Anda di halaman 1dari 150

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL ARCS TERHADAP

HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA KONSEP DINAMIKA


ROTASI DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

(Penelitian Quasi Eksperimen di SMA N 86 Jakarta)

SKRIPSI

MAHMUD AL HUDHORI
106016300656

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
ABSTRAK

Mahmud Al Hudhori. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran ARCS


Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Dinamika Rotasi dan
Keseimbangan Benda Tegar. Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang
signifikan antara kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran
ARCS dengan kelas kontrol yang menggunakan model konvensional pada konsep
dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar. Model pembelajaran ARCS
adalah model pembelajaran yang membangun motivasi siswa yang dimulai dari
menarik perhatian siswa (Attantion) sebagai tahapan awal dengan menggunakan
metode-metode seperti menampilkan video atau bermain games yang inti
permasalahannya masih berkaitan dengan konsep yang akan diajarkan. Tahap
relevan (Relevance) yang mengaitkan ketertarikan awal siswa dengan manfaat
atau aplikasi dari konsep yang mereka pelajari untuk diterapkan kedalam
kehidupan nyata. Tahap percaya diri (Confidence) dengan pengalaman nyata yang
dapat mereka peroleh dari konsep yang mereka pelajari akan membuat siswa
merasa percaya diri untuk mengembangkan diri dan bersaing dalam kehidupan
nyata. Tahap kepuasan (Satisfaction) dengan kemampuan mereka bersaing di
dalam mengembangkan potensi mereka, mereka akan merasa puas atas hasil yang
mereka peroleh selama proses pembelajaran dan pada akhirnya dapat
menimbulkan motivasi belajar yang tinggi pada diri siswa sehingga
mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.
Metode yang digunakan adalah quasi eksperimen (eksperimen semu)
yaitu penelitian yang tidak dapat memberikan kontrol penuh. Penelitian bertempat
di SMAN 86 Jakarta Selatan. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI
IPA 1 sebagai kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran ARCS
dan siswa kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran
konvensional. Pengumpulan data dilakukan dengan uji tes hasil belajar tertulis.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen
(model pembelajaran ARCS) adalah 70,70 sedangkan kelompok kontrol
(pembelajaran konvensional) adalah 65,97. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t
diperoleh thitung adalah 1,87 dan ttabel yang diperoleh adalah 1,66 sehingga H0
ditolak dan hal ini membuktikan adanya pengaruh yang signifikan pada hasil
belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran ARCS.

Kata kunci: Model Pembelajaran ARCS, , Hasil Belajar Fisika


ABSTRAC

Mahmud Al Hudhori. Influence of ARCS Learning Model To Student’s


Learning Achievments Of Physics At the Dynamics Rotation and Balance Of
Rigid Objects Concept. Thesis of Physics Education Study Program,
Education of Natural Sciences department, Tarbiyah and Teachership
Science Faculty, Syarif Hidayatullah Islamic State University Jakarta.
The purpose of the research is to determine whether there are significant
influences between experiments class that using ARCS learning model and
Control Class that using conventional learning models on the dynamics rotation
and balance of rigid objects cancepts. ARCS learning model is a learning model
that builds student’s motivation that start by commenced student’s attract
(Attantion) as the initial stages by using methods such as displaying video or
playing games that related to the concepts being taught. Relevance stage
(Relevance) is a stage that relate student’s initial interest to the benefit of
concepts application they were learning to be applied into their real life.
Confidence stage (Confidence) is a stage with Student’s real experience that they
get from their learning concepts can make students feel confident to develop
themselves and compete in real life. Satisfaction stage (Satisfaction) is a stage
with student’s compete ability in developing their potential, they will feel that
they are satisfied with the results obtained during the learning process and can
eventually lead to student’s high motivation that affect to student’s learning
processes and achievements.
The method used was a quasi-experimental research that can not give full
control in the research. The research took place at SMAN 86 Jakarta Selatan. The
samples in this study were students of class XI IPA 1 as experimental class that
uses the ARCS learning model and student of class XI IPA 2 as control class that
uses the conventional learning model. The data collected by a written achievement
test. Results showed that the average of student’s ahievement in experimental
class (ARCS learning model) is 70,70 while the student’s achivement in control
class (Conventional learning model) is 65,97. Based on the calculation results
obtained by t-test was 1,87 and t-table is 1,66 so that H 0 is rejected and this proves
the exixtence of significants influences of ARCS learning model in student’s
achievement.

Keywords: ARCS Learning Model, Student’s achievement.


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim,
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
senantiasa mencurahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyusun skripsi ini. Oleh karena itu, hanya kepada-Nya segala pengabdian dan
rasa syukur dikembalikan. Tidak lupa shalawat serta salam penulis haturkan
kepada nabi Muhammad SAW, rasul yang mulia.
Sudah kewajiban yang harus diselesaikan bagi mahasiswa (khususnya
mahasiswa UIN) dalam rangka mengakhiri masa studinya, untuk membuat karya
tulis ilmiah berupa skripsi. Alhamdulillah berkat rahmat Allah SWT penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul, “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran
ARCS (Attantion, Relevance, Confidence, Satisfaction) Terhadap Hasil Belajar
Siswa”. Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan
program strata 1 (S1) di Program Studi Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Mengingat jasa-jasa selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi
ini, penulis mendapat bantuan, dorongan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis ingin mengucapkan tertima kasih kepada:
1. Dra. Nurlena,MA.,Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Baiq Hana Susanti, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Iwan Permana Suwarna, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu memotivasi
dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan kegiatan kemahasiswaan.
4. Dr. Ahmad Sofian, M.Pd, selaku dosen pembimbing I yang telah menyediakan
waktu, pikiran, dan tenaganya untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan
petunjuknya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

i
5. Erina Hertanti M.Si, selaku dosen pembimbing II yang telah menyediakan
waktu, pikiran, dan tenaganya untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan
petunjuknya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
6. Kepala Sekolah, staf, dan guru-guru terutama guru fisika SMA N 86 Jakarta
Selatan yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian, serta siswa-
siswi SMAN 86 Jakarta Selatan khususnya kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 yang
telah menjadi sampel penelitian ini.
7. Bapak H. A. Sani’an dan Ibu Hj. Murnih tercinta yang telah merawat dan
mendidik penulis dengan kasih sayang, memberikan pengorbanan baik
material maupun spiritual yang tidak terhitung nilainya, serta senantiasa
mendorong dan mendo’akan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
8. Istri tercinta yang telah memberikan motivasi, dan meluangkan waktu untuk
menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman mahasiswa seperjuangan program Studi Pendidikan Fisika
angkatan 2006 yang terus mendukung dan menyemangati penulis.
10. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini merupakan karya kecil di tengah-
tengah khazanah ilmu pengetahuan yang sangat luas. Namun penulis tetap
berharap semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangsih pada Program Studi
Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah khususnya dan masyarakat
umumnya.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis persembahkan semuanya,
semoga kebaikan dan bantuan baik moral maupun material dari semua pihak
diterima Allah SWT sebagai amal shaleh di sisi-Nya dan mendapat balasan yang
berlipat ganda dari-Nya, amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 5 Januari 2013

Penulis

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...................................................................1
B. Identifikasi Masalah.........................................................................4
C. Pembatasan Masalah........................................................................4
D. perumusan Masalah..........................................................................4
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian.........................................................5
BAB II KAJIAN TEORETIK, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teoretik.................................................................................6
1. Model Pembelajaran ARCS ( Attention, Relevance,
Confidence, Satisfaction)...........................................................6
2. Komponen Pembelajaran ARCS................................................8
1. Attantion (perhatian).............................................................8
2. Relevance (relevansi)............................................................10
3. Confidence (percaya diri).....................................................11
4. Satisfaction (rasa bangga).....................................................13
3. Belajar dan Hasil Belajar............................................................18
1. Pengertian Belajar................................................................18
2. Pengertian Hasil Belajar.......................................................18
4. Pembelajaran Fisika....................................................................23
B. Dinamika Rotasi dan Keseimbangan Benda Tegar..........................24
C. Kajian Penelitian Relevan................................................................27
D. Kerangka Pikir..................................................................................31
E. Pengajuan Hipotesis.........................................................................32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


i
A. Waktu dan Tempat Penelitian.........................................................33
B. Metode Penelitian.............................................................................33
C. Desain Penelitian..............................................................................33
D. Populasi dan Sampel.........................................................................34
E. Variabel Penelitian...........................................................................34
F. Teknik Pengumpulan Data...............................................................34
G. Instrumen Pengumpulan Data..........................................................35
H. Kalibrasi Instrumen..........................................................................36
1. Pengujian Validitas...................................................................36
2. Pengujian Relliabilitas..............................................................37
3. Daya Pembeda...........................................................................38
4. Taraf Kesukaran........................................................................39
I. Teknik Analisis Data........................................................................40
1. Uji Normalitas...........................................................................40
2. Uji Homogenitas.......................................................................41
3. Uji Hipotesis..............................................................................42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian................................................................................43
1. Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...................43
2. Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...................44
3. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis Data Tes............................46
a. Uji Normalitas......................................................................46
b. Uji Homogenitas...................................................................47
c. Uji Hipotesis.........................................................................48
B. Pembahasan......................................................................................49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.......................................................................................52
B. Saran.................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................54

i
DAFTAR

Tabel 3.1 Desain penelitian...................................................................................33


Tabel 3.2 Perincian populasi dan sampel..............................................................34
Tabel 3.3 Kisi-kisi instrumen penelitian...............................................................35
Tabel 3.4 Hasil uji validitas instrumen.................................................................37
Tabel 3.5 Klasifikasi daya pembeda.....................................................................39
Tabel 3.6 Hasil uji daya pembeda instrumen........................................................39
Tabel 3.7 Klasifikasi taraf kesukaran instrumen...................................................40
Tabel 3.8 hasil uji taraf kesukaran instrumen.......................................................40
Tabel 4.1 Perbandingan frekuensi nilai pretes siswa pada kelas eksperimen dan
siswa pada kelas kontrol.......................................................................43
Tabel 4.2 Perbandingan data statistik nilai pretes siswa pada kelas eksperimen
dan siswa kelas kontrol.........................................................................44
Tabel 4.3 perbandingan frekuensi nilai postes siswa pada kelas eksperimen dan
siswa kelas kontrol................................................................................44
Tabel 4.4 Perbandingan data statistik nilai postes siswa pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol...................................................................................45
Tabel 4.5 Perbandingan hasil perhitungan uji normalitas pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol...................................................................................46
Tabel 4.6 Perbandingan hasil perhitungan uji homogenitas pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol...................................................................................47
Tabel 4.7 Hasil uji analisis data nilai postes pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol...................................................................................................48

v
DAFTAR

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ARCS Fisika pada


Konsep Dinamika Rotasi dan Keseimbangan Benda Tegar...........57
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Konvensional Fisika
pada Konsep Dinamika Rotasi dan Keseimbangan Benda Tegar
77
Lampiran 3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian........................................................87
Lampiran 4 Uji Validasi Butir Soal................................................................103
Lampiran 5 Uji Reliabilitas Butir Soal............................................................105
Lampiran 6 Daya Pembeda Butir Soal............................................................106
Lampiran 7 Taraf Kesukaran Butir Soal..........................................................107
Lampiran 8 Skor Postes Hasil Belajar Siswa Kelompok Eksperimen
(Pembelajaran Model ARCS).......................................................108
Lampiran 9 Skor Postes Hasil Belajar Siswa Kelompok kontrol (Pembelajaran
Konvensional)..............................................................................110
Lampiran 10 Analisis Data Skor Hasil Belajar Siswa Kelompok Eksperimen
(Pembelajaran Model ARCS).......................................................112
Lampiran 11 Analisis Data Skor Hasil Belajar Siswa Kelompok Kontrol
(Pembelajaran Konvensional)......................................................114
Lampiran 12 Uji Normalitas Data Kelompok Eksperimen dengan Rumus
Lilliefors.......................................................................................116
Lampiran 13 Uji Normalitas Data Kelompok Kontrol dengan Rumus Lilliefors
.............................................................................................. 118
Lampiran 14 Uji Homogenitas dengan Rumus Uji-F........................................120
Lampiran 15 Uji Hipotesis dengan Rumus Uji-T..............................................121
Lampiran 16 Tabel Z Negatif............................................................................124
Lampiran 17 Tabel Z Positif..............................................................................125
Lampiran 18 Tabel r..........................................................................................126
Lampiran 19 Surat Keterangan Penelitian dari SMA N 86 Jakarta Selatan . 130
Lampiran 20 Lembar Uji Referensi...................................................................131

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sebuah proses mengubah kemandirian, kesadaran
akan tanggung jawab, dan kewajiban dalam hidup manusia. Merubah kemandirian
dan kesadaran akan tanggung jawab harus melalui proses yang lama, karena
pengetahuan dan pengalaman yang baik dan bermakna dalam pendidikan tidaklah
diperoleh manusia begitu saja, tetapi melalui proses belajar. Salah satu
permasalahan pokok dalam proses pembelajaran saat ini yaitu kesulitan siswa
dalam menerima, merespon, serta mengembangkan materi yang diberikan oleh
guru.
Proses belajar dalam pelaksanaannya haruslah sesuai dengan tujuan umum
dari belajar itu sendiri, yaitu mendapat pengetahuan, pemahaman konsep dan
keterampilan, serta pembentukan sikap.1 Sejalan dengan pentingnya pelaksanaan
pendidikan dan pembelajaran berdasarkan tujuan, maka pelaksanaan pembelajaran
dan pendidikan ilmu pengetahuan alam harus memperhatikan faktor-faktor yang
berpengaruh. Faktor-faktor yang berpengaruh tersebut adalah peserta didik,
pendidik dan faktor pendukung.
Faktor dari peserta didik seperti bakat, minat atau kemauan, motivasi dan lain
sebagainya. Faktor dari pendidik seperti penguasaan konsep, cara atau metode
mengajar, penggunaan metode atau model pembelajaran. Faktor pendukung
seperti kondisi lingkungan dan kelengkapan fasilitas pembelajaran.
Dari faktor tersebut di atas, salah satu faktor penting yang mempengaruhi
hasil belajar adalah peranan seorang pendidik. Peranan seorang pendidik inilah
yang harus diperhatikan dalam sebuah pembelajaran, karena pendidik harus dapat
menjadi sebagai informator, organisator, motivator, direktor (pengarah),
inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, dan evaluator bagi peserta didik.2
Salah satu peranan pendidik yang sering tidak diperhatikan yaitu sebagai
1
Sardiman, A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada;
2011) h. 26 - 28
2
Ibid., h. 144 - 146

1
2

motivator. Sebagai seorang motivator seorang pendidik harus dapat merangsang


dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mengembangkan potensi
siswa. Salah satunya dengan memilih dan menerapkan model pembelajaran yang
sesuai, sehingga peserta didik tertarik untuk mengikuti pembelajaran.
Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), seorang guru harus
memberikan pendekatan atau model yang dapat membantu siswa mencerna
konsep yang diajarkan. Artinya pendekatan yang digunakan pada pembelajaran
IPA khususnya fisika, harus pendekatan yang dapat menuntut siswa untuk
berkonsentrasi. Pendekatan seperti itulah yang nantinya akan memberikan
pengaruh positif, sehingga siswa tidak lagi menganggap bahwa pembelajaran
fisika adalah pembelajaran yang membosankan. Untuk itu diperlukan pemilihan
strategi atau model pembelajaran yang tepat.
Kesalahan penggunaan model akan berdampak kepada rasa ketertarikan
siswa (attention) dengan mata pelajaran, terutama pada mata pelajaran yang
membutuhkan perhatian penuh seperti fisika. Tidak hanya rasa ketertarikan saja
yang diperlukan, agar menjadi lebih bermakana guru perlu menjelaskan manfaat
apa yang dapat siswa peroleh dan terapkan setelah mereka terlibat dalam proses
pembelajaran, baik untuk kebutuhan sekarang ataupun untuk masa yang akan
datang (relevance). Apabila guru dapat menimbulkan perhatian dan menjelaskan
manfaat yang dapat siswa terapkan setelah belajar fisika dalam kehidupan sehari-
hari, maka hal tersebut diharapkan akan menjadi sebuah motivasi bagi siswa
untuk mempelajari fisika, seperti halnya penggunaan pesawat sederhana dalam
membantu kegiatan kerja sehari-hari.
Motivasi diharapkan akan menjadi usaha awal yang dilakukan guru untuk
dapat menjadikan siswa lebih percaya diri (confidence), dapat bersaing dan
berkembang terutama dalam hal pelajaran fisika yang sebelumnya selalu mereka
anggap membosankan, sulit, dan membuat stres. Dengan rasa percaya diri yang
memotivasi siswa untuk dapat bersaing dan berkembang, maka pelajaran yang
disampaikan guru akan menjadi bermakna, sehingga akan timbul rasa bangga
(satisfaction) dalam diri siswa setelah belajar fisika.
3

Kesulitan-kesulitan yang sering dialami siswa dalam mempelajari fisika salah


satunya dalam menganalisis hubungan antara konsep satu dengan konsep lain
yang saling terkait. Salah satu contoh adalah dalam konsep dinamika rotasi dan
keseimbangan benda tegar yang memerlukan sebuah analisis dan ketelitian yang
tinggi dari suatu kejadian sederhana. Dalam penyelesaian masalahnya, konsep
dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar harus mengaitkan antara konsep
gaya pada hukum Newton, konsep kinematika gerak, dan konsep gerak melingkar.
Dalam penentuan rumusnya tidak serta merta mudah dihafal, melainkan butuh
pemahaman bagaimana gaya bekerja pada suatu sistem yang menyebabkan benda
itu diam atau bergerak, serta faktor apa saja yang mempengaruhi benda berputar
atau tidak. Karena keterkaitan itulah siswa sering merasakan terlalu banyak
rumus, sulit dihafal, membuat kepala pusing dan sebagainya, sehingga minat atau
rasa ketertarikan siswa kepada mata pelajaran fisika menjadi kurang atau bahkan
tidak tertarik sama sekali.
Hal tersebut di atas, membutuhkan suatu pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan kontekstual, yaitu pendekatan yang membangun motivasi siswa
dengan mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan konteks yang relevan.
Langkah untuk memotivasi menggunakan empat kondisi motivasi, yaitu model
motivasi yang dikembangkan oleh Jhon Keller yang dikenal denga model
pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction). Model
pembelajaran ARCS menurut Keller dalam Hamoraon menyatakan bahwa model
pembelajaran ARCS merupakan suatu bentuk pendekatan pemecahan masalah
untuk merancang aspek motivasi serta lingkungan belajar dalam mendorong dan
mempertahankan motivasi siswa untuk belajar.3 Model pembelajaran ini juga
menekankan kepada guru untuk dapat mengembangkan cara mengajar, dengan
tidak menggunakan satu metode saja tetapi dapat menggunakan banyak metode
yang penggunaannya sesuai dengan konsep dan cara belajar dari peserta didik itu
sendiri.

3
Hamoraon, “Model ARCS Keller”, http://stkippgringanjuk.blogspot.com/2011/03/model-
arcs-keller.html, diakses pada 10 Agustus 2012
4

Penyampaian materi dari guru tidak akan terasa monoton, tetapi bervariasi
dengan memberikan contoh-contoh yang relevan dengan kejadian yang sering
mereka hadapi sehari-hari, dengan hal tersebut diharapkan siswa akan termotivasi
mempelajari fisika. Tidak hanya itu, psikologis mereka juga akan terlatih untuk
lebih percaya diri agar dapat bersaing untuk lebih maju.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai
pengaruh penggunaan model ARCS (attention, relevance, confidence,
satisfaction) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep dinamika rotasi dan
keseimbangan benda tegar.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, beberapa masalah
di identifikasikan sebagai berikut:
1. Kurangnya minat, motivasi, dan rasa percaya diri siswa pada pelajaran fisika
karena metode pembelajaran yang kurang memperhatikan konsep fisika yang
diajarkan.
2. Kurangnya kemampuan kognitif siswa dalam mengaitkan konsep dasar yang
satu dengan konsep dasar yang lain dimana memiliki keterkaitan dalam satu
konsep dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar.
3. Hasil belajar yang belum maksimal karena proses pembelajaran yang belum
optimal.

C. Pembatasan Masalah
Untuk mengatasi permasalahan siswa dalam memahami konsep yaitu, dalam
hal hasil belajar siswa pada konsep dinamika rotasi dan keseimbangan benda
tegar, maka penelitian ini menggunakan model pembelajaran ARCS (Attention,
Relevance, Confidence, Satisfaction) dengan melihat peningkatan hasil belajar
berdasarkan aspek kognitifnya. Peningkatan tersebut berdasarkan tingkat
pemahaman siswa yang bersandarkan pada taksonomi Bloom yang direvisi
meliputi jenjang C1 sampai dengan C4 yaitu, pengetahuan hingga daya analisis
soal pada konsep dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar.
5

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah
dikemukakan, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah
penggunaan model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence,
Satisfaction) berpengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep
dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar?”.

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
ARCS terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep dinamika rotasi dan
keseimbangan benda tegar.

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan informasi mengenai model pembelajaran ARCS
2. Memberikan informasi alternatif model guna meningkatkan mutu pendidikan
pembelajaran.
3. Memberikan referensi bagi peneliti lain untuk dapat mengembangkan dan
memperbaiki model pembelajaran ARCS dalam penerapannya.
BAB II
KAJIAN TEORETIK, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teoretik
1. Model Pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence,
Satisfaction)

Model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction),


dikembangkan oleh Keller sebagai jawaban dari pertanyaan bagaimana
merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil
belajar siswa. Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai
harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai
(value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil
mencapai tujuan itu1. Dari dua komponen tersebut Keller mengembangkannya
menjadi empat komponen. Keempat komponen model pembelajaran itu adalah
attention, relevance, confidence, dan satisfaction dengan akronim ARCS.

Model ARCS didasarkan pada hasil penelitian John Keller pada tahun 1987
yang mengembangkan suatu model pembelajaran berbasis pada motivasi dan
lingkungan belajar siswa. Model pembelajarn ini dinamakan model ARCS yang
merupakan singkatan dari Attention, Relevance, Confidence, dan Satisfaction.
Model pembelajaran ini secara sistematis digunakan untuk mengembangkan
strategi motivasi agar menjadi lebih spesifik2.

Model pembelajaran ARCS digunakan untuk mengembangkan motivasi


siswa, sikap pendidik, dan cara merancang pembelajaran dalam setiap materi
pelajaran. Model ini membantu pendidik untuk mengidentifikasikan komponen
pembelajaran, motivasi siswa ketika belajar, dan menyediakan strategi motivasi

1
Norhasimi, “Model Motivasi ARCS”,
http://ihashimi.aurasolution.com/model_motivasi_arcs.htm , diakses pada 10 Agustus 2012
2
Charles B. Hodges. Designing to Motivate: Motivational Techniques to Incorporate in E-
Learning Experiences. The Journal of Interactive Online Learning Volume 2. Number 3. ISSN:
1541-4914, h. 4

6
7

yang dapat digunakan oleh pendidik untuk memberi umpan balik tentang
ketertarikan dan kebutuhan siswa3.

Model pembelajaran ARCS terdiri atas 4 komponen utama yaitu Attention,


Relevance, Confidence, dan Satisfaction. Attention (perhatian) mengacu kepada
rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang diajarkan, aplikasi, dan manfaatnya
dalam kehidupan sehari-hari. Relevance (relevansi) mengacu kepada persepsi
siswa yang menghubungkan materi pembelajaran dengan kebutuhan, kehidupan
sehari-hari, dan tujuan belajar siswa. Confidence (rasa percaya diri) mengacu pada
keyakinan siswa dalam mencapai keberhasilan pada kegiatan pembelajaran
melalui pengendalian diri. Satisfaction (kepuasan) mengacu kepada rasa puas
yang diperoleh siswa dari pencapaian dan keberhasilannya dalam proses
pembelajaran yang merupakan perpaduan dari penghargaan ekstrinsik dan
motivasi instrinsik4. Model pembelajaran ARCS diharapkan dapat memberikan
pengaruh yang positif, memberikan harapan, dorongan, proses pengatur tindakan,
dan pendidikan kemahiran5.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ARCS


merupakan suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan
dikembangkan berdasarkan motivasi dan lingkungan belajar siswa yang
mengutamakan perhatian siswa, menyesuaikan materi pembelajaran dengan
pengalaman belajar siswa, menciptakan rasa percaya diri dalam diri siswa, dan
menimbulkan rasa puas dalam diri siswa dan menjadikannya sebagai empat
komponen utama yaitu Attention (perhatian), Relevance (relevansi), Confidence
(rasa percaya diri), dan Satisfaction (kepuasan).

3
Supakit Wongwiwatthananukit dan Nicholas G. Popovich. Applying the ARCS Model of
Motivational Designe to Pharmaceutical Education. American Journal of Pharmaceutical
Education Vol. 64, Summer 2000 h.191
4
Mei-Mei Chang dan James D. Lehman. Learning Foreign Languange through an Interactive
Multimedia Program: An experimental Study on The Effects of the Relevance Component of the
ARCS Model. CALICO Journal, 20 (1), p-p 81 – 98: 2002, h. 83
5
Hermann Astleitner, Associate Professor and Peter Lintner, M.A. The Effects Of ARCS-
Strategies On Self-Regulated Learning With Instructional Texts. (AUSTRIA, Departemen of
Educational Reasearch Akademiestrasse 26 A 5020 Salzburg:2003), h. 361
8

2. Komponen Model Pembelajaran ARCS

Model pembelajaran ARCS disusun berdasarkan teori Tolman dan Lewin


bahwa prilaku dan motivasi adalah hasil interaksi antara seseorang dengan
lingkungan. Teori ini kemudian dikembangkan oleh John Keller yang mengaitkan
motivasi dan lingkungan belajar siswa dengan hasil belajar siswa menjadi suatu
model pembelajaran yang dinamakan model ARCS. Model pembelajaran ARCS
terdiri atas empat komponen, antara lain:

a. Attention (perhatian)

“Perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya


dengan pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungannya.”6
Konsentrasi/perasaan siswa dan minat dalam belajar bisa dilihat dari siswa yang
perasaannya senang akan membantu dalam konsentrasi belajarnya dan sebaliknya
siswa dalam kondisi tidak senang maka akan kurang berminat dalam belajarnya
dan mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi terhadap pelajaran yang sedang
berlangsung.

Terdapat beberapa prinsip penting yang harus diketahui oleh seorang guru
yang berkaitan dengan perhatian, yaitu:

1) Perhatian seseorang tertuju atau diarahkan pada hal-hal yang baru, hal-
hal yang berlawanan dengan pengalaman yang didapat selama hidupnya.

2) Perhatian seseorang tertuju dan tetap berada dan diarahkan pada hal-hal
yang dianggap rumit, selama kerumitan tersebut tidak melampaui batas
kemampuan orang tersebut.

3) Orang mengarahkan perhatiannya pada hal-hal yang dikehendakinya,


yaitu hal-hal yang sesuai dengan minat, pengalaman dan
kebutuhannya.7

6
Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
h. 105
7
Ibid., h. 106-107
9

Perhatian diharap dapat menimbulkan minat yaitu kecenderungan siswa


yang menetap untuk merasa tertarik pada pelajaran/pokok bahasan tertentu dan
merasa senang mempelajari materi itu yang baru dan dapat berperan positif dalam
proses belajar mengajar selanjutnya. Menurut Keller (1987) strategi untuk
menjaga dan meningkatkan perhatian siswa yaitu sebagai berikut:

1) Gunakan metode penyampaian dalam proes pembelajaran yang bervariasi


(kelas, diskusi kelompok, bermain peran, simulasi, curah pendapat,
demontrasi, studi kasus).

2) Gunakan media (media pandang, audio, dan visual) untuk melengkapi


penyampaian materi pembelajaran.

3) Bila merasa tepat gunakan humor dalam proses pembelajaran.

4) Gunakan peristiwa nyata, dan contoh-contoh untuk memperjelas konsep


yang digunakan.

5) Gunakan teknik bertanya untuk melibatkan siswa. 8

Perhatian siswa terhadap materi pelajaran akan muncul karena didorong oleh
rasa ingin tahu. Oleh sebab itu rasa ingin tahu penting dalam proses pembelajaran
dan perlu mendapat rangsangan sehingga siswa akan memberikan perhatian
selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Menurut Sri Esti Wuryani
Djiwandono ada beberapa langkah untuk meningkatkan perhatian siswa dalam
proses pembelajaran, yaitu:

1) Sampaikan tujuan pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa.

2) Tunjukan bagaimana cara belajar dalam mata pelajaran yang diajarkan.

3) Tanyakan kepada siswa mengapa mata pelajaran ini penting untuk mereka.

4) Bangkitkan keingintahuan mereka dengan pertanyaan.

8
Hamoraon, “Model ARCS Keller”, http://stkippgringanjuk.blogspot.com/2011/03/model-
arcs-keller.html, diakses pada 10 Agustus 2012
1

5) Ciptakan suatu kejutan dengan mempertunjukan suatu kejadian yang tidak


diharapkan, seperti argumentasi yang keras sebelum komunikasi pelajaran.

6) Mengubah lingkungan fisik dengan mengatur kelas dan menciptakan situasi


yang berbeda.

7) Pindahkan kesan siswa dengan memberikan suatu pelajaran yang membuat


siswa dapat menyentuh, mencium, atau merasakan.

8) Gunakan gerakan, sikap tubuh dan perubahan nada suara dengan berjalan di
antara siswa-siswa, berbicara pelan, dan kemudian tegas.

9) Hindari tingkah laku yang mengacau seperti mengetuk-ngetuk meja dengan


pensil atau menarik-narik rambut. 9

b. Relevance (relevansi)

Semua kegiatan dalam proses pembelajaran berhubungan dengan kehidupan


siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang
berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang. Jika siswa
merasa kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan
berguna bagi kehidupan mereka maka siswa akan terdorong mempelajari sesuatu.
Dengan demikian motivasi siswa dalam pembelajaran akan meningkat jika apa
yang akan dipelajari ada relevansinya dengan kehidupan mereka dan memiliki
tujuan yang jelas. Sesuatu yang memiliki arah, tujuan, sasaran yang jelas, ada
manfaat, dan relevan dengan kehidupan akan mendorong individu untuk mencapai
tujuan tersebut.

