Anda di halaman 1dari 11

e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha

Program Studi IPA


(Volume 4 Tahun 2014)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE


TERHADAP HASIL BELAJAR IPA
DITINJAU DARI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA

L. Surayya, I W. Subagia, I N. Tika

Program Studi Pendidikan IPA, Program Pascasarjana


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: lina.surayya@pasca.undiksha.ac.id, wayan.subagia@pasca.undiksha.ac.id,


dan nyoman.tika@pasca.undiksha.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh model pembelajaran Think Pair Share (TPS)
terhadap hasil belajar IPA ditinjau dari keterampilan berpikir kritis (KBK). Penelitian ini merupakan
quasi eksperimen dengan rancangan posttes-only control group design. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas VIII MTs Negeri Patas tahun pelajaran 2013/2014. Sampel penelitian
terdiri dari dua kelas eksperimen dan dua kelas kontrol yang berjumlah 117 siswa yang ditentukan
dengan cara merandom kelas-kelas yang setara. Data yang diperoleh dianalisis dengan statistik
ANAVA dua jalur dengan taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat
perbedaan hasil belajar antara siswa yang mengikuti model pembelajaran TPS dengan siswa yang
mengikuti model pembelajaran konvensional (MPK) (F=187,110; p<0,05); (2) tidak terdapat pengaruh
interaksi antara model pembelajaran TPS dan KBK terhadap hasil belajar (F=3,238; p>0,05).
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat direkomendasikan bahwa model pembelajaran TPS dapat
digunakan sebagai alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPA.

Kata kunci : think pair share, hasil belajar, keterampilan berpikir kritis.

Abstrack
This research aimed to describe the effect of Think Pair Share (TPS) learning model toward science
learning achievement viewed from critical thinking skills (CTS). This study was a quasi-experimental
with posttes-only control group design. The population in this research were all students of eighth
grade of MTs Patas on 2013/2014 academic year. The sample consisted of two experimental classes
and two controls classes with 117 students determined by random technique of equivalent classes.
Data were analyzed by Two Way ANOVA statistics at 5% significance level. The results showed that
(1) there are differences in learning achievement between students who take the TPS learning model
with students who take the MPK (F=187,110; p<0,05); (2) there is no interaction effect between
learning model TPS and CTS on learning achievement (F=3,238; p>0,05). Based on the results of this
study can be recommended that TPS learning model can be used as an alternative learning model to
improve science learning achievement.

Keywords : think pair share, learning achievement, critical thinking skills.

PENDAHULUAN beberapa faktor antara lain guru, siswa,


Pembelajaran merupakan kegiatan sarana, media, serta lingkungan. Agar
yang mempunyai tujuan, yaitu pembelajaran berlangsung efektif, guru
membelajarkan siswa untuk mencapai memiliki peran yang sangat penting. Guru
kompetensi yang diinginkan. tidak hanya berfungsi sebagai sumber
Pembelajaran merupakan suatu hal yang ilmu, tetapi juga harus berperan sebagai
sangat kompleks yang dipengaruhi oleh motivator dan fasilitator dalam
1
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)

