Anda di halaman 1dari 10

MANAGEMENT SELF CARE PADA ANAK RETARDASI MENTAL

Sriwati1 Imam Fatoni2 Leo Yosdimyati Romli3


STIKES Insan Cendekia Medika Jombang
1
email: sriwati2207bayhaki@gmail.com 2email:himamfatoni29@gmail.com 3email:
yosdim21@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan:Kemandirian anak retardasi mental merupakan keseimbangan antara


merawat diri dan kemampuan untuk mengurus kebutuhan dasar dirinya sendiri, dan
mereka senantiasa memerlukan bantuan dan pengawasan. Keterbatasan dalam
perkembangan fungsioanal menyebabkan penderita retardasi mental memiliki
ketergantungan terhadap orang-orang disekitarnya untuk membantu hampir dalam segala
hal.Tujuan:Tujuan penelitian ini untuk Menganilisis manajementSelf Care pada anak
retardasi mental.Metode: Literatur Review ini menggunakan pencarian dari proquest,
pubmed, google scholar N= 75, Seleksi jurnal 5 tahun terakhir N= 50, seleksi judul dan
duplikat N=25, exclude (n=25) problem/populasi tidak sesuai dengan topik (n=3),
interventionfaktor penyebab (n=8), outcome tidak ada hubungan self carepada anak
retardasi mental (n=3), study design sytematic review (n=3), literatur rivew (n=5),
identifikasi abstrak N=18, excluded (n8), konseling dilakukan self care pada aanak
retardasi mental (n=5), dengan jurnal yang dapat dianalisa N=10. Kesimpulan:Hasil dari
penelitian menggunakan Literatur Review.Management Self are paing efektif dalam
Literatur Review adalah Psikoedukasi,Psikoedukasi keluarga dianggap efektif dalam
meningkatkan pengetahuan keluarga dalam merawat anak dengan retardasi mental.
Psikoedukasi keluarga dapat memfasilitasi keluarga untuk mengeksplorasi perasaan,
memahami lebih spesifik tentang perawatan dan stimulasi anak dengan retardasi mental

Kata kunci : Management Self care, Retardasi mental

SELF CARE MANAGEMENT IN MENTAL RETARDATED CHILDREN

ABSTRACT

Introduction: Children with mental retardation depend on other people, related to their
daily activities such as defecating, brushing teeth and wearing clothes that still need help
from others, so it is difficult for children to fulfill their self-care needs so they need to be
taught / trained in the form of guidance. Objective: The aim of this study was to analyze
self-care management in mentally retarded children. Method: This review literature uses
searches from proquest, pubmed, google scholar N = 75, journal selection for the last 5
years N = 50, selection of titles and duplicates N = 25, exclude ( n = 25) the problem /
population does not match the topic (n = 3), causal intervention factors (n = 8), outcome
has no relationship with self-care in children with mental retardation (n = 3), study design
sytematic review (n = 3), rivew literature (n = 5), abstract identification N = 18, excluded
(n8), self-care counseling for children with mental retardation (n = 5), with a journal that
can be analyzed N = 10. Conclusion: The results of the study used a Literature Review.
The most effective self-care management in the Literature Review was psychoeducation,
family psychoeducation was considered effective in increasing family knowledge in
caring for children with mental retardation. Family psychoeducation can facilitate
families to explore feelings, understand more specifically about the care and stimulation
of children with mental retardation

