Anda di halaman 1dari 12

PENGEMBANGAN E-MODUL BERBASIS SOCIOSCIENTIFIC ISSUES

UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA

Isvana Dalaila, Priyantini Widiyaningrum, Sigit Saptono

Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia


Jalan Kelud Utara III No. 37, Kota Semarang, Jawa Tengah, Indonesia 50237
Telepon: +62248440516, +62248449017
Email: isvana.dalaila99@students.unnes.ac.id

Abstrak
Progam literasi yang terlaksana di sekolah belum mengarah dalam pembelajaran sains,
hal ini membuat siswa kurang sadar esensi literasi sains dalam keseharian siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kevalidan, kepraktisan dan keefektifan
menggunakan e-Modul berbasis SSI dalam meningkatkan literasi sains siswa SMA.
Penelitian ini adalah research and development dengan mengadopsi model ADDIE.
Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan jumlah 57 siswa
yang terdiri dari kelas XI IPA 1 dan XI IPA 3 SMAN 1 Mayong Jepara. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa analisis kevalidan pengembangan e-Modul menurut ahli materi
dan media diperoleh 85,71% dan 94,64% dengan kriteria sangat valid. Analisis
kepraktisan pada respon siswa diperoleh nilai 3,25 dengan kriteria praktis, serta pada
respon guru diperoleh nilai 3,94 dengan kriteria sangat praktis. Analisis keefektifan nilai
N-Gain dengan kategori sedang dan ketuntasan klasikal XI IPA 1 diperoleh 85,18% dan
XI IPA 3 diperoleh 76,67%. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa e-
Modul berbasis SSI materi sistem imun yang dikembangkan dinyatakan valid, dan
praktis digunakan dalam pembelajaran materi sistem imun serta efektif untuk
meningkatkan kemampuan literasi sains siswa SMA.

