SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
LISA ARIANI
11140163000051
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 11 kota Tangerang Selatan pada 30 April dan
03 Mei 2019 dan bertujuan untuk mengetahui nilai persentase miskonsepsi yang
terjadi, dan mengetahui sub konsep apa saja yang menunjukkan miskonsepsi pada
siswa kelas X SMAN 11 kota Tangerang Selatan konsep momentum, impuls, dan
tumbukan melalui Tes Diagnostik four-tier test multiple choice. Metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Subjek
penelitian ini adalah kelas X MIPA 3 SMAN 11 kota Tangerang Selatan tahun ajaran
2018/2019 dengan jumlah sampel sebanyak 33 siswa dengan teknik penarikan sampel
purposive sampling. Instrumen yang digunakan merupakan instrumen tes berupa tes
diagnostik four-tier test multiple choice yang disusun berdasarkan indikator
pembelajaran kurikulum 2013. Data penelitian diperoleh berdasarkan pola jawaban
siswa pada soal four-tier test multiple choice. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
14,50% siswa paham konsep, memahami konsep sebagian 52,12%, salah konsep
positif 5,05%, salah konsep negatif 10,30%, dan miskonsepsi 17,98%. Sedangkan,
persentase miskonsepsi siswa pada masing-masing sub konsep secara keseluruhan
sebesar 33,70% pada sub konsep momentum, pada sub konsep impuls sebesar
13,39%, pada sub konsep tumbukan sebesar 43,90%, dan pada sub konsep hukum
kekekalan momentum sebesar 33,00%.
v
ABSTRACT
Lisa Ariani, 11140163000051, "Student Understanding Maps on The Concepts
of Momentum, Impulses, and Collisions Using a Four-Tier Multiple Choice
Diagnostic Test in SMAN 11 South Tangerang City", BA Thesis, Physics
Education Study Program, Faculty of Tarbiya and Teacher’s Sciences, Syarif
Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2019.
This research was conducted at SMAN 11 Kota Tangerang Selatan on April 30 and
May 3, 2019 and helped to find out the percentage value of misconceptions that
occurred, and to know what sub-concepts showed misconceptions in class X SMAN
11 Tangerang Selatan concepts of momentum, impulse, and collision through
diagnostic test for four-tier test multiple choice. The research method used in this
research is descriptive research method. The subject of this study was class X MIPA
3 of SMAN 11, South Tangerang City, 2018/2019 academic year with a total sample
of 33 students with purposive sampling sampling technique. The instrument used is a
test instrument consisting of diagnostic tests of four-tier test multiple choice which
are compiled based on the indicators of the 2013 curriculum learning. The research
data is obtained based on the pattern of student answers to the question of four-tier
test multiple choice. The results showed that 14.50% of students understood the
concept, determined the concept partially 52.12%, misconcepted positive concepts
5.05%, misconceptions negative 10.30%, and misconceptions 17.98%. Meanwhile,
the percentage of students' misconceptions in each sub-concept was 33.70% on
concept momentum, on the impulse sub-concept of 13.39%, on the sub concept of
collisions was 43.90%, and on the sub concept of momentum conservation law was
33, 00%.
vi
KATA PENGANTAR
1. Dr. Sururin, M. Ag., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK).
2. Bapak Iwan Permana Suwarna, M. Pd., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Ai Nurlaela, M. Si., selaku dosen pembimbing pertama dengan kesabaran
dan perhatian telah banyak memberikan waktu, bimbingan dan motivasi yang
besar dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Devi Sholehat, M. Pd., selaku dosen pembimbing kedua dengan kesabaran
dan perhatian telah banyak memberikan waktu, bimbingan dan motivasi yang
besar dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Dwi Nanto, Ph.D., selaku dosen pembimbing akademik.
6. Seluruh dosen, staff, dan karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya program studi pendidikan fisika yang telah memberikan ilmu
pengetahuan, pemahaman, dan pelayanan selama proses perkuliahan.
7. Bapak Drs. Rodani, MM., selaku kepala SMAN 11 Tangerang Selatan.
vii
8. Bapak Nahyudin, S.Pd. dan Ibu Indah Setyoningsih, S.Pd., selaku guru bidang
studi fisika SMAN 11 Tangerang Selatan yang telah memberikan izin
penelitian dan membimbing selama penelitian berlangsung.
9. Dewan guru, staff, karyawan, dan siswa-siswa SMAN 11 Tangerang Selatan
khususnya kelas XI MIPA 3, XI MIPA 1, dan X MIPA 3 yang telah
memberikan bantuan selama penelitian berlangsung.
10. Keluarga tercinta Ayahanda Suwarji dan Ibunda Sipon, yang selalu
mendoakan, memberi semangat, memberi perhatian, dan memberi dukungan
baik moril ataupun materil semaksimal mungkin kepada penulis. Adikku Nur
Fitriani yang telah memberikan doa dan dukungannya lahir dan bathin kepada
penulis. Serta seluruh keluarga yang selalu mendoakan, mendukung, dan
menyemangati serta ikut bangga kepada penulis yang dapat menyelesaikan
pendidikan.
11. Anggit Prasetyo, yang selalu menemani peneliti sejak semester awal hingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi, yang selalu menemani peneliti sejak
masih belum ada apa-apa hingga ada apa-apa, semoga dapat selalu menemani
peneliti selamanya, peneliti menyayangimu.
12. Teman-teman bimbingan Bu Ai dan Bu Devi yang sudah memberikan banyak
masukan kepada peneliti, semoga kalian dipermudah dan dilancarkan dalam
proses penyusunan skripsi.
13. Teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2014 yang tidak dapat disebutkan
satu persatu yang telah memberikan kekuatan, semangat dan motivasi.
14. Intan, Eva, Fajri, Tika, dan Eha, yang selalu menjadi tempat berkeluh kesah,
tempat berbagi informasi, memberi motivasi, memberi semangat, memberi
saran dan menghibur peneliti.
15. Intan dan Fajri yang selalu menjadi sahabat terbaik peneliti.
16. Evi, Nofa, Mila dan Rini yang selalu menyempatkan waktu untuk selalu
berdiskusi dan berbagi informasi kepada peneliti.
viii
17. Iis, Tika, dan Shuffu yang selalu memberikan motivasi dan semangat serta
selalu ada dalam setiap kondisi apapun.
18. Bang Denny, Ka Upah, Ka Ica, Ka Fatimah, selaku senior yang selalu
memberikan saran, motivasi, dan waktu kepada peneliti.
19. Seluruh anggota WARDE yang selalu siap sedia membantu dan selalu
mendoakan yang terbaik kepada peneliti.
20. Seluruh guru dan staff SMP Dahlia yang telah memberikan banyak
pengalaman, motivasi, doa, dan semangat kepada peneliti.
21. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan seluruh pihak yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis secara terbuka
menerima setiap kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis berharap
skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan menambah khasanah
keilmuan dalam dunia pendidikan.
Peneliti
ix
DAFTAR ISI
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1. Pengelompokan Derajat Pemahaman Konsep .......................................... 30
Tabel 2. 2 Kategori Jawaban Siswa berdasarkan Tipe Jawaban Siswa. ..................... 40
Tabel 2. 3 Kombinasi Jawaban Three-Tier Test dan Kategorinya .............................. 41
Tabel 2. 4 Kombinasi Jawaban Four-Tier Test dan Kategorinya menurut Derya
Kaltakci Gurel, dkk. .................................................................................................... 42
Tabel 3. 1 Kisi-Kisi Instrumen Soal…………………………………………..…..…66
Tabel 3. 2 Klasifikasi Daya Pembeda…………………………………….…..……...69
Tabel 3. 3 Kriteria Reliabilitas Instrumen Tes………………………………...……..70
Tabel 3. 4 Indeks Kesukaran Butir Soal…………………………………………..…71
Tabel 3. 5 Kombinasi Jawaban Four-Tier Test menurut Derya Kaltakci Gurel,
dkk……………………………………………………………………………...……71
Tabel 4. 1 Kombinasi Jawaban Kategori Paham Konsep ……………………….83
Tabel 4. 2 Soal No.4……………………....…………………………………………84
Tabel 4. 3 Kombinasi Jawaban Kategori Memahami Konsep Sebagian…………….85
Tabel 4. 4 Soal No.1…………………………………………………………………86
Tabel 4. 5 Soal No.2…………………………………………………………………89
Tabel 4. 6 Soal No.5…………………………………………………………………91
Tabel 4. 7 Soal No.7…………………………………………………………………94
Tabel 4. 8 Soal No.8…………………………………………………………………96
Tabel 4. 9 Soal No.9…………………………………………………………………99
Tabel 4. 10 Soal No.12……………………………………..………………………101
Tabel 4. 11 Soal No.14……………………………………………………..………103
Tabel 4. 12 Kombinasi Jawaban Kategori Salah Konsep Positif ……..……….105
Tabel 4. 13 Soal No.6………………………………………………………..…......106
Tabel 4. 14 Soal No.13………………………………………………………..……108
Tabel 4. 15 Kombinasi Jawaban Kategori Salah Konsep Negatif…………….........110
xiii
Tabel 4. 16 Soal No.3……………………………………………………………....110
Tabel 4. 17 Soal No.11………………………………………………………..……112
Tabel 4. 18 Soal No.15……………………………………………………………..114
Tabel 4. 19 Kombinasi Jawaban Kategori Miskonsepsi…………………...............116
Tabel 4. 20 Soal No.10…………………………………………..…………………117
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Observasi SMAN 11 Tangerang Selatan ......... 126
Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Melakukan Observasi ..................................... 127
Lampiran 3 Pedoman Wawancara Guru ................................................................... 128
Lampiran 4 Naskah Soal Observasi .......................................................................... 131
Lampiran 5 Kisi-Kisi Instrumen Four-Tier Test ....................................................... 142
Lampiran 6 Hasil Validasi Instrumen Four-Tier Test dengan ANATES ................. 145
Lampiran 7 Naskah Soal Penelitian .......................................................................... 148
Lampiran 8 Pemetaan Jawaban Siswa pada Instrumen Four-Tier Test .................... 164
Lampiran 9 Rekapitulasi Hasil Jawaban Siswa Berdasarkan Kategori Pemahaman 167
Lampiran 10 Perhitungan Persentase untuk Setiap Kategori Pemahaman ............... 171
Lampiran 11 Rekapitulasi Miskonsepsi pada Indikator Soal Momentum, Impuls, dan
Tumbukan ................................................................................................................. 174
Lampiran 12 Absensi Siswa ...................................................................................... 176
Lampiran 13 Lembar Validasi .................................................................................. 178
Lampiran 14 Surat Permohonan Izin Validasi SMAN 11 Tangerang Selatan.......... 196
Lampiran 15 Surat Keterangan Telah Melakukan Validasi ...................................... 197
Lampiran 16 Surat Permohonan Izin Penelitian SMAN 11 Tangerang Selatan ....... 198
Lampiran 17 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ................................... 199
Lampiran 18 Lembar Uji Referensi .......................................................................... 200
Lampiran 19 Biodata Peneliti.................................................................................... 207
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep Fisika ada yang bersifat konkret dan abstrak serta selalu berkaitan
dengan fenomena alam atau bahkan kegiatan sehari-hari. Contoh dari konsep Fisika
yang bersifat konkret adalah mekanika, astronomi dan antariksa sedangkan konsep
fisika yang bersifat abstrak adalah panas dan termodinamika, gelombang dan optika,
listrik dan magnet, fisika modern. Pemahaman siswa terkait konsep fisika masih
rendah. Salah satu penyebab rendahnya pemahaman konsep fisika siswa adalah
kesalahan siswa dalam menafsirkan konsep abstrak yang diberikan oleh guru.
