Anda di halaman 1dari 282

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE 7E TERHADAP

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP


SISTEM ENDOKRIN

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh :

ZAHIDAH FARHATI
NIM. 1110016100062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
JAKARTA
2016
•. + :

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul "Pengaruh Model Learning Cycle 7E Terhadap Keterampilan


-
Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Sistem Endokrin", disusun oleh Zahidah
Farhati, NIM. 1110016100062, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah
dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 128 Desemberl 2016 di
hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S 1
(S.Pd) dalam bidang Pendidikan Biologi.
,
Jakarta, Januari 2017

Panitia Ujian Munaqosah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia (Ketua Program Studi Pendidikan Biologi) f ..;~


Dr. Yanti Herlanti, M.Pd . .%.~.'?!.:.~.\f.~~~ ..
NIP. 19710119 200801 2 010
· Penguji I
Dr. Yanti Herlanti, M.Pd
NIP. 19710119 200801 2 010
Penguji II
Sillak Hasiany Siregar, M.Si
NIP.

Dekan Fakultas
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Saya yang bertandatangan di bawah ini,

Nama : Zahidah Farhati

Tempat/Tgl.Lahir : Jakarta, 10 Mei 1992

NIM : 1110016100062

Jurusan / Prodi : Pendidikan IPA/Pendidikan Biologi

Judul Skripsi : Pengaruh Model Learning Cycle 7E Terhadap


Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada konsep
Sistem Endokrin

Dosen Pembimbing : 1. Ir. Mahmud Siregar, M.Si.

2. Nengsih Juanengsih, M.Pd.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri
dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini
dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta,26 Agustus 2016

Zahidah Farhati
NIM.1110016100062

ii
ABSTRAK

Zahidah Farhati (1110016100062), “Pengaruh Model Learning Cycle 7E


terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Konsep Sistem Endokrin
(Quasi Eksperimen di SMAN 5 Depok)”. Skripsi, Program Studi Pendidikan
Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model


Learning Cycle 7E terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep sistem
endokrin. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 5 Kota Depok. Metode penelitian
yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan desain nonequivalent control group
design. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive
sampling. Sampel penelitian berjumlah 42 siswa untuk kelompok eksperimen dan 42
siswa untuk kelompok kontrol. Pengambilan data menggunakan istrumen tes berupa
tes essay yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya, serta lembar observasi guru.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh positif model
learning cycle 7E terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep sistem
endokrin. Hasil yang diperoleh yaitu nilai t-hitung sebesar 3,097 dan nilai t-tabel
dengan taraf signifikasi 5% sebesar 1,99, maka t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel.
Maka dapat dikatakan bahwa hipotesis alternatif (H1) diterima dan hipotesis nol (Ho)
ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penerapan
model learning cycle 7E terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep
sistem endokrin.

Kata Kunci: Pembelajaran, Learning Cycle 7E, Keterampilan Berpikir Kritis

iii
ABSTRACT

Zahidah Farhati (1110016100062), “The Influence of Using Learning Cyle 7E


Model to Critical Thinking Skills Students in Endocrine System Concept (Quasi
Experiment in 5 Senior High School Depok City)”. Undergraduate Thesis, Biology
Education Program, Science Education Department, Faculty of Tarbiyah and
Teachers Training of Syarif Hidayatullah State Islamic University.

This research aimed to know the influence of using learning cycle 7E model to
critical thimking skills students in endocrine system concept. This research had been
carried out in 5 Senior High School Depok City. This research was used quasi
experiment method with nonequivalent control group design. The sample was taken
by using purposive sampling technique. The amount research sample was 42 persons
for the experiment group and 42 persons for the control group. The data was taken by
using test instrument in essay form which had tested its validity and reliability, also
observation sheets. The hypothesis research is existing positive influence of using
learning cycle 7E model to students’ critical thimking skills in endocrine system
concept. The result of this research analized use t-test show t-hit 3,097 and t-table
1,99 (α=0,05), t-hit>ttable. So, it can be said that the alternative hypothesis (H1) was
accepted and zero hypothesis (Ho) was refused. It showed that there is influence of
using learning cycle 7E model to critical thimking skills students in endocrine system
concept.

Keyword : learning, learning cycle 7E, critical thinking skill.

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Model
Learning Cycle 7E terhadap Keterampilan Berpikir Kritis pada konsep Sistem
Endokrin”.
Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, serta semoga tercurah pula
kepada kita semua selaku penerus risalahnya, Amiin.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis tidak luput dari hambatan dan kesulitan
yang dihadapi. Namun atas bantuan, motivasi serta bimbingan dari semua pihak, pada
akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, diantaranya:
1. Prof Dr. Ahmad Thib Raya, MA sebagai dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Baiq Hana Susanti, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA)
3. Yanti Herlanti, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Biologi
4. Ir. Mahmud Siregar, M.Si. selaku Pembimbing I yang memberikan banyak
pembelajaran dan nasihat kepada penulis
5. Nengsih Juanengsih, M.Pd. selaku Pembimbing II atas pengertian,pembelajaran,
nasihat dan motivasi untuk penulis
6. Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd. sebagai Dosen Pembimbing Akademik Jurusan
Pendidikan Biologi kelas B FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Seluruh dosen dan civitas akademik jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya selama penulis menuntut
ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

v
8. Teruntuk kedua orang tua tercinta, ayahanda Ade Ruhyana dan Ibunda Nurlaila
juga kepada adik-adik tersayang Hasna, Zaky, Hanifa, Mu’adz, Umeir, dan
Shabrina yang selalu mendoakan, memotivasi dan membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini
9. Kepala SMAN 5 Depok, Bapak Achmad Zarkasih, S.Pd yang telah mengizinkan
penulis melakukan penelitian. Ibu Sugiarti, M.Pd. selaku Wakil Bidang
Kurikulum, Pak Abdul Fatah, M.Pd. selaku guru Biologi kelas XI dan seluruh
siswa kelas XI MIA 2 dan XI MIA 3 angkatan 2015 yang turut membantu dalam
penelitian ini
10. Kawan-kawan angkatan 2010 P.Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
terutama pembimbing ketiga: Faridatul Amaniyah atas motivasi dan bantuannya
yang luar biasa. Kepada teman-teman Biobers:Annis, Meriza, Anni, Endah dan
kawan-kawan lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, namun motivasinya
begitu menginspirasi
11. Kawan-kawan seperjuangan di HMJ P. IPA periode 2011-2012, LDK Syahid
Komda FITK, LDK Syahid 17, Lingkaran Cinta, maupun adik-adik tingkat yang
senantiasa memotivasi dan saling menginspirasi dalam kebaikan dan kesabaran
12. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu-persatu
Ungkapan rasa syukur tepat untuk penulis ucapkan atas terselesaikannya skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas dengan lipahan kebaikan dan keberkahan. Penulis
menerima kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak yang membaca
skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pembacanya dan
dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas pendidikan kedepannya.

Jakarta, 26 Agustus 2016


Penulis
Zahidah Farhati

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. i

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ................................................. ii

ABSTRAK ......................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... v

DAFTAR ISI...................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah................................................................................ 1


B. Identifikasi Masalah ...................................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah ..................................................................................... 6
D. Rumusan Masalah ......................................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 7

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Siklus Belajar (Learning Cycle)


1. Pengertian Learning Cycle ...................................................................... 8
2. Klasifikasi Model Learning Cycle ......................................................... 10
3. Learning Cycle 7E .................................................................................. 12
4. Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Model Learning Cycle 7E ....... 15

vii
B. Keterampilan Berpikir Kritis
1. Pengertian Keterampilan Berpikir .......................................................... 16
2. Pengertian Keterampilan Berpikir Kritis ................................................ 19
3. Indikator Berpikir Kritis ......................................................................... 22
C. Pengertian Extend Essay (Uraian Bebas) ..................................................... 29
D. Konsep Sistem Endokrin .............................................................................. 32
E. Hasil Penelitian Yang Relevan ..................................................................... 35
F. Kerangka Berpikir ......................................................................................... 36
G. Hipotesis Penelitian ...................................................................................... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... 39


B. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian ................................................................................... 40
2. Desain Penelitian .................................................................................... 41
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi ................................................................................................... 41
2. Sampel..................................................................................................... 42
D. Prosedur Penelitian
1. Tahap Pendahuluan ................................................................................. 42
2. Tahap Pelaksanaan .................................................................................. 43
3. Tahap Akhir ............................................................................................ 44
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 45
F. Instrumen Penelitian
1. Tes ........................................................................................................... 46
2. Non-Tes ................................................................................................... 46
G. Kalibrasi Instrumen
1. Pengujian Validitas Instrumen ................................................................ 47
2. Pengujian Realibilitas Instrumen ............................................................ 49

viii
3. Pengujian Tingkat Kesukaran ................................................................ 50
4. Pengujian Daya Pembeda........................................................................ 51
H. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Hipotesis ........................................................................... 52
a. Uji Normalitas ................................................................................. 52
b. Uji Homogenitas .............................................................................. 53
c. Uji Hipotesis .................................................................................... 54
2. Teknik Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ............................. 54
I. Hipotesis Statistik ......................................................................................... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Data Keterampilan Berpikir Kritis Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol .................................................................................. 56
2. Data Ketercapaian Aspek Keterampilan Berpikir Kritis pada Pretest
Dan Postest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol.................. 57
3. Data Lembar Kerja Siswa dan Keterampilan Berpikir Kritis ................. 59
4. Data Observasi Kegiatan Guru ............................................................... 60
B. Analisis Data
1. Uji Normalitas ......................................................................................... 62
2. Uji Homogenitas ..................................................................................... 63
3. Uji Hipotesis ........................................................................................... 64
a. Uji Hipotesis Pretest (Mann Whitney) .............................................. 64
b. Uji Hipotesis Postest (Uji-T)............................................................. 65
C. Pembahasan ................................................................................................... 66

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................... 77
B. Saran ............................................................................................................ 77

ix
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 79

LAMPIRAN ....................................................................................................... 84

x
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Klasifikasi Model Learning Cycle ............................................................. 11


2.2 Indikator Berpikir Kritis ............................................................................ 24
2.3 Kelenjar Endokrin, letak, sekresi, peran dan gangguan ............................ 33
2.4 Perbedaan antara sistem saraf dan sistem endokrin .................................. 34
3.1 Tahapan Persiapan, Uji Coba, dan Penelitian ............................................ 39
3.2 Jadwal Penelitian Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ........................... 39
3.3 Desain Penelitian ....................................................................................... 41
3.4 Indikator Keterlaksanaan Pembelajaran..................................................... 46
3.5 Besarnya Koefisien Validitas ..................................................................... 48
3.6 Kisi-kisi Intrumen Tes ............................................................................... 48
3.7 Kriteria Tingkat kesukaran Soal ................................................................ 50
3.8 Hasil Analisis Tingkat kesukaran Butir Soal ............................................. 50
3.9 Klasifikasi Daya Pembeda Soal ................................................................. 51
3.10 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal ............................................................ 51
3.11 Kategori Keterampilan Berpikir Kritis ...................................................... 55
4.1 Data Hasil Pretest dan Postest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ........ 57
4.2 Persentase Ketercapaian Pretest Keterampilan Berpikir Kritis Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen .................................................................. 57
4.3 Persentase Ketercapaian Postest Keterampilan Berpikir Kritis Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol .................................................................. 58
4.4 Ketercapaian Keterampilan Berpikir Kritis pada Lembar Kerja Siswa ..... 59
4.5 Hasil Uji Normalitas Pretest Dan Postest Kelas Eksperimen Dan
Kelas Kontrol ............................................................................................. 62
4.6 Hasil Uji Homogenitas Pretest Dan Postest Kelas Eksperimen Dan
Kelas Kontrol ............................................................................................. 63
4.7 Hasil Uji Mann-Whitney Pada Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol ..... 64

xi
4.8 Hasil Berpikir Kritis Tiap Aspek Pada Pretest........................................... 64
4.9 Hasil Uji-T Pada Postest Kelompok Eksperimen dan Kontrol .................. 65
4.10 Hasil Uji-T Postest Tiap Aspek Berpikir Kritis ......................................... 66

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Skema Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi 7E .................................... 13


3.1 Tahapan Dalam Prosedur Penelitian .......................................................... 45

3.2 Uji Statistika Parametrik dan Non-Parametrik .......................................... 53

4.1 Grafik Hasil Ketercapaian Postest Keterampilan Berpikir Kritis

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ........................................ 66

4.2 Grafik Rata-rata Hasil Keterampilan Berpikir Kritis Pada LKS................ 71

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ............................................................. 84


2 Lembar Kegiatan Siswa ................................................................................ 130
3 Lembar Observasi (Pra-penelitian) ............................................................... 148
4 Instrumen Uji Coba ....................................................................................... 150
5 Kisi-kisi Instrumen ........................................................................................ 157
6 Hasil Uji Validitas dengan Software Anates ................................................ 183
7 Instrumen Penelitian ..................................................................................... 191
8 Kunci Jawaban Soal Instrumen ..................................................................... 197
9 Hasil Pretes Keterampilan Berpikir Kritis Kelompok Kontrol
Dan Eksperimen ............................................................................................ 201
10 Hasil Postest Keterampilan Berpikir Kritis Kelompok Kontrol
Dan Eksperimen ............................................................................................ 205
11 Hasil Observasi Penelitian Oleh Guru .......................................................... 209
12 Pengujian Normalitas .................................................................................... 215
13 Pengujian Homogenitas ................................................................................ 223
14 Hasil Hipotesis Pretest menggunakan Uji Mann-Whitney ........................... 226
15 Hasil Pretest Tiap Aspek Berpikir Kritis ...................................................... 228
16 Hasil Hipotesis Postest menggunakan Uji T ................................................. 233
17 Hasil Postest Tiap Aspek Berpikir Kritis ...................................................... 235
18 Lembar Uji Referensi .................................................................................... 255
19 Surat Bimbingan Skripsi .............................................................................. 256
20 Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi .................................................... 258
21 Surat Permohonan Izin Penelitian ................................................................. 259
22 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ....................................... 260

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sekarang ini tidak
bisa dipungkiri berdampak penting pada sektor pendidikan, khususnya terhadap
kualitas pendidikan. Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA)
mempunyai potensi besar untuk dijadikan sebagai strategi untuk menghadapi era
industrialisasi dan globalisasi dengan meningkatkan mutu pendidikan Indonesia
dalam menyiapkan sumber daya manusia yang bermutu dan berkualitas. Dengan
sumber daya manusia yang bermutu dan berkualitas, akan menjamin keberhasilan
dalam upaya penguasaan teknologi untuk pembangunan di Indonesia sehingga
mampu bersaing dan menghadapi tantangan global. Kualitas tersebut meliputi
kemampuan berfikir logis, bersifat kritis, inovatif, kreatif, inisiatif dan adaptif
terhadap perubahan dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
Kemampuan-kemampuan tersebut tidak bisa hadir begitu saja, melainkan harus
ditumbuhkan secara bertahap dan terencana melalui pendidikan yang berkualitas.
Peningkatan mutu pendidikan tidak akan bisa dilepaskan dari perbaikan dan
pembaharuan kurikulum. Hal ini dilakukan agar tujuan pendidikan nasional dapat
tercapai dengan baik. Tujuan pendidikan nasional itu adalah untuk mengembangkan
potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab.
Berdasarkan peraturan pemerintah RI nomer 19 tahun 2005 bab IV pasal ayat
(1) tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) menyatakan tentang standard proses
proses yaitu, pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif
dan memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa kreativitas, sesuai dengan bakat dan

1
2

minat serta perkembangan fisik dan psikologis siswa.1 Maka proses pembelajaran
pada tingkat satuan pendidikan harus mengacu pada tujuan pendidikan nasional
tersebut.
Dalam proses pembelajaran, banyak faktor yang akan mempengaruhi
keberhasilan dan keefektifan proses belajar.baik itu dari internal siswa, hingga ke
faktor luar siswa. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam pribadi siswa,
seperti motivasi, kemampuan berpikir, dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal
yang berasal dari luar siswa, meliputi tujuan pembelajaran, kegiatan pengajaran
(termasuk dalam penggunaan model dan metode pembelajaran) hingga evaluasi.
Ketiganya harus berperan baik untuk menjadikan pembelajaran yang berkualitas.
Lebih jauh lagi, strategi penggunaan metode dan model pembelajaran
mempunyai porsi penting tersendiri dalam menentukan kualitas hasil belajar
mengajar. Setiap metode dan model pembelajaran mempunyai tujuan dan
menghasilkan kualitas capaian proses pembelajaran sendiri. Untuk mencapai satu
tujuan pembelajaran, tidak harus selalu menggunakan satu metode dan model yang
sama. Penggunaan metode dan model yang bervariatif justru akan lebih diminati
siswa, karena dapat menggairahkan proses belajar dan dapat menjembatani gaya
belajar siswa dalam menyerap bahan pelajaran. Sebagai fasilitator seharusnya guru
dapat menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan membimbing siswa
untuk aktif dalam proses pembelajaran. Siswa diajak untuk menemukan dan
membangun sendiri pengetahuannya, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan
dengan baik dan menghasilkan perubahan dalam diri siswa, baik dalam pengetahuan,
sikap dan keterampilannya. Umpan balik dari siswa akan bangkit sejalan dengan
kondisi psikologisnya. Maka menjadi suatu hal yang penting memahami kondisi
psikologis siswa sebelum memilih model pembelajaran yang akan digunakan.2

1
Peraturan Pemerintah Nomer 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP)
Bab IV No (1), 2005, h.17.
2
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:Rineka Cipta,
2006), h. 159.
3

Dalam pendidikan di Indonesia, kemampuan siswa dalam berpikir secara


kritis dan sistematis kurang diasah. Siswa mampu menghafal konsep-konsep dalam
sains, tetapi ketika berhadapan dengan masalah di kehidupan sehari-hari yang
memerlukan penerapan sains, siswa tidak mampu mengaplikasikannya untuk
memecahkan masalah. Anak didik lulus dari sekolah, hanya pintar teori tetapi miskin
aplikasi. Salah satu penyebab hal ini adalah pemilihan model pembelajaran ataupun
strategi yang kurang tepat.
Selain itu, masalah lainnya adalah proses pembelajaran masih cenderung
berpusat pada guru (teacher oriented) sebagai subjek pembelajaran sehingga siswa
kurang dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran
IPA pada umumnya yang dilaksanakan di SMA saat ini masih lebih cenderung
mengarah pada model pembelajaran yang dasar filosofinya behaviorisme, yaitu
pembelajaran yang berpusat pada guru, berbasis materi pelajaran (content based), dan
dengan penilaian paper and pencil test yang dilakukan pada akhir setiap pokok
bahasan.3 Pemanfaatan metode pembelajaran pun masih didominasi dengan metode
konvensional yang sama dan berulang. Hal tersebut biasanya dilakukan guru dengan
berbagai alasan, diantaranya agar materi pembelajaran lebih dapat dikontrol dan
waktu pembelajaran dapat disesuaikan.
Lebih spesifik dalam pembelajaran IPA tampaknya hanya mengutamakan
penguasaan pemahaman konsep dan fakta belaka, sementara kemampuan yang
berupa keterampilan siswa dalam berfikir dan bekerja ilmiah, kemampuan
memecahkan masalah yang dapat dihubungkan dalam kehidupan sehari-hari hampir
tidak tersentuh dalam proses pembelajaran. Dengan pembelajaran seperti ini siswa
sebenarnya hanya belajar sejarah dan tidak belajar bagaimana memperoleh prinsip
dan konsep yang ada pada biologi itu sendiri dan mengembangkannya.4 Di sisi lain,
sekarang ini ilmu pengetahuan alam terutama bidang biologi berkembang dengan
3
A.A. Sri Dwi Indrayanthi, “Pengaruh Penerapan Model Siklus Belajar 7e Terhadap
Pemahaman Konsep Fisika Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”, Jurnal Pendidikan Fisika, 2011.
h. 3.
4
Ibid, h. 3-4.
4

sangat pesat, sehingga guru tidak mungkin mampu mengajarkan seluruh fakta,
konsep, prinsip, dan teori-teori kepada para siswanya.
Pembelajaran IPA, khususnya biologi diorientasikan untuk mempersiapkan
siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dalam kehidupannya dan di
dunia yang selalu berkembang, melalui tindakan dan sikap atas dasar pemaikiran
yang logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efisien. Pembelajaran biologi bukan
hanya berorientasi pada hasil akhir, tetapi lebih menekankan pada proses selama
kegiatan belajar mengajar berlangsung. Sehingga siswa tidak hanya sebatas mampu
menjawab soal-soal, namun mampu menjelaskan konsep dasarnya dan menerapkan
dalam kehidupannya. Dalam hal ini maka kemampuan siswa untuk berfikir kritis
sangat diperlukan. Hal ini, secara eksplisit telah dirumuskan dalam Permen 22, tahun
2006 tentang Standar Isi KTSP untuk mata pelajaran biologi SMA-MA (Depdiknas,
2006):5
Matapelajaran Biologi dikembangkan melalui kemampuan berpikir
analitis,induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan
denganperistiwa alam sekitar. Penyelesaian masalah yang bersifat kualitatif
dankuantitatif dilakukan dengan menggunakan pemahaman dalam bidangmatematika,
fisika, kimia, dan pengetahuan pendukung lainnya.

Banyak pandangan yang berpendapat tentang keterampilan berpikir kritis.


Namun menurut Robert H. Ennis berpikir kritis (critical thinking) adalah suatu proses
yang bertujuan untuk membuat suatu keputusan yang wajar terhadap apa yang
dipercayai dan apa yang akan dilakukan.6 Berpikir kritis dalam pembelajaran biologi
sangat besar peranannya dalam meningkatkan proses, hasil belajar, dan bekal dimasa
depan. Pola berpikir ini mengembangkan penalaran yang komprehensif, logis, dapat
dipercaya, ringkas, dan meyakinkan.
Dalam pembelajaran biologi, terutama pada materi sistem endokrin pada
dasarnya setiap siswa sedikit banyak telah mengenal tentang materi tersebut, Lebih-

5
Permen 22, tahun 2006 tentang Standar Isi KTSP untuk matapelajaran biologi SMA-MA
(Depdiknas, 2006), hal. 165.
6
Robert H Ennis,Critical Thinking, Prentice Hall, (USA: University of Illinois, 1995), p. xvii
5

lebih ketika di tingkat SMP materi sistem endokrin masuk kedalam kurikulum
pembelajaran. Oleh karena itu, dalam hal ini pendekatan konstruktivisme sangat
penting. Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan pembelajaran yang
memberikan kemungkinan siswa untuk mengembangkan pemahaman siswa melalui
berbagai kegiatan dan hasil yang benar sesuai dengan perkembangan yang dilalui
siswa. Dan sebagai salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk
mengembangkan pemahaman siswa, pendekatan kontruktivisme menekankan
terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan
pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna.7 Melalui proses
asimiliasi dan akomodasi lah siswa dapat menemukan hubungan konsep baru dengan
memperluas konsep yang ia miliki. Salah satu model pembelajaran yang
menggunakan pendekatan konstruktivisme adalah model pembelajaran learning cycle
7E.8
Model pembelajaran learning cycle 7E merupakan salah satu model
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengoptimalkan
cara belajar dan mengembangkan daya nalar siswa. 9 Karena, pada model
pembelajaran learning cycle 7E memiliki rangkaian tahapan-tahapan kegiatan (fase)
yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan sendiri
pengetahuannya. Hal ini dilakukan dengan harapan agar proses pembelajaran menjadi
lebih bermakna dan menyenangkan, sehingga proses memahami konsep dan melatih
kemampuan berfikir kritis siswa menjadi lebih terasah.
Berdasarkan latar belakang itulah, peneliti mencoba untuk mengadakan
penelitian tentang model pembelajaran learning cycle, dengan judul: Pengaruh

7
Nizarwati dkk, “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Konstruktivisme
Untuk Mengajarkan Konsep Perbandingan Trigonometri Siswa Kelas X SMA”, Jurnal pendidikan
Matematika volume 3 no.2, 2009, h. 58.
8
Nuryani Y Rustaman, Konstruktivisme dan Pembelajaran Biologi, Makalah, Jurusan
Pendidikan Biologi FMIPA UPI. 2000, h. 8.
9
Wawan Sutrisno dkk,Pengaruh Model Learning Cycle 7e Terhadap Motivasi Belajar Siswa
Dalam Pembelajaran Biologi. Seminar Nasional IX, Pendidikan Biologi FKIP UNS. h. 186.
6

Pembelajaran Biologi Menggunakan Model Learning Cycle 7E Terhadap


Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Sistem Endokrin.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, dapat
diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut :
1. Banyak siswa yang tidak terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran
biologi, karena pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher oriented).
2. Pembelajaran biologi masih didominasi oleh model konvensional yang sama dan
berulang.
3. Pembelajaran biologi yang dilakukan lebih dominan kepada aspek pengetahuan
dan pemahaman konsep secara cepat saja yaitu dengan cara menghafal, sehingga
kemampuan berpikir kritis siswa kurang terasah.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada:
1. Model pembelajaran yang diterapkan adalah model pembelajaran learning cycle
yang diadaptasi dari Mayer, dan mengacu pada learning cycle hipotesis-deduktif.
2. Indikator kemampuan berpikir kritis yang menjadi landasan berdasarkan pendapat
Robert H.Ennis, yaitu memberikan penjelasan sederhana (elementary
clarification), membangun keterampilan dasar (basic support), kesimpulan,
membuat penjelasan lebih lanjut, serta strategi dan taktik.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah
yang telah dipaparkan diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
“Bagaimana pengaruh model pembelajaran Learning Cyle 7E terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa kelas XI pada konsep sistem pencernaan?”
7

E. Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran Learning Cyle 7E terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI
pada konsep sistem pencernaan.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya untuk
dunia pendidikan secara umum. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini
ialah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Mengetahui pengaruh model Learning Cycle 7E terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa.
b. Memberikan gambaran tentang penggunaan model pembelajaran yang sesuai
dengan penanganan masalah dalam proses pembelajaran.
c. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan alternatif pembelajaran biologi yang melibatkan peran aktif dari
siswa.
b. Memberikan masukan dan sumbangan pemikiran untuk para guru agar
meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa
dalam pelajaran biologi.
c. Memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah dalam rangka
perbaikan proses pembelajaran biologi kedepan.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Siklus Belajar (Learning Cycle)


1. Pengertian Learning Cycle
Menurut kamus Bahasa Inggris-Indonesia learning cycle terdiri dari dua
kata. Learning berasal dari kata learn yang berarti belajar. Learning juga
merupakan kata benda yang berarti pengetahuan.1 Sedangkan cycle berarti siklus
atau putaran.2 Jadi learning cycle adalah model pembelajaran yang memiliki siklus
atau putaran tertentu.
Salah satu alternatif strategi pembelajaran yang berpaham konstruktivistik
adalah strategi pembelajaran dengan siklus belajar (learning cycle). Secara umum,
strategi ini merupakan bagian dari inquiry approach (pendekatan inkuiri), yang
didasarkan pada hasil pemikiran Jean Piaget tentang model perkembangan
berpikir anak. Siklus belajar merupakan suatu model pembelajaran dengan
berpusat pada siswa (student centered). Strategi mengajar model siklus belajar
memungkinkan seorang peserta didik untuk tidak hanya mengamati hubungan,
tetapi juga menyimpulkan dan menguji penjelasan tentang konsep-konsep yang
dipelajari.3
Siklus belajar dikembangkan berdasarkan teori yang dikembangkan oleh
Ausubel yaitu tentang bagaimana siswa seharusnya belajar sehingga menjadi
pembelajaran yang bermakna untuk siswa. Selain itu, dalam perkembangannya,
mengikuti pula teori fase pembelajarannya Piaget. Piaget menyatakan bahwa
belajar merupakan pengembangan aspek kognitif yang meliputi: struktur, isi, dan
fungsi. Struktur intelektual adalah organisasi-organisasi mental tingkat tinggi
yang dimiliki individu untuk memecahkan masalah-masalah. Isi adalah perilaku
khas individu dalam merespon masalah yang dihadapi. Sedangkan fungsi
1
John M. Echols and Hasan Shadily.Kamus Inggris Indonesia an English-Indonesian
Dictionary, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2003). p. 352.
2
Ibid., p. 162.
3
Aditya Rahman, “Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle 7E Sebagai Upaya
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI TITL 2 SMK 2 Pengasih”, Skripsi pada Fakultas
Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2012, h. 4, tidak dipublikasikan.

8
9

merupakan proses perkembangan intelektual yang mencakup adaptasi dan


organisasi.
Adaptasi terdiri atas asimilasi dan akomodasi. Pada proses asimilasi
individu menggunakan struktur kognitif yang sudah ada untuk memberikan
respon terhadap rangsangan yang diterimanya. Dalam asimilasi, individu
berinteraksi dengan data yang ada di lingkungan untuk diproses dalam struktur
mentalnya. Dalam proses ini struktur mental individu dapat berubah, sehingga
terjadi akomodasi. Pada kondisi ini individu melakukan modifikasi dari struktur
yang ada, sehingga terjadi pengembangan struktur mental. Pemerolehan konsep
baru akan berdampak pada konsep yang telah dimiliki individu. Individu harus
dapat menghubungkan konsep yang baru dipelajari dengan konsep-konsep lain
dalam suatu hubungan antar konsep. Konsep yang baru harus dihubungkan
dengan konsep-konsep lain yang telah dimiliki. Hubungan konsep yang baik dari
intelektual seseorang akan tercermin dari respon yang diberikan dalam
menghadapi masalah.4
Menurut ketiga landasan teori tersebut, dapat disimpulkan bahwa siklus
belajar melalui kegiatan dalam tiap fasenya mewadahi pembelajar untuk secara
aktif membangun konsep-konsepnya sendiri dengan cara berinteraksi dengan
lingkungan fisik maupun sosial agar pembelajaran menjadi lebih bermakna. Jika
diimplementasikan dalam pembelajaran, model siklus belajar yaitu memiliki ciri:
1) Siswa belajar secara aktif dan mempelajari materi secara bermakna dengan
bekerja dan berpikir. Pengetahuannya dikonstruksi dari pengalaman dan
pemahaman dasar siswa itu sendiri.
2) Informasi baru dikaitkan dengan skema pengetahuan yang telah dimiliki
siswa dan berasal dari pandangan dan penafsiran siswa terhadap informasi
tersebut.

4
Ngatiatul Mabsuthoh, “Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle Terhadap Hasil
Belajar Fisika Pada Konsep Massa Jenis”, Skripsi pada FITK UIN Jakarta, Jakarta, 2001, h. 19,
tidak dipublikasikan.
10

2. Klasifikasi Model Learning Cycle


Model siklus belajar menurut Lawson diklasifikasikan menjadi tiga
bagian berdasarkan jenjang pendidikan yang menetapkannya. Ketiga macam
siklus belajar tersebut yaitu: 5
1) Siklus belajar “deskriptif”. Dimana para siswa menemukan dan memberikan
suatu pola empiris dalam suatu konteks khusus (ekspolari); guru memberi
nama pada pola itu (pengenalan istilah atau konsep); kemudian pola itu
ditentukan dalam konteks-konteks lain (aplikasi konsep). Bentuk siklus
belajar ini disebut deskriptif, sebab siswa dan guru hanya memberikan apa
yang mereka amati tanpa usaha untuk melahirkan hipotesis-hipotesis untuk
menjelaskan hasil pengamatan mereka. Ditinjau dari segi penalarannya,
siklus belajar deskriptif menghendaki hanya pola-pola deskriptif, misalnya
berupa seriasi, klasifikasi dan konservasi.
2) Siklus belajar “empiris-induktif”. Dimana para siswa juga menemukan dan
memberikan suatu pola empiris dalam suatu konteks khusus (eksplorasi),
tetapi mereka selanjutnya mengemukakan sebab-sebab yang mungkin
menjadi sebab terjadinya pola tersebut. Hal ini membutuhkan penggunaan
analogi untuk memindahkan atau mentransfer konsep-konsep yang telah
dipelajari dalam konteks-konteks lain pada konteks baru ini (yaitu pada
pengenalan konsep baru). Konsep tersebut dapat diperkenalkan oleh para
siswa, guru, atau kedua-duanya. Siklus belajar empiris-induktif bersifat
intermediet, menghendaki pola-pola penalaran deskriptif, tetapi pada
umumnya melibatkan pula pola-pola tingkat tinggi.
3) Siklus belajar “hipotesis-deduktif”. Dimana para siswa diminta untuk
merumuskan jawaban sebagai hipotesis-hipotesis yang kira-kira bisa terjadi
pada fase pertanyaan. Selanjutnya, para siswa diminta untuk menurunkan
konsekuensi-konsekuensi logis dari hipotesis tersebut, dan merencanakan
serta melakukan eksperimen untuk menguji hipotesis (eksplorasi). Analisis
hasil-hasil eksperimen menyebabkan beberapa hipotesis ditolak, sedangkan

5
Anton E.Lawson, “Using the Learning Cycle to teach biology concepts and reasoning
patterns”, Journal of Biology Education, 2001, p.168.
11

hipotesis lainnya diterima dan menjadi konsep-konsep baru yang


ditanamkan pada siswa. Pada akhir konsep-konsep yang relevan dan
didiskusikan, sehingga dapat diterapkan pada situasi-situasi lain di kemudian
hari (sebagai aplikasi konsep).
Jika ditafsirkan berdasarkan pendapat Lawson tersebut, maka perbedaan
antara siklus belajar deduktif, empiris-induktif dan hipotesis-deduktif ialah seperti
dijelaskan pada tabel 2.1 dibawah ini.
Tabel 2.1 Klasifikasi Model Learning Cycle
Aspek Siklus Belajar Siklus Belajar Siklus Belajar
Perbedaan Deduktif Empiris-Induktif Hipotesis-Deduktif

Karakter Pembelajaran Pembelajaran Pembelajaran berbasis


pembelajaran dengan dengan penggunaan pendekatan berpikir
pembentukan analogi untuk ilmiah
pengetahuan mentransfer konsep-
sederhana konsep yang telah
(pengenalan istilah dipelajari
atau konsep) sebelumnya
Kegiatan Guru memberikan Siswa lebih Siswa banyak
guru/siswa materi berdasarkan bereksplorasi dan melakukan kegiatan
apa yang diamati mengemukakan seperti dalam
(konteks) tanpa sebab-sebab yang prosedur metode
usaha untuk logis untuk ilmiah:
melahirkan menjelaskan - Menganalisis masalah
hipotesis-hipotesis informasi baru - Membuat hipotesis
untuk menjelaskan - Menguji hipotesis
hasil pengamatan (dengan observasi dan
mereka eksperimen)
- Menyusun dan
mengolah data hasil
pengujian
- Membuat kesimpulan
- Mempublikasikan
hasil
Penalaran Pola deskriptif Pola-pola deskriptif, Pola-pola tingkat
(seperti metode tetapi pada tinggi
seriasi, klasifikasi umumnya
dan konservasi melibatkan pula
pola-pola tingkat
tinggi
Keterampilan Rendah Intermediet Tinggi
berpikir siswa
12

3. Learning Cycle 7E
Learning cycle merupakan strategi pengajaran yang secara formal
digunakan di program sains sekolah dasar yaitu Science Curriculum Improvement
Study (SCIS). Meskipun strategi ini diterapkan pertama kali di sekolah dasar,
beberapa studi menunjukkan bahwa penerapan teknik pengajaran ini telah
menyebar luas di berbagai tingkat kelas, termasuk Universitas. Biological Science
Curriculum Study (BSCS) dan Bybe menyatakan bahwa learning cycle
sebenarnya telah dikembangkan oleh Atkins dan Karlplus sejak tahun 1962 di
USA yang pada mulanya terdiri dari tiga tahap; eksplorasi (exploration),
pengenalan konsep (concept introduction) dan aplikasi konsep (consept
application.Tiga fase dalam model siklus belajar kemudian dikembangkan dan
disempurnakan menjadi 5 fase pada tahun 1989 berdasarkan pengajaran yang
dibangun oleh Biological Sciences Curriculum Study (BSCS). Pada siklus belajar
5 fase, ditambahkan tahap pengembangan minat (engagement) sebelum
exploration dan ditambahkan pula tahap evaluasi (evaluation) pada bagian akhir
siklus. Pada model ini, tahap concept introduction dan concept application
masing-masing diistilahkan menjadi explanation dan elaboration. Karena itu
siklus belajar 5 fase sering dijuluki siklus belajar 5E yaitu pengembangan minat
(engagement), eksplorasi (exploration), penjelasan (explaination), memperluas
(extend/elaboration), dan evaluasi (evaluation).6
Hingga kemudian Arthur Eisenkraft pada tahun 2003 mengembangkan
siklus belajar menjadi tujuh tahapan. Perubahan yang terjadi pada tahapan siklus
belajar (5E) menjadi (7E) terjadi pada fase Engage menjadi dua tahapan yaitu
Elicit dan Engage, sedangkan pada tahap Elaborate dan Evaluate menjadi tiga
tahapan yaitu menjadi Elaborate, Evaluate dan Extend. Perubahan tahapan siklus
belajar dari 5E menjadi 7E ditunjukan pada Gambar2.1.7

6
Susan Everett and Richard Moyer. Literacy in the Learning Cycle, Incorporating trade
books helps plan inquiry-learning experiences. Methods and Strategies: Ideas and techniques to
enhance your science teaching, 2014, p. 48, (www.teachersource.com).
7
Arthur Eisenkraft, Expanding the 5E Model: A proposed 7E model emphasizes “transfer
of learning”and the importance of eliciting prior understanding, National Science Teachers
Association (NSTA). The Science Teacher, Vol. 70, No. 6, 2003, p. 57.
13

Gambar 2.1 Skema Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi 7E

Tahapan model Learning Cycle 7E tersebut dijelaskan oleh Arthur


Eisenkraft sebagai berikut:8
1) Elicit (mendatangkan pengetahuan awal siswa), yaitu fase untuk
mengetahui sampai dimana pengetahuan siswa terhadap pelajaran yang
akan dipelajari dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang
merangsang pengetahuan awal siswa agar timbul respon dari pemikiran
siswa serta menimbulkan kepenasaran tentang jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan yang akan diajukan oleh guru. Fase ini dimulai dengan
pertanyaan mendasar yang berhubungan dengan pelajaran yang akan
dipelajari dengan mengambil contoh mudah yang diketahui siswa seperti
kejadian sehari-hari secara umum memang terjadi.
2) Engage (mempertemukan), yaitu fase dimana siswa dan guru akan saling
memberikan informasi dan pengalaman tentang pertanyaan-pertanyaan
awal tadi, memberikan siswa tentang ide dan rencana pembelajaran
sekaligus memotivasi siswa agar lebih berminat untuk mempelajari konsep
dan memperhatikan guru dalam mengajar. Fase ini dapat dilakukan dengan
demonstrasi, diskusi, membaca, atau aktivitas lain yang digunakan untuk

8
Wawan Sutrisno, dkk, “Pengaruh Model Learning Cycle 7E Terhadap Motivasi Belajar
Siswa Dalam Pembelajaran Biologi”, Jurnal Edukasi, Pendidikan Biologi FKP UNS, 2012, h.186.
14

membuka pengetahuan siswa dan mengembangkan rasa keingintahuan


siswa.
3) Explore (menyelidiki), yaitu fase yang membawa siswa untuk memperoleh
pengetahuan dengan pengalaman langsung yang berhubungan dengan
konsep yang akan dipelajari. Siswa dapat mengobservasi, bertanya, dan
menyelidiki konsep dari bahan-bahan pembelajaran yang telah disediakan
sebelumnya.
4) Explain (menjelaskan), yaitu fase yang didalamnya berisi ajakan terhadap
siswa untuk menjelaskan konsep-konsep dan definisi-definisi awal yang
mereka dapatkan ketika fase eksplorasi. Kemudian dari definisi dan konsep
yang telah ada didiskusikan sehingga pada akhirnya menuju konsep dan
definisi yang lebih formal.
5) Elaborate (menerapkan), yaitu fase yang bertujuan untuk membawa siswa
menerapkan simbol-simbol, definisi-definisi, konsep-konsep, dan
keterampilan-keterampilan pada permasalahan-permasalahan yang
berkaitan dengan contoh dari pelajaran yang dipelajari.
6) Evaluate (menilai), yaitu fase evaluasi dari hasil pembelajaran yang telah
dilakukan. Pada fase ini dapat digunakan berbagai strategi penilaian formal
dan informal. Guru diharapkan secara terus menerus dapat mengobservasi
dan memperhatikan siswa terhadap kemampuan dan keterampilan untuk
menilai tingkat pengetahuan dan kemampuannya, kemudian melihat
perubahan pemikiran siswa terhadap pemikiran awalnya.
7) Extend (memperluas), yaitu fase yang bertujuan untuk berfikir, mencari,
menemukan dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah
dipelajari bahkan kegiatan ini dapat merangsang siswa untuk mencari
hubungan konsep yang mereka pelajari dengan konsep lain yang sudah atau
belum mereka pelajari.
Berdasarkan tahapan pembelajaran learning cycle 7E tersebut diharapkan
siswa tidak hanya mendengar keterangan dari guru akan tetapi siswa berperan
aktif untuk menggali, menganalisis, mengevaluasi pemahamannya terhadap
konsep yang dipelajari. Pembelajaran IPA, khususnya biologi pada dasarnya ialah
15

mempelajari fenomena alam yang terjadi di sekitar kita. Oleh karena itu
makasetiap fenomena yang muncul harusdikaji secara ilmiah untuk mendapatkan
konsepsi yang terkandung dalam fenomena tersebut.
Dalam proses penemuan konsepsi ilmiah terlebih dahulu dilakukan
kegiatan-kegiatan yaitu berusaha membangkitkan minat siswa belajar (elicit,
engagement), kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memanfaatkan panca indera mereka semaksimal mungkin dalam berinteraksi
dengan lingkungan melalui kegiatan telaah literatur (exploration), memberikan
kesempatan yang luas kepada siswa untuk menyampaikan ide atau gagasan yang
mereka miliki melalui kegiatan diskusi (explanation), mengajak siswa
mengaplikasikan konsep-konsep yang mereka dapatkan dengan mengerjakansoal-
soal pemecahan masalah (elaboration) dan terdapat suatu tesakhir untuk
mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang telah
dipelajarinya (evaluation, extend).9
Karakteristik utama learning cycle 7E yaitu mengusulkan masalah atau
pertanyaan, fokus interdisipliner bidang studi, eksplorasi otentik, kerjasama,
merancang pekerjaan dan menyajikan pekerjaan. Dalam proses pembelajarannya,
learning cycle 7E tidak dirancang untuk guru banyak menjelaskan informasi
kepada anak murid, namun membantu siswa untuk mengembangkan pemikiran
mereka, pemecahan masalah dan kemampuan intelektual. Model pembelajaran ini
juga dikembangkan untuk membantu belajar siswa agar menjadi dewasa melalui
keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi belajar
lebih mandiri.10

4. Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Model Learning Cycle 7E


Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
beberapa keuntungan penggunaan model pembelajaran learning cycle 7E yaitu:

9
A.A. Sri Dwi Indriyanthi, “Pengaruh Model Siklus Belajar 7E Terhadap Pemahaman
Konsep Fisika dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”, h. 6.
10
Hartono, “Learning Cycle 7E Model To Increase Student’s Critical Thinking on
Science”, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 2013, p.60.
16

1) Peserta didik belajar secara aktif. Peserta didik mempelajari materi secara
bermakna dengan bekerja dan berpikir. Pengetahuan dikonstruksi dari
pengalaman peserta didik.
2) Informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki peserta didik.
Informasi baru yang dimiliki pesera didik berasal dari interprestasi
individu.
3) Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan
pemecahan masalah.
4) Siswa dapat meningkatkan perbincangan ilmiah mereka, dan meningkatkan
keterlibatan mereka dalam kelas sains.11
Namun, dalam pengelolaannya dalam model Learning Cycle 7E terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan pihak guru agar tidak menjadi suatu
melemahkan atau menghambat pembelajaran, yaitu:
1) Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan
langkah-langkah pembelajaran.
2) Membutuhkan kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran
3) Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi.
4) Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana
dan melaksanaan pembelajaran.12

B. Keterampilan Berpikir Kritis


1. Pengertian Keterampilan Berpikir
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Keterampilan berasal dari
kata “terampil” yang berarti kecakapan dalam melaksanakan tugas. Disamping
itu, menurut Reber, keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola
tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan

11
Irma Rosa Indriyani, “Pengembangan LKS Fisika Berbasis Siklus Belajar (Learning
Cycle) 7E untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis
pada Siswa SMA Kelas X Pokok Bahasan Elektromagnetik”, Tesis pada Pascasarjana Universitas
Ahmad Dahlan Yogyakarta, Yogyakarta, 2013, h. 24, tidak dipublikasikan.
12
Ibid., h. 25.
17

keadaan yang mencapai hasil tertentu. Keterampilan bukan hanya meliputi


gerakan motorik melainkan juga aplikasi dari fungsi mental yang bersifat kognitif.
Artinya, keterampilan merupakan suatu kemampuan yang teraplikasi dalam
perbuatan yang merupakan cerminan dari pemahaman dan pikirannya.
Konotasinyapun luas, sehingga sampai pada mempengaruhi atau
mendayagunakan orang lain. Artinya, orang yang mampu mendayagunakan orang
lain secara tepat juga dianggap sebagai orang yang terampil.13
Sedangkan, menurut berpikir menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah akal budi, ingatan angan-angan. Berpikir artinya menggunakan akal budi
untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang dalam
ingatan. 14 Berpikir adalah satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan
penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Ciri-ciri utama dari berfikir adalah
adanya abstraksi. Abstraksi dalam hal ini yaitu anggapan lepasnya kualitas atau
relasi dari benda-benda, kejadian-kejadian dan situasi-situasi yang mula-mula
dihadapi sebagai kenyataan. Dalam arti luas, berfikir adalah bergaul dengan
abstraksi-abstraksi. Sedangkan dalam arti sempit, berfikir adalah meletakkan atau
mencari hubungan/pertalian antara abstraksi-abstraksi.15
Proses berpikir merupakan urutan kejadian mental yang terjadi secara
alamiah atau terencana dan sistematis pada konteks ruang, waktu dan media yang
digunakan, serta menghasilkan suatu perubahan terhadap objek yang
mempengaruhinya. Proses berpikir merupakan peristiwa mencampur,
mencocokkan, menggabungkan, menukar, dan mengurutkan konsep-konsep,
persepsi-persepsi, dan pengalaman sebelumnya.16 Dalam prosesnya terdapat tiga
langkah berpikir, yaitu: 17

13
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya, 2011), h. 117.
14
Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Berpikir, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011), h. 1.
15
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002),
h. 44.
16
Wowo Sunaryo Kuswana, op.cit., h.3.
17
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan),
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h. 31.
18

1) Pembentukan pengertian. Ini dilakukan melalui proses mendeskripsikan ciri-


ciri objek yang sejenis, mengklasifikasikan ciri-ciri yang sama,
mengabstraksi dengan menyisihkan, membuang, menganggap ciri-ciri yang
dirasa paling benar.
2) Pembentukan pendapat. Ini merupakan peletakan hubungan antar dua buah
pengertian atau lebih. Hubungan itu dapat dirumuskan secara verbal berupa
pendapat menolak, menerima dan asumtif (kemungkinan-kemungkinan).
3) Pembentukan keputusan. Ini merupakan penarikan kesimpulan yang berupa
keputusan. Keputusan adalah hasil pekerjaan akal berupa pendapat baru
yang dibentuk berdasarkan pendapat-pendapat yang sudah ada.
Keterampilan berpikir harus berorientasi untuk meningkatkan mutu
pendidikan melalui proses pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan tujuan atau
hasil belajar. Oleh karena itu, perlu adanya suatu pendekatan, strategi dan metode
yang selaras dengan kebutuhan pencapaian tujuan dan potensi peserta
belajar.Salah satu ciri utama yang menjadi keberhasilan pembelajaran tampak dan
tergambarkan pada seperangkat kemampuan pengetahuan (kognitif), sikap
(afektif) dan keterampilan ketubuhan (psikomotorik). Ketiga komponen tersebut
sesungguhnya terbentuk karena kebiasaan dan penguatan yang menjadi watak dan
bertumpu pada pola pikir seseorang. Pembelajaran keterampilan berpikir merujuk
pada pendekatan melalui strategi khusus dan prosedur yang bisa dilaksanakan,
serta dapat digunakan oleh peserta didik dengan cara yang terkontrol dan sadar
untuk membuat mereka belajar dengan lebih efektif.
Ashman Conway pada tahun 1997 mengungkapkan bahwa kemampuan
berpikir melibatkan enam jenis berpikir, yang semuanya merupakan bagian dari
keterampilan berpikir tingkat tinggi (Hight Order Thinking), yaitu:
a. Metakognisi
b. Berpikir Kritis
c. Berpikir Kreatif
d. Proses kognitif (pemecahan masalah dan pengambilan keputusan)
e. Kemampuan berpikir inti (seperti repesentasi dan meringkas)
f. Memahami peran konten pengetahuan
19

Namun, belakangan bertambah lagi satu keterampilan berpikir, yaitu


keterampilan memecahkan masalah (problem solving skill). Sehingga ketujuh
keterampilan berpikir inilah yang diharapkan dapat membentuk karakter yang
akan mempengaruhi cara pandang, sikap dan kemampuan tiap individu dalam
memahami dan menyikapi suatu masalah.

2. Pengerian Keterampilan Berpikir Kritis


“Kritis” sebagaimana digunakan dalam ungkapan “berpikir kritis”,
memiliki konotasi pada sentralitas dari pemikiran yang mengarah pada pertanyaan
isu atau suatu masalah yang memprihatinkan. “Kritis” dalam konteks ini tidak
berarti hanya suatu bentuk “penolakan” atau “negatif”, namun juga ada yang
positif dan berguna. Misalnya merumuskan solusi yang terbaik untuk masalah
pribadi yang kompleks, berunding dengan kelompok tentang tindakan yang harus
diambil, atau menganalisis asumsi dan kualitas metode yang digunakan secara
ilmiah dalam menguji suatu hipotesis.18
Menurut Van Gelder dan Willingham, berpikir kritis Adalah kemampuan
dan kecenderungan seseorang untuk membuat dan melakukan asesemen terhadap
kesimpulan berdasarkan bukti. Berpikir kritis menjadi hal yang penting sekarang
ini, karena jumlah besar iklan, distorsi sadar, dan bahkan propaganda yang harus
terus menerus kita sortir/seleksi kebenarannya. 19 Kecenderungan merupakan
aspek yang terpenting dari berpikir kritis. Menurut Paul Eggen dan Don Kauchak,
sejumlah sikap dan kecenderungan yang terkait dengan berpikir kritis ialah:20
1) Hasrat untuk mendapatkan informasi dan mencari bukti
2) Sikap berpikiran terbuka dan skeptisisme sehat
3) Kecenderungan untuk menunda penghakiman
4) Rasa hormat terhadap pendapat orang lain
5) Toleransi bagi ambiguitas

18
Wowo Sunaryo Kuswana, op.cit., h. 20.
19
Paul Eggen dan Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran (Mengajarkan
Konten dan Keterampilan Berpikir), (Jakarta: PT. Indeks, 2012), h.111.
20
Ibid., h. 119.
20

Robert H. Ennis pada tahun 1987 mendefinisikan berpikir kritis yaitu


merupakan proses berpikir reflektif yang masuk akal dan difokuskan pada
memutuskan apa yang harus percaya atau lakukan.21 Selain itu, menurut Scriven
dan Paul (2007) berpikir kritis ialah suatu disiplin proses intelektual yang
dilakukan secara aktif dan terampil untuk membangun konsep, menerapkan,
menganalisis, mensintesis, dan / atau informasi mengevaluasi dikumpulkan dari,
atau dihasilkan oleh, observasi, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi,
yang didasari oleh keyakinan dan tindakan. 22 Sedangkan menurut M. Adi
Gunawan berpikir kritis ialah kemampuan untuk berpikir pada level yang
kompleks dan menggunakan proses analisis dan evaluasi.23
Menurut Fecione, orang yang berpikir kritis ideal adalah yang terbiasa
ingin tahu, berpikiran terbuka, fleksibel, berpikiran adil dalam evaluasi, jujur
dalam mengakui kekurangan pribadi, bijaksana dalam membuat penilaian,
bersedia untuk mempertimbangkan kembali, tertib dalam hal yang kompleks,
rmencari informasi yang relevan, fokus dalam penyelidikan, dan gigih dalam
mencari hasil yang tepat dalam menyelidiki.24
Pada umumnya siswa yang berpikir rasional akan menggunakan prinsip-
prinsip dan dasar-dasar dalam menjawab pertanyaan”bagaimana” (how) dan
“mengapa” (why). Dalam berpikir rasional, siswa dituntut menggunakan logika
(akal sehat) untuk menentukan sebab akibat, menganalisis, menarik simpulan-
simpulan, dan bahkan juga menciptakan hukum-hukum (kaidah teoritis) dan
ramalan-ramalan. Dalam hal berpikir kritis, siswa dituntut menggunakan strategi
kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan pemecahan masalah
dan mengatasi kesalahan atau kekurangan.25

21
Robert H Ennis,Critical Thinking, Prentice Hall, (USA: University of Illinois, 1995), p.
xvii
22
Lisa Gueldenzoph Snyder and Mark J.Synder, Teaching Critical Thinking and Problem
Solving Skills, North Caroline: The Delta Pi Epsilon Journal, 2008, p. 90.
23
M. Adi Gunawan, Genius Learning Strategy (Petunjuk Pratiks Untuk Menerapkan
Accelerated Learning), (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 177.
24
MM Chabeli, ”High Order Thinking Skills Competencies Reaquired By Outcomes-
Base Education From Learners”, Research Article University of Johannesburg, 2006, p. 80.
25
Muhibbin Syah, op.cit.,h. 118.
21

Berpikir kritis adalah keterampilan yang dipelajari yang harus


dikembangkan, dipraktekkan, dan terus diintegrasikan ke dalam kurikulum untuk
melibatkan para siswa dalam pembelajaran aktif. Dalam hal penerapan isi, teknik
mengajar yang mempromosikan untuk banyak menghafal bukanlah suatu
pembelajaran yang mendukung berpikir kritis. Instruksi yang mendukung berpikir
kritis menggunakan teknik interogasi yang mengharuskan siswa untuk
menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi untuk memecahkan
masalah dan membuat keputusan (berpikir) bukan hanya untuk mengulang
informasi (menghafal).26
Menurut Richard Paul, berpikir kritis adalah mode berpikir, mengenai hal,
substansi atau masalah apa saja yang dimana si pemikir meningkatkan kualitas
pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur-struktur yang melekat
alam pemikiran dan menerapkan standar-standar intelektual padanya.27
Menurut Edward Glaser mengungkapkan bahwa berpikir kritis sebagai; 1)
suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal
yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang, 2) pengetahuan tentang
metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis, dan 3) semacam suatu
keterampilan untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif
berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang
diakibatkannya.28
Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
keterampilan berpikir kritis adalah suatu kompleksitas disiplin dalam proses
intelektual dan kemampuan seseorang dalam memandang suatu hal atau
menyelesaikan suatu masalah. Berpikir kritis bukan merupakan kemampuan
bawaan, namun perlu dipelajari, dikembangkan, dipraktekkan, dan diintegrasikan
ke dalam kurikulum pembelajaran siswa secara aktif. Tujuannya tidak lain yaitu
untuk membentuk anak didik yang mampu berpikir netral, objektif dan beralasan
ataupun logis dalam mempercayai dan melakukan suatu hal.