Keywords: Management Self care, Mental retardation


PENDAHULUAN Melda Suhita, 2019). Data yang di
peroleh di Kabupaten Jombang
Kemandirian anak retardasi jumlahanak retardasi mental yang
mental tidak sama seperti layaknya anak bersekolah di SLB pada tahun
normal (tidak retardasi mental) pada 2018sebesar 277siswa(Cabang Dinas
umumnya. masalah ini berakibat pada Pendidikan, 2018).
perkembangan proses kemandirian
dalam hidupnya (Efendi, 2016). Anak .Kemandirian anak retardasi
dengan retardasi mental tergantung pada mental merupakan keseimbangan antara
orang lain, terkait aktivitas sehari- merawat diri dan kemampuan untuk
harinya seperti kegiatan BAK/BAB,sikat mengurus kebutuhan dasar dirinya
gigi dan berpakaian yang masih sendiri, dan mereka senantiasa
membutuhkan bantuan orang memerlukan bantuan dan pengawasan
lain,sehingga anak sulit untuk memenuhi (Verawati, 2016). Keterbatasan dalam
kebutuhan perawatan diri sehingga perkembangan fungsioanal
perludiajarkan/dilatih dalam bentuk menyebabkan penderita retardasi mental
bimbingan (Rahmawati, D., 2012). Self- memiliki ketergantungan terhadap
care’ atau perawatan diri, merupakan orang-orang disekitarnya untuk
perilaku yang dilakukan atau dikerjakan membantu hampir dalam segala hal
setiap individu untuk mempertahankan (Dewi Apriliyant, 2016). Hal itu bukan
hidupkesehatan dan kesejahteraan dan berarti anak akan selalu tergantung pada
biasanya juga digunakan untuk anak usia orang lainsampai meraka dewasa karena
sekolah yang memang diharapkan telah anak dapatmandiri bila orang-orang
mampu menguasai dan meningkatkan disekitarnya dapat membimbing anak
keterampilan melindungi dirinya sendiri retardasi mental tersebut untuk memiliki
(Setyani, 2016). Fenomena yang terjadi kebiasaan mandiri (Priharyanti
saat ini masih banyak anak usia sekolah Wulandari, 2016). Orangtua dan anak
yang kurang dalam menjaga kebersihan yang menderita retardasi mental sangat
diri mereka sehingga hal ini berperan dalam melatih dan mendidik
mempermudah terjadinya penyakit dalam proses kemandirian, tanggung
akibat kurang menjaga kebersihan diri jawab dan peran orangtua sangat penting
seperti cacingan atau diare, hal ini terhadap anak yang mengalami
terjadi karena anak masih belum mampu gangguan kesehatan mental khususnya
melakukan Self Care secara mandiri atau retardasi mental untuk membantu
masih dibantu oleh orang tua (Yunanda, perawatan diri yang baik (Setyani,
2012). 2016).
Menurut World Health Anak dengan retardasi mental
Organization (WHO) tahun 2016 mempunyai keterlambatan
tercatat sebanyak 15% dari penduduk danketerbatasan dalam semua area
dunia atau 785 juta orang mengalami perkembangan sehingga mereka
gangguan mental dan fisik.Penyandang mengalami kesulitan untuk memiliki
Retardasi mental di Indonesia pada kemampuan dalam merawat diri
tahun 2018 berjumlah 62.011 orang, sendiri dan cenderung memiliki
dimana dari jumlah tersebut 25 % dalam ketergantungan dengan lingkungan
tingkat sangat berat, 2,8 % dalam tingkat terutama pada orang tua dan saudara-
berat, 2,6 % dalam tingkat cukup berat saudaranya.Untuk mengurangi
dan 3,5 % dalam tingkat ringan ketergantungan dan keterbatasan akibat
(Rosmaharani, Noviana, &Susilowati, kelainan yang diderita anak
2019). Pada tahun 2018 di jawa timur retardasi mental, dapat dilakukan dengan