Sehingga, dalam pembelajaran fisika pemahaman konsep siswa sangat dibutuhkan
untuk memaksimalkan hasil belajar siswa. Belajar fisika pada hakikatnya bukanlah
kegiatan belajar yang hanya berisi kumpulan fakta-fakta dan prinsip-prinsip, namun
lebih menekankan siswa untuk mencari, menemukan, dan menganalisis fakta dan
prinsip yang didapat.1 Selain itu bukti bahwa pemahaman siswa terkait materi fisika
masih rendah, yaitu pada hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan, dimana
hasilnya yaitu siswa dituntut dapat memiliki kemampuan penalaran, memahami, dan
bahkan menganalisis yang cukup tinggi tentang konsep fisika yang telah dia pelajari.
Untuk itu siswa harus memahami konsep fisika secara baik dan benar. Konsep fisika
yang tidak dipahami secara baik dan benar (menyimpang) dapat mempengaruhi
pemahaman siswa pada konsep selanjutnya. Konsep fisika yang menyimpang inilah
yang dinamakan sebagai miskonsepsi.
Miskonsepsi adalah salah konsep yang menunjuk pada suatu konsep yang
tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar dalam
bidang itu. Fowler, juga berpendapat bahwa miskonsepsi merupakan pengertian yang
tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh
1
Harijadi dan Dwi Sulisworo, “Efektivitas Pembelajaran Simulasi Komputer Pra Eksperimen
untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Fisika di SMPN 1 Ponorogo” Prosiding Pertemuan Ilmiah
XXVIII HFI Jateng & DIY, Yogyakarta, ISSN : 0853-0823 (2014), h.225.
17
18
yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan hirarki konsep-
konsep yang tidak benar.2 Miskonsepsi disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya
siswa, konteks pembelajaran, cara mengajar, dan buku teks yang digunakan. 3 Sumber
kesalahan dalam memahami sebuah konsep, bisa bersumber dari penafsiran awal
yang salah pada diri siswa. Jika hal tersebut terus menerus terjadi maka siswa akan
selamanya memahami hal yang salah dan terbawa selamanya.
Proses pendidikan formal merupakan proses yang panjang dan berkelanjutan,
jadi jika terjadi miskonsepsi maka akan terus berkelanjutan. Sebaliknya, jika siswa
dan guru memiliki pemahaman yang baik akan dijadikan sebagai dasar atau fondasi
yang baik juga bagi jenjang berikutnya. 4
Miskonsepsi dalam bidang fisika dapat terjadi pada semua konsep fisika,
seperti mekanika, optika dan gelombang, panas dan kalor, termodinamika, listrik dan
magnet, fisika modern, dan tata surya. Paul Suparno mengatakan bahwa miskonsepsi
terjadi pada konsep momentum, impuls, dan tumbukan. Siswa berpendapat bahwa
energi tidak kekal, karena motor atau mobil akan kehabisan bensin jika terus-menerus
digunakan, begitu pula energi di dalam tubuh akan habis jika seseorang terus-
menerus bekerja. Ada pula siswa yang beranggapan bahwa mobil dengan kecepatan
sama namun berlawanan arah mengalami tumbukan, maka kecepatannya nol. Siswa
tidak memikirkan massa tiap mobil, padahal massa dapat mempengaruhi tumbukan,
sehingga massa mobil yang mengalami tumbukan akan terpelanting. 5
Hasil penelitian Diyan Kurnia Agustin, dkk menemukan bahwa dari 34 siswa
kelas XII MIPA 1 di SMAN 6 Malang, sekitar 50% siswanya mengalami kesalahan
dalam strategi mengerjakan soal pada konsep momentum, lalu 55% siswa mengalami
kesalahan dalam mempresentasikan soal dan konsep pada konsep impuls, dan sebesar
2
Paul Suparno, “Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika”, (Jakarta:
PT.Grasindo, 2005), h. 4.
3
Ibid, Paul Suparno, h. 54.
4
Iwan Permana Suwarna, “Analisis Miskonsepsi Siswa SMA Kelas X pada Mata Pelajaran
Fisika melalui CRI (Certainty of Response Index) Termodifikasi”. Jurnal Laporan Lemlit.
5
Op. cit, Paul Suparno, h. 18.
19
78% siswa mengalami salah konsep pada konsep hukum kekekalan momentum, dan
yang terakhir mengalami kesalahan konsep dan mempresentasikan soal dan konsep
pada konsep tumbukan. Selain itu dalam penelitian Hopsah Nurpatmawati,
dkkmemperlihatkan bahwa, sebanyak 48 siswa kelas X MIA 1 di MAN 1 Pekanbaru
memiliki nilai persentase konsepsi yang benar sebesar 29,62% saja, atau dapat
dikatakan bahwa persentase siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep
momentum dan impuls adalah sebesar 70,38%.
Dari hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan sebelumnya menggunakan
instrumen soal pilihan ganda dua tingkat dengan cakupan materi hakikat fisika dan
pengukuran, gerak lurus, hukum newton gravitasi, usaha dan energi, momentum
impuls dan tumbukan, serta gerak harmonis sederhana, dengan sampel siswa kelas X
MIPA SMAN di wilayah kota Tangerang Selatan, di antaranya SMAN 3, SMAN 5,
SMAN 10, SMAN 11, dan SMAN 12 didapatkan rata-rata persentase miskonsepsi
yang dialami siswa pada konsep momentum, impuls, dan tumbukan adalah sebesar
49% dan termasuk ke dalam kategori tinggi. Terbukti dari hasil studi pendahuluan
yang dilakukan oleh peneliti, didapatkan bahwa pada soal No.11 sebesar 89% siswa
mengalami miskonsepsi, pada soal No. 13 sebesar 82%, dan pada soal No.18 sebesar
88% dan termasuk ke dalam persentase miskonsepsi tertinggi dibandingkan dengan
SMAN 3, SMAN 5, SMAN 10, dan SMAN 12.
Dalam wawancara guru yang dilakukan pada kegiatan studi pendahuluan yang
dilakukan di 5 sekolah negeri di Tangerang Selatan, guru tidak melakukan penelitian
terhadap tingkat miskonsepsi siswa, namun ada pula guru yang secara tidak sengaja
melakukan penelitian tersebut ketika kegiatan pembahasan soal-soal. Guru yang
melakukan penelitian tidak menggunakan instrumen khusus untuk mengukur
miskonsepsi yang dialami siswa.
Permasalahan miskonsepsi banyak terjadi pada materi momentum, impuls dan
tumbukan ini membuat peneliti tertarik dalam membuktikan hal tersebut, apakah
benar miskonsepsi pada konsep momentum, impuls, dan tumbukan termasuk ke
dalam kategori yang tinggi atau tidak. Pembuktian ini dilakukan dengan
20
menggunakan tes diagnostik. Tes diagnostik yang baik dapat memberikan gambaran
akurat mengenai miskonsepsi yang dialami siswa berdasarkan informasi kesalahan
yang dibuatnya. Pertanyaan diagnostik yang baik tidak hanya menunjukkan bahwa
siswa tidak memahami bagian materi tertentu, akan tetapi juga dapat menunjukkan
bagaimana siswa berpikir dalam menjawab pertanyaan yang diberikan meskipun
jawaban mereka tidak benar.6
Tes diagnostik sendiri terdiri dari 3 macam, yaitu Two-Tier Test, Three-Tier
Test, dan Four-Tier Test. Four-Tier Test Multiple Choice merupakan pengembangan
dari Three-Tier Test Multiple Choice test, pengembangannya terdapat pada tingkat
keyakinan siswa dalam memilih jawaban maupun alasan. Tingkat pertama merupakan
soal pilihan ganda dengan tiga pengecoh dan satu kunci jawaban yang harus dipilih
siswa. Tingkat kedua merupakan tingkat keyakinan siswa dalam memilih jawaban.
Tingkat ketiga merupakan alasan siswa menjawab pertanyaan, berupa tiga pilihan
alasan yang telah disediakan dan satu alasan terbuka. Tingkat keempat merupakan
tingkat keyakinan siswa dalam memilih alasan. Kelebihan dari Four-Tier Test
Multiple Choice dapat benar-benar menilai kesalahpahaman saja bukan pada
kesalahan dan kurangnya pemahaman, namun memiliki kelemahan berupa
membutuhkan waktu lebih lama dalam waktu pengujiannya, dan terbatas hanya pada
tujuan diagnosis saja. Tingkat keyakinan yang dikembangkan berada pada rentang
angka satu sampai enam.7 Penelitian sebelumnya digunakan tes diagnostik Two-Tier
Test Multiple Choice dan Three-Tier Test Multiple Choice, sedangkan pada penelitian
ini digunakan tes diagnostik Four-Tier Multiple Choice.
Latar belakang menunjukan pentingnya melakukan penelitian yang menguji
tingkat miskonsepsi siswa yaitu, memberi informasi tentang miskonsepsi yang
6
Law, J. F. & Treagust, D. F. 2010. “Diagnosis of Student Understanding of Content Specific
Science Areas Using On-Line Two-Tier Diagnostic Tests”. Australia: Curtin University of
Technology, h.18.
7
Fariyani, Qisthi dan Sugianto. 2015. “Pengembangan Four-Tier Diagnostic Test untuk
Mengungkap Miskonsepsi Fisika Siswa Kelas X”. Indonesia: Journal Innovative Science Education,
h.43.
21
dialami oleh siswa, dan sub konsep apa saja yang menunjukkan miskonsepsi pada
siswa SMAN kelas X, terutama dalam konsep momentum, impuls, dan tumbukan,
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Miskonsepsi Siswa pada Konsep Momentum, impuls, dan tumbukan menggunakan
Tes Diagnostik Four-Tier-Test Multiple Choice Terhadap Siswa Kelas X di SMAN
11 Kota Tangerang Selatan.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengidentifikasi masalah sebagai
berikut:
1. Siswa masih mengalami miskonsepsi pada rentang tinggi dalam konsep
Momentum, Impuls, dan Tumbukan.
