Abstrak
Progam literasi yang terlaksana di sekolah belum mengarah dalam pembelajaran sains,
hal ini membuat siswa kurang sadar esensi literasi sains dalam keseharian siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kevalidan, kepraktisan dan keefektifan
menggunakan e-Modul berbasis SSI dalam meningkatkan literasi sains siswa SMA.
Penelitian ini adalah research and development dengan mengadopsi model ADDIE.
Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan jumlah 57 siswa
yang terdiri dari kelas XI IPA 1 dan XI IPA 3 SMAN 1 Mayong Jepara. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa analisis kevalidan pengembangan e-Modul menurut ahli materi
dan media diperoleh 85,71% dan 94,64% dengan kriteria sangat valid. Analisis
kepraktisan pada respon siswa diperoleh nilai 3,25 dengan kriteria praktis, serta pada
respon guru diperoleh nilai 3,94 dengan kriteria sangat praktis. Analisis keefektifan nilai
N-Gain dengan kategori sedang dan ketuntasan klasikal XI IPA 1 diperoleh 85,18% dan
XI IPA 3 diperoleh 76,67%. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa e-
Modul berbasis SSI materi sistem imun yang dikembangkan dinyatakan valid, dan
praktis digunakan dalam pembelajaran materi sistem imun serta efektif untuk
meningkatkan kemampuan literasi sains siswa SMA.
PENDAHULUAN
Menghadapi tantangan abad ke-21 pada sektor sains dan teknologi, siswa perlu
dibekali dengan keterampilan abad ke-21 dalam pendidikan sains. Literasi sains adalah
salah satu keterampilan yang dibutuhkan dalam literasi era digital. Literasi sains
diterapkan untuk mengekspresikan pengetahuan luas tentang sains dan menjadi tujuan
dari pendidikan sains (Gunstone, 2015). Kemampuan literasi sains menjadi salah satu
pencapaian yang fundamental dalam keterampilan abad ke-21 pada pendidikan sains.
Pentingnya mengkonseptualisasikan literasi sains secara luas untuk pengambilan
keputusan berdasarkan informasi untuk menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi
informasi. Mengingat informasi yang terus berkembang yang mengharuskan siswa
memiliki kapasitas untuk mengelola dan menanggapi dengan baik masalah-masalah.
Kemampuan literasi sains bertujuan untuk mempersiapkan siswa untuk berpikir di dunia
yang berkembang pesat sains dan teknologi . Membekali siswa dengan literasi sains
berguna pada kehidupan siswa setelah lulus dengan memberikan suatu pengalaman
dalam menganalisis masalah yang diterapkan dipembelajaran. Pendidikan sains di awal
abad ke-21 menekankan pada pencapaian literasi sains oleh siswa sebelum lulus sekolah
(Liu, 2009).
Kemampuan literasi sains siswa dapat berkembang seiring dengan atau isu-isu
yang berasal dari masyarakat (Siribunnam et al., 2014). Pengaruh langsung dan tidak
langsung dari faktor kontekstual pada kemampuan membaca dengan mengintegrasikan
informasi tentang sumber dan konten terhadap masalah sosiosains memiliki pengaruh
positif pada memori untuk permasalahan kontektual (Stang Lund et al., 2019). Masalah
sosial-ilmiah dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam meningkatkan keputusan
terhadap masalah lingkungan dan keputusan yang dikeluarkan mencakup pemikiran
ilmiah dengan mempertimbangkan secara komprehensif (Zo’bi, 2014).
Hasil observasi yang dilakukan di SMA Negeri 1 Mayong Jepara, bahwa
kegiatan literasi diadakan setiap hari Rabu dengan membaca buku bertema umum.
Gerakan literasi yang dilakukan telah mencakup tahapan pembiasaan membaca, dan
pengembangan minat baca. Namun gerakan literasi belum diterapkan dalam
pembelajaran khususnya pada pembelajaran sains.Upaya melatih kemampuan literasi
sains siswa dapat dilakukan dengan penyusunan bahan ajar yang menunjang kebutuhan
siswa pada literasi sains melalui e-Modul berbasis socio-scientific issues (SSI).
