SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
NIM 11140163000039
i
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
iii
ABSTRAK
SARI EKA PUTRI (11140163000039). Pengaruh Alat Peraga Gerak
Parabola pada Remedial Teaching terhadap Hasil Belajar Siswa Kinesthetic
Style. Skripsi Program Studi Tadris Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.
Permasalahan utama dalam penelitian ini yaitu siswa yang tidak tuntas tidak
diberikan pengajaran kembali dan tidak mendapatkan pembelajaran yang sesuai
dengan gaya belajarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh,
peningkatan, efektivitas, dan respon penggunaan alat peraga gerak parabola pada
remedial teaching terhadap hasil belajar siswa kinesthetic style. Penelitian
dilaksanakan di SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan selama tiga minggu pada
bulan November 2018 dengan sampel sebanyak 50 siswa kinesthetic style. Metode
penelitian yang digunakan yaitu quasi experiment dengan desain penelitian
nonequivalent control group design. Sampel dipilih secara purposive sampling
dari 188 siswa kelas X IPA. Sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu
kelompok kontrol dan eksperimen dengan jumlah yang sama. Hasil uji hipotesis
posttest dengan uji Mann-Whitney U pada 0,05 diperoleh nilai sig. (2-tailed)
sebesar 0,000 dengan kesimpulan diterima (terdapat pengaruh alat peraga
gerak parabola pada remedial teaching terhadap hasil belajar siswa kinesthetic
style). Peningkatan hasil belajar siswa kinesthetic style di kelompok eksperimen
sebesar 0,64 dengan kategori sedang. Peningkatan hasil belajar kelompok
eksperimen mengalami peningkatan dengan kategori tinggi pada ranah kognitif
C2 dengan N-gain 0,72. Efektivitas remedial teaching pada kelompok eksperimen
sangat efektif (80%). Sedangkan pada kelompok kontrol tidak efektif (28%).
Respon siswa kinesthetic style sangat baik (81%) terhadap penggunaan alat peraga
gerak parabola.
Kata kunci: alat peraga gerak parabola; remedial teaching; hasil belajar;
kinesthetic style; gerak parabola.
iv
ABSTRACT
SARI EKA PUTRI (11140163000039). The Effect of Projectile Motion
Teaching Instrument in Remedial Teaching of Kinesthetic Style Student
Learning Outcomes. Thesis of Physics Tadris Program, Faculty of Tarbiyah and
Teachers Sciences, Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta, 2019.
The main problem in this research is students who don’t complete learning aren’t
given remedial teaching and don’t get learning that is appropriate to their
learning style. This study aims to determine the effect, increase, effectiveness, and
response of the use of projectile motion props in remedial teaching of kinesthetic
style student learning outcomes. The research was conducted in SMA 4 South
Tangerang City for three weeks in November 2018 with sample of 50 kinesthetic
style students. The research method used was quasi experiment with research
design was nonequivalent control group design. Sample was chosen by purposive
sampling from 188 students of class X IPA. Samples were divided into two groups,
namely the control group and the experiment group with the same number.
Results of the posttest hypothesis test with the Mann-Whitney U at α = 0.05
obtained the sig value. (2-tailed) of 0,000 with conclusions H1 was accepted
(there are effects of projectile motion props in remedial teaching of kinesthetic
style student learning outcomes). The increase of kinesthetic style student learning
outcomes in the experimental group was 0.64 with the middle category.
Increasing the learning outcomes of the experimental group has increased with a
high category in cognitive domain C2 with N-gain of 0.72. The effectiveness of
remedial teaching in the experimental group was very effective (80%). While in
the control group was not effective (28%). The kinesthetic style student response
was very good (81%) for the use of projectile motion props.
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Alat Peraga Gerak Parabola pada Remedial Teaching terhadap Hasil
Belajar Siswa Kinesthetic Style. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, serta kita
selaku umatnya yang selalu mengikuti ajarannya yang tak lain hanya untuk
mendapat syafaatnya.
Skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa pihak-pihak yang terus memberikan
bimbingan, do’a, semangat serta bantuan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Apresiasi dan terimakasih disampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, MA., Dewan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dwi Nanto, Ph.D., selaku Kepala Program Studi Tadris Fisika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan
mengarahkan penulis selama menjadi mahasiswa tadris fisika.
3. Bapak Iwan Permana Suwarna, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah meluangkan waktu dalam membimbing, mengarahkan,
memberikan saran dan kritik kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
4. Seluruh dosen, staff, dan karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya program studi tadris fisika yang telah memberikan ilmu
pengetahuan, pemahaman, dan pelayanan selama proses perkuliahan.
5. Seluruh ahli yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun
kepada penulis agar media alat peraga gerak parabola yang telah dibuat dan
instrumen tes yang telah disusun menjadi lebih baik.
6. Bapak Suhermin, S.Pd, M.Si., selaku Kepala SMA Negeri 4 Kota Tangerang
Selatan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan
penelitian.
vi
7. Ibu Esty Marthafiany, S.Pd., selaku guru bidang studi fisika SMA Negeri 4
Kota Tangerang Selatan yang telah meluangkan waktunya untuk menjadi
narasumber peneliti dalam studi pendahuluan dan telah memberikan izin
kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
8. Dewan guru, staff, karyawan, dan siswa-siswa SMA Negeri 4 Kota
Tangerang Selatan khususnya X IPA yang telah membantu penulis selama
proses penelitian.
9. Kedua orangtua yang dirahmati Allah, Bapak Aminuddin dan Ibu Hj.
Maryani yang selalu memberikan dukungan baik berupa materi, moril serta
do’a yang tidak pernah terputus. Kakak tercinta Ramadhani, S.Si., Ade Irma
Ilhamiati, Riza Amilia, A.ma., Fajar Jarkasih, Ahmad Muzakir, Rifatul
Mubtasiroh, dan Arif Rahman S.Kom., yang telah memberikan semangat,
arahan, dan do’a kepada penulis.
10. Dini Nurhayati dan Dwi Kartikasari yang telah menjadi tempat berbagi suka
dan duka, selalu mengingatkan, menemani, memberikan semangat, dukungan,
dan bantuan dalam berbagai bentuk kepada penulis.
11. Keluarga Tadris Fisika angkatan 2014 beserta kakak-kakak tingkat Tadris
Fisika yang telah menjadi tempat berbagi selama proses perkuliahan dan
penyelesaian skripsi.
12. Keluarga asisten laboratorium, khususnya Bapak Kasim, S.Pd selaku kepala
Laboratorium Tadris Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan motivasi, bantuan, dan
menyediakan tempat kepada penulis dalam penyusunan skripsi.
13. Keluarga Gamma Astronomy Club yang telah memberikan semangat dan
dukungan kepada penulis.
14. Bapak Jarot yang telah membantu penulis dalam membuat alat peraga.
15. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis selama pendidikan dan penelitian sehingga penulis dapat
menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini.
vii
Semoga segala bentuk bantuan, dukungan, saran dan bimbingan yang
diberikan kepada penulis mendapatkan balasan yang terbaik dari Allah SWT.
Aamiin.
Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
dapat menjadi bahan acuan untuk penelitian selanjutnya. Penulis menyadari
bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
Jakarta, 2019
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI....................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
ABSTRACT .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah .................................................................................... 5
D. Perumusan Masalah ..................................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 9
A. Deskripsi Teoritis ......................................................................................... 9
1. Media Pembelajaran ................................................................................. 9
2. Alat Peraga ............................................................................................. 15
3. Gerak Parabola ....................................................................................... 17
4. Pengajaran Remedial .............................................................................. 20
5. Hasil Belajar ........................................................................................... 27
6. Gaya Belajar ........................................................................................... 30
B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................... 34
C. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 38
D. Hipotesis Penelitian.................................................................................... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 42
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 42
ix
B. Metode dan Desain Penelitian.................................................................... 42
C. Prosedur Penelitian..................................................................................... 43
D. Variabel Penelitian ..................................................................................... 48
E. Populasi dan Sampel .................................................................................. 48
F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 48
G. Instrumen Penelitian................................................................................... 50
1. Instrumen Tes ......................................................................................... 50
2. Instrumen Nontes ................................................................................... 61
H. Teknik Analisis Data .................................................................................. 64
1. Teknik Analisis Data Tes ....................................................................... 64
2. Teknik Analisis Data Nontes .................................................................. 69
I. Hipotesis Statistik ...................................................................................... 74
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 75
A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 75
1. Hasil Gaya Belajar Siswa ....................................................................... 75
2. Kondisi Kemampuan Awal Siswa Sebelum Perlakuan .......................... 76
3. Kondisi Kemampuan Akhir Siswa Setelah Perlakuan ........................... 82
4. Peningkatan Hasil Belajar Siswa ............................................................ 88
5. Peningkatan Ranah Kognitif C2, C3, dan C4 ......................................... 90
6. Hasil Uji Efektivitas ............................................................................... 91
7. Hasil Analisis Angket Respon Siswa ..................................................... 92
8. Hasil Uji Prasyarat .................................................................................. 93
9. Hasil Uji Hipotesis ................................................................................. 95
B. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................................... 96
C. Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 104
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 105
A. Kesimpulan .............................................................................................. 105
B. Saran ......................................................................................................... 106
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 107
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gerak Parabola .............................................................................. 17
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ......................................................................... 40
Gambar 3.1 Tahapan Prosedur Penelitian ......................................................... 47
Gambar 3.2 Garis Kesimpulan Keseluruhan ..................................................... 70
Gambar 4.1 Gaya Belajar dari 188 Siswa X IPA SMAN 4 Kota Tangerang
Selatan ........................................................................................... 75
Gambar 4.2 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelompok
Kontrol dan Kelompok Eksperimen .............................................. 76
Gambar 4.3 Diagram Batang Nilai Rata-Rata Pretest Kelompok Kontrol dan
Kelompok Eksperimen .................................................................. 78
Gambar 4.4 Diagram Batang Persentase Jenjang Ranah Kognitif C2 Hasil
Pretest pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ....... 79
Gambar 4.5 Diagram Batang Persentase Jenjang Ranah Kognitif C3 Hasil
Pretest pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ....... 80
Gambar 4.6 Diagram Batang Persentase Jenjang Ranah Kognitif C4 Hasil
Pretest pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ....... 81
Gambar 4.7 Diagram Batang Rekapitulasi Persentase Jenjang Ranah Kognitif
Hasil Pretest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ...... 82
Gambar 4.8 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelompok
Kontrol dan Kelompok Eksperimen .............................................. 82
Gambar 4.9 Diagram Batang Nilai Rata-Rata Posttest Kelompok Kontrol dan
Kelompok Eksperimen .................................................................. 84
Gambar 4.10 Diagram Batang Persentase Jenjang Ranah Kognitif C2 Hasil
Posttest pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ...... 85
Gambar 4.11 Diagram Batang Persentase Jenjang Ranah Kognitif C3 Hasil
Posttest pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ...... 86
Gambar 4.12 Diagram Batang Persentase Jenjang Ranah Kognitif C4 Hasil
Posttest pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ...... 87
Gambar 4.13 Diagram Batang Rekapitulasi Persentase Jenjang Ranah Kognitif
Hasil Posttest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ..... 88
xi
Gambar 4.14 Diagram Batang Hasil Rata-Rata N-Gain Kelompok Kontrol dan
Kelompok Eksperimen .................................................................. 89
Gambar 4.15 Diagram Batang Hasil Rata-Rata N-Gain Ranah Kognitif C2, C3,
C4 Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ...................... 91
Gambar 4.16 Diagram Batang Angket Respon Siswa Kinesthetic Style terhadap
Penggunaan Alat Peraga Gerak Parabola ...................................... 93
xii
DAFTAR TABEL
xiii
Tabel 4.3 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Posttest Kelompok
Kontrol dan Kelompok Eksperimen ................................................... 83
Tabel 4.4 Hasil Posttest Jenjang Ranah Kognitif Siswa Kelompok Kontrol dan
Kelompok Eksperimen ....................................................................... 85
Tabel 4.5 Hasil Rata-Rata N-Gain Kelompok Kontrol dan Kelompok
Eksperimen ......................................................................................... 88
Tabel 4.6 Hasil Rata-Rata N-Gain Jenjang Ranah Kognitif C2, C3, C4
Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ................................. 90
Tabel 4.7 Hasil Uji Efektivitas ........................................................................... 91
Tabel 4.8 Respon Siswa Kinesthetic Style terhadap Penggunaan Alat Peraga
Gerak Parabola ................................................................................... 92
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Pretest Posttest pada Kelompok Kontrol dan
Kelompok Eksperimen ....................................................................... 93
Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Pretest Posttest pada Kelompok Kontrol dan
Kelompok Eksperimen ....................................................................... 94
Tabel 4.11 Hasil Uji Hipotesis Pretest Posttest .................................................... 95
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
Lampiran C. 4 Uji Normalitas Hasil Pretest ....................................................... 302
Lampiran C. 5 Uji Normalitas Hasil Posttest ..................................................... 306
Lampiran C. 6 Uji Homogenitas Hasil Pretest ................................................... 310
Lampiran C. 7 Uji Homogenitas Hasil Posttest .................................................. 311
Lampiran C. 8 Uji Hipotesis Hasil Pretest.......................................................... 312
Lampiran C. 9 Uji Hipotesis Hasil Posttest ........................................................ 314
Lampiran C. 10 Uji N-Gain ................................................................................ 315
Lampiran C. 11 Hasil Peningkatan Per Jenjang Kognitif Bloom ....................... 317
Lampiran C. 12 Data Hasil Gaya Belajar VARK ............................................... 323
Lampiran C. 13 Data Hasil Angket Respon Siswa ............................................. 333
xvi
333
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hasil belajar siswa SMA/MA di Banten pada mata pelajaran fisika masih
tergolong rendah. Rata-rata hasil UN fisika se-provinsi Banten adalah 42,87 (dari
nilai maksimum 100), 80,3% siswa Banten tidak mencapai kompetensi lulusan (nilai
UN fisika 55). Rata-rata nilai UN fisika tingkat SMA/MA di Banten tiga tahun
terakhir secara berturut-turut ialah 53,86 (2016), 39,79 (2017), dan 42,87 (2018).1
Hasil rata-rata tersebut menunjukkan masih rendahnya pemahaman siswa pada
tingkat penguasaan materi. Siswa kesulitan dalam memahami materi fisika (77,4%).2
Kesulitan tersebut menyebabkan siswa mengalami remedial. Nilai siswa yang
mengikuti remedial test hasilnya masih banyak yang di bawah KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal). Rata-rata siswa harus mengikuti tiga kali remedial.3 Hal ini
menunjukkan penanganan siswa yang tidak tuntas pada konsep fisika belum tepat.
Proses pembelajaran fisika di wilayah Tangerang Selatan pada konsep gerak
parabola masih bermasalah (315 siswa atau 66,5% merasa kesulitan dalam
memahami konsep tersebut).4 Permasalahan tersebut diantaranya: memvisualisasikan
lintasan perpindahan gerak benda setelah diberikan sudut awal; memprediksi jarak
terjauh benda setelah diberikan sudut yang berbeda-beda;5 menentukan besaran-
besaran pada gerak parabola; dan membedakan penggunaan rumus yang tepat.6
Penanganan guru terhadap permasalahan tersebut yaitu melalui: remedial test
1
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Rekap Hasil Ujian Nasional (UN) Tingkat Sekolah,
(https://puspendik.kemdikbud.go.id/hasil-un/).
2
Angket Studi Pendahuluan dari 474 Siswa SMA Negeri Kota Tangerang Selatan.
3
Wawancara Guru Fisika SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan.
4
Angket Studi Pendahuluan dari 474 Siswa SMA Negeri Kota Tangerang Selatan.
5
Adam Wicaksana, “Pengembangan Alat Peraga pada Materi Gerak Parabola untuk Melatih
Keterampilan Proses Sains Siswa”, Skripsi Program Sarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2017, h.
3.
6
Wawancara Guru Fisika SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan.
1
2
(58,4%) dan pemberian tugas.7 Hasilnya pun belum efektif. Secara teori, jika jumlah
siswa yang tidak tuntas >50% harus diatasi dengan pemberian pembelajaran ulang
(72,4% siswa tidak tuntas pada materi gerak parabola8).9 Guru yang melakukan
pembelajaran ulang menggunakan metode yang sama dengan pembelajaran
sebelumnya tanpa memperhatikan media pembelajaran yang sesuai dengan gaya
belajar siswa.10 Sebagian besar media yang digunakan guru di wilayah Tangerang
Selatan ialah buku teks (82,9%).11 Faktor penyebab siswa tidak tuntas diantaranya: 1)
siswa tidak dilibatkan langsung dalam proses pembelajaran (31,6%) sehingga
membuat siswa tidak aktif dalam belajar fisika; 2) siswa jarang melakukan kegiatan
praktikum (21,5%)12 karena keterbatasan alat praktikum di sekolah,13 sementara salah
satu kompetensi dasar yang harus dicapai siswa pada materi gerak parabola ialah
kemampuan siswa dalam mempresentasikan data hasil percobaan gerak parabola.14;
serta 3) siswa tidak merasakan adanya layanan bimbingan dan penyuluhan (17,3%)15
sehingga siswa tidak mendapat perlakuan yang memperhatikan perbedaan
karakteristik siswa, salah satunya ialah keragaman gaya belajar. Salah satu gaya
belajar siswa yang tidak diperhatikan ialah kinestetik, padahal banyak siswa yang
memiliki gaya belajar tersebut.16
Permasalahan remedial teaching pada konsep gerak parabola di SMA Negeri
Kota Tangerang Selatan harus segera diperbaiki. Jika tidak dilakukan remedial
teaching pada siswa yang tidak tuntas, maka yang akan terjadi adalah: nilai siswa
akan tetap rendah atau tidak jauh berbeda dengan nilai sebelumnya; pemahaman
7
Angket Studi Pendahuluan dari 474 Siswa SMA Negeri Kota Tangerang Selatan.
8
Ibid.
9
Direktorat Pembinaan SMA, Juknis Pembelajaran Tuntas, Remedial, dan Pengayaan di SMA,
(Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA, 2010), h. 38.
10
Wawancara Guru Fisika SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan.
11
Angket Studi Pendahuluan dari 474 Siswa SMA Negeri Kota Tangerang Selatan.
12
Ibid.
13
Wawancara Guru Fisika SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan.
14
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Silabus Mata Pelajaran Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) Mata Pelajaran Fisika, (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2016), h. 13.
15
Angket Studi Pendahuluan dari 474 Siswa SMA Negeri Kota Tangerang Selatan.
16
56 siswa dari 188 memiliki gaya belajar kinestetik.
3
siswa dalam memahami konsep tersebut tidak akan berubah atau meningkat; tidak
ada perbaikan miskonsepsi oleh guru yang terjadi pada siswa; dan siswa tidak dapat
menjawab soal UN yang berkaitan dengan konsep tersebut sehingga dapat
menurunkan nilai fisikanya. Jika dalam pembelajaran konsep gerak parabola tidak
menggunakan media alat peraga, maka yang akan terjadi adalah: tidak ada media
yang dapat mengakomodasi gaya belajar kinestetik karena tidak terdapat alat
praktikum gerak parabola di sekolah17; dan kompetensi dasar yang harus dicapai pada
konsep gerak parabola tidak terlaksana secara optimal. Jika media pembelajaran yang
digunakan tidak disesuaikan dengan gaya belajar siswa seperti siswa kinesthetic style
tidak diberikan informasi dalam bentuk kinestetik (tidak melakukan praktik, simulasi
atau demonstrasi), maka yang akan terjadi pada siswa tersebut adalah: tidak optimal
dalam menerima pembelajaran sehingga dapat membuat siswa kesulitan dalam
memahami materi; merasa bosan dengan informasi yang ia dapat; mulai mencari
perhatian dengan berbagai hal yang mengganggu; membuat kegaduhan saat belajar;
mengganggu teman yang lain; dan bermain-main sendiri saat guru mengajar.
Permasalahan siswa kinesthetic style pada materi gerak parabola dapat diatasi
melalui remedial teaching dengan menggunakan media alat peraga. Remedial
teaching dapat memperbaiki kelemahan siswa dalam upaya meningkatkan hasil
belajar siswa. Melalui remedial teaching dapat dilakukan perbaikan terhadap hal-hal
yang belum tercapai dalam proses pembelajaran, serta memperoleh pemahaman yang
lebih baik dan komprehensif mengenai pribadi siswa.18 Hasil belajar siswa dapat
meningkat dengan menggunakan alat peraga.(19,20,21,22). Media alat peraga dapat
17
Wawancara Guru Fisika SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan.
18
Mukhtar dan Rusmini, Pengajaran Remedial Teori dan Penerapannya dalam Pembelajaran,
(Jakarta: PT. Nimas Multima, 2008), h. 24.
19
Prabowo Mishbahah, “Pengembangan Alat Peraga Percobaan Melde sebagai Media
Pembelajaran Fisika pada Materi Gelombang Stasioner”, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF),
Vol. 6, 2017, h. 278.
20
Indri Yetti, “Penggunaan Media Gambar dan Alat Peraga dalam Meningkatkan Motivasi dan
Hasil belajar Siswa pada Materi Sistem Ekskresi di MAS Al Manar Aceh Besar”, Skripsi Program
Sarjana Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam, Banda Aceh, 2017, h. 63.
4
menyajikan konsep yang abstrak menjadi konkret seperti halnya pada konsep gerak
parabola. Penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran dapat membuat siswa
terlibat aktif, seperti siswa dapat mengamati, melakukan percobaan,
mendemonstrasikan dan sebagainya.23 Media alat peraga gerak parabola yang dibuat
dapat menunjukkan karakteristik gerak parabola dan hubungan antara besaran-
besaran dalam gerak parabola. Media ini memiliki nilai tambah dibandingkan dengan
penelitian sebelumnya, yaitu: tidak memerlukan waktu yang lama dalam merangkai
alat; tidak becek sehingga terhindar dari konsleting listrik; dapat menggambar
lintasan parabola pada dinding wadah sehingga terlihat langsung perbedaan gerak
parabola ketika sudut dan kecepatan awal diubah; dan diameter selang dibuat lebih
kecil agar lebih akurat dalam menentukan sudut awal. Media alat peraga gerak
parabola diharapkan dapat membantu siswa kinesthetic style yang tidak tuntas dalam
memahami konsep gerak parabola dan memperbaiki hasil belajarnya.
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas, perlunya penggunaan media
alat peraga gerak parabola untuk mengatasi siswa kinesthetic style yang tidak tuntas
pada materi gerak parabola. Sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Alat Peraga Gerak Parabola pada Remedial Teaching terhadap
Hasil Belajar Siswa Kinesthetic Style”.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, terdapat beberapa masalah yang dapat
diidentifikasikan, antara lain:
21
Riska Wahyuni, “Penggunaan Alat Peraga untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada
Konsep Listrik Dinamis di SMK Negeri 5 Telkom Banda Aceh”, Skripsi Program Sarjana Universitas
Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam, Banda Aceh, 2016, h. 74.
22
Ahmad Furqon Muzaky dan Jeffry Handhika, “Penggunaan Alat Peraga Sederhana Berbasis
Teknologi Daur Ulang untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Materi Vektor dalam Kelas Remedial
SMKN 1 Wonoasri Tahun Pelajaran 2014/2015”, Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan
Fisika (SNFPF), Vol. 6, 2015, h. 133.
23
Muhammad Anas, Alat Peraga dan Media Pembelajaran, (Jakarta: Pustaka Education,
2014), h. 8.
5
1. Siswa SMA Negeri Kota Tangerang Selatan merasa kesulitan dalam mempelajari
materi gerak parabola (66,5%).
2. Siswa kesulitan dalam memvisualisasikan lintasan perpindahan gerak benda
setelah diberikan sudut awal, siswa tidak dapat memprediksi jarak terjauh benda
setelah diberikan sudut yang berbeda-beda, siswa sulit menentukan besaran-
besaran pada gerak parabola; dan sulit membedakan penggunaan rumus yang
tepat.
3. Banyak siswa SMA Negeri Kota Tangerang Selatan yang tidak tuntas pada konsep
gerak parabola (72,4%).
4. Remedial yang diberikan guru tidak sesuai dengan teori pembelajaran. Siswa
hanya menerima remedial dalam bentuk tes tulis tanpa memperhatikan jumlah
siswa yang tidak tuntas.
5. Hasil belajar siswa yang di remedial masih belum tuntas.
6. Siswa memiliki karakteristik gaya belajar berbeda. Siswa tidak mendapatkan
pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajarnya.
7. Media pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi, serta tidak ada media
khusus untuk mengakomodasi gaya belajar siswa.
8. Siswa tidak dilibatkan langsung dalam proses pembelajaran serta siswa jarang
melakukan kegiatan praktikum.
C. Pembatasan Masalah
Berhubung aspek yang berkaitan dengan penelitian ini cukup kompleks, untuk
lebih memfokuskan pembahasan, maka dilakukan pembatasan masalah sebagai
berikut:
1. Media yang dibuat adalah media yang memenuhi karakteristik gaya belajar
kinestetik.
2. Hasil belajar yang diukur adalah kemampuan kognitif siswa pada aspek C2
(memahami), C3 (mengaplikasikan), dan C4 (menganalisis) pada Taksonomi
Bloom yang telah direvisi.
6
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah
dipaparkan, penulis ajukan perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh penggunaan alat peraga gerak parabola pada remedial
teaching terhadap hasil belajar siswa kinesthetic style?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa kinesthetic style pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen pada remedial teaching dengan menggunakan
alat peraga gerak parabola?
3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa kinesthetic style ranah kognitif C2
sampai C4 pada remedial teaching dengan menggunakan alat peraga gerak
parabola?
4. Bagaimana efektivitas remedial teaching pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen?
5. Bagaimana respon siswa kinesthetic style terhadap penggunaan alat peraga gerak
parabola pada remedial teaching?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini
meliputi :
1. Mengetahui pengaruh alat peraga gerak parabola pada remedial teaching terhadap
hasil belajar siswa kinesthetic style.
7
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi segenap pihak yang
terlibat. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:
1. Secara Teoritis
a. Bagi peneliti lain, menjadi landasan dalam pengembangan atau penerapan
media pembelajaran secara lebih lanjut.
b. Bagi guru fisika, menambah wawasan dalam upaya meningkatkan hasil
belajar siswa kinesthetic style yang tidak tuntas.
c. Bagi sekolah, sebagai bahan evaluasi pelaksanaan program pendidikan dan
proses belajar mengajar pada mata pelajaran fisika.
2. Secara Praktis
a. Bagi peneliti,
1) menambah wawasan dan pengalaman langsung tentang cara
meningkatkan hasil belajar siswa kinesthetic style pada remedial
teaching melalui media alat peraga
2) menghasilkan produk berupa alat peraga fisika pada konsep gerak
parabola yang dapat digunakan siswa kinesthetic style dalam proses
remedial teaching.
8
A. Deskripsi Teoritis
1. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti
„tengah‟, „perantara‟ atau „pengantar‟.1 Sadiman (2010) menyatakan bahwa media
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim
ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta
perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.2 Arsyad (2014)
menyatakan bahwa media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai
alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan
menyusun kembali informasi visual atau verbal.3 Sedangkan menurut Sumiati dan
Asra (2009) media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar.4 Berdasarkan beberapa
pengertian media yang telah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran merupakan alat perantara yang digunakan untuk menyampaikan
informasi atau pengetahuan antara guru dan siswa sehingga proses belajar terjadi.
1
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 3.
2
Arief S. Sadiman, dkk., Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya,
(Jakarta: PT. Rajawali Pers, 2010), h. 7.
3
Azhar Arsyad, loc.cit.
4
Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h. 160.
5
Ibid., h. 160-162.
9
10
b) Little media, yaitu media pembelajaran yang sederhana atau tidak rumit dan
biayanya tidak mahal relatif murah, serta penggunaannya relatif mudah tidak
perlu tenaga terlatih. Contoh: papan tulis, gambar.
