Anda di halaman 1dari 14

Volume 9. No.

1 April 2018 ISSN 2086 - 4450

Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan

Sintang
Vox Volume Nomor Halaman ISSN
April
Edukasi 9 1 01- 81 2086 -4450
2018
ISSN: 2086-4450

SUSUNAN DEWAN REDAKSI


VOX EDUKASI
JURNAL ILMIAH ILMU PENDIDIKAN
VOL. 9 No. 1 April 2018

EDITOR IN CHIEF:
Nelly Wedyawati, S.Si., M.Pd.
(STKIP Persada Khatulistiwa Sintang)

EDITORIAL BOARD:
Anyan, M.Kom.
(STKIP Persada Khatulistiwa Sintang)

REVIEWERS:
Dr. Hilarius Jago Duda, S.Si., M.Pd.
(STKIP Persada Khatulistiwa Sintang)
Herpanus, S.P., M.A., Ph.D
(STKIP Persada Khatulistiwa Sintang)
Bintoro Nugroho, M.Si., Ph.D
(Universitas Tanjungpura Pontianak)
Eliana Yunitha Seran, M.Pd.
(STKIP Persada Khatulistiwa Sintang)
Mardawani, M.Pd.
(STKIP Persada Khatulistiwa Sintang)
Dessy Triana Relita, M.Pd.
(STKIP Persada Khatulistiwa Sintang)

Alamat Redaksi
Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat
STKIP Persada Khatulistiwa Sintang Kalimantan Barat
Jl. Pertamina Sengkuang KM. 4 Kapuas Kanan Hulu Sintang Kalimantan Barat
Kotak Pos 126, Kalbar, Hp/Telp. (0565) 2025366/085245229150/085245847748)
Website:http://jurnal.stkipsintang.ac.id/indek.php/voxedukasi
Email: lppmpersadakhatulistiwa@yahoo.co.id/lppm@stkippersada.ac.id
ISSN 2086 - 4450

VOX EDUKASI
JURNAL ILMIAH ILMU PENDIDIKAN
VOL. 9 No. 1 April 2018

DAFTAR ISI

THE INFLUENCES OF FLASHBACK TO THE PLOT “THE IRON


LADY” MOVIE
Thomas Joni Verawanto Aristo 01–10
Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, STKIP Persada Khatulistiwa Sintang

STUDENTS’ WRITING DIFFICULTY IN COMPOSING A


DESCRIPTIVE TEXT (A Quantitative Study of the First Year Students at
STKIP Persada Khatulistiwa Sintang) 11–21
Wa Ode Ritna Yuniyr Ullah
Prodi Pendidikan Ekonomi, STKIP Persada Khatulistiwa Sintang

STUDI PENERAPAN MEDIA KUIS INTERAKTIF BERBASIS GAME


EDUKASI KAHOOT! TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA
22–27
Gres Dyah Kusuma Ningrum
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang

APPLYING ESA (ENGAGE, STUDY, ACTIVATE) STRATEGY TO


IMPROVE STUDENTS’ SPEAKING ABILITY
Ilinawati 28–40
Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, STKIP Persada Khatulistiwa Sintang

A STUDY OF MIND MAPPING COLLABORATIVE WRITING


TECHNIQUES FOR TEACHING WRITING DESCRIPTIVE TEXTS
41–55
Sijono
Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, STKIP Persada Khatulistiwa Sintang

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN HASIL BELAJAR


MATEMATIKA SISWA KELAS III SDN 25 RAJANG BEGANTUNG II
MELALUI TEKNIK PROBING-PROMPTING 56–70
Andri, Anyan & Lenni Marsella Sarry
Prodi PGSD, STKIP Persada Khatulistiwa Sintang

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA


BERBASIS EMPAT PILAR PENDIDIKAN MELALUIOUTDOOR–
INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BEKERJA
ILMIAH PADA MATERI MOMEN GAYA, FLUIDA, DAN
71–81
KESEIMBANGAN STATIS DI IKIP PGRI PONTIANAK
Lukman Hakim, Suparmi, & Mohammad Masykuri
Program Studi Magister Pendidikan Sains Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta
Lukman Hakim, Suparmi, & Mohammad Masykuri, Pengembangan Perangkat Pembelajaran |71

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS EMPAT


PILAR PENDIDIKAN MELALUIOUTDOOR–INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN
KEBIASAAN BEKERJA ILMIAH PADA MATERI MOMEN GAYA, FLUIDA, DAN
KESEIMBANGAN STATIS DI IKIP PGRI PONTIANAK

Lukman Hakim, Suparmi, Mohammad Masykuri


Program Studi Magister Pendidikan Sains Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia
Email : sylukmanhakim@student.uns.ac.id, soeparmi@staff.uns.ac.id, mmasykuri@staff.uns.ac.id