Kata kunci : e-Modul, Socio-Scientific Issues, Literasi sains

PENDAHULUAN
Menghadapi tantangan abad ke-21 pada sektor sains dan teknologi, siswa perlu
dibekali dengan keterampilan abad ke-21 dalam pendidikan sains. Literasi sains adalah
salah satu keterampilan yang dibutuhkan dalam literasi era digital. Literasi sains
diterapkan untuk mengekspresikan pengetahuan luas tentang sains dan menjadi tujuan
dari pendidikan sains (Gunstone, 2015). Kemampuan literasi sains menjadi salah satu
pencapaian yang fundamental dalam keterampilan abad ke-21 pada pendidikan sains.
Pentingnya mengkonseptualisasikan literasi sains secara luas untuk pengambilan
keputusan berdasarkan informasi untuk menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi
informasi. Mengingat informasi yang terus berkembang yang mengharuskan siswa
memiliki kapasitas untuk mengelola dan menanggapi dengan baik masalah-masalah.
Kemampuan literasi sains bertujuan untuk mempersiapkan siswa untuk berpikir di dunia
yang berkembang pesat sains dan teknologi . Membekali siswa dengan literasi sains
berguna pada kehidupan siswa setelah lulus dengan memberikan suatu pengalaman
dalam menganalisis masalah yang diterapkan dipembelajaran. Pendidikan sains di awal
abad ke-21 menekankan pada pencapaian literasi sains oleh siswa sebelum lulus sekolah
(Liu, 2009).
Kemampuan literasi sains siswa dapat berkembang seiring dengan atau isu-isu
yang berasal dari masyarakat (Siribunnam et al., 2014). Pengaruh langsung dan tidak
langsung dari faktor kontekstual pada kemampuan membaca dengan mengintegrasikan
informasi tentang sumber dan konten terhadap masalah sosiosains memiliki pengaruh
positif pada memori untuk permasalahan kontektual (Stang Lund et al., 2019). Masalah
sosial-ilmiah dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam meningkatkan keputusan
terhadap masalah lingkungan dan keputusan yang dikeluarkan mencakup pemikiran
ilmiah dengan mempertimbangkan secara komprehensif (Zo’bi, 2014).
Hasil observasi yang dilakukan di SMA Negeri 1 Mayong Jepara, bahwa
kegiatan literasi diadakan setiap hari Rabu dengan membaca buku bertema umum.
Gerakan literasi yang dilakukan telah mencakup tahapan pembiasaan membaca, dan
pengembangan minat baca. Namun gerakan literasi belum diterapkan dalam
pembelajaran khususnya pada pembelajaran sains.Upaya melatih kemampuan literasi
sains siswa dapat dilakukan dengan penyusunan bahan ajar yang menunjang kebutuhan
siswa pada literasi sains melalui e-Modul berbasis socio-scientific issues (SSI).
Pendekatan SSI menjadi potensial digunakan sebagai dasar pembelajaran sains
di sekolah, karena dapat dijadikan penghubung permasalahan nyata di masyarakat dan
landasan belajar siswa dalam mengeksplorasi isu-isu terkait konten sains (Rostikawati
& Permanasari, 2016). e-Modul dirancang dengan dasar karakteristik modul dan
diintegrasikan dengan isu atau permasalahan sehari-hari yang terkait dengan sains
sehingga memudahkan siswa memahami materi pelajaran biologi khususnya pada
materi sistem imun dan meningkatkan kemampuan literasi sains siswa. Penggunaan
modul elektronik dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa (Hapsari, 2016;
Winarko et al., 2013)
Strategi SSI membuka kemungkinan hasil yang akan menciptakan peluang untuk
menekankan nilai siswa pada pengetahuan dan prespektif terdahap isu-isu yang
berhubungan dengan sosial sains (Paraskeva-Hadjichambi et al., 2015). Konteks isu
sosiosainstifik harus dipilih dengan cermat oleh guru untuk memastikan bahwa siswa
memiliki latar belakang pengetahuan yang cukup untuk terlibat dalam argumentasi
(Dawson & Venville, 2010).
Terkait dengan sistem pertahanahan tubuh terhadap isu-isu kesehatan yang
terjadi di Indonesia diantaranya seperti masalah pro dan kontra vaksin dan gangguan
atau kelainan pada sistem imun yang dikaitkan dengan isu-isu sosiosains. Isu-isu
mengenai kesehatan imun salah satunya saat ini telah menjadi pembicaraan umum dan
muncul sebagai Socio-scientific Issues (SSI). Permasalahan dalam konteks SSI
merupakan masalah yang kompleks dan dapat menimbulkan perdebatan sehingga tidak
memiliki jawaban yang definif atau memiliki jawaban yang bersifat terbuka (Sadler et
al., 2004). Konteks SSI dalam pembelajaran dimulai dari lingkungan yang terdekat dan
memiliki realitas/makna dalam kehidupan sehari-hari, misalnya realitas yang terjadi di
Indonesia yang salah satunya mengenai vaksin, vaksin yang memiliki kandungan babi
yang secara agama Islam diharamkan menjadi isu atau masalah kontroversi vaksin di
Indonesia (Wiyarsi & Çalik, 2019). Isu-isu atau masalah sosiosains yang berkaitan
dengan vaksin telah banyak diberitakan di media online seperti pada Gambar 2.2 CNN
Indonesia dan detik.com, tentang kontroversi vaksin MR berdasarkan halal dan haram.
Implementasi pendekatan SSI dalam suatu bahan ajar sebagai upaya
pengembangan bahan ajar dalam meningkatkan kemampuan literasi sains siswa. Sejalan
dengan Penelitian yang dilakukan oleh (Kartika, Kurniasih, S., Puspitasari, 2017;
Rostikawati & Permanasari, 2016; Suarsana & Mahayukti, 2013) menunjukkan bahwa
implementasi bahan ajar dengan konteks SSI dapat meningkatkan literasi sains siswa
pada aspek kompetensi dan dinyatakan valid dan efektif. Pengembangan e-Modul
berbasis SSI materi sistem imun dirancang untuk mudah dipahami, berisi gambar
animasi dan video yang menjelaskan materi sistem imun, dan dilengkapi latihan soal
disetiap kegiatan pembelajaran serta penggunaannya dapat dilakukan dimana saja siswa
belajar karena dapat diakses melalui smartphone yang dimiliki siswa. oleh karena itu
penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan e-
Modul berbasis SSI materi sistem imun dalam meningkatkan kemampuan literasi sains
siswa SMA.
METODE PENELITIAN
Metode dalam penelitian ini menggunakan acuan pendekatan Research and
Development (R&D). Model yang digunakan pengembangan ADDIE, yaitu Analyze,
Design, Develop, Implementation, and Evaluation. Subjek pada penelitian ini yaitu 57
siswa yang terdiri dari kelas XI IPA 1 dan XI IPA 3 SMAN 1 Mayong Jepara.
Pemilihan subjek kelas penelitian menggunakan teknik puposive sampling. Indikator
kemampuan literasi sains berdasarkan pada indikator oleh Chiappetta et al., (1991)
diantara yaitu sains sebagai batang tubuh pengetahuan, sains sebagai cara untuk
menyelidiki, sains sebagai cara berpikir, dan interaksi sains, teknologi dan masyarakat.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri atas data validitas e-Modul melalui
angket validasi ahli materi dan ahli media, data kepraktisan melalui angket respon siswa
dan angket respon guru, dan data keefektifan dari nilai literasi sains dan ketuntasan
klasikal. Adapun prosedur pada penelitian ini sebagai berikut.

