Anda di halaman 1dari 315

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN KIMIA

BERBASIS SETS (SCIENCE, ENVIRONMENT,


TECHNOLOGY, AND SOCIETY) PADA MATERI KOLOID

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kegurun (FITK)
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh
Rahayu Rahmawati Dewi
1111016200026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
LEMBAR PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini saya persembahkan kepada:

Kedua orang tua tercinta


serta
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

v
LEMBAR MOTTO

Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Alloh dan Rasul-Nya serta orang-orang
mu’min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada
(Alloh) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya
kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan” (Q.S. At-Taubah: 105)

vi
ABSTRAK

Rahayu Rahmawati Dewi (NIM: 1111016200026). Pengembangan Modul


Pembelajaran Kimia Berbasis SETS (Science, Environment, Technology, and
Society) pada Materi Koloid. Skripsi, Program Studi Pendidikan Kimia,
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ketersediaan bahan ajar yang mampu meningkatkan keaktifan, dan kemandirian


belajar siswa akan berpengaruh terhadap kualitas dan keberhasilan tercapainya
tujuan pembelajaran. Serta kemampuan siswa dalam menghubungkan materi yang
dipelajari dengan teknologi, lingkungan, dan masyarakat menjadi salah satu
tuntutan dalam pembelajaran kimia. Tujuan dari penelitian ini untuk
menghasilkan modul pembelajaran kimia berbasis sains teknologi mayarakat dan
lingkungan (SETS) pada materi koloid serta mengetahui respon siswa terhadap
modul tersebut. Model penelitian yang digunakan adalah model pengembangan
ADDIE yang terdiri dari lima tahapan, yaitu tahap Analyze (analisis), Design
(desain), Develop (pengembangan), Implement (uji coba) dan Evaluate (evaluasi),
akan tetapi penelitian ini dibatasi hanya sampai tahap Implement. Penelitian ini
menggunakan instrumen penelitian berupa wawancara terhadap guru dan siswa
mengenai kebutuhan bahan ajar, lembar validasi penilaian modul oleh ahli, dan
angket respon siswa terhadap modul. Pada tahap pengembangan dihasilkan
produk berupa modul pembelajaran berbasis SETS yang divalidasi oleh 4 orang
ahli, serta angket respon siswa terhadap modul. Tahap uji coba modul dilakukan
terhadap 33 siswa kelas XI IPA di SMAN 28 Kabupaten Tangerang pada bulan
Juli 2016. Modul disusun dengan memperhatikan aspek kescermatan isi,
ketercernaan modul, pembelajaran berbasis SETS, daya tarik modul, perwajahan,
dan penggunaan bahasa dan istilah. Berdasarkan angket respon siswa, didapatkan
hasil persentase tertinggi pada aspek penggunaan bahasa dan istilah sebesar 90%
dan persentase terendah pada aspek ketercermatan isi sebesar 80,25%. Secara
keseluruhan modul yang dihasilkan dinyatakan valid dan mendapatkan respon
siswa sebesar 85,56% yang termasuk ke dalam kriteria layak dengan predikat
sangat baik.

Kata kunci: modul, kimia, sains, lingkungan, teknologi, masyarakat, koloid,


pengembangan modul, ADDIE

vii
ABSTRACT

Rahayu Rahmawati Dewi (NIM: 1111016200026). Developing of Chemical


Learning Module Based on SETS (Science, Environment, Technology, and
Society) at Colloidal Materials. Thesis, Chemistry Education Study
Programme, Department of Natural Science Education, Faculty of Tarbiya
and Teaching Science, Syarif Hidayatullah Jakarta Islamic State University.

The availability of teaching materials that can enhance activness, enthusiast, and
independence of student learning. In addition, students can not makes connecting
materials learned with technology, environment, and society yet. The purpose of
this research is to produce module based of science, environment, technology, and
society (SETS) on colloid material and to known student's response of the module.
The research process uses the ADDIE’s development model are consisting of five
stages, namely Analyze (Analysis), Design (Design), Develop (Development),
Implement (trial) and Evaluate (evaluation), however is limited only to Implement
stage. This study uses research instruments in the form of interviews of teachers
and students about the needs of teaching materials, module validation assessment
sheet by the expert, and questionnaire of student responses to the module. at the
development phase produces a learning module based SETS which validated by 4
experts, as well as a student response questionnaire to the module. The module
pilot phase was conducted on 33 students of class XI IPA at SMAN 28 Tangerang
Regency in July 2016. The module is prepared by taking into accurates of content,
module digestibility, SETS-based learning, module appeal, display, and the use of
language and terms. Based on the student response questionnaire, the module
gets highest percentage of language use and term aspect is 90% and the lowest
percentage of accurates of content aspect is 80.25%. Overall the generated
module is valid and get student response equal to 85,56% which belongs to
eligible criteria with very good predicate.

Keywords: module, chemistry, science, environment, technology, society,


colloidal, module development, ADDIE

viii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT, Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Yang atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengembangan Modul
Pembelajaran Kimia Berbasis SETS (Science, Environment, Technology, and
Society) pada Materi Koloid” ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarganya,
para sahabatnya dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan


terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak,
baik dalam bentuk moril, maupun materil. Oleh karena itu, perkenankanlah
penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan semoga Allah SWT memberikan
rahmat-Nya kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Baiq Hana Susanti, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Burhanudin Milama, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah memberikan
ilmu, pengalaman, bimbingan, saran, motivasi, kesabaran, dan waktunya
selama proses pembuatan skripsi ini.
4. Salamah Agung, MA., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing skripsi II yang telah
memberikan ilmu, pengalaman, bimbingan, saran, motivasi, kesabaran, dan
waktunya selama proses pembuatan skripsi ini.

ix
5. Nanda Saridewi, M.Si., selaku Pembimbing Akademik (PA) yang telah
memberikan ilmu, pengalaman, bimbingan, saran, motivasi, kesabaran, dan
waktunya selama proses perkuliahan. Serta selaku validator produk yang
telah memberikan ilmu dan saran yang konstruktif dan membangun dalam
penyusunan skripsi ini.
6. Dedi Irwandi, M.Si., selaku validator produk yang telah memberikan ilmu
dan saran yang membangun dalam penyusunan skripsi ini.
7. Buchori Muslim, M.Pd., selaku validator produk yang telah memberikan
ilmu dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
8. Murdoyoko, M.Pd., selaku validator produk dan guru mata pelajaran kimia
SMAN 28 Kab. Tangerang yang telah banyak memberikan ilmu, inspirasi,
saran, masukan, dan waktunya dalam membantu penyusunan skripsi ini
terutama dalam melakukan kegiatan penelitian.
9. Tonih Feronika, M.Pd., selaku Dosen penguji I yang telah memberikan ilmu
dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
10. Evi Sapinatul Bahriah, M.Pd., selaku Dosen Penguji II yang telah
memberikan ilmu dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
11. Seluruh dosen dan staff Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
atas segala ilmu dan kebaikan Bapak serta Ibu selama penulis menuntut ilmu
di program studi pendidikan kimia Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
12. Kedua orang tua tercinta Ahmad Nurjana dan Nani Hendrawati, terimakasih
atas segala doa, kasih sayang, bantuan baik moril serta materil, perhatian, dan
semangat yang selalu kalian berikan setiap saat. Semoga kalian selalu dalam
lindungan Allah SWT.
13. Sahabat Safinah mahabbah dan sahabat satu kosan Asih Kurniasari, Siti
Rodliyatun Mardliah, Mira Rizki, Novitasari, Deccia Citra, Dewi Agustina,
Siska Fauzi, Nurazizah Putri, Acelya Kencana Puri, Zhahida, Damartyas
Hidayati, Mar’atus Sholehah L, Dian Nurmala WS, Mutiah.

x
14. Vivi Seftari, dan Maried Ayuningtyas Oktaviani, selaku teman seperjuangan
pengembangan bahan ajar yang bersedia berbagi ilmu, diskusi, sama-sama
berjuang, saling membantu dalam mengerjakan skripsi.
15. Seluruh keluarga besar kimia 2011 yang telah memberikan banyak pelajaran,
saling memotivasi, dan pengalaman berharga kepada penulis, semoga Allah
SWT mengumpulkan kita dalam kebaikan.
16. Seluruh pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, yang tidak
dapat penulis ucapkan satu per satu. Terimakasih atas bantuannya.
Semoga segala perhatian, motivasi, dan bantuannya dibalas oleh Allah
SWT sebagai amal kebaikan. Penulis akui bahwa keterbatasan ilmu pengetahuan,
kemampuan, dan wawasan dalam penyusunan menjadikan skripsi ini masih jauh
dari sempurna, namun demiian semoga karya ini bermanfaat.

Wassalamua’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Juni 2017

Penulis

xi
DAFTAR ISI

Hlm

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ........................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASAH .............. iv

LEMBAR MOTTO ..................................................................................... v

LEMBAR PERSEMBAHAN ..................................................................... vi

ABSTRAK .................................................................................................... vii

ABSTRACT ................................................................................................. viii

KATA PENGANTAR ................................................................................. ix

DAFTAR ISI ................................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1


B. Identifikasi Masalah ........................................................ 5
C. Pembatasan Masalah ...................................................... 5
D. Perumusan Masalah ........................................................ 5
E. Tujuan Penelitian ............................................................ 6
F. Manfaat Penelitian .......................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teoretik
1. Modul
a. Pengertian Modul ................................................. 7
b. Karakteristik Modul Pembelajaran ...................... 8
c. Tujuan Pembuatan Modul .................................... 10
d. Unsur-unsur Modul .............................................. 10

xii
e. Pengembangan Modul Pembelajaran ................... 11
f. Faktor-faktor yang Diperhatikan dalam
Pengembangan Modul ......................................... 15
2. Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and
Society)
a. Hakikat Pendekatan SETS ................................... 17
b. Karakteristik Pendekatan SETS............................ 18
c. Domain Pendekatan SETS.................................... 20
d. Keunggulan Pendekatan SETS............................. 21
e. Tahapan Pendekatan SETS .................................. 22
3. Sistem Koloid ............................................................. 25
B. Model Pengembangan ADDIE
1. Analisis ....................................................................... 27
2. Desain ........................................................................ 30
3. Pengembangan ........................................................... 32
4. Implementasi .............................................................. 34
5. Evaluasi ...................................................................... 34
C. Hasil Penelitian yang Relevan ......................................... 35
D. Kerangka Berpikir ............................................................ 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................... 39


B. Subjek Penelitian ............................................................. 39
C. Metode dan Desain Penelitian ......................................... 39
D. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 47
E. Instrumen Penelitian ........................................................ 48
F. Teknik Analisis dan Pengolahan Data ............................. 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ................................................................ 58


B. Pembahasan ...................................................................... 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...................................................................... 108


B. Saran ................................................................................ 108

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 110

LAMPIRAN .................................................................................................. 114

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh Outline Penulisan Modul .......................................... 13


Gambar 2.2 Bagan Bentuk Evaluasi Modul .............................................. 15
Gambar 2.3 Keterkaitan Unsur-unsur SETS ............................................. 19
Gambar 2.4 Domain-Domain SETS ......................................................... 20
Gambar 2.5 Tahapan Pendekatan SETS ................................................... 23
Gambar 2.6 Siklus ADDIE ....................................................................... 35
Gambar 2.7 Kerangka Berikir ................................................................... 38
Gambar 3.1 Desain Penelitian .................................................................. 46
Gambar 4.1 Tampilan Pertanyaan Dalam Bentuk Pre-Test ..................... 67
Gambar 4.2 Tampilan Tes Dalam Bentuk Pertanyaan Praktikum ............ 68
Gambar 4.3 Tampilan Cover Modul ......................................................... 70
Gambar 4.4 Tampilan Identitas Modul ..................................................... 71
Gambar 4.5 Contoh Tahapan Inisiasi ........................................................ 73
Gambar 4.6 Contoh Tahapan Pembentukan Konsep ................................ 74
Gambar 4.7 Contoh Tahapan Aplikasi Konsep ........................................ 76
Gambar 4.8 Contoh Tahapan Pemantapan Konsep .................................. 77
Gambar 4.9 Tampilan Bagian Penutup Modul ......................................... 77
Gambar 4.10 Tampilan Bagian Evaluasi Modul ........................................ 79
Gambar 4.11 Cover (a) Sebelum Revisi (b) Setelah Revisi ....................... 82
Gambar 4.12 Penggunaan Tanda Baca (a) Sebelum Revisi
(b) Setelah Revisi ................................................................. 82
Gambar 4.13 Tata Letak (a) Sebelum Revisi (b) Setelah Revisi ............... 83
Gambar 4.14 Kepadatan Konten (a) Sebelum Revisi
(b) Setelah Revisi ................................................................. 84
Gambar 4.15 Ukuran Huruf (a) Sebelum Revisi (b) Setelah Revisi .......... 84
Gambar 4.16 Tampilan Warna dalam Modul
(a) Sebelum Revisi (b) Seudah Revisi ................................. 85
Gambar 4.17 Pertanyaan (a) Sebelum Revisi (b) Setelah Revisi .............. 86
Gambar 4.18 Tahap Inisiasi dan Pembentukan Konsep

xiv
(a) Sebelum Revisi (b) Setelah Revisi ................................. 88
Gambar 4.19 Tahap Aplikasi Konsep
(a) Sebelum Revisi (b) Setelah Revisi .................................. 89
Gambar 4.20 Grafik Persentase Rata-rata Hasil Angket Respon Siswa ..... 91

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Bagian Outline Penulisan Modul ........................................... 14


Tabel 2.2 Perbandingan Larutan, Koloid, Suspensi ................................ 25
Tabel 2.3 Jenis-Jenis Koloid ............................................................... 25
Tabel 2.4 Format Menyusun Strategi Tes ............................................. 31
Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan Data ................................................... 47
Tabel 3.2 Kisi-kisi Wawancara Analisis Kebutuhan ................................. 48
Tabel 3.3 Kisi-kisi Wawancara Analisis Karakteristik Peserta Didik ...... 50
Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Validasi Isi Modul berbasis SETS ............... 52
Tabel 3.5 Kisi-kisi Lembar Angket Penilaian Siswa terhadap
Modul Pembelajaran Kimia Berbasis SETS ........................... 53
Tabel 3.6 Kriteria Penskoran Skala Guttman ........................................ 55
Tabel 3.7 Pedoman Penskoran Data Angket Siswa ................................ 56
Tabel 3.8 Kriteria Hasil Penskoran Data Angket Siswa ......................... 56
Tabel 4.1 Hasil Wawancara Guru ........................................................ 59
Tabel 4.2 Hasil Wawancara Siswa ....................................................... 59
Tabel 4.3 Rumusan Tujuan Instruksional ............................................. 61
Tabel 4.4 Analisis Karakteristik Peserta Didik ...................................... 62
Tabel 4.5 Identifikasi Sumber-Sumber Yang Dibutuhkan ...................... 63
Tabel 4.6 Rumusan Strategi Penilaian Modul ....................................... 68
Tabel 4.7 Perkembangan Validitas Produk ........................................... 80
Tabel 4.8 Daftar Revisi Modul Kimia .................................................. 80

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan Terhadap Guru ........ 114


Lampiran 2 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan Terhadap Siswa ....... 120
Lampiran 3 Analisis Validasi Kesenjangan Kinerja (Validate The
Performance Gap) ................................................................ 125
Lampiran 4 Hasil Analisis Karakteristik Peserta Didik ........................... 128
Lampiran 5 Rencana Proses Kegiatan Pengembangan Modul ................. 133
Lampiran 6 Menyusun Daftar Tugas (Analisis Tugas) ............................ 134
Lampiran 7 Analisis Konten ..................................................................... 140
Lampiran 8 Rumusan Strategi Penilaian Modul ....................................... 154
Lampiran 9 Data Hasil Validitas Modul ................................................... 159
Lampiran 10 Transkip Hasil Validasi Isi Modul Oleh Ahli ....................... 167
Lampiran 11 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) .......................... 202
Lampiran 12 Transkip Hasil Angket Respon Siswa Terhadap Modul ....... 207
Lampiran 13 Pengolahan Data Angket Respon Siswa ............................... 213
Lampiran 14 Foto Kegiatan Uji Coba Modul ............................................ 220
Lampiran 15 Surat Permohonan Izin Penelitian ........................................ 221
Lampiran 16 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ............... 222
Lampiran 17 Lembar Uji Referensi ........................................................... 223
Lampiran 18 Draf Modul Pembelajaran Kimia Berbasis SETS pada
Materi Koloid ........................................................................ 237

xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dan siswa untuk
mencapai tujuan tertentu dengan memanfaatkan segala potensi yang ada seperti
minat, bakat, gaya belajar dan kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa serta
fasilitas, sumber belajar seperti buku, alat peraga termasuk juga lingkungan
sekitar (Sanjaya, 2015, hlm. 26 )
Pelaksanaan pembelajaran di sekolah, idealnya tidak lagi berpusat
pada guru sebagai sumber utama dalam kegiatan belajar peserta didik. Hal ini
dikarenakan sebagaimana pendapat Warsita (2008) bahwa
Konsepsi pembelajaran moderen menuntut peserta didik untuk ikut
berperan aktif dan responsif dalam pembelajaran yang sedang
berlangsung, serta aktif dalam mencari, memilih, menemukan,
menganalisis, menyimpulkan, dan melaporkan hasil belajarnya.
Sistem belajar seperti ini hanya dapat terlaksana dengan baik apabila
tersedia sumber belajar yang baik (hlm. 212).

Namun demikian, ketersediaan sarana dan prasarana khususnya


sumber atau bahan belajar yang baik belum mencukupi kebutuhan siswa
maupun guru dalam melaksanakan konsep pembelajaran moderen tersebut atau
belum dimanfaatkan secara optimal (Warsita, 2008, hlm. 207).
Bahan ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan
di sekolah. Melalui bahan ajar guru akan lebih mudah dalam melaksanakan
pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar
(Depdiknas, 2008, hlm. 6). Selain itu, “keberadaan bahan ajar berperan sangat
penting dalam menunjang keberhasilan pembelajaran karena dapat
menjembatani, bahkan memadukan antara pengalaman dan pengetahuan
peserta didik” (Toharudin, Hendrawati, & Rustman, 2011, hlm. 182).
Hasil wawancara terhadap guru dan siswa menunjukkan bahwa di
sekolah siswa hanya difasilitasi buku paket dan lembar kegiatan siswa (LKS)
yang telah disediakan oleh pihak sekolah. Pembelajaran kimia dirasa cukup
sulit oleh siswa, karena guru lebih banyak membahas soal dibandingkan

1
2

menjelaskan manfaat ilmu kimia di kehidupan nyata. Akibatnya siswa kurang


mampu menghubungkan antara materi kimia dengan teknologi, lingkungan,
dan masyarakat. Selain itu, penyajian materi dalam buku paket juga dirasa sulit
dipelajari sendiri oleh siswa kecuali dengan bantuan guru serta tampilannya
kurang menarik minat baca siswa. Padahal buku paket sangat penting untuk
membantu siswa dalam mempelajari materi kimia.
Pada sisi lain, pelaksanaan pembelajaran di sekolah masih banyak
dilakukan secara klasikal, dimana semua siswa dianggap sama dalam
segala hal baik kemampuan, gaya belajar, kecepatan pemahaman,
motivasi belajar, dan sebagainya. Padahal, fakta menunjukkan bahwa
karakteristik siswa sangat berbeda antara siswa satu dengan siswa
yang lain. Dalam kondisi belajar yang demikian, perbedaan
karakterstik siswa sering diabaikan oleh guru dalam pembelajaran.
Hal tersebut tentu berpengaruh terhadap kualitas hasil pembelajaran
(Wena, 2009, hlm. 224).
Salah satu cara yang dapat dijadikan solusi dari pemecahan masalah
kebutuhan bahan ajar dan perbedaan karakteristik siswa adalah dengan
penerapan pembelajaran secara mandiri atau sistem pembelajaran modul
(Wena, 2009, hlm. 224). Selain itu, Mulyasa (2006, hlm. 217) juga
memaparkan bahwa pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan dapat dilakukan melalui pembelajaran modul.
Menurut Depdiknas (2008,hlm. 13) “Modul adalah sebuah buku yang
ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau
dengan bimbingan minim dari guru“. Dengan demikian, “kalau guru memiliki
fungsi menjelaskan sesuatu maka modul harus mampu menjelaskan sesuatu
dengan bahasa yang mudah diterima peserta didik sesuai dengan tingkat
pengetahuan dan usianya” (Depdiknas, 2008, hlm. 20).
Penelitian yang telah dilakukan oleh Duwiri dan Siregar (2016, hlm.
64-65) menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan modul yang dirancang
secara efektif, sesuai dan relevan dengan materi pemebelajaran dapat
meningkatkan keefektifan siswa dan diperoleh hasil belajar yang optimal.
Nurhadiyanto, Wagiran dan Mujiyono menyimpulkan bahwa “dengan bantuan
modul dapat meningkatkan kualitas pembelajaran serta dapat mereduksi
3

miskonsepsi pada pembelajaran" (dalam Arlitasari, Pujayanto, & Budiharti,


2013, hlm. 83).
Selain itu menurut Sudjana dan Rivai bahwa
Pembelajaran dengan modul bertujuan agar siswa dapat belajar secara
mandiri, karena siswa dapat mencapai dan menyelesaikan bahan
belajarnya secara individual, siswa juga dapat mengontrol
kemampuan dan intensitas belajarnya secara individual, sehingga
pembelajaran dengan modul dapat menciptakan keaktifan belajar
yang tinggi bagi siswa (dalam Esmiyati, Haryani, & Purwantoyo,
2013, hlm 181).
IPA terdiri dari banyak ruang lingkup, salah satunya adalah ilmu
kimia. Permasalahan yang sering dijumpai pada pembelajaran kimia di sekolah
adalah guru seringkali mengajarkan ilmu kimia kepada siswa hanya sebatas
teori tanpa mengaitkan teori atau konsep sains ke dalam kehidupan nyata.
Metode pembelajaran yang kurang bervariasi, dan sumber belajar hanya
berpegang pada buku paket, sehingga peserta didik cepat merasa bosan dan
pembelajaran menjadi kurang bermakna. Padahal ilmu kimia sangat erat
kaitannya dengan teknologi saat ini dan peranannya bagi masyarakat dan
lingkungan.
Sebagaimana tujuan pembelajaran kimia di SMA/MA adalah siswa
diharapkan mampu meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia yang
bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat, dan lingkungan
serta menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan demi
kesejahteraan masyarakat. Juga memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori
kimia serta saling keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan
masalah di kehidupan sehari-hari dan teknologi (Mulyasa, 2010, hlm. 134).
Salah satu pendekatan yang dirasa cocok untuk mewujudkan tujuan
pembelajaran kimia adalah Science Environment Technology Society (SETS).
Menurut Yager pendekatan SETS dikembangkan untuk meningkatakan literasi
sains siswa, agar siswa mengerti bagaimana sains, teknologi, masyarakat dan
lingkungan sebagai satu kesatuan yang saling berpengaruh dan berkaitan, serta
untuk meningkatkan kemampuan siswa menggunakan pengetahuannya dalam
mengambil keputusan terkait permasalahan sains, teknologi, masyarakat, dan

xvii
4

lingkungan. Dengan demikian, siswa sebagai individu dapat menghargai sains,


teknologi, masyarakat, serta lingkungannya (dalam Toharudin, dkk. 2011, hlm.
89).
Sejalan dengan Yager, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Yoruk,
Morgil, dan Secken (2010, hlm. 1422) menyimpulkan bahwa pembelajaran
dengan SETS membuat siswa lebih tertarik dalam pembelajaran kimia, serta
memberikan pembelajaran bagaimana menghargai kondisi lingkungan dan
teknologi, dan kontribusinya bagi masyarakat dan memprediksi kemungkinan
kerusakan yang bisa ditimbulkan. Disamping itu juga menghilangkan jurang
pemisah antara pembelajaaran kimia dengan teknologi, lingkungan dan
masyarakat.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Setiyono (2011, hlm. 157)
menyimpulkan bahwa perangkat pembelajaran seperti modul kimia pada materi
Kelarutan dan Hasil Kelarutan (Ksp) dengan pendekatan SETS yang telah
dikembangkannya mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan
kreatif siswa, serta sangat baik digunakan dalam pembelajaran. “Dengan
dikembangkannya bahan ajar bervisi SETS, guru dapat memberikan pijakan-
pijakan dan memancing siswa untuk mencari hubungan dan keterkaitan
antara unsur-unsur dalam SETS sehingga kemampuan berpikir kritis siswa
dapat meningkat” (Nugraha, Binadja, & Supartono, 2013, hlm. 30).
Salah satu konsep kimia yang berkaitan erat dengan unsur SETS
adalah materi koloid. Hal ini karena materi koloid tidak hanya terbatas pada
konsep dan teori semata namun juga aplikasinya banyak terdapat dikehidupan.
Sebagaimana yang tertera dalam standar kompetensi yang harus dicapai siswa
dalam pembelajaran koloid adalah menjelaskan sistem dan sifat koloid serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
perlu dilakukan penelitian dengan mengembangkan bahan ajar mandiri yang
dapat memudahkan pemahaman siswa, memperhatikan perbedaan karakteristik
siswa, dan meningkatkan kualitas pembelajaran dalam mencapai tujuan
pembelajaran kimia. Salah satunya yaitu dapat mengintegrasikan konsep kimia

xvii
5

dengan teknologi, lingkungan, dan masyarakat untuk menambah wawasan


pengetahuan dan bekal di masa yang akan datang.
Selain itu, berdasarkan saran dari penelitian terdahulu juga perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk mengembangkan bahan ajar mandiri
berupa modul berbasis SETS yang sudah dikembangkan sebelumnya, namun
pada materi yang lain (Setiyono, 2011, hlm. 158). Dengan demikian, penelitian
ini dilakukan untuk mengembangkan bahan ajar berupa modul pembelajaran
kimia berbasis SETS (Science, Environment, Technology, Society) pada materi
koloid. Sebagai solusi dari permasalahan yang telah dipaparkan di atas.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latarbelakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dapat diidentifikasi adanya beberapa masalah, sebagai berikut:
1. Ketersediaan sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa belum
mencukupi.
2. Penyajian materi pada bahan ajar yang digunakan di sekolah memuat
konsep dan teori namun pembahasan mengenai aplikasi konsep materi yang
diajarkan dengan teknologi, isu-isu sosial dan dampaknya terhadap
lingkungan kurang dibahas secara mendalam.
3. Pembelajaran kimia masih didominasi oleh teori-teori dan kurang
menghubungkan antara penerapan konsep-konsep sains dengan teknologi,
manfaat bagi masyarakat, dan dampaknya terhadap lingkungan.

C. Pembatasan Masalah
Untuk lebih memfokuskan penelitian, maka masalah dibatasi pada:
1. Pengembangan modul pembelajaran kimia berbasis SETS (Science,
Environment, Technology, Society) pada materi koloid.
2. Penelitian berfokus pada bagaimana modul yang dihasilkan berdasarkan
validasi ahli dan angket respon siswa.

xvii
6

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang
telah diuraikan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana
proses mengembangkan modul pembelajaran kimia berbasis SETS (Science,
Environment, Technology, Society) pada materi koloid?”

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menghasilkan bahan ajar berupa modul berbasis SETS (Science,
Environment, Technology, Society) pada materi koloid.
2. Mengetahui respon siswa terhadap modul berbasis SETS (Science,
Environment, Technology, Society) yang dikembangkan.

F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi siswa sebagai bahan belajar dalam memahami dan menambah
wawasan mengenai materi koloid dan dapat mengembangkan rasa
keingintahuan dan rasa kesadaran terhadap adanya keterkaitan antara sains,
teknologi, masyarakat, dan lingkungan.
2. Bagi guru sebagai sumber atau bahan pembelajaran pendamping yang
diharapkan dapat digunakan dan membantu dalam proses pembelajaran.
3. Bagi peneliti sebagai informasi cara pengembangan bahan ajar dan untuk
penelitian lebih lanjut.

xvii
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teoretik
1. Modul
a. Pengertian Modul
Sebagian dari kita mungkin pernah mendenganr istilah modul, atau
barangkali beberapa orang ada yang belum tahu apa itu modul, atau
hanya sebatas mendengar saja istilah modul namun kesulitan untuk
membedakan dan mengidentifikasi mana bahan ajar yang berbentuk
modul dan mana bahan ajar yang berbentuk lainnya (Prastowo, 2013,
hlm. 103).
Modul merupakan seperangkat bahan ajar yang disajikan secara
sitematis dan disampaikan dengan bahasa yang mudah diterima oleh
peserta didik sesuai dengan tingkat pengetahuan dan usianya. Sehingga
memudahkan peserta didik dalam memahami materi baik dengan atau
tanpa bantuan guru (Depdiknas, 2008, hlm. 20). “Modul juga dapat
diartikan sebagai materi pelajaran yang disusun dan disajikan secara
tertulis sedemikian rupa sehingga pembacanya dapat menyerap sendiri
materi tersebut atau belajar mandiri” (Daryanto, 2013, hlm. 31).
Modul juga merupakan satuan pembelajaran yang memuat tujuan
pembelajaran dan pretes yang memungkinkan peserta didik mendapatkan
kompetensi-kompetensi yang belum dikuasainya, memungkinkan siswa
mengevaluasi dan mengukur hasil belajar, dalam rangka meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai secara optimal (Mulyasa, 2006, hlm. 231-232).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional (2008) mengatakan bahwa
Modul adalah kegiatan program belajar mengajar yang dapat
dipelajari oleh peserta didik dengan bantuan yang minimal dari
dosen atau guru pembimbing yang meliputi perencanaan tujuan
pembelajaran, penyediaan materi pembelajaran, dan alat penilaian
serta pengukuran keberhasilan peserta didik dalam penyelesaian
pembelajaran (hlm. 924).

7
8

Modul juga merupakan satuan program pembelajaran terkecil yang


dapat dipelajari oleh peserta didik secara perseorangan (self intructional).
Pembelajaran modul ini memungkinkan siswa berlanjut kesatuan modul
berikutnya jika telah menyelesaikan satu satuan modul. Sehingga
memberikan siswa kesempatan belajar dengan kecepatannya masing-
masing (Prastowo, 2013, hlm. 105-107). “Sebuah modul akan bermakna
apabila peserta didik dapat dengan mudah menggunakannya”
(Depdiknas, 2008, hlm. 13).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa modul
merupakan seperangkat bahan ajar yang setidaknya berisi tujuan
pembelajaran, materi ajar dan evaluasi yang dikemas secara sistematis
dan praktis sehingga memudahkan siswa belajar secara mandiri dan
membangun pemahamannya sendiri dalam mencapai tujuan
pembelajaran atau kompetensi yang telah ditetapkan.

b. Karakteristik Modul Pembelajaran


Setiap ragam bentuk bahan ajar, pada umumnya memiliki sejumlah
karakteristik tertentu yang membedakannya dengan bahan ajar lain.
Begitupun dengan modul, karakteristik modul menurut Daryanto (2013)
diantaranya:
1) Self Instruction
Modul yang memiliki karakteristik self instruction berarti mampu
membuat siswa belajar secara mandiri. Untuk itu, maka modul harus
memuat tujuan pembelajaran yang jelas, materi yang disusun secara
spesifik,terdapat rangkuman, soal-soal latihan, tugas, instrumen
penilaian dan umpan balik yang memungkinkan siswa mengukur dan
menilai sendiri tingkat penguasaan materi. Serta memuat contoh,
ilustrasi, dan sumber rujukan untuk mendukung kejelasan pemaparan
materi sehingga memudahkan siswa dalam mempelajari modul
(Daryanto, 2013, hlm. 9).
9

2) Self Contained
Modul dikatakan self contained apabila modul memuat seluruh
materi pembelajaran yang dibutuhkan. Sehingga memberikan
kesempatan siswa mempelajari materi pembelajaran secara tuntas,
karena materi belajar dikemas kedalam satu kesatuan yang utuh
(Daryanto, 2013, hlm. 10).
3) Berdiri Sendiri (Stand Alone)
Stand alone atau berdiri sendiri merupakan karakteristik modul
yang tidak tergantung pada bahan ajar lain, atau tidak harus digunakan
bersama-sama dengan bahan ajar lain. Sehingga siswa tidak
memerlukan buku lain untuk mempelajari atau mengerjakan tugas
dalam modul tersebut (Daryanto, 2013, hlm. 10).
4) Adaptif
Modul dikatakan adaptif jika dapat menyesuaikan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga mampu menambah
wawasan siswa atau membuat siswa melek informasi terkini yang
diharapkan mampu meningkatkan motivasinya dalam mempelajari
modul (Daryanto, 2013, hlm. 10).
5) Bersahabat/Akrab (User Friendly)
Modul bersifat user friendly jika disajikan dengan bahasa yang
sederhana, mudah dimengerti, dan menggunakan istilah-istilah yang
umum digunakan. Sehingga modul dapat membantu siswa dalam
merespon setiap instruksi atau pemaparan informasi yang ditampilkan
(Daryanto, 2013, hlm. 10).

c. Tujuan Pembuatan Modul


Adapun tujuan pembuatan modul, adalah sebagai berikut (Prastowo,
2013, hlm. 108):
1) Agar peserta didik dapat belajar secara mandiri dengan atau tanpa
bimbingan pendidik.
2) Agar peran pendidik tidak terlalu dominan.
10

3) Melatih kejujuran peserta didik.


4) Mengakomodasi berbagai tingkat dan kecepatan peserta didik.
5) Agar peserta didik mampu mengukur sendiri tingkat penguasaan
materi yang telah dipelajari.

d. Unsur- unsur Modul


Suatu modul pembelajaran setidaknya harus berisikan tujuh unsur,
yakni judul, petunjuk belajar baik bagi pendidik/guru maupun bagi
peserta didik, kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung,
latihan-latihan, petunjuk kerja atau lembar kerja (LK) dan evaluasi
(Prastowo, 2013, hlm. 112-113).
Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, maka unsur-unsur modul
pembelajaran diantaranya memuat:
1) Judul modul
Judul modul memuat nama modul yang menggambarkan isi suatu
materi pembelajaran tertentu (Prastowo, 2013, hlm. 113).
2) Petunjuk untuk guru dan siswa
“Bahan ajar atau modul yang dirancang harus disertai dengan
pedoman bagi siswa dan pedoman bagi guru untuk memudahkan
keduanya dalam proses belajar-mengajar” (Widodo, 2008, hlm. 58).
Sedangkan petunjuk bagi siswa bertujuan agar siswa memahami
langkah-langkah materi pembelajaran yang terdapat dalam modul
(Prastowo, 2013, hlm. 114).
3) Rumusan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang harus dicapai
Memuat tujuan-tujuan pembelajaran khusus yang harus dicapai
oleh siswa setelah mempelajari modul (Mulyasa, 2006, hlm. 233).
4) Lembar kegiatan siswa dan Lembar kerja siswa
Lembar kegiatan siswa memuat materi pelajaran yang harus
dikuasai yang disusun melalui pemaparan langkah demi langkah
secara teratur dan sistematik agar siswa dapat mengikuti dengan
mudah dan tepat. Sedangkan, lembar kerja bagi siswa memuat
11

pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah yang harus dijawab dan


dipecahkan siswa. Dengan demikian siswa dituntut terlibat aktif dalam
proses pembelajaran (Vembrianto, 1975, hlm. 37).
5) Lembaran evaluasi dan kunci kembar evaluasi
Lembar evaluasi dapat dibuat dalam bentuk tes atau rating scale
yang bertujuan agar guru dapat mengevaluasi terhadap tercapai atau
tidaknya tujuan pembelajaran modul oleh siswa. Sedangkan, kunci
lembar kerja dibuat agar siswa dapat memeriksa dan mengoreksi
kembali hasil belajarnya. Sehingga terjadi konfirmasi segera terhadap
jawaban-jawaban dari hasil belajar siswa. Dengan kata lain, siswa
dapat mengevaluasi atau menilai hasil belajarnya sendiri (Vembrianto,
1975, hlm. 38).

e. Pengembangan Modul Pembelajaran


Penyusunan bahan ajar yang berbentuk buku biasanya dapat berupa
sebuah modul pembelajaran. Modul pembelajaran sebaiknya disusun
secara sistematis dan lengkap dalam rangka meningkatkan kualitas dan
kuantitas proses pembelajaran sesuai dengan tujuan instruksional yang
diinginkan. Selain itu pengembangan bahan ajar seperti modul
hendaknya berorientasi pada peserta didik (Widodo, 2008, hlm. 57).
Salah satu tahap penyusunan modul dapat dilakukan dengan
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1) Tahap Perancangan
Tahap ini merupakan tahap awal dalam penyusunan modul, yang
dikelompokkan kedalam tiga sub tahapan, yaitu tahapan analisis
kebutuhan, penyusunan Garis Besar Isi Modul (GBIM), dan penulisan
naskah serta petunjuk pemanfaatan modul (Warsita, 2008, hlm. 227).
a) Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan merupakan kegiatan pengumpulan
informasi untuk mengetahui masalah antara pembelajaran yang
seharusnya terjadi (ideal) dengan keadaan pembelajaran yang
12

sebenarnya terjadi (reality). Hasil yang diperoleh dari analisis


kebutuhan dalam konteks pembelajaran adalah kompetensi dasar
atau tujuan pembelajaran tertentu. Sumber informasi dalam analisis
kebutuhan ini dapat diperoleh dari semua pihak terkait, seperti
konteks pembelajaran, peserta didik, guru, ahli materi, ahli media,
bahkan pejabat yang berwenang (Warsita, 2008, hlm. 228).
b) Penyusunan Garis Besar Isi Modul (GBIM)
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan, kemudian dilakukan
penyusunan GBIM. Komponen-komponen GBIM minimal berisi
tentang kompetensi dasar atau tujuan umum yang diperoleh dari
hasil analisis kebutuhan, indikator atau tujuan khusus
pembelajaran, evaluasi hasil belajar yang relevan untuk mencapai
indikator tersebut, alternatif judul dan bahan belajar, serta referensi
atau rujukan (Warsita, 2008, hlm. 230).
c) Penulisan Naskah
Penulisan naskah adalah proses menuangkan materi yang
sudah disusun dalam GBIM dan dijabarkan dalam Jabaran Materi
kedalam suatu format sajian tertentu yang mudah dipahami
(Warsita, 2008, hlm. 231). Langkah yang ditempuh dalam
penulisan naskah modul meliputi mempersiapkan rancangan
penulisan dan melakukan penulisan (Daryanto, 2013, hlm. 38).
Kegiatan yang ditempuh dalam mempersiapkan
outline/rancangan penulisan meliputi langkah-langkah sebagai
berikut:
(1) Menentukan topik atau pokok bahasan yang disajikan.
(2) Mengatur urutan materi pembelajaran
Pengaturan urutan materi/topik dalam modul harus disusun
secara logis sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan untuk membantu peserta didik menyerap materi
yang disajikan. Selain itu, pengalaman peserta didik menjadi
titik awal dalam mempertimbangkan pemilihan materi, urutan
13

juga didasarkan pada kebutuhan peserta didik bukan pada ide


penulis (Daryanto, 2013, hlm. 39).
(3) Mempersiapkan outline/rancangan penulisan
Rancangan penulisan modul dapat digambarkan sebagai
berikut (Daryanto, 2013, hlm. 41):

PENDAHULUAN

KEGIATAN PEMBELAJARAN 1
 TUJUAN PEMBELAJARAN
 URAIAN: contoh-contoh,
ilustrasi/diagram, umpan balik
 LATIHAN/AKTIVITAS
Bagian Inti KEGIATAN PEMBELAJARAN 2
Modul  TUJUAN PEMBELAJARAN
 URAIAN: contoh-contoh,
ilustrasi/diagram, umpan balik
 LATIHAN/AKTIVITAS

KEGIATAN PEMBELAJARAN …
 TUJUAN PEMBELAJARAN
 URAIAN: contoh-contoh,
ilustrasi/diagram, umpan balik
 LATIHAN/AKTIVITAS

PENUTUP/TES

Gambar 2.1 Contoh Outline Penulisan Modul


Dari contoh gambar diatas dapat diamati bahwa modul
terdiri dari:
14

Tabel 2.1 Bagian Outline Penulisan Modul (Daryanto, 2013, hlm. 40)
Bagian Modul Keterangan
Pendahuluan umumnya berisi uraian singkat mengenai
informasi materi yang akan diuraikan dalam
modul, hubungan dengan materi sebelumnya,
menguraikan tujuan, media (jika diperlukan),
waktu yang dibutuhkan dalam mempelajari modul
motivasi/dorongan belajar dan sebagainya.
Inti Modul umumnya terdiri dari beberapa
penggalan/kegiatan pembelajaran yang berisikan
tujuan khusus, uraian materi, contoh-contoh,
ilustrasi, tabel, diagram, latihan dan umpan balik
Penutup biasanya berisi rangkuman atau kesimpulan,
penjelasan terkait materi sebelumnya, serta tes
yang harus dikerjakan oleh peserta didik
2) Tahap Produksi
Tahap produksi merupakan kegiatan menulis materi pembelajaran
kedalam suatu media cetak berupa modul yang meliputi persiapan,
pelaksanaan, dan penyelesaian (pascaproduksi). Kegiatan
penyelesaian modul ini merupakan kegiatan preview dan perbaikan
(revisi) modul pembelajaran (Warsita, 2008, hlm. 237-239).
3) Tahap Evaluasi
Modul yang telah dikembangkan secara sistematis diharapkan
benar-benar efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran atau
kompetensi yang diharapkan. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi
terhadap modul yang telah diproduksi. Evaluasi dilakukan untuk
memastikan bahwa modul yang dikembangkan mutunya terjamin
dengan baik. Oleh karena itu diperlukan evaluasi formatif untuk
mencari kekurangan dan merevisi modul untuk meningkatkan
kualitasnya (Warsita, 2008, hlm. 239-240).
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mengendalikan mutu
modul dapat dilakukan dengan cara: (1)evaluasi pramaster (pre-
mastery evaluation) yang terdiri dari: (a) evaluasi ahli (expert
evaluation); (b) evaluasi orang per orang (one-to-one evaluation); dan
(c) evaluasi kelompok kecil (small group evaluation), dan (2) uji coba
15

lapangan (field test) (Warsita, 2008, hlm. 240).


Tahap evaluasi dapat digambarkan dalam bagan di bawah ini:

EVALUASI PRAMASTER

Evaluasi
Ahli
Evaluasi Uji coba
kelompok lapangan Reproduksi
Evaluasi kecil
orang per
orang

Perbaikan/revisi

Gambar 2.2 Bagan Bentuk Kegiatan Evaluasi Modul

f. Faktor-faktor yang Diperhatikan dalam Pengembangan Modul


Agar modul yang dikembangkan sesuai dengan yang diharapkan dan
sesuai kebutuhan siswa, maka dalam mengembangkan modul diperlukan
kreativitas, keunikan, dan juga pengetahuan tentang lingkungan sekitar.
Oleh karena itu penulis modul harus memahami apa saja faktor-faktor
yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan bahan ajar seperti modul
(Setiawan, 2007, hlm. 1.40). Faktor-faktor tersebut diantaranya:
1) Ketercermatan isi
Ketercermatan isi merupakan validitas atau kebenaran isi secara
ilmiah dan keselarasan isi yang sesuai dengan sistem nilai yang dianut
dan berlaku di masyarakat. Artinya, isi atau konten bahan ajar
dikembangkan berdasarkan konsep dan teori yang relevan dengan
bidang keilmuan serta sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan. Sehingga isi modul dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah dan benar dari segi keilmuan agar tidak meyebarkan
miskonsepsi kepada siswa (Setiawan, 2007, hlm. 1.40-1.41).
2) Ketepatan cakupan
Ketepatan cakupan berhubungan dengan isi modul dari sisi
keluasan dan kedalaman isi atau materi, serta keutuhan konsep
16

berdasarkan keilmuan. Ukuran seberapa luas atau banyak sebuah topik


yang akan diajarkan kepada siswa dapat dilihat dari tujuan
pembelajaran yang disusun dalam modul (Setiawan, 2007, hlm. 1.42).
3) Ketercernaan modul
Semua bahan ajar termasuk modul harus memiliki ketercernaan
yang tinggi, artinya bahan ajar harus dapat dipahami dan dimengerti
oleh siswa dengan mudah. Oleh karena itu, dalam mengambangkan
modul ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendukung
tingkat ketercernaan modul. Diantaranya, pemaparan materi yang
logis, penyajian materi yang sistematis, contoh dan ilustrasi yang
memudahkan pemahaman, alat bantu yang memudahkan untuk
mempelajari bahan ajar, format yang tertib dan konsisten, dan
penjelasan tentang relevansi antar topik dan manfaat bahan ajar atau
modul (Setiawan, 2007, hlm. 1.43-1.46).
4) Penggunaan bahasa
Penggunaan bahasa menjadi salah satu faktor yang penting karena
sangat berpengaruh terhadap manfaat bahan ajar. Penggunaan bahasa
meliputi pemilihan ragam bahasa, pemilihan kata, penggunaan kalimat
efektif, dan penyusunan paragraf yang bermakna. Kata yang dipilih
hendaknya luwes dan lugas. Disamping itu, kalimat yang digunakan
hendaknya kalimat sederhana, singkat, jelas, dan hanya memiliki
makna tunggal untuk setiap kalimat agar tidak membingungkan siswa
(Setiawan, 2007, hlm. 1.47- 1.48).
5) Perwajahan/Pengemasan
Perwajahan atau pengemasan berperan dalam perancangan atau
penataan letak informasi dalam satu halaman cetak, serta pengemasan
dalam paket bahan ajar. Penataan letak informasi untuk satu halaman
cetak dalam bahan ajar hendaknya mempertimbangkan beberapa hal
berikut:
a) Narasi atau teks yang terlalu padat dalam satu halaman membuat
siswa lelah membacanya
17

b) Bagian kosong utnuk memberikan kesempatan pada siswa


membuat coretan
c) Padukan grafik, poin, dan kalimat-kalimat pendek, tetapi jangan
terus-menerus sehingga menjadi membosankan
d) Gunakan paragraf yang tidak rata pada pinggir kanan karena lebih
mudah dibaca
e) Gunakan grafik/gambar hanya untuk tujuan tertentu yang bermakna
f) Gunakan sistem penomoran yang benar dan konsisten
g) Gunakan dan variasikan jenis dan ukuran huruf untuk menarik
perhatian tetapi jangan terlalu banyak sehingga membingungkan
(Setiawan, 2007, hlm. 1.49).
6) Ilustrasi
Penggunaan ilustrasi yang tepat dalam bahan ajar atau modul
digunakan untuk memperjelas pesan atau informasi yang disampaikan.
Selain itu, ilustrasi dimaksudkan untuk memberi variasi bahan ajar
sehingga bahan ajar menjadi menarik, memotivasi, dan komunikatif.
Ilustrasi dapat berupa daftar atau tabel, diagram, grafik, kartun, foto,
gambar, sketsa, simbol, dan skema (Setiawan, 2007, hlm. 1.54-1.55).
7) Kelengkapan Komponen
Komponen atau unsur isi bahan ajar atau modul sebaiknya dimuat
secara lengkap dalam bahan ajar yang dikembangkan (Setiawan, 2007,
hlm. 1.55).

2. Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, Society)


a. Hakikat Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology,
Society)
Beberapa praktisi pendidikan telah mengemukakan istilah Science
Technology Society (STS) atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan
dengan Sains Teknologi Masyarakat (STM), Science Environment
Technology (SET), maupun istilah SETS yang merupakan akronim dari
Science, Environment, Technology, Society atau dalam bahasa Indonesia
18

berarti Sains, Lingkungan, Teknologi, Masyarakat (Salingtemas) yang


pada dasarnya adalah sama (Poedjiadi, 2010, hlm. 115).
Istilah-istilah tersebut dipakai karena dalam kehidupan, bidang sains,
teknologi dan manfaatnya terhadap masyarakat atau manusia tidak dapat
dipisahkan atau saling berkaitan, begitu juga lingkungan yang pasti
merasakan dampak dari sains dan teknologi itu sendiri (Poedjiadi, 2010,
hlm. 115-116). Sehingga istilah SETS atau STS dapat digunakan dalam
penelitian ini.
Pendidikan sains yang menggunakan pendekatan SETS tidak hanya
menekankan pengajaran pada konsep-konsep sains semata, namun juga
menekankan pada manfaat sains dan teknologi serta dampaknya terhadap
masyarakat maupun lingkungan. Sehingga dapat menumbuhkan rasa
tanggung jawab dan empati peserta didik terhadap dampak sains dan
teknologi yang terjadi di masyarakat dan lingkungan (Zulfiani, dkk.
2009, hlm. 128).
Selain itu, pengajaran dengan pendekatan SETS membuat konsep
sains yang berhubungan dengan teknologi lebih mendekatkan siswa
kepada kehidupan nyata. Dengan demikian pembelajaran menjadi lebih
bermakna bila dibandingkan dengan pembelajaran yang hanya
menekankan pada konsep sains semata tanpa dihubungkan dengan
teknologi, lingkungan, dan masyarakat (Zulfiani, dkk. 2009, hlm.126).

b. Karkeristik Pendekatan SETS


Dalam proses pembelajaran bervisi dan berpendekatan SETS
terdapat sejumlah karakteristik yang perlu dipahami di dalam penerapan
pembelajaran, karakteristik tersebut menurut Binadja (dalam Khasanah,
2015, hlm. 273) diantaranya adalah:
1) Pembelajaran dengan pendekatan SETS ditujukan untuk membantu
siswa memahami sains dan perkembangannya serta pengaruh
perkembangan sains terhadap lingkungan, teknologi dan masyarakat
secara timbal balik.
19

2) Pembelajaran berpendekatan SETS harus mampu membuat siswa


yang mempelajarinya mengerti hubungan tiap-tiap unsur dalam SETS.
3) Pendidikan SETS pada hakikatnya akan membimbing siswa untuk
dapat berfikir global dan bertindak lokal maupun global dalam
memecahkan masalah yang dihadapi sehari-hari.
4) Pada pendekatan SET, siswa diajak untuk mengenal teknologi, dan
menganalisis dampak positif dan negatif dari teknologi tersebut.
Sehingga siswa diharapkan konsep teknologi dan pengetahuan yang
telah didapatinya dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun keterkaitan diantara unsur-unsur SETS digambarkan sebagai
berikut (Khasanah, 2015, hlm. 273):

SOCIETY
Manfaat/ Manfaat/
Kerugian Kerugian

SCIENCE

ENVIRONMENT TECHNOLOGY
Manfaat/
Kerugian

Gambar 2.3 Keterkaitan Unsur-Unsur SETS


Selain itu, “beberapa penelitian juga menunjukan bahwa apabila
pengetahuan yang dipelajari siswa di sekolah dapat dirasakan manfaatnya
di kehidupan nyata, maka ia akan termotivasi untuk mempelajarinya,
bahkan ingin mencari tahu lebih banyak lagi mengenai isu atau materi
yang bersangkutan” (Poedjiadi, 2010, hlm. 110).
Dengan demikian pembelajaran dengan pendekatan SETS melatih
siswa untuk dapat menilai dampak positif maupun negatif suatu produk
sains dan teknologi dan bagaimana pengaruhnya terhadap masyarakat
maupun lingkungan. Sehingga siswa dapat mengambil keputusan secara
20

bijak atau bahkan membuat solusi apabila menghadapi masalah di


lingkungannya (Poedjiadi, 2010, hlm. 114).

c. Domain Pendekatan SETS


Menurut Yager & McCormack terdapat domain-domain atau ranah
dalam pengajaran dan penilaian pembelajaran menggunakan model
SETS, yaitu domain konsep, proses, kreativitas, aplikasi dan keterkaitan
(dalam Yager, 1992, hlm. 5).

