Anda di halaman 1dari 250

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DRILL ATAU LATIHAN

SOAL TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA KONSEP


GELOMBANG CAHAYA

Penelitian Eksperimen

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh :
MUTIAH HANIFAH
NIM : 1112016300001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
LEMBAR PENGESAHAN

i
ii
iii
ABSTRAK

MUTIAH HANIFAH (1112016300001). Pengaruh Metode Pembelajaran


Drill atau Latihan Soal terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMA pada
Konsep Gelombang Cahaya. Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2017.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh metode pembelajaran drill


atau latihan soal terhadap hasil belajar fisika siswa SMA pada konsep gelombang
cahaya. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 4 Tambun Selatan Kabupaten
Bekasi pada kelas XII IPA 3 sebagai kelas eksperimen dan kelas XII IPA 1
sebagai kelas kontrol. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 20 september 2017
sampai 27 september 2017. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi
eksperimen dengan desain nonequivalent control group dan teknik pegambilan
sampel purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tes
berupa tes objektif pilihan ganda sebanyak 24 butir soal. Berdasarkan analisis data
tes, diperoleh hasil belajar siswa pada konsep gelombang cahaya. Hal tersebut
didasarkan pada hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji t pada taraf signifikan
5% terhadap data posttest. Hasilnya adalah nilai t hitung = 8,23 sedangkan niali t
tabel = 1,96 hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh metode pembelajaran
drill atau latihan soal terhadap hasil belajar siswa pada konsep gelombang cahaya.

Kata kunci : metode pembelajaran, drill, hasil belajar

iv
ABSTRACT

MUTIAH HANIFAH (1112016300001). The Influence of Drill Method on The


Student Result Senior High School in Light Wave Concept. Undergraduate
Thesis of Physics Education Program, Faculty of Tarbiya and Teachers
Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2017.

This research aims to determine the effect of Drill learning Methods or exercise
on the students result of physics senior high school in light wave concept. This
research was conducted in SMA Negeri 4 Tambun Selatan of the class XII IPA 3
is experimental class and a class XII IPA 1 is the control class. The study took at
20 septembe 2017 until 27 septembe 2017. The method used is quasi-experiment
method with nonequivalent control group design and placement sample is based
on purposive sampling technique. Instrument used is objective test in multiple
choice test about 24 grain and nontest instrument which is observation sheet and
questionnsire. The data result of nontest instrument was analyzed with
qualitatively. Based on analysis of test data obtained student result in light wave.
It is based on hypothesis test result with t test at 5% ( =0,05) significance level to
posttest data. The result istcount= 8,3 and ttable= 1,96 ,it was concluded there are
significant drill learning method or exercise on the student result in light wave
concept.

Keywords: Method learning, Drill, Result Learning.

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah menciptakan
semesta dengan segala kesempurnaan. Shalawat serta salam semoga senantiasa
tercurah untuk Baginda Rasulullah Muhammad SAW, kepada keluarganya, para
sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa berada dalam lindungan Allah
SWT. Atas ridho-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Metode Pembelajaran Drill atau Latihan Soal terhadap
Hasil Belajar Fisika Siswa pada Konsep Gelombang Cahaya”.

Apresiasi dan terimakasi disampaikan kepada semua pihak yang telah


berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. Secara khusus, apresiasi dan
terimakasih tersebut disampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Bapak Dwi Nanto, Ph.D., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. sekaligus dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, arahan, dan
bimbingan kepada penulis selama menyusun skripsi ini.
4. Ibu Ai Nurlela, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan saran dan arahan kepada penulis selama proses perkuliahan.
5. Ibu Diah Mulhayatiah, M.Pd, selaku dosen pembimbing terbaik yang Allah
berikan kepada penulis, yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran
demi terselesaikannya skripsi ini.
6. Seluruh staf, dan karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan ilmu
pengetahuan, pemahaman, dan pelayanan selama proses perkuliahan.
7. Ibu Dra.Hj.N Maryunah Hidayat, M.Si, selaku Kepala SMA Negeri 4
Tambun Selatan yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.

vi
8. Bapak Fajrun Najah, S.Pd, selaku guru mata pelajaran fisika kelas XII SMA
Negeri 4 Tambun Selatan yang telah membmbing penulis selama penelitian
berlangsung.
9. Dewan guru, staff, karyawan, dan siswa-siswi SMA Negeri 4 Tambun
Selatan yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama penelitian.
10. Keluarga tercinta Ayahanda (Abi) Sardini, Ibunda (Umi) Nanik Supriningsih,
dan Adik Sabila Rahma dan Muhammad Syaiful Azzam, serta semua
keluarga yang selalu mendoakan dan mendorong penulis untuk tetap
semangat dalam mengejar dan meraih cita-cita. Skripsi ini saya
persembahkan untuk Abi dan Umi.
11. Iin Sanita, Binti Soleha, Choerun Nisa, Fitri Cahya Ningrum dan Annisa
Rizkiana, sebagai sahabat yang selalu ada disaat suka maupun duka dan juga
memberikan motivasi ketika berada pada satu titik terbawah.
12. Teman-teman seperjuangan Fisika angkatan 2012, yang telah memberikan
kekuatan, inspirasi dan motivasi.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis secara terbuka menerima setiap kritik dan saran yang bersifat
membangun. Walaupun demikian, penulis tetap berharap skripsi ini dapat berguna
khususnya bagi pembaca dan umumnya nagi penyeleggara khasanah keilmuan di
lingkungan pendidikan.

Jakarta, 16 Juni 2017

Mutiah Hanifah

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ............................................. iii

ABSTRAK ...................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1


B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 5
C. Batasan Masalah ............................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
E. Tujuan Penelitian............................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 6

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR

DAN HIPOTESIS .......................................................................................... 7

A. Kajian Teori ....................................................................................... 7


1. Hakikat Metode Pembelajaran ........................................................... 7
a. Pengertian Metode Pembelajaran ...................................................... 7
2. Hakikat Metode Pembelajaran Drill atau latihan soal ....................... 8
a. Pengertian Metode Pembelajaran Drill atau latihan soal ................... 8
b. Tujuan Penggunaan Metode Drill ..................................................... 9

viii
c. Macam-macam Metode Pembelajaran Drill ........................................... 10
d. Syarat-Syarat Penggunaan Metode (Drill) ............................................. 11
e. Hal yang Harus Diperhatikan.................................................................. 11
f. Langkah-Langkah Penggunaan Metode Drill ........................................ 12
g. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Metode Drill ..........................13
4. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar .......................................................... 15
a. Pengertian Belajar ................................................................................... 15
b. Pengertian Hasil Belajar ......................................................................... 18
5. Hakikat Materi ........................................................................................ 19
a. Kefisikaan ............................................................................................... 19
b. Peta Konsep Gelombang Cahaya............................................................ 21
c. Hakikat Gelombang Cahaya ................................................................... 22
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ....................................................... 42
C. Kerangka Berpikir .................................................................................. 44
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................... 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 46

A. Metode Penelitian ................................................................................... 46


B. Desain Penelitian .................................................................................... 46
C. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 46
D. Prosedur Penelitian ................................................................................. 47
1. Tahap Persiapan ...................................................................................... 47
2. Tahap Pelaksanaan ................................................................................. 48
3. Tahap Akhir ............................................................................................ 49
E. Variabel Penelitian .................................................................................. 51
F. Populasi dan Sampel ............................................................................... 51
G. Teknik Pengambilan Sampel .................................................................. 51
H. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 52
I. Instrumen Penelitian ............................................................................... 52
1. Instrumen Tes ......................................................................................... 52
J. Kalibrasi Instrumen Penelitian ................................................................ 53

ix
10. Kalibrasi Instrumen Penelitian ............................................................. 53
a. Uji Validitas ............................................................................................ 53
b. Uji Reliabilitas ........................................................................................ 55
c. Uji Taraf Kesukaran ............................................................................... 56
d. Daya Pembeda ........................................................................................ 57
K. Teknik Analisis Data .............................................................................. 58
1. Analisis Data Tes .................................................................................... 58
a. Uji Prasyarat Analisis ............................................................................. 59
1). Uji Normalitas ....................................................................................... 59
2). Uji Homogenitas.................................................................................... 61
b. Uji Hipotesis ........................................................................................... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................... 64

A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 64


1. Hasil Pretest............................................................................................ 64
2. Hasil Posttest .......................................................................................... 65
3. Rekapitulasi Data Hasil Belajar Siswa ................................................... 66
a. Hasil Pretest dan Posttest ....................................................................... 66
b. Nilai Rata-rata ......................................................................................... 67
c. . Hasil Belajar Siswa ................................................................................ 68
4. Hasil Uji Prasyarat Analisis .................................................................... 75
a. Uji Normalitas ......................................................................................... 75
b. Uji Homogenitas ..................................................................................... 76
5. Hasil Uji Hipotesis .................................................................................. 77
B. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................. 77
C. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 84

A. Kesimpulan ............................................................................................ 84
B. Saran....................................................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 85

x
LAMPIRAN ......................................................................................................... 88

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Spektrum gelombang elektromagnetik dengan panjang 24


gelombang dan frekuensi tertentu ..................................
Gambar 2.2 Spektrum gelombang elektromagnetik ………….............. 25
Gambar 2.3 Polarisasi cahaya pada polaroid …………………............ 26
Gambar 2.4 Polarisator dan analisator dipasang sejajar, polarisator dan 27
analisator dipasang bersilangan..........................................
Gambar 2.5 Cahaya tidak didifraksi (tidak dibelokkan) oleh celah
lebar ……………………………………………………… 28
Gambar 2.6 Difraksi celah tunggal .................................................... 29
Gambar 2.7 Difraksi menyebabkan cahaya melentur di sekitar 31
pinggiran celah, membentuk suatu pola bergantian pita-
pita terang gelap pada layar …………………………........
Gambar 2.8 Jarak adalah lebar dari pita terang pusat ……………. 32
Gambar 2.9 Difraksi gelombang ……………………………............... 33
Gambar 2.10 Difraksi gelombang penghalang dengan celah lebar dan 33
sempit.................................................................................
Gambar 2.11 Dispersi Cahaya pada Prisma …………………................ 34
Gambar 2.12 Gelombang Interferensi ..................................................... 35
Gambar 2.13 Percobaan Interferensi Young ............................................ 36
Gambar 2.14 Interferensi Pada Selaput Tipis .......................................... 38
Gambar 2.15 Beda lintasan optis ............................................................ 39
Gambar 2.16 Bagan Kerangka Berpikir ………………………………... 45
Gambar 3.1 Bagan Tahap-tahap Prosedur Penelitian ………………… 50
Gambar 4.1 Diagram Nilai Rata-rata Pretest & Posttest Kelas Kontrol 68
dan Kelas Eksperimen ……………………………………
Gambar 4.2 Diagram Hasil Belajar Siswa Saat Pretest & Posttest 69
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan Tiap
Jenjang Kognitif ………………………………………….

xii
Gambar 4.3 Diagram Hasil Belajar Siswa Pretest & Posttest Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen pada Rerata Tiap 71
Indikator Penyampaian …………………………………...
Gambar 4.4 Diagram Hasil Belajar Siswa Pretest & Posttest Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen pada Tiap Sub Konsep …. 74

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Desain Penelitian ………………………………………….. 47


Tabel 3.2 Kategori Validitas …………………………………………. 53
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes ………………………… 54
Tabel 3.4 Kategori Reliabilitas ………………………………………. 55
Tabel 3.5 Kriteria Taraf Kesukaran ………………………………….. 56
Tabel 3.6 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes ………………. 56
Tabel 3.7 Kategori Daya Pembeda …………………………………... 57
Tabel 3.8 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes ………………….. 58
Tabel 4.1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol …………………….. 64
Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Posttest 65
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ……………………...
Tabel 4.3 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest & 66
Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol …………….
Tabel 4.4 Hasil Belajar Siswa Pada Tiap Jenjang Kognitif Saat 69
Pretest & Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol …
Tabel 4.5 Hasil Belajar Siswa Pretest & Posttest Kelas Kontrol dan 71
Kelas Eksperimen pada Rerata Tiap Indikator
Penyampaian ……………………………………………….
Tabel 4.6 Hasil Belajar Siswa Pretest & Posttest Kelas Kontrol dan 74
Kelas Eksperimen pada Rerata Tiap Subkonsep Materi …..
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Data Pretest-Posttest Kelas
Eksperimen dan Kontrol ………………………………....... 75
Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest-Posttest …………….. 76
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis …………………………... 77

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Lembar Kuesioner ................................................................................................. 88


RPP Kelas Eksperimen Pertemuan 1 ....................................................................89
RPP Kelas Eksperimen Pertemuan 2 ..................................................................100
RPP Kelas Eksperimen Pertemuan 3 ..................................................................110
RPP Kelas Kontrol Pertemuan 1 ................................................ ........................120
RPP Kelas Kontrol Pertemuan 2 ................................................. .......................129
RPP Kelas Kontrol Pertemuan 3 ...................................................................... ..138
LKS Kelas Eksperimen ............................................................... .......................146
Kisi-kisi Instrumen Tes .......................................................................................164
Kisi-Kisi Soal .............................................................................. .......................165
Uji Validitas Instrumen Tes ...................... .........................................................187
Uji Reliabilitas Instrumen Tes ................................................ ...........................188
Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes ............................................ .......................189
Uji Daya Pembeda Instrumen Tes ......................................................................190
Hasil Uji Coba Instrumen Tes ............................................................................191
Hasil Pretest Kelas Eksperimen ................................................... ......................192

Hasil Pretest Kelas Kontrol ........................................................ .......................195

Perhitungan Uji Normalitas Hasil Pretest .................................... ......................198

Perhitungan Uji Homogenitas Hasil Pretest .................................... ..................205

Perhitungan Uji Hipotesis Hasil Pretest ..................................... ........................208

Hasil Posttest Kelas Eksperimen ................................................. ......................212

Hasil Posttest Kelas Kontrol ........................................................ ......................215

Perhitungan Uji Normalitas Hasil Posttest................................... ......................217

xv
Perhitungan Uji Homogenitas Hasil Posttest................................... ...................221

Perhitungan Uji Hipotesis Hasil Posttest...................................... ......................223

Mind Mapp Siswa ...............................................................................................227

Lampiran D Surat-Surat Penelitian ...............................................................228

xvi
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kualitas pendidikan di negara Indonesia masih sangat rendah. Informasi
didapatkan dari pendataan PISA (Programme for International Student
Assesment) yang dilakukan pada tahun terakhir 2015 menunjukkan bahwa
kemampuan rata-rata siswa Indonesia pada domain sains berada pada peringkat 61
dari 70 negara. Perolehan skor pada doamin skor sains adalah 403 dari skor
tertinggi 493.1Fisika adalah studi mengenai dunia anorganik, fisik, sebagai lawan
dari dunia organik seperti biologi, fisiologi, dan lain-lain.2Fisika merupakan
pembelajaran yang kompleks salah satunya yaitu pada konsep gelombang cahaya.
Kekompleksan pada gelombang cahaya diantaranya yaitu membahas berbagai
fenomena gelombang cahaya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu fenomena
polarisasi cahaya, interferensi, difraksi ataupun dispersi cahaya. Materi ini tidak
terlalu mudah di pahami oleh siswa, sebab memiliki tingkat kesulitan relatif
tinggi, dapat dilihat dari standar kompetensi yang menuntut siswa untuk
menyelidiki maupun menganalisis. Materi ini juga terdapat banyak perumusan
matematis yang mengharuskan siswa untuk membiasakan latihan soal menghitung
beberapa besaran fisis yang terdapat dalam gelombang cahaya.
Sebagian besar siswa SMA di Tambun Selatan tidak tuntas KKM fisika.3
Terdapat sekitar 55% siswa di SMA Negeri 2 Tambun Selatan yang memperoleh
nilai hasil belajar di bawah KKM yang telah ditetapkan yaitu sebesar 78.
Setidaknya ada 62% siswa di SMA Negeri 3 Tambun yang nilai rata-rata hasil
belajarnya masih di bawah KKM yang seharusnya yaitu 78. Sedangkan lebih dari
65% siswa di SMA Negeri 4 Tambun Selatan hanya memporelah nilai rata-rata
fisika sebesar 72. Nilai tersebut masih dibawah KKM yang seharusnya yaitu

1
OECD, PISA 2015 Result in Focus, (OECD: Better Policies for Better Lives, 2016), h. 5
2
Normayunita Muhe, Pengaruh Penerapan Model Kooperatif Tipe Drill terhadap Hasil
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fisika, (Gorontalo: FMIPA UNG, 2014), h. 1
3
Wawancara dengan guru mata pelajaran Fisika di SMAN 2 Tambun Selatan, SMAN 3
Tambun Selatan, SMAN 4 Tambun Selatan, tanggal 10 September 2016, pukul 10.00 WIB

1
2

sebesar 78.4 Dari ke tiga sekolah tersebut, ternyata siswa di SMA Negeri 4
Tambun Selatan memperoleh nilai hasil belajar yang lebih rendah. Atas
pertimbangan tersebut, maka peneliti memutuskan untuk melakukan studi
pendahuluan di SMA Negeri 4 Tambun Selatan.
Siswa sulit memahami, mengingat dan menghafal rumus fisika.5 Ketika
siswa dihadapkan dengan model latihan yang berbeda, siswa cenderung kesulitan
mengerjakannya. Selain itu, pengetahuan dan penguasaan siswa masih terbatas.
Terlihat dari hasil belajar fisika yang diperoleh oleh siswa kelas XII IPA SMA
Negeri 4 Tambun Selatan mata padatahun tahun 2015 masih rendah. Setidaknya
ada sekitar 60% siswa kelas XII pada tahun 2015 umumnya harus remedial
dikarenakan mendapat nilai ulangan gelombang cahaya masih belum tuntas.
Padahal guru telah berupaya untuk menggunakan metode yang bervariasi, antara
lain: metode ceramah, diskusi, tanya jawab, dan penugasan.6
Siswa menganggap fisika adalah pelajaran yang cukup sulit. Pada pelajaran
fisika siswa harus tahu teori dan paham betul rumus-rumus yang telah diberikan
oleh guru, kalu tidak hafal pastinya siswa tidak akan bisa mengerjakan soal dalam
bentuk apapun.Hal ini sejalan dengan hasil obsevasiterhadap siswakelas X dan
kelas XI yang mengaku bahwa siswa tidak suka belajar fisika karena begitu
banyak rumus yang harus dipahami, diingat dan dihafalkan. Sekalipun siswa
sudah hafal rumus adakalanya tidak dapat mengerjakan soal karena tidak tahu cara
menggunakannya. Beda model soal maka beda lagi pemakaian rumusnya.
Menghafal rumus juga belum menjamin siswa untuk dapat menjawab soal-soal
fisika tanpa memahami konsepnya. Akan tetapi menurut mereka, metode
pembelajaran yang biasa diterapkan belum mampu membantu siswa untuk
mengkokohkan daya ingatannya, belum membantu siswa memperoleh kecakapan
motoris, kecakapan mental, ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan sesuatu

4
Wawancara dengan guru fisika (Fajrun Najah, S.Pd) tanggal 15 September 2016, pukul:
10.00 WIB di SMAN 4 Tambun Selatan
5
Ibid.,
6
Ibid.,
3

sesuai dengan yang dipelajarinya, karena seluruh pikiran, perasaan, kemauan


belum dikonsentrasikan pada pelajaran yang sedang diajarkan.7
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melansir data
terbaru tentang Ujian Nasional2016 SMA sederajat mengalami penurunan 6,9
poin dibanding tahun 2015. Hasil UN yang diolah dari 1.708.367 siswa SMA,
1.276.245 siswa SMK, 1.435 siswa SMALB, dan 258.921 peserta paket C
diperoleh capaian nilai rata-rata UN SMA 2015 sebesar 61,93 dan rata-rata nilai
UN SMA 2016 hanya sebesar 55,3 atau mengalami penurunan 6,9 poin.8 Selain
itu, nilai rata-rata ujian nasional (UN) SMA 2017 juga tidak sesuai harapan. Dari
empat mata pelajaran yang diujikan, nilai yang muncul ada pada kisaran 50-an.
Seperti yang diungkapkan oleh Mendikbud bahwa kalau secara agregat nilai ujian
nasional memang turun, tapi itu tidak bisa dijadikan ukuran.9
Keberhasilan dan kegagalan belajar ditandai dengan hasil belajar. Hasil
belajar diperoleh setelah melakukan suatu usaha pembelajaran. Hasil belajar yang
dicapai setiap siswa tidaklah sama. Perbedaan ini disebabkan karena ketika proses
pembelajaran berlangsung aktivitas belajar siswa tergantung pada bagaimana guru
mengimplementasikan metode pembelajaran, sehingga hasil dari proses
pembelajaran yang berupa hasil belajar berbeda antara satu siswa dengan siswa
lainnya.10 Salah satu cara yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan
adalah dengan penggunaan metode secara tepat. Dengan metode yang tepat, maka
materi yang disampaikan oleh guru akan mudah meresap kedalam jiwa anak
dengan baik dan tidak akan mudah hilang.11
Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa adanya hubungan antara
memahami,mengingat dan menghafal rumus dalam upaya meningkatkan hasil
belajar. Solusi untuk mengatasi permasalahan yang telah diuraikan yaitu dengan

7
Observasi di SMA Negeri 4 Tambun Selatan, tanggal 15 September 2016, pukul: 10.30
WIB
8
www.kemdikbud.go.id diakses pada tanggal 24 Juli 2017, pukul 22.00 WIB
9
www.radarcirebon.com diakses pada tanggal 24 Juli 2017, pukul 22.10 WIB
10
Risnawati, dkk, Pengaruh Metode Drill dan Kelengkapan Sumber Belajar terhadap
Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS SMAN 1 Arjasa Tahun Pelajaran 2012/2013,
(Jember: Artikel Hasil Penelitian Mahasiswa UNEJ, 2014), h. 2
11
Wiwit Safitri, Pengaruh Metode Drill terhadap Prestasi Belajar Al qur’an HADITS pada
Siswa MI Ma’arif NU 1 Kalitapen Kec. Purwojati Kab. Banyumas, (Purwokerto:STAIN, 2011), h.
2
4

menggunakan metode pembelajaran drill atau latihan soal. Melalui metode


pembelajaran drill siswa diajak lebih sering mengerjakan latihan soal (drilling)
yang bersifat matematis dengan jenis permasalahan yang berbeda-beda, dengan
demikian diharapkan siswa akan memiliki kemampuan secara mendalam terhadap
rumus fisika dalam memecahkan soal dan siswa tidak hanya sekedar menghafal
rumus namun dapat mengaplikasikan ke dalam jenis persoalan yang lebih
bervariasi.12 Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramlah
dengan judul “Pengaruh Kemampuan Mengingat terhadap Hasil Belajar IPA
Peserta Didik Kelas VII MTs AN NUR Makassar”. Hasil penelitiannya yaitu
terdapat pengaruh yang signifikan antarakemampuan mengingat siswa terhadap
hasil belajar IPA siswa Kelas VII MTs An-Nur Makassar.13 Dengan menanamkan
kebiasaan siswa untuk berlatih mengerjakan soal maka dengan sendirinya rumus
tersebut akan melekat diingatan siswa. Semakin rajin berlatih maka semakin
banyak rumus yang bisa dipahami.14 Kalau kita sering mengerjakan soal fisika,
dengan sendirinya rumus diingat, dan akan terhafal dengan sendirinya. Kita juga
semakin memahami konsep fisika.
Selain itu, dengan model keterampilan atau drill prestasi belajar fisika-sains
siswa lebih baik daripada menggunakan model pecapaian konsep. 15 Berdasarkan
uraian tersebut, maka peneliti ingin mengusungkan judul penelitian: “Pengaruh
Metode Pembelajaran Drill atau Latihan Soal terhadap Hasil Belajar Fisika
Siswa pada Konsep Gelombang Cahaya”.

12
Mochamad Feby Sumantri, Pengaruh Metode Pembelajaran Thinking Aloud Pair
Problem Solving (TAPPS) terhadap Kemampuan Penalaran Adaptif Matematis Siswa pada
Konsep Hukum Newton, (Jakarta: UIN Jakarta, 2017), h. 3
13
Ramlah, “Pengaruh Kemampuan Mengingat terhadap Hasil Belajar IPA Peserta Didik
Kelas VII MTs AN NUR Makassar” (Makassar: UIN Alauddin Makassar, 2015), h. viii
14
www.edutafsi.com diakses pada tanggal 24 Juli 2017, pukul 22.00 WIB
15
Izzak Hendrik Wenno, dkk, “Comparative Study between Drill Skill and Concept
Attainment Model towards Physics Learning Achievement”. International Journal of Evaluation
and Research in Education (IJERE), Vol.5, No.3, 2016, h. 211
5

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Hasil belajar fisika siswa masih rendah, nilai rata-rata fisika siswa yaitu
sebesar 72 masih belum mencapai nilai KKM yang diharapkan yaitu 78.
2. Terdapat penurunannilai UN SMA sebesar 6,9 poin
3. Siswa sulit memahami,mengingat dan menghafal rumus-rumus fisika
4. Siswa sulit menerapkan rumus ketika dihadapkan dengan model soal yang
berbeda
5. Siswa sulit menguatkan daya ingatnya
6. Kedisiplinan siswa dalam tanggung jawab mengerjakan soal fisika masih
rendah
7. Terdapat materi fisika yang cakupannya luas dengan banyak rumus
matematis, akan tetapi metode yang diterapkan belum mampu mewadahi
siswa untuk lebih mudah mengerjakan berbagai macam soal.

C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, agar penelitian ini lebih terarah dan
terfokus, maka perlu dibatasi masalah sebagai berikut:
Ranah kognitif yang dirujuk pada taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh
Anderson Krathwohl pada tingkatan mengingat (C1), memahami (C2),
menerapkan (C3), dan menganalisis (C4).

D. RumusanMasalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah
diuraikan di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: Apakah
terdapat pengaruh metode pembelajaran Drill atau latihan soal terhadap hasil
belajar siswa pada konsep Gelombang Cahaya.

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka kegiatan penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran Drill atau latihan
soal terhadap hasil belajar siswa pada konsep Gelombang Cahaya.
6

F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan bagi beberapa pihak adalah sebagai
berikut:
1. Secara Teoritis
a. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan
memberikan pengalaman dalam melakukan penelitian dan menambah
wawasan mengenai cara meningkatkan kualitas pembelajaran dikelas
khususnya setelah diberi perlakuan dari penerapan metode pembelajaran
Drill.
b. Pihak sekolah, sebagai sarana untuk mengevaluasi efektivitas pelaksanaan
program pendidikan dan pengajaran pada siswa dalam mata pelajaran
Fisika dan sebagai informasi dalam menerapkan metode pembelajaran
yang bervariasi, yang tepat dan sesuai dengan kemampuan siswa dan
situasi serta keadaan lingkungan.
2. Manfaat Secara Praktis
a. Bagi guru,dapat memberikan alternatif dan informasi kepada guru tentang
metode Drill yang dapat diterapkan guna meningkatkan hasil belajar
siswa kelas XII dan meningkatkan kualitas pembelajaran fisika khusunya
pada materi gelombang cahaya.
b. Bagi siswa, penerapan metode pembelajaran Drill ini diharapkan dapat
membantu siswa dalam mempelajari fisika khususnya pada konsep
gelombang cahaya agar lebih mudah mengingat, memahami, menerapkan,
menganalisis dan mengevaluasi. Sehingga hasil belajar siswa meningkat.
c. Bagi akademisi, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau
bahan kajian dalam menambah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan,
sehingga dapat mengembangkan penerapan metode pembelajaran yang
dilakukan di dalam kelas.
d. Bagi pembaca dan peneliti lain, dapat dijadikan referensi dalam
mengembangkan pengetahuan tentang penggunaan metode pembelajaran
drill sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fisika.
BAB II
KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN
HIPOTESIS

A. Kajian Teori
1. Hakikat Metode Pembelajaran
a. Pengertian Metode Pembelajaran
Secara etimologis istilah metode berasal dari bahasa Yunani yaitu metodos.
Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu “metha” yang berarti melewati dan
“hodos” yang berarti jalan atau cara.16 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud.17
Menurut Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo metode pembelajaran adalah suatu
pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang di pergunakan oleh seorang guru
atau intsruktur.18
Metode mengajar adalah cara guru memberikan pelajaran dan cara siswa
menerima pelajaran pada waktu pelajaran berlangsung, baik dalam bentuk
memberitahukan atau membangkitkan.19 Metode pembelajaran yang tepat
diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa,dengan kata lain terciptalah
interaksi pembelajaran yang baik antara guru dengan siswa. Dalam interaksi ini
guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan
sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan dengan
baik jika siswa lebih aktif dibandingkan dengan gurunya. Oleh karena itu metode
mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar
siswa dan sesuai dengan materi pembelajaran. Berdasarkan uraian definisi metode
mengajar, dapat disimpulkan bahwa metode mengajaradalah suatu cara mengajar

16
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h.61
17
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed.II, Cet.IV,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1995) h.652
18
Abu Ahmadi & Joko Tri Prasetyo, Strategi Belajar Mengajar Untuk Tarbiyah Komponen
MKDK (Bandung: Pustaka Setia, 2005), h.52
19
Abu Ahmad, Metode Khusus Pendidikan Agama (Bandung: CV.Amrico, 1986), h. 152.

7
8

siswa melakukan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau


keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang dipelajari.20

2. Hakikat Metode Pembelajaran Drill


a. Pengertian Metode Pembelajaran Drill
Pada proses pembelajaran metode mempunyai kedudukan yang sangat
penting dalam upaya pencapaian tujuan, karena metode merupakan sesuatu cara
atau jalan yang ditempuh yang sesuai, dan serasi untuk menyajikan suatu hal,
sehingga akan tercapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.Metode
drill adalah metode dalam pengajaran dengan melatih siswa terhadap bahan yang
sudah diajarkan atau berikan agar memiliki ketangkasan atau ketrampilan dari apa
yang telah dipelajari.21Metode latihan yang disebut juga dengan metode
trainingyaitu merupakan suatu cara kebiasaan tertentu. Metode ini juga sarana
untuk memelihara kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini juga dapat
digunakan untuk ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan ketrampilan.
Pengertian metode drill (latihan) menurut pendapat memiliki arti sebagai
berikut:
1) Suatu teknik yang dapat diartikan suatu cara mengajar dimana siswa
melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan sehingga memliki ketangkasan atau
keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari.22
2) Suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan melatih anak-
anak terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan.23
3) Suatu kegiatan dalam melakukan hal yang sama secara berulang-ulang dan
sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau
menyempurnakan suatu keterampilan supaya menjadi permanen.24
4) Metode drill adalah satu kegiatan melakukan hal yang sama, berulang-ulang

20
Ibid., h. 152
21
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 1995), h.86
22
Roesdiah NK, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:Rineka cipta,2001), h. 125
23
Zuhairini, Slamet AS, dan Abudi Ghofur, Metodik Khusus Pendidikan Agama Cet.V,
(Surabaya: Usaha Nasional, 2001),h. 106
24
Shalahuddin, dkk, Interaksi dalam Proses Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004),
h.100
9

secara sungguh-sungguh dengan tujuan untuk menyempurnakan suatu


ketrampilan agar menjadi permanen. Ciri yang khas dari metode ini adalah
kegiatan berupa pengulangan yang berkali-kali dari suatu hal yang sama.25
5) Metode drill disebut juga latihan yang dimaksudkan untuk memperoleh
ketangkasan dan keterampilan latihan terhadap apa yang dipelajari, karena
hanya dengan melakukannya secara praktis suatu pengetahuan dapat
disempurnakan dan disiap siagakan.26
Drill merupakan suatu cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan
terhadap apa yang telah dipelajari siswa sehingga memperoleh suatu keterampilan
tertentu. Kata latihan mengandung arti bahwa sesuatu atu selalu diulang-ulang,
akan tetapi bagaimana dengan situasi belajar yang pertama dengan situasi belajar
yang realistis, ia akan berusaha melatih keterampilan lainnya. Bila situasi belajar
itu diubah-ubah kondisinya sehingga menuntut respons yang berubah maka
keterampilan akan lebih disempurnakan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode drill adalah latihan
dengan praktek yang dilakukan berulang kalisecara kontinyu untuk mendapatkan
keterampilan dan ketangkasan praktis tentang pengetahuan yang dipelajari.Dari
segi pelaksanaannya siswa teriebih dahulu telah dibekali dengan pengetahuan
secara teori. Kemudian dengan tetap dibimbing oleh guru, siswa diminta
mempraktikkannya sehingga menjadi mahir dan terampil.
b. Tujuan Penggunaan Metode Drill
Adapun tujuan penggunaan metode mengajar latihan ini biasanya digunakan
untuk tujuan agar siswa:27
1) Memiliki keterampilan motoris atau gerak;seperti menghafalkan kata-kata,
menulis, mempergunakan alat, membuat suatu benda; melaksanakan gerak
dalam olah raga.

25
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 1991), h.
86
26
Winarno Surakhmad, Pengantar Interaksi Belajar Mengajar, (Bandung: Tarsito, 1994),
h. 76
27
Roestiyah N.K., Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h. 125
10

2) Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi,


menjumlahkan, mengurangi, menarik akar dalam hitung mencongak.
Mengenal benda atau bentuk dalam pelajaran matematika, ilmu pasti, ilmu
kimia, tanda baca dan sebagainya.
3) Memiliki kemampuan menghubungkan antara suatu keadaan dengan hal
lain, seperti hubungan sebab akibat banyak hujan-banjir;antara tanda huruf
dan bunyi – ng – ny dan sebagainya; penggunaan lambang atau simbol di
dalam peta dan lain-lain.28
4) Dapat menggunakan daya pikirnya yang makin lama makin bertambah baik,
karena dengan pengajaran yang baik maka anak didik akan menjadi lebih
baik teratur dan lebih teliti dalam mendorong ingatannya.
5) Pengetahuan anak didik akan bertambah dari berbagai segi dan anak didik
tersebut akan memperoleh pemahaman yang lebih baik dan lebih
mendalam.29
6) Untuk memperoleh suatu ketangkasan, keterampilan tentang sesuatu
yangdipelajari siswa dengan melakukannya secara praktis pengetahuan
yangtelah dipelajari. Dan siap dipergunakan bila sewaktu-waktu
diperlukan.30
c. Macam-macam Metode Pembelajaran Drill
Bentuk-bentuk metode drill dapat direalisasikan dalam berbagai bentuk
teknik, yaitu sebagai berikut:
1) Teknik kerja kelompok
Teknik ini dilakukan dengan cara mengajar sekelompok siswa untukbekerja
sama dalam memecahakan masalah dengan cara mengerjakan tugasyang
diberikan.
2) Teknik Micro Teaching
Teknik ini digunakan untuk mempersiapkan diri siswa sebagai calon guru
untukmenghadapi pekerjaan mengajar di depan kelas dengan memperoleh

28
Ibid., h. 125
29
Arief Armei, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Intermasa,
2002), h.175
30
Pasaribu dan Simandjuntak, Didaktikdan Metodik (Bandung: Tarsito, 1986), h. 112.
11

nilaipengetahuan, kecakapan dan sikap sebagai guru.


3) Teknik Modul Belajar
Digunakan dengan cara mengajar siswa melalui paket belajar.
4) Teknik Belajar Mandiri
Dilakukan dengan cara meminta siswa agar belajar sendiri dan tetapdalam
bimbingan guru, baik dalam kelas maupun di luar kelas.31
d. Syarat-syarat Penggunaan Metode Drill
Agar penggunaan metode drill dapat efektif, maka harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1) Sebelum pelajaran dimulai hendaknya diawali terlebih dahulu dengan
pemberian pengertian dasar.
2) Metode ini dipakai hanya untuk bahan pelajaran kecekatan-kecekatan yang
bersifat rutin dan otomatis.
3) Diusahakan hendaknya masa latihan dilakukan secara singkat, hal ini
dimungkinkan agar tidak membosankan siswa.
4) Maksud diadakannya latihan ulang harus memiliki tujuan yang lebih luas.
5) Latihan diatur sedemikian rupa sehingga bersifat menarik dan dapat
menimbulkan motivasi belajar anak.
e. Hal yang Harus Diperhatikan
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan bagi seorang guru
dalammenggunakan metode drill ini, yaitu:
1) Tujuan harus dijelaskan kepada siswa sehingga selesai latihan merekadapat
mengerjakan dengan tepat sesuai apa yang diharapkan.
2) Tentukan dengan jelas kebiasaan yang dilatihkan sehingga siswamengetahui
apa yang harus dikerjakan.
3) Lama latihan disesuaikan dengan kemampuan siswa.
4) Selingilah latihan agar tidak membosankan.
5) Perhatikan kesalahan umum yang dilakukan siswa untuk perbaikan.32

31
Muhaimin Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam (Bandung: Trigenda Karya, 1993),
h. 226-228.
32
Winarno Surakhmad, Pengantar Interaksi Belajar Mengajar, (Bandung: Tarsito, 1994),
h. 92.
12

Guru perlu memperhatikan nilai dari latihan itu sendiri serta kaitannya
dengan keseluruhan pembelajaran di sekolah. Dalam persiapan sebelummemasuki
latihan, guru harus memberikan pengertian dan perumusan tujuanyang jelas
kepada siswa, sehingga mereka mengetahui tujuan latihan yang akanditerimanya.
Persiapan yang baik sebelum latihan dapat memotivasi siswa agarmenjadi aktif
dalam melaksanakan pembelajaran.
f. Langkah-langkah Penggunaan Metode Drill
Untuk kesuksesan pelaksanaan metode latihan ini, perlu instruktur atau guru
memperhatikan langkah-langkah atau prosedur yang disusun demikian:33
1) Gunakanlah latihan ini hanya untuk pelajaran atau tindakan yang dilakukan
secara otomatis, ialah yang dilakukan siswa tanpa menggunakan pemikiran
dan pertimbangan yang mendalam. Tetapi dapat dilakukan dengan cepat
seperti gerak refleks saja, seperti: menghafal, menghitung, lari dan
sebagainya.
2) Guru harus memilih latihan yang mempunyai arti luas ialah yang dapat
menanamkan pengertian pemahaman akan makna dan tujuan latihan sebelum
mereka melakukan. Latihan ini juga mampu menyadarkan siswa akan
kegunaan bagi kehidupannya saat sekarang ataupun di masa yang akan
datang. Juga dengan latihan itu siswa merasa perlunya untuk melengkapi
pelajaran yang diterimanya.
3) Di dalam latihan pendahuluan, instruktur harus lebih menekankan pada
diagnosa, karena latihan permulaan itu kita belum bisa mengharapkan siswa
dapat menghasilkan keterampilan yang sempurna. Pada latihan berikutnya
guru perlu meneliti kesukaran atau hambatan yang timbul dan dialami siswa,
sehingga dapat memilih atau menentukan latihan mana yang perlu diperbaiki.
Kemudian instruktur menunjukkan kepada siswa respon tau tanggapan yang
telah benar; dan memperbaiki respon-respon yang salah. Kalau perlu guru
mengadakan variasi latihan dengan mengubah situasi dan kondisi latihan,
sehingga timbul respon yang berbeda untuk peningkatan dan penyempurnaan
kecakapan atau ketrampilannya.

33
Roestiyah N.K., Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 202), h. 127-129
13

4) Perlu mengutamakan ketepatan, agar siswa melakukan latihan secara tepat,


kemudian diperhatikan kecepatan; agar siswadapat melakukan kecepatan atau
keterampilan menurut waktu yang telah ditentukan; juga diperhatikan pula
apakah respon siswa telah dilakukan dengan tepat dan cepat.
5) Guru memperhitungkan waktu atau masa latihan yang singkat saja agar tidak
meletihkan dan membosankan, tetapi sering dilakukan pada kesempatan yang
lain. Masa latihan itu harus menyenangkan dan menarik, bila perlu dengan
mengubah situasi dan kondisi sehingga menimbulkan optimisme pada siswa
dan kemungkinan rasa gembira itu bisa menghasilkan keterampilan yang
baik.
Dengan langkah-langkah itu diharapkan bahwa latihan akan betul-betul
bermanfaat bagi siswa untuk meguasai kecakapan itu. Serta dapat menumbuhkan
pemahaman untuk melengkapi penguasaaan pelajaran yang diterima secara teori
dan praktek di sekolah.
g. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Metode Drill
Metode drill memiliki kelebihan sebagai berikut:
1) Guru bisa lebih mudah mengontrol dan dapat membedakan mana siswayang
disiplin dan yang tidak.
2) Pemanfaatan kebiasaan yang tidak memerlukan konsentrasi yang
tinggidalam pelaksanaannya serta dapat membentuk kebiasaan yang baik.34
3) Dalam waktu yang relatif singkat, dapat diperoleh penguasaan dan
keterampilan yang diharapkan.
4) Akan tertanam pada setiap pribadi anak kebiasaan belajar secara rutin dan
disiplin.
5) Siswa memperoleh kecakapan motoris, contohnya menulis, melafalkan
huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.
6) Siswa memperoleh kecakapan mental, contohnya dalam perkalian,
penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan
sebagainya.

