Anda di halaman 1dari 147

ANALISIS KETERAMPILAN MENGGUNAKAN ALAT

PRAKTIKUM DASAR MAHASISWA PENDIDIKAN KIMIA

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :
Amelia Rachmawati
1112016200025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
ABSTRAK
Amelia Rachmawati, NIM. 1112016200025. Analisis Keterampilan
Menggunakan Alat Praktikum Dasar Mahasiswa Pendidikan Kimia. Skripsi
Program Studi Pendidikan Kimia. Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan mahasiswa


pendidikan kimia dalam menggunakan alat praktikum. Penelitian ini didasarkan
pada pembelajaran kimia yang selalu disampaikan dengan metode ceramah
sehingga psikomotor khususnya teknik laboratorium yang di miliki mahasiswa
rendah. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Proses penelitian ini
melalui enam tahap yang terdiri dari (1) tahap persiapan, (2) tahap pembuatan
instrumen penelitian, (3) tahap validasi instrumen penelitian oleh validator ahli,
(4) tahap pengumpulan data, (5) tahap pengolahan dan analisis data , dan (6) tahap
menarik kesimpulan dan pembuatan laporan. Sampel penelitian ini adalah
mahasiswa tingkat I Pendidikan Kimia Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar
observasi dan angket. Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan data yang terkumpul tanpa membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Hasil penelitian diperoleh teknik
laboratorium terendah terdapat pada indikator teknik memasukkan zat kedalam
tabung reaksi dengan persentase sebesar 73% dengan katagori baik, teknik
laboratorium tertinggi terdapat pada indikator teknik mengukur, mengocok dan
melipat kertas saring dengan perolehan persentase sebesar 94% dengan katagori
sangat baik. Secara umum teknik laboratorium mahasiswa pendidikan kimia
termasuk kedalam katagori baik dengan persentase sebesar 87%.

Kata Kunci : Keterampilan Laboratorium, Praktikum, Penggunaan Alat


Praktikum

iv
ABSTRACT
Amelia Rachmawati, NIM. 1112016200025. Analysis of Chemistry Education
Students Learning Skills in Using Experiment Equipments. Thesis of
Chemistry Education Program. Department of Natural Sciences Education,
Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic
University Jakarta.

This research is intended to know Chemistry Education Students Learning


Skills in Using Experiment Equipments. This research is built on chemistry
learning which is always delivered by lecture method so that the psychomotor
specially the laboratory technique that the students have is low. The research
method used is descriptive. The research process consists of six stages consisting
of (1) preparation stage, (2) stage of research instrument, (3) validation stage of
research instrument by expert validator, (4) completion data, (5) processing stage
and data analysis , And (6) the stage of drawing conclusions and preparing
reports. The sample of this research is the first grade students of Chemistry
Education of Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. The
instruments used in this research are observation sheet and questionnaire.
Analytical techniques used to analyze data by way of describing data collected
without calculations that apply to the public or generalization. The result of
technical technique research with 73% procedural content with good category, the
highest laboratory technique is on measurement technique indicator, by balancing
and folding filter paper with percentage value equal to 94% with very good
category. In general, laboratory techniques of chemical education students are
included in both categories with a percentage of 87%.

Keywords: Laboratory Skills, Practicum, Using Experiment Equipments

v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena hanya
dengan rahmat, karunia, dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul Analisis Keterampilan Mahasiswa Pendidikan Kimia dalam
Menggunakan Alat Praktikum
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak. Semoga menjadi amal baik dan dibalas oleh
Allah SWT dengan balasan yang baik. Oleh karena itu, apresiasi dan terima kasih
yang setinggi-tingginya ingin penulis ucapkan pada kesempatan kali ini. Secara
khusus, apresiasi dan terimakasih tersebut disampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Bapak Burhanudin Milama, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Tonih Feronika M.Pd., Dosen pembimbing I dan Ibu Luki Yunita,
M.Pd., Dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu dalam
memberikan bimbingan, arahan, nasehat dan motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Salamah Agung, Ph.D., Dosen pembimbing akademik pendidikan kimia
A 2012 yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.
6. Ibu Nanda saridewi, M.Si., Ibu Dewi Murniati, M.Si, dan Bapak Dedi
Irwandi, M.Si., selaku validator instrument atas segala saran dan bimbingan
yang diberikan.
7. Bapak Iwan Setiawan, S.Pd., selaku validator instrumen dan laboran
pendidikan kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
arahan serta izin sepenuhnya untuk dapat melakukan penelitian di tempat
tersebut.

vi
8. Amrina Humaira, Suparman, Gilang Yuda P, Gita Dynamika, dan Anggi
Sapitri selaku observer yang senantiasa membantu penulis.
9. Orang tua tersayang, Bapak Se Fuk Loi (Andy) dan Ibu Sri Sulastri serta
adik tersayang Pramudya Ahmad Fawaz yang telah memberikan kasih
sayang, pengorbanan, do’a, dukungan, waktu, dan kesabaran tanpa batas.
10. Gita Dynamika untuk semua waktu dan kesabaran, serta pengorbanan yang
diberikan. Terima kasih atas segala pengertiannya dengan selalu menjadi
pendengar yang baik dan memberikan support ditengah masa kebimbangan
dan kesulitan.
11. Keluarga besar asisten laboratorium kimia, Ka Aden, ka Oji, Ka Unggul, Ka
ricky, Ka Hari S, Ka Hariyanto, Anggi, Muti, dan lainnya yang tidak bisa
disebutkan satu persatu. Terimakasih telah berbagi kesabaaran,
pengalalaman dan dukungan.
12. Rekan – rekan seperjuangan Pendidikan Kimia angkatan 2012 FITK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas semua canda, tawa dan
kejadian yang dilewati serta pelajaran berharga yang diberikan.
13. Mahasiswa Pendidikan Kimia angkatan 2016 UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah membantu terlaksananya penelitian ini dan selalu
memberikan semangat kepada penulis.
14. Budi dan willy yang telah membantu dalam proses pembuatan instrumen
penelitian. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Terima Kasih banyak.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari kesalahan. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat dibuthkan demi perbaikan. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi bagi setiap
perkembangan kualitas pendidikan. aamiin

Jakarta, September 2017


Penulis

Amelia Rachmawati

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ......................... i


LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .................................................... ii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ......................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................. iv
ABSTRACT ................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ............................................................................... vi
DAFTAR ISI .............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah .................................................................... 5
D. Perumusan Masalah ..................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ....................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN
A. Kajian Teori ................................................................................. 7
1. Pengertian Belajar ................................................................... 7
2. Praktikum................................................................................. 8
3. Kedudukan Praktikum dalam Pembelajaran Kimia................. 10
4. Laboratorium kimia dan Keselamatan kerja di laboratorium .. . 11
a. Keselamatan dan Keamanan Kerja (K3) ............................. 11
b. Pengertian Laboratorium ..................................................... 12
c. Fungsi Laboratorium ........................................................... 12
d. Jenis Laboratorium .............................................................. 13
e. Manajemen Laboratorium .................................................. 14
5. Peralatan di Laboratorium dan fungsinya ................................ 15

viii
a. Peralatan gelas ..................................................................... 16
b. Peralatan non gelas .............................................................. 20
6. Cara Penggunaan Alat Praktikum ........................................... 21
B. Hasil Penelitian yang Relevan ..................................................... 27
C. Kerangka Berpikir ........................................................................ 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 30
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 30
B. Metode dan Desain Penelitian...................................................... 30
C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................... 32
D. Instrumen Penelitian..................................................................... 33
1. Lembar Observasi .................................................................... 33
2. Angket ...................................................................................... 35
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 36
F. Teknik Analisis Data ....................................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................... 40
A. Hasil Penelitian ............................................................................ 40
B. Pembahasan .................................................................................. 43
1. Keselamatan dan Keamanan Kerja (K3) ................................ 43
2. Keterampilan Menimbang...................................................... 46
3. Keterampilan mengukur ......................................................... 48
4. Keterampilan Menuangkan Zat .............................................. 50
5. Keterampilan Mengocok Larutan .......................................... 53
6. Keterampilan Memanaskan .................................................... 54
7. Keterampilan Membaui .......................................................... 55
8. Keterampilan Menggunakan Termometer ............................. 56
9. Keterampilan Melipat Kertas Saring...................................... 56
10. Keterampilan Memasukkan zat kedalam tabung
reaksi ..................................................................................... 56
11. Keterampilan Titrasi .............................................................. 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 59
A. Kesimpulan .................................................................................. 59

ix
B. Saran ............................................................................................. 59
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 60
LAMPIRAN ............................................................................................... 65

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Cara Membaca Meniskus ...................................................... 22


Gambar 2.2 Cara Memanaskan tabung Reaksi ......................................... 23
Gambar 2.3 Cara Melipat Kertas Saring ................................................... 24
Gambar 2.4 Cara Menggunakan Pipet Volume ........................................ 25
Gambar 2.5 Cara Dekantasi ...................................................................... 26
Gambar 2.6 Cara Memasukkan zat padat kedalam tabung reaksi ............ 26
Gambar 4.1 Kesalahan dalam Teknik Laboratorium Menimbang .......... 47
Gambar 4.2 Kesalahan dalam Teknik Laboratorium Mengukur ........... 50
Gambar 4.3 Kesalahan dalam Teknik Laboratorium Penggunaan
Corong ................................................................................ 51
Gambar 4.4 Kesalahan dalam Teknik Laboratorium Pengambilan zat
Dengan Pipet Volume ........................................................ 52
Gambar 4.5 Kesalahan dalam Teknik Laboratorium Mengocok
Menggunakan Labu Takar .................................................. 54
Gambar 4.6 Kesalahan dalam Teknik Laboratorium Memanaskan ........ 55
Gambar 4.7 Kesalahan dalam Teknik Laboratorium Membaui .............. 55
Gambar 4.8 Kesalahan dalam Teknik Laboratorium Titrasi ................... 58

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Peralatan Gelas dan Fungsinya ................................................ 16


Tabel 3.1 Validator Instrumen ................................................................. 31
Tabel 3.2 Analisis Teknik Laboratorium ................................................. 33
Tabel 3.3 Interval Skor ............................................................................. 38
Tabel 4.1 Teknik Laboratorium Mahasiswa Pendidikan Kimia .............. 40
Tabel 4.2 Angket Teknik Laboratorium Mahasiswa Pendidikan
Kimia ....................................................................................... 41

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Kimia dan


Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar .................................. 65
Lampiran 2. Kisi – Kisi Indikator Teknik Laboratorium ............................... 67
Lampiran 3. Lembar Observasi ..................................................................... 69
Lampiran 4. Data Hasil Praktikum Pembuatan Larutan ................................ 96
Lampiran 5. Data Hasil Praktikum Stoikiometri ........................................... 100
Lampiran 6. Data Hasil Praktikum Titrasi Asam Basa .................................. 104
Lampiran 7. Hasil Uji Teknik Laboratorium ................................................. 108
Lampiran 8. Lembar Angket .......................................................................... 111
Lampiran 9. Hasil Data Angket .................................................................... 119
Lampiran 10. Surat Izin Penelitian................................................................... 123
Lampiran 11. Dokumentasi Penelitian ............................................................ 124
Lampiran 12 Lembar Uji Referensi ................................................................. 125

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang wajib didapatkan dan dilaksanakan bagi
seluruh warga Indonesia. Melalui pendidikan diharapkan Bangsa Indonesia
dapat bersaing dengan Negara lain. Pada era globalisasi dunia pendidikan
dituntut untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas dan memiliki daya saing
tinggi, karena pada hakikatnya pembelajaran bukan hanya berupa berupa teori
saja. Aeni, Saptorini, & Supardi (2017) menyatakan bahwa belajar bukan
hanya berupa penguasaan pengetahuan, tetapi kecakapan dan keterampilan
dalam melihat, menganalisis, memecahkan masalah, membuat rencana,
mengadakan pembagian kerja, serta kreatifitas dalam menghasilkan suatu
produk yang berkaitan dalam pembelajaran.
Dalam Permendikas Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
akademik dan Kompetensi guru disebutkan bahwa pendidik harus memiliki
kemampuan mengembangkan kurikulum yang berkaitan dengan mata
pelajaran yang diampu. Trianto (2011, hlm. 54) menyebutkan bahwa
kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pendidik meliputi kemampuan
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi prefesional, dan kompetensi
sosial. Program studi pendidikan kimia Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta merupakan salah satu Lembaga Pendidikan yang
bertugas menghasilkan calon guru kimia yang memiliki kualifikasi dan
kompeten dalam bidangnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya mata kuliah
wajib seperti mata kuliah kimia dasar, kimia organik, kimia anorganik, kimia
analitik yang disusun untuk mememenuhi tuntutan era globalisasi karena mata
kuliah tersebut tidak hanya berpusat pada ranah kognitif melainkan pada ranah
psikomotor dan afektif sehingga calon guru dapat memenuhi empat
kompetensi yang harus dimiliki guru khususnya pada kompetensi prefesional.

1
2

Ilmu kimia yang merupakan bagian dari kelompok ilmu pengetahuan


alam yaitu ilmu yang berfokus pada pengetahuan tentang zat atau materi yang
ada di alam, serta perubahan dari suatu zat atau materi tersebut (Chang, 2005,
hlm. 3). Ilmu kimia adalah ilmu yang berlandaskan pada praktikum,
praktikum dapat membangkitkan keingintahuan seseorang terhadap ilmu
kimia (Ahmad, 1993, hlm. i). Pada umumnya mahasiswa mengganggap ilmu
kimia rumit karena bersifat abstrak sehingga dibutuhkan suatu metode yang
melibatkan pengalaman secara langsung seperti praktikum. Praktikum
diperguruan tinggi pada umumnya ditujukan untuk mendukung perkuliahan
yakni dalam membangun konsep dasar pengetahuan yang diperoleh pada saat
perkuliahan. Salah satu faktor penting yang mendukung praktikum dapat
berjalan dengan baik yakni pengetahuan mahasiswa akan laboratorium seperti
nama bahan, nama alat, fungsi alat, dan cara (teknik) penggunaannya.
Di dalam laboratorium kimia terdapat peralatan gelas maupun non gelas
serta zat yang akan digunakan untuk praktikum. Sehingga dalam
penggunaannya harus memperhatikan tata cara (teknik) praktikum yang baik
dan benar. Kurangnya pengetahuan keterampilan penggunaan alat di
laboratorium akan mempengaruhi kelancaran praktikum. Sebagai contoh,
mahasiswa yang menguasai teknik laboratorium dengan baik akan lebih
terampil dan teliti dalam praktikum sehingga memperoleh hasil praktikum
seperti yang diharapkan. Tanpa disadari minimnya pengetahuan akan cara
(teknik) penggunaan alat di laboratorium akan menyebabkan kesalahan pada
saat praktikum bahkan dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya
kecelakaan kerja. Misalnya proses pemanasan zat dalam tabung reaksi harus
menggunakan penjepit kayu, saat pemanasan mulut tabung dimiringkan
sekitar 45° serta tidak boleh diarahkan ke tempat yang ada orang/ tempat
penyimpanan zat. Selain itu tabung reaksi harus digerak-gerakan agar tabung
reaksi tidak terlalu panas. Hal ini dilakukan untuk menghindari percikan zat
saat pemanasan (Khamidinal, 2009, hlm. 102). Oleh karena itu, pengetahuan
mengenai cara menggunakan alat di laboratorium merupakan suatu
3

pengetahuan dasar yang wajib dimiliki oleh mahasiswa sebelum dan saat
melakukan praktikum di laboratorium.
Pengetahuan keterampilan menggunakan alat di laboratorium ini
bertujuan untuk mengurangi kesalahan kerja sehingga mendapatkan hasil yang
maksimal serta dapat mengurangi tingkat kecelakaan kerja. Hal ini di dukung
oleh Lasia, Gunamantha, & Budiada (2013) yang menyatakan bahwa
percobaan (praktikum) yang dilakukan menggunakan berbagai bahan kimia,
peralatan gelas dan instrumentasi khusus dapat menyebabkan kecelakaan bila
dilakukan dengan cara yang tidak tepat. Namun pada kenyataanya
pengetahuan tentang cara penggunaan alat di laboratorium masih sangat
rendah dikarenakan tidak adanya mata pelajaran khusus mengenai cara
praktikum yang baik dan benar. Kegiatan praktikum di sekolah hanya
dilakukan mengikuti modul praktikum ataupun lembar kerja siswa (LKS)
yang diberikan oleh guru tanpa memperhatikan penggunaan alat di
laboratorium dan cara menggunakan bahan dengan baik sehingga
keterampilan penggunaan alat di laboratorim rendah dan rentan terjadi
kecelakaan kerja.
Berdasarkan penelitian Indro Kusumo Bawono (2011) dalam
penelitiannya yang berjudul Keterampilan laboratorium mahasiswa kimia pada
praktikum kimia dasar 2. Keterampilan teknik laboratorium mahasiswa masih
rendah tergolong rendah seperti keterampilan teknik laboratorium mengukur
volume, mengencerkan larutan dengan labu ukur, dan teknik menitrasi masih
rendah dengan persentase masing – masing 37,1%, 18,4%, dan 15,8%.
Rendahnya keterampilan kerja yang dimiliki mahasiswa akan mengakibatkan
kecelakaan kerja pada saat praktikum. Hal tersebut dibuktikan melalui survei
yang dilakukan Education Bureau (2007) pada tahun 2005/2006 terdapat 554
kasus kecelakaan kerja dari 168 sekolah yang disebabkan dari kesalahan kerja
seperti tergores pecahan kaca, luka bakar ringan, terkena bahan kimia dikulit,
tumpahan zat kimia, dan ketidaknyamanan menghirup gas. Untuk tingkat
Universitas banyak kecelakaan yang terjadi di laboratorium khususnya saat
melakukan praktikum. Salah satu contoh kecelakaan kerja yaitu di
4

laboratorium farmasi Universitas Indonesia pada tahun 2015 seperti yang di


lansir dari Okezone News kecelakaan kerja terjadi akibat pemanasan yang
berlebih sehingga menyebabkan sampel di dalam labu destilasi hampir kering.
Hal ini menunjukkan bahwa ketidaktahuan akan keterampilan di laboratorium
atau cara penggunaan alat praktikum yang tepat dapat menyebabkan resiko
kecelakaan kerja di laboratorium.
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Sejak tahun 2002 FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta membuka
program Studi kimia yang bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang
prefesional serta mampu mengintegrasikan konsep – konsep pendidikan
kimia, dan islam sehingga memiliki kompetensi yang utuh dan mampu
berkompetensi dalam skala lokal maupun global (Pedoman Akademik, 2012,
hlm. 99). Salah satu standar kompetensi lulusan Program studi yakni
menguasai dasar – dasar kompetensi pedagogik, prefesional, kepribadian, dan
sosial. Salah satu aplikasi dari kompetensi prefesional adalah mahasiswa
memiliki kemampuan dalam teori maupun praktik. Namun pada nyatanya
kemampuan mahasiswa dalam praktikum masih relatif kurang, hal ini dilihat
berdasarkan ketika pelaksanaan praktikum serta nilai praktikum mahasiswa
pendidikan kimia selama ini.
Rendahnya cara penggunaan alat di laboratorium yang dikuasai
mahasiswa dapat disebabkan karena tidak adanya mata pelajaran khusus
tentang teknik laboratorium pada saat tingkat SMA/sederajat. Gunawan (2012)
yang menyatakan bahwa sumber belajar yang digunakan dalam kegiatan
praktikum hanya sebatas buku petunjuk yang berisikan nama, bahan serta cara
kerja yang tidak disertai penjelasan tentang cara penggunaan peralatan di
laboratorium kimia. Selain itu sumber belajar terutama tentang peralatan
laboratorium belum memadai, sehingga peserta didik harus mencari informasi
tambahan dari internet dan sumber lainnya sehingga lebih efektif. Seperti juga
yang di ungkapkan dalam Lasia et al., (2013) juga mengungkapkan
mahasiswa kimia yang duduk di semester tingkat awal mengatakan ketika di
SMA sangat jarang bahkan tidak pernah melakukan praktikum. Selain itu
5

masih banyak guru yang hanya menekankan mata pelajaran kimia pada ranah
kognitif saja. Keterbatasan sarana dan prasarana juga menjadi alasan guru
untuk tidak melakukan pembelajaran yang berintegrasi dengan praktikum
sehingga keterampilan siswa SMA dalam menggunakan alat praktikum dasar
masih rendah.
Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
tingkat keterampilan penggunaan alat praktikum mahasiswa Pendidikan Kimia
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “Analisis Keterampilan
Mahasiswa Pendidikan Kimia Dalam Menggunakan Alat Praktikum”.
B. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka
dapat diindentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa dituntut untuk melakukan praktikum dengan baik dan benar
sehingga membutuhkan keterampilan di laboratorium.
2. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan oleh beberapa tingkat
mahasiswa pendidikan kimia terjadi beberapa kesalahan yang diakibatkan
tidak benarnya keterampilan di laboratorium yang digunakan.
3. Pada umumnya latar belakang pendidikan mahasiswa berasal dari Sekolah
Menangah Atas/sederajat yang tidak diberikan keterampilan khusus saat
melakukan praktikum sehingga kurangnya pembekalan tentang teknik
laboratorium

C. Pembatasan Masalah
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti melakukan pembatasan
untuk menghindari meluasnya masalah sebagai berikut :
1. Teknik laboratorium yang di teliti meliputi keterampilan penggunaan alat
di laboratorium yang digunakan pada saat praktikum kimia dasar II dengan
judul Pembuatan Larutan, Stoikiometri, Titrasi Asam Basa.
2. Teknik Laboratorium yang di ukur berupa (a) Kesehatan dan Keselamatan
Kerja, (b) Menimbang, (c) mengukur, (d) Menuangkan zat, (e) mengocok
6

labu takar, (f) memanaskan, (g) membaui, (h) menggunakan termometer,


(i) melipat kertas saring, (j) memasukkan zat ke dalam tabung, (k) Titrasi.
3. Mahasiswa yang menjadi sampel yaitu mahasiswa pendidikan kimia
semester II tahun ajaran 2016/2017 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka penulis
merumuskan masalah dalam penelitian ini: “ Bagaimana keterampilan
mahasiswa pendidikan kimia dalam menggunakan alat praktikum?”