jumlah anak yang mengalami retardasi pendidikan khusus, latihanlatihan,
mental adalah 125.190 anak (Byba memberikan pengetahuan dan
ketrampilan tentang kegiatankehidupan kemudian diskrining, sebanyak 50 jurnal
sehari-hari.Keberhasilan anak diekslusi karena terbitan tahun 2015
berkelainan dalam menjalankantugas kebawah dan menggunakan bahasa
perkembangannya tidak lepas dari selain bahasa inggris dan indonesia.
bimbingan dan dukungan yangdiberikan Assessment kelayakan terhadap 18
oleh keluarga, khususnya kedua orang jurnal, jurnal yang duplikasi dan jurnal
tua.Orang tua dalammembimbing dan yang tidak sesuai dengan kriteria Inklusi
mendidik anaknya dipengaruhi oleh dan Eksklusi
beberapa faktor, salahsatunyaadalah
pendidikan.Upaya yang dapat dilakukan Penggunaan data dalam penelitian ini
dalampengembangankemandirian anak menggunakan data sekunder yang
yaituperan aktif orang tua dalam diperoleh dengan cara bukan dari
menciptakanlingkungan rumah sebagai pengamatan langsung di lapangan, akan
lingkungan social yang pertama dialami tetapi diperoleh dari hasil penelitian
oleh anak, dimanaanak secara bertahap yang telah dilakukan oleh penelitian-
mampu melepaskandiri dari penelitian terdahulu. Sumber data
ketergantungan serta sekunder yang didapatkan berupa artikel
perlindunganmutlak dari orang atau jurnal yang relevan dengan
tuanya(Artika Nurrahima, 2015). Kedua menggunakan database Scopus,
orang tuadapat mengembangkan rasa Sciencedirect, Google scholar, Peneliti
kasih sayingsecara seimbang dengan menemukan 75 jurnal yang sesuai
memberikesempatan anak untuk dengan kata kunci, jurnal penelitian
menunjukkan kasihsayang.Berdasarkan tersebut kemudian di kelompokkan
uraian diatas maka peneliti ingin berdasarkan tahun terbitan tahun 2015
mengetahui lebih lanjut tentang sampai 2020 dan didapatkan 50 jurnal
“Manajemen Self Care pada anak dengan menggunakan bahasa inggris
retardasi mental”. dan bahasa indonesia. Jurnal dipilah
kembali sehingga didapatkan 10 jurnal
yang dilakukan Review.
METODE PENELITIAN
Tabel 3.1 Kriteria inklusi dan ekslusi
Strategi dalam pencarian artikel ini dengan format PICOS
menggunakan PICOS
framework:Population/problem, Kriteria Inklusi Eksklusi
populasi atau masalah yang Populatio Jurnal Jurnal yang
dianalisis,Intervention, tindakan n/Proble National tidak ada
penatalaksanaan terhadap kasuss pada m dan unsur dengan
perorangan atau masyarakat disertai Internation topik peneliti
pemaparan tentang penatalaksanaan, al yang
Comparation, penatalaksaan yang berhubunga
bertujuan sebagai pembanding, n dengan
Outcome, hasil yang diperoleh pada topik
penelitian, design, desain penelitian penelitian
yang diperoleh dari jurnal yang di tentang Self
review. Care pada
anak
Berdasarkan hasil pencarian literature retardasi
melalui publikasi Google Scholar, mental
Proquest dan Pubmed menggunakan Interventi Faktor Selain Faktor
kata kunci “Self Care” AND “Mental on lingkungan, lingkungan,
Retardation”, peneliti menemukan 75 pola asuh, pola asuh,
jurnal yang sesuai dengan kata kunci status status
tersebut. Jurnal penelitian tersebut kesehatan, kesehatan,
kebiasaan, kebiasaan, (Wardani & Azza, 2015) Meneliti
pengetahua pengetahuan pengaruh terapigeneralis defisit
n dan dan motivasi perawatan diriterhadap kemandirian
motivasi perawatan dirianak retardasi mental di
Comparat Tidak ada Tidak ada SDLB-C TPA
