SKRIPSI
Oleh :
11180163000030
JAKARTA
2022
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
i
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ii
ABSTRAK
iii
ABSTRACT
The most popular platform in Indonesia with the most users is TikTok.
This study aims to determine the effectiveness of using Tik Tok as a medium for
learning physics in straight motion material. The type of research method used is
mixed research. The exploratory design is a mixed research design which consists
of two phases, namely data collection and analysis. Physics is less popular
because of the many formulas and the need for strong calculations. It is necessary
to provide physics material with a different ordering. Data collection used a
questionnaire to find out student responses regarding the use of TikTok and
questions to support questionnaire response data related to straight motion
material. It was found that the results of using TikTok were quite effective with a
score of 71% from the questionnaire calculation which was reinforced by the test
results showing an increase in learning outcomes.
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, karena dengan ridho,
rahmat nikmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Efektivitas Penggunaan TikTok Sebagai Media Pembelajaran Fisika pada Materi
Gerak Lurus “ dengan baik dan tepat waktu. Sholawat dan salam senantiasa kami
lantunkan kepada rosul penutup zaman, kekasih Allah dan panutan seluruh umat
muslim yakni Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para
pengikutnya yang insyallah mendapat syafaat dari nya pada hari akhir kelak.
Aammiinn. Penyusunan skripsi ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan dari
berbagai pihak terkait. Apresiasi yang luar biasa peneliti sampaikan kepada:
v
6. Ibu Wisa Dwitiara, S.Si yang telah mengizinkan peneliti melaksanakan
penelitian pada sekolah yang dipimpin.
7. Ibu Jihan Nur Faizah, S.Pd selaku guru fisika dan kaka tingkat yang
sudah banyak membantu dalam penelitian termasuk berdiskusi terkait segala hal,
membantu mengkondisikan siswa, mempersiapkan peralatan dan mengizinkan
peneliti menggunakan peneilitian pada salah satu kelas yang beliau-beliau ampu.
9. Bapak Kasim, M.Pd., selaku kepala Laboran Tadris Fisika UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberi tempat singgah dan berbagi ilmu selama
di kampus.
10. Bapak dan Ibu Validator media yang telah membantu peneliti dalam
memvalidasi instrumen penelitian.
11. Geng susu dancow yang selalu memberi semangat selama kuliah
sampai saat ini.
13. Pasir Eurih Geng yang telah membersamai selama kuliah dan menjadi
tempat berkeluh kesah selama ini. Terutama Annisa dan Atqiya yang telah banyak
mensupport selama ini.
14. Anggie Dyah Pratiwi yang turut menemani selama skrispi ini dan
membantu penelitian ini.
13. Asisten Lab 2018-2021 yang senantiasa menjadi tempat untuk berbagi
cerita dan pengalaman.
vi
15. Kak Khoirunnisa, S.Pd selaku kaka tingkat yang baik hati dan tidak
sombong yang turut membantu untuk berdiskusi.
17. Seluruh pihak terkait yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang
juga turut membantu penulisan skripsi ini.
18. Last but not least, i wanna thank me for believing in me, i wanna thank
me for doing all this hard work, i wanna thank me for having no days off, i
wanna thank me for never quitting, i wanna thank me for just being me all time.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK.................................................................................................................... III
KATA PENGANTAR...................................................................................................... V
DAFTAR TABEL............................................................................................................ X
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................... XI
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................XIII
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
A. DESKRIPSI TEORITIK..................................................................................................9
1. Media Pembelajaran..................................................................................................9
2. TikTok.......................................................................................................................18
3. Pembelajaran Fisika................................................................................................20
4. Efektivitas.................................................................................................................21
5. Gerak Lurus.............................................................................................................21
B. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN............................................................................28
C. KERANGKA BERPIKIR...............................................................................................31
D. HIPOTESIS PENELITIAN............................................................................................31
viii
A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN..............................................................................32
B. LATAR PENELITIAN.................................................................................................32
C. METODE PENELITIAN..............................................................................................32
D. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA DAN PENGUMPULAN DATA......................................32
E. VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN..................................................................43
F. PEMERIKSAAN ATAU PENGABSAHAN DATA.................................................................44
G. TEKNIK ANALISIS DATA...........................................................................................44
A. DESKRIPSI DATA....................................................................................................47
1. Gambaran Umum SMAS Darussalam..................................................................47
B. PENGOLAHAN DAN HASIL ANALISIS DATA..................................................................48
C. PEMBAHASAN PENELITIAN.......................................................................................86
A. KESIMPULAN.........................................................................................................90
B. SARAN.................................................................................................................90
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 90
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
Gambar 4.25. Grafik respon TikTok membuat belajar fisika menyenangkan.....76
Gambar 4.26. Grafik alasan TikTok membuat belajar menyenangkan................76
Gambar 4.27. Grafik respon TikTok membangkitkan keinginan belajar.............77
Gambar 4.28. Grafik respon alasan TikTok membangkitkan keinginan belajar..78
Gambar 4.29. Grafik respon konten TikTok menambah wawasan......................79
Gambar 4.30. Grafik respon alasan TikTok menambah wawasan.......................79
Gambar 4.31. Grafik respon TikTok menambah pengalaman.............................80
Gambar 4.32. Grafik respon alasan TikTok menambah pengalaman..................80
Gambar 4.33. Grafik respon TikTok meningkatkan perhatian dalam belajar......81
Gambar 4.34. Grafik respon alasan TikTok meningkatkan perhatian..................81
Gambar 4.35. Grafik respon puas dengan penyajain materi................................82
Gambar 4.36. Grafik respon alasan puas dengan penyajian materi.....................83
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Irkham Abdaul Huda, “PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMUNIKASI (TIK) TERHADAP KUALITAS PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR,”
Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK) 2, no. 1 (18 April 2020): 121–25,
https://doi.org/10.31004/jpdk.v2i1.622.
2
Kadek Ayu Ariningsih dkk., “ANALISIS DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI
BAGI MASYARAKAT DI MASA PANDEMI COVID-19,” Aptekmas Jurnal Pengabdian pada
Masyarakat 4, no. 3 (6 September 2021): 65–72, https://doi.org/10.36257/apts.v4i3.3522.
3
Ajeng Iva Dwi Febriana, “Determinasi Teknologi Komunikasi Dan Tutupnya Media
Sosial Path,” LONTAR: Jurnal Ilmu Komunikasi 6, no. 2 (26 Desember 2018): 86–95,
https://doi.org/10.30656/lontar.v6i2.948.
4
Nurul Istiani dan Athoillah Islamy, “Fikih Media Sosial di Indonesia (Studi Analisis
falsafah hukum Islam dalam Kode Etik NetizMu Muhammadiyah) | ASY SYAR’IYYAH:
JURNAL ILMU SYARI’AH DAN PERBANKAN ISLAM,” jurnal.lp2msasbabel.ac.id 5, no. 2
(2020): 202–25, https://doi.org/10.32923/asy.v5i2.1586.
1
Gambar 1. 1. Grafik pertumbuhan pengguna internet di Indonesia
5
Apriansyah M.Kom, “PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL SEBAGAI MEDIA
PEMBELAJARAN PADA MAHASISWA PERGURUAN TINGGI DI SUMSEL,” Jurnal Digital
Teknologi Informasi 1, no. 2 (18 Mei 2020): 64–70, https://doi.org/10.32502/digital.v1i2.2371.
2
Gambar 1. 3. Persentase pengguna media sosial
TikTok menjadi salah satu platform dengan kuantitas pemakai yang besar
dengan presentase pengguna sebesar 64 % dari populasi Indonesia. Dimana angka
ini menaik dari tahun sebelumnya sebesar 36 %.6 Dengan pengguna aktif Tiktok
mencakup berbagai kalangan, seperti pelajar, pekerja, dll. Hal ini menunjukkan
adanya sebuah kemungkinan untuk pemanfaatan Tiktok selain sarana hiburan
saja. Konten yang beragam mulai dari konten memasak, cover lagu, highlight
pertandingan bola, cuplikan film bahkan pembahasan soal-soal baik soal
matematika sampai fisika.
Media sosial yang hadir di semua kalangan masyarakat ini ibaratkan 2 sisi
koin, satu sisi lain bisa menjadi sebuah manfaat jika digunakan dengan benar, dan
sisi lain bisa menimbulkan masalah jika digunakan secara tidak tepat. 7 Media
sosial sebenarnya bisa digunakan sebagai media pembelajaran.8 Untuk
menyokong anak didik menjaga kelancaran proses pendidikan, apalagi di kala
hiruk pikuk seperti ini, media pembelajaran sangat dibutuhkan. Untuk
memastikan bahwa instruksi jelas dan dapat dipahami, media pembelajaran pula
6
Andi Dwi Riyanto, “Hootsuite (We are Social): Indonesian Digital Report 2022 – Andi
Dwi Riyanto, Dosen, Praktisi, Konsultan, Pembicara: E-bisnis/Digital
Marketing/Promotion/Internet marketing, SEO, Technopreneur, Fasilitator Google Gapura Digital
yogyakarta,” 2022, https://andi.link/hootsuite-we-are-social-indonesian-digital-report-2022/.
7
Nur Ainiyah, “Remaja Millenial Dan Media Sosial: Media Sosial Sebagai Media
Informasi Pendidikan Bagi Remaja Millenial,” Jurnal Pendidikan Islam Indonesia 2, no. 2 (2
April 2018): 221–36, https://doi.org/10.35316/jpii.v2i2.76.
8
Chandra Anugrah Putra, “Pemanfaatan Teknologi Gadget Sebagai Media Pembelajaran:
Utilization of Gadget Technology as a Learning Media,” Bitnet: Jurnal Pendidikan Teknologi
Informasi 2, no. 2 (18 Agustus 2017): 1–10, https://doi.org/10.33084/bitnet.v2i2.752.
3
bisa membantu membentuk ketertarikan anak didik sewaktu proses berlangsung.
Siswa tidak memiliki banyak kesulitan untuk tetap fokus selama pelajaran dan
terpengaruh untuk menimba ilmu lebih banyak. Penggambaran media
pembelajaran yang actual sejalan dengan prestasi belajar anak didik. Selain itu,
media pembelajaran mampu menumbuhkan rasa percaya diri siswa dalam
menimba ilmu.9
Fisika ialah disiplin ilmu yang kuat kaitannya dengan aktivitas sehari-hari,
sehingga seorang pendidik harus menerangkan konsep-konsep fisika secara jelas
dan ringkas agar anak didik dapat memahaminya. Akibat kebutuhan siswa akan
materi pembelajaran yang abstrak, banyak anak didik yang tidak mampu
memahami materi tersebut secara konkrit. Sehingga pada alhasil banyak anak
didik yang enggan belajar fisika karena banyaknya persamaan formula dalam
penerapannya.11
9
Rahmatika Rahmatika, Munawir Yusuf, dan Leo Agung, “The Effectiveness of Youtube
as an Online Learning Media,” Journal of Education Technology 5, no. 1 (8 April 2021): 152–58,
https://doi.org/10.23887/jet.v5i1.33628.
10
Supardi U. S. Supardi dkk., “Pengaruh Media Pembelajaran dan Minat Belajar
Terhadap Hasil Belajar Fisika,” Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA 2, no. 1 (4 Agustus
2015), https://doi.org/10.30998/formatif.v2i1.86.
11
Irnin Agustina Dwi Astuti, Ria Asep Sumarni, dan Dandan Luhur Saraswati,
“Pengembangan Media Pembelajaran Fisika Mobile Learning Berbasis Android,” JPPPF (Jurnal
Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika) 3, no. 1 (30 Juni 2017): 57–62,
https://doi.org/10.21009/1.03108.
4
Selain itu kurangnya pemahaman konsep dasar peserta didik.12 al ini sejalan
dengan Puspithasari (dalam Pratiwi, 2017) Salah satu topik fisika yang sering
terjadi kesalahan dalam pemahaman konsep adalah gerak lurus. Dikarenakan
banyaknya rumus yang digunakan dalam materi gerak lurus dan banyaknya siswa
yang menggunakan rumus dalam buku atau ketika diajarkan oleh guru tanpa
terlebih dahulu memahami arti dari rumus yang dimaksud. 13
Selain penggunaan
rumus yang masih membingungkan peserta teradapat kesulitan belajar lain yang
dialami peserta didik adalah memecahkan masalah fisika dari bentuk data grafik
pada materi gerak lurus. Berdasarkan penelitian Senyoto mengemukakan bahwa
kecakapan siswa dalam menyelesaikan masalah dalam fisika dari data grafik
termasuk kategori rendah dengan kemampuan penafsiran grafik sebesar 48,30%. 14
Menurut Subali (dalam Sentoyo,2016), Keterampilan matematika seperti
pemahaman visual, kecerdasan berpikir sistematis, merancang data,
memperkirakan gerakan garis, dan mendeduksi hubungan antara variabel
diperlukan untuk berkomunikasi melalui grafik, itulah sebabnya grafik sering
dianggap sebagai cabang matematika.
12
Zainuddin Zainuddin, Rini Puspita Sari, dan Abdul Kadir, “Analisis Kesulitan Belajar
Fisika Konsep Gerak Lurus pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 1 Konawe Selatan,”
KULIDAWA 2, no. 1 (2 Juli 2021): 7–13, https://doi.org/10.31332/kd.v2i1.2485.
13
Yuli Maulidya Pratiwi, Agus Suyudi, dan Zulmasula Zulmasula, “Identifikasi Kesulitan
Siswa SMA Pada Materi Gerak Lurus,” Jurnal Riset Pendidikan Fisika 2, no. 2 (30 November
2017): 28–35, https://doi.org/10.17977/um058v2i2p%p.
14
Anton Setyono, “ANALISIS KESULITAN SISWA MEMECAHKAN MASALAH
FISIKA BERBENTUK GRAFIK DENGAN TES DIAGNOSTIK” (Skripsi, Semarang,
Univeristas Negeri Semarang, 2016).
15
Muhamad Anas, Alat Peraga dan Media Pembelajaran (Jakarta: Pustaka Education.,
2014),https://books.google.com/books/about/Alat_Peraga_dan_Media_Pembelajaran.html?
hl=id&id=nSgaCgAAQBAJ.
5
untuk menangkap, mengatur, dan menyampaikan data verbal atau visual.16 Hal ini
dimaksudkan untuk membantu guru menyampaikan materi pembelajaran. Banyak
media pembelajaran yang bisa digunakan misal, media audio, media visual, dan
lain-lain.17 Dari aneka ragam jenis media yang bisa digunakan. Hal ini menjadi
peluang untuk memanfaatkan media sosial menjadi media pembelajaran. Dalam
hal ini peluang TikTok menjadi media pembelajaran sangat memungkinkan.
TikTok mengandung elemen audio dan visual.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Risky, dkk. didapatkan hasil bahwa
aplikasi TikTok dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan video edukasi interaktif
tentang konsep hukum Newton. Dengan memaksimalkan fitur-fiturnya yang
beragam, dan kesederhanaan pengoperasian aplikasi TikTok dapat
diimplementasikan dalam pembelajaran kehidupan sehari-hari.18 dalam penelitian
mengemukakan bahwa TikTok dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran
bahasa Indonesia yang efektif, interaktif, dan inovatif dengan penggunaan dan
metode yang tepat. Dengan kemampuan untuk menambahkan banyak paket
bahasa dan berbagai fitur aplikasi, serta versi aplikasi yang lebih canggih, anda
dapat menerapkan penggunaan aplikasi TikTok dalam pembelajaran bahasa
Indonesia.19
16
“SUKIMAN - PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN.pdf,” diakses 7
November 2022, http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39441/1/SUKIMAN%20-
%20PENGEMBANGAN%20MEDIA%20PEMBELAJARAN.pdf.
17
Fifit Firmadani, “MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI SEBAGAI
INOVASI PEMBELAJARAN ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0,” KoPeN: Konferensi
Pendidikan Nasional 2, no. 1 (13 Februari 2020): 93–97.
18
Risky Januar Syah, Siti Nurjanah, dan Veneranda Putri Andri Mayu, “Tikio (TikTok
App Educational Video) Based on the Character Education of Newton’s Laws Concepts Preferred
to Learning for Generation Z,” Pancaran Pendidikan 9, no. 4 (1 November 2020),
https://doi.org/10.25037/pancaran.v9i4.325.
19
Anak Agung Ngurah Bagus Janitra Dewanta, “PEMANFAATAN APLIKASI TIK
TOK SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA,” Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Bahasa Indonesia 9, no. 2 (29 Desember 2020): 79–85.
6
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disajikan diatas maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
7
2. Untuk mengetahui efektivitas TikTok sebagai media pembelajaran fisika
pada materi gerak lurus.
F. Manfaat Penelitian
8
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
A. Deskripsi Teoritik
1. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin, bentuk jamak dari kata media, yang secara harfiah
berarti “perantara” atau “presentasi”. Dalam bahasa, media mengacu pada penyampaian
pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Menurut makna umum, media mengacu pada penerapan yang paling efektif atas setiap
elemen pembelajaran serta untuk mencapai tujuan pelajaran yang dimaksudkan. .20 Secara
lebih fokus, Azhar Arsyad membahas peran media ketika jalan pembelajaran, khususnya
bagaimana media semakin banyak digunakan sebagai perlengkapan grafis, fotografi, atau
elektronik untuk menangkap, mengatur, dan menyampaikan data verbal atau visual.21
Winkel menjelaskan bahwa media pembelajaran diartikan sebagai suatu sarana non
personal (bukan manusia) yang digunakan atau disediakan oleh pengajar, yang memegang
peranan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan instruksional.22 Menurut
Hamidjojo semua media merupakan bentuk mediator yang digunakan orang untuk
menyampaikan gagasan kepada penerimanya. McLuhan, di sisi lain, memperingatkan bahwa
media pada dasarnya adalah apa yang disebut saluran. Pada hakikatnya media telah
membantu memperluas kemampuan manusia untuk merasakan,mendengar, dan melihat
dalam jarak dan batas waktu tertentu.. Untuk media, batasan ini hampir tidak ada.
Selanjutnya, Blacks dan Horalsen adalah saluran atau media komunikasi dimana media
tersebut digunakan untuk mengirimkan atau menyampaikan pesan, dan media tersebut
digunakan untuk menyampaikan pesan untuk ditransmisikan antar komunikator. Mengklaim
sebagai akar atau alat.23
20
Sukiman, Loc. cit
21
Azhar Arsyad, Media pembelajaran (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015).
22
Andi Kristanto, Media Pembelajaran (Bintang Surabaya, 2016). Hal. 5
23
M. Miftah, “FUNGSI, DAN PERAN MEDIA PEMBELAJARAN SEBAGAI UPAYA
PENINGKATAN KEMAMPUAN BELAJAR SISWA,” Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan 1, no. 2
9
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat kita simpulkan bahwa media adalah sarana
atau alat yang menjadi perantara komunikasi antara komunikan dan komunikator. Istilah
belajar atau pendidikan (dahulu istilah yang terkenal) adalah suatu usaha untuk mengajar
siswa. Belajar adalah mencoba membuat seseorang memahami akan suatu hal. Jenis proses
belajar ini adalah antara orang-orang (sebelumnya istilah yang lebih umum digunakan)
karena ada komunikasi antara siswa (siswa) dan guru, pembelajar, atau guru (sebelumnya
istilah yang lebih umum digunakan) untuk belajar.