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keterampilan
mahasiswa pendidikan kimia dalam menggunakan alat praktikum

F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah :
1. Bagi mahasiswa pendidikan kimia mengetahui keterampilan dalam
menggunakan alat praktikum yang dimilikinya sehingga dapat digunakan
sebagai pertimbangan dalam mengevaluasi teknik laboratorium yang
dimilikinya untuk melakukan praktikum di laboratorium kimia.
2. Bagi pendidik (dosen) mengetahui teknik laboratorium yang dimiliki oleh
mahasiswa sehingga dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam
mengevaluasi program pembelajaran (praktikum) yang telah
dilaksanakan.
3. Bagi program studi pendidikan kimia mengetahui kualitas mahasiswanya
sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk evaluasi
sistem, sarana dan prasarana laboratorium kimia.
BAB II
KAJIAN TEORITIK, KERANGKA BERFIKIR DAN PENELITIAN
YANG RELEVAN

A. Deskripsi Teori
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses seseorang untuk mencapai berbagai
macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar juga dapat diartikan
usaha untuk mencapai kepandaian untuk memahami, mengerti, dan menjadi
tahu dalam melaksanakan suatu kegiatan. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2007, hlm. 17) belajar adalah berusaha (berlatih dan sebagainya)
supaya mendapatkan suatu kepandaian
Witherington dalam Purwanto (1985, hlm. 81) menyatakan bahwa
belajar suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai
suatu pola baru daripada reaksi kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau
suatu pengertian. Belajar merupakan suatu aktivitas atau suatu proses untuk
memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki suatu
prilaku maupun sikap untuk memperkokoh kepribadian (Suyono & Hariyanto
, 2012, hlm. 9). Belajar juga di artikan suatu kegiatan modifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui pengalaman (Hamalik ,2009, hlm. 27). Hal
tersebut juga didukung oleh Purwanto (1985, hlm.81) yang juga menyatakan
bahwa belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, yakni
perubahan kearah yang lebih baik, tetapi juga memungkinkan kearah tingkah
laku yang lebih buruk.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku baru atau lebih baik berdasarkan pengalamannya
dengan lingkungan sekitar. Pengalaman yang didapatkan bukan hanya dari
segi kognitif saja namun berupa pengalaman afektif dan psikomotor.

7
8

Salah satu mata kuliah yang terdapat praktikum dalam Program


Studi Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu mata kuliah
kimia dasar. Mata kuliah kimia dasar 2 ini memuat tiga satuan kredit semester
(SKS) yang berintegrasi dengan praktikum. Pada praktikum kimia dasar
mahasiswa diharapkan dapat dibekali penguasaan psikomotorik yang
didukung oleh afektif dan kognitif. Kemampuan praktikum ini diharapkan
dimiliki oleh mahasiswa sebagai penunjang dalam pembelajaran kimia dasar
2 untuk mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran.

2. Praktikum
Pratikum berasal dari kata praktik yang artinya pelaksanaan secara
nyata apa yang disebut dalam teori. Sedangkan pratikum adalah bagian dari
pengajaran yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji
dan melaksanakan di keadaan nyata, apa yang diperoleh dari teori dan
pelajaran praktik (KBBI, 2007, hlm. 892). Berdasarkan terminologinya,
praktikum dapat diartikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang
memungkinkan seseorang (siswa) menerapkan keterampilan atau
mempraktikkan sesuatu (Subiantoro, 2010, hlm. 7). Hal ini didukung pula
oleh Zulfiani, Feronika, & Suartini (2009, hlm. 104) yang menyatakan
bahwa metode praktikum merupakan metode yang paling tepat dalam
mengajarkan konsep – konsep sains, karena berasal dari hal – hal yang
bersifat fakta. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa metode praktikum sangatlah penting dalam menunjang proses belajar
mengajar.
Salah satu mata pelajaran yang membutuhkan praktikum yakni
pelajaran di bidang IPA baik ilmu fisika, biologi maupun kimia. Kimia
merupakan cabang ilmu pengetahuan alam (Widyatmoko , 2009, hlm 1). Hal
ini didukung oleh Chang (2005, hlm 3) yang menyatakan bahwa kimia
merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam yang mempelajari
materi dan perubahannya, serta unsur dan senyawa yang terlibat dalam
perubahan kimia. Pelajaran kimia dianggap sulit karena sebagian konsepnya
9

bersifat abstrak dan kasat mata. Oleh karena itu untuk memudahkan
pemahaman dalam mempelajari kimia dibutuhkan suatu kegiatan praktikum
yang mampu menjelaskan tentang materi kimia yang bersifat abstrak sesuai
dengan fakta atau kebenaran konsepnya.
Praktikum kimia di laboratorium dimaksudkan untuk mendapatkan
keterampilan laboratorium, pengalaman laboratorium, dan bukti nyata dari
prinsip, konsep dan hokum dasar dan teori (Susilaningsih, 2014). Konsep
yang bersifat absrak akan lebih mudah dipahami melalui kegiatan – kegiatan
yang bersifat konkret atau nyata. Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh
melalui pengumpulan data dalam eksperimen. Berdasarkan hal tersebut maka
metode praktikum dianggap cocok sebagai metode pembelajaran yang tepat
untuk konsep – konsep yang akan dipelajari. Metode praktikum memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan dan membuktikan secara
langsung konsep yang sedang dipelajari (Zulfiani, Feronika, dan Suartini
,2009, hlm. 104).
Metode praktikum dalam pembelajaran kimia menuntut kemampuan
praktik yang lebih menitik beratkan pada kemampuan psikomotor. Metode
praktikum tidak hanya memudahkan siswa dalam menguasai konsep yang
diterapkan, metode praktikum dapat digunakan untuk melatih siswa dalam
melakukan keterampilan kerja laboratorium (Romlah dalam abadi, 2012). Hal
ini sesuai dengan salah satu tujuan laboratorium yang diungkapkan oleh
Sofyan, Feronika, Milama (2006, hlm. 83) yakni laboratorium merupakan
tempat untuk mengembangkan keterampilan manipulatif dan prosedural.
Keterampilan manipulatif adalah keterampilan dalam menggunakan alat –
alat laboratorium, sedangkan keterampilan prosedural adalah keterampilan
melakukan perangkat pekerjaan dengan urutan tertentu.
Metode praktikum memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan
metode praktikum antara lain:
a. Siswa dirangsang berfikir kritis, tekun, mau bekerja sama, terbuka dan
objektif
b. Siswa dirangsang untuk memiliki keterampilan proses sains, seperti
mengamati, menginterpretasi, mengelompokkan, mengajukan pertanyaan,
10

merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan,


mengkomunikasikan dan bereksperimen.
c. Siswa belajar secara konstruktif tidak bersifat hafalan, sehingga
pemahamannya terhadap suatu konsep bersifat mendalam dan bertahan
lama.
d. Siswa ditempatkan pada situasi belajar penuh dengan tantangan, sehingga
tidak mudah bosan.
e. Konsentrasi siswa terarahkan pada kegiatan pembelajaran.
f. Siswa lebih mudah memahami suatu konsep yang bersifat abstrak.

Kelemahan metode praktikum antara lain :


a. Memerlukan waktu yang relatif lama.
b. Membutuhkan alat dan bahan yang cukup dan terkadang sulit ditemukan
dan mahal harganya.
c. Guru dituntut menguasai konsep yang akan diuji atau dibuktikan dalam
kegiatan eksperimen.
d. Siswa dituntut untuk terlebih dahulu memiliki landasan berpikir, sehingga
mengetahui secara jelas tujuannya melakukan eksperimen dan
kesimpulan yang diambilnya relevan dengan konsep yang sedang diuji.
g. Kegiatan ini cenderung memerlukan ruang khusus (laboratorium) untuk
lebih leluasa melakukan eksperimen
(Zulfiani et al , 2009, hlm. 104 – 105)

3. Kedudukan Praktikum dalam Pembelajaran Kimia


Salah satu mata kuliah di Program Studi Pendidikan Kimia UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang didukung kegiatan praktikum yaitu mata
kuliah kimia dasar 2. Jumlah sks mata kuliah kimia dasar 2 yakni sebesar 3
sks dengan bobot teori sebesar 2 sks dan bobot 1 sks untuk praktikum
(Pedoman Akademik, 2012, hlm. 100).
Praktikum kimia tidak bisa lepas dari mata kuliah kimia sebagai
pembelajaran di kelas dalam upaya mencapai standar kompetensi yang telah
di tentukan (Susilaningsih, 2014). Hal ini juga di dukung oleh Syukri (1999,
hlm. 20) yang menyatakan bahwa masalah pokok kimia berupa struktrur zat,
komposisi serta terkaitannya dapat diketahui melalui hukum kimia dan
metode ilmiah berupa praktikum. Selain itu praktikum di perguruan tinggi
ditujukan untuk mendukung perkuliahan yaitu dalam membangun konsep
atau membuktikan pengetahuan yang telah didapat di dalam perkuliahan.
Bagi mahasiswa pendidikan kimia, praktikum kimia bertujuan untuk
11

mengembangkan konsep – konsep kimia dengan memanfaatkan teknologi


serta menggunakan peralatan kimia. Selain itu kegiatan praktikum diperlukan
agar mahasiswa memperoleh pengalaman belajar secara konkret dan sebagai
suatu sarana mengkonfrotasi miskonsepsi yang dimiliki oleh mahasiswa, serta
untuk mengontruksi pengetahuan baru.

4. Keselamatan dan Keamanan Kerja (K3) di Laboratorium Kimia


Pada Hakikatnya pembelajaran IPA baik dibidang Fisika, Kimia
dan Biologi, suatu laboratorium merupakan salah satu bagian penting, tidak
hanya sebagai sarana penunjang pembelajaran namun laboratorium dijadikan
sebagai bagian dalam proses pembelajaran.
a. Keselamatan dan Keamanan kerja (K3)
Keselamatan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2007,
hlm. 1017) memiliki makna yakni keadaan selamat. Kata selamat berarti
terbebas atau terhindar dari bahaya, bencana dan malapetaka, tidak kurang
suatu apa dan tidak mendapat gangguan kerusakan. Sedangkan dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2007, 35) keamanan yaitu keadaan aman.
Keadaan aman yang dimaksud yaitu terbebas dari bahaya, bebas dari
gangguan, terlindungi dan tentram. Maka keselamatan dan keamanan kerja di
laboratorium yaitu segala upaya agar kegiatan praktikum yang dilakukan di
laboratorium selalu dalam keadaan terhindar dari bahaya. Bekerja dalam
laboratorium kimia, tidak lepas dari kemungkinan bahaya dari berbagai jenis
bahan kimia (Imamkhasani ,1990, hlm 1). Bailey & Barwick (2007, hlm. 1)
juga menyatakan bahwa kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh penggunaan
bahan kimia atau alat yang tidak tepat. Oleh karena itu untuk dapat
melakukan praktikum dengan selamat serta aman maka pengetahuan K3
harus dimiliki berupa pengelolaan serta penanganan terhadap zat kimia
berbahaya ( Moran, Masciangioli, 2010, hlm. v).
12

b. Pengertian Laboratorium
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2007, hlm. 621),
Laboratorium merupakan tempat atau kamar yang dilengkapi dengan
peralatan untuk mengadakan percobaan (penyelidikan dan sebagainya).
Laboratorium adalah tempat untuk melakukan berbagai percobaan dan
penelitian (Sitorus & Sutiani ,2013, hlm. 1). Laboratorium kimia merupakan
sarana penting untuk pendidikan, penelitian, pelayanan dan uji mutu atau
quality control (Imamkhasani, 1990, hlm. 1). Lasia (2013) mengungkapkan
bahwa laboratorium merupakan unit penunjang akademik pada lembaga
pendidikan, berupa ruangan tertutup atau terbuka, bersifat permanen atau
bergerak, dikelola secara sistematis untuk kegiatan pengujian, kalibrasi, dan
produksi dalam skala terbatas, dengan menggunakan metode keilmuan
tertentu dalam rangka pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat.
Sebuah laboratorium merupakan tempat proses belajar mengajar
dengan menggunakan metode praktikum, selalui metode praktikum siswa
diharapkan mendapat pengalaman belajar melakukan sesuatu penelitian
menggunakan alat dan bahan yang tersedia untuk membuktikan suatu
hipotesis atau teori secara langsung (Arief ,2016). Laboratorium juga
merupakan unsur penting dan salah satu syarat keberadaan suatu perguruan
tinggi. Pasal 56 ayat 1 nomor 60 tahun 1999 tentang pendidikan tinggi
menyebutkan bahwa setiap universitas/institut harus memiliki perpustakaan,
pusat komputer, laboratorium/studio dan unsur penunjang lainnya yang di
perlukan untuk penyelenggaraan perguruan tinggi (Sonhadji , 2002, hlm. 7).
Sebuah laboratorium, khususnya laboratorium kimia harus menjadi tempat
yang aman bagi para pekerjanya, baik aman terhadap kemungkinan
kecelakaan kerja maupun gangguan kesehatan (Imamkhasani, 1990, hal.2).

c. Fungsi Laboratorium
Laboratorium berfungsi sebagai sarana mengaplikasikan berbagai
konsep yang telah didapatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran,
13

mengembangkan berbagai ketrampilan/kinerja, menerapkan metode ilmiah,


dan membiasakan diri melakukan penelitian secara mandiri (Arif, 2016).
Fungsi laboratorium selain untuk melakukan kegiatan praktikum juga
berfungsi sebagai sarana penyelesaian masalah untuk dipecahkan oleh siswa,
tempat melakukan penelitian, tempat peragaan dan museum kecil (Zulfiani, et
al., 2009, hlm 166). Sebuah laboratorium juga bertujuan untuk
mengembangkan keterampilan manipulative dan prosedural. Keterampilan
manipulative merupakan keterampilan dalam menggunakan peralatan
laboratorium sedangkan keterampilan prosedural merupakan keterampilan
melakukan pekerjaan dengan urutan tertentu (Sofyan, et al., 2006, hlm. 83).
Selain itu, sebuah laboratorium juga memiliki tujuan kognitif berhubungan
dengan konsep – konsep ilmiah, pengembangan, keterampilan, dan
meningkatkan pemahaman ilmiah ( Mastika, Adnyana, & Setiawan, 2014)

d. Jenis Laboratorium
Bentuk laboratorium dibedakan berdasarkan laboratorium
tradisional dan non tradisional (Zulfiani et al., 2009, hlm. 167). Pada
umumnya jenis laboratorium terbagi menjadi laboratorium murni dan
laboratorium pendidikan. Biasanya laboratorium pendidikan digunakan
sebagai tempat belajar sedangkan laboratorium murni biasa digunakan untuk
proses penelitian yang bersifat kuantitatif . perbedaan antara laboratorium
pengajaran dan laboratorium murnni yakni berdasarkan alat – alat yang
digunakan ketika melakukan praktikum, peralatan dalam laboratorium murni
biasanya sudah berbentuk digital. Beberapa peralatan yang canggih (digital)
dengan staff yang professional dan trampil tidak serta merta dapat beroprasi
dengan baik (Sitorus & Sutiani, 2013, hlm. 2)
Laboratorium kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berada di lantai 1 FITK. Laboratorium kimia
terbagi menjadi 2 ruangan yang di gunakan untuk praktikum kimia dasar,
kimia organik, kimia anorganik, kimia fisik, kimia analitik dan biokimia.
14

Laboratorium kimia memiliki alat yang berbahan kayu, plastik maupun kaca
serta alat berbentuk digital maupun konvensional.

e. Manajemen Laboratorium
Kecelakaan kerja dalam laboratorium dapat disebabkan oleh
kurangnya manajemen laboratorium terhadap pembangunan infrastruktrur,
penggunaan peralatan dan bahan, keterampilan Sumber Daya Manusia.
a. Pembangunan Infrastruktur
Membangun sebuah laboratorium sebaiknya diperhatikan segala sarana
dan prasarana baik secara fisik maupun non fisik. Pembangunan
laboratorium sebaiknya dibangun terpisah dari gedung lainnya serta tata
ruang diatur sedemikian rupa seperti memiliki pintu masuk, pintu keluar,
pintu darurat, terdapat ventilasi serta penempatan peralatan dan bahan –
bahan kimia harus tertata dengan baik sesuai dengan peraturatan yang
telah ditentukan.
b. Penggunaan peralatan dan bahan
Pelaksanaan praktikum di laboratorium sebaiknya semua peralatan harus
dalam keadaan bersih, selain untuk mendapatkan hasil peraktikum yang
baik juga untuk menghindari reaksi yang tidak diinginkan karena masih
adanya zat pada peralatan yang digunakan. Peralatan yang digunakan
juga harus bisa beroperasi dengan baik serta sudah terkalibrasi. Dalam
penggunaan bahan sebaiknya dibuat setepat mungkin agar tidak ada zat
yang tersisa.
c. Keterampilan Sumber Daya Manusia
Pengetahuan terhadap laboratorium merupakan suatu hal yang wajib
dimiliki oleh seorang praktikan baik pengetahuan mengenai zat yang
digunakan maupun teknik yang digunakan pada saat praktikum.
Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kesalahan teknik yang dipakai
misalnya pada saat pemanasan menggunakan tabung reaksi praktikan
tidak menggerak – gerakan tabung reaksi kearah kanan dan kiri serta
15

mengarahkan mulut tabung kearah praktikan lain sehingga pada saat


pemanasan zat zat mendidih dan mengenai praktikan lainnya.
Imamkhasani (1990, hlm. 5) menyatakan bahwa sumber – sumber
bahaya dalam laboratorium terbagi menjadi tiga jenis yaitu bahan – bahan
kimia yang berbahaya, teknik percobaan, serta sarana laboratorium kimia
seperti gas, air, listrik, dan sebagainya. Alexander dan steffel (1976, hlm.
4) juga menyatakan bahwa kecelakaan kerja dalam laboratorium tidak
dapat diprediksi sehingga pekerja laboratorium harus menjaga keamanaan
saat melakukan praktikum. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan
cara selalu menggunakan alat perlindungan diri ( jas laboratorium, kaca
mata pelindung, sepatu, masker/respirator) agar terhindar dari paparan
atau tumbahan zat di tubuh, selalu bekerja dengan prosedur yang telah di
tetapkan, dan selalu melaporkan setiap kecelakaan kerja kepada pihak
yang berwenang.

5. Peralatan di laboratorium kimia dan Fungsinya


Peralatan laboratorium kimia merupakan salah satu sarana yang
digunakan dalam proses belajar mengajar dilaboratorium kimia wajib
dimanfaatkan, dipelihara, dirawat secara optimal dengan berkala agar
berfungsi dengan baik (Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas,
2011, hlm. iii). Alat – alat kimia adalah benda yang digunakan untuk
melaksanakan atau melakukan kerja praktik kimia secara berulang dan
tidak habis. Pada umumnya peralatan kimia terbagi menjadi 2 golongan
yakni peralatan gelas yang terbuat dari kaca yang tahan panas dan zat
kimia, dan peralatan non gelas yakni alat kimia yang terbuat dari kayu,
plastik, porselen, dan karet.
16

a. Peralatan Gelas
Tabel 2.1 Tabel peralatan gelas dan fungsinya
No Nama Alat Fungsi Gambar
1 Gelas Ukur Digunakan untuk mengukur
volume zat kimia yang
berbentuk cair. alat ini
terbuat dari bahan gelas
maupun plastik yang
memiliki skala dan tersedia
dari berbagai ukuran yakni 5
ml – 2000 ml.
2 Gelas Biasa disebut dengan gela
kimia piala atau gelas beker.
Digunakan sebagai wadah
melarutkan atau
mencampurkan zat kimia dan
memanaskan zat kimia
3 Labu Takar Untuk mengencerkan larutan
dengan volume tertentu
(sesuai dengan volume yang
tertera pada labu takar).
Menurut Clark (1980, hlm.
24) pada umumnya ukuran
labu takar yang digunakan
sekitar 10 ml – 100 ml dan
dilengkapi dengan tutup kaca
agar terhindar dari tumpahan
ketika proses pencampuran.
Labu takar merupakan
peralatan yang paling sering
17

No Nama Alat Fungsi Gambar


digunakan dalam
laboratorium analisa
dikarenakan memililiki
ketelitian yang lebih tinggi
melebihi ketelitian dengan
gelas ukur atau pun pipet
volume.
4 Pipet Tetes Untuk mengambil dan
menambahkan larutan atau
zat cair setetes demi setetes.
Dalam penggunaannya 20
tetes larutan encer yang di
ambil dengan pipet tetes
sama dengan 1 mL (Riyadhi
et al, 2006, hlm 11). Pipet
tetes memiliki ujung yang
sangat lancip sehingga
mudah patah dalam
penggunaannya.
5 Pipet ukur Untuk mengambil zat cair
(pipet dengan volume tertentu.
volume) Pada pipet ukur terdapat
skala dengan rentang 0,1 mL
– 25 mL. pada umumnya
penggunaan pipet volume
disandingkan dengan bola
hisap.
6 Labu Digunakan dalam proses
Erlenmeyer titrasi sebagai wadah untuk
18

No Nama Alat Fungsi Gambar


menampung titran dalam
praktikum titrasi. Bentuk
labu Erlenmeyer hampir
sama seperti dengan gelas
beaker namun bentuk
lehernya lebih sempit.
Tersedia dalam ukuran
rentang 25 mL – 5000 mL.
7 Buret Digunakan untuk proses
titrasi sebagai wadah untuk
menampung titrat.
Bentuknya memanjang dan
memiliki skala ini untuk
memudahkan untuk mencatat
volume yang telah
digunakan. Dalam
penggunaannya seluruh buret
harus terisi penuh dengan zat
yang akan digunakan,
pengisian bagian bawah
buret yakni dengan
membuka kran buret.
8 Barang Digunakan untuk mengaduk
Pengaduk suatu larutan. Terbuat dari
kaca agar tidak bereaksi
terhadap zat yang digunakan.
Memiliki bentuk panjang
dengan diameter 8 – 12 mm
dan panjang 10 – 15 cm serta
19

No Nama Alat Fungsi Gambar


terdapat bentuk pipih pada
salah satu ujungnya
9 Kaca Digunakan sebagai wadah
Arloji atau alas dalam proses
penimbangan zat kimia yang
berbentuk padat ataupun
kristal. Memiliki bentuk
bulat seperti piring dengan
diameter yang beragam.
Tersedia dengan kapasitas
diameter sebesar 3,5 mm –
10 mm.
10 Corong Digunakan untuk alat bantu
penyaringan atau media
untuk mengalirkan zat cair.
Penggunaannya biasanya
disandingkan dengan kertas
saring yang telah dilipat
sedemikian rupa sehingga
sesuai dengan bentuk corong.
11 Tabung Digunakan untuk
Reaksi mereaksikan larutan atau
cairan. Memiliki bentuk
seperti pipa dengan salah
satu ujungnya cekung dan
tumpul. Tersedia dalam
ukuran 5 mL – 75 mL
20

b. Peralatan Non Gelas


1. Neraca
Neraca merupakan salah satu alat ukur untuk menentukkan massa.
Terdapat beberapa jenis neraca yakni neraca sederhana dan neraca
digital. Neraca merupakan neraca sederhana biasanya terdapat beban
yang dapat dipindahkan. Pada umumnya nereca sederhana yang sering
di gunakan dalam laboratorium adalah neraca yang memiliki 3 lengan
dengan kapasitas masing – masing lengan sebesar 10 gram, 1 gram
dan 0,1 gram. Sedangkan neraca digital merupakan neraca yang
memiliki ketelitian lebih tinggi di bandingkan dengan neraca lainnya
dengan ketelitian hingga empat angka dibelakang koma.
2. Rak tabung reaksi
Digunakan untuk meletakan tabung reaksi pada saat praktikum.
Biasanya terbuat dari kayu namun ada juga yang terbuat dari plastik
maupun stenless steel.
3. Penjepit tabung reaksi
Digunakan untuk menjepit tabung reaksi pada saat proses pemanasan.
4. Kaki tiga dan kawat kasa
Digunakan untuk proses pemanasan. Diatas kaki tiga diletakan kawat
kasa yang berfungsi sebagai alat meletakkan wadah zat yang akan
dipanaskan seperti gelas beaker dan Erlenmeyer.
5. Lumpang dan alu
Biasanya terbuat dari bahan poeselen berwarna putih, digunakan
untuk menghaluskan bahan – bahan yang akan digunakan saat
percobaan.
6. Pembakar spirtus
Digunakan untuk memanaskan larutan. Dalam penggunaannya
biasanya disandingkan dengan kaki tiga dan kawat kasa.
21

7. Bola hisap
Pada umumnya bola hisap terbuat dari karet namun ada pula yang
terbuat dari plastik polipreopelen (Khamidinal, 2009, hlm. 85).
Berfungsi sebagai alat bantu untuk mengambil zat cair kedalam pipet.

