanyak 17 responden. Sedangkan responden yang

menggunakan mekanisme koping destruktif ada sebanyak 1 responden, yang

terbagi atas yaitu dengan status pendidikan SD tidak menggunakan

mekanisme koping destruktif, status pendidikan SMP dengan jumlah 1

responden, dan status pendidikan SMA tidak menggunakan mekanisme

koping destruktif.

Responden dengan status pendidikan SMA, memiliki presentase

mekanisme koping konstruktif paling timggi yakni sebanyak 17 responden.

Hal ini karena pola pikir anak dengan status pendidikan lebih tinggi biasanya

lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini memudahkan akan

remaja unutk mengatur dirinya dengan baik sehinggan berdampak ke

mekanisme kopingnya. Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Naviska,

2012) yang menemukan bahwa sebanyak 51% remaja SMAN 1 Purwakarta

telah memiliki koping yang baik dalam mengatasi masalah yang sedang

dihadapi.

36
4. Mekanisme koping berdasarkan pekerjaan orang tua
Responden yang menggunakan mekanisme koping konstuktif ada

sebanyak 39 responden, yang terbagi atas yaitu responden yang memiliki

pekerjaan orang tua PNS sebanyak 3 responden, Non PNS sebanyak 24

responden, dan responden orang tuanya tidak bekerja sebanyak 12 responden.

Sedangkan responden yang menggunakan mekanisme koping destruktif ada

sebanyak 1 responden, yang terbagi atas yaitu responden yang memiliki

pekerjaan orang tua PNS tidak menggunakan mekanisme koping destruktif,

Non PNS tidak menggunakan mekanisme koping destruktif, dan responden

orang tuanya tidak bekerja sebanyak 1 responden.

Responden dengan pekerjaan orang tua Non PNS memiliki presentase

mekanisme koping konstruktif yang paling tinggi, yakni sebanyak 24

responden lebih banyak menggunakan mekanisme koping konstuktif. Non

PNS dalam penelitian ini termasuk pedagang, pegawai swasta, petani dan

wiraswasta dimana mereka biasanya hanya bekerja di rumah, disawah maupun

di kantoran. Tetapi mereka masih dapat mendidik anak mereka serta memberi

dukungan sosial. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Astuti,

2016) yang mengatakan bahwa dukungan sosial dari orang tua memiliki

hubungan yang signifikan dengan strategi koping yang berfokus pada masalah.

Hal ini berarti jika dukungan sosial orang tua semakin tinggi, maka semakin

tinggi juga strategi koping yang berfokus pada masalah pada siswa kelas XII

SMK Negeri 3 Yogyakarta. Dengan adanya dukungan sosial dari orang tua

khususnya yang diperoleh remaja memungkinkan remaja mampu mengambil

langkah dan keputusan mengarah pada upaya dalam menyelesaikan masalah

yang mereka hadapi.

37
5. Mekanisme koping berdasarkan status pernikahan orang tua
Responden yang menggunakan mekanisme koping konstruktif ada

sebanyak 39 responden, yang terbagi atas yaitu dengan status pernikahan

orang tua menikah sebanyak 36 responden, serta responden dengan status

pernikahan orang tua cerai sebanyak 3 responden. Sedangkan responden yang

menggunakan mekanisme koping destruktif ada sebanyak 1 responden, yang

terbagi atas yaitu dengan status pernikahan orang tua menikah dengan jumlah

1 responden, tetapi responden dengan status pernikahan orang tua bercerai

tidak menggunakan mekanisme koping destruktif.

Responden dengan status pernikahan orang tua menikah, memiliki

presentase mekanisme koping konstruktif yang tinggi, hal ini karena

lingkungan keluarga yang lengkap dalam hal ini kedua orang tua masih dalam

hubungan pernikahan yang utuh (menikah) akan banyak berpengaruh dalam

proses perkembangan anak, salah satunya yaitu proses mekanisme koping.

Seorang anak yang mendapat kasih sayang atau dukungan dari kedua orang

tua akan merasa lebih berharga hidup di dunia, hal ini dikuatkan dengan

penelitian yang dilakukan (Ashitiati, dalam Meiriana, 2016) yang mengatakan

seseorang yang orang tuanya masih bersama atau status pernikahan orang

tuanya menikah akan memiliki dukungan sosial yang baik dari kedua orang

tuanya akan lebih merasa aman pada saat menghadapi kesulitan dan masalah,

berbeda dengan seseorang yang status pernikahan orang tuanya bercerai,

mereka mamiliki dukungan sosial yang buruk, dimana akan berdampak pada

mekanisme kopingnya.

38
6. Mekanisme koping berdasarkan penyebab masuk Lapas
Responden yang menggunakan mekanisme koping konstruktif ada

sebanyak 39 responden, yang terbagi atas yaitu dengan penyebab masuk Lapas

narkoba sebanyak 6 responden, membawa senjata tajam sebanyak 3

responden, mencuri sebanyak 21 responden, pelecehan sebanyak 1 responden,

begal sebanyak 5 responden, membunuh sebanyak 1 responden, silariang

sebanyak 1 responden, dan pengeroyokan sebanya 1 responden. Sedangkan

responden yang menggunakan mekanisme koping destruktif ada sebanyak 1

responden, yang terbagi atas yaitu dengan penyebab masuk Lapas narkoba

tidak menggunakan mekanisme koping destruktif, mencuri dengan jumlah 1

responden, begal, membunuh, silariang, membawa senjata tajam, peleceh dan

pengeroyokan tidak menggunakan mekanisme koping destruktif.