26
Lisa Gueldenzoph Snyder and Mark J.Synder, op.cit., p. 91.
27
Alec Fisher,Berpikir Kritis sebuah Pengantar, Terj. dari Critical Thingking: An
Introduction oleh Benyamin Hadinata dan Gugi Sagara, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 4.
28
Ibid. h. 3.
22

3. Indikator Berpikir Kritis


Indikator-indikator dalam berpikir kritis dikemukakan oleh beberapa ahli
diantaranya dikemukakan oleh Edward Glasser, Dressel dan Mayhew, Bonnie dan
Potts, Vincent Rugeirro serta Ernis. Edward Glasser mendaftarkan kemampuan
berpikir krits yaitu sebagai berikut:
a. Mengenal masalah
b. Menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-
masalah tersebut
c. Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan
d. Mengenal asumsi-asumsi dan nilai nilai yang tidak dinyatakan
e. Memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, jelas dan khas
f. Menganalisis data
g. Menilai fakta dan mengevaluasi pernyataan-pernyataan
h. Mengenal adanya hubungan yang logis antara masalah-masalah
i. Menarik kesimpulan-kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang diperlukan
j. Menguji kesamaan-kesamaan dan kesimpulan-kesimpulan yang seseorang
ambil
k. Menyusun kembali pola-pola keyakinan seseorang berdasarkan pengalaman
yang lebih luas.
l. Membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu
dalam kehidupan sehari-hari
Selain itu Dressel dan Mayhew memberikan beberapa kemampuan yang
dikaitkan dengan konsep berpikir kritis, yaitu:
a. Kemampuan-kemampuan untuk memahami masalah
b. Menyeleksi informasi yang penting untuk menyelesaikan masalah
c. Memahami asumsi-asumsi
d. Merumuskan dan menyeleksi hipotesis yang relevan
e. Menarik kesimpulan yang valid
Penilaian kemampuan berpikir kritis atau indikator untuk menilai
kemampuan berpikir kritis menurut Watson dan Glasser mencakup lima buah
indikator, yaitu mengenal asumsi, melakukan inferensi, deduksi, interpretasi dan
23

mengevaluasi argument. Sedangkan menurut Vincent Rugeirro juga memberikan


tiga buah indikator untuk penilaian kemampuan berpikir kritis, yaitu: a)
Investigasi, yaitu menemukan bukti yang dapat menjawab pertanyaan tentang
masalah yang sedang dibahas; b) Interpretasi, yaitu memutuskan bukti atau fakta-
fakta yang diperlukan; c) Mengambil kesimpulan.
Adi W Gunawan dalam bukunya Genius Learning Strategy menyebutkan
bahwa berpikir kritis meliputi: 29
a. Keahlian berpikir induktif (sebab akibat, problem yang banyak kemungkinan
pemecahan, analogi, membuat kesimpulan, relasi, dan pemecahan masalah),
b. Keahlian berpikir deduktif (menggunakan logika, mengerti kontradiksi,
silogisme, dan permasalahan yang bersifat spasial),
c. Keahlian berpikir evaluatif (fakta opini, sumber yang kredibel, mengidentifikasi
persoalan dan permasalahan pokok, mengenali asumsi-asumsi, mendeteksi
bias, mengevaluasi hipotesis, menggolongkan data, memprediksi konsekuensi,
pengurutan, keahlian membuat keputusan, mengenali propaganda, kesamaan
dan perbedaan, dan mengevaluasi argumentasi).
Sedangkan Robert H Ennis, memberikan enam unsur dasar dalam berpikir
kritis yaitu focus, alasan, inferensi, situasi, kejelasan dan tinjauan ulang. Selain
itu, Ennis mengelompokkan indikator berpikir kritis kedalam lima pokok dan dua
belas sub pokok yang dapat dilihat pada tabel 2.2.30

29
Adi W. Gunawan. Genius Learning Strategy.(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2003), h. 177-178.
30
Robert H Ennis, The Nature of Critical Thinking: An Outline of Critical Thinking
Disposition and Abilities, University of Illinois, 201, p.2.
24

Tabel 2.2 Indikator Berpikir Kritis


Aspek Berpikir Sub Aspek Berpikir Indikator
Kritis Kritis
1. Memberikan 1) Memfokuskan a. Mengidentifikasi atau
penjelasan pertanyaan merumuskan
sederhana b. Mengidentifikasi atau
(Elementary merumuskan kriteria
clarification) untuk
mempertimbangkan
jawaban yang mungkin
c. Menjaga kondisi pikiran

2) Menganalisis a. Identifikasi kesimpulan


argumen b. Mengidentifikasi alasan
yang dinyatakan
c. Mengidentifikasi alasan
yang tidak dinyatakan
d. Mencari persamaan dan
perbedaan
e. Mengidentifikasi relevan
atau tidak
f. Mencari struktur
argumen
g. Merangkum

3) Bertanya dan a. Mengapa?


menjawab b. Apa intinya?
pertanyaan tentang c. Apa artinya?
suatu penjelasan dan d. Apa contohnya?
tantangan e. Apa yang bukan
contohnya?
f. Bagaimana menerapkan
pada konsep tersebut?
g. Perbedaan apa yang
menyebabkannya?
h. Apa faktanya?
i. Benarkah apa yang anda
katakan?
j. Mengatakan lebih pada
apa yang dibicarakan
2. Membangun 4) Mempertimbangkan a. Keahlian
keterampilan kredibilitas suatu b. Tidak ada konflik yang
dasar (basic sumber besar
support) c. Kesepakatan antara
sumber
d. Reputasi
e. Kemampuan memberi
alasan
25

f. Mempertimbangkan
prosedur yang tersedia
g. Mempertimbangkan
resiko
h. Kehati-hatian
5) Mengobservasi dan a. Ikut terlibat dalam
mempertimbangkan menyimpulkan
hasil observasi b. Jeda waktu antara
mengamati dan
melaporkan
c. Dilaporkan oleh
pengamat
d. Mencatat hal-hal yang
diinginkan
e. Penguatan
f. Kemungkinan penguatan
g. Kondisi akses yang baik
h. Penggunaan tes yang
kompeten
i. Kepuasan observer yang
kredibilitas
3. Kesimpulan 6) Membuat deduksi a. Kelompok yang logis
dan b. Kondisi yang logis
mempertimbangkan c. Interpretasi pertanyaan
hasil deduksi
7) Membuat induksi a. Membuat generalisasi
dan b. Membuat kesimpulan dan
mempertimbangkan hipotesis
induksi c. Investigasi
d. Kriteria berdasarkan
asumsi
8) Membuat dan a. Latar belakang fakta
mempertimbangkan b. Konsekuensi
nilai keputusan c. Penerapan prinsip-prinsip
d. Mempertimbangkan
alternatif
e. Penimbangan,
pertimbangan dan
memutuskan
4. Membuat 9) Mendefinisikan a. Mengklasifikasikan dan
penjelasan istilah memberikan contoh
lebih lanjut b. Strategi teknisi
c. Isi
10) Mengidentifikasi a. Alasan yang tidak
asumsi dinyatakan
b. Asumsi yang dibutuhkan
26

5. Strategi dan 11) Memutuskan suatu a. Mengidentifikasi masalah


taktik tindakan b. Menyeleksi kriteria untuk
membuat solusi
c. Penerapan prinsip-prinsip
d. Merumuskan alternatif
e. Memutuskan hal yang
akan dilakukan
f. Menelaah
g. Memonitor
12) Berinteraksi dengan a. Menyenangkan
orang lain b. Strategi logis
c. Strategi retorika
d. Presentasi

Kemampuan berpikir kritis siswa dapat dinilai dari jawaban-jawaban


yang diberikan kepada siswa. Pada indikator memberikan penjelasan sederhana
petunjuk linguistik yang dapat membantu peneliti dalam memahami alasan yang
siswa kemukakan adalah dengan adanya kata bantu: karena (because), karena
(since)I, karena (for), berasarkan fakta/ data bahwa, alasan-alasannya adalah, dan
sebagainya. Sedangkan pada indikator membuat kesimpulan dan hipotesis,
petunjuk linguistik yang dapat membantu adalah adanya kata bantu: sehingga,
karenanya, jadi, sebagai konsekuensinya, yang membuktikan/memperlihatkan
bahwa, membenarkan keyakinan/pandangan bahwa, saya menyimpulkan bahwa,
darinya kita dapat menyimpulkan bahwa, berdasarkan hal itulah, berdasarkan hal
itu maka, menunjukkan bahwa, harusnya, dan sebagainya.31
Berdasarkan indikator-indikator dari beberapa ahli yang telah dipaparkan,
dalam penelitian ini akan digunakan indikator yang dikemukakan oleh Ennis
karena indikator yang dikemukakan olehnya sudah sangat jelas dan spesifik.
Dengan menggunakan model pembelajaran learning cyle 7E. Indikator yang
dirancang oleh Ennis pun memiliki banyak kesamaan. Dari metode learning cycle
7E kemampuan berpikir kritis yang dapat dimunculkan seperti kemampuan
mengidentifikasi dan menganalisis pertanyaan/masalah, membuat alasan dan
hipotesis, berpikir terbuka dan mencari alternatif, membuat kesimpulan dan

31
Alec Fisher, Berpikir Kritis Sebuah Pengantar, Terj. Dari Critical Thinking: An
Introduction oleh Benyamin Hadinata, Jakarta: Erlangga, 2008, h.22.
27

menerapkannya. Berikut akan dijelaskan sub indikator melalui penjelasan lima


aspek berpikir kritis menurut Robert H. Ennis.
Aspek pertama berpikir kritis adalah memberikan penjelasan sederhana.yang
meliputi tiga subaspek; memfokuskan pertanyaan, menganalisis argument, dan
bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan dan tantangan.
Secara umumnya, aspek ini digunakan untuk mengidentifikasi kesimpulan
sementara. Dalam sebuah argument, memulai dengan memberikan kesimpulan
adalah ide bagus untuk memulai suatu presentasi.32 Dalam buku Alec Fisher kata
karena (since dan because) merupakan indikator alasan, dan kata oleh karena itu
dan sehingga merupakan indikator kesimpulan.33 Indikator yang digunakan pada
indikator-indikator alasan dan kesimpulan merupakan indikator yang digunakan
dalam menganalisis argument.34
Aspek kedua yaitu membangun keterampilan dasar, yang meliputi dua
subaspek, yaitu: mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber dan mengobservasi
dan mempertimbangkan hasil observasi. Mempertimbangkan kredibilitas suatu
sumber digunakan ketika mengetahui kebenaran sebuah klaim. Namun,
kredibilitas juga tidak menjamin kebenaran sumbernya, maka kita harus menjaga
kondisi pikiran tentang klaim tersebut.35 Menurut Alec Fisher, dalam suatu kasus
terdapat lima jenis klaim yang berbeda, yaitu klaim faktual, pertimbangan nilai,
definisi, penjelasan sebab-akibat, dan rekomendasi yang kelimanya harus
dievaluasi dengan cara-cara yang berbeda agar dapat memutuskan apakah klaim
tersebut dapat diterima. 36 Ada beberapa bahasa yang digunakan untuk melihat
seberapa kuat klaim tersebut, antara lain: “intuisi/keyakinan/opini/pandangan/tesis
saya adalah…”, “saya yakin/saya tidak bisa membuktikannya tetapi saya
percaya…”, “faktanya ialah/menunjukan….”,”saya mengamati/melihat…”, dan
lain-lain.37

32
Robert Ennis, Critical Thingking, (New York, Printice Hall, 1996), h. 5.
33
Alec Fisher,Berpikir Kritis sebuah Pengantar, Terj. dariCritical Thingking: An
Introduction oleh Benyamin Hadinata, (Jakarta: Erlangga, 2009), h.24.
34
Ibid., h. 22.
35
Robert Ennis, op.cit., h. 57.
36
Alec Fisher,op.cit., h. 80-81.
37
Ibid., h.82.
28

Pernyataan pada observasi biasanya mendukung suatu alasan pada


argument.Pada umumnya observasi lebih dapat dipercaya daripada kesimpulan
yang berdasar. 38 Jika pada observasi yang telah dilakukan ada dua bukti,
keduanya harus saling menguatkan. Supaya bukti itu saling menguatkan, bukti
tersebut harus independen, dapat dipercaya dan mendukung klaim yang
dibicarakan.39

Aspek ketiga yaitu kesimpulan (inferentia). Inferensia adalah bagian dari


proses berpikir kritis dimana kita akan memulai mengumpulkan pengetahuan
yang sudah ada dengan apa yang akan kita dapatkan, dengan kata lain membuat
pengetahuan yang baru. Suatu kesimpulan dikatakan baik, dilihat dari alasan-
alasan yang menjadi landasannya, apakah dapat diterima oleh akal atau
tidak. 40 Argumen selalu terdiri atas alasan dan inferensi, dimana inferensi
merupakan perpindahan yang dibuat dari alasan hingga kesimpulan. Bahasa yang
sering digunakan yaitu “berdasarkan alasan-alasan ini saya menyimpulkan
bahwa…,oleh karena itu…” dengan tingkat kepercayaan yang bervariasi.41

Aspek keempat yaitu membuat penjelasan lebih lanjut, yang meliputi sub-
aspek mendefinisikan istilah dan mengidentifikasi asumsi. Kata kunci dari seluruh
proses agar menjadi pemikir kritis yang baik adalah dapat menjelaskan alasan
dengan benar dan jelas, harus berpikir dengan jernih dan dapat dipahami oleh
para pendengar. Alec Fisher menjelaskan bahwa supaya penalaran yang bersifat
menjelaskan sampai pada sasarannya, maka penalaran itu harus: a)
mempertimbangkan alternatif-alternatif yang masuk akal, b) menemukan bukti-
bukti yang menyingkirkan penjelasan-penjelasan lain yang mungkin dan
mendukung penjelasan yang diinginkan, c) cocok benar dengan hal lain yang kita
tahu.42

Aspek yang terakhir yaitu strategi dan taktik, yang meliputi memutuskan
suatu tindakan dan berinteraksi dengan orang lain. Pemikiran yang dilakukan
38
Robert Ennis, op.cit.,h.74.
39
Alec Fisher,op.cit.,h. 102.
40
Robert Ennis, op.cit.,h. 6.
41
Alec Fisher,op.cit.,h. 106.
42
Ibid., h. 142.
29

dalam memutuskan apa yang harus dilakukan, atau merekomendasikan rangkaian


tindakan, atau mempertimbangkan rekomendasi orang lain, memerlukan perhatian
khusus karena sangat umum, dan harus dievaluasi menurut cara tertentu. Oleh
karena itu harus memahami dengan jelas apa permasalahannya, sehingga dapat
mempertimbangkan kumpulan opsi yang masuk akal dan akibat-akibat yang
mungkin sebelum kita mengambil suatu kesimpulan.43

C. Pengertian Extend Essay (Uraian Bebas)


Menurut Zulfiani dkk, istilah Extended Essay disebutkan sebagai tes
uraian bebas.44 Suharsimi Arikunto menjelaskan tes bentuk essay adalah sejenis
tes yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata.45
Menurut Nana Sudjana, secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang
menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan,
mendiskusikan, membandingkan, memberi alasan, dan bentuk lain yang sejenis
sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa
sendiri. Dengan melihat karakteristiknya, pertanyaan bentuk uraian bebas ini tepat
digunakan apabila bertujuan untuk: a) mengungkapkan pandangan para siswa
terhadap suatu masalah sehingga dapat diketahui luas dan intensitasnya, b)
mengupas suatu persoalan yang kemungkinan jawabannya beraneka ragam
sehingga tidak ada satu pun jawaban yang pasti, c) mengembangkan daya analisis
siswa dalam melihat suatu persoalan dari berbagai segi atau dimensinya.
Tes uraian dalam banyak hal mempunyai kelebihan daripada tes objektif,
terutama dalam hal meningkatkan kemampuan penalaran dikalangan peserta didik
(mahasiswa dan siswa). Melalui tes uraian ini para peserta didik dapat
mengungkapkan aspek kognitif tingkat tinggi seperti analisis-evaluasi-mencipta,
baik secara lisan maupun secara tulisan. Siswa juga dibiasakan dengan
kemampuan memecahkan masalah (Problem solving), mencoba merumuskan

43
Ibid. ,h.166.
44
Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet. 1, h. 78
45
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2012), Cet. 1, h.177.
30

hipotesis, menyusun dan mengekspresikan gagasannya, dan menarik kesimpulan


dari pemecahan masalah.

Pokok uji uraian bebas tidak menyangkut satu masalah yang spesifik,
melainkan masalah yang menuntut jawaban yang sangat terbuka, sehingga
memberi kesempatan bagi siswa untuk secara bebas memperlihatkan keluasan
pengetahuan dan kedalaman pemahaman pada pengetahuan itu, serta kemampuan
mengorganisasikan pikiran dan mengungkapkannya didalam bentuk karangan. 46
Tes hasil belajar bentuk uraian sebagai salah satu alat pengukur hasil belajar, tepat
dipergunakan apabila pembuat soal (guru, dosen, panitia ujian dan lain-lain)
disamping ingin mengungkap daya ingat dan pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran yang ditanyakan dalam tes, juga dikehendaki untuk mengungkap
kemampuan siswa dalam memahami berbagai macam konsep berikut aplikasinya.

Tes uraian memiliki kriteria sebagai berikut; 1) soal harus mengacu pada
indikator, 2) menggunakkan bahasa yang sederhana, benar, singkat dan jelas
sehingga mudah dipahami, 3) apabila terdapat gambar, grafik, tabel harus
disajikan secara benar, jelas, dan komunikatif, 4) hanya mengandung variabel-
variabel, informasi-informasi, dan besaran-besaran fisis yang relevan saja, 5)
pertanyaan soal harus dirumuskan secara jelas sehingga tidak menimbulkan
kesalahan/perbedaan penafsiran diantara siswa, 6) sebaiknya untuk setiap soal
hanya mengandung satu pertanyaan saja, 7) siapkan jawaban secara lengkap, 8)
tetapkan pedoman penskorannya.

Menurut Nana Sudjana, ada dua cara pemeriksaan jawaban soal uraian.
Pertama diperiksa seorang demi seorang untuk semua soal, kemudian diberi skor.
Kedua diperiksa nomor demi nomor untuk semua siswa, cara ini memakan waktu
lama tetapi akan lebih objektif sebab jawaban setiap nomor untuk setiap siswa
dapat diketahui dan dibandingkan. Dalam menilai jawaban, hendaknya
dipertimbangkan beberapa aspek, antara lain; a) kebenaran isi sesuai dengan
kaidah materi, b) sistematika atau urutan logis dari kerangka berpikirnya dilihat

46
Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA
Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006),
Cet. 1, h.64.
31

dari penyajian gagasan, dan c) bahasa yang digunakan dalam mengekspresikan


pikirannya.

Tes essay mengembangkan kemampuan berfikir siswa tingkat tinggi,


khusus pada aspek analisis, sintesis dan evaluasi. Pada awal perkembangan
taksonomi bloom tahun 1956 memiliki enam level tingkat berpikir menggunakan
kata benda, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan
evaluasi. Namun, Bloom Anderson dan Krathwohl direvisi menjadi mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.Menurut
Anderson dan Krathwohl, menganalisis dan mengevaluasi digolongkan ke dalam
berpikir kritis, sementara menciptakan digolongkan ke dalam berpikir kreatif.
Dalam hal ini peneliti menggunakan taksonomi bloom yang belum direvisi, yaitu
pada tingkat analisis, sintesis dan evaluasi dalam pembuatan soal keterampilan
berpikir kritis.

Dibandingkan dengan soal pilihan ganda, soal tes bentuk uraian memiliki
kelebihan antara lain dapat mengukur kemampuan siswa dalam hal menyajikan
jawaban terurai secara bebas, mengorganisasikan pikirannya, mengemukakkan
pendapatnya, dan mengekspresikan gagasan-gagasan dengan menggunakkan kata-
kata atau kalimat siswa sendiri. Butir soal ini dibuat dengan tujuan agar siswa
mengungkapkan fikirannya ke dalam suatu kerangka yang terstruktur,
menguraikan hubungan, dan mempertahankan pendapat secara tertulis. Oleh
karena itu, tes uraian ini sejalan untuk mengembangkan kemampuan berpikir
kritis, dalam hal proses penalaran berpikir.

Disamping kelebihannya, tes essay juga memiliki kelemahan yang perlu


diperhatikan oleh guru, diantaranya yaitu; 1) Dalam pemeriksaan pertanyaan tes
essay , membuka peluang berkecenderungan subjektif, 2) pertanyaan essay yang
disusuncenderung kurang bisa mencakup seluruh materi yang dipelajari, c) bentuk
pertanyaan beresiko memiliki arti ganda, yang pada akhirnya membuat siswa
ragu-ragu dalam menjawab.47

47
H.M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, Jakarta: PT.Bumi
Aksara, 2009), h. 101.
32

D. Konsep Sistem Endokrin


Sistem endokrin adalah sekumpulan kelenjar dan organ yang
memproduksi hormon. Hormon (Yunani, horman = yang menggerakkan) adalah
senyawa organik pembawa pesan kimiawi di dalam aliran darah menuju ke sel-sel
atau jaringan tubuh. Hormon hanya dapat memengaruhi sel-sel target yang
memiliki reseptor khusus. Pengaruh hormon terhadap jaringan tubuh tersebut
dapat terjadi dalam waktu singkat (beberapa detik) hingga beberapa tahun. Jumlah
hormon dalam aliran darah hanya sedikit jika dibandingkan dengan jumlah
glukosa atau kolesterol. Sistem endokrin berinteraksi dengan sistem saraf
berfungsi mengatur aktivitas tubuh seperti metabolisme, homeostasis (misalnya
pengendalian tekanan darah dan kadar gula darah), pertumbuhan, perkembangan
seksual dan siklus reproduksi, siklus tidur, serta siklus nutrisi. Karakteristik
kelenjar endokrin, yaitu:48
1. Merupakan kelenjar buntu, karena tidak memiliki saluran (duktus) dan
mensekresikan hormon langsung ke dalam cairan di sekitar sel-sel.
2. Pada umumnya menyekresi lebih dari satu jenis hormon, kecuali kelenjar
paratiroid yang hanya mensekresi homon paratiroid.
3. Memiliki sejumlah sel sekretori yang dikelilingi banyak pembuluh darah dan
ditopang oleh jaringan ikat.
4. Masa aktivitas kelenjar endokrin dalam menghasilkan hormon berbeda-beda,
ada yang seumur hidup (contoh hormon metabolism), dimulai pada masa
tertentu (contoh hormon kelamin), atau bekerja sampai masa tertentu (contoh
hormon pertumbuhan).
5. Sekresi hormon dapat distimulasi atau dihambat oleh kadar hormon lainnya
dan senyawa non-hormon (misal glukosa dan kalsium) dalam darah, serta
impuls saraf.
Kelenjar Endokrin, letak, sekresi, peran dan gangguannya, ialah:

48
Irnaningtyas.Biologi untuk SMA dan MA Kelas XI Kelompok Peminatan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam.(Jakarta:Erlangga, 2014), h. 371-377.
33

1 6
7

8
2
5

4
3

Tabel 2.3 kelenjar Endokrin, letak, sekresi, peran dan gangguan


N
Kelenjar Letak Sekresi Peran Gangguan
o
1. Hipofisis Di bagian GH, TSH, Pertumbuhan Hiposekresi:
(pituitary) dasar ACTH, dan drwarfisme
hipofisis gonadotropin perkembangan Hipersekresi:
otak , Endorphin, sel-sel tubuh, gigantisme
MSH , ADH, merangsang
oksitosin produksi dll
kelenjar lainnya,
dll
2. Tiroid Dibawah Tiroksin Meningkatkan Hiposekresi:
laring laju metabolism penurunan
sel, stimulasi metabolism,
konsumsi konstipasi, mental
oksigen, dll lambat, dll
Hipersekresi:
peningkatan
metabolism, diare,
penyakit grave, dll
3. Paratiroid Di Parathormon Mengendalikan Hiposekresi:
permukaan (PTH) keseimbangan penurunan kadar
belakang kalsium dan kalsium dalam
tiroid fosfat darah, tetanus,
peningkatan
iritabilitas sistem
neuromuscular
4. Timus Di bagian Timosin Pengendalian Penurunan imun
posterior sistem imun
toraks
diatas
jantung
5. Adrenal Di atas Adrenalin, Meningkatkan Hiposekresi:
ginjal noradrenalin frekuensi penyakit Addison
34

jantung, Hipersekresi:
metabolisme, peningkatan
mengatur tekanan darah,
keseimbangan sindrom
air, dll adrogenital
(pubertas dini), dll
6. Pancreas Dibagian Glukagon, Mengatur Hiposekresi:
belakang insulin, keseimbangan diabetes mellitus
bawah somatostatin, kadar glukosa
lambung polipeptida dalam darah
pankreas
7. Gonad Ovarium Estrogen, Mengatur Gangguan pada
dan testis progesteron, pematangan pematangan gonad
Testosteron gonad (ovum
dan sperma)
8. Timus Posterior Timosin Sistem imun Gangguan pada
toraks (hanya ada pada sistem imun
bagian atas fase bayi dan
jantung remaja, seteh itu
berangsur
hilang)

Tabel 2.4 Perbedaan antara sistem saraf dan sistem endokrin:49

Aspek Aksi Respon Pengaturan Sekresi Komunikasi Contoh


Sistem cepat Langsung Jangka Neuro- antarneuron Respon ketika
Saraf pendek transmitter tangan tertusuk
duri

Sistem lambat Tidak Jangka hormon Sistem Respon ketika


Endokrin langsung panjang sirkulasi bayi yang
baru lahir
kekurangan
yodium akan
menyebabkan
penyakit
gondok

E. Hasil Penelitian Yang Relevan


Penelitian dengan metode Learning Cycle 7E dan keterampilan berpikir
kritis sebelumnya sudah ada yang melakukan, diantaranya adalah penelitian yang
dilakukan oleh A.A. Sri Dwi Indrayanthi pada tahun 2012 pada hasil

49
Diah Aryulina, Choirrul Muslim, dkk. Biologi 2 SMA dan MA untuk kelas XI. (Jakarta:
Esis, 2007), h. 266-271.
35

penelitiannya disebutkan bahwa terjadi perbedaan yang signifikan pemahaman


konsep dan keterampilan berpikir kritis antara pembelajaran dengan model
Learning Cycle 7E dengan metode pembelajaran konvensional.50
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Aryani Novianti pada tahun
2012 dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dikatakan model pembelajaran
learning cycle cukup efektif dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis
siswa.51
Selain itu, berdasarkan penelitian tesis dari Irma Rosa Indriyani pada
tahun 2013 yang dilakukan di SMA 2 Bantul menyatakan bahwa kemampuan
berpikir kritis siswa menggunakan learning cycle 7E secara keseluruhan
dikategorikan baik dengan distribusi frekuensi 24 siswa atau 80%. Selain itu
adanya peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa dan keterampilan
berpikir kritis siswa yang menggunakan pembelajaran lks berbasis learning cycle
7E sebesar 0,008.52
Berdasarkan ketiga penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa model
Learning Cycle 7E berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kritis siswa. Hasil
penelitian tersebut akan digunakan sebagai pendukung, penguat argumentasi dan
sebagai salah satu bahan rujukan dalam penelitian ini, sehingga penelitian ini
dapat berjalan dengan baik.

F. Kerangka Berpikir
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat
sekarang ini berdampak penting pada sektor pendidikan, khususnya terhadap
kualitas pendidikan yang nantinya akan mempengaruhi kualitas sumber daya
manusia kedepannya. Dengan sumber daya manusia yang bermutu dan

50
A.A. Sri Dwi Indrayanthi, “Pengaruh Penerapan Model Siklus Belajar 7e Terhadap
Pemahaman Konsep Fisika Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”, Jurnal Pendidikan Fisika,
2011.
51
Aryani Novianti, “Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle Terhadap
Keterampilan Berfikir Kritis Siswa”, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2012.
52
Irma Rosa Indriyani,“Pengembangan LKS Fisika Berbasis Siklus Belajar (Learning
Cycle) 7E untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis
pada Siswa SMA Kelas X Pokok Bahasan Elektromagnetik”, Tesis pada Pascasarjana Universitas
Ahmad Dahlan Yogyakarta, Yogyakarta, 2013
36

berkualitas, akan menjamin keberhasilan dalam upaya penguasaan teknologi


untuk pembangunan di Indonesia sehingga mampu bersaing dan menghadapi
tantangan global. Hanya manusia yang mempunyai kemampuan mengembangkan
dirinyalah yang mampu bersaing dan menghadapi tantangan global. Kemampuan
yang dibutuhkan sekarang ini bukan hanya pada aspek kognitifnya (pemahaman)
saja, tapi justru bagaimana bisa menyeimbangkan antara aspek kognitif,
psikomotorik (keterampilan) dan afektif (sikap). Dan itu semua tidak bisa hadir
begitu saja, melainkan harus ditumbuhkan secara bertahap dan terencana melalui
pendidikan yang berkualitas.
Dalam proses pembelajaran, banyak faktor yang mempengaruhi
keberhasilan dan keefektifan proses belajar. baik itu dari internal siswa, hingga ke
faktor luar siswa, seperti tujuan pembelajaran, kegiatan pengajaran (metode
pembelajaran) hingga evaluasi. Ketiganya harus berperan baik untuk menjadikan
pembelajaran yang berkualitas.Seorang guru sebagai faktor eksternal bisa sangat
mempengaruhi aspek internal seorang siswa. Oleh karena itu, pemilihan metode,
media, dan kegiatan selama proses pembelajaran harus diperhatikan dengan
mempertimbangkan keadaan dan psikis siswa sebagai subjek pembelajaran.
Pembelajaran biologi, sebagai salah satu pelajaran eksakta (ilmu
pengetahuan alam) yang turut berkembang seiring perkembangan zaman, tentu
dituntut banyak kompetensi yang harus dipenuhi oleh siswa agar siap menghadapi
tantangan global. Proses pembelajaran biologi sekarang ini bukanlah untuk
menyiapkan manusia-manusia yang hafal konsep dan materi atau hanya
berorientasi pada hasil akhir, tetapi membentuk manusia yang mempunyai banyak
keterampilan yang nantinya akan mempengaruhi tingkat berfikir dan mampu
bekerja secara ilmiah. Salah satu aspek berfikir yang dibutuhkan ialah
keterampilan berpikir kritis.
Berpikir kritis (critical thinking) adalah kemampuan memberi alasan
secara terorganisasi dan mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis.
Dengan kata lain kemampuan berfikir kritis ialah sebuah proses yang terarah dan
jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah,
mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian
37

ilmiah. Pola berpikir ini mengembangkan penalaran yang kohensif, logis, dapat
dipercaya, ringkas, dan meyakinkan.
Indikator-indikator yang menjadi tujuan atau ciri-ciri dalam
pengembangan berpikir kritis, banyak dibahas oleh para ahli. Namun, pada
penelitian ini, indikator berpikir kritis yang digunakan ialah indikator berpikir
kritis berdasarkan pendapatnya Robert H. Ennis karena indikator yang
dikemukakan olehnya sudah sangat jelas dan spesifik. Selain itu, terdapat irisan
antara tahapan proses learning cycle 7E dengan indikator berpikir kritis tersebut.
Pada dasarnya, dalam proses pembelajaran siswa itu berjenjang dan
berkembang. Hal ini sejalan untuk memahami tingkatan berfikir siswa dalam
memahami suatu konsep pengetahuan. Materi sistem endokrin yang peneliti
pilihpun memang sudah pernah dipelajari sebelumnya pada tingkat SMP/MTs
yang merupakan materi kelas IX SMP. Sehingga pendekatan konstruktivisme
sangat penting dalam proses pembelajaran pada materi ini. Salah satu model
pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivisme adalah model
pembelajaran learning cycle 7E.
Secara umum, strategi ini merupakan bagian dari inquiry approach
(pendekatan inkuiri), yang didasarkan pada hasil pemikiran Jean Piaget tentang
model perkembangan berpikir anak. Siklus belajar merupakan suatu model
pembelajaran yang memiliki fase-fase pembelajarannya yang berpusat pada siswa
(student centered). Strategi mengajar model siklus belajar memungkinkan seorang
peserta didik untuk tidak hanya mengamati hubungan, tetapi juga menyimpulkan
dan menguji penjelasan tentang konsep-konsep yang dipelajari.
Learning cycle 7E merupakan metode siklus belajar yang sudah
mengalami pembaharuan dan penyempurnaan dari sebelumnya yaitu learning
cycle 5E. Ketujuh fase pada Learning cycle 7E ialah
1. Elicit (mendatangkan pengetahuan awal siswa)
2. Engage (mempertemukan)
3. Explore (Menyelidiki / menjajaki)
4. Explain (Menjelaskan)
5. Elaborate (Mengaitkan / menerapkan)
38

6. Evaluate (Menilai)
7. Extend (Memperluas)

G. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan pengalaman dari penelitian yang relevan
sebelum ini, maka hipotesis penelitian ini adalah: “Kemampuan berpikir kritis
siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model Learning
Cycle 7E lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan pembelajaran
konvensional.”
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2015/2016 di SMA Negeri 5 Depok , tepatnya dimulai pada tanggal 4 Mei– 29
Mei 2015. Adapun rangkaian kegiatan persiapan, uji coba, dan penelitian dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Tahapan Persiapan, Uji Coba, dan Penelitian
No Waktu Tempat Deskripsi Kegiatan
Pendalaman Karakter Learning
Juli – Kampus UIN Syarif
1. Cycle 7E dan Keterampilan
September 2014 Hidayatullah Jakarta
Berpikir Kritis
Pembuatan instrumen penelitian
Oktober – Kampus UIN Syarif
2. (RPP, LKS, soal dan lembar
Maret 2015 Hidayatullah Jakarta
observasi)
16 – 24 April SMAN 5 Depok,
3. Validasi Instrumen oleh siswa
2015 SMAN 6 Depok
25 April – 1 Kampus UIN Syarif Persiapan akhir penelitian oleh
4.
Mei 2015 Hidayatullah Jakarta dosen pembimbing
4 Mei – 29 Mei
5. SMAN 5 Depok Penelitian
2015
Juni – Agustus Kampus UIN Syarif
6. Analisis Data
2015 Hidayatullah Jakarta

Adapun Jadwal penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

39
40

No Hari/Tanggal Deskripsi Kegiatan


Observasi ke kelas MIA 2, MIA 3. Konsultasi dengan
guru biologi tentang karakter siswa dan proses
1. 4 Mei 2015
pembelajaran untuk menentukan kelas eksperimen dan
kontrol.
Observasi ke kelas MIA 1 dan MIA 4. Konsultasi dengan
guru biologi tentang karakter siswa dan proses
2. 5 Mei 2015
pembelajaran untuk menentukan kelas eksperimen dan
kontrol.
Melakukan Pretest kepada Kelas MIA 2 (kelas
3. 7 Mei 2015
eksperimen) dan MIA 3(kelas kontrol)
Proses pembelajaran pertemuan pertama kepada kelas
4. 11 Mei 2015
MIA 3 dan MIA 2
5. 14 Mei 2015 Proses pertemuan kedua kepada kelas MIA 3 dan MIA 2
6. 18 Mei 2015 Melakukan Postest kepada Kelas MIA 2 dan MIA 3

B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian


1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif strategi
eksperimen semu (Quasi Eksperimental). Pendekatan kuantitatif adalah suatu
pendekatan penelitian yang secara primer menggunakan paradigma
potspositivisme dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. 1 Metode kuasi
eksperimen merupakan eksperimen murni tetapi seperti seolah-olah murni atau
biasa disebut juga eksperimen semu. Kuasi Eksperimen bisa digunakan apabila
dapat mengontrol satu variabel saja meskipun dalam bentuk matching atau
memasangkan/menjodohkan karakteristik, namun secara acak (random) lebih
baik.2 Penelitian inidibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pertama adalah
kelompok kontrol yang belajar dengan model pembelajaran konvensional dan

1
Emzir,Metodologi Penelitian Pendidikan (Kuantitatif-Kualitatif), (Jakarta: Rajawali
Press, 2007), h. 28
2
Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006), h.207
41

kelompok kedua adalah kelompok eksperimen yang belajar dengan model


pembelajaran Learning Cycle 7E.

2. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah nonequivalent control groups design. Pada
desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak terpilih secara
random.3 Baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol diberikan pretest.
Sebelum diberikan posttest kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa
model pembelajaran Learning Cycle dalam proses belajar mengajarnya.
Sedangkan pada kelas kontrol tidak diberikanperlakuan tersebut, tetapi diberikan
model pembelajaran konvensional, yang biasa digunakan di sekolah tersebut.
Pada penelitian ini, terdapat dua variabel penelitian, yaitu model
pembelajaran Learning Cycle sebagai variabel bebas (variabel X) dan
keterampilan berpikir kritis sebagai variabel terikat (variabel Y).Desain penelitian
yang digunakan pada penelitian ini dapat diperhatikan pada tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3 Desain Penelitian
Kelompok Pre-Test Perlakuan Post Test
Eksperimen O1 Xeksperimen O2
Kontrol O3 Xkontrol O4

Keterangan
O1 dan O3 : Pengamatan awal dengan pretest
XEksperimen : Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen dengan
modelpembelajaran Learning Cycle 7E
XKontrol : Perlakuan yang diberikan pada kelas kontrol dengan model
pembelajaran konvensional
O2 dan O4 : Pengamatan akhir dengan post test

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalahwilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti untuk

3
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung; Alfabeta,2012), h.116.
42

dipelajari dan ditarik kesimpulannya. 4 Dalam penelitian ini populasinya adalah


seluruh siswa kelas XI SMAN 5 Depok jurusan IPA tahun ajaran 2015/2016.

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
5
tersebut. Pengambilan sampel secara acak dengan menggunakan teknik
purposive sampling.Pengambilan sampel secara acak bertujuan untuk menarik
kesimpulan atau generalisasi yang berlaku bagi populasi dalam batas-batas
tertentu.6Purposive sampling ialah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu. 7 Kriteria-kriteria yang dipertimbangkan peneliti seperti kesiapan dan
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran serta kemampuan berpikir kritis dan
pemahaman terhadap konsep siswa yang didapatkan dari hasil observasi dengan
guru bidang studi biologi di sekolah tersebut. Sampel dalam penelitian ini terdiri
dari 2 kelas dari jumlah populasi kelas XI MIA yang berjumlah 5 kelas, yaitu
kelas XI MIA 3 sebagai kelompok kontrol dan kelas XI MIA 2 sebagaikelompok
eksperimen yang masing-masing berjumlah 42 siswa.

D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahap pendahuluan,
tahap pelaksanaan dan tahap akhir. Berikut penjelasannya:
1. Tahap Pendahuluan
Langkah awal pada tahap pendahuluan adalah studi pendahuluan berupa
identifikasi masalah ke sekolah terkait dan telaah pustaka untuk menyusun
rencana pembelajaran pada konsep sistem endokrin dilakukan dengan cara
observasi dan juga wawancara. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data faktual
terkait kemampuan siswa, maupun gambaran pengajaran biologi disana.Setelah
itu, mengurus surat izin penelitian dari Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan UIN

4
Wiratna Sujarweni dan Poly Endrayanto, Statistik Untuk Penelitian, (Jakarta: Graha
Ilmu, 2012), h. 13.
5
Ibid.h. 13.
6
Nana Syaodih.Loc.cit., h. 254.
7
Sugiono, Loc.cit., h. 124.
43

Syarif Hidayatullah Jakarta. Kemudian merancang perangkat pembelajaran yang


akan digunakan dalam penelitian.

Langkah selanjutnya melakukan koordinasi dengan guru Biologi terkait


dalam hal waktu penelitian dan proses penelitiannya. Hal ini dilakukan bersamaan
dengan menyusun instrumen penelitian berupa tes Essay, LKS dan lembar
observasi. Selanjutnya dilakukan proses wawancara dengan guru biologi terkait
kondisi dan kemampuan siswa dominan di tiap kelas. Hingga dari 5 kelas,
terpilihlah 2 kelas yang selanjutnya dilakukan proses observasi untuk menentukan
kelas penelitian dan kelas kontrol sesuai dengan kriteria tertentu.8

Setelah koordinasi ke pihak sekolah untuk waktu penelitian dan teknisnya,


dilakukanlah uji coba instrumen kepada siswa yang sudah pernah mendapatkan
materi sistem endokrin sebelumnya minimal kepada 30 siswa selain siswa SMAN
5 Depok namun yang satu tingkat kualitas dengan SMAN 5 Depok.9Setelah uji
coba instrumen selesai, selanjutnya menilai hasil uji coba instrument sesuai
dengan kisi-kisi instrument penelitian. 10 Soal yang digunakan untuk penelitian
diambil berdasarkan hasil uji coba instrumen dengan pertimbangan berdasarkan
berdasarkan kevalidan, realibitas, kesukaran maupun daya bedanya.

2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dimulai dengan menentukan dua kelompok sampel yang
akan menjadi kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Selanjutnya diadakan
tes awal (pretest) pada kedua kelompok penelitian dengan menggunakan soal-soal
hasil analisis data uji coba instrumen penelitian. Kemudian melaksanakan
pembelajaran model Learning Cycle 7Epada kelas eksperimen dan metode
pembelajaran dengan konvensional pada kelas kontrol sesuai dengan RPP.11

Pada kelas eksperimen, tahap pertama dalam model pembelajaran Learning


Cycle 7Eadalah Elicit. Kegiatan elicit dilakukan secara langsung dalam

8
Lampiran 3. Lembar Observasi Pra-penelitian
9
Lampiran 4. Instrumen Uji coba
10
Lampiran 5. Kisi-kisi Intrumen Penelitian
11
Lampiran 1. Rancangan Proses Pembelajaran
44

pengajaran dikelas dengan dikemukakannya pertanyaan-pertanyaan pendahuluan


untuk mendatangkan pengetahuan siswa. Tahap kedua ialahEngange, dimana
terjadi proses keterlibatan antara siswa dengan guru dalam proses diskusi,
menonton video, maupun kegiatan lainnya untuk membantu memusatkan
perhatian. Tahap ketiga ialah Exploration, dimana siswa dibawa untuk
mempelajari konsep tentang sistem endokrin. Pada tahap ini dilakukan proses
studi kasus dan diskusi kelompok.Tahap keempat ialah Explanation, dimana
siswa diminta untuk menjelaskan hasil diskusinya dan membuka sesi diskusi
antar kelompok. Pada tahap kelima, yaitu Elaboration diisi dengan pengisian
LKS.12Tahap selanjutnya yaitu Evaluation dimana LKS tersebut dibahas bersama
antar kelompok. Tahap terakhir yaitu Expantion, diisi dengan verifikasi
penjelasan tambahan dari guru.

Pada kelas kontrol, guru memulai pembelajaran denganelaborasi, yaitu


dengan menampilkan video tentang sistem endokrin dan kelenjar-kelenjar sistem
endokrin. Selanjutnya dilakukan tanya jawab tentang isi dari video tersebut.
Tahap selanjutnya adalah eksplorasi, yaitu siswa mengerjakan LKS secara
berkelompok kemudian mempresentasikan hasil diskusinya. Terakhir ialah tahap
konfirmasi, dimana setiap siswa diajak bermain snowball tentang materi yang
dibahas untuk melihat daya tangkap dan pemahaman siswa.

Setelah keduanya diberikan perlakuan, dilanjutkan tes akhir (postest) untuk


kedua kelompok penelitian menggunakan soal-soal yang sama ketika dilakukan
pada tes awal (pretest). Tes akhir (posttest) merupakan langkah akhir dalam tahap
pelaksanaan.

3. Tahap Akhir
Setelah kedua kelompok penelitian melaksanakan tes akhir (posttest),
selanjutnya adalah mengoreksi dan menuangkan data hasil tes essay dalam bentuk
nilai/angka. Selanjutnya mengolah data hasil tesessay tersebut dari hasil pretest
dan hasil posttestdengan analisis statistik. Kemudian menganalisis hasil penelitian

12
Lampiran 2. Lembar Kerja Siswa (LKS)
45

yang tertuang dalam pembahasan. Tahap akhir dari penelitian ini adalah penarikan
kesimpulan dari hasil penelitian.

Langkah-langkah pada setiap tahap dalam prosedur penelitian dapat dilihat


lebih jelas pada gambar dibawah ini:

Tahap
Identifikasi masalah & Survey tempat
Pendahuluan

Membuat perangkat pembelajaran

Penyusunan istrumen
Tahap Pelaksanaan

Uji coba Instrumen

Pretest
Analisis Data hasil Uji coba Instrumen

Eksperimen Kontrol

Pembelajaran Pembelajaran
Hasil penelitian
dengan LC 7E dengan
konvensional
Analisis dan pembahasan
Postest

Penarikan kesimpulan
Tahap Akhir

Gambar 3.1 Tahapan dalam Prosedur Penelitian

E. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, data diperoleh melalui teknik tes berupa tes essay.
Adapun urutan pengumpulan data dilakukan dengan pemberian tes keterampilan
awal (pretest) tentang konsep sistem endokrin di kedua kelas tersebut, dan juga
46

pemberian tes keterampilan akhir (postest) tentang konsep sistem endokrin di


kedua kelas tersebut.

F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya
lebih baik (dalam artian lebih cermat, lengkap dan sistematis) sehingga lebih
mudah untuk diolah.13
1. Tes
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa tes
keterampilan berpikir kritis.Instrumen tes tersebut dalam bentuk extend essay
(uraian bebas) dengan menggunakan skor 0-3 yang terdiri dari 12soal. Untuk
mengetahui keterampilan awal siswa diberikan pretest sedangkan untuk
mengetahui keterampilan siswa setelah diberi perlakuan akan diberiposttest.

2. Non-Tes
Instrumen non-tes yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan
lembar observasi dan wawancara.Lembar observasi yang digunakan merupakan
jenis chek-list yang akan diisi oleh observer yang dalam hal ini adalah guru
biologi. Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengamati keterlaksanaan penerapan model pembelajaran learning cycle 7E.
Tabel 3.4 Indikator Keterlaksanaan Pembelajaran
Rata-rata nilai keterlaksanaan Keterangan
1,00 – 1,99 Kurang
2,00 – 2,99 Cukup
3,00 – 3,99 Baik
Selain itu digunakan wawancara sebagai instrumen non tes lainnya.
Wawancara yang dilakukan kepada guru biologi dan 2 orang siswa dari kelas
eksperimen dan kelas kontrol dimaksudkan untuk menggali informasi

13
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta:
PT.Rineka Cipta. 2010), h. 203.
47

secaraaktual terkait model pembelajaran learning cycle 7E dan keterampilan


berpikir kritis siswa.

G. Kalibrasi Instrumen
Sebelum tes dilakukan, tes tersebut harus terlebih dahulu memenuhi
persyaratan, karena instrumen yang baik harus memenuhi persyaratan penting
yaitu uji validitas , uji reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda.
1. Pengujian Validitas Instrumen
Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek
penelitian dengan dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti.Dengan
demikian, data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antara data yang
dilaporkan peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek
penelitian. 14 Alat ukur yang baik harus memiliki validitas yang tinggi.Dengan
demikian validitas menunjukan sejauh mana alat ukur tersebut memenuhi
fungsinya. Uji coba ini dilakukan dengan mengkorelasikan skor masing-masing
item dengan skor total. Untuk mengukur validitas soal dalam penelitian ini
digunakan korelasi poin biseral, yaitu dengan rumus:15

rpbis = √
Keterangan:
Rpbis : Koefsien korelasi biseral
Mp : Rerata skor pada subjek menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya.
Mt : Mean skor total, yang berhasil oeh peserta tes
SDt : Standar deviasi dari skor total
p : Proporsi peserta tes yang menjawab betul
q : Proporsi peserta tes yang menjawab salah

Kemudian dinamakan dengan r tabel dengan kriteria pengujian, jika r ≥ r


tabel maka butir soal tersebut valid dan jika r ≤ r tabel maka butir soal tersebut
tidak valid.Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka data dapat diuji
dengan menggunakan program khusus ANATES Versi 4.0.4 adapun besarnya
koofisien pada Tabel 3.5adalah sebagai berikut.

14
Sugiyono, Loc cit., h.363.
15
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012)
h.93.
48

Tabel 3.5 Besarnya Koefisien Validitas

Koefesien Kriteria
0,800-1,00 Sangat Tinggi
0,600-0,800 Tinggi
0,400-0,600 Cukup
0,200-0,400 Rendah
0,000-0,200 Sangat rendah
Pada penelitian ini pengujian validitas instrumen (validitas butir)
menggunakan program ANATES. Jumlah butir soal yang diberikan kepada siswa
sebanyak 12 butir dari 13 soal yang valid. 16 Soal yang diberikan disusun
berdasarkan indikator berpikir kritis menurut Ennis antara lain: memberi
penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, membuat
penjelasan lebih lanjut, dan strategi dan taktik. Kisi-kisi instrumentes dapat
dilihat pada tabel 3.6 berikut ini:
Tabel 3.6Kisi-kisi Intrumen Tes
Ketrampilan Jumlah
Berpikir Sub Keterampilan Berpikir Kritis No. Soal Soal yang
Kritis digunakan
Memberikan 1. Memfokuskan pertanyaan
penjelasan 2. Menganalisis argument
1,2*,3,4*,5*,
sederhana 3. Bertanya dan menjawab pertanyaan 5
6,7*,8,9*,10
(Elementary tentang suatu penjelasan dan
clarification) tantangan
Membangun 1. Mempertimbangkan kredibilitas
keterampilan suatu sumber 11,12*,13*,
3
dasar (Basic 2. Mengobservasi dan 14,15
Support) mempertimbangkan hasil observasi
1. Membuat deduksi dan
mempertimbangkan hasil deduksi
2. Membuat induksi dan 16*,17,18*,
Kesimpulan 3
mempertimbangkan induksi 19*,20,21
3. Membuat dan mempertimbangkan
nilai keputusan
Membuat 1. Mendefinisikan istilah
penjelasan 2. Mengidentifikasi asumsi 22,23* 1
lebih lanjut
Strategi dan 1. Memutuskan suatu tindakan
24,25* 1
taktik
Total 13
Keterangan : *soaltidakvalid

16
Lampiran 6. Hasil Uji Validitas dengan Software ANATES
49

Berdasarkan Tabel 3.4, hasil uji instrumen penelitian dengan


menggunakan program ANATES ver 4.0.4. dari 25 soal yang diberikan terdapat
13 soal yang valid yaitu nomor 1,3,6,8,10,11,14,15,17,20,21,22 dan 24 sedangkan
soal yang tidak valid ada11 soal yaitu 2,4,5,7,9,12,13,16,18,19,23 dan 25.17

2. Pengujian Reliabilitas Instrumen


Reabilitas diartikan sebagai konsistensi/keajegan.Reabilitas bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan
pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan
alat pengukur yang sama pula.18 Analisis reliabilitas dilakukan untuk mengetahui
soal yang sudah disusun dapat memberikan hasil yang tetap atau tidak tetap. Hal
ini berarti apabila soal dikenakan untuk sejumlah subjek yang sama dalam waktu
tertentu, maka hasil akan tetap atau relatif sama. Instrumen yang reliabel
mengandung arti bahwa instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu
mengungkapkan data yang bisa dipercaya. Uji reliabilitas dapat dicari dengan
rumus yang ditemukan Kuder dan Richardshon, yaitu: 19

Rxx =
Keterangan:
RXX : Reliabilitas tes secara keseluruhan
K : Jumlah item
S2 : Standar deviasi atau simpangan baku
p : Proorsi responden yang menjawab benar
q : Proporsi responden yang menjawab salah

Pada penelitian ini, pengujian reliabilitas instrumen menggunakan


program ANATES yang diperoleh Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh
reliabilitas tes sebesar 0,76 sehingga dapat disimpulkan instrumen keterampilan
berpikir kritis reliabel dan termasuk kategori tinggi.