5) Berdasarkan pembuatan dan pemanfaatannya, jenis media pembelajaran, terdiri
atas:
a) Media by design, yaitu media pembelajaran yang dirancang, dipersiapkan,
dan dibuat sendiri oleh guru lalu digunakan untuk proses pembelajaran.
Contohnya semua media pembelajaran yang dirancang, dipersiapkan dan
dibuat sendiri oleh guru.
b) Media by utilization atau media pembelajaran yang dimanfaatkan, yaitu
media pembelajaran yang dibuat oleh orang lain atau lembaga/institusi,
sedangkan guru hanya tinggal menggunakan atau memanfaatkannya.
Contohnya semua media pembelajaran yang hanya digunakan atau
dimanfaatkan dan tidak membuat sendiri.
6) Berdasarkan dimensinya, jenis media pembelajaran, terdiri atas:
a) Media dua dimensi, yaitu jenis media pembelajaran yang hanya mempunyai
dua ukuran yaitu panjang dan lebar. Contoh: poster, bagan, gambar.
b) Media tiga dimensi, yaitu jenis media pembelajaran yang mempunyai
minimal tiga ukuran yaitu panjang, lebar, dan isi/tinggi. Contoh: model
(benda yang menyerupai aslinya), realia (benda asli).
7) Berdasarkan proyeksinya, yaitu jenis media pembelajaran, terdiri atas:
a) Media proyeksi, yaitu jenis media pembelajaran yang bisa diproyeksikan
atau dipancarkan dengan menggunakan alat proyektor, sehingga gambarnya
akan nampak pada layar. Contoh: film, film strips, slide, OHP, in focus.
b) Media tidak diproyeksikan, yaitu jenis media pembelajaran yang tidak bisa
diproyeksikan atau dipancarkan. Contoh: buku, papan flannel.
1) Fungsi Sumber Belajar, yakni sebagai segala macam sumber yang ada di luar diri
seseorang (siswa) dan memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar. 6
2) Fungsi Semantik, yakni kemampuan media dalam menambah perbendaharaan
kata (simbol verbal) yang makna atau maksudnya benar-benar dipahami siswa
(tidak verbalistik).7
3) Fungsi Manipulatif, yakni kemampuan media yang dapat mengatasi batas-batas
ruang dan waktu dan mengatasi keterbatasan inderawi.8
Pertama, kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi batas-batas
ruang dan waktu, yaitu:
a) Kemampuan media menghadirkan objek atau peristiwa yang sulit dihadirkan
dalam bentuk aslinya.
b) Kemampuan media menjadikan objek atau peristiwa yang menyita waktu
panjang menjadi singkat.
c) Kemampuan media menghadirkan kembali objek atau peristiwa yang telah
terjadi.
Kedua, kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi keterbatasan
inderawi manusia, yaitu:
a) Membantu siswa dalam memahami objek yang sulit diamati karena terlalu
kecil.
b) Membantu siswa dalam memahami objek yang bergerak terlalu lambat atau
terlalu cepat.
c) Membantu siswa dalam memahami objek yang membutuhkan kejelasan
suara.
d) Membantu siswa dalam memahami objek yang terlalu kompleks.
4) Fungsi Psikologis9
6
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada,
2012), h. 37.
7
Ibid., h. 39.
8
Ibid., h. 41-43.
9
Ibid., h. 43-47.
13
10
Ibid., h. 48.
14
11
Rostina Sundayana, Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika, (Bandung:
Alfabeta, 2014), h. 10-11.
12
Azhar Arsyad, op. cit., h. 19.
13
Rudy Sumiharsono dan Hisbiyatul Hasanah, Media Pembelajaran, (Jember: CV Pustaka
Abadi, 2017), h. 15-16.
15
2. Alat Peraga
a. Pengertian Alat Peraga
Alat peraga adalah alat (benda) yang digunakan untuk memperagakan fakta,
konsep prinsip atau prosedur tertentu agar tampak lebih nyata (Suyanto dan Jihad,
2013).14 Sumiharsono dan Hasanah (2017) memberikan definisi alat peraga sebagai
alat bantu yang digunakan oleh pendidik untuk menyampaikan materi
pembelajaran.15 Sementara itu Arsyad (2014) berpendapat bahwa alat peraga adalah
media alat bantu pembelajaran, dan segala macam benda yang digunakan untuk
memperagakan materi pelajaran. Alat peraga di sini mengandung pengertian bahwa
segala sesuatu yang masih bersifat abstrak, kemudian dikonkretkan dengan
menggunakan alat agar dapat dijangkau dengan pikiran yang sederhana dan dapat
dilihat, dipandang, dan dirasakan.16 Berdasarkan beberapa pengertian alat peraga yang
telah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa alat peraga ialah suatu alat yang dapat
memperagakan suatu konsep yang abstrak agar menjadi konkret sehingga
memudahkan siswa dalam menerima informasi atau pengetahuan yang disampaikan.
14
Suyanto dan Asep Jihad, Menjadi Guru Profesional: Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan
Kualitas Guru di Era Global, (Jakarta: Erlangga, 2013), h. 107.
15
Rudy Sumiharsono dan Hisbiyatul Hasanah, op. cit., h. 1.
16
Azhar Arsyad, op. cit., h. 9.
17
Muhammad Anas, op. cit., h. 7.
16
18
Ibid., h. 8.
19
Rostina Sundayana, op. cit., h. 18-19.
17
9) Bila mungkin alat peraga tersebut bisa berfaedah banyak (lebih dari satu
kegunaan).
3. Gerak Parabola
Gerak peluru/ gerak parabola adalah gerak translasi dari benda yang bergerak
melalui udara dalam dua dimensi di dekat permukaan Bumi dengan mengabaikan
hambatan udara, seperti gerak bola golf, bola bisbol yang dilempar atau dipukul, bola
sepak yang ditendang, dan peluru yang melaju..20 Lintasan peluru berbentuk parabola
karena dipengaruhi oleh percepatan gravitasi bumi. Percepatan gravitasi bumi
memperlambat gerak peluru saat naik dan mempercepat kembali saat peluru bergerak
turun.21 Komponen kecepatan pada sumbu X selalu tetap, sedangkan komponen
kecepatan pada sumbu Y terus berkurang karena diperlambat oleh percepatan
gravitasi g.22 Dengan demikian, kecepatan searah komponen sumbu Y selalu berubah-
ubah (GLBB). Adapun kecepatan pada sumbu X selalu konstan (GLB).23
20
Douglas C. Giancoli, FISIKA: Prinsip dan Aplikasi, (Jakarta: Erlangga, 2014), h. 70.
21
Pujianto, dkk., FISIKA untuk SMA/MA Kelas X Peminatan Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam,
(Klaten: Intan Pariwara, 2016), h. 98.
22
Marthen Kanginan, Fisika 1 untuk SMA/MA Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2013), h. 189.
23
Pujianto, dkk., loc. cit.
18
⃗( ) ⃗ ( ) ⃗ ( )
⃗( ) ⃗ ⃗ ( ) ⃗ ( )
c. Titik Tertinggi
Titik tertinggi peluru berada di titik C (Gambar 2.1). Pada titik tersebut,
komponen kecepatan pada sumbu Y bernilai 0. Hal ini disebabkan jenis gerak searah
komponen sumbu Y pada saat naik merupakan GLBB diperlambat. Kecepatan peluru
searah sumbu Y semakin berkurang dan akan bernilai nol ( ) saat mencapai
titik tertinggi. Adapun kecepatan dalam arah X tetap. Persamaan yang berlaku di titik
tertinggi sebagai berikut.
19
( )
( )
Dengan demikian, waktu untuk mencapai titik tertinggi sebagai berikut.
( )
Substitusikan pada posisi benda setiap saat di atas. Ingat kembali identitas
trigonometri bahwa . Dengan demikian, diperoleh persamaan
tinggi maksimum dan jarak tempuh peluru pada sumbu X sebagai berikut.
( )
( )
pada titik tertinggi, waktu untuk mencapai titik tertinggi adalah . Dengan
demikian, waktu untuk mencapai titik terjauh adalah dua kalinya. Persamaan yang
berlaku pada titik terjauh sebagai berikut.
( )
( )
Keterangan:
= kecepatan awal benda (m.s-1)
= sudu elevasi (°)
= kecepatan pada sumbu-x (m.s-1)
= kecepatan pada sumbu-y (m.s-1)
24
Ibid., h. 98-101.
20
4. Pengajaran Remedial
a. Pengertian Pengajaran Remedial
Istilah remedial berasal dari kata remedy (bahasa Inggris) yang berarti obat,
memperbaiki, atau menolong. Remedial merupakan suatu sistem belajar yang
dilakukan berdasarkan diagnosa yang komprehensif (menyeluruh), yang
dimaksudkan untuk menemukan kekurangan-kekurangan yang dialami siswa dalam
belajar, sehingga dapat mengoptimalkan prestasi belajar.25 Menurut Jamaris (2009)
pengajaran remedial adalah salah satu bentuk pengajaran yang bertujuan untuk
mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa yang mengalami kesulitan belajar.26
Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Mulyadi bahwa pengajaran remedial
sebagai suatu bentuk khusus pengajaran yang bertujuan memperbaiki sebagian atau
seluruh kesulitan belajar yang dihadapi oleh murid.27 Pengajaran remedial merupakan
suatu bentuk pengajaran yang bersifat mengobati, menyembuhkan, atau membetulkan
pengajaran dan membuatnya menjadi lebih baik dalam rangka mencapai tujuan
pengajaran yang maksimal.28 Berdasarkan beberapa pengertian yang telah disebutkan,
dapat disimpulkan bahwa pengajaran remedial merupakan pengajaran yang dilakukan
25
Mukhtar dan Rusmini, op. cit., h. 8.
26
Martini Jamaris, Kesulitan Belajar: Perspektif, Assessmen dan Penanggulangannya, (Jakarta:
Yayasan Penamas Murni, 2009), h. 86.
27
Mulyadi, Diagnosis Kesulitan Belajar & Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus,
(Yogyakarta: Nuha Litera, 2010), h. 45.
28
Mukhtar dan Rusmini, loc. cit.
21
bagi siswa yang tidak tuntas untuk mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang dialami
siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
29
Mulyadi, op. cit., h. 45-46.
22
30
Ibid., h. 51-52.
31
Mukhtar dan Rusmini, op. cit., h. 23-24.
23
32
Ibid., h. 24-25.
24
efisien. Dengan kata lain, dapat mempercepat proses pembelajaran, baik dari segi
waktu man pun materi.
6) Fungsi Terapeutik
Fungsi terapeutik berarti bahwa secara langsung atau tidak, pengajaran
remedial akan dapat membantu menyembuhkan atau memperbaiki kondisi-kondisi
kepribadian siswa yang diperkirakan menunjukkan adanya penyimpangan.
33
Ischak S.W. dan Warji R., Program Remedial dalam Proses Belajar-Mengajar, (Yogyakarta:
Liberty, 1982), h. 38-40.
34
Ibid., h. 44.
35
Sri Hastuti, Pengajaran Remedial, (Yogyakarta: PT Mitra Gama Widya, 1992), h. 8-9.
26
Oleh para ahli untuk membantu siswa yang tergolong dalam a dan b diterapi
dengan pendekatan yang dikenal dengan pengulangan (repetition), pengayaan
(enrichment), dan penguatan (reinforcement) serta percepatan (acceleration).
2) Strategi dan Teknik Pendekatan Pengajaran Remedial yang Preventif
Strategi macam ini hanya ditujukan kepada siswa yang secara empirik, yang
berdasarkan data diprediksikan akan mengalami kesulitan dalam program studi
tertentu yang ditempuhnya. Oleh karena itu, pendekatan preventif selalu berupaya
agar siswa selalu mampu mencapai prestasi dan mampu menyelesaikan dengan
kriteria keberhasilan yang ditetapkan.
Jadi, kalau pendekatan kuratif yang dihadapkan pada siswa yang benar-benar
tidak tau atau kurang memiliki kemampuan, tindakan remedial mendasarkan pada
post-teaching diagnostic (diagnostik pasca mengajar) dengan data-data dari hasil tes
sumatif, tes yang menyeluruh. Sedangkan pendekatan preventif, tindakan remedial
mendasarkan pada pre-test (tes awal) atau evaluasi reflektif atau juga test of entering
behaviors (tes perilaku awal).
3) Strategi dan Teknik Pendekatan Pengajaran Remedial yang Bersifat
Pengembangan
Kalau pendekatan kuratif merupakan tindak lanjut dari diagnostik sesudah
mengajar, sedangkan pendekatan preventif merupakan tindak lanjut diagnostik
sebelum mengajar maka pendekatan yang ketiga ini yang bersifat pengembangan
merupakan tindak lanjut diagnostik selama mengajar. Dengan kata lain, diagnostik
yang dilakukan guru pada waktu PBM berlangsung.
36
Mulyadi, op. cit., h. 64-71.
27
5. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
ia menerima pengalaman belajarnya.37 Dalam sistem pendidikan nasional rumusan
tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan
klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom.38 Bloom mengklasifikasikan hasil
belajar ke dalam tiga ranah yaitu: ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif
(affective domain), dan ranah psikomotor (psychomotor domain) yang kemudian
disebut sebagai taksonomi Bloom.39 Dalam penelitian ini hasil belajar yang diukur
hanya kemampuan siswa pada ranah kognitif saja. Berikut penjelasan klasifikasi hasil
belajar Benyamin Bloom pada ranah kognitif.
Ranah kognitif dari hasil belajar menurut Bloom meliputi penguasaan konsep,
ide, pengetahuan faktual, dan berkenaan dengan keterampilan-keterampilan
intelektual.40 Kategori-kategori pada dimensi kognitif dibagi menjadi enam
kelompok, yaitu:41
1) Mengingat, yaitu mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang.
Kemampuan mengingat meliputi proses:
37
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2014), h. 22.
38
Nana Sudjana, loc. cit.
39
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Kedua, (Jakarta: Bumi Aksara,
2015), h. 130.
40
Wahab Jufri, Belajar dan Pembelajaran Sains, (Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2013), h. 60.
41 Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, Kerangka Landasan untuk Pembelajaran,
Pengajaran, dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom, Terj. Agung Prihantoro,
(Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2017), h. 100-102.
28
6. Gaya Belajar
a. Pengertian Gaya Belajar
Gaya belajar dapat didefinisikan sebagai suatu cara tentang bagaimana seorang
individu melakukan persepsi, berinteraksi, dan merespons secara emosional terhadap
lingkungan belajar (Pribadi, 2011).42 Sedangkan Susilo (2009) menyatakan bahwa
gaya belajar merupakan cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima
informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut.43 Berdasarkan beberapa
pengertian yang telah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa gaya belajar adalah suatu
cara yang dilakukan oleh siswa untuk menerima dan memproses informasi atau
pengetahuan secara optimal.
42
Benny A. Pribadi, Model ASSURE untuk Mendesain Pembelajaran Sukses, (Jakarta: Dian
Rakyat, 2011), h. 45.
43
M. Djoko Susilo, Sukses dengan Gaya Belajar, (Yogyakarta: Pinus, 2009), h. 94.
44
Rusman, Pembelajaran Tematik Terpadu: Teori, Praktik dan Penilaian, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2015), h. 42.
31
gaya belajar (Learning Style) dalam empat bentuk Visual, Auditory, Read-write,
45
Kinesthetic yang dikenal dengan singkatan VARK. Dalam penelitian ini
menggunakan gaya belajar menurut Fleming dan Mills. Berikut ini penjelasan
keempat gaya belajar siswa:
1) Gaya Belajar Visual
Gaya belajar visual adalah gaya belajar di mana gagasan, konsep, data dan
informasi lainnya dikemas dalam bentuk gambar dan teknik. Siswa yang memiliki
tipe belajar visual memiliki interest yang tinggi ketika diperlihatkan gambar, grafik,
grafis organisatoris, seperti jaring, peta konsep dan ide peta, plot dan ilustrasi visual
lainnya.
2) Gaya Belajar Auditori
Gaya belajar auditori adalah gaya belajar di mana siswa belajar melalui
mendengarkan. Siswa yang memiliki gaya belajar auditori akan mengandalkan
kesuksesan dalam belajarnya melalui telinga (alat pendengarannya), oleh karena itu
guru sebaiknya memerhatikan siswa hingga ke alat pendengarannya. Anak yang
mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan
diskusi verbal dan mendengarkan penjelasan apa yang dikatakan guru.46
3) Gaya Belajar Read – Write
Gaya belajar read-write adalah gaya belajar yang lebih banyak aspek membaca
dan menulis. Pada seseorang yang memiliki gaya belajar seperti ini ia akan lebih
mudah memahami materi pembelajaran dengan cara membaca dan menulis.
4) Gaya Belajar Kinestetik
Gaya belajar kinestetik adalah cara belajar yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh informasi dengan melakukan gerakan, sentuhan, praktik atau
pengalaman belajar secara langsung. Gaya belajar ini mengarah pada pengalaman dan
latihan (simulasi atau nyata, meskipun pengalaman tersebut melibatkan modalitas
45
Darmadi, Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar Siswa,
(Yogyakarta: Deepublish, 2017), h. 164.
46
Rusman, op. cit., h. 42-43.
32
lain). Hal ini mencakup demonstrasi, simulasi, video dan film dari pelajaran yang
sesuai aslinya, sama halnya dengan studi kasus, latihan dan aplikasi.47
Ciri atau karakteristik gaya belajar kinestetik, antara lain: 1) Banyak bergerak
tak bisa diam; 2) Sangat menikmati kegiatan fisikal; 3) Jarang mau menghabiskan
banyak waktu untuk membaca; 4) Senang mencoba hal-hal yang baru; 5)
Terkoordinasi dan lincah; 6) Suka mengekspresikan perasaan mereka secara fisikal
(misal, memeluk atau memukul) atau suka menggerakkan tangan ketika sedang
berbicara; 7) Dalam berpakaian mereka memilih semata untuk kenyamanan, tidak
begitu mementingkan gaya atau mode; 8) Lebih suka berbaring di lantai atau tempat
tidur ketika sedang belajar, bukan duduk manis di meja belajar yang telah di
sediakan. 9) Menonjol dalam bidang atletik atau seni pertunjukkan; 10) Pembelajar
fisikal pada umumnya mengidamkan atau menyukai: Menyentuh, merasakan, dan
menangani sesuatu; Menjadi orang pertama saat mencoba sesuatu (mereka tidak puas
jika hanya melihat-lihat demonstrasi); Memindahkan posisi atau menggerakkan tubuh
saat belajar sesuatu yang baru; Lebih senang disuruh menunjukkan langsung daripada
disuruh bercerita.48
Berdasarkan ciri-ciri tersebut, media atau sarana yang dapat digunakan untuk
gaya belajar kinestetik, antara lain 1) Menggunakan seluruh panca indera:
penglihatan, sentuhan, pengecap, penciuman, pendengaran; 2) Laboratorium; 3)
Kunjungan lapangan; 4) Pembicara yang memberikan contoh kehidupan nyata; 5)
Pengaplikasian; 6) Pameran, sampel, fotografi; 7) Koleksi berbagai macam
tumbuhan, serangga dan sebagainya.
Adapun strategi belajar untuk gaya belajar tipe kinestetik, menurut Mansur HR
adalah sebagai berikut: (a) Perbanyak praktek lapangan. (b) Melakukan demonstrasi
atau pertunjukan langsung terhadap suatu proses. (c) Membuat model atau contoh-
contoh. (d) Belajar tidak harus duduk secara formal, bisa dilakukan dengan duduk
47
Darmadi, op. cit., h. 168-169.
48
Andri Priyatna, Pahami Gaya Belajar Anak! Memaksimalkan Potensi Anak dengan
Modifikasi Gaya Belajar, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2013), h. 68-69.
33
dalam posisi yang nyaman, walaupun tidak biasa dilakukan oleh murid-murid yang
lain. (e) Perbanyak praktek di laboratorium. (f) Boleh menghapal sesuatu sambil
bergerak, berjalan atau mondar-mandir misalnya. (g) Perbanyak simulasi dan role
playing. (h) Biarkan murid berdiri saat menjelaskan sesuatu.49
Friedel dan Rudd dalam Yusoff (2007) menyatakan bahwa seorang individu
mungkin memiliki lebih dari satu gaya belajar atau yang dikenal sebagai bimodal. Hal
tersebut merupakan keuntungan bagi siapa saja yang memiliki lebih dari satu jenis
gaya belajar, karena individu-individu tersebut memiliki pandangan dan penerimaan
yang lebih fleksibel terhadap lingkungan belajar mereka.50 Sebagian besar siswa
memiliki lebih dari satu gaya belajar (53,11%) diantaranya: VK, AK, VA, VR, RK
dan AR terutama gaya VK.51
49
Darmadi, op. cit., h. 169-170.
50
Norasmah Othman and Mohammad Hasril Amiruddin, “Different Perspectives of Learning
Styles from VARK Model”, International Conference on Learner Diversity, 2010, p. 655.
51
Veena Khongpit et al., “The VARK Learning Style of the University Student in Computer
Course”, International Journal of Learning and Teaching, Vol. 4, 2018, p. 105.
52
Darmadi, op. cit., h. 173-174.
53
Benny A. Pribadi, op. cit., h. 48.
34
kaset pelajaran dan sering berdiskusi dengan anak yang bergaya belajar auditori, dan
menyediakan alat-alat praktek bagi anak yang kecenderungan bergaya belajar
kinestetik.
Ketiga, peserta didik. Dengan mengetahui gaya belajar sendiri, peserta didik
bisa menciptakan suasana yang disenanginya untuk belajar. Apakah itu dengan
menyetel musik, berdiskusi dengan teman atau orang tua, dan lain sebagainya.
Dengan demikian diharapkan motivasi belajar peserta didik bisa meningkat.54
54
Darmadi, op. cit., h. 174.
55
Neelu Jangid dan Umed Singh Inda, “Effectiveness of Remedial Teaching on Thinking
Strategies of Slow Learners”, The International Journal of Indian Psychology, Vol. 4, 2016, p. 105.
56
Bukhari, “Penerapan Pengajaran Remedial terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada
Pokok Bahasan Ikatan Ion dan Ikatan Kovalen”, Jurnal Dedikasi Pendidikan, Vol. 1, 2017, h. 19.
35
57
Vivian Ardilah Dewi, dkk., “Pengaruh Remedial Teaching Metode Tutor Sebaya terhadap
Hasil Belajar Siswa pada Materi Struktur Atom Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Sanggau”, Ar-Razi
Jurnal Ilmiah, Vol. 5, 2017, h. 148-149.
58
Sukarno dan Dan Sutarman, “The Development of Light Reflection Props as a Physics
Learning Media in Vocational High School Number 6 Tanjung Jabung Timur”, International Journal
of Innovation and Scientific Research Journals, Vol. 12, 2014, p. 354.
59
Duwita Sekar Indah dan Prabowo, “Pengembangan Alat Peraga Sederhana Gerak Parabola
untuk Memotivasi Siswa pada Pembelajaran Fisika Pokok Bahasan Gerak Parabola, Jurnal Inovasi
Pendidikan Fisika (JIPF)”, Vol. 3, 2014, h. 93.
36
60
Durrotun Nafisah dkk., “Pembelajaran Fisika Berbantuan Alat Peraga Proyektor Smartphone
untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Optik pada Siswa SMP”, Unnes Physics Education Journal,
2018, h. 79.
61
Prabowo Mishbahah, loc. cit.
62
Regina Maria Ansila Keun, “Pembuatan dan Penggunaan Alat Peraga Hukum Boyle serta
Pengaruhnya terhadap Pemahaman dan Minat Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Atambua”,
Skripsi Program Sarjana Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2017, h. 94.
37
63
B. Hartati, “Pengembangan Alat Peraga Gaya Gesek untuk Meningkatkan Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa SMA”, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 2010, h. 132.
64
Adam Wicaksana, op. cit., h. 154.
65
Veena Khongpit et al., loc. cit.
66
Norasmah Othman and Mohammad Hasril Amiruddin, op. cit., p. 658.
38
minat belajar memiliki hubungan yang sangat kuat dengan hasil belajar Biologi
siswa SMA Negeri 1 Tonra Kabupaten Bone.67
14. Hasil penelitian Nurmayani dkk. dalam jurnalnya yang berjudul “Pengaruh Gaya
Belajar VAK pada Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
terhadap Hasil Belajar IPA Fisika Siswa SMP Negeri 2 Narmada Tahun Ajaran
2015/2016” menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran PBL
terhadap hasil belajar IPA Fisika siswa dan terdapat pengaruh gaya belajar
terhadap hasil belajar IPA Fisika siswa. Pada penerapan PBL nilai rata-rata
kelompok siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar kinestetik lebih
tinggi dibandingkan dengan gaya belajar visual dan auditori. Selain itu, hasil
penelitiannya menunjukkan terdapat pengaruh interaksi sebesar (50,2%) antara
model pembelajaran dengan gaya belajar terhadap hasil belajar IPA Fisika
siswa.68
C. Kerangka Berpikir
Siswa kinesthetic style tidak merasakan pembelajaran yang sesuai dengan gaya
belajarnya. Pembelajaran yang dilakukan tidak menggunakan media yang sesuai
dengan gaya belajar kinestetik. Siswa kinesthetic style kesulitan dalam mempelajari
konsep gerak parabola. Kesulitan tersebut menyebabkan siswa mengalami remedial.
Penanganan guru terhadap permasalahan tersebut yaitu melalui: remedial test dan
pemberian tugas. Penanganan tersebut belum tepat karena tidak sesuai dengan teori
pelaksanaan pembelajaran remedial. Nilai siswa yang mengikuti remedial test
hasilnya masih banyak yang di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Hasilnya
pun belum efektif, rata-rata siswa harus mengikuti tiga kali remedial agar dapat
tuntas. Oleh karena itu dibutuhkan remedial teaching pada konsep gerak parabola.
67
Nurlia dkk., “Hubungan antara Gaya Belajar, Kemandirian Belajar, dan Minat Belajar dengan
Hasil Belajar Biologi Siswa”, Jurnal Pendidikan Biologi, Vol. 6, 2017, h. 327.
68
Nurmayani dkk., “Pengaruh Gaya Belajar VAK pada Penerapan Model Pembelajaran
Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar IPA Fisika Siswa SMP Negeri 2 Narmada Tahun
Ajaran 2015/2016”. Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi, Vol. 2, 2016, h. 20.
39
Remedial teaching dapat mengatasi kesulitan belajar siswa agar dapat meningkatkan
hasil belajarnya. Remedial teaching perlu disesuaikan dengan gaya belajar siswa agar
mencapai hasil belajar yang optimal. Siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik
dapat menerima dan memproses informasi melalui gerakan seperti pelaksanaan
praktik, simulasi atau demonstrasi. Pelaksanaan tersebut dapat terpenuhi dengan
menggunakan media alat peraga.
Media alat peraga dapat menyajikan konsep yang abstrak menjadi konkret
seperti halnya pada konsep gerak parabola. Penggunaan alat peraga dalam proses
pembelajaran dapat membuat siswa kinesthetic style terlibat aktif, seperti siswa dapat
mengamati, melakukan percobaan, mendemonstrasikan dan sebagainya. Media alat
peraga gerak parabola yang dibuat dapat menunjukkan konsep gerak parabola,
diantaranya: karakteristik gerak parabola serta hubungan antara besaran-besaran
dalam gerak parabola. Siswa kinesthetic style akan menjadi lebih mudah menerapkan
persamaan-persamaan pada konsep gerak parabola dalam memecahkan masalah,
sehingga siswa kinesthetic style tidak hanya menghafal rumus, tetapi dapat
mengetahui fenomena yang berhubungan dengan rumus tersebut. Oleh karena itu,
penggunaan alat peraga gerak parabola pada remedial teaching akan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kinesthetic style yang tidak tuntas pada konsep
gerak parabola.
Bagan kerangka berpikir dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut:
40
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan, maka
hipotesis pada penelitian ini yaitu terdapat pengaruh alat peraga gerak parabola pada
remedial teaching terhadap hasil belajar siswa kinesthetic style.
1. BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2017), h.
77.
2
Ibid., h. 79.
42
43
diberi posttest untuk mengetahui pengaruh alat peraga gerak parabola terhadap hasil
belajar siswa kinesthetic style yang tidak tuntas.
Penjelasan desain penelitian digambarkan sebagai berikut:3
Tabel 3.1 Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design
Keterangan:
KE = kelompok eksperimen
KK = kelompok kontrol
O = pretest (tes awal yang diberikan sebelum perlakuan kepada kedua
kelompok) dan posttest (tes akhir yang diberikan setelah perlakuan
kepada kedua kelompok)
X = perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen yaitu remedial
teaching dengan menggunakan alat peraga gerak parabola
X1 = perlakuan yang diberikan kepada kelompok kontrol yaitu remedial
teaching tidak menggunakan alat peraga gerak parabola
C. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dibagi dalam tiga tahapan, yaitu tahap awal, tahap
pelaksanaan, dan tahap akhir. Ketiga tahap ini terdiri dari beberapa bagian dengan
penjelasan sebagai berikut:
3
Friska Septiani Silitonga, “The Using of Peer Tutoring Learning Method in Improving
Student’s Understanding”, Conference Paper, 2017, p. 2.
44
1. Tahap awal
a. Studi pendahuluan
Studi pendahuluan terdiri dari observasi dan wawancara mengenai
pembelajaran fisika, remedial teaching, dan gaya belajar siswa. Observasi
dilakukan dengan menyebarkan angket kepada siswa kelas XI IPA SMA
Negeri Kota Tangerang Selatan. Sedangkan wawancara ditujukan kepada
guru fisika SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan.
b. Merumuskan masalah
Rumusan masalah ditentukan berdasarkan permasalahan-permasalahan yang
ditemukan dari hasil studi pendahuluan.
c. Menyusun instrumen tes, instrumen nontes, dan RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran)
Instrumen tes dan RPP disusun dengan menyesuaikan IPK (Indikator
Pencapaian Kompetensi) yang belum dicapai oleh siswa yang tidak tuntas
pada konsep gerak parabola. Sedangkan instrumen nontes disusun dengan
indikator mengenai respon siswa terhadap alat peraga gerak parabola.
d. Membuat dan menguji kelayakan media
Media dibuat dengan menyesuaikan karakteristik gaya belajar kinestetik
yaitu media alat peraga pada konsep gerak parabola. Setelah media
dirancang, media diuji atau divalidasi oleh ahli media dan ahli materi untuk
mengetahui media yang telah dirancang sudah layak digunakan atau tidak.
e. Menyelesaikan perizinan uji kelayakan instrumen dan penelitian
Peneliti membuat surat perizinan untuk menguji kelayakan instrumen yang
telah dibuat kepada para ahli dan membuat surat perizinan untuk melakukan
penelitian.
f. Uji kelayakan instrumen
Instrumen yang telah dibuat diuji oleh para ahli, yaitu ahli materi/konten,
ahli konstruk, dan ahli bahasa.
45
b. Menguji hipotesis
Data yang telah dianalisis kemudian dilakukan uji hipotesis untuk
mengetahui adanya pengaruh penggunaan alat peraga gerak parabola pada
remedial teaching terhadap hasil belajar siswa kinesthetic style.
c. Penarikan kesimpulan penelitian
Data yang telah diuji hipotesis kemudian ditarik kesimpulannya.
Tahapan prosedur penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut:
47
Tahap Awal
Membuat Menyelesa
Studi
Menyusun dan ikan
pendahulu Menganali
instrumen menguji perizinan
an Merumusk Uji sis data
tes, kelayakan uji
(observasi an kelayakan hasil uji
instrumen media alat kelayakan
dan masalah instrumen kelayakan
nontes, peraga istrumen
wawancar instrumen
dan RPP gerak dan
a guru)
parabola penelitian
Tahap Pelaksanaan
Penyebaran
Remedial
angket respon
Teaching
terhadap media
Tes gaya dengan
Pretest Posttest alat peraga
belajar VARK menggunakan
gerak parabola
alat peraga
pada kelompok
gerak parabola
eksperimen
Tahap Akhir
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel penelitian, yaitu variabel
bebas dan variabel terikat. Variabel bebas (independen) merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat
(dependen). Sedangkan variabel terikat (dependen) merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.4 Variabel bebas
dalam penelitian ini yaitu alat peraga pada konsep gerak parabola sedangkan variabel
terikatnya yaitu hasil belajar siswa kinesthetic style yang tidak tuntas.
4
Sugiyono, op. cit., h. 39.
5
Ibid., h. 85.
49
Teknik
Sumber
Tahap Jenis Data Pengumpulan Instrumen
Data
Data
parabola terhadap
hasil belajar siswa
Setelah Kelompok Respon siswa Angket Lembar
pembelajaran eksperimen terhadap angket
penggunaan alat
peraga gerak
parabola
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes dan
instrumen nontes.
1. Instrumen Tes
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu:
a. Instrumen Tes Gaya Belajar VARK
Instrumen tes gaya belajar VARK (Visual Aural Read-Write Kinesthetic)6
digunakan untuk mengetahui gaya belajar apa saja yang dimiliki siswa kelas X IPA
SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan, sehingga dapat diketahui siswa mana saja
yang memiliki gaya belajar kinestetik.
b. Instrumen Tes Hasil Belajar
Instrumen tes hasil belajar yang digunakan berupa tes objektif pilihan ganda.
Instrumen ini diberikan kepada siswa kelas X IPA SMA Negeri 4 Kota Tangerang
Selatan yang dijadikan sampel pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Instrumen tes digunakan sebelum remedial teaching yaitu saat ulangan harian
(pretest) dan sesudah remedial teaching (posttest). Instrumen tes yang digunakan
telah memenuhi kisi-kisi instrumen penelitian. Kisi-kisi instrumen tes dapat dilihat
pada Tabel 3.3 berikut:
6
Zulfiani Zulfiani, et al., “Science Education Adaptive Learning System As A Computer Based
Science Learning With Learning Style Variations”, Journal of Baltic Science Education, Vol. 17,
2018.
51
Nomor Soal
Aspek Kognitif Jumlah
No. Konsep Indikator Soal
Soal
C2 C3 C4
Memilih pasangan data
Hubungan yang tepat mengenai
9. 9* 1
kecepatan kecepatan terhadap
awal terhadap ketinggian maksimum.
ketinggian Membandingkan
maksimum pernyataan yang tepat
10. pada gerak mengenai kecepatan 10* 1
parabola terhadap ketinggian
maksimum.
Menerapkan
persamaan
Menghitung kecepatan
11. kecepatan 11* 1
pada waktu tertentu.
pada gerak
parabola
Menerapkan
persamaan Menghitung jarak
jarak maksimum pada
12. 12* 1
jangkauan kecepatan dan sudut
pada gerak tertentu.
parabola
Menerapkan
persamaan Menghitung ketinggian
ketinggian maksimum pada
13. 13* 1
maksimum kecepatan dan sudut
pada gerak tertentu.
parabola
Menerapkan
persamaan
waktu untuk Menghitung waktu yang
14. mencapai diperlukan untuk 14* 1
titik tertinggi mencapai titik tertinggi.
pada gerak
parabola
Menerapkan
persamaan
Menghitung waktu yang
waktu untuk
15. diperlukan untuk 15* 1
mencapai
mencapai titik terjauh.
titik terjauh
pada gerak
53
Nomor Soal
Aspek Kognitif Jumlah
No. Konsep Indikator Soal
Soal
C2 C3 C4
parabola
Jumlah 2 5 8 15
Persentase 13% 33% 54% 100%
Sebuah instrumen tes dapat dikatakan baik apabila memenuhi empat kriteria,
yaitu: validitas; reliabilitas; taraf kesukaran; dan daya pembeda. Untuk memenuhi
keempat kriteria tersebut, maka peneliti melakukan uji kelayakan instrumen dengan
menggunakan bantuan software AnatesV4. Berikut ini adalah pengujian yang
berkaitan dengan kriteria yang harus dipenuhi oleh instrumen penelitian:
7
Suharsimi Arikunto, op. cit., 2015, h. 80.
8
Iwan Permana Suwarna, Laporan Penelitian Pengembangan Tata Kelola Kelembagaan
“Pengembangan Instrumen Ujian Komprehensif Mahasiswa Melalui Computer Based Test pada
Program Studi Pendidikan Fisika”, (Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan (PUSLITPEN)
LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016), h. 49.
54
Keterangan:
= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y9
= skor butir soal yang menjawab benar
= skor total siswa yang menjawab benar
= jumlah siswa
Uji validitas konstruk dalam penelitian ini menggunakan bantuan software
AnatesV4 yang dapat dilihat dari hasil output di AnatesV4 dengan membandingkan
dengan pada taraf signifikansi 5% dan menetapkan derajat kebebasan
terlebih dahulu yaitu . Tabel kategori validitas lapangan berdasarkan
perbandingan output dengan dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4 Kategori Validitas10
Ketentuan Nilai Kategori
Valid
Tidak Valid
9
Suharsimi Arikunto, op. cit., 2015, h. 87.
10
Ibid., h. 89.
11
Ibid.
55
Hasil uji validitas konstruk dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut:
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Konstruk Instrumen Tes
Tabel 3.6 menunjukkan butir soal yang akan digunakan sebagai pretest dan
posttest. Jumlah soal yang digunakan yaitu 14 soal atau sebanyak 93,3% dari 15 soal.
Nilai koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y ( ) dapat dilihat pada
lampiran B.3.d.
b) Validitas Isi
Validitas isi dalam penelitian ini ditentukan oleh penilaian kesesuaian antara
instrumen dengan beberapa aspek yang diukur dari para ahli/judgement.12 Penilaian
tersebut terbagi menjadi tiga aspek, yaitu aspek konten/materi, aspek konstruksi, dan
aspek bahasa. Aspek konten/materi mengukur kesesuaian isi materi fisika dalam soal
dengan materi fisika yang digunakan yaitu gerak parabola. Aspek konstruksi
mengukur kesesuaian isi instrumen soal dengan teori penyusunan soal. Aspek bahasa
mengukur kesesuaian bahasa yang digunakan dalam soal dengan kaidah penulisan
bahasa Indonesia.
Hasil penilaian oleh para ahli diolah dengan menggunakan content validity
ratio (CVR) dan content validity index (CVI). CVR dihitung dengan menggunakan
Nilai CVR dan Koefisien Kappa yang ditentukan dengan cara:13
( )
12
Sugiyono, op.cit., h. 125.
13
Iwan Permana Suwarna, op. cit., h. 50
56
keterangan:
CVR = rasio validitas isi
ne = jumlah ahli atau judgement pemberi nilai (penting/relevan/esensial)
N = jumlah ahli atau judgement.
Nilai CVR akan berkisar antara +1 sampai -1. Nilai positif (+) menunjukkan
bahwa setidaknya setengah panelis menilai item sebagai penting/esensial. Semakin
lebih besar CVR dari 0, maka semakin “penting” dan semakin tinggi validitas isinya.
Setelah mengetahui nilai CVR selanjutnya mencari nilai CVI. Secara sederhana CVI
merupakan rata-rata dari nilai CVR14
∑
( )
Kategori hasil perhitungan CVI dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut.
Tabel 3.7 Kategori Nilai Content Validity Index (CVI)15
Hasil uji validitas isi dapat dilihat pada Tabel 3.8 di bawah ini.
Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Isi
Tabel 3.8 menunjukkan ketiga aspek yang dinilai termasuk ke dalam kategori
sangat sesuai, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen tes ini bersifat valid dan
layak digunakan dalam penelitian. Pengolahan data uji validitas instrumen tes dapat
dilihat pada lampiran B.3.a., B.3.b., dan B.3.c.
14
Ibid., h. 51.
15
Ibid.
57
2) Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang
sama.16 Reliabilitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus K-R. 20, yaitu:17
∑
( )( ) ( )
Dimana:
r11 = reliabilitas secara keseluruhan
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah q 1 p
Σ pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
k = banyaknya item
S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)
16
Suharsimi Arikunto, op. cit., 2015, h. 104.
17
Ibid., h.115.
18
Ibid., h. 89.
58
Tabel 3.10 menunjukkan nilai reliabilitas instrumen tes sebesar 0,82. Nilai ini
termasuk ke dalam kategori sangat tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa
instrumen tes ini bersifat reliabel dan layak digunakan dalam penelitian. Data uji
reliabilitas instrumen tes dapat dilihat pada lampiran B.3.e.
3) Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara
siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai
(berkemampuan rendah).19 Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda
(indeks diskriminasi) soal pilihan ganda adalah:20
( )
Keterangan:
D = indeks diskriminasi (daya pembeda)
J = jumlah peserta tes
J A = banyaknya peserta kelompok atas
J B = banyaknya peserta kelompok bawah
B A = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
B B = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (P sebagai indeks
kesukaran)
19
Ibid., h. 226.
20
Ibid., h. 228.
59
Hasil uji daya pembeda instrumen tes dapat dilihat pada Tabel 3.12 berikut.
Tabel 3.12 Hasil Uji Daya Pembeda
Butir Soal
Kriteria Soal
Jumlah Soal Persentase
Cukup 1 7,14%
Baik 10 71,43%
Baik sekali 3 21,43%
Jumlah 14 100%
Tabel 3.12 menunjukkan instrumen tes yang digunakan memiliki daya pembeda
yang cukup baik, baik, dan baik sekali. Sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen
tes ini dapat membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang
berkemampuan rendah. Data uji daya pembeda instrumen tes dapat dilihat pada
lampiran B.3.f.
21
Ibid., h. 232.
60
4) Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.22
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks
kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,0 sampai dengan
1,0. Indeks kesukaran dapat dihitung dengan menggunakan rumus:23
( )
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Uji taraf kesukaran dalam penelitian ini menggunakan bantuan software
AnatesV4 kemudian output indeks kesukaran diinterpretasikan dalam sebuah
klasifikasi tertentu. Klasifikasi indeks kesukaran dapat dilihat pada Tabel 3.13
berikut.
Tabel 3.13 Klasifikasi Indeks Kesukaran24
Hasil uji taraf kesukaran butir soal dapat dilihat pada Tabel 3.14 berikut.
Tabel 3.14 Hasil Uji Taraf Kesukaran
Butir Soal
Kriteria Soal
Jumlah Soal Persentase
Mudah 3 21,4%
Sedang 11 78,6%
Jumlah 14 100%
22
Ibid., h. 222.
23
Ibid., h. 223.
24
Ibid., h. 225.
61
Tabel 3.14 menunjukkan soal yang digunakan terdiri dari 3 soal dengan
kategori mudah (21,4%) dan 11 soal dengan kategori sedang (78,6%). Taraf
kesukaran tiap butir soal dapat dilihat pada lampiran B.3.g
2. Instrumen Nontes
Instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Angket
pada penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu:
a. Angket Uji Ahli
Angket uji ahli digunakan untuk memvalidasi alat peraga gerak parabola yang
telah dibuat sehingga dapat mengetahui kelayakan penggunaan media tersebut pada
pembelajaran. Angket uji ahli terdiri dari dua yaitu:
1) Angket Uji Ahli Media
Angket uji ahli media digunakan untuk memvalidasi aspek kelayakan media
dari alat peraga yang telah dibuat. Angket ini divalidasi oleh enam ahli media
pembelajaran. Angket dalam penelitian ini menggunakan rating scale (skala
bertingkat) dengan lima kategori penilaian dari yang tertinggi yaitu: 4, 3, 2, 1, dan 0.
Berikut kisi-kisi angket penilaian uji ahli media dapat dilihat pada Tabel 3.15
berikut.
Tabel 3.15 Kisi-kisi Angket Uji Ahli Media
Aspek
Penilaian Nomor Jumlah
No. Indikator
Kelayakan Pertanyaan Soal
Media
1. Kriteria Kesesuaian media alat peraga
1
Kesesuaian dengan konsep yang diajarkan
dengan Kejelasan media alat peraga
Bahan Ajar dalam membantu menjelaskan 2 3
konsep
Kesesuaian media alat peraga
3
dengan kompetensi siswa
2. Ketahanan Ketahanan terhadap cuaca 4 3
62
Aspek
Penilaian Nomor Jumlah
No. Indikator
Kelayakan Pertanyaan Soal
Media
Alat Pemakaian alat secara berulang 5
Keakuratan pengukuran (hasil
pengukuran tidak mengalami
6
penyimpangan, walaupun sering
digunakan)
3. Keakuratan Ketahanan komponen pada
7
dudukan asalnya
Ketepatan pemasangan 3
8
komponen pada alat ukur
Ketepatan skala pengukuran 9
4. Efisiensi Kemudahan dirangkaikan 10
Alat Kemudahan digunakan 11
3
Kemudahan alat peraga ketika
12
dibawa
5. Keamanan Keamanan dan kenyamanan saat
13
Bagi Siswa digunakan
Kekokohan konstruksi alat
14
peraga 3
Penggunaan bahan ramah
lingkungan (tidak menggunakan 15
zat beracun pada alat)
6. Estetika Warna pada alat peraga 16
Bentuk alat peraga 17
3
Kerapian alat peraga saat
18
digunakan oleh siswa
7. Kelengkapa Manual book dalam membantu
19
n Alat perangkaian alat
Video demonstrasi dalam 3
20
membantu menggunakan alat
Lembar Kerja Siswa (LKS) 21
8. Tempat Kemudahan mencari komponen
22
Penyimpana alat
n Kemudahan mengambil/
23 3
menyimpan komponen alat
Ketahanan dalam menyimpan
24
komponen alat
63
Nomor Jumlah
No. Indikator Aspek Penilaian
Pertanyaan Soal
1. Kesesuaian Relevansi konten materi pada
1
Isi alat peraga dengan KI/KD
Alat peraga dapat membantu
memvisualisasikan materi dalam 2
3
pembelajaran
Alat peraga dapat menunjukkan
vektor gerak pada sumbu x dan y 3
pada gerak parabola
2. Kesesuaian Alat peraga dapat menunjukkan
4
Konsep jarak terjauh benda
Alat peraga dapat menunjukkan
5
ketinggian maksimum benda
Alat peraga dapat menunjukkan
pengaruh sudut elevasi terhadap 6
jarak terjauh benda
Alat peraga dapat menunjukkan
pengaruh sudut elevasi terhadap 7
6
ketinggian maksimum benda
Alat peraga dapat menunjukkan
pengaruh kecepatan awal aliran
8
fluida terhadap jarak terjauh
benda
Alat peraga dapat menunjukkan
pengaruh kecepatan awal aliran
9
fluida terhadap ketinggian
maksimum benda
64
25
Sudaryono, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rajawali Pers, 2017), h. 190.
65
26
26
Zulfiani Zulfiani, et al., “Science Education Adaptive Learning System As A Computer Based
Science Learning With Learning Style Variations”, Journal of Baltic Science Education, Vol. 17,
2018, h. 718.
27
Suharsisi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), h. 363.
28
Edi Riadi, Statistika Penelitian (Analisis Manual dan IBM SPSS), (Yogyakarta: Andi, 2016),
h. 122-123.
66
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas adalah pengujian terhadap kesamaan (homogenitas) beberapa
bagian sampel, yakni seragam tidaknya variansi sampel-sampel yang diambil dari
populasi yang sama.29 Uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan uji Levene
dengan bantuan software IBM SPSS Statistics 23 dengan langkah-langkah sebagai
berikut:30
1) Tetapkan hipotesis statistik
tidak ada perbedaan varian nilai dari kedua kelompok (homogen)
ada perbedaan varian nilai dari kedua kelompok (tidak homogen)
2) Buka editor IBM SPSS. Klik File, sorot Open. Klik Data, arahkan ke file yang
ingin diuji, lalu klik file tersebut dan klik Open.
3) Setelah file terbuka di editor, klik Analyze. Sorot Compare Means. Klik One-
Way Anova, maka akan muncul kotak dialog One-Way Anova.
4) Klik variabel “Nilai” pindahkan ke kotak Dependent List dengan mengklik
tombol panah. Klik variabel “Kelompok”, pindahkan ke kotak Factor. Klik
Options dan centang Homogeneity of variance test. Klik Continue dan klik OK,
maka akan muncul output tabel Test of Homogeneity of Variances dan tabel
Anova.
5) Perhatikan significance (sig.) pada output tersebut.
6) Gunakan ketentuan penerimaan/penolakan sebagai berikut:
a) Jika sig < (0,05), maka ditolak, diterima
b) Jika sig > (0,05), maka diterima, ditolak
29
Suharsisi Arikunto, op. cit., 2010, h. 363-364.
30
Edi Riadi, op. cit., h. 143-144.
67
3) Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang akan digunakan harus disesuaikan dengan hasil uji
normalitas dan uji homogenitas. Jika data yang digunakan memenuhi asumsi-asumsi
klasik seperti asumsi normalitas dan homogenitas maka pengujian hipotesis
menggunakan uji statistik parametrik.31 Jika data yang digunakan tidak memenuhi
asumsi normalitas atau homogenitas maka pengujian hipotesis menggunakan uji
statistik nonparametrik.32
a) Uji Statistik Parametrik
Uji hipotesis statistik parametrik terdiri dari uji hipotesis pretest posttest. Uji
hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji t dengan bantuan software IBM SPSS
23 dengan langkah-langkah sebagai berikut:33
1. Tetapkan hipotesis statistik
tidak terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar siswa kinesthetic style di
kelompok eksperimen dan siswa kinesthetic style di kelompok kontrol
pada remedial teaching
terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar siswa kinesthetic style di
kelompok eksperimen dan siswa kinesthetic style di kelompok kontrol
pada remedial teaching
2. Buka editor IBM SPSS. Klik File, sorot Open. Klik Data, arahkan ke file yang
digunakan pada uji homogenitas, lalu klik file tersebut dan klik Open.
3. Setelah file terbuka di editor, klik Analyze. Sorot Compare Means, kemudian
klik Independent-Samples T-Test, maka akan muncul kotak dialog Independent-
Samples T-Test.
4. Pindahkan variabel “Nilai” ke kotak Test Variable(s), kemudian “Kelompok” ke
kotak Grouping Variable. Klik Define Groups, maka akan muncul kotak Define
Groups. Ketik angka 1 pada kotak Group 1 dan ketik angka 2 pada kotak Group
31
Ibid., h. 105.
32
Ibid., h. 285
33
Ibid., h. 252-253.
68
2. Klik Continue dan klik OK, maka akan muncul output tabel Independent-
Samples Test.
5. Perhatikan significance (sig.) pada output tersebut.
6. Gunakan ketentuan penerimaan/penolakan sebagai berikut:
Jika sig < (0,05), maka ditolak, diterima
Jika sig > (0,05), maka diterima, ditolak
34
Ibid., h. 354-355.
69
4) Uji N-gain
Gain adalah selisih antara nilai posttest dan pretest, gain menunjukkan
peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah proses pembelajaran.
Perhitungan normal gain digunakan untuk mengetahui “judgement nilai” bagaimana
hasil peningkatan yang terjadi, apakah baik, sedang, atau kurang. Rumus yang
digunakan untuk uji normal gain:35
( )
Kategori untuk nilai peningkatan berdasarkan N-gain dapat dilihat pada Tabel
3.18 berikut.
Tabel 3.18 Klasifikasi Nilai N-gain
Klasifikasi Kategori
N-gain 0,7 Tinggi
0,3 N-gain 0,7 Sedang
N-gain 0,3 Rendah
35
Meltzer, D. E., “The Relationship Between Mathematics Preparation And Conceptual
Learning Gains In Physics: A Possible “Hidden Variable” In Diagnostic Pretest Scores”, American
Journal of Physics, 70 (12), 2002, p. 1260.
70
menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan, tetapi menjawab
salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan.36 Rentang rating scale yang
digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.19 berikut.
Tabel 3.19 Kriteria Rating Scale
Skor Penilaian
Kategori
Pertanyaan
4 Sangat baik
3 Baik
2 Cukup baik
1 Kurang baik
0 Tidak baik
TB KB CB B SB
Tabel 3.20 menunjukkan alat peraga yang telah divalidasi oleh para ahli media
berada dalam kategori sangat baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa alat peraga
gerak parabola layak digunakan oleh siswa kinesthetic style dalam remedial teaching.
Hasil rekap penilaian kelayakan media dapat dilihat pada lampiran B.12.
( )
keterangan:
CVR = rasio validitas isi
ne = jumlah ahli atau judgement pemberi nilai (penting/relevan/esensial)
N = jumlah ahli atau judgement.
Nilai CVR akan berkisar antara +1 sampai -1. Nilai positif (+) menunjukkan
bahwa setidaknya setengah panelis menilai item sebagai penting/esensial. Semakin
lebih besar CVR dari 0, maka semakin “penting” dan semakin tinggi validitas isinya.
38
Iwan Permana Suwarna, op. cit., h. 50.
72
Setelah mengetahui nilai CVR selanjutnya mencari nilai CVI. Secara sederhana CVI
merupakan rata-rata dari nilai CVR39
∑
( )
Kategori hasil perhitungan CVI dapat dilihat pada Tabel 3.21 berikut.
Tabel 3.21 Kategori Nilai Content Validity Index (CVI)40
Hasil rekap penilaian kesesuaian materi oleh ahli materi dapat dilihat pada
Tabel 3.22 berikut.
Tabel 3.22 Hasil Uji Ahli Materi
Tabel 3.22 menunjukkan kedua aspek yang dinilai termasuk ke dalam kategori
sangat sesuai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa alat peraga gerak parabola sangat
sesuai dengan materi gerak parabola. Hasil uji ahli materi dapat dilihat pada lampiran
B.14.
39
Ibid., h. 51.
40
Ibid.
73
Data dari hasil perolehan skor diubah dalam bentuk persentase dengan
menggunakan rumus:43
∑
( )
∑
41
Ibid., h. 56.
42
Riduwan dan Akdon, Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika, (Bandung: Alfabeta, 2010),
h.16.
43
Ibid., h. 18.
74
Persentase Kriteria
0% - 20% Sangat tidak baik
21% - 40% Tidak baik
41% - 60% Cukup
61% - 80% Baik
81% - 100% Sangat baik
I. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik pada penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
antara rata-rata hasil belajar remedial teaching siswa kinesthetic style pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dengan rumusan sebagai berikut.
keterangan:
= Hipotesis nol.
= Hipotesis alternatif.
= rata-rata hasil belajar siswa kinesthetic style di kelompok eksperimen
dengan menggunakan alat peraga gerak parabola pada remedial teaching.
= rata-rata hasil belajar siswa kinesthetic style di kelompok kontrol tidak
menggunakan alat peraga gerak parabola pada remedial teaching.
44
Ibid.
1. BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada subbab ini merupakan deskripsi umum dari data yang telah diperoleh,
diantaranya: hasil gaya belajar siswa; hasil pretest; hasil posttest; N-gain dari
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen; hasil uji efektivitas; hasil respon dari
kelompok eksperimen; hasil uji prasyarat; dan hasil uji hipotesis.
1. Hasil Gaya Belajar Siswa
Hasil gaya belajar siswa dari 188 siswa berdasarkan data pendahuluan distribusi
gaya belajar didominasi oleh empat gaya belajar VARK, Visual (9%), Aural (27%),
Read-Write (25%), dan Kinesthetic (24%) dibandingkan dengan gaya belajar
campuran. Hasil gaya belajar disajikan pada Gambar 4.1 berikut.