Menurut Rudi, belajar merupakan kegiatan seseorang yang berusaha untuk memperoleh
sebuah pengetahuan, keterampilan,dan nilai positif dengan belajar melalui berbagai sumber
belajar. Pembelajaran ini melibatkan interaksi antara dua pihak, yaitu pihak guru dan siswa.
Siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai moderator. Pembelajaran dengan penggunaan
media dapat dikatakan efektif apabila media yang digunakan selama proses pembelajaran
dapat membantu mencapai tujuan belajar dan memudahkan siswa untuk belajar.
Terdapat tiga karakteristik media yang menjadi isntruksi kenapa menerapkan media, hal
apa yang mungkin media dapat dilakukan namun barangkali guru tidak sanggup (atau kurang
berdaya guna) melakukannya. Karakteristiknya sebagai berikut:
10
ini memungkinkan media untuk merekam peristiwa maupun benda yang berlangsung di
periode waktu khusus untuk dikirimkan yang tidak tergantung masa. Misalnya kejadian alam
bisa didokumentasikan melalui dengan rekaman video. Perjalanan kegiatan haji maupun
umroh bisa didokumentasikan melalui perangkat kamera atau alat perekam audio visual
untuk dimanfaatkan jadi media pendidikan agama Islam.
Ciri fiksatif ini sangat berarti bagi guru karena peristiwa dan benda yang
didokumentasikan atau dicatat dalam format media yang ada selalu tersedia. Peristiwa yang
hanya terjadi sekali (pada abad ke-10 atau ke-1) dapat diabadikan dan dipindahkan untuk
tujuan pembelajaran. Proses eksperimental yang kompleks dapat direkam sesering yang
diperlukan dan diatur untuk reproduksi selanjutnya.Dengan demikian aktivitas siswa dapat
direkam dan kemudian bisa dianalisis dan dikritik bersama oleh siswa baik secara perorangan
atau secara kelompok.
Karakteristik distribusi media memungkinkan objek atau peristiwa diangkut dalam ruang,
sementara pada saat yang sama menyajikan peristiwa itu kepada sejumlah besar siswa dengan
pengalaman merangsang yang relatif sama sehubungan dengan peristiwa tersebut.
Penyampaian media dewasa ini tidak terbatas pada satu kelas atau lebih pada suatu sekolah
di suatu wilayah tertentu, karena media seperti rekaman video, audio, dan cakram komputer
dapat dikirimkan ke setiap sudut tujuan setiap saat. Digunakan oleh banyak grup di lokasi
yang berbeda dan dapat digunakan secara bersamaan.25
25
Muhammad Hasan dkk., Media Pembelajaran, Cetakan Pertama (Klaten: Tahta Media Grup,
2021).h.18-19
11
c. Fungsi dan Kegunaan Media Pembelajaran
Dalam jalannya pembelajaran, media berperan sebagai perantara penjelasan dari guru
sebagai sumber kepada siswa sebagai penerima. Lenih khusus, bahwa peran media sebagai
berikut:
1) Peran Edukatif
a. Menyampaikan hasil yang bernilai pendidikan.
b. Mengajari anak didik dan masyarakat untuk dapat berpikir kritis.
c. Memberikan sebuah kemahiran yang bermanfaat.
d. Membangaun dan memperluas wawasan.
e. Memberikan peran factual pada berbagai aspek kehidupan.
2) Peran ekonomis
a. Tujuan pembelajaran yang diperolah diraih secara lebih efisien.
b. Penyampaian materi bisa mengurangi pemakaian biaya dan alokasi waktu.
3) Peran sosial
a. Memperluas hubungan antar anak didik.
b. Meluaskan wawasan.
c. Meluaskan pengalaman dan kepintaran intrapersonal anak didik.
4) Peran budaya
a. Menawarkan perubahan yang berkaitan dengan kehidupan manusia.
b. Mewarisi dan melestarrikan unsur-unsur budaya dan seni yang ada dalam
kehidupan bermasyarakat.
Ketika materi disampaikan antara satu guru dengan guru lainnya, tidak ada celah pesan
yang disampaikan oleh masing-masing guru.
12
Pemahaman berbeda antar pendidik dapat dihindari dan dapat meminimalisir terjadinya
ketimpangan pengetahuan di antara anak didik dimanapun berada.
Media dapat menyajikan informasi baik secara alami maupun yang dimanipulasi melalui
suara, gambar, gerak dan warna, membantu guru menciptakan suasana belajar yang lebih
hidup yang tidak monoton dan membosankan.
Media mendorong komunikasi dua arah yang hidup, tetapi tanpa media, guru cenderung
berbicara sepihak.
Anda dapat mencapai tujuan pembelajaran Anda dengan lebih baik dan lebih
komprehensif dengan investasi waktu dan tenaga yang minimal. Siswa dapat mengikuti
Pelajaran lebih mudah dengan media presentasi, sehingga guru tidak perlu mengulang materi
pelajaran.
Media pembelajaran dapat membantu siswa menyerap materi pembelajaran lebih dalam
dan utuh. Jika siswa memahami pelajaran hanya dengan mendengar informasi lisan dari guru,
maka akan diperkaya dengan melihat, menyentuh, merasakan dan mengalami melalui media,
pemahaman siswa akan meningkat.
8. Media dapat meningkatkan sikap positif siswa terhadap materi dan pembelajaran
13
Pembelajaran menjadi lebih menarik dan mendorong siswa untuk mencintai sains dan
mencari sumber informasi sendiri.
Guru dapat berbagi peran dengan media sehingga mereka memiliki lebih banyak waktu
untuk mencurahkan aspek pendidikan lainnya, seperti: membantu siswa yang mengalami
kesulitan belajar untuk membentuk kepribadian, mendorong belajar, dll..26
Menurut Menurut Levie dan Lentz dalam Azhar Asryad secara khusus media visual
menunjukkan bahwa media pendidikan memiliki empat fungsi yaitu: fungsi atensi, fungsi
afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris.
Fungsi atensi media visual adalah inti,hal ini untuk menarik dan mengarahkan perhatian
siswa pada isi pelajaran yang relevan dengan makna visual yang ditampilkan atau yang
menyertai teks konten pelajaran.Seringkali siswa yang tidak memperhatikan karena tidak
tertarik dengan materi pelajaran atau mata pelajaran yang dibahas itu. Media gambar
khususnya gambar yang diproyeksikan melalui overhead projector (OHP) dapat
menenangkan dan mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran yang akan mereka
terima. Dengan demikian, kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi pelajaran
semakin besar.
Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan peserta didik ketika
belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah
emosi dan sikap peserta didik, misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras.
Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan
bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan
mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media
visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu peserta didik yang lemah
dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.
27
14
Menurut Kemp & Dayton, media pembelajaran dapat memiliki tiga fungsi utama ketika
media digunakan untuk individu, kelompok, atau khalayak yang besar: (a) untuk merangsang
minat atau tindakan, (b) untuk menyajikan informasi, dan (c) untuk memberikan arahan.
Untuk menyelesaikan tugas motivasi, media pembelajaran dapat diimplementasikan melalui
teknik akting atau hiburan. Hasil yang diharapkan harus membangkitkan minat dan
memotivasi siswa atau pendengar untuk mengambil tindakan (bertanggung jawab, sukarela
atau memberikan kontribusi materi). Pencapaian tujuan ini mempengaruhi sikap, nilai dan
perasaan.
Media pembelajaran dapat digunakan untuk tujuan informasi, untuk menyajikan informasi
kepada sekelompok siswa. Isi dan bentuk presentasi sangat umum dan berfungsi sebagai
pengantar, ringkasan laporan atau informasi latar belakang. Presentasi juga dapat berupa
hiburan, drama atau teknik motivasi. Siswa pasif ketika mendengarkan atau menonton materi
informasi. Partisipasi yang diharapkan dari siswa terbatas pada persetujuan atau
ketidaksetujuan mental mereka, atau sekadar perasaan tidak bahagia, netral, atau bahagia.
Untuk tujuan pendidikan, kegiatan media dimana informasi yang terkandung dalam media
harus melibatkan siswa baik secara mental maupun dalam bentuk kegiatan nyata agar
pembelajaran dapat terjadi. Mengenai prinsip-prinsip pembelajaran, materi harus
direncanakan lebih sistematis dan psikologis untuk mempersiapkan pengajaran yang efektif.
Selain menyenangkan media pembelajaran juga bertujuan untuk memberikan pengalaman
yang menyenangkan dan memenuhi kebutuhan individu siswa.
Suwarna, dkk dalam (Gunawan dan Ritongan, 2019) mengemukakan manfaat media
pembelajaran secara khusus sebagai berikut:
Guru mungkin memiliki interpretasi yang berbeda tentang berbagai hal. Dengan bantuan
media massa, perbedaan interpretasi tersebut dapat dikurangi sehingga materi ditransmisikan
secara seragam.
Setiap siswa dapat memiliki interpretasi yang berbeda dari konsep mata pelajaran tertentu.
Dengan bantuan media massa, perbedaan interpretasi tersebut dapat dihindari untuk
menyampaikannya kepada siswa secara seragam. Setiap siswa yang melihat atau mendengar
15
deskripsi. Subjek menerima informasi yang sama persis dengan siswa lainnya melalui media
yang sama.28
Media dapat menyampaikan informasi yang terdengar (audio) dan terlihat (visual)
sedemikian rupa sehingga dapat lebih jelas dan lengkap menggambarkan prinsip, konsep,
proses dan prosedur yang abstrak dan tidak lengkap.
Media yang dipilih dan direncanakan dengan baik dapat membantu guru dan siswa dalam
komunikasi aktif dua arah. Tanpa media, guru mungkin cenderung menyampaikan materi
kepada siswa secara sepihak.
Umum bagi seorang guru untuk menghabiskan banyak waktu menjelaskan mata pelajaran.
Namun, waktu yang tersedia sangat terbatas. Namun, jika Anda menggunakan media
pembelajaran, Anda dapat menggunakan waktu yang terbatas dengan lebih efektif.
Penggunaan media tidak hanya mendorong proses pembelajaran, tetapi juga membantu
siswa untuk menyerap pelajaran lebih mendalam dan lengkap.
Media pendidikan dapat melampaui batas-batas makna, ruang dan waktu. Ini berarti
bahwa lingkungan belajar dapat dirancang untuk memfasilitasi belajar siswa di mana dan
kapan pun mereka mau, terlepas dari gurunya.
28
Junaidi Junaidi, “Peran Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar,” Diklat Review :
Jurnal Manajemen Pendidikan Dan Pelatihan 3, no. 1 (2019): 45–56,
https://doi.org/10.35446/diklatreview.v3i1.349.
16
Media pembelajaran dapat memperjelas penyampaian pesan dan informasi untuk
mempercepat dan meningkatkan proses dan hasil pembelajaran. Dengan adanya media
pembelajaran menjadi lebih menarik.
8. Peran Guru Dapat Berubah Ke Arah Yang Lebih Positif dan Produktif.
Tugas media pembelajaran adalah untuk tujuan petunjuk, dimana informasi yang
terkandung dalam media harus melibatkan siswa baik secara mental, intelektual maupun
dalam bentuk kegiatan nyata agar pembelajaran dapat berlangsung.29
Menurut Rudy Bretz mengidentifikasi jenis-jenis media berdasarkan tiga unsur pokok,
yaitu: suara, visual dan gerak. Berdasarkan tiga unsur tersebut, Bretz mengklasifikasikan
media ke dalam delapan kelompok, yaitu:
1. Media audio
2. Media cetak
1. Benda nyata
2. Bahan yang tidak diproyeksikan, seperti: bahan cetak, papan tulis, bagan balik (flip chart),
diagram, bagan, Grafik, foto,
17
4. Gambar diam yang diproyeksikan, seperti; Slide (film bingkai), film rangkai, OHT
(transparansi). Program Komputer
6. Gabungan media, seperti bahan dengan pita video, slide dengan pita audio, film rangkai
dengan pita audio, mikrofilm dengan pita audio, komputer interaktif dengan pita audio atau
piringan video.31
2. TikTok
Secara umum, media sosial berfungsi untuk mengirim atau menerima pesan informasi
berupa suara, gambar (foto), dan juga tautan video yang kini menawarkan opsi pengeditan
yang lebih variatif. Hal ini membuat berbagai platform media sosial saling bersaing untuk
mendapatkan lebih banyak pengguna. Menuntut pemroses media sosial mengembangkan fitur
dan kemampuan untuk bersaing dengan platform lain. Proses kompetisi ini berdampak positif
bagi kemajuan di bidang teknologi komunikasi. Penyatuan komunikasi dan teknologi,
menjadikannya efektif untuk kebutuhan interaksi masyarakat dunia yang memiliki beragam
kepentingan. Media sosial itu banyak bentuknya, antara lain Instagram, Facebook dan yang
terbaru adalah TikTok.
TikTok adalah jaringan media sosial pada platform video yang diluncurkan oleh Zhang
Yiming pada tahun 2016 dan dimiliki oleh ByteDance. Program ini sebelumnya bernama
31
Ibid. h.88
18
Dou Yin yang sangat meledak di China. Karena kepopulerannya, Doujin menyebar ke
beberapa negara dengan nama baru yaitu TikTok.
Aplikasi TikTok merupakan media sosial yang cocok untuk melakukan berbagai interaksi
dalam bentuk video pendek. Durasi video yang dapat dibuat adalah 15 detik, 1 menit, dan 3
menit. Karena cara penggunaannya yang mudah dan menyenangkan, program ini banyak
diminati. Aplikasi ini adalah salah satu aplikasi dengan pertumbuhan tercepat di dunia
dengan lebih dari satu miliar pengguna dan 800 juta pengguna aktif bulanan. Ini menjadikan
TikTok salah satu dari 5 unduhan teratas tahun 2019 di Google Play dan App Store. Rata-rata
pengguna menghabiskan sekitar 52 menit sehari di TikTok. Sebagian besar pengguna berusia
antara 14 dan 30 tahun. Hal ini menciptakan peluang yang berpotensi menjadikan
implementasi Gen Z sebagai primadona kemajuan pendidikan.32
Pada tahun 2018, pemerintah Indonesia melarang aplikasi TikTok melalui Kementerian
Komunikasi dan Informatika karena banyaknya laporan negatif karena urgensi pendidikan
karakter. Namun kini sudah bisa digunakan kembali secara bebas dengan pertimbangan lain
dan regulasi baru, sehingga TikTok bisa diunggah kembali pada Agustus 2018.
Fi Fungsi
tur
32
Risky Januar Syah, Siti Nurjanah, and Veneranda Putri Andri Mayu, “Tikio (TikTok App
Educational Video) Based on the Character Education of Newton’s Laws Concepts Preferred to Learning for
Generation Z,” Pancaran Pendidikan 9, no. 4 (November 1, 2020), https://doi.org/10.25037/pancaran.v9i4.325.
19
Ef Jadikan video lebih menarik dengan filter atau efek khusus
ek Khusus yang sudah tersedia di aplikasi.
3. Pembelajaran Fisika
Fisika sebagai disiplin ilmu merupakan salah satu mata pelajaran wajib di pendidikan
menengah atas (SMA). Pembelajaran fisika sangat penting di sekolah formal karena fisika
merupakan bagian dari kehidupan manusia yang berkaitan dengan fenomena kehidupan
sehari-hari. Fisika merupakan salah satu bagian dari rumpun ilmu pengetahuan alam yang
membahas mengenai gejala-gejala yang terjadi di alam. Dalam kegiatan pembelajarannya,
materi Fisika menggabungkan antara teori serta praktek yang dikemas secara bersamaan.33
Mundilarto menyatakan bahwa “fisika merupakan ilmu yang berusaha memahami aturan-
aturan alam yang begitu indah dan dengan rapi dapat dideskripsikan secara matematis”.
Koballa & Chiappetta, menyatakan bahwa fisika sebagai bagian dari sains (IPA) pada
hakikatnya merupakan 1) pengumpulan pengetahuan (a body of knowledge), 2) cara atau
jalan berpikir (a way of thinking), 3) cara untuk penyelidikan (a way of investigating) tentang
alam semesta ini, 4) interaksi dengan teknologi dan sosial (it’s interaction with technology
and society).34
33
Zakirman Zakirman dan Hidayati Hidayati, “Praktikalitas Media Video dan Animasi dalam
Pembelajaran Fisika di SMP,” Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni 6, no. 1 (27 Agustus 2017): 85–93,
https://doi.org/10.24042/jipfalbiruni.v6i1.592.
34
Nurris Septa Pratama dan Edi Istiyono, “STUDI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN FISIKA
BERBASIS HIGHER ORDER THINKING (HOTS) PADA KELAS X DI SMA NEGERI KOTA
YOGYAKARTA,” PROSIDING : Seminar Nasional Fisika Dan Pendidikan Fisika 6, no. 2 (12 September
2015), https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/prosfis1/article/view/7711.
20
Pembelajaran fisika yang baik didasarkan pada sifat fisika, yaitu. siswa harus menguasai
proses dan produk fisika. Dalam hal ini produk fisika meliputi teori, prinsip, hukum dan lain-
lain. Sedangkan proses bagaimana produk tersebut dapat diketahui lebih lanjut dengan
menerapkan produk tersebut pada kejadian sehari-hari. Tujuan pembelajaran fisika adalah
untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa agar tidak hanya kompeten dan terlatih
dalam bidang psikomotorik dan kognitif, tetapi juga mampu mendukung berpikir sistematis,
objektif dan kreatif.
4. Efektivitas
Menurut Soemadi Suryabrata, efektivitas diartikan sebagai tindakan atau usaha yang
membawa hasil. Keefektifan juga dapat dikatakan tercapainya sebuah tujuan untuk bidang
tertentu.35 Keefektifan dalam penggunaan media meliputi apakah dengan menggunakan
media tersebut informasi pengajaran dapat diserap oleh anak didik dengan optimal, sehingga
menimbulkan perubahan tingkah lakunya.36
Suatu produk atau layanan memiliki tingkat usability atau ukuran kualitas yang tinggi
jika dapat memenuhi beberapa kriteria, antara lain: useful (berguna); efficient (efisien);
effective (efektif); satisfying (memuaskan); learnable (mudah dipelajari); dan accessible
(mudah diakses).Salah satu kriteria yang disebutkan tersebut adalah effective (efektif).37 Oleh
sebab itu, penulis bermaksud melakukan penelitian terkait efektivitas media sosial TikTok
sebagai media pembelajaran khususnya pada pembelajaran fisika pada materi gerak lurus.
5. Gerak Lurus
Konsep gerak ini dimulai dari tentang menjelaskan besaran-besaran yang terdapat dalam
gerak lurus yang berhubungan dengan posisi yang kemudian memunculkan definisi dari
gerak, jarak, perpindahan, dan waktu. Hasil dari jarak dan waktu menghasilkan besaran yaitu
kelajuan. Hasil dari perpindahan dan waktu menghasilkan besaran yaitu kecepatan. Kedua
35
S. Subono, “EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN MULTIMEDIA
INTERAKTIF MATA PELAJARAN SISTEM KENDALI ELEKTRONIK DI SMK NEGERI 2 SRAGEN”
(skripsi, UNY, 2011), https://eprints.uny.ac.id/914/.