Gambar 2.4 Domain-Domain SETS


Domain-domain tersebut dipaparkan sebagai berikut:
1) Domain Konsep
Domain konsep meliputi fakta-fakta, konsep-konsep, hukum-
hukum (prinsip-prinsip), serta teori dan hipotesis yang digunakan oleh
para saintis/ilmuwan (Yager, 1992, hlm. 5).
2) Domain Proses
Domain proses menyangkut aspek-aspek yang berhubungan
dengan bagaimana para saintis berpikir dan bekerja, misalnya
melakukan observasi, mengklasifikasi dan mengorganisasi data,
pengukuran dan pembuatan grafik, mengkomunikasikan dan
menjelaskannya kepada orang lain, memprediksi, merumuskan,
menguji hipotesis, mengidentifikasi dan mengontrol variabel,
21

menginterpretasikan data, membuat instrumen dan alat-alat sederhana,


serta pemodelan dalam bentuk fisik (Yager, 1992, hlm.5- 6).
3) Domain Kreativitas
Domain kreativitas memberikan gambaran mental,
pengkombinasian objek dan ide atau gagasan dalam cara baru,
memberikan penjelasan terhadap objek dan peristiwa-peristiwa yang
dijumpai, mengajukan pertanyaan, menghasilkan alternatif atau
menggunakan objek/ide yang tidak biasa, memecahkan masalah,
mendesain alat dan mesin, membuat alat tes sederhana untuk
menjelaskan suatu karya/teori (Yager, 1992, hlm. 6).
4) Domain Sikap
Domain sikap berhubungan dengan mengembangkan sikap positif
terhadap ilmu pengetahuan, ilmuwan, guru dan pelajaran sains di
sekolah, motivasi dan percaya diri, kepekaan, menghargai perasaan
orang lain, mengekspresikan perasaan pribadi dalam cara yang
konstruktif, dan membuat keputusan-keputusan tentang isu-isu
lingkungan dan sosial (Yager, 1992, hlm. 6).
5) Domain Aplikasi dan Keterkaiatan
Domain ini meliputi melihat atau menunjukkan penerapan dan
keterampilan pada contoh konsep-konsep ilmiah dalam kehidupan
sehari-hari maupun masalah teknologi sehari-hari. Memahami prinsip-
prinsip ilmiah dan teknologi pada alat-alat teknologi yang ada dalam
rumah tangga. Serta menggunakan proses ilmiah dalam
menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-
hari (Yager, 1992, hlm. 6).
Selain itu juga memahami dan mengevaluasi laporan media massa
tentang perkembangan ilmiah, serta membuat keputusan yang
berhubungan dengan kesehatan pribadi, nutrisi, dan gaya hidup yang
didasarkan pada pengetahuan ilmiah, dan mengintegrasikan sains
dengan pelajaran lain (Yager, 1992, hlm. 6).
22

d. Keunggulan Pendekatan SETS


Adapun keunggulan pendekatan SETS, diantaranya (Khasanah,
2015, hlm. 274):
1) Membekali peserta didik dengan kemampuan memecahkan masalah-
masalah dengan penalaran sains, lingkungan, teknologi dan
masyarakat secara integral baik di dalam ataupun di luar kelas
2) Pengajaran sains lebih bermakna karena langsung berkaitan dengan
permasalahan yang muncul di kehidupan keseharian siswa tentang
peranan sains dalam kehidupan nyata
3) Meningkatkan kemampuan siswa untuk mengaplikasikan konsep,
ketrampilan, proses, kreativitas, dan sikap meghargai produk
teknologi serta bertanggung jawab atas masalah yang muncul di
lingkungan
4) Mengaplikasikan suatu gagasan penciptaan suatu karya yang dapat
bermanfaat bagi masyarakat maupun perkembangan sains dan
teknologi.

e. Tahapan Pendekatan SETS


Secara umum pembelajaran dengan pendekatan SETS dapat
dilakukan dengan mengikuti tahapan sebagai berikut (Poedjiadi, 2010,
hlm. 126):
23

Pendahuluan: Isu atau


Tahap 1
Inisiasi/Invitasi/Apersepsi/ masalah
Eksplorasi terhadap siswa

Pembentukan/ Pemantapan
Pengembangan konsep
Tahap 2 konsep

Aplikasi konsep
dalam kehidupan: Pemantapan
Penyelesaian konsep
Tahap 3 masalah atau
analisis isu

Pemantapan
Tahap 4
konsep

Tahap 5 Penilaian

Gambar 2.5 Tahapan Pendekatan SETS

Adapun penjelasan dari kelima tahap di atas yaitu:


1) Tahap Pendahuluan
Tahap pendahuluan meliputi inisiasi, yaitu mengemukakan isu-isu
atau masalah yang ada di masyarakat yang dapat digali dari siswa
maupun guru dan invitasi yakni memusatkan perhatian siswa pada
pembelajaran. Apersepsi yakni mengaitkan peristiwa atau
pengetahuan siswa yang telah diketahuinya dengan materi
pembelajaran yang akan dibahas. Serta eksplorasi yakni guru
memberikan tugas maupun pemberian pertanyaan yang bertujuan
mengaitkan konsep dengan kehidupan nyata sehingga memicu
terjadinya diskusi atau rasa ingin tahu diantara siswa (Poedjiadi, 2010,
hlm. 127).
24

2) Tahap Pembentukan Konsep


Tahap pembentukan konsep dapat dilakukan melalui berbagai
pendekatan dan metode pembelajaran. Pada tahap ini siswa
membangun atau mengkonstruk pengetahuannya untuk menemukan
konsep yang benar melalui observasi, eksperimen, diskusi, dan lain-
lain. Pada tahap ini guru juga dapat memberikan penjelasan konsep
untuk mengarahkan siswa pada konsep yang benar (Poedjiadi, 2010,
hlm.128-129).
3) Tahap Aplikasi Konsep dalam Kehidupan
Pada tahap ini siswa melakukan analisis isu atau penyelesaian
masalah dari konsep-konsep yang telah dipahami siswa sebelumnya,
dan diharapkan dapat megaplikasikan konsep tersebut ke dalam
kehidupan sehari-hari (Poedjiadi, 2010, hlm. 130).
4) Tahap Pemantapan Konsep
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan memberikan penjelasan
mengenai konsep yang benar mengenai analisis yang telah dilakukan
di tahap sebelumnya. Hal ini karena sangat mungkin terjadi pada saat
tahap pembentukan konsep dan selama kegiatan pembelajaran siswa
mengalami miskonsepsi tetapi tidak terdeteksi oleh guru. Selain itu
miskonsepsi yang terjadi setelah proses pembelajaran lebih terpatri di
diri siswa dibandingkan miskonsepsi yang terjadi sebelum
pembelajaran (Poedjiadi, 2010, hlm. 129).
5) Tahap Penilaian
Tahap penilaian dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan
belajar dan hasil belajar yang telah diperoleh siswa. Penilaian ini
dapat melalui penilaian kognitif, afektif, dan psikomotor maupun
tindakan dan kepedulian siswa terhadap unsur SETS (Setiani, 2012,
hlm 17).
25

3. Sistem Koloid
Berdasarkan ukuran partikelnya, campuran dapat dibedakan menjadi
tiga golongan, yaitu larutan sejati, koloid, dan suspensi kasar (Syukri, 1999,
hlm. 453). Adapun perbedaan ketiga golongan tersebut sebagai berikut:
Tabel 2.2 Perbandingan Larutan, Koloid, Suspensi (Sopandi, 2010, hlm. 6.20)
Larutan Koloid Suspensi
Bersifat homogen, Secara makroskopis Bersifat heterogen
tidak dapat dibedakan bersifat homogen tetapi
walaupun jika diamati
menggunakan menggunakan mikroskop
mikroskop ultra ultra bersifat heterogen
Semua partikel Ukuran partikel antara 1 Ukuran partikelnya
berukuran kurang nm- 100 nm lebih besar dari 100 nm
dari 1 nm
Satu fasa Dua fasa Dua fasa
Stabil (jika Pada umumnya stabil Tidak stabil (jika
didiamkan tidak didiamkan akan
terpisah) memisah/ mengendap)
Tidak dapat disaring Tidak dapat disaring Dapat disaring
kecuali dengan penyaring
ultra
Suatu koloid selalu mengandung dua fasa yang berbeda, mungkin
berupa gas, cair, atau padat. Oleh sebab itu, koloid selalu mempunyai fasa
terdispersi dan fasa pendispersi. Fasa terdispersi mirip dengan zat terlarut,
dan fasa pendispersi mirip dengan pelarut pada suatu larutan (Syukri, 1999,
hlm. 454). Jenis- jenis koloid berdasarkan fasa terdispersi dan
pendispersinya digolongkan menjadi beberapa golongan. Penggolongan
tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut (Sopandi, 2010, hlm.6.20):
Tabel 2.3 Jenis-Jenis Koloid
Fasa Fasa Nama Contoh
Terdispersi Pendispersi
Gas Cair Buih Busa sabun, hair spray
Gas Padat Busa Batu apung, karet busa
Cair Gas Aerosol cair Kabut, halimun, awan
Cair Cair Emulsi Susu, krim, odol
26

Fasa Fasa Nama Contoh


Terdispersi Pendispersi
Cair Padat Emulsi padat Mentega, keju, mutiara
Padat Gas Aerosol padat Asap, debu, udara
Padat Cair Sol Gelatin, jeli, agar-agar, cat,
larutan kanji
Padat Padat Sol padat Kaca berwarna, intan hitam,
paduan logam

Koloid adalah suatu campuran, sehingga sifatnya ada yang sama dan
ada yang berbeda dengan larutan (Syukri, 1999, hlm. 455). Sifat-sifat koloid
diantaranya: (1) Efek Tyndall, (2) Gerak Brown, (3) Elektroforesis, (4)
Absorpsi, (5) Koagulasi, (6) Dialisis, (7) Koloid pelindung, (8) Koloid liofil,
dan koloid liofob (Sopandi, 2010, hlm. 6.23- 6.27).
Suatu sistem koloid dapat dibuat dengan dua cara, yaitu cara dispersi
dan kondensasi sebagai berikut:
a. Dispersi
Pembuatan koloid dengan memecah gumpalan materi atau suspensi kasar
menjadi lebih kecil sehingga tersebar dan berukuran koloid (Syukri,
1999, hlm. 458).
b. Kondensasi
Pembuatan koloid dengan cara penggabungan (kondensasi) partikel kecil
menjadi lebih besar sampai berukuran koloid (Syukri, 1999, hlm. 459).
Sistem koloid sering dijumpai di lingkungan sehari-hari, baik yang
alami maupun buatan manusia. Sistem koloid tersebut ada yang
menguntungkan dan juga merugikan. Dengan pengetahuan tentang koloid,
kita dapat menghindari atau mengurangi kerugian yang ditimbulkan atau
memanfaatkan bahkan menciptakan yang menguntungkan dari sistem koloid
tersebut (Syukri, 1999, hlm. 463).
Adapun keuntungan dari pemanfaatan sifat yang dimiliki oleh sistem
koloid diantaranya dapat mengurangi polusi udara, penggumpalan lateks,
27

membantu pasien gagal ginjal, penjernihan air, sebagai deodoran, sebagai


bahan makanan dan kosmetik, bahan pencuci dan lain sebagainya (Syukri,
1999, hlm. 463-465).

B. Model Pengembangan ADDIE


Model ADDIE merupakan model penelitian dan pengembangan sistem
pembelajaran yang dikembangkan oleh Dick and Carry (1996) yang
merupakan singkatan dari Analysis, Design, Development, Implementation, and
Evaluation. Meskipun demikian, dalam perkembangan lebih lanjut model
ADDIE juga sering digunakan dalam penelitian dan pengembangan bahan ajar
seperti modul, LKS dan buku ajar. Proses pengembangan bahan ajar seperti
modul melalui model ADDIE memerlukan beberapa kali pengujian dan revisi
sehingga meskipun prosedur pengembangan dipersingkat, produk yang
dikembangkan telah memenuhi kriteria produk yang baik, teruji secara empiris
dan tidak ada kesalahan lagi (Mulyatiningsih, 2011, hlm. 179).
Tahapan-Tahapan model pengembangan ADDIE dapat dijabarkan
sebagai berikut:

1. Analysis
Langkah analisis ini terdiri dari dua tahap, yaitu analisis kinerja
(performance analysis) dan analisis kebutuhan (need analysis). Analisis
kinerja dilakukan untuk mengetahui apakah masalah kinerja atau
pembelajaran yang dihadapi oleh siswa memerlukan solusi berupa
pengembangan atau perbaikan program pembelajaran atau tidak.
Sedangkan, analisis kebutuhan merupakan langkah yang diperlukan untuk
menentukan kemampuan-kemampuan atau kompetensi yang perlu dipelajari
oleh siswa untuk meningkatkan kinerja atau prestasi belajar (Pribadi, 2011,
hlm. 128).
Menurut Branch, langkah-langkah yang biasa dilakukan dalam
desain program instruksional atau pembelajaran pada tahap analisis dalam
model ADDIE adalah sebagai berikut (Branch, 2009, hlm. 24):
28

a. Validasi Kesenjangan Kinerja (Validate the Performance Gap)


Tahap ini bertujuan menghasilkan purpose statement yang
merupakan ringkasan yang menunjukkan fungsi dari program
instruksional atau pembelajaran yang akan dibuat atau dirancang
(Branch, 2009, hlm. 31-32).
Purpose statement ini berdasarkan pada pendefinisian kesenjangan
kinerja. Oleh karena itu, langkah awal yang dilakukan adalah
menganalisis penyebab kesenjangan kinerja dengan mengukur kinerja
aktual dan kinerja yang diharapkan. Untuk kemudian dilakukan
identifikasi mengenai alasan atau penyebab permasalahan/kesenjangan
antara pembelajaran yang sedang berlangsung dengan pembelajaran yang
diharapkan (Branch, 2009, hlm. 25-27). Sehingga dapat ditarik
kesimpulan apakah perlu mengembangkan atau memperbaiki suatu
program pembelajaran atau tidak.
b. Menentukan Tujuan Instruksional (Determine Instructional Goals)
Tujuan instruksional bertujuan menghasilkan tujuan yang
digunakan untuk menutupi kesenjangan kinerja. Tujuan instruksional
digambarkan sebagai kemampuan yang dimiliki siswa setelah selesai
mengikuti program pembelajaran (Branch, 2009, hlm. 33-34). Upaya
dalam menentukan tujuan instruksional ini dapat dilakukan melalui
proses analisis terhadap kesenjangan atau gap analysis antara
kemampuan yang dimiliki siswa saat ini dan kemampuan yang
seharusnya dimiliki siswa (Pribadi, 2014, hlm. 24).
Tujuan instruksional ini disusun dengan mempertimbangkan
perbedaan tipe belajar siswa, pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman
belajar siswa dalam mencapai tujuan yang diinginkan melalui desain
instruksional atau pembelajaran (Branch, 2009, hlm. 37).
c. Analisis Karakteristik Peserta Didik (Analyze Learners)
Langkah ini merupakan langkah untuk mengidentifikasi
kemampuan, pengalaman, dan motivasi belajar siswa. Data hasil analisis
peserta didik ini digunakan untuk pertimbangan tahap ADDIE
29

selanjutnya (Branch, 2009, hlm. 37).


Tipe data yang termasuk kedalam analisis karakter peserta didik
tetapi tidak dibatasi hanya pada data ini, yaitu identifikasi kelompok
(group identifications), karakteristik umum (general characteristics),
jumlah siswa (number of students), lokasi siswa (location of students),
pengalaman (experience levels), tingkah laku (students attitude), dan
kemampuan yang berpotensi berpengaruh terhadap kesuksesan
lingkungan pembelajaran (skills that impact potential to succeed in the
learning environment) (Branch, 2009, hlm. 38).
d. Mengidentifikasi Sumber-sumber yang dibutuhkan (Audit Available
Resource)
Pada tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi semua sumber
yang akan dibutuhkan untuk melengkapi keseluruhan proses ADDIE.
Terdapat empat sumber yang biasa digunakan dalam desain program
instruksional atau pembelajaran, yakni berupa sumber isi/materi (content
resources) yang akan dimuat dalam program pembelajaran, teknologi
(technology resources), fasilitas (instructionalfacility), dan manusia
(human resources) (Branch, 2009, hlm. 43).
e. Menentukan Strategi Pembelajaran yang Tepat (Recommend Potential
Delivery Systems)
Tahap ini dilakukan untuk merekomendasikan tindakan terbaik
yang akan dilakukan setelah menilai pembelajaran yang ada dari hasil
tahapan sebelumnya. Sebagai solusi dalam mengatasi masalah
pembelajaran siswa berupa pemilihan strategi atau pendekatan yang tepat
untuk diterapkan dalam program pembelajaran (Branch, 2009, hlm. 47).
f. Menyusun Rencana Proses Kegiatan Pengembangan (Compose a Project
Management Plan)
Tahap ini bertujuan menyusun rencana proses kegiatan yang
sekiranya terlibat dalam desain program pembelajaran yang akan dibuat.
Proses ini biasanya mengatur tentang kegiatan apa saja yang dimiliki
program pada tahap permulaan, pertengahan, dan akhir. Juga
30

memperkirakan kualitas, waktu, dan biaya yang dibutuhkan untuk desain


program pembelajaran (Branch, 2009, hlm. 52).

2. Design
“Istilah design atau desain ini menunjukkan penentuan solusi
berdasarkan temuan yang diperoleh dari tahap analisis sebelumnya. Pada
tahap ini terjadi proses kreatif dimana desainer pembelajaran ditantang
untuk menciptakan sesuatu yang baru dalam rangka meningkatkan atau
mengembangkan program pembelajaran” (Prawiradilaga, 2014, hlm. 204).
Tahap desain dilakukan dengan memeriksa kembali hal apa saja
yang dibutuhkan dalam menyusun program pembelajaran sehingga tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya dapat tercapai. Selain itu juga
menentukan pengalaman belajar yang perlu dimiliki siswa selama
melngikuti kegiatan program pembelajaran (Pribadi, 2011, hlm. 130).
Tujuan dari tahap desain adalah untuk memverifikasi keinginan
kinerja dan metode yang tepat. Langkah umum yang berhubungan dengan
tahap desain adalah sebagai berikut (Branch, 2009, hlm. 60):
a. Menyusun Daftar Tugas (Conduct a Task Inventory)
Langkah ini bertujuan mengidentifikasi tugas-tugas pokok yang
diinginkan untuk mencapai tujuan instruksional (Branch, 2009, hlm. 61).
Konsep dari menyusun tugas dalam konteks desain instruksional adalah
cara untuk mengidentifikasi hal-hal pokok yang butuh diajarkan agar
terselesaikan tujuan-tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Prosedur ini
sering disebut sebagai analisis tugas atau task analysis (Branch, 2009,
hlm. 63).
Analisis tugas mengkhususkan kinerja yang diinginkan untuk
mencapai tujuan instruksional. Tujuan instruksional bisa dianalisis
berdasarkan pada pengetahuan, kemampuan, perilaku, dan prosedur yang
harus dikerjakan (Branch, 2009, hlm. 63).
31

b. Menyusun Tujuan Kinerja (Compose Performance Objective)


Harus adanya keselarasan yang tinggi antara tujuan kinerja dengan
tujuan instruksional. Tujuan instruksional memberikan tujuan yang
bersifat umum, sedangkan tujuan kinerja memberikan tujuan yang
spesifik atau khusus. Penyusunan tujuan kinerja ini dapat dibantu dengan
menggunakan kategori atau kata kerja operasional yang ada dalam
Taksonomi Bloom (Branch, 2009, hlm. 68).
c. Menyusun Strategi Tes/Penilaian (Generate Testing Strategies)
Tugas kinerja pada dasarnya adalah tes. Strategi tes/penilaian
seharusnya mempunyai ketepatan yang tinggi antara tugas, tujuan, dan
butir-butir tes/soal. Butir soal sebaiknya autentik dan menggambarkan
ruang kinerja (Branch, 2009, hlm. 71-72). Contoh format menyusun
strategi tes dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 2.4 Format Menyusun Strategi Tes
Sample
Task Objective Test Item
Merancang rencana Merancang rencana Menggunakan peralatan
dasar dasar untuk kontraktor desain di komputer,
pengembang yang merancang rencana
memuaskan semua dasar untuk tingkatan
kode negara dan yang lebih rendag dari
regulasi konstruksi rumah baru
sekitar 1,175 kaki
persegi

d. Menghitung Biaya yang Dikeluarkan (Calculate Return on Investment)


Tujuannya untuk memperkirakan biaya yang dibutuhkan untuk
melengkapi keseluruhan proses ADDIE (Branch, 2009, hlm. 73). Adapun
kegiatan dalam tahap desain ini menurut Pradiwilaga (2014, hlm. 204-
205) sebagai berikut:
a. Merumuskan tujuan pembelajaran (umum dan khusus) berdasarkan
analisis tugas.
b. Menentukan strategi pembelajaran atau mengolah materi dan penyajian
materi, teknik, metode, dan bentuk.
32

c. Membuat desain program atau produk, atau memodifikasi pembelajaran


yang ada. Dalam tahap ini, desainer pembelajaran perlu merujuk pada
landasan teoritis belajar dan pembelajaran.
d. Menyusun penilaian belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Dalam mengembangkan program pembelajaran, tahap desain dapat
juga dilakukan dengan mengidentifikasi kompetensi khusus yang perlu
dimiliki siswa untuk mencapai kompetensi umum yang telah ditetapkan.
Kompetensi khusus ini diperoleh melalui analisis terhadap kompetensi
umum atau tujuan program pembelajaran. Proses analisis kompetensi umum
menjadi kompetensi khusus atau indikator program pembelajaran ini disebut
dengan istilah Analisis Instruksional (Pribadi, 2014, hlm. 25). Analisis
tersebut sama dengan analisis tugas.
Selain melakukan analisis instruksional, pada tahap desain juga
dirancang penggunaan strategi pembelajaran, dan alat evaluasi yang akan
digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar yang dicapai peserta
didik setelah mengikuti program pembelajaran. Hasil dari tahap desain ini
berupa gambaran rencana keseluruhan kegiatan pembelajaran (Pribadi,
2014, hlm. 25).
Menurut Mulyatiningsih (2011, hlm. 184) tahap desain memiliki
kemiripan dengan merancang kegiatan belajar mengajar, yang
merupakan proses sistematik yang dimulai dari menetapkan tujuan belajar,
merancang skenario atau kegiatan belajar mengajar, merancang
perangkat pembelajaran, merancang materi pembelajaran dan alat evaluasi
hasil belajar. Rancangan model/metode pembelajaran ini masih bersifat
konseptual dan akan mendasari proses pengembangan berikutnya.

3. Develop
“Tahap pengembangan meliputi kegiatan membuat atau
memodifikasi bahan ajar seperti modul untuk mencapai tujuan pembelajaran
khusus yang telah ditetapkan dalam tahap desain” (Pribadi, 2011, hlm. 132).
Tujuan dari tahap develop atau pengembangan adalah untuk menghasilkan
33

dan memvalidasi sumber-sumber pembelajaran yang telah dipilih di tahap


sebelumnya (Branch, 2009, hlm. 84).
Hasil dari tahap ini meliputi seperangkat sumber-sumber
pembelajaran, seperti konten atau isi materi, strategi pembelajaran, kegiatan
mandiri yang memfasilitasi peserta didik dalam membangun pemahaman
dan kemampuannya. Serta meliputi seperangkat petunjuk yang akan
memberikan arahan kepada guru untuk berinteraksi dengan peserta didik
selama mengikuti program pembelajaran dan sumber lainnya yang
dibutuhkan dalam merealisasikan bahan ajar atau modul (Branch, 2009,
hlm. 83).
Langkah umum yang berhubungan dengan tahap develop atau
pengembangan adalah sebagai berikut (Branch, 2009, hlm. 84):
a. Menghasilkan isi materi atau konten
b. Memilih atau mengembangkan media pendukung
c. Mengembangkan petunjuk untuk peserta didik
d. Mengembangkan petunjuk untuk guru
e. Merumuskan rencana evaluasi formatif
f. Merumuskan panduan tes
Tahap develop atau pengembangan dalam model ADDIE dapat
juga berisi kegiatan menuangkan rancangan kerangka konseptual di tahap
sebelumnya ke dalam bentuk yang nyata sebagai produk program
pembelajaran atau modul yang siap diimplementasikan. Produk program
pembelajarannya dapat juga berupa RPP, media dan materi pelajaran
(Mulyatiningsih, 2011, hlm. 184-185).

4. Implement
Sebagai bukti bahwa desain pembelajaran bersifat empiris, maka jika
telah selesai pada tahap pengembangan, langkah selanjutnya adalah
penerapan atau menggunakan produk yang telah dibuat untuk menguji
ketepatannya. Pada tahap ini peserta didik menggunakan modul yang telah
dibuat, hal ini bertujuan untuk mengumpulkan data mengenai kelayakan
34

atau penilaian isi modul jika dipakai dalam proses pembelajaran yang
sebenarnya. Pada tahap ini pula, catatan bagaimana siswa merasakan modul
yang telah dibuat apakah memberikan kemudahan atau kelancaran, serta
menarik minat dalam memahami pelajaran (Prawiradilaga, 2014, hlm. 206).

5. Evaluate
Evaluate atau evaluasi merupakan tahap terakhir dalam menerapkan
model ADDIE untuk mengembangkan sebuah program pembelajaran yang
efektif dan efisien. Pada dasarnya, evaluasi dapat dilakukan sepanjang
pelaksanaan kelima langkah dalam model ADDIE. Tahap evaluasi dapat
didefinisikan sebagai sebuah proses yang dilakukan untuk memberikan nilai
tehadap suatu program pembelajaran (Pribadi, 2011, hlm. 135).
Berdasarkan tujuan penggunaannya, evaluasi dapat dikelompokan
menjadi evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif digunakan
untuk memperbaiki kualitas proses pengembangan suatu program
pembelajaran maupun hasilnya seperti modul atau bahan ajar lainnya agar
memiliki efektivitas dan efesiensi yang tinggi. Melalui pengumpulan data
dan informasi yang dibutuhkan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan
dari program pembelajaran yang dievaluasi. Esensi dari evaluasi formatif
sebenarnya adalah uji coba dan revisi terhadap program pembelajaran yang
dilakukan sampai program tersebut dianggap relatif sempurna atau layak
untuk digunakan dalam situasi yang sesungguhnya (Pribadi, 2014, hlm. 28).
Program pembelajaran yang telah digunakan dalam kurun waktu
tertentu dapat dinilai efektivitasnya dengan menggunakan evaluasi sumatif.
Tujuannya memperoleh data dan informasi tentang nilai dan manfaat
program yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam
melanjutkan atau menghentikan penggunaan sebuah program pembelajaran.
Data dan informasi dalam evaluasi sumatif dapat diperoleh dari pendapat
dan penilaian ahli tentang kualitas program pembelajaran berdasarkan hasil
uji coba lapangan. Evaluasi sumatif pada hakikatnya harus dilakukan oleh
35

agen yang berasal dari institusi eksternal dan bersifat independen (Pribadi,
2014, hlm. 29-30).
Penerapan model ADDIE dalam pengembangan modul pembelajaran
digambarkan dalam diagram berikut:

ANALYSIS

revisi

DESIGN

revisi

DEVELOP

revisi

IMPLEMENT

revisi
EVALUATE

Gambar 2.6 Siklus ADDIE (Prawiradilaga, 2011, hlm. 208)

C. Hasil Penelitian yang Relevan


Berdasarkan penelitian yang berjudul “Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Kimia Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) degan
Pendekatan SETS untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif
Siswa”, dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran yang telah
dikembangkan mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif
siswa. Selain itu juga masih diperlukan pengembangan lebih lanjut pada materi
yang lain melihat keefektifitasan pembelajaran dengan perangkat yang
dikembangkan menunjukan hasil yang signifikan (Setiyono, 2011, hlm. 158).
Peneltian yang dilakukan Nugraha dkk. (2013, hlm. 34) mengenai
pengembangan bahan ajar kimia yang berjudul “Pengembangan Bahan Ajar
Reaksi Redoks Bervisi SETS, Berorientasi Konstruktivistik” menyimpulkan
bahwa bahan ajar yang dikembangkan memenuhi kriteria valid, efektif, dan
36

praktis serta dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Oleh karena
itu bahan ajar berbasis SETS dapat dijadikan produk untuk diperbanyak dan
digunakan pada proses pembelajaran yang sesungguhnya.
Penelitian juga dilakukan oleh Yoruk dkk. (2010, hlm. 1422) yang
berjudul “The Effects of Science, Technology, Society, Environment (STSE)
Interactions on Teaching Chemistry” menyimpulkan bahwa pembelajaran
dengan SETS membuat siswa lebih tertarik dalam pembelajaran kimia, serta
memberikan pembelajaran bagaimana menghargai kondisi lingkungan,
teknologi, dan kontribusinya bagi masyarakat dan memprediksi kemungkinan
kerusakan yang akan ditimbulkan. Selain itu juga menghilangkan jurang
pemisah antara pembelajaaran kimia dengan teknologi, lingkungan dan
masyarakat.
Mengingat pendekatan SETS sangat berhubungan dengan IPA termasuk
kimia dan mampu membantu dalam pembelajaran, penelitian pun telah
dilakukan oleh Esmiyati dkk. (2013, hlm. 186) yang bejudul “Pengembangan
Modul IPA Terpadu Bervisi SETS pada Tema Ekosistem”. Hasil penelitian
tersebut menunjukan bahwa modul yang dikembangkan layak digunakan dalam
pembelajaran dan membantu siswa dalam mencapai KKM.

D. Kerangka Berpikir
Pembelajaran yang berlangsung di sekolah cenderung berpusat pada
guru, sehingga peran guru menjadi sumber satu-satunya pada pembelajaran.
Hal ini tentu saja akan menyebabkan ketergantungan siswa kepada guru dan
kurangnya kemampuan siswa untuk belajar mandiri. Padahal tuntutan
pembelajaran di sekolah salah satunya menuntut siswa untuk belajar aktif,
responsif, dan mandiri. Hal ini tentu tidak akan tercapai jika guru masih
mendominasi dan menjadi satu-satunya sumber belajar bagi siswa.
Bahan ajar yang tersedia di sekolah terutama pada materi kimia masih
belum cukup memenuhi tuntutan tujuan pembelajaran kimia itu sendiri dan
dirasa masih kurang memenuhi kebutuhan belajar siswa. Selain itu, siswa
hanya berpatokan pada buku paket yang materinya sulit dipahami sendiri oleh
37

siswa. Oleh karena itu harus ada fasilitas yang mendukung dan menjembatani
tercapainya tuntutan pembelajaran dan kebutuhan belajar siswa tersebut.
Salah satu cara yang dapat dijadikan solusi dari permasalahan tersebut
adalah dengan penggunaan bahan ajar. Bahan ajar yang dirasa dapat mengasah
keaktifan dan melatih kemandirian belajar siswa adalah modul. Terlebih lagi
sedikitnya modul yang dikembangkan oleh guru khususnya pada materi koloid.
Koloid bukan hanya berisi mengenai teori atau konsep saja melainkan juga
terdapat aplikasi atau manfaat dari konsep tersebut.
Pembelajaran di sekolah sering memisahkan antara aplikasi dikehidupan
siswa dengan konsep kekimiaan sehingga siswa tidak sadar bahwa ternyata
antara sains atau kimia saling berhubngan dengan teknologi, masyarakat dan
dampaknya terhadap lingkungan sekitar. Hal ini juga berdampak pada kurang
berminatnya siswa pada pelajaran kimia sehingga berpengaruh pada hasil
belajar dan pembelajaran menjadi kurang bermakna, belum lagi anggapan
bahwa kimia itu sulit.
Dengan demikian modul pembelajaran kimia ini disusun untuk
melengkapi dan mengatasi kebutuhan siswa dalam pembelajaran khususnya
pada materi koloid melalui pendekatan SETS yang diharapkan mampu
mengintegrasikan antara pembelajaran sains, teknologi, masyarakat, dan
lingkunagan. Serta melatih siswa urntuk belajar mandiri dalam membangun
pengetahuannya dan membimbing siswa belajar aktif dalam pembelajaran di
kelas maupun di luar kelas.
Kerangka berpikir tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
38

Pembelajaran yang diharapkan Pembelajaran yang aktual

- Pembelajaran modern - Pembelajaran kurang


menuntut peserta didik aktif, memperhatikan perbedaan
responsif, dan mandiri karakteristik siswa
- Pembelajaran ditunjang - Pelajaran kimia dirasa sulit
dengan ketersedian bahan ajar oleh siswa, dan siswa
yang harus sesuai dengan belum dapat mengaitkan
tujuan pembelajaran kimia gap antara materi kimia dengan
dalam KTSP agar siswa dapat teknologi, lingkungan dan
memahami konsep, prinsip, masyarakat.
hukum, dan teori kimia serta - Bahan ajar yang digunakan
saling keterkaitannya dan berupa buku paket dan
penerapannya untuk LKS, serta belum
menyelesaikan masalah dalam tersedianya modul yang
kehidupan sehari-hari dan berbasis SETS terutama
teknologi, pada materi koloid
- Bahan ajar diharapkan berisi - Buku paket yang dipakai
konten yang sederhana, mudah sulit dipahami, kurang
dipahami siswa dan sistematis, menarik minat baca dan
sehingga pembelajaran aktif, bahasanya sulit dimengerti
menyenangkan dan
meningkatkan minat belajar

Pengembangan Modul
Pembelajaran Kimia berbasis
SETS pada Materi Koloid

Modul Pembelajaran Kimia berbasis


SETS pada Materi Koloid

Layak digunakan sebagai bahan Membantu siswa menghubungkan


ajar dalam pembelajaran kimia, antara konsep kimia (koloid)
baik di kelas maupun dengan lingkungan, teknologi,
pembelajaran mandiri dan masyarakat

Gambar 2.7 Kerangka Berpikir


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2015 – Juli 2016. Penelitian ini
menggunakan penelitian pengembangan model ADDIE yang terdiri dari lima
tahapan, yakni tahap analisis, tahap desain, tahap pengembangan, tahap
implementasi atau uji coba, dan tahap evaluasi, akan tetapi dibatasi hanya
sampai tahap implementasi atau uji coba. Waktu pelaksanaan pada masing-
masing tahap dapat dilihat pada Lampiran 5 Rencana Kegiatan Proses
Pengembangan di halaman 133. Tahap implementasi atau uji coba terbatas
dalam penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 28 Kabupaten Tangerang, pada
bulan Juli 2016 selama kurang lebih 1 hari. Sedangkan, khusus untuk tahap
evaluasi dilakukan di setiap tahapan.

B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah 3 orang guru kimia dari
SMA yang berbeda sebagai responden dalam tahap analisis kebutuhan, dan 10
orang siswa dalam tahap analisis karakteristik siswa. Validator isi modul, yakni
3 orang dosen kimia sebagai ahli dan 1 orang guru kimia SMA sebagai praktisi
pendidikan.
Validator tersebut bertindak untuk memvalidasi kelayakan isi modul
yang dikembangkan sebelum masuk ke tahap implementasi. Selain itu juga
siswa SMA kelas XI sebanyak 33 orang sebagai responden dalam angket
respon siswa terhadap modul yang dikembangkan untuk mengetahui respon
siswa terhadap modul hasil pengembangan yang telah dilakukan (Lestari, 2013,
hlm. 110).

C. Metode dan Desain Penelitian


1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan
model ADDIE yang merupakan singkatan dari Analyze (Analisis), Design
(Desain), Develop (Pengembangan), Implement (Implementasi atau

39
40

Penerapan), dan Evaluate (Evaluasi).

2. Desain Penelitian
Desain penelitian pengembangan modul pembelajaran kimia
berbasis SETS pada materi koloid ini mengikuti tahapan model ADDIE
yang diadaptasi dari model penelitian dan pengembangan ADDIE oleh
Branch (2009), sebagai berikut:

a. Analyze/ Analisis
Tahap analisis bertujuan mengidentifikasi kemungkinan penyebab
terjadinya kesenjangan kinerja (performance gap) (Branch, 2009, hlm.
23). Kesenjangan kinerja tersebut didefinisiskan sebagai jarak atau
perbedaan yang dapat diamati mengenai kompetensi atau kemampuan
yang telah dimiliki dengan yang seharusnya dimiliki oleh siswa (Pribadi,
2011, hlm. 131).
Kesenjangan kinerja ini dapat dipengaruhi baik oleh kinerja guru,
siswa, tenaga kependidikan dan lainnya. Dalam melengkapi tahap
analisis, peneliti harus mengetahui langkah apasaja yang harus diambil
guna menutupi kesenjangan kinerja yang dijumpai (Branch, 2009, hlm.
23). Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah kesenjangan yang
ditemukan memerlukan solusi berupa pengembangan modul atau tidak.
Pada tahap ini, peneliti melakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Validasi Kesenjangan Kinerja (Validate the Performance Gap)
Langkah ini dilakukan melalui proses wawancara mengenai
ketersediaan modul dan proses pembelajaran yang sedang
berlangsung, serta analisis terhadap ketertarikan siswa dalam
pembelajaran kimia dan bahan ajar yang digunakan. Wawancara ini
dilakukan terhadap 3 orang guru kimia di tiga sekolah berbeda, yakni
masing-masing 1 orang guru SMAN 28 Kabupaten Tangerang, 1
orang guru SMAN 10 Kota Tangerang Selatan, dan 1 orang guru
41

SMA Swasta Ruhul Bayan Kabupaten Tangerang. Serta 10 orang


siswa di SMAN 28 Kabupaten Tangerang.
2) Merumuskan Tujuan Instruksional (Determine Instructional Goals)
“Setelah memastikan bahwa masalah kinerja dapat diatasi
melalui program pengembangan pembelajaran modul, maka perlu
merumuskan tujuan instruksional atau kompetensi umum program
pembelajaran” (Pribadi, 2014, hlm. 24). Tahap ini dilakukan setelah
mengetahui kekurangan pembelajaran yang diperoleh dari analisis
terhadap kesimpulan wawancara guru dan siswa atau dari validasi
analisis kesenjangan kinerja yang telah dilakukan.
3) Analisis Karakteristik Peserta Didik (Analyze Learners)
Langkah ini ditujukan untuk mengetahui kemampuan,
pengalaman, dan motivasi belajar siswa berupa identifikasi kelompok
siswa, karakteristik umum, tingkat pengalaman, sikap, serta
kemampuan yang dapat berpengaruh terhadap kesuksesan lingkungan
pembelajaran peserta didik.
Pengumpulan data pada langkah ini dilakukan melalui
wawancara langsung kepada 10 orang siswa mengenai proses
pembelajaran yang berlangsung, ketersediaan bahan ajar berupa
modul atau buku paket, minat siswa terhadap pembelajaran dan bahan
ajar, serta kemudahan siswa dalam memahami bahan ajar yang
digunakan.
Analisis karakteristik peserta didik menjadi bagian penting
dalam pengembangan modul ini dikarenakan materi yang
dikembangkan dalam modul pada akhirnya dimaksudkan untuk
membantu dan memudahkan peserta didik dalam belajar (Uno, 2010,
hlm. 29). Untuk itu sebelum mengembangkan materi perlu dilihat
kembali karakteristik siswa.
42

4) Mengidentifikasi Sumber-Sumber yang Dibutuhkan (Audit Available


Resource)
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi semua sumber
yang dibutuhkan untuk melengkapi keseluruhan proses pengembangan
modul yang menggunakan model ADDIE. Sumber yang dibutuhkan
berupa sumber isi/materi (content resources) yang akan dimuat dalam
modul, teknologi (technology resources), fasilitas (facility resources),
dan manusia (human resources) yang mendukung dalam proses
pengembangan modul.
5) Menentukan Strategi Pembelajaran yang Tepat (Recommend Potential
Delivery Systems)
Langkah ini dilakukan untuk merekomendasikan tindakan
terbaik yang akan dilakukan berupa pemilihan strategi atau
pendekatan yang tepat untuk diterapkan dalam program pembelajaran
atau modul. Strategi pembelajaran yang diterapkan dalam modul ini
adalah berbasis SETS (Science, Technology, Environment, and
Society).
6) Membuat Rencana Proses Kegiatan Pengembangan (Compose a
Project Management Plan)
Rencana proses kegiatan pengembangan modul disusun
berdasarkan jenis kegiatan pengembangan modul di setiap tahapan
analisis, desain, pengembangan, implementasi dan evaluasi, juga
estimasi waktu yang dibutuhkan dalam mengembangkan modul di
setiap tahapannya.

b. Design/ Desain
Pada penelitian ini, tahap desain dirancang dengan menentukan
pengalaman belajar yang harus dimiliki oleh siswa selama mengikuti
kegiatan program pembelajaran atau modul yang dikembangkan. Tahap
desain harus mampu menjawab pertanyaan apakah program
pembelajaran atau modul yang dikembangkan mampu mengatasi masalah
43

yang ditemui pada tahap analisis (Pribadi, 2011, hlm. 130-131).


Pada tahap desain ini peneliti merancang rumusan tujuan
pembelajaran secara khusus atau indikator, merancang kegiatan atau
pengalaman pembelajaran yang diharapkan didapatkan oleh siswa yang
mengacu pada strategi pembelajaran SETS sebagaimana telah ditetapkan
sebelumnya di tahap analisis. Rancangan tersebut kemudian disusun
dalam format Analisis Tugas. Setelah menyusun daftar tugas atau analisis
tugas, selanjutnya dilakukan analisis terhadap konten yang akan disajikan
dalam modul yang dituangkan kedalam format Analisis Konten
Pengembangan Modul, kemudian merumuskan strategi penilaian yang
sesuai dengan tujuan atau indikator yang telah dirumuskan sebelumnya.

c. Develop/ Pengembangan
Tujuan dari tahap pengembangan ini adalah untuk menghasilkan
modul yang diharapkan. Langkah yang dilakukan dalam tahap ini
diantaranya:
1) Menghasilkan Isi Materi atau Konten
Langkah ini diartikan sebagai proses membuat atau
mengambangkan konten program pembelajaran seperti modul.
Dengan kata lain peneliti merealisasikan rancangan berupa rumusan
indikator, konten, dan strategi tes yang telah disusun pada tahap
desain untuk kemudian dimasukan kedalam modul pembelajaran yang
akan dibuat.
2) Memilih atau Mengembangkan Media Pendukung
Langkah ini dilakukan dengan mengembangkan rencana
pembelajaran (Rencana Program Pembelajaran/RPP) sebagai panduan
guru untuk mengimplementasikan modul pembelajaran kimia berbasis
SETS jika ingin dipakai dalam pembelajaran di dalam kelas. Dalam
RPP ini nantinya akan dipilih media apa saja yang mendukung dalam
proses pembelajaran menggunakan modul pembelajaran berbasis
SETS.
44

3) Merumuskan Lembar Evaluasi Pembelajaran


Tiap-tiap modul disertai lembaran evaluasi yang berupa soal-
soal atau tes. Evaluasi tersebut digunakan untuk mengukur
keberhasilan siswa dalam menguasai materi dalam modul dan untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran
(Vembrianto, 1975, hlm. 75). Lembar evaluasi ini berupa soal-soal
dalam modul yang dikembangkan berdasarkan pada tahap strategi
penilaian di tahap analisis kemudian dituangkan ke dalam modul.
4) Merumuskan Rencana Evaluasi Formatif
Langkah ini dilakukan dengan merumuskan instrumen
penelitian berupa lembar validasi isi modul oleh dosen. Lembar
validasi tersebut digunakan sebagai alat ukur untuk menilai atau
memperbaiki kualitas modul yang telah dibuat sebelum memasuki
tahap implementasi. Pada tahap ini peneliti juga merumuskan lembar
angket siswa berupa pernyataan positif sebanyak 20 butir yang
mencakup beberapa aspek. Angket ini sebagai alat penilaian modul
oleh siswa yang digunakan apabila modul yang dikembangkan telah
divalidasi oleh ahli dan diuji coba terbatas di kelas.

d. Implement/ Implementasi
Tahap ini merupakan tahap uji coba modul yang telah selesai
dibuat ke dalam situasi yang mirip dengan keadaan sesungguhnya dalam
proses pembelajaran atau di dalam kelas. Hal yang dilakukan dalam
tahap ini adalah mempersiapkan kelas, guru, dan siswa.
Tahap uji coba modul ini bertujuan untuk mengumpulkan data
yang berhubungan dengan kelayakan atau penilaian isi modul oleh siswa
jika dipakai dalam proses pembelajaran di kelas. Data tersebut diperoleh
dari hasil angket respon siswa yang telah dibuat di tahap sebelumnya.
Pada tahap ini juga merupakan catatan bagaimana siswa merasakan
apakah modul yang telah dibuat memberikan kemudahan atau
45

kelancaran, serta menarik minat siswa dalam memahami pelajaran kimia


khususnya pada materi koloid.
Adapun alur desain penelitian ini dapat dilihat dalam Gambar 3.1
sebagai berikut:
46

Validasi Kesenjangan Kinerja


melalui Wawancara Guru
dan Siswa
Merumuskan Tujuan Instruksional

Analisis Karakter Peserta didik


melalui Wawancara
Karakteristik Siswa
Menentukan Strategi/pendekatan Modul

Mengidentifikasi Sumber-sumber yang Dibutuhkan


Analisis

Menyusun Daftar Tugas (Analisis Tugas)

Analisis Konten Modul Pembelajaran berbasis SETS

Menyusun Strategi Penilaian dan Tes dalam Modul


Desain

Menyusun Menyusun Merumuskan Alat


RPP Modul Evaluasi Modul
Revisi

Instrumen Validasi Angket Respon Siswa


melalui
Isi Modul Oleh Ahli Terhadap Modul

Uji Validitas Modul

Tidak Valid Valid


Pengembangan

Uji Coba melalui


Terbatas
Implementasi

Pengolahan
Gambar 3.1 Desain Penelitian Data
47

D. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian pengembangan modul ini diperlukan data analisis
kebutuhan sebagai langkah awal dalam pembuatan modul dan data
karakteristik peserta didik, serta data penilaian isi modul untuk menilai
kelayakan modul yang telah dibuat dan data respon siswa terhadap modul.
Oleh karena itu dibutuhkan teknik pengumpul data yang sesuai. Teknik
pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini diantaranya adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan Data
No Data Teknik Keterangan
1 Analisis Wawancara Pengambilan subjek
Kebutuhan semistruktur terhadap 3 pada tahap analisi kebutuhan,
(Validasi orang guru mata karakteristik peserta didik,
Kesenjangan pelajaran kimia dan 10 validasi modul, dan anget
Kinerja) siswa SMA kelas XI respon siswa menggunakan
IPA teknik purposive sampling.
2 Analisis Wawancara Hal ini karena dalam
Karakteristik semistruktur penelitian kualitatif,
Peserta Didik terhadap10 siswa SMA penentuan sumber data
kelas XI IPA dilakukan berdasarkam pada
3 Penilaian Lembar validasi isi tujuan atau masalah
modul modul yang diisi oleh 3 penelitian, yang
pembelajaran orang dosen kimia menggunakan pertimbagan-
kimia yang sebagai ahli materi dan pertimbangan dari peneliti itu
dikembangkan 1 orang guru kimia sendiri, dalam rangka
sebagai praktisi memperoleh ketepaan dan
pendidikan kecukupan informasi yang
4 Respon siswa Lembar angket respon dibutuhkan sesuai dengan
terhadap siswa terhadap isi tujuan atau masalah yang
modul yang modul yang diberikan dikaji dalam penelitian, yakni
dikembangkan kepada 33 orang siswa mengembangkan modul
SMA kelas XI IPA pembelajaran (Satori dan
pada saat dilakukan uji Komariah, 2011, hlm. 50-
coba terbatas di tahap 51).
implementasi.
48

E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat pengumpul data yang dirancang dan
dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagaimana
adanya (Margono, 2010, hlm. 155). Adapun instrumen penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini diantaranya pedoman wawancara sebagai alat
pengumpul data untuk analisis kebutuhan yang melatarbelakangi penelitian dan
untuk mengetahui karakteristik peserta didik sebagai pengguna modul, lembar
validasi isi modul dan lembar angket penilaian siswa terhadap modul.
Instrumen-instrumen tersebut dipaparkan sebagai berikut:

1. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara ini ditujukan kepada guru mata pelajaran kimia
dan siswa, tujuannya untuk melihat gambaran permasalahan yang terjadi
terutama dalam proses pembelajaran dan kebutuhan bahan ajar. Wawancara
tersebut dilakukan menggunakan wawancara semistruktur.
Dalam wawancara semistruktur, peneliti menggunakan beberapa inti
pokok pertanyaan yang akan diajukan dengan membuat garis besar pokok-
pokok pertanyaan. Namun, dalam pelaksanaannya peneliti mengajukan
pertanyaan secara bebas, tanpa perlu berurutan dengan pemilihan kata yang
tidak baku dan dimodifikasi sesuai situasi. Tujuannya adalah untuk
menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak
wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Sementara itu, peneliti
mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh
narasumber (Satori dan Komariah, 2013, hlm. 135).
Tabel 3.2 Kisi-kisi Wawancara Analisis Kebutuhan
Indikator Pertanyaan
Guru Siswa
Pembelajaran Apa kurikulum yang Apakah menurut anda
Kimia diberlakukan di sekolah? pelajaran kimia lebih sulit
dari mata pelajaran lain?
Kenapa?
Bagaimanakah Bagaimana sebaiknya guru
pembelajaran kimia di menjelaskan pembelajaran
49

Indikator Pertanyaan
Guru Siswa
kelas? kimia agar lebih bisa
dipahami?
Apakah bapak/ibu selalu Apakah dalam pembelajaran
menerapkan model-model guru lebih sering membahas
pembelajaran dalam soal atau menjelaskan
KBM? Contoh modelnya manfaat kimia dalam
seperti apa? kehidupan sehari-hari?
Apakah bapak/ibu pernah Apakah dalam pembelajaran
menerapkan model guru pernah mengadakan
pembelajaran SETS praktikum?
(Science, Environment,
Technology, Society) ?
Jika Ya. Apakah siswa Apakah anda bisa
merespon dengan baik, menghubungkan antara
saat bapak/ibu materi kimia yang diajarkan
menggunakan model untuk menyelesaikan
pembelajaran SETS? masalah dalam kehidupan
sehari-hari terutama yang
berhubungan dengan
lingkungan, teknologi, dan
masyarakat?
Menurut bapak/ibu,
bagaimanakah
pembelajaran kimia saat
ini?
Ketersediaan Bahan ajar apa yang siswa Apakah buku yang anda
Bahan Ajar gunakan selama gunakan?
pembelajaran? (buku
paket/LKS/modul/dll)?
Terutama pada kelas XI?
Apakah alasan bapak/ibu Apakah buku tersebut
memilih bahan ajar dibutuhkan pada saat belajar
tersebut? kimia? Kenapa?
Dalam proses Apakah buku yang
pembelajaran, apakah digunakan mudah dipahami?
bapak/ibu pernah
menggunakan modul,
terutama modul berbasis
50

Indikator Pertanyaan
Guru Siswa
SETS?
Menurut bapak/ibu, Apakah buku yang
bagaimanakah bahan ajar digunakan menarik untuk
yang baik? dibaca?
Menurut bapak/ibu, perlu Bagaimanakah buku yang
tidak mengembangkan dapat membantu anda lebih
bahan ajar yang dikaitkan memahami pembelajaran
dengan penerapan sains, kimia, Kenapa?
lingkungan, teknologi dan
kehidupan masyarakat?
Mengapa?

Tabel 3.3 Kisi-kisi Wawancara Analisis Karakteristik Peserta Didik

No Indikator Pertanyaan
1 Pengalaman Apakah menurut anda pelajaran kimia lebih sulit dari
Pembelajaran mata pelajaran lain? Kenapa?
2 Apakah anda pernah melakukan praktikum kimia
baik disekolah dan atau dirumah? Apa saja?
3 Apakah anda bisa menghubungkan antara materi
kimia yang diajarkan untuk menyelesaikan masalah
dalam kehidupan sehari-hari terutama yang
berhubungan dengan lingkungan, teknologi, dan
masyarakat?
4 Apakah anda pernah membuat produk kimia yang
dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari?
Apa saja?
5 Keterampilan Apakah anda pernah merasa kesulitan dalam
dalam praktikum? Kenapa?
6 Praktikum Apa saja alat yang pernah anda pakai dalam
praktikum?
7 Apakah anda menggunakan alat praktikum dengan
baik?
8 Kemampuan Apakah anda dapat memahami pembelajarna kimia
Memahami dengan baik?
9 Materi Kimia Apakah anda merasa kesulitan dalam mengerjakan
tugas/ulangan kimia?
10 Minat dan Apakah anda selalu mencatat dan mendengarkan apa
51

No Indikator Pertanyaan
Motivasi yang disampaikan guru ketika belajar kimia?
11 dalam Apakah anda selalu mengulang kembali
Pembelajran pembelajaran yang telah disampaikan guru?
12 Apakah anda selalu mengerjakan tugas ( PR/ Latihan
Soal dll) yang diberikan guru?
13 Apakah anda suka membaca buku tentang kimia?
14 Apakah anda tertarik dengan pembelajarn kimia?

