Anda di halaman 1dari 310

ANALISIS IMPLEMENTASI PROJEK PENGUATAN PROFIL

PELAJAR PANCASILA (P5) MENURUT TEORI AKTIVITAS


ENGESTROM (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 131 JAKARTA
DAN SMA NEGERI 1 PARUNG)

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:
Nurfirda
NIM 11190163000028

PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2023
LEMBAR PENGESAHAN

i
LEMBAR PENGESAHAN

ii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

iii
ABSTRAK

NURFIRDA (11190163000028), ANALISIS IMPLEMENTASI PROJEK


PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA MENURUT TEORI
AKTIVITAS ENGESTROM (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 131
JAKARTA DAN SMA NEGERI 1 PARUNG)
Skripsi Program Studi Tadris Fisika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2022.

Permasalahan utama dalam penelitian ini yaitu, belum adanya penggambaran


implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila yang menjelaskan langkah-
langkah P5 secara lengkap. Peneliti mencoba menyelesaikan permasalahan dengan
menganalisis pelaksanaan P5 menggunakan Teori aktivitas Engestrom untuk
menggambarkan pelaksanaan P5 sebagai sistem aktivitas kolektif. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis studi kasus. Metode
pengumpulan data yang dilakukan berupa wawancara, observasi dan dokumentasi.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 131 Jakarta pada bulan Oktober sampai
November dan SMA Negeri 1 Parung pada bulan Januari sampai April. Narasumber
yang diwawancara pada penelitian ini sebanyak enam orang. Pedoman wawancara
dan observasi disusun menggunakan kerangka kerja Teori aktivitas. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Teori aktivitas Engestrom dapat memberikan gambaran
lengkap mengenai implementasi P5 pada projek “Suara Demokrasi”, “Gaya Hidup
Berkelanjutan”, dan “Bangunlah Jiwa dan Raga”. Selain itu, diperoleh pula hasil
interaksi antar ketiga projek bahwa tindak lanjut yang dapat dilakukan untuk projek
selanjutnya yakni, menjadikan P5 sebagai pembelajaran kontekstual berbasis
projek dan penelitian. Adapun implikasi dari hasil penelitian ini yakni, dapat
dijadikan acuan dan masukan bagi satuan pendidikan, guru, dan peneliti mengenai
gambaran implementasi P5. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
imbas dan menjadi contoh bagi sekolah lainnya.

Kata kunci: Implementasi, Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), Teori
Aktivitas Engstrom.

iv
ABSTRACT

NURFIRDA (11190163000028), ANALYSIS OF PROJEK PENGUATAN


PROFIL PELAJAR PANCASILA (P5) IMPLEMENTATION ACCORDING
TO ENGESTROM ACTIVITY THEORY (CASE STUDY AT SMP NEGERI
131 JAKARTA AND SMA NEGERI 1 PARUNG) Skripsi Department of Physics
Education, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State
Islamic University Jakarta, 2022.
The main problem in this study is that there is no depiction of the implementation
of the Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila which explains the P5 steps in full.
Researchers try to solve the problem by analyzing the implementation of P5 using
Engestrom activity theory to describe the implementation of P5 as a system of
collective activity. This study uses a qualitative research method with a case study
type. Data collection methods carried out in the form of interviews, observation and
documentation. This research was conducted at SMP Negeri 131 Jakarta from
October to November and SMA Negeri 1 Parung from January to April. The
informants who were interviewed in this study were six people. Interview and
observation guidelines were developed using the activity theory framework. The
results of the study show that Engestrom's activity theory can provide a complete
picture of the implementation of P5 in the projects "Voice of Democracy",
"Sustainable Lifestyle", and "Build Mind and Body". In addition, the results of
interactions between the three projects also obtained that follow-ups that could be
carried out for the next project were to make P5 a project-based and research-based
contextual learning. The implications of the results of this study are that they can
be used as a reference and input for educational units, teachers and researchers
regarding the description of the implementation of P5. This research is also
expected to provide an impact and become an example for other schools.

Keywords: Implementation, Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5),


Engstrom Activity Theory.

v
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Assalamu‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah, dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yangberjudul
“Analisis Implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) menurut
Teori Aktivitas Engestrom (Studi Kasus di SMP Negeri 131 Jakarta dan SMA
Negeri 1 Parung)”. Solawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, kepada keluarganya, para sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Apresiasi dan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. Secara khusus, apresiasi dan terimakasih
penulis sampaikan kepada:

1. Ibu Siti Nurul Azkiyah, M.Sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan KeguruanUIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Iwan Permana Suwarna, M.Pd., selaku Kepala Program Studi Tadris
Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.

3. Ibu Ai Nurlela, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang telah


membimbing penulis dengan baik selama kegiatan akademik.

4. Ibu Fathiah Alatas, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan ilmu serta waktunya dalam memberikan arahan dan saran
kepada penulis selama proses pembuatan skripsi.

5. Seluruh dosen, staff, dan karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya Program Studi Tadris Fisika yang telah memberikan ilmu
pengetahuan, pemahaman, dan pelayanan selama proses perkuliahan.

6. Ibu Kartika Budi Tamtama, S.Pd., dan ibu HJ. Melwinda Fitri, S.Pd, M.Pd.

vi
selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 131 Jakarta dan SMA Negeri 1 Parung yang
telah mengizinkan untuk melakukan penelitian.

7. Para guru, staff, karyawan, dan siswa siswi SMP Negeri 131 Jakarta dan SMA
Negeri 1 Parung yang telah memberikan bantuan selama penelitian.

8. Keluarga tercinta, Bapak Agus Salim, Ibu Nurmiati, Nenek Hawang dan Lala
yang selalu memberikan doa, kasih sayang, motivasi, dan dukungan yang
sangat luar biasa kepada penulis.

9. Keluarga besar CEO FAMS yang selalu bersedia memberikan semangat,


dukungan, dan tempat bercerita.

10. Kepada Andi Risda, Fera Wati, Mutmainnah, Nurul Fadiah, dan Putri Amelia
yang selalu bersedia memberikan semangat, dukungan, doa, dan tempat
bercerita.

11. Keluarga besar Pendidikan Fisika angkatan 2019 yang telah memberikan
inspirasi dan motivasi yang sangat besar kepada penulis.

12. Kepada Fiqih Fuadatusaadah, Rifati Aisya Hakima dan Ucu Sugiarti yang
selalu menjadi tempat bercerita dan bertukar ide serta memberikan bantuan
dan motivasi kepada penulis.

13. Kepada Kak Yuli, Kak Aghita, Kak Nida dan Kak Okta yang selalu
memberikan nasehat dan dukungan kepada penulis.

14. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

15. Untuk diri saya (Nurfirda) masyaAllah kamu hebat, keren sudah berusaha
kuat bertahan sampai akhir, berusaha melakukan yang terbaik. Semangat
melanjutkan perjuangan lagi!!!

Semoga segala bentuk bantuan, dorongan, saran dan bimbingan yang


diberikan kepada penulis akan mendapatkan balasan terbaik dari Allah SWT.
Aamiin.

vii
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
penulis harapkan untuk perbaikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.

Walhamdulillaahirabbil’aalamin

Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakatuh

Jakarta, 4 Juli 2022

Penulis

viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ...................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
ABSTRACT .............................................................................................................v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................................1
B. Identifikasi Masalah .....................................................................................4
C. Pembatasan Masalah ....................................................................................4
D. Rumusan Masalah ........................................................................................4
E. Tujuan Penelitian..........................................................................................5
F. Manfaat Penelitian .......................................................................................5
BAB II KAJIAN TEORI .......................................................................................6
A. Kajian Teori ..................................................................................................6
1. Teori Aktivitas ........................................................................................6
2. Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila ...........................................13
B. Hasil Penelitian yang Relevan ...................................................................18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................22
A. Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................................22
B. Latar Penelitian (Setting)............................................................................22
C. Metode Penelitian.......................................................................................23
D. Prosedur Pengumpulan Data ......................................................................24
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ........................................32

ix
F. Analisis Data ..............................................................................................33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................36
A. Penjabaran Komponen Teori Aktivitas .......................................................36
B. Hubungan Sistem Aktivitas ........................................................................76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................87
A. Kesimpulan ................................................................................................88
B. Implikasi.....................................................................................................88
C. Saran ...........................................................................................................89
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................90
LAMPIRAN ..........................................................................................................93

x
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara ............................................................................25


Tabel 3.2. Narasumber Penelitian ..........................................................................28

Tabel 3.3. Pedoman Observasi ..............................................................................29

Tabel 4.1. Komponen Hasil Projek “Suara Demokrasi” .......................................67

Tabel 4.2. Komponen Hasil Projek “Gaya Hidup Berkelanjutan” ........................69

Tabel 4.3. Komponen Hasil Projek “Bangunlah Jiwa dan Raganya” ....................71

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Model kompleks dari sistem aktivitas generasi kedua ......................7
Gambar 2.2 Tiga sistem aktivitas dan objek yang berpotensi dibagi ..................10
Gambar 3.1. Proses Reduksi data pada aplikasi Quirkos .....................................33
Gambar 3.2. Hasil penyajian data pada aplikasi Quirkos .....................................34
Gambar 4.1. Pendampingan kepada siswa mengerjakan Lembar Kerja ..............45
Gambar 4.2. Siswa menggali permasalahan terkait pemilihan ketua dan Wakil
Ketua OSIS ............................................................................................................46
Gambar 4.3. Siswa menjadi tim sukses untuk pemilihan ketua OSIS dengan
membuat poster dukungan .....................................................................................47
Gambar 4.4. Siswa mengikuti proses pemungutan suara .....................................47
Gambar 4.5. Siswa memaparkan hasil pemungutan suara pemilihan ketua OSIS
................................................................................................................................47
Gambar 4.6. Siswa melakukan panen karya .........................................................48
Gambar 4.7. Siswa belajar mengenai permasalahan lingkungan Hidup, Perubahan
Iklim dan Masalah Pengelolaan Sampah ...............................................................49
Gambar 4.8. Siswa melakukan tahap kontekstualisasi dengan melakukan analisis
SWOT ....................................................................................................................50
Gambar 4.9. Siswa sedang berdiskusi merencanakan projek P5 ..........................51
Gambar 4.10. Siswa sedang melakukan aksi pembuatan produk olahan sampah.
................................................................................................................................51
Gambar 4.11. Hasil produk P5 .............................................................................52
Gambar 4.12. Siswa melakukan panen karya .......................................................52
Gambar 4.13. Siswa dan guru melakukan evaluasi ..............................................53
Gambar 4.14. Siswa belajar mengenai isu perundungan ......................................53
Gambar 4.15. Siswa melakukan Analisis SWOT terhadap masalah lingkungan
disekolah dengan membuat poster ........................................................................ 54

xii
Gambar 4.16. Siswa dan guru bersama merencanakan letak sarana dan prasarana
panen karya ............................................................................................................55
Gambar 4.17. Siswa melakukan latihan drama musikal sebagai bentuk kampanye
anti perundungan ................................................................................................. 55
Gambar 4.18. Siswa melakukan penataan panggung untuk persiapan panen
karya .................................................................................................................... 56
Gambar 4.19. Siswa melakukan panen karya ................................................... 56
Gambar 4.20. Siswa dan guru melakukan evaluasi .......................................... 57
Gambar 4.21. Sistem Aktivitas 1 (Projek “Suara Demokrasi”) ......................... 75
Gambar 4.22. Sistem Aktivitas 2 (Projek “Gaya Hidup Berkelanjutan”).......... 76
Gambar 4.23. Sistem Aktivitas 1 (Projek “Bangunlah Jiwa dan Raganya”) ..... 76
Gambar 4.24. Interaksi tiga Sistem Aktivitas .................................................... 86

xiii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A Instrumen Penelitian .................................................................93
Lampiran A.1 Pedoman Wawancara ....................................................................94
Lampiran A.2 Pedoman Observasi .......................................................................97
Lampiran A.3 Lembar Validasi .......................................................................... 117

LAMPIRAN B Analisis Data Penelitian .........................................................123


LAMPIRAN C Dokumentasi Penelitian ..........................................................208
Lampiran C.1 Surat Bimbingan Skripsi .............................................................219
Lampiran C.2 Profil Sekolah..............................................................................220
Lampiran C.3 Surat Permohonan Izin Penelitian ...............................................219
Lampiran C.4 Surat Keterangan Penelitian ........................................................221
Lampiran C.5 Uji Referensi ...............................................................................222
Lampiran C.6 Dokumentasi Penelitian ..............................................................289

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kurikulum merdeka memiliki tujuan agar peserta didik memiliki kecakapan
dan kepribadian yang sesuai dengan profil pelajar Pancasila.1 Profil pelajar
Pancasila yang dimaksud adalah pelajar sepanjang hayat yang kompeten,
berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila.2 Pada profil pelajar
Pancasila terdiri dari enam dimensi, yaitu: 1) beriman, bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, 2) mandiri, 3) bergotong-royong, 4)
berkebinekaan global, 5) bernalar kritis, dan 6) kreatif.3 P5 adalah singkatan dari
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila yang memberikan peserta didik
kesempatan untuk mengalami pengetahuan sebagai proses penguatan karakter dan
pembelajaran terkait lingkungan sekitarnya.4 Hal ini menunjukkan bahwa projek
ini merupakan bagian kurikulum merdeka yang dapat dijadikan sarana untuk
memperoleh dimensi profil pelajar Pancasila yang tidak hanya fokus pada
kemampuan kognitif, tetapi juga sikap dan perilaku sesuai dengan jati diri sebagai
bangsa Indonesia dan warga dunia.
Pada pelaksanaan P5 masih banyak ditemukan guru yang belum memahami
pelaksanaannya. Ketidakpahaman terhadap pelaksanaan P5 disebabkan karena
pelaksanaan P5 di tahun pertama ini guru belum memiliki modul sebagai panduan
pelaksanaan P5, sehingga guru masih meraba-raba terkait pelaksanaannya.5
Menurut penelitian Safitri, rendahnya kompetensi guru dalam pelaksanaan P5

1
Meilin Nuril Lubaba and Iqnatia Alfiansyah, “Analisis Penerapan Profil Pelajar Pancasila
dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik di Sekolah Dasar,” n.d., h. 690.
2
Harjatayana, T. Y. dkk. 2022. “Panduan Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila”, (Jakarta: Kemetrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi,2022), h.4
3
Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, Dan Asesmen Pendidikan Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Nomor 009/H/Kr/2022 tentang Dimensi, Elemen,
Dan Subelemen Profil Pelajar Pancasila Pada Kurikulum Merdeka
4
Harjatayana, loc. cit.
5
Desi Aulia, Hadiyanto, and Rusdinal, “Analisis Kebijakan Kurikulum Merdeka Melalui
Implementasi Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila di Sekolah Dasar,” Jurnal Pemikiran dan
Pengembangan Sekolah Dasar (JP2SD) 11, no. 1 (April 27, 2023): h. 125.

1
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang pelaksanaan P5.6 Jadi, di dalam
pembelajaran P5, guru belum terbiasa sehingga, membuat kurangnya pemahaman
terkait pelaksanaan P5.
Hal ini sesuai dengan penelitian Yeni Fitriya dan Ardiyan Latif guru masih
awam dalam mendesain P5.7 Menurut penelitian Tantan Hadian, program P5 masih
baru sehingga, belum menemukan model yang baik untuk merencanakan,
melaksanakan, atau mengevaluasi P5 yang harus dilakukan baik oleh sekolah
maupun oleh pembimbing.8 Akibatnya implementasi P5 di sekolah masih menjadi
sebuah persoalan. Karena, adanya kesulitan dalam membedakan antara model
pembelajaran berbasis projek di kegiatan intrakurikuler dengan projek profil pelajar
Pancasila. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian tentang bagaimana
implementasi P5 di satuan pendidikan sehingga, diharapkan dari penelitian ini akan
dapat menampilkan sebuah model dari pelaksanaan P5 secara lengkap di satuan
pendidikan yang berencana dan berkeinginan melaksanakan P5.
Penelitian yang dilakukan oleh Roslani Supinah,dkk menunjukkan bahwa
kegiatan projek di SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan terdapat lima tahap alur
perencanaan, kegiatan proyek berjalan sesuai rencana dan tujuan selaras dengan
karakter yang dituju pada profil pelajar Pancasila yaitu mandiri, kreatif dan
kooperatif.9 Penelitian yang dilakukan Diah Ayu Saraswati, dkk menunjukkan
bahwa kegiatan P5 berlangsung dalam dua tahap, yaitu tahap konseptual dan tahap
kontekstual.10 Penelitian yang dilakukan oleh Meilin Nuril Lubaba dan Iqnatia
Alfiansyah menunjukkan bahwa guru memiliki strategi dalam

6
Dwi Etika Hera Pradani Safitri, “Analisis Kebutuhan Pengembangan Kompetensi Guru
Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) dalam melaksanakan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
(P5),” Jurnal Tambora 7, no. 1 (Februari, 2023), h. 297.
7
Yeni Fitriya and Ardiyan Latif, “Miskonsepsi Guru terhadap Implementasi Proyek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila di Sekolah Dasar,” 2022.h. 139.
8
Israwati Amir, Nursalam Nursalam, and Irvan Mustafa, “Tantangan Implementasi Nilai-
Nilai Profil Pelajar Pancasila dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Kurikulum Merdeka
Belajar,” GHANCARAN: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, December 5, 2022, h.
1661.
9
Roslani Supinah, Ishaq Noriadin, and Cucu Suryani, “Best Practices for Strengthening
Students’ Pancasila Profile on the Theme of Entrepreneurship” 8, no. 1 (2023): p.42.
10
Diah Ayu Saraswati et al., “Analisis Kegiatan P5 di SMA Negeri 4 Kota Tangerang
sebagai Penerapan Pembelajaran Terdiferensiasi pada Kurikulum Merdeka,” JURNAL
PENDIDIKAN MIPA 12, no. 2 (June 14, 2022), h. 185.

2
mengimplementasikan profil siswa dalam Pancasila.11 Penelitian yang dilakukan
oleh Ita Yuniastuti Zuhriyah, dkk menunjukkan tema Kewirausahaan membuat
peserta didik tertarik untuk berwirausaha sejak dini.12 Penelitian yang dilakukan
oleh Syarifah Ida Farida, dkk menunjukkan bahwa murid-murid memahami
karakter yang ada di Profil Pelajar Pancasila dan bisa mengamalkan sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila.13 Dari penelitian yang dijabarkan belum ada yang menjelaskan
secara lengkap terkait implementasi P5.
Berdasarkan permasalahan diatas maka, diperoleh solusi yang dapat
diterapkan dengan menggunakan Teori aktivitas. Menurut Engeström (1999) Teori
aktivitas dapat digunakan untuk menganalisis praktik yang dilakukan secara
kolektif.14 Teori aktivitas merupakan sebuah kerangka kerja yang mampu
menjelaskan aktivitas manusia berdasarkan pada studi konsep-konsep baru dan
model-model aktivitas manusia.15 Penelitian yang dilakukan Ikmanda Nugraha,
Tatang Suratno menyimpulkan bahwa melalui teori aktivitas sebuah kegiatan
Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS) LSBS dapat digunakan untuk menganalisis
dan mengkarakterisasi aktivitas yang terjadi selama kegiatan LSBS dilakukan.
Penelitian yang dilakukan oleh Renzo Bravo Olavarría menyimpulkan bahwa
penggunaan Teori aktivitas Engeström dapat mengatasi kekurangan literatur
kepemimpinan sekolah.16

11
Lubaba and Alfiansyah, “Analisis Penerapan Profil Pelajar Pancasila dalam
Pembentukan Karakter Peserta Didik di Sekolah Dasar”. Jurnal Pendidikan, Sains dan Teknologi
Vol. 9. 2022, h. 687.
12
Ita Yuniastuti Zuhriyah, M Subandow, dan Hari Karyono, “Pelaksanaan Proyek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila: Studi di SMA Negeri 4 Probolinggo” 6 (2023), h. 319.
13
Syarifah Ida Farida, Rahadyan Tajuddien, and Cornelia Dumarya Manik, “Penguatan
Profil Pelajar Pancasila bagi Murid MTs. Baitis Salmah Ciputat dalam Menciptakan Generasi
Sumber Daya Manusia yang Unggul,” Indonesian Journal of Society Engagement 3, no. 2
(September 4, 2022): h. 91, https://doi.org/10.33753/ijse.v3i2.84.
14
Yrjö Engeström, Reijo Miettinen, and Raija-Leena Punamäki-Gitai, eds., Perspectives
on Activity Theory, Learning in Doing (International Congress for Research on Activity Theory,
Cambridge ; New York: Cambridge University Press, 1999), p. 9.
15
Katsuhiro Yamazumi, “Activity Theory and the Transformation of Pedagogic Practice,”
Educational Studies in Japan 1, no. 0 (2006), p.79.
16
Renzo Bravo Olavarría, Using Cultural-Historical Activity Theory (Chat) to Study The
Relationship Between School Leadership and Organisational Change, n.d., 2013,p. ii, tidak
dipublikasikan.

3
Kelebihan dalam penelitian ini yaitu menggunakan analisis menurut Teori
aktivitas Engstrom, dimana P5 ditinjau sebagai aktivitas kolektif untuk
menggambarkan implementasi P5 di lingkungan sekolah secara lengkap.
Berdasarkan latar belakang permasalahn yang telah dikemukakan, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Implementasi Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) menurut Teori Aktivitas Engeström
(Studi Kasus di SMP Negeri 131 Jakarta dan SMA Negeri 1 Parung)”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila merupakan program baru yang
diusung dalam kurikulum merdeka. Akibatnya masih ada pendidik yang
belum memahami pelaksanaannya.
2. Penelitian terkait projek Profil Pelajar Pancasila belum ada yang menjelaskan
keseluruhan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam melaksanakan P5.

C. Pembatasan Masalah
Adapun pembatasan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Teori Aktivitas yang digunakan adalah berdasarkan pendapat Engeström,
diantaranya : (1) Objek, (2) Subjek, (3) Alat, (4) Aturan, (5) Komunitas, (6)
Pembagian Kerja, (7) Hasil.
2. Implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang diteliti
hanya pada pendidikan menengah.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini ialah bagaimana Teori Aktivitas menurut Engeström digunakan
untuk menganalisis implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).

4
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini ialah
mengetahui penggunaan Teori Aktivitas menurut Engeström untuk menganalisis
implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan oleh peneliti dalam penelitian ini dapat
memberikan pengaruh nyata, khususnya:
1. Bagi pendidik, diharapkan penelitian ini menambah pengetahuan terkait P5
yang dapat diterapkan di dalam lingkungan sekolah untuk meningkatkan
kompetensi peserta didik.
2. Bagi peserta didik, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan solusi dalam
memahami P5.
3. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu
sumber informasi dan bahan rujukan untuk menambah pemahaman terkait P5
dan mengembangkan penelitian selanjutnya.

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Teori Aktivitas
a. Pengertian Teori Aktivitas
Teori aktivitas digunakan menganalisis sistem aktivitas manusia secara
holistik (Engestrom, 1999; Jonassen & Rohrer-Murphy, 1999). Dalam Teori
aktivitas, setiap aktivitas dianalisis sebagai bagian dari aktivitas kolektif. Selain itu,
Teori aktivitas dapat dijadikan sebagai kerangka kerja untuk memahami
keseluruhan aktivitas manusia dalam konteks lingkungan yang relevan (Bodker,
1991).17 Contohnya, pada penelitian mengenai aktivitas dengan tujuan
pembelajaran, peneliti harus berusaha untuk memeriksa individu-individu yang
terlibat dalam aktivitas dan komponen aktivitas seperti objek aktivitas, alat mediasi,
komunitas, dan aturan panduan. Selain itu, individu atau kelompok yang bertindak
berusaha untuk mencapai suatu hasil.

b. Pemodelan Sistem Aktivitas


Teori aktivitas generasi kedua dikemukakan oleh Engeström. seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.1.

17
Tiffany A Koszalka and Chun-Ping Wu, “A Cultural Historical Activity Theory [CHAT]
Analysis of Technology Integration: Case Study of Two Teachers” (n.d.), p. 493.

6
Gambar 2.1. Model kompleks dari sistem aktivitas generasi kedua

Pada Gambar 2.1 Engstrom menggambarkan struktur sistem aktivitas yang


muncul sebagai kolaborasi teoretis aktivitas internasional. Subjek telah diubah,
bukan lagi sebagai individu. Sebaliknya, subjek menempatkan diri dalam kelompok
cendekiawan internasional yang beragam yang menciptakan organisasi ini. Teori
aktivitas tetap menjadi objek yang menghubungkan tindakan subjek dan aktivitas
kolektif. Hasil yang diproyeksikan terdiri dari makna-makna baru yang penting.
Proyeksi dari objek ke hasil inilah yang samar-samar dibayangkan. berfungsi
sebagai motif dari aktivitas ini dan memberi makna yang lebih luas pada tindakan
yang dilakukan. Selain warisan sekolah budaya-sejarah yang diobjekkan dalam
teks, alat mediasi terpenting dalam sistem kegiatan ini adalah pertemuan dan
publikasi internasional. Basis sosial dari aktivitas ini adalah komunitas
cendekiawan dunia yang tertarik pada teori aktivitas. Aturannya berupa undang-
undang yang sangat fleksibel dari penyelenggara kongres internasional tentang
teori aktivitas yakni, ISCRAT. Terakhir, pembagian kerja di dalam ini terdiri dari
beberapa lapis. Pada Teori aktivitas generasi kedua ini, Engstrom menambahkan
tiga komponen tambahan yakni, aturan, komunitas, dan pembagian kerja dalam
bentu skema seperti pada Gambar 2.2.18
Skema Ini menunjukkan bagaimana hubungan antara subjek dan objek adalah
tidak langsung. Melainkan dimediasi oleh berbagai komponen, termasuk alat,

18
Yrjö Engeström et.al, op. cit, p. 30–31.

7
aturan, komunitas, dan pembagian kerja. Tanda panah di antara komponen
menunjukkan bahwa mereka bukan komponen statis yang ada dalam isolasi satu
sama lain, tetapi dinamis dan terus berinteraksi dengan komponen lain (Gronn,
2002). Bagian atas segitiga mewakili tindakan individu dan kolektif yang tertanam
dalam sistem aktivitas. Bagian bawah mengacu pada pembagian kerja antara
anggota masyarakat dan aturan yang mengatur kegiatan itu sendiri. Representasi
oval objek digunakan untuk menunjukkan bahwa perbuatan berorientasi objek
dicirikan oleh interpretasi dan potensi perubahan (Engeström, 2001; Leontiev,
1981). Berikut penjelaskan masing-masing komponen ini, diantaranya:
1) Subjek
Subjek mengacu pada pihak-pihak yang termasuk dalam kegiatan dan
melakukan tindakan untuk mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya, anggota
masyarakat harus menjalankan peran mereka secara efektif agar subjek dapat
mencapai hasil yang diharapkan.
2) Objek
Objek mengacu pada aktivitas yang dilakukan untuk mencapai tujuan
tertentu. Dalam konteks pendidikan dapat dikatakan bahwa tujuan dari aktivitas
pembelajaran adalah untuk menghasilkan warga negara yang memiliki pengetahuan
dan keterampilan untuk menjadi bagian dari masyarakat. Teori ini mengasumsikan
bahwa aktivitas dimotivasi dengan mengubah objek menjadi hasil. Objek dapat
berupa bahan atau ide. Mengacu pada Leontiev (1978), sebuah objek, prestasi
akademik siswa, dapat diubah menjadi sebuah hasil. Ia menekankan pentingnya
objek suatu aktivitas, yang berkaitan dengan tujuan dan motif aktivitas peserta
(Yamagata-Lynch, 2010).
3) Hasil
Aktivitas diarahkan untuk mencapai hasil oleh subjek aktivitas (Issroff &
Scanlon, 2002; Roth & Lee, 2007; Roth & Tobin, 2002). Semua sarana sistem
aktivitas berperan dalam perubahan tersebut melalui mediasi (Gedera, 2015;
Nussbaumer, 2012; Postholm, 2015).

8
4) Alat
Alat adalah media yang digunakan untuk memudahkan dan membantu proses
dalam melakukan aktivitas. Alat digunakan “untuk mengungkap sumber daya sosial
dan material yang menonjol dalam aktivitas” (Roth & Lee, 2007, hal. 197). Adapun
alat teoretis digunakan untuk menyoroti apa yang diharapkan oleh para guru dari
aktivitas tersebut dan apakah dukungan tersebut memengaruhi pengembangan
keterampilan akademik siswa dan menghasilkan hasil tes yang andal yang dapat
digunakan untuk membandingkan dan memeringkat siswa, guru, dan sekolah
mereka.
5) Komunitas
Dalam komunitas, subjek aktivitas bekerja sama untuk mencapai tujuan.
Masyarakat memungkinkan kerjasama dengan berbagai divisi tenaga kerja
tergantung pada kebutuhan untuk mencapai tujuan (Nussbaumer, 2012).
6) Aturan
Aturan dibuat untuk mengarahkan dan mengatur aktivitas. Tanpa aturan,
mungkin ada benturan kepentingan yang mencegah atau menghambat pencapaian
hasil (Issroff & Scanlon, 2002). Aturan dibuat untuk mencegah hambatan tersebut
dan menjaga ketertiban. Aturan dapat dibuat oleh pihak atau kelompok tertentu
yang berwenang secara kolektif untuk melakukan kompromi (Jonassen &
RohrerMurphy, 1999; Postholm, 2015).
7) Pembagian Kerja
Pembagian kerja berkaitan dengan pembagian tugas untuk memperoleh hasil
(Engestrom, 2000). Contohnya, Pembagian kerja tentang bagaimana siswa
mengelola pembelajaran mereka.19
Engstrom pada Gambar 2.2 juga telah meletakkan anak panah berbentuk petir
di antara objek dan alat perantara, di satu sisi (nomor 1), dan di antara objek dan
pembagian kerja, di sisi lain (nomor 2). Model ini menunjukkan bahwa akan sangat
bermanfaat dalam menganalisis konteks aktivitas yang lebih luas. Ini menunjukkan

19
Erina Andriani, Aletheia Ajeng Priskananda, and Markus Budiraharjo, “A Cultural-
Historical Activity Theory (CHAT) Analysis on Educational Psychology Class: The Challenges in
Delivering a Fully Online Classroom Environment,” Journal of Foreign Language Teaching and
Learning 7, no. 1 (January 21, 2022): PRESS, pp 47-50.

9
bahwa kontradiksi dapat membentuk dan mengembangkan pemikiran dan tindakan
individu yang terlibat dalam kegiatan sosial.
Teori aktivitas generasi ketiga mencakup hubungan antara berbagai sistem
aktivitas. Engstrom mencirikan perluasan unit analisis dari sistem aktivitas tunggal
menjadi dua atau lebih sistem aktivitas yang saling berhubungan. Teori aktivitas
generasi ketiga menyediakan model untuk analisis dua (atau lebih) sistem aktivitas
dan mencari makna di dalam sistem individu dan pada titik di mana mereka
berpotongan (Roth & Lee, 2007).

Gambar 2.2 Tiga sistem aktivitas dan objek yang berpotensi dibagi
(Engeström, 2002)
Gambar 2.2 mengilustrasikan Teori aktivitas generasi ketiga yang
menunjukkan hubungan dari tiga sistem aktivitas yang saling berhubungan. Titik
perpotongan dari ketiga sistem aktivitas tersebut adalah objek aktivitas yang secara
potensial dibagi atau dibangun bersama. Setiap sistem aktivitas memiliki objeknya
sendiri yang berinteraksi dengan objek bersama.20

20
Saud Albusaidi, “Using Activity Theory to Explain How a Student Learns in an
Internationalised Classroom from a Sociocultural Perspective,” Journal of Language Teaching and
Research 10, no. 6 (November 1, 2019), p. 1142.

10
c. Tahapan Pengumpulan Data Teori Aktivitas
Dalam penelitian kualitatif studi kasus dibutuhkan kerangka kerja yang
berfungsi untuk dalam teknik pengumpulan data. Teori Aktivitas sebagai kerangka
teori dapat menunjukkan bagaimana penelitian dibentuk untuk mengintegrasikan
pertanyaan penelitian. 21 Menurut Engeström dan Miettinen (1999) narasumber dari
sistem aktivitas memfasilitasi pengetahuan peneliti tentang bagaimana sistem
aktivitas dibangun.22
Dari perspektif ini, wawancara digunakan untuk memahami aktivitas yang
dilakukan. Adapun pedoman wawancara yang peneliti buat berdasarkan kerangka
kerja teori aktivitas menggunakan pertanyaan analitis dari model delapan langkah
yang dirancang oleh Mwanza et al. (dalam Renzo Bravo Olavarría, 2013) Model
delapan langkah menangkap metodologi yang didasarkan pada teori aktivitas.
1) Objek: Mengapa kegiatan itu dilakukan?
2) Subjek: Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ini?
3) Alat: Dengan cara apa subjek melakukan aktivitas ini?
4) Aturan: Apakah ada norma budaya, aturan, atau peraturan yang mengatur
kinerja aktivitas?
5) Pembagian kerja: Siapa yang bertanggung jawab atas apa, kapan aktivitas
dilakukan, dan bagaimana peran diatur?
6) Komunitas: Bagaimana lingkungan di mana kegiatan ini dilakukan?
7) Hasil: Apa hasil yang diinginkan dari pelaksanaan kegiatan ini?23

Pedoman Observasi juga sangat penting untuk memahami sistem aktivitas.


Mwanza et al. (dalam Renzo Bravo Olavarría, 2013) komponen-komponen sistem
yang perlu diobservasi sebagai berikut:
1) Subjek: yaitu, siapa melakukan apa dalam sistem kegiatan?
2) Aturan yang membatasi dan membenarkan tindakan di dalam departemen.
3) Tujuan tindakan sebagaimana ditentukan oleh wawancara.
4) Pembagian dan pembagian tugas serta hubungan status antar peserta.

21
Tiffany A Koszalka and Chun-Ping Wu, op. cit., p. 499 - 500.
22
Yrjö Engeström et.al, op. cit, p. 10.
23
Renzo Bravo Olavarría, op. cit., p. 94–95.

11
5) Komentar pengamat.24

d. Tahapan Analisis Teori Aktivitas


Adapun pendekatan oleh Jonassen dan Rohrer-Murphy (1999) untuk
menggunakan teori aktivitas terdiri atas enam langkah, dijelaskan sebagai berikut:
1) Langkah 1: Perjelas Tujuan Sistem Kegiatan
Langkah pertama berfokus pada klarifikasi motif dan tujuan (outcome) dari
sistem kegiatan. Tujuan utamanya adalah untuk memahami konteks di mana
aktivitas terjadi dan motivasi untuk aktivitas bersama dengan interpretasi
kontradiksi yang dirasakan (Jonassen & Rohrer-Murphy, 1999). Pertanyaan
panduan untuk langkah ini meliputi:
a) Peserta atau kelompok apa yang terlibat dalam keberhasilan penyelesaian
kegiatan?
b) Apa tujuan dan motif subjek?
c) Harapan apa yang ada pada subjek? Siapa yang menetapkan harapan itu?
Pihak yang berkontribusi pada dinamika situasi yang sedang ditinjau?
2) Langkah 2: Menganalisis Sistem Aktivitas
Pada langkah ini sistem aktivitas yang diinginkan dijelaskan secara lebih
rinci. Dengan kata lain, ini berfokus pada deskripsi komponen sistem aktivitas.
Beberapa pertanyaan panduan yang direkomendasikan untuk langkah ini meliputi:
a) Siapa saja peserta dalam sistem aktivitas? Apa peran mereka?
b) Apa hasil yang diharapkan dari kegiatan tersebut?
c) Apa yang akan digunakan oleh komunitas untuk mencapai tujuan?
d) Apa aturan atau peran yang tersirat untuk setiap anggota kelompok?
e) Apa tujuan atau motif dari kegiatan tersebut dan bagaimana hubungan antara
tujuan dan komunitas?
f) Bagaimana pembagian kerja dalam sistem aktivitas?
3) Langkah 3: Menganalisis Jenis-Jenis Alat dan Mediator

24
Olavarría, “Using Cultural-Historical Activity Theory (Chat) To Study the Relationship Between
School Leadership and Organisational Change,” n.d., p. 91.

12
Berikan pemeriksaan yang cermat tentang jenis-jenis alat yang terlibat dalam
mencapai tujuan. Baik berupa alat fisik (instrumen) maupun kognitif (metode,
bahasa, prosedur) tetapi juga aturan dan peran yang membentuk aktivitas
(formalisme, dan hukum, bentuk organisasi kerja). Pada langkah ini, pertanyaan-
pertanyaan penting yang perlu diajukan adalah sebagai berikut:
a) Alat apa yang mungkin digunakan dalam kegiatan ini? Seberapa tersedia alat
tersebut bagi peserta?
b) Apa alat fisik (instrumen, mesin) dan kognitif (tanda, prosedur, metode,
bahasa, formalisme, hukum) yang digunakan untuk melakukan aktivitas
dalam pengaturan yang berbeda dan lintas aktivitas (projek)?
c) Aturan, hukum, atau asumsi formal atau informal apa yang memandu
aktivitas di mana orang terlibat?
d) Siapa komunitasnya?
e) Bagaimana pengaruhnya terhadap pembagian kerja?
4) Langkah 4: Menganalisis Dinamika Sistem Aktivitas
Pada langkah ini dilihat interaksi di antara semua komponen sistem aktivitas.
pertanyaan kunci yang harus dijawab dalam langkah ini yakni, bagaimana
hubungan tumpang tindih yang ada di dalam komponen sistem ?.25

2. Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)


a. Pengertian P5
Projek Penguatan profil Pelajar Pancasila yang disingkat P5 adalah sarana
untuk menanamkan nilai karakter dan kemampuan yang dibangun dalam kehidupan
sehari-hari dan terdapat dalam diri peserta didik yang diterapkan pada tingkat
satuan Pendidikan. P5 ini merupakan salah satu bentuk perealisasian untuk
membentuk peserta didik yang memiliki Profil pelajar Pancasila yang melibatkan
enam dimensi utama seperti beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak

25
David H, Jonassen & Rohrer-Murphy, L. Activity theory as a framework for designing
constructivist learning environments. Educational Technology Research and Development, 47,
(1999), pp. 61-79.

13
mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan
kreatif (Juliani & Bastian, 2021).26

b. Tujuan P5
Visi pendidikan Indonesia perlu dipahami oleh murid-murid yaitu
mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui
terciptanya pelajar Pancasila. Profil Pelajar Pancasila merupakan jawaban atas
profil (kompetensi) yang ingin dihasilkan oleh sistem pendidikan Indonesia.
“Pelajar Indonesia merupakan pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter,
dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila.” sehinga, P5 memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk “mengalami pengetahuan” sebagai proses pembentukan
karakter dan memberikan kesempatan untuk belajar dari lingkungan sekitarnya.
Maka, digarapkan melalui P5 ini peserta didik dapat ikut berkontribusi bagi
lingkungan sekitarnya.27

c. Tema P5
Tema-tema utama projek penguatan profil pelajar Pancasila yang dapat
dipilih oleh satuan pendidikan adalah sebagai berikut.
1) Gaya Hidup Berkelanjutan
Peserta didik memahami dampak aktivitas manusia, baik jangka pendek
maupun panjang, terhadap kelangsungan kehidupan di dunia maupun lingkungan
sekitarnya. Peserta didik juga membangun kesadaran untuk bersikap dan
berperilaku ramah lingkungan, mempelajari potensi krisis keberlanjutan yang
terjadi di lingkungan sekitarnya serta mengembangkan kesiapan untuk menghadapi
dan memitigasinya. Tema ini ditujukan untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA, SMK/MAK, dan sederajat.

26
Nugraheni Rachmawati et al., “Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dalam
Impelementasi Kurikulum Prototipe di Sekolah Penggerak Jenjang Sekolah Dasar,” Jurnal Basicedu
6, no. 3 (March 28, 2022), pp. 3614–3615.
27
Syarifah Ida Farida, Rahadyan Tajuddien, and Cornelia Dumarya Manik, “Penguatan
Profil Pelajar Pancasila bagi Murid MTs. Baitis Salmah Ciputat dalam Menciptakan Generasi
Sumber Daya Manusia yang Unggul,” Indonesian Journal of Society Engagement 3, no. 2
(September 4, 2022), pp. 94–95.

14
2) Kearifan Lokal
Peserta didik membangun rasa ingin tahu dan kemampuan inkuiri melalui
eksplorasi budaya dan kearifan lokal masyarakat sekitar atau daerah tersebut, serta
perkembangannya. Peserta didik
3) Bhineka Tunggal Ika
Peserta didik mengenal dan mempromosikan budaya perdamaian dan anti
kekerasan, belajar membangun dialog penuh hormat tentang keberagaman serta
nilai-nilai ajaran yang dianutnya. Peserta didik juga mempelajari perspektif
berbagai agama dan kepercayaan, secara kritis dan reflektif menelaah berbagai
stereotip negatif dan dampaknya terhadap terjadinya konflik dan kekerasan. Tema
ini ditujukan untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, dan
sederajat.
4) Bangunlah Jiwa dan Raganya
Peserta didik membangun kesadaran dan keterampilan memelihara kesehatan
fisik dan mental, baik untuk dirinya maupun orang sekitarnya. Peserta didik
melakukan penelitian dan mendiskusikan masalah-masalah terkait kesejahteraan
diri (wellbeing), perundungan (bullying), serta berupaya mencari jalan keluarnya.
Mereka juga menelaah masalah-masalah yang berkaitan dengan kesehatan dan
kesejahteraan fisik dan mental, termasuk isu narkoba, pornografi, dan kesehatan
reproduksi. Tema ini ditujukan untuk jenjang SD/MI, SMP/ MTs, SMA/MA,
SMK/MAK, dan sederajat.
5) Suara Demokrasi
Peserta didik menggunakan kemampuan berpikir sistem, menjelaskan
keterkaitan antara peran individu terhadap kelangsungan demokrasi Pancasila.
Melalui pembelajaran ini peserta didik merefleksikan makna demokrasi dan
memahami implementasi demokrasi serta tantangannya dalam konteks yang
berbeda, termasuk dalam organisasi sekolah dan/atau dalam dunia kerja. Tema ini
ditujukan untuk jenjang SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, dan sederajat.
6) Rekayasa dan Teknologi
Peserta didik melatih daya pikir kritis, kreatif, inovatif, sekaligus kemampuan
berempati untuk berekayasa membangun produk berteknologi yang memudahkan

15
kegiatan diri dan sekitarnya. Peserta didik dapat membangun budaya smart society
dengan menyelesaikan persoalan-persoalan di masyarakat sekitarnya melalui
inovasi dan penerapan teknologi, mensinergikan aspek sosial dan aspek teknologi.
Tema ini ditujukan untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/ MAK, dan
sederajat.
7) Kewirausahaan
Peserta didik mengidentifikasi potensi ekonomi di tingkat lokal dan masalah
yang ada dalam pengembangan potensi tersebut, serta kaitannya dengan aspek
lingkungan, sosial dan kesejahteraan masyarakat. Melalui kegiatan ini, kreativitas
dan budaya kewirausahaan akan ditumbuhkembangkan. Peserta didik juga
membuka wawasan tentang peluang masa depan, peka akan kebutuhan masyarakat,
menjadi problem solver yang terampil, serta siap untuk menjadi tenaga kerja
profesional penuh integritas. Tema ini ditujukan untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA, dan sederajat. (Karena jenjang SMK/MAK sudah memiliki mata
pelajaran Projek Kreatif dan Kewirausahaan, maka tema ini tidak menjadi pilihan
untuk jenjang SMK).
8) Kebekerjaan
Peserta didik menghubungkan berbagai pengetahuan yang telah dipahami
dengan pengalaman nyata di keseharian dan dunia kerja. Peserta didik membangun
pemahaman terhadap ketenagakerjaan, peluang kerja, serta kesiapan kerja untuk
meningkatkan kapabilitas yang sesuai dengan keahliannya, mengacu pada
kebutuhan dunia kerja terkini. Dalam projeknya, peserta didik juga akan mengasah
kesadaran sikap dan perilaku sesuai dengan standar yang dibutuhkan di dunia kerja.
Tema ini ditujukan sebagai tema wajib khusus jenjang SMK/MAK.28

d. Dimensi P5
Dalam Profil pelajar Pancasila terdapati enam dimensi yang ingin dicapai,
diantaranya:

28
Harjatayana, T. Y. dkk, op. cit., h. 29-32

16
1) Beriman Kepada Tuhan YME, Pelajar Indonesia yang berakhlak mulia
adalah pelajar yang berakhlaq dalam hubungannya terdapa Tuhan Yang Maha
Esa.
Memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan dalam
kehodupan sehari-hari. Elemen yang terdapat di dalam ciri pertama antara lain;
akhlak beragama, akhlak pribadi, akhlak kepada manusia, akhlak kepada alam,
akhlak bernegara.
2) Berkebinekaan Global
Pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya,
dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain sehingga
menumbuhkan rasa saling menghargai dan membentuk budaya baru yang positif
tidak terbentur dengan budaya luhur bangsa. Elemen yang terdapat dalam ciri kedua
antara lain; mengenal dan menghargai budaya, kemampuan komunikasi
interkultural dalam berinteraksi dengan sesama, refleksi dan tangung jawab
terhadap pengalaman kebinekaan.
3) Gotong Royong
Pelajar Indonesia memiliki kemampuan gotong royong yaitu kemampuan
melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan sukarela agar kegiatan berjalan
lancar, mudah dan ringan. Elemen yang terdapat pada ciri ketiga antara lain;
kolaborasi, kepedulian, berbagi.
4) Mandiri
Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yairu pelajar yang bertanggung
jawab atas proses dan hasil belajarnya. Elemen yang terkandung pada ciri keempat
antara lain; kesadaran akan diri dengan situasi yang dihadapi, regulasi diri.
5) Bernalar Kritis
Pelajar yang bernalar kritis mampu mengolah informasi baik kualitatif
maupun kuantitatif, membangun hubungan antar informasi yang berbeda,
menganalisis dan mengevaluasi informasi, serta mampu menarik kesimpulan.
Elemen yang terdapat pada ciri kelima meliputi, pemerolehan dan pengolahan
informasi dan ide, menganalisis dan mengevaluasi argumen, merefleksi pikiran dan
proses berpikir, dan membuat keputusan.

17
6) Kreatif
Pelajar yang kreatif mampu mentransformasikan dan menghasilkan sesuatu
yang orisinil, bermakna, bermanfaat dan berdampak.29

B. Hasil Penelitian Relevan


Beberapa penelitian yang berhubungan dengan Projek Profil Penguatan
Pelajar Pancasila antara lain:
1. Roslani Supinah,dkk. (2023) dengan judul “Best Practices for Strengthening
Students’ Pancasila Profile on the Theme of Entrepreneurship”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kegiatan projek di SMA Negeri 6 Kota
Tangerang Selatan terdapat lima tahap alur perencanaan. Dari hasil penelitian
disimpulkan bahwa kegiatan proyek berjalan dengan baik dan dapat mencapai
tujuan sesuai dengan karakter profil Pancasila siswa yaitu mandiri, kreatif dan
kooperatif. Namun, Terdapat beberapa kendala yang ditemui selama proses
berlangsung yaitu kurangnya komunikasi antar fasilitator dan kurangnya
pemahaman fasilitator dalam memahami modul-modul yang telah
diberikan.30
2. Diah Ayu Saraswati, dkk. (2022) dengan judul “Analisis Kegiatan P5 di SMA
Negeri 4 Kota Tangerang sebagai Penerapan Pembelajaran Terdiferensiasi
pada Kurikulum Merdeka”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan P5
ini dilaksanakan dengan dua tahapan diantaranya tahapan konspetual dan
tahapan kontekstual.31
3. Meilin Nuril Lubaba dan Iqnatia Alfiansyah (2022) dengan judul “Analisis
Penerapan Profil Pelajar Pancasila dalam Pembentukan Karakter Peserta
Didik di Sekolah Dasar”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
strategi yang dilakukan oleh guru dalam menerapkan Profil Pelajar Pancasila,

Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, Dan Asesmen Pendidikan Kementerian


29

Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Nomor 009/H/Kr/2022 tentang Dimensi, Elemen,
Dan Subelemen Profil Pelajar Pancasila Pada Kurikulum Merdeka.
30
Roslani Supinah, dkk, loc. Cit.
31
Diah Ayu Saraswati et al., loc. cit.

18
diantaranya: pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran dengan projek dan
pembiasaan.32
4. Nugraheni Rachmawati (2022) dengan judul “Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila dalam Implementasi Kurikulum Prototipe di Sekolah
Penggerak Jenjang Sekolah Dasar”. Hasil penelitian ini, diantaranya: 1)
kajian tentang projek penguatan profil pelajar pancasila, 2) kajian tentang alur
penentuan dalam memilih elemen dan sub elemen profil pelajar pancasila di
sekolah dasar, dan 3) kajian tentang assessment projek penguatan profil
pelajar pancasila.33
5. Yenni Rizal, dkk. (2022) dengan judul “Kepercayaan Diri Siswa pada
Pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila”. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa kepercayaan diri siswa secara umum berada pada
katagori “percaya diri”, kedua sekolah menunjukkan hasil penelitian yang
berbeda, untuk SMPTI AL-Fityan berada pada kategori “percaya diri”,
sedangkan SMPN I Kuala Mandor B hanya berada pada katagori“cukup
percaya diri”.34
6. Syarifah Ida Farida, dkk. (2022) dengan judul “Penguatan Profil Pelajar
Pancasila bagi Murid MTs. Baitis Salmah Ciputat dalam Menciptakan
Generasi Sumber Daya Manusia yang Unggul”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa murid-murid memahami karakter yang ada di Profil
Pelajar Pancasila dan bisa mengamalkan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.35
7. I Gusti Ngurah Sudibya, dkk (2022) dengan judul “Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila (P5) melalui Penciptaan Karya Seni Tari Gulma Penida
pada Kurikulum Merdeka”. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa proses
penciptaan karya seni Tari Gulma Penida melalui metode penciptaan Alma
Hawkins dengan tahap (1) eksplorasi, (2) improvisasi, serta (3) pembentukan,

32
Lubaba and Alfiansyah, loc. cit.
33
Rachmawati et al., “Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dalam Impelementasi
Kurikulum Prototipe di Sekolah Penggerak Jenjang Sekolah Dasar,” 3613.
34
Yenni Rizal, Modestus Deovany, And Ayu Siti Andini, “Kepercayaan Diri Siswa pada
Pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila,” Sosial Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial
9, no. 1 (June 25, 2022): h. 46.
35
Farida, dkk, loc. cit..

19
ini dapat digunakan guru sebagai sumber belajar untuk memfasilitasi,
membimbing, maupun memotivasi proyek penciptaan karya seni Tari
Nusantara peserta didik. Proses penciptaan Tari Gulma Penida dalam
mengeksplorasi kearifan lokal masyarakat Nusa Penida sesuai dengan tema
Kearifan Lokal pada Kurikulum Merdeka.36
8. Pangestuti (2022) dengan judul “Implementasi Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila untuk Meningkatkan Kompetensi Guru melalui In House
Training di SDN Sisir 06 Batu”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dapat meningkatkan
kompetensi guru SDN Sisir 06 Batu melalui In House Training (IHT).37
9. Rati Melda Sari (2019) dengan judul “Analisis Kebijakan Merdeka Belajar
sebagai Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pengimplementasian kebijakan merdeka belajar dapat
dilakukan dengan melalui peningkatkan mutu pendidikan, proses
pembelajaran, komitmen dari guru, dukungan dari kepala sekolah, dan
kurikulum pendidikan.38
10. Ita Yuniastuti Zuhriyah, dkk. (2023) dengan judul “Pelaksanaan Proyek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila: Studi di SMA Negeri 4 Probolinggo”.
Hasil penelitian ini menunjukkan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
tema Kewirausahaan di SMA Negeri 4 Probolinggo tampak cara berpikir dan
berperilaku peserta didik yang sudah mulai tertarik untuk berwirausaha sejak
dini. Hal ini menunjukkan Profil Pelajar Pancasila dimensi kreatif serta
beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia.
Selain dua dimensi tersebut, juga ada tiga dimensi profil pelajar Pancasila
yang lain yang terwujud, yaitu: gotong royong, mandiri, dan bernalar kritis.39

36
I Gusti Ngurah Sudibya, “Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) Melalui
Penciptaan Karya Seni Tari Gulma Penida Pada Kurikulum Merdeka” 5 (2022): h. 25.
37
Pangestui, “Farida, Tajuddien, and Dumarya Manik, “Penguatan Profil Pelajar Pancasila
bagi Murid MTs. Baitis Salmah Ciputat dalam Menciptakan Generasi Sumber Daya Manusia yang
Unggul,” h. 91.
38
Rati Melda Sari, “ANALISIS KEBIJAKAN MERDEKA BELAJAR SEBAGAI
STRATEGI PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN,” PRODU: Prokurasi Edukasi Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam 1, no. 1 (December 10, 2019), h. 38.
39
Ita Yuniastuti dkk., loc. cit.

20
11. Yeni Fitriya dan Ardiyan Latif (2022) dengan judul “Miskonsepsi Guru
terhadap Implementasi Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila di
Sekolah Dasar”. Hasil penelitian ini miskonsepsi yang sering terjadi adalah
sulitnya membedakan model pembelajaran berbasis proyek dengan proyek
profil pelajar Pancasila. Selain itu, miskonsepsi juga terjadi pada pelaksanaan
P5 yang terintegrasi dalam pembelajaran serta guru belum terbiasa untuk
merancang P5, sehingga belum terlihat perbedaan yang signifikan antara P5
dan PPK Kurikulum 2013.40
12. Iis Nurasiah, dkk. (2022) dengan judul “Nilai Kearifan Lokal: Projek
Paradigma Baru Program Sekolah Penggerak untuk Mewujudkan Profil
Pelajar Pancasila”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai kearifan
lokal merupakan strategi yang dapat mewujudkan kompetensi global.41
13. Saud Albusaidi (2019) dengan judul “Using Activity Theory to Explain How
a Student Learns in an Internationalised Classroom from a Sociocultural
Perspective”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Teori aktivitas
membantu menjelaskan bagaimana proses ini difasilitasi dengan
bersosialisasi dengan orang lain dan melalui mediasi alat.42
14. Ikmanda Nugraha dan Tatang Suratno (2020) dengan judul “Teori Aktivitas
sebagai Kerangka Kerja Teoritis pada Implementasi Lesson Study Berbasis
Sekolah (LSBS) di Sekolah Dasar: Studi Kasus di Salah Satu Sekolah Dasar
Islamis”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kerangka teori Activity
Theory dapat menjelaskan sistem aktivitas selama praktik Lesson Study yang
dilakukan melalui kemitraan sekolah-universitas.43

40
Yeni Fitriya and Ardiyan Latif, loc. cit.
41
Iis Nurasiah et al., “Nilai Kearifan Lokal: Projek Paradigma Baru Program Sekolah
Penggerak untuk Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila,” Jurnal Basicedu 6, no. 3 (March 28, 2022):
h. 3639.
42
Albusaidi, “Using Activity Theory to Explain How a Student Learns in an
Internationalised Classroom from a Sociocultural Perspective,” p.1147.
43
Ikmanda Nugraha dan Tatang Suratno, loc.cit

21
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Kelas VII SMP Negeri 131 Jakarta dan di Kelas X
SMA Negeri 1 Parung. SMP Negeri 131 Jakarta lokasinya terletak di perbatasan
wilayah DKI Jakarta dan Depok Jawa Barat tepatnya, di Jl. RM. Kahfi No. 5 RT
004 RW 002 Kelurahan Cipedak, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Sedangkan, SMA Negeri 1 Parung lokasinya terletak di Jl.Waru Jaya No.17,
Warujaya, Kec. Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat 16330. Penelitian ini
dilakukan selama delapan bulan, dimulai dari Oktober 2022 sampai dengan Juni
2023.