Responden dengan penyebab masuk Lapas yaitu mencuri memiliki

presentase lebih tinggi, yakni sebanyak 21 responden. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh (Armeliza, dalam Nelfice, elita, & Dewi, 2014)

pada bulan juni 2013 di Lapas Anak Kelas II B Pekanbaru menunjukkan

bahwa mayoritas kasus atau penyebab masuk Lapas responden adalah

pencurian, menurut responden penyebab mereka mencuri karena kurangnya

biaya hidup.

7. Mekanisme koping berdasarkan lama masa tahanan


Responden yang menggunakan mekanisme koping yang konstruktif ada

sebanyak 39 responden, yang terbagi atas yaitu lama masa tahanan <= 10

bulan sebanyak 22 responden, serta responden dengan lama masa tahanan >

10 bulan sebanyak 17 responden. Sedangkan responden yang menggunakan

mekanisme koping destruktif sebanyak 1 responden, yang terbagi atas yaitu

39
dengan lama masa tahanan <= 10 bulan tidak menggunakan mekanisme

koping destruktif, dan untuk responden dengan lama masa tahanan > 10 bulan

dengan jumlah 1 responden.

Responden dengan lama masa tahanan <= 10 bulan memiliki presentase

lebih tinggi. Hal ini dikarenakan tingkat stres tahanan yang singkat lebih

rendah dari tahanan yang memiliki lama masa tahanan yang sangat lama.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan (Agnesia, Halim, & Manurung,

2014) responden yang lama masa tahanannya >10 bulan atau lebih dari 2

tahun memiliki mekanisme koping yang adaptif atan konstruktif, begitu juga

dengan penelitian yang dilakukan oleh (Asnita, Arneliwati, & Jumaini, 2015)

mengatakan bahwa mayoritas responden yang telah menjalani masa hukuman

di LP (Lembaga Pemasyarakatan) < 1 tahun berkemungkinan sedang

mengalami stress yang dapat menimbulkan raksi maladaptif atau destruktif

terhadap stressor psikososial yang mereka alami.

C. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan pada penelitian ini yaitu ada pada peneliti yang kurang komunikasi

dengan pihak Lapas Maros yang menyebabkan adanya perbedaan persepsi tentang

usia remaja, sehingga jumlah responden yang dibutuhkan masih kurang, maka dari

itu peneliti menambahkan tempat penelitian, yaitu di Lapas Kelas I Makassar. Dan

peneliti mendapat responden sebanyak 40 orang dari dua termpat tersebut.

40
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan pada penelitian berdasarkan hasil penelitian adalah

1. Dari 40 responden yang menunjukkan gambaran mekanisme koping konstruktif

yaitu 39 responden (97.5%) dan responden yang menunjukkan gambaran

mekanisme koping destruktif yaitu 1 responden (2.5%).

2. Responden yang menggunakan mekanisme koping konstruktif terbanyak berada

pada usia 16 tahun dengan jumlah 4 responden. Menurut status pendidikan,

responden yang menggunakan mekanisme koping konstruktif terbanyak pada

status pendidikan SMA sebanyak 17 responden. Untuk pekerjaan orang tua, yang

menggunakan mekanisme koping konstruktif terbanyak yaitu responden yang

memiliki status pekerjaan orang tua Non PNS dengan jumlah 24 responden.

Menurut status pernikahan orang tua, yang memiliki mekanisme koping

konstruktif terbanyak terdapat pada responden yang status orang tuanya menikah

dengan jumlah 36 responden. Menurut penyebab masuk lapas, responden dengan

kasus mencurilebih banyak menggunakan mekanisme koping konstruktif dengan

jumlah 21 responden. Dan menurut lama masa tahanan, responden yang

menggunakan mekanisme koping konstruktif yaitu responden dengan lama masa

tahanan <=10 bulan dengan jumlah 22 responden.

Jadi dari hasil penelitian ini, mekanisme koping di Lapas Kelas IIA Maros dan

Lapas Kelas I Makassar memiliki mekanisme koping yang konstruktif, dimana

kita ketahui bahwa mekanisme koping konstruktif yaitu dimana individu dapat

mempertahankan emosinya dan dapat mengatur stresnya.

41
B. Saran
1. Hasil penelitian ini diharapkan akan menambah bahan referensi bagi yang ingin

melakukan penelitian selanjutnya.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pengembangan

ilmu keperawatan bagi pihak keperawatan jiwa, anak dan keperawatan komunitas

Universitas Hasanuddin. Hal ini terkait dalam melihat bagaimana gambaran

mekanisme koping remaja kususnya remaja yang berada diLapas.

3. Bagi pihak Lapas Maros dan Lapas Makassar, diharapkan lebih meningkatkan

lagi membantu warga binaan dalam mengontrol mekanisme koping mereka.