ion faktor faktor kabupaten Jember. Hasil penelitian
pembandin pembanding didapatkan kemandirian perawatan
g diri22 sampel (100%)
Outcome Adanya Tidak ada mengalamipeningkatan skor
hubungan hubungan kemandirian
Faktor Faktor perawatandiri(berpakaian)sebanyak18
lingkungan, lingkungan, sampel (81.8%). Adapunpengaruh terapi
pola asuh, pola asuh, generalis defisit perawatan diri dengan
status status uji Dependent-test (Paired T-test)(α
kesehatan, kesehatan, =0,05), didapatkan p value = 0,000.
kebiasaan, kebiasaan, Kesimpulan penelitian ini bahwa terapi
pengetahua pengetahuan generalis deficitperawatan diri
n dan dan motivasi (berpakaian)mempunyai pengaruh yang
motivasi terhadap self signifikan terhadap
terhadap care kemandirianperawatan diri
self care (berpakaian)anak retardasi mental
Study Jenis Sistematic/ kategori sedang
Design penelitian Literatur (Anny et al., 2017)Meneliti
Kuantitatif, Review Pengaruh psikoedukasi keluarga
desain terhadap kemampuanperawtan
analitik kebersihan diri pada anak retardasi
korelasi,me mental di
nggunakan SDLB Purwosari Kudus.menunjukkan
rancngan hasil bahwa pada kelompok intervensi
Cross pvalue < 0,05 yakni sebesar p = 0,002.
sectional Kesimpulan : Ada pengaruh
Tahun Artikel atau Artikel atau psikoedukasi keluarga
terbit jurnal yang jurnal yang terhadapperawatan kebersihan diri pada
terbit terbit anak retardasi mental di SDLB
setelah sebelum Purwosari Kudus Tahun 2015
tahun 2015 tahun 2015 ujiwilcoxon test (p= 0,002)
Bahasa Bahasa Selain (Febrina Saputri Panjaitan,
Indonesia, bahasa 2016)meneliti The relationship between
bahasa Indonesia parenting pattern and self- care ability of
Inggris dan bahasa children with mental retardation in slb
Inggris bhakti kencana II in Berbah,Yogyakarta.
Based on the Kendall Tau analysis
Literatur Review ini menggunakan technique, the value of π = 0.338 and the
metode naratif, jurnal penelitian ini value of p = 0.039 with an error rate of
sesuai kriteria yang diharapkan oleh 5%. Thus, Ho is rejected and Ha is
peneliti kemudian dikumpulkan dan accepted because p is smaller than 0.05
dibuat dalam ringkasan yang meliputi (0.039 <0.05).
nama peneliti, tahun terbit, judul,
metode dan hasil penelitian. (Abdul Rokhman, 2017)
meneliti Improvement of Self-Care
Independence for Children with Mental
HASIL PENELITIAN Retardation UsingOccupational Therapy
in SDLB Negeri Lamongan.The results
of the Wilcoxon sign rank test in this MACS levels were not statistically
study showed that p value = 0.001 where significant.Simple linear regression
p <0.05 with Z -3.411 and Z table is 1- analysis showed that PEDI mobility and
0.0032 due to 2-sided test, the result of PEDI social function significantly
Z count is far from the critical number Z influence thePEDI self-care. Multiple
± 1, 96 by moving to the left, which linear regression analysis showed that
means that Ho is rejected, which means PEDI mobility was the only factor
there is influence of occupational significantlyinfluencing PEDI self-care
therapy on the level of self-care in children aged ≥7 years (R2=0.875,
independence in children with mental p=0.03).
retardation at SDLB Negeri Lamongan. (Setyani, 2016)meneliti Hubungan
The results of this study showed that the Antara Dukungan Keluarga
degree ofindependence of self-care TerhadapKemandirian Perawatan Diri