2. Lembar Validasi Modul


Lembar validasi modul dalam penelitian ini adalah alat pengumpul
data yang bertujuan menilai atau menguji kelayakan isi suatu modul
berbasis SETS yang telah dikembangkan sebelum dilakukan uji coba
terbatas kepada siswa. Lembar validasi tersebut dinilai oleh 4 orang ahli.
Instrumennya menggunakan daftar check (checklist) skala Guttman. Hasil
validasi digunakan untuk pengecekan dan penyempurnaan modul yang
dibuat.
Butir-butir yang ada dalam lembar validasi modul ini mengacu pada
rambu-rambu evaluasi bahan ajar cetak yang ada dalam Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) tahun 2014 (Djuandi, 2014). Adapun kisi-kisi
lembar validasi isi modul dapat dilihat sebagai berikut:
52

Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Validasi Isi Modul berbasis SETS:


No.
No Komponen Sub Komponen Jml
Pernyataan
1 Kelayakan Dimensi Pengetahuan 1,2,3,4 4
Isi Dimensi Science, 7
5,6,7,8,9,10,
Environment, Technology,
11
and Society (SETS)
2 Penyajian Teknik Penyajian 12,13,14,15, 5
16
Pendukung Penyajian Materi 17,18,19,20 4
Penyajian Pembelajaran 21,22,23,24, 5
25
Kelengkapan Unsur-unsur 26,27,28,29, 7
Modul 30,31,32
3 Kebahasaan Keterbacaan 33,34,35 3
Koherensi 36 1
Penggunaan Istilah dan 1
39
Simbol
4 Kegrafikan Ukuran Modul 40 1
Desain Kover Modul 41,42,43,44 4
Desain Isi Modul 45,46,47 3
Tipografi Isi Modul 48,49,50 3
Jumlah 50

3. Lembar Angket Penilaian Siswa


Sugiyono (2011, hlm. 199) mengemukakan bahwa “angket atau
kusioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya”. Lembar angket penilaian oleh siswa ini bertujuan untuk
mengetahui respon siswa terhadap modul yang telah dikembangkan pada
saat uji coba terbatas.
Angket yang digunakan berupa angket tertutup (angket berstruktur),
yakni angket yang disajikan dalam bentuk terstruktur, dimana responden
atau siswa diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan
karakteristik dirinya dengan memberikan tanda checklist pada masing-
53

masing pertanyaan (Riduwan, 2010, hlm. 54). Hasil angket ini nantinya
akan digunakan untuk mengidentifikasi kekurangan modul apabila
digunakan pada kondisi yang mirip dengan kondisi pada saat produk
tersebut digunakan, yakni dalam kondisi kelas sebenarnya.
Dalam angket ini, siswa diharapkan memberikan respon mengenai
aspek kecermatan isi, keterbacaan modul, keseuaian modul dengan
pembelajaran SETS, daya tarik modul, perwajahan, serta penggunaan
bahasa dan istilah yang ada dalam modul. Adapun butir-butir yang ada
dalam lembar angket penilaian siswa terhadap modul ini mengadaptasi pada
evaluasi uji coba lapangan bahan ajar (Lestari, 2013, hlm.109).
Tabel 3.5 Kisi-kisi Lembar Angket Penilaian Siswa terhadap Modul
Pembelajaran Kimia Berbasis SETS

Aspek Yang No
No Indikator Jml
Dinilai Siswa Pernyataan
1 Kecermatan Kesesuaian dengan tujuan 1,2 2
Isi pembelajaran
Kesesuaian dengan 3 1
kebutuhan siswa
Kemutakhiran 4 1
2 Ketercernaan Kemudahan siswa 5,6,7 3
Modul mempelajari modul
3 Pembelajaran Kesesuaian dengan 8,9 5
Berbasis pembelajaran berbasis 10,11,
SETS SETS 12
4 Daya Tarik Ketertarikan terhadap isi 13,14 2
Modul modul
Ketertarikan terhadap 15,16 2
tampilan modul
5 Perwajahan Kesesuaian ilustrasi dan 17,18 2
gambar
6 Penggunaan Kejelasan bahasa penulisan 19,20 2
Bahasa Dan modul
Istilah
Jumlah 20 20
54

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data


1. Wawancara Analisis Kebutuhan
Teknik pengolahan dan analisis data pada wawancara analisis
kebutuhan dilakukan dengan menyeragamkan data hasil wawancara satu
bentuk tuisan (script) yang selanjutnya format tulisan hasil wawancara
disebut verbatim wawancara (Herdiansyah, 2010, hlm.165). Verbatim
wawancara berisi tentang proses wawancara serta segala situasi yang terjadi,
semua hal yang dibicarakan diubah menjadi bentuk tulisan apa adanya,
tanpa satu katapun yang dilewatkan, dikurangi, atau diedit (Herdiansyah,
2010, hlm. 166).
Hasil wawancara pada saat kegiatan analisis kebutuhan yang sudah
memiliki alur tema yang jelas dalam verbatim wawancara ke dalam suatu
format kategorisasi sesuai tema-tema yang sudah dikategorikan, kemudian
memecah tema-tema tersebut ke dalam sub tema yang diakhiri dengan
memberikan kode dari subtema tersebut (Herdiansyah, 2010, hlm.176).
Kode yang diberikan pada setiap pernyataan subjek (responden) berfungsi
sebagai identitas dan keterangan dari pernyataan yang dicuplik pada
verbatim wawancara. Format penulisan kode adalah sebagai berikut: (Nama
Subjek/inisial, urutan wawancara, tanggal wawancara, baris pernyataan
dalam verbatim wawancara) (Herdiansyah, 2010, hlm.178).
Hasil wawancara kemudian ditarik kesimpulannya, kesimpulan ini
merupakan esensi dari uraian seluruh sub kategorisasi tema yang tercantum
pada tabel kategorisasi dan pengodean yang sudah terselesaikan
(Herdiansyah, 2010, hlm.179). Sub kategorisasi tersebut disusun dalam
bentuk indikator pertanyaan.

2. Data Lembar Validasi


Data lembar validasi modul ini menggunakan skala Guttman. Skala
Guttman digunakan untuk mendapatkan jawaban yang bersifat jelas (tegas)
dan konsisten mengenai pernyataan yang diajukan. Skala Guttman memiliki
55

dua alternatif jawaban, misalnya Ya dan Tidak (Riduwan, 2010, hlm. 43).
Adapun kriteria penskoran skala Guttman dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.6 Kriteria Penskoran Skala Guttman (Sugiyono, 2010, hlm. 139)
No Alternatif Jawaban Skor
1 Ya 1
2 Tidak 0

Modul dikatakan valid dan layak diujicobakan jika semua poin


pertanyaan mendapatkan skor 1, akan tetapi jika pertanyaan mendapatkan
skor nol (0) maka modul direvisi berdasarkan pertanyaan yang mendapatkan
jawaban nol tersebut serta saran dari validator.

3. Data Angket Penilaian Siswa


Untuk memudahkan dalam menginterpretasikan data, maka angket
respon atau penilaian siswa terhadap modul dibuat dengan menggunakan
skala Likert berupa pernyataan dengan pemberian checklist (√) pada kolom
jawaban dengan lima alternatif pilihan jawaban. Skala Likert dipilih karena
fungsi dari skala itu sendiri digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial
(Riduwan, 2010, hlm. 38). Sehingga bisa dipakai untuk mengetahui respon
siswa terhadap modul.
Skoring pilihan jawaban skala Likert tergantung pada sifat
pertanyaan/pernyataan. Contoh bentuk alternatif pilihan jawaban untuk
pernyataan/pertanyaan menggunakan skala Likert diantaranya SS (Sangat
Setuju), S (Setuju), KS (Kurang Setuju), TS (tidak Setuju), dan STS (Sangat
Tidak Setuju (Widoyoko, 2014, hlm. 109).
Pemilihan respon skala lima dikarenakan mempunyai variabilitas
respon yang lebih baik atau lengkap sehingga mampu mengungkap lebih
maksimal perbedaan sikap responden. Hanya saja kelemahannya adalah
adanya kecenderungan responden untuk memilih alternatif tengah yang
dianggap paling aman (cukup, netral, ragu-ragu). Oleh karena itu
56

penggunaan istilah untuk alternatif pilihan tengah menggunakan istilah


“kurang” (Widoyoko, 2014, hlm. 106-107).
Pengolahan data pada angket siswa melalui pemberian checklist (√)
pada kolom jawaban pertanyaan dengan lima alternatif pilihan jawaban,
sebagai berikut (Riduwan & Sunarto, 2012, hlm. 21):
Tabel 3.7 Pedoman Penskoran Data Angket Siswa
No Alternatif Jawaban Bobot Skor
Positif (+) Negatif (-)
1 Sangat Setuju (SS) 5 1
2 Setuju (S) 4 2
3 Kurang Setuju (KS) 3 3
4 Tidak Setuju (TS) 2 4
5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5

Data yang telah diperoleh ditabulasikan dan dicari presentasinya


kemudian dianalisis. Perhitungan presentase menggunakan rumus (Riduwan
& Sunarto, 2012, hlm. 23):

Untuk mempermudah dalam menafsirkan data, data angket siswa


yang sudah dihitung kemudian diberikan interval skor sebagai berikut
(Arikunto, 2007, hlm. 44):
Tabel 3.8 Kriteria Hasil Penskoran Data Angket Siswa
No Interval Skor (%) Kategori
1 81-100 Sangat Baik
2 61-80 Baik
3 41-60 Cukup
4 21-40 Kurang
5 0-20 Sangat Kurang

Dari kriteria hasil penskoran tersebut, maka modul dapat dikatakan


layak dipakai pada pembelajaran di sekolah-sekolah jika mendapatkan skor
antara 61%- 100%, namun jika modul yang dikembangkan mendapatkan
skor antara 41-60% maka diperlukan perbaikan terhadap modul, dan jika
mendapatkan skor 0-40%, maka modul akan disusun ulang karena tidak
57

memenuhi aspek bahan ajar yang dibutuhkan siswa. Akan tetapi perolehan
skor yang rendah tentunya dapat dihindari mengingat sebelum diujicobakan,
modul terlebih dahulu melewati tahap validasi yang dilakukan oleh ahli.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data mengenai
proses pengembangan modul pembelajaran kimia berbasis SETS pada materi
koloid serta hasil uji coba terbatas untuk mengetahui respon siswa terhadap
modul. Berikut ini akan dipaparkan hasil dari proses penelitian yang telah
dilakukan:

1. Tahap Analisis
Tahap analisis bertujuan mengidentifikasi kemungkinan penyebab
terjadinya kesenjangan kinerja (performance gap) yang terjadi di sekolah,
yakni kesenjangan antara kinerja aktual dengan kinerja yang diharapkan.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan apakah perlu dilakukan pengembangan
program pembelajaran modul atau tidak. Pada tahap analisis, peneliti
melakukan serangkaian tahapan atau langkah sebagai berikut:
a. Validasi Kesenjangan Kinerja (Validate the Performance Gap)
Langkah ini dilakukan melalui proses wawancara terhadap 3 guru
kimia di tiga sekolah berbeda, yakni SMA N 28 Kabupaten Tangerang,
SMA N 10 Kota Tangerang Selatan, dan SMA Swasta Ruhul Bayan
Kabupaten Tangerang. Wawancara dilakukan untuk mengetahui
ketersediaan modul dan proses pembelajaran yang sedang berlangsung,
serta analisis terhadap ketertarikan siswa dalam pembelajaran kimia dan
bahan ajar yang digunakan. Adapun pedoman wawancara dan hasil
wawancara terhadap guru secara lengkap dapat dilihat dalam Lampiran 1
halaman 114 dan secara ringkas dapat dilihat dalam Tabel 4.1 berikut:

58
59

Tabel 4.1 Hasil Wawancara Guru


Hasil Wawancara Guru
1. Kurikulum yang diberlakukan adalah KTSP
2. Pembelajaran yang berlangsung bersifat umum, penerapan model
pembelajaran cukup bervariasi, dan menyesuaikan dengan fasilitas
yang ada disekolah.
3. Di sekolah siswa hanya difasilitasi buku paket dan lembar kegiatan
siswa (LKS) yang telah disediakan oleh pihak sekolah.
4. Diperlukan bahan ajar yang dapat mencapai tujuan pembelajaran
dengan konten yang sederhana, mudah dipahami siswa, sistematis
sehingga pembelajaran aktif, menyenangkan dan meningkatkan
minat belajar siswa tanpa menghilangkan prinsip dasar ilmu kimia
sendiri
5. Dibutuhkan pengembangan modul yang dapat membantu siswa
memahami dan menambah wawasan tentang kebermanfaatan ilmu
yang dipelajarinya. Jadi tidak hanya teori dan soal karena
sebenarnya esensi ilmu kimia bukanlah ilmu yang dihapal
melainkan di aplikasikan.
Selain wawancara terhadap guru, juga dilakukan wawancara
terhadap 10 siswa di SMAN 28 Kabupaten Tangerang. Adapun hasil
wawancara siswa secara lengkap dapat dilihat dalam Lampiran 2
halaman 120 dan secara ringkas dalam Tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2 Hasil Wawancara Siswa
Hasil Wawancara Siswa
1. Pembelajaran kimia dirasa cukup sulit, pemberian materi lebih
banyak membahas soal dibandingkan menjelaskan manfaat ilmu
kimia di kehidupan nyata. Akibatnya siswa kurang mampu
menghubungkan antara materi kimia dengan teknologi, lingkungan
dan masyarakat .
2. Bahan ajar yang digunakan hanya berupa buku paket, atau belum
adanya modul kimia.
3. Penyajian materi dalam buku paket dirasa sulit dipelajari sendiri oleh
siswa kecuali dengan bantuan guru karena bahasanya sulit dipahami.
4. Penyajian tampilan buku paket kurang menarik minat baca siswa,
padahal buku paket dirasa sangat penting oleh siswa untuk
membantu dalam mempelajari materi kimia.
Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan, bahwa: (1)
proses pembelajaran lebih menekankan pada pemberian materi dan soal,
60

(2) bahan ajar yang digunakan sulit dipahami sendiri oleh siswa, dan
kurang memberikan informasi mengenai manfaat materi yang diajarkan
dengan kehidupan sehingga siswa kurang bisa menghubungkan antara
materi yang diajarkan dengan kehidupan khususnya dibidang teknologi,
lingkungan, dan masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka diperoleh tujuan
pengembangan (Purpose statement) dalam penelitian ini adalah membuat
bahan ajar berupa modul pembelajaran yang dapat membantu siswa lebih
memahami konsep atau materi pelajaran dan menghubungkannya dengan
kehidupan, khususnya dibidang teknologi, lingkungan dan masyarakat
baik dengan atau tanpa bantuan guru dirasa sebagai suatu strategi untuk
menutupi kesenjangan kinerja yang ditemukan. Salah satu materi yang
dapat dijadikan judul modul adalah materi koloid. Hal ini karena materi
koloid sangat berhubungan dengan teknologi, lingkungan, dan
masyarakat. Analisis validasi kesenjangan kinerja dapat dilihat pada
Lampiran 3 halaman 125.
b. Merumuskan Tujuan Instruksional (Determine Instructional Goals)
Upaya dalam merumuskan tujuan instruksional ini dilakukan
melalui proses analisis terhadap kesenjangan atau gap analysis yang
dijumpai pada saat validasi kesenjangan kinerja. Tujuannya untuk
menutupi kesenjangan tersebut dan langkah apa yang harus diambil
untuk menutupinya. Tujuan instruksional ini menggambarkan
kompetensi umum yang akan dimiliki siswa setelah mengikuti program
pembelajaran yang dikembangkan dalam hal ini adalah modul. Hasil dari
merumuskan tujuan instruksional adalah sebagai berikut:
61

Tabel 4.3 Rumusan Tujuan Instruksional


Tujuan
Pengembangan Tujuan Instruksional
Kesimpulan
(Purpose (Instructional Goals)
statement)
Berdasarkan Membantu siswa 1. Menjelaskan sistem
hasil analisis lebih memahami koloid di kehidupan
kesenjangan kinerja pelajaran kimia dan sehari-hari yang
menunjukkan menghubungkan dihubungkan dengan
bahwa proses materi kimia teknologi, masyarakat,
pembelajaran lebih dengan kehidupan dan lingkungan
menekankan pada sehari-hari baik 2. Mengelompokkan
pemberian materi dengan atau tanpa jenis-jenis koloid
dan soal, bahan ajar bantuan guru berdasarkan sistem
yang digunakan pendispersi dan
sulit dipahami Membuat modul terdispersinya
sendiri, dan kurang pembelajaran yang 3. Menjelaskan sifat-
memberikan dapat membantu sifat koloid melalui
informasi mengenai siswa lebih fenomena yang terjadi
manfaat materi memahami dikehidupan sehari-
yang diajarkan pelajaran kimia hari yang tidak
dengan kehidupan serta terpisahkan dengan
sehingga siswa menghubungkannya teknologi, masyarakat,
kurang bisa dengan kehidupan, dan lingkungan
menghubungkan khususnya dibidang 4. Membuat sistem
antara materi yang teknologi, koloid
diajarkan dengan lingkungan dan 5. Menjelaskan
kehidupan masyarakat pada penerapan sistem
khususnya dibidang materi koloid koloid dalam
tekologi, kehidupan sehari-hari
lingkungan, dan yang berhubungan
masyarakat. dengan teknologi,
Padahal tujuan masyarakat, dan
pembelajaran kimia lingkungan
adalah siswa dapat 6. Memecahkan masalah
memahami konsep, dengan menerapkan
prinsip, hukum, dan konsep koloid yang
teori kimia serta berhubungan dengan
saling teknologi, lingkungan,
keterkaitannya dan dan masyarakat
penerapannya untuk
menyelesaikan
masalah dalam
62

Tujuan
Pengembangan Tujuan Instruksional
Kesimpulan
(Purpose (Instructional Goals)
statement)
kehidupan sehari-
hari dan teknologi.
Hasil dari perumusan tujuan instruksional ini akan menjadi acuan
dalam perumusan analisis tugas.
c. Analisis Karakteristik Peserta Didik (Analyze Learners)
Analisis karakteristik peserta didik ini bertujuan mengumpulkan
data tambahan yang digunakan sebagai informasi pendukung dalam
mengembangkan modul yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan
lingkungan belajar siswa yang berpengaruh terhadap kesusksesan
ketercapaian tujuan instruksional. Data analisis peserta didik diperoleh
melalui wawancara terhadap 10 siswa di SMAN 28 Kabupaten
Tangerang. Adapun hasil analisis karakteristik peserta didik dapat dilihat
dalam Lampiran 4 halaman 128 dan secara ringkas dalam Tabel 4.4,
berikut:
Tabel 4.4 Analisis Karakteristik Peserta Didik
Analisis Karakteristik Peserta Didik
Karakteristik umum
Rentang usia siswa kelas XI IPA 2 berada pada 16-18 tahun yang rata-
rata menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari- hari maupun
saat belajar di sekolah.
60% siswa merasa pelajaran kimia adalah pelajaran yang sulit
70% siswa merasa kesulitan memahami pelajaran kimia dan
menginterpretasikan soal
Jumlah Siswa per Kelas
Rata-rata siswa kelas XI IPA berjumlah 34-35 orang siswa per kelas
Pengalaman Siswa
Siswa pernah melakukan praktikum pada materi Termokimia,
Kalorimeter, dan mengukur pH
60% siswa belum dapat mengaitkan pembelajaran kimia dengan
teknologi, lingkungan, dan masyarakat
100% siswa belum pernah membuat produk sederhana kimia yang
dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari
63

Analisis Karakteristik Peserta Didik


Keterampilan
100% siswa merasa dapat menggunakan alat praktikum dengan baik
40% siswa pernah mengalami kesulitan saat praktikum
Minat dan Motivasi
50% tidak tertarik membaca buku tentang kimia, namun 80 % merasa
tertarik dengan pelajaran kimia
80% siswa selalu mencatat dan mengerjakan tugas dari guru, namun
hanya 60% siswa selalu mengulang kembali pelajaran
Kemampuan yang berdampak pada lingkungan pembelajaran
Siswa perlu dibekali pengetahuan tentang ilmu kimia dan hubungannya
dengan teknologi, lingkungan, dan masyarakat agar pembelajaran kimia
lebih dipahami dan perlunya bahan ajar pegangan siswa yang lebih
menarik minat baca siswa dan melatih kemandirian siswa.
Hasil dari perumusan analisis peserta didik ini akan menjadi
referensi atau pertimbangan dalam menentukan strategi yang tepat dalam
mengembangkan modul.
d. Mengidentifikasi Sumber-Sumber yang Dibutuhkan (Audit Available
Resource)
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi semua sumber
yang dibutuhkan untuk melengkapi keseluruhan proses pengembangan
modul yang menggunakan model ADDIE. Terdapat 4 sumber yang
dibutuhkan dalam penelitian ini, yakni sumber isi/materi (content
resources) yang akan dimuat dalam modul, teknologi (technology
resources), fasilitas (facility resources), dan manusia (human resources)
yang mendukung dalam proses pengembangan modul. Hasil dari
identifikasi sumber yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5 Identifikasi Sumber-Sumber Yang Dibutuhkan
Manusia
Konten/Isi Teknologi Fasilitas
(Human)
(Content ) (Technology) (Facilities)

 Kurikulum  Laptop  Percetakan  Validator


KTSP sebagai untuk untuk proses modul yang
acuan SK dan proses penghasilan terdiri dari
64

Manusia
Konten/Isi Teknologi Fasilitas
(Human)
(Content ) (Technology) (Facilities)

KD modul pengetikan dan Ahli dan


 Buku kimia isi modul perbanyakan Praktisi
SMA  Printer modul pendidikan
 Buku kimia  Alat Tulis  Ruang kelas  Guru sebagai
Universitas untuk uji narasumber
 Jurnal coba modul analisis
 Artikel dan kesenjangan
 Sumber kinerja
lainnya yang  Siswa sebagai
dapat narasumber
dipertanggung analisis
-jawabkan kesenjangan
kinerja,
analisis
karakter
peserta didik,
dan
responden
penilaian
modul

e. Menentukan Strategi Pembelajaran yang Tepat (Recommend Potential


Delivery Systems)
Langkah ini bertujuan untuk merekomendasikan tindakan terbaik
yang akan dilakukan setelah menganalisis hasil yang telah didapatkan
dari tahap analisis sebelumnya sebagai solusi dalam mengatasi atau
menutupi kesenjangan kinerja yang ditemukan. Solusinya yakni berupa
pemilihan strategi atau pendekatan yang tepat untuk diterapkan dalam
penyusunan modul.Rekomendasi strategi terbaik yang dirasa cocok untuk
menutupi kesenjangan yang ditemui berdasarkan langkah-langkah
sebelumnya adalah dengan menerapkan pendekaan SETS (Science,
65

Environment, Technology, and Society) pada modul pembelajaran koloid


yang akan dikembangkan.
f. Membuat Rencana Proses Kegiatan Pengembangan (Compose a Project
Management Plan)
Rencana proses kegiatan pengembangan modul disusun
berdasarkan jenis kegiatan pengembangan modul di setiap tahapan
ADDIE dan estimasi waktu yang dibutuhkan dalam mengembangkan
modul. Rencana proses kegiatan pengembangan dapat dilihat pada
Lampiran 5 halaman 133.

2. Tahap Desain
Ada tiga tahapan yang dilakukan pada tahap desain dalam
pengembangan modul pembelajaran ini. Tahapan-tahapan tersebut
diantaranya:
a. Menyusun Daftar Tugas (Conduct A Task Inventory)
Tujuan dari menyusun daftar tugas adalah untuk mengidentifikasi
tugas-tugas pokok apasaja yang diperlukan agar tujuan instruksional
dapat tercapai. Prosedur identifikasi ini sering disebut sebagai analisis
tugas atau task analysis. Pada analisis tugas, tugas pokok atau kinerja
dibuat lebih khusus dalam mencapai tujuan instruksional dengan
mempertimbangkan pada pengetahuan, kemampuan, perilaku, dan
prosedur yang harus dikerjakan. Dengan demikian, tugas pokok atau
kinerja yang diperlukan ini dituangkan dalam bentuk rumusan indikator
pembelajaran modul yang diturunkan dari tujuan instruksional.
Hasil dari analisis tugas selain merumuskan indikator
pembelajaran modul, juga merumuskan tugas yang akan dimuat dalam
modul sesuai dengan strategi pengembangan modul yang dipilih ditahap
sebelumnya, yakni berdasarkan pembelajaran SETS sebagai langkah
yang digunakan untuk mencapai indikator yang telah ditetapkan. Hasil
66

analisis tugas ini selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6 halaman


134.
b. Analisis Konten (Content Analysis)
Tahapan ini dilakukan dengan menganalisis konten modul
pembelajaran berbasis SETS. Oleh karena itu, konten yang disusun harus
mengikuti tahapan pembelajaran SETS. Analisis konten ini menghasilkan
konten apasaja yang akan dimuat dalam modul dengan
mempertimbangkan indikator dan tugas yang telah ditentukan pada
analisis tugas. Analisis konten dapat dilihat pada Lampiran 7 halaman
134.
c. Merumuskan Strategi Penilaian Modul
Setelah selesai melakukan analisis tugas dan konten, selanjutnya
adalah merumuskan strategi penilaian/tesdalam modul pembelajaran
yang dikembangkan. Pada dasarnya perumusan tes itu sendiri bertujuan
untuk mengukur ketercapaian tujuan suatu program pembelajaran
(Zulfiani, dkk. 2009, hlm. 75). Dalam penelitian ini bertujuan mengukur
tingkat ketercapaian siswa dalam mempelajari modul.
“Dalam mengembangkan sebuah modul, seorang penulis modul
harus mampu memilih metode, teknik, dan instrumen penilaian yang
sesuai untuk dapat mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan” (Daryanto, 2013, hlm. 45). Menurut Vembrianto (1975,
hlm. 77) dalam penulisan modul, penulis hendaknya menyertakan tiga
macam jenis tes sebagai alat evaluasi modul yaitu pretest, tes formatif,
dan tes sumatif atau postest.
Berdasarkan pendapat vembrianto, maka modul ini disusun dalam
beberapa bentuk penilaian, yaitu:
1) Pre-test
Pemberian pre-test dimaksudkan sebagai implementasi dari
tahap inisiasi modul yang bertujuan mengemukakan isu-isu atau
67

masalah yang ada di masyarakat untuk memusatkan perhatian siswa


pada pembelajaran. Serta mengaitkan peristiwa atau pengetahuan
siswa yang telah diketahuinya dengan materi pembelajaran yang akan
dibahas, dalam bentuk pemberian pertanyaan atau test awal yang
memicu terjadinya diskusidiantara siswa atau pertanyaan dalam benak
siswa.
Pemaparan tes dalam bentuk pre-test ditampilkan dalam bentuk
tahap inisiasi. Penampilan tes dalam bentuk pre-test ditampilakan
dalam Gambar 4.1, sebagai berikut:

Gambar 4.1 Tampilan Pertanyaan Dalam Bentuk Pre-Test


2) Tes Formatif
Tes formatif ini disusun kedalam dua bentuk, yakni:
a) Pertanyaan Praktikum
Pertanyaan praktikum dikemas dalam kegiatan “Ayoo
Bereksperimen” sebagai bentuk penilaian keterampilan atau
psikomotorik siswa.
Penampilan tes dalam bentuk praktikum ditampilkan dalam
Gambar 4.2, sebagai berikut:
68

Gambar 4.2 Tampilan Tes Dalam Bentuk Pertanyaan Praktikum


b) Latihan Soal di Akhir Subbab
Latihan soal di akhir subbab sebagai bentuk penilaian
formatif untuk mengetahui ketercapaian hasil belajar siswa pada
subbab-subbab yang dipelajari.
3) Soal Post-test
Soal Post-test berupa soal-soal evaluasi diakhir modul sebagai
bentuk penilaian sumatif untuk mengetahui ketercapaian hasil belajar
siswa terhadap materi yang ada dalam modul secara keseluruhan.
Perumusan strategi penilaian dalam modul berupa rumusan tes
dalam bentuk latihan soal di akhir subbab dan soal evaluasi di akhir
modul disajikan pada Tabel 4.6 dan selengkapnya dapat dilihat dalam
Lampiran 8 halaman 154.
69

Tabel 4.6 Rumusan Strategi Penilaian Modul

Soal di Akhir Subbab Soal Evaluasi Akhir Modul


1. Jelaskan yang dimaksud dengan 1. Jika udara digelembungkan
larutan, koloid, dan suspensi? ke dalam larutan sabun akan
Jawab : timbul buih. Fase terdispersi
2. Manakah dari campuran- dan fase pendispersi pada
campuran berikut yang termasuk buih bertururt-turut adalah…
ke dalam sistem koloid, larutan A. Cair, gas d. Gas, padat
atau suspensi? B. Cair, cair e. Cair, padat
C. Gas, cair
a. Air garam : ___________
2. Zat berikut yang termasuk
b. Air cuka : ___________ sistem koloid adalah…
c. Air kapur : ___________ A. Air aki d. Larutan gula
d. Tinta : ___________ B. Cuka e. Garam dapur
e. Cat : ___________ C. Darah
f. Mayones : ___________
g. Lem kanji : ___________
h. Pasta gigi : ___________
Rumusan strategi penilaian dalam modul dibuat dengan mengacu
pada indikator pembelajaran modul yang diturunkan dari tujuan
instruksional dan dituangkan ke dalam analisis tugas.

3. Tahap Pengembangan
Tujuan dari tahap develop atau pengembangan adalah untuk
menghasilkan dan memvalidasi sumber-sumber pembelajaran yang telah
dipilih sebelumnya. Hasil dari tahap ini meliputi seperangkat sumber-
sumber pembelajaran, seperti semua konten atau isi materi, strategi
instruksional, rencana pembelajaran lainnya, serta media pembelajaran yang
dibutuhkan untuk mendukung pembelajaran modul. Adapun hasil dari tahap
pengembangan sebagai berikut:
a. Menghasilkan Isi Materi atau Konten
Pada tahap ini, peneliti merealisasikan rancangan di tahap desain
untuk dituangkan ke dalam modul. Adapun modul ini ditulis dengan
70

mengadaptasi penulisan modul oleh Daryanto (2013, hlm. 38-41) dengan


susunan sebagai berikut:
1) Menentukan Judul Modul
a) Judul
Judul modul dalam pengembangan modul ini adalah
“Modul Pembelajaran Kimia: KOLOID Berbasis SETS (Science,
Environment, Technology, and Society) Untuk SMA/MA Kelas XI
IPA”. Judul ini dituangkan dalam cover modul. Tampilan cover
sebagai berikut:

Gambar 4.3 Tampilan Cover Modul


b) Identitas Modul
Lembar identitas modul memuat judul modul, jenis modul,
sasaran pembaca, nama penulis, nama pembimbing, nama
validator, ukuran modul21 cm x 29.7 cm (A4) dan keterangan
tambahan lainnya. Modul yang dibuat terdiri dari 66 halaman
utama dengan tebal 0,5 cm. Isi modul menggunakan kertas Art
Paper 150 gram, sedangkan covermodul menggunakan jenis
soft cover kertas Art Carton 310 gram. Tampilan identitas modul
dapat dilihat dalam Gambar 4.4 berikut:
71

Gambar 4.4 Tampilan Identitas Modul


2) Mengatur Urutan Materi
Pengaturan urutan materi disesuaikan dengan urutan tujuan
pembelajaran yangmengacu pada indikator dan kompetensi dasar dan
strategi penyampaian yang tepat yang telah disusun di tahap
desain.Adapun urutan penyajian materi dalam modul disusun
berdasarkan tahapan pembelajaran SETS, yang terdiri dari tahapan
inisiasi, pembentukan konsep, aplikasi konsep, dan pemantapan
konsep.
Selain itu, penulisan materi dalam modul juga disusun dengan
memperhatikan karakteristik-karakteristik modul dan aspek
kecermatan isi, keterbacaan, ketepatan cakupan isi, perwajahan, dan
sebagainya.
3) Rancangan Penulisan /Outline
Rancangan penulisan atau outline dalam modul ini terdiri dari
3 bagian, yakni pendahuluan, bagian inti modul, dan penutup. Dimana
masing-masing bagian akan dijelaskan sebagai berikut:
72

a) Pendahuluan
Dalam modul ini, bagian pendahuluan berisi kata pengantar,
daftar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar, petunjuk
penggunaan modul, dan peta konsep.
b) Inti Modul
Inti modul terdiri dari tujuan pembelajran modul, kata
kunci, dan isi/konten materi yang akan dipelajari. Penyajian
isi/konten materi berdasarkan pada tahapan SETS ditiap materi
pokok maupun submateri pokok, sebagai berikut:
(1) Inisiasi
Pada tahap ini, modul disusun dengan memberikan isu-
isu atau masalah yang berhubungan dengan koloid, tujuannya
untuk memusatkan perhatian siswa pada pembelajaran. Serta
sebagai apersepsi yakni mengaitkan peristiwa atau
pengetahuan siswa yang telah diketahuinya dengan materi
pembelajaran yang akan dibahas. Juga pemberian pertanyaan
sebagai bagian dari eksplorasi, yakni pemberian tugas maupun
pertanyaan yang memicu terjadinya diskusi atau rasa ingin
tahu siswa. Contoh konten dalam modul pada tahap inisiasi
dapat dilihat pada Gambar 4.5 berikut:
73

Gambar 4.5 Contoh Tahapan Inisiasi


(2) Pembentukan Konsep
Pembentukan konsep dalam modul ini disusun dengan
menggunakan beberapa metode pembelajaran, yakni
menggunakan metode observasi, eksperimen, dan pemberian
pertanyaan yang menimbulkan terjadinya diskusi. Selain itu,
pada tahap pembentukan konsep ini konten yang dimuat harus
dapat membangun atau mengkonstruk pengetahuan siswa
untuk menemukan konsep yang benar. Oleh karena itu, pada
tahap ini modul disusun dengan memberikan konsep dasar
untuk membimbing atau mengarahkan siswa pada pemahaman
konsep yang akan dipelajari. Contoh penampilan tahapan
pembentukan konsep diberikan dalam Gambar 4.6 berikut:
74

(a)

(b)
75

(c)
Gambar 4.6 Contoh Tahapan Pembentukan Konsep
(a) Melalui Observasi (b) Melalui Eksperimen
(c) Melalui Pertanyaan
(3) Aplikasi Konsep
Pada tahap ini konten ditulis dengan pemberian
pertanyaan maupun penyajian aplikasi koloid dalam kehidupan
yang dihubungkan dengan teknologi, masyarakat, dan
lingkungan yang disajikan dalam bentuk uraian dan gambar.
Tampilan tahap aplikasi dalam modul dapat dilihat dalam
Gambar 4.7 berikut:
76

Gambar 4.7 Contoh Tahapan Aplikasi Konsep


(4) Pemantapan Konsep
Pemantapan konsep dalam modul ini diberikan dalam
bentuk pemberian uraian dan penjelasan konsep yang benar
mengenai materi-materi sebelumnya pada tahap inisiasi,
pembentukan konsep maupun aplikasi konsep sebagai
penguatan siswa dalam mempelajari modul dan mencegah
terjadinya miskonsepsi atas materi yang telah dipahami siswa.
Selain itu juga dilengkapi dengan pemberian gambar yang
menunjukkan aplikasi konsep pada kehidupan nyata. Tampilan
tahap pemantapan konsep dapat dilihat dalam Gambar 4.8.
77

Gambar 4.8 Contoh Tahapan Pemantapan Konsep


c) Bagian Penutup
Bagian penutup modul merupakan bagian terakhir dalam
modul ini. Adapun dalam modul yang dikembangkan, bagian
penutup berisi rangkuman, glosarium, dan daftar pustaka. Tampilan
bagian penutup modul dapat dilihat dalam Gambar 4.9 sebagai
berikut:

(a)
78

(b)

(c)
Gambar 4.9 Tampilan Bagian Penutup Modul
(a) Rangkuman (b) Glosarium(c) Daftar Pustaka
b. Merumuskan Lembar Evaluasi Pembelajaran
Lembar evaluasi dalam modul ini berupa soal-soal di akhir
pembelajaran yang berdasarkan pada tahap strategi penilaian di tahap
analisis kemudian dituangkan ke dalam modul. Selain itu, juga diberikan
kunci jawaban untuk memeriksa ketepatan dan memberi kesempatan
kepada siswa mengoreksi kembali hasil belajarnya. Sehingga terjadi
konfirmasi segera terhadap jawaban-jawaban dari hasil belajar siswa
79

tersebut sebagai umpan balik terhadap siswa. Lembar evaluasi akhir dan
kunci jawaban termasuk juga ke dalam bagian penutup modul.
Adapun tampilan lembar evaluasi akhir pembelajaran dan kunci
jawaban sebagai berikut:

(a) (b)
Gambar 4.10 Tampilan Bagian Evaluasi Modul
(a) Contoh Lembar Evaluasi Akhir Pembelajaran,
(b) Lembar Kunci Jawaban
c. Merumuskan Rencana Evaluasi Formatif
Langkah ini dilakukan dengan merumuskan instrumen penelitian
berupa lembar validasi isi modul oleh dosen. Lembar validasi ini
digunakan sebagai alat ukur untuk menilai atau memperbaiki kualitas
modul yang telah dibuat sebelum memasuki tahap implementasi. Lembar
validasi ini diadaptasi dari instrumen penilaian buku teks pelajaran kimia
dalam BSNP 2014.
Selain itu, pada tahap ini peneliti juga merumuskan lembar angket
siswa berupa pernyataan positif sebanyak 20 butir yang mencakup
beberapa aspek. Angket respon siswa ini sebagai alat penilaian modul
80

oleh siswa yang digunakan apabila modul yang dikembangkan telah


divalidasi oleh ahli dan diuji coba terbatas di kelas.
Setelah merumuskan lembar validasi, maka selanjutnya
memvalidasikan isi modul yang telah dikembangkan atau produk kepada
3 orang dosen sebagai ahli dan 1 orang guru sebagai prakitisi pendidikan.
Validasi ini dilakukan sampai semua validator memberikan hasil 100%.
Perhitungan pengolahan data dan rekapitulasi data validitas produk
tertera dalam Lampiran 9 halaman 159. Adapun perkembangan nilai
validasi disajikan dalam Tabel 4.7.
Tabel 4.7 PerkembanganValiditas Produk
Validator Validasi Ke- 1 Validasi Ke- 2 Validasi Ke- 3
1 72% 92% 100%
2 98% 100%
3 100%
4 100%
Rata-rata 92,50% 96% 100%
Selama proses validasi berlangsung, terdapat beberapa komentar
dan saran yang diberikan validator untuk memperbaiki kualitas modul
sehingga modul layak diuji cobakan. Oleh karena itu, dilakukan revisi
pada beberapa bagian modul berdasarkan komentar dan saran yang
validator berikan tersebut. Lembar validasi serta komentar dan saran dari
para validator dapat dilihat pada Lampiran 10 halaman 167. Adapun hasil
revisi yang telah dilakukan dapat dilihat dalam Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Daftar Revisi Modul Kimia
No Sebelum Revisi Setelah Revisi
1 Tampilan gambar pada cover Gambar pada cover diganti secara
tidak menggambarkan isi keseluruhan dengan memasukkan
modul contoh dan penerapan sifat koloid
2 Judul kurang sesuai, yakni: Judul diganti menjadi: “Modul
“Modul Pembelajaran Kimia Pembelajaran Kimia: KOLOID
Koloid: Melihat Koloid Bukan Berbasis SETS (Science,
Sekedar Materi Pembelajaran Environment, Technology, and
Berbasis SETS (Science, Society)”
81

No Sebelum Revisi Setelah Revisi


Environment, Technology, and
Society)”
3 Beberapa pemakaian tanda Pemakaian tanda baca titik, koma,
baca titik dan koma ada yang dan pemakaian kata “di” diperbaiki
belum sesuai, pemakaian kata
“di” kurang tepat
4 Pemakaian jenis huruf dalam Jenis huruf dalam kata berbahasa
kata dalam bahasa inggris inggris dimiringkan
belum sesuai
5 Tata letak belum sesuai dan Tata letak kalimat disejajarkan
proporsional agar proporsional dan tata letak
gambar diperbaiki agar bersesuaian
dengan materi yang bersangkutan
6 Beberapa halaman memuat Halaman yang memuat konten
konten yang terlalu padat dan terlalu padat direduksi agar
tidak proporsional proporsional tapi tetap menjaga
keutuhan konsep
7 Jenis dan ukuran huruf beda- Ukuran huruf dan jenisnya
beda dan tidak seragam pada diseragamkan, dan diganti dengan
beberapa materi penggunaan bold sebagai
penekanan
8 Perbaiki warna atau kontras Warna tulisan diganti dan dibuat
agar tulisan dapat terbaca lebih kontras agar terbaca
9 Beberapa ilustrasi atau gambar Beberapa ilustrasi diganti dan
tidak bersesuaian dengan diberi keterangan agar sesuai
materi yang bersangkutan dan dengan materi dan tidak
dapat menimbulkan menimbulkan miskonsepsi
miskonsepsi
10 Pertanyaan dibuat terlalu Pertanyaan diperbaiki sehingga
sederhana dan tidak menimbulkan berpikir kritis
menimbulkan berpikir kritis
11 Materi pada tahap aplikasi Penambahan materi mengenai
kurang menggambarkan SETS pemanfaatan prinsip koloid
terutama pada tahap aplikasi
konsep
Secara keseluruhan modul yang telah selesai direvisi dapat dilihat
pada Lampiran 18 halaman 237. Adapun beberapa perubahan tampilan
dalam modul kimia dapat dilihat di bawah ini.
82

(a) (b)
Gambar 4.11 Cover (a) Sebelum Revisi (b) Setelah Revisi
Beberapa konten dalam modul menggunakan tanda baca “di” dan
“ke” yang belum benar pemenggalannya sehingga perlu diperbaiki.

(a)
83

(b)
Gambar 4.12 Penggunaan Tanda Baca (a) Sebelum Revisi
(b) Setelah Revisi
Beberapa konten memuat tata letak yang kurang proporsional dan
tidak sesuai sehingga perlu atur ulang, seperti pada tampilan SK dan KD
penulisan disejajarkan (rata kanan-kiri) agar proposional.

(a) (b)
Gambar 4.13 Tata Letak (a) Sebelum Revisi (b) Setelah Revisi
84

Beberapa konten memuat materi yang terlalu padat sehinga perlu


direduksi tetapi tetap menjaga keutuhan konsep.

(a) (b)
Gambar 4.14 Kepadatan Konten (a) Sebelum Revisi (b) Setelah Revisi
Jenis dan ukuran huruf beda-beda dan tidak seragam pada
beberapa materi, sehingga ukuran huruf dan jenisnya diseragamkan dan
diganti dengan penggunaan bold sebagai penekanan.
85

(a)

(b)
Gambar 4.15 Ukuran Huruf (a) Sebelum Revisi (b) Setelah Revisi
Beberapa tampilan dalam modul menggunakan warna yang
kurang kontras sehingga tidak terbaca dengan baik dan diganti dengan
tampilan warna yang lebih jelas.

(a)
86

(b)
Gambar 4.16 Tampilan Warna dalam Modul
(a) Sebelum Revisi (b) Seudah Revisi
Beberapa pertanyaan pada modul mendapatkan saran agar dibuat
lebih kritis.

(a)
87

(b)
Gambar 4.17 Pertanyaan (a) Sebelum Revisi (b) Setelah Revisi
Tampilan warna pada subjudul dibuat kontras agar terbaca, di
salah satu materi pada tahap inisiasi diganti agar bersesuaian, gambar
percobaaan diganti dari air dengan sendok gula di atasnya diganti
menjadi larutan gula agar tidak menimbulkan miskonsepsi, gambar susu
dibuat lebih jelas, dan air + terigu menjadi air + pasir agar tidak
menimbulkan miskonsepsi.
88

(a) (b)
Gambar 4.18 Tahap Inisiasi dan Pembentukan Konsep
(a) Sebelum Revisi (b) Setelah Revisi
Tahap aplikasi konsep dibuat lebih aplikatif dengan menyajikan
contoh penerapan koloid, jadi tidak hanya pertanyaan saja yang
digunakan untuk mengarahkan siswa dalam memahami konsep koloid
yang dihubungkan dengan teknologi, lingkungan, dan masyarakat. Hal
tersebut dimaksudkan agar siswa memahaminya secara konkret.
89

(a) (b)
Gambar 4.19 Tahap Aplikasi Konsep
(a) Sebelum Revisi (b) Setelah Revisi
d. Memilih atau Mengembangkan Media Pendukung
Langkah ini dilakukan dengan mengembangkan rencana
pembelajaran (Rencana Program Pembelajaran/RPP) sebagai panduan
guru untuk mengimplementasikan modul pembelajaran kimia berbasis
SETS jika ingin dipakai dalam pembelajaran di dalam kelas. Dalam RPP
ini nantinya akan dipilih media apa saja yang mendukung dalam proses
pembelajaran menggunakan modul pembelajaran berbasis SETS. RPP
modul ini dapat dilihat dalam Lampiran 11 halaman 202.

4. Tahap Implementasi
Pada tahap ini dilakukan uji coba terbatas kepada 33 orang
siswadengan menggunakan modul pembelajaran kimia berbasis SETS
selama proses pembelajaran pada sub bab pengertian dan jenis-jenis koloid.
Selama 60 menit pertama peneliti menjelaskan materi, kemudian 20 menit
selanjutnya siswa diberikan latihan soal yang terdapat pada modul yang
90

telah dikembangkan. 10 menit terakhir, peneliti melakukan penyebaran


angket untuk mendapatkan respon siswa terhadap modul yang telah
digunakannya.
Data yang diperoleh melalui penyebaran angket kemudian diolah
dalam bentuk persentase kemudian ditafsirkan berdasarkan kategori kriteria
penilaian. Hasil angket penilaian modul oleh siswa dapat dilihat dalam
Lampiran 12 halaman 207, sedangkan hasil dari data angket dapat dilihat
pada tabel 4.9. Adapun perhitungannya disajikan dalam Lampiran 13
halaman 213.
Berdasarkan hasil perhitungan angket penilaian modul oleh siswa
dapat diketahui bahwa rata-rata persentase tertinggi pada aspek penggunaan
bahasa dan istilah yaitu sebesar 90%. Kemudian pada aspek daya tarik
modul yaitu sebesar 86%, kemudian pada aspek pembelajaran berbasis
SETS yaitu sebesar 85,80%, kemudian pada aspek ketercernaan modul
sebesar 85,33%, kemudian aspek perwajahan sebesar 83,50%, dan terakhir
pada aspek kecermatan isi sebesar 83,25%. Sedangkan secara keseluruhan
persentasi rata-rata aspek sebesar 85,56% yang termasuk kedalam kriteria
sangat baik.
Untuk memudahkan pembacaan persentase hasil angket respon
siswa, secara keseluruhan rata-rata persentasi dari lima aspek yang dinilai
oleh siswa dapat dilihat dalam grafik pada Gambar 4.20 sebagai berikut:
91

Persentase Rata-rata Angket Respon Siswa


90%

85,33% 85,80% 86%


83,25% 83,50%

Persentase Rata-rata Hasil


Angket Respon Siswa

Gambar 4.20 Grafik Persentase Rata-rata Hasil Angket Respon Siswa

B. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan menghasilkan program pembelajaran berupa
modul pembelajaran kimia berbasis SETS pada meteri koloid dan untuk
mengetahui respon siswa terhadap modul yang dikembangkan. Pengembangan
modul dilakukan melalui tahapan pengembangan model ADDIE.

1. Analisis
Langkah pertama yang dilakukan pada tahap ini adalah validasi
kesenjangan kinerja mengenai ketersediaan modul dan proses pembelajaran
yang sedang berlangsung, serta analisis terhadap ketertarikan siswa dalam
pembelajaran kimia dan bahan ajar yang digunakan. Langkah ini dilakukan
di tiga sekolah berbeda dengan melibatkan guru kimia pada masing-masing
sekolah dan 10 orang siswa sebagai sampel untuk mengetahui ketertarikan
siswa dalam pembelajaran kimia dan bahan ajar yang digunakan.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru dan siswa menunjukkan
bahwa pembelajaran kimia pada umumnya menggunakan metode ceramah
92

dan kurang memperhatikan perbedaan karakteristik siswa, hal ini


disebabkan oleh materi kimia yang cukup banyak, sedangkan waktu yang
disediakan terbatas, fasilitas kurang memadai, dan model pembelajaran yang
diterapkan kurang bervariasi.
Selain itu, Pelajaran kimia dirasa sulit dan siswa belum dapat
mengaitkan antara materi kimia dengan teknologi, lingkungan dan
masyarakat. Kesulitan ini dikarenakan guru lebih banyak membahas soal
dibandingkan dengan menjelaskan materi kimia dalam kehidupan sehari-
hari. Siswa juga menyatakan bahwa lebih antusias jika pembelajaran
dikaitkan dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat.
Hasil wawancara juga menyatakan bahwa bahan ajar yang
digunakan berupa buku paket dan LKS, dan belum tersedianya modul.
Siswa merasa bahan ajar khususnya buku paket yang digunakan kurang
melatih siswa menemukan kosep baru dan kurang bisa membuat siswa
menghubungkan antara materi koloid dengan teknologi, lingkungan, dan
masyarakat. padahal menurutnya, bahan ajar sangat dibutuhkan oleh siswa
untuk membantu pemahaman.
Kurang mampunya siswa dalam memahami bahan ajar dikarenakan
penggunaan bahasa dalam bahan ajar yang sulit dipahami, pemberian contoh
tentang aplikasi materi yang sedikit dan buku paket yang lebih menekankan
pada soal hapalan atau teori bukan pada pemecahan masalah, serta tampilan
yang kurang menarik minat baca siswa menjadi kendala bagi siswa dalam
memahami bahan ajar. Padahal, bahan ajar berperan sangat penting dalam
menunjang proses pembelajaran sebagaimana menurut Prastowo, bahwa
“bahan ajar berfungsi sebagai bahan pendukung belajar yang jika dirancang
sedemikian rupa dapat meningkatkan motivasi belajar siswa” (dalam
Lestari, 2013, hlm. 8).
Dari sini terlihat adanya kesenjangan (gap) antara pembelajaran
yang diharapkan dengan pembelajaran yang sedang berlangsung.
93

Berdasarkan wawancara tersebut dapat disimpulkan hasil analisis


kesenjangan kinerja menunjukkan bahwa proses pembelajaran lebih
menekankan pada pemberian materi dan soal, bahan ajar yang digunakan
sulit dipahami sendiri, dan kurang memberikan informasi mengenai manfaat
materi yang diajarkan dengan kehidupan sehingga siswa kurang bisa
menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan kehidupan khususnya
dibidang tekologi, lingkungan , dan masyarakat.
Hal tersebut dirasa belum sejalan dengan tujuan pembelajaran kimia
dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang menuntut siswa
dapat memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta saling
keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam
kehidupan sehari-hari dan teknologi atau dengan kinerja aktual yang
diharapkan.
Oleh karena itu, tujuan dalam penelitian ini adalah membuat bahan
ajar berupa modul pembelajaran yang dapat membantu siswa lebih
memahami konsep atau materi pelajaran dan menghubungkannya dengan
kehidupan, khususnya di bidang teknologi, lingkungan dan masyarakat
baik dengan atau tanpa bantuan guru sebagai suatu strategi untuk menutupi
kesenjangan kinerja yang ditemukan. Salah satu materi yang dapat
dijadikan judul modul adalah materi koloid. Hal ini karena materi koloid
sangat berhubungan dengan teknologi, lingkungan, dan masyarakat.
Langkah selanjutnya pada tahap analisis adalah perumusan tujuan
instruksional yang menggambarkan kompetensi umum yang akan dimiliki
siswa setelah mengikuti pembelajaran modul. Perumusan tujuan
instruksional bertujuan untuk menutupi kesenjangan kinerja yang
ditemukan pada tahap analisis kesenjangan kinerja. Perumusan tujuan
instrksional ini mengacu juga pada KTSP.
Setelah merumuskan tujuan instruksional, maka peneliti melakukan
analisis karakteristik peserta didik yang bertujuan mengumpulkan data
94

tambahan seperti kemampuan, pengalaman, dan motivasi belajar siswa yang


digunakan sebagai informasi pendukung dalam mengembangkan modul
yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan lingkungan belajar siswa yang
berpengaruh terhadap kesusksesan ketercapaian tujuan instruksional. Selain
itu juga sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan strategi yang tepat
dalam mengembangkan modul. Hal ini karena bagaimanapun nantinya
modul yang dikembangkan adalah untuk memenuhi kebutuhan siswa.
Jika analisis karakteristik siswa telah dilaksanankan, maka langkah
selanjutnya adalah mengidentifikasi sumber-sumber yang dibutuhkan.
Sumber belajar berkaitan dengan segala sesuatu yang memungkinkan siswa
dapat memperoleh pengalaman belajar, yang meliputi tempat belajar, bahan
dan alat yang dapat digunakan, guru, bahan ajar, dan apa saja yang
berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung untuk
keberhasilan dalam pengalaman belajar. Hal ini perlu dilakukan peneliti
guna menggambarkan apa yang harus dilakukan oleh siswa maupun guru
sebagai pemakai produk yang dibuat (Sanjaya, 2015, hlm.12).
Setelah mengdentifikasi sumber yang dibutuhkan, kemudian
menentukan strategi pembelajaran yang tepat berupa pemilihan strategi atau
pendekatan yang tepat sebagai cara yang dirasa cocok untuk menutupi
kesenjangan yang ditemui berdasarkan langkah-langkah sebelumnya dan
analisis karakteristik peserta didik. Strategi tersebut adalah dengan
menerapkan pendekaan SETS (Science, Environment, Technology, and
Society) pada modul pembelajaran koloid yang akan dikembangkan.
Langkah terkahir dalam tahap analisis adalah menyusun rencana
proses pengembangan modul untuk memperkirakan kualitas, waktu, dan
biaya yang dibutuhkan untuk menegmbangkan modul, meskipun pada
kenyataannya tidak sesuai dengan apa yang telah disusun pada tahap
analisis.
95

2. Desain
Tahap desain menitikberatkan pada upaya untuk menemukan solusi
dari permasalahan pembelajaran yang telah teridentifikasi pada tahap
analisis. Langkah penting yang perlu dilakukan dalam tahap desain adalah
menentukan pengalaman belajar yang perlu dimiliki oleh siswa. Pengalaman
belajar adalah sejumlah aktivitas siswa yang dilakukan untuk memperoleh
informasi dan kompetensi baru sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai
dengan mempertimbangkan tujuan instruksional, materi pelajaran, sumber
belajar, dan karakteristik peserta didik (Sanjaya, 2010, hlm. 160-169).
Pengalaman belajar ini diwujudkan dalam bentuk pengembangan
modul yang harus bisa mengatasi masalah atau kesenjangan yang ditemui
pada tahap analisis. Setelah kesenjangan telah diketahui pada tahap analisis,
kemudian dilakukan tahap desain. Adapun yang dilakukan dalam tahap
desain adalah analisis tugas, menganalisis konten, dan merumuskan strategi
tes/penilaian modul pembelajaran yang dikembangkan.
Analisis tugas disusun berdasarkan tujuan instruksional yang telah
dirumuskan dan indikator pembelajaran yang diturunkan dari tujuan
instruksional serta pertimbangan tahap berpikir siswa dalam kognitif, materi
pokok yang dikhususkan lagi menjadi submateri pokok baru kemudian
perumusan tugas apasaja yang harus dicantumkan dalam modul agar siswa
dapat mencapai tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Materi pokok
dan submateri pokok ini nantinya akan digunakan sebagai BAB dan subbab
dalam merancang modul.
Perumusan tugas ini tentunya disesuaikan dengan strategi
pembelajaran yang digunakan yaitu SETS, yang memiliki tahapan pertama
sebagai inisiasi, pembentukan konsep, aplikasi konsep, dan pemantapan
konsep, dimana keempat tahapan tersebut terdapat di setiap BAB maupun
subbab. Tahap inisiasi menekankan pada pemberian isu-isu atau
permasalahan yang ada di masyarakat dalam bentuk wacana sebagai salah
96

satu strategi yang digunakan untuk mendorong keingintahuan siswa atau


memicu timbulnya diskusi.
Tahap selanjutnya berupa pembentukan konsep, tahap ini
menekankan pada pemberian pertanyaan pengantar yang berkaitan dengan
wacana yang telah disajikan atau berupa penjelasan singkat mengenai suatu
isu atau masalah, maupun berupa praktikum yang bertujuan membangun
atau mengkonstruk pengetahuan siswa dalam menemukan konsep.
Setelah tahap pembentukan konsep, berlanjut pada tahap aplikasi
konsep, tahap ini menekankan pada pemberian pertanyaan maupun contoh
penerapan koloid dalam kehidupan sehari-hari sebagai cara agar siswa
menganalisis isu atau bagian dari penyelesaian masalah dari konsep-konsep
yang telah dipahami siswa sebelumnya, dan diharapkan dapat
megaplikasikan konsep tersebut kedalam kehidupan sehari-hari. Pemberian
contoh ini bermaksud membimbing siswa agar tidak terjadi miskonsepsi
sehingga tidak keluar dari topik.
Tahap selanjutnya berupa pemantapan konsep, tahap ini menekankan
pada pemberian ulasan materi yang sebenarnya ingin disampaikan, karena
tidak menutup kemungkinan selama proses pembentukan konsep dan
penyelesaian masalah, terdapat miskonsepsi sehingga perlu diluruskan
dengan pemahaman yang benar.
Setelah analisis tugas telah dirumuskan, maka yang harus
dilakukukan adalah menganalisis konten, dan merumuskan strategi
tes/penilaian modul pembelajaran yang dikembangkan. Konten yang
dimasukkan ke dalam modul didapatkan dari berbagai sumber yang dapat
dipertaggungjawabkan seperti buku paket, jurnal, artikel dan sumber
lainnya. Konten-konten yang akan disajikan dalam modul mengacu pada
garis besar pembelajaran berbasis SETS dengan mempertimbangkan aspek-
aspek yang harus diperhatikan dalam membuat modul seperti ketercermatan
97

isi, ketepatan cakupan isi, ketercernaan modul, penggunaan bahasa,


perwajahan, dan kelengkapan komponen.
Rumusan tes dalam modul disusun dalam bentuk pre-test berupa
wacana pada tahap inisiasi sebagai pendorong keingintahuan siswa dan
sejauh mana pengetahuan siswa. Tes dalam bentuk praktikum berupa soal-
soal di akhir praktikum yang bertujuan mengukur pemahaman siswa dalam
melaksanakan praktikum, latihan soal di akhir subbab dalam bentuk uraian,
dan soal-soal evaluasi di akhir modul dalam bentuk pilihan ganda.
Strategi perumusan tes/penilaian merupakan hal penting dalam
pengembangan modul ini, karena tes tersebut bertujuan mengukur tingkat
pemahaman siswa baik dalam aspek kognitif, aspek efektif, dan aspek
psikomotor selama mempelajari modul. Selain itu juga sebagai alat ukur
ketercapaian modul yang dikembangkan. Hal ini sebagaimana yang tertera
dalam Sudijono (2013, hlm. 67) menyebutkan bahwa fungi tes secara umum
adalah untuk mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah
dicapai siswa selama mengikuti program pembelajaran, juga sebagai alat
pengukur keberhasilan program pembelajaran, sebab melalui tes akan dapat
diketauhi seberapa jauh program pembelajaran yang telah ditentukan dapat
tercapai.

