Anda di halaman 1dari 184

ANALISIS KETERAMPILAN LABORATORIUM

MAHASISWA SEMESTER 7 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
Anggi Sapitri Irawan
NIM 1113016200033

PROGRAM STRUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul Analisis Keterampilan Laboratorium Mahasiswa


Semester 7 Program Studi Pendidikan Kimia disusun oleh Anggi Sapitri
Irawan, Nomor Induk Mahasiswa 1113016200033, Program Studi Pendidikan
Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah melalui
bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diajukan
pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan fakultas.

Jakarta, 30 April 2018

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi beq'uddl Anatisis Keterampilan Laboratorium Munuri.wu Semester 7


Program studi Pendidikan Kimia disusrm oleh Anggi Sapitri lrawan, NIM
1113016200033, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan LULUS dalam ujian Munaqosah pada
tanggal 31 Mei 2018 dihadapan dewan penguji. Karena itu penulis berhak
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (s.Pd) dalam bidang pendidikan kimia.

Jakarta,31 ⅣIci 2018

Panitia Ujian Munaqosah


Tanggal TandaTangan
Ketua Panitia(Kctua Prodi Pendidikan Kimi→

%司
,

Burhanudin Milalna,M=Fd
NIP.19770201200801 1011
Pengtti I,

Dedi balldi.MoSi
5〔 Li「 lR
NIP.197105282000031001
Pengtti Ⅱ ,

多遭釣β
Luki Yunita,M.Pd
NIDN.2028068501

Mengetahui,
Tarbiyah
KEMENTERIAN AGAMA No. Dokumen : FITK-FR-AKD-089
UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
FORM (FR) No. Revisi: : 01
FITK
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,


Nama : Anggi Sapitri Irawan
Tempat/Tgl.Lahir : Jakarta, 17 Agustus 1995
NIM : 1113016200033
Jurusan / Prodi : Pendidikan IPA/ Pendidikan Kimia
Judul Skripsi : Analisis Keterampilan Laboratorium Mahasiswa
Semester 7 Program Studi Pendidikan Kimia
Dosen Pembimbing : 1. Tonih Feronika, M.Pd
2. Salamah Agung, Ph.D

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya
sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

iv
ABSTRAK

Anggi Sapitri Irawan (NIM. 1113016200033). Analisis Keterampilan


Laboratorium Mahasiswa Semester 7 Program Studi Pendidikan Kimia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan laboratorium mahasiswa


semester 7 Program Studi Pendidikan Kimia. Metode penelitian yang digunakan
adalah deskriptif. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa semester 7 program
studi Pendidikan Kimia Tahun Akademik 2014/2015. Instrumen yang digunakan
adalah lembar observasi. Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan data yang terkumpul tanpa membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Manfaat dari penelitian ini adalah
untuk memberikan informasi mengenai keterampilan laboratorium yang dimiliki
oleh mahasiswa tingkat akhir Program Studi Pendidikan Kimia, serta sebagai
evaluasi untuk menyiapkan calon guru kimia yang baik dan layak ketika terjun ke
dunia kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan laboratorium yang
dimiliki mahasiswa semester 7 Program Studi Pendidikan Kimia sudah masuk
dalam kategori baik. Pernyataan tersebut dibuktikan dengan perolehan persentase
hasil penelitian sebesar 75%. Keterampilan laboratorium diukur pada kegiatan
praktik pembuatan larutan dan titrasi asam-basa. Pada kegiatan menyiapkan
praktikum, aspek menyiapkan alat dan bahan kimia memiliki persentase tertinggi
yaitu 82% dan aspek membersihkan alat-alat kimia memiliki persentase terendah
yaitu 56%. Pada keterampilan proses praktikum, aspek mengocok larutan pada
labu takar memiliki persentase tertinggi sebesar 89% dan aspek memasukkan zat
padat ke dalam tabung reaksi memiliki persentase terendah yaitu 48%. Pada
aktivitas selesai praktikum, aspek mengembalikan alat-alat, bahan kimia dan
membersihkan meja kerja memiliki persentase tertinggi yaitu 87% dan aspek
melakukan pengolahan limbah memiliki persentase terendah yaitu 64%.

Kata Kunci : Praktikum, keterampilan laboratorium, laboratorium kimia

v
ABSTRACT

Anggi Sapitri Irawan (NIM. 1113016200033). Laboratory Skills Analysis of


Undergraduate Students in Chemistry Education Program.

This study was conducted to assess the laboratory skills of the undergraduate
students in Chemistry Education Program. The descriptive method was used in
this study. The sample was the undergraduate students of Chemical Education
program. A set of observation sheet was developed to assess the laboratory skills.
The analysis technique used to analyze the data by describing the data collected
without making conclusions or generalizations. The benefits of this study are to
provide information about the laboratory skills by the undergraduate students, as
well as an evaluation to prepare excellence chemistry teacher in the future. The
results obtained in this study revealed that the laboratory skills of undergraduate
students in Chemistry Education Program is 75% or classified as good
categories. Laboratory skills was measured on the preparation of solution and
acid-base titration activities. In preparing the practicum, the highest aspect was
preparation of chemicals and chemical equipments (82%) and the lowest aspect
was cleaning chemical tools (56%). In practical proccess, the highest aspect was
whisk the solution in flask (89%) and the lowest aspect was entering chemical
solids into the tube (48%). In finishing the practicum, the highest aspect was
restore tools, chemicals and cleaning work table (87%) and the lowest aspects
was waste treatment (64%).

Keywords: Practical work, laboratory skills, chemistry laboratory

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Ta’ala sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Keterampilan Laboratorium
Mahasiswa Semester 7 Program Studi Pendidikan Kimia. Melalui skripsi ini
penulis banyak belajar sekaligus memperoleh pengalaman-pengalaman baru
secara langsung yang belum pernah penulis peroleh sebelumnya. Diharapkan
pengalaman tersebut dapat bermanfaat dimasa yang akan datang.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini telah menerima banyak
bimbingan, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak ternilai
harganya dan tentu tidak dapat dilupakan begitu saja. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Burhanudin Milama, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Tonih Feronika M.Pd., Dosen pembimbing I dan Salamah Agung, Ph.D.,
Dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu dalam memberikan
bimbingan, arahan, nasehat dan motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Dila Fairusi, M.Si., selaku validator instrumen atas segala saran dan
bimbingan yang diberikan.
6. Iwan Setiawan, S.Pd., selaku validator instrumen dan laboran program studi
Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
arahan serta izin untuk dapat melakukan penelitian di tempat tersebut.

vii
7. Ayahanda, ibunda, dan kakak tersayang yang selalu memberikan do’a,
dukungan, semangat dan motivasi tiada henti kepada penulis.
8. Keluarga tercinta, sepupu yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan
motivasi kepada penulis.
9. Amelia Rachmawati, Feby Unggul A.K., Hariyanto, Gita Dynamika P., dan
Suparman, selaku observer yang senantiasa membantu penulis.
10. Keluarga besar asisten laboratorium, Ka Ayu, Ka Amel, Ka Aden, Ka
Unggul, Ka Hariyanto, Ka Hari Suharto, Muti, Bagus, Edo, Nuy, Mila,
Dinnah, dan lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Terimakasih atas segala canda, tawa, dukungan, dan bantuan yang
diberikan.
11. Sahabat-sahabat tersayang, Ismi Fauzah, Silvia Yulianti, dan Yaumil
Karuniati untuk motivasi yang telah diberikan.
12. Teman-teman terdekat, Faa’izah, Sintya, dan Velda yang selalu memberikan
bantuan dan perhatian kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
13. Rekan-rekan seperjuangan Pendidikan Kimia angkatan 2013 B FITK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Terimakasih untuk segala pengalaman, canda,
tawa, serta pelajaran yang telah dibagi kepada penulis selama masa
perkuliahan.
14. Mahasiswa Pendidikan Kimia angkatan 2014 FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
15. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan
skripsi yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Atas semua bimbingan, pengarahan, dorongan dan bantuan serta do’a yang
senantiasa penulis terima selama menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak dapat
membalas jasa dan keikhlasannya, hanya do’a semoga Allah Ta’ala berkenan
menerima amal sholih dan memberikan yang lebih baik kepada Bapak/ Ibu/
Saudara/Saudari.
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini belum mencapai
kesempurnaan dalam arti sebenarnya. Namun penulis berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis sendiri kususnya dan pembaca umumnya. Kritik

viii
dan saran selalu terbuka sehingga kekurangan yang ada pada skripsi ini dapat
terlunasi.

Jakarta, Mei 2018


Penulis

Anggi Sapitri Irawan

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI iv
ABSTRAK v
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah 5
C. Pembatasan Masalah 5
D. Rumusan Masalah 6
E. Tujuan Penelitian 6
F. Manfaat Penelitian 6
BAB II KAJIAN TEORITIS, PENELITIAN RELEVAN,
DAN KERANGKA BERPIKIR 8
A. Kajian Teoritis 8
1. Laboratorium Kimia 8
a. Definisi Laboratorium 8
b. Fungsi dan Tujuan Laboratorium 9
c. Karakteristik Laboratorium Kimia 10
2. Praktikum 11
3. Keterampilan Laboratorium 12
a. Definisi Keterampilan Laboratorium 13
b. Jenis – Jenis Keterampilan Laboratorium 13
4. Cara Penggunaan Alat Laboratorium 14

x
a. Cara Penimbangan 15
b. Cara Memipet 16
c. Cara Membaui Gas 18
d. Cara Membaca Meniskus 19
e. Cara Memanaskan dengan Tabung Reaksi 19
f. Cara Menuang Cairan ke dalam Gelas Kimia 20
g. Cara Melipat Kertas Saring 21
h. Cara Menggunakan Corong Gelas 22
i. Cara Menggunakan Labu Takar 22
j. Cara Memindahkan Zat Padat 23
k. Cara Melakukan Titrasi 24
l. Cara Menggunakan Termometer 25
B. Penelitian Relevan 26
C. Kerangka Berpikir 29
BAB III METODE PENELITIAN 32
A. Tempat dan Waktu Penelitian 32
B. Metode Penelitian 32
C. Populasi dan Sampel 32
D. Sumber Data 33
E. Instrumen Penelitian 33
F. Uji Kelayakan Instrumen 34
G. Prosedur Penelitian 35
H. Teknik Analisis Data 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 39
A. Hasil 39
B. Pembahasan 41
BAB V PENUTUP 68
A. Kesimpulan 68
B. Saran 68
DAFTAR PUSTAKA 69
LAMPIRAN 74

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Validator Instrumen 34


Tabel 3.2 Format Tabel Kontingensi Kesepakatan 35
Tabel 3.3 Nilai Koefisien Kesepakatan 35
Tabel 4.1 Keterampilan Laboratorium Mahasiwa Tingkat Akhir
Program Studi Pendidikan Kimia Tahun Ajaran 2014/2015 39

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Cara menggunakan pipet gondok 17


Gambar 2.2 Cara membaca meniskus pada gelas ukur 19
Gambar 2.3 Cara dekantir 21
Gambar 2.4 Cara melipat kertas saring 22
Gambar 2.5 Cara memindahkan zat padat 24
Gambar 2.6 Cara melakukan titrasi 25
Gambar 2.7 Kerangka berpikir analisis keterampilan laboratorium
mahasiswa tingkat akhir program studi pendidikan
kimia 31
Gambar 4.1 Aspek menimbang 48
Gambar 4.2 Aspek menggunakan labu takar 54
Gambar 4.3 Kesalahan dalam menggunakan labu takar 56
Gambar 4.4 Aspek menggunakan pipet ukur 58
Gambar 4.5 Kesahalan dalam menggunakan pipet ukur 59
Gambar 4.6 Kesalahan dalam menggunakan termometer 61
Gambar 4.7 Aspek titrasi 63
Gambar 4.8 Kesalahan dalam titrasi 64

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisis Kesesuaian Judul Praktikum dengan


Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar 74
Lampiran 2. Hasil Analisis Langkah Kerja dengan Keterampilan
Laboratorium 86
Lampiran 3. Analisis Kompetensi Inti Guru Mata Pelajaran Kimia 89
Lampiran 4. Lembar Observasi Keterampilan Laboratorium
Mahasiswa pada Praktikum Pembuatan Larutan 95
Lampiran 5. Lembar Observasi Keterampilan Laboratorium
Mahasiswa pada Praktikum Titrasi Asam-Basa 97
Lampiran 6. Perhitungan Nilai Koefisien Kesepakatan pada
Praktikum Pembuatan Larutan 98
Lampiran 7. Perhitungan Nilai Koefisien Kesepakatan pada
Praktikum Titrasi Asam - Basa 107
Lampiran 8. Rata-Rata Perhitungan Nilai Koefisien Kesepakatan 114
Lampiran 9. Data Keterampilan Laboratorium pada
Praktikum Pembuatan Larutan 115
Lampiran 10. Data Keterampilan Laboratorium pada
Praktikum Titrasi Asam – Basa 119
Lampiran 11. Rekap Data Keterampilan Laboratorium pada
Praktikum Pembuatan Larutan 123
Lampiran 12. Rekap Data Keterampilan Laboratorium pada
Praktikum Titrasi Asam – Basa 125
Lampiran 13. Rekap Data Keterampilan Laboratorium 126
Lampiran 14. Data Keterampilan Laboratorium pada Praktikum
Pembuatan Larutan dan Titrasi Asam – Basa
Berdasarkan Skor 129
Lampiran 15. Rekap Data Keterampilan Laboratorium pada

xiv
Praktikum Pembuatan Larutan dan Titrasi Asam – Basa
Berdasarkan Skor 130
Lampiran 16. Instrumen Keterampilan Laboratorium Mahasiswa 131
Lampiran 17. Surat Izin Penelitian 155
Lampiran 18. Surat Keterangan Penelitian 156
Lampiran 19. Dokumentasi 157
Lampiran 20. Lembar Uji Referensi 158

xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 tidak lepas dari penerapan
pendekatan saintifik sebagaimana yang telah disosialisasikan oleh
Kementerian Pendidikan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013, proses
pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu meliputi
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan
mengkomunikasikan. Kelima pembelajaran pokok tersebut berpusat pada
peserta didik dan dapat diwujudkan melalui penerapan pendekatan saintifik
dalam proses pembelajaran. Musfiqon dan Nurdyansyah (2015, hlm. 54)
menjelaskan pendekatan ilmiah atau pendekatan saintifik tidak hanya
bertujuan untuk mengembangkan sikap (ranah afektif) dan pengetahuan
(ranah kognitif) peserta didik, melainkan diyakini merupakan titian emas
perkembangan dan pengembangan keterampilan (ranah psikomotorik) peserta
didik. Keberhasilan proses pembelajaran yang berdasarkan Kurikulum 2013
tentu tidak terlepas dari banyak faktor, salah satunya adalah faktor guru. Oleh
karena itu, guru dituntut untuk memiliki kompetensi dalam melaksanakan
pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik.
Ilmu Kimia menurut Chang (2005, hlm. 3) merupakan ilmu yang
mempelajari materi dan perubahannya, serta unsur dan senyawa yang terlibat
dalam perubahan kimia. Nuha, Haryono dan Mulyani (2015) menyebutkan
bahwa “ilmu kimia merupakan pelajaran yang membutuhkan pemikiran yang
mendalam” (hlm. 83). Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dikatakan
bahwa ilmu kimia bersifat abstrak sehingga kemampuan guru kimia untuk
menjadikannya lebih konkret sangat dibutuhkan agar pembelajaran lebih
mudah dipahami peserta didik. Ilmu kimia merupakan ilmu pengetahuan yang
berbasis eksperimen dan berlandaskan penemuan-penemuan ilmiah, sehingga

1
2

tidak cukup hanya dipelajari dengan menulis, membaca, atau mendengarkan


saja.
Olubu (2015, hlm. 815) dalam jurnal penelitiannya mengungkapkan
bahwa proses pembelajaran kimia hanya bisa berlangsung efektif ketika
penjelasan teoritis dilengkapi dengan penerapan sebenarnya dalam
laboratorium. Pembelajaran berbasis praktikum atau eksperimen sesuai untuk
mengimplementasikan tuntutan Kurikulum 2013 terhadap penerapan
pendekatan saintifik. Melalui kegiatan praktikum, peserta didik akan mampu
untuk mendapatkan lima pengalaman belajar pokok yaitu mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
Oleh karena itu, penggunaan laboratorium dalam pembelajaran penting
terlebih bagi mahasiswa calon guru kimia.
Meskipun kegiatan praktikum penting untuk dilakukan, namun pada
pelaksanaannya masih banyak ditemukan kendala. Grant (2011, hlm. 11)
dalam penelitiannya mengemukakan bahwa biaya peralatan di sekolah yang
terbatas, kurang percaya dirinya guru non-spesialis, perbandingan yang relatif
rendah antara nilai yang tersedia untuk keterampilan laboratorium dan
terbatasnya teknisi pendukung adalah faktor yang menghalangi guru untuk
melakukan praktikum. Kurangnya pelaksanaan kegiatan praktikum di sekolah
oleh guru dapat menghambat pengembangan keterampilan laboratorium
siswa. Maknun (2012, hlm. 1-2) mengemukakan bahwa terhambatnya
pengembangan keterampilan laboratorium siswa maka akan menyebabkan
terganggunya pengembangan keterampilan sains siswa.
Salah satu keterampilan yang dibutuhkan guru kimia adalah keterampilan
laboratorium. Keterampilan laboratorium yang baik perlu dimiliki guru kimia
agar pembelajaran tidak hanya dilakukan dengan metode ceramah, tanya
jawab, dan mengerjakan soal. Pelaksanaan kegiatan praktikum di
laboratorium membutuhkan keterampilan dalam penggunaan alat-alat yang
ada. Gobaw dan Atagana (2016, hlm. 114) mengemukakan bahwa praktikum
di laboratorium membutuhkan kemampuan cara penggunaan alat dan bahan
yang melibatkan pengalaman langsung oleh praktikan. Guru kimia dalam
3

pelaksanaan kegiatan praktikum di sekolah memegang peranan penting. Ada


sebuah keyakinan bahwa guru yang memiliki keterampilan laboratorium yang
baik maka akan baik pula dalam mengarahkan dan mengajarkan peserta
didiknya dalam melaksanakan kegiatan praktikum. Malana (2016, hlm. 1033)
menyebutkan bahwa kemahiran dalam keterampilan manipulatif dan
pemahaman tentang cara penggunaan alat-alat di laboratorium berperan
dalam meningkatkan pemahaman tentang konsep kimia.
Sebanyak empat kompetensi inti guru mata pelajaran Kimia SMA dan
sekolah lain yang sederajat dari empat belas kompetensi yang dituntut dalam
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007,
diperoleh dari praktikum di laboratorium. Pemerintah dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, menerangkan bahwa guru
kimia diharuskan memiliki kompetensi diantaranya menggunakan alat ukur,
meningkatkan pembelajaran kimia di kelas, laboratorium, dan lapangan, serta
melaksanakan eksperimen kimia dengan cara yang benar. Selain sebagai
bagian dari kompetensi profesional, keterampilan laboratorium juga penting
untuk meminimalisir terjadinya kesalahan dan kecelakaan kerja. Hal ini
didukung oleh Lasia, Gunamantha, & Budiada (2013, hlm. 1) yang
mengemukakan bahwa penggunaan berbagai bahan kimia, peralatan gelas dan
instrumentasi khusus untuk kegiatan percobaan apabila dilakukan dengan
cara yang tidak tepat dapat menyebabkan kecelakaan (hlm. 1).
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta merupakan salah satu Lembaga Penyelenggara Tenaga Kependidikan
(LPTK) di Indonesia. Program Studi Pendidikan Kimia dibuka guna
mencetak calon-calon guru kimia. Proses perkuliahan disamping kompetensi
keagamaan sebagai ciri khususnya, diajarkan pula kompetensi pedagogis
(ilmu kependidikan) dan kompetensi profesional (ilmu Kimia). Dalam
mengembangkan kompetensi profesional, terdapat mata kuliah Kimia Dasar,
Kimia Organik, Kimia Anorganik, Kimia Fisik dan Kimia Analitik yang
disertai kegiatan praktikum. Namun nyatanya, meskipun sudah banyak
4

melakukan praktikum, mahasiswa calon guru kimia masih kurang terampil


dalam menerapkan keterampilan laboratorium. Hal ini dapat terlihat dari data
nilai ujian akhir praktikum mahasiswa yang perolehannya masih dibawah
nilai standar kelulusan (70). Masih ada mahasiswa calon guru yang memiliki
keterampilan laboratorium yang kurang, sehingga masih ditemukan kesalahan
dalam melakukan penimbangan, pengukuran, maupun keterampilan dasar
laboratorium lainnya. Selain itu kenyataan yang ada di lapangan
menunjukkan terbatasnya tenaga laboran di beberapa sekolah mengakibatkan
guru kimia harus menyiapkan alat dan bahan untuk kegiatan praktikum untuk
peserta didik secara mandiri. Berdasarkan data hasil observasi, 7 dari 12
Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Tangerang Selatan memiliki guru
kimia yang sekaligus berperan menjadi laboran di sekolahnya. Hal ini
menunjukkan bahwa keterampilan laboratorium yang baik perlu dimiliki oleh
seorang calon guru kimia.
Berdasarkan data dari Balitbang Depdiknas (dalam Maknun, 2012, hlm.
1) menyatakan bahwa kemampuan guru dalam merancang praktikum masih
rendah. Pada pemaparannya, sekitar 51% guru IPA SMP di Indonesia tidak
dapat menggunakan alat-alat lab yang tersedia di sekolahnya. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Bawono (2011) menyebutkan bahwa keterampilan
laboratorium mahasiswa masih tergolong rendah, yaitu cara mengukur
volume larutan dengan gelas ukur, mengencerkan larutan dengan labu ukur,
menitrasi larutan, menetapkan titik akhir titrasi, dan cara melihat skala pada
buret mendapatkan persentase sebesar 37,1%, 18,4%, 60,8%, 30,6%, dan
43,4%. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Udaibah (2014)
memberikan hasil bahwa pengetahuan calon guru kimia tentang peralatan
laboratorium dan fungsinya pada mahasiswa tadris kimia relatif cukup dan
perlu ditingkatkan.
Sebagai mahasiswa calon guru kimia tingkat akhir, keterampilan
laboratorium yang baik merupakan bagian dari kompetensi yang penting
dimiliki untuk menyiapkan calon guru kimia yang baik dan layak ketika
terjun ke dunia kerja. Terlebih bagi mahasiswa yang akan melaksanakan
5

kegiatan Praktek Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) yang bertujuan untuk


membekali mahasiswa lewat kegiatan praktek mengajar di sekolah dan
praktek pengadministrasian kependidikan demi terwujudnya tenaga pendidik
yang profesional. Maka peneliti menganggap penting untuk dilakukan
penelitian dengan judul, “Analisis Keterampilan Laboratorium
Mahasiswa Semester 7 Program Studi Pendidikan Kimia”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan penjabaran latar belakang masalah, penulis
mengidentifikasikan beberapa masalah yang mendasari dilakukannya
penelitian ini, yaitu:
1. Rendahnya kemampuan guru IPA dalam menggunakan alat-alat di
laboratorium.
2. Terbatasnya teknisi atau laboran di sekolah mengakibatkan guru kimia
dituntut untuk mampu menyiapkan kegiatan praktikum kimia secara
mandiri.
3. Masih ada mahasiswa calon guru yang memiliki keterampilan
laboratorium yang kurang.

C. Pembatasan Masalah
Untuk mengarahkan penelitian ini, maka penulis membatasi
permasalahan pada hal-hal berikut:
1. Keterampilan laboratorium yang diteliti hanya pada mahasiswa semester
7 Program Studi Pendidikan Kimia yang akan melaksanakan kegiatan
Praktik Profesi Keguruan Terpadu.
2. Keterampilan laboratorium yang diteliti berdasarkan pada materi kimia
SMA yang dipraktikumkan.
3. Keterampilan laboratorium yang diukur meliputi; (1) menyiapkan
maupun mengembalikan alat-alat serta bahan sebelum dan sesudah
praktikum, (2) membersihkan alat-alat sebelum dan sesudah praktikum,
(3) menimbang, (4) memasukkan zat padat ke dalam gelas kimia, (5)
6

mengukur volume larutan, (6) mengaduk larutan, (7) menyaring, (8)


menggunakan labu takar, (9) mengocok larutan, (10) menggunakan pipet
ukur, (11) memanaskan, (12) membaui, (13) menggunakan pipet tetes,
(14) menggunakan termometer, (15) titrasi dan (16) pengolahan limbah.
4. Keterampilan laboratorium yang diteliti hanya pada praktikum kimia
dengan judul Pembuatan Larutan dan Titrasi Asam-Basa.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, dirumuskan permasalahan sebagai
berikut: “Bagaimanakah keterampilan laboratorium yang dimiliki mahasiswa
semester 7 Program Studi Pendidikan Kimia?”

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai peneliti
adalah untuk mengetahui keterampilan laboratorium mahasiswa semester 7
Program Studi Pendidikan Kimia.

F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Guru
a) Memberikan informasi tentang pentingnya pelaksanaan kegiatan
praktikum di sekolah dengan cara yang benar.
b) Memotivasi guru untuk memberikan materi tentang pengetahuan
laboratorium serta keterampilan laboratorium yang benar kepada
peserta didik.
2. Mahasiswa
Memberikan pengetahuan dan menambah bekal tentang bagaimana
keterampilan laboratorium yang benar agar dapat menerapkannya kelak
pada setiap kegiatan praktikum di sekolah.
7

3. Dosen
a) Memberikan gambaran informasi mengenai profil keterampilan
laboratorium mahasiswa tingkat akhir sebelum kegiatan Praktek
Profesi Keguruan Terpadu.
b) Memberi masukan mengenai standar kompetensi lulusan yang harus
dimiliki mahasiswa jurusan Pendidikan IPA pada ranah laboratorium
serta evaluasi pada pelaksanaan praktikum di laboratorium Pendidikan
Kimia.
BAB II
KAJIAN TEORITIS, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN
KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Teoritis
1. Laboratorium Kimia
Laboratorium sains memiliki peranan penting dalam kegiatan belajar
mengajar Kimia. Sebuah laboratorium sains memiliki karakteristik dan fungsi
yang berbeda dibanding dengan laboratorium lain. Laboratorium kimia juga
memiliki unsur-unsur penyusunnya seperti tata bangunan, ukuran, dan
keamanan.
a. Definisi Laboratorium
Menurut Zulfiani, Feronika, T., & Suartini, K. (2009) mendefiniskan
laboratorium ialah “tempat siswa dan guru melakukan percobaan dan
penyelidikan” (hlm. 165). Definisi lain menurut Sitorus dan Ani (2013)
menyebutkan bahwa “laboratorium adalah tempat melakukan berbagai
percobaan atau penelitian” (hlm. 1). Selain untuk pendidikan,
Imamkhasani (1990) menjelaskan bahwa “laboratorium kimia merupakan
sarana penting untuk pendidikan, penelitian, pelayanan dan uji mutu atau
quality control” (hlm. 1).
Berdasarkan pengertian Zulfiani dkk. (2009), Sitorus dan Ani
(2013), serta Imamkhasani (1990) maka dapat diartikan laboratorium
merupakan tempat untuk melakukan berbagai percobaan sebagai sarana
belajar siswa untuk meningkatkan pemahaman. Kegiatan praktikum pada
mata pelajaran kimia dapat dilakukan di dalam ruangan (indoor) maupun
di luar ruangan (outdoor). Laboratorium memegang peranan penting
dalam kegiatan pembelajaran ilmu sains, termasuk ilmu kimia.

8
9

b. Fungsi dan Tujuan Laboratorium


Laboratorium kimia selain sebagai tempat untuk melakukan
kegiatan praktikum, juga memiliki fungsi lain. Fungsi laboratorium
menurut Zulfiani dkk. (2009, hlm. 166) antara lain: (1) Sarana
penyelesaian masalah untuk dipecahkan oleh siswa, siswa dapat
menyelesaikan masalah yang diberikan guru di laboratorium; (2) Tempat
melakukan penelitian, siswa membuktikan suatu teori sains dan dapat
memancing rasa ingin tahu melalui penelitian; (3) Tempat peragaan dan
museum kecil, berbagai alat-alat peraga, spesimen, dan laporan penelitian
dapat ditemukan di laboratorium; (4) Tempat untuk kegiatan belajar
ataupun praktikum.
Laboratorium dalam proses pembelajaran sains memliki fungsi
dalam mencapai beberapa tujuan pembelajaran. Menurut Mastika I. N.,
Adnyana I. B. P., & Setiawan I. G. N. A. (2014, hlm. 2-3) menjelaskan
tujuan kognitif berkaitan dengan belajar proses pengembangan,
keterampilan, konsep-konsep, dan meningkatkan pemahaman tentang
metode ilmiah. Tujuan praktis berkaitan dengan pengembangan
keterampilan seperti pelatihan IPA, analisis data, berkomunikasi dan
keterampilan-keterampilan dalam kerjasama antar kelompok. Tujuan
afektif berkaitan dengan motivasi terhadap sains, tanggapan serta
kemampuan dalam memahami lingkungan sekitar.
Berdasarkan penjelasan Zulfiani dkk. (2009) dan Mastika dkk.
(2014) mengenai fungsi laboratorium, maka dapat disimpulkan bahwa
laboratorium dalam proses pembelajaran digunakan untuk mencapai
berbagai tujuan pembelajaran. Laboratorium merupakan tempat siswa
mengintegrasikan dan mempraktikkan ilmu kimia yang telah didapatkan
di dalam kelas. Selain itu, laboratorium berfungsi sebagai sarana siswa
dalam mengembangkan konsep (kognitif), sikap (afektif), dan
keterampilan (psikomotorik).
10

c. Karakteristik Laboratorium Sains Kimia


Ilmu sains terdiri dari berbagai cabang, diantaranya ilmu biologi, fisika,
dan kimia. Pada pelaksanannya, laboratorium sains kimia memiliki
karakteristik yang berbeda dari laboratorioum fisika dan biologi. Zulfiani dkk.
(2009, hlm. 171) mengemukakan bahwa tingkat ketelitian dan ketepatan
dalam lingkup percobaan/penelitian adalah faktor yang menentukan fasilitas
apa saja yang dimiliki oleh sebuah laboratorium kimia. Laboratorium sains
kimia tidak hanya ada pada sekolah-sekolah tingkat dasar dan menengah.
Imamkhasani (1990, hlm. 2) menyebutkan bahwa pada perguruan tinggi
maupun sekolah lanjutan atas, industri, jasa serta lembaga penelitian dan
pengembangan telah banyak memiliki berbagai jenis laboratorium kimia.
Berdasarkan penjelasan mengenai karakteristik laboratorium sains, maka
dapat disimpulkan perbedaan penggunaan dan fungsi dari tiap laboratorium
kimia akan berakibat pada perbedaan desain, alat, bahan, teknik, serta
pengelolaan laboratorium itu sendiri. Memahami karakteristik suatu
laboratorium berarti memahami cara memperlakukan dan mengatasi bahaya-
bahaya yang dapat ditimbulkannya.
Beberapa fasilitas yang sering dijumpai dalam laboratorium kimia
menurut Zulfiani dkk. (2009);
(1) Bahan/zat kimia
Bahan atau zat kimia pada umumpnya berfungsi sebagai pereaksi
dan ada juga yang berfungsi sebagai pelarut, penyerap, pengering,
bahan bakar, katalis, dll. Zat sebagai pereaksi kimia memiliki tingkat
kemurnian, atas dasar ini, zat/pereaksi diklasifikasikan menurut
kemurnian (pure), proanalyst (pa), pharmaceutical-grade, dan teknis
zat pada tingkat. Hampir semua zat kimia adalah racun, akibatnya ada
yang seketika dapat mematikan, dan ada pula akibatnya baru muncul
setelah beberapa lama atau dirasakan setelah beberapa tahun
kemudian.
(2) Alat gelas
Alat-alat di laboratorium banyak yang terbuat dari gelas, dan
tentunya mudah pecah, jenisnya bermacam-macam bergantung pada
fungsinya. Alat yang terbuat dari gelas ada yang berfungsi sebagai alat
ukur volume, alat ukur suhu, alat ukur massa jenis, alat pendinginan,
alat pengering, tempat reaksi, botol pereaksi, dll.
11

(3) Instrumen kimia.


