Anda di halaman 1dari 5

2.4.

2 Sistem Tata Udara

Berdasarkan nilai standar yang di tetapkan oleh BSNI, untuk nilai

temperatur dan kelembaban diwilayah dataran rendah, di suatu ruangan dibagi

menjadi dua yaitu:

a. Ruang kerja memiliki ketetapan untuk nilai temperatur bola kering berkisar antara

0 0 0 0
24 C hingga 27 C atau 25,5 C ± 1,5 C dengan nilai kelembaban 60%

± 5%.

b. Ruang transit seperti lobi dan koridor memiliki ketetapan nilai untuk

0 0 0 0
temperatur bola kering sekitar 27 C sampai 30 C atau 28,5 C ± 1,5 C dengan

nilai kelembaban 60% ± 5%.

Sistem tata udara yang belum memberikan kenyamanan di setiap ruangan

dapat disebabkan oleh kondisi ruangan yang tidak tertutup rapat atau jumlah

pendingin yang tidak sesuai dengan luas ruangan. Pada sistem tata udara dikenal

istilah PK = Paard Kracht (Daya Kuda) yaitu daya yang dibutuhkan oleh mesin AC

untuk memperoleh British Thermal Unit per hour (BTU/h). Nilai BTU/h pada suatu

AC digunakan untuk menentukan nilai energi yang digunakan pada AC tersebut, 1

kWh sama dengan 3412,14 BTU/h. Nilai BTU/h pada suatu AC dapat ditentukan

dengan persamaan:

W xHx IxLxE
BTU/h = …………………………………………………...............
60

(2.5)

Keterangan :
W      : panjang ruangan dalam feet (kaki)

H       : tinggi ruangan dalam feet (kaki)

I     : isikan nilai angka 10 jika ruangan berinsulasi,berada di lantai bawah,atau

berhimpit dengan ruangan lain dan isikan nilai angka 18 jika ruangan berada

di lantai atas atau tidak berinsulasi.

L       : panjang ruangan dalam feet (kaki)

E      : isikan angka 16 jika dinding terpanjang menghadap utara, 17 jika menghadap

timur, 18 menghadap selatan, dan 20 jika menghadap barat.

Tabel 2.1. Konversi PK ke dalam BTU/jam


No. PK BTU/jam
1. ½ ± 5.000
2. ¾ ± 7.000
3. 1 ± 9.000
4. 1,5 ± 12.000
5. 2 ± 18.000
Sumber: Medio,“Studi Analisis Potensi Penghematan Konsumsi Energi Melalui Audit Dan Konservasi
Energi Listrik di Rumah Sakit Universitas Riau”, JURNAL jom FTEKTIK Vol. 4 No. 1 Hal. 1-13
Februari 2017

2.4.3 Intesitas Konsumsi Energi (IKE)

Intesitas Konsumsi Energi (IKE), yakni pembagian antara konsumsi energi

dengan satuan luas bangunan gedung. Intesitas konsumsi energi (IKE) merupakan

istilah yang digunakan untuk mengetahui tingkat pemakaian energy pada suatu

bangunan. Energy yang dimaksudkan disini adalah energi listrik. Pengelolaan energy

dilakukan dengan segala upaya untuk mengatur dan mengelola penggunaan energi

seefesien mungkin pada bangunan gedung tanpa mengurangi tingkat kenyamanan di

lingkungan hunian ataupun produktivitas di lingkungan kerja.


Peluang hemat energi (PHE) (energy conservation opportunity) merupakan

cara yang mungkin bisa diperoleh dalam usaha mengurangi pemborosan energi.

Identifikasi peluang hemat energi dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Hasil pengumpulan data, selanjutnya ditindaklanjuti dengan perhitungan

besarnya IKE, dan penyusunan profil penggunaan energi bangunan gedung.

2. Apabila besarnya IKE hasil perhitungan ternyata sama atau kurang dari IKE

target, maka kegiatan audit energi rinci dapat dihentikan, atau diteruskan

untuk memperoleh IKE yang lebih rendah lagi.

3. Bila hasilnya lebih besar dari IKE target, berarti ada peluang untuk

melanjutkan proses audit energi rinci berikutnya guna memperoleh

penghematan energi.

