Anda di halaman 1dari 16

PENGEMBANGAN ASESMEN PORTOFOLIO BERBASIS

PARTISIPASI ORANG TUA DI SEKOLAH DASAR


Slamet Widodo
Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya
Kampus Unesa Ketintang Gedung K.9 Surabaya 60231
email: slamet.10050@gmail.com

Abstrak
Peran orang tua dalam pendidikan yang belum maksimal menyebabkan kurang maksimalnya proses belajar
anaknya. Orang tua masih sedikit komunikasi dengan anaknya karena kesibukan lainya terutama pekerjaan.
Hal tersebut berakibat pada kurangnya partisipasi orang tua dalam pendidikan. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan kelayakan penggunaan asemen portofolio berbasis partisipasi orang tua dalam
pembelajaran. Penelitian ini menggunakan desain penelitian dan pengembangan dengan rancangan Four-D
model. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi, dan lembar angket. Teknik analisis data
yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa asesmen portofolio
berbasis partisipasi orang tua layak diterapkan dalam pembelajaran.

Kata Kunci: Asesmen portofolio, partisipasi orang tua.

Abstract

As the importance of parents’ role in education, minimum perticipation of parents in taking a part in their
children education results in less maximum of the children’s learning process. Parents less communicate with
their children due to their other business particularly their works results in a lack of parents’ participation in
education. This study aimed to describe the feasibility and appropriateness of the use of parents’ participation
based portfolio assessment in teaching and learning process. The design of this study was research and
development with Four-D model. The data was collected using observation sheet and questionnaire, then the
data was analysed both quantitatively and qualitatively. This result of this study showed that parents’
participation based portfolio assessment is appropriate to be implemented in teaching and learning process.

Keywords: Portfolio assessment, parents’ participation.

PENDAHULUAN
Orang tua merupakan orang yang sering berinteraksi langsung dengan anak atau siswa. Orang
tua memegang peranan penting dalam pendidikan. Program yang baik di sekolah tanpa didukung
oleh partisipasi orang tua, maka program terebut tidak akan berjalan. Baik program untuk
memajukan sekolah seperti membangun fasilitas yang masih belum lengkap, maupun program
yang berkaitan dengan tujuan pendidikan seperti mencetak generasi yang cerdas berdasarkan iman
dan taqwa serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknogi.
Lebih spesifiknya, orang tua memberikan kontribusi dan partisipasinya dalam memajukan
pendidikan. Karena orang tua dari siswa merupakan orang yang secara langsung turut merasakan
keberhasilan maupun kegagalan pendidikan. Jika orang tua memiliki anak yang rajin, nilai
raportnya baik, akhlaknya baik, dan ibadahnya tekun, maka tujuan pendidikan cepat terwujud.
Tetapi sebaliknya, jika orang tua memiliki anak yang malas, nilai raportnya pas-pasan, akhlak dan
ibadahnya kurang, maka tujuan pendidikan akan sulit terwujud.
Walaupun keberhasilan atau kegagalan pendidikan siswa tidak seluruhnya karena faktor
partisipasi orang tuanya, tetapi orang tua memiliki peran yang sangat penting. Sebagai contoh
adalah orang tua merasa turut bertanggung jawab terhadap keberhasilan anaknya. Orang tua turut
membimbing belajar anaknya ketika dirumah dengan cara memfasilitasi ataupun mengawasinya.
Orang tua memberikan arahan dan memberi contoh bagaimana menyelesaikan permasalahan
ataupun berakhlak yang baik. Artinya bukan orang tua turut membantu menjawab PR (pekerjaan
rumah) anaknya, jika yang terjadi demikian maka itu bukan meningkatkan partisipasi orang tua

1
dalam memajukan pendidikan. Yang terjadi justru akan membuat anak malas, tidak memiliki
tanggung jawab dan tentunya yang cerdas bukan anaknya tetapi justru orang tuannya.
Alasan mengapa orang tua sangat penting dalam mewujudkan keberhasilan pendidikan adalah
1) orang tua adalah orang yang paling sering dan dekat hubunganya dengan anaknya, 2) orang tua
merupakan pihak yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan pendidikan anaknya, walaupun
sepenuhnnya telah diserahkan ke sekolah, 3) lingkungan yang paling sering ditempati anak adalah
lingkungan keluarga, 4) orang tua yang peduli terhadap perkembangan belajar anaknya akan
memberikan motivasi atau penguatan tersendiri, jika dibandinga dengan orang tua yang kurang
peduli.
Peningkatan peran orang tua terhadap pendidikan anak adalah dengan pengembangan penilaian
portofolio. Dalam pengembangan portofolio ini, orang tua dituntut untuk aktif membimbing
anaknya dalam menyelesaikan tugas. Orang tua berperan sebagai pembimbing dan fasilitator,
bukan ikut mengerjakannya. Menurut Isminiati (2006) dengan asesmen portofolio siswa tidak
hanya mengembangkan kognitifnya saja tetapi juga psikomotoriknya. Oleh karena itu, portofolio
akan menilai sebuah karya atau kerja siswa secara menyeluruh, yang dinilai tidak hanya hasil dari
pekerjaan tersebut tetapi prosesnya adalah yang terpenting.
Menurut Margery (282:2005) asesmen portofolio sangat penting bagi siswa karena 1) dapat
menilai dan meningkatkan berpikir kritis, 2) mendorong siswa memiliki sifat tanggunggung jawab
dalam pembelajaran seperti percaya diri, aktif, dukungan, 3) dapat fokus pada inisiatif untuk
berdiskusi diantara siswa dan pembimbing, 4) meningkatkan kreativitas dan penyelesaian masalah,
5) dapat mengawasi dan menilai dalam pemanfaatan waktu, 6) dapat menilai penampilan, dengan
meneraapkan teori dengan praktik nyata, 7) dapat menilai keabsahan dari isi, penampilan, dan
proses, 8) dapat menggabungkan penilaian secara subjektif adan afektif sebagai prosedur penilaian
kualitatif dan kuantitatif, 9) dapat digunkan untuk menilai sikap dan profesionalisme
perkembangan masing-masing individu, 10) dapat mendiagnosis kekuatan dan kelemahan untuk
membantu meningkatkan penampilan siswa, 11) untuk bahan refleksi bagi siswa menuju
peningkatan outcome pembelajaran.
Val Klenowski (Assessment & Evaluation, Vol. 31, No. 3, June 2006, pp. 267–286)
mengemukakan asesmen portofolio tidak hanya dapat menekankan proses dalam pembelajaran,
lebih dari itu portofolio dapat digunakan sebagai ujian sumatif dan evaluasi. Jadi manfaat dari
penggunaan asesmen portofolio dapat digunakan untuk mengukur keterampilan proses siswa dalam
menyelesaiakan tugas, sekaligus juga dapat dijadikan ujian sumatif. Ujian sumatif yang sering
digunakan memang dalam bentuk soal-soal yang harus dikerjakan pada saat itu juga, maka sebagai
ganti dan inovasinya dapat juga menggunakan proyek atau tugas yang terstruktur.
Manfaat dari pengembangan asesmen portofolio berbasis partisipasi orang tua adalah 1) untuk
meningkatkan peran orang tua dalam kemajuan belajar anaknya, 2 untuk membangun kesadaran
antara guru dan orang tua siswa tentang kemampuan dan kelemahan siswa, 3) membangun
komunnikasi yang intensif antara anak dan orang tua, 4) untuk membangun kesadaran orang tua
tentang bakat, dan potensi anaknya, 5) meningkatkan kerjasama anak dengan orang tua, dalam hal
pembimbingan tugas, 6) meningkatkan rasa tanggung jawab dan motivasi siswa dalam
menyelesaikan tugas, 7) meningkatkan keterampian siswa dalam menyelesaikan masalah.
Peran orang tua dalam bentuk asesmen portofolio ini diperkuat oleh para ahli diantaranya;
Kathleen V dkk (Educational Psychologist, 195–209: 2001) keterlibatan orang tua dalam
membimbing menyelesaikan tugas rumah anaknya dapat meningkatkan pemahaman dan
pengembangan belajar siswa. Kathleen dan Howard ( Teachers Collage Record, Volume 97,
Number 2, Winter 1995) yang menyatakan bahwa 1) peran orang tua akan menumbuhkan
partisipasi pendidikan anaknya, 2) peran orang tua dapat meningkatkan sikap positif dan
keberhasilan anak di sekolah.
Kasus yang sering ditemui, orang tua berharap anaknya mendapat nilai yang baik tanpa
memperhatikan bagaimana proses anak memperoleh nilai yang baik tersebut. Komunikasi dan
interkasi yang kurang dalam memahami potensi anaknya, orang tua sering memaksakan kehendak.
Akibatnya yang terjadi adalah anak bukanya tambah berkembang dan meningkat kecerdasanya.
Tetapi justru sebaliknya, anak semakin bigung dan merasa sulit dengan tugas-tugas yang diberikan.
Bahkan akhir-akhir ini banyak media masa yang memberitakan anak stress karena kebanyakan les
(Republika, Jumat 28/11/14), (Viva, Minggu 30/11/14), (Tribun Jambi, Minggu 07/12/14). Bahkan