Pendekatan SSI menjadi potensial digunakan sebagai dasar pembelajaran sains
di sekolah, karena dapat dijadikan penghubung permasalahan nyata di masyarakat dan
landasan belajar siswa dalam mengeksplorasi isu-isu terkait konten sains (Rostikawati
& Permanasari, 2016). e-Modul dirancang dengan dasar karakteristik modul dan
diintegrasikan dengan isu atau permasalahan sehari-hari yang terkait dengan sains
sehingga memudahkan siswa memahami materi pelajaran biologi khususnya pada
materi sistem imun dan meningkatkan kemampuan literasi sains siswa. Penggunaan
modul elektronik dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa (Hapsari, 2016;
Winarko et al., 2013)
Strategi SSI membuka kemungkinan hasil yang akan menciptakan peluang untuk
menekankan nilai siswa pada pengetahuan dan prespektif terdahap isu-isu yang
berhubungan dengan sosial sains (Paraskeva-Hadjichambi et al., 2015). Konteks isu
sosiosainstifik harus dipilih dengan cermat oleh guru untuk memastikan bahwa siswa
memiliki latar belakang pengetahuan yang cukup untuk terlibat dalam argumentasi
(Dawson & Venville, 2010).
Terkait dengan sistem pertahanahan tubuh terhadap isu-isu kesehatan yang
terjadi di Indonesia diantaranya seperti masalah pro dan kontra vaksin dan gangguan
atau kelainan pada sistem imun yang dikaitkan dengan isu-isu sosiosains. Isu-isu
mengenai kesehatan imun salah satunya saat ini telah menjadi pembicaraan umum dan
muncul sebagai Socio-scientific Issues (SSI). Permasalahan dalam konteks SSI
merupakan masalah yang kompleks dan dapat menimbulkan perdebatan sehingga tidak
memiliki jawaban yang definif atau memiliki jawaban yang bersifat terbuka (Sadler et
al., 2004). Konteks SSI dalam pembelajaran dimulai dari lingkungan yang terdekat dan
memiliki realitas/makna dalam kehidupan sehari-hari, misalnya realitas yang terjadi di
Indonesia yang salah satunya mengenai vaksin, vaksin yang memiliki kandungan babi
yang secara agama Islam diharamkan menjadi isu atau masalah kontroversi vaksin di
Indonesia (Wiyarsi & Çalik, 2019). Isu-isu atau masalah sosiosains yang berkaitan
dengan vaksin telah banyak diberitakan di media online seperti pada Gambar 2.2 CNN
Indonesia dan detik.com, tentang kontroversi vaksin MR berdasarkan halal dan haram.
Implementasi pendekatan SSI dalam suatu bahan ajar sebagai upaya
pengembangan bahan ajar dalam meningkatkan kemampuan literasi sains siswa. Sejalan
dengan Penelitian yang dilakukan oleh (Kartika, Kurniasih, S., Puspitasari, 2017;
Rostikawati & Permanasari, 2016; Suarsana & Mahayukti, 2013) menunjukkan bahwa
implementasi bahan ajar dengan konteks SSI dapat meningkatkan literasi sains siswa
pada aspek kompetensi dan dinyatakan valid dan efektif. Pengembangan e-Modul
berbasis SSI materi sistem imun dirancang untuk mudah dipahami, berisi gambar
animasi dan video yang menjelaskan materi sistem imun, dan dilengkapi latihan soal
disetiap kegiatan pembelajaran serta penggunaannya dapat dilakukan dimana saja siswa
belajar karena dapat diakses melalui smartphone yang dimiliki siswa. oleh karena itu
penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan e-
Modul berbasis SSI materi sistem imun dalam meningkatkan kemampuan literasi sains
siswa SMA.
METODE PENELITIAN
Metode dalam penelitian ini menggunakan acuan pendekatan Research and
Development (R&D). Model yang digunakan pengembangan ADDIE, yaitu Analyze,
Design, Develop, Implementation, and Evaluation. Subjek pada penelitian ini yaitu 57
siswa yang terdiri dari kelas XI IPA 1 dan XI IPA 3 SMAN 1 Mayong Jepara.