Dengan tujuan yang jelas mereka akan mengetahui kemampuan apa yang
akan dimiliki dan pengalaman apa yang akan didapat. Mereka juga akan
mengetahui kesenjangan antara kemampuan yang telah dimiliki dengan
kemampuan baru itu sehingga kesenjangan tadi dapat dikurangi atau bahkan
dihilangkan sama sekali.

9
Sri Esti Wuryani Djiwandono. Psikologi Pendidikan, (Malang: Grasindo. 2002), h. 159-
1

Motivasi siswa akan bangkit dan berkembang apabila mereka merasakan


bahwa apa yang dipelajari itu memenuhi kebutuhan pribadi, bermanfaat serta
sesuai dengan nilai yang diyakini atau dipegangnya. Suciati dan Udin Syarifuddin
Winatasyaputra mengemukaan bahwa strategi untuk menunjukan relevensi adalah
sebagai berikut:
1) Sampaikan kepada siswa apa yang dapat mereka peroleh dan lakukan setelah
mempelajari materi pembelajaran ini bearti guru harus menjelaskan tujuan
intruksional.
2) Jelaskan manfaat pengetahuan, keterampilan atau sikap serta nilai yang akan
dipelajari dan bagaimana hal tersebut dapat diaplikasikan dalam pekerjaan
dan kehidupan nanti.
3) Berikan contoh, latiha atau tes yang lansung berhubungan dengan kondisi
siswa. 10
c. Confidence (percaya diri)
Untuk menimbulkan rasa percaya diri siswa guru harus memperhatikan
berbagai bentuk dan memfokuskan pada minat dalam kegiatan pembelajaran.
Minat siswa terhadap tugas yang diberikan dapat memotivasi siswa melanjutkan
tugasnya. Siswa akan kembali mengerjakan sesuatu yang menarik sesuai dengan
minat mereka.
Membangkitkan dan memelihara minat atau perhatian merupakan usaha
menumbuhkan keingintahuan siswa yang diperlukan dalam kegiatan
pembelajaran. Minat merupakan alat yang sangat berguna dalam usaha
mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Silvia minat terdiri dari beberapa
skala yang dihubungkan dengan proses belajar yaitu:

1) Keingintahuan (curiosity)
2) Keterbukaan terhadap pengalaman (openness to experience)
3) Dorongan mencari sensasi (sensation seeking)
4) Kecenderungan bosan (boredom propeness)
5) Keluasan minat (breadth of interest). 11

10
Hamoraon , Loc.
1

Keingintahuan siswa terhadap kegiatan belajar dan ingin lebih mengenal


pelajaran itu sendiri merupakan dorongan untuk mencari tahu informasi dan
pengalaman baru tentang pelajaran yang belum siswa ketahui. Hal ini sejalan
dengan model ARCS yang bertujuan agar siswa memiliki perhatian akan
pelajaran, serta pengalaman baru apa yang nantinya dapat diterapkan pada
kehidupan mendatang. Berdasarkan rasa keingintahuan tersebut maka siswa akan
berpandangan terbuka terhadap pengalaman dan ide baru yang belum
diketahuinya, hal ini diwujudkan dalam bentuk keinginan untuk belajar terus
menerus.

Dorongan mencari sensasi pada kegiatan belajar terlihat dari keterlibatan


siswa pada pengalaman belajar yang lebih bervariasi. Siswa yang memiliki
sensation seeking tinggi, berani meluangkan waktu yang lebih untuk terlibat pada
kegiatan-kegiatan pembelajaran. Siswa juga berani mengambil resiko secara fisik,
dan sosial untuk mengikuti pengalaman baru tersebut.

Kecenderungan bosan di dalam belajar merupakan hal yang sering terlihat di


dalam kegiatan pembelajaran, akan tetapi siswa yang sudah termotivasi untuk
memperoleh informasi baru akan tetap menampilkan kemampuan terbaik
meskipun sedang mengalami kebosanan. Siswa tetap memperhatikan materi yang
diajarkan, mengerjakan tugas dengan baik, mempertahankan konsentrasinya
dalam mengikuti kegiatan belajar.

Keluasan minat dalam belajar adalah siswa mencari pengalaman yang


bervariasi dan tidak hanya mempelajari materi yang disukainya saja. Siswa yang
memiliki keluasan minat belajar akan mempelajari dengan sungguh-sungguh
semua materi.

Siswa yang sudah memiliki minat dan termotivasi dalam belajar maka
semakin besar kemungkinan untuk berhasil. Motivasi dapat menghasilkan

11
Muji Astuti, Siswati, Imam Setyawan, Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pembelajaran
Kontekstual dengan Minat Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VII Smp Negeri 18 Semarang.
Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. h. 7-9.
1

ketekunan yang membawa keberhasilan (prestasi), dan selanjutnya pengalaman


sukses tersebut akan memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas berikutnya.

Dalam meningkatkan harapan siswa untuk berhasil dapat dilakukan dengan


beberapa langkah, misalnya:

1) Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan memperbanyak pengalaman


siswa. Misal menyusun materi pembelajaran agar dengan mudah difahami, di
urutkan dari materi yang mudah ke sukar.

2) Susun kegiatan pembelajaran ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil,


sehingga siswa tidak dituntut untuk mempelajari terlalu banyak konsep baru
dengan sekaligus.

3) Meningkatkan harapan untuk berhasil, hal ini dapat dilakukan dengan


menyampaikan tujuan pembelajaran dan kriteria tes pada awal pembelajaran.
Hal ini akan membantu siswa mempunyai gambaran yang jelas mengenai apa
yang diharapkan.

4) Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menggunakan strategi yang


memungkinkan kontrol keberhasilan di tangan siswa sendiri.

5) Tumbuh kembangkan kepercayaan diri siswa dengan mengatakan ”Sepertinya


kamu telah memahami konsep ini dengan baik”, serta menyebut kelemahan
siswa sebagai ”hal -hal yang masih perlu dikembangkan.”

6) Berilah umpan balik yang relevan selama proses pembelajaran agar siswa
mengetahui pemahaman dan prestasi belajar mereka sejauh ini. 12

d. Satisfaction (rasa bangga)

Dalam teori belajar satisfaction adalah reinforcement (penguatan). Siswa


yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa bangga/puas atas
keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu menjadi penguat bagi
siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan berikutnya. Reinforcement atau

Hamoraon, Loc. cit.


12
1

penguatan yang dapat memberikan rasa bangga dan puas pada siswa adalah
penting dan perlu dalam kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan teori kebanggaan, rasa puas dapat timbul dari dalam diri individu
sendiri yang disebut kebanggaan intrinsik di mana individu merasa puas dan
bangga telah berhasil mengerjakan, mencapai atau mendapat sesuatu. Kebanggaan
dan rasa puas ini juga dapat timbul karena pengaruh dari luar individu, yaitu dari
orang lain atau lingkungan yang disebut kebanggaan ekstrinsik. Seseorang merasa
bangga dan puas karena apa yang dikerjakan dan dihasilkan mendapat
penghargaan baik bersifat verbal maupun nonverbal dari orang lain atau
lingkungan.

Penghargaan (reward) dalam pendidika adalah memberi penghargaan


memberi hadiah kepada anak untuk angka-angkanya dan prestasinya. Reward
adalah alat pendidikan refresisf yang bersifat menyenangkan dan meningkatkan
atau mendorong anak untuk berbuat sesuatu yang lebih baik terutama anak yang
malas.13

Seorang guru yang bijaksana harus memulai pendidikan dengan memberi


hadiah dan segala macam jenisnya sebelum memberi sanksi. Reward itu tidak
harus berupa materi, apresiasi yang baik juga merupakan hadiah. Reward
diberikan dengan syarat:

1) hanya diberikan pada anak yang telah mendapatkan prestasi yang baik,

2) Jangan menjanjikan ganjaran/hadiah lebih dulu sebelum anak berprestasi.

3) Diberikan dengan hati-hati jangan sampai anak menganggapnya sebagai


upah.

4) Jangan sampai menimbulkan kecemburuan bagi anak yang lain, namun


sebaiknya harus menimbulkan semangat dan motivasi bagi anak didik yang
lain. 14

13
Rusdiana Hamid, Reward dan Punishment Dalam Perspektif Pendidikan Islam, Ittihad
Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 4 No.5 April 2006, h. 67
14
Ibid., h. 69
1

Reward hendaknya diberikan berdasarkan beberapa tujuan di dalam


pendidikan,yaitu:

1) Membangkitkan dan merangsang belajar anak, lebih-lebih bagi anak yang


malas dan lemah.

2) Mendorong anak agar selalu melakukan perbuatan yang lebih baik lagi.

3) Menambah kegiatannya atau kegairahannya dalam belajar. 15

Menurut Muhammad Jameel Zeeno dalam Rusdian Hamid menyataka reward


diberikan dapat berupa sebagai berikut: (1) Pujian yang mendidik, (2) Memberi
hadiah, (3) Mendoakan, (4) Menempatkan papan prestasi, (5) Menepuk pundak,
(6) Menjadikan acuan pada siswa yang berprestasi dalam memberikan semangat
siswa yang lain, (7) Berpesan pada yang lain, (8) Berpesan pada siswa yang
bersangkutan.16

Sesederhana apapun reward yang diberikan, sangat berarti bagi siswa untuk
meningkatkan motivasi dan semangat belajar dan prestasinya, brasal dari
kepuasan yang didapat sehingga meningkatkan rasa percaya diri siswa nantinya.

Model ARCS memberikan gambaran langkah-langkah yang harus diterapkan


dalam suatu kegiatan belajar mengajar sehingga tercipta siswa-siswa yang
berprestasi. Langkah-langkah tersebut sebagai berikut:

1) Mengingatkan kembali siswa pada konsep yang telah dipelajari (A)


Pada langkah ini, guru menarik perhatian siswa dengan cara mengulang
kembali pelajaran atau materi yang telah dipelajari siswa dan mengaitkan materi
tersebut dengan materi pelajaran yang akan disajikan. Dengan cara ini, siswa akan
merasa tertarik serta termotivasi untuk memperoleh pengetahuan yang baru yaitu
materi pelajaran yang akan disajikan
2) Menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran (R)
Pada langkah ini, guru mendeskripsikan tujuan dan manfaat pembelajaran
yang akan disajikan. Penyampaian tujuan dan manfaat pembelajaran ini dapat

15
Ibid., h. 69
16
Ibid., h. 69 - 71
1

dilakukan dengan cara yang bervariasi tapi masih tetap mengacu pada prinsip
perbedaan individual siswa sehingga keseluruhan siswa dapat menangkap tujuan
dan manfaat pembelajaran yang akan disajikan serta dapat mengetahui hubungan
atau keterkaitan antara materi pembelajaran yang disajikan dengan pengalaman
belajar siswa tersebut.
3) Menyampaikan materi pelajaran (R)
Pada langkah ini, guru menyampaikan materi pembelajaran secara jelas dan
terperinci. Penyampaian materi ini dilakukan dengan cara atau strategi yang dapat
memotivasi siswa yaitu dengan cara menyajikan pembelajaran tersebut dengan
menarik sehingga dapat menumbuhkan atau menjaga perhatian siswa,
memberikan keterkaitan antara materi pembelajaran yang disajikan dengan
pengalaman belajar siswa ataupun berhubungan dengan kehidupan sehari-hari
siswa, menumbuhkan rasa percaya diri siswa dengan cara memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya, memberikan tanggapan, ataupun
mengerjakan latihan soal dan menciptakan rasa puas di dalam diri siswa dengan
cara memberikan penghargaan atas kinerja atau hasil kerja siswa.
4) Menggunakan contoh-contoh yang konkrit (A dan R)
Pada langkah ini, guru memberikan contoh-contoh yang nyata serta ada
hubungannya dengan kehidupan sehari-hari siswa sehingga siswa merasa tertarik
untuk mengikuti pembelajaran. Adapun manfaat yang didapatkan dari
penggunaan contoh yang konkrit ini adalah siswa mudah memahami materi yang
disajikan dan mudah mengingat materi tersebut. Tujuan penggunaan contoh yang
konkrit ini adalah untuk menumbuhkan atau menjaga perhatian siswa (attention)
dan memberikan kesesuaian antara pembelajaran yang disajikan dengan
pengalaman belajar siswa ataupun kehidupan sehari-hari siswa (relevance).
5) Memberi bimbingan belajar (R)
Pada langkah ini, guru memotivasi dan mengarahkan siswa agar lebih mudah
dalam memahami materi pembelajaran yang disajikan. Secara langsung, langkah
ini dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa sehingga siswa tidak merasa ragu
dalam memberikan respon ataupun mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan
oleh guru. Pemberian bimbingan belajar ini juga bermanfaat bagi siswa-siswa
1

yang lambat dalam memahami suatu materi pembelajaran sehingga siswa-siswa


tersebut merasa termotivasi untuk memahami materi pembelajaran yang disajikan.
6) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran
(C dan S)
Pada langkah ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya,
menanggapi, ataupun mengerjakan soal-soal mengenai materi pembelajaran yang
disajikan. Dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi ini,
siswa akan berkompetensi secara sehat dan aktif dalam mengikuti pembelajaran.
Pemberian kesempatan kepada siswa untuk berparisipasi dalam pembelajaran ini
juga dapat menumbuhkan ataupun meningkatkan rasa percaya diri siswa dan
akhirnya juga dapat menimbulkan rasa puas di dalam diri siswa karena merasa
ikut terlibat dalam proses pembelajaran tersebut.
7) Memberi umpan balik (S)
Pada langkah ini, guru memberikan suatu umpan balik yang tentunya dapat
merangsang pola berfikir siswa. Setelah pemberian umpan balik ini, siswa secara
aktif menanggapifeedback dari guru tersebut. Pemberian feedback ini dapat
menumbuhkan rasa percaya diri siswa dan menimbulkan rasa puas dalam diri
siswa.
8) Menyimpulkan setiap materi yang telah disampaikan di akhir pembelajaran
(S)
Pada langkah ini, guru menyimpulkan materi pembelajaran yang baru saja
disajikan dengan jelas dan terperinci. Langkah ini dapat dilakukan dengan
berbagai macam cara diantaranya memberikan kesempatan kepada seluruh siswa
untuk membuat kesimpulan tentang materi yang baru mereka pelajari dengan
menggunakan bahasa mereka sendiri. Secara tidak langsung, langkah ini dapat
menciptakan rasa puas di dalam diri siswa. 17

17
Hamoraon, http://learningtheori.wordpress.com/2010/03/08/model-arcs-keller/, diakses
pada 10 Agustus 2012
1

3. Belajar dan Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk


memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”18 Secara
psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku seseorang
sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.

Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan unsur motoris, yaitu rohani dan
jasmani. Tingkah laku manusia ini terdiri dari sejumlah aspek yang apabila
manusia mengalami proses belajar, maka akan tampak perubahan pada aspek-
aspek tersebut. Adapun aspek-aspek tersebut adalah: (1) Pengetahuan, (2)
Pengertian, (3) Kebiasaan, (4) Keterampilan, (5)Apresiasi, (6) Emosional, (7)
Hubungan sosial, (8) Jasmani, (9) Etis atau budipekerti, (10) Sikap.19
Apabila seseorang sudah mengalami suatu proses pembelajaran, maka akan
terlihat perubahan pada salah satu atau beberapa pada aspek tingkah laku tersebut.
b. Pengertian Hasil belajar

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi di dalam proses belajar
mengajar yang tolak ukurnya diamati dari dua sisi yang berbeda yaitu, dari sisi
guru dan sisi siswa. Dari sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan evaluasi
hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan
puncak proses belajar.20

Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
siswa yang terdiri dari beberapa aspek yang telah disebutkan di atas. Hasil belajar
juga merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-

18
Slameto, Belajar dan Faktor - faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta:Rineka Cipta, 2010),
h. 2
19
Oemar Hamalik, Proses belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 30
20
Dimyati dan Mudjiono, Balajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2006), h.
3-4.
1

sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan yang dilengkapi dengan serangkaian


pengalaman.21

Hasil belajar siswa yang baik diperoleh tidak dengan cara mudah, terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya proses dalam kegiatan
pembelajaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi siswa. Berikut beberapa
proses dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar.

Proses yang harus diperhatikan, yaitu:

a. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar


instrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang
rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau
setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai.

b. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan


dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari
orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.

c. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama
diingat, membentuk perilaku bermanfaat untuk mempelajari aspek lain,
kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan
kreativitasnya.

d. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni


mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap)
dan ranah psikomotorik, keterampilan atau prilaku.

e. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri


terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan
mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhu hasil belajar, yaitu:

21
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), h. 31
2

a. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya,


motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,
ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

b. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama
kualitas pengajaran. 22

Menurut Gagne terdapat lima kategori dalam hasil belajar siswa yaitu,
informasi verbal, kecakapan intelektual, strategi kognitif, sikap dan
keterampilan.23 Menurut Bloom perubahan perilaku yang diperoleh karena proses
belajar haruslah memiliki penilaian dalam tiga ranah sebagai penilaian hasil
belajar siswa, yaitu bagaimana berpikir (ranah kognitif), bagaimana bersikap dan
merasakan sesuatu (ranah afektif) dan bagaimana berbuat (ranah psikomotorik). 24
Ketiga ranah ini dijabarkan sebagai berikut:

a. Ranah Kognitif menurut Anderson dan krathwohl

Pada tujuan pembelajaran ini terdapat tingkatan mulai dari


pengetahuan tentang fakta-fakta samapai kepada proses intelektual yang
tinggi, yaitu pengetahuan, pemahaman, mengaplikasikan, menganalisis,
mensintesis, dan menilai. Tingkat taksonomi ini kemudian direvisi mulai
dari mengingat, mengerti, memakai, menganalisis, menilai, dan
menciptakan.

1) Mengingat (remember): meningkatkan ingatan yang disajikandalam


bentuk yang sama seperti yang diajarkan.

2) Mengerti (understand): mampu membangun arti dari pesan


pembelajaran, termasuk komunikasi lisan, tulisan maupun grafis.

Anas,
22
2011, “Pengertian Hasil Belajar Menurut Para Ahli”,
http://mbegedut.blogspot.com/2011/02/pengertian-hasil-belajar-menurut-
para.html#.UUhQuGe86Nk pada tanggal 12 Februari 2013
23
Ibid,
24
Supriyadi, dkk. 2011, “Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Sekolah Menengah
Atas”, (Jakarta: Universitas Negeri Jakarta), hal.294
2

3) Memakai (use): menggunakan prosedur untuk mengerjakan latihan


maupun memecahkan masalah.

4) Menganalisis (analysis): memecah bahan-bahan ke dalam unsur-unsur


pokoknya dan menentukan bagaimana bagian-bagian saling
berhubungan satu sama lain dan kepada keseluruhan struktur.

5) Menilai (evaluate): membuat pertimbangan berdasarkan kriteria dan


standar tertentu

6) Menciptakan (create): membuat suatu produk yang baru dengan


mengatur kembali unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam suatu pola
atau struktur yang belum pernah ada sebelumnya.25

b. Ranah Psikomotor

Tujuan pembelajaran kawasan psikomotor dikembangkan oleh


Harrow, disusun secara hierarkis dalam lima tingkat, mencakup tingkat
meniru, menerapkan, memantapkan, merangkai, dan naturalisasi.

1) Meniru (immitation): mengharapkan siswa untuk dapat meniru suatu


perilaku yang dilihatnya.

2) Menerapkan (manipulation): siswa dapat melakukan perilaku tanpa


bantuan visual, sebagaimana pada tingkat meniru

3) Menetapkan (precission): siswa diharapkan dapat melakuakn sesuatu


perilaku tanpa menggunakan contoh visual maupun petunjuk tertulis,
dan melakukannya dengan lancar, tepat, seimbang, dan akurat.

4) Merangkai (articulation): siswa diharapkan untuk menunjukkan


serangkaian gerakan dengan akurat, urutan yang benar, dan kecepatan
yang tepat.

5) Naturalisasi (naturalization): siswa diharapkan melakukan gerakan


tertentu secara spontan dan otomatis.26

25
Supriyadi, dkk. Ibid., h. 294-295

21 Supriyadi, dkk. Ibid., h.


2

c. Ranah Afektif

Krathwohl, Bloom dan Maisa adalah pengembang taksonomi


tujuan yang berorientasikan kepada perasaan atau afektif. Taksonomi ini
menggambarkan proses seseorang dalam mengenali dan mengadopsi suatu
nilai dan sikap tertentu yang menjadi pedoman dalam bertingkah laku.
Krathwohl mengelompokkan tujuan afektif ke dalam lima kelompok.

1) Menerima (receiving): mengharapkan siswa untuk mengenal, bersedia


menerima, dan memperhatikan berbagai stimulus. Dalam hal ini siswa
masih bersikap pasif, sekedar mendengarkan atau memperhatikan saja.

2) Menanggapi (responding): keinginan berbuat sesuatu sebagai reaksi


terhadap suatu gagasan, benda atau sistem nilai, lebih dari sekedar
pengenalan saja.

3) Menghargai (valuing): penghargaan terhadap suatu nilai merupakan


perasaan, keyakinan atau anggapan bahwa suatu gagasan, benda atau
cara berpikir tertentu mempunyai nilai. Dalam hal ini siswa konsisten
berperilaku sesuai dengan suatu nilai meskipun tidak ada pihak lain
yang meminta atau mengharuskan.

4) Mengorganisasikan (organization): menunjukkan saling keterhubungan


antara nilai-nilai tertentu dalam suatu sistem nilai, serta menentukan
nilai mana yang mempunyai prioritas lebih tinggi. Dalam hal ini siswa
menjadi commited terhadap suatu sistem nilai

5) Mengamalkan (characterization): berhubungan dengan


pengorganisasian dan pengintegrasian nilai-nilai ke dalam suatu sistem
nilai pribadi. Hal ini diperlihatkan melalui prilaku yang konsisten
dengan nilai tersebut. Pada tingkat ini siswa telah mengintegrasikan
nilai-nilai ke dalam suatu filsafat hidup yang lengkap dan meyakinkan,
dan perilaku akan selalu konsisten dengan filsafat hidup tersebut.27

27
Supriyadi, dkk. Ibid., h.
2

4. Pembelajaran Fisika

“Fisika merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku alam dalam


berbagai bentuk gejala untuk dapat memahami apa yang mengendalikan atau
menentukan kelakuan tersebut. Sehingga fisika tidak terlepas dari penguasaan
konsep dan pemahaman.”28

Pembelajaran fisika adalah bagian dari ilmu alam. Menurut Kemble dalam
Sigit Suryono Ilmu alam secara klasikal dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

a. Ilmu-ilmu fisik (physical sciences) yang objeknya zat, energi, dan


transformasi zat dan energi.

b. Ilmu-ilmu biologi (biological sciences) yang objeknya adalah makhluk


hidup dan lingkungannya. 29

Menurut Depdiknas dalam Sigit Suryono, “belajar fisika yang


dikembangkan adalah kemampuan berpikir analitis, induktif dan deduktif dalam
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar, baik secara
kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika, serta dapat
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri.”30

Menurut Abu Hamid dalam Sigit Suryono secara garis besar pembelajaran
fisika adalah sebagai berikut:

a. Proses belajar fisika bersifat untuk menentukan konsep, prinsip, teori, dan
hukum-hukum alam, serta untuk dapat menimbulkan reaksi, atau jawaban
yang dapat dipahami dan diterima secara objektif, jujur dan rasional.

b. Pada hakikatnya mengajar fisika merupakan suatu usaha untuk memilih


strategi mendidik dan mengajar yang sesuai dengan materi yang akan
disampaikan, dan upaya untuk menyediakan kondisi-kondisi dan situasi

28
Sigit Suryono, Hakikat Pembelajaran Fisika, http://ciget.info/?p=291 pada tanggal 12
Februari 2013
29
Ibid.
30
2

belajar fisika yang kondusif, agar murid secara fisik dan psikologis dapat
melakukan proses eksplorasi untuk menemukan konsep, prinsip, teori, dan
hukum-hukum alam serta menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Pada hakikatnya hasil belajar fisika merupakan kesadaran murid untuk


memperoleh konsep dan jaringan konsep fisika melalui eksplorasi dan
eksperimentasi, serta kesadaran murid untuk menerapkan pengetahuannya
untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya sehari-hari.31

B. Dinamika Rotasi dan Keseimbangan Benda Tegar

Kajian gerak dalam fisika terbagi menjadi dua yang dibedakan berdasarkan
penyebab terjadinya gerak atau tidak. Ilmu yang mempelajari tentang gerak tanpa
memperhatikan penyebabnya disebut dengan kinematika, sedangkan ilmu yang
mempelajari gerak dengan melihat penyebabnya disebut dinamika.

Pada gerak linear sebuah benda dapat bergerak karena dipengaruhi oleh
gaya, begitu juga pada gerak rotasi. dapat melakukan gerak karena dipengaruhi
gaya. Namun gerak yang menyebabkan benda bergerak rotasi berbeda dengan
gaya yang menyebabkan benda bergerak secara linear.

Gaya yang menyebabkan benda bergerak rotasi dinamakan torsi atau


momen gaya. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memahami
momen gaya yaitu, sumbu rotasi (poros), lengan gaya, dan garis kerja gaya.32

Sumbu rotasi (poros) merupakan suatu kedudukan yang tidak berubah


saat benda mengalami gerak rotasi. Lengan gaya merupakan jarak yang tegak
lurus dari sumbu rotasi dengan garis kerja gaya. Sedangkan garis kerja gaya
merupakan perpanjangan garis gaya.

31
Ibid.,
32
Abdul Haris Humaidi dan Maksum, Fisika SMA/MA Kelas XI, (Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departeman Pendidikan Nasional, 2009) h. 168
2

d = Lengan garis kerja


gaya
L. sin α

L F
F. sin α

Karena ketiga hal tersebutlah maka momen gaya dapat dirumuskan.


τ=dxF

lengan gaya diperoleh dari penguraian panjang batang terhadap arah gaya
yang membentuk sudut sehingga harus di jadikan tegak lurus, maka:

τ = L Sin α x F
τ = F Sin α x L
τ = momen gaya
d = lengan momen
L = panjang benda
F = gaya

Torsi atau momen gaya termasuk besaran vektor, sehingga dalam


menyelesaikannya perlu diperhatikan arah gerak benda yang diakibatkan oleh
gaya. Sehingga diperlukan perjajian yang mengikat dalam menyelesaikan
permasalahan torsi. Perjanjian tersebut sebagai berikut:
a. Jika benda ketika diberi gaya berputar searah dengan putaran jarum jam,
maka momen gaya diberi tanda positif.
b. Jika benda ketika diberi gaya berputar berlawanan arah jarum jam, maka
momen gaya diberi tanda negatif.

Keseimbangan benda tegar tersusun dari dua frase kata, yaitu keseimbangan
dan benda tegar. Jika besar momen gaya sama besar maka dikatakan dalam
keadaan keseimbang rotasi33, dapat disimpulkan apabila besar gaya yang
mempengaruhi suatu benda memiliki nilai yang sama baik searah sumbu x, sumbu
33
Abdul Haris Humaidi dan Maksum , Ibid.,
2

33
Abdul Haris Humaidi dan Maksum , Ibid.,
2

y, atau rotasinya. Sedangkan benda tegar adalah benda yang bentuknya tidak
berubah ketika diberi gaya luar.34
Bentuk keseimbangan yang dipelajari pada keseimbangan benda tegar ini
adalah bentuk keseimbangan statis yaitu benda tidak melakukan gerak rotasi
maupun gerak translasi atau benda dalam keseimbnagan rotasi dan keseimbangan
translasi.35
Keseimbangan translasi tercapai apabila resultan gaya yang bekerja sama
dengan nol.
ΣF = 0

Sementara keseimbangan rotasi tercapai apabila resultan momen gaya


yang bekerja sama dengan nol.
Στ = 0

Pada keseimbangan benda tegar dipelajari keadaan atau kedudukan suatu


benda yang terbagi menjadi 3 kedudukan, yaitu benda dalam keadaan stabil, labil
dan netral. Benda dikatakan stabil apabila setelah gangguan kecil dihilangkan
benda akan kembali kedudukan semula, sedangkan dalam keadaan labil apabila
setelah gangguan kecil dihilangkan benda tidak kembali pada kedudukan semula,
untuk benda dalam keadaan netral dimana gangguan kecil tidak mempengaruhi
keseimbangan benda.36
Setiap partikel pada benda tegar memiliki berat, resultan gaya berat dari
setiap partikel menghasilkan gaya berat benda, titik tangkap gaya berat benda
inilah disebut titik berat.37 Mempelajari kedudukan atau keadaan benda-benda
tersebut haruslah memahami kedudukan centre of mass (kedudukan pusat massa)
dari suatu benda, dilihat dari bagaimana bentuk benda tersebut. Dalam
mempelajari benda-benda tersebut terbagi menjadi 3 yaitu, benda berbentuk
garis, bidang datar dan 3 dimensi. Pada bidang garis berhubungan dengan panjang

34
Abdul Haris Humaidi dan Maksum , Ibid., h.181
35
Abdul Haris Humaidi dan Maksum , Ibid., h.182
36
Abdul Haris Humaidi dan Maksum , Ibid., h.186-187
37
Abdul Haris Humaidi dan Maksum , Ibid.,
2

benda tersebut, pada benda bidang datar berhubungan dengan luas bidang
tersebut, sedangkan untuk 3 dimensi berhubungan dengan volum benda tersebut.
Aplikasi dari materi ini banyak diterapkan dan juga dipelajari pada bidang seperti
kedokteran, arsitek, otomotif, dan sebagainya.

C. Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian relevan yang menggunakan model pembelajaran ARCS antara


lain, Penelitian yang dilakukan oleh A. A Mas Megawati Pertiwi dengan judul
Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Arcs (Attention, Relevance,
Confidence, Satisfaction) Berbantuan Media Interaktif Berbasis Animasi Kartun
Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI Pada Mata
Pelajaran TIK SMA N 3 Singaraja Tahun Ajaran 2011/2012. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh peerap model ARCS untuk
meigkatka hasil belajar siswa,meningkatkan motivasi siswa, meningkatkan respon
siswa. Metodelogi yang digunakan dengan menggunakan quasi eksperimen
dengan rancangan penelitian Posttest-Only Control Group Design. Hasil
penelitian yang diperoleh menujukan bahwa hasil belar siswa menigkat38.
Penelitian yang dilakukan oleh Hung-Chang Liao dan Ya-huei Wang dengan
judul Applying The ARCS Motivation Model In Technological And Vocational
Education. Hasil penelitian menyebutkan bahwa dengan pembelajaran motivasi
ARCS, pengajar dapat segera menemukan masalah belajar siswa dan merubah
strategi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan belajar siswa sehingga lebih
mudah mengarahkan motivasi siswa. Dengan adanya peningkatan motivasi siswa
maka hasil belajar siswapun akan meningkat.39

38
A. A Mas Megawati Pertiwi, “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Arcs (Attention,
Relevance, Confidence, Satisfaction) Berbantuan Media Interaktif Berbasis Animasi Kartun Untuk
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI Pada Mata Pelajaran TIK SMA N 3
Singaraja Tahun Ajaran 2011/2012”. Universitas Pendidikan Ganesha Volume 1, Nomor 2, Juni
2012 ISSN 2252-9063
39
Hung-Chang Liao dan Ya-huei Wang. Applying The ARCS Motivation Model In
Technological And Vocational Education (Chung-Shan Medical University: 2008). Diambil dari
Contemporary Issues In Education Research. Vol 1. No.2.
2

Penelitian yang dilakukan oleh Mei-Mei Chang dan James D. Lehman, dengan
judul penelitiannya Learning Foreign Language through an Interactive Multimedia
Program: An Experimental Study on the Effects of the Relevance Component of
the ARCS Models. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah, bahwa guru harus dapat
merealisasikan setiap teknik di kelas, sehingga menjadi sebuah strategi yang
efektif untuk mengembangkan kemampuan pendagogik siswa dalam belajar
bahasa.40

Penelitian yang dilakukan oleh Supakit Wongwiwatthananukit dan Nicholas


G. Popovich, dengan judul penelitiannya Applying the ARCS model of
motivational Design to Apharmaceutical Education. Hasil penelitian mereka
menyimpulkan bahwa model ARCS membantu siswa farmasi untuk memahami
pentingnya pelajaran atau instruksi. Model pembelajaran yang memotivasi harus
dimiliki oleh setiap pendidik, karena dapat meningkatkan semangat belajar siswa
dan meningkatkan prestasi serta keterampilannya.41

Penelitian yang dilakukan oleh Sang H song dan John M. Keller dengan judul
penelitiannya, Effectiveness of Motivationally Adaptive Computer-Assisted
Instruction on the Dynamic Aspects of Motivation. Hasil penelitiannya
menjelaskan, walaupun terdapat keterbatasan dalam bentuk dasar pengembangan
pelajaran, diperoleh hasil bahwa desain motivasi ARCS dapat menyesuaikan
dengan pembelajaran seperti CAI. Begitu juga cara belajar yang ditampilkan oleh
model ARCS dapat diterapkan secara efektif untuk model motivasi CAI tersebut.
Dengan kata lain penelitian menggunakan model ARCS dapat dipastikan canggih
dan efektif penerapannya dalam menyesuaikan dengan desain motivasi yang
lain.42

40
Mei-Mei Chang and James D. Lehman. Learning Foreign Language through an Interactive
Multimedia Program: An Experimental Study on the Effects of the Relevance Component of the
ARCS Models. (Calico Journal: 2002). Diambil dari Calico Journal 20 (1) Volume 20 Number 1p-
p.
41
Supakit Wongwiwatthananukit dan Nicholas G. Popovich, Applying the ARCS model of
motivational Design to Apharmaceutical Education, American Journal of Pharmaceutical
Education Vol. 64, Summer 2000.
42
Sang H song dan John M. Keller. Effectiveness of Motivationally Adaptive Computer-
Assisted Instruction on the Dynamic Aspects of Moitivation. ETR&D, Vol. 49, No.2.2001, ISSN
1042-1629.
3

Penelitian yang dilakukan oleh Yuhsun edward shih dan Dennis mills dengan
judul penelitiannya, Setting the New Standard with Mobile Computing in Online
Learning. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa model pembelajaran Shih’s
Mobile adalah model yang bersandarkan kepada model ARCS. Langkah-langkah
yang dilakukan yaitu, attention (pesan multimedia), relevance (pencarian web dan
rekan-rekan diskusi), confidence (rekan-rekan diskusi dan bercerita dalam digital)
satisfaction (Simulasi permainan). Hasil penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa
model pembelajaran Shih’s Mobile membantu memotivasi dan melibatkan peserta
didik untuk aktif online secara terbimbing.43

Penelitian yang dilakukan oleh Charles B. Hodges dengan judul


penelitiannya, Designing to Motivate: Motivational Techniques to Incorporate in
E-Learning Experiences. Hasil penelitian yang diperoleh menyimpulkan bahwa,
di dalam merancang pembelajaran harus berdasarkan kepada pengalaman. Salah
satu yang harus dipertimbangkan dalam merancang pembelajaran tersebut adalah,
usaha seperti apa yang harus digunakan untuk meningkatkan kemajuan pada diri
siswa. Pengalaman e-learning harus dirancang dengan pengalaman yang relevan
dan nyata dalam pembelajaran. Temuan dalam penelitian menunjukkan bahwa
model ARCS adalah suatu model yang dapat merancang bahan-bahan pengajaran
yang memotivasi dalam penerapannya. Faktor yang telah mempengaruhi motivasi
untuk belajar sebelumnya, bersama dengan faktor-faktor yang baru harus saling
membangun dengan sifat dasar e-learning yang masih berkaitan. Dalam hal media
yang digunakanpun harus tepat untuk perbaikan peningkatan belajar siswa.44

Penelitian yang dilakukan oleh Yi-Chia Cheng dan Hsin-Te Yeh dengan judul
penelitiannya, From Concepts Of Motivation To Its Application In Instructional
Design: Reconsidering Motivation From An Instructional Design Perspective.
Dalam penelitian ini Keller dan Kopp berpendapat bahwa model ARCS bukan

43
Yuhsun Edward Shih dan Dennis Mills. Setting the New Standard with Mobile Computing
in Online Learning. (USA: Capella University. 2007). Diambil dari International Review of
Research in Open and Distance Learning Vol. 8, No. 2. ISSN: 1492-3831
44
Charles B. Hodges. Designing to Motivate: Motivational Techniques to Incorporate in E-
Learning Experiences. (Virginia Tech: 2004). Diambil dari The Journal of Interactive Online
Learning Volume 2. Number 3. ISSN: 1541-4914
3

termasuk kedalam model instructional design, tetapi dapat diterapkan secara


bersamaan dengan model instructional design. Penelitian ini meyakinkan bahwa
materi bahan ajar dengan konsep motivasi dapat membantu meningkatkan
kemampuan psikomotorik dan pengetahuan belajar siswa.45

Penelitian yang dilakukan oleh John M. Keller dengan judul, First Principles
Of Motivation To Learn And E3-Learning, hasil penelitian ini menunjukan
terdapatnya pengaruh yang positif terhadap rasa percaya diri dan prestasi siswa.
Hasil penelitian ini juga menunjukan terdapat peningkatan hasil belajar pada kelas
eksperimen.46

Penelitian yang dilakukan oleh Jale Balaban-Ssali dengan judul


penelitiannya, Designing Motivational Learning Systems In Distance Education.
Di dalam penelitian ini diperoleh bahwa penggunaan model ARCS dapat
meningkatkan kemampuan guru untuk mengefektifkan dan mengefisienkan dalam
mendorong motivasi siswa. Model ARCS juga mampu menjawab pertanyaan
dengan cara-cara memotivasi yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang
bertujuan meningkatkan motif belajar siswa. Pada program pembelajaran jarak
jauh kedua elemen yaitu pengajar dan motivasi yang diterapkan secara bersamaan
mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran jarak jauh.47

Penelitian yang dilakukan oleh Hermann Astleitner dan Manuela Ihufnagl


dengan judul penelitiannya, The Effects of Situation-Outcome-Expectancies and of
ARCS-Strategies on Self-Regulated Learning with Web-Lectures. Penelitian ini
Secara keseluruhan memberikan hasil bahwa ARCS termasuk dalam weblectures
yang dapat meningkatkan motivasi yang lebih tinggi, dapat memperkiraan sukses
yang lebih tinggi, dan pemerolehan pengetahuan yang lebih baik, akan tetapi

45
Yi-Chia Cheng dan Hsin-Te Yeh. From concepts of motivation to its application in
instructional design: Reconsidering motivation from an instructional design perspective. (USA:
Blackwell Publishing, 2009). Diambil dari British Journal of Educational Technology Vol 40 No
4. doi:10.1111/j.1467-8535.2008.00857.x
46
John M. Keller. First principles of motivation to learn and e3-learning.(USA. Routledge:
2008). Diambil dari Distance Education. Vol. 29, No. 2, August 2008, 175–185
47
Jale BALABAN-SALI. Designing Motivational Learning Systems In Distance Education.
(Turkey. Anadolu university: 2008). Diambil dari Turkish Online Journal of Distance Education-
TOJDE July 2008 ISSN 1302-6488 Volume: 9 Number: 3 Article 13
3

hanya untuk siswa dengan nilai SOE rendah. Siswa dengan SOE tinggi model
ARCS ini tidak perlu dilaksanakan karena keyakinan berhasil, dan motivasi untuk
sukses yang mereka peroleh sudah tinggi.48

D. Kerangka Pikir

Belajar adalah aktivitas dalam interaksi dengan lingkungannya untuk


menghasilkan suatu perubahan yang relatif menetap dan timbul kecakapan pada
diri individu. Belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor
motivasi siswa terhadap pelajaran. Motivasi ada yang berasal dari dalam individu
yaitu lingkungan. Lingkungan dapat mempengaruhi motivasi dan sikap seseorang
dalam mencapai tujuannya. Oleh karena itu, dalam belajar pendidik harus mampu
menciptakan lingkungan belajar yang dapat membangkitkan daya tarik siswa
terhadap pelajaran yang ingin disampaikan.

Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan belajar yang tidak


menimbulkan kebosanan siswa atau peserta didik, kebosanan itu dapat timbul
karana faktor-faktor seperti, cara penyampaian dari seorang guru menggunakan
bahasa yang tidak jelas sehingga tidak dimengerti oleh peserta didik dalam
menerima materi pelajaran. Guru tidak menguasai konsep yang disampaikan
sehingga dalam penyampaiaanya terkesan bimbang dan ragu-ragu yang
menyebabkan siswa merasa enggan untuk memperhatikan. Guru-guru masih
menggunakan pola mengajar yang tradisional yaitu, hanya mengajar dengan
menggunakan model ceramah dan bersifat satu arah (guru berbicara, murid hanya
mendengar).

Tidak hanya dari faktor guru tetapi dari faktor konsep pelajaran yang
dipelajari membutuhkan analisa yang cukup tinggi, keterkaitan konsep satu
dengan yang lain sehingga memberikan kesan bahwa konsep tersebut terasa sulit,
salah satu contoh pelajaran fisika pada konsep dinamika rotasi dan keseimbangan
benda tegar yang berhubungan dengan kinematika gerak, gerak melingkar, dan

48
Hermann Astleitner dan Manuela Ihufnagl. The Effects of Situation-Outcome-Expectancies
and of ARCS-Strategies on Self-Regulated Learning with Web-Lectures. (Austria. University of
Salzburg: 2003. Diambil dari JA. of Educational Multimedia and Hypermedia (2003) 12(4), 361-
376
3

dinamika gerak. Akibatnya siswa kesulitan dalam menerima penyampaian


informasi atau pelajaran yang nantinya akan berdampak pada perolehan hasil
belajar.

Untuk menanggulangi masalah tersebut maka salah satu caranya adalah


dengan menggunakan model ARCS. Dengan menggunakan model pembelajaran
ini di harapkan hasil belajar siswa memiliki perubahan yang positif karena di
dalam model pembelajaran ini siswa diberi perlakuan yang sangat diperhatikan.
Sehingga diduga bahwa ada pengaruh penggunaan model pembelajaran ARCS
terhadap hasil belajar fisika siswa.

E. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan hasil kesimpulan yang diperoleh dari


penelitian relevan terhadap penggunaan model ARCS, maka peneliti mengambil
hipotesis, yaitu terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran ARCS
(attention, relevance, confidence, satisfaction) terhadap hasil belajar fisika siswa
pada konsep dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di SMAN 86 Jakarta pada kelas XI IPA 1 dan XI
IPA 2 semester genap tahun ajaran 2011/2012. Penelitian dilakukan pada bulan
Februari – Maret 2012.

B. Metode Penelitian
Metode penelitian dilakukan dengan menggunakan quasi experiment
(eksperimen semu) yaitu penelitian yang tidak dapat memberikan kontrol penuh.
Penggunaan metode ini dilakukan dengan membagi dua kelompok yaitu,
kelompok eksperimen dan kontrol. Dalam metode ini kelompok kontrol tidak
dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.

C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Kontrol Group
Design, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dipilih secara
random1. Desain penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Group Pretest Treatment Posttest
Experimen O1 X1 O2
Kontrol O1 X0 O2

Keterangan:
X1 = Pembelajaran yang menggunakan model ARCS
X0 = Pembelajaran yang menggunakan model
konvensional O1 = Hasil tes instrumen sebelum diberi
perlakuan
O2 = Hasil tes setelah diberikan perlakuan

1
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2011), h.116

33
3

D. Populasi dan Sampel


Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dalam penelitian ini populasi
terbagi menjadi dua yaitu, populasi target dan populasi terjangkau. Populasi target
dalam penelitian ini adalah siswa SMAN 86 Jakarta, sedangkan populasi
terjangkau yaitu seluruh siswa kelas XI yang terdaftar di sekolah tersebut pada
semester genap tahun ajaran 2011/2012.
Sampel berasal dari populasi terjangkau yang diambil dari dua kelas yaitu,
siswa kelas XI SMAN 86 Jakarta yang akan dijadikan kelas eksperimen kelas XI
IPA 1 dan kontrol kelas XI IPA 2. Pengambilan sampel dilakukan secara
Purposive Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu2.
Penentuan jumlah sampel dari populasi bersandarkan pada tabel yang
dikembangkan Isaac dan Michael dengan taraf kesalahan 5% dari jumlah siswa
dirinci seperti pada tabel 3.2 di bawah ini.3
Tabel 3.2. Perincian Populasi dan Sampel
No Kelas Jumlah Siswa Sampel
1 XI IPA 1 39 36
2 XI IPA 2 38 36

E. Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu:
1. Variabel independen (bebas) adalah model pembelajaran, yaitu pembelajaran
ARCS. Variabel ini disimbolkan dengan huruf X.
2. Variabel dependen (terikat) adalah hasil belajar fisika siswa. Variabel ini
disimbolkan dengan huruf Y.

F. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
instrumen penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
hasil belajar fisika siswa yaitu tes objektif. Tes hasil belajar yaitu tes yang
2
Ibid h.300
3
Ibid h. 126-128
3

digunakan untuk mengukur sejauh mana siswa menguasai dan memahami materi
yang telah diberikan.
Tes hasil belajar yang akan diberikan kepada siswa merupakan tes objektif
berupa tes tertulis, yaitu tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) yang berbentuk
soal pilihan ganda yang terdiri atas 20 soal dengan 5 pilihan (A, B, C, D, dan E).
Sebelum tes ini diberikan kepada siswa, diujicobakan terlebih dahulu untuk
mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda dan taraf kesukarannya.

G. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Tes adalah alat atau
prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam
suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah di tentukan. Tes yang
digunakan adalah tes objektif berupa soal pilihan ganda pada konsep dinamika
rotasi dan keseimbangan benda yang terdiri dari 5 option. Sebelum tes ini
diberikan, terlebih dahulu diuji cobakan untuk diketahui validitas, reliabilitas,
daya pembeda, dan taraf kesukaran tiap butir soal. Bentuk penilaiannya adalah
dengan memberikan nilai 1 pada tiap butir soal yang di jawab benar dan nilai 0
pada tiap butir soal yang di jawab salah. Kisi-kisi instrumen tes dapat dilihat pada
tabel 3.2. berikut ini:
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Aspek yang diukur


Kompetensi Dasar Indikator Jumlah
C1 C2 C3 C4
Memformulasikan - Memformulasikan
hubungan antara pengaruh torsi pada
konsep torsi, sebuah benda dalam
1 2 2
momentum sudut, kaitannya dengan
dan momen inersia, gerak rotasi benda
berdasarkan hukum tersebut
II Newton serta - Mengungkap antara
penerapannya dalam momen gaya
11 12 13 3
masalah benda tegar dengan momen
inersia
- Mengungkap
analogi hukum II 25 28 2
newton tentang
3

Aspek yang diukur


Kompetensi Dasar Indikator Jumlah
C1 C2 C3 C4
gerak translasi dan
gerak rotasi:
- Menggunakan
konsep momen
inersia untuk 6 8 9 3
berbagai bentuk
benda tegar:
- Memformulasikan
hukum kekekalan
16 17 20 3
momentum sudut
pada gerak rotasi:
- Menganalisis
hubungan antara
momen inersia
21 22 23 24 4
dengan energi
kinetik pada gerak
rotasi:
- Memahami konsep
titik berat dan
keseimbangan 29 32 31 3
benda tegar dalam
persoalan fisika
Jumlah 3 7 5 5 20
Keterangan : C1 (pengetahuan); C2 (pemahaman); C3 (aplikasi); C4 (analisis).

H. Kalibrasi Instrumen
Sebelum instrumen diberikan kepada sampel, instrumen terlebih dahulu dikalibrasi. Kalibrasi instru
1. Pengujian Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kesahihan

suatu instrumen. Sebuah instrumen tes dikatakan valid apabila instrumen tes
tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur4. Cara yang digunakan

4
Suharsimi Arikunto. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996),
3

untuk menentukan validitas adalah dengan menggunakan indeks korelasi


biserial. Korelasi biserial ditentukan dengan persamaan:5

Mp  Mt p
rbis  xq
SD

Keterangan:
rbis = Koefisien korelasi biserial
Mp = Mean pada tes dari peserta tes yang memilki jawaban
benar Mt = Mean total
St = Simpangan baku skor total
p = Proporsi peserta tes yang jawabannya benar pada soal
q = selisih bilangan 1 dengan p

Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka hasil perhitungan
rbis dibandingkan dengan rtabel. Jika hasil perhitungan rbis ≥ rtabel, maka soal
tersebut valid. Jika hasil perhitungan rbis < rtabel, maka soal tersebut dinyatakan
tidak valid.
Berdasarkan penjelasan di atas, hasil uji validitas instrumen tes pada
penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah:
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen
Statistik Item Soal
Jumlah Soal 35
Jumlah Siswa 22
Nomor Soal Valid 1,2,6,8,9,11,12,13,16,17,20,21,22,23,24
,25,28,29,31,32
Jumlah Soal Valid 20
Presentase soal valid (%) 57,14%

2. Pengujian Reliabilitas
Untuk memperoleh data yang dipercaya, instrumen penelitian yang
digunakan harus reliabel atau dapat dipercaya. Suatu tes dapat dikatakan
mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan

5
Ibid., h.
3

hasil yang tetap.6 Reliabilitas tes pada penelitian ini menggunakan rumus KR-
20 sebagai berikut:7

𝑘 𝑆𝐵2 − ∑ 𝑝𝑞
𝑟 =( )( )
i 𝑘−1 𝑆𝐵2
Keterangan:
rii = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir soal yang valid
SB2 = Standar deviasi dari tes (akar varians)
p = proporsi subjek yang menjawab soal dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab soal dengan salah
∑pq = jumlah hasil perkalian p dan q

Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas instrumen tes fisika, maka akan


diperoleh informasi hasil uji reliabilitas instrumen tes sebesar 0,83,
sedangkan nilai rtabel dengan n = 22 taraf kesalahan 5% diperoleh 0,423.
Karena nilai r11 > rtabel (0,83 > 0,423), dapat disimpulkan intrumen tes reliabel
dan dapat dipergunakan untuk penelitian.

3. Daya Pembeda
Daya pembeda digunakan untuk mengetahui kemampuan butir soal
dalam membedakan kelompok siswa antara kelompok siswa yang memiliki
kemampuan tinggi dengan kelompok siswa yang memiliki kemampuan
rendah.8
Untuk mengetahui daya beda soal digunakan rumus sebagai berikut9:

D  P  P  BA BB
A B 
JA JB
Keterangan:
D = indeks daya pembeda
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab
benar

6
Ibid., h. 83
7
Ibid., h. 98
8
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet.9
9
Ibid., h.
3

h. 211

9
Ibid., h.
4

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar


PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab
benar

Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Pembeda10


No Klasifikasi Daya Pembeda Keterangan
1. D < 0,00 sangat jelek
2. 0,00 ≤ D < 0,20 Jelek
3. 0,20 ≤ D < 0,40 Cukup
4. 0,40 ≤ D < 0,69 Baik
5. 0,70 ≤ D < 1,00 baik sekali

Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda uji coba instrumen tes hasil belajar fisika, akan dip
Tabel 3.6 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen

Item Soal
Kriteria Soal Jumlah Soal Presentase (%)
Sangat jelek 2 5,71%
Jelek (poor) 15 42,86%
Cukup (satisfactory) 13 37,14%
Baik (good) 5 14,29%
Baik Sekali (excellent) 0 0%
Jumlah 35 100%

4. Taraf Kesukaran
Taraf kesukaran adalah ukuran dengan menggunakan suatu bilangan yang menunjukan sukar

instrumen penelitian dihitung dengan menghitung indeks besarannya dengan


rumus:

B
P
Js

10
Ibid., h. 218
40 Ibid., h.
4

Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = jumlah siswa yang menjawab soal tersebut dengan benar
Js = jumlah total peserta didik

Tabel 3.7 Klasifikasi Taraf Kesukaran Instrumen12


No Klasifikasi Taraf Kesukaran Keterangan
1. 0,00 ≤ P < 0,29 Sukar
2. 0,30 ≤ P < 0,69 Sedang
3. 0,70 ≤ P < 1,00 Mudah
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kesukaran instrumen tes fisika,
akan diperoleh informasi klasifikasi soal sukar, soal sedang, dan soal mudah
pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.8 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen


Kriteria Soal Jumlah Soal Item Soal Presentase
Mudah 6 17,14%
Sedang 20 57,14%
Sukar 9 25,72%
Jumlah 35 100%

I. Teknik Analisis Data


Sebelum dilakukan analisis data, data akan terlebih dahulu dilakukan
pengujian prasyarat, yaitu:
1. Uji normalitas
Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel
yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan
adalah uji normalitas Lilliefors. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Hipotesis
H0 = data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 = data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
2) Susun frekuensi dari data berurutan dari nilai terkecil sampai terbesar.
3) Konversikan frekuensi itu ke dalam ukuran probabilitas yaitu ke dalam
fungsi distribusi frekuensi kumulatif {S(Zi)}

41 Ibid.,
4

4) Hitung nilai Zi atau Zhit dari masing-masing data dengan rumus:


x x
i
Z i
S

Keterangan:
xi = skor data tunggal
x = rata-rata data tunggal
S = simpangan baku data tunggal
5) Dengan mengacu pada tabel distribusi normal baku, tentukan besar
peluang untuk masing-masing nilai Z berdasarkan tabel Z ditulis dengan
F(Zi) yang mempunyai rumus: F(Zi) = 0,5  Zi
6) Hitung selisih absolut F(Z i ) dan S(Z i ) pada masing-masing data
antara

7) Tentukan kriteria pengujian:


Jika Lhitung (Lo) < Ltabel, maka H0 diterima, yang berarti data sampel berasal
dari populasi berdistribusi normal
Jika Lhitung (Lo) > Ltabel, maka H0 ditolak, yang berarti data sampel berasal
dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara dua keadaan
atau populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher. Langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:

1) Menentukan Hipotesis
H0 : Variansi populasi homogen
H1 : Variansi populasi tidak homogen
2) Bagi data menjadi dua kelompok
3) Cari masing-masing kelompok nilai simpangan
bakunya Tentukan Fhitung dengan rumus13:

2
S1
hitung
F  2
S2

4) Tentukan kriteria pengujian:


13
Nana Sudjana, Metode Statistik, (Bandung: Tarsito, 1984), h.
4

Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima, yang berarti variansi populasi kedua
variabel homogen.
Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak, yang berarti variansi populasi kedua
variabel tidak homogen.
3. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji prasyarat dan bila data homogen serta berdistribusi
normal. Kemudian dilakukan pengujian hipotesis, data akan dianalisis dengan
menggunakan Uji”t”, dengan rumus sebagai berikut:

X  X 2
t 1

11
S 
n 1n 2

dimana:
( n  1) S 2
 ( n  1) S 2

2 1 1 2 2
S 
n  n  2
1 2

Keterangan :
X = rata-rata data kelompok eksperimen
1

X = rata-rata data kelompok kontrol


2

n1 = banyaknya data kelompok


eksperimen n2 = banyaknya data
kelompok kontrol
S1 = Simpangan baku hasil belajar kelompok
eksperimen S2 = Simpangan baku hasil belajar
kelompok kontrol
t = hasil hitung distribusi
t S2 = nilai deviasi gabungan

Hasil perhitungan thitung dibanding dengan ttabel pada taraf signifikansi 0,05,
dengan kriteria:
Ho ditolak apabila thitung > ttabel, dan Ha diterima.
Ho diterima apabila thitung < ttabel, dan Ha ditolak
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, perbandingan frekuensi nilai
pretes siswa pada kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol dapat dilihat
dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.1 Perbandingan Frekuensi Nilai Pretes Siswa Pada


Kelas Eksperimen dan Siswa Pada Kelas Kontrol
Frekuensi Nilai Siswa
No Interval Nilai Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1. 20 – 26 4 5
2. 27 – 33 4 8
3. 34 – 40 16 12
4. 41 – 47 9 4
5. 48 – 54 1 4
6. 55 – 61 2 3
Jumlah (Σ) 36 36

Dari tabel di atas, pada kelas eksperimen terdapat 11,1% (4 orang) siswa
memperoleh nilai dalam rentang 20 –26, 11,1% (4 orang) siswa memperoleh
nilai dalam rentang 27 –33, 44,4% (16 orang) siswa memperoleh nilai dalam
rentang 34 –40, 25% ( 9 orang) siswa memperoleh nilai dalam rentang 41 –
47, 2,78% (1 orang) siswa memperoleh nilai dalam rentang 48–54, dan 5,56%
(2 orang) siswa memperoleh nilai dalam rentang 55 –61. Pada kelas kontrol
terdapat 13,89% (5 orang) siswa memperoleh nilai dalam rentang 20–26,
22,22% (8 orang) siswa memperoleh nilai dalam rentang 27–33, 33,33% (12
orang) siswa memperoleh nilai dalam rentang 34–40, 11,11% (4 orang) siswa
memperoleh nilai dalam rentang 41–47, 11,11% (4 orang) siswa memperoleh
nilai dalam rentang 48–54, dan 8,33% (3 orang) siswa memperoleh nilai
dalam rentang 55–61.

43
4

Berikut adalah tabel data statistik nilai pretes siswa pada kelas eksperimen
dan siswa pada kelas kontrol:

Tabel 4.2 Perbandingan Data Statistik Nilai Pretes Siswa Pada Kelas
Eksperimen dan Siswa Pada Kelas Kontrol
Nilai Pretes Siswa
No Data Statistik
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1. Nilai Maksimum 55 60
2. Nilai Minimum 20 20
3. Mean 38,33 37,78
4. Median 37,25 34,5
5. Modus 37,5 46,17
6. Standar Deviasi 8,194 10,59
7. Varians 67,142 112,148

Dari tabel di atas, pada kelas eksperimen diperoleh nilai maksimum adalah
55,00, nilai minimum adalah 20,00, nilai mean data adalah 38,33, nilai
median data adalah 37,25, nilai modus data adalah 37,5, nilai standar deviasi
adalah 8,194, dan nilai varians adalah 67,142. Pada kelas kontrol diperoleh
nilai maksimum adalah 60,00, nilai minimum adalah 20,00, nilai mean data
adalah 37,78, nilai median data adalah 34,5, nilai modus data adalah 46,17,
nilai standar deviasi adalah 10,59, dan nilai varians adalah 112,148.

2. Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, perbandingan frekuensi nilai
postes siswa pada kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol dapat dilihat
dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.3 Perbandingan Frekuensi Nilai Postes Siswa Pada


Kelas Eksperimen dan Siswa Pada Kelas Kontrol
Frekuensi Nilai Siswa
No Interval Nilai
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1. 45 – 52 2 6
2. 53 – 60 5 6
4

3. 61 – 68 5 5
4. 69 – 76 14 14
5. 77 – 84 6 3
6. 85 – 92 4 2
Jumlah (Σ) 36 36

Dari tabel di atas, pada kelas eksperimen terdapat 5,6% (2 orang) siswa
memperoleh nilai dalam rentang 45 –52, 13,9% (5 orang) siswa memperoleh
nilai dalam rentang 53 –60, 13,9% (5 orang) siswa memperoleh nilai dalam
rentang 61 – 68, 38,9% (14 orang) siswa memperoleh nilai dalam rentang 69
–76, 16,7% (6 orang) siswa memperoleh nilai dalam rentang 77– 84, dan
11,1% (4 orang) siswa memperoleh nilai dalam rentang 84 –92. Pada kelas
kontrol terdapat 16,7% (6 orang) siswa memperoleh nilai dalam rentang 45 –
52, 16,7% (6 orang) siswa memperoleh nilai dalam rentang 53– 60, 13,7% (5
orang) siswa memperoleh nilai dalam rentang 61– 68, 38,9% (14 orang) siswa
memperoleh nilai dalam rentang 69 – 76, 8,3% (3 orang) siswa memperoleh
nilai dalam rentang 77–84, dan 5,6% (2 orang) siswa memperoleh nilai dalam
rentang 60–67.
Berikut adalah tabel data statistik nilai postes siswa pada kelas eksperimen
dan siswa pada kelas kontrol:
Tabel 4.4 Perbandingan Data Statistik Nilai Postes Siswa Pada
Kelas Eksperimen dan Siswa Pada Kelas Kontrol
Nilai Postes Siswa
No Data Statistik
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1. Nilai Maksimum 85 85
2. Nilai Minimum 50 45
3. Mean 70,70 65,97
4. Median 69 69
5. Modus 67,5 71,65
6. Standar Deviasi 9,94 11,45
7. Varians 98,79 131,17
4

Dari tabel di atas, pada kelas eksperimen diperoleh nilai maksimum


adalah 85,00, nilai minimum adalah 50,00, nilai mean data adalah 70,70 , nilai
median data adalah 69 , nilai modus data adalah 67,5, nilai standar deviasi
adalah 9,94 , dan nilai varians adalah 98,79. Pada kelas kontrol diperoleh nilai
maksimum adalah 85,00, nilai minimum adalah 45,00, nilai mean data adalah
65,97, nilai median data adalah 69, nilai modus data adalah 71,65, nilai standar
deviasi adalah 11,45, dan nilai varians adalah 131,17.

3. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis Data Tes


Setelah dilakukan analisis data, data akan terlebih dahulu dilakukan
pengujian prasyarat, yaitu:

a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan kepada dua kelas, yaitu kelas ekperimen dan
kelas kontrol. Masing-masing kelas dilakukan uji normalitas untuk pretes dan
postes. Dalam hal ini uji normalitas yang digunakan adalah Lilliefors.
Keputusan diambil berdasarkan ketentuan pengujian normalitas, yaitu: jika
Lhitung < Ltabel, maka data terdistribusi normal dan sebaliknya, jika Lhitung > Ltabel,
maka data terdistribusi tidak normal.
Berikut adalah tabel perbandingan hasil perhitungan uji normalitas pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol:

Tabel 4.5 Perbandingan Hasil Perhitungan Uji Normalitas Pada


Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
No Statistik Data
Pretes Postes Pretes Postes
1. Jumlah Sampel 36 36 36 36
2. Lhitung 0,1257 0,0819 0,1253 0,0847
3. Ltabel 0,1443 0,1443 0,1443 0,1443
4. Kesimpulan Normal Normal Normal Normal

Dari tabel di atas, pada kelas eksperimen, Lhitung nilai pretes siswa
adalah 0,1257 dan Lhitung nilai postes siswa adalah 0,0819. Ltabel nilai pretes dan
postes siswa adalah 0,1443. Karena Lhitung < Ltabel, maka dapat
4

disimpulkan bahwa data nilai pretes terdistribusi normal. Hasil postes pada
kelas eksperimen menunjukan Lhitung< Ltabel , maka dapat disimpulkan bahwa
nilai postes terdistribusi normal. Pada kelas kontrol, Lhitung nilai pretes siswa
adalah 0,1253 dan Lhitung nilai postes siswa adalah 0,0847. Ltabel nilai pretes dan
postes siswa adalah 0,1443. Karena Lhitung < Ltabel, maka dapat disimpulkan
bahwa data nilai pretes terdistribusi normal. Hasil postes pada kelas
eksperimen menujukan Lhitung < Ltabel maka dapat disimpulkan bahwa data nilai
postes terdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan pada nilai pretes dan nilai postes pada
masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dalam hal ini uji
homogenitas yang digunakan adalah Uji F. Keputusan diambil berdasarkan
ketentuan pengujian homogenitas, yaitu jika Fhitung < Ftabel, maka nilai pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen . Sebaliknya, jika Fhitung
> Ftabel, maka nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah tidak
homogen.
Berikut adalah tabel perbandingan hasil perhitungan uji homogenitas
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol:

Tabel 4.6 Perbandingan Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Pada


Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Nilai Sampel
No Data Statistik
Pretes Postes
2
1. S eksperimen 67,142 98,79
2
2. S kontrol 112,148 131,17
3. Fhitung 0,598 0,753
4. Ftabel 1,78 1,78
5. Kesimpulan Homogen Homogen

Dari tabel di atas, Fhitung nilai pretes siswa pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol adalah 0,598. Karena Fhitung < Ftabel, maka dapat disimpulkan
bahwa data nilai pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah
4

homogen. Fhitung nilai postes siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
adalah 0,753. Karena Fhitung < Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa data nilai
postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen.

c. Uji Hipotesis
Uji hipotesis diujikan pada nilai pretes dan nilai postes pada masing-
masing kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dalam hal ini uji hipotesis yang
digunakan adalah uji t. Keputusan diambil berdasarkan ketentuan pengujian
hipotesis, yaitu jika thitung < ttabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak, dan jika
thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Berikut adalah tabel perbandingan hasil uji analisis data nilai pretes dan
nilai postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol:

Tabel 4.7 Hasil Uji Analisis Data Nilai Postes Pada Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
Hasil Postes Siswa
No. Statistik Data
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1. Sampel 36 36
2. Mean 70,70 65,97
3. thitung 1,87
4. ttabel 1,66
5. Kesimpulan Berbeda

Dari tabel di atas, nilai thitung untuk hasil pretes siswa pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol adalah 0,104, karena nilai t hitung < ttabel, maka H0
diterima dan Ha ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda. Nilai thitung untuk
hasil postes siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 1,87,
karena nilai thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Jadi dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan setelah diberikan
pembelajaran dengan menggunakan metode pengajaran yang berbeda antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Rata-rata hasil belajar kelas eksperimen
lebih besar dibandingkan hasil belajar kelas kontrol, artinya model
4

pembelajaran ARCS berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar


siswa pada kelas eksperimen.

B. Pembahasan
Dari hasil uji hipotesis pada kelas eksperimen diperoleh thitung sebesar
1,87 dan ttabel sebesar 1,66 karena thitung > ttabel ( > ), artinya Ha diterima dan Ho
ditolak. Uji hipotesis ini menggunakan taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran ARCS (Atantion,
Relevance, Confidence, Satisfaction) dalam proses pembelajaran memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa. Hasil ini didukung
dari hasil postes, untuk kelas eksperimen diperoleh rata-rata sebesar 70,70,
sedangkan kelas kontrol memperoleh rata-rata sebesar 65,97.
Adanya pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa
membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran ARCS pada kelas
eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan kelas
kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvesional. Model
pembelajaran ARCS dapat membuat siswa tertarik untuk mempelajari fisika,
mereka juga mengetahui kegunaan fisika dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
membuat mereka lebih percaya diri untuk dapat bersaing di dalam kelas dengan
hasil belajar yang dapat mereka banggakan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Hung Chang Liao dan Ya Huei Wang, yang menyatakan bahwa penerapan model
motivasi ARCS untuk desain instruksional dapat membawa efek positif pada
kepuasan siswa selama mengikuti pelajaran, baik dari segi instruksi, metode yang
digunakan, kualitas guru yang mengajar, iklim kelas, penilaian yang diperoleh,
dan kepuasan secara keseluruhan1.
Pembelajaran ARCS, dapat meningkatkan pemahaman konsep karena
materi yang disampaikan tidak terlalu banyak, sehingga siswa menjadi lebih
mudah mengingat dan memahami materi. Model ARCS juga dapat meningkatkan

1
Hung-Chang Liao dan Ya-huei Wang. Applying The ARCS Motivation Model In
Technological And Vocational Education (Chung-Shan Medical University: 2008). Diambil dari
Contemporary Issues In Education Research. Vol 1. No.2. hal.53
5

hubungan sosial dan keakraban antar siswa dalam kelompok di saat


menyelesaikan suatu permasalahan yang membutuhkan daya analisa dari tiap-tiap
siswa dalam kelompok.
Dalam pembelajaran ARCS siswa dapat mencoba permainan-permainan
sederhana yang berkaitan dengan materi fisika yang diajarkan, sehingga mereka
dapat mengetahui kegunaan materi yang mereka pelajari dalam kehidupan sehari-
hari. Hal ini senada dengan hasil penelitian oleh Mei-Mei Chang dan James D. L
Ehman. Pada penelitiannya mereka menyimpulkan bahwa model ARCS
(Attantion, Relevance, Confidence, Satisfaction) yang dilakukan pada penekanan
relevansi meningkatkan motivasi instrinsik siswa, sehingga dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Dalam penyampaian materinyapun banyak memberikan
umpan balik serta permainan yang memotivasi2.
Motivasi instriksik menurut ilmu jiwa modern secara alami sudah dimiliki
oleh anak didik, karena adanya dorongan kebutuhan dari dalam diri mereka3.
Langkah awal pendidik adalah harus menumbuhkan motivasi instrinsik tersebut
ke dalam diri siswa, agar belajar menjadi sebuah kebutuhan bukan sebuah
paksaan. Hal ini sejalan dengan dengan langkah awal dari model ARCS, yaitu
menumbuhkan perhatian siswa sebelum belajar. Selanjutnya mengaitkan dengan
kehidupan nyata di sekeliling mereka, sehingga pembelajaran itu menjadi sesuatu
yang penting.
ARCS (Attantion, Relevance, Confidence, Satisfaction), merupakan salah
satu metode pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar yang
aktif kepada siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
pembelajaran ARCS mampu meningkatkan perhatian siswa selama proses
pembelajaran berlangsung, yaitu terlihat saat mereka menyaksikan video
kegunaan fisika dalam kehidupan sehari-hari, pembelajaran dengan animasi serta
percobaan-percobaan sederhana yang dikemas dalam bentuk permainan dengan

2
Mei-Mei Chang and James D. Lehman. Learning Foreign Language through an Interactive
Multimedia Program: An Experimental Study on the Effects of the Relevance Component of the
ARCS Models. (Calico Journal: 2002). Diambil dari Calico Journal 20 (1) Volume 20 Number 1p-
p. Hal.95
3
Sardiman A.M. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2011), h. 99
5

permasalahan yang berkaitan dengan materi. Pada akhirnya siswa menjadi lebih
tertarik dan membantu mereka lebih mudah untuk memahami materi yang sedang
dipelajari, sehingga mampu meningkatkan hasil belajar.
Selain itu model pembelajaran ARCS juga mengembangkan sikap
kompetisi antar kelompok. Kompetisi akan memacu semangat setiap anggota
kelompok untuk memberikan kesimpulan-kesimpulan dari suatu kejadian
berdasarkan materi yang diajarkan sehingga pemahaman mereka menjadi lebih
nyata.
Menurut Awoniyi, dkk dalam Hamoraon menjelaskan bahwa ARCS
memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:4
Kelebihan model ARCS adalah:
1. Memberikan petunjuk : aktif dan memberi arahan tentang apa yang harus
dilakukan oleh siswa
2. Cara penyajian materi dengan model ARCS ini bukan hanya dengan teori
yang penerapannya kurang menarik.
3. Model motivasi yang diperkuat oleh rancangan bentuk pembelajaran berpusat
pada siswa
4. Penerapan model ARCS meningkatkan motivasi untuk mengulang kembali
materi lainnya yang pada hekekatnya kurang menarik
5. Penilaian menyeluruh terhadap kemampuan-kemampuan yang lebih dari
karakteristik siswa-siswa agar strategi pembelajaran lebih efektif.
Kekurangan model ARCS adalah:
1. Hasil afektif siswa sulit dilinai secara kuantitatif
2. Perkembangan secara berkeseinambuangan melalui model ARCS ini sulit
dijadikan penilaian.

4
Hamoraon, “Model ARCS Keller”, http://learningtheori.wordpress.com/2010/03/08/model-
arcs-keller/, diakses pada 10 Agustus 2012
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Hasil penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan model pembelajaran ARCS (Attantion, Relevance, Confidence,
Satisfaction) terhadap hasil belajar fisika siswa. Hal ini didukung oleh hasil rata-
rata postes (70,70) kelas eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran
model ARCS lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata postes (65,97) kelas
kontrol yang diajarkan dengan pembelajaran konvesional. Dari hasil uji-t pada
kelas eksperimen diperoleh thitung sebesar 1,87 dan ttabel sebesar 1,66, karena thitung
> ttabel (1,87 > 1,66), maka Ha diterima dan Ho ditolak. Hasil pengujian hipotesisi
uji-t pada taraf signifikansi 0,05.

B. Saran
Saran yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:
1. Pembelajaran fisika dengan menggunakan model ARCS (Attantion,
Relevance, Confidence, Satisfaction) untuk meningkatkan hasil belajar
siswa layak diteraapkan di kelas sebagai variasi dalam pembelajaran baik
sebagian atau seluruhnya, karena model ARCS merupakan unsur-unsur
motivasi yang dapat menumbuhkan minat dalam diri siswa.
2. Guru dapat menjadikan model pembelajaran ARCS (Attantion, Relevance,
Confidence, Satisfaction) sebagai salah satu alternatif penggunaan dalam
proses pembelajaran di kelas. Sebaiknya model pembelajaran ARCS tidak
hanya diterapkan pada konsep dinamika rotasi dan keseimbangan benda
tegar saja, tetapi bisa digunakan untuk konsep fisika yang lain yang
memiliki contoh nyata yang dapat di terpkan dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya pada konsep gaya gesek, usaha dan energi, momentum impuls.
3. Agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif, sebaiknya dalam
pelaksanaan model pembelajaran ARCS (Attantion, Relevance,
Confidence, Satisfaction) guru harus lebih tepat memilih metode-metode

52
53

yang cocok, game yang berkaitan dengan materi, pertanyaan berdasarkan


masalah kehidupan sehari-hari yang masih berkaitan dengan materi dan
fasilitas pendukung pembelajaran dengan lebih matang.
Guru harus dapat merancang rencana pembelajaran dengan cermat, teliti dan terorganisir dengan baik
Sekiranya dapat menjadi masukan bagi pihak sekolah untuk mengambil langkah-langkah tindak lanjut
DAFTAR PUSTAKA

Anas, 2011, “Pengertian Hasil Belajar Menurut Para Ahli”,


http://mbegedut.blogspot.com/2011/02/pengertian-hasil-belajar-menurut-
para.html#.UUhQuGe86Nk, diakses 12 Februari 2013

Arikunto, Suharsimi, 1996, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi


Aksara

Arikunto, Suharsimi, 2009, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi


Aksara, Cet.9

Astleitner, Hermann, dan Peter Lintner, 2003, “The Effects Of ARCS-Strategies


On Self-Regulated Learning With Instructional Texts”. Austria:
Departemen of Educational Reasearch Akademiestrasse

Astleitner, Hermann, Manuela Ihufnagl, 2003, “The Effects of Situation-Outcome-


Expectancies and of ARCS-Strategies on Self-Regulated Learning with
Web-Lecture”, Austria : University of Salzburg, dalam JA. of Educational
Multimedia and Hypermedia, Vol. 12(4)

Astuti, Muji, dkk, 2010, “Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pembelajaran


Kontekstual dengan Minat Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VII Smp
Negeri 18 Semarang”, Semarang: Universitas Diponegoro, Fakultas
Psikologi

Chang, Mei-mei dan James D. Lehman. 2002, “Learning Foreign Language


through an Interactive Multimedia Program: An Experimental Study on
the Effects of the Relevance Component of the ARCS Models”, dalam
Calico Journal 20 (1) Volume. 20 Number. 1p-p.

Cheng, Yi-Chia dan Hsin-Te Yeh, 2009, “From concepts of motivation to its
application in instructional design: Reconsidering motivation from an
instructional design perspective”, USA: Blackwell Publishing, dalam
British Journal of Educational Technology, Vol. 40, No. 4,
doi:10.1111/j.1467-8535.2008.00857.x

Dimyati dan Mudjiono, 2006, Balajar dan Pembelajaran, Jakarta: Asdi


Mahasatya

Djiwandono, Sri Esti Wuryani. 2002, “Psikologi Pendidikan”, Malang: Grasindo

Hamid, Rusdiana, 2006, “Reward dan Punishment Dalam Perspektif Pendidikan


Islam”, dalam Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 4
No.5

54
5

Hamoraon, “Model ARCS Keller”,


http://stkippgringanjuk.blogspot.com/2011/03/model-arcs-keller.html,
diakses 10 Agustus 2012

Hodges, C.B, 2004, “Designing to Motivate: Motivational Techniques to


Incorporate in E-Learning Experiences”, Virginia Tech, dalam The
Journal of Interactive Online Learning, Volume. 2, Number. 3, ISSN:
1541-4914

Humaidi, Abdul Haris dan Maksum, 2009, Fisika SMA/MA Kelas XI, Jakarta:
Pusat Perbukuan, Departeman Pendidikan Nasional

Keller, J.M, 2008, “First principles of motivation to learn and e3-learning”,


USA: Routledge, dalam Distance Education. Vol. 29, No. 2

Liao, Hung-Chang dan Ya-huei Wang, 2008, “Applying The ARCS Motivation
Model In Technological And Vocational Education”, Chung-Shan Medical
University, dalam Contemporary Issues In Education Research, Vol. 1,
No. 2

Norhasimi, 2008, “Model Motivasi ARCS”,


http://ihashimi.aurasolution.com/model_motivasi_arcs.htm, diakses 10
Agustus 2012

Oemar Hamalik, 2004, “Proses belajar Mengajar”, Jakarta: Bumi Aksara

Pertiwi, A. A Mas Megawati, “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran


ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) Berbantuan Media
Interaktif Berbasis Animasi Kartun Untuk Meningkatkan Motivasi dan
Hasil Belajar Siswa Kelas XI Pada Mata Pelajaran TIK SMA N 3
Singaraja Tahun Ajaran 2011/2012”. Universitas Pendidikan Ganesha
Volume 1, Nomor 2, Juni 2012 ISSN 2252-9063

Sali, Jale balaban, 2008, “Designing Motivational Learning Systems In Distance


Education”, Turkey: Anadolu university, dalam Turkish Online Journal of
Distance Education-TOJDE July 2008 ISSN 1302-6488 Volume. 9
Number. 3, Article. 13

Sardiman, A.M, 2011, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada

Shih,Y.E dan Dennis Mills, 2007, “Setting the New Standard with Mobile
Computing in Online Learning”, USA: Capella University, dalam
International Review of Research in Open and Distance Learning, Vol. 8,
No. 2, ISSN: 1492-3831

Slameto, 2010, “Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya”, Jakarta:


Rineka Cipta
5

Song, S.H. dan John M. Keller, 2001, “Effectiveness of Motivationally Adaptive


Computer-Assisted Instruction on the Dynamic Aspects of Moitivation”,
ETR&D, Vol. 49, No.2, ISSN 1042-1629.

Sudjana, Nana, 1984, Metode Statistik, Bandung: Tarsito

Sugiono, 2011, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Alfabeta

Supriyadi, dkk. 2011, Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Sekolah
Menengah Atas, Jakarta: Universitas Negeri Jakarta

Suryono, Sigit, “Hakikat Pembelajaran Fisika”, http://ciget.info/?p=291, diakses


tanggal 12 Februari 2013

Warsito, Adi, 2009, “Keseimbangan Benda Tegar”,


http://adiwarsito.wordpress.com/2009/08/06/materi-pelajaran/, diakses 16
September 2012

Wongwiwatthananukit, Supakit dan Nicholas G. Popovich, 2000, “Applying the


ARCS Model of Motivational Designe to Pharmaceutical Education”,
American Journal of Pharmaceutical Education Vol. 64

Wongwiwatthananukit, Supakit dan Nicholas G. Popovich, 2000, “Applying the


ARCS model of motivational Design to Apharmaceutical Education”,
dalam American Journal of Pharmaceutical Education Vol. 64
5

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : XI/2 (dua)
Pertemuan Ke- 1
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (2 x 45 menit)
Standar Kompetensi : Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam
menyelesaikan masalah
Kompetensi Dasar : Memformulasikan hubungan antara konsep torsi, momentum sudut, dan
momen inersia, berdasarkan hukum II Newton serta penerapannya dalam
masalah benda tegar
Indikator : – Memformulasikan pengaruh torsi pada sebuah benda dalam kaitannya
dengan gerak rotasi benda tersebut.
– Memformulasikan momen inersia untuk berbagai bentuk benda tegar.

I. Tujuan Pembelajaran
– Siswa dapat menunjukkan momen gaya atau torsi.
– Siswa dapat menjelaskan pengaruh torsi pada sebuah benda dalam kaitannya dengan gerak
rotasi.
– Siswa dapat menunjukkan pengaruh momen kelembaman terhadap gerak rotasi.

II. Materi Ajar


– Momen Gaya (Torsi)
Momen gaya adalah suatu ilmu dalam fisika yang mempelajari tentang penyebab benda
bergerak melingkar. Hal yang mempengaruhinya antara lain, adanya gaya yang mendorong
suatu benda secara tegak lurus dengan lengan benda tersebut dilihat dari titik porosnya.
– Momen Inersia (Momen Kelembaman)
Momen inersia diamati dari tenaga kinetik molekul yang bergerak melingkar pada suatu
titik yang menjadi acuannya. Momen inersia ini adalah hasil perkalian antara massa suatu
molekul dengan kuadrat jarak dari pusat acuannya.
PETA KONSEP 58
DINAMIKA ROTASI

Meliputi

Energi Ep = m . g . h Ek = ½ m . v2
Momentum GLBB
Gerak Melingkar
P=m.v ω = 2Π . f atau Π Vt = Vo ± a . t
𝑇 S= Vo . t ± ½ a. t2 Vt2 = Vo2 ± a . S
v=ω.R
a linear = α . R
asentripetal = ω2. R atau 𝑉2
𝑅 Berkaitan dengan

Hk. Newton
∑F = 0
∑F = m . a
∑Faksi = ∑F reaksi

Dasar pemahaman untuk

Momen Inersia Torsi


I = k . M . R2 τ=F.R
Searah jarum jam (+) Berlawanan arah jarum jam (-)

Saling berkaitan dan menghasilkan huungan


Hubungan torsi dengan momen inersia

τ=I.α
5
III. Metode Pembelajaran
Model ARCS

IV. Langkah-Langkah Pembelajaran


Kegiatan dalam Interaksi dalam pembelajaran
Waktu
pembelajaran Guru Siswa
- Guru memberi salam dan - Siswa menjawab salam
memperkenalkan diri dan memperhatikan
- Guru menanyakan kabar kepada siswa - Siswa menjawab
- Guru memberikan motivasi bahwa dengan
semua siswa di kelas mampu memberitahukan kabar
mempelajari fisika, tanpa terkecuali. mereka
- Guru menanyakan materi-sebelumnya - Siswa memperhatikan
yang masih berkaitan dengan dan memiliki sedikit
Awal dinamika partikel dan benda tegar motivasi untuk bisa 20’
dengan menggunakan sistem lempar fisika.
kertas - Siswa aktif dalam
melempar kertas dan
menjawab bagi yang
memegang kertas.
- Siswa menjawab
pertanyaan guru tentang
pintu.
- Guru meminta siswa menjelaskan - Siswa menjelaskan
mengapa gagang pintu terletak jauh kenapa gagang pintu
dari engsel pintu? terletak jauh dari engsel
- Guru menjelaskan alasan yang benar pintu.
tentang pertanyaan sebelumnya. - Siswa memperhatikan
Attantion
penjelasan guru tentang
pertanyaan tersebut dan
mulai terbangun
pengetahuan awal
mereka tentang
dinamika rotasi.
Guru menjelaskan materi torsi, - Siswa memahami
momen inersia, dan momentum sudut, penggunaan ilmu fisika
serta hubungan torsi dengan momen dalam kehidupan nyata,
Relevance
Inti inersia dan aplikasinya pada contoh - Siswa memperhatikan 65’
pintu dan mencatat materi
yang diberikan oleh
guru.
Guru menjelaskan bahwa mempelajari Siswa memberikan
fisika bisa dilakukan dengan berbagai contoh dan menjelaskan
cara, salah satu caranya dengan hubungan torsi pada
mengamati keadaan lingkungan contoh yang mereka
Confidence sehari-hari baik berupa permainan berikan sehingga siswa
atau pekerjaan yang menggunakan termotivasi untuk
alat-alat dalam kesehariannya. Guru mempelajari fisika
meminta siswa untuk memberikan sesuai dengan cara yang
contoh dan menjelaskan keterkaitan menurut mereka
contoh dengan torsi menyenangkan.
Sattisfaction Guru memberikan penghargaan Siswa merasa bangga
6
kepada siswa yang dapat menjawab karena mendapat
pertanyaan game di awal pelajaran, penghargaan dari guru,
dan memberikan semangat kepada dan termotivasi untuk
siswa lain untuk terus berusaha. bisa berkompetisi.
Guru menanyakan kesimpulan kepada Salah seorang siswa
beberapa siswa pelajaran apa yang menjawab dengan
tadi dapat mereka ambil. kesimpulan yang
- Guru memberikan kesimpulan dari mereka pahami.
seluruh materi yang telah - Siswa memperhatikan
Penutup disampaikan. dan mencatat 5’
- Guru memberikan tugas kepada siswa. kesimpulan dan tugas
- Guru meminta siswa membentuk 5 yang diberikan oleh
kelompok dengan nama-nama bahan- guru.
bahan material untuk pertemuan
selanjutnya.
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Alat-Alat/Bahan : Buku, Penggaris, dan tumpuan
Sumber : Buku Fisika Dasar SMA 2B (Tiga Serangkai)
Sarana/Media : papan tulis dan spidol

VI. Penilaian
– Pengamatan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan guru, kinerja keterampilan
dalam melakukan peragaan serta penilaian sikap, minat, dan tingkah laku siswa di dalam
kelas

Contoh Soal Kuis


1. Tuliskan persamaan hubungan kelajuan linear dengan kelajuan sudut pada gerak
melingkar.
2. Bagaimanakah rumus momentum di pelajaran sebelumnya?
3. Bagaimana rumus enegi kinetik?
4. Berikan contoh penggunaan torsi dalam kehidupan sehari-hari!
5. Sebutkan ada berapa hukum newton dan jelaskan satu-persatu!

Jawaban Kuis
1. V = ω R
2. P = m . v
3. Ek = ½ m v2
4. Contohnya: memukul sesuatu menggunakan kepalan tangan, membuka baut dengan
menggunakan kunci pas, dsb.
5. ada 3 hukum newton, yaitu:
- Hukum I newton (kelembaman): ∑F = 0
- Hukum II Newton: ∑F = m . a
- Hukum III Newton: ∑Faksi = ∑Freaksi
..............., .............................
Mengetahui,
Guru Fisika Peneliti

–––––––––––––––– –––––––––––––––––
NIP: NIM:
6

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Mata Pelajaran : Fisika


Kelas/Semester : XI/2 (dua)
Pertemuan Ke- 2
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (2 × 45 menit)
Standar Kompetensi : Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam
menyelesaikan masalah
Kompetensi Dasar : Memformulasikan hubungan antara konsep torsi, momentum sudut, dan
momen inersia, berdasarkan hukum II Newton serta penerapannya dalam
masalah benda tegar
Indikator : – Menganalisis dan memformulasikan momentum sudut dan hukum
kekekalan momentum sudut.
– Menerapkan hukum kekekalan momentum dalam berbagai keadaan
yang berkaitan dengan gerak rotasi.
– Menganalisis dan memformulasikan energi kinetik pada gerak rotasi.

I. Tujuan Pembelajaran
– Siswa dapat memformulasikan momentum sudut dan menerapkannya dalam
menyelesaikan masalah.
– Siswa dapat menerapkan hukum kekekalan momentum dalam berbagai keadaan yang
berkaitan dengan gerak rotasi
– Siswa dapat menganalisis gerak pada gasing yang sedang berputar.
– Siswa dapat menganalsis dan memformulasikan energi kinetik pada gerak rotasi.

II. Materi Ajar


– Momentum Sudut
Momentum sudut adalah perkalian kecepatan sudut suatu benda yang berotasi dengan
momen inersia suatu benda.
– Energi Kinetik Rotasi
Energi kinetik rotasi adalah tenaga kinetik suatu molekul atau benda yang melakukan
gerak melingkar dengan kecepatan sudut tertentu.
62
PETA KONSEP

Momentum sudut pada gerak melingkar


L=I.ω

Ketika dua benda berinteraksi menghasilkan

HK. Kekekalan momentum sudut


L1 + L2 = L1’ + L2’

I1 . ω1 + I2 . ω2 = I1 . ω1’ + I2 . ω2’
Berhubungan dengan

Energi kinetik Energi kinetik rotasi


Ek = ½ m . v2 Ek = ½ I . ω 2

Menghasilkan

Energi kinetik Total


Ek = ½ m . v 2 (k + 1)
6
III. Metode Pembelajaran
Model ARCS

IV. Langkah-Langkah Pembelajaran


Kegiatan dalam Interaksi dalam pembelajaran
Waktu
pembelajaran Guru Siswa
- Guru memberi salam - Siswa menjawab salam
- Guru menanyakan kabar kepada siswa dan memperhatikan
- Guru menanyakan materi kemarin - Siswa menjawab
yang sudah di pelajari dengan dengan
Awal 10’
menunjuk beberapa orang siswa. memberitahukan kabar
mereka
- Siswa menjawab
pertanyaan guru
Guru menampilkan sebuah video Siswa memperhatikan
Attantion
untuk dijadikan kasus pada pertemuan tampilan video
kali ini.
- Guru meminta siswa untuk - Siswa bekerja
menyimpulkan kasus yang kelompok untuk
ditampilkan secara berkelompok. menyimpulkan.
Relevance
- Guru menjelaskan materi dinamika
rotasi yang berhubungan dengan - Siswa mengerjakan soal
tampilan video tersebut dan latihan
memberikan soal latihan.
Guru meminta siswa menyebutkan Siswa berdiskusi dan
beberapa contoh lain yang berkaitan memberikan contoh-
Inti 75’
dengan tampilan video. contoh serta
Confidence menjelaskannya
berdasarkan
pemahaman mereka
tentang keterkaitan
contoh dengan materi
Guru memberikan penghargaan Siswa merasa bangga
kepada kelompok yang dapat dan berusaha untuk
menjelaskan kesimpulan dengan baik terus bersungguh-
Sattisfaction
dan kepada kelompok yang sungguh dalam
menyebutkan contoh-contoh memahami dan
terbanyak dan tepat. mempelajari fisika.
Guru memberikan tugas kepada siswa Siswa mengamati dan
Penutup berupa soal-soal latihan mencatat tugas yang 5’
diberikan oleh guru

V. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Alat-Alat/Bahan : netbook, infokus, sound sistem
Sumber : Buku Fisika Dasar SMA 2B (Tiga Serangkai)
Sarana/Media : papan tulis, spidol
6
VI. Penilaian
– Pengamatan keaktifan siswa dalam beriskusi dan menjawab pertanyaan, kinerja dalam
kelompok serta penilaian sikap, minat, dan tingkah laku siswa di dalam kelas.
– Tugas berupa pekerjaan rumah.