pengembangan minat peserta didik dalam peserta didik dalam pembelajaran


mencari ilmu pengetahuan secara mandiri. kooperatif karena dianggap tidak praktis.
Kepiawaian guru dalam menumbuhkan Hal ini menyebabkan kualitas
minat peserta didik untuk menggali ilmu pembelajaran masih rendah yang ditandai
secara mandiri ini sangat penting dengan rendahnya hasil belajar.
dibanding transfer ilmu yang diperoleh Rendahnya hasil belajar IPA bisa dilihat
murid dari guru secara langsung. Karena dari nilai ulangan umum semester
itu, bentuk-bentuk pendidikan partisipatif sebelumnya masih jauh di bawah KKM.
dengan menerapkan metode belajar aktif Rendahnya hasil belajar IPA bisa
(active learning) dan belajar bersama disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
(cooperative learning) sangat diperlukan 1. Model pembelajaran yang diterapkan
(BSNP, 2010). dalam pelaksanaan pembelajaran IPA
Saat ini, proses pembelajaran yang kurang tepat kalau dilihat dari
diterapkan di sekolah-sekolah mengacu karakteristik materi yang dibahas.
pada Permendiknas RI No. 41 tahun 2007 2. Guru cenderung tidak mau melakukan
tentang Standar Proses. Menurut inovasi dalam menggunakan berbagai
peraturan ini, kegiatan pembelajaran model pembelajaran sehingga
terdiri dari pendahuluan, inti, dan penutup. pelajaran IPA menjadi monoton dan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal kurang menarik.
yang bertujuan untuk membangkitkan 3. Siswa cenderung hanya
motivasi dan memfokuskan perhatian memanfaatkan waktu yang ada di
peserta didik untuk berpartisipasi aktif sekolah tanpa mengembangkan materi
dalam proses pembelajaran. Kegiatan inti tambahan untuk memperluas
merupakan proses pembelajaran untuk wawasan di luar jam pelajaran.
mencapai kompetensi dasar, yang Berkaitan dengan rendahnya hasil
dilakukan secara interaktif, inspiratif, belajar menunjukkan adanya masalah
menyenangkan, menantang, memotivasi pada proses pembelajaran. Menurut
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, Sanjaya (2009) salah satu masalah yang
serta memberikan ruang yang cukup bagi dihadapi dunia pendidikan Indonesia saat
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian ini adalah lemahnya proses pembelajaran.
sesuai dengan bakat, minat, dan Proses pembelajaran hingga dewasa ini
perkembangan fisik serta psikologis masih didominasi guru dan kurang
peserta didik. Penutup merupakan memberikan akses bagi peserta didik
kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri untuk berkembang secara mandiri melalui
aktivitas pembelajaran yang dapat penemuan dalam proses berpikirnya. Hal
dilakukan dalam bentuk rangkuman atau ini berlaku untuk semua mata pelajaran
kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan termasuk sains. Hal ini didukung oleh hasil
balik, dan tindak lanjut. Proses penelitian Sadia (2008) yang menyatakan
pembelajaran yang sudah ditetapkan bahwa model/strategi pembelajaran yang
dalam peraturan ini sudah sangat ideal dominan digunakan oleh para guru dalam
untuk untuk diaplikasikan di dalam kelas. proses pembelajaran IPA adalah model
Kegiatan pembelajaran sudah diarahkan ekspositori.
untuk berpusat pada siswa. Dari pernyataan dan fakta-fakta di
Namun, pada kenyataannya guru atas terlihat bahwa hasil belajar siswa
masih kesulitan untuk mengaktifkan siswa masih rendah, pembelajaran yang
dalam belajar sehingga proses dilakukan oleh guru kurang melibatkan
pembelajaran belum memenuhi standar siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini
proses sesuai dengan yang diharapkan. menyebabkan pembelajaran menjadi
Studi pendahuluan di MTs Negeri Patas kurang menyenangkan dan tidak
menunjukkan bahwa, guru jarang menantang. Kenyataan ini tentu saja tidak
melakukan eksperimen di laboratorium sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.
akibat minimnya sarana yang dimiliki 19 tahun 2005 Bab IV Pasal 19 ayat 1
madrasah. Guru juga jarang memfasilitasi yang menyatakan bahwa Proses

2
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)

pembelajaran pada satuan pendidikan merupakan cara paling sederhana dalam


diselenggarakan secara interaktif, organisasi sosial. Dengan demikian model
inspiratif, menyenangkan, menantang, pembelajaran think-pair-share sangat ideal
memotivasi peserta didik untuk untuk guru dan siswa yang baru belajar
berpartisipasi aktif serta memberikan kolaboratif. Teknik pembelajaran think pair
ruang yang cukup bagi prakarsa, share memberi siswa kesempatan untuk
kreatifitas, dan kemandirian sesuai bekerja sendiri serta bekerja sama dengan
dengan bakat, minat, dan perkembangan orang lain. Keunggulan lain dari teknik ini
fisik serta psikologis peserta didik. Hal ini adalah optimalisasi partisipasi siswa.
menunjukan bahwa mengajar yang Teknik ini memberi kesempatan lebih
didesain guru harus berorientasi pada banyak kepada setiap siswa untuk dikenali
aktivitas siswa. Oleh karena itu perlu dan menunjukkan partisipasi mereka
dilakukan inovasi dalam proses kepada orang lain.
pembelajaran, salah satunya dengan Beberapa hasil penelitian
menggunakan model-model pembelajaran menyatakan bahwa model pembelajaran
yang inovatif. think pair sare dapat meningkatkan hasil
Berbagai inovasi dalam pendidikan belajar. Seperti Suharlik (2011)
IPA telah dilakukan dalam kurun waktu menyatakan bahwa dalam pembelajaran
terakhir ini. Hal ini merupakan upaya untuk biologi, terdapat pengaruh strategi
membelajarkan siswa sehingga mereka pembelajaran think pair share terhadap
dapat belajar secara optimal. Salah satu daya retensi siswa, dan terdapat pengaruh
model pembelajaran yang bisa digunakan interaksi strategi pembelajaran think pair
untuk meningkatkan hasil belajar, share dan kemampuan akademik
membuat pembelajaran menjadi terhadap hasil belajar kognitif siswa.
menyenangkan, dan mengembangkan Sunarto dkk (2008) membuktikan bahwa
sikap bekerja sama adalah model dalam pembelajaran kimia, rata-rata hasil
pembelajaran kooperatif (Slavin, 2011). belajar kelompok siswa yang mendapat
Dalam pembelajaran kooperatif siswa metode think pair share lebih baik
belajar bersama sebagai suatu tim dalam dibandingkan kelompok siswa yang
menyelesaikan tugas-tugas kelompok mendapat metode ekspositori. Ambarwati
untuk mencapai tujuan bersama, sehingga (2012) menyatakan bahwa penguasaan
setiap anggota kelompok memiliki konsep dan keterampilan berpikir kritis
tanggung jawab yang sama untuk siswa meningkat secara signifikan dilihat
keberhasilan kelompoknya. Ada beberapa dari nilai gain setelah diterapkan model
variasi dalam model pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe think pair
kooperatif, yakni STAD, Jigsaw, Group share. Hasil penelitian Sukasari (2012)
Investigation (GI), Teams Games juga menunjukkan model pembelajaran
Tournaments (TGT), Think Pare Share kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS), dan Numbered Head Together berpengaruh positif terhadap hasil belajar
(NHT). siswa.
Model pembelajaran kooperatif tipe Model pembelajaran think pair
think pair share merupakan model share terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap
pembelajaran kooperatif yang efektif untuk thinking (berpikir), pairing (berpasangan),
membuat variasi suasana pola diskusi. dan sharing (berbagi). Pada tahap think
Prosedur yang digunakan dalam model siswa harus berpikir sendiri tentang
think pair share dapat memberi siswa lebih jawaban atas permasalahan yang
banyak waktu berpikir, merespon dan diberikan oleh guru. Berpikir merupakan
saling membantu (Trianto, 2010). Menurut proses kognitif, yaitu suatu aktivitas
Joyce dkk (2009) latihan bekerja sama mental untuk memperoleh pengetahuan.
bisa dilakukan dengan pengelompokan Ketika harus berpikir, maka akan ada
sederhana, yakni dengan dua siswa dalam dialog dengan diri sendiri. Pada tahap
satu kelompok yang ditugaskan untuk pair, siswa akan berpasangan untuk
menyelesaikan tugas kognitif. Teknik ini mendiskusikan hasil berpikir mereka