2
ada anak masuk rumah sakit karena kebanyakan les (Detik, Selasa 25/11/14). Hal tersebut
membuktikan, bahwa ambisi orang tua yang besar tanpa diikuti interaksi yang baik hanya akan
membuat anak semakin tertekan dan kurang bisa berkembang.
Tidak hanya itu saja, dari beberapa kasus yang ditemui. Orang tua lebih memilih mengikutkan
anaknya untuk ikut les privat atau lembaga les, orang tua berharap anaknya akan memperoleh nilai
yang tinggi dengan les tersebut. Ada juga orang tua yang sering menyuruh anaknya untuk rajin
belajar, rajin ibadah, dan rajin menyelesaikan tugasnya, akan tetapai justru orang tuanya
memberikan contoh yang buruk, seperti dalam waktu yang bersamaan orang tua menonton televisi
menyuruh anaknya untuk belajar atau megaji ke masjid. Maka tidak mungkin anak akan meniruti
perintah orang tuanya, kalupun iya mungkin anak akan merasa iri mengerjakannya dengan
setengah-setengah. Padahal tidak demikian, keberhasilan belajar tidak hanya didukung dengan nilai
semata, akan tetapi banyak indikator keberhasilan dalam pembelajaran. Seperti, rasa empati,
tanggung jawab, proses menyelesaikan tugas, berpikir menyelesaikan masalah, berpikir kritis,
kratif dan inovatif.
Memperhatikan permasalahn tersebut, rendahnya kemampuan anak dan minimnya peran orang
tua dalam pendidikan disebabkan karena 1) belum ada cara yang efektif dalam meningkatkan peran
orang tua terhadap pendidikan anaknya, 2) sekolah hanya fokus pada program internalnya saja,
sehingga peran masyarakat atau orang tua menjadi diabaikan, 3) asesmen yang sering digunakan
hanya fokus pada keterampilan hasil, bukan keterampilan proses, 4) orang tua kurang
memperhatikan perkembangan belajar anaknya karena kesibukan lainnya seperti bekerja, 5) selama
ini penilian hanya melibatkan guru saja, sehingga orang tua kurang memahami kemampuan
anaknya yang sebenarnya.
Dari wawancara singkat yang dilakukan secara terbatas menunjukkan bahwa asesmen portofolio
belum maksimal dan bahkan jarang digunakan. Guru kelas lebih suka penilaian tugas dari pada
penilaian portofolio. Alasanya adalah bahwa asesmen lebih ribet dari pada penilaian yang lainnya.
Asesmen portofolio membutuhkan waktu yang banyak padahal di SD waktu yang digunakan oleh
guru sangat terbatas, habis digunakan untuk mengajar. Guru beranggapan bahwa asesmen
portofolio sangat susah diterapkan di SD sehingga guru merasa tidak tertarik dengan asesmen
portofolio.
Kasus tersebut sudah jelas bahwa asesmen portofolio masih sangat sedikit praktek atau
penerapanya khususnya di SD. Apalagi asesmen portofolio yang melibatkan partisipasi orang tua.
Padahal seharusnya guru SD harus mampu menggunakan berbagai asesmen yang bervariatif bagi
siswa, supaya siswa tidak merasa bosa. Selain itu juga bahwa asesmen portofolio berbasis
partisipasi orang tua ini akan melibatkan orang tua dalam pendidikan. Karena sebenarnya tugas
untuk mendidik anak adalah ada pada orang tua.
Jika dikaitkan dengan perubahan krikulum yang sebelumnya menggunakan kurikulum KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) beralih ke kurikulum 2013, maka pengembangan asesmen
portofolio ini sangat cocok. Di dalam asesmen portofolio ini anak akan dituntuk untuk
mengembangkan keterampilan menyelesaikan tugas atau masalah menurut intruksi yang diberikan
oleh guru. Siswa akan terdorong untuk memahami dan bertannya secara kritis tentang
pemahamaya. Jika siswa belum begitu paham maka akan menanyakanya pada gurunya, setelah itu
tugas akan diselesaikan dengan bimbingan orang tuannya.
Dalam kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan saintifik atau ilmiah, siswa akan
memahami, menanya, mencoba, dan menyelesaikan tugasnya. Jika diamati lebih lanjut, buku siswa
yang ada di kurikulum 2013 juga menekankan anak untuk aktif dalam menyelesaiakan tugas secara
komperehensif dari sudut pandang kehidupan nyata. Kegiatan belajar tidak lagi hanya sebatas
menyelesaiakan soal pilihan ganda dan soal-soal uraian. Lebih dari itu, belajar mencoba untuk
membimbing anak aktif dalam memahami dan menyelesaiakan persoalan hidup. Begitu pula
dengan tugas berbasis asesmen portofolio, siswa juga akan mengikuti alur tersebut. Hal ini artinya
bahwa, pengembangan penilaian portofolio sesuai dengan perkembangan kurikulum saat ini.
Tujuan Penelitian ini adalah (1) untuk mendiskripsikan kevalidan asesmen portofolio
berbasis partisipasi orang tua; (2) untuk mendeskripsikan kepraktisan penggunaan asesmen
portofolio berbasis partisipasi orang tua; (3) untuk mendeskripsikan keefektifan penggunaan
asesmen portofolio berbasis partisipasi orang tua.

