Anda di halaman 1dari 12

Jurnal MIDPRO ISSN: 2086-2792 (Print)

Volume 12 No.1 Juni 2020 ISSN: 2684-6764 (Online)

Hubungan Mekanisme Koping Dengan Tingkat Kecemasan Orang Tua Yang


Memiliki Anak Retardasi Mental Di SLB BC PGRI Sumber Pucung

The Correlation Between Coping Mechanism And Anxiety Levels On Parents


Having Mental Retardation Children In SLB BC PGRI Sumber Pucung

Windia Ari Ardani1, Tri Nurhudi Sasono2, Faizatur Rohmi3


1,2,3
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Kepanjen
Email : windiaariardani18@gmail.com

ABSTRAK
Orang tua yang memiliki anak retardasi mental mungkin akan terjadi suatu
penolakan maupun penerimaan di dalam keluarga dan masyarakat. Apabila hal ini
terjadi orang tua menjadi cemas, kehilangan harga diri, dan mengalami stres yang
tinggi. Untuk menghadapi stres, orang tua harus beradaptasi dengan stressor.
Respons adaptif psikologis dari stressor disebut sebagai makanisme koping.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan mekanisme koping dengan
tingkat kecemasan orang tua yang memiliki anak retardasi mental. Desain
penelitian menggunakan Non-Eksperimen Korelasional dengan pendekatan Cross
Sectional. Populasinya seluruh orang tua yang memiliki anak retardasi mental
sebanyak 50 responden. Pengambilan sampel sebanyak 50 responden dengan
menggunakan teknik Total Sampling. Instrument menggunakan kuesioner COPE
Inventory dan DASS. Teknik analisa data menggunakan Spearman Rank. Sebagian
besar orang tua memiliki mekanisme koping adaptif sebanyak 26 responden (52%)
dan mengalami kecemasan sedang sebanyak 22 responden (44%). Uji statistik
menunjukkan besarnya nilai koefisien korelasi antara dua variabel yaitu 0.443
dengan nilai signifikan sebesar 0.001 < 0.05. Hasil ini menunjukan bahwa ada
Hubungan mekanisme koping dengan kecemasan orang tua yang memiliki anak
retardasi mental di SLB BC PGRI Sumber Pucung. Adanya dari hasil penelitian ini,
maka diharapkan orang tua selalu menggunakan mekanisme koping adaptif untuk
mengatasi rasa kecemasannnya.

Kata Kunci : Mekanisme Koping, Tingkat Kecemasan, Orang Tua

ABSTRACT
Parents who have mentally retarded children may occur at home and in the
community. When this happens the parents become anxious, lose self-esteem, and
experience high stress. The psychological adaptive response of the stressor is called
coping eating. This study aims to determine the relationship of coping mechanisms
with the level of anxiety of parents who have mentally retarded children. The
research design uses non-correlational experiments with cross sectional approach.
The population is all parents who have mentally retarded children as many as 50
respondents. Sampling of 50 respondents using the Total Sampling technique. The
instrument uses the COPE Inventory and DASS questionnaire. Data analysis
techniques using the Spearman Rank. Most parents have adaptive coping
mechanisms as many as 26 respondents (52%) and experience moderate anxiety as

123
Jurnal MIDPRO ISSN: 2086-2792 (Print)
Volume 12 No.1 Juni 2020 ISSN: 2684-6764 (Online)

many as 22 respondents (44%). Statistical tests indicate the magnitude of the


correlation coefficient between the two variables is 0.443 with a significant value
of 0.001 <0.05. These results indicate that there is a correlation between coping
mechanisms with anxiety of parents who have mental retardation children in SLB
BC PGRI Sumber Pucung.The existence of the results of this study, it is expected
that parents always use adaptive coping mechanisms to overcome their anxiety.