3
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)

sebelumnya. Dalam berdiskusi diperlukan Group Design. Populasi dalam penelitian


beberapa keterampilan berpikir, antara ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs
lain: mengenal masalah; menemukan Negeri Patas tahun pelajaran 2013/2014
cara-cara yang dapat dipakai untuk yang terdistribusi dalam 5 kelas.
menangani masalah-masalah tersebut; Berdasarkan teknik random kelas terpilih
mengumpulkan dan menyusun informasi kelas VIII B dan VIII C sebagai kelas
yang diperlukan; memahami dan eksperimen dengan jumlah siswa 59
menggunakan bahasa yang tepat dan orang yang mendapat perlakuan dengan
jelas; menganalisis data; dan menarik model pembelajaran think pair share,
kesimpulan. Keterampilan-keterampilan sedangkan kelas VIII D dan VIII E sebagai
berpikir ini merupakan landasan untuk kelompok kontrol dengan jumlah siswa 58
berpikir kritis. Sedangkan pada tahap orang yang mendapat perlakuan model
share, siswa akan berbagi dengan seluruh pembelajaran konvensional yang
kelas. Pada tahap ini diperlukan menggunakan siklus EEK. Variabel
diperlukan kemampuan untuk mengatakan penelitian terdiri dari variabel bebas,
sesuatu dengan penuh percaya diri. variabel terikat, dan variabel moderator.
Dengan demikian setiap tahap yang Variabel bebas terdiri dari dua variabel
terdapat dalam model pembelajaran think perlakuan yakni model pembelajaran think
pair share merupakan keterampilan pair share (TPS) pada kelompok
berpikir, landasan berpikir kritis, dan eksperimen dan model pembelajaran
definisi keterampilan berpikir kritis. konvensional (MPK) pada kelompok
Agar tahap-tahap dalam model kontrol. Variabel terikat adalah hasil
pembelajaran think pair share berjalan belajar. Variabel moderatornya adalah
dengan baik maka keterampilan berpikir keterampilan berpikir kritis (KBK).
kritis siswa sangat diperlukan. Berpikir Data-data yang dikumpulkan dalam
kritis merupakan sebuah proses yang penelitian ini adalah hasil belajar dan
terarah dan jelas yang digunakan dalam keterampilan berpikir kritis. Data hasil
kegiatan mental seperti memecahkan belajar dikumpulkan dengan tes hasil
masalah, mengambil keputusan, belajar dalam bentuk soal uraian
membujuk, menganalisis asumsi, dan berjumlah 15 item, dan keterampilan
melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis berpikir kritis dikumpulkan dengan tes
adalah kemampuan untuk berpendapat keterampilan berpikir kritis dalam bentuk
dengan cara yang terorganisasi (Johnson, pilihan ganda berjumlah 20 item. Data
2007). penelitian harus memenuhi syarat analisis
Dari penjelasan di atas dapat yang meliputi uji normalitas sebaran data,
disimpulkan bahwa keterampilan berpikir dan uji homogenitas varians. Uji
kritis yang dimiliki oleh siswa akan normalitas sebaran data menggunakan
mempengaruhi keberhasilan model statistic Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-
pembelajaran think pair share yang Wilk, uji homogenitas varians
digunakan untuk meningkatkan hasil menggunakan statistik Levene.
belajar IPA. Semakin tinggi keterampilan Selanjutnya data dianalisis secara
berpikir kritis yang dimiliki oleh siswa akan deskriptif dan juga ANAVA dua jalur.
memperkuat model pembelajaran yang Semua pengujian hipotesis dilakukan
diterapkan dalam rangka meningkatkan pada taraf signifikansi 95% (=0,05) dan
hasil belajar. Dengan demikian variabel dianalisis dengan bantuan program SPSS
keterampilan berpikir kritis menjadi faktor 17.0 PC for Windows.
yang penting untuk dipertimbangkan
dalam penelitian ini. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
METODE Hasil Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Hasil belajar pada kelompok
quasi experiment (eksperimen semu) eksperimen dan kontrol, baik pada siswa
dengan rancangan Posttest Only Control yang memiliki keterampilan berpikir kritis

