Anda di halaman 1dari 289

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA

MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA


KONSEP HIDROLISIS GARAM

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)


Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:
NURRACHMAWATI
1112016200055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa melalui


Pembelajaran Berbasis Masalah pada Konsep Hidrolisis Garam disusun oleh
NURRACHMAWATI NIM: 1112016200055, Program Studi Pendidikan Kimia,
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui
bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diajukan
pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan fakultas.

Jakarta, 21 November 2017

Yang mengesahkan,

i
ABSTRAK
Nurrachmawati (1112016200055). Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Konsep Hidrolisis
Garam”. Skripsi, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa
masih terkategorikan rendah. Salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan
berpikir kreatif siswa digunakan model pembelajaran berbasis masalah tipe
Mothes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketercapaian kemampuan
berpikir kreatif siswa melalui pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes.
Penelitian yang dilaksanakan di SMA Negeri 86 Jakarta pada siswa kelas XI MIA
2 merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Sampel penelitian berjumlah 34
orang siswa dengan metode purposive sampling. Data dikumpulkan dengan
menggunakan instrumen yang mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa dalam
bentuk tes LKS dan angket respon siswa sebagai instrumen pendukung. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa melalui
pembelajaran berbasis masalah pada konsep hidrolisis garam dikategorikan
dengan tiga kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Hal ini ditentukan
berdasarkan hasil tes dengan nilai rata-rata 47,18. Kategori kemampuan berpikir
kreatif siswa yang paling dominan adalah kategori sedang. Sementara itu,
persentase ketercapaian indikator kemampuan berpikir kreatif siswa meliputi 64%
flexibility, 40% fluency, 41% elaboration dan 34% originality. Berdasarkan hasil
tersebut, kemampuan berpikir kreatif siswa melalui pembelajaran berbasis
masalah pada konsep hidrolisis garam masih mengalami kesulitan dalam
memahami konsep pembelajaran yang diterapkan di kelas.

Kata Kunci: Kemampuan Berpikir Kreatif, Pembelajaran Berbasis Masalah tipe


Mothes, Hidrolisis Garam

v
ABSTRACT
Nurrachmawati (NIM: 1112016200055). “Analysis of Student Creative
Thinking Ability through Problem Based Learning on Salt Hydrolysis
Concept”. Research of Chemistry Education Studies Program, Department of
Educational Sciences, Faculty of Tarbiya and Teachers Training, State Islamic
University Syarif Hidayatullah Jakarta.
The result of preliminary study conducted at SMAN 86 Jakarta shows that
students' creative thinking ability is still low. One way to develop students'
creative thinking skills is to use the Mothes problem-based learning model. This
study aims to determine the achievement of students' creative thinking ability
through Mothes type based learning problems. The research conducted at SMA
Negeri 86 Jakarta on the students of class XI MIA 2 is a quantitative descriptive
research. The sample of this research is 34 students with purposive sampling
method. Data were collected using instruments that measure students' creative
thinking skills in the form of LKS tests and questionnaire responses of students as
supporting instruments. The results showed that students' creative thinking ability
through problem-based learning on the concept of salt hydrolysis was categorized
by three categories namely low, medium, and high. This is determined based on
test results with an average score of 47.18. The most dominant category of
creative thinking ability of students is the moderate category. Meanwhile, the
percentage of achievement of students' creative thinking ability indicator includes
64% flexibility, 40% fluency, 41% elaboration and 34% originality. Based on
these results, students' creative thinking ability through problem-based learning
on the concept of salt hydrolysis still have difficulty in understanding the concept
of learning applied in the classroom.

Keyword: Creative Thinking Ability, Problem Based Learning Mothes type, Salt
Hydrolysis

vi
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini yangberjudul “Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa melalui
Pembelajaran Berbasis Masalah pada Konsep Hidrolisis Garam”.

Shalawat serta salam juga tak lupa tercurah kepada baginda Nabi besar kita,
Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-Nya yang membawa kita
semua dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang. Semoga kita
selalu berada dalam syafa’at-Nya. Aamiin.

Padadasarnya, banyak kesulitan yang penulis alami selama penyusunan skripsi


ini.Tetapi, atas bantuan, dukungan dan banyak partisipasi dari berbagai pihak,
skripsi ini pun dapat selesai. Oleh karena itu, penulis sampaikan terimakasih
kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Baiq Hana Susanti, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Burhanudin Milama, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Dedi Irwandi, M.Si, sebagai pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, arahan dan perhatiannya kepada penulis selama penyusunan
skripsi ini.

vii
5. Dewi Murniati, M.Si, sebagai pembimbing II yang telah membimbing,
memberikan arahan, serta dorongan kepada penulis selama penyusunan skripsi
ini.
6. Dila Fairusi, M.Si., sebagai validator. Terimakasih atassaran dan masukan
dalam pembuatan instrument penelitian.
7. Luki Yunita, M.Pd, sebagai validator. Terimakasih atas saran dan masukan
dalam pembuatan instrument penelitian.
8. Seluruh jajaran dosen jurusan pendidikan IPA FITK UIN Jakarta. Terimakasih
banyak atas segala ilmu dan dedikasi yang diberikan bapak dan ibu sekalian
selama penulis mengenyam perkuliahan di program studi pendidikan Kimia
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
9. Bapak dan Mama tercinta, M. Arifin dan Ooh Hojanah, Kakak tersayang,
Tiara Wulandari, Adik Tersayang Fathoni Arief Hojiansyah, serta Keluarga
Besar di Jakarta dan di Tasikmalaya, terimakasih atas dukungan moril dan
materil, kasih sayang, do’a dan semangat yang tak henti diberikan kepada
penulis.
10. Ibu Kepala SMA Negeri 86 Jakarta, Terimakasih telah memberikan
kesempatan untuk melakukan penelitian.
11. Endang Mulyaningsih, M.Pd, selaku guru kimia kelas XI IPA 2 SMAN 86
Jakarta, Terimakasih telah memberikan kesempatan untuk melakukan
penelitian dan motivasi yang diberikan.
12. Kiki Sukirman, Widya Mulyana Putri, dan Nurhikmah yang telah bersedia
membantu peneliti dalam melakukan penelitian.
13. Widya Mulyana Putri dan Ma’wah Shofwah selaku teman seperjuangan.
Terimakasih atas dorongan dan semangat yang selalu diberikan.
14. Eka Nur Yuniar dan Agus Sulistio selaku teman seperjuangan dari SMA
Terimakasih atas motivasi dan dorongannya.
15. Siswa dan siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 86 Jakarta, terimakasih atas
kerjasamanya yang telah membantu dan mempermudah peneliti dalam
penelitian.

viii
16. Siswa dan siswa kelas XII MIA 2 di SMA Negeri 86 Jakarta, terimakasih atas
kerjasamanya yang telah membantu dan mempermudah peneliti dalam
validasi instrument penelitian.
17. Teman-teman Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan
2012, terimakasih atas motivasi yang selalu diberikan.
18. Teman-teman dari Odoj Star 5, Teh April, Mamah Ita, Mba Esti, Ka Ranting
dan yang lainnya, Terimakasih atas dukungan morilnya dan semangatnya.
19. Teman-teman dari Relawan Nusantara Rumah Zakat Jabodetabek, lampung
dan bandung terimakasih semangatnya.
20. Teman-teman PPKT tahun 2016 terimakasih Motivasi semangatnya.
21. Serta pihak terkait lain yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang
telah membantu hingga terselesaikannya karya ini.

Mudah-mudahan segala bentuk partisipasi dari berbagai pihak terkait


dapat menjadi berkah. Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
diperlukan demi perbaikan yang berarti. Semoga karya ini dapat memberikan
kontribusi dan motivasi bagi pengembangan IPTEK dan peningkatan kualitas
pendidikan di Indonesia. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, Desember 2017

Nurrachmawati

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ....................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ................................................................ iii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ...................................................... iv

ABSTRAK ...............................................................................................................v

ABSTRACT ........................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vii

DAFTAR ISI ...........................................................................................................x

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................xv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Identifikasi Masalah ...........................................................................9
C. Pembatasan Masalah ..........................................................................9
D. Perumusan Masalah ............................................................................10
E. Tujuan Penelitian ................................................................................10
F. Manfaat Penelitian ..............................................................................11

BAB II KAJIAN TEORITIK

A. Kajian Teori ........................................................................................12


1. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) ........12
2. Kemampuan Berpikir Kreatif ...................................................... 24
3. Hubungan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Kemampuan
Berpikir Kreatif ................................................................................3

x
4. Konsep Kimia : Hidrolisis Garam ................................................33
B. Hasil Penelitian yang Relevan .............................................................41
C. Kerangka Berpikir ...............................................................................44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................45


B. Metode Penelitian ...............................................................................45
C. Populasi dan Sampel...........................................................................45
D. Prosedur Penelitian ............................................................................46
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................49
F. Instrumen Penelitian ...........................................................................50
G. Validasi Instrumen..............................................................................53
H. Teknik Analisis Data .........................................................................55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian .................................................................................59


1. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ......................................59
2. Deskripsi Hasil Persentase Tahap Pembelajaran Berbasis
Masalah Tipe Mothes Pada LKS .................................................62
3. Angket Respon Siswa ..................................................................64
B. Pembahasan ......................................................................................64
1. Profil Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa melalui
Pembelajaran Berbasis Masalah pada Konsep Hidrolisis
Garam. ..........................................................................................65
2. Ketercapaian Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
melalui Pembelajaran Berbasis Masalah pada Konsep
Hidrolisis Garam. ........................................................................66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .......................................................................................74
B. Saran .................................................................................................75

xi
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................76

LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................................84

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah Tipe Mothes ................ 19


Tabel 2.2 Hubungan antara Tahapan Pembelajaran Berbasis Mothes dengan
Kemampuan Berpikir Kreatif ......................................................................... 31
Tabel 3.1 Pembagian Kategori Kelompok Siswa ......................................................... 46
Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Angket Sikap Siswa ................................................................ 52
Tabel 3.4 Kriteria Indeks Validitas Butir Soal .............................................................. 53
Tabel 3.5 Kriteria Indeks Reliabilitas Butir Soal ......................................................... 54
Tabel 3.6 Indeks Kesukaran .......................................................................................... 55
Tabel 3.7 Indeks Kriteria Daya Pembeda ...................................................................... 55
Tabel 3.8 Skala Kategori Kemampuan Berpikir Kreatif .............................................. 57
Tabel 3.9 Cara Pemberian Skor Angket Pembelajaran dengan PBM tipe Mothes .................. 58
Tabel 3.10 Kriteria Interpretasi Data Angket .................................................................. 58
Tabel 4.1 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ........................................................ 59
Tabel 4.2 Persentase (%) Jumlah Siswa Tiap Kategori Kemampuan Berpikir Kreatif
Berdasarkan Hasil Tes .................................................................................... 60
Tabel 4.3 Persentase (%) Ketercapaian Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa Berdasarkan Hasil Tes ........................................................................ 61
Tabel 4.4 Persentase (%) Ketercapaian Tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah
Pada LKS ....................................................................................................... 63

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir .................................................................................. 44

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian ................................................................................. 48

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Analisis KI/KD .................................................................................. 104

Lampiran 2 RancanganPerencanaanPembelajaran ............................................... 117

Lampiran3 Lembar Observasi ............................................................................. 156

Lampiran 4 Rubrik Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif ................. 159

Lampiran 5 Kisi-kisi Instrumen Tes ..................................................................... 174

Lampiran 6 Rubrik Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ......................................... 190

Lampiran 7 Hasil Validasi Instrumen Tes ............................................................ 225

Lampiran 8 Soal TesValid .................................................................................... 227

Lampiran 9 LembarValidasiInstrumenTesKemampuanBerpikirKreatif .............. 235

Lampiran10 LembarKerjaSiswa(LKS) .................................................................. 252

Lampiran11 RubrikLembarKerjaSiswa (LKS) ...................................................... 268

Lampiran12 AngketTanggapanSiswa .................................................................... 291

Lampiran13 NilaiUlanganHarianSiswa ................................................................. 294

Lampiran14 KedudukanKelompokSiswa .............................................................. 295

Lampiran15PersentaseIndikatorKemampuanBerpikirKreatifBerdasarkanHasilLe
mbarObservasi ................................................................................... 296

Lampiran 16 PersentaseIndikatorKemampuanBerpikirKreatifBerdasarkan Hasil


Tes ..................................................................................................... 297

Lampiran 17 Ketercapaian Model Problem Based Learning BerdasarkanHasil


LKS.................................................................................................... 299

Lampiran 18 HasilOlah Data Angket...................................................................... 301

Lampiran 19 HasilDokumentasiJawabanSiswaPadaInstrumenTes ........................ 305

Lampiran 20 HasilDokumentasiKegiatanPenelitian ............................................... 311

Lampiran21 HasilDokumentasiAngketSiswa ......................................................... 315

Lampiran 22 SuratIzinPenelitian ............................................................................ 318

Lampiran 23 SuratKeteranganPenelitian ................................................................ 319

Lampiran 24 LembarUjiReferensi .......................................................................... 320

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan yang dinamis
dan berkembang sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Oleh karena itu,
pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah
pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang
bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang
dihadapinya (Trianto, 2009, hlm. 1). Pendidikan yang diselenggarakan di
Indonesia sesuai dengan kurikulum 2013. Tujuan Kurikulum 2013 tercantum
dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 69 tahun 2013
“bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan
hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif kreatif, inovatif,
dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradaban dunia” (hlm. 4).
Sesuai dengan tujuan kurikulum 2013 harus diarahkan untuk membentuk
manusia yang berkualitas, memiliki budi pekerti yang luhur dan bermoral yang
baik sesuai. Selain itu, pendidikan di Indonesia diselenggarakan mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan supaya menghasilkan sumber daya manusia
yang mampu bersaing di era globalisasi dengan pemikiran kreatif. Pengembangan
kurikulum 2013 mengupayakan agar siswa memiliki keterampilan berpikir kreatif
yang dapat dikembangkan melalui pendidikan untuk menghadapi tantangan
kehidupan dimasa yang akan mendatang.
Khususnya pada abad 21, kemampuan inovasi dan kreativitas juga
dibutuhkan untuk bekerja (Sani, 2014, hlm, 7). Di dalam kerangka kompetensi
abad 21 menunjukkan bahwa siswa harus memiliki keterampilan hidup dan karir,
keterampilan belajar dan berinovasi (kritis dan kreatif), kemampuan

1
2

memanfaatkan informasi dan berkomunikasi (Partnership for 21st Century, 2012,


hlm. 1). Sementara itu, kemampuan inovasi yang dibutuhkan siswa adalah
keterampilan berpikir tingkat tinggi. Keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher
Other Thinking Skill) dibutuhkan peserta didik karena mencakup kemampuan
analisis, sintesis, evaluasi, kritis dan kreativitas (Elli, 2014. hlm. 3). Hal tersebut
juga didukung menurut King , dkk (2011, hlm. 13) menyatakan bahwa berpikir
kreatif dan berpikir kritis merupakan bagian dari HOT’S yang sangat penting
dikembangkan oleh siswa. Berpikir kritis dan kreatif merupakan dua kemampuan
dasar yang dapat mendorong seseorang untuk senantiasa memandang setiap
permasalahan yang dihadapi secara kritis serta mencoba mencari jawabannya
secara kreatif sehingga diperoleh suatu hal baru yang lebih baik dan bermanfaat
bagi kehidupan.
Berdasarkan uraian diatas membuktikan bahwa salah satu keterampilan
berpikir tinggi yang dapat dikembangkan adalah berpikir kreatif. Karena
kemampuan berpikir kreatif dapat membentuk peserta didik mampu
mengungkapkan dan megelaborasi gagasan orisinal dalam menyelesaikan
permasalahan (Puspitasari, 2012. hlm.2). Selain itu, kemapuan berpikir kreatif
juga dibutuhkan dalam menjalankan kehidupan. Karena, berpikir kreatif
merupakan kemampuan untuk melihat beragam kemungkinan penyelesaian
terhadap permasalahan. Hal tersebut didukung dengan pernyataan Guilford dalam
Munandar (1992, hlm. 45) menyatakan kreativitas merupakan bentuk kemampuan
untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu
masalah, sebagai bentuk hasil pemikiran yang saat ini masih kurang diperhatikan
pada pendidikan di sekolah. Sedangkan pemikiran kreatif yang perlu dilatih
adalah berpikir fluency, dan flexibility.
Siswono (2005, hlm. 6) mendefinisikan kemampuan berpikir kreatif
sebagai kemampuan siswa dalam memahami masalah dan menemukan
penyelesaian dengan strategi atau metode yang bervariasi (divergen). Hal tersebut
menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif berkaitan erat dengan
3

kemampuan memecahkan masalah secara kreatif (Kusumadewi, 2014. hlm.2).


Kemampuan berpikir kreatif dalam memecahkan setiap permasalahan tentu tidak
muncul begitu saja. Untuk itu, seharusnya fokus utama dari pembelajaran adalah
memecahkan masalah (Jonassen, 2004. hlm.2). Kemampuan berpikir kreatif perlu
dilatih dalam pembelajaran siswa di sekolah untuk melatih pola berpikir siswa
dalam menggali dan merumuskan informasi, mengolah, mengambil keputusan,
serta memecahkan masalah secara kreatif.
Namun pada kenyataannya kemampuan berpikir kreatif siswa rendah. Hal
tersebut diperkuat dengan kualitas pendidikan di Indonesia dapat dikatakan masih
rendah jika dibanding negara - negara maju lainnya. Hal tersebut didukung oleh
data yang dikeluarkan oleh UNDP yang menunjukkan bahwa Indonesia hanya
bernilai 0,728 dari nilai ideal satu dan Indonesia berada pada peringkat ke-107
dari 177 negara yang dinilai dari segi Human Development Index (HDI)
(Ismaimuza, 2013, hlm. 34). Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pada
SDM (Sumber Daya Manusia) adalah pendidikan. Melalui peningkatan
pendidikan upaya efektif untuk membentuk karakter manusia yang berkualitas
dapat terbentuk. Karena, menurut Edward de Bono mengungkapkan “Pendidikan
bukanlah tujuan kita. Pendidikan harus mempersiapkan pemelajar untuk hidup”.
Artinya pendidikan harus mampu membangun kecakapan hidup (life skills)
peserta didik (Amir, 2009.hlm.26). Khususnya kemampuan berpikir kreatif
sebagai bentuk kualitas pendidikan yang perlu dibangun kecakapan hidup yang
tertera dalam tujuan pendidikan.
Berawal dari pendidikan di sekolah kemampuan berpikir kreatif siswa
rendah. Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian tentang berpikir kreatif
dilakukan oleh Nahadi, Siswaningsih, & Maliga (2015, hlm. 8) mengungkapkan
bahwa hasil analisis keterampilan berpikir kreatif siswa melalui soal open ended
yang dikembangkan di salah satu sekolah SMAN di kota Bandung menunjukkan
bahwa hasil penelitian diperoleh ketercapaian pada setiap indikator berpikir
4

kreatif yaitu fluency, flexibility, elaboration, dan originality berturut-turut adalah


59,46%, 50,13%, 31,91% dan 53,76%. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat
bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa masih kurang. Kurangnya kemampuan
siswa dalam berpikir kreatif tidak lepas dari proses belajar yang berlangsung pada
pendidikan formal.
Pada proses pembelajaran di sekolah juga merupakan salah satu faktor
yang memicu rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa. Hal tersebut
diperkuat oleh hasil observasi yang dilakukan dalam penelitian Wulandari,
Liliasari & Supriyanti (2011, hlm. 116) bahwa hasil di salah satu SMA Negeri di
kota Cimahi dan Bandung, berpikir kreatif merupakan suatu hal yang jarang
sekali diperhatikan dalam pembelajaran kimia, padahal belajar kimia sarat akan
kegiatan berpikir, salah satu berpikir yang dapat dikembangkan dari berpikir
tingkat tinggi ialah berpikir kreatif. Kegiatan pembelajaran didominasi oleh guru
yang menyampaikan materi pembelajaran dengan metode ceramah. Sementara
itu, siswa hanya memperhatikan dan cenderung pasif tanpa banyak terlibat dalam
kegiatan pembelajaran serta lebih banyak berperan sebagai penerima informasi
dari guru.
Hal tersebut juga didukung oleh penelitian Sugita, Ashadi, & Masykuri.
(2016, hlm. 60) mengungkapkan bahwa pembelajaran kimia masih banyak guru
menggunakan metode pembelajaran konvensional (ceramah) didalam pelaksanaan
proses pembelajarannya sehingga pembelajaran hanya berpusat pada guru sebagai
sumber pengetahuan siswa. Pembelajaran yang seperti ini membuat siswa menjadi
pasif dan kurang merangsang aktivitas belajar yang optimal (Zulfiani, Feronika,&
Suartini, 2009, hlm. 97). Sementara itu, sekolah menjadi sebuah tempat untuk
menyampaikan sejumlah konsep yang harus dipahami siswa. Prosesnya sering
jauh dari kenyataan yang dijumpai di lapangan. Hal ini membuat siswa
beranggapan bahwa apa yang telah mereka pelajari di sekolah merupakan
pelajaran yang terpisah dari kehidupan mereka, tidak dapat diterapkan atau malah
5

tidak berguna untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam dunia nyata
(Purtadi & Permana, 2011. hlm.4).
Padahal, peran guru dalam menentukan metode pembelajaran yang
diajarkan menentukan keberhasilan proses pembelajaran di sekolah. Guru harus
dapat menentukan model yang baik digunakan dalam proses pembelajaran dan
sesuai didalam tujuan pendidikan saat ini. Salah satu model yang dapat diterapkan
ialah model pembelajaran inovatif, progresif, dan konstekstual yang dengan tepat
mampu mengembangkan dan menggali pengetahuan peserta didik secara konkret
dan mandiri serta mengembangkan kemampuan berpikir siswa (Trianto, 2009,
hlm. 12). Namun realitanya, masih banyak guru yang menggunakan metode
konvensional dalam menyampaikan materi pelajaran Hal ini juga sejalan dengan
penelitian Istiqomah (2012, hlm. 2), mengemukakan bahwa pembelajaran mata
pelajaran kimia cenderung bersifat teacher oriented, text book oriented dan
kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari sehingga cenderung menuju
kesulitan dalam memahami materi yang diajarkan bagi siswa. Guru terbiasa
dengan metode konvensional sedangkan siswa hanya mendengar dan mencatat
apa yang dijelaskan guru tanpa konflik kognitif yang dapat melatih keterampilan
berpikir siswa serta kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa sehingga
motivasi belajar siswa menjadi berkurang.
Hasil wawancara yang telah dilakukan dengan salah guru mata pelajaran
kimia di SMAN 86 Jakarta, diperoleh bahwa siswa mengalami kesulitan dalam
memahami konsep hidrolisis. Metode pembelajaran yang digunakan guru ialah
inqury learning namun pembelajaran belum maksimal. Metode yang digunakan
adalah metode yang sesuai dengan cara untuk siswa memahami materi secara
tepat dan praktis. Hal tersebut disebabkan karena pembelajaran hanya
menekankan pada sub perhitungan pH larutan dan juga tuntutan soal berdasarkan
SKL UN materi kimia saja sehingga kemampuan berpikir kreatif siswa tidak
dikembangkan. Hal tersebut juga terlihat pada tahun 2015/2016 ketuntasan pada
materi terlihat tidak sebesar pencapaian materi-materi yang lainnya. Siswa
6

cenderung memberikan respon bahwa kimia sebagai mata pelajaran tersulit salah
satunya pada konsep hidrolisis garam.
Oleh karena itu hasil observasi permasalahan dan hasil wawancara yang
terjadi dari berbagai sumber menunjukkan bahwa keterampilan berpikir tingkat
tinggi khususnya kemampuan berpikir kreatif masih kurang dikembangkan
didalam pembelajaran kimia. Masih banyak guru yang menggunakan metode
konvensional, minim-nya variasi metode yang diterapkan dalam pembelajaran
kimia dan kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari. Karena pembelajaran
kimia yang efektif harus harus dilakukan dengan mengedepankan kemampuan
berpikir kreatif.
Salah satu alternatif pembelajaran yang mengembangkan kemampuan
berpikir kreatif siswa adalah pembelajaran yang memberikan ruang kepada siswa
untuk bisa menentukan dan membangun konsep sendiri dan dapat
mengembangkan kemampuan berpikir siswa (Puspitasari, 2012, hlm.3). Salah
satu model pembelajaran inovatif yang menekankan pada kemampuan berpikir
siswa adalah model pembelajaran berbasis masalah. Melalui model ini kegiatan
pembelajaran tidak bersifat monoton dan membosankan karena siswa ikut aktif
dalam kegiatan pembelajaran. Maka dari itu dengan adanya model pembelajaran
yang lebih interaktif dan inovatif, siswa diharapkan bukan hanya dapat
memahami konsep kimia semata, melainkan lebih diharapkan pada efek iringan
pembelajaran yang salah satunya adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu
kemampuan berpikir kreatif.
Pembelajaran berbasis masalah menurut Kwon et al., dalam Tan
(2009.hlm.20) merupakan dorongan siswa mencari solusi baru untuk masalah
yang diajukan dengan menggunakan pengetahuan dan sumber daya yang tersedia.
Proses ini diyakini untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif mereka.
Menurut Smith dalam (Amir, 2009.hlm.27), penerapan pembelajaran berbasis
masalah memiliki banyak manfaat bagi siswa yaitu menjadi lebih ingat dan
meningkat pemahamannya atas materi ajar, meningkatkan fokus pada
7

pengetahuan yang relevan, mendorong untuk berpikir, membangun kerja tim,


kepemimpinan dan keterampilan sosial, membangun kecakapan belajar (life-long
learning skill), dan memotivasi siswa.
Banyak jenis-jenis pembelajaran berbasis masalah yang dikemukakan
oleh para ahli. Salah satu jenis pembelajaran berbasis masalah yang dapat
digunakan adalah pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes. Proses pemecahan
masalah pada pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes dikenal dengan istilah
“Prosedur Normal Mothes”. Istilah ini digunakan karena langkah-langkah pada
proses ini terinspirasi dari proses induktif pada langkah-langkah metode ilmiah
(Referat dan Korff, 2007.hlm.3). Menurut Rosbiono, model pembelajaran
berbasis masalah adalah seperangkat cara dan prosedur yang kegiatan
pembelajaran yang tahap-tahapnya meliputi: penjabaran masalah, penyusunan
opini, perencanaan dan konstruksi, percobaan atau penyelidikan, kesimpulan,
abstrak, dan konsolidasi (Kusumadewi, 2014. hlm.21).
Masalah merupakan hal yang paling penting dalam pembelajaran
berbasis masalah. Masalah yang diberikan haruslah dapat merangsang dan
memicu siswa untuk menjalankan pembelajaran dengan baik (Amir,
2009.hlm.32). Untuk mata pelajaran kimia, topik atau permasalahan yang dapat
diangkat dalam pembelajaran di kelas salah satunya adalah terkait dengan gaya
hidup masyarakat terkini (Mbajiorgu dan Reid, 2006.hlm.13).
Kimia sebagai salah satu mata pelajaran yang dapat mengembangkan
karakter siswa, yaitu bertanggung jawab. Selain itu, pembelajaran kimia juga
dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan kedewasaan siswa dalam
berperilaku di kehidupan sehari-hari. Mempelajari materi Kimia secara mendalam
memerlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang melibatkan level kognitif
tingkat analisis (Muslim, Zulfiani, & Irwandi, 2014. hlm.7). Maka dari itu,
melalui penghubungan materi kimia dengan kehidupan nyata ini akan membantu
siswa untuk berpikir tingkat tinggi.
8

Hidrolisis garam merupakan konsep kimia kelas XI yang dapat diterapkan


didalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh pengolahan lahan pertanian yang
menggunakan pupuk untuk menetralkan pH tanah, sehingga masalah yang
diangkat dalam proses pembelajaran dapat berupa masalah penerapan dari produk
hidrolisis garam didalam kehidupan sehari-hari. Menurut Muslim, Zulfiani, &
Irwandi (2014. hlm.65) mengungkapkan bahwa hidrolisis garam adalah salah satu
konsep kimia yang menggunakan metode eksperimen berbasis lingkungan alam.
Proses pembelajaran melalui metode eksperimen berbasis lingkungan alam
merupakan pembelajaran yang mengintegrasikan unsur lingkungan unsur
lingkungan dalam proses pembelajaran yang bertujuan membantu siswa
mendapatkan makna dari pembelajaran sehingga membentuk siswa menuju sadar
lingkungan, tanggap terhadap perubahan yang terjadi dan dapat memecahkan
masalah dalam lingkungan.
Model pembelajaran berbasis masalah adalah model yang dapat
mengintegrasikan dengan masalah lingkungan. Menurut Dewey dalam Trianto
(2014, hlm. 64) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah
interaksi antara stimulus respon, merupakan hubungan antar dua arah belajar dan
lingkungan. Melalui penerapan pembelajaran berbasis masalah pada konsep
hidrolisis garam sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari, khususnya
lingkungan alam. Karena, hidrolisis garam merupakan konsep kimia yang
fenomenanya dapat dilihat secara langsung dalam kehidupan sehari-hari (Dian,
Setiabudi, & Nahadi, 2015. hlm.134).
Namun, nyatanya melalui metode konvensional yang diterapkan oleh guru
di dalam kelas, konsep hidrolisis kurang melatih kemampuan berpikir kreatif
siswa karena siswa hanya dituntut untuk mampu menyelesaikan soal stoikiometri
pH larutan garam saja dan kurang mengetahui aplikasi konsep hidrolisis garam
dalam kehidupan nyata. Hal tersebut diperkuat dengan penelitian Hamdu dalam
Dian, Setiabudi, & Nahadi (2015, hlm. 134) menyatakan bahwa hasil kerja ilmiah
siswa pada konsep hidrolisis garam masih cukup rendah. Salah satu penyebabnya
9

adalah dikarenakan siswa kurang mengetahui aplikasi konsep hidrolisis garam


dalam konteks nyata.
Berdasarkan uraian diatas materi hidrolisis garam merupakan jalur
berkembangnya kemampuan berpikir kreatif siswa yang sangat penting untuk
dikembangkan. Metode pembelajaran yang diterapkan dalam konsep hidrolisis
garam dibutuhkan metode yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan dan
melatih siswa untuk melakukan kerja ilmiah serta menghubungkan siswa pada
aplikasi konsep hidrolisis garam dalam konteks nyata. Model pembelajaran
berbasis masalah tipe Mothes adalah model pembelajaran yang tepat dalam
melatih kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi hidrolisis garam melalui
proses kerja ilmiah. Oleh sebab itu, berkaitan dengan ini peneliti terdorong untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa melalui Pembelajaran Berbasis Masalah pada Konsep Hidrolisis
Garam”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Keterampilan berpikir kreatif siswa di pendidikan formal kurang dilatih.
2. Berpikir kreatif siswa jarang sekali diperhatikan dalam pembelajaran kimia.
3. Pembelajaran kimia didominasi oleh guru yang menyampaikan materi
pembelajaran dengan metode ceramah.
4. Materi pembelajaran yang siswa rasakan tidak dapat diterapkan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi di kehidupan nyata.
5. Pembelajaran kimia cenderung bersifat teacher oriented, text book oriented,
dan kurang terkaitnya dengan kehidupan sehari-hari.
10

C. Pembatasan Masalah
Masalah yang diteliti terbatas pada hal-hal berikut:
1. Analisis kemampuan berpikir kreatif siswa menurut teory Guilford (1950)
dalam indikator fluency (kelancaran), flexibility (keluwesan), elaboration
(kerincian) dan originality (keaslian).
2. Model pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes (Hans Mothes, 1957)
yang diberikan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa.
3. Pokok bahasan/ materi yang diteliti adalah konsep hidrolisis garam.

D. Perumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan diangkat pada penelitian ini adalah:
1. “Bagaimana profil kemampuan berpikir kreatif siswa melalui pembelajaran
berbasis masalah pada konsep hidrolisis garam?”
2. “Bagaimana ketercapaian indikator kemampuan berpikir kreatif siswa melalui
pembelajaran berbasis masalah pada konsep hidrolisis garam?”

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang sudah dirumuskan, maka tujuan
dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui profil kemampuan berpikir kreatif siswa melalui pembelajaran
berbasis masalah pada konsep hidrolisis garam.
2. Mengetahui ketercapaian indikator kemampuan berpikir kreatif siswa melalui
pembelajaran berbasis masalah pada konsep hidrolisis garam.

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
siswa.
11

2. Bagi guru, sebagai sumber informasi atau dalam memperkaya model


pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal.
3. Bagi peneliti, sebagai bahan acuan dan motivasi untuk melaksanakan
penelitian lanjut dan sebagai referensi atau tolak ukur serta pembanding
dalam melakukan penelitian atau pun dalam hal lainnya selama penelitian
ini dapat bermanfaat bagi masyarakat.
BAB II
KAJIAN TEORITIK

A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Problem Based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata untuk melatih berpikir kritis dan keterampilan
pemecahan masalah sehingga memperoleh pengetahuan dan konsep mata
pelajaran yang esensial (Sudarman, 2007. hlm. 69). Menurut Tan, dalam Rusman
(2012, hlm. 229) menjelaskan bahwa Problem Based Learning merupakan inovasi
dalam pembelajaran yang mengoptimalkan kemampuan berpikir siswa melalui
proses kerja kelompok yang menciptakan kemampuan berpikir yang
kesinambungan.
Menurut Duch (2001, hlm.6), pembelajaran berbasis masalah merupakan
pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan
bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di
dunia nyata. Masalah didunia nyata yang kompleks digunakan untuk memotivasi
siswa untuk mengidentifikasi dan menyelidiki konsep dan prinsip yang mereka
butuhkan dalam menyelesaikan masalah tersebut.
Pembelajaran berbasis masalah dikenal sebagai pendekatan pembelajaran
aktif yang berpusat pada siswa (learner-centered) yang menggunakan masalah
kehidupan nyata yang kompleks, dan tidak terstruktur sebagai awal yang
menggunakan masalah kehidupan nyata yang kompleks dan tidak terstruktur
sebagai awal dari proses pembelajaran (Tan, 2004 hlm.7). Sejak dipopulerkan di
McMaster University Canada pada tahun 1970-an, sebagai upaya menemukan
solusi dengan membuat pertanyaan-pertanyaan sesuai situsi yang ada (Rusman,
2012. hlm. 242). Maka dari itu, dengan diperkenalkan sejak beberapa tahun
terakhir pembelajaran berbasis masalah terus berkembang terutama karena

12
13

beberapa hal yaitu: 1) adanya peningkatan tuntutan untuk menjembatani


kesenjangan antara teori dan praktik, 2) aksebilitas informasi dan ledakan
pengetahuan, 3) perlunya penekanan kompetensi dunia nyata dalam belajar, serta
4) perkembangan dalam bidang pembelajaran, psikologi dan pendagogi
(Tan,2004.hlm.8). Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model pembelajaran yang
berpusat pada siswa (learner-centered) yang mendorong siswa untuk mengenal
cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian
masalah-masalah di dunia nyata sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah,
menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam proses kognitif
yang melibatkan proses mental yang berkesinambungan.

2. Prinsip-prinsip Proses Pembelajaran Berbasis Masalah


Menurut Poppy (2017, hlm. 24) prinsip-prinsip proses pembelajaran
berbasis masalah terdiri lima prinsip yang harus diperhatikan, diantaranya:
a. Konsep Dasar (Basic Concept)
Konsep dasar PBL pada pembelajaran memberikan peluang guru
untuk dapat memberikan konsep dasar petunjuk, referensi, atau link dan skill
yang diperlukan dalam pembelajaran sehingga siswa lebih cepat mendapatkan
petunjuk yang akurat mengenai arah dan tujuan pemebelajaran. Konsep yang
diberikan diutamakan garis besar agar siswa dapat mengembangkannya lebih
mendalam secara mandiri.
b. Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)
Prinsip ini, guru menyampaikan permasalahan dan keloompok siswa
memulainya dengan melakukan kegiatan. Kegiatan yang dilakukan siswa
dalam kelompok yaitu mengungkapkan ide atau tanggapan bebas, melakukan
seleksi ide yang lebih terfokuskan, menentukan permasalahan dan melakukan
tugas dalam kelompok untuk menemukan referensi penyelesaian
permasalahan yang dibentuk.
14

c. Pembelajaran Mandiri (Self Learning)


Melalui prinsip ini, masing-masing siswa secara mandiri mencari
berbagai sumber untuk menjelaskan isu yang sedang diselidikinya.
d. Pertukaran Pengetahuan (Exchange Knowledge)
Pada prinsip ini memberikan peluang siswa untuk berdiskusi dalam
kelompok dengan dibantu guru untuk mengklarifikasi tujuannya, hingga
merumuskan solusi dari permasalahan kelompok.
e. Penilaian (Assessment)
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek yaitu: pengetahuan
(knowledge) yang mencakup penguasaan pengetahuan, kecakapan (skill)
mencakup penguasaan alat bantu pembelajaran, kemampuan perancangan dan
pengujian, dan sikap (attitude) mencakup penguasaan soft skill yaitu
keaktifan, partisipasi berdiskusi, kerjasama tim, dan kehadiran pembelajaran.

3. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah


Menurut Eggen dan Kauchak (2012, hlm.307) karakteristik pembelajaran
berbasis masalah dibagi menjadi tiga karakteristik, diantaranya:
a. Pembelajaran berfokus pada memecahkan masalah.
b. Siswa diberi tanggung jawab untuk menyusun cara/strategi/metode dan
memecahkan masalah.
c. Guru sebagai pendukung proses saat siswa mengerjakan masalah dan menuntun
siswa untuk mengajukan pertanyaan.
Namun, menurut Rusman (2012, hlm.232) karakteristik pembelajaran dibagi
menjadi sepuluh karakteristik, diantaranya:
a. Permasalahan sebagai starting point pembelajaran.
b. Permasalahan yang diangkat dari kehidupan sehari-hari dan tidak terstruktur.
c. Permasalahan membutuhkan multiple perspective (gambaran yang berganda).
d. Permasalahan menantang pengetahuan, sikap, dan kompetensi siswa sehingga
dapat mengidentifikasi kebutuhan belajar.
15

e. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan


evaluasi. sumber informasi proses yang esensial.
f. Mengembangkan keterampilan inquiry dan pemecahan permasalahan.
g. Kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif dalam belajar.
h. Sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar sebagai keterbukaan proses
PBM
i. Mengutamakan fokus terhadap pengarahan diri.
j. Melibatkan evaluasi dan review proses dan pengalaman belajar siswa.

Pembelajaran berbasis masalah membahas situasi kehidupan yang ada di


sekitar dengan penyelesaian yang tidak sederhana. Maka dari itu, dibutuhkan
peeran seorang guru dalam model PBL untuk memfasilitasi peserta didik dalam
mengidentifikasi permasalahan, memfasilitasi penyelidikan, dan mendukung
pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik (Sani,2013 hlm.139). Selain itu,
peran guru dalam PBM yaitu mengubah cara berpikir siswa, mengembangkan
keterampilan inquiry, menggunakan metode diskusi untuk menyelesaikan masalah,
melatih siswa dalam merancang strategi pemecahan masalah dan menjadi
perantara proses penguasaan informasi (Rusman, 2012, hlm. 234).