6. Cara Penggunaan Peralatan Praktikum


Teknik atau Cara dasar Pekerjaan Laboratorium adalah ilmu yang
mempelajari tentang pengetahuan dan keterampilan dasar tentang
berlaboratorium, agar peserta didik dapat menguasai teknik – teknik dasar
dalam menangati alat dan bahan (Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan, 2013, hal. 1). Keterampilan yang harus dimiliki ketika melakukan
praktikum di laboratorium harus memperhatikan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3), salah satunya dengan cara mengetahui bahaya zat yang digunakan
ataupun cara menggunakan alat di laboratorium dengan teknik yang benar.
Kecelakaan kerja yang biasa terjadi di laboratorium disebabkan
karena kekurangtahuan praktikan dalam menggunakan alat dengan teknik
yang benar seperti cara memanaskan zat dalam tabung reaksi, cara
menuangkan zat pekat dan sebagainya. Berikut ini merupakan teknik
laboratorium yang harus di ketahui oleh praktikan.
a. Menimbang zat
Menimbang merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui
besar atau massa dari suatu zat yang akan di ukur. Menimbang zat kimia
merupakan salah satu tahap terpenting dalam analisis kuantitatif yang sering
dilakukan didalam labratorium kimia (Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan, 2013, hlm. 11). Penimbangan zat kimia dapat dilakukan
dengan menggunakan neraca teknis maupun neraca analitis.
Hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan proses
menimbang yaitu posisi neraca harus senantiasa dalam keadaan bersih dan
setimbang. Bila memakai neraca teknis (neraca tiga lengan atau neraca empat
lengan) yakni dengan mengatur seluruh pemberat neraca pada posisi angka
22

nol. Jika neraca di ayunkan dan posisi garis penunjuk tidak menunjukkan
posisi di angka nol atau rentang rata – rata +1 dan - 1 maka putar sekrup pada
bagian kiri neraca hingga posisi garis berada dalam kisaran rentang angka
tersebut yang disebut dengan titik akhir (Brescia, Arents, Meislich, & Turk,
1980, hlm. 7). Bila memakai neraca analistis cukup menekan tombol rezero
untuk membuat neraca analitis dalam keadaan nol (Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan, 2013, hlm. 27).
Setelah neraca setimbang, timbang massa gelas arloji kosong.
Kemudian masukkan zat padat yang akan ditimbang sejumlah massa yang
diinginkan, kemudian geser pemberat neraca hingga pada rentang titik akhir.
Achmad menyatakan bahwa ada aturan umum yang senantiasa diperhatikan
dalam melakukan suatu penimbangan, antara lain :
1. Neraca harus senantiasa dalam keadaan bersih.
2. Perbaikan sekecil apapun harus dilakukan oleh petugas ahli.
3. Zat kimia tidak boleh diletakkan pada piringan neraca.
4. Benda yang akan ditimbang, diletakkan di piring kiri dan anak
timbangan di piring kanan.
5. Neraca tidak boleh dipegang menggunakan jari melainkan selalu
menggunakan pinset.
(Ahmad, 1993, hlm.13)
b. Membaca meniskus
Salah satu hal terpenting ketika mengukur suatu zat cair yaitu
membaca meniskus. suatu zat cair dan gelas akan membentuk suatu
kelengkungan pada zat cair yang disebut dengan meniskus. Cara
membacanya adalah dengan melihat pada permukaan zat cair tersebut pada
posisi horizontal (Khamidinal, 2009, hlm. 122)

Gambar 2.1 Cara membaca meniskus


23

c. Pemanasan menggunakan tabung reaksi


Pemanasan suatu zat menggunakan tabung reaksi biasanya
dilakukan dengan pembakaran langsung menggunakan pembakar spirtus
ataupun pembakar Bunsen dengan cara menghadapkan mulut tabung reaksi
ke tempat yang aman (Ahmad, 1993, hal.6). Kata aman yang dimaksud yakni
posisi tabung reaksi miring sekitar sekitar 45o dan tidak mengarahkan mulut
tabung reaksi ke arah orang lain ataupun diri sendiri serta menggerakan
tabung reaksi menjauh dan mendekat untuk menghindari panas yang terlalu
berlebihan (Khamidinal, 2009, hlm. 102)

Gambar 2.2 Cara memanaskan tabung reaksi

d. Melipat kertas saring


Kertas saring digunakan untuk menyaring endapan ataupun kotoran
– kotoran yang terdapat dalam larutan. Dalam penggunaannya kertas saring
harus dibentuk sedemikian rupa agar sesuai dengan diameter dari corong
yang akan digunakan. Langkah – langkah melipat kertas saring yakni sebagai
berikut : (1) lipat kertas saring menjadi dua bagian; (2) lipat kembali kertas
saring menjadi seperempat lingkaran lalu sobek sedikit pada bagian ujung; (3)
kertas saring dibentuk kerucut lalu masukkan kedalam corong (Chandler &
Barnes, 1981, hlm. 17)
24

Gambar 2.3 Cara melipat kertas saring


e. Penggunaan pipet
Pipet merupakan alat yang paling sering di gunakan di dalam
laboratorium. Pipet digunakan untuk mengambil zat cair. Pipet terbagi
menjadi beberapa jenis namun yang paling sering di gunakan di laboratorium
yakni pipet tetes, pipet volume, dan pipet gondok.
Khamidinal (2009, hlm 123) menjelaskan cara menggunakan pipet
tetes yang baik dan benar yakni dengan memegang karet penghisap pada
pipet tetes dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk. Kemudian karet
penghisap ditekan dengan kedua jari, kemudian celupkan ujung pipet tetes
pada zat cair yang akan di ambil. Agar zat cair masuk kedalam pipet maka
secara perlahan tekanan pada karet penghisap dikurangi. Untuk mengeluarkan
zat cair dalam pipet tetes, berilah tekanan pada karet penghisap menggunakan
ibu jari dan jari telunjuk secara perlahan hingga cairan dalam pipet etes keluar
secara perlahan. Untuk menghindari kontaminasi zat maka sebagikan ujung
pipet tetes dijauhkan dari zat lain yang akan di tetesi zat cair dari pipet tetes.
Penggunaan pipet gondok dan pipet volume biasanya
menggunakan bantuan bola hisap. Cara mengambil cairan menggunakan bola
hisap yakni dengan memasukkan bola hisap kedalam ujung pipet volume.
tekan tombol A pada bola hisap untuk mengempiskan bola hisap, kemudian
tekan tombol S untuk mengambil zat cair kedalam pipet volume dan untuk
mengeluarkan zat cair dalam pipet volume yakni dengan menekan tombol E
pada bola hisap. Hal yang harus diperhatikan ketika mengeluarkan zat cair
dalam pipet volume skala pada pipet volume dan posisi pipet volume
terhadap wadah lain yang digunakan untuk menampung zat cair (gelas kimia,
labu Erlenmeyer dan sebagainya).
25

Cara mengeluarkan zat cair dalam pipet volume harus


memperhatikan skala pada pipet volume sehingga zat cair yang dikeluarkan
tidak sampai ujung pipet volume. posisi yang tepat yakni dengan cara
menempelkan ujung pipet ke dinding gelas kimia atau labu erlenmeyer yang
dimiringkan dengan posisi pipet tegak lurus seperti pada gambar berikut.

Gambar 2.4 Cara menggunakan pipet godok


f. Membaui Zat
Untuk menghindari terpaparnya zat kedalam tubuh melalui pernafasan
maka sebaiknya cara membaui yakni dengan meletakan zat kurang lebih
25 cm dari hidung dan dengan mengibas – ngibaskan gas dari mulut
tabung reaksi dengan telapak tangan ke arah hidung
g. Dekantasi
Dekantasi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk memisahkan zat
berdasarkan perbedaan massa jenis (Kamidinal, 2009, hlm. 112). Dalam
dekantasi terdapat dua cara yakni teknik dekantasi menggunakan satu
tangan dan teknik dekantasi dengan menggunakan dua tangan.
26

Gambar 2.5 Cara Dekantasi


h. Memasukkan zat padat kedalam tabung reaksi
Menuangkan zat padat kedalam wadah dapat menggunakan alat bantu
yakni spatula, namun jika memasukkan zat padat kedalam wadah dengan
diameter kecil seperti labu takar ukuran 5 ml, tabung reaksi biasanya
menggunakan alat bantu lain yakni kertas. Kertas yang digunakan
biasanya memiliki panjang sekitar 15 cm dan lebar sekitar 2 cm, yakni
dengan cara memasukkan kertas tersebut kedalam wadah lalu letakan zat
dengan cara mengalirkan zat padat melalui kertas lalu keluarkan kertas.
Hal ini juga di dukung oleh Mohrig, Hammond, & Schatz (2010, hlm 40)
yang menyatakan bahwa untuk memasukkan zat padat kedalam labu takar
ukuran 5 ml (baca : wadah berdiameter kecil) gunakan kertas dan spatula
sebagai alat bantu. Hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko kecelakaan
kerja berupa terpaparnya kulit dengan zat kimia.

Gambar 2.6 Cara memasukkan zat padat kedalam tabung reaksi


27

i. Titrasi
Titrasi dilakukan untuk analisis kuantitatif. Pada umumnya analisis yang
dilakukan adalah titrasi asam basa. Larutan standar diisi kedalam buret dan
sampel dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer. Kemudian menambahkan
sampel dengan indikator sebanyak dua sampai tiga tetes. Proses
penitrasian dilakukan dengan cara meletakkan labu Erlenmeyer dibawah
buret. Tangan kiri digunakan untuk mengatur kran buret dan tangan kanan
untuk menggoyangkan labu Erlenmeyer. Penetesan larutan standar
dilakukan hingga adanya perubahan warna.

B. Penelitian Yang Relevan


Penelitian yang dilakukan oleh Djohar Maknun, dkk yang merupakan
mahasiswa Pasca sarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dengan
judul “Keterampilan Esensial dan Kompetensi Motorik Laboratorium
Mahasiswa Calon Guru Biologi dalam Kegiatan Praktikum Ekologi” yang
dipublikasikan pada oktober 2012. Berdasarkan penelitian tersebut dapat
diketahui bahwa keterampilan esensial dan kompetensi motorik laboratorium
mahasiswa masih rendah yakni sebesar 35,50% untuk keterampilan esensial
laboratorium mahasiswa sedangkan kompetensi motorik laboratorium sebesar
59,6%.
Penelitian yang di lakukan oleh Indro Kusumo Bawanom Mahasiswa
Universitas Sebelas Maret (UNS) engan judul Keterampilan Laboratorium
Mahasiswa Kimia Pada Praktikum Kimia Dasar 2 tahun ajaran 2007/2008.
Menyatakan bahwa keterampilan laboratorium mahasiswa masih tergolong
rendah yakni untuk cara mengukur di peroleh 37,1%, 55,7%, 7,2% selanjutnya
cara mengencerkan sebesar larutan dengan labu ukur sebesar 18,4%, 63,2%,
18,4% sedangkan cara menitrasi di peroleh sebesar 60,8%, 23,4%, dan 15,8%
Penelitian yang di lakukan oleh Janice C Malana yang berjudul
“Manipulative Skills of Student in General Chemistry” Universitas Isabela
menyatakan bahwa keterampilan manipulatif siswa sudah tergolong baik
yakni dengan di peroleh nilai rata - rata sebesar 2.73
28

Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Laura Grant yang berjudul “Lab
Skills Of New Undergraduates.” Yang dilakukan terhadap 39 orang sampel
berasal dari departemen fisika, kimia dan biologi menyatakan bahwa terdapat
factor yang mempengaruhi keterampilan laboratorium yakni berupa
keterbatasan praktium baik dari sarana maupun dari sumber daya manusianya.
Penelitian yang dilakukan oleh Hendrian, Mahasiswa Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, program studi pendidikan fisika UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2013 dengan judul “ Analisis Kemampuan Psikomotor
siswa pada pembelajaran hands on teknik challenge exploration activity)”
menghasilkan bahwa dalam pembelajaran IPA keterampilan psikomotor siswa
dapat dilihat dengan teknik Challenge exploration activity melalui praktikum
kalor.
Penelitian yang dilakukan oleh Ida Bagus Nyoman sudria yang telah
diseminarkan dalam seminar nasional yang dilakukan di Fakultas Matematika
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Ganesha dengan judul “
Penggunaan Rubrik Asesmen Kinerja Untuk Meningkatkan Keterampilan
Dasar Praktikum Kimia dalam Perkuliahan kimia Dasar”. Dari penelitian
tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan dasar laboratorium masih rendah.

C. Kerangka Berfikir
Sebagian besar ilmu kimia merupakan ilmu percobaan, dan sebagian
besar ilmunya diperoleh melalui percobaan. Berlandaskan pada Peraturan
Pemerintah Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 16 tahun
2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru seorang guru
kimia harus bisa menguasai konsep serta perkembangan ilmu kimia. Selain
itu, guru kimia juga harus menguasai keterampilan kerja dan pengelolaan
laboratorium kimia serta keselamatan kerja di laboratorium. Oleh karena itu
program studi pendidikan kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan
salah satu instansi pendidikan untuk mencetak calon guru kimia yang
memiliki standar kompetensi lulusan sesuai dengan standar kualifikasi
akademik dan kompetensi guru. Dengan harapan mahasiswa yang telah lulus
29

dan menjadi guru telah memiliki kualifikasi atau kemampuan yang di


harapkan. yakni mampu melaksanakan dan mengembangkan program
kependidikan secara prefesional serta mengusai dasar – dasar kompetensi
pedagogik, prefesional, kepribadian, dan sosial sebagai guru kimia.
Lulusan Program Studi Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta juga diharapkan mampu menguasai karakteristik, subtansi dan
metodologi ilmu kimia serta mampu menguasai keterampilan kerja dan
pengelolaan laboratorium termasuk keselamatan kerja di laboratorium sesuai
dengan visi dan misi Program studi Pendidikan Kimia. Mengingatnya
pentingnya hal tersebut maka mata kuliah kimia dasar di programkan di tahun
pertama perkuliahan dan di integrasikan dengan praktikum. penelitian ini
merupakan tahapan awal untuk mengetahui tingkat keterampilan teknik
laboratorium mahasiswa pendidikan kimia di laboratorium kimia yang
nantinya akan terjun dalam dunia pendidikan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - April 2017, di
Laboratorium Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

B. Metodologi dan Desain Penelitian


Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode
deskriptif merupakan metode penelitian yang memaparkan atau
menggambarkan suatu hal seperti keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan
dan sebagainya (Arikunto, 2010, hal. 3) Metode deskriptif yang digunakan
dalam penelitian ini merupakan deskriptif kualitatif. Pada penelitian deskriptif
kualitatif yang dimaksud kualitaitf adalah datanya. Datan kualitatif adalah data
yang diwujudkan dalam kata keadaan atau kata sifat, misalnya “sangat baik”
disingkat “SB” (Arikunto, 2010, hal. 21)
Penelitian ini dilakukan untuk melihat teknik laboratorium yang di
miliki oleh Mahasiswa pendidikan Kimia pada praktikum kimia dasar II.
Teknik laboratorium yang akan dilihat di bagi menjadi beberapa poin besar
yaitu teknik menimbang, mengukur larutan, menuangkan zat, memanaskan,
membaui, melipat kertas saring, menggunakan termometer, menuangkan zat
padat ke dalam tabung reaksi, mengocok larutan dalam tabu takar serta titrasi.
Alur penelitian ini yaitu :
1) Tahap Persiapan
a. Melakukan observasi awal untuk mengetahui pengetahuan tentang
teknik laboratorium yang dimiliki oleh mahasiswa pendidikan kimia
semester 1 tahun ajaran 2016/2017. Pada observasi awal ini akan
dilakukan penyebaran angket terhadap mahasiswa pendidikan kimia
semester 1 untuk mengetahui mahasiswa tersebut pernah praktikum

30
31

atau belum pada saat di Sekolah Menengah Atas, serta mengetahui


judul praktikum yang sudah pernah di lakukan.
b. Menganalisis kompetensi guru mata pelajaran, kompetensi inti,
kompetensi dasar dan modul praktikum kimia dasar untuk menentukan
indikator teknik laboratorium yang ingin diketahui.
2) Tahap pembuatan instrumen penelitian.
Pada penelitian ini instrumen yang digunakan yakni lembar obeservasi
sebagai intrumen utama dan angket sebagai instrumen pendukung.
penyusunan instrumen dibuat berdasarkan penentuan indikator yang akan
diukur kemudian dijabarkan menjadi butir – butir pertanyaan atau
pernyataan.
3) Tahap validasi instrumen penelitian oleh validator ahli
Sebelum digunakan untuk mengambil data, instrumen yang telah dibuat
harus divalidasi terlebih dahulu untuk menentukkan kelayakkan instrumen
tersebut. Adapun validator instrumen penelitian ini tercantum dalam tabel
berikut ini.
Tabel 3.1 Tabel Validator Instrumen
Dedi Irwandi, M.Si Validator ke-1

Nanda Sari Dewi, M.Si Validator ke-2


Dewi Murniati, M.Si Validator ke-3
Iwan Setiawan, S.Pd Validator ke-4

Setelah instrumen divalidasi dilakukan uji coba terhadap mahasiswa


semester 3 sebanyak 20 orang untuk lebih mengetahui kevalidan instrumen.
Berdasarkan uji coba yang telah dilakukan terdapat 1 butir indikator yang
diperbaiki kembali yakni indikator dekantasi. Perbaikan ini dimaksudkan agar
instrumen lebih terarah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada saat
praktikum.
32

4) Tahap pengumpulan data


a. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi, dilaksanakan
praktikum selama tiga kali praktikum pada masing – masing kloter
praktikum. Tiga judul yang dilakukan pada saat praktikum yakni
praktikum pembuatan larutan, stoikiometri dan titrasi asam basa. Pada
proses pelaksanaannya pengumpulan data ini dibantu oleh lima orang
observer dengan tiap observer menilai 4 – 5 orang.
b. Pengumpulan data menggunakan angket, dilaksanakan setelah ketiga
judul praktikum selesai dilaksanakan.
c. Tahap pengolahan dan analisis data
Data yang telah terkumpul baik data yang berasal dari lembar observasi
ataupun data yang berasal dari angket selanjutnya dianalisis. Analisis
diarahkan untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan. Dalam
penelitian kuantitatif analisis data menggunakan kata keadaan atau kata
sifat. Data hasil analisis selanjutnya disajikan dalam bentuk diagram
,atupun grafik dan diberi penjelasan yang mendalam.
d. Tahap menarik kesimpulan dan pembuatan laporan.
Data yang telah melewati tahap pengolahan akan dibuat kesimpulan
berdasarkan data yang didapat yang kemudian akan dibuat dalam
bentuk laporan.