2. Prakonsepsi siswa yang salah, tingkat kemampuan pemahaman siswa yang
rendah, serta cara penyampaian konsep oleh guru yang kurang sesuai, merupakan
hal-hal yang memiliki peluang dapat menimbulkan miskonsepsi dalam konsep
Momentum, Impuls, dan Tumbukan.
3. Guru belum melakukan penelitian miskonsepsi pada mata pelajaran Fisika dengan
menggunakan tes diagnostik four-tier test multiple choice khususnya pada konsep
Momentum, Impuls, dan Tumbukan.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, batasan masalah
pada penelitian ini adalah:
1. Miskonsepsi siswa pada konsep Momentum, impuls, dan tumbukan dalam
penelitian ini ditentukan dengan mengacu pada kurikulum 2013 revisi pada aspek
kognitif C1 - C4 berdasarkan taksonomi Bloom versi Anderson, L. W. dan
Krathwohl, D. R., yaitu mengetahui, memahami, mengaplikasikan, dan
menganalisis.
2. Dalam menganalisis miskonsepsi yang terjadi pada siswa menggunakan tes
diagnostik four-tier test multiple choice menurut Derya Kaltakci Gurel, dkk.
22
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Berapa nilai persentase miskonsepsi yang terjadi pada setiap sub konsep
Momentum, impuls, dan tumbukan berdasarkan hasil tes siswa?
2. Sub konsep apa saja yang menunjukkan miskonsepsi paling tinggi dan rendah
pada konsep Momentum, Impuls, dan Tumbukan?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Mengetahui nilai persentase miskonsepsi yang terjadi.
2. Mengetahui sub konsep apa saja yang menunjukkan miskonsepsi pada siswa kelas
X SMAN 11 kota Tangerang Selatan pada konsep Momentum, impuls, dan
tumbukan melalui Tes Diagnostik Four-tier test multiple choice.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Guru
2. Bagi Peneliti
Diharapkan memberikan pengalaman lapangan tentang miskonsepsi yang
terjadi pada siswa dalam materi Momentum, Impuls, dan Tumbukan.
23
3. Bagi Siswa
Diharapkan siswa dapat memperbaiki miskonsepsi yang terjadi pada dirinya
melalui bantuan guru mata pelajaran, sehingga hasil belajarnya meningkat.
4. Bagi Pembaca
Diharapkan dapat menjadi informasi referensi untuk penelitian selanjutnya
atau rujukan untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut.
BAB II
KAJIAN TEORITIS, PENELITIAN YANG RELEVAN DAN
KERANGKA BERPIKIR
A. Deskripsi Teori
1. Konsep
a. Pengertian Konsep dan Konsepsi
Konsep adalah cara mengelompokkan dan mengategorikan secara mental
berbagai objek atau peristiwa yang mirip dalam hal tertentu. 1 Menurut Ausebel
konsep merupakan benda-benda, kejadian-kejadian, situasi-situasi, atau ciri-ciri yang
memiliki ciri khas data yang terwakili dalam setiap budaya oleh suatu tanda atau
simbol.2 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dikatakan bahwa konsep
diartikan sebagai ide atau pengetahuan yang diabstraksikan dalam peristiwa
kongkret.3 Oemar Hamalik berpendapat bahwa konsep adalah suatu kelas atau
kategori stimuli yang memiliki ciri-ciri umum, stimuli disini berupa objek-objek atau
orang (person). Rosser pun ikut berpendapat dengan mengatakan bahwa konsep
adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek, kejadian, kegiatan, atau
hubungan yang mempunyai atribut yang sama.4
Dari pendapat beberapa sumber di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
konsep merupakan suatu objek atau pengetahuan yang dapat menjelaskan
1
Jeanne E. Ormrod, “Psikologi Pendidikan: Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang”,
(Jakarta: Erlangga, 2009), h. 327.
2
Izza Auliyatul Muna, “Identifikasi Miskonsepsi Mahasiswa PGMI pada Konsep Hukum
Newton Menggunakan Certainty of Response Index (CRI)”,Journal of Education and Social Cendikia,
Vol. 13, No. 2, Juli-Desember 2015, h.312.
3
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2003, “Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka)”.
4
Ratna Wilis Dahar, 2011, “Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran”. Bandung: PT Gelora
Aksara Pratama Erlangga, h.63.
24
25
kesatuannya karena memiliki makna dan ciri-ciri yang sama sehingga mempermudah
komunikasi dengan sesama manusia dan yang memungkinkan manusia berpikir.5
b. Dimensi Konsep
Flavell menyarankan bahwa konsep-konsep dapat berbeda dalam 7 dimensi,
yaitu:
1) Atribut
Setiap konsep memiliki atribut yang berbeda. Dan atribut dapat berupa
fisik, seperti warna, tinggi, bentuk, atau dapat juga berupa fungsional.
2) Struktur
Struktur menyangkut cara terkaitnya atau tergabungnya atribut-atribut
tersebut. Struktur terbagi menjadi 3 macam, yaitu:
a) Konjungtif, konsep yang di dalamnya terdapat dua atau lebih sifat sehingga dapat
memenuhi syarat sebagai contoh konsep.
b) Disjungtif, konsep yang di dalamnya satu dari dua atau lebih sifat harus ada.
c) Relasional, menyatakan hubungan tertentu antara atribut konsep.
3) Keabstrakan
Konsep-konsep dapat dilihat dan konkrit atau konsep itu terdiri atas
konsep-konsep lain.
4) Keinklusifan
Ditujukan pada jumlah contoh yang terlibat dalam konsep itu.
5) Generalitas atau Keumuman
Makin umum suatu konsep, makin banyak asosiasi yang dapat dibuat dengan
konsep lainnya.
5
.Op. Chit, Izza Auliyatul Muna, h.312.
26
6) Ketepatan
Menyangkut apakah ada sekumpulan aturan untuk membedakan contoh
dan non contoh suatu konsep. Klausmeier mengemukakan empat tingkat
pencapaian konsep, mulai dari tingkat konkret ke tingkat formal.
7) Kekuatan
Kekuatan suatu konsep ditentukan oleh sejauh mana orang setuju bahwa
konsep itu penting. 6
c. Perolehan Konsep
Menurut Ausebel perolehan konsep diperoleh dengan dua cara yaitu, dengan
pembentukan konsep yang merupakan bentuk perolehan konsep sebelum siswa
masuk sekolah dan asimilasi konsep yang merupakan cara utama untuk memperoleh
konsep selama dan sesudah sekolah.7
1) Pembentukan Konsep (Proses Induktif)
Dimana anak-anak sudah mendapatkan banyak konsep dan konsep
tersebut terus mengalami perubahan atau modifikasi seiring bertambahnya
pengalaman mereka. Dimana pembentukan konsep merupakan suatu bentuk
belajar penemuan. Melalui proses diskriminasi dan abstraksi, anak-anak
menetapkan suatu aturan yang menentukan kriteria untuk konsep tersebut.
2) Asimilasi (Proses Deduktif)
Anak-anak diharapkan dengan lebih banyak konsep yang harus dipelajari
setelah mereka masuk sekolah melalui asimilasi konsep. Pada tahap ini anak-anak
dibimbing untuk memahami konsep sesuai dengan konsep yang dipahami oleh
para ahli, tentunya dengan dibimbing oleh guru yang kompeten.8
6
Op. Chit, Ratna Wilis Dahar, h.62 – 63.
7
Ibid, Ratna WIilis Dahar, h.64 – 65.
8
Muhibbin Syah, “Psikologi Pendidikan”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2010),
Cet. XV, h. 112.
27
2) Tingkat Identitas
Pada tingkat identitas, seseorang akan mengenal suatu objek:
a) Sesudah selang waktu tertentu
b) Bila orang itu mempunyai orientasi ruang (spatial operation) yang berbeda
terhadap objek itu
c) Bila objek itu ditentukan melalui suatu cara indra yang berbeda.
Selain ketiga operasi yang dibutuhkan untuk pencapaian tingkat konkret,
yaitu: memperhatikan, mendiskriminasi, dan mengingat, siswa harus dapat
mengadakan generalisasi untuk mengenal bahwa dua atau lebih bentuk yang
identik dari benda yang sama adalah anggota dari kelas yang sama.
3) Tingkat Klasifikasi
Seseorang dikatakan telah mencapai konsep konkret apabila ia telah
mampu mengenali equivalence (persamaan) dari dua contoh yang berbeda yang
berasal dari kelas yang sama. Dalam operasi mental ini siswa berusaha untuk
mengabstraksi kualitas-kualitas yang sama yang dimiliki oleh subjek-subjek itu.
9
Op. Chit, Ratna Wilis Dahar, h.70.
28
4) Tingkat Formal
Siswa telah mencapai suatu konsep pada tingkat formal bila siswa itu
dapat memberi nama konsep itu, mendefinisikan konsep itu dalam atribut-atribut
kriterianya, mendiskriminasi dan memberi nama atribut-atribut yang membatasi
dan mengevaluasi atau memberikan secara verbal contoh dan non contoh konsep.
2) Pendekatan Terkini
Semenjak tahun 1960-an tampak ada pergeseran pendekatan dalam studi
belajar konsep. Perubahan ini disebabkan oleh tulisan Caroll yang menekankan
perbedaan antara belajar konsep dalam laboratorium dan belajar konsep di
sekolah. Perbedaan tersebut adalah:
a) Kedua bentuk konsep berbeda dalam sifat. Konsep yang diajarkan di sekolah
biasanya suatu konsep yang baru, bukan kombinasi buatan dari atribut-atribut
yang dikenal.
b) Konsep yang diajarkan di sekolah bergantung pada atribut yang berupa konsep-
konsep yang sulit, bersifat verbal, dan tidak dapat disajikan oleh benda-benda
kongkret.
c) Studi laboratorium memberi penekanan pada belajar konsep konjungtif
d) Studi laboratorium menekankan pada pendekatan induktif tentang belajar
konsep, sedangkan di sekolah secara deduktif.10
10
Ibid, Ratna Wilis Dahar, h.66.
29
f. Miskonsepsi
1) Definisi Miskonsepsi
Miskonsepsi atau salah konsep yang menunjuk pada suatu konsep yang
tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar
dalam bidang itu. Bentuk miskonsepsi sendiri dapat berupa konsep awal,
kesalahan, hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep, gagasan intuitif atau
pandangan yang naif.