Keywords: Coping Mechanism, Anxiet Level, Parents

PENDAHULUAN orang tua yang memiliki anak normal


Kehadiran seorang anak hal yang lainnya. Sehingga dalam kejadian
sangat dinantikan dan diharapkan tersebut orang tua menjadi dilema
oleh setiap orang tua. Hadirnya yang akan berujung pada kecemasan.
seorang anak di dalam keluarga akan Orang tua yang memiliki anak
membawa suatu kebahagiaan dan retardasi mental akan terjadi suatu
kesempurnaan dalam setiap penolakan dan penerimaan di dalam
pernikahan. Setiap orang tua tentunya keluarga termasuk di lingkungan
berkeinginan supaya anak mereka masyarakat. Apabila hal ini terjadi
mempunyai keadaan fisik dan mental orang tua merasa cemas dan harga diri
yang sempurna. Namun pada sebagai orang tua menjadi hilang
kenyataan yang terjadi tidak semua dengan menunjukkan rasa malu
anak lahir dengan kondisi fisik dan bertemu dan anak tidak bisa
mental yang sempurna. Terkadang menjadikan sebuah kebanggaan serta
anak juga mempunyai hambatan datangnya perasaan negatif lainnya
dalam perkembangannya. Dari yang pada akhirnya akan membawa
keadaan tersebut orang tua menjadi mereka kepada suatu keadaan yang
sedih, kecewa, dan terpukul apabila tertekan. Kecemasan orang tua
anak yang dinanti kehadirannya tidak dengan anak retardasi mental akan
sesuai dengan apa yang diharapkan mengalami banyak permasalahan
selama ini. Anak yang tidak normal akibat keberadaan anak tersebut
bisa dikatakan sebagai anak cacat atau terutama ibu yang akan mengalami
anak berkebutuhan khusus. Salah satu tingkat stress yang tinggi (Suliswati,
yang termasuk dalam kategori anak 2005). Di sisi lain, ada juga orang tua
berkebutuhan khusus adalah retardasi yang memberikan perhatian lebih dan
mental atau dikenal juga dengan mencari perawatan yang terbaik
tunagrahita. untuk anaknya dengan cara mencari
Anak penyandang retardasi mental bantuan pada ahli yang dapat
biasanya mengalami gangguan psikis menangani anak retardasi mental
yang ditandai dengan intelegensi (Kosasih, 2012).
rendah yang menyebabkan Menurut World Helath
ketidakmampuan untuk belajar dan Organization (WHO), tercatat
beradaptasi dengan masyarakat atas sebanyak dari penduduk dunia atau
kemampuan yang dianggap normal 785 juta orang mengalami gangguan
serta kurang berinteraksi sosial fisik dan psikis. Data dari American
(Muttaqin, 2008). Hal ini menjadi Psychiatric Accociation (APA),
sebuah tanggungan orang tua dalam berkisar 1-3% dari jumlah penduduk
membiayai dibandingkan dengan Amerika menyandang retardasi

124
Jurnal MIDPRO ISSN: 2086-2792 (Print)
Volume 12 No.1 Juni 2020 ISSN: 2684-6764 (Online)

mental yang bisa dijumpai di memiliki anak retardasi mental di


lingkungan sekitar sekitar tempat SLB BC PGRI Sumber Pucung
tinggal. Studi yang dilakukan di terdapat beberapa orang tua yang
Pakistan dan India, menunjukkan mengatakan merasa cemas, bingung,
angka kejadian retardasi mental berat dan sedih akan kondisi anaknya yang
berjumlah 12-24/1000, sedangkan di menderita retardasi mental karena
Bangladesh berjumlah 5,9/1000 banyak beban yang harus ditanggung
kelahiran anak. Peneliti lain di seperti masalah ekonomi,
Nederland melaporkan bahwa kemandirian anak, dan masa
berdasarkan populasi meta-analisis depannya. Terkadang orang tua
mengungkapkan prevalensi retardasi kurang percaya yang disebabkan rasa
mental 1% dengan pembagian 85% malu untuk bertemu dengan orang
dari seluruh kasus merupakan lain.
retardasi mental ringan, retardasi Dalam hal ini orang yang paling
mental sedang 10%, dan retardasi banyak menanggung beban akibat
mental berat atau sangat berat 5% memiliki anak retardasi mental adalah
(Iqbal dan Bokhoven, 2014). orang tua. Hal ini menjadi sebuah
Sedangkan di Asia sendiri berjumlah masalah pada psikososial yang pada
3% dari penduduknya (33,3 juta akhirnya orang tua akan mengalami
orang) yang mengalami kecemasan. Salah satu permasalahan
keterbelakangan mental. Sementara yang banyak dialami oleh orang tua
yang ada di Indonesia sendiri, khususnya seorang ibu dari anak
berdasarkan data Departemen retardasi mental adalah perilaku
Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS) emosi, masalah ekonomi,
pada tahun 2009 terdapat 4.253 anak kemandirian anak, dan masa depan
retardasi mental yang terdapat pada anak (Hastuti dkk., 2009).
seluruh sekolah luar biasa Kecemasan merupakan respon
(Norhidayah dkk., 2013). Anak kondisi yang dapat mengancam yang
retardasi mental di provinsi Jawa disertai dengan perkembangan,
Timur yang tertampung di SLB-C perubahan, pengalaman baru atau
tahun 2013/2014 berjumlah 6.633 yang belum melakukan sesuatu, dan
orang atau 61.21% dari seluruh anak menemukan jati diri dalam hidupnya.
berkebutuhan khusus di Jawa Timur Rasa kecemasan dapat membantu
yang jumlahnya 10.836 orang anak individu untuk selalu waspada dalam
retardasi mental, yang terdiri dari mengambil suatu tindakan yang
anak retardasi mental ringan 3.994 bertujuan mencegah terjadinya
orang (36,86%), retardasi mental bahaya atau mengurangi dampak
sedang 2639 orang (24,35%), dan tersebut. Tingakatan kecemasan dapat
retardasi mental berat (38,79%). mendorong peningkatan penampilan
Surabaya yang merupakan ibukota tetapi jika kecemasan yang dialami
provinsi Jawa Timur mempunyai data individu tersebut sangat besar malah
untuk anak yang mengalami retardasi akan sangat mengganggu (Kaplan
mental sebesar 25.158 anak dkk., 2010).
sedangkan di Kabupaten Sidoarjo Oleh sebab itu, untuk menghadapi
terdapat 65 anak yang mengalami keadaan stres tersebut orang tua harus
retardasi mental (Ahmad, 2014). beradaptasi dengan stresor. Respon
Setelah melakukan observasi dan adaptif psikologis dari stresor tersebut
wawancara terhadap orang tua yang disebut sebagai mekanisme koping

