Penelitian Eksperimen
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh :
MUTIAH HANIFAH
NIM : 1112016300001
i
ii
iii
ABSTRAK
iv
ABSTRACT
This research aims to determine the effect of Drill learning Methods or exercise
on the students result of physics senior high school in light wave concept. This
research was conducted in SMA Negeri 4 Tambun Selatan of the class XII IPA 3
is experimental class and a class XII IPA 1 is the control class. The study took at
20 septembe 2017 until 27 septembe 2017. The method used is quasi-experiment
method with nonequivalent control group design and placement sample is based
on purposive sampling technique. Instrument used is objective test in multiple
choice test about 24 grain and nontest instrument which is observation sheet and
questionnsire. The data result of nontest instrument was analyzed with
qualitatively. Based on analysis of test data obtained student result in light wave.
It is based on hypothesis test result with t test at 5% ( =0,05) significance level to
posttest data. The result istcount= 8,3 and ttable= 1,96 ,it was concluded there are
significant drill learning method or exercise on the student result in light wave
concept.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah menciptakan
semesta dengan segala kesempurnaan. Shalawat serta salam semoga senantiasa
tercurah untuk Baginda Rasulullah Muhammad SAW, kepada keluarganya, para
sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa berada dalam lindungan Allah
SWT. Atas ridho-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Metode Pembelajaran Drill atau Latihan Soal terhadap
Hasil Belajar Fisika Siswa pada Konsep Gelombang Cahaya”.
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Bapak Dwi Nanto, Ph.D., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. sekaligus dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, arahan, dan
bimbingan kepada penulis selama menyusun skripsi ini.
4. Ibu Ai Nurlela, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan saran dan arahan kepada penulis selama proses perkuliahan.
5. Ibu Diah Mulhayatiah, M.Pd, selaku dosen pembimbing terbaik yang Allah
berikan kepada penulis, yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran
demi terselesaikannya skripsi ini.
6. Seluruh staf, dan karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan ilmu
pengetahuan, pemahaman, dan pelayanan selama proses perkuliahan.
7. Ibu Dra.Hj.N Maryunah Hidayat, M.Si, selaku Kepala SMA Negeri 4
Tambun Selatan yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.
vi
8. Bapak Fajrun Najah, S.Pd, selaku guru mata pelajaran fisika kelas XII SMA
Negeri 4 Tambun Selatan yang telah membmbing penulis selama penelitian
berlangsung.
9. Dewan guru, staff, karyawan, dan siswa-siswi SMA Negeri 4 Tambun
Selatan yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama penelitian.
10. Keluarga tercinta Ayahanda (Abi) Sardini, Ibunda (Umi) Nanik Supriningsih,
dan Adik Sabila Rahma dan Muhammad Syaiful Azzam, serta semua
keluarga yang selalu mendoakan dan mendorong penulis untuk tetap
semangat dalam mengejar dan meraih cita-cita. Skripsi ini saya
persembahkan untuk Abi dan Umi.
11. Iin Sanita, Binti Soleha, Choerun Nisa, Fitri Cahya Ningrum dan Annisa
Rizkiana, sebagai sahabat yang selalu ada disaat suka maupun duka dan juga
memberikan motivasi ketika berada pada satu titik terbawah.
12. Teman-teman seperjuangan Fisika angkatan 2012, yang telah memberikan
kekuatan, inspirasi dan motivasi.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis secara terbuka menerima setiap kritik dan saran yang bersifat
membangun. Walaupun demikian, penulis tetap berharap skripsi ini dapat berguna
khususnya bagi pembaca dan umumnya nagi penyeleggara khasanah keilmuan di
lingkungan pendidikan.
Mutiah Hanifah
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
viii
c. Macam-macam Metode Pembelajaran Drill ........................................... 10
d. Syarat-Syarat Penggunaan Metode (Drill) ............................................. 11
e. Hal yang Harus Diperhatikan.................................................................. 11
f. Langkah-Langkah Penggunaan Metode Drill ........................................ 12
g. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Metode Drill ..........................13
4. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar .......................................................... 15
a. Pengertian Belajar ................................................................................... 15
b. Pengertian Hasil Belajar ......................................................................... 18
5. Hakikat Materi ........................................................................................ 19
a. Kefisikaan ............................................................................................... 19
b. Peta Konsep Gelombang Cahaya............................................................ 21
c. Hakikat Gelombang Cahaya ................................................................... 22
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ....................................................... 42
C. Kerangka Berpikir .................................................................................. 44
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................... 45
ix
10. Kalibrasi Instrumen Penelitian ............................................................. 53
a. Uji Validitas ............................................................................................ 53
b. Uji Reliabilitas ........................................................................................ 55
c. Uji Taraf Kesukaran ............................................................................... 56
d. Daya Pembeda ........................................................................................ 57
K. Teknik Analisis Data .............................................................................. 58
1. Analisis Data Tes .................................................................................... 58
a. Uji Prasyarat Analisis ............................................................................. 59
1). Uji Normalitas ....................................................................................... 59
2). Uji Homogenitas.................................................................................... 61
b. Uji Hipotesis ........................................................................................... 61
A. Kesimpulan ............................................................................................ 84
B. Saran....................................................................................................... 84
x
LAMPIRAN ......................................................................................................... 88
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
Gambar 4.3 Diagram Hasil Belajar Siswa Pretest & Posttest Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen pada Rerata Tiap 71
Indikator Penyampaian …………………………………...
Gambar 4.4 Diagram Hasil Belajar Siswa Pretest & Posttest Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen pada Tiap Sub Konsep …. 74
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
xv
Perhitungan Uji Homogenitas Hasil Posttest................................... ...................221
xvi
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas pendidikan di negara Indonesia masih sangat rendah. Informasi
didapatkan dari pendataan PISA (Programme for International Student
Assesment) yang dilakukan pada tahun terakhir 2015 menunjukkan bahwa
kemampuan rata-rata siswa Indonesia pada domain sains berada pada peringkat 61
dari 70 negara. Perolehan skor pada doamin skor sains adalah 403 dari skor
tertinggi 493.1Fisika adalah studi mengenai dunia anorganik, fisik, sebagai lawan
dari dunia organik seperti biologi, fisiologi, dan lain-lain.2Fisika merupakan
pembelajaran yang kompleks salah satunya yaitu pada konsep gelombang cahaya.
Kekompleksan pada gelombang cahaya diantaranya yaitu membahas berbagai
fenomena gelombang cahaya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu fenomena
polarisasi cahaya, interferensi, difraksi ataupun dispersi cahaya. Materi ini tidak
terlalu mudah di pahami oleh siswa, sebab memiliki tingkat kesulitan relatif
tinggi, dapat dilihat dari standar kompetensi yang menuntut siswa untuk
menyelidiki maupun menganalisis. Materi ini juga terdapat banyak perumusan
matematis yang mengharuskan siswa untuk membiasakan latihan soal menghitung
beberapa besaran fisis yang terdapat dalam gelombang cahaya.
Sebagian besar siswa SMA di Tambun Selatan tidak tuntas KKM fisika.3
Terdapat sekitar 55% siswa di SMA Negeri 2 Tambun Selatan yang memperoleh
nilai hasil belajar di bawah KKM yang telah ditetapkan yaitu sebesar 78.
Setidaknya ada 62% siswa di SMA Negeri 3 Tambun yang nilai rata-rata hasil
belajarnya masih di bawah KKM yang seharusnya yaitu 78. Sedangkan lebih dari
65% siswa di SMA Negeri 4 Tambun Selatan hanya memporelah nilai rata-rata
fisika sebesar 72. Nilai tersebut masih dibawah KKM yang seharusnya yaitu
1
OECD, PISA 2015 Result in Focus, (OECD: Better Policies for Better Lives, 2016), h. 5
2
Normayunita Muhe, Pengaruh Penerapan Model Kooperatif Tipe Drill terhadap Hasil
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fisika, (Gorontalo: FMIPA UNG, 2014), h. 1
3
Wawancara dengan guru mata pelajaran Fisika di SMAN 2 Tambun Selatan, SMAN 3
Tambun Selatan, SMAN 4 Tambun Selatan, tanggal 10 September 2016, pukul 10.00 WIB
1
2
sebesar 78.4 Dari ke tiga sekolah tersebut, ternyata siswa di SMA Negeri 4
Tambun Selatan memperoleh nilai hasil belajar yang lebih rendah. Atas
pertimbangan tersebut, maka peneliti memutuskan untuk melakukan studi
pendahuluan di SMA Negeri 4 Tambun Selatan.
Siswa sulit memahami, mengingat dan menghafal rumus fisika.5 Ketika
siswa dihadapkan dengan model latihan yang berbeda, siswa cenderung kesulitan
mengerjakannya. Selain itu, pengetahuan dan penguasaan siswa masih terbatas.
Terlihat dari hasil belajar fisika yang diperoleh oleh siswa kelas XII IPA SMA
Negeri 4 Tambun Selatan mata padatahun tahun 2015 masih rendah. Setidaknya
ada sekitar 60% siswa kelas XII pada tahun 2015 umumnya harus remedial
dikarenakan mendapat nilai ulangan gelombang cahaya masih belum tuntas.
Padahal guru telah berupaya untuk menggunakan metode yang bervariasi, antara
lain: metode ceramah, diskusi, tanya jawab, dan penugasan.6
Siswa menganggap fisika adalah pelajaran yang cukup sulit. Pada pelajaran
fisika siswa harus tahu teori dan paham betul rumus-rumus yang telah diberikan
oleh guru, kalu tidak hafal pastinya siswa tidak akan bisa mengerjakan soal dalam
bentuk apapun.Hal ini sejalan dengan hasil obsevasiterhadap siswakelas X dan
kelas XI yang mengaku bahwa siswa tidak suka belajar fisika karena begitu
banyak rumus yang harus dipahami, diingat dan dihafalkan. Sekalipun siswa
sudah hafal rumus adakalanya tidak dapat mengerjakan soal karena tidak tahu cara
menggunakannya. Beda model soal maka beda lagi pemakaian rumusnya.
Menghafal rumus juga belum menjamin siswa untuk dapat menjawab soal-soal
fisika tanpa memahami konsepnya. Akan tetapi menurut mereka, metode
pembelajaran yang biasa diterapkan belum mampu membantu siswa untuk
mengkokohkan daya ingatannya, belum membantu siswa memperoleh kecakapan
motoris, kecakapan mental, ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan sesuatu
4
Wawancara dengan guru fisika (Fajrun Najah, S.Pd) tanggal 15 September 2016, pukul:
10.00 WIB di SMAN 4 Tambun Selatan
5
Ibid.,
6
Ibid.,
3
7
Observasi di SMA Negeri 4 Tambun Selatan, tanggal 15 September 2016, pukul: 10.30
WIB
8
www.kemdikbud.go.id diakses pada tanggal 24 Juli 2017, pukul 22.00 WIB
9
www.radarcirebon.com diakses pada tanggal 24 Juli 2017, pukul 22.10 WIB
10
Risnawati, dkk, Pengaruh Metode Drill dan Kelengkapan Sumber Belajar terhadap
Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS SMAN 1 Arjasa Tahun Pelajaran 2012/2013,
(Jember: Artikel Hasil Penelitian Mahasiswa UNEJ, 2014), h. 2
11
Wiwit Safitri, Pengaruh Metode Drill terhadap Prestasi Belajar Al qur’an HADITS pada
Siswa MI Ma’arif NU 1 Kalitapen Kec. Purwojati Kab. Banyumas, (Purwokerto:STAIN, 2011), h.
2
4
12
Mochamad Feby Sumantri, Pengaruh Metode Pembelajaran Thinking Aloud Pair
Problem Solving (TAPPS) terhadap Kemampuan Penalaran Adaptif Matematis Siswa pada
Konsep Hukum Newton, (Jakarta: UIN Jakarta, 2017), h. 3
13
Ramlah, “Pengaruh Kemampuan Mengingat terhadap Hasil Belajar IPA Peserta Didik
Kelas VII MTs AN NUR Makassar” (Makassar: UIN Alauddin Makassar, 2015), h. viii
14
www.edutafsi.com diakses pada tanggal 24 Juli 2017, pukul 22.00 WIB
15
Izzak Hendrik Wenno, dkk, “Comparative Study between Drill Skill and Concept
Attainment Model towards Physics Learning Achievement”. International Journal of Evaluation
and Research in Education (IJERE), Vol.5, No.3, 2016, h. 211
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Hasil belajar fisika siswa masih rendah, nilai rata-rata fisika siswa yaitu
sebesar 72 masih belum mencapai nilai KKM yang diharapkan yaitu 78.
2. Terdapat penurunannilai UN SMA sebesar 6,9 poin
3. Siswa sulit memahami,mengingat dan menghafal rumus-rumus fisika
4. Siswa sulit menerapkan rumus ketika dihadapkan dengan model soal yang
berbeda
5. Siswa sulit menguatkan daya ingatnya
6. Kedisiplinan siswa dalam tanggung jawab mengerjakan soal fisika masih
rendah
7. Terdapat materi fisika yang cakupannya luas dengan banyak rumus
matematis, akan tetapi metode yang diterapkan belum mampu mewadahi
siswa untuk lebih mudah mengerjakan berbagai macam soal.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, agar penelitian ini lebih terarah dan
terfokus, maka perlu dibatasi masalah sebagai berikut:
Ranah kognitif yang dirujuk pada taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh
Anderson Krathwohl pada tingkatan mengingat (C1), memahami (C2),
menerapkan (C3), dan menganalisis (C4).
D. RumusanMasalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah
diuraikan di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: Apakah
terdapat pengaruh metode pembelajaran Drill atau latihan soal terhadap hasil
belajar siswa pada konsep Gelombang Cahaya.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka kegiatan penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran Drill atau latihan
soal terhadap hasil belajar siswa pada konsep Gelombang Cahaya.
6
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan bagi beberapa pihak adalah sebagai
berikut:
1. Secara Teoritis
a. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan
memberikan pengalaman dalam melakukan penelitian dan menambah
wawasan mengenai cara meningkatkan kualitas pembelajaran dikelas
khususnya setelah diberi perlakuan dari penerapan metode pembelajaran
Drill.
b. Pihak sekolah, sebagai sarana untuk mengevaluasi efektivitas pelaksanaan
program pendidikan dan pengajaran pada siswa dalam mata pelajaran
Fisika dan sebagai informasi dalam menerapkan metode pembelajaran
yang bervariasi, yang tepat dan sesuai dengan kemampuan siswa dan
situasi serta keadaan lingkungan.
2. Manfaat Secara Praktis
a. Bagi guru,dapat memberikan alternatif dan informasi kepada guru tentang
metode Drill yang dapat diterapkan guna meningkatkan hasil belajar
siswa kelas XII dan meningkatkan kualitas pembelajaran fisika khusunya
pada materi gelombang cahaya.
b. Bagi siswa, penerapan metode pembelajaran Drill ini diharapkan dapat
membantu siswa dalam mempelajari fisika khususnya pada konsep
gelombang cahaya agar lebih mudah mengingat, memahami, menerapkan,
menganalisis dan mengevaluasi. Sehingga hasil belajar siswa meningkat.
c. Bagi akademisi, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau
bahan kajian dalam menambah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan,
sehingga dapat mengembangkan penerapan metode pembelajaran yang
dilakukan di dalam kelas.
d. Bagi pembaca dan peneliti lain, dapat dijadikan referensi dalam
mengembangkan pengetahuan tentang penggunaan metode pembelajaran
drill sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fisika.
BAB II
KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN
HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Hakikat Metode Pembelajaran
a. Pengertian Metode Pembelajaran
Secara etimologis istilah metode berasal dari bahasa Yunani yaitu metodos.
Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu “metha” yang berarti melewati dan
“hodos” yang berarti jalan atau cara.16 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud.17
Menurut Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo metode pembelajaran adalah suatu
pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang di pergunakan oleh seorang guru
atau intsruktur.18
Metode mengajar adalah cara guru memberikan pelajaran dan cara siswa
menerima pelajaran pada waktu pelajaran berlangsung, baik dalam bentuk
memberitahukan atau membangkitkan.19 Metode pembelajaran yang tepat
diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa,dengan kata lain terciptalah
interaksi pembelajaran yang baik antara guru dengan siswa. Dalam interaksi ini
guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan
sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan dengan
baik jika siswa lebih aktif dibandingkan dengan gurunya. Oleh karena itu metode
mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar
siswa dan sesuai dengan materi pembelajaran. Berdasarkan uraian definisi metode
mengajar, dapat disimpulkan bahwa metode mengajaradalah suatu cara mengajar
16
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h.61
17
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed.II, Cet.IV,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1995) h.652
18
Abu Ahmadi & Joko Tri Prasetyo, Strategi Belajar Mengajar Untuk Tarbiyah Komponen
MKDK (Bandung: Pustaka Setia, 2005), h.52
19
Abu Ahmad, Metode Khusus Pendidikan Agama (Bandung: CV.Amrico, 1986), h. 152.
7
8
20
Ibid., h. 152
21
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 1995), h.86
22
Roesdiah NK, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:Rineka cipta,2001), h. 125
23
Zuhairini, Slamet AS, dan Abudi Ghofur, Metodik Khusus Pendidikan Agama Cet.V,
(Surabaya: Usaha Nasional, 2001),h. 106
24
Shalahuddin, dkk, Interaksi dalam Proses Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004),
h.100
9
25
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 1991), h.
86
26
Winarno Surakhmad, Pengantar Interaksi Belajar Mengajar, (Bandung: Tarsito, 1994),
h. 76
27
Roestiyah N.K., Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h. 125
10
28
Ibid., h. 125
29
Arief Armei, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Intermasa,
2002), h.175
30
Pasaribu dan Simandjuntak, Didaktikdan Metodik (Bandung: Tarsito, 1986), h. 112.
11
31
Muhaimin Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam (Bandung: Trigenda Karya, 1993),
h. 226-228.
32
Winarno Surakhmad, Pengantar Interaksi Belajar Mengajar, (Bandung: Tarsito, 1994),
h. 92.
12
Guru perlu memperhatikan nilai dari latihan itu sendiri serta kaitannya
dengan keseluruhan pembelajaran di sekolah. Dalam persiapan sebelummemasuki
latihan, guru harus memberikan pengertian dan perumusan tujuanyang jelas
kepada siswa, sehingga mereka mengetahui tujuan latihan yang akanditerimanya.
Persiapan yang baik sebelum latihan dapat memotivasi siswa agarmenjadi aktif
dalam melaksanakan pembelajaran.
f. Langkah-langkah Penggunaan Metode Drill
Untuk kesuksesan pelaksanaan metode latihan ini, perlu instruktur atau guru
memperhatikan langkah-langkah atau prosedur yang disusun demikian:33
1) Gunakanlah latihan ini hanya untuk pelajaran atau tindakan yang dilakukan
secara otomatis, ialah yang dilakukan siswa tanpa menggunakan pemikiran
dan pertimbangan yang mendalam. Tetapi dapat dilakukan dengan cepat
seperti gerak refleks saja, seperti: menghafal, menghitung, lari dan
sebagainya.
2) Guru harus memilih latihan yang mempunyai arti luas ialah yang dapat
menanamkan pengertian pemahaman akan makna dan tujuan latihan sebelum
mereka melakukan. Latihan ini juga mampu menyadarkan siswa akan
kegunaan bagi kehidupannya saat sekarang ataupun di masa yang akan
datang. Juga dengan latihan itu siswa merasa perlunya untuk melengkapi
pelajaran yang diterimanya.
3) Di dalam latihan pendahuluan, instruktur harus lebih menekankan pada
diagnosa, karena latihan permulaan itu kita belum bisa mengharapkan siswa
dapat menghasilkan keterampilan yang sempurna. Pada latihan berikutnya
guru perlu meneliti kesukaran atau hambatan yang timbul dan dialami siswa,
sehingga dapat memilih atau menentukan latihan mana yang perlu diperbaiki.
Kemudian instruktur menunjukkan kepada siswa respon tau tanggapan yang
telah benar; dan memperbaiki respon-respon yang salah. Kalau perlu guru
mengadakan variasi latihan dengan mengubah situasi dan kondisi latihan,
sehingga timbul respon yang berbeda untuk peningkatan dan penyempurnaan
kecakapan atau ketrampilannya.
33
Roestiyah N.K., Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 202), h. 127-129
13
34
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1996), h. 108-109.
14
35
Ibid., h. 108-109.
36
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006 ), h. 59.
16
direncanakan ataupun tidak. Hal lain yang juga selalu terkait dalam belajar adalah
pengalaman, pengalaman yang berbentuk interaksi dengan orang lain atau
lingkungannya.37
Dalam dunia pendidikan kegiatan belajar merupakan proses yang paling
penting, karena tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan tergantung pada
bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Berikut adalah definisi yang
dikemukakan oleh para ahli tentang belajar di antaranya adalah :
1) Gagne menyatakan bahwa belajar adalah perubahan disposisi atau
kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi
tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara
alamiah
2) Travers menyatakan bahwa belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian
tingkah laku
3) Cronbach menyatakan bahwa Learning is shown by a change in behaviour as
a result of experience. (Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari
pengalaman).