3. Pengembangan
Tahap pengembangan pada dasarnya untuk menghasilkan dan
memvalidasi modul. Tahap pengembangan ini diawali dengan menghasilkan
isi materi atau konten berbasis SETS. Pada tahap ini, peneliti merealisasikan
rancangan di tahap desain untuk dituangkan ke dalam modul. Modul ini
disusun dengan ukuran 21 cm x 29.7 cm (A4) berdasarkan pada BSNP
tahun 2014 (Djuandi, 2014).
Sampul atau cover modul terdiri dari judul modul, nama penulis,
ilustrasi gambar yang berhubungan dengan materi koloid, nama penerbit,
98

dan logo penerbit. Hal ini merujuk pada pendapat Sitepu (2012, hlm. 160),
bahwa sampul buku ajar terdiri atas judul buku, sub judul (bila ada), nama
penulis, ilustrasi, nama penerbit dan logo penerbit.
Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Widodo (2008, hlm. 59)
bahwa sampul buku ajar terdiri atas judul buku ajar, kode buku ajar, atau
dapat juga diberikan kode mata pelajaran, ilustrasi sampul berupa gambar-
gambar, foto-foto, atau objek gambar lainnya untuk membuat tampilan buku
lebih menarik dan informatif. Juga diharapkan menjadi langkah pertama
untuk menarik minat peserta didik untuk mau menggunakan bahan ajar atau
mau belajar mandiri.
Penulisan modul terbagi menjadi 3 bagian, yakni pendahuluan,
bagian inti modul, dan penutup. Bagian pendahuluan berisi kata pengantar,
daftar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar, petunjuk penggunaan
modul, dan peta konsep. “Kata pengantar memuat penjelasan peran dan
fungsi modul dalam pembelajaran, hal ini penting karena peserta didik
memerlukan penjelasan awal mengenai modul yang akan digunakan
meskipun penjelasan yang diberikan bersifat umum dan tidak mendetail”
(Widodo, dkk. 2008, hlm. 60).
Petunjuk penggunaan modul bermanfaat untuk memberikan panduan
bagi peserta didik mengenai tatacara menggunakan modul (Widodo, dkk.
2008, hlm. 62). Peta konsep akan memberikan gambaran keterkaitan
antartopik, sehingga peserta didik lebih mudah melihat ruang lingkup materi
yang disajikan secara menyeluruh (Prastowo, 2013, hlm. 149).
Bagian inti modul terdiri dari tujuan pembelajran modul, kata kunci,
dan isi/konten materi yang akan dipelajari. Tujuan pembelajaran ditulis
untuk menunjukkan apa yang harus dilakukan peserta didik agar berhasil
belajar dengan baik atau kompetensi yang bagaimana yang akan dicapai
siswa setelah belajar. Oleh karena itu, tujuan pembelajaran ditulis
menggunakan kata kerja operasional (Setiawan, 2007, hlm. 1.26).
99

Selain itu, “pemberitahuan tujuan pembelajaran dapat memotivasi


siswa dalam belajar, sebab dengan mengetahui tujuan belajarnya siswa tidak
akan menyimpang dari kompetensi yang hendak dicapai” (Wena, 2011, hlm.
238). Sedangkan, kata kunci berisi daftar kata penting yang berhubungan
dengan isi materi.
Materi atau isi modul sangat bergantung pada kompetensi dasar yang
akan dicapai kemudian diturunkan menjadi indikator. Kompetensi dasar
dalam modul merujuk pada pembahasan mengenai koloid dengan
mengintegrasikan unsur-unsur sains, lingkungan, teknologi, dan
masyarakan. Isi materi dalam modul disajikan secara sistematis berdasarkan
tahapan SETS ditiap materi pokok maupun submateri pokok. Tahapan ini
biasanya diterapkan dalam proses pembelajaran secara langsung, namun
dalam pengembangan ini tahapan SETS dituangkan dalam bentuk media
cetak berupa modul.
Modul ini mengambil materi pokok koloid dengan beberapa
submateri pokok ditiap BAB. Pada sampul depan tiap BAB diberi kata
kunci dan tujuan pembelajaran. Sedangkan isi dalam BAB tersebut diawali
dengan tahapan inisiasi berupa pemberian wacana yang berhubungan
dengan kehidupan sehari-hari dan atau pertanyaan yang bertujuan
memunculkan keingintahuan siswa serta memusatkan perhatian siswa pada
materi atau konsep yang akan disajikan dan mengaitkannya dengan
pengetahuan awal yang siswa miliki sehingga memicu terjadinya diskusi
maupun pertanyaan baru dalam diri siswa.
Selanjutnya tahap pembentukan konsep berupa penjabaran singkat
mengenai materi yang dibahas melalui beberapa metode baik observasi,
maupun eksperimen atau praktikum yang bertujuan mengkonstruk
pemahaman siswa. Observasi dapat dilakukan dengan siswa menelaah dan
membaca materi serta ilustrasi atau gambar yang disajikan sebagai alat
bantu memahami materi. Oleh karena itu pemilihan gambar harus
100

bersesuaian dan benar agar tidak terjadi miskonsepsi. Juga melalui


praktikum untuk membantu pembentukan atau pencarian konsep.
Kemudian tahap aplikasi konsep, pada tahap ini modul disajikan
dengan memberikan contoh penerapan koloid yang berhubungan dengan
lingkungan, teknologi dan pengaruhnya terhadap masyarakat, serta
pertanyaan pendukung yang bertujuan agar siswa melakukan analisis isu
atau penyelesaian masalah dari contoh yang telah diberikan dan
mengaitkannya dengan konsep-konsep yang telah dipahami siswa
sebelumnya, sehingga diharapkan dapat megaplikasikan konsep tersebut ke
dalam kehidupan sehari-hari.
Tahap terakhir adalah pemantapan konsep disajikan dengan
memberikan penjelasan tentang materi apa yang sedang diajarkan dengan
selalu memperhatikan penggunaan bahasa dan gambar yang digunakan agar
selama proses pembentukan konsep dan penyelesaian masalah tidak ada
miskonsepsi. Setelah itu pemberian tugas baik di tiap subbab maupun
diakhir modul sebagai evaluasi untuk menentukan tingkat ketercapaian
siswa dalam mempelajari modul tersebut. Materi dan tugas tersebut sudah
mengandung tahapan SETS dan meliputi enam ranah SETS yang terdiri dari
ranah konsep, proses, kreativitas, sikap, hubungan dan aplikasi.
Dalam penulisan modul ini tentunya perlu memperhatikan daya tarik
modul seperti penggunaan kata, misalnya dalam modul terdapat bagian
“Tahukah Kamu?” yang berisi fakta seputar koloid, “Ayo Bereksperimen”
untuk menandakan bagian praktikum, penggunaan kata untuk judul wacana
seperti, “Awas, Tawas!” untuk menarik perhatian pembaca, “Sejarah
Kimia” berupa sejarah singkat mengenai penemu konsep koloid dan “Info
Kimia” berupa seputar informasi yang berhubungan dengan koloid.
Penggunaan kata tersebut meskipun tidak baku namun tetap bisa
digunakan, hal ini merujuk pada pendapat Widodo (2008, hlm. 75) yang
menyatakan bahwa “dalam menyusun bahan ajar tidak harus menggunakan
101

bahasa baku tetapi lebih difokuskan pada penyusunan bahasa yang mudah
dipahami peserta didik, melalui penggunaan bahasa yang efektif, tidak
bertele-tele, atau langsung menjelaskan ke inti materi”. Selain itu, “tulisan
yang menggunakan ragam bahasa baku terkesan sangat kaku, formal, dan
cenderung membosankan” (Setiawan, 2007, hlm. 1.47). Tentunya ini tidak
sejalan dengan tujuan modul yang berfungsi menarik minat baca siswa.
Penggunaan bahasa yang digunakan dalam bahan ajar biasanya
ragam bahasa nonformal atau bahasa yang komunikatif, luwes dan lugas.
Penggunaan bahasa komunikatif ini bisa melalui kalimat sapaan,
pertanyaan, ajakan, dan penjelasan yang seolah-olah dialog antara penulis
dan pembaca benar terjadi, serta kalimat efektif. Kata yang dipilih pun
hendaknya jenis kata yang singkat dan lugas bukan kata atau istilah yang
asing atau tidak banyak dikenal siswa (Setiawan, 2007, hlm.1.48).
Selain itu, pemilihan warna juga harus diperhatikan, karena warna
digunakan sebagai alat penuntun dan penarik perhatian kepada informasi
yang penting seperti halnya penggunaan huruf yang dicetak tebal atau
penggunaan garis bawah sebagai penekanan pada kata-kata (Arsyad, 2010,
hlm. 91).
Bagian penutup modul merupakan bagian terakhir dalam modul.
Adapun dalam modul yang dikembangkan ini, bagian penutup berisi
rangkuman, glosarium, evaluasi akhir, kunci jawaban untuk memeriksa
ketepatan dan memberi kesempatan siswa mengoreksi kembali hasil
belajarnya. Sehingga terjadi konfirmasi segera terhadap jawaban-jawaban
dari hasil belajar siswa tersebut, dan daftar pustaka.
Setelah modul selesai disusun, tahap selanjutnya dalam
pengembangan adalah melakukan validasi modul. Suatu modul yang telah
disusun, sekalipun penyusunannya sudah menempuh langkah-langkah yang
baik namun tetap diperlukan perbaikan, baik berupa isi maupun
efektivitasnya atau divalidasi. “Validasi merupakan proses menguji
102

kesesuaian modul dengan kompetensi yang menjadi target belajar. Bila isi
modul sesuai, artinya efektif untuk mempelajari kompetensi belajar tersebut,
maka modul dinyatakan valid (sahih)” (Daryanto, 2013, hlm. 22-23).
Validasi ini dilakukan untuk meminta saran dan masukan kepada
para ahli agar modul layak untuk diujicoba atau diimplementasikan.
Validasi ini berlangsung sebanyak 3 kali, dimana perbaikan atau revisi yang
dilakukan berdasarkan saran dan masukan para validator selama validasi
yaitu pada bagian cover modul, cover modul mengalami perubahan yang
signifikan yakni perubahan judul, dan ilustrasi. Judul modul yang semula
“Modul Pembelajaran Kimia Koloid: Melihat Koloid Bukan Sekedar
Pelajaran, Berbasis SETS (Science, Environment, Technology, Society)
menjadi “Modul Pembelajaran Kimia: Koloid Berbasis SETS (Science,
Environment, Technology, Society)”. Serta pemilihan gambar yang kurang
menggambarkan isi modul dan letaknya tidak proposional diganti dengan
gambar contoh jenis-jenis koloid yang lebih menggambarkan isi modul dan
letaknya dibuat konsisten dan proporsional.
Sebagaimana yang telah tertera di atas bahwa cover atau sampul
modul memegang peranan penting untuk menarik perhatian atau minat baca
siswa. Pendapat Hidi (dalam Wena 2011, hlm. 236) mengemukakan bahwa
“perhatian merupakan hal penting dalam melakukan pemprosesan informasi,
dan berperan utama dalam kegiatan aktivitas mental pada pembelajaran agar
terjadi proses belajar”. Sehingga menyusun cover modul dengan baik
merupakan langkah awal dalam mendorong siswa untuk mau mempelajari
modul yang dibuat atau dikembangkan.
Selain itu, beberapa ilustrasi yang dirancang sabagai isi modul juga
mengalami perubahan dikarenakan tidak sesuai maupun berkemungkinan
menimbulkan miskonsepsi pada siswa. “Fungsi ilustrasi dalam merancang
modul itu sendiri adalah untuk menyederhanakan konsep, meringkas,
memperjelas, memusatkan perhatian, menghindari kejenuhan, dan
103

menghiasi ruang kosong namun harus memiliki relevansi dengan konsep


yang dipaparkan” (Toharudin, dkk. 2011, hlm. 207-208).
Pemilihan kata yang kurang sesuai maupun tidak memperhaikan
kaidah bahasa indonesia yang benar dan penggunaan kalimat yang kurang
efektif, komunikatif, dan tidak merangsang siswa untuk berpikir kritis
menjadi catatan untuk diperbaiki. Salah satunya seperti penggunaan kalimat
untuk pertanyaan pada bagian modul. penggunaan kalimat efektif
menekankan perlunya penyampaian informasi dilakukan melalui kalimat
positif dan aktif karena dipercaya dapat menimbulkan motivasi siswa untuk
melakukan tugas-tugas yang ditetapkan dalam bahan ajar dan lebih mudah
dimengerti oleh siswa (Setiawan, 2007, hlm.1.48).
Selain efektifitas dalam penyusunan materi, tidak kalah pentingnya
penggunaan kata-kata atau tanda baca yang benar dalam penulisannya.
Kesalahan yang sering dijumpai dalam penulisan bahan ajar misalnya
penggunaan tanda baca dan penggunaan kata depan “di”, “ke” dan “dari”
(Widodo, 2008, hlm. 75). Hal ini juga dialami dalam penulisan modul ini
dan menjadi catatan dari validator untuk diperbaiki. Selain itu, tata letak
atau penempatan kata yang terlalu padat serta tidak proporsional juga
menjadi catatan perbaikan. Semua saran dan masukan validator menjadi
acuan dalam memperbaiki modul sampai modul dinyatakan valid dan layak
untuk diujicobakan.

4. Implementasi
Setelah tahap pengembangan selesai, dan modul telah tervalidasi
maka tahap selanjutnya adalah uji coba lapangan terhadap modul. Uji coba
dilakukan terbatas kepada 33 orang siswa dengan menggunakan modul
pembelajaran kimia berbasis SETS. Proses pembelajaran berlangsung pada
sub bab pengertian dan jenis-jenis koloid. Uji coba ini dilakukan dengan 60
menit pertama peneliti menjelaskan materi, kemudian 20 menit selanjutnya
104

siswa diberikan latihan soal yang terdapat pada modul yang telah
dikembangkan. 10 menit terakhir, peneliti melakukan penyebaran angket
untuk mendapatkan respon siswa terhadap modul yang telah digunakan.
Dari data hasil perhitungan angket yang telah dilakukan, diketahui
bahwa rata-rata persentase tertinggi pada aspek penggunaan bahasa dan
istilah yaitu sebesar 90%. Kemudian pada aspek daya tarik modul yaitu
sebesar 86%, kemudian pada aspek pembelajaran berbasis SETS yaitu
sebesar 85,80%, kemudian pada aspek ketercernaan modul sebesar 85,33%,
kemudian aspek perwajahan sebesar 83,50%, dan terakhir pada aspek
kecermatan isi sebesar 83,25%. Sedangkan secara keseluruhan persentasi
rata-rata aspek sebesar 85,56% dengan kriteria “Sangat Baik”.
Aspek dengan rata-rata persentase tertinggi adalah aspek
penggunaan bahasa dan istilah yaitu sebesar 90% dengan kriteria “Sangat
Baik” dengan indikator tertinggi yakni kejelasan penggunaan bahasa dan
penulisan modul sebesar 90%. Hal ini dapat dikatakan bahwa siswa tidak
kesulitan dalam membaca dan memahami kata-kata yang digunakan dalam
modul, kata yang digunakan jelas dan tidak menimbulkan multitafsir serta
sesuai dengan tingkat berpikir siswa.
Hasil tersebut tidak terlepas dari peranan validator yang memberikan
saran mengenai bahasa dan istilah apa yang seharusnya digunakan agar
sesuai dengan tahap berpikir siswa. Tahap berpikir siswa SMA yakni antara
14 tahun ke atas adalah tahap operasional formal, dimana secara umum
karakteristik pemikiran remaja pada tahap ini adalah diperolehnya
kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan
menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Juga mengintegrasikan
apa yang telah mereka pelajari dengan tantangan dimasa mendatang,
berpikir secara sistematis, dan berhipotesis (Desmita, 2011, hlm. 107-108).
Kemudian pada aspek daya tarik modul, persentase yang diperoleh
yaitu sebesar 86% dengan kriteria “Sangat Baik” dengan persentase
105

tertinggi pada indikator tampilan ilustrasi dan gambar sebesar 91%. Hal ini
dapat dikatakan bahwa modul yang dikembangkan secara isi dan tampilan
yang disajikan dapat menarik minat baca siswa dengan baik. Salah satunya
karena tampilan ilustrasi dibuat sebaik mungkin dengan pemilihan gambar,
variasi jenis huruf, kontras warna yang tidak membosankan dan menarik
perhatian siswa.
Pada aspek pembelajaran berbasis SETS, persentase yang diperoleh
yaitu sebesar 85,80% dengan kriteria “Sangat Baik” dengan aspek
pertanyaan tertinggi “materi dalam modul memberikan saya informasi baru
mengenai koloid yang dihubungkan dengan teknologi, masyarakat, dan
lingkungan” dengan persentase sebesar 89%.
Hasil tersebut dapat dikatakan bahwa modul yang dikembangkan
mengandung unsur SETS yang baik, terutama dalam memberikan informasi
mengenai teknologi, lingkungan, dan masyarakat yang dihubungkan dengan
materi koloid. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Setiyono (2011, hlm.
157) dalam penelitiannya bahwa “pembelajaran yang berbasis SETS dapat
meningkatkan kreativitas, berhubungan dengan kegiatan sehari-hari, penuh
arti, meningkatkan rasa percaya diri, dan menambah wawasan bagi siswa”.
Selain itu juga dikarenakan materi yang disajikan dalam modul
dihubungkan dengan peristiwa atau contoh yang dekat dengan kehidupan
sehari-hari siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nugraha dkk. (2013), bahwa
Bahan ajar yang dikembangkan berbasis SETS mendapatkan respon
positif dari siswa, karena siswa tidak hanya dibawa pada materi yang
bersifat teori-teori saja tetapi juga berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari. Pembelajaran berbasis SETS yang menghubungkaitkan
antara teori yang dipelajari dengan penerapannya dalam bentuk
teknologi, dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan
merupakan suatu bentuk upaya pembelajaran yang bersifat nyata dan
konstekstual (hlm. 32).
106

Akan tetapi, isi modul medapatkan persentasi lebih rendah dalam


melatih dan mengasah kemampuan siswa dalam menghubungkan materi
koloid dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat, serta memecahkan
masalah yang berkaitan dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat yang
hanya memperoleh persentase sebesar 87% dan 82%. Hal ini bisa jadi
karena dalam pembelajaran siswa tidak terbiasa atau terlatih untuk
menghubungkan materi dengan kehidupan sehar-hari mereka. Modul ini
dapat dikatakan baik dalam memupuk sikap positif terhadap keilmuan yang
merupakan ciri dari pembelajaran SETS dilihat dari persentasenya sebesar
84%. Meskipun demikian, modul masih dikategorikan dalam kriteria
“Sangat Baik”.
Kemudian pada aspek ketercernaan modul persentase yang diperoleh
sebesar 85,33%, dengan kriteria “Sangat Baik” dengan indikator tertinggi
pada kemudahan siswa mempelajari modul sebesar 87%. Hal ini dapat
dikatakan bahwa siswa dapat mempelajari modul dengan mudah karena
adanya petunjuk penggunan, rangkuman dan glosarium yang menjelaskan
siswa mengenai beberapa istilah yang baru ditemukan siswa.
Pada aspek perwajahan persentase yang diperoleh sebesar 83,50%,
dengan kriteria “Sangat Baik” dengan indikator tertinggi pada ilustrasi dan
gambar persentasenye sebesar 85%. Hal ini dapat dikatakan bahwa tampilan
cover modul sesuai dengan isi modul, ilustrasi dan gambar dapat
memudahkan siswa dalam mempelajari modul.
Terakhir pada aspek kecermatan isi persentasenya sebesar 83,25%,
dengan kriteria “Sangat Baik”dengan aspek indikator tertinggi pada
indikator kemutakhiran dengan persentase sebesar 87%. Hal ini dapat
dikatakan bahwa modul mudah dipahami dan dipelajari sendiri oleh siswa
baik tanpa atau dengan bantuan guru. Serta isi yang terkandung dalam
modul memberikan informasi baru kepada siswa dan bersesuaian dengan
perkembangan jaman.
107

Hal demikian sejalan dengan yang dikemukakan Minarti dkk.


(2012) yang menyatakan bahwa
Perangkat pembelajaran yang dikembangkan berbasis SETS dapat
mempermudah peserta didik dalam memahami materi karena disertai
dengan contoh-contoh aplikasi konsep dalam kehidupan sehari-hari.
Selain dapat mempermudah dalam memahami materi, juga dapat
meningkatkan motivasi belajar. Motivasi ini dapat timbul karena
penggunaan metode dan media pembelajaran yang sesuai serta
menarik, sehingga peserta didik tidak merasa bosan saat proses
pembelajaran berlangsung (hlm. 110).
Secara keseluruhan modul yang telah disusun mendapatkan
persentasi rata-rata aspek sebesar 85,56% yang termasuk kedalam kriteria
“Sangat Baik”. Sehingga dari hasil respon siswa tersebut dapat diketahui
bahwa pengembangan modul kimia berbasis SETS pada materi koloid ini
termasuk ke dalam kategori sangat baik dan layak digunakan sebagai bahan
ajar dalam proses pembelajaran.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Pengembangan modul pembelajaran kimia berbasis SETS pada materi
koloid dilakukan melalui model pengembangan ADDIE yang mencakup
tahap analisis, desain, pengembangan, implementasi dan evaluasi. Tahap
analisis meliputi tahapan analisis kesenjangan sampai dihasilkan tujuan
pengembangan. Tahap desain menghasilkan indikator dan tugas dalam
modul yang diintegrasikan dengan pembelajaran berbasis SETS sampai
menghasilkan konten yang siap dituangkan dalam bentuk nyata kedalam
modul pada tahap pengembangan. Tahap pengembangan menghasilkan
produk berupa modul pembelajaran berbasis SETS dan instrumen penilaian
modul dan angket respon siswa terhadap modul yang telah dikembangkan.
Setelah modul dinyatakan valid oleh ahli, selanjutnya tahap implementasi
berupa tahap uji coba modul oleh siswa untuk mengetahui respon siswa
terhadap modul.
2. Berdasarkan hasil pengolahan data angket respon siswa, diperoleh hasil
bahwa modul pembelajaran kimia berbasis SETS pada materi koloid secara
keseluruhan mendapatkan persentase sebesar 85,56% (Sangat Baik).

B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian ini, maka buku ini perlu
dilakukan perbaikan untuk penelitian selanjutnya, maka diperoleh beberapa
saran diantaranya:
1. Peneliti disarankan untuk menyempurnakan modul terutama pada aspek
ketercernaan modul dan kecermatan isi.
2. Hendaknya dilakukan uji coba dalam skala yang lebih luas dan penelitian
lebih lanjut untuk mengetahui efektivitas modul ini dalam pembelajaran.

108
109

3. Hendaknya dapat dibuat modul pembelajaran kimia yang serupa dengan


penelitian ini pada materi lainnya untuk memperkaya bahan ajar yang
terintegrasi dengan SETS.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.


Arlitasari, O., Pujayanto, & Budiharti, R. (2013). Pengembangan Bahan Ajar IPA
Terpadu Berbasis Salingtemas dengan Tema Biomassa Sumber Energi
Alternatif Terbarukan. Jurnal Pendidikan Fisika, 1 (1), ISSN 2338-0691,
hlm. 81-89.
Arsyad, A. (2010). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Branch, R. M. (2009). Intructional Design: The ADDIE Approach. New York:
Springer.
Daryanto. (2013). Menyusun Modul- Bahan Ajar untuk Persiapan Guru dalam
Mengajar. Yogyakarta: Gava Media.
Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat
Jendral Menejemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta:


Gramedia.
Desmita. (2011). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Djuandi. (2014). Deskripsi Butir Instrumen Penilaian Buku Teks Pelajaran Kimia
SMA/MA. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan. Diakses dari
http://bsnp-indonesia?p=1340
Duwiri, Y. I. & Siregar, T. (2016). Pengembangan Modul Kimia Topik Sifat
Larutan Asam Basa Kelas XI IPA dalam Meningkatkan Kemampuan
Belajar Siswa di SMA Negeri 1 Teminabuan Kabupaten Sorong Selatan.
Jurnal Ilmu Pendidikan Indonesia, 4 (1), ISSN 2338-3402, hlm. 54-65.
Esmiyati, Haryani, Sri., & Purwantoyo, E. (2013). Pengembangan Modul IPA
Terpadu Bervisi SETS (Science, Environment, Technology, and Society)
Pada Tema Ekosistem. Unnes Science Education Jurnal, 2 (1), ISSN 2252-
6609, hlm. 180-187.
Herdiansyah, H. (2010). Metodologi penelitian kualitatif untuk ilmu-ilmu sosial.
Jakarta: Salemba Humanika.
Khasanah, N. (2015). SETS (Science, Environment, Technology, and Society)
sebagai Pendekatan Pembelajaran IPA Modern pada Kurikulum 2013,
Seminar Nasional Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam (hlm.
273). Solo: FKIP UNS.

110
111

Lestari, I. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi Sesuai


dengan KTSP. Padang: Akademia.
Margono, S. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Minarti, I. B., dkk., (2012). Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Bervis SETS
Berbasis Edutainment Pada Tema Pencernaan. Journal of Innovative
Science Education, 1, ISSN 2252-6412, hlm. 105-111.
Mulyasa, E. (2006). Kurikulum yang Disempurnakan- Pengembangan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. (2010). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan- Suatu Panduan
Praktik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyatiningsih, E. (2011). Riset Terapan Bidang Pendidikan dan Teknik.


Yogyakarta: UNY Press.

Nugraha, D. A., Binadja, A., & Supartono. (2013). Pengembangan Bahan Ajar
Reaksi Redoks Bervisi SETS Berorientasi Konstruktivistik. Journal of
Innovative Science Education, 1, ISSN 2252-6412, hlm. 27-34.

Poedjiadi, A. (2010). Sains Teknologi Masyarakat Metode Pembelajaran


Kontekstual Bermuatan Nilai. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Prastowo, A. (2013). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta:


DIVA Press.

Prawiradilaga, D. S. (2014). Wawasan Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Pribadi, B. A. (2011). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.

Pribadi, B. A. (2014). Desain dan Pengembangan Program Pelatihan Berbasis


Kompetensi: Implementasi Model ADDIE. Jakarta: Predana Media Grup.

Riduwan & Sunarto. (2012). Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan,


Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis. Bandung: Alfabet

Riduwan. (2010). Dasar-dasar Statistik. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. (2013). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:


Kencana.

Satori, D., & Komariah, A. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:


Alfabeta.
112

Setiani, E. (2012). Pengaruh Pendekatan Science, Environment, Technology, and


Society (SETS) Terhadap Hasil Belajar Siswa. (Skripsi). Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Setiawan, D. (2007). Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Universitas Terbuka-


Press.

Setiyono, F. P. (2011). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kimia Kelarutan


dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) degan Pendekatan SETS untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa. Jurnal PP, 1
(2), ISSN 2089-3639 hlm. 149-158.

Sitepu. (2012). Penulisan Buku Terks Pelajaran. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Sopandi, W. dkk. (2010). Kurikuler Kimia SMP dan SMA. Jakarta: Universitas
Terbuka.

Sudijono, A. (2013). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Depok: PT. Raja Grafindo


Persada.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,


Kualitattif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N.S. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Syukri, S. (1999). Kimia Dasar. Bandung: ITB Press

Toharudin, U., Hendrawati, S., & Rustaman, A. (2011). Membangun Literasi


Sains Peserta Didik. Bandung: Humaniora.

Uno, H. B. (2010). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Vembrianto, S. (1975). Pengantar Pembelajaran Modul. Yogyakarta: Yayasan


Pendidikan Paramita.

Warsita, B. (2008). Teknologi Pembelajaran-Landasan & Aplikasinya. Jakarta:


PT. Rineka Cipta.

Wena, M. (2001). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: PT.


Bumi Aksara.

Widodo, C. S. (2008). Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi.


Jakarta: Elex Media Komputindo.

Widoyoko, E.P. (2014). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.
113

Yager, R. E. (1992). Science-Technology-Society as Reform- The Status of


Science-Technology-Society Reform Effort Around the World (hlm. 2-8).
New York: ICASE Yearbook.

Yoruk, N., Morgil, I., & Secken, N. The Effect of Science, Technology, Society,
Environment (STSE) Interaction on Teaching Chemistry. Jurnal of Natural
Science, 2 (12), hlm. 1417-1424.

Zulfiani, Feronika, T., & Suartini, K. (2009). Pembelajaran Sains. Jakarta:


Lembaga Penelitian UIN Jakarta.
Lampiran 1

Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan: “Pengembangan Modul Pembelajaran Kimia Berbasis SETS (Science, Environment,
Technology, Society) pada Materi Koloid”
A. Identitas Narasumber
1. Murdoyoko Atmowiharjo, M.Pd (Guru: SMA N 28 Kabupaten Tangerang)
2. M. Ariudin, S.Pd (Guru: SMA Swasta Ruhul Bayan)
3. Sri Lestari, S.Si (Guru: SMAN 10 Tangerang Selatan)

B. Hasil Wawancara Terhadap Narasumber

No Indikator Pertanyaan Jawaban


1 2 3
1 Pembelajaran Apa kurikulum yang KTSP KTSP, walaupun dari dinas KTSP, Cuma pada tahun ajaran
Kimia diberlakukan di sudah ada kebijakan kurikulum 2014/2015 kemarin, semester 1 nya
sekolah? nasional tapi kami masih itu sempat memberlakukan k.13
menerapkan KTSP selama 1 semester, namun kembali
lagi ke KTSP karena kebijakan dari
diknas
2 Bagaimanakah Pembelajaran kimia Selama ini pembelajarannya Masih bersifat fleksibel artinya
pembelajaran kimia di berlangsung pada biasa saja yang umumnya masih masih menyesuaikan motivasi dan
kelas? umumnya, siswa diajak menggunakan model lama situasi pembelajaran siwa yang baik
untuk memahami konsep seperti pembelajaran langsung dari segi perbedaan karakteristik
dan berdiskusi serta jika (direct interaction) atau ceramah kemampuan siswa maupun fasilitas
memungkinkan melakukan yang ada disekolah
praktikum
3 Apakah bapak/ibu ya, menerapkan model Selama ini model yang saya Iya, model pembelajarannya
selalu menerapkan pembelajaran yang dapat pernah lakukan selama ini diusahakan yang membuat
model-model memacu semangat siswa adalah model lama atau model siswanya aktif, apalagi untuk

114
pembelajaran dalam dalam mempelajari materi pembelajaran langsung pembelajaran kimia sering anak-
KBM? Contoh anak menganggap kimia itu
modelnya seperti apa? pelajaran yang susah jadi kita
berusaha memacu bahwa kimia itu
fun, jadi tidak membuat anak
ketakutan atau model
pembelajarannya yang aplikatif
misalnya praktek bisa
menggunakan bahan yang ada
dialam jadi yang sederhana namun
terapan sehingga bisa memotivasi
anak untuk belajar
4 Apakah bapak/ibu Saya pikir belum, namun Belum pernah Kebetulan untuk yang berhubungan
pernah menerapkan dalam pembelajaran dengan environment, sekolah kami
model pembelajaran terkadang saya menjelaskan sedang menuju sekolah yang
SETS (Science, konsep kepada siswa dan berwawasan lingkungan jadi kita
Environment, memberikan contoh berusaha menerapkan pembelajaran
Technology, Society) manfaat penerapan konsep itu ke lingkungan, kalo teknologi
? tersebut dalam kehidupan sejak 2009 sekolah ini sudah
menerapkan berbasis teknologi
sesuai dengan visi dan misi, kalo
society memang hendaknya ilmu
pembelajaran bisa diterapkan
kemasyarakat
5 Jika Ya. Apakah siswa Ya, siswa antusias (Tidak ditanyakan karena belum Dengan pembelajaran seperti ini
merespon dengan baik, pernah menggunakan model malah lebih disukai anak-anak jadi
saat bapak/ibu pembelajaran SETS) tidak monoton teori apalagi yang
menggunakan model namanya teknologi, anak-anak lebih
pembelajaran SETS? suka dengan teknologi bahkan kalo
dikelas serching materi boleh
dengan hp kalo dengan pelajaran

115
saya, kalo yang lingkungan ternyata
ilmu kimia atau ilmu apa aja jika
bisa diterapkan ke lingkungan
anak2 lebih menyukai
mempelajarinya
6 Menurut bapak/ibu, Sudah cukup baik Pembelajaran kimia wujudnya Sebenarnya kalo menurut saya
bagaimanakah harus banyak dengan praktek, pelajaran kimia itu materinya cukup
pembelajaran kimia namun di sekolah ini fasilitasnya banyak dengan waktu yang cukup
saat ini? masih minim, nggak tau kalo sedikit sehingga untuk menerapkan
disekolah lain, bila fasilitasnya model-model yang berbagai macam
lebih bagus dan lengkap dengan materi yang begitu banyak
mungkin pembelajaran kimia cukup sulit melakukannya. Saya
akan lebih bagus dan bisa berharap pemerintah meninjau
mencapai tujuan pembelajaran ulang kurikulum dalam materi
selama KBM tersebut kimia. Karena itu tidak mudah bagi
siswa dan untuk memotivasi siswa
juga diperlukan
7 Ketersediaan Bahan ajar apa yang Siswa menggunakan Bahan ajar yang kami gunakan, Bahan ajar yang digunakan bisa
Bahan Ajar siswa gunakan selama berbagai sumber bahan satu menggunakan buku paket dari BSE, buku paket yang
pembelajaran? (buku ajar, namun sekolah dari Erlangga dan LKS. Buku disamakan untuk siswa yakni
paket/LKS/modul/dll)? menyediakan bahan ajar paket sebagai acuan yang utama terbitan Grafindo, LKS juga ada,
Terutama pada kelas berupa buku paket dengan dan bahan ajar tambahannya biasanya saya juga merangkum,
XI? penerbit dari Piranti) LKS sebagai pegangan siswa kemudian rangkuman tersebut
dirumah dikirim kesiswa dalam bentuk soft
data.
8 Apakah alasan Yang menurut kami mudah Tentunya kami lihat muatannya, Bahan ajar yang kita gunakan
bapak/ibu memilih dipahami siswa kami perbandingkan dengan biasanya konsepnya yang tidak
bahan ajar tersebut? penerbit lain dia lebih bagus begitu rumit bagi siswa
secara muatan isinya dan
didalamnya itu bahasa-bahasa
yang digunakan lebih mudah

116
dipahami siswa lebih mudah
dicerna dan materinya lebih
mendalam
9 Dalam proses belum, dan pihak sekolah Belum pernah ada modul yang Untuk saat ini belum, Cuma modul
pembelajaran, apakah pun tidak menyediakan kami gunakan, hanya sebatas memang pernah dicanangkan untuk
bapak/ibu pernah modul, baik bagi siswa LKS saja sih diadakan namun dari guru ada
menggunakan modul, maupun guru beberapa yang sudah memakai dan
terutama modul sebagian lain masih dalam proses
berbasis SETS?
10 Menurut bapak/ibu, yang dapat membuat siswa Meliputi materi yang akan Sebaiknya yang konsep atau prinsip
bagaimanakah bahan lebih memahami materi disajikan dan materi tersebut dasar dari pembelajaran mudah
ajar yang baik? yang diajarkan dan yang materinya tidak berbelit-belit diterima aau dipahami siswa
lebih menekankan kepada langsung kepada pokok intinya sehingga tidak menjadikan kimia
pembelajaran bermakna apa, disitu memuat tujuan itu pelajaran yang rumit, jadi
pembelajaran yang akan sederhana, sistematis dan kalo bisa
dilakukan, tidak melebar aplikatif. Sehingga pembelajaran
kemana-mana, dan indikator- kimia jadi menarik tanpa
indikator yang ada didalam meninggalkan konsep-konsep
tujuan pembelajaran terpenuhi dasarnya
didalam bahan ajar tersebut
11 Menurut bapak/ibu, Saya rasa perlu, agar O itu perlu banget, karena kan Menurut saya itu sangat penting
perlu tidak nantinya siswa dapat saat ini bahan ajar yang ada jauh karena memang sains itu sangat
mengembangkan memahami dan menambah dari hal itu, cenderung bahan aplikatif dalam kehidupan sehari-
bahan ajar yang wawasan tentang ajar yang ada jauh menyimpang. hari dan harus diperlihatkan kepada
dikaitkan dengan kebermanfaatan ilmu yang Karena seperti kita tahu bahan siswa bahwa ilmu sains bisa
penerapan sains, dipelajarinya. Karena ajar dari penerbit tertentu diterapkan dilingkungan, teknologi
lingkungan, teknologi belajar kimia tidak hanya mereka hanya cetak asal jadi aja, dan kehidupan masyarakat. Karena
dan kehidupan teori dan soal karena jadi muatan tentang lingkungan, kimia itu aplikatif dalam kehidupan
masyarakat? sebenarnya esensi ilmu teknologi, dan masyarakat kita.
Mengapa? kimia bukanlah ilmu yang belum ada. Jadi kalo mau
dihapal melainkan di mengembangkan bahan ajar itu

117
aplikasikan. bagus sekali.
C. Koding Hasil Wawancara Terhadap Narasumber

No Indikator Hasil
1 Pembelajaran Dari ke 3 sekolah yang dikunjungi, semuanya menggunakan kurikulum KTSP
2 Kimia 1 dari 3 guru yang diwawancarai menyatakan bahwa pembelajaran kimia berlangsung pada umumnya yang lebih menekankan
pada pemberian konsep melalui metode ceramah dan pembelajaran langsung atau diskusi. Sedangkan 2 guru menyatakan
bahwa pembelajaran juga memperhatikan perbedaan karakteristik siswa dan fasilitas yang ada.
3 2 dari 3 guru menyatakan bahwa menerapkan berbagai model dalam pembelajaran, sedangkan 1 tidak.
4 2 dari 3 guru menyatakan secara tidak langsung telah menerapkan pembelajaran kimia yang dikaitkan dengan lingkungan,
teknologi dan masyarakat. Sedangkan 1 guru belum pernah.
5 2 dari 3 guru menyatakan bahwa siswa lebih antusias dengan pembelajaran yang dikaitkan dengan kehiduan sekiarnya
termasuk lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Sedangkan 1 guru tidak menjawab karena belum pernah menerapkannya.
6 2 dari 3 guru menyatakan bahwa pembelajaran kimia saat ini masih terkendala dengan fasilitas yang ada, dan waktu yang
diberikan terhadap materi yang harus guru sampaikan. Sedangkan 1 guru menyatakan bahwa pembelajaran sudah baik.
7 Ketersediaan 2 dari 3 guru menyatakan bahwa bahan ajar yang digunakan sebagai pegangan siswa adalah buku paket dan LKS. Sedangkan 1
Bahan Ajar guru menyatakan bahan ajar yang difasilitasi oleh sekolah hanya buku paket. Dari ke 3 sekolah diketahui bahwa buku paket
yang dipakai oleh siswa merupakan buku paket dari penerbit Piranti, Erlangga , dan Bailmu.
8 Ketiga guru menyatakan bahwa alasan pemilihan buku paket yang dijadikan bahan ajar untuk siswa, karena buku tersebut
dirasa mudah dipahami oleh siswa dan muatannya yang lebih lengkap disbanding buku paket lain.
9 Ketiga guru menyatakan bahwa belum pernah menggunakan modul atau boleh dikatakan belum adanya modul di sekolah.
10 Dapat disimpulkan dari 3 guru yang diwawancarai mengemukakan bahwa bahan ajar yang baik adalah yang dapat mencapai
tujuan pembelajaran dengan konten yang sederhana, mudah dipahami siswa, sistematis sehingga pembelajaran aktif,
menyenangkan dan meningkatkan minat belajar siswa tanpa menghilangkan prinsip dasar ilmu kimia sendiri.
11 Ketiga guru menyatakan bahwa sangat perlu dilakukan pengembangan bahan ajar, terutama pada materi kimia

118
D. Penarikan Kesimpulan Hasil Wawancara

Kesimpulan:
Dari hasil wawancara kepada guru kimia mengenai kebutuhan pengembangan bahan ajar modul berbasis SETS, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kurikulum yang diberlakukan adalah KTSP
2. Pembelajaran yang berlangsung bersifat umum, penerapan model pembelajaran cukup bervariasi, dan menyesuaikan dengan fasilitas
yang ada disekolah.
3. Di sekolah siswa hanya difasilitasi buku paket dan lembar kegiatan siswa (LKS) yang telah disediakan oleh pihak sekolah.
4. Diperlukan bahan ajar yang dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan konten yang sederhana, mudah dipahami siswa, sistematis
sehingga pembelajaran aktif, menyenangkan dan meningkatkan minat belajar siswa tanpa menghilangkan prinsip dasar ilmu kimia
sendiri.
5. Dibutuhkan pengembangan modul yang dapat membantu siswa memahami dan menambah wawasan tentang kebermanfaatan ilmu yang
dipelajarinya. Jadi tidak hanya teori dan soal karena sebenarnya esensi ilmu kimia bukanlah ilmu yang dihapal melainkan di aplikasikan.

119
Lampiran 2

Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan: “Pengembangan Modul Pembelajaran Kimia Berbasis SETS (Science, Environment,
Technology, Society) pada Materi Koloid”

A. Identitas Narasumber
Narasumber merupakan siswa kelas XI IPA SMAN 28 Kabupaten Tangerang

No Pertanyaan
A.Pembelajaran Kimia
1 Apakah menurut anda pelajaran kimia lebih sulit dari mata pelajaran lain? Kenapa?
2 Bagaimana sebaiknya guru menjelaskan pembelajaran kimia agar lebih bisa dipahami?
3 Apakah dalam pembelajaran guru lebih sering membahas soal atau menjelaskan manfaat kimia dalam kehidupan sehari-hari?
4 Apakah dalam pembelajaran guru pernah mengadakan praktikum?
5 Apakah anda bisa menghubungkan antara materi kimia yang diajarkan untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari
terutama yang berhubungan dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat?
B. Bahan Ajar
6 Apakah buku yang anda gunakan?
7 Apakah buku tersebut dibutuhkan pada saat belajar kimia? Kenapa?
8 Apakah buku yang digunakan mudah dipahami?
9 Apakah buku yang digunakan menarik untuk dibaca?
10 Bagaimanakah buku yang dapat membantu anda lebih memahami pembelajaran kimia, Kenapa?

120
B. Hasil Wawancara Terhadap Narasumber

N Jawaban Narasumber
o Jauhara Reni Owena Aulia Setiaji Rizka Fajar Maliya Shafa Sekar Alfia Puspa Syifa Kalisa Inu Zagita
Purwati Dyahyareta Putri Asih Wahyuningtyas Andini
1 Iya karena Tidak, Iya, Iya, karena Iya, karena Tidak, karena Tidak Tidak Iya, tergantung Tidak juga
tidak terlalu karena tergantung saya tidak saya tidak seru materi
mengerti kimia cukup materi suka suka
mudah jika pelajaran pelajaran
tau maksud kimia kimia
dan tujuan
soal
2 Tidak terburu- Sesuai Lebih Memberikan Memberika Dengan Menjelaskan Dengan Lebih terperinci, Tidak
buru bila dengan terperinci, contoh n contoh memberi dengan cara memberi sesuai dengan terburu-
menjelaskan proses sesuai dengan dalam dalam contoh perlahan-lahan, contoh materi, buru,
materi pemehaman materi, kehidupan kehidupan kehidupan diterapkan tentang kimia perlahan-lahan, sesuai
siswa, tidak perlahan- sehari-hari sehari-hari sehari-hari dalam konsep kehidupan memberikan dengan
terburu-buru lahan, kehidupan sehari-hari contoh yang materi,
memberikan sehari-hari mudah menjelaska
contoh yang dipahami n dengan
mudah rinci hal-
dipahami hal yang
penting
3 Guru lebih Lebih sering Lebih sering Lebih sering Seimbang Seimbang, Lebih sering Seimbang, Dua-duanya Langsung
sering membahas membahas membahas karena jika membahas soal karena jika membahas soal pada materi
membahas soal soal soal soal sedang sedang dan juga dan
dibandingkan membahas membahas manfaat kimia memberi
menjelaskan materi lalu materi lalu dalam beberapa
manfaat kimia membahas soal membahas kehidupan contoh
dalam soal sehari-hari
kehidupan
sehari-hari

121
4 Pernah Pernah Iya, pernah Iya, ada Iya Pernah Iya, pernah Pernah Pernah, hampir Pernah
melakukan setiap BAB
praktikum

5 Tidak bisa Tidak Bisa, namun Tidak Tidak Bisa Bisa karena Bisa Bisa, karena Sedikit,
mengaitkan terlalu bisa, untuk yang kimia materi kimia tetapi
antara materi karena tidak rumit bermanfaat tidak terlalu belum
kimia dengan sering keliru untuk rumit terlalu
kehidupan menyelesaikan memahami
sehari-hari masalah dalam
yang kehidupan
berhubungan
dengan
lingkungan
dan teknologi
6 Buku paket Buku paket Buku paket Buku kimia Buku paket Buku paket Buku paket Buku paket Buku paket Buku tulis
terbitan paket kelas kimia XI IPA kimia XI IPA kimia XI IPA kimia XI IPA
piranti XI IPA penerbit piranti penerbit piranti penerbit penerbit piranti
penerbit piranti
piranti
7 Buku paket Iya, karena Iya untuk Iya, karena Tidak, Dibutuhkan Iya, untuk Dibutuhkan, Iya, untuk Iya, untuk
sangat beberapa mempermuda sebagai karena cara karena sebagai mempermudah karena hanya mempermudah dipelajari
dibutuhkan materi ada h dalam rujukan kita yang panduan awal dalam belajar itu buku yang dan
untuk dibuku belajar untuk belajar diberikan sebelum bisa dipahami
membantu tersebut guru lebih dijelaskan dimanfaatkan kembali
pemahaman dimengerti materi baru
8 Buku paket Tidak Tidak Mudah, Tidak Mudah, banyak Iya, Tidak, Tidak
yang banyak contoh-contoh bahasanya
digunakan contoh- soalnya, dan terlalu sulit
tidak terlalu contoh ada kunci
dapat dipahami soalnya, dan jawabannya
ada kunci
jawabannya
9 Buku paket Tidak Kurang, Iya menarik Tidak Kurang kurang menarik Menarik Kurang,
yang terlalu bahasanya menarik, dan tidak ada bahasanya sulit
digunakan sulit karena tidak warnanya dipahami

122
kurang dimengerti ada warnanya
menarik dan
kurang
lengkap isi
materinya
10 - Buku yang - Ada Buku Banyak Buku yang ada Buku yang - Yang
disertai gambarnya, dengan warnanya, warna dan menerangkan penjelasann
contoh dan ada contoh contoh soal gambar, dan gambarnya penjelasan ya tidak
pembahasan soal dan dengan contoh serta materi berbelit
yang pembahasan pembahasan pembahasannya dilengkapi dan banyak
jelasdan nya yang mudah dengan contoh contoh soal
juga bahasa dimengerti soal dan tidak dan latihan
yang mudah lupa soal
dimengerti pembahasan-
nya

C. Koding Hasil Wanawancara Terhadap Narasumber

No Indikator Persentase Hasil Jawaban Siswa


1 Pembelajaran Kimia 50% siswa menganggap bahwa pelajaran kimia sulit
2 50% siswa merasa bahwa sebaiknya agar pelajaran kimia mudah dipahami diperbanyak dengan memberikan
contoh penerapan ilmu kimia dengan kehidupan sehari-hari, dijelaskan secara perlahan dan terperinci
3 50% guru lebih banyak membahas soal dibandingkan dengan menjelaskan materi kimia dalam kehidupan sehari-
hari
4 100% siswa pernah melakukan praktikum kimia di sekolah
5 60%siswa merasa kesulitan menghubungkan konsep kimia dengan teknologi, masyarakat, dan lingkungan
6 Ketersediaan Bahan 90% siswa menggunakan buku paket sebagai buku pegangan pembelajaran kimia
7 Ajar 90% siswa merasa buku paket sangat dibutuhkan untuk menambah pemahaman
8 60% siswa merasa buku paket yang dipakai sulit dipahami, kurang menarik dan
bahasanya sulit dimengerti
9 70% siswa merasa bahwa buku paket yang digunakan kurang menarik minat baca
10 70% siswa merasa bahwa buku paket sebaiknya harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami, tidak berbelit-

123
belit, ada gambar dan contoh serta pembahasannya dan berwarna
D. Penarikan Kesimpulan Hasil Wawancara

Kesimpulan:

1. Pembelajaran kimia dirasa cukup sulit, pemberian materi lebih banyak membahas soal dibandingkan menjelaskan manfaat ilmu kimia di
kehidupan nyata. Akibatnya siswa kurang mampu menghubungkan antara materi kimia dengan teknologi, lingkungan dan masyarakat .
2. Bahan ajar yang digunakan hanya berupa buku paket, atau belum adanya modul kimia.
3. Penyajian materi dalam buku paket dirasa sulit dipelajari sendiri oleh siswa kecuali dengan bantuan guru karena bahasanya sulit
dipahami.
4. Penyajian tampilan buku paket kurang menarik minat baca siswa, padahal buku paket dirasa sangat penting oleh siswa untuk membantu
dalam mempelajari materi kimia.