B. Latar Penelitian (Setting)


SMP Negeri 131 Jakarta dijadikan peneliti sebagai latar penelitian karena
merupakan sekolah penggerak dengan kondisi latar belakang dan perkembangan
siswa yang sangat beragam menyebabkan para siswa mampu dan mau mengikuti
seluruh aturan dan kegiatan sekolah, memiliki kemauan/motivasi belajar tinggi, dan
memahami dan mampu bersikap baik terhadap keneradaan peserta didik
berkebutuhan khusus. Siswa memiliki semangat dalam mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler, bersedia meluangkan waktu untuk melaksanakan kegiatan di luar
waktu kegiatan belajar mengajar, dan kehidupan beragama yang baik dengan
menjaga kerukunan antar umat beragama. Adapun latar belakang ekonomi siswa
terdiri dari ekonomi atas, menengah, dan bawah dengan perbandingan presentase
sekitar 10:70:20, sehingga sekolah dapat memperoleh dukungan baik pemikiran,
tenaga, dan material dari Orang tua siswa untuk kemajuan Pendidikan di SMPN
131 Jakarta.
Peneliti menjadikan SMAN 1 Parung sebagai latar penelitian, karena dari
karakteristik siswa dan karakteristik geografis SMA yang dekat dengan lokasi Pasar
Parung yakni 3,3 km. Dengan adanya pemberlakuan zonasi pendidikan siswa

22
SMAN 1 Parung banyak memiliki orang tua yang bekerja sebagai pedagang.
Sebagai sekolah penggerak siswa kelas X SMAN 1 Parung telah melaksanakan
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang bertemakan Gaya Hidup
Berkelanjutan dan Bangunlah jiwa dan Raganya. Dari uraian tersebut sesuai dengan
unit analisis dalam penelitian ini yang berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan
secara kolektif oleh komunitas sekolah SMAN 1 Parung dalam melaksanakan P5.
Secara umum karakteristik paserta didik di SMAN 1 Parung sebagai berikut:
1. Peserta didik mampu mengikuti tata tertib dan peraturan yang ada di sekolah
2. Peserta didik berasal dari berbagai daerah yang tentunya memiliki budaya yang
berbeda-beda
3. Peserta didik dengan bervariasi status ekonomi dan sosialnya menyatu untuk
saling berinteraksi dan saling melakukan proses pembelajaran.
4. Peserta didik mampu menjaga kerukunan beragama
5. Pererta didik memiliki minat, bakat dan juga motivasi untuk belajar yang tinggi
6. Peserta didik mampu bekerja sama dilingkungan sekolah ataupun di luar waktu
kegiatan belajar mengajar baik mandiri atau kelompok
7. Peserta didik menghargai dan menghormati keberadaan adanya peserta didik
yang berkebutuhan khusus.
8. Peserta didik mampu menunjukan rasa tanggung jawab dan kemandirian dalam
kegiatan-kegiatan seperti projek penguatan profil Pancasila, OSIS,
ekstrakulikuler dan hari- hari besar.

C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
bertujuan untuk menggambarkan konteks penelitian dalam lattar (setting) yang
alamiah dan bagaimana dampak dari tindakan yang dilakukan terhadap lingkungan
sekelilingnya. Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus kualitatif.

23
Menurut Merriam and Tisdell (2015) studi kasus kualitatif adalah deskripsi dan
analisis mendalam tentang sistem yang dibatasi (Bounded System).44

Untuk menginformasikan penelitian studi kasus dibutuhkan kerangka kerja


yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan memantau data penelitian.
Dalam penelitian studi kasus dibutuhkan pula unit analisis yang digunakan untuk
mendefinisikan kasus sebagai sistem terbatas. Sehubung dengan hal tersebut,
Engeström (1999) dalam Teori aktivitas melihat aktivitas atau praktik bersama
sebagai unit analisis untuk teori aktivitas. Sehingga, melalui kerangka kerja Teori
aktivitas Engeström dapat memperjelas dan membantu membentuk pengumpulan
dan interpretasi data. Jadi, kerangka kerja ini tidak diuji secara deduktif seperti
halnya dalam percobaan sebaliknya, kerangka tersebut menginformasikan apa yang
perlu pelajari secara induktif di lapangan.45 Oleh karena itu, kerangka kerja Teori
aktivitas Engeström digunakan untuk memahami bagaimana P5 sebagai unit
analisis dilakukan secara kolektif oleh komunitas sekolah SMP Negeri 131 Jakarta
dan SMA Negeri 1 Parung.

D. Prosedur Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data dalam penelitian, teknik pengumpulan data yang
digunakan peneliti adalah:
1. Wawancara
DeMarrais mendefinisikan wawancara penelitian sebagai suatu proses di
mana seorang peneliti dan peserta terlibat dalam percakapan yang berfokus pada
pertanyaan yang berkaitan dengan studi penelitian (Merriam & Tisdell, 2015).
Menurut Patton (2015) Tujuan utama dari wawancara adalah untuk mendapatkan
jenis informasi khusus.46
Format wawancara yang dilakukan yakni semi terstruktur. Oleh karena itu,
pertanyaannya lebih terbuka. Dalam jenis wawancara ini, baik semua pertanyaan

44
Sharan B. Merriam and Elizabeth J. Tisdell, Qualitative Research: A Guide to Design
and Implementation, Fourth edition, The Jossey-Bass Higher and Adult Education Series (San
Francisco, CA: John Wiley & Sons, 2015), p. 42.
45
Yrjö Engeström et.al, op. cit, p. 9.
46
Sharan B. Merriam and Elizabeth J. Tisdell, op. cit., h. 108.

24
dibuat dengan kata-kata yang lebih fleksibel. Sebagian besar wawancara dipandu
oleh daftar pertanyaan yang telah ditentukan sebelumnya, tanpa harus
memperhatikan urutannya. Format ini memungkinkan peneliti untuk menanggapi
situasi yang ada, pandangan dunia yang muncul dari responden, dan ide-ide baru
tentang topik tersebut.47
Wawancara digunakan untuk memahami aktivitas pelaksanaan P5. Pedoman
wawancara diberi kode menggunakan tujuh komponen teori aktivitas Engstrom
sebagai kerangka kerja untuk mendapatkan pemahaman ataupun gambaran yang
bermakna. Adapun pedoman wawancara yang peneliti buat berdasarkan kerangka
kerja Teori aktivitas menggunakan pertanyaan analitis dari model delapan langkah
yang dirancang oleh Mwanza et al. (dalam Renzo Bravo Olavarría, 2013). Pedoman
wawancara dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Pedoman Wawancara

Komponen
Indikator
Teori Narasumber Pertanyaan
Tahapan P5
Aktivitas

1. Subjek 1. Pemahaman Guru, 1. Apa itu profil pelajar


(1,2,6) P5 (1-3) Pengawas, Pancasila?
2. Objek 2. Kesiapan Siswa 2. Apa itu Projek
(1,2,3) Ekosistem Penguatan Profil
3. Alat (2) Sekolah (4- Pelajar Pancasila (P5)?
4. 11) 3. Mengapa P5
Komunitas 3. Desain P5 diperlukan dalam
(5) (13-28) pembentukan
5. Aturan 4. Pengelolaan karakter?
(12-39) P5 (29) 4. Budaya satuan
6. 5. Dokumentasi Pendidikan seperti apa
Pembagian dan pelapran yang perlu
Kerja (6- hasil P5 (31- dipersiapkan untuk
10) 37) pelaksanaan projek
7. Hasil 6. Evaluasi profil?
(41) tinadak lanjut 5. Siapa saja anggota
P5 (38-41) komunitas satuan
Pendidikan dalam

47
Ibid., h. 110–111.

25
menghidupkan budaya
yang mendukung
pelaksanaan P5?
6. Bagaimana peran
siswa dalam P5?
7. Bagaimana peran
pihak sekolah dalam
P5?
8. Bagaimana peran guru
dalam P5?
9. Bagaimana peran
orang tua dalam P5?
10. Bagaimana peran
Narasumber dalam
P5?
11. Apakah terdapat
pelaksanaan penguatan
kapasitas pendidik?
12. Bagaiamana
pelaksanaan penguatan
kapasitas pendidik?
13. Bagaimana merancang
dan mengembangkan
kegiatan projek profil?
14. Bagaimana tahapan
kesiapan dalam
menjalankan P5?
15. Apa dimensi dan tema
projek P5 yang
dipilih?
16. Mengapa dimensi dan
tema projek P5 yang
dipilih?
17. Bagaimana penentuan
dimensi dan tema P5?
18. Bagaimana rancangan
alokasi waktu P5?
19. Apa saja komponen
Modul P5?
20. Bagaimana Langkah
persiapan modul P5?
21. Bagaimana cara
menentukan tujuan
pembelajaran?

26
22. Bagaimana pemetaan
Elemen dan Sub-
Elemen P5?
23. Bagaimana strategi
pemilihan Sub-
elemen?
24. Bagaimana cara
merancang Rubrik
pencapaian?
25. Bagaimana
pengembangan alur
aktivitas P5?
26. Bagaimana
pengembangan
Asesmen P5?
27. Apa saja hal yang
perlu diperhatikan
dalam merancang
asesmen P5?
28. Bagaimana Assesmen
Formatif dan Sumatif
dalam P5?
29. Bagaimana caranya
agar P5 berjalan
lancar?
30. Bagaimana
mendokumentasikan
hasil P5?
31. Bagaimana mengelola
dan menyusun
pelaporan P5?
32. Mengapa pendidik
menggunakan jurnal
dalam projek profil?
33. Mengapa
menggunakan rubrik
di dalam P5?
34. Bagaimana
pengelolaan hasil
Assesmen P5?
35. Bagaimana prinsip
rancangan rapor P5?
36. Bagaimana format
Rapor P5?
37. Bagaimana peran
Rapor dalam P5?

27
38. Bagaimana
mengevaluasi
implementasi projek
profil?
39. Apa saja alat dan
metode evaluasi P5?
40. Apa saja tindak lanjut
yang bisa dilakukan
untuk memperluas
dampak dan manfaat
projek profil?
41. Apakah pelaksanaan
P5 sudah sesuai
dengan nilai pancasila
yang diharapkan?

Adapun Narasumber dalam penelitian ini yakni terdiri dari enam orang yang
dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Narasumber Penelitian

No. Kode Keterangan


1. G1-J Guru Pertama dari SMP Negeri 131 Jakarta
2. G2-J Guru Kedua dari SMP Negeri 131 Jakarta
3. G1-P Guru Pertama dari SMA Negeri 1 Parung
4. G2-P Guru Pertama dari SMA Negeri 1 Parung
5. P1-P Pengawas dari SMA Negeri 1 Parung
6. S1-P Siswa Pertama dari SMA Negeri 1 Parung

2. Observasi
Observasi adalah teknik yang digunakan ketika suatu kegiatan, peristiwa, atau
situasi dapat diamati secara langsung. Observasi bertujuan untuk memberikan

28
beberapa pengetahuan tentang konteks atau untuk memberikan kejadian, perilaku
tertentu, dan sebagainya yang dapat digunakan sebagai titik referensi. 48
Pedoman Observasi sangat penting untuk memahami pelaksanaan P5 dan
membangun sistem aktivitas. Menurut Renzo Bravo Olavarría, (2013) dengan
menggunakan teori aktivitas dalam membeuat panduan observasi lapangan awal
memberikan kemampuan untuk secara sistematis merekam tindakan siswa kelas
VII dan kelas X, alasan tindakan tersebut, pembagian kerja spesifik yang terlibat,
dan alat mediasi terkait. Pedoman observasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Pedoman Observasi

No. Elemen Sub-Elemen Komponen Tahapan P5


Teori Aktivitas
1.
Beriman, bertakwa kepada tuhan yang maha esa, dan berakhlak mulia
Akhlak Mengenal dan
beragama mencintai Tuhan
Yang Maha Esa

Pemahaman agama/
kepercayaan
Pelaksanaan ritual
ibadah
Akhlak Integritas
pribadi Merawat diri secara
fisik, mental, dan
spiritual
Akhlak Mengutamakan
kepada persamaan dengan
manusia orang lain dan
menghargai
perbedaan
Berempati kepada
orang lain
Akhlak Memahami
kepada alam keterhubungan
ekosistem Bumi

48
Ibid., h. 139.

29
Menjaga lingkungan
alamsekitar
Akhlak Melaksanakan hak
bernegara dan kewajiban
sebagai warganegara
Indonesia

2. Berkebinekaan global
Mengenal dan Mengeksplorasi dan
menghargai membandingkan
budaya pengetahuan
budaya, kepercayaan,
serta praktiknya
Menumbuhkan rasa
menghormati
terhadap
keanekaragaman
budaya
Komunikasi Berkomunikasi antar
dan interaksi budaya
antar budaya Mempertimbangkan
danmenumbuhkan
berbagaiperspektif
Refleksi dan Refleksi terhadap
tanggung pengalaman
jawab kebinekaan
terhadap Menghilangkan
pengalaman stereotip dan
kebinekaan prasangka
Menyelaraskan
perbedaan budaya
Berkeadilan Aktif membangun
sosial masyarakat yang
inklusif, adil,dan
berkelanjutan
Berpartisipasi dalam
prosespengambilan
keputusan bersama
Memahami peran
individudalam
demokrasi
3. Bergotong-royong
Kolaborasi Kerja sama

30
Komunikasi untuk
mencapaitujuan
bersama
Saling-
ketergantungan
positif
Koordinasi social
Kepedulian Tanggap terhadap
lingkungan social
4. Mandiri
Pemahaman Mengenali kualitas
diri dan situasi dan minatdiri serta
yang dihadapi tantangan yang
Regulasi diri dihadapi
Regulasi emosi
5. Bernalar kritis
Memperoleh Memperoleh dan
dan memproses
memproses informasi dan
informasi dan gagasan
gagasan
Refleksi pemikiran
dan prosesberpikir
Menganalisis dan mengevaluasi
penalaran dan prosedurnya
6. Kreatif
Menghasilkan gagasan yang orisinal
Menghasilkan karya dan tindakan
yang orisinal
Memiliki keluwesan berpikir dalam
mencari alternatif solusi
permasalahan

3. Dokumen
Sumber data dalam penelitian kualitatif dapat pula berupa dokumen yang
menjadi bagian dari setting penelitian yang sifatnya alamiah sehingga, tidak
mengganggu atau mengubah latar. Dokumen terdapat dalam bentuk fisik maupun
online.49 Dokumen dapat membantu menjelaskan perkembangan dan tujuan
kegiatan P5. Dokumen-dokumen tersebut diulas mengenai program P5 dengan

49
Ibid., h. 162.

31
menggunakan sistem aktivitas yang dimediasi oleh alat, aturan, komunitas, dan
pembagian kerja.

E. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data


Uji keabsahan data ini dimaksudkan agar data-data yang diperoleh peneliti
dapat meningkatkan ketelitian peneliti. Dalam penelitian kualitatif, peneliti
bertujuan untuk memahami perpektif dari berbagai pihak yang terlibat dalam
program P5 untuk mengungkapkan kompleksitas aktivitas melalui kerangka kerja
dan untuk menyajikan interpretasi holistik tentang apa yang terjadi. Oleh karena
itu, peneliti meningkatkan kredibilitas melalui triangulasi data.
Denzin (dalam Merriam dan Tisdel, 2015) terdapat dua triangulasi yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu, triangulasi metode pengumpulan data dan
triangulasi sumber data yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Triangulasi yang dilakukan berkaitan dengan penggunaan berbagai metode
pengumpulan data menggunakan tiga metode pengumpulan data yakni,
wawancara, observasi, dan dokumen. Data yang dikumpulkan berupa data
yang diperoleh oleh narasumber saat wawancara. Lalu, dibandingkan dengan
data yang diamati peneliti di lokasi saat melakukan observasi dan data yang
peneliti temukan dalam dokumen yang relevan dengan program P5.
2. Triangulasi menggunakan berbagai sumber data berarti membandingkan dan
mengecek silang data yang dikumpulkan melalui pengamatan pada waktu
yang berbeda, di tempat yang berbeda, dan data wawancara yang
dikumpulkan dari orang-orang dengan perspektif yang berbeda.50

F. Analisis Data
Teknik analisis data adalah suatu cara yang digunakan untuk menguraikan
keterangan-keterangan atau data-data yang diperoleh agar data-data tersebut dapat
dipahami oleh peneliti akan tetapi orang lain juga dapat mengetahui hasil penelitian.
Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data

50
Ibid., h. 244-249

32
model Miles dan Huberman. Miles dan Hubermen (1984). Aktivitas dalam analisis
meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) serta penarikan
kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing/verification). Analisis data
kualitatif model Miles dan Hubermen terdapat tiga tahap:51
1. Tahap Reduksi Data (Data Reduction)
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari
berbagai sumber, yakni dari observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Setelah
dibaca, dipelajari, maka langkah selanjutnya adalah mengadakan reduksi data.
Dalam melakukan reduksi data peneliti menggunakan aplikasi Quirkos. Dengan
menggunakan Quirkos sebagai alat bantu dalam mereduksi data, peneliti dapat
menandai data penting lebih efektif dan efisien daripada melakukan reduksi data
secara manual. Karena, kemampuan mengingat dan menyimpan data oleh otak
manusia terbatas, berbeda dengan Quirkos yang dapat menyimpan data lebih
banyak dan lebih akurat. Adapun prosesnya dapat dilihat pada Gambar 3.1. di
bawah ini:

Gambar 3.1. Proses Reduksi data pada aplikasi Quirkos


Pada gambar 3.1. peneliti menyeleksi dan memfokuskan data mentah hasil
penelitian. Tahap ini dilakukan dengan memberikan warna pada kalimat data
mentah. Lalu, data tersebut dikategorikan atau dilakukan pengkodean. Bentuk
pengkodeannya terdiri dari warna dan kode berupa kata sesuai interpretasi peneliti
sebagai instrument utama penelitian.

51
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:Alfabeta,
2015), h. 246-253.

33
2. Tahap Penyajian Data (Data Display)
Pada tahap penyajian data hasilnya berupa format informasi yang disajikan
secara tematik kepada pembaca. Pada langkah ini peneliti berusaha menyusun data
yang relevan sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki
makna tertentu, penyajian data yang dilakukan peneliti juga menggunakan aplikasi
Quirkos seperti pada Gambar 3.2. di bawah ini:

Gambar 3.2. Hasil penyajian data pada aplikasi Quirkos

Gambar 3.2 merupakan hasil penyajian data yang dilakukan oleh peneliti.
Pada tahap ini peneliti membuat hubungan antara kode yang sudah diperoleh pada
tahap reduksi data, dengan cara mengelompokkan semua kode-kode tersebut untuk
memaknai apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang perlu ditindaklanjuti untuk
mencapi tujuan penelitian.

3. Tahap Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion


Drawing/Verification)
Langkah selanjutnya adalah tahap penarikan kesimpulan berdasarkan temuan
dan melakukan verifikasi data. Peneliti pada tahap ini telah memutuskan antara
data yang mempunyai makna dengan data yang tidak diperlukan atau tidak
bermakna. Dengan mengkonfirmasi makna setiap data yang diperoleh
menggunakan teori aktivitas Engstrom. Pada tahap ini peneliti memperoleh
informasi yang dapat digunakan untuk mendukung tercapainya tujuan penelitian.

34
Penarikan kesimpulan pada penelitian ini berupa temuan data deskripsi dan skema
aktivitas projek. Sehingga, data yang sebelumnya remang-remang atau gelap
menjadi jelas setelah diteliti.

35
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penjabaran Komponen Teori Aktivitas


Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang berkaitan dengan Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Dimana P5 ini merupakan salah satu
program dari Kurikulum Merdeka yang berkaitan dengan pembentukan karakter.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Teori aktivitas Engestrom sebagai
acuan dalam kerangka teori untuk menganalisis implementasi P5. Teori aktivitas
Engestrom sebagaimana dijelaskan pada bab 3, berdasarkan hasil wawancara,
observasi dan dokumentasi diperoleh sebagai berikut:
1. Objek
Objek mengacu pada aktivitas yang dilakukan untuk mencapai tujuan
tertentu. Karena, aktivitas yang diamati adalah program Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila (P5). Maka, objek pada penelitian ini berdasarkan hasil
wawancara diperoleh SMP Negeri 131 Jakarta objeknya adalah Projek “Suara
Demokrasi” untuk pemilihan ketua dan wakil ketua OSIS. Adapun SMA Negeri 1
Parung objeknya adalah Projek “Gaya Hidup Berkelanjutan” untuk mengolah
sampah dan Projek “Bangunlah Jiwa dan Raganya” untuk mengkampanyekan anti
perundungan. Sebagaimana dalam petikan hasil wawancara yang dilakukan peneliti
yakni:
“Tema “Suara Demokrasi” dipilih karena bertepatan dengan waktu
pemilihan Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)”(G2-J)
“…Sudah melaksanakan dua tema yang pertama adalah Gaya Hidup
Berkelanjutan, yang kedua adalah Bangunlah Jiwa dan Ragamu”(G1-P)
“Kesehatan mental yang kita temukan di sekolah itu pada anak kita temukan
takut kesekolah , takut menghadapi guru, takut sma teman-temannya, itu kalau
yang menderitanya. Ada juga yang penyebabnya seperti suka menganggu
orang lain, bullying itu juga yang mungkin tanpa mereka sadari ehh itu
dianggap bukan suatu masalah” (G1-P)

36
“Karena sedang marak juga yah kak sekarang tuh, sampah udah banyak.
Makanya tema itu buat ngurangin sampah. Terus bikin kesadaran diri kita
sendiri juga.” (S1-P)

2. Subjek
Subjek mengacu pada siapa yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan P5
untuk memperoleh hasil. Berdasarkan hasil wawancara subjek pada aktivitas P5 di
SMP Negeri 131 Jakarta adalah Siswa kelas VII. Sedangkan, subjek pada aktivitas
P5 di SMA Negeri 1 Parung adalah siswa kelas X. Sebagaimana hasil wawancara
dengan Narasumber:
“…Siswa kelas VII yang berperan dalam mengerjakan P5”(G1-J)
“…Peran siswa dalam P5 dia mengembangkan diri yah, mengembangkan
karakter”(P1-P)
“…Siswa kelas X SMAN 1 Parung telah melaksanakan Projek Penguatan
Profil Pelajar Pancasila (P5)”(G1-P)

3. Alat
Alat dalam penelitian ini yakni Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
(P5). Melalui P5 siswa dapat mengubah lingkungan dan objek sekitarnya dengan
melakukan projek yang dapat memberikan pengalaman langsung yang berkaitan
dengan isu di lingkungan sekitar. Alat dapat menentukan aturan dalam sistem
aktivitas. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh bahwa Program P5 memberikan
pengalaman pembelajaran kepada siswa sebagai proses penguatan karakter
sekaligus pengalaman belajar dari lingkungan sekitarnya. Sesuai dengan pemikiran
KH. Dewantara yakni untuk membangkitkan pelajar sepanjang hayat, kompoten,
berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila. Uraian ini sesuai dengan
hasil wawancara di bawah ini:
“….Pemerintah ingin membangkitkan tujuan pelajar sepanjang hayat yang
dicetuskan oleh KH. Dewantara, agar peserta didik menjadi kompeteten,
berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila melalui dimensi
yang ada pada P5”. (G1-J)

37
“Perlu. buat ke diri kita juga dan ke masa depan kita juga sih. lebih kemasa
depan, kalau enggak ada P5 kita enggak bakalan tau cara buat ini loh buat
apapun itu. Buat jaga alam tuh ada dampak positifnya. Dari Kesehatan
jasmani ada dampak positifnya juga yang diambil...”(S1-P)

4. Aturan
Aturan memberikan arahan berupa norma budaya atau peraturan yang
mengatur kinerja aktivitas P5. Maka, pada komponen aturan aktivitas P5
berpedoman pada panduan P5 oleh Kemendikbud, dimana dijelaskan sebagai
berikut:
a. Memahami Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
SMP Negeri 131 Jakarta dan SMA Negeri 1 Parung merupakan sekolah
penggerak yang berfokus untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila melalui
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Dalam pelaksanaan P5 akan
diberikan program pelatihan dan pendampingan oleh perwakilah Kemendikbud
kepada pendidik. Selain itu, terdapat pula Platform Merdeka Mengajar (PMM) yang
dapat diakses oleh pihak sekolah untuk memperoleh referensi terkait pelaksanaan
P5. Hal ini sesuai dengan hasil petikan wawancara yang dilakukan peneliti di bawah
ini:
“Khusus untuk sekolah penggerak itu ada pelatihan.”(G1-P)
“Dalam seminggu sekali para pendidik yang bergabung dalam tim P5
membahas mengenai perencanaan P5, pendampingan P5, pengolahan nilai
untuk P5. Selain itu, melalui Platform Merdeka Mengajar (PMM) para dapat
memperoleh referensi terkait pelaksanaan P5.” (G2-J)

Melalui hasil wawancara, peneliti menemukan pemahaman SMP Negeri 131


Jakarta terkait P5 sudah baik. Hal ini terlihat dari pendapat Narasumber mengenai
profil pelajar Pancasila sesuai dengan yang dikemukakan oleh KH. Dewantara
bahwa pelajar Indonesia diharapkan dapat menjadi pembelajar sepanjang hayat
yang berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila. Adapun P5 merupakan salah satu
bentuk realisasi untuk mewujudkan peserta didik yang berprofil pelajar Pancasila.
Sehingga, diharapkan peserta didik melalui P5 dapat memiliki kompetensi, karakter

38
yang sesuai nilai-nilai Pancasila. Sebagaimana jawaban Narasumber dalam
wawancara:

“Gambaran pelajar Indonesia sebagai pembelajar sepanjang hayat yang


berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila”(G1-J)
Pembelajaran berbasis projek pada P5 di SMP Negeri 131 Jakarta melibatkan
lintas disiplin ilmu yang terdiri dari beberapa mata pelajaran., diantaranya:
1) Pendidikan Agama
Menerapkan pengetahuannya terkait akhlak dalam bernegara.
2) PPKn
Menerapkan pengetahuannya terkait penerapan demokrasi sebagai
perwujudan sila ke-4 Pancasila.
3) Bahasa Indonesia
Menerapkan pengetahuannya terkait teks deskripsi dan prosedur untuk
membantu mengisi modul.
4) Matematika
Menerapkan pengetahuannya terkait pengolahan data.
5) Ilmu Pengetahuan Sosial
Menerapkan pengetahuannya terkait pembuatan denah tempat pemungutan
suara.
6) Bahasa Inggris
Melatih dan memperkaya kosa kata dalam Bahasa inggris.
7) Seni Budaya
Mengasah dan meningkatkan kreatifitas dalam pembuatan poster.
8) TIK
Mengimplementasikan pembelajaran TIK dalam menyajikan laporan.
sebagaimana jawaban Narasumber dalam wawancara:
“…Terjadi lintas disiplin yakni mata pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia,
Matematika, Seni Budaya, dan Informatika…”(G1-J)

39
Adapun di SMA Negeri 1 Parung juga sudah memahami terkait P5.
Berdasarkan hasil wawancara, Narasumber mendefinisikan P5 sebagai kebijakan
Standar Kompetensi Lulusan yang ada pada Kurikulum Merdeka dengan tujuannya
agar peserta didik di Indonesia dapat memiliki karakter sesuai dengan nilai
Pancasila. Pernyataan ini dipetik dalam wawancara dibawah ini:
“Projek profil Pancasila itu kurikulum merdeka yang dibikin atau dibuat oleh
Pemerintah buat kayak ngebangun kreatifitas, karakter yang mandiri,
pokoknya hal-hal yang positif dari kurikulum yang udah ada” (S1-P)
“Standar kelulusan itu, lulusan dari ehh satuan-satuan Pendidikan di
Indonesia itu merujuknya pada Profil Pelajar Pancasila yang ada enam
dimensi.”(G1-P)

Dalam pelaksanaan P5 di parung juga bersifat lintas disiplin. Namun, lintas


disiplin ilmu yang dimaksud bukan melibatkan berbagai mata pelajaran.
Melainkan, program P5 ini dapat diajarkan oleh semua guru mata pelajaran.
Kebijakan ini dilakukan pemerintah agar para guru dapat membedakan antara
pembelajaran intrakurikuler dan pembelajaran P5. Adapun perbedaan lain antara
pembelajaran intrakurikuler dan P5 dalam menggunakan metode pembelajaran
PjBL (Project Based Learning) adalah pembelajaran intakurikuler dilakukan
dengan mengikuti sintak PjBL. Sedangkan, pada P5 tahapan aktivitas yang
dilakukan berpedoman pada buku panduan P5. Pengggunaan model pembelajaran
ini pada P5 diharapkan dapat melibatkan murid dalam proses mengamati dan
memikirkan solusi terhadap pemasalahan di lingkungan sekitarnya.
Tema-tema projek yang berkaitan dengan permasalahan di lingkungan sekitar
sudah ditentukan oleh pemerintah sehingga, peserta didik dapat melakukan aksi
nyata dalam menjawab isu-isu tersebut sesuai dengan tahapan belajar dan
kebutuhannya. Berangkat dari tema tersebut, sekolah dapat mengembangkan topik
spesifik yang sesuai dengan konteks kebutuhan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila memberikan kesempatan bagi
peserta didik untuk belajar dalam situasi tidak formal, struktur belajar yang
fleksibel, kegiatan belajar yang lebih interaktif, dan juga terlibat langsung dengan

40
lingkungan sekitar untuk menguatkan berbagai kompetensi dalam Profil Pelajar
Pancasila. Uraian ini sesuai dengan hasil wawancara yang dikutip sebagai berikut:
“Kalau menurut saya perlu P5 alasannya pertama tidak terkekang oleh ini
yah oleh apa oleh rambu-rambu yang terlalu detail, jadi lebih dibebaskan.
Anak kita itu mau dirubah paradigmanya dari yang bisa dididik begini ikut
kata guru jadi punya suara. Untuk menciptakan jiwa-jiwa yang seperti itu
butuh pembiasaan, pembiasaannya itu bisa lewat P5 tadi. Jadi, anak
dibebaskan gurunya sudah berubah paradigmanya, siswanya juga berubah.
Maka, terbentuk ekosistem yang baik yang bisa menjadikan murid itu
pemimpin bagi pembelajaran dia sendiri gitu”(G1-J)

b. Menyiapkan ekosistem sekolah


Berdasarkan hasil wawancara, SMP Negeri 131 Jakarta kesiapan ekosistem
sekolah yang dilakukan adalah membangun budaya berpikir terbuka dan bersama
membangun persepsi terhadap perubahan kurikulum merdeka yang memuat
kegiatan pembelajaran kokurikuler yang berbasis projek dengan menerapkan
belajar sepanjang hayat. Sebagaimana hasil wawancara dengan Narasumber:
“Pertama, berpikir positif terhadap perubahan”(G1-J)
“…Belajar sepanjang hayat atau belajar terus-menerus. Karena, dihadapi
dengan perubahan yang signifikan seperti, pada kurikulum merdeka ini
sekolah harus melaksanakan 3 tiga proyek.”(G1-J)
“…Pendidik berupaya menyamakan persepsi berbagai pihak terlebih
dahulu…”(G2-J)

SMA Negeri 1 Parung dalam menyiapkan ekosistem sekolah untuk


pelaksanaan P5 diperoleh adanya budaya sekolah yang dilakukan sebagai berikut:
1) Para guru dan siswa diajak untuk memiliki paradigma baru
Pelaksanaan pembelajaran P5 tidak lagi berpusat kepada guru tetapi, lebih
berpusat kepada siswa. Sehingga, guru hanya berperan sebagai fasilitator yang
mengarahkan siswa untuk mengalami pengalaman langsung untuk mencapai nilai-
nilai Pancasila dalam kurikulum merdeka. Para siswa pun dalam P5 terdorong
untuk mempresentasikan idenya. Oleh karena itu, para siswa dalam pelaksanaan P5

41
dibiasakan untuk dibebaskan bukan dipaksakan. Sebagaimana hasil wawancara
dengan Narasumber:
“Lebih berpusat kepadah siswa, guru itu hanya sebagai fasilitator..”(G1-P)
“…Mampu mempresentasikan ide-idenya. Nah itu, kebiasaan-kebiasaan
yang harus tumbuh. Kemudian nanti next kalau P5 ini sudah berhasil.”(P1-
P)
2) Adanya kolaborasi dan koordinasi
Kolaborasi dan koordinasi sangat perlu dilakukan dalam melaksanakan P5,
karena pada pembelajarannya selalu melibatkan berbagai pihak. Sebagaimana hasil
wawancara dengan Narasumber:
“…P5 itu hampir tidak pernah ehh ada yang dia itu kerja sendiri, nggk bisa
dia kerja sendiri. Jadi, budaya kolaborasi, koordinasi.”(G1-P).

c. Desain P5
Desain P5 merupakan alur perencanaan yang perlu dilakukan dalam
melaksanakan P5 dengan tahapannya dijelaskan sebagai berikut:
1) Membentuk Tim Fasilitator P5
a) SMP Negeri 131 Jakarta
Tim Fasilitator SMP Negeri 131 Jakarta terdiri dari Wali kelas VII, sehingga
dapat lebih mengerti siswa dengan baik.
“Seluruh wali kelas VII, karena dianggap paling mengerti siswa”(G1-J)
b) SMA Negeri 1 Parung
Berdasarkan dokumentasi dan observasi tim fasilitator SMA Negeri 1 Parung
adalah Wali Kelas X. Dimana, salah satu fasilitatornya adalah guru mata pelajaran
Fisika.
2) Mengidentifikasi Tingkat Kesiapan Satuan Pendidikan
SMP Negeri 131 Jakarta sebagai sekolah penggerak angkatan kedua sudah
siap dalam melaksanakan P5 dikarenakan sudah memiliki referensi modul dan alur
pelaksanaan P5 dari sekolah penggerak angkatan pertama. Sesuai dengan namanya
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, pendidik sudah terbiasa dengan
pembelajaran berbasis projek yakni Project Based Learning (PjBL). P5 di SMP

42
Negeri 131 Jakarta karena masih berpedoman dengan sekolah penggerak angkatan
pertama sehingga, dalam pelaksanaan P5 masih dikaitakan dengan mata pelajaran.
Sebagaimana hasil wawancara dengan Narasumber:
“Jauh lebih siap dari sekolah penggerak angkatan pertama, karena sudah
ada contoh modul dan alur pelaksanaan P5 dari sekolah penggerak angkatan
pertama yang dijadikan referensi. Pendidik yang telah melaksanakan
pembelajaran berbasis projek sudah lebih dari 50%, karena pembelajaran
berbasis projek sudah biasa dilakukan di SMPN 131 Jakarta yakni Project
Based Learning (PjBL). (G1-J)
“Dalam pelaksanaan P5 di SMP 131 Jakarta sudah terjadi lintas disiplin
yakni mata pelajaran”(G1-J)
Adapun SMA Negeri 1 Parung berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh
bahwa sudah siap untuk melaksanakan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.
Hal ini terlihat dari sebagian besar gurunya sudah terbiasa dengan pembelajaran
berbasis projek, kepala sekolah adaptif dan komite Pembelajarannya merupakan
guru penggerak. Sebagaimana hasil wawancara dengan Narasumber:
“Kalau disini sudah sebagian besar gurunya berbasik projek jadi, sudah
tidak asing”(G1-P)
“Kalau parung yang saya liat sudah siap banget kebetulan Kepala
sekolahnya juga adaptif mau belajar. kemudian ada komite pembelajarannya
juga muda-muda dan dua diantaranya adalah guru penggerak.”(P1-P)
3) Merancang Dimensi, Tema, dan Alokasi Waktu P5
Adapun perancangan dimensi, tema, dan alokasi waktu dijelaskan sebagai
berikut:
a) Dimensi dan Tema
Dimensi Profil Pelajar Pancasila yang menjadi tujuan penguatan karakter
dalam P5. Dimensi P5 yang ingin difokuskan di SMP Negeri 131 Jakarta ditentukan
melalui rapat kerja dan disesuaikan dengan tema yang dipilih. Sedangkan, SMA
Negeri 1 Parung yang penentuan dimensinya dilakukan oleh koordinator untuk
projek “Gaya Hidup Berkelanjutan” dan projek “Bangunlah Jiwa dan Raganya”

43
penentuan dimensinya dilakukan bersama-sama antara koordinator dan fasilitator.
Hal ini sebagaimana dipetik dalam wawancara yakni:
“Melalui rapat kerja dengan kepala sekolah, para guru, dan orang tua siswa.
SMPN 131 Jakarta memilih tiga projek profil dengan tema berbeda.”(G1-J)
“…Adapun dimensi yang dipilih disesuaikan dengan tema yang dipilih.”(G2-
J)
“Pada tema projek pertama, penentuan dimensi dilakukan oleh koordinator.
Sedangkan, pada tema projek kedua, penentuan dimensi dilakukan bersama-
sama antara koordinator, fasilitator.”(G1-P)
Penentuan tema didasarkan pada karakteristik sekolah dan karakteristik
siswa. Karakteristik sekolah seperti, letak lokasi sekolahnya, daya dukungnya,
sarananya, dan dananya. Sedangkan, karakteristik siswa seperti, sosial budaya dan
agama ataupun sumber daya. Selain itu, penentuan tema dapat pula berdasarkan
fenomena yang berkembang di lingkungan. Setelah penentuan tema, maka
dilanjutkan dengan perumusan dimensi yang akan dicapai. Dimensi tersebut
diturunkan menjadi elemen dan sub elemen yang ditujuhkan ke fase D untuk siswa
kelas VII dan Fase E untuk siswa kelas X. Uraian tersebut sesuai dengan
Wawancara yang diperoleh dari Narasumber:
“…Karakteristik sekolah itu sekolahnya letaknya dimana, kemudian dia
punya daya dukung apa , sarananya bagaimaan itu termasuk karakteristik
sekolah yah. Termasuk diantaranya dalam hal dana gitu yah itu termasuk
kedalam karakteristik sekolah. Kemudian dilihat juga karakteristik siswa,
nah karakteristik siswa itu dilihat dari latar belakang siswa itu bagaimana
soail budaya agama dan sebagianya yah. Kemudian dilihat juga sumber daya
si siswa, siswa ini kira-kira kemampuannya bagaimana gitu yah.” (P1-P)
“…Sebenarnya dimensi itu semua bagus yah tetapi, kita harus menentukan.
Nah setelah kita menentukan dimensi ehh nanti di panduan P5 itu ada dari
dimensi kita turunkan elemen sub elemen terus ditarik lagi fase E” (P1-P)

44
b) Alokasi Waktu
SMP Negeri 131 Jakarta mengalokasi waktu pelaksanaan P5 selama satu
bulan penuh. Sedangkan, SMA Negeri 1 Parung merancang alokasi waktu P5 yakni
dua jam setiap akhir hari dari hari Selasa sampai dengan Jumat.
“…3-21 Oktober 2022.”(G1-J)
“…dua jam setiap akhir hari itu P5” (P1-P)
4) Menyusun Modul Projek
Berdasarkan hasil dokumentasi komponen modul P5 terdiri atas:
a) Profil modul
Terdiri dari tema dan topik modul, fase atau jenjang sasaran, durasi kegiatan
b) Tujuan
Terdiri dari pemetaan dimensi, elemen, sub elemen Profil Pelajar Pancasila,
dan rubrik pencapaian kompetensi
c) Aktivitas
Alur aktivitas projek merupakan penjelasan detail tahapan kegiatan. Alur
aktivitas pembelajaran P5 terdiri dari tahap pengenalan, kontekstualisasi,
perencanaan, aksi, refleksi dan tindak lanjut. Namun, detail setiap tahap kegiatan
disesuaikan dengan tema projek yang dilakukan (Objek). Adapun detailnya
dijelaskan sebagai berikut:
1. Projek “Suara Demokrasi”
Pada Projek “Suara Demokrasi” siswa melaksanakan lima alur kegiatan yang
terdiri dari pengenalan, kontekstualisasi, aksi, refleksi, dan tindak lanjut. Tahap
pengenalan dilakukan untuk mengenali dan membangun kesadaran siswa terkait
tema projek. Berdasarkan hasil dokumentasi ditunjukkan pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Pendampingan kepada siswa mengerjakan Lembar Kerja

45
Gambar 4.1 di atas menunjukkan para siswa antusias mendengarkan
pembelajaran dari guru mengenai demokrasi di Indonesia. Pembelajaran ini
dilakukan secara berkelompok, dimana siswa terlihat mengerjakan Lembar Kerja
(LK) yang berkaitan tentang demokrasi, hak pilih didalam konstitusi, dan ahlak
bemegara. Tahap ini dapat memunculkan karakter beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, gotong royong dan bernalar kritis.
Tahap kedua kontekstualisasi yang bertujuan memunculkan karakter bernalar
kritis dan gotong royong dengan menggali permasalahan yang terkait dengan topik
projek. Berdasarkan hasil dokumentasi ditunjukkan pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2. Siswa menggali permasalahan terkait pemilihan ketua dan Wakil
Ketua OSIS.
Pada Gambar 4.2 para siswa sedang menggali permasalahan terkait pemiihan
ketua dan Wakil ketua OSIS. Tahap kontekstualisasi ini dilakukan dengan
mendatangkan tamu undangan yakni pembina OSIS SMP Negeri 131 Jakarta untuk
menjelaskan tentang proses seleksi calon anggota OSIS. Tahap ketiga aksi yakni
siswa dalam hal ini melakukan aksi nyata. Seperti yang terlihat pada Gambar 4.3,
sampai 4.5.

46
Gambar 4.3. Siswa menjadi tim sukses untuk pemilihan ketua OSIS dengan
membuat poster dukungan

Gambar 4.4. Siswa mengikuti proses pemungutan suara

Gambar 4.5. Siswa memaparkan hasil pemungutan suara pemilihan ketua OSIS

Gambar 4.3 menunjukkan siswa melakukan aksi berupa kampanye calon


ketua dan wakil ketua OSIS ke setiap kelas, sebagai tim sukses salah satu pasangan

47
calon. Dalam melakukan kampanye siswa membuat poster yang berisi dukungan.
Poster dukungan dibuat menarik dan berisi ajakan untuk memberikan suara kepada
pasangan calon dengan menampilkan alasan singkat agar memilih pasangan calon
yang didukung. Aksi yang dilakukan siswa juga dapat terlihat pada Gambar 4.4
Selain itu, pada Gambar 4.5 menunjukkan siswa menyajikan hasil penghitungan
suara dalam bentuk diagram lingkarang dan diagram batang. Tahap ini dapat
memunculkan karakter gotong-royong dan bernalar kritis.
Tahap keempat refleksi yaitu siswa menggenapi proses dengan berbagi karya
serta melakukan evaluasi dan refleksi. Tahap ini dilakukan untuk menumbuhkan
dimensi bernalar kritis dan bergotong royong, seperti pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6. Siswa melakukan panen karya


Gambar 4.6 menunjukkan siswa sedang melakukan panen karya. Dimana,
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja tim dan memperlihatkan
poster dan gambar denah yang telah mereka buat. Selain itu, pada tahap refleksi ini
tiap kelompok mengerjakan LK terkait pengalaman mereka mengikuti proses
pemilihan ketua dan wakil ketua OSIS dan manfaat yang mereka peroleh, refleksi
terkait kesulitan mereka terkait pengisian modul, manfaat mnegerjakan projek
pertama ini, dan refleksi terkait peran fasilitator selama pengerjaan projek.
Tahap terakhir yakni tindak lanjut oleh guru yang tergabung dalam Tim P5
dengan melakukan penilaian hasil pekerjaan siswa. Bagi kelompok yang hasil
penilaiannya masuk kriteria "belum berkembang sesuai harapan" akan mendapat
bimbingan khusus dari tim P5. Sedangkan, bagi kelompok yang masuk kriteria
"mulai berkembang dan "berkembang sesuai harapan" akan mendapat pengayaan.

48
2. Gaya Hidup Berkelanjutan
Pada projek “Gaya Hidup Berkelanjutan” siswa akan melaksanakan lima alur
kegiatan yang terdiri dari pengenalan, kontekstualisasi, aksi, refleksi, dan tindak
lanjut. Pada tahan Pengenalan siswa mengenali dan membangun kesadarannya
terhadap isu pengolahan sampah dan implikasinya terhadap perubahan iklim,
lingkungan dan keberlangsungan hidup manusia. Tahap ini untuk menumbuhkan
karakter beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia,
dan bernalar kritis Berdasarkan hasil dokumentasi ditunjukkan pada Gambar 4.8.

Gambar 4.7. Siswa belajar mengenai permasalahan lingkungan hidup, perubahan


iklim dan masalah pengelolaan sampah

Gambar 4.7 menunjukkan guru sedang mengajak siswa mengenali berbagai


permasalahan lingkungan hidup, perubahan iklim dan masalah pengelolaan
sampah. Kemudian, siswa mengeksplorasi isu dari berbagai sumber literasi terkait
isu permasalahan sampah menggunakan Handphone milik mereka dan melakukan
diskusi kritis terhadap isu masalah sampah. Berdasarkan hasil wawancara juga
diperoleh bahwa siswa melakukan kunjungan ke TPA Nurul Iman sebagai
Narasumber terkait isu pengolahan sampah, sebagaimana dalam petikan
wawancara berikut ini:
“…Kemudian pergi ketempat-tempat yang ada pengolahan sampah seperti
sekolah Nurul Iman sudah memiliki alat untuk mengelolah sampah. Terus
dari sampah itu juga diolah menjadi produk, membuat pupuk kompos dan
kompos cair.” (G1-P)

49
Tahap kedua yakni kontekstualisasi, siswa mengkontekstualisasi berbagai
permasalahan sampah dan pengelolaanya di lingkungan sekolah. Penanaman
karakter yang dilakukan ialah, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, kreatif, gotong royong dan bernalar kritis. Tahap ini dapat dilihat pada Gambar
4.8.

Gambar 4.8. Siswa melakukan tahap kontekstualisasi dengan melakukan


analisis SWOT
Gambar 4.8 memperlihatkan siswa sedang melakukan analisis SWOT
mengenai sampah di lingkungan sekolah. Berdasarkan hasil observasi diketahui
pula bahwa siswa melakukan wawancara ke warga sekolah mengenai sampah.
Tahap ketiga yakni perencanaan bertujuan mengembangkan ide dan merencanakan
aktivitas gaya hidup berkelanjutan. Siswa ada tahap ini akan menagalami
pengalaman yang dapat memunculkan dimensi karakter beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, kreatif, gotong royong dan
bernalar kritis Tahapan ini dapat dilihat pada Gambar 4.9.

50
Gambar 4.9. Siswa sedang berdiskusi merencanakan projek P5
Pada Gambar 4.9 terlihat siswa sedang berkumpul melakukan diskusi untuk
menggali ide, mengembangkan ide, dan merencanakan aktivitas projek. Tahap ini
dilakukan dengan berkolaborasi dan bekerja sama antar siswa. Pada tahap keempat
yakni tahap aksi untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang
didapat melalui aksi nyata. Bedasarkan hasil observasi dan dokumentasi dapat
dilihat tahap aksi pada Gambar 4.10

Gambar 4.10. Siswa sedang melakukan aksi pembuatan produk olahan sampah.
Pada Gambar 4.10 siswa sedang melakukan proses pembuatan produk olahan
sampah organik. Sampah yang digunakan berasal dari pasar Parung karena,
letaknya dekat dengan lingkungan sekolah. Kegiatan ini menunjukkan adanya
karakter beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia,
gotong royong, kreatif dan bernalar kritis yang ditumbuhkan.

51
Tahap kelima yakni refleksi dan tindak lanjut, dimana siswa menggenapi
proses dengan berbagi karya, evaluasi, dan refleksi, serta menyusun langkah
strategis. Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi tahap kelima ini dapat
dilihat pada Gambar 4.11 sampai 4.13.

Gambar 4.11. Hasil produk P5

Gambar 4.12. Siswa melakukan panen karya

52
Gambar 4.13. Siswa dan guru melakukan evaluasi
Pada Gambar 4.11 menunjukkan hasil pengolahan sampah organik menjadi
kompos yang telah dilakukan oleh siswa, bahkan siswa juga melakukan
pengemasan terhadap hasil produk komposnya. Pada Gambar 4.12. siswa
melakukan panen karya untuk menampilkan hasil produk P5 yang telah mereka
lakukan. Kegiatan panen karya ini dihadiri oleh para guru, para siswa dan Orang
tua siswa kelas X. Sedangkan, pada Gambar 4.13. siswa dan guru melakukan
evaluasi bersama mengenai pelaksanaan P5 yang telah dilakukan. Dari kegiatan
yang dilakukan pada tahap ini terlihat adanya pembentukan karakter beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, gotong royong,
kreatif dan bernalar kritis
3. Bangunlah Jiwa dan Raganya
Projek ini tahapannya sama dengan projek “Gaya Hidup Berkelanjutan”,
namun aktivitas pada setiap tahapannya berbeda. Pertama, tahap Pengenalan yang
dilakukan oleh siswa dapat dilihat pada Gambar 4.14.

Gambar 4.14. Siswa belajar mengenai isu perundungan


Pada Gambar 4.14 Siswa secara berkelompok sedang mengenal berbagai
permasalahan perundungan seperti definisi perundungan, jenis-jenisnya, dan

53
tempat perundungan, mengeksplorasi Isu dari berbagai sumber literasi tentang
pihak-pihak yang terlibat dan dampak perundungan bagi pelaku, korban, dan saksi.
Selain itu, melakukan diskusi kritis masalah perundungan dan penyusunan SOP
perundungan di sekolah. Terlihat karakter gotong royong dan bernalar kritis yang
ditumbuhkan pada siswa. Kedua, tahap kontekstualisasi untuk
mengkontekstualisasi berbagai permasalahan perundungan di lingkungan sekolah.
Siswa melakukan kegiatan seperti pada Gambar 4.15.

Gambar 4.15. Siswa melakukan Analisis SWOT terhadap masalah lingkungan


disekolah dengan membuat poster
Gambar 4.15 menunjukkan poster hasil pengumpulan, pengorganisasian dan
penyajian data yang dilakukan siswa menggunakan aplikasi Canva. Poster yang
dibuat oleh siswa berkaitan dengan perundungan, dimana data yang disajikan
meliputi, pengertian perundungan, karakteristik pelaku, presentase kasus 2022,
dampaknya bagi korban, dan cara mengatasinya. Karakter mandiri, gotong royong
dan bernalar kritis berusaha ditumbuhkan pada tahap ini. Ketiga, tahap perencanaan
untuk mengembangkan ide dan merencanakan aktivitas terkait kampanye anti
perundungan di lingkungan sekolah. Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi
tahap perencanaan dapat terlihat pada Gambar 4.16.

54
Gambar 4.16. Siswa dan guru bersama merencanakan letak sarana dan
prasarana panen karya
Gambar 4.16 menunjukkan siswa dan guru berkolaborasi dan bekerja sama
dalam merencanakan letak tenda yang akan digunakan saat panen karya. Agar para
tamu yang hadir dapat menikmati hasil karya siswa dari berbagai posisi tempat
duduk. Kegiatan ini melatih karakter kreatif, gotong royong dan bernalar kritis pada
siswa. Keempat, tahap aksi untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan
yang didapat melalui aksi nyata. Karakter beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, mandiri, gotong royong dan bernalar kritis
terlihat pada tahap ini. Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi tahap
perencanaan dapat terlihat pada Gambar 4.17.

Gambar 4.17. Siswa melakukan latihan drama musikal sebagai


bentuk kampanye anti perundungan
Gambar 4.7 menunjukkan siswa sedang latihan drama musikal sebagai
bentuk aksi penyempurnaan karya. Pada tahap ini juga siswa menyusun strategi
agar kampanye anti perundungan yang mereka lakukan dapat tersampaikan ke
penonton. Salah satu, strategi yang dilakukan siswa adalah dengan membawakan

55
drama bawang merah dan bawang putih sebagai cerita rakyat yang memiliki pesan
moral untuk tidak menyiksa orang yang tak bersalah. Tahap terakhir refleksi dan
tindak lanjut, karakter beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berakhlak mulia, mandiri, gotong royong dan bernalar kritis ditumbuhkan pada
tahap ini. Adapun pelaksanaan tahap ini dapat dilihat pada Gambar 4.18.

Gambar 4.18. Siswa melakukan penataan panggung untuk persiapan


panen karya
Gambar 4.18 menunjukkan siswa saling bekerja sama dalam mempersiapkan
penataan panggung untuk panen karya. Terlihat para siswa sedang memindahkan
meja dan kursi karena, ada beberapa adegan drama yang sekolah menggambarkan
suasana dalam kelas.

Gambar 4.19. Siswa melakukan panen karya


Gambar 4.19 menunjukkan para siswa sedang melakukan panen karya
dengan menampilkan drama musikal yang berkaitan dengan perundungan. Terlihat
siswa sangat antusias mengikuti kegiatan panen karya.