4) Harold Spears menyatakan bahwa Learningis to observe, to read, to imitate,
to try something themselves, to listen, to follow direction. (Dengan kata lain,
bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu,
mendengar dan mengikuti arah tertentu).
5) Geoch menyatakan bahwa Learning is change in performance as a result
ofpractice.(Belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan).
6) Morgan menyatakan bahwa Learningis any relatively permanent change in
behaviour that is a result of fast experience. (Belajar adalah perubahan
perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman).38
Menurut Gagne sebagaimana dikutip Nana Sudjana, belajar dapat dilihat
dari segi proses dan segi hasil. Dari segi proses ada delapan tipe perbuatan belajar,
yakni :
37
Nana Syaodih Sukmadinata,Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2004)., h. 155.
38
Agus Suprijono, Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010), h. 2.
17
1) Belajar signal, bentuk belajar ini paling sederhana yaitu memberikan reaksi
terhadap rangsangan
2) Belajar mereaksi perangsang melalui penguatan, yaitu belajar memberikan
reaksi yang berulang-ulang manakala terjadi reinforcement atau penguatan
3) Belajar membentuk rangkaian, yaitu belajar menghubung-hubungkan gejala
atau faktor yang satu dengan yang lain, sehingga menjadi satu kesatuan
(rangkaian) yang berarti.
4) Belajar asosiasi verbal, yaitu memberikan reaksi dalam bentuk katakata,
bahasa, terhadap perangsang yang diterimanya.
5) Belajar membedakan hal yang majemuk, yaitu memberikan reaksi yang
berbeda terhadap perangsang yang diterimanya.
6) Belajar konsep yaitu menempatkan objek menjadi satu klasifikasi tertentu.
7) Belajar kaidah atau belajar prinsip, yaitu menghubung-hubungkan beberapa
konsep.
8) Belajar memecahkan masalah, yaitu menggabungkan beberapa kaidah atau
prinsip.39
Kedelapan tipe di atas disusun mulai dari yang sederhana hingga kompleks.
Dengan kata lain mempunyai hubungan hirarki. Belajar ditinjau dari proses,
seperti dikemukakan di atas memberi petunjuk bagaimana perbuatan belajar itu
dilakukan, atau bagaimana terjadinya perbuatan belajar.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa belasjar adalah perubahan tingkah laku
yang disebabkan adanya interaksi dengan lingkungan. Lingkungan yang dimaksud
amat luas, bukan semata-mata berupa buku pelajaran, melainkan juga dari
sekolah, antar individu, orang tua, masyarakat, alam, kebudayaan, dan sebagainya.
Seseorang dikatakan telah menjadi tahu, dari tidak berkompeten dan tidak
berkapabilitas menjadi berkompeten dan berkapabilitas, dan dari cara sikapnya
memandang suatu masalah yang berbeda yang mengalami peningkatan kualitas
dari cara sebelum dia belajar.
39
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Sinar Baru Algesindo,
2008), h. 46-47.
18
40
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2009), Cet ke-14, h.22.
41
Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, Kerangka Landasan untuk Pembelajaran,
Pengajaran dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom, Terj. Agung Prihantoro,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h.99.
42
Ibid., h. 100.
43
Ibid., h. 43.
44
Ibid., h. 106.
19
4. Hakikat Materi
a. Kefisikaan
Fisika merupakan salah satu bagian dari kelompok Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) disamping biologi dan kimia. Dewasa ini peranan ilmu fisika sudah
semakin meluas. Perannya tidak terbatas hanya dalam lingkup bidang IPA dan
rekayasa (keteknikan) saja tetapi sudah merambah wilayah ilmu sosial. Dalam
bidang ekonomi misalnya kiyta mengenal disiplin ilmu baru yang disebut
ekonofisika.
Dalam bidang IPA dan rekayasa, peranan fisika sangat dibutuhkan misalnya
dalam kelompok IPA bidang biologi dikenal biofisika, dalam bidang kimia
45
Ibid., h.116.
46
Ibid.,h. 43.
47
Ibid., h. 120.
48
Ibid., h. 125.
49
Ibid., h. 128.
50
Ibid., h. 130.
20
dikenal kimia fisik, dan dalam bidang matematika ada fisika matematika. Dalam
bidang kesehatan dikenal juga disiplin ilmu yang disebut fisika kedokterandan
fisika farmasi.Begitu juga dalam dunia teknologi dasar pengembangan industri,
peranan fisika sebagai ilmu dasar sangat diperlukan.51
Apa itu fisika?Kata fisika berasal dari istilah Yunani yang berarti alam; dan
oleh karena itu fisika seyogyanya merupakan suatu ilmu yang ditujukan untuk
mempelajari semua gejala alam.Memang sampai awal abad kesembilan belas,
fisika diartikan dalam makna yang luas ini dan disebut “filsafat alamiah”.
Meskipun demikian, selama abad kesembilan belas sampai baru-baru ini, fisika
dibatasi pada studi sekelompok fenomena yang lebih terbatas, yang ditandai
dengan namagejala fisika dan terdefinisi secara longgar sebagai proses dalam
mana sifat alamiah zat yang berpartisipasi tidak berubah. Definisi fisika yang agak
kabur ini setahap demi setahap tersingkir, kembali ke konsep sebelumnya yang
lebih luas dan mendasar.Sesuai dengan ini dapat kita katakan, bahwa fisika adalah
suatu ilmu yang tujuannya mempelajari komponen materi dan saling antar -
aksinya.Dengan menggunakan pengertian antaraksinya ini ilmuwan
menerangkan sifat materi dalam benda, sebagaimana gejala alam lain yang kita
amati.52
51
Sutrisno dan Sitti Ahmiarti, Fisika Dasar I Mekanika, Fluida dan Gelombang, (Jakarta:
UIN Jakarta Press,2007), h. v.
52
Marcelo Alonso dan Edward J.Finn., Dasar – Dasar Fisika Universitas Edisi Kedua Jilid
1 Mekanika dan Termodinamika, (Jakarta: Erlangga, 1980), h. 2.
21
53
Sutrisno dan Sitti Ahmiarti, Fisika Dasar I Mekanika, Fluida dan Gelombang, (Jakarta:
UIN Jakarta Press,2007),h. 271.
22
54
Supriyanto, FISIKA untuk SMA Kelas XII, (Jakarta: PT Phibeta Aneka Gama, 2007), h. 2
55
Peter Soedojo, Fisika Dasar, (Yogyakarta : ANDI, 2004), h. 94
56
Supriyanto, FISIKA untuk SMA Kelas XII, (Jakarta : PT Phibeta Aneka Gama, 2007), h.
19
57
Ganijanti Aby Sarojo, Gelombang dan Optika, (Jakarta: Salemba Teknika, 2011), h. 77
23
58
Ibid., h.78
24
penggunaan praktis yang secara historis berasal dari berbagai macam metode
deteksi. Biasanya dalam mendeskripsikan energi spektrum elektromagnetik
dinyatakan dalam elektronvolt untuk foton berenergi tinggi (di atas 100 eV),
dalam panjang gelombang untuk energi menengah, dan dalam frekuensi untuk
energi rendah (λ ≥ 0,5 mm). Istilah "spektrum optik" juga masih digunakan secara
luas dalam merujuk spektrum elektromagnetik, walaupun sebenarnya hanya
mencakup sebagian rentang panjang gelombang saja (320 - 700 nm).
Sumber: https://id.wikipedia.org
Sumber: http://fisikastudycenter.com
2) Polarisasi Cahaya
Polarisasi adalah peristiwa terserapnya sebagian arah getar gelombang
sehingga hanya tinggal memiliki satu arah saja. Polarisasi hanya terjadi pada
gelombang transversal saja dan tidak terjadi pada gelombang longitudinal.
Fenomena polarisasi pada gelombang cahaya ditemukan oleh Erasmus
Bartholinus (1625-1698) pada tahun 1669. Pada eksperimen yang ia lakukan saat
itu, ditemukan bahwa sebuah kristal dapat mengurai suatu cahaya menjadi dua
cahaya. Satu dari cahaya ini masih dapat diuraikan lagi jika cahaya ini
menghantam kristal kedua, tetapi pada orientasi tertentu dari kristal kedua.
Fenomena ini dikenal dengan pembiasan ganda. Dari fenomena inilah akhirnya
cahaya dipertimbangkan sebagai gelombang transversal bukan gelombang
longitudinal.
Dalam fenomena polarisasi cahaya, cahaya alami yang getarannya ke segala
arah tetapi tegak lurus terhadap arah merambatnya (gelombang transversal) ketika
melewati filter polarisasi, getaran horizontal diserap sedang getaran vertikal
diserap sebagian (lihat Gambar 2.3). Cahaya alami yang getarannya ke segala arah
di sebut cahaya tak terpolarisasi, sedang cahaya yang melewati polaroid hanya
memiliki getaran pada satu arah saja, yaitu arah vertikal, disebut cahaya
terpolarisasi linear.
Sumber: http://fisikon.com
59
Supriyanto, FISIKA untuk SMA Kelas XII, (Jakarta : PT Phibeta Aneka Gama, 2007), h.
24.
60
Ganijanti Aby Sarojo, Gelombang dan Optika, (Jakarta: Salemba Teknika, 2011), h. 80.
27
jatuh dan tegak lurus bidang jatuh dengan notasi E// dan E┴ .Bidang jatuh adalah
bidang tempat sinar datang, sinar pantul, sinar bias, dan garis normal berada.
Selanjutnya, pada Gambar 2.4 ditunjukkan susunan dua keping Polaroid.
Keping Polaroid yang pertama disebut polarisator, sedangkan keping polaroid
yang kedua disebut analisator.
Sumber: http://fisikon.com
Gambar 2.4 (a) Polarisastor dan analisator dipasang sejajar, (b) Polarisastor
dan analisator dipasang bersilangan
3) Difraksi Cahaya
Gambar 2.5. cahaya tidak didifraksi (tidak dibelokkan) oleh celah lebar
Cahaya masuk melalui celah yang cukup lebar akan membentuk bayangan
geometris pada layar. Bagian yang terang persis sama lebar dengan lebar celah. Di
luar bagian yang terang adalah bayangan geometris. Sekarang bila celah
dipersempit, maka bagian yang terang pada layar akan melebar ke daerah
bayangan geometrisnya. Efek difraksi ini kecil dan harus diperhatikan dengan
sangat teliti, juga karena sumber-sumber cahaya mempunyai daerah yang luas,
maka terjadi pola difraksidari titik-titik yang lain. Selain itu, sumber-sumber yang
biasa tidak bersifat monokromatik, sehingga pola dari berbagai panjang
gelombang akan berimpitan.
Difraksi pertama kali ditemukan oleh Francesco M. Grimaldi (1618-1663)
dan gejala lain juga diketahui oleh Huygens (1620-1695) dan Newton (1642-
1727). Akan tetapi, Newton tidak melihat adanya kebenaran tentang teori
gelombang di sini, sedangkan Huygens yang percaya pada teori gelombang tidak
29
percaya pada difraksi. Oleh karena itu, dia tetep menyatakan bahwa cahaya
berjalan lurus. Fresnel (1788-1827) secara tepat menggunakan teori Huygens,
yang disebut prinsip Huygens – Fresnel untuk menerangkan difraksi.61
Menurut Huygens, tiap bagian celah berfungsi sebagai sumber gelombang
sehingga cahaya dari satu bagian celah dapat berinterferensi dengan cahaya dari
bagian celah lainnya.Interferensi minimum yang menghasilkan garis gelap pada
layar akan terjadi,jika gelombang 1 dan 3 atau 2 dan 4 berbeda fase ½, atau
lintasannya sebesar setengah panjang gelombang.
Sumber: http://fisikon.com
d sin θ = λ
Jika celah tunggal itu dibagi menjadi empat bagian, pola interferensi
minimumnya menjadi:
ΔS = (d sin θ)/4
ΔS = ½ λ
d sin θ = 2 λ.
61
Ibid, h. 216
30
d sin θ = mλ
dengan:
d = lebar celah
m = 1, 2, 3, . . .
a) Macam-Macam Difraksi
(1) Difraksi Fraunhofer
Apabila letak sumber cahaya dan layar jauh sekali dari celah, artinya: berkas
yang memasuki celah harus sejajar dan yang keluar dari celah harus sejajar untuk
bermacam-macam arah belokan. Celah sempit adalah celah yang memiliki lebar
jauh lebih kecil dari panjang dan lebar celah juga sangat lebih kecil dari pada
jarak celah ke layar.62
Difraksi Fraunhofer disebut juga dengan difraksi celah tunggal. Dalam
gambar ini dianggap bahwa sinar-sinar sejajar atau muka gelombang bidang dari
cahaya jatuh pada sebuah celah sangat sempit dan menyinari sebuah layar yang
letaknya jauh dari celah. Cahaya akan melentur disekitaran pinggiran celah dan
menerangi daerah-daerah pada layar yang tidak langsung berhadapan dengan
celah. Pita difraksi pada layar mengandung suatu pusat terang, disertai sederetan
pita yang lebih redup yang sejajar terhadap celah itu sendiri.
62
Ibid., h. 216
31
Pada gambar 2.7juga tampak bahwa pita terang pusat lebih lebr daripada
lebar celah. Pita terang lainnya makin sempit ketika makin jauh dari terang pusat,
tetapi lebar pita gelap hampir tetap. Karena itulah pada kasus difraksi satu celah
hanya diberikan persamaan untuk menentukan letak pita gelap dari titik tengah
terang pusat. Kita juga dapat menentukan letak pita gelap dari titik tengah terang
pusat. Kita juga dapat menetukan lebar pita terang pusat sebagai , dimana
adalah jarak pita gelap ke-1 dari terang pusat (lihat gambar 2.8.)
dengan cahaya dari bagian lainnya dan intensitas resultannya pada layar
bergantung pada arah.
(2) Difraksi Fresnel
Apabila jarak sumber ke celah dan celah ke layar dekat, berkas sinar tidak
perlu sejajar; celah lebar; tidak sempit.Celah adalah lubang yang berbentuk empat
persegi panjang yang memiliki lebar kecil sekali nila dibandingkan dengan
panjangnya.63
b) Difraksi Fraunhofer oleh Celah Tunggal (Slit)
Sebuah celah tunggal disinari akan menghasilkan pola difraksi pada layar
yang diletakkan di belakangnya. Bentuk pola akan sama dengan celahnya (segi
empat panjang), yaitu daerah-daerah terang dan gelap berbentuk segi empat
panjang. Pola ini disebut pita-pita atau rumbai (fringe = frinji), berupa pita terang
dan pita gelap.
Pola difraksi yang terjadi dapat diterangkan karena gelombang sekunder
yang keluar dari celah yang dipancarkan oleh setiap titik pada celah yang
merupakan muka gelombang yang melalui celah berinterferensi. Oleh karena tiap
titik memancarkan gelombang ke segala arah, maka dari titik-titik tersebut ada
berkas cahaya yang sejajar yang arahnya berlainan. Untuk menyatukan berkas
sejajar dari setiap arah ini, maka tepat di belakang celah dipasang lensa positif,
sehingga terjadi titik bayangan pada layar yang diletakkan pada titik api (fokus)
lensa. Kalau perlu, tempatkan juga lensa positif di depan celah untuk membuat
berkas cahaya sejajar waktu memasuki celah.64
Difraksi gelombang adalah pembelokan gelombang yang disebabkan oleh
adanya penghalang berupa celah. Jika penghalang celah yang diberikan lebar,
maka difraksi tidak begitu jelas terlihat. Muka gelombang yang melalui celah
hanya melengkung di bagian tepi celah. Akan tetapi, jika celah penghalang
sempit, difraksi gelombang tampak jelas. Celah bertindak sebagai sumber
63
Ibid, h. 217
64
Ibid., h. 217
33
4) Dispersi Cahaya
Sumber: http://fisikon.com
65
Supriyanto,FISIKA untuk SMA Kelas XII, (Jakarta: PT Phibeta Aneka Gama, 2007), h.
22.
66
Ibid., h. 24.
34
a) Koherensi Cahaya
Seperti yang tela disebutkan bahwa kedua buah sumber gelombang yang
berinterferensi harus koheren, artinya kuat medan dari sumber bergetar dengan
tahap-tahap (interval yang tetap), maka:
2 2
I total≈ total = (
I total = I1 + I2 ≈ ²
67
Ganijanti Aby Sarojo, Gelombang dan Optika, (Jakarta: Salemba Teknika, 2011), h. 153.
36
Sebagai contoh, lampu filamen (lampu pijar biasa) terdiri dari banyak sekali
atom-atom yang masing-masing memancarkan sinar dalam interval waktu yang
pendek 10-18 detik, frekuensi 106 Hz dan terjadi dalam waktu yang teratur, karena
atom-atom bergetar secara random (acak). Jadi kalau suatu saat terbentuk pola
interferensi dari dua sumber seperti ini, maka dalam waktu yang cepat sekali pola
ini sudah berubah, jadi tidak stasioner.68
Sumber: http://fisikon.com
Jika jarak S1A dan S2A sangat besar dibandingkan jarak S1 ke S2, dengan
S1S2 = d, sinar S1A dan S2A dapat dianggap sejajar dan selisih jaraknya ΔS = S2B.
Berdasarkan segitiga S1S2B, diperoleh
berarti p/l kecil atau p<<l sehingga selisih kecepatan yang ditempuh oleh cahaya
dari sumber S2 dan S1akan memenuhi persamaan berikut ini.
..
68
Ibid., h. 165.
37
Interferensi maksimum akan terjadi jika kedua gelombang yang tiba di titik
Asefase. Dua gelombang memiliki fase sama bila beda lintasannya merupakan
kelipatan bilangan cacah dari panjang gelombang.
ΔS = mλ .
Jadi, persamaan interferensi maksimum menjadi
dengan:
d = jarak antara celah pada layar
p = jarak titik pusat interferensi (O) ke garis terang di A
l = jarak celah ke layar
λ = panjang gelombang cahaya
m = orde interferensi (0, 1, 2, 3, ...)
69
Ibid, h. 174.
38
Sumber: http://fisikon.com
Selisih lintasan yang ditempuh oleh sinar datang hingga menjadi sinar
pantul ke-1 dan sinar pantul ke-2 adalah:
Sesuai dengan hukum Snellius, n sin r = sin I, selisih jarak tempuh kedua
sinar menjadi:
ΔS = 2nd cos r
Supaya terjadi interferensi maksimum, ΔS harus merupakan kelipatan dari
panjang gelombang (λ), tetapi karena sinar pantul di B mengalami perubahan fase
½, ΔS menjadi
.
Jadi, interferensi maksimum sinar pantul pada lapisan tipis akan
memenuhi persamaan berikut:
=
39
dengan:
n = indeks bias lapisan tipis
d = tebal lapisan
r = sudut bias
m = orde interferensi (0, 1, 2, 3, …)
λ = panjang gelombang sinar
(1) Interferensi pada Keping Sejajar
Interferensi terjadi apabila dua gelombang koheren atau lebih pada saat
yang sama bertemu di satu titik. Dalam persoalan interferensi pada film tipis ini,
satu gelombang dipecah menjadi dua bagian yang kemudian bergabung lagi
sesudah melalui lintasan yang berbeda. Cara memecah gelombang ini adalah
dengan pemantulan dan pembiasan.
Amati seberkas cahaya jatuh dengan sudut datang i pada selembar keping
transparan yang mempunyai tebal d dan indeks bias n.
Cahaya yang sampai di mata pengamat berasal dari satu sumber. Sebagian
cahaya dipantulkan langsung oleh permukaan atas (1) dan sebagian dibiaskan
jatuh pada permukaan bawah dan dipantulkan, akhirnya dibiaskan oleh
40
permukaan atas kembali ke medium semula (2). Cahaya (1) dan (2) berkumpul
setelah melalui lensa positif dan akan berinterferensi maksimum atau minimum
tergantung pada perbedaan fase antara sinar (1) dan (2) karena adanya perbedaan
lintasan optis kedua cahaya tersebut.
Dua hal yang perlu diperhatikan pada peristiwa interferensi adalah:70
(a) Perbedaan fase antara cahaya (1) dan (2) bergantung pada perbedaan jumlah
gelombang yang telah dijalani oleh cahaya-cahaya tersebut.
Λ dalam keping lebih kecil dari pada λ di udara; = 1/n
70
Ibid., h. 175.