Lampiran C.15
30%
27% 25%
24%
25%
20%
Persentase
15%
10% 9%
3% 4%
5% 2% 2% 2%
1% 1% 1%
0%
Gaya Belajar
Gambar 4.1 Gaya Belajar dari 188 Siswa X IPA SMAN 4 Kota Tangerang Selatan
75
76
8
Kelompok Kontrol
7 Kelompok Eksperimen
6
Jumlah Siswa
0
1-10 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80
Interval Nilai
Gambar 4.2 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelompok Kontrol
dan Kelompok Eksperimen
Gambar 4.2 menunjukkan perbedaan hasil pretest pada beberapa interval nilai
antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Siswa kinesthetic style di
kelompok kontrol maupun eksperimen memperoleh nilai terbanyak pada interval 21-
30 yaitu 5 siswa (20%). Pada interval tersebut jumlah siswa kinesthetic style di
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memperoleh jumlah yang sama yaitu 5
siswa (20%). Nilai pretest terendah kelompok kontrol berada pada interval nilai 1-10
dengan jumlah 1 siswa (4%). Sedangkan nilai pretest terendah kelompok eksperimen
berada pada interval nilai 10-20 dengan jumlah 2 siswa (8%). Nilai pretest tertinggi
pada kedua kelompok berada pada interval nilai 71-80 dengan jumlah 5 siswa (20%)
di kelompok kontrol dan 3 siswa (12%) di kelompok eksperimen.
Nilai pemusatan dan penyebaran data dari nilai pretest berdasarkan perhitungan
statistik ditunjukkan pada Tabel 4.1 berikut ini.
77
Tabel 4.1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest Kelompok Kontrol
dan Kelompok Eksperimen
Pemusatan dan Kelompok
Penyebaran Data Kontrol Eksperimen
Nilai Terendah 7,14 14,29
Nilai Tertinggi 71,43 71,43
Mean 43,14 42,57
Median 42,86 42,86
Modus 71,43 35,71
Standar Deviasi 19,06 16,81
Lampiran C.1
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen tidak jauh berbeda. Nilai rata-rata (mean) kedua kelompok hampir sama
yaitu 43,14 pada kelompok kontrol dan 42,57 pada kelompok eksperimen. Nilai
terendah dari kelompok kontrol adalah 7,14 sedangkan nilai terendah dari kelompok
eksperimen adalah 14,29. Nilai tertinggi yang diperoleh dari kedua kelompok adalah
sama yaitu 71,43. Nilai tengah (median) yang dihasilkan kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen sama yaitu 42,86. Nilai yang sering muncul (modus) pada
kelompok kontrol adalah 71,43 sedangkan pada kelompok eksperimen adalah 35,71.
Standar deviasi yang diperoleh adalah 19,06 untuk kelompok kontrol dan 16.81 untuk
kelompok eksperimen.
Nilai rata-rata hasil pretest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen secara
lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut.
78
43.2
43.14
43.1
43
42.9
Nilai Rata-rata
42.8
42.7
42.6 42.57
42.5
42.4
42.3
42.2
Pretest
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Gambar 4.3 Diagram Batang Nilai Rata-rata Pretest Kelompok Kontrol dan
Kelompok Eksperimen
Gambar 4.3 menunjukkan gambaran rerata hasil pretest pada kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen. Hasil tersebut menunjukkan nilai rata-rata pretest kedua
kelompok masih tergolong rendah. Nilai rata-rata pretest kelompok kontrol 43,14 dan
nilai rata-rata pretest kelompok eksperimen 42,57. Nilai rerata kedua kelompok tidak
memiliki selisih yang jauh. Selisih antara kedua kelompok tersebut hanya sebesar
0,57. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara nilai siswa kinesthetic style di kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen, sehingga dapat diartikan bahwa siswa antara kedua kelompok memiliki
pengetahuan awal yang sama.
C4 berdasarkan hasil pretest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat
dilihat pada Tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2 Hasil Pretest Jenjang Ranah Kognitif Siswa Kelompok Kontrol dan
Kelompok Eksperimen
Pretest
Proses Nilai
Kontrol Eksperimen
Kognitif Maksimum ̅ ̅
% %
C2 100,00 46,00 46% 48,00 48%
C3 100,00 36,80 37% 49,60 50%
C4 100,00 45,14 45% 36,00 36%
Total 100,00 42,65 43% 44,53 45%
Lampiran C.3
Persentase hasil pretest siswa kinesthetic style di kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen di tiap jenjang ranah kognitif dapat dilihat pada Gambar 4.4
Gambar 4.5, dan Gambar 4.6 berikut.
48.5%
48%
48.0%
47.5%
Persentase
47.0%
46.5%
46%
46.0%
45.5%
45.0%
Pretest
Jenjang Ranah Kognitif C2
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Gambar 4.4 Diagram Batang Persentase Jenjang Ranah Kognitif C2 Hasil Pretest
pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
Gambar 4.4 menunjukkan gambaran hasil pretest jenjang kognitif C2 pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Hasil tersebut menunjukkan
pengetahuan awal kedua kelompok pada jenjang kognitif C2 masih tergolong rendah.
80
Hasil pretest menunjukkan bahwa persentase siswa kinesthetic style yang menjawab
benar soal-soal jenjang kognitif C2 sebesar 46% di kelompok kontrol dan 48% di
kelompok eksperimen. Persentase antara kedua kelompok tidak memiliki selisih yang
jauh. Selisih antara kedua kelompok hanya sebesar 2%. Sehingga dapat dikatakan
bahwa pengetahuan awal ranah kognitif C2 antara kedua kelompok ialah sama.
60%
50%
50%
37%
40%
Persentase
30%
20%
10%
0%
Pretest
Jenjang Ranah Kognitif C3
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Gambar 4.5 Diagram Batang Persentase Jenjang Ranah Kognitif C3 Hasil Pretest
pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
Gambar 4.5 menunjukkan gambaran hasil pretest jenjang kognitif C3 pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Hasil tersebut menunjukkan
pengetahuan awal kedua kelompok pada jenjang kognitif C3 masih tergolong rendah.
Hasil pretest menunjukkan bahwa persentase siswa kinesthetic style yang menjawab
benar soal-soal jenjang kognitif C3 sebesar 37% di kelompok kontrol dan 50% di
kelompok eksperimen. Persentase pada kelompok eksperimen lebih tinggi
dibandingkan kelompok kontrol. Persentase antara kedua kelompok memiliki selisih
yang cukup jauh. Selisih antara kedua kelompok sebesar 13%. Sehingga dapat
dikatakan bahwa pengetahuan awal ranah kognitif C2 antara kedua kelompok ialah
berbeda.
81
50%
45%
45%
40%
36%
35%
Persentase
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
Pretest
Jenjang Ranah Kognitif C4
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Gambar 4.6 Diagram Batang Persentase Jenjang Ranah Kognitif C4 Hasil Pretest
pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
Gambar 4.6 menunjukkan gambaran hasil pretest jenjang kognitif C4 pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Hasil tersebut menunjukkan
pengetahuan awal kedua kelompok pada jenjang kognitif C4 masih tergolong rendah.
Hasil pretest menunjukkan bahwa persentase siswa kinesthetic style yang menjawab
benar soal-soal jenjang kognitif C4 sebesar 45% di kelompok kontrol dan 36% di
kelompok eksperimen. Persentase pada kelompok kontrol lebih tinggi dibandingkan
kelompok eksperimen. Persentase antara kedua kelompok memiliki selisih yang
cukup jauh. Selisih antara kedua kelompok sebesar 9%. Sehingga dapat dikatakan
bahwa pengetahuan awal ranah kognitif C4 antara kedua kelompok ialah berbeda.
Rekapitulasi persentase jenjang ranah kognitif hasil pretest kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen disajikan pada Gambar 4.7 berikut.
82
60%
48% 50%
50% 46%
45%
37%
40%
36%
Persentase
30%
20%
10%
0%
C2 C3 C4
Jenjang Ranah Kognitif
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Gambar 4.7 Diagram Batang Rekapitulasi Persentase Jenjang Ranah Kognitif Hasil
Pretest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
10
8
6
4
2
0
31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100
Interval Nilai
83
Gambar 4.8 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelompok Kontrol
dan Kelompok Eksperimen
Gambar 4.8 menunjukkan perbedaan hasil posttest tiap interval nilai antara
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Siswa kinesthetic style di kelompok
kontrol memperoleh nilai terbanyak pada interval 41-50 dan interval 81-90 yaitu 5
siswa (20%) sedangkan siswa kinesthetic style di kelompok eksperimen memperoleh
nilai terbanyak pada interval 81-90 yaitu 16 siswa (64%). Nilai posttest terendah
kelompok kontrol berada pada interval nilai 31-40 dengan jumlah 1 siswa (4%).
Sedangkan nilai posttest terendah kelompok eksperimen berada pada interval nilai
41-50 dengan jumlah 1 siswa (4%). Nilai posttest tertinggi pada kedua kelompok
berada pada interval nilai 91-100 dengan jumlah 1 siswa (4%) di kelompok kontrol
dan 3 siswa (12%) di kelompok eksperimen.
Nilai pemusatan dan penyebaran data dari nilai posttest berdasarkan
perhitungan statistik ditunjukkan pada Tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Posttest Kelompok Kontrol
dan Kelompok Eksperimen
Pemusatan dan Kelompok
Penyebaran Data Kontrol Eksperimen
Nilai Terendah 35,71 50,00
Nilai Tertinggi 92,86 92,86
Mean 62,86 81,14
Median 64,29 85,71
Modus 85,71 85,71
Standar Deviasi 18,09 11,64
Lampiran C.2
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai rerata kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen berbeda. Nilai rata-rata (mean) kelompok kontrol adalah 62,86,
sedangkan pada kelompok eksperimen adalah 81,14. Nilai terendah dari kelompok
kontrol adalah 35,71 sedangkan nilai terendah dari kelompok eksperimen adalah
50,00. Nilai tertinggi yang diperoleh dari kedua kelompok adalah sama yaitu 92,86.
Nilai tengah (median) yang dihasilkan kelompok kontrol adalah 64,29, sedangkan
84
pada kelompok eksperimen adalah 85,71. Nilai yang sering muncul (modus) pada
kedua kelompok adalah sama yaitu 85,71. Standar deviasi yang diperoleh adalah
18,09 untuk kelompok kontrol dan 11,64 untuk kelompok eksperimen.
Nilai rata-rata hasil posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen secara
lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 4.9 berikut.
90
81.14
80
70
62.86
60
Nilai Rata-rata
50
40
30
20
10
0
Posttest
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Gambar 4.9 Diagram Batang Nilai Rata-rata Posttest Kelompok Kontrol dan
Kelompok Eksperimen
Gambar 4.9 menunjukkan gambaran rerata hasil posttest pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen. Hasil tersebut menunjukkan nilai rata-rata posttest
kedua kelompok mengalami peningkatan dari nilai rata-rata pretest. Nilai rata-rata
posttest kelompok kontrol 62,86 dan nilai rata-rata posttest kelompok eksperimen
81,14. Nilai rerata kedua kelompok memiliki selisih yang jauh. Selisih antara kedua
kelompok tersebut sebesar 18,28. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan antara nilai siswa kinesthetic style di kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen, sehingga dapat diartikan siswa kinesthetic style antara kedua
kelompok memiliki pengetahuan akhir yang berbeda.
85
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Posttest
Jenjang Ranah Kognitif C2
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Gambar 4.10 Diagram Batang Persentase Jenjang Ranah Kognitif C2 Hasil Posttest
pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
86
76%
74%
74%
72%
70%
Persentase
68%
66%
64%
62%
62%
60%
58%
56%
Posttest
Jenjang Ranah Kognitif C3
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Gambar 4.11 Diagram Batang Persentase Jenjang Ranah Kognitif C3 Hasil Posttest
pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
Gambar 4.11 menunjukkan gambaran hasil posttest jenjang kognitif C3 pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Hasil tersebut menunjukkan
pengetahuan akhir kedua kelompok pada jenjang kognitif C3 mengalami
peningkatan. Hasil posttest menunjukkan bahwa persentase siswa kinesthetic style
87
yang menjawab benar soal-soal jenjang kognitif C3 sebesar 62% di kelompok kontrol
dan 74% di kelompok eksperimen. Persentase antara kedua kelompok memiliki
selisih yang jauh. Selisih antara kedua kelompok sebesar 12%. Persentase posttest
pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Sehingga
dapat dikatakan bahwa pengetahuan akhir ranah kognitif C3 kelompok eksperimen
sudah tergolong tinggi, sedangkan pada kelompok kontrol masih tergolong rendah.
90%
83%
80%
70%
61%
60%
Persentase
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Posttest
Jenjang Ranah Kognitif C4
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Gambar 4.12 Diagram Batang Persentase Jenjang Ranah Kognitif C4 Hasil Posttest
pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
Gambar 4.12 menunjukkan gambaran hasil posttest jenjang kognitif C4 pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Hasil tersebut menunjukkan
pengetahuan akhir kedua kelompok pada jenjang kognitif C4 mengalami
peningkatan. Hasil posttest menunjukkan bahwa persentase siswa kinesthetic style
yang menjawab benar soal-soal jenjang kognitif C4 sebesar 61% di kelompok kontrol
dan 83% di kelompok eksperimen. Persentase antara kedua kelompok memiliki
selisih yang sangat jauh. Selisih antara kedua kelompok sebesar 22%. Persentase
posttest pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol.
Sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan akhir ranah kognitif C3 kelompok
88
100%
94%
90%
83%
80% 74%
70%
70% 62% 61%
60%
Persentase
50%
40%
30%
20%
10%
0%
C2 C3 C4
Jenjang Ranah Kognitif
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Gambar 4.13 Diagram Batang Rekapitulasi Persentase Jenjang Ranah Kognitif Hasil
Posttest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
Tabel 4.5 menunjukkan rata-rata skor N-gain untuk kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Skor N-gain untuk kelompok kontrol adalah 0,31 yang
dikategorikan bahwa peningkatan hasil belajar siswa kinesthetic style di kelompok
kontrol berada pada kategori sedang. Sedangkan skor N-gain untuk kelompok
eksperimen adalah 0,64 yang dikategorikan bahwa peningkatan hasil belajar siswa
kinesthetic style di kelompok eksperimen berada pada kategori sedang. Walaupun
kedua kelompok berada pada kategori sedang, terlihat bahwa peningkatan hasil
belajar siswa kinesthetic style yang diberikan perlakuan dengan menggunakan alat
peraga gerak parabola lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan hasil belajar
siswa kinesthetic style yang tidak diberi perlakuan dengan tidak menggunakan alat
peraga gerak parabola.
Peningkatan hasil belajar kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat
dilihat pada Gambar 4.14 berikut.
0.70
0.64
0.60
Nilai Rata-rata N-gain
0.50
0.40
0.31
0.30
0.20
0.10
0.00
Peningkatan Hasil Belajar
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Gambar 4.14 Diagram Batang Hasil Rata-rata N-gain Kelompok Kontrol dan
Kelompok Eksperimen
90
0.80
0.72
0.70
0.62
Nilai Rata-rata N-gain 0.60
0.50
0.50
0.38 0.41
0.40
0.30
0.20
0.10
0.02
0.00
C2 C3 C4
Peningkatan Jenjang Ranah Kognitif
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Gambar 4.15 Diagram Batang Hasil Rata-rata N-gain Ranah Kognitif C2, C3, C4
Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
83%
82%
82%
82%
81%
81%
81%
80%
80%
79%
79%
79%
78%
78%
Persentase Respon Siswa
Indikator Angket
Penggunaan alat peraga gerak parabola
Penyampaian konsep materi
Keunggulan alat peraga gerak parabola
Gambar 4.16 Diagram Batang Angket Respon Siswa Kinesthetic Style terhadap
Penggunaan Alat Peraga Gerak Parabola
Pretest Posttest
Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok
Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen
Shapiro-
Wilk
Data Data Data Data tidak
Keputusan berdistribusi berdistribusi berdistribusi berdistribusi
normal normal normal normal
Lampiran C.4 dan C.5
Keputusan diambil berdasarkan pada ketentuan pengujian hipotesis normalitas,
yaitu jika sig. 0,05 maka diterima (data dinyatakan berdistribusi normal). Tabel
4.9 menunjukkan bahwa nilai sig. data pretest di atas 0,05 pada kedua kelompok,
yaitu 0,172 pada kelompok kontrol dan 0,242 pada kelompok eksperimen. Data
posttest kelompok kontrol menghasilkan nilai sig. di atas 0,05 yaitu 0,096. Sehingga
data berdistribusi normal pada kelompok kontrol saat pretest dan posttest, dan pada
kelompok eksperimen saat pretest. Sedangkan data posttest kelompok eksperimen
menghasilkan nilai sig. di bawah 0,05 yaitu 0,000. Sehingga data berdistribusi tidak
normal pada kelompok eksperimen saat posttest.
Pretest Posttest
Keputusan Data homogen Data tidak homogen
Lampiran C.6 dan C.7
Keputusan diambil berdasarkan pada ketentuan pengujian hipotesis
homogenitas, yaitu jika sig. 0,05 ( ) maka diterima (data dinyatakan memiliki
varian yang sama atau homogen). Tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai sig. data
pretest di atas 0,05, yaitu 0,554, sehingga kedua kelompok sama atau homogen saat
pretest. Sedangkan nilai sig. data posttest di bawah 0,05 yaitu 0,009, sehingga kedua
kelompok tidak sama atau tidak homogen saat posttest.
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata pretest hasil belajar siswa
kinesthetic style di kelompok kontrol dan kelompok eksperimen pada remedial
teaching. Nilai sig. (2-tailed) data posttest lebih kecil dari 0,05, yaitu 0,000. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar siswa kinesthetic
style di kelompok kontrol dan kelompok eksperimen pada remedial teaching.
1
Darmadi, op. cit., h. 168.
97
2
Dira Novisya, “Analisis Kemampuan Siswa dalam Penyelesaian Soal-Soal Fisika pada Materi
Gerak Parabola Kelas XI IPA di SMAN 1 Sungai Geringging Kabupaten Padang Pariaman”, Skripsi
Program Sarjana Institut Agama Islam Negeri, Batusangkar, 2017, h. 74.
3
Amsal, “Deskripsi Miskonsepsi Siswa tentang Gerak Parabola di Kelas XI IPA SMA Negeri 3
Pontianak”, Skripsi Program Sarjana Universitas Negeri Jakarta, Jakarta, 2008.
98
4
Mukhtar dan Rusmini, op. cit., h. 23.
5
Bukhari, loc. cit.
99
gerak parabola sangat efektif diterapkan pada siswa kinesthetic style. 80% siswa
kinesthetic style di kelompok eksperimen dapat mencapai KKM setelah remedial
teaching dengan menggunakan alat peraga gerak parabola. Hal ini menunjukkan
penggunaan alat peraga gerak parabola sebagai media pembelajaran pada remedial
teaching mempunyai dampak positif terhadap hasil belajar siswa kinesthetic style
yang tidak tuntas pada konsep gerak parabola. Siswa belajar dengan cara yang
berbeda-beda, penggunaan alat peraga merupakan suatu cara untuk mengakomodasi
berbagai jenis dan gaya belajar.6 Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa
penggunaan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.7 sehingga
hasil belajar siswa menjadi tuntas.8
Peningkatan hasil belajar siswa kinesthetic style di kelompok kontrol yang lebih
kecil dibandingkan kelompok eksperimen dikarenakan dalam proses remedial
teaching siswa tersebut tidak menggunakan alat peraga gerak parabola. Remedial
teaching dengan tidak menggunakan alat peraga gerak parabola tidak efektif
diterapkan pada siswa kinesthetic style. Hanya 28% siswa kinesthetic style di
kelompok kontrol yang dapat mencapai KKM. Siswa kinesthetic style yang belajar
dengan tidak menggunakan alat peraga gerak parabola maka tidak mendapat
perlakuan yang sesuai dengan gaya belajar mereka yaitu gaya belajar kinestetik.
Menurut Benny, guru atau instruktur perlu mengakomodasi gaya belajar siswa dalam
merancang dan melaksanakan program pembelajaran.9 Gaya belajar memiliki
hubungan yang sangat kuat dengan hasil belajar siswa. 10 Siswa akan lebih mudah
memahami atau menerima informasi yang didapat apabila informasi tersebut
disampaikan sesuai dengan gaya belajarnya. Gaya belajar yang tepat dan efektif dapat
membantu siswa untuk mendapatkan prestasi dalam pembelajaran mereka.11 Hasil
6
Muhammad Yaumi, Media dan Teknologi Pembelajaran, (Jakarta: Prenadamedia Group,
2018), h. 9.
7
Durrotun Nafisah dkk., loc. cit.
8
Prabowo Mishbahah, loc. cit.
9
Benny A. Pribadi, loc. cit.
10
Nurlia dkk., loc. cit.
11
Norasmah Othman and Mohammad Hasril Amiruddin, loc. cit.
100
12
Nurmayani dkk., loc. cit.
13
Azhar Arsyad, loc. cit.
14
Ahmad Furqon Muzaky dan Jeffry Handhika, loc. cit.
101
manfaat dari penggunaan alat peraga dalam pembelajaran yaitu siswa akan lebih
mudah memahami pelajaran yang diberikan, terutama ketika guru dapat menyajikan
konsep abstrak materi pelajaran ke dalam bentuk konkret.15 Sedangkan siswa
kinesthetic style di kelompok kontrol kurang optimal dalam memahami konsep gerak
parabola karena dalam remedial teaching kelompok kontrol tidak menggunakan alat
peraga gerak parabola. Siswa kinesthetic style di kelompok kontrol memahami
konsep gerak parabola secara verbal. Siswa tersebut tidak disajikan fenomena yang
dapat memvisualisasikan gerak parabola secara riil, sehingga kurang efektif dalam
memahami konsep gerak parabola. Hal tersebut sesuai dengan tingkat intensitas
setiap alat peraga yang digambarkan Edgar Dale dalam suatu kerucut, dimana lapisan
paling dasar adalah benda asli dan yang paling atas adalah kata-kata. Hal ini berarti
bahwa dalam proses pendidikan, benda asli mempunyai intensitas yang paling tinggi
untuk memahami materi pembelajaran, sedangkan penyampaian bahan yang hanya
dengan kata-kata sangat kurang efektif atau intensitasnya paling rendah.16
Pada ranah kognitif C3 (mengaplikasikan), kedua kelompok juga mengalami
peningkatan. Peningkatan yang dihasilkan, yaitu <g> = 0,38 (kategori sedang) pada
kelompok kontrol dan <g> = 0,41 (kategori sedang) pada kelompok eksperimen.
Kedua kelompok mengalami peningkatan pada kategori sedang dengan perlakuan
yang berbeda karena dalam proses remedial teaching siswa kinesthetic style di
kelompok kontrol diberikan contoh-contoh soal yang berkaitan dengan konsep gerak
parabola, sehingga siswa tersebut dapat mengaplikasikan persamaan-persamaan gerak
parabola dalam memecahkan masalah. Sedangkan siswa kinesthetic style di kelompok
eksperimen dapat mengaplikasikan persamaan-persamaan pada konsep gerak
parabola setelah menemukan hubungan antara besaran-besaran dalam konsep tersebut
melalui alat peraga gerak parabola. Contohnya pada LKS Kegiatan 3, siswa
kinesthetic style di kelompok eksperimen diminta mengaplikasikan persamaan gerak
parabola berdasarkan data yang diperoleh dari percobaan yang telah dilakukan,
15
Asep Jihad Suyanto, loc. cit.
16
Rudy Sumiharsono dan Hisbiyatul Hasanah, op. cit., h. 1-2.
102
sehingga siswa tersebut tidak hanya menghafal rumus, tetapi dapat mengetahui
fenomena yang berhubungan dengan rumus tersebut. Seperti pada soal nomor 11
dengan indikator mengimplementasikan, kelompok eksperimen mendapatkan nilai 72
sedangkan kelompok kontrol mendapatkan nilai 48. Kelompok eksperimen lebih
unggul dalam menjawab soal tersebut dibandingkan kelompok kontrol yaitu hampir
dua kali lipatnya.
Selain terjadi peningkatan hasil belajar pada ranah kognitif C2 dan C3, kedua
kelompok juga mengalami peningkatan hasil belajar pada ranah kognitif C4
(menganalisis). Peningkatan yang dihasilkan, yaitu <g> = 0,02 (kategori rendah) pada
kelompok kontrol dan <g> = 0,62 (kategori sedang) pada kelompok eksperimen.
Peningkatan antara kedua kelompok memiliki selisih yang sangat jauh yaitu 0,60.
Selisih peningkatan yang jauh antara kedua kelompok dikarenakan dalam proses
remedial teaching siswa kinesthetic style di kelompok eksperimen menggunakan
media alat peraga gerak parabola. Media tersebut dapat menemukan hubungan antara
besaran-besaran dalam gerak parabola. Contohnya pada LKS Kegiatan 2 dan 4, siswa
melakukan percobaan untuk menemukan hubungan antara sudut elevasi, kecepatan
awal, jarak jangkauan, dan ketinggian maksimum. Setelah itu siswa diminta
menyimpulkan hubungan antara besaran-besaran tersebut. Sehingga siswa kinesthetic
style di kelompok eksperimen akan lebih mudah menganalisis permasalahan yang
berkaitan dengan konsep gerak parabola dan dapat memprediksi jarak terjauh benda
setelah diberikan sudut yang berbeda-beda. Seperti pada soal nomor 8 dengan
indikator membedakan, kelompok eksperimen mendapatkan nilai 84 sedangkan
kelompok kontrol hanya mendapatkan nilai 24. Kelompok eksperimen lebih unggul
dalam menjawab soal tersebut dibandingkan kelompok kontrol yaitu hampir empat
kali lipatnya. Hal tersebut dikarenakan alat peraga gerak parabola dapat menunjukkan
hubungan antara kecepatan awal dengan jarak jangkauan. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian sebelumnya bahwa penggunaan alat peraga dapat meningkatkan
keterampilan berpikir kritis dan berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar
103
17
B. Hartati, loc. cit.
18
Indri Yetti, loc. cit.
19
Veena Khongpit et al., loc. cit.
104
menggunakan alat peraga gerak parabola. Hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian lain yang menyatakan bahwa penggunaan alat peraga dalam proses
pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa.20
Alat peraga gerak parabola yang digunakan dalam penelitian ini memiliki
beberapa kelebihan dalam meningkatkan hasil belajar siswa diantaranya: 1) dapat
menyajikan informasi yang sesuai dengan gaya belajar siswa yaitu gaya belajar
kinestetik sehingga siswa kinesthetic style akan lebih mudah menerima informasi
yang disampaikan; 2) dapat menyajikan fenomena gerak parabola secara kontinu
sehingga siswa dapat memvisualisasikan pergerakan benda yang membentuk lintasan
parabola dan mengetahui karakteristik dari gerak parabola; 3) dapat mengaplikasikan
persamaan-persamaan gerak parabola terkait data yang diperoleh dari hasil percobaan
sehingga siswa tidak hanya menghafal rumus tetapi dapat mengetahui fenomena yang
berhubungan dengan rumus tersebut; dan 4) dapat menemukan hubungan antara
besaran-besaran dalam gerak parabola sehingga siswa akan lebih mudah menganalisis
permasalahan yang berkaitan dengan konsep gerak parabola.
C. Keterbatasan Penelitian
Penggunaan alat peraga gerak parabola pada remedial teaching dalam
penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya sebagai berikut:
1. Alat peraga gerak parabola yang digunakan tidak dapat mengukur waktu tempuh
air untuk mencapai titik terjauh.
2. Alat peraga gerak parabola tidak dapat digunakan apabila terjadi pemadaman
listrik.
20
Riska Wahyuni, loc. cit.
1. BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh penggunaan alat peraga gerak parabola terhadap hasil belajar
siswa kinesthetic style pada remedial teaching. Nilai rata-rata kelompok
eksperimen lebih unggul daripada kelompok kontrol yaitu dengan selisih 18,28.
Nilai rata-rata kelompok eksperimen sebesar 81,14, sedangkan kelompok kontrol
sebesar 62,86.
2. Peningkatan hasil belajar siswa kinesthetic style di kelompok eksperimen dengan
menggunakan alat peraga gerak parabola sebesar 0,64 (kategori sedang).
Kelompok eksperimen mengalami peningkatan hasil belajar sebanyak dua kali
dari kelompok kontrol.