Analysis

Implement Evaluation Design

Development
Gambar 1. Tahapan ADDIE model (Shelton & Saltsman, 2011)
Tahapan dalam penelitian yang pertama yaitu tahap analisis terdiri dari analsis
kebutuhan dan analisis kurikulum. Analisis kebutuhan didapat dengan cara obeservasi
dan wawancara guru di SMA Negeri 1 Mayong Jepara. Tahap kedua yaitu desain, pada
tahap ini dilakukan dengan penyusunan Flowchart dijadikan dasar dalam pembuatan
storyboard pengembangan e-Modul. Hasil tahapan desain diperoleh tampilan isi dan
fitur menu e-Modul yang terdiri dari halaman depan, home, pendahuluan, KI KD &
indikator, peta konsep, kegiatan pembelajaran, glosarium, daftar pustaka dan keluar.
Konten dalam e-Modul memiliki kekhasan terkait dengan materi sistem imun yang
berhubungan dengan isu sosiosains yang diantaranya yaitu penyajian contoh riil
masalah SSI seperti aspek kesehatan pada sistem imun yang menjadi isu kontroversial
diperbincangkan masyarakat yaitu meliputi imunitas dan vaksin. Tahap ketiga yaitu
tahapan pengembangan yang mencakup realisasi dari tahapan analisis dan desain, pada
tahap ini dilakukan validasi isi oleh ahli materi dan media. Aplikasi e-Modul
dikembangkan dengan menggunakan framework aplikasi mobile React Native. Tahap
keempat yaitu implementasi pengembangan e-Modul dalam uji coba skala kecil dan
skala besar. Uji coba skala kecil dilakukan pada kelas XI IPA 2 dan uji coba skala besar
dilakukan pada kelas XI IPA 1 dan XI IPA 3. Dan terakhir tahap kelima yaitu evaluasi
yang dilakukan pada setiap tahapan pengembangan produk, yang terdiri dari masukan
dosen pembimbing, instrumen angket validasi ahli materi dan media/IT, dan instrumen
angket respon siswa dan guru.
Analisis data dilakukan dengan langkah-langkah dimulai dengan menabulasi
semua data yang diperoleh dari setiap lembar instrumen validasi dan penilaian.
Menghitung skor rata-rata dan mengubah skor rata-rata menjadi nilai kategori skor yang
ditetapkan. Skor penilaian total kemudian dikonversikan untuk menentukan kepraktisan.
Penkonversian skor respon guru dan siswa selama menggunakan e-Modul dalam
pembelajaran ditunjukkan pada Tabel 1 (Sari et al., 2015).
Tabel 1. Katogori skor respon guru dan siswa
Skor Kategori
3,26 < x ≤ 4,00 Sangat Baik
2,51 < x ≤ 3,26 Baik
1,76 < x ≤ 2,51 Kurang Baik
1,00 < x ≤ 1,76 Sangat Kurang Baik
Efektivitas e-Modul ditunjukkan dari perolehan nilai N-gain pretest dan posttest
serta tercapainya ketuntasan klasikal 75% dari jumlah siswa di kelas mencapai skor ≥
72 (Mulyasa, 2013). Perhitungan skor nilai pretest dan posttest menggunakan rumus
sebagai berikut.
Skor postest −skor pretest
Indeks gain =
Skor maksimum−skor pretest
Pengembangan e-Modul dikatakan efektif apabila dapat meningkatkan
penguasaan konsep siswa setelah menggunakan e-Modul dalam pembelajaran
ditunjukkan dengan perolehan N-gain dengan kategori sedang. Adapun kriteria indeks
gain ditunjukkan tabel 2.