C. Populasi dan Sampel


Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Pendidikan
IPA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sedangkan populasi yang terjangkaunya
adalah seluruh mahasiswa Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Sedangkan sampel yang diambil adalah mahasiswa tingkat I
Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling.
Teknik ini bertujuan untuk mengambil subjek bukan didasarkan atas strata,
random, atau daerah tetapi didasarkan pada adanya tujuan tertentu. (Arikunto,
2010, hal.183)
33

D. Instrumen Penelitian
1. Lembar Observasi
Pada penelitian ini lembar observasi yang digunakan adalah lembar
observasi terstruktur. Observasi terstruktur merupakan observasi yang telah
dirancang secara sitematis tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana
tempatnya (sugiyono,2011, hlm.146) serta menggunakan format khusus
untuk merekam data hasil observasi. Observasi sistematis memerlukan alat
ukur yang biasanya berupa daftar cek (checklist) atau skala rating (rating
scale).
Menurut Muslich (2011, hlm. 154) hal pertama yang harus
diperhatikan dalam melakukan penskoran adalah ada atau tidak adanya
perbedaan bobot tiap – tiap aspek keterampilan yang ada dalam skala
penilaian atau daftar periksa observasi. Oleh karena itu dalam penelitian ini
peneliti menggunakan lembar observasi yang memiliki jenis skala rating
(rating scale). Data yang diperoleh dari skala rating ini berupa data
kuantitatif . Adapun penyusunan lembar observasi ini melalui beberapa
langkah diantaranya :
1) Menentuan aspek keterampilan teknik laboratorium yang akan dinilai
2) Menentukan indikator teknik laboratorium pada aspek yang dipilih
Tabel 3.2 Tabel kisi – kisi Lembar Observasi
Teknik Sub Teknik Butir Indikator
Laboratorium Laboratorium
Membersihkan  Cara membersihkan
piringan neraca
 Cara membersihkan
Menimbang anak beban pada
lengan neraca
Menyetimbangkan  Menyetimbangkan
neraca neraca dengan tepat
34

Teknik Sub Teknik Butir Indikator


Laboratorium Laboratorium
(posisi garis sejajar
dengan garis nol)
Menimbang  Cara menggeser
pemberat neraca
 Menimbang alas untuk
zat (kaca arloji)
 Menimbang zat yang
digunakan

Mengukur larutan  Cara membaca


meniskus dengan tepat
Mengaduk larutan  Mengaduk hingga larut
Menggunakan labu  Cara menuangkan
takar larutan kedalam labu
Mengukur takar
volume  Membaca meniskus
pada labu takar
 Mengeringkan leher
labu takar
 Cara mengocok larutan
dalam labu takar
Menggunakan pipet  Cara menggunakan
tetes pipet tetes yang benar
Menggunakan Menggunakan pipet  Menggunakan bulp
pipet volume (pengempesan bulp,
menekan huruf S,E
dan A)
Pemanasan Memanaskan larutan  Menggunakan penjepit
35

Teknik Sub Teknik Butir Indikator


Laboratorium Laboratorium
larutan menggunakan tabung tabung reaksi
reaksi  Posisi tabung reaksi
(kemiringan dan arah
mulut tabung reaksi)
 Pergerakan tabung
reaksi
Membaui zat  Posisi wadah zat
Membaui zat
 Pergerakan tangan
Membuat dan  Melipat kertas saring
Menggunakan
menggunakan kertas  Menggunakan statif,
kertas saring
saring ring dan corong
Merangkai peralatan  Merangkai peralatan
titrasi titrasi seperti klem,
statif dan buret dengan
benar
Titrasi
Menitrasi larutan  Cara meneteskan titran
dari dalam buret dan
mengocok titrat di
dalam labu erlenmeyer

3) Menyusun indikator sesuai dengan urutan terjadinya tindakan


4) Menyusun kriteria penskoran

2. Angket
Dalam penelitian ini angket yang di gunakan berupa penyataan.
Angket berisikan pernyataan – pernyataan tentang teknik laboratorium
untuk menentukan tingkat teknik laboratorium yang dimiliki sampel.
Angket ini mennggunakan skala Guttmann. Skala Guttman dapat dibuat
36

dalam bentuk checklist. Jawaban responden dapat berupa skor tertinggi (1)
dan skor terendah (0). Analisis dapat dilakukan seperti pada skala Likert
(Riduwan, 2010, hlm. 77). Adapun penyusunan angket ini melalui beberapa
langkah diantaranya :
1) Menentuan aspek keterampilan teknik dasar laboratorium yang akan
dinilai
2) Menentukan indikator teknik laboratorium pada aspek yang dipilih
3) Menyusun indikator sesuai dengan urutan terjadinya tindakan (terlampir
pada Tabel 3.1)
4) Menyusun kriteria penskoran

E. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
prosedur penelitian yang sistematis, untuk memperoleh data yang sebaik-
baiknya dan relevan. Dalam hal ini menggunakan metode sebagai berikut:
1) Observasi
Teknik pengumpulan data yang berkenaan dengan perilaku manusia proses
kerja gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu
besar. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan observasi nonpartisipan.
Jadi dalam hal ini peneliti tidak ikut terlibat dan hanya sebagai pengamat
independen. (Sugiyono, 2011, hal. 145).
Dalam penelitian ini data yang diperoleh dari observasi langsung
merupakan data primer. Data primer ini akan digunakan untuk analisis
tingkat teknik laboratorium mahasiswa yang diperoleh berdasarkan
observasi langsung di lapangan (Laboratorium) untuk melihat kinerja dari
mahasiswa.
2) Angket
Angket atau Kuesioner adalah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya (Arikunto, 2010, hal. 194).
37

Dalam penelitian ini angket digunakan sebagai penguat dari lembar


observasi yang berisikan tentang pernyataan – penyataan yang di ajukan
oleh peneliti untuk menunjukkan tingkat teknik laboratorium yang dimiliki
responden saat praktikum.

F. Teknik Analisis Data


Dalam menganalisis lembar observasi dan angket menggunakan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Membubuhkan tanda ceklis (√) di kolom yang tersedia, tanda ceklis tersebut
dimasukkan ke dalam lembar observasi dan angket sesuai kriteria yang ada
pada aspek indikator teknik laboratorium mahasiswa pendidikan kimia yang
muncul selama berlangsungnya rangkaian kegiatan proses praktikum.
2. Menjumlahkan banyak ceklis (√) pada setiap kolom yang terdapat pada lembar
observasi dari tiap-tiap aspek indikator teknik laboratorium mahasiswa
pendidikan kimia yang sudah dibuat.
3. Menghitung presentasi teknik laboratorium mahasiswa pendidikan kimia,
dengan cara mengubah skor mentah kedalam presentase berdasarkan rumus
(Purwanto, 2002, hlm. 102):
𝑅
𝑁𝑃 = 𝑥 100
𝑆𝑀

Keterangan:
NP : Nilai persen yang dicari
R : Skor mentah yang diperoleh siswa
SM : Skor maksimum ideal
100 : Bilangan tetap

4. Mengukur skor rata-rata teknik laboratorium mahasiswa pendidikan kimia


setiap poin yang di ukur
𝛴 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
Rata-rata =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎
38

5. Mengukur skor rata-rata teknik laboratorium mahasiswa pendidikan kimia


setiap sub indikator yang di ukur

𝛴 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
Rata-rata =
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎

6. Menentukan kategori teknik laboratorium mahasiswa pendidikan kimia


untuk tiap sub indikator berdasarkan skala kemampuan seperti pada tabel
berikut (Riduwan, 2013, hlm. 89):
Tabel 3.3 Interval skor

No. Interval Skor Kategori

1. 81 - 100% Sangat Baik

2. 61 – 80% Baik

3. 41 – 60% Cukup

4. 21 – 40% Kurang

5. 0 – 20% Sangat Kurang


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua buah instrumen yaitu lembar
observasi dan angket . Lembar observasi merupakan instrumen utama teknik
laboratorium mahasiswa yang di bagi menjadi 11 indikator yakni keterampilan
menimbang, mengukur, menuangkan zat, mengocok, memanaskan, membaui,
menggunakan termometer, melipat kertas saring, memasukkan zat ke dalam
tabung, titrasi serta K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja). Kemudian
instrumen ke dua berupa angket mahasiswa sebagai instrumen pendukung dari
instrumen lembar observasi.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat keterampilan
teknik laboratorium yang di miliki oleh mahasiswa pendidikan kimia di
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan
jumlah sampel 62 mahasiswa yakni mahasiswa semester 2 tahun pelajaran
2016/2017. Dengan penjabaran persentase masing – masing teknik dari semua
judul sebagai berikut :

Tabel 4.1 Keterampilan Mahasiswa Pendidikan Kimia dalam Menggunakan Alat


di Laboratorium

% Keterampilan Mahasiswa
Teknik Rata
No Pembuatan Katagori
Laboratorium Stoikiometri Titrasi -
larutan
Rata
Keselamatan dan
1 Kesehatan Kerja 81 86 80 82 Sangat Baik
(K3)
Keterampilan
2 87 82 87 85 Sangat Baik
Menimbang
Keterampilan
3 93 98 93 94 Sangat Baik
Mengukur
Keterampilan
4 84 88 84 85 Sangat Baik
Menuangkan Zat
Keterampilan
5 93 96 93 94 Sangat Baik
Mengocok

40
41

% Keterampilan Mahasiswa
Teknik Rata
No Pembuatan Katagori
Laboratorium Stoikiometri Titrasi -
larutan
Rata
Keterampilan
6 86 89 - 87 Sangat Baik
Memanaskan
Keterampilan
7 88 84 - 86 Sangat Baik
Membaui
Keterampilan
8 Menggunakan 90 88 - 89 Sangat Baik
Termometer
Keterampilan
9 Melipat Kertas 94 94 94 94 Sangat Baik
saring
Keterampilan
Memasukkan zat
10 66 80 - 73 Baik
kedalam tabung
reaksi
Keterampilan
11 - - 85 85 Sangat Baik
Menitrasi
Rata – rata 87 Sangat Baik

Keterangan :
- Nilai perdasarkan pesentase (%)

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat Keterampilan mahasiswa


pendidikan kimia dalam menggunakan alat di laboratorium sudah sangat baik
dengan persentase sebesar 87%. Keterampilan mengukur, mengocok dan
melipat kertas saring merupakan teknik yang paling di kuasai oleh sampel
dengan perolehan persentase sebesar 94% sedangkan keterampilan
memasukkan zat kedalam tabung reaksi merupakan keterampilan yang kurang
dikuasai sampel dengan perolehan persentase sebesar 73%.
Selain melalui lembar observasi, hasil pengamatan keterampilan
penggunaan alat di laboratorium juga diamati melalui angket yang berisikan
pernyataan mengenai teknik laboratorium. Adapun hasil angket yang di peroleh
yakni sebagai berikut :
42

Tabel 4.2 Data angket Keterampilan Mahasiswa Pendidikan Kimia dalam


Menggunakan Alat di Laboratorium

Kelompok Kelompok Rata -


No Teknik Laboratorium Katagori
I II rata

1 Keselamatan dan 91 83 87 Sangat Baik


Kesehatan Kerja (K3)
Keterampilan
2 93 91 92 Sangat Baik
Menimbang
Keterampilan
3 98 88 93 Sangat Baik
Mengukur
Keterampilan
4 92 82 87 Sangat Baik
Menuangkan Zat
Keterampilan
5 76 88 82 Sangat Baik
Mengocok
Keterampilan
6 100 85 93 Sangat Baik
Memanaskan
7 Keterampilan Membaui 97 88 93 Sangat Baik
Keterampilan
8 Menggunakan 97 85 91 Sangat Baik
Termometer
Keterampilan Melipat
9 93 88 91 Sangat Baik
Kertas saring
Keterampilan
10 Memasukkan zat 76 45 61 Baik
kedalam tabung reaksi
11 Keterampilan Menitrasi 88 89 89 Sangat Baik
Keterangan :
- Kelompok I merupakan kelas a pendidikan kimia angkatan 2016
- Kelompok II merupakan kelas b pendidikan kimia angkatan 2016
- Nilai perdasarkan pesentase (%)

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa data angket keterampilan


mahasiswa pendidikan kimia diperoleh persentase tertinggi pada indikator
mengukur, memanaskan dan membaui yakni sebesar 93%. Sedangkan
keterampilan terendah pada indikator memasukkan zat ke dalam tabung reaksi
dengan persentase sebesar 61%. Hasil yang diperoleh baik melalui lembar
observasi maupun angket diperoleh keterampilan mengukur larutan merupakan
keterampilan yang paling dikuasai oleh sampel sedangkan keterampilan
memasukkan zat kedalam tabung reaksi merupakan teknik laboratorium yang
kurang dikuasai oleh sampel.
43

B. Pembahasan

Praktikum merupakan salah satu kegiatan di laboratorium yang berperan


dalam proses belajar. Dalam kegiatan praktikum terdapat beberapa item yang
harus diperhatikan untuk mengoptimalkan kegiatan di laboratorium yaitu tata
usaha, tata bangunan, tata ruang, tata tertib, sistem perlindungan, sistem
penanganan, keterampilan SDM (Sumber Daya Manusia), serta infrastruktur
(Sitorus & Ani, 2013, hal. 2). Kegiatan praktikum dalam laboratorium kimia
harus memperhatikan aspek – aspek keselamatan kerja. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Hidayati (2011) yang menyatakan bahwa keterampilan dalam
menggunakan alat praktikum (teknik laboratorium) sangatlah penting, karena
penggunaan alat yang benar berarti memenuhi prosedur untuk mencapai derajat
ketelitian dan ketepatan yang memenuhi syarat. Serta dapat menghindari adanya
kecelakaan kerja pada saat praktikum.
Keterampilan menggunakan alat di laboratorium merupakan hal yang
sangat penting bagi seorang kimiawan. Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui
bahwa keterampilan mahasiswa pendidikan kimia angkatan 2016 sudah sangat
baik hal ini dengan di perolehnya persentase sebesar 87%. Berdasarkan data
tersebut masih ada 13% sampel yang kurang mengusai keterampilan penggunaan
alat di laboratorium, menurut Maknun (2012) beberapa faktor yang dapat
menghambat perkembangan keterampilan laboratorium mahasiswa yaitu
keragaman kemampuan mahasiswa, keterbatasan waktu, praktikum masih bersifat
veritifikasi bukan investigasi dan panduan paraktikum masih berupa model resep.
1. Keselamatan, Kesehatan dan keamanan Kerja (K3)
Keselamatan, Kesehatan dan keamanan Kerja (K3) merupakan salah
upaya pencegahan untuk terhindar dari bahaya ketika melakukan pekerjaan di
laboratorium baik bahaya untuk pekerja laboratorium maupun lingkungan.
Menurut Ghalby (2012) ketika seseorang berkerja dengan zat kimia secara
tepat maka ia akan terselamat dan juga aman begitupun sebaliknya. Sitorus &
Ani (2013, hlm. 13) juga mengungkapkan bahwa keselamat kerja dalam
melakukan aktititas di laboratorium adalah sesuatu hal yang mutlak untuk
44

menghindari kecelakaan kerja yang tidak di inginkan baik yang disebabkan


peralatan (kecelakaan fisik) maupun bahaya yang ditimbulkan oleh bahan –
bahan kimia.
Alat Pelindung diri (APD) merupakan salah satu solusi untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja di laboratorium. Potensi bahaya yang
sering terjadi pada pekerja di laboratorium yakni terpaparnya bahan kimia ke
dalam tubuh, rute pajanan yang paling umum terjadi antara lain melalui
inhalasi, mata, kulit, injeksi dan penelanan (Chemical Security Engagement
Program). Oleh karena itu praktikan diharuskan menggunakan alat pelindung
diri berupa jas laboratorium, kaca mata googles, respirator atau masker serta
sepatu tertutup. sedangkan untuk lingkungan berupa toksinitas zat kimia yang
di buang ke lingkungan. kecelakaan kerja di laboratorium tidak dapat di
prediksi oleh karena itu pekerja laboratorium harus senantiasa mengikuti
prosedur yang berlaku seperti pemakaian APD dan bekerja sesuai prosedur
seperti menghindari pecahan, bekerja sesuai instruksi, pengolahan limbah (
Alexander et al, 1973, hal. 4)
Berdasarkan Tabel 4.1 pengetahuan sampel terhadap K3 sudah sangat
baik dengan diperoleh persentase sebesar 82%. Berdasarkan temuan di
lapangan sampel sudah sadar pentingnya penggunaan alat pelindung diri
ketika melakukan praktikum hal ini di buktikan dengan perolehan persentase
yang cukup tinggi yakni sebesar 89% untuk penggunaan alat perlindungan diri
seperti penggunaan jas laboratorium, googles, respirator/masker serta sepatu
tertutup ketika praktikum, dan 90% untuk penggunaan alat pelindung diri
untuk pengambilan zat di ruang asam (Lampiran 7). Penggunaan sepatu
tertutup bertujuan untuk melindungi kaki dari tumpahan zat kimia serta
pemakaian jas lab untuk melindungi pakaian terhadap bahan kimia yang dapat
merusak pakaian.
Selain itu hal lain yang harus di perhatikan oleh praktikan pada saat
melakukan praktikum yaitu tidak diperbolehkan memakai aksesoris berlebihan
serta lengan baju yang terlalu lebar (Riyadhi, Fitria, Nurhasni, Siregar,
Hendrawati, 2006, hlm. 1)
45

Membawa peralatan laboratorium dan botol reagen juga


merupakan hal yang harus diperhatikan pada saat melakukan praktikum.
Menurut Sitorus & Ani (2013, hlm 15) bahaya di laboratorium tidak hanya
terjadi karena bahan kimia saja melainkan bahaya fisik dari peralatan yang di
gunakan. Dalam hal keterampilan membawa peralatan praktikum sampel
sudah cukup baik dengan diperolehnya persentase cara membawa alat dan
botol reagen masing – masing sebesar 85% dan 94% (Lampiran 7).
Berdasarkan temuan dilapangan sampel sudah membawa peralatan dengan
menggunakan bantuan wadah, sehingga terhindar dari resiko pecah karena alat
terjatuh. Begitupun dengan membawa botol reagen harus secara tepat untuk
menghindari tumpahan dan terpapar dari zat kimia, dalam penelitian ini
sampel sudah membawa botol reagen dengan teknik yang benar yakni dengan
membawa botol reagen dengan kedua tangan, salah satu tangan memegang
leher botol reagen sedangkan tangan lainnya memeang dasar botol reagen
dengan posisi botol reagen berdiri.
Pengolahan Limbah merupakan salah satu hal terpenting dalam
kegiatan praktikum khususnya dalam Keselamatan, kesehatan dan keamanan
kerja. K3 tidak hanya mencangkup keselamatan dan kesehatan kerja pada diri
praktikan saja melainkan juga memperhatikan keselamatan dan kesehatan
kerja untuk lingkungan sekitar. Dalam penelitian ini sampel masih kurang
kesadaran akan kesehatan dan keselamatan kerja terhadap lingkungan hal ini
di buktikan dengan persentase sub indikator pengolahan limbah yang sangat
kecil yakni hanya sebesar 54% saja (Lampiran 7).
Berdasarkan temuan dilapangan masih banyak sampel yang langsung
membuang limbah hasil praktikum kedalam saluran pembuangan westaffel
ataupun hanya mengolah limbah dengan cara mengencerkan sebelum dibuang
kedalam westaffel. Kurangnya kedisiplinan sampel tentang pengolahan limbah
diakibatkan karena laboratorium pendidikan kimia belum memiliki
pembuangan limbah maupun pengolahan limbah secara khusus. Sejauh ini
pengolahan limbah hanya dilakukan dengan mengencerkan limbah terlebih
dahulu. Seharusnya laboratorium mempunyai unit pengolahan limbah sebelum
46

limbah tersebut di buang ke alam bebas, atau apabila tidak mempunyai unit
pengolahan limbah dapat digunakan suatu bak sentral pembuangan berupa
septik tank yang semua aliran sink terpusat pada bak tersebut (Sitorus &Ani,
2013, hlm. 46) . Ghalby (2017) menyatakan rendahnya pengetahuan K3 di
sebabkan oleh beberapa faktor salah satunya yaitu ketika pembelajaran K3 di
laboratorium kimia, pendidik hanya sekedar menyelipkan pembelajaran K3
sebelum serta saat peserta didik bereksperimen di laboratorium dengan waktu,
tempat, alat, serta zat yang tidak optimal.

2. Keterampilan menimbang
Penimbangan merupakan salah satu kegiatan yang paling mendasar
atau sering di lakukan ketika melakukan sebuah praktikum. Menimbang juga
merupakan suatu tahap yang paling penting dalam analisis kuantitatif yang
sering di lakukan di laboratorium ( Buku Teks bahan ajar siswa, 2013, hal.11),
dalam penelitian ini keterampilan menimbang yang di ukur meliputi
membersihkan piringan neraca dan massa beban, menyetimbangkan neraca,
menggunakan alas zat dan menimbangnya dengan tepat, mengambil dan
menimbang zat serta mengembalikan massa beban pada neraca hingga
setimbang kembali.
Membersihkan piringan neraca dan pemberat neraca adalah hal
yang harus diperhatikan ketika akan melakukan proses penimbangan.
Kebersihan neraca merupakasan salah satu bagian terpenting karena sedikit
apapun kotoran yang menempel pada neraca akan mempengaruhi massa dari
penimbangan. Namun berdasarkan temuan di lapangan sub indikator yang
rendah dari keterampilan menimbang yakni poin membersihkan piringan
neraca dan massa anak beban yakni hanya sebesar 75 % saja (Lampiran 7).
Masih banyak sampel yang lupa membersihkan piringan neraca terutama
membersihkan pemberat beban ataupun membersihkan namun hanya
membersihkan secara asal saja (tidak bersih). Padahal dalam penggunaannya
aturan umum yang harus senantia diperhatikan dalam melakukan proses
47

menimbang yakni neraca harus senantiasa dalam keadaan bersih (Achmad,


1993, hlm.13).
Penyetimbangan neraca di peroleh persentase sebanyak 94%
(Lampiran 7). Hal ini membuktikan sebagian besar sampel sudah bisa
menyetimbangkan neraca dengan cara yang tepat yakni dengan cara
meletakkan semua massa beban di posisi nol dan memutar pemutar halus pada
samping kiri neraca hingga posisi garis sejajar pada angka nol (Laila, 2006),
namun masih ada beberapa sampel yang melakukan penyetimbangan dengan
menggeser anak beban kearah skala, hal ini kurang tepat karena rentan terjadi
kesalahan seperti sampel tidak menambahkan jumlah skala pada pergeseran
ketika akan menimbang zat yang di inginkan.

Menyetimbangkan
dengan menggeser
massa pemberat pada
lengan neraca

Gambar 4.1 Kesalahan dalam keterampilan menimbang

Penggunaan alas dan menimbang alas tersebut merupakan sub


indikator menimbang selanjutnya. Menurut Achmad (1993, hlm. 7)
menyatakan bahwa zat yang di timbang, tidak boleh langsung di letakan di
atas piringan neraca, sehingga harus menggunakan alas berupa kaca arloji,
botol timbang, kertas saring ataupun wadah lainnya yang sesuai. Dalam
penelitian ini di peroleh teknik laboratorium mahasiswa dalam sub indikator
menggunakan alas penimbangan yakni sebesar 92% (Lampiran 7), hal
tersebut menunjukkan bahwa sampel sudah banyak yang menggunakan alas
penimbangan berupa kaca arloji atau pun wadah lainnya serta melakukan
penimbangan alas secara tepat.
Pengambilan zat dan menimbangnya harus dilakukan dengan benar
dan tepat karena sekecil apapun ketidaktepatan dalam menimbang dapat
48

mempengaruhi reaksi yang terjadi. Pengambilan zat biasanya menggunakan


bantuan spatula, dalam proses menimbang zat yang ingin ditimbang tidak
boleh berceceran (tumpah) serta posisi mata saat menimbang harus sejajar
dengan garis nol pada skala (paralaks) dalam hal ini sampel sudah cukup baik
dengan perolehan persentase sebesar 96% (Lampiran 7). Namun masih ada
beberapa sampel yang tidak melakukan proses penimbangan dengan benar
dikarenakan posisi tubuh yang tidak tepat seperti melihat atau membaca skala
dari samping skala, atas maupun bawah.
Mengembalikan massa pemberat neraca merupakan salah satu hal
yang sering dilupakan oleh pekerja laboratorium. hal ini di buktikan lebih
rendahnya persentase yang di dapat pada sub inikator ini di bandingkan
dengan yang lain, yaitu hanya sebesar 74% saja (Lampiran 7). Menurut
peneliti hal ini sering terjadi karena sampel lebih fokus pada tahap selanjutnya
dalam praktikum. Seharusnya setelah penimbangan selesai neraca harus di
kembalikan ke posisi semula hingga posisi nol. Hal ini dilakukan untuk
menjaga neraca senantiasa dalam keadaan baik.