3. Peningkatan hasil belajar siswa kinesthetic style di kelompok eksperimen pada
ranah kognitif C2 adalah 0,72 (kategori tinggi) dengan persentase kemampuan
menjawab soal C2 yaitu 94%, pada ranah kognitif C4 adalah 0,62 (kategori
sedang) dengan persentase kemampuan menjawab soal C4 yaitu 83%, dan pada
ranah kognitif C3 adalah 0,41 (kategori sedang) dengan persentase kemampuan
menjawab soal C3 yaitu 74%.
4. Efektivitas remedial teaching pada kelompok eksperimen yaitu 80% (sangat
efektif). Sedangkan efektivitas pada kelompok kontrol yaitu 28% (tidak efektif).
Siswa yang dapat mencapai KKM yaitu 20 siswa kinesthetic style di kelompok
eksperimen dan 7 siswa kinesthetic style di kelompok kontrol.
5. Respon siswa kinesthetic style sangat baik (81%) terhadap penggunaan alat
peraga gerak parabola. 82% siswa termotivasi mempelajari konsep gerak
parabola dengan menggunakan alat peraga gerak parabola.
105
106
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis mengajukan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Guru yang hendak melakukan remedial teaching pada konsep gerak parabola
sangat dianjurkan menggunakan alat peraga gerak parabola karena sangat efektif
untuk mengatasi siswa kinesthetic style yang tidak tuntas.
2. Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan alat peraga gerak parabola dengan
menambahkan sensor untuk menghasilkan waktu tempuh yang akurat agar dapat
menunjukkan hubungan sudut elevasi dan kecepatan awal terhadap waktu
tempuh.
3. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan penilaian psikomotor agar dapat
menilai keterampilan siswa saat menggunakan alat peraga gerak parabola.
4. Pemanfaatan alat peraga pada remedial teaching dapat dilakukan pada konsep
yang lain untuk mengakomodasi siswa dengan gaya belajar kinestetik.
DAFTAR PUSTAKA
Amsal. Deskripsi Miskonsepsi Siswa tentang Gerak Parabola di Kelas XI IPA SMA
Negeri 3 Pontianak. Skripsi pada Program Sarjana Universitas Negeri Jakarta.
Jakarta: 2008. tidak dipublikasikan.
Anas, Muhammad. Alat Peraga dan Media Pembelajaran. Jakarta: Pustaka
Education, 2014.
Anderson, Lorin W. dan Krathwohl, David R. Kerangka Landasan untuk
Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan
Bloom. Terj. Agung Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2017.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Kedua). Jakarta:
Bumi Aksara, 2015.
-------------------------. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi.
Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
Bukhari. Penerapan Pengajaran Remedial terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa
pada Pokok Bahasan Ikatan Ion dan Ikatan Kovalen. Jurnal Dedikasi
Pendidikan, Vol. 1, 2017.
Darmadi. Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar
Siswa. Yogyakarta: Deepublish, 2017.
Dewi, Vivian Ardillah dkk. Pengaruh Remedial Teaching Metode Tutor Sebaya
terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Struktur Atom Kelas XI IPA SMA
Negeri 1 Sanggau. Ar-Razi Jurnal Ilmiah, Vol. 5, 2017.
Direktorat Pembinaan SMA. Juknis Pembelajaran Tuntas, Remedial, dan Pengayaan
di SMA. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA, 2010.
Giancoli, Douglas C. FISIKA: Prinsip dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga, 2014.
107
108
Nurlia, dkk. Hubungan antara Gaya Belajar, Kemandirian Belajar, dan Minat Belajar
dengan Hasil Belajar Biologi Siswa. Jurnal Pendidikan Biologi, Vol. 6, 2017.
Nurmayani, dkk. Pengaruh Gaya Belajar VAK pada Penerapan Model Pembelajaran
Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar IPA Fisika Siswa SMP Negeri
2 Narmada Tahun Ajaran 2015/2016. Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi,
Vol. 2, 2016.
Observasi Studi Pendahuluan. Pembelajaran Fisika SMA Negeri Kota Tangerang
Selatan. Tangerang Selatan, 2018.
Othman, Norasmah dan Amiruddin, Mohammad Hasril. Different Perspectives of
Learning Styles from VARK Model. International Conference on Learner
Diversity, 2010.
Pribadi, Benny A. Model ASSURE untuk Mendesain Pembelajaran Sukses. Jakarta:
Dian Rakyat, 2011.
Priyatna, Andri. Pahami Gaya Belajar Anak! Memaksimalkan Potensi Anak dengan
Modifikasi Gaya Belajar. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2013.
Pujianto, dkk. FISIKA untuk SMA/MA Kelas X Peminatan Matematika dan Ilmu-Ilmu
Alam. Klaten: Intan Pariwara, 2016.
Riadi, Edi. Statistika Penelitian (Analisis Manual dan IBM SPSS). Yogyakarta: Andi,
2016.
Riduwan dan Akdon. Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika. Bandung: Alfabeta,
2010.
Rusman. Pembelajaran Tematik Terpadu: Teori, Praktik dan Penilaian. Jakarta:
Rajawali Pers, 2015.
Sadiman, Arief S., dkk. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Rajawali Pers, 2010.
Silitonga, Friska Septiani. The Using of Peer Tutoring Learning Method in Improving
Student’s Understanding. Conference Paper, 2017.
Sudaryono. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers, 2017.
111
LAMPIRAN A
PERANGKAT PEMBELAJARAN
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
3.5.1. Siswa dapat menjelaskan 3 karakteristik gerak parabola setelah mengamati
penjelasan guru dan berdiskusi pada LKS bagian 3.5.1.
3.5.2. Siswa dapat menemukan hubungan antara sudut elevasi dengan jarak
jangkauan pada gerak parabola dengan benar setelah mengamati
penjelasan guru dan berdiskusi pada LKS bagian 3.5.2.
3.5.3. Siswa dapat menemukan hubungan antara sudut elevasi dengan ketinggian
maksimum pada gerak parabola dengan benar setelah mengamati
penjelasan guru dan berdiskusi pada LKS bagian 3.5.3.
116
D. MATERI PEMBELAJARAN
Fakta:
1. Pemain melempar bola ke ring pada permainan bola basket.
2. Pemain menendang bola ke gawang pada permainan sepak bola.
3. Pemain melakukan service pada permainan bola voli.
4. Pemain melakukan service pada permainan badminton.
5. Pemain memukul bola tenis pada permainan tenis meja.
Konsep:
1. Gerak parabola/ gerak peluru merupakan gerak dua dimensi.
2. Lintasan peluru berbentuk parabola karena dipengaruhi oleh percepatan
gravitasi bumi.
3. Percepatan gravitasi bumi memperlambat gerak peluru saat naik dan
mempercepat kembali saat peluru bergerak turun.
4. Kecepatan pada sumbu Y selalu berubah-ubah (GLBB). Sedangkan
kecepatan pada sumbu X selalu konstan (GLB).
Prinsip:
1. Jarak jangkauan akan terus bertambah jika diberikan sudut hingga
mencapai 45 , dan jarak jangkauan akan berkurang kembali jika sudut
yang diberikan lebih besar dari 45 .
2. Hubungan antara sudut elevasi dengan jarak jangkauan ialah berbanding
lurus hingga sudut elevasi mencapai 45 dan berbanding terbalik saat
sudut elevasi lebih besar dari 45 sehingga akan membentuk grafik
simetri.
3. Ketinggian maksimum akan terus bertambah jika sudut yang diberikan
semakin besar, dan ketinggian maksimum akan berkurang jika sudut
yang diberikan semakin kecil.
4. Hubungan antara sudut elevasi dengan ketinggian maksimum ialah
berbanding lurus sehingga membentuk grafik lurus ke atas.
117
Prosedural:
-
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Tahap Pembelajaran
Deskripsi Kegiatan Guru Deskripsi Kegiatan Siswa Waktu
Pendahuluan Pembukaan 1. Memberikan salam. 1. Menjawab salam. 5 menit
2. Meminta salah satu siswa untuk 2. Berdoa.
memimpin doa. 3. Menanggapi guru saat pemeriksaan
3. Memeriksa kehadiran siswa. kehadirannya.
Tujuan Menyampaikan tujuan pembelajaran tentang Mendengarkan dan menyimak tujuan
materi gerak parabola. pembelajaran tentang materi gerak
parabola.
Persiapan 1. Membimbing siswa membentuk 1. Mengikuti instruksi guru untuk
kelompok. membentuk kelompok dan
2. Memberikan LKS kepada masing- menempatkan diri sesuai dengan
masing kelompok. kelompoknya.
2. Menerima LKS yang diberikan oleh
guru.
Apersepsi Mengajukan pertanyaan apersepsi kepada Menjawab pertanyaan guru.
siswa terkait materi gerak parabola yang
pernah dipelajari. Pertanyaan yang diajukan
di antaranya yaitu:
“Apa saja karakteristik gerak parabola?”
Inti Mengamati 1. Memberi penjelasan mengenai 1. Mengamati penjelasan guru 15 menit
karakteristik gerak parabola pada arah mengenai karakteristik gerak
horizontal dan arah vertikal. parabola pada arah horizontal dan
2. Memberi penjelasan mengenai arah vertikal.
hubungan antara sudut elevasi dengan 2. Mengamati penjelasan guru
119
Evaluasi Memberi evaluasi berupa soal pilihan ganda Mengerjakan evaluasi berupa soal pilihan
sesuai dengan indikator pencapaian ganda sesuai dengan indikator
pembelajaran, yaitu: pencapaian pembelajaran, yaitu:
1. Menjelaskan karakteristik gerak 1. Menjelaskan karakteristik gerak
parabola. parabola.
2. Menemukan hubungan antara sudut 2. Menemukan hubungan antara sudut
elevasi dengan jarak jangkauan pada elevasi dengan jarak jangkauan pada
gerak parabola. gerak parabola.
3. Menemukan hubungan antara sudut 3. Menemukan hubungan antara sudut
elevasi dengan ketinggian maksimum elevasi dengan ketinggian
pada gerak parabola. maksimum pada gerak parabola.
4. Mengaplikasikan persamaan waktu 4. Mengaplikasikan persamaan waktu
untuk mencapai titik tertinggi pada untuk mencapai titik tertinggi pada
gerak parabola. gerak parabola.
5. Mengaplikasikan persamaan waktu 5. Mengaplikasikan persamaan waktu
untuk mencapai titik terjauh pada gerak untuk mencapai titik terjauh pada
parabola. gerak parabola.
6. Mengaplikasikan persamaan kecepatan 6. Mengaplikasikan persamaan
125
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
3.5.1 Siswa dapat menemukan hubungan antara kecepatan awal dengan jarak
jangkauan pada gerak parabola dengan benar setelah mengamati
penjelasan guru dan berdiskusi pada LKS bagian 3.5.9.
3.5.2 Siswa dapat menemukan hubungan antara kecepatan awal dengan
ketinggian maksimum pada gerak parabola dengan benar setelah
mengamati penjelasan guru dan berdiskusi pada LKS bagian 3.5.10.
D. MATERI PEMBELAJARAN
Fakta:
1. Pemain melempar lembing pada pertandingan lempar lebing.
2. Pergerakkan bom dari meriam.
3. Pergerakkan bom yang jatuh dari pesawat.
Konsep:
Prinsip:
1. Jarak jangkauan akan terus bertambah jika kecepatan awal yang
diberikan semakin besar, dan jarak jangkauan akan berkurang jika
kecepatan awal yang diberikan semakin kecil.
2. Hubungan antara kecepatan awal dengan jarak jangkauan ialah
berbanding lurus sehingga membentuk grafik lurus ke atas.
3. Ketinggian maksimum akan terus bertambah jika kecepatan awal yang
diberikan semakin besar, dan ketinggian maksimum akan berkurang jika
kecepatan awal yang diberikan semakin kecil.
4. Hubungan antara kecepatan awal dengan ketinggian maksimum ialah
berbanding lurus sehingga membentuk grafik lurus ke atas.
Prosedural:
-
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Tahap Pembelajaran
Deskripsi Kegiatan Guru Deskripsi Kegiatan Siswa Waktu
Pendahuluan Pembukaan 1. Memberikan salam. 1. Menjawab salam. 5 menit
2. Meminta salah satu siswa untuk 2. Berdoa.
memimpin doa. 3. Menanggapi guru saat pemeriksaan
3. Memeriksa kehadiran siswa. kehadirannya.
Tujuan Menyampaikan tujuan pembelajaran tentang Mendengarkan dan menyimak tujuan
materi gerak parabola. pembelajaran tentang materi gerak
parabola.
Persiapan 1. Membimbing siswa membentuk 1. Mengikuti instruksi guru untuk
kelompok seperti pada pertemuan membentuk kelompok dan
sebelumnya. menempatkan diri sesuai dengan
2. Memberikan LKS kembali kepada kelompok sebelumnya.
masing-masing kelompok. 2. Menerima LKS yang diberikan oleh
guru.
Apersepsi Mengajukan pertanyaan apersepsi kepada Menjawab pertanyaan guru.
siswa terkait materi gerak parabola yang
pernah dipelajari. Pertanyaan yang diajukan
di antaranya yaitu:
1. Besaran apa saja yang dapat
mempengaruhi jarak jangkauan pada
gerak parabola?
2. Besaran apa saja yang dapat
mempengaruhi ketinggian maksimum
pada gerak parabola?
131
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
3.5.1 Siswa dapat menjelaskan 3 karakteristik gerak parabola setelah mengamati
percobaan yang dilakukan siswa dan berdiskusi berdasarkan kegiatan 1
pada LKS bagian 3.5.1.
3.5.2 Siswa dapat menemukan hubungan antara sudut elevasi dengan jarak
jangkauan pada gerak parabola dengan benar setelah mengamati
percobaan yang dilakukan siswa dan berdiskusi berdasarkan kegiatan 2
pada LKS bagian 3.5.2.
3.5.3 Siswa dapat menemukan hubungan antara sudut elevasi dengan ketinggian
maksimum pada gerak parabola dengan benar setelah mengamati
137
D. MATERI PEMBELAJARAN
Fakta:
1. Pemain melempar bola ke ring pada permainan bola basket.
Sumber: https://s4goro.wordpress.com/2012/08/09/teknik-dasar-
menembak-bola-basket-shooting-2/
2. Pemain menendang bola ke gawang pada permainan sepak bola.
Sumber: https://olahraga.pro/lionel-messi-menendang-bola/
138
Sumber: https://satujam.com/teknik-dasar-bola-voli/
4. Pemain melakukan service pada permainan badminton.
Sumber: https://rumus.web.id/materi-badminton/
5. Pemain memukul bola tenis pada permainan tenis meja.
Sumber: https://dik.my.id/teknik-dasar-permainan-tenis-meja/
Konsep:
1. Gerak parabola/ gerak peluru merupakan gerak dua dimensi.
2. Lintasan peluru berbentuk parabola karena dipengaruhi oleh percepatan
gravitasi bumi.
3. Percepatan gravitasi bumi memperlambat gerak peluru saat naik dan
mempercepat kembali saat peluru bergerak turun.
4. Kecepatan pada sumbu Y selalu berubah-ubah (GLBB). Sedangkan
kecepatan pada sumbu X selalu konstan (GLB).
Prinsip:
1. Jarak jangkauan akan terus bertambah jika diberikan sudut hingga
mencapai 45 , dan jarak jangkauan akan berkurang kembali jika sudut
yang diberikan lebih besar dari 45 .
2. Hubungan antara sudut elevasi dengan jarak jangkauan ialah berbanding
lurus hingga sudut elevasi mencapai 45 dan berbanding terbalik saat
139
Prosedural:
Melakukan demonstrasi dengan menggunakan alat peraga gerak
parabola sesuai dengan Lembar Kerja Siswa (LKS).
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Tahap Pembelajaran
Deskripsi Kegiatan Guru Deskripsi Kegiatan Siswa Waktu
Pendahuluan Pembukaan 1. Memberikan salam. 1. Menjawab salam. 5 menit
2. Meminta salah satu siswa untuk 2. Berdoa.
memimpin doa. 3. Menanggapi guru saat pemeriksaan
3. Memeriksa kehadiran siswa. kehadirannya.
Tujuan Menyampaikan tujuan pembelajaran tentang Mendengarkan dan menyimak tujuan
materi gerak parabola. pembelajaran tentang materi gerak
parabola.
Persiapan 1. Membimbing siswa membentuk 1. Mengikuti instruksi guru untuk
kelompok. membentuk kelompok dan
2. Memberikan LKS kepada masing- menempatkan diri sesuai dengan
masing kelompok. kelompoknya.
2. Menerima LKS yang diberikan oleh
guru.
Apersepsi Mengajukan pertanyaan apersepsi kepada Menjawab pertanyaan guru.
siswa terkait materi gerak parabola yang
pernah dipelajari. Pertanyaan yang diajukan
di antaranya yaitu:
“Apa saja karakteristik gerak parabola?”
Inti Mengamati 1. Meminta salah seorang siswa untuk 1. Mengamati percobaan yang 15 menit
melakukan percobaan pada kegiatan 1 dilakukan siswa lain pada kegiatan 1
mengenai karakteristik gerak parabola mengenai karakteristik gerak
pada arah horizontal dan arah vertikal parabola pada arah horizontal dan
di depan kelas. arah vertikal di depan kelas.
142
8. Persamaan titik tertinggi pada gerak 8. Persamaan titik tertinggi pada gerak
parabola: parabola:
Evaluasi Memberi evaluasi berupa soal pilihan ganda Mengerjakan evaluasi berupa soal pilihan
sesuai dengan indikator pencapaian ganda sesuai dengan indikator
pembelajaran, yaitu: pencapaian pembelajaran, yaitu:
1. Menjelaskan karakteristik gerak 1. Menjelaskan karakteristik gerak
parabola. parabola.
2. Menemukan hubungan antara sudut 2. Menemukan hubungan antara sudut
elevasi dengan jarak jangkauan pada elevasi dengan jarak jangkauan pada
gerak parabola. gerak parabola.
3. Menemukan hubungan antara sudut 3. Menemukan hubungan antara sudut
elevasi dengan ketinggian maksimum elevasi dengan ketinggian
pada gerak parabola. maksimum pada gerak parabola.
4. Mengaplikasikan persamaan waktu 4. Mengaplikasikan persamaan waktu
untuk mencapai titik tertinggi pada untuk mencapai titik tertinggi pada
gerak parabola. gerak parabola.
5. Mengaplikasikan persamaan waktu 5. Mengaplikasikan persamaan waktu
untuk mencapai titik terjauh pada gerak untuk mencapai titik terjauh pada
parabola. gerak parabola.
6. Mengaplikasikan persamaan kecepatan 6. Mengaplikasikan persamaan
pada gerak parabola. kecepatan pada gerak parabola.
147
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
3.5.1 Siswa dapat menemukan hubungan antara kecepatan awal dengan jarak
jangkauan pada gerak parabola dengan benar setelah mengamati
percobaan yang dilakukan siswa dan berdiskusi berdasarkan kegiatan 4
pada LKS bagian 3.5.9.
3.5.2 Siswa dapat menemukan hubungan antara kecepatan awal dengan
ketinggian maksimum pada gerak parabola dengan benar setelah
mengamati percobaan yang dilakukan siswa dan berdiskusi berdasarkan
kegiatan 4 pada LKS bagian 3.5.10.
D. MATERI PEMBELAJARAN
Fakta:
1. Pemain melempar lembing pada pertandingan lempar lebing.
Sumber: https://gudangpelajaran.com/lempar-lembing/
2. Pergerakkan bom dari meriam.
Sumber: https://uklandpower.com/2018/01/11/a-guide-to-modern-
mortar-systems/
151
Sumber: http://www.tribunnews.com/internasional/2015/03/19/pesawat-
tempur-amerika-bom-drone-milik-isis
Konsep:
https://www.studiobelajar.com/gerak-parabola/
1. Waktu naik = waktu turun.
Prinsip:
1. Jarak jangkauan akan terus bertambah jika kecepatan awal yang
diberikan semakin besar, dan jarak jangkauan akan berkurang jika
kecepatan awal yang diberikan semakin kecil.
2. Hubungan antara kecepatan awal dengan jarak jangkauan ialah
berbanding lurus sehingga membentuk grafik lurus ke atas.
3. Ketinggian maksimum akan terus bertambah jika kecepatan awal yang
diberikan semakin besar, dan ketinggian maksimum akan berkurang jika
kecepatan awal yang diberikan semakin kecil.
4. Hubungan antara kecepatan awal dengan ketinggian maksimum ialah
berbanding lurus sehingga membentuk grafik lurus ke atas.
152
Prosedural:
Melakukan demonstrasi dengan menggunakan alat peraga gerak
parabola sesuai dengan Lembar Kerja Siswa (LKS).
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Tahap Pembelajaran
Deskripsi Kegiatan Guru Deskripsi Kegiatan Siswa Waktu
Pendahuluan Pembukaan 1. Memberikan salam. 1. Menjawab salam. 5 menit
2. Meminta salah satu siswa untuk 2. Berdoa.
memimpin doa. 3. Menanggapi guru saat pemeriksaan
3. Memeriksa kehadiran siswa. kehadirannya.
Tujuan Menyampaikan tujuan pembelajaran tentang Mendengarkan dan menyimak tujuan
materi gerak parabola. pembelajaran tentang materi gerak
parabola.
Persiapan 1. Membimbing siswa membentuk 1. Mengikuti instruksi guru untuk
kelompok seperti pada pertemuan membentuk kelompok dan
sebelumnya. menempatkan diri sesuai dengan
2. Memberikan LKS kembali kepada kelompok sebelumnya.
masing-masing kelompok. 2. Menerima LKS yang diberikan oleh
guru.
Apersepsi Mengajukan pertanyaan apersepsi kepada Menjawab pertanyaan guru.
siswa terkait materi gerak parabola yang
pernah dipelajari. Pertanyaan yang diajukan
di antaranya yaitu:
1. Besaran apa saja yang dapat
mempengaruhi jarak jangkauan pada
gerak parabola?
2. Besaran apa saja yang dapat
mempengaruhi ketinggian maksimum
pada gerak parabola?
154
( )
( )
-1
4. Mengaplikasikan Ali melempar bola basket dengan kecepatan 20 m.s dan sudut elevasi Kunci Jawaban: A 10
persamaan 30 . Waktu yang dibutuhkan bola basket untuk sampai di titik tertinggi
waktu untuk adalah … ( 10 m.s-2) (Ketut Kamajaya, dkk., 2016) Pembahasan:
mencapai titik A. 1 sekon Diket: 20 m.s-1
tertinggi pada B. 4 sekon 30
161
5. Mengaplikasikan Sebuah bola ditendang mengikuti gerak parabola dengan kecepatan Kunci Jawaban: B 10
persamaan awal 60 m.s-1 dan sudut elevasi 30 . Waktu yang dibutuhkan bola
waktu untuk basket untuk sampai di titik terjauh … ( = 10 m.s-2) (Ketut Pembahasan:
mencapai titik Kamajaya, dkk., 2016) Diket: 60 m.s-1
terjauh pada A. 4 sekon 30
gerak parabola B. 6 sekon 10 m.s-2
C. 8 sekon Ditanya: . . .?
D. 10 sekon
Jawab:
E. 12 sekon
Rumus waktu untuk
mencapai titik terjauh:
162
( )
6. Mengaplikasikan Peluru ditembakkan dengan kecepatan 60 m.s-1 dan sudut elevasi Kunci Jawaban: C 10
persamaan 30 . Jika 10 m.s-2, kecepatan peluru setelah bergerak 2 sekon
kecepatan pada adalah … (Ketut Kamajaya, dkk., 2016) Pembahasan:
gerak parabola A. 10 m.s-1 dan 20 m.s-1 Diket: 60 m.s-1
B. 20 m.s-1 dan 30√ m.s-1 30
C. 30√ m.s-1 dan 10 m.s-1 10 m.s-2
D. 30√ m.s-1 dan 20 m.s-1 2s
E. 60 m.s-1 dan 30 m.s-1 Ditanya: dan …?
Jawab:
( √ )
√
163
( )( )
( )
7. Mengaplikasikan Seorang pemain sepak bola menendang bola dengan sudut elevasi 60 . Kunci Jawaban: E 10
persamaan jarak Jika bola bergerak dengan kecepatan awal 30 m.s-1, maka jarak
jangkauan pemain yang menerima umpan kiper tersebut mendekati … (Ketut Pembahasan:
terjauh pada Kamajaya, dkk., 2016) Diket: 60
gerak parabola A. 66 m 30 m.s-1
B. 69 m Ditanya: ...?
C. 72 m Jawab:
D. 75 m
E. 78 m
( )
8. Mengaplikasikan Joni melempar batu dengan kecepatan 10 m.s-1 dengan sudut elevasi Kunci Jawaban: B 10
persamaan 30 . Tinggi maksimum yang dicapai batu adalah … ( 10 m.s-2)
ketinggian (Ketut Kamajaya, dkk., 2016) Pembahasan:
164
( )
( )
Nilai Akhir =
165
Pertemuan II
Instrumen Tes Tertulis (Kelompok Kontrol dan Eksperimen)
No. Indikator Soal Soal Jawaban Skor
1. Menemukan Perhatikan gambar di bawah ini! Kunci Jawaban: E 50
hubungan Pembahasan:
antara Diket: 45
kecepatan awal
dengan jarak 10 m.s-2
jangkauan pada Panjang parit = 6 m
gerak parabola Farel menyaksikan pertandingan mobil balap dengan melompati Agar mobil pemain dapat
sebuah parit sepanjang 6 m seperti ditunjukkan pada gambar di atas.
Setiap pemain mengeluarkan kecepatan yang berbeda-beda seperti di melewati sebuah parit, maka
bawah ini!
kecepatan yang dikeluarkan
Pembalap Kecepatan Awal (m.s-1)
harus lebih dari 6 meter dan
A 4
B 5 tepat pada bidang miring
C 6 kedua
D 7
E 8
Berdasarkan tabel di atas. Rumusan yang tepat kemungkinan yang Ditanya: …?
akan terjadi saat pemain melakukan loncatan adalah … ( 10 m.s-2)
A. Pembalap A dapat melewati sebuah parit, sehingga memenangkan Jawab:
pertandingan mobil balap.
B. Pembalap B dapat melewati sebuah parit, sehingga memenangkan
pertandingan mobil balap.
C. Pembalap C dapat melewati sebuah parit, sehingga memenangkan
166
Nilai Akhir =
168
A. Tujuan
3.5.1 Siswa dapat menjelaskan 3 karakteristik gerak parabola setelah mengamati
penjelasan guru dan berdiskusi pada LKS bagian 3.5.1.
3.5.2 Siswa dapat menemukan hubungan antara sudut elevasi dengan jarak
jangkauan pada gerak parabola dengan benar setelah mengamati
penjelasan guru dan berdiskusi pada LKS bagian 3.5.2.
3.5.3 Siswa dapat menemukan hubungan antara sudut elevasi dengan ketinggian
maksimum pada gerak parabola dengan benar setelah mengamati
penjelasan guru dan berdiskusi pada LKS bagian 3.5.3.
3.5.4 Siswa dapat mengaplikasikan persamaan waktu untuk mencapai titik
tertinggi pada gerak parabola dengan tepat setelah mengamati penjelasan
guru dan berdiskusi pada LKS bagian 3.5.4.
3.5.5 Siswa dapat mengaplikasikan persamaan waktu untuk mencapai titik
terjauh pada gerak parabola dengan tepat setelah mengamati penjelasan
guru dan berdiskusi pada LKS bagian 3.5.5.
3.5.6 Siswa dapat mengaplikasikan persamaan kecepatan pada gerak parabola
dengan tepat setelah mengamati penjelasan guru dan berdiskusi pada LKS
bagian 3.5.6.
3.5.7 Siswa dapat mengaplikasikan persamaan jarak jangkauan pada gerak
parabola dengan tepat setelah mengamati penjelasan guru dan berdiskusi
pada LKS bagian 3.5.7.