ABSTRAK
Empat pilar pendidikan dalam pembelajaran fisika yang tercantum dalam kurikulum 2006 perlu diperhatikan,
namun dalam kurikulum tersebut tidak dijelaskan bagaimana penjabarannya. Keterbatasan sarana
laboratorium juga menjadi kendala dalam mendukung pembelajaran Fisika. Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan perangkat pembelajaran (LKM, SAP dan Buku Dosen) dan untuk mengetahui profil
pembiasaan bekerja ilmiah dengan perangkat pembelajaran fisika yang berbasis empat pilar pendidikan
melalui kegiatan luar ruangan (outdoor-inquiry). Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (R&D)
dengan menggunakan perangkat pengembangan pengajaran Dick & Carey. Perangkat pembelajaran ini
dikembangkan melalui uji coba bertingkat pada perangkat pembelajaran serta mengevaluasinya. Evaluasi
dilakukan pada masing-masing pilar, pilar learning to do diungkap melalui pensekoran pada isian LKM, pilar
learning to know dilihat dari hasil tes pemahaman konsep, pilar learning to live together diungkap melalui
pengamatan selama kegiatan dan pilar learning to be diungkap melalui peningkatan ketiga pilar lainnya
selama pelaksanaan tiga LKM. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengembangan perangkat pembelajaran
dapat dilakukan melalui uji coba bertingkat secara individu, kelompok kecildan kelompok besar. Profil
ketrampilan proses sains mahasiswa (learning to do) meningkat pada pelaksanaan LKM 01, LKM 02 dan
LKM 03 dengan gain 0,29 dan 0,38. Pemahaman konsep mahasiswa (learning to know) meningkat pada
pelaksanaan LKM 01, LKM 02 dengan gain 0,10 tetapi menurun pada pelaksanaan LKM 03 dengan gain-
0,09. Kemampuan bekerja kelompok mahasiswa (learning to live together) meningkat dengan gain 0,14 dan
0,50. Pembiasaan bekerja ilmiah (learning to be) meningkat dengan gain 0,18 dan 0,23. Kesimpulan dari
penelitian ini bahwa pengembangan perangkat dapat dilakukan melalui uji coba bertingkat dan hasil
penerapan perangkat dapat menunjukan kecenderungan pembiasaan bekerja ilmiah pada diri mahasiswa
mulai tumbuh. Respon sikap mahasiswa terhadap perangkat pembelajaran secara umum baik dan sangat baik.

Kata Kunci: Empat pilar pendidikan, Outdoor – Inquiry, kebiasaan bekerja ilmiah
72 | V O X E D U K A S I V O L 9 N o . 1 A p r i l 2 0 1 8

Pendahuluan motivasi dan bimbingan kepada


mahasiswa agar dapat
Pembelajaran fisika selama mengembangkan potensi dan
ini cenderung masih banyak yang kreatifitas melalui kegiatan belajar.
didominasi oleh dosen, mahasiswa Rose Amnah Abd Rauf et al. (2013)
hanya menerima pengetahuan yang menyebutkan bahwa dosen
diberikan dosen tanpa melalui memainkan peran penting untuk
pengolahan potensi yang ada. Sering mengajarkan bekerja ilmiah melalui
kali dosen lebih mendahulukan perencanaan dan mengatur kegiatan
ketercapaian target kurikulum dan belajar dan mengajar. Untuk dapat
hasil akhir, akibatnya makna proses meningkatkan kemampuan bekerja
pembelajaran kurang dirasakan bagi ilmiah siswa dalam pembelajaran
bekal dalam memecahkan sains, peneliti menggunakan model
permasalahan kehidupannya. Hal ini pembelajaran outdoor-inkuiri.
sesuai dengan apa yang dikatakan Adapun pertimbangan digunakannya
Tjia (2000) bahwa pengajaran fisika model outdoor-inkuiri adalah sebagai
hanya menekankan satu proses berikut: (1) Model pembelajaran
pemahaman fenomena alam saja, outdoor-inkuiri sangat ideal untuk
yakni proses deduktif. Halini memang mata pelajaran fisika dan dalam
berhasil membuat mahasiswa menjadi beberapa hasil penelitian telah
kritis analitis, tetapi efek sampingnya terbukti dapat meningkatkan hasil
membunuh kreativitas mahasiswa belajar siswa (Joice dan Weil 1992
dalam menyisir fakta-fakta dari cit. Made Wena 2008, Sabahiyah et
fenomena rumit untuk menghasilkan al. 2013, Ali Abdi 2014); (2) Model
konsep hipotesis atau perangkat teori pembelajaran outdoor-inkuiri
yang sederhana. memiliki prosedur dan langkah-
Kebiasaan dosen mengajar langkah yang sistematis sehingga
y a n g bersifat rutin dan monoton mudah diterapkan (Gulo, 2004); (3)
sesuai dengan urutan buku paket, Model pembelajaran outdoor-inkuiri
yaitu dimulai dengan membahas tugas dirancang dengan memadukan
rumah, selanjutnya dosen ketepatan strategi pembelajaran
menjelaskan masalah baru, latihan dengan cara otak bekerja selama
mengerjakan soal, dan diakhiri proses pembelajaran (Made Wena,
dengan tugas rumah menyebabkan 2008); dan (4) mengatasi keterbatasan
siswa menjadi pasif dan bosan. alat dalam laboratorium sehingga
Keadaan tersebut menyebabkan menggunakan alam sebagai alat.
mahasiswa kurang memiliki Pada hakikatnya fisika
kesempatan untuk melatih diri dalam dibangun atas dasar produk ilmiah,
berpikir, bertanya, melakukan proses ilmiah, dan sikap ilmiah.
penemuan-penemuan (proses inkuiri), Selain itu, fisika dipandang pula
tidak terbiasa bekerja ilmiah serta sebagai proses, sebagai produk, dan
mendiskusikan ide,strategi dan solusi. sebagai prosedur (Trianto, 2010:
Dosen sebagai fasilitator sebaiknya 137). Sebagai proses diartikan semua
tidak mendominasi kegiatan kegiatan ilmiah untuk
pembelajaran tetapi membantu menyempurnakan pengetahuan
menciptakan kondisi yang tentang alam maupun untuk
mendukung serta memberikan menemukan pengetahuan baru.
Lukman Hakim, Suparmi, & Mohammad Masykuri, Pengembangan Perangkat Pembelajaran |73

Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan


yang diajarkan dalam sekolah atau di pekerjaan maupun lingkungan
luar sekolah ataupun bahan bacaan masyarakat. Dalam pendidikan
untuk penyebaran atau dessiminasi kecakapan hidup dapat diajarkan
pengetahuan. Sebagai prosedur melakui kegiatan kerja ilmiah yang
dimaksudkan adalah metodologi atau mampu melatih mahasiswa
cara yang dipakai untuk mengetahui membiasakan diri menyelesaikan
sesuatu (riset pada umumnya) yang berbagai persoalan yang dihadapinya.
lazim disebut metode ilmiah Oleh sebab itu, proses bekerja ilmiah,
(scientific method). produk temuannya (yaitu konsep,
Keingintahuan para ilmuwan teori, hukum), dan sikap ilmiah,
untuk menemukan konsep atau teori ketiganya menjadi komponen sains
menyebabkan mereka melakukan yang seharusnya dibelajarkan
berbagai macam cara untuk disekolah (Heuvelen,2001).
mempelajari gejala alam, kemudian Dalam kurikulum baru, yaitu
mengajukan penjelasan yang Kurikulum 2006, ketiga komponen
berdasarkan dengan hasil kerja kompetensi tersebut telah diamanatkan
mereka. Para ilmuwan menggunakan untuk dikembangkan dalam
proses inkuiri ilmiah secara berulang pembelajaran fisika (Depdiknas,
dalam mempelajari gejala alam yang 2006). Dalam Kurikulum 2006
meliputi: memikirkan dan dinyatakan bahwa untuk semuamata
mengeksplorasi gejala, merumuskan pelajaran sains, salah satu
hipotesis, memikirkan cara pengujian pertimbangan yang perlu diperhatikan
hipotesis, mengumpulkan data dalam melaksanakan pembelajaran
melalui pengamatan dan pengukuran, sainsadalah empat pilar pendidikan,
kemudian membandingkan data atau yaitu perangkat pembelajaran yang
fakta dengan konsekuensi deduktif dapat memfasilitasi mahasiswa untuk
yang dijabarkan dari hipotesis belajar menemukan jawaban dari
(Lawson dalam Wiyanto, 2015). suatu masalah (learning to know)
Hal di atas menunjukkan melalui proses bekerja ilmiah
bahwa kemampuan bekerja ilmiah (learning to do) yang dilakukan
(yang biasanya dilakukan secara secara kolaboratif (learning to live
kolaboratif) dan bersikap ilmiah together), sehingga diharapkan
(seperti terencana, teliti, jujur, dan mahasiswa menjadi terbiasa berpikir
skeptis) telah membekal iilmuwan dan bertindak ilmiah (learning to be),
untuk hidup produktif. Jadi namun tidak dijelaskan bagaimana
kemampuan tersebut telah penjabarannya. Oleh karena itu, perlu
berkontribusi menjadikannya dikembangkan perangkat
manusia yang memiliki kecakapan pembelajaran yang mampu
hidup (life skill). Kecakapan itu menjabarkan dan berbasis pada empat
sangat diperlukan bagi semua orang, pilar pendidikan tersebut.
tidak terbatas hanya ilmuwan, agar Keterbatasan sarana
mampu bertahan hidup secara laboratorium dan peralatan praktikum
produktif di era globalisasi dewasa menjadi permasalahan lainyang
ini. sering muncul terutama pada
Kecakapan hidup ini dapat universitas yang baru berkembang.
dilihat dari kemampuan seseorang Hasil penelitian menunjukkan bahwa
untuk menyelesaikan permasalahan secara umum potensi sarana
yang dihadapi baik dalam lingkungan laboratorium Fisika untuk
74 | V O X E D U K A S I V O L 9 N o . 1 A p r i l 2 0 1 8