17
Lampiran 7. Instrumen Penelitian
18
Syofian Siregar, Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta:Bumi
Aksara, 2013), h. 87.
19
Ibid., h. 90-91.
50

3. Pengujian Tingkat Kesukaran


Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
silit/sukar.Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut
indeks kesukaran (difficulty index). Untuk dapat mengukur tingkat kesukaran
suatu soal digunakan rumus:20

P=
Keterangan:
P : Tingkat kesukaran satu butir soal tertentu
B : Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul
J : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria tingkat kesukaran soal yang digunakan pada penelitian ini dapat
diperhatikan pada tabel 3.7 berikut:
Tabel 3.7 Kriteria Tingkat kesukaran Soal
Tingkat Kesukaran Kriteria
0-0.25 Sukar
0.26-0.75 Sedang
0.76-1 Mudah
Pada penelitian ini, pengujian tingkat kesukaran butir soal menggunakan
program ANATES. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh soal dengan kriteria
sedang terdiri dari 10 soal, yaitu soal nomer 1,3,4,8,10,13,15,16,18 dan 20
sedangkan soal dengan kriteria sulit terdiri dari 15 soal, yaitu soal nomer
2,5,6,7,9,11,12,14,17,19,21,22,23,24 dan 25. Jika disesuaikan dengan hasil
validasi, maka akan tergambarkan seperti tabel 3.8 berikut
Tabel 3.8 Hasil Analisis Tingkat kesukaran Butir Soal
No Soal
Kriteria Jumlah
Valid Tidak Valid
Sukar 6,11,14,17,21,22,24 2,5,7,9,12,19,23,25 15
Sedang 1,3,8,10,15,20 4,13,16,18 10
Mudah - - -
Jumlah 13 12 25

20
Suharsimi Arikunto. Manajemen Penelitian. (Jakarta: Rineka Cipta,2007) h. 176.
51

4. Pengujian Daya Pembeda


Yang dimaksud dengan daya pembeda tes adalah kemampuan tes tersebut
dalam memisahkan antara subjek yang pandai dengan subjek yang kurang pandai.
Cara menghitung daya pembeda adalah dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:21

D= -
Keterangan :
J : Jumlah peserta tes
JA : Banyaknya peserta kelompok atas
JB : Banyaknya peserta kelompok bawah
BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BA : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan salah

Adapun daya pembeda yang digunakan pada penelitian ini dapat


diperhatikan pada tabel 3.9 berikut:22
Tabel 3.9 Klasifikasi Daya Pembeda Soal
Interval Koefisien Kriteria
0,00 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Sangat baik

Berikut hasil penelitian dengan menggunakan ANATES pada hasil daya


pembeda, diperoleh sebagai berikut:
Tabel 3.10 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal
No soal
Kriteria Jumlah
Valid Tidak Valid
Jelek - 23,25 2
Cukup 1,14 7 3
Baik 8,24 - 2
Baik sekali 3,6,10,11,15,17,20 2,4,9,12,13,16,18,19 15
Semuanya tidak baik 21,22 5 3
Jumlah 13 12 25

21
Ibid., h. 177.
22
Suharsimi Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2012),
h. 232.
52

Berdasarkan Tabel 3.9 diketahui tidak terdapat soal yang memiliki daya
pembeda jelek, 2 soal memiliki daya pembeda cukup, 8 soal memiliki daya
pembeda baik dan 2 soal memiliki daya pembeda tidak baik.

H. Teknik Analisis Data


Dalam penelitian ini untuk menganalisis data digunakan uji statistik dengan
uji t (uji hipotesis) dengan prasyarat sebelumnya dilakukannya uji normalitas,uji
homogenitas baru kemudian dilakukan uji hipotesis, uji N-Gain, dan analisis
keterampilan berpikir kritis siswa.
1. Uji Prasyarat Hipotesis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menentukan data yang telah
dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal. Data
yang banyaknya lebih dari 30 angka (n > 30), maka sudah dapat diasumsikan
berdistribusi normal. Biasa dikatakan sebagai sampel besar. Uji normalitas
dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Lilliefors.Kelebihan
Liliefors test adalah penggunaan/perhitungannya yang sederhana, serta cukup
kuat (power full) sekalipun dengan ukuran sampel kecil, misalnya n= 4. Uji
liliefors mempunyai rumus:
Lo = F(Zi) – S(Zi)
Keterangan:
Lo : Harga mutlak terbesar
F(Zi) : Peluang angka baku
S(Zi) : Proporsi angka baku

Untuk LO (Lhitung) < Ltabel maka sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Lhitung adalah nilai terbesar dari dan Ltabel didapat dari
perhitungan rumus:

Ltabel =

Keterangan:
0,886 = Nilai kritis L untuk uji Liliefors dengan N > 30
N = Number of cases
53

Jika LO ≤ Lhitung, maka data terdistribusi normal. Sebaliknya, jika LO ≥


Lhitung, maka data tidak berdistribusi normal.Jika keseluruhan data LO (Lhitung)
yang diperoleh adalah normal, maka uji statistik lanjutan yang digunakan
adalah uji parametrik, yaitu uji homogenitas dan uji t. Namun, jika ada
beberapa LO (Lhitung) yang tidak normal dari data keseluruhan, maka uji
statistic lanjutan yang digunakan adalah uji non parametrik. Uji non
parametrik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Mann Whitney U.
penjelasan mengenai penggunaan uji statistik parametrik dan non parametrik
ada pada bagan berikut:23

Paired sample U Mann-


T test Whitney

Ya Tidak
Distribusi
Berhubungan populasi ke
dua
Berhubungan
Ya kelompok Tidak
normal
Tidak Ya

Independent sampel T test Wilcoxon

Gambar 3.2 Uji Statistika Parametrik dan Non-Parametrik

b. Uji Homogenitas
Setelah melakukan uji normalitas, maka dilakukan uji homogenitas.
Uji homogenitas berfungsi untuk mengetahui apakah kedua kelompok
populasi itu homogen atau heterogen. Varians dari populasi homogen apabila
Fhitung≤ Ftabel. Varians dari populasi heterogen apabila Fhitung≥ Ftabel.Uji
homogenitas varians dalam penelitian ini menggunakan uji distribusi Fisher
pada taraf signifikansi 0,05. dengan rumus sebagai berikut:

Fhitung =

23
Yanti Herlanti, Science Education Research, Tanya Jawab Seputar Penelitian
Pendidikan Sains, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2006, h.70.
54

Keterangan:
S12 : Varians terbesar
S22 : Varians terkecil

c. Uji Hipotesis
Uji analisis hipotesis data pretest , karena data kelas eksperimen tidak normal
maka uji analisis hipotesis pretest menggunakan uji non parametrik, Mann
Whitney menggunakan SPSS 2.1. Dalam uji ini, jika hasil hitungan uji Mann
Whitney U (probabilitas) > 0,05 maka H0 diterima. Uji analisis hipotesis data
posttest, karena data kedua kelompok (eksperimen dan Kontrol) terdistribusi
normal, maka dilakukan dengan menggunakan uji t pada taraf signifikan
α=0,05. Rumus uji t:24

Keterangan:
t = Uji hipotesis
X1 = Rerata kelas eksperimen
X2 = Rerata kelas kontrol
S = Simpangan baku
N = Number of cases

Kriteria pengujian:
Jika thitungttabel, maka Ho ditolak, Ha diterima
Jika thitung<ttabel, maka Ho diterima, Ha ditolak

2. Teknik Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa

Untuk mengetahui persentase ketercapaian keterampilan berpikir kritis dapat


digunakan rumus sebagai berikut:
NP = x 100
Keterangan:
NP = nilai persen yang dicari atau diharapkan
R = skor mentah yang diperoleh siswa
SM = skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
100 = bilangan tetap

24
Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito Bandung, 2005), h. 239.
55

Selanjutnya, persentase keterampilan berpikir kritis siswa dikelompokan


dalam lima kategori. Kategori ketrampilan berpikir kritis dapat dilihat dalam tabel
3.11 berikut:
Tabel 3.11 Kategori Keterampilan Berpikir Kritis
Persentase Kategori
86%-100% Sangat Baik
76%-85% Baik
60%-75% Cukup
55%-59% Kurang
< 54% Kurang Sekali

I. Hipotesis Statistik
Perumusan hipotesis statistik adalah sebagai berikut:
Ho :
H1 :
Keterangan:
Ho :Tidak terdapat pengaruh dari penerapan model Learning Cycle 7E terhadap
keterampilan berpikir kritis siswa
H1 :Terdapat pengaruh dari penerapan model Learning Cycle 7E terhadap
keterampilan berpikir kritis siswa
:Rata-ratahasil keterampilan berpikir kritis siswa yang menggunakan model
Leaning Cycle 7E
:Rata-rata hasil keterampilan berpikir kritis siswa yang menggunakan model
konvensional
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Pada subbab ini dijelaskan gambaran umum dari data yang telah diperoleh.
Data-data yang dideskripsikan adalah data hasil pretest dan posttest dari kedua
kelas yang dilakukan dari tanggal 7-25 Mei 2015 di SMAN 5 Depok.
Pengambilan data dilakukan kepada siswa kelas XI MIA 2 sebagai kelas
eksperimen dan kelas XI MIA 3 sebagai kelas kontrol yang masing-masing kelas
berjumlah 42 siswa.Pretest yang dilakukan bertujuan untuk mengukur
pengetahuan awal siswa mengenai pelajaran biologi pada konsep Sistem
Endokrin. Setelah itu setiap kelas mulai diberlakukan model pembelajaran,
kemudian dilakukan posttest yang dilakukan bertujuan untuk mengukur sejauh
mana pengaruh keterampilan berpikir kritis siswa setelah menggunakan model
Learning Cycle 7E. Penilaian instrument disesuaikan dengan kunci jawaban
instrument penelitian yang diambil dari kisi-kisi intrumen penelitian.1Gambaran
umum tentang data-data ini yang telah diperoleh meliputi nilai maksimum, nilai
minimum, nilai rata-rata, median, modus, dan standar deviasi.

1. Data Keterampilan Berpikir Kritis Kelompok Eksperimen dan Kontrol


Data yang terkumpul dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif dan
kualitatif. Data kuantitatif berupa data pretest dan posttest berupa skor soal essay
keterampilan berpikir kritis, sedangkan data kualitatif berupa data lembar
observasi pada saat kegiatan berlangsung. Data hasil observasi pengaruh model
Learning Cycle7E terhadap keterampilan berpikir kritis siswa sebagai data
kualitatif terlampir. Berikut data kuantitatif pretest dan posttest kedua kelompok.

1
Lampiran 8. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

56
57

Tabel 4.1 Data Hasil Pretest dan Postest Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Pretest Posttest
Data Statistik
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
Nilai terendah 22,22 16,66 33,33 22,22
Nilai tertinggi 61,11 52,77 88,88 77,77
Rata-rata 37,69 36,04 64,41 56,87
Median 34,72 36,11 65,27 55,5
27,77 55,55
Modus 22,22 63,88
30,55 63,88
Simpangan Baku 11,786 10,145 13,132 11,88
Jumlah siswa 42 42 42 42
Berdasarkan tabel diatas, terdapat perbedaan rata-rata pretest dan posttest
kelas ekperimen dan kontrol. Pada kelas eksperimen, rata-rata pretest sebesar
37,69 dan rata-rata posttest sebesar 64,41. Sedangkan rata-rata pretest kelas
kontrol sebesar 36,04 dan rata-rata posttest sebesar 56,87.

2. Data Ketercapaian Aspek Keterampilan Berpikir Kritis pada Pretest dan


Postest Kelompok Eksperimen danKontrol
Hasil perhitungan persentase rata-rata ketercapaian aspek keterampilan
berpikir kritis pada kelompok eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Tabel
4.2.Data yang lebih lengkapnya terlampir.

Tabel 4.2 Persentase Ketercapaian Pretest Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Kontrol
danKelas Eksperimen
Kelas Kelas
Aspek Keterampilan
Kontrol Kategori Eksperimen Kategori
Berpikir Kritis
(%) (%)
Memberikan Kurang 52,43
46,74 Kurang
penjelasan sederhana sekali
Membangun Kurang 32,52 Kurang
28,99
keterampilan dasar sekali sekali
Kurang Kurang
Kesimpulan 30,62 28,45
sekali sekali
Membuat penjelasan Kurang 37,4 Kurang
36,6
lebih lanjut sekali sekali
Kurang 33,3
Strategi dan taktik 40,7 Kurang
sekali
Kurang Kurang
Rata-rata 36,73 36,82
sekali sekali
58

Data diatas menunjukan perbedaan skor rata-rata pretest kelas kontroldan


kelas eksperimen dari lima aspek keterampilan berpikir kritis.Pada kelompok
kelas kontrol skor pada aspek membangun keterampilan dasar yang termasuk
dalamkategori kurang sekali merupakan indikator yang palingrendah nilainya
yaitu hanya 28,99%. Sedangkan yang paling tinggi pada aspek memberikan
penjelasan sederhana dengan persentase ketercapaian 46,74% dan walau masih
termasuk kategori kurang sekali.Sedangkan pada kelompok kelas eksperimen,
skor terendah ada pada indikator kesimpulan, dengan skor 28,45% dan termasuk
kategori kurang sekali. Skor tertinggi ada pada indikator memberikan penjelasan
sederhana, dengan skor 52,43% termasuk kategori kurang. Dengan jumlah rata-
rata kelompok kelas kontrol ialah 36,73% dan kelas eksperimen 36,82 kedua kelas
masuk dalam kategori kurang sekali.2

Tabel 4.3 Persentase Ketercapaian Postest Keterampilan Berpikir Kritis


Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas Kelas
Aspek Keterampilan
Kontrol Kategori Eksperimen Kategori
Berpikir Kritis
(%) (%)
Memberikan
73,78 Baik 72,56 Baik
penjelasan sederhana
Membangun
61,24 Cukup 82,11 Baik sekali
keterampilan dasar
Kurang Kurang
Kesimpulan 42 46,61
sekali sekali
Membuat penjelasan Kurang Kurang
38,2 41,5
lebih lanjut sekali sekali
Strategi dan taktik 56,1 Kurang 74 Baik
Rata-rata 54,26 Kurang 63,35 Cukup

Data diatas menunjukan perbedaan skor rata-rata postest kelas kontroldan


kelas eksperimen dari lima aspek keterampilan berpikir kritis. Pada kelompok
kelas kontrol skor pada aspek membuat penjelasan lebih lanjut yang termasuk
dalam kategori kurang sekali merupakan indikator yang paling rendah nilainya
2
Lampiran 9. Hasil Pretest Keterampilan Berpikir Kritis Kelompok Kontrol dan
Eksperimen
59

yaitu hanya 38,2%. Sedangkan yang paling tinggi pada aspek memberikan
penjelasan sederhana dengan persentase ketercapaian 73,78% dan termasuk
kategori baik. Pada kelompok kelas eksperimen, skor terendah ada pada indikator
membuat penjelasan lebih lanjut, dengan skor 41,5% dan termasuk kategori
kurang sekali. Skor tertinggi ada pada indikator aspek membangun keterampilan
dasar, dengan skor 82,11% termasuk kategori baik sekali. Dengan jumlah rata-rata
kelompok kelas kontrol ialah 54,26% yang termasuk kategori kurang dan kelas
eksperimen 63,35% yang termasuk dalam kategori kurang sekali.3

3. Data Lembar Kerja Siswa dan Keterampilan Berpikir Kritis

Lembar Kerja Siswa terdiri dari 4 artikel dengan 20 pertanyaan.Pada


pertemuan pertama terdapat 2 artikel dengan 11 pertanyaan. Sedangkan pada
pertemuan kedua, terdapat 2 artikel dengan 9 pertanyaan Pertanyaan-pertanyaan
tersebut disesuikan dengan sub aspek berpikir kritis Robbert H. Ennis, walau
dengan jumlah butir soal yang berbeda-beda tiap aspek. Aspek memberikan
penjelasan sederhana terdiri dari 7 butir soal, aspek membangun keterampilan
dasar terdiri dari 5 soal, aspek kesimpulan terdiri dari 4 soal, aspek membuat
penjelasan lebih lanjut terdiri dari 2 soal dan aspek strategi dan taktik terdiri dari 2
soal. Berikut Tabel 4.4 merupakan penilaian yang diperoleh siswa dalam LKS.

Tabel 4.4 Ketercapaian Keterampilan Berpikir Kritis pada Lembar Kerja Siswa

Aspek Keterampilan Berpikir Kritis Rata-


1 2 3 4 5 rata
Kel 1 71.43 80 75 100 50 75.29
Kel 2 71.43 60 75 50 100 71.29
Kel 3 71.43 60 75 50 100 71.29
Kel 4 85.71 80 50 50 100 73.14
Kel 5 71.43 100 75 100 50 79.29
Kel 6 71.43 100 50 50 50 64.29
Rata-rata 73.81 80.00 66.67 66.67 75
Kategori Baik Baik Cukup Cukup Baik

3
Lampiran 10. Hasil Postest Keterampilan Berpikir Kritis Kelompok Kontrol dan
Eksperimen
60

Keterangan:
1. Aspek memberikan penjelasan sederhana
2. Aspek membangun keterampilan dasar
3. Aspek kesimpulan
4. Aspek membuat penjelasan lebih lanjut
5. Aspek strategi dan taktik

Data pada Tabel 4.4 menunjukan ketercapaian skor masing-masing


kelompok terhadap keterampilan berpikir kritis. Rata-rata skor terendah hasil
ketercapaian keterampilan berpikir kritis terdapat pada aspek kesimpulan dan
membuat penjelasan lebih lanjut dengan skor 66.67 kategori cukup dan skor
tertinggi pada aspek membangun keterampilan dasar dengan perolehan skor 80,00
kategori baik.

4. Data Observasi Kegiatan Guru


Observasi dilakukan untuk mengetahui kegiatan belajar mengajar selama
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran Learning
Cycle 7E yang dilakukan kepada kelas eksperimen. Guru bidang studi Biologi
berperan sebagai observer/pengamat selama proses pembelajaran berlangsung.
Proses pembelajaran dilakukan sebanyak 2 pertemuan. Lembar observasi
kegiatan guru meliputi 7 tahap Learning Cycle meliputi tahap elicit, engagement,
exploration, explanation, elaboration, evaluation dan ekspantion pada kedua
pertemuan tersebut.
Pada pertemuan pertama, tahap elicit dilakukannya proses tanya jawab
antara guru dengan siswa seputar karakteristik sistem saraf yang sudah diketahui.
Kemudian menampilkan gambar-gambar seputar sistem saraf dan hormon. Pada
tahap engange dilakukan proses keterlibatan antara guru dan siswa dengan saling
memberikan informasi dan pengembangan materi pada proses sebelumnya. Hal
ini dilakukan dengan menampilkan video tentang cara kerja hormon dan otak
untuk selanjutnya dilakukan proses tanya jawab dari guru kepada siswa yang
dipilih secara acak. Kemudian pada tahap exploration dan explanation, siswa
berdiskusi secara kelompok untuk menganalisa perbedaan antara sistem saraf dan
hormon berdasarkan gambar dan video yang ditampilkan sebelumnya. Kemudian
61

masing-masing perwakilan kelompok menuliskan di papan tulis dan menjelaskan


alasannya secara singkat. Selanjutnya pada tahap elaboration untuk membantu
siswa dalam penerapan definisi, konsep, dan keterampilan pada suatu
permasalahan yang berkaitan dengan sistem saraf dan hormon, siswa
mendiskusikan LKS yang sudah disusun sebelumnya oleh guru. Untuk mensiasati
waktu yang singkat, masing-masing kelompok hanya mengerjakan 1-2 soal yang
berbeda-beda tiap kelompoknya (pembagian soal tergantung pada tingkat
kesulitannya). Untuk selanjutnya pada tahap evaluation, masing-masing
perwakilan kelompok menjelaskan hasil jawaban dari LKS yang sudah
didiskusikan kepada teman-teman sekelasnya, untuk kemudian didiskusikan
bersama. Terakhir, pada tahap expantion, guru meluruskan jawaban dan
menghubungkan dengan konsep lain yang akan dipelajari di pertemuan
selanjutnya.
Pada pertemuan kedua, tahap elicit dilakukan dengan proses tanya jawab
antara guru dengan siswa seputar kasus orang kerdil dan orang yang terkena
penyakit gondongan. Kemudian pada tahap engangement, diberikan artikel
seputar orang kerdil dan orang yang terkena penyakit gondongan tersebut (ada di
dalam LKS) untuk selanjutnya dilakukan tanya jawab antara guru kepada siswa
seputar artikel tersebut dan seputar sistem endokrin dalam tubuh. Pada tahap
exploration dan explanation, ditampilkan gambar kelenjar-kelenjar endokrin,
Selanjutnya, masing-masing kelompok diberikan karton putih yang sudah dibuat
tabel dan potongan kertas berisi macam-macam hormon, kelenjar dan akibat yang
akan terjadi jika kekurangan/kelebihan hormon tersebut untuk kemudian
dicocokkan. Selanjutnya, masing-masing perwakilan tiap kelompok
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Pada tahap elaboration, untuk
membantu siswa dalam penerapan definisi, konsep, dan keterampilan pada suatu
permasalahan yang berkaitan dengan letak, sekresi dan abnormalitas sistem
endokrin, siswa mendiskusikan LKS yang sudah disusun sebelumnya oleh guru.
Untuk mensiasati waku yang singkat, masing-masing kelompok hanya
mengerjakan 2-3 soal yang berbeda-beda tiap kelompoknya (pembagian soal
62

tergantung pada tingkat kesulitannya). Kegiatan pada tahap evaluation dan


expantion, sama seperti pertemuan pertama.

Berdasarkan data observasi mengenai keterlaksanaan skenario


pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E
dapat diketahui bahwa pada setiap pertemuan kegiatan pembelajaran dilaksanakan
dengan baik oleh peneliti. Pada pertemuan pertama keterlaksanaan model
pembelajaran Learning Cycle 7E rata-rata bernilai 2,4 yang berarti cukup.
Dengan catatan utama dari guru biologi untuk disiplin alokasi waktu tiap
tahapannya yang masih tidak sesuai dari yang direncanakan pada RPP juga dalam
proses diskusi berupa pertanyaan umpan balik yang dilakukan secara lisan yang
melibatkan antara guru dengan siswa kurang mendapat respon aktif dari siswa,
sehingga diskusi memakan waktu yang lebih lama.
Pada pertemuan kedua keterlaksanaan model pembelajaran learning cycle
7E rata-rata bernilai 3,13 yang berarti baik. Dengan catatan utama dari guru
biologi masih seputar kurangnya kedisiplinan dalam mengalokasikan waktu,
terutama pada tahap exploration dan elaboration.4

B. Analisis Data
1. Uji Normalitas
Hasil perhitungan uji normalitas untuk kelas eksperimen dan kontrol dapat
dilihat pada Tabel 4.5 di bawah ini.Untuk lebih jelasnya perhitungan uji
normalitas dapat dilihat pada lampiran.5

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Pretest dan Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Pretest Postest
Statistik
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
Sampel (n) 42 42 42 42
L0 0,144 0,134 0,074 0,115
Ltabel 0,136 0,136 0,136 0,136
Kesimpulan Tidak normal Normal Normal Normal

4
Lampiran 11. Hasil Observasi Penelitian Oleh Guru
5
Lampiran 12. Perhitungan Uji Normalitas
63

Tabel 4.4 menunjukan kedua kelompok data berdistribusi normal pada taraf
0.05 kecuali pada kelompok pretest eksperimen. Data berdistribusi normal apabila
L0 < Ltabel.Hasil Uji Normalitas Pretest kelompok eksperimen diperoleh 0,144 >
0,136 yang berarti data tidak normal. Pada kelompok pretest kontrol diperoleh
0,134 < 0,136 dimana L0 < Ltabel, yang berarti data berdistribusi normal.
Selanjutnya, hasil Uji normalitas postest kelompok eksperimen diperoleh 0,074 <
0,136 dan kelompok kontrol diperoleh 0,115 < 0,136 dimana L0 < Ltabel, yang
berarti data berdistribusi normal. Karena data pretest kelompok eksperimen tidak
normal, maka untuk Uji hipotesisnya akan digunakan Uji Mann-Whitney.
Sedangkan untuk posttest, karena kedua data (kelas eksperimen dan kelas kontrol)
normal, maka digunakan uji T.

2. Uji Homogenitas
Setelah dilakukan uji normalitas pada kedua kelompok penelitian, maka
langkah selanjutnya mencari nilai homogenitasnya. Dalam penelitian ini, nilai
homogenitas didapat dengan menggunakan uji Fisher pada taraf signifikansi α =
0,05, sampel dinyatakan homogen apabila Fhitung < Ftabel. Hasil uji homogenitas
kedua kelompok sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini.6
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Postest Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
Pretest Postes
Statistik
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
N 42 42 42 42
S2 138,93 102,94 172,47 141,22
Fhitung 1,34 1,22
Ftabel 1,68 1,68
Kesimpulan Homogen Homogen

Berdasarkan perhitungan uji homogenitas, kedua kelas baik kelas eksperimen


ataupun kontrol menunjukkan homogen.

6
Lampiran 13. Perhitungan Uji Homogenitas
64

3. Uji Hipotesis
a. Uji Hipotesis Pretest (Mann Whitney)

Setelah dilakukan uji normalitas pada kedua kelompok penelitian,


terdapat hasil sebaran data kelompok penelitian yang normal dan tidak
normal. Data pretest kelompok eksperimen tidak normal, maka untuk uji
hipotesis lanjutan menggunakan uji non-parametrik, yaitu uji Mann Whitney
U dengan menggunakan SPSS 2.1. Dalam uji ini, jika hasil hitungan uji Mann
Whitney U (probabilitas) > 0,05 maka H0 diterima. Hasil Uji Mann-Whitney
dapat dilihat pada tabel 4.7 dibawah ini. Untuk lebih jelasnya perhitungan uji
Mann Whitney dapat dilihat pada lampiran.7
Tabel 4.7 Hasil Uji Mann-Whitney Pada Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Statistik Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol


N 42 42
X rata-rata 37,69 36,04
U Mann-Whitney 0,593
Probabilitas 0,05
Kesimpulan Tidak terdapat perbedaan yang signifikan

Selain itu, untuk mengetahui keterampilan awal berpikir kritis siswa,


dilakukan perhitungan di tiap aspek keterampilan berpikir kritis menurut
Robert H. Ennis. Data diambil berdasarkan data pretest dari tiap butir soal dan
menggunakan SPSS 2.2. Hasil perhitungan keterampilan berpikir kritis siswa
tiap aspek, dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut.8

Tabel 4.8 Hasil Pretest Tiap Aspek Berpikir Kritis


Aspek
U-Mann
No Berpikir t-tabel Keterangan Kesimpulan
Whitney
Kritis
Memberikan
1. penjelasan 0,063 0,05 0,063 > 0,05 H0 diterima
sederhana
Membangun
2. keterampilan 0,989 0,05 0,989 > 0,05 H0 diterima
Dasar

7
Lampiran 14. HasilPretest Menggunakan Uji Mann-Whitney
8
Lampiran 15. Hasil Hipotesis Pretest Tiap Aspek Berpikir Kritis
65

3. Kesimpulan 0,547 0,05 0,547 > 0,05 H0 diterima


Membuat
4. penjelasan 0,825 0,05 0,825 > 0,05 H0 diterima
lebih lanjut
Strategi dan
5. 0,407 0,05 0,407 > 0,05 H0 diterima
taktik

b. Uji Hipotesis Postest (Uji-T)


Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang
signifikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Karena
kedua data berdistribusi normal dan homogen, maka uji statistik yang
digunakan adalah uji t-2 sampel saling bebas pada taraf signifikan α = 0.05.
Sampel dinyatakan terdapat perbedaan yang signifikan apabila thitung> ttabel.
Hasil uji t pada kedua kelompok dapat dilihat seperti pada tabel di bawah ini.9
Dimana,

H0 : Tidak ada perbedaan antara hasil postest kelas kontrol dan kelas
eksperimen
H1 : Ada perbedaan antara hasil posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen

Tabel 4.9 Hasil Uji-T Pada Postest Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Statistik Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
N 42 42
X rata-rata 64,41 55,89
thitung 3,047
ttabel 1,99
Kesimpulan Terdapat perbedaan yang signifikan

Selain itu, untuk mengetahui keterampilan awal berpikir kritis


siswa, dilakukan perhitungan di tiap aspek keterampilan berpikir kritis
menurut Robert H. Ennis. Data diambil berdasarkan data postest dari tiap butir
soal dan menggunakan SPSS 2.2. Hasil perhitungan keterampilan berpikir
kritis siswa tiap aspek, dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut.10

9
Lampiran 16. Hasil Hipotesis Postest menggunakan Uji T
10
Lampiran 17. Hasil Hipotesis Postest Tiap Aspek Berpikir Kritis
66

Tabel 4.10 Hasil Uji-T Postest Tiap Aspek Berpikir Kritis


Aspek Berpikir
No t-hitung t-tabel Keterangan Kesimpulan
Kritis
Memberikan
1. 0,363 1,99 0,363< 1,99 H0 diterima
penjelasan sederhana
Membangun
2. 3.631 1,99 3,631> 1,99 H0 ditolak
keterampilan Dasar
3. Kesimpulan 1.141 1,99 1,141 < 1,99 H0 diterima
Membuat penjelasan
4. 0.531 1,99 0,531<1,99 H0 diterima
lebih lanjut
5. Strategi dan taktik 2.819 1,99 2,819> 1,99 H0 ditolak

C. Pembahasan
Berdasarkan data hasil pretest pada kelompok eksperimen dan kontrol,
nilai rata-rata pretest pada kelompok eksperimen tidak jauh berbeda dari
kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen, rata-rata pretest sebesar 37,7.
Sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata pretest sebesar 36,04. Sedangkan
pada data hasil postest pada kelompok eksperimen nilai rata-rata
sebesar64,41sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 56,87.
Berdasarkan tabel 4.2 dan tabel 4.3, dijabarkan data ketercapaian aspek
berpikir kritis pada pretest dan posttest kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Dilihat dari rata-ratanya, hasil pretest dan posttest mengalami
peningkatan yang signifikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.1
berikut ini:

100
82.11
80 72.5673.78 74
61.25
60 56.1 postest
46.61
41.5 eksperimen
42
40 38.2 (%)
postest
20 kontrol (%)

0
1 2 3 4 5

Gambar 4.1 Grafik hasil ketercapaian posttest keterampilan berpikir kritis kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol
67

Keterangan:
1. Aspek memberikan penjelasan sederhana
2. Aspek membangun keterampilan dasar
3. Aspek kesimpulan
4. Aspek membuat penjelasan lebih lanjut
5. Aspek strategi dan taktik

Untuk melihat apakah ada perbedaan terhadap keterampilan berpikir kritis


siswa sebelum dilakukan penelitian (pretest) antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol dilakukan Uji Mann Whitney. Berdasarkan hasil perhitungan,
hasil sig (2-tailed) menunjukkan nilai 0.593 yang berarti lebih besar dari
0.05.Maka H0 diterima, yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara skor pretest kelompok kontrol dengan skor pretest kelompok eksperimen.
Berdasarkan pencapaian keterampilan berpikir kritis siswa pada rata-rata
nilai pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai nilai yang
hampir sama, yatu 36,73 pada kelompok kontrol dan 36,82 pada kelompok
eksperimen. Adapun hasil posttest menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan, yaitu 54,26 pada kelompok kontrol dan 63,35 pada kelompok
eksperimen. Maka pembelajaran model Learning Cycle 7E berpengaruh terhadap
keterampilan berpikir kritis.
Berdasarkan hasil posttest pada kelompok eksperimen dan kontrol, rata-rata
kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol.Penghitungan hasil
posttest menggunakan uji t-saling bebas.pada taraf kepercayaan 95%. Berdasarkan
hasil perhitungan diperoleh t-hitung= 3,097dan nilai t-tabel =1.99, maka 3,097
>1.99. Dengan demikian Ho ditolak dan H1 diterima.
Hasil tersebut menyatakan bahwa skor posttest kedua kelompok terdapat
perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara
hasil keterampilan berpikir kritis kelompok eksperimen dengan hasil keterampilan
berpikir kritis kelompok kontrol. Sehingga dapat disimpulkan keterampilan
berpikir kritis pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan
keterampilan berpikir kritis pada kelompok kontrol.
Hasil ini dapat dicapai karena dalam penerapan model pembelajaran
learning cycle 7E siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. Dalam
68

model pembelajaran ini siswa diajak untuk melakukan kegiatan demonstrasi,


diskusi, atau kegiatan lain yang digunakan untukmembuka pengetahuan siswa
dan mengembangkan rasa keigintahuan siswa. Hal ini selaras dengan
penelitian yang dilakukan oleh Wawan Sutrisno, dkk yang menjadi bahan seminar
nasional IX di UNS 2011 silam yang menyatakan bahwa model pembelajaran ini
mampu merangsang rasa ingin tahu siswa untuk mencari hubungan konsep yang
mereka pelajari dengan konsep lain yang sudah atau belum mereka pelajari.
Sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk menemukan jawaban dari rasa ingin
tahu mereka.11
Selain itu, menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh A.A Sri Dwi
Indrayanthi, model Learning Cycle 7E memberikan kesempatan yang seluas-
luasnya terhadap siswa dalam mengembangkan kemampuan untuk berpikir dan
berbuat.12 Pembelajaran biologi dengan model Learning Cycle 7E
mempertimbangkan pengetahuan awal siswa. Melalui proses asimilasi dan
akomodasi yang terjadi selama siswa berinteraksi dengan lingkungan
belajarnya, siswa secara individual membangun pengetahuannya berupa
konsep-konsep biologi yang menjadi tujuan pembelajaran untuk ditemukan.
Beberapa alasan yang dapat dijadikan dasar bahwa model pembelajaran
Learning Cycle 7E lebih baik dalam pencapaian keterampilan berpikir kritis
dibandingkan dengan kelompok konvensional yaitu, proses pembelajaran pada
kelompok Learning Cycle 7E, terdapat 7 fase pembelajaran. Pada tahap pertama
yaitu elicit (mendatangkan pengetahuan siswa), guru memberikan pertanyaan-
pertanyaan yang merangsang pengetahuan awal siswa agar timbul respon
dari pemikiran siswa serta menimbulkan rasa ingin tahu tentang jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru.
Pada fase kedua yaitu engage (mempertemukan), digunakan untuk
memfokuskan perhatian siswa, merangsang kemampuan berpikir serta

11
Wawan Sutrisno, dkk, “Pengaruh Model Learning Cycle 7E Terhadap Motivasi Belajar
Siswa Dalam Pembelajaran Biologi”, Jurnal Edukasi, Pendidikan Biologi FKP UNS, 2012, h.188
12
A.A. Sri Dwi Indrayanthi, “Pengaruh Penerapan Model Siklus Belajar 7E
Terhadap Pemahaman Konsep Fisika Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”, Jurnal Pendidikan
Fisika, 2011, h. 14.
69

membangkitkan minat dan motivasi siswa terhadap konsep yang akan diajarkan.
Kegiatan pada tahap ini dilakukan proses keterlibatan antara guru dan siswa
dengan saling memberikan informasi dan pengembangan materi pada proses
sebelumnya, mengaitkan topik, dan melakukan tanya jawab sehingga aspek
berpikir kritis yang diharapkan dimunculkan pada fase ini ialah siswa mampu
memberikan penjelasan sederhana.Namun, hasil posttest kelas eksperimen yang
menggunakan model Learning cycle 7E, ternyata aspek ini tidak membawa
perubahan yang baik, bahkan justru lebih kecil rata-ratanya daripada kelas
kontrol. Hal ini seperti memberi jawaban bahwa ada yang kurang dari proses
pembelajaran pada tahapan ini. Hal ini sesuai dengan hasil observasi guru biologi
yang menyatakan kedisiplinan waktu menjadi faktor utama permasalahnnya.
Fase selanjutnya yang ketiga adalah explore (menyelidiki) yang digunakan
agar siswa memperoleh pengetahuan dan pengalaman secara langsung.Siswa
melakukan kegiatan observasi maupun saling bertanya dan berdiskusi dalam
kelompoknya. Secara langsung tahapan ini akan membuat siswa berpikir logis dan
terbuka, berpikir fokus, gigih dalam mencari kebenaran namun juga dapat
menerima masukan dari orang lain. Pada fase keempat yaitu explain, siswa dilatih
untuk mampu menjelaskan apa yang menjadi pendapatnya, dan mempunyai
alasan-alasan yang logis untuk menguatkan pendapat, namun tetap berpikir
terbuka terhadap pendapat orang lain. Aspek berpikir kritis yang dilatih pada fase
explore dan explain ialah membangun keterampilan dasar.
Fase kelima yaitu elaborate (menerapkan), disajikan kepada siswa untuk
dapat menambahkan pengetahuan barunya terhadap hal-hal yang sebelumnya
sudah mereka ketahui, termasuk didalamnya siswa mampu menjawab sendiri
hipotesis yang sudah dimiliki sebelumnya. Oleh karena itu, kegiatan mengerjakan
LKS ditempatkan pada fase ini dengan pertimbangan siswa sudah mempunyai
pengetahuan dasar, asumsi dan hipotesis terhadap materi sistem endokrin yang
cukup setelah melalui fase-fase sebelumnya. Untuk mensiasati waku yang singkat,
masing-masing kelompok hanya mengerjakan beberapa butir soal yang berbeda-
beda tiap kelompoknya. Pembagian soal tergantung pada tingkat kesulitannya.
Dengan sistem pengerjaan LKS yang seperti ini memang memangkas waktu,
70

sehingga lebih singkat dan siswa lebih fokus mempelajari tipe soal dan cara
menjawabnya. Namun, dilain sisi dengan sistem yang seperti ini tidak dapat
menjadikan LKS sebagai alat ukur perkembangan keterampilan berpikir kritis
siswa secara utuh karena hanya beberapa soal yang dijawab kemudian dibahas
perkelompok. Untuk itu, setelah dilakukan diskusi perkelompok untuk
menentukan jawaban, diperlukan suatu pemaparan jawaban yang melibatkan
antar kelompok dalam kelas dengan harapan akan saling mengisi dan melengkapi
pemahamannya satu sama lain. Pada fase ini siswa dilatih untuk membuat
kesimpulan sebagai aspek berpikir kritisnya, dengan sub aspek yang paling
banyak yaitu membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, membuat
induksi dan mempertimbangkan induksi juga membuat dan mempertimbangkan
nilai.
Selanjutnya ialah fase keenam yaitu evaluated (menilai) dari hasil
pembelajaran yang telah dilakukan. Guru mengobservasi dan memperhatikan
siswa terhadap kemampuan dan keterampilan untuk menilai tingkat pengetahuan
dan kemampuannya, kemudian melihat perubahan pemikiran siswa terhadap
pemikiran awalnya. Bentuk penilaiannya dilakukan secara tidak langsung
(informal) berupa observasi dari hasil pemaparan jawaban yang dilakukan
antarkelompok.Pada fase ini aspek berpikir kritis yang dilatih ialah keterampilan
siswa untuk membuat penjelasan lebih lanjut.
Terakhir adalah fase extend (memperluas), fase yang bertujuan untuk
berfikir, mencari, menemukan dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang
telah dipelajari. Selain itu pada fase ini diharapkan siswa jugamampu mencari
hubungan konsep yang mereka pelajari dengan konsep lain yang sudah atau
belum mereka pelajari, misalnya mengaitkan perbedaan sistem endokrin dengan
eksokrin dan juga mencari hubungan antara sistem saraf, sistem indera dengan
sistem endokrin. Pada fase ini keterampilan berpikir kritis yang dilatih ialah
keterampilan siswa dalam berstrategi dan taktik.
Berdasarkan hasil keterampilan berpikir kritis pada lembar kerja siswa
dalam tabel 4.4 diperoleh bahwa rata-rata skor terendah hasil ketercapaian
keterampilan berpikir kritis terdapat pada aspek kesimpulan dan membuat
71

penjelasan lebih lanjut dengan skor 66.67 kategori cukup dan skor tertinggi pada
aspek membangun keterampilan dasar dengan perolehan skor 80,00 kategori baik.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut ini:
85
80
80
75
75 73.81

70
66.67 66.67 Rata-
rata
65

60
1 2 3 4 5
Aspek Berpikir Kritis
Gambar 4.2 Grafik Rata-Rata Hasil Keterampilan Berpikir Kritis pada LKS

Keterangan:
1. Aspek memberikan penjelasan sederhana
2. Aspek membangun keterampilan dasar
3. Aspek kesimpulan
4. Aspek membuat penjelasan lebih lanjut
5. Aspek strategi dan taktik

Berdasarkan tabel 4.4 tersebut, jika dilihat dari rata-rata tiap kelompok ada
satu kelompok yaitu kelompok 6 dan yang rata-ratanya dibawah 70 sedangkan
kelompok lainnya rata-ratanya diatas 70. Hal ini mengindikasikan bahwa
keterampilan berpikir kritis siswa belum merata dengan baik.Hal ini pun
menunjukan bahwa penguasaan keterampilan berpikir kritis siswa belum
seluruhnya dapat dipahami karena pembelajaran yang dilakukan hanya 2 kali.
Paul Eggen dan Don Kauchak mengemukakan bahwa keterampilan berpikir harus
dilakukan melalui latihan yang sesuai dengan tahap perkembangan kondisi anak.13
Demikian pula halnya dengan keterampilan berpikir kritis, semakin kompleks
latihan yang diberikan maka akan makin meningkat pula keterampilan
berpikirnya.

13
Paul Eggen dan Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran.(Jakarta: PT Indeks,
2012), h. 119
72

Berdasarkan tabel 4.2 dan 4.3 hampir semua aspek terjadi perningkatan
persentase. Kecuali pada aspek membuat penjelasan sederhana yang justru
posttest kelas eksperimen menjadi lebih rendah. Namun pada indikator
selanjutnya yaitu indikator membangun keterampilan dasar justru menjadi
indikator yang paling meningkat. Hasil posttest kelompok eksperimen dari lima
aspek berturut-turut dari perolehan tertinggi sampai terendah, yaitu membangun
keterampilan dasar, strategi dan taktik, memberikan penjelasan sederhana,
kesimpulaan dan membuat penjelasan lebih lanjut.
Aspek memberikan penjelasan sederhana mendapat nilai sebesar 72,56%
dengan kategori baik, namun berada diposisi ketiga. Hal ini dikarenakan siswa
sudah dapat menjawab pertanyaan berdasarkan informasi yang diberikan sehingga
siswa dapat mengemukakan alasannya, namun cenderung tidak memperhatikan
fokus pertanyaan yang ada. Menurut Susan M Brookhart, yang menjadi perhatian
dalam berpikir tingkat tinggi dapat terjadi jika siswa dapat menganalisis dengan
dirinya sendiri. Siswa masih cenderung menganalisis berdasarkan contohnya,
bukan berdasarkan fakta-fakta yang dijelaskan.14

Aspek membangun keterampilan dasar sebesar 82,11% dengan kategori baik


sekali dan berada diposisi pertama. Pada aspek ini, siswa diminta untuk
mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber untuk memberikan alasan yang
tepat dan juga mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi dengan
mencatat hal-hal yang diinginkan serta terlibat dalam menyimpulkan. Hal ini
dikarenakan siswa mulai mampu berstrategi antara durasi waktu pengerjaan
dengan model soal secara keseluruhan. Siswa tidak terfokus pada soal-soal aspek
memberikan penjelasan sederhana saja, karena pada soal-soal di aspek inilah yang
paling banyak jumlah soalnya sehingga banyak waktu yang dibutuhkan untuk
menjawab. Sedangkan soal-soal pada aspek membangun keterampilan dasar
cenderung membutuhkan jawaban yang relatif lebih singkat. Namun akibatnya
siswa tidak optimal dalam menjawab soal-soal pada aspek memberikan penjelasan

14
Susan M Brookhat dan Anthony J. Nitko. Assess Higher-Order Thinking Skills in Your
Classroom. (USA: Pearson, 2011), h. 236.
73

sederhana dan justru terjadi peningkatan yang signifikan antara aspek membangun
keterampilan dasar.

Aspek membuat kesimpulan sebesar 46,61% dengan kategori kurang sekali.


Hal ini disebabkan karena siswa belum mampu membuat deduksi maupun induksi
dan mempertimbangkan hasil deduksimaupun induksi tersebut. Contohnya dalam
membuat deduksi siswa belum mampu menginterpretasi pertanyaan dengan
melihat informasi yang diberikan, baik berupa grafik ataupun pernyataan.
Menurut Alec Fisher, kesahihan deduktif merupakan gagasan yang mudah
dipahami (meskipun inferensi yang memenuhi standar ini, tidak begitu lazim
dalam argumentasi yang biasa), sehingga dengan memulai gagasan ini karena
dapat membantu orang memahami standar-standar lain untuk menilai inferensi.15
Selain itu, masih menurut Alec Fisher, ada kata-kata dan frase-frase tertentu yang
dipakai secara khusus untuk mengargumentasikan suatu kasus, dan menggunakan
alasan-alasan untuk sebuah kesimpulan, yang disebut dengan indikator
linguistic.16 Dalam jawaban siswa, jarang sekali menggunakan indikator linguistik
seperti yang digagas oleh Alec Fisher tersebut, walau bukan hanya hal ini yang
menjadi penilaian, tapi juga rasionalitas jawaban, hubungan antara argument
dengan kesimpulan, dan evaluasi secara keseluruhan yang perlu diperhatikan.

Aspek membuat penjelasan lebih lanjut mendapat nilai 41,5% dengan


kategori kurang sekali merupakan aspek yang mempunyai nilai paling rendah
dibanding aspek yang lain. Siswa diminta untuk membuat penjelasan lebih lanjut
pada sub aspek mengidentifikasikan istilah, yang mana indikator
mengklasifikasikan dan memberikan contoh, contoh soalnya:

“Dalam perkembangannya, hormon FSH dan LH dapat dibuat secara


sintetik untuk mengatur reproduksi seseorang. Dengan adanya suntik
hormon, seseorang dapat menunda atau memajukan waktu fertilenya (waktu
subur) untuk berbagai keperluan. Termasuk hormon yang mempengaruhi
apakah FSH dan LH? Sebutkan contoh hormon lain yang fungsinya secara
umum sama dengan kedua hormon tersebut!”

15
Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar, Terj. dari Critical Thingking: An
Introduction oleh Benyamin Hadinata, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 120
16
Ibid, h. 22
74

Hal ini diduga karena siswa belum terbiasa membuat alasan-alasan dari
sebuah permasalahan yang dihubungkan dengan teori yang ada. Alec Fisher
menjelaskan bahwa terdapat kesalahan umum ketika berpikir penyebab yang
akhirnya kita bisa salah membuat penjelasan lebih lanjut, yaitu: a) kita hanya
mempertimbangkan satu penyebab yang mungkin dan menerimanya tanpa
mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan lain, b) kita memperhatikan
hanya sebagian bukti yang relevan dalam menentukan apa yang menyebabkan
atau telah menyebabkan sesuatu.17

Pada aspek strategi dan taktik mendapat nilai sebesar 74% dengan kategori
baik, hal ini dikarenakan siswa telah menjawab pertanyaan pada LKS dengan
benar dan alasan yang tepat serta sesuai dengan konsep yang dipelajari dan
melakukan diskusi kelompok dengan baik. Strategi dan taktik terlihat dengan
presentasi yang telah dilakukan oleh siswa, sehingga siswa mampu memutuskan
suatu tindakan yang akan dilakukan dalam suatu masalah.
Dari hasil yang diperoleh pada lima aspek keterampilan berpikir kritis
yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata keseluruhan siswa
cukup memiliki keterampilan berpikir kritis. Hasil posttest uji-t setiap aspek
berpikir kritis menunjukan hasil yang berbeda-beda.Namun hanya 2 aspek
berpikir kritis saja yang berpengaruh signifikan, yaitu aspek membangun
keterampilan dasar serta strategi dan taktik. Hal ini disimpulkan bahwa model
Learning Cycle 7E berpengaruh terhadap aspek membangun keterampilan dasar
serta aspek strategi dan taktik dibanding dengan pembelajaran konvensional
dengan pendekatan kontekstual. Berikut alasan model Learning Cycle 7E
memperoleh pengaruh yang signifikan pada aspek membangun keterampilan
dasar serta strategi dan taktik antara lain: a) aspek membangun keterampilan dasar
lebih banyak di eksplorasi secara baik dalam tahapan learning Cycle 7E pada
tahap explore dan explain, b) kelebihan dari model Learning Cycle 7E ini
menekankan konsep, proses, dan aplikasi dibanding dengan pendekatan
kontekstual yang menekankan pada konsep dan proses.

17
Loc.cit., h. 139.
75

Selain itu, jika dilihat dari filosofisnya model Learning Cycle 7E


meletakkan dasar pada filosofis pendidikan di mana siswa akan belajar
dengan baik apabila mereka terlibat secara aktif dalam segala kegiatan di
kelas dan berkesempatan untuk menemukan sendiri. Di samping itu, model
Learning Cycle 7E didasari pada motivasi intrinsik yang sesuai dengan faham
konstruktivisme tentang pembelajaran, di mana siswalah yang seharusnya
mengalami pembelajaran sedangkan guru hanya sebagai mediator dan fasilitator.
Model siklus belajar Learning Cycle 7E merupakan model pembelajaran
yang dikembangkan sesuai dengan hakikat sains sebagai proses dan sains sebagai
produk. Model pembelajaran ini memberikan pedoman bagi guru untuk
membimbing siswa memperoleh pengetahuan dengan menggunakan metode
ilmiah layaknya seorang ilmuwan. Selain didasari oleh hakikat sains, model
learning Cycle 7E ini juga dikembangkan dengan pendekatan inquiri. Dengan
pendekatan ini, siswa belajar memecahkan masalah atau mengungkap suatu
fenomena alam secara ilmiah. Sesuai dengan hakikat biologi sebagai bagian dari
sains, yang akhirnya menuntut dalam proses pembelajarannya haruslah bertumpu
pada proses ilmiah. Proses ilmiah tersebut melibatkan berbagai keterampilan
proses sains.18 Keterampilan proses sains merupakan keterampilan-keterampilan
yang biasa dilakukan oleh ilmuan untuk memperoleh pengetahuan.19
Keterampilan proses yang dapat dikembangkan dalam penelitian ini yaitu
melakukan observasi, menafsirkan hasil pengamatan, mengelompokkan,
meramalkan,keterampilan berkomunikasi, hipotesis, menerapkan konsep atau
prinsip, mengejukan pertanyaan, keterampilan menyimpulkan.
Karakteristik utama dalam pembelajaran konvensional adalah guru
menyampaikan materi pelajaran secara jelas dan lebih terperinci. Dalam
pembelajaran konvensional, peran guru sangat dominan sedangkan siswa pasif

18
Ni Putu Sri Ratna Dewi, “Pengaruh Model Siklus Belajar 7E Terhadap Pemahaman
Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Negeri 1 Sawan”, Artikel Tesis Program Studi
Pendidikan IPA Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, 2012, h. 13.
19
Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet. 1, h. 51.
76

dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga, peran serta siswa dalam


pembelajaran masih dipengaruhi oleh guru.
Pada dasarnya, kedua kelas dengan dua model pembelajaran tersebut
(Learning Cycle 7E dan Konvensional) menyajikan materi pelajaran yang sama
yaitu sistem endokrin. Perbedaannya terletak pada LKS yang disajikan dan
proses pada kegiatan pembelajarannya. Pada pembelajaran model Learning
Cycle 7Eproses pembelajaran diawali dengan penyajian fenomena nyata yang
dikemas dalam permasalahan realistik. Masalah yang diberikan merupakan
masalah yang belum terdefinisikan, sehingga siswa dituntut untuk
menganalisis masalah tersebut secara cermat, mengidentifikasi apa yang mereka
ketahui dari masalah, yang ingin mereka ketahui dan yang harus mereka cari.
Dengan memberikan masalah nyata di awal pembelajaran, maka siswa
mengetahui tujuan mereka mempelajari materi tersebut. Penyajian masalah ini
dapat meningkatkan motivasi siswa. Dengan motivasi yang tinggi, siswa lebih
tertarik untuk memecahkan masalah-masalah yang terdapat pada LKS
sehingga informasi yang didapatkan akan lebih tertata rapi dalam struktur
kognitif siswa. Di samping itu, tahapan-tahapan belajar dengan menggunakan
Learning Cycle 7Emenuntut siswa untuk secara terus menerus
mengembangkan pengetahuannya dan menerapkan pemahaman yang telah
mereka miliki dalam fenomena yang berbeda. Siswa diajak selalu berpikir
untuk menghadapi masalah-masalah dunia nyata yang berhubungan erat
dengan materi pelajaran yang dibahas. Melalui proses berpikir ini diharapkan
dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya sehingga dapat
menghasilkan keputusan yang tepat. Sebagai upaya menyelesaikan masalah
untuk menghasilkan keputusan yang tepat, diperlukan suatu pemahaman
konsep dan kemampuan berpikir.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh beberapa


kesimpulan mengenai pengaruh model pembelajaran Learning Cycle 7E terhadap
keterampilan berpikir kritis siswa, sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil uji t pada taraf signifikasi α = 0,05 diperoleh thitung sebesar
3,097 yang mana > ttabel 1,99. Rata-rata kelompok eksperimen sebesar 64,41 dan
kelompok control sebesar 56,87. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
penggunaan model pembelajaran Learning Cycle 7E berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis pada konsep Sistem Endokrin.
2. Aspek keterampilan berpikir kritis yang diteliti melalui model pembelajaran
Learning Cycle 7E terdiri dari lima aspek yaitu memberikan penjelasan
sederhana sebesar 72,56, membangun keterampilan dasar sebesar 82,11,
kesimpulan sebesar 46,61, membuat penjelasan lebih lanjut sebesar 41,5, dan
strategi taktik sebesar 74.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka penulis mengajukan beberapa


saran sebagai berikut:

1. Pembelajaran model Learning Cycle 7E ini dapat dijadikan alternatif model


pembelajaran biologi.
2. Pembelajaran model Learning Cycle 7E dapat diterapkan pada konsep lain dan
mata pelajaran lain tetapi dengan perbaikan-perbaikan dalam proses
pembelajaran dengan catatan guru member motivasi agar siswa lebih berperan

77
78

aktif dalam diskusi kelompok maupun diskusi kelas, sehingga diharapkan hasil
belajar siswa lebih optimal.
3. Faktor kedisiplinan waktu dan optimalisasi dalam tiap fase Learning Cycle 7E
akan sangat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran yang akhirnya akan
berdampak besar pada pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa.
4. Hasil penelitian ini masih sangat sederhana dan bukan merupakan hasil akhir,
untuk itu kepada peneliti berikutnya disarankan agar mencoba
mengimplementasikan model Learning Cycle 7E pada sekolah yang berbeda
dengan kelompok siswa yang berbeda-beda; mencoba untuk mengembangkan
model pembelajaran sejenis dengan topik yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.


Rineka Cipta. 1998.

Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.


2005.

Arikunto.Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. 2007.

Aryulina, Diah, Choirrul Muslim, dkk. Biologi 2 SMA dan MA untuk kelas XI.
Jakarta: Esis. 2007.

Brookhat, Susan M. Assess Hingher-Order Thingking Skills in Your Classroom.


USA: ASDC. 2010.

Chabeli, MM. ”High Order Thinking Skills Competencies Reaquired By Outcomes-


Base Education From Learners”. Research Article University of
Johannesburg. 2006.

Depdiknas, Peraturan Pemerintah Nomer 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional


Pendidikan (SNP) Bab IV No (1) 2005. Jakarta: Depdiknas

Dewi, Ni Putu Sri Ratna. “Pengaruh Model Siklus Belajar 7E Terhadap Pemahaman
Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Negeri 1 Sawan”. Artikel
Tesis Program Studi Pendidikan IPA Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha. 2012.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta. 2006.