34
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1996), h. 108-109.
14

7) Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan


pelaksanaan.
8) Siswa memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan sesuatu
sesuai dengan yang dipelajarinya.
9) Dapat menimbulkan rasa percaya diri bahwa siswa yang berhasil dalam
belajar telah memiliki suatu keterampilan khusus yang berguna kelak
dikemudian hari.
10) Guru lebih mudah mengontrol dan membedakan mana siswa yang disiplin
dalam belajarnya dan mana yang kurang dengan memperhatikan tindakan
dan perbuatan siswa saat berlangsungnya pengajaran.
Sebagai suatu metode yang diakui banyak mempunyai kelebihan, juga tidak
dapat dipungkiri bahwa metode drill juga mempunyai kelemahan, yaitu:
1) Latihan yang dilakukan dibawah pengawasan yang ketat dan suasana
seriusmudah sekali menimbulkan kebosanan.
2) Latihan yang selalu diberikan dibawah bimbingan guru, perintah gurudapat
melemahkan inisiatif maupun kreatifitas siswa.
3) Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulangmerupakan
hal yang monoton dan mudah membosankan.
Maka dari itu, guru yang ingin mempergunakan metode ini ada baiknya
memahami karakteristik metode ini terlebih dahulu. Akan tetapi ada beberapacara
untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, yaitu:
1) Janganlah seorang guru menuntut dari siswa suatu respons yang sempurna.
2) Jika terdapat kesulitan pada siswa pada saat merespon, hendaknya guru
segera meneliti penyebabnya
3) Berikanlah segera penjelasan-penjelasan, baik respon yang betul maupun
yang salah.
4) Usahakan siswa memiliki ketepatan merespon kemudian kecepatan
merespon.
15

5) Istilah-istilah baik berupa kata maupun kalimat yang digunakan dalam


latihan hendaknya dimengerti oleh siswa.35

3. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar


a. Pengertian Belajar
Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang
membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Belajar merupakan
aktifitas yang selalu dilakukan sepanjang hayat manusia, bahkan tiada hari tanpa
belajar. Dengan demikian, belajar tidak hanya dipahami sebagai aktivitas yang
dilakukan oleh pelajar saja. Baik mereka yang belajar di sekolah tingkat dasar,
sekolah tingkat pertama, sekolah tingkat atas, perguruan tinggi maupun mereka
yang sedang mengikuti kursus, pelatihan dan kegiatan pendidikan lainnya. Tetapi
lebih dari itu, pengertian belajar itu sangat luas dan tidak hanya sebagai kegiatan
di bangku sekolah saja.
Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan
perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-
pengalaman. Belajar dapat membawa perubahan bagi si pelaku,baik perubahan
pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Dengan perubahan-perubahan tersebut,
tentunya si pelaku juga akan membantu dalam memecahkan permasalahan hidup
dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Belajar dapat dilakukan dimana saja, baik di sekolah atau di tempat-tempat
lainnya.Belajar adalah key term, “istilah kunci” yang paling vital dalam setiap
usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada
pendidikan.36Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia
dan segala sesuatu yang diperkirakan dan dikerjakan. Belajar memegang peran
penting dalam perkembangan kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian,
dan bahkan prestasi manusia sehingga seseorang harus mampu memahami bahwa
aktifitas belajar itu memegang peran penting dalam proses psikologis.Belajar
selalu berkenaan dengan perubahan-perubahan pada diri orang yang belajar, baik
itu mengarah kepada yang lebih baik atau pun yang kurang baik, dan

35
Ibid., h. 108-109.
36
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006 ), h. 59.
16

direncanakan ataupun tidak. Hal lain yang juga selalu terkait dalam belajar adalah
pengalaman, pengalaman yang berbentuk interaksi dengan orang lain atau
lingkungannya.37
Dalam dunia pendidikan kegiatan belajar merupakan proses yang paling
penting, karena tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan tergantung pada
bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Berikut adalah definisi yang
dikemukakan oleh para ahli tentang belajar di antaranya adalah :
1) Gagne menyatakan bahwa belajar adalah perubahan disposisi atau
kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi
tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara
alamiah
2) Travers menyatakan bahwa belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian
tingkah laku
3) Cronbach menyatakan bahwa Learning is shown by a change in behaviour as
a result of experience. (Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari
pengalaman).
4) Harold Spears menyatakan bahwa Learningis to observe, to read, to imitate,
to try something themselves, to listen, to follow direction. (Dengan kata lain,
bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu,
mendengar dan mengikuti arah tertentu).
5) Geoch menyatakan bahwa Learning is change in performance as a result
ofpractice.(Belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan).
6) Morgan menyatakan bahwa Learningis any relatively permanent change in
behaviour that is a result of fast experience. (Belajar adalah perubahan
perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman).38
Menurut Gagne sebagaimana dikutip Nana Sudjana, belajar dapat dilihat
dari segi proses dan segi hasil. Dari segi proses ada delapan tipe perbuatan belajar,
yakni :

37
Nana Syaodih Sukmadinata,Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2004)., h. 155.
38
Agus Suprijono, Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010), h. 2.
17

1) Belajar signal, bentuk belajar ini paling sederhana yaitu memberikan reaksi
terhadap rangsangan
2) Belajar mereaksi perangsang melalui penguatan, yaitu belajar memberikan
reaksi yang berulang-ulang manakala terjadi reinforcement atau penguatan
3) Belajar membentuk rangkaian, yaitu belajar menghubung-hubungkan gejala
atau faktor yang satu dengan yang lain, sehingga menjadi satu kesatuan
(rangkaian) yang berarti.
4) Belajar asosiasi verbal, yaitu memberikan reaksi dalam bentuk katakata,
bahasa, terhadap perangsang yang diterimanya.
5) Belajar membedakan hal yang majemuk, yaitu memberikan reaksi yang
berbeda terhadap perangsang yang diterimanya.
6) Belajar konsep yaitu menempatkan objek menjadi satu klasifikasi tertentu.
7) Belajar kaidah atau belajar prinsip, yaitu menghubung-hubungkan beberapa
konsep.
8) Belajar memecahkan masalah, yaitu menggabungkan beberapa kaidah atau
prinsip.39
Kedelapan tipe di atas disusun mulai dari yang sederhana hingga kompleks.
Dengan kata lain mempunyai hubungan hirarki. Belajar ditinjau dari proses,
seperti dikemukakan di atas memberi petunjuk bagaimana perbuatan belajar itu
dilakukan, atau bagaimana terjadinya perbuatan belajar.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa belasjar adalah perubahan tingkah laku
yang disebabkan adanya interaksi dengan lingkungan. Lingkungan yang dimaksud
amat luas, bukan semata-mata berupa buku pelajaran, melainkan juga dari
sekolah, antar individu, orang tua, masyarakat, alam, kebudayaan, dan sebagainya.
Seseorang dikatakan telah menjadi tahu, dari tidak berkompeten dan tidak
berkapabilitas menjadi berkompeten dan berkapabilitas, dan dari cara sikapnya
memandang suatu masalah yang berbeda yang mengalami peningkatan kualitas
dari cara sebelum dia belajar.

39
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Sinar Baru Algesindo,
2008), h. 46-47.
18

b. Pengertian Hasil Belajar


Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yangdilakukan tiap individu
baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan ataupun sikap yang diperoleh
melalui pengalaman setelah berinteraksi dengan lingkungannya. Kemampuan-
kemampuanyang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya
disebut dengan hasil belajar.40
Hasil belajar diakibatkan karena adanya kegiatan belajar untuk memperoleh
pengetahuan dan perubahan tingkah laku ke arah tercapainya hasil belajar. Baik
buruknya hasil belajar tergantung pada pengetahuan dan perubahan perilaku dari
individu yang bersangkutan terhadap sesuatu yang dipelajarinya.
Berkaitan dengan kemampuan hasil belajar, Benyamin Bloom meninjau
aspek-aspek hasil belajar yang dicapai oleh siswa dan mengklasifikasin hasil
belajar menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Pada
penelitian ini, peneliti hanya akan mengukur hasil belajar pada ranah kognitif (C1-
C4). Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek, yakni:
1) Mengingat (C1) merupakan proses pengambilan pengetahuan yang
dibutuhkan dari memori jangka panjang.41 Proses kognitif yang termasuk
dalam kategori mengingat adalah mengenali dan mengingat kembali.42
2) Memahami (C2) adalah mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran,
termasuk apa yang diucapkan, ditulis dan digambar oleh guru.43 Proses-
proses kognitif yang termasuk memahami meliputi menafsirkan,
mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan,
membandingkan dan menjelaskan.44
3) Mengaplikasikan (C3) berarti menerapkan atau menggunakan suatu prosedur
tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah.

40
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2009), Cet ke-14, h.22.
41
Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, Kerangka Landasan untuk Pembelajaran,
Pengajaran dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom, Terj. Agung Prihantoro,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h.99.
42
Ibid., h. 100.
43
Ibid., h. 43.
44
Ibid., h. 106.
19

Kategori mengaplikasikan terdiri dari dua aspek kognitif, yakni


45
mengeksekusi atau melaksanakan dan mengimplementasikan.
4) Menganalisis (C4) melibatkan proses memecah-mecah materi menjadi
bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antar
bagian itu dan hubungan antara setiap bagian tersebut dan keseluruhan
struktur atau tujuan.46 Kategori proses menganalisis ini meliputi proses-
proseskognitif membedakan, mengorganisasi dan mengatribusikan.47
5) Mengevaluasi (C5) didefinisikan sebagai membuat keputusan berdasarkan
kriteria dan standar. Kategori mengevaluasi mencakup proses-proses kognitif
memeriksa dan mengkritik.48
6) Mencipta (C6) melibatkan proses menyusun elemen-elemen menjadi sebuah
keseluruhan yang koheren dan fungsional. Tujuan-tujuan yang
diklasifikasikan dalam mencipta adalah meminta siswa untuk membuat
produk baru dengan mengorganisasikan kembali sejumlah elemen atau
sebagian menjadi suatu pola atau struktur yang belum pernah ada
sebelumnya.49 Proses-proses kognitif yang termasuk dalam kategori mencipta
adalah merumuskan, merencanakan dan produksi.50

4. Hakikat Materi
a. Kefisikaan
Fisika merupakan salah satu bagian dari kelompok Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) disamping biologi dan kimia. Dewasa ini peranan ilmu fisika sudah
semakin meluas. Perannya tidak terbatas hanya dalam lingkup bidang IPA dan
rekayasa (keteknikan) saja tetapi sudah merambah wilayah ilmu sosial. Dalam
bidang ekonomi misalnya kiyta mengenal disiplin ilmu baru yang disebut
ekonofisika.
Dalam bidang IPA dan rekayasa, peranan fisika sangat dibutuhkan misalnya
dalam kelompok IPA bidang biologi dikenal biofisika, dalam bidang kimia
45
Ibid., h.116.
46
Ibid.,h. 43.
47
Ibid., h. 120.
48
Ibid., h. 125.
49
Ibid., h. 128.
50
Ibid., h. 130.
20

dikenal kimia fisik, dan dalam bidang matematika ada fisika matematika. Dalam
bidang kesehatan dikenal juga disiplin ilmu yang disebut fisika kedokterandan
fisika farmasi.Begitu juga dalam dunia teknologi dasar pengembangan industri,
peranan fisika sebagai ilmu dasar sangat diperlukan.51
Apa itu fisika?Kata fisika berasal dari istilah Yunani yang berarti alam; dan
oleh karena itu fisika seyogyanya merupakan suatu ilmu yang ditujukan untuk
mempelajari semua gejala alam.Memang sampai awal abad kesembilan belas,
fisika diartikan dalam makna yang luas ini dan disebut “filsafat alamiah”.
Meskipun demikian, selama abad kesembilan belas sampai baru-baru ini, fisika
dibatasi pada studi sekelompok fenomena yang lebih terbatas, yang ditandai
dengan namagejala fisika dan terdefinisi secara longgar sebagai proses dalam
mana sifat alamiah zat yang berpartisipasi tidak berubah. Definisi fisika yang agak
kabur ini setahap demi setahap tersingkir, kembali ke konsep sebelumnya yang
lebih luas dan mendasar.Sesuai dengan ini dapat kita katakan, bahwa fisika adalah
suatu ilmu yang tujuannya mempelajari komponen materi dan saling antar -
aksinya.Dengan menggunakan pengertian antaraksinya ini ilmuwan
menerangkan sifat materi dalam benda, sebagaimana gejala alam lain yang kita
amati.52

51
Sutrisno dan Sitti Ahmiarti, Fisika Dasar I Mekanika, Fluida dan Gelombang, (Jakarta:
UIN Jakarta Press,2007), h. v.
52
Marcelo Alonso dan Edward J.Finn., Dasar – Dasar Fisika Universitas Edisi Kedua Jilid
1 Mekanika dan Termodinamika, (Jakarta: Erlangga, 1980), h. 2.
21

b. Peta Konsep Gelombang Cahaya

c. Karakteristik Gelombang Cahaya


Gelombang cahaya merupakan salah satu konsep fisika yang penting untuk
dipelajari karena aplikatif dalam kehidupan sehari-hari. Konsep gelombang
cahaya memiliki karakteristik khusus diantaranya:
1) Tingkat kesulitan relatif tinggi, dapat dilihat dari standar kompetensi yang
menuntut kemampuan siswa untuk menyelidiki dan menganalisis.
2) Bersifat abstrak dan matematis. Abstrak karena banyak gejala-gejala
gelombang cahaya yang harus diamati, dan matematis karena terdapat
perumusan matematis dalam menghitung banyaknya gelombang cahaya
yang melewati celah.
d. Hakikat Gelombang Cahaya
Gelombang adalah getaran yang menjalar melalui medium.53 Gelombang
merupakan fenomena alam yang banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Kita telah mengenal gelombang air, gelombang tali, gelombang bunyi, gelombang
radio, dan sebagainya, yang kita golongkan berdasarkan sifat fisisnya. Gelombang
juga dapat digolongkan berdasarkan medium perambatannya. Gelombang yang

53
Sutrisno dan Sitti Ahmiarti, Fisika Dasar I Mekanika, Fluida dan Gelombang, (Jakarta:
UIN Jakarta Press,2007),h. 271.
22

merambat dengan memerlukan medium perantara disebut gelombang mekanik,


sedangkan gelombag yang merambat tanpa memerlukan medium perantara
disebut gelombang elektromagnetik.
Gelombang didefinisikan sebagai getaran yang merambat melalui medium.
Medium gelombang dapat berupa zat padat, cair, dan gas. Misalnya slinki, tali,
air, dan udara. Pada proses terjadinya gelombang, materi-materi dalam medium
tidak ikut merambat. Dalam perambatannya, gelombang memindahkan energi.
Hal ini karena gelombang memiliki energi sehingga perambatan gelombang
berarti pula perambatan energi. Jadi, energi dapat berpindah dari satu tempat ke
tempat lain melalui gelombang. Contohnya, gelombang laut atau ombak
memindahkan energi ke benda apa saja yang merintanginya sehingga mampu
menghancurkan kapal atau batu karang. Gempa bumi juga merupakan bentuk dari
gelombang.54
Optika atau ilmu cahaya, yaitu cabang ilmu fisika yang berhubungan dengan
kerja indera mata yang mengesankan bentuk dan warna materi. Optika dapat
dibagi menjadi 2 golongan, yakni yang berkaitan dengan pembentukan bayangan
oleh sistem optik, termasuk mata, yang disebut optika geometris dan yang
berkaitan dengan sifat fisis cahaya selaku gelombang elektromagnetik yang
menampilkan gejala-gejala difraksi, interferensi, polarisasi dan absorpsi, yang kita
sebut optika fisis atau optika elektromagnetik.55
Gelombang memiliki siafat-sifat yang berlaku umum, yaitu pemantulan
(refleksi), pembiasan (refraksi), pelenturan (difraksi), perpaduan (interferensi),
dispersi, dan polarisasi.56Apakah sebenarnya cahaya itu? Cahaya adalah kesan
(dalam bentuk energi) yang diterima oleh indera mata. Kita mengenal beberapa
teori tentang hakikat cahaya, antara lain:57
1) Teori korpuskuler menurut Newton (The corpuscular of light)

54
Supriyanto, FISIKA untuk SMA Kelas XII, (Jakarta: PT Phibeta Aneka Gama, 2007), h. 2
55
Peter Soedojo, Fisika Dasar, (Yogyakarta : ANDI, 2004), h. 94
56
Supriyanto, FISIKA untuk SMA Kelas XII, (Jakarta : PT Phibeta Aneka Gama, 2007), h.
19
57
Ganijanti Aby Sarojo, Gelombang dan Optika, (Jakarta: Salemba Teknika, 2011), h. 77
23

Teori ini mengatakan bahwa cahaya adalah partikel-partikel atau


korpuskuler-korpuskuler yang dipacarkan oleh sumber cahaya dan merambat
menurut garislurus dengan kecepatan besar. Teori ini dianggap benar sampai kira-
kira abad 17.Teori ini dapat menerangkan dengan jelas peristiwa pemantulan dan
pembiasan,tetapi tidak dapat menerangkan dengan jelas peristiwa terjadinya
interferensi.Peristiwa interferensi hanya dapat diterangkan dengan teori
gelombang,sedangkan menurut Newton cahaya merupakan partikel.
2) Kemudian pada awal pertengahan abad 17, Christian Huygens
mengemukakan teori gelombang atau teori undulasi.
Menurut Huygens, cahaya adalah gelombang yang berasal dari sumber yang
bergetar. Gelombang yang berasal dari sumber yang bergetar ini merambat dalam
medium yang disebut eter, yaitu zat yang mengisi seluruh ruangan termasuk ruang
vakum. Padahal sebenarnya zat eter ini tidak ada, hanya merupakan model saja
supaya teorinya dapat diterima. Jadi teori ini sebenarnya belum sempurna benar,
tetapi dapat diterima karena teori ini menerangkan kejadian-kejadian interferensi,
difraksi, dan polarisasi, tetapi teori ini tidak dapat menerangkan mengapa cahaya
merambat pada agaris lurus.
3) Teori gelombang elektromagnetik menurut Maxwel (The electromagnetic
wave theory of light)

Kira-kira abad 19, Maxwell mengemukakan teori, bahwa cahaya adalah


gelombang elektromagnetik.58

1) Spektrum Gelombang Elektromagnetik


Spektrum elektromagnetik adalah rentang semua radiasi elektromagnetik
yang mungkin.Spektrum elektromagnetik dapat dijelaskan dalam panjang
gelombang, frekuensi, atau tenaga perfoton.
Spektrum elektromagnetik dapat dibagi dalam beberapa daerah yang
terentang dari sinar gamma gelombang, pendek berenergi tinggi ,sampai pada
gelombang mikro dan gelombang radio dengan panjang gelombang sangat
panjang. Pembagian ini sebenarnya tidak begitu tegas dan tumbuh dari

58
Ibid., h.78
24

penggunaan praktis yang secara historis berasal dari berbagai macam metode
deteksi. Biasanya dalam mendeskripsikan energi spektrum elektromagnetik
dinyatakan dalam elektronvolt untuk foton berenergi tinggi (di atas 100 eV),
dalam panjang gelombang untuk energi menengah, dan dalam frekuensi untuk
energi rendah (λ ≥ 0,5 mm). Istilah "spektrum optik" juga masih digunakan secara
luas dalam merujuk spektrum elektromagnetik, walaupun sebenarnya hanya
mencakup sebagian rentang panjang gelombang saja (320 - 700 nm).

Sumber: https://id.wikipedia.org

Gambar 2.1Spektrum gelombang elektromagnetik dengan panjang


gelombang dan frekuensi tertentu

Sumber: http://fisikastudycenter.com

Gambar 2.2 Spektrum gelombang elektromagnetik


25

2) Polarisasi Cahaya
Polarisasi adalah peristiwa terserapnya sebagian arah getar gelombang
sehingga hanya tinggal memiliki satu arah saja. Polarisasi hanya terjadi pada
gelombang transversal saja dan tidak terjadi pada gelombang longitudinal.
Fenomena polarisasi pada gelombang cahaya ditemukan oleh Erasmus
Bartholinus (1625-1698) pada tahun 1669. Pada eksperimen yang ia lakukan saat
itu, ditemukan bahwa sebuah kristal dapat mengurai suatu cahaya menjadi dua
cahaya. Satu dari cahaya ini masih dapat diuraikan lagi jika cahaya ini
menghantam kristal kedua, tetapi pada orientasi tertentu dari kristal kedua.
Fenomena ini dikenal dengan pembiasan ganda. Dari fenomena inilah akhirnya
cahaya dipertimbangkan sebagai gelombang transversal bukan gelombang
longitudinal.
Dalam fenomena polarisasi cahaya, cahaya alami yang getarannya ke segala
arah tetapi tegak lurus terhadap arah merambatnya (gelombang transversal) ketika
melewati filter polarisasi, getaran horizontal diserap sedang getaran vertikal
diserap sebagian (lihat Gambar 2.3). Cahaya alami yang getarannya ke segala arah
di sebut cahaya tak terpolarisasi, sedang cahaya yang melewati polaroid hanya
memiliki getaran pada satu arah saja, yaitu arah vertikal, disebut cahaya
terpolarisasi linear.

Sumber: http://fisikon.com

Gambar 2.3 Polarisasi cahaya pada polaroid

Dalam fenomena polarisasi cahaya, cahaya alami yang getarannya ke segala


arah (tak terpolarisasi) tetapi tegak lurus terhadap arah rambatnya. Ketika
26

melewati sebuah filter polarisasi, sebagian cahaya tersebut akan diteruskan


sehinggabergetar dalam satu arah tertentu (terpolarisasi) dan sebagian cahaya
yang lain akan diserap.59
Jika seberkas pola cahaya alamiah dijatuhkan pada permukan bidang batas
dua medium, maka sebagian cahaya akan mengalami pembiasan dan sebagian lagi
mengalami pemantulan. Sinar bias dan sinar pantul akan terpolarisasi sebagian.
Jika sudut sinar datang diubah-ubah, pada suatu saat sinar bias dan sinar pantul
membentuk sudut 90°. Pada keadaan ini, sudut sinar datang (i) disebut sudut
polarisasi (ip) karena sinar yang terpantul mengalami polarisasi sempurna atau
terpolarisasi linear. Menurut Hukum Snellius,

n1 sin ip = n2 sin r, dengan r + ip= 90 atau r = 90 – ip

selanjutnya dapat dituliskan

n1 sin ip = n2 sin (90 – ip)= n2 cos ip

Polarisasi adalah keadaan (orientasi) bidang getar dari (medan listrik).


Macam-macam polarisasi:60
a) Polarisasi linear. Suatu gelombang disebut terpolarisasi linear, bila
gelombang tersebut hanya bergetar pada satu bidang getar (datar) yang
disebut juga bidang polarisasi. Polarisasi linear disebut juga polarisasi bidang.
b) Polarisasi lingkaran. Apabila gelombang memiliki amplitudo tetap, tetapi
arah medan berubah-ubah. Polarisasi ini dapat terjadi apabila dua gelombang
dengan amplitudo sama bersuperposisi.
c) Polarisasi eliptis. Sama seperti polarisasi lingkaran, tetapi dengan amplitudo
tidak selalu sama besar.

Cahaya yang terpolarisasi (cahaya alamiah) memiliki orientasi E ke segala


arah. Arah ini dapat diuraikan menjadi dua arah, yaitu komponen sejajar bidang

59
Supriyanto, FISIKA untuk SMA Kelas XII, (Jakarta : PT Phibeta Aneka Gama, 2007), h.
24.
60
Ganijanti Aby Sarojo, Gelombang dan Optika, (Jakarta: Salemba Teknika, 2011), h. 80.
27

jatuh dan tegak lurus bidang jatuh dengan notasi E// dan E┴ .Bidang jatuh adalah
bidang tempat sinar datang, sinar pantul, sinar bias, dan garis normal berada.
Selanjutnya, pada Gambar 2.4 ditunjukkan susunan dua keping Polaroid.
Keping Polaroid yang pertama disebut polarisator, sedangkan keping polaroid
yang kedua disebut analisator.

Sumber: http://fisikon.com

Gambar 2.4 (a) Polarisastor dan analisator dipasang sejajar, (b) Polarisastor
dan analisator dipasang bersilangan

Jika seberkas cahaya dengan intensitas I0 dilewatkan pada sebuah polalisator


ideal, intensitas cahaya yang dilewatkan adalah 50% atau ½ I0. Akan tetapi, jika
cahaya dilewatkan pada polalisator dan analisator yang dipasang bersilangan,
tidak ada intensitas cahaya yang melewati analisator. Secara umum, intensitas
yang dilewati analisator adalah:
=

Dengan I2 adalah intensitas cahaya yang lewat analisator. I0 adalah


intensitas awal seblum maasuk polalisator dan θ adalah sudut antara arah
polarisasi polalisator dan arah polarisasi analisator. Jika keduanya sejajar, θ = 0.
jika keduanya saling bersilangan, θ = 90°
28

3) Difraksi Cahaya

Difraksi adalah pembelokan cahaya bila mengenai suatu penghalang,


misalnya tepi celah, akwat atau benda-benda lain yang tajam. Di sini terlihat
perumusan bahwa cahaya berjalan lurus itu gagal. Penghalang itu hanya dapat
meneruskan sebagian kecil dari gelombang yang datang, menahan sebagian muka
gelombang yang dapat melalui lubang celah dapat terus, yang lainnya terhenti
atau kembali.

Sumber: Buku Gelombang dan Optika

Gambar 2.5. cahaya tidak didifraksi (tidak dibelokkan) oleh celah lebar
Cahaya masuk melalui celah yang cukup lebar akan membentuk bayangan
geometris pada layar. Bagian yang terang persis sama lebar dengan lebar celah. Di
luar bagian yang terang adalah bayangan geometris. Sekarang bila celah
dipersempit, maka bagian yang terang pada layar akan melebar ke daerah
bayangan geometrisnya. Efek difraksi ini kecil dan harus diperhatikan dengan
sangat teliti, juga karena sumber-sumber cahaya mempunyai daerah yang luas,
maka terjadi pola difraksidari titik-titik yang lain. Selain itu, sumber-sumber yang
biasa tidak bersifat monokromatik, sehingga pola dari berbagai panjang
gelombang akan berimpitan.
Difraksi pertama kali ditemukan oleh Francesco M. Grimaldi (1618-1663)
dan gejala lain juga diketahui oleh Huygens (1620-1695) dan Newton (1642-
1727). Akan tetapi, Newton tidak melihat adanya kebenaran tentang teori
gelombang di sini, sedangkan Huygens yang percaya pada teori gelombang tidak
29

percaya pada difraksi. Oleh karena itu, dia tetep menyatakan bahwa cahaya
berjalan lurus. Fresnel (1788-1827) secara tepat menggunakan teori Huygens,
yang disebut prinsip Huygens – Fresnel untuk menerangkan difraksi.61
Menurut Huygens, tiap bagian celah berfungsi sebagai sumber gelombang
sehingga cahaya dari satu bagian celah dapat berinterferensi dengan cahaya dari
bagian celah lainnya.Interferensi minimum yang menghasilkan garis gelap pada
layar akan terjadi,jika gelombang 1 dan 3 atau 2 dan 4 berbeda fase ½, atau
lintasannya sebesar setengah panjang gelombang.

Sumber: http://fisikon.com

Gambar 2.6 Difraksi celah tunggal

Berdasarkan gambar tersebut, diperoleh beda lintasan kedua gelombang (d


sin θ)/2.
ΔS = (d sin θ)/2,
ΔS = ½ λ,

d sin θ = λ

Jika celah tunggal itu dibagi menjadi empat bagian, pola interferensi
minimumnya menjadi:
ΔS = (d sin θ)/4

ΔS = ½ λ

d sin θ = 2 λ.

Berdasarkan penurunan persamaan interferensi minimum tersebut, diperoleh


persamaan sebagai berikut:

61
Ibid, h. 216
30

d sin θ = mλ
dengan:
d = lebar celah
m = 1, 2, 3, . . .

Untuk mendapatkan pola difraksi maksimum, maka setiap cahaya yang


melewati celah harus sefase. Beda lintasan dari interferensi minimum tadi harus

dikurangi dengan sehingga beda fase keduanya mejadi 360°. Persamaan


interferensi maksimum dari pola difraksinya akan menjadi :

Dengan (2m – 1) adalah bilangan ganjil, m = 1, 2, 3, …

a) Macam-Macam Difraksi
(1) Difraksi Fraunhofer
Apabila letak sumber cahaya dan layar jauh sekali dari celah, artinya: berkas
yang memasuki celah harus sejajar dan yang keluar dari celah harus sejajar untuk
bermacam-macam arah belokan. Celah sempit adalah celah yang memiliki lebar
jauh lebih kecil dari panjang dan lebar celah juga sangat lebih kecil dari pada
jarak celah ke layar.62
Difraksi Fraunhofer disebut juga dengan difraksi celah tunggal. Dalam
gambar ini dianggap bahwa sinar-sinar sejajar atau muka gelombang bidang dari
cahaya jatuh pada sebuah celah sangat sempit dan menyinari sebuah layar yang
letaknya jauh dari celah. Cahaya akan melentur disekitaran pinggiran celah dan
menerangi daerah-daerah pada layar yang tidak langsung berhadapan dengan
celah. Pita difraksi pada layar mengandung suatu pusat terang, disertai sederetan
pita yang lebih redup yang sejajar terhadap celah itu sendiri.

62
Ibid., h. 216
31

Sumber: Buku Gelombang dan Optika

Gambar 2.7 Difraksi menyebabkan cahaya melentur di sekitar


pinggiran celah, membentuk suatu pola bergantian pita-pita terang gelap
pada layar

Pada gambar 2.7juga tampak bahwa pita terang pusat lebih lebr daripada
lebar celah. Pita terang lainnya makin sempit ketika makin jauh dari terang pusat,
tetapi lebar pita gelap hampir tetap. Karena itulah pada kasus difraksi satu celah
hanya diberikan persamaan untuk menentukan letak pita gelap dari titik tengah
terang pusat. Kita juga dapat menentukan letak pita gelap dari titik tengah terang
pusat. Kita juga dapat menetukan lebar pita terang pusat sebagai , dimana
adalah jarak pita gelap ke-1 dari terang pusat (lihat gambar 2.8.)

Sumber: Buku Gelombang dan Optika

Gambar 2.8 Jarak adalah lebar dari pita terang pusat


Menurut prinsip Huygens, tiap bagian celah berlaku sebagi sebuah sumber
gelombang. Dengan demikian cahaya dari satu bagian celah dapat berinterferensi
32

dengan cahaya dari bagian lainnya dan intensitas resultannya pada layar
bergantung pada arah.
(2) Difraksi Fresnel
Apabila jarak sumber ke celah dan celah ke layar dekat, berkas sinar tidak
perlu sejajar; celah lebar; tidak sempit.Celah adalah lubang yang berbentuk empat
persegi panjang yang memiliki lebar kecil sekali nila dibandingkan dengan
panjangnya.63
b) Difraksi Fraunhofer oleh Celah Tunggal (Slit)
Sebuah celah tunggal disinari akan menghasilkan pola difraksi pada layar
yang diletakkan di belakangnya. Bentuk pola akan sama dengan celahnya (segi
empat panjang), yaitu daerah-daerah terang dan gelap berbentuk segi empat
panjang. Pola ini disebut pita-pita atau rumbai (fringe = frinji), berupa pita terang
dan pita gelap.
Pola difraksi yang terjadi dapat diterangkan karena gelombang sekunder
yang keluar dari celah yang dipancarkan oleh setiap titik pada celah yang
merupakan muka gelombang yang melalui celah berinterferensi. Oleh karena tiap
titik memancarkan gelombang ke segala arah, maka dari titik-titik tersebut ada
berkas cahaya yang sejajar yang arahnya berlainan. Untuk menyatukan berkas
sejajar dari setiap arah ini, maka tepat di belakang celah dipasang lensa positif,
sehingga terjadi titik bayangan pada layar yang diletakkan pada titik api (fokus)
lensa. Kalau perlu, tempatkan juga lensa positif di depan celah untuk membuat
berkas cahaya sejajar waktu memasuki celah.64
Difraksi gelombang adalah pembelokan gelombang yang disebabkan oleh
adanya penghalang berupa celah. Jika penghalang celah yang diberikan lebar,
maka difraksi tidak begitu jelas terlihat. Muka gelombang yang melalui celah
hanya melengkung di bagian tepi celah. Akan tetapi, jika celah penghalang
sempit, difraksi gelombang tampak jelas. Celah bertindak sebagai sumber

63
Ibid, h. 217
64
Ibid., h. 217
33

gelombang berupa titik, dan gelombang melalui celah dipancarkan berbentuk


lingkaran-lingkaran dengan celah tersebut sebagai pusatnya.65

Sumber: Buku Gelombang dan Optika

Gambar 2.10 Difraksi gelombang


(a) penghalang dengan celah lebar, (b) penghalang dengan celah sempit

4) Dispersi Cahaya

Dispersi adalah penyebaran bentuk gelombang ketika merambat melalui


suatu medium. Hal ini dapat terlihat pada gelombang cahaya putih yang
merambat melalui prisma kaca yang akan mengalami dispersi sehingga
membentuk spektrum warna-warna pelangi (mejikuhibiniu). Sedangkan dispersi
tidak dapat terjadi pada gelombang bunyi yang merambat melalui udara atau
gelombang cahaya yang merambat melalui vakum. Medium yang dapat
mempertahankan bentuk gelombang tersebut disebut medium non dispersi.66

Sumber: http://fisikon.com

Gambar 2.11Dispersi Cahaya pada Prisma

65
Supriyanto,FISIKA untuk SMA Kelas XII, (Jakarta: PT Phibeta Aneka Gama, 2007), h.
22.
66
Ibid., h. 24.
34

Seberkas cahaya polikromatik diarahkan ke prisma. Cahaya tersebut


kemudian terurai menjadi cahaya merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan
ungu. Tiap-tiap cahaya mempunyai sudut deviasi yang berbeda. Selisih antara
sudut deviasi untuk cahaya ungu dan merah disebut sudut dispersi. Besar sudut
dispersi dapat dituliskan sebagai berikut:
Φ = δu - δm = (nu – nm)β
Keterangan:
Φ = sudut dispersi
nu = indeks bias sinar ungu
nm = indeks bias sinar merah
δu= deviasi sinar ungu
δm=deviasi sinar merah
5) Interferensi Cahaya
Interferensi adalah hasil kerja sama antara dua gelombang atau lebih yang
bertemu di satu titik pada saat yang sama. Hal ini merupakan fenomena penting
dari gerak gelombang, sehingga hasil dari kerja sama (perpaduan) gelombang
tersebut dapat diamati. Kita membedakan interferensi dengan superposisi dua
gelombang. Pada superposisi, kita tidak mengamati hasil perpaduan gelombang-
gelombang tersebut, sedangkan pada interferensi hasil ini penting sekali.
Sebagai contoh, amatilah gelombang pada permukaan kolam (gelombang
pada zat cair) yang idsebabkan oleh dua buah batu yang diajtuhkan berurutan atau
bersamaan di atas permukaan yang tenang, aka terdapat dua buah gelombang yang
berjalan radial pada permukaan tersebut. Pada daerah-daerah tempat kedua
gelombang tersebut bertemu dapat dilihat bahwa gangguan fisik ditempat tersebut
hampir nol (seakan-akan tidak terganggu), sedangkan di tempat lainnya, ganggan
fisik akibat jatuhnya kedua batu tersebut relatif besar daripada apabila disebabkan
oleh gangguan sebuah batu.
35

Peristiwa tersebut terjadi karena adanya superposisi dari dua gelombang


berjalan yang disebabkan oleh batu jatuh. Hasil kerja sama atau superposisi dari
dua gelombang atau lebih menimbulkan gejala fisik yang disebut interferensi.67

Sumber: Buku Gelombang dan Optika

Gambar 2.12 Gelombang Interferensi

a) Koherensi Cahaya
Seperti yang tela disebutkan bahwa kedua buah sumber gelombang yang
berinterferensi harus koheren, artinya kuat medan dari sumber bergetar dengan
tahap-tahap (interval yang tetap), maka:
2 2
I total≈ total = (

Jika 01, 02 adalah amplitudo masing-masing sumber total adalah amplitudo


karena interferensi dengan memasukkan pengertian beda fase, definisi untuk
sumber-sumber yang koheren adalah: sumber-sumber yang bergetar dengan beda
fase yang tertentu dan tetap. Gelombang koheren adalah gelombang-gelombang
yang mempunyai beda fase tertentu yang tidak berubah terhadap waktu. Jika
cahaya di satu titik pada S1 mengalami perubahan fase, maka pada S2 pun
mengalami perubahan fase yang sama dan serentak. Akibatnya ialah beda fase
anatra sepasang titik S1 dan S2 selalu tetap dan karenanya pola interferensi
stasioner (tidak berubah). Sumber-sumber yang tidak koheren, yaitu jika sumber-
sumber yang bergetar tidak saling bergantungan, sehingga :

I total = I1 + I2 ≈ ²

67
Ganijanti Aby Sarojo, Gelombang dan Optika, (Jakarta: Salemba Teknika, 2011), h. 153.
36

Sebagai contoh, lampu filamen (lampu pijar biasa) terdiri dari banyak sekali
atom-atom yang masing-masing memancarkan sinar dalam interval waktu yang
pendek 10-18 detik, frekuensi 106 Hz dan terjadi dalam waktu yang teratur, karena
atom-atom bergetar secara random (acak). Jadi kalau suatu saat terbentuk pola
interferensi dari dua sumber seperti ini, maka dalam waktu yang cepat sekali pola
ini sudah berubah, jadi tidak stasioner.68

Sumber: http://fisikon.com

Gambar 2.13 Percobaan interferensi young

Jika jarak S1A dan S2A sangat besar dibandingkan jarak S1 ke S2, dengan
S1S2 = d, sinar S1A dan S2A dapat dianggap sejajar dan selisih jaraknya ΔS = S2B.
Berdasarkan segitiga S1S2B, diperoleh

dengan d adalah jarak antara kedua celah.

Selanjutnya, pada segitiga COA, sin .

Untuk sudut-sudut kecil akan didapatkan sin = tan . Untuk θ kecil,

berarti p/l kecil atau p<<l sehingga selisih kecepatan yang ditempuh oleh cahaya
dari sumber S2 dan S1akan memenuhi persamaan berikut ini.

..

68
Ibid., h. 165.
37

Interferensi maksimum akan terjadi jika kedua gelombang yang tiba di titik
Asefase. Dua gelombang memiliki fase sama bila beda lintasannya merupakan
kelipatan bilangan cacah dari panjang gelombang.

ΔS = mλ .
Jadi, persamaan interferensi maksimum menjadi

dengan:
d = jarak antara celah pada layar
p = jarak titik pusat interferensi (O) ke garis terang di A
l = jarak celah ke layar
λ = panjang gelombang cahaya
m = orde interferensi (0, 1, 2, 3, ...)

b) Interferensi Gelombang-Gelombang yang Koheren

Cara memperoleh dua sumber gelombang yang koheren, yaitu :

(1) Percobaan Young dengan dua celah sempit


(2) Percobaan Fresnel dengan dua cermin dan dua prisma
(3) Percobaan Lioyd dengan satu cermin.

c) Interferensi Sinar-Sinar Pantul Pada Selaput (Film) Tipis (Keping)


Cara lain untuk memperoleh dua sumber yang koheren adalah dengan
pantulan dari seberkas sinar yang berasal dari suatu sumber cahaya. Pantulan
cahaya dikatakan juga membagi (memecah) amplitudo karena sebagian amplitudo
dipantulkan dan sebagian lagi diteruskan (dibiaskan).69

69
Ibid, h. 174.
38

Sumber: http://fisikon.com

Gambar 2.14 Interferensi pada selaput tipis

Selisih lintasan yang ditempuh oleh sinar datang hingga menjadi sinar
pantul ke-1 dan sinar pantul ke-2 adalah:

ΔS = S2 – S1 = n (AB + BC) – AD = n (2AB) – AD


dengan n adalah indeks bias lapisan tipis.

Jika tebal lapisan adalah d, diperoleh d = AB cos r sehingga AB = d/cos r


dan AD = AC sin i, dengan AC = 2d tan r. Dengan demikian, persamaan menjadi:

Sesuai dengan hukum Snellius, n sin r = sin I, selisih jarak tempuh kedua
sinar menjadi:
ΔS = 2nd cos r
Supaya terjadi interferensi maksimum, ΔS harus merupakan kelipatan dari
panjang gelombang (λ), tetapi karena sinar pantul di B mengalami perubahan fase
½, ΔS menjadi

.
Jadi, interferensi maksimum sinar pantul pada lapisan tipis akan
memenuhi persamaan berikut:

=
39

dengan:
n = indeks bias lapisan tipis
d = tebal lapisan
r = sudut bias
m = orde interferensi (0, 1, 2, 3, …)
λ = panjang gelombang sinar
(1) Interferensi pada Keping Sejajar
Interferensi terjadi apabila dua gelombang koheren atau lebih pada saat
yang sama bertemu di satu titik. Dalam persoalan interferensi pada film tipis ini,
satu gelombang dipecah menjadi dua bagian yang kemudian bergabung lagi
sesudah melalui lintasan yang berbeda. Cara memecah gelombang ini adalah
dengan pemantulan dan pembiasan.

Sumber: Buku Gelombang dan Optika

Gambar 2.15 Beda lintasan optis karena pantulan oleh permukaan


atas dan bawah keping.