Tabel 2. Kriteria indeks gain


Indeks Gain Kriteria
g ≥ 0,70 Tinggi
0,30 ≤ g < 0,70 Sedang
g < 0,30 Rendah

HASIL DAN DISKUSI


Validitas e-Modul berbasis SSI
Penilaian kelayakan produk e-Modul sebelum dilakukan uji coba produk
dilakukan oleh validator ahli materi meliputi isi konten e-Modul dan instrumen soal
literasi sains, sedangkan validator ahli media meliputi desain media, dan kepraktisan.
Teknik analisis validitas e-Modul menggunakan instrumen angket validasi materi yang
terdiri dari empat komponen penilaian. Komponen penilaian pada aspek materi terdiri
dari pendahuluan, isi, pembelajaran, dan evaluasi. Sedangkan pada aspek media
meliputi tampilan, penggunaan, pemanfaatan.
Berdasarkan data hasil validasi oleh ahli materi dan media diperoleh diketahui
bahwa kevalidan materi dalam kriteria valid/baik-sangat valid/sangat baik. Pada Tabel 1
diketahui nilai aspek materi termasuk kategori sangat valid dengan nilai 85,71%,
sedangkan pada aspek media dengan nilai 94,64% dan kategori sangat valid.
Tabel 1. Hasil validasi e-Modul berdasarkan ahli materi dan media
Aspek Penilaian Rata-rata Kriteria
Pendahuluan 87,5 Sangat Valid
Isi 81,3 Sangat Valid
Materi
Pembelajaran 86,5 Sangat Valid
Evaluasi 87,5 Sangat Valid
Persentase 85,71 Sangat Valid
Tampilan 96,3 Sangat Valid
Media Penggunaan 97,2 Sangat Valid
Pemanfaatan 87,5 Sangat Valid
Persentase 94,64 Sangat Valid
Penilaian validasi materi dan media e-Modul berbasis SSI dengan kategori valid
menjadi proses yang paling penting dalam pengembangan suatu bahan ajar, karena
Kevalidan suatu produk menentukan peningkatan dan implikasi suatu produk (Nour et
al., 2016). Kekurangan aspek materi yaitu pada komponen isi mengenai contoh yang
belum menyeluruh pada setiap topik dan penekanan poin-poin penting pada penulisan
isi materi. Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam penulisan modul diantaranya
ketercernaan atau keterpahaman isi dengan pengunaan huruf tebal atau miring untuk
mencermati istilah-istilah teknis yang penting (Mulyati, 2002).
Kevalidan aspek media e-Modul berbasis SSI memperoleh penilaian pada
kriteria sangat valid dengan beberapa saran yang diberikan oleh validator. Saran yang
diberikan terkait dengan petunjuk penggunaan e-Modul perlu ditambahkan video
tutorial agar siswa tidak kebingungan dalam mengoperasikan e-Modul karena
pembelajaran dalam jaringan (daring) untuk memudahkan pengunaan e-Modul, namun
video belum memungkinkan untuk ditampilkan dalam e-Modul. Pada LKS dalam e-
Modul dilengkapi dengan rubrik penilaian sehingga memungkinkan siswa dapat
melakukan penilaian mandiri (self assesment). e-Modul berbasis SSI materi sistem imun
memiliki kriteria valid dengan beberapa saran dari validator ahli. Instrumen yang valid
dapat memperoleh data yang valid sehingga mendapatkan pengukuran yang tepat dalam
mengukur suatu produk (Yusup, 2018). Berdasarkan penilaian ahli mengenai konten
ataupun tampilan e-Modul telah disesuaikan dengan saran yang diberikan. Terkait
konten kekinian (kontekstual) materi sistem imun pada e-Modul disajikan dalam setiap
topik kontekstual dalam kehidupan sehari-hari siswa. Tampilan konten SSI dapat dilihat
pada gambar 2.