4
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)

tinggi maupun rendah terangkum dalam Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Deskripsi Data Hasil Belajar untuk Masing-Masing Kelompok Pembelajaran

Statistik A1 A2 A1B1 A2B1 A1B2 A2B2


N 32 32 16 16 16 16
Mean 69,27 61,45 77,86 72,65 60,67 50,26
Standar Deviasi 9,99 13,05 4,55 6,54 5,31 6,49
Varians 99,97 170,53 20,76 42,76 28,29 42,16
Minimum 45,83 41,67 70,83 62,50 45,83 41,67
Maksimum 85,42 85,42 85,42 85,42 66,67 60,42

Keterangan:
A1 : Model Pembelajaran TPS
A2 : Model Pembelajaran MPK
A1B1 : KBK Tinggi pada model Pembelajaran TPS
A2B1 : KBK Tinggi pada model Pembelajaran MPK
A1B2 : KBK Rendah pada model Pembelajaran TPS
A2B2 : KBK Rendah pada model Pembelajaran MPK

Rata-rata hasil belajar siswa pada rata-rata hasil belajar siswa yang memiliki
model pembelajaran TPS sebesar 69,27, keterampilan berpikir kritis tinggi dengan
dan pada model pembelajaran MPK model TPS relatif lebih baik dibandingkan
sebesar 61,45. Hasil ini mengindikasikan MPK. Pada siswa yang memiliki
bahwa secara kuantitatif rata-rata hasil keterampilan berpikir kritis rendah
belajar pada kelompok TPS relatif lebih mempunyai rata-rata hasil belajar sebesar
baik dibandingkan dengan kelompok MPK. 60,67 pada kelompok TPS, dan pada
Pada siswa yang memiliki keterampilan kelompok MPK sebesar 50,26. Secara
berpikir kritis tinggi mempunyai rata-rata kuantitatif, rata-rata hasil belajar siswa
hasil belajar sebesar 77,86 pada yang memiliki keterampilan berpikir kritis
kelompok pembelajaran TPS, dan pada rendah dengan model TPS juga lebih baik
kelompok MPK diperoleh rata-rata hasil dibandingkan MPK.
belajar sebesar 72,65. Secara kuantitatif,
Menurut kriteria ketuntasan kelompok siswa yang memiliki
minimal (KKM) pada sekolah yang keterampilan berpikir kritis tinggi.
bersangkutan, di mana nilai KKM sebesar Uji Hipotesis
75, maka jumlah siswa yang tuntas pada Berdasarkan data yang sudah
kelompok TPS sebanyak 14 orang diperoleh, maka tahapan berikutnya
(43,75%), dan pada kelompok adalah menguji hipotesis dengan analisis
konvensional sebanyak 8 orang (25%). ANAVA dua jalur. Hasil analisis ANAVA
Siswa yang tuntas hanya berada pada dua jalur disajikan pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2 Ringkasan Hasil Uji Anava Dua Jalur

Sumber Kwadrat Jumlah Kwadrat


df F Sig.
Tipe III Rata-rata
Corrected Model 7352.528a 3 2450.843 73.168 .000
Intercept 273442.712 1 273442.712 8163.384 .000
Model 6267.493 1 6267.493 187.110 .000

5
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)

Kritis 976.563 1 976.563 29.154 .000


Model * Kritis 108.472 1 108.472 3.238 .077
Error 2009.775 60 33.496
Total 282805.014 64
Corrected Total 9362.303 63