42
DAFTAR PUSTAKA

Afrinisna, R. Y. (2013). PENYEBAB DAN KONDISI PSIKOLOGIS NARAPIDANA KASUS


NARKOBA PADA REMAJA.

Agnesia, A., Halim, A., & Manurung, I. (2014). Mekanisme Koping Narapidana Kasus Narkoba
YANG Menjalani Vonis Masa Hukuman di Lembaga Pemasyarakatan. Jurnal Penelitian,
101.

Agnesia, A., Halim, A., & Manurung, I. (2014). Mekanisme koping narapidana kasus narkoba yang
menjalani vonis masa hukuman di Lembaga Permasyarakatan. Jurnal Keperawatan, Volume
X, 1-7.

Angraini, S. (2015). Gambaran Pola Asuh Orang Tua Pada Remaja di Desa. Jurnal penelitian.

Apriyanto, E. A. (2016). Tingkat Stress pada Remaja Di Lapas Anak Blitar. Jurnal Penelitian.

Arfianto, T. (2008). Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Menstruasi dengan Mekanisme
Koping Menarche pada Siswi Kelas VIII MTs Marbaul Ulum Karangawen Demak.
Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang.

Arjunawadi, M. (2015). Gambaran Mekanisme Koping Orang Tua Yang Memiliki Anak Down
Syndrome di SLB Negeri Ungaran Kabupaten Semarang. Jurnal Penelitian.

Asmadi. (2008). Teknik prosedural keperawatan konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien . Jakarta:
Salemba Medika.

Asnita, L., Arneliwati, & Jumaini. (2015). Hubungsn Tingkat Stres dengan Harga Diri Remaja Di
Lembaga Pemasyarakatan. Jurnal Online Mahasiswa (JOM), 1236.

Astuti, Y. (2016). Hubungan Antara Dukungan Sosial Orang Tua dengan Strategi Coping Berfokus
pada Masalah Siswa SMK Negeri 3 Yogyakarta. Artikel-Ejournal, 9.

Belajar Psikologi. (2011, November). Perkembangan Psikologis Remaja. Retrieved from


belajarpsikologi.com: http://belajarpsikologi.com/perkembangan-psikologis-remaja/

BKKBN. (2013, Mei 13). MENUMBUHKAN PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA. Retrieved from
kalsel.bkkbn.go.id:
http://kalsel.bkkbn.go.id/Lists/Artikel/DispForm.aspx?ID=456&ContentTypeId=0x01003DC
ABABC04B7084595DA364423DE7897

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Fransisca, E., & Oktaviyanti, T. (2016). HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN
DISIPLIN ANAK DI KOMPLEK MENDAWAI KOTA PALANGKA RAYA. Jurnal
Penelitian.

Gail, W. Stuart. (2006). Buku Saku Keperawatan jiwa. Jakarta: EGC.

Hasanah, H. (2013). Pembentukan Identitas Diri dan Gambaran Diri Pada Remaja Putri Bertato di
Samarinda. eJournal Psikologi.

43
Hastuti S. (2006). Mengenal Masyarakat, Menumbuhkan Kepedulian. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma.

Indirawati, E. (2006). Hubungan Antara Kematangan Beragama dengan Kecenderungan Strategi


Coping. Universitas Diponegoro, 85.

Ismail, M. F. (2014). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kejadian Perilaku Agresif pada Remaja
di SMP III Bawen Kecamatan Bandungan. Jurnal Penelitian.

Kartono, K. (2014). Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali Pres.

Maros, L. P. (2016). Form Matriks Database Pendidikan Anak di LPKA/LAPAS Seluruh Indonesia.
Maros: Kementrian Hukum dan HAM RI Kantor Wilayah SULSEL LAPAS kelas IIA Maros.

Meiriana, A. (2016). Hubungan Antara Coping Stress dan Dukungan Sosial dengan Motivasi Belajar
pada Remaja yang Orang Tuanya Bercerai. Universitas Mulawarman, 403.

Meiriana, A. (2016). Hubungan Antara Coping Stress dan Dukungan Sosial dengan Motivasi Belajar
pada Remaja yang Orang Tuanya Bercerai (SAMARINDA). Psikoborneo, 403.

Mulyana, & Mustikasari. (2013). Mekanisme Koping Remaja. Depok: Universitas Indonesia.

Mustika, U. D. (2015). KECEMASAN DAN STRATEGI COPING REMAJA PELAKU TINDAK


PIDANA PEMBUNUHAN. Jurnal Penelitian.

Naviska, N. (2012). Gambaran Mekanisme Koping yang digunakan Remaja Siswa Kelas 3 SMA 1
Purwakarta TA Ajaran 2011/2012 menjelang Ujian Nasional. Jakarta: Universitas Indonesia.

Nelfice, Elita, V., & Dewi, Y. I. (2014). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Harga Diri Remaja
Di Lembaga Pemasyarakatan. Jurnal Online Mahasiswa PSIK Universitas Riau, 5.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman
Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Medika Salemba.

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:Pendekatan Praktis. Jakarta: Salembang


Medika.