Novak, mendefinisikan miskonsepsi sebagai suatu interpretasi konsep-
konsep dalam suatu pernyataan yang tidak dapat diterima. Sedangkan Brown,
menjelaskan miskonsepsi sebagai suatu pandangan yang naif dan
mendefinisikanya sebagai suatu gagasan yang tidak sesuai dengan pengertian
ilmiah yang sekarang diterima. Dan Fowler, menjelaskan dengan lebih rinci arti
miskonsepsi. Beliau memandang miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak
akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh
yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan hierarkis
konsep-konsep yang tidak benar. Jadi dapat disimpulkan bahwa suatu konsep
yang tidak sesuai dengan konsep yang diakui oleh para ahli.11
11
Paul Suparno, 2013, “Miskonsepsi Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika”, Jakarta:
PT Gramedia Widiasarana Indonesia, h.4.
30
12
Abraham, Michael R. 1992. Understandings and Misunderstandings of Eighth Grader of
Five Chemistry Concept Found in Textbook. Journal of Research in Science Teaching. Pages 112.
31
dikuasai tetapi konsep yang telah dimilikinya termasuk konsep yang benar tanpa
miskonsepsi di dalamnya.
Kategori miskonsepsi yaitu apabila siswa masih salah dalam memahami
konsep dan terlihat saat menjelaskannya dengan bahasa sendiri. Siswa yang
miskonsepsi ini bukan berarti ia tidak mempelajari konsep. Namun hanya saja
konsep yang dimilikinya masih terdapat miskonsepsi terutama ketika ia
menjelaskan dengan menggunakan bahasannya sendiri. Siswa yang miskonsepsi
bisa saja ketika diminta penjelasan ia langsung menjawab dengan jawaban yang
tidak sesuai dengan konsep yang benar. Banyak pendidik yang mencoba untuk
membantu mengatasi miskonsepsi tersebut, ini terlihat dari banyaknya partisipasi
para ahli dalam hal meminimalisir miskonsepsi, baik pendidik maupun peneliti.
Siswa yang termasuk dalam kategori tidak paham konsep yaitu siswa yang
benar-benar tidak tahu konsep. Siswa yang tidak tahu konsep ini bisa berasal dari
faktor diri sendiri yaitu berupa minat siswa dalam memahami konsep pada suatu
mata pelajaran, kemauan siswa dalam belajar serta pengembangan kognitif atau
IQ. Dari ketiga faktor inilah yang membuat siswa tidak memahami konsep.
Sehingga ketika siswa ini diminta untuk menjelaskan konsep maka siswa tidak
dapat menjawab atau jika menjawab tidak memiliki hubungan dengan konsep
tersebut.
Belajar konsep berguna dalam rangka pendidikan siswa atau paling tidak
punya pengaruh tertentu. Adapun kegunaan konsep, yaitu sebagai berikut:
a) Konsep-konsep mengurangi kerumitan lingkungan. Fenomena yang ada di
lingkungan sangat kompleks dan rumit, untuk mempelajari dan memahami
lingkungan perlu dijadikan unsur-unsur yang lebih sederhana tapi
mewakilinya.
b) Konsep-konsep membantu kita untuk mengidentifikasi yang ada di sekitar
kita.
c) Konsep membantu kita untuk mempelajari sesuatu yang baru, lebih luas, dan
lebih maju.
33
Konsep dapat digunakan untuk mempelajari dua hal yang berbeda dalam
kelas yang sama.
13
Op. Chit, Paul Suparno, h.30.
34
spontan, bila guru berbicara soal miskonsepsi, orang lain mengerti apa yang
dimaksudkan. Maka, mengganti istilah itu dengan konsep alternatif dikhawatirkan
akan menghilangkan arti yang khusus tersebut. Oleh karena itu, beberapa peneliti
tetap menggunakan istilah miskonsepsi karena sudah menjadi istilah yang
diketahui umum dan artinya sangat jelas.14
14
Ibid, Paul Suparno h.6.
36
seperti itu. Dari wawancara itulah akan terlihat dari mana miskonsepsi itu
dibawa.
d) Wawancara Diagnosis
Dapat dilakukan juga untuk melihat konsep alternatif atau miskonsepsi
pada siswa. Guru memilih beberapa konsep Fisika yang diperkirakan sulit
dimengerti siswa, atau beberapa konsep Fisika yang pokok dari bahan yang
hendak diajarkan. Kemudian siswa diajak untuk mengekspresikan gagasan
mereka mengenai konsep-konsep di atas. Dari sini dapat dimengerti konsep
alternatif yang ada dan sekaligus ditanyakan dari mana mereka memperoleh
konsep alternatif tersebut. Wawancara dapat berbentuk bebas dan terstruktur.
Disarankan, wawancara itu direkam baik rekaman suara maupun rekaman video
agar kita tidak kehilangan data yang diperlukan.
2. Tes Diagnostik
a. Pengertian Tes Diagnostik
Secara etimologis, diagnostik diambil dari bahasa Inggris “diagnostic”.
Bentuk kata kerjanya adalah “to diagnose:, yang artinya “to determine the nature of
disease from observation of symptoms”. Mendiagnosis berarti melakukan observasi
terhadap penyakit tertentu, sebagai dasar menentukan macam atau jenis penyakitnya.
Menurut Arikunto tes diagnostik merupakan tes yang dilakukan untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan hasil tes tersebut dapat dilakukan
penanganan yang tepat.16 Sehingga, tes diagnostik sengaja dirancang sebagai alat
untuk menemukan kesulitan belajar yang sedang dihadapi siswa.17
15
Ibid, Paul Suparno, h.129.
16
S. Arikunto, “Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan”, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 2007, h.48
17
Tri Wahyuningsi, dkk, 2013, “Pembuatan Instrumen Tes Diagnostik Fisika SMA Kelas XI”,
Jurnal Pendidikan Fisika, h.115.
18
Ibid, Tri Wahyuningsih, h.114.
19
Loc. Cit, Tri Wahyuningsih, h.114.
38
20
DEPDIKNAS, “Tes Diagnostik”, Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, 2007, h. 6.
39
21
Ibid, DEPDIKNAS, h. 12.
40
Tes diagnostik dua tahap tidak dapat membedakan tanggapan yang benar
karena pengetahuan ilmiah dan pengetahuan karena tebakan.22
23
Kaltakci, Derya Gurel, et. al. 2015. A Review and Comparison of Diagnostic Instruments to
Identify Students’ Misconceptions in Science, EurasiaJournal of Mathematics, Science &Technology
Education. 11(5), h.997.
42
(Konsep Ilmiah)
24
Qisthi Fariyani. 2015. “Pengembangan Four-Tier Diagnostic Test untuk Mengungkap
Miskonsepsi Fisika Siswa Kelas X”. Journal of Innovative Science Education, h.43.
25
Gurel, Derya Kaltakci, dkk. 2015. A Review and Comparison of Diagnostic Instruments to
Identify Students’ Misconceptions in Science. Eurasia Journal of Mathematics, Science and
Technology Education, h. 999
43
terdiri dari
a. Momentum Impuls
1) Momentum
Impuls adalah hasil kali gaya yang bekerja pada benda dengan persamaan 2.4
𝐼 = 𝐹. ∆𝑡
𝐼 = ∆𝑝 (2.4)
Keterangan:
𝐼 = impuls (N.s)
𝐹= gaya (N)
∆𝑡 = selang waktu (s)
∆𝑝 = perubahan momentum (kg.m/s)
Teorema impuls-momentum berbunyi:
“Perubahan momentum partikel/ benda selama selang waktu tertentu sama
dengan resultan gaya yang bekerja selama interval waktu tersebut”.
Sumber: nanopdf.com
Gambar 2. 5 Roket
26
Giancoli, Fisika Edisi Kelima Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2001), h.213.
50
Roket adalah suatu pesawat yang bergerak karena memperoleh impuls awal
dari gas yang memuai di dalam badan pesawat dan suatu gaya yang bekerja terus
menerus karena gas yang dikeluarkan dari ruang pembakaran dalam pesawat tersebut.
Roket membawa bahan bakar yang akan diubah menjadi gas yang dikeluarkan,
berarti massa roket makin berkurang, sementara itu kecepatan roket terus bertambah.
Setelah bahan bakar habis, tinggal massa roket saja yang bergerak tanpa tambahan
gaya, berarti kecepatan akhir yang dipunyai tidak bertambah lagi.
Pada peluncuran roket kita memilih bumi sebagai acuan, untuk roket gaya
yang terjadi adalah gaya dorong ke atas, yang disebabkan oleh adanya gas yang
keluar, yang dibuat sebesar mungkin. Gaya karena gas yang keluar merupakan aksi
yang diberikan kepada roket, sedangkan gaya dorong adalah reaksi dari roket
tersebut.
2) Desain Mobil
Rancangan badan mobil yang memiliki daerah penggumpalan atau penyok tersebut
akan mengurangi bahaya akibat tabrakan pada penumpang mobil.
Sumber: mobilmo.com
27
Aip Saripudin, Praktis Belajar Fisika XI Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah, (Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009), h. 96.
52
d. Tumbukan
Gambar 2. 8 Tumbukan
Pada tumbukan dua benda yang biasa terjadi, melibatkan gaya yang sangat
besar sehingga mengakibatkan bentuk benda yang bertumbukan mengalami
perubahan dan seringkali terlihat cukup nyata. Saat terjadi tumbukan, gaya yang
terlibat atau yang berinteraksi pada kedua benda yang bertumbukan akan berubah dari
nol. Saat kontak pertama tumbukan gaya menjadi sangat besar dalam waktu yang
sangat singkat kemudian secara drastis kembali nol saat tumbukan berakhir. Hal
itulah yang menyebabkan konsep momentum sangat berguna dalam peristiwa
tumbukan. Karena dalam waktu yang sangat singkat dan gaya yang terlibat sangat
besar akan sulit diterapkan hukum-hukum newton mengenai gerak.
Telah diketahui sebelumnya bahwa tumbukan antar dua benda, seperti contoh
di atas, momentum totalnya kekal, sama sebelum dan sesudah tumbukan. Jika kedua
benda cukup keras dan tidak ada panas yang dihasilkan akibat tumbukan, energi
kinetiknya juga kekal. Dalam hal ini, yang dimaksud adalah jumlah energi kinetik
benda sebelum tumbukan sama dengan jumlah energi kinetik setelah tumbukan.