mendukung pelaksanaan pembelajaran Fisika di universitas


yang baru berkembang masih belum ketrampilanproses sains mahasiswa.
mencukupi (Indrawati, 2006). Hal ini Hal tersebut dapat kita lihat
ditunjukkan bahwa kondisi dari hasil penelitianYustami
laboratorium Fisika untuk memenuhi (2005)yang menyimpulkan bahwa
kebutuhan pelaksanaan pembelajaran penerapan pendekatan keterampilan
masih kurang. Pemanfaatan proses sains mampu meningkatkan
laboratorium dalam mendukung keterampilan mengamati,
pembelajaran juga masih sangat mengelompokkan, menafsirkan,
rendah, padahal dalam membahas meramalkan, berhipotesis,
fisika tidak cukup hanya menekankan merencanakan percobaan,
pada produk, tetapi yang lebih menggunakan alat/bahan atau sumber,
penting adalah proses untuk menerapkan konsep dan
membuktikan atau mendapatkan berkomunikasi pada mahasiswa.
suatu teori atau hukum. Oleh karena Peningkatan keterampilan proses
itu, alat peraga/praktikum sebagai alat sains tertinggi pada keterampilan
media pendidikan untuk menjelaskan merencanakan percobaan, sedangkan
sangat diperlukan (Indrawati, 2006) terendah pada keterampilan
Untuk mengatasi meramalkan
permasalahan di atas perlu adanya Untuk mengatasi permasalahan
perangkat pembelajaran sains yang keterbatasan peralatan laboratorium
mampu menjabarkan empat pilar dapat digunakan pendekatan luar
pendidikan, mampu meningkatkan ruangan (outdoor), karena dengan
kemampuan memecahkan pendekatan ini peralatan laboratorium
masalah(problemsolving) serta dapat yang dibutuhkan dapat diganti dengan
diterapkan dengan keterbatasan benda-benda yang ada disekitar kita.
peralatan dan sarana laboratorium Hal ini sesuai dengan yang dikatakan
yang ada. Perangkat pembelajaran oleh Popov (2006) bahwa objek dari
sains dengan pendekatan inkuiri pembelajaran fisika diluar ruangan
merupakan alternatif jawaban, karena (outdoor physics) adalah benda-benda
pendekatan itu dapat memfasilitasi yang ada dialam (buatan atau alami)
mahasiswa untuk memecahkan yang dapat merefleksikan prinsip-
masalah melalui penyelidikan ilmiah, prinsip, hukum dan teori fisika
sehingga mahasiswa dapat sehingga pengalaman berpikir,
menemukan sendiri jawabannya menggunakan peralatan fisika dan
(McDermott et.al., 2000 dalam benda-benda lain, pandangan
Wiyanto, 2015). Hasil penelitian lain mahasiswa tentang dunia
menunjukkan bahwa pembelajaran ilmiah,kemampuan serta sikap
dengan kegiatan laboratorium mahasiswa terhadap fisika dapat
berbasis inkuiri lebih baik ditingkatkan.
dibandingkan dengan pembelajaran Tujuan penelitian untuk
konvensional (Kaswan,2005). Jaelani mengetahui karakteristik, kelayakan,
(2005) mengatakan bahwa dan efektivitas perangkat
pembelajaran berbasis inkuiri lebih pembelajaran fisika berbasis empat
meningkatkan penguasaan konsep pilar pendidikan melalui outdoor-
mahasiswa dibandingkan dengan inquiry untuk menumbuhkan
pembelajaran biasa (ceramah dan kebiasaan bekerja ilmiah.
mencatat) dan pembelajaran berbasis
inkuiri dapat meningkatkan Metode Penelitian
Lukman Hakim, Suparmi, & Mohammad Masykuri, Pengembangan Perangkat Pembelajaran |75

Dalam penelitian ini metode Pada tahap ini dilakukan analisis


yang digunakan adalah metode terhadap kurikulum fisika tahun2006
penelitian dan pengembangan atau tentang fungsi dan tujuan mata
Research and Development (R&D) pelajaran fisika antara lain adalah
yang juga disebut sebagai sebagai sarana untuk: (1)memupuk
pengembangan berbasis penelitian sikap ilmiah yang mencakup: jujur dan
(research based development) yang obyektif terhadap data; terbuka dalam
memiliki orientasi pada sebuah menerima pendapat berdasarkan bukti-
produk. Pengertian penelitian dan bukti tertentu; ulet dan tidak cepat
pengembangan menurut Sukmadinata putus asa; kritis terhadap pernyataan
(2006: 164) adalah suatu proses atau ilmiah yaitu tidak mudah percaya
langkah-langkah untuk tanpa ada dukungan hasil observasi
mengembangkan suatu produk baru empiris; dapat bekerjasama dengan
atau menyempurnakan produk yang orang lain; (2) memberi pengalaman
telah ada yang dapat untuk dapat mengajukan dan
dipertanggungjawabkan. Penelitian ini menguji hipotesis melalaui
menggunakan desain R&D seperti percobaan: merancang dan merakit
yang dikembangkan oleh Walter Dick instrumen percobaan,
dan Lou Carey (Wiyanto dkk, 2006). mengumpulkan,mengolah, dan
Penelitian dan pengembangan menafsirkan data, menyusun laporan,
ini menggunakan model Dick dan serta mengkomunikasikan hasil
Carey oleh Walter Dick dan Lou percobaan secara lisan dan tertulis; (3)
Carey (dalam Wiyanto dkk, 2006), mengembangkan kemampuan berpikir
model ini terdapat beberapa komponen analisis induktif dan deduktif dengan
yang akan dilalui dalam proses menggunakan konsep dan prinsip
perancangan pengembangan fisika untuk menjelaskan berbagai
perangkat. Komponen-komponen peristiwa alam dan menyelesaian
tersebut adalah identifikasi tujuan masalah baik secara kualitatif maupun
(Identify Instructional), melakukan kuantitatif; menguasai pengetahuan,
analisis pengajaran (Conduct konsep dan prinsip fisika serta
Instructional Analysis), identifikasi mempunyai keterampilan
tingkah laku awal (Identify Entry mengembangkan pengetahuan,
Behaviors, Characteristics), menulis keterampilan dan sikap percaya diri
tujuan kinerja (Write Performance sehingga dapat diterapkan dalam
Objectives), pengembangan tes acuan kehidupan sehari-hari dan sebagai
patokan (Develop Criterion- bekal untuk melanjutkan pendidikan
Referenced Test Items), pada jenjang yang lebih tinggi
pengembangan strategi pengajaran (Depdiknas, 2006). Selain itu, standar
(Develop Instructional Strategy), kopetensi pelajaran Fisika juga
pengembangan dan memilih perangkat menuntut mahasiswa untuk mampu
pengajaran (Develop and Instructional melakukan kerja ilmiah yang
Materials), merancangdan mencakup kemampuan penyelidikan,
melaksanakan tes formatif (Design berkomunikasi ilmiah, pengembangan
and Conduct Formative Evaluation), kreativitas dan pemecahan masalah
merancang dan melaksanakan tes serta pengembangan nilai dan sikap
sumatif (Design and Conduct ilmiah (Depdiknas, 2006).
SumativeEvaluation). Subyek penelitian terdiri dari
dua kelas semester 1 yang terdiri dari
76 | V O X E D U K A S I V O L 9 N o . 1 A p r i l 2 0 1 8