125
Jurnal MIDPRO ISSN: 2086-2792 (Print)
Volume 12 No.1 Juni 2020 ISSN: 2684-6764 (Online)

(Videbeck, 2008). Mekanisme koping Sampling (Non Random) dengan


merupakan suatu respon yang positif teknik Total Sampling sebanyak 50
pada suatu masalah, afektif, persepsi, responden. Instrument dalam
dan respon perilaku yang dapat penelitian yang digunakan adalah
digunakan oleh orang tua dalam kuesioner COPE Inventory berjumlah
memecahkan masalah yang 20 soal dan kuesioner DASS
disebabkan adanya suatu peristiwa berjumlah 14 soal. Untuk uji analisa
(Suri, 2012). Mekanisme koping data menggunakan uji korelasi
sangat dibutuhkan dalam mendidik Spearman Rank.
atau merawat anak retaradasi mental
karena hal ini perlu dilakukan agar HASIL PENELITIAN
anak mendapatkan perhatian secara 1. Data Umum
khusus. Upaya yang dapat dilakukan a. Distrubisi Frekuensi
untuk meningkatkan mekanisme Berdasarkan Usia Orang Tua
koping keluarga dengan cara Tabel 1 Distribusi Frekuensi
memberitahu dan memberikan Berdasarkan Usia Orang Tua Di
pengetahuan mengenai mekanisme SLB BC PGRI Sumber Pucung
koping keluarga dengan anak Kategori N %
retardasi mental. 25-30 tahun 3 6
31-35 tahun 4 8
Dari pembahasan diatas, peneliti
36-40 tahun 14 28
tertarik untuk melakukan penelitian 41-45 tahun 6 12
yang berhubungan dengan 46-50 tahun 10 20
mekanisme koping dengan tingkat 51-55 tahun 8 16
kecemasan orang tua yang memiliki 56-60 tahun 5 10
anak retardasi mental. Oleh karena Jumlah 50 100
(Sumber : Data Primer Kuesioner
itu, peneliti mengajukan skripsi Penelitian. 2020)
tentang “Hubungan mekanisme
koping dengan tingkat kecemasan Berdasarkan tabel 1 diatas
orang tua yang memiliki anak dapat diketahui bahwa sebagian
retardasi mental”. besar responden berusia 36-40
tahun sebanyak 14 orang (28%)
METODE PENETIAN dan sebagian kecil responden
Pada desain penelitian ini yang berusia 25-30 tahun
menggunakan Non-Eksperimen pada sebanyak 3 orang (6%).
jenis korelasional (hubungan atau
asosiasi) dengan pendekatan Cross b. Distribusi Frekuensi
Sectional. Penelitian ini dilakukan di Berdasarkan Jenis Kelamin
SLB BC PGRI Sumber Pucung Orang Tua
selama bulan Februari 2020. Variabel Tabel 2 Distrubsi Frekuensi
independen pada penelitian ini yaitu Berdasarkan Jenis Kelamin
mekanisme koping. Sedangkan Orang Tua Di SLB BC PGRI
variabel dependen pada penelitian ini Sumber Pucung
yaitu kecemasan. Populasinya seluruh Kategori N %
orang tua yang memiliki anak Perempuan 34 68
retardasi mental di SLB BC PGRI Laki-Laki 16 32
Sumber Pucung sebanyak 50 Jumlah 50 100
responden. Pengambilan sampel (Sumber : Data Primer Kuesioner
Penelitian. 2020)
menggunakan Non Probability

126
Jurnal MIDPRO ISSN: 2086-2792 (Print)
Volume 12 No.1 Juni 2020 ISSN: 2684-6764 (Online)

Berdasarkan tabel 2 diatas


dapat diketahui bahwa sebagian Kategori n %
besar responden yang berjenis Tidak Sekolah 2 4
SD/Sederajat 8 16
kelamin perempuan sebanyak
SMP/Sederajat 1 34
34 orang (68%) dan sebagian SMA/Sederjat 20 40
kecil responden yang berjenis Perguruan Tinggi 3 6
kelamin laki-laki sebanyak 16 Jumlah 50 100
orang (32%). (Sumber : Data Primer Kuesioner
Penelitian. 2020)
c. Distribusi Frekuensi
Berdasarkan Status Berdasarkan tabel 4 diatas
Perkawinan Orang Tua dapat diketahui bahwa sebagian
Tabel 3 Distribusi Frekuensi besar responden berpendidikan
Berdasarkan Status SMA/Sederajat sebanyak 20
Perkawinana Orang Tua Di orang (40%) dan sebagian kecil
SLB BC PGRI Sumber Pucung responden yang tidak sekolah
Kategori n % sebanyak 2 orang (4%).
Belum 1 2
Menikah 49 98 e. Distribusi Frekuensi
Menikah 0 0 Berdasarkan Pekerjaan
Janda 0 0
Orang Tua
Duda
Jumlah 50 100 Tabel 5 Distribusi Frekuensi
(Sumber : Data Primer Kuesioner Berdasarkan Pekerjaan Orang
Penelitian. 2020) Tua Di SLB BC PGRI Sumber
Pucung
Berdasarkan tabel 3 diatas Kategori N %
dapat diketahui bahwa sebagian Tidak Bekerja 11 22
Wiraswasta 14 2
besar responden yang sudah
IRT 20 40
menikah sebanyak 49 orang PNS 2 4
(98%). Hal ini dikarenakan Petani 3 6
responden merupakan orang tua Jumlah 50 100
kandung yang mengasuh anak (Sumber : Data Primer Kuesioner
retardasi mental. Sebagian kecil Penelitian. 2020)
responden yang belum menikah
Berdasarkan tabel 5 diatas
sebanyak 1 orang (2%) karena
dapat diketahui bahwa sebagian
reponden hanya mendampingi
besar responden yang bekerja
anak ke sekolah namun masih
sebagai IRT sebanyak 20 orang
ada hubungan satu keluarga.
(40%) dan sebagian kecil
responden yang bekerja sebagai
d. Distribusi Frekuensi
PNS hanya 2 orang (4%).
Berdasarkan Pendidikan
Orang Tua
2. Data Khusus
a. Mekanisme Koping Orang
Tabel 4 Distribusi Frekuensi
Tua Yang Memiliki Anak
Berdasarkan Pendidikan Orang
Retardasi Mental
Tua Di SLB BC PGRI Sumber
Tabel 6 Distribusi Frekuensi
Pucung
Berdasarkan Mekanisme
Koping Orang Tua Yang