Amati seberkas cahaya jatuh dengan sudut datang i pada selembar keping
transparan yang mempunyai tebal d dan indeks bias n.
Cahaya yang sampai di mata pengamat berasal dari satu sumber. Sebagian
cahaya dipantulkan langsung oleh permukaan atas (1) dan sebagian dibiaskan
jatuh pada permukaan bawah dan dipantulkan, akhirnya dibiaskan oleh
40

permukaan atas kembali ke medium semula (2). Cahaya (1) dan (2) berkumpul
setelah melalui lensa positif dan akan berinterferensi maksimum atau minimum
tergantung pada perbedaan fase antara sinar (1) dan (2) karena adanya perbedaan
lintasan optis kedua cahaya tersebut.
Dua hal yang perlu diperhatikan pada peristiwa interferensi adalah:70
(a) Perbedaan fase antara cahaya (1) dan (2) bergantung pada perbedaan jumlah
gelombang yang telah dijalani oleh cahaya-cahaya tersebut.
Λ dalam keping lebih kecil dari pada λ di udara; = 1/n

Maka perbedaan lintasan optis∆r bertambah dengan perbandingan

(b) Perubahan fase pada sinar pantul;


Gelombang yang dipantulkan oleh perbatasan dua media dengan indeks bias
lebih besar atau dengan perkataan lain: cahaya datang dari optis kurang
rapat ke optis yang lebih rapat, maka fase sinar pantul akan berubah dengan
π radian yang ekuivalen dengan beda jalan ½λ. Sebaliknya, cahaya yang
datang dari optis yang lebih rapat ke optis yang kurang rapat fase sinar
pantul tidak berubah.
d) Perbedaan Difraksi dengan Interferensi
Cahaya masuk melalui celah yang sempit akan melebarkan daerah
terangnya pada layar, dan pada suatu tempat pada daerah bayangan geometris
terdapat daerah yang gelap, lebih jauh lagi kita dapati kembali daerah terang. Hal
ini seperti yang kita jumpai pada gejala interferensi. Pada layar terdapat distribusi
intensitas. Seperti pada interferensi, maka gelombang yang sampai pada celah
harus mempunyai fase sama (ingat syarat koherensi pada interferensi) dan titik-
titik pada celah merupakan titik sumber baru (gelombang sekunder prinsip
Huygens) yang memancarkan gelombang ke segala arah. Di sini terjadi
intreferensi antara cahaya yang dipancarkan oleh setiaptitik pada celah, tetapi
perbeddaannya sekarang adalah tempat distribusi interferensi yang benar-benar,
yaitu intensitas bagian terangnya makin jauh di bagian daerah bayangan geometris

70
Ibid., h. 175.
41

makin kecil. Pada interferensi kita menganaggap intensitas yang maksimum


(terang) sama besar.
42

B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan


Adapun kaitannya dengan hasil belajar siswa,serta kaitannya pada metode
pembelajaran Drill, ada beberapa temuan dalam jurnal diantaranya yaitu:
a. Penelitian yang dilakukan oleh Elli Kusumawati dan Randi Ahmad Irwanto
pada siswa kelas VIII SMPN 5 Banjarmasin dengan judul “Penerapan
Metode Pembelajaran Drill Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Siswa Kelas VIII SMP”. Menunjukkan bahwa metode
pembelajarandrill dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa. Hal ini ditandai dengan peningkatan rata-rata nilai akhir
semua indikator kemampuan pemecahan masalah.71
b. Penelitian yang dilakukan oleh Basukisna Setya Candra dan Sudarso pada
siswa kelas X SMA Negeri 1 Kota Mojokerto yang berjudul “Penerapan
Model PembelajaranDrilland Practice terhadap Hasil Belajar Chest Pass
pada Permainan Bola Basket”. Mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan metode drill and practice memberikan dampak yang lebih baik
terhadap hasil belajar chest pass yaitu sebesar 44,45%.72
c. Penelitian yang dilakukan oleh Iah Samsiah dengan judul “Penerapan
Metode Drill Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan
Sifat-Sifat Bilangan Bulat pada Siswa Kelas IV MI Al Istiqomah Tangerang
Tahun Pelajaran 2013/2014”. Menyimpulkan bahwa penerapan metode drill
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan sifat-sifat
bilangan bulat.73
d. Penelitian yang dilakukan oleh Sudira, Anggan Suhandana dan Marhaeni
dengan judul “Pengaruh Metode Pembelajaran Drill Terhadap Prestasi
Belajar Seni Tari Ditinjau Dari Kreativitas Pada Siswa Kelas X SMK Negeri

71
Elli Kusumawati dan Randi Ahmad Irwanto, “Penerapan Metode Pembelajaran Drill
Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas VII SMP”, Jurnal
Pendidikan Matematika EDU-MAT Volume 4 Nomor 1, 2016
72
Basukisna Setya Candra dan Sudarso, “Penerapan Model Pembelajaran Drill and
Practice terhadap Hasil Belajar Chest Pass pada Permainan Bola Basket”, Jurnal Pendidikan
Olahraga dan Kesehatan Volume 02 Nomor 01, 2014
73
Iah Samsiah,“Penerapan Metode Drill Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Pokok Bahasan Sifat-Sifat Bilangan Bulat pada Siswa Kelas IV MI Al Istiqomah Tangerang Tahun
Pelajaran 2013/201”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014
43

3 Sukawati”. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat


kontribusi kreativitas terhadap prestasi belajar seni pada siswa sebesar
25,0%.74
e. Penelitian yang dilakukan oleh Izzak Hendrik Wenno, Pieter Wattimena dan
Luky Maspaitela yang berjudul “Comparative Study between Drill Skill and
Concept Attainment Model towards Physics Learning Achievement”. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa dengan model keterampilan atau drill
prestasi belajar fisika-sains siswa lebih baik daripada menggunakan model
pecapaian konsep.75

C. Kerangka Berpikir

Fisika merupakan pembelajaran yang didalamnya mengkaji fenomena alam.


Ilmu yang mempelajari didalamnya juga dibuktikan dengan berbagai persamaan
rumus yang matematis untuk membuktikan dan menerjemahkan segala fenomena
yang terjadi di alam ini. Pembelajaran fisika tidak akan terlepas dari berbagai
macam rumus dalam penyelesaian soalnya. Dengan demikian untuk dapat
menguasai pelajaran fisika sangat dibutuhkan adanya metode pembelajaran yang
diterapkan dikelas yang dapat membantu siswa untuk lebih mudah memahami
pelajaran yang disampaikan.akan tetapi, hampir sebagian besar guru mengajarkan
kepada siswanya melalui metode ceramah maupun doktrinasi sehingga siswa
hanya dapat mengandalkan metode menghafal rumus fisika. Saat siswa diberi
permasalahan soal latihan yang berbeda, siswa cenderung kesulitan untuk
memecahkan masalah tersebut.Siswa memerlukan suatu upaya yang efektif untuk
meningkatkan hasil belajar fisika, sebab metode pembelajaran konvensional
(ceramah) yang sering kali digunakan oleh guru-guru di sekolah kurang efektif.
Salah satu upaya yang dilakukan dan dirasa mampu untuk meningkatkan hasil
belajar siswa yakni dengan metode pembelajaran drill atau latihan.

74
Sudira, Anggan Suhandana dan Marhaeni,“Pengaruh Metode Pembelajaran Drill
Terhadap Prestasi Belajar Seni Tari Ditinjau Dari Kreativitas Pada Siswa Kelas X SMK Negeri 3
Sukawati”. E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, 2013
75
Izzak Hendrik Wenno, Pieter Wattimena dan Luky Maspaitelal,“Comparative Study
between Drill Skill and Concept Attainment Model towards Physics Learning Achievement”.
International Journal of Evaluation and Research in Education (IJERE), Vol.5, No.3, 2016, h. 211
44

Metode pembelajaran Drill atau latihan soal ini melibatkan siswa belajar
dengan cara latihan soal yang berulang untuk menanamkan daya ingat siswa.
Pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa turut serta berperan aktif adalam
kegiatan pembelajaran. sehingga membuat siswa lebih mandiri dan lebih mudah
mengingat konsep pelajaran yang dipelajari.

Gambar 2.16 Bagan Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori-teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan,
maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian, yaitu: “Metode pembelajaran Drill
atau latihan soal berpengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa”.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 4 Tambun Selatan yang
berlokasi di Jl. Raya Perum. Bekasi Griya Asri 2 Blok F Kec. Tambun Selatan.
Waktu pelaksanaan penelitian ini pada semester genap tahun ajaran 2016/2017.
Sedangkan untuk pengambilan data penelitian dilakukan pada tanggal 20 sampai
dengan 27 September 2016.

B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kuasi eksperimen (quasi experiment). Eksperimen ini biasa juga disebut
eksperimen semu. Karena berbagai hal, terutama berkenaan dengan pengontrolan
variabel, kemungkinan sukar sekali dapat digunakan eksperimen murni.
Eksperimen kuasi bisa digunakan minimal kalau dapat mengontrol satu variabel
saja meskipun dalam bentuk matching, atau memasangkan atau menjodohkan
karakteristik, kalau bisa random lebih baik.76 Pada metode ini memiliki kelompok
kontrol, namun tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-
variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.77 Pemilihan metode
ini dikarenakan kelas yang dijadikan objek penelitian sulit untuk dikontrol dari
variabel-variabel lain yang tidak dapat diukur dalam penelitian.

C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonequivalent
control group design. Pada penelitian ini melibatkan dua kelompok subjek, yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk pengambilan kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.78

76
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 207.
77
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan kuantitatif, Kualitatif, dan R & D),
(Bandung: Alfabeta, 2013), h. 77
78
Ibid., h. 79.

46
47

Pada penelitian ini kelompok eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran


dengan menerapkan metode pembelajaran Drill, sedangkan kelompok kontrol
diberikan perlakuan pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran
berpusat pada guru yang biasa diterapkan saat kegiatan pembelajaran sehari-hari.
Desain penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini:79
Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan (X) Posttest


Eksperimen O1 X1 O2
Kontrol O1 X2 O2

Keterangan:
O1 = Pretest yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol sebelum diberikan perlakuan.
O2 = Posttest yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol setelah diberikan perlakuan
X1 = Perlakuan dengan penerapan metode pembelajaran drill pada kelompok
eksperimen.
X2 = Perlakuan tanpa penerapan metode pembelajaran drill pada kelompok
kontrol.

D. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari
tiga tahap, yaitu:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini langkah yang dilakukan sebelum melakukan penelitian
adalah pengurusan surat ijin penelitian, langkah-langkah selanjutnya meliputi:
a. Merumuskan masalah yang akan dibahas sebagai topik utama dalam
penelitian dan melakukan telaah kompetensi yang ingin dicapai pada mata
pelajaran fisika.

79
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 207.
48

b. Melakukan observasi awal, baik melalui studi pustaka maupun kunjungan ke


beberapa sekolah untuk menemukan data pendukung dari masalah yang
dipilih.
c. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian.
d. Melakukan observasi lagi untuk lebih mengetahui lingkungan sekolah,
keadaan siswa saat pembelajaran di kelas, dan proses kegiatan belajar ketika
guru sedang menjelaskan
e. Mendesain eksperimen yang akan diujikan, yang sesuai untuk
mengembangkan hasil belajar siswa.
f. Menyusun RPP sesuai dengan pokok materi yang telah ditentukan yaitu
materi gelombang cahaya.
g. Membuat LKS, instrumen tes berupa tes pilihan ganda, dan instrumen non tes
berupa lembar observasi aktivitas siswa.
h. Melakukan uji coba instrumen tes dan menganalisis hasil uji coba instrumen
agar dapat memperoleh soal yang memiliki validitas dan reliabilitas yang
tinggi, sehingga dapat mengukur hasil belajar siswa yang sebenarnya.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan penelitian merupakan tahap yang kedua setelah tahap
persiapan, yang meliputi:
a. Memberikan tes awal (pretest) untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum
pelaksanaan proses belajar mengajar dan kemudian menganalisis hasil pretest
tersebut.
b. Mengelompokkan subjek penelitian menjadi dua kelas yaitu kelas kontrol dan
kelas eksperimen berdasarkan hasil pretest. Kelas yang mendapatkan nilai
dengan rata-rata pretest tinggi dijadikan sebagai kelas kontrol, sedangkan
kelas yang mendapatkan nilai rata-rata pretest lebih rendah dijadikan sebagai
kelas eksperimen. Dalam hal ini yang dijadikan sebagai kelas kontrol adalah
kelas XII IPA 1 yang berjumlah 43 siswa, sedangkan yang dijadikan sebagai
kelas eksperimen adalah kelas XII IPA 3 yang berjumlah 47 siswa
c. Melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas eksperimen dan kontrol. Pada
kelas eksperimen pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran
49

Drill, sedangkan pembelajaran di kelas kontrol hanya menerapkan metode


pembelajaran yang berpusat pada guru
d. Memberikan tes akhir (posttest) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkannya metode
pembelajaran Drill pada konsep gelombang cahaya.
3. Tahap Akhir
Kegiatan yang dilakukan pada tahap akhir adalah sebagai berikut:
a. Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian.
b. Menguji hipotesis penelitian.

Adapun langkah-langkah pada setiap tahap dalam prosedur penelitian dapat


dilihat lebih jelas pada gambar berikut ini:
50

Tahap Persiapan Menentukan rumusan masalah

Melakukan observasi awal kebeberapa sekolah

Menentukan sekolah tujuan penelitian

Observasi sekolah tujuan penelitian

Mendesain eksperimen yang akan diujikan

Menyusun RPP sesuai dengan pokok materi

Membuat LKS, instrumen tes dan non tes

Melakukan uji coba instrumen tes

Menganalisis hasil uji coba instrumen

Tahap Pelaksanaan

Memberikan tes awal (pretest)

Menentukan subjek penelitian


Kelas Kontrol
Melaksanakan kegiatan pembelajaran

Kelas Eksperimen
Memberikan tes akhir (posttest)

Mengolah dan menganalisis data hasil


Tahap Akhir
penelitian

Menguji hipotesis penelitian

Gambar 3.1 Bagan Tahap-Tahap Prosedur Penelitian


51

E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.80 Dalam penelitian
ini menggunakan dua variabel, yaitu:
1. Variabel bebas (X) = Metode Pembelajaran Drill
2. Variabel terikat (Y) = Hasil belajar siswa.
F. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.81 Populasi dalam penelitian ini
adalah siswa kelas XII SMA Negeri 4 Tambun Selatan yang berjumlah 217 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Peneliti dapat menggunakan sampel dari populasi itu. Apa yang
dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi.
Oleh karena itu, sampel yang diambil harus betul-betul representatif (mewakili).82
Sampel yang digunakan adalah siswa di kelas XII IPA 1 dan XII IPA 3 adalah 90
siswa.

G. Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel
disesuaikan dengan tujuan penelitian.83 Sedangkan menurut Sugiyono, purposive
sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. 84 Pada
penelitian ini pengambilan purposive sampling dipilih karena peneliti mempunyai

80
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan kuantitatif, Kualitatif, dan R & D),
(Bandung: Alfabeta, 2013), h. 38.
81
Ibid., h. 80.
82
Ibid., h. 81.
83
Syaodih, op.cit., h. 254.
84
Sugiono, op.cit., h. 85.
52

tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang cenderung rendah dengan
menggunakan metode pembelajaran drill atau latihan soal.

H. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.85 Teknik
pengumpulan data adalah cara yang digunakan peneliti untuk memperoleh data.
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui tes dan nontes. Teknik
tes berupa soal pilihan ganda sebanyak 24 butir soal, digunakan untuk mengukur
hasil belajar siswa, yang terdiri dari pretest dan posttest. Pretest diberikan kepada
semua kelas sebelum diberikan perlakuan khusus, sedangkan posttest diberikan
kepada semua kelas setelah diberikan perlakuan khusus kepada kelas eksperimen.
Teknik nontesyang digunkan beruba lembar observasi kegiatan siswa, digunakan
untuk mengobservasi kegiatan siswa selama pembelajaran dengan menggunakan
LKS tentang konsep gelombang cahaya.

I. Instrumen Penelitian
Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian, yaitu,
kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data.86 Instrumen
memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan mutu suatu penelitian,
karena validitas atau kesahihan data yang diperoleh akan sangat ditentukan oleh
kualitas atau validitas instrumen yang digunakan. Hal ini mudah dipahami karena
instrumen berfungsi mengungkapkan fakta menjadi data, sehingga jika instrumen
yang digunakan mempunyai kualitas yang memadai dalam arti valid dan reliabel.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan nontes.
1. Instrumen Tes
Instrumen tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa berupa tes
objektif berbentuk pilihan ganda yang terdiri dari 5 alternatif jawaban dan disusun
berdasarkan indikator yang sesuai dengan kurikulum yang digunakan yaitu KTSP.
Soal yang diberikan merupakan soal yang telah dijudgment oleh dosen ahli,
diujicobakan, serta diuji validitas dan reliabilitasnya agar diperoleh soal yang
85
Ibid., h. 224
86
Ibid., h. 222.
53

benar-benar dapat mengukur hasil belajar siswa. Kisi-kisi instrumen tes yang
digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dari pada lampiran.

J. Kalibrasi Instrumen Penelitian


Kalibrasi instrumen dilakukan untuk mengetahui kualitas instrumen yang
digunakan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi
kriteria kelayakan. Instrumen tes yang digunakan harus memiliki empat kriteria,
yaitu validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda. Untuk mengetahui
pemenuhan keempat kriteria tersebut, maka instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini harus melalui pengujian dan perhitungan. Berikut ini adalah
pengujian dan perhitungan yang berkaitan dengan kriteria yang harus dipenuhi
oleh instrumen penelitian sebagai berikut:

a. Uji Validitas

Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak
87
diukur. Dengan kata lain uji validitas dilakukan untuk melihat sejauh mana
ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Koefisien
korelasi selalu terdapat antara -1,00 sampai +1,00. Namun karena dalam
menghitung sering dilakukan pembulatan angka-angka, sangat mungkin diperoleh
koefisien lebih dari 1,00. Koefisien menunjukkan hubungan kebalikan, sedangkan
koefisien positif menunjukkan adanya kesejajaran untuk mengadakan interpretasi
mengenai besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut:88

Tabel 3. 3 Kategori Validitas


Rentang nilai Kategori
0,81  rpbi  1,00 Sangat Tinggi
0,61  rpbi  0,80 Tinggi
0,41  rpbi  0,60 Cukup
0,21  rpbi  0,40 Rendah
0,00  rpbi  0,20 Sangat Rendah

87
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisis Revisi, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), h. 65.
88
Ibid, h. 75.
54

Dalam penelitian ini, uji validitas yang digunakan adalah rumus korelasi
point biserial. Rumus yang digunakan dapat dilihat sebagai berikut:89

Keterangan:
= koefisien korelasi point biserial
= mean skor dari testee yang menjawab benar item yang dicari korelasinya
dengan test
= mean skor total
= standar deviasi dari skor total
= proporsi siswa yang menjawab benar terhadap butir item yang sedang diuji
validitas itemnya.

= proporsi siswa yang menjawab salah terhadap butir item yang sedang diuji
validitas itemnya.
Kemudian disamakan dengan r table dengan kriteria pengujian, jika rpbi ≥
rtabel, maka butir soal tersebut adalah valid. Jika rpbi ≤ rtable maka butir soal tersebut
adalah tidak valid.Adapun dari hasil uji validitas instrumen tes dapat dilihat pada
Tabel 3.3 dibawah ini:
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes
Statistik Butir Soal
Jumlah Soal 40
Jumlah Siswa 30
Nomor Soal Valid 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 12, 13, 14, 18, 19,
24, 25, 26, 28, 31, 32, 33, 34, 37, 38,
39, 40
Jumlah Soal Valid 24
Persentase(%) 60 %

89
Ibid., h. 79.
55

b. Uji Reliabilitas
Selain kevalidan, instrumen juga harus dilakukan uji reliabilitas. Uji
reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan
mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan
hasil yang tetap.90 Reliabilitas instrumen uji coba hasil belajar dihitung dengan
menggunakan rumus KR-20, yaitu:91

 n  S   pq 
2

r11   
 n  1  S2 

Dimana:
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item salah q  1  p 
Σ pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = banyaknya item
S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)

Penentuan kriteria reliabilitas suatu instrumen didasarkan pada Tabel 3.4


berikut ini:
Tabel 3. 4. Kategori Reliabilitas
Rentang nilai Kategori
0,71   1,00 Tinggi
0,51  r  0,70 Sedang
0,00   0,50 Rendah

Berdasarkan perhitungan reliabilitas instrumen yang diujicobakan, diperoleh


nilai reliabilitas hasil belajar siswa sebesar 0,92. Hal ini menunjukkan bahwa
instrumen tersebut termasuk dalam kategori “Tinggi”. Pengolahan hasil uji
reliabilitas instrumen tes dapat dilihat pada lampiran.

90
Ibid., h. 86.
91
Ibid., h. 100.
56

c. Taraf Kesukaran
Tingkat kesukaran dari setiap butir soal dapat dilihat dari taraf kesukaran
soal. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.
Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil perhitungan,
berarti semakin mudah soal tersebut.92 Taraf kesukaran dapat dicari dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:93

Keterangan:
P indeks kesukaran
B banyaknya siswa yang menjawab butir soal dengan benar
JS jumlah seluruh peserta tes
Penentuan kriteria taraf kesukaran dapat dilihat pada Tabel 3.5 di bawah
berikut ini:
Tabel 3.5 Kriteria Taraf Kesukaran
Rentang Nilai Taraf Kesukaran Kategori
0,00 ≤ TK <0,30 Sukar
0,30 ≤ TK <0,70 Sedang
0,70 ≤ TK <1,00 Mudah
Data rekapitulasi tingkat kesukaran hasil uji coba instrumen dapat dilihat
pada Tabel 3.6 di bawah ini. Pengolahan hasil uji taraf kesukaran instrumen tes
dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 3.6 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes
Butir Soal
Kriteria Soal
Jumlah Soal Presentase
Sukar 0 0%
Sedang 34 85 %
Mudah 6 15 %
Jumlah 40 100 %

92
Ibid., h. 207.
93
Ibid., h. 208.
57

d. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal untuk membedakan
siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang kemampuannya
rendah.94 Tes yang baik adalah tes yang bisa memisahkan dua kelompok peserta
tes. Kedua kelompok itu adalah peserta tes yang benar-benar mempelajari materi
dan peserta tes yang tidak mempelajari materi. Untuk menentukan daya pembeda
menggunakan rumus berikut ini:95
B A BB
D 
JA JB
Keterangan:
D = daya beda soal
B A = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
B B = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
J A = banyaknya peserta kelompok atas
J B = banyaknya peserta kelompok bawah

Penentuan kriteria daya beda soal didasarkan pada Tabel 3.7 di bawah ini:

Tabel 3.7 Kategori Daya Pembeda


Rentang nilai DP Kategori
Bernilai negatif Drop
0,00 ≤ DP < 0,21 Buruk
0,20 ≤ DP < 0,41 Cukup
0,40 ≤ DP < 0,71 Baik
0,70 ≤ DP < 1,00 Baik sekali

Data rekapitulasi tingkat kesukaran hasil uji coba instrumen dapat dilihat
pada Tabel 3.8 di bawah ini.

94
Ibid., h. 211.
95
Ibid., h. 213.
58

Tabel 3.8 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes


Butir Soal
Kriteria Soal
Jumlah Soal Presentase
Drop 2 5%
Buruk 4 10 %
Cukup 4 10 %
Baik 18 45 %
Baik sekali 12 30 %
Jumlah 40 100 %

Berdasarkan Tabel 3.8 di atas, dapat dilihat bahwa terdapat satu soal drop,
delapan soal memiliki daya pembeda buruk, empat belas soal memiliki daya
pembeda cukup, dan tujuh soal memiliki daya pembeda baik. Untuk lebih jelasnya
hasil uji daya pembeda instrumen tes dapat dilihat pada lampiran. Sedangkan
rekapitulasi hasil uji coba instrumen tes dapat dilihat pada lampiran.

K. Teknik Analisis Data Tes

Analisis dilakukan terhadap data yang telah terkumpul dan berpedoman


pada pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat dalam penelitian. Data yang
bersifat kualitatif dianalisis secara deskriptif untuk menemukan kecenderungan-
kecenderungan yang muncul dalam penelitian. Sedangkan data kuantitatif
dianalisis dengan uji statistik. Analisis data dengan uji statistik dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:

1. Analisis Data Tes


Analisis data tes dilakukan dengan dua tahapan, yaitu uji prasarat analisis
data dan uji hipotesis.
a. Uji Prasarat Analisis
Sebelum melakukan uji hipotesis dilakukan beberapa uji prasyarat statistik
untuk menentukan rumus statistik yang akan digunakan dalam uji hipotesis
tersebut.
59

1) Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data yang
akan dianalisis. Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas dalam
penelitian ini adalah chi square test (tes kai kuadrat). Langkah-langkah pengujian
normalitas data dengan uji Chi Kuadrat adalah sebagai berikut:
a) Mencari nilai tertinggi dan terendah
b) Mencari nilai rentang (R), dengan rumus:

c) Mencari banyaknya kelas (K), dengan rumus:

d) Mencari panjang kelas (P)

e) Membuat tabel bantu


Frekuensi Nilai Tengah ( xi )
No. Interval f. f.
(f)

Jumlah Σf= - - Σf . = Σf. =

f) Mencari rata-rata (mean), dengan rumus:

X 
fx i

f
g) Mencari simpangan baku (standard deviasi), dengan rumus:

 f x  2

. f xi 
2 i

S 
f
 f 1
h) Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara:
(1) Menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri batas interval pertama
dikurangi 0,5 dan kemudian angka skor-skor kanan kelas interval ditambah
0,5.
60

(2) Mencari nilai Z untuk batas kelas interval dengan rumus:

Batas Kelas  X
Z 
S
(3) Mencari luas 0–Z dari tabel kurva normal dari 0–Z dengan menggunakan
angka-angka untuk batas kelas.
(4) Mencari luas tiap kelas interval dengan cara mengurangkan angka-angka 0-
Z, yaitu angka baris pertama dikurangi baris kedua, angka baris kedua
dikurangi baris ketiga dan begitu seterusnya, kecuali untuk angka yang
berbeda pada baris paling tengah ditambahkan dengan angka pada baris
berikutnya.

(5) Mencari frekuensi yang diharapkan (ft),dengan rumus:

i) Mencari nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas (χ2hitung), dengan rumus:96

 2 
k
 fo  fh 2
i 1 fh
Keterangan:
X2: nilai tes kai kuadrat
fo : frekuensi yang diobsevasi
fh : frekuensi yang diharapkan
j) Menentukan jumlah kai kuadrat hitung ( ) dengan menjumlahkan nilai
kai kuadrat tiap-tiap kelas.
k) Membandingkan χ2hitung dengan χ2tabel untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan
(dk) = n - 1, dengan kriteria sebagai berikut:
(1) Jika χ2hitung > χ2tabel, artinya distribusi data tidak normal.
(2) Jika χ2hitung < χ2tabel, artinya data berdistribusi normal.

96
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014),
h. 379.
61

2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti
berasal dari populasi yang variansnya sama. Uji kesamaan dua varians digunakan
untuk menguji kedua data tersebut homogen atau tidak, yaitu dengan cara
mambandingkan kedua variansnya. Uji homogenitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji Fisher dengan rumus sebagai berikut:97

Dimana:

Keterangan:
F nilai uji fisher
varians terbesar
varians terkecil
f frekuensi
data ke i

Kriteria pengujian untuk uji Fisher adalah sebagai berikut:


1) Jika Fhitung < Ftabel,maka data dinyatakan homogen.
2) Jika Fhitung > Ftabel, maka data dinyatakan tidak homogen.
b. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh yang signifikan
dari penerapan metode pembelajaran Drill terhadap hasil belajar siswa pada
konsep gelombang cahaya. Uji hipotesis yang digunakan pada penelitian ini
adalah uji z. Prinsip uji z yaitu membandingkan rata-rata (mean) kelompok
kontrol dan eksperimen. Sebelum melakukan uji hipotesis, perlu dilakukan
terlebih dahulu uji normalitas dan homogenitas. Berikut ini kondisi asumsi dari uji
normalitas dan homogenitas dari uji hipotesis yang harus digunakan:

97
Sudjana, Metode Statistik, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 249.
62

1) Data terdistribusi normal dan homogen


Untuk data berdistribusi normal dan homogen, untuk menguji hipotesis
menggunakan analisis tes statistik parametrik. Secara matematis dirumuskan
secara berikut:98

Dimana:

Keterangan:
x1 = nilai rata-rata data kelompok 1
x2 = nilai rata-rata data kelompok 2
= varians gabungan kedua kelompok
2
S1 = varians kelompok 1
2
S2 = varians kelompok 2
n1 = jumlah siswa kelompok 1
n2 = jumlah siswa kelompok 2

2) Data terdistribusi normal dan tidak homogen


Untuk data terdistribusi normal dan tidak homogen, maka pengujian
hipotesis dengan analisis tes statistik nonparametrik. Secara matematis
dirumuskan sebagai berikut:99
X1  X 2
t
s12 s 22

n1 n 2

Keterangan:
X1 = nilai rata-rata data kelompok 1
X2 = nilai rata-rata data kelompok 2

98
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D),
(Bandung: Alfabeta, 2013), h. 181.
99
Ibid., h. 273.
63

s12 = varians kelompok 1


2
s 2
= varians kelompok 2
n1 = jumlah siswa kelompok 1
n2 = jumlah siswa kelompok 2
Kriteria pengujian uji t adalah sebagai berikut:
a) Jika thitung > ttabel, maka H1 diterima dan H0 ditolak.
b) Jika thitung < ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Pada subbab hasil penelitian ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum
dari data yang telah diperoleh. Data-data yang dideskripsikan merupakan data
hasil pretest dan posttest dari kelas eksperimen dan kontrol, lembar observasi, dan
angket respon siswa dari kelas eksperimen.

1. Hasil Pretest
Hasil yang diperoleh siswa kelas XII IPA 3 sebagai kelas eksperimen dan
siswa kelas XII IPA 1 sebagai kelas kontrol. Berdasarkan perhitungan statistik,
maka didapat beberapa nilai pemusatan dan penyebaran data nilai pretest yang
ditunjukkan pada Tabel 4.1 di bawah ini:

Tabel 4.1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest


Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Pemusatan dan Penyebaran Data Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Nilai Terendah 13 17
Nilai Tertinggi 58 67
Mean 34,6 37,1
Median 33,3 33,3
Modus 33,3 29,2
Standar Deviasi 9,8 12,2

Perhitungan-perhitungan untuk menentukan Tabel 4.1 di atas terdapat pada


lampiran C.1.
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan nilai
terendah yang diperoleh dari kedua kelas yaitu nilai pada kelas eksperimen adalah
13, sedangkan nilai pada kelas kontrol adalah 17. Nilai tertinggi pada kelas
eksperimen adalah 58, sedangkan kelas kontrol adalah 67. Nilai rata-rata atau
mean yang diperoleh dari kedua kelas tersebut yaitu kelas eksperimen sebesar
34,6dan kelas kontrol 37,1. Tidak terdapat perbedaan nilai tengah atau median
yang dihasilkan oleh kedua kelas tersebut yaitu sebesar 33,3. Nilai yang sering

64
65

muncul atau modus kelas eksperimen yaitu 33,3, sedangkan modus kelas kontrol
yaitu 29,2. Pada kelas eksperimen memperoleh standar deviasi sebesar 9,80,
sedangkan kelas kontrol memperoleh sebesar 12,20. Bila semakin besar nilai
standar deviasi maka data sampel semakin heterogen (bervariasi) dari rata-ratanya
dan sebaliknya jika semakin kecil maka data sampel semakin homogen (sama).
Hal ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen memiliki data sampel yang
homogen (sama) dibandingkan dengan kelas kontrol yang semakin heterogen
(bervariasi). Terdapat selisih standar deviasi dari kedua kelas tersebut adalah
sebesar 2,40.

2. Hasil Posstest
Hasil yang diperoleh siswa kelas XII IPA 3 sebagai kelas eksperimen dan
siswa kelas XII IPA 1 sebagai kelas kontrol. Berdasarkan perhitungan statistik,
maka didapat beberapa nilai pemusatan dan penyebaran data nilai posttest yang
ditunjukkan pada Tabel 4.2 di bawah ini:

Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Posttest


Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Pemusatan dan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Penyebaran Data
Nilai Terendah 46 42
Nilai Tertinggi 96 79
Mean 82,4 62,1
Median 87,5 62,5
Modus 87,5 58,3
Standar Deviasi 10,5 10,4
Nilai Maksimal 100 100

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, data tersebut terlihat bahwa nilai terendah
yang diperoleh kelas eksperimen sebesar 46, sementara kelas kontrol sebesar 42.
Nilai tertinggi pada kelas eksperimen diperoleh nilai 96 dan kelas kontrol
memperoleh nilai 79. Mean yang diperoleh pada masing-masing kelas eksperimen
dan kelas kontrol berturut-turut sebesar 82,4 dan 62,1. Untuk median atau nilai
tengah yang dihasilkan oleh kelas eksperimen yaitu 87,5, sedangkan pada kelas
kontrol yaitu 62,5. Nilai yang sering muncul atau modus yang dihasilkan oleh
66

kelas eksperimen sebesar 87,2, sementara pada kelas kontrol yaitu 58,2. Pada
kelas eksperimen memperoleh standar deviasi sebesar 10,5, sedangkan kelas
kontrol sebesar 10,4. Berdasarkan hasil standar deviasi yang diperoleh
menunjukkan bahwa kelas kontrol memiliki data sampel yang homogen (sama)
bila dibandingkan dengan kelas eksperimen yang semakin heterogen
(bervariasi). Walaupun begitu perbedaan standar deviasi dari kedua kelas tersebut
tidak terlalu jauh, hanya memiliki selisih 0,1.
3. Rekapitulasi Data Hasil Belajar Siswa
a. Hasil Pretest dan Posttest
Berdasarkan hasil perhitungan data pretest dan posttest kelas eksperimen
dan kelas kontrol diatas, maka dapat diperoleh rekapitulasi data sebagai berikut:
Tabel 4.3 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest & Posttest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Pemusatan dan Penyebaran Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Data Pretest Posttest Pretest Posttest
Nilai Terendah 13 46 17 42
Nilai Tertinggi 58 96 67 79
Median 33,3 87,5 33,3 62,5
Modus 33,3 87,5 29,2 58,3
Standar Deviasi 9,8 10,5 12,2 10,4
Rata-rata 34,6 82,4 37,1 62,1

Berdasarkan Tabel 4.3, dari data tersebut terlihat bahwa nilai terendah pada
kelas eksperimen pada saat pretest adalah 13 dan pada saat posttest adalah 46.
Pada kelas kontrol nilai terendah pada saat pretest yaitu 17 dan pada saat posttest
yaitu 42. Selanjutnya, nilai tertinggi pada kelas eksperimen mengalami
peningkatan dari nilai pretest sebesar 58 menjadi 96 pada saat posttest. Nilai
tertinggi saat pretest pada kelas kontrol adalah 67, sedangkan pada saat posttest
adalah 79. Median atau nilai tengah pada kelas eksperimen saat pretest yaitu 33,3
dan saat posttest yaitu 87,5. Median pada kelas kontrol saat pretest yaitu 33,3 dan
saat posttest yaitu 62,5. Nilai yang sering muncul atau modus pada kelas
eksperimen saat pretest sebesar 33,3 dan saat posttest sebesar 87,5. Sementara itu,
67

modus pada kelas kontrol saat pretest yaitu 29,2 sedangkan pada saat posttest
yaitu 58,3.
Standar deviasi pada kelas eksperimen ketika pretest sebesar 9,8 dan
berubah menjadi 10,5 pada saat posttest. Standar deviasi pada kelas kontrol yaitu
12,2 saat pretest dan 10,4 saat posttest. Nilai rata-rata pada kelas eksperimen saat
pretest sebesar 34,6, sedangkan pada kelas kontrol yaitu 37,1. Terdapat perbedaan
nilai rata-rata pada saat prettest dari kedua kelas tersebut tidak terlalu jauh, yaitu
hanya memiliki selisih 2,5. Lain halnya dengan nilai rata-rata pada saat posttest
dari kelas eksperimen mencapai 82,4, sedangkan pada kelas kontrol sebesar 62,1.
Terdapat perbedaan nilai rata-rata pada saat posttest dari kedua kelas tersebut
yang cukup besar, yaitu memiliki selisih 20,3.
Berdasarkan data tersebut dapat diartikan bahwa pretest kelas kontrol
memiliki rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen.
Namun, ketika posttest nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan
dengan kelas kontrol. Pada kelas kontrol dan kelas eksperimen sama-sama
mengalami peningkatan. Peningkatan nilai rata-rata pada kelas kontrol sebesar 25
sedangkan pada kelas eksperimen sebesar 47,8. Artinya, peningkatan nilai rata-
rata yang terjadi pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan peningkatan
yang terjadi pada kelas kontrol.
b. Nilai Rata-rata
Nilai rata-rata hasil pretest dan posttest pada kelas kontrol maupun kelas
eksperimen terjadi peningkatan, namun antara kelas kontrol dengan kelas
eksperimen terdapat perbedaan peningkatan. Perbedaan peningkatan hasil belajar
antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean)
pada kedua kelas tersebut. Nilai rata-rata (mean) untuk kelas kontrol dan kelas
eksperimen pada saat pretest dan posttest dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut
ini:
68

Gambar 4.1 Diagram Nilai Rata-rata Pretest & Posttest Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen

Berdasarkan Gambar 4.1 di atas terlihat bahwa nilai rata-rata (mean) kelas
kontrol pada saat pretest adalah sebesar 37,1, sementara kelas eksperimen sebesar
34,6. Pada saat posttest nilai rata-rata (mean) kelas kontrol mencapai 62,1,
sedangkan pada kelas eksperimen sebesar 82,4. Artinya, pada saat pretest kelas
eksperimen memiliki nilai rata-rata (mean) lebih rendah dibandingkan nilai rata-
rata (mean) kelas kontrol. Pada saat posttest kelas eksperimen memiliki nilai rata-
rata (mean) lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Namun meskipun demikian,
pada kelas kontrol dan kelas eksperimen menunjukkan bahwa setelah diberikan
perlakuan yang berbeda, nilai rata-rata (mean) hasil belajar siswa mengalami
peningkatan. Nilai rata-rata (mean) kelas kontrol meningkat sebesar 25,
sedangkan kelas eksperimen mengalami kenaikan sebesar 47,8.
c. Hasil Belajar Siswa
Selain melihat hasil belajar siswa pada nilai rata-rata (mean), hasil belajar
siswa juga dapat terlihat pada tiap jenjang kognitif yang dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
69

Tabel 4.4 Hasil Belajar Siswa Pada Tiap Jenjang Kognitif Saat Pretest
& Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Ranah Jenjang Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Kognitif Pretest Posttest Pretest Posttest
C1 49 79 31 87
C2 39 80 44 80
C3 33 77 36 59
C4 46 86 40 31
C5 35 95 9,3 69

Hasil belajar siswa pada jenjang kognitif juga dapat dilihat pada gambar 4.2
berikut ini:

Hasil Belajar Siswa Saat Pretest & Posttest Kelas Eksperimen


dan Kelas Kontrol Tiap Jenjang Kognitif
120

100
Haasil belajar

80
pretest eksperimen
60
posttest eksperimen
40
pretest kontrol
20
posttest kontrol
0
C1 C2 C3 C4 C5

Jenjang Kognitif

Gambar 4.2 Diagram Hasil Belajar Siswa Saat Pretest & Posttest Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan Tiap Jenjang Kognitif

Berdasarkan Tabel 4.4 dan Gambar 4.2 di atas terlihat bahwa hasil belajar
pada kelas eksperimen (kelas XII IPA 3) saat pretest dalam jenjang aspek
mengingat (C1) sebesar 49%, memahami (C2) sebesar 39%, menerapkan (C3)
sebesar 33%, menganalisis (C4) sebesar 46% dan mengevaluasi (C5) 35%. Pada
saat posttest kemampuan siswa kelas tersebut aspek jenjang mengingat (C1)
sebesar 79%, memahami (C2) 80%, menerapkan (C3) 77%, menganalisis (C4)
86% dan mengevaluasi (C5) 95%.
70

Sementara hasil belajar pada kelas kontrol (kelas XII IPA 1) mengalami
peningkatan pada jenjang kognitif. Pada saat pretest kemampuan siswa pada kelas
kontrol (kelas XII IPA 1) dalam aspek kognitif mengingat (C1) 31%, memahami
(C2) 44%, menerapkan (C3) 36%, menganilisis (C4) 40% dan mengevaluasi (C5)
9,3%. Lain halnya pada saat posttest, kemampuan siswa dalam kelas kontrol
tersebut pada jenjang aspek kognitif mengingat (C1) sebesar 87%, memahami (C2)
80%, menerapkan (C3) 59%, menganalisis (C4) 31% dan mengevaluasi (C5) 69%.
Diagram di atas juga menunjukkan bahwa hasil prestest siswa kelas
eksperimen dominan lebih unggul dalam meningkatkan kemampuan ranah
kognitif dibandingkan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen (kelas XII IPA 3)
dalam jenjang aspek kognitif mengingat (C1) hanya meningkat sebesar 30%,
memahami (C2) meningkat sebesar 41%, menerapkan (C3) mengalami
peningkatan 44%, menganalisis (C4) sebesar 25% dan mengevaluasi (C5) 60%.
Sementara itu, pada kelas kontrol dalam jenjang aspek kognitif mengingat (C1)
56%. Pada kemampuan aspek memahami (C2) terjadi peningkatan sebesar 36%,
aspek menerapkan (C3) mengalami peningkatan sebesar 23%. Lain halnya pada
kemampuan berpikir aspek menganalisis (C4) tidak mengalami peningkatan, tetapi
terjadi penurunan sebesar 9% sedangkan pada kemampuan berpikir pada aspek
mengevaluasi (C5) sebesar 59%.
Peningkatan nilai pretest pada jenjang kemampuan berpikir C1 lebih besar
dihasilkan oleh siswa pada kelas kontrol yaitu sebesar 56% daripada kelas
eksperimen yang hanya mengalami peningkatan 30%. Artinya terjadi perbedaan
selisih peningkatan sebesar 26%. Walaupun demikian, peningkatan hasil pretest
pada jenjang kemampuan berpikir C2 , C3, C4 dan C5 lebih besar diperoleh siswa
pada kelas eksperimen. Selain itu, peningkatan hasil belajar siswa juga terjadi
pada setiap indikator penyampaian. Peningkatan hasil belajar tersebut dapat
dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini:
71