36
Idza Febriana,Skripsi : “ EFEKTIVITAS PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM
PEMBELAJARAN FIQIH DI MTS MA’ARIF NU 07 PURBOLINGGO LAMPUNG TIMUR” (Metro: IAIN
Metro.2019),hal.19
37
Muhammad Arifin Rahmanto dan Bunyamin Bunyamin, “Efektivitas Media Pembelajaran Daring
Melalui Google Classroom,” Jurnal Pendidikan Islam 11, no. 2 (30 November 2020): 119–35,
https://doi.org/10.22236/jpi.v11i2.5974.
21
besaran ini terbagi kembali dalam beberapa jenis, yaitu kelajuan sesaat serta kelajuan dan
kecepatan rata-rata.
Kemudian ketika kecepatan ini mengalami perubahan hal ini mengakibatkan terjadinya
sebuah percepatan. Dalam konsep gerak lurus ini terdapat dua kondisi gerak yaitu gerak
beraturan dan gerak berubah beraturan. Sebuha gerak dengan kecepetan yang beraturan ini
dinamakan dengan gerak lurus beraturan. Sedangkan untuk gerak lurus yang memiliki
kecepatan berubah secara beraturan ini dinamakan dengan gerak lurus berubah beraturan.
Sebuah benda bergerak apabila terdapat kedudukannya berubah terhadap suatu titik acuan
tertentu. Sebagai contoh, Budi sedang duduk di kursi penumpang pesawat terbang yang
berada di bandara. Kemudia pesawat tersebut lepas landas meninggalkan bandara. Apabila
bandara ditetapkan sebagai titik acuan, maka Budi dikatakan bergerak terhadap bandara.
Posisi bisa diartikan dengan letak suatu benda pada waktu tertentu terhadap suatu acuan
tertentu. Jika kemudian benda mengalami perubahan posisi, maka benda ini diartikan dalam
kondisi bergerak. Secara garis besar gerak adalah perubahan posisi. Sedangkan perpindahan
diartikan sebagai perubahan posisi benda dalam selang waktu tertentu. Perpindahan ini
berupa seberap jauh jarak suatu benda dari titik awalnya. Perpindahan ini merupakan besaran
vector karena memiliki nilai dan arah. Untuk melihat perbedaan jarak total dan perpindahan,
missal sebuah mobil berjalan sejauh 50 m ke arah timur, kemudian berbalik arah ke barat dan
berjalan menempuh jarak 30 m.
Jika dilihat dari gambar 2.2 Jarak total yang ditempuh mobil tersebut sebesar 80 m,
sedangkan perpindahannya hanya 20 m, karena posisi mobil tersbuh hanya berjaka 20 m dari
22
acuan titik awalnya. Dari gambar diatas, dapat diartikan bahwa jarak dan perpindahan
memiliki arti yang berbeda.
Jarak (s) = panjang sebuah lintasan yang ditempuh tanpa memperhatikan arah gerak
benda
Istilah kelajuan ini diartikan sebagai seberapa jauh sebuah benda bergerak dalam selang
waktu tertentu. Kelajuan ini tidak memiliki arah sehingga termasuk dalam kategori besaran
skalar. Kelajuan dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut:
s
v=
∆t
Sedangkan kecepatan diartikan sebagai seberapa sebuah benda bergerak maupun arah
geraknnya. Atau bisa juga diartikan dengan perpindahan suatu benda dibagi selang waktu
untuk menempuh jarak tersebut. Dengan demikian kecepatan dikategorikan sebagai besaran
vector karena memiliki arah geraknya. Kecepatan ini dirumuskan kedalam persamaan sebagai
berikut :
∆s
v=
∆t
Dalam realitanya kedua besaran ini tidak selalu sama. Kedua besaran ini memiliki
kondisi,salah satunya kelajuan rata – rata atau kecepatan rata-rata. Kelajuan rata-rata
diartikan sebagai jarak total dibagi waktu tempuh, sedangkan kecepatan rata – rata diartikan
sebagai hasil bagi antara perpindgan dengan selang waktunya. Kedua persamaan ini
dirumuskan sebagai berikut.
Jarak total
kelajuan rata−rata=
Waktu tempuh
perpindahan(∆ x)
Kecepatan rata−rata=
interval waktu (∆ t)
3) Percepatan
23
Percepatan ini merupakan salah satu besaran yang ada di gerak lurus. Percepatan ini bisa diartikan
sebagai perubahan kecepatan dalam selang waktu tertentu. Percepatan ini juga merupakan besaran
vector, karena memiliki arah. Percepatan dirumuskan sebagai berikut.
∆v
a=
∆t
Setalah besaran-besaran yang terdapat pada gerak lurus, ternyata gerak lurus ini dibagi menjadi
dua jenis, yaitu gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah berarturan.
Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak yang lintasannya lurus dengan kecepatan benda yang
tetap. Kecepatan tetap disini maksudnya adalah benda menempuh jarak yang sama dalam kurun
waktu tertentu. Oleh karena kecepatan benda tersebut tetap, maka besar perpindagan benda tersebut
akan berbanding lurus dengan selang waktu. Gerak lurus beraturan dituliskan kedalam persamaan
sebagai berikut.
s
s=v .t atau v=
t
Dengan :
v = kecepatan (m/s)
Jika kecepatan v benda yang bergerak dengan laju yang konstan selama selang waktu t (s),
diilustrasikan delam sebuah grafik v-t.
24
Berdasarkan grafik pada gambar 2.3, hubungan v–t menunjukkan bahwa keceptan benda
konstan, tidak tergantung dengan waktu, sehingga grafik hubungannya berbentuk garik lurus
yang sejajar dengan sumbu t (waktu). Sedangkan hubungan s-t digambarkan dengan grafik
dibawah ini.
Berdasarkan grafik pada gambar 3.4, hubungan s-t diartikan sebagai hubungan berbanding
lurus. Dimana jarak yang ditempuh (s) benda sebanding dengan waktu yang butuhkan (t).
Semakin jauh jarak yang ditempuh maka waktu yang dibutuhkan akan semakin besar juga.
Gerak lurus berubah beraturan diartikan sebagai gerak benda pada lintasan lurus dengan
nilai percepatan tetap ( kecepatannya selalu berubah secara teratur). Sehingga, GLBB ini
mempunyai ciri khas,yaitu dari waktu ke waktu kecepatan yang dimiliki oleh suatu benda
berubah, baik semakin lama mengalami dipercepat atau diperlambat. Berdasarkan rumus
percepatan:
v t −v 0
a=
∆t
Karena t 0=0 dan percepatan dianggap konstan terhadap waktu, maka di peroleh persamaan
:
v t −v 0
a=
t
Selanjutnya, kita dapat mengetahui kecepatan benda setelah rentang waktu tertentu, jika
kita tahu percepatannya. Langkah ini bisa lakukan dengan kalikan t pada kedua sisi
persamaan tersebut maka diperoleh:
25
at =v t−v 0
v t=v 0 +at
v 0 +v
v=
2
v t=v 0 +at
Maka,
v 0 +(v 0 +at )
v=
2
2 v 0+ at
v=
2
s 2 v 0+ at
=
t 2
1 2
s=v 0 t+ a t
2
Jika pers. 1 dan pers.2 digabung, maka akan mendapatkan persamaan GLBB yang ketiga,
yaitu
v 2t =v 20 +2 as
Dalam kehidupan sehari-hari ini terdapat penerapan GLBB, yang kemudian GLBB ini
dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
26
a. Gerak Jatuh Bebas (GJB)
Gerak jatuh bebas seringkali diartikan sebagai gerak suatu benda dari ketinggian tertentu
secara bebas lurus menuju pusat gravitasi bumi tanpa ada pengaruh dari gaya lain selain gaya
gravitasi. Ciri khas dari GJB adalah benda jatuh tanpa memiliki kecepatan awal ( v 0=nol ¿.
Karena dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi, sehingga benda yang jatauh ini akan semakin
cepat ketika bergerak terus kebawah. Pada keadaan ini percepatan yang dimiliki oleh setiap
benda jatuh selalu sama, yakni sama dengan percepatan gravitasi bumi (a = g). Dan jarak (s)
disini diganti dengan ketinggian (h). Contohnya adalah buah jatuh dari pohonnya.
v=g .t
1
h= g t 2
2
v t= √2 gh
Gerak ini diartikan dengan gerak suatu benda kea rah atas lurus yang menjauhi pusat
gravitasi bumi. Gerak ini hanya bisa terjadi dengan kondisi yang disengaja atau kondisi yang
diberi pengaruh gaya lain, dengan gaya luar ini lebih besar dari gaya gravitasi. Contohnya
adalah melemparkan bola keatas. Disaat bola sudah mencapai ketinggian tertentu atau disebut
dengan ketinggian maksimum (h max ¿ maka bola tidak bisa naik lagi. Saat kondisi ini
kecepatan bola ( v1 =0 ¿. Karena gaya gravitasi bumi tidak pernah berhenti menyebabkan bola
kemudian bergerak turun. Pada saat kondisi ini bola mengalami gerak jatuh bebas. Jadi , bola
tersebut mengalam dua fase keadaan gerak, saat bola bergerak keatas mengalami GLBB
diperlambat ( a = -g) dengan kecepetan awal tertentu lalu mencapai tiggi maksimum,
kemudian bola mengalami gerak jauh bebas yang merupakan GLBB dipercepat dengan
kecepatan awal benda nol.
1 2
Tinggi h=v o t− g t
2
Kecepatan akhir v 2t =v 20 −2 gh
27
c. Gerak Vertikal ke Bawah (GVB)
Gerak vertikal ke bawah diartikan gerak benda yang dilemparkan secara vertikal ke bawah
dengan kecepatan awal tertentu. Secara prinsipnya sama dengan gerak vertikal keatas, hanya
berbeda dari arah geraknya saja. Sehingga persamaan yang digunakanpun sama hanya diganti
tanda negatif dengan tanda positif.38
Beberapa penelitian telah dikemukakan oleh beberapa peneliti yang memiliki keterkaitan
tentang efektivitas Tiktok sebagai media pembelajaran. Penelitian tersebut adalah sebagai
berikut:
Penelitian yang dilakukan oleh Risky Januar Syah, Siti Nurjanah, dan Veneranda Putri
Andri Mayu,pada tahun 2020 yang berjudul “Tikio (TikTok App Educational Video) Based
on the Character Education of Newton’s Laws Concepts Preferred to Learning for
Generation Z”. Hasil penelitian ini Aplikasi TikTok memiliki kecenderungan kuat untuk
digunakan oleh mayoritas Generasi-Z karena karakternya. Secara umum, aplikasi TikTok
dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang efektif untuk pembelajaran kontemporer.
TikTok merupakan media audio visual, hal ini menjadikan materi pembelajaran yang
awalnya abstrak atau sulit dilihat secara nyata, dapat dikemas menjadi lebih nyata dan
menarik. Selain itu juga dapat menarik minat dan memotivasi siswa untuk belajar, karena
memberikan fitur yang keren, unik, dan menarik, sehingga diharapkan menjadi pembelajaran
yang berkelanjutan.Untuk mengimbangi kemajuan teknologi dan inovasi pendidikan yang
berkembang, nilai pendidikan karakter juga harus disisipkan sehingga pembelajaran proses
dapat diserap sepenuhnya dan meminimalkan krisis moral.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Ericha Tiara Hutamy , Fany Swartika, Andi Naila
Quinn Azizah Alisyahbana, Nur Arisah, Muhammad Hasan,pada tahun 2021 yang berjudul
“Persepsi peserta didik terhadap pemanfaatan Tik Tok sebagai media pembelajaran”.Jenis
penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif karena tujuannya untuk menggambarkan
dan menjelaskan tentang persepsi peserta didik terhadap pemanfaatan tik tok sebagai media
pembelajaran. Hasil tanggapan responden tersebut adalah Cukup Baik.Sejalan dengan hasil
kuesioner yang telah diisi oleh para responden atau peserta didik menyatakan hal yang sama
38
Joko Sumarno, Fisika Untuk SMA/MA Kelas X (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional, 2009). Hal. 30 - 49
28
yakni tik tok cukup baik digunakan sebagai media pembelajaran. Hal ini dikarenakan tidak
semua materi pembelajaran cocok menggunakan media Tik tok karena durasi video untuk
menampilkan materi sangat terbatas.39
Penelitian yang dilakukan oleh Dewanta pada tahun 2020 yang berjudul “Pemanfaatan
aplikasi tiktok sebagai media pembelajaran bahasa indonesia”.Hasil penelitian aplikasi Tik
Tok bersamaan dengan penggunaan dan metode yang tepat, dapat dimanfaatkan sebagai
media pembelajaran yang menarik, interaktif, dan inovatif dalam pembelajaran bahasa
Indonesia. Dengan fitur aplikasi yang beragam dan mampu mewadahi keempat keterampilan
berbahasa, serta kemudahan dalam mengaplikasikannya, maka pemanfaatan aplikasi Tik Tok
dapat diimplementasikan dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Penelitian ini dilakukan oleh Dewi (2020) meneliti tentang daya tarik Tiktok sebagai
media pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Inggris. Penelitian ini menemukan bahwa
terdapat 5 jenis materi bahasa inggris yang sering dimunculkan, yaitu vocabulary,
pronunciation, grammar, common mistakes, dan English facts. Dengan engagement tertinggi
pada materi pronunciation karena materi ini merupakan elemen penting untuk mahir
berbahasa Inggris dan durasi video yang pendek sangat cocok dengan materi ini. Selain ini,
peneliti menemukan bahwa Tiktok memiliki daya tarik terhadap Generasi Z dan generasi
millennial sebagai media belajar. Dengan materi yang disajikan secara sederhana dan
menarik, pembelajaran yang tidak membosankan karena Tiktok menawarkan fitur-fitur yang
mudah digunakan.40
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh (Nur,dkk., 2021) dengan topik penelitian tentang
pengaruh Tiktok terhadap perkembangan prestasi Peneliti ini mengemukakan bahwa
penggunaan media sosial seperti Tiktok ini memiliki 2 sisi akibat, terdapat sisi positif dan sisi
negatif. Sisi negative yang didapatkan oleh peserta didik ini diantaranya adalah kapasitas
belajar dan ujian berkurang, sosialiasi yang kurang dengan kebiasaan umum, peserta didik
menjadi apatis belajar. Adapun sisi positif penggunaan media ini diantaranya adalah
socialling, sharing knowledge, updating oneself, dan learning from various sources. 41
39
Ericha Tiara Hutamy dkk., “PERSEPSI PESERTA DIDIK TERHADAP PEMANFAATAN TIK
TOK SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN,” Prosiding Penelitian Pendidikan Dan Pengabdian 2021 1, no. 1
(2 April 2021): 1270–81.
40
Chrisma Dewi, “DAYA TARIK TIKTOK SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA
INGGRIS ONLINE,” Sinesa Prosiding, no. November (2020): 27–34.
41
Euis Nur, Amanah Asdiniah, and Triana Lestari, “Pengaruh Media Sosial Tiktok Terhadap
Perkembangan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar,” Jurnal Pendidikan Tambusai 5, no. 1 (2021): 1675–82.
29
Penggunaan Titkok ini juga memperngaruhi prestasi belajar hal ini telah dikemukakan
terlebih dahulu (Marini, 2019). Kebiasaan peserta didik mengeksplore Tiktok menyebabkan
peserta didik banyak menghabiskan waktu untuk melihat video tiktok. Sehingga mereka
mengabaikan waktu belajarnya ,selain itu mengabaikan latihan-latihan yang bisa dilakukan
karena hanya fokus dengan Tiktok.42
Penelitian lain dilakukan oleh dengan fokus penelitian pada pengaruh Tiktok terhadap
kreativitas remaja. Data yang diperoleh peneliti dari jumlah responden 100 orang. Dari
beberapa aspek yang di ujikan salah satunya frekuensi penggunaan Tiktok didapat bahwa
range 6-10 kali sehari mencapai 39 orang dan yang menggunakan Tiktok dalam sehari full
mencapai 27 orang. Dari data ini menunjukkan bahwa begitu seringnya Tiktok di akses.
Kemudian pada aspek atensi didapatkan 99 orang dari 100 responden mengatakan bahwa
Tiktok menarik perhatian mereka. Aspek kognitif diujikan didapatkan 99 responden
mengatakan bahwa mereka mampu mengembangkan ide-ide kreatifnya. Dari muncul ide-ide
ini dominan dari para responden mampu untuk memunculkan kreativitas mereka dan mapu
untuk menggambarkan ide mereka. Dan dominan dari pada responden ini menyatakan bahwa
mereka menggemari aplikasi Tiktok ini. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
aplikasi “TikTok” memiliki pengaruh sebesar 41,6% terhadap tingkat kreativitas remaja di
Surabaya.43
Penelitian yang dilakukan oleh Handrini Ardiyanti, Cecep Kustandi, Ani Cahyadi,
Elihami, Petrus Jacob Pattiasina pada tahun 2021 yang berjudul “Efektivitas model
pembelajaran daring berbasis Tik tok”. Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian
ini.Informan dalam penelitian ini adalah orang tua siswa yang berada pada tingkatan Sekolah
Menengah Pertama (SMP). Hasil dari penelitian ini adalah para orang tua menilai bahwa
aplikasi TikTok yang digunakan dalam pembelajaran anak-anak mereka lebih banyak
digunakan untuk bermain ketika jam pembelajaran masih berlangsung.44
42
Riska Marini, Pengaruh Media Sosial Tik Tok Terhadap Prestasi Belajar Peserta Didik Di SMPN 1
Gunung Sugih Lab. Lampung Tengah, Skripsi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2019.
43
Bagus Prianbodo, “PENGARUH TIKTOK TERHADAP KREATIVITAS REMAJA SURABAYA”
(SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI ALMAMATER WARTAWAN SURABAYA, 2018)
44
Handrini Ardiyanti dkk., “Efektivitas Model Pembelajaran Daring Berbasis Tiktok,” Jurnal
Komunikasi Profesional 5, no. 3 (27 Juni 2021): 285–93, https://doi.org/10.25139/jkp.v5i3.3826.
30
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini didasarkan pada hasil identifikasi masalah,
pembatasan masalah, dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Adapun kerangka berpikir
pada penelitian ini dapat dilihat melalui alur bagan penelitian di bawah ini:
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori yang telah diuraikan, maka hipotesis yang dapat dirumuskan dalam
penelitian ini adalah penggunaan aplikasi tiktok sebagai media belajar cukup efektif. Hal ini
berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya. Dengan menyatakan bahwa Tiktok ini dapat
menunjang pembelajaran dan fitur-fitur yang ditawarkan cukup lengkap.
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2022/2023, pelaksanaan
penelitian pada bulan Oktober – November 2022. Tempat pelaksanaan penelitian ini di SMA
Darussalam Ciputat.