3
Menurut Surapranata dkk (2006:26) portofolio merupakan kumpulan dokumen berupa objek
penilaian yang dipakai oleh seseorang, kelompok, lembaga, organisasi, perusahaan, atau sejenisnya
yang bertujuan untuk mendokumentasikan dan mengevaluasi perkembangan suatu proses dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam perusahaan.
Area at. al (dalam Reynolds, Cecil R, dkk, 2010:268) portofolios are specific type of
performance assessment that involves the systematic collection of a student work product over a
specified period of time according to a specific set of guidelines.
Surapranata dkk (2006:27) portofolio dapat diartika sebagai kumpulan hasil evidence atau
hasil belajar atau karya peserta didik yang menunjukkan usaha, perkembangan, prestasi belajar
peserta didik dari waktu ke waktu dan dari satu mata pelajaran ke pelajaran yang lain.
Menurut Musial (2009:239) portfolio is a purposeful, organized collection of evidence that
demonstrates a person’s knowledge, skill, abilities, or disposition. Supranata dkk (2006:28)
portofolio juga diartikan sebagai bukti-bukti pengalaman belajar peserta didik yang tersusun secara
sistematis dan terorganisasi yang diambil secara selama proses pembelajaran, digunakan oleh guru
dan peserta didik untuk menilai dan memantau perkembangan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap peserta didik dalam mata pelajaran tertentu.
Dengan demikian asesmen portofolio dapat didefinisikan serangkaian tugas, karya, atau
proyek yang disusun secara sistematis dalam rentang waktu tertentu dengan tujuan untuk
mengetahui peningkatan perkembangan kompetensi siswa, sekaligus sebagai alat untuk evaluasi.
Bagian-bagian portofolio terdiri dari a) Daftar isi dikumen. Dalam bagian depan portofolio
berisi nama siswa dan objek penilaian. Guru menuliskan nama siswa, tanggal pelaksanaan tugas,
dan jenis tugas yang dibuat keterangan. Semua itu disusun dalam bentuk tabel agar memudahkan
dalam memetakan tugas bagi semua siswa dan daftar tugas bagi siswa. b) Isi dokumen. Isi
dokumen portofolio merupakan kumpulan tugas siswa dalam periode waktu tertentu, dapat
kumpulan tugas per minggu, per bulan, per semester maupun per tahu. Tugas dalam dokumen
portofolio dapat berupa semua pekerjaan peserta didik seperti foto, video, audio, penilaian tertulis,
penugasan, hasil karya praktek, catatan, disket, fotokopi dan lain-lain. c) Bendel dokumen.
Kumpulan berbagai tugas dari siswa yang diletakkan dalam satu map atau bendel disebut bendel
dokumen. d) Batasan dokumen. Menurut Surapranata dkk (2006:37) dokumen-dokumen portofolio
perlu dikelompokkan, misalnya berdasarkan mata pelajaran sehingga mudah untuk
mendapatkannya jika diperlukan kembali. Batasan dokumen ini bertujuan untuk memudahkan
dalam penilaian, selain itu juga untuk membedakan antara portofolio yang satu dengan yang
lainnya. e) Catatan guru dan orang tua. Dalam lembar asesmen portofolio terdapat kolom komentar
orang tua dan guru. Kolom tersebut berisi penilaian secara uraian dengan tujuan untuk mengetahui
kemampuan siswa sejauh mana. Dari pekerjaan siswa yang telah dikerjakan guru dapat
memberikan komentar ataupun penilaian pada kolom guru, sedangkan kolom orang tua siswa dapat
diisi sesuai dengan pengetahuan oang tuanya terhadap pekerjaan siswa atau anaknya.
Asesmen portofolio memiliki prinsip-prinsip yang harus diperhatikan sebelum
menerapkanya dalam pembelajaran. Prinsip tersebut adalah a) Akurasi data. Menurut Surapranata
dkk (2006:43) evidence yang dimasukkan ke dalam bendel portofolio peserta didik harus harus
merupakan evidence peserta didik yang bersangkutan pada waktu (bulan, semester, tahun) yang
bersesuaian. b) Ketepatan waktu. Guru harus detail dan cermat dalam mengecek tugas siswa,
seperti evidence ini juga harus dilakuakan penilaian dan pengumpulan secara tepat sesuai dengan
waktu yang telah disepakati dengan siswa. c) Kelengkapan informasi. Evidence yang telah dibuat
siswa harus dibuat sesuai dengan petunjuk dan arahan guru. Guru harus membuat kesepakatan
dengan siswa tentang alat, bahan, dan prosedur pengerjaanya. d) Keterbacaan dokumen. Guru harus
memberikan arahan kepada siswa, tujuannya menekankan kepada semua siswa ketika akan
mengerjakan evidence tersebut siswa dapat memperhatikan tulisan dan bahan. Seharusnya evidence
dibuat denga tulisan yang bagus dan rapi, di sisi lain juga harus dari bahan yang awet dan tahan
lama. Evidence yang memiliki kriteria seperti itu akan memudahkan bagi guru jika sewaktu-waktu
diperlukan untuk pameran ataupunpenilaian akhir. e) Kepraktisan dokumen. Dokumen siswa harus
disesuaikan dengan bendel portofolio, evidence yang harus dibuat untuk kemudian diletakkan
dengan bendel portofolio yang tepat. f) Perencanaan. Asesmen pada berbagai macam pelajaran dan
banyaknya siswa sangat membutuhkan perencanaan yang baik. g) Penataan dokumen. Jumlah
dokumen dalam satu kelas memerlukan penataan yang tepat dan rapi. h) Pengadministrasian