Pieter, H. Z., & Lubis, N. L. (2012). Pengantar Psikologi Dalam Keperawatan. Jakarta: Kencana.

Purwadi. (2004). Peroses Pembentukan Identitas Diri Remaja. Indonesian Psychologycal Journal, 46.

Rachmawaty, R. (2017). Ethical Issues In Action-Oriented Research In Indonesia. SAGE.

Rahmayati. (n.d.). Stress dan Coping Remaja yang Mengalami Perceraian pada Oran tuanya. Jurnal
Penelitian.

Ramadhani, Y. (2014). HUBUNGAN MEKANISME KOPING INDIVIDU DENGAN TINGKAT


KEPATUHAN PENDERITA. Jurnal Penelitian.

Rhadiah, M., Nauli, F. A., & Arneliwati. (2013). Hubungan Mekanisme Koping dengan Perilaku
Agresif Remaja. Universitas Riau, 4.

44
Rosita, H. (2007). Hubungan Antara Perilaku Asertif Dengan Kepercayaan Diri Pada Mahasiswa.
Jurnal Penelitian, 5-6.

Santrock. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Santrock, J. W. (2011). Masa Perkembangan Anak. Jakarta: Salemba Humanika.

Sholichatun, Y. (2011). Stres dan strategi coping pada anak didik di Lembaga Pemasyarakatan Anak.
Psikoislamika, Jurnal Psikologi Islam (JPI), 1-20.

Sholichatun, Y. (2011). Stres dan Strategi Coping Pada Anak Didik di Lembaga Pemasyarakatan
Anak. Jurnal Psikologi Islam (JPI), 37.

Sistem Database Permasyarakatan. (2016, Oktober). Data Terakhir Jumlah Penghuni Perkanwil.
Retrieved from ditjenpas: http://smslap.ditjenpas.go.id/public/grl/current/daily

Sodikin, M. (2016). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Penyalahgunaan Narkoba pada Remaja
diLapas Kelas II A Narkotika Cipinang, Jakarta Timur. Jurnal Penelitian.

Sugiyono. (2016). Statitstika untuk penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Thahir, A. (2010). Perbedaan Mekanisme Koping Antara Mahasiswa Laki-Laki dan Perempuan dalam
Menghadapi Ujian Semester pada Fakultas Tarbiyah Iain Raden Intan Lampung. Jurnal
Penelitian, 31.

WHO. (2014, Desember 10). Media Center. Retrieved from www.who.int:


http://www.who.int/mediacentre/news/releases/2014/violence-prevention/en/

WHO. (2016, September). Media center. Retrieved from www.who.int:


http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs356/en/

Wibowo, A. (2014). Metodologi Penelitian Praktis Bidang Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

World Healt Organization. (2016, November 22). Maternal, newborn, child and adolescent health.
Retrieved from www.who.int:
http://www.who.int/maternal_child_adolescent/topics/adolescence/dev/en/

World Health Organization. (2016, September). Media center. Retrieved from www.who.int:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs356/en/

45
LAMPIRAN
Lampiran 1. Informed Consent

INFORMED CONSENT

”GAMBARAN MEKANISME KOPING WARGA BINAAN REMAJA DI LAPAS KELAS IIA MAROS
DAN LAPAS KELAS I MAKASSAR”

Saya adalah Mahasiswi Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas


Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar. Saya akan melakukan penelitian
sebagai salah satu kegiatan dalam rangka memperoleh gelar Sarjana S1
Keperawatan Universitas Hasanuddin Makassar.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Gambaran Mekanisme Koping Warga


Binaan Remaja Di Lapas Kelas II A Maros Dan Lapas Kelas I Makassar. Saya
mengharapkan Saudara/Saudari bersedia untuk turut berpartisipasi dengan
memberikan tanggapan/jawaban dari pertanyaan yang diberikan.
Pertanyaan/jawaban bersifat bebas dan tanpa paksaan. Saya akan menjamin
kerahasiaan pendapat dan identitas Saudara.

Jika Saudara bersedia menjadi peserta penelitian, silahkan menandatangani kolom


di bawah ini dan mengisi kuesioner yang tersedia.

Tanda Tangan :

Tanggal :

No. Responden :

Inisial Responden : PENELITI

YUNITHA PRATIWI YULI MANDILA

NIM C121 13022


INSTRUMEN PENELITIAN

Petunjuk Pengisian :

1. Menjawab setiap pertanyaan yang tersedia.


2. Tip satu pertanyaan harus diisi dengan satu jawaban.
3. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan kepada peneliti.
4. Atas bantuan dan partisipasi saudara/saudari dalam mengisi kuesioner ini diucapkan
terima kasih.