127
Jurnal MIDPRO ISSN: 2086-2792 (Print)
Volume 12 No.1 Juni 2020 ISSN: 2684-6764 (Online)

Memiliki Anak Retardasi Tabel 8 Hasil Analisa


Mental Di SLB BC PGRI Hubungan Mekanisme Koping
Sumber Pucung Dengan Tingkat Kecemasan
Kategori N % Orang Tua Yang Memiliki
Maladaptif 24 48 Anak Retardasi Mental Di SLB
Adaptif 26 52
BC PGRI Sumber Pucung
Jumlah 50 100
Kecemas
(Sumber : Data Primer Kuesioner
an
Penelitian. 2020)
Mekanisme Koping r = 0.443
p = 0.001
Berdasarkan tabel 6 diatas n. 50
dapat diketahui bahwa Uji Korelasi
responden yang mempunyai Spearman
mekanisme koping adaptif (Sumber : Data Primer Kuesioner
Penelitian. 2020)
sebanyak 26 orang (52) dan
sebagian kecil responden yang Berdasarkan tabel 8 diatas
mempunyai mekanisme koping dapat diketahui bahwa hasil
maladaptif analisa data termasuk dalam uji
statistik non-parametrik yang
b. Kecemasan Orang Tua Yang menggunakan uji Spearman
Memiliki Anak Retardasi Rank dengan nilai koefisien
Mental korelasi sebesar 0.443. Hal ini
Tabel 7 Distribusi Frekeunsi menunjukkan bahwa korelasi
Berdasarkan Kecemasan Orang sedang. Sedangkan untuk nilai
Tua Yang Memiliki Anak signifikan sebesar 0.001 < 0.05
Retardasi Mental Di SLB BC maka dapat disumpulkan bahwa
PGRI Sumber Pucung Ha diterima berarti ada
Kategori n %
hubungan antara mekanisme
Normal 3 6
Ringan 16 32 koping dengan kecemasan
Sedang 22 44 orang tua yang memiliki anak
Berat 9 18 retardasi mental.
Jumlah 50 100
(Sumber : Data Primer Kuesioner PEMBAHASAN
Penelitian. 2020)
Mekanisme Koping Orang Tua
Yang Memiliki Anak Retardasi
Berdasarkan tabel 7 diatas
Mental di SLB BC PGRI Sumber
dapat diketahui bahwa sebagian
Pucung
besar responden mengalami
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan
kcemasan sedang sebanyak 22
bahwa dari 50 responden sebagian
orang (44%) dan sebagian kecil
besar memiliki mekanisme koping
responden yang tidak
adaptif sebanyak 26 orang (52%).
mengalami kecemasan
Dalam indikator mekanisme koping
sebanyak 3 orang (6%).
yang tertinggi adalah dukungan
sosial berupa bantuan, informasi,
c. Hubungan Mekanisme
nasehat, dan saran kepada keluarga
Koping Dengan Tingkat
atau teman dekat.
Kecemasan Orang Tua
Pada tabel 1 menunjukkan bahwa
Orang Tua Yang Memiliki
sebagian besar responden berusia 36-
Anak Retardasi Mental
40 tahun sebanyak 14 orang (48%).