56
Gambar 4.20. Siswa dan guru melakukan evaluasi
Pada Gambar 4.20 para siswa dan guru melakukan evaluasi pelaksanaan P5.
Pelaksanaan evaluasi P5 dihadiri oleh kepala sekolah, koordinator, fasilitator dan terdapat
pewakilan siswa dari masing-masing kelas.
d) Asesmen
Asesmen yang digunakan berupa asesmen formatif dalam bentuk Lembar
Kerja (LK) dan asesmen sumatif, Sebagaimana dari jawaban wawancara
Narasumber:
“Asesmen formatif diberikan dalam bentuk pengerjaan Lembar Kerja (LK)
Projek dan rangkaian aksi selama projek berlangsung. Adapun asesmen
sumatif merupakan hasil dari keseluruhan projek dan hasil observasi guru
pendamping dan fasilitator.” (G2-J)

5) Merancang strategi pelaporan hasil projek


SMP Negeri 131 Jakarta dalam melaporkan hasil projek menggunakan rubrik
penilaian agar dapat menilai proses pembelajaran P5. Tidak hanya menilai hasil
akhirnya. Begitupula, SMA Negeri 1 Parung dalam mengelolah hasil projek juga
menggunakan rubrik penilaian sebagai pedoman agar penilaiannya terukur dan
terencana dengan baik. Hal ini sebagaimana di kutip dari hasil wawancara dengan
Narasumber:
“Dengan penilaian menggunakan rubrik, penialaian tidak hanya dilihat
pada akhir penilaian tetapi, termasuk pula penilaian selama proses
pembelajaran atau projek berlangsung.”(G2-J)
“Agar penilaiannya terukur, terencana dengan baik dan dapat dijadikan
pedoman dalam assessment.”(G2-P)

57
d. Pengelolaan P5
Dalam pengelolaan P5 terdapat perencanaan, pelaksaanaan dan evaluasi yang
dilakukan oleh semua pihak yang memiliki peran pada P5 sesuai dengan tanggung
jawabnya masing-masing. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara yang diperoleh
peneliti:
“Dimulai dengan perencanaan bersama oleh pihak kurikulum dan dewan
guru. Kemudian, dilanjutkan dengan pelaksanaan yang tetap diawasi oleh
pemangku kepentingan yakni perwakilan dari Kemendikbud. Terakhir,
dievaluasi setiap satu sampai dua kali dalam seminggu.”(G2-J)

Adapun cara yang dilakukan oleh SMP Negeri 131 Jakarta agar P5 yang
dilakukan berjalan lancar yakni dengan: (1) Mengikuti alur yang sudah ditentukan;
(2) Berkoordinasi dengan pendidik lain mengenai pelaksanaan P5 dan
berkoordinasi dengan peserta didik. Melalui koordinasi ini pendidik dapat
memberikan motivasi kepada peserta didik terkait pelaksanaan P5, melakukan
pendampingan dan pemantauan. (3) Memberikan informasi kepada Orang tua
terkait P5 agar dapat mendukung peserta didik dalam melaksanakan projeknya.
Akan tetapi, dalam pengelolaan P5 di SMP Negeri 131 Jakarta belum melibatkan
pihak luar yang dapat dijadikan mitra dalam melaksanakan projek. Uraian tersebut
dipetik dari jawaban Narasumber diantaranya:
“Mengikuti alur yang sudah ditentukan dan selalu berkoordinasi dengan
pendidik lain dan peserta didik.”
“Melalui pemberian motivasi kepada peserta didik agar tidak bosan tapi,
senang dengan pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5),
pendampingan yang mendorong peserta didik mengeksplor potensinya, dan
pemantauan dari Wakil Kepala Bidang (Wakabid) Kurikulum dan Kepala
Sekolah.”(G2-J)
“Orang tua sangat mendukung, terbukti mereka bersedia menyediakan
keperluan alat-alat yang dibutuhkan selama projek dan tidak segan bertanya
tentang kemajuan putra putrinya selama pengerjaan projek.”(G1-J)
“Belum ada, masih murni dari Kepala sekolah, guru PPKn, guru BK, dan
Pembina OSIS”(G2-J)

58
Adapun SMA Negeri 1 Parung dalam pengelolaan Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila berpedoman pada hasil pemberian materi In House Training oleh
pihak Kemendikbud. Selain itu, selama pelaksanaan P5 selalu dilakukan koordinasi
dengan melakukan pertemuan setiap hari Senin dan Jumat membahas perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi P5 yang telah dilakukan. Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara oleh Narasumber di bawah ini:
“Kalau guru-guru selain dari itu P5 nya itu mereka ada IHT untuk guru-guru
tau juga P5 itu apa dan bagaimana pelaksanaanya gitu yah . Kemudian, nanti
ada di senin dan jumat tadi yang kalau misalnya senin itu udah ada
jadwal.”(P1-1)

e. Dokumentasi dan Pelaporkan hasil Projek Penguatan Profil Pelajar


Pancasila
Pendokumentasian dan pelaporan dijelaskan sebagai berikut:
1) Dokumentasi
Pelaksanaan P5 di SMP Negeri 131 Jakarta dan SMA Negeri 1 Parung
didokumentasikan dalam bentuk Soft Copy dan Hard Copy, baik berupa dokumen,
foto maupun video. Oleh karena itu, setiap kelompok yang melaksanakan P5
diwajibkan untuk memiliki satu telepon genggam untuk keperluan dokumentasi.
Selain itu, SMA Negeri 1 Parung membagikan hasil dokumentasinya melalui media
sosial, media digital, media cetak dan media online. Hal ini sesuai dengan jawaban
Narasumber:
“Setiap kelompok diwajibkan membawa satu telepon genggam untuk
dokumentasi kegiatan P5.”(G1-J)
“Seluruh data dokumentasi disimpan baik dalam bentuk digital dan non
digital.”(G2-P)
2) Pelaporan Hasil Projek
Dokumen hasil penilaian projek peserta didik akan dilampirkan dalam bentuk
Rapor. Rapor P5 berbeda dengan rapor kurikulum 2013. Prinsip perancangan Rapor
P5 yakni adanya keterpaduan pembelajaran dan perkembangan karakter sesuai
profil pelajar Pancasila. Oleh karena itu, pada Rapor P5 mencakup komponen

59
pengetahuan sikap dan keterampilan yang disampaikan secara utuh di dalam
deskripsinya. Adanya rapor P5 ini diharapkan dapat menjadi refleksi bagi pendidik,
peserta didik, orang tua, dan pemangku kebijakan. Pernyataan ini dipetik dari hasil
wawancara yakni:
“Rapor sebagai bentuk dokumen hasil projek peserta didik berperan
mengetahui kemampuan atau keterampilan peserta didik. Selain itu, rapor
juga sebagai laporan pada orang tua dan bahan refleksi bagi guru, peserta
didik, orang tua dan pemangku kebijakan.”(G2-J)
“Prinsip perancangan rapor diantaranya, menunjukkan keterpaduan
pembelajaran dan perkembangan karakter sesuai profil pelajar Pancasila,
tidak membebani guru secara administratif, dan mencakup komponen
pengetahuan sikap dan keterampilan yang disampaikan secara utuh di dalam
deskripsinya sehingga, tidak terpisah-pisah seperti pada rapor kurikulum
2013.” (G2-J)
“Menunjukan keterpaduan; Rapor terdiri dari hasil penilaian terhadap
performa peserta didik dalam projek…”(G2-P)

f. Evaluasi dan tindak lanjut Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila


1) Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu cara bagi pendidik dan satuan pendidikan untuk
menarik pembelajaran bermakna dari proses implementasi projek profil. SMP
Negeri 131 Jakarta dan SMA Negeri 1 Parung melakukan evaluasi melalui metode
observasi dengan menggunakan jurnal perkembangan sikap dan perilaku. Oleh
karena itu, dalam evaluasi perlu memperhatikan perubahan sikap dan perilaku
peserta didik, konsistensi dan kontunuitas pendidik dalam mengobservasi peserta
didik. Evaluasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) juga dapat dilakukan
melalui diskusi oleh semua pihak baik guru maupun siswa. Sebagaimana hasil
wawancara yang diperoleh peneliti:
“Alat yang digunakan yakni jurnal perkembangan sikap dan perilaku
sedangkan, untuk metode melalui observasi.”(G2-J)

60
“Pertama, perubahan sikap dan perilaku peserta didik. Kedua, konsistensi
dan kontunuitas pendidik dalam mengobservasi peserta didik.” (G2-J)
“Kita evaluasinya itu ehh melakui rapat-rapat diskusi-diskusi yang
ditampung dari semua pihak dan dalam hal ini bukan hanya melibatkan guru
tetapi juga melibatkan siswa.”(G1-P)

Adapun tujuan dilakukannya evaluasi yakni, dapat membantu mengetahui


ketercapaian tujuan P5 yang telah dilaksanakan yakni yang berkaitan dengan
perubahan atau perilaku karakter siswa. Dapat pula untuk mengetahui keunggulan,
hambatan, tantangan, dan solusi yang dihadapi dalam pelaksanaan P5. Tujuan
evaluasi ini dikutip dari wawancara di bawah ini:
“…Evaluasi yang dilakukan tentunya sejauh mana ketercapaian tujuan P5
ehh tersebut. Kemudian yang kedua, ehh sejauh mana perubahan atau
perilaku karakter siswa setelah ehh menyelesaikan suatu P5 itu ehh kemudian
juga mengevaluasi ehh kira-kira selama P5 itu dilakukan hambatannya apa,
tantangannya apa, kemudian apa yang bisa kita lakukan solusinya.
Kemudian juga mengevaluasi ehh kekurangan-kekurangan dari personal
kita. Misalkan SDM nya barangkali bisa diberikan perhatian lagi ehh bisa
diberika solusi yang lain.”(G1-P)
2) Tindak Lanjut
Pada implementasi P5 diperlukan pula tindak lanjut Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila. Adapun tindak lanjut yang dilakukan SMP Negeri 131 Jakarta
pada projek “Suara Demokrasi” yakni dengan mengupayakan penerapan demokrasi
sebagai hasil projek secara konsisten dalam lingkungan sekolah dan memberikan
tauladan, pemahaman, dan motivasi ke peserta didik. Hal ini dilakukan agar
manfaat projek dapat tetap melekat pada diri peserta didik seperti, bernalar kritis,
mandiri, berahlak, dan mampu berkolaborasi. Sebagaimana hasil wawancara yang
diperoleh peneliti:
“Selain itu, penerapan demokrasi sebagai hasil projek diupayakan bisa
secara konsisten dilaksanakan dalam lingkungan sekolah”(G1-J)
“Senantiasa memberikan tauladan, memberikan pemahaman, dan
memotivasi peserta didik agar manfaat projek seperti, bernalar kritis,

61
mandiri, berahlak, dan mampu berkolaborasi tetap melekat pada peserta
didik.”(G2-J)

Sedangkan, berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti diperoleh


SMA Negeri 1 Parung setelah melaksanakan P5 ada beberapa hal yang telah
dilakukan sebagai bentuk tindak lanjut kegiatan projek yakni, melibatkan dunia
usaha industri yang berkaitan dengan tema gaya hidup berkelanjutan dan sekolah
membuat kebijakan baru agar para siswa membawa peralatan minuman dan
makanan pribadinya. Pada tema projek bangunlah jiwa dan raga yakni siswa
melakukan kampanye anti Bullying melalui drama musikal dengan tampil di depan
lima belas sekolah. Dalam kegiatan tersebut juga terdapat poster dan brosur terkait
Bullying, kesehatan mental, dan kesehatan jasmani yang dapat dibagikan lewat
sosial media. Sehingga, kampanye yang dilakukan tidak hanya sebatas di
lingkungan SMA Negeri 1 Parung. Sebagaimana hasil wawancara yang diperoleh
peneliti:
“Melibatkan dunia usaha industri yang berkaitan dengan gaya hidup
berkelanjutan” (G1-P)
“Anak diharuskan untuk membawa tambler, membawa tempat makan ehh
dikantin juga harus bisa sejalan.” (G1-P)
“…Tema kedua kemaren bangunlah jiwa raga itu kampanye-kampanye dari
anti Bullying kemudian juga ehh tentang kesehatan mental, kesehatan
jasmani dan apalagi yahh berpikir positif, itu mereka tampilkan dalam bentuk
drama musikal sehingga, kami melibatkan sekolah lain kita mengundang
perwakilan sekolah seseprior parung, itu ada sekitar 15 sekolah.” (G1-P)

5. Komunitas
Dalam penelitian ini, guru bekerja bersama dalam meyiapkan projek, terjadi
dialog dengan orang tua mengenai projek, siswa kelas VIII dan IX , pihak sekolah,
dan Kemendikbud merupakan anggota komunitas di lingkungan sekolah SMP
Negeri 131 Jakarta. Adapun dalam komunitas SMA Negeri 1 Parung untuk projek
gaya hidup berkelanjutan sama dengan komunitas SMP 131 Jakarta ditambah
narasumber dari Sekolah Nurul Iman dan DLH. Sedangkan, untuk projek kedua

62
anggota komunitas SMA Negeri 1 Parung sama dengan projek pertama, hanya saja
narasumbernya dari Puskesmas, dan KPAI. Hal ini sebagaimana yang dikutip
dalam wawancara di bawah ini:
“Pihak sekolah, siswa, orang tua, guru, dan Kemendikbud (Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan)”(G1-J)
“Satuan Pendidikan, Orang tua, Siswa, Kemendikbud, guru, Sekolah Nurul
Iman, DLH”(G1-P)

6. Pembagian kerja
Pembagian kerja berkaitan dengan pembagian tugas. Berikut pembagian
tugas di SMP Negeri 131 Jakarta ialah:
a. Siswa kelas VII
Dalam melaksanakan P5 Siswa kelas VII mengikuti kegiatan pemilihan
Ketua-Wakil Ketua OSIS, presentasi kelompok dan Poster untuk setiap kelompok.
Sebagaimana hasil wawancara di bawah ini:
“Peserta didik yang berperan melaksanakan P5 sesuai alur yang ditetapkan,
menunjukkan sikap antusias dan rasa ingin tahu terhadap hal baru yang
mereka alami” (G2-J)
b. Pihak Sekolah
Berperan dalam menyediakan kebutuhan sumber daya, dana dan mengadakan
sosialisasi P5 untuk siswa dan orang tua siswa. Sebagaimana hasil wawancara di
bawah ini:
“Satuan Pendidikan berperan dalam mengadakan sosialisasi kepada
pendidik, orang tua siswa, dan seluruh siswa SMPN 131 Jakarta terkait
pelaksanaan P5. Selain itu, Satuan Pendidikan bertanggung jawab pula
dalam menyediakan kebutuhan sumber daya serta dana untuk pelaksanaan
P5.”(G1-J)
c. Siswa kelas VIII dan IX
Siswa kelas VIII dan IX meski tidak melaksanakan P5, siswa kelas VIII dan
IX tetap menghadiri sosialisasi P5. Sebagaimana hasil wawancara di bawah ini:
“…Seluruh siswa SMPN 131 Jakarta terkait pelaksanaan P5.”(G1-J)

63
d. Guru
Menentukan tema dan membuat tim P5 untuk pelaksanaan kegiatan P5. Tim
P5 yang terdiri dari tiga tim yakni pertama, tim perencana terdiri dari guru mata
pelajaran terkait projek P5 berperan dalam merencanakan projek. Kedua, tim
fasilitator yang terdiri dari seluruh wali kelas VII, berperan dalam pembagian
kelompok dan memecahkan permasalahan di kelompok P5. Ketiga, tim
pendamping yang terdiri dari seluruh guru mata pelajaran kelas 7 yang bertanggung
jawab dalam mendampingi kegiatan P5. Adapun salah satu tim pendamping P5
merupakan guru Fisika. Sebagaimana hasil wawancara di bawah ini:
“Adapun guru berperan untuk menentukan tema dan membuat tim untuk
pelaksanaan kegiatan P5” (G1-J)
e. Kemendikbud (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)
Memberikan pelatihan dan pendampingan kepada sekolah penggerak
mengenai pelaksanaan P5. Sebagaimana hasil wawancara di bawah ini:
“Kebudayaan (Kemendikbud) berperan dalam memberikan pelatihan dan
pendampingan kepada sekolah penggerak mengenai pelaksanaan P5”(G1-J)
f. Orang tua siswa kelas VII
Membantu menyiapkan alat dan membantu pengerjaan LK (Lembar Kerja)
dalam hal dokumentasi projek. Sebagaimana hasil wawancara yang dilakukan oleh
peneliti:
“Orang tua membantu menyiapkan alat dan membantu pengerjaan LK
(Lembar Kerja) dalam hal dokumentasi projek” (G2-J)

Adapun Pembagian kerja P5 di SMA Negeri 1 Parung sebagai berikut:


a. Siswa kelas X
Mengelolah sampah, mengampanyekan anti perundungan, presentasi
kelompok, dan Poster untuk setiap kelompok.

64
b. Pihak Sekolah
Memfasilitasi pelaksanaan P5 dan mensosialisasikan kepada guru, seluruh
siswa dan orang tua siswa kelas X. Sebagaimana hasil wawancara yang dilakukan
oleh peneliti:
“…Mereka harus tau perubahan kurikulum seperti apa sekarang ini, ehh
sekarang ini diantaranya ada P5 seperti apa” (G1-P)
“…Bertanggung jawab pula dalam menyediakan kebutuhan sumber daya
serta dana untuk pelaksanaan P5.”(G1-P)
c. Siswa kelas XI dan XII
Meski tidak melaksanakan P5, siswa kelas XI dan XII tetap menghadiri
sosialisasi P5. Sebagaimana hasil wawancara di bawah ini:
“…Mereka harus tau perubahan kurikulum seperti apa sekarang ini, ehh
sekarang ini diantaranya ada P5 seperti apa” (G1-P)
d. Guru
Peran guru dalam P5 yakni merencanakan dan memberikan pembelajaran
terkait P5. Adapun guru yang melaksanakan P5 terbagi menjasi tim koordinator dan
tim fasilitator yakni untuk Koordinator ini diambil dari Komite Pembelajaran yang
sudah diberikan pelatihan oleh pihak kemendikbud. Koordinator berperan
mengkoordnir tim fasilitator. Sedangkan, tim fasilitator terdiri dari wali kelas
pembimbing yang mendampingi langsung para siswa dalam mengembangkan
karakter yang diharapkan. Sebagaimana hasil wawancara yang dilakukan oleh
peneliti:
“Mengajarkan tentang P5 ini. Artinya semua guru harus memahami tentang
P5 itu, tentang pembentukan karakter itu.” (G1-P)
“Koordinator adalah mengkoordnir guru pembimbing tadi.” (G1-P)
“Kalau fasilitator itu sebenarnya adalah pembimbing.” (G1-P)
e. Kemendikbud
Menyediakan panduan pelaksanaan P5 dan memberikan pelatihan kepada
sekolah penggerak. Kemendikbud juga mengutus pengawas untuk memberikan
pendampingan, pembeerdayaan dan penguatan terkait pelaksanaan P5.
Sebagaimana hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti:

65
“Pihak Kemendikbud itu yah apa yah menyiapkan panduan-panduan” (G1-
P)
“Pelatihan ehh dan untuk sekolah penggerak” (G1-P)
“…Peran pengawas itu mendampingi, memberdayakan”(P1-P)
f. Orang tua
Dalam pelaksanaan P5 di kurikulum merdeka ini orang tua siswa harus tau
adanya kegiatan P5 lewat sosialisasi yang dilakukan pihak sekolah melalui rapat di
awal tahun, kegiatan Parenting, pertemuan lewat Zoom, dan secara tertulis melalui
media sekolah seperti website ataupun surat-surat edaran Via WhatsApp. Orang tua
juga berperan dalam mendampingi, memperi nasihat maupun solusi saat siswa
mengerjakan projeknya di rumah. Hal ini bertujuan agar pembelajaran yang
dilakukan siswa di sekolah dan dirumah sejalan. Uraian tersebut sesuai dengan
petikan wawancara Narasumber yakni:
“…Penyampaian informasi dari kepala sekolah ke orang tua itu dilakukan
dengan perencanaan yang matang, melalui pertemuan langsung melalui
rapat di awal tahun. Terus kita juga melakukan pertemuan yang disebut
denganParenting. Kemudian itu juga ehh pernah juga disampaikan lewat
Zoom dan juga ada secara tertulis melalui media sekolah seperti website
ataupun surat-surat edaran berupa WhatsApp.”(G1-P)
“Kelompok aku kan bagian desain. Nah, orang tua aku tuh yang ngasih tau
“Kak yang ini ini aja, warnanya ini aja” dipilihin kayak gitu”(S1-P)
g. Narasumber di Luar lingkungan Sekolah
SMA Negeri 1 Parung sudah melibatkan Narasumber dari luar lingkungan
sekolah yakni Sekolah Nurul Iman dan DLH (Dinas Lingkunga Hidup) untuk
projek pertama. Para siswa juga dapat melihat pengelolaan sampah menjadi produk,
membuat pupuk kompos dan kompos cair. Sedangkan, untuk tema kedua
narasumber dari luar lingungan sekolah adalah Puskesmas untuk menangani
Kesehatan jiwa dan raga dan KPAI memberikan seminar. Uraian tersebut sesuai
dengan petikan wawancara Narasumber yakni:
“…Kemudian pergi ketempat-tempat yang ada pengolahan sampah seperti
sekolah Nurul Iman sudah memiliki alat untuk mengelolah sampah. Terus

66
dari sampah itu juga diolah menjadi produk, membuat pupuk kompos dan
kompos cair.” (G1-P)
“...Ada dari DLH.”(G1-P)
“Kita melakukan mitra dengan puskesmas, puskesmas itu beberapa kali
kesini menangani Kesehatan jiwa dan raga dengan melkuakn ehh penyuluhan
dan pemeriksaan. Selain itu, juga dengan ehh apasih dengan KPAI Pusat,
kita mengadakan dalam bentuk seminar.”(G1-P)

7. Hasil
Hasil yang diinginkan dari pelaksanaan P5 ini yakni dapat mengembangkan
karakter nilai-nilai Pancasila pada diri siswa yang terfokus pada dimensi Profil
Pelajar Pancasila dengan melakukan aktivitas berbasis projek. Berdasarkan hasil
dokumentasi diperoleh komponen hasil pelaksanaan P5 seperti pada Tabel 4.1
sampai 4.3:
Tabel 4.1. Komponen Hasil Projek “Suara Demokrasi”

Komponen Hasil-1 Hasil-2 Hasil-3


Hasil

Dimensi Beriman, Gotong Royong Bernalar kritis


bertaqwa
kepada Tuhan
YME dan
berakhlak mulia

Elemen Akhlak Kolaborasi Memperoleh dan


bernegara memproses
informasi dan
gagasan

Sub Melaksanakan Kerja sama dan Memperoleh dan


elemen hak dan komunikasi untuk memproses
kewajiban mencapai tujuan informasi dan
sebagai warga bersama gagasan
negara

Rumusan Menganalisis a. Menyelaraskan Mengidentifikasi,


kompetensi peran, hak, dan tindakan sendiri mengklarifikasi,

67
kewajiban dengan tindakan dan menganalisis
sebagai warga orang lain untuk informasi yang
negara, melaksanakan relevan serta
memahami kegiatan dan memprioritaskan
perlunya mencapai tujuan beberapa gagasan
mengutamakan kelompok di tertentu.
kepentingan lingkungan
umum di atas sekitar, serta
kepentingan memberi
pribadi sebagai semangat kepada
wujud dari orang lain untuk
keimanannya bekerja efektif
kepada Tuhan dan mencapai
YME. tujuan bersama.
b. Memahami
informasi,
gagasan, emosi,
keterampilan dan
keprihatinan yang
diungkapkan oleh
orang lain
menggunakan
berbagai simbol
dan media secara
efektif, serta
memanfaatkannya
untuk
meningkatkan
kualitas hubungan
interpersonal
guna mencapai
tujuan bersama.

Indikator Siswa Siswa merancang Siswa


memahami proses pemilihan menyajikan
prosedur ketua OSIS secara narasi yang
pemilihan ketua berkelompok, mulai berkaitan dengan
dan wakil ketua dari menjadi tim demokrasi,
OSIS dan sukses sampai menggali
mengikuti dengan menyajikan permasalahan
pemungutan hasil pemungutan terkait proses
suara. suara pemilihan dan
mampu
mendeskripsikan
proses pemilhan

68
ketua dan wakil
ketua OSIS pada
lingkungan
sekolah.

Tabel 4.2. Komponen Hasil Projek “Gaya Hidup Berkelanjutan”

Komponen
Hasil-1 Hasil-2 Hasil-3 Hasil-4
Tujuan

Dimensi Beriman dan Kreatif Gotong Bernalar


bertakwa royong kritis
kepada Tuhan
Yang Maha
Esa
Elemen Akhlak kepada Siswa Kolaborasi Siswa
alam membuat melakukan
karya dan analisis dan
tindakan evaluasi
yang penalaran
orisinil prosedur
yang
dilakukan
Sub elemen Menjaga Menghasilk Kerja sama Siswa
lingkungan an karya melakukan
alam sekitar dan analisis dan
tindakan evaluasi
yang penalaran
orisinil prosedur
yang
dilakukan
Rumusan Peserta didik Peserta Peserta Peserta
Kompetensi mampu didik didik didik
tanggung mampu mampu mampu
jawab, rasa melakukan membangun membuat
saying, dan eksplorasi tim dan analisis
peduli pikiran atau mengelola dan evaluasi
terhadap perasaan kerjasama penalaran
lingkungan yang untuk yang
alam sekitar dimilikinya mencapai digunakann
dalam tujuan dalam
bentuk bersama menemukan
karya dan sesuai dan mencari

69
atau dengan solusi serta
tindakan target yang mengambil
serta siswa sudah keputusan.
melakukan ditentukan.
evaluasi.
Sehingga,
siswa dapat
memiliki
bahan
yang dapat
ditimbang
dampak
dan
resikonya
bagi diri
dan
lingkungan.

Indikator a. Memiliki Peserta Memiliki Peserta


tanggung didik yang kemampuan didik dapat
jawab, rasa kreatif kolaborasi membuat
sayang, dapat yaitu, bukti
dan peduli membuat kemapuan mengenai
terhadap karya dan untuk penalaran
lingkungan tindakan bekerja yang telah
alam yang sama dilakukan
sekitar orisinal dengan dengan
dalam orang lain berbagai
b. Menyadari bentuk disertai argumen
bahwa gambar, perasaan dalam
dirinya desain, senang mengambil
adalah tampilan ketika suatu
salah satu digital, dan berada simpulan
diantara realitas bersama atau
bagian- virtual. dengan keputusan.
bagian dari orang lain
ekosistem dan dapat
bumi yang terlihat
saling sikap positif
memiliki terhadap
pengaruh. orang lain.

70
Tabel 4.3. Komponen Hasil Projek “Bangunlah Jiwa dan Raganya”

Komponen Hasil-1 Hasil-2 Hasil-3 Hasil-4


Tujuan

Dimensi Beriman, Mandiri Gotong Bernalar kritis


bertaqwa Royong
kepada
Tuhan YME
dan
berakhlak
mulia

Elemen Akhlak Regulasi Kepedulian Menganalisis


pribadi diri dan
mengevaluasi
penalaran dan
prosedurnya

Sub elemen Merawat Regulasi Tanggap Menganalisis


diri, secara emosi terhadap dan
mental dan lingkungan mengevaluasi
spiritual Sosial penalaran dan
prosedurnya

Rumusan Melakukan Peserta Tanggap Menganalisis


kompetensi aktivitas didik dapat terhadap dan
fisik, sosial, memiliki lingkungan mengevaluasi
dan ibadah kendali sosial sesuai penalaran
secara sesuai dengan yang
seimbang. dengan tuntutan peran digunakannya
tepat ketika sosialnya dan dalam
menghadapi berkontribusi menemukan
situasi yang sesuai dengan dan mencari
menantang kebutuhan solusi serta
dan masyarakat mengambil
menekan untuk keputusan.
pada menghasilkan
konteks keadaan yang
belajar, lebih baik.
relasi, dan
pekerjaan

Indikator Peserta Peserta Peserta didik Peserta didik


didik dapat didik dapat dapat dapat
melakukan dengan merumuskan memberikan

71
kegiatan tepat masalah ide dan
beribadah melakukan perundungan gagasan
dengan tindakan yang terdapat tentang
benar seusai pengendali di sekitarnya konsep anti
agama dan diri yang dan perundungan
kepercayaan baik dalam melakukan baik di
yang situasi yang respon yang keluarga,
dimiliki. nyata. tepat. sekolah dan
lingkungan
sekitarnya

Berdasarkan hasil wawancara peneliti di SMP Negeri 131 Jakarta, peneliti


menyimpulkan bahwa pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)
dengan tema Suara demokrasi terlihat peserta didik mendapat pembelajaran
bermakna dari proses implementasi projek suara demokrasi yakni peserta didik
kelas VII dapat mengalami pengalaman langsung terkait suasana PEMILU
(Pemilihan Umum) dan mengetahui cara-cara Pemilu.Walaupun, dalam
pelaksanaan projek masih harus dibimbing, diarahkan, dan dipantau. Hasil
pelaksanaan P5 ini dipetik dari hasil wawancara berikut:
“Secara teoritis sudah diupayakan selalu selaras dengan profil pelajar
Pancasila. Namun, dalam penerapannya masih harus dibimbing, diarahkan,
dan dipantau.”(G2-J)
Adapun pelaksanaan Projek Profil Pelajar Pancasila (P5) di SMA Negeri 1
Parung juga sudah berjalan dengan baik, terlihat dari penjelasan berikut ini:
a. Siswa lebih bebas dalam pembelajaran P5
Terlihat pada saat MONEV anak-anak menjawab pertanyaan terkait dengan
adanya P5 ini bahwa pembelajarannya tidak jenuh dan tidak monoton dilakukan
dalam kelas tetapi bisa pula dilakukan diluar kelas. Karena pembelajarannya tidak
seformal kegiatan intrakurikuler. Sebagaimana hasil wawancara yang diperoleh
peneliti:
“P5 ini pembelajarannya tidak menjadi jenuh, tidak hanya monoton dilakukan
dalam kelas tapi juga, bisa diluar kelas” (G1-P)
b. Adanya kolaborasi untuk menumbuhkan karakter kerja sama

72
Pelaksanaan P5 yang setiap hari senin menyiapkan dan mendiskusikan bahan
ajar. Kemudian, dilanjutkan dengan mengimplementasikan hasil diskusi
pembelajaran di hari Senin sampai hari Jumat dan setelah pembelajaran P5 di hari
Jumat selesai, lalu dilanjutkan dengan melakukan evaluasi P5 yang telah dilakukan.
Dari koordinasi ini akan membuat pelaksanaan P5 lebih terarah dan serentak.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti saat siswa melaksanakan P5
kedua dengan tema bangunlah jiwa raganya, pada tahap aksi ada kelas yang latihan
drama, ada sibuk diskusi mencari musik untuk diputarkan di drama, dan adapula
yang merekam terlebih dahulu percakapan drama atau melakukan Dubbing. Hal ini
sejalan dengan wawancara Narasumber di bawah ini:
“…Dengan adanya P5 mereka didorong adanya kerja sama, saling mengenal
satu sama lainnya.”(G1-P)
c. Menumbuhkan karakter kreatif
Siswa ditumbuhkan karakter kreatifnya pada P5 dengan memberikan
penguatan, pembingan dan kebebasan oleh guru kepada siswa untuk mencoba
mengemukakan idenya yang akhirnya menjadi pembiasan. Sebagaimana hasil
wawancara yang diperoleh peneliti:
“Terus ehh kreatif kita mau bikin ini dibolehin gitu yah karena memang
selama tidak menyinggung SARA pornografi dan lain sebagainya kan itu
dibolehk an saja. Jadi, merdeka dan mereka ehh punya ide apa itu dihargai
gitu. Jadi mereka akhirnya nggk takut untuk mengemukakan idenya” (G1-P)
d. Sarana dan prasarana yang cukup mendukung P5
Sarana dan prasarana yang terdapat di sekolah dapat dimanfaatkan dengan
baik, namun ada pula pelaksanaan P5 yang membutuhkan sarana dan prasana tetapi,
tidak tersedia. Sebagaimana hasil wawancara yang diperoleh peneliti:
“…Tenda itukan biayanya mahal. Kalau enggk pakai tenda itu enggk, kita
terbatas oleh waktu karena panas, kemudian kita juga tidak punya aula yang
besar.”(G1-P)

e. Guru lebih memahami pelaksanaan P5 setelah melakukan projek


pertama

73
Hal ini terlihat dari penambahan peran guru khusunya tim fasilitator pada
projek kedua dengan bersama-sama koordinator untuk membuat modul projek P5
yang kedua. Selain itu, Guru pun lebih memahami siswa setelah melaksanakan P5
pertama. Sebagaimana hasil wawancara yang diperoleh peneliti:
“…P5 yang pertama itu yang membuat modul itu dan merancang yakni
komite pembelajaran yakni Koordinator, kalau yang kedua mulai dibagi ke
guru-guru yang lain yakni fasilitator sehingga, mereka yang tahu nih P5 tema
kedua itu ehh mau dibuat arah kemana. Kalau dulu mereka dikasih
modulnya, kalau sekarang mereka sudah terlibat dalam membuat modul,
mereka juga tahu bagaimana mengarahkan siswa yah.”(G1-P)
f. Adanya P5 membuat siswa lebih percaya diri dan lebih memahami P5
Terdapat kemajuan dari projek pertama ke projek kedua, pada projek pertama
siswa lebih terfokus kepada produk karya fisik P5. Namun, selama projek pertama,
guru selalu mengarahkan kepada proses pembentukan karakter profil pelajar
Pancasila yang difokuskan. Sehingga, di tema kedua siswa lebih berani untuk lebih
fokus pada proses pelakasanaan P5. Siswa pun lebih bisa mandiri sesuai dengan
karakter yang di fokuskan pada tema kedua. Sebagaimana hasil wawancara yang
diperoleh peneliti:
“Nah dari segi siswa juga begitu, mereka lebih percaya diri ,lebih tau maksud
dan tujuannya. Jadi lebih kreatif dan inovatif juga. Kalau diawal mungkin
mereka lebih terfokus kepada produk, walaupun diperjalanan terus kita
arahkan terus bahwa bukan hanya fokus kepada produknya. Tapi kalau yang
kedua itu yang kemaren lebih percaya diri, lebih lincah untuk apa yang
mereka tampilkan. Nah sehingga, kalau tema pertama kemaren itu berbasis
produk fisik, kalau yang kedua itu produknya berupa kegiatan drama
musikal. Kemudian, ehh ada juga produk fisiknya seperti poster. Terus
kegiatan pertama juga lebih banyak dibimbing oleh guru, yang di kedua ini
mereka lebih mandiri.”(P1-P)
“…Kemudian termasuk dari kreativitas itu ehh lebih baik.”(G1-P)
g. SMA Negeri 1 Parung termasuk sekolah penggerak dengan level
Mandiri

74
Bagi sekolah yang belum sesuai dengan panduan itu biasanya
pendampingannya dilakukan seminggu sekali atau sebulan sekali. Adapun Parung
termasuk kategori Mandiri sehingga, pendampingan yang dilakukan hanya tiga
bulan sekali. Sebagaimana hasil wawancara yang diperoleh peneliti:
“…Penilaiannya itu ada level 1 sampai 5, nah kita di level 4 termasuk sudah
mandiri.”(G1-P)
“Tiga bulan itu cuma ditanya kegiatannya apa aja (Ohh kami sedang
kegiatan ini pak, karena begini begini) dan itu semua sudah sesuai dengan
panduan.”(P1-P)

Sistem aktivitas pada masing-masing sekolah yang diperoleh setelah


menggunakan kerangka kerja teori aktivitas Engstrom pada ketiga projek P5 yakni,
projek “Suara Demokrasi” oleh SMP Negeri 131 Jakarta, projek “Gaya Hidup
Berkelanjutan” oleh SMA Negeri 1 Parung, dan projek “Bangunlah Jiwa dan
Raganya” oleh SMA Negeri 1 Parung telah diskemakan pada Gambar 4.21 sampai
4.23 di bawah ini:

Gambar 4.21. Sistem Aktivitas 1 (Projek “Suara Demokrasi)

75
Gambar 4.22. Sistem Aktivitas 2 (Projek “Gaya Hidup Berkelanjutan”)

Gambar 4.23. Sistem Aktivitas 1 (Projek “Bangunlah Jiwa dan Raganya”)

B. Hubungan Sistem Aktivitas


Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan pada Gambar 4.21 sampai
4.23 mengenai implementasi P5 pada masing-masing projek. Pada Gambar 4.21
mengenai sistem aktivitas 1, Siswa kelas VII sebagai subjek dalam sistem aktivitas
memiliki objek yaitu pembelajaran berbasis Projek “Suara Demokrasi” yang
bertujuan agar siswa dapat mempraktekan demokrasi di sekolah dalam “Negara
Kecil” bernama Satuan Pendidikan pada pemilihan umum Ketua dan Wakil Ketua

76
OSIS. Sebelum melaksanakan P5 guru dan siswa harus memahami P5 sebagai
pembelajaran berbasis projek memfokuskan pembentukan karakter profil pelajar
Pancasila yang berbeda dengan kegiatan intrakurikuler. Namun, terdapat
miskonsepsi oleh pihak SMP Negeri 131 Jakarta, dimana lintas disiplin ilmu yang
dilakukan melibatkan berbagai mata pelajaran. Karena berpedoman pada modul P5
angkatan pertama.
Dalam mendesain P5 SMP Negeri 131 Jakarta menerapkan budaya berpikir
positif terhadap peubahan dengan bersama membangun persepsi terkait P5 sebagai
kebijakan baru dalam Kurikulum Merdeka. Selain itu, lebih dari 50% guru terbiasa
dengan PjBL. Melalui media P5, pembelajaran ini berpusat kepada siswa. Terlihat
dari alur aktivitas pelaksanaan P5 yang banayak melibatkan siswa dalam
pembelajaran P5. Dimana alurnya terdiri dari lima tahapan yakni, pengenalan,
kontekstualisasi, aksi, refleksi, dan tindak lanjut. Pada tahap aksi siswa sebagai tim
sukses melakukan kampanye untuk memberikan dukungan ke pasangan calon,
berpartisipasi dalam kegiatan pemungutan suara dan menyajikan hasil pemungutan
suara. Melalui tahap ini dihasilkan siswa dapat menumbuhkan karakter beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, bernalar kritis, dan bergotong royong.
Terlaksananya tahapan P5 yang dilakukan siswa tentunya tidak lepas dari
konstribusi dan koordinasi berbagai pihak. Diantaranya, pihak sekolah yang
memfasilitasi dan membentuk tim P5. Sehingga, guru yang tergabung dalam tim P5
dapat merancang pelaksanaan P5, seperti menentukan dimensi dan tema,
menentukan alokasi waktu pelaksanaan P5. Pemilihan tema demokrasi dilakukan
karena bertepatan dengan jadwal pelaksanaan pemilihan Ketua dan Wakil ketua
OSIS. Adapun dimensi niali-nilai Pancasila yang dipilih disesuaikan dengan tema
yang dilaksanakan. Alokasi waktu P5 dilakukan dengan cara memadatkan jadwal
selama satu bulan untuk melaksanakan P5. Tugas guru lainnya adalah membuat
modul, melakukan penilaian, dan melakukan evaluasi.
Adapun rubrik penilaian digunakan sebagai pedoman untuk mengukur
ketercapaian penanaman karakter siswa berdasarkan dimensi yang dituju. Rubrik
penilaiannya terdiri dari “Belum Berkembang” (BB), “Mulai Berkembang” (MB),
“Berkembang Sesuai Harapan” (BSH), dan “Berkembang Sangat Baik” (BSB).

77
Kemudian,adanya peran pihak sekolah dalam memfasilitasi pelaksanaan P5 dan
mensosialisasikan mengenai P5 kepada siswa dan orang tua siswa agar mereka
dapat memahami terkait P5, berpikiran positif terhadap perubahan kurikulum
merdeka untuk menciptakan generasi yang berkarakter, dan orang tua dapat
memberikan dukungan kepada siswa agar pembelajaran di sekolah dan dirumah
sesuai.
Selain itu, Kemendikbud berperan dalam memberikan pelatihan kepada guru
dan memberikan panduan pelaksanaan P5. Dimana, dalam panduan tersebut
dipaparkan bahwa sekolah yang siap melaksanakan P5 adalah sekolah yang telah
terbiasa melaksanakan pembelajaran berbasis projek. Agar guru lebih bisa
melaksanakan P5 yang pembelajarannya berbasis projek pula. Pada pelaksanaan P5
juga dilakukan dokumentasi yang dapat dijadikan bahan referensi untuk projek
selanjutnya. Berdasarkan uraian ini, menunjukan bahwa kegiatan P5 dapat
menumbuhkan karakter dimensi yang difokuskan dengan baik.
Pada Gambar 4.22 mengenai sistem aktivitas 2, siswa kelas X sebagai subjek
dalam sistem aktivitas memiliki objek yaitu pembelajaran berbasis Projek “Gaya
Hidup Berkelanjutan” untuk membangun kesadaran, dengan memelihara
kelestarian lingkungan, mengurangi penggunaan sampah, serta memanfaatkan
sampah untuk sesuatu yang bermanfaat demi memenuhi kebutuhan hidup di masa
kini dan dengan mempertimbangkan keberlangsungan hidup generasi yang akan
datang. Pembelajaran P5 ini merupakan pembelajaran lintas disiplin ilmu dimana
semua guru dari berbagai mata pelajaran dapat memberikan pembelajaran P5. Jadi,
lintas didiplin ilmu yang dimaksud berbeda dengan lintas disiplin ilmu pada sistem
aktivitas 1 yang masih berpedoman pada sekolah penggerak angkatan pertama.
Pada pelaksanaan P5 ini terlihat pembelajaran berbasis projek berpusat
kepada siswa. Terlihat dari alur aktivitas pelaksanaan P5. Dimana alurnya terdiri
dari, pengenalan, kontekstualisasi, perencanaan, aksi, refleksi dan tindak lanjut.
Pada tahap kontektualisasi, memperlihatkan siswa sedang melakukan analisis
SWOT mengenai sampah di lingkungan sekolah dengan datanya diperoleh dari
hasil wawancara siswa ke warga sekolah mengenai sampah. Melalui tahap ini
dihasilkan siswa dapat menumbuhkan karakter beriman dan bertaqwa kepada

78
Tuhan yang Maha Esa denga memilki rasa peduli terhadap lingkungan sekitarnya,
kreatif dalam menyajikan analisisnya, bernalar kritis terhadap hasil wawancara
yang diperoleh terkait isu permasalahan sampah di sekolah, dan bergotong royong
dalam mengambil data, memproses data dan menyajikan data.
Adapun konstribusi dan koordinasi berbagai pihak menjadi kunci terlaksanya
P5 dengan baik. Diantaranya, guru yang tergabung dalam tim P5 yang akan
merancang pelaksanaan P5, seperti menentukan dimensi dan tema, menentukan
alokasi waktu pelaksanaan P5 dengan cara memadatkan jadwal selama diakhir hari
untuk melaksanakan P5, melakukan penilaian, dan melakukan evaluasi. Adapun
dalam pembuatan modulnya masih dilakukan oleh guru yang tergabung sebagai tim
koordinator, sedangkan fasilitator hanya menerima hasil penyusunan modul oleh
tim koordinator.
Dalam P5 terdapat pula rubrik penilaian digunakan sebagai pedoman untuk
mengukur ketercapaian penanaman karakter siswa berdasarkan dimensi yang
dituju. Rubrik penilaiannya terdiri dari, “Mulai Berkembang” (MB),
“Berkembang” (B) “Berkembang Sesuai Harapan” (BSH), dan “Sangat
Berkembang” (SB). Kemudian, adanya peran pihak sekolah dalam memfasilitasi
pelaksanaan P5, mensosialisasikan mengenai P5 kepada siswa dan orang tua siswa
agar mereka dapat memahami terkait P5, membangun paradigma baru dan orang
tua dapat memberikan dukungan kepada siswa agar pembelajaran di sekolah dan
dirumah sesuai. Selain itu, pihak sekolah juga yang menentukan tim fasilitator
dalam P5.
Kemendikbud juga terlibat dalam P5 dengan memberikan pelatihan yang
disebut dengan In House Training kepada guru khususnya komite pembelajaran
yang didalamnya terdapat guru yang sudah terdaftar sebagai guru penggerak.
Sehingga, lebih mudah memberikan pelatihan terkait P5. Projek gaya hidup
berkelanjutan ini juga menghadirkan Narasumber dari luar sekolah yakni dari
Sekolah Nurul Iman dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Sehingga, pemahaman
siswa dalam isu permasalah sampah dan pengolahan sampah lebih meningkat. Pada
pelaksanaan P5 juga dilakukan dokumentasi yang dapat dijadikan bahan referensi
untuk projek selanjutnya. Berdasarkan uraian ini, menunjukan bahwa kegiatan P5

79
dapat menumbuhkan karakter dimensi yang difokuskan dengan lebih baik karena
melibatkan pihak luar sebagai Narasumber dalam pelaksanaan projek.
Pada Gambar 4.23 mengenai sistem aktivitas 3, Siswa kelas X sebagai subjek
dalam sistem aktivitas memiliki objek yaitu pembelajaran berbasis Projek
“Bangunlah Jiwa dan Raganya” untuk melatih kesehatan fisik dan mental secara
berkelanjutan, projek dengan metode pembelajaran yang aktif dan berpusat pada
murid ini diharapkan menjadi perangkat yang menawarkan titik temu kolaborasi
dan mengidentifikasi pihak terkait untuk penyelesaian permasalahan kesehatan
mental di sekitar mereka. Seperti, sistem aktivitas 2 pembelajaran P5 sebagai
pembelajaran lintas disiplin ilmu dengan melibatkan semua guru dari berbagai mata
pelajaran dalam memberikan pembelajaran P5. Jadi, lintas didiplin ilmu yang
dimaksud berbeda dengan lintas disiplin ilmu pada sistem aktivitas 1 yang masih
berpedoman pada sekolah penggerak angkatan pertama.
Adapun SMP Negeri 131 Jakarta dalam mencapai tujuan Projek “Bangunlah
Jiwa dan Raganya” siswa melaksanakan tahapan aktivitas yang terdiri dari tahap
pengenalan, kontekstualisasi, perencanaan, aksi, refleksi dan tindak lanjut. Pada
tahap refleksi, siswa melakukan panen karya dengan menampilkan drama musikal
dan menampilkan hasil pengerjaan poster terkait perundungan sebagai bentuk
kampanye anti perundungan. Pada acara panen karya tersebut juga dihadiri oleh 15
sekolah. Kehadiran para tamu undangan diharapkan agar kampanye yang
dilakukan tidak hanya tersampaikan oleh siswa SMA Negeri 1 Parung, namun dapat
tersampaikan kepada pihak di luar lingkungan sekolah. Bahkan, kampanye juga
dilakukan dengan mendokumentasikan kegiatan panen karya dan membagikannya
ke internet agar dapat dilihat oleh banyak orang. Dengan harapan aksi kampanye
ini dapat mengurangi perundungan khusunya di lingkungan persekolahan.
P5 dapat terlaksana dengan baik karena tidak lepas dari konstribusi dan
koordinasi berbagai pihak. Pihak yang terlibat padas sitem aktivitas 3 ini sama
memiliki kesamaan dengan pihak yang terlibat sistem aktivitas 2. Adapun
perbedaannya terletak pada pembagian kerja oleh guru yakni, dalam pembuatan
modulnya pada sistem aktivitas ini koordinator dan fasilitator bersama untuk
membuat modul. Projek ini juga menghadirkan Narasumber dari luar sekolah yakni

80
dari Puskesmas dan KPAI. Sehingga, pemahaman siswa dalam isu permasalahan
perundungan lebih meningkat.
Dalam sistem aktivitas 3 ini mengukur ketercapaian penanaman karakter
siswa juga menggunakan rubrik penilaian dan dokumentasi sebagai pedoman dan
bahan refleksi seperti yang dilakukan pada sistem aktivitas 2.. Berdasarkan uraian
ini, menunjukan bahwa kegiatan P5 dapat menumbuhkan karakter dimensi yang
difokuskan dengan lebih baik karena melibatkan pihak luar sebagai Narasumber
dalam pelaksanaan projek. Terlebih lagi, Sistem aktivitas 3 ini merupakan evaluasi
dari pelaksanaan sistem aktivitas 2. Sehingga, pada pelaksanaan sistem aktivitas 3
ini, guru dan siswa lebih memahami P5 dibanding saat melakukan P5 pada sistem
aktivitas 2.

Berdasarkan analisis data yang dilakukan pada pelaksanaan kegiatan P5,


peneliti menemukan terdapat hal-hal yang menjadi faktor pendukung dan faktor
penghambat dalam kegiatan tersebut, diantaranya:
1. Faktor Pendukung
Faktor pendukung dalam pelaksanaan P5 dapat terlihat adanya kesesuaian
antar komponen Teori aktivitas pada projek “Suara Demokrasi”, diantaranya:
a. Adanya keterlibatan Sumber Daya Manusia (SDM)
Orang tua, peserta didik, pendidik dan Pihak sekolah. Pihak sekolah dan
Orang tua memberikan dukungan sehingga pelaksanaan P5 sesuai dengan
perencanaan. Keterlibatan orang tua yang mendukung projek dapat membantu
peserta didik dalam menyiapkan alat dan membantu pengerjaan LK (Lembar
Kerja). Peserta didik yang berperan melaksanakan P5 menunjukkan sikap antusias
dan rasa ingin tahu terhadap hal baru yang mereka alami sehingga, projek dapat
terlaksana sesuai alur yang ditetapkan. Pendidik berupaya menyamakan persepsi
berbagai pihak yang terlibat pelaksanaan P5 terlebih dahulu. Selain itu, pendidik
juga berperan membentuk Tim Projek untuk P5 yang bisa saling bekerja sama.

81
b. Diadakannya pelatihan bagi pendidik
Kebijakan Kemendikbud (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) yang
membantu mengadakan pelatihan dan mengutus tim untuk memantau langsung
pelaksanaan P5 di SMPN 131 Jakarta.
Adapun faktor pendukung dalam pelaksanaan P5 dapat terlihat adanya
kesesuaian antar komponen Teori aktivitas pada projek “Gaya Hidup
Berkelanjutan” dan “Bangunlah Jiwa dan Raganya”, diantaranya:
a. Adanya dukungan dari berbagai pihak
Dukungan para guru berupa pemahaman pelaksanaan P5, khususnya guru tim
Koordinator P5 yang saling berbagi ilmu terkait P5. Tim Koordinator P5 ada
beberapa yang merupakan guru penggerak, sehingga lebih paham mengenai P5
karena diberikan pembekalan langsung oleh Kemendikbud. Adapula dukungan dari
Orang tua berupa dukungan moril yang mencakup pemberian ide, kesempatan dan
kepercayaan kepada siswa dalam melaksanakan P5, dukungan material, serta
dukungan waktu dan tenaga dalam menghadiri sosialisasi P5 maupun panen karya
P5. Terakhir, siswa SMA Negeri 1 Parung termasuk memiliki kemampuan rata-rata
menengah ke atas, sehingga secara kesiapan belajar lebih mudah diajak untuk
terbiasa menyuarakan suara.
b. Adanya koordinasi dalam melaksanakan P5
Pada hari Senin dilakukan persiapan dan diskusikan bahan ajar untuk P5.
Kemudian, dilanjutkan dengan mengimplementasikan hasil diskusi pembelajaran
di hari Senin sampai hari Jumat dan setelah pembelajaran P5 di hari Jumat selesai,
lalu dilanjutkan dengan melakukan evaluasi P5 yang telah dilakukan. Dari
koordinasi ini akan membuat pelaksanaan P5 lebih terarah dan serentak. Serentak
dalam hal ini bukan berarti tindakannya harus sama semua tetapi, tetap
menyesuaikan dengan minat dan karakteristik siswa. Berdasarkan hasil observasi
yang dilakukan peneliti saat siswa melaksanakan P5 kedua dengan tema bangunlah
jiwa raganya, pada tahap aksi ada kelas yang latihan drama, ada sibuk diskusi
mencari musik untuk diputarkan di drama, dan adapula yang merekam terlebih
dahulu percakapan drama atau melakukan Dubbing.

82
2. Faktor Penghambat
Analisis sistem aktivitas dapat menjelaskan kontradiksi mendasar yang
menimbulkan kegagalan.52 Kuutti menjelaskan bahwa pada teori aktivitas terdapat
istilah kontradiksi untuk menunjukkan ketidaksesuaian dalam elemen pada sistem
aktivitas. (Renzo Bravo Olavarría, 2013).53 Sehingga, kontradiksi berhubungan
dengan masalah, perpecahan, kehancuran, dan bentrokan yang dalam hal ini
Peneliti menganggap kontradiksi sebagai faktor penghambat. Pada Gambar 4.20
sampai 4.22, Peneliti telah meletakkan anak panah di antara komponen sistem
aktivitas untuk menunjukkan adanya kontradiksi atau faktor penghambat.
Kontradiksi yang ada dalam implementasi P5 di SMP Negeri 131 Jakarta pada
projek “Suara Demokrasi”, antara lain:
a. Kontradiksi antara objek dan Pembagian Kerja
Pelaksanaan P5 di SMP Negeri 131 Jakarta pada Projek “Suara Demokrasi”
terkait sarana dan prasarananya masih ada yang belum tersedia di sekolah seperti,
penggunaan aula permanen. Tidak adanya aula permanen ini membuat Siswa kelas
VII kurang maksimal dalam melakukan perannya sebagai tim sukses (Pembagian
Kerja) yang bertujuan untuk melakukan kampanye pemilihan ketua dan wakil ketua
OSIS (Objek). Dengan adanya aula permanen Siswa kelas VII dapat meletakkan
produknya berupa poster dukungan pasangan calon Ketua OSIS dan Wakil Ketua
OSIS sampai hari pemungutan suara, sehingga dapat membantu para Siswa dan
Guru dalam menentukan pilihan suaranya.
b. Kontradiksi antara subjek dan Pembagian Kerja
Dalam pelaksanaan P5 terdapat pula Siswa kelas VII (Subjek) yang kurang
motivasi dan kurang mendapatkan dukungan dari Orang tua (Pembagian Kerja).
Adapun, kontradiksi atau faktor penghambat dalam implementasi P5 di SMA
Negeri 1 Parung pada projek “Gaya Hidup Berkelanjutan” dan projek “Suara
Demokrasi”, antara lain:

52
Engeström, Miettinen, and Punamäki-Gitai, Perspectives on Activity Theory, p.31.
53
Renzo Bravo Olavarría, Using Cultural-Historical Activity Theory (Chat) to Study The
Relationship Between School Leadership and Organisational Change, n.d., 2013,pp. 59, tidak
dipublikasikan.

83
a. Kontradiksi antara Subjek dan aturan
Kontradiksi ini terjadi pada projek “Gaya Hidup Berkelanjutan) , dimana
siswa kelas X lebih fokus terhadap produk fisik akhir P5 dibanding Proses P5.
Karena, termasuk pelaksanaan P5 yang pertama kalinya diadakan di SMA Negeri
1 Parung. Pemahaman siswa kelas X (Subjek) terkait projek belum maksimal,
sehingga, siswa pada projek pertama fokusnya ke produk fisik P5. Sedangkan, salah
satu aturan dalam pelaksanan P5 yakni, siswa diajak untuk memiliki paradigma
baru. Paradigama yang dimaksud dalam hal ini adalah siswa diarahkan untuk
mengalami pengalaman langsung untuk mencapai nilai-nilai Pancasila dalam
kurikulum merdeka. Adapun produk hanya dampak dari proses P5 yang fokus
utamanya yakni pada pembentukan karakter.
b. Kontradiksi antara Subjek dan pembagian kerja
Baik pada projek “Gaya Hidup Berkelanjutan” dan projek “Bangunlah Jiwa
dan Raga” masih terdapat siswa kelas X (Subjek) yang memiliki rasa malas.
Meskipun siswa sedang ditumbuhkan karakter mandiri, tetapi rasa malas siswa
masih ada. Karena, masih terdapat guru P5 yang tidak memahami pelaksanaan P5
sehingga, tidak melaksanakan tanggung jawabnya untuk hadir membimbing dalam
pembelajaran P5.