A. Data Demografi

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

Status Pendidikan : SD SMP

SMA Tidak Bersekolah

Agama : Islam Hindu

Kristen Protestan Budha

Katholik

Pekerjaan Orang tua :

Status Pernikahan Orang tua : Menikah Cerai

Penyebab masuk Lapas :

Lama Masa Tahanan :


B. Instrumen Mekanisme Koping

PERTANYAAN Tidak
Selalu Sering Jarang
No. Pernah
Koping yang berfokus pada masalah (Sl) (Sr) (Jr) (TP)
Saya mengekspresikan kemarahan saya kepada orang 0 1 2 3
1.
yang menyebabkan masalah tersebut
Saya berusaha dan berjuang untuk sesuatu yang saya 3 2 1 0
2.
inginkan
Saya berdiskusi dengan orang lain untuk memahami 3 2 1 0
3.
keadaan
Saya menerima pengertian dan pemahaman dari orang 3 2 1 0
4.
lain
5. Saya mencari pertolongan pada orang yang lebih tau 3 2 1 0
6. Saya mencari saran dan nasehat kepada keluarga 3 2 1 0
Saya mencari saran dan nasehat kepada teman yang 3 2 1 0
7. saya
Hormati
8. Saya membuat rencana dan melaksanakannya 3 2 1 0
9. Saya belajar dari pengalaman masa lalu 3 2 1 0
Saya memilih beberapa solusi yang berbeda untuk 3 2 1 0
10.
masalah yang saya alami
Koping yang berfokus pada Emosi 3 2 1 0
11. Saya berusaha untuk tidak putus asa 3 2 1 0
Saya mencoba untuk tidak tergesa-gesa dalam 3 2 1 0
12. mengambil
keputusan
Saya memikirkan apa yang harus saya katakan atau 3 2 1 0
13.
lakukan
14. Saya berusaha melihat sisi baik dari setiap hal 3 2 1 0
Saya berusaha supaya masalah tersebut tidak 3 2 1 0
15. mengganggu
pikiran saya
16. Saya selalu berdoa 3 2 1 0
17. Saya meminta maaf atas kesalahan yang saya lakukan 3 2 1 0
18. Saya lebih banyak tidur dari biasanya 3 2 1 0
19. Saya menyalahkan orang lain atas kondisi saya saat ini 0 1 2 3
20. Saya menyangkal kalau saya berada di lapas 0 1 2 3
MASTER TABEL DATA DEMOGRAFI WARGA BINAAN REMAJA
DI LAPAS KELAS IIA MAROS DAN LAPAS KELAS I MAKASSAR

Status
Jenis Pendi- Pekerjaan Pernikah Penyebab Lama Masa
No Inisial Usia Agama
Kelamin dikan Orang Tua an Orang Masuk Lapas Tahanan
Tua
1 RH 17 Tahun Laki-laki SMA Islam Wiraswasta Menikah Narkoba <=10 Bulan
2 MS 16 Tahun Laki-laki SMP Islam Tidak Bekerja Menikah Membawa Senjata
<=10
Tajam
Bulan
3 R 17 Tahun Laki-laki SMP Islam Pegawai Swasta Menikah Mencuri <=10 Bulan
4 M 16 Tahun Laki-laki SD Islam Pegawai Swasta Menikah Mencuri <=10 Bulan
5 R 18 Tahun Laki-laki SMA Islam Tidak Bekerja Menikah Mencuri <=10 Bulan
6 R 17 Tahun Laki-laki SD Islam Tidak Bekerja Menikah Mencuri >10 Bulan
7 AW 16 Tahun Laki-laki SMP Islam Pegawai Swasta Menikah Mencuri <=10 Bulan
8 N 17 Tahun Laki-laki SD Islam Pegawai Swasta Menikah Membawa Senjata
<=10
Tajam
Bulan
9 MF 15 Tahun Laki-laki SMP Islam Tidak Bekerja Cerai Pelecehan <=10 Bulan
10 A 18 Tahun Laki-laki SMP Islam Pegawai Negeri Menikah Begal <=10 Bulan
11 S 18 Tahun Laki-laki SMK Islam Petani Menikah Mencuri <=10 Bulan
12 MI 16 Tahun Laki-laki SMP Islam Pegawai Swasta Menikah Narkoba >10 Bulan
13 R 18 Tahun Laki-laki SMA Islam Petani Menikah Narkoba >10 Bulan
14 AN 18 Tahun Laki-laki SMP Islam Petani Menikah Membunuh >10 Bulan
15 IH 17 Tahun Laki-laki SMA Islam Wiraswasta Menikah Mencuri >10 Bulan
16 MT 16 Tahun Laki-laki SMA Islam Wiraswasta Menikah Mencuri >10 Bulan
17 KI 17 Tahun Laki-laki SMA Islam Tidak Bekerja Menikah Mencuri >10 Bulan
18 S 18 Tahun Laki-laki SMP Islam Wiraswasta Menikah Mencuri >10 Bulan
19 K 17 Tahun Laki-laki SMP Islam Tidak Bekerja Menikah Mencuri >10 Bulan
20 MV 15 Tahun Laki-laki SMA Islam Pegawai Negeri Menikah Mencuri >10 Bulan
21 A 17 Tahun Laki-laki SMA Islam Wiraswasta Menikah Silariang <=10 Bulan
22 IH 16 Tahun Laki-laki SMP Islam Wiraswasta Menikah Mencuri <=10 Bulan
23 IU 16 Tahun Laki-laki SMA Islam Pegawai Swasta Menikah Mencuri <=10 Bulan
24 MY 15 Tahun Laki-laki SMP Islam Pegawai Swasta Menikah Mencuri <=10 Bulan
25 A 16 Tahun Laki-laki SMA Islam Tidak Bekerja Menikah Pengeroyokan <=10 Bulan
26 M 17 Tahun Laki-laki SD Islam Pegawai Swasta Menikah Narkoba <=10 Bulan
27 J 18 Tahun Laki-laki SMP Islam Pegawai Negeri Menikah Begal <=10 Bulan
28 AA 16 Tahun Laki-laki SMA Islam Wiraswasta Cerai Mencuri >10 Bulan
29 D 17 Tahun Laki-laki SMP Islam Tidak Bekerja Menikah Mencuri >10 Bulan
30 ADB 17 Tahun Laki-laki SD Islam Pegawai Swasta Menikah Mencuri >10 Bulan
31 GR 16 Tahun Laki-laki SMA Islam Tidak Bekerja Menikah Narkoba >10 Bulan
32 HB 15 Tahun Laki-laki SMA Islam Pegawai Swasta Menikah Mencuri >10 Bulan
33 MRR 17 Tahun Laki-laki SMA Islam Wiraswasta Menikah Begal >10 Bulan
34 MF 16 Tahun Laki-laki SMP Islam Tidak Bekerja Menikah Begal <=10 Bulan
35 MRPS 17 Tahun Laki-laki SMP Islam Tidak Bekerja Menikah Mencuri <=10 Bulan
36 ABH 16 Tahun Laki-laki SMA Islam Tidak Bekerja Cerai Membawa Senjata
<=10
Tajam
Bulan
37 MM 15 Tahun Laki-laki SMP Islam Pegawai Swasta Menikah Begal <=10 Bulan
38 P 15 Tahun Laki-laki SMP Islam Tidak Bekerja Menikah Mencuri <=10 Bulan
39 HA 16 Tahun Laki-laki SD Islam Wiraswasta Menikah Narkoba >10 Bulan
40 IS 16 Tahun Laki-laki SMA Islam Pegawai Swasta Menikah Mencuri >10 Bulan
MAS TER TABEL MEKANIS ME KOPING WARGA BINAAN REMAJA
DI LAPAS KELAS IIA MAROS DAN LAPAS KELAS I MAKAS S AR

