PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
masih dianggap sebagai produk, yaitu berupa kumpulan konsep yang harus
dihafal sehingga berdampak pada rendahnya kemampuan peserta didik pada aspek
menciptakan). Namun, pada kenyataannya aspek pada tingkat yang tinggi seperti
Secara umum istilah sains memiliki arti sebagai Ilmu Pengetahuan. Oleh
Pengetahuan Sosial (IPS) dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Secara khusus,
istilah sains dimaknai sebagai Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau natural science.
upaya memahami berbagai fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan
1
Diyas Sari, Penerapan model problem based learning untuk meningkatkan kemampuan
berfikir kritis siswa. (Yogyakarta, Diss universitas Negri , 2012) h. 1-2
2
Depdiknas, panduan pengembangan pembelajaran IPA secara terpadu. Dirktorat
jendral pendidikan dasar (Jakarta : PEPDIKNAS, 2011), h. 82
1
2
individu yang dapat memilah dan memilih teknologi yang ramah lingkungan,
Literasi IPA merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dikuasai
setiap individu karena hal ini berkaitan erat dengan bagaimana seseorang dapat
tetapi, sampai tahun 2011 tujuan dari pendidikan tersebut belum tercapai dengan
baik. Hal ini dapat dilihat dari ”rendahnya hasil survei TIMSS (Trends in
Berdasarkan hasil survei dari TIMSS pada tahun 2011 dilaporkan bahwa
prestasi belajar IPA siswa kelas VIII di Indonesia berada pada peringkat 40 dari
42 negara peserta TIMSS5, dan Data dari hasil survei PISA, menyatakan bahwa
pada tahun 2009 kemampuan literasi IPA anak-anak Indonesia usia 15 tahun
hal, antara lain kurikulum dan sistem pendidikan, pemilihan metode dan model
pengajaran oleh guru, sarana dan fasilitas belajar, sumber belajar, bahan ajar, dan
lain sebagainya. Salah satu faktor yang secara langsung bersinggungan dengan
literasi peserta didik Indonesia adalah pemilihan metode dan model pengajaran
oleh guru.7 Selain itu, kecenderungan pembelajaran IPA pada masa kini hanya
berorientasi pada produk IPA. Hal ini ditunjukan dengan banyaknya peserta didik
5
Utomo, Y.S., Survey Internasional Timss. (2011).
6
Elianur, R. Indonesia peringkat 10 besar terbawah dari 65 Negara peserta PISA.
(November, 2013).
7
Fathurrahman dkk, Analisis bahan ajar fisika SMA kelas IX di kecamatan Indramayu
Utara berdasarkan kategori literasi sains. jurnal inovasi dan pembelajaran fisika, 1, (2014), h. 43-
47
4
yang mempelajari IPA cara menghafal konsep, prinsip, hukum, dan teori.
Akibatnya, dimensi sikap, proses, dan aplikasi tidak dapat tercapai secara optimal.
learning”. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, sudah pasti berpusat
karakteristik kunci dari STM.11 Isu-isu tersebut dipakai sebagai titik acuan oleh
berlebihan kiranya jika model STM dalam pembelajaran IPA layak dimunculkan
8
Depdiknas, panduan pengembangan pembelajaran..., h. 103
9
Permanasari, Pembelajaran Sains : Wahana Potensial Untuk Pembelajaran Soft Skill
Dan Karakter. Jurnal Universitas Lampung, 3, (2011), h.38
10
Eviana dkk, Pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan
literasi sains IPA kelas V SD. Jurnal pendidikan dan pembelajaran, 3, h. 1-13
11
Rai Sujanem, Penerapan Bahan Ajar Yang Berwawasan Pendekatan STM Sebagai
Upaya Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Praktikum Fisiska Dasar, Sikap Ilmiah,
Lerasi Sains, Dan Teknologi Mahasiswa Pendidikan MIPA STKIP Singaraja, Aneka Widya IKIP
Negeri (Singaraja No. 1 Th. XXXV : Cisaat Sukabumi, Januari 2002), h. 124.
12
Rai Sujanem, Penerapan Bahan Ajar..., h. 124.
5
Sains Pada Pembelajaran IPA Terpadu Dengan Model PBM Dan STM
(LS), kelas PBM lebih rendah nilainya dibandingkan dengan kelas STM,
hal ini membuktikan bahwa model pembelajaran STM lebih baik dalam
Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di MTS yang menjelaskan bahwa model
Oleh karena itu penelitian ini berbeda dengan penelitian yang telah
di MTs Negeri 1 Konsel bahwa permasalahan yang didapatkan yaitu hasil belajar
IPA siswa kelas VII masih sangat rendah karena tedapat ± 50% siswa yang
tentukan yaitu dengan nilai 75. Selain itu siswa masih kurang aktif dan kurang
masih sangat rendah dikarenakan pada saat proses pembelajaran guru masih
Konsel.”
B. Identifikasi Masalah
16
Obseravasi, MTS Negeri 1 Konawe selatan. (18 Januari 2019)
7
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat penelitian
1. Secara teoritis
Selatan.
2. Secara praktis
b. Bagi siswa
9
c. Bagi Guru
bahasan pembelajaran.
pembelajaran STM.
d. Bagi Institusi
F. Definisi Operasional
Supaya lebih terarah dan tidak terjadi kekeliruan dan kesalahan penafsiran,
disiplin atau antar disiplin ilmu yang bersifat holistik, bermakna, dan
menggunakannya.
ada 4 tahap. Tahap-tahap tersebut, adalah sbb : (1) invitasi (2) eksplorasi
(3) tahap penjelasan dan solusi (4) dan tahap pengambilan tindakan.”
G. Hipotesis Penelitian
sebagai berikut:
17
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
(Bandung : Alfabeta, cv : 2014). h. 96