3. Solusi
Peneliti memberikan solusi dari kontradiksi atau faktor penghambat
pelaksanaan P5 atau kontradiksi P5. Solusi yang dapat dilakukan dalam mengatasi
hambatan pelaksanaan P5 di SMP Negeri 131 Jakarta, antara lain:
a. Sekolah lebih mempersiapkan segalah hal, baik sarana dan prasarana dengan
menyesuaikan dengan keperluan Projek.
b. Pendidik memberikan pemahaman lebih terkait pelaksanaan P5 kepada orang
tua siswa. Selain itu, Pendidik memberikan motivasi kepada peserta didik agar
siswa tetap mengikuti pelaksanaan P5 dengan nyaman dan mendapatkan
pengalaman projek yang memunculkan pengetahuan siswa tentang demokrasi
dan adanya pembentukan karakter siswa. Selain itu, guru menyusun strategi

84
untuk meningkatkan kemandirian ketika mengerjakan LK (Lembar Kerja)
dengan berkelompok dan presentasi depan kelas.
Adapun berdasarkan kontradiksi atau faktor penghambat dalam implementasi
P5 di SMA Negeri 1 Parung, solusi yang dapat dilakukan, antara lain:
a. Tetap menjalankan program P5 sampai pada tahap akhir
Dalam kurikulum merdeka yang terpenting adalah mencoba melaksanakan
program P5 terlebih dahulu agar guru maupun siswa menjadi terbiasa dan lebih tahu
tujuan P5. Bahwa yang terpenting adalah prosesnya, bagaimana menumbuhkan
nilai-nilai karakter P5 tersebut. Adapun produk itu hanya sebuah dampak daripada
pelaksanaan P5. Pemahaman siswa terkait pelaksanaaan P5 yang tepat muncul
setelah mereka melakukan panen karya projek pertama. Sehingga, kontradiksi ini
tidak terjadi pada saat projek kedua.
b. Kepala sekolah melakukan pengawasan dan memaksimalkan pelatihan
kepada para guru
Pengawasan yang dilakukan yakni, dengan mengelilingi kelas untuk
memantau ada guru yang mendampingi pelaksanaan P5 atau tidak. Jika, tidak ada
guru yang mendampingi maka, kepala sekolah hendaknya menghubungi Via
WhatsApp dan mengingatkan pula tanggung jawab guru melalui pertemuan
langsung setiap minggu. Adapun bagi guru yang memiliki kesibukan bisa
menginfokan kepada siswa dan ada guru pengganti yang dapat mengarahkan agar
proses pembelajaran P5 tetap dijalankan. Selain itu, dengan adanya kehadiran guru
dalam pelaksanaan P5 peran guru sebagai pembimbing siswa dalam memberikan
motivasi dan saran mengenai P5 yang dialkukan oleh siswa.
Selain itu, Sesuai yang disarankan oleh kurikulum merdeka untuk berbagi
praktik dengan guru yang tidak mengikuti pelatihan langsung oleh Kemendikbud
untuk meningkatkan pemahaman terkait P5 dan apabila terdapat kebingungan dapat
melakukan diskusi dengan pengawas agar diberikan penguatan.

Adapun hubungan antara sistem aktivitas projek penguatan profil pelajar


pancasil (P5) di SMP Negeri 131 Jakarta dan SMA Negeri 1 Parung dapat dilihat
pada Gambar 4.24 .

85
Gambar 4.24. Interaksi tiga Sistem Aktivitas
Berdasarkan Gambar 4.24 di atas, skema teori aktivitas diatas, ketiga sistem
aktivitas berinteraksi satu sama lain. Dalam penjelasan Engstrom tentang teori
aktivitas generasi ketiga, sistem aktivitas dapat diperluas untuk mencapai tujuan
baru saat sistem aktivitas berinteraksi satu sama lain. Oleh karena itu, sistem
aktivitas 4 merupakan sistem aktivitas baru sebagai hasil dari interaksi sitem
aktivitas 1, 2, dan 3. Adanya interaksi ketiga sistem aktivitas menghasilkan titik
perpotongan yang merupakan objek aktivitas baru.54 Perpotongan ini digunakan
untuk menganalisis tentang bagaimana pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila (P5) yang berbeda saling berinteraksi di banyak sistem aktivitas pada
komunitas sekolah.
Perpotongan pada interaksi ketiga sistem aktivitas memperlihatkan adanya
tumpang tindih antara objek Sistem Aktivitas 1, 2 dan 3, yang direpresentasikan
sebagai oval O1, O2 dan O3 yang saling beririsan. Hasil irisannya anatar ketiga
objek digambarkan melalui pengarsiran. Adapun objek yang tumpang tindih
tersebut yang berpotensi sebagai objek baru yang dibangun bersama ketiga sistem

54
Deoksoon Kim, Learning Language, Learning Culture: Teaching Language to the
Whole Student, ECNU Review of Education 3, no. 3 (September 2020), pp.519–41.

86
aktivitas. Dalam transformasi Sistem Aktivitas 4 ini, Peneliti berpendapat bahwa
Siswa dan guru dapat menjadikan pembelajaran berbasis projek yakni P5 ini tidak
hanya sebagai pengalaman belajar dalam pembentukan karakter, tetapi,
menyiapkan pula siswa untuk dapat memiliki Soft skill dalam bidang penelitian.
Karena, alur aktivitas yang dirancang pada P5 memberikan pengalaman kontekstual
untuk pembentukan karakter memiliki potensi agar siswa dan guru dapat
berkolaborasi melakukan penelitian terkait pembelajaran projek P5 yang telah
dilakukan. Oleh karena itu, objek baru pada sistem aktivitas 4 adalah Pembelajaran
kontekstual berbasis projek dan penelitian.
Adanya objek baru ini mempengaruhi komponen teori aktivitas lain,
walaupun alat yang digunakan tetap sama yakni program Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila (P5). Adapun perubahan komponennya meliputi, subjek, hasil,
aturan, pembagian kerja, dan komunitas. Subjeknya berubah menjadi para siswa
dan Guru. Bukan hanya melibatkan satu angkatan siswa namun, seluruh siswa di
komunitas sekolah untuk memperluas hasil pelaksanaan P5 yang dalam hal ini
adanya pembentukan karakter nilai-nilai Pancasila. Pada Sistem aktivitas baru ini
pelaksanaan P5 masih berpusat kepada siswa, namun adanya guru sebagi subjek
karena terdapat penambahan objek baru yakni penelitian. Jadi, guru tidak hanya
merancang, membimbing dan mengevaluasi P5, tetapi bertindak pula sebagai
subjek untuk memperoleh hasil baru yakni ikut berkontribusi dalam menghasilkan
penelitian sebagai penulis bersama dengan siswa. Agar dalam pelaksanaan P5 ini
dapat mencapai hasil maka, alur aktivitasnya dimodifikasi agar terdapat kegiatan
pembelajaran mengenai penelitian. Oleh karena itu, pada komunitas sistem
aktivitas 4 ini dilibatkan ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja (KIR) sebagai
Narasumber untuk menggali pengetahuan terkait penelitian. Bahkan, lebih baik lagi
jika terdapat Narasumber dari pihak luar sekolah seperti, dosen atau dari lembaga
penelitian.

87
BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah diperoleh dengan teknik
wawancara, observasi, dan dokumentasi serta pembahasan diperoleh bahwa
implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) menurut Teori
aktivitas Engestrom dapat memberikan gambaran lengkap terkait pelaksanaan P5.
Dimana, SMP Negeri 131 Jakarta telah melaksanakan projek “Suara demokrasi”
untuk pemilihan ketua dan wakil ketua OSIS dan SMA Negeri 1 Parung telah
melaksanakan projek “Gaya Hidup Berkelanjutan” untuk mengolah sampah
menjadi produk dan projek “Bangunlah Jiwa dan Raganya” untuk
mengampanyekan anti perundungan. Selain itu, diperoleh pula hasil interaksi antar
ketiga projek bahwa tindak lanjut yang dapat dilakukan untuk projek selanjutnya
yakni, menjadikan P5 sebagai pembelajaran kontekstual berbasis projek dan
penelitian. Karena, alur aktivitas yang dirancang pada P5 memberikan pengalaman
kontekstual untuk pembentukan karakter dan berpotensi agar siswa dan guru dapat
berkolaborasi melakukan penelitian terkait pembelajaran projek P5 yang telah
dilakukan.

B. Implikasi
Adapun implikasi dari hasil penelitian ini, diantaranya:
1. Satuan Pendidikan dapat menjadikan penelitian ini sebagai acuan dan
masukan bagi sekolah dalam mengimplementasikan P5. Penelitian ini juga
diharapkan dapat mewujudkan tujuan dari sekolah penggerak dalam
memberikan pengiimbasan kepada sekolah lainnya dengan menjadi contoh
bagi sekolah lainnya.
2. Guru dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai gambaran pada
implementasi P5 pada projek dengan tema, suara demokrasi, gaya hidup
berkelanjutan, dan bangunlah jiwa dan raganya.

88
3. Bagi peneliti yang merupakan calon guru, hasil dari penelitian ini memiliki
implikasi memperluas pengetahuan dan wawasan mengenai implementasi P5
tema suara demokrasi, gaya hidup berkelanjutan, dan bangunlah jiwa dan
raganya, sehingga dapat menjadi bekal bagi peneliti saat berkecimpung dalam
dunia Pendidikan nantinya.

C. Saran
Adapun saran dalam penelitian ini yakni:
1. Dalam pelaksanaan P5 diperlukan kesadaran dari berbagai pihak terkait
tanggung jawab yang dimiliki.
2. Bagi warga sekolah diharapkan untuk dapat menjaga dengan baik
pelaksanaan implementasi ini agar tetap terlaksana dan tentunya menjadi
rutinitas dan karakteristik sekolah demi terwujudnya tujuan dari kurikulum
merdeka yaitu, tercapainya profil pelajar Pancasila yang mencakup berbagai
kompetensi dan karakter yang diawali dengan Sumber Daya Manusia (SDM)
yang memiliki keunggulan.
3. Bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian di tingkat pendidikan dasar.

89
DAFTAR PUSTAKA

Albusaidi, Saud. Using Activity Theory to Explain How a Student Learns in an


Internationalised Classroom from a Sociocultural Perspective. Journal of
Language Teaching and Research 10, no. 6 (November 1, 2019): 1142.

Amir, Israwati, Nursalam Nursalam, and Irvan Mustafa. Tantangan Implementasi


Nilai-Nilai Profil Pelajar Pancasila dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
pada Kurikulum Merdeka Belajar. GHANCARAN: Jurnal Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, December 5, 2022, 204–15.

Andriani, Erina, Aletheia Ajeng Priskananda, and Markus Budiraharjo. A Cultural-


Historical Activity Theory (CHAT) Analysis on Educational Psychology
Class: The Challenges in Delivering a Fully Online Classroom
Environment. Journal of Foreign Language Teaching and Learning 7, no.
1 (January 21, 2022): PRESS.

Aulia, Desi, Hadiyanto, and Rusdinal. Analisis Kebijakan Kurikulum Merdeka


Melalui Implementasi Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila di Sekolah
Dasar. Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Sekolah Dasar (JP2SD) 11,
no. 1 (April 27, 2023): 122–33.

Diah Ayu Saraswati, Diva Novi Sandrian, Indah Nazulfah, Nurmanita Tanzil Abida,
Nurul Azmina, Riza Indriyani, and Septionita Suryaningsih. Analisis
Kegiatan P5 di SMA Negeri 4 Kota Tangerang sebagai Penerapan
Pembelajaran Terdiferensiasi pada Kurikulum Merdeka. JURNAL
PENDIDIKAN MIPA 12, no. 2 (June 14, 2022): 185–91.

Engeström, Yrjö, Reijo Miettinen, and Raija-Leena Punamäki-Gitai, eds.


Perspectives on Activity Theory. Learning in Doing. Cambridge ; New York:
Cambridge University Press, 1999.

90
Farida, Syarifah Ida, Rahadyan Tajuddien, and Cornelia Dumarya Manik.
“Penguatan Profil Pelajar Pancasila bagi Murid MTs. Baitis Salmah Ciputat
dalam Menciptakan Generasi Sumber Daya Manusia yang Unggul.”
Indonesian Journal of Society Engagement 3, no. 2 (September 4, 2022):
91–105.

Fitriya, Yeni, and Ardiyan Latif. Miskonsepsi Guru Terhadap Implementasi Proyek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila di Sekolah Dasar. 2022.

Harjatanaya, dkk. Panduan Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar


Pancasila. 2022.
Kim, Deoksoon. Learning Language, Learning Culture: Teaching Language to the
Whole Student. ECNU Review of Education 3, no. 3 (September 2020):
519–41.

Koszalka, Tiffany A, and Chun-Ping Wu. A Cultural Historical Activity Theory


[CHAT] Analysis of Technology Integration: Case Study of Two Teachers,
n.d.

Lubaba, Meilin Nuril, and Iqnatia Alfiansyah. Analisis Penerapan Profil Pelajar
Pancasila Dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik Di Sekolah Dasar,
n.d.

Merriam, Sharan B., and Elizabeth J. Tisdell. Qualitative Research: A Guide to


Design and Implementation. Fourth edition. The Jossey-Bass Higher and
Adult Education Series. San Francisco, CA: John Wiley & Sons, 2015.

Nurasiah, Iis, Arita Marini, Maratun Nafiah, and Nugraheni Rachmawati. Nilai
Kearifan Lokal: Projek Paradigma Baru Program Sekolah Penggerak untuk
Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. Jurnal Basicedu 6, no. 3 (March 28,
2022): 3639–48.

91
Olavarría, Renzo Bravo. “Using Cultural-Historical Activity Theory (Chat) to
Study the Relationship Between School Leadership and Organisational
Change,” n.d.

Rachmawati, Nugraheni, Arita Marini, Maratun Nafiah, and Iis Nurasiah. Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila dalam Impelementasi Kurikulum
Prototipe di Sekolah Penggerak Jenjang Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu 6,
no. 3 (March 28, 2022): 3613–25.

Rizal, Yenni, Modestus Deovany, and Ayu Siti Andini. Kepercayaan Diri Siswa
pada Pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Sosial
Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial 9, no. 1 (June 25, 2022): 46–57.

Sari, Rati Melda. “Analisis Kebijakan Merdeka Belajar sebagai Strategi


Peningkatan Mutu Pendidikan.” PRODU: Prokurasi Edukasi Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam 1, no. 1 (December 10, 2019).

Sudibya, I Gusti Ngurah. Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) Melalui
Penciptaan Karya Seni Tari Gulma Penida Pada Kurikulum Merdeka. 5.
2022.

Sugiyono. Metode Pennelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta, 2015.
Supinah, Roslani, Ishaq Noriadin, and Cucu Suryani. Best Practices for
Strengthening Students’ Pancasila Profile on the Theme of
Entrepreneurship 8, no. 1. 2023.

Yamazumi, Katsuhiro. “Activity Theory and the Transformation of Pedagogic


Practice.” Educational Studies in Japan 1, no. 0 (2006): 77–90.

Zuhriyah, Ita Yuniastuti, M Subandow, and Hari Karyono. “Pelaksanaan Proyek


Penguatan Profil Pelajar Pancasila: Studi Di Sma Negeri 4 Probolinggo” 6
(2023).

92
LAMPIRAN
LAMPIRAN A
Instrumen Penelitian

Lampiran A.1 Pedoman Wawancara


Lampiran A.2 Pedoman Observasi
Lampiran A.3 Lembar Validasi

93
Lampiran A.1 Pedoman Wawancara

Komponen
Indikator
Teori Narasumber Pertanyaan
Tahapan P5
Aktivitas

1. Subjek 1. Pemahaman Guru, 1. Apa itu profil pelajar


(1,2,6) P5 (1-3) Pengawas, Pancasila?
2. Objek 2. Kesiapan Siswa 2. Apa itu Projek
(1,2,3) Ekosistem Penguatan Profil Pelajar
3. Alat (2) Sekolah (4-11) Pancasila (P5)?
4. 3. Desain P5 3. Mengapa P5 diperlukan
Komunitas (13-28) dalam pembentukan
(5) 4. Pengelolaan karakter?
5. Aturan P5 (29) 4. Budaya satuan
(12-39) 5. Dokumentasi Pendidikan seperti apa
6. dan pelapran yang perlu dipersiapkan
Pembagian hasil P5 (31-37) untuk pelaksanaan
Kerja (6- 6. Evaluasi projek profil?
10) tinadak lanjut 5. Siapa saja anggota
7. Hasil P5 (38-41) komunitas satuan
(41) Pendidikan dalam
menghidupkan budaya
yang mendukung
pelaksanaan P5?
6. Bagaimana peran siswa
dalam P5?
7. Bagaimana peran pihak
sekolah dalam P5?
8. Bagaimana peran guru
dalam P5?
9. Bagaimana peran orang
tua dalam P5?
10. Bagaimana peran
Narasumber dalam P5?
11. Apakah terdapat
pelaksanaan penguatan
kapasitas pendidik?
12. Bagaiamana
pelaksanaan penguatan
kapasitas pendidik?

94
13. Bagaimana merancang
dan mengembangkan
kegiatan projek profil?
14. Bagaimana tahapan
kesiapan dalam
menjalankan P5?
15. Apa dimensi dan tema
projek P5 yang dipilih?
16. Mengapa dimensi dan
tema projek P5 yang
dipilih?
17. Bagaimana penentuan
dimensi dan tema P5?
18. Bagaimana rancangan
alokasi waktu P5?
19. Apa saja komponen
Modul P5?
20. Bagaimana Langkah
persiapan modul P5?
21. Bagaimana cara
menentukan tujuan
pembelajaran?
22. Bagaimana pemetaan
Elemen dan Sub-
Elemen P5?
23. Bagaimana strategi
pemilihan Sub-elemen?
24. Bagaimana cara
merancang Rubrik
pencapaian?
25. Bagaimana
pengembangan alur
aktivitas P5?
26. Bagaimana
pengembangan
Asesmen P5?
27. Apa saja hal yang perlu
diperhatikan dalam
merancang asesmen
P5?
28. Bagaimana Assesmen
Formatif dan Sumatif
dalam P5?
29. Bagaimana caranya
agar P5 berjalan
lancar?

95
30. Bagaimana
mendokumentasikan
hasil P5?
31. Bagaimana mengelola
dan menyusun
pelaporan P5?
32. Mengapa pendidik
menggunakan jurnal
dalam projek profil?
33. Mengapa menggunakan
rubrik di dalam P5?
34. Bagaimana pengelolaan
hasil Assesmen P5?
35. Bagaimana prinsip
rancangan rapor P5?
36. Bagaimana format
Rapor P5?
37. Bagaimana peran
Rapor dalam P5?
38. Bagaimana
mengevaluasi
implementasi projek
profil?
39. Apa saja alat dan
metode evaluasi P5?
40. Apa saja tindak lanjut
yang bisa dilakukan
untuk memperluas
dampak dan manfaat
projek profil?
41. Apakah pelaksanaan P5
sudah sesuai dengan
nilai pancasila yang
diharapkan?

96
Lampiran A.2 Pedoman Observasi
SMPN 131 JAKARTA
PROJEK “SUARA DEMOKRASI”

No. Elemen Sub-Elemen Komponen Teori Tahapan


Aktivitas Aktivitas
P5
1.
Beriman, bertakwa kepada tuhan yang maha esa, dan berakhlak mulia

Akhlak Mengenal dan


beragama mencintai
Tuhan Yang
Maha Esa

Pemahaman
agama/
kepercayaan
Pelaksanaan
ritual ibadah
Akhlak Integritas
pribadi Merawat diri
secara fisik,
mental, dan
spiritual
Akhlak Mengutamakan
kepada persamaan
manusia dengan orang
lain dan
menghargai
perbedaan
Berempati
kepada orang
lain
Akhlak Memahami
kepada alam keterhubungan
ekosistem Bumi
Menjaga
lingkungan
alamsekitar
Akhlak Melaksanakan a. Subjek: Peserta Pengenalan
bernegara hak dan didik

97
kewajiban b. Objek: siswa
sebagai warga mengerjakan
negara Lembar Kerja
Indonesia (LK) yang
berkaitan
tentang
demokrasi, hak
pilih didalam
konstitusi, dan
ahlak bemegara.
c. Aturan:
Dilakukan
untuk
mengenali dan
membangun
kesadaran siswa
terkait tema
projek
d. Komunitas:
Guru Tim P5
e. Pembagian
Kerja:
Guru Tim P5:
Mendampingi
peserta didik
mengerjakan
LK.

2.
Berkebinekaan global

Mengenal Mengeksploras
dan i dan
menghargai membandingk
budaya an pengetahuan
budaya,
kepercayaan,
serta praktiknya
Menumbuhkan
rasa
menghormati
terhadap
keanekaragama
n budaya
Berkomunikasi
antar budaya

98
Mempertimban
Komunikasi gkan dan
dan interaksi menumbuhkan
antar budaya berbagai
perspektif
Refleksi dan Refleksi
tanggung terhadap
jawab pengalaman
terhadap kebinekaan
pengalaman Menghilangkan
kebinekaan stereotip dan
prasangka
Menyelaraskan
perbedaan
budaya
Berkeadilan Aktif
sosial membangun
masyarakat
yang inklusif,
adil,dan
berkelanjutan
Berpartisipasi
dalam proses
pengambilan
keputusan
bersama
Memahami
peran individu
dalam
demokrasi
3.
Bergotong-royong

Kolaborasi Kerja sama a. Subjek: Peserta Refleksi


didik
b. Objek: siswa
melakukan
panen karya
dengan
menampilkan
poster dan
gambar denah
yang telah
mereka buat.
c. Aturan: siswa
menggenapi

99
proses dengan
berbagi karya.
d. Komunitas:
Guru Tim P5,
Siswa kelas
VIII dan IX,
Kepala Sekolah,
dan Orang tua
siswa kelas VII.
e. Pembagian
Kerja:
1. Guru Tim P5:
Memberikan
saran dan
arahan untuk
kegiatan panen
karya peserta
didik.
2. Siswa kelas VII
dan IX:
Menghadiri
kegiatan panen
karya.
3. Kepala Sekolah:
Memfasilitasi
pelaksanaan P5.
4. Orang tua siswa
kelas VII:
Menghadiri
kegiatan panen
karya.

Komunikasi a. Subjek: Peserta Kontekstualisasi


untuk mencapai didik
tujuan bersama b. Objek: Para
siswa secara
berkelompok
menggali
permasalahan
terkait pemiihan
ketua dan Wakil
ketua OSIS
c. Aturan:
Menggali
permasalahan
terkait

100
pemilihan
Ketua dan
Wakil ketua
OSIS
d. Komunitas:
Guru Tim P5
dan Pembina
OSIS.
e. Pembagian
Kerja:
1. Guru Tim P5:
Membagi siswa
kedalam
kelompok.
2. Pembina OSIS:
Narasumber
yang
menjelaskan
menjelaskan
tentang proses
seleksi calon
anggota OSIS.

Saling-
ketergantungan
positif
Koordinasi
sosial
Kepedulian Tanggap
terhadap
lingkungan
sosial
4.
Mandiri

Pemahaman Mengenali
diri dan kualitas dan
situasiyang minatdiri serta
dihadapi tantangan yang
Regulasi diri dihadapi
Regulasi emosi
5.
Bernalar kritis

Memperoleh Memperoleh a. Subjek: Peserta Aksi


dan dan memproses didik

101
memproses informasi dan b. Objek: Siswa
informasi gagasan menjadi tim
dan gagasan sukses untuk
pemilihan ketua
OSIS dengan
membuat poster
dukungan,
siswa mengikuti
proses
pemungutan
suara, dan siswa
memaparkan
hasil
pemungutan
suara pemilihan
ketua OSIS
c. Aturan: Siswa
dalam hal ini
melakukan aksi
nyata.
d. Komunitas:
Guru Tim P5,
Siswa kelas
VIII dan IX,
Kepala Sekolah.
e. Pembagian
Kerja:
1. Guru Tim P5:
Memberikan
saran dan
arahan untuk
kegiatan
pemilihan ketua
dan wakil ketua
OSIS.
2. Siswa kelas
VIII dan IX:
Mengikuti acara
pemilihan ketua
dan wakil ketua
OSIS.
3. Kepala Sekolah:
Memfasilitasi
pelaksanaan P5.

102
Refleksi
pemikiran dan
prosesberpikir
Menganalisis
dan
mengevaluasi
penalaran dan
prosedurnya
6.
Kreatif

Menghasilkan gagasan yang


orisinal
Menghasilkan karya dan
tindakan yang orisinal
Memiliki keluwesan berpikir
dalam mencari alternatif solusi
permasalahan

103
SMAN 1 PARUNG
PROJEK “GAYA HIDUP BERKELANJUTAN”

No. Tahapan
Elemen Sub-Elemen Ya
P5
1.
Beriman, bertakwa kepada tuhan yang maha esa, dan berakhlak mulia

Akhlak Mengenal dan


beragama mencintai Tuhan
Yang Maha Esa

Pemahaman
agama/
kepercayaan
Pelaksanaan ritual
ibadah
Akhlak Integritas
pribadi Merawat diri
secara fisik,
mental, dan
spiritual
Akhlak Mengutamakan
kepada persamaan
manusia dengan orang lain
dan menghargai
perbedaan
Berempati kepada
orang lain
Akhlak Memahami
kepada alam keterhubungan
ekosistem Bumi
Menjaga a. Subjek: Peserta Aksi
lingkungan alam didik
sekitar b. Objek:
Mengelolah
sampah yang ada
di lingkungan
SMA Negeri 1
Parung dan Pasar
Parung.
c. Aturan:

104
Menyadari bahwa
dirinya adalah
salah satu diantara
bagian-bagian dari
ekosistem bumi
yang saling
mempengaruhi.
d. Komunitas:
1. Guru Tim P5
2. Kepala Sekolah
3. Orang tua, siswa
kelas X.
e. Pembagian
Kerja:
1. Guru Tim P5:
Memberikan
bimbingan kepada
peserta didik.
2. Kepala Sekolah:
Memfasilitasi
pelaksanaan P5.

Akhlak Melaksanakan
bernegara hak dan
kewajiban sebagai
warga negara
Indonesia
2.
Berkebinekaan global

Mengenal Mengeksplorasi
dan dan
menghargai membandingkan
budaya pengetahuan
budaya,
kepercayaan, serta
praktiknya
Menumbuhkan
rasa menghormati
terhadap
keanekaragaman
budaya
Komunikasi Berkomunikasi
dan interaksi antar budaya
antar budaya Mempertimbangk
an dan

105
menumbuhkan
berbagai
perspektif
Refleksi dan Refleksi terhadap
tanggung pengalaman
jawab kebinekaan
terhadap Menghilangkan
pengalaman stereotip dan
kebinekaan prasangka
Menyelaraskan
perbedaan
budaya
Berkeadilan Aktif
sosial membangun
masyarakat yang
inklusif, adil,dan
berkelanjutan
Berpartisipasi
dalam proses
pengambilan
keputusan
bersama
Memahami peran
individudalam
demokrasi
3.
Bergotong-royong

Kolaborasi Kerja sama a. Subjek: Peserta Perencanaan


didik
b. Objek:
Siswa berkumpul
melakukan diskusi
untuk menggali
ide,
mengembangkan
ide, dan
merencanakan
aktivitas projek.
c. Aturan:
Melakukan
Kolaborasi
d. Komunitas: Guru
Tim P5 dan Kepala
Sekolah

106
e. Pembagian
Kerja:
1. Guru Tim P5:
memberikan
arahan kepada
siswa untuk
mendiskusikan ide
2. Kepala Sekolah:
Memfasilitasi
pelaksanaan P5.

Komunikasi
untuk mencapai
tujuan bersama
Saling-
ketergantungan
positif
Koordinasi sosial
Kepedulian Tanggap terhadap
lingkungan sosial
4.
Mandiri

Pemahaman Mengenali
diri dan kualitas dan
situasiyang minatdiri serta
dihadapi tantangan yang
Regulasi diri dihadapi
Regulasi emosi
5.
Bernalar kritis

Memperoleh Memperoleh dan


dan memproses
memproses informasi dan
informasi gagasan
dan gagasan
Refleksi pemikiran
dan proses
berpikir
Menganalisis dan a. Subjek: Peserta Kontektualisasi
mengevaluasi didik
penalaran dan b. Objek: Peserta
prosedurnya menyusun idenya

107
dalam bentuk
poster analisis
SWOT
c. Aturan: Dapat
membuktikan
penalarannya
dengan berbagai
argumen dalam
mengambil suatu
simpulan atau
keputusan.
d. Komunitas: Guru
Tim P5, Siswa
kelas XI dan XII,
dan Kepala
Sekolah,
e. Pembagian
Kerja:
1. Guru Tim P5:
Memberikan
bimbingan kepada
peserta didik.
2. Siswa kelas XI dan
XII: Menjadi
narasumber
mengenai samaph
di lingkungan
sekolah.
3. Kepala Sekolah:
Memfasilitasi
pelaksanaan P5.

6.
Kreatif

Menghasilkan gagasan yang


orisinal a. Subjek: Peserta Refleksi dan
Menghasilkan karya dan didik tindak lanjut
tindakan yang orisinal b. Objek: siswa
Memiliki keluwesan berpikir melakukan panen
karya untuk
dalam mencari alternatif solusi
menampilkan
permasalahan
hasil produk P5
yang telah
mereka. Adapula
siswa yang

108
melakukan
pengemasan
terhadap hasil
produk
komposnya
c. Aturan: Pelajar
menghasilkan
karya berupa
gambar, desain,
realitas virtual,
dan lain
sebagainya.
d. Komunitas:
Guru Tim P5,
Siswa kelas XI
dan XII, Kepala
Sekolah, dan
Orang tua siswa
kelas X.
e. Pembagian
Kerja:
1. Guru Tim P5:
Memberikan
saran dan arahan
untuk
kegiatanpanen
karya peserta
didik.
2. Siswa kelas XI
dan XII:
Menghadiri
kegiatan panen
karya.
3. Kepala Sekolah:
Memfasilitasi
pelaksanaan P5.
4. Orang tua siswa
kelas X:
Menghadiri
kegiatan panen
karya.

109
PROJEK “BANGUNLAH JIWA DAN RAGANYA”

No. Elemen Sub-Elemen Komponen Tahapan P5


Teori
Aktivitas
1.
Beriman, bertakwa kepada tuhan yang maha esa, dan berakhlak mulia

Akhlak Mengenal dan


beragama mencintai
Tuhan Yang
Maha Esa

Pemahaman
agama/
kepercayaan
Pelaksanaan
ritual ibadah
Akhlak Integritas
pribadi Merawat diri a. Subjek: Peserta Aksi
secara fisik, didik
mental, dan b. Objek:
spiritual Melakukan
refleksi dalam
hidup dan
hubungannya
dengan tuhan,
melakukan
ceramah dan
tadarus.
c. Aturan:
Melakukan
kegiatan
beribadah
dengan benar
seusai agama dan
kepercayaannya
masing-masing
d. Komunitas:
1. Guru Tim P5
2. Siswa kelas XI
dan XII
e. Pembagian
Kerja:

110
1. Guru Tim P5:
Memberikan
arahan kepada
peserta didik dan
membuat
kegiatan
keagamaan.
2. Siswa kelas XI
dan XII:
Mnghadiri
kegiatan
keagamaan.

Akhlak Mengutamaka
kepada n persamaan
manusia dengan orang
lain dan
menghargai
perbedaan
Berempati
kepada orang
lain
Akhlak Memahami
kepada alam keterhubungan
ekosistem Bumi
Menjaga
lingkungan
alamsekitar
Akhlak Melaksanakan
bernegara hak dan
kewajiban
sebagai warga
negara
Indonesia
2.
Berkebinekaan global

Mengenal Mengeksplora
dan si dan
menghargai membandingk
budaya an
pengetahuan
budaya,
kepercayaan,
serta
praktiknya

111
Menumbuhka
n rasa
menghormati
terhadap
keanekaragam
an budaya
Komunikasi Berkomunikas
dan interaksi i antar budaya
antar budaya Mempertimba
ngkan dan
menumbuhkan
berbagai
perspektif
Refleksi dan Refleksi
tanggung terhadap
jawab pengalaman
terhadap kebinekaan
pengalaman Menghilangka
kebinekaan n stereotip dan
prasangka
Menyelaraska
n perbedaan
budaya
Berkeadilan Aktif
sosial membangun
masyarakat
yang inklusif,
adil,dan
berkelanjutan
Berpartisipasi
dalam proses
pengambilan
keputusan
bersama
Memahami
peran individu
dalam
demokrasi
3.
Bergotong-royong

Kolaborasi Kerja sama


Komunikasi
untuk
mencapai
tujuan bersama

112
Saling-
ketergantunga
npositif
Koordinasi
sosial
Kepedulian Tanggap a. Subjek: Peserta Kontekstualisasi
terhadap didik
lingkungan b. Objek:
sosial Melakukan
wawancara,
observasi dan
melakukan
analisis SWOT
terhadap
masalah
perundungan di
sekolah.
c. Aturan:
Mengidentifikasi
masalah
perundungan
yang terdapat di
sekitarnya dan
melakukan
respon yang
tepat.
d. Komunitas:
1. Guru Tim P5
2. Siswa kelas XI
dan XI.
e. Pembagian
Kerja:
a. Guru Tim P5:
mengarahkan,
membimbing
dan menjadi
narasumber
peserta didik.
b. Siswa kelas XI
dan XI: menjadi
narasumber
peserta didik.

4.
Mandiri

113
Pemahaman Mengenali
diri dan kualitas dan
situasiyang minatdiri serta
dihadapi tantangan
Regulasi diri yang dihadapi
Regulasi emosi a. Subjek: Peserta Aksi
didik
b. Objek: Latihan
pentas drama di
depan semua
kelompok siswa
kelas X dan guru.
c. Aturan:
Melakukan
tindakan yang
mencerminkan
pengendalian
diri.
d. Komunitas:
Guru Tim P5,
Siswa kelas XI
dan XII, Kepala
Sekolah, Orang
tua, dan siswa
kelas X.
e. Pembagian
Kerja:
1. Guru Tim P5:
Memberikan
saran terhadap
penampilan
peserta didik.
2. Kepala Sekolah:
3. Memfasilitasi
pelaksanaan P5.

5.
Bernalar kritis

Memperoleh Memperoleh
dan dan
memproses memproses
informasi informasi dan
dan gagasan gagasan

114
Refleksi
pemikiran dan
proses berpikir
Menganalisis a. Subjek: Refleksi dan
dan Peserta didik Tindak Lanjut
mengevaluasi b. Objek:
penalaran dan Berbagi
prosedurnya karya
c. Aturan:
Menyampaik
an ide dan
gagasan
tentang
konsep anti
perundungan
baik di
keluarga,
sekolah dan
lingkungan
sekitarnya
d. Komunitas:
Guru Tim P5,
Siswa kelas
XI dan XII,
Kepala
Sekolah,
Orang tua,
siswa kelas
X, dan
perwakilan
dari 15
sekolah.
e. Pembagian
Kerja:
1. Guru Tim P5:
Memberikan
saran terhadap
penampilan
peserta didik.
2. Siswa kelas
XI dan XII:
Menghadiri
kegiatan
panen karya.
3. Kepala
Sekolah:Memf

115
asilitasi
pelaksanaan
P5.
4. Orang tua
siswa kelas X:
Menghadiri
kegiatan
panen karya.
5. Perwakilan
dari 15
sekolah:
Menghadiri
kegiatan
panen karya.

6.
Kreatif

Menghasilkan gagasan yang


orisinal
Menghasilkan karya dan
tindakan yang orisinal
Memiliki keluwesan berpikir
dalam mencari alternatif
solusipermasalahan

116
Lampiran A.3 Lembar Validitas

117
118
119
120
121
122
LAMPIRAN B
ANALISIS DATA PENELITIAN

Quirkos Report
This report was generated by firda on Thu May 18 2023 22:57:29 GMT+0800 (Malay
Peninsula Standard Time) for the following file: C:/Users/Master Com/Documents/hasil
kualitatif quirkos.qrk.

Source Summary
Title Author Date and Length Quotes
Time #
HASIL WAWANCARA firda Invalid 22632 124
smp 131 jakarta Date

HASIL WAWANCARA firda Invalid 80086 217


SMAN 1 PARUNG Date

INSTRUMEN P5 firda Invalid 8999 56


Date

SMAN 1 PARUNG firda Invalid 2551 3


Date

Quirks Summary
Quirk Title Parent Grandparen Description Autho Date Total
t r Code
s
P3 MODUL P5 PROFIL firda Invali 5
PELAJAR d Date
PANCASILA

TUJUAN P5 firda Invali 5


d Date

BUDAYA P5 PEMBIASAAN firda Invali 8


YANG PERLU d Date
DIPERSIAPKAN

123
PERAN PERAN firda Invali 1
KOMUNITAS d Date

SEKOLAH PERAN SATUAN firda Invali 11


PENDIDIKAN d Date

OT PERAN Orang Tua firda Invali 14


d Date

GURU PERAN firda Invali 5


d Date

Siswa PERAN firda Invali 5


d Date

KAPASITAS P5 KAPASITAS firda Invali 9


PENDIDIK d Date

FASILITATOR PERAN FP5 firda Invali 3


d Date

KEMENDIKBU PERAN firda Invali 3


D d Date

KESIAPAN P5 firda Invali 9


d Date

DT P5 DIMENSI DAN firda Invali 20


TEMA d Date

SMP P5 P5 YANG firda Invali 50


SUDAH d Date
DILAKUKAN

FB EVALUAS FAKTOR firda Invali 18


I KEBERHASILA d Date
N

WAKTU P5 ALOKASI firda Invali 4


WAKTU d Date

NARASUMBER PERAN firda Invali 1


d Date

DOKUMENTAS SOLUSI EVALUASI firda Invali 3


I d Date

TL EVALUAS TINDAK firda Invali 3


I LANJUT d Date

FG EVALUAS FAKTOR firda Invali 7


I PENGHAMBAT d Date

124
SOLUSI EVALUAS firda Invali 5
I d Date

MODUL P5 firda Invali 36


d Date

P5 firda Invali 21
d Date

RAPOR EVALUAS firda Invali 9


I d Date

EVALUASI firda Invali 23


d Date

ID 131 SMP P5 KONDISI firda Invali 1


SEKOLAH d Date

VISI 131 SMP P5 firda Invali 1


d Date

KUALIFIKASI SMP P5 SISWA, GURU, firda Invali 3


SARPAS d Date

SMA P5 firda Invali 4


d Date

PERSIAPAN SMA P5 firda Invali 19


d Date

PELAKSANAA SMA P5 firda Invali 43


N d Date

EVALUASI PR SMA P5 EVALUASI P5 firda Invali 39


PARUNG d Date
KOORDINATOR PERAN firda Invali 5
d Date

TU PERAN TATA USAHA firda Invali 3


d Date

LS PERAN DI LUAR firda Invali 3


LINGKUNGAN d Date
SEKOLAH

PENGAWAS PERAN firda Invali 1


d Date

TOTAL 400
NUMBER OF
CODES

125
TOTAL 36
NUMBER OF
QUIRKS

Properties Summary
Quirks Canvas - Primary

Text Sorted by Theme


P3
Gambaran pelajar Indonesia sebagai pembelajar sepanjang hayat yang
berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

beberapa karakter yang harus dimiliki seorang pelaja


Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

pelajar yang memiliki beberapa karakter yang sesuai dengan Pancasila, itu
ada enam elemen yahh, enam elemen karakter yang ada di eh dalam profil
pelajar Pancasila ini
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

126
Profil pelajar pancasila saat ini itu menjadi standar kompetensi lulusan bagi
seluruh peserta didik yang ada di Indonesia. Nah di standar kelulusan itu,
lulusan dari ehh satuan-satuan Pendidikan di Indonesia itu merujuknya pada
Profil Pelajar Pancasila yang ada enam dimensi.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Projek profil Pancasila itu kurikulum merdeka yang dibikin atau dibuat oleh
Pemerintah buat kayak ngebangun kreatifitas, karakter yang mandiri,
pokoknya hal-hal yang positif dari kurikulum yang udah ada
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

TUJUAN
pemerintah ingin membangkitkan tujuan pelajar sepanjang hayat yang
dicetuskan oleh KH. Dewantara, agar peserta didik menjadi kompeteten,
berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila melalui dimensi
yang ada pada P5
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Namanya sampah selama kita hidup itu enggk ada selesainya tapi, etidaknya
kita sebagai duta adiwiyata, sebagai pelaku ehh apanamanya itu pelaku yang
peduli lingkungan itu ditambah lagi dengan program P5 ini, semoga bisa
lebih baik lagi, dan itu sebenarnya terbukti berdampak positif, berpengaru
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

agar tercipta budaya anak yang peduli terhadap sampah. Terkait sampah di
pasar parung itu, walaupun orang ada yang bilang itu kan bukan urusan kita,
tapi kitab isa memberikan ehh masukan ataupun pemahaman. Jadi, dengan
budaya peduli lingkungan terhadap sampah dimiliki oleh anak-anak ehh
setidaknya anak-anak itu bisa menyebarluaskan di lingkungannya. Nah
anak-nak kit aini banyak juga yang tinggal di dekat dekat sini, termasuk
yang juga orang tuanya berjualan di pasar dan selain itu, kami juga ehmm
berkomunikasi dnegan ehh kecamatan melalui komite kita yang kebetulah
adalah petugas di desanya, kita menyampaikan supaya sampah di pasar itu
bisa diurus lagi di kecamatan dengan betul tertata dengan baik, supaya tidak
menimbulkan sampah dimana-mana.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Kalau menurut saya perlu P5 alasannya pertama tidak terkekang oleh ini
yah oleh apa oleh rambu-rambu yang terlalu detail, jadi lebih dibebaskan.
Anak kita itu mau dirubah paradigmanya dari yang bisa dididik begini ikut
kata guru jadi punya suara. Untuk menciptakan jiwa-jiwa yang seperti itu
butuh pembiasaan, pembiasaannya itu bisa lewat P5 tadi. Jadi, anak

127
dibebaskan gurunya sudah berubah paradigmanya, siswanya juga berubah.
Maka, terbentuk ekosistem yang baik yang bisa menjadikan murid itu
pemimpin bagi pembelajaran dia sendiri gitu
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Perlu. Buat ke diri kita juga dan ke masa depan kita juga sih. Lebih kemasa
depan, kalau enggak ada P5 kita enggak bakalan tau cara buat ini loh buat
apapun itu. Buat jaga alam tuh ada dampak positifnya. Dari Kesehatan
jasmani ada dampak positifnya juga yang diambil. Enggak boleh gini,
enggak boleh pacaran. Tapi bukan berarti ngelarang buat suka, pacaran
enggak boleh, suka gapapa sih.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

BUDAYA
Pertama, berpikir positif terhadap perubahan. Dimana, sebelumnya
digunakan kurikulum 2013 yang hanya terfokus pada kegiatan
intrakurikuler. Berbeda dengan kurikulum merdeka yang memuat kegiatan
intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler yang berbasis proyek, sehingga
diperlukan keterbukaan untuk menerima perubahan. Kedua, belajar
sepanjang hayat atau belajar terus-menerus karena, dihadapi dengan
perubahan yang signifikan seperti, pada kurikulum merdeka ini sekolah
harus melaksanakan 3 proyek.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Visi dan Misi SMPN 131 Jakarta dibuat sesederhana mungkin, agar
para siswa dapat mengetahui Visi dan Misi sekolahnya. Adapun visinya
yakni Unggul dalam karakter, IPTEK, akuntabel, dan ramah lingkungan.
Misinya pertama, menyelenggarakan Pendidikan karakter melalui kegiatan
pembelajaran, pembiasaan, dan ekstrakurikuler. Kedua, memberikan
keteladanan melalui sikap dan perilaku serta kinerja yang baik. Ketiga,
meningkatkan budaya pembelajar sepanjang hayat. Keempat, meningkatkan
kompetensi dan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan yang
berwawasan IPTEK. Kelima, mengembangkan potensi peserta didik untuk
memiliki keterampilan Abad-21. Keenam, meningkatkan sistem Pendidikan
yang transparan,akuntabel, efektif dan partisipatif. Ketujuh, meningkatkan
iklim yang nyaman, aman, dan kondusif dalam penyelengaraan pendidikan.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

diajak terlebih dahulu guru dan anak-anak itu memiliki paradigma bar
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

128
lebih berpusat kepadah siswa, guru itu hanya sebagai fasilitator yang
mengarahkan seperti itu tapi, ehh tugas guru sekarang itu adalah bagaimana
bisa membelajarkan siswa. Siswa mencari tahu, membangun sendiri ehh
pengetahua
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

anak-anak itu berproses tidak disuapin seperti itu. Jadi, anak harus terbiasa
untuk mandiri juga, itu yang dibangun sekarang di kurikulum merdeka ini.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

pembelajaran itu ehh yang berkaitan dengan kognitif, afektik dan


psikomotor. Nah di psikomotor itu salah satunyaadalah pembelajaran
berbasis projek untuk semua mapel yang terkait dengan projek termasuk
kelas 12 sekarang, penilain dari keterampilannya salah satunya itu penilaian
berbasis projek.jadi pemebelajaran berbasis projek itu sama P5 berbeda,
pada ehh pembelajaran berbasis projek itu di intrakurikuler masuknya ke
keterampila
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Budayah yah, yang pertama itu kolaborasi, karena di P5 itu hamper tidak
pernah ehh ada yang dia itu kerja sendiri, nggk bisa dia kerja sendiri. Jadi,
budaya kolaborasi, koordinasi. Kemudian juga ehh ini apa
mempresentasikan apa yah eh, ehh dia jadi mampu mempresentasikan ide-
idenya. Nah itu, kebiasaan-kebiasaan yang harus tumbuh. Kemudian nanti
next kalau P5 ini sudah berhasil, diharapkan P5 ini bisa sampai ke riset
sampai ke penelitian. Jadi, ehh memang P5 itu kan idenya yang menarik dari
siswa yah, harapannya nanti si siswa itu sangat tertarik, bahkan sampai
pengen meneliti gitu tentang itu,
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Pasti adalah pergeseran budaya gitu yah dengan yah itu tadi yah. Angkatan
X kan merekan gaya belajanya beda tuh sehingga, lebih apa sih belajar itu
penuh warna lah. Mulai dari anak itu kalau disuruh bicara itu anak nggk aa
uu gitu yah langsung gitu yah mereka. Bukan berarti semua anak Cuma
sebagian besar sekarang tuh terbiasa. Keika kita tanya kenapa kamu memilih
tema ini dia mengemukakan tuh. Artinya kan dia sebelum memilih tema itu
sudah dia pikirkan ada proses sekian JP untuk dia mengeksplor kenapa sih
saya harus pilih tema ini, kenapa kelompok kita pilih tema ini. Itu artinya
udah hasil diskusi kan gitu. Nah itu anak mudah menjawab itu, artinya kan
disitu ada budaya ehh dibebaskan tidak dipaksakan. Bukan tema sih tapi
aktivitas kelompok satu bikin ini, kelompok dua bikin ini biasanya kan yang
nentuin gurunya kalau sekarang kan nggk siwa gitu
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

129
PERAN
peran anggota komunitas satuan Pendidika
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

SEKOLAH
Pihak sekolah berperan untuk memfasilitasi pelaksanaan P5 dan
mensosialisasikan kepada seluruh siswa termasuk kelas VIII dan kelas IX
yang tidak melaksanakan P5 agar, mereka tahu bahwa siswa kelas VII
sedang melaksanan P5. Serta mensosialisasikan kepada orang tua siswa
kelas VII bahwa anaknya melaksanakan kegiatan P
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Satuan Pendidikan berperan dalam mengadakan sosialisasi kepada


pendidik, orang tua siswa, dan seluruh siswa SMPN 131 Jakarta terkait
pelaksanaan P5. Selain itu, Satuan Pendidikan bertanggung jawab pula
dalam menyediakan kebutuhan sumber daya serta dana untuk pelaksanaan
P5.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

keseluruhan lancar atau tidaknya kegiatan P5 itu adalah tanggung jawab


dari Kepala Sekola
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

kepala sekolah mengawasi itu tidak bisa hanya mengawasi di belakang


layar, tapi harus terjun langsung ke lapangan mulai dari perencanaan melihat
hasil pencapaiannya seperti apa, ketika pelaksanaan juga melakukan ehh
supervise kemudian pemantauan termasuk nanti ketika mau terakhir itu mau
panen karya itu juga dipantau dan diarahkan oleh kepala sekolah. Artinya
mana yang sesuai dengan kondisi sekolah mana yang tidak, termasuk
terakhir itu adalah bagaimana pembuatan laporan, bagaimana penilaian P5
siswa itu kepada guru seperti apa, ehh dan penilaian itu karena ini baru kan
tidak langsung bentuknya seperti ini, kita juga mencari tau sendiri itu juga
menjadi tanggung jawab dari kepala sekolah
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Wakil kepala sekolah berperan sebagai wakil dari kepala sekolah


melakukan pengawasan dan pemantauan ini dan wakil kurikulum juga
bersama-sama mulai dari menrencanakan. Jadi,dari awal perencanaan itu
sudah ada keterlibatan kepala sekolah dan wakil itu yah, terus bagi
kesiswaan karena erat hubungannya dengan Pendidikan karakter, dia juga

130
pasti ikut mendampingi. Humas juga pasti selalu ada di setiap kegiatan
sebagai pusat informasi yah dan ehh juga ehh mengkomunikasikan ke
berbagai pihak dan tentunya sarana berkaitan dengan apapun itu kan
memerlukan saran
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

menyampaikan dan menginformasikan apa aja sih kegiatan ehh anak-


anaknya di sekolah. Kemudian mereka harus tau perubahan kurikulum
seperti apa sekarang ini, ehh sekarang ini diantaranya ada P5 seperti apa,
supaya apa yang kita berikan di sekolah harus sesuai nyambung dengan yang
dirumah
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Rapat awal ibu yang pimpin kita menentukan tema, ehh tapi nanti kalau
sudah secara teknik seperti, membuat modul itu, dipimpinnya oleh
koordinator. Tapi kalau nanti pelaporan ibu ikut lagi. Ehh di awal dalam
membuat perencanaan, ditengah-tengah pengawasan, diakhirnya dalam
penilaian.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Dukungan dari kepala sekolah berupa pemikiran, berupa fasilitas ehh dan
yang utama memahani dulukan apa yang dibutuhkan. Kebutuhan-kebutuhan
untuk P5 it
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

n tidak lepas juga dari sarana dan prasarana, dari finansial, anggaran
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Kepala sekolah otomatis dia mengkoordinir sebagai pimpinan utama di


satuan Pendidikan. Jadi, sebelum dirumuskan nih temanya mau tema apa,
sebelumnya itu ada rapat-rapat dulu yah. Khususnya perumusannya itu
adalah bersamaan ketika menyusun ehh kurikulum operasional dari satuan
Pendidikan. Jadi, ketika bikin dokumen suatu KOSP ehh sekarang itu tidak
lagi dibahas tentang ehmm apa namanya kegiatan intra tetapi, juga sekarang
fokus kepada kegiatan kokurikuler P5 ini sehingga, disitu mungkin namanya
tim pengembang yah kalau di sekolah penggerak Namanya ehh PMO yah
komite sekolah. Nah di atuh yang merumuskan kita P5 ini tema satu mau
apa, tema dua mau apa, kenapa harus tema itu. Nah itu, dilihat dari
karakteristik siswanya, karakteristik satuan pendidikannya, kita punya SDM
apa, sarana apa. Semua digabung dirumuskan akhirnya ketemulah, nah yang
mengkoordinir semua itu siapa, dia adalah kepala sekolah. Nah nanti ada
juga koordinator projek yang mengkoordinatori semua projek
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

131
Pasti iya, pasti sangat berperan juga, dia kan yah mengejawantahkan visinya
atau harapam kepala sekolah. Jadi kan kalau kepala sekolah tidak bisa terlalu
ke hal Teknik. Nah yang menjembatani antara konsep dan teknis itu adalah
wakil kepala sekolah dan kalau kebetulankan parung itu sekolah penggerak
yahh. Kalau sekolah penggerak itu, selain didampingi oleh pengawas
sekolahnya juga didampingi oleh namnya dulu ehh pelatih ahli dari sekolah
penggerak kalau sekarang fasilitator dari sekolah penggerak. Nah itu, ehh
kalau di awal-awal itu bahkan pertemuan PMO itu bisa seminggu sekali dua
minggu sekali. Jadi, gimana perkembangannya itu terus dimonitor terus
dipantau. Tapi kalau sekarang kan sudah mau tahhun kedua yah. Jadi, ini
udah mullai ehh satu bulan sekali bahkan kalau parung dinilai sebagai
sekolah yang kategori mandiri ehh artinya dia udah bisalah jaln sendiri. Jadi,
pertemuan PMO dengan fasilitator itu sudah tiga bulan sekali
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

OT
membantu dalam menyediakan alat proye
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Orang tua sangat mendukung, terbukti mereka bersedia menyediakan


keperluan alat-alat yang dibutuhkan selama projek dan tidak segan bertanya
tentang kemajuan putra putrinya selama pengerjaan projek
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Orang tua siswa perlu mengetahui bahwa anaknya sedang


melaksanakan P5 sehingga, dapat membantu siswa dalam menyiapkan
keperluan alat dan membantu dokumentasi untuk Lembar Kerja (LK) yang
harus dikerjakan di Rumah
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

terlibat walaupun tidak secara langsung


Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

harus tau perubahan kurikulum seperti apa sekarang in


Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

apa yang kita berikan di sekolah harus sesuai nyambung dengan yang
dirumah
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