TOT TOT Mekanisme


No Inisial Usia JK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 S kor
AL AL Koping
1 RH 17 Ta hun L 2 3 2 2 2 3 3 3 2 3 25 3 2 1 3 3 3 2 0 2 0 19 44 Kons trukti f
2 MS 16 Ta hun L 1 3 3 2 3 3 2 2 1 0 20 0 2 3 3 3 2 3 2 3 2 23 43 Kons trukti f
3 R 17 Ta hun L 3 2 2 2 3 2 2 1 2 2 21 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 23 44 Kons trukti f
4 M 16 Ta hun L 2 1 2 1 3 2 2 1 2 0 16 3 2 1 0 2 3 1 1 3 3 19 35 Kons trukti f
5 R 18 Ta hun L 1 0 3 2 1 2 0 3 2 1 15 1 0 1 3 1 3 3 1 1 3 17 32 Kons trukti f
6 R 17 Ta hun L 3 3 3 1 3 3 2 0 2 1 21 3 3 2 0 1 3 2 3 0 3 20 41 Kons trukti f
7 AW 16 Ta hun L 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 26 3 3 3 1 1 1 1 0 3 3 19 45 Kons trukti f
8 N 17 Ta hun L 2 2 3 2 2 2 3 1 2 3 22 2 3 2 3 2 2 2 3 3 2 24 46 Kons trukti f
9 MF 15 Ta hun L 2 2 1 1 1 2 1 1 2 2 15 3 1 1 2 2 3 1 3 3 3 22 37 Kons trukti f
10 A 18 Ta hun L 0 2 3 3 3 3 2 3 3 3 25 3 2 3 3 3 3 3 1 1 0 22 47 Kons trukti f
11 S 18 Ta hun L 3 3 3 3 0 3 0 3 3 3 24 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 27 51 Kons trukti f
12 MI 16 Ta hun L 2 3 2 2 2 3 1 2 3 2 22 3 2 1 3 3 3 2 3 3 3 26 48 Kons trukti f
13 R 18 Ta hun L 3 3 1 2 2 3 1 1 2 3 21 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 28 49 Kons trukti f
14 AN 18 Ta hun L 2 3 1 1 2 1 2 1 3 1 17 1 2 3 2 3 3 2 3 3 3 25 42 Kons trukti f
15 IH 17 Ta hun L 0 2 2 2 2 2 2 2 3 3 20 3 2 2 3 2 3 3 1 3 3 25 45 Kons trukti f
16 MT 16 Ta hun L 2 3 2 3 3 3 1 2 2 3 24 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 29 53 Kons trukti f
17 KI 17 Ta hun L 2 1 2 3 3 3 3 2 3 3 25 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 27 52 Kons trukti f
18 S 18 Ta hun L 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 25 2 2 3 3 3 3 3 2 3 0 24 49 Kons trukti f
19 K 17 Ta hun L 2 0 3 2 1 1 2 0 1 1 13 1 3 2 0 0 0 1 1 1 0 9 22 Des trukti f
20 MV 15 Ta hun L 0 3 2 2 2 1 2 1 2 2 17 3 2 2 2 2 3 2 0 3 3 22 39 Kons trukti f
21 A 17 Ta hun L 0 3 1 2 1 3 2 0 1 1 14 3 1 1 1 2 3 3 2 3 1 20 34 Kons trukti f
22 IH 16 Ta hun L 2 3 0 2 0 3 1 0 2 3 16 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 24 40 Kons trukti f
23 IU 16 Ta hun L 2 3 3 2 2 3 3 1 3 2 24 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 28 52 Kons trukti f
24 MY 15 Ta hun L 3 3 0 3 3 3 3 0 3 3 24 3 2 0 0 3 3 3 3 3 3 23 47 Kons trukti f
25 A 16 Ta hun L 1 3 1 3 0 1 0 2 3 1 15 0 1 3 0 3 3 1 1 3 3 18 33 Kons trukti f
26 M 17 Ta hun L 2 3 1 3 0 3 0 2 0 3 17 3 2 1 3 2 3 3 1 3 3 24 41 Kons trukti f
27 J 18 Ta hun L 1 3 3 3 2 3 2 3 2 2 24 3 3 3 3 3 3 3 0 1 0 22 46 Kons trukti f
28 AA 16 Ta hun L 2 3 1 3 1 3 2 1 3 1 20 3 0 2 3 0 3 3 2 3 3 22 42 Kons trukti f
29 D 17 Ta hun L 3 3 2 3 3 3 2 0 0 3 22 0 0 0 0 3 3 3 3 3 3 18 40 Kons trukti f
30 ADB 17 Ta hun L 2 3 2 1 1 2 3 2 2 3 21 3 2 1 1 3 3 3 3 3 3 25 46 Kons trukti f