Gambar 2. Tampilan penyajian isu sosiosains


Pembelajaran sistem daring yang ditetapkan saat ini karena situasi pandemi
Covid-19 membuat isu-isu mengenai pertahanan tubuh menjadi isu terkini, sehingga
siswa dapat mengikuti pembelajaran berbasis SSI. Sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Saraswati et al., (2018) menyatakan bahawa materi sistem imun yang
berkaitan dengan imunisasi lebih menarik karena berkaitan langsung dengan kejadian
atau permasalahan yang ada di masyarakat. Sumber kasus didapat dari berita online
yang telah disesuaikan dengan topik pembelajaran.
Isu sosiosains terkait masalah terkini ketika disajikan kepada siswa
menggunakan kemampuan literasi sains untuk mengajukan fakta berdasarkan data, fakta
ilmiah dan pengalaman. Hal ini sesuai dengan penelitian (Tanfiziyah &
Rochintaniawati, 2021) bahwa siswa mampu menyajikan isu sosiosains dengan fakta
ilmiah/konsep, pengalaman dan juga opini/dugaan.
Kepraktisan e-Modul berbasis SSI
Analisis kepraktisan bertujuan untuk menentukan kualitas pengembangan e-
Modul berdasarkan hasil angket respon guru dan siswa selama menggunakan e-Modul
dalam pembelajaran. Komponen dalam angket respon guru dan siswa terdiri dari aspek
pembelajaran, aspek tampilan, dan aspek penggunaan. Pada angket respon guru dinilai
oleh guru praktisi dan angket respon siswa uji lapangan berjumlah 57 siswa. hasil nilai
kepraktisan pada respon siswa diperoleh nilai 3,25 dengan kriteria baik. Sedangkan
pada respon guru diperoleh nilai 3,94. Secara keseluruhan uji kepraktisan respon guru
dan siswa diperoleh respon positif terhadap pengembangan e-Modul berbasis SSI materi
sistem imun.
Aspek dalam penilaian kepraktisan e-Modul memiliki kelebihan karena berbasis
isu-isu sosiosains dengan isu sosial kontroversial yang berhubungan dengan sains
sehingga membuat siswa dapat melatih menganalisis isu-isu nyata di masyarakat.
Pembelajaran berbasis SSI membantu siswa mengasosiasikan isu kompleks yang
relevan secara sosial dan menarik siswa dalam perlunya literasi sains. Hal ini sesuai
dengan (Presley et al., 2013) bahwa pembelajaran dengan eksplorasi isu-isu sosiosains
dapat mendukung pembelajaran sains dan pengembangan literasi sains. Dengan
pembelajaran yang bermuatan SSI juga dapat mengembangkan berpikir analitis dan
penaralan moral (Muang, 2010).
Pengembangan e-Modul dikemas dengan perangkat Smartphone yang
pemanfaatannya belum maksimal dalam pembelajaran yang dilakukan sebelumnya.
Pengembangan e-Modul yang disajikan dengan tampilan e-Modul disajikan dengan
desain jelas dan mudah diakses siswa. Desain tampilan yang menarik dan berupa media
elektronik siswa dapat menemukan sesuatu melalui e-Modul (Budiarti et al., 2016)
Efektivitas e-Modul berbasis SSI dalam meningkatkan kemampuan literasi sains
Efektivitas pada penelitian ini yakni untuk mengetahui tingkat ketercapaian
dengan menggunakan e-Modul yang dikembangkan untuk pembelajaran dalam
meningkatkan kemampuan literasi sains. Keefektifan dianalisis menggunakan indeks
gain yang diperoleh dari nilai pretest dan posttest diperoleh nilai gain serta ketuntasan
klasikal. Analisis data nilai literasi sains pada pretest dan posttest diperoleh perbedaan,
ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan nilai sebelum dan sesudah penggunaan e-
Modul berbasis SSI materi sistem imun.
Hasil nilai pretest dan posttest memperoleh nilai 25,72 dan 69,94, Selanjutnya
skor nilai N-Gain diperoleh 0,42 termasuk dalam kriteria sedang. Nilai N-Gain
menunjukkan penggunaan e-Modul berbasis SSI dapat meningkatkan kemampuan
literasi sains siswa dalam kategori sedang dan sesuai dengan indikator ketercapaian
dalam penelitian ini.
Efektivitas e-Modul juga dilihat dari ketuntasan klasikal, bahwa nilai literasi
sains rata-rata diperoleh siswa kelas IPA 1 yaitu sebesar 78,48 dan kelas IPA 3 yaitu
sebesar 75,93. Pada ketuntasan klasikal dari KKM sekolah yaitu 72, terdapat siswa yang
tidak tuntas pada kelas IPA 1 yaitu 4 siswa dan kelas IPA 3 dengan 7 siswa. Selanjutnya
nilai ketuntasan yang diperoleh sebesar 85,18% untuk kelas IPA 1 dan 76,67% untuk
kelas IPA 3, sehingga keduanya telah mencapai ketuntasan klasikal 75% dari jumlah
siswa. Peningkatan terhadap nilai rata-rata pada posttest secara keseluruhan ditunjukan
dengan peningkatan pada aspek literasi sains siswa. Data nilai aspek literasi sains dapat
dilihat pada gambar 3.
Rata-rata Nilai Aspek Literasi
16
12
8
4
Persentase Skor