Echols, John M. and Hasan Shadily. 2003. Kamus Inggris Indonesia an English-
Indonesian Dictionary, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Eisenkraft, Arthur, Expanding The 5E Model: A Proposed 7E Model Emphasizes


“Transfer Of Learning”And The Importance Of Eliciting Prior
Understanding, National Science Teachers Association (NSTA). The Science
Teacher, Vol. 70, No. 6, 2003.

79
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan (Kuantitatif-Kualitatif), Jakarta: Rajawali
Press, 2007.

Ennis, Robert H. ”Critical Thinking”.Prentice Hall. USA: University of Illinois.


1995.

Ennis, Robert H. “Goal for a Critical Thinking Curriculum” dalam AL Costa(ed.),


Develeoping Minds: A Resource book for Teaching Thinking. Alexandra:
ASCD. 1985.

Eggen, Paul dan Don Kauchak. Strategi dan Model Pembelajaran. Jakarta: PT
Indeks. 2012.

Everett, Susan and Richard Moyer.Literacy in the Learning Cycle, Incorporating


trade books helps plan inquiry-learning experiences. Methods and Strategies:
Ideas and techniques to enhance your science teaching, 2014.
(www.teachersource.com).

Fisher, Alec. Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Terj. Dari Critical Thinking: An
Introduction oleh Benyamin Hadinata. Jakarta: Erlangga. 2008.

Gunawan, M. Adi.Genius Learning Strategy (Petunjuk Praktis Untuk Menerapkan


Accelerated Learning). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2006.

Hartono, “Learning Cycle 7E Model To Increase Student’s Critical Thinking on


Science”. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 2013.

Herlanti, Yanti. “Science Education Research, Tanya Jawab Seputar Penelitian


Pendidikan Sains”. Universitas Islam Negeri Jakarta. 2006.

Indriyanthi, A.A. Sri Dwi, “Pengaruh Model Siklus Belajar 7E Terhadap Pemahaman
Konsep Fisika dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”.

Indriyani, Irma Rosa. “Pengembangan LKS Fisika Berbasis Siklus Belajar (Learning
Cycle) 7E untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Mengembangkan
Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa SMA Kelas X Pokok Bahasan
Elektromagnetik”. Thesis pada Pascasarjana Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta.Yogyakarta. 2013. Tidak dipublikasikan.

80
Irnaningtyas. Biologi untuk SMA dan MA Kelas XI Kelompok Peminatan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Erlangga. 2014.

King, FJ, Ludwika Goodson and Faranak Rohani.“High Order Thinking Skills:
Definition, Teaching Strategies and Assesment”. A publication of the
Educational Services Program.

Kuswana, Wowo Sunaryo, Taksonomi Berpikir, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


2011.

Lawson, Anton E., “Using The Learning Cycle To Teach Biology Concepts And
Reasoning Patterns”, Journal of Biology Education, 2001.

Mabsuthoh, Ngatiatul. “Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle Terhadap


Hasil Belajar Fisika Pada Konsep Massa Jenis”,.Skripsi pada FITK UIN
Jakarta. Jakarta. 2001. Tidak dipublikasikan.

MuhibbinSyah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya. 2011..

Nizarwati, dkk, “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi


Konstruktivisme Untuk Mengajarkan Konsep Perbandingan Trigonometri
Siswa Kelas X SMA”.Jurnal pendidikan Matematika volume 3 no.2. 2009.

Novianti, Aryani. “Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle Terhadap


Keterampilan Berfikir Kritis Siswa”. Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah.
Jakarta. 2012.

Peraturan Pemerintah Nomer 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan


(SNP) Bab IV No (1), 2005.
Peraturan Pemerintah Nomer 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan
Sekolah Dasar dan Menengah.

Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002.

81
Purwanto, Ngalim. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. 2010.

Rahman, Aditya. “Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle 7E Sebagai


Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI TITL 2 SMK 2
Pengasih”. Skripsi pada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
Yogyakarta, 2012. Tidak dipublikasikan.

Rustaman, Nuryani Y. Konstruktivisme dan Pembelajaran Biologi, Makalah, Jurusan


Pendidikan Biologi FMIPA UPI. 2000.

Siregar, Sofiyan. Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Bumi


Aksara.2013.

Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2010.

Sudjana. Metode Statistika. Bandung: Tarsito Bandung. 2005.

Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan),


Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006.

Sofyan, Ahmad, Tonih Feronika, dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran


IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan
UIN Jakarta Press. 2006.

Sujarweni, W. Wiratna dan Poly Endaryanto, Statistika Untuk Penelitian,


Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.

Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D. Bandung; Alfabeta. 2012.

Sukardi, H.M. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: PT. Bumi
Aksara. 2009.

82
Suparno, “Pengaruh Pembelajaran Matematika Menggunakan Model Learning Cycle
7E Terhadap Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
MA Wahid Hasyim Kelas X Yogyakarta”. Skripsi pada UIN Sunan
Kalijaga.Yogyakarta. 2013.

Sutrisno, Wawan dkk. “Pengaruh Model Learning Cycle 7E Terhadap Motivasi


Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Biologi”. Jurnal Edukasi. Pendidikan
Biologi FKP UNS. 2012.

Snyder, Lisa Gueldenzophand Mark J.Synder. Teaching Critical Thinking and


Problem Solving Skills. North Caroline: The Delta Pi Epsilon Journal. 2008.

Syaodih, Nana. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


2006.

Zulfiani, dkk. 2009. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta.

83
Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


Kelas Kontrol
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas / Semester : XI (Sebelas)/ 2
Pertemuan : 1
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

A. Standar Kompetensi
Memahami hakekat Biologi sebagai ilmu. Menjelaskan struktur dan fungsi
organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi
serta implikasinya pada Salingtemas
B. Kompetensi Dasar
3.6 Menjelaskan keterkaitan struktur, fungsi, dan proses serta
kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem regulasi manusia
(saraf, endokrin, dan penginderaan)
C. Indikator
1. Menganalisis karakteristik kelenjar endokrin
2. Menyimpulkan perbedaan antara sistem saraf dengan sistem endokrin
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu menganalisis karakteristik kelenjar endokrin
2. Siswa mampu menyimpulkan perbedaan antara sistem saraf dengan sistem
endokrin

E. Materi Ajar
 Karakteristik kelenjar endokrin
1. Merupakan kelenjar buntu
2. Umumnya mensekresi lebih dari satu hormon
3. Memiliki sejumlah sel sekretori yang dikelilingi pembuluh darah dan
ditopang oleh jaringan ikat
4. Masa aktivitas kelenjar endokrin dalam menghasilkan hormon
berbeda-beda
5. Sekresi hormon dapat distimulasi/dihambat oleh kadar hormon
lainnya
 Perbedaan sistem saraf dengan sistem endokrin

No Aspek Sistem Hormon Sistem Saraf


Pembeda
1. Aksi Lambat Cepat atau segera

87
2. Respons Tidak langsung, distribusi Langsung, distribusi
lebih luas lebih sempit
3. Pengaturan Jangka panjang Jangka pendek
4. Sekresi Hormon Neurotransmitter
5. Komunikasi Melalui sistem sirkulasi Antar neuron melalui
sinapsis

F. Strategi Pembelajaran
Model Pembelajaran : STAD (Student Teams Achievment Division)
Metode Pembelajaran : Pengerjaan LKS, presentasi, diskusi kelompok
Pendekatan : Pembelajaran kooperatif

G. Media danSumberPembelajaran
1. Buku Sains Biologi Kelas XI
- Diah Aryulina, dkk. 2007. Biologi 2 SMA dan MA untuk kelas XI. Esis:
Jakarta
- Irnaningtyas. 2014. Biologi untuk SMA dan MA Kelas XI Kelompok
Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Erlangga: Jakarta
2. Laptop
3. LCD/proyektor
4. LKS
5. Gambar tubuh manusiadan organ-organ penyusun sistem endokrin

H. KegiatanPembelajaran
a. Kegiatan Awal
Aktivitas pembelajaran Nilai Alokasi
Kegiatan
Guru Siswa Karakter Waktu
Motivasi  Menyampaikan  Mendengarkan a. Religius 8 menit
tujuan penjelasan b. Disiplin
pembelajaran yang c. Responsif
 Memberikan disampaikan d. Mandiri
kata oleh guru
e. Inisiatif
mutiaradengan
tema: positif f. Rasa
thinking ingintahu

88
Orientasi  Membagikan  Menyimak
LKS kepada penjelasan
masing-masing guru mengenai
pengisian LKS
siswa dan
 Menjawab
memberikan
pertanyaan
petunjuk yang
pengerjaan ditanyakan
LKS guru
 Memberikan  Mengatur
pertanyaan posisi tempat
untuk duduk
mengulas berdasarkan
materi pada kelompok
pertemuan yang
sebelumnya ditentukan
 Membagikan guru
kelompok
b. KegiatanInti
Aktivitas Pembelajaran Nilai Alokasi
Guru Siswa Karakter Waktu
 Menayangkan  Mencatat hal- 10
video tentang hal penting menit
cara kerja dari video
a. Rasa
system hormon yang
ingin
dan sistem saraf ditampilkan
tahu
 Melakukan  Menjawab b. Disiplin
Tanya jawab pertanyaan
Elaborasi seputar video guru
yang
ditampilkan
Menjelaskan Menyimak apa 15
a. Rasa
materi sesuai yang menit
ingin tahu
dengan indikator disampaikan
b. Disiplin
pembelajaran guru dan
mencatatnya
Mengerjakan Mendiskusikan a. Responsi 30
LKS yang sudah jawaban pada f menit
dipersiapkan LKS yang sudah b. Berpikir
disediakan terbuka
Eksplorasi c. Kritis
 Meminta siswa  Mempresentas a. Responsi 15
mempresentasi i-kan hasil f menit
hasil diskusi diskusi b. Inisiatif
 Mengatur kelompoknya c. Berpikir

89
jalannya diskusi masing- terbuka
antar kelompok masing d. Kritis
 Mendiskusika
n antar
kelompok
untuk mencari
jawaban yang
ideal
Mengajak siswa Merespon 10
untuk bermain arahan dan menit
“snowball” penjelasan dari
tentang cara kerja guru
a. Aktif
Konfirmasi system endokrin
b. Terbuka
serta menjelaskan
cara dan
peraturan
permainannya
c. Kegiatan Akhir
Kegiatan Aktivitas pembelajaran NilaiKarak Alokasi
Guru Siswa ter Waktu
Refleksi Menanyakan dan Bertanya jika a. Disiplin 7 menit
menjelaskan ada yang belum b. Kritis
kepada siswa dimengerti c. Proaktif
tentang materi
yang belum
dimengerti
Evaluasi Menunjuk Siswa yang a. Mandiri
perwakilan siswa ditunjuk b.
untuk menjawab menjawab Tanggung
pertanyaan sesuai pertanyaan guru jawab
dengan indicator c. Responsif
ketercapaian

I. Penilaian Hasil Belajar


a. Bentuk Instrumen : LKS
b. Rubrik Penilaian (Terlampir)

Depok, 11 Mei 2015


Guru Mata Pelajaran Peneliti

Abdul Fatah, M.Pd.. Zahidah Farhati

90
RUBRIK PENILAIAN HASIL BELAJAR

Indikator Soal Jawaban


Menganalisis Bagaimanakah Karakteristik kelenjar endokrin
karakteristik karakteristik 1. Merupakan kelenjar buntu
kelenjar sistem 2. Umumnya mensekresi lebih dari satu hormon
endokrin endokrin? 3. Memiliki sejumlah sel sekretori yang
dikelilingi pembuluh darah dan ditopang oleh
jaringan ikat
4. Masa aktivitas kelenjar endokrin dalam
menghasilkan hormon berbeda-beda
5. Sekresi hormon dapat distimulasi / dihambat
oleh kadar hormon lainnya

Menyimpul- Apa saja No Aspek Sistem Sistem Saraf


kan perbedaan perbedaan antara Pembeda Hormon
antara sistem system saraf 1. Aksi Lambat Cepat atau segera
saraf dengan dengan system 2. Respons Tidak Langsung,
sistem endokrin? langsung, distribusi lebih
endokrin distribusi sempit
lebih luas
3. Pengaturan Jangka Jangka pendek
panjang
4. Sekresi Hormon Neurotransmitter
5. Komunikasi Melalui Antar neuron
sistem melalui sinapsis
sirkulasi

91
92
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Kelas Kontrol
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas / Semester : XI (Sebelas)/ 2
Pertemuan : 2
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

A. StandarKompetensi
Memahami hakekat Biologi sebagai ilmu, menjelaskan struktur dan fungsi
organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi
serta implikasinya pada Salingtemas
B. KompetensiDasar
3.6 Menjelaskan keterkaitan struktur, fungsi, dan proses serta
kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem regulasi manusia
(saraf, endokrin, dan penginderaan)
C. Indikator
1. Menganalisis letak kelenjar endokrin, sekresi dan peranannya
2. Menghubungkan penyebab terjadinya gangguan yang terjadi pada system
endokrin
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu menganalisis letak kelenjar endokrin dan sekresinya
2. Siswa mampu menghubungkan penyebab terjadinya gangguan yang terjadi
pada sistem endokrin
E. Materi Ajar
 Kelenjar endokrin dan sekresi hormon
1. Hipofisis (pituitary)
- Hipofisis lobus anterior : GH, TSH, ACTH, gonadotropin
- Hipofisis lobus intermedia : Endorphin, MSH
- Hipofisis lobus posterior : ADH, oksitosin
2. Tiroid : Tiroksin
3. Paratiroid : Parathormon (PTH)
4. Adrenal : Adrenalin, noradrenalin
5. Pancreas : Glukagon, insulin, somatostatin, polipeptidapankreas
6. Timus : Timosin
7. Gonad
- Ovarium : Estrogen, progesteron
- Testis : Testosteron

92
F. Strategi Pembelajaran
Model Pembelajaran : STAD (Student Teams Achievment Division)
Metode Pembelajaran : Pengerjaan LKS, presentasi, diskusi kelompok
Pendekatan : Pembelajaran kooperatif

G. Media dan Sumber Pembelajaran


1. Buku Sains Biologi Kelas XI
- Diah Aryulina, dkk. 2007. Biologi 2 SMA dan MA untuk kelas XI.
Esis: Jakarta
- Irnaningtyas. 2014. Biologi untuk SMA dan MA Kelas XI Kelompok
Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Erlangga:
Jakarta
2. Laptop
3. LCD/proyektor
4. LKS
5. Gambar tubuh manusia dan organ-organ penyusun sistem endokrin

H. Kegiatan Pembelajaran
a. Kegiatan Awal
Aktivitas Pembelajaran Nilai Alokasi
Kegiatan
Guru Siswa Karakter Waktu
Motivasi  Menyampai-  Mendengarkan a. Religius 8 menit
kan tujuan penjelasan b. Disiplin
pembelajaran yang c. Responsif
 Memberikan disampaikan d. Mandiri
kata mutiara oleh guru e. Inisiatif
dengan tema: f. Rasa
ilmu ingin tahu
Apersepsi  Mengarahkan  Merapikan
untuk duduk posisi tempat
sesuai dengan duduk sesuai
kelompoknya intruksi guru
 Membagikan  Menyimak
LKS kepada penjelasan
masing- guru mengenai
masing siswa pengisian LKS
 Memberikan  Berinisiatif
petunjuk untuk
pengerjaan memaparkan
LKS inti pelajaran
 Meminta pada pada
satu orang pertemuan
siswa untuk sebelumnya

93
memaparkan
inti pelajaran
tentang materi
sistem saraf
b. Kegiatan Inti
Aktivitas Pembelajaran Nilai Alokasi
Guru Siswa Karakter Waktu
 Menayangkan  Mencatat hal- 10
video tentang hal penting dari menit
kelenjar- video yang
kelenjar ditampilkan
a. Rasa ingin
penyusun  Menjawab tahu
sistem endokrin pertanyaan
b. Disiplin
 Melakukan guru
tanya jawab
Elaborasi
seputar video
yang
ditampilkan
Menjelaskan Menyimak apa 15
a. Rasa ingin
materi sesuai yang menit
tahu
dengan indikator disampaikan
b. Disiplin
pembelajaran guru dan
mencatatnya
Mengerjakan Mendiskusikan a. Responsif 30
LKS yang sudah jawaban pada b. Berpikir menit
dipersiapkan LKS yang sudah terbuka
disediakan c. Kritis
 Meminta siswa  Mempresenta- 15
mempresentasi- sikan hasil menit
kan hasil diskusi
Eksplorasi a. Responsif
diskusi kelompoknya
b. Inisiatif
 Mengatur masing-masing
c. Berpikir
jalannya  Mendiskusikan terbuka
diskusi antar antar kelompok d. Kritis
kelompok untuk mencari
jawaban yang
ideal
Mengajak siswa Merespon arahan 10
untuk bermain dan penjelasan menit
”snowball” dari guru. a. Aktif
Konfirmasi
tentang kelenjar- b. Terbuka
kelenjar system
endokrin

94
c. Kegiatan Akhir
Kegiatan Aktivitas Pembelajaran Nilai Alokasi
Guru Siswa Karakter Waktu
Refleksi Menanyakan dan Bertanya jik a. Disiplin 7 menit
menjelaskan aada yang belum b. Kritis
kepada siswa dimengerti c. Proaktif
tentang materi
yang belum
dimengerti
Evaluasi Menunjuk Siswa yang a. Mandiri
perwakilan siswa ditunjuk b. Tanggung
untuk menjawab menjawab jawab
pertanyaan pertanyaan guru c. Responsif
sesuai dengan
indicator
ketercapaian

I. Penilaian Hasil Belajar


a. Bentuk Instrumen : LKS
b. Rubrik Penilaian (Terlampir)

Depok, 14 Mei 2015


Guru Mata Pelajaran Peneliti

Abdul Fatah, M.Pd. ZahidahFarhati

95
RUBRIK PENILAIAN HASIL BELAJAR

Indikator Pertanyaan Jawaban


Menganalisis letak Dimana sajakah Kelenjar Letak Sekresi
kelenjar endokrin, letak kelenjar- Hipofisis di bagian dasar GH, TSH, ACTH,
sekresi dan kelenjar endokrin? (pituitary) hipofisis otak gonadotropin,
peranannya Sebutkan pula Endorphin, MSH ,
sekresi hormone ADH, oksitosin
dan peranannya! Tiroid Dibawah laring Tiroksin
Paratiroid di permukaan Parathormon
belakang tiroid (PTH)
Timus Di bagian Timosin
posterior toraks
diatas jantung
Adrenal Di atas ginjalAdrenalin,
noradrenalin
Pancreas Dibagian Glukagon, insulin,
belakang somatostatin,
bawah lambung polipeptida
pankreas
Gonad Ovarium dan Estrogen,
testis progesterone,
Testosteron

Menghubungkan Jelaskan peranan Kelenjar Peran Gangguan


penyebab terjadinya hormon-hormon Hipofisis Pertumbuhan Hiposekresi:
gangguan yang yang dihasilkan (pituitary) dan drwarfisme
terjadi pada system kelenjar tersebut! perkembangan Hipersekresi:
endokrin Dan apa yang sel-sel tubuh, gigantisme
terjadi bila terjadi merangsang
gangguan padas produksi dll
ekresi hormonnya kelenjar
lainnya, dll
Tiroid Meningkatkan Hiposekresi:
laju penurunan
metabolism sel,
metabolism,
stimulasi konstipasi, mental
konsumsi lambat, dll
oksigen, dll Hipersekresi:
peningkatan
metabolism, diare,
penyakit grave,
dll
Paratiroid Mengendalikan Hiposekresi:
keseimbangan penurunan kadar
kalsium dan kalsium dalam
fosfat darah, tetanus,

96
peningkatan
iritabilitas sistem
neuromuscular
Timus Pengendalian Penurunan imun
sistemimun
Adrenal Meningkatkan Hiposekresi:
frekuensi penyakit Addison
jantung, Hipersekresi:
metabolism, peningkatan
mengatur tekanan darah,
keseimbangan sindrom
air, dll adrogenital
(pubertas dini), dll
Pancreas Mengatur Hiposekresi:
keseimbangan diabetes mellitus
kadar glukosa
dalam darah
Gonad Mengatur Gangguan pada
pematangan pematangan gonad
gonad (ovum
dan sperma)

97
98
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Kelas Eksperimen
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas / Semester : XI (Sebelas )/ 2
Pertemuan : 1
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

A. Standar Kompetensi
Memahami hakekat Biologi sebagai ilmu dan menjelaskan struktur dan
fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin
terjadi serta implikasinya pada Salingtemas
B. Kompetensi Dasar
3.6 Menjelaskan keterkaitan struktur, fungsi, dan proses serta
kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem regulasi manusia
(saraf, endokrin, dan penginderaan)
C. Indikator
1. Menganalisis karakteristik kelenjar endokrin
2. Menyimpulkan perbedaan antara sistem saraf dengan sistem endokrin
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu menganalisis karakteristik kelenjar endokrin
2. Siswa mampu menyimpulkan perbedaan antara sistem saraf dengan sistem
endokrin
E. Materi Ajar
 Karakteristik kelenjar endokrin
1. Merupakan kelenjar buntu
2. Umumnya mensekresi lebih dari satu hormon
3. Memiliki sejumlah sel sekretori yang dikelilingi pembuluh darah dan
ditopang oleh jaringan ikat
4. Masa aktivitas kelenjar endokrin dalam menghasilkan hormon
5. Sekresi hormon dapat distimulasi/dihambat oleh kadar hormon lainnya
 Perbedaan sistem saraf dengan sistem endokrin
No Aspek Sistem Hormon Sistem Saraf
Pembeda
1. Aksi Lambat Cepat atau segera
2. Respons Tidak langsung, Langsung, distribusi
distribusi lebih luas lebih sempit
3. Pengaturan Jangka panjang Jangka pendek
4. Sekresi Hormon Neurotransmitter
5. Komunikasi Melalui sistem sirkulasi Antarneuron melalui
sinapsis

98
F. Strategi Pembelajaran
Model Pembelajaran : Learning Cycle 7E
Metode Pembelajaran : Pengerjaan LKS, diskusi dan tanya jawab
Pendekatan : Konstruktivisme
G. Media dan Sumber Pembelajaran
1. Buku Sains Biologi Kelas XI
- Diah Aryulina, dkk. 2007. Biologi 2 SMA dan MA untuk kelas XI. Esis:
Jakarta
- Irnaningtyas. 2014. Biologi untuk SMA dan MA Kelas XI Kelompok
Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Erlangga: Jakarta
2. Laptop
3. LCD/proyektor
4. LKS
5. Gambar tubuh manusia dan organ-organ penyusun sistem endokrin
H. Kegiatan Pembelajaran
a. Kegiatan Awal
Aktivitas pembelajaran Nilai Alokasi
Kegiatan
Guru Siswa Karakter Waktu
Motivasi  Menyampaikan  Mendengar- a. Religius 8 menit
tujuan kan penjelasan b. Disiplin
pembelajaran yang c.
 Memberikan disampaikan Responsif
kata mutiara oleh guru d. Mandiri
dengan tema: e. Inisiatif
positif thinking f. Rasa
Apersepsi  Mengarahkan  Merapikan ingin tahu
untuk duduk posisi tempat
sesuai dengan duduk sesuai
kelompoknya intruksi guru
 Membagikan  Menyimak
LKSkepada tiap penjelasan
siswa guru
 Memberikan mengenai
petunjuk pengisian
pengerjaan LKS
LKS  Menjawab
 Memberikan pertanyaan
pertanyaan yang
untuk mengulas ditanyakan
materi pada guru
pertemuan
sebelumnya

99
b. Kegiatan Inti
Tahap Aktivitas Pembelajaran Alokasi
Nilai
Learning Waktu
Guru Siswa Karakter
Cycle 7E
 Menampilkan  Memperhati- 5 menit
gambar-gambar kan apa yang
seputar sistem ditampilkan
saraf guru
(neuron/glia,  Menjawab
sinaps,neurotrans secara lisan
mitter, gerak pertanyaan
reflek dan gerak guru
a. Ingin
Tahap Elicite sadar)
tahu
(Menimbulkan/  Melakukan tanya
b. Disiplin
mendatangkan) jawab tentang
karakteristik
sistem saraf yang
sudah diketahui
siswa
 Menampilkan
gambar kelenjar-
kelenjar sistem
hormon
 Menampilkan  Memperhati- a.Tanggung 10
video tentang kan apa yang jawab menit
cara kerja ditampilkan b. Komuni-
Tahap hormon dan otak guru katif
Engange
 Melakukan tanya  Menjawab c.
(Keterlibatan)
jawab seputar secara lisan Responsif
video yang pertanyaan d. Inisiatif
ditampilkan guru
 Meminta masing- Menuliskan 5 menit
masing aspek-aspek
perwakilan yang menjadi
kelompok pusat perhatian a.
menuliskan tersebut di Responsif
Tahap Explore aspek-aspek yang papan tulis b. Disiplin
(Penyelidikan/ menjadi pusat c. Mandiri
penjajakan) perhatian baik d. Proaktif
dari video f. Kritis
maupun gambar g. Komuni-
yang sdah katif
ditampilkan
sebelumnya di
papan tulis

100
 Meminta siswa  menjelaskan 7 menit
menjelaskan hasil diskusi
kenapa kelompoknya
menjadikan itu terhadap
sebagai pusat gambar yang
pandangan ditampilkan a.
kelompoknya  Menyelidiki Responsif
Tahap Explain  Mengajak siswa pandangan/poi b. Komuni-
(Menjelaskan untuk n antar tiap katif
menyelidiki kelompok c. Kritis
pandangan/poin tersebut dan
antar tiap mencari
kelompok persamaannya
tersebut dan
mencari
perbedaannya
 Melakukan tanya  Menjawab a.Tanggung 30
jawab kepada secara lisan jawab menit
siswa tentang pertanyaan b. Terbuka
karakteristik guru c. Bekerja
Tahap
kelenjar-kelenjar  Mendiskusi- sama
Elaborate
penyusun sistem kan jawaban d. Kritis
(mengaitkan)
hormon pada LKS
 Mengisi LKS yang sudah
yang sudah disediakan
disiapkan
Meminta siswa  Mempresenta a. Kritis 8 menit
mempresentasikan -sikan hasil b. Terbuka
Tahap
hasil diskusinya diskusi c. Disiplin
Evaluate
berdasarkan LKS kelompoknya e.
(Menilai)
yang sudah Tanggung
didiskusikan jawab
Menjelaskan dan Menyimak a. Disiplin 10
meluruskan penjelasan b. Mandiri menit
Tahap Extend
pemahaman lebih guru
(Memperluas)
lanjut terkait
sistem endokrin

c. Kegiatan Akhir
Kegiatan Aktivitas Pembelajaran Nilai Alokasi
Guru Siswa Karakter Waktu
Refleksi Menanyakan dan Bertanya jika a. Disiplin 7 menit
menjelaskan ada yang belum b. Kritis
kepada siswa dimengerti c. Proaktif
tentang materi

101
yang belum
dimengerti
Konfirmasi Menunjuk Siswa yang a. Mandiri
dan evaluasi perwakilan siswa ditunjuk b.
untuk menjawab menjawab Tanggung
pertanyaan sesuai pertanyaan guru jawab
dengan indikator c.
ketercapaian Responsif

I. Penilaian Hasil Belajar


a. Bentuk Instrumen : LKS
b. Rubrik Penilaian (Terlampir)

Depok, 11 Mei 2015


Guru Mata Pelajaran Peneliti

Abdul Fatah, M.Pd. Zahidah Farhati

102
RUBRIK PENILAIAN HASIL BELAJAR

Indikator Soal Jawaban


Menganalisis Bagaimanakah Karakteristik kelenjar endokrin
karakteristik karakteristik 1. Merupakan kelenjar buntu
kelenjar sistem 2. Umumnya mensekresi lebih dari satu hormon
endokrin endokrin? 3. Memiliki sejumlah sel sekretori yang
dikelilingi pembuluh darah dan ditopang oleh
jaringan ikat
4. Masa aktivitas kelenjar endokrin dalam
menghasilkan hormon berbeda-beda
5. Sekresi hormone dapat distimulasi/dihambat
oleh kadar hormon lainnya

Menyimpulkan Apa saja No Aspek Sistem Sistem Saraf


perbedaan perbedaan antara Pembeda Hormon
antara sistem sistem saraf 1. Aksi Lambat Cepat atau
saraf dengan dengan sistem segera
sistem endokrin endokrin?
2. Respons Tidak Langsung,
langsung, distribusi lebih
distribusi sempit
lebih luas
3. Pengaturan Jangka Jangka pendek
panjang
4. Sekresi Hormon Neurotrans-
mitter
5. Komunikasi Melalui Antar neuron
sistem melalui
sirkulasi sinapsis

103
RUBRIK INSTRUMEN BERPIKIR KRITIS (LKS)
Pertemuan : 1
Sub
Aspek Indikator
N Aspek Kriteria
Berpikir Berpikir Soal Jawaban
o Berpikir Penilaian
Kritis Kritis
Kritis
1. Memberi- Bertanya Mengapa Berdasarkan artikel 1, mengapa Hormon dikatakan sebagai pengatur a. Benar dan
kan dan hormon dikatakan sebagai pengatur fisiologis suatu organ / sistem organ karena lengkap
penjelasa menjawab fisiologis terhadap kelangsungan kerja hormon memperngaruhi fungsi organ menjawab
n pertanya- hidup suatu organ atau suatu sistem tersebut secara keseluruhan. Antar satu skor 3
sederhana an organ? sama lain sistem organ saling berhubungan b. Benar tapi
tentang dan mempengaruhi, terutama sistem saraf kurang
suatu dan sistem hormon lengkap
penjela- skor 2
san dan c. Mengerja-
tantangan kan tapi
kurang
tepat skor 1
d. Tidak
menjawab
skor 0
2. Memberi- Bertanya Apa intinya Berdasarkan artikel nomer 2, apa Poin pembahasan pada artikel 2 adalah: a. Benar dan
kan dan saja poin pembahasannya? Jelaskan b. Cara kerja sitem saraf (melalui jaringan lengkap
penjelasa menjawab secara singkat! neuron dan glia yang terbagi menjadi 3 menjawab
n pertanya- fungsi: neuron sensorik, neuron motoric skor 3
sederhana an dan intermediet) b. Benar tapi
tentang c. Neuron mengeluarkan sinyal kurang
suatu elektrokimia yaitu neurotransmitter untuk lengkap
penjela- membantu jalannya impuls dari satu skor 2
san dan neuron ke neuron lain c.Mengerja-
tantangan d. Sifat-sifat neurotransmitter (molekul kan tapi
organic kecil yang mengandung nitrogen, kurang
dapat memicu respon yang berpeda pada tepat skor

104
sel pasca simpatik, berikatan dengan 1
reseptor yang berpengaruh langsung pada d. Tidak
protein dan ion, mengubah permeabilitas menjawab
memban sel pascasinaptik) skor 0
e. Komunikasi antar neuron pada sistem
saraf berlangsung sangat cepat (beberapa
milidetik)
f. Macam-macam jenis neurotransmitter
3. Memberi- Bertanya Perbedaan Berdasarkan artikel 1 dan 2, apa Artikel 1 a. Benar dan
kan dan apa yang sajakah yang menjadi perbedaannya? Membahas tentang sistem endokrin lengkap
penjelasa menjawab menyebab- Mengapa? (hormon), yaitu membahas tentang sifat- menjawab
n pertanya- kan sifat hormon (mengatur fisiologis skor 3
sederhana an organ/sistem organ), dibutuhkan dalam b. Benar tapi
tentang jumlah yang cukup, karakteristik hormon kurang
suatu (merupakan zat kimia organic), hormon lengkap
penjela- dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang skor 2
san dan distribusinya melalui peredaran darah ke c.Mengerjak
tantangan organ target dan melakukan kegiatan an tapi
spesifik yang pada umumnya sebagai kurang
pengatur proses metabolisme tepat skor
Artikel 2 1
Membahas tentang sistem saraf, yaitu d. Tidak
membahas tentang cara kerja, menjawab
neurotransmitter sebagai sekresi yang skor 0
membantu kerja sistem saraf, sifat-sifat
neuro transmitter, komunikasi antarneuron
yang dilakukan sistem saraf sangat cepat,
macam-macam neurotransmitter.
4. Memba- Memper- Kemampuan Perhatikan pernyataan dibawah ini! Jawaban a dan c tepat. Jawaban b kurang a. Benar dan
ngun timbang- memberikan a. Sistem saraf dan hormon tepat. Sistem saraf juga bekera dengan lengkap
keteram- kan alasan merupakan dua pengatur utama spesifik, langsung pada organ tertentu. menjawab
pilan kredibil- dalam tubuh untuk menjaga skor 3
dasar itas suatu homeostasis. Sistem saraf b. Benar tapi
sumber bertindak sebagai penghantar kurang
rangsang yang diterima oleh lengkap
sistem indera dan bertindak skor 2

105
sebagai pengatur kerja hormon c.
yang dikeluarkan oleh tubuh. Mengerja
b. Berbeda dengan sistem saraf, kan tapi
hormon bekerja dengan spesifik. kurang
Sel target atau organ target yang tepat skor
akan dituju harus dilengkapi 1
dengan sebuah reseptor yang d. Tidak
dikenal oleh hormon, jika tidak menjawa
dikenali, hormon tidak akan b skor 0
bereaksi. Beberapa bagian dalam
tubuh tempat diproduksinya
hormon disebut kelenjar
endokrin.
c. Hormon bekerja atas perintah
dari sistem saraf. Sistem saraf
yang mengontrol hormon
bertindak pada dua jalur utama,
yaitu hipotalamus dan sistem
saraf otonom (simpatik dan
parasimpatik)
Menurut ketiga pernyataan tersebut
tentang sistem saraf dan sistem
hormon, manakah penyataan yang
tepat dan manakah yang tidak tepat?
Mengapa?
5. Memba- Mengob- Mencatat hal- Dari artikel 1 diatas dan pernyataan a. Benar dan
ngun servasi hal yang soal diatas, tentukanlah isi kolom lengkap
Karateristik sistem
keteram- dan diinginkan tabel karakteristik sistem endokrin menjawab
endokrin
pilan memper- dibawah ini! skor 5
dasar timbang- Karakteristik Kelenjar buntu, karena b.Karakteris-
Karateristik sistem endokrin kelenjarnya? tidak memiliki saluran
kan hasil tik benar
observasi dan mensekresikan namun
Karakteristik hormon langsung ke
penjelasan
dalam plasma sel-sel
kelenjarnya? salah skor
Diedarkan melalui? Diedaran oleh sel
Diedarkan plasma darah ke sel antara 2
target/penerima atau 1
melalui?

106
Cara kerja Cara kerja secara? Spesifik.Cara kerjanya c. Tidak
secara? khusus untuk organ menjawab
tertentu, namun skor 0
Menghasilkan? berdampak untuk
jangka panjang
Menghasilkan Hormon

6. Kesimpu- Membuat Membuat Kelenjar endokrin berasal dari a. Benar dan


lan induksi generalisasi sel-sel epitel yang melakukan Kelenjar endokrin tidak mempunyai saluran lengkap
dan proliferasi ke arah tenunan untuk menyalurkan zat-zat yang dihasilkan menjawab
memperti pengikat. Sel-sel epitel yang telah ke permukaan. Zat-zat yang dihasilkan skor 3
mbang- berproliferasi ini akhirnya di dalam disekresikan langsung ke dalam pembuluh b. Benar tapi
kan diferensiasinya akan membentuk darah Oleh karena itu disebut sebagai kurang
induksi sebuah kelenjar endokrin. Hubungan kelenjar buntu. lengkap
antara sel-sel epitel yang skor 2
berproliferasi ke dalam tenunan c.
pengikat ini akan kehilangan Mengerja
hubungannya dengan sel-sel epitel kan tapi
dari mana mereka berasal. Akibat kurang
hilangnya hubungan ini, maka tepat skor
kelenjar endokrin tidak mempunyai 1
saluran untuk menyalurkan zat-zat d. Tidak
yang dihasilkan ke permukaan. menjawa
Sebagai kompensasi tidak b skor 0
terbentuknya saluran, maka
disekitar kelenjar endokrin tumbuh
dan berkembang pembuluh-
pembuluh kapiler. Ke dalam
pembuluh-pembuluh kapiler ini zat-
zat yang dihasilkan kelenjar
endokrin dialirkan. Zat-zat yang
dihasilkan disekresikan langsung ke
dalam pembuluh darah yang
melewati sel-sel kelenjar endokrin
itu sendiri.-
Buatlah kesimpulan dari paragraf

107
diatas!

7. Kesimpu- Membuat Interpretasi Perhatikan gambar dibawah ini! a. Yang ditunjuk oleh X adalah aliran darah a. Benar dan
lan deduksi pertanyaan atau dalam hal ini ialah sistem peredaran lengkap
dan darah. Karena hormon yang dihasilkan menjawab
memper- oleh kelenjar endokrin didistribusikan skor
timbang- melalui plasma darah untuk maksimal
kan hasil mencari sel target/penerima 4 (tiap @
deduksi x b. Contohnya (jawaban bersifat relative) . 2)
Kelenjar adrenal yang ada di ginjal b. Tidak
a. Menurutmu, apakah yang di mensekresikan hormon adrenalin jika menjawab
tandai X? Jelaskan secara mendapat rangsangan yang skor 0
singkat! membahayakan. Maka, hormon adrenalin
b. Jelaskanlah mekanisme kera itu akan terdistribusi ke sel kulit (sehingga
sistem endokrin diatas dengan menjadi pucat), ke sel otot ( sehingga
langsung pada contoh salah satu mampu berlali lebih cepat daripada
biasanya), dll
kelenjar endokrinnya!
8. Kesimpu- Membuat Penerapan Hormon bekerja atas perintah dari Sistem endokrin berinteraksi dengan sistem a. Benar dan
lan dan prinsip- sistem saraf. Sistem yang mengatur saraf berfungsi untuk mengatur aktivitas lengkap
memper- prinsip kerjasama antara saraf dan hormon tubuh seperti metabolism, homeostasis menjawab
timbang- terdapat pada daerah hipotalamus. (keseimbangan tubuh), pertumbuhan, skor 3
kan nilai Daerah hipotalamus sering disebut perkembangan seksual dan siklus reproduksi, b. Benar tapi
daerah kendali saraf endokrin siklus tidur, dan siklus nutrisi. Misalkan kurang
(neuroendocrine control). Di bagian ketika menghadapi situasi yang lengkap
dasar hipotalamus otak, terdapat menegangkan. Sistem saraf menerjemahkan skor 2
kelenjar hipofisis yang berbentuk rangsangan yang menegangkan tersebut dan c.Mengerja-
oval yang ukurannya hanya sebesar memerintahkan kelenjar hipofifsis untuk kan tapi
kacang dan memiliki berat 0,5 gram. mengeluarkan hormon endorphin untuk kurang
Inilah kelenjar yang disebut sebagai meresponnya. Selain itu merangsang tepat skor
master of gland, karena banyak kelenjar-kelenjar lain, seperti adrenalin dan 1
menghasilkan hormon-hormon dan pancreas untuk mengeluarkan hormon- d. Tidak
merangsang kerja kelenjar lainnya. hormonnya. Makanya, kenapa ketika sedang menjawab
menghadapi situasi yang menegangkan skor 0
Menurut anda,bagaimana contoh biasanya responnya hampir sama. Misalnya
hubungan antara sistem saraf dengan berkeringat dingin, pucat, perut
bergejolak/sakit perut, gemeteran, dan

108
sistem endokrin (dalam hal ini lainnya.
kelenjar hipofisis) dalam penerapan
di kehidupan sehari-hari?
9. Membuat Mendefin Mengklasifi- Antara sistem saraf dengan sistem a.Benar dan

Komunikasi
penjelaan isikan kasi dan hormon terdapat perbedaan. lengkap

Pengaturan
Aspek

Contoh
Respon
lebih lanjut istilah memberikan Klasifikasikanlah perbedaan diantara menjawab

sekresi
Aksi
contoh keduanya! skor 3
Sistem cepat Lang- Jangka neurotra antarn Respon
Saraf sung pendek nsmitter euron ketika b. Benar tapi

Komunikasi
Pengaturan
tangan kurang

Respon

Sekresi
tertusuk
lengkap

Aspek
duri

Aksi
Sistem lambat Tidak Jangka hormon Sistem Respon skor 2
Sistem
Endokri lang- panjang sirkula ketika c.
n sung si bayi yang
Saraf baru lahir Mengerja
kekurang kan tapi
an kurang
Sistem
yodium
Endokrin akan tepat skor
menyebab 1
kan
penyakit
d. Tidak
gondok menjawab
skor 0
10. Membuat Mengiden Alasan yang Pheromone (telehormone; a. Benar dan
Feromon adalah salah satu hormon yang
penjelasan -tifikasi tidak ectohormone) adalah juga lengkap
dihasilkan oleh neuron di hypothalamus.
lebih lanjut asumsi dinyatakan semacam hormon yang tidak skor 3
Karena secara histologis-morfologis neuron
disekresikan ke dalam pembuluh b. Benar
dari hipothalamus tidak sama dengan
darah, tetapi keluar tubuh species namun
kelenjar endokrin pada umumnya, maka
yang menghasilkan zat tersebut. kurang
hormon yang dihasilkan oleh neuron
Pheromon adalah suatu zat yang lengkap
hipothalamus ini diberi nama hormon
bersifat penarik perhatian dari skor 2
neuron (neurohormone atau
jenis seks yang berlawanan (sex c.Mengerja-
neurosecretion).Olehkarena itu, mekanisme
attractants). Hormon ini dihasilkan kan
kerjanya tidak sepenuhnya melalui
oleh hewan insect betina yang namun
pembuluh darah. dan karena itu pula
melalui mekanisme neurologis kurang
feromon bukanlah termasuk sistem
akan mempunyai daya tarik tepat skor
endokrin, kerena memiliki mekanisme kerja
terhadap dirinya oleh insect jantan. 1
dan disekresikannya bukan dari kelenjar
Berikan analisismu mengenai d. Tidak
endokrin
feromon yang termasuk hormona menjawab

109
padahal tidak diedarkan ke skor 0
peredaran darah!
11 Strategi Memutus Menyeleksi Kafein (1,3,7-trimetilxantin) Seperti yang dijelaskan pada teks nya, a. Benar dan
dan taktik kan suatu kriteria untuk merupakan senyawa alkaloid pahit bahwa kafein mempunyai masa absorpsi lengkap
tindakan membuat yang biasanya ditemukan dalam teh, dalam sistem pencernaan sekitar 30-60 menjawab
solusi kopi, dan biji cokelat. Kafein menit. Sehingga kafein tidak berefek segera. skor 3
terutama berfungsi sebagai Namun, jika dilakukan secara terus b. Benar tapi
perangsang sistem saraf pusat, menerus, maka dampaknya akan terlihat kurang
jantung, dan pernapasan. Pada nantinya. Berdasarkan penelitian, orang lengkap
metabolisme tubuh, kafein akan yang sering mengkonsumsi kafein, lebih skor 2
diabsorbsi dengan sempurna dalam berpotensi terkena penyakit jantung. c.Mengerja-
sistem pencernaan dalam waktu 30- Solusinya, mengatur jumlah konsumsi kan tapi
60 menit. Dengan demikian, kafein kafein yang masuk kedalam tubuh. kurang
tidak berefek segera. Pada otak Misalnya jika sudah minum kopi hari ini, tepat skor
kafein akan menghalangi reseptor tidak mengkonsumsi coklat atau teh 1
adenosin. Reseptor adenosin ini jika nantinya. Atau konsumsi kafein tidak d. Tidak
terikat pada reseptor sel saraf akan dilakukan setiap hari. Selain itu makanan menjawab
menurunkan aktivitas sel saraf. yang bergizi dan pola hidup yang sehat skor 0
Akibat kemiripan struktur molekul perlu dijaga.
kafein dengan struktur adenosin,
kafein dapat terikat pada reseptor
tetapi tidak memberi efek penurunan
aktivitas sel saraf. Saraf yang
bekerja secara terus menerus akan
menyebabkan pelepasan hormon
epinefrin. Jika hal tersebut terjadi
maka akan mengakibatkan beberapa
efek, seperti denyut jantung lebih
tinggi, tekanan darah meningkat,
aliran darah ke otot meningkat,
aliran darah ke kulit dan organ
dalam menurun, dan pelepasan
glukosa oleh hati yang meningkat.

Bagaimanakah jika kafein yang


dikonsumsi dalam jumlah sedikit,

110
misalnya tiap hari satu cangkir
kecil,apakah masih berdampak
seperti yang dijelaskan diatas?
Bagaimanakah solusinya untuk para
penikmat kopi, teh dan coklat?

111
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN

No. Tahapan Pertanyaan Jawaban


Learning
Cycle 7E
1. Apa yang kalian ketahui tentang Sistem organ yang paling rumit. Tersusun atas
Tahap Elicite sistem saraf? Organ apa saja yang neuron, glia dan sinapsis. Bagian-bagian
(Menimbulkan/ terlibat dalam penghantaran neuron: badan sel, dendrit dan akson
mendatangkan) impuls? Secara fungsinya, terbagi menjadi dua, sistem
saraf tepi dan sistem saraf pusat
Apa saja perbedaan gerak reflex Gerak sadar (disengaja/disadari)
dengan gerak sadar? Impuls reseptor/inderasaraf sensorik
otak saraf motoric efektor/otot
- jalur panjang, melalui otak
- jadi relative lebih lama
- Co: mengambil pensil saat akan menulis,
berjalan menuju kantin ketika bel istirahat
berbunyi
Gerak releks (tanpa sadar/disengaja)
Impuls reseptor/inderasaraf sensoris
STB saraf motoric efektor/otot
- Jalur cepat, tanpa melalui otak
- Relative cepat
- Co: menutup kelopak mata ketika benda
asing masuk ke mata, gerakan tangan ketika
memegang benda yang panas
Bagaimanakah mekanisme o Penghantaran impuls melaluimembrane
penghantaran impuls itu? plasma disepanjang akson melalui pintu
gerbang/ pompa Na2+ dan K+ . Konsentrasi K+
di dalam sel tetap tinggi dan Na2+ tetap
rendah. Ada 3 fase,
- Fase istirahat: neuron tidak menghantarkan
impuls, pompa Na2+ dan K + tertutup.
Keadaan di luar membran (+) di dalam (-)
- Fase depolarisasi : adanya rangsangan,
pompa Na2+ terbuka ion Na2+ masuk
perubahan muatan listrik (luar (-) dalam (+)
- Fase repolarisasi: saluran Na2+ tertutup dan
tidak aktif. Pompa K+ terbuka sehingga ion
K+ keluar dan menyebabkan bagian dalam
membran menjadi (-). Semakin lama pompa
K+ menutup, membrane menjadi lebih (-)
hingga kembali ke tahap istirahat
Lalu, bagaimana cara kerja sistem Cara kerja sistem saraf sangat cepat. Bahkan
saraf? Apakah berlangsung berdasarkan penelitian, kecepatan kerja otak
lambat, cepat atau sangat cepat? memperkirakan bahwa neuron dapat api sekitar
sekali setiap 5 milidetik , atau sekitar 200 kali
per detik .