41
71
Elli Kusumawati dan Randi Ahmad Irwanto, “Penerapan Metode Pembelajaran Drill
Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas VII SMP”, Jurnal
Pendidikan Matematika EDU-MAT Volume 4 Nomor 1, 2016
72
Basukisna Setya Candra dan Sudarso, “Penerapan Model Pembelajaran Drill and
Practice terhadap Hasil Belajar Chest Pass pada Permainan Bola Basket”, Jurnal Pendidikan
Olahraga dan Kesehatan Volume 02 Nomor 01, 2014
73
Iah Samsiah,“Penerapan Metode Drill Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Pokok Bahasan Sifat-Sifat Bilangan Bulat pada Siswa Kelas IV MI Al Istiqomah Tangerang Tahun
Pelajaran 2013/201”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014
43
C. Kerangka Berpikir
74
Sudira, Anggan Suhandana dan Marhaeni,“Pengaruh Metode Pembelajaran Drill
Terhadap Prestasi Belajar Seni Tari Ditinjau Dari Kreativitas Pada Siswa Kelas X SMK Negeri 3
Sukawati”. E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, 2013
75
Izzak Hendrik Wenno, Pieter Wattimena dan Luky Maspaitelal,“Comparative Study
between Drill Skill and Concept Attainment Model towards Physics Learning Achievement”.
International Journal of Evaluation and Research in Education (IJERE), Vol.5, No.3, 2016, h. 211
44
Metode pembelajaran Drill atau latihan soal ini melibatkan siswa belajar
dengan cara latihan soal yang berulang untuk menanamkan daya ingat siswa.
Pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa turut serta berperan aktif adalam
kegiatan pembelajaran. sehingga membuat siswa lebih mandiri dan lebih mudah
mengingat konsep pelajaran yang dipelajari.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori-teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan,
maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian, yaitu: “Metode pembelajaran Drill
atau latihan soal berpengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa”.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kuasi eksperimen (quasi experiment). Eksperimen ini biasa juga disebut
eksperimen semu. Karena berbagai hal, terutama berkenaan dengan pengontrolan
variabel, kemungkinan sukar sekali dapat digunakan eksperimen murni.
Eksperimen kuasi bisa digunakan minimal kalau dapat mengontrol satu variabel
saja meskipun dalam bentuk matching, atau memasangkan atau menjodohkan
karakteristik, kalau bisa random lebih baik.76 Pada metode ini memiliki kelompok
kontrol, namun tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-
variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.77 Pemilihan metode
ini dikarenakan kelas yang dijadikan objek penelitian sulit untuk dikontrol dari
variabel-variabel lain yang tidak dapat diukur dalam penelitian.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonequivalent
control group design. Pada penelitian ini melibatkan dua kelompok subjek, yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk pengambilan kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.78
76
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 207.
77
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan kuantitatif, Kualitatif, dan R & D),
(Bandung: Alfabeta, 2013), h. 77
78
Ibid., h. 79.
46
47
Keterangan:
O1 = Pretest yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol sebelum diberikan perlakuan.
O2 = Posttest yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol setelah diberikan perlakuan
X1 = Perlakuan dengan penerapan metode pembelajaran drill pada kelompok
eksperimen.
X2 = Perlakuan tanpa penerapan metode pembelajaran drill pada kelompok
kontrol.
D. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari
tiga tahap, yaitu:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini langkah yang dilakukan sebelum melakukan penelitian
adalah pengurusan surat ijin penelitian, langkah-langkah selanjutnya meliputi:
a. Merumuskan masalah yang akan dibahas sebagai topik utama dalam
penelitian dan melakukan telaah kompetensi yang ingin dicapai pada mata
pelajaran fisika.
79
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 207.
48
Tahap Pelaksanaan
Kelas Eksperimen
Memberikan tes akhir (posttest)
E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.80 Dalam penelitian
ini menggunakan dua variabel, yaitu:
1. Variabel bebas (X) = Metode Pembelajaran Drill
2. Variabel terikat (Y) = Hasil belajar siswa.
F. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.81 Populasi dalam penelitian ini
adalah siswa kelas XII SMA Negeri 4 Tambun Selatan yang berjumlah 217 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Peneliti dapat menggunakan sampel dari populasi itu. Apa yang
dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi.
Oleh karena itu, sampel yang diambil harus betul-betul representatif (mewakili).82
Sampel yang digunakan adalah siswa di kelas XII IPA 1 dan XII IPA 3 adalah 90
siswa.
80
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan kuantitatif, Kualitatif, dan R & D),
(Bandung: Alfabeta, 2013), h. 38.
81
Ibid., h. 80.
82
Ibid., h. 81.
83
Syaodih, op.cit., h. 254.
84
Sugiono, op.cit., h. 85.
52
tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang cenderung rendah dengan
menggunakan metode pembelajaran drill atau latihan soal.
I. Instrumen Penelitian
Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian, yaitu,
kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data.86 Instrumen
memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan mutu suatu penelitian,
karena validitas atau kesahihan data yang diperoleh akan sangat ditentukan oleh
kualitas atau validitas instrumen yang digunakan. Hal ini mudah dipahami karena
instrumen berfungsi mengungkapkan fakta menjadi data, sehingga jika instrumen
yang digunakan mempunyai kualitas yang memadai dalam arti valid dan reliabel.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan nontes.
1. Instrumen Tes
Instrumen tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa berupa tes
objektif berbentuk pilihan ganda yang terdiri dari 5 alternatif jawaban dan disusun
berdasarkan indikator yang sesuai dengan kurikulum yang digunakan yaitu KTSP.
Soal yang diberikan merupakan soal yang telah dijudgment oleh dosen ahli,
diujicobakan, serta diuji validitas dan reliabilitasnya agar diperoleh soal yang
85
Ibid., h. 224
86
Ibid., h. 222.
53
benar-benar dapat mengukur hasil belajar siswa. Kisi-kisi instrumen tes yang
digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dari pada lampiran.
a. Uji Validitas
Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak
87
diukur. Dengan kata lain uji validitas dilakukan untuk melihat sejauh mana
ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Koefisien
korelasi selalu terdapat antara -1,00 sampai +1,00. Namun karena dalam
menghitung sering dilakukan pembulatan angka-angka, sangat mungkin diperoleh
koefisien lebih dari 1,00. Koefisien menunjukkan hubungan kebalikan, sedangkan
koefisien positif menunjukkan adanya kesejajaran untuk mengadakan interpretasi
mengenai besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut:88
87
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisis Revisi, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), h. 65.
88
Ibid, h. 75.
54
Dalam penelitian ini, uji validitas yang digunakan adalah rumus korelasi
point biserial. Rumus yang digunakan dapat dilihat sebagai berikut:89
Keterangan:
= koefisien korelasi point biserial
= mean skor dari testee yang menjawab benar item yang dicari korelasinya
dengan test
= mean skor total
= standar deviasi dari skor total
= proporsi siswa yang menjawab benar terhadap butir item yang sedang diuji
validitas itemnya.
= proporsi siswa yang menjawab salah terhadap butir item yang sedang diuji
validitas itemnya.
Kemudian disamakan dengan r table dengan kriteria pengujian, jika rpbi ≥
rtabel, maka butir soal tersebut adalah valid. Jika rpbi ≤ rtable maka butir soal tersebut
adalah tidak valid.Adapun dari hasil uji validitas instrumen tes dapat dilihat pada
Tabel 3.3 dibawah ini:
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes
Statistik Butir Soal
Jumlah Soal 40
Jumlah Siswa 30
Nomor Soal Valid 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 12, 13, 14, 18, 19,
24, 25, 26, 28, 31, 32, 33, 34, 37, 38,
39, 40
Jumlah Soal Valid 24
Persentase(%) 60 %
89
Ibid., h. 79.
55
b. Uji Reliabilitas
Selain kevalidan, instrumen juga harus dilakukan uji reliabilitas. Uji
reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan
mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan
hasil yang tetap.90 Reliabilitas instrumen uji coba hasil belajar dihitung dengan
menggunakan rumus KR-20, yaitu:91
n S pq
2
r11
n 1 S2
Dimana:
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item salah q 1 p
Σ pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = banyaknya item
S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)
90
Ibid., h. 86.
91
Ibid., h. 100.
56
c. Taraf Kesukaran
Tingkat kesukaran dari setiap butir soal dapat dilihat dari taraf kesukaran
soal. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.
Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil perhitungan,
berarti semakin mudah soal tersebut.92 Taraf kesukaran dapat dicari dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:93
Keterangan:
P indeks kesukaran
B banyaknya siswa yang menjawab butir soal dengan benar
JS jumlah seluruh peserta tes
Penentuan kriteria taraf kesukaran dapat dilihat pada Tabel 3.5 di bawah
berikut ini:
Tabel 3.5 Kriteria Taraf Kesukaran
Rentang Nilai Taraf Kesukaran Kategori
0,00 ≤ TK <0,30 Sukar
0,30 ≤ TK <0,70 Sedang
0,70 ≤ TK <1,00 Mudah
Data rekapitulasi tingkat kesukaran hasil uji coba instrumen dapat dilihat
pada Tabel 3.6 di bawah ini. Pengolahan hasil uji taraf kesukaran instrumen tes
dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 3.6 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes
Butir Soal
Kriteria Soal
Jumlah Soal Presentase
Sukar 0 0%
Sedang 34 85 %
Mudah 6 15 %
Jumlah 40 100 %
92
Ibid., h. 207.
93
Ibid., h. 208.
57
d. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal untuk membedakan
siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang kemampuannya
rendah.94 Tes yang baik adalah tes yang bisa memisahkan dua kelompok peserta
tes. Kedua kelompok itu adalah peserta tes yang benar-benar mempelajari materi
dan peserta tes yang tidak mempelajari materi. Untuk menentukan daya pembeda
menggunakan rumus berikut ini:95
B A BB
D
JA JB
Keterangan:
D = daya beda soal
B A = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
B B = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
J A = banyaknya peserta kelompok atas
J B = banyaknya peserta kelompok bawah
Penentuan kriteria daya beda soal didasarkan pada Tabel 3.7 di bawah ini:
Data rekapitulasi tingkat kesukaran hasil uji coba instrumen dapat dilihat
pada Tabel 3.8 di bawah ini.
94
Ibid., h. 211.
95
Ibid., h. 213.
58
Berdasarkan Tabel 3.8 di atas, dapat dilihat bahwa terdapat satu soal drop,
delapan soal memiliki daya pembeda buruk, empat belas soal memiliki daya
pembeda cukup, dan tujuh soal memiliki daya pembeda baik. Untuk lebih jelasnya
hasil uji daya pembeda instrumen tes dapat dilihat pada lampiran. Sedangkan
rekapitulasi hasil uji coba instrumen tes dapat dilihat pada lampiran.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data yang
akan dianalisis. Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas dalam
penelitian ini adalah chi square test (tes kai kuadrat). Langkah-langkah pengujian
normalitas data dengan uji Chi Kuadrat adalah sebagai berikut:
a) Mencari nilai tertinggi dan terendah
b) Mencari nilai rentang (R), dengan rumus:
X
fx i
f
g) Mencari simpangan baku (standard deviasi), dengan rumus:
f x 2
. f xi
2 i
S
f
f 1
h) Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara:
(1) Menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri batas interval pertama
dikurangi 0,5 dan kemudian angka skor-skor kanan kelas interval ditambah
0,5.
60
Batas Kelas X
Z
S
(3) Mencari luas 0–Z dari tabel kurva normal dari 0–Z dengan menggunakan
angka-angka untuk batas kelas.
(4) Mencari luas tiap kelas interval dengan cara mengurangkan angka-angka 0-
Z, yaitu angka baris pertama dikurangi baris kedua, angka baris kedua
dikurangi baris ketiga dan begitu seterusnya, kecuali untuk angka yang
berbeda pada baris paling tengah ditambahkan dengan angka pada baris
berikutnya.
2
k
fo fh 2
i 1 fh
Keterangan:
X2: nilai tes kai kuadrat
fo : frekuensi yang diobsevasi
fh : frekuensi yang diharapkan
j) Menentukan jumlah kai kuadrat hitung ( ) dengan menjumlahkan nilai
kai kuadrat tiap-tiap kelas.
k) Membandingkan χ2hitung dengan χ2tabel untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan
(dk) = n - 1, dengan kriteria sebagai berikut:
(1) Jika χ2hitung > χ2tabel, artinya distribusi data tidak normal.
(2) Jika χ2hitung < χ2tabel, artinya data berdistribusi normal.
96
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014),
h. 379.
61
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti
berasal dari populasi yang variansnya sama. Uji kesamaan dua varians digunakan
untuk menguji kedua data tersebut homogen atau tidak, yaitu dengan cara
mambandingkan kedua variansnya. Uji homogenitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji Fisher dengan rumus sebagai berikut:97
Dimana:
Keterangan:
F nilai uji fisher
varians terbesar
varians terkecil
f frekuensi
data ke i
97
Sudjana, Metode Statistik, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 249.
62
Dimana:
Keterangan:
x1 = nilai rata-rata data kelompok 1
x2 = nilai rata-rata data kelompok 2
= varians gabungan kedua kelompok
2
S1 = varians kelompok 1
2
S2 = varians kelompok 2
n1 = jumlah siswa kelompok 1
n2 = jumlah siswa kelompok 2
Keterangan:
X1 = nilai rata-rata data kelompok 1
X2 = nilai rata-rata data kelompok 2
98
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D),
(Bandung: Alfabeta, 2013), h. 181.
99
Ibid., h. 273.
63
A. Hasil Penelitian
Pada subbab hasil penelitian ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum
dari data yang telah diperoleh. Data-data yang dideskripsikan merupakan data
hasil pretest dan posttest dari kelas eksperimen dan kontrol, lembar observasi, dan
angket respon siswa dari kelas eksperimen.
1. Hasil Pretest
Hasil yang diperoleh siswa kelas XII IPA 3 sebagai kelas eksperimen dan
siswa kelas XII IPA 1 sebagai kelas kontrol. Berdasarkan perhitungan statistik,
maka didapat beberapa nilai pemusatan dan penyebaran data nilai pretest yang
ditunjukkan pada Tabel 4.1 di bawah ini:
64
65
muncul atau modus kelas eksperimen yaitu 33,3, sedangkan modus kelas kontrol
yaitu 29,2. Pada kelas eksperimen memperoleh standar deviasi sebesar 9,80,
sedangkan kelas kontrol memperoleh sebesar 12,20. Bila semakin besar nilai
standar deviasi maka data sampel semakin heterogen (bervariasi) dari rata-ratanya
dan sebaliknya jika semakin kecil maka data sampel semakin homogen (sama).
Hal ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen memiliki data sampel yang
homogen (sama) dibandingkan dengan kelas kontrol yang semakin heterogen
(bervariasi). Terdapat selisih standar deviasi dari kedua kelas tersebut adalah
sebesar 2,40.
2. Hasil Posstest
Hasil yang diperoleh siswa kelas XII IPA 3 sebagai kelas eksperimen dan
siswa kelas XII IPA 1 sebagai kelas kontrol. Berdasarkan perhitungan statistik,
maka didapat beberapa nilai pemusatan dan penyebaran data nilai posttest yang
ditunjukkan pada Tabel 4.2 di bawah ini:
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, data tersebut terlihat bahwa nilai terendah
yang diperoleh kelas eksperimen sebesar 46, sementara kelas kontrol sebesar 42.
Nilai tertinggi pada kelas eksperimen diperoleh nilai 96 dan kelas kontrol
memperoleh nilai 79. Mean yang diperoleh pada masing-masing kelas eksperimen
dan kelas kontrol berturut-turut sebesar 82,4 dan 62,1. Untuk median atau nilai
tengah yang dihasilkan oleh kelas eksperimen yaitu 87,5, sedangkan pada kelas
kontrol yaitu 62,5. Nilai yang sering muncul atau modus yang dihasilkan oleh
66
kelas eksperimen sebesar 87,2, sementara pada kelas kontrol yaitu 58,2. Pada
kelas eksperimen memperoleh standar deviasi sebesar 10,5, sedangkan kelas
kontrol sebesar 10,4. Berdasarkan hasil standar deviasi yang diperoleh
menunjukkan bahwa kelas kontrol memiliki data sampel yang homogen (sama)
bila dibandingkan dengan kelas eksperimen yang semakin heterogen
(bervariasi). Walaupun begitu perbedaan standar deviasi dari kedua kelas tersebut
tidak terlalu jauh, hanya memiliki selisih 0,1.
3. Rekapitulasi Data Hasil Belajar Siswa
a. Hasil Pretest dan Posttest
Berdasarkan hasil perhitungan data pretest dan posttest kelas eksperimen
dan kelas kontrol diatas, maka dapat diperoleh rekapitulasi data sebagai berikut:
Tabel 4.3 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest & Posttest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Pemusatan dan Penyebaran Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Data Pretest Posttest Pretest Posttest
Nilai Terendah 13 46 17 42
Nilai Tertinggi 58 96 67 79
Median 33,3 87,5 33,3 62,5
Modus 33,3 87,5 29,2 58,3
Standar Deviasi 9,8 10,5 12,2 10,4
Rata-rata 34,6 82,4 37,1 62,1
Berdasarkan Tabel 4.3, dari data tersebut terlihat bahwa nilai terendah pada
kelas eksperimen pada saat pretest adalah 13 dan pada saat posttest adalah 46.
Pada kelas kontrol nilai terendah pada saat pretest yaitu 17 dan pada saat posttest
yaitu 42. Selanjutnya, nilai tertinggi pada kelas eksperimen mengalami
peningkatan dari nilai pretest sebesar 58 menjadi 96 pada saat posttest. Nilai
tertinggi saat pretest pada kelas kontrol adalah 67, sedangkan pada saat posttest
adalah 79. Median atau nilai tengah pada kelas eksperimen saat pretest yaitu 33,3
dan saat posttest yaitu 87,5. Median pada kelas kontrol saat pretest yaitu 33,3 dan
saat posttest yaitu 62,5. Nilai yang sering muncul atau modus pada kelas
eksperimen saat pretest sebesar 33,3 dan saat posttest sebesar 87,5. Sementara itu,
67
modus pada kelas kontrol saat pretest yaitu 29,2 sedangkan pada saat posttest
yaitu 58,3.
Standar deviasi pada kelas eksperimen ketika pretest sebesar 9,8 dan
berubah menjadi 10,5 pada saat posttest. Standar deviasi pada kelas kontrol yaitu
12,2 saat pretest dan 10,4 saat posttest. Nilai rata-rata pada kelas eksperimen saat
pretest sebesar 34,6, sedangkan pada kelas kontrol yaitu 37,1. Terdapat perbedaan
nilai rata-rata pada saat prettest dari kedua kelas tersebut tidak terlalu jauh, yaitu
hanya memiliki selisih 2,5. Lain halnya dengan nilai rata-rata pada saat posttest
dari kelas eksperimen mencapai 82,4, sedangkan pada kelas kontrol sebesar 62,1.
Terdapat perbedaan nilai rata-rata pada saat posttest dari kedua kelas tersebut
yang cukup besar, yaitu memiliki selisih 20,3.
Berdasarkan data tersebut dapat diartikan bahwa pretest kelas kontrol
memiliki rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen.
Namun, ketika posttest nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan
dengan kelas kontrol. Pada kelas kontrol dan kelas eksperimen sama-sama
mengalami peningkatan. Peningkatan nilai rata-rata pada kelas kontrol sebesar 25
sedangkan pada kelas eksperimen sebesar 47,8. Artinya, peningkatan nilai rata-
rata yang terjadi pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan peningkatan
yang terjadi pada kelas kontrol.
b. Nilai Rata-rata
Nilai rata-rata hasil pretest dan posttest pada kelas kontrol maupun kelas
eksperimen terjadi peningkatan, namun antara kelas kontrol dengan kelas
eksperimen terdapat perbedaan peningkatan. Perbedaan peningkatan hasil belajar
antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean)
pada kedua kelas tersebut. Nilai rata-rata (mean) untuk kelas kontrol dan kelas
eksperimen pada saat pretest dan posttest dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut
ini:
68
Gambar 4.1 Diagram Nilai Rata-rata Pretest & Posttest Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
Berdasarkan Gambar 4.1 di atas terlihat bahwa nilai rata-rata (mean) kelas
kontrol pada saat pretest adalah sebesar 37,1, sementara kelas eksperimen sebesar
34,6. Pada saat posttest nilai rata-rata (mean) kelas kontrol mencapai 62,1,
sedangkan pada kelas eksperimen sebesar 82,4. Artinya, pada saat pretest kelas
eksperimen memiliki nilai rata-rata (mean) lebih rendah dibandingkan nilai rata-
rata (mean) kelas kontrol. Pada saat posttest kelas eksperimen memiliki nilai rata-
rata (mean) lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Namun meskipun demikian,
pada kelas kontrol dan kelas eksperimen menunjukkan bahwa setelah diberikan
perlakuan yang berbeda, nilai rata-rata (mean) hasil belajar siswa mengalami
peningkatan. Nilai rata-rata (mean) kelas kontrol meningkat sebesar 25,
sedangkan kelas eksperimen mengalami kenaikan sebesar 47,8.
c. Hasil Belajar Siswa
Selain melihat hasil belajar siswa pada nilai rata-rata (mean), hasil belajar
siswa juga dapat terlihat pada tiap jenjang kognitif yang dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
69
Tabel 4.4 Hasil Belajar Siswa Pada Tiap Jenjang Kognitif Saat Pretest
& Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Ranah Jenjang Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Kognitif Pretest Posttest Pretest Posttest
C1 49 79 31 87
C2 39 80 44 80
C3 33 77 36 59
C4 46 86 40 31
C5 35 95 9,3 69
Hasil belajar siswa pada jenjang kognitif juga dapat dilihat pada gambar 4.2
berikut ini:
100
Haasil belajar
80
pretest eksperimen
60
posttest eksperimen
40
pretest kontrol
20
posttest kontrol
0
C1 C2 C3 C4 C5
Jenjang Kognitif
Gambar 4.2 Diagram Hasil Belajar Siswa Saat Pretest & Posttest Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan Tiap Jenjang Kognitif
Berdasarkan Tabel 4.4 dan Gambar 4.2 di atas terlihat bahwa hasil belajar
pada kelas eksperimen (kelas XII IPA 3) saat pretest dalam jenjang aspek
mengingat (C1) sebesar 49%, memahami (C2) sebesar 39%, menerapkan (C3)
sebesar 33%, menganalisis (C4) sebesar 46% dan mengevaluasi (C5) 35%. Pada
saat posttest kemampuan siswa kelas tersebut aspek jenjang mengingat (C1)
sebesar 79%, memahami (C2) 80%, menerapkan (C3) 77%, menganalisis (C4)
86% dan mengevaluasi (C5) 95%.