mahasiswa perempuan sebanyak 56 sebanyak 24 orang. Selanjutnya kelas


orang dan mahasiswa laki-laki
pertama digunakan sebagai subyek percobaan mahasiswa diajak untuk
dari ujicoba individu dan ujicoba melakukan percobaanterkontrol,
kelompok kecil (6 sd 8 orang). mengamati variabel, melakukan
Sedangkan kelas satunya yaitu kelas pengukuran, mengorganisir data
kedua terdiri dari mahasiswa melalui tabel dan merumuskan
perempuan sebanyak 18 orang dan kesimpulan; pada bagian
mahasiswa laki-laki sebanyak 22 pertanyaan/tugas mahasiswa diajak
orang.Selanjutnya kelas kedua ini untuk menerapkan lagi metode ilmiah
digunakan sebagai subyek dari pada kasus yang berbeda sehingga
ujicoba kelompok besar (40 orang) diharapkan mahasiswa terlatih dengan
yang kemudian datanya dijadikan metode ilmiah.
sebagai bahan analisis ketercapaian Satuan Acara Perkuliahan(SAP)
tujuan penelitian. merupakan suatu langkah-langkah atau
Hasil dari analisa kurikulum pedoman dalam pembelajaran yang
Fisika serta ketersediaan fasilitas akan dilaksmahasiswaan oleh dosen.
laboratorium diperoleh indikator Langkah- langkah tersebut meliputi;
ketercapaian tujuan penelitian yang pendahuluan, kegiatan inti, dan
terdiri dari indikator empat pilar penutup. Waktu yang dibutuhkan
pendidikan yaitu: Indikator setiap kali pertemuan adalah 3 jam
ketrampilan proses sains (learning to pelajaran (3 x 45 menit).
do), Indikator Pemahaman konsep Buku dosen yang dikembangkan
sains (learning to know), Indikator pada penelitian ini dimaksudkan
Kemampuan Bekerja Kelompok sebagai bahan panduan bagi dosen
(Learning to live together), dan dalam menerapkan perangkat
Indikator kebiasaan berpikir dan pembelajaran ini sehingga tidak
bekerja ilmiah (learning to be). mengalami kesulitan. Buku dosen
LKM yang dikembangkan yang dikembangkan berisi: judul;
berisi: judul LKM, identitas pendahuluan; tujuan pembelajaran
mahasiswa, standar kompetensi, yang terdiri dari standar kopetensi,
kompetensi dasar, indikator, kopetensi dasar dan indikator
pendahuluan, prosedur, percobaan, pembelajaran; landasan teori; alat dan
dan tugas.Bagian judul berisi judul bahan; perangkat pembelajaran;
LKM outdoor-inkuiri dan tema yang metode; pendekatan; skenario
diangkat; bagian identitas mahasiswa pembelajaran yang terdiri dari
terdiri dari nama, kelas dan tanggal pendahuluan, kegiatan inti dan
percobaan; pada bagian standar penutup; evaluasi; solusi LKM.Buku
kompetensi, kompetensi dasar dan dosen juga dilengkapi dengan format
indikator berisi tujuan yang penilaian ketrampilan proses sains
diharapkan setelah mahasiswa beserta rubrik dan kisi-kisi penilaian,
melakukan percobaan; bagian contoh soal pemahaman konsep, serta
pendahuluan merupakan pengantar format penilaian kemampuan kerja
untuk mengarahkan mahasiswa pada kelompok.
tema yang akan dibahas; pada bagian Instrumen yang digunakan
prosedur mahasiswa diajak untuk dalam pengembangan perangkat
mengeksplorasi, merumuskan pembelajaran berbasis empat pilar
masalah, membuat hipotesis, dan pendidikan melalui outdoor-inkuiri
merancang percobaan; pada bagian meliputi: format validasi Buku Dosen,
Lukman Hakim, Suparmi, & Mohammad Masykuri, Pengembangan Perangkat Pembelajaran |77