Tabel 4.5 Hasil Belajar Siswa Pretest & Posttest Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen pada Rerata Tiap Indikator Penyampaian
Rerata Tiap Indikator Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Penyampaian Pretest Posttest Pretest Posttest
Indikator 1 41,5 82,5 40,5 79,8
Indikator 2 33,2 90,4 38,7 59
Indikator 3 30,8 87,2 51,1 44,3
Indikator 4 22,7 53,9 7,7 39,4
Indikator 5 19,1 93,6 51,1 90,9

Keterangan:
Indikator 1 = menjelaskan besaran fisis pada gelombang cahaya
Indikator 2 = menganalisis fenomena gelombang cahaya
Indikator 3 = menganalisis fenomena interferensi cahaya
Indikator 4 = menentukan besarnya cahaya yang terpolarisasi
Indikator 5 = menghitung besarnya panjang gelombang elektromagnetik melewati
celah
Peningkatan hasil belajar dapat dilihat juga pada gambar diagram 4.3 di
bawah ini:

Hasil Belajar Siswa Saat Pretest & Posttest Kelas


Eksperimen dan Kelas Kontrol Tiap Indikator Penyampaian
100

80
Haasil belajar

60
pretest eksperimen
40 posttest eksperimen
20 pretest kontrol
0 posttest kontrol
indikator indikator indikator indikator indikator
1 2 3 4 5
indikator penyampaian

Gambar 4.3 Diagram Hasil Belajar Siswa Pretest & Posttest Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen pada Rerata Tiap Indikator Penyampaian
72

Berdasarkan Gambar 4.3 di atas terlihat bahwa hasil belajar sisswa pada
kelas kontrol dan kelas eksperimen mengalami peningkatan pada setiap indikator
penyampaian materi pada konsep gelombang cahaya. Pada kelas kontrol terjadi
peningkatan pada indikator penyampaian materi yang pertama yaitu menjelaskan
besaran fisis pada gelombang cahaya sebesar 40,5% pada saat pretest kemudian
menjadi 79,8% saat posttest. Artinya terjadi peningkatan sebesar 39,3%.
Peningkatan hasil belajar pada indikator penyampaian materi yang kedua yaitu
menganalisis fenomena gelombang cahaya pada kelas kontrol dari 38,7% saat
pretest menjadi 59% saat posttest. Artinya telah terjadi peningkatan sebesar
20,3%. Namun pada indikator penyampaian materi yang ketiga yaitu menganalisis
fenomena interferensi cahaya untuk kelas kontrol dari 51,1% saat pretest menjadi
44,3% saat posttest. Artinya tidak terjadi peningkatan, melainkan mengalami
penurunan sebesar 6,8%. Sementara pada indikator penyampaian materi empat
yaitu menentukan besarnya cahaya yang terpolarisasi pada kelas kontrol terjadi
peningkatan sebesar 31,7% yaitu dari 7,7% saat pretest menjadi 39,4% saat
posttest. Lain halnya dengan peningkatan pada indikator penyampaian kelima,
yaitu menghitung besarnya panjang gelombang elektromagnetik melewati celah,
terjadi peningkatan dari 51,1% saat pretest menjadi 90,9% saat posttest. Artinya
terjadi peningkatan sebesar 39,8%.
Sementara pada kelas eksperimen terjadi peningkatan pada indikator
penyampaian materi yang pertama sebesar 41,5% pada saat pretest kemudian
menjadi 82,5% saat posttest. Artinya terjadi peningkatan sebesar 41%.
Peningkatan hasil pada indikator penyampaian materi yang kedua untuk kelas
kontrol dari 33,2% saat pretest menjadi 90,4% saat posttest. Artinya telah terjadi
peningkatan yang cukup signifikan sebesar 57,2%. Sementara peningkatan pada
indikator penyampaian materi tiga untuk kelas kontrol dari 30,8% saat pretest
menjadi 87,2% saat posttest. Artinya terjadi peningkatan sebesar 56,4%. Lain
halnya pada indikator penyampaian materi empat pada kelas kontrol terjadi
peningkatan sebesar 31,2% yang diperoleh dari 22,7% saat pretest menjadi 53,9%
saat posttest. Sementara peningkatan pada indikator penyampaian yang kelima,
73

terjadi peningkatan yang cukup signifikan dari 19,1% saat pretest menjadi 93,6%
saat posttest. Artinya terjadi peningkatan sebesar 74,5%.
Tabel 4.6 Hasil Belajar Siswa Pretest & Posttest Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen pada Rerata Tiap Subkonsep Materi
Rerata tiap subkosep Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Pretest Posttest Pretest Posttest
SGC 42,5 65,9 45 58
PFG 35,8 79 27 82,9
POL 36,1 94,5 57 85,2
DIS 74,4 97,8 58 97,6
DIF 34,8 82,1 34 40,4
INT 21,6 85,8 31 43,8
TLL 0 0 0 0

Keterangan:
SGC = Spektrum gelombang cahaya
PFG = Perubahan fase gelombang
POL = Polarisasi cahaya
DIS = Dispersi cahaya
DIF = Difraksi cahaya
INT = Interferensi cahaya
TLL = Teknologi LED & LCD
74

Hasil Belajar Siswa Saat Pretest & Posttest Kelas Eksperimen


dan Kelas Kontrol Tiap Subkonsep Materi
120
100 pretest eksperimen
Haasil belajar

80
posttest eksperimen
60
pretest kontrol
40
20 posttest kontrol

0
Sub 1 Sub 2 Sub 3 Sub 4 Sub 5 Sub 6 Sub 7
Subkonsep materi
Keterangan:
Sub 1= spektrum gelombang cahaya
Sub 2= perubahan fase gelombang
Sub 3= polarisasi cahaya
Sub 4= dispersi cahaya
Sub 5= difraksi cahaya
Sub 6- interferensi cahaya
Sub 7= pemanfaatan teknologi LED & LCD

Gambar 4.4 Diagram Hasil Belajar Siswa Pretest & Posttest Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen pada Tiap Sub Konsep

Diagram di atas juga menunjukkan bahwa kelas eksperimen lebih unggul


dibandingkan kelas kontrol dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada hampir
setiap penyampaian indikator. Pada kelas eksperimen subkonsep satu yaitu sub
konsep spektrum gelombang cahaya meningkat sebesar 23,4%, subkonsep dua
(perubahan fase gelombang) meningkat sebesar 43,2%. Pada subkonsep tiga
(polarisasi cahaya) mengalami peningkatan sebesar 58,4%, subkonsep empat
(dispersi cahaya) mengalami peningkatan sebesar 23,4%, subkonsep lima (difraksi
cahaya) mengalami peningkatan sebesar 47,3%, sedangkan subkonsep enam
(interferensi cahaya) mengalami peningkatan sebesar 64,2% dan subkonsep tujuh
(teknologi LED dan LCD) tidak mengalami peningkatan.
Sementara pada kelas kontrol untuk sub konsep satu yaitu subkonsep
spektrum gelombang cahaya meningkat sebesar 13%, subkonsep dua (perubahan
fase gelombang) meningkat sebesar 55,9%. Pada subkonsep tiga (polarisasi
75

cahaya) mengalami peningkatan sebesar 28,2%, subkonsep empat (dispersi


cahaya) mengalami peningkatan sebesar 39,6%, subkonsep lima (difraksi cahaya)
mengalami peningkatan sebesar 6,4%, sedangkan subkonsep enam (interferensi
cahaya) mengalami peningkatan sebesar 12,8% dan subkonsep tujuh (teknologi
LED dan LCD) tidak mengalami peningkatan.

4. Hasil Uji Prasarat Analisis


Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasayarat
analisis data yaitu uji normalitas dan homogenitas.
a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas dilakukan terhadap dua buah data, yaitu hasil pretest
dan posttest pada kelas XII IPA 3 sebagai kelas eksperimen dan kelas XII IPA 1
sebagai kelas kontrol. Untuk menguji normalitas kedua data digunakan rumus Uji
Kai Kuadrat (chi square). Ketentuan data untuk populasi yang berdistribusi
normal jika memenuhi syarat χ2hitung < χ2tabel, sedangkan jika χ2hitung > χ2tabel maka
data tidak berdistribusi normal. Berikut ini adalah hasil yang diperoleh dari
perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini:
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Data Pretest-Posttest Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
Statistik Pretest Posttest
Kelas Kelas Kelas Kelas
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
Nilai 4,3704 19,468 272,3 299,2
Nilai 9,4877 9,4877 11,07 11,07
Keputusan Berdistribusi Tidak Tidak Berdistribusi
normal berdistribusi berdistribusi normal
normal normal

Berdasarkan Tabel 4.7 di atas terlihat bahwa pada saat pretest nilai

untuk kelas eksperimen bernilai 4,3704 yang artinya lebih kecil daripada

yang berarti bahwa nilai pretest untuk kelas eksperimen berdistribusi


normal. Sedangkan nilai untuk kelas kontrol bernilai 19,468 yang artinya
76

nilai lebih besar darpada sehingga nilai pretest untuk kelas kontrol
tidak berdistribusi normal.
Lain halnya pada saat posttest nilai untuk kelas eksperimen bernilai

272,3 yang artinya nilai lebih besar daripada yang berarti bahwa
nilai posttest untuk kelas eksperimen tidak berdistribusi normal. Sedangkan nilai
untuk kelas kontrol bernilai 299,2 yang artinya nilai lebih kecil

daripada sehingga nilai posttest untuk kelas kontrol berdistribusi normal.


b. Uji Homogenitas
Setelah kedua sampel kelas diuji nilai normalitasnya, selanjutnya dilakukan
pengujian homogenitas. Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui data
penelitian memiliki varians yang homogen atau tidak. Dalam uji homogenitas
menggunakan uji kesamaan varians kedua kelas yaitu uji Fisher pada taraf
signifikansi (α) 5% dengan kriteria pengujian jika Fhitung< Ftabel maka data dari
kedua kelas mempunyai varians yang sama atau homogen. Sedangkan jika Fhitung>
Ftabel maka kedua kelas tersebut tidak homogen. Berikut ini adalah hasil yang
diperoleh dari perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.8 di bawah ini:
Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest-Posttest
Pretest Posttest
Statistik Kelas Kelas Kelas Kelas
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
Nilai Varians 9,88 12,53 10,1 9,95
Nilai 1,608 1,03
Nilai 1,644
Keputusan Data berdistribusi Data berdistribusi
homogen homogen

Berdasarkan Tabel 4.8 di atas dinyatakan bahwa nilai dari kedua


data baik pretest maupun posttest lebih kecil dibandingkan dengan nilai ,
dimana dengan nilai diambil dari tabel F statistik pada taraf signifikansi
5%. Maka dapat dinyatakan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki
populasi yang homogen atau dengan kata lain kedua kelas tersebut memiliki
varians yang sama baik pada saat pretest maupun posttest.
77

5. Uji Hipotesis
Berdasarkan uji prasyarat analisis statistik diperoleh bahwa untuk data
kedua kelas pada penelitian ini tidak berdistribusi normal, tetapi memiliki varians
yang sama atau homogen untuk kedua kelas tersebut. Oleh karena itu, pengujian
hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan analisis tes statistik non
parametrik yaitu uji mann whitney. Keputusan diambil berdasarkan pada
ketentuan pengujian hipotesis, yaitu jika nilai Zhitung>Ztabel atau -Zhitung< -Ztabel
maka H0ditolak. Sedangkan jika nilai Zhitung<Ztabel atau -Zhitung> -Ztabel maka H0
diterima. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut ini:

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis


Statistik Pretest Posttest
8,16 8,23
1,96
Keputusan H0 ditolak dan H1 H0 ditolak dan H1
diterima diterima
Kesimpulan terdapat pengaruh Terdapat pengaruh

Nilai Ztabel diambil dari tabel z statistik pada taraf signifikansi 5%.
Berdasarkan Tabel 4.9 di atas terlihat bahwa nilai Zhitung pada hasil pretest lebih
besar daripada nilai Ztabel, sehingga dapat dinyatakan bahwa H1 diterima atau
terdapat pengaruh penerapan metode pembelajaran Drill atau latihan soal
sebelum diberikan perlakuan. Sedangkan nilai Zhitung pada hasil posttest lebih
besar daripada nilai Ztabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 diterima atau
terdapat pengaruh penerapan metode pembelajaran Drill atau latihan soal terhadap
hasil belajar siswa pada konsep gelombang cahaya.

B. Pembahasan Hasil Penelitian


Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
dalam penerapan metode pembelajaran drill atau latihan soal terhadap hasil
belajar siswa pada konsep gelombang cahaya. Hal tersebut didukung oleh hasil uji
hipotesis nilai posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, dengan nilai
lebih besar dibandingkan dengan yaitu sebesar 8,23 > 1,96, yang
78

artinya H0 ditolak dan H1 diterima. Pengaruh yang signifikan juga dapat dilihat
dari dari nilai rata-rata (mean) siswa kelas eksperimen memperoleh nilai lebih
tinggi dibandingkan dengan nilai siswa pada kelas kontrol yaitu sebesar. Keadaan
ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada konsep gelombang cahaya
dengan menggunakan metode pembelajaran drill atau latihan soal lebih baik jika
dibandingkan dengan metode belajar sebelumnya. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Elli Kusumawati dan Randi Ahmad Irwanto pada
siswa kelas VIII SMPN 5 Banjarmasin dengan judul “Penerapan Metode
Pembelajaran Drill Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa Kelas VIII SMP”. Menunjukkan bahwa metode pembelajaran
drill dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Hal
ini ditandai dengan peningkatan rata-rata nilai akhir semua indikator kemampuan
pemecahan masalah.100
Saat proses pembelajaran, pada setiap subbab materi siswa ditugaskan untuk
membuat mind mapp dengan kreasi dan kreativitasnya masing-masing. Kemudian
diakhir pelajaran, siswa diharuskan mengerjakan latihan soal. Melalui metode ini,
kemandirian siswa dalam kegiatan belajar juga dapat diamati melalui pembuatan
mind mapp sebagai media sesuai dengan arahan dalam LKS. Metode latihan soal
menuntut siswa untuk bertanggung jawab atas soal yang harus dikerjakan masing-
masing. Hal ini didukung dengan hasil observasi kegiatan siswa yang dilakukan
oleh observer padasaat berjalannya penelitian berlangsung dengan baik.
Tidak hanya itu, pada saat pembelajaran berlangsung siswa pun lebih
berpartisipasi aktif dalam bertanya, dan lebih komunikatif. Artinya belajar dengan
metode pembelajaran drill atau latihan soal dapat membangkitkan motivasi siswa
dalam belajar fisika. Hal ini berarti banyak siswa lebih menyukai belajar dengan
metode drill atau latihan soal dibandingkan dengan metode konvensional. Hal ini
juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Basukisna Setya Candra dan
Sudarso pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Kota Mojokerto yang berjudul
“Penerapan Model Pembelajaran Drill and Practice terhadap Hasil Belajar
100
Elli Kusumawati dan Randi Ahmad Irwanto, “Penerapan Metode Pembelajaran Drill
Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas VII SMP”, Jurnal
Pendidikan Matematika EDU-MAT Volume 4 Nomor 1, 2016
79

Chest Pass pada Permainan Bola Basket”. Mengungkapkan bahwa pembelajaran


dengan menggunakan metode drill and practice memberikan dampak yang lebih
baik terhadap hasil belajar chest pass yaitu sebesar 44,45%.101
Jika dilihat lebih rinci, berdasarkan tes tertulis di awal pembelajaran
dilakukan uji rata-rata pretest dari dua kelas tersebut. Dari hasil pretest yang
diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki perbedaan yang tidak
terlalu besar. Perbedaan tersebut bisa dilihat dari nilai rata-rata masing-masing
kelas, yaitu kelas eksperimen sebesar 34,6 sedangkan kelas kontrol sebesar 37,1.
Selisih dari rata-rata kedua kelas tersebut hanya sebesar 2,5. Perbedaan rata-rata
yang tidak terlalu besar ini dikarenakan sebaran kemampuan hasil belajar siswa
dari kedua kelas tersebut hampir sama.
Setelah itu, dilakukan posttest dari nilai hasil belajar baik kelas eksperimen
maupun kelas kontrol sama-sama mengalami peningkatan. Namun kelas
eksperimen mengalami peningkatan yang lebih signifikan dibandingkan dengan
nilai kelas kontrol. Peningkatan yang signifikan tersebut dapat dilihat dari
perolehan nilai rata-rata siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan
siswa kelas kontrol. Kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata sebesar 82,4
sedangkan kelas kontrol memperoleh nilai 62,1. Untuk kelas eksperimen memiliki
selisih peningkatan dari nilai rata-rata pretest ke posttest sebesar 47,8. Sementara
itu untuk kelas kontrol memiliki selisih peningkatan dari nilai rata-rata pretest ke
posttest sebesar 25. Selisih ini menunjukkan bahwa kemampuan hasil belajar
siswa dari kedua kelas tersebut tidak sama.
Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa kelas eksperimen lebih unggul
dibandingkan dengan kelas kontrol. Keadaan ini menunjukkan bahwa hasil belajar
siswa dengan menerapkan metode pembelajaran drill atau latihan soal pada
konsep gelombang cahaya untuk kelas eksperimen lebih baik dibandingkan
dengan metode pembelajaran drill atau latihan soal pada kelas kontrol. Artinya
terdapat peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini sesuai sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Izzak Hendrik Wenno, Pieter Wattimena dan Luky
101
Basukisna Setya Candra dan Sudarso, “Penerapan Model Pembelajaran Drill and
Practice terhadap Hasil Belajar Chest Pass pada Permainan Bola Basket”, Jurnal Pendidikan
Olahraga dan Kesehatan Volume 02 Nomor 01, 2014
80

Maspaitela yang berjudul “Comparative Study between Drill Skill and Concept
Attainment Model towards Physics Learning Achievement”.
Jika dilihat lebih rinci, dari setiap jenjang kognitif, metode drill atau latihan
soal lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar siswa jika dibandingkan
dengan metode pembelajaran sebelumnya yang biasa diterapkan guru saat
kegiatan belajar. Peningkatan pretest dan posttest menunjukkan bahwa metode
pembelajaran drill atau latihan soal pada kelas eksperimen dapat memberikan
dampak positif. Hal ini terlihat bahwa metode pembelajaran drill dapat
meningkatkan kemampuan mengingat sebesar 30%, memahami sebesar 41%,
menerapkan sebesar 44%, menganalisis sebesar 40% dan mengevaluasi sebesar
60%. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh oleh Izzak
Hendrik Wenno, Pieter Wattimena dan Luky Maspaitela yang berjudul
“Comparative Study between Drill Skill and Concept Attainment Model towards
Physics Learning Achievement”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
dengan model keterampilan atau drill prestasi belajar fisika-sains siswa lebih baik
daripada menggunakan model pecapaian konsep.102
Penerapan metode drill atau latihan soal mampu meningkatkan kemampuan
mengingat (C1) dan memahami (C2). Pada jenjang mengingat (C1) ini, siswa
dituntut untuk mampu menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip, prosedur yang
telah dipelajari.Sedangkan pada jenjang memahami (C2), siswa diharapkan
mampu untuk mengerti makna dari informasi yang diperoleh baik berupa fakta,
konsep, dan prinsip. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang
sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seseorang siswa dikatakan
memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian
yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi
dari ingatan atau hafalan. Pada saat pembelajaran, memungkinkan guru sebagai
fasilitator yang membebaskan siswa aktif mengkonsepkan materi fisika yang
dipelajari sendiri dengan cara bertukar pendapat dengan siswa melalui diskusi
102
Izzak Hendrik Wenno, Pieter Wattimena dan Luky Maspaitelal, “Comparative Study
between Drill Skill and Concept Attainment Model towards Physics Learning Achievement”.
International Journal of Evaluation and Research in Education (IJERE), Vol.5, No.3, 2016, h. 211
81

atau dengan arahan guru. Hal ini membantu siswa mengingat dan memahami
konsep lebih bermakna. Terbukti bahwa siswa sudah mampu untuk mengingat-
ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-
rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya.
Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah.
Selain itu, siswa juga sudah mampu untuk mengerti atau memahami sesuatu
setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.
Kemampuan menerapkan (C3) juga meningkat. Metode drill atau latihan
soal mendorong siswa untuk menerapkan pengetahuan yang dimilikinya, agar
dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam LKS dan soal-soal
evaluasi. Hal tersebut terlihat dari hasil angket, dimana pada indikator siswa
mampu mengimplementasikan LKS berbasis drill atau latihan soal pada
pembelajaran fisika, memperoleh persentase sebesar 84,4% (baik sekali). Hal ini
menandakan bahwa siswa sudah mampu menggunakan prinsip, rumus-rumus,
aturan, atau metode yang telah diketahuinya dalam situasi baru atau situasi
kongkrit.Penerapan ini merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang
pemahaman. Atau dengan kata lain bahwa belajar dengan metode drill atau
latihan soal siswa mampu menyelesaikan soal evaluasi yang berati siswa telah
dapat menerapkan pengetahuan yang dimilikinya.
Metode pembelajaran drill atau latihan soal juga dapat meningkatkan
kemampuan menganalisis (C4). Pada jenjang analisis adalah kemampuan
menguraikan suatu informasi yang dihadapi menjadi komponen-komponennya,
sehingga struktur informasi serta hubungan antar komponen informasi tersebut
menjadi jelas. Tugas membuat drill atau latihan soal dilakukan setelah siswa
membaca seluruh materi pada LKS, sehingga siswa dapat mencatat semua materi
dengan berbagai kata kunci, warna, gambar dan pola sesuai dengan kretaivitas tiap
siswa. Dalam hal ini kemampuan siswa untuk menganalisis sangat dibutuhkan.
Terbukti dengan persentase nilai kemampuan pada jenjang kognitif Analisis (C4)
siswa kelas eksperimen hasil posttest yang meningkat. Berbeda dengan kelas
kontrol yang belajar dengan metode konvensional, persentase nilai kemampuan
menganalisis (C4) siswa hanya mengalami peningkatan yang tidak signifikan. Hal
82

ini berarti, metode drill atau latihan soal membantu siswa dalam menganalisis
konsep fisika baik dalam kasus maupun soal-soal. Selain itu, siswa juga sudah
mampu merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-
bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian
atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah
setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.
Selain itu, hal tersebut ditunjukkan dari hasil angket pada indikator
penugasan membuat drill atau latihan soal, memperoleh persentase 86,8% dengan
kategori baik sekali.
Metode drill atau latihan soal juga membantu siswa untuk dapat
meningkatkan kemampuan mengevaluasi (C5). Siswa dapat lebih mudah
mengevaluasi maupun mengulas pelajaran yang telah diterimanya, melalui
analisis latihan-latihan soal. Terbukti bahwa siswa mampu untuk
mempertimbangkan nilai suatu pernyataan, uraian, pekerjaan, berdasarkan kriteria
tertentu yang ditetapkan. Misalnya memilih rumusan yang didukung oleh data.
Hal ini dapat dilihat dari hasil posttest pada kelas eksperimen memperoleh
persentase sebesar 95%.
Berdasarkan hasil yang didapatkan bahwa metode pembelajaran drill atau
latihan soal lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada jenjang
kognitif C5 (mengevaluasi). Hal tersebut ditunjukkan melalui peningkatan yang
cukup signifikan pada jenjang kognitif C5 (mengevaluasi) baik kelas eksperimen
maupun kelas kontrol. Persentase peningkatan jenjang mengevaluasi pada kelas
eksperimen sebesar 60% sedangkan pada kelas kontrol sebesar 59%. Hal ini
dikarenakan bahwa pada tahap ini, siswa sudah disajikan konsep dari setiap
materi, gambar dan permasalahan dari setiap sub konsep materi. Siswa sudah
mampu untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide,
misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu
memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria
yang ada.
Selain itu, siswa juga dituntut untuk membaca permasalahan tersebut
sampai benar-benar paham. Dengan begitu siswa dapat mengetahui
83

kekurangannya dan dapat mengulang materi yang belum dipahami. Pembelajaran


seperti ini tentu akan melekatkan banyak memori dalam ingatan siswa, sehingga
berpengaruh pada meningkatkan hasil belajar siswa dari jenjang kognitif C1
(mengingat) sampai pada jenjang kognitif C5 (mengevaluasi).
Disamping itu, hasil posttest kelas eksperimen maupun kelas kontrol
mengalami peningkatan untuk setiap jenjangnya. Tetapi lain halnya untuk jenjang
kognitif C4 pada kelas kontrol tidak terjadi peningkatan melainkan mengalami
penurunan. Maka dari itu terlihat bahwa kelas eksperimen lebih unggul
dibandingkan dengan kelas kontrol dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada
setiap jenjangnya dari C1 sampai C5.

C. Keterbatasan Penelitian
Ketika pelaksanaan penelitian terdapat keterbatasan yang dihadapi,
diantaranya sebagai berikut:
1. Kecenderungan siswa masih malas membaca buku atau literatur bahan bacaan.
2. Penerapan metode pembelajaran drill atau latihan soal dalam pembelajaran
memerlukan waktu yang cukup lama, bagi siswa yang kurang menyukai
pelajaran fisika, malas mengerjakan soal fisika.
3. Saat Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) suasana kelas kurang kondusif karena
beberapa siswa suka berdiskusi ketika lupa rumus.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian yang


telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Berdasarkan hasil uji t hipotesa pada penelitian dengan jumlah responden


N=90 , derajat kebebasan (dk) 88 pada taraf signifikansi 5 % didapat nilai t
tabel = 1,96 dan t hitung= 8,22 hal ini menunjukkan bahwa t hitung > t tabel,
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan metode
pembelajaran drill atau latihan soal terhadap hasil belajar siswa pada konsep
gelombang cahaya di SMA Negeri 4 Tambun Selatan.
2. Berdasarkan hasil observasi kegiatan siswa secara keseluruhan bahwa
penerapan metode pembelajaran drill atau latiham soal pada konsep
gelombang cahaya dapat dilaksanakan dengan baik oleh siswa.

B. Saran

Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan,


peneliti mengajukan beberapa saran sebagai bahan pertimbangan di masa
mendatang, seperti diantaranya yaitu:
c. Pihak sekolah, diharapkan dapat diterapkan sebagai sarana untuk
mengevaluasi efektivitas pelaksanaan program pendidikan dan pengajaran
pada siswa dalam mata pelajaran Fisika dan sebagai informasi dalam
menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi, yang tepat dan sesuai
dengan kemampuan siswa dan situasi serta keadaan lingkungan.
d. Bagi guru, diharapkan dapat memberikan alternatif dan informasi kepada
guru tentang metode drill yang dapat diterapkan guna meningkatkan hasil
belajar siswa kelas XII dan meningkatkan kualitas pembelajaran fisika
khusunya pada materi gelombang cahaya.

84
85

e. Bagi siswa, penerapan metode pembelajaran drill ini diharapkan dapat


membantu siswa dalam mempelajari fisika khususnya pada konsep
gelombang cahaya agar lebih mudah mengingat, memahami, menerapkan,
menganalisis dan mengevaluasi. Sehingga hasil belajar siswa meningkat.
f. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi
atau bahan kajian dalam menambah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan,
sehingga dapat mengembangkan penerapan metode pembelajaran yang
dilakukan di dalam kelas.
g. Bagi pembaca dan peneliti lain, diharapkan dapat dijadikan referensi dalam
mengembangkan pengetahuan tentang penggunaan metode pembelajaran drill
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fisika.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Abu. Metode Khusus Pendidikan Agama. Bandung: CV.Amrico, 1986. h.


152.
Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prasetyo. Strategi Belajar Mengajar Untuk Tarbiyah
Komponen MKDK. Bandung: Pustaka Setia. 2005.
Alonso, Marcelo dan Edward J.Finn., Dasar – Dasar Fisika Universitas Edisi
Kedua Jilid 1 Mekanika dan Termodinamika, (Jakarta: Erlangga, 1980), h.
2.
Anderson, Lorin W. dan David R. Krathwohl. Kerangka Landasan untuk
Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan
Bloom, Terj. Agung Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010.
Arifin. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 1996.
Armei, Arief. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta:
Intermasa, 2002.
Candra, Basukisna Setya dan Sudarso. Penerapan Model Pembelajaran Drill and
Practice terhadap Hasil Belajar Chest Pass pada Permainan Bola Basket.
Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Volume 02 Nomor 01. 2014.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed.II,
Cet.IV. Jakarta: Balai Pustaka. 1995.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.
Rineka Cipta. 1996.
Kusumawati, Elli dan Randi Ahmad Irwanto. Penerapan Metode Pembelajaran
Drill Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa Kelas VII SMP. Jurnal Pendidikan Matematika EDU-MAT Volume
4 Nomor 1, 2016.
Muhe, Normayunita. Pengaruh Penerapan Model Kooperatif Tipe Drill terhadap
Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fisika,. Gorontalo: FMIPA UNG.
2014.
Mujib, Muhaimin Abdul. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Trigenda Karya,
1993.
OECD, PISA 2015. Result in Focus. OECD: Better Policies for Better Lives.
2016.
Pasaribu dan Simandjuntak, Didaktikdan Metodik. Bandung: Tarsito. 1986.
Ramlah. Pengaruh Kemampuan Mengingat terhadap Hasil Belajar IPA Peserta
Didik Kelas VII MTs AN NUR Makassar. Makassar: UIN Alauddin
Makassar. 2015.
Risnawati, dkk,. Pengaruh Metode Drill dan Kelengkapan Sumber Belajar
terhadap Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS SMAN 1 Arjasa
Tahun Pelajaran 2012/2013, Jember: Artikel Hasil Penelitian Mahasiswa
UNEJ. 2014.
Roesdiah NK. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka cipta. 2001.
Roestiyah N.K. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2002.

86
87

Safitri, Wiwit. Pengaruh Metode Drill terhadap Prestasi Belajar Al qur‟an Hadits
pada Siswa MI Ma‟arif NU 1 Kalitapen Kec. Purwojati Kab. Banyumas,
Purwokerto: STAIN. 2011.
Samsiah, Iah. Penerapan Metode Drill Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Pada Pokok Bahasan Sifat-Sifat Bilangan Bulat pada Siswa Kelas IV MI Al
Istiqomah Tangerang Tahun Pelajaran 2013/201. Skripsi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2014.
Shalahuddin, dkk, Interaksi dalam Proses Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara,
2004.
Slamet AS, Zuhairini, dan Abudi Ghofur. Metodik Khusus Pendidikan Agama
Cet.V,. Surabaya: Usaha Nasional. 2001.
Sudira, Anggan Suhandana dan Marhaeni. Pengaruh Metode Pembelajaran Drill
Terhadap Prestasi Belajar Seni Tari Ditinjau Dari Kreativitas Pada Siswa
Kelas X SMK Negeri 3 Sukawati. E-Journal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha. 2013.
Sudjana, Nana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo. 2008.
Sudjana, Nana. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 1995.
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda
Karya. 2009.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya. 2004.
Sumantri, Mochamad Feby. Pengaruh Metode Pembelajaran Thinking Aloud Pair
Problem Solving (TAPPS) terhadap Kemampuan Penalaran Adaptif
Matematis Siswa pada Konsep Hukum Newton. Jakarta: UIN Jakarta. 2017
Suprijono, Agus. Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010.
Supriyanto. FISIKA untuk SMA Kelas XII. Jakarta: PT Phibeta Aneka Gama.
2007.
Surakhmad, Winarno. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito,
1994.
Sutrisno dan Sitti Ahmiarti. Fisika Dasar I Mekanika, Fluida dan Gelombang.
Jakarta: UIN Jakarta Press. 2007.
Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2006.
Wenno, Izzak Hendrik, Pieter Wattimena dan Luky Maspaitelal. Comparative
Study between Drill Skill and Concept Attainment Model towards Physics
Learning Achievement. International Journal of Evaluation and Research in
Education (IJERE), Vol.5, No.3. 2016.
88

KUESIONER PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN SELAMA


PEMBELAJARAN FISIKA

A. IDENTITAS NARA SUMBER


Nama : ............................

B. PERTANYAAN
1. Metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru fisika
a. ceramah
b. diskusi
c. tanya jawab
d. lainnya
Alasan:
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
2. Siswa senang belajar Fisika dengan metode pembelajaran yang diterapkan
oleh guru
a. ya b. tidak
Alasan:
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
3. Metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru dapat membantu saya
memahami materi Fisika
b. ya b. tidak
Alasan:
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
4. Apakah metode pembelajaran yang diterapkan masih terdapat kekurangan?
a. ya b. tidak
Alasan:
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
5. Metode pembelajaran seperti apa,yang Anda inginkan agar diterapkan oleh
guru saat mengajar?
Jawaban:
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
89

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(Kelas Eksperimen)

Nama Sekolah : SMA Negeri 4 Tambun Selatan


Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : XII (Dua belas) /I (satu)
Pertemuan Ke- : 1 (satu)
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Materi Pokok : Gelombang Cahaya
Sub Materi Pokok : Spektrum Gelombang Cahaya, dan Difraksi

I. Standar Kompetensi
1. Menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang dalam menyelesaikan
masalah.

II. Kompetensi Dasar


2.1 Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang cahaya secara umum.
2.2 Menerapkan konsep dan prinsip gelombang cahaya dalam pemanfaatan
teknologi.

III. Indikator
3.1 Menjelaskan besaran-besaran fisis pada gelombang cahaya
3.2 Menjelaskan sifat-sifat umum pada gelombang cahaya
3.3 Mengaplikasikan rumus pada besaran-besaran fisis gelombang cahaya ke
dalam pemecahan masalah.
3.4 Menganalisis contoh penerapan maupun fenomena gelombang cahaya dalam
kehidupan sehari-hari.

IV. Tujuan Pembelajaran


Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat:

4.1 Menjelaskan besaran-besaran fisis pada gelombang cahaya


4.2 Menjelaskan sifat-sifat umum pada gelombang cahaya
90

4.3 Mengaplikasikan rumus pada besaran-besaran fisis gelombang cahaya ke


dalam pemecahan masalah.
4.4 Menganalisis contoh penerapan maupun fenomena gelombang cahaya
tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

V. Materi Ajar
Peta Konsep Gelombang Cahaya

Cahaya Sebagai Gelombang

Cahaya memang menarik untuk dipelajari. Sejak berabad-abad yang lalu


banyak ahli yang tertarik untuk meneliti cahaya. Sebagai contoh adalah Newton
dan Maxwell. Teori Newton tentang cahaya terkenal dengan teori partikel cahaya
sedangkan teori Maxwell terkenal dengan gelombang elektromagnetik. Fisikawan
lain yang juga tertarik akan cahaya adalah Huygens, Thomas Young, dan Fresnell.
Tokoh-tokoh fisika ini cukup banyak memberikan sumbangan terhadap
perkembangan teori tentang cahaya.
Cahaya merupakan radiasi gelombang elektromagnetik yang dapat dideteksi
mata manusia. Karena itu, cahaya selain memiliki sifat-sifat gelombang secara
91

umum misal dispersi, interferensi, difraksi, dan polarisasi, juga memiliki sifat-
sifat gelombang elektromagnetik, yaitu dapat merambat melalui ruang hampa.

Gambar 1. Cahaya matahari

Ada dua jenis cahaya, yaitu cahaya polikromatik dan cahaya monokromatik.
Cahaya polikromatik adalah cahaya yang terdiri atas banyak warna dan panjang
gelombang. Contoh cahaya polikromatik adalah cahaya putih. Adapun cahaya
monokromatik adalah cahaya yang hanya terdiri atas satu warna dan satu panjang
gelombang. Contoh cahaya monokromatik adalah cahaya merah dan ungu.

Sifat-Sifat Umum Gelombang:

1. Difraksi adalah peristiwa pelenturan gelombang yang akan terjadi jika cahaya
melalui celah yang sangat sempit. Kita dapat melihat gejala ini dengan mudah
pada cahaya yang melewati sela jari-jari yang kita rapatkan, kemudian kita
arahkan pada sumber cahaya yang jauh, misalnya lampu neon.
2. Polarisasi adalah pembatasan atau pengkutuban dua arah getar menjadi satu
arah getar. Contoh: langit tampak biru. Polarisasi cahaya dapat terjadi karena
beberapa hal berikut:
a. Pemantulan (Reflection)
b. Pembiasan (Reflaction)
c. Absorpsi selektif (Selective Absorption)
d. Hamburan (Scattering)

Difraksi Cahaya
Pada jarak tertentu mata kita sulit membedakan posisi dua nyala lampu yang
sangat berdekatan. Coba kamu perhatikan mengapa hal ini dapat terjadi? Gejala
ini dikarenakan diameter pupil mata kita sangat sempit. Akibatnya adalah cahaya
92

dua lampu tersebut ketika sampai ke mata kita mengalami difraksi. Apakah
difraksi cahaya itu? Difraksi cahaya adalah peristiwa pelenturan cahaya yang akan
terjadi jika cahaya melalui celah yang sangat sempit. Kita dapat melihat gejala ini
dengan mudah pada cahaya yang melewati sela jari-jari yang kita rapatkan
kemudian kita arahkan pada sumber cahaya yang jauh, misalnya lampu neon, atau
dengan melihat melalui kisi tenun kain yang terkena sinar lampu yang cukup jauh.
Difraksi adalah peristiwa pelenturan gelombang yang akan terjadi jika
cahaya melalui celah yang sangat sempit. Kita dapat melihat gejala ini dengan
mudah pada cahaya yang melewati sela jari-jari yang kita rapatkan, kemudian kita
arahkan pada sumber cahaya yang jauh, misalnya lampu neon. Pola difraksi
gelombang cahaya dapat diamati dengan eksperimen menggunakan difraksi celah
tunggal dan kisi difraksi.

1. Difraksi Celah Tunggal


Setiap titik pada celah tunggal dapat dianggap sebagai sumber gelombang
sekunder. Selisih antara kedua berkas yang terpisah sejauh d adalah d sin θ

.
Gambar 2. Pola difraksi celah tunggal

Analogi dengan pola interferensi celah ganda Young, pola terang difraksi
celah tunggal diperoleh jika:
d sin θ = n λ, dengan n = 0, 1, 2, 3, …
Keterangan:

d = lebar celah.

Interferensi minimum (garis gelap) terjadi jika:

d sin θ = (n – ½ )λ, dengan n = 1, 2, 3, …


93

2. Difraksi Pada Kisi


Kisi difraksi terdiri atas banyak celah dengan lebar yang sama. Lebar tiap
celah pada kisi difraksi disebut konstanta kisi dan dilambangkan dengan d. Jika
dalam sebuah kisi sepanjang 1 cm terdapat N celah konstanta kisinya adalah:

Pola terang oleh kisi difraksi diperoleh jika:

d sin θ = n λ, dengan n =0, 1, 2, 3, …

Keterngan: d = konstanta kisi dan θ adalah sudut difraksi.

Interferensi minimum (garis gelap) terjadi jika

d sin θ = (n – ½ )λ, dengan n =1, 2, 3, …

Gambar 3. Skema difraksi oleh kisi

Dalam optika dikenal difraksi Fresnel dan difraksi Fraunhofer. Difraksi


Fresnel terjadi jika gelombang cahaya melalui celah dan terdifraksi pada daerah
yang relatif dekat, menyebabkan setiap pola difraksi yang teramati berbeda-beda
bentuk dan ukurannnya, relatif terhadap jarak. Difraksi Fresnel juga disebut
difraksi medan dekat. Difraksi Fraunhofer terjadi jika gelombang medan melalui
celah atau kisi, menyebabkan perubahan hanya pada ukuran pola yang teramati
pada daerah yang jauh. Gelombang-gelombang cahaya yang keluar dari celah atau
kisi pada difraksi Fraunhofer hampir sejajar. Difraksi fraunhofer juga disebut
difraksi medan jauh.
94

VI. Metode Pembelajaran

Metode : ceramah, diskusi, tanya jawab dan drill


95

VII. Langkah - Langkah Pembelajaran


KEGIATAN PEMBELAJARAN
TAHAPAN WAKTU
GURU SISWA

Orientasi  Berdoa bersama  Berdoa


 Menuliskan materi pokok  Mencatat
 mengecek kesiapan siswa  Siswa tertib dan siap belajar
Apersepsi  menggali pengetahuan siswa dengan menyajikan  menjawab pertanyaan yang diberikan
masalah tekait fenomena difraksi oleh guru
(mengapa, kita bisa melihat warna-warni seperti warna
pelangi pada kepingan compact disc?)