3.5.8 Siswa dapat mengaplikasikan persamaan ketinggian maksimum pada
gerak parabola dengan tepat setelah mengamati penjelasan guru dan
berdiskusi pada LKS bagian 3.5.8.
3.5.9 Siswa dapat menemukan hubungan antara kecepatan awal dengan jarak
jangkauan pada gerak parabola dengan benar setelah mengamati
penjelasan guru dan berdiskusi pada LKS bagian 3.5.9.
3.5.10 Siswa dapat menemukan hubungan antara kecepatan awal dengan
ketinggian maksimum pada gerak parabola dengan benar setelah
mengamati penjelasan guru dan berdiskusi pada LKS bagian 3.5.10.
B. Dasar Teori
Gerak parabola/ gerak peluru merupakan gerak dimensi dua. Lintasan
peluru berbentuk parabola karena dipengaruhi oleh percepatan gravitasi bumi.
Percepatan gravitasi bumi memperlambat gerak peluru saat naik dan mempercepat
kembali saat peluru bergerak turun. Dengan demikian, kecepatan searah
170
𝑣𝑥 𝑣 𝜃 (1)
Keterangan
kecepatan pada sumbu-x (m.s-1)
kecepatan awal (m.s-1)
𝑣𝑦 𝑣 𝜃 𝑔𝑡 (2)
Keterangan
kecepatan pada sumbu-y (m.s-1)
kecepatan awal (m.s-1)
percepatan gravitasi (m.s-2)
waktu (s)
1
Pujianto, dkk., FISIKA untuk SMA/MA Kelas X Peminatan Matematika dan Ilmu-
Ilmu Alam, (Klaten: Intan Pariwara, 2016), h. 98.
171
𝑣 √𝑣𝑥 𝑣𝑦 (3)
Keterangan
kecepatan benda pada saat t (m.s-1)
kecepatan benda pada sumbu-x (m.s-1)
kecepatan benda pada sumbu-y (m.s-1)
𝑣 𝜃
𝑦𝑚 (5)
𝑔
Keterangan
= ketinggian benda pada saat titik tertinggi (pada titik C) (m)
= kecepatan awal benda (m.s-1)
= percepatan gravitasi (m.s-2)
= sudut elevasi ( )
𝑣 𝑠𝑖𝑛 𝜃
𝑥𝑚 (7)
𝑔
172
Keterangan
= jarak terjauh benda (m)
= kecepatan awal benda (m.s-1)
= percepatan gravitasi (m.s-2)
= sudut elevasi ( )
C. Pertanyaan Pendahuluan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan pendahuluan berikut!
1. Apa yang terjadi pada bola jika kita menendang bola ke depan dengan sudut
0?
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
2. Apa yang terjadi pada bola jika kita melempar bola ke atas dengan sudut 90 ?
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
3. Apa yang terjadi pada bola jika kita menendang bola ke depan dengan sudut
30 ?
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
4. Adhi ingin memasukkan bola ke dalam gawang dengan kecepatan awal yang
sama dan sudut elevasi yang berbeda yaitu 30 , 45 , dan 75 seperti pada
gambar.
Pasangan titik mana bola sepak memiliki ketinggian dan jarak jangkauan
terjauh berdasarkan sudut-sudut tersebut? (Titik A, B dan C merupakan titik
terjauh bola sedangkan titik P, Q, dan R merupakan titik tertinggi bola)
173
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
D. Hipotesis
Tuliskan kesimpulan sementara sebelum mengamati penjelasan guru!
1. Bagaimana perbedaan lintasan benda saat diberikan sudut awal 0 , 30 , dan
90 ?
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
E. Pertanyaan Diskusi
Kegiatan I (Mengamati Penjelasan Mengenai Karakteristik Gerak Parabola
pada Arah Horizontal dan Arah Vertikal)
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan cara diskusi bersama
anggota kelompokmu!
3.5.1 Menjelaskan Karakteristik Gerak Parabola
1. Bagaimana perbedaan lintasan benda yang terbentuk saat diberikan sudut 0 ,
30 dan 90 ?
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
2. Berdasarkan lintasan gerak parabola yang kalian amati, apa saja karakteristik
dari gerak parabola?
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
F. Kesimpulan
Berikan kesimpulan berdasarkan hasil diskusi bersama anggota
kelompokmu!
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
179
180
B. Tujuan
3.5.1 Siswa dapat menjelaskan 3 karakteristik gerak parabola setelah mengamati
percobaan yang dilakukan siswa dan berdiskusi berdasarkan kegiatan 1
pada LKS bagian 3.5.1.
3.5.2 Siswa dapat menemukan hubungan antara sudut elevasi dengan jarak
jangkauan pada gerak parabola dengan benar setelah mengamati percobaan
yang dilakukan siswa dan berdiskusi berdasarkan kegiatan 2 pada LKS
bagian 3.5.2.
3.5.3 Siswa dapat menemukan hubungan antara sudut elevasi dengan ketinggian
maksimum pada gerak parabola dengan benar setelah mengamati
percobaan yang dilakukan siswa dan berdiskusi berdasarkan kegiatan 2
pada LKS bagian 3.5.3.
3.5.4 Siswa dapat mengaplikasikan persamaan waktu untuk mencapai titik
tertinggi pada gerak parabola dengan tepat setelah melakukan kegiatan
diskusi berdasarkan kegiatan 2 pada LKS bagian 3.5.4.
3.5.5 Siswa dapat mengaplikasikan persamaan waktu untuk mencapai titik
terjauh pada gerak parabola dengan tepat setelah melakukan kegiatan
diskusi berdasarkan kegiatan 2 pada LKS bagian 3.5.5.
3.5.6 Siswa dapat mengaplikasikan persamaan kecepatan pada gerak parabola
dengan tepat setelah melakukan kegiatan diskusi berdasarkan kegiatan 2
pada LKS bagian 3.5.6.
3.5.7 Siswa dapat mengaplikasikan persamaan jarak jangkauan pada gerak
parabola dengan tepat setelah melakukan kegiatan diskusi berdasarkan
kegiatan 2 pada LKS bagian 3.5.7.
3.5.8 Siswa dapat mengaplikasikan persamaan ketinggian maksimum pada
gerak parabola dengan tepat setelah melakukan kegiatan diskusi
berdasarkan kegiatan 2 pada LKS bagian 3.5.8.
3.5.9 Siswa dapat menemukan hubungan antara kecepatan awal dengan jarak
jangkauan pada gerak parabola dengan benar setelah mengamati percobaan
yang dilakukan siswa dan berdiskusi berdasarkan kegiatan 4 pada LKS
bagian 3.5.9.
3.5.10 Siswa dapat menemukan hubungan antara kecepatan awal dengan
ketinggian maksimum pada gerak parabola dengan benar setelah
mengamati percobaan yang dilakukan siswa dan berdiskusi berdasarkan
kegiatan 4 pada LKS bagian 3.5.10.
B. Dasar Teori
Gerak parabola/ gerak peluru merupakan gerak dimensi dua. Lintasan
peluru berbentuk parabola karena dipengaruhi oleh percepatan gravitasi bumi.
Percepatan gravitasi bumi memperlambat gerak peluru saat naik dan mempercepat
182
𝑣𝑥 𝑣 𝜃 (1)
Keterangan
kecepatan pada sumbu-x (m.s-1)
kecepatan awal (m.s-1)
𝑣𝑦 𝑣 𝜃 𝑔𝑡 (2)
Keterangan
kecepatan pada sumbu-y (m.s-1)
kecepatan awal (m.s-1)
percepatan gravitasi (m.s-2)
waktu (s)
2
Pujianto, dkk., FISIKA untuk SMA/MA Kelas X Peminatan Matematika dan Ilmu-
Ilmu Alam, (Klaten: Intan Pariwara, 2016), h. 98.
183
𝑣 √𝑣𝑥 𝑣𝑦 (3)
Keterangan
kecepatan benda pada saat t (m.s-1)
kecepatan benda pada sumbu-x (m.s-1)
kecepatan benda pada sumbu-y (m.s-1)
𝑣 𝜃
𝑦𝑚 (5)
𝑔
Keterangan
= ketinggian benda pada saat titik tertinggi (pada titik C) (m)
= kecepatan awal benda (m.s-1)
= percepatan gravitasi (m.s-2)
= sudut elevasi ( )
𝑣 𝑠𝑖𝑛 𝜃
𝑥𝑚 (7)
𝑔
Keterangan
= jarak terjauh benda (m)
= kecepatan awal benda (m.s-1)
= percepatan gravitasi (m.s-2)
= sudut elevasi ( )
D. Pertanyaan Pendahuluan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan pendahuluan berikut!
1. Apa yang terjadi pada bola jika kita menendang bola ke depan dengan sudut
0?
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
2. Apa yang terjadi pada bola jika kita melempar bola ke atas dengan sudut 90 ?
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
3. Apa yang terjadi pada bola jika kita menendang bola ke depan dengan sudut
30 ?
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
4. Adhi ingin memasukkan bola ke dalam gawang dengan kecepatan awal yang
sama dan sudut elevasi yang berbeda yaitu 30 , 45 , dan 75 seperti pada
gambar.
Pasangan titik mana bola sepak memiliki ketinggian dan jarak jangkauan
terjauh berdasarkan sudut-sudut tersebut? (Titik A, B dan C merupakan titik
terjauh bola sedangkan titik P, Q, dan R merupakan titik tertinggi bola)
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
E. Hipotesis
Tuliskan kesimpulan sementara sebelum melakukan percobaan berdasarkan
pertanyaan di atas!
1. Bagaimana perbedaan lintasan benda saat diberikan sudut awal 0 , 30 , dan
90 ?
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
O 𝜃( )
30 45 60
𝜃( )
O 30 45 60
………………………………………………………………………………….
𝑣 (m.s-1)
O
3.5.10 Menemukan Hubungan antara Kecepatan Awal dengan Ketinggian
Maksimum pada Gerak Parabola
1. Berdasarkan demonstrasi yang dilakukan, bagaimana hubungan antara
kecepatan awal pada kegiatan II dan III dengan ketinggian maksimum air?
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
2. Buatlah grafik hubungan antara kecepatan awal pada kegiatan II dan III
dengan ketinggian maksimum air pada sudut 60 !
𝑦𝑚𝑎𝑘𝑠 ( )
𝑣 (m.s-1)
O
193
G. Kesimpulan
Berikan kesimpulan berdasarkan data dan percobaan yang telah anda
lakukan!
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
194
195
LAMPIRAN B
INSTRUMEN PENELITIAN
Kata
Indikator
Indikator Kerja
Hasil Indikator Ranah
No. Pencapaian Operasi Soal Pembahasan
Belajar Soal Kognitif
Kompetensi onal
Kognitif
(KKO)
(2) Tanpa kecepatan awal
(3) Karakteristik pada sumbu x yaitu GLB dan pada
sumbu y yaitu GLBB
(4) Dipengaruhi percepatan gravitasi pada sumbu x
(5) Dipengaruhi percepatan gravitasi pada sumbu y
Ciri-ciri gerak parabola berdasarkan gambar dan
tabel di atas ditunjukkan oleh nomor …
A. (1), (2), dan (3)
B. (1), (2), dan (5)
C. (1), (3), dan (5) (*)
D. (2), (3), dan (4)
E. (3), (4), dan (5)
2. Mengklasi Mengate Disajikan Besaran fisis yang terkait gerak lintasan parabola Kunci Jawaban: B C2
fikasikan gorikan sebuah antara lain:
gambar (1) Jarak pada arah horizontal dan vertikal Pembahasan:
lintasan (2) Percepatan gravitasi 1. Besaran jarak
parabola. (3) Komponen kecepatan pada arah horizontal dan waktu
Siswa (4) Komponen kecepatan pada arah vertikal tidaklah konstan
dapat (5) Waktu karena dapat
mengatego Besaran yang tetap (konstan) adalah … berubah jika
rikan A. (1) dan (2) sudut elevasi
besaran B. (2) dan (3) (*) atau kecepatan
gerak C. (2) dan (4) awal yang
parabola D. (2) dan (5) diberikan
200
Kata
Indikator
Indikator Kerja
Hasil Indikator Ranah
No. Pencapaian Operasi Soal Pembahasan
Belajar Soal Kognitif
Kompetensi onal
Kognitif
(KKO)
yang E. (3) dan (4) diubah.
bersifat 2. Percepatan
konstan. gravitasi
bernilai konstan
yaitu 9,8 m.s-2
atau 10 m.s-2.
3. Komponen
kecepatan arah
horizontal
bernilai konstan
pada titik
manapun karena
kecepatan pada
arah horizontal
(sumbu x) tidak
dipengaruhi
percepatan
gravitasi.
4. Komponen
kecepatan arah
vertikal tidak
konstan karena
kecepatan pada
arah vertikal
201
Kata
Indikator
Indikator Kerja
Hasil Indikator Ranah
No. Pencapaian Operasi Soal Pembahasan
Belajar Soal Kognitif
Kompetensi onal
Kognitif
(KKO)
(sumbu y)
dipengaruhi
percepatan
gravitasi.
3. Menemukan Mengatrib Mengana Disajikan Perhatikan gambar di bawah ini! Kunci Jawaban : D C4
hubungan usikan lisis sebuah
antara sudut gambar 𝒗 Pembahasan:
elevasi dan kasus Untuk 30
30o
dengan jarak seorang x
jangkauan yang
pada gerak sedang ( )
parabola. berlatih
melempar
bola
basket ke Mario berlatih melempar bola basket ke dalam ring
dalam dengan kecepatan awal v dan jarak antara Mario ( √ )
ring. dengan ring adalah x. Mario melempar bola dengan
Siswa sudut 30o (sin 30 = 0,5; sin 60 = 0,87; sin 120 = ( )
dapat 0,87) dan bola berhasil masuk ke dalam ring. Jika
menganali Mario ingin memasukkan bola ke dalam ring Agar dapat
sis cara dengan jarak yang sama tetapi sudut yang berbeda, menjangkau jarak
melempar maka cara melempar yang harus dilakukan Mario yang sama maka
bola yang adalah … (Ali Fikri Abdillah, 2018) sudut yang harus
harus A. Mario harus melakukan lemparan dengan diberikan yaitu
202
Kata
Indikator
Indikator Kerja
Hasil Indikator Ranah
No. Pencapaian Operasi Soal Pembahasan
Belajar Soal Kognitif
Kompetensi onal
Kognitif
(KKO)
dilakukan setengah dari kecepatan sebelumnya dengan
agar bola sudut 15o agar bola dapat mencapai ring.
masuk ke B. Mario harus melakukan lemparan dengan
dalam ring kecepatan yang sama dengan sudut 15o agar
dengan bola tidak melambung ke atas.
jarak yang C. Mario harus melakukan lemparan dengan
sama dan kecepatan dua kali lipat dari sebelumnya
sudut yang dengan sudut 15o agar bola melambung lebih
berbeda. singkat.
D. Mario harus melakukan lemparan dengan
kecepatan yang sama dengan sudut 60o agar
bola dapat mencapai ring. (*)
E. Mario harus melakukan lemparan dengan
kecepatan dua kali dari sebelumnya dengan
sudut 60o agar bola dapat mencapai ring.
4. Membeda Mengana Disajikan Egi berlatih menendang bola pada jarak 5 meter Kunci Jawaban : E C4
kan lisis sebuah sebanyak tiga kali tendangan (I, II, dan III) dengan
kasus dan kecepatan awal ( ) sama 7 m.s-1 dan sudut elevasi Pembahasan:
gambar yang berbeda (sin 60 = 0,87; sin 90 = 1; sin 150 Tendangan I
seorang = 0,5) seperti terlihat pada gambar di bawah ini. (g
yang = 9,8 m.s-2)
menendan Ten Sudut Kemungkinan yang akan
g bola dan elevasi terjadi ( )
dengan gan ( ) (meter)
203
Kata
Indikator
Indikator Kerja
Hasil Indikator Ranah
No. Pencapaian Operasi Soal Pembahasan
Belajar Soal Kognitif
Kompetensi onal
Kognitif
(KKO)
kecepatan a
yang sama b
c e
dan sudut I 30o d
yang
2,5 4,3 5
berbeda. Tendangan II
5m
Siswa
dapat e
a
menganali d
b
sis II 45o c ( )
pasangan 2,5 4,3 5
sudut dan 5m
gambar
lintasan e
a
yang tepat.
d b
III 75o c
Tendangan III
2,5 4,3 5
5m
Kata
Indikator
Indikator Kerja
Hasil Indikator Ranah
No. Pencapaian Operasi Soal Pembahasan
Belajar Soal Kognitif
Kompetensi onal
Kognitif
(KKO)
D. b a c
E. c d e (*)
5. Menemukan Mengatrib Mengkor Disajikan Ari menyaksikan turnamen hoki. Setiap pemain Kunci Jawaban: E C4
hubungan usikan elasikan sebuah yang berbeda melakukan beragam pukulan seperti
antara sudut kasus dan pada tabel berikut: Pembahasan:
elevasi gambar Semakin sudut
dengan pemain Sudut diperbesar akan
Pemain Gambar
ketinggian hoki yang ( ) menghasilkan
maksimum melakukan ketinggian hasil
pada gerak beragam A 20 o pukulan semakin
𝜽
parabola. pukulan. tinggi, karena
Siswa besarnya sudut
dapat elevasi berbanding
mengkorel B 45o lurus dengan
asikan 𝜽 ketinggian.
hubungan
yang tepat
antara
sudut dan C 60o
𝜽
ketinggian
.
D 75o
𝜽
205
Kata
Indikator
Indikator Kerja
Hasil Indikator Ranah
No. Pencapaian Operasi Soal Pembahasan
Belajar Soal Kognitif
Kompetensi onal
Kognitif
(KKO)
Kata
Indikator
Indikator Kerja
Hasil Indikator Ranah
No. Pencapaian Operasi Soal Pembahasan
Belajar Soal Kognitif
Kompetensi onal
Kognitif
(KKO)
6. Mengorga Menyim Disajikan Lala dan Lili melakukan pengamatan percobaan alat Kunci Jawaban: D C4
nisasi pulkan sebuah peraga gerak parabola dengan kecepatan awal ( )
kasus dan yang sama. Sehingga diperoleh data seperti pada Pembahasan:
tabel hasil tabel di bawah ini. Jika sudut elevasi
percobaan Kecepatan Sudut Titik Tertinggi diperbesar maka
dengan Awal ( ) Elevasi ( ) (cm) ketinggian
mengguna 15o 7,50 maksimum akan
kan alat o bertambah.
30 31,25
peraga o Begitupun
37 45,00
gerak 5 m.s-1 o sebaliknya, jika
45 62,50
parabola. 53o 80,00 sudut elevasi
Siswa 60 o
93,75 diperkecil maka
dapat Berdasarkan data percobaan di atas, kesimpulan ketinggian
menyimpu yang tepat adalah … (Ali Fikri Abdillah, 2018) maksimum akan
lkan A. sudut elevasi tidak mempengaruhi ketinggian berkurang.
hubungan maksimum bola
antara B. sudut elevasi berbanding terbalik dengan
sudut ketinggian maksimum bola
elevasi C. sudut elevasi diperbesar, ketinggian maksimum
dengan berkurang
ketinggian D. sudut elevasi diperbesar, jarak bola dengan
maksimu permukaan tanah bertambah ketika bola berada
m pada di ketinggian maksimum (*)
gerak E. sudut elevasi diperbesar, jarak bola dengan
207
Kata
Indikator
Indikator Kerja
Hasil Indikator Ranah
No. Pencapaian Operasi Soal Pembahasan
Belajar Soal Kognitif
Kompetensi onal
Kognitif
(KKO)
parabola. permukaan tanah berkurang ketika bola berada
di ketinggian maksimum
7. Menemukan Mengorga Mengana Disajikan Amati pukulan pegolf di bawah ini! Kunci Jawaban: E C4
hubungan nisasi lisis sebuah
antara gambar, 𝒗𝟎 Pembahasan:
kecepatan kasus, dan Diket: 45
awal dengan tabel 45o 10 m Jawab:
jarak seorang Untuk 6 m.s-1
Pegolf memukul bola dengan sudut elevasi 45 ,
jangkauan pegolf
sehingga menghasilkan titik terjauh seperti pada
pada gerak yang
gambar. Jika pegolf memukul bola dengan sudut
parabola. memukul ( )
elevasi yang sama dan kecepatan awal yang
bola
berbeda seperti ditunjukkan pada tabel berikut:
dengan
sudut Kecepa
elevasi No tan Gambar Jarak Pukulan Pegolf
dan Awal
kecepatan Untuk 8 m.s-1
awal
tertentu. 1. 6 m.s-1 𝒗𝟎
Siswa 𝜽
dapat ( )
1,8 m
menganali
sis titik
terjauh
208
Kata
Indikator
Indikator Kerja
Hasil Indikator Ranah
No. Pencapaian Operasi Soal Pembahasan
Belajar Soal Kognitif
Kompetensi onal
Kognitif
(KKO)
yang tepat
sesuai 𝒗𝟎 Untuk 12 m.s-
1
dengan
-1
sudut 2. 8 m.s 𝜽
elevasi 6,4 m
dan ( )
kecepatan
awal yang 𝒗𝟎
dberikan.
3. 12 m.s-1
𝜽
7,2 m Untuk 14 m.s-
1
𝒗𝟎
-1
4. 14 m.s
𝜽 19,6 m
( )
Kata
Indikator
Indikator Kerja
Hasil Indikator Ranah
No. Pencapaian Operasi Soal Pembahasan
Belajar Soal Kognitif
Kompetensi onal
Kognitif
(KKO)
B. 1 dan 3 karena semakin besar kecepatan awal diberikan maka
yang diberikan, semakin dekat jarak semakin jauh jarak
jangkauannya. jangkauannya
C. 1 dan 4 karena semakin besar kecepatan awal
yang diberikan, semakin dekat jarak
jangkauannya.
D. 2 dan 3 karena semakin besar kecepatan awal
yang diberikan, semakin jauh jarak
jangkauannya.
E. 2 dan 4 karena semakin besar kecepatan awal
yang diberikan, semakin jauh jarak
jangkauannya. (*)
8. Membeda Memilih Disajikan Tim Garuda akan mengikuti kompetisi roket air Kunci Jawaban: B C4
kan sebuah Nasional. Di bawah ini terdapat kriteria minimum
kasus dan roket air yang diterapkan panitia. Pembahasan:
tabel Sudut Diket: 70
mengenai Alat Elevasi
Kecepatan Awal Ditanya: … ?
kriteria (m.s-1) 6m
( o)
minimum Jawab:
roket air A 5
perlombaa
roket air B 10
n roket air
roket air C 70 15
yang telah ( )
roket air D 20
ditentukan
. Siswa roket air E 25
210
Kata
Indikator
Indikator Kerja
Hasil Indikator Ranah
No. Pencapaian Operasi Soal Pembahasan
Belajar Soal Kognitif
Kompetensi onal
Kognitif
(KKO)
dapat Rancangan alat yang dapat memenuhi kriteria ( )
memilih perlombaan agar dapat menempuh jarak sasaran 6
rancangan m adalah … (sin 140 = 0,6) (Ali Fikri Abdillah,
alat yang 2018) √
memenuhi A. membuat roket air dengan spesifikasi kecepatan
kriteria awal pada roket A
perlombaa B. membuat roket air dengan spesifikasi kecepatan
Agar roket air yang
n agar awal pada roket B (*) dibuat dapat
menempu C. membuat roket air dengan spesifikasi kecepatan
mencapai jarak
h jarak awal pada roket C sasaran 6 m dengan
sasaran D. membuat roket air dengan spesifikasi kecepatan
sudut 70 maka
yang tepat. awal pada roket D kecepatan awal
E. membuat roket air dengan spesifikasi kecepatan
yang diberikan
awal pada roket E harus sebesar 10
m.s-1 (spesifikasi
kecepatan awal
pada roket B)
9. Menemukan Membeda Memilih Disajikan Sebuah percobaan gerak peluru dengan sudut Kunci Jawaban: D C4
hubungan kan sebuah elevasi yang sama dan kecepatan awal berubah-
antara tabel hasil ubah menghasilkan data ketinggian maksimum Pembahasan:
kecepatan percobaan seperti tertera pada tabel. Kecepatan
awal dengan dengan Kecepatan Ketinggian berbanding lurus
No.
ketinggian sudut awal maksimum dengan ketinggian.
maksimum elevasi 1. Semakin besar
211
Kata
Indikator
Indikator Kerja
Hasil Indikator Ranah
No. Pencapaian Operasi Soal Pembahasan
Belajar Soal Kognitif
Kompetensi onal
Kognitif
(KKO)
pada gerak yang 2. kecepatan maka
parabola. konstan 3. semakin besar
dan 4. ketinggiannya.
kecepatan 5. Begitupun
awal yang Berdasarkan informasi tersebut data yang tepat sebaliknya semakin
berubah- ditunjukkan oleh nomor … kecil kecepatan
ubah. A. 1 maka semakin kecil
Siswa B. 2 ketinggiannya.
dapat C. 3
memilih D. 4 (*)
pasangan E. 5
data yang
tepat
mengenai
hubungan
antara
kecepatan
awal
dengan
ketinggian
maksimu
m.
10. Mengatrib Menyim Disajikan Pemain timnas U-16 sedang berlatih sepak bola. Kunci Jawaban: E C4
usikan pulkan sebuah Setiap pemain menendang bola dengan sudut
212
Kata
Indikator
Indikator Kerja
Hasil Indikator Ranah
No. Pencapaian Operasi Soal Pembahasan
Belajar Soal Kognitif
Kompetensi onal
Kognitif
(KKO)
kasus dan elevasi yang sama dan kecepatan awal yang Pembahasan:
tabel berbeda seperti pada tabel berikut: Semakin besar
mengenai Sudut kecepatan awal
Nama Kecepatan
data Elevasi yang diberikan
Pemain Awal (m.s-1)
pemain ( ) maka ketinggian
timnas U- Bagas 3 maksimum bola
16 yang Bagus 4 akan bertambah.
menendan 30 Begitupun
Mulyadi 5
g bola Supriadi 6 sebaliknya,
dengan Berdasarkan informasi di atas, kesimpulan yang semakin kecil
sudut tepat adalah … kecepatan awal
elevasi A. Bagas menendang bola lebih tinggi yang diberikan
yang sama dibandingkan Mulyadi maka ketinggian
dan B. Bagus menendang bola lebih tinggi maksimum bola
kecepatan dibandingkan Supriadi akan berkurang.
awal yang C. Mulyadi menendang bola lebih tinggi
berbeda. dibandingkan Supriadi
Siswa D. tendangan Bagas paling tinggi di antara lainnya
dapat E. tendangan Supriadi paling tinggi di antara
menyimpu lainnya (*)
lkan
pernyataan
yang tepat
dari
213
Kata
Indikator
Indikator Kerja
Hasil Indikator Ranah
No. Pencapaian Operasi Soal Pembahasan
Belajar Soal Kognitif
Kompetensi onal
Kognitif
(KKO)
perbedaan
tendangan
setiap
pemain.
11. Mengaplikasi Mengimpl Menghit Disajikan Peluru ditembakkan dengan lintasan seperti gambar Kunci Jawaban: C C3
kan ementasik ung sebuah di bawah ini! (g = 10 m.s-2) Pembahasan:
persamaan an kasus dan y Diket : 15 m.s-
1
kecepatan gambar
pada gerak peluru 𝟏
𝒗𝟎 𝟏𝟓 𝐦 𝒔 37
parabola yang t = 0,4 s
menempu g = 10 m.s-2
h lintasan Ditanya : v saat t =
parabola 𝟑𝟕 0,4 s?
x
dengan Jawab:
sudut
elevasi Diketahui nilai sin 37° = 0,6 dan cos 37° = 0, 8.
dan Kecepatan peluru setelah 0,4 s adalah … ( )
kecepatan A. 5 m.s-1
awal B. 12 m.s-1
tertentu. C. 13 m.s-1 (*)
Siswa D. 15 m.s-1
E. 20 m.s-1 ( )
dapat ( )
menghitun
g
214
Kata
Indikator
Indikator Kerja
Hasil Indikator Ranah
No. Pencapaian Operasi Soal Pembahasan
Belajar Soal Kognitif
Kompetensi onal
Kognitif
(KKO)
kecepatan
peluru
pada √( ) ( )
waktu √( ) ( )
tertentu.