112
Ada yang tau apa itu sinaps? Dan Sinapsis : hubungan antara neuron yang satu
apa yang membantu proses dengan neuron yang lain ; titik temu antara
terhantarnya impuls dari satu ujung akson dari neuron satu dengan dendrit
sinapsis ke sinapsis lainnya?
dari neuron lainnya ; atau hubungan ke otot dan
kelenjar. Struktur sinapsis: prasinapsis, celah
sinapsis, pascasinapsis
Pada celah sinapsis tersebut terdapat
neurotransmitter yang berperan memngirimkan
impuls, atau proses ini disebut transmisi
sinapsis. Neurotransmitter mempunyai sifat-
sifat:
- Eksitasi : meningkatkan impuls.
ex: asetilkolin dan norefinefrin
- Inhibisi : menghambat impuls. Ex: GABA
(gamma aminobutyric acid) pada jaringan
otak dan glisin pada medulla spinalis
Kelenjar apa saja yang menyusun - Kelenjar hipofisis (pituitary) : di bagian dasar
sistem endokrin? hipofisis otak, sebesar kacang, berat 0,5 gram,
bentuk oval
- Kelenjar tiroid (kelenjar gondok) : terdiri atas
folikel-folikel dalam 2 lobus lateral terletak
dibawah laring
- Kelenjar paratiroid (kelenjar anak gondok) :
terdiri atas 4 organ kecil berukuran sebesar
biji apel, terletak di permukaan belakang
tiroid
- Kelenjar timus : terdiri dari 2 lobus berwarna
kemerah-merahan, terletak di bagian
posterior toraks diatas jantung
- Kelenjar adrenal (kelenjar anak ginjal) :
terletak di atas ginjal, berwarna kuning dan
tertanam pada jaringan adiposa
- Kelenjar pancreas : berbentuk pipih, terletak
dibagian belakang bawah lambung
- Kelenjar kelamin (ovarium dan testis)
2. Dari dua video berikut (tentang Yang menjadi pusat perhatian artikel 1
sistem saraf dan endokrin), aspek- membahas secara umum tentang karakteristik
aspek apa saja yang menjadi pusat hormon:
perhatian?
- Hasil sekresi dari kelenjar-kelenjar pada
Tahap Engange sistem endokrin
(Keterlibatan)
- Cara kerjanya secara tidak langsung melalui
pembuluh darah dan mencari sel targetnya di
seluruh tubuh
- Akibatnya,pengaruh (respon)nya muncul

113
relatif lebih lama namun lebih permanen
(jangka panjang) efeknya
Yang menjadi pusat perhatian artikel 2
Membahas secara umum tentang
- Mekanisme kerja sistem saraf (pembagian
tugas: neuron sensorik, motoric dan
interneuron)
- Sifat-sifat neurotransmitter (merupakan
molekul orgnanik kecil yang mengandung
nitrogen, perbedaan neurotransmitter memicu
respon yang berbeda, waktu komunikasi
antarsinapsis yang sangat cepat, macam-
macam contoh neurotransmitter)
3. Tahap Explore Bisakah perwakilan kelompok ---
(Penyelidikan/ menuliskan dipapan tulis hasil
penjajakan) diskusinya?
4. Mengapa kelompok anda ---
Tahap Explain
menjadikan hal tersebut sebagai
(Menjelaskan)
aspek perhatiannya?
Coba kita amati jawaban masing- Sama-sama membahas sekresi yang membantu
masing kelompok! Adakah kerja sistem saraf (yaitu neurotransmitter) dan
persamaannya? sistem endokrin (yaitu hormon)
5. Apa saja karakteristik yang Aspek pembeda
membedakan antara sistem saraf - Aksi : lambat/cepat
dengan sistem endokrin? - Respon : tidak langsung krn distribusi lebih
Tahap luas/langsung krn distribusi lebih sempit
Elaborate - Pengaturan : jangka panjang/jangka pendek
(mengaitkan) - Sekresi : hormon/neurotransmitter
- Komunikasi : sistem sirkulasi/antarneuron
melalui sinapsis

6. Apa ada jawaban yang berbeda ---


Tahap Evaluate dari yang sudah kelompok ini
(Menilai) sampaikan tentang hasil diskusi
mereka? Mengapa ?
7. Tahap Extend - ---
(Memperluas)

114
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Kelas Eksperimen

Mata Pelajaran : Biologi


Kelas / Semester : XI (Sebelas )/ 2
Pertemuan : 2
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

A. Standar Kompetensi
Memahami hakekat Biologi sebagai ilmu dan menjelaskan struktur dan
fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin
terjadi serta implikasinya pada Salingtemas

B. Kompetensi Dasar
3.6 Menjelaskan keterkaitan struktur, fungsi, dan proses serta
kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem regulasi manusia (saraf,
endokrin, dan penginderaan)

C. Indikator
1. Menganalisis letak kelenjar endokrin dan sekresinya
2. Menghubungkan penyebab terjadinya gangguan yang terjadi pada sistem
endokrin

D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu menganalisis letak kelenjar endokrin dan sekresinya
2. Siswa mampu menghubungkan penyebab terjadinya gangguan yang terjadi
pada sistem endokrin

E. Materi Ajar
Kelenjar endokrin dan sekresi hormon
1. Hipofisis (pituitary)
- Hipofisis lobus anterior : GH, TSH, ACTH, gonadotropin
- Hipofisis lobus intermedia : Endorphin, MSH
- Hipofisis lobus posterior : ADH, oksitosin
2. Tiroid : Tiroksin
3. Paratiroid : Parathormon (PTH)
4. Adrenal : Adrenalin, noradrenalin
5. Pancreas : Glukagon, insulin, somatostatin, polipeptida pankreas
6. Timus : Timosin
7. Gonad
- Ovarium : Estrogen, progesteron
- Testis : Testosteron

115
F. Strategi Pembelajaran
Model Pembelajaran : Learning Cycle 7E
Metode Pembelajaran : Pengerjaan LKS, diskusi dan tanya jawab
Pendekatan : Kontruktivisme

G. Media dan Sumber Pembelajaran


1. Buku Sains Biologi Kelas XI
- Diah Aryulina, dkk. 2007. Biologi 2 SMA dan MA untuk kelas XI.
Esis: Jakarta
- Irnaningtyas. 2014. Biologi untuk SMA dan MA Kelas XI Kelompok
Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Erlangga: Jakarta
1. Laptop
2. LCD/proyektor
3. LKS
4. Gambar tubuh manusia dan organ-organ penyusun sistem endokrin

H. Kegiatan Pembelajaran
a. Kegiatan Awal
Aktivitas Pembelajaran Nilai Alokasi
Kegiatan
Guru Siswa Karakter Waktu
Motivasi  Menyampai-  Mendengar- a. Religius 8 menit
kan tujuan kan penjelasan b. Disiplin
pembelajaran yang c. Respon-
 Memberikan disampaikan sif
kata mutiara oleh guru d. Mandiri
dengan tema: e. Inisiatif
ilmu f. Rasa
Apersepsi  Mengarahkan  Merapikan ingin
untuk duduk posisi tempat tahu
sesuai dengan duduk sesuai
kelompoknya intruksi guru
 Membagikan  Menyimak
LKS kepada penjelasan
masing- guru
masing siswa mengenai
 Memberikan pengisian
petunjuk LKS
pengerjaan  Berinisiatif
LKS untuk
 Meminta pada memaparkan
satu orang inti pelajaran
siswa untuk pada
memaparkan pertemuan
inti pelajaran sebelumnya
tentang materi
sistem saraf

116
b. Kegiatan Inti
Tahap Aktivitas Pembelajaran Alokasi
Nilai
Learning Waktu
Guru Siswa Karakter
Cycle 7E
 Menampilkan  Memperhati- 7 menit
dua gambar kan apa yang
kasus yang ditampilkan
dipengaruhi guru
oleh sistem  Menjawab
hormon, yaitu secara lisan a. Rasa
Tahap Elicite
orang kerdil pertanyaan ingin tahu
(Menimbulkan/
dan penyakit guru b. Disiplin
mendatangkan)
gondongan.
 Melakukan
tanya jawab
dengan siswa
tentang kasus
tersebut
 Menampilkan  Memperhati- 8 menit
2 artikel terkait kan apa yang
kasus orang ditampilkan a. Tang-
kerdil dan guru gung
penyakit  Menjawab jawab
Tahap
gondongan secara lisan b. Komuni-
Engange
tersebut pertanyaan katif
(Keterlibatan)
 Melakukan guru c. Responsif
tanya jawab d. Inisiatif
seputar artikel
yang
ditampilkan
 Menampilkan  Memperhati- 10 menit
gambar kan apa yang
kelenjar ditampilkan
hipofisis dan guru
kelenjar tiroid  Menjawab
 Meminta siswa secara lisan a. Responsif
Tahap Explore menghubung- pertanyaan b. Disiplin
(Penyelidikan/ kan antara guru c. Mandiri
penjajakan) kelenjar-  Menempelkan d. Proaktif
kelenjar organ-organ e. Kritis
tersebut penyusun
dengan 2 kasus pada sistem
yang diangkat endokrin,
sebelumnya hormon
 Menampilkan sekresi dan

117
gambar sistem fungsinya
endokrin pada media
secara yang
keseluruhan disiapkan guru
 Meminta siswa
menghubung-
kan antara
organ-organ
penyusun pada
sistem
endokrin
dengan hormon
sekresinya
Meminta Menjelaskan a. Tanggung 10 menit
perwakilan siswa tentang jawab
untuk hubungan b. Disiplin
menjelaskan antara organ- c. Terbuka
kegiatan organ penyusun d. Proaktif
Tahap Explain
menghubungan pada sistem e. Komuni-
(Menjelaskan)
antara organ- endokrin katif
organ penyusun dengan hormon
pada sistem sekresinya
endokrin dengan
hormon
sekresinya
 Melakukan  Menjawab a. Tanggung 20 menit
tanya jawab secara lisan jawab
kepada siswa pertanyaan b. Terbuka
untuk guru c. Bekerja
menghubung-  Mendiskusi- sama
kan antara kan jawaban d. Kritis
organ-organ pada LKS
penyusun pada yang sudah
tahap
sistem disediakan
Elaborate
endokrin,
(mengaitkan)
hormon sekresi
dan
peranannya
 Memerintah-
kan siswa
untuk
menjawab LKS
yang disiapkan
Tahap Meminta siswa Mempresentasi a. Kritis 10 menit
Evaluate mempresentasi- kan hasil b. Terbuka
(Menilai) kan hasil diskusi c. Disiplin

118
diskusinya mulai kelompoknya d. Tanggung
dari kasus yang jawab
diangkat, hingga
hubungan antara
sekresi, kelenjar
dan peranannya,
pada sistem
endokrin
Menjelaskan dan Menyimak a. Disiplin
meluruskan penjelasan guru b. Mandiri
Tahap Extend pemahaman
(Memperluas) lebih lanjut
terkait sistem
endokrin

c. Kegiatan Akhir
Kegiatan Aktivitas pembelajaran Nilai Alokasi
Guru Siswa Karakter Waktu
Refleksi Menanyakan dan Bertanya jika a. Disiplin 7 menit
menjelaskan ada yang belum b. Kritis
kepada siswa dimengerti c. Proaktif
tentang materi
yang belum
dimengerti
Konfirmasi Menunjuk Siswa yang a. Mandiri
dan evaluasi perwakilan siswa ditunjuk b. Tanggung
untuk menjawab menjawab jawab
pertanyaan guru pertanyaan guru c. Responsif
untuk mengukur
ketercapaian
indikator
pembelajaran

I. Penilaian Hasil Belajar


a. Bentuk Instrumen : LKS
b. Rubrik Penilaian (Terlampir)

Depok, 14 Mei 2015


Guru Mata Pelajaran Peneliti

Abdul Fatah, M.Pd. Zahidah Farhati

119
RUBRIK PENILAIAN HASIL BELAJAR

Indikator Pertanyaan Jawaban


Menganalisis Dimana Kelenjar Letak Sekresi
letak kelenjar sajakah letak Hipofisis di bagian dasar GH, TSH, ACTH,
endokrin, sekresi kelenjar- (pituitary) hipofisis otak gonadotropin,
dan peranannya kelenjar Endorphin, MSH ,
endokrin? ADH, oksitosin
Sebutkan pula Tiroid dibawah laring Tiroksin
Paratiroid di permukaan Parathormon
sekresi hormon
belakang tiroid (PTH)
dan
Timus di bagian Timosin
peranannya! posterior toraks
diatas jantung
Adrenal di atas ginjalAdrenalin,
noradrenalin
Pancreas dibagian Glukagon, insulin,
belakang somatostatin,
bawah lambung polipeptida
pankreas
Gonad Ovarium dan Estrogen,
testis progesterone,
Testosteron

Menghubungkan Jelaskan peranan Kelenjar Peran Gangguan


penyebab hormon-hormon Hipofisis Pertumbuhan Hiposekresi:
terjadinya yang dihasilkan (pituitary) dan drwarfisme
gangguan yang kelenjar perkembangan Hipersekresi:
terjadi pada tersebut! Dan sel-sel tubuh, gigantisme
sistem endokrin apa yang terjadi merangsang
bila terjadi produksi dll
gangguan pada kelenjar
sekresi lainnya, dll
hormonnya Tiroid Meningkatkan Hiposekresi:
laju penurunan
metabolism sel, metabolism,
stimulasi konstipasi, mental
konsumsi lambat, dll
oksigen, dll Hipersekresi:
peningkatan
metabolism, diare,
penyakit grave,
dll
Paratiroid Mengendalikan Hiposekresi:
keseimbangan penurunan kadar

120
kalsium dan kalsium dalam
fosfat darah, tetanus,
peningkatan
iritabilitas sistem
neuromuscular
Timus Pengendalian Penurunan imun
sistem imun
Adrenal Meningkatkan Hiposekresi:
frekuensi penyakit Addison
jantung, Hipersekresi:
metabolism, peningkatan
mengatur tekanan darah,
keseimbangan sindrom
air, dll adrogenital
(pubertas dini), dll
Pancreas Mengatur Hiposekresi:
keseimbangan diabetes mellitus
kadar glukosa
dalam darah
Gonad Mengatur Gangguan pada
pematangan pematangan gonad
gonad (ovum
dan sperma)

121
RUBRIK INSTRUMEN BERPIKIR KRITIS (LKS)
Pertemuan : 2

N Aspek Sub Aspek Indikator Soal Jawaban Kriteria


O Berpikir Berpikir Berpikir Penilaian
Kritis Kritis Kritis
1. Memberikan Memfokus- Mengiden- Kemukakan penjelasan anda mengenai Orang yang mengalami dwarfisme a. Benar dan
penjelasan kan tifikasi atau dwarfisme (orang kerdil) dapat disebabkan oleh kurangnya hormon lengkap
sederhana pertanyaan merumus- mengalami gangguan pada pergerakan pertumbuhan (GH). Dan hormon menjawab skor 3
kan kriteria namun tidak mempengaruhi pertumbuhan ini akan mempengaruhi b. Benar tapi
untk kemampuan intelektual! bentuk fisik tubuh saja (baik kurang lengkap
memper- proporsional atau tidak proporsional) skor 2
timbang- sedangkan intelektual nya masih sama c. Mengerjakan
kan seperti umumnya. Gangguan-gangguan tapi kurang
jawaban yang disebabkan oleh defisiensi tepat skor 1
yang hormon tidak menyerang sistem saraf d. Tidak
mungkin secara langsung, tapi melalui sel-sel menjawab skor
disekitarnya. 0
2. Memberikan Menganali- Mengiden- Buatlah analisis mengenai kekurangan Kelenjar gondok menghasilkan a. Benar dan
penjelasan sis argumen tifikasi yodium pada bayi dapat menyebabkan hormon tiroksin yang terbuat dari asam lengkap
sederhana alasan yang kematian! amino tirosin yang mengandung iodin. menjawab skor 3
dinyatakan Maka, jika kekurangan iodin pada b. Benar tapi
waktu yang lama, tiroksin akan kurang lengkap
membengkak. Yodium/iodium skor 2
merupakan mineral yang harus dimiliki c. Mengerjakan
oleh tubuh terutama saat bayi tapi kurang tepat
skor 1
d. Tidak
menjawab skor 0

122
3. Memberikan Bertanya dan Mengapa Berdasarkan soal nomer 1, apa saja Penyebab dwarfisme ialah karena a. Benar dan
penjelasan menjawab yang menyebabkan terjadinya gangguan pada hormon pertumbuhan lengkap
sederhana pertanyaan dwarfisme? Mengapa demikian? (GH) baik terjadi secara menjawab skor 3
tentang suatu bawaan/genetic atau secara b. Benar tapi
penjelasan lingkungan. Kalau secara genetic kurang lengkap
dan tantangan terjadinya sejak anak dilahirkan tidak skor 2
mengalami pertumbuhan. Sedangkan c. Mengerjakan
jika terjadinya disebabkan karena tapi kurang tepat
lingkungan baru muncul ketika sudah skor 1
kanak-kanak/menjelang pubertas. d. Tidak menjawab
skor 0
4. Memberikan Bertanya dan Perbedaan Berdasarkan kasus pada artikel 1 dan Persamaannya ialah keduanya a. Benar dan
penjelasan menjawab apa yang 2, apakah yang menjadi persamaan disebabkan oleh gangguan pada sistem lengkap
sederhana pertanyaan menyebab- dan perbedaannya? Jelaskan! endokrin/hormon. menjawab skor 3
tentang suatu kannya Perbedaannya, kelenjar dan b. Benar tapi
penjelasan hormonnya. Kalau dwarfisme (orang kurang lengkap
dan tantangan kerdil) disebabkan karena defisiensi skor 2
hormon pertumbuhan (GH) yang c. Mengerjakan
dikeluarkan oleh hormon hipofisis, tapi kurang tepat
sedangkan gondok disebabkan oleh skor 1
defisiensi hormon tiroksin yang d. Tidak menjawab
dikeluarkan oleh hormon tiroid skor 0
5. Membangun Mempertim- Kemam- Perhatikan pernyataan dibawah ini! Pernyataan a dan b tepat. Pernyataan c a. Benar dan
keterampilan bangkan puan a. Defisiensi yodium terjadi pada janin kurang tepat. Daerah sekitar pantai lengkap
dasar kredibilitas memberi merupakan dampak dari kekurangan merupakan daerah yang kaya akan menjawab skor 3
suatu sumber alasan yodium pada ibu. Keadaan ini iodium, karena dihasilkan langsung b. Benar tapi
berkaitan dengan meningkatnya dari air laut kurang lengkap
insidensi lahir mati, aborsi, cacat skor 2
lahir dan semua ini dapat dicegah c. Mengerjakan
melalui penanganan yang tepat tapi kurang tepat
b. Keberfungsian tiroid pada bayi baru skor 1
lahir terhubung dengan kenyataan d. Tidak menjawab
bahwa otak bayi baru lahir hanya skor 0
sepertiga ukuran normal orang
dewasa. Otak bayi akan terus
berkembang dengan cepat hingga

123
akhir tahun kedua kehidupannya.
Dan
hormon tiroid sangat bergantung
pada kecukupan asupan yodium
yang akan menjadi sangat penting
dalam perkembangan normal otak
c. Selain faktor defisiensi hormon
tiroid, penyakit gondok disebabkan
juga karena kurangnya konsumsi
yodium dalam tubuh. Kekurangan
yodium juga dapat disebabkan oleh
karena komponen tanah yang langka
sehingga dalam makanan hanya
terdapat jumlah yang sedikit. Hal ini
mungkin yang menjadi penyebab
jumlah penderita penyakit gondokan
ini lebih banyak di daerah pantai
Menurut ketiga sumber terkait tentang
akibat defisiensi yodium, manakah
pernyataan yang tepat dan tidak tepat
mengenai akibat defisinsi yodium?
Mengapa?
6. Membangun Mengobser- Ikut terlibat Perhatikan gambar dibawah ini! a. Kelenjar hipofisis yang berfungsi a. Benar dan
keterampilan vasi dan dalam untuk mensekresikan hormon lengkap
dasar mempertim- menyimpul pertumbuhan (GH). Ketika terjadi menjawab skor 3
bangkan hasil kan hiposekresi GH akan mengalami
b. Benar tapi
observasi dwarfisme, dan jika terjadi
kurang lengkap
hipersekresi akan mengalami
skor 2
gigantisme
c. Mengerjakan
b. Kelenjar tiroid yang berfungsi
tapi kurang tepat
menghasilkan hormon tiroksin. Jika
skor 1
orang dewasa mengalami
d. Tidak menjawab
Kelenjar apakah disamping? Apakah hiposekresi hormon tiroksin akan
skor 0
fungsinya? terjadi gondok, sedangkan jika pada
bayi bisa sampai meninggal

124
7. Membangun Mengobser- Mencatat Lengkapilah tabel dibawah ini dengan a. Benar dan
keterampilan vasi dan hal-hal jawaban yang tepat ! N Kelenjar Fungsi Peranan lengkap
dasar mempertimba yang o maksimal @
7 1 Hipofisis Sekresi GH, Master of
-ngkan hasil diinginkan skor 2
1 6 . TSH, ACTH, glands,
observasi FSH, LH, mempenga- b. Benar tidak
Endomorfin, ruhi kelenjar lengkap @ skor
2 8 5 MSH, ADH, lainnya 1
Oksitosin c. Tidak
2 Pancreas Sekresi Mengatur
. hormon kadar
menjawab skor
insulin, glukosa 0
3 4 glucagon, dalam darah
somatostatin
3 Testis Sekresi Membantu
. hormon pemasakan
N Kelenjar Fungsi Peranan Testosterone spermatozoa
o 4 Ovarium Sekresi Mempenga-
. hormon ruhi
1. Estrogen dan pemasakan
progesteron ovum
2.
5 Adrenal Sekresi Mempenga-
3. . hormon ruhi
adrenalin, frekuensi
4. noradrenalin, tekanan
aldosterone, jantung,
glukokortikoid, konsumsi
5. gonadokorti- oksigen, dll
koid
6. 6 Tiroid Sekresi Meningkat-
. hormon kan laju
7. tiroksin metabolism
sel,
8. menstimulasi
konsumsi
oksigen,
pertumbuhan
dan
perkemba-
ngan tulang,
gigi, jaringan
ikat dan saraf

125
7 Paratiroid Sekresi Mengendali-
. hormon kan
parathormon keseimba-
(PTH) ngan kalsium
dan fosfat
dalam tubuh
8 Timus Sekresi Sistem imun
. hormon
timosin
8. Kesimpulan Membuat Membuat Perhatikan pernyataan dibawah ini: a. Benar dan
induksi dan generalisasi a. Gejala mulai tampak sejak bayi Penyakit dwarfisme itu disebabkan lengkap
mempertim- hingga puncaknya pada dewasa, kekurangan hormon pertumbuhan yang menjawab skor 3
bangkan jadi dari kecil postur tubuhnya congenital (bawaan) sejak lahir dan b. Benar tapi
induksi selalu lebih kecil dari anak yang kekurangan hormon pertumbuhan yang kurang lengkap
lain. didapat dalam pertumbuhan skor 2
b. Gejala baru muncul pada selanjutnya. c. Mengerjakan
penghujung masa kanak-kanak atau tapi kurang tepat
pada masa pubertas, jadi saat kecil skor 1
sama dengan yang lain, namun d. Tidak menjawab
kemudian tampak terhentinya skor 0
pertumbuhan sehingga menjadi
lebih pendek dari yang lain.
Kadang juga disertai gejala-gejala
lain akibat kurangnya hormon-
hormon lain yang juga diproduksi
hipofisis.
Buatlah generalisasi dari pernyataan
diatas!
9. Startegi dan Memutus- Menyeleksi Hormon pertumbuhan (GH) yang Kriteria dalam pemanfaatan teknologi a. Benar dan
taktik kan suatu kriteria dihasilkan dengan teknologi DNS GH secara buatan jika defisiensi/ lengkap
tindakan untuk telah membantu ratusan anak yang kekurangan hormon GH nya bukan menjawab skor 3
membuat menderita kekerdilan pituitary untuk disebabkan oleh genetic, atau secara
b. Benar tapi
solusi tumbuh secara normal dan mencapai keturunan tidak mempunyai kelainan
tinggi badan di dalam kisaran normal. GH. Dalam hal ini berarti dengan kurang lengkap
Sekarang saat hormon itu begitu merangsang hormon GH yang berasal skor 2
mudahnya tersedia dan relatif murah, dari luar tubuh. c. Mengerjakan
banyak orangtua yang merasa bahwa tapi kurang tepat
anak-anak mereka tidak tumbuh cukup

126
cepat ingin menggunakan GH untuk skor 1
membuat anak-anaknya tumbuh lebih d. Tidak menjawab
cepat dan lebih tinggi. Namun, skor 0
terdapat potensi adanya pengaruh yang
berbahaya, seperti pengurangan lemak
tubuh dan peningkatan massa otot.
Dan masih belum diketahui apakah
suntikan GH akan mempunyai
pengaruh jangka panjang yang secara
serius membahayaan pada individu
yang tidak mempunyai kondisi
hipopituitari. Kriteria apa menurut
anda yang menentukan kasus mana
yang dapat diatasi dengan pengobatan
GH atau terapi hormon lain?

127
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN

Tahap
No Learning Pertanyaan Jawaban
Cycle 7E
Tahap Elicite Pernahkah kamu melihat Kekerdilan (dwarfisme) dan gondokan itu
(Menimbulkan/ orang kerdil dan gondokan? disebabkan karena sekresi hormon-hormon dalam
1.
mendatangkan) Kira-kira apakah tubuhnya
penyebabnya?
Tahap Hormon apakah yang Kekerdilan (dwarfisme) disebabkan karena
Engange mempengaruhi 2 kasus kurangnya hormon pertumbuhan (growth hormone)
(Keterlibatan) tersebut? yang disekresi oleh kelenjar hipofisis. Sedangkan
2. penyakit gondokan disebabkan karena kurangnya
iodin dalam waktu lama, sehingga tiroid akan
membengkak
Samakah penyebabnya? Berbeda. Seperti yang dijelaskan diatas
Tahap Explore (menampilkan gambar Gambar hipofisis dan gambar tiroid. Keduanya
(Penyelidikan/ kelenjar hipofisis dan tiroid) yang mempengaruhi penyebab dari kasus diatas
penjajakan) Gambar apakah ini?
Apakah hubungannya
dengan kedua kasus diatas?
Apakah banyak/sedikitnya Mempengaruhi. Kurangnya sekresi (hiposekresi)
hormon yang disekresikan ataupun kelebihan sekresi (hipersekresi) hormon-
mempengaruhi banyak hal hormon akan mempengaruhi pengaturan
dalam tubuh? metabolism, pertumbuhan dan perkembangan
jangka panjang.
3. Lalu, kadar hormon yang Dalam kadar yang sedikit. Tidak kekurangan,
bagaimana yang optimal? namun juga tidak berlebihan.
(Menampilkan gambar
sistem endokrin secara No Kelenjar Fungsi Peranan
keseluruhan) Apakah ada
1. Hipofisis Sekresi GH, TSH, Master of glands,
yang bisa menyebutkan ACTH, FSH, LH, mempengaruhi
kelenjar-kelenjarnya? Endomorfin, MSH, kelenjar lainnya
ADH, Oksitosin
2. Pancreas Sekresi hormon Mengaturkadar
insulin, glucagon, glukosa dalam darah
somatostatin
3. Testis Sekresi hormon Membantu
Tahap Explain Apakah ada yang bisa Testosterone pemasakan
(Menjelaskan) menjelaskan sekresi spermatozoa
4. 4. Ovarium Sekresi hormon Mempengaruhi
hormon dari kelenjar-
Estrogen dan pemasakan ovum
kelenjar tersebut? progesteron
Tahap Apakah ada yang bisa
Elaborate menjelaskan contoh 5. Adrenal Sekresi hormon Mempengaruhi
(mengaitkan) peranannya? adrenalin, frekuensi tekanan
noradrenalin, jantung, konsumsi
aldosterone, oksigen, dll
5.
glukokortikoid,
gonadokortikoid
6. Tiroid Sekresi hormon Meningkatkan laju
tiroksin metabolism sel,
menstimulasi

128
konsumsi oksigen,
pertumbuhan dan
perkembangan tulang,
gigi, jaringan ikat dan
saraf
7. Paratiroid Sekresi hormon Mengendalikan
parathormon (PTH) keseimbangan
kalsium dan fosfat
dalam tubuh
8. Timus Sekresi hormon Sistem imun
timosin
Tahap --- ---
6. Evaluate
(Menilai)
Tahap Extend --- ---
7.
(Memperluas)

129
Lampiran 2

LEMBAR KERJA SISWA (LKS)

MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS XI


Sman 5 dEPOK

NAMA:
KELAS

2015

130
Materi : Sistem Endokrin
Pertemuan :1
Hari / tanggal :

KOMPETENSI DASAR

1.1 Menghayati dan mengamalkan keteraturan dan kompleksitas ciptaan


Tuhan tentang struktur dan fungsi sel, jaringan, organ dan sistem dalam
tubuh manusia, dengan cara menjaga serta memeliharanya menurut ajaran
agama yang dianutnya
2.1 Berperilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; disiplin, jujur; teliti;
cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif;
inovatif dan peduli lingkungan) secara gotong royong, kerjasama, resposif
dan proaktif dalam melakukan percobaan dan berdiskusi
3.11 Merinci langkah-langkah perambatan impuls pada sistem syaraf secara
fisik, kimia dan biologi dan mengkaitkannya dengan gerak otot
3.12 Mendeskripsikan struktur dan fungsi serta kelainan yang terjadi pada
sistem indera
4.15 Melakukan percobaan proses regulasi pada gerak reflek dan titik buta pada
indera
4.16 Mengobservasi penyebab terjadinya berbagai gangguang yang terjadi pada
sistem regulasi (saraf, endokrin, indera)

INDIKATOR

1. Menganalisis letak kelenjar endokrin dan sekresinya


2. Menghubungkan penyebab terjadinya gangguan yang terjadi pada sistem
endokrin
3. Menganalisis karakteristik kelenjar endokrin
4. Menyimpulkan perbedaan antara sistem saraf dengan sistem endokrin

131
^ PETUNJUK PENGISIAN LKS ^

1. Budayakan berdo’a sebelum melakukan aktivitas, termasuk saat akan


mengisi LKS ini
2. Bacalah dengan seksama dan teliti artikel-artikel maupun pertanyaan
pada LKS
3. Diskusikan dengan teman satu kelompokmu untuk menjawab
pertanyaan
4. Tanyakan pada guru apabila ada pertanyaan ataupun materi yang
tidak dipahami
5. Isilah LKS pada waktu yang disediaka

Artikel 1

Zat yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin adalah hormon.


Hormon yang berasal dari kata harmao, yang berarti pembangkit aktivitas,
adalah sebuah zat kimia organik. Upaya untuk memberikan definisi tentang
hormon yang tepat tidaklah mudah. Oleh karena itu adalah lebih baik dan
lebih berarti kalau mengenal sifat-sifat dari zat tersebut. Sifat-sifat dari
hormon adalah zat ini merupakan pengaturan fisiologis terhadap kelangsungan
hidup sesuatu organ atau suatu sistem. Hal ini disebabkan pada sistem organ
tubuh manusia, fungsi kerjanya saling mempengaruhi satu sama lain.
Sistem pengadaan gula di dalam darah misalnya diatur oleh beragam
hormon. Diantaranya hormon insulin dan glukagon. Insulin akan meningkatkan
aktivitas dari permeabilitas membran sel terhadap gula darah. Akibatnya
produksi insulin yang berlebihan akan mengakibatkan menurunnya kadar gula
di dalam darah. Sebaliknya apabila glukagon yang meningkatkan produksi
glikogen di dalam hati akan dimobilisir menjadi gula darah dengan
konsekuensi bahwa kadar gula di dalam darah akan meningkat. Otot
jantung akan melakukan kontraksi meskipun tanpa adanya hormon. Tetapi
bila kepada otot jantung ini diberikan adrenalin maka intensitas kontraksi
otot jantung ini akan meningkat.
Kekhususan yang lainya dikaitkan dengan hormon adalah bahwa hormon
merupakan zat kimia organik. Zat ini mempunyai efektifitas yang tinggi
meskipun hanya diberikan dalam jumlah yang sangat sedikit. Selanjutnya hormon
dihasilkan oleh sel hidup yang sehat dari sebuah kelenjar endokrin. Setelah
masuk ke dalam pembuluh darah maka hormon akan dihantar melalui sistem

132
peredaran darah ke suatu organ tujuan (target organ) tertentu yang relatif jauh
dari kelenjar penghasil hormonnya. Setibanya di tempat organ tujuan maka
hormon tersebut akan melakukan kegiatan yang spesifik yang pada umumnya
sebagai pengatur atau integrator proses metabolisme dari organ tujuannya.
Sumber : Jurnal File UPI Bandung

Artikel 2

Cara sistem saraf bekerja benar-benar unik dan kompleks.Ia bekerja


melalui jaringan kompleks neuron, yang merupakan fungsi dasar sel-sel dari
sistem saraf. Neuron melakukan sinyal atau impuls antara dua komponen dari
sistem saraf, yaitu pusat dan sistem saraf perifer.Ada terutama tiga jenis neuron,
neuron sensorik, neuron motorik, dan interneuron.
Neuron sensorik mengirimkan rangsangan atau impuls yang diterima dari
alat indera, seperti mata, hidung atau kulit, ke sistem saraf pusat, yaitu, ke otak
dan sumsum tulang belakang.Otak pada gilirannya, memproses rangsangan
tersebut dan mengirimkannya kembali ke bagian lain dari tubuh, memberitahu
mereka bagaimana bereaksi terhadap jenis tertentu dari stimulus.Motor neuron
bertanggung jawab untuk menerima sinyal dari saraf otak dan tulang belakang,
dan mengirim mereka ke bagian lain dari tubuh.
Di sisi lain, interneuron berkepentingan dengan membaca impuls, yang
diterima dari neuron sensorik dan memutuskan respon yang akan dihasilkan.
Mereka terutama ditemukan di otakdan sumsum tulang belakang.Selain neuron,
sistem saraf juga mengandung sel-sel glia, yang mendukung dan memelihara
neuron. Neuron menggunakan sinyal elektrokimia, atau neurotransmitter untuk
transmisi impuls dari satu neuron yang lain. Namun, transmisi impuls dari satu
neuron ke lain tidak sesederhana kedengarannya.
Neurotransmiter yang sama dapat memberikan pengaruh yang berbeda
pada jenis sel yang berlainan. Neurotransmiter kebanyakan berupa molekul
organik kecil yang mengandung nitrogen. Sebuah neurotransmiter tunggal dapat
memicu respon yang berbeda pada sel pascasinaptik. Hal ini tergantung pada
keberadaan reseptor di sel pascasinaptik yang berbeda serta pada model kerja
reseptor tersebut. Kebanyakan neurotransmiter berikatan dengan reseptor yang
berpengaruh langsung pada protein saluran ion, dan mengubah permeabilitas
membran sel pascasinaptik. Komunikasi sinaptik ini berlangsung dalam waktu
beberapa milidetik.Ada beberapa macam neurotransmitter, misalnya asetil kolin,
asam amino, neuropeptide, dan masih banyak lainnya.
Sumber : Jurnal File UPI Bandung

133
1. Berdasarkan artikel 1, mengapa hormon dikatakan sebagai pengatur fisiologis
terhadap kelangsungan hidup suatu organ atau suatu sistem organ?

2. Berdasarkan artikel nomer 2, apa saja poin pembahasannya? Jelaskan secara


singkat!

3. Berdasarkan artikel 1 dan 2, apa sajakah yang menjadi perbedaannya?


Mengapa?

134
4. Perhatikan pernyataan dibawah ini!
a. Sistem saraf dan hormon merupakan dua pengatur utama dalam tubuh
untuk menjaga homeostasis. Sistem saraf bertindak sebagai penghantar
rangsang yang diterima oleh sistem indera dan bertindak sebagai
pengatur kerja hormon yang dikeluarkan oleh tubuh.
b. Berbeda dengan sistem saraf, hormon bekerja dengan sangat spesifik. Sel
target atau organ target yang akan dituju harus dilengkapi dengan
sebuah reseptor yang dikenal oleh hormon, jika tidak dikenali, hormon
tidak akan bereaksi. Beberapa bagian dalam tubuh tempat diproduksinya
hormon disebut kelenjar endokrin.
c. Hormon bekerja atas perintah dari sistem saraf. Sistem saraf yang
mengontrol hormon bertindak pada dua jalur utama, yaitu hipotalamus
dan sistem saraf otonom (simpatik dan parasimpatik)

Menurut ketiga pernyataan tersebut tentang sistem saraf dan sistem hormon,
manakah penyataan yang tepat dan manakah yang tidak tepat?Mengapa?

5. Dari artikel 1 diatas diatas, tentukanlah isi kolom tabel karakteristik sistem
endokrin dibawah ini!

Karateristik sistem
Penjelasan
endokrin
Karakteristik
kelenjarnya….
Diedarkan melalui…

Cara kerja…

Menghasilkan…

Dibutuhkan dalam
jumlah yang….

135
6. Kelenjar endokrin berasal dari sel-sel epitel yang melakukan proliferasi
ke arah jaringan pengikat. Sel-sel epitel yang telah berproliferasi ini akhirnya
di dalam diferensiasinya akan membentuk sebuah kelenjar endokrin.
Hubungan antara sel-sel epitel yang berproliferasi ke dalam tenunan
pengikat ini akan kehilangan hubungannya dengan sel-sel epitel dari
mana mereka berasal. Akibat hilangnya hubungan ini, maka kelenjar
endokrin tidak mempunyai saluran untuk menyalurkan zat-zat yang
dihasilkan ke permukaan. Sebagai kompensasi tidak terbentuknya
saluran, maka disekitar kelenjar endokrin tumbuh dan berkembang
pembuluh-pembuluh kapiler. Ke dalam pembuluh-pembuluh kapiler ini zat-
zat yang dihasilkan kelenjar endokrin dialirkan. Zat-zat yang dihasilkan
disekresikan langsung ke dalam pembuluh darah yang melewati sel-sel
kelenjar endokrin itu sendiri.

Buatlah generalisasi dari paragraf diatas!

7. Perhatikan gambar dibawah ini!

a. Menurutmu, apakah yang di tandai X? Jelaskan secara singkat!


b. Jelaskanlah mekanisme kerja sistem endokrin berdasarkan pada gambar
diatas dengan langsung pada contoh salah satu kelenjar endokrinnya!

136
8. Hormon bekerja atas perintah dari sistem saraf. Sistem yang mengatur
kerjasama antara saraf dan hormon terdapat pada daerah hipotalamus.
Daerah hipotalamus sering disebut daerah kendali saraf endokrin
(neuroendocrine control). Di bagian dasar hipotalamus otak, terdapat
kelenjar hipofisis yang berbentuk oval yang ukurannya hanya sebesar kacang
dan memiliki berat 0,5 gram. Inilah kelenjar yang disebut sebagai master of
gland, karena banyak menghasilkan hormon-hormon dan merangsang kerja
kelenjar lainnya.

Menurut anda,bagaimana contoh hubungan antara sistem saraf dengan


sistem endokrin (dalam hal ini kelenjar hipofisis) dalam penerapan di
kehidupan sehari-hari?

9. Antara sistem saraf dengan sistem hormon terdapat perbedaan.


Klasifikasikanlah perbedaan diantara keduanya!
Aspek Contoh

Sistem
Saraf

Sistem
Endokrin

10. Pheromone (telehormone; ectohormone) adalah juga semacam hormon


yang tidak disekresikan ke dalam pembuluh darah, tetapi keluar tubuh
species yang menghasilkan zat tersebut. Pheromon adalah suatu zat
yang bersifat penarik perhatian dari jenis seks yang berlawanan (sex
attractants). Hormon ini dihasilkan oleh hewan insect betina yang melalui
mekanisme neurologis akan mempunyai daya tarik terhadap dirinya oleh
insect jantan. Berikan analisismu mengenai feromon yang termasuk hormona
padahal tidak diedarkan ke peredaran darah!

137
11. Kafein (1,3,7-trimetilxantin) merupakan senyawa alkaloid pahit yang
biasanya ditemukan dalam teh, kopi, dan biji cokelat. Kafein terutama
berfungsi sebagai perangsang sistem saraf pusat, jantung, dan pernapasan.
Pada metabolisme tubuh, kafein akan diabsorbsi dengan sempurna dalam
sistem pencernaan dalam waktu 30-60 menit. Dengan demikian, kafein tidak
berefek segera. Pada otak kafein akan menghalangi reseptor adenosin.
Reseptor adenosin ini jika terikat pada reseptor sel saraf akan menurunkan
aktivitas sel saraf. Akibat kemiripan struktur molekul kafein dengan struktur
adenosin, kafein dapat terikat pada reseptor tetapi tidak memberi efek
penurunan aktivitas sel saraf. Saraf yang bekerja secara terus menerus akan
menyebabkan pelepasan hormon epinefrin. Jika hal tersebut terjadi maka
akan mengakibatkan beberapa efek, seperti denyut jantung lebih tinggi,
tekanan darah meningkat, aliran darah ke otot meningkat, aliran darah ke
kulit dan organ dalam menurun, dan pelepasan glukosa oleh hati yang
meningkat.
Bagaimanakah jika kafein yang dikonsumsi dalam jumlah yang sedikit, misalnya tiap
hari satu cangkir kecil,apakah masih berdampak seperti yang dijelaskan
diatas?Bagaimanakah solusinya untuk para penikmat kopi, teh dan coklat?

Jika kamu tidak kuat menanggung lelahnya belajar,


maka kamu akan menanggung perihnya kebodohan
{Imam Syafi’i}

138
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)

SISTEM ENDOKRIN
Materi Biologi Kelas XI

SMAN 5 Depok

Nama :

Kelas :

Kelompok :

2015

139
Materi : Sistem Endokrin
Pertemuan :2
Hari / tanggal :

KOMPETENSI DASAR

1.1 Menghayati dan mengamalkan keteraturan dan kompleksitas ciptaan


Tuhan tentang struktur dan fungsi sel, jaringan, organ dan sistem dalam
tubuh manusia, dengan cara menjaga serta memeliharanya menurut ajaran
agama yang dianutnya
2.1 Berperilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; disiplin, jujur; teliti;
cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif;
inovatif dan peduli lingkungan) secara gotong royong, kerjasama, resposif
dan proaktif dalam melakukan percobaan dan berdiskusi
3.11 Merinci langkah-langkah perambatan impuls pada sistem syaraf secara
fisik, kimia dan biologi dan mengkaitkannya dengan gerak otot
3.12 Mendeskripsikan struktur dan fungsi serta kelainan yang terjadi pada
sistem indera
4.15 Melakukan percobaan proses regulasi pada gerak reflek dan titik buta pada
indera
4.16 Mengobservasi penyebab terjadinya berbagai gangguang yang terjadi pada
sistem regulasi (saraf, endokrin, indera)

INDIKATOR

1. Menganalisis letak kelenjar endokrin dan sekresinya


2. Menghubungkan penyebab terjadinya gangguan yang terjadi pada sistem
endokrin
3. Menganalisis karakteristik kelenjar endokrin
4. Menyimpulkan perbedaan antara sistem saraf dengan sistem endokrin

140
^ PETUNJUK PENGISIAN LKS ^

1. Budayakanberdo’asebelummelakukanaktivitas, termasuksaatakanmengisi LKS ini


2. Bacalahdenganseksamadantelitiartikel-artikelmaupunpertanyaanpada LKS
3. Diskusikandengantemansatukelompokmuuntukmenjawabpertanyaan
4. Tanyakanpada guru apabilaadapertanyaanataupunmateri yang tidakdipahami
5. Isilah LKS padawaktu yang disediaka

Artikel 3

Jakarta, CNN Indonesia – Sejak 2012, Chandra Bahadur Dangi resmi menyandang
gelar manusia terpendek di dunia dengan tinggi badan 54,6 cm. seumur hidup,
Dangi tak tahu apa yang menjadi penyebab tidak bertambahnya tinggi badannya.
Ia tak pernah sekalipunditangani dokter maupun menjalani pengobatan.
Namun dalam kebanyakan kasus, orang-orang bertumbuh pendek disebabkan
karena kondisi medis yang dikenal dengan istilah dwarfisme. Dwarfisme
merupakan kondisi yang disebabkan faktor genetic atau kondisi medis. Tinggi
orang dewasa yang menderita dwarfisme rata-rata 122 sentimeter, seperti
dilansir dari Mayo Clinic, Jumat (14/11).
Secara umum penyakit ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu proporsional
dan tidak proporsional. Dwarfisme tidak proporsional adalah kondisi dimana
hanya beberapa bagian tubuh yang kecil, sedangkan dwarfisme proporsional
adalah kondisi dimana semua bagian kecil.Kebanyakan orang yang menderita
penyakit ini punya badan yang pendek. Dalam kebanyakan kasus, kepala tampak
lebih besar dibandingkan dengan bagian badan. Namun, mereka punya
kemampuan intelektual yang normal.
Selain tubuh yang pendek dibandingkan yang lainnya, mereka juga punya
lengan dan kaki yang pendek serta mobilitas di siku tidak sebebas orang
kebanyakan. Pada beberapa kasus, mereka mengalami gangguan penglihatan
dan pendengaran. Dalam banyak kasus, penyakit ini terjadi karena gangguan
pada fungsi hormon pertumbuhan/ growth hormone yaitu terjadinya penurunan,

141
baik terjadi dari saat lahir (genetic) atau berdasarkan lingkungan. Ada beberapa
masalah yang dialami orang dwarfisme: melambatnya kemampuan motoric,
seperti duduk dan berjalan. Infeksi telingan terus menerus yang mengakibatkan
hilangnya kemampuan pendengaran, kesulitan pernapasan saat tidur, gigi yang
berantakan, artritis, serta kelebihan berat badan.
Sumber:
http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20141114151309-255-11554/dwarfisme-
penyakitnya-orang-orang-kerdil/

Artikel 4

Penyakit gondok adalah penyakit yang timbul sebagai akibat pembengkakan


/pertumbuhan kelenjar gondok yang tidak normal. Benjolan yang timbul sebagai
akibat dari pembengkakan kelenjar gondok ini biasanya terletak pada leher
sebelah depan (pada tenggorokan). Kebanyakan penyakit gondok ini disebabkan
oleh kekukaran yodium dalam makanan. Pada wanita yang sedang hamil,
kekurangan kandungan yoduim pada makanan yang dikonsumsi bisa
menyebabkan bayi meninggal dunia atau dilahirkan dalam keadaan
keterlambatan mental atau bahkan bisa terjadi tuli. Ini bisa terjadi walaupun si
ibu tidak menderita gondok.
Gondok biasa disebabkan oleh gangguan pada kelenjar tiroid sehingga tidak
dapat mensekresikan hormon tiroid sesuai dengan kebutuhan tubuh. Juga dapat
terjadi karena kekurangan kadar yodium yang menyebabkan penyakit
gondok bersifat endemik.
Gejala Penyakit Gondok biasanya terjadi pembengkakan pada kelenjar ludah,
mulut terasa tegang dan nyeri, terutama saat mengunyah dan menelan
makanan, selera makan menjadi berkurang, sering merasa mual bahkan sampai
terjadi muntah yang berulang kali, suhu badan menjadi tinggi dan serigkali
merasakan dengungan di telinga
Sumber:
http://www.penyakitkesehatan.com/penyakit-gondok.html#

142
1. Secara umum penyakit ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu proporsional
dan tidak proporsional. Dwarfisme tidak proporsional adalah kondisi dimana
hanya beberapa bagian tubuh yang kecil, sedangkan dwarfisme proporsional
adalah kondisi dimana semua bagian kecil. Kebanyakan orang yang
menderita penyakit ini punya badan yang pendek. Dalam kebanyakan kasus,
kepala tampak lebih besar dibandingkan dengan bagian badan. Namun,
mereka punya kemampuan intelektual yang normal.
Kemukakan penjelasan anda mengenai dwarfisme (orang kerdil) dapat
mengalami gangguan pada pergerakan namun tidak mempengaruhi
kemampuan intelektual!

2. Kebanyakan penyakit gondok ini disebabkan oleh kekukaran yodium dalam


makanan. Pada wanita yang sedang hamil, kekurangan kandungan yoduim
pada makanan yang dikonsumsi bisa menyebabkan bayi meninggal dunia
atau dilahirkan dalam keadaan keterlambatan mental atau bahkan bisa
terjadi tuli.
Buatlah analisis mengenai kekurangan yodium pada bayi dapat menyebabkan
kematian!

143
3. Berdasarkan soal nomer 1, apa saja yang menyebabkan terjadinya dwarfisme?
Mengapa demikian?

4. Berdasarkan kasus pada artikel 1 dan 2, apakah yang menjadi persamaan dan
perbedaannya? Jelaskan!

5. Perhatikan pernyataan dibawah ini!


a. Defisiensi yodium terjadi pada janin merupakan dampak dari
kekurangan yodium pada ibu. Keadaan ini berkaitan dengan
meningkatnya insidensi lahir mati, aborsi, cacat lahir dan semua ini
dapat dicegah melalui penanganan yang tepat
b. Keberfungsian tiroid pada bayi baru lahir terhubung dengan kenyataan
bahwa otak bayi baru lahir hanya sepertiga ukuran normal orang
dewasa. Otak bayi akan terus berkembang dengan cepat hingga akhir
tahun kedua kehidupannya. Dan hormon tiroid sangat bergantung
pada kecukupan asupan yodium yang akan menjadi sangat penting dalam
perkembangan normal otak
c. Selain faktor defisiensi hormon tiroid, penyakit gondok disebabkan juga
karena kurangnya konsumsi yodium dalam tubuh. Kekurangan yodium
juga dapat disebabkan oleh karena komponen tanah yang langka

144
sehingga dalam makanan hanya terdapat jumlah yang sedikit. Hal ini
mungkin yang menjadi penyebab jumlah penderita penyakit gondokan ini
lebih banyak di daerah pantai

Menurut ketiga sumber terkait tentang akibat defisiensi yodium, manakah


pernyataan yang tepat dan tidak tepat mengenai akibat defisinsi yodium?
Mengapa?

6. Perhatikan gambar dibawah ini!


Kelenjar apakah disamping?Apakah fungsinya?

145
7. Lengkapilah tabel dibawah ini dengan jawaban yang tepat !

1
7

2
5

3 4

No Kelenjar Fungsi Peranan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

8. Perhatikan pernyataan dibawah ini:


a. Gejala mulai tampak sejak bayi hingga puncaknya pada dewasa, jadi dari
kecil postur tubuhnya selalu lebih kecil dari anak yang lain.
b. Gejala baru muncul pada penghujung masa kanak-kanak atau pada masa
pubertas, jadi saat kecil sama dengan yang lain, namun kemudian
tampak terhentinya pertumbuhan sehingga menjadi lebih pendek dari
yang lain. Kadang juga disertai gejala-gejala lain akibat kurangnya
hormon-hormon lain yang juga diproduksi hipofisis.
Buatlah kesimpulan dari pernyataan diatas tentang penyebab dwarfisme!

146
`9. Hormon pertumbuhan (GH) yang dihasilkan dengan teknologi DNS telah
membantu ratusan anak yang menderita kekerdilan pituitary untuk tumbuh
secara normal dan mencapai tinggi badan di dalam kisaran normal. Sekarang
saat hormon itu begitu mudahnya tersedia dan relatif murah, banyak orangtua
yang merasa bahwa anak-anak mereka tidak tumbuh cukup cepat ingin
menggunakan GH untuk membuat anak-anaknya tumbuh lebih cepat dan lebih
tinggi. Namun, terdapat potensi adanya pengaruh yang berbahaya, seperti
pengurangan lemak tubuh dan peningkatan massa otot. Dan masih belum
diketahui apakah suntikan GH akan mempunyai pengaruh jangka panjang
yang secara serius membahayaan pada individu yang tidak mempunyai
kondisi hipopituitari. Kriteria apa menurut anda yang menentukan kasus mana
yang dapat diatasi dengan pengobatan GH atau terapi hormon lain?

Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan kehormatan


diri, dan bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajar kamu.
(HR. Ath-Thabrani

147
Materi : Sistem Endokrin
Pertemuan :2
Hari / tanggal :

KOMPETENSI DASAR

1.1 Menghayati dan mengamalkan keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang
struktur dan fungsi sel, jaringan, organ dan sistem dalam tubuh manusia, dengan cara
menjaga serta memeliharanya menurut ajaran agama yang dianutnya
2.1 Berperilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; disiplin, jujur; teliti; cermat; tekun;
hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan)
secara gotong royong, kerjasama, resposif dan proaktif dalam melakukan percobaan dan
berdiskusi
3.11 Merinci langkah-langkah perambatan impuls pada sistem syaraf secara fisik, kimia dan
biologi dan mengkaitkannya dengan gerak otot
3.12 Mendeskripsikan struktur dan fungsi serta kelainan yang terjadi pada sistem indera
4.15 Melakukan percobaan proses regulasi pada gerak reflek dan titik buta pada indera
4.16 Mengobservasi penyebab terjadinya berbagai gangguang yang terjadi pada sistem regulasi
(saraf, endokrin, indera)

INDIKATOR

1. Menganalisis letak kelenjar endokrin dan sekresinya


2. Menghubungkan penyebab terjadinya gangguan yang terjadi pada sistem endokrin
3. Menganalisis karakteristik kelenjar endokrin
4. Menyimpulkan perbedaan antara sistem saraf dengan sistem endokrin

^ PETUNJUK PENGISIAN LKS ^

1. Budayakan berdo’a sebelum melakukan aktivitas, termasuk saat akan mengisi LKS
ini
2. Bacalah dengan seksama dan teliti artikel-artikel maupun pertanyaan pada LKS
3. Diskusikan dengan teman satu kelompokmu untuk menjawab pertanyaan
4. Tanyakan pada guru apabila ada pertanyaan ataupun materi yang tidak dipahami
5. Isilah LKS pada waktu yang disediaka
Artikel 3

Jakarta, CNN Indonesia – Sejak 2012, Chandra Bahadur Dangi resmi menyandang gelar manusia
terpendek di dunia dengan tinggi badan 54,6 cm. seumur hidup, Dangi tak tahu apa yang
menjadi penyebab tidak bertambahnya tinggi badannya. Ia tak pernah sekalipunditangani
dokter maupun menjalani pengobatan.
Namun dalam kebanyakan kasus, orang-orang bertumbuh pendek disebabkan karena kondisi
medis yang dikenal dengan istilah dwarfisme. Dwarfisme merupakan kondisi yang disebabkan
faktor genetic atau kondisi medis. Tinggi orang dewasa yang menderita dwarfisme rata-rata 122
sentimeter, seperti dilansir dari Mayo Clinic, Jumat (14/11).
Secara umum penyakit ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu proporsional dan tidak
proporsional. Dwarfisme tidak proporsional adalah kondisi dimana hanya beberapa bagian
tubuh yang kecil, sedangkan dwarfisme proporsional adalah kondisi dimana semua bagian kecil.
Kebanyakan orang yang menderita penyakit ini punya badan yang pendek. Dalam kebanyakan
kasus, kepala tampak lebih besar dibandingkan dengan bagian badan. Namun, mereka punya
kemampuan intelektual yang normal.
Selain tubuh yang pendek dibandingkan yang lainnya, mereka juga punya lengan dan kaki yang
pendek serta mobilitas di siku tidak sebebas orang kebanyakan. Pada beberapa kasus, mereka
mengalami gangguan penglihatan dan pendengaran. Dalam banyak kasus, penyakit ini terjadi
karena gangguan pada fungsi hormon pertumbuhan/ growth hormone yaitu terjadinya
penurunan, baik terjadi dari saat lahir (genetic) atau berdasarkan lingkungan. Ada beberapa
masalah yang dialami orang dwarfisme: melambatnya kemampuan motoric, seperti duduk dan
berjalan. Infeksi telingan terus menerus yang mengakibatkan hilangnya kemampuan
pendengaran, kesulitan pernapasan saat tidur, gigi yang berantakan, artritis, serta kelebihan
berat badan.
Sumber:
http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20141114151309-255-11554/dwarfisme-penyakitnya-orang-
orang-kerdil/

Artikel 4

Penyakit gondok adalah penyakit yang timbul sebagai akibat pembengkakan /pertumbuhan
kelenjar gondok yang tidak normal. Benjolan yang timbul sebagai akibat dari pembengkakan
kelenjar gondok ini biasanya terletak pada leher sebelah depan (pada tenggorokan).
Kebanyakan penyakit gondok ini disebabkan oleh kekukaran yodium dalam makanan. Pada
wanita yang sedang hamil, kekurangan kandungan yoduim pada makanan yang dikonsumsi bisa
menyebabkan bayi meninggal dunia atau dilahirkan dalam keadaan keterlambatan mental atau
bahkan bisa terjadi tuli. Ini bisa terjadi walaupun si ibu tidak menderita gondok.
Gondok biasa disebabkan oleh gangguan pada kelenjar tiroid sehingga tidak dapat
mensekresikan hormon tiroid sesuai dengan kebutuhan tubuh. Juga dapat terjadi karena
kekurangan kadar yodium yang menyebabkan penyakit gondok bersifat endemik.
Gejala Penyakit Gondok biasanya terjadi pembengkakan pada kelenjar ludah, mulut terasa
tegang dan nyeri, terutama saat mengunyah dan menelan makanan, selera makan menjadi
berkurang, sering merasa mual bahkan sampai terjadi muntah yang berulang kali, suhu badan
menjadi tinggi dan serigkali merasakan dengungan di telinga
Sumber:
http://www.penyakitkesehatan.com/penyakit-gondok.html#
1. Secara umum penyakit ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu proporsional dan tidak
proporsional. Dwarfisme tidak proporsional adalah kondisi dimana hanya beberapa bagian
tubuh yang kecil, sedangkan dwarfisme proporsional adalah kondisi dimana semua bagian
kecil. Kebanyakan orang yang menderita penyakit ini punya badan yang pendek. Dalam
kebanyakan kasus, kepala tampak lebih besar dibandingkan dengan bagian badan. Namun,
mereka punya kemampuan intelektual yang normal.
Kemukakan penjelasan anda mengenai dwarfisme (orang kerdil) dapat mengalami gangguan
pada pergerakan namun tidak mempengaruhi kemampuan intelektual!

2. Kebanyakan penyakit gondok ini disebabkan oleh kekukaran yodium dalam makanan. Pada
wanita yang sedang hamil, kekurangan kandungan yoduim pada makanan yang dikonsumsi
bisa menyebabkan bayi meninggal dunia atau dilahirkan dalam keadaan keterlambatan
mental atau bahkan bisa terjadi tuli.
Buatlah analisis mengenai kekurangan yodium pada bayi dapat menyebabkan kematian!

3. Berdasarkan soal nomer 1, apa saja yang menyebabkan terjadinya dwarfisme? Mengapa
demikian?
4. Berdasarkan kasus pada artikel 1 dan 2, apakah yang menjadi persamaan dan perbedaannya?
Jelaskan!

5. Perhatikan pernyataan dibawah ini!


a. Defisiensi yodium terjadi pada janin merupakan dampak dari kekurangan yodium pada
ibu. Keadaan ini berkaitan dengan meningkatnya insidensi lahir mati, aborsi, cacat
lahir dan semua ini dapat dicegah melalui penanganan yang tepat
b. Keberfungsian tiroid pada bayi baru lahir terhubung dengan kenyataan bahwa otak
bayi baru lahir hanya sepertiga ukuran normal orang dewasa. Otak bayi akan terus
berkembang dengan cepat hingga akhir tahun kedua kehidupannya. Dan
hormon tiroid sangat bergantung pada kecukupan asupan yodium yang akan menjadi
sangat penting dalam perkembangan normal otak
c. Selain faktor defisiensi hormon tiroid, penyakit gondok disebabkan juga karena
kurangnya konsumsi yodium dalam tubuh. Kekurangan yodium juga dapat disebabkan
oleh karena komponen tanah yang langka sehingga dalam makanan hanya terdapat
jumlah yang sedikit. Hal ini mungkin yang menjadi penyebab jumlah penderita penyakit
gondokan ini lebih banyak di daerah pantai

Menurut ketiga sumber terkait tentang akibat defisiensi yodium, manakah pernyataan
yang tepat dan tidak tepat mengenai akibat defisinsi yodium? Mengapa?

6. Perhatikan gambar dibawah ini!


Kelenjar apakah disamping? Apakah fungsinya?

a
b

7. Lengkapilah tabel dibawah ini dengan jawaban yang tepat !

1
7

2
5

3 4

No Kelenjar Fungsi Peranan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

8. Perhatikan pernyataan dibawah ini:


a. Gejala mulai tampak sejak bayi hingga puncaknya pada dewasa, jadi dari kecil postur
tubuhnya selalu lebih kecil dari anak yang lain.
b. Gejala baru muncul pada penghujung masa kanak-kanak atau pada masa pubertas, jadi
saat kecil sama dengan yang lain, namun kemudian tampak terhentinya pertumbuhan
sehingga menjadi lebih pendek dari yang lain. Kadang juga disertai gejala-gejala lain
akibat kurangnya hormon-hormon lain yang juga diproduksi hipofisis.
Buatlah kesimpulan dari pernyataan diatas tentang penyebab dwarfisme!
`9. Hormon pertumbuhan (GH) yang dihasilkan dengan teknologi DNS telah membantu ratusan
anak yang menderita kekerdilan pituitary untuk tumbuh secara normal dan mencapai tinggi
badan di dalam kisaran normal. Sekarang saat hormon itu begitu mudahnya tersedia dan
relatif murah, banyak orangtua yang merasa bahwa anak-anak mereka tidak tumbuh cukup
cepat ingin menggunakan GH untuk membuat anak-anaknya tumbuh lebih cepat dan lebih
tinggi. Namun, terdapat potensi adanya pengaruh yang berbahaya, seperti pengurangan
lemak tubuh dan peningkatan massa otot. Dan masih belum diketahui apakah suntikan GH
akan mempunyai pengaruh jangka panjang yang secara serius membahayaan pada individu
yang tidak mempunyai kondisi hipopituitari. Kriteria apa menurut anda yang menentukan
kasus mana yang dapat diatasi dengan pengobatan GH atau terapi hormon lain?

Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan kehormatan diri, dan
bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajar kamu.
(HR. Ath-Thabrani)
Materi : Sistem Endokrin
Pertemuan :1
Hari / tanggal :

KOMPETENSI DASAR

1.2 Menghayati dan mengamalkan keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang
struktur dan fungsi sel, jaringan, organ dan sistem dalam tubuh manusia, dengan cara
menjaga serta memeliharanya menurut ajaran agama yang dianutnya
2.2 Berperilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; disiplin, jujur; teliti; cermat; tekun;
hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan)
secara gotong royong, kerjasama, resposif dan proaktif dalam melakukan percobaan dan
berdiskusi
3.11 Merinci langkah-langkah perambatan impuls pada sistem syaraf secara fisik, kimia dan
biologi dan mengkaitkannya dengan gerak otot
3.12 Mendeskripsikan struktur dan fungsi serta kelainan yang terjadi pada sistem indera
4.15 Melakukan percobaan proses regulasi pada gerak reflek dan titik buta pada indera
4.16 Mengobservasi penyebab terjadinya berbagai gangguang yang terjadi pada sistem regulasi
(saraf, endokrin, indera)

INDIKATOR

5. Menganalisis letak kelenjar endokrin dan sekresinya


6. Menghubungkan penyebab terjadinya gangguan yang terjadi pada sistem endokrin
7. Menganalisis karakteristik kelenjar endokrin
8. Menyimpulkan perbedaan antara sistem saraf dengan sistem endokrin

^ PETUNJUK PENGISIAN LKS ^

6. Budayakan berdo’a sebelum melakukan aktivitas, termasuk saat akan mengisi LKS
ini
7. Bacalah dengan seksama dan teliti artikel-artikel maupun pertanyaan pada LKS
8. Diskusikan dengan teman satu kelompokmu untuk menjawab pertanyaan
9. Tanyakan pada guru apabila ada pertanyaan ataupun materi yang tidak dipahami
10. Isilah LKS pada waktu yang disediaka
Artikel 1

Zat yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin adalah hormon. Hormon yang
berasal dari kata harmao, yang berarti pembangkit aktivitas, adalah sebuah zat kimia
organik. Upaya untuk memberikan definisi tentang hormon yang tepat tidaklah mudah.
Oleh karena itu adalah lebih baik dan lebih berarti kalau mengenal sifat-sifat dari zat
tersebut. Sifat-sifat dari hormon adalah zat ini merupakan pengaturan fisiologis terhadap
kelangsungan hidup sesuatu organ atau suatu sistem. Hal ini disebabkan pada sistem organ tubuh
manusia, fungsi kerjanya saling mempengaruhi satu sama lain.
Sistem pengadaan gula di dalam darah misalnya diatur oleh beragam hormon.
Diantaranya hormon insulin dan glukagon. Insulin akan meningkatkan aktivitas dari
permeabilitas membran sel terhadap gula darah. Akibatnya produksi insulin yang
berlebihan akan mengakibatkan menurunnya kadar gula di dalam darah. Sebaliknya apabila
glukagon yang meningkatkan produksi glikogen di dalam hati akan dimobilisir menjadi
gula darah dengan konsekuensi bahwa kadar gula di dalam darah akan meningkat. Otot
jantung akan melakukan kontraksi meskipun tanpa adanya hormon. Tetapi bila kepada
otot jantung ini diberikan adrenalin maka intensitas kontraksi otot jantung ini akan
meningkat.
Kekhususan yang lainya dikaitkan dengan hormon adalah bahwa hormon merupakan
zat kimia organik. Zat ini mempunyai efektifitas yang tinggi meskipun hanya diberikan
dalam jumlah yang sangat sedikit. Selanjutnya hormon dihasilkan oleh sel hidup yang sehat
dari sebuah kelenjar endokrin. Setelah masuk ke dalam pembuluh darah maka hormon akan
dihantar melalui sistem peredaran darah ke suatu organ tujuan (target organ) tertentu yang
relatif jauh dari kelenjar penghasil hormonnya. Setibanya di tempat organ tujuan maka
hormon tersebut akan melakukan kegiatan yang spesifik yang pada umumnya sebagai
pengatur atau integrator proses metabolisme dari organ tujuannya.
Sumber : Jurnal File UPI Bandung

Artikel 2

Cara sistem saraf bekerja benar-benar unik dan kompleks. Ia bekerja melalui jaringan
kompleks neuron, yang merupakan fungsi dasar sel-sel dari sistem saraf. Neuron melakukan
sinyal atau impuls antara dua komponen dari sistem saraf, yaitu pusat dan sistem saraf perifer.
Ada terutama tiga jenis neuron, neuron sensorik, neuron motorik, dan interneuron.
Neuron sensorik mengirimkan rangsangan atau impuls yang diterima dari alat indera,
seperti mata, hidung atau kulit, ke sistem saraf pusat, yaitu, ke otak dan sumsum tulang belakang.
Otak pada gilirannya, memproses rangsangan tersebut dan mengirimkannya kembali ke bagian
lain dari tubuh, memberitahu mereka bagaimana bereaksi terhadap jenis tertentu dari stimulus.
Motor neuron bertanggung jawab untuk menerima sinyal dari saraf otak dan tulang belakang,
dan mengirim mereka ke bagian lain dari tubuh.
Di sisi lain, interneuron berkepentingan dengan membaca impuls, yang diterima dari
neuron sensorik dan memutuskan respon yang akan dihasilkan. Mereka terutama ditemukan
di otak dan sumsum tulang belakang. Selain neuron, sistem saraf juga mengandung sel-sel glia,
yang mendukung dan memelihara neuron. Neuron menggunakan sinyal elektrokimia, atau
neurotransmitter untuk transmisi impuls dari satu neuron yang lain. Namun, transmisi impuls
dari satu neuron ke lain tidak sesederhana kedengarannya.
Neurotransmiter yang sama dapat memberikan pengaruh yang berbeda pada jenis sel
yang berlainan. Neurotransmiter kebanyakan berupa molekul organik kecil yang mengandung
nitrogen. Sebuah neurotransmiter tunggal dapat memicu respon yang berbeda pada sel
pascasinaptik. Hal ini tergantung pada keberadaan reseptor di sel pascasinaptik yang berbeda
serta pada model kerja reseptor tersebut. Kebanyakan neurotransmiter berikatan dengan reseptor
yang berpengaruh langsung pada protein saluran ion, dan mengubah permeabilitas membran sel
pascasinaptik. Komunikasi sinaptik ini berlangsung dalam waktu beberapa milidetik. Ada
beberapa macam neurotransmitter, misalnya asetil kolin, asam amino, neuropeptide, dan masih
banyak lainnya.
Sumber : Jurnal File UPI Bandung
1. Berdasarkan artikel 1, mengapa hormon dikatakan sebagai pengatur fisiologis terhadap
kelangsungan hidup suatu organ atau suatu sistem organ?

2. Berdasarkan artikel nomer 2, apa saja poin pembahasannya? Jelaskan secara singkat!

3. Berdasarkan artikel 1 dan 2, apa sajakah yang menjadi perbedaannya? Mengapa?

4. Perhatikan pernyataan dibawah ini!


a. Sistem saraf dan hormon merupakan dua pengatur utama dalam tubuh untuk menjaga
homeostasis. Sistem saraf bertindak sebagai penghantar rangsang yang diterima oleh
sistem indera dan bertindak sebagai pengatur kerja hormon yang dikeluarkan oleh
tubuh.
b. Berbeda dengan sistem saraf, hormon bekerja dengan sangat spesifik. Sel target atau
organ target yang akan dituju harus dilengkapi dengan sebuah reseptor yang dikenal
oleh hormon, jika tidak dikenali, hormon tidak akan bereaksi. Beberapa bagian dalam
tubuh tempat diproduksinya hormon disebut kelenjar endokrin.
c. Hormon bekerja atas perintah dari sistem saraf. Sistem saraf yang mengontrol hormon
bertindak pada dua jalur utama, yaitu hipotalamus dan sistem saraf otonom (simpatik
dan parasimpatik)
Menurut ketiga pernyataan tersebut tentang sistem saraf dan sistem hormon, manakah
penyataan yang tepat dan manakah yang tidak tepat? Mengapa?

5. Dari artikel 1 diatas diatas, tentukanlah isi kolom tabel karakteristik sistem endokrin
dibawah ini!

Karateristik sistem endokrin Penjelasan

Karakteristik kelenjarnya….

Diedarkan melalui…

Cara kerja…

Menghasilkan…

Dibutuhkan dalam
jumlah yang….

6. Kelenjar endokrin berasal dari sel-sel epitel yang melakukan proliferasi ke arah jaringan
pengikat. Sel-sel epitel yang telah berproliferasi ini akhirnya di dalam diferensiasinya akan
membentuk sebuah kelenjar endokrin. Hubungan antara sel-sel epitel yang berproliferasi
ke dalam tenunan pengikat ini akan kehilangan hubungannya dengan sel-sel epitel
dari mana mereka berasal. Akibat hilangnya hubungan ini, maka kelenjar endokrin tidak
mempunyai saluran untuk menyalurkan zat-zat yang dihasilkan ke permukaan. Sebagai
kompensasi tidak terbentuknya saluran, maka disekitar kelenjar endokrin tumbuh dan
berkembang pembuluh-pembuluh kapiler. Ke dalam pembuluh-pembuluh kapiler ini zat-zat
yang dihasilkan kelenjar endokrin dialirkan. Zat-zat yang dihasilkan disekresikan langsung
ke dalam pembuluh darah yang melewati sel-sel kelenjar endokrin itu sendiri.

Buatlah generalisasi dari paragraf diatas!


7. Perhatikan gambar dibawah ini!

a. Menurutmu, apakah yang di tandai X? Jelaskan secara singkat!


b. Jelaskanlah mekanisme kerja sistem endokrin berdasarkan pada gambar diatas dengan
langsung pada contoh salah satu kelenjar endokrinnya!

8. Hormon bekerja atas perintah dari sistem saraf. Sistem yang mengatur kerjasama antara
saraf dan hormon terdapat pada daerah hipotalamus. Daerah hipotalamus sering disebut
daerah kendali saraf endokrin (neuroendocrine control). Di bagian dasar hipotalamus otak,
terdapat kelenjar hipofisis yang berbentuk oval yang ukurannya hanya sebesar kacang dan
memiliki berat 0,5 gram. Inilah kelenjar yang disebut sebagai master of gland, karena
banyak menghasilkan hormon-hormon dan merangsang kerja kelenjar lainnya.

Menurut anda,bagaimana contoh hubungan antara sistem saraf dengan sistem endokrin
(dalam hal ini kelenjar hipofisis) dalam penerapan di kehidupan sehari-hari?

9. Antara sistem saraf dengan sistem hormon terdapat perbedaan. Klasifikasikanlah


perbedaan diantara keduanya!
Aspek Contoh

Sistem
Saraf

Sistem
Endokrin
10. Pheromone (telehormone; ectohormone) adalah juga semacam hormon yang tidak
disekresikan ke dalam pembuluh darah, tetapi keluar tubuh species yang menghasilkan
zat tersebut. Pheromon adalah suatu zat yang bersifat penarik perhatian dari jenis
seks yang berlawanan (sex attractants). Hormon ini dihasilkan oleh hewan insect betina
yang melalui mekanisme neurologis akan mempunyai daya tarik terhadap dirinya oleh
insect jantan. Berikan analisismu mengenai feromon yang termasuk hormona padahal tidak
diedarkan ke peredaran darah!

11. Kafein (1,3,7-trimetilxantin) merupakan senyawa alkaloid pahit yang biasanya ditemukan
dalam teh, kopi, dan biji cokelat. Kafein terutama berfungsi sebagai perangsang sistem
saraf pusat, jantung, dan pernapasan. Pada metabolisme tubuh, kafein akan diabsorbsi
dengan sempurna dalam sistem pencernaan dalam waktu 30-60 menit. Dengan demikian,
kafein tidak berefek segera. Pada otak kafein akan menghalangi reseptor adenosin.
Reseptor adenosin ini jika terikat pada reseptor sel saraf akan menurunkan aktivitas sel
saraf. Akibat kemiripan struktur molekul kafein dengan struktur adenosin, kafein dapat
terikat pada reseptor tetapi tidak memberi efek penurunan aktivitas sel saraf. Saraf yang
bekerja secara terus menerus akan menyebabkan pelepasan hormon epinefrin. Jika hal
tersebut terjadi maka akan mengakibatkan beberapa efek, seperti denyut jantung lebih
tinggi, tekanan darah meningkat, aliran darah ke otot meningkat, aliran darah ke kulit dan
organ dalam menurun, dan pelepasan glukosa oleh hati yang meningkat.
Bagaimanakah jika kafein yang dikonsumsi dalam jumlah yang sedikit, misalnya tiap hari satu cangkir
kecil, apakah masih berdampak seperti yang dijelaskan diatas? Bagaimanakah solusinya untuk para
penikmat kopi, teh dan coklat?

Jika kamu tidak kuat menanggung lelahnya belajar,


maka kamu akan menanggung perihnya kebodohan
{Imam Syafi’i}
Lampiran 4 Instrumen Uji Coba

INSTRUMEN PENELITIAN

Materi Sistem Endokrin

1. Kelenjar endokrin berasal dari sel-sel epitel yang melakukan proliferasi ke arah
tenunan pengikat. Sel-sel epitel yang telah berproliferasi ini akhirnya di dalam
diferensiasinya akan membentuk sebuah kelenjar endokrin. Hubungan antara sel-sel
epitel yang berproliferasi ke dalam tenunan pengikat ini akan kehilangan
hubungannya dengan sel-sel epitel dari mana mereka berasal. Sebagai kompensasi
tidak terbentuknya saluran, maka disekitar kelenjar endokrin tumbuh dan
berkembang pembuluh-pembuluh kapiler. Ke dalam pembuluh-pembuluh kapiler ini zat-
zat yang dihasilkan kelenjar endokrin dialirkan., Akibat hilangnya hubungan ini, maka
kelenjar endokrin tidak mempunyai saluran untuk menyalurkan zat-zat yang dihasilkan
ke permukaan. Oleh karena itu kelenjar endokrin biasa juga disebut kelenjar tanpa
saluran (ductless gland).
Berdasarkan kutipan diatas, kemukakan penjelasanmu tentang cara yang dilakukan
kelenjar endokrin untuk dapat menyalurkan zat-zat yang dihasilkan kepermukaan!

2. Saraf simpatis dan parasimpatis mensekresikan hanya satu di antara substansi


neurotransmiter , asetilkoline atau norepinefrine. Serat yang mensekresikan asetilkoline
disebut kolinergik dan serat yang mensekresikan norepinefrine dikenal sebagai
adrenergik. Semua preganglion adalah kolinergik baik pada sistem syaraf simpatis
maupun parasimpatis. Sedangkan pada postganglion saraf simpatik adalah adrenergik
dan postganglion pada parasimpatis adalah kolinergik. Asetilkoline memiliki dua tipe
reseptor, yaitu reseptor muskarinik dan nikotinik. Reseptor muskarinik ditemukan pada
semua sel efektor yang distimulasi oleh postganglion kolinergik dari sistem parasimpatis
sedangkan reseptor nikotinik ditemukan pada ganglia autonom pada sinaps di antara
preganglion dan postganglion dari sistem parasimpatik.Sedangkan norepinefrine atau
adrenaline memiliki dua reseptor yaitu reseptor alpha dan reseptor beta.
Jelaskan karakteristik dari dua jenis neurotransmitter yang dijelaskan pada kutipan diatas!

3. Zat yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin adalah hormon. Sifat-sifat dari hormon
adalah zat ini merupakan pengaturan fisiologis terhadap kelangsungan hidup sesuatu
organ atau suatu sistem. Kekhususan yang lain-lainya yang dikaitkan dengan hormon
adalah bahwa hormon merupakan zat kimia organik. Zat ini mempunyai efektifitas
yang tinggi meskipun hanya diberikan dalam jumlah yang sangat sedikit. Sekresi
hormon yang terlalu sedikit ataupun banyak akan mempengaruhi banyak hal dalam
metabolism, pertumbuhan dan perkembangan.Selanjutnya hormon dihasilkan oleh sel

150
hidup yang sehat dari sebuah kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin tidak
mempunyai saluran, maka hormon yang dihasilkannya langsung disekresikan ke
dalam pembuluh darah.
Jelaskanlah pendapatmu tentang karakteristikhormon yang mempunyai efektifitas yang
tinggi meskipun hanya diberikan dalam jumlah yang sangat sedikit?

4. Selain neuron, sistem saraf juga mengandung sel-sel glia, yang mendukung dan
memelihara neuron. Neuron menggunakan sinyal elektrokimia, atau neurotransmitter
untuk transmisi impuls dari satu neuron yang lain. Namun, transmisi impuls dari satu
neuron ke lain tidak sesederhana kedengarannya. Neurotransmiter yang sama dapat
memberikan pengaruh yang berbeda pada jenis sel yang berlainan. Neurotransmiter
kebanyakan berupa molekul organik kecil yang mengandung nitrogen. Sebuah
neurotransmiter tunggal dapat memicu respon yang berbeda pada sel pascasinaptik. Hal
ini tergantung pada keberadaan reseptor di sel pascasinaptik yang berbeda serta pada
model kerja reseptor tersebut. Kebanyakan neurotransmiter berikatan dengan reseptor
yang berpengaruh langsung pada protein saluran ion, dan mengubah permeabilitas
membran sel pascasinaptik. Komunikasi sinaptik ini berlangsung dalam waktu beberapa
milidetik. Ada beberapa macam neurotransmitter, misalnya asetil kolin, asam amino,
neuropeptide, dan masih banyak lainnya.
Buatlah analisismu mengenai komunikasi neurotransmitter dari kutipan diatas!

5. Berdasarkan kutipan pada soal nomer 1, mengapa kelenjar endokrin disebut sebagai
kelenjar tanpa saluran (ductless gland)? Dan bagaimanakah aksi yang ditimbulkan akibat
itu?

6. Berdasarkan kutipan pada soal nomer 4, mengapa komunikasi neurotransmitter


berlangsung sangat cepat?

7. Berdasarkan kutipan pada soal nomer 2 , hal apakah yang menjadi inti pembahasan?
Mengapa anda mengatakan itu?

8. Beradasarkan kutipan pada soal nomer 3, apa sajakah karakteristik hormon itu?

9. Berdasarkan kutipan nomer 1 dan 2, apakah perbedaan yang mendasarinya? Mengapa?

10. Berdasarkan kutipan nomer 3 dan 4, apakah perbedaan yang mencolok tentang
komunikasi pada sistem endokrin dengan komunikasi pada sistem saraf saraf? Mengapa?

11. Perhatikan pernyataan dibawah ini!

151
a. Karbondioksida (CO2) adalah suatu zat yang dihasilkan oleh sel-sel yang sehat.
Dengan jumlah yang sedikit setelah memasuki peredaran darah, CO2 akan
bekerja pula pada pusat pernapasan di medula oblongata dan akan merangsang
pernapasan.
b. Leucotaxin merupakan zat organic yang dihasilkan oleh sel-sel yang mengalami
kerusakan namun diedarkan ke seluruh tubuh. Zat ini berkemampuan untuk
menghimpun butir-butir darah putih disekitar sel-sel yang luka dengan tujuan
untuk membasmi mikroorganisme yang mungkin masuk di daerah sel-sel yang
mengalami perlukaan.
c. Renin yang dihasilkan oleh ginjal merupakan salah satu prohormon , yang
kemudian menjadi aktif setelah mengalami konversi di dalam plasma darah
menjadi Angiotensin
Berdasarkan karakteristik hormon yang dipaparkan pada kutipan nomer 2 dan dari ketiga
pernyataan diatas, yang manakah hormon dan yang bukan hormon? jelaskan pendapatmu!

12. Perhatikan pernyataan berikut!


a. Kelenjar-kelenjar endokrin dimasukkan ke dalam suatu sistem karena getah
(sekret) dari satu kelenjar endokrin dapat mempengaruhi kelenjar endokrin lainnya
b. Seperti halnya kelenjar eksokrin, kelenjar endokrin juga berasal dari jaringan
epitel, hanya pada proses pembentukkannya pada kelenjar endokrin sel sel yang
berdiferensiasi menjadi kelenjar terlepas dari jaringan epitel induknya, sehingga
tidak mempunyai saluran pelepasan, karena itu disebut kelenjar buntu
c. Meskipun kerja sistem saraf agak berbeda dengan cara kerja hormonnamun
hanya sedikit kelenjar endokrin yang akan bersekresi bila ada rangsang yang
datang dari saraf

Berdaasrkan pernyataan berikut tentang kelenjar endokrin, yang manakah yang tepat dan
yang manakah yang tidak tepat? Jelaskan pendapatmu!

13. Berdasarkan kutipan pada soal nomer 1, 2, 3 dan 4 diatas, tentukanlah isi kolom tabel
karakteristik sistem endokrin dibawah ini!

Karateristik sistem endokrin

Karakteristik kelenjarnya?

Diedarkan melalui?

152
Cara kerja secara?
Menghasilkan?

14. Lengkapilah tabel dibawah ini dengan jawaban yang tepat !

7
1
6

2
5

3 4

No Kelenjar Hormon yang dihasilkan Peranan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

15. Berdasarkan kutipan pada soal nomer 1, 2, 3 dan 4 isilah perbedaan antara sistem saraf
dengan sistem hormon dibawah ini!

153
Aspek Pembeda Sistem Saraf Sistem Hormon

Sekresi
Pengaturan terhadap
efek yang akan terjadi
Respons terhadap hasil
sekretnya
Aksi/proses
berlangsung secara
Komunikasi

16. Perhatikan gambar dibawah ini!

a. Menurutmu, apakah yang di tandai X? Jelaskan secara singkat!


b. Jelaskanlah mekanisme diatas dengan langsung pada contoh salah satu kelenjar
endokrinnya!

17. Perhatikan gambar dibawah ini!

154
a. Ketika hormon FSH dan LH yang dihasilkan oleh kelenjar pituari meningkat, apa
yang terjadi pada hormon estrogen-progesterone dan dinding endometrium?
b. Pada kondisi uterus dan hormon entrogen –progesteron yang bagaimanakah tahap
ovulasi terjadi?

18. Perhatikan kedua gambar dibawah ini!

A B

a. Apakah yang membedakan antara gambar A dan B?


b. Menurutmu, apakah keduanya merupakan cara komunikasi yang dilakukan oleh
kelenjar endokrin? Jelaskan pendapatmu!

19. Bacalah kutipan dibawah ini!


Kelenjar endokrin berasal dari sel-sel epitel yang melakukan proliferasi ke arah
tenunan pengikat. Sel-sel epitel yang telah berproliferasi ini akhirnya di dalam
diferensiasinya akan membentuk sebuah kelenjar endokrin. Hubungan antara sel-sel
epitel yang berproliferasi ke dalam tenunan pengikat ini akan kehilangan
hubungannya dengan sel-sel epitel dari mana mereka berasal. Akibat hilangnya
hubungan ini, maka kelenjar endokrin tidak mempunyai saluran untuk menyalurkan zat-
zat yang dihasilkan ke permukaan. Sebagai kompensasi tidak terbentuknya saluran,
maka disekitar kelenjar endokrin tumbuh dan berkembang pembuluh-pembuluh
kapiler. Ke dalam pembuluh-pembuluh kapiler ini zat-zat yang dihasilkan kelenjar
endokrin dialirkan. Zat-zat yang dihasilkan disekresikan langsung ke dalam pembuluh
darah yang melewati sel-sel kelenjar endokrin itu sendiri.
Buatlah generalisasi dari paragraf diatas!

20. Perhatikan pernyataan berikut ini:


a. Hormon FSH dan LH merupakan hormon yang disekresikan oleh kelenjar pituitary
yang berada di bagian dalam hipotalamus
b.Hormon ini bersifat berlawanan satu sama lainnya dan berperan penting terhadap
proses fungsi gonad
Buatlah kesimpulan dari pernyataan diatas!

155
21. Hormon bekerja atas perintah dari sistem saraf. Sistem yang mengatur kerjasama antara
saraf dan hormon terdapat pada daerah hipotalamus. Daerah hipotalamus sering disebut
daerah kendali saraf endokrin (neuroendocrine control). Di bagian dasar hipotalamus
otak, terdapat kelenjar hipofisis yang berbentuk oval yang ukurannya hanya sebesar
kacang dan memiliki berat 0,5 gram. Inilah kelenjar yang disebut sebagai master of gland,
karena banyak menghasilkan hormon-hormon dan merangsang kerja kelenjar lainnya.
Menurut anda,bagaimana contoh hubungan antara sistem saraf dengan sistem endokrin
(dalam hal ini kelenjar hipofisis) dalam penerapan di kehidupan sehari-hari?

22. Dalam perkembangannya, hormon FSH dan LH dapat dibuat secara sintetik untuk
mengatur reproduksi seseorang. Dengan adanya suntik hormon, seseorang dapat menunda
atau memajukan waktu fertilenya (waktu subur) untuk berbagai keperluan. Termasuk
hormon yang mempengaruhi apakah FSH dan LH? Sebutkan contoh hormon lain yang
fungsinya secara umum sama dengan kedua hormon tersebut!

23. Pheromone (telehormone; ectohormone) adalah juga semacam hormon yang tidak
disekresikan ke dalam pembuluh darah, tetapi keluar tubuh species yang
menghasilkan zat tersebut. Pheromon adalah suatu zat yang bersifat penarik
perhatian dari jenis seks yang berlawanan (sex attractants). Hormon ini dihasilkan oleh
hewan insect betina yang melalui mekanisme neurologis akan mempunyai daya tarik
terhadap dirinya oleh insect jantan. Berikan analisismu mengenai feromon yang
termasuk hormona padahal tidak diedarkan ke peredaran darah!

24. Hormon pertumbuhan (GH) yang dihasilkan dengan teknologi DNS telah membantu
ratusan anak yang menderita kekerdilan pituitary untuk tumbuh secara normal dan
mencapai tinggi badan di dalam kisaran normal. Sekarang saat hormon itu begitu
mudahnya tersedia dan relatif murah, banyak orangtua yang merasa bahwa anak-anak
mereka tidak tumbuh cukup cepat ingin menggunakan GH untuk membuat anak-anaknya
tumbuh lebih cepat dan lebih tinggi. Namun, terdapat potensi adanya pengaruh yang
berbahaya, seperti pengurangan lemak tubuh dan peningkatan massa otot. Dan masih
belum diketahui apakah suntikan GH akan mempunyai pengaruh jangka panjang yang
secara serius membahayaan pada individu yang tidak mempunyai kondisi hipopituitari.
Kriteria apa menurut anda yang menentukan kasus mana yang dapat diatasi dengan
pengobatan GH atau terapi hormon lain?

25. Buatlah kesimpulan mengenai karakteristik hormon yang anda ketahui berdasarkan pada:
- Kelenjar-kelenjar yang mensekresikan hormon - Peranan
- Respon terhadap tubuh - Cara kerja hormon

156
Lampiran 5
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas (SMA)


KeLAS : IX IPA
Mata pelajaran : Biologi
Alokasi Waktu : 2 Jam pelajaran (2 x 45 menit)
Jumlah Soal : 25 butir soal
Bentuk Soal : Essay
Materi : Sistem Endokrin
Kompetensi Dasar : 3.6 Menjelaskan keterkaitan struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi
pada sistem regulasi manusia (saraf, endokrin, dan penginderaan)
Indikator Pembelajaran :
3.6.1 Menganalisis karakteristik kelenjar endokrin
3.6.2 Menyimpulkan perbedaan antara sistem saraf dengan sistem endokrin
3.6.3 Menganalisis letak kelenjar endokrin, sekresi hormon dan peranannya
3.6.4 Menghubungkan penyebab terjadinya gangguan yang terjadi pada sistem endokrin

157
A. ESSAY

Keterampilan Sub Aspek Berpikir No Soal Jumlah


Indikator
Berpikir Kritis Kritis C3 C4 C5 C6 Soal
Mengidentifikasi atau
Memfokuskan merumuskan kriteria untuk
1 (2), 2 2
Pertanyaan mempertimbangkan
jawaban yang mungkin
Menganalisis Mengidentifikasi alasan
Memberikan 3, 4 2
argumen yang dinyatakan
Penjelasan
Sederhana Bertanya dan Mengapa 5, 6(1) 2
menjawab pertanyaan
tentang suatu Apa intinya 7, 8 2
penjelasan dan
tantangan Perbedaan yang
9, 10(4) 2
menyebabkannya
Mempertimbangkan
Kemampuan memberi
kredibilitas suatu 11(5),12 2
alasan
Membangun sumber
keterampilan Mencatat hal-hal yang
Mengobservasi dan 13, 14(6) 2
dasar diinginkan
mempertimbangkan
hasil observasi Ikut terlibat dalam
15(7) 1
menyimpulkan
Membuat deduksi
Kesimpulan dan Interpretasi pertanyaan 16, 17(8) 18 3
mempertimbangkan

158
hasil deduksi
Membuat induksi dan
mempertimbangkan Membuat generalisasi 19, 20(9) 2
hasil induksi
Membuat dan
mempertimbangkan Penerapan prinsip-prinsip 21(10) 1
nilai
Mendefinisikan Mengklasifikasikan dan
Membuat 22(11) 1
istilah memberikan contoh
penjelasan lebih
Mengidentifikasi Alasan yang tidak
lanjut 23 1
asumsi dinyatakan
Strategi dan Memutskan suatu Menyeleksi kriteria untuk
24(12) 25 2
taktik tindakan membuat solusi
Total butir soal 25

159
Aspek Sub Aspek Standar
Jenjang No.
Berpikir Berpikir Indikator Bentuk Soal Kunci Jawaban Penilaian
Kognitif Soal
Kritis Kritis (poin)
Kelenjar endokrin berasal dari Kelenjar endokrin tidak a. Benar dan
sel-sel epitel yang melakukan mempunyai saluran yang lengkap skor 3
proliferasi ke arah tenunan bisa menjadi tempat b. Benar
pengikat. Sel-sel epitel yang menyalurkan zat-zat yang namun kurang
telah berproliferasi ini akhirnya dihasilkan (hormon) ke lengkap skor 2
di dalam diferensiasinya akan permukaan tubuh. Oleh c.
membentuk sebuah kelenjar karena itu, kelenjar-kelenjar Mengerjakan
endokrin. Hubungan antara sel- endokrin hormon dialirkan namun kurang
sel epitel yang berproliferasi keseluruh tubuh menuju ke tepat skor 1
ke dalam tenunan pengikat ini sel-sel target yang ada di d. Tidak
akan kehilangan hubungannya dalam tubuh. Hormon- menjawab
Mengidentifikasi
dengan sel-sel epitel dari hormon tersebut dihasilkan skor 0
atau merumuskan
Memberikan mana mereka berasal. Sebagai disekresikan langsung ke
Memfokuskan kriteria untuk
penjelasan C3 1. kompensasi tidak terbentuknya dalam pembuluh darah
pertanyaan mempertimbangk
sederhana saluran, maka disekitar yang melewati sel-sel
an jawaban yang
kelenjar endokrin tumbuh dan kelenjar endokrin itu
mungkin
berkembang pembuluh- sendiri, maka kelenjar
pembuluh kapiler. Ke dalam endokrin biasa juga disebut
pembuluh-pembuluh kapiler ini kelenjar yang menghasilkan
zat-zat yang dihasilkan kelenjar zat-zatnya ke dalam tubuh
endokrin dialirkan., Akibat (glands of internal
hilangnya hubungan ini, maka secretion).. Hasil penelitian
kelenjar endokrin tidak juga membuktikan bahwa,
mempunyai saluran untuk sel- target dar kelenjar
menyalurkan zat-zat yang endokrin bukan hanya satu
dihasilkan ke permukaan. sel target, namun ada juga
Oleh karena itu kelenjar suatu hormon yang

160
endokrin biasa juga disebut mempengaruhi beberapa
kelenjar tanpa saluran (ductless sel-sel target.
gland).
Berdasarkan kutipan diatas,
kemukakan penjelasanmu
tentang cara yang dilakukan
kelenjar endokrin untuk dapat
menyalurkan sekretnya ke
permukaan!
Saraf simpatis dan Asetilkoline: a. Benar dan
parasimpatis mensekresikan - Dihasilkan oleh saraf lengkap skor 3
hanya satu di antara substansi simpatik dan parasimpatik b. Benar
neurotransmiter , asetilkoline - Serat yang namun kurang
atau norepinefrine. Serat yang mensekresikannya disebut lengkap skor 2
mensekresikan asetilkoline kolinergik c.
disebut kolinergik dan serat - Terdapat di preganglion Mengerjakan
yang mensekresikan (baik di saraf simpatik atau namun kurang
Mengidentifikasi norepinefrine dikenal sebagai parasimpatik) tepat skor 1
atau merumuskan adrenergik. Semua preganglion - Memiliki 2 tipe reseptor, d. Tidak
Memberikan
Memfokuskan kriteria untuk adalah kolinergik baik pada yaitu reseptor muskarinik menjawab
penjelasan C3 2.
pertanyaan mempertimbang- sistem syaraf simpatis maupun dan reseptor nikotinik skor 0
sederhana
kan jawaban yang parasimpatis. Sedangkan pada
mungkin postganglion saraf simpatik Norepinefrine:
adalah adrenergik dan - Dihasilkan oleh saraf
postganglion pada simpatik dan parasimpatik
parasimpatis adalah kolinergik. - Serat yang
Asetilkoline memiliki dua tipe mensekresikannya disebut
reseptor, yaitu reseptor adrenergic
muskarinik dan nikotinik. - Terdapat di postganglion
Reseptor muskarinik ditemukan (baik di saraf simpatik atau
pada semua sel efektor yang parasimpatik)

161
distimulasi oleh postganglion - Memiliki 2 tipe reseptor
kolinergik dari sistem yaitu reseptor alpha dan
parasimpatis sedangkan beta
reseptor nikotinik ditemukan
pada ganglia autonom pada
sinaps di antara preganglion
dan postganglion dari sistem
parasimpatik. Sedangkan
norepinefrine atau adrenaline
memiliki dua reseptor yaitu
reseptor alpha dan reseptor
beta.
Jelaskan karakteristik dari dua
jenis neurotransmitter yang
dijelaskan pada kutipan diatas!
Zat yang dihasilkan oleh Di dalam tubuh manusia, a. Benar dan
kelenjar endokrin adalah hormon dibutuhkan dalam lengkap skor 3
hormon. Sifat-sifat dari hormon jumlah yang sedikit. Berbeda b. Benar
adalah zat ini merupakan dengan makromolekul namun kurang
pengaturan fisiologis terhadap organic, seperti protein, lengkap skor 2
kelangsungan hidup sesuatu karbohidrat, lemak dan c.
organ atau suatu sistem. mineral atau neurotransmitter Mengerjakan
Memberikan Mengidentifikasi
Menganalisis Kekhususan yang lain-lainya seperti asetilkolin, efinefrin namun kurang
penjelasan alasan yang C4 3.
argument yang dikaitkan dengan hormon dan lainnya dalam jumlah tepat skor 1
sederhana dinyatakan
adalah bahwa hormon yang banyak untuk d. Tidak
merupakan zat kimia organik. mencukupi kebutuhan mereka menjawab
Zat ini mempunyai efektifitas dalam menjalnkan perannya skor 0
yang tinggi meskipun hanya masing-masing. Walau
diberikan dalam jumlah yang begitu, kekurangan
sangat sedikit. Sekresi hormon (hiposekresi) ataupun
yang terlalu sedikit ataupun kelebihan (hipersekresi)

162
banyak akan mempengaruhi hormon dalam tubuh akan
banyak hal dalam metabolism, mengganggu homeostasis,
pertumbuhan dan metabolism juga
perkembangan. Selanjutnya berkembangan dn
hormon dihasilkan oleh sel pertumbuhannya dan
hidup yang sehat dari sebuah berdampak jangka panjang.
kelenjar endokrin. Kelenjar Misalnya kelebihan hormon
endokrin tidak mempunyai GH akan membuat
saluran, maka hormon yang pertumbuhan (baik secara
dihasilkannya langsung tinggi dan berat) seseorang
disekresikan ke dalam pembuluh menjadi berlebih, atau yang
darah. disebut sebagai akromegali
Jelaskanlah pendapatmu tentang
karakteristik hormon yang
mempunyai efektifitas yang
tinggi meskipun hanya diberikan
dalam jumlah yang sangat
sedikit?
Selain neuron, sistem saraf juga Setelah neurotransmitter a. Benar dan
mengandung sel-sel glia, yang disekresikan oleh sel-sel saraf, lengkap skor 3
mendukung dan memelihara kemudian berikatan dengan b. Benar
neuron. Neuron menggunakan respetor-reseptor hingga namun kurang
sinyal elektrokimia, atau memicu respon pasa sel lengkap skor 2
Memberikan Mengidentifika-si neurotransmitter untuk pascasinapsis. Keberagaman c.
Menganalisis
penjelasan alasan yang C4 4. transmisi impuls dari satu respon tergantung pada Mengerjakan
argument
sederhana dinyatakan neuron yang lain. Namun, keberadaan reseptor dan namun kurang
transmisi impuls dari satu model kerjanya. Misalnya tepat skor 1
neuron ke lain tidak Asetilkolin dilepas oleh d. Tidak
sesederhana kedengarannya. serabut preganglionik menjawab
Neurotransmiter yang sama simpatis dan serabut skor 0
dapat memberikan pengaruh preganglionik

163
yang berbeda pada jenis sel parasimpatis yang disebut
yang berlainan. serabut kolinergik. Yang
Neurotransmiter kebanyakan kemudian dibawa hingga ke
berupa molekul organik kecil daerah sinapsis.
yang mengandung nitrogen.
Sebuah neurotransmiter
tunggal dapat memicu respon
yang berbeda pada sel
pascasinaptik. Hal ini
tergantung pada keberadaan
reseptor di sel pascasinaptik
yang berbeda serta pada model
kerja reseptor tersebut.
Kebanyakan neurotransmiter
berikatan dengan reseptor yang
berpengaruh langsung pada
protein saluran ion, dan
mengubah permeabilitas
membran sel pascasinaptik.
Komunikasi sinaptik ini
berlangsung dalam waktu
beberapa milidetik. Ada
beberapa macam
neurotransmitter, misalnya
asetil kolin, asam amino,
neuropeptide, dan masih
banyak lainnya.
Buatlah analisismu mengenai
komunikasi neurotransmitter dari
kutipan diatas!

164
Kelenjar endokrin disebut a. Benar dan
sebagai kelenjar tanpa saluran lengkap skor 3
karena dalam proses b. Benar
pembentukan sel-sel nya . namun kurang
sel-sel epitel yang lengkap skor 2
Bertanya dan Berdasarkan kutipan pada soal melakukan proliferasi ke c.
menjawab nomer 1, mengapa kelenjar arah tenunan pengikat Mengerjakan
Memberikan
pertanyaan endokrin disebut sebagai berdiferensiasi membentuk namun kurang
penjelasan Mengapa C4 5.
tentang suatu kelenjar tanpa saluran (ductless sebuah kelenjar endokrin. tepat skor 1
sederhana
penjelasan dan gland)? Dan bagaimanakah aksi Hubungan antara sel-sel d. Tidak
tantangan yang ditimbulkan akibat itu? epitel yang berproliferasi ke menjawab
dalam tenunan pengikat ini skor 0
akan kehilangan
hubungannya dengan sel-sel
epitel dari mana mereka
berasal
Komunikasi neurotransmitter a. Benar dan
sangatlah cepat, karena lengkap skor 3
mengikuti efek kerja sistem b. Benar
saraf juga sangat cepat. namun kurang
Neurotransmitter berperan lengkap skor 2
Bertanya dan
sebagi penghubung sinaps c.
menjawab Berdasarkan kutipan pada soal
Memberikan antar neuron atau antarglia. Mengerjakan
pertanyaan nomer 4, mengapa komunikasi
penjelasan Mengapa C4 6. Neurotransmiter berikatan namun kurang
tentang suatu neurotransmitter berlangsung
sederhana dengan reseptor yang tepat skor 1
penjelasan dan sangat cepat?
berpengaruh langsung pada d. Tidak
tantangan
protein saluran ion, dan menjawab
mengubah permeabilitas skor 0
membran sel pascasinaptik.
Kerja neurotransmitter sangat
dipengaruhi oleh keberadaan

165
reseptor di sel pascasinaptik
serta model kerja reseptor
tersebut.
a. Benar dan
lengkap skor 3
Inti dari kutipan soal nomer b. Benar
Bertanya dan 2 yaitu membahas tentang 2 namun kurang
Berdasarkan kutipan pada soal
menjawab jenis neurotransmitter, yaitu lengkap skor 2
Memberikan nomer 2 , hal apakah yang
pertanyaan asetilkolin dan norefinefrin. c.
penjelasan Apa intinya C4 7. menjadi inti pembahasan?
tentang suatu Pembahasan dimulai dari sel Mengerjakan
sederhana Mengapa anda mengatakan itu?
penjelasan dan saraf yang namun kurang
tantangan mensekresikannya, letak dan tepat skor 1
jenis-jenisnya. d. Tidak
menjawab
skor 0
Karakteristik hormon: a. Benar dan
- Berfungsi untuk mengaturan lengkap skor 3
fisiologis kelangsungan b. Benar
hidup sesuatu organ atau namun kurang
suatu sistem. lengkap skor 2
Bertanya dan - Merupakan zat kimia c.
menjawab organik. Mengerjakan
Memberikan Beradasarkan kutipan pada soal
pertanyaan - Mempunyai efektifitas namun kurang
penjelasan Apa intinya C4 8. nomer 3, apa sajakah
tentang suatu yang tinggi meskipun tepat skor 1
sederhana karakteristik hormon itu?
penjelasan dan hanya diberikan dalam d. Tidak
tantangan jumlah yang sangat sedikit. menjawab
- Dihasilkan oleh sel hidup skor 0
yang sehat dari sebuah
- Hormon yang
dihasilkannya langsung
disekresikan ke dalam

166
pembuluh darah
Perbedaan yang mencolok a. Benar dan
dari dua kutipan tersebut ialah lengkap skor 3
pada cara komunikasi. Karena b. Benar
pada saat proses pembentukan namun kurang
se-sel epitel menjadi jaringan lengkap skor 2
endokrin tidak mengalami c.
diferensiasi, sehingga Mengerjakan
membuat sel-sel endokrin namun kurang
Bertanya dan
tersebut tidak mempunyai tepat skor 1
menjawab
Memberikan Berdasarkan kutipan nomer 1 saluran untuk mengedarkan d. Tidak
pertanyaan Perbedaan apa yang
penjelasan C4 9. dan 2, apakah perbedaan yang hasil sekresinya hingga bisa menjawab
tentang suatu menyebabkannya
sederhana mendasarinya? Mengapa? dimunculkan responnya skor 0
penjelasan dan
terhadap tubuh. Sedangkan
tantangan
pada kutipan pada nomer 2,
dijelaskan tentang
karakteristik 2
neurotransmitter (asetilkolin
dan norefinefrin) yang
bekerja melalui jaringan
sistem saraf yang ada di
seluruh tubuh
Hormon dan neurotransmitter a. Benar dan
Bertanya dan Berdasarkan kutipan nomer 3 merupakan zat kimia organic lengkap skor 3
menjawab dan 4, apakah perbedaan yang yang dihasilkan oleh sel-sel b. Benar
Memberikan Perbedaan apa
pertanyaan mencolok tentang komunikasi hidup. Keduanya sama-sama namun kurang
penjelasan yang C4 10.
tentang suatu pada sistem endokrin dengan dibutuhkan tubuh dalam lengkap skor 2
sederhana menyebabkannya
penjelasan dan komunikasi pada sistem saraf jumlah yang sedikit. c.
tantangan saraf? Mengapa? Perbedaannya adalah pada Mengerjakan
cara komunikasi yang namun kurang

167
dilakukannya. tepat skor 1
Neurotransmitter membantu d. Tidak
terhubungnya sinaps pada menjawab
antarneuron atau antarglia, skor 0
sehingga berlangsung sangat
cepat. Sedangkan hormon
menggunakan perantara
peredaran darah untuk
membantu mencari sel target
yang tersebar di seluruh
tubuh. Oleh karena itu sistem
endokrin berlangsung lebih
lambat namun berfek lebih
lama / jangka panjang
Perhatikan pernyataan dibawah Pernyataan b (leucotaxin) a. Benar dan
ini! bukan merupakan hormon, lengkap skor 3
a. Karbondioksida (CO2) karena berasal dari sel-sel b. Benar
adalah suatu zat yang yang rusak. Sedangkan dalam namun kurang
dihasilkan oleh sel-sel yang kutipan pada nomer 3, lengkap skor 2
sehat. Dengan jumlah yang dikatakan bahwa suatu hal c.
sedikit setelah memasuki dikatakan sebagai hormon Mengerjakan
Mempertim-
Membangun Kemampuan peredaran darah, CO2 akan apabila dihasilkan oleh sel namun kurang
bangkan
keterampilan memberikan C5 11. bekerja pula pada pusat hidup yang sehat dari tepat skor 1
kredibilitas
dasar alasan pernapasan di medula sebuah kelenjar endokrin. d. Tidak
suatu sumber
oblongata dan akan Leucotaxin oleh karenanya menjawab
merangsang pernapasan. tidak dikatagorikan sebagai skor 0
b. Leucotaxin merupakan zat hormon, meskipun zat ini
organic yang dihasilkan oleh termasuk zat organik dan
sel-sel yang mengalami langsung dihantar masuk ke
kerusakan namun diedarkan dalam pembuluh darah.
ke seluruh tubuh. Zat ini Leucotaxin termasukkatagori

168
berkemampuan untuk parahormon atau biasa juga
menghimpun butir-butir disebut pseudo-hormon.
darah putih disekitar sel-sel Pernyataan c (renin)
yang luka dengan tujuan merupakan hormon, atau
untuk membasmi lebih tepatnya termasuk
mikroorganisme yang hormon jenis prohormon,
mungkin masuk di daerah yaitu hormon yang diaktifkan
sel-sel yang mengalami diluar kelenjar sekresinya
perlukaan. (ginjal)
c. Renin yang dihasilkan oleh Sedangkan jawaban yang a
ginjal merupakan salah satu (karbondioksida) bukanlah
prohormon, yang kemudian hormon, Meskipun CO2
menjadi aktif setelah memenuhi sebagian besar
mengalami konversi di dalam kriteria dari hormon, CO2
plasma darah menjadi bukan zat organik dan tidak
Angiotensin pula dihasilkan oleh sebuah
Berdasarkan karakteristik kelenjar endokrin. Oleh
hormon yang dipaparkan pada karenanya CO2 tidak dapat
kutipan nomer 2 dan dari ketiga dikatagorikan ke dalam
pernyataan diatas, yang manakah hormon.
hormon dan yang bukan
hormon? jelaskan pendapatmu!
Perhatikan pernyataan berikut! Pernyataan a dan b tepat a. Benar dan
a. Kelenjar-kelenjar endokrin sedangkan pernyatan c lengkap skor 3
dimasukkan ke dalam suatu kurang tepat. Semua kelenjar b. Benar
Mempertim-
Membangun Kemampuan sistem karena getah (sekret) endokrin dipengaruhi oleh namun kurang
bangkan
keterampilan memberikan C5 12. dari satu kelenjar endokrin sistem saraf. Bahkan ada lengkap skor 2
kredibilitas
dasar alasan dapat mempengaruhi beberapa kelenjar yang c.
suatu sumber
kelenjar endokrin lainnya mekanisme kerjanya Mengerjakan
b. Seperti halnya kelenjar memang sangat tergantung namun kurang
eksokrin, kelenjar endokrin dengan stimulus yang tepat skor 1

169
juga berasal dari jaringan dibawa oleh sistem saraf, d. Tidak
epitel, hanya pada proses seperti kelenjar pituitary dan menjawab
pembentukkannya pada kelenjar hipofisis. skor 0
kelenjar endokrin sel sel
yang berdiferensiasi
menjadi kelenjar terlepas
dari jaringan epitel
induknya, sehingga tidak
mempunyai saluran
pelepasan, karena itu disebut
kelenjar buntu
c. Meskipun kerja sistem
saraf agak berbeda dengan
cara kerja sistem endokrin
namun hanya sedikit
kelenjar endokrin yang akan
bersekresi bila ada
rangsang yang datang dari
saraf
Berdaasrkan pernyataan
berikut tentang kelenjar
endokrin, yang manakah yang
tepat dan yang manakah yang
tidak tepat? Jelaskan
pendapatmu!