Merujuk dari Tabel 2 di atas dapat berpikir kritis terhadap hasil belajar
dijelaskan hasil pengujian hipotesis yang (F=3,238; p>0,05). Artinya, model
pertama, terdapat perbedaan hasil belajar pembelajaran tidak berinteraksi dengan
antara kelompok siswa yang belajar keterampilan berpikir kritis terhadap hasil
dengan TPS dan MPK dengan F=187,110; belajar. Perbedaan hasil belajar yang
p<0,05. Artinya, hasil belajar menunjukkan dihasilkan murni karena penerapan model.
perbedaan yang signifikan antar model Karena tidak terdapat interaksi maka uji
pembelajaran. Tukey tidak dilakukan. Adapun profil
Pengujian hipotesis kedua, yakni hubungan antara dua variabel disajikan
terdapat interaksi antara model pada Gambar 1 di bawah ini.
pembelajaran dengan keterampilan

Gambar 1. Profil antara variabel model pembelajaran dan KBK

Pembahasan yang mereka peroleh menunjukkan bahwa


Hasil penelitian pertama model TPS lebih baik dibandingkan MPK
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dalam meningkatkan hasil belajar maupun
hasil belajar yang signifikan antara pemahaman konsep.
kelompok siswa yang belajar dengan Menurut Arends (2008) model
model TPS dan MPK (F=187,110; pembelajaran TPS dapat mengaktifkan
p<0,05). seluruh siswa selama proses
Hasil penelitian ini sejalan dengan pembelajaran dan memberikan
hasil-hasil penelitian yang sejenis kesempatan untuk bekerja sama antar
sebelumnya, seperti penelitian yang siswa yang mempunyai kemampuan
dilakukan oleh Sunarto dkk (2008), heterogen. Model ini efektif untuk diskusi
Ambarwati (2012), Suharlik (2011), dan kelas karena prosedur yang digunakan
Sukasari (2012). Kesimpulan dari temuan dapat memberi siswa lebih banyak waktu

6
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)

untuk berpikir, merespon, dan saling konfirmasi guru memberikan konfirmasi


membantu. Menurut Sanjaya (2009) terhadap hasil ksplorasi dan elaborasi
adanya kolaborasi akan memberikan siswa. Pada model ini siswa tidak
beberapa keunggulan bagi siswa, antara mempunyai kesempatan untuk
lain: 1) dapat belajar secara mandiri dan berkolaborasi dengan siswa yang lain. Hal
tidak terlalu menggantungkan pada guru, ini kurang meningkatkan kemampuan
2) dapat mengembangkan kemampuan sosialnya. Tidak adanya kolaborasi dapat
mengungkapkan ide atau gagasan, 3) mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini
membantu anak untuk merespon orang sesuai dengan pendapat Joyce dkk (2009)
lain, 4) memberdayakan siswa untuk lebih yang mengatakan bahwa tidak
bertanggung jawab dalam belajar, 5) terdapatnya tugas berkelompok akan
meningkatkan prestasi akademik mengurangi efektifitas belajar siswa.
sekaligus kemampuan sosial. Siswa yang belajar dalam model
Model TPS dapat meningkatkan kooperatif dapat meningkatkan perasaan
keaktifan belajar siswa, hal ini didasarkan positif terhadap diri sendiri maupun orang
pada tahapan pembelajaran yang dimiliki lain.
oleh model ini. Menurut Arends (2008) Hasil penelitian kedua yakni, tidak
tahapan dalam model TPS antara lain, terdapat interaksi antara model
Thinking, pada tahap ini guru mengajukan pembelajaran think pair share dan
suatu pertanyaan atau masalah yang keterampilan berpikir kritis terhadap hasil
dikaitkan dengan pelajaran dan meminta belajar.
siswa untuk berpikir sendiri tentang Hasil penelitian ini memberikan
jawaban atas permasalahan tersebut. hasil yang berbeda dengan penelitian
Siswa harus aktif untuk berpikir tentang yang dilakukan oleh Suharlik (2011) yang
jawaban dari permasalahan yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh
diberikan, dengan demikian tahapan ini interaksi antara strategi pembelajaran
memberikan waktu lebih banyak untuk integrasi think pair share dan resiprocal
berpikir. teaching dan kemampuan akademik
Pairing, pada tahap ini guru terhadap hasil belajar kognitif siswa. Husni
meminta siswa untuk berpasangan dan (2013) juga membuktikan bahwa terdapat
mendiskusikan apa yang telah mereka pengaruh interaksi model pembelajaran
pikirkan. Interaksi selama waktu yang kooperatif tipe TPS dan motivasi belajar
disediakan dapat menyatukan jawaban terhadap prestasi belajar PKn siswa.
jika suatu pertanyaan yang diajukan. Pada Ketika siswa melakukan kegiatan
tahap ini siswa juga belajar saling pembelajaran, siswa akan berpikir tentang
merespon sehingga meningkatkan materi pelajaran. Kegiatan berpikir akan
kemampuan sosialnya. Anak yang terjadi apabila siswa menyadari bahwa
mempunyai kemampuan berbeda akan materi tersebut tidaklah sederhana. Jika
saling membantu sehingga siswa bisa siswa terbiasa menerima dari guru, dan
belajar lebih mandiri dan tidak terlalu jarang diajak untuk berpikir tentang suatu
tergantung kepada guru. materi, maka mereka tidak akan terbiasa
Sharing, pada tahap ini siswa akan untuk melakukan kegiatan berpikir. Bisa
belajar untuk berbagi dengan seluruh jadi siswa belum terbiasa untuk
kelas sehingga mereka dapat melakukan kegiatan berpikir, sehingga
mengembangkan keterampilan dalam model pembelajaran TPS, yakni
berkomunikasi. dalam tahap thinking, siswa belum
Pada model pembelajaran sepenuhnya melakukan kegiatan berpikir.
konvensional, siswa melakukan eksplorasi Kemungkinan kedua, dalam tahap
dengan ikut aktif mencari informasi terkait pairing, siswa yang seharusnya berdiskusi
materi yang dipelajari dan permasalahan untuk bertukar pikiran, saling mengisi dan
yang diberikan. Pada tahap elaborasi saling membelajarkan, namun
siswa menyajikan hasil eksplorasinya kenyataannya ada beberapa kelompok
secara individu, dan pada tahap pasangan yang tidak melaksanakan hal