4
dokumen. Sebelum para siswa mengumpulkan evidence maupun tugas yang lainnya guru perlu
penyiapakan buku atau lembar catatn khusus pengumpulan dan nilai.
Menurut Cole, Ryan, dan Kick (dalam Surapranata dkk, 2006:46) pada hakikatnya terdapat
dua bentuk portofolio, yaitu portofolio produk dan portofolio proses. Menurut Surapranata dkk,
(2006:47) portofolio proses adalah portofolio yang menekankan pada tinjauan bagaimana
perkembangan peserta didik dapat diamati dan dinilai dari waktu ke waktu. Portofolio proses
mengedepankan prosedur dari pada hasil semata. Siswa akan tahu bagaimana cara mengerjakan
sebuah tugas mulai dari menyiapakan bahan dan alat, cara mengerjakan sampai proses
penyelesaian. Anak akan tahu bagaimana rasanya menyelesaikan sebuah tugas adalah bahwa
membutuhkan waktu, kesabaran, dan ketlatenan dalam menyelesaikannya. Dengan begitu siswa
diajari bagaimana menikamati atau memperoleh sesuatu harus memallui tahapan atau proses yang
tidak mudah.
Menurut Surapranata dkk, (2006:61) portofolio hasil adalah portofolio yang menekankan
pada tinjauan hasil terbaik yang telah dilakukan oleh peserta didik, tanpa memperhatikan
bagaimana proses untuk mencapai evidence itu terjadi. Dalam portofolio produk anak dituntut
untuk menunjukkan hasil yang terbaik tanpa harus dituntut proses ataupun prosedur yang paten.
Tetapi bukan berarti portofolio hasil hanya mengedepankan kualiatas atauppun kuanntitasnya,
melainkan juga harus menggunakan cara-cara yang benar yang diperbolehkan oleh guru.
Portofolio hasil memiliki beberapa jenis, yaitu a) Portofolio dokumentasi. Menurut
Surapranata dkk, (2006:62) portofolio dokumentasi adalah bentuk yang digunakan untuk memilih
koleksi evidence peserta didik yang khusus digunakan untuk penilaian. b) Portofolio penampilan.
Menurut Surapranata dkk, (2006:63) portofolio penampilan adalah bentuk yang digunakan untuk
memilih evidence yang paling baik yang dikerjakan oleh peserta didik ataupun kelompok peserta
didik. Perbedaan portofolio jenis ini dengan portofolio dokumentasi adalah terletak pada hasilnya
saja. Portofolio penampilan tidak ada yang namanya kegiatan revisi, konsultasi ataupun
penyempurnaan pekerjaan peserta didik.
Menurut Reynolds, Cecil R, dkk. (2010: 255) tahapan portofolio sama dengan tahapan
dalam memberikan tugas penampilan yang terdiri dari; a) memilih tugas penampilan apa yang akan
dinilai, b) memilih tugas yang dapat dikerjakan secara maksimal untuk digeneralisasikan hasilnya
dalam penilaian, c) memilih tugas yang merefleksikan keterampilan, d) memilih tugas yang dapat
dinilai secara objektif, e) memilih tugas yang dapat dievaluasi sekaligus yang paling menarik pada
proses maupun hasilnya, f) memilih tugas yang relistik, g) memilih penampilan tugas yang dapat
mengukur keterampilan dan dapat diajarkan, h) memilih penampilan tugas yang dapat diterima
semua siswa secara adil, i) memilih penampilan tugas yang dapat diukur dengan batasan waktu dan
sumber yang memadai, j) memailih tugas penampilan tugas yang dapat disekor dalam pemilihan
yang terbaik, k) memilih penampilan tugas yang dapat merefleksikan objektivitas pendidikan.
Reynolds, Cecil R, dkk. (2010:273) menjabarkan beberapa keunggulan dari asesmen
portofolio, yaitu; 1) portofolio dapat menunjukkan petumbuhan dan perkembangan kemampuan
siswa dalam jangka waktu tertentu, 2) portofolio dapat membantu dan memotivasi siswa dalam
keterlibatan dalam proses pembelajaran, 3) portofolio dapat mengevaluasi penampilan dan hasil, 4)
ketika menggunakan portofolio dapat menguatkkan hubungan antara proses pembelajaran dan
asesmen, 5) portofolio dapat menigkatkan hubungan antara kedua orang tua dengan siswa.
Reynolds, Cecil R, dkk. (2010:273) merigkas kelemahan portofolio menjadi dua poin
pokok, pertama asesmen portofolio sulit dalam penskoran dan menentukan yang terbaik, kedua,
hasil asesmen portofolio memerlukan waktu dan proses yang cukup lama.
Dari penjelasan tersebut jika diterapkan di sekolah dasar (SD) harus disesuaikan dengan
tingkat perkembangan dan pertumbuhan anak SD. Anak SD yang memiliki karakteristik suka
mencontoh hal-hal yang dilihat, didengar maupun dilakukan orang lain. Maka sangat cocok
diterapkan jenis portofolio proses. Karena dalam portofolio proses perkembangan kemampuan dan
keterampilan siswa dapat diamati dengan baik dari awal sampai akhir. Pengamatan tersebut
berfungsi sangat memabantu guru atau orang tua dalam melakukan evaluasi belajar terhadap
anaknya. Oleh karena itu, sangat ditekankan agar segala pemabelajaran khususnya asesmen harus
mengacu bagaimana seorang siswa berproses menciptakan karya. Manfaatnya siswa akan terbiasa
berjuang menyelesaikan, bertanggungjawab, serta bahwa segala sesuatu itu tidak bisa instan
melainkan harus diusahakan dan membutuhkan proses.

5
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993) orang tua adalah ayah, ibu kandung.
Zakiah (1992) dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam menulis bahwa orang tua merupakan
pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula
menerima pendidikan. Sedangkan partisipasi orang tua merupakan keterlibatan orang tua dalam
pendidikan anaknya, dapat berupa bimbingan, dorongan, pelayanan dan pemberian berbagai sarana
fasilitas atau meluangkan waktu. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam
kehidupan keluarga.
Menurut Noer Aly (1999) orang tua adalah orang dewasa yang memikul tanggung jawab
pendidikan, sebab secara alami anak pada masa-masa awal kehidupannya berada di tengah-tengah
ibu dan ayahnya. Dari merekalah anak mulai mengenal pendidikannya. Dari definisi tersebut,
dapat diambil kesimpulan bahwa orang tua adalah orang tua kandung atau wali yang mempunyai
tanggung jawab dalam pendidikan anak.
Menurut Singgih (2011) keluarga (ibu dan ayah) adalah tempat yang penting dimana anak
memperoleh dasar dalam membentuk kemampuannya agar kelak menjadi orang berhasil di
masyarakat. Orang tua menjadi dasar terbentuknya anak yang berhasil maupun tidak, dalam segala
hal baik akhlak, perbuatan, sosial intelektual dan lain sebagainya. Segala perbuatan orang tua akan
menjadi menjadi model percontohan bagi anak-anaknya, karena anak seringkali meniru apa yang
dilihat, didengar, dan dirasa dari orang tuanya.
Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak pada kesadaran
dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana dan
strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu
terwujud bekal adanya pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara
orang tua dan anak.
Orang tua (ibu dan ayah) memegang peranan penting dan amat berpengaruh atas pendidikan
anak-anaknya. Seorang ayah, di samping memiliki kewajiban untuk mencari nafkah bagi
keluarganya, dia juga berkewajiban untuk mencari tambahan ilmu bagi dirinya karena dengan
ilmu-ilmu itu dia akan dapat membimbing dan mendidik diri sendiri dan keluarga menjadi lebih
baik. Demikian halnya dengan seorang ibu, di samping memiliki kewajiban dan pemeliharaan
keluarga dia pun tetap memiliki kewajiban untuk mencari ilmu. Hal itu karena ibulah yang selalu
dekat dengan anak-anaknya.
Dengan demikian jelaslah bahwa orang tua memiliki kedudukan dan tanggung jawab yang
sangat besar terhadap anaknya, karena mereka mempunyai tanggung jawab memberi nafkah,
mendidik, mengasuh, serta memelihara anaknya untuk mempersiapkan dan mewujudkan
kebahagiaan hidup anak di masa depan. Atau dengan kata lain bahwa orang tua umumnya merasa
bertanggung jawab atas segalanya dari kelangsungan hidup anak-anaknya, karena tidak diragukan
lagi bahwa tanggung jawab pendidikan secara mendasar terpikul pada orang tua.
Peran orang tua sangat menentukan keberhasilan pendidikan anak-anaknya, di antaranya
orang tua berperan sebagai: a) Pendidik (edukator). Pendidik yang pertama dan utama adalah orang
tua, yang bertanggung jawab terhadap anak didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh
potensi anak didik, baik potensi afektif, potensi kognitif dan potensi psikomotor. b) Pendorong
(motivator). Di sinilah orang tua berperan menumbuhkan motivasi atau rangsangan dari luar yang
kemudian mampu secara alamiah menumbuhkan motivasi dari dalam diri anak tersebut. c)
Pembimbing. Sebagai orang tua tidak hanya berkewajiban memberikan fasilitas dan biaya sekolah
saja. Tetapi anak juga membutuhkan bimbingan dari orang tuanya.
Orang tua bukan hanya menjadi bapak dan ibu bagi anak-anaknya tetapi juga menjadi
pendidik yang bertanggung jawab atas pendidikan anak-anaknya. Menurut Witting (1984) “The
family is responsible for preparing the young child to live in society for teaching the child the
language, the attitudes and some of the basic skills he or she will need”. “Keluarga bertanggung
jawab untuk mempersiapkan anak kecil untuk hidup di masyarakat untuk mengajari anak
berbahasa, bersikap dan beberapa kemampuan dasar yang dia laki-laki atau perempuan butuhkan”.
Menurut Zakiah (1992) tanggung jawab pendidikan yang dibebankan orang tua sekurang-
kurangnya adalah: a) Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk yang paling
sederhana dari tanggung jawab setiap orang tua dan merupakan dorongan alami untuk
mempertahankan kelangsungan hidup manusia. b) Melindungi dan menjamin kesamaan, baik
jasmaniah maupun rohaniah, dari berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan

6
dan tujuan hidup yang sesuai dengan falsafat hidup dan agama yang dianutnya. c) Memberi
pengajaran dalam arti yang luas sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan
dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang akan dicapainya. d) Membahagiakan anak, baik
dunia maupun akherat, sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup muslim.