 Memberikan reward dan pujian kepada peserta didik


yang menjawab benar  menerima reward dan pujian
Kegiatan Awal

Motivasi  menyajikan masalah terkait fenomena cahaya sebagai  Saling berinteraksi dan melakukan tanya
10 menit
gelombang (contoh kasus : jika kita merapatkan jari- jawab dengan guru
jari kita dan kemudian diarahkan ke lampu neon, apa
yang terjadi?)
jawab:
cahaya akan melewati sela jari-jari. Hal inilah yang
dikenal dengan difraksi

 menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan


pembelajaran yang akan dicapai  Mendengarkan dan menyimak
 memberikan motivasi, melalui tayangan video agar penjelasan guru
siswa lebih semangat dalam pembelajaran  Menyimak tayangan video
(mengapa,matahari yang jauh di langit, sinarnya bisa
sampai ke bumi sehingga kita dapat melihat sinarnya?)
96

Eksplorasi  Membagikan LKS dan meminta siswa untuk menjawab  siswa berdiskusi dan menjawab
masalah yang disajikan, seperti misalnya menyajikan pertanyaan yang ada di LKS
masalah terkait fenomena cahaya sebagai gelombang
Kegiatan Inti (contoh kasus : mengapa pada gelombang air laut atau
sungai bisa terdapat pola difraksi)

Elaborasi  Meminta siswa untuk saling berdiskusi dan menjawab  siswa berdiskusi dan menjawab
pertanyaan yang ada di LKS pertanyaan yang ada di LKS 60 menit
 Meminta siswa untuk mengerjakan soal latihan  Masing-masing siswa mengerjakan soal
 meminta setiap siswa untuk membuat mind mapp latihan
tentang materi yang telah dipelajari dan yang sesuai  Membuat mind mapp
dengan arahan LKS
Konfirmasi  meminta siswa untuk bertanya jika ada materi yang  siswa bertanya tentang materi yang
tidak dipahami belum dipahami
Penarikan  Membimbing siswa untuk menarik kesimpulan tentang  membuat kesimpulan hasil belajar yang
kesimpulan pembelajaran yang telah dilakukan telah dilakukan
Kegiatan Akhir

 Memberikan penjelasan, dan penguatan konsep jika  mendengarkan penjelasan guru


ada yang kurang tepat
 meminta siswa mengumpulkan mind mapp yang dibuat  siswa mengumpulkan mind mapp
Evaluasi  memberikan soal evaluasi  mengerjakan soal evaluasi

Tindak Lanjut  Menyuruh siswa untuk membaca materi yang akan  Membaca materi selanjutnya 10 menit
diajarkan esok hari

VIII. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran


Media : Power Point, LKS Fisika, kertas gambar
Alat : Infocus, kertas HVS, pensil warna, crayon, spidol gambar, pensil, penghapus, pulpen, penggaris, dll
Sumber : Kanginan, Marthen, Fisika untuk SMA Kelas XII, Jakarta : Erlangga, 2007
Supriyanti, Yuni, dkk, Modul Excelent Fisika, Jakarta : Swadaya Murni
97

LKS Fisika untuk Kelas XII


VIII. Penilaian Hasil Belajar
a. Penilaian Kognitif
 Teknik penilaian : Tes tertulis
 Instrumen : Pilihan Ganda dan Uraian
A. Penilaian Kognitif Siswa
Indikator Teknik Bentuk
Instrument / Soal Kunci Jawaban Skor
penyampaian Penilaian Instrumen

Menjelaskan PG 1. Jarak yang ditempuh A. Panjang gelombang (λ) 20


gelombang dalam 1 periode,
besaran-besaran atau besarnya jarak satu bukit Panjang gelombang (λ) adalah Jarak yang
fisis pada satu lembah disebut..... ditempuh gelombang dalam 1 periode, atau
besarnya jarak satu bukit satu lembah
gelombang cahaya a. Panjang gelombang
b. Amplitudo
c. Periode
d. Simpangan
Tes
e. Cepat rambat
Tertulis

Menjelaskan sifat- PG 2. Peristiwa pelenturan gelombang E. Difraksi 20


yang akan terjadi jika cahaya Difraksi adalah peristiwa pelenturan gelombang
sifat umum pada melalui celah yang sangat yang akan terjadi jika cahaya melalui celah yang
gelombang cahaya sempit disebut ...... sangat sempit
a. dispersi
b. polarisasi
c. hamburan
98

d. peruraian
e. difraksi
Mengaplikasikan Tes Essay 3. Seberkas sinar monokhromatik Penyelesaian : 40
Tertulis dengan panjang gelombang
rumus pada 5000Ao, datang tegak lurus diketahui : λ= 5000Ao= 5x 10-7 m, d = 1/N = 1
besaran-besaran pada kisi yang terdiri dari 5000 cm/5000, n = 2
garis tiap cm, maka sudut belok
fisis gelombang pada orde terang ke 2 adalah…. Ditanya : θ = …….?
cahaya ke dalam Jawab : d sin θ = (2n) ½ λ = n λ
pemecahan
0,01/5000 sin θ = 2 . 5.10-7
masalah.
2x sin θ = 1 x

sin θ = = 0,5

θ = arc.sin 0,5

θ=

Menganalisis Tes tertulis PG 4. Jika cahaya putih diarahkan ke C. merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan
prisma maka cahaya putih akan ungu
contoh penerapan terurai menjadi cahaya ..... 20
maupun fenomena a. Merah Jika cahaya putih diarahkan ke prisma maka
b. merah dan jingga cahaya putih akan terurai menjadi cahaya merah,
gelombang cahaya jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.
c. merah, jingga, kuning, hijau,
dalam kehidupan biru, nila, dan ungu
d. merah, kuning dan hijau
sehari-hari
hitam dan putih
99

Skor Total 20+ 20+ 40+ 20 100

jumlah skor yang diperoleh


Nilai yang diperoleh adalah : N = x100
skor total

Mengetahui, Bekasi, 20 September 2016


Guru Mata Pelajaran Fisika Mahasiswi Peneliti

Fajrun Najah S.Pd Mutiah Hanifah


NIP. NIM. 1112016300001
100

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(Kelas Eksperimen)

Nama Sekolah : SMA Negeri 4 Tambun Selatan


Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : XII (Dua belas) /I (Satu)
Pertemuan Ke- : 2 (dua)
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Materi Pokok : Cahaya sebagai gelombang
Sub Materi Pokok : Polarisasi dan Interferensi Cahaya

I. Standar Kompetensi
Menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang dalam menyelesaikan
masalah.

II. Kompetensi Dasar


2.1 Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang cahaya.
2.2 Menerapkan konsep dan prinsip gelombang cahaya dalam teknologi.

III. Indikator
3.5 Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang cahaya
3.6 Menghitung besarnya panjang gelombang elektromagnetik yang melewati celah
3.7 Menganalisis fenomena gelombang cahaya dalam kehidupan sehari-hari.

IV. Tujuan Pembelajaran


Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat :
8.1 Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang cahaya
8.2 Menghitung besarnya panjang gelombang elektromagnetik yang melewati celah
8.3 Menganalisis fenomena gelombang cahaya dalam kehidupan sehari-hari
101

V. Materi Ajar
Peta Konsep Gelombang Cahaya

Cahaya Sebagai Gelombang


Cahaya memang menarik untuk dipelajari. Sejak berabad-abad yang lalu banyak
ahli yang tertarik untuk meneliti cahaya. Sebagai contoh adalah Newton dan Maxwell.
Teori Newton tentang cahaya terkenal dengan teori partikel cahaya sedangkan teori
Maxwell terkenal dengan gelombang elektromagnetik. Fisikawan lain yang juga tertarik
akan cahaya adalah Huygens, Thomas Young, dan Fresnell. Tokoh-tokoh fisika ini cukup
banyak memberikan sumbangan terhadap perkembangan teori tentang cahaya. Cahaya
merupakan radiasi gelombang elektromagnetik yang dapat dideteksi mata manusia.
Karena itu, cahaya selain memiliki sifat-sifat gelombang secara umum misal dispersi,
interferensi, difraksi, dan polarisasi, juga memiliki sifat-sifat gelombang elektromagnetik,
yaitu dapat merambat melalui ruang hampa.

Gambar 1. Cahaya matahari


102

Ada dua jenis cahaya, yaitu cahaya polikromatik dan cahaya monokromatik.
Cahaya polikromatik adalah cahaya yang terdiri atas banyak warna dan panjang
gelombang. Contoh cahaya polikromatik adalah cahaya putih. Adapun cahaya
monokromatik adalah cahaya yang hanya terdiri atas satu warna dan satu panjang
gelombang. Contoh cahaya monokromatik adalah cahaya merah dan ungu.

Polarisasi Cahaya
Cahaya termasuk gelombang tranversal. Hal ini dibuktikan oleh peristiwa
polarisasi cahaya. Polarisasi cahaya adalah pembatasan atau pengutuban dua arah getar
menjadi satu arah getar. Gelombang cahaya yang belum terpolarisasi mempunyai dua
arah getar. Ketika cahaya tersebut dilewatkan pada sebuah celah (polarisator), cahaya
mengalami pengutuban (polarisasi) sehingga cahaya hanya mempunyai satu arah getar.

Gambar 2. Fenomena polarisasi cahaya

Interferensi Cahaya
Interferensi cahaya terjadi jika dua berkas cahaya yang koheren (memiliki
frekuensi yang sama dan beda fase yang tetap) mengenai suatu titik secara bersamaan.
Pada peristiwa interferensi, jika berkas-berkas cahaya yang datang memiliki fase yang
sama maka akan terjadi interferensi konstruktif (saling menguatkan) sehingga pada titik
tersebut akan terlihat titik terang. Sebaliknya, jika berkas cahaya tersebut memiliki fase
yang berlawanan maka akan terjadi interferensi destruktif (saling memperlemah)
sehingga pada titik tersebut akan terjadi titik gelap. Penelitian mengenai interferensi
cahaya dilakukan oleh Thomas Young.
103

Gambar 3. Fenomena interferensi cahaya

VI. Metode Pembelajaran

Metode : drill atau latihan soal, diskusi, tanya jawab


104

VII. Langkah - Langkah Pembelajaran


KEGIATAN PEMBELAJARAN
TAHAPAN WAKTU
GURU SISWA

Orientasi  Berdoa bersama, mengecek kesiapan siswa dan  mempersiapkan buku pelajaran dan
menyiapkan media pembelajaran. berdoa bersama
 mengecek kesiapan siswa  Siswa tertib dan siap belajar
Apersepsi  menggali pengetahuan siswa dengan memberi  menjawab pertanyaan yang diberikan
Kegiatan Awal

pertanyaan oleh guru


(mengapa kita bisa melihat warna biru dilangit?)

 Memberikan reward kepada peserta didik yang  menerima reward


menjawab benar
Motivasi  menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan  Mendengarkan dan menyimak penjelasan
pembelajaran yang akan dicapai guru
 memberikan motivasi, melalui tayangan video agar  Menyimak tayangan video 10 menit
siswa lebih semangat dalam pembelajaran (mengaitkan
birunya langit,agar siswa takjub dengan ciptaan Allah)
Eksplorasi  Membagikan LKS dan meminta siswa untuk menjawab  siswa berdiskusi dan menjawab
masalah yang disajikan, seperti misalnya menyajikan pertanyaan yang ada di LKS
masalah terkait fenomena cahaya sebagai gelombang 60 menit
(contoh kasus: mengapa gelembung air sabun
berwarna-warni?)
Kegiatan Inti

Elaborasi  Meminta siswa untuk saling berdiskusi dan menjawab  siswa berdiskusi dan menjawab
pertanyaan yang ada di LKS pertanyaan yang ada di LKS
 Meminta siswa untuk mengerjakan soal latihan  Siswa mengerjakan soal latihan
 meminta setiap siswa untuk membuat mind mapp  Membuat mind mapp
tentang materi yang telah dipelajari dan yang sesuai
dengan arahan LKS
Konfirmasi  meminta siswa untuk bertanya jika ada materi yang  siswa untuk bertanya jika ada materi
tidak dipahami yang tidak dipahami
105

Penarikan  Membimbing siswa untuk menarik kesimpulan tentang  Membuat kesimpulan hasil belajar yang
kesimpulan pembelajaran yang telah dilakukan telah dilakukan
 Memberikan penjelasan, dan penguatan konsep jika  Mendengarkan penjelasan guru
ada yang kurang tepat 
Kegiatan Akhir
 Meminta siswa mengumpulkan mind mapp yang dibuat  siswa mengumpulkan mind mapp 10 menit

Evaluasi  Memberikan soal evaluasi  mengerjakan soal evaluasi

Tindak Lanjut  Menyuruh siswa untuk membaca materi yang akan  Membaca materi selanjutnya
diajarkan esok hari

VIII. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran

Media : Power Point, LKS Fisika, kertas gambar


Alat : Infocus, pensil, penghapus, pulpen, penggaris, kertas HVS, pensil warna, crayon, spidol gambar, dll
Sumber : Kanginan, Marthen, Fisika untuk SMA Kelas XII, Jakarta : Erlangga, 2007
Supriyanti, Yuni, dkk, Modul Excelent Fisika, Jakarta : Swadaya Murni
LKS Fisika untuk Kelas XII
VIII. Penilaian Hasil Belajar

a. Penilaian Kognitif
 Teknik penilaian : Tes tertulis
 Instrumen : Pilihan Ganda dan Uraian
106

b. Penilaian Aktivitas Siswa


 Penilaian Kognitif
A. Penilaian Kognitif Siswa

Indikator Teknik Bentuk


Instrument / Soal Kunci Jawaban Skor
penyampaian Penilaian Instrumen
1. Cahaya yang memiliki frekuensi
yang sama dan beda fase yang A. Cahaya koheren
tetap, disebut ....
Tes Tertulis PG a. Cahaya koheren Cahaya koheren adalah Cahaya yang 10
b. Cahaya divergen memiliki frekuensi yang sama dan
c. Cahaya konvergen beda fase yang tetap
Mendeskripsikan d. Cahaya konstruktif
gejala dan ciri-ciri e. Cahaya destruktif
Tes Tertulis
gelombang PG
cahaya 2. Polarisasi cahaya adalah
pembatasan atau pengutuban dua 10
C. satu
arah getar menjadi ....arah getar
a. Banyak Polarisasi cahaya adalah pembatasan
b. Satu atau pengutuban dua arah getar
c. Perpaduan menjadi satu arah getar
d. Penyebaran
e. perbandingan
107

Menghitung Tes Tertulis Essay 3. Terang pusat pada layar yang Penyelesaian : 25
berjarak satu meter dari celah.
besarnya panjang Panjang gelombang cahaya yang Dik : d = 0,2 mm = 2 x 10-4 m
gelombang digunakan adalah… P = 7,5 mm = 7,5 x 10-3 m
elektromagnetik L=1m n=3
yang melewati Ditanyakan: λ ?
celah Jawab :
108

Menganalisis Tes Tertulis Essay 4. Cahaya dengan panjang Penyelesaian : 25


gelombang 6.000 Å mengenai
fenomena celah kembar young dengan jarak Diketahui :
gelombang antarcelahnya 0,1 mm. Pola yang λ = 6000 Å = 6 x 10-7 m
terjadi ditangkap pada layar
cahaya dalam berjarak 2 m dari celah, dan jarak d = 0,1 mm = 1 x 10-4 m
kehidupan sehari- garis terang pusat ke garis terang
yang paling pinggir pada layar 6 l= 2m
hari cm. Banyaknya garis terang yang P = 6 cm = 6 x 10-2 m
terdapat pada layar adalah…
Ditanyakan : n ?
Jawab :

Menganalisis Tes Tertulis Essay 5. Sebutkan contoh fenomena Penyelesaian : 25


polarisasi dan interferensi cahaya
fenomena (masing-masing minimal 4) Fenomena Polarisasi:
gelombang - Langit berwarna biru
- LCD
cahaya dalam
- Kaca mobil
kehidupan sehari- - Kacamata 3D, dll
109

hari Fenomena Interferensi:


- Lapisan gelembung sabun
- Lapisan minyak
- Pelangi
- Bulu burung merak, dll

Skor Total benar + 5 = (10+ 25+ 10+ 25+ 25) + 5 100

Nilai yang diperoleh adalah : N =


jumlah skor yang diperoleh
x100
skor total

Mengetahui, Bekasi, 23 September 2016


Guru Mata Pelajaran Fisika Mahasiswi Peneliti

Fajrun Najah S.Pd Mutiah Hanifah

NIP. NIM. 111201630001


110

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(Kelas Eeksperimen)

Nama Sekolah : SMA Negeri 4 Tambun Selatan


Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : XII (Dua belas) /I (satu)
Pertemuan Ke- : 3 (tiga)
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Materi Pokok : Gelombang Cahaya
Sub Materi Pokok : Dispersi Cahaya dan Teknologi LED dan LCD

STANDAR KOMPETENSI
1. Menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang dalam menyelesaikan
masalah.
KOMPETENSI DASAR
2.1 Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang cahaya secara umum.
2.2 Menerapkan konsep dan prinsip gelombang cahaya dalam pemanfaatan teknologi.
INDIKATOR
3.1 Menjelaskan sifat-sifat umum pada dispersi cahaya
3.2 Mengaplikasikan rumus pada besaran-besaran fisis terkait dispersi cahaya ke dalam
pemecahan masalah
3.3 Memahami contoh penerapan maupun fenomena dispersi cahaya dalam kehidupan
sehari-hari
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat :

4.1 Menjelaskan sifat-sifat umum pada dispersi cahaya


4.2 Mengaplikasikan rumus pada besaran-besaran fisis terkait dispersi cahaya ke dalam
pemecahan masalah.
4.3 Memahami contoh penerapan maupun fenomena dispersi cahaya dalam kehidupan
sehari-hari
111

MATERI AJAR
Peta Konsep Gelombang Cahaya

Cahaya Sebagai Gelombang

Cahaya memang menarik untuk dipelajari. Sejak berabad-abad yang lalu banyak
ahli yang tertarik untuk meneliti cahaya. Sebagai contoh adalah Newton dan Maxwell.
Teori Newton tentang cahaya terkenal dengan teori partikel cahaya sedangkan teori
Maxwell terkenal dengan gelombang elektromagnetik. Fisikawan lain yang juga tertarik
akan cahaya adalah Huygens, Thomas Young, dan Fresnell. Cahaya merupakan radiasi
gelombang elektromagnetik yang dapat dideteksi mata manusia. Karena itu, cahaya selain
memiliki sifat-sifat gelombang secara umum misal dispersi, interferensi, difraksi, dan
polarisasi, juga memiliki sifat-sifat gelombang elektromagnetik, yaitu dapat merambat
melalui ruang hampa.

Gambar 1. Cahaya matahari


112

Ada dua jenis cahaya, yaitu cahaya polikromatik dan cahaya monokromatik.
Cahaya polikromatik adalah cahaya yang terdiri atas banyak warna dan panjang
gelombang. Contoh cahaya polikromatik adalah cahaya putih. Adapun cahaya
monokromatik adalah cahaya yang hanya terdiri atas satu warna dan satu panjang
gelombang. Contoh cahaya monokromatik adalah cahaya merah dan ungu.

Dispersi Cahaya

Cahaya memang menjadikan kehidupan ini terlihat indah. Cobalah perhatikan


pelangi yang muncul pada saat musim hujan! Ada banyak warna melengkung indah
menghias angkasa. Pernahkah kamu mengamati pelangi? Mengapa pelangi terjadi pada
saat gerimis atau setelah hujan turun dan matahari tetap bersinar? Peristiwa terjadinya
pelangi merupakan gejala dispersi cahaya. Gejala dispersi cahaya adalah gejala peruraian
cahaya putih (polikromatik) menjadi cahaya berwarna-warni (monokromatik).

Gambar 2. Dispersi cahaya

Di depan telah disinggung bahwa cahaya putih merupakan cahaya polikromatik,


artinya cahaya yang terdiri atas banyak warna dan panjang gelombang. Jika cahaya putih
diarahkan ke prisma maka cahaya putih akan terurai menjadi cahaya merah, jingga,
kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Cahaya-cahaya ini memiliki panjang gelombang yang
berbeda. Setiap panjang gelombang memiliki indeks bias yang berbeda. Semakin kecil
panjang gelombangnya semakin besar indeks biasnya. Indeks bias cahaya tersebut adalah
ungu > nila > biru > hijau > kuning > jingga > merah. Selisih antara sudut deviasi untuk
cahaya ungu dan merah disebut sudut dispersi.
113

Gambar 3. Terjadinya pelangi disebabkan oleh peristiwa dispersi cahaya matahari

Teknologi LCD dan LED

LCD (Liquid Crystal Display)

LCD (Liquid Crystal Display) menggunakan teknologi yang disebut dengan


„kristal cair‟ sebagai penghasil gambar monitor. Kelebihan monitor LCD adalah
minimnya konsumsi energi yang digunakan juga memiliki kontras gambar yang lebih
tajam dibandingkan dengan CRT. Pada teknologi LCD sumber cahaya berasal dari lampu
neon berwarna putih yang tersusun secara merata pada bagian belakang susunan pixel
(kristal cair) tadi yang jumlahnya mencapai jutaan piksel hingga membentu sebuah
gambar.

LED (Light Emitting Diode)

Monitor LED (Light Emitting Diode) memiliki teknologi yang sama dengan
LCD. Perbedaan secara fisik pada LED komputer umumnya terletak pada bentuknya
yang lebih ramping / tipis. Sedangkan perbedaan secara umum antara LED dan LCD
hanya terletak pada sistem pencahayaannya yang menggunakan teknologi LED backlight.

Gambar 3. Teknologi LED dan LCD


114

METODE PEMBELAJARAN

Metode : diskusi, tanya jawab dan metode drill


115

LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN
TAHAPAN WAKTU
GURU SISWA

Orientasi  memberikan salam dan memulai pembelajaran  Menjawab salam, mempersiapkan


dengan berdoa, mengecek kesiapan siswa dan buku pelajaran dan berdoa bersama
menyiapkan media pembelajaran.
 mengecek kesiapan siswa  Siswa tertib dan siap belajar
Apersepsi  menggali pengetahuan siswa dengan menyajikan  menjawab pertanyaan yang diberikan
masalah tekait fenomena dispersi cahaya oleh guru
(mengapa dasar kolam terlihat lebih dangkal bila
Kegiatan Awal

dilihat dari atas?)


 Memberikan reward dan pujian kepada peserta  menerima reward dan pujian
didik yang menjawab benar
Motivasi  menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan  Mendengarkan dan menyimak 10 menit
pembelajaran yang akan dicapai penjelasan guru
 memberikan motivasi, melalui tayangan video  Menyimak tayangan video
agar siswa lebih semangat dalam pembelajaran
(mengaitkan dengan fenomena alam; keindahan
pelangi setelah turun hujan,agar siswa takjub
dengan ciptaan Allah)

Eksplorasi  Membagikan LKS dan meminta siswa untuk  siswa berdiskusi dan menjawab
menjawab masalah yang disajikan, seperti pertanyaan yang ada di LKS
Kegiatan

misalnya menyajikan masalah terkait fenomena 60 menit


cahaya sebagai gelombang (contoh kasus :
mengapa pada kepingan compact disc CD terdapat
Inti

bayangan warna warni seperti pelangi)


116

Elaborasi  Meminta siswa untuk saling berdiskusi dan  siswa berdiskusi dan menjawab
menjawab pertanyaan yang ada di LKS pertanyaan yang ada di LKS
 Meminta siswa untuk mengerjakan soal latihan  siswa mengerjakan soal latihan
 meminta setiap siswa untuk membuat mind mapp  Membuat mind mapp
tentang materi yang telah dipelajari sesuai dengan
arahan LKS
Konfirmasi  meminta siswa untuk bertanya jika ada materi  siswa bertanya kepada guru
yang belum dipahami
Penarikan  Membimbing siswa untuk menarik kesimpulan  membuat kesimpulan hasil belajar
kesimpulan tentang pembelajaran yang telah dilakukan yang telah dilakukan
 Memberikan penjelasan dan penguatan konsep  mendengarkan penjelasan guru 20 menit
jika ada yang kurang tepat
Kegiatan Akhir

 meminta siswa mengumpulkan mind mapp yang  siswa mengumpulkan mind mapp
dibuat
Evaluasi  memberikan soal evaluasi  mengerjakan soal evaluasi

Tindak Lanjut  Menyuruh siswa untuk mengerjakan soal latihan  Belajar di rumah, latihan soal untuk
terkait perubahan fase gelombang cahaya, persiapan posttes
polarisasi, interferensi, dispersi, difraksi cahaya
dan pemanfaatannya dalam teknologi , karena
pertemua selanjutnya akan diadakan post tes

VIII. MEDIA, ALAT DAN SUMBER PEMBELAJARAN


Media : Power Point, Lembar Kerja Siswa (LKS) Fisika, kertas gambar mind mapp
Alat : Infocus, pointer laser, papan tulis, pensil warna, kertas HVS, penggaris, crayon, spidol, spidol gambar, dll
117

Sumber : 1. Kanginan, Marthen. Fisika untuk SMA Kelas XII. Jakarta : Erlangga. 2007
2. Supriyanto. FISIKA Untuk SMA Kelas XII. Jakarta : Phibeta. 2007
3. Supriyanti, Yuni, dkk. Modul Excelent Fisika. Jakarta : Swadaya Murni
4. LKS Fisika untuk Kelas XII
PENILAIAN HASIL BELAJAR

a. Penilaian Kognitif
 Teknik penilaian : Tes tertulis
 Instrumen : Pilihan Ganda dan Uraian
c. Penilaian Aktivitas Siswa
 Penilaian Kognitif

Penilaian Kognitif Siswa


Indikator Teknik Bentuk
Instrumen / Soal Kunci Jawaban Skor
penyampaian Penilaian Instrumen

Menjelaskan Tes Tertulis PG 1. Gejala peruraian cahaya putih A. Dispersi 10


(polikromatik) menjadi cahaya
sifat-sifat umum berwarna-warni (monokromatik). Dispersi adalah gejala peruraian
pada dispersi disebut..... cahaya putih (polikromatik) menjadi
a. Dispersi cahaya berwarna-warni
cahaya b. Difraksi (monokromatik).
c. Polarisasi
d. Interferensi
118

e. Cepat rambat

PG 4. Selisih antara sudut deviasi untuk B. Sudut dispersi 10


cahaya ungu dan merah disebut....
a. Sudut datang
b. Sudut dispersi
c. Sudut pantul
d. Sudut bias
e. Sudut istimewa

Menghitung Tes Tertulis Essay 5. Seberkas cahaya putih menembus Diketahui: β = 10° 40
sebuah prisma tipis dengan sudut
salah satu pembias 10°, jika indeks bias untuk nm = 1,49
besaran fisis cahaya merah dan ungu masing- nu = 1,52
masing 1,49 dan 1,52, tentukanlah
terkait dispersi besar sudut dispersinya! Ditanyakan: φ = . . .?
cahaya
Jawab: φ = (nu – nm) β
φ = (1,52 – 1,49)10°
φ = (0,03)10°
φ = 0,3°

Essay 6. Sebutkan kelebihan dari monitor Kelebihan Monitor LED 40


LED (miimal 5)
Memahami  Konsumsi listrik yang lebih hemat
dibandingkan dengan LCD
contoh
penerapan  Kontras gambar yang sangat tajam
hingga jutaan pixels
119

maupun  Usia pemakaian LED lebih pajang


fenomena  Dimensi monitor yang sangat tipis
 Pencahayaan lebih baik
dispersi cahaya dibandingkan LCD
dalam
kehidupan
sehari-hari

Jumlah Skor 10 + 10 + 40 + 40 100

Nilai yang diperoleh adalah : N =


jumlah skor yang diperoleh
x100
skor total

Mengetahui, Bekasi, 27 September 2016


Guru Mata Pelajaran Fisika Mahasiswi Peneliti

Fajrun Najah S.Pd Mutiah Hanifah


NIP. NIM. 1112016300001
120

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(Kelas Kontrol)

Nama Sekolah : SMA Negeri 4 Tambun Selatan


Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : XII(Dua belas) /I (satu)
Pertemuan Ke- : 1(satu)
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Materi Pokok : Gelombang Cahaya (Optika Fisis)
Sub Materi Pokok : Spektrum Gelombang Cahaya, Perubahan Fase Gelombang, dan
Polarisasi

Standar Kompetensi
Menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang dalam menyelesaikan
masalah.
Kompetensi Dasar
2.1 Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang cahaya.
2.2 Menerapkan konsep dan prinsip gelombang cahaya dalam teknologi.
Indikator
3.1 Menjelaskan besaran-besaran fisis pada gelombang cahaya
3.2 Menentukan besarnya cahaya yang terpolarisasi
3.3 Menghitung besarnya panjang gelombang elektromagnetik yang melewati celah
3.4 Menganalisis fenomena gelombang cahaya dalam kehidupan sehari-hari
Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat :

4.1 Menjelaskan besaran-besaran fisis pada gelombang cahaya


4.2 Menentukan besarnya cahaya yang terpolarisasi
4.3 Menghitung besarnya panjang gelombang elektromagnetik yang melewati celah
4.4 Menganalisis fenomena gelombang cahaya dalam kehidupan sehari-hari
121

Materi Ajar
Cahaya Sebagai Gelombang

Cahaya memang menarik untuk dipelajari. Sejak berabad-abad yang lalu banyak
ahli yang tertarik untuk meneliti cahaya. Sebagai contoh adalah Newton dan Maxwell.
Teori Newton tentang cahaya terkenal dengan teori partikel cahaya sedangkan teori
Maxwell terkenal dengan gelombang elektromagnetik. Fisikawan lain yang juga tertarik
akan cahaya adalah Huygens, Thomas Young, dan Fresnell. Tokoh-tokoh fisika ini cukup
banyak memberikan sumbangan terhadap perkembangan teori tentang cahaya.
Cahaya merupakan radiasi gelombang elektromagnetik yang dapat dideteksi mata
manusia. Karena itu, cahaya selain memiliki sifat-sifat gelombang secara umum misal
dispersi, interferensi, difraksi, dan polarisasi, juga memiliki sifat-sifat gelombang
elektromagnetik, yaitu dapat merambat melalui ruang hampa.

Gambar 1. Cahaya matahari

Ada dua jenis cahaya, yaitu cahaya polikromatik dan cahaya monokromatik.
Cahaya polikromatik adalah cahaya yang terdiri atas banyak warna dan panjang
gelombang. Contoh cahaya polikromatik adalah cahaya putih. Adapun cahaya
monokromatik adalah cahaya yang hanya terdiri atas satu warna dan satu panjang
gelombang. Contoh cahaya monokromatik adalah cahaya merah dan ungu.

Polarisasi Cahaya

Cahaya termasuk gelombang tranversal. Hal ini dibuktikan oleh peristiwa


polarisasi cahaya. Polarisasi cahaya adalah pembatasan atau pengutuban dua arah getar
menjadi satu arah getar. Gelombang cahaya yang belum terpolarisasi mempunyai dua
arah getar. Ketika cahaya tersebut dilewatkan pada sebuah celah (polarisator), cahaya
mengalami pengutuban (polarisasi) sehingga cahaya hanya mempunyai satu arah getar.
122

Difraksi Cahaya

Pada jarak tertentu mata kita sulit membedakan posisi dua nyala lampu yang
sangat berdekatan. Coba kamu perhatikan mengapa hal ini dapat terjadi? Gejala ini
dikarenakan diameter pupil mata kita sangat sempit. Akibatnya adalah cahaya dua lampu
tersebut ketika sampai ke mata kita mengalami difraksi. Apakah difraksi cahaya itu?
Difraksi cahaya adalah peristiwa pelenturan cahaya yang akan terjadi jika cahaya melalui
celah yang sangat sempit. Kita dapat melihat gejala ini dengan mudah pada cahaya yang
melewati sela jari-jari yang kita rapatkan kemudian kita arahkan pada sumber cahaya
yang jauh, misalnya lampu neon, atau dengan melihat melalui kisi tenun kain yang
terkena sinar lampu yang cukup jauh.

Dispersi Cahaya
Cahaya memang menjadikan kehidupan ini terlihat indah. Cobalah perhatikan
pelangi yang muncul pada saat musim hujan! Ada banyak warna melengkung indah
menghias angkasa. Pernahkah kamu mengamati pelangi? Mengapa pelangi terjadi pada
saat gerimis atau setelah hujan turun dan matahari tetap bersinar? Peristiwa terjadinya
pelangi merupakan gejala dispersi cahaya. Gejala dispersi cahaya adalah gejala peruraian
cahaya putih (polikromatik) menjadi cahaya berwarna-warni (monokromatik).
Di depan telah disinggung bahwa cahaya putih merupakan cahaya polikromatik,
artinya cahaya yang terdiri atas banyak warna dan panjang gelombang. Jika cahaya putih
diarahkan ke prisma maka cahaya putih akan terurai menjadi cahaya merah, jingga,
kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Cahaya-cahaya ini memiliki panjang gelombang yang
berbeda. Setiap panjang gelombang memiliki indeks bias yang berbeda. Semakin kecil
panjang gelombangnya semakin besar indeks biasnya. Indeks bias cahaya tersebut adalah
ungu > nila > biru > hijau > kuning > jingga >merah.Selisih antara sudut deviasi untuk
cahaya ungu dan merah disebut sudut dispersi.

Interferensi Cahaya

Interferensi cahaya terjadi jika dua berkas cahaya yang koheren (memiliki
frekuensi yang sama dan beda fase yang tetap) mengenai suatu titik secara bersamaan.
Pada peristiwa interferensi, jika berkas-berkas cahaya yang datang memiliki fase yang
sama maka akan terjadi interferensi konstruktif (saling menguatkan) sehingga pada titik
tersebut akan terlihat titik terang. Sebaliknya, jika berkas cahaya tersebut memiliki fase
yang berlawanan maka akan terjadi interferensi destruktif (saling memperlemah)
123

sehingga pada titik tersebut akan terjadi titik gelap. Penelitian mengenai interferensi
cahaya dilakukan oleh Thomas Young. Young melewatkan cahaya matahari melalui
lubang kecil (So) yang dibuat pada layar A. Sinar yang keluar melebar karena adanya
difraksi dan jatuh pada lubang kecil (S1 dan S2) yang dibuat pada layar B. Dari sini
kemudian diteruskan ke layar C.

Metode Pembelajaran

Metode : tanya jawab dan diskusi


124

Langkah - Langkah Pembelajaran


KEGIATAN PEMBELAJARAN
TAHAPAN WAKTU
GURU SISWA

Orientasi  Memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam,  Menjawab salam,absensi dan kabar seta
berdoa, melakukan absensi, dan menanyakan kabar berdoa bersama
siswa.  menyimak
 Menjelaskan tujuan pembelajaran  mempersiapkan buku pelajaran
 Mengecek kesiapan siswa
 Memotivasi siswa untuk terlibat pada aktivitas
pembelajaran  menyimak dan memotivasi diri
Apersepsi  menggali pengetahuan siswa dengan memberi  menjawab pertanyaan yang diberikan
pertanyaan oleh guru
(mengapa,matahari yang jauh di langit, sinarnya bisa
Kegiatan Awal

sampai ke bumi sehingga kita dapat melihat sinarnya?)


10 menit
 Memberikan reward kepada peserta didik yang
menjawab benar  menerima reward
Motivasi  menyajikan masalah terkait fenomena cahaya sebagai  Saling berinteraksi dan melakukan tanya
gelombang (contoh kasus : mengapa kita dapat melihat jawab dengan guru
cahaya warna – warni pelangi)
 menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai  Mendengarkan dan menyimak
 memberikan motivasi, melalui tayangan video agar penjelasan guru
siswa lebih semangat dalam pembelajaran (mengaitkan  Menyimak tayangan video
birunya langit,agar siswa takjub dengan ciptaan Allah)
(mengapa,matahari yang jauh di langit, sinarnya bisa
sampai ke bumi sehingga kita dapat melihat sinarnya?)

Eksplorasi  Menanyakan fenomena apa saja yang menggambarkan  Menganalisis fenomena


Kegiat

gelombang cahaya dalam kehidupan sehari-hari  Meyimak dan mencatat


Inti

 Menjelaskan materi spektrum gelombang cahaya


an
125

Elaborasi  Meminta siswa untuk membentuk 3 kelompok  siswa membentuk 3 kelompok


 meminta setiap perwakilan kelompok untuk mengambil  Mengambil nomor undian dan
nomor undian dan mengingatnya mengingatnya
 meminta siswa untuk berdiskusi dengan kelompoknya  Berdiskusi dan mencatat
terkait materi yang harus dipelajari (spektrum 60 menit
gelombang cahaya atau perubahan fase gelombang
cahaya atau polarisasi)  Bertanya jika ada yang tidak dipahami
 membimbing jalannya diskusi dan mempersilahkan 
sisw auntuk bertanya jika ada yang belum dipahami  Perwakilan siswa mempresentasikan
 meminta perwakilan kelompok untuk hasil diskusi dari kelompoknya
mempresentasikan hasil diskusi dari kelompoknya  Menyimak, dan mendengarkan
 membantu siswa untuk mengambil kesimpulan penjelasan guru serta memberi
terhadap materi yang telah dipelajari kesimpulan
Konfirmasi  Melakukan tanya jawab dengan siswa tentang hal-hal  bertanya dan menjawab hal yang
yang telah dipelajari ditanyakan guru
 Meluruskan kesalah pahaman yang terjadi dalam  menyimak penjelasan guru
diskusi kelompok
Penarikan  menyimpulkan materi pembelajaran dan memberikan  mendengarkan penjelasan guru dan
kesimpulan penguatan konsep jika ada yang kurang tepat mencatat
Kegiatan Akhir

Evaluasi  memberikan soal evaluasi  mengerjakan soal evaluasi

Tindak Lanjut  Meminta siswa untuk membaca materi yang akan  Membaca materi selanjutnya
diajarkan esok hari 10 menit

Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran

Media : Power Point, LKS Fisika, kertas gambar


Alat : Infocus, pensil warna , crayon, spidol gambar
126

Sumber : Kanginan, Marthen, Fisika untuk SMA Kelas XII, Jakarta : Erlangga, 2007
Supriyanti, Yuni, dkk, Modul Excelent Fisika, Jakarta : Swadaya Murni
LKS Fisika untuk Kelas XII
Penilaian Hasil Belajar

Penilaian Kognitif
Teknik penilaian : Tes tertulis
Instrumen : Pilihan Ganda dan Uraian
Penilaian Aktivitas Siswa
Penilaian Kognitif
Penilaian Kognitif Siswa

Indikator Teknik Bentuk


Instrument / Soal Kunci Jawaban Skor
penyampaian Penilaian Instrumen

PG 1. Jarak yang ditempuh gelombang B. Panjang gelombang (λ) 10


dalam 1 periode, atau besarnya
Menjelaskan besaran- jarak satu bukit satu lembah Panjang gelombang (λ) adalah Jarak yang
besaran fisis pada disebut..... ditempuh gelombang dalam 1 periode, atau
Tes
gelombang cahaya a. Panjang gelombang besarnya jarak satu bukit satu lembah
Tertulis b. Amplitudo
c. Periode
d. Simpangan
e. Cepat rambat
PG 7. besarnya jarak yang ditempuh F. Cepat rambat (v)
gelombang tiap satuan waktu Cepat rambat adalah besarnya jarak yang
disebut..... ditempuh gelombang tiap satuan waktu.
a. Panjang gelombang
b. Amplitudo
c. Periode
d. Simpangan
127

e. Cepat rambat
Menentukan besarnya Tes Essay 8. Suatu zat terletak di dalam air Penyelesaian : 30
cahaya yang Tertulis dengan indeks bias n1 = 4/3.
seberkas sinar yang mengenai zat Dik : n 1 = 4/3, Ɵ1 = 600
terpolarisasi Ditanya : n 2 = ?
ini akan mengalami polarisasi jika
sinar datang dengan sudut Gunakan persamaan sudut brewster untuk
polarisasi Ɵ1= 600. Hitung Berapa menentukan indeks bias zat n2 !
besar indeks bias zat n2 ? Tan Ɵ1 = n2 : n1
n2 = n1 tan Ɵ1
n2 = 4/3 tan 600
n2 = 4/3 x √3 = 4/3√3
jadi besar indeks bias zat n2 adalah 4/3√3.