124
Lampiran 3

Analisis Validasi Kesenjangan Kinerja (Validate The Performance Gap)


“Pengembangan Modul Pembelajaran Kimia berbasis Science Environment Technology dan Society (SETS) pada Materi
Koloid”
Sumber : Berdasarkan kesimpulan dari hasil wawancara guru dan siswa

Indikator Kinerja Aktual Kinerja yang Diharapkan Penyebab Persentase Keterangan


Kinerja kesenjangan
Proses Pembelajaran kimia pada Pembelajaran modern 1. Materi kimia yang 33% Kinerja aktual
Pembelajaran umumnya menggunakan menuntut peserta didik aktif, cukup banyak didasarkan pada
Kimia metode ceramah dan responsif, dan aktif dalam 2. Waktu yang jawaban 1 dari 3
kurang memperhatikan mencari, memilih, disediakan terbatas orang guru yang
perbedaan karakteristik menemukan, menganalisis, 3. Fasilitas kurang diwawancarai
siswa menyimpulkan, dan memadai yang
melaporkan hasil belajarnya. 4. Model pembelajaran teridentifikasi
(Warsita, 2008) yang diterapkan adanya
kurang bervariasi permasalahan

Proses Pelajaran kimia dirasa Berdasarkan KTSP, 1. Guru lebih banyak 60% Kinerja aktual
pembelajaran sulit oleh siswa dan siswa pembelajaran kimia bertujuan membahas soal didasarkan pada
kimia yang belum dapat mengaitkan agar siswa dapat memahami dibandingkan dengan jawaban 6 dari 10
dihubungkan antara materi kimia konsep, prinsip, hukum, dan menjelaskan materi orang siswa yang
dengan teknologi, dengan teknologi, teori kimia serta saling kimia dalam diwawancarai
lingkungan dan lingkungan dan keterkaitannya dan kehidupan sehari-hari yang
masyarakat masyarakat. penerapannya untuk teridentifikasi
menyelesaikan masalah dalam adanya
kehidupan sehari-hari dan permasalahan

125
teknologi
Siswa lebih antusias jika
pembelajaran dikaitkan denga
lingkungan, teknologi dan
masyarakat

Ketersediaan - Bahan ajar yang Bahan ajar yang dapat 1. Buku paket sudah 80% Kinerja aktual
Bahan Ajar digunakan berupa buku mencapai tujuan pembelajaran difasilitasi sekolah didasarkan pada
paket dan LKS, belum dengan konten yang 2. Buku paket memuat persentasi rata-
tersedianya modul sederhana, mudah dipahami konten yang lengkap rata jawaban siswa
- Bahan ajar sangat siswa, sistematis sehingga dengan soal yang yang
dibutuhkan oleh siswa pembelajaran aktif, bervariasi, dan dirasa diwaawancarai
untuk membantu menyenangkan dan mampu mudah dipahami atas 2 pertanyaan
pemahaman, namun meningkatkan minat belajar siswa berbeda yang
siswa merasa buku paket (Hasil wawancara dengan 3. Bahasa buku paket teridentifikasi
yang dipakai sulit guru dan siswa) yang digunakan sulit adanya
dipahami, kurang dipahami permasalahan
menarik dan bahasanya 4. Kurangnya gambar
sulit dimengerti dan warna
5. Kurangnya contoh
yang mengaitkan
antara materi kimia
dengan kehidupan

Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis kesenjangan kinerja menunjukkan bahwa proses pembelajaran lebih menekankan pada
pemberian materi dan soal, bahan ajar yang digunakan sulit dipahami sendiri, dan kurang memberikan informasi mengenai
manfaat materi yang diajarkan dengan kehidupan sehingga siswa kurang bisa menghubungkan antara materi yang diajarkan
dengan kehidupan khususnya dibidang tekologi, lingkungan , dan masyarakat. Padahal tujuan pembelajaran kimia adalah
siswa dapat memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta saling keterkaitannya dan penerapannya untuk
menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi.

126
Membuat bahan ajar berupa modul pembelajaran yang dapat membantu siswa lebih memahami konsep atau materi
pelajaran dan menghubungkannya dengan kehidupan, khususnya dibidang teknologi, lingkungan dan masyarakat baik
dengan atau tanpa bantuan guru dirasa sebagai suatu strategi untuk menutupi kesenjangan kinerja yang ditemukan.
Salah satu materi yang dapat dijadikan judul modul adalah materi koloid. Hal ini karena materi koloid sangat
berhubungan dengan teknologi, lingkungan, dan masyarakat.

127
Lampiran 4

Hasil Analisis Karakteristik Peserta Didik


A. Identitas Narasumber
Narasumber merupakan siswa kelas XI IPA 2 SMAN 28 Kabupaten Tangerang

Kolom Pertanyaan:
A. Pengalaman Pembelajaran Kimia
1 Apakah menurut anda pelajaran kimia lebih sulit dari mata pelajaran lain? Kenapa?
2 Apakah anda pernah melakukan praktikum kimia baik disekolah dan atau dirumah? Apa saja?
3 Apakah anda bisa menghubungkan antara materi kimia yang diajarkan untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari
terutama yang berhubungan dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat?
4 Apakah anda pernah membuat produk kimia yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari? Apa saja?
B. Keterampilan Praktkum
5 Apakah anda pernah merasa kesulitan dalam praktikum? Kenapa?
6 Apa saja alat yang pernah anda pakai dalam praktikum?
7 Apakah anda menggunakan alat praktikum dengan baik?
C. Kemampuan Memahami Materi Kimia
8 Apakah anda dapat memahami pembelajarna kimia dengan baik?
9 Apakah anda merasa kesulitan dalam mengerjakan tugas/ulangan kimia?
D. Minat dan Motivasi
10 Apakah anda selalu mencatat dan mendengarkan apa yang disampaikan guru ketika belajar kimia?
11 Apakah anda selalu mengulang kembali pembelajaran yang telah disampaikan guru?
12 Apakah anda selalu mengerjakan tugas ( PR/ Latihan Soal dll)yang diberikan guru?
13 Apakah anda suka membaca buku tentang kimia?
14 Apakah anda tertarik dengan pembelajarn kimia?

128
B. Hasil Wawancara Terhadap Narasumber
No Jawaban Narasumber
Jauhara Reni Purwati Owena Aulia Setiaji Rizka Fajar Maliya Shafa Sekar Alfia Puspa Syifa Kalisa Inu Zagita
Dyahyareta Putri Asih Wahyuningtyas Andini
1 Iya karena Tidak, karena Iya, tergantung Iya, karena saya Iya, karena Tidak, karena Tidak Tidak Iya, tergantung Iya, tergantung
tidak kimia cukup materi tidak suka saya tidak seru materi materi
terlalu mudah jika tau pelajaran kimia suka pelajaran
mengerti maksud dan kimia
tujuan soal
2 Pernah Iya, Pernah, Iya pernah pernah Pernah Pernah Pernah Pernah Iya, pernah,
melakukan menghiung disekolah disekolah, disekolah, disekolah, disekolah, disekolah, menghitung dH,
praktikum dH, mengukur seperti kalorimeter, kalorimeter, kalorimeter, kalorimeter, menghitung dH, pH,
seperti pH, menghitung dH, menghitung pH, menghitung pH, menghitung pH, menghitung pH, pH, kesetimbangan,
mengukur kesetimbangan pH, termokimia, dan termokimia, dan termokimia, dan termokimia, dan kesetimbangan dll
suhu kesetimbangan kesetimbangan kesetimbangan kesetimbangan kesetimbangan
3 Tidak bisa Tidak terlalu Bisa, namun Tidak Tidak Bisa Bisa karena Bisa Tidak, karena Tidak, karena
mengaitka bisa, karena untuk yang kimia belum terlalu belum terlalu
n antara sering keliru tidak rumit bermanfaat memahami memahami
materi untuk
kimia menyelesaikan
dengan masalah dalam
kehidupan kehidupan
sehari-hari
yang
berhubung
an dengan
lingkungan
dan
teknologi
4 Tidak Belum, Tidak Tidak tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Sepertinya tidak
pernah
membuat
produk
yang dapat

129
dimanfaatk
an dalam
kehidupan

5 Tidak Iya, karena Pernah, karena Tidak, karena Tidak, karena Tidak, karena Pernah, karena Pernah, karena Pernah, karena Tidak, karena
merasa saat praktikum sulit teman kelompok teman dikerjakan kesulitan kesulitan sulit dibimbing
kesulitan kita tidak membantu kelompok kelompok menggunakan menggunakan dengan baik
dalam mengetahui membantu alat alat
praktikum fungsi dari
beberapa alat
praktikum
yang
digunakan
6 Alat yang Gelas ukur, Gelas ukur, kalorimeter, kalorimeter, kalorimeter, Gelas ukur, kalorimeter, Gelas ukur, kalorimeter,
pernah calorimeter, thermometer, thermometer, thermometer, thermometer, thermometer, thermometer, thermometer, thermometer,
dipakai thermometer, calorimeter, alat gelas ukur, gelas ukur, gelas ukur, pengukur pH, gelas ukur, pengukur pH, gelas ukur,
seperti neraca, pengukur pH neraca, alat neraca, alat neraca, alat kalorimeter neraca, alat calorimeter neraca, alat
balon, pengukur pH, pengukur pH, pengukur pH, pengukur pH pengukur pH pengukur pH
urea, soda dll dll dll
api,
calorimeter
, neraca,
gelas ukur
7 Saya Tentu saja Iya Tentu saja Tentu saja Iya Iya Tentu saja Iya Tentu saja
mengguna
kan alat
praktikum
dengan
baik
8 Iya Terkadang Lumayan Kadang iya Kadang iya, Mudah- Iya Mudah- Lumayan Kadang
kadang tidak kadang tidak mudahan saja mudahan saja iya/tidak
9 Iya, Iya, Tidak juga Iya, betul sekali. Iya, betul Tidak, karena Tidak Iya karena Tidak Iya karena
Gurunya Memahami Cara memahami sekali kurang belajar beberapa faktor beberapa faktor
terlalu maksud dari soal saya jadi tidak kesiapan atau
cepat soal yang bisa tidak
menjelaska diberikan memahami soal

130
n
10 Iya Iya Iya Tidak Tidak Iya Iya, untuk Iya Iya Selalu
mempermudah
saat
mengerjakan
soal
11 Iya Iya Terkadang Tidak Tidak Jarang Iya Selalu Terkadang Tidak
12 Tidak Iya Iya Iya Iya Iya Iya Pernah Iya Iya
selalu
13 Tidak Sedikit Belum pernah Tidak Tidak Jarang Iya kadang Tidak suka Belum pernah Sedikit
terlalu membaca selain membaca selain
buku paket buku paket
14 Tidak Cukup tertarik Iya Saya tidak suka Saya tidak Tertarik Iya, karena Tertarik Iya Iya
terlalu pelajaran kimia, suka pelajaran praktek-
tapi itu yang kimia, tapi itu prakteknya
membuat saya yang
tertarik membuat saya
mempelajari tertarik
kimia mempelajari
kimia

C. Koding Hasil Wawancara Terhadap Narasumber

No Indikator Hasil Wawancara


1 Pengalaman 6 dari 10 siswa merasa kimia adalah pelajaran yang sulit
2 Pembelajaran Kimia 10 dari 10 siswa yang diwawancara pernah melakukan praktikum
3 6 dari 10 siswa belum bisa mengaitkan antara konsep kimia yang dipelajari dengan teknologi, lingkungan, dan
masyarakat
4 10 dari 10 siswa yang diwawancara belum pernah membuat produk kimia yang dapat dimanfaatkan dalam
kehidupan
5 Keterampilan Praktkum 6 siswa tidak merasa kesulitan saat praktikum, namun 4 siswa pernah merasa kesulitan saat praktikum
6 10 siswa yang diwawancara pernah melakukan praktikum diantaranya pada BAB termokimia, Kalorimeter,
mengukur pH dan lain-lain terkait materi yang pernah diajarkan

131
7 10 siswa merasa bisa menggunakan alat praktikum dengan baik
8 Kemampuan Memahami 5 dari 10 siswa merasa kesulitan memahami pelajaran kimia
9 Materi Kimia 7 dari 10 siswa merasa kesulitan saat mengerjakan tugas maupun ulangan harian yang diberikan guru
10 Minat dan Motivasi 8 dari 10 siswa selalu mencatat apa yang disampaikan oleh guru selama proses pelajaran berlangsung
11 6 dari 10 siswa selalu mengulang pelajaran kembali
12 8 dari 10 siswa selalu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru sedangkan sisanya terkadang
13 5 dari 10 siswa belum pernah membaca buku tentang kimia selain dari buku paket yang telah difasilitasi
sekolah
14 5 dari 10 siswa merasa tertarik dengan pelajaran kimia, 1 siswa tertarik dengan pelajaran kimia karena
prakteknya, 2 orang siswa tertarik dengan pelajaran kimia karena dia tidak mengerti dengan kimia, dan 2
siswa tidak tertarik dengan pelajaran kimia.

D. Persentase Data Hasil Wawancara

Persentase Hasil Jawaban Siswa


60% siswa menganggap bahwa pelajaran kimia sulit
100% siswa pernah melakukan praktikum
60% siswa belum bisa mengaitkan antara konsep kimia yang dipelajari dengan teknologi, lingkungan, dan masyarakat
100% siswa belum pernah membuat produk kimia yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan
100% siswa pernah melakukan praktikum diantaranya pada BAB termokimia, Kalorimeter, mengukur pH dan lain-lain terkait materi yang pernah
diajarkan
100% siswa merasa bisa menggunakan alat praktikum dengan baik
50% siswa merasa kesulitan memahami pelajaran kimia
70% siswa merasa kesulitan saat mengerjakan tugas maupun ulangan harian yang diberikan guru
80% siswa selalu mencatat apa yang disampaikan oleh guru selama proses pelajaran berlangsung
60% siswa selalu mengulang pelajaran kembali
80% siswa selalu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru sedangkan sisanya terkadang
50% siswa belum pernah membaca buku tentang kimia selain dari buku paket yang telah difasilitasi sekolah
80% siswa merasa tertarik dengan pelajaran kimia

132
Lampiran 5
Rencana Proses Kegiatan
Pengembangan Modul Pembelajaran Kimia Berbasis Science, Environment, Technology and Society (SETS) pada Materi
Koloid
2015/2016
Kegiatan
Juli Agt Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli
ANALISIS
Analisis Kebutuhan Dan Ketersediaan
Modul
Analisis Kesenjangan
Perumusan Tujuan Instruksional
Identifikasi Karakteristik Peserta Didik
DESAIN
Analisis Tugas
Analisis Konten
Merancang Strategi Penilaian
DEVELOP (Pengembangan)
Menyusun Modul
Menyusun Instrumen Validasi Modul dan
Angket Respon Siswa
Melakukan Validasi Modul
IMPLEMENTASI
Penilaian Angket Respon Siswa dan Guru
Terhadap Modul

133
Lampiran 6
Menyusun Daftar Tugas (Analisis Tugas)
“Modul Pembelajaran Kimia Berbasis Science, Environment, Technology, and Society (SETS) pada Materi Koloid”
Mata Pembelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI (sebelas)/2
Standar Kompetensi : 5. Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar : 5.1 Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada disekitarnya.
5.2 Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan Indikator Tahap Materi Submateri Tugas (Berbasis Pembelajaran SETS)


Instruksional Pembelajaran Pikir Pokok Pokok
(Instructional Modul
Goals)
Menjelaskan sistem - Mendefinisikan - C1 Sistem - Peristiwa Tahap: Inisiasi
koloid di kehidupan pengertian koloid - C2 koloid koloid di - Mengidentifikasi masalah dalam wacana yang berkaitan dengan
sehari-hari dan - Mengelompokkan - C3 kehidupan fenomena larutan, suspensi, dan koloid sebagai bagian dari
dihubungkan larutan, suspensi, - Pengertian
campuran
dengan teknologi, dan koloid larutan,
masyarakat, dan berdasarkan hasil suspensi, Tahap: Pembentukan Konsep
lingkungan pengamatan dan koloid - Mengelompokkan beberapa campuran antara larutan, suspensi,
- Mengidentifikasi atau koloid
isu-isu yang terkait - Menggali informasi mengenai pengertian koloid dari wacana yang
dengan keberadaan disajikan
koloid di kehidupan Tahap: Aplikasi Konsep
sehari-hari
- Menggali informasi mengenai apasaja contoh-contoh atau isu-isu
yang terkait dengan keberadaan koloid di kehidupan sehari-hari
- Menggali informasi mengenai hubungan antara koloid dengan

134
teknologi, masyarakat, dan lingkungan
Tahap: Pemantapan Konsep
- Mendefinisikan pengertian koloid berdasarkan pada
pengelompokkan campuran larutan, suspensi, dan koloid
Mengelompokkan - Membedakan fase - C3 Jenis-senis - Pengertian Tahap: Inisiasi
jenis-jenis koloid terdispersi dan fase - C3 Koloid fase - Mengidentifikasi masalah dalam wacana yang berkaitan dengan
berdasarkan sistem pendispersi terdispersi macam-macam koloid
pendispersi dan - Mengelompokkan - Pengertian
Tahap: Pembentukan Konsep
terdispersinya jenis koloid fase
berdasarkan fase pendisfersi - Membedakan fase terdispersi dan fase pendispersi
terdidpersi dan - Jenis-jenis - Mengelompokkan jenis koloid berdasarkan fase terdispersi dan
pendispersi, serta koloid fase pendispersi
menghubungkannya - Contoh Tahap: Aplikasi Konsep
dengan teknologi, koloid - Menyebutkan contoh jenis-jenis koloid
masyarakat dan berdasarka - Menghubungkan contoh jenis koloid dalam kehidupan sehari-hari
lingkungan n jenisnya dan dihubungkan dengan teknologi, masyarakat, dan lingkungan
Tahap: Pemantapan Konsep
- Mengelompokkan koloid berdasarkan fase terdispersi dan fase
pendispersi beserta masing-masing contohnya
Menjelaskan sifat- - Menjelaskan - C3 - Sifat- - Efek Tahap: Inisiasi
sifat koloid melalui peristiwa efek sifat Tyndall - Mengidentifikasi masalah dalam wacana yang berkaitan dengan
fenomena yang Tyndall dalam koloid - Percobaan efek tyndall
terjadi di kehidupan kehidupan sehari- - Percobaa efek
- Menggali informasi mengenai peristiwa yang terkait dengan efek
sehari-hari yang hari n sifat- Tyndall
tidak terpisahkan sifat tyndall
dengan teknologi, koloid - Tahap: Pembentukan Konsep
masyarakat, dan - Melakukan percobaan sederhana terkait dengan peristiwa efek
lingkungan tyndall
- Menyimpulkan hasil pengamatan dari percobaan efek tyndall
Tahap: Aplikasi Konsep
- Menyebutkan berbagai contoh efek tyndall di kehidupan sehari-
hari

135
Tahap: Pemantapan Konsep
- Menjelaskan peristiwa efek tyndall sebagai salah satu sifat koloid
- Menjelaskan - C3 - Gerak Tahap: Inisiasi
peristiwa gerak brown - Mengidentifikasi masalah dalam wacana yang berkaitan dengan
Brown dalam gerak brown
kehidupan sehari- Tahap: Pembentukan Konsep
hari - Menggali informasi mengenai peristiwa yang terkait dengan gerak
brown
Tahap: Aplikasi Konsep
- Menyebutkan berbagai contoh peristiwa gerak brown di kehidupan
sehari-hari
Tahap: Pemantapan Konsep
- Menjelaskan peristiwa gerak brown sebagai bagian dari sifat
koloid
- Menjelaskan - C3 - Adsorpsi Tahap: Inisiasi
peristiwa adsorpsi - Mengidentifikasi wacana yang berkaitan dengan masalah adsorpsi
dalam kehidupan Tahap: Pembentukan Konsep
sehari-hari
- Menggali informasi mengenai prinsip kerja adsorpsi
Tahap: Aplikasi Konsep
- Menyebutkan berbagai contoh penerapan prinsip adsorpsi di
kehidupan sehari-hari sebagai suatu solusi dari pemecahan masalah
Tahap: Pemantapan Konsep
- Menjelaskan peristiwa adsorpsi sebagai bagian dari sifat koloid
- Menjelaskan - C3 - Koagulasi Tahap: Inisiasi
peristiwa koagulasi - Mengidentifikasi masalah dalam wacana yang berkaitan dengan
dalam kehidupan koagulasi
sehari-hari
Tahap: Pembentukan Konsep
- Menggali informasi yang berkaitan dengan peristiwa koagulasi
- Melakukan percobaan terkait dengan peristiwa koagulasi
- Menyimpulkan hasil pengamatan dari percobaan koagulasi
Tahap: Aplikasi Konsep

136
- Menyebutkan berbagai contoh dari koagulasi di kehidupan sehari-
hari
Tahap: Pemantapan Konsep
- Menyimpulkan pengertian koagulasi sebagai bagian dari sifat
koloid
- Menjelaskan - C3 - Elektrofor Tahap: Inisiasi
peristiwa esis - Mengidentifikasi wacana yang berkaitan dengan elektroforesis
elektroforesis dalam Tahap: Pembentukan Konsep
kehidupan sehari-
- Menjelaskan prinsip kerja elektroforesis
hari
Tahap: Aplikasi Konsep
- Menyebutkan berbagai contoh penerapan prinsip elektroforesis di
kehidupan sehari-hari sebagai suatu solusi dari pemecahan masalah
Tahap: Pemantapan Konsep
- Menjelaskan pengertian elektroforesis sebagai bagian dari sifat
koloid bermuatan listrik
- Menjelaskan - C3 - Dialisis Tahap: Inisiasi
peristiwa dialisis - Mengidentifikasi wacana yang berkaitan dengan dialisis
dalam kehidupan Tahap: Pembentukan Konsep
sehari-hari
- Menjelaskan prinsip kerja dialisis
Tahap: Aplikasi Konsep
- Menyebutkan berbagai contoh penerapan prinsip dialisis di
kehidupan sehari-hari sebagai solusi di kehidupan sehari-hari
Tahap: Pemantapan Konsep
- Menyimpulkan pengertian dialisis sebagai bagian dari sifat koloid
yang dapat disaring/dipisahkan

- Menjelaskan koloid - C2 - Pengertian Tahap: Inisiasi


liofob, koloid liofil koloid - Mengidentifikasi masalah dalam wacana yang berkaitan dengan
dan koloid liofob, fenomena koloid liofob dan liofil

137
pelindung liofil dan
Tahap: Pembentukan Konsep
koloid - Menggali informasi tentang pengertian koloid liofob dan koloid
pelindung liofil dari wacana yang disajikan
- Contoh Tahap: Aplikasi Konsep
koloid
- Menghubungkan penerapan koloid liofob dan liofil dengan
liofob,
liofil dan teknologi, masyarakat dan lingkungan.
koloid Tahap: Pemantapan Konsep
pelindung - Menjelaskan koloid liofob, koloid liofil dan koloid pelindung
dalam sebagai bagian dari sifat koloid
kehidupan
sehari-hari
Membuat sistem - Menjelaskan proses - C4 Pembuatan - Cara Tahap: Inisiasi
koloid pembuatan koloid koloid pembuatan - Mengidentifikasi masalah dalam wacana yang berkaitan dengan
berdasarkan cara koloid pembuatan koloid
kondensasi dan
Tahap: Pembentukan Konsep
dispersi melalui
percobaan - Melakukan percobaan terkait dengan pembuatan koloid melalui
cara kondensasi dan dispersi
Tahap: Aplikasi Konsep
- Menyebutkan berbagai cara pembuatan koloid yang berhubungan
dengan kehidupan sehari-hari
Tahap: Pemantapan Konsep
- Menjelaskan proses pembuatan koloid
Menjelaskan - Menyebutkan - C2 Peranan - Penerpan Tahap: Inisiasi
penerapan sistem peranan koloid - C3 koloid sistem - Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan peranan koloid
koloid dalam diberbagai bidang - C4 dalam koloid Tahap: Pembentukan Konsep
kehidupan sehari- kehidupan kehidupan dalam
- Menggali informasi mengenai peranan koloid dibidang industri
hari yang - Mengidentifikasi industri
kosmetik, makanan, dan farmasi
berhubungan masalah yang kosmetik
Tahap: Aplikasi Konsep
dengan teknologi, diakibatkan oleh - Penerapan
masyarakat, dan koloid dan cara sistem - Menggali informasi mengenai masalah lingkungan yang
lingkungan. Serta mengatasinya koloid diakibatkan oleh koloid

138
memecahkan - Mengidentifikasi dalam - Menggali informasi mengenai solusi dari permasalahan yang
diakibatkan oleh koloid
masalah dengan koloid sebagai salah makanan - Menyebutkan usaha-usaha yang dilakukan untuk
menerapkan konsep satu solusi dari - Penerapan mencegah/mengurangi dampak pencemaran lingkungan yang
koloid yang pemecahan masalah sistem ditimbulkan oleh sistem koloid
berhubungan yang berkaitan koloid - Menggali informasi mengenai peranan koloid sebagai suatu solusi
dengan teknologi, dengan teknologi, dalam dalam memecahkan permasalahan yang dihubungkan dengan
lingkungan, dan masyarakat, dan farmasi teknologi, masyarakat, dan lingkungan
masyarakat lingkungan Tahap: Pemantapan Konsep
- Menyebutkan peranan koloid diberbagai bidang kehidupan
khususnya dibidang industri kosmetik, makanan, dan farmasi

139
Lampiran 7

Analisis Konten
Modul Pembelajaran Kimia Berbasis Science, Environment, Technology, and Society (SETS) pada Materi Koloid

Tugas (Berbasis Pembelajaran SETS) Konten koloid yang dihubungkan dengan SETS Ranah
SETS
Tahap: Inisiasi Tahap Inisiasi: Proses
- Mengidentifikasi masalah dalam wacana Wacana:
yang berkaitan dengan fenomena larutan, Mengenai campuran yang biasa ditemukan dikehidupan sehari-hari.
suspensi, dan koloid sebagai bagian dari Pernahkah kamu mencampurkan gula dengan air? Atau mencampurkan susu dengan air? Atau mencampurkan pasir
campuran dengan air?

Gula + air Susu Cair Pasir + air

Tahap: Pembentukan Konsep Tahap Pembentukan Konsep: Proses


- Mengelompokkan beberapa campuran
antara larutan, suspensi, atau koloid Untuk membentuk konsep awal siswa terhadap pengelompokkan beberapa campuran yakni
larutan, koloid atau suspensi, maka pada tahap ini modul dirancang dengan memberikan pertanyaan
- Menggali informasi mengenai pengertian
sebagai berikut:
koloid dari wacana yang disajikan
Menurutmu apakah ketiga campuran tersebut sama atau berbeda? Berikan alasannya?

140
Kemudian diberikan deskripsi mengenai ketiga campuran yang telah disajikan di tahap
inisiasi, sebagai bahan siswa dalam menggali inormasi mengenai pengertian koloid.
Tahap: Aplikasi Konsep Tahap Aplikasi Konsep: Aplikasi
- Menggali informasi mengenai contoh- Tahap ini disajikan wacana tentang aplikasi koloid pada santan dan teknologi pengemasannya. dan
contoh atau isu-isu yang terkait dengan Sebagai acuan siswa untuk menggali informasi, maka isi modul dilengkapi pertanyaan sebagai keterkait
keberadaan koloid dikehidupan sehari-hari berikut: an
- Menggali informasi mengenai hubungan Dapatkah kamu menyebutkan satu contoh koloid dan menghubungkannya dengan teknologi, masyarakat, dan
antara koloid dengan teknologi, lingkungan? (kamu dapat mencari informasi dari berbagai sumber)
masyarakat, dan lingkungan

Tahap: Pemantapan Konsep Tahap Pemantapan Konsep: Proses,


- Mendefinisikan pengertian koloid Tabel tentang perbandingan sifat larutan, koloid, dan suspensi. sikap
berdasarkan pada perbandingan sifat Perbandingan Sifat Larutan, Koloid, dan Suspensi
campuran larutan, suspensi, dan koloid
Larutan Koloid Suspensi
Bersifat homogen, tidak dapat Secara makroskopis bersifat Bersifat heterogen
dibedakan walaupun homogen tetapi jika diamati
menggunakan mikroskop ultra menggunakan mikroskop ultra
bersifat heterogen
Semua partikel berukuran Ukuran partikel antara 1 nm- 100 Ukuran partikelnya lebih besar
kurang dari 1 nm nm dari 100 nm
Satu fasa Dua fasa Dua fasa
Stabil (jika didiamkan tidak Pada umumnya stabil Tidak stabil (jika didiamkan
terpisah) akan memisah/ mengendap)
Tidak dapat disaring Tidak dapat disaring kecuali Dapat disaring
dengan penyaring ultra

141
Tahap: Inisiasi Tahap Inisiasi: Proses
- Mengidentifikasi masalah dalam wacana Wacana: (Mengenai susu merupakan contoh koloid)
yang berkaitan dengan berbagai contoh
koloid

Tahap: Pembentukan Konsep Tahap Pembetukan Konsep: Aplikasi


- Membedakan fase terdispersi dan fase dan
Susu merupakan hasil kelenjar hewan menyusui seperti sapi, kambing, kerbau,
pendispersi keterkait
maupun onta. an
- Mengelompokkan jenis koloid
berdasarkan fase terdispersi dan fase Susu merupakan dua lapisan yang dapat dipisahkan, masing-masing adalah
pendispersi kepala susu dan skim.
Komposisi susu berbeda-beda tergantung dari jenis hewan, makanan yang
diberikan, iklim, suhu, cara pemerahan, dan umur hewan.

Pada tahap ini sebagai bahan siswa dalam membedakan fase terdispersi dan fase pendispersi,
maka modul menyajikan deskripsi tentang fase tersebut dan tabel pengelompokkan jenis koloid.
Tahap: Aplikasi Konsep Tahap Aplikasi Konsep: Aplikasi
- Menyebutkan contoh jenis-jenis koloid Modul menyajikan contoh koloid berupa susu yang dihubungkan dengan teknologi, masyarakat, dan dan
- Menghubungkan contoh jenis koloid lingkungan sebagai berikut: keterkait
an,
dalam kehidupan sehari-hari dan Susu kreativita
dihubungkan dengan teknologi, s
masyarakat, dan lingkungan Science Technology Society Environment

Kemudian disajikan pertanyaan sebagai berikut:


Salah satu contoh sistem koloid adalah asap dan kabut. Tapi..
a. Tahukah kamu, pada saat wajah terkena asap maka akan terasa berdebu, namun saat wajah terkena
kabut maka akan terasa sejuk dan lembab. Mengapa bisa demikian?

142
b. Bagaimana dampak asap dan kabut bagi kesehatan manusia dan lingkungan? Dapatkah kamu
memberikan solusi atau teknologi untuk mengatasi dampak tersebut?
(kamu bisa menjawab pertanyaaan tersebut dengan berdiskusi bersama teman atau menggali informasi
tersebut dari berbagai sumber)
Tahap: Pemantapan Konsep Tahap Pemantapan Konsep: Proses,
- Mengelompokkan koloid berdasarkan fase Isi modul berupa deskripsi tentang jenis-jenis koloid berdasarkan fase terdispersi dan fase Sikap
terdispersi dan fase pendispersi beserta pendispersi beserta masing-masing contohnya.
masing-masing contohnya Sol Sol Padat Aerosol

Aerosol Padat Emulsi Emulsi Padat

Busa atau Buih Busa Padat

Tahap: Inisiasi Tahap Inisiasi: Proses


- Mengidentifikasi masalah dalam wacana
yang berkaitan dengan efek tyndall Wacana:
Mengenai peristiwa bagaimana seberkas sinar diruangan gelap dan berdebu.
- Menggali informasi mengenai peristiwa
Informasi mengenai penjelasan peristiwa seberkas sinar diruang gelap dan berdebu
yang terkait dengan efek tyndall

Pada saat berada dalam ruangan yang gelap dan berdebu, kita bisa melihat berkas
cahaya dari suatu celah karena partikel-partikel debu dalam ruangan yang berukuran koloid
menghamburkan cahaya tersebut.
Lantas pada saat berada dalam hutan yang lebat pepohonan dengan suasana berkabut,
kita bisa melihat berkas cahaya dari matahari yang masuk melalui pepohonan karena cahaya
tersebut dihamburkan partikel-partikel kabut.
Sumber: http://www.fisikanet.lipi.go.id/utama.cgi?cetakartikel&1180156913

143
1. Apakah yang dapat kalian simpulkan dari wacana diatas?
2. Apakah wacana diatas ada hubungannya dengan koloid yang telah kalian ketahui? Kenapa?
- Tahap: Pembentukan Konsep Tahap Pembentukan Konsep: Proses,
- Melakukan percobaan sederhana terkait Modul dirancnag dengan menyajikan percobaan terkait efek tyndall. Sikap,
dengan peristiwa efek tyndall kreativita
- Menyimpulkan hasil pengamatan dari Percobaan Efek Tyndall s,
Tujuan : Aplikasi
percobaan efek tyndall dan
 Mengetahui efek tyndall sebagai salah satu sifat koloid
keterkait
 Mengetahui kestabilan campuran an
Kesimpulan:
Tahap: Aplikasi Konsep Tahap Aplikasi Konsep: Proses,
- Menyebutkan berbagai contoh dari efek Aplikasi
1. Menurutmu, apa yang dimaksud dengan efek tyndall? dan
tyndall dikehidupan sehari-hari
2. Sebutkan beberapa contoh peristiwa yang menurutmu termasuk kedalam efek tyndall! keterkait
an
Tahap: Pemantapan Konsep Tahap Pemantapan Konsep: Proses,
- Menjelaskan peristiwa efek tyndall Modul dirancang dengan menyajikan deskripsi tentang bagaimana efek Tyndall sebagai sifat Sikap
sebagai salah satu sifat koloid koloid dapat terjadi dengan membandingkan hamburan sinar jika dilewatkan pada koloid, larutan,
atau suspensi dan beberapa contoh peristiwa efek Tyndall dalam kehidupan sehari-hari.
Tahap: Inisiasi Tahap Inisiasi: Proses
- Mengidentifikasi masalah dalam wacana Wacana:
yang berkaitan dengan gerak brown Mengenai percobaan yang telah dilakukan sebelumnya tentang kestabilan koloid, sebagai berikut:

144
Dari penjelasan sebelumnya, kita sudah mengetahui bahwa gula yang
dicampurkan dengan air akan larut dan menyatu, terigu yang dicampurkan
air akan mengendap. Lalu bagaimana dengan susu, apakah larut atau
mengendap?
Tahap: Pembentukan Konsep Tahap Pembentukan Konsep: Kreativit
- Menggali informasi mengenai peristiwa Berupa pertanyaan sebagai berikut: as
yang terkait dengan gerak brown
1. Menurutmu, mengapa gula melarut dengan air? Sedangkan pasir mengendap?
2. Menurutmu, apakah susu mengendap atau melarut dengan air? Mengapa bisa demikian?
Tahap: Aplikasi Konsep Tahap Aplikasi Konsep: Aplikasi
- Menyebutkan berbagai contoh peristiwa dan
gerak brown dikehidupan sehari-hari Pada tahap ini isi modul mendeskripsikan bagaimana susu dikatakan koloid berdasarkan keterkait
partikel fase terdispersi dan pendispersinya juga menjelaskan interaksi partikel tersebut yang an
menyebabkan susu tetap stabil atau tidak mengendap, bagaimana partikel gula bisa larut dan
bagaimana partikel terigu bisa mengendap membentuk suspensi.
Sehingga dari pemaparan sebelumnya, siswa diajak menganalisis apa yang dimaksud dengan
gerak brown dan dapat menyebutkan contohnya dalam kehidupan sehari-hari melalui pertanyaan
berikut:

1. Menurutmu apakah yang dimaksud dengan gerak Brown?


2. Sebutkan contoh lain yang menurutmu termasuk kedalam peristiwa gerak Brown!
Tahap: Pemantapan Konsep Tahap Pemantapan Konsep: Proses,
- Menjelaskan peristiwa gerak brown Pada tahap ini isi modul menyajikan penjelasan mengenai gerak Brown dan bagaimana bisa terjadi Sikap
sebagai bagian dari sifat koloid pada koloid.
Tahap: Inisiasi Tahap Inisiasi: Proses
- Mengidentifikasi wacana yang berkaitan Wacana:

145
dengan masalah adsorpsi Wacana yang disajikan berupa deodorant sebagai salah satu contoh koloid dan bagaimana prinsip
kerjanya sebagai solusi dalam menghilangkan bau badan yang berhubungan dengan sifat koloid,
yakni adsorpsi.

1. Menurutmu adakan wacana diatas berhubungan dengan koloid? Kenapa?


2. Menurutmu bagaimana cara kerja deodoran dalam menghilangkan bau badan?
3. Menurutmu apakah yang dimaksud dengan adsorpsi?
Tahap: Pembentukan Konsep Tahap Pembentukan Konsep: Aplikasi
- Menggali informasi mengenai prinsip Penjelasan mengenai peristiwa adsorpsi pada deodorant dalam menghilangkan bau keringat, dan
kerja adsorpsi efek samping deodorant bagi tubuh, dan alternatif bahan yang dapat digunakan sebagai adsorben. keterkait
an
Tahap: Aplikasi Konsep Tahap Aplikasi Konsep: Aplikasi
- Menyebutkan berbagai contoh penerapan dan
TUGAS! keterkait
prinsip adsorpsi dikehidupan sehari-hari
an
sebagai suatu solusi dari pemecahan
masalah 1. Carilah contoh lain dari penerapan sifat adsorpsi koloid yang bermanfaat bagi kehidupan!
2. Hubungkan sifat adsorpsi koloid tersebut dengan manfaatnya baik dibidang teknologi/lingkungan/bagi
masyarakat!

Tahap: Pemantapan Konsep Tahap Pemantapan Konsep: Proses,


- Menjelaskan peristiwa adsorpsi sebagai Penjelasan mengenai peristiwa adsorpsi sebagai sifat koloid dan contoh pemanfaatannya, Aplikasi
bagian dari sifat koloid terutama dalam Rokok Filter dan info seputar Arang Aktif sebagai salah satu contoh adsorben yang dan
sering dmanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. keterkait
an
Tahap: Inisiasi Tahap Inisiasi :
- Mengidentifikasi masalah dalam wacana Wacana:
yang berkaitan dengan koagulasi Berita mengenai krisis air bersih di Jakarta yang mempunyai banyak limpahan air sungai. Proses,
Kreativit
- Menggali informasi yang berkaitan dengan Kemukakan gagasan/ide mu untuk menyelesaikan permasalahan diatas!

146
as
peristiwa koagulasi
Tahap: Pembentukan Konsep Tahap Pembentukan Konsep: Proses,
- Melakukan percobaan terkait dengan Percobaan Koagulasi Aplikasi
peristiwa koagulasi Tujuan :Mengamati Proses Koagulasi dan
- Menyimpulkan hasil pengamatan dari Alat : keterkait
percobaan koagulasi 1. Gelas kimia 500 ml 2. Batang pengaduk an
Bahan :
1. Air kotor/sungai/kolam
2. Tawas atau PAC (polialumunium klorida)

Langkah Kerja:

1. Ambil air kotor (air sumur/sungai/kolam) kemudian masukkan kedalam gelas kimia yang
telah disediakan
2. Tambahkan tawas atau PAC sebanyak 1 gram kedalam gelas yang telah diisi air.
3. Kocok sebentar, lalu diamkan beberapa menit. Amati perubahan yang terjadi.

Tahap: Aplikasi Konsep Tahap Aplikasi Konsep: Proses,


- Menyebutkan berbagai contoh peristiwa Aplikasi
1. Carilah dan sebutkan rumus kimia senyawa tawas, kemudian tuliskan ion-ion yang terkandung didalamnya! dan
koagulasi dikehidupan sehari-hari
2. Apakah yang dapat kamu simpulkan dari hasil pengamatan percobaan mengenai tawas yang dicelupkan keterkait
kedalamair kotor? an
3. Berdasarkan percobaan yang telah kamu lakukan, menurutmu apa yang dimaksud dengan koagulasi?
4. Sebutkan contoh lain dari peristiwa koagulasi!

Penjelasan mengenai proses koagulasi pada percobaan, pemanfaatan peristiwa koagulasi pada
produk teknologi “pure it” dan PDAM dalam pengolahan air kotor menjadi air bersih yang layak
digunakan untuk minum maupun kehidupan sehari-hari. Serta informasi seputar tawas sebagai
koagulan.
Tahap: Pemantapan Konsep Tahap Pemantapan Konsep: Proses
koagulasi Penjelasan mengenai koagulasi sebagai salah satu sifat koloid dan beberapa contoh kegunaan siat

147
- Menyimpulkan pengertian
sebagai bagian dari sifat koloid koagulasi koloid.
Tahap: Inisiasi Tahap Inisiasi: Proses
- Mengidentifikasi wacana yang berkaitan Wacana:
dengan elektroforesis Berita mengenai pencemaran udara oleh asap dan debu buangan pabrik petrokimia di Banten.
1. Apa yang dapat kamu simpulkan dari wacana diatas?
2. Apakah ada kaitannya dengan materi koloid? Jelaskan!
Tahap: Pembentukan Konsep Tahap Pebentukan Konsep: Aplikasi
- Menjelaskan prinsip kerja elektroforesis Penjelasan mengenai prinsip kerja pengendap cottrel yang digunakan pada pabrik untuk dan
meminimalisir dampak asap dan debu yang dihasilkan oleh buangan pabrik. keterkait
an
Tahap: Aplikasi Konsep Tahap Aplikasi Konsep: Aplikasi
- Menyebutkan berbagai contoh penerapan Berupa pertanyaan: dan
prinsip elektroforesis dikehidupan sehari- keterkait
1. Menurutmu, selain digunakan untuk mengendapkan asap buangan pabrik. Prinsip kerja alat pengendap an,
hari sebagai suatu solusi dari pemecahan
cotrell dapat juga digunakan untuk… Kreativit
masalah as
2. Menurutmu, apakah limbah gas mempunyai manfaat (dapat dimanfaatkan kembali)? Jika ya, sebutkan!
Tahap: Pemantapan Konsep TahapPemantapan Konsep: Proses
- Menjelaskan pengertian elektroforesis Penjelasan mengenai elektroforesis sebagai bagian dari sifat koloid bermuatan.
sebagai bagian dari sifat koloid bermuatan
listrik
Tahap: Inisiasi Tahap Inisiasi: Proses
- Mengidentifikasi wacana yang berkaitan Wacana:
dengan dialisis Mengenai darah dan pentingnya ginjal menyaring darah agar tubuh tetap sehat.

1. Bagaimana jika ginjal tak dapat menyaring darah?


2. Apa yang harus dilakukan jika ginjal kita tidak dapat menyaring darah?

148
Tahap: Pembentukan Konsep Tahap Pembentukan Konsep: Proses
- Menjelaskan prinsip kerja dialisis Penjelasan mengenai proses Hemodialisis.
Tahap: Aplikasi Konsep Tahap Aplikasi Konsep: Aplikasi
- Menyebutkan berbagai contoh penerapan Berupa pertanyaan, sebagai berikut: dan
prinsip dialisis sebagai solusi dikehidupan keterkait
1. Apa yang dimaksud dengan dialisis? an
sehari-hari
2. Jelaskan mengapa darah bisa disaring dengan menggunakan prinsip kerja dialisis?
3. Sebutkan contoh lain dari penerapan prinsip dialisis yang dapat dijadikan sebagai solusi dikehidupan sehari-
hari!
Tahap: Pemantapan Konsep Tahap Pemantapan Konsep: Proses
- Menyimpulkan pengertian dialisis sebagai Penjelasan mengenai proses dialisis dan contoh penerapan prinsip dialisis.
bagian dari sifat koloid yang dapat
disaring/dipisahkan
Tahap: Inisiasi Tahap Inisiasi: Proses
- Mengidentifikasi masalah dalam wacana Wacana:
yang berkaitan dengan fenomena koloid Mengenai sabun dan cara kerjanya dalam membersihkan kotoran.
liofob dan liofil
Tahap: Pembentukan Konsep Tahap Pembentukan Konsep: Proses,
- Menggali informasi tentang pengertian Kreativit
1. Dari wacana diatas, apakah yang menyebabkan sabun dapat membersihkan kotoran? as
koloid liofob dan koloid liofil dari wacana
2. Menurutmu apa yang dimaksud dengan hidrofob dan hidrofil?
yang disajikan
3. Menurutmu, apakah pengertian hidrofob sama dengan liofob, dan pengertian hidrofil sama dengan liofil?
Mengapa?

149
Tahap: Aplikasi Konsep Tahap Aplikasi Konsep: Aplikasi
- Menghubungkan penerapan koloid liofob dan
Diantara contoh koloid berikut: keterkait
dan liofil dengan teknologi, masyarakat
dan lingkungan. 1. agar-agar an
2. tinta
3. sol emas,
Menurutmu, manakah kira-kira yang termasuk kedalam koloid liofil atau liofob?
Jawab:

Tahap: Pemantapan Konsep Tahap Pemantapan Konsep: Proses


- Menjelaskan koloid liofob, koloid liofil Penjelasan mengenai koloid liofil dan koloid liofob, serta koloid pelindung.
dan koloid pelindung sebagai bagian dari
Koloid Liofil dan liofob Koloid Pelindung
sifat koloid

Tahap: Inisiasi Tahap Inisiasi: Proses


- Mengidentifikasi wacana yang berkaitan Wacana:
dengan pembuatan koloid Mengenai pembuatan agar-agar dikehidupan sehari-hari.
Tahap: Pembentukan Konsep Tahap Pembentukan Konsep: Proses,
- Melakukan percobaan terkait dg kreativita
pembuatan koloid melalui cara kondensasi Percobaan tentang pembuatan koloid. s,
dan dispersi Percobaan : Mempelajari cara-cara pembuatan koloid Aplikasi
Tujuan : Mengetahui pembuatan emulsi dan sol dan
keterkait
an, Sikap
Tahap: Aplikasi Konsep Tahap Aplikasi Konsep: Aplikasi
- Menyebutkan berbagai cara pembuatan dan
koloid yang berhubungan dengan Informasi seputar tahu dan proses pembuatan tahu sebagai contoh koloid yang dihubungkan dengan keterkait
teknologi, masyarakat, dan lingkungan. an
kehidupan sehari-hari

150
TAHU, Koloid, Teknologi, Masyarakat, dan Lingkungan

Apa itu TAHU? Pembuatan TAHU dan Koloid

Pengolahan TAHU dan Dampaknya Teknologi Pengolahan Limbah TAHU

Teknologi Pengolahan 3R Reduce Reuse Recycle


Tahap: Pemantapan Konsep Tahap Pemantapan Konsep: Proses
- Menjelaskan proses pembuatan koloid Penjelasan mengenai cara-cara yang dapat dilakukan dalam membuat koloid dengan disperse dan
kondensasi

Pembuatan koloid dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara dispersi
dan kondensasi

Tahap: Inisiasi Tahap Inisiasi: Aplikasi


- Mengidentifikasi masalah yang berkaitan Informasi mengenai peranan gelatin sebagai salah satu contoh sistem koloid diberbagai bidang dan
dengan peranan koloid kehidupan. keterkait
an
Tahap: Pembentukan Konsep Tahap Pembentukan Konsep: Proses
- Menggali informasi mengenai peranan Dari wacana diatas, kita telah mengetahui bahwa banyak sekali kegunaan produk koloid. Nah
koloid dibidang industri kosmetik, dapatkah kamu menyebutkan contoh-contoh koloid lainnya yang berperan di berbagai bidang!
makanan, dan farmasi
(kamu dapat menjawabnya dengan menggali informasi baik dari buku maupun internet)

Tahap: Aplikasi Konsep Tahap Aplikasi Konsep: Aplikasi

151
- Menggali informasi mengenai masalah dan
lingkungan yang diakibatkan oleh koloid Pemaparan tentang dampak negatif yang ditimbulkan koloid seperti berbagai pencemaran keterkait
- Menggali informasi mengenai solusi dari lingkungan. an,
permasalahan yang diakibatkan oleh Modul mengajak siswa menggali inormasi mengenai solusi dan usaha-usaha apasaja yang Kreativit
koloid dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan lingkungan tersebut dengan memanfaatkan sifat as
- Menyebutkan usaha-usaha yang dilakukan koloid melalui pemberian pertanyaan.
untuk mencegah/mengurangi dampak Membuat alat penyaring air limbah sederhana dengan memanfaatkan sifat koloid sebagai salah
pencemaran lingkungan yang ditimbulkan satu solusi dalam memecahkan masalah pencemaran lingkungan yang berhubungan dengan
oleh sistem koloid teknologi, masyarakat, dan lingkungan.
- Menggali informasi mengenai peranan
koloid sebagai suatu solusi dalam
memecahkan permasalahan yang
dihubungkan dengan teknologi,
masyarakat, dan lingkungan

152
Tahap: Pemantapan Konsep Tahap Pemantapan Konsep: Aplikasi
- Menyebutkan peranan koloid diberbagai Penjelasan terkait Informasi seputar dampak negatif yang ditimbulkan oleh koloid berupa dan
bidang kehidupan khususnya dibidang pencemaran lingkungan dan solusi untuk menanggualnginya. Serta beberapa contoh penerapan keterkait
industri kosmetik, makanan, dan farmasi koloid di berbagai bidang kehidupan. an
Berikut ini beberapa manfaat sistem koloid bagi kehidupan kita, sebagai berikut:
Jenis industri Contoh Aplikasi
Industri makanan Keju, mentega, susu, saus, mayones, agar-
agar, dan sebagainya.
Industri kosmetik dan perawatan tubuh Krim, pasta gigi, sabun, deodorant, dan
sebagainya
Industri cat Cat, tinta, dan sebagainya
Industri rumah tangga Sabun, detergen, dan sebagainya
Industri pertanian Pestisida, insektisida, dan sebagainya
Industri farmasi Minyak ikan, penisislin untuk suntikan,
cangkang kapsul, dan sebagainya

153
Lampiran 8
Rumusan Strategi Tes/Penilaian
“Modul Pembelajaran Kimia Berbasis Science, Environment, Technology, and Society (SETS) pada Materi Koloid”

Standar Kompetensi : 5. Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar : 5.1 Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada disekitarnya.
5.2 Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Indikator Materi Submateri Soal di Akhir Subbab Soal Evaluasi Akhir Modul
Pembelajaran Pokok Pokok
Modul
- Mendefinisikan Sistem - Peristiwa 3. Jelaskan yang dimaksud dengan 3. Jika udara digelembungkan kedalam larutan sabun akan
pengertian koloid koloid di larutan, koloid, dan suspensi? timbul buih. Fase terdispersi dan fase pendispersi pada buih
koloid (C2) kehidupan Jawab : bertururt-turut adalah…
- Mengelompokk - Sistem 4. Manakah dari campuran- D. Cair, gas d. Gas, padat
an larutan, dispersi campuran berikut yang termasuk E. Cair, cair e. Cair, padat
suspensi, dan - Perbedaan ke dalam sistem koloid, larutan F. Gas, cair
koloid larutan, atau suspensi? 4. Zat berikut yang termasuk sistem koloid adalah…
berdasarkan suspensi, dan
i. Air garam: ___________ D. Air aki d. Larutan gula
hasil koloid
pengamatan j. Air cuka: ___________ E. Cuka e. Garam dapur
k. Air kapur : ___________ F. Darah
(C2) 5. Fase terdispersi dan medium pendispersi pada asap adalah…
- Mengidentifika l. Tinta : ___________ A. Gas dalam cair d. Cair dalam padat
si isu-isu yang m. Cat : ___________ B. Cair dalam gas e. Padat dalam cair
terkait dengan n. Mayones: ___________ C. Padat dalam gas
keberadaan o. Lem kanji : ___________ 6. Berikut yang bukan merupakan sisitem koloid adalah…
koloid
p. Pasta gigi : ___________ A. Lateks d. Batu apung
dikehidupan B. Margarin e. Tinta
sehari-hari (C3)

154
- Membedakan Jenis- - Pengertian 1. Apa yang dimaksud dengan fase C. Air sadah
fase terdispersi jenis fase terdispersi dan fase pendispersi? 7. Mutiara adalah sistem koloid…
dan fase Koloid terdispersi Jawab: A. Padat dalm cair d. Gas dalam cair
B. Cair dalam gas e. Gas dalam padat
pendispersi - Pengertian
2. Kelompokkan contoh-contoh C. Cair dalam padat
(C3) fase koloid berikut berdasarkan pada 8. Perhatikan data berikut:
Mengelompokk pendisfersi fase terdispersi dan No Warna Sebelum Setelah Dikenakan
an jenis koloid - Jenis-jenis pendispersinya. Larutan Disaring Disaring Cahaya
berdasarkan koloid 1 Kuning keruh Keruh Terjadi
fase terdidpersi Contoh Fase Fase Jenis
Contoh penghamburan
dan Koloid Pendis Terdis Koloid cahaya
koloid
pendispersi, persi persi 2 Kuning bening Bening Terjadi
berdasarkan
serta Keju cokelat penghamburan
jenisnya
menghubungka cahaya
Lem
nnya dengan 3 Biru bening Bening Tidak terjadi
kanji
teknologi, Cat
penghamburan
masyarakat dan cahaya
lingkungan Mutiara 4 Putih keruh Keruh Terjadi
Busa penghamburan
(C3)
sabun cahaya
5 Tak bening bening Tidak terjadi
berwarna penghamburan
- Menjelaskan - Sifat- - Efek Tyndall 1. Bagaimana seberkas sinar dapat cahaya
peristiwa efek sifat - Percobaan dihamburkan? Dari data diatas yang temasuk disperse koloid adalah…
Tyndall dalam koloid efek Tyndall 2. sebutkan peristiwa efek tyndall di A. 1 dan 2 d. 3 dan 5
kehidupan - Percob dalam kehidupan sehari-hari! B. 2 dan 4 e. 4 dan 5
sehari-hari (C3) aan C. 2 dan 3
- Menjelaskan sifat- - Gerak brown 3. Jelaskan yang dimaksud dengan 9. Umumnya, masyarakat menggunakan tawas untuk
peristiwa gerak sifat - Percobaan gerak brown? menjernihkan air, baik air sumur, air PAM, atau jenis air
Brown dalam koloid gerak brown lainnya. Prinsip penjernihan air dengan menggunakan tawas
kehidupan 4. Jelaskan penyebab terjadinya gerak berkaitan dengan sifat koloid, yaitu…
sehari-hari (C3) Brown? A. Gerak brown d. Koagulasi
B. Elektroforesis e. Adsorpsi
C. Efek tyndall