METODE
Menurut Sugiyono (2008: 427) jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian dan
pengembangan atau research and development (R&D) yaitu suatu metode penelitian yang
digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dab menguji keefektifan produk tersebut. Dalam
penelitian ini akan dikembangkan asesmen berbasis partisipasi orag tua, yang akan diujikan
kelayakanya di sekolah dasar kelas IV.
Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas IV sekolah dasar yang berjumlah 15 orang.
Pemilihan kelas tersebut didasarkan pada yang pertama adalah siswa kelas empat sudah mampu
secara mandiri maupun kelompok dalam mengerjakan sebuah karya, kedua siswa kelas empat
dianggap sudah dapat berkomunikasi dengan baik kepada orang tuanya.
Sedangkan lokasi penelitianya di SDIT Utsman Bin Affan Lakarsantri Selatan No. 33
Surabaya. Lokasi tersebut termasuk daerah pinggir kota Surabaya, orang tua walinya kebanyakan
kelas menengah ke atas yang bekerja sebagian besar sebagai pegawai swasta dan negeri. Melihat
jenis pekerjaanya peneliti meyakini kesibukan orang tua wali akan mempengaruhi perhatian kepada
anaknya.
Rancangan penelitian ini menggunakan Four-D Model. Menurut Thiagharajan, dkk, (1974:5)
Four-D Model terdiri dari empat tahapan yaitu pendefinisian (define), perancangan (design),
pengembangan (develop), dan penyebaran (disseminate). Penelitian ini akan dilaksanakan sampai
pada tahap pengembangan (develop). Sedangkan untuk penyebaran (disseminate) tidak akan
dilakukan. Sehinnga asesmen portofolio akan dikembangkan dan diuji coba secara terbatas hanya
pada sekolah yang menjadi objek penelitian. Untuk penyebaran dapat dilakukan pada studi atau
penelitian selanjutnya.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa lembar validasi
untuk proses pengembangan asesemn portofolio berbasis orang tua. Untuk tahap pelaksanaan
proses asesmen portofolio menggunakan lembar aktivitas guru, lembar aktivitas siswa. Untuk
mengetahui kualitas asesmen maka menggunakan respon atau angket guru, angket siswa dan
angket orang tua.
Instrument untuk pengembangan asesmen portofolio berbasis partisipasi orang tua adalah
lembar validasi. Lembar validasi merupakan masukan dari beberapa ahli untuk memperolah
masukan apakan asesmen yang dikemabngkan layak atau tidak. Dalam Instrumen proses
pelaksanaan asesmen portofolio ada dua. a) Lembar aktivitas guru. Lembar aktivitas guru
digunakan untuk mengetahui segala aktivitas guru dalam membibing siswa dalam menyelesaikan
karya atau tugas dan sekaligus dalam proses asesmen itu sendiri. b) Lembar aktivitas siswa.
Lembar aktivitas siswa digunakan dengan maksud untuk mengetahui segala aktivitas siswa mulai
dari awal pembelajaran, menyiapakan alat dan bahan untuk sebuah karya, proses pelaksaan sampai
tahap akhir penilaian. Instrumen kualitas asesmen yang dikembangkan adalah a) Angket siswa.
Angket siswa berisi pernyataan yang akan diisi oleh siswa yang telah ditentukan. b) Angket orang
tua. Angket orang tua berisi pernyataan yang menggambarkan bagaimana membimbing dan
menilai anaknya dalam menyelesaikan karya. c) Angket guru. Angket guru digunakan untuk
mengetahui kualitas kepraktisan dan keefektifitasan dalam penggunaan asesmen portofolio. Dalam
angket ini berisi pernyataan yang akan diisi dengan cara memberikan ceklist pada kolom yang telah
disediakan.
Dalam penelitian ini untuk menganalisis data peneliti menggunakan teknik analisis uraian
dan teknik analisis dengan rumus statistik. Kegiatan analisis data diperoleh dari dua orang
observer, selanjutnya data akan direkap dan dihitung oleh peneliti. Untuk mengetahui kelayakan
asesmen portofolio maka akan digunakan indikator kelayakan.
Tabel 3.1 Skor Validasi Asesmen Portofolio

7
Rentang nilai Kesimpu Penjelasan
validasi lan
1.00-1.50 Tidak baik Tidak dapat digunakan
1.60-2.50 Kurang baik Dapat digunakan tetapi banyak yang harus diperbaiki
2.60-3.50 Baik Dapat digunakan tetapi sedikit yang harus direvisi
3.60-4.00 Sangat baik Dapat digunakan dengan dengan sedikit revisi
Wirastiwi (dalam Ismanto, 2012:74)

Aktivitas siswa selama pembelajaran akan dianalisis menggunakan rumus berikut ini;

…………………..(1)
f
P= x 100 %
N
Keterangan:
P = presentase frekuensi kejadian muncul
f = banyaknya aktivitas siswa yang muncul
N = jumlah aktivitas kesseluruhan
(Indarti, 2008:26)
Hasil rata-rata belajar siswa secara bimbingan diperoleh dibandingkan dengan kriteria
rentangan sebagai berikut:
≥ 80% = sangat tinggi
60% - 79% = tinggi
40% - 59% = sedang
20% - 39% = rendah
≤ 20% = sangat rendah (Aqib dkk, 2011:41)

Sedangkan untuk mengetahui tingkat keberhasilan guru, maka dapat dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut:

∑x
P= x 100 %……………….…(2)
N
Keterangan:
p = presentase
∑x = banyaknya aktivitas guru yang muncul.
N = jumlah jumlah aktivitas keseluruhan.
Semua tahapan kegiatan belajar guru diperoleh dan dibandingkan dengan kriteria rentangan
sebagai berikut:
≥ 80% = sangat tinggi
60% - 79% = tinggi
40% - 59% = sedang
20% - 39% = rendah
≤ 20% = sangat rendah (Aqib dkk, 2011:41)

Untuk menghitung hasil angket orang tua dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:

f …………………….(3)
P= x 100 %
N

8
Keterangan:
P = presentase
f = jumlah pemilih
N = jumlah orang tua keseluruhan
(Indarti, 2008: 76)
Presentase respon guru terhadap pembelajaran didefinisikan sebagai frekuensi guru yang
memberikan jawaban pernyataan ya dibagi dengan banyaknya pernyataan dikalikan seratus persen,
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

f …………………….(4)
P= x 100 %
N

Keterangan:
P = presentase
f = jumlah pernnyataan yang dipilih sangat sering
N = jumlah pernyataan keseluruhan
(Indarti, 2008:76)

Dengan kriteria penilaian sebagai berikut:


75% - 100% = sangat tinggi
50% - 74,99% = tinggi
25% - 49,99% = sedang
0% - 24,99% = rendah
(Yoni, 2010:175)
Presentase respon siswa terhadap pembelajaran didefinisikan sebagai frekuensi siswa yang
memberikan jawaban sama dibagi dengan banyaknya siswa dikalikan seratus persen, dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

f …………………….(5)
P= x 100 %
N

Keterangan:
P = presentase
f = jumlah pemilih
N = jumlah siswa keseluruhan
(Indarti, 2008:76)
Dengan kriteria penilaian sebagai berikut:
75% - 100% = sangat tinggi
50% - 74,99% = tinggi
25% - 49,99% = sedang
0% - 24,99% = rendah
(Yoni, 2010:175)

Penelitian ini memiliki ndikator keberhasilan yang terdiri dari; 1) Asesmen portofolio berbasis
partisipasi orang tua layak digunakan apabila penilaian dari para ahli mencapai 3.60-4.00. 2)
Aktivitas guru dalam mengajar dengan menggunakan asesmen portofolio berbasis partisipasi orang
tua, mencapai keberhasilan lebih dari atau sama dengan 80%. 3) Aktivitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran melalui asesmen portofolio berbasis partisipasi orang tua mencapai keberhasilan

9
lebih dari atau sama dengan 80%. 4) Respon siswa dikatakan baik dan tuntas apabila jawaban siswa
dalam kolom (ya) mencapai nilai 80 % dari jumlah seluruh kelas, setelah mengikuti asesmen
portofolio berbasis partisipasi orang tua. 5) Respon guru dikatakan baik dan tuntas apabila jawaban
guru dalam kolom (ya) mencapai nilai 80 % dari jumlah seluruh pernyataan yang tersedia, setelah
mengikuti asesmen portofolio berbasis partisipasi orang tua. 6) Respon orang tua dikatakan baik
dan tuntas apabila jawaban orang tua dalam kolom (ya) mencapai nilai 80 % dari jumlah seluruh
orang tua, setelah mengikuti asesmen portofolio berbasis partisipasi orang tua.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini akan dijelaskan dalam beberapa tahap sesuai dengan konsep penyusunan
asesmen portofolio. Pada tahap pengembangan asesmen portofolio, data akan diolah setelah
didapat penilaian dari para ahli. Pada saat pelaksanaan pembelajaran akan didapat peilaian dari
observer tentang bagaimana aktivitas guru dan siswa. selanjutnya, untuk mengetahui keefektifan
dari pelaksanaan asesmen terutama peran orang tua maka diolah data dari angket.
Data hasil validasi ahli menunjukkan bahwa penilaian yang dicapai dalam pengembangan
asesmen portofolio memperoleh skor penilaian 3,65. Sesuai dengan hasil tersebut menunjukkan
asesmen portofolio berbasis partisipasi orang tua layak digunakan dengan catatan sedikit revisi.
Setelah diperoleh hasil penilaian dari validasi para ahli, peneliti memperbaiki kekurangan
dan kesalahan sesuai dengan masukan yang diberikan. Pelaksanaan penilaian dilakukan selama
proses pembelajaran dan proses pengerjakan proyek di rumah yang melibatkan bimbingan dan
penilaian orang tua.
Selama pelaksanaan pembelajaran di kelas observer mengamati guru secara langsung
bagaimana kegiatan dan penilaian dengan mengguakan asesmen portofolio berlangsung.
Persentase data aktivitas guru pada pembelajaran menggunakan asesmen portofolio dapat
dilihat pada diagram 1 berikut ini :

Hasil Observasi Aktivitas Guru


100
98
96
94
92
90
88
pembukaan inti penutup

Grafik 1: Hasil Observasi Aktivitas Guru

Tabel tersebut menunjukkan aktivitas guru pada tahap pembukaan memperoleh presentase
95%. Pada tahap kegiatan inti pembelajaran memperoleh presentase 92%. Sedangkan pada tahap
penutup memperoleh persentase sebesar 94%. Berdasarkan hasil perolehan pengamatan tersebut,
selama kegiatan pembelajaran guru dinyatakan berhasil melakukan kegiatan pembelajaran hal
tersebut diwujudkan dengan nilai yang rata-rata kegiatan awal sampai akhir di atas 90%. Sesuai
yang ditetapkan oleh peneliti, nilai yang diperoleh sudah mencapai indikator.
Persentase data aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan penilaian dapat dilihat
pada grafik 2 berikut ini:

10
Hasil Observasi Aktivitas Siswa
100
80
60
40
20
0
tepat waktu kerapian presentasi
Grafik 2: Hasil Observasi Aktivitas Siswa

Grafik aktivitas siswa pada asepek ketepatan waktu dalam mengerjakan tugas memperoleh
persentase sebesar 80%. Pada aspek kerapian hasil pekerjaan siswa memperoleh presentase sebesar
91%. Sedangkan pada aspek mempresentasikan hasil pekerjaan memperoleh presentase sebesar
95%. Dari masing-masing aspek yang telah ditentukan berdasarkan penilaian hampir semua
menunjukkan nilai yang baik. presentasi semua aspek sudah sesuai dengan indikator yang telah
ditetapkan
Hasil angket respon siswa menunjukkan baik. siswa merasa senang mengikuti pembelajaran
terutama dengan asesmen portofolio berbasis partisipasi orang tua. siswa manjadi lebih aktif dan
komunikatif dengan adanya bimbingan dalam mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh guru.
Angket guru menunjukkan bahwa asesmen portofolio berbasis orang tua sangat baik
diterapkan dalam pembelajaran. Guru merasa bahwa dalam pembelajaran perlu adanya keterkaitan
komunikasi yang baik. Terlebih dalam memberikan bimbingan baik guru sendiri maupun orang tua
siswa.
Sedangkan angket orang tua menunjukkan hasil yang baik juga. Orang tua merasa senang
dengan terlibat dalam memberikan bimbingan dan penilaian terhadap tugas anaknya. Komunikasi
antara anak dan orang tua lebih intens dibanding dengan tidak menggunakan asesmen yang
melibatkan orang tua.

Pembahasan Penelitian
Data yang diperoleh selama pembelajaran menunjukkan aktivitas guru memperoleh nilai
95%, inti 92%, dan penutup 94%. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa hampir keseluruhan
kegiatan yang dilakukan guru dapat berjalan dengan baik. Pada tahap pembukaan guru sudah
berhasil memberikan apersepsi dan pengondisian kelas. Guru berhasil membawa siswa untuk ikut
serta dan aktif dalam pembelajaran terlihat antusias siswa yang saling memberikan pendapatnya
pada saat guru memberikan kesempatan.
Pada tahap kegiatan inti guru sudah melakukan tahap-tahap pembelajaran dengan baik.
Hasil presentase yang dicapai sudah melebihi standar yang ditetapkan dalam setiap tahapnya.
Walupun ada beberapa kekurangan akan tetapi guru tidak melakukan kesalahan yang lebih.
Pembelajaran masih dapat berlngsung dengan lancar dan tenang. Terutama pada saat