70
Sementara hasil belajar pada kelas kontrol (kelas XII IPA 1) mengalami
peningkatan pada jenjang kognitif. Pada saat pretest kemampuan siswa pada kelas
kontrol (kelas XII IPA 1) dalam aspek kognitif mengingat (C1) 31%, memahami
(C2) 44%, menerapkan (C3) 36%, menganilisis (C4) 40% dan mengevaluasi (C5)
9,3%. Lain halnya pada saat posttest, kemampuan siswa dalam kelas kontrol
tersebut pada jenjang aspek kognitif mengingat (C1) sebesar 87%, memahami (C2)
80%, menerapkan (C3) 59%, menganalisis (C4) 31% dan mengevaluasi (C5) 69%.
Diagram di atas juga menunjukkan bahwa hasil prestest siswa kelas
eksperimen dominan lebih unggul dalam meningkatkan kemampuan ranah
kognitif dibandingkan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen (kelas XII IPA 3)
dalam jenjang aspek kognitif mengingat (C1) hanya meningkat sebesar 30%,
memahami (C2) meningkat sebesar 41%, menerapkan (C3) mengalami
peningkatan 44%, menganalisis (C4) sebesar 25% dan mengevaluasi (C5) 60%.
Sementara itu, pada kelas kontrol dalam jenjang aspek kognitif mengingat (C1)
56%. Pada kemampuan aspek memahami (C2) terjadi peningkatan sebesar 36%,
aspek menerapkan (C3) mengalami peningkatan sebesar 23%. Lain halnya pada
kemampuan berpikir aspek menganalisis (C4) tidak mengalami peningkatan, tetapi
terjadi penurunan sebesar 9% sedangkan pada kemampuan berpikir pada aspek
mengevaluasi (C5) sebesar 59%.
Peningkatan nilai pretest pada jenjang kemampuan berpikir C1 lebih besar
dihasilkan oleh siswa pada kelas kontrol yaitu sebesar 56% daripada kelas
eksperimen yang hanya mengalami peningkatan 30%. Artinya terjadi perbedaan
selisih peningkatan sebesar 26%. Walaupun demikian, peningkatan hasil pretest
pada jenjang kemampuan berpikir C2 , C3, C4 dan C5 lebih besar diperoleh siswa
pada kelas eksperimen. Selain itu, peningkatan hasil belajar siswa juga terjadi
pada setiap indikator penyampaian. Peningkatan hasil belajar tersebut dapat
dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini:
71
Tabel 4.5 Hasil Belajar Siswa Pretest & Posttest Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen pada Rerata Tiap Indikator Penyampaian
Rerata Tiap Indikator Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Penyampaian Pretest Posttest Pretest Posttest
Indikator 1 41,5 82,5 40,5 79,8
Indikator 2 33,2 90,4 38,7 59
Indikator 3 30,8 87,2 51,1 44,3
Indikator 4 22,7 53,9 7,7 39,4
Indikator 5 19,1 93,6 51,1 90,9
Keterangan:
Indikator 1 = menjelaskan besaran fisis pada gelombang cahaya
Indikator 2 = menganalisis fenomena gelombang cahaya
Indikator 3 = menganalisis fenomena interferensi cahaya
Indikator 4 = menentukan besarnya cahaya yang terpolarisasi
Indikator 5 = menghitung besarnya panjang gelombang elektromagnetik melewati
celah
Peningkatan hasil belajar dapat dilihat juga pada gambar diagram 4.3 di
bawah ini:
80
Haasil belajar
60
pretest eksperimen
40 posttest eksperimen
20 pretest kontrol
0 posttest kontrol
indikator indikator indikator indikator indikator
1 2 3 4 5
indikator penyampaian
Gambar 4.3 Diagram Hasil Belajar Siswa Pretest & Posttest Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen pada Rerata Tiap Indikator Penyampaian
72
Berdasarkan Gambar 4.3 di atas terlihat bahwa hasil belajar sisswa pada
kelas kontrol dan kelas eksperimen mengalami peningkatan pada setiap indikator
penyampaian materi pada konsep gelombang cahaya. Pada kelas kontrol terjadi
peningkatan pada indikator penyampaian materi yang pertama yaitu menjelaskan
besaran fisis pada gelombang cahaya sebesar 40,5% pada saat pretest kemudian
menjadi 79,8% saat posttest. Artinya terjadi peningkatan sebesar 39,3%.
Peningkatan hasil belajar pada indikator penyampaian materi yang kedua yaitu
menganalisis fenomena gelombang cahaya pada kelas kontrol dari 38,7% saat
pretest menjadi 59% saat posttest. Artinya telah terjadi peningkatan sebesar
20,3%. Namun pada indikator penyampaian materi yang ketiga yaitu menganalisis
fenomena interferensi cahaya untuk kelas kontrol dari 51,1% saat pretest menjadi
44,3% saat posttest. Artinya tidak terjadi peningkatan, melainkan mengalami
penurunan sebesar 6,8%. Sementara pada indikator penyampaian materi empat
yaitu menentukan besarnya cahaya yang terpolarisasi pada kelas kontrol terjadi
peningkatan sebesar 31,7% yaitu dari 7,7% saat pretest menjadi 39,4% saat
posttest. Lain halnya dengan peningkatan pada indikator penyampaian kelima,
yaitu menghitung besarnya panjang gelombang elektromagnetik melewati celah,
terjadi peningkatan dari 51,1% saat pretest menjadi 90,9% saat posttest. Artinya
terjadi peningkatan sebesar 39,8%.
Sementara pada kelas eksperimen terjadi peningkatan pada indikator
penyampaian materi yang pertama sebesar 41,5% pada saat pretest kemudian
menjadi 82,5% saat posttest. Artinya terjadi peningkatan sebesar 41%.
Peningkatan hasil pada indikator penyampaian materi yang kedua untuk kelas
kontrol dari 33,2% saat pretest menjadi 90,4% saat posttest. Artinya telah terjadi
peningkatan yang cukup signifikan sebesar 57,2%. Sementara peningkatan pada
indikator penyampaian materi tiga untuk kelas kontrol dari 30,8% saat pretest
menjadi 87,2% saat posttest. Artinya terjadi peningkatan sebesar 56,4%. Lain
halnya pada indikator penyampaian materi empat pada kelas kontrol terjadi
peningkatan sebesar 31,2% yang diperoleh dari 22,7% saat pretest menjadi 53,9%
saat posttest. Sementara peningkatan pada indikator penyampaian yang kelima,
73
terjadi peningkatan yang cukup signifikan dari 19,1% saat pretest menjadi 93,6%
saat posttest. Artinya terjadi peningkatan sebesar 74,5%.
Tabel 4.6 Hasil Belajar Siswa Pretest & Posttest Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen pada Rerata Tiap Subkonsep Materi
Rerata tiap subkosep Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Pretest Posttest Pretest Posttest
SGC 42,5 65,9 45 58
PFG 35,8 79 27 82,9
POL 36,1 94,5 57 85,2
DIS 74,4 97,8 58 97,6
DIF 34,8 82,1 34 40,4
INT 21,6 85,8 31 43,8
TLL 0 0 0 0
Keterangan:
SGC = Spektrum gelombang cahaya
PFG = Perubahan fase gelombang
POL = Polarisasi cahaya
DIS = Dispersi cahaya
DIF = Difraksi cahaya
INT = Interferensi cahaya
TLL = Teknologi LED & LCD
74
80
posttest eksperimen
60
pretest kontrol
40
20 posttest kontrol
0
Sub 1 Sub 2 Sub 3 Sub 4 Sub 5 Sub 6 Sub 7
Subkonsep materi
Keterangan:
Sub 1= spektrum gelombang cahaya
Sub 2= perubahan fase gelombang
Sub 3= polarisasi cahaya
Sub 4= dispersi cahaya
Sub 5= difraksi cahaya
Sub 6- interferensi cahaya
Sub 7= pemanfaatan teknologi LED & LCD
Gambar 4.4 Diagram Hasil Belajar Siswa Pretest & Posttest Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen pada Tiap Sub Konsep
Berdasarkan Tabel 4.7 di atas terlihat bahwa pada saat pretest nilai
untuk kelas eksperimen bernilai 4,3704 yang artinya lebih kecil daripada
nilai lebih besar darpada sehingga nilai pretest untuk kelas kontrol
tidak berdistribusi normal.
Lain halnya pada saat posttest nilai untuk kelas eksperimen bernilai
272,3 yang artinya nilai lebih besar daripada yang berarti bahwa
nilai posttest untuk kelas eksperimen tidak berdistribusi normal. Sedangkan nilai
untuk kelas kontrol bernilai 299,2 yang artinya nilai lebih kecil
5. Uji Hipotesis
Berdasarkan uji prasyarat analisis statistik diperoleh bahwa untuk data
kedua kelas pada penelitian ini tidak berdistribusi normal, tetapi memiliki varians
yang sama atau homogen untuk kedua kelas tersebut. Oleh karena itu, pengujian
hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan analisis tes statistik non
parametrik yaitu uji mann whitney. Keputusan diambil berdasarkan pada
ketentuan pengujian hipotesis, yaitu jika nilai Zhitung>Ztabel atau -Zhitung< -Ztabel
maka H0ditolak. Sedangkan jika nilai Zhitung<Ztabel atau -Zhitung> -Ztabel maka H0
diterima. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut ini:
Nilai Ztabel diambil dari tabel z statistik pada taraf signifikansi 5%.
Berdasarkan Tabel 4.9 di atas terlihat bahwa nilai Zhitung pada hasil pretest lebih
besar daripada nilai Ztabel, sehingga dapat dinyatakan bahwa H1 diterima atau
terdapat pengaruh penerapan metode pembelajaran Drill atau latihan soal
sebelum diberikan perlakuan. Sedangkan nilai Zhitung pada hasil posttest lebih
besar daripada nilai Ztabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 diterima atau
terdapat pengaruh penerapan metode pembelajaran Drill atau latihan soal terhadap
hasil belajar siswa pada konsep gelombang cahaya.
artinya H0 ditolak dan H1 diterima. Pengaruh yang signifikan juga dapat dilihat
dari dari nilai rata-rata (mean) siswa kelas eksperimen memperoleh nilai lebih
tinggi dibandingkan dengan nilai siswa pada kelas kontrol yaitu sebesar. Keadaan
ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada konsep gelombang cahaya
dengan menggunakan metode pembelajaran drill atau latihan soal lebih baik jika
dibandingkan dengan metode belajar sebelumnya. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Elli Kusumawati dan Randi Ahmad Irwanto pada
siswa kelas VIII SMPN 5 Banjarmasin dengan judul “Penerapan Metode
Pembelajaran Drill Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa Kelas VIII SMP”. Menunjukkan bahwa metode pembelajaran
drill dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Hal
ini ditandai dengan peningkatan rata-rata nilai akhir semua indikator kemampuan
pemecahan masalah.100
Saat proses pembelajaran, pada setiap subbab materi siswa ditugaskan untuk
membuat mind mapp dengan kreasi dan kreativitasnya masing-masing. Kemudian
diakhir pelajaran, siswa diharuskan mengerjakan latihan soal. Melalui metode ini,
kemandirian siswa dalam kegiatan belajar juga dapat diamati melalui pembuatan
mind mapp sebagai media sesuai dengan arahan dalam LKS. Metode latihan soal
menuntut siswa untuk bertanggung jawab atas soal yang harus dikerjakan masing-
masing. Hal ini didukung dengan hasil observasi kegiatan siswa yang dilakukan
oleh observer padasaat berjalannya penelitian berlangsung dengan baik.
Tidak hanya itu, pada saat pembelajaran berlangsung siswa pun lebih
berpartisipasi aktif dalam bertanya, dan lebih komunikatif. Artinya belajar dengan
metode pembelajaran drill atau latihan soal dapat membangkitkan motivasi siswa
dalam belajar fisika. Hal ini berarti banyak siswa lebih menyukai belajar dengan
metode drill atau latihan soal dibandingkan dengan metode konvensional. Hal ini
juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Basukisna Setya Candra dan
Sudarso pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Kota Mojokerto yang berjudul
“Penerapan Model Pembelajaran Drill and Practice terhadap Hasil Belajar
100
Elli Kusumawati dan Randi Ahmad Irwanto, “Penerapan Metode Pembelajaran Drill
Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas VII SMP”, Jurnal
Pendidikan Matematika EDU-MAT Volume 4 Nomor 1, 2016
79
Maspaitela yang berjudul “Comparative Study between Drill Skill and Concept
Attainment Model towards Physics Learning Achievement”.
Jika dilihat lebih rinci, dari setiap jenjang kognitif, metode drill atau latihan
soal lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar siswa jika dibandingkan
dengan metode pembelajaran sebelumnya yang biasa diterapkan guru saat
kegiatan belajar. Peningkatan pretest dan posttest menunjukkan bahwa metode
pembelajaran drill atau latihan soal pada kelas eksperimen dapat memberikan
dampak positif. Hal ini terlihat bahwa metode pembelajaran drill dapat
meningkatkan kemampuan mengingat sebesar 30%, memahami sebesar 41%,
menerapkan sebesar 44%, menganalisis sebesar 40% dan mengevaluasi sebesar
60%. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh oleh Izzak
Hendrik Wenno, Pieter Wattimena dan Luky Maspaitela yang berjudul
“Comparative Study between Drill Skill and Concept Attainment Model towards
Physics Learning Achievement”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
dengan model keterampilan atau drill prestasi belajar fisika-sains siswa lebih baik
daripada menggunakan model pecapaian konsep.102
Penerapan metode drill atau latihan soal mampu meningkatkan kemampuan
mengingat (C1) dan memahami (C2). Pada jenjang mengingat (C1) ini, siswa
dituntut untuk mampu menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip, prosedur yang
telah dipelajari.Sedangkan pada jenjang memahami (C2), siswa diharapkan
mampu untuk mengerti makna dari informasi yang diperoleh baik berupa fakta,
konsep, dan prinsip. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang
sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seseorang siswa dikatakan
memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian
yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi
dari ingatan atau hafalan. Pada saat pembelajaran, memungkinkan guru sebagai
fasilitator yang membebaskan siswa aktif mengkonsepkan materi fisika yang
dipelajari sendiri dengan cara bertukar pendapat dengan siswa melalui diskusi
102
Izzak Hendrik Wenno, Pieter Wattimena dan Luky Maspaitelal, “Comparative Study
between Drill Skill and Concept Attainment Model towards Physics Learning Achievement”.
International Journal of Evaluation and Research in Education (IJERE), Vol.5, No.3, 2016, h. 211
81
atau dengan arahan guru. Hal ini membantu siswa mengingat dan memahami
konsep lebih bermakna. Terbukti bahwa siswa sudah mampu untuk mengingat-
ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-
rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya.
Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah.
Selain itu, siswa juga sudah mampu untuk mengerti atau memahami sesuatu
setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.
Kemampuan menerapkan (C3) juga meningkat. Metode drill atau latihan
soal mendorong siswa untuk menerapkan pengetahuan yang dimilikinya, agar
dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam LKS dan soal-soal
evaluasi. Hal tersebut terlihat dari hasil angket, dimana pada indikator siswa
mampu mengimplementasikan LKS berbasis drill atau latihan soal pada
pembelajaran fisika, memperoleh persentase sebesar 84,4% (baik sekali). Hal ini
menandakan bahwa siswa sudah mampu menggunakan prinsip, rumus-rumus,
aturan, atau metode yang telah diketahuinya dalam situasi baru atau situasi
kongkrit.Penerapan ini merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang
pemahaman. Atau dengan kata lain bahwa belajar dengan metode drill atau
latihan soal siswa mampu menyelesaikan soal evaluasi yang berati siswa telah
dapat menerapkan pengetahuan yang dimilikinya.
Metode pembelajaran drill atau latihan soal juga dapat meningkatkan
kemampuan menganalisis (C4). Pada jenjang analisis adalah kemampuan
menguraikan suatu informasi yang dihadapi menjadi komponen-komponennya,
sehingga struktur informasi serta hubungan antar komponen informasi tersebut
menjadi jelas. Tugas membuat drill atau latihan soal dilakukan setelah siswa
membaca seluruh materi pada LKS, sehingga siswa dapat mencatat semua materi
dengan berbagai kata kunci, warna, gambar dan pola sesuai dengan kretaivitas tiap
siswa. Dalam hal ini kemampuan siswa untuk menganalisis sangat dibutuhkan.
Terbukti dengan persentase nilai kemampuan pada jenjang kognitif Analisis (C4)
siswa kelas eksperimen hasil posttest yang meningkat. Berbeda dengan kelas
kontrol yang belajar dengan metode konvensional, persentase nilai kemampuan
menganalisis (C4) siswa hanya mengalami peningkatan yang tidak signifikan. Hal
82
ini berarti, metode drill atau latihan soal membantu siswa dalam menganalisis
konsep fisika baik dalam kasus maupun soal-soal. Selain itu, siswa juga sudah
mampu merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-
bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian
atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah
setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.
Selain itu, hal tersebut ditunjukkan dari hasil angket pada indikator
penugasan membuat drill atau latihan soal, memperoleh persentase 86,8% dengan
kategori baik sekali.
Metode drill atau latihan soal juga membantu siswa untuk dapat
meningkatkan kemampuan mengevaluasi (C5). Siswa dapat lebih mudah
mengevaluasi maupun mengulas pelajaran yang telah diterimanya, melalui
analisis latihan-latihan soal. Terbukti bahwa siswa mampu untuk
mempertimbangkan nilai suatu pernyataan, uraian, pekerjaan, berdasarkan kriteria
tertentu yang ditetapkan. Misalnya memilih rumusan yang didukung oleh data.
Hal ini dapat dilihat dari hasil posttest pada kelas eksperimen memperoleh
persentase sebesar 95%.
Berdasarkan hasil yang didapatkan bahwa metode pembelajaran drill atau
latihan soal lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada jenjang
kognitif C5 (mengevaluasi). Hal tersebut ditunjukkan melalui peningkatan yang
cukup signifikan pada jenjang kognitif C5 (mengevaluasi) baik kelas eksperimen
maupun kelas kontrol. Persentase peningkatan jenjang mengevaluasi pada kelas
eksperimen sebesar 60% sedangkan pada kelas kontrol sebesar 59%. Hal ini
dikarenakan bahwa pada tahap ini, siswa sudah disajikan konsep dari setiap
materi, gambar dan permasalahan dari setiap sub konsep materi. Siswa sudah
mampu untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide,
misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu
memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria
yang ada.
Selain itu, siswa juga dituntut untuk membaca permasalahan tersebut
sampai benar-benar paham. Dengan begitu siswa dapat mengetahui
83
C. Keterbatasan Penelitian
Ketika pelaksanaan penelitian terdapat keterbatasan yang dihadapi,
diantaranya sebagai berikut:
1. Kecenderungan siswa masih malas membaca buku atau literatur bahan bacaan.
2. Penerapan metode pembelajaran drill atau latihan soal dalam pembelajaran
memerlukan waktu yang cukup lama, bagi siswa yang kurang menyukai
pelajaran fisika, malas mengerjakan soal fisika.
3. Saat Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) suasana kelas kurang kondusif karena
beberapa siswa suka berdiskusi ketika lupa rumus.
BAB V
A. Kesimpulan
B. Saran
84
85
86
87
Safitri, Wiwit. Pengaruh Metode Drill terhadap Prestasi Belajar Al qur‟an Hadits
pada Siswa MI Ma‟arif NU 1 Kalitapen Kec. Purwojati Kab. Banyumas,
Purwokerto: STAIN. 2011.
Samsiah, Iah. Penerapan Metode Drill Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Pada Pokok Bahasan Sifat-Sifat Bilangan Bulat pada Siswa Kelas IV MI Al
Istiqomah Tangerang Tahun Pelajaran 2013/201. Skripsi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2014.
Shalahuddin, dkk, Interaksi dalam Proses Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara,
2004.