4. Manfaat Pembelajaran Berbasis Masalah


Menurut Amir (2009, hlm. 27) manfaat efektif dan efisien pembelajaran
berbasis masalah dari berbagai dimensi, sebagai berikut:
a. Menjadi lebih ingat dan meningkat pemahamannya atas materi ajar
Dengan konteks yang dekat dan sekaligus melakukan deep learning (karena
banyak mengajukan pertanyaan menyelidik) bukan surface learning (yang
sekedar hafal saja), maka siswa akan lebih memahami materi.
b. Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan
16

Dengan kemampuan pendidik membangun masalah yang sarat dengan


konteks praktik, siswa dapat “merasakan” lebih baik konteks operasinya di
lapangan.
c. Mendorong untuk berpikir
Dimana, dengan proses yang mendorong siswa untuk bertanya, kritis,
reflektif, maka manfaat ini bisa berpeluang terjadi. Siswa dianjurkan untuk
tidak terburu-buru menyimpulkan, mencoba menemukan landasan atas
argumennya, dan fakta-fakta yang mendukung alasan. Nalar siswa dilatih, dan
kemampuan berpikir ditingkatkan.
d. Membangun kerja tim, kepemimpinan, dan keterampilan social
Dimana, masalah yang diselesaikan dengan berkelompok maka model ini
mendorong dalam pengembangan kecakapan kerja tim dan kecakapan social.
Siswa diharapkan memahami perannya dalam kelompok, menerima
pandangan orang lain, bisa memeberikan pengertian untuk teman kelompok,
dan merasakan pengalaman kepemimpinan, dimana mereka
mempertimbangkan strategi, memutuskan dan persuasive dengan orang lain.
e. Membangun kecakapan belajar (life-long learning skills)
Dimana, siswa diharuskan mengembangkan bagaimana kemampuan untuk
belajar (learn how to learn), dengan cara siswa perlu membiasakan untuk
mampu belajar terus-menerus sehingga keterampilan yang dibutuhkan siswa
nantinya akan terus berkembang.
f. Memotivasi pemelajar
Dimana, dengan pembelajaran berbasis masalah memiliki peluang untuk
membangkitkan minat dari dalam diri siswa.

5. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah


a. Keunggulan Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Ibrahim & Nur dalam Cahyo (2013, hlm. 285) menjelaskan bahwa
pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:
17

1) Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan, sebab mereka sendiri


mereka sendiri yang menemukan konsep sendiri.
2) Melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntun keterampilan
berpikir siswa yang lebih tinggi.
3) Pengetahuan tertanam berdasarkan schemata yang dimiliki siswa sehingga
pembelajaran lebih bermakna.
4) Siswa dapat merasakan manfaat pembelajara, sebab masalah-masalah yang
diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata, hal ini dapat
meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa terhadap bahan yang
dipelajari.
5) Menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu member aspirasi dan
menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap social yang positif di
antara siswa.
6) Pengkondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi
terhadap pembelajar dan temannya, sehingga pencapaian ketuntasan belajar
siswa dapat diharapkan.

b. Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah


Adapun kelemahan pembelajaran berbasis masalah menurut Sanjaya (2006,
hlm. 221) diantaranya:
1) Manakal siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan
bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan
merasa enggan untuk mencoba.
2) Keberhasilan pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup
waktu untuk persiapan.
3) Tanpa Pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah
yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka
ingin pelajari.
18

6. Perencanaan Pembelajaran Berbasis Masalah


Menurut Eggen dan Kauchak (2012, hlm. 308), perencanaan pembelajaran
berbasis masalah dibagi menjadi empat bagian, diantaranya:
a. Mengidentifikasi topik.
Topik yang digunakan dalam perencanaan PBM ini bersifat abstrak dan lebih
kompleks.
b. Menentukan tujuan belajar.
Tujuan belajar yang digunakan dalam PBM yang dapat mengembangkan
keterampilan pemecahan masalah dan mempelajari kemandirian (self direction).
Karena, kemampuan pemecahan masalah adalah tujuan penting siwa yang
memerlukan jangka panjang sehingga diperlukan pengalaman yang rutin untuk
mencapai tujuan tersebut.
c. Mengidentifikasi masalah.
Pada rencana ini, siswa diharuskan memiliki pengetahuan awal yang cukup
banyak untuk secara efektif membuat rancangan strategi dalam memecahakan
masalah.
d. Mengakses materi
Pada rencana ini, siswa diharuskan memahami apa yang mereka usahakan untuk
dicapai dan memiliki akses materi yang dibutuhkan dalam memecahkan
masalah.

7. Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah


Pembelajaran berbasis masalah didasarkan atas teori psikologi kognitif,
terutama berlandaskan teori Vigotsky (konstruktivisme), yakni perkembangan
intelektual terjadi saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan
menantang untuk menyelesaikan permasalahan. Maka dari itu, hubungan teori
belajar Vigotsky dan PBM ialah menghubungkan informasi baru dengan struktur
kognitif yang dimiliki siswa melalui kegiatan belajar dalam interaksi sosial
(Rusman, 2012, hlm.244 ).
19

Pada pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes, kegiatan ini adalah


memecahkan masalah yang prosesnya dikenal dengan istilah “Prosedur Normal
Mothes” yang telah diperkenalkan oleh Hans Mothes 1957. Istilah ini digunakan
karena langkah-langkah pada proses ini terisnpirasi dari proses aktif pada langkah-
langkah metode ilmiah (Referat dan Korff, 2007 hlm.3). Selain itu, metode
pengajaran ini dengan istilah "prosedur normal" karena ia percaya pada prosedur
normal dalam mengorientasikan masalah dalam penelitian ilmiah.
Menurut Rosbiono dalam Kusumadewi (2014, hlm. 18), prosedur normal
Mothes dalam pembelajaran terdiri delapan tahap yang diadaptasi menurut Hans
Mothes 1957 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel. 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah Tipe Mothes
Langkah Pembelajaran Tujuan Langkah Pembelajaran
1. Motivasi (MO) Membangkitkan minat dan
keingintahuan terhadap materi
pembelajaran.
2. Penjabaran masalah (PM) Merumuskan suatu pertanyaan ilmiah
3. Penyusunan Opini-opini (PO) Perumusan sejumlah hipotesis atau
dugaan
4. Perencanaan dan konstruksi (PK) Menyusun peralatan yang fungsional
5. Percobaan (PE) Mempertunjukkan fenomena alam
6. Kesimpulan (KE) Menyimpulkan dari aktivitas
pemecahanan masalah
7. Abstraksi (AB) Mengintisarikan hasil ilmiah yang sah
8. Konsolidasi pengetahuan melalui Memperoleh pemahaman
aplikasi dan praktek (KP) komprehensif dan terintegrasi

a) Tahap Motivasi
Motivasi merupakan dorongan mental yang menggerakkan dan
mengarahkan perilaku manusia (Dimyati dan Moedjiono, 2006, hlm.80).
Tujuan tahap motivasi pada pembelajaran adalah menuntun, membangkitkan
rasa ingin tahu, menyiapkan kesediaan dan meningkatkan antuasiasme siswa
menghadapi pembelajaran. Maka dari itu, tahap motivasi harus dilakukan
20

sesuai dengan tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai penyatu dari


keseluruhan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan motivasi.
Pada penelitian ini, tahap motivasi dilakukan melalui pertanyaan yang
berkaitan dengan masalah, dan menampilkan media pembelajaran yang
berhubungan dengan masalah yang disajikan. Melalui tahap ini, pengajuan
pertanyaan siswa dapat merangsang pemikiran kreatifnya yaitu dengan
mengajukan pertanyaan terbuka atau divergen. Karena pertanyaan ini akan
membantu siswa untuk membuka diskusi yang akan memungkinkan
menemukan banyak jawaban, yaitu dengan cara mengumpulkan fakta,
merumuskan hipotesis hingga melakukan pengujian yang ada di tahap
berikutnya (Munandar, 1992, hlm.83).
b) Tahap Penjabaran Masalah
Tahap penjabaran masalah atau orientasi permasalahan, yaitu salah
satu cara siswa untuk memahami tujuan pengajaran berdasarkan masalah yang
perlu penyelidikkan terhadap masalah penting dan menciptakan belajar yang
mandiri (Trianto, 2014. hlm.74). Pada kegiatan tahap penjabaran masalah,
siswa dapat merumuskan suatu pertanyaan masalah. Menurut David, dkk
dalam Sani (2015,hlm.149), merumuskan masalah merupakan yang terpenting
karena kemungkinan setiap anggota kelompok diskusi memiliki perpektif
yang berbeda membutuhkan terhadap suatu permasalahan. Produk yang
dihasilkan dari rumusan masalah adalah daftar permasalahan yang
memerlukan penjelasan dalam bentuk tertulis. Pembentukkan kelompok pada
pembelajaran ini sangat dibutuhkan siswa dalam menyelesaikan permasalahan
dengan metode diskusi. Karena, melalui metode diskusi maka siswa
mendapatkan pengalaman dan latihan mengungkapkan diri secara lisan dan
berkomunikasi dengan teman sekelompok dalam menghadapi masalah serta
mengembangkan pemikiran kritis maupun kreatif, penalaran, serta
kemampuan pertimbangan dan penilaian (Munandar, 1992, hlm.84).
21

c) Tahap Penyusunan Opini


Tahap penyusunan opini atau penataan hipotesis, merupakan tahap
untuk menghasilkan banyak ide dan beragam penjelasan mengenai
permasalahan yang dihasilkan dari diskusi kelompok siswa. Tahap ini adalah
awal untuk menentukan tujuan pembelajaran. (Sani, 2015, hlm.149). Menurut
Sanjaya (2006, hlm. 217) mengungkapkan bahwa perumusan hipotesa yaitu
tahap siswa melakukan perumusan berbagai pengetahuan dengan yang
memungkinkan sesuai dengan pemecahan masalah. Tahap ini, siswa
melakukan curah pendapat. Curah pendapat yang dilakukan siswa hanya
menggunakan pengetahuan yang dimiliki (prior knowledge) sebagai bahan
untuk menyepakati hipotesis. Peran guru dalam tahap ini menjaga siswa agar
tetap fokus pada hipotesis, tidak menggali hal yang detail dan memberikan
kesempatan siswa untuk menyampaikan pemahamannya masing-masing siswa
serta menguji pemahamannya dengan siswa lain. Maka dari itu, tahap ini
dilakukan untuk mengelaborasi pengetahuan dan ingatan sebelumnya (Sani,
2015, hlm.149).
Setelah siswa melakukan merumuskan hipotesis, selanjutnya siswa
mengumpulkan data. Pengumpulan data merupakan tahap siswa mencari dan
menggambarkan informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah
(Sanjaya, 2010, hlm.217). Maka dari itu, pengumpulan data dilakukan dengan
mencari berbagai sumber yang relevan.
d) Tahap Perencanaan dan Konstruksi
Tujuan tahap ini adalah merencanakan dan mengkonstruksi suatu
perangkat percobaan yang dapat memverifikasi hipotesis dan penemuan
keterkaitan antara pengukuran yang beragam. (Kusumadewi, 2014. hlm.21).
Tahap ini merupakan tahap mengorganisasikan siswa untuk belajar yang
membutuhkan pengembangan keterampilan kerja sama antar siswa dan
membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama. Berkenaan dengan hal
itu, peran guru sangat membantu siswa untuk merencanakan penyelidikkan
22

dan tugas-tugas pelaporan. Maka dari itu, melalui pengorganisasian siswa ke


dalam kelompok diskusi belajar berlaku juga dalam pengajaran permasalahan
(Trianto, 2014. hlm.74).
e) Tahap Percobaan
Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan
penyelidikkan autentik untuk mencari penyelesaian nyara terhadap masalah
(Trianto, 2014. hlm.67). Salah satu penyelidikkan autentik adalah tahap
percobaan atau eksperimen. Tahap percobaan merupakan bagian utama dalam
pembelajaran sains. Karena, melalui tahap percobaan jawaban terhadap
pertanyaan ilmiah dapat ditemukan berdasarkan hasil pengalaman
penyelidikkan dan menggunakan alat yang khusus untuk mengembangkan
tujuan penyelidikkan atau percobaan.
f) Tahap Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari suatu percobaan diharapkan
menghasilkan suatu pernyataan cermat. Melalui penafsiran yang kritis,
pencapaian suatu kesimpulan dan abstraksi diharapkan menuju pada
pencapaian pengetahuan ilmiah yang baru (Kusumadewi, 2014.hlm.22).
Berkenaan hal itu, Rosbiono dalam Kusumadewi (2014,hlm.22)
mengungkapkan bahwa kesimpulan yang benar dari hasil suatu percobaan
tergantung kepada masalah dan hipotesis yang diajukan serta metode
percobaan yang digunakan.
g) Tahap Abstraksi
Abstraksi merupakan generalisasi dari sejumlah pernyataan yang
menggunakan istilah-istilah teknis dan konsep yang tepat (Kusumadewi,
2014. hlm.22). Melalui tahap ini siswa diminta untuk membuat generalisasi
kesimpulan yang telah mereka buat dari percobaan penyelesaian
permasalahan yang telah dilakukannya. Maka dari itu, sesuai tujuan tahap ini
adalah siswa merumuskan pengetahuannya untuk meniadakan kasus khusus
sehingga tercapai hal yang umum.
23

h) Tahap Konsolidasi
Pada tahap ini, bertujuan agar siswa memiliki penguasaan lebih
mengenai pengetahuan baru sehingga memungkinkan terintegrasi dan
teranalisasinya pengetahuan tersebut ke dalam struktur pengetahuan siswa
terdahulu. Tahap ini merupakan tahap terpenting pada proses pembelajaran
yang tidak cukup memahami fakta-fakta. Karena pembelajaran pada tahap ini
menuntun siswa untuk menghasilkan produk tertentu yang mewakili bentuk
penyelesaian masalah. Produk tersebut berupa laporan yang sudah
direncanakan oleh siswa kemudian mendemonstrasikan ke siswa lainnya
(Trianto, 2014, hlm.67).

8. Evaluasi Pembelajaran Berbasis Masalah


Evaluasi atau penilaian adalah suatu tindakan untuk menentukan nilai dari
sesuatu (Sudjiono, 1995, hlm.1). Menurut Suchman dalam Arikunto dan Jabar
(2014, hlm.1 ) melihat evaluasi sebagai kegiatan untuk mengumpulkan informasi
tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tentang bekerjanya
sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan
alternative yang tepat dalam mengambil keputusan. Penilaian pada pembelajaran
berbasis masalah tipe Mothes, penilaian terhadap siswa tidak hanya terfokus pada
tes akhir pembelajaran namun juga dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung. Penilaian terhadap siswa selam pembelajaran dilakukan melalui LKS,
penilaian kemampuan berpikir kreatif melalui observasi, penilaian sikap dan juga
kinerja.
Sementara itu penilaian terhadap siswa setelah pembelajaran dilakukan
dengan pemberian soal tes kemampuan berpikir kreatif dengan pertanyaan
sebanyak 17 butir soal. Penilaian setelah pembelajaran ini untuk mengukur
kemampuan berpikir kreatif siswa. Tes kemampuan berpikir kreatif ini memicu
ungkapan secara serentak dari beberapa proses mental kreatif yang terutama
mengukur kelancaran, kelenturan, orisinalitas, dan kerincian.
24

9. Kemampuan Berpikir Kreatif


a. Kemampuan Berpikir
Berpikir merupakan hal yang mendasari hampir semua tindakan
manusia dan interaksinya. Definisi berpikir pada umumnya didasari oleh asumsi
aktivitas metal atau intelektual yang melibatkan kesadaran dan subjektivitas
individu. Hal ini merujuk ke suatu tindakan pemikiran atau ide-ide atau
pengaturan ide (Kuswana, 2011. hlm.2). Menurut Sousa (2012, hlm. 291) Salah
satu karakteristik berpikir kreatif adalah rutintitas harian mencari alasan, mulai
dari pertanyaan mengapa, apa, dan bagaimana. Pertanyaan tersebut, didalamnya
mengembangkan konsep, memecahkan masalah, menyimpulkan, dan
mengantisipasi apa yang terjadi.
Keterampilan berpikir sejalan dengan wacana menigkatkan mutu
pendidikan melalui proses pembelajaran yang sesuai dengan tuntuan atau hasik
belajar. Pembelajaran keterampilan berpikir merujuk kepada pendekatan
melalui strategi khusus dan prosedur yang bisa dilaksanakan serta dapat
digunakan oleh siswa dengan cara yang terkontrol dan sadar untuk membuat
mereka belajar lebih efektif (Kuswana, 2011, hlm. 23).
Menurut Mulhayati (2014, hlm.19) mengungkapkan bahwa kemampuan
berpikir manusia berdasarkan usia berbeda-beda. Terlebih lagi, kemampuan
berpikir siswa yang jauh lebih mampu karena pada kenyataannya setiap proses
pembelajaran secara berlanjut dilakukan akan menambah peningkatan kinerja
otak untuk mendokumentasikan apa yang diprediksinya. Hal tersebut juga
didukung oleh pendapat Sudarma (2013, hlm. 34) bahwa keterampilan berpikir
(thinking skills) atau pemikiran yang terlatih, penting dimiliki oleh setiap orang.
Memiliki keterampilan berpikir atau kemampuan berpikir yang terampil bisa
membangun pribadi individu yang demokratis.
Menurut Ashman dalam Kuswana (2011, hlm. 24) mengungkapkan
bahwa kemampuan berpikir enam jenis berpikir, diantaranya:
1) Metakognisi.
25

2) Berpikir Kritis (Konvergen).


3) Berpikir Kreatif (Divergen)
4) Proses Kognitif (Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan)
5) Kemampuan Berpikir Inti
6) Memahami Peran dan Konten Pengetahuan.

b. Berpikir Kreatif
1) Pengertian Berpikir Kreatif
Isaksen dalam Mahmudi (2010, hlm.2) mendefinisikan bahwa berpikir
kreatif adalah proses konstruksi ide yang menekankan pada aspek
kelancaran, keluwesan, kebaruan dan kerincian. Menurut Facione dalam
McGregor (2007, hlm.171), berpikir kreatif adalah berpikir yang mengarah
pada perolehan wawasan baru, pendekatan baru, perspektif baru, atau cara
baru dalam memahami sesuatu. Menurut Mirreshtine dalam Al-Khalili (2006,
hlm. 22) berpikir kreatif merupakan suatu proses berpikir untuk memperoleh
pengetahuan dalam bidang tertentu, baik berupa pengetahuan dasar, data teoretis
dan melakukan eksperimen untuk membuktikan data-data tersebut, lalu hasilnya
disampaikan kepada orang lain. Selanjutnya menurut Munandar (1992, hlm.
47) mengenai mendefinisikan kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir
divergen) sebagai kemampuan – berdasarkan data atau informasi yang
tersedia – menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah
dimana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman
jawaban. Definisi tersebut mendukung definisi Guilford dalam Al-Khaili
(2006, hlm. 24) yang menyatakan bahwa kreativitas adalah sistem dari
kemampuan nalar yang sederhana, dan sistem-sistem ini berbeda satu sama
lain dikarenakan perbedaan bidang kreativitas tersebut.
Kemampuan berpikir kreatif adalah salah satu kemampuan berpikir
tingkat tinggi yang efektif dalam pembelajaran sains. Kemampuan berpikir
kreatif dapat diajarkan di sekolah dengan melatih pola/kebiasaan berpikir
26

(habits of mind). Pola berpikir yang dimaksud adalah kecakapan menggali


dan merumuskan informasi, mengolah, mengambil keputusan serta
memecahkan masalah secara kreatif (Wulandari, Liliasari, & Supriyanti,
2011). Pada dasarnya kemampuan berpikir kreatif ini adalah kreativitas.
Secara etimologi, kreativitas adalah memunculkan sesuatu yang baru tanpa
ada contoh sebelumnya. Oleh karena itu, suatu produk yang dikategorikan
kreatif akan memenuhi sifat-sifat baru dan unik pada formasi finalnya,
meskipun unsur-unsur dasar memang sudah ada sebelumnya.
2) Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif
Kemampuan berpikir kreatif siswa dapat diukur menurut teori
Wolfgang dalam Mahmudi (2010, hlm.4) yaitu dengan cara menjelajah hasil
kerja berupa proses berpikir kreatif siswa yang disampaikan di depan kelas.
Kemudian, menurut teori McGregor dalam Mahmudi (2010, hlm.4) yaitu
dapat dilakukan dengan mendasarkan apa yang dikomunikasian secara lisan
dan tertulis melalui pembelajaran yang tepat. Jadi kesimpulan yang dapat
diambil berdasarkan pendapat teori diatas, maka kemampuan berpikir kreatif
siswa dapat diukur melalui pembelajaran yang tepat dan apa yang
dikomunikasikan siswa tersebut dapat berupa hasil kerja siswa terkait dengan
tugas, penyelesaian masalah atau jawaban lisan siswa terhadap pertanyaan
guru. Pada penelitian, kemampuan berpikir kreatif siswa menggunakan
instrument tes yang dilakukan setelah pembelajaran, sedangkan instrument
observasi dilakukan selama pembelajaran berlangsung.
3) Proses Berpikir Kreatif
Siswa yang dapat berpikir kreatif tentunya berkaitan bagaiamana
prosesnya. Proses kreatif atau berpikir kreatif ini adalah jalan atau cara
mendorong siswa untuk berpikir kreatifnya. Menurut teori Wallas dalam
Munandar (2012, hlm. 39) mengemukakan bahwa proses kreatif meliputi
empat tahap, diantaranya:
27

a) Tahap Persiapan
Tahap persiapan, adalah tahap seseoranng mempersiapkan diri untuk
memecahkan masalah dengan berpikir, mencari jawaban, dan
menghimpun data.
b) Tahap Inkubasi
Tahap inkubasi merupakan tahap kedua dari proses kreatif, dimana
setiap individu sejenak tidak memikirkan masalah secara sadar namu
tahap ini pemikiran tersebut “dieramnya atau mengeram” di alam pra
sadar.
c) Tahap Iluminasi
Dimana, inspirasi/gagasan baru bersama proses psikologis mengawali
dan mengikuti munculnya inspirasi/gagasan baru atau yang disebut
dengan “Aha-Erlebnis”.
d) Tahap Verifikasi
Tahap pengujian ide/gagasan terhadap realitasnya.

4) Ciri-ciri Berpikir Kreatif


Seorang dikatakan kreatif tentu ada ciri-ciri yang menyebabkan
seseorang itu disebut kreatif . Menurut Guilford dalam Munandar (2012,
hlm. 65) menyebutkan bahwa hal utama berkaitan dengan kreativitas ialah
berpikir divergen sebagai operasi mental yang menuntut penggunaan
kemampuan berpikir kreatif, meliputi kelancaran, kelenturan, orisinalitas,
dan elaborasi (perincian). Berikut ini penjelasan masing-masing mengenai
ciri berpikir menurut Guilford dalam Munandar (1992, hlm. 88):
a) Keterampilan berpikir lancar (fluency)
Keterampilan berpikir lancar adalah kemampuan mencetuskan
banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah/pertanyaan, memberikan
banyak cara/saran untuk melakukan berbagai hal, dan selalu memikirkan
lebih dari satu jawaban. Seperti yang telah diungkapkan oleh Guilford
28

dalam Al-Khaili (2006, hlm.176) bahwa kelancaran (fluency) diartikan


dengan mengeluarkan pemikiran yang dengan mudah mengalir, baik
alam bentuk kebebasan intelektual, verbal, atau yang lainnya.
Seorang siswa dapat berpikir fluency dapat ditunjukkan dengan
kegiatan mengajukan dan menjawab banyak pertanyaan, memiliki
banyak gagasan mengenai masalah hingga lancar dalam
pengungkapannya, serta berkerja lebih cepat dibandingkan teman
lainnya.
b) Keterampilan berpikir luwes (flexibility)
Kemampuan berpikir luwes didefinisikan sebagai kemampuan
menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, dapat
melihat sesuatu msalah dari sudut pandang berbeda-beda, mencari
banyak alternatif/ arah yang berbeda dan mampu mengubah cara
pendekatan/cara pemikiran. Seperti yang telah diungkapkan oleh
Guilford dalam Al-Khaili (2006, hlm.177) bahwa indikator flexibility
mencerminkan kemampuan untuk cepat menghasilkan berbagai
pemikiran yang berkembang menjadi berbagai macam pemikiran yang
berkembang menjadi berbabgai macam pemikiran yang berbeda dan
berkaitan dengan sikap tertentu.
Kegiatan siswa untuk memunculkan kemampuan ini yaitu
memberikan macam-macam penafsiran terhadap suatu
masalah/gambar/cerita, dan memberikan suatu cara yang beragam.
c) Keterampilan berpikir keaslian (originality)
Keterampilan berpikir originality didefinisikan sebagai kemampuan
melahirkan ungkapan yang baru dan unik, memikirkan dan mampu
mengkombinasikan cara yang tidak lazim dari bagian dan unsur terkait.
Sejalan dengan penelitian menurut Sayyid Khairullah dalam Al-Khaili
(2006, hlm.178) mendefinisikan kemampuan keaslian ialah kemampuan
untuk menghasilkan beberapa reaksi yang orisinil. Kegiatan siswa untuk
29

memunculkan kemampuan berpikir ini yaitu, memikirkan masalah-


masalah atau hal yang tidak pernah dipikirkan oleh orang lain dan lebih
senang mensintesis daripada menganalisis sesuatu.
d) Keterampilan memperinci (Elaboration)
Keterampilan berpikir elaboration adalah suatu kemampuan
memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk serta
menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu obyek gagasan atau
situasi sehingga lebih menarik. Siswa dapat dikatakan berpikir
elaboration dimana ia memiliki perilaku lebih suka mengembangkan
gagasan orang lain, selalu mencari arti lebih mendalam dalam jawaban,
dan suka menambahkan garis-garis, warna, dan detail terhadap gambar
sendiri atau orang lain. Seperti yang telah diungkapkan oleh Guilford
dalam Al-Khaili (2006, hlm.179) bahwa elaborasi berarti bentuk parsial
dari ketidak sempurnaan, karena pembuatan perincian-perincian tersebut
dimaksudkan untuk menyempurnakan langkah, atau membangun tema-
tema yang rumit dan mengandung makna. Semua ini dinilai sebagai hasil
dari ketidak sempurnaan yang didalamnya menginspirasi sesuatu dengan
sesuatu yang lain.

10. Hubungan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Kemampuan Berpikir


Kreatif
Salah satu model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan
berpikir kreatif siswa ialah model pembelajaran berbasis masalah tipe mothes.
Pembelajaran berbasis masalah dirancang dalam suatu prosedur yang diawali
dengan sebuah masalah. Menurut Tan, dalam Rusman (2012, hlm. 229)
mengungkapkan pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam
pembelajaran yang mengoptimalkan kemampuan berpikir siswa melalui proses
kerja kelompok, dan salah satunya adalah kemampuan berpikir kreatif. Sementara,
kreativitas atau berpikir kreatif adalah kemampuan menemukan banyak
30

kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya terdapat


kuantitas, keterpagunaan, dan keberagaman jawaban (Munandar, 1992, hlm. 48).
Oleh sebab itu, diawali dari sebuah permasalahan menunjukkan bahwa kemampun
berpikir kreatif siswa berhubungan erat dengan model PBL tipe mothes sebagai
jalan untuk menyelesaikan suatu permasalah. Terlebih lagi, pada tahap-tahap pada
pembelajaran berbasis masalah menunjang siswa dalam membangun konsepnya
sendiri sehingga siswa lebih memahami konsep yang dipelajarinya (Tan, 2009,
hlm.5). Adapun hubungan antara tahapan pembelajaran tipe Mothes dengan
kemampuan berpikir kreatif siswa dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Hubungan antara Tahapan Pembelajaran Berbasis Mothes dengan
Kemampuan Berpikir Kreatif
Indikator berpikir
Tahapan PBL Tipe
Kegiatan Siswa kreatif yang
Mothes
dikembangkan
Tahap 1 Siswa menyimak video Indikator fluency dan rasa
Motivasi yang ditampilkan guru ingin tahu.
terkait masalah
pemanfaatan produk
hidrolisis garam dan
masalah pencemaran
limbah dari limbah zat
kimia rumah tangga
(produk hidrolisis garam:
sabun detergen, pewangi
pakaian, pemutih
pakaian), mengajukan
banyak pertanyaan, dan
menjawab pertanyaan.
Tahap 2 Siswa menuliskan Indikator flexibility
Penjabaran Masalah rumusan masalah dalam
bentuk pertanyaan ilmiah
terkait masalah
pemanfaatan produk
hidrolisis garam dan
masalah pencemaran
limbah zat kimia rumah
tangga (produk hidrolisis
garam: sabun detergen,
31

Indikator berpikir
Tahapan PBL Tipe
Kegiatan Siswa kreatif yang
Mothes
dikembangkan
pewangi pakaian, pemutih
pakaian)

Tahap 3 Siswa mencari beberapa Indikator fluency


Penyusunan Opini solusi alternative
pemecahan masalah
terkait cara
penanggulangan masalah
pencemaran limbah zat
kimia rumah tangga
(limbah mencuci) (produk
hidrolisis garam: sabun
detergen, pewangi
pakaian, pemutih
pakaian)

Tahap 4 Siswa membuat Indikator originality dan


Perencanaan rancangan percobaan elaboration
dan berdasarkan solusi
Konstruksi alternative yang dipilih
terkait cara
penanggulangan masalah
pencemaran limbah zat
kimia rumah tangga
(limbah mencuci) (produk
hidrolisis garam: sabun
detergen, pewangi
pakaian, pemutih
pakaian)

Tahap 5 Siswa melakukan Indikator elaboration


Percobaan percobaan berdasarkan originality
rancangan percobaan
yang telah disusun terkait
cara penanggulangan
masalah pencemaran
limbah zat kimia rumah
tangga (limbah mencuci)
(produk hidrolisis garam:
32

Indikator berpikir
Tahapan PBL Tipe
Kegiatan Siswa kreatif yang
Mothes
dikembangkan
sabun detergen, pewangi
pakaian, pemutih
pakaian) (Penentuan sifat
dan pH limbah produk
hidrolisis garam, cara
penetralan limbah
tersebut)
Tahap 6 Siswa menyimpulkan Indikator flexibility
Kesimpulan penyelesaian masalah
terkait cara
penanggulangan masalah
pencemaran limbah zat
kimia rumah tangga
(limbah mencuci) (produk
hidrolisis garam: sabun
detergen, pewangi
pakaian, pemutih
pakaian).
Tahap 7 Siswa membuat Indikator fluency
Abstraksi generalisasi berdasarkan
kesimpulan yang telah
dibuat.
Tahap Siswa menyampaikan Indikator fluency
Konsolidasi laporan percobaan cara
penanggulangan masalah
pencemaran limbah kimia
dari limbah rumah tangga
melalui presentasi, serta
menyimak penjelasan
guru mengenai konsep
kimia yang terkait
pemanfaatan
33

B. Konsep Kimia: Hidrolisis Garam


1. Definisi Hidrolisis Garam
Hidrolisis merupakan istilah yang umum digunakan untuk reaksi dengan
air (hidrolisis berasal dari kata hydro yang berarti air dan lysis yang berarti
penguraian). Hidrolisis garam merupakan penguraian garam oleh air dimana
ion garam tersebut mengalami reaksi dengan air menghasilkan asam lemah
atau basa lemah. Menurut konsep ini, komponen garam (kation atau anion)
yang berasal dari asam lemah atau basa lemah bereaksi dengan air
(terhidrolisis). Hidrolisis kation menghasilkan ion H3O+ (= H+), sedangkan
hidrolisis anion menghasilkan ion OH- (Purba, & Sunardi, 2006, hlm. 263).
2. Sifat Garam yang Terhidrolisis
Sifat garam yang berdasarkan penyusunnya dibedakan menjadi empat,
yaitu garam dari asam kuat dan basa kuat, garam dari asam kuat dan basa
lemah, garam dari asam lemah dan basa kuat, dan garam dari asam lemah dan
basa lemah.
a. Garam yang Menghasilkan Larutan Netral
Garam yang mengahsilkan larutan netral mengandung ion logam
alkali atau ion logam alkali tanah (kecuali Be2+) dan basa konjugat suatu
asam kuat (misalnya Cl–, Br–, dan NO3–) yang tidak mengalami hidrolisis
dalam jumlah banyak, dan larutannya dianggap netral (Chang, 2004,
hlm.116). Garam tersebut berasal dari asam kuat dan basa kuat tidak
dapat bereaksi dengan air sehingga tidak terhidrolisis dalam air. Larutan
garam ini tidak mengubah konsentrasi H maupun OH– , pH larutan garam
+

= pH air, yaitu pH 7 atau bersifat netral. Garam yang tersusun dari asam
kuat dan basa kuat tidak memberikan perubahan warna lakmus, baik
lakmus merah maupun lakmus biru. Hal tersebut menunjukkan bahwa
larutan garam bersifat netral. Contoh garam yang tersusun dari asam kuat
34

dan basa kuat adalah NaCl yang tersusun atas HCl (asam kuat) dan NaOH
(basa kuat) (Muchtaridi & Justiana, 2007, hlm. 238).
b. Garam yang Menghasilkan Larutan Asam
Garam yang menghasilkan larutan asam tersusun dari asam kuat
dan basa lemah mengubah kertas lakmus biru menjadi merah dan tidak
mengubah kertas lakmus merah. Perubahan warna kertas lakmus tersebut
menunjukkan bahwa larutan garam bersifat asam. Contoh garam yang
tersusun dari asam kuat dan basa lemah adalah garam NH4Cl yang
tersusun dari HCl (asam kuat) dan NH4OH (basa lemah) (Muchtaridi &
Justiana, 2007, hlm. 238). Larutan garam yang berasal dari asam kuat dan
basa lemah akan terionisasi sebagian dalam air. Sebagai contoh garam
ammonium klorida (NH4Cl) yang berasal dari asam kuat HCl dan basa
+
lemah NH4OH. Dalam air, NH4Cl akan terurai menjadi ion NH4 akan
terhidrolisis oleh air sedangkan ion Cl– tidak dapat terhidrolisis oleh air
karena berasal dari asam kuat. Dengan demikian, NH4OH akan hanya
+
terhidrolisis sebagian. Keadaan ini mengakibatkan konsentrasi H dan
-
OH menjadi lebih besar sehingga karutan bersifat asam dan pH < 7.

Reaksi hidrolisis yang diberikan pada garam tersebut sebagai berikut


(Chang, 2004, hlm. 117):

NH4+(aq) + H2O(l) NH3(aq) + H3O+(aq)

c. Garam yang Menghasilkan Larutan Basa


Garam yang menghasilkan larutan basa tersusun dari asam lemah dan
basa kuat mengubah kertas lakmus merah menjadi biru dam tidak mengubah
warna lakmus biru. Perubahan warna kertas tersebut menunjukkan bahwa
larutan garam bersifat basa. Contoh garam yang tersusun dari asam lemah
dan basa kuat adalah garam CH3COONa yang tersusun dari CH3COOH
35

(asam lemah) dan NaOH (basa kuat). Garam tersebut mempunyai pH > 7.
(Muctaridi & Justiana, 2007, hlm. 239). Garam tersebut berasal dari tidak
terhidrolisisnya ion Na+ sedangkan ion CH3COO– adalah basa konjugat dari
asam lemah CH3COOH dan dengan demikian miliki afinitas ion H+.
Sehingga reaksi hidrolisisnya sebagai berikut (Chang, 2004, hlm. 116):
CH3COOH-(aq) + H2O(l) CH3COOH(aq) + OH–(aq)

Karena reaksi ini menghasilkan ion OH– larutan natrium asetat akan
bersifat basa.
d. Garam yang Menghasilkan Larutan Netral dari Basa Lemah dan Asam
Lemah
Garam yan tersusun dari asam lemah dan basa lemah dapat bersifat
asam, basa, atau netral. Garam yang berasal dari asam lemah dan basa
lemah mengalami hidrolisis total (kation dan anion mengalami hidrolisis).
Adapun pH larutan, secara kuantitatif sukar dikaitkan dengan nilai Ka dan
Kb maupun konsentrasi garam. Sifat larutan bergantung pada kekuatan
realatif asam dan bas yang bersangkutan. Jika asam lebih lemah daripada
basa (Ka< Kb), maka anion akan terhidrolisis lebih banyak dan larutan
akan bersifat basa. Jika basa lebih lemah daripada asam (Ka> Kb), maka
kation akan terhidrolisis lebih banyak dan larutan akan berifat asam.
Sedangkan, jika asam sama lemahnya dengan basa (Ka = Kb), larutan akan
bersifat netral (Purba & Sunardi, 2006. Hlm. 264).

3. Tetapan Hidrolisis (Kh) dan pH Larutan Garam


Hidrolisis terjadi pada garam yang mengandung komponen asam lemah
atau basa lemah.Sifat garam menentukan nilai pH larutan hidrolisisnya.Dalam
reaksi hidrolisis tetapan hidrolisis yang merupakan hasil kali tetapan
kesetimbangan dengan konsentrasi H2O. Tetapan hidrolisis dinyatakan dengan
36

notasi Kh dan nilainya tergantung nilai Ka dan Kb. Hubungan tetapan hidrolisis
dengan Ka dan Kb dapat dijelaskan menurut reaksi hidrolisis yang terjadi
sebagai berikut (Priyambodo, E dkk. 2015. hlm. 201):
a. Larutan Hidrolisis Garam dari Asam Kuat dan Basa Lemah
Salah satu contoh garam dari asam kuat dan basa lemah adalah garam
NH4Cl. Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa lemah mempunyai pH
< 7. Rumus untuk menghitung pH larutan garam sebagai berikut:

pH dapat dicari dengan rumus:


pH = ½ (pKw – pKb – log [G])

b. Larutan Garam dari Asam Lemah dan Basa Kuat


Misal reaksi hidrolisis garam CH3COONa dalam larutannya. Rumus untuk
menghitung pH larutan garam sebagai berikut:

pOH dapat dicari dengan rumus:


pOH = ½ (pKw – pKa – log [G])
37

c. Larutan Garam dari Asam Lemah dan Basa Lemah


Contoh garam ini adalah CH3COONH4.
Rumus untuk menghitung pH larutan garam sebagai berikut:

pH = - log [H+]
pH dapat dicari dengan rumus:
pH = ½ (pKw – pKa – pKb)

4. Aplikasi Hidrolisis Garam


Reaksi hidrolisis berperan dalam kehidupan sehari-hari diantaranya dalam
peristiwa penjernihan air minum, penggunaan pupuk, dan pemutih pakaian
(Priyambodo, E dkk. 2015. hlm. 200):
a. Penjernihan Air
Pengolahan air minum oleh PDAM menggunakan garam aluminium
fosfat yang terhidrolisis total dalam air.
b. Penggunaan Sabun
Sabun cuci terbuat dari asam lemak (asam stearat) yang direaksikan
dengan basa (NaOH atau KOH) sehingga sabun merupakan garam.Reaksi
Sabun dengan air menghasilkan asam stearat dan basa NaOH. Asam stearat
akan mengikat kotoran pada baju dengan membentuk misel.
c. Penggunaan Pupuk
Pupuk dibuat dalam bentuk garam, missal pupuk (NH4)2SO4.Pupuk ini
menurunkan pH tanah agar sesuai dengan pH yang dibutuhkan tanaman. Di
dalam tanah, (NH4)2SO4akan terurai menjadi ion NH4+ dan ion SO42-. Ion
38

NH4+akan terhidrolisis dalam tanah membentuk NH3 dan ion H+ yang


bersifat asam.
d. Pemutih Pakaian
Pemutih pakaian mengandung garam NaOCl dan basa kuat
NaOH.Garam ini bersifat basa. Dalam air, ion OCl- akan terhidrolisis
menjadi HOCl dan ion H+. NaOCl bersifat reaktif dan melurukan
pewarna.Oleh karena itu, pakaian berwarna tidak boleh diberi pemutih
pakaian.