128
Jurnal MIDPRO ISSN: 2086-2792 (Print)
Volume 12 No.1 Juni 2020 ISSN: 2684-6764 (Online)

Pada usia tersebut orang tua lebih pertumbuhan, belajar, dan mencapai
berpengalaman dan banyak tujuan. Cirinya adalah berbicara
pengetahuan dalam cara merawat dengan orang lain, memecahkan
anaknya karena memiliki toleransi masalah secara efektif, teknik
dan pengontrolan terhadap stresor relaksasi, latihan seimbang, dan
(Pravesty, 2017). Hal ini sesuai latihan kontruktif (Ihdaniyati dan
dengan teori yang dijelaskan oleh Arifah, 2009).
Hurlock (2008) bahwa semakin usia Kemampuan adaptasi orang tua
bertambah maka tingkat kematangan dapat dilihat dari segi biopsikososial
dan kekuatan seseorang lebih dan spritual. Secara faktor biologis
dipercaya. Apabila usia orang tua anak yang terlahir akan terjadi
semakin bertambah maka akan lebih penolakan di dalam suatu keluarga.
kontruktif dalam menggunakan Namun malah justru sebaliknya dari
kopingnya terhadap masalah yang faktor psikologis orang tua dapat
dihadapinya. Pengalaman dan menerima kondisi anaknya termasuk
kematangan jiwa seseorang anggota kelaurganya. Kondisi anak
disebabkan semakin cukupnya usia tersebut menjadikan orang tua
dan kedewasaan dalam berpikir memberikan bentuk perhatian lebih
maupun dalam memberikan koping. dan mencari perawatan yang terbaik
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan untuk anaknya dengan cara mencari
bahwa sebagian besar responden bantuan pada ahli yang dapat
berpendidikan SMA/Sederajat menangani anaknya. Upaya yang
sebanyak 20 orang (40%). Dalam dilakukan oleh orang tua bertujuan
teori yang dijelaskan oleh agar kondisi anak menjadi lebih baik.
Notoatmodjo (2011) bahwa Pada faktor sosial yang terjadi
pendidikan berarti hubungan yang keberadaan anak penyandang
diberikan seseorang pada orang lain retardasi mental ternyata juga dapat
terhadap semua hal agar mereka dapat diterima di masyarakat meskipun
memahami. Semakin tinggi interaksi yang dilakukan anak secara
pendidikan seseorang semakin mudah bertahap. Sedangkan dari segi faktor
pula mereka menerima informasi, dan spiritual orang tua selalu berdoa dan
pada akhirnya makin banyak pula berserah diri demi kesembuhan
pengetahuan yang dimilikinya, anaknya.
sebaliknya jika seseorang kurang Hal ini menjadi suatu respon orang
mendapatkan informasi tentang tua dalam menggunakan mekanisme
mekanisme koping orang tua dapat koping adaptif terhadap masalah.
berpengaruh besar terhadap yang pada kenyataannya orang tua
mekanisme koping keluarganya sendiri dapat memecahkan suatu
sendiri. permasalah atau mengurangi stres
Dari penjelasan data diatas diakibatkan oleh masalah. Terkadang
merupakan mekanisme koping yang ada juga orang tua yang sering
dipengaruhi oleh usia dan pendidikan mencari sebuah dukungan sosial
terkahir responden. Dalam penelitian berupa informasi, nasehat, saran, dan
ini sejalan dengan yang dilakukan bantuan kepada keluarga atau teman
oleh Andelia (2015) bahwa terdekatnya.
mekanisme koping adaptif
merupakan mekanisme koping yang
mendukung fungsi integritas,

129
Jurnal MIDPRO ISSN: 2086-2792 (Print)
Volume 12 No.1 Juni 2020 ISSN: 2684-6764 (Online)

Kecemasan Orang Tua Yang pengetahuan yang didapat oleh orang


Memiliki Anak Retardasi Mental di tersebut akan berpengaruh besar
SLB BC PGRI Sumber Pucung terhadap pola pikir dan daya nalar
seseorang. Selain pendidikan,
Pada tabel 7 menunjukkan bahwa
pengetahuan juga dipengaruhi oleh
dari 50 responden sebagian besar faktor lingkungan. Faktor lingkungan
mengalami kecemasan sedang juga merupakan faktor yang penting
sebanyak 22 orang (44%). Dalam dalam mempengaruhi pengetahuan
indikator kecemasan yang tertinggi orang tua.
yaitu ketakutan. Berdasarkan tabel 6 menunjukkan
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
bekerja sebagai IRT (Ibu Rumah
bahwa sebagian besar responden yang
Tangga) sebanyak 20 orang (40%)
berjenis kelamin perempuan mempunyai pengetahuan cukup baik,
sebanyak 34 orang (68%). Hal ini di mana lingkungan adalah tempat
didukung dengan penelitian yang pertama bagi orang tua dalam
dilakukan oleh Amelia (2019) bahwa mempelajari hal-hal yang baik
perempuan lebih mudah merasa maupun buruk tergantung pada sifat
cemas dan khawatir akan lingkungan sendiri. Hal ini sejalan
dengan Nursalam (2003) seluruh
kelangsungan hidup di masa depan
kondisi lingkungan yang ada di
dikarekanakan perempuan memiliki sekitar manusia dapat mempengaruhi
emosioanl tinggi dan pemikiran yang perkembangan dan perilaku
rumit apabila dibandingkan dengan seseorang atau kelompok.
laki-laki yang bisa menggunakan Kondisi anak sebagai penyandang
logika dalam proses berpikir untuk retardasi mental menjadikan orang
tua mengalami kecemasan sedang
menghindari adanya kecemasan di
biasanya berhubungan dengan
dalam diri (Elliot, 2013). tuntutan dalam mengasuh anak
Pada tabel 4 menunjukkan bahwa (HauserCram dkk., 2001). Orang tua
sebagian besar responden dengan kecemasan sedang biasanya
berpendidikan SMA/Sederajat mempunyai perasaan yang
sebanyak 20 orang (40%) dengan mengganggu terhadap sesuatu yang
pendidikan yang cukup dapat dianggapnya berbeda dan lebih
mempengaruhi pemahaman orang tua memusatkan perhatiannya pada hal
untuk memperoleh informasi dari penting lalu mengesampingkan hal
orang lain maupun media. Orang tua lain serta lapang persepsinya
dengan pendidikan lebih tinggi menyempit. Ditandai dengan respon
biasanya memiliki kecemasan yang fisiologis yaitu, napas pendek, nadi
lebih buruk dikarenakan orang tua dan tekanan darah meningkat, mulut
ikut terlibat aktif dalam proses kering, anoreksia, diare atau
pengambilan keputusan medis konstipasi, sakit kepala, sering
sehingga meningkatkan stressor yang berkemih. Respon perilaku dan emosi
dapat menimbulkan kecemasan yang gerakan tersentak-sentak,
(Bumin dkk., 2008). Hal ini sesuai terlihat lebih tegang, susah tidur,
dengan pernyataan Notoatmodjo perasaan tidak aman (Videbeck,
(2003) bahwa dengan tingkat 2008).
pendidikan yang baik maka Dari pembahasan diatas, peneliti