Slamet AS, Zuhairini, dan Abudi Ghofur. Metodik Khusus Pendidikan Agama
Cet.V,. Surabaya: Usaha Nasional. 2001.
Sudira, Anggan Suhandana dan Marhaeni. Pengaruh Metode Pembelajaran Drill
Terhadap Prestasi Belajar Seni Tari Ditinjau Dari Kreativitas Pada Siswa
Kelas X SMK Negeri 3 Sukawati. E-Journal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha. 2013.
Sudjana, Nana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo. 2008.
Sudjana, Nana. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 1995.
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda
Karya. 2009.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya. 2004.
Sumantri, Mochamad Feby. Pengaruh Metode Pembelajaran Thinking Aloud Pair
Problem Solving (TAPPS) terhadap Kemampuan Penalaran Adaptif
Matematis Siswa pada Konsep Hukum Newton. Jakarta: UIN Jakarta. 2017
Suprijono, Agus. Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010.
Supriyanto. FISIKA untuk SMA Kelas XII. Jakarta: PT Phibeta Aneka Gama.
2007.
Surakhmad, Winarno. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito,
1994.
Sutrisno dan Sitti Ahmiarti. Fisika Dasar I Mekanika, Fluida dan Gelombang.
Jakarta: UIN Jakarta Press. 2007.
Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2006.
Wenno, Izzak Hendrik, Pieter Wattimena dan Luky Maspaitelal. Comparative
Study between Drill Skill and Concept Attainment Model towards Physics
Learning Achievement. International Journal of Evaluation and Research in
Education (IJERE), Vol.5, No.3. 2016.
88
B. PERTANYAAN
1. Metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru fisika
a. ceramah
b. diskusi
c. tanya jawab
d. lainnya
Alasan:
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
2. Siswa senang belajar Fisika dengan metode pembelajaran yang diterapkan
oleh guru
a. ya b. tidak
Alasan:
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
3. Metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru dapat membantu saya
memahami materi Fisika
b. ya b. tidak
Alasan:
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
4. Apakah metode pembelajaran yang diterapkan masih terdapat kekurangan?
a. ya b. tidak
Alasan:
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
5. Metode pembelajaran seperti apa,yang Anda inginkan agar diterapkan oleh
guru saat mengajar?
Jawaban:
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
89
I. Standar Kompetensi
1. Menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang dalam menyelesaikan
masalah.
III. Indikator
3.1 Menjelaskan besaran-besaran fisis pada gelombang cahaya
3.2 Menjelaskan sifat-sifat umum pada gelombang cahaya
3.3 Mengaplikasikan rumus pada besaran-besaran fisis gelombang cahaya ke
dalam pemecahan masalah.
3.4 Menganalisis contoh penerapan maupun fenomena gelombang cahaya dalam
kehidupan sehari-hari.
V. Materi Ajar
Peta Konsep Gelombang Cahaya
umum misal dispersi, interferensi, difraksi, dan polarisasi, juga memiliki sifat-
sifat gelombang elektromagnetik, yaitu dapat merambat melalui ruang hampa.
Ada dua jenis cahaya, yaitu cahaya polikromatik dan cahaya monokromatik.
Cahaya polikromatik adalah cahaya yang terdiri atas banyak warna dan panjang
gelombang. Contoh cahaya polikromatik adalah cahaya putih. Adapun cahaya
monokromatik adalah cahaya yang hanya terdiri atas satu warna dan satu panjang
gelombang. Contoh cahaya monokromatik adalah cahaya merah dan ungu.
1. Difraksi adalah peristiwa pelenturan gelombang yang akan terjadi jika cahaya
melalui celah yang sangat sempit. Kita dapat melihat gejala ini dengan mudah
pada cahaya yang melewati sela jari-jari yang kita rapatkan, kemudian kita
arahkan pada sumber cahaya yang jauh, misalnya lampu neon.
2. Polarisasi adalah pembatasan atau pengkutuban dua arah getar menjadi satu
arah getar. Contoh: langit tampak biru. Polarisasi cahaya dapat terjadi karena
beberapa hal berikut:
a. Pemantulan (Reflection)
b. Pembiasan (Reflaction)
c. Absorpsi selektif (Selective Absorption)
d. Hamburan (Scattering)
Difraksi Cahaya
Pada jarak tertentu mata kita sulit membedakan posisi dua nyala lampu yang
sangat berdekatan. Coba kamu perhatikan mengapa hal ini dapat terjadi? Gejala
ini dikarenakan diameter pupil mata kita sangat sempit. Akibatnya adalah cahaya
92
dua lampu tersebut ketika sampai ke mata kita mengalami difraksi. Apakah
difraksi cahaya itu? Difraksi cahaya adalah peristiwa pelenturan cahaya yang akan
terjadi jika cahaya melalui celah yang sangat sempit. Kita dapat melihat gejala ini
dengan mudah pada cahaya yang melewati sela jari-jari yang kita rapatkan
kemudian kita arahkan pada sumber cahaya yang jauh, misalnya lampu neon, atau
dengan melihat melalui kisi tenun kain yang terkena sinar lampu yang cukup jauh.
Difraksi adalah peristiwa pelenturan gelombang yang akan terjadi jika
cahaya melalui celah yang sangat sempit. Kita dapat melihat gejala ini dengan
mudah pada cahaya yang melewati sela jari-jari yang kita rapatkan, kemudian kita
arahkan pada sumber cahaya yang jauh, misalnya lampu neon. Pola difraksi
gelombang cahaya dapat diamati dengan eksperimen menggunakan difraksi celah
tunggal dan kisi difraksi.
.
Gambar 2. Pola difraksi celah tunggal
Analogi dengan pola interferensi celah ganda Young, pola terang difraksi
celah tunggal diperoleh jika:
d sin θ = n λ, dengan n = 0, 1, 2, 3, …
Keterangan:
d = lebar celah.
Motivasi menyajikan masalah terkait fenomena cahaya sebagai Saling berinteraksi dan melakukan tanya
10 menit
gelombang (contoh kasus : jika kita merapatkan jari- jawab dengan guru
jari kita dan kemudian diarahkan ke lampu neon, apa
yang terjadi?)
jawab:
cahaya akan melewati sela jari-jari. Hal inilah yang
dikenal dengan difraksi
Eksplorasi Membagikan LKS dan meminta siswa untuk menjawab siswa berdiskusi dan menjawab
masalah yang disajikan, seperti misalnya menyajikan pertanyaan yang ada di LKS
masalah terkait fenomena cahaya sebagai gelombang
Kegiatan Inti (contoh kasus : mengapa pada gelombang air laut atau
sungai bisa terdapat pola difraksi)
Elaborasi Meminta siswa untuk saling berdiskusi dan menjawab siswa berdiskusi dan menjawab
pertanyaan yang ada di LKS pertanyaan yang ada di LKS 60 menit
Meminta siswa untuk mengerjakan soal latihan Masing-masing siswa mengerjakan soal
meminta setiap siswa untuk membuat mind mapp latihan
tentang materi yang telah dipelajari dan yang sesuai Membuat mind mapp
dengan arahan LKS
Konfirmasi meminta siswa untuk bertanya jika ada materi yang siswa bertanya tentang materi yang
tidak dipahami belum dipahami
Penarikan Membimbing siswa untuk menarik kesimpulan tentang membuat kesimpulan hasil belajar yang
kesimpulan pembelajaran yang telah dilakukan telah dilakukan
Kegiatan Akhir
Tindak Lanjut Menyuruh siswa untuk membaca materi yang akan Membaca materi selanjutnya 10 menit
diajarkan esok hari
d. peruraian
e. difraksi
Mengaplikasikan Tes Essay 3. Seberkas sinar monokhromatik Penyelesaian : 40
Tertulis dengan panjang gelombang
rumus pada 5000Ao, datang tegak lurus diketahui : λ= 5000Ao= 5x 10-7 m, d = 1/N = 1
besaran-besaran pada kisi yang terdiri dari 5000 cm/5000, n = 2
garis tiap cm, maka sudut belok
fisis gelombang pada orde terang ke 2 adalah…. Ditanya : θ = …….?
cahaya ke dalam Jawab : d sin θ = (2n) ½ λ = n λ
pemecahan
0,01/5000 sin θ = 2 . 5.10-7
masalah.
2x sin θ = 1 x
sin θ = = 0,5
θ = arc.sin 0,5
θ=
Menganalisis Tes tertulis PG 4. Jika cahaya putih diarahkan ke C. merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan
prisma maka cahaya putih akan ungu
contoh penerapan terurai menjadi cahaya ..... 20
maupun fenomena a. Merah Jika cahaya putih diarahkan ke prisma maka
b. merah dan jingga cahaya putih akan terurai menjadi cahaya merah,
gelombang cahaya jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.
c. merah, jingga, kuning, hijau,
dalam kehidupan biru, nila, dan ungu
d. merah, kuning dan hijau
sehari-hari
hitam dan putih
99
I. Standar Kompetensi
Menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang dalam menyelesaikan
masalah.
III. Indikator
3.5 Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang cahaya
3.6 Menghitung besarnya panjang gelombang elektromagnetik yang melewati celah
3.7 Menganalisis fenomena gelombang cahaya dalam kehidupan sehari-hari.
V. Materi Ajar
Peta Konsep Gelombang Cahaya
Ada dua jenis cahaya, yaitu cahaya polikromatik dan cahaya monokromatik.
Cahaya polikromatik adalah cahaya yang terdiri atas banyak warna dan panjang
gelombang. Contoh cahaya polikromatik adalah cahaya putih. Adapun cahaya
monokromatik adalah cahaya yang hanya terdiri atas satu warna dan satu panjang
gelombang. Contoh cahaya monokromatik adalah cahaya merah dan ungu.
Polarisasi Cahaya
Cahaya termasuk gelombang tranversal. Hal ini dibuktikan oleh peristiwa
polarisasi cahaya. Polarisasi cahaya adalah pembatasan atau pengutuban dua arah getar
menjadi satu arah getar. Gelombang cahaya yang belum terpolarisasi mempunyai dua
arah getar. Ketika cahaya tersebut dilewatkan pada sebuah celah (polarisator), cahaya
mengalami pengutuban (polarisasi) sehingga cahaya hanya mempunyai satu arah getar.
Interferensi Cahaya
Interferensi cahaya terjadi jika dua berkas cahaya yang koheren (memiliki
frekuensi yang sama dan beda fase yang tetap) mengenai suatu titik secara bersamaan.
Pada peristiwa interferensi, jika berkas-berkas cahaya yang datang memiliki fase yang
sama maka akan terjadi interferensi konstruktif (saling menguatkan) sehingga pada titik
tersebut akan terlihat titik terang. Sebaliknya, jika berkas cahaya tersebut memiliki fase
yang berlawanan maka akan terjadi interferensi destruktif (saling memperlemah)
sehingga pada titik tersebut akan terjadi titik gelap. Penelitian mengenai interferensi
cahaya dilakukan oleh Thomas Young.
103
Orientasi Berdoa bersama, mengecek kesiapan siswa dan mempersiapkan buku pelajaran dan
menyiapkan media pembelajaran. berdoa bersama
mengecek kesiapan siswa Siswa tertib dan siap belajar
Apersepsi menggali pengetahuan siswa dengan memberi menjawab pertanyaan yang diberikan
Kegiatan Awal
Elaborasi Meminta siswa untuk saling berdiskusi dan menjawab siswa berdiskusi dan menjawab
pertanyaan yang ada di LKS pertanyaan yang ada di LKS
Meminta siswa untuk mengerjakan soal latihan Siswa mengerjakan soal latihan
meminta setiap siswa untuk membuat mind mapp Membuat mind mapp
tentang materi yang telah dipelajari dan yang sesuai
dengan arahan LKS
Konfirmasi meminta siswa untuk bertanya jika ada materi yang siswa untuk bertanya jika ada materi
tidak dipahami yang tidak dipahami
105
Penarikan Membimbing siswa untuk menarik kesimpulan tentang Membuat kesimpulan hasil belajar yang
kesimpulan pembelajaran yang telah dilakukan telah dilakukan
Memberikan penjelasan, dan penguatan konsep jika Mendengarkan penjelasan guru
ada yang kurang tepat
Kegiatan Akhir
Meminta siswa mengumpulkan mind mapp yang dibuat siswa mengumpulkan mind mapp 10 menit
Tindak Lanjut Menyuruh siswa untuk membaca materi yang akan Membaca materi selanjutnya
diajarkan esok hari
a. Penilaian Kognitif
Teknik penilaian : Tes tertulis
Instrumen : Pilihan Ganda dan Uraian
106
Menghitung Tes Tertulis Essay 3. Terang pusat pada layar yang Penyelesaian : 25
berjarak satu meter dari celah.
besarnya panjang Panjang gelombang cahaya yang Dik : d = 0,2 mm = 2 x 10-4 m
gelombang digunakan adalah… P = 7,5 mm = 7,5 x 10-3 m
elektromagnetik L=1m n=3
yang melewati Ditanyakan: λ ?
celah Jawab :
108
STANDAR KOMPETENSI
1. Menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang dalam menyelesaikan
masalah.
KOMPETENSI DASAR
2.1 Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang cahaya secara umum.
2.2 Menerapkan konsep dan prinsip gelombang cahaya dalam pemanfaatan teknologi.
INDIKATOR
3.1 Menjelaskan sifat-sifat umum pada dispersi cahaya
3.2 Mengaplikasikan rumus pada besaran-besaran fisis terkait dispersi cahaya ke dalam
pemecahan masalah
3.3 Memahami contoh penerapan maupun fenomena dispersi cahaya dalam kehidupan
sehari-hari
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat :
MATERI AJAR
Peta Konsep Gelombang Cahaya
Cahaya memang menarik untuk dipelajari. Sejak berabad-abad yang lalu banyak
ahli yang tertarik untuk meneliti cahaya. Sebagai contoh adalah Newton dan Maxwell.
Teori Newton tentang cahaya terkenal dengan teori partikel cahaya sedangkan teori
Maxwell terkenal dengan gelombang elektromagnetik. Fisikawan lain yang juga tertarik
akan cahaya adalah Huygens, Thomas Young, dan Fresnell. Cahaya merupakan radiasi
gelombang elektromagnetik yang dapat dideteksi mata manusia. Karena itu, cahaya selain
memiliki sifat-sifat gelombang secara umum misal dispersi, interferensi, difraksi, dan
polarisasi, juga memiliki sifat-sifat gelombang elektromagnetik, yaitu dapat merambat
melalui ruang hampa.
Ada dua jenis cahaya, yaitu cahaya polikromatik dan cahaya monokromatik.
Cahaya polikromatik adalah cahaya yang terdiri atas banyak warna dan panjang
gelombang. Contoh cahaya polikromatik adalah cahaya putih. Adapun cahaya
monokromatik adalah cahaya yang hanya terdiri atas satu warna dan satu panjang
gelombang. Contoh cahaya monokromatik adalah cahaya merah dan ungu.
Dispersi Cahaya
Monitor LED (Light Emitting Diode) memiliki teknologi yang sama dengan
LCD. Perbedaan secara fisik pada LED komputer umumnya terletak pada bentuknya
yang lebih ramping / tipis. Sedangkan perbedaan secara umum antara LED dan LCD
hanya terletak pada sistem pencahayaannya yang menggunakan teknologi LED backlight.
METODE PEMBELAJARAN
LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN
TAHAPAN WAKTU
GURU SISWA
Eksplorasi Membagikan LKS dan meminta siswa untuk siswa berdiskusi dan menjawab
menjawab masalah yang disajikan, seperti pertanyaan yang ada di LKS
Kegiatan
Elaborasi Meminta siswa untuk saling berdiskusi dan siswa berdiskusi dan menjawab
menjawab pertanyaan yang ada di LKS pertanyaan yang ada di LKS
Meminta siswa untuk mengerjakan soal latihan siswa mengerjakan soal latihan
meminta setiap siswa untuk membuat mind mapp Membuat mind mapp
tentang materi yang telah dipelajari sesuai dengan
arahan LKS
Konfirmasi meminta siswa untuk bertanya jika ada materi siswa bertanya kepada guru
yang belum dipahami
Penarikan Membimbing siswa untuk menarik kesimpulan membuat kesimpulan hasil belajar
kesimpulan tentang pembelajaran yang telah dilakukan yang telah dilakukan
Memberikan penjelasan dan penguatan konsep mendengarkan penjelasan guru 20 menit
jika ada yang kurang tepat
Kegiatan Akhir
meminta siswa mengumpulkan mind mapp yang siswa mengumpulkan mind mapp
dibuat
Evaluasi memberikan soal evaluasi mengerjakan soal evaluasi
Tindak Lanjut Menyuruh siswa untuk mengerjakan soal latihan Belajar di rumah, latihan soal untuk
terkait perubahan fase gelombang cahaya, persiapan posttes
polarisasi, interferensi, dispersi, difraksi cahaya
dan pemanfaatannya dalam teknologi , karena
pertemua selanjutnya akan diadakan post tes
Sumber : 1. Kanginan, Marthen. Fisika untuk SMA Kelas XII. Jakarta : Erlangga. 2007
2. Supriyanto. FISIKA Untuk SMA Kelas XII. Jakarta : Phibeta. 2007
3. Supriyanti, Yuni, dkk. Modul Excelent Fisika. Jakarta : Swadaya Murni
4. LKS Fisika untuk Kelas XII
PENILAIAN HASIL BELAJAR
a. Penilaian Kognitif
Teknik penilaian : Tes tertulis
Instrumen : Pilihan Ganda dan Uraian
c. Penilaian Aktivitas Siswa
Penilaian Kognitif
e. Cepat rambat
Menghitung Tes Tertulis Essay 5. Seberkas cahaya putih menembus Diketahui: β = 10° 40
sebuah prisma tipis dengan sudut
salah satu pembias 10°, jika indeks bias untuk nm = 1,49
besaran fisis cahaya merah dan ungu masing- nu = 1,52
masing 1,49 dan 1,52, tentukanlah
terkait dispersi besar sudut dispersinya! Ditanyakan: φ = . . .?
cahaya
Jawab: φ = (nu – nm) β
φ = (1,52 – 1,49)10°
φ = (0,03)10°
φ = 0,3°
Standar Kompetensi
Menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang dalam menyelesaikan
masalah.
Kompetensi Dasar
2.1 Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang cahaya.
2.2 Menerapkan konsep dan prinsip gelombang cahaya dalam teknologi.
Indikator
3.1 Menjelaskan besaran-besaran fisis pada gelombang cahaya
3.2 Menentukan besarnya cahaya yang terpolarisasi
3.3 Menghitung besarnya panjang gelombang elektromagnetik yang melewati celah
3.4 Menganalisis fenomena gelombang cahaya dalam kehidupan sehari-hari
Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat :
Materi Ajar
Cahaya Sebagai Gelombang
Cahaya memang menarik untuk dipelajari. Sejak berabad-abad yang lalu banyak
ahli yang tertarik untuk meneliti cahaya. Sebagai contoh adalah Newton dan Maxwell.
Teori Newton tentang cahaya terkenal dengan teori partikel cahaya sedangkan teori
Maxwell terkenal dengan gelombang elektromagnetik. Fisikawan lain yang juga tertarik
akan cahaya adalah Huygens, Thomas Young, dan Fresnell. Tokoh-tokoh fisika ini cukup
banyak memberikan sumbangan terhadap perkembangan teori tentang cahaya.
Cahaya merupakan radiasi gelombang elektromagnetik yang dapat dideteksi mata
manusia. Karena itu, cahaya selain memiliki sifat-sifat gelombang secara umum misal
dispersi, interferensi, difraksi, dan polarisasi, juga memiliki sifat-sifat gelombang
elektromagnetik, yaitu dapat merambat melalui ruang hampa.
Ada dua jenis cahaya, yaitu cahaya polikromatik dan cahaya monokromatik.
Cahaya polikromatik adalah cahaya yang terdiri atas banyak warna dan panjang
gelombang. Contoh cahaya polikromatik adalah cahaya putih. Adapun cahaya
monokromatik adalah cahaya yang hanya terdiri atas satu warna dan satu panjang
gelombang. Contoh cahaya monokromatik adalah cahaya merah dan ungu.
Polarisasi Cahaya
Difraksi Cahaya
Pada jarak tertentu mata kita sulit membedakan posisi dua nyala lampu yang
sangat berdekatan. Coba kamu perhatikan mengapa hal ini dapat terjadi? Gejala ini
dikarenakan diameter pupil mata kita sangat sempit. Akibatnya adalah cahaya dua lampu
tersebut ketika sampai ke mata kita mengalami difraksi. Apakah difraksi cahaya itu?
Difraksi cahaya adalah peristiwa pelenturan cahaya yang akan terjadi jika cahaya melalui
celah yang sangat sempit. Kita dapat melihat gejala ini dengan mudah pada cahaya yang
melewati sela jari-jari yang kita rapatkan kemudian kita arahkan pada sumber cahaya
yang jauh, misalnya lampu neon, atau dengan melihat melalui kisi tenun kain yang
terkena sinar lampu yang cukup jauh.