B. Latar Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas aplikasi tiktok sebagai media
pembelajaran pada pembelajaran fisika. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan data
yang ada di lapangan dengan cara menguraikan dan menginterpretasikan sesuatu seperti apa
yang ada di lapangan, dan menghubungkan sebab akibat terhadap sesuatu yang terjadi pada
saat penelitian, dengan tujuan memperoleh gambaran realitas.
C. Metode Penelitian
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi,angket dan
dokumentasi. Peneliti mewawancarai guru,konten creator dan siswa terkait penggunaan
media tiktok. Kegiatan observasi dilakukan guna melihat respon pengguna terhadap konten
yang disajikan.Angket digunakan untuk melihat efektivitas tiktok sebagai media
pembelajaran fisika,
45
Samsu. Metodologi Penelitian : Teori dan Aplikasi Penelitian Kualitatif,Kuantitatif,Mixed
Methods,serta Research & Development. (Jambi : Pusaka.2009),hal.166
32
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data ketika seorang peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan suatu masalah yang bisa diteliti,dan ketika
seorang peneliti ingin mengetahui hal lebih banyak dari responden. Wawancara dapat
dilakukan secara terstruktur atau tidak terstruktur, dan dapat dilakukan secara langsung atau
melalui telepon.
1. Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau
pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.
Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya telah
disiapkan.Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama,
dan pengumpul data mencatat.
46
https://publikasi.aptirmik.or.id/index.php/Instrumen/article/view/71/73 diakses pada 16 Desember
2021 pukul 23.35 WIB
47
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. (Bandung:
Alfabeta, 2015), hal.195
33
Wawancara ini adalah tipe wawancara yang bebas yang dimana peneliti dalam
melaksanakan wawancara tidak menggunakan pedoman seperti pada wawancara terstruktur.
Pedoman yang digunakan pun hanya berupa garis besar masalah yang dikaji.
Jenis wawancara ini termasuk in-depth interview ,dalam pelaksanaannya wawancara ini
lebih bebas jika dibandingkan dengan wawancara terstruktur.Tujuan penggunaan wawancara
tipe ini untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka dimana responden diminta
pendapat atau ide-ide. Tapi tetap dalam pelaksanaannya perlu mencatat dari isi wawancara
tersebut.
Jenis wawancara yang akan digunakan pada penelitian ini adalah wawancara terstruktur.
Teknik pengumpulan data melalui wawancara terstruktur ini digunakan oleh peneliti untuk
mendapatkan data dari guru mata pelajaran fisika dan siswa terkait penggunaan media belajar
dan melakukan wawancara kepada konten creator untuk mendapatkan data latar belakang
membuat konten.
48
https://publikasi.aptirmik.or.id/index.php/Instrumen/article/view/71/73 diakses pada 16 Desember
2021 pukul 23.35 WIB
34
Tabel 3. 1. Pedoman Wawancara dengan Guru Fisika
No. Pertanyaan
N Pertanyaan
o
35
Tabel 3. 3. Pedoman wawancara konten kreator
N Pertanyaan
o.
Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak
langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden).Isi dari instrumen ini
berisi pertanyaan ataupun pernyataan yang harus dijawab oleh responden.49
Kuesioner ini menjadi teknik pengumpulan data yang efisien jika peneliti paham akan
variabel yang akan diuji dan tahu dengan yang diharapkan dari responden. Tidak hanya itu,
49
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (repr., Bandung: Pt.Remaja Rosdakarya,
2015).hal.219
36
metode ini dapat digunakan buat jumlah responden lumayan besar serta tersebar dari daerah
yang luas. Persoalan yang digunakan dalam kuesioner bisa berbentuk persoalan tertutup
ataupun terbuka. Serta dapat disebarkan dengan bermacam metode.
Isi pertanyaan ini menyesuaikan bentuk. Jika pertanyaan berupa bentuk pengukuran maka
setiap pertanyaan harus disusun dalam skala pengukuran dan item nya mencukupi untuk
mengukur variabel.
Bahasa yang digunakan wajib disesuaikan dengan keahlian berbahasa dari responden.
Pertanyaan yang digunakan dalam kuesioner dapat berupa pertanyaan tertutup atau
terbuka.
Pertanyaan yang diajukan jangan mendua yang bisa responden kesulitan dalam
memberikan jawaban.
Persoalan yang diajukan, baiknya tidak menanyakan hal- hal yang responden telah kurang
ingat ataupun persoalan yang butuh berpikir berat buat menanggapi.
7. Panjang pertanyaan
Panjang persoalan pula butuh dicermati, hendaknya tidak memakai persoalan yang
panjang sehingga membuat pengisi ataupun responden jenuh buat mengisi.
37
8. Urutan pertanyaan
Urutan pertanyaan yang di ajukan di mulai dari pertanyaan yang mudah menuju ke lebih
sulit,atau bisa diacak.
9. Prinsip Pengukuran
Instrumen yang digunakan haruslah dapat digunakan untuk memperoleh informasi yang
valid serta reliabel dengan variabel yang hendak diukur.
Penampilan fisik dari angket yang digunakan akan berpengaruh terhadap respon dari
responden.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan angket . Sasaran yang akan diberikan angket
adalah siswa kelas X SMA Darussalam Ciputat . Teknik angket ini untuk mendapatkan data
tentang respon peserta didik tentang penggunaan tiktok sebagai media pembelajaran.
Beban belajar 10
Kepuasan 17
No Respon Keterangan
38
1 STS Sangat tidak setuju
2 TS Tidak setuju
3 C Cukup
4 S Setuju
5 SS Sangat Setuju
O S T c s S
Pertanyaan Alasan
No. TS S C S SS
4
Tiktok mudah untuk digunakan.
4.
39
1 Video tiktok membuat belajar
12. fisika menyenangkan.
Metode observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu
pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek
sasaran.Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik jika
dibandingkan dengan teknik yang lain,yaitu wawancara dan kuesioner.Jika wawancara dan
kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang ,maka observasi tidak terbatas pada
orang,tetapi juga objek-objek yang lain.
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data observasi dapat dibedakan menjadi
participant observation dan non participant observation.
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang
diamati atau yang digunakan sebagai data penelitian. Dalam pengamatan, peneliti melakukan
hal yang sama dengan partisipan.Dengan observasi tipe ini , data yang diperoleh akan lebih
detail dan tajam.
40
Observasi partisipan melibatkan peneliti dalam setiap kegiatan yang diikuti
partisipan.Dalam observasi non partisipan peneliti tidak terlibat dan hanya berperan sebagai
pengamat independen.50
Dalam penelitian ini jenis observasi yang digunakan adalah observasi nonpartisipan.
50
Sugiyino , op. cit., hal.199-204
41
Tabel 3. 7. Observasi konten
1 Mendapatkan Like
2 Memberikan ruang
komentar
3 Mendapatkan
Komentar
4 Memberikan
Feedback dari komentar
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Metode
dokumentasi berarti cara mengumpulkan data dengan mencatat data-data yang sudah ada.
Metode ini lebih mudah dibandingkan dengan metode pengumpulan data yang lain.51
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.Dokumen ini bisa berupa
bentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang
berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan,cerita,biografi,peraturan, atau
kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar,misalnya foto,gambar hidup,sketsa hidup,dan
lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni,yang dapat berupa
gambar,patung,film,dan lain-lain. Hasil dari penelitian dari observasi atau wawancara ,akan
lebih kredibel jika didukung oleh foto-foto atau karya tulis yang telah ada.
No Dokumen
1 Pedoman wawancara
2 Dokumentasi wawancara
3 Profil Sekolah
51
Hardani, Nur Hikmatul Auliya, dan Helmina Andriani, METODE PENELITIAN KUALITATIF &
KUANTITATIF (Yogyakarta: CV. Pustaka Ilmu, 2020). Hal.149
42
4 Visi dan Misi Sekolah
5 Data siswa
6 Lain-lain
Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui instrumen yang akan digunakan apakah
sudah baik dan memadai. Baik atau buruknya instrumen yang digunakan akan mempengaruhi
data yang diperoleh. Hal ini akan sangat mempengaruhi kualitas dari penelitian yang
dikerjakan. Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan yang penting yaitu valid
dan reliabel.
Reliabilitas suatu instrumen adalah keajegan atau kekonsistenan instrumen tersebut jika
diberikan pada subyek yang sama meskipun oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda,
atau tempat yang berbeda, maka akan memberikan hasil yang sama atau relativ sama (tidak
berbeda secara signifikan).
r ii =
n ∑ Si
2
(1− 2 )
( n−1 ) St
Keterangan :
43
2
St = varians total
Pengabsahan data adalah untuk menjamin bahwa semua yang telah diamati dan diteliti
penulis sesuai dengan data yang sesungguhnya ada dan memang benar-benar terjadi. Hal ini
dilakukan penulis untuk memelihara dan menjamin bahwa data tersebut benar, baik bagi
pembaca maupun subjek penelitian. Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian
adalah triangulasi sumber dan triangulasi teknik atau metode.
Triangulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas data yang diperoleh dengan
mengecek data yang didapat melalui beberapa sumber. Triangulasi metode digunakan untuk
mengecek data kepada sumber dengan teknik yang berbeda.52
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis model Miles dan Huberman.
Menurut Miles dan Huberman bahwa kegiatan dalam analisis data kualitatif dilakukan
dengan interaktif dan berjalan secara terus menerus sampai selesai,sehingga bisa
mendapatkan data yang sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu :
Data yang diperoleh berdasarkan lapangan jumlahnya relatif banyak,karena hal ini perlu
adanya sebuah catatan untuk mencatat data secara teliti dan rinci.Semakin banyak waktu
yang digunakan peneliti di lapangan,maka jumlah data yang diperoleh akan semakin
banyak,kompleks dan rumit.Oleh karena itu perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data
segera mungkin.Reduksi data ini berarti meringkas,meneliti hal yang menjadi pokok
penelitian,fokus pada hal penting dalam penelitian yang perlu dicari tema dan polanya.
b) Data Display
52
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods) (Bandung: Alpabeta, 2018).hal.370-371
44
Dalam penelitian kualitatif, data dapat disajikan dalam bentuk deskripsi singkat, diagram,
hubungan antar kategori, diagram alur, dan lainnya. Representasi data yang paling umum
dalam penelitian kualitatif adalah teks naratif. Dalam hal ini, peneliti menyajikan data dalam
format teks. Anda dapat mendukung ini dengan menyisipkan tabel atau gambar untuk
memperjelas temuan.
c) Conclusion Drawing/Verification
Pengujian efektivitas media dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa setelah belajar
menggunakan media yang dikembangkan. Kriteria efektivitas berdasarkan hasil belajar
kognitif adalah.54
Presentase Kriteria
≥ 80 % Sangat Efektif
70 % - 79
Efektif
%
60 % - 69
Cukup Efektif
%
53
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. (Bandung:
Alfabeta, 2015). Hal.338-345
54
Iwan Permana Suwarna, “Pengembangan Instrumen Ujian Komprehensif Mahasiswa melalui
Computer Based Test pada Program Studi Pendidikan Fisika,” Oktober 2016,
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/39510.
45
50 % - 59
Kurang Efektif
%
Peningkatan hasil belajar yang diukur, diuji terlebih dahulu menggunakan nilai N-Gain.
Nilai N-Gain dapat dihitung menggunakan rumus:
Dari hasil perhitungan nilai N-Gain tersebut, dapat diketahui apakah terjadi peningkatan
hasil belajar siswa setelah menggunakan aplikasi TikTok dalam proses pembelajaran. Kriteria
N-Gain yang digunakan merujuk dari kriteria yang dipaparkan oleh Richard Hake.
N-Gain Kriteria
g ≥ 0,7 Tinggi
46
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Sekolah Menengah Atas (SMA) Darussalam Ciputat yang pada saat ini berstatus
“TERAKREDITASI A” didirikan pada tahun 1987, atas prakarsa Ketua Yayasan Pendidikan
Islam (YPI) Darussalam Drs. H.M. Salman Faris.
SMA Darussalam Ciputat periode pertama tahun 1987 dipimpin oleh H. Kohir Bsc dan
sempat tidak aktif sampai dengan tahun 2000, periode tahun 2000 sampai dengan tahun 2003
dipimpin oleh Drs. Marpudin, periode 2003 sampai 2016 dipimpin oleh Marul Wa’id, S.Ag
dan periode 2017 dipimpin oleh Wisa Dwitiara, S. Si, Apt dengan jumlah tenaga pengajar 26
orang dan staf tata usaha 3 orang dengan jumlah siswa 307 orang.
SMA Darussalam Ciputat Kota Tangerang Selatan berada di Jln. Otista Rt. 01/010 No. 36
Desa Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten yang terletak sekitar 4 km dari pusat
pemerintahan Kota Tangerang Selatan, Secara Topografi SMA Darussalam Ciputat berada
pada ketinggian 44 M dari permukaan laut.
47
Subjek penelitian pada kali ini adalah siswa kelas X IPA. Dengan jumlah total siswa
sebanyak 32 orang. Sebanyak 16 peserta didik laki-laki dan 16 perserta didik perempuan.
Dari keseluruhan peserta didik semuanya mempunyai perangkat smartphone sendiri.
1. Hasil Wawancara
a. Wawancara Siswa
Wawancara ini dilakukan kepada 6 orang siswa. Berdasarkan wawancara yang telah
dilakukan mengenai minat siswa terhadap pelajaran fisika, Terdapat 2 sisi terkait minat siswa.
Satu sisi terdapat siswa yang tidak gemar dengan fisika. Satu sisi lain ada siswa yang
menggemari fisika. Jawaban dari siswa A1 ini mengindikasikan bahwa dia kurang suka
fisika, karena terlalu banyak rumus yang perlu dipahami dan diperlukannya kemampuan
untuk bisa mengolah persoalan dengan baik.
Namun hal ini berbeda dengan yang dikemukakan oleh siswa B1,B2,B3,A2,A3, bahwa dia
menggemari fisika ketika dia dapat memahami konsep-konsep fisika yang ada dan
menggemari mata pelajaran yang terdapat perhitungannya. Siswa B1 mengatakan “Saya akan
senang jika saya memahami materi dan konsep dalam pelajaran fisika tersebut”. Siswa B2
mengatakan “Senang bisa menambah wawasan mengenai perhitungan dll”. Siswa B3 juga
mengatakan “Saya senang belajar fisika karena saya menyukai pelajaran hitung-hitung”.
Siswa A1 dan A2 juga mengatakan pendapatnya yang tidak jauh berbeda, responden ini
mengatakan “Tentu,dari fisika saya banyak tau tentang rumus' baru tentang benda yang
sebenarnya bisa di hitung oleh angka”. “Kalau saya pribadi, saya menyukai pelajaran fisika
48
dikarenakan saya menyukai hitungan dan senang mempelajari hal baru apalagi terkait gejala
alam semesta”.
Temuan lainnya adalah mengenai media pembelajaran yang digunakan guru dalam
pembelajaran fisika. Guru sudah menggunakan media pembelajaran dengan berbagai
bentuknya. Dengan ini berarti siswa sudah tidak asing dengan penggunaan media
pembelajaran.
Terkait media pembelajaran yang digunakan, siswa A1 mengatakan “Nggak sering, tapi
pernah menggunakan google form untuk belajar”. Pernyataan siswa A1 ini sejalan dengan
siswa B3 yang mengatakan “Ya, terkadang menggunakan PDF, proyektor, GFrom.”
Pernyataan ini didukung pula oleh siswa A3 yang mengatakan “Ya, terkadang menggunakan
media PDF untuk mempelajari fisika.”
Penggunaan media digital ini sudah dikenali oleh siswa. Seperti penjelasan siswa A2
mengatakan “iya, kadang guru' mencontohkan langsung bagaimana benda itu bisa kita hitung
kecepatan/konstannya,kadang melalui media digital,dan lebih mudah untuk dipahami karena
kita bisa tau gambar yang dimaksud/benda yg dimaksud.” Siswa B1 mengatakan “Ya, guru
fisika saya sering menggunakan media pembelajaran seperti gambar, video ataupun benda
yang dipraktikumkan secara langsung”. Sedangkan menurut siswa B2 media yang paling
sering digunakan adalah media papan tulis seperti pada penyataan berikut “Yang biasa
digunakan hanya berupa papan tulis.”
Temuan selanjutnya mengenai kendala yang dialami oleh siswa selama belajar fisika.
Persoalan kesulitan siswa adalah rumus-rumus yang terdapat dalam pembelajaran fisika
terbilang banyak dan mengharuskan siswa untuk senantiasa mengingat, memahami dan
mengaplikasikan rumus-rumus tersebut untuk mencari jawaban dari soal yang diberikan. Hal
ini menjadi hambatan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa A1, A2, dan A3 sepakat
mengalami kesulitan dalam menghafal rumus, siswa A1 mengatakan “Kalau saya sendiri
kesulitan di materi fisika yang padat, harus menghafal terus menghitung juga pelajaran-
pelajaran fisika yang susah nyangkut di otak”. Pernyatan dari siswa A2 mengatakan bahwa
“Kesulitan yg di alami kadang susah untuk menghapal rumus dan kadang soal yg di temukan
tidak ada rumus atau tata cara mengerjakannya”. Pernyataan dari siswa A3 mengatakan
“Materi fisika yang padat, menghapal dan menghitung”. Hal ini sejalan dengan pendapat
49
siswa B1 yang mengatakan bahwa “Kesulitan yang saya alami ketika belajar fisika adalah
menghafal rumus-rumus untuk menghitung materi-materi fisika”.
Selain rumus yang banyak, hambatan lainnya adalah kesulitan dalam perhitungan. Seperti
yang dikatakan oleh siswa B2 dan B3.”Dalam perhitungan karena masih banyak yang
keliru”.Siswa B3 mengatakan ”Kesulitan dalam perhitungan yang banyak, cara yang banyak
ditulis oleh penjelasannya”.
Mengenai aplikasi TikTok ini pun menjadi temuan menarik selanjutnya. Responden sama-
sama merupakan pengguna aktif dari aplikasi ini dan tentunya TikTok bukan lagi aplikasi
yang asing bagi mereka. Dengan ragamnya konten yang tersedia di aplikasi TikTok. Tiktok
masih didominasi oleh konten-konten yang bersifat hiburan dibandingkan dengan konten-
konten edukasi. Hal ini menjadi sebuah peluang dan tantangan untuk menerapkan konten
edukasi khususnya konten fisika dalam pembelajaran.
Terkait dengan konten yang tersedia pada aplikasi TikTok, siswa A1 mengatakan
“Kebetulan beranda tiktok saya isinya game, a day in my life, tentang kehidupan warga +62
sih”. Sejalan dengan pernyataan siswa A1, siswa A3 dan B3 juga lebih sering menemukan
konten yang sifatnya hiburan. Siswa A3 mengatakan “Konten tentang kerajinan tangan, video
edukasi atau tutorial”. Pernyataan siswa B3 mengatakan bahwa “Tutorial hidup, kerajinan,
art, edukasi, tutorial-tutorial lain nya”. Hal ini pun sejalan dengan yang dialami oleh siswa
B1, bahwa “Konten yang sering saya lihat di beranda saya adalah video editan-editan dari
potongan suatu film, konten memasak, konten makan, dan konten hiburan”. Meskipun lebih
dominan konten hiburan namun terkadang muncul konten edukasi seperti yang dijelaskan
oleh siswa B2 dan A2. Pernyataan dari siswa A2 mengatakan “Biasanya bebas kadang ada jg
pelajaran fisika yang suka lewat di beranda”. Pernyataan dari siswa B2 mengatakan bahwa
”Konten yang sering saya lihat adalah Pembelajaran matematika, fisika, resep masakan dll”.