Instrumen kimia adalah set peralatan yang memiliki fungsi yang
khas, antara lain neraca, pH-meter, dan peralatan elektronik lain.
Peralatan ini mudah berkarat atau berubah sehingga dapat mengurangi
fungsinya. Di samping itu instrumen kimia juga dapat berupa berupa
dari rangkaian atau set bahan gelas yang mudah retak/pecah atau patah
(hlm. 171-172).

2. Praktikum
Aktivitas kerja laboratorium atau kegiatan praktikum merupakan
karakteristik dari pembelajaran sains yang tidak bisa dilepaskan dari
pembelajaran kimia. Gobaw & Atagana (2016, hlm. 114) mendefinisikan
kerja laboratorium adalah proses belajar aktif yang melibatkan pengamatan
atau pengaturan alat dan bahan secara nyata oleh siswa. Definisi lain
dikemukakan oleh Zulfiani dkk. (2009) yang menyebutkan bahwa “metode
eksperimen adalah metode mengajar dengan cara mempraktekkan langsung
untuk menguji atau membuktikan suatu konsep yang akan dipelajari” (hlm.
104). Berdasarkan penjelasan mengenai kegiatan praktikum, maka dapat
disimpulkan bahwa praktikum adalah bagian dalam proses pembelajaran yang
melibatkan psikomotor siswa. Selain itu, kegiatan praktikum memainkan
peran sentral untuk pengembangan konsep ilmiah, meningkatkan
keterampilan kognitif, juga mengembangkan sikap yang baik.
Susilaningsih (2014, hlm. 2) menjelaskan bahwa praktikum kimia di
laboratorium memiliki tujuan untuk mendapatkan keterampilan dan
pengalaman laboratorium, serta bukti-bukti nyata dari hukum dasar, prinsip,
konsep, dan teori. Beberapa hasil belajar yang diinginkan dan keterampilan-
keterampilan yang bisa dinilai dari kegiatan praktikum menurut Ottander dan
Grellson (2006, hlm. 116), diantaranya: (1) mengidentifikasi objek dan
fenomena; (2) mempelajari fakta dan konsep; (3) menemukan pola dan
keterkaitan serta mempelajari hubungannya; (4) mempelajari sebuah teori
atau model; (5) mempelajari cara menggunakan alat-alat di laboratorium; (6)
menerapkan prosedur standar; (7) menentukan langkah kerja; (8) mempelajari
bagaimana mengolah data; (9) mempelajari bagaimana menggunakan data
12

untuk menarik kesimpulan; (10) mempelajari cara mengomunikasikan hasil


dari kegiatan laboratorium.
Kegiatan praktikum yang berlandaskan pada metode ilmiah dapat
mendukung proses pembelajaran IPA. Metode praktikum memiliki kelebihan
dan kekurangan. Kelebihan metode praktikum menurut Zulfiani dkk. (2009,
hlm. 104) antara lain: (a) Siswa dirangsang berpikir kritis, tekun, jujur, mau
bekerja sama, terbuka, dan objektif; (b) Siswa belajar secara konstruktif tidak
bersifat hafalan, sehingga pemahamannya terhadap konsep kimia bersifat
mendalam dan bertahan lama; (c) Siswa lebih mudah memahami konsep yang
bersifat abstrak; (d) Siswa ditempatkan pada situasi belajar yang penuh
tantangan sehingga tidak mudah bosan; (e) Siswa terarahkan konsentrasinya
pada kegiatan pembelajaran; (f) Siswa dirangsang untuk memiliki
keterampilan proses sains seperti mengamati, menginterpretasi,
mengelompokkan, mengajukan pertanyaan, mengajukan pertanyaan,
merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, mengkomunikasikan
dan melakukan eksperimen.
Lebih lanjut Zulfiani dkk. (2009, hlm. 104) menyebutkan kekurangan
metode praktikum yakni sebagai berikut: (a) Memerlukan waktu yang relatif
lebih lama; (b) Cenderung memerlukan ruang khusus (laboratorium), untuk
lebih leluasa melakukan eksperimen; (c) Memerlukan alat dan bahan yang
cukup dan terkadang sulit ditemukan atau mahal harganya; (d) Siswa dituntut
terlebih dahulu memiliki landasan berpikir, sehingga mengetahui secara jelas
tujuannya melakukan eksperimen dan kesimpulan yang diambilnya relevan
dengan konsep yang sedang diuji; (e) Guru harus membuat perencanaan
kegiatan eksperimen yang matang, hal ini menuntut guru menguasai konsep
yang akan diuji atau dibuktikan dalam kegiatan eksperimen.

3. Keterampilan Laboratorium
Kegiatan praktikum di laboratorium memudahkan siswa memahami
konsep dari ilmu kimia yang bersifat abstrak, karena dapat menghubungkan
teori di kelas dan praktek di laboratorium. Ottander dan Grelsson (2006, hlm.
13

114) menyebutkan bahwa semua guru memandang bahwa kegiatan


laboratorium merupakan bagian penting dalam ilmu sains yang bertujuan
untuk menghubungan antara teori yang disampaikan di kelas dan praktek
yang dilakukan di laboratorium, meningkatkan minat belajar siswa, serta
mengajarkan keterampilan dan teknik laboratorium. Berdasarkan pendapat
Ottander dan Grelsson (2016) maka salah satu tujuan dalam kegiatan
praktikum untuk mengajarkan keterampilan dan teknik laboratorium.

a. Definisi Keterampilan Laboratorium


Keterampilan menurut KBBI (1988) adalah “kecakapan untuk
menyelesaikan tugas” (hlm. 935). Sedangkan Hamalik (2005)
mendefinisikan “keterampilan adalah performance dari suatu tugas
khusus” (hlm.176). Lebih lanjut disebutkan Hamalik (2005, hlm. 173)
bahwa suatu keterampilan memiliki tiga karakteristik, yakni melibatkan
koordinasi gerakan tangan dan mata, menuntut kaitan-kaitan organisasi
menjadi pola-pola respons yang kompleks, dan menunjukkan ikatan (a
chain) respon motorik.
Berdasarkan penjelasan tentang keterampilan laboratorium, maka
dapat disimpulkan bahwa suatu keterampilan menitikberatkan pada
koordinasi persepsi (mata) dan tindakan motorik (tangan). Apabila
dikaitkan dengan kegiatan di laboratorium, maka keterampilan
laboratorium dapat bermakna suatu kegiatan yang melibatkan respon
motorik untuk menyelesaikan tugas-tugas di laboratorium, contohnya
pada kegiatan praktikum. Pada kegiatan praktikum, praktikan melakukan
serangkaian kegiatan untuk membuktikan teori yang ada dengan
melibatkan respon motorik berupa gerakan-gerakan tangan dan mata
dalam menggunakan alat dan bahan di laboratorium.

b. Jenis-Jenis Keterampilan Laboratorium


Beasley W (dalam Maknun, 2012, hlm. 126) menyebutkan ragam
keterampilan laboratorium yang harus dimiliki siswa adalah : (1)
14

memilih, membuka, memasang, mengoperasikan, membersihkan dan


mengembalikan peralatan; (2) mencocokan peralatan; (3) membaca alat
ukur dengan teliti; (4) menangani, menyiapkan dan menyadari bahaya
bahan kimia; (5) mendeteksi, mengkalibrasi dan memperbaiki kesalahan
dalam mengatur peralatan; (6) menggambar peralatan dengan akurat.
Sementara itu, Romlah (2009) menyebutkan beberapa keterampilan
laboratorium yang dapat dilatihkan kepada siswa, diantaranya:
mencuci, membilas, dan mengeringkan alat gelas; mengambil dan
menuangkan bahan dan bahan cair; membaui suatu bahan; melarutkan;
mengocok, menyaring; melakukan pengukuran massa dan volume;
melakukan titrasi; menyediakan atau membuat preparat dan
menggunakan mikroskop; menggunakan berbagai peralatan seperti,
higrometer, evaporimeter, salinometer, dan banyak lagi (hlm. 3).
Secara garis besar keterampilan laboratorium yang peneliti ambil
adalah keterampilan dalam menggunakan alat-alat kimia berdasarkan
hasil analisis Kompetensi Inti 3 dan 4. Hasil analisis Kompetensi Inti 3
dan 4 pada mata pelajaran Kimia meliputi keterampilan menyiapkan
maupun mengembalikan alat dan bahan, membersihkan alat-alat sebelum
dan sesudah praktikum, keterampilan menimbang, mengukur volume,
melarutkan, menuangkan zat, mengocok, menyaring, memanaskan,
menggunakan pipet tetes, membaui, memasukkan zat padat ke dalam
tabung reaksi, titrasi, menggunakan termometer serta pengolahan limbah
bahan kimia.

4. Cara Penggunaan Alat Laboratorium


Banyak penyebab yang dapat menjadi sumber bahaya di laboratorium.
Sitorus dan Ani (2013, hlm. 15) menjelaskan apabila kita tidak berpedoman
pada aturan penanganan alat, maka bahaya fisik dapat ditimbulkan dari
peralatan yang digunakan serta penanganan bahan yang salah. Penggunaan
alat laboratorium yang tepat dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja.
Keterampilan cara penggunaan alat di laboratorium diantaranya adalah
sebagai berikut.
15

a. Cara Penimbangan
Menimbang zat adalah menimbang zat kimia yang dipergunakan
untuk membuat larutan atau akan direaksikan. Menimbang merupakan
suatu tahap yang paling penting dalam analisis kuantitatif yang sering
dilakukan di laboratorium kimia. Clark (1980, hlm. 12) mengemukakan
bahwa menimbang adalah salah satu pengukuran yang paling mendasar
dan penting dilakukan di laboratorium. Tantayanon (2009, hlm. 11-12)
dalam buku kerja (Small-Lab Kit) hasil penelitiannya bekerjasama dengan
UNESCO menjelaskan beberapa prosedur menimbang suatu zat adalah
sebagai berikut:
(1) Mengenolkan neraca.
(2) Meletakkan alas penimbangan zat pada piringan neraca.
(3) Mencatat masa alas zat.
(4) Mengambil alas zat dari timbangan dan menambahkan zat yang akan
ditimbang.
(5) Letakkan alas zat yang sudah terisi zat ke piringan neraca.
(6) Catat massa total dan hitung massa zat.
Sebelum dilakukan penimbangan, neraca harus senantiasa dalam
keadaan bersih. Hal ini dimaksudkan agar zat yang ditimbang tepat.
Neraca yang masih terdapat zat-zat pengotor dapat memengaruhi massa
zat ketika ditimbang. Achmad (1993, hlm. 163) menyebutkan beberapa
aturan umum dalam penggunaan suatu neraca di labratorium kimia, yaitu
sebagai berikut: (1) neraca harus selalu berada dalam keadaan bersih; (2)
perbaikan sekecil apapun harus dilakukan oleh petugas ahlinya; (3) zat
kimia tidak boleh diletakkan langsung pada piringan neraca; gunakan
kertas, kaca arloji, atau botol timbang; (4) benda yang akan ditimbang
diletakkan di piring kiri, anak timbangan di piring kanan; (5) kecuali pada
timbangan kasar, anak timbangan tidak dipegang dengan jari, gunakan
selalu pinset.
Berdasarkan pemaparan dari beberapa sumber tentang cara
penimbangan, maka dapat disimpulkan tahapan dalam penimbangan
16

menggunakan neraca empat lengan secara garis besar adalah sebagai


berikut:
(1) Membersihkan piringan neraca sebelum dan sesudah menimbang.
(2) Membersihkan lengan beban neraca sebelum dan sesudah menimbang.
(3) Melakukan pengenolan dengan cara memutar pemutar yang ada pada
bagian kiri neraca hingga posisi setimbang (posisi garis lengan neraca
setimbang tepat sejajar di angka 0).
(4) Menggunakan alas zat saat penimbangan.
(5) Menggeser beban sesuai dengan massa zat yang akan ditimbang (+
massa alas zat).
(6) Menimbang zat padat dengan memasukkan zat ke dalam alas zat
hingga mencapai posisi setimbang (posisi garis pada lengan neraca
setimbang, tepat sejajar di angka 0).
(7) Mengembalikan lengan beban ke posisi angka nol setelah
penimbangan.

b. Cara Memipet
Pipet yang digunakan dalam laboratorium terdiri dari beberapa jenis.
Setiap jenis pipet memiliki teknik tersendiri dalam penggunaannya di
laboratorium. Pipet yang biasa digunakan dalam laboratorium kimia antara
lain pipet ukur dan pipet tetes.
1. Pipet Ukur
Salah satu jenis pipet yang ada di laboratorium kimia adalah pipet
ukur. Pipet ukur memiliki cara tersendiri dalam penggunannya.
Khamidinal (2009, hlm. 126) menjelaskan cara menggunakan pipet
ukur yaitu penyedotan larutan dilakukan dengan bantuan bola hisap
sampai naiknya meniskus hingga skala 0 (nol). Selanjutnya larutan
dikeluarkan dengan cara menekan bola hisap dan menempelkan ujung
pipet ukur pada dinding gelas beker atau labu takar hingga larutan
benar-benar mengalir pada ujung pipet ukur. Keterampilan cara
menggunakan pipet gondok dapat dilihat pada Gambar 2.1.
17

Gambar 2.1 Cara menggunakan pipet gondok (Clark, 1980, hlm.28).


Sementara itu Boyer (2012, hlm. 19) mengemukakan cara
memipet menggunakan pipet ukur sebagai berikut:
(1) Menarik cairan dengan menggunakan bola hisap ke tingkat 2-3
cm di atas garis isi.
(2) Melepaskan cairan dari pipet sampai bagian bawah garis
miniskus.
(3) Ujung pipet menyentuk dinding bagian dalam wadah.
(4) Pindahkan pipet ke dalam wadah kedua dan lepaskan cairan dari
pipet.
(5) Pegang pipet secara vertikal, pastikan larutan dapat mengalir
sampai berhenti, dan kemudian tunggu hingga 5-10 detik.
(6) Posisi ujung pipet menyentuh ke dalam wadah untuk melepaskan
tetesan terakhir dari luar bagian pipet.
(7) Angkat pipet dari wadah. Beberapa cairan mungkin masih tetap
berada di ujung.
2. Pipet Tetes
Jenis pipet lainnya yang biasa digunakan dalam praktikum kimia
adalah pipet tetes. Pipet tetes dapat digunakan untuk memindahkan
atau mereaksikan suatu zat. Menurut Khamidinal (2009, hlm. 123)
cara menggunakan pipet tetes yang benar yaitu ujung pipet tetes
ditempelkan pada dinding bagian dalam pada bagian atas tabung
reaksi lalu dipencet balon karetnya hingga cairan menetes.
18

Sementara itu, Tantayanon (2009, hlm. 14) menjelaskan dalam buku


kerja (Small-Lab Kit) hasil penelitiannya bekerjasama dengan
UNESCO menjelaskan cara memindahkan larutan menggunakan pipet
tetes sebagai berikut:
(1) Tempatkan dua wadah berdekatan untuk menghindari hilangnya
zat melalui pipet yang menetes saat memindahkan larutan.
(2) Pegang pipet dengan ujung pipet mengarah ke bawah.
(3) Ambil larutan dengan pipet dan keluarkan ke wadah lain
sebanyak yang dibutuhkan.

c. Cara Membaui Gas


Kegiatan praktikum di laboartorium kimia tidak jarang melibatkan
zat-zat yang mudah menguap. Beberapa zat kimia yang tidak diketahui
juga terkadang ditemukan, sehingga zat perlu diidentifikasi. Salah satu
cara untuk mengidentifikasi zat kimia yang belum diketahui adalah dengan
membaui zat tersebut. Cara membaui suatu zat atau gas memerlukan
teknik yang benar. Khamidinal (2009, hlm. 101) menjelaskan cara
membaui gas yaitu posisi muka berhadapan langsung sumber gas dengan
jarak tidak terlalu dekat, tetapi juga tidak terlalu jauh. Kibaskan gas
dengan menggunakan salah satu tangan secara perlahan-lahan sambil
dihirup dengan hati-hati.
Sedangkan menurut Situs Sumber Daya Sains (www.Edquest.ca) cara
membaui zat dengan teknik yang tepat yaitu dengan mengayunkan uap zat
ke arah wajah, memegang bahan wadah bahan kimia di depan wajah dan
mengalirkan uap ke arah hidung (dengan gerakan melingkar). Berdasarkan
penjelasan maka cara membaui suatu gas atau zat kimia dengan
menempatkan wadah ke arah hidung dengan jarak yang tidak terlalu dekat
ataupun tidak terlalu jauh, dan mengibaskan ke arah hidung dengan
perlahan.
19

d. Cara Membaca Meniskus


Hal terpenting dalam mengukur larutan adalah ketepatan dalam
membaca meniskus. Membaca volume zat cair yang berada dalam gelas
ukur ataupun buret memerlukan teknik tersendiri. Cara membaca volume
zat cair menurut Khamidinal (2009, hlm. 123) adalah dengan melihat
permukaan air pada arah mendatar, tidak boleh dari arah atas atau bawah
dan harus benar-benar horizontal. Brescia, F., Arents, J., Meislich, H., &
Turk, A. (1980, hlm. 12) menjelaskan bahwa metode dalam menggunakan
gelas ukur yaitu membaca bagian bawah dari mensikus. Pastikan posisi
mata berada pada meniskus bawah, hal ini bertujuan untuk menghindari
kesalahan paralaks. Berdasarkan penjelasan tersebut maka cara membaca
mensikus dengan tepat yaitu dengan posisi mata sejajar dengan skala dan
gelas ukur diletakkan pada bidang yang datar. Posisi mata yang sejajar
dengan skala akan menghindari terjadinya kesalahan paralaks.
Keterampilan cara membaca meniskus pada gelas ukur dapat dilihat pada
Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Cara membaca meniskus pada gelas ukur


(Brescia dkk., 1980, hlm. 13).

e. Cara Memanaskan dengan Tabung Reaksi


Memanaskan suatu zat pada tabung reaksi memerlukan keterampilan
khusus untuk menghindari kecelakaan kerja di laboratorium. Cara
memanaskan dengan tabung reaksi menurut Khamidinal (2009, hlm. 102)
20

yaitu menggunakan bantuan penjepit kayu dengan posisi mulut tabung


reaksi dicondongkan dengan kemiringan sekitar dan mengarahkan
mulut tabung reaksi ke arah ruangan yang kosong. Sedangkan cara
memanaskan larutan menggunakan tabung reaksi juga dijelaskan oleh
Rahayuningsih dan Dwiyanto (2005, hlm. 39) sebagai berikut:
(1) Isi tabung reaksi maksimal sepertiganya.
(2) Api pemanas hendaknya terletak pada bagian atas larutan.
(3) Goyangkan tabung reaksi agar pemanasan merata.
(4) Arahkan mulut tabung reaksi pada tempat yang aman agar
percikannya tidak melukai orang lain maupun diri sendiri.
Berdasarkan penjelasan mengenai cara memanaskan dengan tabung reaksi,
maka dapat disimpulkan mulut tabung reaksi tidak boleh mengarah ke
orang lain ataupun mengarah ke tempat yang terdapat zat kimia. Hal ini
untuk menghindari memancarnya larutan ke luar tabung reaksi
dikarenakan panas yang berlebih. Tabung reaksi juga harus digerakkan
mendekat dan menjauh untuk menghindari panas yang terlalu berlebihan.

f. Cara Menuang Cairan ke dalam Gelas Kimia


Cara menuangkan cairan ke dalam gelas beker menurut Khamidinal
(2009, hlm. 115) adalah dengan bantuan ujung batang pengaduk
ditempelkan pada dinding gelas beker dan cairan dituangkan dengan hati-
hati sedikit demi sedikit. Cara menuangkan cairan ke dalam gelas beker
sama dengan cara melakukan dekantir. Pemisahan dengan cara dekantir
merupakan cara pemisahan sederhana yang biasa dilakukan di
laboratorium. Brescia dkk. (1980, hlm. 23) menjelaskan bahwa dekantasi
adalah proses pemisahan endapan dari suatu larutan. Keterampilan cara
dekantir dapat dilihat pada Gambar 2.3.
21

Gambar 2.3 Cara dekantir (Alexander & Steffel, 1976, hlm.14).

g. Cara Melipat Kertas Saring


Kertas saring digunakan untuk melakukan penyaringan endapan
ataupun zat-zat pengotor di dalam larutan. Kertas saring yang digunakan
untuk proses penyaringan memiliki berbagai macam jenis dan ukuran,
disesuaikan dengan tujuannya. Sebelum digunakan untuk menyaring,
kertas saring harus dilipat dengan cara tertentu. Menurut Brescia dkk.
(1980, hlm. 23) cara melipat kertas saring yaitu lipat kertas saring menjadi
setengahnya (setengah lingkaran), kemudian menjadi setengah lagi
(seperempat lingkaran), kemudian bentuk kertas menjadi kerucut dengan
memisahkan satu bagian dari tiga lainnya.
Cara melipat kertas saring menurut Khamidinal (2009, hlm. 108-109)
yaitu sebagai berikut: kertas saring yang digunakan dibentuk lingkaran
dengan diameter yang disesuaikan dengan diameter corong gelas, kertas
saring kemudian dilipat menjadi dua hingga bentuknya menjadi setengah
lingkaran, kertas saring dilipat lagi menjadi dua hingga bentuknya menjadi
seperempat lingkaran, kertas saring dilipat lagi menjadi dia hingga
bentuknya menjadi seperdelapan lingkaran, kertas saring kemudian dibuka
sehingga bentuknya menjadi berlekuk-lekuk, kemudian kertas saring siap
digunakan sebagai penyaring endapan. Keterampilan cara melipat kertas
saring menurut dapat dilihat pada Gambar 2.4.
22

Gambar 2.4 Cara melipat kertas saring (Brescia dkk., 1980, hlm. 24).

h. Cara Menggunakan Corong Gelas


Corong gelas biasanya digunakan untuk melakukan penyaringan
endapan. Proses penyaringan dilakukan menggunakan kertas saring.
Brescia (1980, hlm. 23) menjelaskan bahwa supaya kertas saring dapat
menempel pada dinding corong, maka setelah kertas saring dimasukkan ke
corong kemudian dibasahi dengan sedikit air. Ukuran kertas saring yang
akan digunakan dalam penyaringan juga harus disesuaikan dengan ukuran
corong. Sebagaimana disebutkan dalam buku kerja (Small-Lab Kit) yang
disusun oleh Tantayanon (2009, hlm. 15), menyebutkan bahwa kertas
saring dipotong hingga ukurannya tepat dan ditempatkan pada corong
kemudian kertas saring lalu dibasahi dengan beberapa tetes pelarut yang
digunakan. Setelah kertas saring dapat menempel pada dinding corong
penyaring, maka corong penyaring siap digunakan untuk melakukan
penyaringan endapan.

i. Cara Menggunakan Labu Takar


Labu takar merupakan salah satu peralatan gelas dalam laboratorium
kimia. Alexander & Steffel (1976, hlm. 23) menyebutkan bahwa labu
takar termasuk dalam alat ukur volumetrik selain pipet dan buret.
Brescia dkk. (1980, hlm. 15) menjabarkan cara menyiapkan larutan dari
suatu padatan pada volume yang telah diketahui, sebagai berikut:
23

(1) Menimbang massa padatan lalu dimasukkan ke dalam gelas kimia


lalu tambahkan air (atau pelarut lain) untuk melarutkannya. Aduk
hingga larut. Masukkan larutan ke dalam labu takar dengan bantuan
sebuah corong, menggunakan sebuah batang pengaduk untuk
mengarahkan aliran larutan. Bilas gelas kimia, batang pengaduk dan
corong beberapa kali dengan air dari botol semprot. Tambahkan air
hingga mendekati bagian bawah leher labu takar.
(2) Tambahkan air secara hati-hati hingga meniskus bawah pada tanda
batas. Gunakan pipet tetes ketika menambahkan beberapa tetes
terakhir, biarkan air mengalir ke bawah leher labu, dan keringkan
leher labu takar.
(3) Tutup labu takar kemudian kocok labu takar dengan cara membolak-
balikkan labu minimal hingga 20 kali.
Berdasarkan penjelasan Alexander & Steffel (1976) dan Brescia dkk.
(1980) maka fungsi dari labu takar yaitu alat ukur untuk membuat larutan
dengan volume dan konsentrasi yang diinginkan baik dari suatu padatan
ataupun suatu cairan tertentu. Labu takar dibuat sedemikian rupa sehingga
dapat digunakan untuk membuat suatu larutan dengan volume yang akurat.

j. Cara Memindahkan Zat Padat


Beberapa reaksi dalam skala kecil seperti mereaksikan suatu zat padat
dalam tabung reaksi kerap dilakukan di laboratorium kimia. Untuk
memindahkan suatu zat padat ke dalam alat tertentu seperti labu atau
tabung reaksi membutuhkan cara tertentu. Mohrig, J. R., Hammond, C. N.,
& Schatz, P. F. (2010, hlm. 40) menjelaskan cara memindahkan zat padat
yaitu menggunakan bantuan corong kertas untuk menjaga padatan agar
tidak tumpah dan mencegah padatan agar tidak menempel di bagian atas
dalam labu. Keterampilan cara memindahkan zat padat dapat dilihat pada
Gambar 2.5.
24

Gambar 2.5 Cara memindahkan zat padat (Mohrig dkk., 2010, hlm. 41).

k. Cara Melakukan Titrasi


Pierce & Haenisch (1958, hlm. 62) mendefinisikan bahwa titrasi
adalah suatu proses untuk menentukan volume yang diperlukan dari suatu
larutan ketika direaksikan dengan larutan lain yang telah diketahui
konsentrasinya. Proses titrasi harus dilakukan dengan cara yang tepat
dalam sebuah praktikum.
Khamidinal (2009, hlm. 142-143) menjelaskan proses titrasi sebagai
berikut: larutan standar diisikan pada buret disesuaikan dengan kebutuhan;
larutan sampel yang akan dititrasi dimasukkan ke dalam erlenmeyer;
indikator ditambahkan pada larutan sampel sebanyak dua sampai tiga tetes
menggunakan pipet tetes; erlenmeyer diletakkan di bawah ujung buret dan
siap untuk dititrasi; posisi tangan kiri memegang dan mengendalikan kran
buret dan tangan kanan digunakan untuk menggoyang-goyangkan
erlenmeyer; larutan standar ditambahkan sedikit demi sedikit sampai
terjadi perubahan warna; letakkanlah kertas putih sebagai alas erlenmeyer
untuk lebih menguatkan pengamatan perubahan warna larutan.
Sementara itu, Pierce & Haenisch (1958, hlm. 63) menyebutkan
langkah-langkah dalam melakukan proses titrasi sebagai berikut:
(1) Mengisi buret dengan titran.
(2) Tambahkan beberapa tetes indikator pada larutan sampel yang akan
dicari konsentrasinya.
25

(3) Tempatkan labu erlenmeyer pada meja, posisi dibawah buret, dan atur
tinggi buret sehingga ujung buret masuk ke dalam leher labu
erlenmeyer.
(4) Letakkan kain atau kertas putih dibawah labu erlenmeyer untuk
memberikan pengamatan yang baik ketika mencapai titik akhir titrasi.
(5) Atur kran buret menggunakan ibu jari dan dua jari pertama dengan
tangan kiri. Pegang leher labu erlenmeyer dengan tangan kanan.
(6) Angkat labu erlenmeyer dan kocok labu dengan gerakan melingkar
selama proses titrasi. Keterampilan cara melakukan titrasi dapat
dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Cara melakukan titrasi


(Pierce & Haenisch, 1958, hlm. 64).

l. Cara Menggunakan Termometer


Beberapa percobaan di laboratorium kimia melibatkan alat ukur
lainnya selain volume, yaitu alat ukur suhu berupatermometer. Jenis
termometer yang tersedia di laboratorium kimia terdiri dari beberapa jenis,
diantaranya termometer alkohol dan raksa. Perbedaan termometer
didasarkan pada skala pengukurannya. Penggunaan termometer
disesuaikan dengan tujuan percobaan dan bahan kimia yang akan diukur.
Menurut Almási, A., Kuzma, M., & Perjési, P. (2014, hlm. 54), untuk
menghindari kesalahan paralaks, termometer harus dibaca dalam posisi
tegak lurus pada kolom raksa. Sedangkan menurut Khamidinal (2009, hlm.
26

116) posisi ujung termometer harus tercelup ke dalam cairan yang diukur
suhunya dan tidak boleh menempel pada dasar gelas beker atau dinding
gelas beker. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka cara menggunakan
termometer dengan benar yaitu tangan memegang tali pengikat pada
termometer, ujung termometer tidak menempel pada dinding gelas kimia,
dan membaca skala dengan posisi mata sejajar dengan skala termometer