130
Jurnal MIDPRO ISSN: 2086-2792 (Print)
Volume 12 No.1 Juni 2020 ISSN: 2684-6764 (Online)

berpendapat bahwa sebagian besar kedua pada kecemasan adalah


responden mengalami kecemasan. responden yang mengalami
Kecemasan orang tua dengan anak kecemasan normal 3 orang (6%),
retardasi mental akan mengalami kategori ketiga responden mengalami
banyak permasalahan akibat yang mengalami kecemasan ringan
keberadaan anak tersebut terutama sebanyak 16 orang (32%), dan
ibu yang mengalami tingkat stress kategori keempat responden yang
yang tinggi dan cara berpikir orang mengalami kecemasan berat
tua dalam segi penerimaan atau sebanyak 9 orang (18%).
penolakan terhadap kondisi anaknya. Hasil penelitian sebelumnya yang
Selain itu, kecemasan orang tua tidak dilakukan oleh Muhith (2019) bahwa
hanya dari penolakan atau penerimaa terdapat hubungan mekanisme
saja tetapi dari segi interaksi, masa koping orang tua yang memiliki anak
depan, kemandirian, dan tingkat retardasi mental yang ditandai dengan
prekonomian selama merawat kondisi munculnya penggunaan mekanisme
anak yang mengalami retardasi koping adaptif dan maladaptif. Akan
mental. tetapi para orang tua sering
menggunakan mekanisme koping
Hubungan Mekanisme Koping adaptif dalam merawat anak retardasi
Dengan Tingkat Kecemasan Orang mental. Saat orang tua mendapatkan
Tua Yang Memiliki Anak masalah dalm merawat anaknya maka
Retardasi Mental di SLB BC PGRI akan mendapatkan dukungan sosial
Sumber Pucung berupa nasehat atau saran dari
Berdasarkan tabel 8 menunjukkan keluarga atau teman (Muhith, 2015).
bahwa hasil uji statistik yang Penelitian ini sependapat dengan
menggunakan uji Spearman Rank penelitian yang dilakukan Rahayu
dengan nilai koefisien korelasi (2016) bahwa mekanisme koping
sebesar 0.443, sedangkan untuk nilai adaptif merupakan mekanisme
signifikan sebesar 0.001 < 0.05 maka koping yang mendukung fungsi
dapat disimpulkan Ha diterima berarti integrasi, pertumbuhan, belajar, dan
ada hubungan antara mekanisme mencapai tujuan. Cirinya dalah
koping dengan kecemasan orang tua berbicara dengan orang lain,
yang memiliki anak retardasi mental. memecahkan masalah secara efektif,
Sebagian besar responden yang teknik relaksasi, latihan seimbang,
menggunakan mekanisme koping dan aktivitas konstruktif (kecemasan
adaptif sebanyak 26 orang (52%) yang dianggap sebagai sinyal
terdapat pada indikator yaitu mencari peringatan dan individu menerima
dukungan sosial berupa bantuan, kecemasan sebagai tantangan untuk
informasi, nasehat, dan saran kepada diselesaikan) (Ihdaniyati dan Arifah,
keluarga atau teman dekat. 2009).
Sedangkan untuk responden yang Hasil penelitian sebelumnya yang
mengalami kecemasan sedang dilakukan oleh Lisnayanti (2015)
sebanyak 16 orang (44%) terdapat bahwa terdapat hubungan harga diri
pada indikator ketakutan. Pada dengan tingkat kecemasan orang tua
kategori kedua adalah responden dalam merawat anak retardasi mental
yang menggunakan mekanisme dikarenakan gangguan kecemasan
koping maladaptif sebanyak 24 orang yang diarasakan oleh keluarga
(48%). Sedangkan untuk kategori khususnya orang tua muncul

131
Jurnal MIDPRO ISSN: 2086-2792 (Print)
Volume 12 No.1 Juni 2020 ISSN: 2684-6764 (Online)

disebabkan adanya tuntutan ekonomi sebanyak 22 orang (44%).