Pemilihan subjek kelas penelitian menggunakan teknik puposive sampling. Indikator
kemampuan literasi sains berdasarkan pada indikator oleh Chiappetta et al., (1991)
diantara yaitu sains sebagai batang tubuh pengetahuan, sains sebagai cara untuk
menyelidiki, sains sebagai cara berpikir, dan interaksi sains, teknologi dan masyarakat.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri atas data validitas e-Modul melalui
angket validasi ahli materi dan ahli media, data kepraktisan melalui angket respon siswa
dan angket respon guru, dan data keefektifan dari nilai literasi sains dan ketuntasan
klasikal. Adapun prosedur pada penelitian ini sebagai berikut.
Analysis
Development
Gambar 1. Tahapan ADDIE model (Shelton & Saltsman, 2011)
Tahapan dalam penelitian yang pertama yaitu tahap analisis terdiri dari analsis
kebutuhan dan analisis kurikulum. Analisis kebutuhan didapat dengan cara obeservasi
dan wawancara guru di SMA Negeri 1 Mayong Jepara. Tahap kedua yaitu desain, pada
tahap ini dilakukan dengan penyusunan Flowchart dijadikan dasar dalam pembuatan
storyboard pengembangan e-Modul. Hasil tahapan desain diperoleh tampilan isi dan
fitur menu e-Modul yang terdiri dari halaman depan, home, pendahuluan, KI KD &
indikator, peta konsep, kegiatan pembelajaran, glosarium, daftar pustaka dan keluar.
Konten dalam e-Modul memiliki kekhasan terkait dengan materi sistem imun yang
berhubungan dengan isu sosiosains yang diantaranya yaitu penyajian contoh riil
masalah SSI seperti aspek kesehatan pada sistem imun yang menjadi isu kontroversial
diperbincangkan masyarakat yaitu meliputi imunitas dan vaksin. Tahap ketiga yaitu
tahapan pengembangan yang mencakup realisasi dari tahapan analisis dan desain, pada
tahap ini dilakukan validasi isi oleh ahli materi dan media. Aplikasi e-Modul
dikembangkan dengan menggunakan framework aplikasi mobile React Native. Tahap
keempat yaitu implementasi pengembangan e-Modul dalam uji coba skala kecil dan
skala besar. Uji coba skala kecil dilakukan pada kelas XI IPA 2 dan uji coba skala besar
dilakukan pada kelas XI IPA 1 dan XI IPA 3. Dan terakhir tahap kelima yaitu evaluasi
yang dilakukan pada setiap tahapan pengembangan produk, yang terdiri dari masukan
dosen pembimbing, instrumen angket validasi ahli materi dan media/IT, dan instrumen
angket respon siswa dan guru.
Analisis data dilakukan dengan langkah-langkah dimulai dengan menabulasi
semua data yang diperoleh dari setiap lembar instrumen validasi dan penilaian.
Menghitung skor rata-rata dan mengubah skor rata-rata menjadi nilai kategori skor yang
ditetapkan. Skor penilaian total kemudian dikonversikan untuk menentukan kepraktisan.
Penkonversian skor respon guru dan siswa selama menggunakan e-Modul dalam
pembelajaran ditunjukkan pada Tabel 1 (Sari et al., 2015).
Tabel 1. Katogori skor respon guru dan siswa
Skor Kategori
3,26 < x ≤ 4,00 Sangat Baik
2,51 < x ≤ 3,26 Baik
1,76 < x ≤ 2,51 Kurang Baik
1,00 < x ≤ 1,76 Sangat Kurang Baik
Efektivitas e-Modul ditunjukkan dari perolehan nilai N-gain pretest dan posttest
serta tercapainya ketuntasan klasikal 75% dari jumlah siswa di kelas mencapai skor ≥
72 (Mulyasa, 2013). Perhitungan skor nilai pretest dan posttest menggunakan rumus
sebagai berikut.
Skor postest −skor pretest
Indeks gain =
Skor maksimum−skor pretest
Pengembangan e-Modul dikatakan efektif apabila dapat meningkatkan
penguasaan konsep siswa setelah menggunakan e-Modul dalam pembelajaran
ditunjukkan dengan perolehan N-gain dengan kategori sedang. Adapun kriteria indeks
gain ditunjukkan tabel 2.
Pretest Postest