155
- Menjelaskan - Adsorpsi 5. Jelaskan yang dimaksud dengan
peristiwa adsorpsi dalam koloid? 10. Orang yang terkena penyakit gagal ginjal harus melakukan
adsorpsi dalam pencucian darah yang biayanya relative mahal. Prinsip
kehidupan 6. Sebutkan contoh penerapan sifat pencucian darah dilakukan berdasarkan…
sehari-hari (C3) adsorpsi koloid yang berhubungan A. Dialisis d. Hidrolisis
dengan kehidupan sehari-hari! B. Elektroforesis e. Elektrolisis
C. Peptisasi
- Menjelaskan - Koagulasi 7. Jelaskan yang dimaksud dengan 11. Dalam kehidupan sehari-hari, ada beberapa peristiwa
peristiwa koagulasi? diantaranya sebagai berikut:
koagulasi 1) Pembentukan delta di muara sungai
dalam 8. Apa yang menyebabkan terjadinya 2) Pemurnian gula pasir
kehidupan koagulasi pada koloid? 3) Penyembuhan keracunan oleh norit
sehari-hari (C3) 4) Penjernihan air
- Menjelaskan - Elektroforesis 9. Apa yang dimaksud dengan Yang termasuk peristiwa adsorpsi adalah…
peristiwa elektroforesis? A. 1 dan 2 d. 2 dan 3
elektroforesis B. 1 dan 3 e. 2 dan 4
dalam 10. Asap dan debu merupakan contoh C. 1 dan 4
kehidupan sistem koloid fase padat-gas. 12. Hal-hal berikut merupakan cirri sistem koloid, kecuali…
sehari-hari (C3) Bagaiamana prinsip kerja A. Menghamburkan cahaya d. Stabil (tidak memisah)
elektroforesis pada alat cotrell B. Homogen e. Tidak dapat disaring
dapat membuat asap dan debu C. Terdiri dari 2 fase dengan penyaring biasa
terpisah dari padatan 13. Setelah air sungai yang keruh disaring, diperoleh filtrate
berbahayanya? yang jernih. Filtrat tersebut ternyata menunjukkan efek
- Menjelaskan - Dialisis 11. Jelaskan yang dimaksud dengan tyndall. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa air
peristiwa dialisis dan apa saja kegunaannya? sungai tergolong…
dialisis dalam A. larutan sejati d. Suspensi
kehidupan B. Sistem koloid e. Suspensi dan koloid
sehari-hari (C3) C. Sol
- Menjelaskan - Pengertian 12. Jelaskan apa yang dimaksud 14. Dari pembuatan koloid berikut:
koloid liofob koloid liofob dengan koloid liofil dan hidrofil? 1) Menambahkan larutan AlCl3 kefalam larutan Al(OH)3
dan liofil (C2) dan liofil 2) Meggiling serbuk belerang, kemudian memasukannya
- Contoh 13. Jelaskan apa yang dimaksud kedalam air
koloid liofob dengan koloid pelindung? 3) Menambahkan larutan FeCl3 jenuh kedalam air panas
dan liofil 4) Mengalirkan arus listrik bertegangan tinggi kedalam
dalam 14. Apa yang dimaksud dengan larutan AuCl3

156
kehidupan emulgator? Sebutkan contohnya! 5) Menambahkan alkohol 95% ke dalam larutan kalsium
sehari-hari asetat
- Menjelaskan Pembuata - Cara 1. Jelaskan prinsip cara pembuatan Yang tergolong pembuatan koloid secara kondensasi adalah…
proses n koloid pembuatan koloid secara dispersi dan A. 1, 2, dan 3 d. 1,3, dan 5
pembuatan koloid kondensasi? B. 2, 3, dan 4 e. 2,3 , dan 5
koloid C. 2, 4, dan 5
berdasarkan 2. Sebutkan cara pembuatan koloid 15. Berikut ini merupakan contoh pembuatan sol.
cara kondensasi dari contoh berikut: 1) Agar-agar dalam air 3) FeCl3 dalam air panas
dan dispersi 2) Gas H2S dalam larutan SO2 4) Belerang dalam air
melalui N Contoh Cara Sol yang dihasilkan dengan cara dispersi adalah…
percobaan (C4) o Koloid Pembuatan A. 1 dan 3 d. 2 dan 3
. B. 1 dan 4 e. 2 dan 4
1 Agar-agar C. 3 dan 4
2 Mayones 16. Gerak brown terjadi karena…
3 Sol belerang A. Gaya gravitasi
4 Sol Fe(OH)3 B. Tolak-menolak antara partikel koloid yang bermuatan
- Menyebutkan Peranan - Penerpan 1. Sebutkan dan jelaskan salah satu sama
peranan koloid koloid sistem koloid contoh yang berhubungan dengan C. Tarik menarik antar partikel koloid yang berbeda muatan
diberbagai dalam dalam sistem koloid atau penerapan sifat- D. Tumbukan antar partikel koloid
bidang kehidupa industri sifat koloid dalam bentuk teknologi E. Tumbukan partikel koloid dengan molekul medium
kehidupan (C2) n kosmetik yang digunakan untuk mengatasi pendispersi
- Mengidentifikas - Penerapan permasalahan lingkungan dan 17. Jika minyak kelapa dicampur dengan air, terjadi dua lapisan
i masalah yang sistem koloid dijadikan solusi bagi masyarakat! yang tidak saling melarutkan. Suatu emulsi terjadi jika
diakibatkan dalam campuran ini dikocok dan ditambah dengan…
oleh koloid dan makanan A. Air panas d. Minyak tanah
cara - Penerapan B. Air es e. Larutan garam
mengatasinya sistem koloid C. Air sabun
(C3) dalam 18. Pengendap cotrell yang digunakan untuk mengurangi polusi
- Mengidentifika farmasi udara di pabrik, menggunakan prinsip…
si koloid A. Kondensasi d. Dialisis
sebagai salah B. Elektroforesis e. Adsorpsi
satu solusi dari C. Elektrolisis
pemecahan 19. Sistem koloid yang partikel-partikelnya tidak dapat menarik
masalah yang molekul pelarut disebut…

157
berkaitan A. Liofil d. Elektrofil
dengan B. Dialisis e. Liofob
teknologi, C. Hidrofil
masyarakat, 20. Salah satu contoh koloid yang tergolong kedalam sol liofil
dan lingkungan adalah…
(C4) A. Selai (padat-cair)
B. Buih (gas-cair)
C. Asap (padat-gas)
D. Embun (cair-gas)
E. Batu apung (gas-padat)
21. Susu adalah emulsi dan ini dapat dibuktikan dengan ....
A. minyak larut dalam susu
B. zat pewarna minyak membuat medium susu berwarna
C. efek Tyndall
D. air larut dalam susu
E. asam yang menyebabkan susu berkoagulasi
22. Dibandingkan dengan sol liofil, maka sol liofob …
A. lebih stabil
B. lebih kental
C. memberi efek Tyndall yang kurang jelas
D. lebih mudah dikoagulasikan
E. bersifat reversibel

158
Lampiran 9
Data Hasil Validitas Modul
a. Pengolahan Data Validitas Modul
Skor
Sub Validator I Validator II Validator III Validator IV
Komponen No. Butir Pernyataan Nanda Saridewi, Buchori Muslim, Dedi Irwandi, Murdoyoko,
komponen
M. Si M. Pd M. Si M. Pd
I II III I II I I
Kelayakan Dimensi 1 Materi yang disajikan sesuai dengan
Isi Pengetahuan Standar Kompetensi dan Kompetensi 1 1 1 1 1 1 1
Dasar koloid
2 Materi yang disajikan sesuai dengan
1 1 1 1 1 1 1
indikator pembelajaran
3 Materi disajikan sesuai dengan
perkembangan teknologi dan keilmuan 1 1 1 1 1 1 1
saat ini
4 Kegiatan yang disajikan sesuai
dengan tujuan pembelajaran,
1 1 1 1 1 1 1
prosedurnya akurat, dan dapat
dilaksanakan.
Dimensi 5 Isi modul menekankan pada
Science, manfaat/kerugian sistem koloid bagi 1 1 1 1 1 1 1
Environment, teknologi, masyarakat, dan lingkungan
Technology, 6 Isi modul menekankan pada hubungan
and Society antara konsep koloid dengan teknologi, 1 1 1 1 1 1 1
(SETS) masyarakat, dan lingkungan
7 Isi modul memberikan pegetahuan baru
mengenai manfaat/kerugian koloid yang
1 1 1 1 1 1 1
dihubungkan dengan teknologi,
masyarakat dan lingkungan

159
8 Isi modul meliputi hal-hal yang 1 1 1 1 1 1 1
berhubungan dengan cara memperoleh
pengetahuan
9 Isi modul dapat mengasah keterampilan
0 1 1 1 1 1 1
dalam memecahkan masalah
10 Isi modul dapat menumbuhkan sikap
1 1 1 1 1 1 1
positif terhadap ilmu dan para ilmuan
11 Isi modul menunjukkan contoh koloid
1 1 1 1 1 1 1
dalam kehidupan sehari-hari
Penyajian Teknik 12 Sistematika penyajian isi modul secara
Penyajian konsisten mengikuti format tahapan 1 1 1 1 1 1 1
SETS
13 Materi yang disajikan sesuai dengan
0 1 1 1 1 1 1
tingkat berpikir peserta didik
14 Materi disajikan dari yang mudah ke
1 1 1 1 1 1 1
sulit
15 Materi disajikan dari yang konkret ke
1 1 1 1 1 1 1
abstrak
16 Materi disajikan dari yang sederhana ke
1 1 1 1 1 1 1
kompleks
Pendukung 17 Ilustrasi/gambar membantu
0 1 1 1 1 1 1
Penyajian penyampaian materi dalam modul
Materi 18 Terdapat informasi pendukung 1 1 1 1 1 1 1
19 Terdapat peta konsep 1 1 1 1 1 1 1
20 Terdapat rangkuman 1 1 1 1 1 1 1
Penyajian 21 Modul yang dikembangkan dapat
Pembelajaran dipelajari sendiri (bersifat self 0 1 1 1 1 1 1
instruction)
22 Modul yang dikembangkan memuat
seluruh materi pembelajaran yang 0 1 1 1 1 1 1
dibutuhkan (bersifat self contained)
23 Modul yang dikembangkan tidak

160
1 1 1 0 1 1 1
memerlukan buku teks lain sebagai
pendukung pembelajaran (bersifat stand
alone)
24 Modul yang dikembangkan memiliki
daya adaptasi yang tinggi terhadap
0 0 1 1 1 1 1
perkembangan ilmu dan teknologi
(bersifat adaptif)
25 Penyajian materi dalam modul bersifat
dialogis yang memungkinkan peserta
0 1 1 1 1 1 1
didik seolah-olah berkomunikasi
dengan penulis (bersifat user friendly)
Kelengkapan 26 Terdapat petunjuk penggunaan modul 1 1 1 1 1 1 1
Unsur-unsur
27 Terdapat kompetensi dan tujuan
Modul 1 1 1 1 1 1 1
pembelajaran
28 Terdapat uraian materi 1 1 1 1 1 1 1
29 Terdapat evaluasi/ latihan yang dapat
1 1 1 1 1 1 1
megukur pemahaman peserta didik
30 Terdapat kunci jawaban 1 1 1 1 1 1 1
31 Terdapat rangkuman sebagai penguatan
1 1 1 1 1 1 1
konsep
32 Terdapat glosarium 1 1 1 1 1 1 1
Kebahasaan Keterbacaan 33 Bahasa yang digunakan sesuai dengan
tingkat perkembangan berpikir peserta 1 1 1 1 1 1 1
didik
34 Bahasa yang digunakan mudah
1 1 1 1 1 1 1
dipahami dan tidak multitafsir
35 Penyampaian kalimat lugas dan tidak
1 1 1 1 1 1 1
berbelit-belit
Koherensi 36 Penggabungan antara kalimat satu
dengan yang lain saling berkaitan dalam 0 0 1 1 1 1 1
satu kesatuan pokok pikiran

161
Penggunaan 37 Penggunaan istilah konsisten antar 1 1 1 1 1 1 1
Istilah dan bagian-bagian dalam modul.
Simbol 38 Penggunaan simbol konsisten antar
1 1 1 1 1 1 1
bagian-bagian dalam modul.
39 Istilah yang digunakan sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia/ istilah teknis 1 1 1 1 1 1 1
ilmu pengetahuan yang disepakati
Kegrafikan Ukuran 40 Ukuran buku sesuai dengan standar ISO
Modul (A4 (21cm x 297 cm) dan B5 (176 cm x 1 1 1 1 1 1 1
250 cm)).
Desain Kover 41 Penataan unsur tata letak pada kover
Modul muka, belakang, dan punggung 0 1 1 1 1 1 1
memiliki kesatuan
42 Ukuran unsur tata letak (judul,
pengarang, ilustrasi, logo, dll) 0 1 1 1 1 1 1
proporsional dengan ukuran buku
43 Warna unsur tata letak harmonis dan
0 1 1 1 1 1 1
menampilkan kontras yang baik.
44 Ilustrasi kover modul dapat
0 1 1 1 1 1 1
menggambarkan isi modul
Desain Isi 45 Penempatan margin, jarak antar teks,
Modul bentuk, warna, dan ukuran unsur tata 0 0 1 1 1 1 1
letak proporsional.
46 Penempatan judul, subjudul, ilustrasi
dan keterangan gambar tidak 1 1 1 1 1 1 1
menggangu pemahaman
47 Penempatan dan penampilan judul, sub
judul, angka halaman, ilustrasi/gambar,
0 0 1 1 1 1 1
ruang kosong, proporsional dan
konsisten.
Tipografi Isi 48 Jenis dan ukuran huruf proporsional 1 1 1 1 1 1 1
Modul
49 Jenis huruf mampu memudahkan
1 1 1 1 1 1 1
peserta didik memahami materi

162
50 Pemberian nomor benar dan konsisten 1 1 1 1 1 1 1
Total Skor 36 46 50 49 50 50 50
Persentase 72 92 100
98% 100% 100% 100%
% % %

b. Rekapitulasi Pengolahan Data Validitas Modul


Skor Validasi
Sub
Komponen No. Butir Pernyataan
komponen
I II III
Kelayakan Dimensi 1 Materi yang disajikan sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi
4 2 1
Isi Pengetahuan Dasar koloid
2 Materi yang disajikan sesuai dengan indikator pembelajaran 4 2 1
3 Materi disajikan sesuai dengan perkembangan teknologi dan keilmuan saat
4 2 1
ini
4 Kegiatan yang disajikan sesuai dengan tujuan pembelajaran, prosedurnya
4 2 1
akurat, dan dapat dilaksanakan.
Dimensi 5 Isi modul menekankan pada manfaat/kerugian sistem koloid bagi teknologi,
4 2 1
Science, masyarakat, dan lingkungan
Environment, 6 Isi modul menekankan pada hubungan antara konsep koloid dengan
4 2 1
Technology, teknologi, masyarakat, dan lingkungan
and Society 7 Isi modul memberikan pegetahuan baru mengenai manfaat/kerugian koloid
(SETS) 4 2 1
yang dihubungkan dengan teknologi, masyarakat dan lingkungan
8 Isi modul meliputi hal-hal yang berhubungan dengan cara memperoleh
4 2 1
pengetahuan
9 Isi modul dapat mengasah keterampilan dalam memecahkan masalah 3 2 1
10 Isi modul dapat menumbuhkan sikap positif terhadap ilmu dan para ilmuan 4 2 1
11 Isi modul menunjukkan contoh koloid dalam kehidupan sehari-hari 4 2 1

163
Penyajian Teknik 12 Sistematika penyajian isi modul secara konsisten mengikuti format tahapan 4 2 1
Penyajian SETS
13 Materi yang disajikan sesuai dengan tingkat berpikir peserta didik 3 2 1
14 Materi disajikan dari yang mudah ke sulit 4 2 1
15 Materi disajikan dari yang konkret ke abstrak 4 2 1
16 Materi disajikan dari yang sederhana ke kompleks 4 2 1
Pendukung 17 Ilustrasi/gambar membantu penyampaian materi dalam modul 3 2 1
Penyajian
18 Terdapat informasi pendukung 4 2 1
Materi
19 Terdapat peta konsep 4 2 1
20 Terdapat rangkuman 4 2 1
Penyajian 21 Modul yang dikembangkan dapat dipelajari sendiri (bersifat self instruction) 3 2 1
Pembelajaran
22 Modul yang dikembangkan memuat seluruh materi pembelajaran yang
3 2 1
dibutuhkan (bersifat self contained)
23 Modul yang dikembangkan tidak memerlukan buku teks lain sebagai
3 2 1
pendukung pembelajaran (bersifat stand alone)
24 Modul yang dikembangkan memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap
3 1 1
perkembangan ilmu dan teknologi (bersifat adaptif)
25 Penyajian materi dalam modul bersifat dialogis yang memungkinkan peserta
3 2 1
didik seolah-olah berkomunikasi dengan penulis (bersifat user friendly)
Kelengkapan 26 Terdapat petunjuk penggunaan modul 4 2 1
Unsur-unsur
27 Terdapat kompetensi dan tujuan pembelajaran 4 2 1
Modul
28 Terdapat uraian materi 4 2 1
29 Terdapat evaluasi/ latihan yang dapat megukur pemahaman peserta didik 4 2 1
30 Terdapat kunci jawaban 4 2 1
31 Terdapat rangkuman sebagai penguatan konsep 4 2 1

164
32 Terdapat glosarium 4 2 1
Kebahasaan Keterbacaan 33 Bahasa yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan berpikir peserta
4 2 1
didik
34 Bahasa yang digunakan mudah dipahami dan tidak multitafsir 4 2 1
35 Penyampaian kalimat lugas dan tidak berbelit-belit 4 2 1
Koherensi 36 Penggabungan antara kalimat satu dengan yang lain saling berkaitan dalam
3 1 1
satu kesatuan pokok pikiran
Penggunaan 37 Penggunaan istilah konsisten antar bagian-bagian dalam modul. 4 2 1
Istilah dan
38 Penggunaan simbol konsisten antar bagian-bagian dalam modul. 4 2 1
Simbol
39 Istilah yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia/ istilah teknis
4 2 1
ilmu pengetahuan yang disepakati
Kegrafikan Ukuran Modul 40 Ukuran buku sesuai dengan standar ISO (A4 (21cm x 297 cm) dan B5 (176
4 2 1
cm x 250 cm)).
Desain Kover 41 Penataan unsur tata letak pada kover muka, belakang, dan punggung
3 2 1
Modul memiliki kesatuan
42 Ukuran unsur tata letak (judul, pengarang, ilustrasi, logo, dll) proporsional
3 2 1
dengan ukuran buku
43 Warna unsur tata letak harmonis dan menampilkan kontras yang baik. 3 2 1
44 Ilustrasi kover modul dapat menggambarkan isi modul 3 2 1
Desain Isi 45 Penempatan margin, jarak antar teks, bentuk, warna, dan ukuran unsur tata
3 1 1
Modul letak proporsional.
46 Penempatan judul, subjudul, ilustrasi dan keterangan gambar tidak
4 2 1
menggangu pemahaman
47 Penempatan dan penampilan judul, sub judul, angka halaman,
3 1 1
ilustrasi/gambar, ruang kosong, proporsional dan konsisten.
Tipografi Isi 48 Jenis dan ukuran huruf proporsional 4 2 1
Modul
49 Jenis huruf mampu memudahkan peserta didik memahami materi 4 2 1
50 Pemberian nomor benar dan konsisten 4 2 1

165
Total Skor 185/200 96/100 50/50
Persentase 92,50% 96% 100%
166

c. Perhitungan Rekapitulasi Pengolahan Data Validitas Produk


Validasi I

 Total skor = 185


 Jumlah skor maksimal = banyaknya pernyataan x jumlah validator = 50 x 4 = 200

 Persen validitas =

= 92,50%

Validasi II

 Total skor = 96
 Jumlah skor maksimal = banyaknya pernyataan x jumlah validator = 50 x 2 = 100

 Persen validitas =

= 96%

Validasi III

 Total skor = 50
 Jumlah skor maksimal = banyaknya pernyataan x jumlah validator = 50 x 1 = 50

 Persen validitas =

= 100%
Lampiran 10

167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202

Lampiran 11

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama Sekolah : SMAN 28 Kabupaten Tangerang


Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/ Semester : XI/ 2 (dua)
Materi Pokok : Koloid
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Pertemuan ke : -

A. Standar Kompetensi :
5. Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari.

B. Kompetensi Dasar :
5.1 Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada di sekitarnya

C. Indikator:
1. Mendefinisikan pengertian koloid
2. Mengelompokkan larutan, suspensi, dan koloid berdasarkan hasil pengamatan
3. Mengidentifikasi isu-isu yang terkait dengan keberadaan koloid di kehidupan
sehari-hari
4. Membedakan fase terdispersi dan fase pendispersi
5. Mengelompokkan jenis koloid berdasarkan fase terdispersi dan fase pendispersi,
serta menghubungkannya dengan teknologi, masyarakat dan lingkungan
6. Menjelaskan proses pembuatan koloid berdasarkan cara kondensasi dan dispersi
melalui percobaan

D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu mendefinisikan pengertian koloid
2. Siswa mampu mengelompokkan larutan, suspensi, dan koloid berdasarkan hasil
pengamatan
3. Siswa mampu mengidentifikasi isu-isu yang terkait dengan keberadaan koloid
dikehidupan sehari-hari
4. Siswa mampu membedakan fase terdispersi dan fase pendispersi
5. Siswa mampu mengelompokkan jenis koloid berdasarkan fase terdidpersi dan
pendispersi, serta menghubungkannya dengan teknologi, masyarakat dan
lingkungan
6. Siswa mampu menjelaskan proses pembuatan koloid berdasarkan cara kondensasi
dan dispersi melalui percobaan
203

E. Materi Pembelajaran

1. Pengertian Sistem Koloid


Ketika materi atau zat seperti gula, pasir, dan susu masing-masing
dicampurkan kedalam air, maka zat tersebut akan terpecah atau terbagi menjadi
partikel halus didalam medium air sehingga membentuk sistem dispersi, yaitu
penyebaran merata dua fase. Perbedaan ukuran partikel halus menyebabkan
mengapa campuran gula dan air membentuk campuran homogen (larutan
sejati), sedangkan campuran tepung dan air dengan cepat memisah membentuk
campuran yang heterogen.
Campuran yang kondisinya berada diantara larutan dan suspensi
disebut sebagai koloid.
Perbandingan Sifat Larutan, Koloid, dan Suspensi:

Larutan Koloid Suspensi


Bersifat homogen, Secara makroskopis bersifat Bersifat heterogen
tidak dapat homogen tetapi jika diamati
dibedakan walaupun menggunakan mikroskop ultra
menggunakan bersifat heterogen
mikroskop ultra
Semua partikel Ukuran partikel antara 1 nm- 100 Ukuran partikelnya lebih
berukuran kurang nm besar dari 100 nm
dari 1 nm
Satu fasa Dua fasa Dua fasa
Stabil (jika didiamkan Pada umumnya stabil Tidak stabil (jika
tidak terpisah) didiamkan akan memisah/
mengendap)
Tidak dapat disaring Tidak dapat disaring kecuali dengan Dapat disaring
penyaring ultra

2. Jenis-jenis Koloid
Fase Terdispersi Fase Pendispersi Nama Contoh

Gas Cair Busa Cair Busa sabun

Gas Padat Busa Padat Karet busa, batu apung, roti

Cair Cair Emulsi Cair Susu, krim, odol, santan

Cair Padat Emulsi Padat Mentega, keju, mutiara

Cair Gas Aerosol Kabut, halimun, awan, hair spray

Padat Gas Aerosol Padat Asap, debu

Padat Cair Sol Gelatin, jelly, agar-agar, cat, lem kanji

Padat Padat Sol Padat Kaca warna, intan warna, paduan logam
204

3. Cara Pembuatan Koloid


Pembuatan koloid dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara dispersi
dan kondensasi:
Pembuatan koloid dengan cara dispersi dilakukan dengan mengubah partikel
kasar (besar) menjadi partikel koloid. Sedangkan, pembuatana koloid dengan cara
kondensasi yaitu penggabungan partikel kecil seperti larutan sejati menjadi
partikel yang lebih besar sampai berukuran koloid. Cara ini dapat dilakukan
melalui reaksi-reaksi kimia seperti reaksi redoks, hidrolisis, reaksi penggaraman
dan reaksi penjenuhan.

F. Metode Pembelajaran
1. Model : SETS (Science, Environment, Technology, and Society)
2. Metode : ceramah, diskusi informasi, tanya jawab.

G. Media & Alat Pembelajaran


1. Media:
a. Modul Pembelajaran Kimia: KOLOID berbasis SETS (Science, Environment,
Technology, and Society) untuk SMA/MA Kelas XI IPA

2. Alat:
a. Papan tulis
b. Spidol

H. Sumber Pembelajaran
1. Modul Pembelajaran Kimia: KOLOID berbasis SETS (Science, Environment,
Technology, and Society) untuk SMA/MA Kelas XI IPA
2. Sumber lain yang relevan

I. Langkah – langkah kegiatan

Nilai
Alokasi
Kegiatan Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Karakter
Waktu
Pendahuluan Motivasi Motivasi 15 menit Semangat,
 Mengkondisikan kelas  Menyimak rasa ingin
tahu, aktif,
 Motivasi untuk dengan baik
kerjasama
pengantar belajar
Apersepsi Apersepsi
 Menyampaikan  Menyimak
kompetensi dasar dan dengan baik
tujuan pembelajaran penyampaian
yang harus dicapai siswa kompetensi
dasar dan
 Menanyakan
tujuan
pengetahuan awal siswa
pembelajaran
mengenai campuran
yang harus
dicapai siswa
 Menginstruksikan siswa
 Mengingat
untuk membuat
kembali dan
205

kelompok mengemukakan
pengetahuan
awalnya
tentang
campuran
 Membentuk
kelompok

Inti Eksplorasi Eksplorasi 60 menit Cermat,


 Memberikan pengetahuan  Membaca rasa ingin
awal kepada siswa modul dan tahu,
mengenai peristiwa mempelajariny kerjasama,
campuran di kehidupan a jujur
sehari-hari (tahap:  Menyimak dan
inisiasi) melakukan
 Memperlihatkan gambar instruksi guru,
mengenai tiga campuran serta
(air+gula, susu dan air berdiskusi
+pasir) dan menanyakan: informasi
“apakah ketiga campuran dengan
tersebut sama atau teman/guru
berbeda?” sebagai  Mengerjakan
pembangkit rasa ingin tugas dan uji
tahu siswa, dan menggali pemahaman
pengetahuan siswa yang tertera
(tahap: pembentukan dalam modul
konsep)
 Menugaskan siswa untuk
membaca modul yang
telah disediakan untuk
membentuk konsep
tentang pengertian koloid,
serta menghubungkannya
dengan teknologi,
lingkungan, dan
masyarakat (tahap:
aplikasi konsep)
 Menginstruksikan siswa
untuk membaca dan
menjawab uji pemahaman
dalam modul (tahap:
pemantapan konsep)
 Menginstruksikan siswa
untuk membaca modul
dan melakukan setiap
langkah yang ada di
modul , serta menjawab
pertanyaan di dalamnya
pada bahasan Jenis-jenis
Koloid dan Cara
Pembuatan Koloid

Elaborasi Elaborasi Aktif,


 Memberikan kesempatan  Bertanya komunikatif
kepada siswa untuk kepada guru , toleransi,
206

bertanya mengenai materi jika mengalami percaya diri


yang dirasa kesulitan
membingungkan selama
 Meginstruksikan siswa berdiskusi
mempersentasikan hasil  Mempresentasi
diskusi kan hasil
diskusi

Konfirmasi Konfirmasi Mandiri,


 Mempersilahkan siswa  Menyimpulkan aktif,
menyimpulkan pembelajaran percaya diri
pembelajaran yang telah
 Memberikan penjelasan dilakukan
dari setiap konsep yang mengenai
telah dipelajari sebagai pengertian
penguatan konsep bagi sistem koloid,
siswa jenis-jenis
koloid, dan
cara
pembuatannya

Akhir  Menutup KBM dengan  Menjawab 15 menit Semangat,


membaca Hamdalah dan salam mandiri
memberi salam  Mengisi angket
 Menginstruksikan siswa respon siswa
mengisi angket respon terhadap modul
siswa terhadap modul pembelajaran
pembelajaran kimia kimia berbasis
berbasis SETS SETS

J. Penilaian
1. Aspek Kognitif
Nilai diperoleh dari hasil latihan soal-soal diskusi

2. Aspek Afektif
Nilai diperoleh dari pengamatan guru terhadap sikap siswa pada saat pembelajaran
berlangsung

3. Aspek Psikomotorik
Nilai diperoleh dari keterampilan siswa melakukan eksperimen

Cisauk, Juli 2016


Guru Bidang Studi Kimia Peneliti

Murdoyoko, M.Pd Rahayu Rahmawati Dewi


NIP. 197212192008011005 NIM:1111016200026
207

Lampiran 12
208
209
210
211
212
Lampiran 13
Pengolahan Data Angket Respon Siswa
a. Hasil Penilaian Angket Respon Siswa
No. Nama Responden Penilaian Pernyataan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Agung Setyo Budi S S STS SS SS S SS SS SS S S SS SS S S SS SS S SS SS
2 Aldi Vibriani SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS
3 Alfia Puspa A. S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S
4 Alya Habiba S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S
5 Aulia Setiaji Putri SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS
6 Daulat Rais Sejati S S KS SS SS SS S S S KS S SS SS S S S S S SS S
7 Dhika Haryuna Aziz S SS S S KS KS KS S S S SS S KS TS TS KS S KS KS S
8 Dicky Prasetya S S KS KS KS S S KS S S S S KS S S SS S SS SS SS
9 Dony Ristianto S S S S S S SS SS S S S S KS S S S S S S S
10 Ega Aulia Fadillah S S KS SS SS SS S S S KS S SS SS S SS SS S S SS SS
11 Erika Putri Aprilia S S KS S S S S SS SS KS S SS SS S SS SS S S S S
12 Fachri Muhammad S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S
13 Fadila Ainunnisa SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS
14 Inu Zagita S KS SS KS S KS KS S KS KS KS S SS SS S S KS KS S S
15 Jauhara Sahira S S S S S S S S S S S S SS S S S S SS SS SS
16 Karim Aditya S S KS KS S S SS S S SS KS S KS KS KS S KS SS S S
Pamungkas
17 Maliya Shofa Fibriana S S S S S S SS SS S S S S KS S S S S S S S
18 Miftah Nur Wulan S S KS SS SS SS S S S KS S SS SS S SS SS S S SS SS
19 Muhammmad Shabri S SS S SS SS S SS SS SS S S S SS S S S S S S S
Alchair
20 Naufal S S S S SS S SS SS S SS SS KS S S SS SS SS S SS SS SS
21 Owena Dyahayureta SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS
Imtinan
22 Prima Dhany SS SS S S SS SS S SS SS S SS SS S S SS SS S S S SS
23 Reni Purwati S S KS S S S S SS SS S S SS SS SS SS SS S S S S

213
24 Ricky Kurnia S. S S KS S S S S S S S S S S S KS S S S S S
25 Rizzka Fajar Asih SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS
Dwiyanti
26 Sekar Wahyuningtiyas S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S
27 Shalsa Khairani S S S S S S S S S S SS S S S S S S S S S
28 Shinta Aulia KS S SS SS SS SS SS S S S SS S SS S SS SS S S SS SS
29 Sigiet Asabatul Fuad SS S KS SS SS S S SS S SS S KS KS S S SS KS KS S SS
30 Syifa Khalisa SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS
31 Tegar Yustiawan S S S S S STS S SS S S S S SS KS KS SS S S SS S
32 Wulan Safitri S S KS S S S S S SS S S S S S S SS S SS SS SS
33 Yusril Fawaz S S S S S STS S SS S S S S SS KS KS SS S S SS S

b. Penskoran dan Perhitungan Hasil Penilaian Angket Respon Siswa

No. Responden Penilaian Pernyataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 4 4 1 5 5 4 5 5 5 4 4 5 5 4 4 5 5 4 5 5
2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
6 4 4 3 5 5 5 4 4 4 3 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4
7 4 5 4 4 3 3 3 4 4 4 5 4 3 2 2 3 4 3 3 4
8 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 5 4 5 5 5
9 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4
10 4 4 3 5 5 5 4 4 4 3 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5
11 4 4 3 4 4 4 4 5 5 3 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4

214
12 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
13 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
14 4 3 5 3 4 3 3 4 3 3 3 4 5 5 4 4 3 3 4 4
15 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5
16 4 4 3 3 4 4 5 4 4 5 3 4 3 3 3 4 3 5 4 4
17 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4
18 4 4 3 5 5 5 4 4 4 3 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5
19 4 5 4 5 5 4 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4
20 4 4 4 5 4 5 5 4 5 5 3 4 4 5 5 5 4 5 5 5
21 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
22 5 5 4 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4 4 4 5
23 4 4 3 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4
24 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
25 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
26 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
27 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4
28 3 4 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 4 5 5 4 4 5 5
29 5 4 3 5 5 4 4 5 4 5 4 3 3 4 4 5 3 3 4 5
30 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
31 4 4 4 4 4 1 4 5 4 4 4 4 5 3 3 5 4 4 5 4
32 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 5
33 4 4 4 4 4 1 4 5 4 4 4 4 5 3 3 5 4 4 5 4
Total 139 140 127 143 144 136 143 147 144 136 139 144 144 136 139 150 136 140 148 148
Skor Maksimum 165 165 165 165 165 165 165 165 165 165 165 165 165 165 165 165 165 165 165 165
Persentase (%) 84 85 77 87 87 82 87 89 87 82 84 87 87 82 84 91 82 85 90 90

215
f. Penentuan Kriteria per Aspek pada Angket Respon Siswa

Aspek Yang Skor Rata-rata Kriteria


Indikator No. Pernyataan Kriteria
Dinilai Siswa (%) Skor (%) Rata-rata
Tujuan pembelajaran modul
1 84 Sangat Baik
Kesesuaian dengan jelas
tujuan pembelajaran Isi materi sesuai dengan
2 85 Sangat Baik
tujuan pembelajaran
Modul ini dapat saya pelajari
Kesesuaian dengan Baik
Kecermatan Isi 3 sendiri (dengan atau tanpa 77 83.25 Sangat Baik
kebutuhan siswa
bantuan dari guru)
Materi dalam modul sesuai
dengan perkembangan ilmu Sangat Baik
Kemutakhiran 4 87
dan teknologi saat ini (up to
date)
Adanya modul ini
5 memudahkan saya 87 Sangat Baik
mempelajari koloid
Adanya petunjuk penggunaan
Ketercernaan Kemudahan siswa 6 modul memudahkan saya 82 Sangat Baik
85.33 Sangat Baik
Modul mempelajari modul mempelajari modul
Adanya rangkuman
membantu saya dalam
7 87 Sangat Baik
mengingat kembali materi
yang disajikan
Materi dalam modul
Pembelajaran Kesesuaian dengan memberikan saya informasi
Sangat Baik
berbasis pembelajaran berbasis 8 baru mengenai koloid yang 89 85.80 Sangat Baik
SETS SETS dihubungkan dengan

216
teknologi, masyarakat, dan
lingkungan
Materi dalam modul melatih
saya menghubungkan konsep
Sangat Baik
9 sains dan teknologi, serta 87
manfaatnya bagi masyarakat
dan lingkungan
Modul ini dapat mengasah
keterampilan saya dalam Sangat Baik
10 82
memecahkan masalah yang
berkaitan dengan koloid
Modul ini dapat
menumbuhkan sikap positif
11 84 Sangat Baik
terhadap ilmu dan para
ilmuan
Modul ini menunjukkan
12 contoh koloid dalam 87 Sangat Baik
kehidupan sehari-hari
Materi yang ada dalam modul
13 87 Sangat Baik
menarik minat baca saya
Ketertarikan terhadap Materi yang ada dalam modul
84.50 Sangat Baik
isi modul mendorong saya untuk
14 82 Sangat Baik
mempelajari modul secara
Daya Tarik keseluruhan
Modul Tampilan jenis dan ukuran
15 huruf dalam modul menarik 84 Sangat Baik
Ketertarikan terhadap minat baca saya
tampilan modul Tampilan ilustrasi dan 85.50 Sangat Baik
16 gambar menarik minat baca 91 Sangat Baik
saya

217
Perwajahan Kesesuaian ilustrasi 17 Tampialn kulit buku 82 Sangat Baik
dan gambar menggambarkan keseluruhan
isi modul
Ilustrasi dan gambar
memudahkan saya
18 85 Sangat Baik
memahami materi yang ada
dalam modul
Bahasa yang digunakan
19 dalam modul mudah untuk 90 Sangat Baik
Penggunaan
Kejelasan bahasa saya pahami
Bahasa Dan 90 Sangat Baik
penulisan modul Istilah yang disajikan dalam
Istilah
20 modul mudah untuk saya 90 Sangat Baik
pahami

218
219

c. Rekapitulasi Hasil Penilaian Angket Siswa


No. Jumlah Respon Jumlah Skor Skor Skor Persentase
Pernyataan SS S KS TS STS Responden SS S KS TS STS Total Maksimum (%)
1 8 24 1 0 0 33 40 96 3 0 0 139 165 84
2 9 23 1 0 0 33 45 92 3 0 0 140 165 85
3 8 14 10 0 1 33 40 56 30 0 1 127 165 77
4 14 16 3 0 0 33 70 64 9 0 0 143 165 87
5 14 17 2 0 0 33 70 68 6 0 0 144 165 87
6 12 17 2 0 2 33 60 68 6 0 2 136 165 82
7 13 18 2 0 0 33 65 72 6 0 0 143 165 87
8 16 16 1 0 0 33 80 64 3 0 0 147 165 89
9 13 19 1 0 0 33 65 76 3 0 0 144 165 87
10 9 19 5 0 0 33 45 76 15 0 0 136 165 82
11 10 20 3 0 0 33 50 80 9 0 0 139 165 84
12 13 19 1 0 0 33 65 76 3 0 0 144 165 87
13 18 9 6 0 0 33 90 36 18 0 0 144 165 87
14 9 20 3 1 0 33 45 80 9 2 0 136 165 82
15 13 15 4 1 0 33 65 60 12 2 0 139 165 84
16 19 13 1 0 0 33 95 52 3 0 0 150 165 91
17 7 23 3 0 0 33 35 92 9 0 0 136 165 82
18 11 19 3 0 0 33 55 76 9 0 0 140 165 85
19 17 15 1 0 0 33 85 60 3 0 0 148 165 90
20 16 17 0 0 0 33 80 68 0 0 0 148 165 90

d. Perhitungan Pengolahan Data Hasil Penilaian Angket Siswa


Pernyataan positif (misalnya pernyataan nomor 1)
 Skor total
SS =8x5 = 40
S = 24 x 4 = 96
KS =1x3 = 3
TS =0x2 = 0
STS =0x1 = 0 +
Skor total = 139
 Skor maksimum = skor maksimal x banyaknya responden = 5 x 33 = 165

 Persentase =

= 84%
220

Lampiran 14

FOTO-FOTO KEGIATAN PENELITIAN


221

Lampiran 15
222

Lampiran 16
Modul Pembelajaran Kimia:

KOLOID
Berbasis SETS
(Sci ence, Envi r onment , T echnol ogy, dan Soci et y)
Untuk SMA/MA Kelas XI IPA

Disusun Oleh:
Rahayu Rahmawati Dewi
UIN Jakarta-Press
Modul Pembelajaran Kimia Berbasis SETS (Science, Environment, Technology, and Society)

Modul Pembelajaran Kimia:


KOLOID Berbasis SETS (Science, Environment, Technology, dan Society)
Untuk SMA/MA Kelas XI IPA

Penulis:
Rahayu Rahmawati Dewi

Dibimbing Oleh:
Burhanudin Milama, M.Pd
Salamah Agung, Ph.D

Divalidasi Oleh:
Dedi Irwandi, M.Si
Nanda Saridewi, M.Si
Buchori Muslim, M.Pd
Murdoyoko, M.Pd

Halaman:
vii x 66 hlm
Penerbit:
UIN- Press

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta


Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Jakarta- Indonesia
Website: www.uinjkt.ac.id
2016
Modul Pembelajaran Kimia Berbasis SETS (Science, Environment, Technology, and Society)

Modul Pembelajaran Kimia:


KOLOID Berbasis SETS (Science, Environment, Technology, dan Society)
Untuk SMA/MA Kelas XI IPA

Penulis:
Rahayu Rahmawati Dewi
Email: r.ayu.rahmadewi@gmail.com

Dibimbing Oleh:
1. Burhanudin Milama, M.Pd
2. Salamah Agung, Ph.D

Divalidasi Oleh:
1. Dedi Irwandi, M.Si
2. Nanda Saridewi, M.Si
3. Buchori Muslim, M.Pd
4. Murdoyoko, M.Pd

Didukung Oleh:
Orang tua, dan Keluarga Besar Pendidikan Kimia 2011

Program Studi Pendidikan Kimia


Jurusan Pendidikan IPA
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Modul ini dirancang dengan menggunakan Microsoft Word

“Ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya” (Ali Bin Abi Thalib)


KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat ALLAH S.W.T atas limpahan nikmat
dan karunia-Nya, tak lupa sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad S.A.W. Sehingga penulis dapat menyelesaikan modul pembelajaran kimia yang
berjudul “Modul Pembelajaran Kimia: Koloid Berbasis SETS (Science, Environment, Technology, dan
Society) Untuk SMA/MA Kelas XI IPA” ini.
Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada kedua Orang Tua, seluruh Dosen
Program Studi Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya kepada Bapak
Burhanudin Milama, M. Pd dan Ibu Salamah Agung, Ph. D selaku dosen pembimbing, serta rekan-
rekan sekalian atas do’a, bimbingan, bantuan dan dukungannya dalam pembuatan modul ini.
Modul ini mencoba menjawab kegunaan pembelajaran kimia, khususnya pada materi koloid
yang dapat dipraktekkan secara langsung di kehidupan sehari-hari sehingga diharapkan
menciptakan pembelajaran yang bermakna. Karena modul ini menekankan pada hubungan antara
aplikasi materi yang sedang dibahas dengan teknologi, masyarakat, dan lingkungan yang tidak
dapat dipisahkan.
Modul ini disajikan dengan panduan tahapan pembelajaran SETS menurut Anna Poedjiadji
sehingga memudahkan untuk dipelajari baik oleh siswa maupun guru. Dengan demikian, modul ini
sangat tepat untuk dijaadikan media atau sumber belajar dalam rangka memudahkan siswa
memahami koloid dan memberikan informasi baru mengenai koloid.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa modul ini masih jauh dari sempurna, baik dari
segi materi, penampilan, dan yang berkaitan di dalamnya. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan modul ini. Akhirnya hanya kepada
Allah S.W.T penulis berharap, semoga apa yang tertulis dalam buku ini bisa bermanfaat
khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca pada umumnya. Aamiin.

Tangerang, Mei 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

i KATA PENGANTAR

ii DAFTAR ISI

iii STANDAR KOMPETENSI & KOMPETENSI DASAR


iv PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
vi PETA KONSEP

1 BAB 1: SISTEM KOLOID 44 BAB 4: PEMBUATAN KOLOID


A. Peristiwa Koloid dalam Kehidupan 2 A. Cara Dispersi 49
B. Sistem Dispersi 3 B. Cara Kondensasi 50
C. Perbedaan Larutan, Koloid, dan Suspensi 4

7 BAB 2: JENIS-JENIS KOLOID 51 BAB 5: PERANAN KOLOID DALAM


A. Fase Terdispersi dan Fase Pendispersi 8 KEHIDUPAN
B. Pengelompokkan Jenis-jenis Koloid 9
16 BAB 3: SIFAT-SIFAT KOLOID 59 RANGKUMAN
A. Efek Tyndall 17
B. Gerak Brown 21
60 GLOSARIUM
C. Adsorpsi 24 61 EVALUASI AKHIR PEMBELAJARAN
D. Koagulasi 30
E. Elektroforesis 35
64 KUNCI JAWABAN
F. Dialisis 38 65 DAFTAR PUSTAKA
G. Koloid Lifoil, Liofob, dan
Koloid Pelindung 41 66 PROFIL PENULIS

ii
STANDAR KOMPETENSI dan KOMPETENSI DASAR

Standar Kompetensi : 5. Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar : 5.1 Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada
disekitarnya
5.2 Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.

Indikator Pembelajaran

BAB 1
- Mendefinisikan pengertian koloid
- Mengelompokkan larutan, suspensi, dan koloid berdasarkan hasil pengamatan
- Mengidentifikasi isu-isu yang terkait dengan keberadaan koloid dikehidupan sehari-hari

BAB 2
- Membedakan fase terdispersi dan fase pendispersi
- Mengelompokkan jenis koloid berdasarkan fase terdidpersi dan pendispersi, serta
menghubungkannya dengan teknologi, masyarakat dan lingkungan

BAB 3
- Menjelaskan peristiwa efek Tyndall dalam kehidupan sehari-hari
- Menjelaskan peristiwa gerak Brown dalam kehidupan sehari-hari
- Menjelaskan peristiwa adsorpsi dalam kehidupan sehari-hari
- Menjelaskan peristiwa koagulasi dalam kehidupan sehari-hari
- Menjelaskan peristiwa elektroforesis dalam kehidupan sehari-hari
- Menjelaskan peristiwa dialisis dalam kehidupan sehari-hari
- Menjelaskan koloid liofob, koloid liofil dan koloid pelindung

BAB 4
- Menjelaskan proses pembuatan koloid berdasarkan cara kondensasi dan dispersi melalui percobaan

BAB 5
- Menyebutkan peranan koloid diberbagai bidang kehidupan
- Mengidentifikasi masalah yang diakibatkan oleh koloid dan cara mengatasinya
- Mengidentifikasi koloid sebagai salah satu solusi dari pemecahan masalah yang berkaitan dengan
teknologi, masyarakat, dan lingkungan

iii
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Terdapat SK dan KD, Indikator,


dan tujuan disetiap BAB
membantu guru dan siswa
mengetahui tujuan
pembelajaran.

2
Terdapat
Peta Konsep

3
Terdapat Kata Kunci
di setiap BAB

Menggunakan tahapan
pembelajaran SETS, sbb:

a. Tahap Inisiasi :
Berupa isu-isu atau masalah yang ada di
masyarakat, berguna memusatakn perhatian pada
pembelajaran yang akan dibahas atau mengaitkan
peristiwa atau pengetahuan yang telah diketahui
dengan materi pembelajaran yang akan dibahas.

iv
b. Tahap Pembentukan Konsep
Modul membangun atau mengkonstruk
pengetahuan untuk menemukan konsep
yang benar melalui observasi, pertanyaan,
c. Tahap Aplikasi Konsep eksperimen, dan lain-lain.
Analisis isu atau penyelesaian masalah
dari konsep-konsep yang telah dipahami
sebelumnya, dan diharapkan dapat
mengaplikasikan konsep tersebut kedalam
kehidupan sehari-hari.

d. Tahap Pemantapan Konsep


Menjelaskan konsep yang telah dipelajari
agar tidak ada miskonsepsi dalam
mempelajari modul sehingga informasi
yang diterima tidak mengandung
kekeliruan.

Terdapat Uji Pemahaman di setiap


BAB untuk mengetahui kedalaman
pemahaman mengenai materi yang
dibahas

6
Terdapat Evaluasi di
akhir pembelajaran

v
7
Terdapat Kunci
Jawaban

Terdapat Informasi
Pendukung
pembelajaran

Terdapat
Rangkuman

10

Terdapat
Glosarium

vi
PETA KONSEP

Sistem Dispersi

Larutan Koloid Suspensi

Jenis-Jenis Sifat-Sifat Cara Pembuatan Peranan dalam


Kehidupan Sehari-
hari

Sol Emulsi Aerosol Busa Dispersi Kondensasi

Sol Padat Busa


Emulsi Aerosol
Padat
Padat Padat

Efek Tyndall Gerak Brown Adsorpsi Koagulasi Liofob Koloid


& Pelindung
Liofil

v
BAB 1
Sistem Koloid
Kata Kunci: Setelah mempelajari BAB 1, Kamu diharapkan
 Sistem Dispersi mampu:
 Larutan  Mendefinisikan pengertian koloid
 Koloid  Mengelompokkan larutan, suspensi, dan koloid
 Suspensi berdasarkan hasil pengamatan
 Mengidentifikasi isu-isu yang terkait dengan
keberadaan koloid dikehidupan sehari-hari

1
A. Peristiwa Koloid dalam Kehidupan

Masih ingatkah kamu mengenai interaksi antara dua buah zat atau lebih
Inisiasi jika dicampurkan?
Untuk mengingatnya, simaklah wacana berikut:

Rio dan Andre baru saja sampai di rumah sehabis jam


sekolah usai. Keduanya langsung melangkahkan kaki menuju
dapur untuk membuat minuman pelepas dahaga. Rio
memutuskan untuk membuat air gula, sedangkan Andre
membuat air susu bubuk instan.
Sumber: www.sidomi.com

Nah.. dalam kehidupan sehari-hari, tentunya kita tidak


terlepas dari zat-zat atau bahan-bahan yang saling berinteraksi
atau bercampur. Air gula dan susu merupakan salah satu contoh
campuran. Kedua campuran tersebut sama-sama memberikan
rasa manis, bukan?
Sumber: www.brands-list.com
Tapi, pernahkah kamu memperhatikan mengapa air yang semula tidak berwarna setelah
diberi gula tetap tidak berwarna, akan tetapi setelah diberi susu bubuk apakah tetap tidak
berwarna? Apakah kamu masih dapat melihat gula atau susu bubuk di dalam kedua campuran
tersebut?
COBA PERHATIKAN !

Berikut ini beberapa macam contoh campuran yang biasa ditemukan di kehidupan sehari-hari:

Gula + air Susu + air Pasir + air


Sumber:
Sumber: www.pinterest.com Sumber: www.cliparts.co/a-glass- www.glogster.com/kaitlynariellecurtis/
of-milk mix-solution-colloids

Menurutmu apakah ketiga campuran tersebut sama atau berbeda?


Berikan alasannya?

Pembentukan
Konsep Kolom Jawaban :

2
B. Sistem Dispersi

Campuran
adalah gabungan dua macam zat atau lebih yang masih memiliki sifat-sifat zat
asalnya. Berdasarkan fase yang terbentuk, campuran dikelompokkan menjadi
campuran homogen (larutan sejati) dan campuran heterogen.
Ketika materi atau zat seperti gula, pasir, dan susu masing-masing
dicampurkan ke dalam air, maka zat tersebut akan terpecah atau terbagi
menjadi partikel halus di dalam medium air sehingga membentuk sistem
dispersi, yaitu penyebaran merata dua fase.
Perbedaan ukuran partikel halus menyebabkan mengapa
campuran gula dan air membentuk campuran homogen (larutan sejati)
sedangkan campuran tepung dan air dengan cepat memisah membentuk
campuran yang heterogen.
Sumber: www.lifemartini.com

Pasir + air
Gula + air
Apabila kita mencampurkan Campuran pasir dan air akan mengalami
gula dengan air, ternyata gula larut dan kita sedimentasi (memisah membentuk endapan),
memperoleh larutan gula. Di dalam larutan, campuran seperti ini disebut suspensi.
gula tersebar dalam bentuk partikel yang Suspensi merupakan campuran yang yang
sangat kecil, sehingga tidak dapat bersifat heterogen (membentk sistem dua fase),
dibedakan lagi dengan air walaupun ukuran partikelnya lebih besar dari 100 nm.
menggunakan mikroskop ultra. Campuran Ukuran partikel yang cukup besar ini menyebabkan
gula dan air merupakan larutan sejati. partikel air tidak mampu menahan partikel pasir
Larutan sejati adalah sehingga pasir mengendap dan
campuran homogen dua zat dapat dipisahkan dengan
atau lebih yang saling penyaringan.
melarutkan dan masing- Beberapa contoh suspensi
masing zat penyusunnya tidak adalah campuran air dan kapur,
dapat dibedakan lagi secara campuran air dan pasir.
fisik (membentuk sistem satu Gambar: Campuran air dan pasir
Sumber: membenuk suspensi
Gambar: fasa) dimana ukuran www.glogster.com/kaitlynariellecurtis/
Larutan gula Susu + air mix-solution-colloids
Sumber: partikel zat terlarut kurang
www.pinterest.com dari 1nm (1nm=10-9m). Campuran susu dan air menghasilkan
Larutan sejati bersifat stabil (tidak campuran yang keruh. Secara makroskopis (dilihat
memisah) dan tidak dapat disaring. dengan mata biasa) campuran ini terlihat
Beberapa contoh larutan lainnya adalah homogen atau larut. Akan tetapi jika kita amati
larutan garam dapur, larutan urea, dan dengan mikroskop ultra, ternyata kita masih dapat
larutan cuka. membedakan partikel-partikel susu yang tersebar
kedalam air tersebut.
Campuran susu dengan air ini kondisinya
berada diantara larutan dan suspensi. Campuran
seperti inilah yang disebut sebagai koloid, dimana
Gambar: Susu merupakan contoh ukuran partikelnya berkisar antara 1nm-
koloid 100nm. Beberapa contohnya adalah santan,
Sumber:http://dessyce.blog.upi.edu
/file/2015/10/inf0-susu-evaporasi mayones, cat, tinta dan lain-lain.