𝑚1 . 𝑣1 + 𝑚2 . 𝑣2 = (𝑚1 . 𝑣1 )′ + (𝑚2 . 𝑣2 )′
𝐸𝑚1 + 𝐸𝑚2 = 𝐸𝑚1 ′ + 𝐸𝑚2 ′
(𝐸𝑘1 + 𝐸𝑝1 ) + (𝐸𝑘2 + 𝐸𝑝2 ) = (𝐸𝑘1 + 𝐸𝑝1 )′ + (𝐸𝑘2 + 𝐸𝑝2 )′
𝐸𝑘1 + 𝐸𝑘2 + 𝐸𝑝1 + 𝐸𝑝2 = 𝐸𝑘1 ′ + 𝐸𝑘2 ′ + 𝐸𝑝1 ′ + 𝐸𝑝2 ′ (2.6)
53
Dimana,
1
𝐸𝑘 = 𝑚. 𝑣 2
2
𝐸𝑝 = 𝑚. 𝑔. ℎ
1
𝐸𝑝 = 2 𝑘. 𝑥 2 (untuk pegas)
Keterangan:
𝑚 = massa benda (kg)
𝑔 = percepatan gravitasi bumi (𝑔 = 9,8 m/s2 atau 10 m/s2)
𝑣 = kecepatan benda sebelum tumbukan (m/s)
𝑣′ = kecepatan benda setelah tumbukan (m/s)
ℎ = ketinggian benda sebelum tumbukan (m)
ℎ′ = ketinggian benda setelah tumbukan (m)
Secara garis besar, tumbukan dibedakan menjadi 3 macam, yaitu tumbukan
elastis sempurna (lenting sempurna), tumbukan elastis sebagian (lenting sebagian),
dan tumbukan tidak elastis (tidak lenting).
1) Tumbukan Elastis Sempurna
Tumbukan yang terjadi dengan jumlah energi kinetik sebelum dan sesudah
tumbukan sama/ tetap (tidak ada energi yang hilang selama tumbukan) disebut
sebagai tumbukan lenting sempurna.
1 1 1 1
𝑚1 . 𝑣1 2 + 𝑚2 . 𝑣2 2 = 𝑚1 . (𝑣1 ′)2 + 𝑚2 . (𝑣2 ′)2
2 2 2 2
𝑚1 (𝑣1 2 − (𝑣1 ′)2 ) = 𝑚2 (𝑣2 2 − (𝑣2 ′)2 )
𝑚1 (𝑣1 + 𝑣1 ′)(𝑣1 − 𝑣1 ′) = 𝑚2 (𝑣2 + 𝑣2 ′)(𝑣2 − 𝑣2 ′) (2.7)
Jika persamaan 2.7 ini kita bagi dengan persamaan 𝑚1 (𝑣1 − 𝑣1 ′) =
(𝑣2 − 𝑣2 ′) didapatkan:
(𝑣1 + 𝑣1 ′) = 𝑚2 (𝑣2 + 𝑣2 ′)
(𝑣1 − 𝑣1 ′) = (𝑣2 − 𝑣2 ′) (2.8)
Dari persamaan 2.8, kita mendapatkan koefisien restitusi yang dinyatakan
dengan persamaan 2.9
𝑣1 ′−𝑣2 ′
𝑒= (2.9)
𝑣1 −𝑣2
Keterangan;
𝑒 = koefisien restitusi
𝑣1 dan 𝑣2 = kelajuan benda sebelum tumbukan (m/s)
𝑣1 ′ dan 𝑣2 ′ = kelajuan benda setelah tumbukan (m/s)
Maka, koefisien restitusinya sama dengan 1 (e=1)
55
𝑣𝑏 ′ − 0
𝑒=−
𝑣𝑏 − 0
𝑣𝑏 ′
𝑒=−
𝑣𝑏
√2. 𝑔. ℎ′
𝑒=−
√2. 𝑔. ℎ
ℎ′
𝑒 = −√ ℎ (2.11)
Karena tinggi tidak berharga negatif, maka koefisien restitusi dapat ditulis
ℎ′ ℎ′
sebagai berikut. 𝑒 = |−√ ℎ | = √ ℎ (2.12)
Keterangan:
ℎ′ = tinggi pantulan benda (m)
ℎ = tinggi benda semula atau tinggi pantulan sebelumnya (m)
dalam bentuk:
𝐸𝑘2 + 𝐸𝑝2 = 𝐸𝑘2 + 𝐸𝑝2
1
(𝑚 + 𝑚𝑏 )𝑣 ′ 2 + 0 = 0 + (𝑚𝑝 + 𝑚𝑏 )𝑔. ℎ
2 𝑝
2
𝑣 ′ = 2. 𝑔. ℎ
𝑣 ′ = √2. 𝑔. ℎ
akhir 25,6%. Miskonsepsi sub materi Impuls, pada saat tes awal sebesar 73,3%
dan tes akhir 44,0%.miskonsepsi sub materi Tumbukan pada saat tes awal sebesar
72,9% dan tes akhir 39,5%. Dari 30 siswa, 28 siswa mengalami penuruan
miskonsepsi, satu siswa mengalami kenaikan miskonsepsi, dan satu siswa tidak
terjadi perubahan miskonsepsi.
7. Invea Nur Mukti Lestari, dkk dalam jurnalnya yang berjudul “Pengembangan
Electricity ConceptTest Berformat Four-Tier Test”, menginformasikan bahwa
teknik analisis kombinasi jawaban pada Four-Tier Test dalam penelitian ini
menggunakan 5 buah kategori, yaitu miskonsepsi, menguasai konsep, tidak
mengusai konsep, menguasai konsep sebagian, dan tidak dapat dikodekan.
8. Ismiara Indah Ismail, Achmad Samsudin, Endi Suhendi, dan Ida Kaniawati dalam
jurnalnya yang berjudul “Diagnostik Miskonsepsi melalui Listrik Dinamis Four-
Tier Test.”, menginformasikan bahwa penelitian menganalisis dan
menggolongkan siswa ke dalam memahami konsep sebesar 13,9%, yang
berpeluang mengalami miskonsepsi 39,9%, dan siswa yang berpeluang tidak
memahami konsep sebesar 44,01%, serta mengalami error sebesar 2,19%.
9. Widya Bratha Sheftyawan, Trapsilo Prihandono, dan Albertus Djoko Lesmono
dalam jurnalnya yang berjudul “Identifikasi Miskonsepsi Siswa menggunakan
Four-Tier Diagnostic Test pada Materi Optik Geometri.”, menginformasikan
bahwa miskonsepsi yang dialami siswa di SMAN 1 Sluring pada konsep Optik
Geometri yaitu sebesar 37,62% yang berada pada kategori sedang.
C. Kerangka Berpikir
Pemahaman siswa dalam kegiatan belajar fisika dipengaruhi oleh tingkat
kemampuan siswa dalam memahami konsep yang sangat bervariatif, beberapa siswa
sangat mudah dalam memahami konsep, beberapa siswa yang lainnya justru
mengalami kesulitan dan cenderung lemah dalam proses pemahaman konsep.
Ketidakmampuan siswa dalam memahami konsep disebabkan oleh hambatan atau
60
Mengakibatkan
Siswa Mengalami
Miskonsepsi.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk
menggambarkan atau menjelaskan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta dan sifat populasi.1
Pada penelitian ini akan dikumpulkan data yang menggambarkan keadaan
sebenarnya yang terjadi pada siswa. Subjek penelitian ini adalah miskonsepsi siswa
pada konsep momentum, impuls, dan tumbukan. Pengumpulan data didapat dari tes
diagnostik four-tier test multiple choice yang diberikan kepada siswa yang kemudiaan
dideskripsikan sesuai keadaan sebenarnya.
Metode deskriptif biasa dilakukan pada penelitian kualitatif. Oleh karena itu
data yang diperoleh tidak dituangkan ke dalam bentuk bilangan atau angka statistik,
melainkan dalam bentuk kualitatif, peneliti memberi pemaparan gambaran mengenai
situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif.2 Hasil penelitian yang didapatkan
akan disajikan dalam kata-kata atau frase.
1
Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan Prosedur, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2013), h.59.
2
Margono, Metodologi penelitian pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), cet.6, h.39.
62
63
C. Prosedur Penelitian
Prosedur yang digunakan pada penelitian ini menggunakan tiga tahapan, yaitu
sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan penyesuaian kurikulum yang berlaku di sekolah yang
dituju, yaitu kurikulum 2013 revisi dan melakukan analisis terhadap RPP guru di
sekolah tersebut. Lalu dibuatlah kisi-kisi instrumen tier ke 1 berdasarkan indikator
RPP yang telah dianalisis tersebut, setelah instrumen soal tersusun maka dilakukan
uji coba instrumen kepada siswa SMAN 11 Tangerang Selatan sekaligus untuk
memperoleh soal tier ke tiga. Setelah soal four-tier beserta kisi-kisi soal tersusun,
dilakukanlah validasi soal oleh pihak dosen fisika, setelah difiksasi oleh pihak dosen
maka dilakukan uji validasi soal oleh pihak sekolah, setelah itu dilakukan analisis
dengan menggunakan software ANATES. Dan dari hasil validasi instrumen soal
tersebut didapatkanlah pertanyaan untuk instrumen soal sebanyak 15 pertanyaan.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini, peneliti melakukan tes diagnostik four-tier test multiple choice
kepada 40 siswa kelas X MIPA 3 SMAN 11 Tangerang Selatan. Tes dilakukan
kepada kelas yang sudah mempelajari konsep momentum, impuls, dan tumbukan.
yang mengalami paham konsep, miskonsepsi, tidak tahu konsep, dan memahami
konsep sebagian. Tahap ini merupakan tahap terpenting dalam menganalisis
miskonsepsi siswa yang berasal dari instrumen yang telah dibuat pada tahap-tahap
sebelumnya.
3
Nana Saodih, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), cet.
9, h.250.
4
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h.118.
65
5
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h.183.
66
Total 1 5 6 3 15 100%
Keterangan :
(*) : Lulus uji reliabilitas dan daya pembeda (15 soal)
G. Kalibrasi Instrumen
Dalam penelitian ini dilakukan kalibrasi seperti validasi soal, reliabilitas dan
tingkat kesukaran pada soal agar instrumen yang diberikan pada siswa sesuai. Pada
penelitian ini penulis melakukan validasi dengan 3 orang ahli, siswa kelas XI MIPA 1
dan 3 SMAN 11 Tangerang Selatan, dan menggunakan software ANATES.
1. Uji Validasi
Dalam buku Encyclopedia of Educational Evaluation menyebutkan, sebuah
tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. 6 Tes
diujicoba kepada sejumlah siswa yang bukan subjek dalam penelitian dan digunakan
untuk menguji validitas butir soal dari instrumen yang telah dibuat sebelumnya.
Validitas ini menggunakan rumus koefisien korelasi poin biserial. Teknik ini
adalah salah satu teknik analisis bivariat yang biasa dipergunakan untuk mencari
korelasi antara dua variabel, yaitu variabel I berbentuk variabel kontinum, sedangkan
variabel II berbentuk variabel diskrit murni.7 Dengan persamaan 3.18
𝑀𝑝 −𝑀𝑡 𝑝
𝛾𝑝𝑏𝑖 = √𝑞 (3.1)
𝑆𝑡
Keterangan:
𝛾𝑝𝑏𝑖 = koefisien korelasi biserial.
𝑀𝑝 = rerata skor dari subjek yang menjawab benar bagi item yang dicari
validitasnya
𝑀𝑡 = rerata skor total
𝑆𝑡 = standar deviasi dari skor total proporsi
6
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2015),
h.80.