B. Penelitian yang Relevan


Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan acuan dilakukannya
penelitian ini, adalah sebagai berikut.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Janice C. Malana (2016) yang berjudul
“Manipulative Skills of Students in General Chemistry”. Penelitian ini
dilakukan untuk menilai keterampilan manipulatif atau teknik dasar
laboratorium dari mahasiswa kelahiran tahun sembilan puluh lima (95)
tahun pertama dari Isabela State University, Kampus Utama. Responden
dalam penelitian ini adalah mahasiswa program sarjana dari jurusan Ilmu
Kriminologi, Ilmu Pertanian, dan Ilmu Keperawatan pada praktikum
Kimia Dasar semester pertama. Metode penelitian deskriptif digunakan
dalam penelitian ini. Analisis teknik laboratorium yang dinilai berdasarkan
modul praktikum pada universitas tersebut. Satu set rubrik dikembangkan
untuk menilai keterampilan manipulatif dari responden. Hasil yang
diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa responden sangat baik
dalam mengukur volume cairan menggunakan gelas ukur dan pipet.
Terdapat beberapa hasil yang didapatkan dari penelitian ini, diantaranya.
(1) Siswa harus diberikan pengalaman yang diawasi dalam teknik
laboratorium dasar, termasuk penggunaan yang aman dari bahan dan
peralatan. Selain itu, siswa harus dilatih dalam empat keterampilan
laboratorium dalam (a) mengidentifikasi bagian dan manipulasi pembakar,
(b) berat sampel menggunakan neraca, (c) penentuan keasaman dan
kebasaan suatu larutan menggunakan kertas lakmus, dan (d) perakitan alat
filtrasi untuk mengembangkan keterampilan mereka di laboratorium
27

Kimia, (2) penelitian lebih lanjut juga dianjurkan untuk menilai teknik dan
metode yang tepat untuk membantu meningkatkan keterampilan
laboratorium mahasiswa Kimia yang akan paling bermanfaat untuk
meningkatkan kinerja mereka di laboratorium dan (3) administrator harus
mendukung usaha siswa kimia terutama dalam memperoleh peralatan
baru, alat dan bahan kimia.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Roger W. Moni, dkk. (2007) yang berjudul
“Assessing Core Manipulative Skills In A Large, First-Year Laboratory”.
Penelitian ini dilakukan untuk menilai lima keterampilan laboratorium inti:
1) penggunaan mikropipet dengan akurat dan tepat, 2) perhitungan
pengenceran dan persiapan pengenceran sampel garam, 3) representasi
akurat dari data menggunakan grafik, 4) penggunaan mikroskop cahaya,
dan 5) akuisisi data digital. Tutor dilatih untuk mengajar dan menilai setiap
siswa pada setiap keterampilan. Sebagian besar siswa menunjukkan
kemampuan pada kali pertama mereka mencoba. Di semester 2 dari tahun
2006, sebanyak 854 siswa sebagian besar terdaftar di program sarjana dan
juga sama-sama diajarkan dan dinilai pada lima keterampilan inti.
Pendekatan ini merupakan pengajaran yang efektif dan strategi penilaian
yang efektif, bila diterapkan di luar tahun pertama, bisa meningkatkan
tingkat keterampilan laboratorium di seluruh program sarjana fisiologi.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Getachew Fetah Gobaw (Ph.D) (2016)
yang berjudul “Assesing Laboratory Skills Performance in Undergraduate
Biology Students”. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi
keterampilan laboratorium di Universitas Ethiopia berdasarkan rubrik
keterampilan kinerja. Penilaian keterampilan laboratorium individu
dilaksanakan dengan 55 orang yang dipilih secara acak dari siswa Ilmu
Biologi dari tiga universitas. Kuesioner lima skala dibagikan kepada 208
mahasiswa Ilmu Biologi ditahun ketiga, 26 orang instruktur biologi, dan 2
orang asisten laboratorium. Hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
kinerja diantara mahasiswa tingkat akhir Pendidikan Biologi dan
mahasiswa perempuan memiliki keterampilan yang lebih baik
28

dibandingkan dengan mahasiswa laki-laki. Hasil lain juga menunjukkan


bahwa mahasiswa yang memiliki latar belakang kegiatan laboratorium
biologi SMA yang bagus memiliki keterampilan yang lebih baik
dibandingkan mahasiswa yang tidak memiliki latar belakang dalam
kegiatan laboratorium di SMA.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Djohar Maknun, dkk. (2012) yang berjudul
“Pemetaan Keterampilan Esensial Laboratorium dalam Kegiatan
Praktikum Ekologi”. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji profil
penguasaan keterampilan keterampilan esensial lab mahasiswa calon guru
biologi IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Metode penelitian yang digunakan
yaitu deskriptif kuantitatif menggunakan instrumen berupa tes, angket, dan
wawancara untuk mengkaji kompetensi keterampilan esensial
laboratorium. Penelitian dilakukan terhadap 40 orang mahasiswa yang
telah lulus mengambil mata kuliah Ekologi dan mata kuliah Praktek
Profesi Lapangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat
penguasaan keterampilan-keterampilan esensial lab mahasiswa calon guru
biologi masih rendah. Rata-rata tingkat penguasaan keterampilan esensial
lab mahasiswa 35,50%. Hal ini dikarenakan pembelajaran keterampilan
esensial lab kepada mahasiswa belum diberikan pada setiap topik
praktikum ekologi.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Indro Kusumo Wibowo (2011) yang
berjudul “Ketrampilan Laboratorium Mahasiswa Kimia Pada Praktikum
Kimia Dasar 2 Tahun Ajaran 2007/2008”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui keterampilan laboratorium mahasiswa kimia pada praktikum
Kimia Dasar 2. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif menggunakan instrumen berupa observasi, wawancara, dan tes.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan laboratorium
mahasiswa masih tergolong rendah, yaitu cara mengukur volume larutan
dengan gelas ukur mendapatkan persentase sebesar 37,1%, 55,7%, dan
7,2%. Cara mengencerkan larutan dengan labu ukur sebesar 18,4%,
63,2%, dan 18,4%. Cara menitrasi larutan sebesar 60,8%, 23,4%, dan
29

15,8%. Menetapkan titik akhir titrasi sebesar 30.6%, 62.6%, dan 6.8%.
Cara melihat skala pada buret sebesar 43.4%, 44.1%, dan 12.4%.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Amelia Rachmawati (2017) yang berjudul
“Analisis Keterampilan Mahasiswa Pendidikan Kimia Dalam
Menggunakan Alat Praktikum”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
keterampilan mahasiswa pendidikan kimia semester II dalam
menggunakan alat praktikum. Metode penelitian yang digunakan adalah
deskripti kualitatif dengan instrumen penelitian berupa lembar observasi
dan angket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan mahasiswa
pendidikan kimia dalam menggunakan alat di laboratorium termasuk
kedalam katagori sangat baik dengan persentase sebesar 87%.
7. Penelitian yang dilakukan oleh Wirda Ubaidah (2014) yang berjudul
“Analisis Pengetahuan Calon Guru Kimia Tentang Peralatan
Laboratorium dan Fungsinya”. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan
kontribusi dan evalasi terhadap pelaksanaan praktikum di Laboratorium
Kimia, FITK IAIN Walisongo Semarang. Penelitian dilakukan terhadap
mahasiswa semester VI dan VIII Tahun Akademik 2011/2012. Metode
penelitian yang digunakan adalah deskripti kualitatif. Data yang
dikumpulkan melalui dokumentasi, observasi, pemberian tes, dan angket.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan calon guru kimia
tentang peralatan laboratorium dan fungsinya pada mahasiswa tadris kimia
IAIN Walisongo Semarang relatif cukup dan perlu ditingkatkan.

C. Kerangka Berpikir
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 tidak lepas dari penerapan
pendekatan saintifik sebagaimana yang telah disosialisasikan oleh
Kementerian Pendidikan. Implementasi pembelajaran dalam Kurikulum 2013
adalah mengedepankan pembelajaran saintifik. Pembelajaran yang efektif
melibatkan aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Ilmu kimia
adalah ilmu pengetahuan yang bersifat abstrak. Ilmu kimia merupakan ilmu
pengetahuan yang berbasis eksperimen dan berlandaskan penemuan-
30

penemuan ilmiah, karena itu penggunaan laboratorium dalam pembelajaran


mahasiswa penting terlebih bagi mahasiswa.Pembelajaran berbasis praktikum
atau eksperimen adalah pembelajaran yang efektif dan sesuai dalam rangka
mengimplementasikan tujuan pembelajaran sesuai tuntutan Kurikulum 2013.
Peran guru dalam kegiatan praktikum sangat penting. Salah satu bagian
dari kompetensi profesional yang dibutuhkan guru Kimia adalah keterampilan
laboratorium. Sebagaimana disebutkan dalam Pemerintah dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, menerangkan bahwa guru
Kimia diharuskan memiliki kompetensi diantaranya menggunakan alat ukur,
meningkatkan pembelajaran kimia di kelas, laboratorium, dan lapangan, serta
melaksanakan eksperimen kimia dengan cara yang benar.
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta merupakan salah satu Lembaga Penyelenggara Tenaga Kependidikan
(LPTK) di Indonesia. Program Studi Pendidikan Kimia dibuka guna
mencetak calon-calon guru Kimia. Dalam proses perkuliahan, disamping
kompetensi keagamaan sebagai ciri khususnya, diajarkan pula kompetensi
pedagogis (ilmu kependidikan) dan kompetensi profesional (ilmu Kimia).
Dalam mengembangkan kompetensi profesional, terdapat mata kuliah Kimia
Organik, Kimia Anorganik, Kimia Fisik dan Kimia Analitik yang disertai
kegiatan praktikum di laboratorium. Kegiatan tersebut sebagai langkah dalam
mewujudkan visi dan misi Program Studi Pendidikan Kimia. Lulusan
program studi Pendidikan Kimia diharapkan dapat memiliki kemampuan
yang baik dalam kegiatan di laboratorium. Penelitian ini merupakan
gambaran untuk mengetahui profil keterampilan laboratorium mahasiswa
tingkat akhir yang dimiliki prodi Pendidikan Kimia.
31

Pembelajaran yang
efektif berdasarkan Ilmu Kimia adalah ilmu yang
pendekatan saintifik
mencakup 3 ranah pengetahuam yang abstrak dan
pengetahuan berlandaskan penemuan

Ranah Afektif

Praktikum merupakan metode


Ranah Kogintif
pembelajaran yang berbasis
penemuan
Ranah Psikomotorik

Mahasiswa Pendidikan Kimia dituntut untuk


Dapat dilatih dengan
melakukan kegiatan praktikum di
kegiatan praktikum
laboratorium

Mahasiswa calon guru harus memiliki


pengetahuan dan penerapan keterampilan
laboratorium yang benar

Penelitian tentang keterampilan laboratorium pada


mahasiswa calon guru program studi pendidikan
Kimia

Gambar 2.7 Gambar Kerangka Berpikir Analisis Keterampilan Laboratorium


Mahasiswa Tingkat Akhir Program Studi Pendidikan Kimia
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini bertempat di Laboratorium Kimia Dasar Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Waktu yang diperlukan untuk pengambilan data yaitu satu bulan pada
Desember 2017.

B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian
deskriptif menurut Arikunto (2010, hlm. 3) yaitu penelitian yang bertujuan
mendeskripsikan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa,
kegiatan, dan lain-lain. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
keterampilan laboratorium yang dimiliki oleh mahasiswa semester 7 program
studi Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

C. Populasi dan Sampel


Populasi menurut Sugiyono (2011, hlm.119) adalah keseluruhan objek
atau subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
peneliti untuk dipelajari. Populasi dalam penelitian ini yaitu mahasiswa
program studi Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sampel
menurut Arikunto (2010, hlm. 174) adalah sebagian dari populasi yang akan
diteliti. Sampel yang akan diteliti yaitu mahasiswa semester 7 Program Studi
Pendidikan Kimia. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive
sampling. Menurut Sugiyono (2011, hlm. 126) purposive sampling
merupakan teknik penentuan sampel dengan mempertimbangkan hal-hal
tertentu. Pertimbangan yang dipilih dalam penelitian ini karena peneliti ingin
mendapatkan gambaran mengenai kemampuan mahasiswa tingkat akhir yang
sudah mendapatkan banyak pengalaman dalam praktikum dan telah siap

32
33

terjun dalam kegiatan Praktek Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) serta dunia
kerja sebagai guru Kimia profesional.

D. Sumber Data
Sumber data menurut Arikunto (2010, hlm. 172) adalah subjek dari mana
data diperoleh. Data yang akan didapatkan dalam penelitian ini berasal dari
pengamatan keterampilan laboratorium mahasiswa. Sumber data dari
penelitian ini adalah mahasiswa semester 7 program studi Pendidikan Kimia
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar observasi.
Lembar observasi berupa rubrik penilaian untuk mengamati keterampilan
laboratorium mahasiswa tingkat akhir secara langsung melalui kegiatan
praktikum. Lembar observasi secara garis besar berisi penilaian dari 3 (tiga)
kegiatan praktikum, yaitu keterampilan menyiapkan praktikum, keterampilan
proses, dan keterampilan aktivitas selesai praktikum. Aktivitas yang meliputi
3 (tiga) kegiatan praktikum berdasarkan instrumen penilaian praktikum dari
penelitian yang dilakukan oleh Susilaningsih (2014). Peneliti kemudian
mengembangkan instrumen untuk menyempurnakan lembar obeservasi
tersebut.
Penyusunan lembar observasi terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:
1) Menganalisis Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
Kimia berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2007.
2) Menentukan indikator yang berkaitan dengan keterampilan laboratorium
yaitu mengetahui cara penggunaan alat- alat kimia yang akan digunakan
dan indikator kedua yaitu melakukan eksperimen kimia sesuai dengan
prosedur atau langkah kerja.
3) Menganalisis Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan) dan Kompetensi Inti 4
(Keterampilan) beserta Kompetensi Dasar dari mata pelajaran Kimia
34

kelas X, XI, dan XII yang menuntut siswa untuk melaksanakan kegiatan
praktikum atau percobaan.
4) Menentukan sub-indikator keterampilan laboratorium yang menjadi
prioritas dalam kegiatan praktikum kimia dengan teknik daftar cek.
5) Menentukan judul praktikum yang dalam kegiatannya membutuhkan
keterampilan laboratorium paling banyak.
6) Membuat indikator, sub-indikator, dan aspek-aspek penilaian.
7) Membuat rubrik penilaian.
8) Validasi instrumen.

F. Uji Kelayakan Instrumen


Uji kelayakan instrumen yang digunakan adalah validitas konstruksi
(construct). Pengujian validitas konstruksi dilakukan oleh ahli (Sugiyono,
2011, hlm. 171). Pengujian validitas dilakukan oleh dua orang ahli (dosen
pendidikan kimia dan laboran pendidikan kimia). Para ahli diminta
pendapatnya mengenai kesesuaian antara indikator, sub-indikator, aspek-
aspek penilaian, dan skala penilaian pada rubrik keterampilan laboratorium.
Para ahli akan memberikan keputusan: instrumen dapat digunakan tanpa
revisi, instrumen dapat digunakan dengan revisi, atau instrumen tidak dapat
digunakan.
Adapun validator instrumen penelitian ini tercantum dalam tabel berikut ini.
Tabel 3.1 Validator Instrumen
Dila Fairusi, M.Si Validator ke-1
Iwan Setiawan, S.Pd Validator ke-2

Menurut Arikunto (2010) uji reliabilitas instrumen lembar observasi


dilakukan untuk “menentukan toleransi perbedaan hasil pengamatan” (hlm.
243). Lembar observasi penilaian keterampilan laboratorium yang dibuat oleh
peneliti diisi oleh pengamat kemudian dimasukkan ke dalam tabel
kontingensi kesepakatan sebagai berikut.
35

Tabel 3.2 Format Tabel Kontingensi Kesepakatan


Pengamat 1
0 1 2 3 4 Jumlah
0
Pengamat
1
2
2
3
4
Jumlah
Selanjutnya, peneliti menentukan koefisien kesepakatan. Data dari Tabel 3.2
kemudian dihitung dengan persamaan berdasarkan Arikunto (2010, hlm. 244)
sebagai berikut:

Keterangan:
KK : Koefisien Kesepakatan
S : sepakat, jumlah kode yang sama untuk objek yang sama
N1 : jumlah kode yang dibuat oleh pengamat 1
N2 : jumlah kode yang dibuat oleh pengamat 2.
Data yang diperoleh kemudian direkapitulasi dan instrumen yang sudah
dibuat dapat diberi kesimpulan berdasarkan sebagai data sebagai berikut:
Tabel 3.3 Nilai Koefisien Kesepakatan
Nilai Koefisien Kesepakatan Keterangan
<0,40 Buruk
0,40 – 0,75 Baik
>0,75 Sangat Baik
(Banerjee, 1999, hlm. 6).
G. Prosedur Penelitian
Secara garis besar, penelitian yang dilakukan dibagi menjadi beberapa
tahap, yaitu:
1. Tahap Persiapan, meliputi:
a. Studi literatur untuk merumuskan masalah.
b. Analisis kebutuhan yaitu menganalisis Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru Kimia dan mengaitkannya dengan
36

Kompetensi Inti 3 dan 4 serta Kompetensi Dasar dari mata pelajaran


Kimia yang menuntut siswa untuk melaksanakan kegiatan praktikum
untuk menentukan indikator keterampilan laboratorium yang diukur.
2. Tahap Penyusunan Instrumen, meliputi:
a. Penyusunan instrumen penelitian berupa lembar observasi
berdasarkan analisis.
b. Melakukan validasi intrumen penelitian kepada para ahli kemudian
melakukan perbaikan berdasarkan hasil pertimbangan.
c. Melakukan persetujuan dengan pengamat lain untuk menentukan
angka kesepakatan antar peneliti yang bertujuan untuk mengetahui
reliabilitas instrumen. Penentuan reliabilitas dilakukan oleh tiga
orang observer yang mengamati satu orang praktikan secara
bersamaan. Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali dengan tiga
orang praktikan yang berbeda. Hasil pengamatan kemudian diolah
untuk menentukan reliabilitas instrumen.
3. Tahap Pelaksanaan, meliputi:
a. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi dari dua judul
praktikum yaitu Pembuatan Larutan dan Titrasi Asam – Basa.
Pengumpulan data dilakukan oleh lima orang observer yang
sebelumnya telah mengikuti coaching atau pemberian instruksi
mengenai cara pengisian pada instrumen lembar observasi. Satu
observer melakukan pengamatan terhadap satu orang sampel.
b. Data yang terkumpul berdasarkan lembar observasi diolah dan
dibahas untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Sajian data
yang diperoleh dibuat dalam bentuk grafik dan analisis.
c. Hasil analisis dibuat kesimpulan, kemudian dibuat dalam bentuk
laporan penelitian.

H. Teknik Analisis Data


Data yang diperoleh dari pernyataan yang terdapat di lembar observasi
diberi skor menggunakan skala penilaian (Rating Scale). Menurut Sugiyono
37

(2011, hlm.142), rating scale bersifat lebih fleksibel karena tidak terbatas
untuk pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukur persepsi responden
terhadap fenomena lainnya. Skala rating scale dapat digunakan untuk
mengukur status sosial, ekonomi, kelembagaan, pengetahuan, kemampuan,
proses kegiatan dan lain-lain. Data lembar observasi dihitung menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengisi lembar observasi menggunakan tanda check list (√) pada kolom
yang tersedia pada instrumen sesuai dengan aspek dan kriteria
keterampilan laboratorium yang muncul saat berlangsungnya kegiatan
praktikum.
2. Menjumlahkan skor yang didapat pada setiap kolom yang terdapat pada
lembar observasi keterampilan laboratorium mahasiswa.
3. Menghitung persentase setiap aspek keterampilan laboratorium yang
dimiliki mahasiswa. Perhitungan tersebut dapat dihitung dengan
mengubah skor mentah menjadi persentase menggunakan perhitungan
sederhana berdasarkan Purwanto (2012):
NP =
Keterangan:
NP = nilai persen yang dicari atau diharapkan
R = skor mentah yang diperoleh siswa
SM = skor maksimum ideal
100 = bilangan tetap (hlm.102)
4. Menghitung skor rata-rata setiap sub-indikator keterampilan laboratorium
mahasiswa yang diukur:

5. Menghitung skor rata-rata setiap indikator keterampilan laboratorium


mahasiswa yang diukur:

6. Hasil perhitungan persentase dari hasil observasi seluruh mahasiswa


terhadap setiap sub-indikator keterampilan laboratorium, kemudian
dianalisis berdasarkan kriteria interpretasi skor sebagai berikut:
38

Tabel 3.4 Kriteria Interpretasi Skor


No. Interval Skor Kriteria
1. 81 – 100% Sangat Baik
2. 61 – 80% Baik
3. 41 – 60% Cukup
4. 21 – 40% Kurang
5. 0 – 20% Sangat Kurang
(Riduwan 2105, hlm. 89).
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Hasil Pengamatan Keterampilan Laboratorium Mahasiswa
Berdasarkan Lembar Observasi
Observasi dilakukan untuk menganalisis aspek-aspek keterampilan
laboratorium mahasiswa pada saat kegiatan praktikum pembuatan larutan
dan titrasi asam - basa. Hasil ini adalah data utama yang diperoleh melalui
observasi yang dilakukan oleh lima orang observer saat kegiatan
praktikum berlangsung. Berdasarkan lembar observasi, diperoleh
informasi mengenai keterampilan laboratorium mahasiswa semester 7
program studi Pendidikan Kimia. Berikut ini data mengenai keterampilan
laboratorium mahasiswa semester 7 program studi Pendidikan Kimia
dengan sajian penjabaran persentase masing-masing keterampilan dari dua
judul praktikum.

Tabel 4.1 Keterampilan Laboratorium Mahasiwa Semster 7 Program Studi


Pendidikan Kimia
% Keterampilan
No. Keterampilan Laboratorium Mahasiswa
Rata-Rata Kategori
Menyiapkan alat-
Sangat
alat dan bahan 82
Baik
Menyiapkan kimia
A.
Praktikum Membersihkan
alat-alat kimia 56 Cukup
sebelum praktikum
Keterampilan
Proses
B. Menimbang zat 76 Baik
Praktikum

39
40

% Keterampilan
No. Keterampilan Laboratorium Mahasiswa
Rata-Rata Kategori
Memasukkan zat
padat ke dalam 80 Baik
gelas kimia
Mengukur volume Sangat
85
larutan Baik
Sangat
Mengaduk zat 81
Keterampilan Baik
B. Proses Menyaring 71 Baik
Praktikum
Menggunakan labu
72 Baik
takar
Mengocok larutan Sangat
89
pada labu takar Baik
Menggunakan pipet
74 Baik
ukur
Memanaskan
74 Baik
larutan
Membaui zat 72 Baik
Menggunakan pipet
78 Baik
tetes
Menggunakan Sangat
83
termometer Baik
Memasukkan zat
padat ke dalam 48 Cukup
tabung reaksi
Titrasi 76 Baik
Membersihkan
Sangat
alat-alat kimia 82
Baik
setelah praktikum
Mengembalikan
Aktivitas alat-alat, bahan
C. Selesai Sangat
kimia dan 87
Praktikum Baik
membersihkan
meja kerja
Melakukan
64 Baik
pengolahan limbah
Rata-Rata 75 Baik
41

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa keterampilan mahasiswa


tingkat akhir program studi Pendidikan Kimia sudah baik dengan
persentase 75 %. Pada kegiatan menyiapkan praktikum, aspek menyiapkan
alat-alat dan bahan-bahan kimia sudah sangat baik dengan persentase 82%.
Sedangkan aspek membersihkan alat-alat kimia sebelum praktikum masuk
dalam kategori cukup dengan persentase 56%. Pada kegiatan praktikum,
keterampilan yang paling dikuasai oleh mahasiswa adalah mengukur
volume larutan, mengaduk zat, mengocok larutan pada labu takar, dan
menggunakan termometer dengan persentase berturut-turut sebesar 85%,
81%, 89%, dan 83%.
Sedangkan keterampilan menimbang zat, memasukkan zat padat ke
dalam gelas kimia, menyaring, menggunakan labu takar, menggunakan
pipet ukur, memanaskan larutan, membaui zat, menggunakan pipet tetes,
dan titrasi mahasiswa sudah masuk dalam kategori baik. Pada kegiatan
selesai praktikum, aspek mengembalikan alat-alat, bahan kimia dan
membersihkan meja kerja masuk dalam kategori sangat baik dengan
persentase tertinggi yaitu 87% dan aspek melakukan pengolahan limbah
masuk dalam kategori baik dengan persentase sebesar 64%. Rekap hasil
perhitungan dan pengolahan data hasil lembar observasi terlampir dalam
Lampiran 13.

B. Pembahasan
Laboratorium memegang peranan penting dalam kegiatan
pembelajaran Kimia. Hal ini berdasarkan fakta bahwa ilmu Kimia
merupakan ilmu yang berlandaskan penemuan. Kegiatan praktikum adalah
salah satu kegiatan pembelajaran yang berlandaskan pada penemuan
sehingga dapat mendukung proses pembelajaran Kimia di sekolah. Pada
pelaksanaannya, dalam kegiatan praktikum di laboratorium membutuhkan
keterampilan dalam penggunaan alat-alat yang ada. Sebagaimana
dikemukakan oleh Gobaw & Atagana (2016, hlm. 114) bahwa praktikum
42

merupakan proses belajar aktif yang melibatkan pengamatan atau


pengaturan alat dan bahan secara nyata oleh peserta didik.
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa tingkat keterampilan
laboratorium yang dimiliki mahasiswa tingkat akhir pendidikan kimia
sudah baik dengan perolehan persentase sebesar 75%. Persentase ini
didapatkan karena adanya faktor pendukung dan penghambat
perkembangan keterampilan laboratorium mahasiswa calon guru kimia.
Beberapa faktor yang dapat mendukung keterampilan laboratorium
mahasiswa diantaranya karena para mahasiswa sebelumnya telah
mendapatkan pengetahuan tentang teknik laboratorium selama perkuliahan
semester satu, pengalaman melakukan praktikum di sekolah asal maupun
selama perkuliahan, serta mendapat pengetahuan mengenai keterampilan
laboratorium dari sumber lain seperti buku dan internet.
Faktor lainnya yang mendukung yaitu adanya kesadaran mahasiswa
terhadap pentingnya pengetahuan akan keterampilan laboratorium bagi
mahasiswa calon guru kimia. Para mahasiswa menganggap bahwa
keterampilan laboratorium yang baik adalah hal yang penting untuk
dimiliki oleh seorang mahasiswa calon guru kimia. Maknun (2012, hlm.
142) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor lain yang juga dapat
mendukung perkembangan keterampilan laboratorium mahasiswa
diantaranya ketersediaan dan kejelasan mengenai praktikum, kesiapan
dosen, kesiapan asisten, kesiapan laboran, kesiapan mahasiswa, serta
ketersediaan lab, alat, dan bahan praktikum.
Berdasarkan persentase yang diperoleh, masih ada 25% mahasiswa
yang belum memiliki keterampilan laboratorium yang baik. Beberapa
faktor yang menghambat perkembangan keterampilan laboratorium
mahasiswa antara lain karena mahasiswa tidak selalu menerapkannya
ketika melakukan kegiatan praktikum. Mahasiswa juga banyak melupakan
teknik dasar. Hal ini dapat disebabkan karena para mahasiswa tingkat
akhir sudah lama tidak melakukan kegiatan praktikum di laboratorium.
Pengetahuan mahasiswa calon guru akan kompetensi profesional guru juga
43

terlihat masih kurang, sehingga dapat menyebabkan kurangnya kesadaran


untuk membiasakan menerapkan keterampilan laboratorium yang baik.
Padahal, salah satu kompetensi guru kimia profesional yang disebutkan
yaitu menggunakan alat-alat ukur, alat peraga, alat hitung, dan piranti
lunak komputer untuk meningkatakan pembelajaran kimia di kelas,
laboratorium dan lapangan. Maknun (2012, hlm. 142) menyebutkan ada
beberapa faktor yang menghambat perkembangan keterampilan
laboratorium mahasiswa, diantaranya keragaman kemampuan mahasiswa,
keterbatasan waktu, dan panduan praktikum masih berupa model resep.
Keterampilan laboratorium yang diukur pada penelitian ini meliputi
dua indikator. Indikator diambil berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007. Indikator pertama yaitu
mengetahui cara penggunaan alat- alat kimia yang digunakan dan
indikator kedua yaitu melakukan eksperimen kimia sesuai dengan
prosedur atau langkah kerja. Masing-masing indikator terdiri dari beberapa
sub-indikator serta aspek-aspek penilaian. Aspek – aspek penilaian
meliputi : menyiapkan praktikum, keterampilan proses praktikum, dan
aktivitas selesai praktikum. Analisis kompetensi inti guru mata pelajaran
kimia terlampir dalam Lampiran 3.
Setelah peneliti menentukan indikator yang akan diukur, karena
sampel penelitian merupakan mahasiswa calon guru kimia maka peneliti
menganalisis kesesuaian Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
berdasarkan Permendikbud Tahun 2016 Nomor 24 dengan tujuan dari
setiap kegiatan praktikum sebagaimana yang terlampir dalam Lampiran
1. Kompetensi Inti 4 yang menuntut pelaksanaan kegiatan praktikum
diambil dari materi kimia kelas X, XI, dan XII disesuaikan dengan
Kompetensi Inti 3. Analisis tersebut bertujuan untuk menentukan judul
praktikum yang akan diambil untuk melakukan penelitian. Judul
praktikum yang dianalisis berdasarkan 3 (tiga) sumber bahan ajar, yaitu
buku Erlangga, buku BSE, dan modul praktikum Kimia Dasar I dan II
44

mahasiswa Pendidikan Kimia FITK Universitas Islam Negeri Syarif


Hidayatullah Jakarta.
Setelah menuliskan daftar judul praktikum, peneliti melakukan
analisis langkah kerja dari setiap judul untuk menentukan keterampilan
laboratorium apa saja yang dibutuhkan calon guru untuk diajarkan kepada
siswa (terlampir dalam Lampiran 2). Peneliti membuat daftar
keterampilan yang harus dimiliki mahasiswa calon guru. Setelah itu
membuat kode (coding) untuk setiap keterampilan laboratorium yang
diukur pada setiap judul praktikum. Peneliti lalu membuat persentase
untuk melihat keterampilan laboratorium apa saja yang paling banyak
muncul dalam setiap judul praktikum. Hal ini dilakukan peneliti untuk
menentukan judul praktikum apa yang membutuhkan keterampilan
laboratorium paling banyak.
Pembuatan Larutan dan Titrasi Asam – Basa merupakan judul
praktikum yang membutuhkan keterampilan laboratorium paling banyak.
Maka dalam pengambilan data observasi, peneliti memutuskan
menggunakan judul praktikum tersebut untuk mengukur keterampilan
laboratorium mahasiswa. Peneliti kemudian membuat lembar observasi
berdasarkan pengembangan instrumen oleh Susilaningsih (2014). Lembar
observasi berisi indikator yang terdiri dari beberapa sub-indikator serta
aspek-aspek penilaian. Aspek-aspek penilaian berdasarkan referensi dan
saran para ahli berdasarkan hasil validasi instrumen.