170
Karateristik a. Benar dan
Berdasarkan kutipan pada soal sistem Penjelasan lengkap skor 3
nomer 1, 2, 3 dan 4 diatas, endokrin b. Benar
tentukanlah isi kolom tabel Karakteris- Tidak memiliki namun kurang
karakteristik sistem endokrin tik saluran dan lengkap skor 2
dibawah ini! kelenjarnya mensekresikan
c.
ialah hormon
kelenjar langsung ke
Mengerjakan
buntu dalam plasma namun kurang
Karateristik tepat skor 1
Penjelasan sel-sel
sistem endokrin d. Tidak
Diedarkan Diedaran oleh
Karakteristik melalalui sel plasma menjawab
kelenjarnya…. peredaran darah ke sel skor 0
darah target
Diedarkan
Mengobserva- /penerima
melalui…
Membangun si dan Cara kerja Cara kerjanya
Mencatat hal-hal spesifik khusus untuk
keterampilan mempertimba C4 13. Cara kerja…
yang diinginkan organ tertentu,
dasar ng-kan hasil namun
observasi Menghasilkan
… berdampak
untuk jangka
Dibutuhkan panjang
dalam jumlah Menghasilk Bisa
yang… an hormon menyebutkan
pengertian ,
contoh, dll
Dibutuhkan Berbagai
dalam gangguan yang
jumlah terjadi jika
yang cukup hormon yang
dihasilkan
terlalu sedikit
(hiposekresi)
atau terlalu

171
banyak
(hipersekresi)

Lengkapilah tabel dibawah ini N Kele Fungsi Peranan a. Benar dan


o njar lengkap skor 3
dengan jawaban yang tepat ! 1 Hip Sekresi Master of
. ofisi GH, TSH, glands,
b. Benar
6 namun kurang
s ACTH, mempengar
1 FSH, LH, uhi kelenjar lengkap skor 2
7 Endomorfi lainnya c.
n, MSH, Mengerjakan
8 ADH, dll
2 Pan Sekresi Mengaturka namun kurang
2 . crea hormon dar glukosa tepat skor 1
5 s insulin, dalam darah d. Tidak
glucagon. menjawab
somatostati
3 skor 0
Mengobserva- 4 n
Membangun si dan 3 Test Sekresi Membantu
Mencatat hal-hal N Kelenjar Fungsi Peranan . is hormon pemasakan
keterampilan mempertimba C4 14. o
yang diinginkan Testostero spermatozo
dasar ng-kan hasil 1 ne a
observasi . 4 Ova Sekresi Mempengar
2 . riu hormon uhi
. m Estrogen pemasakan
dan ovum
3
progeste-
. ron
4 5 Adrena Sekresi Mempengar
. . l hormon uhi
5 adrenalin, frekuensi
. noradrenali tekanan
6 n, aldos- jantung,
. terone, konsumsi
glukokortik oksigen, dll
7
oid,
. gonadokorti

172
8 koid
.
6 Tiroi Sekresi Meningkatk
. d hormon an laju
tiroksin metabolim
sel,
menstimu-
lasi
konsumsi
oksigen, dll
7 Para Sekresi Mengenda-
. tiroi hormon likan
d parathorm keseimba-
on (PTH) ngan
kalsium dan
fosfat dalam
tubuh
8 Timu Sekresi Sistem
. s hormon imun
timosin

Berdasarkan kutipan pada soal a. Benar dan


Aspek Sis-tem Sistem
nomer 1, 2, 3 dan 4 isilah Pembe-da Saraf Endokrin
lengkap skor 3
perbedaan antara sistem saraf b. Benar
Neurotra
dengan sistem hormon dibawah Sekresi
nsmitter
Hormon namun kurang
ini! Pengatu- lengkap skor 2
Mengobserva-
ran c.
Membangun si dan Ikut terlibat Aspek Sistem Sistem terhadap
Jangka Jangka
Mengerjakan
keterampilan mempertimba dalam C4 15. Pembeda Saraf Endokrin efek
pendek panjang namun kurang
dasar ng-kan hasil menyimpulkan yang
tepat skor 1
observasi Sekresi akan
terjadi d. Tidak
Pengaturan Respons menjawab
terhadap terhadap Tidak skor 0
Langsung
efek yang hasil langsung
akan terjadi sekretnya

173
Respons Aksi/
terhadap proses
hasil berlang- Cepat Lambat
sekretnya sung
secara
Aksi/proses
berlangsung Komuni- Sistem
Sinaps
secara kasi sirkulasi

Komunikasi

a. Yang ditunjuk oleh X a. Benar dan


adalah aliran darah atau lengkap skor 3
Perhatikan gambar dibawah ini! dalam hal ini ialah sistem b. Benar
peredaran darah. Karena namun kurang
hormon yang dihasilkan lengkap skor 2
oleh kelenjar endokrin c.
didistribusikan melalui Mengerjakan
plasma darah untuk namun kurang
Membuat mencari sel target/penerima tepat skor 1
deduksi dan b. Contohnya (jawaban d. Tidak
Interpretasi x
Kesimpulan mempertimba- C5 16. bersifat relative) . Kelenjar menjawab
pertanyaan
ngkan hasil adrenal yang ada di ginjal skor 0
deduksi a. Menurutmu, apakah yang mensekresikan hormon
di tandai X? Jelaskan adrenalin jika mendapat
secara singkat! rangsangan yang
b. Jelaskanlah mekanisme membahayakan. Maka,
diatas dengan langsung hormon adrenalin itu akan
pada contoh salah satu terdistribusi ke sel kulit
kelenjar endokrinnya! (sehingga menjadi pucat),
ke sel otot ( sehingga
mampu berlali lebih cepat

174
daripada biasanya), dll
Perhatikan gambar dibawah ini! a. Hormon estrogen sedang a. Benar dan
dalam masa optimal, lengkap skor 3
sehingga merangsang b. Benar
produksi hormon namun kurang
progesterone agar lengkap skor 2
meningkat. Dinding c.
endometrium semakin Mengerjakan
Membuat namun kurang
menebal
deduksi dan a. Ketika hormon FSH dan LH tepat skor 1
yang dihasilkan oleh kelenjar b. Pada tahap ovulasi,
Interpretasi
Kesimpulan mempertim- C5 17. d. Tidak
pertanyaan hormon estrogen berada
bangkan hasil pituari meningkat, apa yang menjawab
terjadi pada hormon dalam kondisi optimalnya
deduksi skor 0
estrogen-progesterone dan sehingga merangsang
dinding endometrium? hormon progesterone
b. Pada kondisi uterus dan untuk meningkat juga
hormon entrogen – kadarnya. Sehingga
progesteron yang berefek pada uterus yang
bagaimanakah tahap ovulasi mengalami penebalan pada
terjadi? dinding endometrium
Perhatikan kedua gambar a. Gambar A dalam a. Benar dan
dibawah ini! komunikasi nya tidak lengkap skor 3
memerlukan pembuluh b. Benar
Membuat
darah. Ini berarti namun kurang
deduksi dan
Interpretasi dilakukan melalui lengkap skor 2
Kesimpulan mempertimba C6 18.
pertanyaan A B komunikasi antar sel c.
ngkan hasil
(A) (B) dengan jarak yang lebih Mengerjakan
deduksi
a. Apakah yang membedakan dekat jika dibandingkan namun kurang
antara gambar A dan B? dengan gambar B yang tepat skor 1
b. Menurutmu, apakah melalui pembuluh darah d. Tidak

175
keduanya merupakan cara b. Yang dikatakan sebagai menjawab
komunikasi yang dilakukan komunikasi sistem skor 0
oleh kelenjar endokrin? endokrin adalah gambar
Jelaskan pendapatmu! B. sedangkan gambar A
merupakan contoh
simulasi parakrin.
Endokrin: hormon
didistribusikan dalam
darah dan berikatan
dengan sel target yang
jauh
Parakrin: hormon berfungsi
sebcara local dengan
berdifusi dari sumbernya ke
sel target yang merupakan
sel tetangganya
Bacalah kutipan dibawah ini! a. Benar dan
Kelenjar endokrin berasal dari lengkap skor 3
sel-sel epitel yang melakukan b. Benar
proliferasi ke arah tenunan Kelenjar endokrin tidak namun kurang
pengikat. Sel-sel epitel yang mempunyai saluran untuk lengkap skor 2
Membuat telah berproliferasi ini akhirnya menyalurkan zat-zat yang c.
induksi dan di dalam diferensiasinya akan dihasilkan ke permukaan. Mengerjakan
Membuat
Kesimpulan mempertim- C5 19. membentuk sebuah kelenjar Zat-zat yang dihasilkan namun kurang
generalisasi
bangkan hasil endokrin. Hubungan antara sel- disekresikan langsung ke tepat skor 1
induksi sel epitel yang berproliferasi dalam pembuluh darah . d. Tidak
ke dalam tenunan pengikat ini Oleh karena itu disebut menjawab
akan kehilangan hubungannya sebagai kelenjar buntu. skor 0
dengan sel-sel epitel dari
mana mereka berasal. Akibat
hilangnya hubungan ini, maka

176
kelenjar endokrin tidak
mempunyai saluran untuk
menyalurkan zat-zat yang
dihasilkan ke permukaan.
Sebagai kompensasi tidak
terbentuknya saluran, maka
disekitar kelenjar endokrin
tumbuh dan berkembang
pembuluh-pembuluh kapiler. Ke
dalam pembuluh-pembuluh
kapiler ini zat-zat yang
dihasilkan kelenjar endokrin
dialirkan. Zat-zat yang
dihasilkan disekresikan langsung
ke dalam pembuluh darah
yang melewati sel-sel kelenjar
endokrin itu sendiri.
Buatlah generalisasi dari
paragraf diatas!
Perhatikan pernyataan berikut a. Benar dan
ini: Hormon FSH dan LH lengkap skor 3
a. Hormon FSH dan LH merupakan hormon yang b. Benar
merupakan hormon yang disekresikan oleh kelenjar namun kurang
Membuat
disekresikan oleh kelenjar pituitary yang berada di lengkap skor 2
induksi dan
Membuat pituitary yang berada di bagian dalam hipotalamus c.
Kesimpulan mempertim- C5 20.
generalisasi bagian dalam hipotalamus dan bersifat berlawanan satu Mengerjakan
bangkan hasil
b. Hormon ini bersifat sama lainnya juga berperan namun kurang
induksi
berlawanan satu sama lainnya penting terhadap proses tepat skor 1
dan berperan penting terhadap fungsi gonad d. Tidak
proses fungsi gonad menjawab
Buatlah generalisasi dari skor 0

177
pernyataan diatas!
Sistem endokrin berinteraksi a. Benar dan
dengan sistem saraf berfungsi lengkap skor 3
untuk mengatur aktivitas b. Benar
Hormon bekerja atas perintah
tubuh seperti metabolism, namun kurang
dari sistem saraf. Sistem yang
homeostasis (keseimbangan lengkap skor 2
mengatur kerjasama antara
tubuh), pertumbuhan, c.
saraf dan hormon terdapat pada
perkembangan seksual dan Mengerjakan
daerah hipotalamus. Daerah
siklus reproduksi, siklus tidur, namun kurang
hipotalamus sering disebut
dan siklus nutrisi. Misalkan tepat skor 1
daerah kendali saraf endokrin
ketika menghadapi situasi d. Tidak
(neuroendocrine control). Di
yang menegangkan. Sistem menjawab
bagian dasar hipotalamus otak,
saraf menerjemahkan skor 0
terdapat kelenjar hipofisis yang
rangsangan yang menegang-
berbentuk oval yang ukurannya
Membuat dan kan tersebut dan
Penerapan hanya sebesar kacang dan
Kesimpulan mempertimban C5 21. memerintahkan kelenjar
prinsip-prinsip memiliki berat 0,5 gram. Inilah
gkan nilai hipofifsis untuk mengeluar-
kelenjar yang disebut sebagai
kan hormon endorphin untuk
master of gland, karena banyak
meresponnya. Selain itu
menghasilkan hormon-hormon
merangsang kelenjar-kelenjar
dan merangsang kerja kelenjar
lain, seperti adrenalin dan
lainnya.
pancreas untuk mengeluarkan
Menurut anda,bagaimana contoh
hormon-hormonnya. Maka,
hubungan antara sistem saraf
kenapa ketika sedang
dengan sistem endokrin (dalam
menghadapi situasi yang
hal ini kelenjar hipofisis) dalam
menegangkan pada umum
penerapan di kehidupan sehari-
responnya hampir sama.
hari?
Misalnya berkeringat dingin,
pucat, perut bergejolak/sakit
perut, gemeteran, dan lainnya.

178
Dalam perkembangannya, a. Benar dan
hormon FSH dan LH dapat lengkap skor 3
dibuat secara sintetik untuk b. Benar
FSH dan LH termasuk
mengatur reproduksi seseorang. namun kurang
hormon-hormon yang
Dengan adanya suntik hormon, lengkap skor 2
mempengaruhi sistem
seseorang dapat menunda atau c.
reproduksi, atau dalam hal
Membuat Mengklasifikasi memajukan waktu fertilenya Mengerjakan
Mengidentifi- ini mempengaruhi gonad
penjelasan dan memberikan C5 22. (waktu subur) untuk berbagai namun kurang
kasi istilah (ovarium ataupun sperma).
lebih lanjut contoh keperluan. Termasuk hormon tepat skor 1
Contoh lainnya yang masih
yang mempengaruhi apakah d. Tidak
mempunyai fungsi yang
FSH dan LH? Sebutkan contoh menjawab
hampir mirip ialah hormon
hormon lain yang fungsinya skor 0
estrogen dan progesteron
secara umum sama dengan
kedua hormon tersebut!

Pheromone (telehormone; Feromon adalah salah satu a. Benar dan


ectohormone) adalah juga hormon yang dihasilkan oleh lengkap skor 3
semacam hormon yang tidak neuron di hypothalamus. b. Benar
disekresikan ke dalam Karena secara histologis- namun kurang
pembuluh darah, tetapi keluar morfologis neuron dari lengkap skor 2
tubuh species yang hipothalamus tidak sama c.
menghasilkan zat tersebut. dengan kelenjar endokrin Mengerjakan
Membuat
Mengidentifi- Alasan yang Pheromon adalah suatu zat pada umumnya, maka hormon namun kurang
penjelasan C4 23.
kasi asumsi tidak dinyatakan yang bersifat penarik yang dihasilkan oleh neuron tepat skor 1
lebih lanjut
perhatian dari jenis seks yang hipothalamus ini diberi nama d. Tidak
berlawanan (sex attractants). hormon neuron menjawab
Hormon ini dihasilkan oleh (neurohormone atau skor 0
hewan insect betina yang neurosecretion).Olehkarena
melalui mekanisme neurologis itu, mekanisme kerjanya tidak
akan mempunyai daya tarik sepenuhnya melalui
terhadap dirinya oleh insect pembuluh darah. dan karena

179
jantan. Berikan analisismu itu pula feromon bukanlah
mengenai feromon yang termasuk sistem endokrin,
termasuk hormona padahal kerena memiliki mekanisme
tidak diedarkan ke peredaran kerja dan disekresikannya
darah! bukan dari kelenjar endokrin
Hormon pertumbuhan (GH) a. Benar dan
yang dihasilkan belakangan ini, lengkap skor 3
telah membantu ratusan anak b. Benar
yang menderita kekerdilan namun kurang
pituitary untuk tumbuh secara lengkap skor 2
normal dan mencapai tinggi c.
badan di dalam kisaran normal. Mengerjakan
Sekarang saat hormon itu namun kurang
Kriteria dalam pemanfaatan
begitu mudahnya tersedia dan tepat skor 1
teknologi GH secara buatan
relatif murah, banyak orangtua d. Tidak
ialah jika defisiensi/
yang merasa bahwa anak-anak menjawab
kekurangan hormon GH nya
mereka tidak tumbuh cukup skor 0
Menyeleksi bukan disebabkan oleh
Strategi dan Memutuskan cepat ingin menggunakan GH
kriteria untuk C5 24. genetic, (bukan secara
taktik suatu tindakan untuk membuat anak-anaknya
membuat solusi keturunan tidak mempunyai
tumbuh lebih cepat dan lebih
kelainan GH). Dalam hal ini
tinggi. Namun, terdapat potensi
berarti dengan merangsang
adanya pengaruh yang
hormon GH yang berasal
berbahaya, seperti pengurangan
dari luar tubuh.
lemak tubuh dan peningkatan
massa otot. Dan masih belum
diketahui apakah suntikan GH
akan mempunyai pengaruh
jangka panjang yang secara
serius membahayaan pada
individu yang tidak mempunyai
kondisi hipopituitari. Kriteria

180
apa menurut anda yang
menentukan kasus mana yang
dapat diatasi dengan
pengobatan GH atau terapi
hormon lain?
Hormon dihasilkan oleh a. Benar dan
kelenjar-kelenjar Hipofisis lengkap skor 3
(pituitary) b. Benar
- Hipofisis lobus anterior : namun kurang
GH, TSH, ACTH, lengkap skor 2
gonadotropin c.
- Hipofisis lobus intermedia Mengerjakan
: Endorphin, MSH namun kurang
- Hipofisis lobus posterior : tepat skor 1
Buatlah kesimpulan mengenai ADH, oksitosin d. Tidak
karakteristik hormon yang anda - Tiroid : Tiroksin menjawab
ketahui berdasarkan pada: - Paratiroid : Parathormon skor 0
Menyeleksi
Strategi dan Memutuskan - Kelenjar-kelenjar yang (PTH)
kriteria untuk C6 25.
taktik suatu tindakan mensekresikan hormon - Adrenal : Adrenalin,
membuat solusi
- Respon terhadap tubuh noradrenalin
- Peranan - Pancreas : Glukagon,
- Cara kerja hormon insulin, somatostatin,
polipeptida pancreas
- Timus : Timosin
- Ovarium : Estrogen,
progesterone
- Testis : Testosteron
Hormon direspon oleh tubuh
lebih lambat jika
dibandingkan dengan sistem
hormon, namun lebih berefek

181
untuk jangka panjang.
Peran hormon sangat banyak,
utamanya untuk memacu
pertumbuhan dan
perkembangan tubuh,
metabolism, tingkah laku,
reproduksi dan mengatur
homeostasis tubuh.
Cara kerja hormon pada
umumnya diatur oleh kerja
sistem saraf, setelah
disekresikan hormon mencari
sel targetnya melalui
pembuluh darah

182
Lampiran 6. Hasil Uji Validitas, Reabilitas, Daya Beda dan Tingkat Kesukaran
dengan Software Anates

RELIABILITAS TES
================
Rata2= 23.27
Simpang Baku= 6.86
Korelasi XY= 0.62
Reliabilitas Tes= 0.76

No.Urut No. Subyek Kode/NamaSubyek Skor Ganjil Skor Genap Skor Total
1 1 A 17 12 29
2 2 B 7 3 10
3 3 C 16 19 35
4 4 D 10 2 12
5 5 E 2 5 7
6 6 F 6 2 8
7 7 G 15 14 29
8 8 H 10 9 19
9 9 I 10 8 18
10 10 J 13 12 25
11 11 K 12 11 23
12 12 L 12 14 26
13 13 M 8 13 21
14 14 N 12 12 24
15 15 O 13 16 29
16 16 P 13 13 26
17 17 Q 17 14 31
18 18 R 13 9 22
19 19 S 9 11 20
20 20 T 10 10 20

183
21 21 U 12 11 23
22 22 V 13 9 22
23 23 W 14 18 32
24 24 X 15 12 27
25 25 Y 17 9 26
26 26 Z 11 13 24
27 27 AA 13 15 28
28 28 BB 15 14 29
29 29 CC 16 10 26
30 30 DD 14 13 27

KELOMPOK UNGGUL & ASOR


======================
Kelompok Unggul
1 2 3 4 5
No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 1 2 3 4 5
1 3 C 35 3 1 2 1 3
2 23 W 32 2 1 3 2 0
3 17 Q 31 1 2 0 0 0
4 1 A 29 2 3 3 0 0
5 7 G 29 1 0 2 3 0
6 15 O 29 1 0 1 3 1
7 28 BB 29 2 1 2 1 0
8 27 AA 28 1 2 2 2 0
Rata2 Skor 1.63 1.25 1.88 1.50 0.50
Simpang Baku 0.74 1.04 0.99 1.20 1.07

6 7 8 9 10
No Urt No Subyek Kode/NamaSubyekSkor 6 7 8 9 10
1 3 C 35 3 1 2 1 3
2 23 W 32 2 0 2 1 2

184
3 17 Q 31 1 2 1 2 3
4 1 A 29 0 0 0 0 0
5 7 G 29 1 0 0 2 1
6 15 O 29 1 2 1 1 2
7 28 BB 29 1 0 1 0 1
8 27 AA 28 1 0 2 3 1
Rata2 Skor 1.25 0.63 1.13 1.25 1.63
Simpang Baku 0.89 0.92 0.83 1.04 1.06

11 12 13 14 15
No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 11 12 13 14 15
1 3 C 35 2 1 2 2 0
2 23 W 32 1 2 1 0 2
3 17 Q 31 0 1 2 1 2
4 1 A 29 1 1 2 2 3
5 7 G 29 2 2 1 1 3
6 15 O 29 2 0 1 1 0
7 28 BB 29 2 2 1 1 3
8 27 AA 28 0 2 3 1 0
Rata2 Skor 1.25 1.38 1.63 1.13 1.63
Simpang Baku 0.89 0.74 0.74 0.64 1.41

16 17 18 19 20
No Urt No Subyek Kode/NamaSubyek Skor 16 17 18 19 20
1 3 C 35 0 0 2 2 3
2 23 W 32 2 1 2 1 0
3 17 Q 31 1 3 0 0 1
4 1 A 29 1 3 2 3 3
5 7 G 29 2 0 2 1 1
6 15 O 29 2 1 1 1 2
7 28 BB 29 2 1 1 2 1

185
8 27 AA 28 1 1 2 0 0
Rata2 Skor 1.38 1.25 1.50 1.25 1.38
Simpang Baku 0.74 1.16 0.76 1.04 1.19

21 22 23 24 25
No Urt No Subyek Kode/NamaSubyek Skor 21 22 23 24 25
1 3 C 35 0 0 0 1 0
2 23 W 32 0 1 1 2 1
3 17 Q 31 2 1 1 2 2
4 1 A 29 0 0 0 0 0
5 7 G 29 0 0 3 1 0
6 15 O 29 0 0 0 3 2
7 28 BB 29 1 2 1 0 0
8 27 AA 28 2 1 1 0 0
Rata2 Skor 0.63 0.63 0.88 1.13 0.63
Simpang Baku 0.92 0.74 0.99 1.13 0.92

KelompokAsor
1 2 3 4 5
No Urt No Subyek Kode/NamaSubyek Skor 1 2 3 4 5
1 19 S 20 2 1 1 0 0
2 20 T 20 1 0 1 2 1
3 8 H 19 2 0 0 1 2
4 9 I 18 1 2 0 0 0
5 4 D 12 3 0 2 0 3
6 2 B 10 0 0 0 0 0
7 6 F 8 2 1 1 0 0
8 5 E 7 0 0 1 2 1
Rata2 Skor 1.38 0.50 0.75 0.63 0.88
Simpang Baku 1.06 0.76 0.71 0.92 1.13

186
6 7 8 9 10
No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 6 7 8 9 10
1 19 S 20 0 1 2 1 1
2 20 T 20 0 1 1 1 0
3 8 H 19 1 0 1 0 1
4 9 I 18 0 0 0 1 1
5 4 D 12 0 0 2 0 0
6 2 B 10 0 0 0 0 0
7 6 F 8 0 1 0 0 0
8 5 E 7 0 0 0 0 0
Rata2 Skor 0.13 0.38 0.75 0.38 0.38
Simpang Baku 0.35 0.52 0.89 0.52 0.52

11 12 13 14 15
No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 11 12 13 14 15
1 19 S 20 0 0 0 0 0
2 20 T 20 0 0 1 1 1
3 8 H 19 0 1 2 1 1
4 9 I 18 0 2 1 1 0
5 4 D 12 1 0 0 0 0
6 2 B 10 0 0 0 2 1
7 6 F 8 0 0 0 0 0
8 5 E 7 0 0 0 0 0
Rata2 Skor 0.13 0.38 0.50 0.63 0.38
Simpang Baku 0.35 0.74 0.76 0.74 0.52

16 17 18 19 20
No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 16 17 18 19 20
1 19 S 20 1 1 2 1 1
2 20 T 20 2 0 0 0 1
3 8 H 19 0 0 1 0 1

187
4 9 I 18 1 2 0 1 1
5 4 D 12 0 0 0 0 0
6 2 B 10 0 1 1 0 0
7 6 F 8 0 0 0 0 0
8 5 E 7 0 0 0 0 0
Rata2 Skor 0.50 0.50 0.50 0.25 0.50
Simpang Baku 0.76 0.76 0.76 0.46 0.53

21 22 23 24 25
No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 21 22 23 24 25
1 19 S 20 0 1 1 2 1
2 20 T 20 1 2 1 1 1
3 8 H 19 2 1 1 0 0
4 9 I 18 1 0 1 0 2
5 4 D 12 0 0 1 0 0
6 2 B 10 3 0 2 0 0
7 6 F 8 1 0 0 1 1
8 5 E 7 0 3 0 0 0
Rata2 Skor 1.00 0.88 0.88 0.50 0.63
Simpang Baku 1.07 1.13 0.64 0.76 0.74

DAYA PEMBEDA
============
Jumlah Subyek= 30
Klpatas/bawah (n)= 8
Butir Soal= 25
Un: Unggul; AS: Asor; SB: Simpang Baku

No NoBtrAsli Rata2Un Rata2As Beda SB Un SB As SB Gab t DP(%)


1 1 1.63 1.38 0.25 0.74 1.06 0.46 0.55 8.33
2 2 1.25 0.50 0.75 1.04 0.76 0.45 1.66 25.00

188
3 3 1.88 0.75 1.13 0.99 0.71 0.43 2.61 37.50
4 4 1.50 0.63 0.88 1.20 0.92 0.53 1.64 29.17
5 5 0.50 0.88 -... 1.07 1.13 0.55 -... -12.50
6 6 1.25 0.13 1.13 0.89 0.35 0.34 3.33 37.50
7 7 0.63 0.38 0.25 0.92 0.52 0.37 0.67 8.33
8 8 1.13 0.75 0.38 0.83 0.89 0.43 0.87 12.50
9 9 1.25 0.38 0.88 1.04 0.52 0.41 2.14 29.17
10 10 1.63 0.38 1.25 1.06 0.52 0.42 3.00 41.67
11 11 1.25 0.13 1.13 0.89 0.35 0.34 3.33 37.50
12 12 1.38 0.38 1.00 0.74 0.74 0.37 2.69 33.33
13 13 1.63 0.50 1.13 0.74 0.76 0.38 3.00 37.50
14 14 1.13 0.63 0.50 0.64 0.74 0.35 1.44 16.67
15 15 1.63 0.38 1.25 1.41 0.52 0.53 2.36 41.67
16 16 1.38 0.50 0.88 0.74 0.76 0.38 2.33 29.17
17 17 1.25 0.50 0.75 1.16 0.76 0.49 1.53 25.00
18 18 1.50 0.50 1.00 0.76 0.76 0.38 2.65 33.33
19 19 1.25 0.25 1.00 1.04 0.46 0.40 2.49 33.33
20 20 1.38 0.50 0.88 1.19 0.53 0.46 1.90 29.17
21 21 0.63 1.00 -... 0.92 1.07 0.50 -... -12.50
22 22 0.63 0.88 -... 0.74 1.13 0.48 -... -8.33
23 23 0.88 0.88 0.00 0.99 0.64 0.42 0.00 0.00
24 24 1.13 0.50 0.63 1.13 0.76 0.48 1.30 20.83
25 25 0.63 0.63 0.00 0.92 0.74 0.42 0.00 0.00

TINGKAT KESUKARAN
=================
Jumlah Subyek= 30
Butir Soal= 25

No Butir Baru No Butir Asli Tkt. Kesukaran (%) Tafsiran


1 1 50.00 Sedang

189
2 2 29.17 Sukar
3 3 43.75 Sedang
4 4 35.42 Sedang
5 5 22.92 Sukar
6 6 22.92 Sukar
7 7 16.67 Sukar
8 8 31.25 Sedang
9 9 27.08 Sukar
10 10 33.33 Sedang
11 11 22.92 Sukar
12 12 29.17 Sukar
13 13 35.42 Sedang
14 14 29.17 Sukar
15 15 33.33 Sedang
16 16 31.25 Sedang
17 17 29.17 Sukar
18 18 33.33 Sedang
19 19 25.00 Sukar
20 20 31.25 Sedang
21 21 27.08 Sukar
22 22 25.00 Sukar
23 23 29.17 Sukar
24 24 27.08 Sukar
25 25 20.83 Sukar

190
Lampiran 7. Instrumen Penelitian

PRE –TEST
MATERI SISTEM ENDOKRIN

Nama :
Kelas :

Bacalah dengan seksama. Lalu kerjakanlah soal-soal dibawah ini.

1. Selain neuron, sistem saraf juga mengandung sel-sel glia, yang mendukung
dan memelihara neuron. Neuron menggunakan sinyal elektrokimia, atau
neurotransmitter untuk transmisi impuls dari satu neuron yang lain. Namun,
transmisi impuls dari satu neuron ke lain tidak sesederhana kedengarannya.
Neurotransmiter yang sama dapat memberikan pengaruh yang berbeda pada
jenis sel yang berlainan. Neurotransmiter kebanyakan berupa molekul
organic kecil yang mengandung nitrogen. Sebuah neurotransmitter tunggal
dapat memicu respon yang berbeda pada sel pascasinaptik. Hal ini
tergantung pada keberadaan reseptor di sel pascasinaptik yang berbeda serta
pada model kerja reseptor tersebut. Kebanyakan neurotransmitter berikatan
dengan reseptor yang berpengaruh langsung pada protein saluran ion, dan
mengubah permeabilitas membrane sel pascasinaptik. Komunikasi sinaptik
tersebut berlangsung dalam waktu beberapa milidetik. Ada beberapa macam
neurotransmitter ,misalnya asetilkolin, asam amino, neuropeptida, dan masih
banyak lainnya.
Berdasarkan kutipan tersebut tentang sistem saraf, mengapa komunikasi
neurotransmitter berlangsung sangat cepat?
Jawaban

2. Kelenjar endokrin berasal dari sel-sel epitel yang melakukan proliferasi


kearah tenunan pengikat. Sel-selepitel yang telah berproliferasi ini akhirnya
di dalam diferensiasinya akan membentuk sebuah kelenjar endokrin.
Hubungan antara sel-sel epitel yang berproliferasi kedalam tenunan
pengikat ini akan kehilangan hubungannya dengan sel-sel epitel dari mana
mereka berasal. Sebagai kompensasi tidak terbentuknya saluran, maka
disekitar kelenjar endokrin tumbuh dan berkembang pembuluh-pembuluh
kapiler. Kedalam pembuluh-pembuluh kapiler ini zat-zat yang dihasilkan
kelenjar endokrin dialirkan. Akibat hilangnya hubungan ini, maka kelenjar

191
endokrin tidak mempunyai saluran untuk menyalurkan zat-zat yang
dihasilkan kepermukaan. Oleh karena itu kelenjar endokrin biasa juga
disebut kelenjar tanpa saluran (ductless gland).
Berdasarkan kutipan diatas, kemukakan penjelasanmu tentang cara yang
dilakukan kelenjar endokrin untuk dapat menyalurkan zat-zat yang dihasilkan
kepermukaan!

Jawaban

3. Zat yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin adalah hormon. Hormon memiliki
fungsi yang membantu pengaturan fisiologis terhadap kelangsungan hidup
sesuatu organ atau suatu sistem. Kekhususan yang lain-lainya yang dikaitkan
dengan hormone adalah bahwa hormone merupakan zat kimia organik. Zat
ini mempunyai efektifitas yang tinggi meskipun hanya diberikan dalam
jumlah yang sangat sedikit. Sekresi hormon yang terlalu sedikit ataupun
banyak akan mempengaruhi banyak hal dalam metabolism, pertumbuhan dan
perkembangan. Selanjutnya hormone dihasilkan oleh sel hidup yang sehat
dari sebuah kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin tidak mempunyai saluran,
maka hormon yang dihasilkannya langsung disekresikan kedalam pembuluh
darah.
Jelaskanlah pendapatmu tentang karakteristik hormon yang mempunyai
efektifitas yang tinggi meskipun hanya diberikan dalam jumlah yang sangat
sedikit?
Jawaban

4. Berdasarkan kutipan pada nomer 1 dan 3, apakah perbedaan yang mencolok


tentang komunikasi pada sistem endokrin dengan komunikasi pada system
saraf? Mengapa?

192
Jawaban

5. Perhatikan pernyataan dibawah ini!


a. Karbondioksida (CO2) adalah suatu zat yang dihasilkan oleh sel-sel
yang sehat. Dengan jumlah yang sedikit setelah memasuki peredaran
darah, CO2 akan bekerja pula pada pusat pernapasan di medula
oblongata dan akan merangsang pernapasan.
b. Leucotaxin merupakan zat organic yang dihasilkan oleh sel-sel yang
mengalami kerusakan namun diedarkan keseluruh tubuh. Zat ini
berkemampuan untuk menghimpun butir-butir darah putih disekitar sel-sel
yang luka dengan tujuan untuk membasmi mikroorganisme yang
mungkin masuk di daerah sel-sel yang mengalami perlukaan.
c. Renin yang dihasilkan oleh ginjal merupakan salah satu prohormon ,
yang kemudian menjadi aktif setelah mengalami konversi di dalam
plasma darah menjadi Angiotensin
Berdasarkan karakteristik hormon yang dipaparkan pada kutipan nomer 2 dan
dari ketiga pernyataan diatas, yang manakah hormon dan yang bukan hormon?
Jelaskan pendapatmu!
Jawaban

6. Lengkapilah tabel dibawah ini dengan jawaban yang tepat !

6
1

5
2

4
3

193
No Kelenjar Hormon yang dihasilkan Peranan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

7. Berdasarkan wacana pada nomer 1, 2 dan 3 isilah perbedaan antara system


saraf dengan sistem hormon dibawah ini!

Aspek Pembeda Sistem Saraf Sistem Hormon

Sekresi
Pengaturan terhadap efek
yang akan terjadi
Respons terhadap hasil
sekretnya
Aksi/proses berlangsung
secara
Komunikasi

8. Perhatikan gambar dibawah ini!

194
a. Ketika hormon FSH dan LH yang dihasilkan oleh kelenjar pituari
meningkat, apa yang terjadi pada hormon estrogen-progesterone dan
dinding endometrium?
b. Pada kondisi uterus dan hormon estrogen –progesteron yang
bagaimanakah tahap ovulasi terjadi?
Jawaban

9. Perhatikan pernyataan berikut ini:


a. Hormon FSH dan LH merupakan hormon yang disekresikan oleh kelenjar
pituitary yang berada di bagian dalam hipotalamus
b.Hormon ini bersifat berlawanan satu sama lainnya dan berperan penting
terhadap proses fungsi gonad
Buatlah kesimpulan dari pernyataan diatas!
Jawaban

10. Hormon bekerja atas perintah dari sistem saraf. Sistem yang mengatur
kerjasama antara saraf dan hormone terdapat pada daerah hipotalamus. Daerah
hipotalamus sering disebut daerah kendali saraf endokrin (neuroendocrine
control). Di bagian dasar hipotalamus otak, terdapat kelenjar hipofisis yang
berbentuk oval yang ukurannya hanya sebesar kacang dan memiliki berat 0,5
gram. Inilah kelenjar yang disebut sebagai master of gland, karena banyak
menghasilkan hormon-hormon dan merangsang kerja kelenjar lainnya.
Menurut anda, bagaimana contoh hubungan antara system saraf dengan
system endokrin (dalam hal ini kelenjar hipofisis) dalam penerapan di
kehidupan sehari-hari?
Jawaban

195
11. Dalam perkembangannya, hormon FSH dan LH dapat dibuat secara sintetik
untuk mengatur reproduksi seseorang. Dengan adanya suntik hormon,
seseorang dapat menunda atau memajukan waktu fertilenya (waktu subur)
untuk berbagai keperluan. Termasuk hormon yang mempengaruhi apakah
FSH dan LH? Sebutkan contoh hormon lain yang fungsinya secara umum
sama dengan kedua hormon tersebut!

Jawaban

12. Hormon pertumbuhan (GH) yang dihasilkan belakangan ini, telah membantu
ratusan anak yang menderita kekerdilan pituitary untuk tumbuh secara normal
dan mencapai tinggi badan di dalam kisaran normal. Sekarang saat hormone
itu begitu mudahnya tersedia dan relatif murah, banyak orangtua yang merasa
bahwa anak-anak mereka tidak tumbuh cukup cepat ingin menggunakan GH
untuk membuat anak-anaknya tumbuh lebih cepat dan lebih tinggi. Namun,
terdapat potensi adanya pengaruh yang berbahaya, seperti pengurangan lemak
tubuh dan peningkatan massa otot. Dan masih belum diketahui apakah
suntikan GH akan mempunyai pengaruh jangka panjang yang secara serius
membahayakan pada individu yang tidak mempunyai kondisi hipopituitari.
Kriteria apa menurut anda yang menentukan kasus mana yang dapat diatasi
dengan pengobatan GH atau terapi hormon lain?
Jawaban

196
Lampiran 8

KUNCI JAWABAN SOAL INSTRUMEN

1. Komunikasi neurotransmitter sangatlah cepat, karena mengikuti efek kerja


sistem saraf juga sangat cepat. Neurotransmitter berperan sebagai penghubung
sinaps antar neuron atau antar glia. Neurotransmiter berikatan dengan reseptor
yang berpengaruh langsung pada protein saluran ion, dan mengubah
permeabilitas membrane sel pasca sinaptik. Kerja neurotransmitter sangat
dipengaruhi oleh keberadaan reseptor di sel pasca sinaptik serta model kerja
reseptor tersebut.
2. Kelenjar endokrin tidak mempunyai saluran yang bias menjadi tempat
menyalurkan zat-zat yang dihasilkan (hormon) kepermukaan tubuh. Oleh
karena itu, kelenjar-kelenjar endokrin hormone dialirkan keseluruh tubuh
menuju ke sel-sel target yang ada di dalam tubuh. Hormon-hormon tersebut
disekresikan langsung kedalam pembuluh darah yang melewati sel-sel
kelenjar endokrin itu sendiri, maka kelenjar endokrin biasa juga disebut
kelenjar yang menghasilkan zat-zatnya kedalam tubuh (glands of internal
secretion). Hasil penelitian juga membuktikan bahwa, sel- target dan kelenjar
endokrin bukan hanya memiliki satu sel target, namun ada juga suatu hormon
yang mempengaruhi beberapa sel-sel target.
3. Di dalam tubuh manusia, hormon dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit.
Berbeda dengan makromolekul organik, seperti protein, karbohidrat, lemak
dan mineral atau neurotransmitter seperti asetil kolin, efinefrin dan lainnya
dalam jumlah yang banyak untuk mencukupi kebutuhan mereka dalam
menjalankan perannya masing-masing. Walau begitu, kekurangan
(hiposekresi) ataupun kelebihan (hipersekresi) hormone dalam tubuh akan
mengganggu homeostasis, metabolism juga perkembangan dan pertumbuhan
serta berdampak jangka panjang. Misalnya kelebihan hormon GH akan
membuat pertumbuhan (baik secara tinggi dan berat) seseorang menjadi
berlebih, atau yang disebut sebagai akromegali.

197
4. Hormon dan neurotransmitter merupakan zat kimia organik yang dihasilkan
oleh sel-sel hidup. Keduanya sama-sama dibutuhkan tubuh dalam jumlah
yang sedikit. Perbedaannya adalah pada cara komunikasi yang
dilakukannya. Neurotransmitter membantu terhubungnya sinaps pada antar
neuron atau antar glia, sehingga berlangsung sangat cepat. Sedangkan
hormone menggunakan perantara peredaran darah untuk membantu mencari
sel target yang tersebar di seluruh tubuh. Oleh karena itu system endokrin
berlangsung lebih lambat namun berefek lebih lama / jangkapanjang.
5. - Pernyataan b (leucotaxin) bukan merupakan hormon, karena berasal dari sel-
sel yang rusak. Sedangkan dalam kutipan pada nomer 3, dikatakan bahwa
suatu hal dikatakan sebagai hormon apabila dihasilkan oleh sel hidup yang
sehat dari sebuah kelenjar endokrin. Leucotaxin oleh karenanya tidak
dikatagorikan sebagai hormon, meskipun zat ini termasuk zat organic dan
langsung dihantar masuk kedalam pembuluh darah. Leucotaxin termasuk
katagori parahormon atau biasajugadisebut pseudo-hormon.
- Pernyataan c (renin) merupakan hormon, atau lebih tepatnya termasuk
hormon jenis prohormon, yaitu hormon yang diaktifkan diluar kelenjar
sekresinya (ginjal)
- Sedangkan jawaban yang a (karbondioksida) bukanlah hormon. Meskipun
CO2 memenuhi sebagian besar criteria dari hormon, CO2 bukan zat organic
dan tidak pula dihasilkan oleh sebuah kelenjar endokrin. Oleh karenanya
CO2 tidak dapat dikatagorikan ke dalam hormon.
6. Kelenjar, fungsi dan peranan sistem endokrin
N Kelenjar Fungsi Peranan
o
1. Hipofisis Sekresi GH, TSH, Master of glands,
ACTH, FSH, LH, mempengaruhi kelenjar
Endomorfin, MSH, lainnya
ADH, dll
2. Pancreas Sekresi hormon insulin, Mengatur kadar glukosa
glucagon. somatostatin dalam darah
3. Testis Sekresi hormon Membantu pemasakan
Testosterone spermatozoa
4. Ovarium Sekresi hormone Mempengaruhi

198
Estrogen dan progeste- pemasakan ovum
ron
5. Adrenal Sekresi hormon Mempengaruhi frekuensi
adrenalin, noradrenalin, tekanan jantung,
aldosterone, konsumsi oksigen, dll
glukokortikoid,
gonadokortikoid
6. Tiroid Sekresi hormone Meningkatkan laju
tiroksin metabolime sel,
menstimulasi konsumsi
oksigen, dll
7. Paratiroid Sekresi hormone Mengendalikan
parathormon (PTH) keseimbangan kalsium
dan fosfat dalam tubuh
8. Timus Sekresi hormon timosin Sistem imun

7. Perbedaan antara sistem saraf dan sistem hormon


Aspek Pembeda Sistem Saraf Sistem Endokrin

Sekresi Neurotransmitter Hormon


Pengaturan
terhadap efek Jangka pendek Jangka panjang
yang akan terjadi
Respons terhadap
Langsung Tidak langsung
hasil sekretnya…
Aksi/
Proses
Cepat Lambat
berlangsung
secara…
Komunikasi Sinaps Sistem sirkulasi

8. a) Hormon estrogen sedang dalam masa optimal, sehingga merangsang


produksi hormon progesterone agar meningkat. Dinding endometrium
semakin menebal
b) Pada tahap ovulasi, hormon estrogen berada dalam kondisi
optimalnyasehingga merangsang hormon progesterone untuk meningkat
juga kadarnya. Sehingga berefek pada uterus yang mengalami penebalan
pada dinding endometrium

199
9. Hormon FSH dan LH merupakan hormon yang disekresikan oleh kelenjar
pituitary yang berada di bagian dalam hipotalamus dan bersifat berlawanan
satu sama lainnya juga berperan penting terhadap proses fungsi gonad
10. Sistem endokrin berinteraksi dengan system saraf berfungsi untuk mengatur
aktivitas tubuh seperti metabolism, homeostasis (keseimbangan tubuh),
pertumbuhan, perkembangan seksual dan siklus reproduksi, siklus tidur, dan
siklus nutrisi. Misalkan ketika menghadapi situasi yang menegangkan. Sistem
saraf menerjemahkan rangsangan yang menegangkan tersebut dan
memerintahkan kelenjar hipofisis untuk mengeluarkan hormon endorphin
untuk meresponnya. Selain itu merangsang kelenjar-kelenjar lain, seperti
adrenalin dan pankreas untuk mengeluarkan hormon-hormonnya. Maka,
kenapa ketika sedang menghadapi situasi yang menegangkan pada umum
responnya hampir sama. Misalnya berkeringat dingin, pucat, perut
bergejolak/sakit perut, gemetaran, dan lainnya.
11. FSH dan LH termasuk hormon-hormon yang mempengaruhi sistem reproduksi,
atau dalam hal ini mempengaruhi gonad (ovarium ataupun sperma). Contoh
lainnya yang masih mempunyai fungsi yang hampir mirip ialah hormon
estrogen dan progesteron.
12. Kriteria dalam pemanfaatan teknologi GH secara buatan ialah jikadefisiensi/
kekurangan hormon GHnya bukan disebabkan oleh genetik, (bukan secara
keturunan tidak mempunyai kelainan GH). Dalam hal ini berarti dengan
merangsang hormon GH yang berasal dari luar tubuh.

200
Lampiran 9.

Hasil Pretest Keterampilan Berpikir Kritis Pada Kelompok Kontrol

Nomer butir soal


Responden 1 2 3 4 5 Total Pembulatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A 3 2 1 0 0 2 0 1 0 2 0 0 11 30,55
B 2 2 2 1 0 0 1 0 0 0 0 0 8 22,22
C 1 2 2 3 2 1 0 0 1 1 2 3 18 50
D 1 0 2 0 2 0 1 1 0 0 2 1 10 27,77
E 0 1 2 1 1 1 1 2 1 3 1 2 16 44,44
F 2 2 1 0 2 3 0 0 0 2 2 0 14 38,88
G 1 0 3 0 1 1 0 0 1 2 0 2 11 30,55
H 2 0 2 3 2 1 0 1 2 0 1 2 16 44,44
I 0 2 0 1 0 2 0 3 2 2 0 1 13 36,11
J 2 0 2 0 1 0 1 1 0 3 2 3 15 41,66
K 2 2 1 2 0 2 2 0 2 1 3 2 19 52,77
L 3 2 2 0 2 0 1 2 1 0 3 1 17 47,22
M 2 2 2 0 0 1 0 1 2 1 1 2 14 38,88
N 2 0 2 2 3 1 2 2 2 2 1 0 19 52,77
O 2 1 2 0 0 1 0 2 0 1 2 0 11 30,55
P 3 1 2 1 2 2 2 1 0 2 0 3 19 52,77
Q 2 0 1 2 0 1 0 2 0 3 0 2 13 36,11
R 2 1 0 2 0 2 0 0 1 1 1 0 10 27,77
S 1 2 0 2 2 1 0 3 2 0 1 2 16 44,44
T 1 1 2 2 1 0 2 0 1 2 2 3 17 47,22
U 2 1 0 1 1 1 0 2 0 1 2 1 12 33,33
V 1 2 0 2 0 1 0 0 1 2 1 0 10 27,77
W 2 0 1 0 2 2 1 0 0 2 2 0 12 33,33
X 1 2 1 1 0 2 0 2 0 0 0 0 9 25
Y 2 1 0 1 0 0 1 2 0 1 0 2 10 27,77
Z 2 1 1 0 0 1 2 2 1 0 2 2 14 38,88
AA 2 3 2 1 2 0 1 0 0 0 1 2 14 38,88
BB 3 2 1 2 0 1 1 0 1 0 2 3 16 44,44
CC 1 2 0 2 2 0 0 1 0 1 1 0 10 27,77
DD 3 2 0 1 0 0 2 0 1 1 1 0 11 30,55

201
EE 2 2 1 1 2 0 0 2 0 0 2 2 14 38,88
FF 2 1 1 0 1 0 2 3 0 2 0 1 13 36,11
GG 2 1 1 1 0 1 0 2 0 0 0 0 8 22,22
HH 2 1 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 16,66
II 1 1 1 0 2 1 0 2 0 2 1 0 11 30,55
JJ 2 2 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 7 19,44
KK 3 2 2 1 1 2 0 2 1 0 1 3 18 50
LL 2 1 2 1 0 1 0 0 0 0 0 0 7 19,44
MM 2 0 1 2 1 0 0 0 1 0 3 0 10 27,77
NN 2 3 2 1 1 2 2 0 0 1 0 2 16 44,44
OO 3 1 2 2 2 1 2 0 2 1 1 2 19 52,77
PP 2 1 1 0 2 0 0 2 0 1 1 1 11 30,55
Jumlah 78 55 54 43 41 39 27 44 26 43 45 50 545 1513,88
Indikator
46,74 28,99 30,62 36,6 40,7
%
Nilai
52,77
Tertinggi
Nilai
16,66
Terendah
Rata-rata 36,04

202
Hasil Pretest Keterampilan Berpikir Kritis Pada Kelompok Eksperimen

Nomer Butir Soal


Responden 1 2 3 4 5 Total Pembulatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A 2 1 1 0 2 0 2 1 0 1 2 0 12 33,33
B 3 2 3 1 1 2 2 1 1 0 2 2 20 55,55
C 2 1 1 2 0 0 1 0 2 0 2 1 12 33,33
D 3 2 1 2 1 0 1 1 0 0 1 1 13 36,11
E 2 1 1 2 0 1 0 0 2 0 0 0 9 25
F 2 1 2 3 2 0 0 1 0 1 1 2 15 41,66
G 3 2 2 1 0 1 2 0 1 2 2 2 18 50
H 2 2 1 2 0 1 2 1 1 2 1 1 16 44,44
I 3 2 1 1 0 2 1 0 1 0 2 2 15 41,66
J 2 2 2 1 2 3 2 0 0 1 2 3 20 55,55
K 1 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 19 52,77
L 3 2 1 2 0 2 2 2 0 2 3 2 21 58,33
M 2 1 1 0 1 0 0 2 0 3 2 2 14 38,88
N 1 2 1 1 1 2 1 2 0 0 0 0 11 30,55
O 2 1 2 1 0 1 0 1 0 1 1 2 12 33,33
P 1 0 1 2 0 1 2 0 1 1 2 0 11 30,55
Q 2 2 1 3 0 0 1 2 1 0 1 2 15 41,66
R 3 2 2 1 2 0 3 0 0 0 1 2 16 44,44
S 2 2 2 1 0 1 2 2 0 3 2 1 18 50
T 1 1 2 0 0 2 1 0 1 0 0 0 8 22,22
U 0 0 2 1 2 1 0 2 0 1 0 0 9 25
V 0 1 2 1 0 2 0 1 1 0 0 0 8 22,22
W 3 2 1 0 2 1 0 3 0 2 1 1 16 44,44
X 2 1 2 1 0 1 0 1 0 0 0 0 8 22,22
Y 1 1 2 1 1 2 2 0 0 0 0 0 10 27,77
Z 3 2 2 1 1 1 2 3 1 1 2 1 20 55,55
AA 2 1 2 0 0 0 2 1 0 0 0 0 8 22,22
BB 1 1 2 0 1 0 1 2 0 0 2 0 10 27,77
CC 3 2 1 2 0 1 0 1 2 0 0 0 12 33,33
DD 1 2 2 0 0 0 0 0 0 1 1 1 8 22,22
EE 2 2 2 1 0 1 0 2 1 1 0 0 12 33,33

203
FF 1 1 1 2 0 2 1 0 0 0 0 0 8 22,22
GG 2 1 1 2 1 2 0 1 1 2 2 2 17 47,22
HH 1 2 0 2 1 1 1 0 0 0 0 0 8 22,22
II 2 3 1 2 0 1 1 0 2 0 1 2 15 41,66
JJ 1 1 1 2 1 2 1 1 0 0 0 0 10 27,77
KK 2 3 2 0 1 0 1 1 1 1 2 2 16 44,44
LL 2 1 2 0 1 2 2 2 1 2 0 0 15 41,66
MM 2 1 1 1 0 1 0 1 1 0 2 1 11 30,55
NN 3 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 3 22 61,11
OO 2 1 1 1 0 1 2 2 1 0 1 0 12 33,33
PP 3 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 1 20 55,55
Ʃ 81 64 63 50 30 44 46 45 28 32 46 41 570 1583,33
Indikator % 52,44 32,52 28,45 37,4 33,3
Nilai
61,11
tertinggi
Nilai
22,22
terendah
Rata-rata 37,69

204
Lampiran 10

Hasil Postest Keterampilan Berpikir Kritis Pada Kelompok Kontrol

Nomer butir soal


Responden 1 2 3 4 5 Total Pembulatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A 2 2 0 3 1 2 1 0 3 0 1 2 17 47,22
B 3 0 2 3 1 2 2 0 3 1 0 0 17 47,22
C 3 2 2 3 3 2 3 3 1 1 2 2 27 75
D 1 2 1 3 0 0 0 1 0 1 2 2 13 36,11
E 2 2 2 3 3 1 1 2 1 2 0 0 19 52,77
F 2 2 1 2 1 3 3 1 2 1 2 2 22 61,11
G 1 3 3 3 3 2 0 0 0 0 1 3 19 52
H 2 2 2 3 3 2 2 2 3 0 1 3 25 69,44
I 3 2 2 3 3 3 2 3 2 2 1 2 28 77,77
J 1 2 2 3 1 2 2 2 0 0 1 0 16 44,44
K 2 2 2 3 3 0 2 0 2 0 1 2 19 52,77
L 2 2 3 3 3 3 3 3 3 1 0 0 26 72,22
M 3 3 3 3 2 3 3 0 1 1 1 3 26 72,22
N 2 2 2 3 3 2 2 1 3 0 2 2 24 66,66
O 2 3 2 2 2 0 0 1 1 0 0 2 15 41,66
P 2 3 2 3 2 3 2 2 1 0 1 2 23 63,88
Q 2 1 3 3 1 2 1 2 2 1 1 1 20 55,55
R 1 2 2 3 0 2 0 2 2 0 1 2 17 47,22
S 1 2 1 3 3 2 2 1 2 1 0 2 20 55,55
T 1 2 2 3 3 2 2 1 1 2 1 0 20 55,55
U 2 2 1 2 0 2 2 1 1 1 2 2 18 50
V 3 2 2 3 3 1 0 0 3 2 2 2 23 63,88
W 0 0 0 0 0 2 0 0 2 1 1 2 8 22,22
X 2 2 2 3 2 3 2 2 2 1 0 2 23 63,88
Y 3 2 1 3 3 3 3 2 2 0 1 2 25 69,44
Z 3 2 2 3 3 2 0 3 2 0 2 1 23 63,88
AA 1 2 2 3 2 2 1 0 2 0 1 0 16 44,44
BB 2 2 2 3 3 3 3 1 2 1 2 1 25 69,44
CC 3 0 2 3 1 2 3 0 3 0 0 3 20 55,55
DD 3 2 2 3 1 0 0 1 2 0 1 2 17 47,22
EE 3 3 1 3 3 2 0 0 2 0 1 2 20 55,55

205
FF 1 2 2 3 1 1 1 2 3 0 2 0 18 50
GG 2 2 2 3 3 2 2 1 2 0 0 2 21 58,33
HH 2 2 3 2 3 0 0 0 2 0 2 2 18 50
II 2 2 2 3 1 2 2 3 1 1 1 2 22 61,11
JJ 2 2 2 3 2 0 0 1 2 0 2 0 16 38,88
KK 2 3 2 3 3 3 2 2 3 0 1 2 26 72,22
LL 2 3 2 3 0 0 3 1 2 0 1 2 19 50
MM 2 2 2 3 3 0 0 0 2 0 2 2 18 44,44
NN 1 2 2 3 3 3 2 2 2 0 1 3 24 66,66
OO 2 2 2 3 3 3 2 2 2 1 1 1 24 66,66
PP 1 2 2 2 3 2 2 3 1 1 2 2 23 63,88
Ʃ 82 84 79 118 87 76 63 54 78 23 47 69 860 2388,88
Indikator
73,78 61,25 42 38,2 56,1
%
Nilai
77,77
tertinggi
Nilai
22,22
terendah
Rata-rata 56,87

206
Hasil Postest Keterampilan Berpikir Kritis Pada Kelompok Eksperimen

Nomer Butir Soal


Responden 1 2 3 4 5 Total Pembulatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A 2 2 1 1 1 2 3 3 2 0 0 2 19 52,77
B 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 30 83,33
C 2 3 2 3 3 2 2 3 2 0 0 2 24 66,66
D 2 2 3 3 2 3 2 0 0 1 2 1 21 58,33
E 3 3 2 2 0 2 0 2 2 0 0 2 18 50
F 2 2 2 3 3 3 3 2 2 0 1 1 24 66,66
G 2 2 1 3 3 2 2 3 2 1 2 2 25 69,44
H 1 2 2 3 3 3 3 2 3 1 2 3 28 77,77
I 1 2 1 3 1 3 3 2 2 1 1 2 22 61,11
J 3 2 1 3 3 3 3 2 2 2 2 2 28 77,77
K 1 2 2 3 3 3 3 1 2 0 2 3 25 69,44
L 1 1 0 0 0 3 3 3 3 0 0 3 17 47,22
M 2 1 1 2 2 1 2 1 0 0 2 2 16 44,44
N 2 3 2 1 1 3 3 1 2 0 2 2 22 61,11
O 2 2 2 3 3 3 3 2 2 1 2 3 28 77,77
P 2 2 2 2 3 3 2 1 2 1 1 2 23 63,88
Q 3 2 3 3 3 3 3 3 3 1 2 3 32 88,88
R 2 1 1 3 3 3 3 1 2 0 2 2 23 63,88
S 3 2 2 3 3 3 2 2 3 0 0 3 26 72,22
T 1 1 2 3 1 0 1 1 2 0 0 3 15 41,66
U 2 2 3 3 2 3 3 2 2 0 1 3 26 72,22
V 2 2 2 3 3 3 2 0 3 0 2 2 24 66,66
W 2 2 2 3 3 3 3 2 3 0 0 3 26 72,22
X 2 2 2 3 3 3 2 0 2 0 2 2 23 63,88
Y 1 2 2 3 2 3 3 0 2 0 1 2 21 58,33
Z 2 2 2 3 3 3 3 3 1 0 1 2 25 69,44
AA 3 2 3 3 0 0 2 0 2 0 0 0 15 41,66
BB 2 2 2 3 2 3 2 0 2 1 1 2 22 61,11
CC 2 3 3 3 1 3 3 2 2 0 0 2 24 66,66
DD 1 1 2 2 2 0 2 2 0 0 0 0 12 33,33
EE 1 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 29 80,55
FF 2 2 1 3 3 3 3 1 2 0 1 2 23 63,88
GG 2 2 0 0 1 0 0 0 2 2 3 3 15 41,66

207
HH 2 2 2 3 1 2 2 1 2 1 2 2 22 61,11
II 3 2 3 3 3 3 3 2 2 1 1 2 28 77,77
JJ 1 1 2 3 2 2 2 1 1 1 0 2 18 50
KK 2 2 2 3 3 3 3 2 2 0 2 3 27 75
LL 3 2 2 3 3 3 3 3 3 1 1 3 30 83,33
MM 2 2 2 3 2 3 2 0 0 0 2 1 19 52,77
NN 2 2 2 3 3 3 3 3 2 0 1 3 27 75
OO 2 2 2 3 3 3 3 2 1 0 0 2 23 63,88
PP 3 2 2 3 3 3 2 3 3 1 2 2 29 80,55
Ʃ 84 82 79 112 95 106 102 69 82 21 51 91 974 2705,55
Indikator
72,56 82,11 46,61 41,5 74
%
Nilai
88,88
tertinggi
Nilai
33,33
terendah
Rata-rata 64,41

208
Lampiran 11

LEMBAR OBSERVASI
KETERLAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E
OLEH GURU

Materi : Sistem Endokrin


Sub Materi : Karakteristik Sistem Endokrin dan Perbedaan dengan Sistem
Saraf
Pertemuanke- : 1 (Pertama)
Alokasiwaktu : 90 Menit

Petunjuk pengisian:
Berilah tanda ceklis (√) pada kolom sesuai dengan pengamatan anda terhadap
keterlaksanaan model pembelajaran learning cycle 7E.
Dengan Kriteria :
1 = Kurang 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Sangat Baik

N Tahap Indikator Penilaian


o Learning Pencapaian Keterlaksanaan
Kegiatan Guru
Cycle 7E Tahap Learning 1 2 3 4
Cycle 7E
1. Tahap Elicit Mengetahui Mengajukan  h
pengetahuan pertanyaan-pertanyaan √
siswa terhadap untuk menggali
materi yang akan pengetahuan siswa
dipelajari terhadap materi yang
akan dipelajari
2. Tahap - Siswa dan guru Memberikan informasi √
Engegement saling awal untuk menarik
memberikan minat dan motivasi
informasi dan siswa tentang materi
pengalaman yang akan dibahas
tentang Mengaitkan topik yang √
pertanyaan- dibahas dengan
pertanyaan pada pengetahuan yang
tahap elicit sudah diketahui siswa
- Memberikan atau berdasarkan
motivasi agar pengalamannya
memunculkan Melaskukan Tanya √
minat dan jawab seputar
perhatian siswa pengetahuan yang

209
untuk belajar sudah diketahui siswa
atau pengalamannya
tersebut
3. Tahap Siswa Membentuk kelompok √
Exploration memperoleh serta member
pengetahuan kesempatan untuk
secara langsung berdiskusi dan
yang bekerjasama dalam
berhubungan kelompok kecil secara
dengan konsep mandiri
yang akan Guru berperan sebagai √
dipelajari fasilitator
4. Tahap Siswa mampu Mendorong siswa √
Explanation menjelaskan untuk menjelaskan
konsep-konsep konsep dengan
dan definisi- pemahaman dan
definisi yang bahasa mereka sendiri
diperoleh pada Meminta bukti dan √
fase-fase klarifikasi dari
exploration, penjelasan siswa
engegment dan Mendengarkan dan √
elicit memancing sikap
kritis terhadap
penjelasan antar siswa
dan guru
5. TahapElabora Membawa siswa Mengingatkan siswa √
tion menerapkan pada penjelasan
definisi-definisi, alternatif dan
konsep-konsep, mempertimbangkan
dan keterampilan- data/bukti saat siswa
keterampilan mengeksplorasi situasi
pada baru
permasalahan- Mendorong dan √
permasalahan memfasilitasi siswa
yang berkaitan mengaplikasi
dengan contoh konsep/keterampilan
dari pelajaran yang baru
yang dipelajari
6. Tahap Mengobservasi, Mengobservasi √
Evaluation memperhatikan pengetahuan dan
dan menilai siswa keterampilan berpikir
terhadap siswa dalam hal
perubahan penerapan konsep baru
pengetahuan dan Mendorong siswa √
kemampuannya melakukan evaluasi
kekurangan dan

210
kelebihan diri dalam
kegiatan pembelajaran
7. Tahap Siswa dapat Meluruskan √
Expantion menghubungkan pengetahuan siswa
konsep yang tentang materi yang
mereka pelajari sedang dipelajari
dengan konsep Menghubungkan √
lain yang sudah konsep yang dipelajari
atau belum siswa saat itu dengan
mereka pelajari konsep lain yang
sudah atau belum
siswa pelajari
Total 36
Rata-rata 2,4

Catatan Observer:

Disiplin waktu tiap tahapan masih tidak sesuai dari yang direncanakan pada RPP.
Mungkin disebabkan pada proses diskusi secara lisan diawal (kontrol siswa), kurang
mendapat respon aktif sehingga diskusi memakan waktu yang lebih lama.