√
√
12. Mengaplikasi Mengimpl Menghit Disajikan Sebuah meriam menembakkan peluru dengan sudut Kunci Jawaban: B C3
kan ementasik ung sebuah elevasi seperti gambar. (g = 10 m.s-2 )
persamaan an kasus dan Pembahasan:
jarak terjauh gambar Diket: 30 m.s-
1
pada gerak sebuah
parabola meriam 45
yang g = 10 m.s-2
menembak Ditanya: …?
kan peluru Jawab:
dengan Jika pengaruh gesekan dengan udara diabaikan,
sudut maka jarak maksimum peluru adalah … (UN 2015)
elevasi A. 80 m
dan B. 90 m (*)
kecepatan C. 120 m
D. 140 m ( )
awal
tertentu. E. 160 m
Siswa
dapat
215
Kata
Indikator
Indikator Kerja
Hasil Indikator Ranah
No. Pencapaian Operasi Soal Pembahasan
Belajar Soal Kognitif
Kompetensi onal
Kognitif
(KKO)
menghitun
g jarak
maksimu
m peluru
13. Mengaplikasi Mengimpl Menghit Disajikan Sebuah bola ditendang dengan lintasan parabola Kunci Jawaban: C C3
kan ementasik ung sebuah seperti gambar di bawah ini (g = 10 m.s-2)
persamaan an kasus dan y Pembahasan:
ketinggian gambar Diket: 20 √
𝒗𝟎 𝟐𝟎 √𝟐 𝐦 𝒔 𝟏
maksimum sebuah m.s-1
pada gerak bola yang 45
parabola ditendang 10 m.s-2
membentu ymaks
Ditanya: …?
k lintasan 𝟒𝟓
Jawab:
parabola. x
Siswa
dapat Tinggi maksimum (ymaks) bola adalah … (UN 2015)
menghitun A. 10 m ( √ )
g B. 10 √ m ( )
ketinggian C. 20 m (*)
maksimu ( √ )
D. 20 √ m
m bola.
E. 40 m
( )
216
Kata
Indikator
Indikator Kerja
Hasil Indikator Ranah
No. Pencapaian Operasi Soal Pembahasan
Belajar Soal Kognitif
Kompetensi onal
Kognitif
(KKO)
14. Mengaplikasi Mengimpl Menghit Disajikan Untuk soal nomor (14) dan (15)! Kunci Jawaban: B C3
kan ementasik ung sebuah Pemain bulu tangkis melakukan pukulan underhand
persamaan an kasus dan sehingga kok membentuk lintasan parabola seperti Pembahasan:
waktu untuk gambar gambar di bawah ini. Diket: 25 m.s-
1
mencapai pemain
titik tertinggi bulu 37
pada gerak tangkis
𝒗𝟎 25 m.s-1
g = 10 m.s-2
parabola yang Ditanya: …?
melakukan Jawab:
pukulan
underhand
sehingga
kok
membentu
k lintasan
parabola. Waktu yang diperlukan kok untuk mencapai titik
Siswa tertinggi adalah …
dapat A. 1,0 sekon
menghitun B. 1,5 sekon (*)
g waktu C. 2,0 sekon
yang D. 2,5 sekon
diperlukan E. 3,0 sekon
kok untuk
mencapai
217
Kata
Indikator
Indikator Kerja
Hasil Indikator Ranah
No. Pencapaian Operasi Soal Pembahasan
Belajar Soal Kognitif
Kompetensi onal
Kognitif
(KKO)
titik
tertinggi.
15. Mengaplikasi Mengekse Menghit Disajikan Waktu yang diperlukan kok untuk mencapai titik Kunci Jawaban: B C3
kan kusi ung sebuah terjauh adalah …
persamaan kasus dan A. 2 sekon Pembahasan:
waktu untuk gambar B. 3 sekon (*) Diket: 25 m.s-
1
mencapai pemain C. 4 sekon
titik terjauh bulu D. 5 sekon 37
pada gerak tangkis E. 6 sekon g = 10 m.s-2
parabola yang Ditanya: …?
melakukan Jawab:
pukulan
underhand ( )
sehingga
kok
membentu
k lintasan
parabola.
Siswa
dapat
menghitun
g waktu
yang
diperlukan
218
Kata
Indikator
Indikator Kerja
Hasil Indikator Ranah
No. Pencapaian Operasi Soal Pembahasan
Belajar Soal Kognitif
Kompetensi onal
Kognitif
(KKO)
kok untuk
mencapai
titik
terjauh.
219
30 R30 6 6 12
31 R31 6 5 11
32 R32 6 6 12
33 R33 5 6 11
34 R34 6 6 12
35 R35 7 4 11
36 R36 6 5 11
37 R37 6 5 11
38 R38 7 5 12
39 R39 6 5 11
40 R40 6 5 11
41 R41 4 6 10
42 R42 7 5 12
43 R43 6 6 12
44 R44 5 6 11
45 R45 7 4 11
46 R46 7 4 11
47 R47 6 6 12
48 R48 7 5 12
49 R49 5 5 10
50 R50 7 5 12
51 R51 7 4 11
52 R52 6 6 12
53 R53 6 6 12
225
Daya
No.
Pembeda T. Kesukaran Korelasi Sign. Korelasi Kesimpulan
Butir
(%)
1 50.00 Mudah 0.597 Signifikan Digunakan
2 28.57 Sedang 0.482 Signifikan Digunakan
Tidak
3 21.43 Sangat Sukar 0.249 -
Digunakan
4 78.57 Sedang 0.566 Signifikan Digunakan
5 42.86 Sedang 0.483 Signifikan Digunakan
6 57.14 Sedang 0.520 Signifikan Digunakan
Sangat
7 78.57 Sedang 0.638 Digunakan
Signifikan
Sangat
8 71.43 Sedang 0.621 Digunakan
Signifikan
9 57.14 Sedang 0.522 Signifikan Digunakan
Sangat
10 64.29 Mudah 0.609 Digunakan
Signifikan
11 64.29 Sedang 0.553 Signifikan Digunakan
12 64.29 Sedang 0.598 Signifikan Digunakan
13 64.29 Sedang 0.539 Signifikan Digunakan
14 50.00 Mudah 0.534 Signifikan Digunakan
15 64.29 Sedang 0.531 Signifikan Digunakan
228
PETUNJUK UMUM
Tulis terlebih dahulu nama peserta ujian, kelas, dan absen pada kolom yang
telah disediakan di lembar jawaban.
Kerjakan soal di lembar jawaban yang telah tersedia.
Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda (X) pada
huruf A, B, C, D, atau E.
A. X
D.
B. E.
C.
Apabila jawaban ingin diganti cukup beri tanda (+) pada jawaban sebelumnya
yang dianggap salah.
A. +X
D (Jawaban Salah)
B. EX (Jawaban Benar)
C.
Kerjakan soal yang mudah terlebih dahulu.
Tidak boleh menggunakan kalkulator.
Tidak boleh berbuat curang dalam bentuk apapun.
Perhatikan agar lembar jawaban tidak kotor, tidak basah, tidak terlipat, dan
tidak sobek.
SELAMAT MENGERJAKAN
Berdoalah sebelum mengerjakan soal
Kerjakan dengan jujur, karena kejujuran adalah cermin kepribadian
229
y
C
B D
𝒗𝟎
ymaks
A E
θ
xmaks x
Dengan komponen kecepatan pada setiap titik yang tersaji pada tabel berikut.
Kecepatan
Titik
Sumbu x (vx) Sumbu y (vx)
A 5,00 8,70
B 5,00 4,35
C 5,00 0
D 5,00 4,35
E 5,00 8,70
3. Egi berlatih menendang bola pada jarak 5 meter sebanyak tiga kali tendangan (I,
II, dan III) dengan kecepatan awal ( ) sama 7 m.s-1 dan sudut elevasi yang
berbeda (sin 60 = 0,87; sin 90 = 1; sin 150 = 0,5) seperti terlihat pada gambar
di bawah ini. (g = 9,8 m.s-2)
Sudut Kemungkinan yang akan terjadi
Tendangan
elevasi ( ) (meter)
a
b
c e
I 30o d
2,5 4,3 5
5m
e
a
d
b
II 45o c
2,5 4,3 5
5m
e
a
d b
III 75o c
2,5 4,3 5
5m
Pasangan nilai sudut dan gambar lintasan yang paling tepat adalah ...
30o 45o 75o
A. A b c
B. A d e
C. B b c
D. B a c
E. C d e
231
A 20o 𝜽
B 45o 𝜽
C 60o
𝜽
D 75o
𝜽
Hubungan antara sudut dan ketinggian yang tepat saat pemain hoki melakukan
pukulan adalah …
A. semakin kecil sudutnya, semakin besar ketinggian yang dihasilkan karena
besarnya sudut elevasi berbanding terbalik dengan ketinggian.
B. semakin kecil sudutnya, semakin besar ketinggian yang dihasilkan karena
besarnya sudut elevasi berbanding lurus dengan ketinggian.
C. semakin besar sudutnya, semakin kecil ketinggian yang dihasilkan karena
besarnya sudut elevasi berbanding terbalik dengan ketinggian.
D. semakin besar sudutnya, semakin besar pula ketinggian yang dihasilkan
karena besarnya sudut elevasi berbanding terbalik dengan ketinggian.
E. semakin besar sudutnya, semakin besar pula ketinggian yang dihasilkan
karena besarnya sudut elevasi berbanding lurus dengan ketinggian.
5. Lala dan Lili melakukan pengamatan percobaan alat peraga gerak parabola
dengan kecepatan awal ( ) yang sama. Sehingga diperoleh data seperti pada
tabel di bawah ini.
Kecepatan Sudut
Titik Tertinggi (cm)
Awal ( ) Elevasi ( )
15o 7,50
5 m.s-1 o
30 31,25
232
Kecepatan Sudut
Titik Tertinggi (cm)
Awal ( ) Elevasi ( )
o
37 45,00
45o 62,50
o
53 80,00
60o 93,75
Berdasarkan data percobaan di atas, kesimpulan yang tepat adalah …
A. sudut elevasi tidak mempengaruhi ketinggian maksimum bola.
B. sudut elevasi berbanding terbalik dengan ketinggian maksimum bola.
C. sudut elevasi diperbesar, ketinggian maksimum berkurang.
D. sudut elevasi diperbesar, jarak bola dengan permukaan tanah bertambah
ketika bola berada di ketinggian maksimum.
E. sudut elevasi diperbesar, jarak bola dengan permukaan tanah berkurang
ketika bola berada di ketinggian maksimum.
𝒗𝟎
45o 10 m
1. 6 m.s-1 𝒗𝟎
𝜽
1,8 m
𝒗𝟎
2. 8 m.s-1 𝜽 6,4 m
233
𝒗𝟎
3. 12 m.s-1
𝜽 7,2 m
𝒗𝟎
4. 14 m.s-1
𝜽 19,6 m
Berdasarkan tabel tersebut, analisismu terhadap titik terjauh yang tepat adalah ...
A. 1 dan 2 karena semakin besar kecepatan awal yang diberikan, semakin jauh
jarak jangkauannya.
B. 1 dan 3 karena semakin besar kecepatan awal yang diberikan, semakin dekat
jarak jangkauannya.
C. 1 dan 4 karena semakin besar kecepatan awal yang diberikan, semakin dekat
jarak jangkauannya.
D. 2 dan 3 karena semakin besar kecepatan awal yang diberikan, semakin jauh
jarak jangkauannya.
E. 2 dan 4 karena semakin besar kecepatan awal yang diberikan, semakin jauh
jarak jangkauannya.
7. Tim Garuda akan mengikuti kompetisi roket air Nasional. Di bawah ini terdapat
kriteria minimum roket air yang diterapkan panitia.
Kecepatan
Sudut Elevasi
Alat Awal
( o)
(m.s-1)
roket air A 5
roket air B 10
roket air C 70 15
roket air D 20
roket air E 25
Rancangan alat yang dapat memenuhi kriteria perlombaan agar dapat menempuh
jarak sasaran 6 m adalah … (sin 140 = 0,6)
A. membuat roket air dengan spesifikasi kecepatan awal pada roket A.
B. membuat roket air dengan spesifikasi kecepatan awal pada roket B.
C. membuat roket air dengan spesifikasi kecepatan awal pada roket C.
D. membuat roket air dengan spesifikasi kecepatan awal pada roket D.
E. membuat roket air dengan spesifikasi kecepatan awal pada roket E.
234
8. Sebuah percobaan gerak peluru dengan sudut elevasi yang sama dan kecepatan
awal berubah-ubah menghasilkan data ketinggian maksimum seperti tertera pada
tabel.
Kecepatan Ketinggian
No.
awal maksimum
1.
2.
3.
4.
5.
Berdasarkan informasi tersebut data yang tepat ditunjukkan oleh nomor …
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5
9. Pemain timnas U-16 sedang berlatih sepak bola. Setiap pemain menendang bola
dengan sudut elevasi yang sama dan kecepaan awal yang berbeda seperti pada
tabel berikut:
Nama Sudut Elevasi Kecepatan
Pemain ( ) Awal (m.s-1)
Bagas 3
Bagus 4
30
Mulyadi 5
Supriadi 6
Berdasarkan informasi di atas, kesimpulan yang tepat adalah …
A. Bagas menendang bola lebih tinggi dibandingkan Mulyadi.
B. Bagus menendang bola lebih tinggi dibandingkan Supriadi.
C. Mulyadi menendang bola lebih tinggi dibandingkan Supriadi.
D. tendangan Bagas paling tinggi di antara lainnya.
E. tendangan Supriadi paling tinggi di antara lainnya.
235
10. Peluru ditembakkan dengan lintasan seperti gambar di bawah ini! (g = 10 m.s-2)
y
𝟏
𝒗𝟎 𝟏𝟓 𝐦 𝒔
𝟑𝟕
x
Diketahui nilai sin 37° = 0,6 dan cos 37° = 0, 8. Kecepatan peluru setelah 0,4 s
adalah …
A. 5 m.s-1
B. 12 m.s-1
C. 13 m.s-1
D. 15 m.s-1
E. 20 m.s-1
11. Sebuah meriam menembakkan peluru dengan sudut elevasi seperti gambar. (g =
10 m.s-2 )
Jika pengaruh gesekan dengan udara diabaikan, maka jarak maksimum peluru
adalah …
A. 80 m
B. 90 m
C. 120 m
D. 140 m
E. 160 m
236
12. Sebuah bola ditendang dengan lintasan parabola seperti gambar di bawah ini (g =
10 m.s-2)
y
𝟏
𝒗𝟎 𝟐𝟎 √𝟐 𝐦 𝒔
ymaks
𝟒𝟓
x
𝒗𝟎 25 m.s-1
13. Waktu yang diperlukan kok untuk mencapai titik tertinggi adalah …
A. 1,0 sekon
B. 1,5 sekon
C. 2,0 sekon
D. 2,5 sekon
E. 3,0 sekon
237
14. Waktu yang diperlukan kok untuk mencapai titik terjauh adalah …
A. 2 sekon
B. 3 sekon
C. 4 sekon
D. 5 sekon
E. 6 sekon
238
2. Suatu ketika saya sedang mempelajari program komputer baru atau game
komputer baru. Cara mempelajari yang paling saya sukai adalah:
a. Pertama saya akan melihat cara orang lain memainkannya
b. Membaca buku petunjuknya
c. Mendengar penjelasan dari orang lain dan menanyakan kepada orang tersebut
d. Membaca petunjuk yang dimuat dalam diagram.
3. Setelah membaca naskah sebuah drama, saya diminta untuk memainkan peran.
Yang akan saya lakukan adalah:
a. Menggambar atau membuat skets tentang sesuatu yang akan terjadi dalam
drama tersebut
b. Membaca dialog yang ada dalam drama tersebut
c. Mencoba berakting sesuai naskah drama tersebut
d. Menulis naskah drama tersebut
6. Saya mendengar informasi bahwa ada film baru akan diputar di bioskop di kota
Jakarta. Untuk memutuskan apakah saya akan menonton atau tidak, yang akan
saya lakukan adalah:
a. Melihat cuplikan film itu terlebih dahulu
b. Mendengar penjelasan teman tentang film tersebut
c. Membaca kesan orang lain tentang film tersebut lewat internet atau majalah
d. Mengikuti apa yang diputuskan teman saja
7. Saya punya permasalahan pada bagian lutut. Yang saya harapkan disaat saya
berkunjung ke dokter adalah:
a. Dokter menunjukkan gambar bagian lutut yang bermasalah
b. Dokter menjelaskan secara lisan tentang gangguan lutut tersebut
c. Dokter mendemonstrasikan apa yang terjadi dengan menggunakan model lutut
buatan
d. Dokter menjelaskan menggunakan artikel yang bisa menerangkan secara
rinci penyebab permasalahannya
8. Saya diminta orang tua saya memasangkan komputer baru. Yang saya lakukan
adalah:
a. Membaca instruksi yang disertakan dalam computer
b. Mengikuti diagram yang menunjukkan instruksi pemasangan
c. Membuka kotak pembungkus komputer dan langsung memasangnya
d. Menelpon atau kirim SMS ke teman dan menanyakan bagaimana cara
memasangnya
9. Saya tidak yakin dengan ejaan sebuah kata, apakah yang benar „analisa‟ ataukah
„analisis‟. Yang akan saya lakukan adalah:
a. Menulis terlebih dahulu kedua kata tersebut dan memilih salah satunya
b. Mengucapkannya dengan nyaring dan merekam dalam ingatan pikiran saya
c. Menemukan kata yang tepat melalui kamus
d. Melihat dengan cermat kedua kata tersebut dan memilih kira-kira yang pantas
10. Saya ingin melakukan sesuatu yang spesial untuk keluarga. Yang akan saya
lakukan adalah:
a. Membuat sesuatu yang pernah saya buat sebelumnya
b. Mendiskusikannya dengan teman-teman
c. Mencari petunjuk-petunjuk tertulis untuk membuatnya
d. Menemukan rencana dan ide melalui buku atau majalah
259
11. Saya bermaksud menunjukkan arah suatu tempat kepada seseorang yang
cukup dekat dengan tempat saya berada saat itu. Yang saya lakukan adalah:
a. Menjelaskan langsung kepada orang tersebut
b. Menuliskan arahnya menggunakan kalimat terperinci
c. Berjalan dengan orang tersebut
d. Menggambar peta di atas secarik kertas, atau mengakses peta secara on line
12. Saya ingin membeli kamera digital atau handphone (HP). Selain
mempertimbangkan harganya, yang akan saya lakukan adalah:
a. Mencoba kamera atau handphone tersebut
b. Mempertimbangkan penjelasan yang disampaikan oleh penjualnya (sales)
c. Mempertimbangkan desain keluaran terbaru yang kelihatan bagus
d. Membaca secara detail fitur-fitur yang menjelaskan kamera atau handphone
tersebut
13. Saya menginginkan ulasan dari sebuah kejadian, lomba, atau ujian yang sudah
dilakukan. Bentuk ulasan yang saya inginkan adalah:
a. Menggunakan contoh tentang apa yang sudah saya lakukan
b. Menggunakan grafik yang menunjukkan apa yang sudah saya peroleh
c. Mendapatkan penjelasan dari seseorang dan mendiskusikanya
d. Ulasan dalam bentuk tulisan atau rincian tentang hasil yang saya peroleh
14. Saya sedang belajar untuk mengambil foto dengan kamera digital atau
handphone. Saya ingin:
a. Mendapatkan kesempatan untuk bertanya dan membicarakan tentang fitur-
fitur dari kamera atau handphone tersebut
b. Mendapatkan contoh foto yang bagus atau yang jelek yang diambil
dari kamera atau handphone tersebut
c. Mendapatkan penjelasan secara tertulis dengan jelas
d. Mendapatkan penjelasan melalui diagram yang menjelaskan bagaimana
menggunakan kamera tersebut
16. Saya diberikan kesempatan untuk mempresentasikan ide-ide di depan kelas. Saya
melakukan:
a. Saya menulis naskah yang akan saya sampaikan dan membacanya berkali-kali
b. Saya membuat diagram atau grafik untuk membantu agar mudah menjelaskan
ide-ide saya
c. Saya mengumpulkan contoh-contoh nyata dan praktis yang berkaitan
dengan tema yang akan saya sampaikan
d. Saya menulis kata-kata penting dan mempraktekkan berulang-ulang
mengenai apa yang akan saya ucapkan
261
Keterangan:
1 = Kriteria Kesesuaian dengan Bahan Ajar
2 = Ketahanan Alat
3 = Keakuratan
4 = Efisiensi Alat
5 = Keamanan Bagi Siswa
6 = Estetika
7 = Kelengkapan Alat
8 = Tempat Penyimpanan
274
TB KB CB B SB
Nilai 527 termasuk dalam kategori interval “baik dan sangat baik”. Tetapi lebih
mendekati sangat baik.
Garis Bilangan Keseluruhan Indikator Garis Bilangan Keseluruhan Indikator
Kriteria Kesesuaian dengan Bahan Kriteria Ketahanan Alat
Ajar
TB KB CB B SB TB KB CB B SB
0 18 36 54 67 72 0 18 36 54 67 72
Nilai 67 termasuk dalam kategori interval Nilai 67 termasuk dalam kategori interval
“baik dan sangat baik”. Tetapi lebih “baik dan sangat baik”. Tetapi lebih
mendekati sangat baik. mendekati sangat baik.
Garis Bilangan Keseluruhan Indikator Garis Bilangan Keseluruhan Indikator
275
TB KB CB B SB TB KB CB B SB
0 18 36 54 58 72 0 18 36 54 66 72
Nilai 58 termasuk dalam kategori interval Nilai 66 termasuk dalam kategori interval
“baik dan sangat baik”. Tetapi lebih “baik dan sangat baik”. Tetapi lebih
mendekati baik. mendekati sangat baik.
Garis Bilangan Keseluruhan Indikator Garis Bilangan Keseluruhan Indikator
Kriteria Keamanan Bagi Siswa Kriteria Estetika
TB KB CB B SB TB KB CB B SB
0 18 36 54 68 72 0 18 36 54 63 72
Nilai 68 termasuk dalam kategori interval Nilai 63 termasuk dalam kategori interval
“baik dan sangat baik”. Tetapi lebih “baik dan sangat baik”.
mendekati sangat baik.
Garis Bilangan Keseluruhan Indikator Garis Bilangan Keseluruhan Indikator
Kriteria Kelengkapan Alat Kriteria Tempat Penyimpanan
TB KB CB B SB TB KB CB B SB
0 18 36 54 69 72 0 18 36 54 69 72
Nilai 69 termasuk dalam kategori interval Nilai 69 termasuk dalam kategori interval
“baik dan sangat baik”. Tetapi lebih “baik dan sangat baik”. Tetapi lebih
mendekati sangat baik. mendekati sangat baik.