5. Pengelolaan Lingkungan
a. Limbah Rumah Tangga
Berdasarkan peraturan pemerintah (PP) No. 18 tahun 1999
mendefinisikan bahwa “limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan
manusia”. Menurut Widjajanti (2009, hlm. 1) mendefinisikan limbah domestik
atau rumah tangga adalah limbah cair yang berasal dari masyarakat urban
termasuk di dalamnya limbah kota dan aktifitas industri. Limbah rumah tangga
atau domestik adalah semua buangan yang berasal dari kamar mandi, kaskus,
dapur, tempat cuci piring, cuci peralatan rumah tangga, dan sebagainya, yang
secara kuantitatif limbah tadi terdiri atas zat organic berupa bentuk padat
maupun cair (Sastrawijya, 2009. hlm.123).
Limbah domestik berpotensi mencemari lingkungan khususnya
lingkungan perairan (Santoso, t.t. hlm.2). Jika terjadi penyimpangan dari
keadaan normalnya dapat dikatakan air sudah tercemar maka disebut dengan
pencemaran air (Romdhoni, (t.t). hlm.6). Dampak negatif yang diakibatkan
oleh limbah rumah tangga membuat gejala cukup serius bagi lingkungan
(Santoso, t.t. hlm.2). Penyebab terbesar terjadinya pencemaran lingkungan
akibat limbah rumah tangga berasal dari limbah mencuci. Limbah mencuci
berasal dari limbah sabun, detergen, pemutih pakaian yang merupakan sisa air
buangan mencuci yang tidak dipakai lagi. Seringkali, penggunaan detergen
39

yang semakin meningkat akan berdampak juga pada jumlah limbah yang
dihasilkan (Sopiah, t.t, hlm. 99). Begitu juga dalam penggunaan pemutih
pakaian. Berawal dari pembuangan limbah mencuci langsung ke lingkungan
akan memicu pencemaran khususnya lingkungan air sehingga akan
menimbulkan efek pencemarannya. Efek dari pencemaran air tersebut dapat
terlihat dengan; (1) perubahan suhu air, (2) perubahan pH atau konsentrasi
hydrogen, (3) perubahan warna, bau, dan rasa air normal (Wardhana, 2004).
Sementara itu, dampak negatif yang cukup serius terjadi dari pembuangan
limbah detergen menurut penelitian Sopiah (t,t, hlm.99) yaitu terjadinya
masalah pendangkalan peraiaran, terhambatnya transfer oksigen hingga
menurunnya estetika lingkungan yang disebabkan timbulnya bau dan busa.
Pembuangan limbah pemutih pun tidak jauh berbeda dengan dampak negatif
dari pembuangan limbah detergen. Hal tersebut dikarenakan dari karakteristik
detergen maupun pemutih pakaian memiliki kesamaan.
Detergen merupakan bahan pembersih yang memiliki senyawa kimia
yang keberadaanya sangat dekat dalam kehidupan sehari-hari. Detergen
mengandung garam sangat basa karena pH detergen berkisar (9,5 – 12),
bersifat korosif, dan memiliki sifat membuat iritasi pada kulit (Sopiah, t,t,
hlm.101). Sedangkan, pemutih pakaian merupakan bahan pemutih yang biasa
digunakan untuk pakaian berwarna putih. Pemutih pakaian mengandung garam
senyawa natrium hipoklorit yang bersifat basa dan pH >7. Penggunaan
pemutih pakaian memiliki dampak negatif yang dapat merusak serat pakaian
dan juga dapat menyebabkan iritasi kulit karena pemutih pakaian memiliki
sifat yang korosif.
Detergen dan pemutih pakaian merupakan produk aplikasi dari
hidrolisis garam yang sangat berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari.
Penggunaan detergen dan pemutih pakaian pada umunya dicampurkan terlebih
dahulu dengan air untuk melarutkan garam senyawa kimianya sehingga limbah
yang dihasilkan pun akan memicu terjadinya pencemaran khususnya
40

lingkungan air jika penggunaannya berlebihan. Detergen maupun pemutih


pakaian memiliki sifat dan pH yang sama-sama kuat dan dapat menimbulkan
pencemaran air yang ditandai dengan tergangunya keseibangan pH normal air.
Hal tersebut tentu menjadi permasalahan, dan berdampak negatif terhadap
ekosistem yang hidup di perairan. Karena, dengan konsentrasi dan kuantitas
tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan
terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan
terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah
tergantung pada jenis dan karakteristik limbah (Widjajanti, 2009, hlm. 1).
b. Pengolahan Sederhana Limbah Rumah Tangga
Metode pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian
lingkungan . Apapun metode pengolahan air limbah domestik maupun industri
secara sederhana yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh
masyarakat setempat, salah satunya dengan pengenceran limbah cair.
Pengenceran adalah prosedur penyiapa larutan yang kurang pekat dari larutan
yang lebih pekat. Pada proses pengenceran, diberikan lebih banyak pelarut ke
dalam sejumlah tertentu larutan yang akan mengurangu konsentrasi larutan tanpa
mengubah jumlah mol zat terlarut yang terdapat dalam larutan (mol zat terlarut
sebelum pengenceran = mol zat terlarut sesudah pengenceran ) (Chang, 2004,
hlm. 108). Maka dari itu, pengolahan limbah cair merupakan metode pengenceran
yakni menurunkan konsentrasi limbah hingga cukup rendah sebelum dibuang ke
lingkungan. Zat yang digunakan untuk pengenceran adalah pelarut air. Melalui
pengenceran limbah cair merupakan cara sederhana untuk mengurangi
konsentrasi pada limbah cair. Karena, dengan penambahan pelarut air terhadap
limbah dapat berpengaruh juga terhadap nilai pH limbah serta merubah sifat
limbah.
41

C. Hasil Penelitian Yang Relevan


Ada beberapa penelitian terdahulu yang mendasari penelitian ini.Salah
satu penelitian yang dilakukan oleh Rohaeni Nur Eli dari Universitas Pendidikan
Indonesia dengan Judul “Analisis Kemampuan Kognitif dan Kreativitas Peserta
Didik melalui Pembelajaran Problem Based Learning Pada Materi Penjernih
Air”. Penelitian yang dilakukan oleh Rohaeni Nur Eli (2014) bertujuan untuk
memperoleh informasi mengenai model pembelajaran PBL terhadap peningkatan
kemampuan kognitif dan kreativitas peserta didik pada topic penjernih air.
Kemampuan berfikir kreatif difokuskan pada lima aspek kemampuan berpikir
kreatif yaitu fluency, flexibility,originality, elaboration dan evaluation.
Pencapaian dari aspek fluency (78,43%, kategori tinggi), flexibility (74,54%,
kategori tinggi), originality (70,81% kategori tinggi), elaboration (69,93%
kategori sedang) dan evaluation ( 56,90% kategori sedang).

Penelitian dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah


Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif dan Penguasaan Konsep Kimia Siswa
dalam Konteks Pemanfaatan Limbah Minyak Jelantah” yang dilakukan oleh
Mega Wijayanti Kusumadewi (2014) dari Universitas Pendidikan Indonesia.
Hasil Penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa model PBL tipe Mothes
ditinjau dari kinerja guru dan siswa diperoleh pencapaian 90%-95% dengan
kategori sangat baik. Secara keseluruhan keterampilan berpikir kreatif siswa yang
mendapatkan PBL tipe Mothes mendapat nilai tertinggi dan (83%) dibandingkan
siswa yang tidak mendapatkan PBL tipe Mothes.
Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh Rini Al Amaniati dengan judul
“Profil kreativitas siswa dalam Memanfaatkan Limbah Kertas Pada
Pembelajaran Konsep Daur Ulang Limbah” (2012) dari Universitas Pendidikan
Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa kemampuan berpikir
kreatif siswa pada: 1) kemampuan berpikir lancar (fluency) termasuk kategori
kurang, 2) keterampilan berpikir luwes (fleksibility) termasuk kategori kurang
42

sekali, 3) kemampuan berpikir orisinal (originality) termasuk kategori kurang, 4)


keterampilan memerinci (elaboration) termasuk kategori kurang.
Pada penelitian dengan judul “Problem Based Learning untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa dan Penguasaan Konsep
Siswa Pada Materi Larutan Penyangga” yang dilakukan oleh Wiwin, Liliasari,
dan Titin (2011) dari Universitas Pendidikan Indonesia. Hasil Penelitian yang
diperoleh menunjukkan bahwa lima tahap model PBL lebih dari semua
kemampuan berpikir kreatif dan penguasaan konsep meningkat secara signifikan
dengan rata-rata N-gain = 0,61; indikator kemampuan berpikir kreatif yang
mengalami peningkatan tertinggi adalah elaboration, N-gain = 0,70; konsep
menandakan peningkatan tertinggi adalah perhitungan pH larutan buffer, N-gain
= 0,86; dan model PBL mendapat respon positif dari guru dan siswa.
Selanjutnya, pada penelitian yang dilakukan Irna Rahmawati dengan judul
“Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa” (2016) dari Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Berdasarkan hasil penelitian
mengungkapkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis siswa secara
keseluruhan masih tergolong rendah, terlihat dari indikator fluency 67,4%,
elaboration 34,23%, flexibility 67,78%, dan originality 30,51%. Secara garis
besar, indikator flexibility mengalami pencapaian tertinggi dan originality
mengalami pencapaian terendah.

C. Kerangka Berpikir
Kemampuan berpikir kreatif siswa masih tergolong rendah. Hal ini
disebabkan proses pembelajaran di pendidikan sekolah. Proses pembelajaran di
sekolah masih didominasi oleh guru yang menyampaikan materi pembelajaran
dengan metode ceramah dan berpikir kreatif jarang sekali diperhatikan khususnya
pada pembelajaran kimia. Padahal belajar kimia sarat akan kegiatan berpikir,
salah satu berpikir yang dapat dikembangkan dari berpikir tingkat tinggi salah
satunya berpikir kreatif. Sementara itu, pembelajaran yang didominasi oleh guru
43

dengan metode ceramah menyebabkan siswa hanya memperhatikan dan


cenderung pasif tanpa banyak terlibat dalam kegiatan pembelajaran serta lebih
banyak berperan sebagai penerima informasi dari guru. Selain itu, pembelajaran
kimia yang cenderung bersifat text book oriented and teacher oriented juga
menyebabkan pembelajaran menjadi kurang terkaitnya dengan kehidupan sehari-
hari. Hal tersebut cenderung kurangnya siswa dalam mengembangkan
kemampuan berpikir kreatif. Metode ceramah yang diterapkan tidak dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa karena metode ceramah
membuat siswa menjadi pasif dan kurang merangsang aktivitas belajar yang
optimal.
Model pembelajaran pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes suatu
model pembelajaran inovatif yang menekankan siswa untuk berpikir kreatif.
Model pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes merupakan pembelajaran yang
proses pemecahan masalah menggunakanp proses induktif pada langkah-langkah
metode ilmiah. Selain itu, model pembelajaran berbasis masalah umumnya
memberikan ruang kepada siswa untuk bisa menentukan dan membangun konsep
sendiri dan dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa, khususnya
kemampuan berpikir kreatif (Puspitasari, 2012, hlm.3). Tahap-tahap model
pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes yang digunakan adalah adaptasi
Rosbiono meliputi penjabaran masalah, penyusunan opini, perencanaan dan
konstruksi, percobaan atau penyelidikan, kesimpulan, abstrak, dan konsolidasi
(Kusumadewi, 2014. hlm.21). Berdasarkan tahap-tahap model pembelajaran
besbasis masalah tipe Mothes dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif
siswa yang meliputi kemampuan berpikir lancar (fluency), keterampilan bepikir
luwes (flexibility), keterampilan berpikir keaslian (originality), dan keterampilan
berpikir merinci (elaboration). Hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran
dengan model pembelajaran berbasis masalah siswa aktif menentukan dan
membangun konsep sendiri dan dapat mengembangkan kemampuan berpikir.
44

Membangun konsep sendiri merupakan cara siswa mengkonstruk pengetahuan


yang akan dipelajarinya.
Berdasarkan uraian di atas akan digunakan model pembelajaran
pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes menurut Hans Mothes (1957) yang
diadaptasi oleh Rosbiono untuk dilihat ketercapaian kemampuan berpikir kreatif
siswa berdasarkan indikator Guilford (1950), sebagai berikut:
45

Rendahnya kategori kemampuan berpikir kreatif siswa

Siswa cenderung pasif tanpa banyak terlibat dalam


kegiatan pembelajaran dan kurang mengaitkan
pembelajaran dengan kehidupan sehari-sehari

Model pembelajaran kurang mengembangkan kemampuan


berpikir kreatif siswa (teacher oriented dan text book
oriented)

Hidrolisis Garam

Model Problem Based Learning Tipe Mothes

Tahap Motivasi
Berpikir Lancar

Kemampuan Berpikir Kreatif


(Fluency)
Tahap Penjabaran Masalah

Berpikir Luwes
Tahap Penyusunan Opini (Flexibility)

Tahap Perencanaan
& Konstruksi Berpikir Merinci
(Elaboration)
Tahap Percobaan
Berpikir Keaslian
Tahap Kesimpulan (Originality)

Tahap Abstraksi

Tahap Konsolidasi

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2016/2017 yaitu
pada bulan Maret – April 2017 dan tempat penelitian dilaksanakan di Sekolah
Menengah Atas Negeri (SMAN) 86 Jakarta.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode
deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang bertujuan
untuk mendeskripsikan, menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki
(Nazir, 2014. hlm.43).
Penelitian deskriptif tidak ada aturan yang mengikat seperti halnya pada
penelitian eksperimen. Penelitian ini juga tidak diperlukan pengujian hipotesis
ataupun mencari hubungan antar variable. Jadi penelitian ini hanya
mengumpulkan data untuk menggambarkan fenomena yang sedang terjadi.

C. Populasi dan Sampel


Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian (Arikunto, 2006, hlm.
130). Menurut Arifin (2011, hlm.215) mendefinisikan populasi sebagai
keseluruhan objek yang diteliti, berupa orang, benda, kejadian, nilai maupun hal-
hal yang terjadi. Pada penelitian ini populasi adalah Siswa SMAN 86 Jakarta
sedangkan sampel yang diambil dalam penelitian ini pada kelas XI MIA 2 yang
berjumlah 32 siswa pada semester genap 2016/2017.
Teknik pengumpulan sampel dalam penelitian menggunakan teknik
purposive sampling yang merupakan teknik pengambilan sampel sumber data
dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013, hlm 300). Sampel yang diambil

46
47

dalam teknik ini, diambil dengan pertimbangan tertentu agar dapat memberikan
hasil secara maksimal (Arikunto, 2006, hlm.16). Sampel yang diambil
merupakan siswa kelas XI MIA dari kelas pilihan yang memiliki nilai rata-rata
ulangan harian yang lebih tinggi dibandingkan kelas lainnya, tujuannya untuk
mempermudah proses pembelajaran dan penerapan model pembelajaran berbasis
masalah tipe Mothes dalam penelitian ini. Kemudian, sampel yang didapat
dikelompokkan menjadi tiga kategori kelompok, yaitu kelompok tinggi,
kelompok menengah/sedang dan kelompok rendah. Siswa dikelompokkan
berdasarkan hasil standar deviasi yang diperoleh dari data tes kemampuan
berpikir kreatif siswa melalui kategori menurut Sugiyono (2013, hlm.189).
Kelompok tinggi = nilai siswa ≥ ̅
Kelompok menengah/ sedang = ̅
Kelompok rendah = nilai siswa ≤ ̅
*SD : Standar Deviasi
Berdasarkan hasil perhitungan (Lampiran 14) diperoleh data
penggolongan kelompok siswa dapat dilihat dalam Tabel 3.1 berikut:
Kelompok Kriteria Jumlah Siswa
Tinggi ≥ 58,8 7 Siswa
Sedang 35,5< Nilai siswa < 58,8 24 Siswa
Rendah ≤ 35,5 3 Siswa

D. Prosedur Penelitian
Pada penelitian ini terdapat beberapa tahap penelitian yang dilakukan.
Tahap-tahap penelitian tersebut bertujuan agar penelitian ini lebih tersistematis
dan terurut. Tahap-tahap penelitian tersebut diuraikan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Pengambilan masalah dalam dunia pendidikan yang sedang dihadapi di
masa sekarang yaitu kemampuan berpikir kreatif siswa yang kurang
48

mendapat perhatian dalam proses pembelajaran. Permasalahan dalam


penelitian ini adalah rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa dalam
memcahkan sebuah permasalahan. Kemudian, penerapan model
pembelajaran pun kurang memfasilitasi kemampuan berpikir kreatif siswa.
Oleh karena itu, penulis mencari tahu kemampuan berpikir kreatif siswa
dalam penerapan model pembelajaran yang memfasilitasi berpikir kreatif
siswa.
b. Pemilihan metodologi yang tepat untuk menjawab rumusan masalah yang
ada. Metode penelitian deskriptif kuantitatif dipilih peneliti untuk
menjawab rumusan masalah pada penelitian ini.
c. Prosedur pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti diawali dengan
pembuatan RPP kurikulum 2013, Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan
model pembelajaran berbaisis masalah tipe Mothes pada konsep hidrolisis
garam.
d. Penyusunan instrument dan validasi instrumen juga dilakukan pada tahap
ini agar pada tahap penelitian, instrument siap digunakan.
e. Terakhir, penentuan waktu, persiapan dan pengurusan izin penelitian di
sekolah serta menghubungi guru kimia yang bersangkutan pun juga
dilakukan pada tahap ini sebagai kelancaran penelitian bagi peneliti.

2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam 3 kali
pertemuan. Pada pertemuan pertama dan kedua peneliti menerapkan RPP
yang telah dibuat untuk proses belajar mengajar. Pada pertemuan pertama
peneliti melakukan apersepsi, pemberian orientasi permasalahan dan
praktikum didalam Laboratorium. Adapun tahap-tahapanya yaitu sebagai
berikut:
a. Membagi siswa dalam lima kelompok terdiri dari 6 – 7 orang siswa.
49

b. Memberikan lembar kerja siswa (LKS) sebelum memulai pembelajaran


melalui praktikum dengan model pembelajaran berbasis masalah tipe
Mothes.
c. Melakukan kegiatan praktikum dan diskusi kelompok untuk
menyelesaikan masalah yang telah diberikan sesuai dengan rancangan
model pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes. Pada proses
pembelajaran, pengumpulan data dilakukan dengan lembar observasi dan
pengerjaan LKS.
d. Membimbing siswa dalam pelaksanaan praktikum dan diskusi kelompok.
e. Memberikan tes kemampuan berpikir kreatif pada siswa untuk mengukur
kemampuan berpikir kreatif siswa dalam bentuk soal essay.
f. Melakukan penilaian pada lembar kerja siswa (LKS) dan tes kemampuan
berpikir kreatif, yang kemudian hasil dari lembar kerja siswa (LKS) dan
tes kemampuan berpikir kreatif dianalisis.
g. Pemberian lembar angket respon siswa untuk memperoleh data
pendukung pada penelitian.

3. Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaian adalah tahap terakhir dalam kegiatan penelitian.
Adapun kegiatan dalam tahap penyelesaian diantaranya:

a. Mengolah data hasil penelitian.


b. Menganalisis dan membahas penelitian.
c. Menarik kesimpulan. Yaitu, Penarikan kesimpulan dilakukan untuk menjawab
rumusan masalah yang telah ditentukan di awal penelitian
Berikut ini bagan prosedur penelitian untuk mengetahui kemampuan
berpikir kreatif siswa, sebagai berikut:
50

Adanya suatu Membuat Menentukan Prosedur


permasalahan rumusan masalah Pengumpulan data

Menyusun RPP konsep hidrolisis garam sesuai k13 dan menyusun instrument
utama (soal esay sesuai dengan indikator berpikir kreatif) serta instrument
pendukung (LKS dan angket)

Validasi instrument penelitian

Observasi di Lapangan

Menentukan Prosedur
Pengumpulan data

Penyebaran angket respon siswa dan


pengumpulan.

Menganalisis jawaban Pengolahan data


siswa yang berpedoman penelitian
dengan rubrik penilaian

Membuat kesimpulan mengenai hasil


analisis kemampuan berpikir kreatif

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
pengumpulan jawaban soal berpikir kreatif siswa dalam tes essay,
mengumpulkan jawaban LKS PBL tipe-Mothes dan angket tanggapan siswa.
yang telah dijawab oleh siswa kelas XI MIA 2 SMAN 86 Jakarta dan menilai
51

pengamatan langsung kemampuan berpikir kreatif siswa, menilai jawaban tes,


LKS, dan angket.
Peneliti membuat sendiri tes untuk mengukur indikator kemampuan
berpikir kreatif siswa. Tes tersebut akan digunakan sebagai instrument dalam
penelitian ini. Instrument tersebut disusun berdasarkan penggabungan antara
indikator keterampilan berpikir kreatif menurut Guillford dalam Munandar
2012 dan pengukuran kreativitas.

F. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metode
(Arikunto, 2006, hlm.149). Menurut istiqomah (2012, hlm. 37) mengemukakan
bahwa instrument penelitian adalah alat yang digunakan untuk memperoleh data
penelitian. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah lembar kerja
siswa, tes keterampilan berpikir kreatif, observasi dan angket sikap siswa.
1. Format Lembar Kerja Siswa (LKS)
Menurut Istiqomah (2012, hlm. 37) mengemukakan bahwa “Lembar
Kerja Siswa (LKS) merupakan lembaran-lembaran berisi tugas yang harus
dikerjakan oleh siswa. LKS ini merupakan panduan siswa untuk
menyelesaikan permasalahan yang diberikan dalam pembelajaran yang
diberikan tiap kelompok, kemudian penilaian jawaban LKS dinilai
berdasarkan format LKS yang sudah dibuat. Format penilaian LKS ini
digunakan untuk memperoleh informasi mengenai keterlaksanaan
pembelajaran berbasis masalah dari segi siswa. LKS yang digunakan
mengacu pada tahap-tahap pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes.
Adapun penilaian terhadap LKS mengacu pada pedoman penilaian yang
dibuat oleh peneliti. Pedoman penilaian ini digunakan sebagai standar
penilaian terhadap aspek-aspek yang diberikan dalam LKS.
52

2. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif


Tes adalah suatu teknik pengukuran yang di dalamnya terdapat
berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus
dikerjakan atau dijawab responden (Arifin, 2011. hlm. 226). Tes yang
dilakukan pada penelitian ini adalah tes tertulis yang diberikan setelah
mendapatkan pembelajaran berbasis masalah. Tes kemampuan berpikir
kreatif siswa merupakan instrument utama dalam penelitian, untuk
mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa berdasarkan kognitif. Tes
yang digunakan berupa tes tertulis esai dan disusun berdasarkan indikator
yang sesuai dengan kurikulum tahun 2013 (K13) dan kemampuan berpikir
kreatif. Adapun instrument tes kemampuan berpikir kreatif dapat dilihat pada
Lampiran 8.

4. Angket Respon Siswa


Angket adalah instrument penelitian yang berisi serangkaian
pertanyaan atau pernyataan untuk menjaring data atau informasi yang harus
dijawab responden secara bebas sesuai dengan pendapatnya (Arifin, 2011.
hlm. 228). Angket berbentuk lembaran dan dapat berupa sejumlah
pertanyaan tertulis, dengan tujuan untuk memperoleh informasi dari
responden tentang apa yang dialaminya (Trianto, 2011. hlm. 265). Pada
penelitian ini, angket yang digunkan ialah angket sikap siswa.
Angket respon siswa bertujuan untuk mendapatkan informasi
mengenai pembelajaran yang telah dilakukan, hambatan-hambatan yang
dirasakan siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, serta
mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran menggunakan
pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes. Angket ini diberikan setelah
selesai pembelajaran. Adapun kisi-kisi soal angket respon siswa terhadap
kememapuan berpikir kreatif, model pembelajaran berbasis masalah tipe
Mothes dan konsep hidrolisis garam dapat dilihat pada Tabel 3.2.
53

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Angket Respon Siswa


No. Kisi-kisi Soal Angket Nomor Soal
1. Pengetahuan dan Motivasi 1,2,3,4,5,6,7,8.9.10, dan 12
belajar siswa terhadap model
PBL tipe Mothes serta kendala
selama pembelajaran.
2. Kemapuan Berpikir Kreatif 13,14,15,16,17,18,19,20,21 dan 22
Siswa (fluency, flexibility,
originality, elaboration)
3. Pentingnya dan motivasi belajar 11,23,24,dan 25.
siswa pada materi hidrolisis
garam.

Setelah proses pelaksanaan penelitian, maka data yang diperoleh


diolah dan dianalisiskan. Namun, sebelum kegiatan penelitian hingga
mengolah data, instrument yang digunakan sebagai alat untuk
mendapatkan data penelitian diperlukan analisis instrument terlebih
dahulu. Tujuannya untuk memperoleh data yang dihasilkan dapat
dipercaya..

G. Validitas Instrumen
Validitas (validity) atau keasahan yang berarti sejauh mana ketetapan
dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya
(Sudaryono, 2012. hlm.138). Suatu instrument yang valid atau sahih
mempunyai validitas yang tinggi. Sebuah instrument dikatakan valid apabila
mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrument dikatakan valid
apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Tinggi rendahnya instrument menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul
tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud (Arikunto,
2006, hlm. 168). Uji validitas yang dilakukan terhadap instrument ini adalah
uji validitas isi (content validity), yaitu dimana suatu isi tes sesuasi dengan
atau mewakili sampel hasil-hasil belajar yang seharusnya dicapai menurut
54

tujuan kurikulum (Purwanto, 2004, hlm.138). Instrumen yang valid akan


menghasilkan data yang valid pula. Validitas isi dalam penlitian ini
dilakukan oleh validator ahli untuk menetapkan kesesuaian tiap butir dalam
instrument dengan indikator-indikator yang ingin diukur.
Validasi terhadap instrument penelitian yang berupa soal dilakukan
oleh tiga dosen ahli, dan lembar observasi serta angket sikap siswa dilakukan
oleh satu dosen ahli. Adapun uji validitas soal yang dilakukan pada siswa
yang telah mempelajari materi hidrolisis garam agar dapat mengetahui soal
layak untuk digunakan sebagai instrument penelitian yang diberikan kepada
sampel penelitian. Tingginya validitas tes dapat dilihat dari kemampuan siswa
menangkap apa yang sudah diajarkan guru yang diketahui siswa dari
pertanyaan yang diajukan. Karena materi yang digunakan dalam penelitian
terdapat dinjenjang kelas XI SMA, maka validasi akhir ditunjukkan pada
siswa kelas XII IPA SMA tahun 2016/2017 yang berjumlah 32 siswa. Adapun
rumus yang digunakan dalam validasi instrument ini yang telah digunakan
diantarnya:
1. Uji Validitas
Setelah dilakukan validitas ke dosen ahli, khususnya untuk
instrument tes dilanjutkan dengan validitas ke siswa. Hasil yang diperoleh
dianalisis dan perhitungan validitas butir soal dalam penelitian ini
menggunakan bantuan software Anates versi 4.0. Kriteria acuan untuk
validitas butir soal adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3 Kriteria Indeks Validitas Butir Soal
Rentang Kriteria
0,8 – 1,00 Sangat Tinggi
0,6 – 0,79 Tinggi
0,4 – 0,59 Sedang
0,2 – 0,39 Rendah
0,0 – 0,19 Sangat Rendah
55

2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah karakter lain dari evaluasi. Reabilitas diartikan
sama dengan konsistensi atau keajegan. (Sukardi, 2009. hlm. 43). Pada
penelitian ini perhitungan uji reliabilitas butir soal dalam penelitian ini
menggunakan bantuan software Anates versi 4.0. Data reliabilitas yang
diperoleh kemudian disesuaikan dengan kriteria yang terdapat dalam Tabel
3.4.
Tabel 3.4 Kriteria Indeks Reliabilitas Butir Soal
Rentang Kriteria
0,8 – 1,00 Sangat Tinggi
0,6 – 0,79 Tinggi
0,4 – 0,59 Sedang
0,2 – 0,39 Rendah
0,0 – 0,19 Sangat Rendah

3. Tingkat Kesukaran
Untuk menjadi soal yang baik, soal tersebut tidak boleh terlalu mudah
dan jangan pula terlalu sukar (Arikunto, 1999, hlm. 207). Perhitungan taraf
kesukaran butir soal dalam penelitian ini menggunakan bantuan software
Anates versi 4.0. Data tingkat kesukaran yang diperoleh kemudian disesuaikan
dengan kriteria yang terdapat dalam Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Indeks Kesukaran


Indeks Kesukaran Kriteia
0,00 – 0,30 Mudah
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Sukar
4. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal dalam membedakan
tingkat perbedaan siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang
berkemampuan rendah (Arikunto, 1999, hlm. 211). Perhitungan uji daya
pembeda butir soal dalam penelitian ini menggunakan bantuan software
56

Anates versi 4.0. Adapun kriteria daya pembeda seperti yang terdapat dalam
Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Indeks Kriteria Daya Pembeda
Indeks daya beda Kriteria
0,00 – 0,20 buruk
0,21 – 0,40 cukup
0,41 – 0,70 baik
0,71 – 1,00 Baik sekali

H. Teknik Analisis Data


Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif, data yang diperlukan untuk
dianalisis berasal data penilaian tes kemampuan berpikir kreatif siswa, lembar
observasi dan angket siswa menggunakan langkah-langkah berikut berikut:

1. Pengolahan Data Lembar Kerja Siswa


Hasil pengerjaan LKS oleh siswa digunakan untuk mengukur ketercapaian
tahap-tahap model pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes pada siswa.
Adapun langkah-langkah analisisnya adalah sebagai berikut:
a. Memberikan skor mentah untuk setiap jawaban.
b. Menghitung skor total masing-masing siswa dari jawaban tersebut.

2. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif


Hasil pengerjaan LKS oleh siswa digunakan untuk mengukur ketercapaian
indikator-indikator kemampuan berpikir kreatif siswa setelah pembelajaran
berbasis masalah. Adapun langkah-langkah analisisnya adalah sebagai berikut:
a. Kemampuan berpikir kreatif siswa dianalisis jawaban siswa dari
pertanyaan yang dapat mengindikasikan adanya kemampuan berpikir
kreatif pada siswa.
b. Memberikan skor terhadap setiap jawaban pertanyaan berdasarkan kriteria
penilaian yang sudah dibuat.
57

c. Untuk mengetahui persentase keterampilan berpikir kreatif siswa, dengan


cara mengubah skor mentah ke dalam nilai persentase berdasarkan rumus:

Keterangan:
NP = nilai peran yang dicari atau diharapkan
R = skor mentah yang diperoleh siswa
SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
100 = bilangan tetap
(Purwanto, 2004. hlm. 102)
d. Menentukan kategori kemampuan siswa untuk tiap sub indicator
keterampilan berpikir berdasarkan skala kemampuan seperti pada Tabel 3.7
berikut: (Riduwan, 2015, hlm 89)
Tabel 3.7 Skala Kategori Kemampuan Berpikir Kreatif
Nilai (%) Kategori
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
3. Angket Respon Siswa
Analisis respon siswa terhadap pembelajaran berbasis masalah ini
menggunakan skala Likert -5. Skor yang akan diberikan pada tiap tipe jawaban
disesuaikan dengan orientasi jawaban yang diharapkan. Adapun skornya dapat
lihat pada Tabel 3.8 sebagai berikut :
58

Tabel 3.8 Cara Pemberian Skor Angket Pembelajaran dengan PBM tipe Mothes
Soal Berorientasi Soal Berorientasi
Jawaban Responden
Jawaban Positif 1) Jawaban Negatif 2)
Sangat Setuju (SS) 5 1
Setuju (S) 4 2
Ragu-ragu (RR) 3 3
Tidak Setuju (TS) 2 4
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5
Keterangan :
1)
Soal berorientasi jawaban positif : Soal yang diharapkan agar responden menjawab dengan
jawaban berorientasi positif
2)
Soal berorientasi jawaban negatif : Soal yang diharapkan agar responden menjawab dengan
jawaban berorientasi negatif

Kemudian data yang diperoleh dari angket, dijumlahkan atau


dikelompokkan sesuai dengan bentuk instrument yang digunakan. Maka akan
diperoleh informasi mengenai respon siswa terhadap pembelajaran yang
berlangsung dan berpikir kreatifnya. Langkah yang dilakukan untuk mengolah
data angket siswa yaitu dalam bentuk persentase.
Untuk melihat kriteria interpretasi data angket siswa mengenai sikap atau
respon siswa setelah pembelajaran digunakan kategori menurut Riduwan (2010,
hlm. 89). Skala kriteria interpretasi dari data angket tersebut dapat dilihat pada
Tabel 3.9 berikut:
Tabel 3.9 Kriteria Interpretasi Data Angket
Nilai (%) Kategori
81 – 100 Sangat baik
61 – 80 Baik
41 – 60 Cukup
21 – 40 Kurang
0 – 20 Sangat Kurang
(Sumber: Riduwan, 2015, hlm. 89)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 86
Jakarta pada siswa kelas XI IPA. Penelitian dilakukan dengan menganalisis
kemampuan berpikir tingkat tinggi yakni berpikir kreatif siswa kelas XI pada
konsep hidrolisis garam melalui pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes. Hasil
penelitian berupa hasil observasi dan tes untuk mengukur kemampuan berpikir
kreatif kemudian LKS dan angket respon siswa sebagai data pendukung.

1. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif


a. Profil Kemampuan Berpikir Kreatif
Adapun hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa dalam penerapan
Pembelajaran Berbasis Masalah disajikan pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Data Statistik Jumlah

Jumlah Siswa (n) 34


Nilai Maksimal (N-Max) 81
Nilai Minimal (N-Min) 24
Mean 47,18
Simpangan Baku (SD) 11,7

Berdasarkan tabel 4.1 tes kemampuan berpikir kreatif siswa dalam


kelas penerapan model pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes memiliki
nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa sebesar 47,2. Nilai maksimal
yang diperoleh siswa adalah 81 dan nilai minimal yang diperoleh siswa

59
60

adalah sebesar 24. Dengan demikian, standar deviasi yang diperoleh siswa
sebesar 11,7 seperti yang dijelaskan pada lampiran 13.
Hasil tes kemampuan berpikir kreatif yang diperoleh kemudian
dikelompokkan untuk mengetahui profil kemampuan berpikir kreatif siswa
secara keseluruhan. Dari data yang diperoleh, maka profil kemampuan
berpikir kreatif siswa kelas XI IPA di SMAN terbagi ke dalam tiga kategori,
yaitu kategori tinggi, sedang, dan rendah. Adapun rekapitulasi persentase
siswa pada masing-masing kemampuan berpikir kreatif dapat dilihat Tabel
4.2
Tabel 4.2 Persentase (%) Jumlah Siswa Tiap Kategori Kemampuan
Berpikir Kreatif Berdasarkan Hasil Tes

Ketentuan Kategori Jumlah Siswa Persentase


(%)
Nilai > 58,8 Tinggi 7 Siswa 20,6%
35,5 ≤ nilai ≤
Sedang 24 Siswa 70,6%
58,8
Nilai < 35,5 Rendah 3 Siswa 8,8%

Berdasarkan Tabel 4.2 rekapitulasi persentase jumlah siswa tiap


kategori kemampuan berpikir kreatif siswa menunjukan bahwa kemampuan
berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes
berbeda-beda. Kemampuan berpikir kreatif siswa berada pada rentang
kategori rendah sampai kategori tinggi. Terdapat 20,6% siswa dengan
kemampuan berpikir kreatif siswa kategori tinggi. Untuk kemampuan
berpikir kreatif kategori sedang terdapat 70,6% siswa. Sedangkan
kemampuan berpikir kreatif kategori rendah sebanyak 8,8%. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa yang
61

paling tinggi berada pada posisi sedang, disusul oleh kategori tinggi dan
kategori rendah.
b. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif
Adapun hasil lengkap ketercapaian indikator kemampuan berpikir
kreatif siswa secara keseluruhan berdasarkan tes yang disajikan dalam bentuk
Tabel 4.3
Tabel 4.3 Persentase (%) Ketercapaian Indikator Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Hasil Tes

Indikator Sub Indikator Pencapaian (%) Kategori


Berpikir Kreatif Berpikir Kreatif
Menghasilkan banyak
gagasan jawaban dan 40 Kurang
Fluency
penyelesaian masalah.
Menghasilkan gagasan
jawaban penafsiran
interpretasi) yang
bervariasi terhadap
masalah.
64 Baik
Flexibility Menggolongkan
gagasan/jawaban
terhadap masalah

Memberikan jawabann
benar dan beragam.
Mencari arti yang
mendalam terhadap
Elaboration
jawaban /pemecahan
masalah dengan
melakukan langkah- 41 Cukup
langkah terperinci.
Mengembangkan,
menambah,memperkaya
62

suatu gagasan.

Mengungkapkan
Originality gagasan baru 34 Kurang

Tabel 4.3 menunjukkan ketercapaian indikator kemampuan berpikir


kreatif melalui hasil tes. Ketercapaian setiap indikator berpikir kreatif yang
telah dicapai oleh siswa terlihat berbeda-beda. Terdapat persentase yang dicapai
siswa pada indikator fluency sebesar 40 % dengan kategori kurang, indikator
flexibility sebesar 64 % dengan kategori baik, indikator elaboration sebesar
41% dengan kategori cukup dan indikator originality sebesar 34% dengan
kategori kurang.
Terlihat ketercapaian indikator kemampuan berpikir kreatif siswa
melalui hasil tes menunjukkan bahwa indikator flexibility dicapai dengan hasil
tertinggi, sedangkan indikator originality dicapai dengan hasil paling rendah
dan indikator fluency dan elaboration berada diurutan kedua. Dengan demikian,
dikatakan kemampuan berpikir kreatif siswa lebih unggul pada indikator
flexibility dan indikator originality yang paling rendah (Hitungan pada
Lampiran 16).

2. Deskripsi Hasil Persentase Tahap Pembelajaran Berbasis Masalah pada


LKS
Berdasarkan hasil persentase tahap pembelajaran berbasis masalah pada
LKS diperoleh hasil yang dapat dilihat pada Tabel 4.4
63

Tabel 4.4 Persentase (%) Ketercapaian Tahap Pembelajaran Berbasis


Masalah berdasarkan hasil LKS

(%)
Tahapan PBL-tipe Mothes Kategori
Pencapaian

Penjabaran Masalah 65 Baik


Penyusunan Opini 68 Baik
Perencanaandan Konstruksi 76 Baik
Percobaan 88,3 Sangat Baik
Kesimpulan 55 Cukup
Abstraksi 25 Kurang

Tabel 4.4 menunjukkan persentase ketercapaian pembelajaran berbasis


masalah tipe Mothes pada LKS melalui kemampuan kognitif siswa setiap tahap
pembelajaran. Pada pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes terdiri dari
enam tahap yaitu: penjabaran masalah, penyusunan opini, perencanaan dan
konstruksi, percobaan, kesimpulan, dan abstraksi. Berdasarkan ke enam tahap
tersebut, tahap percobaan memiliki persentase pencapaian tertinggi diantara
tahapan lainnya, yakni 88,3% dengan kategori sangat baik. Selanjutnya,
persentase pencapaian tertinggi ke dua yang dicapai siswa diikuti pada tahap
perencanaan dan konstruksi yakni sebesar 76% dengan kategori baik, persentase
pencapaian ketiga yang dicapai siswa pada tahap penyusunan opini yakni
sebesar 68% dengan kategori baik. Kemudian persentase pencapaian keempat
dan kelima yang dicapai siswa pada tahap penjabaran masalah dan kesimpulan
yakni pada masing-masing tahapan sebesar 65% dengan kategori baik dan 55%
dengan kategori cukup. Terakhir, persentase pencapaian pada tahapan abstraksi
yakni sebesar 25% dengan kategori kurang (Hitungan pada Lampiran 17)
64

4. Angket Respon Siswa


Dalam penelitian ini data hasil angket digunakan untuk memperkuat
data hasil observasi, dan tes kemampuan berpikir kreatif siswa. Angket respon
siswa ini bertujuan untuk mengetahui informasi tambahan mengenai
pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes terhadap kemampuan berpikir
kreatif siswa (Lampiran 19).
Berdasarkan persentase angket respon siswa mengenai kegiatan
pembelajaran dengan penerapan pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes,
menunjukkan bahwa hampir seluruh (92,4%) siswa menyatakan bahwa
pembelajaran yang telah dilakukan (PBM tipe Mothes dengan konsep hidrolisis
garam) mengingatkan siswa tentang pentingnya pencegahan dan
penanggulangan terhadap pencemaran lingkungan. Kemudian sebesar 74,7%
siswa menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes dapat
meningkatkan rasa ingin tahu siswa tentang ilmu pengetahuan. Lebih dari
separuhnya (70%) siswa menyatakan pembelajaran yang telah dilakukan PBM
dengan konsep hidrolisis garam) dapat membantu siswa lebih banyak berpikir
secara kreatif dalam memecahkan suatu permasalahan.