11
pembimbingan mungkin ada sedikit kegaduhan karena banyaknya siswa yang mengajukan
pertanyaan. Tetapi hal itu dapat dikondisikan dengan mudah oleh guru.
Pada tahap akhir, yaitu penutup menunjukkan hasil yang baik juga. Guru bersama siswa
berhasil melakukan penilaian secara objektif terhadap berbagai macam karya siswa. Khususnya
dalam menentukan tugas terbaik guru melibatkan siswa dalam memilihnya.
Sebelum proses pembelajaran dilaksanakan peneliti melakukan komunikasi yang lebih
dengen guru. Tujuanya supaya kegiatan pembelajaran sesuai dengan apa yang diharapkan dan
tentunya memperoleh presentase yang maksimal. Dari presentase yang diperoleh pada tahap inti
menunjukkan lebih rendah jika dibandingkan pada tahap yang lainya. Dari observasi yang
dilakukan memang terjadi sedikit kegaduhan karena banyaknya siswa yang tanya. Hal tersebut
disebabkan penjelasan yang belum lengkap dan siswa terlalu buru-buru dalam melaksanakan tugas
yang diberikan.
Dalam penilaian portofolio siswa dilakuakan oleh guru dan orang tua. Penilaian yang baik
memang penilaian dilakukan selama dan sesudah waktu pengerjaan tugas secara langsung. Hal itu
supaya keobjektivan dalam penilaian tidak berubah. Karena proses yang dilakukan masih baru.
Guru dan orang tua akan terjalin komunikasi dengan keberhasilan tugas yang dicapai oleh anaknya.
Penelitian ini ditemukan keunggulan-keunggulan, antara lain yaitu; 1) siswa menjadi lebih
aktif mengerjakan tugas karena dibimbing langsung oleh guru; 2) siswa menjadi lebih memiliki
rasa tanggungjawab terhadap hasil pekerjaanya, terlihat ketika guru memberikan masukan saat
pembibingan siswa langsung memperbaikinya sesuai masukan yang diberikan; 3) proses
pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dengan adanya tugas atau proyek yang dilakukan
secara individu maupuan kelompok; 4) komunikasi antara guru dengan siswa maupun antara siswa
dengan orang tua menjadi lebih intens.
Dalam asesmen portofolio sangat ditekankan perencanaan guru yang matang. Karena
selain memerlukan waktu yang cukup, guru juga harus mempertimbangkan apakah bahan yang
diperlukan mudah dijangkau siswa, apakah tingkat kesulitan dapat dikerjakan siswa, dan lainya
yang diperlukan. Hal ini supaya asesmen dapat berjalan baik selama proses pembelajaran maupun
hasil produk dari siswa.
Dalam proses asesmen ada beberapa kendala, diantaranya yaitu; 1) waktu yang dibutuhkan
untuk menilai karya atau tugas siswa menjadi sedikit lama jika dibandingkan jenis asesmen yang
lainya. Karena dalam asesmen portofolio memberikan deskripsi untuk masing-masing aspek tugas
2) dalam menyimpan hasil karya siswa, terutama pada saat pameran membutuhkan tempat yang
cukup. 3) asesmen yang telah dilakukan di luar sekolah khususnya orang tua agak sedikit bingung
karena harus menilai hasil karya siswanya. Walaupun ada kekurangan tetapi dapat diatasi dengan
baik setelah adanya evaluasi dari peneliti dan guru yang dilakukan secara bersama-sama.
Dari hasil pembahasan yang telah dilakukan menunjukkan hasil yang sangat tinggi. Nilai
yang diperoleh melebihi indikator yang telah ditentukan. hal tersebut dapat terlaksana dengan baik
dengan adanya perencanaan dan pelaksanaan yang sesui dengan prosedur.
Hasil presentase aktivitas siswa pada aspek ketepatan waktu sebesar 80%, kerapian sebesar
91%, dan presentasi sebesar 95%. Hasil yang diperoleh menunjukkan aktivitas siswa yang sangat
tinggi dalam pembelajara. Siswa mengumpulkan tugas sesuai dengan estimasi yang telah diberikan.
Dalam mengerjakanya siswa tergolong rapi, walaupun ada beberapa karya yang masih kurang.
Kemampuan presentasi siswa menjadi lebih baik, siswa mampu menjelaskan dengan baik hasil
pekerjaanya.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran memeperoleh predikat sangat tinggi, siswa sangat
antusias mengikuti proses pembelajaran, aktinf bertanya hal-hal yang dirasa kurang pahamm,
membentuk kelompok, mengusulkan pendapat dll. Asesmen yang telah dilakukan dengan
melibatkan siswa dapat membantu menumbuhkan sikap objektif dalam memberikan penilaian.

12
Dalam hal memilih karya yang bagus siswa dapat melihat mana karya yang baik dan kurang baik.
Kriteria yang diberikan sesuai dengan penjelasan yang diberikan oleh guru.
Proses asesmen yang sedang berlangsung ditemukan keunggulan yang menonjol, antara
lain yaitu; 1) siswa sangat aktif dalam mengerjakan tugasnya; 2) siswa memiliki cara yang unik dan
kreatif dalam menyelesaikan karya; 3) siswa merasa diperlukan partisipasinya, karena proses
asesmen memerlukan penilaian para siswa terutama dalam menentukan karya yang terbaik; 4)
siswa memiliki kebernian dalam menampilkan karyanya.
Selama kegiatan asesmen ada ada beberapa kendala dalam pembelajaran yang dialami
siswa, diantaranya yaitu; 1) pada saat pemberian tugas belum selesai siswa sudah gaduh untuk
membentuk kelompok, 2) ada beberapa siswa yang seharusnya bekerja kelompok tetapi mereka
justru bermain sendiri, 3) ada pembimbingan yang lebih pada siswa tertentu yang masih belum
paham betul dengan tugasnya, 4) terjadi sedikit keramaian ketika menentukan karya siswa yang
terbaik
Kendala tersebut diselesaikan dengan cara; 1) guru menenangkan siswa dengan permainan
sederhana; 2) guru memberikan arahan khusus bagi siswa yang masih bermain-main; 3) guru
membacakan dan menjelaskan ulang tentang tugas siswa; 4) guru menunjuk satu per satu siswa
untuk memberikan pendapatnya.
Melalui asesmen portofolio siswa sangat senang mengerjakan tugas ataupun karya yang
membutuhkan proses yang agak lama. Respon siswa menunjukkan bahwa asesmen portofolio
sangat baik diterapkan dalam pembelajaran. Kebanyakan tugas sekolah adalah mengerjakan tugas-
tugas yang sifatnya berbentuk soal. Tetapi dalam asesmen portofolio siswa merasa kegiatan
pembelajaran dapat menyelesaikan produk atau karya yang membutuhkan penyelesaian secara
langsung di lapangan maupun di masyarakat. Siswa merasa tertarik untuk terjun langsung di
masyarakat untuk menyelesaikan karyanya. Baik dalam rangka mencari bahan maupun
menyelesaikan karyanya.
Dalam menerapkan asesmen portofolio, guru harus tahu apa kebutuhan siswa. Guru harus
merencanakan dengan matang setelah melihat segala potensi dan kekurangan. Yang terpenting,
asesmen portofolio harus dapat meningkatkan keterampilan maupun kompetensi tanpa harus
mengeluarkan biaya yang mahal. Semua yang menjadi pertimbangan mencakup kebutuhan siswa,
tingkat perkembangan siswa, bahan yang harus dicari, serta kemudahan dalam mengerjakan.
Hasil respon guru menunjukkan bahwa asesmen portofolio sangat baik di terapkan dalam
pembelajaran. Asesmen portofolio dapat meningkatkan keterampilan dan kompetensi siswa dalam
menyelesaikan karya. Guru merasa bahwa asesmen portofolio dapat meningkatkan komunikasi
antara siswa dengan guru, dan antara guru dengan orang tua. Menurut masukan guru, dengan
adanya asesmen portofolio berbasis orang tua akan dapat meringankan tugas guru. Karena tugas
penilaian yang objektiv dapat dilakukan bersama-sama antara guru dengan orang tua siswa.
Sedangkan respon orang tua menunjukkan bahwa asesmen portofolio berbasis orang tua ini
sangat cocok dan baik diterapkan. Mengingat orang tua sibuk dengan urusan pendidikan anaknya.
Orang tua merasa sadar seberapa baik kualitas anaknya dalam mengerjakan karya atau tugas dari
gurunya. Orang tua menjadi intens mengikuti arahan yang diberikan guru tentang bagaimana cara
memberikan bimbingan dan penilaian anaknya.
Dari penelitian ini orang tua sangat tertarik dengan asesmen portofolio berbasis orang tua,
hal ini dibuktikan dengan adanya; 1) orang tua senantiasa mengikuti arahan yang diberikan guru; 2)
orang tua memberikan penilaian sesuai dengan acuan yang diberikan; 3) jika kurang paham, orang
tua bertanya kepada guru; 4) orang tua memberikan informasi terhadap kegiatan apa saja yang telah
dilakuakan dalam menyelesaikan tugasnya; 5) orang tua turut mendidik anaknya agar dapat
menyelesaikan karya ataupun tugas dengan baik. akhirnya, asesmn portofolio dapat menciptakan