Dispersi Cahaya
Cahaya memang menjadikan kehidupan ini terlihat indah. Cobalah perhatikan
pelangi yang muncul pada saat musim hujan! Ada banyak warna melengkung indah
menghias angkasa. Pernahkah kamu mengamati pelangi? Mengapa pelangi terjadi pada
saat gerimis atau setelah hujan turun dan matahari tetap bersinar? Peristiwa terjadinya
pelangi merupakan gejala dispersi cahaya. Gejala dispersi cahaya adalah gejala peruraian
cahaya putih (polikromatik) menjadi cahaya berwarna-warni (monokromatik).
Di depan telah disinggung bahwa cahaya putih merupakan cahaya polikromatik,
artinya cahaya yang terdiri atas banyak warna dan panjang gelombang. Jika cahaya putih
diarahkan ke prisma maka cahaya putih akan terurai menjadi cahaya merah, jingga,
kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Cahaya-cahaya ini memiliki panjang gelombang yang
berbeda. Setiap panjang gelombang memiliki indeks bias yang berbeda. Semakin kecil
panjang gelombangnya semakin besar indeks biasnya. Indeks bias cahaya tersebut adalah
ungu > nila > biru > hijau > kuning > jingga >merah.Selisih antara sudut deviasi untuk
cahaya ungu dan merah disebut sudut dispersi.
Interferensi Cahaya
Interferensi cahaya terjadi jika dua berkas cahaya yang koheren (memiliki
frekuensi yang sama dan beda fase yang tetap) mengenai suatu titik secara bersamaan.
Pada peristiwa interferensi, jika berkas-berkas cahaya yang datang memiliki fase yang
sama maka akan terjadi interferensi konstruktif (saling menguatkan) sehingga pada titik
tersebut akan terlihat titik terang. Sebaliknya, jika berkas cahaya tersebut memiliki fase
yang berlawanan maka akan terjadi interferensi destruktif (saling memperlemah)
123
sehingga pada titik tersebut akan terjadi titik gelap. Penelitian mengenai interferensi
cahaya dilakukan oleh Thomas Young. Young melewatkan cahaya matahari melalui
lubang kecil (So) yang dibuat pada layar A. Sinar yang keluar melebar karena adanya
difraksi dan jatuh pada lubang kecil (S1 dan S2) yang dibuat pada layar B. Dari sini
kemudian diteruskan ke layar C.
Metode Pembelajaran
Orientasi Memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam, Menjawab salam,absensi dan kabar seta
berdoa, melakukan absensi, dan menanyakan kabar berdoa bersama
siswa. menyimak
Menjelaskan tujuan pembelajaran mempersiapkan buku pelajaran
Mengecek kesiapan siswa
Memotivasi siswa untuk terlibat pada aktivitas
pembelajaran menyimak dan memotivasi diri
Apersepsi menggali pengetahuan siswa dengan memberi menjawab pertanyaan yang diberikan
pertanyaan oleh guru
(mengapa,matahari yang jauh di langit, sinarnya bisa
Kegiatan Awal
Tindak Lanjut Meminta siswa untuk membaca materi yang akan Membaca materi selanjutnya
diajarkan esok hari 10 menit
Sumber : Kanginan, Marthen, Fisika untuk SMA Kelas XII, Jakarta : Erlangga, 2007
Supriyanti, Yuni, dkk, Modul Excelent Fisika, Jakarta : Swadaya Murni
LKS Fisika untuk Kelas XII
Penilaian Hasil Belajar
Penilaian Kognitif
Teknik penilaian : Tes tertulis
Instrumen : Pilihan Ganda dan Uraian
Penilaian Aktivitas Siswa
Penilaian Kognitif
Penilaian Kognitif Siswa
e. Cepat rambat
Menentukan besarnya Tes Essay 8. Suatu zat terletak di dalam air Penyelesaian : 30
cahaya yang Tertulis dengan indeks bias n1 = 4/3.
seberkas sinar yang mengenai zat Dik : n 1 = 4/3, Ɵ1 = 600
terpolarisasi Ditanya : n 2 = ?
ini akan mengalami polarisasi jika
sinar datang dengan sudut Gunakan persamaan sudut brewster untuk
polarisasi Ɵ1= 600. Hitung Berapa menentukan indeks bias zat n2 !
besar indeks bias zat n2 ? Tan Ɵ1 = n2 : n1
n2 = n1 tan Ɵ1
n2 = 4/3 tan 600
n2 = 4/3 x √3 = 4/3√3
jadi besar indeks bias zat n2 adalah 4/3√3.
Menghitung besarnya Tes tertulis Essay 4. Jarak pola terang kedua dari terang
panjang gelombang pusat pada percobaan Young adalah 2
cm. Jika jarak antara dua celah adalah 30
elektromagnetik yang
melewati celah 0,3 mm dan layar berada 5 m dari
celah, maka panjang gelombang cahaya
yang digunakan adalah ….
a. 400 nm d. 450 nm
b. 500 nm e. 560 nm
c. 600 nm
terlebih dahulu disinari dengan laser. Cara kerja holografi sebagai berikut :
Objek tersebut kemudian akan
memantulkan sinar dari laser. Paduan Objek yang akan dibuat hologram,
antara laser dengan sinar yang terlebih dahulu disinari dengan laser.
dipantulkan objek akan menyebabkan Objek tersebut kemudian akan
memantulkan sinar dari laser.
terjadinya terjadinya efek interferensi.
Paduan antara laser dengan sinar yang
Efek interferensi inilah yang
dipantulkan objek akan menyebabkan
menampilkan bayangan objek tiga terjadinya terjadinya efek interferensi.
dimensi. Efek interferensi inilah yang
Pernyataan tersebut termasuk dalam.... menampilkan bayangan objek tiga
dimensi.
a. Cara kerja hologram
b. Cara kerja mesin foto copy
c. Cara kerja holografi
d. Cara kerja laser
e. Cara kerja serat optik
Standar Kompetensi
Menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang dalam menyelesaikan
masalah.
Kompetensi Dasar
2.1 Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang cahaya.
2.2 Menerapkan konsep dan prinsip gelombang cahaya dalam teknologi.
Indikator
3.1 Menghitung besarnya panjang gelombang elektromagnetik yang melewati celah
3.2 Menganalisis fenomena gelombang cahaya dalam kehidupan sehari-hari
Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat :
Ada dua jenis cahaya, yaitu cahaya polikromatik dan cahaya monokromatik. Cahaya
polikromatik adalah cahaya yang terdiri atas banyak warna dan panjang gelombang. Contoh
cahaya polikromatik adalah cahaya putih. Adapun cahaya monokromatik adalah cahaya yang
hanya terdiri atas satu warna dan satu panjang gelombang. Contoh cahaya monokromatik adalah
cahaya merah dan ungu.
Dispersi Cahaya
Cahaya memang menjadikan kehidupan ini terlihat indah. Cobalah perhatikan pelangi
yang muncul pada saat musim hujan! Ada banyak warna melengkung indah menghias angkasa.
Pernahkah kamu mengamati pelangi? Mengapa pelangi terjadi pada saat gerimis atau setelah
hujan turun dan matahari tetap bersinar? Peristiwa terjadinya pelangi merupakan gejala dispersi
cahaya. Gejala dispersi cahaya adalah gejala peruraian cahaya putih (polikromatik) menjadi
cahaya berwarna-warni (monokromatik).
Di depan telah disinggung bahwa cahaya putih merupakan cahaya polikromatik, artinya
cahaya yang terdiri atas banyak warna dan panjang gelombang. Jika cahaya putih diarahkan ke
prisma maka cahaya putih akan terurai menjadi cahaya merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila,
dan ungu. Cahaya-cahaya ini memiliki panjang gelombang yang berbeda. Setiap panjang
gelombang memiliki indeks bias yang berbeda. Semakin kecil panjang gelombangnya semakin
besar indeks biasnya. Indeks bias cahaya tersebut adalah ungu > nila > biru > hijau > kuning >
jingga > merah. Selisih antara sudut deviasi untuk cahaya ungu dan merah disebut sudut
dispersi.
Polarisasi Cahaya
Cahaya termasuk gelombang tranversal. Hal ini dibuktikan oleh peristiwa polarisasi
cahaya. Polarisasi cahaya adalah pembatasan atau pengutuban dua arah getar menjadi satu arah
131
getar. Gelombang cahaya yang belum terpolarisasi mempunyai dua arah getar. Ketika cahaya
tersebut dilewatkan pada sebuah celah (polarisator), cahaya mengalami pengutuban (polarisasi)
sehingga cahaya hanya mempunyai satu arah getar.
Difraksi Cahaya
Pada jarak tertentu mata kita sulit membedakan posisi dua nyala lampu yang sangat
berdekatan. Coba kamu perhatikan mengapa hal ini dapat terjadi? Gejala ini dikarenakan
diameter pupil mata kita sangat sempit. Akibatnya adalah cahaya dua lampu tersebut ketika
sampai ke mata kita mengalami difraksi. Apakah difraksi cahaya itu? Difraksi cahaya adalah
peristiwa pelenturan cahaya yang akan terjadi jika cahaya melalui celah yang sangat sempit.
Kita dapat melihat gejala ini dengan mudah pada cahaya yang melewati sela jari-jari yang kita
rapatkan kemudian kita arahkan pada sumber cahaya yang jauh, misalnya lampu neon, atau
dengan melihat melalui kisi tenun kain yang terkena sinar lampu yang cukup jauh.
Interferensi Cahaya
Interferensi cahaya terjadi jika dua berkas cahaya yang koheren (memiliki frekuensi
yang sama dan beda fase yang tetap) mengenai suatu titik secara bersamaan. Pada peristiwa
interferensi, jika berkas-berkas cahaya yang datang memiliki fase yang sama maka akan terjadi
interferensi konstruktif (saling menguatkan) sehingga pada titik tersebut akan terlihat titik
terang. Sebaliknya, jika berkas cahaya tersebut memiliki fase yang berlawanan maka akan
terjadi interferensi destruktif (saling memperlemah) sehingga pada titik tersebut akan terjadi
titik gelap. Penelitian mengenai interferensi cahaya dilakukan oleh Thomas Young. Young
melewatkan cahaya matahari melalui lubang kecil (So) yang dibuat pada layar A. Sinar yang
keluar melebar karena adanya difraksi dan jatuh pada lubang kecil (S1 dan S2) yang dibuat pada
layar B. Dari sini kemudian diteruskan ke layar C.
Metode Pembelajaran
Orientasi memulai pembelajaran dengan mengucap salam, Menjawab salam, mempersiapkan buku
berdoa, mengecek kesiapan siswa dan menyiapkan pelajaran dan berdoa bersama
media pembelajaran. Siswa tertib dan siap belajar
mengecek kesiapan siswa
Apersepsi menggali pengetahuan siswa dengan memberi menjawab pertanyaan yang diberikan
pertanyaan oleh guru
(mengapa,matahari yang jauh di langit, sinarnya bisa
sampai ke bumi sehingga kita dapat melihat sinarnya?)
Kegiatan Awal
Tindak Lanjut Menyuruh siswa untuk membaca materi yang akan Membaca materi selanjutnya
diajarkan esok hari 10 menit
Penilaian Kognitif
Teknik penilaian : Tes tertulis
Instrumen : Pilihan Ganda dan Uraian
Penilaian Aktivitas Siswa
Penilaian Kognitif
Penilaian Afektif
e. Cepat rambat
Menghitung Tes Essay Terang pusat pada layar yang berjarak satu Penyelesaian : 30
Tertulis meter dari celah. Panjang gelombang cahaya
besarnya panjang yang digunakan adalah… Dik : d = 0,2 mm = 2 x 10-4 m
gelombang P = 7,5 mm = 7,5 x 10-3 m
elektromagnetik
L=1m n=3
yang melewati
Ditanyakan: λ ?
celah
Jawab :
Tes tertulis PG Seberkas cahaya mngenai suatu celah yang E. 5,60 x 10-7 m
lebarnya 0,4 mm secara tegak lurus. Di
belakang celah terdapat sebuah lensa positif Diketahui : 10
dengan jarak focus 40 cm. Garis terang pusat d = 0,4 mm = 4 x 10-4 m
dan garis gelap pertama pada layar di bidang
focus lensa berjarak sebesar 0,56 mm. l = 40 cm = 4 x 10-1 m
Panjang gelombang cahaya yang digunakan
P = 0,56 mm = 5,6 x 10-4 m
adalah…
n= 1
a. 1,60 x 10-7 m
136
Menganalisis PG Jika cahaya putih diarahkan ke prisma maka D. merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, 10
fenomena cahaya putih akan terurai menjadi dan ungu
Tes tertulis cahaya...........
gelombang
a. Merah
cahaya dalam Jika cahaya putih diarahkan ke prisma maka
b. merah dan jingga
kehidupan sehari- c. merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, cahaya putih akan terurai menjadi cahaya
hari dan ungu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan
d. merah, kuning dan hijau ungu.
e. hitam dan putih
Essay Pada jarak tertentu mata kita sulit Karena diameter pupil mata kita sangat sempit. 30
membedakan posisi dua nyala lampu yang Akibatnya adalah cahaya dua lampu tersebut
sangat berdekatan, hal ini dikarenakan ? ...... ketika sampai ke mata kita mengalami difraksi.
layar adalah… l= 2m
P = 6 cm = 6 x 10-2 m
Ditanyakan : n ?
Jawab :
STANDAR KOMPETENSI
Menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang dalam menyelesaikan
masalah.
KOMPETENSI DASAR
2.1 Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang cahaya.
2.2 Menerapkan konsep dan prinsip gelombang cahaya dalam teknologi.
INDIKATOR
3.1 Mendeskripsikan konsep terjadinya dispersi dan difraksi cahaya
3.2 Menghitung besarnya panjang gelombang elektromagnetik yang melewati celah
3.3 Menganalisis fenomena gelombang cahaya dalam kehidupan sehari-hari serta
pemanfaatannya dalam teknologi.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat :
Cahaya memang menarik untuk dipelajari. Sejak berabad-abad yang lalu banyak ahli
yang tertarik untuk meneliti cahaya. Sebagai contoh adalah Newton dan Maxwell. Teori Newton
tentang cahaya terkenal dengan teori partikel cahaya sedangkan teori Maxwell terkenal dengan
139
gelombang elektromagnetik. Fisikawan lain yang juga tertarik akan cahaya adalah Huygens,
Thomas Young, dan Fresnell. Cahaya merupakan radiasi gelombang elektromagnetik yang
dapat dideteksi mata manusia. Karena itu, cahaya selain memiliki sifat-sifat gelombang secara
umum misal dispersi, interferensi, difraksi, dan polarisasi, juga memiliki sifat-sifat gelombang
elektromagnetik, yaitu dapat merambat melalui ruang hampa.
Ada dua jenis cahaya, yaitu cahaya polikromatik dan cahaya monokromatik. Cahaya
polikromatik adalah cahaya yang terdiri atas banyak warna dan panjang gelombang. Contoh
cahaya polikromatik adalah cahaya putih. Adapun cahaya monokromatik adalah cahaya yang
hanya terdiri atas satu warna dan satu panjang gelombang. Contoh cahaya monokromatik adalah
cahaya merah dan ungu.
Dispersi Cahaya
Cahaya memang menjadikan kehidupan ini terlihat indah. Cobalah perhatikan pelangi
yang muncul pada saat musim hujan! Ada banyak warna melengkung indah menghias angkasa.
Pernahkah kamu mengamati pelangi? Mengapa pelangi terjadi pada saat gerimis atau setelah
hujan turun dan matahari tetap bersinar? Peristiwa terjadinya pelangi merupakan gejala dispersi
cahaya. Gejala dispersi cahaya adalah gejala peruraian cahaya putih (polikromatik) menjadi
cahaya berwarna-warni (monokromatik).
Di depan telah disinggung bahwa cahaya putih merupakan cahaya polikromatik, artinya
cahaya yang terdiri atas banyak warna dan panjang gelombang. Jika cahaya putih diarahkan ke
prisma maka cahaya putih akan terurai menjadi cahaya merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila,
dan ungu. Cahaya-cahaya ini memiliki panjang gelombang yang berbeda. Setiap panjang
gelombang memiliki indeks bias yang berbeda. Semakin kecil panjang gelombangnya semakin
besar indeks biasnya. Indeks bias cahaya tersebut adalah ungu > nila > biru > hijau > kuning >
jingga > merah. Selisih antara sudut deviasi untuk cahaya ungu dan merah disebut sudut
dispersi.
Difraksi Cahaya
Pada jarak tertentu mata kita sulit membedakan posisi dua nyala lampu yang sangat
berdekatan. Coba kamu perhatikan mengapa hal ini dapat terjadi? Gejala ini dikarenakan
diameter pupil mata kita sangat sempit. Akibatnya adalah cahaya dua lampu tersebut ketika
sampai ke mata kita mengalami difraksi. Apakah difraksi cahaya itu? Difraksi cahaya adalah
peristiwa pelenturan cahaya yang akan terjadi jika cahaya melalui celah yang sangat sempit.
Kita dapat melihat gejala ini dengan mudah pada cahaya yang melewati sela jari-jari yang kita
rapatkan kemudian kita arahkan pada sumber cahaya yang jauh, misalnya lampu neon, atau
dengan melihat melalui kisi tenun kain yang terkena sinar lampu yang cukup jauh.
LCD (Liquid Crystal Display) menggunakan teknologi yang disebut dengan „kristal
cair‟ sebagai penghasil gambar monitor. Kelebihan monitor LCD adalah minimnya konsumsi
energi yang digunakan juga memiliki kontras gambar yang lebih tajam dibandingkan dengan
CRT. Pada teknologi LCD sumber cahaya berasal dari lampu neon berwarna putih yang
tersusun secara merata pada bagian belakang susunan pixel (kristal cair) tadi yang jumlahnya
mencapai jutaan piksel hingga membentu sebuah gambar.
Monitor LED (Light Emitting Diode) memiliki teknologi yang sama dengan LCD.
Perbedaan secara fisik pada LED komputer umumnya terletak pada bentuknya yang lebih
ramping / tipis. Sedangkan perbedaan secara umum antara LED dan LCD hanya terletak pada
sistem pencahayaannya yang menggunakan teknologi LED backlight.
141
METODE PEMBELAJARAN
Orientasi memberikan salam dan memulai pembelajaran dengan Menjawab salam, mempersiapkan buku
berdoa, mengecek kesiapan siswa dan menyiapkan pelajaran dan berdoa bersama
media pembelajaran.
mengecek kesiapan siswa
Siswa tertib dan siap belajar
Apersepsi menggali pengetahuan siswa dengan menyajikan menjawab pertanyaan yang diberikan
masalah tekait fenomena difraksi oleh guru
(mengapa,kita bisa melihat warna – warni seperti
warnapelangi pada kepingan compact disc?)
Kegiatan Awal
hari 60 menit
Menjelaskan materi dispersi dan difraksi cahaya
Inti
Tindak Lanjut Meminta siswa untuk mengerjakan soal latihan terkait Belajar di rumah dan mengerjakan
perubahan fase gelombang cahaya, polarisasi, latihan soal untuk persiapan posttes
interferensi, dispersi, difraksi cahaya dan
pemanfaatannya dalam teknologi , karena pertemuan
selanjutnya akan diadakan pos tes
Media : Power Point, Lembar Kerja Siswa (LKS) Fisika, kertas gambar
Alat : Infocus, papan tulis, pensil warna , crayon, spidol, spidol gambar, dll
144
Sumber : 1. Kanginan, Marthen. Fisika untuk SMA Kelas XII. Jakarta : Erlangga. 2007
2. Supriyanto. FISIKA Untuk SMA Kelas XII. Jakarta : Phibeta. 2007
3. Supriyanti, Yuni, dkk. Modul Excelent Fisika. Jakarta : Swadaya Murni
4. LKS Fisika untuk Kelas XII
PENILAIAN HASIL BELAJAR
Penilaian Kognitif
Teknik penilaian : Tes tertulis
Instrumen : Pilihan Ganda dan Uraian
Penilaian Aktivitas Siswa
Penilaian Kognitif
Teknik Bentuk
Indikator penyampaian Instrumen / Soal Kunci Jawaban Skor
Penilaian Instrument
c. Polarisasi
d. Interferensi
e. Cepat rambat
Menghitung salah satu besaran Tes Tertulis Essay Seberkas cahaya putih menembus Diketahui: β = 10° 35
sebuah prisma tipis dengan sudut nm = 1,49
fisis terkait dispersi cahaya pembias 10°, jika indeks bias untuk nu = 1,52
cahaya merah dan ungu masing- Ditanyakan: φ = . . .?
masing 1,49 dan 1,52, tentukanlah Jawab: φ = (nu – nm) β
besar sudut dispersinya! φ = (1,52 – 1,49)10°
φ = (0,03)10°
φ = 0,3°
Menganalisis fenomena PG Jika cahaya putih diarahkan ke C. merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, 10
gelombang cahaya dalam prisma maka cahaya putih akan dan ungu
Tes tertulis terurai menjadi cahaya........... Jika cahaya putih diarahkan ke prisma maka
kehidupan sehari-hari
a. Merah cahaya putih akan terurai menjadi cahaya merah,
b. merah dan jingga jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.
c. merah, jingga, kuning, hijau
biru, nila, dan ungu
d. merah, kuning dan hijau
e. hitam dan putih
Essay 5. Sebutkan kelebihan dari LED Kelebihan Monitor LED 35
Kompetensi Dasar
Indikator Pencapaian
Tujuan Pembelajaran
TAHUKAH KAMU?