..............., .............................

Mengetahui,
Guru Fisika Peneliti

–––––––––––––––– NIP: ––––––––––––––––– NIM:


6

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : XI/2 (dua)
Pertemuan Ke- 3
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (2 x 45 menit)
Standar Kompetensi : Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam
menyelesaikan masalah
Kompetensi Dasar : Memformulasikan hubungan antara konsep torsi, momentum sudut, dan
momen inersia, berdasarkan hukum II Newton serta penerapannya
dalam masalah benda tegar
Indikator : Mengungkap analogi hukum II Newton tentang gerak translasi dan gerak
rotasi.

I. Tujuan Pembelajaran
– Siswa dapat menganalisa dan mengungkap analogi hukum II Newton tentang gerak
translasi dan gerak rotasi.

II. Materi Ajar


– Momen Gaya (Torsi)
– Momen Inersia
– Hubungan torsi dan momen inersia
– Energi
– Hukum Newton
Materi di atas saling berkaitan antara satu dengan yang lain, ketika suatu benda dengan
momen inersia tertentu melakukan gerak melingkar yang diakibatkan oleh sutau gaya yang
mendorongnya, sehingga menghasilkan sebuah torsi dan bergerak melingkar dengan
kecepatan tertentu, perubahan kecepatan (percepatan) dari benda tersebut menghasilkan
perubahan energi.
66
PETA KONSEP

Analogi Hukum Newton


aplikasinya

Katrol
aplikasinya Bidang miring

Tegangan tali Torsi Momen Inersia GLBB Gerak Melingkar Energi Mekanik
τ=F. I = k . M . R2 Vt = Vo ± a . t ω = 2Π . f atau Π EM1 = EM2
R S = Vo . t ± ½ a. t2 𝑇
Ep1 + Ek1 = Ep2 + Ek2
Vt2 = Vo2 ± a . S v=ω.R
Aplikasi pada a linear = α . R
hukum
2
Newton 𝑉
asentripetal = ω . R atau
2

𝑅
Benda bergerak naik T – W = m . a Diperoleh hubungan Berkaitan dengan
Benda bergerak turun τ=I.α
W–T=m.a
Energi kinetik Total Energi Potensial
Ek = ½ m . v 2 (k + 1) Ep = m . g . h
6
III. Metode Pembelajaran
Model ARCS

IV. Langkah-Langkah Pembelajaran


Kegiatan dalam Interaksi dalam pembelajaran
Waktu
pembelajaran Guru Siswa
- Guru memberi salam - Siswa menjawab salam
- Guru menanyakan kabar kepada siswa dan memperhatikan
- Guru meminta siswa untuk - Siswa menjawab
mengumpulkan buku latihan mereka. dengan
Awal 5’
memberitahukan kabar
mereka
- Siswa mengumpulkan
buku latihan mereka
Guru menanyakan materi yang telah - Siswa berperan aktif
siswa pelajari sebelumnya dengan dalam mengoper bola
memilih siswa menggunakan sistem kepada teman-
operan bola yang dibatasi dengan temannya hingga suara
suara musik. musik dihentikan.
Attantion
- Siswa menjawab
pertanyaan guru yang
berkaitan dengan materi
yang sudah
disampaikan
sebelumnya.
- Guru menjelaskan materi tentang - Siswa memperhatikan
analogi hukum Newton dan dan mencatat materi
hubungannya dengan torsi. yang dijelaskan oleh
Relevance - Guru menampilkan video tentang guru
penerapan dinamika rotasi pada - Siswa serius
kehidupan sehari-hari. menyaksikan tampilan
video yang diputar oleh
guru.
Inti 80’
Guru menjelaskan kepada siswa Siswa mencontohkan
bahwa fisika dapat memudahkan dan kegiatan kerja dalam
membantu menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari
dalam kehidupan. Contohnya dengan
menurunkan benda-benda berat mengaplikasikan ilmu
dengan menggunakan bantuan roda fisika dalam
yang berbentuk silinder pejal. Guru penerapannya sehingga
meminta siswa mencontohkan siswa terbangun
Confidence
kegiatan sehari-hari mereka yang kepercayaan dirinya
mengaplikasikan ilmu fisika dalam untuk dapat bersaing di
membantu kerja sehari-hari. masa yang akan datang
dengan dasar
pengetahuan yang
mereka miliki sekarang
dan berusaha
berkembang terus-
menerus.
Guru memberikan beberapa soal Siswa bersemangat
Sattisfaction
latihan kepada siswa yang harus untuk menyelesaikan
6
diselesaikan pada saat itu, dan soal yang diberikan
memberikan hadiah baik berupa nilai oleh guru.
atau barang.
Guru mengakhiri dengan memberikan Siswa memperhatikan
kesimpulan pelajaran dan mencatat
Penutup 5’
kesimpulan yang
diberikan oleh guru

V. Alat/Bahan/Sumber Belajar

Alat-Alat/Bahan : netbook, infokus.


Sumber : Buku Fisika Dasar SMA 2B (Tiga Serangkai)
Sarana/Media : papan tulis dan spidol

VI. Penilaian
– Pengamatan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan guru, kinerja keterampilan
dalam bekerja kelompok dan penilaian sikap, minat, dan tingkah laku siswa di dalam
kelas

..............., .............................
Mengetahui,
Guru Fisika Peneliti

–––––––––––––––– –––––––––––––––––
NIP: NIM:
6

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Mata Pelajaran : Fisika


Kelas/Semester : XI/2 (dua)
Pertemuan Ke- 4
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (2 × 45 menit)
Standar Kompetensi :Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam
menyelesaikan masalah
Kompetensi Dasar : Memformulasikan hubungan antara konsep torsi, momentum sudut, dan
momen inersia, berdasarkan hukum II Newton serta penerapannya
dalam masalah benda tegar
Indikator : – Menentukan pusat massa dalam satu garis.
– Menentukan pusat massa pada suatu bidang.
– Menentukan pusat massa dalam suatu ruang.
– Menentukan pusat massa dari berbagai benda tegar.

I. Tujuan Pembelajaran
– Menganalisis keseimbangan partikel (keseimbangan titik).
– Siswa dapat menunjukkan dan pusat massa dalam suatu garis.
– Siswa dapat menunjukkan dan menentukan pusat massa pada suatu bidang.
– Siswa dapat menunjukkan dan menentukan pusat massa dalam suatu ruang.
– Siswa dapat menunjukkan dan menentukan pusat massa benda homogen yang berbentuk
garis atau busur, bidang, kulit homogen, dan pejal homogen.

II. Materi Ajar


Keseimbangan Partikel (Keseimbangan Benda Tegar)
Sebuah benda tegar dikatakan dalam kesetimbangan jika benda itu tidak mengalami
perubahan gerak translasi maupun gerak rotasi. Artinya, benda itu tidak mengalami
percepatan translasi dan tidak pula mengalami percepatan sudut.
70
PETA KONSEP

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

Aplikasinya

Keseimbangan pada partikel Titik berat pada garis Titik berat pada ruang
𝑥𝑜 = 𝑥1 . 𝑙1 + 𝑥2 . 𝑙2 + ⋯ Titik berat pada bidang
W𝑇1𝑇2 𝑥𝑜 = 𝑥1 . 𝑉1 + 𝑥2 . 𝑉2 + ⋯
= = 𝑥1 . 𝐴1 + 𝑥2 . 𝐴2 + ⋯
sin 𝖺sin 𝛽sin 𝛾 𝑙1 + 𝑙2 + ⋯ 𝑥𝑜 = 𝑉1 + 𝑉2 + ⋯
𝐴1 + 𝐴2 + ⋯
𝑦𝑜 = 𝑦1 . 𝑙1 + 𝑦2 . 𝑙2 + ⋯ 𝑦1 . 𝐴1 + 𝑦2 . 𝐴2 + ⋯ 𝑦𝑜 = 𝑦1 . 𝑉1 + 𝑦2 . 𝑉2 + ⋯
𝑙1 + 𝑙2 + ⋯ 𝑦𝑜 = 𝐴1 + 𝐴2 + ⋯
𝑉1 + 𝑉2 + ⋯

Macam-macam
Macam-macam

Prisma : yo = ½ . t - Segitiga : yo = 1 . 𝑡
Tabung : y = 3
o ½.t
- Jajar genjang, persegi, dan persegi panjang : yo = ½ . t
Limas : yo = ¼ . t 2𝑡𝑎𝑙i 𝑏𝑢𝑠𝑢𝑟 𝐴𝐵
Kerucut : yo = ¼ . t - Bidang juring lingkaran : yo = 3 𝗑 𝑏𝑢𝑠𝑢𝑟 𝐴𝐵
- Setengah bola : yo = 3 . 𝑅 - Setengah lingkaran : y = 4𝑅
8 o
2𝜋
7
III. Metode Pembelajaran
Model ARCS

IV. Langkah-Langkah Pembelajaran


Kegiatan dalam Interaksi dalam pembelajaran
Waktu
pembelajaran Guru Siswa
- Guru memberi salam kepada siswa. - Siswa menjawab salam
- Guru menanyakan tugas yang guru
diberikan pada pertemuan sebelumnya
Awal - Siswa memperlihatkan 5’
tugas yang diberikan
guru pada pertemuan
sebelumnya.
- Guru memberikan tantangan kepada - Siswa berpartisipasi
siswa, yaitu mendirikan 10 paku pada untuk menyelesaikan
1 buah paku, meletakkan uang koin tantangan dari guru.
Attantion pada sudut samping uang kertas, - Siswa yang lain
menyusun kartu tanpa jatuh memotivasi teman
mereka yang
mendapatkan tantangan.

- Guru menjelaskan dan menampilkan - Siswa mengamati dan


beberapa gambar dalam kehidupan memahami bagaimana
sehari-hari yang berhubungan dengan prinsip kerja dari
keseimbangan benda tegar. gambar-gambar yang
Relevance - Guru menjelaskan materi tentang ditampilkan oleh guru
keseimbangan benda tegar pada
partikel, garis, luas, dan volum. - Siswa memperhatikan
dan mencatat
penjelasan yang
diberikan oleh guru.
Guru memberikan contoh Siswa mencari
Inti keseimbangan dalam kehidupan sehari- keterkaitan antara materi 80’
hari, misalnya fisika tentang
- Bagaimana seorang arsitek dapat keseimbangan dengan
merancang bangunan yang begitu penerapannya dalam
kokoh. bidang ilmu lain serta
- Bagaimana seorang ibu yang hamil mencari penjelasannya
dapat mengangkat beban selama sehingga Siswa
sembilan bulan termotivasi dan terbangun
Confidence - Bagaimana seorang dibidang otomotif rasa percaya diri bahwa
mendisain kendaraan agar mereka mampu menjadi
airodinamis sehingga tidak mudah seorang yang memiliki
tergelincir kemampuan untuk
- Bagaimana alat-alat pabrik begitu kuat menerapkan fisika
mengangkat beban yang berat dan lain terutama dinamika rotasi
sebagainya. dalam kehidupan sehari-
Guru meminta siswa memberikan hari.
contoh keterkaitan fisika terutama
materi keseimbangan yang diterapkan
dalam bidang ilmu yang lain
Sattisfaction Guru memberikan penghargaan kepada Siswa bersemangat untuk
7
siswa-siswa yang berhasil menjawab terus berusaha
tantangan guru dengan benar dan mempelajari untuk
semangat. memahami fisika, dan
siap untuk berkompetisi.
- Guru menyimpulkan pembelajaran - Siswa menyimak dan
hari ini. mencatat tugas yang
- Guru memberikan tugas berupa soal- diberikan oleh guru.
Penutup 5’
soal latihan kepada siswa sebagai
bahan untuk memantapkan materi
yang baru dipelajari.

V. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Alat-Alat/Bahan : Kartu remi, paku, uang kertas dan koin.
Sumber : Buku Fisika Dasar SMA 2B (Tiga Serangkai)
Sarana/Media : infokus, netbook, papan tulis, dan spidol

VI. Penilaian
– Pengamatan keaktifan siswa dalam menjawab tantangan dari guru, kinerja keterampilan
siswa dalam melakukan peragaan (demonstrasi) serta penilaian sikap, minat, dan tingkah
laku siswa di dalam kelas.
– Tugas

..............., .............................

Mengetahui,
Guru Fisika Peneliti

–––––––––––––––– –––––––––––––––––
NIP: NIM:
7

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Mata Pelajaran : Fisika


Kelas/Semester : XI/2 (dua)
Pertemuan Ke- 5
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (2 × 45 menit)
Standar Kompetensi : Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam
menyelesaikan masalah
Kompetensi Dasar : Memformulasikan hubungan antara konsep torsi, momentum sudut,
dan momen inersia, berdasarkan hukum II Newton serta penerapannya
dalam masalah benda tegar
Indikator : – Menganalisa keseimbangan dan hubungannya dengan hukum
Newton dari berbagai bentuk benda dalam kehidupan sehari-hari.
– Menentukan dan merumuskan titik berat suatu benda.

I. Tujuan Pembelajaran
– Siswa dapat menganalisa keseimbangan dan hubungannya dengan hukum Newton dari
berbagai bentuk benda dalam kehidupan sehari-hari.
– Siswa dapat menentukan dan merumuskan titik berat suatu benda.

II. Materi Ajar


Keseimbangan Benda Tegar
Sebuah benda tegar dikatakan dalam kesetimbangan jika benda itu tidak mengalami
perubahan gerak translasi maupun gerak rotasi. Artinya, benda itu tidak mengalami
percepatan translasi dan tidak pula mengalami percepatan sudut.
74

PETA

Keseimbangan benda tegar

Dianalisis melalui

Hukum Newton
Torsi
Syarat
Syarat

∑τ = 0
∑Fy = 0 ∑Fx = 0

Analisis menggunakan

Vektor
7
III. Metode Pembelajaran
Model ARCS

IV. Langkah-Langkah Pembelajaran


Kegiatan dalam Interaksi dalam pembelajaran
Waktu
pembelajaran Guru Siswa
- Guru memberi salam kepada siswa. - Siswa menjawab salam
- Guru menanyakan tugas yang guru
diberikan pada pertemuan sebelumnya - Siswa memperlihatkan
Awal 5’
tugas yang diberikan
guru pada pertemuan
sebelumnya.
- Guru menampilkan beberapa video - Siswa memperhatikan
kepada siswa. tampilan video.
- Guru meminta siswa membuat - Seluruh siswa membuat
Attantion kesimpulan dari video yang telah keseimpulan video yang
ditampilkan. Siswa diminta untuk telah ditampilkan
memberikan kesimpulan yang dipilih
melalui sistem kocokan nama.

- Guru menjelaskan penggunaan materi Siswa memperhatikan


torsi dan keseimbangan benda tegar dan mencatat
kepada siswa. penjelasan dari guru.
Relevance
- Guru menjelaskan hubungan antara
dinamika rotasi dan keseimbangan
benda tegar.

Guru memberikan kesempatan kepada Siswa aktif melakukan


siswa untuk melakukan percobaan: percobaan atau
Inti meletakkan garpu serta sendok pada tantangan yang 80’
permukaan gelas dengan menggunakan diberikan oleh guru dan
1 buah tusuk gigi, bagi siswa yang siswa yang berhasil
berhasil harus dapat menjelaskan alasan menjelaskan alasan
mengapa bisa terjadi keseimbangan mengapa bisa terjadi
Confidence
pada bahan-bahan yang mereka susun. keseimbangan antara
sendok dan garpu yang
didirikan menggunakan
saru buah tusuk gigi
pada permukaan bibir
gelas.

Guru memberikan penghargaan Siswa merasa bangga


kepada seluruh siswa atas semangat dengan pemahaman
Sattisfaction mereka mengikuti pembelajaran yang mereka peroleh.
secara serius

Guru menyimpulkan pembelajaran Siswa menyimak


Penutup 5’
hari ini. kesimpulan guru
7
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Alat-Alat/Bahan : sendok, garpu, gelas dan tusuk gigi.
Sumber : Buku Fisika Dasar SMA 2B (Tiga Serangkai)
Sarana/Media : papan tulis, spidol.

VI. Penilaian

– Pengamatan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan saat melakukan tanya jawab atau
diskusi, kinerja keterampilan dalam melakukan peragaan (demonstrasi) serta penilaian
sikap, minat, dan tingkah laku siswa di dalam kelas

..............., .............................

Mengetahui,
Guru Fisika Peneliti

–––––––––––––––– –––––––––––––––––
NIP: NIM:
7

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : XI/2 (dua)
Pertemuan Ke- 1
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (2 x 45 menit)
Standar Kompetensi : Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu
dalam menyelesaikan masalah
Kompetensi Dasar : Memformulasikan hubungan antara konsep torsi, momentum sudut,
dan momen inersia, berdasarkan hukum II Newton serta
penerapannya dalam masalah benda tegar
Indikator : – Memformulasikan pengaruh torsi pada sebuah benda dalam
kaitannya dengan gerak rotasi benda tersebut.
– Memformulasikan momen inersia untuk berbagai bentuk benda
tegar.

I. Tujuan Pembelajaran
– Siswa dapat menunjukkan momen gaya atau torsi.
– Siswa dapat menjelaskan pengaruh torsi pada sebuah benda dalam kaitannya dengan
gerak rotasi.
– Siswa dapat menunjukkan pengaruh momen kelembaman terhadap gerak rotasi.

II. Materi Ajar


– Momen Gaya (Torsi)
Momen gaya adalah suatu ilmu dalam fisika yang mempelajari tentang penyebab benda
bergerak melingkar. Hal yang mempengaruhinya antara lain, adanya gaya yang
mendorong suatu benda secara tegak lurus dengan lengan benda tersebut dilihat dari
titik porosnya.
– Momen Inersia (Momen Kelembaman)
Momen inersia diamati dari tenaga kinetik molekul yang bergerak melingkar pada suatu
titik yang menjadi acuannya. Momen inersia ini adalah hasil perkalian antara massa
suatu molekul dengan kuadrat jarak dari pusat acuannya.
III. Metode Pembelajaran
- Ceramah
- Tanya jawab
IV. Langkah-Langkah
Pembelajaran Kegiatan Awal
Guru membuka pelajaran dengan memberi semangat kepada siswa untuk lebih rajin
dan banyak mengerjakan latihan agar hasil yang diperoleh dalam semester ini dapat lebih
baik dari semester sebelumnya.
Kegiatan Inti
– Guru menanyakan konsep-konsep yang telah mereka pelajari yang masih berkaitan
dengan dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar.
– Siswa melakukan diskusi kelas untuk mengungkap kembali hubungan besaran-
besaran yang terkait pada gerak melingkar.
– Guru menjelaskan materi dinamika rotasi berdasarkan keteraitannya dengan konsep
awal yang telah siswa pahami disertai tanya jawab untuk menunjukkan momen gaya
suatu benda dan syaratnya.
– Guru menunjuk beberapa siswa untuk menyebutkan alat yang menggunakan prinsip
kerja momen gaya
7

– Beberapa siswa mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan guru mengenai alat
yang menggunakan prinsip kerja momen gaya.
– Guru menjelaskan sub materi selanjutnya yaitu momen inersia dan macam-macam
momen inersia pada beberapa benda tegar.
– Guru meminta siswa untuk mencatat dan menghafal momen inersia masing-masing
benda tegar dan bertanya kepada beberapa siswa untuk memastikan apakah mereka
sudah menghafal atau belum.
– Guru menjelaskan keterkaitan antara torsi dan momen inersia beserta percepatan sudut
Kegiatan Akhir
Guru meminta perwakilan siswa untuk menyimpulkan dan guru melangkapi atau
memberi penekanan pada materi momen gaya dan momen inersia, diteruskan dengan
pemberian tugas mandiri, serta tugas membaca dan memahami materi berikutnya.
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Alat-Alat/Bahan : Spidol dan penghapus
Sumber : Buku Fisika Dasar SMA 2B (Tiga Serangkai)
Sarana/Media : Papan tulis
VI. Penilaian
– Pengamatan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan saat tanya jawab, penilaian
sikap, minat, dan tingkah laku siswa di dalam kelas
– Kuis
Contoh Soal Kuis
1. Tuliskan persamaan hubungan kelajuan linear dengan kelajuan sudut pada gerak
melingkar.
2. Tuliskan hukum newton dan rumus percepatan ketika benda berada pada bidang
miring yang kasar.
3. Tuliskan rumus untuk mencari percepatan sudut pada gerak melingkar beraturan
4. Tuliskan rumus momentum
5. tuliskan rumus energi kinetik.
Jawaban Kuis
1. V = ω R
2. I: ΣF = 0, II: ΣF = m . a, III: ΣFaksi = ΣFreaksi
a = w sin α – f / m
3. α = a/R
4. P = m.v
5. Ek= ½ m v2

..............., .............................
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Fisika

–––––––––––––––– –––––––––––––––––
NIP: NIP:
7

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Mata Pelajaran : Fisika


Kelas/Semester : XI/2 (dua)
Pertemuan Ke- 2
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (2 × 45 menit)
Standar Kompetensi : Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu
dalam menyelesaikan masalah
Kompetensi Dasar : Memformulasikan hubungan antara konsep torsi, momentum sudut,
dan momen inersia, berdasarkan hukum II Newton serta
penerapannya dalam masalah benda tegar
Indikator : – Menganalisis dan memformulasikan momentum sudut dan
hukum kekekalan momentum sudut.
– Menerapkan hukum kekekalan momentum dalam berbagai
keadaan yang berkaitan dengan gerak rotasi.
– Menganalisis dan memformulasikan energi kinetik pada gerak
rotasi.

I. Tujuan Pembelajaran
– Siswa dapat memformulasikan momentum sudut dan menerapkannya dalam
menyelesaikan masalah.
– Siswa dapat menerapkan hukum kekekalan momentum dalam berbagai keadaan yang
berkaitan dengan gerak rotasi
– Siswa dapat menganalisis gerak pada gasing yang sedang berputar.
– Siswa dapat menganalsis dan memformulasikan energi kinetik pada gerak rotasi.

II. Materi Ajar


– Momentum Sudut
Momentum sudut adalah perkalian kecepatan sudut suatu benda yang berotasi dengan
momen inersia suatu benda.
– Energi Kinetik Rotasi
Energi kinetik rotasi adalah tenaga kinetik suatu molekul atau benda yang melakukan
gerak melingkar dengan kecepatan sudut tertentu.

III. Metode Pembelajaran


1. Informasi/ceramah
2. Demonstrasi
3. Diskusi dan tanya jawab
IV. Langkah-Langkah
Pembelajaran Kegiatan Awal
Guru membuka pelajaran dengan menanyakan tugas pekerjaan rumah untuk
dikumpulkan yang diteruskan dengan tanya jawab mengenai materi sebelumnya sebagai
refleksi awal sebelum mempelajari sub bab selanjutnya.
Kegiatan Inti
– Guru menjelaskan momentum sudut dan hukum kekekalan momentum sudut dan
memformulasikannya.
– Guru meminta siswa mendiskusikan sesama teman satu meja kenapa penari balet jika
merentangkan tangan putarannya lebih lambat jika dibandingkan dengan melipat
tanggannya dan berikan contoh lain yang berkaitan dengan contoh tersebut.
– Siswa melakukan diskusi dan mencari contoh lain dari hal serupa.
8

– Guru menjelaskan materi energi kinetik dengan menganalogikan antara energi kinetik
linear dengan energi kinetik rotasi.
– Guru meminta siswa untuk berkelompok bersama teman semeja untuk menurunkan
rumus energi kinetik gabungan antara EKtranslasi dengan EKrotasi.
– Siswa melakukan diskusi untuk menyelesaikan tugas guru.

Kegiatan Akhir
Dengan cara tanya jawab, siswa memberikan kesimpulan dan guru memberi
penekanan materi momentum sudut dan energi kinetik rotasi, diteruskan dengan
pemberian tugas mandiri, tugas membaca dan memahami materi berikutnya.
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Alat-Alat/Bahan : Spidol dan penghapus
Sumber : Buku Fisika Dasar SMA 2B (Tiga Serangkai)
Sarana/Media : Papan tulis
VI. Penilaian
– Pengamatan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan saat melakukan tanya jawab
atau diskusi, kinerja keterampilan dalam melakukan peragaan serta penilaian sikap,
minat, dan tingkah laku siswa di dalam kelas
– Tugas

..............., .............................

Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Fisika

–––––––––––––––– –––––––––––––––––
NIP: NIP:
8

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Mata Pelajaran : Fisika


Kelas/Semester : XI/2 (dua)
Pertemuan Ke- 3
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (2 x 45 menit)
Standar Kompetensi : Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu
dalam menyelesaikan masalah
Kompetensi Dasar : Memformulasikan hubungan antara konsep torsi, momentum sudut,
dan momen inersia, berdasarkan hukum II Newton serta
penerapannya dalam masalah benda tegar
Indikator : Mengungkap analogi hukum II Newton tentang gerak translasi dan
gerak rotasi.

I. Tujuan Pembelajaran
– Siswa dapat menganalisa dan mengungkap analogi hukum II Newton tentang gerak
translasi dan gerak rotasi.
II. Materi Ajar
– hubungan momen gaya, momen inersia, percepatan sudut dan energi yang diaplikasikan
pada hukum Newton.
Materi di atas saling berkaitan antara satu dengan yang lain, ketika suatu benda dengan
momen inersia tertentu melakukan gerak melingkar yang diakibatkan oleh sutau gaya yang
mendorongnya, sehingga menghasilkan sebuah torsi dan bergerak melingkar dengan
kecepatan tertentu, perubahan kecepatan (percepatan) dari benda tersebut menghasilkan
perubahan energi.
III. Metode Pembelajaran
1. Informasi/ceramah
2. Diskusi dan tanya jawab
IV. Langkah-Langkah
Pembelajaran Kegiatan Awal
Guru membuka pelajaran dengan menanyakan pengertian dan rumus konsep materi
yang minggu lalu siswa pelajari.
Kegiatan Inti
– Guru meminta kepada siswa mendiskusikan soal kuis untuk menurunkan rumus
materi hukum newton pada benda saat di bidang datar, bidang miring, katrol, dan
gabungan dengan membagi menjadi 5 kelompok.
– Siswa berdiskusi dan menyelesaikan tugas diskusi.
– Guru meminta tiap perwakilan kelompok menjelaskan hasil diskusinya
– Guru memberikan penghargaan berupa nilai lebih bagi kelompok yang jawabannya
paling baik
– Guru menjelaskan soal kuis tersebut dan kemudian mengaitkan dengan materi
dinamika rotasi.
Kegiatan Akhir
Guru meminta perwakilan siswa menyimpulkan dan guru memberi penekanan pada
materi yang telah dipelajari pada pertemuan ini, diteruskan dengan pemberian tugas
mandiri dan membaca dan memahami materi berikutnya.
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Alat-Alat/Bahan : spidol dan penghapus
Sumber : Buku Fisika Dasar SMA 2B (Tiga Serangkai)
Sarana/Media : Papan tulis
8

VI. Penilaian
– Pengamatan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan saat melakukan tanya jawab
atau diskusi, kinerja keterampilan dalam melakukan peragaan (demonstrasi) serta
penilaian sikap, minat dan tingkah laku siswa di dalam kelas
– Kuis
– Tugas
Contoh Soal Kuis
Lengkapi gaya-gaya yang bekerja pada gambar di bawah ini serta turunkan rumus
percepatannya jika permukaan benda tersebut kasar!
M1
1. 4. M2>M1
F
α
M2

2. 5. M2>M1

3. M1
M2
M1 M2
α

..............., .............................

Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Fisika

–––––––––––––––– –––––––––––––––––
NIP: NIP:
8

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Mata Pelajaran : Fisika


Kelas/Semester : XI/2 (dua)
Pertemuan Ke- 4
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (2 × 45 menit)
Standar Kompetensi : Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu
dalam menyelesaikan masalah
Kompetensi Dasar : Memformulasikan hubungan antara konsep torsi, momentum sudut,
dan momen inersia, berdasarkan hukum II Newton serta
penerapannya dalam masalah benda tegar
Indikator : – Menentukan pusat massa dalam satu garis.
– Menentukan pusat massa pada suatu bidang.
– Menentukan pusat massa dalam suatu ruang.