3. Keterampilan Mengukur
keterampilan selanjutnya yakni keterampilan mengukur, indikator
mengukur meliputi sub indikator mengukur akuades menggunakan gelas ukur
dan sub indikator mengukur larutan pada labu takar, masing – masing sub
indikator didapatkan persentase sebesar 91% dan 98%. Kedua sub indikator
ini termasuk kedalam katagori yang sangat baik (Lampiran 7).
Mengukur menggunakan gelas ukur merupakan kegiatan yang
paling sering dilakukan dalam melakukan praktikum kimia. Berdasarkan
temuan dilapangan sampel menuangkan akuades menggunakan botol
akuades, hal ini bertujuan agar akuades yang dituangkan kedalam gelas ukur
tidak berceceran. Sampel juga sudah menguasai teknik mengukur zat cair
dengan cara yang tepat yaitu membaca meniskus cairan yakni dengan posisi
mata sejajar dengan garis skala pada gelas ukur serta meletakan gelas ukur
pada tempat yang datar. Hal ini didukung oleh Khamidinal yang menyatakan
49

bahwa cara membacanya adalah dengan melihat pada permukaan zat cair
tersebut pada posisi horizontal (2009, hlm. 122)
Mengukur menggunakan labu takar biasanya dilakukan untuk
mengencerkan atau membuat larutan. Labu takar lebih teliti dibandingkan
dengan gelas ukur oleh karena itu penggunaan labu takar sering digunakan
untuk praktikum yang bersifat kuantitatif. Hal ini didukung oleh Pierce,
Sawyer & Haenisch (1948, hlm 48) yang menyatakan bahwa penggunaan
instrument seperti buret, labu takar serta pipet volume lebih akurat
dibandingkan dengan gelas ukur dan pipet tetes. Berdasarkan temuan
dilapangan sampel memasukkan larutan kedalam labu takar menggunakan
corong dengan bantuan statif, ring dan boshead serta dekantasi agar larutan
yang di tuangkan tidak berceceran dan menempel di leher labu takar.
Sampelpun sudah bisa membaca meniskus dengan tepat hal ini dibuktikan
dengan tidak adanya sampel yang menuangkan larutan melebihi tanda batas
ataupun kurang dari tanda batas.
Kesalahan yang sering terjadi dalam mengukur baik menggunakan
gelas ukur, labu takar, buret dan sebagainya yakni posisi mata yang tidak tepat
pada skala saat mengukur. Bresia (1980, hal 12) menyatakan bahwa ketika
melakukan suatu pengukuran pastikan bagian mata harus sejajar dengan
bagian bawah meniskus untuk menghindari kesalahan. Selain itu kesalahan
lain yakni posisi alat ukur (baca : gelas ukur dan labu takar) tidak diletakan di
posisi datar melainkan dipegang oleh sampel. Kegiatan tersebut dapat
menyebabkan kesalahan dalam membaca meniskus karena adanya pergerakan
sampel baik secara disengaja maupun tidak sengaja (Paralaks).
50

Posisi mata tidak


sejajar dengan skala

Gambar 4.2 Kesalahan dalam keterampilan mengukur

4. Keterampilan Menuangkan Zat


Keterampilan selanjutnya yang di ukur yakni menuangakan zat baik
zat padat maupun zat cair. Teknik menuangkan zat yang tidak tepat dapat
menimbulkan kecelakaan kerja berupa terpaparnya tubuh karena tumpahan
dari zat yang akan dituangkan.
Menuangkan zat padat dari kaca arloji setelah proses penimbangan
serta pengadukan mendapatkan persentase sebesar 87% (Lampiran 7). Hal ini
sudah sangat baik namun masih ada beberapa sampel yang hanya menuangkan
zat dari kaca arloji tanpa melakukan proses membilas kaca arloji dengan
akuades setelah menuangkan zat yang telah di timbang. Pembilasan ini
bertujuan untuk membersihkan sisa – sisa zat yang masih tertempel pada kaca
arjoji agar ikut di tuangkan kedalam wadah. Serta masih ada beberapa sampel
yang mengaduk bukan menggunakan batang pengadung melainkan spatula.
Menurut peneliti hal ini dilakukan karena sampel merasa lebih praktis dan
secara tidak sadar mengaduk menggunakan spatula.
Dekantasi merupakan salah satu teknik pemisahan dengan cara
memisahkan antara filtrat (cairan) dengan zat pengotornya ( Subaryono &
Apriani, 2010). Dalam penelitian ini dekantasi digunakan untuk membantu
proses penuangan zat agar tidak berceceran serta bertujuan untuk memisahkan
antara larutan dengan zat pengotornya. Keterampilan dekantasi diperoleh
persentase sebesar 86% hal ini tergolong sangat baik (Lampiran 7).
51

Berdasarkan temuan di lapangan kesalahan yang sering terjadi yakni posisi


antara batang pengaduk dan mulut bibir gelas ukur yang tidak tepat seperti
posisi batang pengadung tidak menempel pada bibir gelas kimia, posisi
sendok pada batang pengaduk terbalik, sehingga proses dekantasi tidak
dilakukan dengan sempurna.
Menuangkan larutan kedalam labu takar, pada sub indikator ini
diperoleh persentase sebesar 90% yang masuk kedalam katagori sangat baik
(Lampiran 7). Labu takar atau yang biasa di sebut labu ukur merupakan suatu
peralatan gelas yang mempunyai bentuk alas bulat dan leher panjang dengan
mulut sempit (Khamidinal, 2009, hal. 55). Sehingga untuk memasukkan
larutan kedalam labu takar di butuhkan bantuan corong serta statif dan ring
yang digunakan untuk menyangga corong. Hanya saja masih ada beberapa
sampel yang mengunakan corong namun tidak menggunakan bantuan statif
dan ring hal ini kurang tepat karena dapat menimbulkan resiko kecelakaan
kerja berupa tersenggolnya labu takar dan menyebabkan kecelakaan fisik
berupa tergores pecahan kaca labu takar. Selain itu penggunaan corong yang
menggunakan bantuan statif dan ring tidak masuk hingga leher labu takar
sehingga larutan yang ingin dimasukkan kedalam labu takar menempel di
dinding labu takar.

Posisi corong
menggantung pada
leher labu takar

Gambar 4.3 Kesalahan dalam Teknik Laboratorium penggunaan


corong

Penggunaan pipet volume merupakan salah satu teknik terpenting


untuk mengambil suatu zat karena biasanya pipet volume lebih sering di
gunakan untuk mengambil zat yang bersifat pekat di ruang asam. Dalam
52

penelitian ini di peroleh persentase penggunaan pipet volume sebesar 85%


untuk sub indikator mengambil larutan menggunakan pipet volume dan 76%
untuk teknik mengeluarkan larutan dari pipet volume (Lampiran 7).
Mengambil larutan menggunakan pipet volume biasanya
menggunakan bantuan bola hisap. Bola hisap yang berfungsi untuk
mengambil larutan kedalam pipet atau mengeluarkan larutan dari pipet (
Khamidinal, 2009, hal. 85). sedangkan kondisi sebenarnya masih banyak
sampel yang masih belum bisa menggunakan bola hisap dengan benar seperti
sampel masih ada beberapa sampel yang menekan A untuk mengambil larutan
seharusnya untuk mengambil larutan menggunakan pipet volume yang tepat
yakni dengan menekan huruf S. Selain itu masih ada beberapa sampel yang
membiarkan pipet volume dalam posisi menggantung ketika mengambil suatu
zat cair, tindakan ini tidak tepat karena dapat menimbulkan gesekan antara
pipet volume yang di gunakan dengan dinding wadah zat cair
Menggeluarkan zat cair dari pipet volume memiliki persentase yang
lebih rendah dibanding penggunaannya dalam pengambilan zat cair, hal ini di
karenakan masih banyanya sampel yang mengeluarkan zat cair hingga habis.
Seharusnya sampel tidak mengeluarkan larutan dalam pipet volume sampai
habis melainkan hanya sampai skala nol yang tertera pada skala pipet volume.
selain itu kesalahan yang sering terjadi yakni sampel tidak mengeluarkan zat
cair dengan cara menempelkan kedinding gelas kimia melainkan langsung
mengalirkan dengan posisi menggantung ke gelas kimia, Seharusnya teknik
yang tepat yakni posisi pipet volume tidak tegak lurus dan menempel ke
dinding gelas kimia

Posisi pipet
volume tidak
menempel pada
dasar dasar gelas
kimia
53

Gambar 4.4 Kesalahan dalam keterampilan pengambilan zat


dengan pipet volume

Mengeluarkan larutan menggunakan pipet tetes, mendapat


perolehan persentase sebesar 79% (Lampiran 7). Hal ini termasuk kedalam
katagori baik. Kesalahan yang sering terjadi dalam penggunaan pipet tetes
yaitu sampel tidak menempelkan ujung pipet tetes ke dinding tabung tabung
reaksi atau wadah yang akan di tetesi. Pada umumnya teknik yang digunakan
oleh sampel yakni dengan memasukkan ujung pipet sampai dalam mendekati
permukaan larutan. Hal ini di khawatirkan ujung pipet akan tercelup ke dalam
larutan yang menyebabkan pipet tetes akan terkontaminasi dengan larutan
yang lainnya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulakn bahwa indikator
teknik menuangkan menuangkan zat termasuk kedalam katagori sangat baik
yakni dengan perolehan persentase sebesar 85% (Lampiran 7).

5. Keterampilan Mengocok Larutan


Indikator keterampilan menggunakan alat di laboratorium selanjutnya
yakni larutan di dalam labu takar mendapatkan persentase sebesar 94%
(Lampiran 7). Tujuan mengocok larutan di dalam labu takar yakni untuk
menghomogenkan suatu larutan. Berdasarkan temuan kesalahan yang sering di
lakukan oleh sampel yakni posisi lengan saaat mengocok tidak memperhatikan
benda disekitar sehingga menimbulkan resiko kecelakaan kerja seperti
terbenturnya tangan pada meja kerja sehingga dapat menyebabkan kecelakaan
kerja berupa pecahnya alat. hal ini terjadi dikarenakan teknik mengocok
merupakan kegiatan yang berulang. Menurut Asmara ( 2012 ) kegiatan
praktikum yang dilakukan berulang – ulang dapat menyebabkan nyeri pada
tangan dan pegal pegal sehingga dapat menimbulkan bahaya ergonomik.
Selain itu kesalahan yang sering terjadi yaitu posisi peletakan labu takar yang
tidak tepat seperti tutup labu takar tidak di tutup dengan benar hal ini dapat
menimbulkan tumpahnya saat saat proses pengocokan serta posisi labu takar
tidak menempel secara keseluruhan dengan lengan sehingga dapat
menimbulkan kecelakaan kerja berupa pecahnya labu takar.
54

labu takar
hanya
dipegang
dengan
satu tangan

Gambar 4.5 Kesalahan dalam keterampilan mengocok


menggunakan labu takar

6. Keterampilan Memanaskan
Berdasarkan Tabel 4.1 keterampilan memanaskan mahasiswa sudah
sangat baik dengan perolehan persentase sebesar 87% . Dari persentase
tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar sampel sudah bisa memanaskan
tabung reaksi dengan teknik yang benar. Namun masih ada beberapa sampel
ketika memanaskan tidak memiringkan tabung reaksi hal ini dapat
menimbulkan resiko kecelakaan kerja karena jika larutan yang dipanaskan
terlalu panas maka larutan tersebut dapat memancar keluar. Seharusnya posisi
tabung dimiringkan dan arah mulut tabung tidak mengarah pada praktikan
lain, diri sendiri maupun ruang asam. Selain itu hal yang harus diperhatikan
ketika melalukan proses pemanasan yaitu (1) isi tabung reaksi (Larutan)
maksimal sepertiga tabung reaksi, (2) api pemanasan hendaknya terletak pada
bagian atas larutan, dan (3) goyangkan tabung reaksi agar pemanasan rata
(Pembelajaran di Laboratorium, 2005, hal. 39). Hal tersebut juga di dukung
oleh Riyadhi et al., (2006, hal.9) yang menyatakan bahwa zat cair yang
dipanaskan dengan tabung reaksi harus di goyangkan secara konstan dan yang
dipanaskan adalah sepanjang sisi tabung reaksi.
55

Posisi tabung
reaksi tidak
miring

Gambar 4.6 Kesalahan dalam keterampilan memanaskan

7. Keterampilan Membaui
Indikator keterampilan selanjutnya yakni membaui. Teknik
laboratorium membaui di peroleh persentase sebanyak 86%. Dari persentase
tersebut menunjukan masih ada beberapa sampel yang tidak tepat dalam
proses membaui. Berdasarkan temuan masih ada beberapa sampel yang
meletakkan sumber gas dekat dengan indra penciuman dan tidak mengibas –
ibaskan gas dengan tangan. Hal ini dapat menyebabkan kecelakan kerja yakni
dapat membuat praktikan terpapar dengan zat tersebut. Teknik membaui yang
tepat yakni meletakan zat kurang lebih 25 cm dari hidung dan dengan
mengibas – ngibaskan gas dari mulut tabung reaksi dengan telapak tangan ke
arah hidung.

Jarak antar
sumber gas
dan indra
pembau
terlalu
dekat

Gambar 4.7 Kesalahan dalam keterampilan Membaui


56

8. Keterampilan menggunakan Termometer


Indikator keterampilan menggunakan termometer di peroleh persentase
sebesar 89% hal ini tergolong kedalam katagori sangat baik. Dalam pengunaan
termometer masih ada beberapa mahasiswa yang tidak tepat menggunakan
termometer yakni saat membaca termometer posisi mata tidak sejajar dengan
skala temometer selain itu masih ada beberapa sampel yang memegang
termometer dengan tangan secara langsung hal ini tidak di perbolehkan karena
suhu tubuh dapat mempengaruhi suhu pada termometer yang di gunakan. Hal
ini di dukung oleh Hendayana dalam ( Laila, 2006) yang menyatakan bahwa
pada saat mengukur termometer jari tangan tidak boleh menyentuh
termometer tetapi yang di pegang adalah karet atau tali yang terpasang pada
pangkal termometer. Kesalahan lain yang sering dilakukan sampel yaitu ujung
termometer menyentuh dasar wadah karena akan mempengaruhi suhu.

9. Keterampilan Melipat Kertas Saring


Indikator selanjutnya yaitu melipat kertas saring dan penggunaannya,
pada indikator ini di peroleh persentase sebesar 94%. Dalam melipat kertas
saring semua mahasiswa telah melakukannya dengan teknik yang tepat.
Namun pada cara penggunaannya masih ada beberapa sampel yang tidak
membasahi kertas saring di dinding corong padahal teknik ini diperlukan
untuk membuat kertas saring menempel pada corong.

10. Keterampilan Memasukkan Zat kedalam tabung Reaksi


Indikator memasukkan zat padat kedalam tabung reaksi memperoleh
persentase sebesar 73%. Bedasarkan persentase tersebut indikator ini
tergolong cukup. Berdasarkan keterampilan teknik laboratorium, teknik
memasukkan zat kedalam tabung reaksi memperoleh persentase yang paling
rendah hal ini di sebabkan masih banyaknya sampel yang tidak mengetahui
teknik yang benar memasukkan zat padat kedalam tabung reaksi. Berdasarkan
temuan di lapangan masih banyak praktikan yang memasukkan zat ke dalam
tabung reaksi secara langsung menggunakan ujung spatula hal ini di
57

perbolehkan namum kurang tepat karena membuat zat padat menempel di


dinding tabung seharusnya untuk memasukkan zat adat ke dalam tabung
reaksi di perlukan bantuan kertas yang telah di bentuk panjang dan di
masukkan kedalam tabung reaksi (Irwandi & Setiawan, 2012, hal. ix)

11. Keterampilan Titrasi


Indikator yang terakhir yakni titrasi pada indikator ini di peroleh
persentase sebesar 85%. Peralatan yang digunakan dalam titrasi meliputi buret,
statif, klem empat jari, Erlenmeyer.
Pemasangan buret dan memasukkan larutan sudah sangat baik
namun temuan di di lapangan masih ada beberapa sampel masih bingung cara
memasang buret dengan benar serta memasang buret dengan kondisi yang tidak
lurus. Dalam menuangkan larutan kedalam buret semua sampel sudah
menggunakan bantuan corong akan tetapi masih ada beberapa sampel yang
menuangkan larutan dengan posisi buret lebih tinggi dibanding sampel hal ini
dapat menimbulkan kecelakaan kerja berupa tumpahnya larutan dengan resiko
mengenai tubuh sampel itu sendiri. Seharusnya untuk memasukkan larutan sampel
menurunkan rangkaian buret agar lebih mudah menuangkan larutan dan tidak
menimbulkan kecelakaan kerja.
Titrasi merupakan suatu proses analisis dengan tujuan mengetahui
konsentrasi suatu larutan dengan larutan yang telah diketahui konsentrasinya.
Berdasarkan temuan, masih banyak sampel yang melakukan proses titrasi dengan
teknik yang tidak tepat. Seperti tidak mengocok Erlenmeyer serta membuka keran
buret dengan teknik yang salah antara lain hanya menggunakan tangan kanan dan
seperti membuka keran air saja, membuka keran buret dengan tangan kiri namun
tidak mengantur keran buret dengan semestinya. Seharusnya Tangan kiri
digunakan untuk mengatur kran buret dan tangan kanan untuk menggoyangkan
labu Erlenmeyer.
58

Menitrasi hanya
dengan satu
tangan

Gambar 4.8 Kesalahan dalam keterampilan Titrasi


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa keterampilan mahasiswa pendidikan kimia dalam menggunakan alat di
laboratorium termasuk kedalam katagori sangat baik dengan persentase
sebesar 87%. Pada penelitian ini keterampilan tertinggi terdapat pada indikator
mengukur, mengocok, dan melipat kertas saring dengan persentase sebesar
94% (katagori sangat baik) hal ini disebabkan karena ketiga indikator sering
dilakukan pada saat praktikum sehingga sampel sudah paham menggunaan
teknik yang benar dalam indikator tersebut. Sedangkan keterampilan terendah
terdapat pada indikator memasukkan zat padat kedalam tabung reaksi dengan
persentase sebesar 73% (katagori baik) hal ini disebabkan karena indikator ini
jarang ada dalam praktikum selain itu masih banyak sampel yang tidak
menggunakan alat bantu kertas sehingga terdapat zat yang berceceran ketika
memasukkan zat padat kedalam tabung reaksi. Keragaman kemampuan
sampel dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu keterbatasan waktu, praktikum
masih bersifat veritifikasi bukan investigasi dan panduan paraktikum masih
berupa model resep.

B. Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
untuk peneliti selanjutnya antara lain :
1. Keterampilan penggunaan alat di laboratorium yang di ukur lebih banyak
lagi.
2. Pengambilan data di ambil tidak secara berkelompok melainkan secara
perseorangan.

59
DAFTAR PUSTAKA

Abadi, S.M. (2016). Pengembangan insrumen penilaian psikomotor pada


praktikum kimia materi termokimia. (Skripsi, Universitas Islam Negeri
Jakarta). Tidak dipublikasikan
Aeni, A.Q., Saptorini., Supardi. K.I., (2017). Keefektifan pembelajaran praktikum
berbasis guided-inquiry terhadap keterampilan laboratorium
siswa.Chemistry in education
Ahmad, H. (1993). Penuntun dasar – dasar praktikum kimia . Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.

Alexander.J.J., & Steffel.M.J. (1976). Chemistry in laboratory. United State of


America : Harcourt Brace Jovanovich inc

Amri, S. (2013). Pengembangan & model pembelajaran dalam kurikulum 2013.


Jakarta: PT Prestasi Pustakarya

Arif, S. (2016). Desain pedoman praktikum kimia yang berorientasi keterampilan


proses. 1(1). Jurnal Kependidikan Dasar Islam berbasis sains. 71-82

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


PT. Rineka Cipta.

Asmara, M.A. (2012). Analisis resiko pada kegiatan praktikum kimia analitik
kuantitatif di laboratorium kimia teknik metalurgi dan material
Universitas Indonesia tahun 2012. (Skripsi, Universitas Indonesia). Tidak
dipublikasikan.

Bailey, C., & Barwick, V. (2007). Laboratory Skills. Valid Analitycal


Measurament

Bawono, I.K. (2011). Keterampilan laboratorium mahasiswa pendidikan kimia


pada praktikum kimia dasar 2. (Skripsi, Universitas Negeri Solo). Diakses
dari http://digilib.fkip.uns.ac.id

Brescia, F., Arents, J., Meislich, H., & Turk, A. (1980). Fundamentals of
chemistry laboratory studies. (4th ed.). London : Academic press inc

Chandler, J., Barnes, D., (1981). Laboratory experiments in general chemistry.


California : Glencoe Publisher Co inc

Chang, R. (2003). Kimia dasar : Konsep-konsep inti . (Jilid 1). Jakarta: Erlangga

60
61

Clark, D.W. (1980). Basic laboratory skills for water and wastewater analysis.
Mexico: The Regents of New Mexico State University

Ghalby. A. (2016). Tingkat pengetahuan K3 (Keselamatan dan Keamanan Kerja)


mahasiswa pendidikan kimia di laboratorium kimia. (Skripsi, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta). Tidak dipublikasikan.

Gunawan. B. Uji coba ensiklopedia peralatan laboratorium kimia SMA/MA


sebagai sumber belajar mandiri yang dikemangkan oleh Dri Nugraha
Saptariawan S.Pd.Si. . (Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga).
Tidak dipublikasikan.
Hamalik, O. (2009). Proses belajar mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Hidayati, W. (2011). Tingkat pwengetahuan keselamatan kerja dan keterampilan


kerja di laboratorium kimia peserta didik kelas XI IPA semester 1 SMAN
di Kecamatan Temanggung Kabupaten Temanggung Jawa Tengah.
(Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta). Tidak di
publikasikan.

Imamkhasani, S. (1990). Keselamatan kerja dalam laboratorium kimia. Jakarta:


PT Gramedia

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2011). Panduan teknis perawatan


peralatan laboratorium kimia Sekola Menengah Atas. Kemendikbud

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2003). Peraturan


Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2007). Peraturan


Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Buku teks bahan ajar siswa
teknik dasar pekerjaan laboratorium kimia. Kemendikbud

Khamidinal. (2009). Teknik laboratorium kimia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Laila, K. (2006). Korelasi antara pengetahuan alat praktikum dengan


kemampuan psikomotor siswa kelas XI IPA SMAN 11 Semarang materi
pokok laju reaksi tahun pelajaran 2005/2006. (Skripsi, Universitas Negeri
Semarang). Tidak dipublikasikan.