1. Menyiapkan Praktikum
a. Menyiapkan Alat dan Bahan Kimia
Agar kegiatan praktikum berlangsung dengan baik, seorang
guru harus mempersiapkan kegiatan praktikum. Salah satu hal yang
harus dipersiapkan dalam melaksanakan praktikum yaitu ketersediaan
alat dan bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan praktikum. Pada
penelitian ini, aktivitas yang diukur yaitu menyiapkan alat dan bahan
kimia baik sebelum maupun sesudah praktikum.
45

Menyiapkan alat – alat dan bahan kimia sebelum praktikum


merupakan hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan praktikum.
Alat dan bahan yang dibutuhkan harus sesuai dan memadai untuk
mendukung berlangsungnya kegiatan praktikum. Semua peralatan
gelas di laboratorium harus diperiksa keadaannya sebelum digunakan
pada kegiatan praktikum. Wibowo (2015, hlm. 2) menyebutkan bahwa
persiapan alat dan bahan praktikum merupakan prasyarat agar
memperoleh data yang valid dan hasil maksimal serta agar alat
digunakan dengan tepat dan tidak rusak, dan bahan yang digunakan
tidak membahayakan. Oleh karena itu diperlukan persiapan yang baik
sebelum dilakukan praktikum.
Berdasarkan temuan di lapangan, keterampilan mahasiswa
dalam menyiapkan dan mengembalikan alat-alat dan bahan kimia
sudah termasuk sangat baik dengan perolehan persentase sebesar 82%
dan 87%. Hal ini membuktikan bahwa mahasiswa calon guru kimia
sudah baik dalam melakukan persiapan sebelum dimulainya
praktikum. Kesalahan yang banyak dilakukan mahasiswa yaitu banyak
mahasiswa yang menyiapkan alat namun tidak sesuai dengan yang
dibutuhkan. Banyak mahasiswa yang terburu-buru dalam menyiapkan
atau lupa dengan alat dan bahan apa saja yang dibutuhkan.

b. Membersihkan Alat-alat Kimia Sebelum Praktikum


Membersihkan alat kimia merupakan hal penting yang
selanjutnya harus dilakukan praktikan sebelum memulai praktikum.
Tidak sedikit alat-alat kimia yang digunakan di laboratorium memiliki
harga yang mahal sehingga dalam menggunakannya perlu penanganan
dengan tepat. Salah satu cara untuk menjaga agar alat kimia yang
digunakan tidak mudah rusak adalah dengan membersihkan alat – alat
kimia sebelum maupun sesudah praktikum
Alat-alat yang bersih akan memaksimalkan penerapan
keterampilan laboratorium yang baik, karena alat yang digunakan
46

steril dan dapat memberikan hasil percobaan yang tepat. Apabila alat
kimia yang digunakan kotor, maka akan memengaruhi hasil
percobaan. Bailey dan Vicki (2007, hlm. 4) menyebutkan bahwa
peralatan kimia harus dipastikan bersih sebelum digunakan guna
mencegah zat agar tidak terkontaminasi oleh sumber eksternal atau
kontak dengan sampel lainnya.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, keterampilan
laboratorium mahasiswa calon guru kimia dalam membersihkan alat-
alat kimia masuk dalam kategori cukup dengan persentase sebesar
56%. Hasil temuan di lapangan, masih banyak ditemukan mahasiswa
calon guru yang tidak membersihkan alat-alat kimia sebelum
praktikum dimulai. Selain itu, masih banyak juga ditemukan
mahasiswa yang mencuci alat-alat kimia tanpa menggunakan sabun
atau spons maupun sikat. Membersihkan alat-alat kimia dapat
menggunakan sabun dan sikat untuk menghilangkan zat pengotor.
Sabun dapat digunakan untuk membersihkan peralatan gelas karena
berfungsi untuk menghilangkan lemak sedangkan sikat berfungsi
untuk menghilangkan pengotor dengan pratikel yang lebih besar
(Almási dkk. 2014, hlm. 41). Setelah alat-alat kimia di cuci bersih,
selanjutnya dikeringkan. Cara termudah untuk mengeringkan
peralatan gelas adalah untuk membiarkannya semalaman. Pengeringan
alat-alat kimia dapat juga dilakukan dengan bantuan lap kain yang
bersih dan kering ataupun tisu guna mempercepat proses pengeringan
(Pavia, Kriz, Lampman, & Engel, 1998, hlm.33).
Kurangnya kesadaran dan pembiasaan dalam membersihkan
alat-alat kimia menyebabkan mahasiswa tidak melakukan hal tersebut
sebelum memulai praktikum. Keadaan ini dapat menyebabkan alat-
alat kimia yang digunakan masih dimungkinkan terdapat zat pengotor
sehingga dapat memengaruhi hasil percobaan. Seperti yang
dikemukakan oleh Pierce & Haenisch (1958, hlm. 49) bahwa semua
alat-alat yang digunakan untuk mengukur volume harus bersih dari
47

minyak ketika digunakan, karena hal tersebut dapat menyebabkan


larutan menempel di dinding sehingga menghambat pengeringan yang
maksimal.

2. Keterampilan Proses Praktikum


a. Keterampilan Menimbang
Penimbangan merupakan kegiatan yang terbilang sering
dilakukan dalam kegiatan praktikum atau bisa juga disebut sebagai
keterampilan dasar laboratorium yang harus dimiliki mahasiswa calon
guru kimia. Hal ini didukung oleh Clark (1980, hlm. 12) yang
mengemukakan bahwa menimbang adalah salah satu pengukuran
yang paling mendasar dan penting dilakukan di laboratorium. Pada
penelitian ini, ada beberapa aspek dalam penimbangan yang diukur.
Aspek-aspek tersebut antara lain membersihkan piringan neraca,
menyetimbangkan neraca, menggunakan alas zat saat penimbangan,
dan mengembalikan lengan beban ke kondisi semula. Berdasarkan
Tabel 4.1, secara keseluruhan keterampilan menimbang yang dimiliki
mahasiswa calon guru kimia termasuk dalam kategori baik dengan
persentase 76%. Hal ini menandakan bahwa mahasiswa calon guru
sudah dapat menggunakan neraca dengan baik.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Tabel 4.1, aspek-aspek
dalam sub-indikator menimbang memperoleh tingkat persentase yang
digambarkan melalui grafik berikut ini:
48

90
82
90
80 67 64
70

Persentase
60
50
40
30
20
10
0

Gambar 4.1 Aspek menimbang

Berikut akan dijelaskan mengenai masing-masing aspek.


Membersihkan neraca merupakan hal pertama yang dilakukan
sebelum penimbangan. Sebuah neraca merupakan alat ukur presisi
yang sangat peka sehingga tidak akan berfungsi dengan baik jika salah
dalam menggunakannya (Pierce & Haenisch, 1958, hlm. 27). Salah
satu cara untuk merawat neraca yaitu dengan membersihkan neraca
sebelum maupun sesudah menggunakannya. Pierce & Haenisch
(1958, hlm. 28) juga berpendapat bahwa salah satu cara merawat
neraca adalah dengan membersihkan zat kimia yang tumpah pada
piringan neraca.
Adanya zat kimia yang masih tertinggal dalam piringan
maupun lengan beban apabila tidak dibersihkan maka akan
memengaruhi massa zat yang akan ditimbang. Berdasarkan data
lembar hasil observasi, sebanyak 67% mahasiswa telah membersihkan
piringan maupun lengan beban neraca sebelum maupun setelah
penimbangan. Data tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa calon
guru telah mampu membersihkan neraca dengan baik. Namun, masih
banyak mahasiswa yang lupa sehingga tidak membersihkan piringan
maupun lengan beban neraca baik sebelum maupun setelah
49

menimbang zat. Selain itu, masih banyak pula mahasiswa yang hanya
membersihkan piringan neraca saja tanpa membersihkan lengan
beban, ataupun sebaliknya.
Menyetimbangkan neraca adalah aspek selanjutnya yang
diukur dalam penelitian ini. Pada aspek ini mahasiswa calon guru
telah mampu menyetimbangkan neraca dengan sangat baik. Hal ini
dibuktikan berdasarkan data lembar observasi dengan persentase
sebesar 82%. Mahasiswa calon guru telah mengetahui cara
menyetimbangkan neraca dengan tepat yakni dengan menggeser
seluruh lengan beban ke angka nol atau memutar pemutar atau sekrup
yang berada di sebelah kiri lengan neraca hingga posisi setimbang
(posisi garis lengan neraca setimbang tepat sejajar di angka 0) (Laila,
2006). Namun, masih ditemukan kesalahan seperti menyetimbangkan
neraca namun posisi garis tidak sejajar di angka 0. Hal ini disebabkan
karena mahasiswa kesulitan dalam menghentikan ayunan lengan
beban hingga menunjukkan garis stagnan tepat di angka 0. Padahal,
apabila penunjuk pada lengan beban berayun, maka menyetimbangkan
neraca dapat dilihat dari ayunan yang bergerak dengan jarak yang
sama di kedua sisi garis angka 0. Jika jaraknya ayunan tidak sama,
maka bisa dilakukan dengan memutar pemutar pada bagian kiri neraca
(Clark, 1980, hlm. 17).
Apabila neraca yang digunakan tidak dalam keadaan
setimbang, maka massa zat yang ditimbang menjadi tidak tepat. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Alexander & Steffel (1976, hlm. 31)
yang menyebutkan bahwa neraca analitik harus dalam keadaan nol
ketika tidak ada objek pada piringannya atau penimbangan akan
menjadi tidak tepat. Kesalahan lain yaitu masih ada mahasiswa yang
menyetimbangkan neraca dengan cara menggeser lengan beban. Hal
tersebut kurang tepat karena bisa saja terjadi kesalahan seperti
mahasiswa tidak menggeser lengan beban sesuai massa zat yang
50

seharusnya dibutuhkan, karena posisi skala pada lengan beban yang


tidak berada di angka 0.
Menggunakan alas zat saat penimbangan adalah aspek
selanjutnya yang diukur. Bahan-bahan kimia yang akan ditimbang
tidak boleh secara langsung diletakkan pada piringan neraca,
melainkan harus ditimbang dalam wadah atau alas yang sesuai (Clark,
1980, hlm. 17). Pada penelitian ini, keterampilan mahasiswa calon
guru dalam menggunakan alas zat saat penimbangan sudah masuk
dalam kategori sangat baik dengan persentase 90%. Mahasiswa calon
guru melakukan penimbangan dengan menggunakan alas zat berupa
kaca atau gelas arloji yang bersih. Namun masih ditemukan
mahasiswa calon guru yang langsung menggunakan alas zat tanpa
membersihkannya terlebih dahulu. Bahan kimia yang berwujud padat
atau kristal dapat ditimbang dalam gelas arloji (Khamidinal, 2009,
hlm. 49). Bailey dan Vicki (2007, hlm. 31) menyatakan bahwa wadah
kosong yang digunakan harus bersih, kering, dan bebas dari debu. Hal
ini bertujuan agar tidak ada zat pengotor yang dapat memengaruhi
massa zat yang akan ditimbang.
Mengembalikan beban ke kondisi semula termasuk dalam
aspek yang perlu diperhatikan dalam penimbangan. Berdasarkan hasil
observasi, mahasiswa calon guru secara keseluruhan telah
mengembalikan beban ke kondisi semula setelah melakukan
penimbangan. Hal ini berdasarkan data yang diperoleh sebesar 64%
dan masuk kategori baik. Namun, persentase yang diperoleh pada
aspek ini merupakan yang terendah diantara aspek yang lainnya pada
keterampilan menimbang. Keadaan ini dikarenakan para mahasiswa
lupa mengembalikan lengan beban ke posisi semula dan langsung
melakukan kegiatan selanjutnya ketika praktikum berlangsung.
Mengembalikan beban ke kondisi semula merupakan cara untuk
merawat neraca agar tetap dalam kondisi baik. Salah satu caranya
yaitu ketika selesai melakukan penimbangan, pastikan neraca
51

setimbang dan dalam posisi garis sejajar di angka 0 (Brescia dkk.,


1980, hlm.9).

b. Keterampilan Memasukkan Zat Padat ke dalam Gelas Kimia


Berdasarkan data, keterampilan mahasiswa calon guru dalam
memasukkan zat padat ke dalam gelas kimia sudah baik dengan
persentase 80%. Mahasiswa telah melakukan penimbangan dengan
tepat yaitu dengan menggeser lengan beban sesuai dengan massa zat
ditambah dengan massa kaca arloji hingga mencapai posisi setimbang.
Setelah ditimbang, sisa zat yang ada pada kaca arloji juga dibilas
dengan pelarut untuk memastikan agar seluruh zat yang telah
ditimbang tidak ada yang tertinggal.
Namun, masih ditemukan mahasiswa yang lupa sehingga tidak
membilas sisa zat pada kaca arloji. Hal ini dapat mengakibatkan zat
yang telah ditimbang masih ada yang tertinggal pada alas zat sehingga
konsentrasi larutan yang dibuat menjadi tidak akurat. Sesuai dengan
pernyataan Alexander & Steffel (1976, hlm. 28) yang menyatakan
bahwa setelah zat padat dituangkan, gunakan sedikit pelarut untuk
membilas wadah zat untuk memastikan tidak ada zat padat yang
hilang setelah ditimbang.

c. Keterampilan Mengukur Volume Larutan


Banyak kegiatan di laboratorium kimia yang melibatkan
penggunaan gelas ukur untuk pengukuran volume larutan. Oleh
karena itu, dalam penggunaannya perlu diperhatikan cara mengukur
volume larutan dengan tepat agar tidak terjadi kesalahan. Berdasarkan
data, keterampilan mahasiswa calon guru dalam mengukur volume
larutan menggunakan gelas ukur sudah sangat baik dengan persentase
85%. Mahasiswa melakukan pengukuran volume larutan dengan cara
yang tepat, yaitu gelas ukur diletakkan pada bidang datar dan
meniskus bawah dengan posisi mata sejajar skala. Mahasiswa dapat
52

mengukur volume larutan dengan baik karena mereka memahami


konsep dan teknik yang benar. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Malana (2016) yang menyatakan bahwa kemampuan mahasiswa yang
sangat baik dalam mengukur larutan dikarenakan mereka sudah
memahami dengan jelas tentang konsep dan teknik dalam mengukur
volume larutan.
Namun, masih ditemukan kesalahan yang ditemukan ketika
pengukuran yaitu posisi mata praktikan tidak sejajar dengan skala
sehingga tidak meniskus. Sesuai dengan pernyataan (Brescia dkk.
1980, hlm. 12) bahwa dalam mengukur volume larutan yang tepat
yaitu membaca meniskus bawah dan harus dipastikan bahwa posisi
mata sejajar untuk menghindari kesalahan paralaks. Untuk
menghilangkan kesalahan paralaks, membaca skala larutan harus
dilihat dengan posisi mata sejajar (Almási dkk., 2014, hlm. 46).
Kesalahan paralaks mengakibatkan volume larutan yang diukur
menjadi tidak tepat.

d. Keterampilan Mengaduk Larutan


Keterampilan selanjutnya yang diukur yaitu mengaduk larutan.
Keterampilan ini diperlukan karena dalam kegiatan di laboratorium,
tidak jarang kimiawan membuat suatu larutan dari zat padat. Banyak
reaksi kimia membutuhkan pengadukan untuk mencampurkan suatu
reagen atau pereaksi. Berdasarkan data, mahasiswa calon guru masuk
dalam kategori sangat baik dalam mengaduk zat dibuktikan dengan
persentase sebesar 81%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mahasiswa calon guru telah menguasai cara mengaduk larutan dengan
batang pengaduk dengan tepat yaitu menggunakan ujung bagian yang
pipih atau rata pada batang pengaduk. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Pavia dkk. (1998, hlm.621) bahwa larutan dapat juga
diaduk dengan cara menempatkan ujung spatula yang rata ke dalam
wadah dan memutarnya dengan cepat. Kesalahan yang dilakukan
53

yakni mahasiswa mengaduk larutan namun masih ada zat yang tidak
larut.

e. Keterampilan Menyaring
Penyaringan merupakan suatu teknik pemisahan campuran
yang biasa dilakukan dalam laboratorium kimia. Keterampilan
menyaring yang diukur dalam penelitian ini terdiri dari dua aspek
yaitu keterampilan melipat kertas saring dan menggunakan corong
gelas. Data penelitian menunjukkan bahwa keterampilan menyaring
mahasiswa calon guru sudah baik dibuktikan dengan persentase yang
didapatkan sebesar 71%.
Melipat kertas saring merupakan keterampilan yang
dibutuhkan dalam proses penyaringan. Proses pemisahan suatu
campuran dapat dilakukan dengan menggunakan kertas saring.
Berdasarkan data, mahasiswa calon guru kimia memiliki kemampuan
yang baik dalam melipat kertas saring dibuktikan dengan perolehan
persentase sebesar 76%. Mahasiswa calon guru kimia mampu melipat
kertas saring dengan cara yang benar.
Menggunakan corong gelas adalah aspek yang memiliki nilai
terendah dalam keterampilan menyaring yang dimiliki mahasiswa
calon guru. Data menunjukkan bahwa mahasiswa calon guru sudah
baik dalam menggunakan corong gelas namun persentase yang
didapatkan hanya sebesar 65%. Hal ini dikarenakan masih banyak
mahasiswa yang langsung menyaring larutan dan tidak menambahkan
pelarut pada kertas saring sebelum melakukan penyaringan.
Penambahan sedikit pelarut pada kertas saring bertujuan untuk
membuat kertas saring menempel pada corong karena tidak adanya
udara sehingga memaksimalkan proses penyaringan. Hal ini didukung
oleh Almási dkk. (2014, hlm. 65) yang menyebutkan sebelum
penyaringan, kertas saring harus dilembabkan dengan pelarut dan
54

menempel pada corong dengan batang pengaduk agar tidak ada udara
antara kertas saring dan dinding corong.

f. Keterampilan Menggunakan Labu Takar


Keterampilan dalam menggunakan labu takar dalam
penelitian ini terdiri dari beberapa aspek antara lain keterampilan
menuangkan larutan dalam labu takar, teknik dekantir, dan
menambahkan akuades sampai tanda batas labu takar. Secara
keseluruhan mahasiswa calon guru sudah dengan baik menggunakan
labu takar sebagai alat untuk mengukur larutan. Hal tersebut
ditunjukkan berdasarkan data hasil observasi dengan perolehan
persentase sebesar 73%. Berdasarkan data yang diperoleh dari Tabel
4.1, aspek-aspek dalam sub-indikator menggunakan labu takar
memperoleh tingkat persentase yang digambarkan melalui grafik
berikut ini:

76
76
75
74
Persentase

73 71
72
71 70
70
69
68
67
Menuangkan Teknik dekantir Menambahkan
larutan ke dalam akuades sampai
labu takar tanda batas labu
takar

Gambar 4.2 Aspek menggunakan labu takar


Berikut akan dipaparkan mengenai masing-masing aspek.
Menuangkan larutan ke dalam labu takar membutuhkan beberapa
keterampilan. Menuangkan larutan ke dalam labu takar lebih tepat
menggunakan bantuan corong untuk memudahkan dalam menuangkan
larutan ke labu takar. Selain itu, dalam melakukan penyaringan,
corong harus diletakkan pada ring yang dipasang dengan statif
55

(Almási dkk. 2014, hlm. 65). Hal ini bertujuan agar dalam
menuangkan larutan ke labu takar lebih aman dan tidak mudah jatuh
jika terkena tangan praktikan. Berdasarkan data penelitian, mahasiswa
telah terampil dalam menuangkan larutan ke dalam labu takar dengan
menggunakan corong, statif, ring, dan klem. Data yang diperoleh
untuk sub-indikator ini yaitu sebesar 71% dan masuk dalam kategori
baik. Namun, pada kenyataannya masih ditemukan mahasiswa yang
langsung menuangkan larutan ke dalam labu takar tanpa
menggunakan bantuan statif dan ring. Tentu hal ini membahayakan
karena rentan terjadi kesalahan seperti tangan yang tidak sengaja
menyentuh labu takar hingga jatuh ketika proses menuangkan larutan.
Selain itu, masih ada mahasiswa yang tidak membilas sisa zat
yang ada pada gelas kimia setelah menuangkan larutan. Hal ini kurang
tepat karena pada gelas kimia masih dimungkinkan terdapat sisa zat
yang tertinggal pada dinding gelas kimia sehingga konsentrasi larutan
yang dibuat dapat menjadi tidak akurat. Hal ini didukung oleh
pernyataan Pierce & Haenisch (1958, hlm. 60) yang mengatakan
bahwa setelah seluruh larutan dituangkan, gelas kimia haruslah
dibilas. Clark (1980, hlm. 24) juga sependapat bahwa corong dan
gelas kimia harus dibilas beberapa kali dengan air, dengan air bilasan
juga dimasukkan ke dalam labu.
Teknik dekantir diperlukan ketika menuangkan larutan ke
dalam labu takar. Berdasarkan penelitian, mahasiswa calon guru sudah
mampu menerapkan keterampilan ini dengan baik dibuktikan dari
hasil perolehan data sebesar 76%. Namun pada kenyataan di lapangan,
masih ditemukan mahasiswa yang langsung menuangkan larutan
tanpa menggunakan teknik dekantir. Hal ini kurang tepat karena
penerapan teknik dekantir dengan bantuan batang pengaduk bertujuan
untuk menghindari larutan yang dituangkan berceceran (Pierce &
Haenisch, 1958, hlm. 60).
56

Selain itu juga masih ditemukan mahasiswa yang melakukan


teknik dekantir namun ujung batang pengaduk yang digunakan tidak
menempel pada dinding corong. Keadaan ini kurang tepat karena
larutan masih akan berceceran ke luar labu takar, oleh karena itu harus
ditempelkan pada corong agar seluruh larutan dapat masuk ke dalam
labu takar. Hal lain yang juga ditemukan peneliti adalah masih adanya
mahasiswa yang melakukan teknik dekantir menggunakan ujung
batang pengaduk bagian pipih atau rata. Hal ini kurang tepat karena
ujung batang pengaduk yang bagian pipih berfungsi untuk mengaduk
larutan, sehingga apabila digunakan dikhawatirkan terdapat zat
pengotor lain yang ikut masuk ketika menuangkan larutan.
Menambahkan akuades sampai tanda batas adalah aspek
terakhir yang diukur. Berdasarkan data penelitian, mahasiswa calon
guru telah mampu menambahkan akuades sampai tanda batas dengan
baik dengan persentase perolehan data sebesar 70%. Kesalahan yang
masih ditemukan di lapangan adalah mahasiswa menuangkan larutan
melebihi tanda batas yang ada pada labu takar. Kesalahan ini
dikarenakan mahasiswa tidak menuangkan larutan sedikit demi sedikit
ketika larutan mendekati tanda batas. Seharusnya, menuangkan
larutan ke dalam labu takar dipenuhi sebanyak tiga perempat bagian
terlebih dahulu. Apabila sudah mendekati tanda batas, maka
ditambahkan tetes demi tetes menggunakan pipet hingga mencapai
tepat tanda batas (Pierce & Haenisch, 1958, hlm. 61).

menambahkan
akuades hingga
melebihi tanda
batas

Gambar 4.3 Kesalahan dalam menggunakan labu takar


57

g. Keterampilan Mengocok Larutan


Keterampilan laboratorium selanjutnya yang diukur adalah
mengocok larutan pada labu takar. Berdasarkan data hasil penelitian,
mahasiswa calon guru telah mampu mengocok larutan dalam labu
takar dengan sangat baik. Hal ini berdasarkan data penelitian yang
diperoleh sebesar 89%. Fungsi dari mengocok larutan adalah agar
larutan dalam labu takar menjadi homogen. Mahasiswa calon guru
telah mampu mengocok larutan dalam labu takar dengan tepat yaitu
dengan dengan menutup labu, lalu dikocok dengan cara meletakkan
labu takar pada lengan lalu digerakkan ke atas dan ke bawah dengan
bantuan tangan lainnya memegang bagian labu takar untuk menahan.

h. Keterampilan Menggunakan Pipet Ukur


Keterampilan menggunakan pipet ukur termasuk dalam
keterampilan dalam menggunakan alat ukur volumetrik yang sering
digunakan dalam kegiatan laboratorium kimia. Pipet ukur termasuk ke
dalam peralatan gelas volumetrik selain buret dan labu takar
(Alexander & Steffel, 1976, hlm. 23). Berdasarkan data penelitian,
keterampilan mahasiswa calon guru dalam menggunakan pipet ukur
termasuk dalam kategori baik dengan persentase 74%. Hal ini
menandakan bahwa mahasiswa telah terampil dalam menggunakan
pipet ukur. Aspek-aspek yang diukur dalam keterampilan ini yaitu
mengambil larutan dan memindahkan larutan. Berdasarkan data yang
diperoleh dari Tabel 4.1, aspek-aspek dalam sub-indikator
menggunakan pipet ukur memperoleh tingkat persentase yang
digambarkan melalui grafik berikut ini:
58

83
90
80 65
70
Persentase 60
50
40
30
20
10
0
Mengambil larutan Mengambil dan
memindahkan larutan

Gambar 4.4 Aspek menggunakan pipet ukur


Berikut ini akan dijabarkan mengenai masing-masing aspek.
Mengambil larutan adalah aspek yang memiliki persentase tertinggi
dalam keterampilan menggunakan pipet ukur. Data penelitian
menunjukkan bahwa mahasiswa calon guru sangat baik dalam
menerapkan cara pengambilan larutan menggunakan pipet ukur,
dibuktikan dengan persentase yang diperoleh sebesar 83%. Mahasiswa
calon guru menguasai cara penggunaan pipet ukur yaitu memasang
pipet ukur dengan memasukannya pada bagian bawah bulb pipet (di
bawah klep S), mengempiskan bulb dengan menekan klep bagian atas
(tanda huruf A) dengan ibu jari dan telunjuk, bersamaan dengan
menekan bulb hingga kempis, lalu mengambil larutan dengan
menekan klep bagian bawah (tanda S), kemudian mengeluarkan
larutan sesuai dengan yang dibutuhkan dengan cara menekan klep
bagian bawah (tanda E) (Boyer, 2012, hlm. 20).
Memindahkan larutan ke dalam gelas kimia menggunakan
pipet ukur adalah aspek selanjutnya yang diukur. Berdasarkan data
penelitian, keterampilan mahasiswa dalam memindahkan larutan
menggunakan pipet ukur termasuk dalam kategori baik dengan
perolehan persentase sebesar 65%. Namun, persentase yang
didapatkan adalah yang paling rendah dalam keterampilan
menggunakan pipet ukur. Hal ini dikarenakan mahasiswa banyak
59

melupakan dan belum mengetahui teknik yang benar dalam


menggunakan pipet ukur. Keadaan ini dibuktikan dengan masih
ditemukannya mahasiswa calon guru yang memindahkan larutan
melebihi skala yang seharusnya. Banyak mahasiswa yang
mengeluarkan larutan dari pipet ukur hingga habis, padahal
seharusnya praktikan harus menghindari mengeluarkan seluruh larutan
dari pipet ketika melakukan pengukuran volume dengan pipet (Pavia
dkk. 1998, hlm. 593).

posisi ujung
pipet ukur tidak
menempel pada
dinding gelas
kimia.

Gambar 4.5 Kesalahan dalam menggunakan pipet ukur


Masih ditemukan pula mahasiswa yang memindahkan larutan
dengan cara tidak menempelkan ujung pipet ke dinding gelas kimia
melainkan dengan cara menggantung pada gelas kimia. Keadaan ini
kurang tepat karena tujuan dari menempelkan ujung pipet ke dinding
gelas kimia untuk mempercepat aliran larutan yang berasal dari pipet
ukur (Almási dkk. 2014, hlm. 66). Banyak mahasiswa yang belum
mengetahui bahwa cara mengeluarkan larutan dengan benar yaitu
dengan posisi pipet yang hampir vertikal dan ujungnya menyentuh
dinding gelas kimia (Clark, 1980, hlm. 24). Kesalahan paralaks yang
dilakukan mahasiswa calon guru masih ditemukan juga dalam
kegiatan ini.
60

i. Keterampilan Memanaskan Larutan


Keterampilan dalam memanaskan yang diukur adalah
memanaskan larutan dalam tabung reaksi. Memanaskan larutan dalam
tabung reaksi menggunakan bantuan penjepit tabung reaksi.
Berdasarkan data penelitian, keterampilan memanaskan larutan yang
dimiliki mahasiswa calon guru telah masuk dalam kategori baik
dengan perolehan persentase sebesar 74%. Namun, masih ada
kesalahan yang ditemukan peneliti dalam keterampilan ini. Kesalahan
yang sering terjadi adalah mahasiswa mengarahkan mulut tabung
reaki ke arah tempat yang terdapat zat ataupu mengarah ke orang lain.
Hal ini berbahaya karena dikhawatirkan larutan akan memancar keluar
dari tabung reaksi apabila panas terlalu berlebih (Khamidinal, 2009,
hlm. 102). Apabila tabung reaksi mengarah ke tempat yang terdapat
zat ataupun orang lain, maka akan mengenai zat dan orang tersebut.

j. Keterampilan Membaui Zat


Keterampilan membaui zat penting untuk dimiliki kimiawan.
Hal ini karena dalam kegiatan percobaan di laboratorium tidak jarang
reaksi yang ditimbulkan berupa gas. Berdasarkan data penelitian,
keterampilan mahasiswa calon guru dalam membaui zat sudah baik,
dibuktikan dengan persentase yang diperoleh sebesar 72%. Kesalahan
yang masih ditemukan yaitu mahasiswa masih membaui zat dengan
jarak yang terlalu dekat dengan sumber zat dan tanpa mengibaskan
tangan. Hal ini dapat membahayakan karena dapat membuat tersentak
jika ternyata bau gas sangat menyengat (Khamidinal, 2009, hlm. 100).

k. Keterampilan Menggunakan Pipet Tetes


Keterampilan selnjutnya yang diukur adalah menggunakan
pipet tetes. Berdasarkan penelitian, keterampilan mahasiswa calon
guru dalam menggunakan pipet tetes sudah baik, dengan perolehan
persentase sebesar 78%. Mahasiswa calon guru sudah terampil dalam
61

menggnakan pipet tetes. Pada umumnya, mahasiswa memasukkan


ujung pipet hingga masuk ke dalam tabung reaksi. Sedangkan cara
menggunakan pipet tetes yang benar yaitu ujung pipet tetes
ditempelkan pada dinding bagian dalam tabung reaksi. Apabila hal ini
dilakukan, dikhawatirkan ujung pipet akan terkena zat yang berada
dalam tabung reaksi. Selain itu, menempelkan ujung pipet ke dinding
bagian dalam juga bertujuan untuk mempercepat aliran zat.

l. Keterampilan Menggunakan Termometer


Beberapa percobaan dalam laboratorium kimia melibatkan
penggunaan alat ukur lain seperti alat untuk mengukur suhu. Salah
satu contohnya yang sering digunakan di laboratorium kimia adalah
termometer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa calon
guru telah terampil dalam menggunakan termomter. Hal ini
dibuktikan dengan perolehan persentase sebesar 83% dan masuk
dalam kategori sangat baik. Kesalahan yang masih ditemukan yaitu
masih ada mahasiswa yang mengamati skala pada termometer dengan
posisi mata yang tidak sejajar. Hal ini dapat menimbulkan terjadinya
kesalahan paralaks sehngga akan menyebabkan pengukuran suhu
menjadi tidak akurat. Sesuai dengan pernyataan Almasi (2014, hlm.
54) bahwa untuk menghindari kesalahan paralaks, termometer harus
dibaca dalam posisi tegak lurus pada kolom raksa.

posisi ujung
termometer
menempel
pada dinding
gelas kimia.