B. Pembahasan
Penelitian ini mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa berdasarkan
empat indikator berpikir kreatif. Empat indikator kemampuan berpikir kreatif
(fluency, flexibility, elaboration, dan originality) yang diukur kemudian dianalisis
berdasarkan pada instrumen penelitian yang peneliti gunakan. Hasil analisis tes
kemampuan berpikir kreatif yang diperoleh terdapat pada Tabel 4.3. Sementara,
profil kemampuan berpikir kreatif siswa diukur untuk mengetahui kategori
kemampuan berpikir kreatif siswa setelah pembelajaran berbasis masalah tipe
Mothes dalam hasil tes dapat dilihat pada Tabel 4.2. Berikut merupakan penjelasan
yang lebih rinci dalam penelitian menggunakan pembelajaran berbasis masalah
65

tipe Mothes dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sesuai dengan indikator-
indikator berpikir kreatif yang digunakan sebagai berikut:
1. Profil Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa melalui Pembelajaran Berbasis
Masalah pada Konsep Hidrolisis Garam
Pada penelitian ini, digunakan tes kemampuan berpikir kreatif sebagai
instrumen utama yang berupa soal dalam bentuk esay yang diberikan setelah
penerapan pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes. Data hasil tes kemampuan
berpikir kreatif siswa berdasarkan Tabel 4.2 diperoleh hasil bahwa profil
kemampuan berpikir kreatif siswa berbeda-beda dan menunjukkan kategori
sedang yang dicapai dengan persentase tertinggi sebesar 70,6%. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari, Sumiati, dan Siahaan (2013. hlm. 63)
di salah satu SMP Negeri di Kota Bandung bahwa profil kemampuan berpikir
kreatif siswa dalam pembelajaran Pendidikan Teknologi Dasar (PTD) pada
kategori sedang diperoleh hasil yang menunjukkan jumlah siswa tertinggi jika
dilihat hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa. Pada hasil penelitian yang
dilakukan peneliti, profil kemampuan berpikir kreatif lebih dari separuh siswa di
kelas (70,6%) terkategorikan sedang karena selama pembelajaran siswa cukup
mampu mengikuti proses pembelajaran walaupun sebagian siswa di kelas masih
ada yang mengalami sedikit kesulitan memahami pembelajaran serta siswa dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya dengan cukup baik. Sementara
itu, hanya beberapa siswa dari kelompok unggul di kelas yang termotivasi
mengikuti proses pembelajaran dan dapat mengembangkan kemampuan berpikir
kreatifnya dengan sangat baik. Tidak hanya itu, pada kelas penelitian terdapat tiga
siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah.Hal tersebut dikarenakan
siswa mengalami kesulitan dalam memahami dan mengikuti pembelajaran yang
diterapkan di kelas dan kurang memahami konsep pembelajaran.
Keberagaman kategori dalam kemampuan berpikir kreatif siswa dalam
pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes menunjukkan bahwa kemampuan
berpikir kreatif siswa berbeda-beda. Data hasil tes kemampuan berpikir kreatif
66

siswa berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa persentase kemampuan berpikir


kreatif siswa terbagi ke dalam tiga kategori, yaitu kategori tinggi, sedang, dan
rendah. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang telah diungkapkan oleh
Supriadi dalam Sari, Sumiati dan Siahaan (2013, hlm.63) bahwa tidak ada orang
yang sama sekali tidak mempunyai kreativitas. Perolehan tersebut menunjukkan
bahwa tidak terdapat siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif nol. Oleh
karena itu, kemampuan berpikir kreatif siswa pada pembelajaran berbasis masalah
tipe Mothes juga menunjukkan keberagaman pada rentang kategori rendah,
sedang dan tinggi.

2. Ketercapaian Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa melalui


Pembelajaran Berbasis Masalah pada Konsep Hidrolisis Garam
Secara garis besar, berdasarkan Gambar 4.3 ketercapaian indikator flexibility
lebih tinggi dibandingkan dengan persentase ketercapaian padaindikator fluency,
elaboration, dan originality. Berikut ini deskripsi berdasarkan masing-masing
indikator berpikir kreatif pada hasil tes.
a. Indikator Flexibility
Berdasarkan Tabel 4.3 tingginya persentase indikator flexiblity ini
menunjukkan bahwa hasil tes kemampuan berpikir luwes siswa lebih tinggi
dengan pencapaian sebesar 64% dan terkategorikan baik. Hal tersebut
menunjukkan bahwa siswa dapat memunculkan indikator flexibility dengan
baik pada hasil tes setelah pembelajaran walaupun persentase pencapaiannya
masih rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan kegiatan siswa yang dapat
mengerjakan soal indikator flexibility dengan percaya diri dan merasa tidak ada
kesulitan saat mengerjakan karena soal dapat dipahami siswa dengan baik.
Tingginya ketercapaian indikator flexibility setelah pembelajaran,
didukung oleh penelitian skripsi Kusumadewi (2014). Menurut Kusumadewi
(2014, hlm. 96) yang mengungkapkan bahwa indikator flexibility merupakan
indikator tertinggi sebesar 85% dibandingkan indikator lainnya pada
67

pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes konteks pemanfaatan minyak


jelantah dan terkategorikan sangat baik. Kemudian, temuan lain dalam
penelitian Rahmawati juga mendukung penelitian ini pada tingginya
ketercapaian indikator flexibility. Rahmawati, (2016, hlm.41) mengungkapkan
bahwa kemampuan berpikir luwes (flexibility) merupakan indikator yang
berada diurutan tertinggi sebesar 68,08% dibandingkan indikator fluency,
elaboration, dan originality. Sementara itu, penelitian penelitian yang
dilakukan Azizah (2015, hlm. 30) mengungkapkan bahwa kemampuan
flexibility matematis siswa memiliki persentase tertinggi dibandingkan
persentase indikator lainnya pada implementasi model structure problem
posing, yakni sebesar 77% yang terkategorikan baik. Temuan penelitian
Azizah (2015, hlm. 61) menjelaskan bahwa hal tersebut dikarenakan siswa
banyak memahami dan mengkonstruksi konsep secara mandiri maupun
kelompok sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan flexibility
dengan baik. Tingginya kemampuan flexibility peserta didik salah satunya
dicirikan dengan kemampuan peserta didik dalam memikirkan berbagai macam
cara untuk menyelesaikan suatu masalah.
Tingginya indikator flexibility pada hasil tes setelah pembelajaran juga
disebabkan oleh ketercapaian pelaksanaan tahap pembelajaran berbasis
masalah tipe Mothes. Pada model pembelajaran tipe ini, siswa mengikuti tahap
penjabaran masalah dengan baik dan tahap kesimpulan dengan cukup baik
berdasarkan Tabel 4.4. Melalui pemberian masalah siswa dapat menstimulus
untuk berpikir kreatif dengan cara membuat rumusan permasalahan,
menafsirkan permasalahan dengan baik serta memberikan kesimpulan pada
pembelajaran dengan cukup baik. Karena pada tahap penjabaran masalah,
siswa difokuskan agar dapat mengenali masalah yang akan dibahas sampai
dapat merumuskan pertanyaan ilmiah sehingga kemampuan siswa dalam
memberikan penafsiran terhadap suatu cerita atau masalah yang disajikan
dalam soal sudah terlatih (Kusumadewi, 2014. hlm.101).
68

Selain itu siswa juga difokuskan untuk dapat memahami permasalahan


yang dapat menstimulus siswa untuk berpikir kreatif. Berpikir kreatif dimulai
dengan mengidentifikasi sebuah masalah (Allen & Thomas, 2011, hlm.110).
Dalam hal ini, berpikir kreatif dapat dimunculkan pada tahap kesimpulan.
Karena, melalui tahap kesimpulan menurut Rosbiono dalam Kusumadewi
(2014, hlm. 22), bahwa kesimpulan yang benar dari hasil suatu percobaan
tergantung kepada masalah dan hipotesis yang diajukan serta metode
percobaan yang digunakan.
b. Indikator Originality
Indikator paling rendah yang diperoleh dari hasil tes adalah indikator
originality yang terkategori kurang karena persentase pencapaiannya hanya
sebesar 34% berdasarkan Tabel 4.3. Indikator keaslian atau originality
merupakan indikator tersulit karena indikator ini yang paling rendah dari
keempat indikator lainnya. Pada indikator ini, siswa diminta untuk
memberikan informasi pada gambar yang berkaitan dengan konsep hidrolisis
garam dan menggambarkan langkah percobaan untuk menentukan sifat dan pH
garam pada soal tes kemampuan berpikir kreatif. Namun dari hal tersebut,
membuktikan pada jawaban tes siswa masih banyak siswa yang belum mampu
mengungkapkan gagasan/cara terbaru dan unik dengan caranya sendiri serta
masih banyak siswa yang mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah.
Sulitnya siswa dalam melakukan tahap tersebut dikarenakan metode
pembelajaran yang biasa dilakukan siswa di kelas kurang melatih kemampuan
berpikir originality siswa. Keterbatasan sumber belajar menjadi salah satu
faktor yang mempengaruhi. Melalui sumber belajar, siswa terdorong untuk
ingin tahu terhadap sesuatu (Wardani, 2013. hlm. 54). Namun, realitanya
metode pembelajaran yang biasa dilakukan membuat banyak siswa terbiasa
mendikte dari sumber belajar, khususnya buku. Hal tersebut menyebabkan ide-
ide siswa tidak dapat berkembang karena faktor kebiasaan pembelajaran siswa
yang mendikte dari buku (Wulandari, Liliasari, Supriyanti.,2011. hlm.119).
69

Faktor lain, menunjukkan bahwa rendahnya indikator originality


disebabkan pada tahap perencanaan dan konstruk pada pembelajaran berbasis
masalah tipe Mothes. Kusumadewi (2014, hlm. 21) mengungkapkan bahwa
pada tahap perencanaan dan konstruk ini diperlukan kemampuan untuk
menciptakan, memilih alat dan bahan yang tepat sesuai sasaran yang akan
dituju. Melalui tahapan ini dalam penelitian, siswa belum mampu membuat
penyusunan kalimat rancangan percobaan berdasarkan pilihan solusi alternatif
terkait permasalahan penanggulangan limbah domestik yang berasal dari
produk aplikasi hidrolisis garam, yang baik dengan caranya sendiri. Sehingga
rancangan yang dibuat tidak jauh berbeda dengan buku sumber ataupun
internet jika ditinjau dari penyusunan kalimatnya. Rendahnya indikator
originality ternyata didukung olehhasil angket respon siswa yang juga rendah,
yang menunjukkan bahwa lebih dari 60% siswa menyatakan dapat memikirkan
hal-hal yang unik dan baru, yang tidak terpikirkan oleh orang lain dalam
membuat ide/gagasan ketika menghadapi suatu masalah.
Realitanya menghasilkan ide baru bukanlah hal yang mudah dan tidak
bisa dilakukan oleh semua orang. Karena kemampuan berpikir keaslian hanya
dimiliki orang-orang yang benar-benar kreatif. Melalui kemampuan yang
berbeda seseorang mampu membuat hal baru dalam menyelesaikan sebuah
permasalahan (Faridah, 2016. hlm. 50). Tetapi, kemampuan berpikir keaslian
(originality) dapat dikembangkan melalui metode pembelajaran. Jika model
pembelajaran berbasis masalah diterapkan pada setiap pembelajaran, maka
diharapkan dapat melatih kemampuan berpikir keaslian (originality), seperti
penelitian Syafi’I, Suryawati, dan Saputra (2011) yang menyatakan bahwa
kemampuan berpikir keaslian (originality )memperoleh hasil tertinggi kedua
setelah penerapan model problem based learning pada pembelajaran biologi
kelas XI.
70

c. Indikator Elaboration
Indikator elaboration atau kerincian adalah indikator berpikir kreatif
yang memberikan arti/jawaban yang lebih mendalam/memperinci detail-detail
terhadap suatu masalah/kejadian dan kemampuan memperkaya dan
mengembangkan suatu gagasan/produk (Munandar,1992.hlm.90).
Ketercapaian hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa untuk indikator
elaboration hanya sebesar 40% yang terkategorikan kurang. Indikator
elaboration merupakan indikator terendah kedua setelah indikator originality
berdasarkan hasil tes. Hal tersebut dibuktikan dengan kemampuan berpikir
merinci dalam jawaban siswa yang masih rendah, yaitu soal perhitungan nilai
pH,perhitungan nilai pH dari pembuatan garam basa, dan merincikan alat dan
bahan, yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan.
Pada indikator elaboration, tahap perencanaan dan konstruksi, serta
tahap percobaan persentase ketercapaian siswa sebesar 76% dan 88%. Hal ini
menunjukkan bahwa pemahaman siswa pada tahap perencanaan dan konstruksi
serta tahap percobaan pada LKS terkategorikan baik dan sangat baik. Hal
tersebut dibuktikan dengan kemampuan siswa dalam membuat prosedur
praktikum untuk menyelesaikan masalah, memperinci tujuan praktikum,
menuliskan alat dan bahan, langkah-langkah percobaan, tabel pengamatan, dan
analisis data. Seperti yang diungkapkan oleh Liliawati (2011,hlm.97), bahwa
kemampuan berpikir merinci siswa dilatih pada tahap percobaan PBM yaitu
mengembangkan penyelidikkan yang dicetuskan dalam LKS dan merincinya
ke dalam langkah kerja untuk melakukan percobaan sesuai dengan uraian yang
dibuat sendiri.
Pada soal indikator elaboration siswa diminta menguraikan alat dan
bahan percobaan yang dipakai dalam penyelidikkan sifat dan pH larutan
garamyang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari serta mengembangkan
penyelesaian perhitung pH larutan garam. Namun, rendahnya indikator
elaboration pada hasil tes, salah satunya dikarenakan oleh faktor sumber
71

belajar. Pada tes kemampuan berpikir kreatif siswa dihadapkan dengan soal
berbentuk essay dan diminta menyelesaikan permasalahan yang terdapat
nomor soal elaboration tanpa bantuan sumber belajar. Karena, dengan sumber
belajar peserta didik terdorong untuk ingin tahu terhadap sesuatu (Wardani,
2013. hlm. 54). Namun, rendahnya pencapaian elaboration pada hasil tes
terbukti siswa belum terbiasa dengan soal mencari arti yang mendalam lebih
rinci jika diberikan suatu permasalahan.Karena pembelajaran yang biasa siswa
lakukan adalah mengerjakan latihan soal dibandingkan soal memahami
aplikasi atau bacaan bacaan yang bersifat mengingat. Sedangkan pada hasil
angket indikator elaboration mencapai lebih dari 80% yang menunjukkan
siswa mampu mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain ketika
dihadapkan pada permasalahan. Apabila pembelajaran tersebut tercapai jika
diterapkan dengan model pembelajaran berbasis masalah diharapkan dapat
melatih dan mengembangkan berpikir elaboration seperti yang dilakukan
berdasarkan penelitian Wulandari, Liliasari dan Supriyanti, (2011, hlm. 119)
yang mengungkapkan bahwa pembelajaran berbasi masalah diharapkan dapat
melatih dan mengembangkan berpikir elaboration. Berpikir elaboration
mengalami peningkatan tertinggi melalui pembelajaran berbasis masalah pada
konsep larutan penyangga.
d. Indikator Fluency
Pada indikator fluency, persentase ketercapaian siswa dicapai hanya
mampu sebesar 41% seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.3 yang
terkategorikan cukup baik. Rendahnya persentase ketercapaian pada indikator
fluency dibuktikan dengan siswa cukup mampu menghasilkan pemikiran
dengan banyak gagasan. Pada soal indikator fluency, salah satu soal yakni
siswa diharuskan mengemukakan gagasan mengenai solusi yang tepat untuk
menyelesaikan masalah yang terdapat dalam wacana permasalahan. Namun
pada soal tersebut rata-rata siswa hanya dapat memberikan dua gagasan saja
mengenai solusi penyelesaian, sehingga dapat dibuktikan bahwa kemampuan
72

berpikir lancar siswa terkategorikan cukup baik (Hasil ditunjukkan pada


Lampiran 19). Semakin banyak seseorang menuliskan gagasan dalam jawaban
tes, semakin lancarlah arus pemikirannya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Munandar ( 2012. hlm. 192) bahwa kemampuan berpikir lancar adalah
kemampuan menghasilkan banyak jawaban yang relevan.
Selain itu, perolehan persentase ketercapaian indikator fluency yang
rendah juga disebabkan proses pembelajaran siswa pada tahap penyusunan
opini dan tahap abstraksi. Hal tersebut juga diperkuat berdasarkan Tabel 4.4
yang menunjukkan bahwa pada kedua tahap tersebut masih rendah pencapaian
pelaksanaan pada tahap penyusunan opini dan abstraksi. Rendahnya tahap
tersebut disebabkan oleh siswa kurang terlatih memahami permasalahan. Pada
tahap penyusunan opini, sebelumnya siswa sudah memahami permasalahan
dari hasil identifikasi masalah. Masalah diartikan mengarah pada
pengumpulan informasi dan pemilihan konsep yang digunakan untuk
memahami informasi (Mumford, Medeiros, & Partlow, 2012, hlm.31).
Sedangkan, pada tahap abstraksi siswa diminta membuat suatu abstraksi
berdasarkan kesimpulan yang siswa buat. Rosbiono dalam Kusumadewi
(2014, hlm. 90) mendefinisikan abstraksi perumusan informasi yang diperoleh
melalui kasus yang diperoleh melalui kasus khusus untuk mencapai syarat-
syarat yang berlaku umum.
Faktor lain yang menyebabkan pencapaian indikator fluency rendah
karena tidak terlatihnya siswa mengikuti pembelajaran berbasis masalah tipe
Mothes sehingga mengakibatkan rendahnya pencapaian pelaksanaan tahap
penyusunan opini dan abstraksi. Selama ini, pembelajaran yang biasa
diberikan guru kurang melatih kemampuan berpikir lancar siswa. Pada tahap
penyusunan opini dan abstraksi siswa kurang terlatih memberikan jawaban
solusi penyelesaian permasalahan dan membuat generalisasi dari kesimpulan
yang menstimulus siswa untuk berpikir lancar (fluency). Hal tersebut
didukung oleh respon siswa lebih dari 60% menyatakan bahwa mudah
73

menjawab pertanyaan dan permasalahan dengan sejumlah jawaban secara


logis serta sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Apabila jika
pembelajaran diterapkan dengan model pembelajaran berbasis masalah
diharapkan dapat melatih dan mengembangkan berpikir fluency seperti dalam
penelitian Purnamaningrum, dkk (2012, hlm. 39) yang menyatakan bahwa
pada penelitian peningkatan kemampuan berpikir kreatif melalui problem
based learning (PBL) pada pembelajaran Biologi siswa kelas X SMA N 3
Surakarta diperoleh indikator fluency dicapai dengan persentase sebesar 79%
tertinggi dibandingkan indikator flexibility, elaboration, dan originality.

Berdasarkan uraian diatas dari profil kemampuan berpikir kreatif ,


menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa setelah penerapan
pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes dibagi kedalam kategori tinggi, sedang
dan rendah. Kategori keampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran berbasis
masalah tipe Mothes yang paling dominan adalah kategori sedang. Sementara itu,
berdasarkan uraian dari keempat indikator berpikir kreatif, menunjukkan bahwa
ketercapaian indikator berpikir kreatif siswa dengan pendekatan persentase tertinggi
dan kategori baik dari hasil tes terdapat pada indikator flexibility setelah penerapan
pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes, sedangkan kategori sangat baik dari hasil
observasi terdapat pada indikator elaboration selama proses penerapan pembelajaran
berbasis masalah tipe Mothes. Selain itu, indikator berpikir kreatif juga diperoleh
pencapaian sangat rendah yaitu indikator originality jika dilihat dari hasil tes maupun
lembar observasi. Kemudian secara keseluruhan, hal tersebut menunjukkan bahwa
penerapan pendekatan pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes mengembangkan
kemampuan berpikir kreatif siswa. Hasil tersebut juga diperkuat dengan pendapat Tan
(2009, hlm. 11) mengungkapkan bahwa melalui proses identifikasi masalah dan
pencarian solusi secara sendiri dalam pembelajaran berbasis masalah dapat
mengembangkan keterampilan berpikir kreatif siswa.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan pada bab IV
mengenai kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI pada pembelajaran konsep
hidrolisis garam melalui pembelajaran berbasis masalah, maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Profil kemampuan berpikir kreatif siswa melalui pembelajaran berbasis masalah
pada konsep hidrolisis garam dikategorikan dengan tiga kategori yaitu rendah,
sedang, dan tinggi. Hal ini ditentukan berdasarkan hasil tes dengan nilai rata-
rata 47,18. Kategori kemampuan berpikir kreatif siswa yang paling dominan
adalah kategori sedang sebesar 70,6% jumlah siswa di kelas atau sebanyak 24
siswa.
2. Berdasarkan hasil tes, persentase ketercapaian indikator kemampuan berpikir
kreatif siswa melalui pembelajaran berbasis masalah pada konsep hidrolisis
garam meliputi 64% flexibility, 40% fluency, 41% elaboration dan 34%
originality.

B. Saran
Setelah melaksanakan penelitian ini, maka peneliti memberikan saran
sebagai berikut:
1. Penerapan pembelajaran berbasis masalah disarankan lebih sering diterapkan
untuk melatih kemampuan berpikir kreatif siswa.
2. Penerapan pembelajaran berbasis masalah pada pembelajaran memerlukan
alokasi waktu yang banyak, jadi guru yang ingin menerapkan model ini dapat
mengatur waktu dengan baik, supaya tahapan pembelajaran berbasis masalah
terlaksana dengan baik.

74
75

3. Bagi peneliti selanjutnya, perlu dilakukan penelitian model pembelajaran yang


lain yang dapat melatih kemampuan berpikir kreatif siswa dan ketika membuat
instrument tes kemampuan berpikir kreatif, hendaknya soal dihubungkan ke
dalam kehidupan sehari-hari sesuai model pembelajaran yang akan diterapkan
pada penelitian nanti.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Khalili, A, A. Diterjemahkan oleh Farda, U. (2006). Mengembangkan Kreativitas


Anak. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Amaniati, A. R. (2012). Profil Kreativitas Siswa dalam Memanfaatkan Limbah


Kertas Pada Pembelajaran Konsep Daur Ulang Limbah. Skripsi.
Universitas Pendidikan Indonesia

Amir, T.M. (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta:
Kencana.

Arifin, Z. (2011). Penelitian Pendidikan: Metode & Paradigma Baru. Bandung:


Remaja Rosdakarya

Arikunto, S. (1999). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Adi


Mahasatya

Arikunto, S. (2013). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta: Bumi


Aksara.

Arikunto, S. & Jabar, C. S. A (2014). Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman


Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan, Edisi Kedua.
Jakarta: Bumi Aksara

Azizah, I. S. N. (2015). Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Structured Problem


Posing Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Cahyo, A. (2013). Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar. Jogjakarta:


DIVA Press

Chang, R. Diterjemahkan Oleh Achmadi, S. S. (2004). Kimia Dasar: Konsep-Konsep


Inti Jilid 1 (3nd ed). Jakarta: Erlangga.

76
77

Chang, R. Diterjemahkan Oleh Achmadi, S. S. (2004). Kimia Dasar: Konsep-Konsep


Inti Jilid 2 (3nd ed). Jakarta: Erlangga.

Clouston, dkk. (2010). Problem-Based Learning in Health and Social Care. Oxford:
Wiley-Blackwell

Dimyati dan Moedjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Dian, Setiabudi, A. & Nahadi (2015). Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk


Meningkatkan Keterampilan Beragumentasi Siswa Pada Konsep Hidrolisis
Garam. Jurnal Pendididkan Matematika dan Sains Tahun III, No. 2.
Universitas Negeri Yogyakarta

Duch, B.J., Grogh, E.S., dan Allen, E.D. (2001). The Power of Problem-Based
Learning. Sterling: Stylus Publishing.

Eggen, P & Kauchak, D. Diterjemahkan Oleh: Satrio Wahono. (2012). Strategi dan
Model pembelajaran: Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir.
Jakarta: Indeks

Eli, R. N. (2014). Analisis Kemampuan Kognitif dan Kreativitas Peserta Didik


melalui Problem Based Learning pada Sub Materu Penjernih Air. Tesis:
Universitas Pendidikan Indonesia

Faridah, A. (2016). Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Penulisan


Karya Ilmiah Siswa Pada Pembelajaran Biologi. Skripsi. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Istiqomah, (2012). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Model Problem
Based Learning. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta

Ismaimuza, Dasa. (2013). Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis Siswa
SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Strategi Konflik
Kognitif. .Jurnal Teknologi 63:2. ISSN 0127-9696

Istianah, L & Yunarti, T. (2015). Problem Based Learning untuk Mengembangkan


Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika. Universitas Negeri Yogyakarta ISBN: 978-602-
73403-05
78

Johnassen, H.D. (2004). Learning to Solve Problem: An Instructional Design Guide.


San Franscisco: Preiffer. Diakses dari: https://pdfs.semanticscholar.org

Khoiri, W., Rochmad, & Cahyono, A. N. Problem Based Learning Berbantuan


Multimedia Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan 67
Kemampuan Berpikir Kreatif. Unnes Journal of Mathematics Education, 2
(1), 114 – 121. ISSN: 2252-6927.

Kuswana, S.W. (2011). Taksonomi Berpikir. Bandung: Remaja Rosdakarya

Kusumadewi, M. W. 2014. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap


Keterampilan Berpikir Kreatif dan Penguasaan Konsep Kimia Siswa
SMA dalam Konteks Pemanfaatan Limbah Jelantah. Skripsi.. Universitas
Pendidikan Indonesia

Liliawati, W. (2011). Pembekalan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA melalui


Pembelajaran Fisika Berbasis Masalah. Jurnal Pendidikan Fisika FMIPA
vol.16 no.2. Universitas Pendidikan Indonesia

Mahmudi, A (2010). Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Diakses


dari: http://staffnew.uny.ac.id/upload/.

Major, C.H. dan Palmer, B. (2001). Assessing the Effectiveness of Problem-Based


Learning in Higher Education: Lessons from the Literature. [Online].
Tersedia: www.rapidintellect.com/AE Qweb/mop4spr01.htm.

Mbajiorgu, N. dan Reid, N. (2006). Factors Influencing Curriculum Development in


Chemistry: The Higher Education Academy Physical Sciences Centre. (18).
ISBN 1-903815-16-9

McGreGour, D. (2007). Developing Thinking Developing Learning: A Guide to


Thinking Skills in Education. Open University Press. ISBN -13:
9780335217809

Muchtaridi, & Justiana, S. (2007). Kimia 2 untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta:
Yudhistira
79

Mulhayatiah, D. (2014). Penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk


Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa. EDUSAINS. Vol
VI No. 01

Munandar, U. (1992). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah


Petunjuk Bagi Guru dan Orang Tua. Jakarta: PT Grasindo.

Munandar, U. (2012). Mengembangkan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka


Cipta.

Muslim, B. Zulfiani, & Irwandi, D. (2014). Pembelajaran Kimia melalui Metode


Eksperimen Lingkungan Alam Sekitar Ditinjau dalam Perspektif Islam.
TARBIYA 1 (2) . Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Nahadi, Siswaningsih, W & Maliga, I. (2015). Pengembangan dan Analisis Tes


Kimia Berbasis Open-Ended Problem untuk Mengukur Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa. Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia VII.
ISBN: 978-602-73159-0-7.

Nazir, M. (2013). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia

Partnership for 21st Century. (2009). Framework for 21st Century Learning. Dapat
diakses pada http://www.p21.org/about-us/p21-framework.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.69. (2013). Kerangka Dasar dan
Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah. Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18. (1999). Pengelolaan Limbah


Bahan Berbahaya dan Beracun: Preseden Republik Indonesia

Poppy, K. D. (2017). Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Mata


Pelajaran Kimia SMA Terintegrasi Penguatan Pendidikan Karakter:
Pedagogik Model-model Pembelajaran IPA dan Implementasinya :
PPPPTKA IPA Direktorat Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan
Kementran Pendidikan dan Kebudayaan.

Purba, M & Sunardi, (2006). Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga
80

Purnamaningrum, A. (2012). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Melalui


Problem Based Learning (PBL) Pada Pembelajaran Biologi Siswa Kelas X-
10 SMA Negeri 3 Surakarta.

Purtadi, S. dan Permana, L. (2007). Metode Belajar Berbasis Masalah (Problem


based Learning) Berbantuan Diagram V (Ve) dalam Pembelajaran Kimia.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Purwanto, M. N. (2004). Prinsip-Prinsip dan Teknik Pengajaran: Evaluasi


Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya

Purwanto, N. (2010). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya.

Puspitasari, L. (2012). Pengaruh Model Problem Based Learning Kemampuan


Berpikir Kreatif Siswa Mata Pelajaran Biologi Kelas X SMA Negeri 2
Surakarta Tahun Pelajarajan 2011/ 2012. Skripsi. Surakarta: UNS.

Rahmawati, I. (2016). Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP.


Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia.

Rath, G. (t.t). Schulpraktiches Seminar Lehrveranslaltung am Institut fur Physik.


UNI Graz. Diakses dari:
http://www.brgkepler.at/~rath/pl_an/skript_spsem2.hlml

Referat, K,M. dan Korff, S. (2007). Entdeckender und forschender Unterricht. Physik
lehren und lernen II. Diakses dari:
http://www.frerichmax.de/files/physik/PLL-
Entdeckender%20und%20forschender%20Unterricht.

Riduwan. (2015). Belajar Mudah Penelitian: Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti


Pemula. Bandung: Alfabeta

Romdhoni. (t.t). Kimia Lingkungan. Diakses dari:


http://romdhoni.staff.gunadarma.ac.id/files/8896/Kimia+Lingkungan.pdf

Rusman. (2012). Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme


Guru. Jakarta: Rajawali Press
81

Sani, R.A. (2013). Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Sani, R. A. (2015). Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013.


Jakarta: Bumi Aksara.

Sanjaya, W. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.


Jakarta: Kencana.

Santoso, S. (2014). Pengolahan Limbah Domestik Secara Fisika, Kimia, dan Biologi.
Diakses dari: io.unsoed.ac.id

Sari, I. M., Sumiati, E., & Siahaan, P. (2013). Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa SMP dalam Pembelajaran Pendidikan Teknologi Dasar (PTD). Jurnal
Pengajaran MIPA vol 18 no.1. Universitas Pendidikan Indonesia

Sastrawijaya, T. (2009). Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta

Siswono, T. Y. E. (2011). Level of Student’s Creative Thinking in Classroom


Mathematics. Educational Research and Review, 6 (7), 548-553. ISSN
1990-3839.

Siswono, T. Y. E. (2005). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa


melalui Pengajuan Masalah. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, X
(1), ISSN 1410-1866.

Sopiah, R. N (t.t). Pengelolaan Limbah Detergen Sebagai Upaya Minimalisasi


Polutan Di Badan Air Dalam Rangka Pembangunan Berkelanjutan. Serpong:
Balai Teknologi Lingkungan – BPP. Teknologi. Diakses dari:
http://digilib.batan.go.id/e-prosiding/File.html

Sousa, D. A. (2011). Bagaiman Otak Belajar Edisi Ke Empat. Jakarta: Indeks

Sudarma, M. (2013). Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif. Jakarta:


Rajawali Pers.

Sudarman, (2007). Problem Based Learning: Suatu Model Pembelajaran untuk


Mengembangkan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah, 2 (2),

Sudaryono. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Graha Ilmu


82

Sudijono, A. (1996). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada

Sugita, Ashadi, & Masykuri. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Problem Solving
terhadap Hasil Belajar Ditinjau dari Kreativitas Siswa pada Materi Termokimia
Kelas XI SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Pelajaran 2015/2016. Jurnal
Pendidikan Kimia, 5 (2), 50-67. ISSN 2337-9995.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.

Sukardi, H.M. (2009). Evaluasi Pendidikan: Prinsip & Operasionalnya. Jakarta: Bumi
Aksara

Tan, O. (2004). Enhancing Thinking Trough Problem-Based Learning. Singapore:


Cengage Learning Asia.

Tan, O. (2009). Problem-Based Learning and Creativity. Singapore: Cengage


Learning Asia. ISBN 10: 981-4253-14-6

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.


Jakarta: Prestasi Pustaka

Trianto. (2011). Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi


Pendidikan & Tenaga Kependidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group

Wardani, N. S. (2013). Pengaruh Penggunaan Sumber Belajar Terhadap Kreativitas


Belajar Tema Lingkungan Mahasiswa PGSD Angkatan 2012. Prosiding
Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan Fakultas MIPA
Universitas Negeri Yogyakarta

Wardhana, W.A. (2004). Dampak Pencemaran Lingkungkungan (Edisi Revisi).


Yogyakarta: Andi Offset

Widjajanti, E. (2009). Penanganan Limbah Laboratorium Kimia. Jurusan Pendidikan


Kimia FMIPA UNY. Diakses dari:
http://staff.uny.ac.id/system/files/pengabdian/endang-widjajanti-lfx-ms-
dr/limbah.pdf

Widya, dkk. (2014). Buku Siswa: Kimia untuk SMA/MA Kelas XI. Peminatan
Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam. Klaten: Intan Pariwara
83

Wulandari, W., F.M, Liliasari., & Supriyanti, T.(2011). Problem Based Learning
untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif dan Penguasaan Konsep
Siswa pada Materi Larutan Penyangga, Jurnal Pengajaran MIPA, Vol 16
No. 2 Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Zulfiani, Feronika, T., & Suartini, K. (2009). Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta.
Lampiran 1

Analisis KI dan KD
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI IPA/Genap
Tahun Pelajaran : 2016/2017

A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama,
toleran, damai), santun, responsive dan pro aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
permasalahan dalam berinteraksi dengan lingkungan social dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan factual, konseptual, procedural berdasarkan rasa
ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari
yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan.

84
B. Kompetensi Dasar
1.1 Menyadari adanya keteraturan dari sifat hidrokarbon, termokimia, laju reaksi, kesetimbangan kimia, larutan dan
koloid sebagai wujud kebesaran Tuhan YME dan pengetahuan tentang adanya keteraturan tersebut sebagai hasil
pemikiran kreatif manusia yang kebenarannya bersifat tentative.
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, disiplin, jujur, objektif, terbuka, mampu membedakan fakta
dan opini, ulet, teliti, bertanggung jawab, kritis, kreatif, inovatif, demokratis, komunikatif) dalam merancang dan
melakukan percobaan serta berdiskusi yang diwujudkan dalam sikap sehari-hari.
2.2 Menunjukkan perilaku kerjasama, santun, toleran, cinta damai, dan peduli lingkungan serta hemat dalam
memanfaatkan sumberdaya alam.
2.3 Menunjukkan perilaku responsive dan proaktif serta bijaksana sebagai wujud kemampuan pemecahan masalah dan
membuat keputusan.
3.11 Menganalisis kesetimbangan ion dan menghubungkan pHnya.
4.11 Melaporkan percobaan tentang sifat asam basa berbagai larutan garam

Indikator
Tahapan Problem
Indikator Materi Aktifitas Guru Aktifitas Siswa Berpikir
Based Learning
Kreatif
3.11.1Memahami Hidrolisis 1. Menampilkan video 1. Menyimak video yang Motivasi
Konsep mengenai aplikasi ditampilkan dan
kesetimbanga produk hidrolisis garam mendiskusikan

85
n ion larutan dan permasalahan pertanyaan serta
garam. kondisis pencemaran jawaban yang
lingkungan oleh limbah ditampilkan ke video.
bahan kimia di
kehidupan nyata.

2.Mempersilahkan kepada 2.Mendiskusikan


siswa untuk jawaban dari
mendiskusikan jawaban pertanyaan yang
dari pertanyaan yang di ditampilkan dalam
tampilkan dalam video video tersebut.
tersebut.

3.Mempersilahkan siswa 3.Sesi Tanya-jawab


untuk sesi Tanya-jawab, argument oleh siswa
argumen mengenai selama 10 menit.
video yang ditampilkan
selama 10 menit.

86
4. Meminta siswa untuk 4. Siswa duduk secara
duduk berkelompok lalu berkelompok dan
membagikan LKS 1 menerima LKS 1.
pada setiap kelompok.

5. Membagikan dua buah 5..Menerima dua gelas Penjabaran Flexibility


3.11.2 gelas kimia berisi kimia berisi limbah Masalah (Kemampuan
Menghubungkan limbah perendaman perendaman kain kotor berpikir luwes)
kesetimbangan kain kotor berwarna berwarna dengan
ion larutan dengan pemutih pemutih pakaian +
garam dengan pakaian+detergen dan detergen dan detergen
masalah di detergen pada masing- saja yang diberikan oleh
kehidupan nyata. masing kelompok. guru.

6. Meminta siswa untuk 6.Mengidentifikasi


mengidentifikasi perbedaan fisik dari dua
perbedaan fisik dari dua jenis limbah tersebut dan
jenis limbah tersebut menuliskannya pada
dan menuliskannya di LKS 1.

87
LKS 1.

7. Meminta siswa untuk 7.Mendiskusikan jawaban


menjawab pertanyaan dari pertanyaan nomor 1
nomor 1 dan 2 yang dan 2 yang terdapat
terdapat dalam LKS 1 dalam LKS 1 secara
terkait identifikasi berkelompok.
masalah yang terdapat
dalam limbah pemutih 8.Beberapa kelompok
pakaia dan detergen. mengkomunikasikan
masalahnya didepan
8. Meminta beberapa kelas dengan arahan dari
kelompok untuk guru.
mengkomunikasikan
masalah yang mereka 9. Siswa merumuskan
indentifikasi. permasalahan mengenai
limbah pemutih pakaian
9. Meminta siswa untuk dan menuliskan pada
merumuskan masalah soal nomor 3 LKS 1.

88
yang diidentifikasi dan
menuliskannya pada
soal nomor 3 LKS 1.

10. Meminta siswa untuk 10.Mencari berbagai Penyusunan Indikator


mencari alternatif alternatif pemecahan Opini fluency dan
3.11.3 pemecahan masalah masalah dari berbagai originality
Menganalisis melalui studi pustaka sumber seperti buku dan (Kemampuan
cara untuk baik dari buku dan internet untuk dapat berpikir lancar
mengatasi internet. menjawab rumusan dan keaslian)
masalah masalah yang telah
kesetimbangan 11. Berkeliling pada setiap dirumuskan sebelumnya.
ion di kehidupan kelompok untuk
nyata. memberikan 11.Merumuskan solusi
pengarahan-pengarahan untuk menyelesaikan
jika siswa menemukan masalah terkait cara
kesulitan dalam membuang limbah
merumuskan solusinya. pemutih pakaian,

89
detergen dan zat kimia
lainnya berdasarkan
arahan dari guru.

12.Mengkonsultasikan
solusi alternative yang
diperoleh kepada guru.

13.Memilih solusi terbaik


untuk menyelesaikan
permasalahan terkait
limbah pemutih pakaian,
detergen, dan zat kimia
lainnya berdasarkan
arahan dari guru.