7
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)

tersebut. Hal ini disebabkan ada beberapa kemampuan untuk mengatakan sesuatu
anggota kelompok yang kurang dengan penuh percaya diri, maupun
bertanggung jawab dalam kelompoknya, kemampuan untuk berpendapat dengan
dan hanya menggantungkan kepada cara yang terorganisasi. Dengan
anggota kelompok yang lain. Dengan demikian, tahap-tahap pembelajaran
demikian, keterampilan berpikir tidak dalam model TPS mampu mengeksplorasi
terlalu digunakan dalam model keterampilan berpikir yang dimiliki oleh
pembelajaran yang diterapkan. siswa, sehingga siswa yang memiliki
Kemungkinan ketiga, soal yang keterampilan berpikir kritis tinggi akan
diberikan jumlahnya terlalu banyak terakomodir oleh model pembelajaran
sehingga siswa kekurangan waktu untuk TPS yang diterapkan.
menyelesaikannya. Atau, bisa juga karena Pada model pembelajaran
soalnya terlalu sulit sehingga hasil belajar konvensional, kegiatan yang dilakukan
yang diperoleh masih rendah. yakni mencari informasi dari berbagai
Kemampuan rata-rata siswa yang rendah sumber terkait materi yang dipelajari dan
juga dapat mengakibatkan hasil belajar permasalahan yang diberikan, dan
yang rendah. Hal ini bisa dilihat dari menyajikan hasil pencariannya secara
sedikitnya jumlah siswa yang mencapai individu. Pada model ini, tahap-tahap
kriteria ketuntasan minimal (KKM). pembelajarannya kurang mengeksplorasi
Temuan dalam penelitian ini keterampilan berpikir kritis yang dimiliki
memberikan petunjuk bahwa berpikir kritis oleh siswa, sehingga siswa yang memiliki
tidak mempengaruhi model pembelajaran keterampilan berpikir kritis tinggi kurang
yang digunakan dalam meningkatkan hasil terakomodir oleh model pembelajaran
belajar. Model pembelajaran yang konvensional.
digunakan lebih berperan dalam Pada siswa yang memiliki
meningkatkan hasil belajar siswa. keterampilan berpikir kritis rendah terdapat
Berdasarkan Gambar 1 di atas perbedaan hasil belajar yang signifikan
dapat kita jabarkan bahwa, pada siswa antara siswa yang mengikuti model
yang memiliki keterampilan berpikir kritis pembelajaran TPS dengan siswa yang
tinggi terdapat perbedaan hasil belajar mengikuti pembelajaran konvensional.
antara siswa yang mengikuti model Pada kedua model tersebut terlihat bahwa
pembelajaran TPS dengan siswa yang siswa yang memiliki keterampilan berpikir
mengikuti pembelajaran konvensional, di kritis rendah memberikan hasil belajar
mana siswa yang mengikuti model TPS yang lebih tinggi pada kelompok TPS
mendapatkan hasil belajar lebih baik dibandingkan dengan kelompok
dibandingkan model pembelajaran konvensional. Hal ini bia dijelaskan
konvensional. Ini bisa disebabkan oleh bahwa, pada model pembelajaran TPS
karakteristik model TPS itu sendiri yakni terdapat tahap pairing, di mana pada
pada tahap thinking, siswa akan lebih tahap ini siswa akan berpasangan untuk
banyak berdialog dengan diri sendiri untuk mendiskusikan apa yang telah mereka
menemukan cara dalam memecahkan pikirkan. Ketika siswa berpasangan dan
masalah yang diberikan. Pada tahap berdiskusi maka akan ada interaksi tatap
pairing, siswa harus menggunakan muka. Menurut Sanjaya (2009) interaksi
keterampilan berpikir yang dimilikinya tatap muka dalam pembelajaran kooperatif
dalam berdiskusi dengan pasangannya. akan memberikan kesempatan bagi setiap
Bagaimana mereka menemukan masalah, anggota kelompok untuk bertatap muka
menemukan cara untuk menangani saling memberikan informasi dan saling
masalah, mengumpulkan data dan membelajarkan. Hal ini akan
menyusun informasi yang diperlukan, menyebabkan siswa saling mengisi untuk
menganalisis data, dan menarik bertukar informasi. Menurut Joyce dkk
kesimpulan. Dan, pada tahap sharing, (2009) adanya interaksi sosial akan
siswa harus menggunakan keterampilan menyebabkan adanya dukungan sosial
berpikir kritis yang dimilikinya yakni, dan meningkatkan kemampuan kognitif,