format validasi Rencana format validasi Lembar Kegiatan


Pelaksanaan Pembelajaran (SAP), Mahasiswa (LKM), dan format
validasi Tes Hasil Belajar. Instrumen bertingkat mulai validasi ahli, dan uji
yang digunakan dalam pengambilan coba 1 sampai uji coba 4 adalah
data pembelajaran berbasis empat pilar sebagai berikut.
pendidikan melalui outdoor-inkuiri Hasil Pengembangan LKM 01
meliputi: Lembar Penilaian (Karakterisasi Momen Gaya) untuk
Ketrampilan Proses Sains (learning to validasi ahli terdapat revisi pada
do), Lembar Pengamatan Kemampuan penggunaan Istilah diganti dengan
Bekerja Kelompok, Tes Pemahaman kata-kata yang dapat dipahami
Konsep, dan Lembar Angket Respon mahasiswa. Uji coba 1 dan 2 terdapat
sikap mahasiswa. revisi LKM dipersingkat dengan fokus
Teknik Analisis Data berupa pada tujuan pembelajaran. Poin I
data Pengamatan Kemampuan Bekerja no.3,4,6 diperbaiki pada kata-kata:
Ilmiah, Data Tes Pemahaman Konsep, pertanyaan yang menarik, alternatif
Data Kemampuan Bekerja kelompok, jawaban, gejala diganti dengan kata-
dan data Pembiasaan Bekerja Ilmiah kata yang lebih dipahami mahasiswa;
serta Data Respon sikap mahasiswa Grafik dihilangka Poin IIA dan IIB
dilakukan secara deskriptif dengan disatukan dan dipersingkat
menggunakan persentase (%),yakni Hasil Pengembangan LKM 01
banyaknya setiap aktivitas dibagi (Karakterisasi Momen Gaya) untuk uji
dengan seluruh aktivitas dikali 100 %. coba 3 dan 4 terdapat revisi pada
Kemudian dicari gain pada setiap Variabel penelitian diperjelas dengan
tahapan untuk mendeskripsikan profil mendefinisikan arti masing-masing
pembiasaan bekerja ilmiah. Instrumen variabel dan bagian variabel
keberhasilan indikator pemahaman dihilangkan karena tidak ada dalam
konsep mahasiswadilakukan dalam indikator kemampuan bekerja ilmiah.
bentuk tes. Bentuk soal disajikan Sehingga pada poin tiga hanya
dalam bentuk pilihan ganda. Instrumen diberikan masalah dan mahasiswa
tes terlebih dahulu dilakukan uji taraf dituntun berpikir ilmiah melalui
kesukaran soal, daya pembeda, diagram yang sudah disediakan.
reliabilitas, dan validitas. Setelah Hasil Pengembangan LKM 02
dilakukan uji coba akan dipilih soal (debit zat cair) untuk validasi ahli
yang tingkat kesukaran mudah, sedang terdapat revisi pada istilah harus
hingga sulit, daya beda yang baik, mudah dipahami mahasiswa. Pada uji
reliable, dilanjutkan dengan merevisi coba 1 dan 2 terdapat revisi poin I
pada soal-soal yang kurang memiliki no.3, 4 istilah debit diganti
daya beda, kurang reliabel atau soal banyakanya aliran, grafik dihilangkan,
yang terlalu sulit. Poin IIB.1 dihilangkan karena tidak
fokus, Perumusan kesimpulan pada
Hasil Penelitian dan Pembahasan poin IIA menggunakan bantuan kata-
kata, Percobaan IIA dan IIB yang
LKM yang dikembangkan lebih sederhana, Percobaan IIA dan
terdiri dari: LKM 01 Karakterisasi IIB dirombak untuk mengkaitkan
Momen Gaya, LKM 02: Debit Zat kedua percobaan.
cair, LKM 03: Permasalahan Pada Pada uji coba 3 dan 4 terdapat
Gerobak Yang Menaiki Tangga. revisi Kolom respon diperlebar,
Adapun daftar hasil pengembangan perumusan kesimpulan secara
LKM setelah melalui uji coba matematis pada poin IIB diperjelas
78 | V O X E D U K A S I V O L 9 N o . 1 A p r i l 2 0 1 8