31 GR 16 Ta hun L 1 3 2 3 3 1 1 2 2 2 20 3 2 2 3 2 3 1 3 2 3 24 44 Kons trukti f
32 HB 15 Ta hun L 2 2 2 1 2 3 0 1 3 1 17 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 27 44 Kons trukti f
33 MRR 17 Ta hun L 1 2 2 1 2 3 2 2 2 1 18 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 22 40 Kons trukti f
34 MF 16 Ta hun L 3 3 3 1 3 3 2 0 2 1 21 0 3 2 0 1 3 2 3 0 3 17 38 Kons trukti f
35 MRPS 17 Ta hun L 3 1 3 3 2 3 2 0 2 3 22 3 0 1 3 2 3 2 2 3 1 20 42 Kons trukti f
36 ABH 16 Ta hun L 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 23 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 26 49 Kons trukti f
37 MM 15 Ta hun L 2 1 0 2 3 3 2 3 2 3 21 1 2 3 2 3 2 2 0 3 1 19 40 Kons trukti f
38 P 15 Ta hun L 3 3 2 3 0 1 0 1 0 0 13 3 0 0 1 2 3 3 2 3 3 20 33 Kons trukti f
39 HA 16 Ta hun L 3 3 2 2 3 3 2 1 3 1 23 3 2 2 1 3 3 3 3 3 3 26 49 Kons trukti f
40 IS 16 Ta hun L 2 3 2 2 3 3 1 1 3 1 21 3 3 3 2 3 0 0 2 2 0 18 39 Kons trukti f
KARAKTERISTIK

Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 15 Tahun 6 15.0 15.0 15.0

16 Tahun 14 35.0 35.0 50.0

17 Tahun 13 32.5 32.5 82.5

18 Tahun 7 17.5 17.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

JenisKelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-laki 40 100.0 100.0 100.0

StatusPendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD 6 15.0 15.0 15.0

SMA 17 42.5 42.5 57.5

SMP 17 42.5 42.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Agama

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Islam 40 100.0 100.0 100.0

PekerjaanOrangTua

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Non PNS 24 60.0 60.0 60.0

PNS 3 7.5 7.5 67.5

Tidak Bekerja 13 32.5 32.5 100.0

Total 40 100.0 100.0


StatusPernikahanOrangTua

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Cerai 3 7.5 7.5 7.5

Menikah 37 92.5 92.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

PenyebabMasukLapas

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Begal 5 12.5 12.5 12.5

Membawa Senjata Tajam 3 7.5 7.5 20.0

Membunuh 1 2.5 2.5 22.5

Mencuri 22 55.0 55.0 77.5

Narkoba 6 15.0 15.0 92.5

Pelecehan 1 2.5 2.5 95.0

Pengeroyokan 1 2.5 2.5 97.5

Silariang 1 2.5 2.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

LamaMasaTahanan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <=10 Bulan 22 55.0 55.0 55.0

>10 Bulan 18 45.0 45.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

MekanismeKoping

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Destruktif 1 2.5 2.5 2.5

Konstruktif 39 97.5 97.5 100.0

Total 40 100.0 100.0


CROSSTAB MEKANISME KOPING DENGAN KARAKTERISTIK

MekanismeKoping * Usia
Crosstab
Count
Usia
15 Tahun 16 Tahun 17 Tahun 18 Tahun Total
MekanismeKoping Destruktif 0 0 1 0 1
Konstruktif 6 14 12 7 39
Total 6 14 13 7 40