7
Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h.257.
8
Op. Chit, Suharsimi Arikunto, h.93
68
Keterangan:
𝐵𝐴 : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
𝐵𝐵 : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
𝐽𝐴 : jumlah peserta kelompok atas
𝐽𝐵 : jumlah peserta kelompok bawah
𝑃𝐴 : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar
(P merupakan indeks kesukaran)
𝑃𝐵 : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar
Klasifikasi daya pembeda soal didasarkan pada ketentuan tabel 3.2.11
9
Ibid, Suharsimi Arikunto, h.226
10
Ibid, Suharsimi Arikunto , h.228
11
Ibid, Suharsimi Arikunto , h.232
69
3. Uji Reliabilitas
Suatu tes dikatakan mempunyai taraf reliabilitas tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap.12 Uji reliabilitas yang digunakan untuk tes yang
menggunakan soal dua pilihan dengan salah satu jawaban benar yaitu menggunakan
teknik Kuder-Richardson atau K-R 20, yaitu persamaan 3.3:
𝑘 𝑆𝐵2 −∑ 𝑝𝑞
𝑟11 = (𝑘−1) ( 𝑆𝐵2
) (3.3)
Keterangan:
𝑟1 : reliabilitas tes secara keseluruhan
𝑝 : proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
𝑞 : proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
(𝑞 = 1 − 𝑝 )
∑ 𝑝𝑞 : jumlah hasil perkalian antara p dan w
𝑘 : banyaknya item tes
𝑆 : standar deviasi dari tes (Standar deviasi adalah akar dari varians)
12
Ibid, Suharsimi Arikunto , h.100
70
Rentang Kriteria
Tes dianggap reliabel jika hasil uji reliabilitas memiliki kriteria tinggi. 13
Berdasarkan pengolahan data, tes yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai
reliabilitas 0,82 (reliabilitas dengan kriteria tinggi).
4. Taraf Kesukaran
Uji tingkat kesukaran butir soal bertujuan untuk mengetahui bobot soal yang
sesuai dengan kriteria perangkat soal yang baik yaitu soal yang tidak terlalu mudah
atau tidak terlalu sukar.14 Persamaan 3.4 digunakan untuk mencari indeks
kesukaran:15
𝐵
𝑃=𝐽 (3.4)
𝑆
Keterangan:
𝑃 : indeks kesukaran
𝐵 : banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
𝐽𝑆 : jumlah seluruh siswa peserta tes
13
Ibid, Suharsimi Arikunto , h.101
14
Ibid, Suharsimi Arikunto , h.222
15
Ibid, Suharsimi Arikunto , h.223
71
Indeks Kategori
Paham Konsep
Benar Yakin Benar Yakin
(Konsep Ilmiah)
16
Ibid, Suharsimi Arikunto , h.225
17
Gurel, Derya Kaltakci, dkk. 2015. A Review and Comparison of Diagnostic Instruments to
Identify Students’ Misconceptions in Science. Eurasia Journal of Mathematics, Science and
Technology Education, h. 999.
72
Memahami
Benar Yakin Benar Tidak Yakin
Konsep Sebagian
Memahami
Benar Tidak Yakin Benar Yakin
Konsep Sebagian
Memahami
Benar Tidak Yakin Benar Tidak Yakin
Konsep Sebagian
Salah Konsep
Benar Yakin Salah Yakin Positif, jarang
Miskonsepsi
Memahami
Benar Yakin Salah Tidak Yakin
Konsep Sebagian
Memahami
Benar Tidak Yakin Salah Yakin
Konsep Sebagian
Memahami
Benar Tidak Yakin Salah Tidak Yakin
Konsep Sebagian
Salah Konsep
Salah Yakin Benar Yakin
Negatif
73
Memahami
Salah Yakin Benar Tidak Yakin
Konsep Sebagian
Memahami
Salah Tidak Yakin Benar Yakin
Konsep Sebagian
Memahami
Salah Tidak Yakin Benar Tidak Yakin
Konsep Sebagian
Miskonsepsi,
Salah Yakin Salah Yakin jarang Salah
Konsep
Memahami
Salah Yakin Salah Tidak Yakin
Konsep Sebagian
Memahami
Salah Tidak Yakin Salah Yakin
Konsep Sebagian
Memahami
Salah Tidak Yakin Salah Tidak Yakin
Konsep Sebagian
Analisis yang dilakukan sesuai dengan tabel 3.5 untuk menentukan siswa
yang paham, tidak paham, miskonsepsi, dan memahami konsep sebagian
menggunakan persamaan 3.5
74
𝑆
𝑃 = 𝐽𝑠 × 100% (3.5)
Keterangan:
P = persentase jumlah siswa pada paham konsep, tidak paham konsep,
miskonsepsi, dan kategori yang lainnya.
S = banyaknya siswa pada paham konsep/tidak paham
konsep/miskonsepsi/kategori yang lainnya
Js = jumlah seluruh siswa peserta didik.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dari tes diagnostik four-tier test
multiple choice terhadap siswa kelas X MIPA 3 SMAN 11 kota Tangerang
Selatan dapat disimpulkan bahwa:
1. Miskonsepsi yang teridentifikasi pada konsep momentum, impuls, dan
tumbukan secara keseluruhan sebesar 17,98%, paham konsep sebesar 14,5%,
memahami konsep sebagian sebesar 52,12%, salah konsep positif sebesar
5,05%, salah konsep negatif sebesar 10,3% dan termasuk ke dalam
miskonsepsi kategori rendah.
2. Sub konsep yang mengalami miskonsepsi pada konsep momentum, impuls,
dan tumbukan, yaitu sub konsep momentum sebesar 33,70%, sub konsep
impuls sebesar 13,93%, sub konsep tumbukan sebesar 43,90%, sub konsep
hukum kekekalan momentum sebesar 33%.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan
untuk penelitian selanjutnya antara lain:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan dan
informasi dalam memilih cara mengajar yang efektif untuk mengurangi
miskonsepsi pada siswa.
2. Diharapkan peneliti lain dapat melakukan penelitian serupa dengan materi
yang berbeda atau pendekatan pembelajaran yang berbeda.
3. Pada penelitian yang sejenis dapat menggunakan sampel yang lebih banyak
agar hasil yang diperoleh lebih akurat.
4. Bagi peneliti selanjutnya, pemilihan sampel sebaiknya menggunakan rumus
Slovin dan mengambil sampel di tiap kelas X di SMAN 11 Kota Tangerang
120
121
Gurel, D. K., Eryilmaz, A., dkk. 2015. “A Review and Comparison of Diagnostic
Instruments to Identify Students’ Misconceptions in Science”. EurasiaJournal
of Mathematics, Science &Technology Education. 11(5), 989 – 1008.
122
123
Humaidi, A. H., Maksun. 2009. Fisika SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.
Rossa, G. C., Cari., dkk. 2017. “Tingkat Pemahaman Konsep Mahasiswa Pendidikan
Fisika Universitas Sebelas Maret pada Materi Momentum”. Prosiding SNFA
(Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) E-ISSN: 2548 – 8325/ P-ISSN:
2548 – 8317, 74 – 84.
Saripudin, Aip., Rustiawan, D., dkk. 2009. Praktis Belajar Fisika XI Sekolah
Menengah Atas/ Madrasah Aliyah. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
Wahyuningsih, T., Raharjo, T., dkk. 2013. “Pembuatan Instrumen Tes Diagnostik
Fisika SMA Kelas XI”. Jurnal Pendidikan Fisika Vol. 1 No. 1 ISSN: 2338 –
0691, 111- 117.
126
Sekolah : SMAN 3, SMAN 5, SMAN 10, SMAN 11, dan SMAN 12 Kota Tangerang Selatan
NO PERTANYAAN JAWAB
1. Apakah Ibu/ Bapak merupakan lulusan dari bidang ilmu Iya guru di lima sekolah yang menjadi sampel wawancara
fisika? merupakan lulusan dari bidang ilmu fisika, baik pendidikan
fisika maupun fisika murni.
2. Apakah Ibu/ Bapak sering melakukan pertemuan di luar jam Jarang, karena ada jam kosong biasanya sore sedangkan
pelajaran dengan para siswa/i yang Ibu/ Bapak ajar untuk kalau sore sudah lelah setelah seharian mengajar. Tetapi, jika
membahas materi yang baru saja dipelajari? Serta menanyakan ada siswa yang ingin bertanya dan berkunjung ke kantor ya
apa saja materi yang dianggap sulit? saya bantu.
3. Apakah Ibu/ Bapak pernah mengukur miskonsepsi yang ada Pernah mengukurnya baik secara sengaja ataupun tidak
pada siswa? sengaja dilakukan.
4. Jika pernah, pada konsep apa miskonsepsi yang dialami oleh Berupa ulangan harian, latihan, atau pembetulan ketika siswa
siswa? Dan instrumen apa yang Ibu/ Bapak gunakan? mengalami kesalahan dalam memahami konsep atau materi
pelajaran. Namun guru tidak menggunakan instrumen atau
128
media yang biasa digunakan untuk mendiagnosis
miskonsepsi pada siswa.
6. Apakah Ibu/ Bapak pernah melakukan tindakan meminimalisir Pernah, dengan memberikan lebih banyak latihan soal
miskonsepsi pada siswa? kepada siswa.
7. Menurut Ibu/ Bapak konsep apakah yang sulit untuk Sebagian besar guru menjawab gerak parabola, namun bukan
disampaikan kepada siswa? karena miskonsepsi siswa tetapi memang karena materi
tersebut cukup sulit untuk dipahami oleh siswa serta
banyaknya variabel yang harus siswa pahami.
8. Kendala apa saja yang Ibu/ Bapak alami dalam mengajarkan Cukup banyak variabel yang harus siswa ketahui, dan sulit.
konsep tersebut?
9. Bagaimana cara Ibu/ Bapak mengatasi kesulitan yang Ibu/ Menggunakan media pembelajaran pendukung, seperti
Bapak hadapi serta yang siswa hadapi juga dalam memahami animasi, simulasi, atau software lainnya.
konsep tersebut?
10. Bagaimana metode atau model yang Ibu/ Bapak lakukan Sebagian besar guru menggunakan model atau metode yang
selama KBM? Menurut Ibu/ Bapak apakah metode atau model sama, yaitu simulasi, ceramah, diskusi kelompok, dan
pembelajaran tersebut sudah dapat membuat siswa lebih presentasi. Sudah membantu siswa dalam memahami konsep
memahami konsep tersebut? yang sedang diajarkan.
11. Apakah buku pegangan yang Ibu/ Bapak pakai telah Sebagian besar guru mengatakan buku yang digunakan
129
menjelaskan konsep yang sulit tadi secara terperinci dan jelas? sudah baik, namun ada pula yang mengatakan bahwa buku
sekolah kurang baik.