Lasia, I.K. (2013). Analisis pengetahuan mahasiswa tentang dampak penggunaan


bahan kimia dalam praktikum kimia organic terhadap kesehatan. Seminar
Nasional FMIPA Undhiksa III
62

Lasia, I.K., gunamantha, I.M., & Budiada, I.K. (2013). Pelatihan teknik
penggunaan bahan kimia untuk mahasiswa tingkat awal jurusan
pendidikan kimia FMIPA Undiksha sebagai upaya meningkatkan
keselamatan kerja dilaboratorium (Safety laboratory worker). Laporan
akhir program P2M Dipa Undiksa. Bali: Undhiksa

Maknun, D. (2012). Evaluasi keterampilan laboratorium mahasiswa


menggunakan asesmen kegiatan laboratorium berbasis kompetensi pada
pelaksanaan praktek pengalaman lapangan (PPL).

Maknun, D., Surtikanti, R.R.H.K., Munandar. A., & Subahar, T.S. (2012).
Keterampilan esensial dan kompetensi motorik laboratorium mahasiswa
calon guru biologi dalam kegiatan praktiukm ekologi. 1 (2). Jurnal
Pendidikan Ipa Indonesia. 141 – 148. Dipublikasikan

Mastika, I N., Adyana, I.B.P., & Setiawan I. (2014). Analisis standarisasi


laboratorium biologi dalam proses pembelajaran di SMA Negeri kota
Denpasar. 4. E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan
Ganesha.

Mohrig, J.R., Hammond, C.N., & Schatz, P.F. (2010). Techniques in organic
chemistry. Inggris : W.H. Freeman and Company

Moran, L., & Masciangioli, T. (2010). Keselamatan dan Keamanan Laboratorium


Kimia. Washington : The National Academies Press.

Muslich, M. (2011). Authentik Assesment penilaian berbasis kelas dan


kompetensi. Bandung: PT Refika Aditama

Pedoman akademik. (2012). UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Petrucci, R.H., (2011). Kimia dasar dan terapan modern. (edisi keempat). Jakarta:
Erlangga

Pierce, W.C., Haenisch, E.l., & Sawyer, D.T. (1958). Quantitative analysis. (4th
ed). United States of America : John Wiley & Sons inc

Purwanto, N. (2002). Psikologi pendidikan. Bandung: Remadja Karya

Results of the survey on school laboratory Accidents. (2007). Education Bureau


Circular Memorandum No. 65. Diakses dari http://cd1.edb.hkedcity.net

Riduwan. (2010). Belajar mudah penelitian untuk guru-karyawan dan peneliti


pemula. Bandung: Alfabeta.
63

Riyadhi, A., Fitria, I., Nurhasni., Siregar, I.D.Y., & Hendrawati. (2006). Panduan
praktikum kimia dasar. Jakarta : UIN Jakarta Preess.

Sandia Corporation. (2014). Chemical Security Engagement Program. Sandia


National Laboratories

Sitorus, M., & Sutiani, A. (2013). Pengelolaan dan manajemen laboratorium


kimia. Medan: Graha Ilmu

Slameto. (2010). Belajar & faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rhineka


Cipta

Sofyan, A., Feronika, T., & Milama, B. (2006). Evaluasi pembelajaran IPA
berbasis kompetensi. Jakarta : Lembaga penelitian UIN Jakarta dan UIN
Jakarta press. Mohrig, J.R., Hammond, C.N., & Schatz, P.F. (2010).
Techniques in organic chemistry. Inggris : W.H. Freeman and Company

Sonhadji, A. (2002). Laboratorium sebagai basis pendidikan teknik di perguruan


tinggi. Pidato pengukuhan guru besar Universitas Malang

Subaryono., & Apriani.S.N.K. (2010). Pengaruh dekantasi filtrate pada proses


ekstrasi Alginat dari Sargassum sp. terhadap mutu produk yang dihasilkan.
5 (2). Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi dan Perikanan. 165 - 174

Subiantoro, A.W. Pentingnya praktikum dalam pembelajaran IPA. Makalah


pelatiahan pengembangan praktikum IPA berbasis Lingkungan bagi guru –
guru IPA SMP kota Yogyakarta. Diakses dari http://staff.uny.ac.id

Sugiyono. (2009). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Susilaningsih, E. (2014). Instrumen penilaian praktikum kimia dan estimasi


reliabilitasnya dengan koefisien generalisabilitas. Jurnal Kimia
Pendidikan. Dipublikasikan.

Suyono & Hariyanto. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja


Rosdakarya.

Syah, M. (2004). Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung:


Remadja Rosda Karya

Syukri. (1999). Kimia dasar.( Jilid 2). Bandung: ITB.

Tim penyusun kamus pusat bahasa. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi
3. Cetakan ke-4. Jakarta : Balai Pustaka
64

Tim Pusat Pengembangan pendidikan Universitas Gadjah Mada. (2005).


Pembelajaran di laboratorium. Yogyakarta

Trianto. (2011). Pengantar penelitian pendidikan bagi pengembangan profesi


pendidikan dan tenaga kependidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Widyatmoko. (2009). Kimia Dasar. Jakarta: Universitas Trisakti.

Zulfiani., Feronika, T., Suartini, K. (2009). Strategi pembelajaran sains. Jakarta:


Lembaga Penitian UIN Jakarta.
65

Lampiran 1

ANALISIS KOMPETENSI GURU DAN KI 3 SERTA KI 4

No Kompetensi Guru KI 3 dan Ki 4 indikator


menciptakan keamanan kerja
Menguasai Prinsip - 3.1 menjelaskan metode dengan menggunakan alat
prinsip dan teori ilmiah, hakikat ilmu perlindung diri
pengelolaan dan kimia, keselamatan dan
1 membawa alat - alat dan bahan -
keselamatan keamanan di
bahan yang digunakan dengan
Kerja/belajar di laboratorium, serta peran
benar
laboratorium kimia dalam kehidupan
pengelolaan limbah
2 menggunakan alat - alat 4.5 merancang dan
ukur, alat peraga, alat melakukan percobaan meneteskan zat cair kedalam
hitung, dan piranti lunak untuk menunjukkan tabung reaksi
komputer untuk karakteristik senyawa
meningkatkan ion atau senyawa
pembelajaran kimia kovalen berdasarkan membaca skala termometer
dikelas, laboratorium dan beberapa sifat fisika
lapangan 4.9 menganalisis
beberapa reaksi
berdasarkan perubahan
meneteskan zat cair kedalam
bilangan oksidasi yang
tabung reaksi
diperoleh dari data hasil
percobaan dan/ atau
melalui percobaan
menimbang menggunakan neraca
empat lengan
4.4 menyimpulkan hasil mengukur larutan menggunakan
analisis data percobaan gelas ukur
termokimia pada tekanan
tetap menuangkan zat cair
mengocok larutan
membaca skala termometer
menimbang menggunakan neraca
empat lengan
4.7 merancang,
melakukan, dan membaca skala termometer
menyimpulkan serta mengukur larutan menggunakan
menyajikan hasil gelas ukur
percobaan faktor - faktor memanaskan zat secara tidak
yang mempengaruhi laju langsung
reaksi dan orde reaksi
memasukkan zat padat kedalam
tabung reaksi
66

ANALISIS KOMPETENSI GURU DAN KI 3 SERTA KI 4

No Kompetensi Guru KI 3 dan Ki 4 indikator


4.9 merancang,
melakukan percobaan,
dan menyimpulkan serta
menyajikan hasil meneteskan zat cair kedalam
percobaan faktor - faktor tabung reaksi
ang mempengaruhi
pergeseran arah
kesetimbangan
4.11 melaporkan menimbang menggunakan neraca
percobaan tentang sifat empat lengan
asam basa berbagai mengukur larutan menggunakan
larutan garam gelas ukur
4.13 menyimpulkan hasil
analisis data percobaan titrasi asam basa
titrasi asam basa
67

Lampiran 2
Kisi – Kisi Instrumen Teknik Laboratorium
Teknik
Sub Teknik Laboratorium Butir Indikator
Laboratorium
Membersihkan  Cara membersihkan piringan neraca
 Cara membersihkan anak beban pada
lengan neraca
Menyetimbangkan neraca  Menyetimbangkan neraca dengan
tepat (posisi garis sejajar dengan
Menimbang
garis nol)
Menimbang  Cara menggeser pemberat neraca
 Menimbang alas untuk zat (kaca
arloji)
 Menimbang zat yang digunakan
Mengukur larutan  Cara membaca meniskus dengan
tepat
Mengaduk larutan  Mengaduk zat hingga larut
Menggunakan labu takar  Cara menuangkan larutan kedalam
Mengukur
labu takar
volume
 Membaca meniskus pada labu takar
 Mengeringkan leher labu takar
 Cara mengocok larutan dalam labu
takar
Menggunakan pipet tetes  Cara menggunakan pipet tetes yang
benar
Menggunakan pipet volume  Menggunakan bulp (pengempesan
Menggunakan
bulp, menekan huruf S,E dan A)
pipet
 Mengambil dan mengeluarkan
larutan dengan tepat
 Membaca meniskus dengan tepat
Pemanasan Memanaskan larutan  Menggunakan penjepit tabung reaksi
larutan menggunakan tabung reaksi  Posisi tabung reaksi (kemiringan dan
68

Teknik
Sub Teknik Laboratorium Butir Indikator
Laboratorium
arah mulut tabung reaksi)
 Pergerakan tabung reaksi serta arah
mulut tabung reaksi
Membaui zat  Posisi wadah zat serta jarak dengan
hidung
Membaui zat
 Pergerakan tangan ketika
mengebaskan gas
Menggunakan Membuat dan menggunakan  Melipat kertas saring
kertas saring kertas saring  Menggunakan statif, ring dan corong
Merangkai peralatan titrasi  Merangkai peralatan titrasi seperti
klem, statif dan buret dengan benar
(posisi buret )
 Menggunakan alas putih
Titrasi
Menitrasi larutan  Cara meneteskan titran dari dalam
buret dan mengocok titrat di dalam
labu Erlenmeyer
 Cara mengocok erlenmeyer
Lampiran 3

Menggunakan alat pelindung diri (mengambil zat di lemari asam)


No Aspek penilaian skor Mahasiswa
1 2 3 4 5
1 Menggunakan jas lab, sepatu 4
tertutup, sarung tangan,
masker/respirator dan goggles

Menggunakan jas lab, sepatu 3


tertutup, masker/respirator
goggles namun tidak memakai
sarung tangan

Menggunakan jas lab, sepatu 2


tertutup, sarung tangan namun
tidak menggunakan googles dan
masker/respirator

Menggunakan jas lab, sepatu 1


tidak tertutup, tidak
menggunakan sarung tangan,
googles dan respirator

Tidak menggunakan jas lab, 0


sepatu tertutup, sarung tangan,
masker/respirator dan goggles

69
Menggunakan alat pelindung diri
No Aspek penilaian skor Mahasiswa
1 2 3 4 5
2 Tidak menggunakan aksesoris 4
(jam, gelang, cincin)
menggunakan jas lab, sepatu
tertutup, sarung tangan dan
masker

Tidak menggunakan aksesoris 3


(jam, gelang,
cincin),menggunakan jas lab,
sepatu tertutup, masker namun
tidak memakai sarung tangan

Tidak menggunakan aksesoris 2


(jam, gelang, cincin),
menggunakan jas lab, sepatu
tertutup, sarung tangan namun
tidak menggunakan dan masker

Tidak menggunakan aksesoris 1


(jam, gelang, cincin),
menggunakan jas lab, sepatu
tidak tertutup, tidak
menggunakan sarung tangan, dan
masker

Menggunakan aksesoris (jam, 0


gelang, cincin), Tidak
menggunakan jas lab, sepatu
tertutup, sarung tangan, dan
masker

70
Membawa alat kimia yang akan digunakan dengan wadah
No Aspek penilaian skor Mahasiswa
1 2 3 4 5
3 Membawa alat - alat kimia 4
menggunakan nampan/wadah lain
dengan kedua tangan dan tidak
ada alat yang jatuh

Membawa membawa alat - alat 3


kimia menggunakan
nampan/wadah lain dengan kedua
tangan namun ada alat yang jatuh

Membawa membawa alat - alat 2


kimia menggunakan
nampan/wadah lain dengan satu
tangan dan tidak ada alat yang
jatuh

Membawa membawa alat - alat 1


kimia menggunakan
nampan/wadah lain dengan satu
tangan dan ada alat yang jatuh

Membawa alat - alat kimia tidak 0


menggunakan nampan/wadah lain

71
Membawa botol reagen
No Aspek penilaian skor Mahasiswa
1 2 3 4 5
4 Membawa botol zat dengan 4
kedua tangan, tangan kanan
memegang leher botol, tangan
kiri memegang dasar botol
dengan posisi botol berdiri

Membawa botol zat dengan 3


kedua tangan, tangan kanan
memegang leher botol, tangan
kiri memegang dasar botol
dengan posisi botol miring

Membawa botol zat dengan 2


kedua tangan, tangan kanan
memegang badan botol, tangan
kiri memegang dasar botol zat
dengan posisi botol berdiri

Membawa botol zat dengan 1


kedua tangan, tangan kanan
memegang badan botol, tangan
kiri memegang dasar botol zat
dengan posisi botol miring

Memegang botol zat hanya 0


dengan satu tangan

72
Membersihkan piringan neraca dan massa beban dengan tissue
No Aspek penilaian skor Mahasiswa
1 2 3 4 5
5 Membersihkan piringan neraca Sebelum Sesudah 4
dan massa sebelum dan setelah
menimbang

Membersihkan piringan neraca 3


dan massa sebelum menimbang Sebelum
namun tidak membersihkan
piringan dan massa setelah
menimbang

Membersihkan piringan neraca Sebelum 2


sebelum dan sesudah menimbang
namun tidak membersihkan
massa

Sesudah

Membersihkan piringan neraca 1


Sebelum
sebelum menimbang namun tidak
membersihkan setelah
menimbang dan tidak
membersihkan anak beban
sebelum dan setelah menimbang

Tidak membersihkan piringan 0


neraca dan anak beban sebelum
dan sesudah menimbang

73
Menyetimbangkan neraca
No Aspek penilaian skor Mahasiswa
1 2 3 4 5
6 Memutar pemutar halus pada neraca 4
hingga ditandai dengan posisi garis
lurus sejajar dengan angka nol

Menggeser anak beban pada lengan 3


neraca menggunakan ujung
spatula/benda lain yang bersih
hingga ditandai dengan posisi garis
lurus sejajar dengan angka nol

Memutar pemutar halus pada neraca 2


namun posisi garis lurus tidak sejajar
dengan angka nol

Menggeser anak beban pada lengan 1


neraca menggunakan tangan secara
langsung hingga ditandai dengan
posisi garis lurus sejajar dengan
angka nol

Menyetimbangkan neraca namun 0


dengan asal

74
Menggunakan alas zat saat penimbangan dan menimbang alas dengan tepat
No Aspek penilaian skor Mahasiswa
1 2 3 4 5
7 Menggunakan alas zat berupa kaca 4
arloji, menimbang hingga ditandai
posisi garis penunjuk sejajar dengan
angka nol

Menggunakan alas zat selain kaca 3


arloji namun bersih dan licin,
menimbang hingga ditandai posisi
garis penunjuk sejajar dengan angka
nol

Menggunakan alas zat berupa kaca 2


arloji, menimbang namun posisi
garis penunjuk tidak sejajar dengan
angka nol

Menggunakan alas zat selain kaca 1


arloji namun bersih dan licin,
menimbang namun posisi garis
penunjuk tidak sejajar dengan angka
nol

Tidak menggunakan alas zat 0

75
Mengambil dan menimbang zat
No Aspek penilaian skor Mahasiswa
1 2 3 4 5
8 Mengambil zat dengan spatula 4
dan diletakkan pada alas zat
dengan tidak berceceran,
menimbang dengan
menggerakkan anak beban
menggunakan ujung spatula/alat
lain yang bersih hingga posisi
garis penunjuk pada lengan
neraca sejajar dengan angka nol

Mengambil zat dengan spatula 3


dan diletakkan pada alas zat
tetapi ada zat yang berceceran,
menimbang dengan
menggerakkan anak
beban menggunakan ujung
spatula/alat lain yang bersih
hingga posisi garis penunjuk pada
lengan neraca sejajar dengan
angka nol
Mengambil zat dengan spatula 2
dan diletakkan pada alas zat
dengan tidak berceceran,
menimbang dengan
menggerakkan anak beban
menggunakan ujung spatula/alat
lain yang bersih namun posisi
garis penunjuk pada lengan
neraca tidak sejajar dengan angka
nol

Mengambil zat dengan spatula 1


dan diletakkan pada alas zat
dengan berceceran, menimbang
dengan menggerakkan anak
beban menggunakan ujung
spatula/alat lain yang bersih
namun posisi garis penunjuk pada
lengan neraca tidak sejajar
dengan angka nol

Mengambil zat tidak 0


menggunakan spatula dan
menimbang dengan asal

76
Mengembalikan massa neraca dan menyetimbangkan neraca kembali
No Aspek penilaian skor Mahasiswa
1 2 3 4 5
9 Mengembalikan semua massa ke 4
posisi nol sampai neraca
setimbang kembali

Mengembalikan semua massa 3


keposisi nol namun neraca tidak
setimbang kembali

Mengembalikan sebagian massa 2


keposisi nol sehingga neraca
tidak setimbang kembali

Mengembalikan salah satu massa 1


keposisi nol sehingga neraca
tidak setimbang kembali

Tidak mengembalikan anak 0


beban pada neraca

77
Mengambil dan mengukur akuades (menggunakan gelas ukur)
No Aspek penilaian skor Mahasiswa
1 2 3 4 5
10 Menuangkan zat cair ke dalam gelas 4
ukur menggunakan botol akuades,
membaca meniskus bawah dengan
posisi mata sejajar, meletakkan gelas
ukur di tempat yang datar

Menuangkan zat cair ke dalam gelas 3


ukur menggunakan alat/wadah lain,
membaca meniskus bawah posisi
mata sejajar dengan permukaan
larutan, meletakkan gelas ukur di
tempat yang datar

Menuangkan zat cair ke dalam gelas 2


ukur menggunakan botol akuades,
membaca meniskus bawah dengan
posisi mata sejajar, tetapi dengan
meletakkan/memegang gelas ukur
ditangan

Menuangkan zat cair ke dalam gelas 1


ukur menggunakan botol akuades,
membaca meniscus bawah namun
posisi mata tidak sejajar, meletakkan
gelas ukur ditangan

Menuangkan akuades langsung 0


ke dalam gelas beaker

78
Menuang zat padat serta mengaduk zat
No Aspek penilaian skor Mahasiswa
1 2 3 4 5
11 Menuangkan seluruh zat padat dari 4
kaca arloji, membilas kaca arloji
dengan aquadest, mengaduk hingga
larut menggunakan batang pengaduk

Menuangkan seluruh zat padat dari 3


kaca arloji, membilas kaca arloji
dengan aquadest, mengaduk hingga
larut menggunakan batang pengaduk

Menuangkan seluruh zat padat, 2


membilas kaca arloji dengan
aquadest, mengaduk hingga larut
tidak menggunakan menggunakan
batang pengaduk

Menuangkan seluruh zat padat 1


namun tidak membilas kaca arloji
dengan aquadest, mengaduk hingga
larut dengan batang pengaduk

Tidak menuangkan zat padat 0

79
Proses dekantasi
No Aspek penilaian skor Mahasiswa
1 2 3 4 5
12 4

Menggunakan dua tangan


mengalirkan larutan melalui batang
pengaduk yang bersentuhan dengan
bibir, membentuk sudut 90o dengan
gelas kimia (posisi sendok berada di
atas) tanpa ada larutan yang tumpah

Menggunakan satu tangan


mengalirkan larutan melalui batang
pengaduk yang bersentuhan dengan
bibir gelas kimia, , membentuk sudut
45o (posisi sendok berada di atas)
dengan gelas kimia tanpa ada larutan
yang tumpah

Menggunakan dua tangan


mengalirkan larutan melalui batang
pengaduk yang bersentuhan dengan
bibir gelas kimia, membentuk sudut
90o (posisi sendok berada di bawah)
dengan gelas kimia namun ada
larutan yang tumpah

Menggunakan satu tangan


mengalirkan larutan melalui batang
pengaduk yang bersentuhan dengan
bibir gelas kimia membentuk sudut
45o (posisi sendok berada di bawah)
dengan gelas kimia namun ada
larutan yang tumpah

80
2

Menggunakan dua tangan


mengalir larutan melalui batang
pengaduk yang tidak bersentuhan
dengan bibir gelas kimia,
membentuk sudut 90o (posisi sendok
berada di atas) dengan gelas kimia
tanpa ada larutan yang tumpah

Menggunakan satu tangan


mengalir larutan melalui batang
pengaduk yang tidak bersentuhan
dengan bibir gelas kimia,
membentuk sudut 45o (posisi sendok
berada di atas) dengan gelas kimia
tanpa ada larutan yang tumpah

Menggunakan dua tangan 1


mengalirkan larutan melalui batang
pengaduk yang tidak bersentuhan
dengan bibir gelas kimia,
membentuk sudut 90o (posisi sendok
berada di bawah) dengan gelas kimia
dan ada larutan yang tumpah

Mengguankan satu tangan


mengalirkan larutan melalui batang
pengaduk yang tidak bersentuhan
dengan bibir gelas kimia membentuk
sudut 45o (posisi sendok berada di
bawah) dengan gelas kimia dan ada
larutan yang tumpah

Tidak menuangkan larutan dengan


proses dekantasi

81
Memasukkan zat ke dalam labu takar
No Aspek penilaian skor Mahasiswa
1 2 3 4 5
13 4

Memasukkan larutan ke dalam labu


takar menggunakan corong (dengan
bantuan ring, statif dan boshead),
tidak melebihi tanda batas,
menggunakan proses dekantasi

Memasukkan larutan ke dalam labu


takar menggunakan corong (dengan
bantuan ring, statif dan boshead),
tidak melebihi tanda batas,tidak
menggunakan proses dekantasi

Memasukkan larutan ke dalam labu


takar hanya menggunakan bantuan
corong (tangpa bantuan ring, statif
dan boshead), tidak melebihi batas,
menggunakan proses dekantasi

Memasukkan larutan ke dalam labu


takar hanya menggunakan bantuan
corong (tangpa bantuan ring, statif
dan boshead), tidak melebihi batas,
tidak menggunakan proses dekantasi

Tidak memasukkan larutan ke dalam


labu takar

82
Mengukur volume ( meniskus )
No Aspek penilaian skor Mahasiswa
1 2 3 4 5
14 4

Mengukur volume larutan dengan


menggunakan meniskus cekung,
posisi mata sejajar dengan tanda
batas, meletakkan labu takar
ditempat yang datar