Gambar 4.6 Kesalahan dalam menggunakan termometer


62

Kesalahan lainnya yaitu masih ada mahasiswa yang


meletakkan termometer dengan menyentuh dinding gelas kimia. Hal
ini dapat memengaruhi suhu yang akan diukur. Pernyataan ini
diudukung oleh Khamidinal (2009, hlm. 116) yang menyebutkan
bahwa ujung termometer tidak boleh menempel pada dasar gelas
beker atau gelas kimia, karena suhu yang terukur bukanlah suhu
cairan, melainkan suhu gelas beker.

m. Keterampilan Memasukkan Zat Padat ke dalam Tabung Reaksi


Keterampilan selanjutnya yang diukur yaitu memasukkan zat
padat ke dalam tabung reaksi. Berdasarkan data penelitian,
keterampilan mahasiswa calon guru dalam memasukkan zat padat ke
dalam tabung reaksi memiliki persentase terendah dibandingkan
keterampilan laboratorium yang lainnya. Perolehan persentase yang
didapatkan sebesar 48% dan masuk dalam kategori cukup. Perolehan
data tersebut tidak menggembirakan mengingat beberapa percobaan
dalam Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang tercantum
membutuhkan cara yang tepat dalam memasukkan suatu zat padat ke
dalam tabung reaksi, seperti judul praktikum laju reaksi. Beberapa
reaksi dalam skala kecil juga membutuhkan keterampilan ini.
Kesalahan masih banyak ditemukan dalam pelaksanaan
praktikum. Pada umumnya, mahasiswa langsung memasukkan zat
padat ke dalam tabung reaksi menggunakan spatula, tanpa bantuan
kertas, dan tidak dimiringkan. Padahal, cara yang tepat dalam
memasukkan zat padat ke dalam tabung reaksi adalah dengan bantuan
kertas yang dibentuk seperti corong lalu dimiringkan hingga zat
masuk secara perlahan. Tujuannya agar padatan yang akan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi tidak ada yang tercecer dan
mencegah padatan menempel pada bagian atas tabung reaksi (Mohrig
dkk. 2010, hlm. 40). Hal ini dikarenakan mahasiswa calon guru lupa
bagaimana cara memasukkan zat padat ke dalam tabung reaksi.
63

Rentang waktu yang relatif lama dari terakhir kali mahasiswa


melakukan kegiatan praktikum di laboratorium dapat menjadi sebab
banyak mahasiswa calon guru melupakan teknik dasar laboratorium
yang benar.

n. Keterampilan Titrasi
Keterampilan laboratorium terakhir yang diukur adalah
keterampilan proses titrasi. Berdasarkan data penelitian, secara
keseluruhan mahasiswa calon guru telah terampil dalam melakukan
titrasi. Data yang diperoleh untuk keterampilan titrasi sebesar 76%
dan masuk dalam kategori baik. Pada ketereampilan titrasi, aspek
yang diukur diantaranya adalah keterampilan merangkai statif dan
klem kemudian proses titrasi itu sendiri. Berdasarkan data yang
diperoleh dari Tabel 4.1, aspek-aspek dalam sub-indikator titrasi
memperoleh tingkat persentase yang digambarkan melalui grafik
berikut ini:

80 78

78
Persentase

76 74
74
72
70
Merangkai statif dan klem Proses Titrasi

Gambar 4.7 Aspek titrasi


Berikut akan dipaparkan mengenai masing-masing aspek
dalam titrasi. Merangkai statif dan klem merupakan hal pertama
yang dilakukan dalam proses titrasi. Data penelitian menunjukkan
bahwa praktikan telah baik dalam merangkai statif, klem, dan buret.
Hal ini dibuktikan dengan perolehan persentase sebesar 78%.
64

Kesalahan yang masih ditemukan dalam keterampilan ini masih ada


mahasiswa yang memasang buret pada klem dengan miring.
Pemasangan posisi buret yang miring tentu akan mengakibatkan posisi
skala pada buret miring sehingga terjadi kesalahan paralaks. Buret
harus berada tepat pada posisi vertikal ketika digunakan (Clark, 1980,
hlm. 27). Masih ditemukan pula mahasiswa yang menuangkan titran
langsung tanpa bantuan corong dan batang pengaduk. Hal ini dapat
dikhawatirkan titran yang dituangkan ke dalam buret menjadi
berceceran dan mengenai praktikan.

menuangkan titran ke
dalam buret tanpa bantuan
corong.

Gambar 4.8 Kesalahan dalam titrasi


Proses titrasi mahasiswa calon guru memiliki persentase yang
lebih rendah daripada aspek memasang statif dan klem yaitu 74%.
Mahasiswa calon guru telah mampu melakukan proses titrasi dengan
baik, namun masih ada kesalahan yang ditemukan peneliti. Kesalahan
yang terjadi diantaranya adalah mahasiswa menggunakan tangan kiri
untuk memegang labu erlenmeyer dan tangan kanan untuk memutar
kran buret. Padahal seharusnya teknik yang benar dalam titrasi yaitu
bagi orang yang terbiasa menggunakan tangan kanan, posisi tangan
kiri memegang kran buret, memutar kran dengan menggunakan ibu
jari dan dua jari pertama. Sedangkan tangan kanan mengocok labu
erlenmeyer, berlaku sebaliknya bagi yang bertangan kiri atau kidal
(Alexander & Steffel, 1976, hlm. 27-28). Kesalahan lain yang masih
terjadi yaitu mahasiswa tidak menggunakan kertas ataupun alas lain
yang berwarna putih dibawah labu erlenmeyer. Kertas atau alas putih
65

dibawah labu erlenmeyer berfungsi untuk membantu dalam


mengamati perubahan warna (Clark, 1980, hlm. 27). Hal tersebut
mengakibatkan banyak mahasiswa yang menitrasi hingga melebihi
titik akhir titrasi.

3. Aktivitas Selesai Praktikum .


a. Mengembalikan Alat – alat, Bahan Kimia, dan Membersihkan
Meja Kerja
Mengembalikan alat – alat, bahan kimia, dan membersihkan
meja kerja termasuk dalam aspek aktivitas selesai praktikum.
Keterampilan dalam mengembalikan alat-alat kimia sudah sangat baik
dengan persentase sebesar 87%. Data tersebut menunjukkan bahwa
mahasiswa sudah bertanggung jawab untuk mengembalikan seluruh
alat-alat kimia ke tempat semula. Mahasiswa calon guru juga telah
bertanggung jawab untuk membersihkan meja kerja setelah
praktikum. Kesalahan yang masih ditemukan yaitu mahasiswa
mengembalikan alat-alat kimia namun hanya beberapa saja.

b. Membersihkan Alat – alat Kimia Sesudah Praktikum


Aspek selanjutnya dalam aktivitas selesai praktikum adalah
membersihakan alat – alat kimia sesudah praktikum. Berdasarkan data
hasil observasi, mahasiswa calon guru telah sangat baik dalam
membersihkan alat – alat kimia sesudah praktikum dengan perolehan
persentase sebesar 82%. Mahasiswa membersihkan alat – alat kimia
dengan menggunakan sabun atau sikat. Kesalahan yang masih
ditemukan yaitu masih ditemukan mahasiswa yang mencuci namun
tidak mengeringkan alat – alat kimia. Alat – alat kimia yang tela
dicuci diletakkan saja di tempat penyimpanan alat tanpa dikeringkan.
Padahal setelah alat-alat kimia, hal selanjutnya yang harus dilakukan
adalah dikeringkan. Cara termudah untuk mengeringkan peralatan
gelas adalah untuk membiarkannya semalaman. Pengeringan alat-alat
66

kimia dapat juga dilakukan dengan bantuan lap kain yang bersih dan
kering ataupun tisu guna mempercepat proses pengeringan (Pavia,
Kriz, Lampman, & Engel, 1998, hlm.33).

c. Pengolahan Limbah
Keterampilan dalam mengolah limbah mahasiswa calon guru
tergolong termasuk dalam kategori baik dengan persentase yang
diperoleh sebesar 64%. Seorang calon guru kimia perlu memiliki
pengetahuan akan pengolahan limbah bahan kimia. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan, masih banyak mahasiswa yang mengetahui
pengolahan limbah hanya dengan cara diencerkan sebelum dibuang ke
dalam saluran pembuangan westaffel. Bahkan, ada mahasiswa yang
tidak mengetahui cara pengolahan limbah setelah praktikum
dilakukan. Limbah bahan kimia yang tidak ditangani dengan tepat
dapat membahayakan lingkungan. Sebagaimana dijelaskan oleh
Rahayuningsih dan Dwiyanto (2005, hlm. 42) bahwa limbah bahan
kimia yang dihasilkan setelah percobaan tidak diperbolehkan dibuang
ke pembuangan air kotor (wasbak) karena dapat menimbulkan polusi
bagi lingkungan, sehingga harus dibuang pada tempat yang
disediakan.
Beberapa faktor dapat memengaruhi mahasiswa dalam
melakukan penangan limbah di laboratorium. Ghalby (2017, hlm. 62-
63) menyatakan rendahnya pengetahuan K3 di sebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya tidak adanya indikator K3 dalam
kurikulum program studi pendidikan kimia sehingga pendidik hanya
sekedar menyelipkan pembelajaran K3 sebelum serta saat peserta
didik bereksperimen di laboratorium dengan waktu, tempat, alat, serta
zat yang tidak optimal. Kurangnya kesadaran mahasiswa akan
pengolahan limbah zat kimia dapat juga disebabkan karena belum
adanya sistem pengolahan limbah secara khusus di laboratorium
kimia. Hal ini didukung oleh Rachmawati (2017, hlm. 45) yang
67

menyatakan kurangnya kedisiplinan mahasiswa dapat disebabkan


karena laboratorium kimia belum memiliki pembuangan limbah
maupun pengolahan limbah secara khusus.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan yang telah dilakukan,
secara keseluruhan keterampilan laboratorium yang dimiliki mahasiswa
semester 7 Program Studi Pendidikan Kimia sudah masuk dalam kategori
baik dengan persentase sebesar 75%. Sementara itu, persentase yang
diperoleh pada setiap kegiatan praktikum yaitu; 1) Pada kegiatan
menyiapkan praktikum, aspek menyiapkan alat dan bahan kimia memiliki
persentase tertinggi yaitu 82% dan aspek membersihkan alat-alat kimia
memiliki persentase terendah yaitu 56%; 2) Pada keterampilan proses
praktikum, aspek mengocok larutan pada labu takar memiliki persentase
tertinggi sebesar 89% dan aspek memasukkan zat padat ke dalam tabung
reaksi memiliki persentase terendah yaitu 48%; 3) Pada aktivitas selesai
praktikum, aspek mengembalikan alat-alat, bahan kimia dan
membersihkan meja kerja memiliki persentase tertinggi yaitu 87% dan
aspek melakukan pengolahan limbah memiliki persentase terendah yaitu
64%. Rentang waktu yang relatif lama setelah terakhir kali para
mahasiswa rutin melakukan kegiatan praktikum di laboratorium dapat
menjadi faktor penyebab rendahnya perolehan persentase tersebut. Selain
itu, faktor lain yang bisa menjadi penyebab adalah mahasiswa tidak
membiasakan diri untuk menggunakan keterampilan laboratorium yang
baik dan benar dalam kegiatan praktikum.

B. Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan kepada peneliti selanjutnya adalah keterampilan yang diukur
lebih banyak lagi, tidak hanya terbatas pada keterampilan dasar saja.

68
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Hiskia. (1993). Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan.

Alexander, J. J., & Steffel, M. J. (1976). Chemistry in the Laboratory. USA:


Harcourt Brace Jovanovich.

Almási, A., Kuzma, M., & Perjési, P. (2014). General and Inorganic Chemistry –
Laboratory Techniques and Calculations. University of Pécs.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.


Rineka Cipta.

Bailey, Charlotte & Barwick, Vicki. (2007). Laboratory Skills Training


Handbook. United Kingdom: LGC Limited.

Banerjee, Mousumi. (1999). Beyond Kappa: A Review of Interrater Agreement


Measures. The Canadian Journal of Statistics Vol. 27, No. 1, 1999, Pages 3-
23.

Bawono, I. K. (2011). Keterampilan Laboratorium Mahasiswa Kimia Pada


Praktikum Kimia Dasar 2 Tahun Ajaran 2007/2008. (Skripsi, Universitas
Sebelas Maret Surakarta). Tidak dipublikasikan.

Boyer, R. (2012). Biochemistry Laboratory: Modern Theory And Techniques.


New Jersey: Pearson Education, Inc.

Brescia, F., Arents, J., Meislich, H., & Turk, A. (1980). Fundamentals of
Chemistry Laboratory Studies. New York: Academic Press, Inc.

Chang, R. (2005). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.

Clark, Douglas W. (1980). Basic Laboratory Skills for Water and Wastewater
Analysis. The Regents of New Mexico State University and The New
Mexico Water Resources Research Institute.

69
70

Ghalby, A. (2016). Tingkat Pengetahuan K3 (Keselamatan dan Keamanan Kerja)


Mahasiswa Pendidikan Kimia di Laboratorium Kimia. (Skripsi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta). Tidak
dipublikasikan.

Gobaw, G. F. & Atagana, H.I. (2016). Assessing Laboratory Skills Performance


in Undergraduate Biology Students. Academic Journal of Interdisciplinary
Studies, Vol 5, No 3. DOI: 10.5901/ajis.2016.v5n3p113.

Grant, Laura. (23 Mei, 2011). Lab Skills of New Undergraduates. Diambil dari
http://www.gatsby.org.uk

Hamalik, Oemar. (2005). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan.


Sistem. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Imamkhasani, S. (1990). Keselamatan Kerja Dalam Laboratorium Kimia. Jakarta:


PT. Gramedia.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2007). Peraturan


Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007.
Diambil dari http://vervalsp.data. kemdikbud.go.id.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2013). Peraturan


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A
Tahun 2013. Diambil dari https://luk.staff.ugm.ac.id.

Khamidinal. (2009). Keterampilan Laboratorium Kimia. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Kunandar. (2013). Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik


Berdasarkan Kurikulum 2013), Suatu Pendekatan Praktis Disertai dengan
Contoh. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Laila, Khusucidah. (2006). Korelasi Antara Pengetahuan Alat Praktikum Dengan


Kemampuan Psikomotorik Siswa Kelas XI IPA SMAN 11 Semarang Materi
Pokok Laju Reaksi Tahun Pelajaran 2005/2006. (Skripsi, Universitas Negeri
Semarang).

Lasia, I.K., Gunamantha, I.M., & Budiada, I. K. (01 Mei, 2013). Pelatihan Teknik
Penggunaan Bahan Kimia Untuk Mahasiswa Tingkat Awal Jurusan
Pendidikan Kimia Fmipa Undiksha Sebagai Upaya Meningkatkan
71

Keselamatan Kerja di Laboratorium (Safety Laboratory Worker). Laporan


P2M Undhiksa.

Maknun, D., Surtikanti, R. R. H. K., & Subahar, T. S. (2012). Pemetaan


Keterampilan Esensial Laboratorium dalam Kegiatan Praktikum Ekologi.
Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, JPII 1 (1) (2012) 1-7.

Maknun, Djohar. (2012). Evaluasi Keterampilan Laboratorium Mahasiswa


Menggunakan Asesmen Kegiatan Laboratorium Berbasis Kompetensi
Pada Pelaksanaan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL). Holistik Vol 13
Nomor 01.

Mastika, I. N., Adnyana, I. B., & Setiawan, I. G. N. A. (2014). Analisis


Standarisasi Laboratorium Biologi dalam Proses Pembelajaran di SMA
Negeri Kota Denpasar. e-Journal Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha Program Studi IPA, Vol. 4.

Mohrig, J. R., Hammond, C. N., & Schatz, P. F. (2010). Techniques in Organic


Chemistry. Unted States of America: W. H. Freeman and Company.

Moni, R. W., Hryciw, D. H., Poronnik, P., Lluka, L. J., Moni, K. B. (2007).
Assesing Core Manipulative Skills in A Large, First Year Laboratory. Adv
Physiol Educ 31: 266–269. DOI: 10.1152/advan.00020.2007.

Musfiqon & Nurdyansyah. (2015). Pendekatan Pembelajaran Saintifik. Sidoarjo :


Nizamia Learning Center.

Nuha, D. F., Haryono, & Mulyani, B. (2015). Kontribusi Laboratorium Terhadap


Pembelajaran Kimia SMA. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 4 No. 1,
82-88. ISSN 2337-9995.

Olubu, Odutuyi Musili. (2015). Influence of Laboratory Learning Environment on


Students’Academic Performance in Secondary School Chemistry. US-China
Education Review A, Vol. 5, No. 12, 814-821. DOI: 10.17265/2161-
623X/2015.12.005

Ottander, Christina & Grelsson, Gunnel. (2010). Laboratory Work: The Teachers’
Perspective. Journal of Biological Education, 40:3, 113-118. DOI:
10.1080/00219266.2006.9656027.
72

Pavia, Kriz, Lampman, & Engel. (1988). Introduction to Laboratory Techniques.


United States of America: Harcourt Brace & Company.

Pierce, W. C., & Haenisch, E. L. (1958). Quantitative Analysis. United States of


America: John Wiley & Sons, Inc.

Purwanto, Ngalim. (2012). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Pusat Bahasa Depdiknas. (1988). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.

Rachmawati, Amelia. (2017). Analisis Keterampilan Menggunakan Alat


Praktikum Dasar Mahasiswa Pendidikan Kimia. (Skripsi, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta). Tidak dipublikasikan.

Rahayuningsih, Edia & Dwiyanto, Djoko. (2005). Pembelajaran di


Laboratorium.Yogyakarta: Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas
Gadjah Mada.

Riduwan. (2015). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti


Pemula. Bandung: Alfabeta.

Romlah, O. (2009). Peranan Praktikum dalam Mengembangkan Keterampilan


Proses dan Kerja Laboratorium. Diambil dari http://file.upi.edu .

Science Lab Safety Notes. (2018). Diambil dari http://www.edquest.ca

Sitorus, M. & Ani. (2013). Laboratorium Kimia Pengelolaan dan Manajemen.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Metode Kuantitatif, Kualitatif


dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.

Susilaningsih, Endang. (2014). Instrumen Penilaian Praktikum Kimia dan


Estimasi Reliabilitasnya dengan Koefisien Generalisabilitas. Seminar
Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia VI. ISBN :979363174-0

Tantayanon, Supawan. (2009). Small Scale Laboratory: Organic Chemistry at


University Level. Diambil dari http://www.unesco.org
73

Udaibah, Wirda. (2014). Analisis Pengetahuan Calon Guru Kimia Tentang


Peralatan Laboratorium dan Fungsinya. Jurnal Pendidikan MIPA Institut
Agama Islam Negeri Walisongo Semarang. DOI: 10.21580/
phen.2014.4.1.124.

Wibowo, Widodo Setyo. (07 Januari, 2015). Persiapan Alat dan Bahan Praktikum
IPA. Diambil dari http://staff.uny.ac.id

Zulfiani, Feronika, T., & Suartini, K. (2009). Strategi Pembelajaran Sains.


Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta.
Lampiran 1. Analisis Kesesuaian Judul Praktikum dengan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar 74
(Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Berdasarkan Permendikbud Tahun 2016 Nomor 24)

Catatan: = menunjukkan kesesuaian antara KI dan KD dan Tujuan Praktikum


= judul praktikum yang digunakan dalam analisis keterampilan laboratorium

Judul Praktikum

No. No. Modul Buku Kimia Buku Sekolah


Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar Praktikum SMA Elektronik Tujuan Praktikum
KD KD
Kimia Dasar (Penerbit (BSE)
I & II Erlangga) Kimia SMA
Modul Praktikum Kimia
Dasar:

1. Mengetahui titik
leleh dari suatu
senyawa organik dan
anorganik
2. Mengetahui
reaktivitas dari suatu
Merancang dan
Membandingkan ikatan Membandingkan senyawa organik dan
melakukan percobaan
ion, ikatan kovalen, Sifat Fisik anorganik
untuk menunjukkan Senyawa Organik
ikatan kovalen (Kemudahan 3. Menganalisis
3.5 4.5 karakteristik senyawa ion dan Anorganik -
koordinasi, dan ikatan Menguap) perbedaan sifat
atau senyawa kovalen
logam serta kaitannya Senyawa Ion dan antara senyawa
berdasarkan beberapa
dengan sifat zat Senyawa Kovalen organik dan organik
sifat fisika
dikaitkan dengan
konsep ikatan kimia

Buku Sekolah Elektronik


(BSE):
1. Membandingkan
kemudahan menguap
garam dapur
(senyawa ion) dan
75

Judul Praktikum
No. No. Modul Buku Kimia Buku Sekolah
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar Praktikum SMA Elektronik Tujuan Praktikum
KD KD
Kimia Dasar (Penerbit (BSE)
I & II Erlangga) Kimia SMA
2. naftalena (senyawa
Merancang dan kovalen)
Membandingkan ikatan Membandingkan
melakukan percobaan 3. Menganalisis
ion, ikatan kovalen, Sifat Fisik
untuk menunjukkan Senyawa Organik karakteristik senyawa
ikatan kovalen (Kemudahan
3.5 4.5 karakteristik senyawa ion dan Anorganik - ion dan senyawa
koordinasi, dan ikatan Menguap)
atau senyawa kovalen kovalen berdasarkan
logam serta kaitannya Senyawa Ion dan
berdasarkan beberapa mudahnya zat
dengan sifat zat Senyawa Kovalen
sifat fisika tersebut mengalami
penguapan
1. Terampil merangkai
alat uji daya hantar
listrik larutan.
2. Dapat melakukan
pengamatan gejala
hantaran arus listrik
Membedakan daya hantar pada beberapa
Menganalisis sifat
listrik berbagai larutan Uji Daya Hantar larutan.
3.8 larutan berdasarkan 4.8 - -
melalui perancangan dan Listrik 3. Dapat membedakan
daya hantar listriknya
pelaksanaan percobaan antara larutan
elektrolit dan
nonelektrolit.
4. Dapat menjelaskan
pengertian larutan
elektrolit dan
nonelektrolit.
76

Judul Praktikum
No. No. Modul Buku Kimia Buku Sekolah
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar Tujuan Praktikum
KD KD Praktikum SMA Elektronik
Kimia Dasar (Penerbit (BSE)
I & II Erlangga) Kimia SMA
1. Mengamati
perubahan kimia
yang menandakan
reaksi kimia
Menganalisis beberapa
2. Menuliskan
reaksi berdasarkan
Mengidentifikasi reaksi persamaan reaksi
perubahan bilangan
reduksi dan oksidasi Reaksi Kimia kimia dari suatu
3.9 4.9 oksidasi yang diperoleh - -
menggunakan konsep percobaan
dari data hasil percobaan
bilangan oksidasi unsur 3. Menentukan reaksi
dan/ atau melalui
reduksi atau oksidasi
percobaan
berdasarkan
persamaan reaksi
kimia dari hasil
percobaan

Menerapkan hukum-
hukum dasar kimia,
Menganalisis data hasil Menentukan koefisien
konsep massa molekul
percobaan menggunakan suatu reaksi berdasarkan
3.10 relatif, persamaan kimia, 4.10 Stoikiometri - -
hukum-hukum dasar pembentukan endapan
konsep mol, dan kadar
kimia kuantitatif yang terjadi dalam reaksi
zat untuk menyelesaikan
perhitungan kimia
77

Judul Praktikum
No. No. Modul Buku Kimia Buku Sekolah
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar Tujuan Praktikum
KD KD Praktikum SMA Elektronik
Kimia Dasar (Penerbit (BSE)
I & II Erlangga) Kimia SMA
Modul Praktikum Kimia
Dasar:

1. Menentukan
Menjelaskan konsep kapasitas kalor
Menyimpulkan hasil kalorimeter
perubahan entalpi reaksi
analisis data percobaan 2. Menentukan entalpi
3.4 pada tekanan tetap 4.4
termokima pada tekanan netralisasi
dalam persamaan
tetap
termokimia
Buku SMA (Erlangga):
Menentukan Menentukan 1. Menentukan
Termokimia
Perubahan Entalpi ∆Hdengan perubahan entalpi
Reksi Kalorimeter pada reaksi antara
larutan natrium
hidroksida dengan
larutan asam klorida
Membandingkan
Menjelaskan jenis
perubahan entalpi Buku Elektronik Sekolah
entalpi reaksi, hukum
3.5 4.5 beberapa reaksi (BSE):
Hess dan konsep energi
berdasarkan data hasil 1. Menentukan ∆H
ikatan
percobaan dengan
menggunakan
kalorimeter
78

Tujuan Praktikum
No. No. Modul Buku Kimia Buku Sekolah
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar Praktikum SMA Elektronik Tujuan Praktikum
KD KD
Kimia Dasar (Penerbit (BSE)
I & II Erlangga) Kimia SMA
1. Pengaruh Luas
Bidang Sentuh
terhadap Laju
Reaksi
2. Pengaruh
Merancang, melakukan, Konsentrasi
Menentukan orde reaksi dan menyimpulkan serta Faktor-faktor terhadap Laju
Mengamati faktor-faktor
dan tetapan laju reaksi menyajikan hasil yang Reaksi
3.7 4.7 Laju Reaksi yang mempengaruhi laju
berdasarkan data hasil percobaan faktor-faktor Mempengaruhi 3. Menentukan
reaksi
percobaan yang mempengaruhi laju Laju Reaksi Pengaruh Suhu
reaksi dan orde reaksi terhadap Laju
Reaksi
4. Menentukan
Pengaruh
Katalis terhadap
Laju Reaksi
Menganalisis faktor- Merancang, melakukan, 1. Memahami konsep
faktor yang dan menyimpulkan serta kesetimbangan kimia
Pengaruh
mempengaruhi menyajikan hasil Kesetimbangan dan faktor-faktor yang
Pergeseran Konsentrasi
3.9 pergeseran arah 4.9 percobaan faktor-faktor Kimia mempengaruhinya
Kesetimbangan terhadap
kesetimbangan dan yang mempengaruhi 2. Menghitung konstanta
Kesetimbangan
penerapannya dalam pergeseran arah kesetimbangan
industri kesetimbangan berdasarkan percobaan
79

Judul Praktikum
No. No. Modul Buku Kimia Buku Sekolah
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar Tujuan Praktikum
KD KD Praktikum SMA Elektronik
Kimia Dasar (Penerbit (BSE)
I & II Erlangga) Kimia SMA
Menjelaskan konsep Buku Sekolah Elektronik
Menganalisis trayek
asam dan basa serta (BSE):
perubahan pH beberapa
kekuatannya dan Pembuatan 1. Membuat indikator
3.10 4.10 indikator yang diekstrak - -
kesetimbangan Indikator Alami asam basa dari bunga
dari bahan alam melalui
pengionannya dalam sepatu dan
percobaan
larutan mengujinya
Buku SMA (Erlangga):
1. Menyelidiki sifat
beberapa larutan
garam untuk
menemukan
hubungan antara ion-
ion pembentuk garam
Menganalisis dengan sifat larutan
Melaporkan percobaan
kesetimbangan ion Hidrolisis Hidrolisis Larutan garam di dalam air
3.11 4.11 tentang sifat asam basa -
dalam larutan garam dan Garam Garam
berbagai larutan garam
menghubungkan pH-nya Buku Sekolah Elektronik
(BSE):
1. Menyelidiki
hubungan antara
asam dan basa
pembentuk garam
dengan sifat larutan
garam dalam air
80

Judul Praktikum
No. No. Modul Buku Kimia Buku Sekolah
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar Tujuan Praktikum
KD KD Praktikum SMA Elektronik
Kimia Dasar (Penerbit (BSE)
I & II Erlangga) Kimia SMA
Modul Praktikum Kimia
Dasar:
1. Membuat larutan
NaCl atau larutan
Urea dengan
konsentrasi dan
volume tertentu

Buku SMA (Erlangga):


Menjelaskan prinsip 1. Menyelidiki suatu
kerja, perhitungan pH, Membuat larutan sistem yang pH-nya
Pembuatan Larutan Larutan
3.12 dan peran larutan 4.12 penyangga dengan pH relatif tetap jika
Larutan Penyangga Penyangga
penyangga dalam tubuh tertentu ditambah sedikit
makhluk hidup asam atau basa