Konten TikTok salah satunya adalah konten edukasi. TikTok terbilang beragam dan
konten yang akan muncul di beranda pengguna itu secara algoritmanya bergantung pada
konten yang sering dilihat oleh pengguna atau seberapa intens interaksi pengguna dengan
konten tersebut. Misalnya ketika pengguna menyukai konten cover lagu, maka nantinya akan
lebih sering muncul konten cover lagu di beranda TikTok pengguna tersebut. Adapun terkait
seberapa banyak lamanya siswa menyimak konten edukasi dalam aplikasi TikTok berbeda-
beda, siswa A1 mengatakan “Mungkin dalam sehari bisa 1 atau 2 jam, ga nentu juga sih ka
50
tergantung kesibukan di hari itu”. (sepertinya siswa A1 memaparkan lamanya waktu
menggunakan aplikasi TikTok secara keseluruhan tidak hanya konten edukasi) Pernyataan
dari siswa A3 mengatakan “8 menit.” Selain itu siswa B2 mengatakan “Kurang lebih 10 - 20
menit”. Pernyataan dari siswa B3 mengatakan “Sehabis durasi tiktok nya seperti 3 menit”.
Selain itu, hasil wawancara kepada siswa B1 yang mengungkapkan ”Jika ada konten edukasi
di beranda saya akan menonton sampai habis”. Siswa A2 juga akan menonton konten tersebut
sampai habis jika kontennya menarik, seperti yang diungkapkan sebegai berikut “Sampai
durasi habis karena menurut saya kalo gambar atau video menarik maka saya akan menonton
nya sampai durasi nya selesai”.
b. Wawancara Guru
Untuk mengetahui tanggapan guru terhadap aplikasi TikTok ini dilakukan wawancara
kepada guru. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan mengenai media yang digunakan.
Beberapa media pembelajaran sudah diterapkan oleh guru, misalnya virtual lab yang
digunakan pada kelas XI. Namun tidak semua jenis media pembelajaran bisa diterapkan di
sekolah karena ada beberapa persoalan seperti ketersediaan proyektor, hal ini
mengindikasinya media yang berbentuk audio visual belum sering digunakan. Guru
mengatakan bahwa :
“Kalau sering mah pastinya papan tulis karena jarang sekali menggunakan proyektor,
Adapun beberapa minggu ini melakukan praktikum dengan virtual lab sama praktikum
langsung, seperti di kelas XI itu praktikum dengan virtual lab tentang momen inersia
dinamika rotasi. Untuk yang kelas XII kemarin itu praktikum tentang rangkaian seri
paralel untuk mengetahui kuat arus gitu di seri dan paralel. Kalau kelas X sudah praktikum
51
mengenai alat ukur waktu dan suhu, jadi mereka membandingkan waktu Ketika
menggunakan stopwatch analog dengan digital”.
“Tanggapan anak-anak antusias seperti pada virtual lab, mereka jadi nyoba-nyoba.
Kalau yang praktikum langsung itu sedikit antusiasnya tergantung kemauan siswanya mau
belajar atau enggaknya. Kalau respon itu mungkin responnya itu ya 50-80 % ya karena
ada siswa yang hpnya kadang bisa kadang enggak, kadang ada yang mau belajar ada yang
enggak”.
Dari kedua pernyataan tersebut meskipun guru tidak mempunyai aplikasi TikTok akan
tetapi guru sudah mengenali aplikasi tersebut dikarenakan masifnya penyebaran Tiktok ini.
Dengan ini dapat disimpulkan bahwa orang yang tidak menggunakan aplikasi tersebut aja
bisa mengenali TikTok. Dengan penjelasan yang diberikan oleh guru bahwa “Konten video
yang saya ketahui itu ada konten pembelajaran seperti fisika matematika gitu, terus konten
dakwah terus apalagi ya kaya konten yang tidak tentu itu kaya konten yang mungkin isinya
menurut orang isinya hiburan”.
52
Dan dari aspek yang sebelumnya ditanyakan, bahwa tidak menutup kemungkinan apabila
TikTok digunakan untuk sarana pembelajaran bukan sebagai sarana hiburan saja. Namun
dalam penggunaannya perlu diperhatikan kembali konten yang ada sehingga bisa
menggunakan TikTok dengan baik. Hal ini sejalan dengan pendapat guru bahwa
“Penggunaan tiktok dalam pembelajaran bagus, namun perlu di filter karena penggunaan
Tiktok khususnya pada fisika biar kita tuh bisa memfilter materi yang ada ketika konten
kreator membuat konten”.
Sebagai pembuat konten, dalam hal ini peneliti pun menggali tanggapan dan pandangan
terkait konten edukasi pada aplikasi TikTok, dengan mengajukan beberapa pertanyaan terkait
alasan pembuatan konten sampai produksi. Dari wawancara yang dilakukan secara virtual
tehadap konten kreator edukasi TikTok dengan nama akun wemuri92 diperoleh informasi
sebagai berikut. Konten kreator ini membuat konten fisika salah satunya terkait kinematika.
Konten kreator ini tergolong masih pengguna baru dari TikTok ini, mengingat TikTok
sudah ada sejak tahun 2017. Dengan penjelasan yang diberikan bahwa“2022 justru masih
baru-baru banget kayaknya akhir Februari deh kalau nggak salah.”
“Pokoknya awal-awal banget justru lebih lama yang Instagram. Cuman yang di
Instagram kan agak susah berkembang kalau nggak aktif banget karena algoritmanya
agak berbeda sama di TikTok karena saya juga agak males kalau ngurusin story tiap hari
harus bikin konten tiap hari dan harus benar-benar di engagement itu kan kalau on
Instagram itu engga saya banget lah. Coba-coba sebenarnya di TikTok juga coba upload 1
konten tahu-tahu langsung fyp, walaupun fyp masih di angka 49 K kayaknya waktu itu.
Karena itu kan masih konten tentang sains yang saya hubungkan sama Marvel, seperti
Thor, Iron Man kayak gitu”.
53
Konten di TikTok beragam dan masih didominasi oleh konten hiburan. Dari hal ini
menunjukkan bahwa konten fisika di TikTok masih terbilang minim. Hal ini sejalan dengan
pernyataan konten kreator :
“Terus coba riset-riset ternyata yang di tiktok nggak ada yang mainin konten fisika.
Cobalah 1 konten fisika yang tentang jangka sorong itu kan saya pin. Jadi itu yang sudah
tembus 1 jt views. Ternyata emang di Tiktok tuh kurang yang fisika”.
Pernyataan lain diberikan oleh konten kreator, bahwa beliau ini merupakan konten kreator
yang berfokus pada pelajaran fisika dan matematika. Dalam hal ini konten kreator mulai
untuk memproduksi konten video fisika di TikTok pada sekitar bulan Maret.
“Saya start Februari kayaknya udah mulai masuk ke fisika itu setelah sebulan main di
sana deh kalau nggak salah ya kurang lebih di bulan Maret atau April. Kayaknya
pertengahan maret itu sekarang fokusnya udah kesana ini”.
Tentunya dalam memproduksi sebuah produk pasti ada yang target pasarnya. Dalam
pembuatan konten ini pun tentu ada pasarnya tersendiri. Target pasar yang dituju adalah
kalangan umum dan guru. Untuk guru awalnya untuk sharing cara mengajar, namun di
lapangan hal ini tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini mungkin ada beberapa
penyebab, salah satunya saat itu sedang hangat terkait persiapan UTBK sehingga algoritma
dari TikTok ini menampilkan topik yang sedang banyak dicari orang dan salah satunya topik
mengenai pelajaran fisika. Konten kreator menuturkan bahwa:
“Jadi untuk pertama kali bikin itu sebenarnya targetnya adalah guru. Guru-guru kaya
ivan ini yang calon-calon guru atau yang sedang mengajar. Target kedua adalah yang
umum entah dia fans Marvel ataupun itu. Udah beres bikin yang itu coba bikin konten
fisika. Ternyata yang kena itu SMA kelas 12 ke atas yang persiapan untuk UTBK .
Karena waktu itu lagi rame UTBK. Waktu saya coba matematika dasar, malah turun range
umurnya jadi yang SMP ke SMA sekarang. Yang umum itu udah kayak menyingkir dari
target marketnya jadi sekarang tuh kebanyakan ya siswa yang jadi followers SMP SMA
ada. Ada sih beberapa yang kuliah tapi kayaknya nggak dominan”.
Produksi sebuah produk tentu ada beberapa proses yang harus dilakukan, diantaranya ada
proses perencanaan, eksekusi dan evaluasi. Dalam produksi konten video TikTok ini pun ada
hal tersebut. Ide sebuah produk bisa muncul darimana saja salah satu mungkin dari request
54
penggermar. Namun sebelum konten yang dibuat dikenal orang, tentunya perlu melakukan
riset. Penuturan konten bahwa
“Buatlah 1 konten begitu fyp Itu kan komennya banjir banget ya justru kita dapat ide.
Saya dapat ide itu untuk bikin konten selanjutnya dari komen untuk matematika atau
fisika.Jadi sortir dulu komen nya terus habis dari sana langsung nyari materi yang cocok
nih sama request komennya. Justru sebelum rame yang komen dan like itu lebih sulit.
Karena harus insight beberapa kreator yang target market sama”.
Proses eksesuki meliputi proses shooting video sampai editing. Dalam proses eksekusi
konten kreator membuat konten ini terbilang tidak membutuhkan waktu yang lama. Namun
bagian yang membutuhkan waktu lebih adalah proses editing karena konten kreator menemui
beberapa kendala. Hasil wawancara dengan kreator sebagai berikut :
“Terus kalau bikinnya yang modelnya fisika sama matematika dasar itu bikinnya
termasuk cepet, maksudnya ambil videonya nggak sampai satu jam saja. Bahkan 1 jam
tuh bisa sampai 3 video kalau bentuknya fisika atau matematika karena itu kan basic-
basic banget ya dan targetnya untuk setiap materi itu 1 menit, 1 menit point materinya 2
menit untuk basa-basinya atau ada nanti brand yang mau bikin kayak endorse gitu. Terus
untuk ngeditnya saya full di HP. Jadi yang bikin lama justru adalah ngedit kalau sudah
ada hitungannya itu apalagi kalau misalkan hasil ke bawahnya itu panjang kan kalau di
fisika habis dikali dibagi dan seterusnya, nah itu bikin lama sebenarnya karena pakai
editnya HP”.
Kendala lain yang dialami oleh konten kreator adalah keterbatasannya alat pendukung
recording. Dan karena hal ini konten kreator perlu untuk menemukan solusi dari
permasalahan ini. Hal ini dijelaskan sebagai berikut :
“Bikin lama juga ini saya nggak punya mic eksternal ya. Hp yang saya pakai untuk
rekaman itu Redmi 9C yang sialnya itu nggak bisa connect mic eksternal apapun. Tidak
bisa connect sama sekali, jadi cara mengatasi ini soundnya saya buat double, dua kali
ketika edit. Jadi kalau udah beres videonya udah beres, animasinya sudah beres ntar di edit
lagi untuk ditumpuk soundnya. Soalnya biar 4 sound ke atas supaya suaranya terdengar
nah itu yang bikin lama sebenarnya kurang lebih 2 jam lah kalau ditotal untuk edit satu
video itu udah deh gitu. Jadi kesimpulannya idenya dari mana dari komen”.
55
Evaluasi terhadap konten ini juga dilakukan oleh konten kreator. Evaluasi yang dilakukan
konten kreator per 3 bulan agar menghasilkan konten baru yang lebih baik. Berikut
penuturan dari konten kreator.
“Saya Pun merasa konten saya nggak terlalu insight full kalau memang terus ngerjain
soal doang. Makanya harus tetap ada ini perombakan kalau saya sih kayaknya setiap per 3
bulan tuh kayaknya kayak evaluasi lagi bentar lagi nih evaluasi lagi udah gitu”.
Ketika konten tersebut ramai tentunya akan memunculkan banyak sekali komen. Dari
komen yang biasa sampai komen yang tidak biasa. Baik komen yang mendukung bahkan
komen yang menghujat. Pada dasarnya pengguna yang memberikan komentar ini hanya
mencari atensi saja. Seperti penuturan dari konten kreator sebagai berikut :
“Oh banyak, itu tuh latihan mental. Kalau dikonten kan saya ngomong gue lu. Terus
ada yang komen sebagai guru hendaknya mengajarkan bahasa yang baik. Ada lagi yang
bilang banyaklah. Karena sosmed tuh ajang adu ilmu, jadi di komen tuh ada orang yang
pengen kelihatan lebih jago atau punya cara yang lebih baik gitu atau ada yang sengaja
komen untuk nyari atensi aja. Maksudnya yang cari atensi itu ngomong yang jelek-jelek,
malah jujur di awal itu lumayan sakit hati. Tapi saya sadar mereka mencari atensi. Entah
atensi dari si yang punya konten atau atensi dari komentator yang lain”.
Sebuah produk untuk bisa dikenal oleh pasar tentunya perlu sebuah kemasan. Sebuah
kemasan yang menarik tentu akan menjadi daya tarik tersendiri untuk konsumen. Begitupun
konten video TikTok dengan pengemasan video yang khas akan menjadikan orang mudah
mengenali konten tersebut milik siapa dan akan lebih menarik minat. Untuk mengemas
konten agar menarik dan lebih cepat trending adalah dengan mengikuti trend apa yang sedang
naik, bisa di riset dengan menggunakan fitur search yang ada di TikTok. Fitur itu nanti akan
memunculkan semisal lagu yang sedang trending di TikTok, bahkan sampai jenis filter yang
sedang hangat digunakan oleh banyak orang. Dalam wawancara konten kreator menuturkan
sebagai berikut :
“Tapi kalau untuk bikin konten atraktif sebenarnya kalau Ivan mau itu. Ya Ikutin
trend,itu aja tuh yang di tiktok ikutin tren yang dari search. Misalnya nanti di sesuai
dengan sound, saran klasik lah itu kalau mau terlihat atraktif yang ngikutin tren cuman
jeleknya mengikuti tren adalah kita tuh nggak punya identitas yang tetap. Jadi ada saran
56
juga yang bilang kalau memang mau ngikutin trend jangan diambil semua trendnya tapi
disesuaikan sama apa personalisasi konten kreator itu”.
Dari semua pemaparan konten kreator dapat diambil sebuah benang merah, bahwa aplikasi
TikTok ini merupakan aplikasi yang sangat digemari oleh banyak kalangan dari pelajar
sampai kalangan dewasa. Dalam hal ini konten video Tiktok cukup gemari oleh kalangan
pelajar karena sering kali memunculkan konsep-konsep dasar yang terkadang pelajar itu
kurang memahami.
2. Hasil Observasi
Observasi ini dilakukan pada konten dari konten kreator Wemuri92. Berikut ini hasil dari
observasi yang telah dilakukan.
57
Gambar 4.1. Tampilan video konten Gambar 4.2. Tampilan Kolom Komentar
kreator
3. Hasil Angket
Data yang telah dikumpulkan dari hasil angket yang disebarkan kepada siswa kemudian
diolah.
6%
34% 22%
1 ( STS)
2 (TS)
3( C)
4 (S)
5 (SS)
38%
Melalui gambar 4.3 di atas, menyatakan bahwa (34%) dari 32 responden sangat mengenal
aplikasi TikTok ini, kemudian sebesar (38%) dari responden pada kategori 4 yaitu setuju
58
kalau mereka sudah mengenal aplikasi TikTok, dan kemudian di kategori 3 dengan jumlah
persentase (22%) cukup mengenal aplikasi TikTok. Kategori 2 dengan persentase (6%) tidak
setuju dengan pernyataan tersebut. Dari data ini dapat diambil kesimpulan pada mayoritas
responden sudah mengenal TikTok. Dengan berbagai alasan mengenai informasi tahu atau
tidaknya responden dengan aplikasi TikTok, diantaranya adalah untuk hiburan, belajar, karya,
bahkan hanya karena mengikuti trend. Dengan persentase sebagai berikut.
NA
30% Hiburan
33%
Belajar
7%
Trend
27%
Karya
3%
Dari gambar 4.4 di atas, menyatakan bahwa (33%) dari total responden menggunakan
TikTok ini untuk sarana hiburan mereka. Seperti pada alasan yang diberikan oleh responden
sebagai berikut.
Kategori selanjutnya adalah mengikuti trend sebesar (27%) dari total responden. Seperti
pada alasan yang diberikan oleh responden sebagai berikut.
“Karena banyak teman saya yang setiap hari melakukan dance tiktok”.
Alasan lain adalah mengenal aplikasi TikTok karena untuk belajar. Alasan ini sebanyak
(7%) dari total responden. Seperti pada alasan yang diberikan oleh responden sebagai berikut.
“Karena tiktok aplikasi yg berguna untuk pengguna nya, ada berbagai ilmu dan hal yg bisa
dipelajari oleh penggunanya Tiktok juga mempunyai aturan tertentu seperti pengguna yang
berumur di atas 17 tahun, dan bijak menggunakan nya”.
59
Selain alasan sebelumnya ada juga yang tahu aplikasi TikTok karena dia menggunakan
untuk membuat karya. Seperti pada alasan yang diberikan oleh responden sebagai berikut.
Selain dari alasan yang disebutkan ada juga responden yang tidak memberikan alasan
sebanyak (30%).
9%
34%
1 ( STS)
2 (TS) 22%
3( C)
4 (S)
5 (SS)
9%
25%
Melalui gambar 4.5 di atas, terdapat beberapa kategori yaitu 1-5. Di grafik tersebut,
menyebutkan bahwa sebanyak (10%) dari total responden sangat tidak setuju, hal ini
menandakan bahwa responden tidak menggunakan aplikasi sebanyak itu atau mungkin tidak
menggunakan sama sekali. Pada kategori 2 sebanyak (22%) dari responden tidak setuju
dengan pernyataan tersebut, hal ini mungkin responden tidak menggunakan aplikasi sebanyak
itu dalam sehari. Kemudian sebanyak (25 %) dari responden cukup setuju dengan pernyataan
itu. Kategori 4 sebanyak (9%) dari total responden dan di kategori 5 yang berarti sangat
setuju sebanyak (34%). Dalam hal ini didapat bahwa mayoritas dari responden bisa
menggunakan TikTok lebih dari 5 kali dalam sehari. Dari hal ini mengindikasikan aplikasi
TikTok ini menjadi aplikasi favorit dari responden.
Dengan berbagai alasan mengapa responden menggunakan aplikasi ini yang dijelaskan
oleh gambar 4.6 di bawah ini. Dengan berbagai alasan ini dapat dikategorikan menjadi
beberapa taraf penggunaan.