12.Setelah mencari 14. Menerima LKS 2 dan

90
alternatif pemecahan memahami instruksi di
masalah, memberikan LKS. Perencanaan dan Indikator
LKS 2 dan Konstruk originality dan
menginstruksikan siswa 15. Siswa mendiskusikan elaboration
4.11.1 untuk membaca dan dan merencanakan (Kemampuan
Merancang memahaminya. suatu percobaan dari berpikir
percobaan untuk solusi alternative yang keaslian dan
menunjukkan sifat mereka pilih. Mencatat merinci).
asam basa berbagai 13. Mengarahkan siswa hasill diskusi (bagian
larutan garam. untuk mendiskusikan dari
dan merencanakan perencanaan)sebagai
suatu percobaan dari data perencanaan dan
solusi alternative yang menjawab soal dalam
mereka pilih. LKS 2 bersama teman
Perencanaan dan kelompok.
konstruk yang siswa
buat diantaranya judul 16. Siswa menerima arahan
dan tujuan percobaan, dari guru jika mendapat
alat dan bahan yang kesulitan dalam

91
digunakan, langkah perencanaan dan
kerja, hingga konstruksi dari
merencakanan hasil percobaan.
pengamatan sebelum
perlakuan dan sesudah
perlakuan.

11. Berkeliling pada setiap


kelompok untuk
memberikan
pengarahan-
pengarahan jika siswa
menemukan kesulitan
dalam membuat
perencanaan dan
konstruksi sebuah
percobaan.

92
4.11.2 12.Membagikan LKS 3 16.Siswa memperoleh LKS
Melakukan pada setiap kelompok 3 dari guru, dan
percobaan untuk dan mengarahkan siswa mempersiapkan alat Percobaan Indikator
menunjukkan untuk mempersiapkan dan bahan percobaan elaboration
sifat asam basa alat dan bahan. yang dibutuhkan (Kemampuan
berbagai larutan sesuai dengan catatan berpikir
garam. 13.Memberikan sedikit diskusi perencanaan merinci)
pengarahan mengenai kelompok.
percobaan dilakukan
selama 1 jam sehingga 17.Menyimak pengarahan
siswa harus dari guru, dan
memanfaatkan waktu melakukan percobaan
seefektif mungkin. serta memnfaatkan
waktu seefisien
14. Mempersilahkan siswa mungkin selama 1 jam
untuk memulai percobaan .
percobaan.
18. Melakukan percobaan
pengujian sifat dan pH

93
15.Selama siswa pada limbah bahan
melakukan percobaan kimia yang
guru berkeliling mengandung garam
mengecek pekerjaan kimia/bahan produk
siswa serta aplikasi hidrolisis
3.11.4 membimbing siswa. diteruskan dengan
Menganalisis sifat melakukan percobaan
kesetimbangan ion 16.Menginstruksikan siswa penetralan limbah
larutan garam. untuk mengisi LKS 3 dengan air.
dan mencatat hasil
3.11.5 pengamatan. 19.Menuliskan hasil
Menghubungkan pengamatan dari
pH kesetimbangan percobaan yang telah
ion larutan garam. dilakukan pada LKS 3.

20. Siswa mengisi LKS 3


secara berkelompok.

4.11.3 Menyimpulkan

94
hasil 17.Meminta siswa 21. Menyimpulkan hasil Kesimpulan Indikator
pengamatan mengkomunikasikan percobaan yang telah flexibility
percobaan kesimpulan yang telah dilakukan. (Kemampuan
kesetimbangan dibuatnya dalam Berpikir
ion larutan kelompok berdasarkan Luwes)
garam. hasil percobaan.

18. Meminta siswa untuk 22.Membuat abstraksi Abstraksi Fluency


membuat abstraksi berdasarkan kesimpulan
berdasarkan yang mereka buat.
kesimpulan yang
mereka buat.
Flexibility
4.11.4 Menyajikan 19. Menginstruksikan 23. Membuat laporan
hasil pengamatan siswa untuk menyajikan praktikum dan power
dalam format hasil pengamatan dalam point serta
laporan praktikum bentuk laporan praktikum mendiskusikan
dan mempersiapkan pembagian tugas
kelompok untuk presentasi presentasi

95
di depan kelas.

4.11.5 Melaporkan 19. Mempersilahkan siswa 23. Menyampaikan laporan Konsolidasi Fluency
hasil untuk menyampaikan percobaan cara
pengamatan laporan percobaan yang penanggulangan
percobaan telah mereka lakukan. masalah pencemaran
kesetimbangan limbah kimia dari
ion larutan limbah rumah tangga
garam. melalui presentasi, serta
menyimak penjelasan
guru mengenai konsep
kimia yang terkait
pemanfaatan

96
Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

Nama Sekolah : SMA Negeri 86 Jakarta


Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/ Semester : XI/ Genap
Materi Pokok : Hidrolisis Garam
Alokasi Waktu : 1 x 3JP (3 Pertemuan)

A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama,
toleran, damai), santun, responsive dan pro aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
permasalahan dalam berinteraksi dengan lingkungan social dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan factual, konseptual, procedural berdasarkan rasa
ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.

97
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari
yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar
1.1 Menyadari adanya keteraturan dari sifat hidrokarbon, termokimia, laju reaksi, kesetimbangan kimia, larutan dan
koloid sebagai wujud kebesaran Tuhan YME dan pengetahuan tentang adanya keteraturan tersebut sebagai hasil
pemikiran kreatif manusia yang kebenarannya bersifat tentative.
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, disiplin, jujur, objektif, terbuka, mampu membedakan
fakta dan opini, ulet, teliti, bertanggung jawab, kritis, kreatif, inovatif, demokratis, komunikatif) dalam
merancang dan melakukan percobaan serta berdiskusi yang diwujudkan dalam sikap sehari-hari.
2.2 Menunjukkan perilaku kerjasama, santun, toleran, cinta damai, dan peduli lingkungan serta hemat dalam
memanfaatkan sumberdaya alam.
2.3 Menunjukkan perilaku responsive dan proaktif serta bijaksana sebagai wujud kemampuan pemecahan masalah
dan membuat keputusan.
3.11 Menganalisis kesetimbangan ion dan menghubungkan pHnya.
4.11 Melaporkan percobaan tentang sifat asam basa berbagai larutan garam

98
C. Indikator Percapaian Kompetensi
1. Indikator KD pada KI 1
1.1.1 Menyadari adanya keteraturan dari sifat larutan sebagai wujud kebesaran Tuhan YME.

2. Indikator KD pada KI 2
2.1.1 Menunjukkan perilaku disiplin dengan hadir di kelas tepat waktu, mengerjakan tugas, dan dalam melakukan
praktikum.
2.1.2 Menunjukkan perilaku ulet dalam melaksanakan tugas yang diberikan
2.2.1 Membangun kerjasama dengan anggota kelompok dalam melaksanakan praktikum dan memecahkan masalah.
2.3.1 Membiasakan diri menghargai pendapat orang lain dalam diskusi

3. Indikator KD pada KI 3
3.11.1 Memahami konsep kesetimbangan ion larutan garam.
3.11.2 Menghubungkan kesetimbangan ion larutan garam dengan masalah di kehidupan sehari-hari.
3.11.3 Menganalisis cara untuk mengatasi masalah kesetimbangan ion di kehidupan sehari-hari.
3.11.4 Menganalisis sifat kesetimbangan ion larutan garam berdasarkan data pengamatan.
3.11.5 Menghubungkan pH kesetimbangan ion larutan garam.

4. Indikator KD pada KI 4
4.11.1 Merancang percobaan untuk menunjukkan sifat asam basa berbagai larutan garam.

99
4.11.2 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat asam basa berbagai larutan garam.
4.11.3 Menyimpulkan hasil pengamatan percobaan kesetimbangan ion larutan garam.
4.11.4 . Menyajikan hasil pengamatan percobaan untuk menunjukkan sifat asam dan basa berbagai larutan garam
4.11.5 Melaporkan hasil pengamatan percobaan kesetimbangan ion larutan garam.

D. Tujuan Pembelajaran
 Siswa mampu memahami konsep kesetimbangan ion larutan garam.
 Siswa mampu menghubungkan kesetimbangan ion larutan garam dengan masalah di kehidupan nyata
 Siswa menganalisis cara untuk mengatasi masalah kesetimbangan ion di kehidupan nyata.
 Siswa menganalisis sifat kesetimbangan ion larutan garam.
 Siswa menghubungkan pH kesetimbangan ion larutan garam.
 Siswa merancang percobaan untuk menunjukkan sifat asam basa berbagai larutan garam.
 Siswa melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat asam basa berbagai larutan garam.
 Siswa menyimpulkan hasil pengamatan percobaan kesetimbangan ion larutan garam.
 Siswa melaporkan hasil pengamatan percobaan kesetimbangan ion larutan garam.

100
D. Materi Pembelajaran
Fakta:

Pemutih Pakaian Pemutih pakaian Limbah mencuci Pembuangan limbah


mengandung sifat sering sering dibuang menimbulkan masalah
yang reaktif dan digunakan tidak langsung tanpa pencemaran
tidak cocok dengan sesuai dengan diencerkan terlebih lingkungan, khususnya
kulit dan pakaian aturan dahulu. air dan tanah.
berwarna. pemakaian.

101
Konsep:
A. Definisi Hidrolisis Garam
Hidrolisis berasal dari kata hydro dan lisis yaitu istilah yang umum digunakan untuk reaksi dengan air (kata
hydro yang berarti air dan lysis yang berarti penguraian). Hidrolisis adalah reaksi penguraian garam oleh air atau
ion-ion garam dengan air. Garam adalah senyawa elektrolit yang dihasilkan dari reaksi netralisasi asan dengan
basa. Sebagai elektrolit, garam akan terionisasi dalam larutannya menghasilkan kation dan anion. Kation yang
dimiliki garam adalag kation dari basa asalnya. Sedangkan anion yang dimiliki oleh garam adalah anion yang
berasal dari asam pembentuknya. Kedua ion inilah yang nantinya akan menentukan sifat dari suatu garam jika
dilarutkan dalam air.

B. Sifat Garam yang Terhidrolisis


Sifat garam yang berdasarkan penyusunnya dibedakan menjadi empat, yaitu garam dari asam kuat dan basa
kuat, garam dari asam kuat dan basa lemah, garam dari asam lemah dan basa kuat, dan garam dari asam lemah
dan basa lemah.
1. Garam dari Asam Kuat dan Basa Kuat
Garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat tidak dapat bereaksi dengan air sehingga tidak
terhidrolisis dalam air.Larutan garam ini tidak mengubah konsentrasi H+ maupun OH-.pH larutan garam sama
dengan pH air, yaitu pH 7 atau bersifat netral.

102
Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa kuat tidak memberikan perubahan warna lakmus, baik
lakmus merah maupun lakmus biru.Hal ini menunjukkan bahwa larutan garam bersifat netral.Contoh garam
yang tersusun dari asam kuat dan basa kuat adalah NaCl yang tersusun atas HCl (asam kuat) dan NaOH (basa
kuat) (Muctaridi dan Justiana, 2007).

2. Garam dari Asam Kuat dan Basa Lemah


Garam yang tersusun dari asam kuat dan basa lemah mengubah lakmus biru menjadi merah dan tidak
mengubah lakmus merah.Hal tersebut menunjukkan bahwa larutan garam bersifat asam.Contoh garam yang
tersusun dari asam kuat dan basa lemah adalah garam NH4Cl yang tersusun dari HCl (asam kuat) dan NH4OH
(basa lemah) (Muchtaridi dan Justiana, 2007).
Larutan garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah akan terionisasi sebagian dalam air.
Sebagai contoh garam ammonium klorida (NH4Cl) yang berasal dari asam kuat HCl dan basa lemah NH4OH.
Dalam air, NH4Cl akan terurai menjadi ion NH4+ akan terhidrolisis oleh air sedangkan ion Cl- tidak dapat
terhidrolisis oleh air karena berasal dari asam kuat. Dengan demikian, NH4OH akan hanya terhidrolisis
sebagian. Keadaan ini mengakibatkan konsentrasi H+ dan OH- menjadi lebih besar sehingga karutan bersifat
asam dan pH < 7.

3. Garam dari Asam Lemah dan Basa Kuat


Garam yang tersusun dari asam lemah dan basa kuat mengubah lakmus merah menjadi biru dam tidak
mengubah warna lakmus biru.Hal tersebut menunjukkan bahwa larutan garam bersifat basa.Contoh garam

103
yang tersusun dari asam lemah dan basa kuat adalah garam CH3COONa yang tersusun dari CH3COOH (asam
lemah) dan NaOH (basa kuat).Garam tersebut mempunyai pH > 7.

4. Garam dari Basa Lemah dan Asam Lemah


Garam yan tersusun dari asam lemah dan basa lemah dapat bersifat asam, basa, atau netral. Garam
yang berasal dari asam lemah dan basa lemah mengalami hidrolisis total (kation dan anion mengalami
hidrolisis). Adapun pH larutan, secara kuantitatif sukar dikaitkan dengan nilai Ka dan Kb maupun konsentrasi
garam.Sifat larutan bergantung pada kekuatan realatif asam dan bas yang bersangkutan. Jika asam lebih
lemah daripada basa (Ka< Kb), maka anion akan terhidrolisis lebih banyak dan larutan akan bersifat basa. Jika
basa lebih lemah daripada asam (Ka> Kb), maka kation akan terhidrolisis lebih banyak dan larutan akan
berifat asam. Sedangkan, jika asam sama lemahnya dengan basa (Ka = Kb), larutan akan bersifat netral
(Sunardi, 2006).

C. Jenis-jenis Hidrolisis Garam


1. Hidrolisis Parsial
Hidrolisis parsial menjelaskan jika suatu garam dari asam lemah dan basa kuat dilarutkan dalam air,
maka kation dari basa kuat tidak terhidrolisis sedangkan anion dari asam lemah akan mengalami hidrolisis
sehingga menyebabkan larutan bersifat basa. Contohnya adalah NaOCl.

104
Begitu juga sebaliknya untuk garam dari asam kuat dan basa lemah jika dilarutkan dalam air, maka
kation dari basa lemah dapat terhidrolisis, sedangkan anion dari asam kuat tidak mengalami hidrolisis sehingga
menyebabkan larutan bersifat asam. Contohnya adalah (NH4)2SO4.

2. Hidrolisis Total
Hidrolisis total menjelaskan jika suatu garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah dilarutkan
dalam air, maka kation dari basa lemah maupun anion dari asam lemah dapat mengalami hidrolisis. Sifat
larutannya ditentukan oleh harga tetapan kesetimbangan asam (Ka) dan tetapan kesetimbangan basa (Kb) dari
kedua reaksi tersebut. Harga Ka dan Kb menyatakan kekuatan relative dari asam dan basa yang bersangkutan.
Jika Ka > Kb, maka garam bersifat asam
Jika Ka < Kb, maka garam bersifat basa,
Jika Ka=Kb, maka garam bersifat netral.
Contohnya adalah CH3COONH4.

3. Tidak Terhidrolisis
Garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat tidak mengalami hidrolisis, sehingga menghasilkan
garam yang bersifat netral. Contohnya adalah NaCl.

105
D. pH Larutan Garam
1. Tetapan Hidrolisis (Kh) dan pH Larutan Garam
Hidrolisis terjadi pada garam yang mengandung komponen asam lemah atau basa lemah. Sifat garam
menentukan nilai pH larutan hidrolisisnya.Dalam reaksi hidrolisis tetapan hidrolisis yang merupakan hasil
kali tetapan kesetimbangan dengan konsentrasi H2O. Tetapan hidrolisis dinyatakan dengan notasi Kh dan
nilainya tergantung nilai Ka dan Kb. Hubungan tetapan hidrolisis dengan Ka dan Kb dapat dijelaskan menurut
reaksi hidrolisis yang terjadi sebagai berikut:
1). Larutan Hidrolisis Garam dari Asam Kuat dan Basa Lemah
Salah satu contoh garam dari asam kuat dan basa lemah adalah garam NH4Cl. Garam yang tersusun
dari asam kuat dan basa lemah mempunyai pH < 7. Rumus untuk menghitung pH larutan garam sebagai
berikut:

pH dapat dicari dengan rumus:


pH = ½ (pKw – pKb – log [G])

106
2). Larutan Garam dari Asam Lemah dan Basa Kuat
Misal reaksi hidrolisis garam CH3COONa dalam larutannya.Rumus untuk menghitung pH larutan
garam sebagai berikut:

pOH dapat dicari dengan rumus:


pOH = ½ (pKw – pKa – log [G])

3). Larutan Garam dari Asam Lemah dan Basa Lemah


Contoh garam ini adalah CH3COONH4.
Rumus untuk menghitung pH larutan garam sebagai berikut:

107
pH = - log [H+]

pH dapat dicari dengan rumus:


pH = ½ (pKw – pKa – pKb)

E. Model dan Metode Pembelajaran


Model : Pembelajaran Berbasis Masalah tipe Mothes (PBM)
Metode :
 Demonstrasi
 Diskusi Kelompok
 Praktikum

F. Media/Alat, Bahan dan Sumber Pembelajaran


2. Sumber Pembelajaran
 Priyambodo, Erfan.dkk. 2014. Buku Siswa KIMIA untuk SMA/MA, PT. Intan Pariwara, Klaten
 Lembar Kegiatan Siswa Berbasis Masalah.
 Alat: Laptop, lcd, power point dan alat untuk praktikum sifat dan pH larutan garam.
 Bahan: Alat tulis, buku cetak, bahan untuk praktikum sifat dan pH larutan garam.

108
G. Langkah-langkah Pembelajaran

Pertemuan pertama
Tahapan
Pembelajaran Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Alokasi
Berbasis Masalah Waktu
Pendahuluan a. Guru mengucapkan salam. a. Siswa menjawab salam dari guru.
Tahap I 10 menit
Motivasi b. Guru mengecek ketidak hadiran siswa. b. Siswa menjawab ketidakhadiran ketika
dicek oleh guru.
c. Guru memberikan apersepsi dan
motivasi melalui video dan pertanyaan:

- Guru menampilkan video terkait c. Siswa menyimak video yang


kebiasaan masyarakat menggunakan ditampilkan oleh guru.
produk hidrolisis garam.

- Guru bertanya mengenai video yang d. Siswa menjawab pertanyaan guru


ditampilkan. dengan jawaban yang diharapkan:

109
- Produk apa saja yang digunakan dalam - Obat batuk, pupuk cair, dan sabun
kegiatan yang kalian lihat? detergen.

- Pada video 1, kegiatan seorang anak - Pengocokkan obat batuk untuk


sedang minum obat batuk cair. Obat melarutkan garam asam lemah pada
batuk yang dalam bentuk garamnya larutan obat batuk. (hidrolisis garam)
dibuat agar mudah larut. Berdasarkan
kegiatan tadi, sebelum anak kecil minum
obat kita temui mengocok obat batuk
sebelum diminum. Untuk apa hal itu
dilakukan?
- Karena, pupuk yang mengandung
- Pada video 2, kegiatan seorang petani senyawa (NH4)2SO4 bersifat garam
yang menyemprotkan pupuk cair pada asam yang akan terhidrolisis dalam
tanaman. Pupuk cair mengandung zat tanah berguna untuk menurunkan pH
kimia (NH4)2SO4. Pemberian pupuk cair tanah.
ini untuk menurunkan pH tanah dan
menyuburkan tanah. Mengapa

110
demikian?
- Limbah sabun yang dibuang akan
- Pada video 3, kegiatan seorang ibu menimbulkan dampak negatif terhadap
sedang mencuci pakaian menggunakan lingkungan karena dapat merusak dan
sabun. Sabun yang sering kita guanakan mencemari lingkungan, terutama pada
pastinya sudah mengetahui mengandung tanah dan air.
sifat zat kimianya. Namun terlihat
setelah mencuci, bagaimanakah limbah
air sabunnya dibuang. Menurutmu
bagaimana dampak limbah terhadap
lingkungan kita?

- Kemudian, bagaimana cara untuk


menyelesaikannya? Untuk dapat
mengetahui semua hal ini, kita akan
mempelajari subbab hidrolisis garam. d. Siswa menyimak penjelasan guru.

d. Guru menjelaskan bahwa hari ini akan


belajar mengenai solusi penanganan

111
limbah cair dan zat kimia lainnya dalam
konsep hidrolisis garam. e. Siswa membaca tujuan pembelajaran
yang ditampilkan guru.
e. Guru menampilkan tujuan pembelajaran
melalui slide pembelajaran. f. Siswa berkumpul dengan kelompoknya
sesuai dengan hal yang ditentukan
f. Guru meminta siswa untuk duduk guru. Satu kelompok terdiri dari 5-6
berkelompok. siswa.

g. setiap siswa menerima LKS 1 dari


g. Guru membagikan LKS 1 pada setiap guru.
kelompok.

Kegiatan inti a. Guru membagikan dua buah gelas kimia a. Siswa menerima dua gelas kimia berisi
berisi limbah perendaman kain kotor limbah perendaman kain kotor 25 menit
Tahap II berwarna dengan pemutih berwarna dengan pemutih pakaian +
Penjabaran pakaian+detergen dan detergen pada detergen dan detergen saja yang
Masalah masing-masing kelompok. diberikan oleh guru.

112
b. Guru meminta siswa untuk
mengidentifikasi perbedaan fisik dari b. Siswa mengidentifikasi perbedaan
dua jenis limbah tersebut dan fisik dari dua jenis limbah tersebut dan
menuliskannya di LKS 1. menuliskannya pada LKS 1.

c. Guru meminta siswa untuk menjawab


pertanyaan nomor 1 dan 2 yang c. Siswa mengisi pertanyaan nomor 1 dan
terdapat dalam LKS 1 terkait 2 yang terdapat dalam LKS 1 secara
identifikasi masalah yang terdapat berkelompok.
dalam limbah pemutih pakaia dan
detergen.

d. Guru meminta agar beberapa kelompok d. Beberapa kelompok


mengkomunikasikan masalah yang mengkomunikasikan masalahnya
mereka indentifikasi. didepan kelas dengan arahan dari guru.

e. Guru meminta siswa untuk merumuskan e. Siswa merumuskan permasalahan


masalah yang diidentifikasi dan mengenai limbah pemutih pakaian dan
menuliskannya pada soal nomor 3 LKS menuliskan pada soal nomor 3 LKS 1.

113
1. Adapun rumusan masalah yang
diharapkan adalah:
Bagaimana cara membuang limbah
pemutih pakaian dan detergen serta zat
kimia lainnya agar tidak merusak
lingkungan?

Tahap III a. Guru meminta siswa untuk mencari a. Siswa mencari berbagai alternatif
Penyusunan Opini alternatif pemecahan masalah melalui pemecahan masalah dari berbagai 20
studi pustaka baik dari buku dan sumber seperti buku dan internet untuk menit
internet. dapat menjawab rumusan masalah
yang telah dirumuskan sebelumnya.
b. Guru berkeliling pada setiap kelompok
untuk memberikan pengarahan- b. Siswa merumuskan solusi untuk
pengarahan jika siswa menemukan menyelesaikan masalah terkait cara
kesulitan dalam merumuskan membuang limbah pemutih pakaian,
solusinya. detergen dan zat kimia lainnya
berdasarkan arahan dari guru.

114
c. Siswa mengkonsultasikan solusi
alternative yang diperoleh kepada
guru.

d. Siswa memilih solusi terbaik untuk


menyelesaikan permasalaham terkait
limbah pemutih pakaian, detergen,
dan zat kimia lainnya berdasarkan
arahan dari guru.

Tahap IV
Perencanaan dan a.Setelah mencari alternatif pemecahan a. Siswa menerima LKS 2 dan
Konstruksi masalah, guru memberikan LKS 2 dan memahami instruksi di LKS.
menginstruksikan siswa untuk
membaca dan memahaminya. 15. Siswa mendiskusikan dan
merencanakan suatu percobaan dari
b. Guru mengarahkan siswa untuk solusi alternative yang mereka pilih.
mendiskusikan dan merencanakan Mencatat hasill diskusi (bagian dari

115
suatu percobaan dari solusi alternative perencanaan)sebagai data
yang mereka pilih. Perencanaan dan perencanaan dan menjawab soal
konstruk yang siswa buat diantaranya dalam LKS 2 bersama teman
judul dan tujuan percobaan, alat dan kelompok.
bahan yang digunakan, langkah kerja,
hingga merencakanan hasil 16. Siswa menerima arahan dari guru jika
pengamatan sebelum perlakuan dan mendapat kesulitan dalam
sesudah perlakuan. perencanaan dan konstruksi dari
percobaan.
c. Berkeliling pada setiap kelompok untuk
memberikan pengarahan-pengarahan
jika siswa menemukan kesulitan
dalam membuat perencanaan dan
konstruksi sebuah percobaan.

Penutup a. Guru meminta siswa untuk a. Siswa membuat kesimpulan hasil


menyimpulkan pembelajaran hari ini. pembelajaran hari ini mengenai 5 menit
masalah limbah pemutih pakaian,
detergen, dan zat kimia lainnya dan

116
b. Guru memberikan pengarahan bahwa alternatif pemecahan masalahnya.
pertemuan selajutnya akan merancang
percobaan pembuangan limbah pemutih b. Siswa menyimak pengarahan yang
pakaian, detergen, dan zat kimia diberikan oleh guru.
lainnya sebagai salah satu alternatif
yang telah dipilih siswa serta akan
melakukan percobaan awal yaitu
pengujian sifat dan pH limbah, dan
pengenceran limbah yang mengandung
zat kimia. Masing-masing kelompok
diminta membawa garam dapur,
detergen, dan obat paracetamol.
c. Siswa mencatat tugas yang diberikan
c. Guru memberikan tugas siswa untuk oleh guru.
membaca tentang sifat dan pH larutan
garam dan langkah percobaan
pengujian sifat dan pH pada larutan
garam. d. Siswa menjawab salam dari guru.

117
d. Guru mengucapkan salam.

Pertemuan ke dua
Tahapan
Pembelajaran Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Alokasi
Berbasis Masalah Waktu
Pendahuluan a. Guru mengucapkan salam. a. Siswa menjawab salam dari guru.
10 menit
b. Guru mengecek ketidak hadiran siswa. b. Siswa menjawab ketidakhadiran ketika
dicek oleh guru.
c. Guru memberikan apersepsi dan
motivasi melalui pertanyaan:

- Pertemuan sebelumnya kalian sudah c. Siswa menjawab pertanyaan guru


mencoba merancang percobaan untuk dengan harapan:
menguji sifat larutan garam dan solusi - Judul percobaan yang akan dilakukan

118
penanganan limbah cair dan zat kimia hari ini adalah
konsep hidrolisis garam. Coba siapa Pengujian sifat larutan garam dan
yang mau mengungkapkan judul solusi penanganan limbah cair dan zat
percobaan yang akan dilakukan? kimia konsep hidrolisis garam.

d. Guru menampilkan tujuan d. Siswa menyimak tujuan pembelajaran


pembelajaran. yang disampaikan oleh guru.

Kegiatan inti a. Guru meminta siswa untuk duduk a. Siswa duduk secara berkelompok.
Tahap V berkelompok. b. Siswa memperoleh LKS 3 dari guru. 60 menit
Percobaan b. Guru membagikan LKS 3 pada setiap c. Siswa mempersiapkan alat dan bahan
kelompok yang dibutuhkan untuk percobaan.
c. Guru memberikan sedikit pengarahan
mengenai percobaan dilakukan selama 1
jam sehingga siswa harus
memanfaatkan waktu seefektif
mungkin.

119
d. Selama siswa melakukan percobaan d. Siswa melakukan percobaan pengujian
guru berkeliling mengecek pekerjaan sifat larutan garam dan pengenceran
siswa serta membimbing siswa. limbah larutan garam berdasarkan
e. Guru meminta siswa untuk mengisi rancangan percobaan yang telah
LKS 3 disusun.
e. Siswa menuliskan hasil pengamatan
dari percobaan yang telah dilakukan
pada LKS 3.
f. Siswa mengisi LKs 3 secara
berkelompok.

Tahap VI a. Guru meminta siswa a. Siswa menyimpulkan hasil percobaan 10 menit


Kesimpulan mengkomunikasikan kesimpulan yang telah dilakukan.
yang telah dibuatnya dalam
kelompok berdasarkan hasil
percobaan.
Tahap VII a. Guru meminta siswa untuk membuat a. Siswa membuat abstraksi berdasarkan
Abstraksi abstraksi berdasarkan kesimpulan yang kesimpulan yang mereka buat. 10 menit
mereka buat.

120
Penutup a. Guru meminta siswa untuk a. Siswa menyimpulkan hasil
menyimpulkan pembelajaran hari ini. pembelajaran hari ini. 5 menit
b. Guru meminta siswa untuk membuat
laporan hasil percobaan yang telah b. Siswa menyimak tugas dari guru.
dilakukan, serta mempersiapkan power
point untuk mempresentasikan hasil
percobaannya didepan kelas pada
pertemuan selanjutnya.

c. Guru mengucapkan salam c. Siswa menjawab salam dari guru.

Pertemuan ke tiga
Tahapan Pembelajaran
Berbasis Masalah Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Alokasi Waktu
Pendahuluan a. Guru mengucapkan salam. a. Siswa menjawab salam 10 menit
dari guru.
b. Guru mengecek kehadiran
siswa. b.Siswa menjawab
ketidakhadiran ketika

121
dicek oleh guru.

c. Guru memberikan c. Siswa menjawab


apersepsi dan motivasi pertanyaan guru dengan
melalui pertanyaan: harapan:
- Pertemuan sebelumnya - Sifat dan pH yang
kalian sudah melakukan terkandung dalam limbah
percobaan untuk menguji bahan kimia yaitu:
sifat dan pH limbah bahan a. Limbah rumah tangga:
kimia serta solusi Pemutih pakaian:
penanganan limbah cair sifat: basa
dan zat kimia konsep pH : > 7
hidrolisis garam. Coba Berbahaya jika tidak
siapa yang ingin diencerkan, karena
mengungkapkan sifat dan memiliki sifat reaktif dan
pH yang dimiliki dari menimbulkan
beberapa limbah? Apakah pencemaran.

122
limbah tersebut
berbahaya? Berikan Sabun detergen
alasannya. Sifat: basa
pH : >7
d. Guru menampilkan tujuan Berbahaya jika
pembelajaran. penggunaannya
berlebihan dan tidak
. diencerkan, karena dapat
menimbulkan
pencemaran.

b. Limbah bahan kimia


lainnya:
PbCl2
Sifat: Asam
pH: <7
Berbahaya jika tidak
diencerkan, karena
memiliki pH <7 dan

123
menimbulkan
pencemaran.

d. Siswa menyimak tujuan


pembelajaran yang
disampaikan oleh guru.

Tahap VII a. Guru menginstruksikan a. Siswa mempersiapkan diri 45 menit


Konsolidasi kelompok untuk untuk mempresentasikan
menyiapkan laporan laporan praktikum di
praktikumnya dan depan kelas. Dan
mempresentasikan mengumpulkan laporan
laporan didepan kelas. praktikumnya.
Serta meminta siswa
untuk mengumpulkan
laporannya.
Penutup a. Guru meminta siswa a. Siswa menyimpulkan 30 menit

124
untuk menyimpulkan pembelajaran hari ini
pembelajaran hari ini.

b. Guru menjelaskan materi b. Siswa menyimak dan


pembelajaran dengan mencatat hal penting
berkaitan dengan konsep penjelasan guru.
kimia yang sedang
dipelajari.

c. Guru memberikan tugas c. Siswa mencatat tugas


sebagai evaluasi belajar yang diberikan guru.
siswa.

d. Guru menutup d. Siswa mengucapkan


pembelajaran hari ini hamdalah dan
dengan mengucapkan menjawab salam guru.
hamdalah dan salam.

125
H. Penilaian, Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
Aspek yang dinilai Teknik Penilaian Instrumen Penilaian
Kognitif - Tes Kemampuan Berpikir Kreatif - Soal Essay
- Observasi - Lembar Observasi
Afektif - Observasi - Lembar Observasi
Psikomotorik - Observasi - Lembar Observasi
- Laporan Praktikum - Format Laporan Praktikum
- Presentasi - Format Penilaian Presentasi

Mengetahui, Jakarta, Maret 2017


Guru Bidang Studi Kimia Peneliti

Dra. Endang Mulyaningsih, M.Pd Nurrachmawati


NIP. 196409241989022003 NIM.1112016200055

126
127

Lembar Observasi mengenai Penilaian Afektif

Indikator:
2.1.1 Menunjukkan perilaku disiplin dengan hadir di kelas tepat waktu,
mengerjakan tugas, dan dalam melakukan praktikum.
2.1.2 Menunjukkan perilaku ulet dalam melaksanakan tugas yang diberikan
2.2.1 Membangun kerjasama dengan anggota kelompok dalam melaksanakan
praktikum dan memecahkan masalah.
2.3.1 Membiasakan diri menghargai pendapat orang lain dalam diskusi

A. Berilah skor dari rentang 1-4 untuk setiap aspek pada tabel dibawah ini!

Menghargai
Kerjasama
Tanggung

Disiplin
Jawab
No. Nama Siswa

1.
2.
3.
4.
5.

B. Pedoman Penskoran

Aspek yang
4 3 2 1
dinilai
Siswa disiplin Siswa Siswa sering Siswa tidak
Disiplin hadir di kelas mengerjakan terlambat hadir mau
dengan tepat tugas dan di kelas mengerjakan
128

waktu, disiplin melakukan tugas dan


mengerjakan praktikum jika melakukan
tugas dan diawasi guru praktikum.
melakukan
praktikum
tanpa disuruh.

Siswa mampu Siswa mampu Siswa mampu Tidak mampu


mengerjakan mengerjakan mengerjakan mengerjakan
sendiri tugas sendiri tugas tugas tetapi tugas yang
yang diberikan yang diberikan melihat hasil diberikan
dalam dalam pekerjaan dalam
kelompoknya kelompoknya temannya kelompok
dengan dengan diluar
Tanggung membaca membaca kelompoknya.
Jawab literature dan literature
menyampaikan namun tidak
hasil menyampaikan
temuannya hasil
temuannya
pada teman
kelompok

Siswa mampu Siswa mampu Siswa kurang Siswa tidak


memecahkan memecahkan mampu untuk dapat/ tidak
Kerjasama permasalahan permasalahan kerjasama mau bekerja
bersama bersama dalam sama.
kelompok kelompok memecahkan
129

dengan dengan permasalahan


berdiskusi dan berdiskusi saja dengan
berbagi tugas mengganggu
konsentrasi
teman
kelompoknya
saat berdiskusi
(mengobrol,
fokus dengan
hal lain selain
topic yang
sedang
dikerjakan,
main
Handphone,
dll)

Siswa mampu Siswa tidak Siswa tidak Siswa tidak


memberikan memberikan menerima menerima
dan menerima pendapat orang pendapat orang pendapat orang
Menghargai
pendapat orang lain. lain degan lain tanpa
lain. alasan yang alasan yang
logis. jelas.
130

LEMBAR OBSERVASI KINERJA PRAKTIKUM SISWA

Indikator :

4.11.1 Merancang percobaan untuk menunjukkan sifat asam basa


berbagai larutan garam.
4.11.2 Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat asam basa
berbagai larutan garam.

Pentunjuk Pengisian

1. Berikan tanda check list (√) pada kolom keterlaksanaan untuk setiap indicator yang
terpenuhi

2. Skor diberikan sesuai jumlah check list (√) yang ada pada setiap aspek yang dinilai

Kelompok :

Anggota Kelompok : 1. 3. 5.

2. 4.

No. Kegiatan Indikator Keterlaksanaan Skor


1. Mempersiapkan alat  Mengecek kelengkapan alat
 Mencuci alat tabung reaksi dengan sikat dan
sabun
 Mencuci alat tabung reaksi dengan aquades
 Mengerikngkan alat tabung reaksi dengan tisu

2. Mengambil larutan  Mengambil larutan garam bersifat asamdengan


dengan pipet tetes pipet sebanyak 30tetes
 Mengambil larutan garam bersifat basadengan
131

pipet tetes sebanyak 30 tetes


 Mengambil larutan garam bersifat netral dengan
pipet tetes sebanyak 30 tetes

3. Menggunakan  Menggunakan kertas lakmus merah dan biru


kertas lakmus merah pada setiap pengujian larutan bersifat asam
dan biru dengan mencelupkannya kedalam tabung reaksi.
 Menggunakan kertas lakmus merah dan biru
pada setiap pengujian larutan bersifat basa
dengan mencelupkannya kedalam tabung reaksi.
 Menggunakan kertas lakmus merah dan biru
pada setiap pengujian larutan bersifat netral
dengan mencelupkannya kedalam tabung reaksi.

4. Menggunakan kertas  Menggunakan kertas pH pada setiap pengujian


pH universal larutan garam bersifat asam.
 Menggunakan kertas pH pada setiap pengujian
larutan garam bersifat basa.
 Menggunakan kertas pH pada setiap pengujian
larutan garam bersifat netral.

Melakukan  Menggunakan label indicator pH untuk


5. pengukuran warna mengamati pH larutan garam bersifat asam.
pH pada label  Menggunakan label indicator pH untuk
indikator pH. mengamati pH larutan garam bersifat basa.
 Menggunakan label indicator pH untuk
mengamati pH larutan garam bersifat netral.
132

6. Mengamati  Membaca warna perubahan kertas lakmus yang


perubahan warna terjadi dalam larutan garam bersifat asam.
kertas lakmus merah  Membaca warna perubahan kertas lakmus yang
dan biru. terjadi dalam larutan garam bersifat basa.
 Membaca warna perubahan kertas lakmus yang
terjadi dalam larutan garam bersifat netral
7. Melakukan  Menambahkan beberapa tetes air sebagai bahan
pengenceran. pengenceran untuk pengenceran larutan garam
bersifat asam.
 Menambahkan beberapa tetes air sebagai bahan
pengenceran untuk pengenceran larutan garam
bersifat basa.
 Menam bahkan beberapa tetes air sebagai bahan
pengenceran untuk pengenceran larutan garam
bersifat netral.
8. Mengukur volume  Menghitung tetesan penambahan air pada larutan
pengenceran larutan. garam bersifat asam dan dikonversi dalam
satuan ml.
 Menghitung tetesan penambahan air pada larutan
garam bersifat basa dan dikonversi dalam
satuan ml
 Menghitung tetesan penambahan air pada larutan
garam bersifat netral dan dikonversi dalam
satuan ml

9. Membereskan alat  Mencuci alat yang telah digunakan


dan bahan.  Mengembalikan alat yang telah digunakan.
133

 Membersihkan meja lab yang telah digunakan.

Total Skor

Pedoman Penskoran

Penskoran Kriteria
Jika siswa mengerjakan sendiri sesuai
4. dengan prosedur secara tepat dan tanpa
disuruh.
Jika siswa mengerjakan sesuai dengan
3. prosedur secara tepat melalui
pengawasan guru/aslab.
Jika siswa melakukan praktikum jika
2.
disuruh.
1. Tidak melakukan praktikum
134

Format Penilaian Laporan Praktikum dan Presentasi Kelompok

Indikator:

4.11.3 Menyimpulkan hasil pengamatan percobaan kesetimbangan ion


larutan garam.

4.11.4 Menyajikan hasil pengamatan dalam format laporan praktikum

4.11.5 Melaporkan hasil pengamatan percobaan kesetimbangan ion larutan


garam.