Pretest Postest

Gambar 3. Rata-rata nilai aspek literasi sains


Hasil secara keseluruhan analisis aspek literasi sains menunjukkan perbedaan
pada aspek literasi sains dilihat dari nilai rata-rata pretest dan postest (Gambar 1).
Berdasarkan rerata nilai masing-masing aspek literasi sains terdapat perbedaan
peningkatan kemampuan literasi sains menggunakan e-Modul berbasis SSI dalam
pembelajaran.
Perolehan nilai literasi sains pada ketuntasan klasikal dari kedua kelas
menunjukkan bahwa kemampuan literasi sains meningkatkan pemahaman konsep
materi sistem imun setelah siswa menggunakan e-Modul. Kemampuan literasi sains
pada dasarnya belum diterapkan dalam pembelajaran ipa khususnya biologi. hal ini
sesuai dengan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran biologi yang mengatakan
bahwa literasi yang diterapkan disekolah belum mengarah dalam pembelajaran sains.
Pelaksanaan literasi yang sudah dilakukan yakni menerapkan pembiasaan membaca
siswa saat diawal sebelum jam pelajaran dimulai namun hanya dilakukan dua kali dalam
seminggu.
Literasi siswa tergolong rendah terhadap literasi sains yang sejatinya melek sains
sangat mendukung keterampilan siswa dalam pembelajaran abad ke-21. Literasi penting
bagi siswa untuk diketahui, dipahami, dan diterapkan serta guru IPA perlu
mengembangkan literasi siswa dengan pengembangan bahan ajar yang terintegrasi isu-
isu sosio-ilmiah dalam pembelajaran IPA (Asrizal et al., 2018; Kemendikbud, 2016;
Widiyawati, 2020).
Pengembangan e-Modul dinilai efektif dalam meningkatkan kemampuan literasi
sains, karena materi yang disajikan dengan deskripsi dan gambar selain itu dilengkapi
dengan video dan artikel yang memvisualisasikan materi sistem imun serta isu-isu
sosiosains. e-Modul berbasis SSI merupakan salah satu pengembangan bahan ajar yang
mengintegrasikan isu-isu sosial yang berhubungan dengan sains, yang disajikan dalam
bentuk modul elektronik. Temuan (Gucluer & Kesercioglu, 2012) bahwa penggunaan
kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan literasi sains siswa dapat
meningkatkan kemampuan siswa baik dalam sains dan teknologi.
Penelitian yang terkait dilakukan oleh Kartika et al., (2017) dan Mudawamah,
(2020) bahwa bahan ajar berbasis SSI meningkatkan literasi sains siswa pada aspek
kognitif. Kemudian penelitian oleh Styati & Saptono, (2020) menyatakan bahwa
pemanfaatan kegiatan pembelajaran dengan penggunaan isu-isu sosiosains dapat
meningkatkan kemampuan kognitif siswa pada semua indikator taksonomi bloom.
Penyusunan elektronik modul berbasis SSI membantu siswa menunjang
tercapainya literasi sains fungsional siswa dan pembelajaran menjadi lebih bermakna.
SSI melibatkan tema-tema terkait sains yang bersifat kontroversial, dilematis dan
masalah sosial agar siswa terlatih dalam dialog dan debat sebagai pentingnya
menangani isu sosiosains sebagai konten yang terpadu dengan literasi sains.
Menganalisis masalah sosial yang terkait dengan sains dapat menghasilkan keuntungan
yang signifikan dalam aspek penalaran berbasis bukti (Kara, 2012; Nida et al., 2020;
Wu & Tsai, 2011).
Kehidupan siswa saat ini tidak telepas dengan teknologi Smartphone, realitas
keseharian dengan gadget mendukung untuk pemanfaatnya salah satunya dengan e-
Modul berbasis Smartphone. Serta mempertimbangkan penggunaan e-Modul berbasis
SSI sebagai suplemen untuk meningkatkan kemampuan siswa di era revolusi industri
pembelajaran Abad ke-21 (Gufran & Mataya, 2020; Suastrawan et al., 2021).
Keterkaitan materi sistem imun dengan SSI diantaranya yaitu isu atau masalah
yang kontroversial mengenai vaksin di Indonesia yang berhubungan dengan fakta dan
hoax halal haram, kasus menurunya angka imunisasi anak di Indonesia, sun bathing
dan mekanisme antibodi. Isu sosiosains pada aktifitas belajar siswa melatih untuk
menganalisis informasi yang bias melalui kemampuan literasi sains supaya dapat
menentukan keputusan yang harus diambil.
Pemanfaatan e-Modul untuk siswa praktis pada instruksi SSI dalam pemahaman
materi konsep pada situasi pembelajaran daring. Sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Nazilah et al., 2019; Prasetyo et al., 2021; Robbia & Fuadi, 2020),
bahwa pembelajaran dengan menggunakan e-Modul dapat mengembangkan
kemampuan literasi sains siswa dalam pembelajaran daring. Pemanfaatan teknologi
dalam pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran yang menstimulasi siswa