Pernahkah kamu melihat pelangi setelah turun hujan? Apakah yang menyebabkan
mata kita dapat melihat warna – warna cahaya pelangi?
Tinjauan Konsep
Tinjauan Konsep :
SPEKTRUM CAHAYA
Adapun urutan frekuensi cahaya tampak dari kecil ke besar, seperti warna
cahaya padapelangi yang sering kita lihat
DIFRAKSI
Pada jarak tertentu mata kita sulit membedakan posisi dua nyala lampu
yang sangat berdekatan. Coba kamu perhatikan mengapa hal ini dapat terjadi?
Gejala ini dikarenakan diameter pupil mata kita sangat sempit. Akibatnya adalah
cahaya dua lampu tersebut ketika sampai ke mata kita mengalami difraksi.
Apakah difraksi cahaya itu? Difraksi cahaya adalah peristiwa pelenturan
cahaya yang akan terjadi jika cahaya melalui celah yang sangat sempit.
149
Persamaan Rumus :
DIFRAKSI CELAH
TUNGGAL
Persamaan Rumus:
DIFRAKSI PADA
KISI
150
Kamu dapat melihat gejala ini dengan mudah pada cahaya yang melewati sela
jari-jari yang kita rapatkan kemudian kita arahkan pada sumber cahaya yang jauh,
misalnya lampu neon, atau dengan melihat melalui kisi tenun kain yang terkena
sinar lampu yang cukup jauh.
1. Menentukan pusat topik yang akan dibuat mind map. Pusat mind map
merupakan ide atau gagasan utama.
2. Membuat cabang utama yang sering disebut Basic Ordering Ideas (BOI),
merupakan cabang tingkat pertama yang langsung memancar dari pusat mind
map.
3. Melengkapi setiap cabang utama (BOI) dengan cabang – cabang yang berisi
data – data pendukung yang terkait.
4. Melengkapi setiap cabang dengan image baik berupa gambar, simbol, kode,
daftar, grafik dan garis penghubung bila ada BOI yang saling terkait satu
dengan yang lainnya.
Petunjuk :
Setelah kamu membaca, isilah titik - titik pada bagan tersebut, dengan jawaban
yang paling tepat.
Jawablah beberapa kasus dibawah ini, dan berikan kesimpulam serta jawaban
yang paling tepat!
1. Fenomena : sinar cahaya matahari yang melewati kisi ventilasi rumah
memberikan bayangan, pantulan sinar.
151
Anggota Kelompok :
Kelas :
Pertemuan : 2 (kedua)
Tujuan Pembelajaran :
TAHUKAH KAMU?
Dalam kehidupan sehari-hari, pernahkah kamu melihat gelembung air sabun yang
terlihat berwarna, warni? Begitu juga genangan minyak tanah diatas permukaan
air, akan terlihat sama berwarna warni. Tahukah Kamu ? Mengapa bisa demikian?
POLARISASICAHAYA
1. Penyerapan
Polarisasi jenis ini dapat terjadi dengan bantuan kristal polaroid. Bahan
polaroid bersifat meneruskan cahaya dengan arah getar tertentu dan menyerap
cahaya dengan arah getar yang lain. Cahaya yang diteruskan adalah cahaya yang
arah getarnya sejajar dengan sumbu polarisasi polaroid.
Gambar 4. Dua buah polaroid, polaroid pertama disebut polarisator dan polaroid
kedua disebut analisator dengan sumbu transmisi membentuk sudut θ
Jika cahaya alami tidak terpolarisasi yang jatuh pada polaroid pertama
(polarisator) memiliki intensitas I0, maka cahaya terpolarisasi yang melewati
polarisator adalah: I1 = ½ I0
Cahaya dengan intensitas I1 ini kemudian menuju analisator dan akan keluar
dengan intensitas menjadi: I2 = I1 cos2θ = ½ I0 cos2θ
2. Hamburan
3. Pemantulan
4. Pembiasan Ganda
INTERFERENSI
Interferensi adalah
.............................................................
INTERFERENSI
...........................................................................
...........................................................................
....................................
.........................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
157
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
158
Tugas Individu
Petunjuk :
Setelah kamu membaca, isilah titik - titik pada bagan tersebut, dengan jawaban
yang paling tepat
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
.
160
Kompetensi Dasar
Indikator Pencapaian
Tujuan Pembelajaran
Kamu dapat melihat gejala ini dengan mudah pada cahaya yang melewati sela
jari-jari yang kita rapatkan kemudian kita arahkan pada sumber cahaya yang jauh,
misalnya lampu neon, atau dengan melihat melalui kisi tenun kain yang terkena
sinar lampu yang cukup jauh.
161
Tinjauan Konsep
DISPERSI
Jawab :
................................................................................................................................
................................................................................................................................
..............................................................................................................................
162
Jawab :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
Petunjuk :
Setelah kamu membaca, isilah titik - titik pada bagan tersebut, dengan jawaban
yang paling tepat
Jawablah beberapa kasus dibawah ini, dan berikan kesimpulam serta jawaban
yang paling tepat!
7. Fenomena : contoh fenomen dari sifat dispersi
MIND MAPPING
164
Indikator Aspek
Indikator Soal Instrument / Soal Kunci Jawaban
Pembelajaran Kognitif
Mendeskripsikan pengertian 1. Jarak yang ditempuh gelombang E. Panjang gelombang (λ) C1
panjang gelombang dalam 1 periode, atau besarnya
jarak satu bukit satu lembah Panjang gelombang (λ) adalah Jarak yang
disebut..... ditempuh gelombang dalam 1 periode, atau
Menjelaskan besarnya jarak satu bukit satu lembah
besaran-besaran a. Panjang gelombang
fisis pada b. Amplitudo
gelombang cahaya c. Periode
d. Simpangan
e. Cepat rambat
Mendefinisikan pengertian 2. Besarnya jarak yang ditempuh G. Cepat rambat (v) C1
cepat rambat gelombang gelombang tiap satuan waktu Cepat rambat adalah besarnya jarak yang
disebut..... ditempuh gelombang tiap satuan waktu.
166
a. Panjang gelombang
b. Amplitudo
c. Periode
d. Simpangan
e. Cepat rambat
Menyebutkan salah satu ciri 3. Gejala peruraian cahaya putih A. Dispersi C2
terjadinya dispersi (polikromatik) menjadi cahaya
berwarna-warni (monokromatik)
disebut..... Dispersi adalah gejala peruraian cahaya putih
(polikromatik) menjadi cahaya berwarna-
a. Dispersi warni (monokromatik).
b. Difraksi
c. Polarisasi
d. Interferensi
e. Cepat rambat
Menyebutkan sifat – sifat 4. Berikut ini yang termasuk dari sifat B. Termasuk gelombang transversal, C2
– sifat gelombang elektromagnetik memiliki sifat umum gelombang yaitu
gelombang elektromagnetik
adalah.... dapat mengalami polarisasi, pemantulan,
pembiasan, difraksi, interferensi dan
a. Dapat merambat dalam ruang dispersi.
hampa
b. Termasuk gelombang transversal,
memiliki sifat umum gelombang
yaitu dapat mengalami polarisasi,
pemantulan, pembiasan, difraksi,
interferensi dan dispersi.
c. Arah perambatan lurus dan tidak
dibelokkan kecuali memasuki
medium yang berbeda.
d. Termasuk gelombang
longitudinal
e. Semua jawaban salah
167
Menganalisis Menentukan salah satu 7. Seberkas sinar mempunyai panjang A. 5291 celah C4
fenomena variabel dalam interferensi gelombang 9450 Å ditujukan tegak Diketahui
gelombang cahaya maksimum, jika variabel lurus pada sebuah kisi difraksi. :
dalam kehidupan lainnya diketahui Interferensi maksimum terjadi
sehari - hari dengan membentuk sudut 30°.
Banyak goresan pada kisi tersebut
setiap cm adalah…
A. 5291 celah
B. 5200 celah Ditanya :
C. 5560 celah Banyak goresan pada kisi tiap 1 cm ? ......
D. 5650 celah Jawab :
E. 5670 celah
Pertama : mencari jarak antarcelahnya (d)
169
Menganalisis Menghitung panjang 12. Seberkas cahaya jatuh tegak lurus C. 5.000 angstrong C4
fenomena gelombang cahaya yang pada kisi yang terdiri dari 5.000
gelombang cahaya digunakan dalam fenomena goresan tiap cm. Sudut deviasi orde
dalam kehidupan interferensi pada kisi kedua adalah 30o. Panjang
sehari-hari gelombang cahaya yang digunakan
adalah.......
a. 2.500 angstrong
b. 4.000 angstrong
c. 5.000 angstrong
d. 6.000 angstrong
e. 7.000 angstrong
172
a. 5
b. 15
c. 1,5
d. 25
e. 2,5
173
Menentukan besarnya indeks 14. Suatu zat terletak di dalam air F. 4/3√3 C3
bias zat dari cahaya yang dengan indeks bias n1 = 4/3. seberkas
terpolarisasi sinar yang mengenai zat ini akan Dik : n 1 = 4/3, Ɵ1 = 600
mengalami polarisasi jika sinar datang Ditanya : n 2 ?.......
dengan sudut polarisasi Ɵ1= 600. Gunakan persamaan sudut brewster untuk
Hitung Berapa besar indeks bias zat n2 menentukan indeks bias zat n2 !
Tan Ɵ1 = n2 : n1
?
n2 = n1 tan Ɵ1
a. 2/3√3 n2 = 4/3 tan 600
Menentukan n2 = 4/3 x √3 = 4/3√3
b. 4/3√3
besarnya cahaya jadi besar indeks bias zat n2 adalah 4/3√3.
c. 5/3√3
yang terpolarisasi
d. 4/3√2
e. 5/3√2
Menyebutkan faktor yang 15. Peristiwa terjadinya polarisasi E. Penyerapan selektif, pemantulan (refleksi), C2
mempengaruhi terjadinya cahaya dapat disebabkan oleh.... pembiasan ganda (birefrigence), dan
polarisasi cahaya hamburan.
a. Hamburan
b. Penyerapan selektif, dan
174
pemantulan (refleksi),
c. Pembiasan ganda (birefrigence),
dan hamburan. Peristiwa terjadinya polarisasi cahaya
d. Penyerapan selektif, pemantulan dapat disebabkan oleh beberapa hal
(refleksi), pembiasan ganda diantaranya karena penyerapan selektif,
(birefrigence), dan hamburan. pemantulan (refleksi), pembiasan ganda
e. Hamburan dan pemantulan (birefrigence), dan hamburan.
Menetapkan proses 16. Perhatikan gambar berikut ini : A. cahaya melewati suatu bahan yang C4
terjadinya polarisasi cahaya mempunyai indeks bias ganda atau lebih
karena bias kembar dari satu, misalnya pada kristal kalsit.
(pembiasan ganda)
gelombang salah satu variabel dalam cm. Jika jarak antara dua celah adalah
elektromagnetik percobaan Young jika salah 0,3 mm dan layar berada 5 m dari
yang melewati satu variabelnya diketahui celah, maka panjang gelombang cahaya
celah yang digunakan adalah ….
a. 400 nm d. 450 nm
b. 500 nm e. 560 nm
c. 600 nm
Menganalisis Mendeskripsikan hasil 18. Hasil yang diperoleh pada proses G. Hologram C1
fenomena holografi holografi disebut.....
gelombang cahaya
f. Holosisme Hologram adalah hasil yang diperoleh dari
dalam kehidupan adanya proses holografi
sehari-hari g. Hologram
h. Holograf
i. Halogram
j. Halografi
Merinci kembali bukti 19. Difraksi cahaya adalah peristiwa A. Semakin sempit celah yang dilalui cahaya, C5
terjadinya peristiwa difraksi pelenturan gelombang cahaya ketika semakin dapat menghasilkan perubahan
cahaya melewati suatu celah sempit (lebarnya arah penjalaran cahaya yang semakin
lebih kecil dari panjang gelombang) lebar.
sehingga gelombang cahaya tampak
melebar pada tepi celah. Hal ini terjadi
karena ..........
Merinci kembali besaran – 20. Dua celah yang berjarak 1 mm, E. Jarak antara gelap ketiga dan terang pusat C5
besaran fisis yang paling disinari cahaya merah dengan panjang sebesar 1,6 cm, dan jarak antara terang kedua
tepat pada fenomena gelombang 6,5 × 10 -7 m. Garis gelap dengan garis terang keempat sebesar 1,3 cm
gelombang cahaya terang dapat diamati pada layar yang Diketahui: d = 1mm = 10-3 m
berjarak 1 m dari celah. Maka akan λ = 6,5 × 10 -7 m
memiliki.... l=1m
Ditanya: p = ... ? dan Δp = ... ?
a. jarak antara gelap ketiga dan terang Jawab:
pusat sebesar 1,6 mm Jarak antara gelap ketiga dengan terang
Δp = 1,3 × 10 -3 m = 1,3 mm
Menentukan panjang 21. Seberkas cahaya mengenai suatu D. 5,60 x 10-7 m C3
gelombang cahaya jika celah yang lebarnya 0,4 mm secara
variabel lainnya diketahui tegak lurus. Di belakang celah terdapat Diketahui :
sebuah lensa positif dengan jarak focus d = 0,4 mm = 4 x 10-4 m
40 cm. Garis terang pusat dan garis l = 40 cm = 4 x 10-1 m
gelap pertama pada layar di bidang P = 0,56 mm = 5,6 x 10-4 m
focus lensa berjarak sebesar 0,56 mm. n= 1
Panjang gelombang cahaya yang Ditanyakan: λ ?
digunakan adalah… Jawab :
a. 1,60 x 10-7 m
b. 2,60 x 10-7 m
c. 3,60 x 10-7 m
d. 5,60 x 10-7 m
e. 4,60 x 10-7 m
178
Merinci cara kerja holografi 22. Perhatikan data berikut : c. cara kerja holografi C4
dari fenomena penggunaan Objek yang akan dibuat hologram, Cara kerja holografi sebagai berikut :
laser terlebih dahulu disinari dengan
laser. Objek yang akan dibuat hologram, terlebih
Objek tersebut kemudian akan dahulu disinari dengan laser.
memantulkan sinar dari laser. Objek tersebut kemudian akan
Paduan antara laser dengan sinar memantulkan sinar dari laser.
yang dipantulkan objek akan Paduan antara laser dengan sinar yang
menyebabkan terjadinya terjadinya dipantulkan objek akan menyebabkan
efek interferensi. terjadinya terjadinya efek interferensi.
Efek interferensi inilah yang Efek interferensi inilah yang menampilkan
menampilkan bayangan objek tiga bayangan objek tiga dimensi.
dimensi.
Pernyataan tersebut termasuk dalam....
Menjelaskan Menentukan yang bukan 27. Pernyataan dibawah ini, yang a. Merupakan gelombang longitudinal C2
sifat gelombang bukan sifat gelombang
180
Menentukan panjang satu 28. Untuk gelombang transversal satu D. Dari puncak ke puncak terdekat C2
gelombang pada geombang gelombang sama dengan....
transversal Untuk gelombang transversal satu gelombang
a. Dari puncak ke puncak terjauh sama dengan dari puncak ke puncak terdekat
b. Dari puncak ke lembah terjauh atau dari lembah ke lembah terdekat.
c. Dari puncak ke lembah terdekat
d. Dari puncak ke puncak terdekat
e. Dari lembah ke lembah terjauh
Mendefinisikan pengertian 29. banyaknya gelombang yang terjadi D. frekuensi C1
frekuensi gelombang tiap detik disebut.....
a. periode
b. cepat rambat Frekuensi gelombangadalah banyaknya
c. hambatan gelombang yang terjadi tiap detik.
d. frekuensi
e. tegangan
Menyusun spektrum 30. Seorang siswa menyusun spektrum B.(3)>(1)>(4)>(2) C2
gelombang elektromagnetik gelombang elektromagnetik dari
dari panjang gelombang (λ) panjang gelombang (λ) terbesar Urutan spektrum yang benar :
terbesar Gelombang televisi
sebagai berikut:
Inframerah
(1) inframerah > (2) ultraviolet > (3)
Cahaya tampak
gelombang televisi > (4) cahaya Ultraviolet
tampak.
Urutan spektrum yang benar
181
seharusnya ....
A.(1)>(4)>(3)>(2)
B.(3)>(1)>(4)>(2)
C.(3)>(2)>(1)>(4)
D.(3)>(2)>(4)>(1)
E. (4)>(1)>(2)>(3)
tampak, sinar x
B.sinar γ, ultraviolet, inframerah,
gelombang
mikro
C.sinar γ, inframerah, ultraviolet,
gelombang
radio
D.gelombang mikro, cahaya tampak,
ultraviolet, sinar x
182
inframerah, sinar x
Menganalisis Memilih contoh fenomena 33. Berikut yang merupakan contoh C. Langit tampak berwarna biru C2
fenomena dari polarisasi cahaya karena fenomena dari polarisasi cahaya karena
hamburan hamburan adalah........ Langit tampak berwarna biru
gelombang cahaya
dalam kehidupan
sehari-hari a. Compact disc berwarna pelangi
b. Tumpahan minyak di permukaan
tanah tampak seperti warna pelangi
c. Langit tampak berwarna biru
d. Larutan gula berputar ketika diaduk
e. Permukaan kristal kalsit
Memilih contoh fenomena 34. Berikut ini yang merupakan contoh D. Mengaduk air dan gula hingga menjadi C3
polarisasi cahaya yang dari polarisasi cahaya karena larutan gula, arah polarisasinya dapat
terjadi karena pemutaran pemutaran bidang polarisasi, beserta berputar (putaran)
bidang polarisasi arah polarisasinya adalah....
Merinci kembali besaran – 35. Bagaimana agar cahaya yang D. besarnya panjang gelombang adalah 60μm, C5
besaran fisis yang paling masuk sesuai dengan kebutuhan dan jarak garis terang ke 1 ke pusat adalah 6 x
tepat, yang terdapat pada penghuninya, jika suatu ventilasi 10⁻ ⁴ m
fenomena interferensi rumah menggunakan dua celah sempit,
dengan jarak antara dua celah itu 2 Penyelesaian:
mm, yang di letakan pada jarak 2 m Pertama : menghitung panjang gelombang
dari layar. Garis gelap pertama berjarak yang di gunakan (λ)
0,3 mm dari pusat. Maka akan d.p/l = (k – ½) λ
menghasilkan ....... d.p = l (k – ½) λ
2 x 10⁻ ³ x 3 x 10⁻ ⁴ = 2 x (1- 1/2) λ
λ = 6 x 10⁻ ⁷ m = 60μm
a. besarnya panjang gelombang
Kemudian menghitung jarak garis terang ke 1
adalah 60 m, dan jarak garis
ke pusat (ρ)
terang ke 1 ke pusat adalah6 x
Panjang gelombang pada langkah tersebut,
10⁻⁴ m
substitusikan pada rumus berikut :
b. besarnya panjang gelombang
d.p/l = (k ) λ
adalah, dan jarak garis terang ke 1
d.p = l (k ) λ
ke pusat adalah
ρ = l (k ) λ/d
c. besarnya panjang gelombang
ρ = 1 x 2 x 6 x 10⁻ ⁷ /2 x 10⁻ ³
adalah 60μm, dan jarak garis
ρ = 6 x 10⁻ ⁴ m
terang ke 1 ke pusat adalah 6 x
10⁻⁴ m
d. besarnya panjang gelombang
adalah600 μm, dan jarak garis
terang ke 1 ke pusat adalah6 x
10⁻ ⁴ m
Menganalisis Merinci sifat dari terjadinya 36. Interferensi dapat bersifat A. Gelombang resultan memiliki amplitudo C5
fenomena interferensi membangun dan merusak. Bersifat nol.
gelombang cahaya merusak jika beda fasenya adalah 180
dalam kehidupan derajat, sehingga kedua gelombang Bersifat merusak, jika beda fasenya adalah
sehari-hari saling
180 derajat, sehingga kedua gelombang saling
menghilangkan. Kedua gelombang
184
Menjelaskan Mendefinisikan pengertian 38. Jarak yang ditempuh untuk satu A. Panjang Gelombang C1
besaran-besaran panjang gelombang cahaya kali gelombang disebut....
fisis pada a. panjang gelombang Panjang gelombang yang disimbulkan λ
gelombang cahaya b. rapatan merupakan panjang satu gelombang atau jarak
c. renggangan
yang ditempuh untuk satu kali gelombang.
d. amplitudo
e. frekuensi
Menentukan salah satu 39. Percobaan Thomas Young, celah b. 0,72 mm C3
besaran, dari percobaan ganda berjarak 5 mm. Dibelakang
Thomas Young celah yang jaraknya 2 m ditempatkan Diketahui :
layar , celah disinari dengan cahaya d = 5 mm, l = 2 m=2000 mm
dengan panjang gelombang 600 nm., λ= 600 nm = 7 x 10-5 mm, m = 3
maka jarak pola terang ke 3 dari pusat Ditanyakan: p =……?
terang adalah…. Jawab :
a. 0,22 mm p. 5/200 = (2.3) 1/2 6.10-5
b. 0,32 mm p = 0,72 mm
c. 0,72 mm
d. 0,42 mm
e. 0,52 mm
Menghitung panjang 40. Seberkas cahaya melewati ventilasi B. 6000 Ǻ C3
gelombang cahaya yang rumahmu yang berupa celah sempit
dihasilkan dari interferensi dan menghasilkan interferensi
minimum minimum orde ke dua dengan sudut
deviasi 300. Apabila lebar celah 2,4 .