MekanismeKoping * StatusPendidikan
Crosstab
Count
StatusPendidikan
SD SMA SMP Total
MekanismeKoping Destruktif 0 0 1 1
Konstruktif 6 17 16 39
Total 6 17 17 40

MekanismeKoping * PekerjaanOrangTua
Crosstab
Count
PekerjaanOrangTua
Non PNS PNS Tidak Bekerja Total
MekanismeKoping Destruktif 0 0 1 1
Konstruktif 24 3 12 39
Total 24 3 13 40

MekanismeKoping * StatusPernikahanOrangTua
Crosstab
Count
StatusPernikahanOrangTua
Cerai Menikah Total
MekanismeKoping Destruktif 0 1 1
Konstruktif 3 36 39
Total 3 37 40
MekanismeKoping * PenyebabMasukLapas

Crosstab
Count

MekanismeKoping

Destruktif Konstruktif Total

PenyebabMasukLapas Begal 0 5 5

Membawa Senjata Tajam 0 3 3

Membunuh 0 1 1

Mencuri 1 21 22

Narkoba 0 6 6

Pelecehan 0 1 1

Pengeroyokan 0 1 1

Silariang 0 1 1
Total 1 39 40

MekanismeKoping * LamaMasaTahanan
Crosstab
Count
LamaMasaTahanan
<=10 Bulan >10 Bulan Total
MekanismeKoping Destruktif 0 1 1
Konstruktif 22 17 39
Total 22 18 40
PERTANYAAN

P1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Selalu 4 10.0 10.0 10.0
Sering 6 15.0 15.0 25.0
Jarang 19 47.5 47.5 72.5
Tidak Pernah 11 27.5 27.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

P2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 2 5.0 5.0 5.0
Jarang 4 10.0 10.0 15.0
Sering 8 20.0 20.0 35.0
Selalu 26 65.0 65.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

P3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 3 7.5 7.5 7.5
Jarang 7 17.5 17.5 25.0
Sering 19 47.5 47.5 72.5
Selalu 11 27.5 27.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

P4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Jarang 8 20.0 20.0 20.0
Sering 18 45.0 45.0 65.0
Selalu 14 35.0 35.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
P5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 5 12.5 12.5 12.5
Jarang 6 15.0 15.0 27.5
Sering 12 30.0 30.0 57.5
Selalu 17 42.5 42.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

P6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Jarang 6 15.0 15.0 15.0
Sering 7 17.5 17.5 32.5
Selalu 27 67.5 67.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

P7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 6 15.0 15.0 15.0
Jarang 7 17.5 17.5 32.5
Sering 21 52.5 52.5 85.0
Selalu 6 15.0 15.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

P8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 8 20.0 20.0 20.0
Jarang 13 32.5 32.5 52.5
Sering 13 32.5 32.5 85.0
Selalu 6 15.0 15.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
P9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 3 7.5 7.5 7.5
Jarang 3 7.5 7.5 15.0
Sering 19 47.5 47.5 62.5
Selalu 15 37.5 37.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
P10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 3 7.5 7.5 7.5
Jarang 12 30.0 30.0 37.5
Sering 8 20.0 20.0 57.5
Selalu 17 42.5 42.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

P11
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 4 10.0 10.0 10.0
Jarang 4 10.0 10.0 20.0
Sering 7 17.5 17.5 37.5
Selalu 25 62.5 62.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

P12
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 5 12.5 12.5 12.5
Jarang 3 7.5 7.5 20.0
Sering 18 45.0 45.0 65.0
Selalu 14 35.0 35.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
P13
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 3 7.5 7.5 7.5
Jarang 9 22.5 22.5 30.0
Sering 14 35.0 35.0 65.0
Selalu 14 35.0 35.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

P14
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 7 17.5 17.5 17.5
Jarang 5 12.5 12.5 30.0
Sering 10 25.0 25.0 55.0
Selalu 18 45.0 45.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

P15
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 2 5.0 5.0 5.0
Jarang 4 10.0 10.0 15.0
Sering 14 35.0 35.0 50.0
Selalu 20 50.0 50.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

P16
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 2 5.0 5.0 5.0
Jarang 1 2.5 2.5 7.5
Sering 5 12.5 12.5 20.0
Selalu 32 80.0 80.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
P17
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 1 2.5 2.5 2.5
Jarang 6 15.0 15.0 17.5
Sering 12 30.0 30.0 47.5
Selalu 21 52.5 52.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

P18
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Selalu 5 12.5 12.5 12.5
Sering 8 20.0 20.0 32.5
Jarang 12 30.0 30.0 62.5
Tidak Pernah 15 37.5 37.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

P19
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Selalu 2 5.0 5.0 5.0
Sering 4 10.0 10.0 15.0
Jarang 6 15.0 15.0 30.0
Tidak Pernah 28 70.0 70.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

P20
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Selalu 6 15.0 15.0 15.0
Sering 3 7.5 7.5 22.5
Jarang 4 10.0 10.0 32.5
Tidak Pernah 27 67.5 67.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Anda mungkin juga menyukai