dengan memberikan persamaan penelitian dihilangkan karena tidak


dengan kolom isian Variabel
ada dalam indikator ketrampilan Hasil ini sesuai dengan
proses sains penelitian yang dilakukan oleh
Juanengsih (2006) yang menyatakan
Hasil Penilaian Ketrampilan Proses bahwa pembelajaran inkuiri mampu
Sains (Learning to do) meningkatkan pemahaman konsep
Terjadi peningkatan mahasiswa, demikian juga penelitian
ketrampilan proses sains selama yang dilakukan Kaswan (2005)
pembelajaran yaitu dengan rata-rata mengatakan bahwa pembelajaran
kelas sebesar 66,25% pada LKM 01 dengan kegiatan laboratorium berbasis
meningkat menjadi 75,97% pada LKM inkuiri lebih baik dibanding
02 dan meningkat lagi menjadi pembelajaran konvensional dalam
84,89% pada LKM 03. meningkatkan kemahaman konsep
Bila dilihat gain rata-rata dari mahasiswa
LKM 01 ke LKM 02 sebesar 0,29
(katagori rendah) dan gain dari Hasil Penilaian Kemampuan Kerja
LKM 02 ke LKM 03 sebesar 0,38 Kelompok (Learning to live together)
(katagori sedang) yang berarti terjadi Terjadi peningkatan
peningkatan gain. Hasil ini sesuai kemampuan kerja kelompok selama
dengan penelitian yang dilakukan oleh pembelajaran yaitu dengan rata-rata
Juanengsih (2006) yang mengatakan kelas sebesar 71,13% pada LKM 01
bahwa pembelajaran inkuiri ilmiah meningkat menjadi 75,25% pada
mampu meningkatkan kemampuan LKM 02 dan meningkat lagi menjadi
kerja ilmiah pada kelas eksperimen 87,63% pada LKM 03. Bila dilihat
dengan katagori gain sedang (0,55 dan gain rata-rata dari LKM 01 ke LKM
0,46). Hasil tersebut juga sesuai 02 sebesar 0,14 (katagori rendah) dan
dengan hasil penelitian Jaelani (2005) gain dari LKM 02 ke LKM 03 sebesar
juga mengatakan bahwa pembelajaran 0,50 (katagori sedang) yang berarti
berbasis inkuiri dapat meningkatkan terjadi kenaikan gain.
ketrampilan proses sains mahasiswa. Kemampuan bekerja kelompok
merupakan bagian dari sikap ilmiah
Hasil Penilaian Pemahaman Konsep yang di dalamnya mencakup
(Learning to know) kemampuan bekerjasama dengan
Terjadi peningkatan rata-rata orang lain. Sehingga peningkatan
pemahaman konsep pada setiap LKM, kemampuan bekerja kelompok pada
walaupun pada LKM 03 terjadi penelitian ini dapat diartikan sebagai
penurunan (65,5%) dari semula pada peningkatan sikap ilmiah
LKM 02 (68,25%) tetapi masih diatas mahasiswa. Hal ini sesuai dengan
hasil rata-rata pada LKM 01 yaitu penelitian yang dilakukan Damayanti
(64,75%). Bila dilihat gain rata-rata (2005) yang mengatakan bahwa
dari LKM 01 ke LKM 02 sebesar 0,10 perangkat pembelajaran inkuiri dapat
dan gain dari LKM 02 ke LKM 03 mengembangkan sikap ilmiah
sebesar -0,09 yang berarti terjadi mahasiswa.
penurunan gain. Hal ini disebabkan
pada LKM 03 tentang karakterisasi Hasil Pembiasaan Bekerja Ilmiah
gerobak yang menaiki mahasiswa (Learning to be)
tangga memiliki tingkat kesulitan yang Melihat hasil pembiasaan
lebih tinggi dari LKM sebelumnya. bekerja ilmiah diketahui melalui skor
Lukman Hakim, Suparmi, & Mohammad Masykuri, Pengembangan Perangkat Pembelajaran |79

rata- rata gabungan tiga pilar lainnya 02 maupun LKM 03. Dari hasil
selama pembelajaran LKM 01, LKM penelitian dan analisis data yang
dilakukan diperoleh bahwa telah Kesimpulan dan Saran
terjadi peningkatan kemampuan
bekerja ilmiah pada mahasiswa Kesimpulan:
yaitu rata-rata kelas 67,38% pada 1. Pengembangan perangkat
LKM 01 meningkat menjadi 73,16% pembelajaran fisika berupa SAP,
pada LKM 02 dan meningkat lagi LKM, instrumen evaluasi dan
menjadi 79,34% pada LKM 03. Bila Buku Dosen berbasis empat pilar
dilihat gain rata-rata dari LKM 01 ke pendidikan melalui outdoor-
LKM 02 sebesar 0,18 (katagori inquiry.
rendah) dan gain dari LKM 02 ke 2. Pengembangan perangkat
LKM 03 sebesar 0,23 (katagori pembelajaran fisika berupa SAP,
rendah) yang berarti terjadi kenaikan LKM, instrumen evaluasi dan
gain. Buku Dosen berbasis empat pilar
Kenaikan gain ini memberikan pendidikan melalui outdoor-
petunjuk bahwa perangkat inquiry dinyatakan layak setelah
pembelajaran berbasis empat pilar melalui validasi ahli dengan
pendidikan ini dapat membiasakan kriteria baik.
mahasiswa untuk bertindak dan 3. Pengembangan perangkat
bekerja ilmiah atau dengan kata lain pembelajaran fisika berupaSAP,
mahasiswa sudah terbiasa berpikir LKM, instrumen evaluasi dan
dan bertindak seperti ilmuan. Buku Dosen berbasis empat pilar
Respon Sikap Mahasiswa pendidikan melalui outdoor-
Terhadap Pembelajaran Berbasis inquiry dinilai efektif dalam
EmpatPilar Pendidikan pembelajaran fisika ditinjau dari
Respon sikap mahasiswa kemampuan kognitif mahasiswa.
terhadap pembelajaran berbasis empat Hal ini dapat dilihat dari
pilar pendidikan rata-rata antara baik ketuntasan nilai kognitif 63%
dan sangat baik. Pada kegiatan mahasiswa memenuhi KKM yaitu
pembelajaran (KBM), sebanyak 28% 75.
mahasiswa merespon sangat baik, 68% 4. Penerapan perangkat yang
mahasiswa merespon baik, dan dikembangkan dapat
sebanyak 3% merespon kurang baik. menumbuhkan kebiasaan bekerja
Respon ini memberikan ilmiah dengan profil ketrampilan
gambaran bahwa mahasiswa merasa proses sains mahasiswa
termotivasi oleh pembelajaran berbasis (learningtodo) meningkat pada
empat pilar pendidikan yang pelaksanaan LKM 01, LKM 02
diterapkan. Kenyataan ini sejalan dan LKM 03 dengan gain 0,29
dengan apa yang dinyatakan oleh (katagori rendah) dan0,38
Holubova (2003) yang mengatakan (katagori sedang). Pemahaman
bahwa peningkatkan motivasi konsep mahasiswa (learning to
mahasiswa dapat dilakukan dengan know) meningkat pada
membawa konsep fisika sedekat pelaksanaan LKM 01, LKM 02
mungkin dengan kehidupan dengan gain 0,10 (katagori
mahasiswa dan memodivikasi rendah) tetapi menurun pada
praktikum serta menghubungkan pelaksanaan LKM 03 dengan gain
berbagai disiplin. -0,.09 (kategori rendah).
Kemampuan bekerja kelompok
80 | V O X E D U K A S I V O L 9 N o . 1 A p r i l 2 0 1 8