Depok, 11 Mei 2015

Observer

Abdul Fatah, M.Pd

NIK. 196906141997021005

211
LEMBAR OBSERVASI
KETERLAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE7E
OLEH GURU

Materi : Sistem Endokrin


Sub Materi : Letak, sekresi dan abnormalitas sistem endokrin
Pertemuanke- : 2 (Kedua)
Alokasiwaktu : 90 Menit

Petunjuk pengisian:
Berilah tanda ceklis (√) pada kolom sesuai dengan pengamatan anda terhadap
keterlaksanaan model pembelajaran learning cycle 7E.
Dengan Kriteria :
1 = Kurang 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Sangat Baik

N Tahap Indikator Penilaian


o Learning Pencapaian Tahap Kegiatan Guru Keterlaksanaan
Cycle 7E Learning Cycle 7E 1 2 3 4
1. Tahap Elicit Mengetahui Mengajukan √
pengetahuan siswa pertanyaan-pertanyaan
terhadap materi yang untuk menggali
akan dipelajari pengetahuan siswa
terhadap materi yang
akan dipelajari
2. Tahap - Siswa dan guru Memberikan informasi √
Engegement saling memberikan awal untuk menarik
informasi dan minat dan motivasi
pengalaman tentang siswa tentang materi
pertanyaan- yang akan dibahas
pertanyaan pada Mengaitkan topik √
tahap elicit yang dibahas dengan
- Memberikan pengetahuan yang
motivasi agar sudah diketahui siswa
memunculkan atau berdasarkan
minat dan perhatian pengalamannya
siswa untuk belajar Melaskukan tanya √
jawab seputar
pengetahuan yang
sudah diketahui siswa
atau pengalamannya
tersebut
3. Tahap Siswa memperoleh Membentuk kelompok √
Exploration pengetahuan secara serta member
langsung yang kesempatan untuk

212
berhubungan dengan berdiskusi dan
konsep yang akan bekerjasama dalam
dipelajari kelompok kecil secara
mandiri
Guru berperan sebagai √
fasilitator
4. Tahap Siswa mampu Mendorong siswa √
Explanation menjelaskan konsep- untuk menjelaskan
konsep dan definisi- konsep dengan
definisi yang pemahaman dan
diperoleh pada fase- bahasa mereka sendiri
fase exploration, Meminta bukti dan √
engegment dan elicit klarifikasi dari
penjelasan siswa
Mendengarkan dan √
memancing sikap
kritis terhadap
penjelasan antar siswa
dan guru
5. Tahap Membawa siswa Mengingatkan siswa √
Elaboration menerapkan definisi- pada penjelasan
definisi, konsep- alternatif dan
konsep, dan mempertimbangkan
keterampilan- data/bukti saat siswa
keterampilan pada mengeksplorasi situasi
permasalahan- baru
permasalahan yang Mendorong dan √
berkaitan dengan memfasilitasi siswa
contoh dari pelajaran mengaplikasi
yang dipelajari konsep/keterampilan
yang baru
6. Tahap Mengobservasi, Mengobservasi √
Evaluation memperhatikan dan pengetahuan dan
menilai siswa terhadap keterampilan berpikir
perubahan siswa dalam hal
pengetahuan dan penerapan konsep baru
kemampuannya Mendorong siswa √
melakukan evaluasi
kekurangan dan
kelebihan diri dalam
kegiatan pembelajaran
7. Tahap Siswa dapat Meluruskan √
Expantion menghubungkan pengetahuan siswa
konsep yang mereka tentang materi yang
pelajari dengan sedang dipelajari
konsep lain yang Menghubungkan √

213
sudah atau belum konsep yang dipelajari
mereka pelajari siswa saat itu dengan
konsep lain yang
sudah atau belum
siswa pelajari
Total 47
Rata-rata 3,13

Catatan Observer:

Masalah kedisiplinan waktu,perlu jadi catatan lebih. Tapi secara keseluruhan sudah
baik. Tetep semangat belajar!

Depok, 14 Mei 2015

Observer

Abdul Fatah, M.Pd

NIK. 196906141997021005

214
Lampiran 12

UJI NORMALITAS
1. Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen

DAFTAR NILAI PRETES KELOMPOK EKSPERIMEN


SMA NEGERI 5 DEPOK
NAMA Xi Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi)-S(Zi)]
AA 22,22 -1,312831538 0,09461986 0,023809524 0,070810336
DD 22,22 -1,312831538 0,09461986 0,023809524 0,070810336
FF 22,22 -1,312831538 0,09461986 0,023809524 0,070810336
HH 22,22 -1,312831538 0,09461986 0,023809524 0,070810336
T 22,22 -1,312831538 0,09461986 0,023809524 0,070810336
V 22,22 -1,312831538 0,09461986 0,023809524 0,070810336
X 22,22 -1,312831538 0,09461986 0,023809524 0,070810336
E 25 -1,076977571 0,140745143 0,214285714 0,073540571
U 25 -1,076977571 0,140745143 0,214285714 0,073540571
BB 27,77 -0,841971999 0,199901813 0,285714286 0,085812472
JJ 27,77 -0,841971999 0,199901813 0,285714286 0,085812472
Y 27,77 -0,841971999 0,199901813 0,285714286 0,085812472
MM 30,55 -0,606118032 0,272218189 0,357142857 0,084924668
N 30,55 -0,606118032 0,272218189 0,357142857 0,084924668
P 30,55 -0,606118032 0,272218189 0,357142857 0,084924668
A 33,33 -0,370264065 0,355592873 0,5 0,144407127
C 33,33 -0,370264065 0,355592873 0,5 0,144407127
CC 33,33 -0,370264065 0,355592873 0,5 0,144407127
EE 33,33 -0,370264065 0,355592873 0,5 0,144407127
O 33,33 -0,370264065 0,355592873 0,5 0,144407127
OO 33,33 -0,370264065 0,355592873 0,5 0,144407127
D 36,11 -0,134410098 0,446539149 0,523809524 0,077270375
M 38,88 0,100595474 0,540064205 0,547619048 0,007554842
F 41,66 0,336449442 0,631734014 0,666666667 0,034932652
I 41,66 0,336449442 0,631734014 0,666666667 0,034932652
II 41,66 0,336449442 0,631734014 0,666666667 0,034932652
LL 41,66 0,336449442 0,631734014 0,666666667 0,034932652

215
Q 41,66 0,336449442 0,631734014 0,666666667 0,034932652
H 44,44 0,572303409 0,71644178 0,761904762 0,045462982
KK 44,44 0,572303409 0,71644178 0,761904762 0,045462982
R 44,44 0,572303409 0,71644178 0,761904762 0,045462982
W 44,44 0,572303409 0,71644178 0,761904762 0,045462982
GG 47,22 0,808157376 0,790500004 0,785714286 0,004785719
G 50 1,044011343 0,851759929 0,833333333 0,018426596
S 50 1,044011343 0,851759929 0,833333333 0,018426596
K 52,77 1,279016915 0,89955445 0,857142857 0,042411593
B 55,55 1,514870882 0,935097447 0,952380952 0,017283505
J 55,55 1,514870882 0,935097447 0,952380952 0,017283505
PP 55,55 1,514870882 0,935097447 0,952380952 0,017283505
Z 55,55 1,514870882 0,935097447 0,952380952 0,017283505
L 58,33 1,75072485 0,960003342 0,976190476 0,016187135
NN 61,11 1,986578817 0,976515455 1 0,023484545
rata-rata 37,6942857
stdev 11.7869546

L hitung = 0,144
L tabel = 0,136
L hitung> L tabel, Data Tidak Normal

216
2. Uji Normalitas Pretest Kelompok Kontrol

DAFTAR NILAI PRETES KELOMPOK KONTROL


SMA NEGERI 5 DEPOK
NAMA Xi Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi)-S(Zi)]
HH 16,66 -1,910109317 0,02805957 0,02380952 0,004250046
JJ 19,44 -1,636106781 0,050908621 0,07142857 0,020519951
LL 19,44 -1,636106781 0,050908621 0,07142857 0,020519951
B 22,22 -1,362104246 0,086582494 0,11904762 0,032465125
GG 22,22 -1,362104246 0,086582494 0,11904762 0,032465125
X 25 -1,08810171 0,138275104 0,14285714 0,004582038
D 27,77 -0,815084795 0,207511887 0,28571429 0,078202399
R 27,77 -0,815084795 0,207511887 0,28571429 0,078202399
V 27,77 -0,815084795 0,207511887 0,28571429 0,078202399
Y 27,77 -0,815084795 0,207511887 0,28571429 0,078202399
CC 27,77 -0,815084795 0,207511887 0,28571429 0,078202399
MM 27,77 -0,815084795 0,207511887 0,28571429 0,078202399
A 30,55 -0,54108226 0,294225443 0,42857143 0,134345986
G 30,55 -0,54108226 0,294225443 0,42857143 0,134345986
O 30,55 -0,54108226 0,294225443 0,42857143 0,134345986
DD 30,55 -0.54108226 0,294225443 0,42857143 0,134345986
II 30,55 -0,54108226 0,294225443 0,42857143 0,134345986
PP 30,55 -0,54108226 0,294225443 0,42857143 0,134345986
U 33,33 -0,267079724 0,394703889 0,47619048 0,081486587
W 33,33 -0,267079724 0,394703889 0,47619048 0,081486587
I 36,11 0,006922812 0,50276178 0,54761905 0,044857267
Q 36,11 0,006922812 0,50276178 0,54761905 0,044857267
FF 36,11 0,006922812 0,50276178 0,54761905 0,044857267
F 38,88 0,279939727 0,610238126 0,66666667 0,056428541
M 38,88 0,279939727 0,610238126 0,66666667 0,056428541
Z 38,88 0,279939727 0,610238126 0,66666667 0,056428541
AA 38,88 0,279939727 0,610238126 0,66666667 0,056428541
EE 38,88 0,279939727 0,610238126 0,66666667 0,056428541
J 41,66 0,553942262 0,71019082 0,69047619 0,019714629
E 44,44 0,827944798 0,796149118 0,80952381 0,013374691
H 44,44 0,827944798 0,796149118 0,80952381 0,013374691
S 44,44 0,827944798 0,796149118 0,80952381 0,013374691
BB 44,44 0,827944798 0,796149118 0,80952381 0,013374691

217
NN 44,44 0,827944798 0,796149118 0,80952381 0,013374691
L 47,22 1,101947333 0,864757716 0,85714286 0,007614858
T 47,22 1,101947333 0,864757716 0,85714286 0,007614858
C 50 1,375949869 0,915581423 0,9047619 0,010819518
KK 50 1,375949869 0,915581423 0,9047619 0,010819518
K 52,77 1,648966784 0,95042278 1 0,04957722
N 52,77 1,648966784 0,95042278 1 0,04957722
P 52,77 1,648966784 0,95042278 1 0,04957722
OO 52,77 1,648966784 0,95042278 1 0,04957722
rata-rata 36,03976
stdev 10.14589

L hitung = 0,134
L tabel = 0,136
L hitung< L tabel, Data Normal

218
3. Uji Normalitas Postest Kelompok Eksperimen

DAFTAR NILAI POSTEST KELOMPOK EKSPERIMEN


SMA NEGERI 5 DEPOK
NAMA Xi Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi)-S(Zi)]
DD 33,33 -2,3668387 0,008970376 0,023809524 0,014839148
T 41,66 -1,7325464 0,04158816 0,095238095 0,053649935
AA 41,66 -1,7325464 0,04158816 0,095238095 0,053649935
GG 41,66 -1,7325464 0,04158816 0,095238095 0,053649935
M 44,44 -1,5208619 0,064147254 0,119047619 0,054900365
L 47,22 -1,3091773 0,095237151 0,142857143 0,047619991
E 50 -1,0974927 0,136213029 0,19047619 0,054263161
JJ 50 -1,0974927 0,136213029 0,19047619 0,054263161
A 52,77 -0,8865696 0,187655329 0,238095238 0,05043991
MM 52,77 -0,8865696 0,187655329 0,238095238 0,05043991
D 58,33 -0,4632005 0,321610332 0,285714286 0,035896047
Y 58,33 -0,4632005 0,321610332 0,285714286 0,035896047
I 61,11 -0,2515159 0,400707625 0,380952381 0,019755244
N 61,11 -0,2515159 0,400707625 0,380952381 0,019755244
BB 61,11 -0,2515159 0,400707625 0,380952381 0,019755244
HH 61,11 -0,2515159 0,400707625 0,380952381 0,019755244
P 63,88 -0,0405928 0,483810255 0,5 0,016189745
R 63,88 -0,0405928 0,483810255 0,5 0,016189745
X 63,88 -0,0405928 0,483810255 0,5 0,016189745
FF 63,88 -0,0405928 0,483810255 0,5 0,016189745
OO 63,88 -0,0405928 0,483810255 0,5 0,016189745
C 66,66 0,17109175 0,567924187 0,595238095 0,027313908
F 66,66 0,17109175 0,567924187 0,595238095 0,027313908
V 66,66 0,17109175 0,567924187 0,595238095 0,027313908
CC 66,66 0,17109175 0,567924187 0,595238095 0,027313908
G 69,44 0,38277631 0,649057186 0,666666667 0,017609481
K 69,44 0,38277631 0,649057186 0,666666667 0,017609481
Z 69,44 0,38277631 0,649057186 0,666666667 0,017609481
S 72,22 0,59446087 0,723898048 0,738095238 0,01419719
U 72,22 0,59446087 0,723898048 0,738095238 0,01419719
W 72,22 0,59446087 0,723898048 0,738095238 0,01419719
KK 75 0,80614544 0,789920503 0,785714286 0,004206217
NN 75 0,80614544 0,789920503 0,785714286 0,004206217

219
H 77,77 1,01706855 0,845439589 0,880952381 0,035512792
J 77,77 1,01706855 0,845439589 0,880952381 0,035512792
O 77,77 1,01706855 0,845439589 0,880952381 0,035512792
II 77,77 1,01706855 0,845439589 0,880952381 0,035512792
EE 80,55 1,22875311 0,890417807 0,928571429 0,038153622
PP 80,55 1,22875311 0,890417807 0,928571429 0,038153622
B 83,33 1,44043767 0,925128194 1 0,074871806
LL 83,33 1,44043767 0,925128194 1 0,074871806
Q 88,88 1,86304535 0,968772057 1 0,031227943
rata-rata 64,4131
stdev 13.13275

L hitung = 0,074
L tabel = 0,136
L hitung < L tabel, Data Normal

220
4. Uji Normalitas Postest Kelompok Kontrol

DAFTAR NILAI POSTES KELOMPOK KONTROL


SMA NEGERI 5 DEPOK
NAMA Xi Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi)-S(Zi)]
W 22,22 -2,843713824 0,002229554 0,02380952 0,02157997
D 33,33 -1,905520488 0,028356223 0,04761905 0,019262824
JJ 38,88 -1,436846049 0,075380871 0,07142857 0,0039523
O 41,66 -1,202086601 0,114664989 0,11904762 0,00438263
AA 41,66 -1,202086601 0,114664989 0,11904762 0,00438263
DD 44,44 -0,967327152 0,166690257 0,19047619 0,023785933
FF 44,44 -0,967327152 0,166690257 0,19047619 0,023785933
MM 44,44 -0,967327152 0,166690257 0,19047619 0,023785933
A 47,22 -0,732567704 0,231911068 0,28571429 0,053803218
B 47,22 -0,732567704 0,231911068 0,28571429 0,053803218
R 47,22 -0,732567704 0,231911068 0,28571429 0,053803218
HH 47.22 -0,732567704 0,231911068 0,28571429 0,053803218
G 50 -0,497808255 0,309309598 0,38095238 0,071642782
K 50 -0,497808255 0,309309598 0,38095238 0,071642782
U 50 -0,497808255 0,309309598 0,38095238 0,071642782
LL 50 -0,497808255 0,309309598 0,38095238 0,071642782
E 52,77 -0,263893265 0,395931083 0,42857143 0,032640346
EE 52,77 -0,263893265 0,395931083 0,42857143 0,032640346
Q 55,55 -0,029133816 0,488378933 0,52380952 0,035430591
S 55,55 -0,029133816 0,488378933 0,52380952 0,035430591
T 55,55 -0,029133816 0,488378933 0,52380952 0,035430591
CC 55,55 -0,029133816 0,488378933 0,52380952 0,035430591
Z 58,33 0,205625632 0,581458323 0,57142857 0,010029752
GG 58,33 0,205625632 0,581458323 0,57142857 0,010029752
F 61,11 0,440385081 0,670170886 0,64285714 0,027313743
P 61,11 0,440385081 0,670170886 0,64285714 0,027313743
II 61,11 0,440385081 0,670170886 0,64285714 0,027313743
J 61,66 0,486830295 0,6868107 0,66666667 0,020144034
V 63,88 0,674300071 0,74993972 0,76190476 0,011965041
X 63,88 0,674300071 0,74993972 0,76190476 0,011965041
NN 63,88 0,674300071 0,74993972 0,76190476 0,011965041

221
PP 63,88 0,674300071 0,74993972 0,76190476 0,011965041
H 66,66 0,909059519 0,818340645 0,83333333 0,014992688
N 66,66 0,909059519 0,818340645 0,83333333 0,014992688
OO 66,66 0,909059519 0,818340645 0,83333333 0,014992688
C 69,44 1,143818968 0,873650639 0,9047619 0,031111266
Y 69,44 1,143818968 0,873650639 0,9047619 0,031111266
BB 69,44 1,143818968 0,873650639 0,9047619 0,031111266
L 72,22 1,378578416 0,915987612 0,97619048 0,060202864
M 72,22 1,378578416 0,915987612 0,97619048 0,060202864
KK 72,22 1,378578416 0,915987612 0,97619048 0,060202864
I 77,77 1,847252855 0,967644749 1 0,032355251
rata-rata 55,895
stdev 11.84191

L hitung = 0,071
L tabel = 0,136
L hitung< L tabel, Data Normal

222
Lampiran 13

UJI HOMOGENITAS
1. Uji Homogenitas Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol

EKSPERIMEN KONTROL
22,22 16,66
22,22 19,44
22,22 19,44
22,22 22,22
22,22 22,22
22,22 25
22,22 27,77
25 27,77
25 27,77
27,77 27,77
27,77 27,77
27,77 27,77
30,55 30,55
30,55 30,55
30,55 30,55
33,33 30,55
33,33 30,55
33,33 30,55
33,33 33,33
33,33 33,33
33,33 36,11
36,11 36,11
38,88 36,11
41,66 38,88
41,66 38,88
41,66 38,88
41,66 38,88
41,66 38,88
44,44 41,66
44,44 44,44
44,44 44,44
44,44 44,44
47,22 44,44
50 44,44
50 47,22
52,77 47,22
55,55 50
55,55 50
55,55 52,77
55,55 52,77

223
58,33 52,77
61,11 52,77

Rata-Rata kelompok eksperimen (X) = 37,69


Rata-rata kelompok kontrol (Y) = 36,03
Selisih rata-rata (X-Y) = 1,65

Varian kelompok eksperimen = (=(VAR(A4:A45) = 138,932


Varian kelompok kontrol=(=VAR(B4:B45) = 102,939
F hitung = = = 1,34
F tabel =(=0.05, (41,41)) = 1,68
F hitung < F tabel, Homogen

2. Uji Homogenitas Postest Kelompok Eksperimen dan Kontrol

EKSPERIMEN KONTROL
33,33 22,22
41,66 33,33
41,66 38,88
41,66 41,66
44,44 41,66
47,22 44,44
50 44,44
50 44,44
52,77 47,22
52,77 47,22
58,33 47,22
58,33 47,22
61,11 50
61,11 50
61,11 50
61,11 50
63,88 52,77
63,88 52,77
63,88 55,55
63,88 55,55
63,88 55,55
66,66 55,55
66,66 58,33
66,66 58,33
66,66 61,11
69,44 61,11
69,44 61,11

224
69,44 61,66
72,22 63,88
72,22 63,88
72,22 63,88
75 63,88
75 66,66
77,77 66,66
77,77 66,66
77,77 69,44
77,77 69,44
80,55 69,44
80,55 72,22
83,33 72,22
83,33 72,22
88,88 77,77

Rata-Rata kelompok eksperimen (X) = 64,413


Rata-rata kelompok kontrol (Y) = 55,895
Selisih rata-rata (X-Y) = 8,518

Varian kelompok eksperimen = (=(VAR(A4:A45) = 172,469


Varian kelompok kontrol=(=VAR(B4:B45) = 140,23
F hitung = = = 1,22
F tabel =(=0.05, (41,41)) = 1,68
F hitung < F tabel, Homogen

225
Lampiran 14. Hasil Hipotesis Pretest Menggunakan Uji Mann-Whitney

NPar Tests
Notes

Output Created
01-MAR-2016 14:33:26
Comments

Input Active Dataset


DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working
84
Data File
Missing Value Handling Definition of Missing
User-defined missing values are treated
as missing.

Cases Used Statistics for each test are based on all


cases with valid data for the variable(s)
used in that test.
Syntax

NPAR TESTS
/M-W= pretest BY kelas(1 2)
/STATISTICS=DESCRIPTIVES
/MISSING ANALYSIS.

Resources Processor Time


00:00:00,02

Elapsed Time 00:00:00,02


Number of Cases
a 112347
Allowed

a. Based on availability of workspace memory.


Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
pretest 84 36,8670 10,96227 16,66 61,11
kelas 84 1,5000 ,50300 1,00 2,00

Mann-Whitney Test
Ranks
kelas N Mean Rank Sum of Ranks
pretest 1,00 42 43,92 1844,50
2,00 42 41,08 1725,50
Total 84

226
a
Test Statistics

pretest
Mann-Whitney U
822,500
Wilcoxon W
1725,500
Z
-,534

Asymp. Sig. (2-tailed)


,593

a. Grouping Variable: kelas

227
Lampiran 15. Hasil Pretest Tiap Aspek Berpikir Kritis

NPar Tests
Notes
Output Created 20-APR-2016 02:46:36
Comments
Input Data D:\skripsi\perhitungan
SPSS\perhitunganSPSS_zha\aspek 1
pretest.sav
Active Dataset DataSet4
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
86
File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all
cases with valid data for the variable(s)
used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/M-W= nilai BY kelas(1 2)
/MISSING ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00.00
Elapsed Time 00:00:00.01
a
Number of Cases Allowed 112347
a. Based on availability of workspace memory.

[DataSet4] D:\skripsi\perhitungan SPSS\perhitunganSPSS_zha\aspek 1


pretest.sav

Mann-Whitney Test
Ranks
jeniskelas N Mean Rank Sum of Ranks
nilai kontrol 42 37.64 1581.00
eksperimen 42 47.36 1989.00
Total 84
a
Test Statistics
nilai
Mann-Whitney U 678.000
Wilcoxon W 1581.000
Z -1.859
Asymp. Sig. (2-tailed) .063
a. Grouping Variable: jeniskelas

NPar Tests
Notes
Output Created 20-APR-2016 02:47:57
Comments
Input Data D:\skripsi\perhitungan
SPSS\perhitunganSPSS_zha\aspek 2
pretest.sav

228
Active Dataset DataSet5
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
86
File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all
cases with valid data for the variable(s)
used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/M-W= nilai BY kelas(1 2)
/MISSING ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00.02
Elapsed Time 00:00:00.01
a
Number of Cases Allowed 112347
a. Based on availability of workspace memory.

[DataSet5] D:\skripsi\perhitungan SPSS\perhitunganSPSS_zha\aspek 2


pretest.sav

Mann-Whitney Test
Ranks
jeniskelas N Mean Rank Sum of Ranks
nilai kontrol 42 42.54 1786.50
eksperimen 42 42.46 1783.50
Total 84

a
Test Statistics
nilai
Mann-Whitney U 880.500
Wilcoxon W 1783.500
Z -.014
Asymp. Sig. (2-tailed) .989
a. Grouping Variable: jeniskelas

NPar Tests
Notes
Output Created 20-APR-2016 02:49:55
Comments
Input Data D:\skripsi\perhitungan
SPSS\perhitunganSPSS_zha\aspek 3
pretest.sav
Active Dataset DataSet6
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
86
File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all
cases with valid data for the variable(s)
used in that test.

229
Syntax NPAR TESTS
/M-W= nilai BY kelas(1 2)
/MISSING ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00.00
Elapsed Time 00:00:00.04
a
Number of Cases Allowed 112347
a. Based on availability of workspace memory.

[DataSet6] D:\skripsi\perhitungan SPSS\perhitunganSPSS_zha\aspek 3


pretest.sav

Mann-Whitney Test
Ranks
jeniskelas N Mean Rank Sum of Ranks
nilai kontrol 42 44.07 1851.00
eksperimen 42 40.93 1719.00
Total 84

a
Test Statistics
nilai
Mann-Whitney U 816.000
Wilcoxon W 1719.000
Z -.602
Asymp. Sig. (2-tailed) .547
a. Grouping Variable: jeniskelas

NPar Tests
Notes
Output Created 20-APR-2016 02:52:22
Comments
Input Data D:\skripsi\perhitungan
SPSS\perhitunganSPSS_zha\aspek 4
pretest.sav
Active Dataset DataSet7
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
85
File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all
cases with valid data for the variable(s)
used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/M-W= nilai BY kelas(1 2)
/MISSING ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00.00
Elapsed Time 00:00:00.04
a
Number of Cases Allowed 112347
a. Based on availability of workspace memory.

230
[DataSet7] D:\skripsi\perhitungan SPSS\perhitunganSPSS_zha\aspek 4
pretest.sav

Mann-Whitney Test
Ranks
jeniskelas N Mean Rank Sum of Ranks
Nilai kontrol 42 41.94 1761.50
eksperimen 42 43.06 1808.50
Total 84

a
Test Statistics
nilai
Mann-Whitney U 858.500
Wilcoxon W 1761.500
Z -.221
Asymp. Sig. (2-tailed) .825
a. Grouping Variable: jeniskelas

NPar Tests
Notes
Output Created 20-APR-2016 02:54:58
Comments
Input Active Dataset DataSet8
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
87
File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each test are based on all
cases with valid data for the variable(s)
used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/M-W= nilai BY kelas(1 2)
/MISSING ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00.00
Elapsed Time 00:00:00.00
a
Number of Cases Allowed 112347
a. Based on availability of workspace memory.

Mann-Whitney Test
Ranks
jeniskelas N Mean Rank Sum of Ranks
Nilai kontrol 42 44.58 1872.50
eksperimen 42 40.42 1697.50
Total 84

231
a
Test Statistics
nilai
Mann-Whitney U 794.500
Wilcoxon W 1697.500
Z -.829
Asymp. Sig. (2-tailed) .407
a. Grouping Variable: jeniskelas

SAVE OUTFILE='D:\skripsi\perhitungan
SPSS\perhitunganSPSS_zha\aspek 5 pretest.sav'
/COMPRESSED.
NEW FILE.
DATASET NAME DataSet9 WINDOW=FRONT

232
Lampiran 16. Hasil Hipotesis Postest Menggunakan Uji T

UJI HIPOTESIS (UJI T) POSTEST

No Y1 Y2 Y12 Y22
1. 33,33 22,22 1110,8889 493,7284
2. 41,66 33,33 1735,5556 1110,8889
3. 41,66 38,88 1735,5556 1511,6544
4. 41,66 41,66 1735,5556 1735,5556
5. 44,44 41,66 1974,9136 1735,5556
6. 47,22 44,44 2229,7284 1974,9136
7. 50 44,44 2500 1974,9136
8. 50 44,44 2500 1974,9136
9. 52,77 47,22 2784,6729 2229,7284
10. 52,77 47,22 2784,6729 2229,7284
11. 58,33 47,22 3402,3889 2229,7284
12. 58,33 47,22 3402,3889 2229,7284
13. 61,11 50 3734,4321 2500
14. 61,11 50 3734,4321 2500
15. 61,11 50 3734,4321 2500
16. 61,11 50 3734,4321 2500
17. 63,88 52,77 4080,6544 2784,6729
18. 63,88 52,77 4080,6544 2784,6729
19. 63,88 55,55 4080,6544 3085,8025
20. 63,88 55,55 4080,6544 3085,8025
21. 63,88 55,55 4080,6544 3085,8025
22. 66,66 55,55 4443,5556 3085,8025
23. 66,66 58,33 4443,5556 3402,3889
24. 66,66 58,33 4443,5556 3402,3889
25. 66,66 61,11 4443,5556 3734,4321
26. 69,44 61,11 4821,9136 3734,4321
27. 69,44 61,11 4821,9136 3734,4321
28. 69,44 61,66 4821,9136 3801,9556
29. 72,22 63,88 5215,7284 4080,6544
30. 72,22 63,88 5215,7284 4080,6544
31. 72,22 63,88 5215,7284 4080,6544
32. 75 63,88 5625 4080,6544
33. 75 66,66 5625 4443,5556
34. 77,77 66,66 6048,1729 4443,5556
35. 77,77 66,66 6048,1729 4443,5556
36. 77,77 69,44 6048,1729 4821,9136
37. 77,77 69,44 6048,1729 4821,9136

233
38. 80,55 69,44 6488,3025 4821,9136
39. 80,55 72,22 6488,3025 5215,7284
40. 83,33 72,22 6943,8889 5215,7284
41. 83,33 72,22 6943,8889 5215,7284
42. 88,88 77,77 7899,6544 6048,1729
jumlah 2705,35 2347,59 181331,1989 136968,0061
rata-
rata 64,41309524 55,895 4317,409498 3261,143002

n1 = 42, n2 = 42
Ʃ Y1 = 2705,35 Ʃ Y2 = 2347,59
2
Ʃ Y1 = 181331,199 Ʃ Y22 = 136968,006

ȳ1 = = 64,413 ȳ2 = = 55,895

Ʃ ȳ12 = 181331,199- = 7071,231

Ʃ ȳ22 = 136968,006 - = 5749,463

Sgab = √ =√ = 12,5

Thit = = = = 3,047
√ √

Thit > Ttab, H0 diterima


3,047 > 1.991, maka H0 diterima

234
207
Lampiran 17.Hasil Postest Tiap Aspek Berpikir Kritis

T-Test
Notes

Output Created 20-APR-2016 03:00:31


Comments
Input Active Dataset DataSet9
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 87
Missing Value Handling Definition of Missing User defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each analysis are based on
the cases with no missing or out-of-range
data for any variable in the analysis.
Syntax T-TEST GROUPS=kelas(1 2)
/MISSING=ANALYSIS
/VARIABLES=nilai
/CRITERIA=CI(.95).
Resources Processor Time 00:00:00.00

Elapsed Time 00:00:00.17

[DataSet9]

235
Group Statistics

jeniskelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

nilai kontrol 42 7.2017 1.46990 .22681

eksperimen 42 7.0833 1.53154 .23632

Independent Samples Test

Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Mean Std. Error Difference

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Difference Difference Lower Upper


nilai Equal variances
.681 .412 .361 82 .719 .11833 .32755 -.53327 .76994
assumed

Equal variances not


.361 81.862 .719 .11833 .32755 -.53329 .76996
assumed

SAVE OUTFILE='D:\skripsi\perhitungan SPSS\perhitunganSPSS_zha\aspek 1 postest.sav'


/COMPRESSED.
NEW FILE.
DATASET NAME DataSet10 WINDOW=FRONT.
T-TEST GROUPS=kelas(1 2)
/MISSING=ANALYSIS
/VARIABLES=nilai

236
/CRITERIA=CI(.95).

T-Test
Notes

Output Created 20-APR-2016 03:07:57


Comments
Input Active Dataset DataSet10
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 85
Missing Value Handling Definition of Missing User defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each analysis are based on the
cases with no missing or out-of-range data
for any variable in the analysis.
Syntax T-TEST GROUPS=kelas(1 2)
/MISSING=ANALYSIS
/VARIABLES=nilai
/CRITERIA=CI(.95).
Resources Processor Time 00:00:00.00

Elapsed Time 00:00:00.03

[DataSet10]

237
Group Statistics

jeniskelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

nilai kontrol 42 5.9795 2.63243 .40619

eksperimen 42 8.0167 2.46090 .37973

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of


Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of

Mean Std. Error the Difference

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Difference Difference Lower Upper

nilai Equal variances


1.255 .266 -3.664 82 .000 -2.03714 .55604 -3.14329 -.93100
assumed

Equal variances not


-3.664 81.630 .000 -2.03714 .55604 -3.14336 -.93092
assumed
DATASET ACTIVATE DataSet11.
T-TEST GROUPS=kelas(1 2)
/MISSING=ANALYSIS
/VARIABLES=nilai
/CRITERIA=CI(.95).

238
T-Test
Notes

Output Created 20-APR-2016 03:23:39


Comments
Input Data D:\skripsi\perhitungan
SPSS\perhitunganSPSS_zha\aspek 3
postest.sav
Active Dataset DataSet11
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 85
Missing Value Handling Definition of Missing User defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each analysis are based on the
cases with no missing or out-of-range data
for any variable in the analysis.
Syntax T-TEST GROUPS=kelas(1 2)
/MISSING=ANALYSIS
/VARIABLES=nilai
/CRITERIA=CI(.95).
Resources Processor Time 00:00:00.05

Elapsed Time 00:00:00.07

239
[DataSet11] D:\skripsi\perhitungan SPSS\perhitunganSPSS_zha\aspek 3 postest.sav

Group Statistics

jeniskelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

nilai kontrol 42 4.0998 1.62045 .25004

eksperimen 42 4.5498 1.97766 .30516

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of


Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of

Mean Std. Error the Difference

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Difference Difference Lower Upper

nilai Equal variances


.968 .328 -1.141 82 .257 -.45000 .39452 -1.23482 .33482
assumed

Equal variances not


-1.141 78.948 .257 -.45000 .39452 -1.23527 .33527
assumed

DATASET ACTIVATE DataSet12.


T-TEST GROUPS=kelas(1 2)
/MISSING=ANALYSIS
/VARIABLES=nilai
/CRITERIA=CI(.95).

240
T-Test
Notes

Output Created 20-APR-2016 03:27:37


Comments
Input Active Dataset DataSet12
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 84
Missing Value Handling Definition of Missing User defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each analysis are based on the
cases with no missing or out-of-range data
for any variable in the analysis.
Syntax T-TEST GROUPS=kelas(1 2)
/MISSING=ANALYSIS
/VARIABLES=nilai
/CRITERIA=CI(.95).
Resources Processor Time 00:00:00.02

Elapsed Time 00:00:00.07

241
[DataSet12]
Group Statistics

jeniskelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

nilai kontrol 42 3.7295 2.35315 .36310

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of


Variances t-test for Equality of Means

Mean Std. Error 95% Confidence Interval of


F Sig. t df Sig. (2-tailed) Difference Difference the Difference

eksperimen 42 4.0481 3.08431 .47592

242
Lower Upper

nilai Equal variances


7.469 .008 -.532 82 .596 -.31857 .59862 -1.50941 .87227
assumed

Equal variances not


-.532 76.651 .596 -.31857 .59862 -1.51065 .87351
assumed

SAVE OUTFILE='D:\skripsi\perhitungan SPSS\perhitunganSPSS_zha\aspek 4 postest.sav'/COMPRESSED.


NEW FILE.
DATASET NAME DataSet13 WINDOW=FRONT.
T-TEST GROUPS=kelas(1 2)
/MISSING=ANALYSIS
/VARIABLES=nilai
/CRITERIA=CI(.95).
T-Test
Notes

Output Created 20-APR-2016 03:38:12


Comments
Input Active Dataset DataSet13
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 85
Missing Value Handling Definition of Missing User defined missing values are treated as
missing.

243
Cases Used Statistics for each analysis are based on the
cases with no missing or out-of-range data
for any variable in the analysis.
Syntax T-TEST GROUPS=kelas(1 2)
/MISSING=ANALYSIS
/VARIABLES=nilai
/CRITERIA=CI(.95).
Resources Processor Time 00:00:00.00

Elapsed Time 00:00:00.04

[DataSet13]

Group Statistics

jeniskelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

nilai kontrol 42 5.4779 3.10895 .47972

eksperimen 42 7.2238 2.54140 .39215

244
Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of


Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of

Mean Std. Error the Difference

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Difference Difference Lower Upper

nilai Equal variances


2.804 .098 -2.818 82 .006 -1.74595 .61961 -2.97855 -.51336
assumed

Equal variances not


-2.818 78.880 .006 -1.74595 .61961 -2.97928 -.51263
assumed

245
Lampiran 18

Lembar Uji Referensi

Nama : Zahidah Farhati


NIM : 1110016100062
Jurusan/Prodi: P.IPA/P.Biologi
Judul Skripsi: Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle 7E Terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada konsep Sistem
Endokrin
Pembimbing I : Ir. Mahmud Siregar, M.Si.
Pembimbing II : Nengsih Juanengsih, M.Pd.

Dosen
No Referensi Pembimbing
I II
BAB I
1. Peraturan Pemerintah Nomer 65 Tahun 2013
tentang Standar Proses Pendidikan Sekolah Dasar
dan Menengah, h. 4.
2. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi
Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h.
159.
3. A.A. Sri Dwi Indrayanthi, “Pengaruh Penerapan
Model Siklus Belajar 7e Terhadap Pemahaman
Konsep Fisika Dan Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa”, Jurnal Pendidikan Fisika, 2011, h. 3.
4. A.A. Sri Dwi Indrayanthi, “Pengaruh Penerapan
Model Siklus Belajar 7e Terhadap Pemahaman
Konsep Fisika Dan Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa”, Jurnal Pendidikan Fisika, 2011, h. 3-4.
5. Permen 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP) Bab IV No (1), 2005, h.167.
6. Robert H Ennis, Critical Thinking, Prentice Hall,
(USA: University of Illinois, 1995), p. xvii
7. Nizarwati dkk, “Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Berorientasi Konstruktivisme Untuk
Mengajarkan Konsep Perbandingan Trigonometri
Siswa Kelas X SMA”, Jurnal pendidikan
Matematika volume 3 no.2, 2009, hal. 58.
8. Nuryani Y Rustaman, Konstruktivisme dan
Pembelajaran Biologi, Makalah, Jurusan
Pendidikan Biologi FMIPA UPI. 2000, h. 8.

243
9. Wawan Sutrisno dkk, Pengaruh Model Learning
Cycle 7e Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dalam
Pembelajaran Biologi. Seminar Nasional IX,
Pendidikan Biologi FKIP UNS, h. 186.
BAB II
1. John M. Echols and Hasan Shadily. Kamus Inggris
Indonesia an English-Indonesian Dictionary,
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2003). p.
352.
2. John M. Echols and Hasan Shadily. Kamus Inggris
Indonesia an English-Indonesian Dictionary,
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2003). p.162.
3. Aditya Rahman, Implementasi Model Pembelajaran
Learning Cycle 7E Sebagai Upaya Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa Kelas XI TITL 2 SMK 2
Pengasih, Skripsi pada Fakultas Teknik Universitas
Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2012, h. 4, tidak
dipublikasikan.
4. Ngatiatul Mabsuthoh, “Pengaruh Model
Pembelajaran Learning Cycle Terhadap Hasil
Belajar Fisika Pada Konsep Massa Jenis”, Skripsi
pada FITK UIN Jakarta, Jakarta, 2001, h. 19, tidak
dipublikasikan.
5. Anton E.Lawson, “Using The Learning Cycle To
Teach Biology Concepts And Reasoning Patterns”,
Journal of Biology Education, 2001, p.168.
6. Susan Everett and Richard Moyer. Literacy in the
Learning Cycle, Incorporating trade books helps
plan inquiry-learning experiences. Methods and
Strategies: Ideas and techniques to enhance your
science teaching, 2014, p. 48,
(www.teachersource.com).
7. Arthur Eisenkraft, Expanding the 5E Model: A
proposed 7E model emphasizes “transfer of
learning”and the importance of eliciting prior
understanding, National Science Teachers
Association (NSTA). The Science Teacher, Vol. 70,
No. 6, 2003, p. 56-57
8. Wawan Sutrisno, dkk, “Pengaruh Model Learning
Cycle 7E Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dalam
Pembelajaran Biologi”, Jurnal Edukasi, Pendidikan
Biologi FKP UNS, 2012, h.186.
9. A.A. Sri Dwi Indriyanthi, “Pengaruh Model Siklus
Belajar 7E Terhadap Pemahaman Konsep Fisika
dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”, h. 5-6.

244
10. Hartono, “Learning Cycle 7E Model To Increase
Student’s Critical Thinking on Science”, Jurnal
Pendidikan Fisika Indonesia, 2013, p.60.
11. Irma Rosa Indriyani, “Pengembangan LKS Fisika
Berbasis Siklus Belajar (Learning Cycle) 7E untuk
Meningkatkan Hasil Belajar dan Mengembangkan
Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa SMA Kelas
X Pokok Bahasan Elektromagnetik”, Tesis pada
Pascasarjana Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta, Yogyakarta, 2013, h. 24, tidak
dipublikasikan.
12. Irma Rosa Indriyani, “Pengembangan LKS Fisika
Berbasis Siklus Belajar (Learning Cycle) 7E untuk
Meningkatkan Hasil Belajar dan Mengembangkan
Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa SMA Kelas
X Pokok Bahasan Elektromagnetik”, Tesis pada
Pascasarjana Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta, Yogyakarta, 2013, h. 25, tidak
dipublikasikan.
13. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan
Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 117.
14. Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Berpikir,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011, h.3.
15. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya, 2002), h. 44.
16. Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Berpikir,
(Bandung: PT. Remaja Rosda karya, 2011), h. 3.
17. Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Landasan
Kerja Pemimpin Pendidikan), (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2006), h. 31.
18. Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Berpikir,
(Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2011), h. 20
19. Paul Eggen dan Don Kauchak, Strategi dan Model
Pembelajaran (Mengajarkan Konten dan
Keterampilan Berpikir), (Jakarta: PT. Indeks,
2012), h.111.
20. Paul Eggen dan Don Kauchak, Strategi dan Model
Pembelajaran (Mengajarkan Konten dan
Keterampilan Berpikir), (Jakarta: PT. Indeks,
2012), h.119.
21. Robert H Ennis, Critical Thinking, Prentice Hall,
(USA: University of Illinois, 1995), p. xvii
22. Lisa Gueldenzoph Snyder and Mark J.Synder,
Teaching Critical Thinking and Problem Solving
Skills, North Caroline: The Delta Pi Epsilon

245
Journal, 2008, p. 90.
23. M. Adi Gunawan, Genius Learning Strategy
(Petunjuk Pratiks Untuk Menerapkan Accelerated
Learning), (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2006), h. 177.
24. MM Chabeli, ”High Order Thinking Skills
Competencies Reaquired By Outcomes-Base
Education From Learners”, Research Article
University of Johannesburg, 2006, p. 80.
25. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan
Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2011), h. 118.
26. Lisa Gueldenzoph Snyder and Mark J.Synder,
Teaching Critical Thinking and Problem Solving
Skills, North Caroline: The Delta Pi Epsilon
Journal, 2008, p. 91.
27. Alec Fisher, Berpikir Kritis Sebuah Pengantar,
Terj. Dari Critical Thingking: An Introduction oleh
Benyamin Hadinata dan Gugi Sagara, (Jakarta:
Erlangga, 2009), h.4.
28. Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar,
Terj. Dari Critical Thingking: An Introduction oleh
Benyamin Hadinata dan Gugi Sagara, (Jakarta:
Erlangga, 2009), h.3
29. Adi W. Gunawan. Genius Learning Strategy.
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003), h.
177-178.
30. Robert H Ennis, The Nature of Critical Thinking:
An Outline of Critical Thinking Disposition And
Abilities, University of Illinois. 2011, p.2
31. Alec Fisher, Berpikir Kritis Sebuah Pengantar, Terj.
Dari Critical Thinking: An Introduction oleh
Benyamin Hadinata, Jakarta: Erlangga, 2008, h.22.
32. Robert Ennis, Critical Thingking, (New York,
Printice Hall, 1996), h. 5
33. Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar,
Terj. Dari Critical Thingking: An Introduction oleh
Benyamin Hadinata, (Jakarta: Erlangga, 2009), h.
24.
34. Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar,
Terj. Dari Critical Thingking: An Introduction oleh
Benyamin Hadinata, (Jakarta: Erlangga, 2009), h.
22.
35. Robert Ennis, Critical Thingking, (New York,
Printice Hall, 1996), h. 57.

246
36. Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar,
Terj. Dari Critical Thingking: An Introduction oleh
Benyamin Hadinata, (Jakarta: Erlangga, 2009), h.
80-81.
37. Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar,
Terj. Dari Critical Thingking: An Introduction oleh
Benyamin Hadinata, (Jakarta: Erlangga, 2009), h.
82.
38. Robert Ennis, Critical Thingking, (New York,
Printice Hall, 1996), h. 74.
39. Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar,
Terj. Dari Critical Thingking: An Introduction oleh
Benyamin Hadinata, (Jakarta: Erlangga, 2009), h.
102.
40. Robert Ennis, Critical Thingking, (New York,
Printice Hall, 1996), h. 6
41. Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar,
Terj. Dari Critical Thingking: An Introduction oleh
Benyamin Hadinata, (Jakarta: Erlangga, 2009), h.
106
42. Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar,
Terj. Dari Critical Thingking: An Introduction oleh
Benyamin Hadinata, (Jakarta: Erlangga, 2009), h.
142
43. Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar,
Terj. Dari Critical Thingking: An Introduction oleh
Benyamin Hadinata, (Jakarta: Erlangga, 2009), h.
166.
44. Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini,
Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet. 1, h. 78
45. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), Cet.
1, h.177.
46. Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanudin
Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis
Kompetensi, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006), Cet. 1, h.
64
47. H.M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan
Operasionalnya, Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2009),
h. 101.
48. Irnaningtyas. Biologi untuk SMA dan MA Kelas XI
Kelompok Peminatan Matematika dan
IlmuPengetahuan Alam. (Jakarta: Erlangga, 2014),
h. 371-377.

247
49. Diah Aryulina, Choirrul Muslim, dkk. Biologi 2
SMA dan MA untuk kelas XI. (Jakarta: Esis, 2007),
h. 266-271.
50. A.A. Sri Dwi Indrayanthi, “Pengaruh Penerapan
Model Siklus Belajar 7e Terhadap Pemahaman
Konsep Fisika Dan Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa”, Jurnal Pendidikan Fisika, 2011.
51. Aryani Novianti, “Pengaruh Model Pembelajaran
Learning Cycle Terhadap Keterampilan Berfikir
Kritis Siswa”, Skripsi pada UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2012.
52. Irma Rosa Indriyani, “Pengembangan LKS Fisika
Berbasis Siklus Belajar (Learning Cycle) 7E untuk
Meningkatkan Hasil Belajar dan Mengembangkan
Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa SMA Kelas
X Pokok Bahasan Elektromagnetik”, Tesis pada
Pascasarjana Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta, Yogyakarta, 2013
BAB III
1. Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan
(Kuantitatif-Kualitatif), (Jakarta: Rajawali Press,
2007), h. 28.
2. Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan.
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.207.
3. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung; Alfabeta,2012), h.116.
4. Wiratna Sujarwenidan Poly Endrayanto, Statistik
Untuk Penelitian, (Jakarta: Graha Ilmu, 2012), h.
13.
5. Wiratna Sujarwenidan Poly Endrayanto, Statistik
Untuk Penelitian, (Jakarta: Graha Ilmu, 2012), h.
13.
6. Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan.
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 254.
7. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung; Alfabeta,2012), h. 124.
8. Lampiran 3. Lembar Observasi Pra-penelitian

9. Lampiran 4. Instrumen Ujicoba

248
10. Lampiran 5. Kisi-kisi Intrumen Penelitian

11. Lampiran 1. Rancangan Proses Pembelajaran

12. Lampiran 2. Lembar Kerja Siswa (LKS)

13. Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu


Pendekatan Praktek. (Jakarta: PT. Rineka Cipta.
2010), h. 203.
14. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung; Alfabeta,2012), h. 363.
15. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan, (Jakarta: BumiAksara, 2012) h.93.

16. Lampiran 6. Hasil Uji Validitas dengan Software


ANATES
17. Lampiran 7. Instrumen Penelitian

18. Syofian Siregar, Statistik Parametrik Untuk


Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Bumi Aksara,
2013), h. 87.
19. Syofian Siregar, Statistik Parametrik Untuk
Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Bumi Aksara,
2013), h. 90-91.
20. Suharsimi Arikunto. Manajemen Penelitian.
(Jakarta: Rineka Cipta,2007) h. 176.
21. Suharsimi Arikunto. Manajemen Penelitian.
(Jakarta: Rineka Cipta,2007) h. 177.
22. Suharsimi Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 232.
23. Yanti Herlanti, Science Education Research, Tanya
Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains,
Universitas Islam Negeri Jakarta, 2006, h.70.
24. Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito
Bandung, 2005), h. 239.
BAB IV
1. Lampiran 8. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

249
2. Lampiran 9. Hasil Pretest Keterampilan Berpikir
Kritis Kelompok Kontrol dan Eksperimen

3. Lampiran 10. Hasil Postest Keterampilan Berpikir


Kritis Kelompok Kontrol dan Eksperimen
4. Lampiran 11. Hasil Observasi Penelitian Oleh Guru

5. Lampiran 12. Perhitungan Uji Normalitas

6. Lampiran 13. Perhitungan Uji Homogenitas

7. Lampiran 14. Hasil Pretest Menggunakan Uji


Mann-Whitney
8. Lampiran 15. Hasil Hipotesis Pretest Tiap Aspek
Berpikir Kritis
9. Lampiran 16. Hasil Hipotesis Postest menggunakan
Uji T
10. Lampiran 17. Hasil Hipotesis Postest Tiap Aspek
Berpikir Kritis
11. Wawan Sutrisno, dkk, “Pengaruh Model Learning
Cycle 7E Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dalam
Pembelajaran Biologi”, Jurnal Edukasi, Pendidikan
Biologi FKP UNS, 2012, h.188
12. A.A. Sri Dwi Indrayanthi, “Pengaruh Penerapan
Model Siklus Belajar 7E
Terhadap Pemahaman Konsep Fisika Dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”, Jurnal
Pendidikan Fisika, 2011, h. 14.
13. Paul Eggen dan Don Kauchak, Strategi dan Model
Pembelajaran. (Jakarta: PT Indeks, 2012), h. 119
14. Susan M Brookhat dan Anthony J.Nitko. Assess
Higher-Order Thinking Skills in Your Classroom.
(USA: Pearson, 2011), h. 236.
15. Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar,
Terj. Dari Critical Thingking: An Introduction oleh
Benyamin Hadinata, (Jakarta: Erlangga, 2009), h.
120.
16. Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar,
Terj. Dari Critical Thingking: An Introduction oleh
Benyamin Hadinata, (Jakarta: Erlangga, 2009), h.
22.

250
17. Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar,
Terj. Dari Critical Thingking: An Introduction oleh
Benyamin Hadinata, (Jakarta: Erlangga, 2009), h.
139.
18. Ni Putu Sri Ratna Dewi, “Pengaruh Model Siklus
Belajar 7E Terhadap Pemahaman Konsep dan
Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Negeri 1
Sawan”, Artikel Tesis Program Studi Pendidikan
IPA Program Pasca sarjana Universitas Pendidikan
Ganesha, 2012, h. 13.
19. Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini,
Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet. 1, h. 51.

Jakarta, September 2016

Mengesahkan,

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Mahmud Siregar, M.Si. Nengsih Juanengsih, M.Pd.

NIP.19540310 198803 1 001 NIP. 19790510 200604 2 001

251

Anda mungkin juga menyukai