dan waktu yang tidak singkat dalam 3. Setelah dilakukan uji statistik
perawatan anak retardasi mental, bahwa terdapat hubungan antara
ketergantungan anak tunagrahita mekanisme koping dengan tingkat
dengan keluarga caregiver, kesabaran kecemasan orang tua yang
yang tinggi dalam menghadapi emosi memiliki anak retardasi mental di
anak retardasi mental, menurunya SLB BC PGRI Sumber Pucung.
produktivitas dalam keluarga, serta
stigma sosial mengenai anak retardasi SARAN
mental (Dewi, 2011). Hal tersebut Dari hasil penelitian yang telah
menunjukkan adanya evaluasi negatif dilakukan maka sara yang diberikan
orang tua dimana evaluasi diri yang oleh peneliti diantaranya sebagai
negatif menjadi faktor yang dapat berikut :
mempengaruhi tingkat ansietas 1. Bagi Responden
(Ghufron dan Risnawati, 2012). Diharapkan dari hasil penelitian
Orang tua akan menerima kondisi ini dapat dijadikan sebuah
anaknya yang mengalami retardasi masukan agar para orang tua yang
mental tanpa adanya penolakan. mengasuh anak penyandang
Dengan sikap positif yang dimiliki, retardasi mental dapat
seseorang tidak merasakan menggunakan mekanisme koping
khawatiran maupun takut yang adaptif untuk mengatasi
berlebihan, sehingga dapat kecemasan. Begitu juga dengan
menurunkan kecemasan dan keluarga yang ikut serta dalam
ketegangan. Sikap orang tua yang mendampingi anak penyandang
positif terhadap anak retardasi mental retardasi mental. Oleh karen itu,
mampu menjadi penyangga dalm mungkin juga perlu banyak
menurunkan kecemasan (Benny dkk., dilakukan pembinaan khususnya
2014). dukungan sosial.
2. Bagi SLB
SIMPULAN DAN SARAN Diharapkan adanya kerjasama
SIMPULAN antara pihak sekolah dan orang tua
Berdasarkan hasil penelitian yang siswa untuk mengurangi
berjudul “Hubungan Mekanisme kecemasan pada orang tua serta
Koping Dengan Tingkat Kecemasan bersikap positif kepada anaknya
Orang Tua Yang Memiliki Anak selama merawat atau
Retardasi Mental di SLB BC PGRI mengasuhnya.
Sumber Pucung”, maka dapat 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
disimpulkan diantaranya sebagai Diharapkan hasil penelitian ini
berikut : dapat digunakan sebagai bahan
1. Sebagian besar orang tua yang acuan untuk peneliti selanjutnya
memiliki anak retardasi menal di dalam bidang kesehatan
SLB BC PGRI Sumber Pucung khususnya penelitian tentang
memiliki mekanisme koping mekanisme koping dengan
adaptif sebanyak 26 orang (56%). kecemasan orang tua yang
2. Sebagian besar orang tua yang memiliki anak retardasi mental.
memiliki anak retardasi mental di Kemudian untuk penelitian lebih
SLB BC PGRI Sumber Pucung lanjut bahwa alangkah lebih
mengalami kecemasan sedang baiknya kriteria inklusi dari