Buku Elektronik Sekolah


(BSE):
1. Mempelajari sifat
larutan penyangga
dan bukan penyangga
pada penambahan
sedikit asam, basa,
atau pengenceran
81

Judul Praktikum

No. No. Modul Buku Kimia Buku Sekolah


Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar Tujuan Praktikum
KD KD Praktikum SMA Elektronik
Kimia Dasar (Penerbit (BSE)
I & II Erlangga) Kimia SMA
Modul Praktikum Kimia
Dasar:
1. Membuat larutan
standar (Asam Oksalat)
untuk mengetahui
konsentrasi larutan
standar NaOH
2. Menentukan massa
molar dari suatu larutan
asam melalui titrasi

Menganalisis data hasil Menyimpulkan hasil Titrasi Asam- Menentukan Buku SMA (Erlangga):
Titrasi Asam-
3.13 berbagai jenis titrasi 4.13 analisis data percobaan Basa Kadar Cuka 1. Menguji mutu cuka
Basa perdagangan dengan
asam-basa titrasi asam-basa Makan
menentukan kadar cuka
makan dengan cara
titrasi

Buku Sekolah Elektronik


(BSE):
1. Menentukan kemolaran
HCl dengan
menggunakan cara
titrasi oleh larutan
NaOH 0,1 M
82

Judul Praktikum
No. No. Modul Buku Kimia Buku Sekolah
Kompetensi Dasar Kompetens Dasar Praktikum SMA Elektronik Tujuan Praktikum
KD KD
Kimia Dasar (Penerbit (BSE)
I & II Erlangga) Kimia SMA
Modul Praktikum Kimia
Dasar:
1. Menguji sifat koligatif
larutan melalui
percobaan penurunan
titik beku
2. Menganalisis
perbedaan sifat
koligatif larutan
elektrolit dan larutan
non-elektrolit
3. Menentukan titik beku
Membedakan sifat Menganalisis data Pengaruh Zat dan penurunan titik
Penurunan Titik
koligatif larutan percobaan untuk Terlarut Terhadap Sifat Koligatif beku dari suatu larutan
3.2 4.2 Beku
elektrolit dan larutan menentukan derajat Titik Beku Larutan Elektrolit
nonelektrolit pengionan Larutan Buku SMA (Erlangga):
1. Mengetahui pengaruh
adanya zat terlarut
terhadap titik beku
larutan

Buku Sekolah Elektronik


(BSE):
1. Menentukan
perbandingan nilai sifat
koligatif larutan
elektrolit dan
nonelektrolit
83

Judul Praktikum
No. No. Modul Buku Kimia Buku Sekolah
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar Praktikum SMA Elektronik Tujuan Praktikum
KD KD
Kimia Dasar (Penerbit (BSE)
I & II Erlangga) Kimia SMA
Modul Praktikum Kimia
Dasar:

Sel Elektrolisis :
1. Mengamati
elektrolisis ZnSO4
dan CuSO4
menggunakan
elektroda Cu, Fe, dan
Zn.
Menentukan urutan 2. Menentukan senyawa
Menyetarakan kekuatan pengoksidasi yang mengalami
1. Sel 1. Sel Volta
3.3 persamaan reaksi 4.3 atau pereduksi Elektrolisis KI reaksi reduksi dan
Elektrolisis 2. Elektrolisis
redoks berdasarkan data hasil oksidasi pada
2. Sel Volta
percobaan elektrolisis
3. Menuliskan
persamaan reaksi
elektrolisis larutan
ZnSO4 dan CuSO4
4. Membandingkan
elektrolisis larutan
ZnSO4 dan CuSO4

Sel Volta :
1. Mengamati besarnya
84

Judul Praktikum
No. No. Modul Buku Kimia Buku Sekolah
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar Praktikum SMA Elektronik Tujuan Praktikum
KD KD
Kimia Dasar (Penerbit (BSE)
I & II Erlangga) Kimia SMA
2. kuat arus yang
dihasilkan dari sel
volta
3. Membuat jembatan
garam dari berbagai
bahan dan
mengujinya pada sel
volta dan amati kuat
arus yang dihasilkan
4. Menuliskan notasi sel
Menentukan urutan volta
Menyetarakan kekuatan pengoksidasi 5. Menentukan
1. Sel 1. Sel Volta
3.3 persamaan reaksi 4.3 atau pereduksi Elektrolisis KI kekuatan pereduksi
Elektrolisis 2. Elektrolisis
redoks berdasarkan data hasil dan pengoksidasi
2. Sel Volta
percobaan berdasarkan data
percobaan

Buku SMA (Erlangga):


1. Mengetahui
perubahan-perubahan
(reaksi) yang terjadi
pada persitiwa
elektrolisis larutan
kalium nitrat dan
kalium iodida
85

Judul Praktikum

No. No. Modul Buku Kimia Buku Sekolah


Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar Tujuan Praktikum
KD KD Praktikum SMA Elektronik
Kimia Dasar (Penerbit (BSE)
I & II Erlangga) Kimia SMA
Buku Sekolah Elektronik
(BSE):
Menentukan urutan
Sel Volta :
Menyetarakan kekuatan pengoksidasi
1. Sel 1. Sel Volta Menentukan potensial
3.3 persamaan reaksi 4.3 atau pereduksi Elektrolisis KI
Elektrolisis 2. Elektrolisis sel suatu sel Volta
redoks berdasarkan data hasil
2. Sel Volta Sel Elektrolisis :
percobaan
Mengamati peristiwa
elektrolisis
86

Lampiran 2. Hasil Analisis Langkah Kerja dengan Keterampilan Laboratorium


(Langkah Kerja Berdasarkan Panduan Modul Praktikum Kimia Dasar)

Judul Praktikum : Pembuatan Larutan


Sumber : Modul Praktikum Praktikum Kimia Dasar I

Keterampilan
No. Langkah Kerja
Laboratorium
Menghitung massa yang diperlukan untuk
1 -
membuat 250 ml 0,2 M larutan NaCl
2 Menimbang massa zat yang dibutuhkan Menimbang massa zat
Mengisi 250 ml gelas kimia dengan padatan Memasukkan padatan ke
3
natrium klorida yang telah ditimbang sebelumnya dalam gelas kimia
4 Menambahkan 150 ml-200 ml akuades Mengukur volume larutan
Mengaduk zat hingga
5 Mengaduk hingga seluruh garam larut
larut
6 Saring larutan dengan menggunakan kertas saring Menyaring larutan
Tuangkan larutan ke dalam labu ukur, kemudian
7 Menuangkan larutan
tambahkan akuades sampai tanda batas
Mengocok larutan di
8 Kocok larutan hingga homogen
dalam labu ukur
Ambil 200 ml larutan di dalam labu, kemudian Menggunakan pipet
9
masukkan ke dalam gelas kimia ukuran 250 ml volume
Ambil 50 ml larutan menggunakan pipet volume Menggunakan pipet
10
kemudian masukkan ke gelas kimia ukuran 100 ml volume
Panaskan larutan dengan panas sedang hingga Memanaskan larutan
11
kristal terbentuk Membaui zat
Timbang massa kristal yang terbentuk dan amati
12 Menimbang massa zat
bentuknya melalui mikroskop
87

Judul Praktikum : Titrasi Asam-Basa


Sumber : Modul Praktikum Praktikum Kimia Dasar I

No. Langkah Kerja Keterampilan Laboratorium


Standarisasi larutan NaOH
Mengisi 100 ml larutan NaOH yang belum
1 diketahui konsentrasinya ke dalam gelas Mengukur volume larutan
kimia 100 ml
Tambahkan 15 ml larutan NaOH ke dalam Menuangkan larutan
2
buret menggunakan corong (dekantasi)
Isi buret dengan NaOH berlebih dan
3 keluarkan sedikit melalui keran untuk -
menghilangkan gelembung pada ujung buret
Dengan menggunakan pipet ukur/pipet
volume, ambil 25 ml larutan standar asam
4 Menggunakan pipet volume
oksalat dan masukkan ke dalam labu
erlenmeyer
Tambahkan 3 tetes indikator phenolftalein ke
5 -
dalam labu erlenmeyer
Baca volume awal NaOH pada buret secara
6 -
akurat
7 Lakukan proses titrasi Proses Titrasi
Hentikan proses titrasi jika sudah mencapai
8 titik akhir titirasi yang di tandai dengan -
warna merah muda pada larutan
9 Lakukan titrasi secara duplo -
Penentukan Molaritas Suatu Asam
Menimbang sebanyak 0,40 gram dari
1 Menimbang massa zat
padatan suatu asam
Mengukur volume larutan
Larutkan asam tersebut ke dalam 40 ml air Memasukkan padatan ke
2
dan masukkan ke dalam labu erlenmeyer dalam gelas kimia
Mengaduk larutan
3 Tambahkan 3 tetes indikator phenolftalein -
4 Masukkan larutan NaOH ke dalam buret Menuangkan larutan
88

No. Langkah Kerja Keterampilan Laboratorium


Lakukan proses titrasi, ukur volume NaOH
5 yang diperlukan hingga mencapai titik akhir Proses Titrasi
titrasi
6 Lakukan titrasi secara duplo -
89

Lampiran 3. Analisis Kompetensi Inti Guru Mata Pelajaran Kimia


Kompetensi
Kompetensi Inti Guru Indikator Sub
Guru Mata Aspek-aspek yang dinilai
(Kompetensi Profesional) yang dinilai indikator
Pelajaran
Membersihkan piringan neraca sebelum menimbang
Membersihkan lengan neraca sebelum menimbang
Membersihkan piringan neraca dengan cara
mengangkatnya
Menyetimbangkan neraca dengan cara memutar
pemutar pada bagian kiri lengan neraca hingga
Menggunakan mencapai posisi setimbang (posisi garis pada lengan
alat – alat ukur, neraca setimbang, tepat sejajar di angka 0)
alat peraga, alat
Mengetahui Menggunakan alas saat proses penimbangan (botol
Menguasai materi, struktur, hitung, dan
cara timbang, kaca arloji, kertas, atau lainnya)
konsep, dan pola pikir piranti lunak
penggunaan
keilmuan yang mendukung komputer untuk Menimbang Menggeser beban pada lengan neraca hingga mencapai
alat- alat kimia
mata pelajaran yang meningkatkan posisi setimbang (posisi garis pada lengan neraca
yang akan
diampu. pembelajaran setimbang, tepat sejajar di angka 0)
digunakan.
kimia di kelas, di Menggeser beban sesuai dengan massa zat yang akan
laboratorium, ditimbang hingga mencapai posisi setimbang (posisi
dan lapangan. garis pada lengan neraca setimbang, tepat sejajar di
angka 0)
Mengembalikan seluruh beban setelah proses
penimbangan keposisi nol hingga neraca setimbang
kembali
Membersihkan piringan neraca setelah proses
menimbang
90

Kompetensi
Kompetensi Inti Guru Indikator Sub
Guru Mata Aspek-aspek yang dinilai
(Kompetensi Profesional) yang dinilai indikator
Pelajaran
Membersihkan lengan neraca setelah proses
Menimbang
menimbang
Memasukkan Memasukkan seluruh zat ke dalam gelas kimia tanpa
zat padat ke berceceran
dalam gelas Membilas sisa zat pada alas zat dengan menggunakan
kimia botol semprot
Menggunakan Mengukur Meletakkan gelas ukur pada bidang datar
alat – alat ukur, volume Menuangkan akuades menggunakan botol semprot
alat peraga, alat larutan Memastikan volume akuades tepat sesuai ukuran
Mengetahui
Menguasai materi, struktur, hitung, dan menggunakan (meniskus sesuai skala dengan melihat skala gelas
cara
konsep, dan pola pikir piranti lunak gelas ukur ukur sejajar posisi mata)
penggunaan
keilmuan yang mendukung komputer untuk
alat- alat kimia Mengaduk seluruh zat sampai semuanya larut
mata pelajaran yang meningkatkan Mengaduk
yang akan menggunakan batang pengaduk yang bersih
diampu. pembelajaran larutan
digunakan. Mengaduk zat hingga larut semua
kimia di kelas, di
laboratorium, Melipat kertas saring menjadi dua bagian
dan lapangan. Melipat kembali hingga membentuk seperempat
Melipat lingkaran
kertas saring Bentuk seperti kerucut lalu sesuaikan dengan diameter
corong dan dibasahi dengan pelarut sampai menempel
dengan corong
Menggunakan Meletakkan corong pada rangkaian statif, bosshead
labu takar dan ring
91

Kompetensi
Kompetensi Inti Guru Indikator Sub
Guru Mata Aspek-aspek yang dinilai
(Kompetensi Profesional) yang dinilai indikator
Pelajaran
Meletakkan labu takar di bawah corong
Menuangkan larutan dengan menggunakan teknik
dekantasi (tangan kanan memegang gelas kimia,
tangan kiri memegang batang pengaduk yang
ditempelkan dibibir gelas kimia, mengalirkan larutan
melaui batang pengaduk tanpa ada larutan yang
Menggunakan tumpah) / Cairan dari gelas kimia dituangkan dengan
alat – alat ukur, Menggunakan bantuan batang pengaduk, batang pengaduk pada
alat peraga, alat labu takar tangan kiri dan gelas kimia pada tangan kanan, ujung
Mengetahui batang pengaduk ditempelkan pada dinding gelas
Menguasai materi, struktur, hitung, dan
cara kimia tanpa ada cairan yang tumpah
konsep, dan pola pikir piranti lunak
penggunaan
keilmuan yang mendukung komputer untuk Membilas sisa zat pada gelas kimia dengan
alat- alat kimia
mata pelajaran yang meningkatkan menggunakan akuades
yang akan
diampu. pembelajaran Mengeringkan leher labu takar kemudian tutup
digunakan.
kimia di kelas, di
laboratorium, Menambahkan akuades sampai skala labu takar
dan lapangan. (meniskus tepat dengan skala)
Memasang pipet ukur dengan cara memasukannya
pada bagian bawah bulb pipet (di bawah klep S)
Menggunakan
pipet ukur/ Mengempiskan pro-pipet karet (bulb) dengan cara
pipet volume menekan klep bagian atas (tanda huruf A) dengan ibu
jari dan telunjuk, bersamaan dengan menekan bagian
bulb
92

Kompetensi
Kompetensi Inti Guru Indikator Sub
Guru Mata Aspek-aspek yang dinilai
(Kompetensi Profesional) yang dinilai indikator
Pelajaran
Mengambil larutan dengan menekan klep bagian
Menggunakan bawah (tanda S)
pipet ukur/ Memastikan volume larutan tepat dengan membaca
pipet volume miniskus cekung dengan posisi mata sejajar dengan
skala
Menempelkan ujung pipet ukur pada dinding gelas
Menggunakan kimia
alat – alat ukur, Menggunakan
Mengeluarkan larutan sesuai dengan yang dibutuhkan
alat peraga, alat pipet ukur/
Mengetahui dengan cara menekan klep bagian bawah (tanda E)
Menguasai materi, struktur, hitung, dan pipet volume
cara Memastikan volume tepat dengan membaca meniskus
konsep, dan pola pikir piranti lunak
penggunaan cekung dengan posisi mata sejajar dengan skala
keilmuan yang mendukung komputer untuk
alat- alat kimia
mata pelajaran yang meningkatkan Proses pemanasan menggunakan tabung reaksi yakni
yang akan
diampu. pembelajaran dengan menjepit tabung reaksi dengan penjepit kayu
digunakan.
kimia di kelas, di Memanaskan
laboratorium, larutan dalam Tangan kanan memegang penjepit kayu posisi tabung
dan lapangan. tabung reaksi dimiringkan (kemiringan kurang lebih 45 dan
digerakkan ke kiri – kanan (1 arah), tidak mengarah ke
orang lain ataupun tempat yang terdapat zat
Membaui zat dengan jarak antara hidung dan tabung
tidak terlalu dekat ataupun tidak terlalu jauh, tangan
Membaui zat
kanan mengibas – ngibaskan udara di atas tabung ke
arah hidung secara perlahan
93

Kompetensi
Kompetensi Inti Guru Indikator Sub
Guru Mata Aspek-aspek yang dinilai
(Kompetensi Profesional) yang dinilai indikator
Pelajaran
Memegang karet penghisap pipet tetes dengan
Menggunakan menggunakan ibu jari dan telunjuk
pipet tetes Ujung pipet tetes ditempelkan pada bagian dalam
dinding tabung reaksi bagian atas
Tangan memegang tali pengikat pada termometer
Menggunakan Ujung termometer tidak menempel pada dinding gelas
alat – alat ukur, Menggunakan
beaker
alat peraga, alat termometer
Mengetahui Membaca skala dengan posisi mata sejajar dengan
Menguasai materi, struktur, hitung, dan
cara skala termometer
konsep, dan pola pikir piranti lunak
penggunaan Tabung reaksi dimiringkan
keilmuan yang mendukung komputer untuk Memasukkan
alat- alat kimia
mata pelajaran yang meningkatkan zat padat ke Zat dimasukkan menggunakan spatula ke dalam
yang akan
diampu. pembelajaran dalam tabung tabung dengan bantuan kertas (panjang kertas hampir
digunakan.
kimia di kelas, di reaksi mendekati ujung tabung)
laboratorium,
dan lapangan. Posisi tangan kiri memegang dan mengatur kran buret
Tangan kanan memegang dan mengocok labu
erlenmeyer
Proses titrasi Menambahkan titran sedikit demi sedikit
Mengamati sampai terjadi perubahan warna
Menggunakan kertas putih
94

Kompetensi
Kompetensi Inti Guru Indikator Sub
Guru Mata Aspek-aspek yang dinilai
(Kompetensi Profesional) yang dinilai indikator
Pelajaran
Menyiapkan alat-alat dan bahan kimia sesuai dengan
kebutuhan
Menyiapkan
praktikum Mencuci dengan sikat atau spons dan mengeringkan
alat-alat kimia dengan menggunakan lap kain atau tisu
yang bersih
Melakukan Keterampilan Pembuatan Larutan
Menguasai materi, struktur,
Melaksanakan eksperimen proses
konsep, dan pola pikir Titrasi
eksperimen kimia sesuai praktikum
keilmuan yang mendukung
kimia dengan dengan Mencuci dengan sikat atau spons alat-alat kimia yang
mata pelajaran yang
cara yang benar. prosedur atau telah digunakan dengan bersih dan mengeringkan
diampu.
langkah kerja. dengan lap kain atau tisu
Aktivitas
selesai Mengembalikan seluruh alat-alat dan bahan kimia
praktikum yang telah digunakan ke tempat semula
Membuang limbah praktikum dengan mengencerkan
larutan dan membuangnya di tempat pembuangan
limbah
95

Lampiran 4. Lembar Observasi Keterampilan Laboratorium Mahasiswa pada


Praktikum Pembuatan Larutan

LEMBAR OBSERVASI
KETERAMPILAN LABORATORIUM MAHASISWA
“Pembuatan Larutan”

Nama Mahasiswa :
NIM :

Petunjuk Penilaian :
Berilah tanda ceklis (√) pada kolom yang sesuai dengan masing-masing kriteria
pada pedoman instrumen yang tersedia.
Skor
No. Aspek-aspek Penilaian
4 3 2 1 0
A. Menyiapkan Praktikum
1. Menyiapkan alat-alat dan bahan kimia.
Membersihkan alat-alat kimia sebelum
2.
praktikum.
B. Keterampilan Proses Praktikum
1. Menimbang zat padat.
A. Membersihkan neraca.
B. Menyetimbangkan neraca
C. Menggunakan alas zat saat
penimbangan.
D. Mengembalikan beban ke kondisi
semula.
Memasukkan zat padat ke dalam gelas
2.
kimia.
3. Mengukur volume larutan.
4. Mengaduk zat.
5. Melipat kertas saring
A. Menggunakan corong gelas.
6. Menggunakan labu takar.
A. Menuangkan larutan ke dalam labu
takar.
96

Skor
No. Aspek-aspek Penilaian
4 3 2 1 0
B. Teknik dekantir
C. Menambahkan akuades sampai tanda
batas.
7. Mengocok larutan pada labu takar.
8. Menggunakan pipet ukur.
A. Mengambil larutan.
B. Memindahkan dan mengeluarkan
larutan.
9. Memanaskan tabung reaksi.
10. Membaui zat.
11. Menggunakan pipet tetes.
12. Menggunakan termometer.
Memasukkan zat padat ke dalam tabung
13.
reaksi.
C. Aktivitas Selesai Praktikum
1. Membersihkan alat-alat kimia setelah
praktikum.
2. Mengembalikan alat-alat, bahan kimia dan
membersihkan meja kerja.
3. Melakukan pengolahan limbah.

Tangerang Selatan, Desember 2017


Observer

( )
97

Lampiran 5. Lembar Observasi Keterampilan Laboratorium Mahasiswa pada


Praktikum Titrasi Asam-Basa

LEMBAR OBSERVASI
KETERAMPILAN LABORATORIUM MAHASISWA
“Titrasi Asam Basa”

Nama Mahasiswa :
NIM :

Petunjuk Penilaian :
Berilah tanda ceklis (√) pada kolom yang sesuai dengan masing-masing kriteria
pada pedoman instrumen yang tersedia.
Skor
No. Aspek-aspek Penilaian
4 3 2 1 0
A. Menyiapkan Praktikum
1. Menyiapkan alat-alat dan bahan kimia.
Membersihkan alat-alat kimia sebelum
2.
praktikum.
B. Keterampilan Proses Praktikum
3. Mengukur volume larutan
6. B. Teknik dekantir
14. Titrasi
A. Merangkai statif dan klem.
B. Proses titrasi.
C. Aktivitas Selesai Praktikum
1. Membersihkan alat-alat kimia setelah
praktikum.
2. Mengembalikan alat-alat, bahan kimia dan
membersihkan meja kerja.
3. Melakukan pengolahan limbah.

Tangerang Selatan, Desember 2017


Observer

( )
98

Lampiran 6. Perhitungan Nilai Koefisien Kesepakatan pada Praktikum


Pembuatan Larutan

1. Perhitungan Nilai Koefisien Kesepakatan (Praktikan 1)


Nilai koefisien kesepakatan dapat dihitung dengan persamaan senagai
berikut:

Keterangan:
KK : Koefisien Kesepakatan
S : sepakat, jumlah kode yang sama untuk objek yang sama
N1 : jumlah kode yang dibuat oleh pengamat 1
N2 : jumlah kode yang dibuat oleh pengamat 2
Pengamat 1
0 1 2 3 4 Jumlah
A.2,
0 2
B.1.d
B.2,
1 B.6.c, 3
C.3
C.1, A.1,
2 4
B.8.b B.13
B.4,
B.8.a,
Pengamat 3 B.6.b, B.9, B.3 7
2 B.11,
B.12
B.1.a,
B.1.b,
B.1.c,
B.5,
4 B.6.a, 9
B.6.b,
B.7,
B.10,
C.2
Jumlah 2 6 2 5 10 25
Jumlah kode yang sama (S) : 21
99

Pengamat 1
0 1 2 3 4 Jumlah
A.2,
0 2
B.1.d
B.2,
1 B.6.c, 3
C.3
B.8.b,
2 A.1 B.5.a 4
C.1
B.4,
B.5.a,
Pengamat B.8.a,
3 6
3 B.9,
B.11,
B.12
B.1.a,
B.1.b,
B.1.c,
B.3, B.5,
4 B.6.a, 10
B.6.b,
B.7,
B.10,
C.2
Jumlah 2 5 1 7 10 25
Jumlah kode yang sama (S) : 22
100

Pengamat 2
0 1 2 3 4 Jumlah
A.2,
0 2
B.1.d
B.2,
1 B.6.c 3
C.3
A.1,
B.8.b,
2 4
B.13,
C.1
B.4,
B.8.a,
Pengamat 3 B.9, 5
3 B.11,
B.12
B.1.a,
B.1.b,
B.1.c,
B.3,
B.5,
4 B.3 11
B.6.a,
B.6.b,
B.7,
B.10,
C.2
Jumlah 2 2 4 7 10 23
Jumlah kode yang sama (S) : 23
101

2. Perhitungan Nilai Koefisien Kesepakatan (Praktikan 2)


Nilai koefisien kesepakatan dapat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut:

Keterangan:
KK : Koefisien Kesepakatan
S : sepakat, jumlah kode yang sama untuk objek yang sama
N1 : jumlah kode yang dibuat oleh pengamat 1
N2 : jumlah kode yang dibuat oleh pengamat 2
Pengamat 1
0 1 2 3 4 Jumlah
A.2,
0 2
B.1.d
1 B.8.a 1
A.1,
2 B.13, B.4 4
C.3
B.1.c,
B.11, B.1.b,
3 B.8.b, 7
B.5.a B.6.c
Pengamat C.1
2 B.1.a,
B.2,
B.3,
B.5,
B.6.a,
4 B.6.b, 11
B.7,
B.9,
B.10,
B.12,
C.2
Jumlah 2 1 5 4 13 20
Jumlah kode yang sama (S) : 20
102

Pengamat 1
0 1 2 3 4 Jumlah
A.2,
0 2
B.1.d
1 B.8.a 1
A.1,
B.5.a,
2 B.11, B.1.c 6
B.13,
C.3
B.4,
B.1.b,
Pengamat 3 B.8.b, 5
B.3
3 C.1
B.1.a,
B.2,
B.5,
B.6.a,
B.6.b,
4 B.6.c, 11
B.7,
B.9,
B.10,
B.12,
C.2
Jumlah 2 1 5 4 13 25
Jumlah kode yang sama (S) : 22
103

Pengamat 2
0 1 2 3 4 Jumlah
A.2,
0 2
B.1.d
B.8.
1 1
a
A.1, B.1.c,
2 B.13, B. 5.a, 6
C.3 B.11
B.1.b,
B.3,
Pengamat 3 B.8.b, 5
B.4
3 C.1
B.1.a,
B.2,
B.5,
B.6.a,
B.6.b,
4 B.6.c 11
B.7,
B.9,
B.10,
B.12,
C.2
Jumlah 2 1 3 7 12 25
Jumlah kode yang sama (S) : 19

3. Perhitungan Nilai Koefisien Kesepakatan (Praktikan 3)


Nilai koefisien kesepakatan dapat dihitung dengan persamaan senagai
berikut:
104

Keterangan:
KK : Koefisien Kesepakatan
S : sepakat, jumlah kode yang sama untuk objek yang sama
N1 : jumlah kode yang dibuat oleh pengamat 1
N2 : jumlah kode yang dibuat oleh pengamat 2
Pengamat 1
0 1 2 3 4 Jumlah
A.2,
0 B.1.d, B.8.b 4
B.6.c,
1 B.5 B.13 2
A.1,
B.1.a,
2 B.5.a, 5
B.10
C.3
B.1.b,
Pengamat B.1.c,
2 B.3,
3 B.4 7
B.8.a,
B.12,
C.1
B.2,
B.6.a,
B.6.b,
4 B.11 7
B.7,
B.9,
C.2
Jumlah 4 1 3 8 9 25
Jumlah kode yang sama (S) : 19
105

Pengamat 1
0 1 2 3 4 Jumlah
A.2,
B.1.d
0 4
B.6.c,
B.5
1 B.13 1
A.1,
2 B.5.a, B.1.a 4
C.3
B.1.b,
Pengamat B.1.c,
3 B.3,
3 B.8.a, B.10 8
B.8.b,
B.12,
C.1
B.2,
B.4,
B.6.a,
4 B.11 B.6.b, 8
B.7,
B.9,
C.2
Jumlah 4 1 3 8 9 25
Jumlah kode yang sama (S) : 22

Pengamat 2
0 1 2 3 4 Jumlah
Pengamat A.2,
3 0 B.1.d, B.5 4
B.6.c
1 B.13 1
106

A.1,
B.1.a,
2 4
B.5.a,
C.3
B.1.b,
B.1.c,
B.3,
3 B.8.b B.10 8
B.8.a,
Pengamat B.12,
3 C.1
B.2,
B.6.a,
B.6.b,
4 B.4 B.7, 8
B.9,
B.11,
C.2
Jumlah 4 2 5 7 7 25
Jumlah kode yang sama (S) : 21
107

Lampiran 7. Perhitungan Nilai Koefisien Kesepakatan pada Praktikum Titrasi


Asam - Basa

1. Perhitungan Nilai Koefisien Kesepakatan (Praktikan 1)


Nilai koefisien kesepakatan dapat dihitung dengan persamaan senagai
berikut:

Keterangan:
KK : Koefisien Kesepakatan
S : sepakat, jumlah kode yang sama untuk objek yang sama
N1 : jumlah kode yang dibuat oleh pengamat 1
N2 : jumlah kode yang dibuat oleh pengamat 2
Pengamat 1
0 1 2 3 4 Jumlah
0 0
1 0
2 A.1, C.3 2
A.2,
Pengamat 3 B.3, B.14.b 4
2 C.1

B.6.b,
4 B.14.a, 3
C.2

Jumlah 0 0 2 3 4 9
Jumlah kode yang sama (S) : 8
108

Pengamat 1
0 1 2 3 4 Jumlah
0 0
1 0
2 A.1, C.3 2

Pengamat A.2, B.3,


3 3
3 C.1

B.6.b,
B.14.a,
4 4
B.14.b,
C.2

Jumlah 0 0 2 3 4 9
Jumlah kode yang sama (S) : 9

Pengamat 2
0 1 2 3 4 Jumlah
0 A.2 1
Pengamat 1 0
3 A.1,
2 2
C.3
B.3,
3 2
C.1
109

B.6.b,
Pengamat
4 B.14.b B.14.a, 4
3
C.2

Jumlah 0 0 2 4 3 9
Jumlah kode yang sama (S) : 7

2. Perhitungan Nilai Koefisien Kesepakatan (Praktikan 2)


Nilai koefisien kesepakatan dapat dihitung dengan persamaan senagai
berikut:

Keterangan:
KK : Koefisien Kesepakatan
S : sepakat, jumlah kode yang sama untuk objek yang sama
N1 : jumlah kode yang dibuat oleh pengamat 1
N2 : jumlah kode yang dibuat oleh pengamat 2
Pengamat 1
0 1 2 3 4 Jumlah
0 A.2 1
Pengamat 1 0
2 2 14.A B.3 2

3 A.1 C.1 2
110

B.6.b,
Pengamat 4 B.14.b, 4
2 C.2, C.3
Jumlah 1 0 2 2 4 9
Jumlah kode yang sama (S) : 7