Menghitung besarnya Tes tertulis Essay 4. Jarak pola terang kedua dari terang
panjang gelombang pusat pada percobaan Young adalah 2
cm. Jika jarak antara dua celah adalah 30
elektromagnetik yang
melewati celah 0,3 mm dan layar berada 5 m dari
celah, maka panjang gelombang cahaya
yang digunakan adalah ….

a. 400 nm d. 450 nm
b. 500 nm e. 560 nm
c. 600 nm

Menganalisis fenomena PG Hasil yang diperoleh pada proses C. Hologram 10


gelombang cahaya holografi disebut..... Hologram adalah hasil yang diperoleh dari
Tes tertulis adanya proses holografi
dalam kehidupan
a. Holosisme
sehari-hari b. Hologram
c. Holograf
d. Halogram
e. halografi
PG Objek yang akan dibuat hologram, D. cara kerja holografi 10
128

terlebih dahulu disinari dengan laser. Cara kerja holografi sebagai berikut :
Objek tersebut kemudian akan
memantulkan sinar dari laser. Paduan  Objek yang akan dibuat hologram,
antara laser dengan sinar yang terlebih dahulu disinari dengan laser.
dipantulkan objek akan menyebabkan  Objek tersebut kemudian akan
memantulkan sinar dari laser.
terjadinya terjadinya efek interferensi.
 Paduan antara laser dengan sinar yang
Efek interferensi inilah yang
dipantulkan objek akan menyebabkan
menampilkan bayangan objek tiga terjadinya terjadinya efek interferensi.
dimensi.  Efek interferensi inilah yang
Pernyataan tersebut termasuk dalam.... menampilkan bayangan objek tiga
dimensi.
a. Cara kerja hologram
b. Cara kerja mesin foto copy
c. Cara kerja holografi
d. Cara kerja laser
e. Cara kerja serat optik

jumlah skor yang diperoleh


Nilai yang diperoleh adalah : N = x100
skor total

Mengetahui Bekasi, 20 September 2016

Guru Mata Pelajaran, Mahasiswi Peneliti

Fajrun Najah, S.Pd Mutiah Hanifah


NIP. NIM. 1112016300001
129

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(Kelas Kontrol)

Nama Sekolah : SMA Negeri 4 Tambun Selatan


Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : XII (Dua belas) /I (Satu)
Pertemuan Ke- : 2 (dua)
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Materi Pokok : Cahaya sebagai gelombang
Sub Materi Pokok : Interferensi dan Polarisasi

Standar Kompetensi
Menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang dalam menyelesaikan
masalah.
Kompetensi Dasar
2.1 Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang cahaya.
2.2 Menerapkan konsep dan prinsip gelombang cahaya dalam teknologi.
Indikator
3.1 Menghitung besarnya panjang gelombang elektromagnetik yang melewati celah
3.2 Menganalisis fenomena gelombang cahaya dalam kehidupan sehari-hari
Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat :

4.1 Menghitung besarnya panjang gelombang elektromagnetik yang melewati celah


4.2 Menganalisis fenomena gelombang cahaya dalam kehidupan sehari-hari
Materi Ajar
Cahaya Sebagai Gelombang
Cahaya memang menarik untuk dipelajari. Sejak berabad-abad yang lalu banyak ahli
yang tertarik untuk meneliti cahaya. Sebagai contoh adalah Newton dan Maxwell. Teori Newton
tentang cahaya terkenal dengan teori partikel cahaya sedangkan teori Maxwell terkenal dengan
gelombang elektromagnetik. Fisikawan lain yang juga tertarik akan cahaya adalah Huygens,
Thomas Young, dan Fresnell. Tokoh-tokoh fisika ini cukup banyak memberikan sumbangan
terhadap perkembangan teori tentang cahaya.
130

Cahaya merupakan radiasi gelombang elektromagnetik yang dapat dideteksi mata


manusia. Karena itu, cahaya selain memiliki sifat-sifat gelombang secara umum misal dispersi,
interferensi, difraksi, dan polarisasi, juga memiliki sifat-sifat gelombang elektromagnetik, yaitu
dapat merambat melalui ruang hampa.

Gambar 1. Cahaya matahari

Ada dua jenis cahaya, yaitu cahaya polikromatik dan cahaya monokromatik. Cahaya
polikromatik adalah cahaya yang terdiri atas banyak warna dan panjang gelombang. Contoh
cahaya polikromatik adalah cahaya putih. Adapun cahaya monokromatik adalah cahaya yang
hanya terdiri atas satu warna dan satu panjang gelombang. Contoh cahaya monokromatik adalah
cahaya merah dan ungu.

Dispersi Cahaya
Cahaya memang menjadikan kehidupan ini terlihat indah. Cobalah perhatikan pelangi
yang muncul pada saat musim hujan! Ada banyak warna melengkung indah menghias angkasa.
Pernahkah kamu mengamati pelangi? Mengapa pelangi terjadi pada saat gerimis atau setelah
hujan turun dan matahari tetap bersinar? Peristiwa terjadinya pelangi merupakan gejala dispersi
cahaya. Gejala dispersi cahaya adalah gejala peruraian cahaya putih (polikromatik) menjadi
cahaya berwarna-warni (monokromatik).
Di depan telah disinggung bahwa cahaya putih merupakan cahaya polikromatik, artinya
cahaya yang terdiri atas banyak warna dan panjang gelombang. Jika cahaya putih diarahkan ke
prisma maka cahaya putih akan terurai menjadi cahaya merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila,
dan ungu. Cahaya-cahaya ini memiliki panjang gelombang yang berbeda. Setiap panjang
gelombang memiliki indeks bias yang berbeda. Semakin kecil panjang gelombangnya semakin
besar indeks biasnya. Indeks bias cahaya tersebut adalah ungu > nila > biru > hijau > kuning >
jingga > merah. Selisih antara sudut deviasi untuk cahaya ungu dan merah disebut sudut
dispersi.

Polarisasi Cahaya
Cahaya termasuk gelombang tranversal. Hal ini dibuktikan oleh peristiwa polarisasi
cahaya. Polarisasi cahaya adalah pembatasan atau pengutuban dua arah getar menjadi satu arah
131

getar. Gelombang cahaya yang belum terpolarisasi mempunyai dua arah getar. Ketika cahaya
tersebut dilewatkan pada sebuah celah (polarisator), cahaya mengalami pengutuban (polarisasi)
sehingga cahaya hanya mempunyai satu arah getar.

Difraksi Cahaya
Pada jarak tertentu mata kita sulit membedakan posisi dua nyala lampu yang sangat
berdekatan. Coba kamu perhatikan mengapa hal ini dapat terjadi? Gejala ini dikarenakan
diameter pupil mata kita sangat sempit. Akibatnya adalah cahaya dua lampu tersebut ketika
sampai ke mata kita mengalami difraksi. Apakah difraksi cahaya itu? Difraksi cahaya adalah
peristiwa pelenturan cahaya yang akan terjadi jika cahaya melalui celah yang sangat sempit.
Kita dapat melihat gejala ini dengan mudah pada cahaya yang melewati sela jari-jari yang kita
rapatkan kemudian kita arahkan pada sumber cahaya yang jauh, misalnya lampu neon, atau
dengan melihat melalui kisi tenun kain yang terkena sinar lampu yang cukup jauh.

Interferensi Cahaya
Interferensi cahaya terjadi jika dua berkas cahaya yang koheren (memiliki frekuensi
yang sama dan beda fase yang tetap) mengenai suatu titik secara bersamaan. Pada peristiwa
interferensi, jika berkas-berkas cahaya yang datang memiliki fase yang sama maka akan terjadi
interferensi konstruktif (saling menguatkan) sehingga pada titik tersebut akan terlihat titik
terang. Sebaliknya, jika berkas cahaya tersebut memiliki fase yang berlawanan maka akan
terjadi interferensi destruktif (saling memperlemah) sehingga pada titik tersebut akan terjadi
titik gelap. Penelitian mengenai interferensi cahaya dilakukan oleh Thomas Young. Young
melewatkan cahaya matahari melalui lubang kecil (So) yang dibuat pada layar A. Sinar yang
keluar melebar karena adanya difraksi dan jatuh pada lubang kecil (S1 dan S2) yang dibuat pada
layar B. Dari sini kemudian diteruskan ke layar C.

Metode Pembelajaran

Metode : diskusi, dan tanya jawab


132

Langkah - Langkah Pembelajaran


KEGIATAN PEMBELAJARAN
TAHAPAN WAKTU
GURU SISWA

Orientasi  memulai pembelajaran dengan mengucap salam,  Menjawab salam, mempersiapkan buku
berdoa, mengecek kesiapan siswa dan menyiapkan pelajaran dan berdoa bersama
media pembelajaran.  Siswa tertib dan siap belajar
 mengecek kesiapan siswa
Apersepsi  menggali pengetahuan siswa dengan memberi  menjawab pertanyaan yang diberikan
pertanyaan oleh guru
(mengapa,matahari yang jauh di langit, sinarnya bisa
sampai ke bumi sehingga kita dapat melihat sinarnya?)
Kegiatan Awal

 Memberikan reward kepada peserta didik yang


menjawab benar  menerima reward
10 menit
Motivasi  menyajikan masalah melalui peragaan terkait fenomena  Mengamati peragaan fenomena
polarisasi dan interferensi (contoh kasus : mengapa polarisasi dan interferensi kisi
kita dapat melihat cahaya warna – warni pada kepingan
compact disc) menggunakan laser pointer dan CD
 menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan bekas
pembelajaran yang akan dicapai  Mendengarkan dan menyimak
 memberikan motivasi, melalui tayangan video agar penjelasan guru
siswa lebih semangat dalam pembelajaran (mengaitkan  Menyimak tayangan video
birunya langit,agar siswa takjub dengan ciptaan Allah)
(mengapa,matahari yang jauh di langit, sinarnya bisa
sampai ke bumi sehingga kita dapat melihat sinarnya?)

Eksplorasi  Menanyakan fenomena apa saja yang menggambarkan  Menganalisis fenomena


Kegiatan

interferensi maupun polarisasi dalam kehidupan sehari-


hari
  Meyimak dan mencatat
Inti

Menjelaskan materi spektrum gelombang cahaya


133

Elaborasi  Meminta siswa untuk membentuk 3 kelompok  siswa membentuk 3 kelompok


 meminta setiap perwakilan kelompok untuk mengambil  Mengambil nomor undian dan
nomor undian dan mengingatnya mengingatnya 60 menit
 meminta siswa untuk berdiskusi dengan kelompoknya  Berdiskusi dan mencatat
terkait materi yang harus dipelajari (polarisasi dan  Bertanya jika ada yang tidak dipahami
interferensi)
 membimbing jalannya diskusi dan mempersilahkan
sisw auntuk bertanya jika ada yang belum dipahami  Perwakilan siswa mempresentasikan
 meminta perwakilan kelompok untuk hasil diskusi dari kelompoknya
mempresentasikan hasil diskusi dari kelompoknya  Menyimak, dan mendengarkan
 membantu siswa untuk mengambil kesimpulan penjelasan guru serta memberi
terhadap materi yang telah dipelajari kesimpulan
Konfirmasi  Melakukan tanya jawab dengan siswa tentang hal-hal  bertanya dan menjawab hal yang
yang telah dipelajari ditanyakan guru
 Meluruskan kesalah pahaman yang terjadi dalam  menyimak penjelasan guru
diskusi kelompok
Penarikan  menyimpulkan materi pembelajaran dan memberikan  mendengarkan penjelasan guru dan
kesimpulan penguatan konsep jika ada yang kurang tepat mencatat
Kegiatan Akhir

Evaluasi  memberikan soal evaluasi  mengerjakan soal evaluasi

Tindak Lanjut  Menyuruh siswa untuk membaca materi yang akan  Membaca materi selanjutnya
diajarkan esok hari 10 menit

Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran

Media : Power Point, LKS Fisika, kertas gambar


Alat : Infocus, pensil warna , crayon, spidol gambar
Sumber : Kanginan, Marthen, Fisika untuk SMA Kelas XII, Jakarta : Erlangga, 2007
Supriyanti, Yuni, dkk, Modul Excelent Fisika, Jakarta : Swadaya Murni
134

LKS Fisika untuk Kelas XII

Penilaian Hasil Belajar

Penilaian Kognitif
 Teknik penilaian : Tes tertulis
 Instrumen : Pilihan Ganda dan Uraian
Penilaian Aktivitas Siswa
 Penilaian Kognitif
 Penilaian Afektif

A. Penilaian Kognitif Siswa


Indikator Teknik Bentuk
Instrument / Soal Kunci Jawaban Skor
penyampaian Penilaian Instrumen

PG Gejala peruraian cahaya putih (polikromatik) B. Dispersi 10


menjadi cahaya berwarna-warni
Menjelaskan (monokromatik). disebut..... Dispersi adalah gejala peruraian cahaya putih
besaran-besaran (polikromatik) menjadi cahaya berwarna-warni
Tes a. Dispersi
fisis pada (monokromatik).
Tertulis b. Difraksi
gelombang c. Polarisasi
cahaya d. Interferensi
e. Cepat rambat
PG Peristiwa pelenturan cahaya yang akan C. Difraksi
terjadi jika cahaya melalui celah yang sangat
sempit disebut.....
a. Dispersi Difraksi adalah peristiwa pelenturan cahaya
b. Difraksi yang akan terjadi jika cahaya melalui celah yang
c. Polarisasi sangat sempit
d. Interferensi
135

e. Cepat rambat

Menghitung Tes Essay Terang pusat pada layar yang berjarak satu Penyelesaian : 30
Tertulis meter dari celah. Panjang gelombang cahaya
besarnya panjang yang digunakan adalah… Dik : d = 0,2 mm = 2 x 10-4 m
gelombang P = 7,5 mm = 7,5 x 10-3 m
elektromagnetik
L=1m n=3
yang melewati
Ditanyakan: λ ?
celah
Jawab :

Tes tertulis PG Seberkas cahaya mngenai suatu celah yang E. 5,60 x 10-7 m
lebarnya 0,4 mm secara tegak lurus. Di
belakang celah terdapat sebuah lensa positif Diketahui : 10
dengan jarak focus 40 cm. Garis terang pusat d = 0,4 mm = 4 x 10-4 m
dan garis gelap pertama pada layar di bidang
focus lensa berjarak sebesar 0,56 mm. l = 40 cm = 4 x 10-1 m
Panjang gelombang cahaya yang digunakan
P = 0,56 mm = 5,6 x 10-4 m
adalah…
n= 1
a. 1,60 x 10-7 m
136

b. 2,60 x 10-7 m Ditanyakan: λ ?


c. 3,60 x 10-7 m
d. 4,60 x 10-7 m Jawab :
e. 5,60 x 10-7 m

Menganalisis PG Jika cahaya putih diarahkan ke prisma maka D. merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, 10
fenomena cahaya putih akan terurai menjadi dan ungu
Tes tertulis cahaya...........
gelombang
a. Merah
cahaya dalam Jika cahaya putih diarahkan ke prisma maka
b. merah dan jingga
kehidupan sehari- c. merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, cahaya putih akan terurai menjadi cahaya
hari dan ungu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan
d. merah, kuning dan hijau ungu.
e. hitam dan putih

Essay Pada jarak tertentu mata kita sulit Karena diameter pupil mata kita sangat sempit. 30
membedakan posisi dua nyala lampu yang Akibatnya adalah cahaya dua lampu tersebut
sangat berdekatan, hal ini dikarenakan ? ...... ketika sampai ke mata kita mengalami difraksi.

Essay Cahaya dengan panjang gelombang 6.000 Å PENYELESAIAN : 30


mengenai celah kembar young dengan jarak
antarcelahnya 0,1 mm. Pola yang terjadi Diketahui :
ditangkap pada layar berjarak 2 m dari celah, λ = 6000 Å = 6 x 10-7 m
dan jarak garis terang pusat ke garis terang
yang paling pinggir pada layar 6 cm. d = 0,1 mm = 1 x 10-4 m
Banyaknya garis terang yang terdapat pada
137

layar adalah… l= 2m

P = 6 cm = 6 x 10-2 m

Ditanyakan : n ?

Jawab :

jumlah skor yang diperoleh


Nilai yang diperoleh adalah : N = x100
skor total

Mengetahui Bekasi, 23 September 2016

Guru Mata Pelajaran, Mahasiswi Peneliti

Fajrun Najah, S.Pd Mutiah Hanifah


NIP. NIM. 1112016300001
138

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(Kelas Kontrol)

Nama Sekolah : SMA Negeri 4 Tambun Selatan


Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : XII (Dua belas) /I (satu)
Pertemuan Ke- : 3 (tiga)
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Materi Pokok : Gelombang Cahaya
Sub Materi Pokok : Dispersi Cahaya, Difraksi, dan Teknologi LED dan LCD

STANDAR KOMPETENSI
Menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang dalam menyelesaikan
masalah.

KOMPETENSI DASAR
2.1 Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang cahaya.
2.2 Menerapkan konsep dan prinsip gelombang cahaya dalam teknologi.

INDIKATOR
3.1 Mendeskripsikan konsep terjadinya dispersi dan difraksi cahaya
3.2 Menghitung besarnya panjang gelombang elektromagnetik yang melewati celah
3.3 Menganalisis fenomena gelombang cahaya dalam kehidupan sehari-hari serta
pemanfaatannya dalam teknologi.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat :

4.1 Mendeskripsikan konsep terjadinya dispersi dan difraksi cahaya


4.2 Menghitung besarnya panjang gelombang elektromagnetik yang melewati celah
4.3 Menganalisis fenomena gelombang cahaya dalam kehidupan sehari-hari serta
pemanfaatannya dalam teknologi
MATERI AJAR
Cahaya Sebagai Gelombang

Cahaya memang menarik untuk dipelajari. Sejak berabad-abad yang lalu banyak ahli
yang tertarik untuk meneliti cahaya. Sebagai contoh adalah Newton dan Maxwell. Teori Newton
tentang cahaya terkenal dengan teori partikel cahaya sedangkan teori Maxwell terkenal dengan
139

gelombang elektromagnetik. Fisikawan lain yang juga tertarik akan cahaya adalah Huygens,
Thomas Young, dan Fresnell. Cahaya merupakan radiasi gelombang elektromagnetik yang
dapat dideteksi mata manusia. Karena itu, cahaya selain memiliki sifat-sifat gelombang secara
umum misal dispersi, interferensi, difraksi, dan polarisasi, juga memiliki sifat-sifat gelombang
elektromagnetik, yaitu dapat merambat melalui ruang hampa.

Gambar 1. Cahaya matahari

Ada dua jenis cahaya, yaitu cahaya polikromatik dan cahaya monokromatik. Cahaya
polikromatik adalah cahaya yang terdiri atas banyak warna dan panjang gelombang. Contoh
cahaya polikromatik adalah cahaya putih. Adapun cahaya monokromatik adalah cahaya yang
hanya terdiri atas satu warna dan satu panjang gelombang. Contoh cahaya monokromatik adalah
cahaya merah dan ungu.

Dispersi Cahaya

Cahaya memang menjadikan kehidupan ini terlihat indah. Cobalah perhatikan pelangi
yang muncul pada saat musim hujan! Ada banyak warna melengkung indah menghias angkasa.
Pernahkah kamu mengamati pelangi? Mengapa pelangi terjadi pada saat gerimis atau setelah
hujan turun dan matahari tetap bersinar? Peristiwa terjadinya pelangi merupakan gejala dispersi
cahaya. Gejala dispersi cahaya adalah gejala peruraian cahaya putih (polikromatik) menjadi
cahaya berwarna-warni (monokromatik).

Gambar 2. Dispersi cahaya


140

Di depan telah disinggung bahwa cahaya putih merupakan cahaya polikromatik, artinya
cahaya yang terdiri atas banyak warna dan panjang gelombang. Jika cahaya putih diarahkan ke
prisma maka cahaya putih akan terurai menjadi cahaya merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila,
dan ungu. Cahaya-cahaya ini memiliki panjang gelombang yang berbeda. Setiap panjang
gelombang memiliki indeks bias yang berbeda. Semakin kecil panjang gelombangnya semakin
besar indeks biasnya. Indeks bias cahaya tersebut adalah ungu > nila > biru > hijau > kuning >
jingga > merah. Selisih antara sudut deviasi untuk cahaya ungu dan merah disebut sudut
dispersi.

Difraksi Cahaya

Pada jarak tertentu mata kita sulit membedakan posisi dua nyala lampu yang sangat
berdekatan. Coba kamu perhatikan mengapa hal ini dapat terjadi? Gejala ini dikarenakan
diameter pupil mata kita sangat sempit. Akibatnya adalah cahaya dua lampu tersebut ketika
sampai ke mata kita mengalami difraksi. Apakah difraksi cahaya itu? Difraksi cahaya adalah
peristiwa pelenturan cahaya yang akan terjadi jika cahaya melalui celah yang sangat sempit.
Kita dapat melihat gejala ini dengan mudah pada cahaya yang melewati sela jari-jari yang kita
rapatkan kemudian kita arahkan pada sumber cahaya yang jauh, misalnya lampu neon, atau
dengan melihat melalui kisi tenun kain yang terkena sinar lampu yang cukup jauh.

Teknologi LCD dan LED

LCD (Liquid Crystal Display)

LCD (Liquid Crystal Display) menggunakan teknologi yang disebut dengan „kristal
cair‟ sebagai penghasil gambar monitor. Kelebihan monitor LCD adalah minimnya konsumsi
energi yang digunakan juga memiliki kontras gambar yang lebih tajam dibandingkan dengan
CRT. Pada teknologi LCD sumber cahaya berasal dari lampu neon berwarna putih yang
tersusun secara merata pada bagian belakang susunan pixel (kristal cair) tadi yang jumlahnya
mencapai jutaan piksel hingga membentu sebuah gambar.

LED (Light Emitting Diode)

Monitor LED (Light Emitting Diode) memiliki teknologi yang sama dengan LCD.
Perbedaan secara fisik pada LED komputer umumnya terletak pada bentuknya yang lebih
ramping / tipis. Sedangkan perbedaan secara umum antara LED dan LCD hanya terletak pada
sistem pencahayaannya yang menggunakan teknologi LED backlight.
141

Gambar 3. Teknologi LED dan LCD

METODE PEMBELAJARAN

Metode : diskusi, tanya jawab


142

IX. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN


KEGIATAN PEMBELAJARAN
TAHAPAN WAKTU
GURU SISWA

Orientasi  memberikan salam dan memulai pembelajaran dengan  Menjawab salam, mempersiapkan buku
berdoa, mengecek kesiapan siswa dan menyiapkan pelajaran dan berdoa bersama
media pembelajaran.
 mengecek kesiapan siswa
 Siswa tertib dan siap belajar
Apersepsi  menggali pengetahuan siswa dengan menyajikan  menjawab pertanyaan yang diberikan
masalah tekait fenomena difraksi oleh guru
(mengapa,kita bisa melihat warna – warni seperti
warnapelangi pada kepingan compact disc?)
Kegiatan Awal

 Memberikan reward kepada peserta didik yang


menjawab benar
10 menit
 menerima reward
Motivasi  menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan  Mendengarkan dan menyimak
pembelajaran yang akan dicapai penjelasan guru
 memberikan motivasi, melalui tayangan video agar  Menyimak tayangan video
siswa lebih semangat dalam pembelajaran (mengaitkan
dengan fenomena alam ; keindahan pelangi setelah
turun hujan,agar siswa takjub dengan ciptaan Allah)

Eksplorasi  Menanyakan fenomena apa saja yang menggambarkan  Menganalisis fenomena


dispersi dan difraksi cahaya dalam kehidupan sehari-
Kegiatan

hari 60 menit
 Menjelaskan materi dispersi dan difraksi cahaya
Inti

 Meyimak dan mencatat


143

Elaborasi  Meminta siswa untuk membentuk 3 kelompok  siswa membentuk 3 kelompok


 meminta setiap perwakilan kelompok untuk mengambil  Mengambil nomor undian dan
nomor undian dan mengingatnya mengingatnya
 meminta siswa untuk berdiskusi dengan kelompoknya  Berdiskusi dan mencatat
terkait materi yang harus dipelajari (dispersi cahaya,
difraksi cahaya dan teknologi LED dan LCD)  Bertanya jika ada yang tidak dipahami
 membimbing jalannya diskusi dan mempersilahkan  Perwakilan siswa mempresentasikan
sisw auntuk bertanya jika ada yang belum dipahami hasil diskusi dari kelompoknya
 meminta perwakilan kelompok untuk  Menyimak, dan mendengarkan
mempresentasikan hasil diskusi dari kelompoknya penjelasan guru serta memberi
 membantu siswa untuk mengambil kesimpulan kesimpulan
terhadap materi yang telah dipelajari
Konfirmasi  Melakukan tanya jawab dengan siswa tentang hal-hal  bertanya dan menjawab hal yang
yang telah dipelajari ditanyakan guru
 Meluruskan kesalah pahaman yang terjadi dalam  menyimak penjelasan guru
diskusi kelompok
Penarikan  menyimpulkan materi pembelajaran dan memberikan  mendengarkan penjelasan guru dan
kesimpulan penguatan konsep jika ada yang kurang tepat mencatat
20 menit
Kegiatan Akhir

Evaluasi  memberikan soal evaluasi  mengerjakan soal evaluasi

Tindak Lanjut  Meminta siswa untuk mengerjakan soal latihan terkait  Belajar di rumah dan mengerjakan
perubahan fase gelombang cahaya, polarisasi, latihan soal untuk persiapan posttes
interferensi, dispersi, difraksi cahaya dan
pemanfaatannya dalam teknologi , karena pertemuan
selanjutnya akan diadakan pos tes

MEDIA, ALAT DAN SUMBER PEMBELAJARAN

Media : Power Point, Lembar Kerja Siswa (LKS) Fisika, kertas gambar
Alat : Infocus, papan tulis, pensil warna , crayon, spidol, spidol gambar, dll
144

Sumber : 1. Kanginan, Marthen. Fisika untuk SMA Kelas XII. Jakarta : Erlangga. 2007
2. Supriyanto. FISIKA Untuk SMA Kelas XII. Jakarta : Phibeta. 2007
3. Supriyanti, Yuni, dkk. Modul Excelent Fisika. Jakarta : Swadaya Murni
4. LKS Fisika untuk Kelas XII
PENILAIAN HASIL BELAJAR
Penilaian Kognitif
 Teknik penilaian : Tes tertulis
 Instrumen : Pilihan Ganda dan Uraian
Penilaian Aktivitas Siswa
 Penilaian Kognitif

Penilaian Kognitif Siswa

Teknik Bentuk
Indikator penyampaian Instrumen / Soal Kunci Jawaban Skor
Penilaian Instrument

PG Peristiwa pelenturan cahaya yang B. Difraksi 10


akan terjadi jika cahaya melalui celah
Menjelaskan besaran-besaran yang sangat sempit disebut.....
a. Dispersi Difraksi adalah peristiwa pelenturan cahaya yang
fisis pada gelombang cahaya Tes Tertulis
b. Difraksi akan terjadi jika cahaya melalui celah yang sangat
c. Polarisasi sempit
d. Interferensi
e. Cepat rambat
PG Gejala peruraian cahaya putih C. Dispersi 10
(polikromatik) menjadi cahaya
berwarna-warni (monokromatik). Dispersi adalah gejala peruraian cahaya putih
disebut..... (polikromatik) menjadi cahaya berwarna-warni
(monokromatik).
a. Dispersi
b. Difraksi
145

c. Polarisasi
d. Interferensi
e. Cepat rambat
Menghitung salah satu besaran Tes Tertulis Essay Seberkas cahaya putih menembus Diketahui: β = 10° 35
sebuah prisma tipis dengan sudut nm = 1,49
fisis terkait dispersi cahaya pembias 10°, jika indeks bias untuk nu = 1,52
cahaya merah dan ungu masing- Ditanyakan: φ = . . .?
masing 1,49 dan 1,52, tentukanlah Jawab: φ = (nu – nm) β
besar sudut dispersinya! φ = (1,52 – 1,49)10°
φ = (0,03)10°
φ = 0,3°
Menganalisis fenomena PG Jika cahaya putih diarahkan ke C. merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, 10
gelombang cahaya dalam prisma maka cahaya putih akan dan ungu
Tes tertulis terurai menjadi cahaya........... Jika cahaya putih diarahkan ke prisma maka
kehidupan sehari-hari
a. Merah cahaya putih akan terurai menjadi cahaya merah,
b. merah dan jingga jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.
c. merah, jingga, kuning, hijau
biru, nila, dan ungu
d. merah, kuning dan hijau
e. hitam dan putih
Essay 5. Sebutkan kelebihan dari LED Kelebihan Monitor LED 35

 Konsumsi listrik yang lebih hemat


dibandingkan dengan LCD
 Kontras gambar yang sangat tajam
hingga jutaan pixels
 Usia pemakaian LED lebih pajang
 Dimensi monitor yang sangat tipis
 Pencahayaan lebih baik dibandingkan LCD
Jumlah Skor 10 + 10 + 35 + 10 + 35 100
146

LEMBAR KERJA SISWA


Nama Siswa :
No. Absen :
Kelas :
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Pertemuan :1

Kompetensi Dasar

1. Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang cahaya.


2. Menerapkan konsep dan prinsip gelombang cahaya dalam teknologi.

Indikator Pencapaian

9.1 Menghitung besarnya panjang gelombang elektromagnetik yang melewati


celah
9.2 Menganalisis fenomena gelombang cahaya dalam kehidupan sehari-hari

Tujuan Pembelajaran

1. Siswa dapat menghitung besarnya panjang gelombang elektromagnetik yang


melewati celah
2. Siswa dapat menganalisis fenomena gelombang cahaya dalam kehidupan
sehari-hari

TAHUKAH KAMU?

Pernahkah kamu melihat warna seperti pelangi pada bagian bawah


compact disc saat terkena sinar matahari? Apakah kamu tahu, mengapa bisa
demikian?
147

Gambar 1. Compact disc

Pernahkah kamu melihat pelangi setelah turun hujan? Apakah yang menyebabkan
mata kita dapat melihat warna – warna cahaya pelangi?

Gambar 1. Fenomena cahaya sebagai gelombang

Tinjauan Konsep

Tinjauan Konsep :
SPEKTRUM CAHAYA

Rentang panjang gelombang dari masing-masing terlihat dari gambar di atas.


Untuk rentang frekuensi beberapa gelombang yang terkenal adalah sebagai
berikut:

 Gelombang RADAR : sekitar 1010 Hz


 Sinar infrared (IR) : ................... Hz
 Sinar ultraviolet (UV) : 1015 - 1016 Hz
 Sinar Rontgen (sinar X) : ................... Hz
 Sinar gamma : 1020 - 1025 Hz
148

Gambar 2. Panjang gelombang spektrum gelombang elektromagnetik

Adapun urutan spektrum gelombang elektromagnetik dari frekuensi besar


ke frekuensi kecil / dari panjang gelombang kecil ke panjang gelombang
besar adalah sebagai berikut :

Adapun urutan frekuensi cahaya tampak dari kecil ke besar, seperti warna
cahaya padapelangi yang sering kita lihat

DIFRAKSI

Pada jarak tertentu mata kita sulit membedakan posisi dua nyala lampu
yang sangat berdekatan. Coba kamu perhatikan mengapa hal ini dapat terjadi?
Gejala ini dikarenakan diameter pupil mata kita sangat sempit. Akibatnya adalah
cahaya dua lampu tersebut ketika sampai ke mata kita mengalami difraksi.
Apakah difraksi cahaya itu? Difraksi cahaya adalah peristiwa pelenturan
cahaya yang akan terjadi jika cahaya melalui celah yang sangat sempit.
149

Persamaan Rumus :

DIFRAKSI CELAH
TUNGGAL

Persamaan Rumus:

DIFRAKSI PADA
KISI
150

LETS TRY !!!

Kamu dapat melihat gejala ini dengan mudah pada cahaya yang melewati sela
jari-jari yang kita rapatkan kemudian kita arahkan pada sumber cahaya yang jauh,
misalnya lampu neon, atau dengan melihat melalui kisi tenun kain yang terkena
sinar lampu yang cukup jauh.

CARA MEMBUAT MIND MAPPING

Setelah kamu membaca dan menjawab pertanyaan, kamu ditugaskan untuk


membuat mind mapping materi hari ini, agar kamu lebih mudah mengingatnya.
Proses pembuatan mind mapping secara bertahap dapat dibagi menjadi empat
langkah yang harus dilakukan seacra berurutan yaitu :

1. Menentukan pusat topik yang akan dibuat mind map. Pusat mind map
merupakan ide atau gagasan utama.
2. Membuat cabang utama yang sering disebut Basic Ordering Ideas (BOI),
merupakan cabang tingkat pertama yang langsung memancar dari pusat mind
map.
3. Melengkapi setiap cabang utama (BOI) dengan cabang – cabang yang berisi
data – data pendukung yang terkait.
4. Melengkapi setiap cabang dengan image baik berupa gambar, simbol, kode,
daftar, grafik dan garis penghubung bila ada BOI yang saling terkait satu
dengan yang lainnya.

Petunjuk :

Setelah kamu membaca, isilah titik - titik pada bagan tersebut, dengan jawaban
yang paling tepat.

Jawablah beberapa kasus dibawah ini, dan berikan kesimpulam serta jawaban
yang paling tepat!
1. Fenomena : sinar cahaya matahari yang melewati kisi ventilasi rumah
memberikan bayangan, pantulan sinar.
151

Benarkah atau salahkah pernyataan tersebut? Jelaskan !


...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
2. Fenomena : contoh fenomen dari sifat dispersi

Benarkah atau salahkah pernyataan tersebut? Jelaskan !


...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
3. Fenomena : Warna – warni permukaan Compact Disc (CD)
Tiap track pada CD berlaku sebagai kisi difraksi.

Benarkah atau salahkah pernyataan tersebut? Jelaskan !


...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
4. Fenomena : Pertunjukan Film 3 Dimensi
Film 3 dimensi sebenarnya terdiri atas dua film yang dipertunjukkan pada saat
yang sama oleh dua proyektor film.
Benarkah atau salahkah pernyataan tersebut? Jelaskan !
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
152

LEMBAR KERJA SISWA

Anggota Kelompok :
Kelas :
Pertemuan : 2 (kedua)

Tujuan Pembelajaran :

1. Siswa dapat menjelaskan besaran-besaran fisis pada gelombang cahaya


2. Siswa dapat menghitung besarnya panjang gelombang elektromagnetik yang
melewati celah
3. Siswa dapat menganalisis fenomena gelombang cahaya dalam kehidupan
sehari-hari

TAHUKAH KAMU?

Dalam kehidupan sehari-hari, pernahkah kamu melihat gelembung air sabun yang
terlihat berwarna, warni? Begitu juga genangan minyak tanah diatas permukaan
air, akan terlihat sama berwarna warni. Tahukah Kamu ? Mengapa bisa demikian?

Gambar 1. Air Sabun


TINJAUAN KONSEP

POLARISASICAHAYA

Cahaya termasuk gelombang ............................ Hal ini dibuktikan oleh


peristiwa polarisasi cahaya. Polarisasi cahaya adalah pembatasan atau
pengutuban dua arah getar menjadi satu arah getar. Gelombang cahaya yang
belum terpolarisasi mempunyai dua arah getar. Ketika cahaya tersebut dilewatkan
153

pada sebuah celah (.......................), cahaya mengalami pengutuban (.....................)


sehingga cahaya hanya mempunyai satu arah getar. Polarisasi cahaya dapat terjadi
karena beberapa hal berikut :

1. Penyerapan

Polarisasi akibat penyerapan terjadi jika cahaya melalui zat yang


dapat memutar bidang polarisasi gelombang cahaya. Zat semacam ini disebut
zat optik aktif. Contoh zat ini adalah larutan gula.

Gambar 3. Skema polarisasi selektif menggunakan filter polaroid. Hanya cahaya


dengan orientasi sejajar sumbu polarisasi polaroid yang diteruskan.

Polarisasi jenis ini dapat terjadi dengan bantuan kristal polaroid. Bahan
polaroid bersifat meneruskan cahaya dengan arah getar tertentu dan menyerap
cahaya dengan arah getar yang lain. Cahaya yang diteruskan adalah cahaya yang
arah getarnya sejajar dengan sumbu polarisasi polaroid.

Gambar 4. Dua buah polaroid, polaroid pertama disebut polarisator dan polaroid
kedua disebut analisator dengan sumbu transmisi membentuk sudut θ

Seberkas cahaya alami menuju ke polarisator. Di sini cahaya dipolarisasi secara


vertikal yaitu hanya komponen medan listrik E yang sejajar sumbu transmisi.
Selanjutnya cahaya terpolarisasi menuju analisator. Di analisator, semua
komponen E yang tegak lurus sumbu transmisi analisator diserap, hanya
154

komponen E yang sejajar sumbu analisator diteruskan. Sehingga kuat medan


listrik yang diteruskan analisator menjadi: E2 = E cos θ

Jika cahaya alami tidak terpolarisasi yang jatuh pada polaroid pertama
(polarisator) memiliki intensitas I0, maka cahaya terpolarisasi yang melewati
polarisator adalah: I1 = ½ I0

Cahaya dengan intensitas I1 ini kemudian menuju analisator dan akan keluar
dengan intensitas menjadi: I2 = I1 cos2θ = ½ I0 cos2θ

2. Hamburan

Jika cahaya dilewatkan pada suatu medium, partikel-partikel medium akan


menyerap dan ................................ kembali sebagian cahaya itu. Penyerapan dan
pemancaran kembali cahaya oleh partikel-partikel medium ini dikenal sebagai
fenomena hamburan. Pada peristiwa hamburan, cahaya yang panjang
gelombangnya lebih pendek cenderung mengalami hamburan dengan intensitas
yang besar. Hamburan ini dapat diamati pada warna biru yang ada di langit kita.

Gambar 5. Warna biru langit akibat fenomena polarisasi karena hamburan


Sebelum sampai ke bumi, cahaya matahari telah melalui partikel-partikel
udara di atmosfer sehingga mengalami .......................... oleh partikel-partikel di
atmosfer itu. Oleh karena cahaya biru memiliki panjang gelombang lebih
............................ daripada cahaya merah, maka cahaya itulah yang lebih banyak
dihamburkan dan warna itulah yang sampai ke mata kita.

3. Pemantulan

Ketika cahaya mengenai bidang batas dua medium optik dengan


kerapatan berbeda, sebagian cahaya akan dipantulkan. Hal ini dapat
menimbulkan terjadinya ............................ Tingkat polarisasi bergantung pada
sudut datang dan indeks bias kedua medium. Cahaya yang terpantul akan
155

terpolarisasi seluruhnya ketika sudut datang sedemikian sehingga antara


sinar bias dan sinar pantul saling tegak lurus.

Gambar6. Polarisasi karena refleksi

Pemantulan akan menghasilkan cahaya terpolarisasi jika sinar .................


dan sinar biasnya membentuk sudut 90o. Arah getar sinar pantul yang terpolarisasi
akan sejajar dengan bidang pantul. Oleh karena itu sinar pantul tegak lurus sinar
bias, berlaku ip + r = 90° atau r = 90° – ip . Dengan demikian, berlaku pula :

4. Pembiasan Ganda

Jika berkas cahaya dilewatkan pada kaca, kelajuan cahaya yang


keluar akan sama ke segala arah. Hal ini karena kaca bersifat homogen, indeks
biasnya hanya memiliki satu nilai. Namun, pada bahan-bahan kristal tertentu
misalnya kalsit dan kuarsa, kelajuan cahaya di dalamnya tidak seragam karena
bahan-bahan itu memiliki dua nilai indeks bias (birefringence). Cahaya yang
melalui bahan dengan indeks bias ganda akan mengalami pembiasan dalam dua
arah yang berbeda. Sebagian berkas akan memenuhi hukum Snellius (disebut
berkas sinar biasa), sedangkan sebagian yang lain tidak memenuhi hukum
Snellius (disebut berkas sinar istimewa).

INTERFERENSI

Interferensi cahaya terjadi jika dua berkas cahaya yang ........................


(memiliki frekuensi yang sama dan beda fase yang tetap) mengenai suatu titik
156

secara bersamaan. Pada peristiwa interferensi, jika berkas-berkas cahaya yang


datang memiliki fase yang sama maka akan terjadi interferensi ............................
(saling menguatkan) sehingga pada titik tersebut akan terlihat titik terang.
Sebaliknya, jika berkas cahaya tersebut memiliki fase yang berlawanan maka akan
terjadi interferensi ............................ (saling memperlemah) sehingga pada titik
tersebut akan terjadi titik gelap.

Interferensi adalah
.............................................................
INTERFERENSI
...........................................................................
...........................................................................
....................................

Menghasilkan gelombang yang .......................................

.........................................................................................

Syarat Terjadinya Interferensi :

.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
157

FENOMENA PADA GELOMBANG CAHAYA DALAM KEHIDUPAN

Jawablah beberapa kasus dibawah ini, dan berikan kesimpulam serta


jawaban yang paling tepat!

5. Fenomena : Mengapa compact disc bisa memancarkan warna seperti warna


pelangi ? mengapa bisa demikian?

Benarkah hal tersebut termasuk dari contoh fenomena interferensi cahaya?


...............................................................................................................................
...............................................................................................................................

6. Fenomena : Lapisan Film di Kacamata dan Kaca Film


Efek interferensi dapat diamati pada lembaran tipis matrial dielektrik, dengan
ketebalan dalam rentang nanometer – centimeter.
Benarkah atau salahkah pernyataan tersebut? Jelaskan !

...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
158

Tugas Individu

Petunjuk :

Setelah kamu membaca, isilah titik - titik pada bagan tersebut, dengan jawaban
yang paling tepat

Jawablah beberapa kasus dibawah ini, dan berikan kesimpulam serta


jawaban yang paling tepat!
1. Fenomena : Pelangi terbentuk akibat sinar matahari yang menembus
titik-titik air di angkasa setelah terjadinya hujan. Di angkasa, pendaran
cahaya tadi lantas terurai menjadi spektrum warna-warni.

Benarkah atau salahkah pernyataan tersebut? Jelaskan !


...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
2. Fenomena : ketika kamu letakkan pensil kedalam gelas yang berisi air, pensil
itu terlihat seakan – akan patah.
Mengapa demikian ?
159

...............................................................................................................................
...............................................................................................................................

3. Fenomena : Kacamata tiga dimensi merupakan contoh alat yang


menggunakan penerapan sifat dari polarisasi cahaya.

Benarkah atau salahkah pernyataan tersebut? Jelaskan !

...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
.
160

LEMBAR KERJA SISWA


Nama Siswa :
No. Absen :
Kelas :
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Pertemuan : 3 (ketiga)

Kompetensi Dasar

1. Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang cahaya.


2. Menerapkan konsep dan prinsip gelombang cahaya dalam teknologi.

Indikator Pencapaian

1. Menghitung besarnya panjang gelombang elektromagnetik yang melewati


celah
2. Menganalisis fenomena dispersi dalam kehidupan sehari-hari

Tujuan Pembelajaran

1. Siswa dapat menghitung besarnya panjang gelombang elektromagnetik


yang melewati celah.
2. Siswa dapat menganalisis fenomena dispersi dalam kehidupan sehari-hari

LETS TRY !!!