8
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)

memberikan efek yang sangat ampuh Ketiga, model pembelajaran TPS


dalam waktu singkat, baik dalam aspek yang diterapkan dapat meningkatkan hasil
pembelajaran akademik maupun aspek belajar baik pada siswa yang memiliki
skill. keterampilan berpikir kritis tinggi maupun
Meningkatnya hasil belajar pada rendah, dan pada siswa yang memiliki
siswa yang mempunyai keterampilan keterampilan berpikir kritis rendah, hasil
berpikir kritis rendah yang mengikuti belajar justru meningkat signifikan pada
model pembelajaran TPS bisa disebabkan model pembelajaran yang diterapkan.
oleh beberapa hal antara lain: 1) siswa Dengan demikian, model ini sangat cocok
sudah mulai terbiasa untuk berkolaborasi diterapkan apabila ingin meningkatkan
antar anggota kelompok sehingga hasil belajar terutama pada siswa yang
terbentuk kelompok yang efektif, 2) memiliki keterampilan berpikir kritis
masing-masing siswa merasa ikut rendah. Penerapan model pembelajaran
bertanggung jawab atas hasil yang think pair share ini disertai catatan bahwa
diperoleh, 3) siswa termotivasi untuk diperlukan kesiapan dan keterlibatan
mencapai hasil yang lebih baik. Temuan siswa secara aktif agar penerapan model
ini menguatkan pendapat Slavin (2008) pembelajaran ini menjadi efektif. Sebagai
bahwa penggunaan pembelajaran konsekuensinya, proses pembelajaran di
kooperatif dapat meningkatkan prestasi sekolah memerlukan partisipasi aktif dari
belajar siswa sekaligus meningkatkan siswa, dan perlu pembiasaan agar siswa
kemampuan hubungan sosial. terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
Dalam penelitian ini, diduga
adanya kolaborasi inilah yang PENUTUP
menyebabkan hasil belajar siswa pada Simpulan
model TPS lebih baik dibandingkan model Berdasarkan paparan hasil
konvensional. penelitian dan pembahasan dapat
Berdasarkan hasil dan temuan dikemukakan simpulan sebagai berikut.
dalam penelitian ini, hasil belajar IPA 1. Terdapat perbedaan hasil belajar
dapat ditingkatkan dengan penerapan antara siswa yang mengikuti model
model pembelajaran TPS. Implikasi pembelajaran TPS dengan siswa yang
berdasarkan temuan hasil penelitian ini mengikuti model pembelajaran
adalah, pertama, penggunaan model konvensional (F = 187,110; p<0,05).
pembelajaran think pair share dapat 2. Tidak terdapat pengaruh interaksi
dipertimbangkan untuk diimplementasikan antara model pembelajaran think pair
dalam proses pembelajaran di kelas share dan keterampilan berpikir kritis
terutama dalam meningkatkan hasil terhadap hasil belajar (F = 3,238;
belajar siswa. p>0,05).
Kedua, hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak terdapat Saran
pengaruh interaksi antara model Berdasarkan hasil penelitian ini,
pembelajaran dengan keterampilan maka dapat diajukan beberapa saran
berpikir kritis terhadap hasil belajar. berikut.
Berdasarkan hasil penelitian ini, ada 1. Perlu penelitian lebih lanjut karena
kemungkinan keterampilan berpikir kritis perbedaan hasil penelitian dengan
sebagai variabel terikat. Hal ini bisa dilihat kerangka berpikir. Penelitian lanjutan
dari kenaikan hasil belajar pada siswa dapat dilakukan terhadap sampel yang
dengan keterampilan berpikir kritis tinggi kemampuannya lebih beragam untuk
maupun rendah pada model pembelajaran melihat apakah terdapat interaksi
TPS. Kemungkinan model TPS yang antara model pembelajaran TPS
diterapkan mampu meningkatkan dengan keterampilan berpikir kritis
keterampilan berpikir kritis siswa, terhadap hasil belajar.
sehingga hasil belajar yang diperoleh pun 2. Jumlah siswa yang ganjil berdampak
akan meningkat. pada saat proses pembentukan