276
LAMPIRAN C
ANALISIS HASIL PENELITIAN
1. Hasil Pretest
2. Hasil Posttest
3. Hasil Olah Data per Jenjang Kognitif Bloom
4. Uji Normalitas Hasil Pretest
5. Uji Normalitas Hasil Posttest
6. Uji Homogenitas Hasil Pretest
7. Uji Homogenitas Hasil Posttest
8. Uji Hipotesis Hasil Pretest
9. Uji Hipotesis Hasil Posttest
10. Uji N-Gain
11. Hasil Peningkatan per Jenjang Kognitif Bloom
12. Data Hasil Gaya Belajar VARK
13. Data Hasil Angket Respon Siswa
290
1 K1 1 0 50 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 85.71 45
2 K2 0 1 50 0 0 0 1 1 40 1 1 1 1 1 1 1 100 63
3 K3 1 1 100 0 0 1 1 1 60 0 1 1 1 1 0 1 71.43 77
4 K4 1 1 100 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 85.71 62
5 K5 1 0 50 0 0 0 0 1 20 1 0 0 0 1 0 0 28.57 33
6 K6 1 0 50 0 0 0 1 1 40 0 1 1 1 0 1 0 57.14 49
7 K7 1 0 50 0 0 1 1 1 60 0 0 1 1 0 0 0 28.57 46
8 K8 1 0 50 0 0 0 1 1 40 0 1 1 1 0 1 1 71.43 54
9 K9 1 0 50 0 1 1 0 0 40 0 1 0 0 0 1 0 28.57 40
10 K10 0 0 0 1 0 0 1 1 60 0 1 0 1 0 0 0 28.57 30
11 K11 1 0 50 1 1 1 0 0 60 0 0 1 1 0 0 1 42.86 51
12 K12 1 0 50 1 0 0 1 0 40 0 1 1 0 0 0 1 42.86 44
13 K13 0 0 0 0 0 0 1 1 40 0 1 1 0 1 1 0 57.14 32
14 K14 1 0 50 0 1 1 1 0 60 0 0 0 1 0 0 0 14.29 41
15 K15 1 1 100 0 1 1 1 1 80 1 1 1 1 0 0 0 57.14 79
16 K16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 14.29 5
17 K17 1 0 50 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 42.86 31
295
18 K18 0 0 0 1 1 0 0 0 40 0 1 1 1 1 0 1 71.43 37
19 K19 1 0 50 1 0 0 0 0 20 1 0 0 0 0 0 0 14.29 28
20 K20 0 0 0 1 1 0 1 0 60 0 0 0 0 0 0 0 0 20
21 K21 1 1 100 0 0 0 1 1 40 0 0 0 1 0 0 1 28.57 56
22 K22 0 0 0 0 0 0 1 1 40 0 0 0 0 1 0 0 14.29 18
23 K23 1 1 100 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 42.86 48
24 K24 1 0 50 0 1 0 1 1 60 1 1 1 1 1 0 1 85.71 65
25 K25 0 0 0 0 1 0 0 0 20 0 0 0 0 1 0 0 14.29 11
Nilai Rata-rata
per Aspek 46.00 36.80 45.14 42.65
Kognitif
Persentase per
46% 37% 45% 43%
Aspek Kognitif
296
Perhitungan Data Pretest Hasil Belajar per Aspek Kognitif Kelompok Eksperimen
Indikator Hasil Belajar per Aspek Kognitif
C2 C3 C4
Nama
No. 1 2 Nilai 11 12 13 14 15 Nilai 4 5 6 7 8 9 10 Nilai Total
Siswa
Rata-rata Rata-rata Rata-rata Nilai
C B per Siswa C B C B B per Siswa E E D E B D E per Siswa
1 E1 1 0 50 0 1 1 1 1 80 1 1 1 0 1 1 0 71.43 67
2 E2 1 0 50 0 0 0 1 1 40 0 0 0 0 0 0 0 0 30
3 E3 1 0 50 0 1 0 0 0 20 0 1 0 1 0 1 0 42.86 38
4 E4 1 0 50 0 1 0 0 0 20 0 1 1 1 0 1 0 57.14 42
5 E5 1 1 100 0 1 1 1 1 80 0 1 1 1 0 0 1 57.14 79
6 E6 0 0 0 1 0 1 1 1 80 0 1 0 1 0 1 1 57.14 46
7 E7 0 0 0 0 1 1 1 1 80 0 0 0 0 0 0 1 14.29 31
8 E8 1 0 50 1 0 0 1 0 40 0 1 1 0 0 0 1 42.86 44
9 E9 0 0 0 1 1 1 1 1 100 0 0 1 1 1 1 1 71.43 57
10 E10 1 1 100 0 1 1 0 0 40 0 0 0 0 1 1 1 42.86 61
11 E11 0 0 0 0 1 0 1 1 60 0 1 1 1 1 1 0 71.43 44
12 E12 1 0 50 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 14.29 21
13 E13 1 1 100 0 0 0 1 1 40 0 0 0 0 0 0 0 0 47
14 E14 1 1 100 1 0 0 1 1 60 0 0 0 0 0 0 0 0 53
15 E15 0 0 0 0 0 0 1 1 40 0 0 1 0 0 1 1 42.86 28
16 E16 1 0 50 0 1 0 1 1 60 1 1 0 0 0 0 1 42.86 51
17 E17 1 1 100 0 1 0 0 0 20 0 0 0 0 0 0 1 14.29 45
18 E18 1 0 50 0 1 0 1 1 60 1 1 1 1 0 1 0 71.43 60
19 E19 1 0 50 0 1 0 0 0 20 0 0 0 0 0 1 1 28.57 33
297
Perhitungan Data Posttest Hasil Belajar per Aspek Kognitif Kelompok Kontrol
Indikator Hasil Belajar per Aspek Kognitif
C2 C3 C4
Nama
No. 1 2 Nilai 11 12 13 14 15 Nilai 4 5 6 7 8 9 10 Nilai Total
Siswa
Rata-rata Rata-rata Rata-rata Nilai
C B per Siswa C B C B B per Siswa E E D E B D E per Siswa
1 K1 1 1 100 1 1 0 1 1 80 1 1 1 1 1 1 1 100 93
2 K2 1 1 100 1 1 1 0 0 60 1 1 1 1 1 1 1 100 87
3 K3 1 1 100 1 1 1 1 1 100 1 0 0 1 0 1 1 57.14 86
4 K4 1 0 50 1 1 1 1 1 100 0 1 1 0 0 1 1 57.14 69
5 K5 1 0 50 0 1 1 1 1 80 1 1 1 0 0 1 1 71.43 67
6 K6 1 0 50 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 57.14 36
7 K7 1 1 100 1 1 1 0 0 60 1 1 1 1 1 1 1 100 87
8 K8 1 0 50 0 0 0 1 1 40 1 1 1 0 0 1 1 71.43 54
9 K9 1 0 50 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 71.43 40
10 K10 1 1 100 1 1 1 1 1 100 1 1 1 0 0 1 1 71.43 90
11 K11 1 1 100 1 1 0 1 1 80 1 1 1 0 1 1 1 85.71 89
12 K12 1 1 100 1 1 1 1 1 100 1 1 1 0 0 1 1 71.43 90
13 K13 1 0 50 1 1 0 1 1 80 1 0 0 1 0 0 0 28.57 53
14 K14 1 0 50 0 0 0 1 1 40 1 1 1 0 0 1 1 71.43 54
15 K15 1 1 100 1 1 1 1 1 100 1 0 0 0 0 1 0 28.57 76
16 K16 0 1 50 0 0 0 1 1 40 0 0 1 0 0 1 0 28.57 40
17 K17 0 1 50 0 0 0 1 1 40 0 0 1 0 0 1 0 28.57 40
18 K18 1 0 50 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 71.43 40
19 K19 1 1 100 0 1 0 0 0 20 0 1 1 0 0 0 1 42.86 54
299
20 K20 1 0 50 1 1 0 1 1 80 1 0 0 1 0 1 1 57.14 62
21 K21 1 0 50 0 1 0 1 1 60 1 0 1 1 0 1 1 71.43 60
22 K22 1 0 50 0 1 0 1 1 60 1 0 0 1 0 1 1 57.14 56
23 K23 1 0 50 0 1 1 1 1 80 1 1 1 0 0 1 1 71.43 67
24 K24 1 1 100 0 1 1 1 1 80 1 0 0 0 0 1 0 28.57 70
25 K25 1 0 50 1 1 0 1 1 80 1 0 0 1 0 0 0 28.57 53
Nilai Rata-rata
per Aspek 70.00 62.40 61.14 64.51
Kognitif
Persentase per
70% 62% 61% 65%
Aspek Kognitif
300
Perhitungan Data Posttest Hasil Belajar per Aspek Kognitif Kelompok Eksperimen
Indikator Hasil Belajar per Aspek Kognitif
C2 C3 C4
Nama
No. 1 2 Nilai 11 12 13 14 15 Nilai 4 5 6 7 8 9 10 Nilai Total
Siswa
Rata-rata Rata-rata Rata-rata Nilai
C B per Siswa C B C B B per Siswa E E D E B D E per Siswa
1 E1 1 1 100 1 1 1 1 1 100 1 1 1 1 1 0 1 85.71 95
2 E2 1 1 100 1 1 1 1 1 100 1 0 1 0 1 1 1 71.43 90
3 E3 1 1 100 0 1 0 1 0 40 1 1 1 1 1 1 1 100 80
4 E4 1 1 100 1 1 0 1 0 60 1 1 1 1 1 1 1 100 87
5 E5 1 1 100 1 1 1 1 1 100 1 0 1 0 1 1 1 71.43 90
6 E6 1 1 100 1 1 0 1 1 80 0 0 0 0 1 0 1 28.57 70
7 E7 1 1 100 0 1 0 1 1 60 1 1 1 1 1 1 1 100 87
8 E8 0 1 50 1 0 0 0 1 40 1 1 1 0 0 1 1 71.43 54
9 E9 1 1 100 0 1 1 1 1 80 1 1 1 1 0 1 1 85.71 89
10 E10 1 1 100 1 1 0 1 1 80 1 1 1 1 1 0 1 85.71 89
11 E11 1 1 100 0 1 0 1 1 60 0 0 1 1 0 1 1 57.14 72
12 E12 1 1 100 1 1 1 1 1 100 0 1 1 1 0 1 1 71.43 90
13 E13 1 1 100 1 0 1 1 1 80 1 1 1 1 1 0 1 85.71 89
14 E14 1 1 100 1 0 1 1 1 80 1 1 0 1 1 1 1 85.71 89
15 E15 1 1 100 1 1 0 1 0 60 1 1 1 1 1 1 1 100 87
16 E16 1 1 100 0 1 0 0 0 20 1 1 1 1 1 1 1 100 73
17 E17 1 1 100 0 1 0 1 1 60 1 1 1 1 1 1 1 100 87
18 E18 1 1 100 1 1 1 1 1 100 0 0 1 1 1 1 1 71.43 90
19 E19 1 1 100 1 1 1 1 1 100 0 0 1 1 1 1 1 71.43 90
301
Descriptives
Statistic Std. Error
Kelompok Kontrol Mean 43.1428 3.81287
95% Confidence Lower Bound 35.2734
Interval for Mean Upper Bound 51.0122
5% Trimmed Mean 43.4920
Median 42.8600
Variance 363.450
Std. Deviation 19.06436
Minimum 7.14
Maximum 71.43
Range 64.29
Interquartile Range 28.57
303
Tests of Normality
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Kelompok Kontrol
.943 25 .172
Kesimpulan:
Uji Shapiro-Wilk menunjukkan nilai Sig. 0,172. Karena nilai Sig. Shapiro-Wilk lebih
besar dari 0,05, maka diterima dan ditolak. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.
304
B. Kelompok Eksperimen
Langkah-langkah dalam melakukan uji normalitas:
1. Tetapkan hipotesis stastistik
sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
2. Gunakan tingkat signifikan 5%
3. Perhatikan significance (sig.) pada output setelah pengolahan data
4. Perhatikan kriteria pengambilan keputusan dibawah ini:
a. Jika (5%) maka diterima, ditolak
b. Jika (5%) maka ditolak, diterima
Descriptives
Statistic Std. Error
Kelompok Mean 42.5712 3.36248
Eksperimen 95% Confidence Lower Bound 35.6314
Interval for Mean Upper Bound 49.5110
5% Trimmed Mean 42.5391
Median 42.8600
Variance 282.657
Std. Deviation 16.81241
Minimum 14.29
Maximum 71.43
Range 57.14
Interquartile Range 28.57
Skewness .240 .464
305
Tests of Normality
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Kelompok Eksperimen
.949 25 .242
Kesimpulan:
Uji Shapiro-Wilk menunjukkan nilai Sig. 0,242. Karena nilai Sig. Shapiro-Wilk lebih
besar dari 0,05, maka diterima dan ditolak. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.
306
Descriptives
Statistic Std. Error
Kelompok Mean 62.8564 3.61868
Kontrol 95% Confidence Lower Bound 55.3878
Interval for Mean Upper Bound 70.3250
5% Trimmed Mean 62.7771
Median 64.2900
Variance 327.370
Std. Deviation 18.09338
Minimum 35.71
Maximum 92.86
Range 57.15
Interquartile Range 35.71
307
Tests of Normality
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Kelompok Kontrol
.932 25 .096
Kesimpulan:
Uji Shapiro-Wilk menunjukkan nilai Sig. 0,096. Karena nilai Sig. Shapiro-Wilk lebih
besar dari 0,05, maka diterima dan ditolak. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.
308
B. Kelompok Eksperimen
Langkah-langkah dalam melakukan uji normalitas:
1. Tetapkan hipotesis stastistik
sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
2. Gunakan tingkat signifikan 5%
3. Perhatikan significance (sig.) pada output setelah pengolahan data
4. Perhatikan kriteria pengambilan keputusan dibawah ini:
a. Jika (5%) maka diterima, ditolak
b. Jika (5%) maka ditolak, diterima
Descriptives
Statistic Std. Error
Kelompok Eksperimen Mean 81.1404 2.32836
95% Confidence Lower Bound 76.3349
Interval for Mean Upper Bound 85.9459
5% Trimmed Mean 82.1400
Median 85.7100
Variance 135.531
Std. Deviation 11.64178
Minimum 50.00
Maximum 92.86
Range 42.86
Interquartile Range 3.57
Skewness -1.642 .464
309
Tests of Normality
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Kelompok Eksperimen
.692 25 .000
Kesimpulan:
Uji Shapiro-Wilk menunjukkan nilai Sig. 0,000. Karena nilai Sig. Shapiro-Wilk lebih
kecil dari 0,05, maka ditolak dan diterima. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal.
310
Kesimpulan:
Uji Levene menunjukkan nilai Sig. 0,554. Karena nilai Sig. lebih besar dari 0,05,
maka diterima dan ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa varian
kedua kelompok sama atau homogen.
311
Kesimpulan:
Uji Levene menunjukkan nilai Sig. 0,009. Karena nilai Sig. lebih kecil dari 0,05,
maka diterima dan ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa varian
kedua kelompok berbeda atau tidak homogen.
312
Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Nilai Kelompok Eksperimen 25 42.5712 16.81241 3.36248
Kelompok Kontrol 25 43.1428 19.06436 3.81287
Equal
variances not -.112 47.261 .911 -.57160 5.08373 -10.79725 9.65405
assumed
Kesimpulan:
Pada tabel Independent Samples Test menunjukkan nilai Sig. 0,911 jika
menggunakan rumus Equal variances assumed maupun rumus Equal variances not
assumed. Karena sampel homogen maka gunakan rumus Equal variances assumed.
Nilai Sig. lebih besar dari 0,05 sehingga diterima dan ditolak. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata hasil
belajar siswa kinesthetic style di kelompok eksperimen dan siswa kinesthetic style
di kelompok kontrol.
314
Test Statisticsa
Nilai
Mann-Whitney U 132.000
Wilcoxon W 457.000
Z -3.647
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Grouping Variable: Kelompok
Kesimpulan:
Hasil di atas menunjukkan bahwa nilai Sig. lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000, sehingga
ditolak dan diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan rata-rata hasil belajar siswa kinesthetic style di kelompok eksperimen
dan siswa kinesthetic style di kelompok kontrol.
315
Jawaban Jumlah
No Nama Siswa Kesimpulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 V A R K
21 IPA1-21 V K V A R R R R R A A A A K K A 2 6 5 3 A
22 IPA1-22 V V K R A V A V R R K A K K K A 4 4 3 5 K
23 IPA1-23 A K K A V V R R R R A R R A K K 2 4 6 4 R
24 IPA1-24 K K K R R V V V R A A A A K K R 3 4 4 5 K
25 IPA1-25 K K V V V K A K V K A R R R K K 4 2 3 7 K
26 IPA1-26 R K V V R V F R R R A R R K K K 3 1 7 4 R
27 IPA1-27 R R K A R V R V R R A R A A K R 2 4 8 2 R
28 IPA1-28 R V V V V V A V R R A R R K V A 7 3 5 1 V
29 IPA1-29 K V K V A V K R V R A R V K K K 5 2 3 6 K
30 IPA1-30 A K K R R V R V R V K R A K K K 3 2 5 6 K
31 IPA1-31 V A K A R V A K R R A K R A K A 2 6 4 4 A
32 IPA1-32 A A V R R V R R R R R V R K K K 3 2 8 3 R
33 IPA1-33 A K K A R R V A R R A K R K A A 1 6 5 4 A
34 IPA1-34 A A K R R R K V V R R R A A K K 2 4 6 4 R
35 IPA1-35 A K V A A V A R V R A R A K K A 3 7 3 3 A
36 IPA1-36 K V K A A K A K V A A A A A R R 2 8 2 4 A
37 IPA1-37 R V K V A V V V R R A R A K K K 5 3 4 4 V
38 IPA1-38 A K K V V R R R V R A R R K K A 3 3 6 4 R
325
Data Hasil Gaya Belajar VARK Kelas X IPA 2 SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan
Jawaban Jumlah
No Nama Siswa Kesimpulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 V A R K
1 IPA2-1 R K V R R R K R R R K K R K K K 1 0 8 7 R
2 IPA2-2 K V V V R V R V R R A R V A K A 6 3 5 2 V
3 IPA2-3 V K V V V A V R V R K R A K K K 6 2 3 5 V
4 IPA2-4 A A K K K A V K V A A R A A V K 3 7 1 5 A
5 IPA2-5 R K V R V V V R A R A R V K R K 5 2 6 3 R
6 IPA2-6 A K K A R V A V A R A R A K K A 2 7 3 4 A
7 IPA2-7 A V K R A V A V R K R R V K K K 4 3 4 5 K
8 IPA2-8 R K V A R V A R V R A R A K A K 3 5 5 3 AR
9 IPA2-9 A A K A A V A R R R A R R R K K 1 6 6 3 AR
10 IPA2-10 K K K A K V R R V R A R R K K K 2 2 5 7 K
11 IPA2-11 K K K A R V A R V K A R V A K R 3 4 4 5 K
12 IPA2-12 V K K A A A A V R R A K A A K K 2 7 2 5 A
13 IPA2-13 V A K R A R A R R R A R A V V K 3 5 6 2 R
14 IPA2-14 V K K V A V R R R K A R K K K A 3 3 4 6 K
15 IPA2-15 K K K A A K A R R R A R A V K A 1 6 4 5 A
16 IPA2-16 R K V V R R A R R R A A A R A K 2 5 7 2 R
17 IPA2-17 V A V A A V A V A R A R A A K A 4 9 2 1 A
18 IPA2-18 R K K V R V A R R R A R R K K V 3 2 7 4 R
19 IPA2-19 K A K A A V K R R R A A A V V K 3 6 3 4 A
20 IPA2-20 V K K V A V A A R A A R A R A A 3 8 3 2 A
21 IPA2-21 K K V R R V A K V R K R K K R A 3 2 5 6 K
326
Jawaban Jumlah
No Nama Siswa Kesimpulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 V A R K
22 IPA2-22 V A K A K V V V V R A R A V K K 6 4 2 4 V
23 IPA2-23 R A V R R R A R R R A R R K K K 1 3 9 3 R
24 IPA2-24 R K R R V R A R R K V R R K K K 2 1 8 5 R
25 IPA2-25 R A V V V V V R V K A R K A K K 6 3 3 4 V
26 IPA2-26 R K V A R V A R V K A A R K K A 3 5 4 4 A
27 IPA2-27 A A K R R V A V R R A R R A K K 2 5 6 3 R
28 IPA2-28 R V K K R V V V R R R R A K K K 4 1 6 5 R
29 IPA2-29 A K K R R V R K V R K R R K K K 2 1 6 7 K
30 IPA2-30 A V K R R V A R A V R R A A K A 3 6 5 2 A
31 IPA2-31 K K A K V V A R V R K K K V K V 5 2 2 7 K
32 IPA2-32 A K K R R V R R R A A R R K K K 1 3 7 5 R
33 IPA2-33 K K V V A V A K R K V R R K K A 4 3 3 6 K
34 IPA2-34 A A K V V V R R A A A K K K K K 3 5 2 6 K
35 IPA2-35 V K A R R A R R R R K K V A K K 2 3 6 5 R
36 IPA2-36 R K K R R A V R A V A R K K K A 2 4 5 5 RK
37 IPA2-37 K R K A V R K V V A A R K A K A 3 5 3 5 AK
327
Data Hasil Gaya Belajar VARK Kelas X IPA 3 SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan
Jawaban Jumlah
No Nama Siswa Kesimpulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 V A R K
1 IPA3-1 R K K A R V V R R A A K A K A A 2 6 4 4 A
2 IPA3-2 V V K V R V K R V R A R A K K K 5 2 4 5 VK
3 IPA3-3 A A K V A R A V V V A R A A K K 4 7 2 3 A
4 IPA3-4 A V K K R R K V V R A A R K K A 3 4 4 5 K
5 IPA3-5 A K K K V V K K V V A R A A K K 4 4 1 7 K
6 IPA3-6 R K K V R V K R V R A R K V K A 4 2 5 5 RK
7 IPA3-7 V V V V A V A R R A K R A K K A 5 5 3 3 VA
8 IPA3-8 A A A A A V A R V R R R A K A R 2 8 5 1 A
9 IPA3-9 A A K A R V A V R K A R A A K K 2 7 3 4 A
10 IPA3-10 R R K R R V A V R R A R A A K K 2 4 7 3 RK
11 IPA3-11 A K K R R V A R R R A K A K K A 1 5 5 5 ARK
12 IPA3-12 A R K R A V A R R V A R A A K K 2 6 5 3 A
13 IPA3-13 R R K V R V A R R A A R A A K K 2 5 6 3 RK
14 IPA3-14 K K K R R V A V R R A R A V K K 3 3 5 5 RK
15 IPA3-15 A A K R R V A K R A A A A K K K 1 7 3 5 A
16 IPA3-16 A K A V V K K A K K A R A K K A 2 6 1 7 K
17 IPA3-17 K A A A V V V R R R K R A K K A 3 5 4 4 A
18 IPA3-18 A A V V A V A A V R A R K V K K 5 6 2 3 A
19 IPA3-19 A V K R A V V R R R K R R A K K 3 3 6 4 R
20 IPA3-20 R K K V R R A R R R A R A K K A 1 4 7 4 R
21 IPA3-21 K K K V A V A A R R A K R K K K 2 4 3 7 K
328
Jawaban Jumlah
No Nama Siswa Kesimpulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 V A R K
22 IPA3-22 A A K A R V R R R V A R A K K A 2 6 5 3 A
23 IPA3-23 A A V A R V K R V A K R R K K K 3 4 4 5 K
24 IPA3-24 V K K R R V K R V V V K R A R K 5 1 5 5 VRK
25 IPA3-25 R K K K A V R K R R A R A A K A 1 5 5 5 ARK
26 IPA3-26 V K V V V V R R K A K R K K K K 5 1 3 7 K
27 IPA3-27 A A K A R V A V R R A R A A K K 2 7 4 3 A
28 IPA3-28 V K A K A V R R V V A K K K K A 4 4 2 6 K
29 IPA3-29 A A K A A V A R V V A R A A K R 3 8 3 2 A
30 IPA3-30 R A K A R R A R V R A R R K A K 1 5 7 3 R
31 IPA3-31 V A V K R V K V V R A R A A K K 5 4 3 4 V
32 IPA3-32 V A K A A A V K V A A R A K K K 3 7 1 5 K
33 IPA3-33 R A K A V A R R V A K R A A K K 2 6 4 4 A
34 IPA3-34 A V V R R V R R R R A R R A K A 3 4 8 1 R
35 IPA3-35 A K K V A V R R R R A R K K K K 2 3 5 6 K
36 IPA3-36 V R V V A A V V A R V A V A K A 7 6 2 1 V
37 IPA3-37 A A K K A R K V V A R R V A K K 3 5 3 5 AK
38 IPA3-38 R K K K A A V K V R A R A A K K 2 5 3 6 K
329
Data Hasil Gaya Belajar VARK Kelas X IPA 4 SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan
Jawaban Jumlah
No Nama Siswa Kesimpulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 V A R K
1 IPA4-1 R K K R A V A R V R R R A K K V 3 3 6 4 R
2 IPA4-2 K V K R A A R R V R A A A K K A 2 6 4 4 A
3 IPA4-3 V R V K A V R V R R A R A K K V 5 3 5 3 VR
4 IPA4-4 R V K V R V R R V R A R R K K K 4 1 7 4 R
5 IPA4-5 A K K R R V R K V V A R R K K K 3 2 5 6 K
6 IPA4-6 R R K R R V A R R R A R R A K K 1 3 9 3 R
7 IPA4-7 R R K V R V A R V V A R R R K K 4 2 7 3 R
8 IPA4-8 R A V V R V R R R A A K F A K R 3 4 6 2 R
9 IPA4-9 A V K R R V K V V R A R R A K A 4 4 5 3 R
10 IPA4-10 A A K A A V A R R R A R A A K R 1 8 5 2 A
11 IPA4-11 V K K R R V K K V R A A K A K K 3 3 3 7 K
12 IPA4-12 V K V A K V A K R K A R A A K R 3 5 3 5 AK
13 IPA4-13 A A K A R V R R R V V K R A K A 3 5 5 3 AR
14 IPA4-14 A A K R A V A V K A K R R K K A 2 6 3 5 A
15 IPA4-15 V K K A A V A R R A A R K A K A 2 7 3 4 A
16 IPA4-16 R K V R R R K R R R A K R V K V 3 1 8 4 R
17 IPA4-17 K A K A R V A R R R A R K K K K 1 4 5 6 K
18 IPA4-18 R K K V A R A V R R K R A A A K 2 5 5 4 AR
19 IPA4-19 A R K K A V A R V R A A R K K R 2 5 5 4 AR
20 IPA4-20 V K K R A V V R R V A K K K K A 4 3 3 6 K
21 IPA4-21 A A K R A V A V A A K R A A K R 2 8 3 3 A
330
Jawaban Jumlah
No Nama Siswa Kesimpulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 V A R K
22 IPA4-22 V K V A A V A R R K A R A A K R 3 6 4 3 A
23 IPA4-23 R A K V R V V R V R A R V A K A 5 4 5 2 VR
24 IPA4-24 R K K V V V A V V V R R K K K A 6 2 3 5 V
25 IPA4-25 K K A K V V K R V F K R R K K K 3 1 3 8 K
26 IPA4-26 A A K R A V A V V V K K K K K A 4 5 1 6 K
27 IPA4-27 A V K R R V K V V A K R A K K A 4 4 3 5 K
28 IPA4-28 A A V R R V K R V V K R A K K V 5 3 4 4 V
29 IPA4-29 R R R K R A K A V A A R R A A K 1 6 6 3 AR
30 IPA4-30 A K V K R V K V A R K A K K K V 4 3 2 7 K
31 IPA4-31 V A V V V V A R A A K K R A K K 5 5 2 4 VA
32 IPA4-32 A A V A A V R R V R A R R A K R 3 6 6 1 AR
33 IPA4-33 V K A A K V K R R V A K R V K A 4 4 3 5 K
34 IPA4-34 V A K K A V V K R R K V K A K K 4 3 2 7 K
35 IPA4-35 V A V V R V K R V R A K K A A R 5 4 4 3 V
36 IPA4-36 V A K R A R A K V R A K K V K R 3 4 4 5 K
37 IPA4-37 A A K A A A A A A R A R A K K V 1 10 2 3 A
38 IPA4-38 R R V V R V V R R R A R R K K K 4 1 8 3 R
331
Data Hasil Gaya Belajar VARK Kelas X IPA 5 SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan
Jawaban Jumlah
No Nama Siswa Kesimpulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 V A R K
1 IPA5-1 K K V R R R K R R R A R A K K K 1 2 7 6 R
2 IPA5-2 R K K V R V R V R R A R A K K K 3 2 6 5 R
3 IPA5-3 A K R A V V V A V A A A R A K K 4 7 2 3 A
4 IPA5-4 A A A K V V V V R R A A K K K K 4 5 2 5 A
5 IPA5-5 R K V A R V K R R R A R R A K A 2 4 7 3 R
6 IPA5-6 V A K R V V V R K V A R R A K A 5 4 4 3 V
7 IPA5-7 A K V V V V V R R R A K A K K R 5 3 4 4 V
8 IPA5-8 K A V V R V A R V R A K K K K R 4 3 4 5 K
9 IPA5-9 A K K A R V A R R A R R R K K A 1 5 6 4 R
10 IPA5-10 K K V K K V R K R R V K K K K A 3 1 3 9 K
11 IPA5-11 V K V A A R V R V R A R R K K A 4 4 5 3 R
12 IPA5-12 A A V A A V A R V V A A A A K A 4 10 1 1 A
13 IPA5-13 R A K A K V R V R V A R R A K A 3 5 5 3 AR
14 IPA5-14 R K K R R V R A R R K R A V K A 2 3 7 4 R
15 IPA5-15 R A K R K V R A R A A R A V K A 2 6 5 3 R
16 IPA5-16 A V V A A V K V V R R A K K K K 5 4 2 5 VK
17 IPA5-17 V A V R V V A V R R K R F K V A 6 3 4 2 V
18 IPA5-18 A V V A V R A R R R A R A A K A 3 7 5 1 A
19 IPA5-19 R K K R A R A A V V A R R K K V 3 4 5 4 R
20 IPA5-20 V A V A R V K A R A K R A A K A 3 7 3 3 A
21 IPA5-21 K K V A K R A R V V V R A K K K 4 3 3 6 K
332
Jawaban Jumlah
No Nama Siswa Kesimpulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 V A R K
22 IPA5-22 R A K R K V R A R A A R A K K A 1 6 5 4 A
23 IPA5-23 A K V K R V A R V A A R R K K K 3 4 4 5 K
24 IPA5-24 A V K A K V A V R A A A K K K K 3 6 1 6 AK
25 IPA5-25 R A V V A A A R V A A R R K K V 4 6 4 2 A
26 IPA5-26 A A V K A V A A R R K A K K K F 2 6 2 5 A
27 IPA5-27 A K K A R V A R V A A R A K K A 2 7 3 4 A
28 IPA5-28 K K K A V A V V R V K R K K K A 4 3 2 7 K
29 IPA5-29 A K V V R V K V R A A R A A K V 5 5 3 3 VA
30 IPA5-30 A A K V A V A R R A A A A A K K 2 9 2 3 A
31 IPA5-31 A K V V A V V A R R A A R A K K 4 6 3 3 A
32 IPA5-32 R A K R R V K V R R A R A K K R 2 3 7 4 R
33 IPA5-33 A V V R V V A R V R A R A K K A 5 5 4 2 VA
34 IPA5-34 A K V R V V R R R R A R R K K A 3 3 7 3 R
35 IPA5-35 R A K R R V K R R R A R A K K R 1 3 8 4 R
36 IPA5-36 A K V V A V V K R A K R R K K K 4 3 3 6 K
37 IPA5-37 R A K R R V K V R R A R A K K R 2 3 7 4 R
38 IPA5-38 A K R A V V V A V A A A R A K K 4 7 2 3 A
333
LAMPIRAN D
ALAT PERAGA GERAK PARABOLA
Tampak Depan
Tampak samping
3. Keran dan Selang
a. Keran berfungsi untuk mengatur kecepatan air yang keluar dari ujung
selang.
b. Selang berfungsi untuk menyalurkan air dan memancarkan air dari tempat
penampungan.
338
3. Letakkan ujung selang pada penyangga di bagian sisi kiri meja lintasan.
1. Kegiatan pretest
4. Kegiatan posttest
344
LAMPIRAN E
SURAT-SURAT PENELITIAN