Kamu dapat melihat gejala ini dengan mudah pada cahaya yang melewati sela
jari-jari yang kita rapatkan kemudian kita arahkan pada sumber cahaya yang jauh,
misalnya lampu neon, atau dengan melihat melalui kisi tenun kain yang terkena
sinar lampu yang cukup jauh.
161

Tinjauan Konsep

DISPERSI

Dispersi cahaya adalah penguraian cahaya putih atas komponen -


komponen warna pelangi. Dalam percobaan di laboratorium, penguraian cahaya
tersebut menggunakan sebuah kotak sinar dan sebuah prisma kaca. Jika sebuah
sinar yang keluar dari kotak diarahkan ke salah satu bidang pembias prisma, maka
sinar yang keluar dari bidang prisma lainnya akan terpisah menjadi 7 warna
pelangi. Dalam kehidupan sehari hari, contoh penerapan dispersi adalah
pembentukan pelangi. Selain itu, dispersi juga mempunyai pengertian sebagai
berikut:

Dispersi adalah peristiwa ........................ cahaya polikromarik (..............)


menjadi cahaya-cahaya monokromatik (me, ji, ku, hi, bi, ni, u) pada prisma lewat
pembiasan atau pembelokan.

Mengapa DISPERSI cahaya bisa terjadi ???

Jawab :
................................................................................................................................
................................................................................................................................
..............................................................................................................................
162

Apakah Sudut Dispersi Itu ?

Jawab :

....................................................................................................................................
....................................................................................................................................

Kapan DISPERSI cahaya bisa terjadi ???


Jawab :
...........................................................................
...........................................................................
..........................................................................

Petunjuk :

Setelah kamu membaca, isilah titik - titik pada bagan tersebut, dengan jawaban
yang paling tepat

Jawablah beberapa kasus dibawah ini, dan berikan kesimpulam serta jawaban
yang paling tepat!
7. Fenomena : contoh fenomen dari sifat dispersi

Benarkah atau salahkah pernyataan tersebut? Jelaskan !


...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
163

Untuk mempermudah mengingatnya,


coba kalian membuat mind mapping
sendiri, secara kreatif. OK!!!

MIND MAPPING
164

TABEL KISI – KISI INSTRUMEN HASIL BELAJAR


GELOMBANG CAHAYA
Konsep KD Indikator Aspek Kognitif Jumlah % Soal
Soal
C1 C2 C3 C4 C5

Cahaya Mendeskripsikan Menjelaskan besaran- 1, 2 3, 4, 5 6, 15 37,5


Sebagai gejala dan ciri- besaran fisis pada
Gelombang 29, 31 27, 28, 39, 40
ciri gelombang gelombang cahaya
30, 32
cahaya. 38

Menganalisis fenomena 18 33 21, 34, 7, 12, 19, 20 13 32,5


gelombang cahaya dalam 13
Menerapkan kehidupan sehari - hari 35, 36,
konsep dan 22 37
prinsip
Menganalisis fenomena 10, 8, 9 3 7,5
gelombang
Interferensi dalam
cahaya dalam
kehidupan seari - hari
teknologi.
Menghitung besarnya 11, 17 6 15
panjang gelombang
23, 24
elektromagnetik yang
melewati celah 25, 26

Menentukan besarnya 15 14, 16 3 7,5


cahaya yang terpolarisasi

Jumlah Soal 6 9 12 8 5 40 100


165

KISI-KISI, SOAL DAN JENJANG KOGNITIF PADA KONSEP GELOMBANG CAHAYA

Jenis Pendidikan : Sekolah Menengah Atas


Kelas : XII (dua belas)
Mata Pelajaran :Fisika
Semester : Ganjil
Konsep : Gelombang Cahaya
Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Jumlah Soal : 40 soal
Standar Kompetensi : Menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang dalam menyelesaikan masalah.
Kompetensi Dasar : 2.1 Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang cahaya
2.2 Menerapkan konsep dan prinsip gelombang cahaya dalam teknologi.

Indikator Aspek
Indikator Soal Instrument / Soal Kunci Jawaban
Pembelajaran Kognitif
Mendeskripsikan pengertian 1. Jarak yang ditempuh gelombang E. Panjang gelombang (λ) C1
panjang gelombang dalam 1 periode, atau besarnya
jarak satu bukit satu lembah Panjang gelombang (λ) adalah Jarak yang
disebut..... ditempuh gelombang dalam 1 periode, atau
Menjelaskan besarnya jarak satu bukit satu lembah
besaran-besaran a. Panjang gelombang
fisis pada b. Amplitudo
gelombang cahaya c. Periode
d. Simpangan
e. Cepat rambat
Mendefinisikan pengertian 2. Besarnya jarak yang ditempuh G. Cepat rambat (v) C1
cepat rambat gelombang gelombang tiap satuan waktu Cepat rambat adalah besarnya jarak yang
disebut..... ditempuh gelombang tiap satuan waktu.
166

a. Panjang gelombang
b. Amplitudo
c. Periode
d. Simpangan
e. Cepat rambat
Menyebutkan salah satu ciri 3. Gejala peruraian cahaya putih A. Dispersi C2
terjadinya dispersi (polikromatik) menjadi cahaya
berwarna-warni (monokromatik)
disebut..... Dispersi adalah gejala peruraian cahaya putih
(polikromatik) menjadi cahaya berwarna-
a. Dispersi warni (monokromatik).
b. Difraksi
c. Polarisasi
d. Interferensi
e. Cepat rambat
Menyebutkan sifat – sifat 4. Berikut ini yang termasuk dari sifat B. Termasuk gelombang transversal, C2
– sifat gelombang elektromagnetik memiliki sifat umum gelombang yaitu
gelombang elektromagnetik
adalah.... dapat mengalami polarisasi, pemantulan,
pembiasan, difraksi, interferensi dan
a. Dapat merambat dalam ruang dispersi.
hampa
b. Termasuk gelombang transversal,
memiliki sifat umum gelombang
yaitu dapat mengalami polarisasi,
pemantulan, pembiasan, difraksi,
interferensi dan dispersi.
c. Arah perambatan lurus dan tidak
dibelokkan kecuali memasuki
medium yang berbeda.
d. Termasuk gelombang
longitudinal
e. Semua jawaban salah
167

Memberikan contoh 5. Perhatikan data dibawah ini: D. Kelebihan monitor LED C2


kelebihan dari monitor LED  Konsumsi listrik yang lebih hemat
dibandingkan dengan LCD Adapun yang termasuk dari kelebihan monitor
LED adalah :
 Kontras gambar yang sangat tajam
hingga jutaan pixels  Konsumsi listrik yang lebih hemat
Menjelaskan dibandingkan dengan LCD
besaran-besaran  Usia pemakaian LED lebih pajang
fisis pada
 Dimensi monitor yang sangat tipis  Kontras gambar yang sangat tajam
gelombang cahaya hingga jutaan pixels
 Pencahayaan lebih baik
dibandingkan LCD
 Usia pemakaian LED lebih pajang
Data tersebut termasuk dalam .......
 Dimensi monitor yang sangat tipis
a. Kelemahan monitor LED  Pencahayaan lebih baik dibandingkan
b. Kelemahan monitor LCD LCD
c. Kelebihan monitor LCD
d. Kelebihan monitor LED
e. Persamaan monitor LED & LCD
Menentukan salah satu 6. Cahaya dengan panjang gelombang C. 5 garis C3
variabel dalam celah kembar 6.000 Å mengenai celah kembar
young jika variabel lainnya young dengan jarak antarcelahnya
diketahui 0,1 mm. Pola yang terjadi Diketahui :
ditangkap pada layar berjarak 2 m λ = 6000 Å = 6 x 10-7 m
dari celah, dan jarak garis terang d = 0,1 mm = 1 x 10-4 m
pusat ke garis terang yang paling l= 2m
pinggir pada layar 6 cm. P = 6 cm = 6 x 10-2 m
Banyaknya garis terang yang Ditanyakan : n ?
terdapat pada layar adalah… Jawab :
a. 0,5 garis
b. 5 garis
c. 15 garis
d. 25 garis
e. 35 garis
168

Menganalisis Menentukan salah satu 7. Seberkas sinar mempunyai panjang A. 5291 celah C4
fenomena variabel dalam interferensi gelombang 9450 Å ditujukan tegak Diketahui
gelombang cahaya maksimum, jika variabel lurus pada sebuah kisi difraksi. :
dalam kehidupan lainnya diketahui Interferensi maksimum terjadi
sehari - hari dengan membentuk sudut 30°.
Banyak goresan pada kisi tersebut
setiap cm adalah…
A. 5291 celah
B. 5200 celah Ditanya :
C. 5560 celah Banyak goresan pada kisi tiap 1 cm ? ......
D. 5650 celah Jawab :
E. 5670 celah
Pertama : mencari jarak antarcelahnya (d)
169

Kedua : (d) jarak antarcelah diubah ke banyak


goresan atau celah taip 1cm dengan cara
sebagai berikut :

Banyak goresan atau celah tiap 1 cm :


1/18900 x 10-8 cm = 5291 goresan / cm
Jawaban yang benar adalah A.

Menganalisis besarnya jarak 8. Pada percobaan interferensi Young D. 6 x 10⁻⁴ m C4


garis terang ke 1 ke pusat di gunakan dua celah sempit. Jarak diketahui : d = 2mm = 2x 10⁻³ m
pada percobaan interferensi antara dua celah itu 2 mm, di ι=2m
letakan pda jarak 2 m dari layar. interferensi gelap ρ= 0,3 mm = 3 x 10⁻⁴
Young
Garis gelap pertama berjarak 0,3 di tanyakan: jarak garis terang ke 1 ke pusat
Menganalisis mm dari pusat. Tentukan besarnya (ρ)
fenomena jarak garis terang ke 1 ke pusat ..... jawab :
Interferensi dalam a. 0,66 x 10⁻⁴ m Pertama : menghitung panjang gelombang
kehidupan seari - b. 0,6 x 10⁻⁴ m yang di gunakan (λ)
hari c. 16 x 10⁻⁴ m d.p/l = (k – ½) λ
d. 6 x 10⁻⁴ m d.p = l (k – ½) λ
e. 66 x 10⁻⁴ m 2 x 10⁻³ x 3 x 10⁻⁴= 2 x (1- 1/2) λ
λ = 6 x 10⁻⁷ m = 60μm
Kemudian menghitung jarak garis terang ke 1
170

ke pusat (ρ). Panjang gelombang pada langkah


tersebut, substitusikan pada rumus berikut :
d.p/l = (k ) λ
d.p = l (k ) λ
ρ = l (k ) λ/d
ρ = 1 x 2 x 6 x 10⁻⁷/2 x 10⁻³
ρ = 6 x 10⁻⁴ m
Menentukan salah satu 9. Cahaya monokromatis dengan D. 1050 A C4
variabel dalam interferensi panjang gelombang 5000 A
melewati gua yang memiliki celah Diketahui:
cahaya jika variabel lainnya d = 2 mm; l = 1 meter = 1x103 mm;
ganda dan terpisah pada jarak 2
diketahui λ = 5000 A = 5x10-4 mm; m = 3
mm. Jika jarak celah layar 1 meter,
tentukanlah jarak terang pusat Ditanya : d?.....
dengan garis terang orde ketiga Jawab:
pada layar! Pertama:
a. 1000 A
b. 1010 A
c. 1055 A
d. 1050 A Kedua :
e. 5050 A

Menentukan salah satu 10. Tentukanlah panjang gelombang E. 750 nm C3


variabel dalam interferensi sinar yang digunakan, jika terjadi Diketahui :
minimum orde 2, jika interferensi minimum orde 2 pada n = 1,5 ; d = 103 nm ; r = 60° dan m = 2
lapisan di udara dengan ketebalan Ditanya : λ ? .....
variabel lainnya diketahui
103 nm, sudut bias 60°, dan indeks Jawab:
bias lapisan 1,5. 2nd cos r = mλ
2(1,5) (103 nm) (cos 60°) = 2λ
a. 710 nm
b. 720 nm λ = 0,75 × 103 nm = 750 nm.
c. 730 nm Jadi, panjang gelombang cahaya yang
171

d. 740 nm digunakan 750 nm.


e. 750 nm

Menghitung Menghitung besarnya 11. Terang pusat pada layar C. 5 x 10-4 mm C3


besarnya panjang panjang gelombang cahaya infocus yang berjarak satu meter dari
gelombang yang melewati celah celah. Panjang gelombang cahaya yang Dik : d = 0,2 mm = 2 x 10-4 m
elektromagnetik digunakan adalah….. P = 7,5 mm = 7,5 x 10-3 m
yang melewati a. 7,5 x 10-3 mm L=1m n=3
celah b. 5 x 10-3 mm Ditanyakan: λ ?
c. 5 x 10-4 mm Jawab :
d. 2 x 10-4 mm
e. 15 x 10-4 mm

Menganalisis Menghitung panjang 12. Seberkas cahaya jatuh tegak lurus C. 5.000 angstrong C4
fenomena gelombang cahaya yang pada kisi yang terdiri dari 5.000
gelombang cahaya digunakan dalam fenomena goresan tiap cm. Sudut deviasi orde
dalam kehidupan interferensi pada kisi kedua adalah 30o. Panjang
sehari-hari gelombang cahaya yang digunakan
adalah.......
a. 2.500 angstrong
b. 4.000 angstrong
c. 5.000 angstrong
d. 6.000 angstrong
e. 7.000 angstrong
172

Menghitung banyaknya garis 13. Seberkas cahaya monokromatik D. 25 C4


terang yang terjadi pada dengan panjang gelombang 500 nm
layar dalam penerapan kisi tegak lurus pada kisi difraksi. Jika kisi
difraksi memiliki 400 garis tiap cm dan sudut
deviasi sinar 30o maka banyaknya garis
terang yang terjadi pada layar adalah....

a. 5
b. 15
c. 1,5
d. 25
e. 2,5
173

Menentukan besarnya indeks 14. Suatu zat terletak di dalam air F. 4/3√3 C3
bias zat dari cahaya yang dengan indeks bias n1 = 4/3. seberkas
terpolarisasi sinar yang mengenai zat ini akan Dik : n 1 = 4/3, Ɵ1 = 600
mengalami polarisasi jika sinar datang Ditanya : n 2 ?.......
dengan sudut polarisasi Ɵ1= 600. Gunakan persamaan sudut brewster untuk
Hitung Berapa besar indeks bias zat n2 menentukan indeks bias zat n2 !
Tan Ɵ1 = n2 : n1
?
n2 = n1 tan Ɵ1
a. 2/3√3 n2 = 4/3 tan 600
Menentukan n2 = 4/3 x √3 = 4/3√3
b. 4/3√3
besarnya cahaya jadi besar indeks bias zat n2 adalah 4/3√3.
c. 5/3√3
yang terpolarisasi
d. 4/3√2
e. 5/3√2
Menyebutkan faktor yang 15. Peristiwa terjadinya polarisasi E. Penyerapan selektif, pemantulan (refleksi), C2
mempengaruhi terjadinya cahaya dapat disebabkan oleh.... pembiasan ganda (birefrigence), dan
polarisasi cahaya hamburan.
a. Hamburan
b. Penyerapan selektif, dan
174

pemantulan (refleksi),
c. Pembiasan ganda (birefrigence),
dan hamburan. Peristiwa terjadinya polarisasi cahaya
d. Penyerapan selektif, pemantulan dapat disebabkan oleh beberapa hal
(refleksi), pembiasan ganda diantaranya karena penyerapan selektif,
(birefrigence), dan hamburan. pemantulan (refleksi), pembiasan ganda
e. Hamburan dan pemantulan (birefrigence), dan hamburan.

Menetapkan proses 16. Perhatikan gambar berikut ini : A. cahaya melewati suatu bahan yang C4
terjadinya polarisasi cahaya mempunyai indeks bias ganda atau lebih
karena bias kembar dari satu, misalnya pada kristal kalsit.
(pembiasan ganda)

Polarisasi karena bias kembar dapat


terjadi apabila ..................

a. cahaya melewati suatu bahan yang


mempunyai indeks bias ganda atau
lebih dari satu, misalnya pada
kristal kalsit.
b. cahaya melewati suatu bahan yang
mempunyai indeks bias ganda
c. cahaya melewati suatu bahan yang
mempunyai satu indeks bias saja.
d. cahaya menghasilkan suatu bahan
yang mempunyai indeks bias ganda
atau lebih dari satu, misalnya pada
kristal kalsit.
e. cahaya melewati suatu bahan yang
mempunyai sudut kritis
Menghitung Menggunakan persamaan 17. Jarak pola terang kedua dari terang C. 600 nm C3
besarnya panjang interferensi untuk mentukan pusat pada percobaan Young adalah 2
175

gelombang salah satu variabel dalam cm. Jika jarak antara dua celah adalah
elektromagnetik percobaan Young jika salah 0,3 mm dan layar berada 5 m dari
yang melewati satu variabelnya diketahui celah, maka panjang gelombang cahaya
celah yang digunakan adalah ….
a. 400 nm d. 450 nm
b. 500 nm e. 560 nm
c. 600 nm

Menganalisis Mendeskripsikan hasil 18. Hasil yang diperoleh pada proses G. Hologram C1
fenomena holografi holografi disebut.....
gelombang cahaya
f. Holosisme Hologram adalah hasil yang diperoleh dari
dalam kehidupan adanya proses holografi
sehari-hari g. Hologram
h. Holograf
i. Halogram
j. Halografi
Merinci kembali bukti 19. Difraksi cahaya adalah peristiwa A. Semakin sempit celah yang dilalui cahaya, C5
terjadinya peristiwa difraksi pelenturan gelombang cahaya ketika semakin dapat menghasilkan perubahan
cahaya melewati suatu celah sempit (lebarnya arah penjalaran cahaya yang semakin
lebih kecil dari panjang gelombang) lebar.
sehingga gelombang cahaya tampak
melebar pada tepi celah. Hal ini terjadi
karena ..........

a. Semakin sempit celah yang dilalui


cahaya, semakin dapat
menghasilkan perubahan arah
penjalaran cahaya yang semakin
lebar.
b. Semakin lebar celah yang dilalui
cahaya, semakin dapat
menghasilkan perubahan arah
176

penjalaran cahaya yang semakin


lebar.
c. Semakin lebar celah yang dilalui
cahaya, semakin dapat
menghasilkan perubahan arah
penjalaran cahaya yang semakin
sempit juga.
d. Penjalaran cahaya menghilang
e. Penjalaran cahaya menyebar

Merinci kembali besaran – 20. Dua celah yang berjarak 1 mm, E. Jarak antara gelap ketiga dan terang pusat C5
besaran fisis yang paling disinari cahaya merah dengan panjang sebesar 1,6 cm, dan jarak antara terang kedua
tepat pada fenomena gelombang 6,5 × 10 -7 m. Garis gelap dengan garis terang keempat sebesar 1,3 cm
gelombang cahaya terang dapat diamati pada layar yang Diketahui: d = 1mm = 10-3 m
berjarak 1 m dari celah. Maka akan λ = 6,5 × 10 -7 m
memiliki.... l=1m
Ditanya: p = ... ? dan Δp = ... ?
a. jarak antara gelap ketiga dan terang Jawab:
pusat sebesar 1,6 mm  Jarak antara gelap ketiga dengan terang

b. jarak antara gelap ketiga dan terang pusat


pusat sebesar 1,6 cm
c. jarak antara terang kedua dengan
garis terang keempat sebesar 1,3 mm
d. jarak antara gelap ketiga dan terang
pusat sebesar 1,6 cm, dan jarak antara
terang kedua dengan garis terang
keempat sebesar 1,3 cm
e. jarak antara gelap ketiga dan terang
pusat sebesar 1,6 mm, dan jarak antara
terang kedua dengan garis terang
177

keempat sebesar 1,3 mm p = 1,6 mm

 jarak antara terang kedua dengan garis


terang keempat

Δp = 1,3 × 10 -3 m = 1,3 mm
Menentukan panjang 21. Seberkas cahaya mengenai suatu D. 5,60 x 10-7 m C3
gelombang cahaya jika celah yang lebarnya 0,4 mm secara
variabel lainnya diketahui tegak lurus. Di belakang celah terdapat Diketahui :
sebuah lensa positif dengan jarak focus d = 0,4 mm = 4 x 10-4 m
40 cm. Garis terang pusat dan garis l = 40 cm = 4 x 10-1 m
gelap pertama pada layar di bidang P = 0,56 mm = 5,6 x 10-4 m
focus lensa berjarak sebesar 0,56 mm. n= 1
Panjang gelombang cahaya yang Ditanyakan: λ ?
digunakan adalah… Jawab :
a. 1,60 x 10-7 m
b. 2,60 x 10-7 m
c. 3,60 x 10-7 m
d. 5,60 x 10-7 m
e. 4,60 x 10-7 m
178

Merinci cara kerja holografi 22. Perhatikan data berikut : c. cara kerja holografi C4
dari fenomena penggunaan  Objek yang akan dibuat hologram, Cara kerja holografi sebagai berikut :
laser terlebih dahulu disinari dengan
laser.  Objek yang akan dibuat hologram, terlebih
 Objek tersebut kemudian akan dahulu disinari dengan laser.
memantulkan sinar dari laser.  Objek tersebut kemudian akan
 Paduan antara laser dengan sinar memantulkan sinar dari laser.
yang dipantulkan objek akan  Paduan antara laser dengan sinar yang
menyebabkan terjadinya terjadinya dipantulkan objek akan menyebabkan
efek interferensi. terjadinya terjadinya efek interferensi.
 Efek interferensi inilah yang  Efek interferensi inilah yang menampilkan
menampilkan bayangan objek tiga bayangan objek tiga dimensi.
dimensi.
Pernyataan tersebut termasuk dalam....

a. Cara kerja hologram


b. Cara kerja mesin foto copy
c. Cara kerja holografi
d. Cara kerja laser
e. Cara kerja serat optik
Menghitung Menentukan besar sudut 23. Sudut kritis cahaya suatu zat adalah A. 59o C3
besarnya panjang polarisasi jika sudut kritis 37o (sin 37o = 0,6) maka sudut Diketahui: Sin Ik = 0,6 = 6 / 10
gelombang diketahui polarisasi untuk zat tersebut adalah... Ditanya: Ip ? ....
elektromagnetik A. 49o Jawab:
yang melewati B. 59o tan Ip = n2 / n1 = 10 / 6 = 1,67
celah C. 69o
D. 70o Ip = 59o
E. 82o
Menentukan warna spektrum 24. Jika cahaya putih dilewatkan pada A. Putih C3
terang pola difraksi pusat sebuah kisi difraksi,akan dihasilkan
tersebut tiga orde pertama spektrum pada
layar. Warna spektrum terang pola
Jawabannya putih karena pusat itu biasanya
difraksi pusat tersebut adalah...
a.putih diputih karena tidak termasuk cahaya
179

b.ungu tampak,ingat pusat terang.


c.merah dan ungu
d.merah
e.hijau
Menentukan lebar celah (d 25. Cahaya putih jatuh tegak lurus pada D. 1000 nm C3
minimum) pada pola difraksi sebuah celah yang lebarnya d,
menghasilkan pola difraksi pada layar Diketahui: λ=500 nm θ=30 °
berupa spektrum cahaya. Nilai d Ditanyakan: d min ? ...
minimum untuk cahaya biru yang Dijawab:
memiliki panjang gelombang 500 nm m=1
dan sudut deviasinya 30⁰ adalah... d sinθ=mλ
a.250 nm d=1. (500) / 0,5
b.500 nm =500 / 0,5
c.750 nm =1000 nm
d.1000 nm
e.1500 nm

Menentukan panjang 26. Sebuah kisi yang memiliki 2x10⁴ A. 250 nm C3


gelombang sinar yang garis per sentimeter menerima DIketahui: N=2x10⁴ garis/cm θ=30⁰
digunakan, pada cahaya seberkas cahaya monokromatis .Sudut Ditanyakan: λ ? ...
monokromatis daerah terang orde pertama 30⁰ . Dijawab: m=1
Panjang gelombang sinar yang
Karena terang ,maka rumusnya:
digunakan adalah...
d sin θ=mλ
a.100 nm
1/N sin θ=mλ
b.250 nm
1/2x10⁴ sin 30⁰ =1.λ
c.450 nm
5.10⁻ ⁵ .1/2=.λ , Maka
d.500 nm
.λ=2,5.10⁻ ⁵ cm
e.600 nm
=2,5.10⁻ ⁷ m
=2,5.10⁻ ⁷ .10⁹ =250 nm

Menjelaskan Menentukan yang bukan 27. Pernyataan dibawah ini, yang a. Merupakan gelombang longitudinal C2
sifat gelombang bukan sifat gelombang
180

besaran-besaran elektromagnetik elektromagnetik adalah..


fisis pada A. Merupakan gelombang longitudinal
gelombang cahaya B. Mengalami polarisasi
C. Dapat merambat diruang hampa
D. Merambat pada medan magnet dan
medan listrik
E. Arah getar dan arah rambat tegak
lurus

Menentukan panjang satu 28. Untuk gelombang transversal satu D. Dari puncak ke puncak terdekat C2
gelombang pada geombang gelombang sama dengan....
transversal Untuk gelombang transversal satu gelombang
a. Dari puncak ke puncak terjauh sama dengan dari puncak ke puncak terdekat
b. Dari puncak ke lembah terjauh atau dari lembah ke lembah terdekat.
c. Dari puncak ke lembah terdekat
d. Dari puncak ke puncak terdekat
e. Dari lembah ke lembah terjauh
Mendefinisikan pengertian 29. banyaknya gelombang yang terjadi D. frekuensi C1
frekuensi gelombang tiap detik disebut.....

a. periode
b. cepat rambat Frekuensi gelombangadalah banyaknya
c. hambatan gelombang yang terjadi tiap detik.
d. frekuensi
e. tegangan
Menyusun spektrum 30. Seorang siswa menyusun spektrum B.(3)>(1)>(4)>(2) C2
gelombang elektromagnetik gelombang elektromagnetik dari
dari panjang gelombang (λ) panjang gelombang (λ) terbesar Urutan spektrum yang benar :
terbesar Gelombang televisi
sebagai berikut:
Inframerah
(1) inframerah > (2) ultraviolet > (3)
Cahaya tampak
gelombang televisi > (4) cahaya Ultraviolet
tampak.
Urutan spektrum yang benar
181

seharusnya ....
A.(1)>(4)>(3)>(2)
B.(3)>(1)>(4)>(2)
C.(3)>(2)>(1)>(4)
D.(3)>(2)>(4)>(1)
E. (4)>(1)>(2)>(3)

Mendefinisikan pengertian 31. Besarnya jarak yang ditempuh E. Cepat rambat C1


cepat rambat gelombang gelombang tiap satuan waktu
disebut..... Cepat rambat adalah besarnya jarak yang
ditempuh gelombang tiap satuan waktu.
a. Panjang gelombang
b. Amplitudo
c. Periode
d. Simpangan
e. Cepat rambat
Menyusun jenis gelombang 32. Urutan jenis gelombang B. sinar γ, ultraviolet, inframerah, C2
elektromagnetik dari elektromagnetik dari frekuensi besar gelombang mikro
frekuensi besar ke kecil ke kecil adalah....
A.gelombang radio, inframerah,
cahaya

tampak, sinar x
B.sinar γ, ultraviolet, inframerah,
gelombang

mikro
C.sinar γ, inframerah, ultraviolet,
gelombang

radio
D.gelombang mikro, cahaya tampak,

ultraviolet, sinar x
182

E.gelombang mikro, cahaya tampak,

inframerah, sinar x

Menganalisis Memilih contoh fenomena 33. Berikut yang merupakan contoh C. Langit tampak berwarna biru C2
fenomena dari polarisasi cahaya karena fenomena dari polarisasi cahaya karena
hamburan hamburan adalah........ Langit tampak berwarna biru
gelombang cahaya
dalam kehidupan
sehari-hari a. Compact disc berwarna pelangi
b. Tumpahan minyak di permukaan
tanah tampak seperti warna pelangi
c. Langit tampak berwarna biru
d. Larutan gula berputar ketika diaduk
e. Permukaan kristal kalsit
Memilih contoh fenomena 34. Berikut ini yang merupakan contoh D. Mengaduk air dan gula hingga menjadi C3
polarisasi cahaya yang dari polarisasi cahaya karena larutan gula, arah polarisasinya dapat
terjadi karena pemutaran pemutaran bidang polarisasi, beserta berputar (putaran)
bidang polarisasi arah polarisasinya adalah....

a. Memasak agar – agar


b. Mencairkan coklat batangan
c. Mengaduk air dan garam
d. Mengaduk air dan gula hingga
menjadi larutan gula, arah
polarisasinya dapat berputar
(putaran)
e. Membuat adonan donat
183

Merinci kembali besaran – 35. Bagaimana agar cahaya yang D. besarnya panjang gelombang adalah 60μm, C5
besaran fisis yang paling masuk sesuai dengan kebutuhan dan jarak garis terang ke 1 ke pusat adalah 6 x
tepat, yang terdapat pada penghuninya, jika suatu ventilasi 10⁻ ⁴ m
fenomena interferensi rumah menggunakan dua celah sempit,
dengan jarak antara dua celah itu 2 Penyelesaian:
mm, yang di letakan pada jarak 2 m Pertama : menghitung panjang gelombang
dari layar. Garis gelap pertama berjarak yang di gunakan (λ)
0,3 mm dari pusat. Maka akan d.p/l = (k – ½) λ
menghasilkan ....... d.p = l (k – ½) λ
2 x 10⁻ ³ x 3 x 10⁻ ⁴ = 2 x (1- 1/2) λ
λ = 6 x 10⁻ ⁷ m = 60μm
a. besarnya panjang gelombang
Kemudian menghitung jarak garis terang ke 1
adalah 60 m, dan jarak garis
ke pusat (ρ)
terang ke 1 ke pusat adalah6 x
Panjang gelombang pada langkah tersebut,
10⁻⁴ m
substitusikan pada rumus berikut :
b. besarnya panjang gelombang
d.p/l = (k ) λ
adalah, dan jarak garis terang ke 1
d.p = l (k ) λ
ke pusat adalah
ρ = l (k ) λ/d
c. besarnya panjang gelombang
ρ = 1 x 2 x 6 x 10⁻ ⁷ /2 x 10⁻ ³
adalah 60μm, dan jarak garis
ρ = 6 x 10⁻ ⁴ m
terang ke 1 ke pusat adalah 6 x
10⁻⁴ m
d. besarnya panjang gelombang
adalah600 μm, dan jarak garis
terang ke 1 ke pusat adalah6 x
10⁻ ⁴ m

Menganalisis Merinci sifat dari terjadinya 36. Interferensi dapat bersifat A. Gelombang resultan memiliki amplitudo C5
fenomena interferensi membangun dan merusak. Bersifat nol.
gelombang cahaya merusak jika beda fasenya adalah 180
dalam kehidupan derajat, sehingga kedua gelombang Bersifat merusak, jika beda fasenya adalah
sehari-hari saling
180 derajat, sehingga kedua gelombang saling
menghilangkan. Kedua gelombang
184

dapat saling menghilangkan karena.... menghilangkan. Gelombang resultan memiliki


a. Gelombang resultan memiliki amplitudo nol.
amplitudo nol.
b. Gelombang resultan memiliki
amplitudo maksimum
c. Gelombang resultan memiliki
amplitudo minimum
d. kedua gelombang saling
mempengaruhi.
e. kedua gelombang saling
menjauhi.
Menganalisis besaran fisis 37. Hasil pembiasan dari cahaya A. Pernyataan 1, 2 dan 3 benar C5
yang paling tepat dari monokromatik yang melalui prisma
pembiasan prisma ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Berdasarkan data pada gambar, dapat


dinyatakan bahwa ...
(1) Sudut pembias prisma = 60°
(2) Indeks bias bahan prisma adalah √2
(3) Deviasi minimum yang terjadi pada
sudut sebesar 30°
(4) Sudut kritis bahan prisma terhadap
udara adalah 50°
a. Pernyataan 1, 2 dan 3 benar Pernyataan (2) benar
b. 1 dan 3 benar Karena pernyataan (1) dan (2) benar, maka
c. 2 dan 4 benar
pasti pernyataan (3) juga benar. Jadi untuk
185

d. semua pernyataan benar menghemat waktu langsung periksa penyataan


e. semua pernyataan salah (4)

Menjelaskan Mendefinisikan pengertian 38. Jarak yang ditempuh untuk satu A. Panjang Gelombang C1
besaran-besaran panjang gelombang cahaya kali gelombang disebut....
fisis pada a. panjang gelombang Panjang gelombang yang disimbulkan λ
gelombang cahaya b. rapatan merupakan panjang satu gelombang atau jarak
c. renggangan
yang ditempuh untuk satu kali gelombang.
d. amplitudo
e. frekuensi
Menentukan salah satu 39. Percobaan Thomas Young, celah b. 0,72 mm C3
besaran, dari percobaan ganda berjarak 5 mm. Dibelakang
Thomas Young celah yang jaraknya 2 m ditempatkan Diketahui :
layar , celah disinari dengan cahaya d = 5 mm, l = 2 m=2000 mm
dengan panjang gelombang 600 nm., λ= 600 nm = 7 x 10-5 mm, m = 3
maka jarak pola terang ke 3 dari pusat Ditanyakan: p =……?
terang adalah…. Jawab :
a. 0,22 mm p. 5/200 = (2.3) 1/2 6.10-5
b. 0,32 mm p = 0,72 mm
c. 0,72 mm
d. 0,42 mm
e. 0,52 mm
Menghitung panjang 40. Seberkas cahaya melewati ventilasi B. 6000 Ǻ C3
gelombang cahaya yang rumahmu yang berupa celah sempit
dihasilkan dari interferensi dan menghasilkan interferensi
minimum minimum orde ke dua dengan sudut
deviasi 300. Apabila lebar celah 2,4 .
10-4 cm, maka panjang gelombang
cahaya tersebut adalah...
a. 4800 Ǻ
B. 6000 Ǻ
C. 9600 Ǻ
D. 14400 Ǻ
E. 19200 Ǻ
186
187

HASIL UJI VALIDITAS INSTRUMEN TES

Skor Butir Soal skor total


No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 (Y) Y2
1 Ikram Syahrin 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 34 1156
2 Esa Fathiya 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 33 1089
3 Tresna 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 33 1089
4 Akbar M 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 33 1089
5 Febri D 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 33 1089
6 Izzah 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 31 961
7 Sumaya 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 30 900
8 A. F. Niam 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 29 841
9 Irawati 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 29 841
10 Siti Istiqomah 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 28 784
11 Nila Rahadatul 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 28 784
12 Vina Izzatul 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 26 676
13 Harismawati 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 25 625
14 Nursalsabila 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 25 625
15 A Ikhsan 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 625
16 Putri Adelia 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 23 529
17 Sofia Dwi 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 22 484
18 Liska. F 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 20 400
19 Khairin Nisa 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 18 324
20 Nurul Aisyi 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 18 324
21 Ahmad. B 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 17 289
22 Wilda 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 17 289
23 Chaerani. K 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 15 225
24 Cholifatul. A 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 14 196
25 Dwi Nur R 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 13 169
26 Fitria R 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 12 144
27 Maghfiratul 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 11 121
28 Wahdaniah 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 11 121
29 Ana M. K 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 64
30 Asfi. Raihan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 4 16

JUMLAH 27 22 23 19 21 11 14 14 11 12 19 18 18 14 12 14 17 17 10 17 11 13 16 18 15 18 11 18 22 14 18 19 17 21 15 18 13 19 14 15 665 16869


P 0,9 0,7 0,8 0,6 0,7 0,4 0,5 0,5 0,4 0,4 0,6 0,6 0,6 0,5 0,4 0,5 0,6 0,6 0,3 0,6 0,4 0,4 0,5 0,6 0,5 0,6 0,4 0,6 0,7 0,5 0,6 0,6 0,6 0,7 0,5 0,6 0,4 0,6 0,5 0,5
Q 0,1 0,3 0,2 0,4 0,3 0,6 0,5 0,5 0,6 0,6 0,4 0,4 0,4 0,5 0,6 0,5 0,4 0,4 0,7 0,4 0,6 0,6 0,5 0,4 0,5 0,4 0,6 0,4 0,3 0,5 0,4 0,4 0,4 0,3 0,5 0,4 0,6 0,4 0,5 0,5
Mp 22,81 24,5 25,69 24,9 24,04 26,18 26 25,66 27,7 22,8 22,6 25,72 25,11 25,79 25,64 22,57 24,06 25,76 26,6 24,2 24 22,8 24,88 26,39 25,6 25,39 22,6 25,944 22,46 22,43 26,33 25,21 25,12 24,429 23 24,1 29,385 26,05 28,43 26,67
Mt 22,16666667
St 8,422522715
Mp-Mt 0,643 2,333 3,523 2,733 1,873 4,013 3,833 3,493 5,533 0,583 0,433 3,556 2,944 3,619 3,476 0,405 1,892 3,593 4,433 2,068 1,833 0,633 2,708 4,222 3,433 3,222 0,433 3,7773 0,288 0,262 4,166 3,044 2,951 2,2619 0,833 1,933 7,2183 3,883 6,262 4,5
(Mp-Mt)/St 0,076 0,277 0,418 0,325 0,222 0,477 0,455 0,415 0,657 0,069 0,051 0,422 0,35 0,43 0,413 0,048 0,225 0,427 0,526 0,246 0,218 0,075 0,322 0,501 0,408 0,383 0,051 0,4485 0,034 0,031 0,495 0,361 0,35 0,2686 0,099 0,23 0,857 0,461 0,743 0,534
P/Q 9 2,75 3,286 1,727 2,333 0,579 0,875 0,875 0,579 0,667 1,727 1,5 1,5 0,875 0,667 0,875 1,308 1,308 0,5 1,308 0,579 0,765 1,143 1,5 1 1,5 0,579 1,5 2,75 0,875 1,5 1,727 1,308 2,3333 1 1,5 0,7647 1,727 0,875 1
Akar (P/Q) 3 1,658 1,813 1,314 1,528 0,761 0,935 0,935 0,761 0,816 1,314 1,225 1,225 0,935 0,816 0,935 1,144 1,144 0,707 1,144 0,761 0,874 1,069 1,225 1 1,225 0,761 1,2247 1,658 0,935 1,225 1,314 1,144 1,5275 1 1,225 0,8745 1,314 0,935 1
r tabel 0,361
r pbi 0,23 0,46 0,76 0,43 0,34 0,36 0,43 0,39 0,50 0,06 0,07 0,52 0,43 0,40 0,34 0,04 0,26 0,49 0,37 0,28 0,17 0,07 0,34 0,61 0,41 0,47 0,04 0,55 0,06 0,03 0,61 0,48 0,40 0,41 0,10 0,28 0,75 0,61 0,70 0,53
tidak valid

tidak valid

tidak valid

tidak valid

tidak valid

tidak valid

tidak valid

tidak valid

tidak valid

tidak valid

tidak valid

tidak valid

tidak valid

tidak valid

tidak valid

tidak valid
Kategori

valid

valid

valid

valid

valid

valid

valid

valid

valid

valid

valid

valid

valid

valid

valid

valid

valid

valid

valid

valid

valid

valid

valid

valid
188

HASIL UJI REALIBILITAS INSTRUMEN TES

Skor Butir Soal skor total


No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 (Y) Y2
1 Ikram Syahrin 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 34 1156
2 Esa Fathiya 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 33 1089
3 Tresna 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 33 1089
4 Akbar M 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 33 1089
5 Febri D 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 33 1089
6 Izzah 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 31 961
7 Sumaya 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 30 900
8 A. F. Niam 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 29 841
9 Irawati 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 29 841
10 Siti Istiqomah 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 28 784
11 Nila Rahdatul 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 28 784
12 Vina Izzatul 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 26 676
13 Harismawati 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 25 625
14 Nursalsabila 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 25 625
15 Akromatul I 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 625
16 Putri Adelia 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 23 529
17 Sofia Dwi 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 22 484
18 Liska. F 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 20 400
19 Khairin Nisa 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 18 324
20 Nurul Aisyi 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 18 324
21 Ahmad. B 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 17 289
22 Wilda 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 17 289
23 Chaerani. K 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 15 225
24 Cholifatul. A 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 14 196
25 Dwi Nur R 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 13 169
26 Fitria R 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 12 144
27 Maghfiratul 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 11 121
28 Wahdaniah 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 11 121
29 Ana M. K 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 64
30 Asfi. Raihan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 4 16

JUMLAH (N) 27 22 23 19 21 11 14 12 21 12 19 18 18 14 14 14 17 17 10 17 11 13 16 18 15 18 11 18 22 14 18 19 17 21 15 18 13 19 14 15 665 16869


p 0,9 0,7 0,8 0,6 0,7 0,4 0,5 0,4 0,7 0,4 0,6 0,6 0,6 0,5 0,5 0,5 0,6 0,6 0,3 0,6 0,4 0,4 0,5 0,6 0,5 0,6 0,4 0,6 0,7 0,5 0,6 0,6 0,6 0,7 0,5 0,6 0,4 0,6 0,5 0,5
q 0,1 0,3 0,2 0,4 0,3 0,6 0,5 0,6 0,3 0,6 0,4 0,4 0,4 0,5 0,5 0,5 0,4 0,4 0,7 0,4 0,6 0,6 0,5 0,4 0,5 0,4 0,6 0,4 0,3 0,5 0,4 0,4 0,4 0,3 0,5 0,4 0,6 0,4 0,5 0,5
S 8,57
S^2 73,4449
P.Q 0,09 0,196 0,179 0,232 0,21 0,232 0,249 0,24 0,21 0,24 0,232 0,24 0,24 0,249 0,249 0,249 0,246 0,246 0,222 0,246 0,232 0,246 0,249 0,24 0,25 0,24 0,232 0,24 0,196 0,249 0,24 0,232 0,246 0,21 0,25 0,24 0,246 0,232 0,249 0,25
ST^2-P.Q 73,4449
ST^2-∑P.Q/(ST^2) 1
REALIBILITAS 1,025641026
Kategori Tinggi