9
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)

kelompok, karena ada satu siswa tidak Diunduh tanggal 29 Nopember


mempunyai pasangan. Masalah ini 2012.
dapat diatasi dengan Arends, R.I. 2008. Learning To Teach:
mengelompokkan siswa yang tersisa Belajar untuk Mengajar Buku Dua.
ke kelompok terdekat, sehingga ada Yogyakarta: Pustaka Belajar.
kelompok yang berjumlah tiga orang. BSNP. 2010. Paradigma Pendidikan
3. Karena kelompok yang terbentuk Nasional Abad XXI. Jakarta: Badan
hanya beranggotakan 2 orang, maka Standar Pendidikan Nasional.
ketika ada perselisihan tidak ada Husni, M. 2013. Pengaruh Model
anggota kelompok yang bertindak Pembelajaran Kooperatif Tipe
sebagai penengah. Untuk itu guru Think Pair Share terhadap Prestasi
bertindak sebagai penengah ketika Belajar PKN Kelas IV SD Gugus I
ada perselisihan dalam kelompok. Selong Ditinjau dari Motivasi
4. Terkadang ada siswa yang bergantung Belajar.
pada anggota kelompoknya. Hal ini http://pasca.undiksha.ac.id/e-
menyebabkan kelompok menjadi tidak journal/index.php/jurnal_pendas .
efektif karena tidak semua anggota Diunduh tanggal 14 Desember
kelompok ikut berpartisipasi aktif 2013.
dalam pembelajaran. Hal ini dapat Johnson, E.B. 2007. Contextual Teaching
disiasati dengan memberikan reward and Learning : Menjadikan
bagi kelompok yang memiliki kerja Kegiatan Belajar Mengajar
sama yang baik antar anggota Mengasyikkan dan Bermakna.
kelompoknya, sehingga dapat Bandung : Mizan Learning Center.
memotivasi kelompok lain untuk Joyce B., Weil M., and Calhoun E. 2009.
melakukan hal yang sama. Models of Teaching : Model-model
5. Guru IPA diharapkan sering melatih Pengajaran. Yogyakarta: Pustaka
siswa dalam belajar berkelompok, Belajar.
sehingga siswa terbiasa saling Sadia, I W. 2008. Model Pembelajaran
berinteraksi dan berkolaborasi dalam yang Efektif untuk Meningkatkan
pembelajaran. Adanya kerja kelompok Keterampilan Berpikir Kritis (Suatu
ini dapat meningkatkan motivasi siswa
Persepsi Guru). Jurnal Pendidikan
dalam belajar.
dan Pengajaran Undiksha. No. 2,
UCAPAN TERIMA KASIH Th. XXXX, April 2009. ISSN 0215-
Ucapan terimakasih saya 8250. 219-238.
sampaikan kepada Bapak Markhaban, Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran
S.Pd, M.Pd.I, selaku Kepala Sekolah MTs Berorientasi Standar Proses
Negeri Patas yang telah memberikan izin Pendidikan. Jakarta : Prenada
untuk melakukan penelitian di institusinya, Media Group
yaitu pada siswa kelas VIII serta Slavin, E.R. 2011. Psikologi Pendidikan
memberikan segala fasilitas yang peneliti Teori dan Praktek Jilid 2. Jakarta :
perlukan. Indeks.
Suharlik. 2011. Pengaruh Strategi
DAFTAR RUJUKAN Pembelajaran Integrasi Think Pair
Share dan Resiprocal Teaching
Ambarwati, A.D. 2012. Model Terhadap Hasil Belajar Kognitif
Pembelajaran Kooperatif Tipe dan Retensi Biologi Siswa
Think-Pair-Share (TPS) dengan Berkemampuan Akademik
Pendekatan Inquiry untuk Berbeda di SMAN 1 Batu.
Meningkatkan Keterampilan www.mulok.library.um.ac.id/.
Berfikir Kritis dan Penguasaan Diunduh tanggal 29 Januari 2013.
Konsep Siswa SMP pada Konsep Sukasari, P. 2012. Pengaruh Model
Tekanan. www.repository.upi.edu. Pembelajaran Kooperatif Tipe

10
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)

Think Pair Share Terhadap Hasil Pair Share dan Metode


Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA Ekspositori. Jurnal Inovasi
Negeri 4 Singaraja. Skripsi. (tidak Pendidikan Kimia Univ. Negeri
diterbitkan). Singaraja: Jurusan Semarang, Vol. 2 No. 1 Tahun
Pendidikan Kimia Undiksha. 2008.
Sunarto W., Sumarni W., Suci E., 2008. Trianto. 2010. Mendesain Model
Hasil Belajar Kimia Siswa dengan Pembelajaran Inovatif Progresif.
Model Pembelajaran Metode Think Jakarta : Kencana Prenada Media.

11

Anda mungkin juga menyukai