I. Tujuan Pembelajaran
– Menganalisis keseimbangan partikel (keseimbangan titik).
– Siswa dapat menunjukkan dan pusat massa dalam suatu garis.
– Siswa dapat menunjukkan dan menentukan pusat massa pada suatu bidang.
– Siswa dapat menunjukkan dan menentukan pusat massa dalam suatu ruang.
– Siswa dapat menunjukkan dan menentukan pusat massa benda homogen yang
berbentuk garis atau busur, bidang, kulit homogen, dan pejal homogen.
II. Materi Ajar
Keseimbangan Partikel (Keseimbangan Benda Tegar)
Sebuah benda tegar dikatakan dalam kesetimbangan jika benda itu tidak mengalami
perubahan gerak translasi maupun gerak rotasi. Artinya, benda itu tidak mengalami
percepatan translasi dan tidak pula mengalami percepatan sudut.
III. Metode Pembelajaran
1. Informasi/ceramah
2. Demonstrasi
3. Diskusi dan tanya jawab
IV. Langkah-Langkah
Pembelajaran Kegiatan Awal
Guru membuka pelajaran yang diteruskan dengan tanya jawab untuk mengetahui
sejauh mana pemahaman siswa tentang benda di katakan seimbang.
Kegiatan Inti
– Guru memberikan informasi (ceramah) yang diikuti tanya jawab untuk menjelaskan
keseimbangan partikel (keseimbangan titik) pada garis, bidang datar dan bidang volum
serta bagaimana memahami cara perumusannya.
– Guru melakukan demonstrasi di depan kelas untuk menunjukkan keseimbangan suatu
benda yang bentuknya tidak teratur.
– Guru meminta perwakilan siswa membuat suatu bidang datar yang tak beraturan dan
meminta 2 orang perwakilan siswa untuk mendemonstrasikan cara menentukan titik
berat bidang datar tersebut.
Kegiatan Akhir
Guru meminta siswa menyimpulkan dan guru memberi penekanan materi yang telah
disampaikan pada pertemuan ini, diteruskan dengan pemberian tugas mandiri, membaca
dan memahami materi berikutnya.
8

V. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Alat-Alat/Bahan : Kertas, gunting, benang, penggaris, jarum, spidol dan
penghapus Sumber : Buku Fisika Dasar SMA 2B (Tiga Serangkai)
Sarana/Media : Papan tulis, potongan kertas dengan bentuk tidak teratur yang
digantung oleh benang
VI. Penilaian
– Pengamatan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan saat melakukan tanya jawab
atau diskusi, kinerja keterampilan dalam melakukan peragaan (demonstrasi) serta
penilaian sikap, minat, dan tingkah laku siswa di dalam kelas.

..............., .............................

Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Fisika

–––––––––––––––– –––––––––––––––––
NIP: NIP:
8

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Mata Pelajaran : Fisika


Kelas/Semester : XI/2 (dua)
Pertemuan Ke- 5
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (2 × 45 menit)
Standar Kompetensi : Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu
dalam menyelesaikan masalah
Kompetensi Dasar : Memformulasikan hubungan antara konsep torsi, momentum sudut,
dan momen inersia, berdasarkan hukum II Newton serta
penerapannya dalam masalah benda tegar
Indikator : – Menentukan keseimbangan pada benda tegar.
I. Tujuan Pembelajaran
– Siswa dapat menunjukkan dan menentukan keseimbangan pada benda tegar.
– Siswa dapat menerapkan konsep keseimbangan benda dalam teknologi dan kehidupan
sehari-hari.
II. Materi Ajar
Benda Tegar (Keseimbangan Benda Tegar)
III. Metode Pembelajaran
1. Informasi/ceramah
2. Demonstrasi
3. Diskusi dan tanya jawab
IV. Langkah-Langkah
Pembelajaran Kegiatan Awal
Guru membuka pelajaran yang diteruskan dengan tanya jawab berkaitan dengan rotasi
benda tegar dan keseimbangan benda tegar.
Kegiatan Inti
– Guru memberikan ceramah yang disertai dengan tanya jawab untuk menjelaskan
keseimbangan pada benda tegar.
– Siswa melakukan diskusi kelompok untuk memberi beberapa contoh penerapan
keseimbangan benda tegar dalam teknologi dan kehidupan sehari-hari serta di analisa
bagaimana benda tersebut dapat seimbang saat melakukan kerja.
– Siswa melakukan diskusi kelompok untuk membahas persoalan yang berkaitan dengan
keseimbangan benda tegar.
Kegiatan Akhir
Guru meminta siswa menyimpulkan dan guru memberi penekanan materi yang telah
dibahas pada pertemuan ini. Meminta siswa untuk mempersiapkan diri menghadapi
postes minggu depan.
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Alat-Alat/Bahan : Spidol dan penghapus
Sumber : Buku Fisika Dasar SMA 2B (Tiga Serangkai)
Sarana/Media : papan tulis
VI. Penilaian
– Pengamatan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan saat melakukan tanya jawab
atau diskusi, serta penilaian sikap, minat, dan tingkah laku siswa di dalam kelas
8

..............., .............................

Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Fisika

–––––––––––––––– NIP: ––––––––––––––––– NIP:


87
Lampiran 3
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
Nama Sekolah : SMA N 86 Jakarta Selatan
Kelas XI
Mata Pelajaran : IPA FISIKA
Semester : II (Dua)
Standar Kompetensi : Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah.

Kompetensi Materi Kunci Aspek


Indikator Pertanyaan
Dasar Pembelajaran Jawaban Kognitif
Memformulas Dinamika Mengetahui 1. Perkalian antara gaya dengan lengan gaya, Momen Gaya
ikan hubungan Rotasi dan pengertian dari dimana antara gaya dan lengan gaya harus (B)
antara konsep keseimbangan torsi tegak lurus disebut?
torsi, benda tegar a. Momen inersia
momentum b. Momen gaya C1
sudut, dan c. Momentum sudut
momen d. Gaya sentripetal
inersia, e. Gaya sentrifugal
berdasarkan
hukum II
Newton serta Memahami 2. Sebuah batang yang panjangnya 4 m, Dik: l = ½ x 4 m = 2 m
penerapannya penggunaan mendapatkan gaya sebesar 10N tepat di F = 10 N
dalam torsi pada suatu tengah-tengah dan tegak lurus dengan Dit: τ . . . ?
masalah benda batang batang tersebut. Jika salah satu ujung Jawab: τ = F x l
tegar. batang merupakan porosnya, tentukan = 10 x 2
besar torsi batang tersebut! = 10 x 2 C2
a. 50 Nm = 20 Nm (D)
b. 40 Nm
c. 30 Nm
d. 20 Nm
e. 10 Nm
8

Mengaplikasika 3. Perhatikan gambar di bawah ini! Dik: l = 6 m


n prinsip kerja F = 20 N
torsi pada suatu poros θ = 53O
batang yang Dit: τ ...?
membentuk Jawab: τ = F x l sin 53o
sudut dengan = 20 x 6 . 4/5
menggunakan = 20 x 4,8
aturan torsi = 96 Nm

53o F
C3
Jika diketahui panjang batang tersebut
adalah 6 m, dan gaya yang diberikannya
adalah 20 N. Berapakah besar torsi batang
tersebut jika (sin 53o = 0,8 dan cos 53o =
0,6)?
a. 96 Nm
b. 84 Nm
c. 72 Nm
d. 61 Nm
e. 50,5 Nm

Menganalisis 4. Sebuah persegi memiliki panjang sisi 100 Dik: F1 = 10 N


gaya-gaya pada cm, mendapatkan gaya F1 = 10 N, F2 = F2 = 20N
suatu persegi 20N, dan F3 = 40 N seperti pada gambar di F3 =>F3 sin 37o
yang bawah ini. = 40.3/5 = 24 N
menyebabkan F1 =>F3 cos 37o =
persegi tersebut 40.4/5 = 32 N C4
bergerak Dit: τtotal ... ?
berputar. Jawab:
F2 Στ = -τ1 + τ2 – τ3 sin + τ3 cos
37o
= - (F1x l1) + (F2 x l2) –
F3
(F3 sin 37o x l3) + (F3
8
cos 37o x l4)
Jika poros persegi tepat berada di tengah- = - (10 x 0,5) + (20 x
tengah, tentukan besar torsi total yang 0,5) – (40.3/5 x 0,5) +
bekerja pada persegi tersebut! [searah (40.4/5 x 0,5)
jarum jam (+), berlawanan arah jarum = -5 + 10 – 12 + 16
jam (-)] = 9 Nm (C)
a. 8,5 Nm
b. – 8,5 Nm
c. 9 Nm
d. – 9 Nm
e. 10 Nm

Mengetahui 5. Momen inersia sebuah benda yang berotasi I = m r2


pengertian dari terhadap titik tetap (jari-jari tidak berubah) Karena jari-jari konstan
momen inersia dipengaruhi oleh? maka yang
a. Massa benda mempengaruhi hanya
b. Volum benda massa saja C1
c. Massa jenis benda
d. Percepatan sudut rotasi A (massa benda)
e. Kecepatan sudut awal

Memahami 6. Tiga buah partikel berada pada sumbu Dik: m1 = 1kg


momen inersia X dan Y seperti pada gambar di bawah. m2 = 2kg
partikel pada m3 = 3kg
diagram Y l1 = 1m
catesius. l2 = 2m
3 kg l3 = 3m
Dit: ΣI ...?
1 kg 3m
X Jawab: C2
1m 2m 2kg Karena m1 dan m2
merupakan partikel yang
terlewati sebagai poros
putar, maka inersia yang
bekerja hanya inersia pada
m3 saja.
Jika massa m1 = 1kg, massa m2 = 2kg, dan ΣI = m3 . l32
massa m3 = 3 kg, dan jarak partikel
9

tersebut berturut-turut adalah 1m, 2m, dan = 3 . 32


3m. tentukan besar momen inersia =3.9
partikel tersebut jika berputar terhadap = 27 kgm2 (E)
sumbu X!

a. 1 kg m2
b. 3 kg m2
c. 9 kg m2
d. 15 kg m2
e. 27 kg m2
Mengaplikasika 7. Perhatikan gambar di bawah ini! Dik: m = 2 kg
n momen 2kg L=4m
inersia yang Dit: I...?
terletak pada Jawab:
ujung segitiga 4m Karena lengan tidak tegak
dengan acuan lurus terhadap sumbu x
sumbu putar maka lengan menjadi:
adalah alasnya. X L = √42 − 22 = 2√3 m
Sebuah benda bermassa 2 kg di letakkan di
ujung sebuah bangun yang berbentuk I = m . r2
segitiga sama sisi dengan panjang sisi 4 m. = 2 . (2√3)2 C4
Jika benda tersebut di putar terhadap sumbu = 2 . 4. 3
X seperti pada gambar di samping, tentukan = 24 kgm2 (E)
momen inersia dari benda tersebut!

a.
4 √3 kg m2
b.
4 kg m2
c.
12 √3 kg m2
d.
12 kg m2
e.
24 kg m2

Menganalisis 8. Sebuah benda berbentuk bola pejal Dik: k = 2/5


momen inersia dengan massa 2 kg dan diameter 30 cm. m = 2 kg
dari bola pejal Jika sumbu putarannya melalui pusat bola, d = 30 cm => r = 0,15 m
C3
berapakah besar momen inersia bola pejal Dit: I ...?
tersebut? Jawab:
I = k. m . r2
9
a. 180 x 10-2 kg m2 = 2/5. 2 . (0,15)2
b. 180 x 10-4 kg m2 = 4/5 . 0,0225
c. 3 x 10-2 kg m2 = 180 x 10-4 kg m2 (B)
d. 3 x 10-4 kg m2
e. 300 kg m2

Menganalisis 9. Diketahui sebuah benda memiliki momen Dik : I = 4 kg m2


jenis benda inersia 4 kg m2, jika benda tersebut memili m = 2 kg
tegar pada massa 2 kg dan jari-jari 2 m. Tentukan r=2m
suatu benda. jenis benda tersebut! Dit : Bentuk Benda ...?
a. Bola pejal Jawab:
b. Bola tipis berongga I = k . m . r2 C3
c. Silinder pejal 4 = k . 2 . 22
d. Silinder tipis 4=k.8
e. batang homogen ½ = k (silinder pejal) C

Mengetahui 10. Sebuah gilingan berbentuk silinder pejal (k Dik : k = ½


keterkaitan =1/2) bermassa 2 kg dan jari-jari 10 cm, m = 2 kg
antara momen berputar dengan percepatan sudut sebesar r = 10 cm = 0,1 m
gaya dengan 2 rad/s2. Tentukan besar momen gaya α = 2 rad/s2
momen inersia gilingan tersebut! Dit: τ ...?
a. 2 Nm Jawab: C2
b. 2 x 10-1 Nm τ=I.α
c. 2 x 10-2 Nm = ½ . m . r2 . α
d. 2 x 10-3 Nm = ½ . 2 . 0,12 . 2
e. 2 x 10-4 Nm = 2 x 10-2 Nm (C)

Memahami 11. Sebuah roda pejal memiliki momen Dik : I = 5 kg m2


hubungan inersia 5 kg m2. Sebuah momen gaya τ = 4 Nm
percepatan sebesar 4 Nm bekerja pada roda tersebut. Dit : α = ...?
sudut dengan Besar percepatan sudut yang dialami roda Jawab:
C2
momen gaya adalah? τ=I.α
dan momen a. 0,5 rad/s2 4=5.α
inersia b. 0,8 rad/s2 α = 0,8 rad/s2 (B)
c. 1,0 rad/s2
9
d. 1,5 rad/s2
e. 2,0 rad/s2

Mengapliasikan 12. Sebuah gerinda memiliki momen inersia Dik : I = 2 kg m2


hubungan sebesar 2 kg m2 dan berjari-jari 20 cm. r = 20 cm = 0,2
antara Jika gerinda tersebut bergerak dengan m a = 2 m/s2
percepatan percepatan 2 m/s2, tentukan momen gaya Dit : τ ...?
pada gerak yang bekerja pada gerinda tersebut! Jawab:
lurus dengan a. 40 Nm τ =I.α C3
torsi b. 30 Nm τ = I . a/r
c. 20 Nm τ = 2 . 2/0,2
d. 10 Nm τ = 20 Nm (C)
e. 5 Nm

Menganalisis 13. Sebuah bola bowling dengan momen Dik: I = 10 kg m2


hubungan inersia 10 kg m2 mula-mula dalam keadaan ωo = 0 rad/s
antara gerak diam, ketika diberikan gaya pada lintasan ωt = 10 rad/s
melingkar lurus sebesar F pada permukaan atas bola, t = 2 sekon
dengan gerak bowling tersebut bergerak lurus dan r = 20 cm = 0,2 m
lurus menggelinding dengan kecepatan sudut 10 Dit: F . . . ?
rad/s selama 2 detik. Tentukanlah besar Jawab:
gaya F yang mendorong bola bowling τ =I.α C4
tersebut jika jari-jari bowling sebesar 20 F. r = 10 . (ωt - ωo/t)
cm! F. 0,2= 10 . (10 – 0/2)
a. 400 N F. 0,2= 10 . 5
b. 350 N F = 50 /0,2
c. 300 N F = 250 N (D)
d. 250 N
e. 200 N
9

Menganalisis 14. Sebuah roda mobil gocar berbentuk Dik: k = ½


gaya gesek silinder pejal (k =1/2) sedang dilakukan vo = 20 m/s
pada sebuah pengujian, mula-mula bergerak berputar vt = 0 m/s
roda berbentuk dengan kecepatan 20 m/s, kemudian t = 4 detik
silinder pejal direm secara mendadak dan berhenti I = 0,5 kg m2
pada kehidupan setelah 4 detik. Jika diketahui momen r = 10 cm
sehari-hari inersia roda mobil tersebut 0,5 kg m2 dan g = 10 m/s2
jari-jarinya 10 cm. Tentukanlah kekasaran Dit: µ . . . ?
(µ) lintasan roda mobil tersebut yang Jawab:
mengakibatkan mobil dapat berhenti. (g = a= (vo – vt/t)
10 m/s2) a= (20 -0/4)
a. 0,75 a= 5 m/s2
b. 0,50 C4
c. 0,25 I = k.m.r2
d. 0,20 0,5 = ½.m.(0,1)2
e. 0,05 1 = m . 10-2
m = 100 kg

τ =I.α
f.r = ½ m. r2.a/r
f = ½.100.5
μ.m.g = 250
μ . 1000 = 250
μ = 0,25 (C)

Mengetahui 15. Apa yang terjadi jika seorang penari balet Ketika tangan penari di
tentang yang mula-mula merentangkan lipat momen inersia akan
momentum tangannya ketika berputar tiba-tiba menjadi kecil dikarnakan
sudut melipat tangannya? lengan terhadap poros putar
a. Kecepatan berputarnya semakin menjadi kecil, akan tetapi
melambat kecepatan berputar akan C1
b. Kecepatan berputar semakin cepat semakin cepat, karena
c. Massa penari balet bertambah inersia benda dengan
d. Massa penari balet berkurang kecepatan berbanding
e. Salah semua terbalik (B)
L=I.ω
9

Memahami 16. Sebuah piringan musik yang berputar Dik: ω = 10 rad/s


penerapan dengan kecepatan sudut sebesar 10 rad/s I = 0,5 kg m2
momentum memiliki momen inersia sebesar 0,5 kg m2. Dit: L . . .?
sudut pada Tentukanlah besar momentum sudut Jawab:
piringan musik piringan musik tersebut! L=I.ω
a. 1 kg m2 rad/s = 0,5 . 10 C2
b. 2 kg m2 rad/s = 5 kg m2 rad/s (E)
c. 3 kg m2 rad/s
d. 4 kg m2 rad/s
e. 5 kg m2 rad/s

Mengaplikasika 17. Bola pejal (k = 2/5) yang mula-mula diam Dik: k = 2/5
n prinsip lalu bergerak dengan kecepatan sudut 5 ωo = 0 rad/s
momentum rad/s. Jika diketahui bola pejal tersebut ωt = 5 rad/s
sudut pada bola memiliki massa 2 kg dan jari-jari 10 cm, m = 2 kg
pejal yang tentukanlah momentum sudut bola pejal r = 10 cm = 0,1m
bergerak tersebut! Dit: L ...? C3
melingkar a. 1 x 10-2 kg m2 rad/s Jawab:
b. 2 x 10-2 kg m2 rad/s L = I .ω t
c. 3 x 10-2 kg m2 rad/s = k . m . r2 . ω t
d. 4 x 10-2 kg m2 rad/s = 2/5 . 2 . (0,1)2 . 5
e. 5 x 10-2 kg m2 rad/s = 4 x 10-2 kg m2 rad/s (D)

Menganalisis 18. Bola pejal dengan momen inersia 2 kg m2 Dik: Bola Pejal (k = 2/5)
momentum melakukan 10 putaran tiap detiknya, I = 2 kg m2
sudut suatu tentukanlah besar momentum sudut bola f = 10 Hz
bola pejal pejal tersebut? Dit: L ...?
dengan a. 10 π kg m2 rad/s Jawab:
C4
memperhatikan b. 20 π kg m2 rad/s L=I.ω
frekuensi c. 30 π kg m2 rad/s = I . (2π . f)
putarannya d. 40 π kg m2 rad/s = 2 . (2 π . 10)
e. 50 π kg m2 rad/s = 40 π kg m2 rad/s (D)
9

Menganalisa 19. Dua buah roda, yaitu roda A dan roda B Dik: IA = 3 kg m2
kejadian sehari- yang masing-masing memiliki momen IB = 2 kg m2
hari inersia sebesar 3 kg m2 dan 2 kg m2. Mula- ωA = 1 rad/s
berdasarkan mula roda A berputar dengan kecepatan ωB = 3 rad/s
prinsip hukum sudut 1 rad/s sedangkan roda B 3 rad/s, Dit ωAB ...?
kekekalan jika kemudian roda A dan B digabung Jawab:
momentum menjadi seporos. Berapakah besar Maka persamaan hukum
sudut. kecepatan sudut gabungan roda A dan B kekekalan momentum C4
tersebut? menjadi.
a. 0,9 rad/s L = L’
b. 1,8 rad/s IA . ωA + IB . ωB = (IA+ IB)ω’
c. 2,7 rad/s 3 . 1 + 2 . 3 = (3+2) ω’
d. 3,6 rad/s 3 + 6 = 5 ω’
e. 4,5 rad/s 9/5 = ω’
ω’ = 1,8 rad/s (B)

Mampu 20. Sebuah benda yang memiliki momen Dik: r1 = 2 m


menganalisa inersia I diikatkan di ujung tali. Tali v1 = 10 m/s
momentum diputar hingga bergerak melingkar r2 = 1 m
sudut pada pada bidang horizontal dengan Dit: ω2 . . .?
suatu bandul panjang tali 2 m dan kecepatan 10 m/s. Jawab:
yang diputar Kemudia tali ditarik sehingga panjang L = L’
pada bidang tali menjadi 1 m. Berapakah kecepatan I . ω1 = I . ω2 C4
horizontal. putaran sudut benda sekarang? v1/r1 = ω2
a. 1 rad/s 10/2 = ω2
b. 2 rad/s 5 rad/s = ω2 (E)
c. 3 rad/s
d. 4 rad/s
e. 5 rad/s
2
Mengetahui 21. Besar energi kinetik rotasi Ekrotasi = ½ I . ω
faktor yang benda bergantung pada, kecuali? Ekrotasi = ½ k . m . r2 . ω2
mempengaruhi a. Massa Yang terkecuali adalah
energi kinetik b. Jari-jari momen gaya (E) C1
rotasi suatu c. Kecepatan sudut
benda. d. Momen inersia
e. Momen gaya
9

Memahami 22. Roda mobil dengan momen inersia Dik: I = 4 kg m2


energi kinetik sebesar 4 kg m2 menuruni bukit dengan ω = 5 rad/s
rotasi yang kecepatan sudut 5 rad/s. Tentukanlah Dit: Ekrotasi ...?
bekerja pada besar energi kinetik rotasi roda mobil Jawab:
2
sebuah roda tersebut! Ekrotasi = ½ I . ω
mobil a. 20 J = ½ 4 . (5)2 C2
b. 25 J = 50 J (E)
c. 30 J
d. 40 J
e. 50 J

Mengaplikasika 23. Baling-baling helikopter memiliki Dik: I = 4 kg m2


n energi rotasi momen inersia sebesar 4 kg m2, jika f = 3600 put/men = 60 Hz
pada sebuah baling-baling heli tersebut dapat Dit: Ekrotasi...?
baling-baling melakukan 3600 putaran tiap Jawab:
2
helikopter yang menitnya, berapakah besar energi Ekrotasi = ½ I . ω
berputar. kinetik rotasi baling-baling heli = ½ I . (2π . f)2 C3
tersebut? = ½ 4 (2π . 60)2
a. 28.800 π2 J = 28.800π2 J (A)
b. 14.400 π2 J
c. 7.200 π2 J
d. 3.600 π2 J
e. 240 π2 J
Menganalisis 24. Sebuah bola bowling yang berbentuk Dik: k = 2/5
besar energi bola pejal ( k = 2/5) dilepaskan oleh v = 10
kinetik rotasi seorang pemain sehinga bola m/s m = 6
dan energi tersebut bergerak dengan kelajuan 10 kg
kinetik linear m/s. Massa bola tersebut 6 kg dan d = 80 cm=0,8 m;r=0,4m
pada kehidupan berdiameter 80 cm. Berapakah besar Dit: Ektotal ...?
sehari-hari energi kinetik total bola bowling Jawab:
Ektotal = Ekrotasi + Ektranslasi C4
tersebut?
a. 140 J = ½ I . ω2 + ½ m .v2
b. 210 J = ½ m . v2 (k+1)
c. 280 J = ½. 6 .102 (2/5 + 1)
d. 350 J = 300 . 7/5
e. 420 J = 420 J (E)
9

Mengetahui 25. Perhatikan pernyataan di bawah ini!


faktor-faktor 1. Sudut kemiringan
yang 2. Berat benda f
berpengaruh 3. Kekasaran permukaan bidang
μ
pada sebuah miring
benda yang Faktor yang mempengaruhi gerak W
bergerak menggelinding pada bidang miring α
C1
menggelinding adalah . . . Yang mempengaruhi
pada bidang a. 1 saja adalah; berat
miring b. 1 dan 2 benda,kekasaran bidang,
c. 1 dan 3 sudut kemiringan.
d. 2 dan 3 (E)
e. Semua benar

Menganalisis 26. Tentuka besar torsi yang terjadi ketika Dik: Silinder Pejal (k=1/2)
torsi yang sebuah silinder pejal yang bermassa 2 m = 2 kg
bekerja pada kg dan berjari-jari 10 cm, menuruni r = 10 cm = 0,1 m
sebuah benda bukit dengan sudut kemiringan 37o dan θ = 37O
yang bergerak kekasaran lintasan sebesar 0,25! (g = μ = 0,25
berputar dan 10 m/s2) g = 10 m/s2
linear pada a. 0,1 Nm Dit: τ ...?
sebuah bidang b. 0,2 Nm Jawab:
miring. c. 0,3 Nm τ=I.α
d. 0,4 Nm f.r = k.m.r2.a/r
e. 0,5 Nm f = k.m.a . . .(1)
C4
F-f = m .a (subtitusi per 1)
Wsinθ = m.a + k.m.a
m.g sin37O = a.m.(1+k)
g.sin37o = a (1+k)
a = g.sin37o/(1+k)
a = 10. 3/5 /(1 + ½)
a = 4 m/s2...(2)

τ =k.m.r2.a/r(subtitusi per 2)
= ½ x 2 x 0,1 x 4
= 0,4 Nm (D)
9

Menganalisis 27. Perhatikan gambar di bawah ini! Dik: mA = 2 kg


hubungangn mB = 1kg
torsi pada Mk = 4 kg
sebuah katrol r = 0,2 m
yang bergerak g = 10 m/s2
berputar. Dit: a . . .?
Jawab:
τ = I .α
B r (TA –TB) = k.m.a/r
TA-TB = k.m.a x (-)
A -TA+TB = -k.m.a ... (1)

Jika diketahui massa A = 2 kg, massa ΣF = m.a


B =1 kg, massa katrol = 4 kg, dan jari- WA-TA = mA . a...(2)
jari katrol 0,2 m. berapakah C4
TB – WB = mB .a ...(3)
percepatan sistem katrol tersebut jika
katrol dianggap kasar? (g = 10 m/s2) Jumlah Persamaan 2 dan 3
a. 1 m/s2 menjadi persamaan (4)
b. 2 m/s2
c. 3 m/s2 WA-WB-TA+TB=a(mA+mB)
d. 4 m/s2
e. 5 m/s2 Subtitusi persamaan 1 ke 4
akan menjadi:

a = WA-WB/(mA+mB+kMk)
a = 20 – 10 / (2+1+ ½ .4)
a = 10 / 5
a = 2 m/s2 (B)
Menganalisis 28. Bola pejal (k = 2/5) bermassa 5 kg, Dik: k = 2/5
besar kecepatan menggelinding menuruni sebuah m = 5 kg
pada sebuah bidang miring dengan ketinggian 21 h = 21 m
benda yang m. Tentukanlah besar kecepatan g = 10 m/s2
bergerak pada silinder pejal tersebut saat berada di Dit...v ? C4
bidang miring dasar bidang miring!(g = 10 m/s2) Jawab:
a. 5 m/s EM1 = EM2
b. 5√3 m/s Ep = Ektotal
c. 10 m/s m.g.h = ½ m.v2 (k+1)
9

d. 10√3 m/s v2 = 2.g.h/(k+1)


e. 15 m/s = 2.10.21/(2/5 + 1)
= 420 : 7/5
= 300
v = 10√3 m/s (D)
Mengetahui 29. Manakah dari gambar-gambar di Gambar 1: Stabil, karena
perbedaan dari bawah ini yang termasuk titik berat benda berada
jenis-jenis keseimbangan labil, stabil dan netral dekat dengan dasar
keseimbangan berturut-turut? sehingga kesetabilan tinggi.

Gambar 2: Labil, karena


titik berat berada di bagian
atas dekat dengan dasar
bidang, sehingga tingkat
C1
kesetabilan kecil.

a. 1,2,3 Gambar 3: Netral, karena


b. 1,3,2 titik berat selalu berada di
c. 2,3,1 pusat bidang, sehingga
d. 2,1,3 meski mendapat gaya. Titik
e. 3,2,1 berat tidak berubah.