A. Penilaian Laporan Praktikum


No. Aspek yang dinilai Predikat
1. Sesuai tujuan - Sangat baik jika 5 aspek terpenuhi (90)
2. Sesuai dengan data - Baik jika 4 aspek terpenuhi (80)
3. Benar/sesuai teori - Cukup jika 3 aspek terpenuhi (70)
4. Sistematika - Kurang jika 2 aspek terpenuhi (60)
5. Tata bahasa - Tidak ada (50)

B. Penilaian Presentasi Kelompok


Kelengkapan Kemampuan
Penulisan Materi Nilai
No Nama Siswa Materi Persentasi Total Skor
Akhir
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
135

Pedoman Penilaian Presentasi

Total
No. Aspek Kriteria Skor
skor
- Power point terdiri dari judul, isi materi,
dan daftar pustaka
- Power point disusun secara sistematis
sesuai dengan materi
1 Kelengkapan 4
- Mencantumkan sumber dilengkapi dengan
gambar/animasi yang menarik yang sesuai
dengan materi yang tidak berlebihan

- Materi dibuat dalam bentuk power point


- Setiap slide dapat dibaca dengan jelas
Penulisan - Isi materi dibuat ringkas dan berbobot
2 4
Materi - Bahasa yang digunakakn sesuai dengn
materi

- Dipersentasikan dengan percaya diri,


antusias, dan bahasa yag lantang
- Seluruh aggota kelompok berpartisipasi
Kemampuan
3 4 dalam presetasi
persentasi
- Dapat mengemukkan ide dan berargumen
dengan baik
Lampiran 3

KISI-KISI INSTRUMEN TES

Jenis Sekolah : SMA


Mata Pelajaran : Kimia
Materi : Hidrolisis
Alokasi waktu : 180 menit
Jumlah Soal : 44
Bentuk Soal : Essay

Indikator
Indikator Jenjang Sub Indikator Berpikir No.
Kompetensi Indikator Soal Berpikir Butir Soal
Pembelajaran Kognitif Kreatif Soal
Dasar Kreatif

3.12. 3.12.1 Memahami 1. Menyebutkan definisi C1 - Fluency - Menghasilkan banyak 1, 2, 3, Perhatikan gambar berikut ini!
Menganalisis Konsep Hidrolisis. hidrolisis garam. C2 - Flexibility gagasan jawaban dan dan 4
kesetimbangan C3 - Originality penyelesaian masalah.
ion dan 2. Menjelaskan contoh C4 (fluency)
menghubungkan aplikasi hidrolisis
pHnya garam. - Menghasilkan gagasan
jawaban penafsiran
3. Menuliskan persamaan (interpretasi) yang
reaksi hidrolisis bervariasi terhadap Gambar diatas adalah produk pemutih pakaian, yang

masalah. (flexibility) merupakan salah satu contoh dari produk hidrolisis garam.
Larutan pemutih pakaian ini terbentuk dari asam lemah

- Mengungkapkan gagasan HOCl dan basa kuat NaOH sehingga membentuk larutan

baru (originality) garam yang bersifat basa. Larutan pemutih pakaian

136
memiliki sifat reaktif dan tidak sesuai dengan kulit normal,
maka dari itu penggunaannyatidak bisa sembarangan dan
harus sesuai dengan aturan pemakaiannya.

1.Berdasarkan gambar diatas, berikan informasi yang


berkaitan dengan konsep hidrolisis garam! (originality)
C2

2.Tuliskan persaman ionisasi dari produk tersebut!


(flexibility) C3

3.Apa yang dimaksud dengan hidrolisis garam? (fluency)C1

4.Pemakaian pemutih hanya dapat diberikan pada pakaian


berwarna putih dan tidak dibolehkan untuk pakaian
berwarna. Mengapa demikian? (minimal 3 alasan)
(fluency) C4

5 dan 6
3.12. 3.12.1 Memahami 4.Memberikan alasan C1 - Fluency - Menghasilkan banyak
Menganalisis konsep hidrolisis produk aplikasi sebagai C2 - Fleksibility gagasan jawaban dan
kesetimbangan contoh hidrolisis garam - Originality penyelesaian masalah.
ion dan (fluency)
menghubungkan 5.Menyebutkan contoh
pHnya produk aplikasi - Menghasilkan gagasan
Pernahkah kamu merasakan sakit kepala, demam karena
hidrolisis jawaban penafsiran

137
(interpretasi) yang flu? Untuk mengatasi rasa sakit kepala dan demam karena
6.Memberikan solusi dari bervariasi terhadap flu biasanya dokter memberikan obat yang mengandung N-
pemanfaatan produk masalah. (flexibility) (4-hydroxyphenyl)ethanamide yang dikenal dengan nama
hidrolisis garam. paracetamol. Paracetamol merupakan garam dari asam
Mengungkapkan gagasan lemah N-(4-hydroxyphenyl)ethanamide. Paracetamol
baru (originality) adalah salah satu obat sakit kepala. Paracetamol cepat
terlarut dalam air. Proses melarutnya paracetamol tersebut
merupakan salah satu contoh aplikasi dari konsep hidrolisis.
Dimana dalam reaksi hidrolisis paracetamol sebagai
berikut:

5. Mengapa paracetamol dikatakan sebagai contoh aplikasi


dari konsep hidrolisis garam? (flexibility) C2
6. Selain paracetamol, sebutkan aplikasi hidrolisis garam
yang lain dalam kehidupan sehari-hari! (fluency) C1

Menganalisis - Mengungkapkan gagasan 7. Berikan informasi tentang gambar kurva CH3COONa


3.12. kesetimbangan ion 7.Siswa mengemukakan C2 - Originality baru. (originality) 7. dibawah ini! Originality C2
Menganalisis larutan garam informasi

138
kesetimbanga berdasarkan data kesetimbangan ion
n ion pengamatan. berdasarkan kurva
larutan garam.

8.Menentukan sifat C2 - Fluency - Menghasilkan banyak 8, 9, Amati tabel hasil pengamatan berikut!
3.12. garam melalui data - Elaboration gagasan jawaban dan dan 10
Menganalisis pengamatan. penyelesaian masalah.
kesetimbangan (fluency)
ion dan 9.Menejelaskan sifat
menghubungkan garam - Menggolongkan
pHnya gagasan/jawaban
10.Menentukan jenis terhadap masalah. 8. Berdasarkan data percobaan diatas garam yang bersifat
garam yang (flexibility) asam, basa, dan netral yaitu… (fluency) C2
terhidrolisis. 9. Mengapa larutan garam ada yang bersifat asam, basa atau
netral ? (flexibility) C2
10. Mana sajakah larutan garam yang mengalami hidrolisis
parsial dan hidrolisis total? Jelaskan dengan
persamaan reaksi ionisasinya! (flexibility) C2

3.12. - Fluency
Menganalisis 11. Menganalisis C2 - Menghasilkan 11, Pada pengelolahan air PDAM, dilakukan dengan
Menganalisis - Elaboration
sifat garam sifat garam yang C4 banyak gagasan 12, menambahkan tawas (Al2(SO4)3) sebanyak 5 kg

139
kesetimbangan berdasarkan garam jawaban dan 13, untuk 1 kolam besar. Penambahan ini dilakukan
ion dan
aplikasi di penyelesaian dengan tujuan
menghubungkan
kehidupan nyata 12. Menentukan masalah. (fluency) untuk menjernihkan air. Hal tersebut sesuai
pHnya
sifat garam dengan konsep hidrolisis garam.
melalui rumus - Mencari arti yang 11. Prediksikan sifat garam yang terkandung
kimia mendalam terhadap dalam tawas. Jelaskan! (fluency) C4
jawaban /pemecahan 12. Sebutkan produk yang mengandung garam
13. Memberikan masalah dengan asam, garam basa, dan garam netral.
penjelasan tentang melakukan langkah- (fluency)C2
kurva titrasi langkah terperinci. 13. Prediksikan sifat garam (asam, basa, atau
(Elaboration) netral) dari rumus kimia berikut:
CaCl2, NH4Cl, KCN, (NH4)2SO4.
(elaboration) C2

3.12.Menganalisis 14.Siswa C2 (flexibility) Memberikan jawabann benar 14, dan Perhatikan tabel dibawah ini!
3.12. kesetimbangan mengidentifikasi dan beragam. (flexibility) 15
Menganalisis ion larutan kesetimbangan ion
kesetimbangan garam berdasarkan data Memberikan banyak
ion dan berdasarkan data pengamatan. jawaban/ gagasan.(fluency)
menghubungkan pengamatan

140
pHnya 15.Siswa menjelaskan
proses hidrolisis
garam berdasarkan
kesetimbangan ion
larutan garam.

14. Identifikasikan nilai pH dan sifat larutan garam pada


tabel pengamatan diatas! (flexibility) C2
15. Berdasarkan sifat garamnya bagaimana proses hidrolisis
yang terjadi pada tiap-tiap larutan garam ?jelaskan!
(fluency) C2

3.12. 3.12. 16.Menggambarkan C3 - Originality - Mengungkapkan cara lain 16. Jika 50 mL CH3COOH 0.1 M dititrasi 50 mL NaOH 0.1
Menganalisis Menghubungkan kurva titrasi larutan (originality) 16 M, menghasilkan nilai pH sebelum titrasi 2.89 dan nilai
kesetimbangan kurva pH larutan garam. pH pada titik ekuivalen 8.72 dengan Ka = 1.8 x 10–5 .
ion dan garam. Gambarkan Kurva titrasi larutan garam tersebut
menghubungkan !(originality) C3
pHnya

3.12. 17.Siswa mengemukakan


3.12. cara mengetahui C2 - Fluency -Menghasilkan banyak 17, 18, Sari mendapat tugas dari gurunya untuk mencari tahu
Menganalisis
Menganalisis kesetimbangan ion C4 - Flexibility gagasan jawaban dan 19 tentang sifat larutan apa saja yang dimiliki produk di

141
kesetimbangan sifat garam dalam larutan garam. - Originality penyelesaian masalah. sekitarnya. Ia ingin mencoba eksperimen baru. Bahan yang
ion dan (fluency) ia bawa diantaranya, mecin (Na-glutamat), sampo (Taxafon
berdasarkan
menghubungkan 18.Siswa memprediksi danNa2CO3), soda kue (NaHCO3), pupuk pertanian
aplikasi di
pHnya kesetimbangan ion -Menggolongkan ((NH4)2SO4), pestisida tanaman (CuSO4), suplemen
kehidupan nyata dalam produk larutan gagasan/jawaban terhadap makanan (NH4Cl). Namun Sari bingung,
garam masalah. (flexibility) bagaimana cara memulai eksperimennya. Karena kertas
lakmus dan kertas pH universal tidak tersedia
19.Siswa menentukan -Mengungkapkan cara lain dilaboratorium.
sifat garam (originality) 17. Bagaimana cara sari mengetahui sifat garam yang
berdasarkan nilai pH. terkandung dalam bahan eksperimen yang Sari bawa?
(originality) C4
18. Prediksikan nilai pH dari bahan eksperimen yang Sari
bawa berdasarkan rumus kimianya! (fluency)C4
19. Mana sajakah produk yang mengandung garam asam,
garam basa, dan garam netral ? (flexibility) C2

3.12. 3.12.
Menganalisis Menghitung pH 20.Menyebutkan masalah C1 - Fluency - Menghasilkan banyak 20, 21, Seorang petani ingin membunuh hama yang merusak
garam-garam larutan garam yang ditimbulkan dari C2 - Elaboration gagasan jawaban dan dan 22 tanamannya dengan menggunakan pestisida tanaman
yang pemakaian produk C5 - Originality penyelesaian masalah. (CuSO4). Saat ingin menggunakan pestisida, petani
mengalaami hidrolisis garam yang (fluency) khawatir kesuburan tanahnya akan terganggu. Didalam
hidrolisis. tidak sesuai. label komposisi pestisida, menunjukkan bahwa pestisida
- Mencari arti yang mengandung pH = 5. Untuk menghindari hal yang buruk
21. Menentukan pH mendalam terhadap pada tanamannya kelak, setiap pemakaian pestisida, petani
pengenceran jawaban /pemecahan menuangkan 1 cup ( 1 cup= 250ml) ke dalam ember dan
masalah dengan diencerkan dengan 10.000ml air. (Kb = 10–5).

142
22.Membuat kesimpulan melakukan langkah- 20. Menurutmu, selain masalah kesuburan tanah sebutkan
dari informasi yang langkah terperinci. masalah lain yang dapat ditimbulkan jika pemakaian
terkait. (Elaboration) pestisida tidak dilakukan dengan pengenceran terlebih
dahulu ? (fluency) C1
- Mengungkapkan dengan 21. Berapakah pH pestisida setelah pengenceran oleh
cara lain (originality) 10.000mL air ? (elaborasi) C3
22. Berikan kesimpulan dari informasi diatas! (originality)
C5

23, 24, Perhatikan gambar berikut ini!


3.12. 3.12 23. Memberikan C2 - Originality -Mengungkapkan dengan 25, dan
Menganalisis Menghitung pH informasi yang C3 - Fluency cara lain (originality) 26
kesetimbangan larutan garam terkait dengan C5 - Elaboration
ion dan gambar kurva titrasi - Mencari arti yang
menghubungkan asam – basa mendalam terhadap
pHnya jawaban /pemecahan
24.Menentukan nilai Ka masalah dengan
dari AL dan BL. melakukan langkah-
langkah terperinci.
25.Menentukan pH yang (Elaboration)
terkandung dalam Gambar kurva titrasi saat volume total HCN yang
garam. - Memberikan banyak ditambahkan sebanyak 80 mL terhadap 60 mL NH4OH.
jawaban atau gagasan
26.Menentukan langkah (Fluency) 23. Berikan tanggapanmu mengenai informasi apa yang ada
untuk memperoleh pada gambar kurva diatas ? (originality) C5

143
nilai pH campuran 24. Jika gambar kurva AL – BL menunjukkan pada pH 8
yang ditentukan. untuk titik ekuivalennya. Berapakah nilai Ka tersebut,
jika Kb= 10–5 ? (elaboration) C3
25. Jika larutan CH3COOH (Ka= 10–5 ) direaksikan dengan
NH4OH (Kb= 10–5). Berapa nilai pH yang terkandung
dalam garam tersebut ? (elaboration) C3
26. Bagaimana cara untuk memperoleh nilai pH = 7 dari
campuran larutan HCN dan larutan NH4OH ? (fluency)
C2

3.12. 3.12 27.Menyebutkan langkah C2 - Fluency - Memberikan banyak 27, 28, Hana adalah seorang siswi yang menyukai sains dan
Menganalisis Menghitung pH pembuatan larutan C3 - Originality gagasan dan pemecahan 29 memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Setiap eksperimen ia
kesetimbangan larutan garam garam dengan pH C5 - Elaboration masalah (fluency) selalu penasaran dan ingin mencoba hal yang baru. Yaitu
ion dan tertentu. ingin mencoba eksperimen baru. Saat ini ia ingin membuat
menghubungkan - Mengungkapkan gagasan larutan garam yang memiliki pH = 8 dalam 1000mL larutan
pHnya 28.Menentukan massa baru. (originality) kalium asetat. (Ka = 10-5)
larutan dari pH yang 27.Menurutmu, bagaimana cara membuat larutan garam
di tentukan - Mengembangkan, kalium asetat dengan pH= 8? (fluency)C3
menambah, memperkaya 28.Berapa massa KCl yang dibutuhkan untuk membuat
29.Membuat kesimpulan suatu gagasan. larutan garam dengan pH = 8 ? (Ar H = 1, Ar C= 12, Ar
pada soal cerita. (Elaboration) O= 16, Ar K= 39) (elaboration) C2
29. Berikan kesimpulan pada percobaan yang telah hana
lakukan !(originality) C5

144
3.12. 3.12 30 Menentukan pH C3 - Elaboration - Mencari arti yang 30, dan Suatu pembuatan 0.1 M obat suplemen makanan (NH4Cl) di
Menganalisis Menghitung pH larutan berdasarkan C4 - Originality mendalam terhadap 31 suatu industry, memerlukan bahan yang mengandung asam
kesetimbangan larutan garam data tabel jawaban /pemecahan kuat (HCl) dan basa lemah (NH4OH). Proses pembuatannya
ion dan percobaan. masalah dengan melalui yaitu dengan langkah titrasi. Seorang laboran
menghubungkan melakukan langkah- industri membuat obat suplemen tersebut dengan menitrasi
pHnya 31.Menggambarkan langkah terperinci. 50 ml larutan basa lemah dengan 0.1 asam kuat. Langkah
kurva titrasi dari BL (Elaboration) titrasi ini dilakukan sebanyak 2 kali percobaan, seperti tabel
dan AK. berikut ini.
- Mengungkapkan gagasan
dengan cara lain.
(originality)

30. Dari tabel diatas, lengkapilah nilai pH dari setiap


percobaan yang dilakukan !(elaboration)C3
31. Adakah hubungan antara kurva titrasi AK-BL ini
dengan konsep hidrolisis garam ? Jelaskan! (flexibility)
C4

145
3.12. 3.12. 32.Siswa Fluency - Memberikan banyak 32, 33, Pak firman seorang pengusaha budidaya ikan nila di
Menganalisis Menghubungkan mengidentifikasi Flexibility jawaban atau gagasan dan 34 kab. Bandung Barat. Tempat usaha pak firman berada di
kesetimbangan kesetimbangan ion masalah yang terkait (Fluency) wilayah penggunungan gunung kapur sehingga kawasan
ion dalam larutan garam dengan konsep - Memberikan jawaban industri kapur yang sedang berkembang. Usaha budidaya
larutan garam dengan masalah di kesetimbangan ion benar dan beragam ikan nila pak firman mendapatkan sumber pengairan yang
dan kehidupan nyata. larutan garam (flexibility) berasal dari sungai di sekitar kawasan penambangan batuan
menghubungkan kapur. Namun akhir-akhir ini usahanya mengalami
pH nya 33.Siswa menghasilkan kendala karena pasca penanaman bibit ikan, sebagian besar
rumusan masalah ikan mas didapati telah banyak yang mati. Setelah
terkait masalah yang diselidiki, ternyata pH air kolamnya tinggi sekitar 8,5.
dihubungkan dengan Adapun pH optimum untuk kehidupan ikan nila berkisar 6
konsep – 8. Setelah terjadi permasalahan ini, pak firman berusaha
kesetimbangan ion mencegahnya dengan cara yang sesuai agar budidaya
larutangaram. ikannya tidak merugi lagi.

34.Siswa mengemukakan
solusi alternative
terkait masalah yang
dihubungkan dengan
konsep hidrolisis Dari permasalahan diatas,
garam. 32. Identifikasi masalah yang terdapat dalam wacana
diatas! Flexibility
33. Buatlah rumusan masalah dari wacana diatas!
Flexibility
34. Kemukakan solusi yang tepat untuk menyelesaikan
masalah tersebut ! (fluency)

146
4.12 Melakukan 4.12. 35.Menuliskan C4 - Originality - Menghasilkan banyak 35, 36, Didunia perindustrian pastinya tidak terlepas dari proses
percobaan untuk Merancang rancangan langkah C6 - Fluency gagasan jawaban dan dan 37 pengolahan produk yang akan diproduksi. Contohnya,
menunjukkan percobaan untuk pembuatan dari - Flexibility penyelesaian masalah. produk yang berkaitan dengan aplikasi hidrolisis garam di
sifat asam basa menentukan sifat produk aplikasi (fluency) teknologi bidang pertanian, kebersihan dan kesehatan.
berbagai larutan larutan garam hidrolisis Pupuk ZA adalah salah satu contoh produk di teknologi
garam - Memberikan jawaban benar bidang pertanian, obat tetes mata di teknologi bidang
36. Memprediksikan sifat dan beragam (flexibility) kesehatan, dan sabun di teknologi bidang kebersihan.
dan pH garan yang Setelah kalian mengetahui produk apa saja yang menjadi
terkandung didalam aplikasi hidrolisis garam dari sumber yang relevan,
produk hidrolisis 35. Buatlah / rancanglah suatu ide tentang langkah
garam. pembuatan produk aplikasi hidrolisis dari :bidang
pertanian, bidang kesehatan, bidang kebersihan.
37. Menghubungkan sifat (pilih salah satu) (fluency) C6
garam dengan sifat 36. Prediksikan sifat garam dan pH garam yang terkandung
komponen asam didalam produk tersebut dari produk yang kamu pilih !
dam basa (flexibility) C4
pembentuk dari 37. Adakah hubungannya sifat garam (asam, basa, netral)
yang terkandung yang terkandung didalam produk hidrolisis garam
dalam produk (pupuk ZA, obat mata, dan sabun) terhadap sifat
hidrolisis garam. komponen asam dan basa pembentuknya? (flexibility) C4

3.12. 3.12.2 Siswamenentukancaraunt C2 Fluency - Menuliskan banyak 38, dan Seorang siswa ingin membuat larutan garam yang bersifat
Menganalisis Menghubungkan pH ukmendapatkanlarutanga C4 Elaboration gagasan (fluency) 39 basa dengan volume 200mL. Dua larutan dengan sifat yang
kesetimbangan larutan garam . ramdengansifattertentu. berbeda. Telah tersedia larutan NaOH 0.1 M, dan larutan
ion dalam - Mencari arti yang CH3COOH 0.1 M. Masing-masing larutan memiliki volume

147
larutan garam Siswamenghitung pH mendalam terhadap 100mL.
dan 4.12. larutangaram jawaban /pemecahan 38. Bagaimana cara siswa untuk mendapatkan larutan
menghubungkan Melakukan masalah dengan garam yang bersifat basa dengan volume 200mL
pH nya percobaan untuk melakukan langkah- ?(fluency) C4
menentukan sifat langkah terperinci. 39.Tentukan pH yang terbentuk dari larutan garam tersebut!
dan pH asam dan (Elaboration) (elaboration) C2
basa dari berbagai
4.12 larutan garam.
Melakukan
percobaan untuk
menunjukkan
sifat asam basa
berbagai larutan
garam
4.12 Melakukan 4.12.1 Menuliskan 40, dan
percobaan rancangan 40 Menyebutkan alat dan C1 - Flexibility - Mengungkapkan cara lain 41 Siswa kelas XI MIPA 3 di sekolah X akan melaksanakan
untuk percobaan untuk bahan yang C3 - Originality (originality) praktikum pengujian larutan garam. Mereka diberi tugas
menunjukkan menunjukkan sifat digunakan untuk oleh guru kimia untuk:
sifat asam basa asam basa berbagai percobaan. - Memberikan jawaban benar a) menganalisis sifat garam dan, b) menguji nilai pH yang
berbagai larutan garam dan beragam (flexibility) terkandung di dalam contoh produk hidrolisis garam.
larutan garam 41.Membuat rancangan Produk yang diuji yakni produk di bidang pangan, farmasi,
langkah-langkah pertanian, dan kebersihan.
percobaan. 40. Sebutkan alat dan bahan apa saja yang digunakan dalam
percobaan ini ? (flexibility) C1
41. Gambarkan rancangan langkah-langkah dari percobaan
ini ! (originality) C3

148
4.12 Melakukan 42 dan
percobaan Melakukan 42.Menuliskan langkah- C2 - Elaboration -Mengembangkan, 43 Suatu percobaan untuk membuat larutan garam (NH4)2SO4
untuk percobaan langkah percobaan C3 - Fluency menambah, memperkaya sebanyak 100 mL dan kosentrasi 2 M. Pada percobaan ini
menunjukk untuk menentukan suatu gagasan. (Elaboration) tersedia alat dan bahan yang akan digunakan seperti pada
an sifat jenis garam yang 43.Menghitung massa - Menghasilkan banyak tabel berikut:
asam basa mengalami dan Mr dari salah gagasan jawaban dan
berbagai hidrolisis. satu senyawa garam. penyelesaian masalah.
larutan (fluency)
garam

42. Hitung Mr dan massa dari (NH4)2SO4 !


( diketahui Ar H= 1, Ar N= 14, Ar O= 16, Ar S= 32)
(elaboration) C2
43. Tuliskan langkah-langkah percobaan tersebut ! (fluency)
C3

4.12 Melakukan 44
percobaan 4.12 Menyajikan 44.Menuliskan hasil C3 - Flexibility - Memberikan jawaban benar Siswa kelas XI MIPA 2 melaksanakan praktikum
untuk hasil pengamatan pengamatan . menentukan sifat-sifat garam dan nilai pH dari garam.
menunjukk percobaan untuk Mereka diberi tugas oleh guru kimia untuk menganalisis
an sifat menunjukkan sifat sifat garam dan menguji nilai pH yang terkandung dalam

149
asam basa asam dan basa produk industry di bidang pangan, farmasi, pertanian,
berbagai berbagai larutan dan kebersihan. Setelah melakukan percobaan, dari salah
larutan garam satu kelompok mendapatkan hasil pengamatannya sebagai
garam berikut:

150
44. Tuliskan hasil pengamatan di atas jika disajikan dalam
bentuk laporan praktikum!(flexibility)

151
Lampiran 4

KUNCI JAWABAN DAN PEDOMAN PENSKORAN SOAL TES


KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

Indikator
Butir Soal Jawaban Berpikir Penskoran
Kreatif

Perhatikan gambar berikut ini! (originality) 4. Jika siswa memberikan lebih dari 3 jawaban
1. Gambar diatas adalah pemutih pakaian. Pemutih pakaian yang relevan tentang informasi pemutih
mengandung basa kuat dan garam NaOCl. Garam ini bersifat basa. pakaian.
Pemutih mudah melarut dalam air. Proses melarutnya pemutih Originality 3. Jika siswa memberikan 3 jawaban yang

adalah proses dari hidrolisis. Dalam air, ion OCl akan relevan tentang informasi pemutih pakaian.

terhidrolisis menjadi HOCl dan ion OH . NaOCl mengalami 2. Jika siswa memberikan kurang dari atau
hidrolisis parsial dan memiliki ph > 7. NaOCl bersifat reaktif dan sama dengan dua jawaban yang relevan
melurukan pewarna. Oleh karena itu, pakaian berwarna tidak tentang informasi pemutih pakaian.
Gambar diatas adalah produk pemutih pakaian, yang boleh diberi pemutih pakaian. 1. Jika siswa memberikan beberapa jawaban
merupakan salah satu contoh dari produk hidrolisis garam. yang kurang relevan tentang informasi
Larutan pemutih pakaian ini terbentuk dari asam lemah (Flexibility) pemutih pakaian
HOCl dan basa kuat NaOH sehingga membentuk larutan 2. . Persamaan ionisasi. 0. Jika siswa tidak memberikan jawaban sama
garam yang bersifat basa. Larutan pemutih pakaian NaOCl(aq) → Na+(aq) + OCl−(aq) sekali yang relevan/ jawaban salah.
memiliki sifat reaktif dan tidak sesuai dengan kulit
normal, maka dari itu penggunaannyatidak bisa (Fluency)
sembarangan dan harus sesuai dengan aturan 3. Hidrolisis berasal dari kata hydro yang berarti air dan lysis yang 4. Jika siswa menuliskan 4 jawaban relevan
pemakaiannya. berarti penguraian. Hidrolisis adalah reaksi penguraian molekul dengan tepat. (rumus senyawa, persamaan

152
1.Berdasarkan gambar diatas, berikan informasi yang dalam air membentuk ion-ionnya. Maka hidrolisis garam adalah ionisasi, dengan fase reaksi, dan ion
berkaitan dengan konsep hidrolisis garam! (originality) reaksi penguraian ion garam oleh air. Ion-ion garam dalam air penyusunnya)
− +
C2 bereaksi sehingga ai terurai menjadi ion OH dan ion H3O . Flexibility 3. Jika siswa menuliskan 3 jawaban relevan
dengan tepat, (rumus senyawa, persamaan
2.Tuliskan persaman ionisasi dari produk tersebut! (fluency) ionisasi, dengan fase reaksi namun
(flexibility) C3 4. Karena, larutan pemutih pakaian memiliki: penulisan ion penyusunnya belum tepat)
- ph > 7 , 2. Jika siswa menuliskan < 3 jawaban relevan
3.Apa yang dimaksud dengan hidrolisis garam? - bersifat basa dengan tepat. (rumus senyawa, persamaan
(fluency)C1 - sifat korosif yang dapat melunturkan warna dan membuat ionisasi tepat namun tidak lengkap dengan
pakaian rusak. fase reaksinya dan penulisan ion
4.Pemakaian pemutih hanya dapat diberikan pada pakaian penyusunnya belum tepat)
berwarna putih dan tidak dibolehkan untuk pakaian 1. Jika siswa menuliskan hanya satu jawaban
berwarna. Mengapa demikian? (minimal 3 alasan) yang benar (rumus molekul)
(fluency) C4 0. Jika siswa tidak menuliskan jawaban /tidak
menjawab sama sekali.

4 Jika siswa memberikan lebih dari 3 jawaban


Fluency yang relevan tentang definisi hidrolisis dan
tepat.
3. Jika siswa memberikan 3 jawaban yang
relevan tentang definisi hidrolisis dan tepat
2. Jika siswa memberikan kurang dari atau
sama dengan 2 jawaban yang relevan
tentang definisi hidrolisis dan tepat.
1. Jika siswa memberikan beberapa jawaban
yang kurang relevan tentang definisi

153
hidrolisis dan tepat.
0. Jika siswa tidak memberikan jawaban sama
Fluency sekali yang relevan/ jawaban salah

4. Jika siswa menjawab lebih dari 3 alasan


dengan tepat.
3. Jika siswa menjawab 3 alasan dengan tepat.
2. Jika siswa menjawab sebanyak 2 alasan
dengan tepat.
1. Jika siswa menjawab hanya 1 alasan dengan
tepat.
0. Jika siswa tidak menjawab sama sekali /
jawaban salah.

4. Jika siswa memberikan lebih dari dua


5. Karena paracetamol merupakan garam asam lemah dari N-(4- jawaban yang relevan tentang alasan
hydroxyphenyl)ethanamide dan dapat terlarut dalam air Flexibility paracetamol sebagai aplikasi hidrolisis
garam.
6. Aplikasi hidrolisis dalam kehidupan sehari-hari adalah: 3. Jika siswa memberikan kurang dari atau
sama dengan dua jawaban yang relevan
- Penjernihan Air tentang alasan paracetamol sebagai aplikasi
Pernahkah kamu merasakan sakit kepala, demam karena
hidrolisis garam.

154
flu? Untuk mengatasi rasa sakit kepala dan demam karena Pengolahan air minum oleh PDAM menggunakan 2 Jika siswa memberikan beberapa jawaban
flu biasanya dokter memberikan obat yang mengandung garam aluminium fosfat yang terhidrolisis total dalam air. yang kurang relevan tentang alasan
N-(4-hydroxyphenyl)ethanamide yang dikenal dengan paracetamol sebagai aplikasi hidrolisis
nama paracetamol. Paracetamol merupakan garam dari . - Penggunaan Sabun garam.
asam lemah N-(4-hydroxyphenyl)ethanamide. 1. Jika siswa memberikan hanya satu jawaban
Paracetamol adalah salah satu obat sakit kepala. Sabun cuci terbuat dari asam lemak (asam stearat) yang yang tepat dari beberapa jawaban yang
Paracetamol cepat terlarut dalam air. Proses melarutnya direaksikan dengan basa (NaOH atau KOH) sehingga sabun kurang relevan tentang alasan paracetamol
paracetamol tersebut merupakan salah satu contoh aplikasi merupakan garam. Reaksi Sabun dengan air menghasilkan asam sebagai aplikasi hidrolisis garam
dari konsep hidrolisis. Dimana dalam reaksi hidrolisis stearat dan basa NaOH. Asam stearat akan mengikat kotoran 0. Jika siswa tidak memberikan jawaban sama
paracetamol sebagai berikut: pada baju dengan membentuk misel. sekali yang relevan/ jawaban salah.
Fluency
Misalnya sabun cuci yang mengandung garam natrium 4 Jika siswa menyebutkan dan menjelaskan > 4
stearat (C17H35Na). Garam tersebut akan mengalami hidrolisis contoh aplikasi hidrolisis garam dengan
jika larut dalam air, menghasilkan asam stearat dan biasanya, tepat
yaitu natrium hidroksida. Reaksinya: 3. Jika siswa menyebutkan dan menjelaskan 3-
4 contoh aplikasi hidrolisis garam dengan
C17H35Na + H2O ⇌ C17H35COOH + NaOH tepat.
2. Jika siswa menyebutkan dan menjelaskan 2
Oleh karena itu, jika garam tersebut digunakan untuk contoh aplikasi hidrolisis garam dengan
5. Mengapa paracetamol dikatakan sebagai contoh
2+
mencuci airnya harus bersih dan tidak mengandung garam Ca tepat.
aplikasi dari konsep hidrolisis garam? (flexibility) C2
2+ 2+ 2+
atau Mg . Garam Ca dan Mg banyak terdapat dalam air 1. Jika siswa menyebutkan dan menjelaskan
6. Selain paracetamol, sebutkan aplikasi hidrolisis garam
2+
sadah. Jika yang digunakan mengandung garam Ca , terjadi hanya 1 contoh aplikasi hidrolisis garam
yang lain dalam kehidupan sehari-hari! (fluency) C1
reaksi dengan asam stearat. Sehingga buih yang dihasilkan dengan tepat.
sangat sedikit. akhirnya cucian tidak bersih karena fungsi buih 0. Jika siswa tidak menjawab sama
untuk memperluas permukaan kotoran agar mudah larut dalam sekali/jawaban yang dituliskan semuanya
air. salah.

155
- Penggunaan Pupuk

Pupuk dibuat dalam bentuk garam, misal pupuk


(NH4)2SO4. Pupuk ini menurunkan pH tanah agar sesuai
dengan pH yang dibutuhkan tanaman. Di dalam tanah,
(NH4)2SO4 akan terurai menjadi ion NH4+ dan ion SO42– .Ion
NH4+ akan terhidrolisis dalam tanah membentuk NH3 dan ion
H+ yang bersifat asam.

- Pemutih Pakaian

Pemutih pakaian mengandung garam NaOCl dan basa


kuat NaOH. Garam ini bersifat basa. Dalam air, ion OCl- akan
terhidrolisis menjadi HOCl dan ion H+. NaOCl bersifat reaktif
dan melurukan pewarna. Oleh karena itu, pakaian berwarna
tidak boleh diberi pemutih pakaian.

7. Berikan informasi tentang gambar kurva CH3COONa Originality 4. Jika siswa mampu melahirkan ungkapan
dibawah ini! Originality C2 7. Informasi yang diperoleh dari kurva titrasi adalah: Originality yang baru/jawaban dengan cara sendiri,
melalui konsep kimia yang sudah
- Merupakan kurva titrasi asam lemah dan basa kuat. terarah dan hasilnya tepat.
- Basa kuat ditambahkan ke asam lemah 3. Jika siswa mampu melahirkan ungkapan
- CH3COONa mengalami hidrolisis parsial yang baru/jawaban dengan cara sendiri,
- CH3COONa dalam air mengalami hidrolisis sehingga melalui konsep kimia yang sudah

membentuk ion OH terarah dan hasilnya sebagian tepat.

156
- Titik ekuivalen ditunjukan dengan 2. Jika siswa mampu melahirkan ungkapan
pH > 7, prediksi nilai pH = 8,8 yang baru/jawaban dengan cara sendiri,
- Larutan garam bersifat basa melalui konsep kimia yang sudah
terarah dan hasilnya tidak tepat.
1. Jika siswa mampu melahirkan ungkapan
yang baru/jawaban dengan cara sendiri,
tanpa melalui konsep kimia yang
terarah dan hasilnya tidak tepat.
0. Jika siswa tidak memberikan jawaban

Amati tabel hasil pengamatan berikut! Fluency Fluency 4. Jika siswa memberikan 4 jawaban tepat
8. Garam yang bersifat asam adalah (NH4)2SO4, garam yang
bersifat basa KCN, garam yang bersifat netral NaCl dan 3. Jika siswa memberikan 3 jawaban tepat
CH3COONH4.
2. Jika siswa memberikan 2 jawaban tepat
Flexibility
9. Suatu larutan garam ada yang bersifat asam, basa, netral. 1. Jika siswa memberikan 1 jawaban tepat
8. Berdasarkan data percobaan diatas garam yang bersifat Karena:
asam, basa, dan netral yaitu… (fluency) C2 - Pada uji kertas lakmus menghasilkan perubahan warna yang 0. Jika siswa tidak memberikan jawaban/
9. Mengapa larutan garam ada yang bersifat asam, basa berbeda. Lakmus merah berubah menjadi berwarna biru menjawab salah
atau netral ? (flexibility) C2 dalam larutan basa sedangkan dalam larutan asam dan netral
10. Mana sajakah larutan garam yang mengalami tidak terjadi perubahan warna. Lakmus biru berubah warna
hidrolisis parsial dan hidrolisis total? Jelaskan menjadi merah dalam larutan asam, sedangkan dalam larutan
dengan persamaan reaksi ionisasinya! (flexibility) C2 basa dan netral tidak terjadi perubahan. 4. Jika siswa memberikan banyak alasan
- Pada uji nilai pH dengan indicator universal menghasilkan Flexibility yang relevan dengan menggunakan
nilai pH yang beragam. konsep kimia.

157
- Hasil perhitungan pH. Jika pH <7 larutan bersifat asam, pH
= 7 larutan bersifat netral, pH >7 larutan bersifat basa. 3. Jika siswa memberikan sedikit alasan
relevan tetapi belum dengan
Flexibility menggunakan konsep kimia.
10. Garam yang mengalami hidrolisis parsial adalah (NH4)2SO4,
dan KCN. 2. Jika siswa memberikan masing-masing 1
(NH4)2SO4 + 2H2O ⇌ 2NH4OH + H2SO4 alasan dengan menggunakan konsep
+ 2-
(NH4)2SO4 2NH4 + SO4 kimia
NH4 + H2O ⇌ NH4OH + H (terhidrolisis)
+ +

SO42- + H2O ⇌ (tidak ada reaksi) 1. Jika siswa memberikan alasan tanpa dengan
+ menggunakan konsep kimia.
Ion NH4 berasal dari basa lemah sehingga akan terhidrolisis.
2-
Sedangkan ion SO4 berasal dari asam kuat sehingga tidak
akan terhidrolisis. Maka dari ini, garam yang terbentuk dari Flexibility 0. Jika siswa tidak memberikan alasan sama
asam kuat dan basa lemah mengalami hidrolisis parsial. sekali/alasan yang diberikan tidak tepat.
KCN (mengalami hidrolisis parsial)
KCN + H2O ⇌ KOH + HCN
KCN K+ + CN-
K+ + H2O (tidak ada reaksi) 4. Jika siswa mengelompokkan jenis garam
CN- + H2O ⇌ HCN + OH-(terhidrolisis) yang terhidrolisis tepat dengan
+
Ion K berasal dari basa kuat sehingga tidak terhidrolisis. menggunakan konsep kimia dan diikuti

Sedangkan ion berasal dari basa kuat sehingga tidak akan penulisan persamaan reaksinya tepat.
-
terhidrolisis. Maka dari ini, CN garam yang terbentuk dari
asam lemah dan basa kuat mengalami hidrolisis parsial. 3. Jika siswa mengelompokkan jenis garam
yang terhidrolisis belum tepat dengan

Garam yang mengalami hidrolisis total CH3COONH4. menggunakan konsep kimia dan diikuti
CH3COONH4 CH3COO- + NH4+ penulisan persamaan reaksinya tepat.

158
CH3COONH4 + H2O ⇌ CH3COOH + NH4OH
CH3COO- + H2O ⇌ CH3COOH + OH- (terhidrolisis) 2. Jika siswa mengelompokkan jenis garam
NH4 + H2O ⇌ NH4OH + H
+ +
yang terhidrolisis belum tepat dengan
(terhidrolisis) menggunakan konsep kimia dan diikuti
+
Ion NH4 berasal dari basa lemah sehingga terhidrolisis. penulisan persamaan reaksinya belum
Sedangkan ion berasal dari basa lemah sehingga akan tepat.
-
terhidrolisis. Maka dari ini, CH3COO garam yang terbentuk
dari asam lemah dan basa lemah mengalami hidrolisis total . 1. Jika siswa mengelompokkan jenis garam
Garam yang tidak terhidrolisis adalah NaCl. yang terhidrolisis tanpa menggunakan
NaCl + H2O ⇌ NaOH + HCl konsep kimia dan diikuti penulisan
+ - persamaan reaksinya kurang tepat.
NaCl Na + Cl
Na + H2O ⇌ (tidak ada reaksi)
+

Cl- + H2O ⇌ (tidak ada reaksi) 0. Jika siswa mengelompokkan salah dan
tidak ada persamaan reaksinya/ tidak
menjawab sama sekali.