12. Selain dari buku pegangan, apakah Ibu/ Bapak memiliki Ya, guru tidak hanya menggunakan buku pegangan sekolah
sumber bahan ajar yang lainnya? saja, tetap ada sumber lain yang menjadi acuan guru dalam
mengajar, seperti buku paket, buku rumus, atau bahkan
internet.
13. Bagaimana rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa? Pada Sebagian besar nilai siswa berada di rentang KKM atau
konsep apa siswa mendapatkan nilai tertinggi dan pada konsep bahkan di atas KKM. Mayoritas siswa mendapatkan nilai
apa siswa mendapatkan nilai terendah? tertinggi pada konsep gerak lurus, dan mayoritas siswa
mendapatkan nilai terendah pada konsep gerak parabola. Hal
tersebut disebabkan oleh kedua konsep tersebut saling
bertolak belakang, pada konsep gerak lurus tidak banyak
variabel yang harus siswa pahami, sedangkan pada konsep
gerak parabola sebaliknya.
130
131
Nama :
Kelas :
Sekolah :
Jika p adalah anak timbangan 1 kg. Jumlah anak timbangan p yang harus
ditambahkan supaya neraca seimbang sebanyak …
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
132
a. b.
c. d.
9.
Empat buah satelit mengorbit pada bumi seperti pada gambar di atas, urutan
benda yang memiliki gaya gravitasi yang terbesar hingga terkecil ialah ….
a. I, II, III, IV
b. II, III, I, IV
c. IV, II, III, I
d. IV, III, II, I
a. b.
c. d.
11. Gaya grafitasi yang bekerja pada suatu benda di permukaan bumi sebanding
dengan massa benda. Menurut Anda, apakah benda yang berat selalu jauh
lebih cepat dari benda ringan…
a. Ya, selalu lebih cepat
b. Tidak, bias lebih ceat bias lebih lambat
c. Tidak, selalu lebih lambat
d. Tidak, semua benda akan jatuh bersamaan.
a. Yakin.
b. Tidak yakin
Ranah Kognitif
No Indikator RPP Jumlah
C1 C2 C3 C4
1. Menjelaskan pengertian 2, 6 1, 3, 4, 5 6
momentum.
142
Ranah Kognitif
No Indikator RPP Jumlah
C1 C2 C3 C4
2. Menjelaskan pengertian 9 7, 10 8 4
impuls.
143
Ranah Kognitif
No Indikator RPP Jumlah
C1 C2 C3 C4
Total 6 13 16 5 40
144
145
Lembar Soal
MOMENTUM, IMPULS, DAN TUMBUKAN
PETUNJUK UMUM !
Nama :
Kelas :
Sekolah :
No Butir Soal
1. Yang dapat mengubah momentum suatu benda adalah….
A. Gaya D. Volume
B. Daya E. Energi Kinetik
C. Impuls
Tingkat keyakinan jawaban Anda….
1. Menebak 4. Yakin
2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin
3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin
Alasan dari jawaban Anda….
149
B. 1 dan 4 E. 3 dan 4
C. 2 dan 3
Tingkat keyakinan jawaban Anda….
1. Menebak 4. Yakin
2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin
3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin
Alasan dari jawaban Anda….
A. Nilai momentum suatu benda tidak dipengaruhi oleh massa dan
kecepatannya
B. Nilai momentum suatu benda yang massanya tetap berbanding terbalik
dengan kecepatannya
C. Nilai momentum suatu benda yang massanya tetap berbanding lurus
dengan kecepatannya
D. Nilai momentum suatu benda yang massanya tetap tidak dipengaruhi
oleh nilai kecepatannya
E. Nilai momentum suatu benda yang kecepatannya tetap berbanding
terbalik dengan percepatannya
1. Menebak 4. Yakin
2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin
3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin
Alasan dari jawaban Anda….
A. Besar impuls yang dialami oleh suatu benda dipengaruhi oleh nilai
perubahan massanya
B. Besar impuls yang dialami oleh suatu benda dipengaruhi oleh nilai
perubahan impulsnya
C. Besar impuls yang dialami oleh suatu benda dipengaruhi oleh nilai
perubahan kecepatannya
D. Besar impuls yang dialami oleh suatu benda diperngaruhi oleh nilai
perubahan percepatannya
E. Besar impuls yang dialami oleh suatu benda dipengaruhi oleh nilai
perubahan momentumnya
Tingkat keyakinan alasan jawaban Anda….
1. Menebak 4. Yakin
2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin
3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin
7. Grafik di bawah ini menunjukkan hubungan gaya terhadap waktu yang
bekerja pada sebuah partikel bermassa 0,4 kg yang mula-mula diam
Perubahan kecepatan partikel adalah….
A. 10 m/s D. 40 m/s
B. 20 m/s E. 50 m/s
C. 30 m/s
Tingkat keyakinan jawaban Anda….
155
1. Menebak 4. Yakin
2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin
3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin
Alasan dari jawaban Anda ….
A. Perubahan kecepatan suatu partikel didapat dari hasil kali antara gaya
dan massa partikel tersebut
B. Perubahan kecepatan suatu partikel didapat dari hasil bagi antara gaya
dan massa partikel tersebut
C. Perubahan kecepatan suatu partikel didapat dari hasil kali antara gaya
dan impuls partikel tersebut
D. Perubahan kecepatan suatu partikel didapat dari hasil kali antara nilai
impuls dan massa partikel tersebut
E. Perubahan kecepatan suatu partikel didapat dari hasil bagi antara nilai
impuls dan massa partikel tersebut
Tingkat keyakinan alasan jawaban Anda….
1. Menebak 4. Yakin
2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin
3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin
8. Pada pertandingan judo, seorang pejudo dibanting oleh lawannya di sebuah
matras, ketika dibanting pejudo tersebut dapat menahan rasa sakit yang
dialaminya dibandingkan ketika ia dibanting di atas lantai. Pernyataan
tersebut adalah….
A. Salah, karena selang waktu kontak yang dihasilkan antara punggung
pejudo dengan matras tidak ada hubungannya dengan rasa sakit yang
dialami oleh pejudo tersebut
B. Benar, karena selang waktu kontak yang dihasilkan antara punggung
pejudo dengan matras berlangsung lebih singkat dibandingkan dengan
ubin dan impuls yang dihasilkan besar sehingga pejudo tidak
156
merasakan sakit
C. Salah, karena walaupun selang waktu kontak yang dihasilkan anara
punggung pejudo dengan matras ataupun ubin yang berlangsung lebih
lama atau lebih cepat tidak mempengaruhi impuls yang dihasilkan oleh
pejudo tersebut
D. Benar, karena selang waktu kontak yang dihasilkan antara punggung
pejudo dengan matras berlangsung lebih lama dibandingkan dengan
ubin dan gaya impuls yang dihasilkan juga kecil sehingga pejudo tidak
merasakan sakit
E. Benar, karena selang waktu kontak yang dihasilkan antara punggung
pejudo dengan matras berlangusng lebih lama dibandingkan dengan
ubin dan jenis bahan yang digunakan juga sangat berpengaruh pada
impuls yang dihasilkan
Tingkat keyakinan jawaban Anda….
1. Menebak 4. Yakin
2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin
3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin
Alasan dari jawaban Anda….
A. Semakin lama selang waktu kontak antara 2 buah benda impuls yang
dihasilkan menjadi besar
B. Semakin cepat selang waktu yang dikerjakan oleh 2 benda maka impuls
yang dihasilkan menjadi kecil
C. Semakin lama selang waktu yang dikerjakan oleh 2 benda maka impuls
yang dihasilkan bernilai konstan
D. Selang waktu kontak yang dikerjakan oleh 2 benda mempengaruhi
besarnya impuls yang dihasilkan
E. Selang waktu kontak yang dikerjakan oleh 2 benda tidak
mempengaruhi besarnya impuls yang dihasilkan
157
P, Q, R adalah tiga buah bola billiard yang terletak di atas permukaan licin.
Bola Q dan R saling bersentuhan. Bola P disodok dan mengenai Q dan
tumbukan yang terjadi adalah lenting sempurna. Sesaat setelah tumbukan
akan diperoleh.…
A. P terpantul, Q berhenti, R bergerak D. P berhenti, Q terus bergerak
B. P terpantul, Q dan R bergerak E. P, Q, dan R terus bergerak
C. P dan Q berhenti, R bergerak
Tingkat keyakinan jawaban Anda….
1. Menebak 4. Yakin
2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin
3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin
Alasan dari jawaban Anda….
A. P menumbuk Q, P dan Q memiliki kecepatan, akibatnya Q menumbuk
R sehingga Q dan R diam
B. P menumbuk Q, P dan Q memiliki kecepatan, akibatnya Q menumbuk
R sehingga Q dan R bergerak
C. P menumbuk Q, P dan Q memiliki kecepatan, akibatnya Q menumbuk
R sehingga Q bergerak dan R diam
D. P menumbuk Q, P dan Q memiliki kecepatan, akibatnya Q menumbuk
R sehingga Q diam dan R bergerak
E. P menumbuk Q, P, dan Q memiliki kecepatan, akibatnya Q menumbuk
R sehingga Q dan R bergerak bersamaan
Tingkat keyakinan alasan jawaban Anda….
1. Menebak 4. Yakin
159
E. Nilai momentum suatu benda didapatkan dari hasil kali antara gaya
yang bekerja pada benda pada kecepatan benda dalam waktu tertentu
Tingkat keyakinan alasan jawaban Anda….
1. Menebak 4. Yakin
2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin
3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin
12. Massa sebuah benda 4 kg diberi gaya 20 N hingga benda yang semula diam
lalu bergerak dengan kecepatan 4 m/s. Besarnya momentum yang dimiliki
benda tersebut adalah….
A. 2 Ns D. 16 Ns
B. 4 Ns E. 32 Ns
C. 8 Ns
Tingkat keyakinan jawaban Anda ….
1. Menebak 4. Yakin
2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin
3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin
Alasan dari jawaban Anda ….
A. Besar momentum didapatkan dari hasil kali antara massa dengan
kecepatan benda
B. Besar momentum didapatkan dari hasil bagi antara massa dengan
kecepatan benda
C. Besar momentum didapatkan dari hasil kali antara massa dengan
percepatan benda
D. Besar momentum didapatkan dari hasil kali antara gaya dengan
perubahan waktu benda
E. Besar momentum didapatkan dari hasil bagi antara gaya dengan
perubahan waktu benda
Tingkat keyakinan alasan jawaban Anda….
161
1. Menebak 4. Yakin
2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin
3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin
13. Jika kecepatan gerak benda dibuat menjadi 4 kali kecepatan mula-mula,
maka momentum benda menjadi … momentum mula-mula.
A. 1 kali D. 8 kali
B. 2 kali E. 16 kali
C. 4 kali
Tingkat keyakinan jawaban Anda ….