before being given occupational therapy Pada Anak RetardasiMental Di SLB C
was mostly in moderate dependence Karya Bhakti Purworejo.Berdasarkan
category and after being given penelitian yang dilakukan pada bulan
occupational therapy mostly in Februari2016, didapatkan hasil bahwa
independent category. dari 30 responden sebagian besar
dukungankeluarga dalam kategori cukup
(Rosmaharani et al., 2019)meneliti 15 responden (50,0%). Sebagian besar
Optimalisasi Pengetahuan Keluarga memilikikemandirian perawatan diri
Dalam MerawatAnak Retardasi Mental pada anak retardasi mental dalam
Melalui Psikoedukasi Keluargadi kategori cukup 17responden (56,7%).
Kabupaten Jombang.The results of the Hasil analisa data dengan menggunakan
study explained that there is an influence uji Spearman Rank(Rho), didapatkan ρ-
of the influence of family value 0,029 < rs = 0,05.
psychoeducation on family knowledge (Priharyanti Wulandari,
in caring for mental retardation children. 2016)meneliti Hubungan Tingkat
Family psychoeducation provides Pendidikan Orang Tua DenganTingkat
information through psychological Kemandirian Remaja Putri
approaches to the care and stimulation YangMengalami Retardasi Mental
of mental retardationchildren. DalamPersonal Hygiene Saat
MenstruasiDi SLBN Kendal.Dari 30
(Kim, Kang, & Jang, 2017)meneliti
responden penelitan, diperoleh hasil
Relationship Between Mobility and
bahwa dari 22 responden (73,3%)dengan
Self-CareActivity in Children With
pendidikan perguruan tinggi yang
Cerebral Palsy. Final evaluation was
anaknya mampu mandiri sebanyak
done for 25 children, ranging from 4 to
19responden (63,3%), dan dengan
11 years of age. According to GMFCS
bantuan ringan sebanyak 3 responden
levels,the differences in PEDI-self-care
(10,0%).Darihasil analisis statistik
scores, showed statistically borderline
dengan ujiRank-Spearman, didapatkan
significance (p=0.051).
nilai P-value sebesar 0,000< 0,05,
Conversely,differences in PEDI-self-
sehingga ada hubungan.
care scores according to CP types and
PEMBAHASAN masing-masinganak berkebutuhan
khusus, berakibat padahambatan
Okupasi
perkembangan untuk menguasai
Dari pengamatan dan beberapa ilmupengetahuan, ketrampilan serta
teori, penelitian (Fadilah, 2016) kemandirianseperti layaknya anak normal
berpendapat Keterbatasan yang pada umumnya.masalah ini berakibat
diakibatkan dari pada perkembanganproses kemandirian
kondisiketunaan/kecacatan pada diri dalam hidupnya, apabilamereka tidak
menguasai ketrampilan dankemandirian pasien,meningkatkan kemampuan dalam
bina diri, sehingga merekamemerlukan merawatpasien, dan memperbaiki koping
pendidikan program khusus keluarga.Sedangkan dampak positif bagi
yangbertujuan untuk meningkatkan pasienadalah mendapatkan perawatan
kemempuanmereka dalam kemandirian dan dukungan dari keluarga yang
untuk aktivitashidupsehari-hari baik di dapatmeningkatkan kemandirian anak
sekolah, di rumahmaupun di lingkungan retardasimental (TIM FIK, 2016).Melalui
masyarakat. Penanganan umum pada terapi inidiharapkan dapat
anak retardasimental adalah meningkatkanpengetahuan dalam
masalahpendidikan, edukasi,dan latihan. merawat anak denganretardasi
Bentuk latihan atau terapi yangsering mental.Keterbatasan yang dimiliki
diajarkan untuk anak retardasi anakretardasi mental menjadikan
mentalantara lain seperti terapi perilaku, keluargasebagai unit terpenting dalam