berargumen dan berpikir kritis dapat meningkatkan literasi sains siswa (Herlanti et al.,
2019).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pada penelitian ini, kesimpulan yang dapat ditarik diantaranya
yaitu (1) Pengembangan e-Modul berbasis Socio-Scientific Issues materi sistem imun
dinyatakan valid/layak menurut ahli materi dan media, (2) e-Modul berbasis Socio-
Scientific Issues mendapat respon positif sehingga praktis digunakan dalam
pembelajaran di sekolah dan (3) Pemanfaatan e-Modul berbasis Socio-Scientific Issues
materi sistem imun efektif untuk meningkatkan kemampuan literasi sains siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Asrizal, Amran, A., Ananda, A., Festiyed, F., & Sumarmin, R. (2018). The development
of integrated science instructional materials to improve students’ digital
literacy in scientific approach. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 7(4), 442–
450.
Budiarti, S., Nuswowati, M., & Cahyono, E. (2016). Guided Inquiry Berbantuan E-
Modul Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis. Journal of
Innovative Science Education, 1(1), 1–9.
Chiappetta, E. L., Fillman, D. A., & Sethna, G. H. (1991). A method to quantify major
themes of scientific literacy in science textbooks. Journal of Research in
Science Teaching, 28(8), 713–725.
Dawson, V. M., & Venville, G. (2010). Teaching strategies for developing students’
argumentation skills about socioscientific issues in high school genetics.
Research in Science Education, 40(2), 133–148.
Gucluer, E., & Kesercioglu, T. (2012). The Effect of Using Activities Improving
Scientific Literacy on Students’ Achievement in Science and Technology
Lesson. Online Submission, 1(1), 8–13.
Gufran, G., & Mataya, I. (2020). Pemanfaatan E-Modul Berbasis Smartphone Sebagai
Media Literasi Masyakarat. JISIP (Jurnal Ilmu Sosial Dan Pendidikan), 4(2).
Gunstone, R. (2015). Encyclopedia of Science Education. In Encyclopedia of Science
Education (Issue May).
Hapsari, N. (2016). Pengembangan E-modul Pengayaan Materi Pertumbuhan dan
Perkembangan untuk Meningkatkan Kemandirian Hasil Belajar. Jurnal
Pendidikan BIologi, 5(5), 23–31.
Herlanti, Y., Mardiati, Y., Rahmawati, R., Putri, A. M. K., Jamil, N., Miftahuzzakiyah,
M., Sofyan, A., Zulfiani, Z., & Sugiarti, S. (2019). Finding Learning Strategy
in Improving Science Literacy. Jurnal Penelitian Dan Pembelajaran IPA, 5(1),
59.
Kara, Y. (2012). Pre-service biology teachers’ perceptions on the instruction of socio-
scientific issues in the curriculum. European Journal of Teacher Education,
35(1), 111–129.
Kartika, I., Kurniasih, S., & Indarini, D.P. (2017). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis
Socio-Scientific Issues Pada Materi Bioteknologi Untuk Meningkatkan Literasi
Sains Siswa. Journal of Science Education And Practice.1-12
Kemendikbud. (2016). Pedoman Pelaksanaan Gerakan Nasional Literasi Bangsa (Mari
Menjadi Bangsa Pembaca). 1.
Liu, X. (2009). Beyond science literacy: Science and the public. International Journal
of Environmental and Science Education, 4(3), 301–311.
Muang, A. (2010). Learning outcomes between Socioscientific Issues-Based Learning
and Conventional Learning Activities. Journal of Social Sciences, 6(2), 240–
243.
Mudawamah, K. (2020). Peningkatan Hasil Belajar dan Literasi Sains Siswa SMPN 1
Ngoro Mojokerto melalui Penerapan Pendekatan Saintifik Berbasis Socio-
scientific issues (SSI). Science Education and Application Journal, 2(2), 52.
Mulyasa. (2013). Menjadi guru profesional menciptakan pembelajaran kreatif dan
menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyati, Yati. (2002). Penulisan Modul Bahan Ajar dan Diklat. Pusat Pengembangan
Penataran Guru Bahasa Universitas Pendidikan Indonesia, 1-11.
Nazilah, N., Muharrami, L. K., Rosidi, I., Yuniasti, A., & Wulandari, R. (2019).
Pengaruh Bahan Ajar Berbasis Socio-Scientific Issues Pada Materi Pemanasan
Global Terhadap Kemampuan Literasi. Natural Sceince Education Reseach,
2(1), 8–16.
Nida, S., Rahayu, S., & Eilks, I. (2020). A Survey of Indonesian Science Teachers’
Experience and Perception toward Socio-Scientific Issues-Based Science
Education. Education Science, 10(39), 1-15..
Nour, M., Chen, J., & Allman-Farinelli, M. (2016). Efficacy and external validity of
electronic and mobile phone-based interventions promoting vegetable intake in
young adults: Systematic review and meta-analysis   . Journal of Medical
Internet Research, 18(4), 1–19.
