Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh model pembelajaran Think Pair Share (TPS)
terhadap hasil belajar IPA ditinjau dari keterampilan berpikir kritis (KBK). Penelitian ini merupakan
quasi eksperimen dengan rancangan posttes-only control group design. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas VIII MTs Negeri Patas tahun pelajaran 2013/2014. Sampel penelitian
terdiri dari dua kelas eksperimen dan dua kelas kontrol yang berjumlah 117 siswa yang ditentukan
dengan cara merandom kelas-kelas yang setara. Data yang diperoleh dianalisis dengan statistik
ANAVA dua jalur dengan taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat
perbedaan hasil belajar antara siswa yang mengikuti model pembelajaran TPS dengan siswa yang
mengikuti model pembelajaran konvensional (MPK) (F=187,110; p<0,05); (2) tidak terdapat pengaruh
interaksi antara model pembelajaran TPS dan KBK terhadap hasil belajar (F=3,238; p>0,05).
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat direkomendasikan bahwa model pembelajaran TPS dapat
digunakan sebagai alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPA.
Kata kunci : think pair share, hasil belajar, keterampilan berpikir kritis.
Abstrack
This research aimed to describe the effect of Think Pair Share (TPS) learning model toward science
learning achievement viewed from critical thinking skills (CTS). This study was a quasi-experimental
with posttes-only control group design. The population in this research were all students of eighth
grade of MTs Patas on 2013/2014 academic year. The sample consisted of two experimental classes
and two controls classes with 117 students determined by random technique of equivalent classes.
Data were analyzed by Two Way ANOVA statistics at 5% significance level. The results showed that
(1) there are differences in learning achievement between students who take the TPS learning model
with students who take the MPK (F=187,110; p<0,05); (2) there is no interaction effect between
learning model TPS and CTS on learning achievement (F=3,238; p>0,05). Based on the results of this
study can be recommended that TPS learning model can be used as an alternative learning model to
improve science learning achievement.
2
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)
3
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)
4
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)
Keterangan:
A1 : Model Pembelajaran TPS
A2 : Model Pembelajaran MPK
A1B1 : KBK Tinggi pada model Pembelajaran TPS
A2B1 : KBK Tinggi pada model Pembelajaran MPK
A1B2 : KBK Rendah pada model Pembelajaran TPS
A2B2 : KBK Rendah pada model Pembelajaran MPK
Rata-rata hasil belajar siswa pada rata-rata hasil belajar siswa yang memiliki
model pembelajaran TPS sebesar 69,27, keterampilan berpikir kritis tinggi dengan
dan pada model pembelajaran MPK model TPS relatif lebih baik dibandingkan
sebesar 61,45. Hasil ini mengindikasikan MPK. Pada siswa yang memiliki
bahwa secara kuantitatif rata-rata hasil keterampilan berpikir kritis rendah
belajar pada kelompok TPS relatif lebih mempunyai rata-rata hasil belajar sebesar
baik dibandingkan dengan kelompok MPK. 60,67 pada kelompok TPS, dan pada
Pada siswa yang memiliki keterampilan kelompok MPK sebesar 50,26. Secara
berpikir kritis tinggi mempunyai rata-rata kuantitatif, rata-rata hasil belajar siswa
hasil belajar sebesar 77,86 pada yang memiliki keterampilan berpikir kritis
kelompok pembelajaran TPS, dan pada rendah dengan model TPS juga lebih baik
kelompok MPK diperoleh rata-rata hasil dibandingkan MPK.
belajar sebesar 72,65. Secara kuantitatif,
Menurut kriteria ketuntasan kelompok siswa yang memiliki
minimal (KKM) pada sekolah yang keterampilan berpikir kritis tinggi.
bersangkutan, di mana nilai KKM sebesar Uji Hipotesis
75, maka jumlah siswa yang tuntas pada Berdasarkan data yang sudah
kelompok TPS sebanyak 14 orang diperoleh, maka tahapan berikutnya
(43,75%), dan pada kelompok adalah menguji hipotesis dengan analisis
konvensional sebanyak 8 orang (25%). ANAVA dua jalur. Hasil analisis ANAVA
Siswa yang tuntas hanya berada pada dua jalur disajikan pada Tabel 2 berikut.