60
Membuka TikTok lebih dari 5 kali sehari
NA
Intens 25%
28%
NA
Rendah
Menengah
Intens
Menengah
19% Rendah
28%
Pada kategori ini terdapat (31%) dari responden terbilang intens dalam menggunakan
aplikasi TikTok dalam sehari. Dengan alasan sebagai berikut.
Dari kedua alasan diatas, dapat disimpulkan ketika responden merasa bosan dengan
kegiatannya dan bingung untuk membuka apalagi mereka membuka aplikasi TikTok
menghilangkan rasa bosan tersebut. Kategori menengah mendapatkan (19%) dari total
responden. Dengan alasan yang diberikan sebagai berikut.
“Jika saya bosan dengan hal yang saya lakukan di reallife saya akan membuka aplikasi
tersebut dan menonton video untuk meluangkan waktu senggang.”
Pernyataan ini alasannya sama-sama dalam kondisi bosan namun disini responden tidak
selalu membuka, namun hanya pada kondisi responden sedang di waktu senggang. Kemudian
terdapat responden yang memberikan alasan dan masuk dalam kategori rendah sebanyak
(25%) dikarenakan beberapa hal. Seperti yang dijelaskan oleh alasan berikut ini.
“Hp diwaktuin”.
“Boros Kuota”.
“Karna tiktok perlu mb yang besar maka dari itu saya sangat jarang membuka apk tiktok”
61
Dari alasan ini, responden menggunakan aplikasi TikTok namun tidak intens karena
menghabiskan kuota yang banyak, kemudian karena ukuran aplikasi TikTok yang terbilang
besar sehingga cukup menguras penyimpanan handphone, bahkan ada yang responden yang
handphone diberi batas oleh orang tuanya. Selain beberapa kategori dari alasan tersebut
terdapat juga responden yang tidak memberikan alasannya sebanyak (25%).
5 (SS)
6% 1 ( STS)
16%
4 (S)
16%
1 ( STS)
2 (TS)
3( C)
4 (S)
5 (SS) 2 (TS)
25%
3(C)
38%
Melalui gambar 4.7 diatas, aspek yang diteliti selanjutnya adalah responden mengikuti
trend TikTok. Kategori 5 bahwa responden sangat setuju kalau mereka mengikuti trend di
TikTok sebesar (6%) dari total responden, kategori 4 mendapatkan persentase sebanyak
(16%) dan kategori 3 yang berarti responden cukup mengikuti trend. Dalam hal ini dapat
terlihat bahwa dominan dari responden mengikuti trend baik yang selalu mengikuti atau
sesekali mengikuti. Sedangkan responden yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut
sebesar (25%) di kategori 2 dan (16%) di kategori 1. Jika di jumlahkan responden yang tidak
mengikuti trend ini hanya (41%). Hal ini ada beberapa alasan mengapa demikian. Alasan ini
akan dipetakan seperti pada gambar 4.8 dibawah ini
NA
13%
NA Aktif
42%
Tidak Aktif
Aktif
Tidak Aktif
45%
62
Dari gambar 4.8 kategori alasan pada poin ke 3 ini, responden memberikan alasan dan ada
yang tidak. Dari alasan yang diberikan ini dibagi menjadi 2 kategori yaitu aktif mengikuti dan
tidak aktif mengikuti trend. Data diatas menunjukkan alasan responden tidak aktif mengikuti
trend sebanyak (45%). dengan berbagai penjelasan sebagai berikut.
“Karena mager”.
Penjelasan diatas menunjukkan bahwa responden tidak mengikuti trend yang sedang
booming karena beberapa hal, diantaranya mager bahkan malu. Selain alasan tadi responden
ada yang mengikuti trend tapi hanya sebatas menjadi penonton saja tidak mencoba membuat
konten yang sedang trend. Tapi disisi lain ada alasan responden yang aktif mengikuti trend
sebanyak (42%). Berikut penjabaran alasan responden.
“Diajak”.
Penjelasan diatas menunjukkan alasan responden beragam, namun dominasi karena trend
yang beredar lucu dan asik di coba, kemudian ada yang mengikuti trend karena pengaruh
ajakan teman.
1 ( STS)
5 (SS)
2 (TS) 34% 3(C)
3(C) 19%
4 (S)
5 (SS)
4 (S)
38%
63
Gambar 4.9 diatas menunjukkan bahwa responden sangat setuju dengan pernyataan yang
diberikan sebesar (34%), responden yang setuju dengan pernyataan diatas mencapai (38%)
dan responden yang cukup setuju dengan pernyataan diatas mencapai (19%) dari total
responden. Data ini menunjukkan bahwa dominan dari responden sebanyak (91%) setuju
kalau TikTok mudah untuk mereka gunakan dalam keseharian mereka. Dengan hal ini
menunjukkan kepraktisan dari aplikasi TikTok.
Sedangkan responden yang tidak setuju dengan pernyataan TikTok mudah untuk
digunakan mencapai (9%) saja. Dengan berbagai alasan yang diberikan oleh responden,
seperti pada grafik di bawah ini .
NA
29%
NA
Mudah
Menengah
Sukar
Mudah
61%
“Tiktok sangat mudah di gunakan...anda hanya perlu mendownload di aplikasi App Store
(Apple) atau Playstore (android), dan login menggunakan (Email, No telepon, Facebook)”.
Alasan yang diberikan oleh responden ini menunjukkan bahwa sangat mudah untuk
digunakan aplikasi TikTok ini, karena pengguna cukup untuk login dari aplikasi atau bahwa
dari website, dan sebetulnya aplikasi ini bisa digunakan bahwa tanpa pengguna untuk login
64
sekalipun. Aktivitas login ini untuk mengaktifkan fitur follow,like,comment, dan share. Tapi
disisi lain ada responden yang memberikan alasan bahwa TikTok ini tidak cukup mudah
digunakan. Seperti pada alasan dibawah ini.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa responden bisa menggunakan TikTok tapi hanya
sebatas untuk scrolling saja, tapi tidak bisa untuk membuat konten sendiri di TikTok. Hal ini
mungkin karena responden sebatas penonton saja. Selain yang memberikan alasan, terdapat
juga yang tidak memberikan alasannya.
1 ( STS)
5 (SS) 9%
19% 2 (TS)
6%
1 ( STS)
2 (TS)
3( C)
4 (S)
5 (SS) 3( C)
22%
4 (S)
44%
Gambar 4.11 diatas menunjukkan banyak respon terhadap pernyataan bahwa responden
sering melihat konten edukasi di TikTok. Kategori disini terbagi menjadi 5, mulai dari sangat
tidak setuju sampai sangat setuju dengan pernyataan tersebut. Dari data diatas responden
pada kategori 5 sebanyak (19%) yang berarti responden sangat setuju dengan pernyataan
tersebut. Kategori 4 responden sebanyak (44%) yang berarti responden setuju. Dan kategori 3
sebanyak (22%) setuju dengan pernyataan tersebut. Dari data ini menunjukkan bahwa banyak
responden yang sering melihat konten edukasi di TikTok. Konten edukasi di TikTok ini
beragam tidak hanya terbatas pada edukasi mata pelajar tapi edukasi di bidang lain juga.
Tetapi disisi responden yang tidak setuju bahkan sangat tidak setuju mencapai (15%).
Perolehan data ini didukung dengan alasan yang diberikan oleh responden seperti pada
gambar 4.12 dibawah ini.
65
Melihat konten edukasi
NA
22%
NA
Tidak Pernah
Jarang
Selalu Tidak Pernah
9%
Selalu
66%
Jarang
3%
Alasan yang diberikan ini dikategorikan menjadi 3 kategori seperti pada grafik diatas.
Pada kategori tidak pernah mencapai (6%) dengan contoh pernyataan di bawah ini.
“Gasukaa”.
“Saya tidak suka Karena yang lewat fyp saya video lucu semua”.
Pernyataan alasan di atas mengindikasikan bahwa responden tidak suka konten edukasi
dan lebih tertarik dengan konten komedi. Kemudian pada kategori jarang disini mendapatkan
persentase (3%) dengan alasan yang diberikan sebagai berikut.
“Jarang”.
Alasan ini menyatakan bahwa responden jarang melihat konten edukasi, kemungkinan
karena jarang muncul di beranda FYP TikTok responden. Kemudian pada kategori sering
cukup mendominasi dari kategori alasan poin ini. Seperti pemaparan alasan sebagai berikut.
“Edukasi bukan tentang pelajaran aja kan? suka lewat di beranda tiktok saya tentang
parenting, pelajaran, pergaulan remaja, dll”.
Pernyataan ini menjelaskan responden sering melihat konten edukasi, dengan berbagai
bidang edukasi, ada yang merasa menonton konten edukasi seru karena sering ada konten
kreator yang melakukan eksperimen dan hal ini menarik perhatian responden. Tidak sulit
66
untuk dicerna juga menjadi alasan lainnya.Karena di TikTok pada umumnya video dibuat
singkat dan dibuat menjadi video berkesinambungan namun hal ini tidak menyulitkan
responden.
3%
9% 3%
1 ( STS)
2 (TS)
3( C)
4 (S)
5 (SS)
38%
47%
NA
9%
Mudah
9%
NA
Mudah
Sukar
Menengah 47%
Sukar
Menengah
34%
Berdasarkan gambar 4.14 didapatkan kategori sukar mencapai (47%) dari total responden.
Responden merasa sangat kesulitan untuk memahami fisika karena berbagai alasan salah
67
satunya adalah rumus yang banyak. Alasan lain pun bermunculan seperti pada alasan di
bawah ini.
Selain yang merasa sangat kesulitan ada juga responden yang merasa masih bisa
memahami fisika tapi tidak secara menyeluruh. Dan hal ini menjadikan alasan tersebut
menjadi kategori menengah. Alasannya sebagai berikut.
Selain alasan sebelumnya, bahkan ada responden yang mengatakan bahwa fisika itu
sebenarnya mudah untuk dipahami bahkan menganggap bahwa fisika pelajaran yang biasa
saja.
“Biasa aja”.
Dapat diambil kesimpulan bahwa fisika masih menjadi pelajaran yang menakutkan bagi
siswa. Dengan banyaknya rumus dan perhitungan yang perlu dilakukan oleh siswa sehingga
siswa merasa tidak mampu dan merasa kemampuan berpikirnya lemah. Namun sebenarnya
fisika bisa dipahami tidak sesulit yang dibayangkan asalkan mau untuk berusaha.
68
Konten Video yang Disajikan Tersebut Bagus
6%
28%
1 ( STS) 25%
2 (TS)
3( C)
4 (S)
5 (SS)
41%
Konten yang diberikan kepada siswa ini, peneliti berniat untuk meminta penilaian dari
siswa terkait konten TikTok tersebut. Dari gambar 4.15 tersebut tidak ada dari responden
yang menganggap konten tersebut jelek sekali. Namun ada responden yang merasa konten
tersebut tidak cukup bagus untuk mereka. Respon ini mencapai (6%) dari total responden.
Sebanyak (25%) pada kategori 3 menunjukkan bahwa responden cukup setuju dengan
pernyataan tersebut. Di kategori 4 (41%) dan kategori 5 mencapai (28%). Dari data ini para
dominan responden beranggapan bahwa konten yang berikan kepada mereka bagus untuk
mereka lihat.
Alasan pun diberikan oleh para responden untuk menjelaskan kenapa mereka memilih
kategori tersebut. Karena alasan yang diberikan beragam dengan itu peneliti membuat
kategori dari alasan yang diberikan. Adapun alasan yang diberikan sebagai berikut.
NA
31%
NA
Tidak Bagus
Cukup
Bagus
Bagus
63%
Cukup
6%
69
Dari gambar 4.16 diatas banyak responden yang tidak memberikan alasan sebanyak
(31%). Tidak ada alasan yang menyebutkan konten tersebut tidak bagus. Namun disini alasan
cukup seperti pada alasan di bawah ini.
“Biasa aja”.
“Mudah di pahami”.
“Berfaedah”.
Pernyataan ini mengemukakan bahwa responden merasa konten yang diberikan bagus
karena mudah untuk mereka pahami dan bermanfaat bagi mereka, selain itu karena
penyampaian yang diberikan jelas untuk mereka. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa
konten yang bagus itu akan menarik perhatian dan mudah untuk dipahami oleh pengguna
selain aspek tersebut video yang bagus merupakan video yang pembicaraan atau pesan yang
ingin disampaikan jelas.
5 (SS)
6% 2 (TS)
6%
1 ( STS)
2 (TS)
3( C)
4 (S)
5 (SS)
3(C)
4 (S) 38%
47%
Aspek selanjutnya yang diteliti adalah aspek video mudah untuk dipahami oleh responden.
G diatas menunjukkan bahwa terdapat (3%) dari responden tidak memahami sama sekali
video yang diberikan. Dan terdapat 6% dari responden yang tidak memahami video tersebut.
Namun didapat data 38 % pada kategori 3 yang berarti cukup memahami, kategori 4
70
mencapai 47% dan di kategori 5 sebanyak 6%. Dari data ini menunjukkan bahwa dominan
dari responden bisa memahami akan maksud dari video TikTok yang diberikan kepada
mereka. Alasan juga diberikan oleh responden.
Cukup
16% NA
22%
NA
Mudah
Cukup
Sukar
Mudah
63%
Gambar 4.18 di atas dikategorikan menjadi beberapa alasan, alasan ini menunjukkan tidak
ada siswa yang merasa video tersebut sulit untuk mereka pahami, karena berkaitan dengan
pernyataan di poin sebelumnya yang dominan juga menyatakan konten tersebut bagus. Disini
mencapai 62% responden yang memberikan alasan di kategori mudah, seperti alasan dibawah
ini.
“Penjelasannya kurang”.
71
Konten Video Tersebut Membantu Saya Belajar
3%
22%
1 ( STS)
2 (TS)
3( C)
4 (S)
5 (SS) 44%
31%
Gambar 4.19 diatas mengenai konten membantu responden belajar. Dari grafik
menunjukkan seluruh responden merasa terbantu belajar dengan konten TikTok yang
diberikan. Dengan peroleh 45% di kategori 3, kategori 4 sebanyak 32 % dan kategori 5
sebanyak 23%. Dari hasil ini dapat ditarik benang merah bahwa video TikTok cukup handal
untuk menjadi sarana penyampaian materi kepada siswa. Dengan ini tidak menutup
kemungkinan di kemudian hari akan banyak video TikTok yang menjelaskan fisika.
25%
NA
Tidak Membantu
Membantu
75%
Dari ambar 4.20 di atas terdapat 25% responden tidak memberikan alasannya. Namun
terdapat 75 % dari responden merasa terbantu dengan penggunaan TikTok ini, seperti alasan
dibawah ini.
“Betul sekali karena konten tersebut banyak hal yang menarik untuk dipelajari”.
72
“Sangat membantu saya menjadi mengerti materinya dengan mudah karena penjelasanya
yang tidak rumit”.
“Membantu, saya berhitung menggunakan cara yang sama dengan video tersebut”.
Penjelasan di atas memberikan gambaran bahwa dari video tersebut memberikan insight
kepada responden, dengan cara penjelasan yang tidak rumit sehingga responden mau
mencoba persoalan tersebut dengan cara yang telah diberikan. Hal ini berarti konten yang
bagus akan membantu pengguna untuk belajar.
9%
13%
1 ( STS)
2 (TS)
3( C)
28%
4 (S)
5 (SS)
50%
Gambar 4.21 di atas, menunjukkan pendapat responden terkait TikTok cocok untuk
menjadi media pembelajaran. Dari data di atas menunjukkan bahwa terdapat 9% dari
responden menyatakan tidak setuju dengan hal ini. Namun sebanyak 50 % responden merasa
TikTok cocok untuk menjadi media pembelajaran. Bangkan terdapat 13 % responden sangat
setuju dan 28% responden menyatakan cukup setuju dengan pernyataan ini. Dari hal ini dapat
dilihat bahwa dominan dari responden setuju dengan penggunaan TikTok dalam
pembelajaran. Dengan alasan yang diberikan oleh responden sebagai berikut,
73
TikTok cocok menjadi media belajar
NA
22%
NA
Tidak cocok
cukup cocok
cocok Tidak cocok
53% 13%
cukup
13%
Gambar 4.22. Grafik respon alasan TikTok cocok menjadi media belajar
Gambar 4.22 diatas menjelaskan beberapa kategori alasan yang diberikan oleh responden.
Sebanyak 22% dari responden tidak memberikan alasan dari pilihan jawaban mereka.
Terdapat sekitar 12% dari responden yang menyatakan bahwa TikTok tidak cocok untuk
menjadi media pembelajaran. Dengan berbagai alasan yang diberikan, contohnya sebagai
berikut.
Dari alasan yang diberikan ini responden merasa tidak cocok karena di TikTok memiliki
konten beragam dan salah satunya ada konten vulgar. Hal ini menjadi sesuatu yang harus
diwaspadi karena salah menggunakan bisa menjerumuskan ke jalan yang salah. Kelemahan
ini menjadi salah satu yang harus dipertimbangkan. Ketika menggunakan TikTok karena kita
pendidik tidak bisa selalu mengontrol siswa ketika menggunakan aplikasi ini. Namun disisi
lain ada responden yang menyatakan bahwa TikTok cukup cocok sebagai media
pembelajaran, seperti penjelasan dari responden berikut.
“Lumayan cocok”.
Dari sisi lain terdapat alasan lain dari responden. Dari grafik terdapat alasan yang
menyatakan cocok sebanyak 53% dari responden. Responden merasa cocok dengan TikTok
dengan akses yang mudah dari semua kalangan. Seperti pada alasan yang diberikan dibawah
ini.
74
“Saya setuju Aplikasi TIKTOK di jadikan salah satu media belajar yang mudah, dimulai
dari durasi nya, penjelasan penggunanya, cara cara yang di jelaskan lebih mudah di pahami”.
Namun perlu ditekankan kembali baik dan buruk aplikasi TikTok ini tergantung dari
pengguna itu sendiri, jika menggunakannya udah hal-hal yang positif maka TikTok ini pun
akan membawa hal positif dan begitupun sebaliknya..
6%
13%
6%
1 ( STS)
2 (TS)
3 ( C)
4 (S)
5 (SS)
34%
41%
Gambar 4.23 diatas menyatakan pernyataan konten TikTok edukasi menyenangkan untuk
responden. Data diatas menyatakan setiap kategori terisi. Kita mulai dari kategori 1 dimana
berarti disini responden sangat tidak setuju dengan pernyataan yang diberikan. Kategori 1 ini
mendapatkan persentasi sebesar 6%. Kategori 2 mendapatkan 6% juga seperti kategori
sebelumnya. Berdasarkan data diatas didominasi oleh responden yang setuju dengan
pernyataan tersebut sebesar 41%. Kategori 3 mencapai 34% responden. Dari hal ini saja bisa
dilihat bahwa dominan dari responden merasa konten edukasi di TikTok menyenangkan
untuk mereka. Dengan berbagai alasan yang akan dijelaskan oleh grafik di dibawah ini.