10-4 cm, maka panjang gelombang
cahaya tersebut adalah...
a. 4800 Ǻ
B. 6000 Ǻ
C. 9600 Ǻ
D. 14400 Ǻ
E. 19200 Ǻ
186
187
tidak valid
tidak valid
tidak valid
tidak valid
tidak valid
tidak valid
tidak valid
tidak valid
tidak valid
tidak valid
tidak valid
tidak valid
tidak valid
tidak valid
tidak valid
Kategori
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
188
Keterangan :
p = proporsi subjek yang menjawab benar
q = proporsi subjek yang menjawab salah
St = standar deviasi dari tes
189
sedang
sedang
mudah
mudah
sukar
kriteria
Keterangan :
N = banyak siswa yang menjawab soal dengan benar
P = Indeks Kesukaran
190
Baik Sekali
Kriteria
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Buruk
Buruk
Buruk
Drop
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
191
Perolehan nilai terendah hingga nilai tertinggi berdasarkan hasil pretest yang
didapat dari kelas eksperimen adalah sebagai berikut:
13 17 21 21 21 25 25 25 25 25
25 29 29 29 29 33 33 33 33 33
33 33 33 33 33 33 38 38 38 38
38 38 38 38 38 38 38 42 42 46
46 50 50 50 50 54 58
Untuk membuat tabel distribusi frekuensi dibutuhkan beberapa nilai, yaitu:
1. Banyak data (N) : 47
2. Nilai maksimum (X maks) : 58
3. Niali minimum (X min) : 13
4. Jangkauan (J) : X maks – X min = 58-13 = 45
5. Banyak kelas (K) : K = 1 + 3,3 log n
K = 1 + 3,3 log 47
K = 1 +3,3 (1,67)
K = 1 + 5,51 = 6,5 ≈ 7
6. Interval Kelas (I) :I=
I=
I = 6,42 ≈7
Tabel Distribusi Frekuensi Kelompok Eksperimen
Interval Frekuensi FK Batas Batas Titik .
( Kelas Kelas Tengah
Bawah Atas (
1. Rata-rata
= = = 33,72
2. Median (Me)
Me = b + p
Dimana:
Me : median
b : batas bawah kelas median
p : panjang kelas frekuensi sebelum kelas median
F : jumlah semua frekuensi sebelum kelas median
f : frekuensi kelas median
Maka
Me = b + p
Me = 26,5 + 7
Me = 26,5 + 7 (0,83)
Me = 26,5 + 5,83
Me = 32,33
3. Modus (Mo)
Mo = b + p
Dimana:
Mo : modus
b : batas bawah kelas modus
p : panjang kelas atau interval kelas
: selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sebelumnya
: selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sesudahnya
Maka
Mo = b + p
Mo = 26,5 + 8
Mo = 26,5 + 8
Mo = 26,5 + 8 (0,6)
Mo = 26,5 + 4,8
Mo = 32,33
4. Standar Deviasi
S=
194
S=
S=
S=
S = 9,88
195
Perolehan nilai terendah hingga nilai tertinggi berdasarkan hasil pretest yang
didapat dari kelas eksperimen adalah sebagai berikut:
17 21 21 25 25 25 25 29 29 29
29 29 29 29 29 29 29 33 33 33
33 33 33 38 38 38 38 38 38 42
42 42 46 46 46 50 50 50 50 63
63 67 67
Untuk membuat tabel distribusi frekuensi dibutuhkan beberapa nilai, yaitu:
1. Banyak data (N) : 43
2. Nilai maksimum (X maks) : 67
3. Niali minimum (X min) : 17
4. Jangkauan (J) : X maks – X min = 67 – 17 = 50
5. Banyak kelas (K) : K = 1 + 3,3 log n
K = 1 + 3,3 log 43
K = 1 +3,3 (1,63)
K = 1 + 5,379 = 6,379 ≈ 6
6. Interval Kelas (I) :I=
I=
I = 8,3 ≈ 8
Tabel Distribusi Frekuensi Kelompok Kontrol
Interval Frekuensi FK Batas Batas Titik
( Kelas Kelas Tengah
Bawah Atas ( .
= = = 39,1
2. Median (Me)
Me = b + p
Dimana:
Me : median
b : batas bawah kelas median
p : panjang kelas frekuensi sebelum kelas median
F : jumlah semua frekuensi sebelum kelas median
f : frekuensi kelas median
Maka
Me = b + p
Me = 32,5 + 8
Me = 32,5 + 8 (0,375)
Me = 32,5 + 3
Me = 35,5
3. Modus (Mo)
Mo = b + p
Dimana:
Mo : modus
b : batas bawah kelas modus
p : panjang kelas atau interval kelas
: selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sebelumnya
: selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sesudahnya
Maka
Mo = b + p
Mo = 24,5 + 8
Mo = 24,5 + 8
Mo = 24,5 + 8 (0,46)
Mo = 24,5 + 3,68
Mo = 28,18
197
4. Standar Deviasi
S=
S=
S=
S=
S = 15,10
198
Uji normalitas menggunakan uji kai kuadrat dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
: nilai tes kai kuadrat
: frekuensi yang diobservasi
: frekuensi yng diharapkan
Adapun kriteria pengujian nilai kai kuadrat adalah sebagai berikut:
(1) Jika tabel, artinya distribusi data tidak normal
(2) Jika tabel, artinya data berdistribusi normal
A. Kelompok Eksperimen
Tabel Hasil Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen
Interval Titik . . Batas Z Luas Z
Tengah Kelas tiap
( ) Batas Kelas
Kelas
20-26 9 23 529 207 4761 19,5 -1,44 0,1578 7,4166 9 2,5071 0,3380
27-33 15 30 900 450 13500 26,5 -0,73 0,2593 12,1871 15 7,9124 0,6492
34-40 11 37 1369 407 15059 33,5 -0,02 0,2469 11,6043 11 0,3651 0,0314
41-47 4 44 1936 176 7744 40,5 0,69 0,1628 7,6516 4 13,3341 1,7426
49-54 5 51 2601 255 13005 48,5 1,39 0,0644 3,0268 5 3,8935 1,2863
61,5 2,81
Lagkah-langkah penentuan niali pada kolom tabel bantu tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Membuat tabel distribusi frekuensi
2. Menentukan Z batas kelas dengan rumus:
199
Dimana:
= nilai rata-rata
S = nilai standar deviasi
B. Kelompok Kontrol
Tabel Hasil Uji Normalitas Pretest Kelompok Kontrol
Interval Titik . . Batas Z Luas Z
Tengah Kelas tiap
( ) Batas Kelas
Kelas
24-30 14 27 729 378 10206 23,5 -1,11 0,1577 6,781 14 52,112 7,685
31-37 6 34 1156 204 6936 30,5 -0,55 0,208 8,944 6 8,667 0,969
38-44 9 41 1681 369 5129 37,5 0,000 0,212 9,116 9 0,013 0,001
45-51 7 48 2304 336 16128 44,5 0,56 0,156 6,708 7 0,085 0,012
59-65 2 62 3844 124 7688 58,5 1,68 0,034 1,462 2 0,289 0,198
66-72 2 69 4761 138 9522 65,5 2,24 0,009 0,387 2 2,601 6,723
72,5 2,80
Lagkah-langkah penentuan niali pada kolom tabel bantu tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Membuat tabel distribusi frekuensi
2. Menentukan Z batas kelas dengan rumus:
Dimana:
= nilai rata-rata
S = nilai standar deviasi
3. Menentukan luas Z tabel
Z -1,67 -1,11 -0,55 0,00 0,56 1,12 1,68 2,24 2,800
batas
Kelas
Luas 0,4525 0,3665 0,2088 0,0000 0,2123 0,3686 0,4535 0,4875 0,4974
tiap
kelas
c. Kelas 31 – 37
Z = 0,2088 – 0,0000 = 0,2088
d. Kelas 38 – 44
Z = 0,2123 – 0,0000 = 0,2123
e. Kelas 45 – 51
Z = 0,3686 - 0,2123 = 0,1563
f. Kelas 52 – 58
Z = 0,4535 - 0,3686 = 0,0849
g. Kelas 59 – 65
Z = 0,4875 - 0,4535 = 0,0340
h. Kelas 66 – 72
Z = 0,4974 - 0,4875 = 0,0099
Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji F, yaitu:
Keterangan:
F = nilai uji fisher
= varians terbesar
= varians terkecil
Sedangkan varians dapat dihitung dengan rumus:
S=
S=
S=
S=
S = 9,88
2. Kelompok Kontrol
S=
S=
S=
S=
S = 12,53
204
F=
F=
F = 1,608
Untuk menguji homogenitas, maka harus membandingkan nilai
dengan . Pada taraf signifikansi 5% terlihat bahwa (43;45) adalah
sebesar 1,644. Maka terlihat nilai < . Berdasarkan kriteria pengujian
uji F, dengan demikian data bersifat homogen.
205
Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji F, yaitu:
Keterangan:
F = nilai uji fisher
= varians terbesar
= varians terkecil
Sedangkan varians dapat dihitung dengan rumus:
S=
S=
S=
S=
S = 9,88
Kelompok Kontrol
S=
S=
S=
S=
S = 12,53
207
F=
F=
F = 1,608
Untuk menguji homogenitas, maka harus membandingkan nilai
dengan . Pada taraf signifikansi 5% terlihat bahwa (43;45) adalah
sebesar 1,644. Maka terlihat nilai < . Berdasarkan kriteria pengujian
uji F, dengan demikian data bersifat homogen.
208
Karena kedua data yang akan diuji perbedaannya bersifat tidak normal tetapi
homogen, maka rumus uji hipotesis yang digunakan adalah:
Dimana:
= + -
= + -
Keterangan:
= nilai uji stastistik mann whitney sampel A
= nilai uji stastistik mann whitney sampel B
= jumlah pada sampel A
= jumlah pada sampel B
= jumlah ranking pada sampel A
= jumlah ranking pada sampel B
U = nilai uji stastistik mann whitney
Z = nilai peubah uji statistik normal
Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
1). Jika < , atau - >- , maka diterima ditolak.
Data Pretest
No
Eksperimen Ranking Kontrol Ranking
1 13 1 17 1
2 17 2 21 2,5
3 21 4 21 2,5
4 21 4 25 5,5
5 21 4 25 5,5
6 25 8,5 25 5,5
209
7 25 8,5 25 5,5
8 25 8,5 29 12,5
9 25 8,5 29 12,5
10 25 8,5 29 12,5
11 25 8,5 29 12,5
12 29 13,5 29 12,5
13 29 13,5 29 12,5
14 29 13,5 29 12,5
15 29 13,5 29 12,5
16 33 21 29 12,5
17 33 21 29 12,5
18 33 21 33 20,5
19 33 21 33 20,5
20 33 21 33 20,5
21 33 21 33 20,5
22 33 21 33 20,5
23 33 21 33 20,5
24 33 21 38 26,5
25 33 21 38 26,5
26 33 21 38 26,5
27 38 32 38 26,5
28 38 32 38 26,5
29 38 32 38 26,5
30 38 32 42 31
31 38 32 42 31
32 38 32 42 31
33 38 32 46 34
34 38 32 46 34
35 38 32 46 34
36 38 32 50 37,5
37 38 32 50 37,5
38 42 38,5 50 37,5
39 42 38,5 50 37,5
40 46 40,5 63 40,5
41 46 40,5 63 40,5
42 50 43,5 67 42,5
43 50 43,5 67 42,5
44 50 43,5
45 50 43,5
210
46 54 46
47 58 47
Jumlah 1625 1596
Jumlah
Ranking 1128 946
= + -
= + – 1128
= + - 1128
= + – 1128
=
b) Sampel b (kelompok kontrol)
= + -
= + - 946
= + - 946
= + - 946
= + – 946
= + – 946
= + – 946
=
6. Pilih nilai U yang terkecil sebagai nilai dari uji statistik Mann-Whitney.
Maka nilai U yang digunakan sebagai uji statistik Mann-Whitney adalah
= =
7. Mencari nilai
211
= 8,16
8. Menentukan nilai
Pengujian untuk dua sisi, dimana tarafsignifikansi dibagi dua yaitu
atau Z ( = = 0,025). Maka nilai adalah sebesar -1,96.
9. Menguji hipotesis
Karena - >- , maka diterima ditolak.
Perolehan nilai terendah hingga nilai tertinggi berdasarkan hasil posttest yang
didapat dari kelas eksperimen adalah sebagai berikut:
46 58 63 67 67 67 75 75 75 75
75 75 75 79 79 79 83 83 83 83
83 83 83 88 88 88 88 88 88 88
88 88 88 88 92 92 92 92 92 92
92 92 92 92 92 96 96
= = = 82,11
Median (Me)
Me = b + p
Dimana:
Me : median
b : batas bawah kelas median
p : panjang kelas frekuensi sebelum kelas median
F : jumlah semua frekuensi sebelum kelas median
f : frekuensi kelas median
Maka
Me = b + p
Me = 80,5 + 8
Me = 80,5 + 8 (0,42)
Me = 80,5 + 3,36
Me = 83,86
Modus (Mo)
Mo = b + p
Dimana:
Mo : modus
b : batas bawah kelas modus
p : panjang kelas atau interval kelas
: selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sebelumnya
: selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sesudahnya
Maka
Mo = b + p
Mo = 80,5 + 8
Mo = 80,5 + 8
Mo = 80,5 + 8 (0,6)
Mo = 80,5 + 4,8
Mo = 85,3
214
Standar Deviasi
S=
S=
S=
S=
S = 10,1
215
Perolehan nilai terendah hingga nilai tertinggi berdasarkan hasil posttest yang
didapat dari kelas kontrol adalah sebagai berikut:
10 11 11 11 11 11 12 12 12 13
13 14 14 14 14 14 14 14 14 15
15 15 15 15 16 16 16 16 16 16
17 17 17 17 17 18 18 18 18 18
18 19 19
Untuk membuat tabel distribusi frekuensi dibutuhkan beberapa nilai, yaitu:
Banyak data (N) : 43
Nilai maksimum (X maks) : 96
Niali minimum (X min) : 46
Jangkauan (J) : X maks – X min = 96 – 46 = 50
Banyak kelas (K) : K = 1 + 3,3 log n
K = 1 + 3,3 log 47
K = 1 +3,3 (1,67)
K = 1 + 5,51 = 6,5 ≈ 7
Interval Kelas (I) :I=
I=
I = 7,14 ≈ 8
Tabel Distribusi Frekuensi Kelompok Kontrol
Interval Frekuensi Titik . Batas
( Tengah Kelas
(
42-48 6 45 2025 270 2150 41,5
49-55 5 52 2704 260 13520 48,5
56-62 8 59 3481 472 27848 55,5
63-69 11 66 4356 726 47916 62,5
70-75 11 72 5184 797,5 57024 69,5
76-82 2 79 6241 158 12482 75,5
Jumlah 43 23991 2678 170940
216
= = 62,2
Median (Me)
Me = b + p
Dimana:
Me : median
b : batas bawah kelas median
p : panjang kelas frekuensi sebelum kelas median
F : jumlah semua frekuensi sebelum kelas median
f : frekuensi kelas median
Maka
Me = b + p
Me = 62,5 + (6) 0,27
Me = 63,86
Modus (Mo)
Mo = b + p
Dimana:
Mo : modus
b : batas bawah kelas modus
p : panjang kelas atau interval kelas
: selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sebelumnya
: selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sesudahnya
Maka
Mo = b + p
Mo = 62,5 + (6) 1
Mo = 69,5
Standar Deviasi
S=
S = 9,95
217
Uji normalitas menggunakan uji kai kuadrat dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
: nilai tes kai kuadrat
: frekuensi yang diobservasi
: frekuensi yng diharapkan
Adapun kriteria pengujian nilai kai kuadrat adalah sebagai berikut:
(3) Jika tabel, artinya distribusi data tidak normal
(4) Jika tabel, artinya data berdistribusi normal
218
Kelompok Eksperimen
41-48 1 44,5 1980,25 44,5 1980,5 40,5 -4,12 0,0015 0,0705 1 0,8639 12,25
57-64 2 60,5 3660,25 121 7320,5 56,5 -2,53 0,0352 1,6544 2 0,1194 0,0721
65-72 3 68,5 4692,25 20,5 14076,8 64,5 -1,74 0,1302 6,1194 3 9,7306 1,5901
73-80 10 76,5 5852,25 765 58522,5 72,5 -0,95 0,2653 12,4691 10 6,0964 0,4889
81-88 18 84,5 7140,25 1521 128525 80,5 -0,16 0,0238 1,1186 18 284,9816 254,7663
89-96 13 92,5 8556,25 1202,5 111231 88,5 0,10 0,4612 21,6764 13 75,2799 3,4728
Lagkah-langkah penentuan niali pada kolom tabel bantu tersebut adalah sebagai
berikut:
Membuat tabel distribusi frekuensi
Menentukan Z batas kelas dengan rumus:
Dimana:
= nilai rata-rata
S = nilai standar deviasi
Menentukan luas Z tabel
Z batas -4,12 -3,32 -2,53 -1,74 -0,95 -0,16 0,10
Kelas
Karena kedua data yang akan diuji perbedaannya bersifat tidak normal tetapi
homogen, maka rumus uji hipotesis yang digunakan adalah:
Dimana:
= + -
= + -
Keterangan:
= nilai uji stastistik mann whitney sampel A
= nilai uji stastistik mann whitney sampel B
= jumlah pada sampel A
= jumlah pada sampel B
= jumlah ranking pada sampel A
= jumlah ranking pada sampel B
U = nilai uji stastistik mann whitney
Z = nilai peubah uji statistik normal
Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
1). Jika < , atau - >- , maka diterima ditolak.
Data Posttest
No
Eksperimen Ranking Kontrol Ranking
1 46 1 42 1
2 58 2 46 4
3 63 3 46 4
4 67 5 46 4
5 67 5 46 4
6 67 5 46 4
224
7 75 10 50 8
8 75 10 50 8
9 75 10 50 8
10 75 10 54 10,5
11 75 10 54 10,5
12 75 10 58 15,5
13 75 10 58 15,5
14 79 15 58 15,5
15 79 15 58 15,5
16 79 15 58 15,5
17 83 20 58 15,5
18 83 20 58 15,5
19 83 20 58 15,5
20 83 20 63 22
21 83 20 63 22
22 83 20 63 22
23 83 20 63 22
24 88 29 63 22
25 88 29 67 27,5
26 88 29 67 27,5
27 88 29 67 27,5
28 88 29 67 27,5
29 88 29 67 27,5
30 88 29 67 27,5
31 88 29 71 33
32 88 29 71 33
33 88 29 71 33
34 88 29 71 33
35 92 36,7 71 33
36 92 36,7 75 38,5
37 92 36,7 75 38,5
38 92 36,7 75 38,5
39 92 36,7 75 38,5
40 92 36,7 75 38,5
41 92 36,7 75 38,5
42 92 36,7 79 38,5
43 92 36,7 79 38,5
44 92 36,7
225
45 92 36,7
46 96 46,5
47 96 46,5
Jumlah 3875 2670,83
Jumlah
Ranking 1091,7 938
= + -
= + – 1091,7
= + - 1091,7
= + – 1091,7
= 2057,3
Sampel b (kelompok kontrol)
= + -
= + - 938
= + - 938
= + - 938
= + - 938
= + – 938
= + – 938
= 2029
Pilih nilai U yang terkecil sebagai nilai dari uji statistik Mann-Whitney.
Maka nilai U yang digunakan sebagai uji statistik Mann-Whitney adalah =
226
Mencari nilai
= 8,23
Menentukan nilai
Pengujian untuk dua sisi, dimana tarafsignifikansi dibagi dua yaitu
atau Z ( = = 0,025). Maka nilai adalah sebesar -1,96.
Menguji hipotesis
Memberikan interpretasi
Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh metode pembelajaran Drill terhadap hasil belajar siswa pada konsep
gelombang cahaya.
227
BIODATA PENULIS