5
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)
Merujuk dari Tabel 2 di atas dapat berpikir kritis terhadap hasil belajar
dijelaskan hasil pengujian hipotesis yang (F=3,238; p>0,05). Artinya, model
pertama, terdapat perbedaan hasil belajar pembelajaran tidak berinteraksi dengan
antara kelompok siswa yang belajar keterampilan berpikir kritis terhadap hasil
dengan TPS dan MPK dengan F=187,110; belajar. Perbedaan hasil belajar yang
p<0,05. Artinya, hasil belajar menunjukkan dihasilkan murni karena penerapan model.
perbedaan yang signifikan antar model Karena tidak terdapat interaksi maka uji
pembelajaran. Tukey tidak dilakukan. Adapun profil
Pengujian hipotesis kedua, yakni hubungan antara dua variabel disajikan
terdapat interaksi antara model pada Gambar 1 di bawah ini.
pembelajaran dengan keterampilan
6
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)
7
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)
tersebut. Hal ini disebabkan ada beberapa kemampuan untuk mengatakan sesuatu
anggota kelompok yang kurang dengan penuh percaya diri, maupun
bertanggung jawab dalam kelompoknya, kemampuan untuk berpendapat dengan
dan hanya menggantungkan kepada cara yang terorganisasi. Dengan
anggota kelompok yang lain. Dengan demikian, tahap-tahap pembelajaran
demikian, keterampilan berpikir tidak dalam model TPS mampu mengeksplorasi
terlalu digunakan dalam model keterampilan berpikir yang dimiliki oleh
pembelajaran yang diterapkan. siswa, sehingga siswa yang memiliki
Kemungkinan ketiga, soal yang keterampilan berpikir kritis tinggi akan
diberikan jumlahnya terlalu banyak terakomodir oleh model pembelajaran
sehingga siswa kekurangan waktu untuk TPS yang diterapkan.
menyelesaikannya. Atau, bisa juga karena Pada model pembelajaran
soalnya terlalu sulit sehingga hasil belajar konvensional, kegiatan yang dilakukan
yang diperoleh masih rendah. yakni mencari informasi dari berbagai
Kemampuan rata-rata siswa yang rendah sumber terkait materi yang dipelajari dan
juga dapat mengakibatkan hasil belajar permasalahan yang diberikan, dan
yang rendah. Hal ini bisa dilihat dari menyajikan hasil pencariannya secara
sedikitnya jumlah siswa yang mencapai individu. Pada model ini, tahap-tahap
kriteria ketuntasan minimal (KKM). pembelajarannya kurang mengeksplorasi
Temuan dalam penelitian ini keterampilan berpikir kritis yang dimiliki
memberikan petunjuk bahwa berpikir kritis oleh siswa, sehingga siswa yang memiliki
tidak mempengaruhi model pembelajaran keterampilan berpikir kritis tinggi kurang
yang digunakan dalam meningkatkan hasil terakomodir oleh model pembelajaran
belajar. Model pembelajaran yang konvensional.
digunakan lebih berperan dalam Pada siswa yang memiliki
meningkatkan hasil belajar siswa. keterampilan berpikir kritis rendah terdapat
Berdasarkan Gambar 1 di atas perbedaan hasil belajar yang signifikan
dapat kita jabarkan bahwa, pada siswa antara siswa yang mengikuti model
yang memiliki keterampilan berpikir kritis pembelajaran TPS dengan siswa yang
tinggi terdapat perbedaan hasil belajar mengikuti pembelajaran konvensional.
antara siswa yang mengikuti model Pada kedua model tersebut terlihat bahwa
pembelajaran TPS dengan siswa yang siswa yang memiliki keterampilan berpikir
mengikuti pembelajaran konvensional, di kritis rendah memberikan hasil belajar
mana siswa yang mengikuti model TPS yang lebih tinggi pada kelompok TPS
mendapatkan hasil belajar lebih baik dibandingkan dengan kelompok
dibandingkan model pembelajaran konvensional. Hal ini bia dijelaskan
konvensional. Ini bisa disebabkan oleh bahwa, pada model pembelajaran TPS
karakteristik model TPS itu sendiri yakni terdapat tahap pairing, di mana pada
pada tahap thinking, siswa akan lebih tahap ini siswa akan berpasangan untuk
banyak berdialog dengan diri sendiri untuk mendiskusikan apa yang telah mereka
menemukan cara dalam memecahkan pikirkan. Ketika siswa berpasangan dan
masalah yang diberikan. Pada tahap berdiskusi maka akan ada interaksi tatap
pairing, siswa harus menggunakan muka. Menurut Sanjaya (2009) interaksi
keterampilan berpikir yang dimilikinya tatap muka dalam pembelajaran kooperatif
dalam berdiskusi dengan pasangannya. akan memberikan kesempatan bagi setiap
Bagaimana mereka menemukan masalah, anggota kelompok untuk bertatap muka
menemukan cara untuk menangani saling memberikan informasi dan saling
masalah, mengumpulkan data dan membelajarkan. Hal ini akan
menyusun informasi yang diperlukan, menyebabkan siswa saling mengisi untuk
menganalisis data, dan menarik bertukar informasi. Menurut Joyce dkk
kesimpulan. Dan, pada tahap sharing, (2009) adanya interaksi sosial akan
siswa harus menggunakan keterampilan menyebabkan adanya dukungan sosial
berpikir kritis yang dimilikinya yakni, dan meningkatkan kemampuan kognitif,
8
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)
9
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)
10
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)
11