132
jangan sampai di rumah tidak ada dukungan. Kemudian, pada waktunya
nanti panen karya itu juga ehh perwakilan-perwakilan setiap kelas itu
diundang supaya nanti yang diundang ini bisa berbagi dan menyampaikan ke
orang tua yang lain
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

penyampaian informasi dari kepala sekolah ke orang tua itu dilakukan


dengan perencanaan yang matang, melalui pertemuan langsung melalui rapat
di awal tahun. Terus kita juga melakukan pertemuan yang disebut dengan
Parenting. Kemudian itu juga ehh pernah juga disampaikan lewat Zoom dan
juga ada secara tertulis melalui media sekolah seperti website ataupun surat-
surat edaran berupa WhatsApp.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

orang tua tidak harus material saja yah yang biasanya dalam bentuk
sumbangan, yang utama secara moril dulu kepada anaknya. Kemudian ehh
dukungan lain ketika ehh kita memerlukan, ehh mereka menyediakan waktu
dan tenaganya ketika diundan
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Orang tua siswa pasti, yang Namanya anak bikin initerus mencari ini, anak
benar-benar menjadi subjek tidak menjadi objek sehingga, otomatis anak
meminta tolongnya pasti ke orang tua kan. Jadi, orang tua juga yah ikutan
nimbrunglah gitu yah. Karena itu juga sekolah harus mengadakan kegiatan
parenting. Jadi, itu tuh harus satu tuh, karena kalau orang tuanya enggak
ngerti siswanya “Kok kayak gini sih belajarnya sekarang”. Nanti itu akan
nggk nyambung. Tetapi, kalau orang tuanya sudah diundang, dikasih
sosialisasi “sekarang kegiatannya begini-begini”
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Ehh waktu itu, sempat ehh diantaranya mensosialisasikan tentang kurikulum


merdeka yah bahwa jamnya itu tidak sepadat dulu. Kemudian, yang kedua
anak akan banyak projek-[rojek gitu jadi, mohon dibantu ketika anaka
kebingungan. Misalnya, ehh “Aku mau bikin kompos gimana yah caranya”
nah peran orang tua yang membantu “Coba kamu goegling (Orang tua
Siswa)” “Dapatnya yang kaya gini-gini aku nggk ngerti (siswa)ini ” nah
orang tua bisa ikut sumbang saran disitu. Tetapi, hanya memberikan bantuan
sedikit saja sih yah, selebihnya mereka dengan kelompoknya yang
diibaratkan “Ayo kita dari sama-sama nggk tau jadi sama- sama tau
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

133
Untuk orang tua sebenanrnya juga berperan, tapiperannya itu nggk terlalu
banyak kayak sekedar mendampingi aja selama proses apa yah selama
proses kita P5 itu
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Kelompok aku kan bagian desain. Nah, orang tua aku tuh yang ngasih tau
“Kak yang ini ini aja, warnanya ini aja” dipilihin kayak gitu.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Dengan menjadi narasumber, turut berkontribusi dalam panen karya dan


dilibatkan dalam penentuan tema projek selanjutnya.
Source: INSTRUMEN P5

GURU
menentukan tema dan membuat tim untuk pelaksanaan kegiatan P
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Dalam pelaksanaan P5 di SMPN 131 Jakarta dibentuk tim P5 yang


terdiri dari 3 tim yakni pertama tim perencana berperan dalam merencanakan
projeknya seperti apa, sehingga yang bergabung pada tim ini yakni mata
pelajaran yang terkait P5. Kedua, tim fasilitator yang anggotanya adalah
seluruh wali kelas VII bertanggung jawab dalam pembagian kelompok dan
memecahkan permasalahan di kelompok P5 misalnya, jika terdapat
perbedaan pendapat antar siswa dalam kelompok. Selanjutnya, tim
pendamping yang anggotanya adalah seluruh guru mata pelajaran kelas 7
yang bertanggung jawab dalam mendampingi kegiatan P5
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Kemudian dukungan dari guru artinya kan guru harus bekerja ekstra nah ini,
karena guru paham maksud dan tujuannya. Sehingga, memberikan dukungan
penuh kepada anak
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Perannya yah, masing-masing tentunya berperan karena P5 ini satu kerja


kolaboratif yah. Pertama seluruh guru mapel itu adalah sebagai ehh
fasilitator dari P5 artinya ketika dia masuk di pelajaran P5 maka, dia itu
melepaskan semua baju-baju mapelnya. Semuanya mengajarkan tentang P5
ini. Artinya semua guru harus memahami tentang P5 itu, tentang
pembentukan karakter itu.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

134
Guru-guru ini perannya banyak banget ada yang baik banget ngasih apayah
pembelajarannya efektif. Terus ada juga yang karakternya tuh bikin murud
tuh semangat disiplin. Terus metode pengajarannya juga bagus
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Siswa
siswa kelas VII yang berperan dalam mengerjakan P5
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Kalau peran siswa dalam P5 dia mengembangkan diri yah, mengembangkan


karakter, menggunakan kesempatan itu sebaik-baiknya untuk ehh
menemukan ehh aku nih siapa sih. Jadi, tidak tertekan tidak ada tekanan
harus begini harus begini enggak, tapi benar-benar diapa yah distimulus gitu
lah, anda minatnya kemana, anda gayanya seperti apa gitu yah. Misalnya,
ada anak yang kreatif mungkin ketika dia membuat sesuatu yah akhirnya
keliatan tuh gitu, tapi ada anak yang mungkin ketika dia anak yang tipe
akademis yah tipe yang ngerjain soal gitu yahh, nanti di P5 ini nih butuh
adaptasi, “ini P5 maunya kemana sih, kok aku nggk dikasih hitungan”.
Karena memang arahnya bukan seperti itu, tapi akhirnya nanti yang seperti
ini biasanya kan dia jago dalam hal konsep, jadi dia memberikan konsep
nanti yang ngerjain adalah temannya yang kreatif. Maknaya nanti disini
kolaborasi yang baguslah yang bisa ehh apa namanya bisa menghasilkan
sesuatu yang baik
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Karena melihat urusan sampah, urusan gorong-gorong itu tersumbat gara-


gara sampah itu, kalau menurut pihak sekolah itu sampahnya dari
masyarakat. Tapi kan masyarakat juga harus kita edukasi kan. Nah,
edukasinya salah satunya lewat P5 ini. Sedangkan siswa itu adalah orang
yang tinggal disekitar sana. Jadi yah seperti itu sosial budaya yang terbiasa
sehari-hari. Kalau secara ekonomi menurut pandangan saya Parung itu ada
di menengah ke atas sehingga, ketika mereka mewujudkan ehh “Kami mau
bikin ini, kami mau bikin ini” itu daya dukung orang tua, daya dukung
ekonominya yah mendukunglah sehingga, mereka bisa mewujudkan itu.
Kalau di tema bangun jiwa raga itu kan berarti pembangunan jiwanya ehh
mungkin nanti disasar di elemen, sub elemen dan Fase E, itu kan ada akhlak
kepada Tuhan, akhlak kepada manusia dan sebagainya. Nah seperti
misalnya, dimensi beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berakhlak mulia. Kemudian kita ambil elemennya adalah akhlak beragama
sub elemennya ini kan ada beberapa diantaranya mengenal dan mencintai
Tuhan Yang Maha Esa. Kita ambil yang fase E,fase E ini dia mampu
menerapkan pemahamannya mengenai kualitas dan sifat-sifat tuhan dalam
ritual ibadahnya, baik ibadah yang bersifat personal maupun sosial. Berarti

135
nanti yang dilakukan sekolah untuk mencapai ini diantaranya biasanya shalat
dhuha, kegiatan-kegiatan keagamaan itu bisa dilakukan , itu salah satu
contohnya.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Buat awal-awal tuh kan karena ini baru terus angkatan di SMA Parung juga
uji coba, aku juga masih kaget banget karena mental aku masih menye-
menye kan dari SMP. Jadi, yang disiapkan itu mental terus fisik karena
bangun jiwa dan raga itu perlu mental dan fisik yang kuat
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Kalau di P5 ini peran aku tuh waktu ada acara sebagai pengelola acara
kayak bagian si acara buat teman teman aku masuk kebagian pemain, peran
yang bakal tampil di acara yang akan datang
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

KAPASITAS
Dalam seminggu sekali para pendidik yang bergabung dalam tim P5
membahas mengenai perencanaan P5, pendampingan P5, pengolahan nilai
untuk P5. Selain itu, melalui Platform Merdeka Mengajar (PMM) para dapat
memperoleh referensi terkait pelaksanaan P5
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

seleksi untuk kepala sekolah itu mulai dari pengetahuan umumnya,


kemudian juga ehh TPA eh apa namanya tes kecepatan berpikir. Kemudian
ada tes dalam mencari solusi sebuah permasalah tentang apa yang dihadapi
disekolah, pemasalahan apa, bagaimana solusinya bagaimana sampai kepada
tes wawancara. Nah itu, dilakukan oleh Kepala Sekolah. Termasuk menggali
ehh tentang guru dan siswa melalui kepala sekolah tad
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

khusus untuk sekolah penggerak itu ada pelatiha


Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Pertama itu, kita disuruh membentuk komite pembelajaran, komite


pembelajaran itu terdiri atas guru, pengawas, dan kepala sekolah, kalau nggk
salah ada 7 orang yah. Kita diberika pelatihan selama satu bulan, setelah satu
bulan itu kami harus memberikan lagi pada seluruh guru berkaitan dengan
bagaimana mulai dari perencanaan pelaksanaan sampai pada penilaian dan
khususnya bagaimana membangun paradigma baru adanya perubahan

136
kurikulum yang signifikan. Ada intrakurikuler, ada P5, bagaimana dengan
yang berkaitan dengan intrakurikuler ini, apa yang dimaksud dengan P5 itu
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

pelatihan itu ehh selain yang berkaitan dengan kurikulum merdeka secara
teorinya ehh tapi juga mempraktekan bagaimana eh membuat perencanaan
pembelajaran terdeferensiasi, kalau di P5 nya itu bagaimana membuat modul
P5, pelaksanaan sampai pada penilaiannya, termasuk pembelajaran berpusat
pada siswa, dimana semua guru itu harus bisa melayani siswa dalam
keragamannya. Jadi siswa cara belajar nya berbeda, latar belakangnya
berbeda harus bisa melayani siswa-siswanya
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

kalau Komite Pembelajaran itu dididiknya langsung sama BBGP degan


orangnya fasilitator tadi yah atau pelatih ahli tadi. Kalu guru-guru selain dari
itu P5 nya itu mereka ada IHT untuk guru-guru tau juga P5 itu apa dan
bagaimana pelaksanaanya gitu yah . Kemudian, nanti ada di senin dan jumat
tadi yang kalau misalnya senin itu udah ada jadwal istilahnya Planingnya itu
udah ada, tapi kan mungkin pada pelaksanaan itu pada bingunkan jadi, di
hari senin itu diobrolkan yang mau kita lakukan nanti masing-masing guru
masuk ke kelas-kelas tuh. Nah nnati kalau dari mereka ada pertanyaan bisa
dibahas disitu dan nanti kalau di hari Jumat kita evaluasi yang seminggu
sebelumnya itu
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

In House Trainin
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

guru-guru parung sendiri yang menjadi Komite Pembelajaran. Karena


sebelumnya mereka sudah di Training dua bulan dari BBGP.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

pembuatan modul P5 yah mulai dari konsep P


Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

FASILITATOR
Seluruh wali kelas VII, karena dianggap paling mengerti siswa
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Kalau fasilitator itu sebenarnya adalah pembimbin


Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

137
u fasilitator itu yang langsung mendampingi anak-anak yang ehh apa
namanya bagaimana anak-anak bisa menemukan ilmunya sendiri,
mengembangkan karakter yang diharapkah ehh itu di damping oleh
fasilitator dan yang membuat modul itu adalah fasilitator modul P5
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

KEMENDIKBUD
Selain itu, dari pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) berperan dalam memberikan pelatihan dan pendampingan
kepada sekolah penggerak mengenai pelaksanaan P5. Kemendikbud juga
berperan dalam memantau dan mengarahkan pelaksanaan P5.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Pihak Kemendikbud itu yah apa yah menyiapkan panduan-panduan.


Kemudian menyiapkan juga ehh fasilitator tadi yah, pelatihan ehh dan untuk
sekolah penggerak ada juga dana ini yah apa BOS Afirmasi sehingga, tidak
bingunlah karena ada danany
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Dari Kemendikbud tadi itu banyak yah, mulai dari yang pusat kemudian
BBGP Jawa Barat Balai Besar Guru Penggerak. Kemudian ada juga KCD
itu Kantor Cabang Dinas itukan bawahnya yah. Jadi Kemendikbud Ristek
nanti bawahnya sebenarnya ada BBPMP dan ada BBGP tapi yang dekat
dengan kita itu yah KCD dengan BBGP. BBGP itu mengatur fasilitator itu,
jadi fasilitator ini megangnya sekolah ini, kemudian mengadakan loka karya
sebulan sekali untuk komite pembelajaran untuk berbagi praktek. Kalau
KCD dia dari BBGP mengirimkan surat ke pengawas dan Kepala Sekolah
lewat kantor cabang dinas itu. Jadi, nanti KCD yang membuatkan kayak
surat tugas, surat perintag gitu
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

KESIAPAN
Dalam pelaksanaan P5 di SMP 131 Jakarta sudah terjadi lintas disiplin
yakni mata pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, Seni Budaya,
dan Informatika. Namun, pelaksanaan P5 belum melibatkan pihak luar
karena, pendidik masih melihat terlebih dahulu antusias dan kondisi siswa di
projek pertama ini.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

138
Jauh lebih siap dari sekolah penggerak angkatan pertama, karena
sudah ada contoh modul dan alur pelaksanaan P5 dari sekolah penggerak
angkatan pertama yang dijadikan referensi. Pendidik yang telah
melaksanakan pembelajaran berbasis projek sudah lebih dari 50%, karena
pembelajaran berbasis projek sudah biasa dilakukan di SMPN 131 Jakarta
yakni Project Based Learning (PJBL). Setiap Kompetensi Dasar (KD) yang
disusun pada saat penerapan kurikulum 2013pun selalu memuat kegiatan
projek untuk penilaian keterampilan. Dalam pelaksanaan P5 di SMP
131 Jakarta sudah terjadi lintas disiplin yakni mata pelajaran PPKn, Bahasa
Indonesia, Matematika, Seni Budaya, dan Informatika. Namun, pelaksanaan
P5 belum melibatkan pihak luar karena, pendidik masih melihat terlebih
dahulu antusias dan kondisi siswa di projek pertama ini
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi dengan mengimplementasikan


model dan sintak pembelajaran Problem Based Learning, Project Based
Learning, Discovery Learning, Inquiry Based Learning dan model
pembelajaran lain yang releva
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Tenaga pendidik terdiri dari 34 orang, dengan 12 guru Laki-laki dan


22 guru Perempuan. Guru yang memiliki kualifikasi Pendidikan S1
sebanyak 24 orang dan 10 orang sudah menempuh S2. Adapun perincian
jenis kepegawaian tenaga pendidik di SMPN 131 Jakarta ASN terdiri dari 29
orang, P3K terdiri dari 2 orang, dan Honor 3 orang. Serta guru yang
berstatus ASN yang sudah tersertifikasi ada 28 orang dan 1 orang belum
tersertifikasi. Guru P3K semuanya belum tersertifikasi, sedangkan untuk
guru honor terdapat 1 orang yang sudah tersertifikasi dan 2 orang sisanya
belum tersertifikasi
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Sangat beragam yang menyebabkan para siswa mampu dan mau


mengikuti seluruh aturan dan kegiatan sekolah, memiliki kemauan/motivasi
belajar tinggi, dan memahami dan mampu bersikap baik terhadap
keneradaan peserta didik berkebutuhan khusus. Selain itu, memiliki
semangat dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, bersedia meluangkan
waktu untuk melaksanakan kegiatan di luar waktu kegiatan belajar
mengajar, dan kehidupan beragama yang baik dengan menjaga kerukunan
antar umat beragama. Adapun latar belakang ekonomi siswa terdiri dari
ekonomi atas, menengah, dan bawah dengan perbandingan presentase sekitar
10:70:20, sehingga sekolah dapat memperoleh dukungan baik pemikiran,
tenaga, dan material dari Orang tua siswa untuk kemajuan Pendidikan di
SMPN 131 Jakarta
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

139
Sarana dan prasarananya cukup memadai, tetapi masih ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan pengadaannya. Diantaranya, jumlah infocus
yang layak pakai disetiap ruang kelas belum tercukupi, masih terdapat papan
tulis yang kurang layak pakai untuk pembelajaran, fasilitas toilet peserta
didik masih kurang atau belum memenuhi rasio, jaringan internet masih
sering terganggu, komputer di ruang guru yang terakses dengan bagian
pengolahan data nilai peserta didik belum ada, dan ruang wakil Kepala
Sekolah belum dilengkapi AC dan Gorden Vertikal Blind. Selain itu, lemari
dokumen untuk bidang kurikulum masih kurang, lemari alat laboratorium
IPA belum mencukupi, belum memiliki aula permanen, fasilitas ruang OSIS
belum memenuhi standar, belum memiliki Pojok Literasi Bersama yang
dapat digunakan oleh siswa secara bersama sama, Pojok literasi di masing-
masing kelas belum tertatah rapih, dan terdapat ruang kelas yang lampu
penerangannnya masih kurang
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

SMAN 1 Parung ini merupakan sekolah penggera


Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Kalau disini sudah sebagian besar gurunya berbasik projek jadi, sudah tidak
asing. Cuma projek di pembelajaran dalam kelas dna projek di P5 itu
berbeda. Namun, pemahaman terkait projek itu, sudah semua guru
melakukan
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Kalau parung yang saya liat sudah siap banget kebetulan Kepala sekolahnya
juga adapti mau belajar. kemudian ada komite pembelajarannya juga muda-
muda dan dua diantaranya adalah guru penggerak. Kebetulan ketika mereka
menjadi guru penggerak, saya pengajar prakteknya mereka gitu, walaupun
itu tidak disenganyah, itumah jalan ternyata saya ditempatkan di Parung, jadi
nggk sengaja nyambung lah git. Karena, itu mudah juga untuk saya arahkan
dengan program guru-guru penggeraknya. Karena inikan sebenarnya ada
hubungannya dengan program guru penggerak. Khususnya di ehh
dipembelajaran dan ada dih P5. P5 itu diataranya ada modul ehh membuat
program yang itu dari kepemimpinan murid, jadi murid yang menentukan
ehh suaranya suara murid, pilihannya pilihan murid, nanti akhirnya
keterikatannya kepemilikannya murid merasa memiliki dengan program itu.
Jadi, yang biasanya program itu yang menentukan guru, murid tinggal
melaksanakan teknisnya. Kalau sekarang enggak, semuanya berasal dari
murid, murid maunya kayak gimana “Sok manga kalian kerjakan”. Ketika
ada kesempata P5 komite pembelajaran Parung juga dapat pelatihan dua
bulan sehingga, mereka secara paradigma juga udah ngerti, saya juga
pengawasnya dapat pembelajaran terus kita ketemu curah pendpaat gitu,
akhirnya melakukan itu git. Karena, ehh beda kan yah antara projek dimata

140
pelajaran dengan projek di P5. Kalau projek di mata pelajaran dia ehb apa
disatu mata pelajaran, sedangkan ini dia bukan ehh satu pelajaran tetapi
bebas dari mata pelajaran. Dulu itu untuk Angkatan pertama P5 ini berbagai
mata pelajaran di gabung ada tema ini nih, temanya ini ada hubungannya
dengan mata pelajarn apa biologi ekonomi maka, guru-guru itulah yang
bertaggung jawab terhadap P5 itu. Tetapi, ketika ditahun kedua dari pihak
Kemendikbud itu juga direvisi tuh akhirnya tidak ada hubungannya dengan
mata pelajaran
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

DT
Melalui rapat kerja dengan kepala sekolah, para guru, dan orang tua
siswa. SMPN 131 Jakarta memilih 3 projek profil dengan tema berbeda.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Untuk temanya yakni “Suara Demokrasi”, sedangkan dimensi yang


ingin dicapai diantaranya; beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan berahlak mulia, bernalar kritis, dan bergotong-royong.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Karena waktunya sesuai dengan pemilihan ketua OSIS yakni di bulan


Oktober. Selain itu, tema ini paling memungkinkan dan paling mudah
dilakukan agar siswa tidak kaget. Untuk dimensinya menyesuaikan tema
yang dipilih.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Tema yang dipilih yaitu “Suara Demokrasi”, dengan dimensi yang


ingin dicapai ada tiga diantaranya: beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berahlak mulia; bernalar kritis; dan bergotong royong
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Melalui rapat koordinasi dewan siswa


Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Tema “Suara Demokrasi” dipilih karena bertepatan dengan waktu


pemilihan Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) di bulan Oktober.
Adapun dimensi yang dipilih disesuaikan dengan tema yang dipilih
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Ehh kita baru satu tahun yahh jadi sudah melaksanakan 2 tema yang
pertama adalah Gaya Hidup Berkelanjutan, yang kedua adalah bangunlah

141
jiwa dan ragamu. Nah, pada umumnya Pendidikan karakter yang kita
munculkan hamper semua. Seperti, di ehh gaya hidup berkelanjutan itu,
termasuk dalamnya adalah berkeimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berahklak mulia, disana juga menganut nilai mandiri, kreatif,
bernalar kritis, gotong royong, dan berkhibenekaan global itu semua
dimunculkan. Kalau bangun jiwa raga itu ehh apa Namanya keimanan dan
ketakwaan juga kemudian, gotong royong iya, bernalar kritis iya, bernalar
kritis itu artinya tidak semua informasi ditelan semua, mandiri juga ada,
keenam-enamnya rata rat begitu semuanya dimunculkan
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

untuk gaya hidup berkelanjutan itu topik yang diambil mengenai


pengolahan sampa
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

kalau bangun jiwa raga bagaimana anak-anak memperhatikan Kesehatan


fisik dan mentalnya. Kesehatan mental ini kita banyakjuag ditemukan yang
tidak stabil. Kesehatan mental itu kan bukan hanya gila tapi sakit jiwa tetapi
Kesehatan mental yang kita temukan di sekolah itu pada anak kita temukan
takut kesekolah , takut menghadapi guru, takut sma teman-temannya, itu
kalau yang menderitanya. Ada juga yang penyebabnya seperti suka
menganggu orang lain, bullying itu juga yang mungkin tanpa mereka sadari
ehh itu dianggap bukan suatu masalah
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

ketika sudah terbentuk tim kemudian, kita tentukan temanya, kemudia


topiknya dan itu dari anak yang muncul seperti bagaimana mengatasi
sampah plasti
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

hanya dikasih satu klue besar saja misalnya, satu tema besar misalnya, Gaya
Hidup Berkelanjutan. Kemudian, nanti satuan Pendidikan merumuskan nih
dengan karakteristik siswa yang kita sasar adalah misalnya dimensi kreatif,
inovatif misalnya. Nah, untuk membangun dimensi kreatif dan inovatif itu
setiap siswa tidak harus melakukan hal yang sama misalnya sam sama ehh
membuat kompos, kompos semua tidak harus seperti itu, ada yang bikin
kompos, ada yang bikin ekoenzim ada yang bikin ehh Recycle ehh macem-
macemlah gitu boleh yang penting si karakter itu tercapa
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Pertama kita melihat dulu karakteristik sekolah, karakteristik sekolah itu


sekolahnya letaknya dimana, kemudian dia punya daya dukung apa ,
sarananya bagaimaan itu termasuk karakteristik sekolah yah. Termasuk

142
diantaranya dalam hal dana gitu yah itu termasuk kedalam karakteristik
sekolah. Kemudian dilihat juga karakteristik siswa, nah karakteristik siswa
itu dilihat dari latar belakang siswa itu bagaimana soail budaya agama dan
sebagianya yah. Kemudian dilihat juga sumber daya si siswa, siswa ini kira-
kira kemampuannya bagaimana gitu yah. Nah setelah, melihat karakteristik
sekolah, melihat karakteristik siswa. Kemudian juga melihat ehh fenomena
fenomena yang berkembang. Jadi, kadang-kadang P5 itu yang kita mabil
yang lagi Update supaya siswa itu benar-benar dekat dengan dunia nyata,
kontekstualisasinya itu nyambung yah, barulah kemudian kita merumuskan
nih dari enam dimensi ehh dengan kita misalnya mau tema apa nih gaya
hidup berkelanjutan, siapa yang akan kita sasar sekarang. Sebenarnya
dimensi itu semua bagus yah tetapi, kita harus menentukan. Nah setelah kita
menentukan dimensi ehh nanti di panduan P5 itua ada dari dimensi kita
turunkan elemen sub elemen terus ditarik lagi fase E disitulah nanti
outputnya akan seperti itu, kemudian nati penilainnya juga akan mudah
karena kita hanaya mengkategorikan siswa. Sebenarnya pakai nilai pakai
angka boleh, tetapi di kurikulum merdeka itu agak dihindari menggunakan
angka karena khawatir terjebak lagi pada sebatas angka tetapi lebih kepada
deskripsi seperti belum berkembang, berkembang, berkembang sesuai
harapan dan sangat berkembang. Jadi, guru juga tidak terlalu terbebani gitu.
Kemudian asesmennya juga mudah ehh tidak harus pakai yang tes yang
gimana dengan observasi saja bisa, dengan wawacara saja juga bisa. Jadi, di
kurikulum merdeka itu gurunya juga harus pintar untuk melihat anak ini
udah tercapai belum yah ehh karakter ini nyah. Kalau belum tercapai
diberikan kesempatan-kesempatan lain untuk bisa mengembangkan dirinya
untuk bisa mencapai ehh dimensi elemen sub elemen tadi gitu
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Karena melihat urusan sampah, urusan gorong-gorong itu tersumbat gara-


gara sampah itu, kalau menurut pihak sekolah itu sampahnya dari
masyarakat. Tapi kan masyarakat juga harus kita edukasi kan. Nah,
edukasinya salah satunya lewat P5 ini. Sedangkan siswa itu adalah orang
yang tinggal disekitar sana. Jadi yah seperti itu sosial budaya yang terbiasa
sehari-hari. Kalau secara ekonomi menurut pandangan saya Parung itu ada
di menengah ke atas sehingga, ketika mereka mewujudkan ehh “Kami mau
bikin ini, kami mau bikin ini” itu daya dukung orang tua, daya dukung
ekonominya yah mendukunglah sehingga, mereka bisa mewujudkan itu.
Kalau di tema bangun jiwa raga itu kan berarti pembangunan jiwanya ehh
mungkin nanti disasar di elemen, sub elemen dan Fase E, itu kan ada akhlak
kepada Tuhan, akhlak kepada manusia dan sebagainya. Nah seperti
misalnya, dimensi beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berakhlak mulia. Kemudian kita ambil elemennya adalah akhlak beragama
sub elemennya ini kan ada beberapa diantaranya mengenal dan mencintai
Tuhan Yang Maha Esa. Kita ambil yang fase E,fase E ini dia mampu
menerapkan pemahamannya mengenai kualitas dan sifat-sifat tuhan dalam
ritual ibadahnya, baik ibadah yang bersifat personal maupun sosial. Berarti

143
nanti yang dilakukan sekolah untuk mencapai ini diantaranya biasanya shalat
dhuha, kegiatan-kegiatan keagamaan itu bisa dilakukan , itu salah satu
contohnya.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Kita kan karena baru banget jadi ada dua, pertama itu jiwa dan raga, terus
yang kedua itu gaya hidup berkelanjutan ehh itu yang pertama, kalau bangun
jiwa raga yang kedua.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Kalau topiknya itu kita yang Kesehatan jasmani, kalau yang gaya hidup
berkelanjutan itu mem apa yah mem Mengkreasikan botol kaca.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Udah dipilihin dari guru, dari pihak sekolahnya udah ditentuin


Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

kita dibagi tiga kelompok tuh kak, ada yang ngolah sampah, ada yang
misahin sama ada beli bahannya. Terus kelompok aku tuh kebagian buat
desain
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Karena sedang marak juga yah kak sekarng tuh, sampah udah banyak.
Makanya tema itu buat ngurangin sampah. Terus bikin kesadaran diri kita
sendiri juga. Kalau ada loh yang bermanfaat daripada dibuang mending
dibikin gini, kayak lampu tidur atau hiasan rumah. Terus kalau buat yang
Kesehatan kan, sekarang juga jamannya udah nggk bener. Ehh dimana-mana
tuh udah udah fisiknya tuh nggk kuat. Makanya pergaulannya juga udah
bebas. Makanya dibikin teman yang diangkat tuh Kesehatan jasmani.
Supaya bikin anak-anak sadar kita tuh harus menjaga Kesehatan jasmani
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Karena sesuai dengan kebutuhan anak dan masukan stockholder serta


berdasarkan permasalahan yang muncul disekolah
Source: INSTRUMEN P5

Pada tema projek pertama, penentuan dimensi dilakukan oleh coordinator.


Sedangkan, pada tema projek kedua, penentuan dimensi dilakukan bersama-
sama antara coordinator, fasilitator dan guru pengajar kelas X
Source: INSTRUMEN P5

144
SMP P5
Untuk temanya yakni “Suara Demokrasi”, sedangkan dimensi yang
ingin dicapai diantaranya; beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan berahlak mulia, bernalar kritis, dan bergotong-royong
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Karena waktunya sesuai dengan pemilihan ketua OSIS yakni di bulan


Oktober. Selain itu, tema ini paling memungkinkan dan paling mudah
dilakukan agar siswa tidak kaget. Untuk dimensinya menyesuaikan tema
yang dipilih
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Pelakasanaan P5 dilakukan dalam tiga minggu berturut-turu yakni


pada tanggal 3-21 Oktober 2022.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Jauh lebih siap dari sekolah penggerak angkatan pertama, karena


sudah ada contoh modul dan alur pelaksanaan P5 dari sekolah penggerak
angkatan pertama yang dijadikan referensi. Pendidik yang telah
melaksanakan pembelajaran berbasis projek sudah lebih dari 50%, karena
pembelajaran berbasis projek sudah biasa dilakukan di SMPN 131 Jakarta
yakni Project Based Learning (PJBL). Setiap Kompetensi Dasar (KD) yang
disusun pada saat penerapan kurikulum 2013pun selalu memuat kegiatan
projek untuk penilaian keterampilan. Dalam pelaksanaan P5 di SMP
131 Jakarta sudah terjadi lintas disiplin yakni mata pelajaran PPKn, Bahasa
Indonesia, Matematika, Seni Budaya, dan Informatika. Namun, pelaksanaan
P5 belum melibatkan pihak luar karena, pendidik masih melihat terlebih
dahulu antusias dan kondisi siswa di projek pertama ini.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Mengikuti alur yang sudah ditentukan dan selalu berkoordinasi


dengan pendidik lain dan peserta didik.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Satuan Pendidikan berperan dalam mengadakan sosialisasi kepada


pendidik, orang tua siswa, dan seluruh siswa SMPN 131 Jakarta terkait
pelaksanaan P5. Selain itu, Satuan Pendidikan bertanggung jawab pula
dalam menyediakan kebutuhan sumber daya serta dana untuk pelaksanaan
P5. Dalam pelaksanaan P5 di SMPN 131 Jakarta dibentuk tim P5
yang terdiri dari 3 tim yakni pertama tim perencana berperan dalam
merencanakan projeknya seperti apa, sehingga yang bergabung pada tim ini
yakni mata pelajaran yang terkait P5. Kedua, tim fasilitator yang anggotanya
adalah seluruh wali kelas VII bertanggung jawab dalam pembagian

145
kelompok dan memecahkan permasalahan di kelompok P5 misalnya, jika
terdapat perbedaan pendapat antar siswa dalam kelompok. Selanjutnya, tim
pendamping yang anggotanya adalah seluruh guru mata pelajaran kelas 7
yang bertanggung jawab dalam mendampingi kegiatan P5.
Selain itu, dari pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) berperan dalam memberikan pelatihan dan pendampingan
kepada sekolah penggerak mengenai pelaksanaan P5. Kemendikbud juga
berperan dalam memantau dan mengarahkan pelaksanaan P5.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Dalam seminggu sekali para pendidik yang bergabung dalam tim P5


membahas mengenai perencanaan P5, pendampingan P5, pengolahan nilai
untuk P5. Selain itu, melalui Platform Merdeka Mengajar (PMM) para dapat
memperoleh referensi terkait pelaksanaan P5.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Pihak sekolah berperan untuk memfasilitasi pelaksanaan P5 dan


mensosialisasikan kepada seluruh siswa termasuk kelas VIII dan kelas IX
yang tidak melaksanakan P5 agar, mereka tahu bahwa siswa kelas VII
sedang melaksanan P5. Serta mensosialisasikan kepada orang tua siswa
kelas VII bahwa anaknya melaksanakan kegiatan P5 sehingga, dapat
membantu dalam menyediakan alat proyek. Adapun guru berperan untuk
menentukan tema dan membuat tim untuk pelaksanaan kegiatan P5.
Terakhir, siswa kelas VII yang berperan dalam mengerjakan P5.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Pertama, berpikir positif terhadap perubahan. Dimana, sebelumnya


digunakan kurikulum 2013 yang hanya terfokus pada kegiatan
intrakurikuler. Berbeda dengan kurikulum merdeka yang memuat kegiatan
intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler yang berbasis proyek, sehingga
diperlukan keterbukaan untuk menerima perubahan. Kedua, belajar
sepanjang hayat atau belajar terus-menerus karena, dihadapi dengan
perubahan yang signifikan seperti, pada kurikulum merdeka ini sekolah
harus melaksanakan 3 proyek.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Seluruh wali kelas VII, karena dianggap paling mengerti siswa


Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

narasumber belajar untuk peserta didik? Belum ada, masih murni dari
Kepala sekolah , guru PPKn, guru BK, dan Pembina OSIS.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

146
Setiap kelompok diwajibkan membawa satu telepon genggam untuk
dokumentasi kegiatan P5
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

tindak lanjut yang bisa dilakukan untuk memperluas dampak dan manfaat
projek profil? Pertama sub elemen yang dipilih lebih diperbanyak.
Kedua sarana dan prasarananya lebih disiapkan. Ketiga, kerja sama dengan
instansi lain bisa dilakukan di projek selanjutnya.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Projek suara demokrasi sudah sesuai dengan nilai Pancasila. Melalui


projek ini jauh meningkatkan kerja sama, bernalar kritis, akhlak bernegara
pada diri para siswa. Selain itu, para siswa kelas VII baru merasakan
pemungutan suara demokrasi sehingga para siswa juga dapat merasakan
suasana PEMILU (Pemilihan Umum) dan mengetahui cara-cara Pemilu
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Banyak yang mendukung terlaksananya P5 ini diantaranya; pertama


orang tua membantu menyiapkan alat dan membantu pengerjaan LK
(Lembar Kerja) dalam hal dokumentasi projek, kedua peserta didik yang
berperan melaksanakan P5 sesuai alur yang ditetapkan, menunjukkan sikap
antusias dan rasa ingin tahu terhadap hal baru yang mereka alami. Ketiga,
pendidik berupaya menyamakan persepsi berbagai pihak terlebih dahulu.
Kemudian, membentuk Tim Projek untuk P5 dan saling bekerja sama demi
suksesnya projek. Keempat, pihak sekolah memberikan dukungan penuh
kepada Tim P5 sehingga, pelaksanaan P5 sesuai perencanaan. Kelima,
Kemendikbud (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) membantu
mengadakan pelatihan dan mengutus tim untuk memantau langsung
pelaksanaan P5 di SMPN 131 Jakarta
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Faktor penghambat dalam pelaksanaan P5 diantaranya; pertama


kebijakan PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) yang menerapkan system
Zonasi sehingga, para siswa baru SMPN 131 Jakarta yakni siswa kelas VII
inputnya menurun karena, terdiri dari siswa yang terlalu heterogen. Kedua,
siswa kelas VII masih awam tentang demokrasi. Ketiga, kebiasaan peserta
didik setelah pandemi Covid menyebabkan kurangnya kemandirian.
Terakhir, pelaksanaan P5 ini pertama kalinya dilaksanakan sehingga,
pendanaannya belum maksimal, begitupula sarana dan prasarananya masih
seadanya.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

147
Pertama, sikap pendidik dan sekolah lebih terbuka dan
mempersiapkan segalah hal dalam menghadapi peserta didik yang heterogen
yang berbeda dengan dua tahun sebelumnya. Kedua, pendidik menyusun
strategi untuk meningkatkan kemandirian ketika mengerjakan LK (Lembar
Kerja) dengan berkelompok dan presentasi depan kelas
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Tema yang dipilih yaitu “Suara Demokrasi”, dengan dimensi yang


ingin dicapai ada tiga diantaranya: beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berahlak mulia; bernalar kritis; dan bergotong royong.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

penentuan dimensi dan tema P5 di SMP 131 Jakarta? Melalui


rapat koordinasi dewan siswa.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Tema “Suara Demokrasi” dipilih karena bertepatan dengan waktu


pemilihan Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) di bulan Oktober.
Adapun dimensi yang dipilih disesuaikan dengan tema yang dipilih.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Dilaksanakan dengan mengumpulkan dan memadatkan pelaksanaan


tema dalam satu periode dengan pengaturan jadwal setelah Penilaian Tengah
Semester (PTS) yaitu 3-21 Oktober 2022.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Langkah persiapan dilakukan melalui rapat dewan guru. Dalam rapat


tersebut ditentukan terkait perancangan alokasi waktu, pembentukan tim
projek, pengidektifikasi kesiapan sekolah (sumber daya, sarana dan
prasarana, biaya, karakteristik peserta didik) dan pemilihan tema
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Mengacu pada panduan projek dari Kementerian Pendidik dan


Kebudayaan (Kemendikbud) dan menyesuaikan dengan kejadian projek
yang dilakukan.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Bagaimana strategi pemilihan Sub-elemen? Mengacu pada panduan


projek dari Kementerian Pendidik dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan
menyesuaikan dengan kejadian projek yang dilakukan.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

148
Bagaimana cara merancang Rubrik pencapaian? Dengan
memperhatikan dimensi, elemen dan Sub-elemennya. Lalu, rubrik
penilaiannya dikembangkan
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Modulnya terdiri dari empat komponen, bagian pertama yaitu profil


yang terdiri atas, tema dan topik atau judul; fase atau jenjang; dan durasi
kegiatan. Bagian kedua yaitu dimensi, elemen dan tujuan yang memuat
mengenai pemetaan dimensi, elemen dan sub elemen.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Bagaimana pengembangan alur aktivitas P5? Pengembangan alur


disesuaikan dengan kegiatan dan target yang akan dicapai
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Bagaimana pengembangan Asesmen P5? Pengembangan asesmen


menyesuaikan dengan tujuan projek
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Apa saja hal yang perlu diperhatikan dalam merancang asesmen P5?
Hal yang perlu diperhatikan diantaranya, hasil tes diagnostik di awal
projek, mengacu pada tujuan projek, dan memperhatikan karakteristik
peserta didik
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Bagaimana Assesmen Formatif dan Sumatif dalam P5? Assessmen


formatif diberikan dalam bentuk pengerjaan Lembar Kerja (LK) Projek dan
rangkaian aksi selama projek berlangsung. Adapun assessmen sumatif
merupakan hasil dari keseluruhan projek dan hasil observasi guru
pendamping dan fasilitator.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Bagaimana merancang dan mengembangkan kegiatan projek profil?


Dimulai dengan perencanaan bersama oleh pihak kurikulum dan
dewan guru. Kemudian, dilanjutkan dengan pelaksanaan yang tetap diawasi
oleh pemangku kepentingan yakni perwakilan dari Kemendikbud. Terakhir,
dievaluasi setiap satu sampai dua kali dalam seminggu
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Melalui pemberian motivasi kepada peserta didik agar tidak bosan


tapi, senang dengan pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
(P5), pendampingan yang mendorong peserta didik mengeksplor potensinya,

149
dan pemantauan dari Wakil Kepala Bidang (Wakabid) Kurikulum dan
Kepala Sekolah
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Orang tua sangat mendukung, terbukti mereka bersedia menyediakan


keperluan alat-alat yang dibutuhkan selama projek dan tidak segan bertanya
tentang kemajuan putra putrinya selama pengerjaan projek.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Didokumentasikan dalam bentuk Soft Copy dan disimpan di Drive


kurikulum. Selain itu, didokumentasikan pula dalam bentuk Hard Copy
laporan kegiatan projek.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Modul dari peserta didik dikumpulkan dalam bentuk Soft Copy dan
Hard Copy. Kemudian, dokumentasi foto dan video semua disimpan di
dalam Drive kurikulum dan foto-foto di cetak untuk laporan
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Mengapa pendidik menggunakan jurnal dalam projek profil? Karena


jurnal paling sesuai untuk merekam atau memantau perkembangan peserta
didik selama projek.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Mengapa menggunakan portofolio dalam projek profil? Karena beberapa


kegiatan peserta didik selama projek berupa lembar kerja dan pembuatan
poster dan mindmap, maka portofolio adalah cara yang paling tepat
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Mengapa menggunakan rubrik di dalam P5? Dengan penilaian


menggunakan rubrik, penialaian tidak hanya dilihat pada akhir penilaian
tetapi, termasuk pula penilaian selama proses pembelajaran atau projek
berlangsung
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Bagaimana pengelolaan hasil Assesmen P5? Untuk penilaian sikap,


fasilitator akan memotivasi agar peserta didik yang memiliki hasil assesmen
“Belum Berkembang” dapat meningkatkan motivasi dan partisipasinya
dalam pembelajaran dan projek berikutnya. Adapun untuk sesi
pemahaman atau pengetahuan, tim fasilitator akan memantau perkembangan
peserta didik dalam proses pembelajaran dan projek selanjutnya. Selain itu,

150
penerapan demokrasi sebagai hasil projek diupayakan bisa secara konsisten
dilaksanakan dalam lingkungan sekolah
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Prinsip perancangan rapor diantaranya, menunjukkan keterpaduan


pembelajaran dan perkembangan karakter sesuai profil pelajar Pancasila,
tidak membebani guru secara administrative, dan mencakup komponen
pengetahuan sikap dan keterampilan yang disampaikan secara utuh di dalam
deskripsinya sehingga, tidak terpisah-pisah seperti pada rapor kurikulum
2013.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Rapor sampai hari ini belum rilis. Menurut kabar akhir November
baru akan dirilis. Adapun rapor yang telah ada sebelumnya pada sekolah-
sekolah rintisan kemungkinan akan direvisi lagi.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Bagaimana mengevaluasi implementasi projek profil? Melalui observasi


langsung dari pendidik maupun pantauan pihak terkait.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Apa hal yang harus diperhatikan dalam evaluasi implementasi P5?


Pertama, perubahan sikap dan perilaku peserta didik. Kedua,
konsistensi dan kontunuitas pendidik dalam mengobservasi peserta didik.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Apa saja alat dan metode evaluasi P5? Alat yang digunakan yakni
jurnal perkembangan sikap dan perilaku sedangkan, untuk metode melalui
observasi
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

memperluas dampak dan manfaat projek profil? Senantiasa memberikan


tauladan, memberikan pemahaman, dan memotivasi peserta didik agar
manfaat projek seperti, bernalar kritis, mandiri, berahlak, dan mampu
berkolaborasi tetap melekat pada peserta didik.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Secara teoritis sudah diupayakan selalu selaras dengan profil pelajar


Pancasila. Namun, dalam penerapannya masih harus dibimbing, diarahkan,
dan dipantau.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

151
Faktor pendukung dalam pelaksanaan P5 yakni, sumber daya
manusia, dukungan orang tua dan lingkungan, sarana dan prasarana, serta
kebijakan pemerintah terkait kurikulum.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Sikap dan perilaku peserta didik yang kurang motivasi serta


kurangnya dukungan orang tua.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Bagaimana solusi dari hambatan yang ada? Memberikan pemahaman


pada orang tua dan memotivasi peserta didik
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Orang tua siswa perlu mengetahui bahwa anaknya sedang


melaksanakan P5 sehingga, dapat membantu siswa dalam menyiapkan
keperluan alat dan membantu dokumentasi untuk Lembar Kerja (LK) yang
harus dikerjakan di Rumah.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

FB
Mengikuti alur yang sudah ditentukan dan selalu berkoordinasi
dengan pendidik lain dan peserta didik.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Banyak yang mendukung terlaksananya P5 ini diantaranya; pertama


orang tua membantu menyiapkan alat dan membantu pengerjaan LK
(Lembar Kerja) dalam hal dokumentasi projek, kedua peserta didik yang
berperan melaksanakan P5 sesuai alur yang ditetapkan, menunjukkan sikap
antusias dan rasa ingin tahu terhadap hal baru yang mereka alami. Ketiga,
pendidik berupaya menyamakan persepsi berbagai pihak terlebih dahulu.
Kemudian, membentuk Tim Projek untuk P5 dan saling bekerja sama demi
suksesnya projek. Keempat, pihak sekolah memberikan dukungan penuh
kepada Tim P5 sehingga, pelaksanaan P5 sesuai perencanaan. Kelima,
Kemendikbud (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) membantu
mengadakan pelatihan dan mengutus tim untuk memantau langsung
pelaksanaan P5 di SMPN 131 Jakarta
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Melalui pemberian motivasi kepada peserta didik agar tidak bosan


tapi, senang dengan pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
(P5), pendampingan yang mendorong peserta didik mengeksplor potensinya,

152
dan pemantauan dari Wakil Kepala Bidang (Wakabid) Kurikulum dan
Kepala Sekolah
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Faktor pendukung dalam pelaksanaan P5 yakni, sumber daya


manusia, dukungan orang tua dan lingkungan, sarana dan prasarana, serta
kebijakan pemerintah terkait kurikulum
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Banyak yah kalau menurut ibu, ehh itu sangat terlihat. Anak kelas 10
sekarang itu jauh lebih baik daripada kelas 11 dan 12 yang berkaitan dengan
karakter. Nah karakter inikan bukan hanya dari segi agama, ataupun ehh apa
termasuk kepada karakter mandiri, kreatif, bernalar kritis dan juga
berkhibenekaan global. Artinya mereka anak-anaknya lebih terbuka, lebih
percaya diri tidak merasa minder dengan kakak-kakanya karena ada kegiatan
bersama dengan kakak kelasnya di hari jumat. Setiap hari jumat itu kan
bergantian ada jumat siraman rohani, tausiyahnya yang mengisi kelas 10 ada
keberanian. Kemudian jumat berikutnya ada literasi mereka juga siap tidak
malu-malu yah. Kemudian termasuk dari kreativitas itu ehh lebih bai. Ehh
dari P5 satu dan duanya sudah berbeda. Ketika P5 satu ditampilkan kita
menyiapkan dengan apayah persiapan
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Nah mereka sudah bisa membayangkan kedepannya harus lebih baik lagi
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

yang pertama adanya dukungan dari kepala sekolah, yang kedua dukungan
dari guru-guru, yang ketiga dukungan dari sarana dan prasarana dan tentu
dukungan dari orang tua juga. Karena subjeknya adalah siswa
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

yang pertama adanya dukungan dari kepala sekolah, yang kedua dukungan
dari guru-guru, yang ketiga dukungan dari sarana dan prasarana dan tentu
dukungan dari orang tua juga. Karena subjeknya adalah siswa. Dukungan
dari kepala sekolah berupa pemikiran, berupa fasilitas ehh dan yang utama
memahani dulukan apa yang dibutuhkan. Kebutuhan-kebutuhan untuk P5
itu. Kemudian dukungan dari guru artinya kan guru harus bekerja ekstra nah
ini, karena guru paham maksud dan tujuannya. Sehingga, memberikan
dukungan penuh kepada anak. Kemudian tidak lepas juga dari sarana dan
prasarana, dari finansial, anggaran. Kemudian dukungan orang tua tidak
harus material saja yah yang biasanya dalam bentuk sumbangan, yang utama
secara moril dulu kepada anaknya. Kemudian ehh dukungan lain ketika ehh
kita memerlukan, ehh mereka menyediakan waktu dan tenaganya ketika

153
diundang. Alhamdulillah itu, ibu didampingi oleh coordinator yang luar
biasa yah yang memang mau belajar dan mau berbagi sehingga, dan mau
memang menyediakan apayah untuk kemajuan sekolah. Koordinator di
sekolah kami kan juga Sudha lulus sebagai guru penggerak dan ada juga
yang sedang mengikuti.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

sekolah yang dipuji oleh fasilitatornya dan paling jarang kami mengikuti
pendampingan karena, kami sudah termasuk dalam penilaian adalah ehh
Sekolah Penggerak dengan level Mandiri. Karena dalam penilaiannya sudah
baik. Nah kemudian juga kemaren PMO jadi, mereka hanya meminta
bagaimana perkembangan sekarang. Jadi, bukan untuk melebihkan ehh
penilaian dari kemendikbud melalui fasilitatornya mereka menganggap
sudah baik dan sudah pernah MONEV, sudah pernah masuk kelas,
bagaimana pembelajaran terdeferensiasinya berjalan atau tidak, bagaimana
P5 nya. Bagaimana anak-anak juga spontanitas diambil sebagai sample.
Mereka semua sangat bersemangat. Jadi, penilain dari fasilitator yang
dikirim oleh kemendikbud itu sangat baik. Karena penilaiannya itu ada level
1 sampai 5, nah kita di level 4 termasuk sudah mandiri ehh itu ditampilkan
ketika Zoom tapi belum diberikan dokumen fisiknya
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

saya juga menyarankan di sekolah binaan itu bahkan, kegiatan P5 ini ehh
dihari senin diadakan rapat. Bagaimana sih P5 satu minggu kedepan. Nah di
hari jumat, itu diadakan rapat lagi, bagaimana mengevaluasi P5 yang
kemarin. Jadi, nanti gerak langkahnya itu serentak. Walaupun yang
dilakukan itu bisa bervariasi yah. Karena kan tergantung dari ide-ide yang
tumbuh, tergantung dari minatnya, tergantung dari karakteristik siswanya itu
bisa berbeda-beda. Tetapi, dalam kerangka acuan yang sama
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

: Ehh yang pertama koordinasi sih, koordinasi tadi sampai saya mee, kan kan
saya dulu ketika di Parung ini dijalankan ternyata banyak dari guru yah
fasilitator masih kebingungan awal-awal yah akhirnya saya bilang “Coba
adakan pertemuan di senin jadi, mau masuk kelas selama seminggu ini
apasih bahannya yang sudah disiapkan oleh komite pembelajaran ehh
kalaupun ada Asessment, Asessmentsudah disiapkan. Jadi, komite
pembelajaran tinggal jrengg, tinggal mengimplementasikan, nanti di hari
jumatnya dievaluasi”. Ternyata dengan seperti itu Gerakan mereka jadi
serempak walaupun tidak harus sama yah artinya kegiatannya aktivitasnya
bisa jadi berbeda, tetapi ada aktivitas-aktivitas utama yang itu sama.
Misalnya menonton video itu sama tuh menonton video. Sebenarnya akan
lebih bagus lagi kalau videonya itu bisa beragam atau yang mencari video itu
siswa sendiri. Nah, tetapi sekarang ini Parung belum sampai kesana, video

154
stimulus masih disiapkan tapi setelah itu, mencari aksinya baru siswa ehh
dibebaskan mencari aksi sesuai dengan kelompok mereka sendiri-sendiri.
Pendokumentasian pelaporan juga sama komite pembelajaran disiapkannya
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Pertama dari kepala sekolahnya adaptif kemudian mau belajar. Kemudian


komite pembelajarannya juga kompak, beberapa backgroundnya guru
penggerak, bagi saya itu sangat berpengaruh. Karena kebetulan saya juga
pegang sekolah lain yang tidak guru penggerak agak berat gitu untuk bisa
memahami P5 yang bener yang sesuai panduanlah, sekian JP, dimensinya,
elemennya gitu. Kemudian yang ketiga guru-gurunya tadi yah guru-gurunya
ehh bukan merekan mau berubah tapi mereka butuh asupan lebih dulu.
Sehingga, mereka yakin mau berubah baru mereka mau berubah. Jadi, butuh
pembinaan itu beberapa kali lah gitu saya ke guru-guru gitu. Kemudian TU
nya juga mendukung gitu yah. Kemudian orang tua juga ada beberapa yahh
yang beberapa ekonominya yang kebawa tapi rat-rata menengah yah tapia da
beberapa yang di atas. Kemudian juga siswanya secara input juga ehh rata-
rata menengah ke atas secara kesiapan belajar dan mau diajak juga siswanya.
Mau diajak itu artinya siswa itu ehh apa yah akhirnya terbiasa menyuarakan
suara “Kami tuh maunya begini” , kemudian “Pilihan kami seperti ini”.
Kemudian setelah memilih juga bertanggung jawab terhadap pilihannya gitu,
Ada di sekolah lain, sekolah lain itu siswanya ketika di “Kalian maunya
kayak gimana” diem aja gitu, itu ada mungkin karena belum terbiasa. Ehh
sekolahnya emang agak pelosok “Apa kata ibu guru aja” masih
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Kalau mandiri dan gotong royong itu masuk ke dalam diri.


Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Kerja sama tim sih lebih tepatnya sama enggk ada miskom juga. Jadi, kalau
ada informasi langsung cepat dikabarin
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Tapi itu kerja samanya kalau udah mendekati hari H gitu


Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

: Perbedaan aku tuh banyak yah kak, kayak tadi menumbuhkan kreativitas
dan karakter. Setelah ada P5 tuh kreativitas aku lebih tinggi, lebih
meningkat, lebih kayak “Ohh ini bisa diolah kayak gini”. Terus karakter tuh
bisa buat kerja sama, meningkatkan kerja sama. Terus lebih disiplin lagi.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

155
Ada sih sedikit. Lebih ke berteman tetap ke lawan jenis tapi buat hal yang
kayak lebih gitu, kayak deket lebih gitu, kayak misalnya deketan terus
ngobrol berdua tuh ada ukurannya. Kalau mau ngobrol tuh pasti rame-rame.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Dengan melakukan perencanaan yang rinci dan matang; adanya Kerjasama


dan koordinasi TIM yang baik; dan antusiasme siswa yang tinggi dalam
pelaksanaan tugas
Source: INSTRUMEN P5

WAKTU
Pelakasanaan P5 dilakukan dalam tiga minggu berturut-turu yakni
pada tanggal 3-21 Oktober 2022.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Dilaksanakan dengan mengumpulkan dan memadatkan pelaksanaan


tema dalam satu periode dengan pengaturan jadwal setelah Penilaian Tengah
Semester (PTS) yaitu 3-21 Oktober 2022
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Nanti kan projek ini berjalan kan harus ada JP nya yahh dalam setahun itu
P5 itu di kelas 10 itu harus menghabiskan 486 JP. Nah 486 JP ini akan
terdistribusi kedalam tiga projek kalau di kelas 10 yah. Tiga projek
walaupun tidak harus sama besar nah projek kesatu temanya apa, kita butuh
waktu berapa lama. Kemudian nanti distribusinya bagaimana itu tergantung
karakteristik sekolah. Ada yang 2 jam pelajaran setip pagi itu adalah projek
P5, ada yang 2 jam setiap akhir hari itu P5, ada yang mereka belajarnya dari
senin sampai jumat belajar intranya sampai kamis. Jumatnya seharian P5,
Bahkan ada juga yang 4 bulan belajar, nanti satu bulan full P5, nah itu
kemerdekaaan disitu. cirinya kurikulum merdeka silahkan sekolah
mengkreate itu sendiri
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Rancangan alokasi P5 disesuikan dengan pencapaian akhir siswa, lalu


tahapan projek dan aktivitas yang kita rancang untuk tujuan pencapaian
tersebut
Source: INSTRUMEN P5

156
NARASUMBER
Belum ada, masih murni dari Kepala sekolah , guru PPKn, guru BK,
dan Pembina OSIS
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

DOKUMENTASI
Setiap kelompok diwajibkan membawa satu telepon genggam untuk
dokumentasi kegiatan P5.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Didokumentasikan dalam bentuk Soft Copy dan disimpan di Drive


kurikulum. Selain itu, didokumentasikan pula dalam bentuk Hard Copy
laporan kegiatan projek.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Mendokumentasikan melalui video, media social, media digital, media


cetak dan media online
Source: INSTRUMEN P5

TL
Pertama sub elemen yang dipilih lebih diperbanyak. Kedua sarana dan
prasarananya lebih disiapkan. Ketiga, kerja sama dengan instansi lain bisa
dilakukan di projek selanjutnya
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Senantiasa memberikan tauladan, memberikan pemahaman, dan


memotivasi peserta didik agar manfaat projek seperti, bernalar kritis,
mandiri, berahlak, dan mampu berkolaborasi tetap melekat pada peserta didi
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Yang kami lakukan itu yang harus ada di P5 tersebut, jadi bermanfaatnya
bukan hanya untuk sekolah sendiri tetapi, bisa juga ke orang lain ehh atau
ehh mungkin kita melibatkan dunia usaha industry yang berkaitan dengan
gaya hidup berkelanjutan. Untuk yang pertama itu ehh apa gaya hidup
berkelanjutan itu maksudnya bagaimana itu dibuat lebih baik lagi dengan
diskusi pihak industry yang sederhana dulu, itu sempat direncanakan.
Kemudian yang tema kedua kemaren bangunlah jiwa raga itu kampanye-
kampanye dari anti Bullying kemudian juga ehh tentang kesehatan mental,
kesehatan jasmani dan apalagi yahh berpikir positif, itu mereka tampilkan

157
dalam bentuk drama musikal sehingga, kami melibatkan sekolah lain kita
mengundang perwakilan sekolah seseprior parung, itu ada sekitar 15
sekolah.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

FG
Faktor penghambat dalam pelaksanaan P5 diantaranya; pertama
kebijakan PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) yang menerapkan system
Zonasi sehingga, para siswa baru SMPN 131 Jakarta yakni siswa kelas VII
inputnya menurun karena, terdiri dari siswa yang terlalu heterogen. Kedua,
siswa kelas VII masih awam tentang demokrasi. Ketiga, kebiasaan peserta
didik setelah pandemi Covid menyebabkan kurangnya kemandirian.
Terakhir, pelaksanaan P5 ini pertama kalinya dilaksanakan sehingga,
pendanaannya belum maksimal, begitupula sarana dan prasarananya masih
seadanya
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Sikap dan perilaku peserta didik yang kurang motivasi serta


kurangnya dukungan orang tua
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Kalau factor penghambat itu ehh rata-rata apasih yah yang pertama karena
baru beradaptasi. Kemudain belum sama persepsi antara yang satu dan yang
lainnya. Misalkan, ehh antara Koordinator, guru. Maka, kita solusinya terus
menerus untuk melakukan apanamanya ehh, melakukan saling berbagi itu.
Jadi, setiap sekali dalam seminggu itu kita ada Namanya berbagi praktik
baik setiap hari jumat. Dan memang di kurikulum merdeka ini juga
disarankan seperti itu ada evaluasi dan refleksi seminggu sekali, kalau ibu
kebetulan dari dulu sudah memprogramkan seperti itu. Jadi, ehh evaluasi
dalam satu minggu itu kita sampaikan kepada guru-guru yang lain yang
sebelumnya tidak ikut pelatihan khusus seperti kita. Kemudian kea nak-anak
in ikan juga hal yang baru bagi mereka yah. Ini juga terbukti ketika diadakan
panen karya gitu yahh. Ehh anak-anak itu baru ngeh “Ohh ternyata ehh pada
akhirnya seperti ini yah, kalau tau begini yah bu kita siapkan lebih baik lagi
nantinya”. Jadi, ada anak yang mungkin tahunya setengah-setengah, panen
karya itu kaitannya langsung dengan produk produk, padahal lebih
diutamakan prosesnya, bagaimana mendapatkan nilai-nilai karakter P5
tersebut. Kalaupun produk itu hanya sebuah hasil yah atau dampak daripada
P5 tadi.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

158
Faktor penghambatnya yah di Parung ehh yang pertama kadang-kadang
masih merasa ragu. Karena memang kan yah panduan yang dikasih
Kementrian ini global. Jadi, seperti apa sih yang sesuai dengan panduannya.
Jadi, boleh dibilang Parung itu taat aturan kalau aturannya jelas mereka akan
ikuti dan mereka akan puas karena sudah apa ikut dengan aturan. Sekarang
aturannya itu global, jadi kadang kadang mereka tu “Ini bener nggk sih”.
Nah, disitulah peran pengawas yang bisa diajak diskusi atau kalau sesuatu
yang tidak ada panduannya. Kita mau melakukan seperti ini, Nah penguatan
dari pengawas ini bismillah kita lakukan aja gitu. Ternyata benar, ternyata
sebenarnyakan di kurikulum merdeka itu apapun yang dilakukan itu benar
yah ehh yang salah adalah yang tidak melakukan gitu. Cuma yah itu tadi
kalau orang terbiasa kalau anak pinter itu ngikutin aturan gurunya kan.
Gurunya A B C, dari C ke F dulu yah, dari F ke Z dulu yah. Itu dia ikutin.
Kalau di kurikulum merdeka boleh dari E saya maunya ke M boleh saya
maunya ke Z boleh, silahkan itu boleh boleh saja yang penting A sampai Z
terlewati.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

EHH Kak jujur yah, kalau misalnya buat gotong-royong tuh masih belum
sesuai. Karena kan kita juga baru, dari sekolah mana-mana nyampur. Kita
masih butuh penyesuaian untuk saling mengenal “Ohh gini loh, ohh dia tuh
kayak gini”. Sedangkan kalau gotong-royongkan satu tema nggk boleh beda
beda. Kalau beda beda nanti pecah
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Tapi itu kerja samanya kalau udah mendekati hari H gitu


Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Soalnya dari diri sendiri sih kak kayak rasa males. Terus juga kan guru
pembimbingnya ada kesibukan lain. Jadinya, enggk ngajar ke kelas kita buat
ngebimbing P5 kita hari ini
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

SOLUSI
Pertama, sikap pendidik dan sekolah lebih terbuka dan
mempersiapkan segalah hal dalam menghadapi peserta didik yang heterogen
yang berbeda dengan dua tahun sebelumnya. Kedua, pendidik menyusun
strategi untuk meningkatkan kemandirian ketika mengerjakan LK (Lembar
Kerja) dengan berkelompok dan presentasi depan kelas.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

159
Memberikan pemahaman pada orang tua dan memotivasi peserta
didik
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Buat guru-guru yah, kalau misalnya emang ada kesibukan, tolong diinfokan
dulu di grup “Saya enggak bisa dateng anak-anak, jadi ada guru pengganti”
proses P5 itu tetap berjalan. Terus buat diri sendiri tuh kayak harus ada
motivasi dari pembimbing juga. Jadi, kita tuh kan masih anak-anak, kita
masih butuh motivasi, butuh masukan, butuh saran, enggak bisa langsung
jalan sesuai gitu. Jadinya, rasa malas tuh enggak bisa ilang.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Anak kita itu mau dirubah paradigmanya dari yang bisa dididik begini ikut
kata guru jadi punya suara. Untuk menciptakan jiwa-jiwa yang seperti itu
butuh pembiasaan, pembiasaannya itu bisa lewat P5 tadi. Jadi, anak
dibebaskan gurunya sudah berubah paradigmanya, siswanya juga berubah.
Maka, terbentuk ekosistem yang baik yang bisa menjadikan murid itu
pemimpin bagi pembelajaran dia sendiri gitu.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

kalau ibu lebih kepada pengawasannya, karena pembelajarannya itu tidak


formal seperti di kelas, itu ehh kadang-kadang kita sulit membedakan ini
anak sedang P5 atau sedang tidak ada gurunya. Maka, pengawasan di P5 ini
lebih extra. Jadi, kayak ibu lebih suka liat jadwal ini lagi P5 gurunya siapa.
Itu kadang-kadang kalau ada anak diluar, “itu ada nak diluar lagi bebas atau
p5”. Memang seiring perkembangan Zaman juga yah kalau pembelajarn itu
tidak boleh kaku seperti dulu. Terus yang kedua gurunya di P5 ini itu,
gurunya agak lebih nyantai karena merasa anaknya sudah lebih
berkreativitas. Jadi kadang-kadang tidak semua guru memahami tujuan apa
yang hendak dicapai P5 ini. Tetapi, ibu sebagai Kepala sekolah tidak bosan-
bosan mengingatkan melaui pertemuan langsung setiap minggu, atau lewat
WhatsApp ketika ibu keliling kemudian ada juga guru yang P5 itu bukan
formal intrakurikuler tapi adalah implementasi karakter, jadi kalau sudah
mengarahkan kadang-kadang ditinggali kelasnya. Nah kalau ibu keliling ibu
WA langsung gurunya yang tidak mendampingi. Kadang-kadang juga kita
tidak bisa menghindari besarnya biaya yang dikeluarkan. Karena keinginan
siswa itu ingin tampil maksimal. Segala sesuatu yang ingin bagus yah itu
kan relevan dengan ehh biaya ya. Contohnya, yang harusnya nyewa tenda
jadi, nyewa tenda. Nah itu, tenda itukan biayanya mahal. Kalau nggk pakai
tenda itu nggk , kita terbatas oleh waktu karena panas, kemudian kita juga
tidak punya aula yang besar. Selain itu, juga berkaitan dengan suara
untungnya kita sudah ada Sound System lapangan yang bagus. Kalau enggk
pakai itu nggk semarak juga suasananya
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

160
MODUL
Modulnya terdiri dari empat komponen, bagian pertama yaitu profil
yang terdiri atas, tema dan topik atau judul; fase atau jenjang; dan durasi
kegiatan. Bagian kedua yaitu dimensi, elemen dan tujuan yang memuat
mengenai pemetaan dimensi, elemen dan sub elemen.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Langkah persiapan dilakukan melalui rapat dewan guru. Dalam rapat


tersebut ditentukan terkait perancangan alokasi waktu, pembentukan tim
projek, pengidektifikasi kesiapan sekolah (sumber daya, sarana dan
prasarana, biaya, karakteristik peserta didik) dan pemilihan tema
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Mengacu pada panduan projek dari Kementerian Pendidik dan


Kebudayaan (Kemendikbud) dan menyesuaikan dengan kejadian projek
yang dilakukan.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Mengacu pada panduan projek dari Kementerian Pendidik dan


Kebudayaan (Kemendikbud) dan menyesuaikan dengan kejadian projek
yang dilakukan.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Bagaimana strategi pemilihan Sub-elemen? Mengacu pada panduan


projek dari Kementerian Pendidik dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan
menyesuaikan dengan kejadian projek yang dilakukan
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Bagaimana cara merancang Rubrik pencapaian? Dengan memperhatikan


dimensi, elemen dan Sub-elemennya. Lalu, rubrik penilaiannya
dikembangkan.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Bagaimana pemetaan Elemen dan Sub-Elemen P5? Mengacu pada


panduan projek dari Kementerian Pendidik dan Kebudayaan (Kemendikbud)
dan menyesuaikan dengan kejadian projek yang dilakukan.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Bagaimana pengembangan alur aktivitas P5? Pengembangan alur


disesuaikan dengan kegiatan dan target yang akan dicapai.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

161
Bagaimana pengembangan Asesmen P5? Pengembangan asesmen
menyesuaikan dengan tujuan projek
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Apa saja hal yang perlu diperhatikan dalam merancang asesmen P5?
Hal yang perlu diperhatikan diantaranya, hasil tes diagnostik di awal
projek, mengacu pada tujuan projek, dan memperhatikan karakteristik
peserta didik.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Bagaimana Assesmen Formatif dan Sumatif dalam P5?


Assessmen formatif diberikan dalam bentuk pengerjaan Lembar Kerja
(LK) Projek dan rangkaian aksi selama projek berlangsung. Adapun
assessmen sumatif merupakan hasil dari keseluruhan projek dan hasil
observasi guru pendamping dan fasilitator.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Karena jurnal paling sesuai untuk merekam atau memantau


perkembangan peserta didik selama projek.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Karena beberapa kegiatan peserta didik selama projek berupa lembar


kerja dan pembuatan poster dan mindmap, maka portofolio adalah cara yang
paling tepat
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Dengan penilaian menggunakan rubrik, penialaian tidak hanya dilihat


pada akhir penilaian tetapi, termasuk pula penilaian selama proses
pembelajaran atau projek berlangsung
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Cara merancangnya itu diserahkan kepada sekola masing-masing yah, hh


jadi kan sekolah juga melihat nih karakteristik sekolahnya bagaimana,
gurunya bagaimana, siswanya inputnya secara umum bgaiamna,. Jadi,
dirumuskan oleh Komite Pembelajaran tadi misalnya, ehh parung kenapa
ngambil gaya hidup berkelanjutan temanya sampah karena kan memang
dekat dengan Pasar. Kemudian ada juga yang mengambil pakan lele karena
disana juga banyak pakan lele. Sempat juga saya usulkan disini apa lagi “
Banyak ikan hias ibu disini (Guru)” “Yaudah ambil tema itu (Pengawas)”.
Jadi, ketika rapat itu semuanya mengemukakan ide tuh. Tapi kan yang
kemudian yang kita ambil itu yang sampah itu

162
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Pertama kita melihat dulu karakteristik sekolah, karakteristik sekolah itu


sekolahnya letaknya dimana, kemudian dia punya daya dukung apa ,
sarananya bagaimaan itu termasuk karakteristik sekolah yah. Termasuk
diantaranya dalam hal dana gitu yah itu termasuk kedalam karakteristik
sekolah. Kemudian dilihat juga karakteristik siswa, nah karakteristik siswa
itu dilihat dari latar belakang siswa itu bagaimana soail budaya agama dan
sebagianya yah. Kemudian dilihat juga sumber daya si siswa, siswa ini kira-
kira kemampuannya bagaimana gitu yah. Nah setelah, melihat karakteristik
sekolah, melihat karakteristik siswa. Kemudian juga melihat ehh fenomena
fenomena yang berkembang. Jadi, kadang-kadang P5 itu yang kita mabil
yang lagi Update supaya siswa itu benar-benar dekat dengan dunia nyata,
kontekstualisasinya itu nyambung yah, barulah kemudian kita merumuskan
nih dari enam dimensi ehh dengan kita misalnya mau tema apa nih gaya
hidup berkelanjutan, siapa yang akan kita sasar sekarang. Sebenarnya
dimensi itu semua bagus yah tetapi, kita harus menentukan. Nah setelah kita
menentukan dimensi ehh nanti di panduan P5 itua ada dari dimensi kita
turunkan elemen sub elemen terus ditarik lagi fase E disitulah nanti
outputnya akan seperti itu, kemudian nati penilainnya juga akan mudah
karena kita hanaya mengkategorikan siswa. Sebenarnya pakai nilai pakai
angka boleh, tetapi di kurikulum merdeka itu agak dihindari menggunakan
angka karena khawatir terjebak lagi pada sebatas angka tetapi lebih kepada
deskripsi seperti belum berkembang, berkembang, berkembang sesuai
harapan dan sangat berkembang. Jadi, guru juga tidak terlalu terbebani gitu.
Kemudian asesmennya juga mudah ehh tidak harus pakai yang tes yang
gimana dengan observasi saja bisa, dengan wawacara saja juga bisa. Jadi, di
kurikulum merdeka itu gurunya juga harus pintar untuk melihat anak ini
udah tercapai belum yah ehh karakter ini nyah. Kalau belum tercapai
diberikan kesempatan-kesempatan lain untuk bisa mengembangkan dirinya
untuk bisa mencapai ehh dimensi elemen sub elemen tadi gitu
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Kalau tidak salah yah identitas, kemudian di identitas itu ada jam pelajaran
yah, berapa jam pelajaran, kemudian ada temanya, kemudian ada dimensi,
elemen, sub elemen. Kemudian ada ini ehmm tujuan atau target projek,
kemudian disitu ada gambaran singkat tentang projek apa namanya ehh apa
yah istilahnya ehh gambaran singkat tentang bagaimana projek itu
dilakukan. Karena kan projek itu ehh mengimplementasikan kan adalah
fasilitator tadi yah. Kalau sekarang tidak ada lagi mata pelajaran terkait.
Kemudian ada nah, dari rencana kegiatan nah tahapannya ada pengenalan,
kontekstual, aksi, refleksi, dan tindak lanjut. Ini pengenalan disebut juga fase
orientasi di jabarkan nanti disini, orientasi itu berapa JP dalam berapa JP itu
dilaksanakan berapa kali pertemuan dalam berapa kali pertemuan itu ehh
adakah dilakukan Asessment disitu. Kalau memang belum Asessment juga

163
nggk apa-apa mungkin disitu belum ada Asessmentnya. Kemudian tahap
kontekstualisasi itu bagaimana anak mengkonteks kan itu dengan kehidupan
mereka sehari-hari gitu yah. Kemudian nanti aksi baru lah mereka bikin
produk tapi, sebenarnya tidak terbatas harus bikin produk gitu yah bisa jadi
membuat lainnya yang penting anak itu beraksi gitu yah misalnya bikin
poster atau justru melakukan kampanye, kampanye anti sampah atau
kampanye 3R. Setelah itu, baru mereka meefleksikan tindak lanjutnya
bagaimana. Nah, diharapkan kalau mereka sangat tertarik di fase ini bisa ada
riset yang mereka lakukan
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Yah pasti yang pertama itu juga apa yah mengeksplorasi isu-isu yang terkait
dengan itu untuk ehh menetukan misalnya, tema udah ditentukan, tema itu
tuh yang ditentukan yang berhubungan ehh sekolah kita yang sesuai dengan
karakteristik sekolah kit aitu apanya sih. Seperti misalnya, say aitu pegang
sekolah SMA 1 Ciawi juga Maggot, maggot itukan sebenarnya belum
dikenal banyak sesuatu yang baru gitu dan bagusnya di P5 itu sesuatu yang
baru atau sesuatu yang inovatif. Seperti misalnya juga disekolah BHK saya
juga nemuin itu ehh ini pudding talas, pudding tapi dari talas ketika mereka
bikin kearifan lokal. Karena disana banya talas ada yang bikin puding ada
yang bikin keripik ada yang bikin segala macam lah. Jadi, memang ide itu
ibarat kata ide nyeleneh disini dibutuhkan tapi harus punya kepemilikan
untuk bisa mewujudkan ide itu. Jadi kayak ngasi tantangan kan, biasanya
anak muda zaman sekarah itu menarik kalau dikasi tantangan kayak begit
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Tujuan projeknya ditentukan caranya bagaimana ibu? N: Itu tadi yah kita
melihat ke panduan tadi Fase E tadi kemudian itu nanti dijabarkan kedalam
beberapa kali Assesment yang sederhana yah, Assesment formatif yang
sederhana nanti baru diakhiri dengan Asessment Sumatif
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

elemen dan subelemen seperti apa ibu? N: Itu kita mengacu ke panduan,
kemudian nant kita memilihnya itu sesuai dengan karakteristik yang ada
tadi, karakteristik sekolah, karakteristik siswa. Jadi, dirumuskan oleh si
Komite Pembelajaran diskusi
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Rubrik penilaannya cara merancangnya bagaimana juga bu? N: Sama itu


juga dari diskusi ehh si komite pembelajaran tadi. Pengemabngan alur
aktivitasnya juga itu komite pembelajaran yang membuat itu, pengembangan
Asessment juga. Jadi, nanti di hari senin jumat itu tuh komite pembelajaran
udah menyipakan semuanya. Termasuk kadang-kadang tuh bahan ajarnya.
Jadi, misalnya anak mau dikasih stimulus tentang ehh bagaimana sampah di

164
Indonesia, dicariin tuh video sama si komite pembelajaran, guru-guru itu
tinggal menayangkan. Tetapi guru kan juga harus paham dari video ini mana
yang diambil gitu yah, itu yang dibahas di hari senin itu, nanti di hari jumat
di evaluasi, tercapai nggk itu
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Profil modul (Tema dan topik modul, fase atau jenjang sasaran, durasi
kegiatan) Tujuan (Pemetaan dimensi, elemen, sub elemen Profil Pelajar
Pancasila, rubrik pencapaian kompetensi) Aktivitas (Alur aktivitas projek,
penjelasan detail tahapan kegiatan dan asesmennya) Asesmen (Instrumen
pengolahan hasil asesmen
Source: INSTRUMEN P5

Cara menentukan tujuan pembelajaran dengan mengikuti target atau


ketetapan dari pemerintah, namun kita mix dengan keadaan dilapangan
Source: INSTRUMEN P5

Pada tema projek pertama, penentuan dimensi dilakukan oleh coordinator.


Sedangkan, pada tema projek kedua, penentuan dimensi dilakukan bersama-
sama antara coordinator, fasilitator dan guru pengajar kelas X.
Source: INSTRUMEN P5

: Cara menentukan tujuan pembelajaran dengan mengikuti target atau


ketetapan dari pemerintah, namun kita mix dengan keadaan dilapangan
Source: INSTRUMEN P5

Ada tes diagnostic, lalu ada penilaian proses selama aktivitas, baru ada
penilaian sumatif yang focus kepada sikap dan perilaku anak.
Source: INSTRUMEN P5

Mengikuti rancangan modul dan hasil assesment yang diberikan kepada


siswa.
Source: INSTRUMEN P5

Dari hasil tes diagnostic, penilaian proses selama aktivitas dan kebutuhan
belajar siswa.
Source: INSTRUMEN P5

Kebutuhan belajar siswa Dimensi Elemen Sub elemen Tujuan projek


Source: INSTRUMEN P5

165
Assesment formatif dilakukan selama proses pembelajaran atau aktivitas
projek . Sedangkan Assesment Sumatif dilakukan diakhir pembelajara
Source: INSTRUMEN P5

jurnal dalam projek profil? N: Agar kegiatan projek terdokumentasikan


dengan baik dan dapat membantu assessment siswa terhadap projek tersebut
Source: INSTRUMEN P5

Melalui portopolio perkembangan siswa jauh lebih terpantau


Source: INSTRUMEN P5

Agar penilaiannya terukur, terencana dengan baik dan dapat dijadikan


pedoman dalam assessment
Source: INSTRUMEN P5

pengelolaan hasil assesment P5? N: - Melakukan tes diagnostic -


Pembimbing projek/ Koordinator/ fasilitator memberikan assesment
sepanjang projek - Menganalisis Assesment
Source: INSTRUMEN P5

- Memberikan atau melaporkan hasil assessmen


Source: INSTRUMEN P5

BB (Belum Berkembang) MB (Mulai Berkembang) BSH (Berkembang


Sesuai Harapan) SB (Sangat Berkembang
Source: INSTRUMEN P5

P5
Bagaimana merancang dan mengembangkan kegiatan projek profil?
Dimulai dengan perencanaan bersama oleh pihak kurikulum dan
dewan guru. Kemudian, dilanjutkan dengan pelaksanaan yang tetap diawasi
oleh pemangku kepentingan yakni perwakilan dari Kemendikbud. Terakhir,
dievaluasi setiap satu sampai dua kali dalam seminggu
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Secara teoritis sudah diupayakan selalu selaras dengan profil pelajar


Pancasila. Namun, dalam penerapannya masih harus dibimbing, diarahkan,
dan dipantau
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

166
Untuk temanya yakni “Suara Demokrasi”, sedangkan dimensi yang
ingin dicapai diantaranya; beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan berahlak mulia, bernalar kritis, dan bergotong-royong.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Karena waktunya sesuai dengan pemilihan ketua OSIS yakni di bulan


Oktober. Selain itu, tema ini paling memungkinkan dan paling mudah
dilakukan agar siswa tidak kaget. Untuk dimensinya menyesuaikan tema
yang dipilih
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Projek suara demokrasi sudah sesuai dengan nilai Pancasila. Melalui


projek ini jauh meningkatkan kerja sama, bernalar kritis, akhlak bernegara
pada diri para siswa. Selain itu, para siswa kelas VII baru merasakan
pemungutan suara demokrasi sehingga para siswa juga dapat merasakan
suasana PEMILU (Pemilihan Umum) dan mengetahui cara-cara Pemilu.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasil


Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

berkaitan erat dengan Pendidikan karakter yang disebut eleme


Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Pendidikan karakter yang dikhususkan yah dikhususkan waktunya untuk ehh


mempelajari dan bagaimana mengimplementasikan atau dulu kan ada
Pendidikan karakter tapi diluar pembelajaran tapi kalau inimah masuk
dalam pembelajaran, Nah ini, suatu usaha pemerintah bagaimana supaya ehh
Pendidikan karakter ini lebih baik lagi di sekolah. Jadi, khusus untuk
Pendidikan karakter diberikan eh dalam bentuk P5 sehingga, eh praktiknya
ciri khas dari kurikulum merdeka ditambahkan Pendidikan karakter itu
menjadi 30%
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

P5 itu seperti yang disampaikan tadi pada apa implementasi Pendidikan


karakter ehh yang disesuaikan dengan tema-temany
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

melaksanakan 2 tema yang pertama adalah Gaya Hidup Berkelanjutan, yang


kedua adalah bangunlah jiwa dan ragamu. Nah, pada umumnya Pendidikan
karakter yang kita munculkan hamper semua. Seperti, di ehh gaya hidup
berkelanjutan itu, termasuk dalamnya adalah berkeimanan dan ketakwaan

167
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berahklak mulia, disana juga menganut
nilai mandiri, kreatif, bernalar kritis, gotong royong, dan berkhibenekaan
global itu semua dimunculkan. Kalau bangun jiwa raga itu ehh apa Namanya
keimanan dan ketakwaan juga kemudian, gotong royong iya, bernalar kritis
iya, bernalar kritis itu artinya tidak semua informasi ditelan semua, mandiri
juga ada, keenam-enamnya rata rat begitu semuanya dimunculkan
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

kalau bangun jiwa raga bagaimana anak-anak memperhatikan Kesehatan


fisik dan mentalnya. Kesehatan mental ini kita banyakjuag ditemukan yang
tidak stabil. Kesehatan mental itu kan bukan hanya gila tapi sakit jiwa tetapi
Kesehatan mental yang kita temukan di sekolah itu pada anak kita temukan
takut kesekolah , takut menghadapi guru, takut sma teman-temannya, itu
kalau yang menderitanya. Ada juga yang penyebabnya seperti suka
menganggu orang lain, bullying itu juga yang mungkin tanpa mereka sadari
ehh itu dianggap bukan suatu masalah. Tetapi kalau dibawakan ke
Pendidikan anti bullying itu sudah termasuk salah satu bullying. Kemudian
itu bisa secara langsung, bisa juga dilakukan di media sosial saling
mempermalukan itu ehh itu diperkembangan anak sekarang banyak terjadi
dan terjadi juga disekolah kita. Makanya kita pilih permasalahn yang dekat
dengan anak- anak itu sendir
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

untuk gaya hidup berkelanjutan itu topik yang diambil mengenai


pengolahan sampah
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

dengan program P5 ini, semoga bisa lebih baik lagi, dan itu sebenarnya
terbukti berdampak positif, berpengaruh. Jadi ketika sudah terbentuk tim
kemudian, kita tentukan temanya, kemudia topiknya dan itu dari anak yang
muncul seperti bagaimana mengatasi sampah plastik, yang pertamakan
bukan mengolah dulu tapi, bagaimana mengurangi dulu tapi itu susdah
dihindari karena ketika ank jajan ada sampah plastic nahh, sampai akhirnya
kita membuat suatu aturan ke kantin. Yang pertama naka diharuskan untuk
membawa tambler, membawa tempat makan ehh dikantin jugaharus bisa
sejalan. Jadi, selama ini kenapa seperti itu, karena memang belum terlalu
tertib di sekolah. Jadi, kantin juga kita tertibkan kalau enggk berarti kita
harus ganti orang, mereka tidak boleh lagi menyediakan. Minimal kalau
tidak bisa menyediakan kemasan setidaknya tidak menambah plastik-plastik
yang baru, yang banyak itu mereka gorengan itu pasti jajanan anak setiap
hari, itu disediakan pakai plastik, sekarang sudah diganti menjadi kertas jadi,
layani anak-anak yang membawa tempat makannya, tempat minumnya.
Pernah juga ibu menanyakan ke lingkungan hidup sampai kapan kita
berhenti mengingatkan sampah kepada anak. Jawabannya istilahnya itu 100

168
tahun artinya selagi anak itu masih hidup, masih harus diingatkan terus. Jadi,
memang ada pemicu kenapa kita memilih pengolahan sampah itu agar
tercipta budaya anak yang peduli terhadap sampah. Terkait sampah di pasar
parung itu, walaupun orang ada yang bilang itu kan bukan urusan kita, tapi
kitab isa memberikan ehh masukan ataupun pemahaman. Jadi, dengan
budaya peduli lingkungan terhadap sampah dimiliki oleh anak-anak ehh
setidaknya anak-anak itu bisa menyebarluaskan di lingkungannya. Nah
anak-nak kit aini banyak juga yang tinggal di dekat dekat sini, termasuk
yang juga orang tuanya berjualan di pasar dan selain itu, kami juga ehmm
berkomunikasi dnegan ehh kecamatan melalui komite kita yang kebetulah
adalah petugas di desanya, kita menyampaikan supaya sampah di pasar itu
bisa diurus lagi di kecamatan dengan betul tertata dengan baik, supaya tidak
menimbulkan sampah dimana-mana
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Ehh untuk P5 ditahun pertama dan tahun kedua ini berbeda , kalau di tahun
pertama berbasis maple nah kalau sekarang tidak boleh lagi dihubungkan
dengan mapel tapi justru dihubungkan dengan karakter. Jadi, kalau yang
pertama itu dianggap ada suatu kesalahan, katanya mapel ini. Padahal
seluruh mapel itu bisa dimasukkan kesana
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Kalau P5 itu suatu upaya yang dilakukan ehh memperbaiki kayaknya yah,
memperbaiki karakter peserta didik di Indonesia. Jadi, sebenarnya di
kurikulum 2013 itu sudah ada tuh Pendidikan karakter yah. Tetapi dinilai
sepertinya belum terealisasi, karena itu saat ini coba digulirkan ehh P5. Nah
P5 itu, ehh kelebihannya disbanding dengan karakter di kurikulum 2013
adalah dia ada porsi jam tersendiri. Jadi, jamnya mengambil dari jam yang
intra rata-rata di satu jam atau setengah jam, 20% sampai 30% dari jam intra
itu dimasukkan untuk pembentukan karakter P5 itu
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

:Di P5 sebenarnya lebih mengarah kepada karakter yah. Jadi, ehh karakter
yang mau dibangun itukan nanti juga di iniyah di rumuskan yah oleh Satuan
Pendidikan. Misalnya, ketika ada Gaya Hidup Berkelanjutan, ohh berarti
karakter yang akan kita sasar itu yah. Misalnya adalah gotong royong,
kreatif, mandiri. Nah ketika tiga karakter itu yang disasar ehh karakter itu
yang terbentuk dari karakteristik siswa masing-masing gitu. Artinya, ehh
pelaksanaannya si siswa bisa berbeda-beda tergantung nyamannya siswa
kayak bagaimana, minatnya siswa kayak gimana gitu yah kesiapan, latar
belakang ekonomi, sosial budaya gitu yah, itukan karakteristik siswa tapi itu
nantinya semua mengarah kepada karakter profil pelajar Pancasila.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

169
enaknya lagi karena jamnya khusus guru, tidak lagi terbebaani harus
mengejar materi, siswa juga tidak dibebani harus dikejar nilai gitu, kalau
semuanya dilakukan dengan enjoy dan nyaman insyaallah karakternya akan
terbentuk
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

P5 itu penekanannya adalah pembentukan karakter, jadi bukan mata


pelajaran. Guru kalau disebut mata pelajaran dia pasti akan terbebani sama
materinya kan. Nah kalau P5 tuh harusnya tidak ada beban jadi, benar benar
anda mau jadi apa kembangkan lah diri anda disitu.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Itu sebenarnya proses, kita harapkan dia mencapai titik itu gitu,
mengharapkan mencapai karena kan di penilaian yah ada yang ehh
KKTPnya itu berkembang sesuai harapan. Ketika sih guru itu mengatakan
ohh anak ini sudah mencapai sudah berkembang sesuai harapan, dari
beberapa Asessment formatif yang dilakukan dan juga nanti ada Asessment
sumatif . tetapi dikemudian hari dia nggk bisa lagi, sama kayak kita ngerjain
rumus sekarang bisa besok lupa gitu, itukan sesuatu hal yang lumrah saja
yang penting dia tau konsep-konsep awalnya. Jadi, kalau di kurikulum
merdeka tuh bukan menekankan kepada materinya tetapi lebih kepada
karakternya, jiwanya gitu, dia nanti ketika ada permasalahan terbiasa untuk
gotong royong, terbiasa untuk langsung berkelompok gitu, ketika ada
masalah dalam kehidupan dia gitu.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Kalau P5 buat aku sendiri kayak suatu pembelajaran tambahan yang ehm
dikasih dari sekolah buat kayak gimana yah buat bangun diri kita tuh jadi
disiplin, terus kekompakan juga terjalin, kesatuan antar kelas, kesatuan sama
satu sekolah satu angkatan
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

tahap buat P5 itu lebih gampang, lebih mudah dimengerti daripada KBM
yang kayak biasa. Lebih menyenangkan karena kita bisa sambil belajar tapi
sambil main juga bareng-bareng sama teman. Kalau KBM biasa kan kita
harus stuck fokus sama guru. Sedangkan, kalau P5 kan bareng-bareng,
ngerjainnya bareng-bareng ama temen.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

170
RAPOR
Modul dari peserta didik dikumpulkan dalam bentuk Soft Copy dan
Hard Copy. Kemudian, dokumentasi foto dan video semua disimpan di
dalam Drive kurikulum dan foto-foto di cetak untuk laporan
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Untuk penilaian sikap, fasilitator akan memotivasi agar peserta didik


yang memiliki hasil assesmen “Belum Berkembang” dapat meningkatkan
motivasi dan partisipasinya dalam pembelajaran dan projek berikutnya.
Adapun untuk sesi pemahaman atau pengetahuan, tim fasilitator akan
memantau perkembangan peserta didik dalam proses pembelajaran dan
projek selanjutnya. Selain itu, penerapan demokrasi sebagai hasil projek
diupayakan bisa secara konsisten dilaksanakan dalam lingkungan sekolah
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Prinsip perancangan rapor diantaranya, menunjukkan keterpaduan


pembelajaran dan perkembangan karakter sesuai profil pelajar Pancasila,
tidak membebani guru secara administrative, dan mencakup komponen
pengetahuan sikap dan keterampilan yang disampaikan secara utuh di dalam
deskripsinya sehingga, tidak terpisah-pisah seperti pada rapor kurikulum
2013.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Rapor sebagai bentuk dokumen hasil projek peserta didik berperan


mengetahui kemampuan atau keterampilan peserta didik. Selain itu, rapor
juga sebagai laporan pada orang tua dan bahan refleksi bagi guru, peserta
didik, orang tua dan pemangku kebijakan
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Kan satu ini yah apa namanya, rapot itu kan cuma dikasih buat kenaikan
kelas, dikasih Soft filenya buat keterangannya tuh kayak berkembang atau
tidak berkembang itu formatnya
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Menunjukan keterpaduan; Rapor terdiri dari hasil penilaian terhadap


performa peserta didik dalam projek. Meskipun ada beberapa disiplin ilmu
terintegrasi dalam projek, namun bagian projek fokus pada keterpaduan
pembelajaran dan perkembangan karakter dan kompetensi sesuai Profil
Pelajar Pancasila
Source: INSTRUMEN P5

Tidak menjadi beban administrasi yang berat; Aspirasinya, penulisan rapor


akan lebih sederhana, terlebih apabila dibantu teknologi Teknologi report

171
generator di mana pendidik memasukkan judul projek, deskripsi singkat,
dan seluruh elemen Profil Pelajar Pancasila, dan hanya memberikan
penilaian pilihan elemen profil yang berkaitan dengan projek tanpa harus
menuliskannya. Penulisan deskripsi proses peserta didik benar-benar fokus
pada hal unik dan istimewa yang layak direfleksikan, misalnya situasi di
mana peserta didik mengambil keputusan yang bijak, perkembangan suatu
karakter yang sangat nyata dalam kurun waktu tertentu, dan sebagainya.
Kompetensi utuh; dalam hal ini dimaksudkan penilaian dalam rapor projek
hendaklah memadukan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai satu
komponen. Deskripsi juga disampaikan secara utuh tanpa membedakan
aspek tersebut
Source: INSTRUMEN P5

Dapat digunakan untuk mengukur karakter/sikap/perilaku siswa untuk fase


selanjutnya. Mengukur seberapa besar perubahan sikap/perilaku siswa
setelah projek
Source: INSTRUMEN P5

BB (Belum Berkembang) MB (Mulai Berkembang) BSH (Berkembang


Sesuai Harapan) SB (Sangat Berkembang
Source: INSTRUMEN P5

EVALUASI
Melalui observasi langsung dari pendidik maupun pantauan pihak
terkait
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Pertama, perubahan sikap dan perilaku peserta didik. Kedua,


konsistensi dan kontunuitas pendidik dalam mengobservasi peserta didik.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Alat yang digunakan yakni jurnal perkembangan sikap dan perilaku


sedangkan, untuk metode melalui observasi
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

: Yah, setiap selesai suatu projek itu pasti ibu mengumpulkan teman-teman
untuk dievaluasi. Evaluasi yang dilakukan tentunya sejauhmana ketercapaian
tujuan P5 ehh tersebut. Kemudian yang kedua, ehh sejauh mana perubahan
atau perilaku karakter siswa setelah ehh menyelesaikan suatu P5 itu ehh
kemudian juga mengevaluasi ehh kira-kira selama P5 itu dilakukan
hambatannya apa, tantangannya apa, kemudian apa yang bisa kita lakukan

172
solusinya. Kemudian juga mengevaluasi ehh kekurangan-kekurangan dari
personal kita. Misalkan SDM nya barangkali bisa diberikan perhatian lagi
ehh bisa diberika solusi yang lain
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Kita evaluasinya itu ehh melakui rapat-rapat diskusi-diskusi yang


ditampung dari semua pihak dan dalam hal ini bukan hanya melibatkan guru
tetapi juga melibatkan siswa. Mereka juga dalam pelaksanaanya itu lebih
paham yahh, yang pasti dalam P5 itu ketika evaluasi dan diskusi anak-anak
itu lebih semangat dibandingkan tidak ada P5 ehh misalnya apa nih ehh
dampak P5 pada kalian. “ banyak ibu, diantaranya kalau tidak ada P5 kita
bekerja masing-masing”. Nah berasakan karakternya muncul tuh adanya
semangat, kolaborasi, saling berbagi dengan teman. Kemudian ehh ini juga
ehh selain dari kerja sama kolaborasi dan juga saling memahami temannya,
kelebihannya pa kekurangannya apa, gaya belajarnya seperti apa. Terus juga
belajarnya tidak jenuh. Karena yang jadi subjeknya siswanya, ehh guru itu
hanya mengarahkan nanti mereka yang cari tahu sendiri dengan tean-
temannya bahkan kadang-kadang mereka itu bisa melebihi ekspektasi yang
kita harapkan
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Dari yang ibu liat selain dari siswa , Guru-guru juga setelah melaksanakan
P5 yang pertama setelah panen karya, mereka baru merasakan ini yang
dimaksud dan yang dituju kegiatan P5 ini. Contohnya ni, kalau P5 ynag
pertama itu yang membuat modul itu dan merancang yakni komite
pembelajaran yakni Koordinator, kalau yang kedua mulai dibagi ke guru-
guru yang lain yakni fasilitator sehingga, mereka yang tahu ni P5 tema
kedua itu ehh mau dibuat arah kemana. Kalau dulu mereka dikasih
modulnya, kalau sekarang mereka sudah terlibat dalam membuat modul,
mereka juga tahu bagaimana mengarahkan siswa yah. Nah dari segi siswa
juga begitu, mereka lebih percaya diri , lebih tau maksud dan tujuannya. Jadi
lebih kreatif dan inovatif juga. Kalau diawal mungkin mereka lebih terfokus
kepada produk, walupun diperjalanan terus kita arahkan terus bahwa bukan
hanya focus kepada produknya. Tapi kalau yang kedua itu yang kemaren
lebih percaya diri, lebih lincah untuk apa yang mereka tampilkan. Nah
sehingga, kalau tema pertama kemaren itu berbasis produk fisik, kalau yang
kedua itu produknya berupa kegiatan drama musikal. Kemudian, ehh ada
juga produk fisiknya seperti poster. Terus kegiatan pertama juga lebih
banyak dibimbing oleh guru, yang di kedua ini mereka lebih mandiri. Kalau
kemuduran kayaknya enggk ada yang ada peningkatan
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Dampak positif yang dirasakan dari P5 itu kan bertujuan untuk menerapkan
implementasi karakter yang pasti adanya perubahan karakter pada siswa.

173
Lebih kreati, lebih memahami, lebih menghargai orang lain, lebih toleransi.
Karena nilai-nilai itu kan yang selalu kita bawah dalam pelaksanaan.
Kemudian kalau beriman dan bertakwa kita memang ada program sekolah.
Namun, yang jarnag selama ini diarahkan yakni saling menghargai,
bagaimana kreatif, bagaimana rasa saling toleransi terbentuk. Ketika ada
MONEV kesini mereka menjawab langsung, anak-anak menjawab langsung
pertanyaan terkait dengan adanya P5 ini. Pembelajarannya tidak menjadi
jenuh, tidak hanya monoton dilakukan dalam kelas tapi juga, bisa diluar
kelas. Bisa dalam bentuk tidak formal belajarnya, namun bisa smabil diskusi
dengan teman-temannya dan mereka mengatakan”Saya mungkin tidak akan
kenal sama si ini secara dekat kalau bukan P5. Kalau misalkan cuma dikelas
berangkat belajar pulang seperti itu. Tapi dengan adanya P5 mereka
didorong adanya kerja sama, saling mengenal satu sama lainnya
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

kalau ibu lebih kepada pengawasannya, karena pembelajarannya itu tidak


formal seperti di kelas, itu ehh kadang-kadang kita sulit membedakan ini
anak sedang P5 atau sedang tidak ada gurunya. Maka, pengawasan di P5 ini
lebih extra. Jadi, kayak ibu lebih suka liat jadwal ini lagi P5 gurunya siapa.
Itu kadang-kadang kalau ada anak diluar, “itu ada nak diluar lagi bebas atau
p5”. Memang seiring perkembangan Zaman juga yah kalau pembelajarn itu
tidak boleh kaku seperti dulu. Terus yang kedua gurunya di P5 ini itu,
gurunya agak lebih nyantai karena merasa anaknya sudah lebih
berkreativitas. Jadi kadang-kadang tidak semua guru memahami tujuan apa
yang hendak dicapai P5 ini. Tetapi, ibu sebagai Kepala sekolah tidak bosan-
bosan mengingatkan melaui pertemuan langsung setiap minggu, atau lewat
WhatsApp ketika ibu keliling kemudian ada juga guru yang P5 itu bukan
formal intrakurikuler tapi adalah implementasi karakter, jadi kalau sudah
mengarahkan kadang-kadang ditinggali kelasnya. Nah kalau ibu keliling ibu
WA langsung gurunya yang tidak mendampingi. Kadang-kadang juga kita
tidak bisa menghindari besarnya biaya yang dikeluarkan. Karena keinginan
siswa itu ingin tampil maksimal. Segala sesuatu yang ingin bagus yah itu
kan relevan dengan ehh biaya ya. Contohnya, yang harusnya nyewa tenda
jadi, nyewa tenda. Nah itu, tenda itukan biayanya mahal. Kalau nggk pakai
tenda itu nggk , kita terbatas oleh waktu karena panas, kemudian kita juga
tidak punya aula yang besar. Selain itu, juga berkaitan dengan suara
untungnya kita sudah ada Sound System lapangan yang bagus. Kalau enggk
pakai itu nggk semarak juga suasanany
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

, P5 itu bagus dan kalupun ada dampak negatif masih jauh lebih sedikit dari
hasil dampak positifnya. Tinggal kita menyesuaikan dengan kondisi untuk
meminimalisir.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

174
Evaluasi yah, Nah mengevaluasi kalau siswa dievaluasinya itu oleh guru
dengan Assesment nah kalau P5 sendiri berhasil apa nggk sih gitu yah itu
biasanya disetiap sekian kali pertemuan itu diadakan refleksi. Nah jadi siswa
itu ditantang ehh, bagaimana pembelajarannya gitu, kemudian juga biasanya
mereka jawabnya “Iyya, enak pembelajrannya”. Jadi kelas 11 kelas 12
mereka mah belajar di kelas, kelas 10 diluar bikin ini bikin itu” rata-rata
jawaban mereka enjoy yah dengan pembelajarn itu. Terus ehh kreatif kita
mau bikin ini dibolehin gitu yah karena memang selama tidak menyinggung
SARA pornografi dan lain sebagainya kan itu dibolehkan saja. Jadi, merdeka
dan mereka ehh punya ide apa itu dihargai gitu. Jadi mereka akhirnya nggk
takut untuk mengemukakan idenya. Awal-awal sih memnag berat kayak
pengennya itu masih dikasih panduan. Tetapi, kita coba cetuskan ide karena
nggk ada yang salah kok ternyata mereka mencetukan ide bagus gitu yah
ternyata bener akhirnya mereka mendapatkan penguatan, akhirnya mereka
semakin berani untuk mengemukakan suaranya tadi yah.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Ehh kalau saya yah, saya fokus ke karakternya, karakter siswa ini gimana,
apakah terbentuk tuh karakter kemandiriannya gitu yah, gotong royongnya
ehh dan beberapa dimensi lain yang memang itu disasar dan memang
menjadi focus dari projeknya tersebut. Cuma emang kan untuk mengevaluasi
karakter itu kan memang menjadi satu hal yang kita masih dipembahasan
bersamalah gitu. Ahh anak ini mandiri mungking disatu permasalahan dia
mandiri tapi dipermasalahan lain kan bisa jadi belum tentu kan , tetapi
setidaknya kita sudah memberi pengalaman tumbuhnya sifat mandiri dalam
diri siswa tersebut.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Buat evaluasi P5 ehh biasanya kan kita pakai Asessment ke siswa yah,
diantaranya yang paling sering dilakukan itu observasi. Jadi, ketika siswa
mengerjakan berbagai projek tadi itu tantangan itu, ehh guru itu
mengobservasi. Kemudian wawancara bagaimana sih dia udah berkembang
belum pemikirannya, paradigmanya gitu yah. Diantaranya juga siswa
mempresentasikan, kan kalau zaman saya dulu lah mungkin masih juga di
zaman mba Firda juga mungkin kalau disituasi bar uterus tiba-tiba disuruh
ngomong tentang suatu tema maju gitu, kita kan masih ngederegdeg gitu.
Nah sekarang itu kurikulum merdeka dia nggk lagi begitu, dikasih tema dia
langsung menghubungkan, langsung ngomong berani ngomong. Kalaupun
nanti ternyata salah dia juga punya sikap yang berani mengakui
kesalahannya, berani mengakui bahwa si ini yang benar gitu. Nah jiwa-jiwa
seperti ini yang ditumbuhkan.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

175
: Kalau dari guru sebenarnya evaluasinya lebih kepada mendampingi, ini
udah sesuai belum dengan panduan gitu. Tetapi, kan kesesuaian dengan
panduan juga kalau sekarang itu nggk ada standar-standar tertentu yah. Jadi,
lebih pada ayo SMA Parung bisanya apa gitu, yang unggulnya dimana, ayok
kita tebalkan unggulnya itu. Kalau bagian-bagian yang emang nggk bisa
harus diadakan juga mereka akan tergopoh-gopoh, tidak nyaman, jadi kita
nggk melihat kesitu.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Keunikan dalam hal keunggulan mungkin yah, yang pertama itu saya lihat
kepala sekolahnya cukup adaptif dan juga ehh apa ehh dia mau belajar, mau
bertanya, Jadi, saya juga sebagai pengawas tuh ehh nyaman dalam artian
merasa dibutuhkan, tapi kepala sekolahnya juga ngomong “Bersyukur
banget dapat pengawas seperti ibu Dina, karena seperti punya teman untuk
menginikan guru, ini sesuatu yang baru loh gitu, sesuatu yang baru kalau
saya yang omongin sendiri ke guru, guru bisa jadi nggk percaya, guru bisa
jadi ketika beradaptasi tuh kok kayak gini kurikulum merdeka, tetapi kalau
didukung pengawas seperti kita mau bareng-bareng nih gitu”. Jadi, kalau
anda gerakannya nggk sesuai masih pengen kayak yang dulu ngajarnya
ceramah, Nah diawal-awal itu agak sulit merubah paradigma guru-guru
SMAN 1 Parung dan memang Kepala Sekolah kewalahan. Tetapi, dengan
beberapa kali memberikan pelatihak ke guru-guru akhirnya berubah
paradigamanya. Kemudian komite pembelajarannya itu guru-guru muda
yang punya background guru penggerak, jadi lebih mempermudah
paradigma yang sesaui dengan kurikulum merdeka. Kemudian yang ketiga
keunikannya dalam hal guru, guru itu bukan dia nggk mau berubah tapi dia
ingin dijelaskan dengan sejelas-jelasnya, seyakin-yakinnya ketika dia sudah
ketemu di titik tekk kami mau berbah akhirnya sreg serempak berubah gitu.
Kemudian, tenaga kependidikan mendukung jadi, tenaga kependidikannya
juga tau kadang-kadang kan ada TU yang nggk tau kalau sekarang sudah
berubah, dia tau mau berubah mau belajar juga tenaga kependidikannya.
Kemudian Orang tua. Orang tua juga di Forum-forum Parenting kalau waktu
itu masih Online yah, itu juga mereka antusias belajar mau mengikuti
kegiatan-kegiatan parentingnya itu. Kemudian juga, siswa juga secara
kesiapan belajar ada mungkin beberapa yang lemah tapi mayoritas di sedang
dan beberapa yang tinggi. Kemudian minatnya juga baguslah kalau menurut
saya sehingga, ketika dipetakan kamu kesini kesini mereka seperti
menemukan dunianya masing-masing. Kemudian juga sudah mulai
mengadaptasi gaya belajar siswa jadi tidak hanya yang Auditory yang
diperhatikan tetapi, juga yang kinestetik anak diajak keluar atau yang visual
ehh sudah ada LCD di tiap kelas gitu yah, sehingga penayangan video gitu
tuh udah hal yang biasa di parung
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

176
N: Secara administratif waktu itu saya pernah kesana dan ehh pernah
memonev. Secara administratif sudah sesuai banget artinya modul yang
dibuat sudah bagus sudah adaptif, jadi contoh yang ada di kemendikbud itu
cuma menjadi inspirasi tidak dicontoh plek ketiplek gitu yah, tetapi
dijadikan inspirasi lalu disesuaikan dengan kondisi Parung gitu, itu sampai
saya periksa gitu. Kalau kepada anak-anak saya bertanya secara umum aja
cuma jawabannya anak-anak itu yah enjoy dengan pembelajaran yang
sekarang mereka nyaman ehh senang gitu yah . jadi, belajar itu
menyenangkan lah gitu. Diantaranya terbukti dengan tingkat kehadiran
siswa maksimal ketidakhadiran itu minimal di Parung itu. Artinya kan
mereka semangat gitu belajarnya gitu “Hari ini mau belajar apa nih di
Sekolah”. Inikan program kementrian dilaksanakan oleh BBGP aktor yang
ada disana namanya fasilitator untuk sekolah-sekolah yang belum sesuai
dengan panduan itu biasanya tuh fasilitator tuh mendampingi seminggu
sekali atau sebulan sekali. Parung karena sudah kategori Mandiri, fasilitator
itu datangnya tiga bulan sekali. Tiga bulan itu cuma ditanya kegiatannya apa
aja “Ohh kami sedang kegiatan ini pak, karena begini begini” dan itu semua
sudah sesuai dengan panduan.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Kalau yang saya lihat banget itu di guru-gurunya yah. Guru-gurunya terjadi
perubahan paradigama. Jadi, ehh belajar itu siswa bukan lagi objek tapi udah
subjek. Anak mau bikin ap aitu diinikan ke siswa. Kemudian siswa juga
siapa yah artinya diam au mengeluarkan suar. Sudah terbentuklah ekosistem
belajar Parung itu kalau menurut saya yah. Karena gurunya juga sudah
berubah paradigmanya. Kemudian P5 ini semua guru ikut misalnya, guru
kelas XII dia mah nggk tahu info kurikulum merdeka, enggk mereka semua
ikut gitu diikutkan jadi semuanya update.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Apa yah saya belum melihat dikalangan guru juga ehhmm apa yah karena
ini kan perubahan paradigma apa yah belum ada deh kayaknya
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Acara P5 tuh banyak banget evaluasinya. Pertama tuh, acaranya tuh


mendadak, kesiapan dari panitianya juga kurang ehh guru gurunya juga
sempat miskom juga. Terus tamu yang datang juga terlalu penting. Jadi,
sebagian anak-anak yang kelasnya belum siap, kayak masih gugup jadi
berantakan. Terus tamu-tamu masih masih berantakan gitu, panitianya nggk
rapihin. Acranya udah berjalan tapia nak-anak yang mau pentas belum siap
gitu.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

177
Lewat lisan secara langsung, ehh semua panitia yang ngisi acara itu
dikumpulin terus dievaluasi kayak kurang ini, diskusi.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Perwakilah kelas sama guru pembimbingnya.


Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Ada kemajuan sih. dari temanya tuh Kesehatan jasmani dampak banget yah,
lagi marak banget kan, proses kayak Pacaran. Gitu tuh berdampak banget
apalagi ada dijelasinkan dari pentas dampak positif dan dampak negatifnya.
Dampak negatifnya kan kayak sakit, hamil. Makanya, yang tema kedua ini
sangat berarti gitu buat kalangan pelajar yang apa yah, pola pikirnya
berubah. Pacaran tuh ada dampak buruknya loh.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Tema yang pertama lebih berdampak banget kak, kan gaya hidup
berkelanjutan. Jadi, kelas XI dan kelas XII jadi ngikut. Buat kita tuh harus
ngejaga kebersihan sekolah gitu. Waktu itu juga kan sekolah mau di
adiwiyatain tingkat berapa gitu, terus dibatasin kayak enggak dibolehin
pakai gelas plastik, enggak boleh pakai Steroform. Semenjak ada tema gaya
hidup berkelanjutan itu, kita dibatasi jadi bawah makan sendiri, tempat
minum sendiri. Kalau kantinnyajuga nyediain gelas plastic. Tapi plastiknya
bukan kayak modelan plastic gitu tapi, gelas apa yah yang masih di daur
ulang
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

- Seluruh data dokumentasi disimpan baik dalam bentuk digital dan non
digital. - Evaluasi bertahap dari siswa dengan fasilitator dan fasilitator
bersama coordinator. - Mengevaluasi dan Menyusun laporan - Melaporkan
hasil projek kepada kurikulum dan kepala sekolah - Monev dari pihak
terkait (KCD wilayah 1 diwakili oleh pengawas Pembina)
Source: INSTRUMEN P5

ID 131
Lokasinya terletak di perbatasan wilayah DKI Jakarta dan Depok
Jawa Barat tepatnya, di Jl. RM. Kahfi No. 5 RT004 RW 002 Kelurahan
Cipedak, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Jumlah peserta didik
sebanyak 672 orang. Pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi
dengan mengimplementasikan model dan sintak pembelajaran Problem
Based Learning, Project Based Learning, Discovery Learning, Inquiry Based
Learning dan model pembelajaran lain yang relevan. Adapun struktur
kurikulum untuk kelas VIII dan IX tahun pelajaran 2022/2023 masih

178
mengacu pada Kurikulum tahun 2013 sedangkan, untuk kelas VII sudah
mengacu pada Kurikulum Merdeka.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

VISI 131
Visi dan Misi SMPN 131 Jakarta dibuat sesederhana mungkin, agar
para siswa dapat mengetahui Visi dan Misi sekolahnya. Adapun visinya
yakni Unggul dalam karakter, IPTEK, akuntabel, dan ramah lingkungan.
Misinya pertama, menyelenggarakan Pendidikan karakter melalui kegiatan
pembelajaran, pembiasaan, dan ekstrakurikuler. Kedua, memberikan
keteladanan melalui sikap dan perilaku serta kinerja yang baik. Ketiga,
meningkatkan budaya pembelajar sepanjang hayat. Keempat, meningkatkan
kompetensi dan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan yang
berwawasan IPTEK. Kelima, mengembangkan potensi peserta didik untuk
memiliki keterampilan Abad-21. Keenam, meningkatkan sistem Pendidikan
yang transparan,akuntabel, efektif dan partisipatif. Ketujuh, meningkatkan
iklim yang nyaman, aman, dan kondusif dalam penyelengaraan pendidikan.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

KUALIFIKASI
Tenaga pendidik terdiri dari 34 orang, dengan 12 guru Laki-laki dan
22 guru Perempuan. Guru yang memiliki kualifikasi Pendidikan S1
sebanyak 24 orang dan 10 orang sudah menempuh S2. Adapun perincian
jenis kepegawaian tenaga pendidik di SMPN 131 Jakarta ASN terdiri dari 29
orang, P3K terdiri dari 2 orang, dan Honor 3 orang. Serta guru yang
berstatus ASN yang sudah tersertifikasi ada 28 orang dan 1 orang belum
tersertifikasi. Guru P3K semuanya belum tersertifikasi, sedangkan untuk
guru honor terdapat 1 orang yang sudah tersertifikasi dan 2 orang sisanya
belum tersertifikasi
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Sangat beragam yang menyebabkan para siswa mampu dan mau


mengikuti seluruh aturan dan kegiatan sekolah, memiliki kemauan/motivasi
belajar tinggi, dan memahami dan mampu bersikap baik terhadap
keneradaan peserta didik berkebutuhan khusus. Selain itu, memiliki
semangat dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, bersedia meluangkan
waktu untuk melaksanakan kegiatan di luar waktu kegiatan belajar
mengajar, dan kehidupan beragama yang baik dengan menjaga kerukunan
antar umat beragama. Adapun latar belakang ekonomi siswa terdiri dari
ekonomi atas, menengah, dan bawah dengan perbandingan presentase sekitar
10:70:20, sehingga sekolah dapat memperoleh dukungan baik pemikiran,

179
tenaga, dan material dari Orang tua siswa untuk kemajuan Pendidikan di
SMPN 131 Jakarta
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

Sarana dan prasarananya cukup memadai, tetapi masih ada beberapa


hal yang perlu diperhatikan pengadaannya. Diantaranya, jumlah infocus
yang layak pakai disetiap ruang kelas belum tercukupi, masih terdapat papan
tulis yang kurang layak pakai untuk pembelajaran, fasilitas toilet peserta
didik masih kurang atau belum memenuhi rasio, jaringan internet masih
sering terganggu, komputer di ruang guru yang terakses dengan bagian
pengolahan data nilai peserta didik belum ada, dan ruang wakil Kepala
Sekolah belum dilengkapi AC dan Gorden Vertikal Blind. Selain itu, lemari
dokumen untuk bidang kurikulum masih kurang, lemari alat laboratorium
IPA belum mencukupi, belum memiliki aula permanen, fasilitas ruang OSIS
belum memenuhi standar, belum memiliki Pojok Literasi Bersama yang
dapat digunakan oleh siswa secara bersama sama, Pojok literasi di masing-
masing kelas belum tertatah rapih, dan terdapat ruang kelas yang lampu
penerangannnya masih kurang.
Source: HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta

SMA P5
SMAN 1 Parung ini merupakan sekolah penggera
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Penelitian ini dilakukan di Kelas X SMA Negeri 1 Parung Jl.Waru Jaya


No.17, Warujaya, Kec. Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat 16330
Source: SMAN 1 PARUNG

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Parung yang berlokasi di Jl.Waru


Jaya No.17, Warujaya, Kec.Parung, Kab. Bogor, Jawa Barat, dengan kode
pos 16330. Secara geografis SMAN 1 PARUNG, keadaan alammya subur
cocok untuk pertanian, namun seiring bertambahnya mobilitas penduduk
pertanian tadi banyak berubah menjadi sektor perikanan dan perdagangan.
Selain itu sekolah juga deket dengan lokasi Pasar Parung.
Source: SMAN 1 PARUNG

Secara umum karakteristik paserta didik di SMAN 1 Parung sebagai berikut


: Peserta didik mampu mengikuti tata tertib dan peraturan yang ada di
sekolah Peserta didik berasal dari berbagai daerah yang tentunya memiliki
budaya yang berbeda-beda Peserta didik dengan bervariasi status ekonomi
dan sosialnya menyatu untuk saling berinteraksi dan saling melakukan
proses pembelajaran. Peserta didik mampu menjaga kerukunan beragama

180
Pererta didik memiliki minat, bakat dan juga motivasi untuk belajar yang
tinggi Peserta didik mampu bekerja sama dilingkungan sekolah ataupun di
luar waktu kegiatan belajar mengajar baik mandiri atau kelompok Peserta
didik menghargai dan menghormati keberadaan adanya peserta didik yang
berkebutuhan khusus. Peserta didik mampu menunjukan rasa tanggung
jawab dan kemandirian dalam kegiatan-kegiatan seperti projek penguatan
profil Pancasila, OSIS, ekstrakulikuler dan hari- hari besar. Peneliti
menjadikan SMAN 1 Parung sebagai latar penelitian, karena dari
karakteristik siswa dan karakteristik geografis SMA yang dekat dengan
lokasi Pasar Parung yakni sebesar 3,3 km. Dengan adanya pemberlakuan
zonasi pendidikan siswa SMAN 1 Parung banyak memiliki orang tua yang
bekerja sebagai pedagang. Sebagai sekolah penggerak siswa kelas X SMAN
1 Parung telah melaksanakan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)
yang bertemakan Gaya Hidup Berkelanjutan dan Bangunlah jiwa dan
Raganya. Dari uraian tersebut sesuai dengan unit analisis dalam penelitian
ini yang berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan sevara kolektif oleh
komunitas sekolah SMAN 1 Parung dalam melaksanakan P5.
Source: SMAN 1 PARUNG

PERSIAPAN
diajak terlebih dahulu guru dan anak-anak itu memiliki paradigma bar
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

i lebih berpusat kepadah siswa, guru itu hanya sebagai fasilitator yang
mengarahkan seperti itu tapi, ehh tugas guru sekarang itu adalah bagaimana
bisa membelajarkan siswa. Siswa mencari tahu, membangun sendiri ehh
pengetahuan
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

anak-anak itu berproses tidak disuapin seperti itu. Jadi, anak harus terbiasa
untuk mandiri juga, itu yang dibangun sekarang di kurikulum merdeka ini.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

sebelum gurunya diajak pinter kepala sekolahnya yang harus pinta


Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

seleksi untuk kepala sekolah itu mulai dari pengetahuan umumnya,


kemudian juga ehh TPA eh apa namanya tes kecepatan berpikir. Kemudian
ada tes dalam mencari solusi sebuah permasalah tentang apa yang dihadapi
disekolah, pemasalahan apa, bagaimana solusinya bagaimana sampai kepada
tes wawancara. Nah itu, dilakukan oleh Kepala Sekolah. Termasuk menggali
ehh tentang guru dan siswa melalui kepala sekolah tad

181
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

khusus untuk sekolah penggerak itu ada pelatihan. Pertama itu, kita disuruh
membentuk komite pembelajaran, komite pembelajaran itu terdiri atas guru,
pengawas, dan kepala sekolah, kalau nggk salah ada 7 orang yah. Kita
diberika pelatihan selama satu bulan, setelah satu bulan itu kami harus
memberikan lagi pada seluruh guru berkaitan dengan bagaimana mulai dari
perencanaan pelaksanaan sampai pada penilaian dan khususnya bagaimana
membangun paradigma baru adanya perubahan kurikulum yang signifikan.
Ada intrakurikuler, ada P5, bagaimana dengan yang berkaitan dengan
intrakurikuler ini, apa yang dimaksud dengan P5 itu
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

pelatihan itu ehh selain yang berkaitan dengan kurikulum merdeka secara
teorinya ehh tapi juga mempraktekan bagaimana eh membuat perencanaan
pembelajaran terdeferensiasi, kalau di P5 nya itu bagaimana membuat modul
P5, pelaksanaan sampai pada penilaiannya, termasuk pembelajaran berpusat
pada siswa, dimana semua guru itu harus bisa melayani siswa dalam
keragamannya. Jadi siswa cara belajar nya berbeda, latar belakangnya
berbeda harus bisa melayani siswa-siswanya
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

kalau di P5 itu ada yang disebut dengan Koordinator dan ada juga yang
disebut dengan fasilitator. Nah Koordinator ini diambil dari Komite
Pembelajaran, nah yang tadi sudah diberikan pelatihan itu, ehh ditunjuk
menjadi Koordinator. Dimana Koordinator ini membawahi masing-masing
tiga kelas. Nah koordinator inilah yang ehh mengawasi ehh mengarahkan
perpanjangan tangan dari Kepala Sekolah secara teknis yahh ehh bagaimana
keterlaksanaan daripada ehh kegiatan P5 ini. Jadi, yang pertama mengajak
semua guru untuk membuat perencanaan yaitu menentukan temanya apa,
topiknya apa,membuat modulnya, bagaimana tahap-tahapannya. Karena
jangan sampai anak-anak langsung berasumsi ke produk, karena kan produk
itu hanya dampak dari hasil tapi yang paling penting itu bagaimana
prosesnya dari awal sehingga, anak-anak betul-betul memahami bahwa
dalam mengerjakan P5 itu ehh tanpa mereka sadari terbentuk nilai karakter
yang sesuai dengan tema tadi.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Koordinator adalah mengkoordnir guru pembimbing tadi. Kalau fasilitator


itu yang langsung mendampingi anak-anak yang ehh apa namanya
bagaimana anak-anak bisa menemukan ilmunya sendiri, mengembangkan
karakter yang diharapkah ehh itu di damping oleh fasilitator dan yang
membuat modul itu adalah fasilitator modul P5.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

182
Rapat awal ibu yang pimpin kita menentukan tem
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Kalau disini sudah sebagian besar gurunya berbasik projek jadi, sudah tidak
asing. Cuma projek di pembelajaran dalam kelas dna projek di P5 itu
berbeda. Namun, pemahaman terkait projek itu, sudah semua guru
melakukan.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

pembelajaran itu ehh yang berkaitan dengan kognitif, afektik dan


psikomotor. Nah di psikomotor itu salah satunyaadalah pembelajaran
berbasis projek untuk semua mapel yang terkait dengan projek termasuk
kelas 12 sekarang, penilain dari keterampilannya salah satunya itu penilaian
berbasis projek.jadi pemebelajaran berbasis projek itu sama P5 berbeda,
pada ehh pembelajaran berbasis projek itu di intrakurikuler masuknya ke
keterampilan.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Kalau parung yang saya liat sudah siap banget kebetulan Kepala sekolahnya
juga adapti mau belajar. kemudian ada komite pembelajarannya juga muda-
muda dan dua diantaranya adalah guru penggerak. Kebetulan ketika mereka
menjadi guru penggerak, saya pengajar prakteknya mereka gitu, walaupun
itu tidak disenganyah, itumah jalan ternyata saya ditempatkan di Parung, jadi
nggk sengaja nyambung lah git. Karena, itu mudah juga untuk saya arahkan
dengan program guru-guru penggeraknya. Karena inikan sebenarnya ada
hubungannya dengan program guru penggerak. Khususnya di ehh
dipembelajaran dan ada dih P5. P5 itu diataranya ada modul ehh membuat
program yang itu dari kepemimpinan murid, jadi murid yang menentukan
ehh suaranya suara murid, pilihannya pilihan murid, nanti akhirnya
keterikatannya kepemilikannya murid merasa memiliki dengan program itu.
Jadi, yang biasanya program itu yang menentukan guru, murid tinggal
melaksanakan teknisnya. Kalau sekarang enggak, semuanya berasal dari
murid, murid maunya kayak gimana “Sok manga kalian kerjakan”. Ketika
ada kesempata P5 komite pembelajaran Parung juga dapat pelatihan dua
bulan sehingga, mereka secara paradigma juga udah ngerti, saya juga
pengawasnya dapat pembelajaran terus kita ketemu curah pendpaat gitu,
akhirnya melakukan itu git. Karena, ehh beda kan yah antara projek dimata
pelajaran dengan projek di P5. Kalau projek di mata pelajaran dia ehb apa
disatu mata pelajaran, sedangkan ini dia bukan ehh satu pelajaran tetapi
bebas dari mata pelajaran. Dulu itu untuk Angkatan pertama P5 ini berbagai
mata pelajaran di gabung ada tema ini nih, temanya ini ada hubungannya
dengan mata pelajarn apa biologi ekonomi maka, guru-guru itulah yang
bertaggung jawab terhadap P5 itu. Tetapi, ketika ditahun kedua dari pihak

183
Kemendikbud itu juga direvisi tuh akhirnya tidak ada hubungannya dengan
mata pelajaran
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Buat awal-awal tuh kan karena ini baru terus angkatan di SMA Parung juga
uji coba, aku juga masih kaget banget karena mental aku masih menye-
menye kan dari SMP. Jadi, yang disiapkan itu mental terus fisik karena
bangun jiwa dan raga itu perlu mental dan fisik yang kuat.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

dimensi dan tema projek P5 yang dipilih? N: Karena sesuai dengan


kebutuhan anak dan masukan stockholder serta berdasarkan permasalahan
yang muncul disekolah
Source: INSTRUMEN P5

Pada tema projek pertama, penentuan dimensi dilakukan oleh coordinator.


Sedangkan, pada tema projek kedua, penentuan dimensi dilakukan bersama-
sama antara coordinator, fasilitator dan guru pengajar kelas X.
Source: INSTRUMEN P5

: Pada tema projek pertama, penentuan dimensi dilakukan oleh coordinator.


Sedangkan, pada tema projek kedua, penentuan dimensi dilakukan bersama-
sama antara coordinator, fasilitator dan guru pengajar kelas X
Source: INSTRUMEN P5

Rancangan alokasi P5 disesuikan dengan pencapaian akhir siswa, lalu


tahapan projek dan aktivitas yang kita rancang untuk tujuan pencapaian
tersebut.
Source: INSTRUMEN P5

Karena sesuai dengan kebutuhan anak dan masukan stockholder serta


berdasarkan permasalahan yang muncul disekolah.
Source: INSTRUMEN P5

PELAKSANAAN
Koordinator ini membawahi masing-masing tiga kelas. Nah koordinator
inilah yang ehh mengawasi ehh mengarahkan perpanjangan tangan dari
Kepala Sekolah secara teknis yahh ehh bagaimana keterlaksanaan daripada
ehh kegiatan P5 ini
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

184
Koordinator adalah mengkoordnir guru pembimbing tadi. Kalau fasilitator
itu yang langsung mendampingi anak-anak yang ehh apa namanya
bagaimana anak-anak bisa menemukan ilmunya sendiri, mengembangkan
karakter yang diharapkah ehh itu di damping oleh fasilitator dan yang
membuat modul itu adalah fasilitator modul P5.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Kalau TU paling ini aja menyiapkan peralatan jika diperlukan. Kemudian


menyiapkan fasilitas-fasilitas pembelajaran terutama ketika panen karya TU
nya biasanya mendampingin karena disana banyak peralatan yang
dibutuhkan. Mulai dari tenda kemudian termasuk bahan-bahan untuk
pameran.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

keseluruhan lancar atau tidaknya kegiatan P5 itu adalah tanggung jawab


dari Kepala Sekolah, maka kalaupun kepala sekolah mengawasi itu tidak
bisa hanya mengawasi di belakang layar, tapi harus terjun langsung ke
lapangan mulai dari perencanaan melihat hasil pencapaiannya seperti apa,
ketika pelaksanaan juga melakukan ehh supervise kemudian pemantauan
termasuk nanti ketika mau terakhir itu mau panen karya itu juga dipantau
dan diarahkan oleh kepala sekolah. Artinya mana yang sesuai dengan
kondisi sekolah mana yang tidak, termasuk terakhir itu adalah bagaimana
pembuatan laporan, bagaimana penilaian P5 siswa itu kepada guru seperti
apa, ehh dan penilaian itu karena ini baru kan tidak langsung bentuknya
seperti ini, kita juga mencari tau sendiri itu juga menjadi tanggung jawab
dari kepala sekolah.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Wakil kepala sekolah berperan sebagai wakil dari kepala sekolah


melakukan pengawasan dan pemantauan ini dan wakil kurikulum juga
bersama-sama mulai dari menrencanakan. Jadi,dari awal perencanaan itu
sudah ada keterlibatan kepala sekolah dan wakil itu yah, terus bagi
kesiswaan karena erat hubungannya dengan Pendidikan karakter, dia juga
pasti ikut mendampingi. Humas juga pasti selalu ada di setiap kegiatan
sebagai pusat informasi yah dan ehh juga ehh mengkomunikasikan ke
berbagai pihak dan tentunya sarana berkaitan dengan apapun itu kan
memerlukan saran
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

terlibat walaupun tidak secara langsung, yang pertama kita menyampaikan


dan menginformasikan apa aja sih kegiatan ehh anak-anaknya di sekolah.
Kemudian mereka harus tau perubahan kurikulum seperti apa sekarang ini,
ehh sekarang ini diantaranya ada P5 seperti apa, supaya apa yang kita
berikan di sekolah harus sesuai nyambung dengan yang dirumah. Jadi, P5 itu

185
seperti yang disampaikan tadi pada apa implementasi Pendidikan karakter
ehh yang disesuaikan dengan tema-temanya, nah jangan sampai di rumah
tidak ada dukungan. Kemudian, pada waktunya nanti panen karya itu juga
ehh perwakilan-perwakilan setiap kelas itu diundang supaya nanti yang
diundang ini bisa berbagi dan menyampaikan ke orang tua yang lain. Ehh,
penyampaian informasi dari kepala sekolah ke orang tua itu dilakukan
dengan perencanaan yang matang, melalui pertemuan langsung melalui rapat
di awal tahun. Terus kita juga melakukan pertemuan yang disebut dengan
Parenting. Kemudian itu juga ehh pernah juga disampaikan lewat Zoom dan
juga ada secara tertulis melalui media sekolah seperti website ataupun surat-
surat edaran berupa WhatsApp.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

kalau sudah secara teknik seperti, membuat modul itu, dipimpinnya oleh
koordinato
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

melaksanakan 2 tema yang pertama adalah Gaya Hidup Berkelanjutan, yang


kedua adalah bangunlah jiwa dan ragamu. Nah, pada umumnya Pendidikan
karakter yang kita munculkan hamper semua. Seperti, di ehh gaya hidup
berkelanjutan itu, termasuk dalamnya adalah berkeimanan dan ketakwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berahklak mulia, disana juga menganut
nilai mandiri, kreatif, bernalar kritis, gotong royong, dan berkhibenekaan
global itu semua dimunculkan. Kalau bangun jiwa raga itu ehh apa Namanya
keimanan dan ketakwaan juga kemudian, gotong royong iya, bernalar kritis
iya, bernalar kritis itu artinya tidak semua informasi ditelan semua, mandiri
juga ada, keenam-enamnya rata rat begitu semuanya dimunculkan.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

: iyya, mitranya seperti yang kecamatan itu. Pernah juga kita bentuknya
seperti ehh apa tadi Study Banding,cakalang di Jakarta Jadi, disana itu kita
melihat bagaimana mengelolah sampah plastic, bagaimana mengelolah
sampah basah , bagaimana sampai ke air hujan itu nggk boleh terbuang
begitu saja. kemudian pergi ketempat-tempat yang ada pengolahan sampah
seperti sekolah Nurul Iman sudah memiliki alat untuk mengelolah sampah.
Terus dari sampah itu juga diolah menjadi produk, membuat pupuk kompos
dan kompos cair. Terus yang ketiga itu ada dari DL
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

kalau bangun jiwa raga bagaimana anak-anak memperhatikan Kesehatan


fisik dan mentalnya. Kesehatan mental ini kita banyakjuag ditemukan yang
tidak stabil. Kesehatan mental itu kan bukan hanya gila tapi sakit jiwa tetapi
Kesehatan mental yang kita temukan di sekolah itu pada anak kita temukan
takut kesekolah , takut menghadapi guru, takut sma teman-temannya, itu

186
kalau yang menderitanya. Ada juga yang penyebabnya seperti suka
menganggu orang lain, bullying itu juga yang mungkin tanpa mereka sadari
ehh itu dianggap bukan suatu masalah. Tetapi kalau dibawakan ke
Pendidikan anti bullying itu sudah termasuk salah satu bullying. Kemudian
itu bisa secara langsung, bisa juga dilakukan di media sosial saling
mempermalukan itu ehh itu diperkembangan anak sekarang banyak terjadi
dan terjadi juga disekolah kita. Makanya kita pilih permasalahn yang dekat
dengan anak- anak itu sendir
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

untuk gaya hidup berkelanjutan itu topik yang diambil mengenai


pengolahan sampah, yang paling utama yang berkaitan dengan sampah itu
nggk akan ada habisnya. Kalau di liat dari lingkungan sekeliling SMAN 1
Parung kebetulan kita dekat dnegan pasar, banyak sampah yang tidak
dikelola dengan baik, lingkungan kita pun SMAN 1 Parung kita itu
kebetulan sekolah adiwiyata harusnya sudah selesai permasalahan tapi yang
Namanya sampah selama kita hidup itu enggk ada selesainya tapi, etidaknya
kita sebagai duta adiwiyata, sebagai pelaku ehh apanamanya itu pelaku yang
peduli lingkungan itu ditambah lagi dengan program P5 ini, semoga bisa
lebih baik lagi, dan itu sebenarnya terbukti berdampak positif, berpengaruh.
Jadi ketika sudah terbentuk tim kemudian, kita tentukan temanya, kemudia
topiknya dan itu dari anak yang muncul seperti bagaimana mengatasi
sampah plastik, yang pertamakan bukan mengolah dulu tapi, bagaimana
mengurangi dulu tapi itu susdah dihindari karena ketika ank jajan ada
sampah plastic nahh, sampai akhirnya kita membuat suatu aturan ke kantin.
Yang pertama naka diharuskan untuk membawa tambler, membawa tempat
makan ehh dikantin jugaharus bisa sejalan. Jadi, selama ini kenapa seperti
itu, karena memang belum terlalu tertib di sekolah. Jadi, kantin juga kita
tertibkan kalau enggk berarti kita harus ganti orang, mereka tidak boleh lagi
menyediakan. Minimal kalau tidak bisa menyediakan kemasan setidaknya
tidak menambah plastik-plastik yang baru, yang banyak itu mereka gorengan
itu pasti jajanan anak setiap hari, itu disediakan pakai plastik, sekarang
sudah diganti menjadi kertas jadi, layani anak-anak yang membawa tempat
makannya, tempat minumnya. Pernah juga ibu menanyakan ke lingkungan
hidup sampai kapan kita berhenti mengingatkan sampah kepada anak.
Jawabannya istilahnya itu 100 tahun artinya selagi anak itu masih hidup,
masih harus diingatkan terus. Jadi, memang ada pemicu kenapa kita memilih
pengolahan sampah itu agar tercipta budaya anak yang peduli terhadap
sampah. Terkait sampah di pasar parung itu, walaupun orang ada yang
bilang itu kan bukan urusan kita, tapi kitab isa memberikan ehh masukan
ataupun pemahaman. Jadi, dengan budaya peduli lingkungan terhadap
sampah dimiliki oleh anak-anak ehh setidaknya anak-anak itu bisa
menyebarluaskan di lingkungannya. Nah anak-nak kit aini banyak juga yang
tinggal di dekat dekat sini, termasuk yang juga orang tuanya berjualan di
pasar dan selain itu, kami juga ehmm berkomunikasi dnegan ehh kecamatan
melalui komite kita yang kebetulah adalah petugas di desanya, kita

187
menyampaikan supaya sampah di pasar itu bisa diurus lagi di kecamatan
dengan betul tertata dengan baik, supaya tidak menimbulkan sampah
dimana-mana
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

:Kita melakukan mitra dengan puskesmas, puskesmas itu beberapa kali


kesini menangani Kesehatan jiwa dan raga dengan melkuakn ehh
penyuluhan dan pemeriksaan. Selain itu, juga dengan ehh apasih dengan
KPAI Pusat, kita mengadakan dalam bentuk seminar.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

mereka saling diskusi kemudian, saling sering sehingga, antar satunya


saling belaja
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Ehh untuk P5 ditahun pertama dan tahun kedua ini berbeda , kalau di tahun
pertama berbasis maple nah kalau sekarang tidak boleh lagi dihubungkan
dengan mapel tapi justru dihubungkan dengan karakter. Jadi, kalau yang
pertama itu dianggap ada suatu kesalahan, katanya mapel ini. Padahal
seluruh mapel itu bisa dimasukkan kesana
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

kalau kebetulankan parung itu sekolah penggerak yahh. Kalau sekolah


penggerak itu, selain didampingi oleh pengawas sekolahnya juga didampingi
oleh namnya dulu ehh pelatih ahli dari sekolah penggerak kalau sekarang
fasilitator dari sekolah penggerak. Nah itu, ehh kalau di awal-awal itu
bahkan pertemuan PMO itu bisa seminggu sekali dua minggu sekali. Jadi,
gimana perkembangannya itu terus dimonitor terus dipantau. Tapi kalau
sekarang kan sudah mau tahhun kedua yah. Jadi, ini udah mullai ehh satu
bulan sekali bahkan kalau parung dinilai sebagai sekolah yang kategori
mandiri ehh artinya dia udah bisalah jaln sendiri. Jadi, pertemuan PMO
dengan fasilitator itu sudah tiga bulan sekali
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Kalau di P5 ini peran aku tuh waktu ada acara sebagai pengelola acara
kayak bagian si acara buat teman teman aku masuk kebagian pemain, peran
yang bakal tampil di acara yang akan datang. Guru-guru ini perannya banyak
banget ada yang baik banget ngasih apayah pembelajarannya efektif. Terus
ada juga yang karakternya tuh bikin murud tuh semangat disiplin. Terus
metode pengajarannya juga bagus
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

188
tahap buat P5 itu lebih gampang, lebih mudah dimengerti daripada KBM
yang kayak biasa. Lebih menyenangkan karena kita bisa sambil belajar tapi
sambil main juga bareng-bareng sama teman. Kalau KBM biasa kan kita
harus stuck fokus sama guru. Sedangkan, kalau P5 kan bareng-bareng,
ngerjainnya bareng-bareng ama temen
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Karena sedang marak juga yah kak sekarng tuh, sampah udah banyak.
Makanya tema itu buat ngurangin sampah. Terus bikin kesadaran diri kita
sendiri juga. Kalau ada loh yang bermanfaat daripada dibuang mending
dibikin gini, kayak lampu tidur atau hiasan rumah. Terus kalau buat yang
Kesehatan kan, sekarang juga jamannya udah nggk bener. Ehh dimana-mana
tuh udah udah fisiknya tuh nggk kuat. Makanya pergaulannya juga udah
bebas. Makanya dibikin teman yang diangkat tuh Kesehatan jasmani.
Supaya bikin anak-anak sadar kita tuh harus menjaga Kesehatan jasmani.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

kita dibagi tiga kelompok tuh kak, ada yang ngolah sampah, ada yang
misahin sama ada beli bahannya. Terus kelompok aku tuh kebagian buat
desain
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

: Udah dipilihin dari guru, dari pihak sekolahnya udah ditentuin


Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Kalau topiknya itu kita yang Kesehatan jasmani, kalau yang gaya hidup
berkelanjutan itu mem apa yah mem Mengkreasikan botol kaca.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Kita kan karena baru banget jadi ada dua, pertama itu jiwa dan raga, terus
yang kedua itu gaya hidup berkelanjutan ehh itu yang pertama, kalau bangun
jiwa raga yang kedua.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Untuk orang tua sebenanrnya juga berperan, tapiperannya itu nggk terlalu
banyak kayak sekedar mendampingi aja selama proses apa yah selama
proses kita P5 itu
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Kelompok aku kan bagian desain. Nah, orang tua aku tuh yang ngasih tau
“Kak yang ini ini aja, warnanya ini aja” dipilihin kayak gitu.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

189
dapat dijadikan narasumber belajar untuk peserta didik? N: Orangtua;
KPAI; Lembaga pemerintah; LSM; Komunitas masyarakat
Source: INSTRUMEN P5

N: Dengan melakukan perencanaan yang rinci dan matang; adanya


Kerjasama dan koordinasi TIM yang baik; dan antusiasme siswa yang tinggi
dalam pelaksanaan tugas.
Source: INSTRUMEN P5

: Assesment formatif dilakukan selama proses pembelajaran atau aktivitas


projek . Sedangkan Assesment Sumatif dilakukan diakhir pembelajaran
Source: INSTRUMEN P5

Kebutuhan belajar siswa Dimensi Elemen Sub elemen Tujuan projek


Source: INSTRUMEN P5

Dari hasil tes diagnostic, penilaian proses selama aktivitas dan kebutuhan
belajar siswa
Source: INSTRUMEN P5

Mengikuti rancangan modul dan hasil assesment yang diberikan kepada


siswa.
Source: INSTRUMEN P5

Ada tes diagnostic, lalu ada penilaian proses selama aktivitas, baru ada
penilaian sumatif yang focus kepada sikap dan perilaku anak
Source: INSTRUMEN P5

N: Cara menentukan tujuan pembelajaran dengan mengikuti target atau


ketetapan dari pemerintah, namun kita mix dengan keadaan dilapangan
Source: INSTRUMEN P5

N: Pada tema projek pertama, penentuan dimensi dilakukan oleh


coordinator. Sedangkan, pada tema projek kedua, penentuan dimensi
dilakukan bersama-sama antara coordinator, fasilitator dan guru pengajar
kelas X.
Source: INSTRUMEN P5

190
ara menentukan tujuan pembelajaran dengan mengikuti target atau ketetapan
dari pemerintah, namun kita mix dengan keadaan dilapangan
Source: INSTRUMEN P5

Profil modul (Tema dan topik modul, fase atau jenjang sasaran, durasi
kegiatan) Tujuan (Pemetaan dimensi, elemen, sub elemen Profil Pelajar
Pancasila, rubrik pencapaian kompetensi) Aktivitas (Alur aktivitas projek,
penjelasan detail tahapan kegiatan dan asesmennya) Asesmen (Instrumen
pengolahan hasil asesmen)
Source: INSTRUMEN P5

orang tua dan lingkungan satuan Pendidikan dapat terlibat dalam P5? N:
Dengan menjadi narasumber, turut berkontribusi dalam panen karya dan
dilibatkan dalam penentuan tema projek selanjutnya
Source: INSTRUMEN P5

Mendokumentasikan melalui video, media social, media digital, media


cetak dan media online
Source: INSTRUMEN P5

jurnal dalam projek profil? N: Agar kegiatan projek terdokumentasikan


dengan baik dan dapat membantu assessment siswa terhadap projek tersebut
Source: INSTRUMEN P5

Melalui portopolio perkembangan siswa jauh lebih terpantau


Source: INSTRUMEN P5

Agar penilaiannya terukur, terencana dengan baik dan dapat dijadikan


pedoman dalam assessment.
Source: INSTRUMEN P5

a pengelolaan hasil assesment P5? N: - Melakukan tes diagnostic -


Pembimbing projek/ Koordinator/ fasilitator memberikan assesment
sepanjang projek - Menganalisis Assesment - Memberikan atau
melaporkan hasil assessmen
Source: INSTRUMEN P5

Tidak menjadi beban administrasi yang berat; Aspirasinya, penulisan rapor


akan lebih sederhana, terlebih apabila dibantu teknologi Teknologi report
generator di mana pendidik memasukkan judul projek, deskripsi singkat,
dan seluruh elemen Profil Pelajar Pancasila, dan hanya memberikan
penilaian pilihan elemen profil yang berkaitan dengan projek tanpa harus

191
menuliskannya. Penulisan deskripsi proses peserta didik benar-benar fokus
pada hal unik dan istimewa yang layak direfleksikan, misalnya situasi di
mana peserta didik mengambil keputusan yang bijak, perkembangan suatu
karakter yang sangat nyata dalam kurun waktu tertentu, dan sebagainya.
Kompetensi utuh; dalam hal ini dimaksudkan penilaian dalam rapor projek
hendaklah memadukan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai satu
komponen. Deskripsi juga disampaikan secara utuh tanpa membedakan
aspek tersebut.
Source: INSTRUMEN P5

Menunjukan keterpaduan; Rapor terdiri dari hasil penilaian terhadap


performa peserta didik dalam projek. Meskipun ada beberapa disiplin ilmu
terintegrasi dalam projek, namun bagian projek fokus pada keterpaduan
pembelajaran dan perkembangan karakter dan kompetensi sesuai Profil
Pelajar Pancasila
Source: INSTRUMEN P5

EVALUASI PR
nanti pelaporan ibu ikut lagi. Ehh di awal dalam membuat perencanaan,
ditengah-tengah pengawasan, diakhirnya dalam penilaian.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Yah, setiap selesai suatu projek itu pasti ibu mengumpulkan teman-teman
untuk dievaluasi. Evaluasi yang dilakukan tentunya sejauhmana ketercapaian
tujuan P5 ehh tersebut. Kemudian yang kedua, ehh sejauh mana perubahan
atau perilaku karakter siswa setelah ehh menyelesaikan suatu P5 itu ehh
kemudian juga mengevaluasi ehh kira-kira selama P5 itu dilakukan
hambatannya apa, tantangannya apa, kemudian apa yang bisa kita lakukan
solusinya. Kemudian juga mengevaluasi ehh kekurangan-kekurangan dari
personal kita. Misalkan SDM nya barangkali bisa diberikan perhatian lagi
ehh bisa diberika solusi yang lain
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Kita evaluasinya itu ehh melakui rapat-rapat diskusi-diskusi yang


ditampung dari semua pihak dan dalam hal ini bukan hanya melibatkan guru
tetapi juga melibatkan siswa. Mereka juga dalam pelaksanaanya itu lebih
paham yahh, yang pasti dalam P5 itu ketika evaluasi dan diskusi anak-anak
itu lebih semangat dibandingkan tidak ada P5 ehh misalnya apa nih ehh
dampak P5 pada kalian. “ banyak ibu, diantaranya kalau tidak ada P5 kita
bekerja masing-masing”. Nah berasakan karakternya muncul tuh adanya
semangat, kolaborasi, saling berbagi dengan teman. Kemudian ehh ini juga
ehh selain dari kerja sama kolaborasi dan juga saling memahami temannya,

192
kelebihannya pa kekurangannya apa, gaya belajarnya seperti apa. Terus juga
belajarnya tidak jenuh. Karena yang jadi subjeknya siswanya, ehh guru itu
hanya mengarahkan nanti mereka yang cari tahu sendiri dengan tean-
temannya bahkan kadang-kadang mereka itu bisa melebihi ekspektasi yang
kita harapkan
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Yang kami lakukan itu yang harus ada di P5 tersebut, jadi bermanfaatnya
bukan hanya untuk sekolah sendiri tetapi, bisa juga ke orang lain ehh atau
ehh mungkin kita melibatkan dunia usaha industry yang berkaitan dengan
gaya hidup berkelanjutan. Untuk yang pertama itu ehh apa gaya hidup
berkelanjutan itu maksudnya bagaimana itu dibuat lebih baik lagi dengan
diskusi pihak industry yang sederhana dulu, itu sempat direncanakan.
Kemudian yang tema kedua kemaren bangunlah jiwa raga itu kampanye-
kampanye dari anti Bullying kemudian juga ehh tentang kesehatan mental,
kesehatan jasmani dan apalagi yahh berpikir positif, itu mereka tampilkan
dalam bentuk drama musikal sehingga, kami melibatkan sekolah lain kita
mengundang perwakilan sekolah seseprior parung, itu ada sekitar 15
sekolah.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Banyak yah kalau menurut ibu, ehh itu sangat terlihat. Anak kelas 10
sekarang itu jauh lebih baik daripada kelas 11 dan 12 yang berkaitan dengan
karakter. Nah karakter inikan bukan hanya dari segi agama, ataupun ehh apa
termasuk kepada karakter mandiri, kreatif, bernalar kritis dan juga
berkhibenekaan global. Artinya mereka anak-anaknya lebih terbuka, lebih
percaya diri tidak merasa minder dengan kakak-kakanya karena ada kegiatan
bersama dengan kakak kelasnya di hari jumat. Setiap hari jumat itu kan
bergantian ada jumat siraman rohani, tausiyahnya yang mengisi kelas 10 ada
keberanian. Kemudian jumat berikutnya ada literasi mereka juga siap tidak
malu-malu yah. Kemudian termasuk dari kreativitas itu ehh lebih bai. Ehh
dari P5 satu dan duanya sudah berbeda. Ketika P5 satu ditampilkan kita
menyiapkan dengan apayah persiapan
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Nah mereka sudah bisa membayangkan kedepannya harus lebih baik lagi.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

faktor yang paling mendukung yang pertama dari itunya dulu yah, yang
pertama adanya dukungan dari kepala sekolah, yang kedua dukungan dari
guru-guru, yang ketiga dukungan dari sarana dan prasarana dan tentu
dukungan dari orang tua juga. Karena subjeknya adalah siswa. Dukungan
dari kepala sekolah berupa pemikiran, berupa fasilitas ehh dan yang utama
memahani dulukan apa yang dibutuhkan. Kebutuhan-kebutuhan untuk P5

193
itu. Kemudian dukungan dari guru artinya kan guru harus bekerja ekstra nah
ini, karena guru paham maksud dan tujuannya. Sehingga, memberikan
dukungan penuh kepada anak. Kemudian tidak lepas juga dari sarana dan
prasarana, dari finansial, anggaran. Kemudian dukungan orang tua tidak
harus material saja yah yang biasanya dalam bentuk sumbangan, yang utama
secara moril dulu kepada anaknya. Kemudian ehh dukungan lain ketika ehh
kita memerlukan, ehh mereka menyediakan waktu dan tenaganya ketika
diundang. Alhamdulillah itu, ibu didampingi oleh coordinator yang luar
biasa yah yang memang mau belajar dan mau berbagi sehingga, dan mau
memang menyediakan apayah untuk kemajuan sekolah. Koordinator di
sekolah kami kan juga Sudha lulus sebagai guru penggerak dan ada juga
yang sedang mengikuti.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

sekolah yang dipuji oleh fasilitatornya dan paling jarang kami mengikuti
pendampingan karena, kami sudah termasuk dalam penilaian adalah ehh
Sekolah Penggerak dengan level Mandiri. Karena dalam penilaiannya sudah
baik. Nah kemudian juga kemaren PMO jadi, mereka hanya meminta
bagaimana perkembangan sekarang. Jadi, bukan untuk melebihkan ehh
penilaian dari kemendikbud melalui fasilitatornya mereka menganggap
sudah baik dan sudah pernah MONEV, sudah pernah masuk kelas,
bagaimana pembelajaran terdeferensiasinya berjalan atau tidak, bagaimana
P5 nya. Bagaimana anak-anak juga spontanitas diambil sebagai sample.
Mereka semua sangat bersemangat. Jadi, penilain dari fasilitator yang
dikirim oleh kemendikbud itu sangat baik. Karena penilaiannya itu ada level
1 sampai 5, nah kita di level 4 termasuk sudah mandiri ehh itu ditampilkan
ketika Zoom tapi belum diberikan dokumen fisiknya
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

N: Kalau factor penghambat itu ehh rata-rata apasih yah yang pertama
karena baru beradaptasi. Kemudain belum sama persepsi antara yang satu
dan yang lainnya. Misalkan, ehh antara Koordinator, guru. Maka, kita
solusinya terus menerus untuk melakukan apanamanya ehh, melakukan
saling berbagi itu. Jadi, setiap sekali dalam seminggu itu kita ada Namanya
berbagi praktik baik setiap hari jumat. Dan memang di kurikulum merdeka
ini juga disarankan seperti itu ada evaluasi dan refleksi seminggu sekali,
kalau ibu kebetulan dari dulu sudah memprogramkan seperti itu. Jadi, ehh
evaluasi dalam satu minggu itu kita sampaikan kepada guru-guru yang lain
yang sebelumnya tidak ikut pelatihan khusus seperti kita. Kemudian kea
nak-anak in ikan juga hal yang baru bagi mereka yah. Ini juga terbukti ketika
diadakan panen karya gitu yahh. Ehh anak-anak itu baru ngeh “Ohh ternyata
ehh pada akhirnya seperti ini yah, kalau tau begini yah bu kita siapkan lebih
baik lagi nantinya”. Jadi, ada anak yang mungkin tahunya setengah-
setengah, panen karya itu kaitannya langsung dengan produk produk,
padahal lebih diutamakan prosesnya, bagaimana mendapatkan nilai-nilai

194
karakter P5 tersebut. Kalaupun produk itu hanya sebuah hasil yah atau
dampak daripada P5 tadi
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Dari yang ibu liat selain dari siswa , Guru-guru juga setelah melaksanakan
P5 yang pertama setelah panen karya, mereka baru merasakan ini yang
dimaksud dan yang dituju kegiatan P5 ini. Contohnya ni, kalau P5 ynag
pertama itu yang membuat modul itu dan merancang yakni komite
pembelajaran yakni Koordinator, kalau yang kedua mulai dibagi ke guru-
guru yang lain yakni fasilitator sehingga, mereka yang tahu ni P5 tema
kedua itu ehh mau dibuat arah kemana. Kalau dulu mereka dikasih
modulnya, kalau sekarang mereka sudah terlibat dalam membuat modul,
mereka juga tahu bagaimana mengarahkan siswa yah. Nah dari segi siswa
juga begitu, mereka lebih percaya diri , lebih tau maksud dan tujuannya. Jadi
lebih kreatif dan inovatif juga. Kalau diawal mungkin mereka lebih terfokus
kepada produk, walupun diperjalanan terus kita arahkan terus bahwa bukan
hanya focus kepada produknya. Tapi kalau yang kedua itu yang kemaren
lebih percaya diri, lebih lincah untuk apa yang mereka tampilkan. Nah
sehingga, kalau tema pertama kemaren itu berbasis produk fisik, kalau yang
kedua itu produknya berupa kegiatan drama musikal. Kemudian, ehh ada
juga produk fisiknya seperti poster. Terus kegiatan pertama juga lebih
banyak dibimbing oleh guru, yang di kedua ini mereka lebih mandiri. Kalau
kemuduran kayaknya enggk ada yang ada peningkata
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Dampak positif yang dirasakan dari P5 itu kan bertujuan untuk menerapkan
implementasi karakter yang pasti adanya perubahan karakter pada siswa.
Lebih kreati, lebih memahami, lebih menghargai orang lain, lebih toleransi.
Karena nilai-nilai itu kan yang selalu kita bawah dalam pelaksanaan.
Kemudian kalau beriman dan bertakwa kita memang ada program sekolah.
Namun, yang jarnag selama ini diarahkan yakni saling menghargai,
bagaimana kreatif, bagaimana rasa saling toleransi terbentuk. Ketika ada
MONEV kesini mereka menjawab langsung, anak-anak menjawab langsung
pertanyaan terkait dengan adanya P5 ini. Pembelajarannya tidak menjadi
jenuh, tidak hanya monoton dilakukan dalam kelas tapi juga, bisa diluar
kelas. Bisa dalam bentuk tidak formal belajarnya, namun bisa smabil diskusi
dengan teman-temannya dan mereka mengatakan”Saya mungkin tidak akan
kenal sama si ini secara dekat kalau bukan P5. Kalau misalkan cuma dikelas
berangkat belajar pulang seperti itu. Tapi dengan adanya P5 mereka
didorong adanya kerja sama, saling mengenal satu sama lainnya.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

: kalau ibu lebih kepada pengawasannya, karena pembelajarannya itu tidak


formal seperti di kelas, itu ehh kadang-kadang kita sulit membedakan ini

195
anak sedang P5 atau sedang tidak ada gurunya. Maka, pengawasan di P5 ini
lebih extra. Jadi, kayak ibu lebih suka liat jadwal ini lagi P5 gurunya siapa.
Itu kadang-kadang kalau ada anak diluar, “itu ada nak diluar lagi bebas atau
p5”. Memang seiring perkembangan Zaman juga yah kalau pembelajarn itu
tidak boleh kaku seperti dulu. Terus yang kedua gurunya di P5 ini itu,
gurunya agak lebih nyantai karena merasa anaknya sudah lebih
berkreativitas. Jadi kadang-kadang tidak semua guru memahami tujuan apa
yang hendak dicapai P5 ini. Tetapi, ibu sebagai Kepala sekolah tidak bosan-
bosan mengingatkan melaui pertemuan langsung setiap minggu, atau lewat
WhatsApp ketika ibu keliling kemudian ada juga guru yang P5 itu bukan
formal intrakurikuler tapi adalah implementasi karakter, jadi kalau sudah
mengarahkan kadang-kadang ditinggali kelasnya. Nah kalau ibu keliling ibu
WA langsung gurunya yang tidak mendampingi. Kadang-kadang juga kita
tidak bisa menghindari besarnya biaya yang dikeluarkan. Karena keinginan
siswa itu ingin tampil maksimal. Segala sesuatu yang ingin bagus yah itu
kan relevan dengan ehh biaya ya. Contohnya, yang harusnya nyewa tenda
jadi, nyewa tenda. Nah itu, tenda itukan biayanya mahal. Kalau nggk pakai
tenda itu nggk , kita terbatas oleh waktu karena panas, kemudian kita juga
tidak punya aula yang besar. Selain itu, juga berkaitan dengan suara
untungnya kita sudah ada Sound System lapangan yang bagus. Kalau enggk
pakai itu nggk semarak juga suasananya
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Menurut ibu, P5 itu bagus dan kalupun ada dampak negatif masih jauh lebih
sedikit dari hasil dampak positifnya. Tinggal kita menyesuaikan dengan
kondisi untuk meminimalisir.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Kalau dari guru sebenarnya evaluasinya lebih kepada mendampingi, ini


udah sesuai belum dengan panduan gitu. Tetapi, kan kesesuaian dengan
panduan juga kalau sekarang itu nggk ada standar-standar tertentu yah. Jadi,
lebih pada ayo SMA Parung bisanya apa gitu, yang unggulnya dimana, ayok
kita tebalkan unggulnya itu. Kalau bagian-bagian yang emang nggk bisa
harus diadakan juga mereka akan tergopoh-gopoh, tidak nyaman, jadi kita
nggk melihat kesitu.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Keunikan dalam hal keunggulan mungkin yah, yang pertama itu saya lihat
kepala sekolahnya cukup adaptif dan juga ehh apa ehh dia mau belajar, mau
bertanya, Jadi, saya juga sebagai pengawas tuh ehh nyaman dalam artian
merasa dibutuhkan, tapi kepala sekolahnya juga ngomong “Bersyukur
banget dapat pengawas seperti ibu Dina, karena seperti punya teman untuk
menginikan guru, ini sesuatu yang baru loh gitu, sesuatu yang baru kalau
saya yang omongin sendiri ke guru, guru bisa jadi nggk percaya, guru bisa

196
jadi ketika beradaptasi tuh kok kayak gini kurikulum merdeka, tetapi kalau
didukung pengawas seperti kita mau bareng-bareng nih gitu”. Jadi, kalau
anda gerakannya nggk sesuai masih pengen kayak yang dulu ngajarnya
ceramah, Nah diawal-awal itu agak sulit merubah paradigma guru-guru
SMAN 1 Parung dan memang Kepala Sekolah kewalahan. Tetapi, dengan
beberapa kali memberikan pelatihak ke guru-guru akhirnya berubah
paradigamanya. Kemudian komite pembelajarannya itu guru-guru muda
yang punya background guru penggerak, jadi lebih mempermudah
paradigma yang sesaui dengan kurikulum merdeka. Kemudian yang ketiga
keunikannya dalam hal guru, guru itu bukan dia nggk mau berubah tapi dia
ingin dijelaskan dengan sejelas-jelasnya, seyakin-yakinnya ketika dia sudah
ketemu di titik tekk kami mau berbah akhirnya sreg serempak berubah gitu.
Kemudian, tenaga kependidikan mendukung jadi, tenaga kependidikannya
juga tau kadang-kadang kan ada TU yang nggk tau kalau sekarang sudah
berubah, dia tau mau berubah mau belajar juga tenaga kependidikannya.
Kemudian Orang tua. Orang tua juga di Forum-forum Parenting kalau waktu
itu masih Online yah, itu juga mereka antusias belajar mau mengikuti
kegiatan-kegiatan parentingnya itu. Kemudian juga, siswa juga secara
kesiapan belajar ada mungkin beberapa yang lemah tapi mayoritas di sedang
dan beberapa yang tinggi. Kemudian minatnya juga baguslah kalau menurut
saya sehingga, ketika dipetakan kamu kesini kesini mereka seperti
menemukan dunianya masing-masing. Kemudian juga sudah mulai
mengadaptasi gaya belajar siswa jadi tidak hanya yang Auditory yang
diperhatikan tetapi, juga yang kinestetik anak diajak keluar atau yang visual
ehh sudah ada LCD di tiap kelas gitu yah, sehingga penayangan video gitu
tuh udah hal yang biasa di parung
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Pelaksanaan P5 di parung apakah sudah sesuai dengan elemen, subelemen,


fase e yang di fokuskan itu sudah tercapai atau belum ibu? N: Secara
administratif waktu itu saya pernah kesana dan ehh pernah memonev. Secara
administratif sudah sesuai banget artinya modul yang dibuat sudah bagus
sudah adaptif, jadi contoh yang ada di kemendikbud itu cuma menjadi
inspirasi tidak dicontoh plek ketiplek gitu yah, tetapi dijadikan inspirasi lalu
disesuaikan dengan kondisi Parung gitu, itu sampai saya periksa gitu. Kalau
kepada anak-anak saya bertanya secara umum aja cuma jawabannya anak-
anak itu yah enjoy dengan pembelajaran yang sekarang mereka nyaman ehh
senang gitu yah . jadi, belajar itu menyenangkan lah gitu. Diantaranya
terbukti dengan tingkat kehadiran siswa maksimal ketidakhadiran itu
minimal di Parung itu. Artinya kan mereka semangat gitu belajarnya gitu
“Hari ini mau belajar apa nih di Sekolah”. Inikan program kementrian
dilaksanakan oleh BBGP aktor yang ada disana namanya fasilitator untuk
sekolah-sekolah yang belum sesuai dengan panduan itu biasanya tuh
fasilitator tuh mendampingi seminggu sekali atau sebulan sekali. Parung
karena sudah kategori Mandiri, fasilitator itu datangnya tiga bulan sekali.