Pengamat 1
0 1 2 3 4 Jumlah
0 A.2 0
1 0
A.1,
2 2
B.14.a
Pengamat
3 3 B.3, C.1 3

B.6.b,
4 B.14.b, 4
C.2, C.3

Jumlah 1 0 2 2 4 9
Jumlah kode yang sama (S) : 9
111

Pengamat 2
0 1 2 3 4 Jumlah
0 A.2 1
Pengamat 1 0
3 B.14.
2 A.1 2
a,

3 B.3 C.1 2

B.6.b,
B.14.b,
Pengamat 4 4
C.2,
3 C.3

Jumlah 1 0 2 2 4 9
Jumlah kode yang sama (S) : 7

3. Perhitungan Nilai Koefisien Kesepakatan (Praktikan 3)


Nilai koefisien kesepakatan dapat dihitung dengan persamaan senagai
berikut:

Keterangan:
KK : Koefisien Kesepakatan
S : sepakat, jumlah kode yang sama untuk objek yang sama
N1 : jumlah kode yang dibuat oleh pengamat 1
N2 : jumlah kode yang dibuat oleh pengamat 2
112

Pengamat 1
0 1 2 3 4 Jumlah
0 C.3 1
B.14.b,
1 2
C.1
A.1,
2 2
B.14.a
Pengamat
2 3 A.2 B.3 2

B.6.b,
4 2
C.2

Jumlah 2 2 2 1 2 9
Jumlah kode yang sama (S) : 8

Pengamat 1
0 1 2 3 4 Jumlah
0 C.3 1
B.14.b,
1 A.2 3
C.1
Pengamat A.2,
2 2
3 B.14.a,
3 B.3 1

B.6.b,
4 2
C.2

Jumlah 2 2 2 1 2 9
Jumlah kode yang sama (S) : 8
113

Pengamat 2
Pengamat
0 1 2 3 4 Jumlah
3
0 C.3 1
B.14.b,
1 A.2 3
C.1
A.1,
2 2
B.14.a

3 B.3 1
Pengamat
3

B.6.b,
4 2
C.2

Jumlah 1 2 2 2 2 9
Jumlah kode yang sama (S) : 8
114

Lampiran 8. Rata-Rata Perhitungan Nilai Koefisien Kesepakatan

Judul Praktikum : Pembuatan Larutan

Subjek
Pengamat
1 2 3
Pengamat 1 dan 2 0,84 0,80 0,76
Pengamat 1 dan 3 0,88 0,88 0,88
Pengamat 2 dan 3 0,92 0,76 0,84
Rata-rata 0,88 0,81 0,85

Judul Praktikum : Titrasi Asam-Basa

Subjek
Pengamat
1 2 3
Pengamat 1 dan 2 0,88 0,77 0,88
Pengamat 1 dan 3 1,00 1,00 0,88
Pengamat 2 dan 3 0,73 0,73 0,88
Rata-rata 0,87 0,83 0,88

Nilai Koefisien Kesepakatan Keterangan

<0,40 Buruk

0,40 – 0,75 Baik

>0,75 Sangat Baik


(Banerjee, 1999, hlm. 6).
115

Lampiran 9. Data Keterampilan Laboratorium pada Praktikum Pembuatan Larutan

Data Pembuatan Larutan Kelompok I

Aspek Keterampilan Laboratorium


N
A A B C
NO
M
A B.1 B.5 B.6 B.8
A.1 A.2 B.2 B.3 B.4 B.7 B.9 B.10 B.11 B.12 B.13 C.1 C.2 C.3
1 2 3 4 1 2 1 2 3 1 2
1 A 2 3 1 3 3 0 1 3 3 1 3 1 3 1 1 4 3 3 2 3 4 2 3 3 3
2 B 3 2 4 3 4 1 4 3 4 4 1 1 3 2 4 3 3 2 3 4 4 1 3 4 3
3 C 3 4 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2
4 D 3 2 0 4 4 4 2 3 2 4 0 1 2 3 4 3 3 3 3 3 2 1 4 3 1
5 E 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 2 4 4 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3
6 F 3 3 2 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3
7 G 4 2 2 4 4 0 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 2 3 4 2
8 H 4 0 2 3 4 4 3 3 0 2 2 4 4 3 3 4 1 3 0 3 4 1 4 4 1
9 I 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 3 4 0 4 4 3 4 4 4 3 1 4 4 4
10 J 4 0 1 4 4 4 3 4 4 4 1 3 4 4 4 2 1 4 4 1 2 1 4 2 2
11 K 4 2 1 3 3 1 2 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 2 4 1 4 3 3
12 L 3 0 3 4 3 0 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 2 3 0
13 M 4 0 4 2 4 4 3 4 0 1 4 4 4 4 4 3 1 4 4 4 4 4 4 4 2
14 N 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 1 4 4 2 3 3 3 4 1 4 4 2
15 O 4 2 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 2 4 1 4 3 3 4 1 4 4 1
16 P 3 2 2 4 4 4 2 2 3 2 3 2 3 2 4 2 2 1 2 4 2 1 3 3 3
17 Q 4 4 4 1 2 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 2 4 4 3 3 4 3 2
18 R 2 0 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 2 3 3 3 4 4 0 4 2
19 S 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 4 0 4 0 4 4 4 4 4 4 1 1 4 4 4
20 T 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4
21 U 4 4 4 4 4 0 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 0 4 4 4 4 2 4 4 4
116

22 V 2 0 0 4 4 4 2 4 3 4 2 3 4 1 4 4 2 4 4 3 2 4 3 4 0
23 W 4 0 4 4 4 0 0 4 4 0 2 4 4 4 2 4 4 2 3 2 4 1 4 4 0
24 X 4 0 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 3 4 4 2 3 4 0 4 4 2
25 Y 3 2 4 4 3 2 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 2 3 4 3 3 3 4 3
26 Z 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 2 4 2 2 4 2
27 AA 4 1 4 2 2 0 3 3 4 1 4 3 4 0 4 4 4 3 4 4 4 0 4 4 2
28 AB 2 2 4 4 4 0 4 3 3 2 1 1 2 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3
29 AC 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3
30 AD 2 2 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 2 4 3
31 AE 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 2
Jumlah 104 64 90 105 113 83 96 107 101 94 84 94 107 93 112 105 85 97 100 99 101 60 102 111 71

Persentase
80,65 49,19 69,35 81,45 87,90 63,71 74,19 83,06 78,23 72,58 64,52 72,58 83,87 71,77 87,10 82,26 66,13 75,00 77,42 77,42 79,03 45,97 79,84 86,29 55,65
per-poin

Persentase
per- 64,92 75,60 74,19 83,06 78,23 68,55 76,08 87,10 74,19 75,00 77,42 77,42 79,03 45,97 73,92
indikator
117

Data Pembuatan Larutan Kelompok II

Aspek Keterampilan Laboratorium


A B C
NO NAMA
B.1 B.5 B.6 B.8
A.1 A.2 B.2 B.3 B.4 B.7 B.9 B.10 B.11 B.12 B.13 C.1 C.2 C.3
1 2 3 4 1 2 1 2 3 1 2
1 A 4 1 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 0 3 2 3 3 2
2 B 4 4 2 4 4 0 4 4 4 0 4 4 4 3 4 4 0 4 2 4 3 0 4 4 4
3 C 3 2 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 2 3 4 4 3 3 3 4 2 3 4 4
4 D 4 0 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 3 2 3 4 1 4 4 1
5 E 4 4 4 2 4 0 4 4 4 4 0 2 4 0 4 4 1 4 4 4 4 0 4 4 4
6 F 4 4 2 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 0 4 4 3 2 0 4 4 4
7 G 3 3 3 2 3 4 2 2 2 4 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2
8 H 4 3 4 4 4 0 4 3 2 3 3 2 4 4 4 3 4 2 3 3 4 1 4 3 1
9 I 4 0 2 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 0 3 4 1 4 4 2
10 J 2 0 0 2 4 0 4 4 4 0 2 4 2 4 4 2 2 3 3 3 4 4 1 4 2
11 K 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4
12 L 4 3 3 3 3 1 4 1 3 4 3 3 2 4 3 4 3 2 2 3 3 2 3 4 3
13 M 4 0 4 3 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 3 3 2 4 4 1 4 4 2
14 N 2 0 3 3 4 2 3 3 4 3 2 2 4 3 4 4 4 3 3 2 4 4 3 4 3
15 O 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3
16 P 3 3 2 3 3 1 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3
17 Q 2 0 0 3 3 4 4 3 4 1 1 4 0 0 3 2 1 4 1 3 4 1 2 4 2
18 R 2 0 3 3 4 2 3 4 4 3 4 3 3 2 4 3 2 2 3 3 3 2 2 4 2
19 S 3 3 3 2 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 2 2 3 4 3 2 2 4 2
20 T 3 3 3 4 4 2 3 3 2 4 3 3 3 0 4 4 3 2 2 4 3 4 3 3 3
21 U 3 4 1 3 2 2 3 4 4 2 4 2 2 0 4 3 3 2 4 4 4 3 3 3 3
118

22 V 4 0 1 4 4 2 4 4 4 4 1 3 3 4 4 3 3 3 2 4 4 1 2 4 2
23 W 4 0 4 4 4 0 3 3 3 4 1 2 4 4 4 3 0 4 2 3 4 1 4 4 2
24 X 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 2 3 4 4 2 4 4 2
25 Y 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 1 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 2 4 2
26 Z 3 3 2 4 4 4 3 4 3 4 4 0 0 0 4 2 2 3 3 2 3 1 3 3 3

Jumlah 86 50 67 86 95 66 89 90 87 82 69 73 73 71 94 88 66 76 69 82 91 51 80 97 67

Persentase
82,69 48,08 64,42 82,69 91,35 63,46 85,58 86,54 83,65 78,85 66,35 70,19 70,19 68,27 90,38 84,62 63,46 73,08 66,35 78,85 87,50 49,04 76,92 93,27 64,42
per-poin

Persentase
65,38 75,48 85,58 86,54 83,65 72,60 69,55 90,38 74,04 73,08 66,35 78,85 87,50 49,04 78,21
per-indikator
119

Lampiran 10. Data Keterampilan Laboratorium pada Praktikum Titrasi Asam - Basa

Data Pembuatan Titrasi Asam-Basa Kelompok I

Aspek Keterampilan Laboratorium


A B C
NO NAMA
B.6 B.14
A.1 A.2 B.3 C.1 C.2 C.3
1 2 3 1 2
1 A 3 3 4 1 3 1 3 3 3
2 B 3 2 2 2 3 4 4 4 4
3 C 3 3 3 3 3 3 2 3 3
4 D 3 3 3 3 3 3 4 3 3
5 E 3 2 4 3 3 4 3 3 3
6 F 3 3 3 4 2 3 3 3 3
7 G 4 4 4 4 4 0 4 4 4
8 H 4 0 3 1 4 0 4 4 1
9 I 4 2 2 4 4 4 4 4 4
10 J 4 4 4 4 4 2 4 2 2
11 K 4 2 3 4 3 3 3 3 3
12 L 3 1 4 3 3 4 3 3 3
13 M 4 0 4 4 4 4 4 4 2
14 N 4 0 4 4 4 4 4 4 1
15 O 4 2 4 4 4 4 4 4 1
16 P 4 3 2 2 1 2 2 2 2
17 Q 2 2 3 0 4 2 4 4 2
18 R 2 2 4 2 4 4 3 4 2
19 S 4 4 4 3 1 3 4 4 4
20 T 4 4 4 4 4 3 4 4 4
120

21 U 4 4 4 4 4 4 4 4 4
22 V 3 3 4 4 3 4 3 4 4
23 W 4 0 4 4 4 1 4 4 2
24 X 4 0 4 4 4 4 4 4 2
25 Y 3 2 4 2 3 4 3 3 3
26 Z 3 4 3 2 3 2 3 4 3
27 AA 4 2 4 2 4 2 4 4 2
28 AB 3 3 2 3 3 3 3 3 4
29 AC 3 3 2 3 3 3 4 3 3
30 AD 3 3 4 3 3 3 3 4 3
31 AE 4 3 4 4 3 4 3 4 4
Jumlah 107 73 107 94 102 91 108 110 88
Persentase per-poin 83,06 56,45 83,06 72,58 79,84 70,16 84,68 85,48 67,74
Persentase per-
69,76 83,06 72,58 75,00 79,30
indikator
121

Data Pembuatan Titrasi Asam-Basa Kelompok II

Aspek Keterampilan Laboratorium


A B C
NO NAMA
B.6 B.14
A.1 A.2 B.3 C.1 C.2 C.3
1 2 3 1 2

1 A 3 2 4 3 4 4 3 3 3
2 B 4 4 4 4 0 2 4 4 4
3 C 3 4 3 2 4 3 4 3 3
4 D 4 0 4 4 4 4 4 4 2
5 E 4 4 4 4 0 4 4 4 4
6 F 4 4 4 4 0 4 4 4 4
7 G 2 4 3 2 3 1 3 3 3
8 H 3 4 3 3 4 3 4 4 3
9 I 4 0 4 4 4 4 4 4 2
10 J 2 4 3 0 4 2 2 4 2
11 K 3 3 3 3 4 4 3 3 4
12 L 3 4 4 2 3 4 4 3 3
13 M 2 0 4 2 4 4 4 4 2
14 N 3 3 4 3 3 4 4 3 4
15 O 3 3 3 3 3 3 3 3 3
16 P 4 3 3 4 3 3 3 3 3
17 Q 2 2 3 3 3 1 2 2 2
18 R 2 2 3 4 4 4 3 3 3
19 S 4 4 3 3 4 3 3 3 3
20 T 3 4 3 3 3 2 3 3 3
122

21 U 4 4 4 3 3 3 3 3 2
22 V 4 0 4 4 4 4 4 4 0
23 W 4 0 3 4 4 1 4 4 2
24 X 4 4 3 3 2 2 4 3 2
25 Y 3 2 4 3 3 4 3 3 3
26 Z 4 3 4 3 3 3 3 3 3
Jumlah 85 71 91 80 80 80 89 87 72
Persentase per-
81,73 68,27 87,50 76,92 76,92 76,92 85,58 83,65 69,23
poin
Persentase per-
75,00 87,50 76,92 76,92 79,49
indikator
123

Lampiran 11. Rekap Data Keterampilan Laboratorium pada Praktikum Pembuatan Larutan

Presentase per-
Presentase per-poin
Rata- indikator
No. Keterampilan Laboratorium Kategori Rata-Rata Kategori
Kelompok Kelompok Rata Kelompok Kelompok
I II I II
Menyiapkan alat-alat dan bahan Sangat
81 83 82
Menyiapkan kimia Baik
A. 65 65 65 Baik
Praktikum Membersihkan alat-alat kimia
49 48 49 Cukup
sebelum praktikum
Membersihkan
69 64 67 Baik
neraca
Menyetimbangkan Sangat
81 83 82
neraca Baik
Menimbang Menggunakan
Sangat 76 75 76 Baik
zat alas zat saat 88 91 90
Baik
penimbangan
Mengembalikan
beban ke kondisi 64 63 64 Baik
semula
Keterampilan Memasukkan zat padat ke dalam
B. Proses 74 86 80 Baik 74 86 80 Baik
gelas kimia
Praktikum Sangat Sangat
Mengukur volume larutan 83 87 85 83 87 85
Baik Baik
Sangat Sangat
Mengaduk zat 78 84 81 78 84 81
Baik Baik
Melipat kertas
73 79 76 Baik
saring
Menyaring 69 73 71 Baik
Menggunakan
65 66 65 Baik
corong gelas
Menuangkan
Menggunakan
larutan ke dalam 73 70 71 Baik 76 70 73 Baik
labu takar
labu takar
124

Persentase per-
Persentase per-poin
Rata- indikator
No. Keterampilan Laboratorium Kategori Rata-Rata Kategori
Kelompok Kelompok Rata Kelompok Kelompok
I II I II
Teknik dekantir 84 70 77 Baik
Menggunakan Menambahkan
akuades sampai 76 70 73 Baik
labu takar 72 68 70 Baik
tanda batas labu
takar
Sangat Sangat
Mengocok larutan pada labu takar 87 90 89 87 90 89
Baik Baik
Mengambil Sangat
82 85 83
larutan Baik
Keterampilan Menggunakan
Mengambil dan 74 74 74 Baik
B. Proses pipet ukur
memindahkan 66 63 65 Baik
Praktikum
larutan
Memanaskan larutan 75 73 74 Baik 75 73 74 Baik
Membaui zat 77 66 72 Baik 77 66 72 Baik
Menggunakan pipet tetes 77 79 78 Baik 77 79 78 Baik
Sangat Sangat
Menggunakan termometer 79 88 83 79 88 83
Baik Baik
Memasukkan zat padat ke dalam
46 49 48 Cukup 46 49 48 Cukup
tabung reaksi
Membersihkan alat-alat kimia
80 77 78 Baik
setelah praktikum
Aktivitas
Mengembalikan alat-alat, bahan
C. Selesai Sangat 74 78 76 Baik
kimia dan membersihkan meja 86 93 90
Praktikum Baik
kerja
Melakukan pengolahan limbah 56 64 60 Cukup
125

Lampiran 12. Rekap Data Keterampilan Laboratorium pada Praktikum Titrasi Asam - Basa

Presentase per-
Presentase per-poin
Rata- indikator Rata-
No. Keterampilan Laboratorium Kategori Kategori
Rata Rata
Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok
I II I II
Menyiapkan alat-alat dan bahan Sangat
83 82 82
Menyiapkan kimia Baik
A.
Praktikum
70 75 72 Baik
Membersihkan alat-alat kimia
56 68 62 Baik
sebelum praktikum
Sangat Sangat
Mengukur volume larutan 83 88 85
Baik
83 88 85 Baik
Menggunakan Teknik
Keterampilan labu takar dekantir
73 77 75 Baik 73 77 75 Baik
B. Proses
Merangkai
Praktikum
statif dan 80 77 78 Baik
Titrasi klem 75 77 76 Baik
Proses titrasi 70 77 74 Baik
Membersihkan alat-alat kimia Sangat
85 86 85
setelah praktikum Baik
Aktivitas Mengembalikan alat-alat,
C. Selesai Sangat 79 79 79 Baik
bahan kimia dan membersihkan 85 84 85
Praktikum Baik
meja kerja
Melakukan pengolahan limbah 68 69 68 Baik
126

Lampiran 13. Rekap Data Keterampilan Laboratorium

Persentase per-poin Persentase per-indikator


No. Keterampilan Laboratorium Titrasi Titrasi
Pembuatan Rata- Pembuatan
Asam- Kategori Asam- Rata-Rata Kategori
Larutan Rata Larutan
Basa Basa
Menyiapkan alat-alat dan bahan Sangat
82 82 82
Menyiapkan kimia Baik
A. 65 72 69 Baik
Praktikum Membersihkan alat-alat kimia
49 62 55 Cukup
sebelum praktikum
Membersihkan
67 67 Baik 67
neraca
Menyetimbangkan Sangat
82 82 82
neraca Baik
Menimbang Menggunakan alas
Sangat 76 Baik
zat zat saat 90 90 90
Baik
penimbangan
Mengembalikan
beban ke kondisi 64 64 Baik 64
semula
Keterampilan
B. Proses Memasukkan zat padat ke dalam
80 80 Baik 80 80 Baik
Praktikum gelas kimia
Sangat Sangat
Mengukur volume larutan 85 85 85 85 85 85
Baik Baik
Sangat Sangat
Mengaduk zat 81 81 81 81
Baik Baik
Melipat kertas
76 76 Baik 76
saring
Menyaring 71 Baik
Menggunakan
65 65 Baik 65
corong gelas
127

Persentase per-poin Persentase per-indikator


No. Keterampilan Laboratorium Titrasi Titrasi
Pembuatan Rata- Pembuatan
Asam- Kategori Asam- Rata-Rata Kategori
Larutan Rata Larutan
Basa Basa
Menuangkan
Menggunakan
larutan ke dalam 71 71 Baik Baik
labu takar
labu takar
Teknik dekantir 77 75 76 Baik 75
73 72
Menggunakan Menambahkan
akuades sampai Baik
labu takar 70 70 Baik
tanda batas labu
takar
Sangat Sangat
Mengocok larutan pada labu takar 89 89 89
Baik Baik
Mengambil Sangat
83 83
larutan Baik
Keterampilan Menggunakan
Mengambil dan 74 Baik
B. Proses pipet ukur
memindahkan 65 65 Baik
Praktikum larutan
Memanaskan larutan 74 74 Baik 74 Baik
Membaui zat 72 72 Baik 72 Baik
Menggunakan pipet tetes 78 78 Baik 78 Baik
Sangat Sangat
Menggunakan termometer 83 83 83
Baik Baik
Memasukkan zat padat ke dalam
48 48 Cukup 48 Cukup
tabung reaksi
Merangkai statif
78 78 Baik
Titrasi dan klem 76 76 Baik
Proses Titrasi 74 74 Baik
128

Persentase per-poin Persentase per-indikator

No. Keterampilan Laboratoium


Titrasi Titrasi
Pembuatan Rata- Pembuatan
Asam- Kategori Asam- Rata-Rata Kategori
Larutan Rata Larutan
Basa Basa
Aktivitas
Membersihkan alat-alat kimia Sangat
C. Selesai 78 85 82
setelah praktikum Baik
Praktikum
Mengembalikan alat-alat, bahan 76 79 78 Baik
Aktivitas Sangat
kimia dan membersihkan meja 90 85 87
C. Selesai Baik
kerja
Praktikum
Melakukan pengolahan limbah 60 68 64 Baik
129

Lampiran 14. Data Keterampilan Laboratorium pada Praktikum Pembuatan Larutan dan Titrasi Asam- Basa
Berdasarkan Skor

% Keterampilan Laboratorium
A B C
NO SKOR
B.1 B.5 B.6 B.8
A.1 A.2 B.2 B.3 B.4 B.7 B.9 B.10 B.11 B.12 B.13 C.1 C.2 C.3
1 2 3 4 1 2 1 2 3 1 2

1 4 49 19 37 52 70 52 46 55 49 51 32 38 46 52 70 51 23 31 29 35 53 16 43 67 16
2 3 35 25 22 32 25 5 39 38 38 21 28 33 30 16 23 36 43 42 46 53 34 15 37 31 30
3 2 16 22 25 14 5 14 12 5 9 14 21 15 18 13 5 13 16 25 20 9 12 25 16 2 41
4 1 0 4 9 2 0 7 2 2 0 8 16 10 2 5 2 0 10 2 2 2 2 35 2 0 9
5 0 0 30 7 0 0 21 2 0 3 5 4 4 4 14 0 0 6 0 4 2 0 9 2 0 5

Data Rata-Rata Titrasi Asam-Basa


% Keterampilan Laboratorium
A B C
NO SKOR
B.6 B.14
A.1 A.2 B.3 C.1 C.2 C.3
1 2 3 1 2
1 4 49 33 56 40 46 44 52 50 24
2 3 38 26 36 36 42 28 41 45 41
3 2 13 22 8 17 4 16 7 5 28
4 1 0 2 0 3 3 9 0 0 5
5 0 0 18 0 4 6 3 0 0 2
130

Lampiran 15. Rekap Data Keterampilan Laboratorium pada Praktikum Pembuatan Larutan dan Titrasi Asam – Basa Berdasarkan
Skor

Rata-Rata Data Keterampilan Laboratorium


% Keterampilan Laboratorium
A B C
NO SKOR
B.1 B.5 B.6 B.8 B.14
A.1 A.2 B.2 B.3 B.4 B.7 B.9 B.10 B.11 B.12 B.13 C.1 C.2 C.3
1 2 3 4 1 2 1 2 3 1 2 1 2

1 4 49 26 37 52 70 52 46 55 49 51 32 38 43 52 70 51 23 31 29 35 53 16 46 44 48 59 20
2 3 37 26 22 32 25 5 39 37 38 21 28 33 33 16 23 36 43 42 46 53 34 15 42 28 39 38 35
3 2 14 22 25 14 5 14 12 7 9 14 21 15 18 13 5 13 16 25 20 9 12 25 4 16 12 3 35
4 1 0 3 9 2 0 7 2 1 0 8 16 10 3 5 2 0 10 2 2 2 2 35 3 9 1 0 7
5 0 0 24 7 0 0 21 2 0 3 5 4 4 4 14 0 0 6 0 4 2 0 9 6 3 1 0 3
131

/DPSLUDQ. Instrumen Penilaian Keterampilan Laboratorium Mahasiswa

INSTRUMEN PENILAIAN

KETERAMPILAN LABORATORIUM MAHASISWA

Oleh:

ANGGI SAPITRI IRAWAN


1113016200033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARI HIDAYATULLAH JAKARTA

-XGXO3UDNWLNXP3HPEXDWDQ/DUXWDQ -XGXO3UDNWLNXP7LWUDVL$VDP%DVD
%DKDQEDKDQNLPLD $ODWDODWNLPLD\DQJGLEXWXKNDQ %DKDQEDKDQNLPLD\DQJ
$ODWDODWNLPLD\DQJGLEXWXKNDQ
\DQJGLEXWXKNDQ  GLEXWXKNDQ
Jumlah Jumlah
No. Nama Alat No. Nama Bahan No. Nama Alat No. Nama Bahan
(buah) (buah)
1 Gelas kimia 250 ml 2 1 Padatan NaCl 1 Buret 1 1 Larutan NaOH 0,2 M
Erlenmeyer 250
2 Batang pengaduk 1 2 Padatan urea 2 1 2 Larutan CH3COOH 0,05 M
ml
3 Spatula 1 3 Corong 1 3 Indikator pp
4 Statif, ring, dan bosshead 1 4 Statif 1
5 Pipet tetes 1 5 Klem buret 1
6 Corong 1 6 Gelas kimia 250 ml 1
7 Gelas ukur 100 ml 1 7 Pipet volume 1
Pro-pipet karet
8 Labu takar 100 ml/250 ml 1 8 1
(bola hisap)
9 Pembakar spiritus 1 9 Pipet tetes 1
10 Penjepit tabung reaksi 1 10 Kertas putih 1
11 Kaca arloji 1 11 Batang pengaduk 1
12 Neraca empat lengan 1
13 Tabung Reaksi 1
14 Rak tabung reaksi 1
15 Botol semprot 1
16 Termometer alkohol 1
132
,167580(13(1,/$,$1.(7(5$03,/$1/$%25$725,80
1R $63(.$63(.3(1,/$,$1 .5,7(5,$ 6.25
$ 0HQ\LDSNDQ3UDNWLNXP
 0HQ\LDSNDQDODWDODWGDQEDKDQNLPLD
Menyiapkan alat-alat dan bahan kimia sesuai dengan

kebutuhan dan diletakkan di meja praktik.
Menyiapkan alat-alat dan bahan kimia sesuai dengan
1. Menyiapkan alat-alat kimia sesuai dengan 
kebutuhan. kebutuhan namun tidak diletakkan di meja praktik.
2. Menyiapkan bahan kimia sesuai dengan Menyiapkan alat-alat dan bahan kimia tidak sesuai dengan

kebutuhan. kebutuhan dan diletakkan di meja praktik.
3. Diletakkan di meja praktik. Menyiapkan alat-alat kimia tidak sesuai dengan kebutuhan

dan tidak diletakkan di meja praktik.
Tidak menyiapkan alat-alat dan bahan kimia yang

diperlukan.
0HPEHUVLKNDQDODWDODWNLPLDVHEHOXP

SUDNWLNXP
Mencuci dengan sikat atau spons dan mengeringkan alat-
alat kimia dengan menggunakan lap kain atau tisu yang 
bersih.
Mencuci tanpa menggunakan sikat atau spons dan
mengeringkan alat-alat kimia dengan menggunakan lap 
1. Mencuci dengan menggunakan sikat atau kain atau tisu yang bersih.
spons.
Mencuci dengan sikat atau spons namun mengeringkan alat-
2. Mengeringkan alat-alat kimia dengan
alat kimia dengan menggunakan lap kain atau tisu yang 
menggunakan lap kain atau tisu yang bersih.
tidak bersih.
Mencuci tanpa menggunakan sikat atau spons dan
mengeringkan alat-alat kimia dengan menggunakan lap 
kain atau tisu yang tidak bersih
Tidak mencuci dan mengeringkan alat-alat kimia. 

1R $63(.$63(.3(1,/$,$1 .5,7(5,$ *$0%$5 6.25

% .HWHUDPSLODQ3URVHV3UDNWLNXP .ULWHULD *DPEDU 6NRU

 0HQLPEDQJ=DW3DGDW

$ 0HPEHUVLKNDQQHUDFD

3 aspek
4
terpenuhi

sebelum sebelum dan sesudah sesudah

1. Membersihkan piringan
neraca sebelum dan
sesudah menimbang.
2. Membersihkan lengan
neraca sebelum dan sebelum sebelum atau sesudah sesudah

sesudah menimbang. 3 aspek


3. Membersihkan piringan terpenuhi
neraca dengan cara namun salah
mengangkatnya. 3
satu aspek
tidak
sebelum dan sesudah
sempurna sebelum sesudah

sebelum sebelum dan sesudah sesudah


133
$ 0HPEHUVLKNDQ
.ULWHULD *DPEDU 6NRU
QHUDFD

sebelum sesudah
2 aspek
2
terpenuhi sebelum dan sesudah sebelum dan sesudah

1. Membersihkan piringan
neraca sebelum dan
sesudah menimbang.
2. Membersihkan lengan
neraca sebelum dan
sesudah menimbang.
sebelum dan sesudah
3. Membersihkan piringan sebelum dan sesudah

neraca dengan cara


Hanya 1
mengangkatnya.
aspek 1
terpenuhi

Tidak
membersih-kan 0
neraca

% 0HQ\HWLPEDQJNDQ
.ULWHULD *DPEDU 6NRU
QHUDFD

Aspek
4
terpenuhi

garis kesetimbangan

Menyetimbangkan neraca Aspek


dengan cara memutar terpenuhi
3
pemutar pada bagian kiri namun tidak
lengan neraca hingga sempurna
mencapai posisi setimbang
(posisi garis lengan neraca tidak setimbang

setimbang tepat sejajar di


angka 0). Aspek terpenuhi
namun tidak
sempurna

Kemungkinan :
Menyetimbangkan
dengan
menggerakkan
2
beban
menggunakan alat
ujung sendok
sungu atau spatula
yang rata dan
bersih
garis kesetimbangan
134
% 0HQ\HWLPEDQJNDQ
.ULWHULD *DPEDU 6NRU
QHUDFD

Aspek terpenuhi
namun tidak
sempurna

tidak setimbang

Kemungkinan :
- Menyetim-
Menyetimbangkan neraca
bangkan dengan
dengan cara memutar menggerakka
pemutar pada bagian kiri beban batang pengaduk
lengan neraca hingga menggunakan
ujung sendok
1
mencapai posisi setimbang
(posisi garis lengan neraca sungu atau
spatula yang rata
setimbang tepat sejajar di dan bersih
angka 0). - Menyetim- garis kesetimbangan

bangkan dengan
menggerakkan
beban
menggunakan
selain ujung
sendok spatula
yang rata dan
bersih
garis kesetimbangan

menggunakan tangan
langsung

%0HQ\HWLPEDQJNDQ
.ULWHULD *DPEDU 6NRU
QHUDFD

Menyetimbangkan neraca
dengan cara memutar
Tidak
pemutar pada bagian kiri
menyetim-
lengan neraca hingga
bangkan neraca 0
mencapai posisi setimbang
sebelum
(posisi garis lengan neraca
menimbang
setimbang tepat sejajar di
angka 0).