Nilai intensitas konsumsi energi penting untuk dijadikan tolak ukur

menghitung potensi penghematan energi yang mungkin diterapkan di tiap-tiap

ruangan atau aseluruh area bangunan. Dengan membandingkan nilai intensitas

konsumsi energi bangunan dengan standar nasional, bisa diketahui apakah sebuah

ruangan atau keseluruhan bangunan gedung tersebut sudah efisien atau tidak dalam

mengguanakan energi.

Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Konversi Energi dan Pengawasan di

Lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, nilai IKE yang ada pada

sebuah gedung dapat digolongkan menjadi dua kriteria. Kriteria tersebut adalah

bangunan menggunakan AC dan bangunan tanpa menggunakan AC.

Tabel 2.2 Kriteria Standar Nilai IKE Berdasarkan Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan Tanpa Penggunaan AC
Kriteria Keterangan
Efisiensi penggunaan energi masih mungkin
Efisien ditingkatkan
(0,84 – 1,67) kWh/m2/bulan melalui penerapan sistem manajemen energi terpadu.

Penggunaan energi cukup efisien namun masih


Cukup Efisien memiliki
(1,67 – 2,5) kWh/m2/bulan peluang konservasi energi.

Desain bangunan maupun pemeliharaan dan


Boros
pengoperasian gedung belum mempertimbangkan
(2,5 – 3,34) kWh/m2/bulan
konservasi energi.

Agar dilakukan peninjauan ulang atas semua instalasi


Sangat Boros
/peralatan energi serta penerapan manajemen energi
(3,34 – 4,17) kWh/m2/bulan
dalam pengelolaan bangunan.

Sumber: (J. Untoro, H. Gusmedi, N. Purwasih, “Audit energi dan Analisis Penghematan
Konsumsi Energi pada Sistem Peralatan Listrik di Gedung Pelayanan Unila” ELECTRICIAN- Jurnal
Rekayasa dan Teknologi Elektro, vol. 8, no. 2, Hal. 93-104)

Tabel 2.3 Kriteria standar nilai IKE berdasarkan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan dengan penggunaan AC.
Kriteria Keterangan

Sangat Efisien Pengoperasian peralatan energi dilakukan dengan


(4,17 – 7,92) kWh/m2/bulan prinsip-prinsip manajemen energi.

Efisiensi penggunaan energi masih mungkin


Efisien
ditingkatkan melalui penerapan sistem manajemen
(7,93 – 12,08) kWh/m2/bulan
energi terpadu.

Cukup Efisien Pengoperasian dan pemeliharaan gedung belum


(12,08 – 14,58) kWh/m2/bulan mempertimbang-kan prinsip konservasi energi.

Desain bangunan maupun pemeliharaan dan


Agak Boros
pengoperasian gedung belum mempertimbang-kan
(14,58 – 19,17) kWh/m2/bulan
konservasi energy
Sumber: (J. Untoro, H. Gusmedi, N. Purwasih, “Audit energi dan Analisis Penghematan
Konsumsi Energi pada Sistem Peralatan Listrik di Gedung Pelayanan Unila” ELECTRICIAN- Jurnal
Rekayasa dan Teknologi Elektro, vol. 8, no. 2, Hal. 93-104)

Menghitung besarnya Intesitas Konsumsi Energi (IKE) gedung dapat dilakukan

dengan:

 Rincian luas bangunan gedung dan luas total bangunan gedung (m2)

 Konsumsi energi bangunan gedung pertahun (kWh/tahun)

 Intesitas konsumsi energy (IKE) bangunan per tahun (kWh/m2. Tahun)

 Biaya energi bangunan gedung (Rp/kWh)

Pemakaian energi listrik (kWh)


IKE=
luas bangunan(m ²)

Selain dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, berikut adalah acuan

untuk nilai standar IKE berdasarkan Peraturan Menteri ESDM No. 13 Tahun 2012.

Tabel 2.4 Nilai Standar IKE dari Peraturan Menteri ESDM No.13 Tahun 2012
IKE AC IKE Non AC
Kategori
kWh/m2/bln kWh/m2/bln
Sangat Efisien < 8,5 < 3,4
Efisien = 8,5 < 14 = 3,4 < 5,6
Cukup Efisien = 14 < 18,5 = 5,6 < 7,4
Boros ≥ 18,5 ≥ 7,4
Sumber: Peraturan Menteri ESDM No. 13 Tahun 2012 “Tentang Penghematan Tenaga Listrik”.

Anda mungkin juga menyukai