terapibermain, dan terapi okupasi. Terapi memberikanperawatan kepada anak
yang palingcocok digunakan dalam retardasi mental(TIM FIK,
mengatasi masalahdalam merawat diri 2016).Pengetahuan yang baikharus
dari ketiga terapi tersebutadalah dengan dimiliki keluarga sehingga
terapi okupasi. Terapi okupasiadalah tidakmenimbulkan dampak psikososial.
perpaduan antara seni dan Banyakkeluarga yang mempunyai
ilmupengetahuan untuk mengarahkan anaberkebutuhan khusus merasakan
penderitakepada aktivitas selektif agar masalahpsikososial misalnya terbebani,
kesehatan dapatditingkatkan dan malu,depresi (Potijik et al, 2019), oleh
dipertahankan, sertamencegah kecatatan karena itudiperlukan pengetahuan yang
melalui kegiatan ataukesibukan kerja baik sehinggasumer stresor dapat
untuk penderita cacat mentalmaupun dikelola dengan baik
fisik (Nasir and Muhith, 2017) Berdasarkan opini,Health
Opini diatas, terapi okupasi ini education dapat
dapat untukmengembalikan fungsi fisik, meningkatkankemampuan kognitif
meningkatkanaktivitas gerak sendi, namun untukpemahaman secara bertahap
kekuatan otot dankoordinasi gerakan, dan aplikasipenyelesaian masalah dalam
mengajarkan aktivitaskehidupan sehari– keluarga sertaperawatan dan stimulasi
hari seperti makan,berpakaian, belajar anak retardasimental tidak cukup hanya
menggunakan fasilitasumum baik dengan dilakukan sekaliatau sesaat saja.Hal ini
atau tanpa alat bantu, sertamengajarkan Untuk meningkatkan dua
anak mandi dengan bersih, danjuga kemampuantersebut ada beberapa faktor
melatih anak untuk melakukan yang harusdilakukan yaitu adopsi,
pekerjaanrutin di rumah dan memberikan implementasi danmaintenance
saranpenyederhanan ruangan maupun /pemeliharaan .Psikoedukasi keluarga
letak alat–alatkebutuhan sehari–hari. dapatmemberikan pemaparan secara
Psikoedukasi bertahapmelalui beberapa sesi, sehingga
diharapkankeluarga dapat menyerap
Fakta diatas dari pengamatan dan informasi denganbaik dan menjadikan
beberapa teori, penelitianPsikoedukasi hal tersebut sebagaisuatu
keluarga merupakan terapiyang kebiasaan.Dampaknya
memberikan informasi dengan peningkatankognitif keluarga dan dapat
tujuanmeningkatkan ketrampilan melakukanperawatan pada anak dengan
keluarga dalammerawat anggota keluarga retardasimental dengan benar.
dengangangguan jiwa (Sampogna et al, Dukungan keluarga
2018).Terapi ini mempunyai dampak
positif baikpada keluarga maupun pasien. Dari pengamatan dan beberapa
Dampakpositif bagi keluarga antara teori, penelitian. Menurut Setiadi (2018)
lainmeningkatkan pengetahuan mengatakan dukungan sosial keluarga
tentangpenyakit yang dialami adalah sikap, tindakan dan penerimaan
keluarga terhadap penderita yang sakit. perawatan diri. Melalui pujian anak
Keluarga memiliki beberapa fungsi retardasi mental distimulasi untuk terus
dukungan antara lain dukungan meningkatkan kemandirian perawatan
informasional, pengahargaan, emosional dirinya. nilai terapi yang penting dalam
dan instrumental. Orangtua dan anak perkembangan anak retardasi mental
yang menderita retardasi mental sangat yaitu salah satunya pembinaan pribadi,
berperan dalam melatih dan mendidik anak berlatih memperkuat kemauan,
dalam proses perkembangannya. memusatkan perhatian, mengembangkan
Dukungan keluarga sangat penting keuletan dan percaya diri. perawatan diri