3
Aplikasi Sistem koloid sangat berhubungan erat dengan kehidupan
Konsep
sehari-hari, khususnya di bidang teknologi, masyarakat, dan lingkungan.
Salah satu contoh koloid adalah santan.
Kebutuhan santan dalam jumlah besar mendorong inovasi pembuatan Sumber:
www.dapurherbalku.wordpress.com
santan siap pakai yang lebih praktis dan tahan lama, sehingga konsumen
tidak perlu repot lagi untuk membuat santan sendiri. Salah satu inovasi terbaru pembuatan santan di
Indonesia adalah dikembangkannya santan kelapa bubuk dengan menggunakan metode spray dryer dan
pasteurisasi oleh Ir. Endang Srihari MSc, bersama Farid Sri Lingganingrum S.Pt,M.Si yang merupakan dosen
Teknik Kimia dan Teknologi Pangan Universitas Surabaya.
Sumber: www.ubaya.ac.id/ubaya/news_detail/885/Santan-Kelapa-Bubuk-Praktis-dan-Tahan-Lama.htm
Tahukah
Kamu ?
Tempurung dari buah kelapa yang merupakan bahan utama
pembuat santan dapat dimanfaatkan kembali untuk pembuatan
arang, maupun arang aktif, dan barang kerajinan tangan yang
bernilai seni tinggi sebagai hasil pemanfaatan limbah dan
Gambar: Arang aktif dan tempurung kelapa
Sumber: www.pixabay.com mengurangi sampah ke lingkungan.

Dapatkah kamu menyebutkan satu contoh koloid dan menghubungkannya dengan teknologi,
masyarakat, dan lingkungan? (kamu dapat mencari informasi dari berbagai sumber)

Kolom Jawaban :

4
C. Perbedaan Larutan, Koloid, dan Suspensi

Pemantapan Perbandingan Sifat Larutan, Koloid, dan Suspensi


Konsep

Sumber:
http://riemjustwill.blogspot.co.
id/2012/02/perbedaanlarutan
-koloid-dan-suspensi.html

Larutan Koloid Suspensi


Bersifat homogen, tidak Secara makroskopis bersifat Bersifat heterogen
dapat dibedakan walaupun homogen tetapi jika diamati
menggunakan mikroskop menggunakan mikroskop ultra
ultra bersifat heterogen
Semua partikel berukuran Ukuran partikel antara 1 nm- Ukuran partikelnya lebih
kurang dari 1 nm 100 nm besar dari 100 nm
Satu fasa Dua fasa Dua fasa
Stabil (jika didiamkan tidak Pada umumnya stabil Tidak stabil (jika didiamkan
terpisah) akan memisah/
mengendap)
Tidak dapat disaring Tidak dapat disaring kecuali Dapat disaring
dengan penyaring ultra

Perlu kamu ketahui bahwa koloid mempunyai peranan dalam kehidupan sehari-hari
yang sangat bermanfaat bagi kehidupan, khususnya bagi teknologi, lingkungan, dan
masyarakat.
Berbagai contoh koloid diantaranya pasta gigi, lotion, telur, mayones, keju,
lem, tinta, cat, kabut, dan asap. Bahkan, teknologi penjernihan air
berhubungan dengan sistem koloid.
Bagaimana suatu zat dikatakan sebagai koloid dan apa saja peranan
atau manfaatnya bagi teknologi, lingkungan dan masyarakat?
Untuk mengetahuinya lebih lanjut,
ayoo kita pelajari pada BAB-BAB selanjutnya!

5
?
SEJARAH
Tahukah
Kamu
Istilah koloid pertama kali diutarakan oleh seorang ilmuwan Inggris, Thomas
Graham sewaktu mempelajari sifat difusi beberapa larutan melalui membran kertas
perkamen. Graham menemukan bahwa larutan natrium klorida mudah berdifusi,
sedangkan kanji, gelatin, dan putih telur sangat lambat atau sama sekali tidak berdifusi
disebabkan oleh paratikelnya mempunyai daya tarik (perekat) satu sama lain.
Zat-zat yang sukar berdifusi tersebut disebut koloid yang berasal dari kata
(kolla = lem, oidos = seperti) yang berarti seperti lem (S, 1999).
Gambar: Thomas Graham
Sumber: http://upload.wikimedia.org/
Thomas_Graham_Litho

UJI PEMAHAMAN

1. Jelaskan yang dimaksud dengan larutan, koloid, dan suspensi?


Jawab :

2. Manakah dari campuran-campuran berikut yang termasuk kedalam sistem koloid, larutan
atau suspensi?
a. Air garam : ______________ e. Cat : ______________
b. Air cuka : ______________ f. Mayones : ______________
c. Air kapur : ______________ g. Lem kanji : ______________
d. Tinta : ______________ h. Pasta gigi : ______________

6
BAB 2
Jenis-Jenis Koloid
Kata Kunci: Setelah mempelajari BAB 2, Kamu diharapkan
 Fase Terdispersi mampu:
 Fase Pendspersi  Membedakan fase terdispersi dan fase
pendispersi
 Mengelompokkan jenis koloid berdasarkan fase
terdidpersi dan pendispersi, serta
menghubungkannya dengan teknologi,
masyarakat dan lingkungan

7
Pada pembahasan sebelumnya, kita telah mengetahui bahwa susu
Inisiasi merupakan koloid, bukan?

Tahukah
Kamu ?
Susu merupakan hasil kelenjar hewan menyusui
seperti sapi, kambing, kerbau, maupun onta.
Susu merupakan dua lapisan yang dapat dipisahkan,
masing-masing adalah kepala susu dan skim.
Komposisi susu berbeda-beda tergantung dari jenis
hewan, makanan yang diberikan, iklim, suhu, cara
pemerahan, dan umur hewan.
Sumber: pngimg.com/glass-of-milk

Pembentukan Menurutmu, selain karena ukuran partikelnya, mengapa susu termasuk ke dalam
Konsep koloid?

Kolom Jawaban :

A. Fase Terdispersi dan Fase Pendispersi

Suatu campuaran Sistem dispersi koloid Pada umumnya fase


akan membentuk suatu adalah suatu campuran heterogen terdispersi memiliki jumlah
sistem dispersi, yaitu antara dua zat atau lebih. molekul yang lebih kecil
penyebaran merata Dua zat tersebut terdiri dari dibandingkan fase pendispersi.
suatu zat dalam zat lain. fase zat yang tersebar sebagai Jika dibandingkan dalam
partikel koloid disebut fase larutan, fase terdispersi adalah
Tahun 1907, Ostwald
terdispersi, sedangkan fase zat zat terlarut, sedangkan medium
mengemukakan istilah
yang menyatukan partikel koloid pendispersi adalah zat pelarut.
sistem dispersi bagi zat
terdispersi disebut fase atau
yang terdispersi dalam Gambar: Sistem dispersi tinta dalam
medium pendispersi.
medium pendispersi. air
Suatu koloid selalu mengandung dua fase yang berbeda,
mungkin berupa gas, cair, atau padat. Pengertian fase disini
Air
tidak sama dengan wujud, karena ada wujud sama tetapi
fasenya berbeda.
Contohnya campuran air dan minyak bila dikocok akan
Tinta
terlihat butiran minyak dalam air. Butiran itu mempunyai fase
berbeda dengan air walaupun keduanya cair. Oleh sebab itu
suatu koloid selalu mempunyai fase terdispersi dan fase
pendispersi. Sumber: www.img.thesun.co.uk

8
B. Pengelompokkan Jenis-Jenis Koloid

Berdasarkan fase penyusunnya, sistem koloid dapat dikelompokkan menjadi delapan jenis,
sebagai berikut:

Fase Fase Jenis


Contoh
Terdispersi Pendispersi Koloid

Gelatin, jelly, agar-agar, cat, lem


Padat Cair Sol
kanji

Kaca warna, intan warna, paduan


Padat Padat Sol Padat
logam

Aerosol
Padat Gas Asap, debu
Padat

Cair Gas Aerosol Kabut, halimun, awan, hair spray

Emulsi
Cair Cair Susu, krim, odol, santan
Cair

Emulsi
Cair Padat Mentega, keju, mutiara
Padat

Busa atau
Gas Cair Busa sabun
Buih

Busa
Gas Padat Karet busa, batu apung, roti
Padat

Terpikirkah oleh kalian:


Dari pengeolompokkan jenis koloid diatas, kenapa tidak terbentuk koloid dari campuran fase
terdispersi gas dan fase pendispersi gas?

Hal ini karena:


Kombinasi fase gas dan gas selalu menghasilkan campuran homogen (larutan sejati) sehingga
tidak dapat membentuk sistem koloid.

9
Info

Aplikasi
Konsep

S
Susu termasuk jenis koloid emulsi, yakni emulsi cair.
C Hal ini karena susu tersusun dari fase terdispersi dan pendispersinya
berupa zat cair. Lapisan penyusun susu adalah kepala susu dan skim.
I Kepala susu dan skim mengandung air, protein, dan lemak.
E Jadi dapat dikatakan bahwa fasa terdispersi susu adalah
protein dan lemak dalam medium pendispersi air.
N
C
E http://dairyprocessinghandbook.com/
chapter/chemistry-milk

Seiring dengan kemajuan teknologi, teknik pemerahan susu kini tidak lagi hanya
mengandalkan tangan tetapi juga mesin pemerah otomatis yang lebih mudah, higienis
dan efisien terutama untuk skala industri atau pabrik.
Pemerahan Secara Semi Manual
Pemerahan Secara Manual Pemerahan Otomatis

T
E
C
H http://kompasiana.com http://manfaatbagus.com/manfaat-
http://greenfield.com
susu-sapi.html
N
Berbagai macam cara teknologi juga digunakan khususnya untuk mengemas susu
O agar lebih praktis dan tahan lama terus dikembangkan.
L Beberapa teknik yang dikenal di Indonesia dalam pemprosesan pengemasan susu
antara lain:
O Susu UHT Pasteurisasi Susu Bubuk
G Kental Manis
(Ultra High
Temperature)
Y
Sumber:
http://ayucuy.blogspot.co. Sumber:
Sumber: id/2014_04_01_archive.ht http://www.super-e.org/susu-
https://graceeunike.fil ml kambing-etawa-bubuk.html
es.wordpress.com/ Sumber:
http://3.bp.blogspot.com/
susu+UHT.jpg

10
E
N
V
I
R http://greenfield.com .
O
Produk susu yang sebagian
N Besar sumber utamanya adalah
M sapi tentu memberikan dampak
E terhadap lingkungan. http://www.ilmuhewan.com/cara-pembuatan-biogas-dari-kotoran-sapi/
Salah satnya kotoran sapi yang menghasilkan aroma tak sedap juga mengotori
N lingkungan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar gas untuk keperluan sehari-hari.
T Selain itu juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan pupuk dan
sebagainya.

S Limbah produk susu berupa kemasan


O khususnya kotak susu dimanfaatkan oleh Pimpi,
lulusan fakultas seni rupa IKJ.
C Kotak susu tersebut diolah menjadi tempat
I pensil, dompet, tempat kaca mata. Dengan harga
E berkisar antara Rp. 35.000- 150.000 per item.
T Sumber:
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/rezeki-dari-
Y kreativitas-mengolah-limbah-kotak-susu
http://Kerajinan.id

Tahukah
Kamu ? Indonesia ternyata memiliki peternakan sapi sekaligus produsen
susu yang besar. Bahkan, lebih dari 50 persen susu yang diproduksi telah
diekspor ke Singapura, Malaysia, Hongkong, Filipina, Taiwan dan
Myanmar. Adalah PT Greenfields Indonesia yang berlokasi di Desa
Babadan, Kecamatan Ngajum Malang.
Terletak di kawasan Gunung Kawi, PT Greenfields Indonesia
memproduksi sekitar 20 juta liter susu setiap tahun. Pabrik ini
memproduksi susu pasteurisasi yang bisa tahan hingga 40 hari.
Serta susu UHT (Ultra High Temperature) yang bisa tahan hingga satu tahun.
Penanganan limbah pabrik dilakukan dengan membuat kolam penampungan limbah (lagoon).
Limbah cair yang terpisah dari hasil endapan akan digunakan kembali untuk proses
pembersihan kandang.
http://www.malangkab.go.id/site/read/detail/303/pt-
greenfield-indonesia.html

11
(kamu bisa menjawab pertanyaaan tersebut dengan
Salah satu contoh sistem koloid adalah asap dan
berdiskusi bersama teman atau menggali informasi
kabut. Tapi..
tersebut dari berbagai sumber)
a. Tahukah kamu, pada saat wajah terkena
Kolom Jawaban :
asap maka akan terasa berdebu, namun
saat wajah terkena kabut maka akan
terasa sejuk dan lembab. Mengapa bisa
demikian?
b. Bagaimana dampak asap dan kabut bagi
kesehatan manusia dan lingkungan?
Dapatkah kamu memberikan solusi untuk
mengatasi dampak tersebut?

12
Jenis-jenis koloid berdasarkan kombinasi
fase terdispersi dan fase pendispersinya.
Pemantapan
Konsep

Sol Sol terbentuk dari fase terdispersi berupa zat padat dan fase pendispersi
berupa cairan (sistem koloid fase padat-cair). Sol yang memadat disebut gel, suatu gel terbentuk
karena fase terdispersi menyerap medium pendispersi sehingga fase terdispersi mengembang,
memadat, dan menjadi kaku. Berikut beberapa contoh sistem koloid fase padat-cair:

a. Agar-agar
Padatan agar-agar yang terdispersi didalam air panas akan menghasilkan sistem
koloid yang disebut sol. Jika konsentrasi agar-agar rendah, pada keadaan dingin sol
akan tetap berwujud cair. Sebaliknya, jika konsentrasi agar-agar tinggi, maka pada
Sumber:
www.sweetrecipe.com
keadaan dingin sol menjadi padat dan kaku.

b. Pectin
Pectin adalah tepung yang diperoleh dari buah papaya muda, apel, dan kulit jeruk.
Jika pectin didispersikan dalam air, maka akan terbentuk suatu sol yang kemudian
memadat sehingga membentuk gel. Pectin biasa digunakan untuk membuat selai.
Sumber:
www.indianapublicmedia
.org
c. Gelatin
Gelatin adalah tepung yang diperoleh dari hasil perebusan kulit, atau tulang
binatang, misalnya sapi, babi atau ikan. Jika gelatin didispersikan dalam air, maka
terbentuk suatu sol yang kemudian memadat membentuk gel. Gelatin banyak
dipakai untuk pembuatan cangkang kapsul, dan bahan utama pembuatan
Sumber: marshmallow. Agar-agar, pectin, dan gelatin juga digunakan untuk pembuatan
www.gourmetsleuth.com makanan, seperti jelly atau permen yang kenyal (gummy candies).
d. Cairan kanji
Tepung kanji atau tepung sagu yang dilarutkan dalam air dingin akan membentuk
suatu suspensi. namun, jika dipananskan akan terbentuk sol, dan jika konsentrasi
tepung kanji cukup tinggi, sol tersebut akan memadat sehingga membentuk gel.
Sumber: www.cookpad.com

Contoh lain Sol: g. Sol AL(OH)3


e. Air sungai (tanah terdispersi dalam air) h. Sol arpys/dammar
f. Cat tembok dan tinta (zat warna terdispersi dalam medium air) i. Sol Fe(OH)3
gel kalsium asetat dalam alkohol sol belerang
Sol Padat
Sol padat terbentuk dari fase pendispersi dan fase
terdispersi yang sama-sama berwujud padat sehingga dikenal dengan nama
sol padat (sistem koloid fase padat-padat).
Contoh sistem koloid fase padat-padat adalah logam campuran
(alloy), misalnya stainless steel yang terbentuk dari campuran logam besi,
kromium, dan nikel. Contoh lainnya adalah kaca berwarna yakni zat warna
terdispersi didalam medium zat padat berupa kaca. Gambar: Kaca berwarna
Sumber:
www.carolarnold.co.uk

13
Aerosol
Sistem koloid yang terbentuk dari fase
terdispersi berupa zat cair dan fase pendispersi berupa gas (sistem
koloid fase cair-gas) disebut aerosol.
Partikel-partikel zat cair yang terdispersi diudara (gas) disebut
partikulat cair. Contoh aerosol adalah kabut dan awan, selain itu juga
produk hairspray, obat nyamuk semprot, parfum (body spray), dan cat
semprot. Pada produk tersebut digunakan zat pendorong (propellant) Gambar: Contoh dari aplikasi
aerosol
berupa senyawa kloroflourocarbon (CFC). Sumber: www.thinkstockphotos.in

Aerosol Padat
Aerosol padat terbentuk dari fase
tedispersi berupa padat dan fase pendispersi berupa gas (sistem koloid
fase padat-gas). Contoh aerosol padat adalah asap dan debu. Asap dan
debu merupakan partikel padat yang terdispersi dalam medium
pendispersi berupa udara (gas).
Sumber:
http://blog.wsj.com/indonesiarealtime/tag/airpollution/
Emulsi
Emulsi terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan medium
pendispersi berupa cairan (sistem koloid fase cair-cair). Campuran yang terbentuk bukan
merupakan campuran homogen atau larutan, melainkan bersifat heterogen.
Misalnya air dan minyak jika dicampurkan akan terpisah, air bersifat polar sedangkan
minyak bersifat nonpolar. Untuk menyatukannya dibutuhkan zat penghubung yang harus memiliki
gugus polar (gugus yang dapat menyatu dengan air) dan gugus non polar (gugus yang dapat
menyatu dengan minyak), sehingga zat penghubung tersebut dapat bercampur dengan air dan
minyak membentuk suatu emulsi.
Zat penghubung yang menyebabkan pembentukan emulsi disebut emulgator. Jadi tidak
ada emulsi tanpa emulgator. Contoh zat emulgator adalah sabun, deterjen dan lesitin.
Berikut ini beberapa contoh emulsi sebagai berikut:
a. Susu
Susu murni dalam bentuk cair merupakan contoh emulsi alami karena dalam
susu murni telah terdapat emulgator alami yaitu kasein. Di dalam industri
makanan, biasanya susu murni diolah menjadi susu bubuk. Susu bubuk yang
terbentuk menjadi sukar larut dalam air, kecuali dengan menggunakan air
panas, oleh karena itu digunakan zat emulgator yang berupa lesitin sehingga
Sumber: susu mudah larut dalam air meskipun hanya dengan menggunakan air dingin.
www.commons. Susu bubuk yang dicampur emulgator ini yang kita kenal sebagai susu bubuk
wikimedia.com
instant.
b.Mayones
Mayones juga merupakan emulsi yang terbuat dari minyak nabati dalam air,
pada mayonase digunakan kuning telur sebagai emulgator.
Sumber:
www.lifestyle.sindo Selain itu, air santan, krim (emulsi yang berbentuk pasta) dan lotion
news.com
(emulsi yang berbentuk cairan kental atau kirim yang encer) merupakan contoh
emulsi.

14
Emulsi Padat
Emulsi padat terbentuk dari fase terdispersi
berupa zat cair dan fase pendispersi berupa zat padat (sistem koloid cair-
padat). Contoh emulsi padat adalah keju, mentega, dan mutiara.

Sumber:
Busa atau Buih www.marisukses.com
Busa atau buih terbentuk dari fase terdispersi berupa gas dan fase
pendispersi berupa zat cair (sistem koloid fase gas-cair). Jika kamu mengocok larutan sabun, akan
timbul busa atau buih. Dalam busa sabun terdapat rongga yang terlihat kosong. Busa sabun ini yang
merupakan fase gas dalam medium cair.
Beberapa contoh buih cair:
a. Buih yang dihasilkan dari alat pemadam kebakaran
Alat pemadam kebakaran mengandung campuran air, alumunium sulfat,
natrium bikarbonat, dan suatu zat pembuih. CO2 yang dilepas dari hasil reaksi
zat-zat tersebut akan membentuk buih dengan bantuan zat pembuih.
b. Kocokan putih telur
Putih telur yang dikocok akan mengembang volumenya karena
udara di sekitarnya akan masuk kedalam campuran. Dengan
Sumber: bantuan dua zat pembuih, yaitu protein dan glikoprotein yang
www.bintangpratama
equipment.com berasal dari putih telur, sehingga campuran akan membentuk
buih yang relatif stabil. Gambar: Kocokan putih telur
Sumber: www.kokiers.com

Busa Padat
Busa padat terbentuk dari fase terdispersi berupa gas dan
medium pendispersi berupa zat padat (sistem koloid gas-padat).
Di dalam kehidupan sehari-hari, contoh busa padat adalah karet busa, spons,
batu apung, dan styrofoam. Pada contoh busa padat ini terdapat rongga atau pori-
Gambar: Spons
pori yang dapat diisi oleh udara. Sumber: www.prolog.org

UJI PEMAHAMAN

1. Apa yang dimaksud dengan fase terdispersi dan fase pendispersi?


Jawab:

2. Kelompokkan contoh-contoh koloid berikut berdasarkan pada fase terdispersi dan


pendispersinya.
Contoh Koloid Fase Pendispersi Fase Terdispersi Jenis Koloid
Keju
Lem kanji
Cat
Mutiara
Busa sabun

15
BAB 3
Sifat-Sifat Koloid
Kata Kunci: Setelah mempelajari BAB 2, Kamu diharapkan
 Efek Tyndall mampu:
 Gerak Brown  Menjelaskan sifat-sifat koloid melalui fenomena
 Adsorpsi yang terjadi dikehidupan sehari-hai yang
 Koagulasi berkaitan dengan teknologi, masyarakat, dan
 Elektroforesis lingkungan
 Dialysis
 Koloid Liofil
 Koloid Liofob
 Koloid Pelindung
16
A. Efek Tyndall

Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin


pernah mengalami berada di dalam suatu ruangan
Inisiasi
yang gelap dan banyak debu. Kemudian dalam ruangan
itu ada seberkas cahaya yang masuk melalui suatu
celah dari atap, sehingga kita bisa melihat dengan jelas
berkas cahaya tersebut.

Sumber: www.blogcaroline.com

Hal serupa juga mungkin pernah kita alami saat


berada di tengah hutan yang lebat dengan pepohonan
dan suasana berkabut pada pagi hari.
Pada saat itu, kita bisa melihat berkas cahaya
matahari yang masuk melalui sela-sela pepohonan
dengan jelas.
Sumber: www.pinerest.com

Apa sebenarnya yang menyebabkan kita dapat melihat berkas


cahaya tersebut?

Tahukah
Kamu ?
Pada saat berada dalam ruangan yang gelap dan
berdebu, kita bisa melihat berkas cahaya dari suatu celah
karena partikel-partikel debu dalam ruangan yang berukuran
koloid menghamburkan cahaya tersebut.
Lantas pada saat berada dalam hutan yang lebat
pepohonan dengan suasana berkabut, kita bisa melihat
berkas cahaya dari matahari yang masuk melalui pepohonan
karena cahaya tersebut dihamburkan partikel-partikel kabut.
Sumber: www.fisikanet.lipi.go.id/utama.cgi?cetakartikel&1180156913

3. Menurutmu, kenapa jalannya sinar yang datang dari celah atau sela-sela pepohonan tidak lurus
tetapi tampak menyebar atau menghambur?
4. Apakah yang dapat kalian simpulkan dari wacana di atas?

Kolom Jawaban:

17
Pembentukan Ayoo Bereksperimen!!
Konsep

Percobaan Efek Tyndall


Tujuan :
 Mengetahui efek Tyndall sebagai salah satu sifat koloid
 Mengetahui kestabilan campuran

A. Alat dan Bahan


Alat Bahan
3 buah gelas kimia 100 ml Air 100 ml + gula secukupnya
senter Air 100 ml+ pasir secukupnya
Kotak karton ukuran 30cm3 atau kardus yang salah satu sisinya Susu cair 100 ml
terbuka dan ujung sisi lebarnya diberi lubang seperti gambar.

Lubang
Sisi terbuka

B. Prosedur Percobaan:
 Isilah ke-3 gelas kimia masing-masing dengan 100 ml larutan gula, air+ pasir, susu cair

larutan gula susu cair air+ pasir

 Tempatkan ketiga sampel tersebut pada kotak pengamatan yang telah disediakan (lihat gambar)

Sisi terbuka

 Amati interaksi campuran tersebut (larutan gula, air dengan pasir, susu cair) dengan melewatkan cahaya pada
masing-masing campuran.

Sisi terbuka senter


Untuk pengamatan
cahaya

 Catat hasil pengamatannya pada tabel I


 Diamkan campuran-campuran tersebut. Perhatikan dan catat apakah campuran tersebut larut atau tidak, stabil
atau tidak stabil (mengendap atau tidak)? Catat hasil pengamatannya pada tabel pengamatan II

C. Tabel Hasil Pengamatan

18
I. Tabel Hasil Pengamatan Cahaya
(berilah tanda ceklis (√) pada kolom yang sesuai)

Pengamatan berkas sinar


No Sampel
Menghamburkan cahaya Tidak menghamburkan cahaya
1 Air + gula
2 Air + terigu
3 Air + Susu

II. Tabel Hasil Pengamatan Kestabilan Campuran

Campuran
Sifat campuran Larutan Gula Susu Cair
Terigu
Larut/Tidak
Stabil (tidak mengendap) /
Tidak Stabil (mengendap)

D. Kesimpulan

Kamu telah mengetahui bahwa susu merupakan contoh koloid, bukan?


Aplikasi Nah, Bagaimana penampakan sinar yang dihasilkan saat dilewatkan pada susu (sinar
Konsep
lurus atau dihamburkan)?
Pernahkah kamu melihat penampakan sinar yang sama di kehidupan sehari-hari?
Jika iya, sebutkan!

Kolom Jawaban:

SEJARAH

19
Pemantapan
Konsep
Fenomena efek Tyndall ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893),
seorang ahli fisika dari Inggris. Efek Tyndall adalah gejala penghamburan Gambar:
sinar oleh partikel koloid. Partikel koloid memiliki ukuran yang agak besar John Tyndall
Sumber:
akan tetapi tidak bisa dilihat oleh mata telanjang (S, 1999). www.fisikanet.
lipi.go.id

Efek Tyndall terjadi jika suatu sinar Gambar:


melewati partikel koloid maka akan dipantulkan Efek Tyndall pada:
dengan arah yang tidak teratur karena partikel
a. Larutan, tidak
tersebar secara acak sehingga sinar tersebut
terlihat hamburan
berhamburan kesegala arah. cahaya
Jika seberkas sinar dilewatkan melalui b. Sistem koloid,
larutan, maka seluruh berkas sinar tersebut terlihat hamburan
akan langsung tembus dan tidak tertahan a b cahaya
Sumber: www.rsc.org
sehingga sinar tidak dihamburkan.
Jika seberkas sinar dilewatkan melalui
Oleh karena itu, efek Tyndall dapat
suspensi, maka partikel-partikel suspensi akan
digunakan untuk membedakan antara
menahan berkas sinar tersebut sehingga sinar
larutan, koloid, dan suspensi dan sebagai
tidak dapat melewati partikel suspensi.
salah satu sifat koloid yakni dapat
menghamburkan cahaya.
Peristiwa Efek Tyndall di Kehidupan!
Udara mengandung partikel-partikel seperti gas nitrogen, gas oksigen, debu dan partikel zat
lainnya. Keberadaan partikel tersebut menyebabkan cahaya yang dipancarkan matahari akan
dihamburkan. Cahaya yang dihamburkan itulah yang terlihat oleh mata kita.

Gambar:
Sinar matahari sebenarnya merupakan cahaya tampak Posisi matahari miring saat terbit di
pagi hari atau terbenam di sore hari
yang tersusun atas campuran warna dalam spektrum warna
mulai dari ungu sampai merah, warna tersebut mempunyai
panjang gelombang yang berbeda-beda.
Pada daerah yang mengalami siang hari (posisi matahari
tegak lurus), warna biru paling banyak dihamburkan karena pada Gambar:
Posisi matahari tegak lurus saat siang hari
saat itu sinar tampak memiliki panjang gelombang yang rendah
sehingga kita melihat langit berwarna biru. Adapun daerah
yang megalami pagi hari atau sore hari (posisi matahari miring)
mempunyai panjang gelombang tinggi sehingga warna
kuning-merah yang dihamburkan, oleh karena itu kita menyaksikan
langit berwarna jingga atau merah. Sumber:
www.scienceline.uscb.edu

Jika dalam udara tidak ada partikel koloid seperti debu, awan, dan kabut, maka sinar matahari
tidak dihamburkan dan akan langsung menuju bumi. Akibatnya langit akan terlihat hitam.
Jadi, Efek Tyndall juga dapat menerangkan mengapa langit pada siang hari berwarna biru,
sedangkan ketika matahari terbenam di ufuk barat berwarna jingga atau merah.
Efek Tyndall juga dapat dilihat pada peristiwa berikut:

a. Jika anda menonton film di gedung bioskop, kemudian ada


asap rokok yang mengepul keatas, maka cahaya proyektor 20
terlihat lebih terang dan gambar pada layar menjadi buram.
Sumber: www.daily-movies.ch

UJI PEMAHAMAN

1. Bagaimana seberkas sinar dapat dihamburkan?


2. Sebutkan peristiwa efek tyndall di dalam kehidupan sehari-hari!
Jawab:

B. Gerak Brown

Dari penjelasan sebelumnya, kita sudah mengetahui bahwa gula yang dicampurkan
Inisiasi dengan air akan larut dan menyatu, pasir yang dicampurkan kedalam air akan
mengendap. Lalu bagaimana dengan susu, apakah larut atau mengendap?

Larutan garam susu (air + pasir)


Sumber: Sumber: Sumber:
www.pinterest.com www.cliparts.co/ www.glogster.com/kaitlynariellecurtis/
a-glass-of-milk mix-solution-colloids

Menurutmu, apakah susu mengendap atau melarut dalam air?


Pembentukan
Konsep Mengapa bisa demikian?

Kolom Jawaban :

Susu cairberwarna
Susu umumnya murni merupakan
putih contoh koloid
Aplikasi yang berupadengan
kekuningan emulsi,rasa
yakni
agakkoloid
manis dengan fase
Konsep terdispersi
danberbaudan pendispersi berupa cairan.
khas. 21
Penyusun utama susu adalah air,
Gambar:
Susu merupakan emulsi dari butiran halus lemak (fat
globules) dan misel kasein (casein micelles) dalam serum
susu (whey protein)
Perbesaran 500X
Gambar: Susu
Sumber: www.cliparts.co Sumber: www.commons.wikimedia.org
Pada susu, fase terdispersinya adalah butir-butir halus lemak, sedangkan medium
pendispersinya adalah air. Partikel terdispersi ini bergerak dengan arah yang tidak beraturan yang
disebut dengan gerak Brown, sehingga partikel terdispersi saling bertabrakan dengan partikel
pendispersi memyebabkan partikel terdispersi tertahan untuk beberapa waktu sehingga susu tetap
stabil dan tidak mengendap kedasar wadah.
Lalu, apakah gerak brown juga terjadi pada larutan gula dan campuran pasir?
Pada larutan, partikel terdispersi memiliki ukuran yang sangat kecil dan
hampir sama dengan ukuran molekul pendispersi. Gerakan partikel terdispersi bukan
terjadi karena ditabrak oleh partikel pendispersi melainkan disebabkan oleh gerakan
molekul itu sendiri sehingga partikel gula dapat melarut dalam air.
Gambar: Lautan gula
Sumber: www.pinterest.com
Pada suspensi, ukuran partikel terdispersi sangat besar. Adanya partikel
pendispersi yang menabrak tidak menyebabkan partikel terdispersi bergerak dan juga
tidak menimbulkan getaran. Pada suspensi, partikel terdispersi banyak dipengaruhi oleh
gaya gravitasi bumi sehingga partikel pasir lebih banyak ke bawah dan membentuk
endapan.
endapan

Gambar: Campuran air dan pasir


Sumber:
www.glogster.com/kaitlynariellecurtis/
mix-solution-colloids

Bagaimana suatu sistem koloid seperti susu dapat mempertahankan keadaannya/stabil dan tidak
mengendap?

Kolom Jawaban:

Telah disebutkan bahwa partikel koloid dapat


Pemantapan
Konsep menghamburkan cahaya.
22
Jika diamati dengan mikroskop ultra, maka kita akan
Gambar:
a. Larutan, tidak terlihat
hamburan cahaya
b. Sol, terlihat hamburan cahaya
Sumber: http://wikiminforchem.blogspot.com

Gambar: Robert Brown (1773-1858)


Sumber: www.faculty.etsu.edu

Sumber: http://charis.blogspot.com
Gambar:
Tumbukan partikel koloid dengan
partikel medium pendispersinya
mengakibatkan partikel koloid bergerak
secara acak dan terus-menerus

Gambar: Albert Einstein (1879-1955)


Sumber: www.en.wikipwdia.org
UJI PEMAHAMAN

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan gerak Brown?


Jawab:

2. Jelaskan penyebab terjadinya gerak Brown?


Jawab:

C. Adsorpsi

23
Inisiasi Bau badan?? Iuuhh…
Apakah kamu termasuk yang mempunyai masalah dengan bau badan?
Tahukah kamu apa yang menyebabkan bau badan?

Tahukah
Kamu ?
Banyak orang beranggapan bahwa bau badan datang dari Sumber:
http://healthinformation.name/fak
keringat yang berlebih. Tapi, jika diselidiki lebih mendalam ternyata tor-genetis-menyebabkan-keringat-
tidak demikian. Sebenarnya, keringat hanya berbau lemak. berlebih

Hanya saja karena di setiap helai rambut mengandung bakteri yang


berperan dalam proses pembusukan, maka timbulah bau badan yang tidak sedap.
Terkadang ada orang yang mempunyai kelenjar apocrine atau kelenjar
keringat lebih besar, sehingga produksi keringatnya lebih besar dan
pembusukan bakterinya juga lebih banyak.
Jadi, yang menimbulkan bau tidak enak bukan keringat tetapi
bakteri yang terdapat disetiap rambut yang ada di badan, terutama di ketiak.
Sumber:
http://pedulisehat.ino/inilah-
kuman-ditubuh-kita/
Seiring dengan kepandaian manusia dan kecanggihan teknologi,
saat ini telah diciptakan deodoran sebagai solusi untuk mencegah bau
badan yang tidak sedap dengan kandungan wangi-wangian dan
antibakteri. Selain itu deodoran juga mengandung suatu zat aktif yang
disebut antiperspiran. Zat ini mampu mengadsorpsi keringat yang
berlebihan, sehingga badan terasa tetap kering dan nyaman.
Sumber: www.seekmi.com
Sumber: http://kemahasiswaan.um.ac.id/wp-content/uploads/2010/04/PKM-AI-10-
UM-Sudirman-Pemanfaatan-Kapur-Sirih-.pdf

4. Menurutmu bagaimana cara kerja deodoran dalam menghilangkan bau badan?


5. Menurutmu apakah yang dimaksud dengan adsorpsi?

Kolom Jawaban :

Peristiwa Adsorpsi Di Sekitar Kita!


Pembentukan
Konsep
Mekanisme Kerja Deodoran

24
4. Adsorpsi antiperspirant
terhadap keringat dan
mengendapkannya. pori-
1. Kelenjar 2. Antiperspiran 3. Keringat mulai keluar pori kulit tersumbat.
keringat diaplikasikan dan bercampur Pengeluaran keringat
Sumber: dalam kulit pada kulit dengan antiperspiran berkurang.
http://brother
martid.com
Istilah deodoran mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita. Deodoran atau dalam istilah
asingnya deodorant atau deodorizer adalah suatu zat yang digunakan untuk menyerap atau
mengurangi bau menyengat. Deodoran memiliki beberapa bentuk, ada yang berbentuk padat
(stick), cair (roll-on), spray dan lotion.
Antiperspiran dalam deodoran mengandung senyawa
alumunium seperti aluminium klorohidrat
(Al2(OH)5Cl.2H2O) atau Al-stearat. Zat aktif ini ber-
fungsi mengadsorpsi keringat untuk mengurangi bau
tidak sedap yang biasanya keluar pada bagian-bagian
tubuh tertentu saat berkeringat.
Antiperspiran bertugas mengurangi jumlah keringat
Sumber: www.katalizerindia.com
yang dihasilkan kelenjar keringat dengan cara mengadsorpsi lalu
mengendapkan protein dalam keringat sehingga mempersempit pori-pori kulit tempat keluarnya
keringat dan menghalangi kerja kelenjar keringat, sehingga protein yang dihasilkan berkurang.
Dibalik keguanaannya, ternyata timbul permasalahan antiperspiran
diindikasi sebagai salah satu pencetus kanker, terutama kanker payudara.
Antiperspiran menyebabkan pembuangan racun tubuh yang selama ini
keluar bersama keringat menjadi terhambat. Racun tersebut kemudian
terakumulasi pada kelenjar getah bening dan lama-kelamaan dapat
menimbulkan kanker. Gambar: Sel kanker
Sumber: www.nationalgeographic.co.id
Tahukah kamu? orang tua terdahulu mempunyai cara unik untuk menekan keluarnya
keringat dan mencegah bau badan bukan dengan deodoran, tetapi dengan mengoleskan kapur
sirih. Khasiat kapur sirih ini cukup efektif dalam mengusir bau badan. Oleh karena itu, banyak
penelitian di Indonesia yang berinovasi dengan membuat deodoran kapur sirih yang dipercaya
lebih aman dan tidak megandung bahan kimia yang dapat menggangu
kesehatan.
Sumber:http://kemahasiswaan.um.ac.id/wpcontent/uploads/2010/04/PKM-AI-
10-UM-Sudirman-Pemanfaatan-Kapur-Sirih-.pdf

Cara kerja deodoran yang mampu menyerap bau


badan atau keringat ini termasuk kedalam salah satu
Gambar: Daun sirih dan kapur
Sumber: http://manfaat.co.id/kapur-sirih/ contoh sifat koloid yaitu adsorbsi.

TUGAS! 3. Carilah contoh lain dari penerapan sifat adsorpsi koloid yang
bermanfaat bagi kehidupan!
Aplikasi
Konsep
4. Hubungkan sifat adsorpsi koloid tersebut dengan manfaatnya baik dibidang
teknologi/lingkungan/bagi masyarakat! 25
Kolom Hasil Pencarian :

Bersyukurlah jika masih dapat mengeluarkan keringat, karena keringat merupakan reaksi
alami tubuh manusia sebagai media untuk menghilangkan sisa metabolisme dan racun.
Pada kondisi normal, ketiak mengeluarkan rata-rata 400-500 mg keringat setiap 20 menit, pada
suhu 35 derajat Celcius. Antiperspiran mampu mengurangi jumlah produksi keringat 20-25
persen, atau maksimal 40 persen dari produksi normal.

Pemantapan
Adsorbsi adalah penyerapan suatu molekul atau ion oleh koloid
Konsep pada permukaannya. Suatu sistem koloid mempunyai
kemampuan mengadsorbsi, sebab partikel koloid yang kecil
memiliki permukaan yang sangat luas, yang memungkinkan koloid menyerap
26
lebih banyak partikel pada permukaannya.
Contohnya sol Fe(OH)3 memiliki kemampuan mengadsorpsi kation dari medium
pendispersinya sehingga bermuatan positif. Sedangkan sol As2S3 memiliki kemampuan
mengadsorpsi anion medium pendispersinya sehingga bermuatan negatif.

Gambar:
Adsorbsi ion-ion [H +]
menyebabkan
partikel sol Fe(OH)3
menjadi
bermuatan positif

Sumber: www.kimia.upi.edu
Muatan dalam partikel koloid bukan disebabkan oleh ionisasi partikel seperti pada
larutan, melainkan disebabkan oleh adanya ion lain yang diadsorpsi.
Sifat adsorpsi ini digunakan pada proses-proses berikut:
1. Pemutihan gula tebu
Kadang-kadang gula masih mengandung pengotor, sehingga jika
dilarutkan dalam air, pengotor tersebut akan tampak dan larutan tidak
jernih.
Oleh karena itu, gula yang belum jernih dilarutkan dalam air kemudian
dialirkan melalui tanah diatom atau arang aktif. Zat-zat pengotor dalam
gula akan diadsorpsi sehingga diperoleh gula yang putih bersih. Sumber:
http://oman.student.unej.ac.id/index.
php/tebutransgenikuniversitasjember/
2. Norit
Norit adalah tablet yang terbuat dari karbon aktif. Di dalam usus, norit
membentuk sisetem koloid yang dapat mengadsorpsi gas atau zat racun.
Selain digunakan untuk norit, arang aktif juga digunakan pada lemari es
untuk menghilangkan bau, serta pada rokok untuk mengikat asap nikotin
dan tar.

Sumber: www.perbidkes.com

VIVAnews - Menghirup asap rokok orang lain lebih berbahaya dibandingkan menghisap rokok
sendiri. Bahkan bahaya yang harus ditanggung perokok pasif 3X lipat dari bahaya perokok aktif.
Setyo Budiantoro dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) mengatakan,
sebanyak 25% zat berbahaya yang terkandung dalam rokok masuk ke tubuh perokok, 27
sedangkan 75% persennya beredar di udara bebas yang berisiko masuk ke tubuh orang di
Sumber: www.scienceabc.com

Konsentrasi zat berbahaya seperti tar,


nikotin, karbon monoksida (CO) di dalam
tubuh perokok pasif lebih besar karena racun
yang terhisap melalui asap rokok perokok
aktif tidak terfilter.
Sedangkan racun rokok dalam tubuh
molekul
perokok aktif terfilter melalui ujung rokok asap rokok

yang dihisap. Namun, konsentrasi racun


kandungan yang
perokok aktif bisa meningkat jika perokok menyebabkan perokok
merasa rileks
aktif kembali menghirup asap rokok yang ia karbon
aktif
hembuskan. terdiri lebih dari 4.000
bahan kimia, 60 di
Mengutip hasil kajian WHO, Budi antaranya memicu kanker

mengatakan bahwa lingkungan bebas asap


rokok merupakan satu-satunya strategi
senyawa kimia yang
mengandung kelompok
cyano
efektif untuk memberikan perlindungan bagi
perokok pasif. senyawa kimia organik
yang mudah terbakar dan
Penyediaan smoking area juga tak tidak berwarna

sepenuhnya melindungi para perokok pasif


dari bahaya rokok. "Penyediaan smoking area
senyawa logam yang
sangat beracun dan
radioaktif
di dalam gedung sama halnya dengan kencing
di sudut kolam renang, akan menyatu juga," alkohol sederhana yang

ujarnya. "Asap tetap akan menembus juga dikenal sebagai


metil alkohol

ventilasi."
Data Global Youth Survey tahun 1999- merupakan senyawa
golongan alkuna yang
paling sederhana
2006, sebanyak 81% anak usia 13-15 tahun
di Indonesia terpapar asap rokok di tempat sangat beracun dalam
umum atau menjadi perokok pasif. kombinasi dengan unsur
tertentu

"Padahal rata-rata persentase dunia


hanya 56%," ujarnya. Survei tersebut juga cairan beracun yang biasa
digunakan untuk
menunjukkan, lebih dari 150 juta penduduk mengawetkan mayat

Indonesia menjadi perokok pasif di rumah, di


biasa digunakan sebagai
perkantoran, di tempat umum, di kendaraan racun pembunuh semut
dan serangga
umum.
Sumber: biasa digunakan
dalam racun tikus
http://life.viva.co.id/news/read/69076-
bahaya_perokok_pasif_3_kali_perokok_aktif
bahan kimia beracun yang
ditemukan dalam asap
kendaraan bermotor

Sumber: www.pjntk.go.id
Arang adalah suatu bahan padat berpori yang dihasilkan melalui proses pirolisis
atau pemanasan dengan sedikit oksigen dari bahan-bahan yang mengandung karbon, seperti
limbah kayu, bambu, sekam padi, tempurung dan serabut kelapa, tongkol jagung, cangkang
kelapa sawit dan sebagainya.
28
Arang yang dihasilkan melalui proses pemanasan bahan baku, sebagian besar pori-
porinya masih tertutup oleh hidrokarbon, ter, dan komponen lain, seperti abu, air, nitrogen,
dan sulfur, sehingga keaktifannya atau daya serapnya rendah. Untuk meningkatkan daya
serap arang, maka bahan tersebut dapat diubah menjadi arang aktif melalui proses aktivasi,
arang inilah yang disebut sebagai arang aktif atau karbon aktif.
Pada prinsipnya arang aktif dapat dibuat dengan
cara kimia dan cara fisika. Aktivasi cara kimia melalui
perendaman arang dengan senyawa kimia sebelum dipanaskan.
Bahan kimia yang dapat digunakan yaitu H3PO4, NH4Cl,
AlCl3 , HNO3 , KOH, NaOH, KMnO4, SO3 , H2SO4 dan K2S. Aktivasi
arang secara fisika menggunakan oksidator lemah misalnya
uap air, gas CO2, N2, O2 dan gas pengoksidasi lainnya.
Gambar: Arang aktif Arang aktif biasa digunakan dalam berbagai sektor
Sumber: http://jokowarindo.co.id
industri, antara lain (pengolahan air, makanan dan minuman,
rokok, bahan kimia, sabun, lulur, sampo, cat dan perekat,
masker, alat pendingin, otomotif), kesehatan (penyerap racun
dalam saluran cerna dan obat-obatan), lingkungan
(penyerap logam dalam limbah cair, penyerap residu
Gambar: Tempurung kelapa
dan sekam padi pestisida dalam air minum dan tanah, penyerap emisi gas
Sumber: wwww.pixabay.com beracun dalam udara, meningkatkan total organik karbon
tanah, mengurangi biomassa mikroba dan agregasi tanah)
dan pertanian (meningkatkan keberhasilan perbanyakan
tanaman secara kultur jaringan dan kesuburan media
tanaman serta mencegah pembusukan akar).
Sumber: http://balithutmakassar.org/wp-
content/uploads/2014/11/01_PEMBUATAN-KEGUNAAN-
ARANG-AKTIF_Info-Teknis-Eboni.pdf
Gambar: Produk yang biasa
menggunakan arang aktif
Sumber: www.ibudanmama.com

UJI PEMAHAMAN

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan adsorpsi dalam koloid?


Jawab:

2. Sebutkan contoh penerapan sifat adsorpsi koloid yang berhubungan dengan kehidupan
sehari-hari!
Jawab:
D. Koagulasi

Rimanews - Ibu Kota diputuskan sedang dalam taraf krisis air bersih saat ini.
Inisiasi Padahal, seharusnya Jakarta dapat melakukan swasembada air bersih mengingat
letak geografisnya yang dilewati 13 sungai besar.
Menurut staf ahli Kementrian PU dan Perumahan Rakyat, Firdaus Ali pada diskusi
29
Kemukakan gagasan/ide mu untuk menyelesaikan permasalahan diatas!

Kolom Gagasan/ide:

Ayoo Bereksperimen!!
Pembentukan
Konsep
Percobaan Koagulasi
Tujuan :Mengamati Proses Langkah Kerja:
Koagulasi 4. Ambil air kotor (air sumur/sungai/kolam)
Alat : kemudian masukkan ke dalam gelas kimia yang
2. Gelas kimia 500 ml telah disediakan
3. Batang pengaduk 5. Tambahkan tawas atau PAC sebanyak 1 gram ke
Bahan : dalam gelas yang telah diisi air.
3. Air kotor/sungai/kolam 6. Kocok sebentar, lalu diamkan beberapa menit.
4. Tawas atau PAC Amati perubahan yang terjadi.
(polialumunium klorida)

5. Carilah dan sebutkan rumus kimia senyawa tawas, kemudian tuliskan ion-ion yang
Aplikasi
Konsep
terkandung didalamnya!
6. Apakah yang dapat kamu simpulkan dari hasil pengamatan percobaan mengenai
tawas yang dicelupkan ke dalam air kotor?
30
Kolom Jawaban:

Tahukah
Kamu ?
Air yang digunakan dirumah tangga umumnya berasal dari sumur, danau, dan sungai.
Air-air tersebut mengandung partikel-partikel lumpur yang berukuran koloid dan partikel lainnya yang
bermuatan negatif. Untuk keperluan air minum, partikel-partikel koloid ini harus dipisahkan, misalnya
dengan penambahan tawas Al2(SO4)3.
Tawas mengandung sejumlah kecil ion Al3+. Dalam air kotor, ion-ion Al3+ akan terhidrolisis
membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif. Al(OH)3 akan menetralkan muatan
negatif dari partikel-partikel pengotor sehingga terjadi koagulasi dan mengendap bersama zat pengotor
atau lumpur .
Koagulasi adalah penggumpalan parikel koloid. Hal inilah yang menyebabkan mengapa
partikel pengotor dapat mengendap kedasar setelah diberi tawas pada percobaan di atas.

penambahan koagulan membentuk gumpalan dan kotoran


koagulan gumpalan, kotoran turun kedasar
terperangkap membentuk endapan

pengotor

Sumber: www.chemistry.wustly.edu

31
Salah satu teknologi penjernih air di Indonesia saat ini yang praktis adalah alat
penjernih air “Pure it”. Pure it bekerja dengan 4 Tahap Pemurnian Air, dengan
menuangkan air tanah atau air PAM yang biasa digunakan ke bagian atas Pure
it, maka:

1. Saringan Serat Mikro. Air yang dituang akan melewati saringan serat
mikro untuk menghilangkan kotoran yang terlihat
2. Filter Karbon Aktif. Kemudian melewati filter karbon aktif untuk
menghilangkan pestisida dan parasit berbahaya
3. Prosesor Pembunuh Kuman. Selanjutnya processor pembunuh kuman
dengan ‘Teknologi Pembunuh Kuman Terprogram’ membunuh semua
virus dan bakteri berbahaya
4. Penjernih. Akhirmya, air akan melalui penjernih yang akan
menghasilkan air yang jernih, dan tidak berbau.
Sumber: www.unilever.com
Prinsip kerja pengolahan air minum di kota besar oleh PDAM juga tidak jauh
berbeda, yakni melalui tahapan:

1. Presedimentasi. Pada tahap ini air sungai atau danau dipompa kedalam reservoir atau bak
penampung, disini zat padat termasuk lumpur akan mengendap akibat gravitasi. Selanjutnya, air
akan masuk ke tangki pengendapan (flokulasi).
2. Pengendapan atau sedimentasi. Pada tahap ini di tangki pengendapan ditambahkan tawas
Al2(SO4)3 untuk menggumpalkan dan mengendapkan lumpur, juga ditambahkan karbon aktif
untuk menghilangkan rasa, warna, dan bau dalam air.
3. Penyaringan/filtrasi. Pada tahap ini air dari tangki pengendapan disaring menggunakan saringan
yang terdiri dari pasir, kerikil, dan batu bara antrasit untuk memisahkan sisa-sisa gumpalan.
4. Penambahan zat kimia seperti:
- Kaporit [Ca(ClO)2] untuk membunuh kuman
- Kapur tohor CaO untuk menaikan pH air.
- Klorin (Cl2) untuk membunuh kuman dan mencegah ganggang dan lumut tumbuh dalam pipa.
5. Penyimpanan dalam reservoir
Air yang sudah memenuhi persyaratan kemudian disimpan dalam reservoir sebelum
didistribusikan ke konsumen.

Gambar:
Tahapan Pengolahan Air Skala Besar

Sumber: www.kaskus.co.id
32
Awas, TAWAS!
Info

Nyaris semua teknologi pengolahan air minum


menggunakan tawas dan variannya untuk menjernihkan air
sungai. Selain karena harganya yang relatif murah, juga
karena mudah diperoleh di pasar/toko.
Tawas adalah nama pasar
untuk aluminum sulfat
[Al2(SO4)3] dan
sudah lama diterapkan dalam pengolahan air di PDAM.
Akibatnya, tawas pun menjadi salah satu zat penambah
konsentrasi aluminium dalam air minum yang dapat
berdampak negatif pada kesehatan. Sumber:
www.postcardsform
stella.com
Sumber:
Namun demikian, aluminium sesungguhnya www.cvalamjayaindonesi.indonetwork.co.id/prodct
terkandung dalam air tanah dan air sungai secara alamiah. /alumunium-sulfate-tawas
Dalam proses pengolahan air atau lebih tepat adalah penjernihan air diperlukan koagulan untuk
memisahkan zat padat penyebab kekeruhan seperti koloid dan padatan tersuspensi (suspended
solid).
Fungsi tawas yaitu untuk menghilangkan kestabilan koloid atau destabilisasi agar koloid
bisa bergabung menjadi besar dan berat, membentuk makroflok atau molekul besar sehingga
mudah mengendap. Persoalannya, air yang dihasilkannya kaya aluminium. Apalagi tawas bisa
mengandung krom dan merkuri yang berasal dari bahan bakunya, bauksit. Keduanya termasuk
zat berbahaya-beracun.
Gambar:
Proses penjernihan air
keruh oleh tawas
Sumber: http://all-about-water-
filter.com

Karena itulah banyak yang lantas menggantinya dengan ferisulfat atau garam besi sebagai
koagulan. Secara ekonomis, senyawa ini lebih mahal daripada tawas. Namun bukan berarti
masalahnya kemudian lenyap seketika. Sebab, besi pun berefek samping. Walaupun kita perlu zat
besi tetapi kalau kelebihan tentu tidak baik bagi kesehatan.
Begini salah, begitu salah? Terus, bagaimana jalan keluarnya?
Nah, yang perlu dicari adalah cara agar dosisnya tepat dan airnya jernih agar tidak berbahaya bagi
manusia dan hewan ternak. Inilah kewajiban PDAM untuk mencarikan dosis optimumnya agar
pelanggan setianya tidak sampai sakit ginjal akibat aluminum dan harus rutin cuci darah
(hemodialisis). Sumber: http://viva.co.id/tawas

33
Koagulasi adalah penggumpalan parikel koloid yang terjadi
karena kerusakan stabilitas sistem koloid atau karena
Pemantapan
Konsep penggabungan partikel koloid yang berbeda muatan sehingga saling
menetralkan dan dengan gaya elektrostatis membentuk partikel yang
lebih besar.
Koagulasi dapat terjadi karena pengaruh pemanasan,
pendinginan, dan penambahan elektrolit, pembusukan,
pencampuran koloid yang berbeda muatan, atau karena
elektroforesis.