Pada pengelolahan air PDAM, dilakukan dengan Fluency Fluency 4. Jika siswa memberikan sebanyak ≥ 5
menambahkan tawas (Al2(SO4)3) sebanyak 5 kg untuk 1 a. Tawas mengandung garam yang bersifat asam. Karena tawas jawaban yang tepat (sifat yaaang
kolam besar. Penambahan ini dilakukan dengan tujuan mengandung zat kimia alumunium sulfat ( Al2(SO4)3). Alumunium terkaandung dalam garam tawas dan
untuk menjernihkan air. Hal tersebut sesuai dengan sulfat tebentuk dari asam penyusun H2SO4 (asam kuat) dan basa alasannya).
konsep hidrolisis garam. penyusun (Al(OH)3) (basa lemah). Karena sifat asam kuat H2SO4 3. Jika siswa memberikan sebanyak 3 – 4
11. Prediksikan sifat garam yang terkandung dalam tawas. yang dominan, maka ( Al2(SO4)3). jawaban yang tepat (sifat yang
Jelaskan! (fluency) C4 Jika dillihat hidrolisis dalam air, garam tawas ( Al2(SO4)3) yang terkaandung dalam garam tawas dan

159
12. Sebutkan produk yang mengandung garam asam, terurai menjadi ion Al3+ dan ion SO42- dan hanya ion Al3+ yang alasannya).
+
garam basa, dan garam netral. (fluency)C2 dapat terhidrolisis oleh air menjadi Al(OH)3 dan ion H . 2. Jika siswa memberikan beberapa
2-
13. Prediksikan sifat garam (asam, basa, atau netral) dari Sedangkan ion SO4 tidak terhidrolisis oleh air. Maka dari itu ( jawaban namun 2 jawaban yang tepat
rumus kimia berikut: Al2(SO4)3) memiliki sifat asam karena mengalami hidrolisis (sifat yaaang terkaandung dalam garam
CaCl2, NH4Cl, KCN, (NH4)2SO4. parsial dan memiliki ph < 7. tawas dan alasannya.
(elaboration) C2 1. Jika siswa memberikan hanya 1 jawaban
Fluency yang tepat (sifat yang terkandung dalam
b. garam netral: garam dapur, mecin, dll garam tawas namun tanpa penjelasan
garam asam: obat suplemen, tawas, pestisida, pupuk ZA, dll alasannya).
garam basa: soda kue, pemutih pakaian, sabun, dll 0. Jika siswa tidak memberikan jawaban
yang tepat/ tidak menjawab.

4. Jika siswa memberikan jawaban


sebanyak ≥ 4 jawaban contoh produk
Elaboration dari setiap sifat garam yang tepat
13. Fluency 3. Jika siswa memberikan jawaban
CaCl2, = garam netral sebanyak 3 jawaban contoh produk dari
2+ –
CaCl2 → Ca + 2Cl setiap sifat garam yang tepat
2+
Ca + H2O → (tidak ada reaksi) 2. Jika siswa memberikan jawaban

Cl + H2O → (tidak ada reaksi) sebanyak 2 jawaban contoh produk dari
setiap sifat garam yang tepat.
1. Jika siswa memberikan jawaban hanya 1
NH4Cl = garam asam jawaban contoh produk dari setiap garam
NH4Cl → NH4 + + Cl – yang tepat.
NH4 + H2O ⇌ NH3 + H3O (terhidrolisis)
+ +
0. Jika siswa memberikan jawaban salah/

Cl + H2O → (tidak ada reaksi) tidak menjawab.

160
KCN = garam basa 4. Jika siswa menuliskan persamaan ionisasi
+ –
KCN → K + CN tepat dan sifat larutan benaar.
+
K + H2O → (tidak ada reaksi) 3. Jika siswa menuliskan persamaan ionisasi

CN + H2O ⇌ NH3 + H3O (terhidrolisis)
+
tepat dan larutan salah.
elaboration 2. Jika siswa menuliskan persaamaan ionisasi
(NH4)2SO4 = Garam asam kurang tepat dan larutan tepat.
NH4 + H2O ⇌ NH3 + H3O (terhidrolisis)
+ +
1. Jika siswa menuliskan persamaan ionisasi
2–
SO4 + H2O → (tidak ada reaksi) kurang tepat dan larutan tidak tepat.
0. Jika siswa tidak menjawab/ menjawab salah.

(Fluency) Fluency
4. Jika siswa menyebutkan semua alat dan
Siswa kelas XI MIPA 3 di sekolah X akan melaksanakan Alat yang digunakan oleh siswa XI MIPA diantaranya:
bahan secara lengkap dan tepat sesuai
praktikum pengujian larutan garam. Mereka diberi tugas 1. Kertas lakmus merah dan biru keperluan yang digunakan dalam
eksperimen.
oleh guru kimia untuk: 2. Kertas pH universal
a) menganalisis sifat garam dan, b) menguji nilai pH yang 3. Gelas kimia 3. Jika siswa menyebutkan setengah dari
jumlah alat dan bahan dengan tepat dan
terkandung di dalam contoh produk hidrolisis garam. 4. Gelas ukur
sesuai keperluan yang digunakan dalam
Produk yang diuji yakni produk di bidang pangan, 5. Pipet tetes eksperimen.
farmasi, pertanian, dan kebersihan. 6. Pelat tetes
2. Jika siswa menyebutkan sebanyak 2 – 3

161
40. Sebutkan alat dan bahan apa saja yang digunakan 7. Label contoh masing-masing dari alat dan bahan
dengan tepat dan sesuai keperluan yang
dalam percobaan ini ? (flexibility) C1 8. Tissue
digunakan dalam eksperimen
41. Gambarkan rancangan langkah-langkah dari 9. Alat tulis
1. Jika siswa menyebutkan hanya 1 contoh
percobaan ini ! (originality) C3
masing-masing dari alat dan bahan dengan
tepat dan sesuai keperluan yang
digunakan dalam eksperimen
Bahan yang digunakan oleh siswa XI MIPA diantaranya:
1. Larutan sabun detergen (kebersihan)
0. Jika siswa tidak memberikan jawaban/
2. Larutan garam dapur (pangan) Originality
menjawab salah
3. Larutan obat maag (farmasi)
4. Larutan MSG (pangan)
5. Larutan obat paracetamol (farmasi) 4. Jika siswa mampu melahirkan ungkapan
yang baru dalam bentuk gambar
6. Larutan pemutih (kebersihan)
rancangan/jawaban dengan cara sendiri,
7. Larutan pupuk UPK (pertanian) melalui konsep kimia yang sudah terarah
dan hasilnya tepat.
8.Larutan pestisida (pertanian)
3. Jika siswa mampu melahirkan ungkapan
yang baru dalam bentuk gambar
rancangan /jawaban dengan cara sendiri,
melalui konsep kimia yang sudah terarah
dan hasilnya sebagian tepat.

2. Jika siswa mampu melahirkan ungkapan


yang baru dalam bentuk gambar
rancangan/jawaban dengan cara sendiri,
melalui konsep kimia yang sudah terarah
dan hasilnya tidak tepat.
(Originality)
Gambar rancangan langkah-langkah percobaan. 1. Jika siswa mampu melahirkan ungkapan
yang baru dalam bentuk gambar
Menentukan Sifat Larutan Garam
rancangan /jawaban dengan cara sendiri,
dan Nilai pH Larutan Garam tanpa melalui konsep kimia yang terarah
dan hasilnya tidak tepat.

162
0. Jika siswa tidak memberikan jawaban

Larutan Larutan Larutan


Produk produk produk
pangan kebersi pertania
han n

Larutan
produk
farmasi

163
Uji sample larutan produk kebersihan dengan kertas lakmus merah
dan biru, sera kertas pH universal.

Mencatat hasil pengamatan.

42. menghitung Mr (NH4)2SO4 4. Jika siswa memberikan jawaban yang


Suatu percobaan untuk membuat larutan garam Mr (NH4)2SO4 = 2 Ar N + 8 Ar H + Ar S + 4 Ar O Elaboration terperinci, tepat dan berurutan (langkah
(NH4)2SO4 sebanyak 100 mL dan kosentrasi 2 M. Pada = (2 x 14) + (8 x 1) + 32 + (4 x 16) perhitungan, penulisan rumus, penulisan
percobaan ini tersedia alat dan bahan yang akan = 28 + 8 + 32 + 64 persamaan reaksi dan jawaban) sesuai
digunakan seperti pada tabel berikut: = 132 konsep kimia
Mr (NH4)2SO4 = 132 3. Jika siswa memberikan jawaban yang
terperinci, tepat dan tidak berurutan namun
sesuai dengan konsep kimia.
2. Jika siswa memberikan jawaban yang
terperinci/kurang terperinci, jawaban
belum tepat, dan tidak berurutan namun
sesuai dengan konsep kimia.
1. Jika siswa memberikan jawaban tidak
Fluency terperinci, jawaban hanya 1 jawaban yang
42. Hitung Mr dan massa dari (NH4)2SO4 ! 43. tepat, dan tidak berurutan namun tidak
( diketahui Ar H= 1, Ar N= 14, Ar O= 16, Ar S= 32) Langkah-langkah membuat larutan garam. sesuai dengan konsep kimia.

164
(elaboration) C2 1. Menentukan massa dari (NH4)2SO4 dengan konsentrasi 2M. 0. Jika siswa tidak memberikan jawaban/
43. Tuliskan langkah-langkah percobaan tersebut ! 2. Mencuci bersih dan mengeringkan alat yang akan digunakan, menjawab salah.
(fluency) C3 diantaranya: kaca arloji, spatula, batang pengaduk, gelas ukur, Fluency
dan gelas kimia.
3. Sebelum lan gkah menimbang, pastikan neraca o’hauss 4. Jika siswa menuliskan jawaban seb any ak ≥
berfungsi dengan baik dan bersihkan neraca dengan tissue. 6 langk ah dengan tepat, dan berurutan.
4. Letakkan kaca arloji diatas lengan neraca. Timbang kaca arloji 3. Jika siswa menuliskan jawaban sebanyak 4-
di n eraca o’hauss. 5 langkah dengan tepat, dan berurutan.
5. Mengambil padatan (NH4)2SO4 dengan spatula, dan tuangkan 2. Jika siswa menuliskan jawaban sebanyak 2-
diatas kaca arloji. 3 langkah dengan tepat, dan berurutan.
6. Timbang padatan (NH4)2SO4 di neraca o’hauss den gan massa 1. Jika siswa menuliskan jawaban hanya 1
0,282 gram. langkah dengan tepat, dan berurutan.
7. Setelah menimbang, siapkan 100mL air. Ukur dengan gelas 0. Jika siswa tidak menjawab
ukur 100mL.
8. Tuangkan air ke gelas kimia.
9. Kemudian masukkan padatan 0,282 gram ke dalam 100 mL air.
Aduklah larutan tersebut dengan batang pengaduk.

44. flexibility 4. Jika siswa dapat menuliskan data


Siswa kelas XI MIPA 2 melaksanakan praktikum Contoh penulisan hasil laporan percobaan pengamatan dalam bentuk tabel, lengkap
menentukan sifat-sifat garam dan nilai pH dari garam. dan tepat.

165
Mereka diberi tugas oleh guru kimia untuk menganalisis 3. Jika siswa dapat menuliskan data
sifat garam dan menguji nilai pH yang terkandung dalam Larutan garam pengamatan dalam bentuk tabel, data
produk industry di bidang pangan, farmasi, pertanian, Sifat Nilai pH Jenis Hidrolisis tidak lengkap dan belum tepat.
dan kebersihan. Setelah melakukan percobaan, dari salah Larutan garam 2. Jika siswa menuliskan data pengamatan
satu kelompok mendapatkan hasil pengamatannya sebagai (NaCl) Tidak dalam bentuk deskripsi.
Netral 7
berikut: Terhidrolisis 1. Jika siswa menuliskan data pengamatan
Larutan pupuk dalam bentuk deskripsi hanya beberapa
Parsial
((NH4)2SO4) Asam <7 larutan saja.
Larutan obat 0. Jika siswa tidak menuliskan data
suplemen pengamatan.
Asam <7 Parsial
makanan
Larutan
pemutih
Basa >7 Parsial
pakaian
Larutan
pengembang
Basa >7 Parsial
kue

166
44. Tuliskan hasil pengamatan di atas jika disajikan dalam
bentuk laporan praktikum! (flexibility)

167
168

Lampiran 5

HASIL VALIDASI INSTRUMEN TES ESAY

Rata-rata = 65.53
Simpangan Baku = 6.80
Korelasi XY = 0.06
Reliabilitas Tes = 0.12
Butir Soal = 44
Jumlah Subyek = 32

No.
Butir DP (%) Tingkat Kesukaran Korelasi Signifikan
Soal Korelasi
1. 19.44 Sedang 0.273 Signifikan
2. 22.22 Sedang 0.275 Signifikan
3. 0.00 Sedang 0.091 -
4. 19.44 Sedang 0.290 Signifikan
5. -2.78 Sukar -0.030 -
6. 22.22 Sukar 0.118 -
7. 22.22 Sangat sukar 0.495 Sangat signifikan
8. 2.78 Sukar 0.101 -
9. 19.44 Sedang 0.351 Signifikan
10 0.00 Sangat sukar 0.051 -
11. 11.11 Sedang 0.180 -
12. 2.78 Sedang -0.001 -
13. 2.78 Sangat sukar 0.069 -
14. 19.44 Sedang 0.307 Signifikan
15. 19.44 Sukar 0.495 Sangat signifikan
16. 11.11 Sangat sukar 0.152 -
17. 8.33 Sangat sukar 0.378 Sangat signifikan
18 5.56 Sangat sukar 0.117 -
19. 22.22 Sangat sukar 0.314 Siginfikan
20. 2.78 Sedang 0.162 -
21. 5.56 Sedang 0.262 -
22. -2.78 Sedang 0.054 -
23. 2.78 Sangat sukar 0.119 -
24. -5.56 Sangat sukar -0.291 -
25. 19.44 Sedang 0.291 Signifikan
26 8.33 Sedang -0.018 -
169

27. 11.11 Sukar 0.246 -


28. -8.33 Mudah -0.042 -
29. 2.78 Sangat sukar 0.058 -
30. 5.56 Mudah 0.101 -
31. -2.78 Mudah -0.111 -
32. 25.00 Sedang 0.326 Signifikan
33. 19.44 Sedang 0.322 Signifikan
34. 41.67 Sedang 0.530 Sangat signifikan
35. 13.89 Sedang 0.265 -
36. -8.33 Sangat sukar -0.084 -
37. 5.56 Sangat sukar 0.200 -
38. -2.78 Sangat sukar -0.107 -
39. 22.22 Sedang 0.453 Sangat signifikan
40. 19.44 Sedang 0.382 Sangat signifikan
41. 27.78 Sedang 0.347 Signifikan
42. 2.78 Sangat sukar 0.103 -
43. -2.78 Sukar 0.016 -
44. 8.33 Sukar 0.223 -
Lampiran 9
180
Lampiran 7

HASIL VALIDASI INSTRUMEN TES KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

Judul Penelitian : Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa melalui Pembelajaran


Berbasis Masalah pada Konsep Hidrolisis Garam
Tujuan : Untuk Mengetahui Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa melalui
pembelajaran berbasis masalah
Nama Peneliti : Nurrachmawati

Indikator
Kompetensi No.
Indikator Berpikir Butir Soal
Dasar Soal
Kreatif
3.11 3.11.2 Wacana Permasalahan:
Menganalisis Menghubungkan 1*
kesetimbangan kesetimbangan flexibility Pak firman seorang pengusaha
ion dan ion larutan budidaya ikan nila di kab.
menghubungkan garam dengan Bandung Barat. Tempat usaha pak
pH nya. masalah di firman berada di wilayah
kehidupan penggunungan gunung kapur
sehari-hari sehingga kawasan industri kapur
yang sedang berkembang. Usaha
budidaya ikan nila pak firman
mendapatkan sumber pengairan
yang berasal dari sungai di sekitar
kawasan penambangan batuan
kapur. Namun akhir-akhir ini
usahanya mengalami kendala
karena pasca penanaman bibit
ikan, sebagian besar ikan mas
181

didapati telah banyak yang mati.


Setelah diselidiki, ternyata pH air
kolamnya tinggi sekitar 8,5.
Adapun pH optimum untuk
kehidupan ikan nila berkisar 6 – 8.
Setelah terjadi permasalahan ini,
pak firman berusaha mencegahnya
dengan cara yang sesuai agar
budidaya ikannya tidak merugi
lagi.

Dari permasalahan diatas,

Identifikasi masalah yang terdapat


dalam wacana diatas !
flexibility 2* Berdasarkan wacana pada soal no.
1, buatlah rumusan masalah dari
wacana diatas !
3.11.3 fluency 3* Berdasarkan wacana pada soal no.
Menganalisis 1, Kemukakan solusi yang tepat
cara untuk untuk menyelesaikan masalah
mengatasi tersebut !
masalah
kesetimbangan
ion larutan
182

garam di
kehidupan
sehari-hari.
3.11.4 4* Perhatikan tabel dibawah ini!
Menganalisis flexibility
sifat
kesetimbangan
ion larutan
garam
berdasarkan data
pengamatan

Identifikasikan nilai pH dan sifat


larutan garam pada tabel
pengamatan diatas!

5* Berdasarkan sifat garamnya pada


fluency tabel soal no. 4 bagaimana proses
hidrolisis yang terjadi pada tiap-
tiap larutan garam ?

6* Mengapa larutan garam ada yang


flexibility bersifat asam, basa atau netral ?

3.11.5 7* Jika larutan CH3COOH (Ka= 10–5


Menghubungkan elaboration ) direaksikan dengan NH4OH (Kb=
pH dengan 10–5). Berapa nilai pH yang
kesetimbangan terkandung dalam garam tersebut?
183

ion larutan
garam
4.11.2 8* Seorang siswa ingin membuat
Melakukan fluency larutan garam yang bersifat basa
percobaan untuk dengan volume 200 mL dari dua
menentukan larutan dengan sifat yang berbeda.
sifat dan pH Telah tersedia: 100 mL larutan
asam dan basa NaOH 0.1 M, 50 mL larutan
dari berbagai NH4OH 0.1 M, 50 mL larutan HCl
larutan garam. 0.1 M dan 100 mL larutan
CH3COOH 0.1 M. Berdasarkan
uraian diatas bagaimana cara siswa
untuk mendapatkan larutan garam
yang bersifat basa dengan volume
200 mL ?

9* Tentukan pH yang terbentuk dari


elaboration larutan garam yang bersifat basa
3.11 jika Ka = 1,8 x 10-5 Kb = 1,8 x 10-5
Menganalisis dan Kw = 10-14
kesetimbangan
ion dan 3.11.1 10* Perhatikan gambar berikut ini!
menghubungkan Memahami
pH nya. Konsep Originality
. Kesetimbangan
Ion Larutan
Garam.
Gambar diatas adalah produk
184

pemutih pakaian, yang merupakan


salah satu contoh dari produk
hidrolisis garam. Larutan pemutih
pakaian ini terbentuk dari asam
lemah HOCl dan basa kuat NaOH
sehingga membentuk larutan
garam yang bersifat basa. Larutan
pemutih pakaian memiliki sifat
reaktif dan tidak sesuai dengan
kulit normal, maka dari itu
penggunaannyatidak bisa
sembarangan dan harus sesuai
dengan aturan pemakaiannya.
11* Tuliskan persaman reaksi
Flexibility hidrolisis dari garam produk
pemutih pakaian !

12* Pemakaian pemutih pakaian hanya


dapat diberikan pada pakaian
fluency berwarna putih dan tidak
dibolehkan untuk pakaian
berwarna. Mengapa demikian?
(minimal 3 alasan)
3.11.4 13* Sari mendapat tugas dari gurunya
Menganalisis untuk mencari tahu tentang sifat
sifat garam Originality larutan apa saja yang dimiliki
berdasarkan data produk di sekitarnya. Ia ingin
pengamatan dan mencoba eksperimen baru. Bahan
185

aplikasi di yang ia bawa diantaranya, garam


kehidupan dapur (NaCl), soda kue (Na2CO3),
sehari-hari dan suplemen makanan (NH4Cl).
Namun Sari bingung, bagaimana
cara memulai eksperimennya.
Karena kertas lakmus dan kertas
pH universal tidak tersedia
dilaboratorium. Bagaimana cara
Sari mengetahui sifat garam yang
terkandung dalam bahan
eksperimen yang dibawa Sari ?

Berdasarkan uraian no 13 tuliskan


persamaan reaksi hidrolisis dari
elaboration 14* garam produk yang Kartika dibawa
! Kemudian perkirakan sifat dan
pH (apa termasuk 7, <7, >7) dari
garam produk yang Kartika bawa
berdasarkan rumus kimianya !

3.11.4 15* Perhatikan grafik berikut ini !


Menganalisis originality
sifat
kesetimbangan
ion larutan
garam
berdasarkan
data
186

pengamatan.

Berikan informasi tentang gambar


grafik dari CH3COONa !

4.11 4.11.1 16* Siswa kelas XI MIPA 3 di sekolah


Melaporkan Merancang felxibility X akan melaksanakan praktikum
hasil percobaan percobaan untuk pengujian larutan garam. Mereka
untuk menunjukkan diberi tugas oleh guru kimia untuk:
menunjukkan sifat asam basa a) menganalisis sifat larutan garam
sifat asam dan berbagai larutan dan, b) menguji nilai pH yang
basa dari larutan garam terkandung di dalam contoh
garam asam. produk hidrolisis garam. Produk
yang diuji yakni produk di bidang
pangan, farmasi, pertanian, dan
kebersihan. Berdasarkan uraian
diatas, sebutkan alat dan bahan
yang digunakan dalam percobaan
siswa di kelas MIPA 3 !
187

17* Berdasarkan uraian soal no 16,


originality gambarkan rancangan langkah-
langkah dari percobaan tersebut !
189

Lampiran 8

Tulis nama anggota


kelompokmu dikotak
identitas..

Kelompok : ………………….

Ketua Kelompok : ………………….

Anggota Kelompok : 1.

2.

3.

4.

5.
190

Lembar Permasalahan

A. Perhatikan wacana ini dibawah ini agar kamu lebih memahamin !

Wacana

Santi sedang mencuci kemeja putih

sekolahnya. Ia mencuci pakaian dengan

dengan detergen dan pemutih pakaian. Ia

mengetahui bahwa dalam pemutih pakaian

salah satu contoh produk alternative yang

bagus untuk masalah noda membandel.

Namun pemutih pakaian memiliki sifat

yang tidak sesuai dengan kulit normal.

Oleh sebab itu, setiap Santi menggunakan

pemutih pakaian tangannya terasa gatal

dan iritasi.

Selain itu, penggunaan pemutih pakaian yang Santi gunakan sering tidak sesuai

dengan prosedurnya. Penggunaannya yang berlebih tanpa menetralkan limbahnya, dapat

menyebabkan pencemaran lingkungan. Karena pemutih pakaian mengandung zat aktif

yang berasal dari garam natrium hipoklorit dan terlarut dalam air.

Pemutih pakaian merupakan salah satu contoh produk dari konsep hidrolisis

garam. Pemutih pakaian dibuat dalam bentuk garam yang terlarut dalam air. Hal ini agar

lebih mudah proses penetralan pH zat kimianya dengan air. Karena proses penetralan pH

zat kimia sebelum sangat dibutuhkan karena dapat menurunkan pH zat kimian sesuai

kebutuhan lingkungan.
191

LEMBAR KERJA SISWA 1 (LKS 1)

PENJABARAN MASALAH DAN PENYUSUNAN OPINI-OPINI

Masalah limbah pemutih pakaian perlu kita selesaikan karena dapat


merusak kesehatan makhluk hidup mau pun lingkungan. Untuk mengatasi
masalahtersebut, kita harus mengetahui karakteristik dari limbah
tersebut. Oleh sebab itu, coba kamu identifikasi sifat fisis dari limbah
tersebut ! Bandingkan dengan sifat fisis dari limbah detergen non
pemutih pakaian !

1. Tuliskan hasil pengamatanmu pada tabel berikut!

*Pembuktian dengan kain kotor yang berwarna.

Gelas A Gelas B
No. Sifat fisik (limbah pemutih pakaian (limbah detergen)
+ detergen) 50 mL
50 mL
1.
2.
3.

Setelah kamu amati sifat fisik dari limbah pemutih pakaian dengan limbah detergen keadaan
mana yang tidak sesuai dengan kondisi kain yang normal ?

________________________________________________________________________________
192

2. Menurutmu pendapatmu, masalah apakah yang terdapat dalam


pemutih jika dibuang ke lingkuangan? Berikan pendapatmu, minimal 3
alasan.

.................................................................................................................................................................

.................................................................................................................................................................

.................................................................................................................................................................

.................................................................................................................................................................

.................................................................................................................................................................

3. Jelaskan teori yang berhubungan dengan masalah yang kalian temukan pada
wacana !

.................................................................................................................................................................

.................................................................................................................................................................

.................................................................................................................................................................

.................................................................................................................................................................

.................................................................................................................................................................

.................................................................................................................................................................
4. Buatlah rumusan masalah berdasarkan masalah yang kamu temukan !

.................................................................................................................................................................

.................................................................................................................................................................

.................................................................................................................................................................
193

5. Carilah alternatif untuk menyelesaikan masalah limbah pemutih pakaian yang

telah kamu rumuskan (silahkan cari melalui pustaka dan website). Kemudian

tuliskan salah satu alternatif yang menurutmu paling efektif untuk

menyelesaikan masalah limbah pemutih pakaian ! Berikan alasanmu memilih

alternatif tersebut!

.................................................................................................................................................................

.................................................................................................................................................................

.................................................................................................................................................................

.................................................................................................................................................................

.................................................................................................................................................................

.................................................................................................................................................................

.................................................................................................................................................................
194

LEMBAR KERJA SISWA 2 (LKS 2)


PERENCANAAN DAN KONSTRUKSI

Kamu telah memilih salah satu alternative penyelesaian masalah limbah


pemutih pakaian. Langkah selanjutnya adalah membuat rancangan percobaan
untuk mengetahui sifat dan nilai pH dari limbah pemutih pakaian dan zat
kimia lainnya yang mengandung garam !

Kemudian, setelah kalian menguji sifat dan nilai pH, rancanglah percobaan
dari alternative penyelesaian masalah limbah pemutih pakaian yang kamu
pilih. Lakukan percobaan ini dengan zat kimia lainnya agar tidak menimbulkan
pencemaran lingkungan baru !

A. JUDUL PERCOBAAN

Judul apa yang sesuai untuk percobaan yang akan kamu lakukan ?

..........................................................................................................................................................

B. TUJUAN PERCOBAAN

Apa tujuan kamu melakukan percobaan ini ?

.......................................................................................................................................................................

...................................................................................................................................................................................................
195

C. ALAT DAN BAHAN

Jika disediakan alat dan bahan yang tertulis dibawah ini,

Alat yang diperlukan


a. b. c. d. e. f.

g. h. i. j. k. l.

m. n. o.

Bahan yang diperlukan


a. b. c. d. e. f.

g. h. i. j. k.
196

-
Alat dan bahan apa saja yang akan kamu gunakaan untuk melakukan
percoban ? (tuliskan nama dan jumlahnya).

Setelah kamu menyebutkan alat dan bahan yang akan digunakan, apa fungsi
penggunaan alat dan bahan dalam percobaan tersebut ? Jelaskan !

……………………………………………… ……………………………………………………………
……………………………………………… ……………………………………………………………
……………………………………………… ……………………………………………………………..
………………………………………........ ...............................................................
.................................................
........
……………………………………………………………
………………………………………………
……………………………………………………………
………………………………………………
……………………………………………………………..
………………………………………………
………………………………………........ ...............................................................
.................................................
........
…………………………………………
…………………………………………
…………………………………………
…………………………………..
197

D. LANGKAH KERJA

Langkah-langkah apa saja yang akan kamu lakukan pada


percobaan ini?

 Percobaan pengujian sifat dan nilai pH limbah pemutih pakaian dan zat kimia
lainnya !

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

 Percobaan alternatif penyelesaian masalah yang kamu pilih.

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
198

E. TABEL PENGAMATAN

Bagaimana kamu akan menuliskan data hasil pengamatanmu?


(Tuliskan data sebelum dan sesudah perlakuan)

Tulis data sebelum perlakuan pada percobaan alternatif penyelesaian masalah yang
kamu pilih disini!

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Tuliskan data sesudah perlakukan pada percobaan alternatif penyelesaian masalah
yang kamu pilih disini !

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
199

LEMBAR KERJA SISWA 3 (LKS 3)


PERCOBAAN DAN KESIMPULAN

Tabel Pengamatan

1. Coba tusliskan hasil pengamatan dari percobaan pengujian sifat dan pH limbah
pemutih pakaian dan bahan kimia lainnya yang mengandung garam dan telah
kamu lakukan kedalam tabel berikut!

Perlakuan
No. Nama Larutan Uji Kertas Lakmus Uji Kertas Sifat Asam Basa
Lakmus Lakmus pH Penyusun Penyusun
Merah Biru universal
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

2. Setelah melakukan percobaan pengujian sifat dan nilai pH pada bahan yang
kamu pilih, coba tuliskan hasil pengamatanmu dari percobaan alternatif
penyelesaian masalah dari limbah bahan kimia bersifat asam yang kamu pilih
agar tidak menimbulkan masalah baru !
Penambahan Uji Kertas
pH Sifat limbah
Nama limbah Air pH Sifat
No. awal kimia
kimia (mL) universal
1 7 Netral
2 7 Netral
3 7 Netral
4 7 Netral
5 7 Netral
6 7 Netral
7 7 Netral
8 7 Netral
200

F. Pertanyaan

 Bahan apa saja yang kamu gunakan untuk menyelesaikan masalah limbah bahan
kimia? Apa fungsinya?
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………

 Untuk menyelesaikan masalah limbah yang bersifat asam, basa dan netral
berapa volume bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah pada setiap
limbah yang bersifat asam, basa, dan netral? Berikan alasanmu !

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
.
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
5!
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
201

 Jika dikaitkan dengan konsep hidrolisis garam, limbah bahan kimia yang
bersifat apa saja yang dapat mengalami hidrolisis total, hidrolisis
parsial dan tidak mengalami hidrolisis ? Jelaskan !
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

Percobaan alternative menyelesaikan masalah limbah


pemutih pakaian dan limbah bahan kimia lainnya yang kamu
lakukan adalah solusi terbaik. Namun, prinsip apa yang kamu
lakuka nuntuk mendasari penyelesaian masalah limbah
tersebut ? Apa pengertian dari prinsip yang kamu pilih ?
Jelaskan dengan bahasamu !

………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
202

Setelah kamu mengetahui sifat garam dari bahan yang kamu uji,
tuliskan reaksi hidrolisis dari senyawa kimia produk baking
powder (Ca(CO3)2) , garam dapur (NaCl), dan tawas ((Al)2(SO4)3).

……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
Seorang siswa ingin mengetahui pH dari larutan garam basa
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
Ca(CH3COO)2 0,1 M dengan Ka CH3COOH adalah 2 x 10-5 ,
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………… maka perhitungan untuk menentukan pH larutaan garam
basa tersebut adalah?
203

G. KESIMPULAN

Buatlah suatu kesimpulan berdasarkan percobaan yang telah kamu lakukan !

H. ABSTRAKSI

Berdasarkan kesimpulan yang kamu buat, buatlah suatu abstraksi dari perobaan
solusi penyelesaian limbah zat kimia yang bersifat asam !
204

Laporan Praktikum

Buatlah laporan hasil percobaan yang telah kalian lakukan dengan


format sebagai berikut :
1. Judul
2. Tanggal Percobaan
3. Tujuan Percobaan
4. Dasar Teori
5. Alat dan Bahan
6. Langkah Kerja
7. Tabel Pengamatan
8. Pembahasan
9. Kesimpulan dan saran

Presentasikan laporan percobaan kelompok kalian di depan kelas !


Lampiran 11

KUNCI JAWABAN DAN PEDOMAN PENSKORAN LEMBAR KERJA SISWA

Tahapan
PBL tipe- Pertanyaan Kunci Jawaban Penskoran
Mothes
Tuliskan hasil pengamatanmu Gelas A Gelas B 4. Jika siswa menuliskan ≥4 hasil
No. Sifat (limbah (limbah
pada tabel berikut! Setelah fisik pemutih detergen) pengamatannya dan menarik
kamu amati sifat fisik dari pakaian + 50 mL kesimpulan dengan tepat.
detergen)
limbah pemutih pakaian dengan 50 mL
1. Warna Limbah Limbah
limbah detergen keadaan mana limbah berwarna agak ke 3. Jika siswa menuliskan ≥4 hasil
yang tidak sesuai dengan kondisi keruh merahan pengamatannya dan menarik
berwarna
kain yang normal ? (No. 1 LKS merah kesimpulan namun salah
Penjabaran 1) satunya ada yang kurang tepat.
2. Warna Hampir Warna
Masalah pakaian 70% warna tetap
setelah menjadi dengan
direndam luntur pakaian 2. Jika siswa hanya menuliskan
(bersifat normal
<4 hasil pengamatannya
reaktif)
3. Aroma Bau Bau sabun dengan tepat.
limbah pemutih
pakaian
4. Kondisi Rapuh dan Normal 1. Jika siswa hanya menuliskan
pakaian mudah
robek kesimpulannya saja.
5. Kondisi Gatal- Tidak

205
sentuhan gatal, terjadi 0. Jika siswa tidak menjawab
dengan iritasi, dan iritasi, dan
kulit licin. fisik.

Pada limbah di gelas A (detergen+pemutih pakaian) yang


tidak sesuai dengan kondisi kain yang normal dan kulit
normal.
Menurutmu pendapatmu, Masalah yang terjadi jika limbah pemutih pakaian jika 4. Jika siswa memberikan >3
masalah apakah yang dibuang ke lingkungan: pendapat dengan tepat.
terdapat dalam limbah pemutih 1. Dapat membunuh mikroorganisme yang hidup didalam 3. Jika siswa memberikan 3
pakaian jika dibuang ke tanah. pendapat dengan tepat.
lingkuangan? Berikan 2. Dapat menyebabkan kesuburan tanaman yang ditanam. 2. Jika siswa memberikan 2
pendapatmu, minimal 3 alasan. 3. Kestabilan pH tanah akan terganggu pendapata dengan tepat.
(No. 2 LKS 1) 4. Dapat menimbulkan masalah baru terhadap kondisi air 1. Jika siswa hanya memberikan
tanah. 1 pendapat dengan tepat.
0 Jika siswa tidak menjawab/
menjawab salah.
Jelaskan teori yang berhubungan Hidrolisis garam merupakan penguraian garam oleh air 4. Jika siswa menjelaskan teori
dengan masalah yang kalian dimana ion garam tersebut mengalami reaksi dengan air yang berhubungan (hidrolisis
temukan pada wacana ! (No. 3 menghasilkan asam lemah atau basa lemah.Menurut garam dan produk aplikasinya)
LKS 1) konsep ini, komponen garam (kation atau anion) yang dengan masalah sesuai konsep
berasal dari asam lemah atau basa lemah bereaksi dengan kimia secara lengkap dan

206
air (terhidrolisis). tepat.
3. Jika siswa menjelaskan teori
Pemutih pakaian merupakan produk yang mengandung yang berhubungan (hidrolisis
garam basa dan merupakan aplikasi dari hidrolisis. garam dan produk aplikasinya)
Pemutih pakaian mengandung garam natrium clorat yang dengan masalah sesuai konsep
bersifat garam basa. Namun, pemutih pakaian kimia kurang lengkap dan
mengandung sifat reaktif yang tidak cocok dengan kulit. tepat
Nilai pH >7 yang terkandung didalam pemutih pakaian 2. Jika siswa menjelaskan salah
yang membuktikan bahwa sifat pemutih pakaian bersifat satu teori yang berhubung
basa. Pemutih pakaian terbentuk dari asam lemah + basa (hidrolisis garam atau produk
kuat. Karena memiliki sifat yang kuat berasal dari basa, aplikasinya) dengan masalah
maka garam pemutih pakaian mengalami hidrolisis sesuai konsep kimia dan tepat.
sebagian jika bereaksi dengan air. 1. Jika siswa menjelaskan salah
satu teori yang berhubung
(hidrolisis garam atau produk
aplikasinya) dengan masalah
namun tidak sesuai konsep
kimia dan kurang tepat.
0 Jika siswa menjawab salah/tidak
menjawab.

207
Buatlah rumusan masalah Rumusan masalah yang dibuat adalah: 4. Jika siswa membuat banyak
berdasarkan masalah yang kamu - Upaya apa yang dilakukan untuk menanggulangi rumusan masalah yang relevan
temukan ! (No. 4 LKS 1) limbah bahan kimia yang baik agar tidak terjadi terkait dengan permasalahan
pencemaran lingkungan? dan tepat.
- Bagaimana cara menanggulangi limbah bahan kimia 3. Jika siswa membuat 3 rumusan
yang bersifat garam asam ? masalah yang relevan terkait
- Bagaimana cara menanggulangi limbah bahan kimia dengan permasalahan dan
yang bersifat garam basa? tepat.
- Bagaimana hasil pengujian dari cara penanggulangan 2. Jika siswa membuat 2 rumusan
limbah bahan kimia yang bersifat asam dan basa? masalah yang dikaitkan
dengan permasalahan dan
tepat.
1. Jika siswa membuat 1 rumusan
masalah yang dikaitkan
dengan permasalahan dan
tepat.
0. Jika siswa tidak menjawab/
menjawab salah.

Penyusunan Carilah alternatif untuk Solusi alternative untuk menyelesaikan masalah limbah 4. Jika siswa menuliskan >3 solusi
Opini menyelesaikan masalah limbah pemutih pakaian: dan menuliskan alasan dengan

208
pemutih pakaian yang telah - Menambahkan air pada limbah/menetralkan limbah tepat.
kamu rumuskan (silahkan cari dengan air. Fungsi air adalah untuk mengurangi 3. Jika siswa menuliskan 3 solusi
melalui pustaka dan website). nilai pH dan sifat limbah sebelum dibuang ke dan alasan dengan tepat.
Kemudian tuliskan salah satu lingkungan. 2. Jika siswa menuliskan 2 solusi
alternatif yang menurutmu dan alasan dengan tepat.
paling efektif untuk 1. Jika siswa menuliskan hanya 1
menyelesaikan masalah limbah solusi dan alasan dengan tepat
pemutih pakaian ! Berikan tepat.
alasanmu memilih alternatif
tersebut! (No. 5 LKS 1)

Judul apa yang sesuai untuk Judul yang sesuai dengan percobaan: 4. Jika siswa menuliskan judul
percobaan yang akan kamu - Solusi alternative pembuangan limbah pemutih dengan lengkap (dihubungkan
lakukan ? (No.1 LKS 2) pakaian (pengujian pH dan sifat limbah serta dengan permasalahan, sesuai
pentralannya). dengan tujuan solusi, konsep
- Penetralan sebagai solusi alternative untuk kimia dengan tepat).
menanggulangi masalah limbah. 3. Jika siswa menuliskan judul
sebagian lengkap
(dihubungkan dengan
permasalahan, sesuai dengan

209
Perencanaan tujuan solusi, namun konsep
dan kimianya kurang tepat).
Konstruksi 2. Jika siswa menuliskan judul
hanya dihubungkan dengan
tujuannya dan konsep
kimianya tepat.
1. Jika siswa menuliskan judul
hanya tujuannya tanpa konsep
kimia yang jelas.
0. Jika siswa menjawab salah atau
tidak menjawab.
Apa tujuan kamu melakukan Tujuan melakukan percobaan: 4. Jika siswa menuliskan >3
percobaan ini ? (No. 2 LKS 2) - Sebagai cara untuk menyelesaikan masalah tujuan sesuai dengan
pencemaran lingkungan. hubungan dari permasalahan
- Untuk mengetahui sifat dan pH yang dimiliki limbah. dan solusi dengan tepat.
- Untuk mengetahui pH dan sifat limbah setelah 3. Jika siswa menuliskan 3 tujuan
penetralan. sesuai dengan hubungan dari
permasalahan dan solusi
dengan tepat.
2. Jika siswa menuliskan 2 tujuan
sesuai dengan hubungan dari

210
permasalahan dan solusi
dengan tepat.
1. Jika siswa menuliskan hanya 1
tujuan sesuai dengan
hubungan dari permasalahan
dan solusi dengan tepat.
0. Jika siswa menjawab
salah/tidak menjawab.