1. Menebak 4. Yakin
2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin
3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin
Alasan dari jawaban Anda ….
A. Nilai momentum suatu benda berbanding lurus dengan kecepatan
benda tersebut
B. Nilai momentum suatu benda berbanding terbalik dengan kecepatan
benda tersebut
C. Nilai momentum suatu benda tidak dipengaruhi oleh nilai kecepatan
benda tersebut
D. Nilai momentum suatu benda berbanding lurus dengan kecepatan
benda setelah tumbukan
E. Nilai momentum suatu benda berbanding lurus dengan kecepatan
benda baik setelah ataupun sebelum tumbukan
Tingkat keyakinan alasan jawaban Anda ….
1. Menebak 4. Yakin
2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin
3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin
14. Sebuah batu bergerak dengan momentum sebesar p. Tiba-tiba, batu itu
162
Nama
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Siswa
1. R1 0100 0101 0000 0001 0100 1101 0000 0110 0101 0101 0000 0000 1111 0100 1010
2. R2 1111 0100 0100 0010 0111 0010 0010 1101 1111 0101 0101 0000 1101 1100 0111
3. R3 1111 0101 1010 1001 0100 1000 0001 0010 0101 0100 0110 0100 0101 0000 0100
4. R4 0101 0000 1010 1111 0000 1101 0000 0010 0001 0101 0110 0001 1001 0101 0000
5. R5 0100 1111 0111 1111 0010 1100 0101 1010 0111 0101 0000 0000 0100 0101 1000
6. R6 0101 1111 0111 1111 0010 1001 0100 0010 0001 0111 0011 0010 0000 0000 0000
7. R7 0111 0000 1000 1111 0010 0000 0101 0111 0101 0101 1111 1000 0000 0101 1101
8. R8 0111 0110 0111 1111 0001 1110 0101 0010 1100 0101 0000 0001 0101 0101 0111
9. R9 0101 1111 0010 1111 0010 1101 0010 0111 0000 0101 1111 1111 1111 0110 1101
10. R10 1110 1111 1111 1011 0010 1001 0000 0000 1101 0101 1111 1111 1010 0010 0000
11. R11 0101 0110 1100 1100 1001 0101 0000 0100 0110 0011 0100 0001 1101 0001 0001
164
Nama
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Siswa
12. R12 1111 0000 1111 0111 0101 0000 0101 1101 0101 0000 0100 1111 0111 0100 1100
13. R13 0101 0001 0011 1111 0010 1100 0101 1111 0111 0101 0011 1011 1011 0101 1111
14. R14 1110 0111 0000 0100 0111 0010 0101 1111 1111 0101 0101 0000 1101 1100 0111
15. R15 0100 0101 1101 1101 0111 0101 0101 0101 0101 0101 0111 0111 0101 0101 0111
16. R16 1111 1011 0111 1010 1010 1001 1010 1010 1010 0110 0111 1111 1110 0100 1000
17. R17 1111 1011 0111 1010 0000 1001 0000 0010 0000 0101 0111 1111 1111 0100 1000
18. R18 0100 0100 0000 1111 0100 0001 0000 0001 0101 1111 0011 0101 1110 0100 0110
19. R19 1111 0100 0000 0000 0100 0010 0010 0101 1111 0000 0000 1010 0101 0000 0111
20. R20 0100 0001 0111 1111 0010 1100 0101 1010 0111 0101 1111 1111 1011 0101 1111
21. R21 0100 0001 0101 1101 0010 1101 0100 0101 0110 0101 0101 0100 1111 0100 0110
22. R22 1111 0100 0100 1111 0100 0100 0101 0100 0100 1101 0111 1001 1111 0111 0000
23. R23 0100 1100 0110 1111 0010 1100 0101 1010 0111 0101 0101 0000 0001 0101 0100
165
Nama
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Siswa
24. R24 0111 0110 1100 1111 1001 1101 0000 0100 0111 0101 0111 0001 1101 0101 0001
25. R25 1111 1010 1111 0000 0000 1001 0000 1000 0000 0110 0111 1111 1110 0100 1000
26. R26 1111 1011 0111 1010 0000 1001 0000 0010 0000 0110 0111 1111 1111 0100 1000
27. R27 0110 0010 1010 1111 0000 0001 0001 0101 0100 0111 0111 0101 0110 0010 1001
28. R28 0111 1111 1111 1101 0111 1010 0101 1110 0101 0101 0111 1111 1101 0111 0000
29. R29 0101 0101 0010 1001 0110 1101 0000 0100 0000 0101 1111 1111 1111 0111 1000
30. R30 0101 1111 0010 1111 0010 1101 0010 0111 0000 0101 1111 1111 1111 0110 1101
31. R31 0101 1111 1111 1111 0111 1111 0000 0111 0000 0101 0111 1111 0110 0110 0101
32. R32 0100 0101 0101 0101 0101 0101 0101 0101 0101 0101 0101 0101 0101 0101 1111
33. R33 0100 0010 0000 1111 1000 0100 0100 0100 0100 0101 0110 0100 1110 0101 0010
166
Lampiran 9 Rekapitulasi Hasil Jawaban Siswa Berdasarkan Kategori Pemahaman
No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Siswa
1. R1 MKS M MKS MKS MKS SK(+) MKS MKS M M MKS MKS PK MKS MKS
2. R2 PK MKS MKS MKS SK(-) MKS MKS SK(+) PK M M MKS SK(+) MKS SK(-)
3. R3 PK SK(+) MKS MKS MKS MKS MKS MKS M MKS MKS MKS M MKS MKS
4. R4 M MKS MKS PK MKS SK(+) MKS MKS MKS SK(-) MKS MKS MKS M MKS
5. R5 MKS PK SK(-) PK MKS MKS M MKS SK(-) M MKS MKS MKS M MKS
6. R6 M PK SK(-) PK MKS MKS MKS MKS MKS SK(-) MKS MKS MKS MKS MKS
7. R7 SK(-) MKS MKS SK(-) MKS MKS M SK(-) M M PK MKS MKS M SK(+)
8. R8 SK(-) MKS SK(-) PK MKS MKS M MKS MKS M MKS MKS M M SK(-)
10. R10 MKS PK PK MKS MKS MKS MKS MKS SK(+) M PK PK MKS MKS MKS
11. R11 M MKS MKS MKS MKS M MKS MKS MKS MKS MKS MKS SK(+) MKS MKS
167
No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Siswa
12. R12 PK MKS PK SK(-) M MKS M SK(-) M MKS MKS PK SK(-) MKS MKS
13. R13 M MKS MKS PK MKS MKS M PK SK(-) M MKS MKS MKS M PK
14. R14 MKS SK(-) MKS MKS SK(-) MKS M PK PK M M MKS SK(+) MKS SK(-)
15. R15 MKS M SK(+) SK(+) SK(+) M M M M M SK(-) SK(-) SK(+) M SK(-)
16. R16 PK MKS SK(-) MKS MKS MKS MKS MKS MKS MKS SK(-) PK MKS MKS MKS
17. R17 PK MKS SK(-) MKS MKS MKS MKS MKS MKS M SK(-) PK PK MKS MKS
18. R18 MKS MKS MKS PK MKS MKS MKS MKS M PK MKS M MKS MKS MKS
19. R19 PK MKS MKS MKS MKS MKS MKS M PK MKS MKS MKS M MKS SK(-)
20. R20 MKS MKS SK(-) PK MKS MKS M MKS SK(-) M PK PK MKS M PK
21. R21 PK MKS MKS PK MKS MKS M MKS MKS SK(+) SK(-) MKS PK SK(-) MKS
22. R22 SK(-) MKS MKS PK MKS SK(+) MKS MKS SK(-) M SK(-) MKS SK(+) M MKS
23. R23 MKS MKS M SK(+) MKS SK(+) MKS M MKS M M MKS PK MKS MKS
168
No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Siswa
24. R24 MKS MKS MKS PK MKS MKS M MKS SK(-) M M MKS MKS M MKS
25. R25 PK MKS PK MKS MKS MKS MKS MKS MKS MKS SK(-) PK MKS MKS MKS
26. R26 PK MKS SK(-) MKS MKS MKS MKS MKS MKS MKS SK(-) PK PK MKS MKS
27. R27 MKS MKS MKS PK MKS MKS MKS M MKS SK(-) SK(-) M MKS MKS MKS
28. R28 SK(-) PK PK SK(+) SK(-) MKS M MKS M M SK(-) PK SK(+) SK(-) MKS
29. R29 M M MKS MKS MKS SK(+) MKS MKS MKS M PK PK PK SK(-) MKS
30. R30 MKS PK MKS PK MKS SK(+) MKS SK(-) MKS M PK PK PK MKS SK(+)
33. R33 MKS MKS MKS PK MKS MKS MKS MKS MKS M MKS MKS MKS M MKS
Keterangan:
169
MKS : Memahami Konsep Sebagian M : Miskonsepsi
SK(+) : Salah Konsep Positif
170
171
𝑆
𝑃= × 100%
𝐽𝑠
Keterangan:
Kategori
Memahami Salah Salah
Butir Paham Skor
Konsep Konsep Konsep Miskonsepsi
Soal Konsep Total
Sebagian Positif Negatif
f % f % f % f % f %
1.
9 27 13 39 0 0 4 12 7 21 33
2.
7 21 20 60 1 3 1 3 4 12 33
3.
5 15 18 54 1 3 7 21 2 6 33
4.
15 45 12 36 3 9 2 6 1 3 33
5.
0 0 26 79 1 3 4 12 2 6 33
172
Kategori
Memahami Salah Salah
Butir Paham Skor
Konsep Konsep Konsep Miskonsepsi
Soal Konsep Total
Sebagian Positif Negatif
f % f % f % f % f %
6.
1 3 22 67 7 21 0 0 3 9 33
7.
0 0 21 63 0 0 0 0 12 36 33
8.
2 6 20 60 1 3 5 15 5 15 33
9.
3 9 16 48 1 3 5 15 8 24 33
10.
1 3 7 21 1 3 3 9 21 64 33
11.
6 18 12 36 0 0 10 30 5 15 33
12.
12 36 17 51 0 0 1 3 3 9 33
13.
8 24 14 42 6 18 1 3 4 12 33
14.
0 0 19 57 0 0 3 9 11 33 33
15.
3 9 21 63 3 9 5 15 1 3 33
173
Keterangan:
𝑓 = jumlah keseluruhan siswa yang termasuk ke dalam kategori pemahaman
𝑁 = nilai maksimum, yaitu frekuensi seluruh siswa dikali dengan banyaknya soal,
maka 𝑁𝑡 = 33 × 15 = 495.
Kategori
Memahami Salah
Jumlah Paham Salah
Konsep Konsep Miskonsepsi
Soal Konsep KonsepNegatif
Sebagian Positif
f % f % f % F % f %