6%
13%
6%
1
2
3
4
5
34%
41%
75
Alasan yang diberikan pada gambar 4.24 dikelompokkan menjadi beberapa kategori.
Sebanyak 25 % dari responden tidak memberikan alasannya. Namun disini terdapat 10% dari
alasan yang diberikan termasuk ke dalam kategori tidak menyenangkan. Responden ternyata
lebih menggemari belajar dari buku. Seperti pada alasan yang diberikan di bawah ini.
“Kurang”.
“Saya senang jika konten tersebut langsung ke inti penjelasan, seperti di video”.
Dari semua pembahasan dari poin 11 ini, ada beberapa faktor penting yang perlu
diperhatikan untuk membuat konten yang bagus dan menyenangkan, konten kreator perlu
untuk memperhatikan cara membawakan konsep materi di video dan tidak berputar-putar
Ketika membahas materi yang diajarkan.
6%
13% 3%
1 ( STS)
2 (TS)
3(C)
4 (S)
5 (SS)
31%
47%
Gambar 4.25 di atas menunjukkan beberapa isian dari responden, data di atas didominasi
oleh responden yang cukup setuju dengan pernyataan tersebut. Responden merasa cukup
menyenangkan belajar dengan menggunakan video TikTok. Kategori ini mendapat persentase
47% dari total responden. Kategori 4 mendapatkan 31% responden, dari total kategori 3-5
76
menunjukkan bahwa banyak responden yang merasanya menyenangkan belajar dengan
konten tersebut. Alasan yang diberikan oleh responden, seperti pada grafik di bawah ini.
NA 38%
41%
Tidak Menyenangkan
Cukup
Menyenangkan
9%
13%
Gambar 4.26 diatas menunjukkan kategori alasan, dari gambar di atas menunjukkan
bahwa sebesar 41% responden memberikan alasannya yang merasa menyenangkan belajar
dengan konten TikTok. Seperti pada alasan yang diberikan di bawah ini.
Dari alasan yang diberikan ini dapat disimpulkan bahwa responden merasa belajar fisika
menyenangkan, ketika konsep fisika yang diajarkan dapat divisualisasikan sehingga mereka
dapat berimajinasi terkait konsep tersebut. Selain itu menjadi sensasi baru bagi responden,
ketika mempelajari konsep fisika dengan durasi video yang singkat. Kemudian sebagian
lainnya mengutarakan bahwa cukup menyenangkan sebesar 13% dari responden. Dengan
alasan yang diberikan sebagai berikut.
“Biasa aja”.
Dari sisi lain ada responden yang merasakan konten tersebut tidak menyenangkan dengan
alasan berikut ini.
77
Penggunaan Tiktok Membangkitkan Keinginan Belajar Fisika
3% 6%
1 ( STS) 22%
2 (TS) 31%
3( C)
4 (S)
5 (SS)
38%
Gambar 4.27 di atas , menyatakan membangkitkan keinginan belajar fisika dari responden.
Dari semua kategori ini terisi. Kategori terbanyak terisi pada kategori 3 yang mencapai 38%,
sedangkan kategori 4 mencapai 31% dan kategori 5 mencapau 3% saja. Dari data ini menjadi
acuan bahwa dengan penggunaan ini dapat membangkitkan gairah belajar dari responden
dengan segala hal menarik yang di tawarkan oleh TikTok. Namun disaat ada pendapat pro
pasti ada kubu kontra. Kubu kontra disini adalah kategori 1 dan 2 yang jika di gabungkan
mencapai 28%. Dari hal ini berarti tidak semua siswa terbangkitkan keinginan untuk belajar
fisika dengan menggunakan TikTok ini. Dengan alasan yang diberikan sebagai berikut.
NA
31%
Berpengaruh
NA 47%
Tidak Berpengaruh
Berpengaruh
Tidak
Berpengaruh
22%
Berdasarkan gambar 4.28 di atas tidak semua responden memberikan alasannya, namun
disini peneliti mengkategorikan alasan yang diberikan menjadi berpengaruh dan tidak
berpengaruh terhadap semangat belajar fisika. Kategori tidak berpengaruh pasti ada hal yang
menyebabkan tersebut, seperti pada alasan di bawah ini.
78
Dari alasan yang disebutkan diatas masih, bahwa memang masih terbatasnya konten
pembelajaran khususnya fisika untuk bisa dipelajari oleh siswa, sehingga hal ini masih
menjadi hal yang harus diperhatikan kembali. Dari sisi kategori berpengaruh terdapat
beberapa alasan yang diberikan oleh responden.
“Iyaaa banget apalagi aku yang agak agak gak paham gini”.
Dari alasan ini dapat terlihat bahwa responden dapat semangat kembali untuk belajar
fisika, karena pembahasan yang diberikan menarik dan juga dapat mempermudah siswa
belajar tanpa terbatas dari sumber belajarnya.
3%
16%
1 ( STS)
2 (TS)
41%
3(C)
4 (S)
5 (SS)
41%
Selain untuk fungsi hiburan, TikTok ini sebenarnya bisa menjadi tempat untuk menambah
wawasan. Gambar 4.29 diatas menunjukkan pernyataan konten video TikTok edukasi
menambah wawasan responden. Berdasarkan isian dari responden didapat data pada kategori
4 dan 5 mendapatkan persentase sebesar 41%, dari hal ini saja kita sudah bisa membuat
kesimpulan bahwa wawasan dari responden bertambah dengan konten yang diberikan. Selain
2 kategori tadi, pada kategori 3 terdapat 15 % dan dikategori 1 atau kategori yang sangat
tidak setuju ini mendapat perolehan data sebesar 3%. Dengan tontonan konten yang jelas dan
bermanfaat tentunya akan memberikan sesuatu yang bisa dipelajari. Dengan wawasan yang
baru ini bisa menjadi sebuah sumbu api untuk mencari lebih banyak wawasan lain.
Gambar di bawah ini menunjukkan kategori dari alasan yang diberikan oleh responden.
79
Konten Video TikTok Edukasi Menambah Wawasan Saya
38%
NA
Tidak Menambah
Menambah
59%
3%
Berdasarkan gambar 4.30 di atas, dapat dilihat bahwa tidak semua responden memberikan
alasannya. Namun dari data tersebut sangat dominan sekali alasan yang merujuk pada
menambahnya wawasan responden, dengan data yang diperoleh sebesar 59%. Dengan alasan
sebagai berikut.
Namun di sisi lain terdapat responden yang memberikan alasan bahwa tidak
menambahkan wawasannya.
6%
16% 6%
1 ( STS)
2 (TS)
3(C)
4 (S) 25%
5 (SS)
47%
Gambar 4.31 di atas mengemukakan, bahwa dominan dari responden yang setuju dengan
pernyataan tersebut. Dengan besar persentase mencapai 47% dari total responden. Kemudian
pasa kategori 5 yang berarti sangat setuju menunjukkan data sebesar 16% dari kedua data ini
saja sudah membuktikan bahwa penggunaan media TikTok dalam pembelajaran menjadikan
pengalaman baru untuk responden. Dan tentunya pengalaman baru ini bisa menjadi semangat
baru untuk responden. Di sisi lain terdapat 2 kategori yang memperoleh data yang sama
80
sebesar 6 % yaitu kategori 1 dan 2 yang menunjukkan hanya 12% saja responden yang tidak
mendapatkan pengalaman baru. Alasan yang diberikan oleh responden bermacam-macam.
Grafik di bawah ini menunjukkan kategori alasan yang diberikan oleh responden.
31%
NA
Tidak Menambah
Menambah
56%
13%
Dari gambar 4.32 di atas, terlalu banyak responden yang tidak memberikan alasannya.
Namun dari alasan yang diberikan responden mendapatkan 31% dari kategori menambah,
dari hal ini kita dapat simpulkan bahwa pembelajaran dengan TikTok ini sangat membantu
untuk mencari pengalaman baru untuk responden. Berikut alasan yang diberikan oleh
responden.
Alasan yang diberikan di atas menunjukkan dengan adanya TikTok ini belajar tidak hanya
terpaku dari sumber yang berbentuk fisik saja. Dengan sumber belajar yang baru ini dan
fleksibel untuk diakses oleh responden menjadikan TikTok dapat digunakan. Dari sisi tidak
setuju terdapat beberapa alasan yang diberikan, seperti berikut ini.
9% 6%
1 ( STS)
2 (TS)
3(C)
4 (S)
5 (SS)
34%
50%
81
Gambar 4.33 di atas menunjukkan bahwa, hanya ada 6% dari responden yang tidak setuju
dengan pernyataan tersebut dan mayoritas sebanyak 94 % dari responden merasa
perhatiannya meningkat dalam belajar. Hal ini bisa diperjelas dengan alasan berikut ini
28%
NA
Tidak Meningkat
Meningkat
6%
66%
Gambar 4.34 tersebut menunjukkan bahwa 28% dari alasan yang diberikan
mengindikasikan bahwa perhatiannya dalam belajar meningkat karena penggunaan TikTok
ini. Seperti pada alasan dibawah ini.
“Iya si bisa meningkatkan perhatian saya, tapi bisa juga malah mengalihkan perhatian saya
dari belajar ke tiktok”.
Dari alasan diatas TikTok ini dalam satu sisi bisa meningkatkan dan sekaligus juga bisa
mengalihkan, oleh karena ini perlu untuk melakukan penyesuaian dalam penyampaian materi
dengan media TikTok ini. Selain itu karena TikTok ini sangat mudah untuk di pahami,
sehingga responden merasa perhatiannya bisa meningkat ketika menggunakan aplikasi ini.
Sisi yang lain menunjukkan bahwa ada alasan responden yang menyatakan bahwa tidak
meningkat perhatiannya nya karena terganggu dengan konten yang tidak seharusnya.
82
Puas dengan penyajian materi di TikTok
9%
16%
1 ( STS)
2 (TS)
3(C)
4 (S)
5 (SS)
38%
38%
Gambar 4.35 di atas menunjukkan terdapat 9% dari responden yang tidak puas dengan
penyajian materi yang diberikan. Namun sangat dominan responden yang puas dengan
penyajian materi yang diberikan. Dengan total responden yang merasa terpuaskan dengan
materi mencapai 91%. Dengan alasan yang diberikan seperti di bawah ini.
38%
NA
Tidak Puas
Puas
53%
9%
Namun gambar 4.36 di atas banyak sekali responden yang tidak memberikan alasannya.
Akan tetapi dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa sebasar 38% meras puas dari konten yang
diberikan. Dengan kebanyakan alasan yang diberikan karena yang dijelaskan dapat mereka
pahami dan penjelasannya rinci namun singkat padat dan jelas. Seperti pada alasan di bawah
ini.
“Puas karna banyak sekali metode pembelajaran dan penjelasan yang sangat rinci”.
“Tidak terlalu”.
83
Untuk mengetahui nilai rata – rata tentang efektifitas pemanfaatan TikTok adalah sebagai
berikut:55
55
Subono, “EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN MULTIMEDIA
INTERAKTIF MATA PELAJARAN SISTEM KENDALI ELEKTRONIK DI SMK NEGERI 2 SRAGEN.”
84
Tabel 4. 2. Interpretasi skor
Jumlah
Skor Min. Skor Maks. Jumlah Skor Sdi Mean Ideal (Mi) Hasil
Responden
3
32 32 160 1934 96 71%
2
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa penggunaan TikTok dalam pembelajaran
berada pada nilai 71 % yang berarti hal ini TikTok efektif untuk digunakan. Hasil ini
kemudian akan diperkuat dari hasil data tes yang diberikan kepada responden.
4. Hasil Soal
Siswa melakukan pretest dan posttest sebagai data pendukung penilaian keefektifan media
yang diberikan. Data ini tidak dijadikan data utama, namun tetap mempengaruhi penarikan
kesimpulan penelitian. Hasil prtest dan posttest siswa dirangkum pada tabel 4.4 berikut.
85
Nilai terendah 0 45
48,44 82,5
Rata-rata
Modus 45 100
0,62
N-Gain
Nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebelum menggunakan media TikTok adalah 48,44
sedangkan setelah menggunakan media meningkat menjadi 82,5. Hal ini menunjukkan bahwa
penggunaan media TikTok efektif dalam meningkatkan kemampuan kognitif siswa terukur
dari n-gain sebesar 0,62 yang termasuk kategori sedang. Dan jika ditinjau dari hasil belajar
kognitif ini penggunaan media TikTok sangat efektif dengan nilai rata-rata postest mencapai
82,5.
86
C. Pembahasan Penelitian
56
Nurhayati Nengsi dan Jafri Haryadi, “IDENTIFIKASI KEMAMPUANANALISIS MATEMATIS
SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA GURU (TEACHER
CENTER LEARNING) PADA MATA PELAJARAN FISIKA DI SMA NEGERI 1 TELUK DALAM KAB.
SIMEULUE,” JurnalPenelitian Pendidikan MIPA (JP2MIPA) 7, no. 1 (Juni 2022): 28–35.
57
Rismatul Azizah, Lia Yuliati, dan Eny Latifah, “KESULITAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA
PADA SISWA SMA,” Jurnal Penelitian Fisika Dan Aplikasinya (JPFA) 5, no. 2 (5 Desember 2015): 44–50,
https://doi.org/10.26740/jpfa.v5n2.p44-50.
58
Akhmad Asyari dan Mirannisa Mirannisa, “Pengaruh Media Sosial TikTok Terhadap Minat Belajar
Siswa MA Miftahul Ishlah Tembelok,” ISLAMIKA 4, no. 3 (14 Juli 2022): 421–32,
https://doi.org/10.36088/islamika.v4i3.1977.
59
Astrid Kusuma Rahardaya dan Irwansyah Irwansyah, “Studi Literatur Penggunaan Media Sosial
Tiktok Sebagai Sarana Literasi Digital Pada Masa Pandemi Covid-19,” Jurnal Teknologi Dan Sistem Informasi
Bisnis 3, no. 2 (11 Juli 2021): 308–19, https://doi.org/10.47233/jteksis.v3i2.248.
87
Dari hasil angket yang disebarkan didapatkan bahwa penggunaan ini cukup efektif, dan
bisa digunakan di materi yang lain. Namun saat ini masih menjadi sebuah tantangan
dikarenakan konten yang tersedia masih terbilang minim. Media pembelajaran digunakan
dengan harapan dapat memberi motivasi kepada siswa.60
Pemanfaatan media pendidikan akan menghasilkan pembelajaran yang menarik yang akan
memudahkan siswa dalam menerima, memahami, dan mempelajarinya. 61 Penggunaan media
pendidikan dalam proses pembelajaran harus dievaluasi kualitasnya.62 Misalnya penjelasan
yang diberikan dari konten TikTok yang mudah untuk dimengerti, dengan bahasa yang tidak
asing untuk anak remaja itu akan lebih mudah untuk mentransfer pesan yang ingin
disampaikan.63 Karena hal ini juga akan berdampak pada seberapa nyaman siswa memahami
materi yang disampaikan.64 Selain hal tadi, beban belajar juga akan mempengaruhi hasil
belajar.65 Ketika siswa merasakan beban belajarnya terlalu besar sehingga mengakibatkan
burnout. Dalam keadaan ini menyebabkan siswa akan malas untuk mengikuti pembelajaran
dan tidak akan fokus memperhatikan pembelajaran. Karena itu dengan media pembelajaran
yang menyenangkan dapatkan menghilangkan efek burnout pada siswa dan akan kembali
semangat untuk mengikuti pembelajaran. Ketika siswa sudah tidak mengalami burnout, maka
60
Aviva Aurora dan Hansi Effendi, “Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran E-learning terhadap
Motivasi Belajar Mahasiswa di Universitas Negeri Padang,” JTEV (Jurnal Teknik Elektro dan Vokasional) 5,
no. 2 (10 Desember 2019): 11–16, https://doi.org/10.24036/jtev.v5i2.105133.
61
Fadli Rasam dan Ani Interdiana Candra Sari, “PERAN KREATIVITAS GURU DALAM
PENGGUNAAN MEDIA BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DALAM MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR PESERTA DIDIK SMK DI JAKARTA SELATAN,” Research and Development Journal of
Education 5, no. 1 (31 Desember 2018): 95–113, https://doi.org/10.30998/rdje.v5i1.3391.
62
Inesa Tri Mahardika Pratiwi dan Rini Intansari Meilani, “PERAN MEDIA PEMBELAJARAN
DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA,” Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran 3,
no. 2 (2018): 173–81, https://doi.org/10.17509/jpm.v3i2.11762.
63
NURUL LAILY, “KARAKTER CERITA WANA RAMA DALAM KOMIK PIKOLO
( KOMPILASI KOMIK SOLO) EDISI 1 KARYA IKATAN KOMIKUS SOLO” (s1, INSTITUT SENI
INDONESIA (ISI) SURAKARTA, 2019), http://repository.isi-ska.ac.id/3461/.
64
Eva Nur Rachmah, “PENGARUH SCHOOL WELL BEING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR
SISWA,” Psikosains: Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Psikologi 11, no. 2 (24 Oktober 2018): 99–108,
https://doi.org/10.30587/psikosains.v11i2.640.
65
Nurul Khoirin dan M. Pd Muhammad Fahmi Johan Syah, “Effect Student Burnout Sebagai Faktor
Yang Menjembatani Pengaruh Beban Belajar Dan Dukungan Sosial Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Kewirausahaan Kelas Xi Smk Prawira Marta Kartasura Tahun Ajaran 2016/2017” (s1, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2017), https://doi.org/10/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf.
88
akan menimbulkan keinginan untuk belajar. Dengan media yang bersifat audio visual akan
meningkatkan minat belajar.66 Karena konsep materi yang disampaikan dalam pembelajaran
dapat divisualisasikan sehingga siswa dapat berimajinasi akan bagaimana konsep atau hukum
fisika itu berlaku.
Salah satu aspek yang dapat memberikan dampak pada keberhasilan belajar adalah
motivasi. Dengan dorongan yang kaut, anak didik mencari ilmu bertambah lebih tekun, gigih,
dan giat serta fokus belajar secara penuh.67 Kepuasan dari siswa juga menjadi salah satu
bentuk keberhasilan dari penggunaan media pembelajaran. Dengan siswa yang puas dengan
media tersebut menandakan bahwa menikmati pembelajaran dengan media yang diberikan.68
Media pembelajaran dan pembelajaran saling berhubungan, sehingga dapat dimanfaatkan untuk
menunjang pembelajaran fisika.69 Selain dari angket hasil tes menunjukkan perkembangan dari hasil
belajar siswa yang terbilang sangat efektif. Pemanfaatan media pendidikan dapat membantu siswa
dalam mempelajari dan memahami materi yang serupa dengan yang diajarkan oleh gurunya,
sehingga tercipta pemahaman yang setara antar sesama siswa dan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa secara optimal.70
Keaktifan anak didik dalam proses pembelajaran merupakan unsur penting yang menunjang
keberhasilan siswa dalam belajar dan tercapainya hasil belajar yang maksimal. Penggunaan media
TikTok dalam pembelajaran dapat merangsang aktivitas siswa. Hal ini dikarenakan TikTok merupakan
aplikasi berbasis video yang artinya memiliki komponen audio dan visual yang dapat menarik
perhatian siswa dan meningkatkan imajinasi siswa serta menggairahkan siswa, memungkinkan
kondisi ruang kelas..71
66
Dwi Rosyidatul Kholidah, “Pengaruh Media Audiovisual Terhadap Minat Belajar Peserta Didik Pada
Pembelajaran Tematik,” CENDEKIA 10, no. 01 (23 Maret 2018): 1–14.