Beberapa contoh peristiwa koloid adalah:

a. Perebusan telur
Telur mentah merupakan sistem koloid dengan fase terdispersi berupa protein.
Jika telur direbus akan terjadi koagulasi sehingga telur tersebut menggumpal.
b. Pembuatan yoghurt Sumber:
www.lifestyle.sindonews.com
Susu dapat diubah menjadi yoghurt melalui fermentasi.
Pada fermentaasi susu akan terbentuk asam laktat yang
menggumpal dan berasa asam.
Sumber:
c. Pembuatan lateks www.wikipedia.org

Lateks terbuat dari getah karet yang disadap dari pohon karet dan merupakan
sistem koloid. Pada pembuatan lateks, getah karet digumpalkan dengan
penambahan asam asetat atau asam format. Lateks biasa digunakan sebagai
bahan baku dalam pembuatan sarung tangan, benang karet, peralatan medis,
dan lain-lain.
d. Pembentukan delta Sumber:
www.lifestyle.sindonews.com
Delta adalah daerah yang berada diantara sungai dan laut. Air sungai
mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang bermuatan negatif.
Sedangkan air laut mengandung ion-ion yang bermuatan positif.
Ketika air sungai bertemu air laut, ion-ion positif dari air laut + +
akan menetralkan muatan pasir dan tanah.
Delta di muara +
Akibatnya terjadi koagulasi yang membentuk sungai
suatu delta.
-
UJI PEMAHAMAN -
Sumber: www.alamikan.com

1. Jelaskan yang dimaksud dengan koagulasi?


Jawab:

2. Apa yang menyebabkan terjadinya koagulasi pada koloid?


Jawab:

34
E. Elektroforesis

SERANG - Provinsi Banten saat ini memiliki 78 pabrik kimia, diimana pabrik
Inisiasi
tersebut menghasilkan bahan berbahaya dan beracun yang mengancam kesehatan
warga jika tidak dilakukan pencegahan terhadap bencana industri tersebut.

Menurut Kepala Seksi Pencegahan Badan Penanggulangan Bencana daerah (BPBD)


Banten Uus Koeswoyo: “Semua itu industri yang memproduksi bahan kimia, dengan
pencemaran udara yang sangat tinggi, namum data jenis pencemaran belum pasti, tapi
semuanya tergolong dalam limbah bahan berbahaya dan beracun (B3),” kata Uus yang ditemui
di kantornya, Rabu (25/3/2015).

Dikatakan, ancaman yang bisa terjadi adalah terjadinya kebocoran pada pembuangan asap dan
debu industri dan reaktor pengolahan bahan. Selain itu, limbah yang dihasilkan dikhawatirkan
belum disterilisasi, sehingga bisa merugikan masyarakat.

“Kesemuanya itu memproduksi limbah pabrik petrokimia yang menghasilkan plastik, karbon
dan pabrik-pabrik petrokimia lainnya,” terangnya.

Akibatnya lanjut Uus, bila limbah bersentuhan langsung dengan manusia bisa menimbulkan
penyakit, jika lewat udara penyakit pernafasan, ISPA serta bisa juga menyebabkan kanker otak,
dan jika bersentuhan langsung bisa menyebabkan penyakit kulit.

“Akibat bencana industri ini bisa menyebabkan kematian jika tidak ada pencegahan dan
mitigasi bencana yang sewaktu-waktu bisa terjadi," sebutnya.
Sumber: http://daerah.sindonews.com/read/981112/21/78-pabrik-di-banten-ancam-kesehatan-
warga-1427260365

3. Apa yang dapat kamu simpulkan dari wacana di atas?


4. Adakah hubungan antara wacana di atas dengan sistem koloid? Jelaskan!

Kolom Jawaban:

Asap dan debu yang dihasilkan


dari suatu proses industri dapat
Pebentukan
Konsep
mencemari udara di sekitarnya.
Asap dan debu merupakan 35
Sumber: www.desapakarijeng.garutkab.co.id

Gambar: Alat pengendap Cotrell


Sumber: www.kimia.upi.edu

Banyaknya permasalahan terkait asap dan debu di dalam kehidupan sehari-


Aplikasi hari tidakkah membuat mu memikirkan solusinya dengan memanfaatkan prinsip
Konsep kerja yang sama dengan alat cotrell?
Kemukakanlah gagasan/ide mu mengenai suatu teknologi atau alat yang
dapat menjadi solusi bagi permasalahan yang terkait asap dan debu!

Kolom Jawaban:

Muatan koloid merupakan salah satu sifat koloid.


Semua partikel koloid mempunyai muatan sejenis
Pemantapan
(positif atau negatif) yang menyebabkan gaya
Konsep
tolak-menolak antara partikel-partikel koloid. 36
Akibatnya, partikel-partikel koloid tidak dapat bergabung
Elektroforesis Sol
Sebelum dialiri listrik: Setelah dialiri
listrik:
Sebelum dialiri listrik:
partikel koloid sol
yang bermuatan partikel koloid sol
partikel koloid sol yang
negatif tersebar dalam yang bermuatan
bermuatan negatif
medium negatif bergerak
tersebar dalam
pendispersinya. menuju elektrode
medium
positif, sehingga
pendispersinya.
muatan koloid
dapat dipisahkan
dari medium
Sebelum dialiri listrik Setelah dialiri listrik pendispersinya.
Sumber: www.chemistryworks.net

UJI PEMAHAMAN

1. Apa yang dimaksud dengan elektoforesis?


Jawab:

2. Asap dan debu merupakan contoh sistem koloid fase padat-gas. Bagaimana prinsip kerja
elektroforesis pada alat cotrell dapat membuat asap dan debu terpisah dari padatan
berbahayanya?
Jawab:

G. Dialisis Tahukah
Kamu ?
37
Darah mengandung partikel-patikel dari berbagai jenis dan ukuran, seperti sel
Inisiasi darah, protein, ion, dan produk sisa berupa senyawa organik.

Parikel protein dan hemoglobin sangat penting bagi


tubuh. Demikian pula dengan ion-ion terlarut meski hanya
dalam konsentrasi tertentu. Sebaliknya, produk sisa seperti
urea dari proses metabolisme protein dan za-zat berbahaya
yang masuk kedalm tubuh melalui darah harus dikeluarkan
karena dapat mengganggu proses metabolisme.

Meski tubuh memiliki banyak cara untuk mengontrol


komposisi darah, namun tanggung jawab terbesar ada pada
ginjal. Hal ini karena ginjal berfungsi menyaring darah Sumber: www.bloodjournal.com
atau memisahkan darah dari partikel-partikel sisa metabolisme
seperti urea dan zat racun tersebut sambil mempertahankan partikel-partikel yang masih
dibutuhkan, juga mengatur konsentrasi ion-ion dalam darah.

Hal ini penting karena berkaitan adengan fungsi darah


yakni membawa zat-zat makanan dan oksigen ke sel-sel
tubuh dan membuang produk sisa keluar dari sel-sel tubuh.

Sumber: www.obat ginjal.com

3. Bagaimana jika ginjal tidak dapat menyaring darah?


4. Apa yang harus dilakukan jika ginjal kita tidak dapat menyaring darah?
5. Apa saja yang dapat dilakukan agar kesehatan ginjal dan fungsinya tetap terjaga dengan baik?

Kolom Jawaban:

Pembentukan
Konsep Hemodialisis atau yang biasa dikenal dengan istilah cuci darah adalah
sebuah terapi medis untuk pasien gagal ginjal. Kata ini berasal dari kata haemo yang berarti darah
38
dan dialysis sendiri merupakan proses pemurnian suatu sistem koloid dari partikel-partikel
sumber: www.pkdclinic.org

sumber: www.rock-bottom-drugs.com

Jelaskan bagaimana darah bisa disaring dengan menggunakan prinsip kerja


Aplikasi
Konsep dialisis?

Kolom Jawaban:

Pergerakan Pada proses dialisis, Kantung


n ion-ion dan koloid yang mengandung ion- penyaring yang bersifat
Pemantapan
molekul kecil ion dimasukkan ke dalam semipermeabel adalah
Konsep
melalui kantung penyaring atau kantung atau membran
membrane semipermeabel membran yang bersifat yang memungkinkan 39ion
Selaput
Proses Dialisis semipermeabel

Gambar:
a. Sistem koloid yang partikel zat
mengandung partikel terlarut terlarut air
dimasukkan kedalam kantung
semipermeabel
masuk
b. Kantung semipermeabel dialiri
partikel
air sehingga partikel terlarut
dalam kantung terbawa koloid
air
bersama air, sedangkan
keluar
partikel koloid tetap bertahan
di dalam kantung a b
Sumber:
www.slideshare.net/pemisahan-koloid/

UJI PEMAHAMAN

1. Prinsip kerja dialisis telah dimanfaatkan di bidang kesehatan untuk menyaring darah pada
penderita gagal ginjal. Dapatkah kamu menyebutkan contoh penerapan prinsip kerja dialisis
pada bidang lainnya?
Jawab:

G. Koloid Liofil, Liofob, dan Koloid Pelindung

Sabun secara umum diartikan sebagai bahan pembersih. Pada awalnya sabun
dikenal hanya mempunyai dua macam, yaitu sabun cuci dan sabun mandi. Namun,
40
sekarang banyak bahan pembersih yang termasuk kedalam sabun, seperti sampo,
Inisiasi

Gambar:
Cara kerja sabun melepaskan
kotoran
kotoran terperangkap
dalam misel dan terlepas

kotoran

molekul sabun

bagian bagian
hidrofilik hidrofobik

Sumber: www.billericay.cleaning-carpet.co.uk
Pembentukan
Konsep

4. Dari wacana diatas, apakah yang menyebabkan sabun dapat membersihkan kotoran?
5. Menurutmu apa yang dimaksud dengan hidrofob dan hidrofil?

Kolom Jawaban:

Selain dalam molekul sabun,


Aplikasi pengemulsi (emulsifier) atau
Konsep
emulgator yang biasa dipakai
pada produk makanan juga
mengandung gugus hidrofil dan hidrofob Sumber: www.emulsifier.org
yang mempengaruhi kestabilan emulsi. Produk makanan yang 41
biasa
Menurutmu, apa fungsi pengemulsi dalam produk olahan makanan tersebut?
Jawab:

Pemantapan
Konsep

Koloid dengan zat cair sebagai medium pendispersi seperti sol cair (zat padat
dalam medium pendispersi cair) dapat dibedakan menjadi:
Koloid Liofil dan liofob
Koloid liofil (dari bahasa Yunani lio=cairan, philia=suka), yaitu koloid yang suka berkaitan
dengan medium pendispersinya sehingga sulit dipisahkan atau sangat stabil. Jika mediumnya air maka
disebut koloid hidrofil. Pada koloid liofil, pengikatan medium pendispersi disebabkan oleh gaya tarik
menarik yang kuat antara fase terdispersi dengan medium pendispersi.

Umumnya koloid liofil terlihat homogen, stabil, tidak


tampak adanya medium pendispersi, lebih kental dan
membentuk gel. Contohnya agar-agar, selai, koloid kanji,
cat, lem, gelatin, protein (putih telur), dan tinta warna.
Gambar: Contoh koloid liofil

Koloid liofob (Yunani; phobia= tidak suka, takut), yakni


koloid yang tidak menyukai medium pendispersinya sehingga
cenderung memisah dan akibatnya tidak stabil. Jika medium
pendispersinya air, disebut koloid hidrofob (tidak suka air).
Beberapa contoh koloid liofob adalah sol belerang, sol emas, sol
Fe(OH)3 dalam air, dan sol-sol logam.

Gambar:
Gambar: Sol Fe(OH)3
Sol Emas Sumber: www.public.asu.edu
Sumber:
www.nano.imra.com

Koloid Pelindung

Pada beberapa proses, suatu koloid harus dipecahkan. Misalnya koagulasi lateks atau
koagulasi sari kedelai pada pembuatan tahu. Di lain pihak, koloid perlu dijaga supaya tidak rusak
atau tetap stabil. Agar koloid tetap stabil, kita dapat menambahkan suatu koloid yang dapat
melindungi koloid supaya tidak terkoagulasi. 42
Koloid tersebut dikenal dengan istilah koloid pelindung.
BAB 4
Pembuatan Koloid
Kata Kunci:
 Dispersi Setelah mempelajari BAB 4, Kamu diharapkan
 Mekanik mampu:
 Busur Bredig  Menjelaskan proses pembuatan koloid
 Peptisasi berdasarkan cara kondensasi dan dispersi
 Homoggenisasi melalui percobaan
 Kondensasi
 Reaksi Redoks
 Penggaraman
 Hidrolisis
43
 Penjenuhan Larutan
Kamu pasti sudah tidak asing dengan Agar-agar, bukan? Agar-agar, mayones, keju,
Inisiasi
Tapi… Tahukah kamu? mentega, dan yoghurt
Agar-agar merupakan bahan makanan yang berasal dari ekstraksi merupakan contoh dari
alga merah jenis glaciracia sp dan gelidium sp yang banyak dijumpai di sistem koloid.
Indonesia. Menurutmu, dengan cara
Selain untuk dikonsumsi, agar-agar digunakan sebagai bahan bagaimana suatu sistem
koloid dapat dibuat?
pembuat perban karena sifatnya yang menyerap cairan
seperti darah, sehingga luka cepat kering. juga sebagai
bahan pengganti gelatin dalam pembuatan cangkang kapsul.
Sumber: www.manfaat.co.id/10-manfaat-agar-agar/

Sumber: http://istoskphoto.com/photo/red+seaweed

Untuk mengetahui cara apa saja yang dapat dilakukan dalam


Pembentukan membuat sistem koloid, Ayo lakukan aktivitas berikut:
Konsep

Percobaan : Mempelajari cara-cara pembuatan koloid


Tujuan : Mengetahui pembuatan emulsi dan sol

Percobaan I
Ayoo Bereksperimen!!

A. Alat dan Bahan

Alat Jumlah Bahan Jumlah


Mangkuk kecil 1 buah Kuning telur 2 buah
Pengaduk (mixer) 1 buah Minyak sayur Secukupnya
Cuka botol Secukupnya

B. Prosedur Praktikum
1. masukan kuning telur dan 10 ml cuka kedalam mangkuk
2. aduk sampai kuning telur menjadi lengket menggunakan mixer
3. masukan sisa cuka dan aduk sampai merata
4. masukan minyak sayur pertetes kedalam mangkuk sambil terus diaduk

Pertanyaan:

1. Mayones termasuk kedalam jenis koloid apa? Sebutkan fase terdispersi dan
pendispersinya!
2. Bagaimana proses cuka dan minyak sehingga bisa menjadi mayones?
3. Mengapa minyak dan cuka tidak menyatu?
4. Apa fungsi kuning telur dalam pembuatan mayones?
Jawaban:

44
Percobaan II

A. Alat dan Bahan


Alat Jumlah Bahan Jumlah
Gelas kimia 50 mL 1 buah Agar-Agar 1 sachet
Bubuk
Pembakar @1 buah Aquades secukupnya
spirtus, kaki tiga dan
Kawat Kasa

B. Prosedur Praktikum
1. Pembuatan agar- agar
 Ambil dua spatula agar-agar bubuk, masukkan kedalam gelas kimia yang berisi
aquades 50 ml.
 Panaskan campuran tersebut, kemudian sambil terus diaduk dan tunggu sampai
mendidih.
 Hentikan pemanasan dan biarkan sampai dingin.
C. Tabel Hasil Pengamatan:

1. Pembuatan agar- agar

Pengamatan
Sebelum dipanaskan Setelah dipanaskan
Campuran
air
dan agar-
agar

Pertanyaan:

1. Agar-agar termasuk kedalam jenis koloid apa? Sebutkan fase terdispersi dan
pendispersinya!
2. Bagaimana proses serbuk agar-agar sehingga bisa menjadi kaku dan kenyal?

Jawaban:

Kesimpulan:

45
Info
Aplikasi TAHU,
Konsep
Koloid,
Apa itu TAHU?
Teknologi,
Masyarakat,
yang
Tahu merupakan makanan
digemari masyarakat.
dan
Keberadaannya sudah lama diakui Lingkungan.
sebagai makanan yang sehat dan
bergizi. Tahu adalah makanan
padat yang dicetak dari sari kedelai Proses
(Glycine sp) dengan proses Pembuatan
pengendapan protein. Tahu Tahu
Sumber: www.artikelsaku.
termasuk contoh koloid. wordpress.com

Proses Pembuatan TAHU 1

Pada pembuatan tahu dari


kedelai, mula-mula kedelai
Sumber: www.kabarinews.co.id
dihancurkan sehingga terbentuk
bubur kedelai (susu kedelai),
Gambar: Kedelai
kemudian menggumpalkannya
sehingga terbentuk padatan Gambar: 3 Gambar:
4
Gambar: 5
2 Bubur tahu
protein. Cara penggumpalan susu penggumpalan tahu yang
hasil tahu oleh bahan siap
kedelai umumnya dilakukan penggilingan & penggumpal dipasarkan
dengan cara penambahan bahan pemanasan
penggumpal berupa asam. Bahan
penggumpal yang biasa digunakan
Gambar:
adalah asam cuka (CH3COOH), batu Penggilingan
tahu (CaSO4.nH2O) dan larutan tahu
bibit tahu (larutan perasan tahu
yang telah diendapkan satu
malam).

Pengolahan TAHU dan Dampaknya

Pada pembuatan tahu juga dihasilkan limbah cair yang mengandung


padatan tersuspensi maupun terlarut. Limbah ini akan mengalami peruba-
han fisika maupun kimia, yang akan menghasilkan zat beracun atau men-
ciptakan media untuk tumbuhnya kuman dimana kuman ini dapat berupa
kuman penyakit atau kuman lainnya yang merugikan baik pada tahu sendiri
ataupun tubuh manusia.
Sumber: www.anh-usd.org
Bila kuman tersebut dibiarkan dalam air limbah, maka air akan
berubah warnanya menjadi coklat kehitaman dan berbau busuk. Bau busuk ini
akan mengakibatkan sakit pernapasan. Jika limbah dialirkan ke sungai akan mencemari sungai
dan bila masih digunakan maka akan menimbulkan penyakit gatal, diare, dan penyakit lainnya.

53
Teknologi Pengolahan Limbah TAHU

Contoh teknik pengelolaan limbah


secara Waste to Product yaitu menggunakan
kembali limbah hasil pabrik tahu sebagai bahan
baku produk baru yang memiliki nilai tambah.
Salah satu caranya adalah dengan
kombinasi proses pengolahan biologis anaerob dan
aerob. Air limbah yang dihasilkan dari proses
pembuatan tahu dikumpulkan melalui saluran air
limbah, kemudian dilairkan ke bak kontrol untuk
memisahkan kotoran padat. Selanjutnya, sambil di
Gambar: bubuhi dengan larutan kapur atau larutan NaOH,
Sistem penampungan anaerob terjadi air limbah dialirkan ke bak pengurai anaerob.
penguraian secara biologis anaerobik, maka zat Di dalam bak pengurai anaerob tersebut
organik akan terurai dan menghasilgan produk
gas methan dan gas H2S serta NH3 yang polutan organik yang ada di dalam air limbah akan
menyebabkan bau yang kurang sedap. diuraikan oleh mikroorganisme secara anaerob,
Sumber: menghasilkan gas metana yang dapat digunakan
http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Limbahtt/lim
bahtt.html
sebagai bahan bakar biogas.
Air olahan tahap awal ini selanjutnya diolah
Sumber: dengan proses pengolahan lanjut dengan sistem
http:manfaat.co.id/
manfaat-oncom/ biofilter aerob. Air olahan dari proses ini adalah air
yang sudah dapat dibuang ke saluran umum atau
sungai.
Penanganan limbah tahu juga dapat
Sumber: www.fungsi.web.id dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat
menghasilkan tahu yang lebih baik dan sedikit
menghasilkan limbah dengan penerapan produksi
bersih (cleaner production). Kegiatan Produksi
Bersih dimulai dari strategi 3R yaitu:
Reduce
Gambar: Air Limbah hasil pengolahan tahu
Reduce (upaya pengurangan) dapat dilakukan
dengan cara penataan proses produksi yang baik
1. Jelaskan bagaimana tahu bisa dikatakan dan efektif sehingga limbah padat maupun limbah
cair berkurang.
sebagai salah satu contoh koloid?
2. Bagaimana manfaat dan kerugian yang Reuse
ditimbulkan dari proses pengolahan tahu? Reuse (penggunaan kembali) dapat dilakukan
dengan memanfaatkan limbah padat ampas tahu
sebagai pakan ternak.
Jawab:
Recycle
Reclye (mendaur ulang kembali) dapat dilakukan
dengan mendaur ulang ampas tahu menjadi kecap,
oncom dan limbah cair menjadi pupuk organik cair
dan biogas.

54
A. Cara Dispersi

Pembuatan koloid dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara


Pemantapan
Konsep
dispersi dan kondensasi

cara cara dispersi


kondensasi

Larutan Koloid Suspensi


Sumber: www.cnx.org

Cara Dispersi
Pembuatan koloid dengan cara dispersi dilakukan dengan mengubah partikel
kasar (besar) menjadi partikel koloid.

a. Cara mekanik
Pada cara dispersi mekanik, koloid dibuat dengan mengubah partikel kasar
menjadi partikel halus melalui cara penggerusan dan penggilingan menggunakan alat
colloid mill hingga diperoleh ukuran partikel yang diinginkan.
Contoh dari proses ini adalah pada pembuatan cat dimana partikel-partikel
Sumber: dihaluskan sedemikian rupa sampai berukuran koloid, kemudian didispersikan
www.interiorde
signipedia.com kedalam medium pendispersi berupa terpentin atau air.
b. Cara busur bredig atau elektrolitik
Pada cara dispersi elektrolitik, zat padat diubah menjadi partikel koloid
dengan bantuan arus listrik bertegangan tinggi.
Biasanya, dispersi elektrolitik digunakan untuk menbuat sol logam,
misalnya sol platina, emas atau perak. Mula-mula logam platina dibentuk menjadi
dua kawat yang berfungsi sebagai elektrode. Kemudian kawat tersebut
dicelupkan kedalam air dan diberi potensial tinggi. Suhu yang tinggi Sumber:
menyebabkan uap logam mengkondensasi dan membentuk partikel koloid. www.nano.imra
.com
c. Cara peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu
endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemeptisasi memecah
butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid.
Contohnya, sol belerang dibuat dari endapan nikel sulfida (NiS) dengan cara
Sumber: mengalirkan gas asam sulfida (H2S), endapan Al(OH)3 dipeptisasi dengan AlCl3, agar-
www.sweet
recipe.com agar dipeptisasi dengan air, serat selulosa asetat dipeptisasi dengan aseton.
d. Cara homogenisasi
Cara ini mirip dengan cara mekanik dan biasanya digunakan untuk membuat emulsi.
Dengan cara ini, partikel lemak dihaluskan kemudian didispersikan kedalam
medium air dengan penambahan emulgator. Selanjutnya emulsi yang
terbentuk dimasukkan kedalam alat homogenizer. Caranya dengan
melewatkan emulsi pada pori-pori dengan ukuran tertentu sehingga
diperoleh emulsi yang homogen. Sumber:
www.pinterest.com/
explore/mayonnaise_
55
B. Cara Kondensasi

Cara Kondensasi
Pembuatana koloid dengan cara kondensasi yaitu penggabungan partikel kecil
seperti larutan sejati menjadi partikel yang lebih besar sampai berukuran koloid.
Cara ini dapat dilakukan melalui reaksi-reaksi kimia seperti reaksi redoks,
hidrolisis, reaksi penggaraman dan reaksi penjenuhan.

a. Cara reaksi redoks


Dilakukan melalui reaksi pembentukan partikel koloid melalui mekanisme reaksi redoks
atau perubahan bilangan oksidasi.
Contoh:
Cara reduksi, yaitu mereduksi logam dari senyawa sehingga terbentuk agrerat logam. Contohnya
membuat sol emas dengan mereduksi larutan garamnya menggunakan pereduksi organik
formaldehid (HCHO):
2AuCl3(aq) + 3HCHO(aq) + 3H2O(l) → 2Au(koloid) + 6HCl(aq) + 3HCOOH(aq)
Cara oksidasi, yaitu mengoksidasi unsur dalam senyawa sehingga terbentuk unsur bebas.
Contohnya dalam membuat koloid belerang dengan mengoksidasi H2S dengan SO2:
2H2S(g) + SO2(aq) → 3S(koloid) + 2H2O(l)
b. Cara hidrolisis
Reaksi hidrolisis merupakan reaksi pembentukan koloid dengan menggunakan
pereaksi air. Misalnya, pembuatan sol Al(OH)3 dan Fe(OH)3:
1) Pembuatan sol Al(OH)3 dari larutal AlCl3, Al2(SO4)3, PAC, atau tawas:
AlCl3(aq) + 3H2O (aq) → Al(OH)3(koloid) + 3HCl(aq)
2) Pembuatan sol Fe(OH)3 dari larutan FeCl3 dengan air panas:
FeCl3(aq) + 3H2O(l) → Fe(OH)3(koloid) + 3HCl(aq)
c. Reaksi penjenuhan larutan
Pembuatan kalsium asetat merupakan contoh pembuatan koloid dengan cara penjenuhan
larutan. Penjenuhan dilakukan dengan cara menambahkan pelarut alkohol kedalam larutan jenuh
kalsium asetat dalam air sehingga akan menghasilkan koloid yang berupa gel. Kalsium asetat
bersifat mudah larut dalam air, namun sukar larut dalam alkohol.

UJI PEMAHAMAN
1. Jelaskan prinsip cara pembuatan koloid secara dispersi dan kondensasi?
Jawab:

2. Sebutkan cara pembuatan koloid dari contoh berikut:


No. Contoh Koloid Cara Pembuatan
1 Agar-agar
2 Mayones
3 Sol belerang
4 Sol Fe(OH)3

56
BAB 5
Peranan Koloid Dalam
Kehidupan
Kata Kunci: Setelah mempelajari BAB 5, Kamu diharapkan
 Koloid mampu:
 Teknologi  Menyebutkan peranan koloid diberbagai bidang
 Masyarakat kehidupan
 Lingkungan  Mengidentifikasi masalah yang diakibatkan oleh
koloid dan cara mengatasinya
 Mengidentifikasi koloid sebagai salah satu solusi dari
pemecahan masalah yang berkaitan dengan
teknologi, masyarakat, dan lingkungan
57
Info
Memahami Koloid dan Gelatin
Inisiasi

Gelatin merupakan contoh sistem koloid.


Gelatin banyak digunakan untuk berbagai keperluan industri baik
pangan maupun non pangan karena sifatnya yang khas, yaitu dapat berubah
secara reversibel dari bentuk sol ke gel atau sebaliknya, mengembang dalam
air dingin, dapat membentuk film, mempengaruhi viskositas atau kekentalan
suatu bahan, dan dapat melindungi koloid..

Menurut data Departemen Kelautan dan Perikanan, impor gelatin Sumber: www.health.com
sejak tahun 2000 terus meningkat dan pada tahun 2003 telah mencapai 6.233 ton dengan
nilai Rp. 69.622.370.000,-. Negara pemasok gelatin ke Indonesia tiga terbesar adalah Cina
(3.877 ton), Jepang (969 ton) dan Perancis (278 ton).
Sumber utama gelatin yang banyak dimanfaatkan adalah berasal dari kulit dan tulang
sapi atau babi. Bahan-bahan ini menimbulkan masalah, khususnya untuk negara berpenduduk
mayoritas muslim, seperti Indonesia, karena babi diharamkan untuk
dikonsumsi, serta isu-isu lain dari hewan mamalia terutama sapi
tentang maraknya berita penyakit sapi gila (mad cow disease)
atau bovine spongioform encephalopathy (BSE), karena
khawatiran tersebut, maka diperlukan bahan baku alternatif
lain yang melimpah, murah dan halal.

Sumber: www.masrezahabibi.com
Sumber: www.pinterest.com/Bone-
Berbagai penelitian di Indonesia mengenai gelatin telah banyak of-the-ish
dilakukan dengan memodifikasi sumber utamanya, salah satunya dengan
memanfaatkan tulang ikan. Sayangnya penelitian ini hanya sebatas penelitian saja tanpa produksi
secara besar-besaran. Padahal gelatin yang terbuat dari tulang ikan sangat terjamin kehalalannya
sedangkan gelatin yang terbuat dari tulang hewan mamalia masih diragukan kehalalannya
baik dari jenisnya seperti babi atau proses penyembelihan atau pemotongannya misalnya
dalam menyembelih tidak menyebut Nama Allah dan memotong tidak melalui urat leher.
Ekstraksi gelatin dari tulang ikan merupakan usaha pemanfaatan limbah industri
pengolahan ikan yaitu dari industri pengalengan dan fillet.
Dari segi penampakan fisik, gelain merupakan substansi padat (solid),
dari tidak berwarna samapai berwarna sedikit kekuningan serta nyaris tanpa
rasa dan bau.

Gambar:
Bebagai macam bentuk gelatin
Sumber: www.taste.com.au

58
Unit
Gelatin memiliki sifat larut dalam air sehingga dapat diaplikasikan
untuk keperluan berbagai industri
Aplikasi gelatin dalam industri pangan sangat luas, gelatin
digunakan sebagai pembentuk busa (whipping agent), pengikat (binder
agent), penstabil (stabilizer) , pembentuk gel (gelling agent), perekat
(adhesive), peningkat viskositas, pengemulsi (emulsifier). Gelatin
digunakan untuk produk-produk dessert, produk-produk dari susu
(diary products) seperti yoghurt, krim asam, dan keju. Begitu juga
Sumber: dengan es krim, pie krim, serta kue keju (cheese cakes).
www.foodnetwork.com

Gelatin juga merupakan bahan utama dalam pembuatan produk marshmallows.


Begitu juga dalam industri minuman, gelatin sering digunakan untk
menjernihkan jus dan sari buah. Penambahan gelatin pada sari buah
akan membentuk kompleks gelatin-tanin yang dapat diendapkan untuk
kemudian dipisahkan.

Gelatin juga memegang peranan sebagai bahan penting dalam


bidang kedokteran, serta industri farmasi dan obat-obatan.
Sebuah kajian di Amerika menunjukkan bahwa suplementasi gelatin
yang teratur bisa menghilangkan rasa nyeri di lutut dan persendian. Sumber: www.ohnurs.com
Selain itu, gelatin juga banyak digunakan dalam bahan-bahan keperluan pembedahan.

Dalam bidang farmasi, gelatin dapat digunakan dalam bahan pembuat cangkang kapsul,
pengikat tablet dan pastilles, surgical powder, suppositories, medical
research, plasma expander, dan mikroenkapsulasi. Gelatin masih
dianggap sebagai bahan terbaik untuk melndungi obat-obatan dari
udara, cahaya, uap air, serta kontaminasoi mikroba. Selain itu,
gelatin juga sering digunakan sebagai stabilizer dan emulsifier
terbaik bagi kebanyakan obat-obatan sirup.
Sumber: www.jual.do.am

Dalam industri kosmetik, gelatin digunakan sebagai emulsifier serta bahan


pelembut (smoothing agent) yang banyak sekali digunakan dalam produk krim dan
lotion serta menjadi bahan utama protein untuk sampo protein atau conditioners
rambut.
Selain itu, dalam industri fotografi gelatin digunakan sebagai medium pengikat
bahan peka cahaya dan koloid pelindung untuk bahan pembentuk gambar (image).
Sedangkan dalam industri kertas, gelatin digunakan sebagai perekat kertas.

Sumber: www.iherb.com

59
Pembentukan
Konsep Dari wacana di atas, kita telah mengetahui bahwa banyak sekali
kegunaan produk koloid. Nah, dapatkah kamu menyebutkan contoh-
contoh koloid lainnya yang berperan di berbagai bidang!

No Bidang Contoh sistem koloid dan penerapannya

1 Industri kosmetik
2 Industri makanan
3 Industri farmasi
4 Industri lainnya

Koloid tidak hanya memberikan dampak yang menguntungkan


bagi manusia, tapi ternyata juga menimbulkan efek samping yang bersifat
Aplikasi negatif seperti gambar berikut:
Konsep

1. Sebagai seorang pelajar dapatkah kamu memberi solusi terkait permasalahan


diatas dengan memanfaatkan sifat-sifat koloid itu sendiri?

2. Apa saja yang dapat kita lakukan untuk mengurangi atau bahkan mencegah
dampak pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh sistem koloid? Sebutkan!

3. Ajak juga temanmu untuk mengurangi dampak sistem koloid dengan membuat
poster atau slogan berisi upaya menjaga lingkungan!

Jawab:

60
Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam meminimalisir
dampak pencemaran lingkungan yang berhubungan dengan
sistem koloid adalah dengan membuat teknologi penyaring air
limbah sederhana.
Ayo membuat TTG (Teknologi Tepat Guna)

Percobaan : Pembuatan penjernih air sederhana


Tjuan : Mengetahui cara pembuatan penjernih air sederhana
A. Alat dan Bahan
Gambar:
Alat Bahan Alat penjernih air sedehana
Botol Aqua 1L Arang
Gelas penampung Tawas
Tumbukan Kerikil
Spon/busa Serabut kelapa/
pasir
cutter Air kotor
Ijuk

B. Cara Pembuatan
1. siapkan botol aqua yang telah dipotong bawahnya
2. masukkan:
a. Spons/busa
b. Ijuk
c. Arang
d. Sabut kelapa/ pasir
e. Kerikil www.tiarararagustiana.blogspot.com
secara berurutan kedalam botol
3. bersihkan terlebih dahulu bahan yang ada didalam botol dengan mengalirkan
air bersih kedalmanya
4. siapkan gelas penampung air

C. Cara Kerja
5. masukkan air kotor atau limbah (air bekas cucian/pel-an dan sebagainya)
kedalam botol aqua yang telah diset
6. tambahkan tawas secukupnya
7. taruh gelas penampung dibawah botol untuk menampung aliran air
8. air yang tadinya kotor menjadi lebih jernih.

61
Sebaiknya Kamu Tahu!!!
Pemantapan Pencemaran Lingkungan dan
Konsep
Dampak Negatif Sistem Koloid

Udara sangat diperlukan oleh makhluk hidup untuk


bernapas. Kualitas udara yang baik akan berpengaruh pada kesehatan
kita, begitupun jika kualitas udara menurun. Menurunnya kualitas udara
disebabkan oleh zat-zat pencemar yang disebut polutan sehingga
menyebabkan polusi udara. Polutan dapat berupa aerosol, gas, dan
Sumber:
partikel padat atau debu. http://blogs.wsj.com/indonesiarealtime
/tag/airpollution

Sumber polutan bisa berasal dari peristiwa alam seperti gunung meletus, kebakaran
hutan atau gedung. Juga berasal dari kegiatan manusia seperti gas buang pabrik, asap
kendaraan bermotor, asap hasil pembakaran sampah, asap rokok, sisa pestisida bekas
semprotan nyamuk, dan sebagainya.
Bayangkan jika kita terpapar polutan tersebut setiap hari!
Polutan ini dapat mengiritasi mata, kulit dan
mengganggu pernapasan, sesak napas,
dan mengganggu kerja enzim dalam
tubuh. Sehingga jika terakumulasi
dalam jumlah yang banyak didalam
tubuh dapat menyebabkan kematian.
www.infogadogado.com

Tanah tempat kita berpijak dan tempat


tumbuhnya aneka bahan makanan seperti sayuran
dan buah-buahan juga tidak kalah pentingnya bagi
Sumber: www.megapolitan.kompas.com
kehidupan manusia.
Mencemari tanah juga dapat menurunkan fungsi dan kesuburan tanah. Contohnya
adalah sampah, tumpahan minyak, pestisida dan sebagainya yang dapat mematikan zat renik
dan merusak struktur tanah. Belum lagi jika zat-zat berbahaya seperti pestisida terserap oleh
sayuran yang kita makan, otomatis zat tersebut juga akan masuk kedalam tubuh dan
mengganggu kerja metabolisme dan menyebabkan berbagai penyakit di dalam tubuh.
Sama halnya seperti udara dan tanah, air merupakan sumber kehidupan bagi makhluk
di bumi. Air tanah, sungai, danau, dan laut dapat tercemar karena masuknya zat-zat pencemar
yang menyebabkan penurunan fungsi air yang tidak lagi sesuai dengan peruntukannya.
Sumber pencemar air diantaranya limbah
dari kegiatan industri, limbah rumah sakit,
limbah rumah tangga, serta sampah yang
dibuang ke sungai, danau, dan laut seperti
tumpahan minyak, limbah cair hasil pabrik
yang langsung dibuang tanpa melalui proses
pengolahan terlebih dahulu.

Sumber: www.greenpeace.org

62
Jadi alangkah bijaknya jika kita berusaha mengurangi dampak negatif dari pencemaran
lingkungan tersebut khususnya yang berhubungan dengan sistem koloid dengan memulainya dari
diri sendiri, yang dapat dilakukan dengan:

1. Tidak membuang sampah ke sungai atau saluran air.


2. Tidak membuang sampah sembarangan ke atas tanah.
3. Tidak membakar sampah, karena asapnya dapat mencemari
udara. Sebaiknya memilah sampah dan mengubah sampah
terdegradasi menjadi pupuk dan yang tidak terdegradasi
didaur ulang.
4. Menggunakan masker jika udara yang kita rasakan tidak
sehat.
5. Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor.
6. Untuk pabrik, sebaiknya mempunyai alat penyaring gas
buang.
7. Tidak merokok dan menjauhi asap rokok.
8. Ikut membantu penghijauan atau penanaman pohon.
9. Memberikan kompos kedalam tanah.
10. Membuat biopori.
11. Melakukan bioremediasi.

Berikut ini beberapa manfaat sistem koloid bagi kehidupan kita, sebagai
berikut:

Jenis industri Contoh Aplikasi

Industri makanan Keju, mentega, susu, saus, mayones,


agar-agar, dan sebagainya.

Industri kosmetik dan perawatan tubuh Krim, pasta gigi, sabun, deodorant,
dan sebagainya

Industri cat Cat, tinta, dan sebagainya

Industri rumah tangga Sabun, detergen, dan sebagainya

Industri pertanian Pestisida, insektisida, dan sebagainya

63
Industri farmasi Minyak ikan, penisislin untuk suntikan,
cangkang kapsul, dan sebagainya

UJI PEMAHAMAN

1. Sebutkan dan jelaskan salah satu contoh yang berhubungan dengan sistem koloid atau
penerapan sifat-sifat koloid dalam bentuk teknologi yang digunakan untuk mengatasi
permaslahan lingkungan dan dijadikan solusi bagi masyarakat?

Jawab:

64
RANGKUMAN
 Sistem dispersi terbagi menjadi tiga, yakni larutan, koloid, dan suspensi.
 Terdapat 8 jenis sistem koloid yang terbentuk dari kombinasi tiga wujud zat yang ada, yaitu
padat, cair, dan gas yang didasarkan pada fase terdispersi dan fase pendispersinya.
pencampuran fase gas dan gas tidak membentuk koloid.
 Salah satu sifat partikel koloid adalah dapat menghamburkkan cahaya yang disebut efek
Tyndall
 Jika diamati dengan mikroskop ultra, ternyata partikel koloid senantiasa bergerak dengan
gerakan zig-zag yang disebut gerak Brown
 Koloid dapat mengadsorpsi ion atau zat lain pada permukaannya. Adsorpsi ion-ion oleh
partikel koloid membuatnya bermuatan.
 Muatan koloid yang sejenis menyebabkan gaya tolak–menolak di antara partikel koloid
menyebabkan kestabilan koloid (tidak mengalami pengendapan).
 Muatan partikel koloid dapat ditunjukkan dengan elektroforesis.
 Koloid dapat kehilangan kestabilannya karena pemanasan, penambahan elektrolit, dan lain
sebagainya sehingga terjadi penggumpalan partikel koloid yang disebut koagulasi.
 Campuran koloid dapat dipisahkan dari ion terlarut lainnya melalui dialisis.
 Koloid yang fase atau medium pendispersinya berupa cairan dapat dibedakan menjadi
koloid liofil dan koloid liofob.
 Koloid dapat dibuat dengan cara dispersi dan kondensasi.
 Banyak sekali peranan sistem koloid baik dibidang industri, kosmetik, farmasi, kedokteran,
dan lain-lain.

65
GLOSARIUM
Sistem dispersi : penyebaran merata dua fase zat
Larutan : campuran homogen yang zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi
secara fisik dimana ukuran partikel zat terlarut kurang dari 1nm
Koloid : campuran heterogen yang sifatnya diantara larutan dan suspensi yang
ukuran partikelnya berkisar antara 1 nm-100 nm
Suspensi : campuran heterogen yang merupakan sistem dua fase dimana ukuran
partikelnya lebih besar dari 100 nm
Fase Terdispersi : fase zat yang tersebar sebagai partikel koloid
Fase Pendispersi : fase zat yang menyatukan partikel koloid terdispersi
Efek Tyndall : gejala penghamburan sinar oleh partikel koloid
Gerak Brown : gerak zig-zag atau acak partikel koloid dalam medium pendispersi
Adsorpsi : penyerapan suatu molekul atau ion oleh koloid pada permukaannya
Koagulasi : penggumpalan parikel koloid
Elektroforesis : pergerakan partikel koloid dalam medan listrik
Dialisis : pergerakan ion-ion dan molekul kecil melalui membran semipermeabel
Koloid Liofil : koloid yang suka berkaitan dengan medium pendispersinya sehingga
sulit dipisahkan atau sangat stabil
Koloid Liofob : koloid yang tidak suka berkaitan dengan medium pendispersinya
Koloid Pelindung : koloid yang dapat melindungi koloid supaya tidak terkoagulasi
Dispersi : pembuatan koloid dengan cara mengubah partikel kasar (besar)
menjadi partikel koloid
Kondensasi : pembuatan koloid dengan cara penggabungan partikel kecil seperti
larutan sejati menjadi partikel yang lebih besar sampai berukuran koloid

66
EVALUASI AKHIR PEMBELAJARAN

23. Jika udara digelembungkan kedalam larutan sabun akan timbul buih. Fase terdispersi dan
fase pendispersi pada buih bertururt-turut adalah…
G. Cair, gas D. Gas, padat
H. Cair, cair E. Cair, padat
I. Gas, cair
24. Zat berikut yang termasuk sistem koloid adalah…
G. Air aki D. Larutan gula
H. Cuka E. Garam dapur
I. Darah
25. Fase terdispersi dan medium pendispersi pada asap adalah…
D. Gas dalam cair D. Cair dalam padat
E. Cair dalam gas E. Padat dalam cair
F. Padat dalam gas
26. Berikut yang bukan merupakan sisitem koloid adalah…
D. Lateks D. Batu apung
E. Margarin E. Tinta
F. Air sadah
27. Mutiara adalah sistem koloid…
D. Padat dalm cair D. Gas dalam cair
E. Cair dalam gas E. Gas dalam padat
F. Cair dalam padat
28. Perhatikan data berikut:
No. Warna Setelah Disaring Dikenakan Cahaya
Larutan
1 Kuning Keruh Terjadi penghamburan cahaya
2 Cokelat Bening Tidak terjadi penghamburan
cahaya
3 Biru Bening Tidak terjadi penghamburan
cahaya
4 Putih Keruh Terjadi penghamburan cahaya
5 Tak Bening Tidak terjadi penghamburan
berwarna cahaya
Dari data diatas yang temasuk dispersi koloid adalah…
D. 1 dan 2 D. 3 dan 5
E. 1 dan 4 E. 4 dan 5
F. 2 dan 3
29. Umumnya, masyarakat menggunakan tawas untuk menjernihkan air, baik air sumur, air
PAM, atau jenis air lainnya. Prinsip penjernihan air dengan menggunakan tawas berkaitan
dengan sifat koloid, yaitu…
D. Gerak brown D. Koagulasi
E. Elektroforesis E. Adsorpsi
F. Efek tyndall
30. Orang yang terkena penyakit gagal ginjal harus melakukan pencucian darah yang biayanya
relatif mahal. Prinsip pencucian darah dilakukan berdasarkan…

67
D. Dialisis D. Hidrolisis
E. Elektroforesis E. Elektrolisis
F. Peptisasi
31. Dalam kehidupan sehari-hari, ada beberapa peristiwa diantaranya sebagai berikut:
5) Pembentukan delta di muara sungai
6) Pemurnian gula pasir
7) Penyembuhan keracunan oleh norit
8) Penjernihan air
Yang termasuk peristiwa adsorpsi adalah…
D. 1 dan 2 D. 2 dan 3
E. 1 dan 3 E. 2 dan 4
F. 1 dan 4
32. Hal-hal berikut merupakan ciri sistem koloid, kecuali…
D. Menghamburkan cahaya
E. Homogen
F. Terdiri dari 2 fase
G. Stabil (tidak memisah)
H. Tidak dapat disaring dengan penyaring biasa
33. Setelah air sungai yang keruh disaring, diperoleh filtrate yang jernih. Filtrat tersebut
ternyata menunjukkan efek tyndall. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa air sungai
tergolong…
D. larutan sejati D. Suspensi
E. Sistem koloid E. Susensi dan koloid
F. Sol
34. Dari pembuatan koloid berikut:
6) Menambahkan larutan AlCl3 kedalam larutan Al(OH)3
7) Meggiling serbuk belerang, kemudian memasukannya kedalam air
8) Menambahkan larutan FeCl3 jenuh kedalam air panas
9) Mengalirkan arus listrik bertegangan tinggi kedalam larutan AuCl3
10)Menambahkan alkohol 95% kedalam larutan kalsium asetat
Yang tergolong pembuatan koloid secara kondensasi adalah…
D. 1, 2, dan 3 D. 1, 3, dan 5
E. 2, 3, dan 4 E. 2, 3 dan 5
F. 2, 4, dan 5
35. Berikut ini merupakan contoh pembuatan sol.
3) Agar-agar dalam air
4) Gas H2S dalam larutan SO2
5) FeCl3 dalam air panas
6) Belerang dalam air
Sol yang dihasilkan dengan cara dispersi adalah…
D. 1 dan 3 D. 2 dan 3
E. 1 dan 4 E. 2 dan 4
F. 3 dan 4

36. Gerak brown terjadi karena…


F. Gaya gravitasi

68
G. Tolak-menolak antara partikel koloid yang bermuatan sama
H. Tarik menarik antar partikel koloid yang berbeda muatan
I. Tumbukan antar partikel koloid
J. Tumbukan partikel koloid dengan molekul medium pendispersi
37. Jika minyak kelapa dicampur dengan air, terjadi dua lapisan yang tidak saling melarutkan.
Suatu emulsi terjadi jika campuran ini dikocok dan ditambah dengan…
D. Air panas D. Minyak tanah
E. Air es E. Larutan garam
F. Air sabun
38. Pengendap cotrell yang digunakan untuk mengurangi polusi udara di pabrik, menggunakan
prinsip…
D. Kondensasi D. Dialisis
E. Elektroforesis E. Adsorpsi
F. Elektrolisis
39. Sistem koloid yang partikel-partikelnya tidak dapat menarik molekul pelarut disebut…
D. Liofil D. Elektrofil
E. Dialisis E. Liofob
F. Hidrofil
40. Salah satu contoh koloid yang tergolong kedalam sol liofil adalah…
F. Selai (padat-cair) D. Embun (cair-gas)
G. Buih (gas-cair) E. Batu apung (gas-padat)
H. Asap (padat-gas)
41. Susu adalah emulsi dan ini dapat dibuktikan dengan ....
F. Minyak larut dalam susu
G. Zat pewarna minyak membuat medium susu berwarna
H. Efek tyndall
I. Air larut dalam susu
J. Asam yang menyebabkan susu berkoagulasi
42. Dibandingkan dengan sol liofil, maka sol liofob …
F. Lebih stabil
G. Lebih kental
H. Memberi efek tyndall yang kurang jelas
I. Lebih mudah dikoagulasikan
J. Bersifat reversibel

69
Kunci Jawaban:
Evaluasi Akhir Pembelajaran:
1. C 6. B 11. E 16. B
2. C 7. D 12. D 17. E
3. C 8. A 13. B 18. A
4. C 9. D 14. E 19. A
5. C 10. B 15. C 20. D

70
DAFTAR PUSTAKA
Brady, J. E. 2009. Kimia Universitas Asas & Struktur. Jakarta: Erlangga.
Citroreksono, P. 2007. Kimia Terapan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Johari, J., & Rachmawati, M. 2010. Chemistry 2B For Senior High School. Jakarta: Esis.
Justiana, S., & Muchtaridi. 2010. Chemistry 2 For Senior High School Year XI. Jakarta: Yudhistira.
Pranata, C. F., & Wiyarsi, A. 2009. Mari Belajar Kimia 2: Untuk SMA XI IPA. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Purba, M., & Sunardi. 2012. Kimia 2 untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Erlangga.
Rachmania, R. A. 2012. Ekstraksi Gelatin Dari Tulang Ikan Tenggiri Melalui Proses Hidrolisis
Menggunakan Larutan Basa. Media Farmasi. No.10. Volume. 2. Hlm. 18-28.

Rahardjo, S. B. 2008. Kimia Berbasis Eksperimen 2 Untuk Kelas XI SMA dan MA. Solo: Platinum.
S, Syukri. 1999. Kimia Dasar Jilid 2. Bandung: ITB.
Setiasih, I. S. 2011. Kimia Bahan Makanan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sopandi, W. 2010. Materi Kurikuler Kimia SMP dan SMA. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sutresna, N. 2012. Advance Learning Chemistry 2B. Bandung: Facil.
http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Limbahtt/limbahtt.html
https://ansoriputra.wordpress.com/2012/05/23/pemanfaatan-limbah-pabrik-tahu-2/
http://aritunsa.com/8/fakta-deodoran-yang-belum-kamu-ketahui.
http://balithutmakassar.org/wp-content/uploads/2014/11/01_Pembuatan-Kegunaan-
Arang-Aktif_Info-Teknis-Eboni.pdf.

http://daerah.sindonews.com/read/981112/21/78-pabrik-di-banten-ancam-kesehatan-
warga-1427260365.
http://kemahasiswaan.um.ac.id/wp-content/uploads/2010/04/PKM-AI-10-UM-Sudirman-
Pemanfaatan-Kapur-Sirih-.pdf.
http://life.viva.co.id/news/read/69076-bahaya_perokok_pasif_3_kali_perokok_aktif.
http://nasional.rimanews.com/politik/read/20160122/257035/Jakarta-Krisis-Air-Bersih.
http://news.okezone.com/read/2015/03/27/65/1125319/es-krim-mengkudu-sehat-dan-
enak.

http://umum.galihpamungkas.com/menanggulangi-pencemaran-lingkungan/
http://lia-blogs.blogspot.co.id/2012/11/laporan-praktikum-kimia-mengenai.html
http://viva.co.id/tawas.
http://wikipedia.com/hemodialisis.
http://www.fisikanet.lipi.go.id/utama.cgi?cetakartikel&1180156913.
http://www.kimianet.lipi.go.id.
http://www.chm.bris.ac.uk.
PROFIL PENULIS
Rahayu Rahmawati Dewi,

Lahir di Tangerang, 02 Januari 1994. Merupakan


anak kedua dari tiga bersaudara. Menempuh
pendidikan S1 Pendidikan Kimia- Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, merupakan lulusan dar MI Mathla’ul Anwar,
SMPN 1 Cisauk dan SMAN 2 Cisauk yang berubah nama
menjadi SMAN 28 Kabupaten Tangerang.

Mempunyai minat dibidang pendidikan, desain grafis, literasi, handy crafting,


bulu tangkis dan lari.

Motto Hidup :
“Jangan mengeluh, Lakukan yang terbaik, Selanjutnya serahkan kepada
Alloh S.W.T!!!”
Mengapa Saya Harus Menggunakan
Modul Ini?

Modul pembelajaran koloid ini berdasarkan pada pembelajaran koloid yang


dihubungkan dengan teknologi, masyarakat, dan lingkungan.

Materi yang disajikan lebih aplikatif disertai dengan contoh, gambar dan
masalah yang sering dijumpai di kehidupan sehari-hari dan mengajak
siswa berpikir untuk mencari solusinya.

Mendorong siswa untuk kreatif dan inovatif, sekaligus sedikit menjawab


pertanyaan yang sering dilontarkan siswa: “untuk apa belajar kimia?”

Materi dalam modul disajikan dengan gambar dan ilustrasi yang berwarna
sehingga dapat menarik minat baca dan memudahkan siswa dalam
memahami koloid baik dengan atau tanpa bimbingan dari guru.

Anda mungkin juga menyukai