terhadap anak yang mengalami gangguan selalu menyertakan pujian di setiap
kesehatan mental khususnya retardasi langkah terapi.
mental untuk membantu
mengembangkan perilaku adaptif sosial KESIMPULAN DAN SARAN
yaitu kemampuan untuk mandiri, maka Secarakeseluruhan berdasarkan
dari itu orangtua harus mengetahui cara dari sebuah pencarian beberapa jurnal
yang paling efektif digunakan untuk yang sudah dijelaskankan diatas oleh
mendidik dan membentuk kemandirian peneliti dalam bab sebelumya, dengan ini
anak (Nurani,2016). dapat diambil beberapa kesimpulan
yaitu : dengan adanya beberapa jenis
Dukungan sosial keluarga pada
management self care pada anak retardasi
anak retardasi mental sangatlah
mental, terapi okupasi, psikoedukasi dan
mempengaruhi sikap dan perilaku dari
dukungan sosial. Management Self are
anak tersebut, terlebih pada anak
paing efektif dalam Literatur Review
retardasi mental yang memang
adalah Psikoedukasi,Psikoedukasi
membutuhkan perhatian khusus dari
keluarga dianggap efektifdalam
sekitarnya dan juga sebagai salah satu
meningkatkan pengetahuan
faktor yang paling penting bagi
keluargadalam merawat anak dengan
pertumbuhan dan juga perkembangan
retardasimental. Psikoedukasi keluarga
anak retardasi mental. Dengan adanya
dapatmemfasilitasi keluarga
dukungan oleh keluarga dan dijadikan
untukmengeksplorasi perasaan,
sebagai keseharian sehingga anak
memahami lebihspesifik tentang
tersebut dapat melakukan sesuatu untuk
perawatan dan stimulasianak dengan
mewujudkan suatu tujuan yang setelah
retardasi mental sehinggakemampuan
diberi dukungan oleh keluarga.perawatan
keluarga untuk merawatterutama care
diripada anak retardasi mental
giver menjadi meningkat.Program
kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa
psikoedukasi keluarga dapatmenjadi
faktor.Salah satu faktor diantaranya
evaluasi dari program sebelumnyayaitu
adalah keterbatasan fisik. Keterbatasan
pendidikan kesehatan melaluipendekatan
fisik meliputi telapak tangan pendek,
psikis. Diperlukan kerjasamalintas sektor
ditambah lagi memiliki tubuh pendek
agar program kesehatan jiwaterutama
dangemuk. Keterbatasan fisik seperti
untuk keluarga dapatdikembangkan
kurangnya koordinasi, gerakan motorik
secara optimal
halus dan kasar yang tidak optimal,
Saran
kurangnya sensitivitas dan kelainan fisik
Bagi Orang tua
pada tangan (gemuk dan pendek).
Orang tua anak retardasi mental
Keterbatasan mental meliputi
perluterus meningkatkan Terapi Okupasi,
kemampuan beradaptasi, komunikasi,
Psikoedukasi, dukungan keluarga
keterampilan sosial, akademik,
yangkonsisten terkait kondisi dan
kesehatan, keamanan, dan merawat diri.
kebutuhananak retardasi mental
Upaya yang dapat dilakukan dalam
sertamemberikandukungan terhadap
pengembangan perawatan diri apada
program-programuntuk meningkatkan
anak retarddasi mental yaitu menyertakan
kemandirian anakretardasi mental
pujian di setiap langkah atau kegiatan
melalui penyuluhan,diskusi, atau Artika Nurrahima. (2015). HUBUNGAN
pelatihan tentang usia yangtepat untuk POLA ASUH ORANG TUA
mulai melatih anak retardasimental DENGAN TINGKAT
kemandirian perawatan dirikhususnya KEMANDIRIAN PADA ANAK
langkah berpakaian danlatihan RETARDASI MENTAL SEDANG
peningkatan kekuatan motoricpada anak KELAS 1-6 DI SLB YAYASAN
retardasi mental sehinggaanak mandiri PEMBINAAN ANAK CACAT
dalam melakukanperawatan diri. (YPAC) SEMARANG.