Mengukur volume larutan dengan


menggunakan meniskus cekung,
posisi mata tidak sejajar dengan
tanda batas, meletakkan labu takar di
tempat yang datar

Mengukur volume larutan dengan


menggunakan meniskus cekung,
posisi mata sejajar dengan tanda
batas, namun mengangkat labu takar
dengan tangan

Mengukur volume larutan dengan


menggunakan meniskus cekung,
posisi mata tidak sejajar dengan
tanda batas, namun mengangkat labu
takar dengan tangan

Tidak mengukur volume larutan


dengan labu takar

83
Mengeringkan leher labu takar dan mengocok larutan
No Aspek penilaian skor Mahasiswa
1 2 3 4 5
15 4
Setelah meniskus tercapai,
mengeringkan leher labu takar dan
mengocok larutan dengan
meletakkan labu takar pada lengan
jari telunjuk menekan tutup labu
takar, meggerakan labu takar ke atas
dan kebawah

3
Setelah meniskus tercapai,
mengeringkan leher labu takar dan
mengocok larutan namun tidak
meletakkan labu takar pada lengan,
jari telunjuk menekan tutup labu
takar, meggerakan labu takar ke atas
dan kebawah

2
Setelah meniskus tercapai, tidak
mengeringkan leher labu takar dan
mengocok larutan dengan
meletakkan labu takar pada lengan
jari telunjuk menekan tutup labu
takar, meggerakan labu takar ke atas
dan kebawah

1
Setelah meniskus tercapai, tidak
mengeringkan leher labu takar dan
mengocok larutan namun tidak
meletakkan labu takar pada lengan,
jari telunjuk menekan tutup labu
takar, meggerakan labu takar ke atas
dan kebawah

Setelah meniskus tercapai, tidak


mengeringkan labu takar dan tidak
mengocok labu takar

84
Mengambil larutan menggunakan pipet volume dengan bantuan bulp
No Aspek penilaian skor Mahasiswa
1 2 3 4 5
16 Mengambil larutan menggunakan 4
pipet volume dengan bantuan bulp,
satu tangan memegang badan pipet
volume dan tangan lainnya
memegang bulp, posisi ujung pipet
menempel pada dasar dinding wadah
zat

Mengambil larutan menggunakan 3


pipet volume dengan bantuan bulp,
satu tangan tidak memegang badan
pipet volume dan tangan lainnya
memegang bulp, posisi ujung pipet
menempel pada dasar dinding wadah
zat

Mengambil larutan menggunakan 2


pipet volume dengan bantuan bulp,
satu tangan memegang badan pipet
volume dan tangan lainnya
memegang bulp, posisi ujung pipet
tidak menempel pada dasar dinding
wadah zat

Mengambil larutan menggunakan 1


pipet volume dengan bantuan bulp,
satu tangan tidak memegang badan
pipet volume dan tangan lainnya
memegang bulp, posisi ujung pipet
tidak menempel pada dasar dinding
wadah zat

Mengambil larutan tanpa 0


menggunakan pipet volume
(menuangkan langsung gelas beaker)

85
Mengukur larutan dan mengeluarkan larutan dari pipet volume
No Aspek penilaian skor Mahasiswa
1 2 3 4 5
17 Mengukur volume dengan
4
menggunakan meniskus bawah
larutan, posisi mata sejajar dengan
permukaan larutan, mengeluarkan
larutan dengan posisi pipet volume
tegak lurus dan ujung pipet volume
di tempelkan ke dinding gelas kimia
yang dimiringkan, mengeluarkan
larutan sampai garis batas/skala
3
Mengukur volume larutan dengan
menggunakan meniskus bawah
larutan, posisi mata sejajar dengan
permukaan larutan, mengeluarkan
larutan dengan posisi pipet volume
tegak lurus dan ujung pipet volume
tempelkan ke dinding, gelas kimia
tidak dimiringkan, mengeluarkan
larutan sampai garis batas/skala

2
Mengukur volume larutan dengan
menggunakan meniskus bawah
larutan, posisi mata sejajar dengan
permukaan larutan, mengeluarkan
larutan dengan posisi pipet volume
tegak lurus dan ujung pipet volume
tidak tempelkan ke dinding, gelas
kimia dimiringkan, mengeluarkan
larutan melebihi garis batas/skala

Mengukur volume larutan dengan


1
menggunakan meniskus bawah
larutan, posisi mata sejajar dengan
permukaan larutan, mengeluarkan
larutan dengan posisi pipet volume
tegak lurus dan ujung pipet volume
tidak tempelkan ke dinding, gelas
kimia tidak dimiringkan,
mengeluarkan larutan melebihi garis
batas/skala
0

Tidak dapat mengukur larutan


dengan pipet volume

86
Mengeluarkan larutan dari pipet tetes
No Aspek penilaian skor Mahasiswa
1 2 3 4 5
18 4
Menempelkan ujung pipet tetes
kedalam dinding tabung reaksi
dengan posisi miring, posisi pipet
tetes berdiri, mengalirkan larutan
secara perlahan

Memasukkan pipet tetes ke dalam


tabung reaksi, ujung pipet tidak
tercelup ke dalam zat lain,
mengalirkan larutan secara perlahan

Memasukkan setengah pipet tetes ke


dalam tabung reaksi, mengalirkan
larutan secara perlahan

Memasukkan ujung pipet tetes ke


dalam tabung reaksi, mengalirkan
larutan secara perlahan

Cara memegang pipet salah serta


tidak memasukkan pipet tetes ke
dalam tabung reaksi

87
Pemanasan menggunakan tabung reaksi
No Aspek penilaian skor Mahasiswa
1 2 3 4 5
19 4

Menjepit tabung reaksi dengan


penjepit kayu, posisi tabung reaksi
dimiringkan sekitar 45° dan tidak
diarahkan ke orang lain,
menggerakkan tabung reaksi ke arah
kanan - kiri ( 1 arah )

3
Menjepit tabung reaksi
dengan penjepit kayu, posisi tabung
reaksi dimiringkan sekitar 45° dan
tidak diarahkan ke orang lain,
menggerakkan tabung reaksi ke arah
kanan - kiri ( 2 arah)

2
Menjepit tabung reaksi dengan
penjepit kayu, posisi tabung reaksi
tidak dimiringkan sekitar 45° dan
tidak diarahkan ke orang lain,
menggerakkan tabung reaksi ke arah
kanan - kiri ( 1 arah)

1
Menjepit tabung reaksi dengan
penjepit kayu, posisi tabung reaksi
tidak dimiringkan sekitar 45° dan
tidak diarahkan ke orang lain,
menggerakkan tabung reaksi ke arah
kanan - kiri ( 2 arah)

Memegang tabung reaksi secara


langsung dengan menggunakan
sarung tangan

88
Membaui zat
No Aspek penilaian skor Mahasiswa
1 2 3 4 5
20 4

Jarak antara wajah dan sumber gas


sekitar 25 cm, posisi sumber tidak
langsung membaui zat dengan cara
mengibaskan telapak tangan diatas
sumber gas ke arah hidung

Jarak antara wajah dan sumber gas


sekitar 25 cm, posisi sumber tidak
langsung namun tidak mengibaskan
telapak tangan diatas sumber gas ke
arah hidung

Jarak antara wajah dan sumber gas


sekitar 25 cm, posisi sumber
langsung membaui zat dengan cara
mengibaskan telapak tangan diatas
sumber gas ke arah hidung

Jarak antara wajah dan sumber gas


sekitar 25 cm, posisi sumber
langsung mengibaskan telapak
tangan diatas sumber gas ke arah
hidung

Membaui zat dengan langsung


menghirup gas dari sumbernya

89
Mengukur suhu larutan dengan termometer
No Aspek penilaian skor Mahasiswa
1 2 3 4 5
21 4

Memegang tali pada termometer,


ujung termometer tercelup kedalam
larutan tanpa menyentuh dinding
atau dasar gelas kimia, posisi mata
sejajar dengan garis skala

Memegang tali pada termometer,


ujung termometer tercelup kedalam
larutan menyentuh dinding atau
dasar gelas kimia, posisi mata sejajar
dengan garis skala

Memegang dinding termometer ,


ujung termometer tercelup kedalam
larutan, tanpa menyentuh dinding
atau dasar gelas kimia, posisi mata
sejajar dengan garis skala

Memegang dinding termometer ,


ujung termometer tercelup kedalam
larutan, tanpa menyentuh dinding
atau dasar gelas kimia, posisi mata
tidak sejajar dengan garis skala

Memegang dinding termometer ,


ujung thermometer tidak tercelup
kedalam larutan, posisi mata tidak
sejajar dengan garis skala

90
Membentuk lipatan kertas saring dan menggunakan kertas saring
No Aspek penilaian skor Mahasiswa
1 2 3 4 5
22 4

Lipat kertas saring menjadi setengah


lingkaran, lipat kembali hingga
menjadi seperempat lingkaran, kertas
saring dibentuk menjadi kerucut,
letakkan pada corong, membasahi
dengan sedikit air hingga menempel

Lipat kertas saring menjadi setengah


lingkaran, lipat kembali hingga
menjadi seperempat lingkaran, kertas
saring dibentuk menjadi kerucut,
letakkan pada corong, membasahi
dengan sedikit air namun tidak
menempel

Lipat kertas saring menjadi setengah


lingkaran, lipat kembali hingga
menjadi seperempat lingkaran, kertas
saring dibentuk menjadi kerucut,
letakkan pada corong, tidak
membasahi dengan air

1
Lipat kertas menjadi setengah
lingkaran,tidak me lipat kembali
hingga menjadi seperempat
lingkaran, kertas saring dibentuk
menjadi kerucut, letakkan pada
corong, membasahi kertas dengan
air hingga menempel

Tidak melipat kertas saring

91
Memasukkan zat padat ke dalam tabung reaksi
No Aspek penilaian skor Mahasiswa
1 2 3 4 5
23 Menggunakan bantuan kertas yang 4
dimasukkan hingga ujung tabung
reaksi yang dimiringkan,
memasukkan zat dengan tidak
berceceran

Menggunakan bantuan kertas yang 3


dimasukkan setengah tabung reaksi
yang dimiringkan, memasukkan zat
dengan tidak berceceran

Menggunakan bantuan spatula yang 2


dimasukkan hingga ujung tabung
reaksi yang dimiringkan,
memasukkan zat dengan tidak
berceceran

Menggunakan bantuan spatula yang 1


dimasukkan hingga ujung tabung
reaksi yang tegak, memasukkan zat
dengan berceceran

Menggunakan bantuan spatula 0


namun tidak dimasukkan hingga
ujung tabung reaksi yang tegak,
memasukkan zat dengan berceceran

92
Memasang Buret dan memasukkan larutan kedalam buret
No Aspek penilaian skor Mahasiswa
1 2 3 4 5
24 4
Memasang klem buret pada statif
dengan benar (tidak miring),
memasang buret pada klem buret
dengan posisi lurus, memasukkan
larutan menggunakan bantuan
corong

Memasang klem buret pada statif


namun miring, memasang buret
pada klem buret dengan posisi
lurus, memasukkan larutan
menggunakan bantuan corong

2
Memasang klem buret pada statif
dengan benar (tidak miring),
memasang buret pada klem buret
dengan posisi tidak lurus,
memasukkan larutan
menggunakan bantuan corong

1
Memasang klem buret pada statif
dengan benar (tidak miring),
memasang buret pada klem buret
dengan posisi tidak lurus,
memasukkan larutan tanpa
menggunakan bantuan corong

0
Memasang klem buret pada statif
namun miring, memasang buret
pada klem buret dengan posisi
tidak lurus, memasukkan larutan
tanpa menggunakan bantuan
corong

93
Titrasi
No Aspek penilaian skor Mahasiswa
1 2 3 4 5
25 Menggunkan alas putih sebagai alas, 4
Tangan kiri digunakan untuk
mengendalikan kran buret, posisi
kran buret berada ditengah antara jari
telunjuk dan jari tengah,
mengeluarkan titran tetes demi tetes,
tangan kanan memegang erlenmeyer
yang digoyangkan searah jarum jam

Menggunkan alas putih sebagai alas, 3


Tangan kiri digunakan untuk
mengendalikan kran buret, posisi
kran buret berada ditengah antara jari
telunjuk dan jari tengah,
mengeluarkan titran tidak secara
tetes demi tetes, tangan kanan
memegang erlenmeyer yang
digoyangkan searah jarum jam

Tidak menggunkan alas putih 2


sebagai alas, tangan kiri digunakan
untuk mengendalikan kran buret,
posisi kran buret berada diantara jari
tengah dan ibu jari, mengeluarkan
titran tetes demi tetes, tangan kanan
memegang erlenmeyer yang
digoyangkan berlawanan dengan
searah jarum jam

Tidak menggunkan alas putih 1


sebagai alas, Tangan kanan
digunakan untuk mengendalikan
kran buret, posisi kran buret berada
diantara jari tengah dan ibu jari,
mengeluarkan titran tidak secara
tetes demi tetes, tangan kiri
memegang erlenmeyer yang
digoyangkan searah jarum jam

Tidak menggunkan alas putih 0


sebagai alas, tangan kiri digunakan
untuk mengendalikan kran buret,
posisi kran buret berada diantara jari
tengah dan ibu jari, mengeluarkan
titran tidak secara tetes demi tetes,
tangan kanan memegang erlenmeyer
dan tidak
Digoyangkan

94
Membersihkan alat – alat yang telah digunakan
No Aspek penilaian skor Mahasiswa
1 2 3 4 5
26 Membersihkan semua alat – alat yang telah digunakan dengan bersih dan 4
kering

Membersihkan semua alat – alat yang telah digunakan dengan bersih namun 3
tidak kering

Membersihkan sebagian alat – alat yang telah digunakan dengan bersih dan 2
kering

Membersihkan sebagian alat – alat yang telah digunakan dengan bersih 1


namun tidak kering

Tidak membersihkan dan mengeringkan semua alat yang telah digunakan 0

Pengolahan limbah
No Aspek penilaian skor Mahasiswa
1 2 3 4 5
27 Mengolah limbah yang telah digunakan dengan mengencerkan dibuang di 4
tempat pembuangan limbah

Mengolah limbah yang telah digunakan dengan tidak mengencerkan , 3


dibuang di tempat pembuangan limbah

Mengolah limbah yang telah digunakan dengan mengencerkan dibuang di 2


wastafel

Mengolah limbah yang telah digunakan dengan tidak mengencerkan , 1


dibuang di wastafel

Tidak mengolah limbah 0

Ciputat, ……………………....
Observer

………………………………
( )

95
Lampiran 4

Data Pembuatan Larutan Kelompok I

P0INT
Me Ter ker tabu
Me Me
N NA Menguk ma mo tas ng
K3 Menimbang Menuang zat ngo mb titrasi
O MA ur nas met sari reak
cok aui
kan er ng si
1 2 3 4 27 5 6 7 8 9 10 14 11 12 13 16 17 18 15 19 20 21 22 23 24 25
1 A 4 4 4 4 1 1 4 2 4 2 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 2
2 B 4 4 4 4 1 1 4 2 4 2 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 2
3 C 4 4 4 4 1 1 4 2 4 2 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 2
4 D 4 4 4 4 1 1 4 2 4 2 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 2
5 E 4 3 4 4 2 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 2 3 3
6 F 4 3 4 4 2 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 2 3 3
7 G 4 3 4 4 2 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 2 3 3
8 H 4 3 4 4 2 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 2 3 3
9 I 4 4 4 2 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3
10 J 4 4 4 2 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3
11 K 4 4 4 2 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3
12 L 4 4 4 2 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3
13 M 2 3 0 4 2 4 4 3 4 2 3 4 2 4 2 3 1 3 4 3 4 4 4 3
14 N 2 3 0 4 2 4 4 3 4 2 3 4 2 4 2 3 1 3 4 3 4 4 4 3
15 O 2 3 0 4 2 4 4 3 4 2 3 4 2 4 2 3 1 3 4 3 4 4 4 3
16 P 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 2
17 Q 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3
18 R 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 2 4 2
19 S 4 3 4 3 2 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 2 4 4 3 4 3
20 T 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 2 4 4 3 4 3
21 U 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 2 4 4 3 4 3

96
P0INT
Me Ter ker tabu
Me Me
N NA Menguk ma mo tas ng
K3 Menimbang Menuang zat ngo mb titrasi
O MA ur nas met sari reak
cok aui
kan er ng si
1 2 3 4 27 5 6 7 8 9 10 14 11 12 13 16 17 18 15 19 20 21 22 23 24 25
22 V 4 3 4 3 2 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 2 4 4 3 4 3
23 W 4 4 0 4 2 4 4 4 4 3 1 4 1 4 4 3 3 2 4 4 3 4 4 1
24 X 4 4 0 4 2 4 4 4 4 3 1 4 1 4 4 3 3 2 4 4 3 4 4 1
25 Y 4 4 0 4 2 4 4 4 4 3 1 4 1 4 4 3 3 2 4 4 3 4 4 1
26 Z 1 2 4 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 1 3 4 3 3 4 4 3
27 AA 1 2 4 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 1 3 4 3 3 4 4 3
28 AB 1 2 4 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 1 3 4 3 3 4 4 3
29 AC 1 2 4 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 1 3 4 3 3 4 4 3
JUMLA
98 97 92 96 60 96 105 97 112 83 96 108 89 100 94 98 81 92 108 101 102 105 112 75
H
% PER
84 84 79 83 52 83 91 84 97 72 83 93 77 86 81 84 70 79 93 87 91 88 97 65
POINT
%
PERIND
76 85 88 80 93 87 91 88 97 65
IKATO
R

97
Data Pembuatan Larutan Kelompok II

P0INT
ta
Me Ter b
N NA
K3 Menimbang Mengukur Menuang zat Me ma Me mo u titrasi
O MA
ngo nas mb met ker n
cok kan aui er tas g
1 2 3 4 27 5 6 7 8 9 10 14 11 12 13 16 17 18 15 19 20 21 22 23 24 25
1 A 4 4 4 4 2 3 4 4 4 3 3 4 4 4 2 4 3 3 4 4 4 3 4 2
2 B 4 4 4 4 2 3 4 4 4 3 3 4 4 4 2 4 3 3 4 3 4 4 4 2
3 C 2 2 4 4 2 3 4 4 4 3 3 4 4 4 2 4 3 3 4 4 4 4 4 4
4 D 4 4 4 4 2 3 4 4 4 3 3 4 4 4 2 4 3 3 4 4 4 4 4 2
5 E 4 3 4 4 2 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4
6 F 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4
7 G 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4
8 H 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4
9 I 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 2 3 2 4 4 4 4 2
10 J 3 2 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 2 3 2 4 4 3 4 2
11 K 4 2 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 2 3 2 4 4 4 4 2
12 L 2 4 4 4 3 2 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 2
13 M 2 4 4 4 3 2 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 2
14 N 2 4 4 4 3 2 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 2
15 O 2 4 4 4 3 2 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 2
16 P 4 4 4 4 2 1 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 0 3 4 2
17 Q 4 4 4 4 2 1 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 0 3 4 2
18 R 4 4 4 4 2 1 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 0 3 4 2
19 S 4 4 4 4 2 1 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 0 3 4 2
20 T 4 3 4 4 2 3 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 2
21 U 4 3 4 4 2 3 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 2

98
P0INT
ta
Me Ter b
N NA
K3 Menimbang Mengukur Menuang zat Me ma Me mo u titrasi
O MA
ngo nas mb met ker n
cok kan aui er tas g
1 2 3 4 27 5 6 7 8 9 10 14 11 12 13 16 17 18 15 19 20 21 22 23 24 25
22 V 3 4 4 4 2 3 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 2
23 W 3 4 4 4 2 3 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 2
24 X 4 3 4 4 2 3 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 2
25 Y 4 4 0 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4
26 Z 4 4 0 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4
27 AA 4 4 0 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4
28 AB 4 4 0 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 2 4 3 4 3
29 AC 4 4 0 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4
30 AD 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3
31 AE 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3
32 AF 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3
33 AG 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3
JUMLA
117 117 112 132 80 99 132 128 124 106 124 132 121 127 124 118 100 107 121 111 112 121 119 89
H
% PER
89 89 85 100 61 75 100 97 94 80 94 100 92 96 94 89 76 81 92 84 85 92 90 67
POINT
%
PERIND
85 89 97 88 92 84 85 92 90 67
IKATO
R

99
Lampiran 5

Data Stoikiometri Kelompok I

P0INT
Me Ter
Me Me
N NA ma mo ker tab
K3 Menimbang Mengukur Menuang zat ngo mb titrasi
O MA nas met tas ung
cok aui
kan er
1 2 3 4 27 5 6 7 8 9 10 14 11 12 13 16 17 18 15 19 20 21 22 23 24 25
1 A 4 4 4 4 2 1 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 2 3 4 4
2 B 4 4 4 4 2 1 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 2 3 4 4
3 C 4 4 4 4 2 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
4 D 4 4 4 4 2 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
5 E 4 2 4 4 2 1 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 2 3 3 3
6 F 4 4 4 4 2 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 3 2 4 4
7 G 4 2 4 4 2 1 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 2 3 3 3
8 H 4 4 4 4 2 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
9 I 4 4 4 3 2 2 3 3 3 0 4 4 2 4 2 4 3 2 4 3 3 3 4 3
10 J 4 4 4 3 2 2 3 3 3 0 4 4 2 4 2 4 3 2 4 3 3 3 4 3
11 K 4 4 4 3 2 2 3 3 3 0 4 4 2 4 2 4 3 2 4 3 3 3 4 3
12 L 4 4 4 4 2 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 3 2 4 4
13 M 4 4 4 4 2 1 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3
14 N 4 4 4 4 2 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 3 2 4 4
15 O 4 4 4 4 2 1 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3
16 P 4 4 4 4 2 1 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 2 3 4 4
17 Q 4 4 4 3 2 2 3 3 3 0 4 4 2 4 2 4 3 2 4 3 3 3 4 3
18 R 4 4 4 4 2 1 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 2 3 4 4
19 S 4 4 4 4 2 1 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3
20 T 4 2 4 4 2 1 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 2 3 3 3