197
Tiga bulan itu cuma ditanya kegiatannya apa aja “Ohh kami sedang kegiatan
ini pak, karena begini begini” dan itu semua sudah sesuai dengan panduan.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Pertama dari kepala sekolahnya adaptif kemudian mau belajar. Kemudian


komite pembelajarannya juga kompak, beberapa backgroundnya guru
penggerak, bagi saya itu sangat berpengaruh. Karena kebetulan saya juga
pegang sekolah lain yang tidak guru penggerak agak berat gitu untuk bisa
memahami P5 yang bener yang sesuai panduanlah, sekian JP, dimensinya,
elemennya gitu. Kemudian yang ketiga guru-gurunya tadi yah guru-gurunya
ehh bukan merekan mau berubah tapi mereka butuh asupan lebih dulu.
Sehingga, mereka yakin mau berubah baru mereka mau berubah. Jadi, butuh
pembinaan itu beberapa kali lah gitu saya ke guru-guru gitu. Kemudian TU
nya juga mendukung gitu yah. Kemudian orang tua juga ada beberapa yahh
yang beberapa ekonominya yang kebawa tapi rat-rata menengah yah tapia da
beberapa yang di atas. Kemudian juga siswanya secara input juga ehh rata-
rata menengah ke atas secara kesiapan belajar dan mau diajak juga siswanya.
Mau diajak itu artinya siswa itu ehh apa yah akhirnya terbiasa menyuarakan
suara “Kami tuh maunya begini” , kemudian “Pilihan kami seperti ini”.
Kemudian setelah memilih juga bertanggung jawab terhadap pilihannya gitu,
Ada di sekolah lain, sekolah lain itu siswanya ketika di “Kalian maunya
kayak gimana” diem aja gitu, itu ada mungkin karena belum terbiasa. Ehh
sekolahnya emang agak pelosok “Apa kata ibu guru aja” masih.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

: Faktor penghambatnya yah di Parung ehh yang pertama kadang-kadang


masih merasa ragu. Karena memang kan yah panduan yang dikasih
Kementrian ini global. Jadi, seperti apa sih yang sesuai dengan panduannya.
Jadi, boleh dibilang Parung itu taat aturan kalau aturannya jelas mereka akan
ikuti dan mereka akan puas karena sudah apa ikut dengan aturan. Sekarang
aturannya itu global, jadi kadang kadang mereka tu “Ini bener nggk sih”.
Nah, disitulah peran pengawas yang bisa diajak diskusi atau kalau sesuatu
yang tidak ada panduannya. Kita mau melakukan seperti ini, Nah penguatan
dari pengawas ini bismillah kita lakukan aja gitu. Ternyata benar, ternyata
sebenarnyakan di kurikulum merdeka itu apapun yang dilakukan itu benar
yah ehh yang salah adalah yang tidak melakukan gitu. Cuma yah itu tadi
kalau orang terbiasa kalau anak pinter itu ngikutin aturan gurunya kan.
Gurunya A B C, dari C ke F dulu yah, dari F ke Z dulu yah. Itu dia ikutin.
Kalau di kurikulum merdeka boleh dari E saya maunya ke M boleh saya
maunya ke Z boleh, silahkan itu boleh boleh saja yang penting A sampai Z
terlewati.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

198
Pasti adalah pergeseran budaya gitu yah dengan yah itu tadi yah. Angkatan
X kan merekan gaya belajanya beda tuh sehingga, lebih apa sih belajar itu
penuh warna lah. Mulai dari anak itu kalau disuruh bicara itu anak nggk aa
uu gitu yah langsung gitu yah mereka. Bukan berarti semua anak Cuma
sebagian besar sekarang tuh terbiasa. Keika kita tanya kenapa kamu memilih
tema ini dia mengemukakan tuh. Artinya kan dia sebelum memilih tema itu
sudah dia pikirkan ada proses sekian JP untuk dia mengeksplor kenapa sih
saya harus pilih tema ini, kenapa kelompok kita pilih tema ini. Itu artinya
udah hasil diskusi kan gitu. Nah itu anak mudah menjawab itu, artinya kan
disitu ada budaya ehh dibebaskan tidak dipaksakan. Bukan tema sih tapi
aktivitas kelompok satu bikin ini, kelompok dua bikin ini biasanya kan yang
nentuin gurunya kalau sekarang kan nggk siwa gitu
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Kalau yang saya lihat banget itu di guru-gurunya yah. Guru-gurunya terjadi
perubahan paradigama. Jadi, ehh belajar itu siswa bukan lagi objek tapi udah
subjek. Anak mau bikin ap aitu diinikan ke siswa. Kemudian siswa juga
siapa yah artinya diam au mengeluarkan suar. Sudah terbentuklah ekosistem
belajar Parung itu kalau menurut saya yah. Karena gurunya juga sudah
berubah paradigmanya. Kemudian P5 ini semua guru ikut misalnya, guru
kelas XII dia mah nggk tahu info kurikulum merdeka, enggk mereka semua
ikut gitu diikutkan jadi semuanya update.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Apa yah saya belum melihat dikalangan guru juga ehhmm apa yah karena
ini kan perubahan paradigma apa yah belum ada deh kayaknya
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Kan satu ini yah apa namanya, rapot itu kan cuma dikasih buat kenaikan
kelas, dikasih Soft filenya buat keterangannya tuh kayak berkembang atau
tidak berkembang itu formatnya.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Acara P5 tuh banyak banget evaluasinya. Pertama tuh, acaranya tuh


mendadak, kesiapan dari panitianya juga kurang ehh guru gurunya juga
sempat miskom juga. Terus tamu yang datang juga terlalu penting. Jadi,
sebagian anak-anak yang kelasnya belum siap, kayak masih gugup jadi
berantakan. Terus tamu-tamu masih masih berantakan gitu, panitianya nggk
rapihin. Acranya udah berjalan tapia nak-anak yang mau pentas belum siap
gitu.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

199
Lewat lisan secara langsung, ehh semua panitia yang ngisi acara itu
dikumpulin terus dievaluasi kayak kurang ini, diskusi.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Perwakilah kelas sama guru pembimbingnya


Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

EHH Kak jujur yah, kalau misalnya buat gotong-royong tuh masih belum
sesuai. Karena kan kita juga baru, dari sekolah mana-mana nyampur. Kita
masih butuh penyesuaian untuk saling mengenal “Ohh gini loh, ohh dia tuh
kayak gini”. Sedangkan kalau gotong-royongkan satu tema nggk boleh beda
beda. Kalau beda beda nanti pecah. Kalau mandiri dan gotong royong itu
masuk ke dalam diri.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Kerja sama tim sih lebih tepatnya sama enggk ada miskom juga. Jadi, kalau
ada informasi langsung cepat dikabarin.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Tapi itu kerja samanya kalau udah mendekati hari H gitu


Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Soalnya dari diri sendiri sih kak kayak rasa males. Terus juga kan guru
pembimbingnya ada kesibukan lain. Jadinya, enggk ngajar ke kelas kita buat
ngebimbing P5 kita hari ini
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Buat guru-guru yah, kalau misalnya emang ada kesibukan, tolong diinfokan
dulu di grup “Saya enggak bisa dateng anak-anak, jadi ada guru pengganti”
proses P5 itu tetap berjalan. Terus buat diri sendiri tuh kayak harus ada
motivasi dari pembimbing juga. Jadi, kita tuh kan masih anak-anak, kita
masih butuh motivasi, butuh masukan, butuh saran, enggak bisa langsung
jalan sesuai gitu. Jadinya, rasa malas tuh enggak bisa ilang.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Perbedaan aku tuh banyak yah kak, kayak tadi menumbuhkan kreativitas
dan karakter. Setelah ada P5 tuh kreativitas aku lebih tinggi, lebih
meningkat, lebih kayak “Ohh ini bisa diolah kayak gini”. Terus karakter tuh
bisa buat kerja sama, meningkatkan kerja sama. Terus lebih disiplin lag
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

200
: Ada kemajuan sih. dari temanya tuh Kesehatan jasmani dampak banget
yah, lagi marak banget kan, proses kayak Pacaran. Gitu tuh berdampak
banget apalagi ada dijelasinkan dari pentas dampak positif dan dampak
negatifnya. Dampak negatifnya kan kayak sakit, hamil. Makanya, yang tema
kedua ini sangat berarti gitu buat kalangan pelajar yang apa yah, pola
pikirnya berubah. Pacaran tuh ada dampak buruknya loh.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Ada sih sedikit. Lebih ke berteman tetap ke lawan jenis tapi buat hal yang
kayak lebih gitu, kayak deket lebih gitu, kayak misalnya deketan terus
ngobrol berdua tuh ada ukurannya. Kalau mau ngobrol tuh pasti rame-rame
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Tema yang pertama lebih berdampak banget kak, kan gaya hidup
berkelanjutan. Jadi, kelas XI dan kelas XII jadi ngikut. Buat kita tuh harus
ngejaga kebersihan sekolah gitu. Waktu itu juga kan sekolah mau di
adiwiyatain tingkat berapa gitu, terus dibatasin kayak enggak dibolehin
pakai gelas plastik, enggak boleh pakai Steroform. Semenjak ada tema gaya
hidup berkelanjutan itu, kita dibatasi jadi bawah makan sendiri, tempat
minum sendiri. Kalau kantinnyajuga nyediain gelas plastic. Tapi plastiknya
bukan kayak modelan plastic gitu tapi, gelas apa yah yang masih di daur
ulang
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Seluruh data dokumentasi disimpan baik dalam bentuk digital dan non
digital. - Evaluasi bertahap dari siswa dengan fasilitator dan fasilitator
bersama coordinator. - Mengevaluasi dan Menyusun laporan - Melaporkan
hasil projek kepada kurikulum dan kepala sekolah - Monev dari pihak
terkait (KCD wilayah 1 diwakili oleh pengawas Pembina
Source: INSTRUMEN P5

Menunjukan keterpaduan; Rapor terdiri dari hasil penilaian terhadap


performa peserta didik dalam projek. Meskipun ada beberapa disiplin ilmu
terintegrasi dalam projek, namun bagian projek fokus pada keterpaduan
pembelajaran dan perkembangan karakter dan kompetensi sesuai Profil
Pelajar Pancasila
Source: INSTRUMEN P5

Tidak menjadi beban administrasi yang berat; Aspirasinya, penulisan rapor


akan lebih sederhana, terlebih apabila dibantu teknologi Teknologi report
generator di mana pendidik memasukkan judul projek, deskripsi singkat,
dan seluruh elemen Profil Pelajar Pancasila, dan hanya memberikan
penilaian pilihan elemen profil yang berkaitan dengan projek tanpa harus

201
menuliskannya. Penulisan deskripsi proses peserta didik benar-benar fokus
pada hal unik dan istimewa yang layak direfleksikan, misalnya situasi di
mana peserta didik mengambil keputusan yang bijak, perkembangan suatu
karakter yang sangat nyata dalam kurun waktu tertentu, dan sebagainya.
Kompetensi utuh; dalam hal ini dimaksudkan penilaian dalam rapor projek
hendaklah memadukan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai satu
komponen. Deskripsi juga disampaikan secara utuh tanpa membedakan
aspek tersebut.
Source: INSTRUMEN P5

BB (Belum Berkembang) MB (Mulai Berkembang) BSH (Berkembang


Sesuai Harapan) SB (Sangat Berkembang
Source: INSTRUMEN P5

Dapat digunakan untuk mengukur karakter/sikap/perilaku siswa untuk fase


selanjutnya. Mengukur seberapa besar perubahan sikap/perilaku siswa
setelah projek
Source: INSTRUMEN P5

KOORDINATOR
Koordinator ini diambil dari Komite Pembelajara
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

sudah diberikan pelatiha


Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Dimana Koordinator ini membawahi masing-masing tiga kelas. Nah


koordinator inilah yang ehh mengawasi ehh mengarahkan perpanjangan
tangan dari Kepala Sekolah secara teknis yahh ehh bagaimana
keterlaksanaan daripada ehh kegiatan P5 ini. Jadi, yang pertama mengajak
semua guru untuk membuat perencanaan yaitu menentukan temanya apa,
topiknya apa,membuat modulnya, bagaimana tahap-tahapannya. Karena
jangan sampai anak-anak langsung berasumsi ke produk, karena kan produk
itu hanya dampak dari hasil tapi yang paling penting itu bagaimana
prosesnya dari awal sehingga, anak-anak betul-betul memahami bahwa
dalam mengerjakan P5 itu ehh tanpa mereka sadari terbentuk nilai karakter
yang sesuai dengan tema tadi.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Koordinator adalah mengkoordnir guru pembimbing tad


Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

202
coordinator yang luar biasa yah yang memang mau belajar dan mau berbagi
sehingga, dan mau memang menyediakan apayah untuk kemajuan sekolah.
Koordinator di sekolah kami kan juga Sudha lulus sebagai guru penggerak
dan ada juga yang sedang mengikuti.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

TU
Kalau TU paling ini aja menyiapkan peralatan jika diperlukan. Kemudian
menyiapkan fasilitas-fasilitas pembelajaran terutama ketika panen karya TU
nya biasanya mendampingin karena disana banyak peralatan yang
dibutuhkan. Mulai dari tenda kemudian termasuk bahan-bahan untuk
pameran.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

Tenaga Pendidikan juga berperan yah khususnya dalam hal administrasi,


kemudian dalam hal ehh misalnya ada informasi-informasi gitu yah itu dari
tenaga kependidikannya
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

kita juga butuh sarana-sarana itu juga bisa dibantu selain dari Waka Sapras
yah, juga dari tenaga kependidikannya. Kemudian juga misalnya ada
instrument-instrumen yang dibutuhkan oleh guru yah, konsep dibuat oleh
guru nantikan yang ehh memperbanyak itu adalah ehh tenaga administrasi
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

LS
: iyya, mitranya seperti yang kecamatan itu. Pernah juga kita bentuknya
seperti ehh apa tadi Study Banding,cakalang di Jakarta Jadi, disana itu kita
melihat bagaimana mengelolah sampah plastic, bagaimana mengelolah
sampah basah , bagaimana sampai ke air hujan itu nggk boleh terbuang
begitu saja. kemudian pergi ketempat-tempat yang ada pengolahan sampah
seperti sekolah Nurul Iman sudah memiliki alat untuk mengelolah sampah.
Terus dari sampah itu juga diolah menjadi produk, membuat pupuk kompos
dan kompos cair. Terus yang ketiga itu ada dari DLH
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

:Kita melakukan mitra dengan puskesmas, puskesmas itu beberapa kali


kesini menangani Kesehatan jiwa dan raga dengan melkuakn ehh

203
penyuluhan dan pemeriksaan. Selain itu, juga dengan ehh apasih dengan
KPAI Pusat, kita mengadakan dalam bentuk seminar
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

KPAI; Lembaga pemerintah; LSM; Komunitas masyaraka


Source: INSTRUMEN P5

PENGAWAS
Kalau pengawas yang saya lakukan itu saya pendamping kepala sekolah.
Jadi, ketika kepala sekolah sama guru-guru mau merumuskan sesuatu nih,
karena ini sesuatu yang baru yah, jadi kadang-kadang mereka tuh “Ini bener
atau enggak” akhirnya ngobrollah dengan pengawas. Kita coba rumuskan,
kita coba lihat di panduan “Oh ini ternyata bener , bismillah yuk kita
jalankan”. Karena kan memang dikurikulum merdeka itu memberikan
kebebasan. Jadi, kita tuh biasa tuh dididiknya seragam yah “Ininya harus
begini, ininya harus begini”. Nah, sekarang nggk ada tuh aturan-aturan
begitu silahkan bebas. Jadi, sekolah itu pada awalnya ragu-ragu tapi
pengawas memberikan penguatan. Jadi, selalu mendampingilah seperti itu,
hampir tiap bulan lah bahkan kadang-kadang dua minggu sekali saya datang
ke sekolah ngobrol dengan komite pembelajarannya itu kadang PMO nya
juga ikut untuk sama-sama kita tahu tema yang lagi dibahas apanih. Nah,
pengawas itu apayah diibaratnya selain memberika penguatan juga silahkan
ini bebas, ini merdeka tetapi kalau sudah melenceng-melenceng nah
dibetulin lagi sama pengawas. Seperti misalnya banyak kegiatan tapi, ini
bukan di Parung yah di sekolah lain P5 itu akhirnya belum dimaknai sebagai
pembentuka karakter jadi nggk beda dengan mata pelajaran prakarya. Jadi,
anak itu hanya dikasih tugas bikin produk selesai gitu, terus saya bilang “Ini
harus 460 jam loh, kalau yang kayak gitu-gitukan 6 jam beres”. Terus
gimana caranya supaya banyak jadi, P5 itu kan ada tahapan kan ada tahap
orientasi, ada tahap kontektualisasi, ada tahap aksi dan ada tahap refleksi.
Nah ini, kebanyakan lupa nih dengan tahap ini sekolah yang lain yah, kalau
parung memang ketika mereka ingin melaksanakan, yah akhirnya kan saya
dampingi, peran pengawas itu mendampingi, memberdayakan. Kalau
misalnya mereka cuma punya ide-ide kecil gitu, biasanya saya suka kasih
tantangan “Bisa nggk kalau kayak gini” “Bisa sih ibu sebenarnya” “Yaudah
kalau gitu, ayo kita ini” karena mereka kan belum pernah belum terbiasa
melakukannya jadi, kita sama-sama mencoba dan kalau mereka misalnya
“Bu kami begini, salah nggk yah” nah itu peran pengawas distu untu ngasih
penguatan, supaya P5 ini tidak sekedar dijalankan tidak sekeedar
menggugurkan kewajiban tapi, benar-benar membentuk karakter anak-anak.
Source: HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG

204
Memos Sorted by Source
HASIL WAWANCARA smp 131 jakarta
Memo Memo Quote Author Date
ID
1 DEFINISI P3 Gambaran pelajar Indonesia sebagai firda Invalid
(HANIFA) pembelajar sepanjang hayat yang berperilaku Date
sesuai nilai-nilai Pancasila

2 ALASAN pemerintah ingin membangkitkan tujuan pelajar firda Invalid


(HANIFAH) sepanjang hayat yang dicetuskan oleh KH. Date
Dewantara, agar peserta didik menjadi
kompeteten, berkarakter, dan berperilaku sesuai
nilai-nilai Pancasila melalui dimensi yang ada
pada P5.
3 BUDAYA Pertama, berpikir positif terhadap firda Invalid
perubahan. Dimana, sebelumnya digunakan Date
kurikulum 2013 yang hanya terfokus pada
kegiatan intrakurikuler. Berbeda dengan
kurikulum merdeka yang memuat kegiatan
intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler yang
berbasis proyek, sehingga diperlukan
keterbukaan untuk menerima perubahan. Kedua,
belajar sepanjang hayat atau belajar terus-
menerus karena, dihadapi dengan perubahan
yang signifikan seperti, pada kurikulum merdeka
ini sekolah harus melaksanakan 3 proyek.

HASIL WAWANCARA SMAN 1 PARUNG


Memo Memo Quote Author Date
ID
4 P3 beberapa karakter yang harus dimiliki seorang pelajar. firda Invalid
(KS) Jadi, Profil pelajar Pancasila adalah pelajar yang Date
memiliki beberapa karakter yang sesuai dengan
Pancasila, itu ada enam elemen yahh, enam elemen
karakter yang ada di eh dalam profil pelajar Pancasila
ini

205
5 P5 Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Dimana, di firda Invalid
(KS) dalam ehh p5 ini ehh adalah berkaitan erat dengan Date
Pendidikan karakter yang disebut elemen tadi. Jadi,
untuk P5 ini, ehhh apa namanya Pendidikan karakter
yang dikhususkan yah dikhususkan waktunya untuk
ehh mempelajari dan bagaimana
mengimplementasikan atau dulu kan ada Pendidikan
karakter tapi diluar pembelajaran tapi kalau inimah
masuk dalam pembelajaran, Nah ini, suatu usaha
pemerintah bagaimana supaya ehh Pendidikan karakter
ini lebih baik lagi di sekolah. Jadi, khusus untuk
Pendidikan karakter diberikan eh dalam bentuk P5
sehingga, eh praktiknya ciri khas dari kurikulum
merdeka ditambahkan Pendidikan karakter itu menjadi
30%
6 P3 (P) Profil pelajar pancasila saat ini itu menjadi standar firda Invalid
kompetensi lulusan bagi seluruh peserta didik yang ada Date
di Indonesia. Nah di standar kelulusan itu, lulusan dari
ehh satuan-satuan Pendidikan di Indonesia itu
merujuknya pada Profil Pelajar Pancasila yang ada
enam dimensi

7 Profil pelajar pancasila saat ini itu menjadi standar firda Invalid
kompetensi lulusan bagi seluruh peserta didik yang ada Date
di Indonesia. Nah di standar kelulusan itu, lulusan dari
ehh satuan-satuan Pendidikan di Indonesia itu
merujuknya pada Profil Pelajar Pancasila yang ada
enam dimensi. P: Kalau program P5 itu maksudnya
apa ibu? N: Kalau P5 itu suatu upaya yang dilakukan
ehh memperbaiki kayaknya yah, memperbaiki karakter
peserta didik di Indonesia. Jadi, sebenarnya di
kurikulum 2013 itu sudah ada tuh Pendidikan karakter
yah. Tetapi dinilai sepertinya belum terealisasi, karena
itu saat ini coba digulirkan ehh P5. Nah P5 itu, ehh
kelebihannya disbanding dengan karakter di kurikulum
2013 adalah dia ada porsi jam tersendiri. Jadi, jamnya
mengambil dari jam yang intra rata-rata di satu jam
atau setengah jam, 20% sampai 30% dari jam intra itu
dimasukkan untuk pembentukan karakter P5 itu

8 P5 (P) Kalau P5 itu suatu upaya yang dilakukan ehh firda Invalid
memperbaiki kayaknya yah, memperbaiki karakter Date
peserta didik di Indonesia. Jadi, sebenarnya di
kurikulum 2013 itu sudah ada tuh Pendidikan karakter
yah. Tetapi dinilai sepertinya belum terealisasi, karena
itu saat ini coba digulirkan ehh P5. Nah P5 itu, ehh
kelebihannya disbanding dengan karakter di kurikulum

206
2013 adalah dia ada porsi jam tersendiri. Jadi, jamnya
mengambil dari jam yang intra rata-rata di satu jam
atau setengah jam, 20% sampai 30% dari jam intra itu
dimasukkan untuk pembentukan karakter P5 itu

9 P3 (S) Projek profil Pancasila itu kurikulum merdeka yang firda Invalid
dibikin atau dibuat oleh Pemerintah buat kayak Date
ngebangun kreatifitas, karakter yang mandiri,
pokoknya hal-hal yang positif dari kurikulum yang
udah ada

10 P5 (S) Kalau P5 buat aku sendiri kayak suatu pembelajaran firda Invalid
tambahan yang ehm dikasih dari sekolah buat kayak Date
gimana yah buat bangun diri kita tuh jadi disiplin, terus
kekompakan juga terjalin, kesatuan antar kelas,
kesatuan sama satu sekolah satu angkatan

INSTRUMEN P5
Memo ID Memo Quote Author Date

SMAN 1 PARUNG
Memo ID Memo Quote Author Date

207
LAMPIRAN C
Dokumentasi Penelitian

Lampiran C.1 Surat Bimbingan Skripsi


Lampiran C.2 Profil Sekolah
Lampiran C.3 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran C.4 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran C.5 Uji Referensi
Lampiran C.6 Dokumentasi Penelitian

208
Lampiran C.1 Surat Bimbingan Skripsi

209
Lampiran B.2 Profil Sekolah
1. Letak Geografis
a. SMP Negeri 131 Jakarta
Lokasinya terletak di perbatasan wilayah DKI Jakarta dan Depok Jawa Barat
tepatnya, di Jl. RM. Kahfi No. 5 RT 004 RW 002 Kelurahan Cipedak, Kecamatan
Jagakarsa, Jakarta Selatan. SMP Negeri 131 Jakarta berada di daerah pinggiran lbu
Kota, merupakan daerah perbatasan wilayah DKI Jakarta dan Depok Jawa Barat
dengan latarbelakang sosial dan budaya yang beragam. Sikap dan perilaku
masyarakat kota besar yang indivual dan eksklusit, melebur dengan sikap
masyarakat Betawi asliyang tercermin dengan masih tingginya semangat gotong
royong, kepedulian terhadap sesama, sopan santun masih terjaga serta kehidupan
masyarakat yang religius.
b. SMA Negeri 1 Parung
SMAN 1 Parung yang berlokasi di Jl.Waru Jaya No.17, Warujaya, Kec.
Parung, Kab. Bogor, Jawa Barat, dengan kode pos 16330. Secara geografis SMAN
1 PARUNG, keadaan alammya subur cocok untuk pertanian, namun seiring
bertambahnya mobilitas penduduk pertanian tadi banyak berubah menjadi sektor
perikanan dan perdagangan. Selain itu sekolah juga deket dengan lokasi Pasar
Parung.

2. Profil Sekolah
a. SMP Negeri 131 Jakarta
Nama Sekolah : SMP Negeri 131 Jakarta
NPSN : 20102506
Status Sekolah : Sekolah Negeri
Luas Lahan : 3395 m2
Status Tanah : Negara
Daya Listrik Total : 36000 VA
Alamat Sekolah
Provinsi : Prov. D.K.I. Jakarta

210
Kabupaten : Kota Jakarta Selatan
Kecamatan : Kec. Jagakarsa
Desa : Cipedak
Jalan : Jl. R.m. Kahfi I Rt. 004/02
Kode Pos : 12630
Nomor Fax/Telepon : 0217270218
Web Site : http://www.smpn131jakarta.sch.id
Email : satas1969@yahoo.co.id
b. SMA Negeri 1 Parung
Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Parung
NPSN : 20200602
Status Sekolah : Sekolah Negeri
Luas Lahan : 12.000 m2
Status Tanah : Negara
Daya Listrik Total : 23500 VA
Alamat Sekolah
Provinsi : Jawa Barat
Kabupaten : Bogor
Kecamatan : Parung
Desa : Warujaya
Jalan : Warujaya No.17
Kode Pos : 16330
Nomor Fax/Telepon :(0251) 8542063
Web Site : http://www.sman1parung.sch.id
Email : smanparung@yahoo.com

3. Visi dan Misi


a. SMP Negeri 131 Jakarta
1) Visi
Unggul dalam karakter, IPTEK, akuntabel, dan ramah lingkungan.
2) Misi

211
Untuk mencapai VISI tersebut, SMA Negeri 1 Parung mengembangkan misi
sebagai berikut:
a) Menyelenggarakan Pendidikan karakter melalui kegiatan pembelajaran,
pembiasaan, dan ekstrakurikuler.
b) Memberikan keteladanan melalui sikap dan perilaku serta kinerja yang baik.
c) Meningkatkan budaya pembelajar sepanjang hayat.
d) Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme pendidik dan tenaga
kependidikan yang berwawasan IPTEK.
e) Mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki keterampilan Abad-
21.
f) Meningkatkan sistem Pendidikan yang transparan,akuntabel, efektif dan
partisipatif.
g) Meningkatkan iklim yang nyaman, aman, dan kondusif dalam
penyelengaraan pendidikan.
b. SMA Negeri 1 Parung
1) Visi
Terwujudnya profil pelajar pancasila yang unggul, berkarakter, berbudaya
lingkungan, berwawasan global berlandaskan keimanan dan ketakwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
2) Misi
Untuk mencapai VISI tersebut, SMA Negeri 1 Parung mengembangkan misi
sebagai berikut:
a) Membentuk peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berakhlak mulia
b) Membentuk peserta didik yang berkarakter kebangsaan dan cinta tanah air.
c) Mengembangkan rasa gotong royong, solidaritas dan toleransi peserta didik
melalui kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.
d) Membangun karakter peserta didik menjadi pembelajar sepanjang hayat.
e) Mengembangkan keberanian untuk menghadapi berbagai masalah dan
tantangan hidup peserta didik melalui kegiatan intrakurikuler maupun
ekstrakurikurikuler

212
f) Mengembangkan sikap kritis, komunikatif dan kolaboratif melalui
intrakurikuler dan projek profil pelajar Pancasila.
g) Membudayakan literasi melalui intrakurikuler dan projek profil pelajar
pancasila,
h) Memfasilitasi kegiatan pengembangan diri sesuai dengan bakat dan minat
peserta didik
i) Menumbukan kemampuan dalam memecahkan masalah yang terjadi di
lingkungan sekitarnya
j) Melaksanakan pembelajaran efektif, Inovatif dan bermutu
k) Meningkatkan sarana dan prasarana menunjang kegiatan pembelajaran dan
pengembangan diri peserta didik
l) Membentuk pribadi peserta didik yang memiliki budaya hidup sehat
Membentuk peserta didik yang disiplin, terampil, mandiri dan bertanggung
jawab terhadap lingkungan sekitar.
m) Meningkatkan pembelajaran peserta didik yang unggul dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan memanfaatkan kemajuan teknologi
informasi.
n) Mengembangkan potensi diri peserta didik menjadi manusia yang tangguh
menghadapi persaingan global.

4. Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia yang merupakan potensi atau kekuatan yang
dapatdikembangkan dan diberdayakan dalam mengimplementasikan Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) adalah sebagai berikut:
a. SMP Negeri 131 Jakarta
Peserta Didik
Kondisi latar belakang dan perkembangan siswa SMPN 131 Jakarta sangat
beragam yang menyebabkan para siswa mampu dan mau mengikuti seluruh aturan
dan kegiatan sekolah, memiliki kemauan/motivasi belajar tinggi, dan memahami
dan mampu bersikap baik terhadap keneradaan peserta didik berkebutuhan khusus.
Selain itu, memiliki semangat dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, bersedia

213
meluangkan waktu untuk melaksanakan kegiatan di luar waktu kegiatan belajar
mengajar, dan kehidupan beragama yang baik dengan menjaga kerukunan antar
umat beragama.
Adapun latar belakang ekonomi siswa terdiri dari ekonomi atas, menengah,
dan bawah dengan perbandingan presentase sekitar 10:70:20, sehingga sekolah
dapat memperoleh dukungan baik pemikiran, tenaga, dan material dari Orang tua
siswa untuk kemajuan Pendidikan di SMPN 131 Jakarta.
Tenaga Pendidik

Tabel 4.1.1

Jenis Jenis Kualifikasi Tersertifikasi


Kepegawaian Kelamin Pendidikan
L P S1 S2 S B
ASN 10 19 19 10 28 1
P3K 1 1 2 0 0 2
KKI 0 0 0 0 0 0
Honor 1 2 3 0 1 2
Jumlah 12 22 24 10 29 5
Presentase 35% 65% 71% 29% 85% 15%
Tenaga Kependidikan

Tabel 4.1.2

Jenis Jenis
Kualifikasi Pendidikan
Kepegawaian Kelamin
L P SMP SMA/K S1 S2
ASN 0 2 0 0 1 1
KKI 7 1 1 5 2 0
Honor 1 1
Jumlah 8 3 2 5 3 1
Presentase 73% 27% 18% 46% 27% 9%

214
b. SMA Negeri 1 Parung
Peserta Didik
Secara umum karakteristik paserta didik di SMAN 1 Parung sebagai berikut:
1) Peserta didik mampu mengikuti tata tertib dan peraturan yang ada di sekolah
2) Peserta didik berasal dari berbagai daerah yang tentunya memiliki budaya
yang berbeda-beda
3) Peserta didik dengan bervariasi status ekonomi dan sosialnya menyatu untuk
saling berinteraksi dan saling melakukan proses pembelajaran.
4) Peserta didik mampu menjaga kerukunan beragama
5) Pererta didik memiliki minat, bakat dan juga motivasi untuk belajar yang
tinggi
6) Peserta didik mampu bekerja sama dilingkungan sekolah ataupun di luar
waktu kegiatan belajar mengajar baik mandiri atau kelompok
7) Peserta didik menghargai dan menghormati keberadaan adanya peserta didik
yang berkebutuhan khusus.
8) Peserta didik mampu menunjukan rasa tanggung jawab dan kemandirian
dalam kegiatan-kegiatan seperti projek penguatan profil Pancasila, OSIS,
ekstrakulikuler dan hari- hari besar.
Tenaga Pendidik

Tabel 4.1.3

Tingkat Jumlah Guru (ORG)


KET
Pendidikan GT GBS GTT TOTAL
S2/S3 5 - - 5
S1/D4 27 2 12 41
D2/D3 - - 1 1
Jumlah 32 2 13 47

Tenaga Kependidikan

215
Tabel 4.1.4

Tingkat Jumlah Guru (ORG)


KET
Pendidikan PNS HONOR TOTAL
S2/S3 - - -
S1/D4 1 1 2
D2/D3 1 1
SMA 2 4 6
SMP 4 4
Jumlah 3 10 13

5. Sarana dan Prasarana


a. SMP Negeri 131 Jakarta
Ruang Kelas

Tabel 4.1.5

Kondisi Jumlah
Baik 18
Rusak Ringan 0
Rusak Sedang 0
Rusak Berat 0
Total 18

Laboratorium

Tabel 4.1.6

Kondisi
Laboratorium Jumlah
Baik RR RS RB
IPA 1 0 0 0 1
Bahasa 0 0 0 0 0
IPS 0 0 0 0 0

216
Komputer 1 0 0 0 1
Total 2 0 0 0 2

Perpustakaan

Tabel 4.1.7

Kondisi Jumlah
Baik 1
Rusak Ringan 0
Rusak Sedang 0
Rusak Berat 0
Total 1

Sanitasi

Tabel 4.1.8

Kondisi
Sanitasi Jumlah
Baik RR RS RB
Guru 2 0 0 0 2
Siswa 2 0 0 0 2
Total 4 0 0 0 4

b. SMA Negeri 1 Parung

Tabel 4.1.9

Kondisi Ruang
Jenis Ruang Ruang Luas (Jumlah Ruang) Jml
M2 B RR RB
Ruang Kelas 28 135 23 4 1 28

217
Laboratorium IPA 3 120 3 - - 3
Perpustakaan 1 135 - 1 - 1
Lab. Komputer 4 72 2 2 - 4
Laboratorium IPS 1 84 - 1 - 1
Ruang Pimpinan 1 72 1 - - 1
Ruang Guru 1 120 1 - - 1
Ruang Tata Usaha 1 92 1 - - 1
Ruang Wakasek 1 72 1 - - 1
Ruang Osis 1 36 1 - - 1
Ruang UKS 2 12 2 - - 2
Ruang BP 1 72 1 - - 1
Ruang Makan 1 44 1 - - 1
Masjid 1 130 1 - - 1
Lap. Basket 1 280 1 - - 1
Lap. Bulutangkis 1 60 1 - - 1
Gazebo 2 20 2 - - 2
WC 28 14 22 6 - 28
Kantin 1 80 1 - - 1
Koperasi 1 24 1 - - 1
Pos Satpam 1 9 1 - - 1
Total Luas Tanah 6.666M2

218
Lampiran C.3 Surat Permohonan Izin Penelitian

219
Lampiran C.4 Surat Keterangan Penelitian

Surat Keterangan Penelitian di SMP Negeri 131 Jakarta

220
Surat Keterangan Penelitian di SMA Negeri 1 Parung

221
Lampiran C.5 Uji Referensi

222
223
224
225
226
227
228
Lampiran C.6 Dokumentasi Penelitian
Modul Projek “Suara Demokrasi”

229
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
245
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
Modul Projek “Gaya Hidup Berkelanjutan”

263
264
265
266
267
268
269
270
271
272
273
274
275
276
277
Modul Projek “Bangunlah Jiwa dan Raganya ”

Modul Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila


“Bangunlah Jiwa dan Raganya”
SMA NEGERI 1 PARUNG
Tahun Pelajaran 2022/2023

Penulis Modul :
Komite Pembelajaran SMAN 1 Parung
Tim Fasilitator

Sarana dan prasarana


Sarana:
Seluruh Lingkungan Sekolah
White Board, Spindol, Penghapus
Prasarana
Buku Ajar
Modul Laptop Infokus Gambar
Video Internet
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Lembar Penilaian

Target Peserta Didik


1. Peserta Didik Kelas Reguler
2. Fase/Kelas :E/X
3. Jumlah : 1 kelas- Kelas X G

Relevansi Tema dan Topik Projek untuk Satuan Pendidikan


Tema : Bangunlah Jiwa dan Raganya
Topik : Bullying

279
Sub Topik : Verbal Bullying
Pada hakekatnya, manusia adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan
untuk membangun relasi antar individu. Dengan menyandang status
kewarganegaraan digital yang
melekat dalam diri pelajar saat ini, maka keterampilan berkomunikasi yang baik
dan sopan menjadi perhatian kita bersama. Namun, pada perjalanannya, membina
relasi dengan saling menghormati tidaklah mudah. Tidak sedikit kita menemukan
adanya praktik perundungan yang beredar di dunia maya dengan dalih candaan atau
gurauan. Berdasarkan survey yang dilakukan di Indonesia pada periode 9 Maret
hingga 4 April 2019 dengan 5.900 responden, didapat bahwa 49% responden
menyatakan bahwa mereka mengalami perundungan dunia maya dalam media
sosial. Kegiatan digital yang popular dikalangan masyarakat Indonesia adalah
menulis pesan dan mengakses media sosial. Praktik perundungan yang dilakukan
oleh kalangan pelajar di media sosial dapat menghambat perkembangan jiwa dan
raga pelajar; pengalaman akan ketidakpercayaan diri, feeling insecure, stres, depresi
hingga gangguan pencernaan dan kecemasan. Perundungan juga terjadi secara
langsung berupa perundungan verbal, non verbal, fisik langsung maupun fisik tidak
langsung. Oleh karena itu, sekolah merupakan tempat strategis dalam memfasilitasi
dan mendampingi pelajar untuk terlibat aktif dalam menerapkan nilai-nilai luhur
Pancasila serta meningkatkan kemampuandalam memelihara kesehatan jiwa dan
raga diri sendiri dan lingkungannya.

280
P
A
G
Tujuan, Alur, dan Target Pencapaian Projek
E
1
0
Latar Belakang
Komitmen pengakuan dan perlindungan terhadap hak atas anak telah
dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Pasal 28B ayat (2) menyatakan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi. Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan anak telah
banyak diterbitkan, namun dalam implementasinya di lapangan masih
menunjukkan adanya berbagai kekerasan yang menimpa pada anak antara lain
adalah bullying.
Kasus bullying yang kerap terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia kian
memprihatinkan. Hasil kajian Konsorsium Nasional Pengembangan Sekolah
Karakter tahun 2014 menyebutkan, hampir setiap sekolah di Indonesia ada kasus
bullying, meski hanya bullying verbal dan psikologis/mental. Kasus-kasus senior
menggencet junior terus bermunculan. Statistik kasus pengaduan anak di sektor
pendidikan dari Januari 2011 hingga Agustus 2014 tergambar sbb: Tahun 2011
terdapat 61, tahun 2012 terdapat 130 kasus, tahun 2013 terdapat 91 kasus, tahun
2014 terdapat 87 kasus.

Tujuan
Berdasarkan data diatas, maka pemilihan tema bangunlah Jiwa dan Raganya
dengan topic bullying dan sub topic verbal bullying merupakan sebuah pilihan yang
tepat. Hal ini untuk lebih menumbuhkan pengetahuan tentang bullying atau
perundungan, latar belakang terjadinya, cara penanganan, dan cara pencegahannya,
khususnya pada perundungan verbal.
Setelah peserta didik memahami, tumbuh kesadarannya, dan mampu
mengajak peserta didik lain untuk mencegah perundungan, maka akan lebih baik
lagi jika salah satu hasil dari projek ini adalah tersusunnya SOP penanganan
perundungan di sekolah yang dibuat oleh peserta didik sebagai hasil dari literasi

281
P
A
G
dan pemahaman yang mendalam karena dilaksanakan dengan pendampingan
E
1
berbagai pihak yang terkait dengan tema ini.
0

Alur
No Tahapan Projek Jumlah Waktu
JP
1 Tahap Orientasi 22 JP 8 – 17 November
Pengenalan konsep/jenis-jenis/tempat 2022
perundungan
Pihak-pihak yang terlibat
Sekolah tempat praktek bullying
Dampak Bullying bagi korban, pelaku,
dan saksi
Upaya Pencegahan bullying
Mekanisme Pengaduan
Mekanisme Penanganan kasus
Kebijakan dan sanksi bullying

2 Tahap Kontekstualisasi 24 JP 18 -2 Desember


Analisis 2022
Presentasi

3 Tahap Aksi 52 JP 10 Januari – 3


Membuat projek anti perundungan Februari 2023
berupa informasi dalam bentuk:
Infografis
Video pendek
Poster
Komik digital

4 Tahap Evaluasi 22 JP 6 Februari – 16


Panen karya Februari 2022
Refleksi

120 JP
(10
Minggu)

282
P
A
G
Target
E
1
Adapun target dari kegiatan ini adalah:
0
1. Seluruh peserta didik di satuan pendidikan
2. Seluruh pendidik dan tenaga kependidikan
3. Seluruh orang tua/wali peserta didik
4. Warga sekitar satuan pendidikan

Hal Yang Perlu Diperhatikan Sebelum Memulai


Projek

● Pemahaman yang b eragam dari peserta didik tentang konsep-konsep


yang terkait dengan perundungan.
● Kesepakatan dari seluruh peserta didik untuk mensukseskan projek P5
dengan tema “Bangunlah Jiwa Raganya” agar tidak hanya menjadi slogan
yang terpenuhi dengan literasi dan presentasi, tetapi dapat
menginternalisasikan dalam diri dan melaksanakannya dengan baik.
● Semua warga sekolah harus bisa berkomitmen untuk menjalankan aksi
atau solusi yang telah disepakati. Dengan begitu, peserta didik dapat
melihat secara nyata inti dari pembelajaran dan membangun kesadaran
pada tiap warga sekolah.
● Dukungan dari komunitas, sekolah atau institusi lain dalam membagi data
tentang masalah-masalah perundungan dikalangan peserta didik
● Dukungan semua warga sekolah, orang tua dan institusi lain yang
mungkin terlibat dalam menjalankan kampanye anti perundungan seperti
departemen social, kepolisian, Komisi Perlindungan Anak Indonesia, dan
lembaga lainnya.

283
P
A
G
IDENTITAS PROJEK
E
1
Tema Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya 0

Topik Spesifik Perundungan yang terdiri atas:


Projek Perundungan Verbal
Perundungan Fisik
Perundungan Cyber

1. Pemilihan Tujuan Projek

Kompone Tujuan 1 Tujuan 2 Tujuan 3 Tujuan 4


n Tujuan

Dimensi Beriman, Dimensi Dimensi Gotong Dimensi


bertaqwa Mandiri Royong Bernalar Kritis
kepada Tuhan
YME dan
berakhlak
mulia

Elemen Akhlak pribadi Regulasi diri Kepedulian menganalisis


dan
mengevaluasi
penalaran dan
prosedurnya

Sub elemen Merawat diri, Regulasi emosi Tanggap menganalisis


secara mental terhadap dan
dan spiritual lingkungan mengevaluasi
Sosia penalaran dan
prosedurnya

Rumusan Melakukan Mengendalika Tanggap Menganalisis


kompetensi aktivitas fisik, n dan terhadap dan
sosial, dan menyesuaikan lingkungan mengevaluasi
ibadah secara emosi yang sosial sesuai penalaran yang
seimbang. dirasakannya dengan tuntutan digunakannya
secara tepat peran sosialnya dalam
ketika dan menemukan
menghadapi berkontribusi dan mencari
situasi yang sesuai dengan solusi serta
menantang dan kebutuhan

284
P
A
G
E
menekan pada masyarakat mengambil 1
konteks untuk keputusan.
belajar, relasi, menghasilkan 0
dan pekerjaan keadaan yang
lebih baik.

Indikator Peserta didik Peserta didik Peserta didik Peserta didik


dapat dapat dengan dapat dapat
melakukan tepat mengidentifikas menyampaiak
kegiatan melakukan i masalah n ide dan
beribadah tindakan yang perundungan gagasan
dengan benar mencerminkan yang terdapat di tentang konsep
seusai agama pengendalian sekitarnya dan anti
dan diri yang baik melakukan perundungan
kepercayaanny dalam situasi respon yang baik di
a masing- yang nyata. tepat. keluarga,
masing. sekolah dan
lingkungan
sekitarnya

1. Perancangan Rubrik Akhir Projek

Elemen/Su Mulai Berkembang Berkembang Sangat


b elemen Berkembang Sesuai Berkemban
Harapan g

Merawat Memperhatika Mengidentifikasi Melakukan Merawat Diri


diri, secara n kesehatan pentingnya aktivitas fisik, secara
mental dan jasmani, menjaga sosial, dan Fisik,
spiritual mental, dan keseimbangan ibadah secara Mental, dan
rohani dengan kesehatan seimbang Spiritual
melakukan jasmani, melebihi
aktivitas fisik, mental, dan harapan
sosial, dan rohani serta
ibadah. berupaya
menyeimbangka
n aktivitas fisik,
sosial dan
ibadah.

Regulasi Memahami Memahami dan Mengendalika Dapat


emosi perbedaan memprediksi n dan meregulasi
emosi konsekuensi dari menyesuaikan emosinya
emosi dan emosi yang melebihi
harapan

285
P
A
G
E
yang pengekspresiann dirasakannya 1
dirasakan dan ya dan secara tepat
dampaknya menyusun ketika 0
terhadap langkahlangkah menghadapi
proses belajar untuk mengelola situasi yang
dan emosinya menantang
interaksinya dalam dan menekan
dengan orang pelaksanaanbelaj pada
lain; ar konteks
serta mencoba dan berinteraksi belajar, relasi,
cara-cara yang dengan orang dan
sesuai untuk lain. pekerjaan.
mengelola
emosi
agar dapat
menunjang
aktivitas
belajar dan
interaksinya
dengan
orang lain.

Tanggap Tanggap Tanggap Tanggap Tanggap


terhadap terhadap terhadap terhadap terhadap
lingkungan lingkungan lingkungan sosial lingkungan lingkungan
Sosial sosial sesuai dengan sosial sosial
sesuai tuntutan peran sesuai dengan melebihi
dengan sosialnya dan tuntutan peran harapan
tuntutan berkontribusi sosialnya dan
peran sesuai berkontribusi
sosialnya dengan sesuai
dan menjaga kebutuhan dengan
keselarasan masyarakat. kebutuhan
dalam masyarakat
berelasi untuk
dengan menghasilkan
orang lain. keadaan yang
lebih baik.

menganalisi Menganalisa Menganalisa dan Menganalisa Menganalis


s dan n dan mengevaluasi dan a dna
mengevalua mengevalua kondisi mengevaluasi mengevalua
si penalaran si kondisi perundungan kondisi si melebihi
dan perundunga yang ada perundungan harapan
prosedurnya n yang ada disekitarnya dan di sekitarnya
disekitarnya mampu dan mampu

286
P
A
G
E
melakukan mengajak 1
tindakan tegas orang
secara pribadi disekitarnya 0
untuk secara
tegas menolak
perundungan

Tahapan Dalam Projek “ Bangunlah Jiwa Raganya”. “Stop Bullying”


Asesmen Diagnostik. Dilakukan sebelum projek dimulai untuk
mengukur kompetensi awal peserta didik yang
dipakai untuk menentukan kebutuhan diferensiasi peserta didik,
pengembangan alur dan kegiatan projek, serta
penentuan perkembangan sub-elemen antarfase

I. Tahap Pengenalan. Mengenali dan membangun kesadaran


peserta didik terhadap isu perundungan yang terjadi di sekitarnya
1. Mengenal Berbagai 2. Eksplorasi Isu dari 3. Refleksi
permasalahan berbagai sumber awal,
perundungan seperti literasi tentang menumbuhkan
definisi perundungan, pihak-pihak yang sikap untuk
jenis-jenisnya, dan terlibat dan dampak mencegah
tempat perundungan perundungan bagi perundungan
pelaku, korban, dan di lingkungan
saksi. sekolah secara
6JP
khusus
4 JP
4 JP
4. Menghadirkan pihak terkait 5. Diskusi Kritis Masalah perundungan dan
untuk membahas penanganan penyusunan SOP perundungan di sekolah
kasus perundungan, laur
pengaduan, dan sanksi kasus
perundungan 4 JP

4 JP
II. Tahap Kontekstualisasi. Mengkontekstualisasi berbagai
permasalahan perundungan di lingkungan sekolah.
6. Pengumpulan, 7. Trash Talk : 8. Pemetaaan solusi
Pengorganisasian, dan Penyajian perundungan di berdasarkan hasil
Data Sekolahku. Analisis analisis SWOT
SWOT terhadap serta rencana aksi.
10 JP Asesmen Formatif

287
P
A
G
E
masalah lingkungan Presentasi:
disekolah perundungan di 1
Sekolahku 0
10 JP
4 JP
III. Tahap Perencanaan. Mencari dan mengembangkan ide,
menginventarisai sumberdaya, dan merencanakan aktivitas
anti perundungan
9. Menggali dan 10. Merencanakan 11. Berkolaborasi
Mengembangkan Ide aktivitas dan
Bekerja
6 JP sama
6 JP
6 JP
IV. Tahap Aksi. Mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang
didapat melalui aksi nyata yang bermakna, bersama-sama
mewujudkan pelajaran yang mereka dapat melalui aksi nyata
12. Strategi dan Inovasi 11. 12.
dalam melaksanakan gaya Penyempurna Kampanye
hidup berkelanjutan an karya dan anti
strategi aksi perundunga
kampanye n terhadap
warga
sekolah)

6 JP 6 JP 6 JP
13. Pematangan karya 14. Proses 15.
dan strategi aksi anti pembuatan Pematanga
perundungan produk n karya dan
kampanye strategi
anti aksi anti
bullying perundunga
n

6 JP 6 JP 4 JP

V. Tahap Refleksi dan Tindak Lanjut. Menggenapi proses dengan


berbagi karya, evaluasi dan refleksi, serta menyusun langkah strategis

288
P
A
G
E
16. Persiapan perayaan 17. Perayaan 18. Refleksi dan
1
14 JP 4 JP evaluasi
0
4 JP

Total: 144 JP = 12 minggu = 3 bulan


1 JP = 45 menit

289
P
A
G
Dimensi, elemen, dan sub elemen Profil Pelajar Pancasila
E
1
Dimensi Sub-elemen Target Pencapaian di akhir
0
Fase E (SMA, 15-18 tahun)
Bernalar Menganalisis Pelajar Pancasila menggunakan nalarnya
kritis dan sesuai dengan kaidah sains dan logika
mengevaluasi dalam pengambilan keputusan dan
penalaran dan tindakan dengan melakukan analisis
prosedurnya serta evaluasi dari gagasan dan informasi
yang ia dapatkan. Ia mampu
menjelaskan alasan yang relevan dan
akurat dalam penyelesaian masalah dan
pengambilan keputusan. Akhirnya, ia
dapat membuktikan penalarannya
dengan berbagai argumen dalam
mengambil suatu simpulan atau
keputusan.
Mandiri Regulasi Pelajar Pancasila yang mandiri mampu
emosi mengatur pikiran, perasaan, dan
perilaku dirinya untuk mencapai tujuan
belajar dan pengembangan dirinya baik
di bidang akademik maupun non
akademik. Ia mampu menetapkan
tujuan pengembangan dirinya serta
merencanakan strategi untuk
mencapainya dengan didasari penilaian
atas kemampuan dirinya dan tuntutan
situasi yang dihadapinya.
Goton Tanggap Pelajar Pancasila memperhatikan dan
terhadap bertindak proaktif terhadap kondisi di
g
lingkungan lingkungan fisik dan sosial. Ia tanggap
royon sosial terhadap kondisi yang ada di lingkungan
dan masyarakat untuk menghasilkan
g
kondisi yang lebih baik. Ia merasakan
dan memahami apa yang dirasakan
orang lain, memahami perspektif
mereka, dan menumbuhkan hubungan
dengan orang dari beragam budaya yang
menjadi bagian penting dari kebinekaan
global. Ia memiliki persepsi sosial yang
baik sehingga ia memahami mengapa
orang lain bereaksi tertentu dan
melakukan tindakan tertentu. Ia
memahami dan menghargai lingkungan
sosialnya, serta menghasilkan situasi
sosial yang sejalan dengan pemenuhan

290
P
A
G
E
kebutuhan berbagai pihak dan
pencapaian tujuan 1
0

Beriman, Merawat Pelajar Pancasila menyadari bahwa


bertakwa diri secara semua manusia setara di hadapan Tuhan.
kepada mental dan Akhlak mulianya bukan hanya tercermin
Tuhan spiritual dalam rasa sayangnya pada diri sendiri
Yang tetapi juga dalam budi luhurnya pada
Maha sesama manusia. Dengan demikian ia
Esa, dan mengutamakan persamaan dan
Berakhlak kemanusiaan di atas perbedaan serta
Mulia menghargai perbedaan yang ada dengan
orang lain. Pelajar Pancasila
mengidentifikasi persamaan dan
menjadikannya sebagai pemersatu ketika
ada perdebatan atau konflik. Ia juga
mendengarkan dengan baik pendapat
yang berbeda dari pendapatnya,
menghargainya, dan menganalisisnya
secara kritis tanpa memaksakan
pendapatnya sendiri. Pelajar Pancasila
adalah pelajar yang moderat dalam
beragama. Ia menghindari pemahaman
keagamaan dan kepercayaan yang
eksklusif dan ekstrim, sehingga ia
menolak prasangka buruk, diskriminasi,
intoleransi, dan kekerasan terhadap
sesama manusia baik karena perbedaan
ras, kepercayaan, maupun agama.

291
P
A
G
(Referensi) Perkembangan Sub-elemen Antarfase - Mandiri
E
1
0
Sub-
BB MB BSH SB
elemen
Regulasi Memahami Memahami Mengendalika Dapat
emosi perbedaan dan n dan meregulasi
emosi memprediksi menyesuaikan emosinya
yang konsekuensi emosi yang melebihi
dirasakan dan dari emosi dirasakannya harapan
dampaknya dan secara tepat
terhadap pengekspresi ketika
proses belajar annya dan menghadapi
dan menyusun situasi yang
interaksinya Langkah- menantang dan
dengan orang langkah menekan pada
lain; untuk konteks
serta mengelola belajar, relasi,
mencoba emosinya dan
cara-cara dalam pekerjaan.
yang pelaksanaan
sesuai untuk belajar
mengelola dan
emosi berinteraksi
agar dapat dengan orang
menunjang lain.
aktivitas
belajar dan
interaksinya
dengan
orang lain.

292
P
A
G
E
1
(Referensi) Perkembangan Sub-elemen Antarfase - Gotong Royong
0

Sub BB MB BSH SB
elemen
Tanggap Tanggap Tanggap Tanggap Tanggap
terhadap terhadap terhadap terhadap terhadap
lingkungan lingkungan lingkungan lingkungan lingkungan
Sosial sosial sosial sosial sosial
sesuai sesuai dengan sesuai dengan melebihi
dengan tuntutan tuntutan harapan
tuntutan peran peran
peran sosialnya dan sosialnya dan
sosialnya berkontribusi berkontribusi
dan sesuai sesuai
menjaga dengan dengan
keselarasan kebutuhan kebutuhan
dalam masyarakat. masyarakat
berelasi untuk
dengan menghasilkan
orang lain. keadaan yang
lebih baik.

293
P
A
G
(Referensi) Perkembangan Sub-elemen Antarfase - Beriman, Bertakwa
E
kepada Tuhan YME, dan Berakhlak Mulia 1
0
Sub BB MB BSH SB
elemen

Merawat Memperhatikan Mengidentifikasi Melakukan Merawat Diri


diri, kesehatan pentingnya aktivitas secara
secara jasmani, menjaga fisik, Fisik, Mental,
mental mental, dan keseimbangan sosial, dan dan
dan rohani dengan kesehatan ibadah Spiritual
spiritual melakukan jasmani, secara melebihi
aktivitas fisik, mental, dan seimbang harapan
sosial, dan rohani serta
ibadah. berupaya
menyeimbangkan
aktivitas fisik,
sosial dan ibadah.

294
P
A
G
(Referensi) Perkembangan Sub-elemen Antarfase – Bernalar kritis
E
1
Sub BB MB BSH SB 0
elemen
Analisis dan Analisis dan Analisis Analisis dan Analisis dan
evaluasi evaluasi dan evaluasi evaluasi
penalaran dan kondisi evaluasi kondisi melebihi
prosedurnya perundungan kondisi perundungan harapan
yang ada perundu di sekitarnya
disekitarnya ngan dan mampu
yang mengajak
ada orang
disekitar disekitarnya
nya dan untuk secara
mampu tegas
melakuk menolak
an perundungan
tindakan
tegas
secara
pribadi

295
P
A
G
E
1
Lampiran B.7 Daftar Riwayat Hidup 0

Nurfirda. Anak keempat dari empat bersaudara


pasangan Bp. Agus Salim dan Ibu Nurmiati. Lahir di
Baru Impa-impa, 22 Maret 2002 dan bertempat tinggal di
Jl. Andi Page, Desa Nepo, Kecematan Tanasitolo,
Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan.

Riwayat Pendidikan. Jenjang Pendidikan yang telah


ditempuh penuis diantaranya SD Negeri 25 Nepo, SMP
Negeri 1 Tanasitolo, SMA Negeri 3 Wajo. Penulis tercatat
sebagai mahasiswa Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Program
Studi Tadris Fisika melalui jalur UMPTKIN pada tahun 2019. Selama menjadi
mahasiswa penulis aktif sebagai Voulenteer Pendidikan.

288

Anda mungkin juga menyukai