&0HQJJXQDNDQDODV]DW
VDDWSHQLPEDQJDQ

2 aspek
4
terpenuhi
1. Menggunakan alas zat
(kaca arloji) yang bersih.
2. Menggeser beban pada
lengan neraca hingga bersih garis kesetimbangan
mencapai posisi setimbang
(posisi garis pada lengan
neraca setimbang, tepat 2 aspek
sejajar di angka 0). terpenuhi
namun salah
3
satu aspek
tidak
sempurna
tidak bersih garis kesetimbangan
135
& 0HQJJXQDNDQDODV]DW
.ULWHULD *DPEDU 6NRU
VDDWSHQLPEDQJDQ

2 aspek
terpenuhi
namun salah
3
satu aspek
tidak
sempurna
bersih tidak setimbang

2 aspek
terpenuhi
1. Menggunakan alas zat namun tidak
(kaca arloji) yang bersih. 2
ada aspek
2. Menggeser beban pada yang
lengan neraca hingga sempurna tidak bersih tidak setimbang
mencapai posisi setimbang
(posisi garis pada lengan
neraca setimbang, tepat 2 aspek terpenuhi
namun tidak ada
sejajar di angka 0).
aspek yang sempurna

Kemungkinan : 1
Menggunakan alas
selain kaca arloji
atau botol timbang.
tidak setimbang

Tidak
mengguna- 0
kan alas zat

0HPDVXNNDQ]DWSDGDWNH
 .ULWHULD *DPEDU 6NRU
GDODPJHODVNLPLD

4 aspek
4
terpenuhi

1. Menggeser beban sesuai


dengan massa zat yang garis kesetimbangan
akan ditimbang (+ massa
alas zat).
2. Menimbang zat padat 4 aspek
dengan memasukkan zat terpenuhi
ke dalam alas zat hingga namun aspek 3
mencapai posisi setimbang 2 tidak
(posisi garis pada lengan sempurna
neraca setimbang, tepat
tidak setimbang
sejajar di angka 0).
3. Memasukkan seluruh
zat ke gelas kimia.
4. Membilas alas zat
dengan akuades.
3 aspek
2
terpenuhi

garis kesetimbangan
136
0HPDVXNNDQ]DWSDGDWNH
.ULWHULD *DPEDU 6NRU
GDODPJHODVNLPLD

1. Menggeser beban sesuai


dengan massa zat yang akan 3 aspek
ditimbang (+ massa alas zat). terpenuhi
2. Menimbang zat padat dengan namun aspek 2 1
memasukkan zat ke dalam alas tidak sempurna
zat hingga mencapai posisi
tidak setimbang
setimbang (posisi garis pada
lengan neraca setimbang, tepat
sejajar di angka 0). Tidak
3. Memasukkan seluruh zat ke menimbang zat
gelas kimia. maupun tidak 0
4. Membilas alas zat dengan memasukkan
akuades. zat

'0HQJHPEDOLNDQEHEDQNH
NRQGLVLVHPXOD

2 aspek
4
terpenuhi
1. Mengembalikan semua
beban beban neraca ke garis kesetimbangan
posisi angka nol.
2. Neraca setimbang
kembali. 2 aspek
terpenuhi
namun aspek 3
2 tidak
sempurna
tidak setimbang

'0HQJHPEDOLNDQEHEDQ
.ULWHULD *DPEDU 6NRU
NHNRQGLVLVHPXOD

2 aspek
terpenuhi
namun aspek 2
1 tidak
sempurna garis kesetimbangan

1. Mengembalikan semua 2 aspek


beban beban neraca ke terpenuhi
posisi angka nol. namun tidak
1
2. Neraca setimbang ada aspek
kembali. yang
tidak setimbang
sempurna
Tidak
mengembali-
kan lengan 0
beban ke
kondisi semula

 0HQJXNXUYROXPHODUXWDQ

1. Meletakkan gelas ukur pada


bidang datar.
2. Memasukkan akuades ke dalam
gelas ukur dengan menggunakan
3 aspek
botol semprot. 4
3. Memastikan volume akuades terpenuhi
tepat sesuai ukuran (meniskus
sesuai skala dengan melihat skala
meniskus
gelas ukur sejajar posisi mata). cekung
137
0HQJXNXUYROXPHODUXWDQ .ULWHULD *DPEDU 6NRU

3 aspek
terpenuhi
namun aspek 3
3 tidak
sempurna
1. Meletakkan gelas ukur
pada bidang datar.
2. Memasukkan akuades ke tidak meniskus
dalam gelas ukur dengan
menggunakan botol semprot.
3. Memastikan volume
akuades tepat sesuai ukuran
(meniskus sesuai skala
dengan melihat skala gelas
ukur sejajar posisi mata).

2 aspek
2
terpenuhi

meniskus
cekung

0HQJXNXUYROXPHODUXWDQ .ULWHULD *DPEDU 6NRU

2 aspek
terpenuhi
namun aspek 1
3 tidak
1. Meletakkan gelas ukur sempurna
pada bidang datar.
2. Memasukkan akuades ke
dalam gelas ukur dengan
menggunakan botol semprot. tidak
meniskus
3. Memastikan volume
akuades tepat sesuai ukuran
(meniskus sesuai skala
dengan melihat skala gelas
ukur sejajar posisi mata).
Tidak
mengukur
volume
larutan 0
mengguna-
kan gelas
ukur
138
 0HQJDGXN]DW .ULWHULD *DPEDU 6NRU

bersih

2 aspek
4
terpenuhi

larut

bersih tidak bersih


2 aspek
terpenuhi
namun salah
1. Mengaduk zat 3
satu aspek
menggunakan batang tidak
pengaduk yang bersih. sempurna
2. Mengaduk zat hingga tidak larut larut
larut semua.

bersih
2 aspek
terpenuhi namun
salah satu aspek
tidak sempurna

Kemungkinan :
2
Mengaduk zat
menggunakan
alat selain batang
pengaduk larut

0HQJDGXN]DW .ULWHULD *DPEDU 6NRU

2 aspek terpenuhi bersih tidak bersih


namun salah satu
aspek tidak
sempurna
1. Mengaduk zat 1
menggunakan batang Kemungkinan :
Mengaduk zat
pengaduk yang bersih. menggunakan alat
2. Mengaduk zat hingga selain batang tidak larut larut
larut semua. pengaduk

Tidak
0
mengaduk zat

 0HOLSDWNHUWDVVDULQJ

1. Melipat kertas saring


menjadi dua bagian hingga
berbentuk busur setengah
lingkaran.
2. Melipat kertas saring 3 aspek
4
menjadi dua bagian hingga terpenuhi
berbentuk busur
seperempat lingkaran.
3. Kertas saring
dikerucutkan.
139

0HOLSDWNHUWDVVDULQJ .ULWHULD *DPEDU 6NRU

3 aspek
terpenuhi
namun aspek 3
3 tidak
sempurna
1. Melipat kertas saring
menjadi dua bagian hingga
berbentuk busur setengah
lingkaran.
2. Melipat kertas saring
menjadi dua bagian hingga
berbentuk busur
seperempat lingkaran.
3. Kertas saring
dikerucutkan. 2 aspek
terpenuhi
namun salah
2
satu aspek
tidak
sempurna

0HOLSDWNHUWDVVDULQJ .ULWHULD *DPEDU 6NRU

2 aspek
1
terpenuhi
1. Melipat kertas saring
menjadi dua bagian hingga
berbentuk busur setengah
lingkaran.
2. Melipat kertas saring
menjadi dua bagian hingga
berbentuk busur
seperempat lingkaran.
3. Kertas saring
dikerucutkan.

Tidak melipat
0
kertas saring
140
0HQJJXQDNDQFRURQJ
.ULWHULD *DPEDU 6NRU
JHODV

2 aspek
4
terpenuhi

menempel

1. Meletakkan kertas
2 aspek
saring sesuai dengan
terpenuhi
diameter corong gelas.
namun aspek 3
2. Membasahi kertas
2 tidak
saring dengan pelarut
sempurna
hingga menempel dengan
corong. tidak menempel

1 aspek
2
terpenuhi

menempel

0HQJJXQDNDQFRURQJ
.ULWHULD *DPEDU 6NRU
JHODV

1 aspek
2
terpenuhi

menempel

1. Meletakkan kertas
saring sesuai dengan
diameter corong gelas.
2. Membasahi kertas
saring dengan pelarut
hingga menempel dengan
corong. tidak menempel
Tidak ada
aspek yang 1
sempurna

tidak menempel
141
0HQJJXQDNDQFRURQJ
.ULWHULD *DPEDU 6NRU
JHODV
1. Meletakkan kertas
saring sesuai dengan Tidak
diameter corong gelas. menggunakan
2. Membasahi kertas kertas saring 0
saring dengan pelarut untuk
hingga menempel dengan menyaring
corong.
 0HQJJXQDNDQODEXWDNDU
$ 0HQXDQJNDQODUXWDQNH
GDODPODEXWDNDU

3 aspek
4
terpenuhi
1. Menggunakan alat
statif, ring, bosshead dan
corong.
2. Menuangkan larutan
dengan proses dekantasi
3. Membilas sisa larutan
pada gelas kimia.

2 aspek
3
terpenuhi

$0HQXDQJNDQODUXWDQ
.ULWHULD *DPEDU 6NRU
NHGDODPODEXWDNDU

3 aspek
terpenuhi
namun aspek 2
2 tidak
sempurna

1. Menggunakan alat
statif, ring, bosshead dan
corong. 2 aspek
2. Menuangkan larutan terpenuhi
dengan proses dekantasi. namun aspek 1
3. Membilas sisa larutan 2 tidak
pada gelas kimia. sempurna

Hanya 1
aspek
terpenuhi 0
namun tidak
sempurna
142

%7HNQLN'HNDQWLU .ULWHULD *DPEDU 6NRU

3 aspek
4
terpenuhi

1. Larutan dari gelas kimia


dituangkan dengan
bantuan batang pengaduk,
batang pengaduk di jepit 3 aspek
pada bagian atas gelas terpenuhi
kimia dengan jari. namun aspek 3
2. Ujung batang pengaduk 2 tidak
yang tumpul ditempelkan sempurna
pada dinding gelas kimia
bagian dalam.
3. Tidak ada cairan yang
tumpah.

2 aspek
2
terpenuhi

% 7HNQLN'HNDQWLU .ULWHULD *DPEDU 6NRU

1. Larutan dari gelas kimia


dituangkan dengan
bantuan batang pengaduk, 2 aspek
1
batang pengaduk di jepit terpenuhi
pada bagian atas gelas
kimia dengan jari.
2. Ujung batang pengaduk
yang tumpul ditempelkan
pada dinding gelas kimia Tidak
bagian dalam. melakukan
0
3. Tidak ada cairan yang teknik
tumpah. dekantir

1. Larutan dari gelas kimia


dituangkan dengan 3 aspek
bantuan batang pengaduk, 4
terpenuhi
batang pengaduk pada
tangan kiri dan gelas
kimia pada tangan kanan.
2. Ujung batang pengaduk
yang tumpul ditempelkan 3 aspek
pada dinding gelas kimia terpenuhi
bagian dalam. namun aspek 3
3. Tidak ada cairan yang 2 tidak
tumpah. sempurna
143
%7HNQLN'HNDQWLU .ULWHULD *DPEDU 6NRU

2 aspek
2
terpenuhi

1. Larutan dari gelas kimia


dituangkan dengan
bantuan batang pengaduk,
batang pengaduk pada
tangan kiri dan gelas
kimia pada tangan kanan. 2 aspek
1
2. Ujung batang pengaduk terpenuhi
yang tumpul ditempelkan
pada dinding gelas kimia.
3. Tidak ada cairan yang
tumpah.

Tidak
melakukan
0
teknik
dekantir

& 0HQDPEDKNDQDNXDGHV
VDPSDLWDQGDEDWDVODEX .ULWHULD *DPEDU 6NRU
WDNDU

3 aspek
4
terpenuhi

meniskus cekung
1. Menambahkan akuades
sampai tepat tanda batas.
2. Memastikan volume
larutan tepat dengan 3 aspek
melihat meniskus sejajar terpenuhi
dengan posisi mata pada namun aspek 3
bidang datar. 2 tidak
3. Mengeringkan leher sempurna
labu takar di atas skala
meniskus cekung
tanpa mengurangi volume
larutan.

3 aspek
terpenuhi
namun aspek 2
3 tidak
sempurna
meniskus cekung volume berkurang
144
&0HQDPEDKNDQDNXDGHV
VDPSDLWDQGDEDWDV
.ULWHULD *DPEDU 6NRU

meniskus cekung
Aspek 3 tidak
1
terpenuhi

1. Menambahkan akuades
sampai tepat tanda batas.
2. Memastikan volume
larutan tepat dengan
meniskus cekung
melihat meniskus sejajar
dengan posisi mata pada
bidang datar.
3. Mengeringkan leher
labu takar di atas skala
tanpa mengurangi volume
larutan.

Aspek 1 tidak
0
terpenuhi

0HQJRFRNODUXWDQSDGD
 .ULWHULD *DPEDU 6NRU
ODEXWDNDU

3 aspek
4
terpenuhi

1. Labu takar ditutup


homogen homogen
dengan penutup labu
takar, jari telunjuk
menekan penutup labu
takar.
2. Kemudian dikocok
dengan cara meletakkan 2 aspek
3
labu takar pada lengan lalu terpenuhi
digerakkan ke atas dan ke
bawah dengan bantuan
tangan lainnya memegang tidak homogen tidak homogen
bagian labu takar untuk
menahan.
3. Larutan homogen.
3 aspek
terpenuhi
namun aspek 2
2 tidak
sempurna

homogen homogen
145
0HQJRFRNODUXWDQSDGD
.ULWHULD *DPEDU 6NRU
ODEXWDNDU

1. Labu takar ditutup


dengan penutup labu
takar, jari telunjuk 2 aspek
menekan penutup labu terpenuhi
takar. namun aspek 1
2. Kemudian dikocok 2 tidak
dengan cara meletakkan sempurna
labu takar pada lengan lalu
digerakkan ke atas dan ke tidak homogen tidak homogen
bawah dengan bantuan
tangan lainnya memegang
bagian labu takar untuk
Tidak
menahan.
mengocok 0
3. Larutan homogen.
larutan

1. Labu takar ditutup


dengan penutup labu
takar. 3 aspek
4
2. Kemudian dikocok terpenuhi
dengan cara memutar.
3. Larutan homogen.
homogen homogen

0HQJRFRNODUXWDQSDGD
.ULWHULD *DPEDU 6NRU
ODEXWDNDU

2 aspek
3
terpenuhi

tidak homogen tidak homogen

3 aspek
1. Labu takar ditutup
terpenuhi
dengan penutup labu
namun aspek 2
takar.
2 tidak
2. Kemudian dikocok
sempurna
dengan cara memutar. homogen homogen
3. Larutan homogen.

2 aspek
terpenuhi
namun aspek 1
2 tidak
sempurna
tidak homogen tidak homogen

Tidak
mengocok 0
larutan
146
0HQJJXQDNDQSLSHW
 .ULWHULD *DPEDU 6NRU
XNXU

$0HQJDPELOODUXWDQ

1. Memasang pipet ukur


dengan cara
memasukannya pada
4 aspek
bagian bawah bulb pipet 4
terpenuhi
(di bawah klep S).
2. Mengempiskan bulb
dengan cara menekan klep
bagian atas (tanda huruf
A) dengan ibu jari dan
meniskus cekung
telunjuk, bersamaan
dengan menekan bulb
hingga kempis.
3. Mengambil larutan
dengan menekan klep
bagian bawah (tanda S).
4. Memastikan volume 4 aspek
larutan tepat dengan terpenuhi
membaca miniskus namun aspek 3
cekung dengan posisi 4 tidak
mata sejajar dengan skala sempurna
pipet ukur.

tidak meniskus
cekung

$ 0HQJDPELOODUXWDQ .ULWHULD *DPEDU 6NRU

1. Memasang pipet ukur


4 aspek
dengan cara
terpenuhi,
memasukannya pada
aspek 2
bagian bawah bulb pipet 2
dilakukan
(di bawah klep S).
terlebih
2. Mengempiskan bulb
dahulu
dengan cara menekan klep
bagian atas (tanda huruf
A) dengan ibu jari dan
meniskus cekung
telunjuk, bersamaan
dengan menekan bulb
hingga kempis.
3. Mengambil larutan
dengan menekan klep 4 aspek
bagian bawah (tanda S). terpenuhi,
4. Memastikan volume aspek 2
larutan tepat dengan dilakukan
membaca miniskus 1
terlebih
cekung dengan posisi dahulu dan
mata sejajar dengan skala aspek 4 tidak
pipet ukur. sempurna
tidak meniskus
cekung
147
$0HQJDPELOODUXWDQ .ULWHULD *DPEDU 6NRU

1. Memasang pipet ukur dengan


cara memasukannya pada bagian
bawah bulb pipet (di bawah klep
S).
2. Mengempiskan bulb dengan
cara menekan klep bagian atas
(tanda huruf A) dengan ibu jari dan
telunjuk, bersamaan dengan 3 aspek
menekan bulb hingga kempis.
0
terpenuhi
3. Mengambil larutan dengan
menekan klep bagian bawah (tanda
S).
4. Memastikan volume larutan tepat
dengan membaca miniskus cekung
dengan posisi mata sejajar dengan
skala pipet ukur.

%0HPLQGDKNDQGDQ
PHQJHOXDUNDQODUXWDQ
1. Menempelkan ujung pipet
ukur pada dinding gelas
kimia.
2. Mengeluarkan larutan
sesuai dengan yang
dibutuhkan dengan cara
3 aspek
menekan klep bagian bawah 4
terpenuhi
(tanda E).
3. Memastikan volume tepat
dengan membaca meniskus
cekung dengan posisi mata
sejajar dengan skala pada
bidang datar. meniskus cekung

% 0HPLQGDKNDQGDQ
.ULWHULD *DPEDU 6NRU
PHQJHOXDUNDQODUXWDQ

3 aspek
terpenuhi
namun aspek 3
3 tidak
1. Menempelkan ujung
sempurna
pipet ukur pada dinding
gelas kimia.
2. Mengeluarkan larutan
sesuai dengan yang tidak meniskus cekung

dibutuhkan dengan cara


menekan klep bagian
bawah (tanda E).
3. Memastikan volume
tepat dengan membaca
meniskus cekung dengan
posisi mata sejajar dengan
skala pada bidang datar.
2 aspek
2
terpenuhi

meniskus cekung
148
% 0HPLQGDKNDQGDQ
.ULWHULD *DPEDU 6NRU
PHQJHOXDUNDQODUXWDQ

1. Menempelkan ujung 2 aspek


pipet ukur pada dinding terpenuhi
gelas kimia. namun salah
2. Mengeluarkan larutan 1
satu aspek
sesuai dengan yang tidak
dibutuhkan dengan cara sempurna
menekan klep bagian
bawah (tanda E).
tidak meniskus cekung
3. Memastikan volume
tepat dengan membaca
2 aspek
meniskus cekung dengan
terpenuhi
posisi mata sejajar dengan
namun tidak
skala pada bidang datar. 0
ada aspek
yang
sempurna
0HPDQDVNDQWDEXQJ

UHDNVL
1. Memanaskan tabung reaksi
menggunakan penjepit kayu.
2. Posisi tabung reaksi sedikit
dicondongkan dengan kemiringan
sekitar 45̊. 4 aspek
3. Tabung reaksi digerakkan ke
4
terpenuhi
kiri – kanan (1 arah).
4. Posisi tabung tidak mengarah ke
1 arah
orang lain ataupun tempat yang
terdapat zat.

0HPDQDVNDQWDEXQJ
.ULWHULD *DPEDU 6NRU
UHDNVL

4 aspek
terpenuhi
namun salah 3
satu tidak
sempurna
1 arah 2 arah
1. Memanaskan tabung
reaksi menggunakan
penjepit kayu.
2. Posisi tabung reaksi
sedikit dicondongkan 3 aspek
2
dengan kemiringan terpenuhi
sekitar 45̊.
3. Tabung reaksi
1 arah diam
digerakkan ke kiri –
kanan (1 arah).
4. Posisi tabung tidak
mengarah ke orang lain
ataupun tempat yang
2 aspek
terdapat zat. 1
terpenuhi

diam

Tidak
memanaskan 0
tabung reaksi
149
 0HPEDXL]DW .ULWHULD *DPEDU 6NRU

2 aspek
4
terpenuhi

1. Posisi muka
berhadapan langsung
dengan sumber zat 2 aspek
dengan jarak tidak terlalu terpenuhi
dekat atau tidak terlalu namun aspek 3
jauh (± 25 cm). 1 tidak
2. Mengibaskan dengan sempurna
perlahan perlahan
salah satu tangan di atas
permukaan wadah zat
secara perlahan.

2 aspek
terpenuhi
namun tidak
2
ada aspek
yang
sempurna
tidak perlahan tidak perlahan

0HPEDXL]DW .ULWHULD *DPEDU 6NRU

1. Posisi muka berhadapan


langsung dengan sumber zat
Hanya 1
dengan jarak tidak terlalu aspek
dekat atau tidak terlalu jauh terpenuhi 1
(± 25 cm). namun tidak
2. Mengibaskan dengan sempurna
salah satu tangan di atas
permukaan wadah zat secara
perlahan. Tidak
0
membaui zat

0HQJJXQDNDQSLSHW

WHWHV

2 aspek
1. Memegang karet 4
terpenuhi
penghisap pipet tetes
dengan menggunakan ibu
jari dan telunjuk.
2. Ujung pipet tetes 2 aspek terpenuhi
ditempelkan pada bagian namun tidak
dalam dinding tabung sempurna

reaksi bagian atas. Kemungkinan :


ujung pipet tetes
3
dimasukkan
hingga bagian
dalam tabung
reaksi
150
0HQJJXQDNDQSLSHW
.ULWHULD *DPEDU 6NRU
WHWHV
2 aspek terpenuhi
namun tidak
sempurna

Kemungkinan : 2
ujung pipet tetes
mengenai zat yang
1. Memegang karet ada di dalam
penghisap pipet tetes tabung reaksi
dengan menggunakan ibu
jari dan telunjuk.
2. Ujung pipet tetes
ditempelkan pada bagian Hanya 1
dalam dinding tabung aspek 1
reaksi bagian atas. terpenuhi

Tidak dapat
menggunakan 0
pipet tetes
0HQJJXQDNDQ

WHUPRPHWHU

1. Tangan memegang tali


pengikat pada termometer.
2. Ujung termometer tidak
menempel pada dinding 3 aspek
4
gelas kimia. terpenuhi
3. Membaca skala dengan
posisi mata sejajar dengan
skala termometer.

0HQJJXQDNDQ
.ULWHULD *DPEDU 6NRU
WHUPRPHWHU

Aspek 1
tidak 3
terpenuhi

menempel pada dinding

Aspek 2
tidak 2
1. Tangan memegang tali
terpenuhi
pengikat pada termometer
2. Ujung termometer
tidak menempel pada
dinding gelas kimia menempel pada dinding

3. Membaca skala dengan


posisi mata sejajar dengan Hanya aspek
1
skala termometer 3 terpenuhi

menempel pada dinding

Tidak ada
aspek yang 0
terpenuhi
151
0HPDVXNNDQ]DWSDGDW
 .ULWHULD *DPEDU 6NRU
NHGDODPWDEXQJUHDNVL

2 aspek
4
terpenuhi

2 aspek
terpenuhi
namun aspek 3
2 tidak
1. Tabung reaksi
sempurna
dimiringkan.
2. Zat dimasukkan
menggunakan spatula Hanya aspek
dengan bantuan kertas 2 yang 2
(panjang kertas terpenuhi
disesuaikan dengan
tabung reaksi yang
digunakan).
Hanya aspek
1 yang 1
terpenuhi

Tidak ada
aspek yang 0
terpenuhi

 7LWUDVL
$ 0HUDQJNDLVWDWLIGDQ .ULWHULD *DPEDU 6NRU
NOHP

3 aspek
4
terpenuhi

1. Memasang klem pada


statif tidak miring. 3 aspek
2. Menuangkan larutan ke terpenuhi
dalam buret dengan namun aspek 3
menggunakan corong. 3 tidak
3. Menuangkan larutan sempurna
dengan teknik dekantasi.

3 aspek
terpenuhi
namun aspek 2
1 tidak
sempurna
miring
152
$ 0HUDQJNDLVWDWLIGDQ
.ULWHULD *DPEDU 6NRU
NOHP

3 aspek
terpenuhi
namun 2 1
1. Memasang klem pada aspek tidak
statif tidak miring. sempurna
2. Menuangkan larutan ke miring
dalam buret dengan
menggunakan corong.
3. Menuangkan larutan
dengan teknik dekantasi. Tidak ada
aspek yang 0
sempurna

miring

% 3URVHV7LWUDVL

1. Posisi tangan kiri memegang


dan mengatur kran buret, kran
buret berada diantara jari
telunjuk dan jari tengah.
2. Tangan kanan memegang
5 aspek
dan mengocok erlenmeyer. 4
3. Menambahkan titran sedikit terpenuhi
demi sedikit.
4. Mengamati sampai terjadi
perubahan warna.
5. Menggunakan kertas putih.

% 3URVHV7LWUDVL .ULWHULD *DPEDU 6NRU

diam
5 aspek
terpenuhi
namun salah
3
satu aspek menam-
tidak bahkan
sempurna titran tidak
1. Posisi tangan kiri perlahan
memegang dan mengatur
kran buret, kran buret
berada diantara jari
telunjuk dan jari tengah.
2. Tangan kanan
memegang dan mengocok 4 aspek
2
erlenmeyer. terpenuhi
3. Menambahkan titran
sedikit demi sedikit.
4. Mengamati sampai
terjadi perubahan warna.
5. Menggunakan kertas diam
putih.
4 aspek
terpenuhi
namun salah
1
satu aspek menam-
tidak bahkan
sempurna titran
tidak
153
% 3URVHV7LWUDVL .ULWHULD *DPEDU 6NRU

diam diam
1. Posisi tangan kiri memegang
dan mengatur kran buret, kran
buret berada diantara jari
telunjuk dan jari tengah.
2. Tangan kanan memegang
1 aspek
dan mengocok erlenmeyer. 0
3. Menambahkan titran sedikit terpenuhi
demi sedikit. menam-
4. Mengamati sampai terjadi bahkan
perubahan warna. titran
5. Menggunakan kertas putih. tidak

,167580(13(1,/$,$1.(7(5$03,/$1/$%25$725,80
1R $63(.$63(.3(1,/$,$1 .5,7(5,$ 6.25
& $NWLYLWDV6HOHVDL3UDNWLNXP
0HPEHUVLKNDQDODWDODWNLPLDVHWHODK

SUDNWLNXP
Mencuci dengan sikat atau spons dan mengeringkan alat-
alat kimia dengan menggunakan lap kain atau tisu yang 
bersih.
Mencuci tanpa menggunakan sikat atau spons dan
mengeringkan alat-alat kimia dengan menggunakan lap 
1. Mencuci dengan sikat atau spons. kain atau tisu yang bersih.
2. Mengeringkan alat-alat kimia dengan Mencuci dengan sikat atau spons namun mengeringkan
menggunakan lap kain atau tisu. alat-alat kimia dengan menggunakan lap kain atau tisu 
yang tidak bersih.
Mencuci tanpa menggunakan sikat atau spons dan
mengeringkan alat-alat kimia dengan menggunakan lap 
kain atau tisu yang tidak bersih.
Tidak mencuci dan mengeringkan alat-alat kimia. 
0HQJHPEDOLNDQDODWDODWEDKDQNLPLDGDQ

PHPEHUVLKNDQPHMDNHUMD
Mengembalikan seluruh alat-alat dan bahan kimia yang

telah digunakan ke tempat semula.
Mengembalikan seluruh alat-alat dan bahan kimia yang
1. Mengembalikan seluruh alat-alat dan bahan 
telah digunakan ke tempat lain.
kimia yang telah digunakan.
Mengembalikan beberapa alat-alat dan bahan kimia
2. Alat dan bahan dikembalikan ke tempat 
yang telah digunakan ke tempat semula.
semula.
Mengembalikan salah satu alat-alat dan bahan kimia
3. Membersihkan meja kerja. 
yang telah digunakan ke tempat semula.
Tidak mengembalikan alat-alat dan bahan kimia yang

digunakan.
154
 0HODNXNDQSHQJRODKDQOLPEDK .ULWHULD 6NRU
Mengencerkan limbah lalu membuangnya di tempat

pembuangan limbah.
Tidak mengencerkan limbah dan membuangnya di

1. Mengencerkan limbah. tempat pembuangan limbah.
Mengencerkan limbah lalu membuangnya di tempat
2. Membuang limbah di tempat pembuangan 
limbah. cuci.
Tidak mengencerkan limbah dan langsung

membuangnya di tempat cuci.
Tidak mengencerkan dan membuang limbah

sembarangan.
155

Lampiran 17. Surat Izin Penelitian


156

Lampiran 18. Surat Keterangan Penelitian


157

Lampiran 19. Dokumentasi

1.Mengukur larutan dalam gelas 2.Mengukur suhu larutan


ukur menggunakan termometer

3.Menuangkan larutan dalam labu 4.Memanaskan larutan dalam


takar tabung reaksi

5.Mengambil larutan menggunakan 6.Mengamati skala pada buret saat


pipet ukur melakukan titrasi
158

Lampiran 20. Lembar Uji Referensi


159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169

Anda mungkin juga menyukai