67
Yolanda Febrita dan Maria Ulfah, “Peranan Media Pembelajaran untuk Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa,” Diskusi Panel Nasional Pendidikan Matematika 5, no. 1 (24 Juli 2019),
http://proceeding.unindra.ac.id/index.php/DPNPMunindra/article/view/571.
68
Tri Adi Prasetya dan Chrisna Tri Harjanto, “PENGARUH MUTU PEMBELAJARAN ONLINE
DAN TINGKAT KEPUASAN MAHASISWA TERHADAP HASIL BELAJAR SAAT PANDEMI COVID19,”
Jurnal Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan 17, no. 2 (31 Juli 2020): 188–97, https://doi.org/10.23887/jptk-
undiksha.v17i2.25286.
69
Lemi Indriyani, “PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PROSES BELAJAR
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KOGNITIF SISWA,” Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan FKIP 2, no. 1 (31 Mei 2019): 17–26.
70
Nurul Audie, “PERAN MEDIA PEMBELAJARAN MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
PESERTA DIDIK,” Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP 2, no. 1 (31 Mei 2019): 586–595.
89
Dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran dengan pembelajaran memilki
keterkaitan sehingga dapat digunakan untuk mendukung pembelajaran fisika.72 Selain dari
angket hasil tes menujukkan perkembangan dari hasil belajar siswa yang terbilang sangat
efektif. Penggunaan media pembelajaran dapat membantu siswa menyerap dan memahami
materi yang sama dengan teman sebayanya, sehingga tercipta pemahaman yang setara antara
siswa yang satu dengan yang lainnya dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara
optimal.73
71
Dwi Yunita dan Astuti Wijayanti, “PENGARUH MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN TERHADAP
HASIL BELAJAR IPA DITINJAU DARI KEAKTIFAN SISWA,” SOSIOHUMANIORA: Jurnal Ilmiah Ilmu
Sosial Dan Humaniora 3, no. 2 (20 Oktober 2017), https://doi.org/10.30738/sosio.v3i2.1614.
72
Lemi Indriyani, Loc.Cit., hal. 17-26
73
Nurul Audie, Loc.Cit. hal. 586-595
90
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Tiktok dapat digunakan dalam pembelajaran fisika namun perlu dilakukan sebuah
filter konten agar tidak terjadi penyalahgunaan.
2. Penggunaan TikTok ini dalam pembelajaran termasuk efektif dengan perolehan nilai
71%. Hal ini dilihat dari respon yang diberikan oleh responden
3. Penggunaan TikTok ini efektif dengan data pendukung yang berupa hasil belajar
siswa, dimana diperoleh nilai N-Gain sebesar 0,62 yang termasuk dalam kategori
sedang, dan mendapatkan nilai rata-rata postes mencapi 82,5 yang menandakan
efektif.
B. Saran
Setelah dilakukan penelitian penggunaan TikTok, masih terdapat beberapa kendala dan
kekurangan yang dapat disempurnakan oleh peneliti lain. Kekurangan tersebut disampaikan
berupa saran pengembangan berikut:
1. Terbatasnya konten yang tersedia di TikTok , sehingga lebih baik peneliti selanjutnya
melakukan riset lebih dan membuat konten sendiri untuk mengatasi permasalahan ini.
2. Hindari permasalahan hal-hal teknis yang dapat menggangu jalannya penelitian.
3. Peneliti selanjutnya melakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih banyak,
guna lebih banyak mendapatkan jawaban yang beragam.
DAFTAR PUSTAKA
Ainiyah, Nur. “Remaja Millenial Dan Media Sosial: Media Sosial Sebagai Media Informasi
Pendidikan Bagi Remaja Millenial.” Jurnal Pendidikan Islam Indonesia 2, no. 2 (2
April 2018): 221–36. https://doi.org/10.35316/jpii.v2i2.76.
91
Anas, Muhamad. Alat Peraga dan Media Pembelajaran. Jakarta: Pustaka Education., 2014.
https://books.google.com/books/about/Alat_Peraga_dan_Media_Pembelajaran.html?
hl=id&id=nSgaCgAAQBAJ.
Ardiyanti, Handrini, Cecep Kustandi, Ani Cahyadi, Elihami, dan Petrus Jacob Pattiasina.
“Efektivitas Model Pembelajaran Daring Berbasis Tiktok.” Jurnal Komunikasi
Profesional 5, no. 3 (27 Juni 2021): 285–93. https://doi.org/10.25139/jkp.v5i3.3826.
Ariningsih, Kadek Ayu, I. Gusti Ngurah Made Desnanjaya, Putu Wirayudi Aditama, dan
Tantri Pramawati. “ANALISIS DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI BAGI
MASYARAKAT DI MASA PANDEMI COVID-19.” Aptekmas Jurnal Pengabdian
pada Masyarakat 4, no. 3 (6 September 2021): 65–72.
https://doi.org/10.36257/apts.v4i3.3522.
Arsyad, Azhar. Media pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015.
Astuti, Irnin Agustina Dwi, Ria Asep Sumarni, dan Dandan Luhur Saraswati.
“Pengembangan Media Pembelajaran Fisika Mobile Learning Berbasis Android.”
JPPPF (Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika) 3, no. 1 (30 Juni
2017): 57–62. https://doi.org/10.21009/1.03108.
Asyari, Akhmad, dan Mirannisa Mirannisa. “Pengaruh Media Sosial TikTok Terhadap Minat
Belajar Siswa MA Miftahul Ishlah Tembelok.” ISLAMIKA 4, no. 3 (14 Juli 2022):
421–32. https://doi.org/10.36088/islamika.v4i3.1977.
Audie, Nurul. “PERAN MEDIA PEMBELAJARAN MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
PESERTA DIDIK.” Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP 2, no. 1 (31 Mei
2019): 586–95.
Aurora, Aviva, dan Hansi Effendi. “Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran E-learning
terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa di Universitas Negeri Padang.” JTEV (Jurnal
Teknik Elektro dan Vokasional) 5, no. 2 (10 Desember 2019): 11–16.
https://doi.org/10.24036/jtev.v5i2.105133.
Azizah, Rismatul, Lia Yuliati, dan Eny Latifah. “KESULITAN PEMECAHAN MASALAH
FISIKA PADA SISWA SMA.” Jurnal Penelitian Fisika Dan Aplikasinya (JPFA) 5,
no. 2 (5 Desember 2015): 44–50. https://doi.org/10.26740/jpfa.v5n2.p44-50.
Dewanta, Anak Agung Ngurah Bagus Janitra. “PEMANFAATAN APLIKASI TIK TOK
SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA.” Jurnal Pendidikan
dan Pembelajaran Bahasa Indonesia 9, no. 2 (29 Desember 2020): 79–85.
Febriana, Ajeng Iva Dwi. “Determinasi Teknologi Komunikasi Dan Tutupnya Media Sosial
Path.” LONTAR: Jurnal Ilmu Komunikasi 6, no. 2 (26 Desember 2018): 86–95.
https://doi.org/10.30656/lontar.v6i2.948.
Febrita, Yolanda, dan Maria Ulfah. “Peranan Media Pembelajaran untuk Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa.” Diskusi Panel Nasional Pendidikan Matematika 5, no. 1 (24
Juli 2019). http://proceeding.unindra.ac.id/index.php/DPNPMunindra/article/view/
571.
Firmadani, Fifit. “MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI SEBAGAI
INOVASI PEMBELAJARAN ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0.” KoPeN:
Konferensi Pendidikan Nasional 2, no. 1 (13 Februari 2020): 93–97.
Fitri, Ika Nurhayati. “PENGEMBANGAN DAN ANALISIS MEDIA PEMBELAJARAN
SIMULASI MERAKIT KOMPUTER BERBASIS DESKTOP.” Skripsi, Fakultas
Teknik, 2017. https://eprints.uny.ac.id/51672/.
Gunawan, dan Asnil Aidah Ritonga. MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS INDUSTRI 4.0.
Medan: Raja Grafindo Persada, 2019.
Hardani, Nur Hikmatul Auliya, dan Helmina Andriani. METODE PENELITIAN
KUALITATIF & KUANTITATIF. Yogyakarta: CV. Pustaka Ilmu, 2020.
92
Hasan, Muhammad, MIlawati, Darodjat, Tuti Khairani Harahap, dan Tasdim Tahrim. Media
Pembelajaran. Cetakan Pertama. Klaten: Tahta Media Grup, 2021.
Huda, Irkham Abdaul. “PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMUNIKASI (TIK) TERHADAP KUALITAS PEMBELAJARAN DI SEKOLAH
DASAR.” Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK) 2, no. 1 (18 April 2020): 121–
25. https://doi.org/10.31004/jpdk.v2i1.622.
Hutamy, Ericha Tiara, Fany Swartika, Andi Naila Quin Azisah Alisyahbana, Nur Arisah, dan
Muhammad Hasan. “PERSEPSI PESERTA DIDIK TERHADAP PEMANFAATAN
TIK TOK SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN.” Prosiding Penelitian Pendidikan
Dan Pengabdian 2021 1, no. 1 (2 April 2021): 1270–81.
Indriyani, Lemi. “PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PROSES
BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KOGNITIF
SISWA.” Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP 2, no. 1 (31 Mei 2019): 17–
26.
Istiani, Nurul, dan Athoillah Islamy. “Fikih Media Sosial di Indonesia (Studi Analisis
falsafah hukum Islam dalam Kode Etik NetizMu Muhammadiyah) | ASY
SYAR’IYYAH: JURNAL ILMU SYARI’AH DAN PERBANKAN ISLAM.”
jurnal.lp2msasbabel.ac.id 5, no. 2 (2020): 202–25.
https://doi.org/10.32923/asy.v5i2.1586.
Khoirin, Nurul, dan M. Pd Muhammad Fahmi Johan Syah. “Effect Student Burnout Sebagai
Faktor Yang Menjembatani Pengaruh Beban Belajar Dan Dukungan Sosial Terhadap
Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Kewirausahaan Kelas Xi Smk Prawira
Marta Kartasura Tahun Ajaran 2016/2017.” S1, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2017. https://doi.org/10/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf.
Kholidah, Dwi Rosyidatul. “Pengaruh Media Audiovisual Terhadap Minat Belajar Peserta
Didik Pada Pembelajaran Tematik.” CENDEKIA 10, no. 01 (23 Maret 2018): 1–14.
Kristanto, Andi. Media Pembelajaran. Bintang Surabaya, 2016.
LAILY, NURUL. “KARAKTER CERITA WANA RAMA DALAM KOMIK PIKOLO
( KOMPILASI KOMIK SOLO) EDISI 1 KARYA IKATAN KOMIKUS SOLO.” S1,
INSTITUT SENI INDONESIA (ISI) SURAKARTA, 2019. http://repository.isi-
ska.ac.id/3461/.
Miftah, M. “FUNGSI, DAN PERAN MEDIA PEMBELAJARAN SEBAGAI UPAYA
PENINGKATAN KEMAMPUAN BELAJAR SISWA.” Kwangsan: Jurnal
Teknologi Pendidikan 1, no. 2 (2013): 95–105.
https://doi.org/10.31800/jtp.kw.v1n2.p95--105.
M.Kom, Apriansyah. “PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL SEBAGAI MEDIA
PEMBELAJARAN PADA MAHASISWA PERGURUAN TINGGI DI SUMSEL.”
Jurnal Digital Teknologi Informasi 1, no. 2 (18 Mei 2020): 64–70.
https://doi.org/10.32502/digital.v1i2.2371.
Nengsi, Nurhayati, dan Jafri Haryadi. “IDENTIFIKASI KEMAMPUANANALISIS
MATEMATIS SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN
BERPUSAT PADA GURU (TEACHER CENTER LEARNING) PADA MATA
PELAJARAN FISIKA DI SMA NEGERI 1 TELUK DALAM KAB. SIMEULUE.”
JurnalPenelitian Pendidikan MIPA (JP2MIPA) 7, no. 1 (Juni 2022): 28–35.
Prasetya, Tri Adi, dan Chrisna Tri Harjanto. “PENGARUH MUTU PEMBELAJARAN
ONLINE DAN TINGKAT KEPUASAN MAHASISWA TERHADAP HASIL
BELAJAR SAAT PANDEMI COVID19.” Jurnal Pendidikan Teknologi Dan
Kejuruan 17, no. 2 (31 Juli 2020): 188–97. https://doi.org/10.23887/jptk-
undiksha.v17i2.25286.
93
Pratama, Nurris Septa, dan Edi Istiyono. “STUDI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
FISIKA BERBASIS HIGHER ORDER THINKING (HOTS) PADA KELAS X DI
SMA NEGERI KOTA YOGYAKARTA.” PROSIDING : Seminar Nasional Fisika
Dan Pendidikan Fisika 6, no. 2 (12 September 2015).
https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/prosfis1/article/view/7711.
Pratiwi, Inesa Tri Mahardika, dan Rini Intansari Meilani. “PERAN MEDIA
PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA.”
Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran 3, no. 2 (2018): 173–81.
https://doi.org/10.17509/jpm.v3i2.11762.
Pratiwi, Yuli Maulidya, Agus Suyudi, dan Zulmasula Zulmasula. “Identifikasi Kesulitan
Siswa SMA Pada Materi Gerak Lurus.” Jurnal Riset Pendidikan Fisika 2, no. 2 (30
November 2017): 28–35. https://doi.org/10.17977/um058v2i2p%p.
Putra, Chandra Anugrah. “Pemanfaatan Teknologi Gadget Sebagai Media Pembelajaran:
Utilization of Gadget Technology as a Learning Media.” Bitnet: Jurnal Pendidikan
Teknologi Informasi 2, no. 2 (18 Agustus 2017): 1–10.
https://doi.org/10.33084/bitnet.v2i2.752.
Rachmah, Eva Nur. “PENGARUH SCHOOL WELL BEING TERHADAP MOTIVASI
BELAJAR SISWA.” Psikosains: Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Psikologi 11, no.
2 (24 Oktober 2018): 99–108. https://doi.org/10.30587/psikosains.v11i2.640.
Rahardaya, Astrid Kusuma, dan Irwansyah Irwansyah. “Studi Literatur Penggunaan Media
Sosial Tiktok Sebagai Sarana Literasi Digital Pada Masa Pandemi Covid-19.” Jurnal
Teknologi Dan Sistem Informasi Bisnis 3, no. 2 (11 Juli 2021): 308–19.
https://doi.org/10.47233/jteksis.v3i2.248.
Rahmanto, Muhammad Arifin, dan Bunyamin Bunyamin. “Efektivitas Media Pembelajaran
Daring Melalui Google Classroom.” Jurnal Pendidikan Islam 11, no. 2 (30 November
2020): 119–35. https://doi.org/10.22236/jpi.v11i2.5974.
Rahmatika, Rahmatika, Munawir Yusuf, dan Leo Agung. “The Effectiveness of Youtube as
an Online Learning Media.” Journal of Education Technology 5, no. 1 (8 April 2021):
152–58. https://doi.org/10.23887/jet.v5i1.33628.
Rasam, Fadli, dan Ani Interdiana Candra Sari. “PERAN KREATIVITAS GURU DALAM
PENGGUNAAN MEDIA BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DALAM
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK SMK DI JAKARTA
SELATAN.” Research and Development Journal of Education 5, no. 1 (31 Desember
2018): 95–113. https://doi.org/10.30998/rdje.v5i1.3391.
Riyanto, Andi Dwi. “Hootsuite (We are Social): Indonesian Digital Report 2022 – Andi Dwi
Riyanto, Dosen, Praktisi, Konsultan, Pembicara: E-bisnis/Digital
Marketing/Promotion/Internet marketing, SEO, Technopreneur, Fasilitator Google
Gapura Digital yogyakarta,” 2022. https://andi.link/hootsuite-we-are-social-
indonesian-digital-report-2022/.
Setyono, Anton. “ANALISIS KESULITAN SISWA MEMECAHKAN MASALAH FISIKA
BERBENTUK GRAFIK DENGAN TES DIAGNOSTIK.” Skripsi, Univeristas
Negeri Semarang, 2016.
Subono, S. “EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN MULTIMEDIA
INTERAKTIF MATA PELAJARAN SISTEM KENDALI ELEKTRONIK DI SMK
NEGERI 2 SRAGEN.” Skripsi, UNY, 2011. https://eprints.uny.ac.id/914/.
“SUKIMAN - PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN.pdf.” Diakses 7 November
2022. http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39441/1/SUKIMAN%20-
%20PENGEMBANGAN%20MEDIA%20PEMBELAJARAN.pdf.
Sumarno, Joko. Fisika Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional, 2009.
94
Supardi, Supardi U. S., Leonard Leonard, Huri Suhendri, dan Rismurdiyati Rismurdiyati.
“Pengaruh Media Pembelajaran dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Fisika.”
Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA 2, no. 1 (4 Agustus 2015).
https://doi.org/10.30998/formatif.v2i1.86.
Suwarna, Iwan Permana. “Pengembangan Instrumen Ujian Komprehensif Mahasiswa melalui
Computer Based Test pada Program Studi Pendidikan Fisika,” Oktober 2016.
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/39510.
Syah, Risky Januar, Siti Nurjanah, dan Veneranda Putri Andri Mayu. “Tikio (TikTok App
Educational Video) Based on the Character Education of Newton’s Laws Concepts
Preferred to Learning for Generation Z.” Pancaran Pendidikan 9, no. 4 (1 November
2020). https://doi.org/10.25037/pancaran.v9i4.325.
YAYAN, YULIANTO. “MEDIA PEMBELAJARAN SEBAGAI ALAT BANTU DALAM
MENINGKATKAN SUATU PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN.” Skripsi,
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA, 2012. https://doi.org/10/10%20daftar
%20isi-08503247004.pdf.
Yunita, Dwi, dan Astuti Wijayanti. “PENGARUH MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN
TERHADAP HASIL BELAJAR IPA DITINJAU DARI KEAKTIFAN SISWA.”
SOSIOHUMANIORA: Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial Dan Humaniora 3, no. 2 (20
Oktober 2017). https://doi.org/10.30738/sosio.v3i2.1614.
Zainuddin, Zainuddin, Rini Puspita Sari, dan Abdul Kadir. “Analisis Kesulitan Belajar Fisika
Konsep Gerak Lurus pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 1 Konawe Selatan.”
KULIDAWA 2, no. 1 (2 Juli 2021): 7–13. https://doi.org/10.31332/kd.v2i1.2485.
Zakirman, Zakirman, dan Hidayati Hidayati. “Praktikalitas Media Video dan Animasi dalam
Pembelajaran Fisika di SMP.” Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni 6, no. 1 (27
Agustus 2017): 85–93. https://doi.org/10.24042/jipfalbiruni.v6i1.592.
95