Keterangan :
p = proporsi subjek yang menjawab benar
q = proporsi subjek yang menjawab salah
St = standar deviasi dari tes
189

HASIL UJI TARAF KESUKARAN INSTRUMEN TES

Skor Butir Soal skor total


No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 (Y) Y2
1 Ikram Syahrin 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 34 1156
2 Esa Fathiya 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 33 1089
3 Tresna 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 33 1089
4 Akbar M 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 33 1089
5 Febri D 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 33 1089
6 Izzah 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 31 961
7 Sumaya 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 30 900
8 A. F. Niam 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 29 841
9 Irawati 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 29 841
10 Siti Istiqomah 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 28 784
11 Nila Rahdatul 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 28 784
12 Vina Izzatul 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 26 676
13 Harismawati 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 25 625
14 Nursalsabila 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 25 625
15 Akromatul I 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 625
16 Putri Adelia 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 23 529
17 Sofia Dwi 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 22 484
18 Liska. F 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 20 400
19 Khairin Nisa 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 18 324
20 Nurul Aisyi 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 18 324
21 Ahmad. B 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 17 289
22 Wilda 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 17 289
23 Chaerani. K 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 15 225
24 Cholifatul. A 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 14 196
25 Dwi Nur R 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 13 169
26 Fitria R 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 12 144
27 Maghfiratul 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 11 121
28 Wahdaniah 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 11 121
29 Ana M. K 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 64
30 Asfi. Raihan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 4 16

JUMLAH (N) 27 22 23 19 21 11 14 12 21 12 19 18 18 14 14 14 17 17 10 17 11 13 16 18 15 18 11 18 22 14 18 19 17 21 15 18 13 19 14 15 665


P 0,9 0,7 0,8 0,6 0,7 0,4 0,5 0,4 0,7 0,4 0,6 0,6 0,6 0,5 0,5 0,5 0,6 0,6 0,3 0,6 0,4 0,4 0,5 0,6 0,5 0,6 0,4 0,6 0,7 0,5 0,6 0,6 0,6 0,7 0,5 0,6 0,4 0,6 0,5 0,5
sedang

sedang
sedang
mudah

mudah

sukar

kriteria

Keterangan :
N = banyak siswa yang menjawab soal dengan benar
P = Indeks Kesukaran
190

HASIL UJI DAYA PEMBEDA INSTRUMEN TES


Skor Butir Soal skor total
No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 (Y) Y2
1 Ikram Syahrin 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 34 1156
2 Esa Fathiya 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 33 1089
3 Tresna 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 33 1089
4 Akbar M 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 33 1089
5 Febri D 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 33 1089
6 Izzah 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 31 961
7 Sumaya 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 30 900
8 A. F. Niam 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 29 841
9 Irawati 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 29 841
10 Siti Istiqomah 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 28 784
11 Nila Rahadatul 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 28 784
12 Vina Izzatul 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 26 676
13 Harismawati 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 25 625
14 Nursalsabila 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 25 625
15 A Ikhsan 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 625
Ba 14 14 15 12 12 9 10 10 14 8 12 13 13 10 10 6 11 12 9 10 9 8 10 12 9 12 8 12 11 7 13 13 11 12 10 13 12 13 12 11
Pa 0,933 0,933 1 0,8 0,8 0,6 0,667 0,667 0,933 0,533 0,8 0,867 0,867 0,667 0,667 0,4 0,733 0,8 0,6 0,667 0,6 0,533 0,667 0,8 0,6 0,8 0,533 0,8 0,733 0,467 0,867 0,867 0,733 0,8 0,667 0,867 0,8 0,867 0,8 0,733

16 Putri Adelia 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 23 529


17 Sofia Dwi 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 22 484
18 Liska. F 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 20 400
19 Khairin Nisa 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 18 324
20 Nurul Aisyi 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 18 324
21 Ahmad. B 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 17 289
22 Wilda 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 17 289
23 Chaerani. K 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 15 225
24 Cholifatul. A 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 14 196
25 Dwi Nur R 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 13 169
26 Fitria R 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 12 144
27 Maghfiratul 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 11 121
28 Wahdaniah 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 11 121
29 Ana M. K 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 64
30 Asfi. Raihan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 4 16
Bb 13 8 8 7 9 2 4 2 7 4 7 5 5 4 4 8 6 5 1 7 2 5 6 6 6 6 3 6 11 7 5 6 6 9 5 5 1 6 2 4
Pb 0,867 0,533 0,533 0,467 0,6 0,133 0,267 0,133 0,467 0,267 0,467 0,333 0,333 0,267 0,267 0,533 0,4 0,333 0,067 0,467 0,133 0,333 0,4 0,4 0,4 0,4 0,2 0,4 0,733 0,467 0,333 0,4 0,4 0,6 0,333 0,333 0,067 0,4 0,133 0,267
Pa-Pb 0,067 0,4 0,467 0,333 0,2 0,467 0,4 0,533 0,467 0,267 0,333 0,533 0,533 0,4 0,4 -0,13 0,333 0,467 0,533 0,2 0,467 0,2 0,267 0,4 0,2 0,4 0,333 0,4 0 0 0,533 0,467 0,333 0,2 0,333 0,533 0,733 0,467 0,667 0,467

Baik Sekali
Kriteria

Cukup

Cukup

Cukup

Cukup

Cukup

Cukup

Cukup

Cukup

Cukup

Cukup

Cukup

Cukup

Cukup
Buruk

Buruk

Buruk
Drop
Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik
191

Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes


Taraf Daya
Validitas Interpretasi Realibilitas Interpretasi Interpretasi Interpretasi Keterangan Keputussan
No Soal Kesukaran Pembeda
1 0,23 Tidak Valid 0,9 Mudah 0,07 Buruk Tidak Digunakan C1
2 0,46 Valid 0,7 Sedang 0,4 Baik Digunakan C1
3 0,76 Valid 0,8 Mudah 0,47 Baik Digunakan C2
4 0,43 Valid 0,6 0,33 Cukup Digunakan C2
5 0,34 Tidak Valid 0,7 0,2 Cukup Tidak Digunakan C2
6 0,36 Valid 0,4 0,47 Baik Digunakan C3
7 0,43 Valid 0,5 0,4 Baik Digunakan C4
8 0,39 Valid 0,4 0,53 Baik Digunakan C4
9 0,5 Valid 0,7 0,47 Baik Digunakan C4
10 0,06 Tidak Valid 0,4 0,27 Cukup Tidak Digunakan C3
11 0,07 Tidak Valid 0,6 Sedang 0,33 Cukup Tidak Digunakan C3
12 0,52 Valid 0,6 0,53 Baik Digunakan C4
13 0,43 Valid 0,6 0,53 Baik Digunakan C4
14 0,4 Valid 0,5 0,4 Baik Digunakan C4
15 0,34 Tidak Valid 0,5 0,4 Baik Tidak Digunakan C2
16 0,04 Tidak Valid 0,5 -0,1 Drop Tidak Digunakan C4
17 0,26 Tidak Valid 0,6 0,33 Cukup Tidak Digunakan C3
18 0,49 Valid 0,6 0,47 Baik Digunakan C1
19 0,37 Valid 0,3 Sukar 0,53 Baik Digunakan C5
20 0,28 Valid 0,6 0,2 Cukup Digunakan C5
0,896 Tinggi
21 0,17 Valid 0,4 0,47 Baik Digunakan C3
22 0,07 Valid 0,4 0,2 Cukup Digunakan C4
23 0,34 Tidak Valid 0,5 0,27 Cukup Tidak Digunakan C3
24 0,61 Valid 0,6 0,4 Baik Digunakan C3
25 0,41 Valid 0,5 0,2 Cukup Digunakan C3
26 0,47 Valid 0,6 0,4 Baik Digunakan C3
27 0,04 Tidak Valid 0,4 0,33 Cukup Tidak Digunakan C2
28 0,55 Valid 0,6 0,4 Baik Digunakan C2
29 0,06 Tidak Valid 0,7 0 Buruk Tidak Digunakan C1
30 0,03 Tidak Valid 0,5 Sedang 0 Buruk Tidak Digunakan C2
31 0,61 Valid 0,6 0,53 Baik Digunakan C1
32 0,48 Valid 0,6 0,47 Baik Digunakan C2
33 0,4 Valid 0,6 0,33 Cukup Digunakan C2
34 0,41 Valid 0,7 0,2 Cukup Digunakan C3
35 0,1 Tidak Valid 0,5 0,33 Cukup Tidak Digunakan C5
36 0,28 Tidak Valid 0,6 0,53 Baik Tidak Digunakan C5
37 0,75 Valid 0,4 0,73 Baik Sekali Digunakan C5
38 0,61 Valid 0,6 0,47 Baik Digunakan C1
39 0,7 Valid 0,5 0,67 Baik Digunakan C3
40 0,53 Valid 0,5 0,47 Baik Digunakan C3
192

HASIL PRETEST KELAS EKSPERIMEN

Perolehan nilai terendah hingga nilai tertinggi berdasarkan hasil pretest yang
didapat dari kelas eksperimen adalah sebagai berikut:
13 17 21 21 21 25 25 25 25 25
25 29 29 29 29 33 33 33 33 33
33 33 33 33 33 33 38 38 38 38
38 38 38 38 38 38 38 42 42 46
46 50 50 50 50 54 58
Untuk membuat tabel distribusi frekuensi dibutuhkan beberapa nilai, yaitu:
1. Banyak data (N) : 47
2. Nilai maksimum (X maks) : 58
3. Niali minimum (X min) : 13
4. Jangkauan (J) : X maks – X min = 58-13 = 45
5. Banyak kelas (K) : K = 1 + 3,3 log n
K = 1 + 3,3 log 47
K = 1 +3,3 (1,67)
K = 1 + 5,51 = 6,5 ≈ 7
6. Interval Kelas (I) :I=
I=
I = 6,42 ≈7
Tabel Distribusi Frekuensi Kelompok Eksperimen
Interval Frekuensi FK Batas Batas Titik .
( Kelas Kelas Tengah
Bawah Atas (

13-19 2 2 12,5 19,5 16 256 32 512

20-26 9 11 19,5 26,5 23 529 207 4761

27-33 15 26 26,5 33,5 30 900 450 13500

34-40 11 37 33,5 40,5 37 1369 407 15059

41-47 4 41 40,5 47,5 44 1936 176 7744

48-54 5 46 47,5 54,5 51 2601 255 13005

55-61 1 47 54,5 61,5 58 3364 58 3364

Jumlah 47 10955 1585 57945

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut, maka dapat ditentukan beberapa


nilai, yaitu:
193

1. Rata-rata

= = = 33,72

2. Median (Me)
Me = b + p
Dimana:
Me : median
b : batas bawah kelas median
p : panjang kelas frekuensi sebelum kelas median
F : jumlah semua frekuensi sebelum kelas median
f : frekuensi kelas median
Maka
Me = b + p

Me = 26,5 + 7
Me = 26,5 + 7 (0,83)
Me = 26,5 + 5,83
Me = 32,33

3. Modus (Mo)
Mo = b + p
Dimana:
Mo : modus
b : batas bawah kelas modus
p : panjang kelas atau interval kelas
: selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sebelumnya
: selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sesudahnya
Maka
Mo = b + p
Mo = 26,5 + 8
Mo = 26,5 + 8
Mo = 26,5 + 8 (0,6)
Mo = 26,5 + 4,8
Mo = 32,33

4. Standar Deviasi
S=
194

S=

S=

S=
S = 9,88
195

HASIL PRETEST KELAS KONTROL

Perolehan nilai terendah hingga nilai tertinggi berdasarkan hasil pretest yang
didapat dari kelas eksperimen adalah sebagai berikut:
17 21 21 25 25 25 25 29 29 29
29 29 29 29 29 29 29 33 33 33
33 33 33 38 38 38 38 38 38 42
42 42 46 46 46 50 50 50 50 63
63 67 67
Untuk membuat tabel distribusi frekuensi dibutuhkan beberapa nilai, yaitu:
1. Banyak data (N) : 43
2. Nilai maksimum (X maks) : 67
3. Niali minimum (X min) : 17
4. Jangkauan (J) : X maks – X min = 67 – 17 = 50
5. Banyak kelas (K) : K = 1 + 3,3 log n
K = 1 + 3,3 log 43
K = 1 +3,3 (1,63)
K = 1 + 5,379 = 6,379 ≈ 6
6. Interval Kelas (I) :I=
I=
I = 8,3 ≈ 8
Tabel Distribusi Frekuensi Kelompok Kontrol
Interval Frekuensi FK Batas Batas Titik
( Kelas Kelas Tengah
Bawah Atas ( .

17-24 3 3 16,5 24,5 20,5 420,25 61,5 1260,75


25-32 14 17 24,5 32,5 28,5 1056,25 399 14787,5
33-40 12 29 32,5 40,5 36,5 1640,25 486 19683
41-48 6 35 40,5 49,5 44,5 1980,25 267 11881,5
49-56 4 39 48,5 56,5 52,5 2756,25 210 11025
57-64 2 41 56,5 64,5 60,5 3660,25 121 7320,5
65-72 2 43 64,5 72,5 68,5 4692,25 137 9384,5
72-79 0 0 71,5 79,5 76,5 5852,25 0 0
196

Jumlah 43 1681,5 75342,75

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut, maka dapat ditentukan beberapa


nilai, yaitu:
1. Rata-rata

= = = 39,1

2. Median (Me)
Me = b + p
Dimana:
Me : median
b : batas bawah kelas median
p : panjang kelas frekuensi sebelum kelas median
F : jumlah semua frekuensi sebelum kelas median
f : frekuensi kelas median
Maka
Me = b + p

Me = 32,5 + 8
Me = 32,5 + 8 (0,375)
Me = 32,5 + 3
Me = 35,5
3. Modus (Mo)
Mo = b + p
Dimana:
Mo : modus
b : batas bawah kelas modus
p : panjang kelas atau interval kelas
: selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sebelumnya
: selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sesudahnya
Maka
Mo = b + p
Mo = 24,5 + 8
Mo = 24,5 + 8
Mo = 24,5 + 8 (0,46)
Mo = 24,5 + 3,68
Mo = 28,18
197

4. Standar Deviasi
S=

S=

S=

S=
S = 15,10
198

UJI NORMALITAS HASIL PRETEST

Uji normalitas menggunakan uji kai kuadrat dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:
: nilai tes kai kuadrat
: frekuensi yang diobservasi
: frekuensi yng diharapkan
Adapun kriteria pengujian nilai kai kuadrat adalah sebagai berikut:
(1) Jika tabel, artinya distribusi data tidak normal
(2) Jika tabel, artinya data berdistribusi normal

A. Kelompok Eksperimen
Tabel Hasil Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen
Interval Titik . . Batas Z Luas Z
Tengah Kelas tiap
( ) Batas Kelas
Kelas

13-19 2 16 256 32 512 12,5 -2,15 0,0591 2,7777 2 0,6048 0,2177

20-26 9 23 529 207 4761 19,5 -1,44 0,1578 7,4166 9 2,5071 0,3380

27-33 15 30 900 450 13500 26,5 -0,73 0,2593 12,1871 15 7,9124 0,6492

34-40 11 37 1369 407 15059 33,5 -0,02 0,2469 11,6043 11 0,3651 0,0314

41-47 4 44 1936 176 7744 40,5 0,69 0,1628 7,6516 4 13,3341 1,7426

49-54 5 51 2601 255 13005 48,5 1,39 0,0644 3,0268 5 3,8935 1,2863

55-61 1 58 3364 58 3364 54,5 2,10 0,0154 0,7238 1 0,0762 0,1052

61,5 2,81

Jumlah 47 10955 1585 57945 47 4,3704

Lagkah-langkah penentuan niali pada kolom tabel bantu tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Membuat tabel distribusi frekuensi
2. Menentukan Z batas kelas dengan rumus:
199

Dimana:
= nilai rata-rata
S = nilai standar deviasi

3. Menentukan luas Z tabel


Z -2,15 -1,44 -0,73 -0,02 0,69 1,39 2,10 2,81
batas
Kelas
Luas 0,4842 0,4251 0,2673 0,0080 0,2549 0,4177 0,4821 0,4975
tiap
kelas

Luas Z tabel masing-masing kelas adalah sebagai berikut:


a. Kelas 13 – 19
Z = 0,4842 - 0,4251 = 0,0591
b. Kelas 20 – 26
Z = 0,4251 - 0,2673 = 0,1578
c. Kelas 27 – 33
Z = 0,2673 - 0,0080 = 0,2593
d. Kelas 34 – 40
Z = 0,2549 - 0,0080 = 0,2469
e. Kelas 41 – 47
Z = 0,4177 - 0,2549 = 0,1628
f. Kelas 48 – 54
Z = 0,4821 - 0,4177 = 0,0644
g. Kelas 55 – 61
Z = 0,4975 - 0,4821 = 0,0154

4. Menghitung nilai frekuensi yang diharapkan (fo) dengan rumus:


=
5. Mencari nilai kai kuadrat hitung ( ), dengan rumus:

6. Menentukan jumlah kai kuadrat hitung ( ),dengan menjumlahkan


nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas.
7. Menguji hipotesis normalitas
Nilai tabel dengan derajat kebebasan (panjang kelas –3) = (7-3) = 4. Pada
taraf signifikansi 5% adalah 9,48773. Menguji normalitas data dengan cara
membandingkan nilai hitung dengan tabel. Disimpulkan bahwa
hitung < tabel yaitu 4,3704 < 9,48773, berarti data berdistribusi normal
200

B. Kelompok Kontrol
Tabel Hasil Uji Normalitas Pretest Kelompok Kontrol
Interval Titik . . Batas Z Luas Z
Tengah Kelas tiap
( ) Batas Kelas
Kelas

17-23 3 20 400 60 1200 16,5 -1,67 0,086 4,042 3 1,086 0,268

24-30 14 27 729 378 10206 23,5 -1,11 0,1577 6,781 14 52,112 7,685

31-37 6 34 1156 204 6936 30,5 -0,55 0,208 8,944 6 8,667 0,969

38-44 9 41 1681 369 5129 37,5 0,000 0,212 9,116 9 0,013 0,001

45-51 7 48 2304 336 16128 44,5 0,56 0,156 6,708 7 0,085 0,012

52-58 0 55 3025 0 0 51,5 1,12 0,084 3,612 0 13,046 3,612

59-65 2 62 3844 124 7688 58,5 1,68 0,034 1,462 2 0,289 0,198

66-72 2 69 4761 138 9522 65,5 2,24 0,009 0,387 2 2,601 6,723

72,5 2,80

Jumlah 43 1609 66809 43 19,468

Lagkah-langkah penentuan niali pada kolom tabel bantu tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Membuat tabel distribusi frekuensi
2. Menentukan Z batas kelas dengan rumus:

Dimana:
= nilai rata-rata
S = nilai standar deviasi
3. Menentukan luas Z tabel
Z -1,67 -1,11 -0,55 0,00 0,56 1,12 1,68 2,24 2,800
batas
Kelas
Luas 0,4525 0,3665 0,2088 0,0000 0,2123 0,3686 0,4535 0,4875 0,4974
tiap
kelas

Luas Z tabel masing-masing kelas adalah sebagai berikut:


a. Kelas 17 – 23
Z = 0,4525 - 0,3665 = 0,086
b. Kelas 24 – 30
Z = 0,3665 - 0,2088 = 0,1577
201

c. Kelas 31 – 37
Z = 0,2088 – 0,0000 = 0,2088
d. Kelas 38 – 44
Z = 0,2123 – 0,0000 = 0,2123
e. Kelas 45 – 51
Z = 0,3686 - 0,2123 = 0,1563
f. Kelas 52 – 58
Z = 0,4535 - 0,3686 = 0,0849
g. Kelas 59 – 65
Z = 0,4875 - 0,4535 = 0,0340
h. Kelas 66 – 72
Z = 0,4974 - 0,4875 = 0,0099

4. Menghitung nilai frekuensi yang diharapkan (fo) dengan rumus:


=
5. Mencari nilai kai kuadrat hitung ( ), dengan rumus:

6. Menentukan jumlah kai kuadrat hitung ( ), dengan


menjumlahkan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas.
7. Menguji hipotesis normalitas
Nilai tabel dengan derajat kebebasan (panjang kelas –3) = (7-3) = 4.
Pada taraf signifikansi 5% adalah 9,48773. Menguji normalitas data
dengan cara membandingkan nilai hitung dengan tabel.
Disimpulkan bahwa hitung > tabel yaitu 19,468 > 9,48773, berarti
data tidak berdistribusi normal
202

UJI HOMOGENITAS HASIL PRETEST

Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji F, yaitu:

Keterangan:
F = nilai uji fisher
= varians terbesar
= varians terkecil
Sedangkan varians dapat dihitung dengan rumus:

S=

Kriteria pengujian untuk uji Fisher adalah sebagai berikut:


1. Jika < , maka data dinyatakan homogen
2. Jika > , maka data dinyatakan tidak homogen

A. Tabel Bantu Uji F


Tabel Bantu Uji F Kelompok Eksperimen
Interval Frekuensi Batas Batas Titik .
( Kelas Kelas Tengah
Bawah Atas (
13-19 2 12,5 19,5 16 256 32 512
20-26 9 19,5 26,5 23 529 207 4761
27-33 15 26,5 33,5 30 900 450 13500
34-40 11 33,5 40,5 37 1369 407 15059
41-47 4 40,5 47,5 44 1936 176 7744
48-54 5 47,5 54,5 51 2601 255 13005
55-61 1 54,5 61,5 58 3364 58 3364
Jumlah 47 10955 1585 57945
203

Tabel Bantu Uji F Kelompok Kontrol


Interval Frekuensi Batas Batas Titik
( Kelas Kelas Tengah
Bawah Atas ( .

17-23 3 16,5 23,5 20 400 60 1200


24-30 14 23,5 30,5 27 729 378 10206
31-37 6 30,5 37,5 34 1156 204 6936
38-44 9 37,5 44,5 41 1681 369 5129
45-51 7 44,5 51,5 48 2304 336 16128
52-58 0 51,5 58,5 55 3025 0 0
59-65 2 58,5 65,5 62 3844 124 7688
66-72 2 65,5 72,5 69 4761 138 9522
Jumlah 43 1609 66809

B. Perhitungan Nilai Standar Deviasi


1. Kelompok Eksperimen
S=

S=

S=

S=
S = 9,88
2. Kelompok Kontrol
S=

S=

S=

S=
S = 12,53
204

C. Menentukan Nilai dan Menguji Hipotesis Homogenitas


Berdasarkan nilai standar deviasi kedua data, maka nilai adalah

F=

F=

F = 1,608
Untuk menguji homogenitas, maka harus membandingkan nilai
dengan . Pada taraf signifikansi 5% terlihat bahwa (43;45) adalah
sebesar 1,644. Maka terlihat nilai < . Berdasarkan kriteria pengujian
uji F, dengan demikian data bersifat homogen.
205

UJI HOMOGENITAS HASIL PRETEST

Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji F, yaitu:

Keterangan:
F = nilai uji fisher
= varians terbesar
= varians terkecil
Sedangkan varians dapat dihitung dengan rumus:

S=

Kriteria pengujian untuk uji Fisher adalah sebagai berikut:


Jika < , maka data dinyatakan homogen
Jika > , maka data dinyatakan tidak homogen

Tabel Bantu Uji F


Tabel Bantu Uji F Kelompok Eksperimen
Interval Frekuensi Batas Batas Titik .
( Kelas Kelas Tengah
Bawah Atas (

13-19 2 12,5 19,5 16 256 32 512


20-26 9 19,5 26,5 23 529 207 4761
27-33 15 26,5 33,5 30 900 450 13500
34-40 11 33,5 40,5 37 1369 407 15059
41-47 4 40,5 47,5 44 1936 176 7744
48-54 5 47,5 54,5 51 2601 255 13005
55-61 1 54,5 61,5 58 3364 58 3364
Jumlah 47 10955 1585 57945
206

Tabel Bantu Uji F Kelompok Kontrol


Interval Frekuensi Batas Batas Titik
( Kelas Kelas Tengah
Bawah Atas ( .

17-23 3 16,5 23,5 20 400 60 1200


24-30 14 23,5 30,5 27 729 378 10206
31-37 6 30,5 37,5 34 1156 204 6936
38-44 9 37,5 44,5 41 1681 369 5129
45-51 7 44,5 51,5 48 2304 336 16128
52-58 0 51,5 58,5 55 3025 0 0
59-65 2 58,5 65,5 62 3844 124 7688
66-72 2 65,5 72,5 69 4761 138 9522
Jumlah 43 1609 66809

Perhitungan Nilai Standar Deviasi


Kelompok Eksperimen
S=

S=

S=

S=
S = 9,88
Kelompok Kontrol
S=

S=

S=

S=
S = 12,53
207

Menentukan Nilai dan Menguji Hipotesis Homogenitas


Berdasarkan nilai standar deviasi kedua data, maka nilai adalah

F=

F=

F = 1,608
Untuk menguji homogenitas, maka harus membandingkan nilai
dengan . Pada taraf signifikansi 5% terlihat bahwa (43;45) adalah
sebesar 1,644. Maka terlihat nilai < . Berdasarkan kriteria pengujian
uji F, dengan demikian data bersifat homogen.
208

UJI HIPOTESIS HASIL PRETEST

Karena kedua data yang akan diuji perbedaannya bersifat tidak normal tetapi
homogen, maka rumus uji hipotesis yang digunakan adalah:

Dimana:
= + -
= + -
Keterangan:
= nilai uji stastistik mann whitney sampel A
= nilai uji stastistik mann whitney sampel B
= jumlah pada sampel A
= jumlah pada sampel B
= jumlah ranking pada sampel A
= jumlah ranking pada sampel B
U = nilai uji stastistik mann whitney
Z = nilai peubah uji statistik normal
Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
1). Jika < , atau - >- , maka diterima ditolak.

2). Jika > , atau - <- , maka diterima diterima.

A. Tabel Bantu Uji Mann Whitney

Data Pretest
No
Eksperimen Ranking Kontrol Ranking
1 13 1 17 1
2 17 2 21 2,5
3 21 4 21 2,5
4 21 4 25 5,5
5 21 4 25 5,5
6 25 8,5 25 5,5
209

7 25 8,5 25 5,5
8 25 8,5 29 12,5
9 25 8,5 29 12,5
10 25 8,5 29 12,5
11 25 8,5 29 12,5
12 29 13,5 29 12,5
13 29 13,5 29 12,5
14 29 13,5 29 12,5
15 29 13,5 29 12,5
16 33 21 29 12,5
17 33 21 29 12,5
18 33 21 33 20,5
19 33 21 33 20,5
20 33 21 33 20,5
21 33 21 33 20,5
22 33 21 33 20,5
23 33 21 33 20,5
24 33 21 38 26,5
25 33 21 38 26,5
26 33 21 38 26,5
27 38 32 38 26,5
28 38 32 38 26,5
29 38 32 38 26,5
30 38 32 42 31
31 38 32 42 31
32 38 32 42 31
33 38 32 46 34
34 38 32 46 34
35 38 32 46 34
36 38 32 50 37,5
37 38 32 50 37,5
38 42 38,5 50 37,5
39 42 38,5 50 37,5
40 46 40,5 63 40,5
41 46 40,5 63 40,5
42 50 43,5 67 42,5
43 50 43,5 67 42,5
44 50 43,5
45 50 43,5
210

46 54 46
47 58 47
Jumlah 1625 1596
Jumlah
Ranking 1128 946

B. Langkah-langkah menentukan nilai

Langkah-langkah menentukan nilai adalah sebagai berikut:

1. Susun kedua hasil pengamatan menjadi satu kelompok sampel


2. Hitung jenjang atau ranking tiap-tiap kelompok sampel
3. Jenjang atau ranking diberikan mulai dari nilai terkecil sampai terbesar
4. Jumlahkan nilai jenjang ranking untuk masing-masing sampel
5. Hitung nilai U
a) Sampel a (kelompok eksperimen)

= + -
= + – 1128
= + - 1128
= + – 1128
=
b) Sampel b (kelompok kontrol)

= + -
= + - 946
= + - 946
= + - 946

= + – 946

= + – 946

= + – 946
=
6. Pilih nilai U yang terkecil sebagai nilai dari uji statistik Mann-Whitney.
Maka nilai U yang digunakan sebagai uji statistik Mann-Whitney adalah
= =
7. Mencari nilai
211

= 8,16

8. Menentukan nilai
Pengujian untuk dua sisi, dimana tarafsignifikansi dibagi dua yaitu
atau Z ( = = 0,025). Maka nilai adalah sebesar -1,96.
9. Menguji hipotesis
Karena - >- , maka diterima ditolak.

10. Memberikan interpretasi


Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat pengaruh metode pembelajaran Drill terhadap hasil belajar siswa
pada konsep gelombang cahaya
212

HASIL POSTTEST KELAS EKSPERIMEN

Perolehan nilai terendah hingga nilai tertinggi berdasarkan hasil posttest yang
didapat dari kelas eksperimen adalah sebagai berikut:
46 58 63 67 67 67 75 75 75 75
75 75 75 79 79 79 83 83 83 83
83 83 83 88 88 88 88 88 88 88
88 88 88 88 92 92 92 92 92 92
92 92 92 92 92 96 96

Untuk membuat tabel distribusi frekuensi dibutuhkan beberapa nilai, yaitu:


Banyak data (N) : 47
Nilai maksimum (X maks) : 96
Niali minimum (X min) : 46
Jangkauan (J) : X maks – X min = 96 – 46 = 50
Banyak kelas (K) : K = 1 + 3,3 log n
K = 1 + 3,3 log 47
K = 1 +3,3 (1,67)
K = 1 + 5,51 = 6,5 ≈ 7
Interval Kelas (I) :I=
I=
I = 7,14 ≈ 8
Tabel Distribusi Frekuensi Kelompok Eksperimen
Interval Frekuensi FK Batas Batas Titik .
( Kelas Kelas Tengah
Bawah Atas (

41-48 1 1 40,5 48,5 44,5 1980,25 44,5 1980,5

49-56 0 1 48,5 56,5 52,5 2756,25 0 0

57-64 2 3 56,5 64,5 60,5 3660,25 121 7320,5

65-72 3 6 64,5 71,5 68,5 4692,25 205,5 14076,8

73-80 10 16 72,5 80,5 76,5 5852,25 765 58522,5

81-88 18 34 80,5 88,5 84,5 7140,25 1521 128525

89-96 13 47 88,5 96,5 92,5 8556,25 1202,5 111231

Jumlah 47 34638 3859,5 321656


213

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut, maka dapat ditentukan beberapa


nilai, yaitu:
Rata-rata

= = = 82,11

Median (Me)
Me = b + p
Dimana:
Me : median
b : batas bawah kelas median
p : panjang kelas frekuensi sebelum kelas median
F : jumlah semua frekuensi sebelum kelas median
f : frekuensi kelas median
Maka
Me = b + p

Me = 80,5 + 8
Me = 80,5 + 8 (0,42)
Me = 80,5 + 3,36
Me = 83,86

Modus (Mo)
Mo = b + p
Dimana:
Mo : modus
b : batas bawah kelas modus
p : panjang kelas atau interval kelas
: selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sebelumnya
: selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sesudahnya
Maka
Mo = b + p
Mo = 80,5 + 8
Mo = 80,5 + 8
Mo = 80,5 + 8 (0,6)
Mo = 80,5 + 4,8
Mo = 85,3
214

Standar Deviasi
S=

S=

S=

S=
S = 10,1
215

HASIL POSTTEST KELAS KONTROL

Perolehan nilai terendah hingga nilai tertinggi berdasarkan hasil posttest yang
didapat dari kelas kontrol adalah sebagai berikut:
10 11 11 11 11 11 12 12 12 13
13 14 14 14 14 14 14 14 14 15
15 15 15 15 16 16 16 16 16 16
17 17 17 17 17 18 18 18 18 18
18 19 19
Untuk membuat tabel distribusi frekuensi dibutuhkan beberapa nilai, yaitu:
Banyak data (N) : 43
Nilai maksimum (X maks) : 96
Niali minimum (X min) : 46
Jangkauan (J) : X maks – X min = 96 – 46 = 50
Banyak kelas (K) : K = 1 + 3,3 log n
K = 1 + 3,3 log 47
K = 1 +3,3 (1,67)
K = 1 + 5,51 = 6,5 ≈ 7
Interval Kelas (I) :I=
I=
I = 7,14 ≈ 8
Tabel Distribusi Frekuensi Kelompok Kontrol
Interval Frekuensi Titik . Batas
( Tengah Kelas
(
42-48 6 45 2025 270 2150 41,5
49-55 5 52 2704 260 13520 48,5
56-62 8 59 3481 472 27848 55,5
63-69 11 66 4356 726 47916 62,5
70-75 11 72 5184 797,5 57024 69,5
76-82 2 79 6241 158 12482 75,5
Jumlah 43 23991 2678 170940
216

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut, maka dapat ditentukan beberapa


nilai, yaitu:
Rata-rata

= = 62,2

Median (Me)
Me = b + p
Dimana:
Me : median
b : batas bawah kelas median
p : panjang kelas frekuensi sebelum kelas median
F : jumlah semua frekuensi sebelum kelas median
f : frekuensi kelas median
Maka
Me = b + p
Me = 62,5 + (6) 0,27
Me = 63,86

Modus (Mo)
Mo = b + p
Dimana:
Mo : modus
b : batas bawah kelas modus
p : panjang kelas atau interval kelas
: selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sebelumnya
: selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sesudahnya
Maka
Mo = b + p
Mo = 62,5 + (6) 1
Mo = 69,5

Standar Deviasi
S=
S = 9,95
217

UJI NORMALITAS HASIL POSTTEST

Uji normalitas menggunakan uji kai kuadrat dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:
: nilai tes kai kuadrat
: frekuensi yang diobservasi
: frekuensi yng diharapkan
Adapun kriteria pengujian nilai kai kuadrat adalah sebagai berikut:
(3) Jika tabel, artinya distribusi data tidak normal
(4) Jika tabel, artinya data berdistribusi normal
218

Kelompok Eksperimen

Interval Titik . . Batas Z Luas Z


Tengah Kelas tiap Kelas
Batas
( )
Kelas

41-48 1 44,5 1980,25 44,5 1980,5 40,5 -4,12 0,0015 0,0705 1 0,8639 12,25

49-56 0 52,5 2756,25 0 0 48,5 -3,32 0,0052 0,2444 0 0,0597 0,2444

57-64 2 60,5 3660,25 121 7320,5 56,5 -2,53 0,0352 1,6544 2 0,1194 0,0721

65-72 3 68,5 4692,25 20,5 14076,8 64,5 -1,74 0,1302 6,1194 3 9,7306 1,5901

73-80 10 76,5 5852,25 765 58522,5 72,5 -0,95 0,2653 12,4691 10 6,0964 0,4889

81-88 18 84,5 7140,25 1521 128525 80,5 -0,16 0,0238 1,1186 18 284,9816 254,7663

89-96 13 92,5 8556,25 1202,5 111231 88,5 0,10 0,4612 21,6764 13 75,2799 3,4728

Jumlah 47 34638 3859,5 66809 47 272,3


219

Lagkah-langkah penentuan niali pada kolom tabel bantu tersebut adalah sebagai
berikut:
Membuat tabel distribusi frekuensi
Menentukan Z batas kelas dengan rumus:

Dimana:
= nilai rata-rata
S = nilai standar deviasi
Menentukan luas Z tabel
Z batas -4,12 -3,32 -2,53 -1,74 -0,95 -0,16 0,10
Kelas

Luas tiap 0,5010 0,4995 0,4943 0,4591 0,3289 0,0636 0,0398


kelas

Luas Z tabel masing-masing kelas adalah sebagai berikut:


Kelas 41-48
Z = 0,5010 – 0,4995 = 0,0015
Kelas 49-56
Z = 0,4995 – 0,4943 = 0,0052
Kelas 57-64
Z = 0,4943 – 0,4591 = 0,0352
Kelas 65-72
Z = 0,4591 – 0,3289 = 0,1302
Kelas 73-80
Z = 0,3289 – 0,0636 = 0,2653
Kelas 81-88
Z = 0,0636 – 0,0398 = 0,0238
Kelas 89-96
Z = 0,5010 – 0,0398 = 0,4612

Menghitung nilai frekuensi yang diharapkan (fo) dengan rumus:


=
Mencari nilai kai kuadrat hitung ( ), dengan rumus:

Menentukan jumlah kai kuadrat hitung ( ), dengan menjumlahkan nilai


kai kuadrat tiap-tiap kelas.
Menguji hipotesis normalitas. Nilai tabel dengan derajat kebebasan (panjang
kelas –3) = (8-3) = 5. Pada taraf signifikansi 5% adalah 11,07048. Menguji
normalitas data dengan cara membandingkan nilai hitung dengan tabel.
Disimpulkan bahwa hitung > tabel yaitu 272,3 >11,07048, berarti data
tidak berdistribusi normal
220
221
222
223

UJI HIPOTESIS HASIL POSTTEST

Karena kedua data yang akan diuji perbedaannya bersifat tidak normal tetapi
homogen, maka rumus uji hipotesis yang digunakan adalah:

Dimana:
= + -
= + -
Keterangan:
= nilai uji stastistik mann whitney sampel A
= nilai uji stastistik mann whitney sampel B
= jumlah pada sampel A
= jumlah pada sampel B
= jumlah ranking pada sampel A
= jumlah ranking pada sampel B
U = nilai uji stastistik mann whitney
Z = nilai peubah uji statistik normal
Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
1). Jika < , atau - >- , maka diterima ditolak.

2). Jika > , atau - <- , maka diterima diterima.

C. Tabel Bantu Uji Mann Whitney

Data Posttest
No
Eksperimen Ranking Kontrol Ranking
1 46 1 42 1
2 58 2 46 4
3 63 3 46 4
4 67 5 46 4
5 67 5 46 4
6 67 5 46 4
224

7 75 10 50 8
8 75 10 50 8
9 75 10 50 8
10 75 10 54 10,5
11 75 10 54 10,5
12 75 10 58 15,5
13 75 10 58 15,5
14 79 15 58 15,5
15 79 15 58 15,5
16 79 15 58 15,5
17 83 20 58 15,5
18 83 20 58 15,5
19 83 20 58 15,5
20 83 20 63 22
21 83 20 63 22
22 83 20 63 22
23 83 20 63 22
24 88 29 63 22
25 88 29 67 27,5
26 88 29 67 27,5
27 88 29 67 27,5
28 88 29 67 27,5
29 88 29 67 27,5
30 88 29 67 27,5
31 88 29 71 33
32 88 29 71 33
33 88 29 71 33
34 88 29 71 33
35 92 36,7 71 33
36 92 36,7 75 38,5
37 92 36,7 75 38,5
38 92 36,7 75 38,5
39 92 36,7 75 38,5
40 92 36,7 75 38,5
41 92 36,7 75 38,5
42 92 36,7 79 38,5
43 92 36,7 79 38,5
44 92 36,7
225

45 92 36,7
46 96 46,5
47 96 46,5
Jumlah 3875 2670,83
Jumlah
Ranking 1091,7 938

D. Langkah-langkah menentukan nilai

Langkah-langkah menentukan nilai adalah sebagai berikut:

Susun kedua hasil pengamatan menjadi satu kelompok sampel


Hitung jenjang atau ranking tiap-tiap kelompok sampel
Jenjang atau ranking diberikan mulai dari nilai terkecil sampai terbesar
Jumlahkan nilai jenjang ranking untuk masing-masing sampel
Hitung nilai U
Sampel a (kelompok eksperimen)

= + -
= + – 1091,7
= + - 1091,7
= + – 1091,7
= 2057,3
Sampel b (kelompok kontrol)

= + -
= + - 938
= + - 938
= + - 938

= + - 938

= + – 938

= + – 938
= 2029
Pilih nilai U yang terkecil sebagai nilai dari uji statistik Mann-Whitney.
Maka nilai U yang digunakan sebagai uji statistik Mann-Whitney adalah =
226

Mencari nilai

= 8,23

Menentukan nilai
Pengujian untuk dua sisi, dimana tarafsignifikansi dibagi dua yaitu
atau Z ( = = 0,025). Maka nilai adalah sebesar -1,96.
Menguji hipotesis

Karena > , maka ditolak diterima

Memberikan interpretasi
Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh metode pembelajaran Drill terhadap hasil belajar siswa pada konsep
gelombang cahaya.
227

HASIL MIND MAPP SISWA


228
229
230
231

FOTO KEGIATAN PENELITIAN

Hasil Mind Mapp Siswa


232
233
234

BIODATA PENULIS

MUTIAH HANIFAH. Anak pertama dari tiga bersaudara,


pasangan Sardini dan Nanik Supriningsih. Lahir di Jakarta pada
tanggal 18 Januari 1994, bertempat tinggal di Griya Asri 2 Blok H
21 / 14, Desa Sumber Jaya Kecamatan Tambun Selatan,
Kabupaten Bekasi.
Riwayat Pendidikan. Jenjang pendidikan yang telah ditempuh penulis
diantaranya SDIT Al Fidaa lulus tahun 2006, SMP Negeri 5 Tambun Selatan lulus
tahun 2009, dan SMA Negeri 2 Tambun Selatan lulus tahun 2012. Penulis
kemudian melanjutkan studi ke Universitas Islam Negeri Jakarta, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Program
studi Pendidikan Fisika pada tahun 2012 melalui jalur PMDK.

Anda mungkin juga menyukai