(D)
Menganalisis 30. Sebuah kotak digantung seperti Penyelesaian:
gaya tegangan pada gambar di bawah. Sistem T1x = T1.sin60o
tali pada benda dalam keadaan seimbang. Besar = ½ √3 T1
yang berada gaya tegangan pada kedua tali T1y = T1. Cos 60o
dalam posisi adalah? = ½ T1
setimbang T2x = T2. Cos 30o
T1 T2 = ½ √3 T2 C4
60o T2y = T2. sin 30o
30o = ½ T2

ΣFx = 0
T2x – T1x = 0
T2x = T1x
600 N
10
a. T1 > T2 ½ √3 T2 = ½ √3 T1
b. T1 < T2 T2 = T1 (E)
c. T1 = 1 √2 T2
2
d. T1 = 1 T2
2
e. T1 = T2

Menentukan 31. Perhatikan gambar di bawah ini. Titik berat bangun tersebut
titik berat sutu untuk sumbu Y bernilai
bidang datar Y tetap berdasarkan
pemahaman sehingga bisa
kita tentukan yaitu: ½ x 2 =
2
1
Maka jawabannya adalah
X (B)
4 7
C2

Tentukan koordinat pusat massa


bangun di atas!
a. (1 : 1,3)
b. (2,8 ; 1)
c. (2 : 3)
d. (3 : 2)
e. (2 : 1,3)
Mengetahui 32. Suatu tabung yang berdiameter 4R Titik berat bangun
letak titik berat dan tinggi 8R seperti pada gambar di disamping berdasarkan
suatu tabung bawah ini. pemahaman berada di pusat
maka jika dilihat dari
sumbu X : ½ x 4R = 2R
8R Y : ½ x 8R = 4R C1
Maka jawabannya adalah
(C)

4R
10

Tentukanlah koordinat titik berat tabung


tersebut!
a. (4R;4R)
b. (4R;8R)
c. (2R;4R)
d. (2R;8R)
e. (4R;2R)

Menganalisis 33. Balok kayu homogen di samping Dik: l = 8m


beban yang mempunyai panjang 8 m dan berat 200 W = 200N
dirasakan N berada di atas dua buah penyangga Dit = NA...?
penopang saat A dan B. Besar beban yang dirasakan Jawab:
keadaan oleh titik A adalah .... Berdasarkan pemahaman
setimbang poros di B, letak titik berat
di tengah-tengah batang
A 8 B
3m 1m sehingga lB = 3 m dari poros
C4
B. lA = 4 m diukur dari
poros B.
Στ = 0
a. 60 N d. 120N NA . lA – W . lB = 0
b. 80 N e. 150 N NA . lA = W . lB
c. 100 N NA . 4 = 200 . 3
NA = 150 N (E)

Menganalis 34. Sebuah tangga homogen AB diam Dik: W = 100N


tingkat pada dinding licin dengan kemiringan l=5m
kekasaran tertentu terhadap arah mendatar (lihat h=3m
lantai pada gambar). Tanah adalah kasar dan berat Dit: μ . . . ?
sebuah tangga tangga 100 N. Jika batang tepat akan Jawab:
yang di bergeser, berapakah besar koefisien ΣFy = 0
sandarkan pada gesek statis tanah? NB – W = 0 C4
tembok dan NB = W
A
bersinggungan NB = 100N...(1)
5
dengan lantai
Licin
ΣFx = 0
3 NA – μ.NB = 0
B
Kasar
NA = μ.NB
10
a. 1/3 d. 3/4 NA = μ. 100N...(2)
b. 2/3 e. 1/2
c. 1 Στ = 0 (poros di B)
NA . h – W . ½ l. 4/5 = 0
μ. 100.3 – 100 . ½ .5.4/5 = 0
μ. 300 = 200
μ = 2/3 (B)

Menganalisis 35. Perhatikan gambar di bawah ini! Dik: m = 2kg


untuk l=5m
menentukan A perbandingan panjang
besar massa batang dari penumpu
suatu benda 1:5
pada keadaan lA = 1/6 x 5 = 5/6 m
setimbang pada lB = 5/6 x 5 = 25/6 m
massa batang adalah 4 kg, dan panjang lw = 25/6 – 5/2 = 5/3 m
jungkat-jangkit
batang 5 m. Batang diletakkan pada g = 10 m/s2
sebuah penumpu dengan perbandingan Dit: m ...? C4
A
panjang antara yang diletakan balok Jawab:
dan tidak adalah 1:5. Berapakah massa Στ = 0
benda A agar batang menjadi WA . lA – W . lw = 0
seimbang? (g = 10 m/s2) mA .g .lA = W . lw
a. 6 kg d. 9 kg mA = W .lw/g.lA
b. 7 kg e. 10 kg mA = 40 . 5/3 : 10 .5/6
c. 8 kg mA = 8 kg (C)
Lampiran 9

Tabel Uji Validitas 1


butir soal
Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0
2 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0
3 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1
4 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1
5 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0
6 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0
7 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0
8 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
9 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0
10 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0
11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
12 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
13 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0
14 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
15 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1
16 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0
17 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0
18 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0
19 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
20 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
21 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
22 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1
p 13 3 6 2 13 3 0 9 9 7 13 19 10 11 13 16 10 7 6 8
q 22 32 29 33 22 32 35 26 26 28 22 16 25 24 22 19 25 28 29 27
pi 0.591 0.136 0.273 0.091 0.591 0.136 0.000 0.409 0.409 0.318 0.591 0.864 0.455 0.500 0.591 0.727 0.455 0.318 0.273 0.364
qi 1.000 1.455 1.318 1.500 1.000 1.455 1.591 1.182 1.182 1.273 1.000 0.727 1.136 1.091 1.000 0.864 1.136 1.273 1.318 1.227
Mt 15.682 15.682 15.682 15.682 15.682 15.682 15.682 15.682 15.682 15.682 15.682 15.682 15.682 15.682 15.682 15.682 15.682 15.682 15.682 15.682
Jml 241 75 82 35 215 77 0 181 176 117 248 335 199 177 200 297 195 120 110 162
mp 18.538462 25 13.666667 17.5 16.538462 25.666667 0 20.111111 19.555556 16.714286 19.076923 17.631579 19.9 16.090909 15.384615 18.5625 19.5 17.142857 18.333333 20.25
√p/q 0.76871 0.30619 0.45486 0.24618 0.76871 0.30619 0 0.58835 0.58835 0.5 0.76871 1.08972 0.63246 0.677 0.76871 0.91766 0.63246 0.5 0.45486 0.54433
SDt 5.131 5.131 5.131 5.131 5.131 5.131 5.131 5.131 5.131 5.131 5.131 5.131 5.131 5.131 5.131 5.131 5.131 5.131 5.131 5.131
rbis 0.428 0.556 -0.179 0.087 0.128 0.596 0.000 0.508 0.444 0.101 0.509 0.414 0.520 0.054 -0.045 0.515 0.471 0.142 0.235 0.485
rtabel 0.3598 0.3598 0.3598 0.3598 0.3598 0.3598 0.3598 0.3598 0.3598 0.3598 0.3598 0.3598 0.3598 0.3598 0.3598 0.3598 0.3598 0.3598 0.3598 0.3598
Ket valid valid invalid invalid invalid valid invalid valid valid invalid valid valid valid invalid invalid valid valid invalid invalid valid
Tabel Uji Validitas 1

Xt Xt2
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 22 484
1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 19 361
0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 16 256
0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 16 256
0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 12 144
0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 8 64
1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 18 324
0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 19 361
0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 16 256
0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 14 196
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 20 400
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 20 400
0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 13 169
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 8 64
0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 16 256
0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 16 256
1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 11 121
0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 17 289
1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 23 529
0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 17 289
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 4
1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 22 484
8 15 19 15 17 15 9 6 17 11 10 16 0 9 0 345 5963
27 20 16 20 18 20 26 29 18 24 25 19 35 26 35
0.364 0.682 0.864 0.682 0.773 0.682 0.409 0.273 0.773 0.500 0.455 0.727 0.000 0.409 0.000
1.227 0.909 0.727 0.909 0.818 0.909 1.182 1.318 0.818 1.091 1.136 0.864 1.591 1.182 1.591
15.682 15.682 15.682 15.682 15.682 15.682 15.682 15.682 15.682 15.682 15.682 15.682 15.682 15.682 15.682
160 274 343 271 304 267 144 128 309 180 187 284 0 141 0
20 18.266667 18.052632 18.066667 17.882353 17.8 16 21.333333 18.176471 16.363636 18.7 17.75 0 15.666667 0
0.54433 0.86603 1.08972 0.86603 0.97183 0.86603 0.58835 0.45486 0.971830.6770.63246 0.9176600.588350
5.131 5.131 5.131 5.131 5.131 5.131 5.131 5.131 5.131 5.131 5.131 5.131 5.131 5.131 5.131
0.458 0.436 0.504 0.403 0.417 0.358 0.036 0.501 0.473 0.090 0.372 0.370 0.000 -0.002 0.000
0.3598 0.3598 0.3598 0.3598 0.3598 0.3598 0.3598 0.3598 0.3598 0.3598 0.3598 0.3598 0.3598 0.3598 0.3598
valid valid valid valid valid invalid invalid valid valid invalid valid valid invalid invalid invalid
Lampiran 12
Tabel Daya Pembeda
Batas Atas Kelas
Nomor Soal
Siswa Jml
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 23
2 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 22
3 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 22
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 20
5 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 20
6 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 19
7 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 19
8 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 18
9 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 17
10 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 17
11 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 16
BA 8 3 1 1 8 3 0 5 6 4 10 11 8 6 7 9 7 4 4 5 7 11 11 9 10 8 5 6 10 4 6 10 0 6 0

Batas Bawah Kelas


Nomor Soal
Siswa Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 16
2 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 16
3 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 16
4 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 16
5 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 14
6 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 13
7 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 12
8 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 11
9 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 8
10 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 8
11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
BB 5 0 5 1 5 0 0 4 3 3 3 8 2 5 6 7 3 3 2 3 1 4 8 6 7 7 4 0 7 7 4 6 0 3 0

DP 0.27 0.27 -0.36 0.00 0.27 0.27 0.00 0.09 0.27 0.09 0.64 0.27 0.55 0.09 0.09 0.18 0.36 0.09 0.18 0.18 0.55 0.64 0.27 0.27 0.27 0.09 0.09 0.55 0.27 -0.27 0.18 0.36 0.00 0.27 0.00
cukup cukup s.jelek jelek cukup cukup jelek jelek cukup jelek baik cukup baik jelek jelek jelek cukup jelek jelek jelek baikbaik cukup cukup cukup jelek jelek baik cukup s.jelek jelek cukup jelek cukup jelek
Ket
Lampiran 11
Nomor soal
Siswa Jml
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Tabel
17 Taraf
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 22
2 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 19
3 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 16
4 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 16
5 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 12
6 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 8
7 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 18
8 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 19
9 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 16
10 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 14
11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 20
12 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 20
13 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 13
14 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 8
15 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 16
16 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 16
17 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 11
18 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 17
19 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 23
20 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 17
21 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
22 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 22
Jml 13 3 6 2 13 3 0 9 9 7 13 19 10 11 13 16 10 7 6 8 8 15 19 15 17 15 9 6 17 11 10 16 0 9 0 345
N(JS) 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22
P 0.59 0.14 0.27 0.09 0.59 0.14 0.00 0.41 0.41 0.32 0.59 0.86 0.45 0.50 0.59 0.73 0.45 0.32 0.27 0.36 0.36 0.68 0.86 0.68 0.77 0.68 0.41 0.27 0.77 0.50 0.45 0.73 0.00 0.41 0.00
Ket sdg skr skr skr sdg skr skr sdg sdg sdg sdg mdh sdg sdg sdg mdh sdg sdg skr sdg sdg sdg mdh sdg mdh sdg sdg skr mdh sdg sdg mdh skr sdg skr
10

Lampiran 8

SKOR POSTES HASIL BELAJAR SISWA KELOMPOK EKSPERIMEN

Skor postes
No.Hasil Belajar Skor
Sampel SiswaHasil
Kelompok
Belajar
1 50
2 50
3 55
4 55
5 55
6 60
7 60
8 65
9 65
10 65
11 65
12 65
13 70
14 70
15 70
16 70
17 70
18 70
19 70
20 75
21 75
22 75
23 75
24 75
25 75
26 75
27 80
28 80
29 80
30 80
31 80
32 80
33 85
34 85
35 85
36 85
Jumlah 2545
10

Pemberian skor postes pada hasil belajar kelompok eksperimen dengan


jumlah butir soal sebanyak 20 butir sebagai berikut:

Skor  Jumlah Betul x 100


Jumlah soal

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus fungsi (fx) dalam


program microsof excel telah diperoleh data sebagai berikut:

x 1 = 2.545
x1
= 70,70


x  = 6.477.025
1
2

Standar Deviasi (S1) = 9,94


Varians ( S12 ) = 98,79
11

Lampiran 9

SKOR POSTES HASIL BELAJAR SISWA KELOMPOK KONTROL

Skor
NoPostes
SampelHasil Belajar Siswa Belajar
Skor Hasil Kelompok
1 45
2 45
3 45
4 45
5 50
6 50
7 55
8 55
9 60
10 60
11 60
12 60
13 65
14 65
15 65
16 65
17 65
18 70
19 70
20 70
21 70
22 70
23 70
24 70
25 70
26 75
27 75
28 75
29 75
30 75
31 75
32 80
33 80
34 80
35 85
36 85
jumlah 2375
11

Pemberian skor postes pada hasil belajar kelompok kontrol dengan jumlah
butir soal sebanyak 20 butir sebagai berikut:

Skor  Jumlah Betul x 100


Jumlah soal

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus fungsi (fx) dalam


program microsof excel telah diperoleh data sebagai berikut:

x 2 = 2.375
x2
= 65,97


x  = 5.640.625
2
2

Standar Deviasi (S2) = 11,453


Varians ( S22 ) = 131,17
11

Lampiran 10

ANALISIS DATA SKOR HASIL BELAJAR SISWA KELOMPOK


EKSPERIMEN

1. Harga rata-rata

x
 x  2545  70,70
n 36

2. Rentang skor (R)


R = skor maksimum – skor minimum
R = 85 – 50 = 35

3. Banyaknya kelas
(K) K = 1 + 3,3 log
n
K = 1 + 3,3 log 36
K = 6,135 atau dibulatkan menjadi 6

4. Panjang interval kelas (P)


R
P 35
K  5,83dibulatkan menjadi 6
6

5. Median (Me)
1 
2 nF
 
Me  b  p
 f 
 
 
Keterangan:
Me :
median
b : batas bawah kelas
median p : panjang kelas
median
n : ukuran sample atau banyak data
11

F : jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas
median
f : frekuensi kelas median
1nF
 2
Me  b  p 
f
 
 
 1 36  7 
 
Me  63,5  6 2
12

 
Me = 69

6. Modus (Mo)
b1
Mo  b  p 
 b1  b2 

Keterangan:
Mo : modus
b: batas bawah kelas modus yaitu kelas interval dengan frekuensi terbanyak p: panjang kelas mod
b1 : frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval dengan tanda kelas yang lebih k
b2 : frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval dengan tanda
kelas yang lebih besar sesudah tanda kelas modus

 b1 
Mo  b  p 
 b1  b2 
 10 
Mo  63,5 
6 
10  5 
Mo = 67,5
11

Lampiran 11

ANALISIS DATA SKOR HASIL BELAJAR SISWA KELOMPOK


KONTROL

1. Harga rata-rata

x
 x  2375  65,97
n 36

2. Rentang skor (R)


R = skor maksimum – skor mimimum
R = 85 – 45 = 40

3. Banyaknya kelas
(K) K = 1 + 3,3 log
n
K = 1 + 3,3 log 36
K = 6,135 atau dibulatkan menjadi 6

4. Panjang interval kelas (P)


R
P 40
K  6,67 atau dibulatkan menjadi 7
6

5. Median (Me)
1 
2 nF
 
Me  b  p
 f 
 
 
Keterangan:
Me :
median
b : batas bawah kelas
median p : panjang kelas
median
n : ukuran sample atau banyak data
11

F : jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas
median
f : frekuensi kelas median
1nF
 2
Me  b  p 
f
 
 
 1 36 17 
 
Me  68,5  7 2
14

 
Me = 69

6. Modus (Mo)
b1
Mo  b  p 
 b1  b2 

Keterangan:
Mo : modus
b: batas bawah kelas modus yaitu kelas interval dengan frekuensi terbanyak p: panjang kelas mod
b1 : frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval dengan tanda kelas yang lebih k
b2 : frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval dengan tanda
kelas yang lebih besar sesudah tanda kelas modus

 b1 
Mo  b  p 
 b1  b2 
 9 
Mo  68,5 
7 
 9  11
Mo = 71,65
11

Lampiran 12

UJI NORMALITAS DATA KELOMPOK EKSPERIMEN DENGAN


RUMUS LILLIEFORS

Tabel 13. Data Uji Normalitas Kelompok Eksperimen


Skor Hasil
No F Zi F(zi) S(zi) F(zi)-S(zi)
Belajar
1 50 2 -2,08 0,0188 0,0556 0,0368
2 55 3 -1,58 0,0571 0,139 0,0819
3 60 2 -1,08 0,1401 0,194 0,0539
4 65 5 -0,57 0,2843 0,333 0,0487
5 70 7 -0,07 0,4721 0,528 0,0559
6 75 7 0,43 0,6664 0,722 0,0556
7 80 6 0,94 0,8264 0,889 0,0626
8 85 4 1,44 0,9251 1 0,0749

Keterangan:
X1 : skor hasil belajar siswa kelompok eksperimen
Z1 : angka baku dari X1 yang diperoleh dengan rumus:

xi  x
Zi 
S
keterangan:
xi: skor hasil belajar siswa kelompok eksperimen X: rata-rata
S: standar deviasi
F(Z1): peluang dari angka baku Z1 yang dapat dilihat dalam daftar distribusi

normal baku (tabel-F).


Jika nilai Z1 negatif, maka F(Z1) = 0,5 – Ftabel
Jika nilai Z1 positif, maka F(Z1) = 0,5 + Ftabel
ni
S(Z1) : proporsi berdasarkan urutan yang diperoleh dengan rumus: S(Z1) 
n
11

FZ1  SZ1 : selisih mutlak dari F(Z ) dan S(Z )


1 1

HIPOTESIS:
H0: data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1: data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

KRITERIA:
- Jika Lo > Ltabel berarti tolak H0
- Jika Lo < Ltabel berarti terima H0

Lo adalah Lhitung atau selisih mutlak F(Z1) dan S(Z1) yang terbesar.
Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dilihat bahwa Lo dalam tabel di atas
adalah 0,0819. Berdasarkan data dari daftar harga L kritis untuk uji Lilliefors
dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) dan sampel berjumlah 36 (n = 36), maka
harga Ltabel adalah:

Ltabel 0,866
  0,144
36

Dengan demikian Lhitung (Lo) lebih kecil daripada Ltabel, yaitu 0,0819 <
0,144 maka terima H0 yang berarti bahwa data pada kelompok eksperimen adalah
berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
11

Lampiran 13

UJI NORMALITAS DATA KELOMPOK KONTROL DENGAN


RUMUS LILLIEFORS

Tabel 14. Data Uji Normalitas Kelompok Kontrol


Skor Hasil
No F Zi F(zi) S(zi) F(zi)-S(zi)
Belajar
1 45 4 -1,83 0,0336 0,111 0,0774
2 50 2 -1,39 0,0823 0,167 0,0847
3 55 2 -0,96 0,1685 0,222 0,0535
4 60 4 -0,52 0,3015 0,333 0,0315
5 65 5 -0,08 0,4681 0,472 0,0039
6 70 8 0,35 0,6368 0,694 0,0572
7 75 6 0,79 0,7852 0,861 0,0758
8 80 3 1,22 0,8888 0,944 0,0552
9 85 2 1,66 0,9515 1 0,0485

Keterangan:
X2 : skor hasil belajar siswa kelompok eksperimen 2
Z2 : angka baku dari X1 yang diperoleh dengan rumus:

xi  x
Zi 
S
keterangan:
xi: skor hasil belajar siswa kelompok eksperimen 2
X : rata-rata
S: standar deviasi

F(Z2) : peluang dari angka baku Z2 yang dapat dilihat dalam daftar distribusi
normal baku (tabel-F).
Jika nilai Z2 negatif, maka F(Z2) = 0,5 – F-tabel
Jika nilai Z2 positif, maka F(Z2) = 0,5 + F-tabel
ni
S(Z2) : proporsi berdasarkan urutan yang diperoleh dengan rumus: S(Z2) 
n
11

FZ2   SZ2  : selisih mutlak dari F(Z ) dan S(Z )


2 2

HIPOTESIS:
H0: data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1: data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

KRITERIA:
- Jika Lo > Ltabel berarti tolak H0
- Jika Lo < Ltabel berarti terima H0

Lo adalah Lhitung atau selisih mutlak F(Z2) dan S(Z2) yang terbesar.
Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dilihat bahwa Lo dalam tabel di atas
adalah 0,0847. Berdasarkan data dari daftar harga L kritis untuk uji Lilliefors
dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) dan sampel berjumlah 36 (n = 36), maka
harga Ltabel adalah:

Ltabel 0,866
  0,144
36

Dengan demikian Lhitung (Lo) lebih kecil daripada Ltabel, yaitu 0,0847 <
0,1322 maka terima H0 yang berarti bahwa data pada kelompok kontrol berasal
dari populasi yang berdistribusi normal.
12

Lampiran 14

UJI HOMOGENITAS DENGAN RUMUS UJI-F

Hipotesis:
H0: varians populasi homogen
H1: varians populasi tidak homogen

Kriteria:
- Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima yang berarti varians populasi homogen
- Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak yang berarti varians populasi tidak
homogen

Berdasarkan data pada lampiran 1 diketahui bahwa varians data kelompok


eksperimen ( S 2 ) adalah 98,79, sedangkan berdasarkan data pada lampiran 2
1

diketahui bahwa varians data kelompok kontrol ( S 2 ) adalah 131,17. Maka


2

harga Fhitung adalah:


2
Fhitung  S1
2
S2

Fhitung  98,79  0,753


131,17
Berdasarkan data dari tabel-F pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05) dengan
dk pembilang adalah 36 – 1 = 35 dan dk penyebut adalah 36 – 1 = 35, maka
diperoleh harga Ftabel = 1,78.
Dengan demikian Fhitung lebih kecil daripada Ftabel, yaitu 0,753 <1,78 maka
H0 diterima yang berarti bahwa varians populasi kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol adalah homogen.
12

Lampiran 15

UJI HIPOTESIS DENGAN RUMUS UJI-T

Hipotesis:
H0 : μ1 = μ2
H1 : μ1 ≠ μ2
Keterangan
μ1 : nilai rata-rata hasil belajar kelompok
eksperimen μ2 : nilai rata-rata hasil belajar kelompok
kontrol
Dengan demikian:
H0 : tidak terdapat pebedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa
dengan model pembelajaran ARCS dan pembelajaran konvensional.
H1 : terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa dengan
model pembelajaran ARCS dan pembelajaran konvensional.

Kriteria:
- Jika thitung > ttabel maka tolak H0, yang berarti terdapat perbedaan yang
signifikan antara hasil belajar siswa dengan model pembelajaran ARCS dan
pembelajaran konvensional.
- Jika thitung < ttabel maka terima H0, yang berarti tidak terdapat pebedaan yang
signifikan antara hasil belajar siswa dengan model pembelajaran ARCS dan
pembelajaran konvensional

Rumus penentuan thitung

adalah: x1  x 2
t
1  1
Sx
n1n 2

keterangan:
x1 : rata-rata skor hasil belajar kelompok eksperimen
x2 : rata-rata skor hasil belajar kelompok kontrol
12

S : standar deviasi gabungan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol


n1 : jumlah sampel kelompok eksperimen
n2 : jumlah sampel kelompok kontrol
Untuk menentukan thitung, maka standar deviasi gabungan (S) harus ditentukan terlebih dahulu d

S
n 1 1S1 2  n 2 1S 2 2
n1  n 2  2

keterangan:
S : standar deviasi gabungan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
n1 n2 : jumlah sampel kelompok eksperimen
S1 : jumlah sampel kelompok kontrol
: varians kelompok eksperimen
2

2
S2 : varians kelompok kontrol
Berdasarkan data-data pada lampiran 1 dan 2 maka penggunaan rumus di

atas adalah sebagai berikut:

S n111S 2  n 2 1S2 2
n1  n2  2

S
36 198,79  36 1131,17 36  36  2

S  10,72
114,98
Jadi harga standar deviasi gabungan kelompok eksperimen dan kontrol adalah 10,72, maka harga

x1  x 2
t 1  1
S x n1n 2

70,70  65,97
t  1,87
1 1
10,72 x
3636
Harga ttabel dapat dilihat pada tabel-t dengan derajat kebebasan (dk):
dk = (n1-1) + (n2 –1) = (36 – 1) + (36 – 1) = 70
12

Harga ttabel pada tabel-t untuk dk = 70 tidak terlihat, yang terlihat adalah
harga ttabel pada dk = 120 yaitu 1,66.
Dengan demikian harga thitung lebih besar dari ttabel yaitu 1,87 > 1,66, maka

tolak Ho yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil
belajar siswa dengan pembelajaran model pembelajaran ARCS dan siswa
dengan pembelajaran konvensional.
Cumulative Probabilities for the Standard Normal (Z) Distribution
Values in the table correspond to
the area under the curve of a
standard normal random variable for
a value at or below z .

z 0

z 0.00 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09

-5.0 0.0000003
-4.5 0.000003
-4.0 0.00003
-3.5 0.0002 0.0002 0.0002 0.0002 0.0002 0.0002 0.0002 0.0002 0.0002 0.0002
-3.4 0.0003 0.0003 0.0003 0.0003 0.0003 0.0003 0.0003 0.0003 0.0003 0.0002
-3.3 0.0005 0.0005 0.0005 0.0004 0.0004 0.0004 0.0004 0.0004 0.0004 0.0003
-3.2 0.0007 0.0007 0.0006 0.0006 0.0006 0.0006 0.0006 0.0005 0.0005 0.0005
-3.1 0.0010 0.0009 0.0009 0.0009 0.0008 0.0008 0.0008 0.0008 0.0007 0.0007
-3.0 0.0013 0.0013 0.0013 0.0012 0.0012 0.0011 0.0011 0.0011 0.0010 0.0010
-2.9 0.0019 0.0018 0.0018 0.0017 0.0016 0.0016 0.0015 0.0015 0.0014 0.0014
-2.8 0.0026 0.0025 0.0024 0.0023 0.0023 0.0022 0.0021 0.0021 0.0020 0.0019
-2.7 0.0035 0.0034 0.0033 0.0032 0.0031 0.0030 0.0029 0.0028 0.0027 0.0026
-2.6 0.0047 0.0045 0.0044 0.0043 0.0041 0.0040 0.0039 0.0038 0.0037 0.0036
-2.5 0.0062 0.0060 0.0059 0.0057 0.0055 0.0054 0.0052 0.0051 0.0049 0.0048
-2.4 0.0082 0.0080 0.0078 0.0075 0.0073 0.0071 0.0069 0.0068 0.0066 0.0064
-2.3 0.0107 0.0104 0.0102 0.0099 0.0096 0.0094 0.0091 0.0089 0.0087 0.0084
-2.2 0.0139 0.0136 0.0132 0.0129 0.0125 0.0122 0.0119 0.0116 0.0113 0.0110
-2.1 0.0179 0.0174 0.0170 0.0166 0.0162 0.0158 0.0154 0.0150 0.0146 0.0143
-2.0 0.0228 0.0222 0.0217 0.0212 0.0207 0.0202 0.0197 0.0192 0.0188 0.0183
-1.9 0.0287 0.0281 0.0274 0.0268 0.0262 0.0256 0.0250 0.0244 0.0239 0.0233
-1.8 0.0359 0.0351 0.0344 0.0336 0.0329 0.0322 0.0314 0.0307 0.0301 0.0294
-1.7 0.0446 0.0436 0.0427 0.0418 0.0409 0.0401 0.0392 0.0384 0.0375 0.0367
-1.6 0.0548 0.0537 0.0526 0.0516 0.0505 0.0495 0.0485 0.0475 0.0465 0.0455
-1.5 0.0668 0.0655 0.0643 0.0630 0.0618 0.0606 0.0594 0.0582 0.0571 0.0559
-1.4 0.0808 0.0793 0.0778 0.0764 0.0749 0.0735 0.0721 0.0708 0.0694 0.0681
-1.3 0.0968 0.0951 0.0934 0.0918 0.0901 0.0885 0.0869 0.0853 0.0838 0.0823
-1.2 0.1151 0.1131 0.1112 0.1093 0.1075 0.1056 0.1038 0.1020 0.1003 0.0985
-1.1 0.1357 0.1335 0.1314 0.1292 0.1271 0.1251 0.1230 0.1210 0.1190 0.1170
-1.0 0.1587 0.1562 0.1539 0.1515 0.1492 0.1469 0.1446 0.1423 0.1401 0.1379
-0.9 0.1841 0.1814 0.1788 0.1762 0.1736 0.1711 0.1685 0.1660 0.1635 0.1611
-0.8 0.2119 0.2090 0.2061 0.2033 0.2005 0.1977 0.1949 0.1922 0.1894 0.1867
-0.7 0.2420 0.2389 0.2358 0.2327 0.2296 0.2266 0.2236 0.2206 0.2177 0.2148
-0.6 0.2743 0.2709 0.2676 0.2643 0.2611 0.2578 0.2546 0.2514 0.2483 0.2451
-0.5 0.3085 0.3050 0.3015 0.2981 0.2946 0.2912 0.2877 0.2843 0.2810 0.2776
-0.4 0.3446 0.3409 0.3372 0.3336 0.3300 0.3264 0.3228 0.3192 0.3156 0.3121
-0.3 0.3821 0.3783 0.3745 0.3707 0.3669 0.3632 0.3594 0.3557 0.3520 0.3483
-0.2 0.4207 0.4168 0.4129 0.4090 0.4052 0.4013 0.3974 0.3936 0.3897 0.3859
-0.1 0.4602 0.4562 0.4522 0.4483 0.4443 0.4404 0.4364 0.4325 0.4286 0.4247
-0.0 0.5000 0.4960 0.4920 0.4880 0.4840 0.4801 0.4761 0.4721 0.4681 0.4641

z-table.xls 7/20/2004
Cumulative Probabilities for the Standard Normal (Z) Distribution
Values in the table correspond to
the area under the curve of a
standard normal random variable for
a value at or below z .