Byba Melda Suhita. (2019). CARE


Bagi Guru GIVER COPING EFFORT
Guru agar dapat membantu orang MERAWAT PENDERITA
tua dalam membimbing perawatan diri RETARDASI MENTAL
anak retardasi mental dengan tepat DITINJAU DARI ADVERSITY
dengan menerapkan pola asuh yang QUOTIENT DI KOTA KEDIRI,
melibatkan peran serta anak. 33–39.
Bagi peneliti selanjutnya
Agar melanjutkan penelitian
dengan menggunakan metode lain Dewi Apriliyant. (2016). HUBUNGAN
seperti observasi dan wawancara POLA ASUH ORANGTUA
sehingga didapatkan hasil yang lebih DENGAN TINGKAT
komprehensif. KEMANDIRIAN PERSONAL
HYGIENE PADA ANAK
TUNAGRAHITA DI SLBN 1
PALANGKA RAYA, 7(2), 43–50.

DAFTAR PUSTAKA

Efendi. (2016). Keperawatan kesehatan


Abdul Rokhman, F. R. (2017). MENTAL komunitas teori dan praktik dalam
DENGAN TERAPI OKUPASI DI keperawatan. (Salemba Medika,
SDLB NEGERI LAMONGAN Ed.). Indonesia: Jakarta.
Improvement of Self-Care Fadilah. (2018). Kendala penerapan
Independence for Children with terapi ABA (Applied Behavior
Mental Retardation Using Analysis) terhadap kemandirian
Occupational Therapy in SDLB anak retardasi mental /GDD di
Negeri Lamongan, 92–98. Pusat Terapi Terpadu A Plus
Malang.
Anny, Tiara, N., Tinggi, S., Kesehatan, Febrina Saputri Panjaitan. (2016).
I., Kudus, M., Diri, K., & Mental, HUBUNGAN POLA ASUH
R. (2017). P ENGARUH P ORANG TUA DENGAN
SIKOEDUKASI K ELUARGA T KEMAMPUAN PERAWATAN
ERHADAP K EMAMPUAN P DIRI ANAK RETARDASI
ERAWTAN K EBERSIHAN D IRI MENTAL TINGKAT SD DI SLB
P ADA A NAK R ETARDASI M BHAKTI KENCANA II BERBAH
ENTAL D I SDLB P URWOSARI YOGYAKARTA.
K UDUS T AHUN 2015, 2(I), 50– Kim, K., Kang, J. Y., & Jang, D. (2017).
56. Relationship Between Mobility and
Self-Care Activity in Children With
Cerebral Palsy, 41(2), 266–272.
Priharyanti Wulandari. (2016).
HUBUNGAN TINGKAT
PENDIDIKAN ORANG TUA
DENGAN TINGKAT
KEMANDIRIAN REMAJA PUTRI
YANG MENGALAMI
RETARDASI MENTAL DALAM
PERSONAL HYGIENE SAAT
MENSTRUASI DI SLB N
KENDAL, 14–23.
Rahmawati, D., A. &. (2012).
Kemampuan perawatan diri anak
tuna grahita berdasarkan faktor
eksternal dan internal anak.
Rosmaharani, S., Noviana, I., &
Susilowati, A. (2019). Optimalisasi
Pengetahuan Keluarga Dalam
Merawat Anak Retardasi Mental
Melalui Psikoedukasi Keluarga di
Kabupaten Jombang, 7(2), 108–
113.

Setyani, I. E. (2016). HUBUNGAN


ANTARA DUKUNGAN
KELUARGA TERHADAP
KEMANDIRIAN PERAWATAN
DIRI PADA ANAK RETARDASI
MENTAL DI SEKOLAH LUAR
BIASA C KARYA BHAKTI
PURWOREJO.
Wardani, H. R., & Azza, A. (2015).
TERHADAP KEMANDIRIAN
PERAWATAN DIRI ANAK
RETARDASI MENTAL DI SDLB-
C TPA, 1–12.
Yunanda. (2012). Hubungan pola asuh
orang tua dengan tingkat
kemandirian personal hygiene ana
usia prasekolah di desa balung lor
kecamatan Balung kabupaten
Jember.

Anda mungkin juga menyukai