mahasiswa (learning to live pelaksanaan LKM 01, LKM 02


together) meningkat pada dan LKM 03 dengan gain 0,14
(katagori rendah) dan0,50 Creation of Knowledge
(katagori sedang). Kecenderungan Arifats in anOutdoor
peningkatan skor pada ketiga Environment for Young
pilar, yaitu learning to do, Children. University of
learning to know, dan learning to Maryland
live together, menunjukan adanya Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004,
kecenderungan bahwa learning to Standar Kompetensi Mata
bemulai tumbuh. Respon sikap Pelajaran Fisika SMA dan
mahasiswa terhadap perangkat MA. Jakarta: Departemen
pembelajaran fisika berbasis Pendidikan Nasional.
empat pilar pendidikan melalui Depdiknas. 2006.
outdoor-inkuiri secara umum baik Permendiknas No.
dan sangat baik. 24/2006 tentang
pelaksanaan
Beberapa saran yang Permendiknas No. 22 dan
berkenaan dengan pelaksanaan 23/2006. Jakarta:
perangkat pembelajaran fisika Departemen Pendidikan
berbasis empat pilar pendidikan Nasional.
melalui outdoor-inkuiri dalam Elby, A. 2001. Helping physics
pembelajaran sebagai berikut. Konsep students learn how to
yang disampaikan hendaknya dimulai learn. Phys. Educ. Res.,
dari yang mudah dulu, jika mahasiswa Am.J. Phys. Suppl. 69(7):
sudah terbiasa dengan metode inkuiri S54-S64.
konsep yang sulit diterapkan dapat Heuvelen, A.A. 2001. Millikan
diterapkan ke mahasiswa. Alokasi Lecture 1999: The
waktu untuk mengkomunikasikan Workplace, Student
kesimpulan diperpanjang sehingga Minds, and Physics
sebagian besar mahasiswa Learning Systems.Am. J.
berkesempatan menyampaikan Phys. 69(11):1139-1146.
kesimpulannya. Holubova R. 2005. Environmental
Physics: Motivation in
Physics Teaching and
Daftar Pustaka Learning. Journal Physics
Teacher. Education
Anggraeni, S.2006. Pengembangan Online, 3(1): 17-20
Program Perkuliahan McDermott, L.C. et al. 1996. Physics
Fisika Dasar Berbasis by Inquiry. Volume I & II.
Inkuiri Bagi Calon Dosen New York: John Wiley &
Fisika. Bandung: Pikiran Sons, Inc.
Rakyat Penwell, R. 2004. Advance Placement
Arikunto, S. 1998. Prosedur Environmental Science:
Penelitian Suatu Implication of Gender and
Pendekatan Praktek. Ethnicity. Electronic
Jakarta: Rineka Cipta. Journal of Science, 8(3)
Chipman G, Druin A, Guha M.L , Popov, O. 2006. Developing Outdoor
Fails J.A, and Churaman Activities and a Website
W. 2004. Collaborative as resources to Stimulate
Lukman Hakim, Suparmi, & Mohammad Masykuri, Pengembangan Perangkat Pembelajaran |81

Learning Physics in Education.Journal Physics


Teacher Teacher. Education
Online,3(3),18-23
Retno, D.S., Rustaman, N.Y., Arifin,
M., Martoprawiro, M.A.
2006. Pengembangan
Kemampuan Dasar
Bekerja Ilmiah Melalui
Pembelajaran IPA
Berbasis Multimedia.
Makalah Seminar Nasional
MIPA dan Pendidikan
MIPA. Semarang: Unnes
Savinainen,A. andScott,P.
2002a.TheForceConceptIn
ventory:atoolfor
monitoring student
learning.PhysicsEducation
. 37 (1):45-52
Savinainen, A. and Scott, P. 2002b.
Using the Force Consept
Inventory to monitor
student learning and to
plan teaching.Physics
Education. 37 (1):53-58
Wenning, C.J, 2005a, Level of
Inquiry: Hierarchies of
pedagogical practice
andInquiry Processes.
Journal Physics Teacher.
Education Online, 2(3), 3-
11
Wenning, C.J, 2005b, Implementing
inquiry-based Instructionin
the Science Classroom: A
New Perangkat for Solving
the Improvement of
practice Problem. Journal
Physics Teacher.
Education Online, 2(4), 9-
15
Wenning, C.J, 2007, Assesing
Inquiry Skill as Component
of Scientific Literacy.Journal
Physics Teacher. Education
Online, 4(2),21-24.

Anda mungkin juga menyukai