0 z

z 0.00 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09
0.0 0.5000 0.5040 0.5080 0.5120 0.5160 0.5199 0.5239 0.5279 0.5319 0.5359
0.1 0.5398 0.5438 0.5478 0.5517 0.5557 0.5596 0.5636 0.5675 0.5714 0.5753
0.2 0.5793 0.5832 0.5871 0.5910 0.5948 0.5987 0.6026 0.6064 0.6103 0.6141
0.3 0.6179 0.6217 0.6255 0.6293 0.6331 0.6368 0.6406 0.6443 0.6480 0.6517
0.4 0.6554 0.6591 0.6628 0.6664 0.6700 0.6736 0.6772 0.6808 0.6844 0.6879
0.5 0.6915 0.6950 0.6985 0.7019 0.7054 0.7088 0.7123 0.7157 0.7190 0.7224
0.6 0.7257 0.7291 0.7324 0.7357 0.7389 0.7422 0.7454 0.7486 0.7517 0.7549
0.7 0.7580 0.7611 0.7642 0.7673 0.7704 0.7734 0.7764 0.7794 0.7823 0.7852
0.8 0.7881 0.7910 0.7939 0.7967 0.7995 0.8023 0.8051 0.8078 0.8106 0.8133
0.9 0.8159 0.8186 0.8212 0.8238 0.8264 0.8289 0.8315 0.8340 0.8365 0.8389
1.0 0.8413 0.8438 0.8461 0.8485 0.8508 0.8531 0.8554 0.8577 0.8599 0.8621
1.1 0.8643 0.8665 0.8686 0.8708 0.8729 0.8749 0.8770 0.8790 0.8810 0.8830
1.2 0.8849 0.8869 0.8888 0.8907 0.8925 0.8944 0.8962 0.8980 0.8997 0.9015
1.3 0.9032 0.9049 0.9066 0.9082 0.9099 0.9115 0.9131 0.9147 0.9162 0.9177
1.4 0.9192 0.9207 0.9222 0.9236 0.9251 0.9265 0.9279 0.9292 0.9306 0.9319
1.5 0.9332 0.9345 0.9357 0.9370 0.9382 0.9394 0.9406 0.9418 0.9429 0.9441
1.6 0.9452 0.9463 0.9474 0.9484 0.9495 0.9505 0.9515 0.9525 0.9535 0.9545
1.7 0.9554 0.9564 0.9573 0.9582 0.9591 0.9599 0.9608 0.9616 0.9625 0.9633
1.8 0.9641 0.9649 0.9656 0.9664 0.9671 0.9678 0.9686 0.9693 0.9699 0.9706
1.9 0.9713 0.9719 0.9726 0.9732 0.9738 0.9744 0.9750 0.9756 0.9761 0.9767
2.0 0.9772 0.9778 0.9783 0.9788 0.9793 0.9798 0.9803 0.9808 0.9812 0.9817
2.1 0.9821 0.9826 0.9830 0.9834 0.9838 0.9842 0.9846 0.9850 0.9854 0.9857
2.2 0.9861 0.9864 0.9868 0.9871 0.9875 0.9878 0.9881 0.9884 0.9887 0.9890
2.3 0.9893 0.9896 0.9898 0.9901 0.9904 0.9906 0.9909 0.9911 0.9913 0.9916
2.4 0.9918 0.9920 0.9922 0.9925 0.9927 0.9929 0.9931 0.9932 0.9934 0.9936
2.5 0.9938 0.9940 0.9941 0.9943 0.9945 0.9946 0.9948 0.9949 0.9951 0.9952
2.6 0.9953 0.9955 0.9956 0.9957 0.9959 0.9960 0.9961 0.9962 0.9963 0.9964
2.7 0.9965 0.9966 0.9967 0.9968 0.9969 0.9970 0.9971 0.9972 0.9973 0.9974
2.8 0.9974 0.9975 0.9976 0.9977 0.9977 0.9978 0.9979 0.9979 0.9980 0.9981
2.9 0.9981 0.9982 0.9982 0.9983 0.9984 0.9984 0.9985 0.9985 0.9986 0.9986
3.0 0.9987 0.9987 0.9987 0.9988 0.9988 0.9989 0.9989 0.9989 0.9990 0.9990
3.1 0.9990 0.9991 0.9991 0.9991 0.9992 0.9992 0.9992 0.9992 0.9993 0.9993
3.2 0.9993 0.9993 0.9994 0.9994 0.9994 0.9994 0.9994 0.9995 0.9995 0.9995
3.3 0.9995 0.9995 0.9995 0.9996 0.9996 0.9996 0.9996 0.9996 0.9996 0.9997
3.4 0.9997 0.9997 0.9997 0.9997 0.9997 0.9997 0.9997 0.9997 0.9997 0.9998
3.5 0.9998
4.0 0.99997
4.5 0.999997
5.0 0.9999997

z-table.xls
Tabel r (Koefisien Korelasi
Sederhana)

Diproduksi oleh: Junaidi


http://junaidichaniago.wordpress.com
Tabel r untuk df = 1 -

Tingkat signifikansi untuk uji satu arah


0.05 0.025 0.01 0.005 0.0005
df = (N-2)
Tingkat signifikansi untuk uji dua arah
0.1 0.05 0.02 0.01 0.001
1 0.9877 0.9969 0.9995 0.9999 1.0000
2 0.9000 0.9500 0.9800 0.9900 0.9990
3 0.8054 0.8783 0.9343 0.9587 0.9911
4 0.7293 0.8114 0.8822 0.9172 0.9741
5 0.6694 0.7545 0.8329 0.8745 0.9509
6 0.6215 0.7067 0.7887 0.8343 0.9249
7 0.5822 0.6664 0.7498 0.7977 0.8983
8 0.5494 0.6319 0.7155 0.7646 0.8721
9 0.5214 0.6021 0.6851 0.7348 0.8470
10 0.4973 0.5760 0.6581 0.7079 0.8233
11 0.4762 0.5529 0.6339 0.6835 0.8010
12 0.4575 0.5324 0.6120 0.6614 0.7800
13 0.4409 0.5140 0.5923 0.6411 0.7604
14 0.4259 0.4973 0.5742 0.6226 0.7419
15 0.4124 0.4821 0.5577 0.6055 0.7247
16 0.4000 0.4683 0.5425 0.5897 0.7084
17 0.3887 0.4555 0.5285 0.5751 0.6932
18 0.3783 0.4438 0.5155 0.5614 0.6788
19 0.3687 0.4329 0.5034 0.5487 0.6652
20 0.3598 0.4227 0.4921 0.5368 0.6524
21 0.3515 0.4132 0.4815 0.5256 0.6402
22 0.3438 0.4044 0.4716 0.5151 0.6287
23 0.3365 0.3961 0.4622 0.5052 0.6178
24 0.3297 0.3882 0.4534 0.4958 0.6074
25 0.3233 0.3809 0.4451 0.4869 0.5974
26 0.3172 0.3739 0.4372 0.4785 0.5880
27 0.3115 0.3673 0.4297 0.4705 0.5790
28 0.3061 0.3610 0.4226 0.4629 0.5703
29 0.3009 0.3550 0.4158 0.4556 0.5620
30 0.2960 0.3494 0.4093 0.4487 0.5541
31 0.2913 0.3440 0.4032 0.4421 0.5465
32 0.2869 0.3388 0.3972 0.4357 0.5392
33 0.2826 0.3338 0.3916 0.4296 0.5322
34 0.2785 0.3291 0.3862 0.4238 0.5254
35 0.2746 0.3246 0.3810 0.4182 0.5189
36 0.2709 0.3202 0.3760 0.4128 0.5126
37 0.2673 0.3160 0.3712 0.4076 0.5066
38 0.2638 0.3120 0.3665 0.4026 0.5007
39 0.2605 0.3081 0.3621 0.3978 0.4950
40 0.2573 0.3044 0.3578 0.3932 0.4896
41 0.2542 0.3008 0.3536 0.3887 0.4843
42 0.2512 0.2973 0.3496 0.3843 0.4791
43 0.2483 0.2940 0.3457 0.3801 0.4742
44 0.2455 0.2907 0.3420 0.3761 0.4694
45 0.2429 0.2876 0.3384 0.3721 0.4647
46 0.2403 0.2845 0.3348 0.3683 0.4601
47 0.2377 0.2816 0.3314 0.3646 0.4557
48 0.2353 0.2787 0.3281 0.3610 0.4514
49 0.2329 0.2759 0.3249 0.3575 0.4473
50 0.2306 0.2732 0.3218 0.3542 0.4432

Diproduksi oleh: Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com). Page


Tabel r untuk df = 51 -

Tingkat signifikansi untuk uji satu arah


0.05 0.025 0.01 0.005 0.0005
df = (N-2)
Tingkat signifikansi untuk uji dua arah
0.1 0.05 0.02 0.01 0.001
51 0.2284 0.2706 0.3188 0.3509 0.4393
52 0.2262 0.2681 0.3158 0.3477 0.4354
53 0.2241 0.2656 0.3129 0.3445 0.4317
54 0.2221 0.2632 0.3102 0.3415 0.4280
55 0.2201 0.2609 0.3074 0.3385 0.4244
56 0.2181 0.2586 0.3048 0.3357 0.4210
57 0.2162 0.2564 0.3022 0.3328 0.4176
58 0.2144 0.2542 0.2997 0.3301 0.4143
59 0.2126 0.2521 0.2972 0.3274 0.4110
60 0.2108 0.2500 0.2948 0.3248 0.4079
61 0.2091 0.2480 0.2925 0.3223 0.4048
62 0.2075 0.2461 0.2902 0.3198 0.4018
63 0.2058 0.2441 0.2880 0.3173 0.3988
64 0.2042 0.2423 0.2858 0.3150 0.3959
65 0.2027 0.2404 0.2837 0.3126 0.3931
66 0.2012 0.2387 0.2816 0.3104 0.3903
67 0.1997 0.2369 0.2796 0.3081 0.3876
68 0.1982 0.2352 0.2776 0.3060 0.3850
69 0.1968 0.2335 0.2756 0.3038 0.3823
70 0.1954 0.2319 0.2737 0.3017 0.3798
71 0.1940 0.2303 0.2718 0.2997 0.3773
72 0.1927 0.2287 0.2700 0.2977 0.3748
73 0.1914 0.2272 0.2682 0.2957 0.3724
74 0.1901 0.2257 0.2664 0.2938 0.3701
75 0.1888 0.2242 0.2647 0.2919 0.3678
76 0.1876 0.2227 0.2630 0.2900 0.3655
77 0.1864 0.2213 0.2613 0.2882 0.3633
78 0.1852 0.2199 0.2597 0.2864 0.3611
79 0.1841 0.2185 0.2581 0.2847 0.3589
80 0.1829 0.2172 0.2565 0.2830 0.3568
81 0.1818 0.2159 0.2550 0.2813 0.3547
82 0.1807 0.2146 0.2535 0.2796 0.3527
83 0.1796 0.2133 0.2520 0.2780 0.3507
84 0.1786 0.2120 0.2505 0.2764 0.3487
85 0.1775 0.2108 0.2491 0.2748 0.3468
86 0.1765 0.2096 0.2477 0.2732 0.3449
87 0.1755 0.2084 0.2463 0.2717 0.3430
88 0.1745 0.2072 0.2449 0.2702 0.3412
89 0.1735 0.2061 0.2435 0.2687 0.3393
90 0.1726 0.2050 0.2422 0.2673 0.3375
91 0.1716 0.2039 0.2409 0.2659 0.3358
92 0.1707 0.2028 0.2396 0.2645 0.3341
93 0.1698 0.2017 0.2384 0.2631 0.3323
94 0.1689 0.2006 0.2371 0.2617 0.3307
95 0.1680 0.1996 0.2359 0.2604 0.3290
96 0.1671 0.1986 0.2347 0.2591 0.3274
97 0.1663 0.1975 0.2335 0.2578 0.3258
98 0.1654 0.1966 0.2324 0.2565 0.3242
99 0.1646 0.1956 0.2312 0.2552 0.3226
100 0.1638 0.1946 0.2301 0.2540 0.3211

Diproduksi oleh: Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com). Page


Tabel r untuk df = 101 -

Tingkat signifikansi untuk uji satu arah


0.05 0.025 0.01 0.005 0.0005
df = (N-2)
Tingkat signifikansi untuk uji dua arah
0.1 0.05 0.02 0.01 0.001
101 0.1630 0.1937 0.2290 0.2528 0.3196
102 0.1622 0.1927 0.2279 0.2515 0.3181
103 0.1614 0.1918 0.2268 0.2504 0.3166
104 0.1606 0.1909 0.2257 0.2492 0.3152
105 0.1599 0.1900 0.2247 0.2480 0.3137
106 0.1591 0.1891 0.2236 0.2469 0.3123
107 0.1584 0.1882 0.2226 0.2458 0.3109
108 0.1576 0.1874 0.2216 0.2446 0.3095
109 0.1569 0.1865 0.2206 0.2436 0.3082
110 0.1562 0.1857 0.2196 0.2425 0.3068
111 0.1555 0.1848 0.2186 0.2414 0.3055
112 0.1548 0.1840 0.2177 0.2403 0.3042
113 0.1541 0.1832 0.2167 0.2393 0.3029
114 0.1535 0.1824 0.2158 0.2383 0.3016
115 0.1528 0.1816 0.2149 0.2373 0.3004
116 0.1522 0.1809 0.2139 0.2363 0.2991
117 0.1515 0.1801 0.2131 0.2353 0.2979
118 0.1509 0.1793 0.2122 0.2343 0.2967
119 0.1502 0.1786 0.2113 0.2333 0.2955
120 0.1496 0.1779 0.2104 0.2324 0.2943
121 0.1490 0.1771 0.2096 0.2315 0.2931
122 0.1484 0.1764 0.2087 0.2305 0.2920
123 0.1478 0.1757 0.2079 0.2296 0.2908
124 0.1472 0.1750 0.2071 0.2287 0.2897
125 0.1466 0.1743 0.2062 0.2278 0.2886
126 0.1460 0.1736 0.2054 0.2269 0.2875
127 0.1455 0.1729 0.2046 0.2260 0.2864
128 0.1449 0.1723 0.2039 0.2252 0.2853
129 0.1443 0.1716 0.2031 0.2243 0.2843
130 0.1438 0.1710 0.2023 0.2235 0.2832
131 0.1432 0.1703 0.2015 0.2226 0.2822
132 0.1427 0.1697 0.2008 0.2218 0.2811
133 0.1422 0.1690 0.2001 0.2210 0.2801
134 0.1416 0.1684 0.1993 0.2202 0.2791
135 0.1411 0.1678 0.1986 0.2194 0.2781
136 0.1406 0.1672 0.1979 0.2186 0.2771
137 0.1401 0.1666 0.1972 0.2178 0.2761
138 0.1396 0.1660 0.1965 0.2170 0.2752
139 0.1391 0.1654 0.1958 0.2163 0.2742
140 0.1386 0.1648 0.1951 0.2155 0.2733
141 0.1381 0.1642 0.1944 0.2148 0.2723
142 0.1376 0.1637 0.1937 0.2140 0.2714
143 0.1371 0.1631 0.1930 0.2133 0.2705
144 0.1367 0.1625 0.1924 0.2126 0.2696
145 0.1362 0.1620 0.1917 0.2118 0.2687
146 0.1357 0.1614 0.1911 0.2111 0.2678
147 0.1353 0.1609 0.1904 0.2104 0.2669
148 0.1348 0.1603 0.1898 0.2097 0.2660
149 0.1344 0.1598 0.1892 0.2090 0.2652
150 0.1339 0.1593 0.1886 0.2083 0.2643

Diproduksi oleh: Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com). Page


Tabel r untuk df = 151 -

Tingkat signifikansi untuk uji satu arah


0.05 0.025 0.01 0.005 0.0005
df = (N-2)
Tingkat signifikansi untuk uji dua arah
0.1 0.05 0.02 0.01 0.001
151 0.1335 0.1587 0.1879 0.2077 0.2635
152 0.1330 0.1582 0.1873 0.2070 0.2626
153 0.1326 0.1577 0.1867 0.2063 0.2618
154 0.1322 0.1572 0.1861 0.2057 0.2610
155 0.1318 0.1567 0.1855 0.2050 0.2602
156 0.1313 0.1562 0.1849 0.2044 0.2593
157 0.1309 0.1557 0.1844 0.2037 0.2585
158 0.1305 0.1552 0.1838 0.2031 0.2578
159 0.1301 0.1547 0.1832 0.2025 0.2570
160 0.1297 0.1543 0.1826 0.2019 0.2562
161 0.1293 0.1538 0.1821 0.2012 0.2554
162 0.1289 0.1533 0.1815 0.2006 0.2546
163 0.1285 0.1528 0.1810 0.2000 0.2539
164 0.1281 0.1524 0.1804 0.1994 0.2531
165 0.1277 0.1519 0.1799 0.1988 0.2524
166 0.1273 0.1515 0.1794 0.1982 0.2517
167 0.1270 0.1510 0.1788 0.1976 0.2509
168 0.1266 0.1506 0.1783 0.1971 0.2502
169 0.1262 0.1501 0.1778 0.1965 0.2495
170 0.1258 0.1497 0.1773 0.1959 0.2488
171 0.1255 0.1493 0.1768 0.1954 0.2481
172 0.1251 0.1488 0.1762 0.1948 0.2473
173 0.1247 0.1484 0.1757 0.1942 0.2467
174 0.1244 0.1480 0.1752 0.1937 0.2460
175 0.1240 0.1476 0.1747 0.1932 0.2453
176 0.1237 0.1471 0.1743 0.1926 0.2446
177 0.1233 0.1467 0.1738 0.1921 0.2439
178 0.1230 0.1463 0.1733 0.1915 0.2433
179 0.1226 0.1459 0.1728 0.1910 0.2426
180 0.1223 0.1455 0.1723 0.1905 0.2419
181 0.1220 0.1451 0.1719 0.1900 0.2413
182 0.1216 0.1447 0.1714 0.1895 0.2406
183 0.1213 0.1443 0.1709 0.1890 0.2400
184 0.1210 0.1439 0.1705 0.1884 0.2394
185 0.1207 0.1435 0.1700 0.1879 0.2387
186 0.1203 0.1432 0.1696 0.1874 0.2381
187 0.1200 0.1428 0.1691 0.1869 0.2375
188 0.1197 0.1424 0.1687 0.1865 0.2369
189 0.1194 0.1420 0.1682 0.1860 0.2363
190 0.1191 0.1417 0.1678 0.1855 0.2357
191 0.1188 0.1413 0.1674 0.1850 0.2351
192 0.1184 0.1409 0.1669 0.1845 0.2345
193 0.1181 0.1406 0.1665 0.1841 0.2339
194 0.1178 0.1402 0.1661 0.1836 0.2333
195 0.1175 0.1398 0.1657 0.1831 0.2327
196 0.1172 0.1395 0.1652 0.1827 0.2321
197 0.1169 0.1391 0.1648 0.1822 0.2315
198 0.1166 0.1388 0.1644 0.1818 0.2310
199 0.1164 0.1384 0.1640 0.1813 0.2304
200 0.1161 0.1381 0.1636 0.1809 0.2298

Diproduksi oleh: Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com). Page


LEMBAR UJI REFERENSI

Nama : Mahmud Al Hudhori

NIM 106016300656

Jurusan/Program Studi : Pendidikan IPA/Pendidikan Fisika

Judul Skripsi : Pengaru Penggunaan Model Pembelajaran ARCS (Attantion,


Relevance, Confidence, Satisfaction) Terhadap Hasil Belajar
Siswa Pada Konsep Dinamika Rotasi dan Keseimbangan
Benda Tegar

Pembimbing Pembimbing
Referensi
1 2
No
BAB I
Sardiman, A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.
1.
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada; 2011) h. 26 - 28
Sardiman, A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.
2.
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada; 2011) h. 144 – 146
BAB II
Norhasimi, “Model Motivasi ARCS”,
http://ihashimi.aurasolution.com/model_motivasi_arcs.htm
1.
, diakses pada 10 Agustus 2012

Charles B. Hodges. Designing to Motivate: Motivational


Techniques to Incorporate in E-Learning Experiences.
2. (Virginia Tech: 2004). h. 4. Diambil dari The Journal of
Interactive Online Learning Volume 2. Number 3. ISSN:
1541-4914
Supakit Wongwiwatthananukit dan Nicholas G. Popovich.
Applying the ARCS Model of Motivational Designe to
3. Pharmaceutical Education. American Journal of
Pharmaceutical Education Vol. 64, Summer 2000
Mei-Mei Chang dan James D. Lehman. Learning Foreign
Languange through an Interactive Multimedia Program:
An experimental Study on The Effects of the Relevance
4.
Component of the ARCS Model. CALICO Journal, 20 (1),
p-p 81 – 98: 2002, h. 83

Hermann Astleitner, Associate Professor and Peter Lintner,


M.A. The Effects Of ARCS-Strategies On Self-Regulated
5. Learning With Instructional Texts. (AUSTRIA,
Departemen of Educational Reasearch Akademiestrasse 26
A 5020 Salzburg:2003), h. 361
Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang
6.
mempengaruhinya, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 105
Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang
7. mempengaruhinya, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 106-
107
Hamoraon, “Model ARCS Keller”,
8. http://stkippgringanjuk.blogspot.com/2011/03/model-arcs-
keller.html, diakses pada 10 Agustus 2012
Sri Esti Wuryani Djiwandono. Psikologi Pendidikan,
9. (Malang: Grasindo. 2002), h. 159-160

Hamorao, “Model ARCS Keller”,


10. http://stkippgringanjuk.blogspot.com/2011/03/model-arcs-
keller.html, diakses pada 10 Agustus 2012
Muji Astuti, Siswati, Imam Setyawan, Hubungan Antara
Persepsi Terhadap Pembelajaran Kontekstual dengan
11. Minat Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VII Smp
Negeri 18 Semarang. Fakultas Psikologi Universitas
Diponegoro. h. 7-9.
Hamoraon, “Model ARCS Keller”,
12. http://stkippgringanjuk.blogspot.com/2011/03/model-arcs-
keller.html, diakses pada 10 Agustus 2012
Rusdiana Hamid, Reward dan Punishment Dalam
Perspektif Pendidikan Islam, diambil dari Ittihad Jurnal
13. Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 4 No.5 April
2006, h. 67

Rusdiana Hamid, Reward dan Punishment Dalam


Perspektif Pendidikan Islam, diambil dari Ittihad Jurnal
14.
Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 4 No.5 April
2006, h. 69
Rusdiana Hamid, Reward dan Punishment Dalam
Perspektif Pendidikan Islam, diambil dari Ittihad Jurnal
15.
Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 4 No.5 April
2006, h. 69
Rusdiana Hamid, Reward dan Punishment Dalam
Perspektif Pendidikan Islam, diambil dari Ittihad Jurnal
16.
Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 4 No.5 April
2006, h. 69 – 71
Hamoraon, “Model ARCS Keller”,
http://learningtheori.wordpress.com/2010/03/08/model-
17.
arcs-keller/, diakses pada 10 Agustus 2012

Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang


18.
mempengaruhinya, (Jakarta:Rineka Cipta, 2010), h. 2
Oemar Hamalik, Proses belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi
19.
Aksara, 2004), h. 30
Dimyati dan Mudjiono, Balajar dan Pembelajaran,
20.
(Jakarta: Asdi Mahasatya, 2006), h. 3-4.
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan
21. Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), h.
31
Anas, “Pengertian Hasil Belajar Menurut Para
Ahli”,http://mbegedut.blogspot.com/2011/02/pengertian-
22.
hasil-belajar-menurut-para.html#.UUhQuGe86Nk pada
tanggal 12 Februari 2013
Anas, “Pengertian Hasil Belajar Menurut Para
Ahli”,http://mbegedut.blogspot.com/2011/02/pengertian-
23.
hasil-belajar-menurut-para.html#.UUhQuGe86Nk pada
tanggal 12 Februari 2013
Supriyadi, dkk. 2011, “Modul Pendidikan dan Latihan
Profesi Guru Sekolah Menengah Atas”, (Jakarta:
24.
Universitas Negeri Jakarta), hal.294

Supriyadi, dkk. 2011, “Modul Pendidikan dan Latihan


Profesi Guru Sekolah Menengah Atas”, (Jakarta:
25.
Universitas Negeri Jakarta), hal.294-295

Supriyadi, dkk. 2011, “Modul Pendidikan dan Latihan


Profesi Guru Sekolah Menengah Atas”, (Jakarta:
26.
Universitas Negeri Jakarta), hal.295

Supriyadi, dkk. 2011, “Modul Pendidikan dan Latihan


Profesi Guru Sekolah Menengah Atas”, (Jakarta:
27.
Universitas Negeri Jakarta), hal.296

Sigit Suryono, Hakikat Pembelajaran Fisika, diambil dari


28. artikel http://ciget.info/?p=291 pada tanggal 12 Februari
2013
Sigit Suryono, Hakikat Pembelajaran Fisika, diambil dari
29. artikel http://ciget.info/?p=291 pada tanggal 12 Februari
2013
Sigit Suryono, Hakikat Pembelajaran Fisika, diambil dari
30. artikel http://ciget.info/?p=291 pada tanggal 12 Februari
2013
Sigit Suryono, Hakikat Pembelajaran Fisika, diambil dari
31. artikel http://ciget.info/?p=291 pada tanggal 12 Februari
2013
Abdul Haris Humaidi dan Maksum, Fisika SMA/MA Kelas
32. XI, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departeman Pendidikan
Nasional, 2009) h. 168
Abdul Haris Humaidi dan Maksum, Fisika SMA/MA Kelas
33. XI, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departeman Pendidikan
Nasional, 2009) h. 181
Abdul Haris Humaidi dan Maksum, Fisika SMA/MA Kelas
34. XI, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departeman Pendidikan
Nasional, 2009) h. 181
Abdul Haris Humaidi dan Maksum, Fisika SMA/MA Kelas
35. XI, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departeman Pendidikan
Nasional, 2009) h. 182
Abdul Haris Humaidi dan Maksum, Fisika SMA/MA Kelas
36. XI, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departeman Pendidikan
Nasional, 2009) h. 186-187
Abdul Haris Humaidi dan Maksum, Fisika SMA/MA Kelas
37. XI, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departeman Pendidikan
Nasional, 2009) h. 183
A. A Mas Megawati Pertiwi, “Pengaruh Penggunaan
Model Pembelajaran Arcs (Attention, Relevance,
Confidence, Satisfaction) Berbantuan Media Interaktif
Berbasis Animasi Kartun Untuk Meningkatkan Motivasi
38. dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI Pada Mata Pelajaran
TIK SMA N 3 Singaraja Tahun Ajaran 2011/2012”.
Universitas Pendidikan Ganesha Volume 1, Nomor 2, Juni
2012 ISSN 2252-9063

Hung-Chang Liao dan Ya-huei Wang. Applying The ARCS


Motivation Model In Technological And Vocational
39. Education (Chung-Shan Medical University: 2008).
Diambil dari Contemporary Issues In Education Research.
Vol 1. No.2.
Mei-Mei Chang and James D. Lehman. Learning Foreign
Language through an Interactive Multimedia Program: An
Experimental Study on the Effects of the Relevance
40. Component of the ARCS Models. (Calico Journal: 2002).
Diambil dari Calico Journal 20 (1) Volume 20 Number 1p-
p.

Supakit Wongwiwatthananukit dan Nicholas G. Popovich,


Applying the ARCS model of motivational Design to
41. Apharmaceutical Education, American Journal of
Pharmaceutical Education Vol. 64, Summer 2000.

Sang H song dan John M. Keller. Effectiveness of


Motivationally Adaptive Computer-Assisted Instruction on
42. the Dynamic Aspects of Moitivation. ETR&D, Vol. 49,
No.2.2001, ISSN 1042-1629.
Yuhsun Edward Shih dan Dennis Mills. Setting the New
Standard with Mobile Computing in Online Learning.
43. (USA: Capella University. 2007). Diambil dari
International Review of Research in Open and Distance
Learning Vol. 8, No. 2. ISSN: 1492-3831
Charles B. Hodges. Designing to Motivate: Motivational
Techniques to Incorporate in E-Learning Experiences.
(Virginia Tech: 2004). Diambil dari The Journal of
44.
Interactive Online Learning Volume 2. Number 3. ISSN:
1541-4914

Yi-Chia Cheng dan Hsin-Te Yeh. From concepts of


motivation to its application in instructional design:
Reconsidering motivation from an instructional design
45.
perspective. (USA: 4. doi Blackwell Publishing, 2009).
Diambil dari British Journal of Educational Technology
Vol 40 No:10.1111/j.1467-8535.2008.00857.x
John M. Keller. First principles of motivation to learn and
46. e3-learning.(USA. Routledge: 2008). Diambil dari
Distance Education. Vol. 29, No. 2, August 2008, 175–185
Jale BALABAN-SALI. Designing Motivational Learning
Systems In Distance Education. (Turkey. Anadolu
47. university: 2008). Diambil dari Turkish Online Journal of
Distance Education-TOJDE July 2008 ISSN 1302-6488
Volume: 9 Number: 3 Article 13
Hermann Astleitner dan Manuela Ihufnagl. The Effects of
Situation-Outcome-Expectancies and of ARCS-Strategies
on Self-Regulated Learning with Web-Lectures. (Austria.
48. University of Salzburg: 2003. Diambil dari JA. of
Educational Multimedia and Hypermedia (2003) 12(4),
361-376

BAB III
Sugiono, Metode Penenilitian Pendidikan, (Bandung :
1. Alfabeta, 2011), h.116

Sugiono, Metode Penenilitian Pendidikan, (Bandung :


2. Alfabeta, 2011), h.120

Sugiono, Metode Penenilitian Pendidikan, (Bandung :


3. Alfabeta, 2011), h.126-128

Suharsimi Arikunto. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,


4. (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h.63

Suharsimi Arikunto. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,


5.
(Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 76
Suharsimi Arikunto. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,
6.
(Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 83
Suharsimi Arikunto. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,
7.
(Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 98
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,
8.
(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet.9 h.211
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,
9.
(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet.9 h. 213
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,
10.
(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet.9 h. 218
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,
11.
(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet.9 h. 207
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,
12.
(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet.9 h.208-210
Nana Sudjana, Metode Statistik, (Bandung: Tarsito, 1984),
13.
h. 249
BAB IV
Hung-Chang Liao dan Ya-huei Wang. Applying The ARCS
Motivation Model In Technological And Vocational
1. Education (Chung-Shan Medical University: 2008).
Diambil dari Contemporary Issues In Education Research.
Vol 1. No.2. hal.53
Mei-Mei Chang and James D. Lehman. Learning Foreign
Language through an Interactive Multimedia Program: An
Experimental Study on the Effects of the Relevance
2.
Component of the ARCS Models. (Calico Journal: 2002).
Diambil dari Calico Journal 20 (1) Volume 20 Number 1p-
p. Hal.95
Sardiman A.M. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar,
3.
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 99
Hamoraon, “Model ARCS Kellr”,
4. http://learningtheori.wordpress.com/2010/03/08/model-
arcs-keller/, diakses pada 10 Agustus 2012

Mengetahui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Ahmad Sofyan, M. Pd Erina Hertanti, M. Si


NIP. 19650115.198703.1.020 NIP. 19720419.199903.2

Anda mungkin juga menyukai