13
proses belajar yang seimbang baik di sekolah maupun di rumah, komunikasi antara orang tua dan
anak semakin meningkat dan penilaian yang objektiv dapat dilakukan dengan baik oleh guru.

PENUTUP
Simpulan
Asesmen portofolio berbasis partisipasi orang tua valid diterapkan dalam pembelajaran. Skor
yang diperoleh setelah validasi ahli menunjukkan valid dengan sedikit revisi. Asesmen portofolio
sudah dapat diterapkan setelah direvisi sesuai masukan para ahli.
Dari aktivitas guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran memperlihatkan bahwa asesmen
portofolio berbasis partisipasi orang tua dapat diterapkan dalam pembelajaran. Aktivitas guru
dalam pembelajaran memiliki presentase yang sudah memenuhi indikator penelitian, baik dari fase
pembukaan, inti maupun kegiatan penutup. Untuk aktivitas siswa menunjukkan siswa sangat aktif
dalam mengerjakan karya atau tugas. Siswa menjadi menghargai waktu, rapi, dan disiplin.
Dalam penerapanya asesmen portofolio berbasis partisipasi orang tua afektif untuk diterapkan
dalam pembelajaran. Guru merasa terbantu dengan proses penilaian tugas para siswa. Komunikasi
antara guru dengan oranng tua semakin meningkat. Sedangkan orang tua merasa senang dilibatkan
dalam penilaian anaknya. orang tua lebih giat dalam memperhatikan kemampuan belajar anaknya.

Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat dikemukakan beberapa saran, yaitu:
Sebelum mengembangkan asesmen harus dipahami dulu konsep dan teori. Supaya dalam
mengembngkanya sesuai dengan yang diharapkan. Dari pengembangan yang dilakukan harus
mendapatkan kevalidan dari ahli, nilai yang didapat akan menentukan kualitas apakah asesmen
yang dikembangkan perlu direvisi atau tidak. Sesuai penilaian tersebut maka harus direvisi dan
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan.
Dalam menerapkan asesmen di kelas, guru harus dapat mempertimbangkan segala
kemungkinan yang terjadi. Guru melihat kondisi kelas, kemampuan siswa, ketersediaan alat dan
bahan dan waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan sebuah karya. Hal ini dilakukan, karena
analisis yang tepat dan mendalam dapat mengurangi resiko ataupun kendala di kelas. Guru harus
membuat perencanaan yang matang sebelum akhirnya menerapkan di kelas.
Untuk lebih memudahkan dalam proses asesmen guru dan orang tua perlu
mengkomunikasikan aturan. Apa saja kewajiban dan hak yang harus dilakukan oleh guru atau
orang tua. Caranya dengan melakukan diskusi baersama-sama antara orang tua siswa dengan guru.
Dapat dilakukan pada awal tahun ajaran baru. Karena biasanya pada awal tahun ajaran baru guu
dan orang tua melakukan pertemuan berkala untuk membahas hasil perkembangan belajar para
siswanya.

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal dkk. 2008. Penelitian Tiindakan Kelas. Bandung: CV Yrama Media.

Daradjat, Zakiah, dkk. 1992. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Depdikbud. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Frey, Bruce B. 2014. Modern Classroom Assessment. United State of America: Sage Publications.,
Inc.

14
Gronlund, Norman E. 1981. Measurement and Evaluation in Teaching. United State of America:
Macmillan Publishing Co., Inc.

Gunarsa, Singgih D, dkk. 2011. Psikologi Praktis Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta: Penenerbit
Libri

Hara, Steven R, dkk. 1998. Parent Involvment: The Key to Improved Student Achievment. Journal
of School Community. 8(2), 219-228.

Hery, Noer Aly. 1999. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Logos.

Hoover. D.K.V, dkk. 2001. Parental Involvment in Homework. Journal of Educational Psycology.
36(3), 195-209. Vanderbilt.

Hoover. D.K.V. 1995. Parental Involvment in Children’s Education. Journal of Teacher Collage
Columbia University. 97(2), 310-324. Columbia.

Indarti. Titik. 2008. Penelitian Tindakan kelas (PTK) dan Penulisan Ilmiah. Surabaya: FBS Unesa.

Liebert, Judith R. 1984. The Child Development from Birth Throught Adolescence. New Jersey:
Prentice Hall.

Linn, Robert L, and, Gronlund, Norman E. 1995. Measurement and Assessment in Teaching.
United State of America: Merrill Prentice Hall.

McMillan, James H. 1997. Classroom Assessment Principles and Practice for Effective
Instruction. United State of America: Allyn and Bacon

Muhaimin. 2002. Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam
di Sekolah). Bandung: Remaja Rosdakarya.

Musial, Diann, dkk. 2009. Foundation of Meaningfull Educational Assessment. New York:
McGraw Hill.

Mussen, Paul Henry, dkk. (1984). Perkembangan dan Kepribadian Anak. Jakarta: Erlangga.

Ormrod, Jeanne E. 2009. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang.
Jakarta: Erlangga

Purwanto, M. Ngalim. 1995. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Purwanto, M. Ngalim. 2004. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Reynolds, Cecil R, dkk. 2010. Measurement and Assessment in Education. New Jersey: Pearson.

Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin, Robert E. 2009. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: Indeks

Sugiyono. 2008. Metodoologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

15
Surapranata, Sumarna dan Hatta Muhammad. 2006. Penilaian portofolio implementasi kurikulum
2004. Bandung: Remaja Rosdakrya.

Thiagarajan, Semmel, DS & Semmel M.I. 1974. Instructional Development For Training Teacher
Of Exceptional Children. A Source Book. Bloomington: Center for Innovation on Teaching
the Handicapped.

Ulwan, Abdullah. 1987. Tarbiyatul Aulad fil Islam Juz II. Beirut: Darussalam

Winkel, W.S. 1987. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.

Wirastiwi, Wendri. 2013. Pengembangan Modul IPS Berwawasan pendidikan karakter pada materi
proklamasi kemerdekaan Indonesia untuk kelas V SD. Tesis. Unesa (tidak dipublikasikan)

16

Anda mungkin juga menyukai