132
Jurnal MIDPRO ISSN: 2086-2792 (Print)
Volume 12 No.1 Juni 2020 ISSN: 2684-6764 (Online)

respondennya ini bisa di saring Elliot, M. (2013). Gender Differences


sejak awal supaya hasilnya sama. In The Determinants Of Distress,
Alcohol Misuse, And Related
DAFTAR PUSTAKA Psychiatric Disorders. Society
Ahmad, I. (2014). Model Bimbingan and Mental Health. 3 (2): 96-113.
Behavioral Untuk DOI:
Mengembangkan Keterampilan 10.1177/215686931244828.
Sosial Anak Tunagrahita. Ghufron, M. N., & Risnawita, R.
Bandung: Universitas (2012). Teori-Teori Psikologi.
Pendidikan Indonesia. Yogyakarta: AM.
Amelia, Siti H., Taty H., & Wiwi M. Hastuti, Retno Y., Esri R., & Riya D.
(2019). Gambaran Kecemasan W. (2009). “Sikap Orang Tua
Orang Tua Pada Orientasi Masa Dengan Kemampuan Sosialisasi
Depan Remaja Tunagrahita Di Anak Retardasi Mental Di SLB
SLB Negeri Cileunyi Dan SLB C C/CI Shanti Yoga Klaten”.
Sukapura. Jurnal Keperawatan Skripsi. Stikes Muhammadiyah.
Aisyiyah, 6 (1), 89-98. Diakses Tanggal 15 Februari
Andelia, E., & Duma L. T. (2015). 2017.
Hubungan Stres Dengan Koping HauserCram P., Warfield M. E.,
Orang Tua Pada Anak Shonkoff J. P., Krauss M. W.,
Tunagrahita Usia Sekolah Di Sayer A., Upshur C. C., &
Yayasan Darma Asih Sekolah Hodapp R. M. (2001). Children
Luar Biasa (SLB) Bagian C Dan With Disabilities: A Longitudinal
C1 Depok. Jurnal Keperawatan Study Of Child Development And
Widya Gantari, 2 (1), 1-13. Parent Well-Being. Monographs
Benny, F., Nurhudim, A. E., & Of The Society For Research In
Chundrayetti, E. (2014). Child Development, 66, i-viii 1-
Penerimaan Ibu Yang Memiliki 126.
Anak Retardasi Mental Di SLB Hurlock. (2008). Psikologi
YPAC Padang. Jurnal Kesehatan Perkembangan. Jakarta:
Andalas, 3(2), 159-162. Erlangga Press.
Bumin G., Gunal A., & Tuke S. 2008. Ihdaniyati, A.I., & Arifah, S. (2009).
Anxiety, Depression, And Quality Hubungan Tingkat kecemasan
Of Lifw In Mothers Of Disabled Dengan Mekanisme Koping
Children. S.D.U. Typ Fak. Derg. Pada Pasien Gagal Jantung
1591): 6-11. Kongestif Di RSU Pandan Arang
Dewi, E. I. (2011). Pengaruh Terapi Boyolali. Fakultas Ilmu
Kelompok Suportif Terhadap Keperawatan: FIK UMS.
Beban Dan Tingkat Ansietas File://D:/SEKRIPSI%20QW/lite
Keluarga Dalam Merawat Anak ratur%20skala/BIK_Vol_2_No_
Tunagrahita Di Sekolah Luar 1_4_Atina%20Inayah%20Ihdani
Biasa (SLB) Kabupaten yati.pdf Diakses pada tanggal 24
Banyumas. Thesis Tidak Maret 2014 jam 13.15.
Diterbitkan. Fakultas Ilmu Iqbal, Z., & Bokhoven, H. (2014).
Keperawatan. Universitas Identifying Genes Responsible
Indonesia : Depok. For Intellectual Disability In
Consanguineous Families.
Human Heredity. No. 77. PP:

133
Jurnal MIDPRO ISSN: 2086-2792 (Print)
Volume 12 No.1 Juni 2020 ISSN: 2684-6764 (Online)

150-160. Pedoman Skripsi, Tesis, dan


Kaplan, H. I., Sadock B. J., & Grebb Instrumen Penelitian
A. M. (2010). Sinopsis Psikiatri. Keperawatan. Jakarta : Salemba
Jilid 1. Alih Bahasa oleh DR. Medika.
Widjaja Kusuma. Tanggerang: Pravesty, E., & Deasti N. (2017).
Binarupa Aksara. Hubungan Mekanisme Koping
Kosasih, E. (2012). Cara Bijak Dengan Tingkat Stres Pada
Memahami Anak Berkebutuhan Orang Tua Yang Memiliki Anak
Khusus. Bandung: Yrama Widya. Retardasi Mental Di SLB Negeri
Lisnayanti, N. W., Ni Made Dian 01 Bantul. Vol 1-9. Naskah
Sulistyowati., & I Wayan Publikasi. Fakultas Kesehatan.
Surasta. (2015). Hubungan Universitas Aisyiyah
Tingkat Harga Diri (Self Esteem) Yogyakarta.
Dengan Tingkat Ansietas Orang Rahayu, Y. P., Ns.Komarudin,
Tua Dalam Merawat Anak M.Kep.,Sp. Kep., J., &
Tunagrahita Di SDLB C Negeri Sasmiyanto S.Kep.,Ners.M.Kes.
Denpasar. COPING Ners (2016). Hubungan Mekanisme
Journal, 3 (2), 15-21. Koping Dengan Hasil Prestasi
Muhith, A. N. (2015). Pendidikan Belajar Pada Anak Tunagrahita
Keperawatan Jiwa Teori dan Di SLB BC-TPA Jember.
Aplikasi. Yogyakarta: CV. Andi. Fakultas Ilmu Kesehatan.
Universitas Muhammadiyah
Muhith, A., Veryudha E., Lasiyati Y. Jember.
Y., Tria W., Andita., & Tatik S. Suliswati. (2005). Konsep Dasar
(2019). Mekanisme Koping Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Keluarga Yang Memiliki Anak Jakarta: EGC.
Retardasi Mental. Journal Health Suri, W. D. (2012). Mekanisme
of Science, 12 (1), 39-45. Koping Pada Orang Tua Yang
Muttaqin, Arif. (2008). Pengantar Memiliki Anak Down Sydrome Di
Asuhan Keperawatan Dengan SDLB Negeri 10770 Lubuk
Klien Gangguan Sistem Pekam Kabupaten Deli
Pernafasan. Jakarta: Salemba Serdang.(Online).(http://jurnal.u
Medika. su.a.id/inde.php/jkh/artile/view/5
Norhidayah, W., Siti, H., & Achyar, 7/0)diakses28november2015.
N. (2013). Gambaran Kejadian Videbeck, S. J. (2008). Buku Ajar
Kecemasan Pada Ibu Penderita Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Retardasi Mental Sindromik Di EGC.
SLB-C Banjarmasin. Journal
Berkala Kedokteran, 9 (1), 43-50.
Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu
Kesehatan Masyarakat. Jakarta :
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2011).
Kesehatan Masyarakat, Ilmu,
dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2003). Konsep dan
Penerapan Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan

134

Anda mungkin juga menyukai