Paraskeva-Hadjichambi, D., Hadjichambis, A. C., & Korfiatis, K. (2015). How
Students’ values are intertwined with decisions in a socio-scientific issue.
International Journal of Environmental and Science Education, 10(3), 493–
513.
Prasetyo, D., Marianti, A., & Alimah, S. (2021). Improvement of Students’ Science
Literacy Skills Using STEM-Based E-Modules. Journal of Innovative
Science Education, 37(10). 216-221.
Presley, M. L., Sickel, A. J., Muslu, N., Merle-, D., Witzig, S. B., Izci, K., & Sadler, T.
D. (2013). A Framework for Socio-scientifi c Issues Based Education.
Robbia, A. Z., & Fuadi, H. (2020). Pengembangan Keterampilan Multimedia Interaktif
Pembelajaran IPA Untuk Meningkatkan Literasi Sains Peserta Didik di Abad
21. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 5(2), 117–123.
Rostikawati, D. A., & Permanasari, A. (2016). Rekonstruksi bahan ajar dengan konteks
socio-scientific issues pada materi zat aditif makanan untuk meningkatkan
literasi sains siswa. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2(2), 156.
Sadler, T. D., Chambers, F. W., & Zeidler, D. L. (2004). Student conceptualizations of
the nature of science in response to a socioscientific issue. International
Journal of Science Education, 26(4), 387–409.
Saraswati, I., Saptono, S., & Susanti, R. (2018). The Effectiveness of Problem Based
Learning Model Aided with Concept Mapping on the Analysis of Senior High
School Students’ Ability in Learning Material of Immune System. Journal of
Biology Education, 7(3), 273–281.
Sari, A., Ertikanto, C., & Suana, W. (2015). Pengembangan Lks Memanfaatkan
Laboratorium Virtual Pada Materi Optik Fisis Dengan Pendekatan Saintifik.
Jurnal Pembelajaran Fisika Universitas Lampung, 3(2), 118605.
Shelton, K., & Saltsman, G. (2011). Applying the ADDIE Model to Online Instruction.
International Journal of Online Pedagogy and Course Design, 566–568.
Siribunnam, S., Nuangchalerm, P., & Jansawang, N. (2014). Socio-Scientific Decision
Making in the Science Classroom. Online Submission, 5(4), 1777–1782.
Stang Lund, E., Bråten, I., Brandmo, C., Brante, E. W., & Strømsø, H. I. (2019). Direct
and indirect effects of textual and individual factors on source-content
integration when reading about a socio-scientific issue. Reading and Writing,
32(2), 335–356.
Styati, N. H., & Saptono, S. (2020). The Use of Scientific Issues in PBL Learning On
Virus Chapter To Develop Students’ Cognitive Outcomes and Health Care
Attitude in SMA. Journal of Biology Education, 9(2), 99–106.
Suarsana, I. M., & Mahayukti, G. A. (2013). Pengembangan E-Modul Berorientasi
Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis
Mahasiswa. Jurnal Nasional Pendidikan Teknik Informatika (JANAPATI),
2(3), 193.
Suastrawan, K. E., Suardana, I. N., & Sudiatmika, A. A. I. A. R. (2021). The
Effectiveness of Science E-Modules for Class VII Junior High Schools Based
on Socioscientific Issues to Improve Students Critical Thinking Skills. Journal
of Science Education Research, 5(2), 1–9.
Tanfiziyah, R., & Rochintaniawati, D. (2021). Profil Kemampuan Argumentasi Siswa
Mengenai Isu Sosiosaintifik dalam Pembelajaran Online. BIOSFER : Jurnal
Biologi Dan Pendidikan Biologi, 6(1).
Widiyawati, Y. (2020). Global warming & climate change: Integration of socio-
scientific issues to enhance scientific literacy. Journal of Physics: Conference
Series, 1511(1).
Winarko, A. S., Sunarno, W., Masykuri, M., Studi, P., Sains, P., Pascasarjana, P., &
Sebelas, U. (2013). Pada Materi Sistem Indera Kelas Xi Sma Negeri 3
Ponorogo. Bioedukasi, 6(58–75).
Wiyarsi, A., & Çalik, M. (2019). Revisiting the scientific habits of mind scale for socio-
scientific issues in the Indonesian context. International Journal of Science
Education, 41(17), 2430–2447.
Wu, Y. T., & Tsai, C. C. (2011). High school students’ informal reasoning regarding a
socio-scientific issue, with relation to scientific epistemological beliefs and
cognitive structures. International Journal of Science Education, 33(3), 371–
400.
Yusup, F. (2018). Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Kuantitatif. Jurnal
Tarbiyah : Jurnal Ilmiah Kependidikan, 7(1), 17–23.
Zo’bi, A. S. (2014). The effect of using socio-scientific issues approach in teaching
environmental issues on improving the students’ ability of making appropriate
decisions towards these issues. International Education Studies, 7(8), 113–123.

Anda mungkin juga menyukai