Jika disediakan alat dan bahan 4. Jika siswa menuliskan alat dan
yang terdapat dalam gambar Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan bahan percobaan, dan fungsi
dibawah ini, alat dan bahan apa percobaan: secara lengkap (nama dan
saja yang akan kamu gunakaan Alat jumlah yang butuhkan) dengan
untuk melakukan percoban ? - Tabung reaksi + rak (jumlah tabung reaksi sesuai tepat.
(tuliskan nama dan jumlahnya) dengan jumlah bahan yang digunakan). 3. Jika siswa menuliskan alat dan
- Pipet tetes (2) bahan percobaan, dan fungsi
Setelah kamu menyebutkan alat - Kertas lakmus merah dan biru (disesuaikan) (nama dan jumlah yang
dan bahan yang akan digunakan, - Kertan uji pH dan indikator universal (1) butuhkan) namun sebagian
apa fungsi penggunaan alat dan - Gelas kimia (1) jawaban yang tepat.
bahan dalam percobaan tersebut 2. Jika siswa menuliskan alat dan
? Jelaskan ! (No. 3 LKS 2) bahan percobaan, dan fungsi
(nama dan jumlah yang

211
Bahan butuhkan) namun sedikit
- Pemutih pakaian jawaban yang tepat.
- Soda kue 1. Jika siswa menuliskan alat dan
- Tawas bahan percobaan, dan fungsi
- Garam (nama dan jumlah yang
- Air butuhkan) namun hanya 1
- Detergen jawaban yang tepat
- Paracetamol 0.Jika siswa menjawab salah/tidak
- menjawab sama sekali.
Kertas lakmus
Berfungsi: sebagai pengujian sifat larutan.
Pipete tetes
Berfungsi: sebagai alat untuk mengambil
larutan.
Tabung reaksi + Rak
Berfungsi: sebagai alat untuk mereaksikan zat

Botol semprot
Berfungsi : untuk menyimpan aquades

Air

212
Berfungsi: sebagai zat penetral atau pelarut.

Langkah-langkah apa saja yang Langkah-langkah percobaan yang akan dilakukan pada 4. Jika siswa menuliskan langkah
akan kamu lakukan pada percobaan. kerja percobaan yang umum
percobaan ini? (No. 4 LKS 2) atau cara yang berbeda,
A. Pengujian Sifat dan pH (pengujian sifat, dan pH serta
Langkah-langkah percobaan : penetral) secara lengkap dan
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk tepat.
menguji sifat dan pH 3. Jika siswa menuliskan langkah
2. Mencuci bersih dan mengeringkan alat (pipet tetes, kerja percobaan yang umum
gelas kimia dan tabung reaksi) agar tidak terindikasi atau cara yang berbeda
dengan zat lain. (pengujian sifat, dan pH serta
3. Mengambil bahan yang sudah disediakan sesuai penetral) namun sebagian
dengan kebutuhan. Mengambil bahan menggunakan jawaban tepat.
pipet tetes dan menuangkan di tabung reaksi. 2. Jika siswa menuliskan langkah
4. Ujia sifat limbah dengan mencelupkan kertas lakmus kerja percobaan yang umum
merah dan lakmus biru ke dalam bahan, dan lihat atau cara yang berbeda
perubahan warna kertas lakmus. (pengujian sifat, dan pH serta

213
5. Uji pH limbah dengan mencelupkan kertas uji pH ke penetral) namun sedikit
dalam bahan. Lihat perubahan warna kertas uji pH jawaban yang tepat.
dan mencocokkan warna kertas uji pH dengan 1. Jika siswa menuliskan langkah
indikator indikator pH universal. kerja percobaan yang umum
6. Menuliskan hasil pengamatan dan mengulangi atau cara yang berbeda
langkah pengujian dengan bahan lainnya. (pengujian sifat, dan pH serta
penetral) hanya 1 jawaban
yang tepat.
B. Penetralan limbah sederhana 0. Jika siswa menjawab salah/
(Pengenceran dengan air) tidak menjawab sama sekali.
Langkah-langkah percobaan :
1. Menuangkan aquades/air ke gelas kimia sesuai
dengan kebutuhan.
2. Uji penetralan limbah dengan meteskan air sesuai
kebutuhan ke dalam tabung reaksi hingga mencapai
pH = 7 dan bersifat netral.
3. Uji pH dan sifat limbah untuk mengecek kembali
kondisi bahan setelah penetralan.
4. Catat hasil pengamatan dan ulangi langkah
penetralan dengan bahan lainnya.

Bagaimana kamu akan Rencana menuliskan data hasil pengamatan: 4. Jika siswa menuliskan rencana

214
menuliskan data hasil (Sebelum perlakuan penetralan) hasil pengamatan sesuai dengan
pengamatanmu? (Tuliskan data Pengujian sifat dan pH limbah. tujuan langkah percobaan
sebelum dan sesudah perlakuan) secara lengkap dan juga tepat
(No. 5 LKS 2) (pengujian sifat, pH, dan
Uji Kertas Lakmus Uji penetralan).
Nama Lakmus Lakmus Kertas Asam Basa
Bahan merah biru pH Penyusun Penyusun 3. Jika siswa menuliskan rencana
universal hasil pengamatan sesuai dengan
Bahan
1 tujuan langkah percobaan
Bahan
2 namun sebagian jawaban yang
Bahan
3
tepat (pengujian sifat, pH, dan
penetralan).
(Sesudah perlakuan penetralan) 2. Jika siswa menuliskan rencana
Pengujian penetralan limbah hasil pengamatan sesuai dengan
Penamb Uji tujuan langkah percobaan
Nama pH Sifat
ahan Kertas Sifat namun sedikit jawaban yang
Bahan awal Bahan
Air pH tepat (pengujian sifat, pH, dan
Bahan
penetralan).
1
1. Jika siswa menuliskan rencana
Bahan
hasil pengamatan sesuai dengan
2
tujuan langkah percobaan
Bahan
namun hanya 1 jawaban yang
3
tepat (pengujian sifat, pH, dan

215
penetralan).
0. Jika siswa menjawab
salah/tidak menjawab sama
sekali.

Coba tuliskan hasil pengamatan 4. Jika siswa menuliskan hasil


dari percobaan pengujian sifat Pengujian sifat dan pH limbah. pengamatan percobaan sesuai
dan pH limbah pemutih pakaian dengan teori konsep kimia
dan bahan kimia lainnya yang Contoh dengan tepat (pengujian sifat,
mengandung garam dan telah Uji Kertas Lakmus Uji dan pH)
Nama Lakmus Lakmus Kertas Asam Basa
kamu lakukan kedalam tabel Bahan merah biru pH Sifat Penyu Penyu 3. Jika siswa menuliskan hasil
univers sun sun
berikut! (No. 1 LKS 3) al pengamatan percobaan sesuai
Bahan
1
Merah Merah <7 Asam dengan teori konsep kimia
Bahan namu sebagian jawaban tepat
Biru Biru >7 Basa
2
Bahan
Merah Biru 7 Netral
(pengujian sifat, dan pH)
3
2 Jika siswa menuliskan hasil
Percobaan pengamatan percobaan sesuai
dengan teori konsep kimia
namu sedikit jawaban tepat

216
(pengujian sifat, dan pH)
1. Jika siswa menuliskan hasil
pengamatan percobaan sesuai
dengan teori konsep kimia
namu hanya satu jawaban tepat
(pengujian sifat, dan pH)
0.Jika siswa menjawab salah/tidak
menjawab sama sekali.
Setelah melakukan percobaan 4. Jika siswa menuliskan hasil
pengujian sifat dan nilai pH pada pengamatan percobaan sesuai
bahan yang kamu pilih, coba dengan teori konsep kimia dan
tuliskan hasil pengamatanmu Pengujian penetralan limbah dengan air tepat (pengujian penetralan ).
dari percobaan alternatif Penamb Uji 3. Jika siswa menuliskan hasil
Nama pH Sifat
penyelesaian masalah dari ahan Kertas Sifat pengamatan percobaan sesuai
Bahan awal Bahan
limbah bahan kimia yang kamu Air pH dengan teori konsep kimia
Bahan
pilih agar tidak menimbulkan <7 Asam … ml 7 Netral namun sebagian jawaban tepat
1
masalah baru ! (No. 2 LKS 3) (pengujian penetralan )
Bahan
>7 Basa … ml 7 Netral
2

Bahan apa saja yang kamu Bahan yang digunakan menyelesaikan limbah bahan kimia 4. Jika siswa memberikan banyak

217
gunakan untuk menyelesaikan dalam permasalahan ini adalah air. Air berfungsi untuk jawaban yang relevan
masalah limbah bahan kimia? merubah sifat dan nilai pH (menetralkan) karena air mengenai bahan yang
Apa fungsinya? (No. 3 LKS 3) memiliki sifat yang netral. digunakan untuk
menyelesaikan masalah dan
fungsinya yang
menghubungkan konsep kimia
dengan tepat.
3.Jika siswa memberikan beberapa
jawaban yang relevan
mengenai bahan yang
digunakan untuk
menyelesaikan masalah dan
fungsinya yang
menghubungkan konsep kimia
dengan tepat.
2. Jika siswa memberikan
beberapa jawaban yang relevan
mengenai bahan yang
digunakan untuk
menyelesaikan masalah dan
fungsinya namun tidak

218
menghubungkan ke konsep
kimia dengan tepat.
1. Jika siswa memberikan sedikit
jawaban yang relevan
mengenai bahan yang
digunakan untuk
menyelesaikan masalah dan
fungsinya namun tidak
menghubungkan ke konsep
kimia dengan tepat.
0. Jika siswa tidak memberikan
jawaban sama sekali/menjawab
salah.

219
Jika dikaitkan dengan konsep Limbah bahan kimia yang mengandung asam yakni 4. Jika siswa mengelompokkan jenis
garam yang terhidrolisis tepat dan
hidrolisis garam, limbah bahan terbentuk dari asan kuat (AK) dan basa lemah (BL)
menghubungkannya pada konsep
kimia yang bersifat apa saja mengalami hidrolisis parsial. Dimana limbah yang
kimia dengan tepat.
yang dapat mengalami mengandung asam, hanya ion pembentuk dari basa lemah
hidrolisis total, hidrolisis (BL) akan terhidrolisis dengan air dan membentuk ion 3. Jika siswa mengelompokkan jenis
+ garam yang terhidrolisis kurang
parsial dan tidak mengalami H3O sedangkan ion pembentuk dari asam kuat tidak
tepat dan menghubungkannya pada
hidrolisis ? Jelaskan ! mengalami hidrolisis. Maka dari itu, limbah bahan kimia
konsep kimia dengan tepat.
(No. 5 LKS 3) dari sifat asam mengalami hidrolisis sebagian (parsial).
2. Jika siswa mengelompokkan jenis
Limbah bahan kimia yang mengandung basa yakni garam yang terhidrolisis tidak tepat
dan menghubungkannya pada
terbentuk dari basa kuat (BK) dan asam lemah (AL)
konsep kimia dengan kurang tepat.
mengalami hidrolisis parsial. Dimana limbah yang
mengandung basa, hanya ion pembentuk dari asam lemah 1. Jika siswa mengelompokkan jenis
(AL) akan terhidrolisis dengan air dan membentuk ion garam yang terhidrolisis tepat dan

OH—sedangkan ion pembentuk dari basa kuat tidak tanpa menghubungkannya pada
konsep kimia.
mengalami hidrolisis. Maka dari itu, limbah bahan kimia
dari sifat basa mengalami hidrolisis sebagian (parsial). 0. Jika siswa mengelompokkan salah /
tidak menjawab sama sekali.

Limbah bahan kimia yang mengandung netral yakni


terbentuk dari asam kuat dan basa kuat (AK – BK) tidak
mengalami hidrolisis. Dimana, limbah yang terbentuk

220
dari asam kuat dan basa kuat tidak terhidrolisis karena
sama-sama memiliki sifat yang kuat.
Sedangkan, limbah bahan kimia yang bersifat netral yakni
yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah (AL –
BL) mengalami hidrolisis total. Dimana limbah yang
mengandung netral tersebut, ion pembentuk dari basa
lemah (BL) dan asam lemah (AL) akan terhidrolisis
dengan air dan membentuk ion H3O+ dan ion OH--.

221
Percobaan alternative Solusi terbaik yang dipakai adalah prinsip penetralan 4. Jika siswa memberikan jawaban
menyelesaikan masalah (Reaksi penetralan). tepat dan menuliskan
limbah pemutih pakaian dan pengertiannya menggunakan
limbah bahan kimia lainnya Reaksi penetralan adalah reaksi yang membentuk unsur konsep kimia dengan lengkap
yang kamu lakukan adalah bersifat netral yaitu air (H2O) yang berasal dari zat asam dan tepat.
+
solusi terbaik. Namun, yang melepaskan ion H3O dengan zat basa yang 3. Jika siswa memberikan jawaban
prinsip apa yang kamu melepaskan ion OH-- . tepat dan menuliskan sedikit
lakukan untuk mendasari pengertiannya menggunakan
penyelesaian masalah konsep kimia dengan tepat.
limbah tersebut ? Apa 2. Jika siswa memberikan jawaban
pengertian dari prinsip yang tepat dan menuliskan sedikit
kamu pilih ? Jelaskan pengertiannya menggunakan
dengan bahasamu ! konsep kimia namun kurang
(No. 6 LKS 3) tepat.
1. Jika siswa memberikan jawaban
tepat dan tidak menuliskan
pengertiannya menggunakan
konsep kimia.
0. Jika siswa memberikan jawaban
salah/ tidak menjawab.

222
Setelah kamu mengetahui sifat Reaksi Hidrolisis: 4. Jika siswa menuliskan 3 reaksi
hidrolisis pada bahan yang diuji secara
garam dari bahan yang kamu uji, a. Baking powder
lengkap dan tepat (reaksi ioniasi, fase
tuliskan reaksi hidrolisis dari (Ca(CO3)2)(aq) Ca2+(aq) + 2CO32+(aq)
reaksi, penentuan reaksi atau tidak
senyawa kimia produk baking Ca2+(aq) + H2O(l) tidak ada reaksi bereaksi).

powder (Ca(CO3)2) , garam 2CO32+(aq) + H2O(l) HCO3(aq) + OH (aq) 3. Jika siswa menuliskan 3 reaksi

dapur (NaCl), dan tawas hidrolisis pada bahan yang diuji kurang
lengkap namun tepat (reaksi ioniasi,
((Al)2(SO4)3). b. Garam dapur
penentuan reaksi atau tidak bereaksi,
(No. 7 LKS 3) NaCl + H2O NaOH + HCl tanpa fase reaksi/sebaliknya).
+ -
NaCl Na + Cl 2. Jika siswa menuliskan <3 reaksi

Na+ + H2O (tidak ada reaksi) hidrolisis pada bahan yang diuji secara
lengkap dan tepat (reaksi ioniasi, fase
Cl- + H2O (tidak ada reaksi)
reaksi, penentuan reaksi atau tidak
bereaksi).
c. Tawas 1.Jika siswa menuliskan <3 reaksi

((Al)2(SO4)3) aq) 2Al3+(aq) + 3SO42-(aq) hidrolisis pada bahan yang diuji kurang
lengkap namun tepat (reaksi ioniasi,
Al3+(aq) + H2O Al(OH)3 (aq) + H+(aq)
penentuan reaksi atau tidak bereaksi,
SO42-(aq) + H2O (tidak ada reaksi) tanpa fase reaksi/sebaliknya).
0. Jika siswa tidak menjawab/ menjawab
salah
Jika kamu ingin mengetahui pH Diketahui: 4. Jika siswa memberikan jawaban
dari larutan garam basa melalui Ca(CH3COO)2 (aq) Ca2+(aq) + 2CH3COO- (aq) yang terperinci, tepat dan
perhitungan dari : 0,1 M 0,1M 0,1M berurutan (langkah perhitungan,

223
Ca(CH3COO)2 0,1 M dengan Ka Reaksi hidrolisis: penulisan rumus, penulisan
-5 2+
CH3COOH adalah 2 x 10 , Ca (aq) + H2O (tidak ada reaksi) persamaan reaksi dan jawaban)
maka perhitungan untuk CH3COO- (aq) + H2O CH3COOH(aq) + OH– (aq) sesuai konsep kimia
menentukan pH larutaan garam 0,2 M 0,2 M 3. Jika siswa memberikan jawaban
basa tersebut adalah? (No.8 LKS yang terperinci, tepat dan tidak
3) berurutan namun sesuai dengan
[OH—] = √ = √ √ = 10 –5
konsep kimia.

pOH = 5 2. Jika siswa memberikan jawaban


pH = 14 -5 = 9 yang terperinci/kurang
terperinci, jawaban belum tepat,
Kesimpulan dan tidak berurutan namun
sesuai dengan konsep kimia.
1. Jika siswa memberikan jawaban
tidak terperinci, jawaban hanya
1 jawaban yang tepat, dan tidak
berurutan namun tidak sesuai
dengan konsep kimia.
0. Jika siswa tidak memberikan
jawaban/ menjawab salah.

224
Buatlah suatu kesimpulan Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan bahwa: 4. Jika siswa membuat kesimpulan
berdasarkan percobaan yang - Untuk mengupayakan penanggulangan limbah bahan sesuai dengan jawaban
telah kamu lakukan ! kimia yang baik agar tidak terjadi pencemaran rumusan masalah secara
(No. 9 LKS 3) lingkungan dilakukan upaya penetralan limbah dengan lengkap dan tepat.
bahan air. 3. Jika siswa membuat kesimpulan
- Percobaan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa sesuai dengan jawaban
pengujian untuk menyelesaikan masalah rumusan masalah kurang
penanggulangan limbah bahan kimia bersifat asam dan lengkap namun tepat.
basa (yakni salah satunya limbah pemutih pakaian) 2. Jika siswa membuat kesimpulan
dilakukan dua pengujian, yaitu pengujian sifat dan pH namun kurang sesuai dengan
limbah, serta penetralan limbah. jawaban rumusan masalah dan
- Hasil pengujiannya membuktikan bahwa, limbah kurang lengkap.
bersifat asam memiliki pH <7, limbah bersifat basa 1. Jika siswa hanya membuat 1
memiliki pH >7 dan limbah bersifat netral memiliki kesimpulan yang tepat sesuai
pH = 7 setelah melalui perlakuan dengan uji kertas dengan jawaban rumusan
lakmus dan kertas pH universal. Kemudian masalah.
dilanjutkan dengan uji penetralan yang dilakukakn 0. Jika siswa tidak menjawab/
dengan menambahkan air sesuai dengan kebutuhan menjawab salah.
masing-masing sifat (asam dan basa) hingga mencapai
pH = 7 dan bersifat netral.

225
Berdasarkan kesimpulan yang ABSTRAK 4. Jika siswa menuliskan abstrak
kamu buat, buatlah suatu Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui sifat dan secara lengkap (tujuan, metode,
Abstraksi abstraksi dari perobaan solusi pH yang dimiliki limbah sebelum dan setelah penetralan hasil pengamatan, kesimpulan)
penyelesaian limbah zat kimia sebagai cara penyelesaian masalah pencemaran dan tepat.
yang bersifat asam ! lingkungan. Percobaan ini menggunakan pengujian 3. Jika siswa menuliskan abstrak
(No. 10 LKS 3) dengan kertas lakmus dan pH universal sebagai pengujian sebagian lengkap dan tepat.
sifat dan pH limbah bahan kimia, serta penambahan air 2. Jika siswa menuliskan abstrak
pada limbah bahan kimia setelah percobaan untuk sedikit lengkap dan tepat.
menetralkan sifat dan pH bahan limbah kimia. Bahan 1. Jika siswa hanya menuliskan
limbah kimia yang digunakan sebagai bahan percobaan hasil pengamatannya saja.
adalah bahan limbah kimia yang berasal dari limbah 0. Jika siswa tidak menjawab/
rumah tangga (detergen, sabun, shampo, pemutih pakaian, menjawab salah.
karbol, dll) yang mengandung garam kimia (produk
aplikasi hidrolisis garam), yang pemakaiannya tidak sesuai
dengan prosedur dan akan menyebabkan pencemaran jika
dibuang ke lingkungan, serta bahan limbah kimia lainnya
yang berasal dari garam kimia di Laboratorium. Hasil
percobaan berdasarkan pengujian sifat dan pH, limbah
bahan kimia digolongkan menjadi asam, basa, dan netral.
Kemudian dilanjutkan dengan pengujian penetralan, pada
limbah bahan kimia ditambahkan banyaknya air sebesar

226
…. ml untuk bersifat asam, … ml untuk bersifat basa
hingga kedua limbah menjadi pH = 7 dan bersifat netral.
Sedangkan hanya limbah bahan kimia yang bersifat netral
tidak ditambahkan air.

227
228

Lampiran 10

ANGKET RESPON SISWA


Berilah tanda ceklist (√) pada kolom yang sesuai dengan pendapat kalian.

Keterangan: SS (Sangat Setuju), ST (Setuju), RR (Ragu-ragu), TS (Tidak Setuju),


STT (Sangat Tidak Setuju).

Nama: Kelas:

No. Pernyataan SS ST RR TS STT


1. Saya sebelumnya pernah mengetahui
dengan pembelajaran yang telah
dilakukan di kelas. (Problem Based
Learning Tipe-Mothes)
2. Saya sebelumnya pernah belajar dengan
pembelajaran yang telah dilakukan di
kelas. (Problem Based Learning Tipe-
Mothes)
3. Pembelajaran yang telah dilakukan tidak
dapat meningkatkan rasa ingin tahu saya
tentang ilmu pengetahuan.
Alasan:

4. Pembelajaran yang telah dilakukan tidak


dapat membantu saya lebih banyak
berpikir secara kreatif dalam
memecahkan suatu permasalahan.
Alasan:

5. Pembelajaran yang telah dilakukan tidak


dapat meningkatkan kemampuan saya
dalam mengaitkan konsep hidrolisis
garam (sifat larutan garam) dengan
permasalahan sehari-hari. Alasan:

6. Pembelajaran yang telah dilakukan


mengingatkan tidak pentingnya
pencegahan dan penanggulangan Alasan:
terhadap pencemaran lingkungan.
229

No. Pertanyaan SS ST RR TS STT


Pembelajaran yang telah dilakukan
7. membantu saya memberikan solusi
terhadap permasalahan pencemaran Alasan:
lingkungan.
8. Pembelajaran yang telah dilakukan tidak
membantu saya dalam memahami
konsep hidrolisis garam (sifat larutan Alasan :
garam).

9. Dalam mempelajari konsep hidrolisis


garam dengan pembelajaran yang telah
dilakukan membuat saya lebih mengenali Alasan:
sifat garam dari produk hidrolisis garam
dan lebih peduli terhadap lingkungan.
10. Pembelajaran yang telah dilakukan sudah
cocok atau sesuai diterapkan pada materi
sifat larutan garam dan pengelolaan Alasan:
limbah larutan garam.

11. Dengan mengaitkan konsep hidrolisis


garam (sifat larutan garam) dengan
masalah sehari-hari dapat meningkatkan Alasan:
minat saya untuk mempelajari sains (IPA).

12. Banyak kendala yang saya hadapi selama


pembelajaran yang telah dilakukan di
kelas.
Alasan:

13. Saya dapat dengan mudah mengajukan


banyak pertanyaan yang sesuai dengan
permasalahan. Alasan:

14. Saya dapat dengan mudah menjawab


pertanyaan yang sesuai dengan
permasalahan.
15. Saya dapat dengan mudah menjawab
permasalahan dengan sejumlah jawaban
secara logis sesuai dengan permasalahan
yang dihadapi.
230

No. Pertanyaan SS ST RR TS STT


16. Saya tidak memiliki banyak jawaban
untuk menyelesaikan suatu
permasalahan.
17. Saya dapat dengan mudah memberikan
pertimbangan terhadap suatu
permasalahan.
18. Saya tidak memiliki banyak cara (cara
yang berbeda-beda ) untuk
menyelesaikan suatu permasalahan.
19. Saya dapat dengan mudah
menggolongkan hal-hal/ sesuatu
menurut kategori yang berbeda-beda.
(menggolongkan larutan garam
berdasarkan sifat atau nilai pH)
20. Saya tidak dapat memikirkan hal-hal yang
unik dan baru, yang tidak terpikirkan oleh
orang lain dalam membuat ide/gagasan
ketika menghadapi suatu masalah.
21. Saya selalu mencari arti yang lebih
mendalam terhadap jawaban atau
pemecahan masalah dengan melakukan
langkah-langkah yang terperinci ketika
menghadapi masalah.
22. Saya tidak dapat dengan mudah
mengembangkan atau memperkaya
gagasan orang lain ketika dihadapkan
pada permasalahan.
23. Materi tentang sifat larutan garam
(hidrolisis garam) penting untuk
dipelajari.
24. Materi tentang sifat larutan garam tidak
dapat diintegerasikan dengan keilmuan
saya.
25. Materi tentang sifat larutan garam
(hidrolisis garam) yang diintegrasikan
tidak dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
231
Lampiran 11

NILAI ULANGAN HARIAN SISWA

NO. RESPONDEN SKOR (x) X2


1 SSD
81 6561
2 NPM
71 5041
3 VFW
65 4225
4 SF
65 4225
5 NPP
60 3600
6 TAW
60 3600
7 ACI
59 3481
8 MrJ
54 2916
9 SNA
53 2809
10 AF
51 2601
11 ISL
50 2500
12 MFA
50 2500
13 ARP
47 2209
14 DA
47 2209
15 APD
46 2116
16 RtP
46 2116
17 ATR
44 1936
18 LBD
44 1936
19 RfA
43 1849
20 AuR
43 1849
21 RstF
41 1681
22 FqR
41 1681
23 NAP
41 1681
24 NPr
41 1681
25 AEP
41 1681
26 BND
40 1600
27 ADA
38 1444
28 DmW
38 1444
29 RJS
38 1444
30 ENA
37 1369
31 RNA
37 1369
32 EJC
35 1225
33 RdS
34 1156
34 KRt
24 576
Jumlah 1605 80311
Rata-rata 47.2 2362.1
232

Lampiran 12

KEDUDUKAN SISWA DALAM KELOMPOK PROFIL


KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF


Mencari Standar Deviasi Mencari Mean ̅

√∑ (

) ̅

Keterangan :
SD = Standar Deviasi
N = Jumlah Siswa

√ ( )



SD = 11.7

x + SD = 47.18 + 11.7 = 58.88


x – SD = 47.18 – 11.7 = 35.48

Kelompok Tinggi = nilai ≥ ̅


(nilai ≥ 58.88)
Kelompok Sedang = ̅ < nilai < ̅
(35.48 < nilai < 58.88)
Kelompok Rendah = nilai ≤ ̅
Jadi,
(nilai ≤ 35.48)
Kelompok Tinggi sebanyak 7 orang
Kelompok Sedang sebanyak 24 orang
Kelompok Rendah sebanyak 3 orang
Lampiran 13

PERSENTASE INDIKATOR KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF BERDASARKAN HASIL TES

Nomor Soal

No RESPONDEN Fluency Flexibility Originality Elaboration Nilai

3 5 8 12 1 2 4 6 11 16 10 13 15 17 14 7 9
SSD 4 3 4 2 4 4 4 3 2 3 4 3 3 4 2 3 3
1 81
NPM 4 3 3 1 2 4 4 2 1 2 1 1 3 1 2 3 3
2 59
VFW 1 0 0 3 3 1 4 1 3 4 1 2 0 0 0 2 0
3 37
SF 3 0 0 1 3 2 4 2 3 2 4 0 2 4 1 3 3
4 54
NPP 2 0 1 2 1 4 4 1 3 2 2 2 1 1 2 0 0
5 41
TAW 4 0 0 1 4 0 4 2 2 3 1 1 0 0 0 3 3
6 41
ACI 4 0 0 3 4 4 4 1 3 0 2 0 1 0 0 0 0
7 38
MrJ 1 0 0 3 2 3 4 1 3 4 1 2 0 0 0 3 1
8 41
SNA 3 0 4 2 2 4 4 3 4 2 0 1 3 1 2 3 3
9 60
AF 4 0 0 3 4 4 4 1 3 2 4 0 2 4 3 3 3
10 65
ISL 1 3 0 2 3 1 4 2 3 2 2 0 3 1 1 3 3
11 50
MFA 3 3 4 2 4 3 4 2 4 2 2 3 2 1 3 2 0
12 65
ARP 4 0 0 2 4 4 4 1 2 4 1 2 0 4 3 3 3
13 60
DA 0 0 0 3 0 2 4 3 4 2 2 1 0 0 3 2 1
14 40
APD 3 0 2 3 2 4 4 2 3 2 1 3 2 1 2 0 2
15 53
RtP 2 1 0 2 3 2 4 2 4 4 1 1 3 0 0 3 3
16 51
ATR 4 1 1 2 2 4 4 2 3 4 2 3 3 4 3 3 3
17 71
LBD 4 0 0 2 4 0 4 2 3 1 1 1 2 1 4 2 1
18 47
RfA 4 2 2 2 2 2 4 2 2 1 1 1 0 0 2 0 2
19 43
AuR 4 0 0 2 3 2 4 4 3 1 3 3 0 0 2 0 0
20 46
RstF 4 0 0 2 4 4 4 1 3 0 1 0 2 0 0 3 0
21 41

233
22 FqR 2 0 0 3 2 1 4 2 2 2 1 1 1 1 2 1 3 41
NAP 4 0 0 1 4 3 4 2 2 0 1 0 2 0 0 3 0
23 38
NPr 3 2 0 2 2 1 4 3 3 2 2 1 3 0 1 3 2
24 50
AEP 3 0 3 1 1 1 4 3 1 2 3 1 3 0 0 3 0
25 43
BND 4 1 0 2 4 2 2 1 2 3 3 0 0 1 0 0 0
26 37
ADA 4 0 0 2 1 3 4 3 1 1 0 0 0 0 0 3 2
27 35
DmW 4 0 0 2 4 0 4 2 1 4 2 1 0 0 0 3 3
28 44
RJS 1 2 0 2 2 1 4 3 2 4 0 1 3 1 0 3 3
29 47
ENA 2 3 0 2 1 1 4 2 2 2 3 1 3 1 0 1 3
30 46
RNA 2 0 0 1 2 2 4 2 0 0 2 1 0 0 0 0 0
31 24
EJC 0 0 2 3 1 0 4 1 3 4 2 3 0 2 3 2 0
32 44
RdS 3 0 0 2 3 0 4 3 1 0 1 1 0 0 0 2 3
33 34
KRt 1 0 0 3 4 4 4 0 0 1 1 2 1 3 2 0 0
34 38
Total 96 24 26 71 91 77 134 67 81 72 58 43 48 36 43 68 56

Skor 217 522 185 167


Skor Maksimal 544 816 544 408

ˣ 0.40 0.64 0.34 0.41

(%) 40 64 34 41

Kategori Kurang Baik Kurang Cukup

234
235
Lampiran 14

Ketercapaian Model Problem Based Learning Berdasarkan Hasil LKS

Tahap
PBL No. Kel. Kel. Kel Kel Kel Skor Persentase
NO 4 5
Total Skor
maksimal (%)
Kategori
Tipe Soal 1 2 3
Mothes

1
1 (LK 4 4 3 3 3 17
Penjabaran Masalah

S 1)

Baik
2 39 60 65%
2 (LK 3 3 3 3 3 15
S 1)
3
3 (LK 0 0 1 3 3 7
S 1)
4
Penyusunan Opini

4 (LK 3 3 3 2 3 14
S 1)

Baik
27 40 68%
5
5 (LK 3 3 2 2 3 13
S 1)

1
6 (LK 3 3 3 3 4 16
S 2)
Perencanaan dan Konstruksi

2
7 (LK 3 3 3 3 4 16
S 2)
3
Baik

8 (LK 3 3 3 3 4 16 91 120 76%


S 2)
4
9 (LK 2 2 3 4 3 14
S 2)
5
10 (LK 1 2 4 4 4 15
S 2)
236

6
11 (LK 1 2 4 4 3 14
S 2)
1
12 (LK 3 4 3 4 4 18
S 3)

Sangat Baik
Percobaan

2
13 (LK 3 4 3 4 4 18 53 60 88%
S 3)
3
14 (LK 2 4 3 4 4 17
S 3)
4
15 (LK 2 3 2 0 0 7
S 3)
5
16 (LK 1 3 4 2 2 12
S 3)
Kesimpulan

Cukup
17 (LK 3 2 4 2 2 13 55 100 55%
S 3)
7
18 (LK 2 2 2 2 3 11
S 3)
8
19 (LK 2 3 4 0 3 12
S 3)
Abstraksi

Kurang

9
20 (LK 0 0 4 0 1 5 5 20 25%
S 3)

TOTAL 44 53 61 52 60
SKOR MAKSIMAL 80
66. 76.
NILAI 55 65 75
3 25
Lampiran 15

KETERCAPAIAN INDIKATOR TANGGAPAN SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN


BERBASIS MASALAH

No. Pertanyaan
No. Responden Indikator Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Berbasis Masalah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 ACI 4 3 4 3 3 5 4 4 4 4 4 3
2 ATR 4 3 4 3 3 5 4 4 4 4 4 3
3 AEP 4 3 4 3 3 5 4 4 4 4 4 3
4 ADA 4 3 4 3 3 5 4 4 4 4 4 3
5 APD 4 3 4 3 3 5 4 4 4 4 4 3
6 AF 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 2
7 ARP 4 3 4 3 3 5 4 4 4 4 4 3
8 AuR 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 1
9 BND 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 2
10 DW 4 4 2 3 4 5 4 4 5 4 4 3
11 DA 3 5 4 5 2 4 3 2 3 4 3 2
12 EJC 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 3
13 ENA 3 5 4 5 2 4 3 2 3 4 3 2
14 FqR 2 2 4 3 5 5 4 3 3 4 4 1
15 ISL 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 1
16 KRt 4 3 4 3 3 5 4 4 4 4 4 3
17 LBD 4 2 4 3 4 5 4 4 4 4 4 3
18 MFA 3 3 2 4 4 5 4 4 4 3 2 2
19 MrJ 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
20 NAP 4 3 4 4 4 5 4 4 4 3 4 3
21 NPM 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 1
22 NPP 3 5 4 5 2 4 3 2 3 4 3 2
23 NPr 4 2 4 3 4 4 5 5 4 5 4 2

237
24 RdS 4 3 4 4 3 5 4 4 4 4 4 3
25 RNA 4 4 2 3 4 5 4 4 5 4 4 3
26 RfA 4 3 4 3 3 5 4 4 4 4 4 3
27 RtP 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
28 RJS 3 2 2 2 2 4 3 2 3 3 3 2
29 RsF 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3
30 SF 2 2 4 3 5 5 4 3 3 4 4 1
31 SNA 2 2 3 3 1 4 2 1 3 1 3 1
32 SSD 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
33 TAW 4 3 4 3 3 5 4 4 4 4 4 3
34 VFW 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
TOTAL 122 109 127 119 115 157 131 122 128 131 126 85
71.8% 64.1% 74.7% 70.0% 67.6% 92.4% 77.1% 71.8% 75.3% 77.1% 74.1% 50.0%
SKOR 1472
SKOR MAKSIMAL 2040
(%) 72.2%
KATEGORI BAIK

238
KETERCAPAIAN INDIKATOR TANGGAPAN SISWA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR
KREATIF DALAM MODEL PROBLEM BASED LEARNING

NO PERTANYAAN
MATERI HIDROLISIS
No. Responden FLUENCY FLEXIBILITY ORIGINALITY ELABORATION
GARAM
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
1 ACI 2 4 4 4 3 4 4 3 4 4 5 4 5
2 ATR 4 4 4 4 3 4 4 3 5 4 5 4 5
3 AEP 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 4 3 3
4 ADA 2 4 4 4 3 4 4 3 5 4 5 4 5
5 APD 2 4 4 4 3 4 4 3 5 4 5 4 5
6 AF 3 3 3 2 4 2 3 3 4 2 4 3 4
7 ARP 2 4 4 4 3 4 4 3 5 3 5 4 5
8 AuR 4 4 4 4 3 4 4 3 5 4 5 4 5
9 BND 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 4 3 3
10 DW 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 5 5
11 DA 3 3 3 2 4 2 3 3 4 2 4 3 4
12 EJC 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 5
13 ENA 3 3 3 2 4 2 3 3 4 2 4 3 4
14 FqR 3 3 3 2 3 1 3 3 4 2 4 4 4
15 ISL 3 3 3 2 3 1 3 3 4 2 4 4 4
16 KRt 2 4 4 4 3 4 4 3 5 4 5 4 5
17 LBD 3 3 3 2 4 2 3 3 4 2 4 3 4
18 MFA 4 3 3 2 4 2 2 4 4 2 3 4 4
19 MrJ 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2
20 NAP 2 4 2 3 3 2 3 3 3 3 4 4 4
21 NPM 3 3 3 2 3 1 3 3 4 2 4 3 3
22 NPP 2 4 4 3 2 4 4 2 2 4 4 3 3

239
23 NPr 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4
24 RdS 2 4 2 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4
25 RNA 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2
26 RfA 2 4 4 4 3 4 4 3 5 4 5 4 5
27 RtP 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 5 5 5
28 RJS 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 4
29 RsF 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4
30 SF 3 3 3 2 3 1 3 3 4 2 4 4 4
31 SNA 3 1 2 2 2 2 3 2 4 3 4 2 4
32 SSD 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2
33 TAW 2 4 4 4 3 4 4 3 5 4 5 4 5
34 VFW 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2
TOTAL 93 108 106 106 113 102 119 106 138 107 144 127 136
(%) TIAP
54.7% 63.5% 62.4% 62.4% 66.5% 60.0% 70.0% 62.4% 81.2% 62.9% 84.7% 74.7% 80.0%
INDIKATOR
Sangat Sangat Sangat
KATEGORI Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Baik Cukup Baik Baik
baik Baik Baik
SKOR 307 440 106 245 407
SKOR MAKSIMAL 510 680 170 340 510
(%) 60.2% 64.7% 62.4% 72% 79.8%
KATEGORI CUKUP BAIK BAIK BAIK BAIK

240
241
Lampiran 16

HASIL DOKUMENTASI JAWABAN SISWA PADA INSTRUMEN TES

a. fluency (Skor 4)

(Skor 3)

(Skor 2)

(Skor 1)

(Skor 0)
242

b. flexibility(Skor 4)

(Skor 3)

(Skor 2)
243

(Skor 1)

(Skor 0)
244

c. elaboration

(Skor 3)

(Skor 2)

(Skor 1)
245

(Skor 0)

d. originality (Skor 4)

(Skor 3)
246

(Skor 2)

(Skor 1)

(Skor 0)
247
Lampiran 17

HASIL DOKUMENTASI KEGIATAN PENELITIAN


248
249
250
Lampiran 18

Hasil Dokumentasi Angket Siswa

251
Page
251
252

Page 252
253

Page 253
Lampiran 20

Anda mungkin juga menyukai