100
P0INT
Me Ter
Me Me
N NA ma mo ker tab
K3 Menimbang Mengukur Menuang zat ngo mb titrasi
O MA nas met tas ung
cok aui
kan er
1 2 3 4 27 5 6 7 8 9 10 14 11 12 13 16 17 18 15 19 20 21 22 23 24 25
21 U 4 2 4 4 1 2 4 4 3 3 4 4 3 4 4 2 3 3 4 4 3 4 3 2
22 V 4 4 4 4 2 1 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3
23 W 4 2 4 4 1 2 4 4 3 3 4 4 3 4 4 2 3 3 4 4 3 4 3 2
24 X 4 2 4 4 1 2 4 4 3 3 4 4 3 4 4 2 3 3 4 4 3 4 3 2
25 Y 4 4 4 3 2 2 3 3 3 0 4 4 2 4 2 4 3 2 4 3 3 3 4 3
26 Z 4 4 4 4 2 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
27 AA 4 4 4 4 2 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 3 2 4 4
28 AB 4 2 4 4 2 1 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 2 3 3 3
29 AC 4 2 4 4 1 2 4 4 3 3 4 4 3 4 4 2 3 3 4 4 3 4 3 2
JUMLA
116 100 116 111 54 54 111 103 107 72 116 116 98 116 102 100 99 82 116 99 83 91 108 91
H
% PER
100 86 100 96 47 47 96 89 92 62 100 100 84 100 88 86 85 71 100 85 72 78 93 78
POINT
%
PERIND
86 77 100 86 100 85 72 78 93 78
IKATO
R

101
Data Stoikiometri Kelompok II

P0INT
Me Ter
Me Me
N NA ma mo ker tab
K3 Menimbang Mengukur Menuang zat ngo mb titrasi
O MA nas met tas ung
cok aui
kan er
1 2 3 4 27 5 6 7 8 9 10 14 11 12 13 16 17 18 15 19 20 21 22 23 24 25
1 A 4 4 0 4 2 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
2 B 4 4 0 4 2 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
3 C 4 4 0 4 2 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
4 D 4 4 0 4 2 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
5 E 4 4 4 4 2 1 4 4 4 0 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4
6 F 4 4 4 4 2 1 4 4 4 0 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4
7 G 4 4 4 4 2 1 4 4 4 0 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4
8 H 4 4 4 4 2 1 4 4 4 0 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4
9 I 4 4 4 4 2 4 2 4 4 3 3 4 4 4 4 2 3 3 4 4 4 4 4 3
10 J 4 4 4 4 2 4 2 4 4 3 3 4 4 4 4 2 3 3 4 4 4 4 4 3
11 K 4 4 4 4 2 4 2 4 4 3 3 4 4 4 4 2 3 3 4 4 4 4 4 3
12 L 3 4 3 4 2 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4
13 M 4 4 4 4 2 4 2 4 4 3 3 4 4 4 4 2 3 3 4 4 4 4 4 3
14 N 3 4 3 4 2 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4
15 O 3 4 3 4 2 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4
16 P 4 4 4 4 2 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 1 4 4 4 4 3
17 Q 4 4 4 4 2 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 1 4 4 4 4 3
18 R 4 4 4 4 2 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 1 4 4 4 4 3
19 S 4 4 4 4 2 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 1 4 4 4 4 3
20 T 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3
21 U 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 2
22 V 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 2
23 W 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 2

102
P0INT
Me Ter
Me Me
N NA ma mo ker tab
K3 Menimbang Mengukur Menuang zat ngo mb titrasi
O MA nas met tas ung
cok aui
kan er
1 2 3 4 27 5 6 7 8 9 10 14 11 12 13 16 17 18 15 19 20 21 22 23 24 25
24 X 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3
25 Y 4 4 4 4 2 1 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 3 3 4 3 3 4 4 4
26 Z 4 4 4 4 2 1 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 3 3 4 3 3 4 4 4
27 AA 4 4 4 4 2 1 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 3 3 4 3 3 4 4 4
28 AB 4 4 4 4 2 1 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 3 3 4 3 3 4 4 4
29 AC 4 4 4 4 2 4 2 4 4 3 3 4 4 4 4 2 3 3 4 4 4 4 4 3
30 AD 3 4 3 4 2 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3
31 AE 3 4 3 4 2 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3
32 AF 3 4 3 4 2 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3
33 AG 3 4 3 4 2 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3
JUMLA
125 132 109 132 66 93 110 132 132 99 120 132 125 132 132 106 107 106 120 121 125 128 125 108
H
% PER
95 100 83 100 50 70 83 100 100 75 91 100 95 100 100 80 81 80 91 92 95 97 95 82
POINT
%
PERIND
85 86 95 89 91 92 95 97 95 82
IKATO
R

103
Lampiran 6

Data Titrasi Kelompok I

P0INT
Me Ter
Me Me
N NA ma mo ker tab
K3 Menimbang Mengukur Menuang zat ngo mb titrasi
O MA nas met tas ung
cok aui
kan er
1 2 3 4 27 5 6 7 8 9 10 14 11 12 13 16 17 18 15 19 20 21 22 23 24 25
1 A 4 4 4 4 1 1 4 2 4 2 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 2 4
2 B 4 4 4 4 1 1 4 2 4 2 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 2 4
3 C 4 4 4 4 1 1 4 2 4 2 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 2 4
4 D 4 4 4 4 1 1 4 2 4 2 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 2 4
5 E 4 3 4 4 2 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3
6 F 4 3 4 4 2 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3
7 G 4 3 4 4 2 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3
8 H 4 3 4 4 2 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3
9 I 4 4 4 2 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4
10 J 4 4 4 2 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4
11 K 4 4 4 2 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4
12 L 4 4 4 2 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4
13 M 2 3 0 4 2 4 4 3 4 2 3 4 2 4 2 3 1 3 4 4 3 3
14 N 2 3 0 4 2 4 4 3 4 2 3 4 2 4 2 3 1 3 4 4 3 3
15 O 2 3 0 4 2 4 4 3 4 2 3 4 2 4 2 3 1 3 4 4 3 3
16 P 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4
17 Q 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4
18 R 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4
19 S 4 3 4 3 2 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 2 4 4 4
20 T 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 2 4 4 4
21 U 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 2 4 4 4

104
P0INT
Me Ter
Me Me
N NA ma mo ker tab
K3 Menimbang Mengukur Menuang zat ngo mb titrasi
O MA nas met tas ung
cok aui
kan er
1 2 3 4 27 5 6 7 8 9 10 14 11 12 13 16 17 18 15 19 20 21 22 23 24 25
22 V 4 3 4 3 2 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 2 4 4 4
23 W 4 4 0 4 2 4 4 4 4 3 1 4 1 4 4 3 3 2 4 4 4 2
24 X 4 4 0 4 2 4 4 4 4 3 1 4 1 4 4 3 3 2 4 4 4 2
25 Y 4 4 0 4 2 4 4 4 4 3 1 4 1 4 4 3 3 2 4 4 4 2
26 Z 1 2 4 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 1 3 4 4 4 2
27 AA 1 2 4 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 1 3 4 4 4 2
28 AB 1 2 4 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 1 3 4 4 4 2
29 AC 1 2 4 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 1 3 4 4 4 2
JUMLA
98 97 92 96 60 96 105 97 112 83 96 108 89 100 94 98 81 92 108 112 101 95
H
% PER
84 84 79 83 52 83 91 84 97 72 83 93 77 86 81 84 70 79 93 97 87 82
POINT
%
PERIND
76 85 88 80 93 97 84
IKATO
R

105
Data Titrasi Kelompok II

P0INT
Me Ter
Me Me
N NA ma mo ker tab
K3 Menimbang Mengukur Menuang zat ngo mb titrasi
O MA nas met tas ung
cok aui
kan er
1 2 3 4 27 5 6 7 8 9 10 14 11 12 13 16 17 18 15 19 20 21 22 23 24 25
1 A 4 4 4 4 2 3 4 4 4 3 3 4 4 4 2 4 3 3 4 4 4 3
2 B 4 4 4 4 2 3 4 4 4 3 3 4 4 4 2 4 3 3 4 4 4 3
3 C 2 2 4 4 2 3 4 4 4 3 3 4 4 4 2 4 3 3 4 4 4 4
4 D 4 4 4 4 2 3 4 4 4 3 3 4 4 4 2 4 3 3 4 4 4 2
5 E 4 3 4 4 2 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3
6 F 3 4 4 4 2 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3
7 G 4 3 4 4 2 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3
8 H 3 4 4 4 2 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3
9 I 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 2 3 2 4 4 4
10 J 3 2 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 2 3 2 4 4 4
11 K 4 2 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 2 3 2 4 4 4
12 L 2 4 4 4 3 2 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3
13 M 2 4 4 4 3 2 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3
14 N 2 4 4 4 3 2 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3
15 O 2 4 4 4 3 2 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3
16 P 4 4 4 4 2 1 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 1
17 Q 4 4 4 4 2 1 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 1
18 R 4 4 4 4 2 1 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 1
19 S 4 4 4 4 2 1 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 1
20 T 4 3 4 4 2 3 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3
21 U 4 3 4 4 2 3 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3
22 V 3 4 4 4 2 3 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3
23 W 3 4 4 4 2 3 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3

106
P0INT
Me Ter
Me Me
N NA ma mo ker tab
K3 Menimbang Mengukur Menuang zat ngo mb titrasi
O MA nas met tas ung
cok aui
kan er
1 2 3 4 27 5 6 7 8 9 10 14 11 12 13 16 17 18 15 19 20 21 22 23 24 25
24 X 4 3 4 4 2 3 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3
25 Y 4 4 0 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3
26 Z 4 4 0 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3
27 AA 4 4 0 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3
28 AB 4 4 0 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3
29 AC 4 4 0 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3
30 AD 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3
31 AE 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3
32 AF 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3
33 AG 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3
JUMLA
H 117 117 112 132 77 99 132 128 124 106 128 132 120 127 124 118 100 107 121 119 132 94
% PER
POINT 89 89 85 100 58 75 100 97 94 80 97 100 91 96 94 89 76 81 92 90 100 71
%
PERIND
IKATO
R 84 89 98 88 92 90 86

107
Lampiran 7

Data Hasil Penelitian

Pembuatan Larutan Stoikiometri Titrasi


Rata -
No Indikator Sub Indikator Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Katagori
rata
I II I II I II
Alat Pelindung Diri
84 89 100 95 84 89 90 Sangat Baik
(ruang asam)
Alat Pelindung Diri 84 89 86 100 84 89 89 Sangat Baik
Keselamatan dan
1 Kesehatan Kerja Membawa alat 79 85 100 83 79 84 85 Sangat Baik
(K3) Membawa botol
83 100 96 100 83 100 94 Sangat Baik
reagen
Pengolahan
52 61 47 53 52 58 54 cukup
limbah
Membersihkan
piringan neraca 83 75 47 70 83 75 72 Baik
dan massa beban
Menyetimbangkan
91 100 96 83 91 100 94 Sangat Baik
Neraca
Penggunaan alas
2 Menimbang
dan 84 97 89 100 84 97 92 Sangat Baik
penyetimbangan
Pengambilan zat
97 94 92 100 97 94 96 Sangat Baik
dan penimbangan
pengembalian
72 80 62 75 72 80 74 Baik
massa neraca

108
Pembuatan Larutan Stoikiometri Titrasi
Rata -
No Indikator Sub Indikator Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Katagori
rata
I II I II I II
Mengukur
menggunakan 83 94 100 91 83 97 91 Sangat Baik
gelas ukur
3 Mengukur
Mengukur
menggunakan 93 100 100 100 93 100 98 Sangat Baik
labu takar
Menuang zat
padat serta 77 92 84 100 77 91 87 Sangat Baik
pengadukan
Dekantasi 86 96 100 80 86 96 91 Sangat Baik
Menuangkan
larutan kedalam 81 94 88 100 81 94 90 Sangat Baik
tabu takar
Mengambil
larutan
84 89 86 80 84 89 85 Sangat Baik
4 Menuangkan Zat menggunakan
pipet volume
Mengeluarkan
larutan
70 76 85 81 70 76 76 Baik
menggunakan
pipet volume
Mengeluarkan
larutan
79 81 71 80 79 81 79 Baik
menggunakan
pipet tetes

109
Pembuatan Larutan Stoikiometri Titrasi
Rata -
No Indikator Sub Indikator Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Katagori
rata
I II I II I II
Mengocok larutan
5 Mengocok 93 92 100 91 93 92 94 Sangat Baik
dalam labu takar
Memanaskan
6 Memanaskan 87 84 85 92 - - 87 Sangat Baik
larutan
7 Membaui Membaui gas 91 85 72 95 - - 86 Sangat Baik
Menggunakan Cara memegang
8 88 92 78 97 - - 89 Sangat Baik
Termometer termometer
Melipat Kertas Melipat kertas
9 97 80 93 95 97 90 92 Sangat Baik
Saring saring
Memasukkan zat Memasukkan zat
10 padat kedalam padat kedalam 65 67 78 82 - - 73 Baik
tabung tabung reaksi
Pemasangan Buret
dan memasukkan
- - - - 87 100 94 Sangat Baik
11 Titrasi larutan
kedalamnya
Teknik menitrasi - - - - 82 71 77 Baik
Keterangan :
- Kelompok I merupakan kelas a pendidikan kimia angkatan 2016
- Kelompok II merupakan kelas b pendidikan kimia angkatan 2016
- Nilai perdasarkan pesentase (%)

110
Lampiran 8

ANGKET MAHASISWA

Nama :
NIM :
Kelas :
Petunjuk pengisian !
Berilah tanda Ceklist (√ ) pada kolom Ya atau Tidak dibawah ini sesuai dengan yang anda lakukan pada saat anda praktikum !

No Teknik Laboratorium Pernyataan Gambar Ya Tidak

saya menggunakan Jas lab, sepatu tertutup, sarung


tangan, respirator, dan googles pada saat mengambil
zat di lemari asam

Kesehatan dan
1
Keselamatan Kerja

Saya tidak menggunakan aksesoris (jam, gelang,


cincin) menggunakan jas lab, sepatu tertutup, sarung
tangan dan masker pada saat praktikum

111
No Teknik Laboratorium Pernyataan Gambar Ya Tidak

Saya membawa alat - alat kimia menggunakan


nampan/wadah lain dengan kedua tangan dan tidak
ada alat yang jatuh

Saya membawa botol zat dengan kedua tangan,


tangan kanan memegang leher botol, tangan kiri
memegang dasar botol dengan posisi botol berdiri

Saya membersihkan semua alat – alat yang telah -


digunakan dengan bersih dan kering

Saya mengolah limbah yang telah digunakan dengan


mengencerkan dibuang di tempat pembuangan
-
limbah

Saya membersihkan piringan neraca dan massa


2 Menimbang
sebelum dan setelah menimbang Sebelum Sesudah

112
No Teknik Laboratorium Pernyataan Gambar Ya Tidak

Saya memutar pemutar halus pada neraca hingga


ditandai dengan posisi garis lurus sejajar dengan
angka nol pada saat menyetimbangkan neraca

Saya menggunakan alas zat berupa kaca arloji,


menimbang hingga ditandai posisi garis penunjuk
sejajar dengan angka nol

Saya mengambil zat dengan spatula dan meletakkan


pada alas zat dengan tidak berceceran, menimbang
dengan menggerakkan anak beban menggunakan
ujung spatula/alat lain yang bersih hingga posisi garis
penunjuk pada lengan neraca sejajar dengan angka
nol

Saya mengembalikan semua massa ke posisi nol


sampai neraca setimbang kembali ketika selesai
melakukan penimbangan

113
No Teknik Laboratorium Pernyataan Gambar Ya Tidak

Saya menuangkan zat cair ke dalam gelas ukur


menggunakan botol akuades, membaca meniskus
bawah dengan posisi mata sejajar, meletakkan gelas
ukur di tempat yang datar

3 Mengukur

Saya mengukur volume larutan dengan


menggunakan meniskus cekung, posisi mata sejajar
dengan tanda batas, meletakkan labu takar ditempat
yang datar

Saya menuangkan seluruh zat padat dari kaca arloji,


membilas kaca arloji dengan aquadest, mengaduk
hingga larut menggunakan batang pengaduk

4 Menuangkan Zat

Saya menggunakan dua tangan mengalirkan larutan


melalui batang pengaduk yang bersentuhan dengan
bibir, membentuk sudut 90o dengan gelas kimia
(posisi sendok berada di atas) tanpa ada larutan yang
tumpah

114
No Teknik Laboratorium Pernyataan Gambar Ya Tidak

Saya menggunakan satu tangan


mengalirkan larutan melalui batang pengaduk yang
bersentuhan dengan bibir gelas kimia, , membentuk
sudut 45o (posisi sendok berada di atas) dengan gelas
kimia tanpa ada larutan yang tumpah

Saya memasukkan larutan ke dalam labu takar


menggunakan corong (dengan bantuan ring, statif
dan boshead), tidak melebihi tanda batas,
menggunakan proses dekantasi

Saya mengambil larutan menggunakan pipet volume


dengan bantuan bulp, satu tangan memegang badan
pipet volume dan tangan lainnya memegang bulp,
posisi ujung pipet menempel pada dasar dinding
wadah zat

Saya mengukur volume dengan menggunakan


meniskus bawah larutan, posisi mata sejajar dengan
permukaan larutan, mengeluarkan larutan dengan
posisi pipet volume tegak lurus dan ujung pipet
volume di tempelkan ke dinding gelas kimia yang
dimiringkan, mengeluarkan larutan sampai garis
batas/skala

115
No Teknik Laboratorium Pernyataan Gambar Ya Tidak

Saya menempelkan ujung pipet tetes kedalam


dinding tabung reaksi dengan posisi miring, posisi
pipet tetes berdiri, mengalirkan larutan secara
perlahan

Saya menggunakan bantuan kertas yang dimasukkan


Memasukkan Zat padat
5 hingga ujung tabung reaksi yang dimiringkan,
ke dalam tabung reaksi
memasukkan zat dengan tidak berceceran

Saya menjepit tabung reaksi dengan penjepit kayu,


posisi tabung reaksi dimiringkan sekitar 45° dan
6 Memanaskan
tidak diarahkan ke orang lain, menggerakkan tabung
reaksi ke arah kanan - kiri ( 1 arah )

116
No Teknik Laboratorium Pernyataan Gambar Ya Tidak

Saya membaui zat dengan jarak antara wajah dan


sumber gas sekitar 25 cm, posisi sumber tidak
7 Membaui
langsung membaui zat dengan cara mengibaskan
telapak tangan diatas sumber gas ke arah hidung

Saya melipat kertas saring menjadi setengah


lingkaran, lipat kembali hingga menjadi seperempat
8 Melipat Kertas saring lingkaran, kertas saring dibentuk menjadi kerucut,
letakkan pada corong, membasahi dengan sedikit air
hingga menempel

Saya memegang tali pada termometer, ujung


Menggunakan termometer tercelup kedalam larutan tanpa
9
Termometer menyentuh dinding atau dasar gelas kimia, posisi
mata sejajar dengan garis skala

117
No Teknik Laboratorium Pernyataan Gambar Ya Tidak

Saya dapat memasang klem buret pada statif dengan


benar (tidak miring), memasang buret pada klem
buret dengan posisi lurus, memasukkan larutan
menggunakan bantuan corong

10 Titrasi

saya menggunakan alas putih sebagai alas, Tangan


kiri digunakan untuk mengendalikan kran buret,
posisi kran buret berada ditengah antara jari telunjuk
dan jari tengah, mengeluarkan titran tetes demi tetes,
tangan kanan memegang erlenmeyer yang
digoyangkan searah jarum jam

118
Lampiran 9

Data Angket Kelompok I

P0INT
Me Ter
Me Me
NA Menguk ma mo ker tab
NO K3 Menimbang Menuang zat ngo mb titrasi
MA ur nas met tas ung
cok aui
kan er
1 2 3 4 27 5 6 7 8 9 10 14 11 12 13 16 17 18 15 19 20 21 22 23 24 25
1 A 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
2 B 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 C 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 D 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 E 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
6 F 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
7 G 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 H 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1
9 I 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
10 J 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1
11 K 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
12 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 M 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14 N 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
15 O 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
16 P 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
17 Q 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
18 R 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
19 S 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
20 T 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

119
P0INT
Me Ter
Me Me
NA Menguk ma mo ker tab
NO K3 Menimbang Menuang zat ngo mb titrasi
MA ur nas met tas ung
cok aui
kan er
1 2 3 4 27 5 6 7 8 9 10 14 11 12 13 16 17 18 15 19 20 21 22 23 24 25
21 U 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
22 V 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0
23 W 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
24 X 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0
25 Y 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1
26 Z 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1
27 AA 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
28 AB 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
29 AC 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
JUMLAH 28 22 24 29 29 29 25 29 28 24 28 29 29 26 28 28 25 24 22 29 28 28 27 22 24 27
% PER
97 76 83 100 100 100 86 100 97 83 97 100 100 90 97 97 86 83 76 100 97 97 93 76 83 93
POINT
%
PERINDI 91 93 98 92 76 100 97 97 93 76 88
KATOR

120
Data Angket Kelompok II

P0INT
Me Ter
Me Me
NA Mengu ma mo ker tab
NO K3 Menimbang Menuang zat ngo mb TITRASI
MA kur nas met tas ung
cok aui
kan er
1 2 3 4 27 5 6 7 8 9 10 14 11 12 13 16 17 18 15 19 20 21 22 23 24 25
1 A 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1
2 B 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
3 C 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1
4 D 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1
5 E 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
6 F 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
7 G 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1
8 H 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
9 I 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
10 J 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
11 K 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
12 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 M 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14 N 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1
15 O 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
16 P 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1
17 Q 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1
18 R 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1
19 S 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1
20 T 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1
21 U 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0

121
P0INT
Me Ter
Me Me
NA Mengu ma mo ker tab
NO K3 Menimbang Menuang zat ngo mb TITRASI
MA kur nas met tas ung
cok aui
kan er
1 2 3 4 27 5 6 7 8 9 10 14 11 12 13 16 17 18 15 19 20 21 22 23 24 25
22 V 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
23 W 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
24 X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
25 Y 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
26 Z 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
27 AA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
28 AB 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
29 AC 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0
30 AD 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1
31 AE 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1
32 AF 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
33 AG 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0
JUMLAH 26 23 24 31 33 28 32 30 33 27 27 31 33 20 29 31 31 18 15 28 29 29 28 29 29 30
% PER
79 70 73 94 100 85 97 91 100 82 82 94 100 61 88 94 94 55 45 85 88 88 85 88 88 91
POINT
%
PERINDIK 83 91 88 82 45 85 88 88 85 88 89
ATOR

122
123

Lampiran 10
124

Lampiran 11

1 Mengukur akuades 4 Mengocok larutan


menggunakan gelas dalam labu takar
ukur

2 Menyiapkan 5 Dekantasi dengan


peralatan untuk dua tangan
praktikum

3 Pemanasan larutan
6 Mengukur akuades
menggunakan gelas ukur
125
125
126
127
128
129
130
131
132
133

Anda mungkin juga menyukai