Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN.

2407-6902) Volume II No 3, Juli 2016

Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Berbantuan Laboratorium Virtual Terhadap


Penguasaan Konsep Fisika Peserta Didik

Mahesti Kusdiastuti1, Ahmad Harjono2, Hairunnisyah Sahidu2, Gunawan2


1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika
2
Dosen Program Studi Pendidikan Fisika FKIP
Universitas Mataram
Mataram, Indonesia
Email: mahestikusdiastuti11@gmail.com

Abstract- This study aims to determine the effect model of inquiry aided virtual laboratory to physical concept
comprehension of students MA DI Putri Nurul Hakim Kediri the academic year 2015/2016. Experimental
research design using "pre-test-post-test control group design". The population in this study were all students
of class X MA DI Putri Nurul Hakim Kediri totaling 5 classes, while samples were students of class X.1 as an
eksperiment class majoring in X.2 as a control class. The data collection concept comprehension using
techniques shaped test multiple choice. The research hypotheses were tested by t-test polled variance variance
with significance level of 5% that is a hypothesis which does not indicate a specific direction. The results
showed that physical concept comprehension ability of students learning with virtual media-aided model of
inquiry higher than those not using the model inquiry-aided virtual laboratory.

Keywords: inquiry model, virtual laboratory, concept comprehension

PENDAHULUAN
Fisika merupakan bagian sains yang menghafal contoh soal yang telah dikerjakan untuk
memfokuskan kajiannya pada materi, energi dan mengerjakan soal-soal lain.
hubungan antara keduanya. Beberapa konsep dalam Berdasarkan kenyataan di atas, maka perlu
fisika termasuk konsep abstrak. Karakteristik dilakukan perbaikan dalam kegiatan pembelajaran
beberapa konsep abstrak dalam fisika, menyebabkan agar penguasaan konsep fisika peserta didik
adanya kesulitan tersendiri dalam visualisasi dan meningkat. Hal ini melatarbelakangi hadirnya
penyampaiannya kepada peserta didik. Konsep beberapa model pembejaran yang inovatif untuk
abstrak merupakan konsep yang sulit divisualisasikan membantu peserta didik memahami konsep dengan
atau ditampilkan prosesnya secara langsung melalui menghubungkan antara materi dengan kehidupan
kegiatan laboratorium riil sekalipun. Hal ini nyata peserta didik. Salah satu alternatif solusinya
kemudian berimplikasi pada rendahnya penguasaan adalah dengan model pembelajaran inkuiri. Model
konsep fisika peserta didik. pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran
Berdasarkan hasil observasi penulis dengan berbasis peyelidikan dimana peserta didik mencari
salah seorang guru bidang studi fisika di MA DI Putri sendiri jawaban dari permasalahan yang dihadapi.
Nurul Hakim Kediri, proses pembelajaran fisika Inkuri merupakan proses untuk memperoleh dan
berbantuan TIK yang pernah digunakan hanya mendapatkan informasi dengan melakukan observasi
sebatas penggunaan aplikasi power point dan masih dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau
cenderung satu arah, dimana guru menjadi pusat memecahkan masalah dengan menggunakan
kegiatan (teacher centered learning) dan metode kemampuan berpikir dan logis [1]. Menurut Gulo
yang digunakan masih (konvensional). Proses dalam [2] inkuiri merupakan suatu rangkaian kegitan
pembelajaran yang diterapkan terbukti belum mampu belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah kemampuan peserta didik untuk mencari dan
dan penguasaan konsep fisika peserta didik. Hal ini menyelidiki secaca sistematis, kritis dan logis, analitis
terbukti dalam mengerjakan soal-soal fisika yang sehingga mereka dapan merumuskan sendiri
diberikan guru, peserta didik lebih sering langsung penemuannya dengan penuh percaya diri. Hasil
menggunakan persamaan matematis tanpa melakukan penelitian [3], [4], [5] dan [2] menyatakan bahwa
analisis, menebak rumus yang digunakan dan model pembelajaran inkuiri mampu meningkatkan

116
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume II No 3, Juli 2016

hasil belajar, penguasaan konsep serta kemampuan [12], dalam rangka membantu peserta didik
berpikir kritis dan kreatif peserta didik. mendapatkan informasi, ide, keterampilan, nilai-nilai,
Model pembelajaran inkuiri tidak terlepas cara berpikir, kepada mereka perlu diajarkan
dari eksperimen dilaboratorium. Laboratorium bagaimana untuk belajar (how to learn). Salah
memiliki peran sentral dalam pelajaran fisika. satunya dengan kegiatan berbasis inkuiri.
Kegiatan laboratorium akan berlangsung dengan baik Menurut [1], Inkuiri merupakan suatu proses
apabila ditunjang oleh sarana dan prasarana untuk memperoleh dan mendapatkan informasi
laboratorium, namun fakta yang ada alat-alat dengan melakukan observasi dan atau eksperimen
laboratorium di sekolah umumnya kurang atau untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah
bahkan tidak ada sama sekali, sehingga perlu dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan
diusahakan adanya pengunaan laboratorium virtual. logis.
Pada perkembangan teknologi, beberapa sekolah Menurut Gulo dalam [2], model
kebanyakan telah memiliki laboratorium komputer, pembelajaran inkuri merupakan suatu rangkaian
namun selama ini laboratorium komputer hanya kegiatan pembelajaran yang melibatkan peserta didik
digunakan untuk pelajaran TIK, artinya pemanfaatan untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis,
komputer belum optimal. Padahal komputer dapat kritis, logis dan analitis, sehingga mereka dapat
dijadikan sebagai media pembelajaran yang menarik. merumuskan sendiri penemuannya. Inkuiri
Kegiatan menggunakan laboratorium virtual mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi
merupakan kegiatan berbasis penyelidikan yang tingkatannya, misalnya merumuskan permasalahan,
mendorong rasa ingin tahu dan investigasi dengan merancang eksperimen, melakukan eksperimen,
teknik tertentu sehingga menemukan sendiri konsep mengumpulkan dan menganalisis data, menarik
penting yang diharapkan. Laboratorium virtual atau kesimpulan, mempunyai sikap-sikap objektif, jujur,
virtual laboratory adalah sebuah simulasi komputer hasrat ingin tahu, terbuka, dan sebagainya.
yang memungkinkan fungsi-fungsi penting dari Model Pembelajaran inkuiri dapat dimulai
laboratorium riil untuk dilaksanakan pada komputer. dengan memberikan pertanyaan dan cara bagaimana
[6] mengemukakan bahwa laboratorium virtual menjawab pertanyaan tersebut. Melalui pertanyaan
sebagai suatu bentuk objek multimedia interaktif tersebut peserta didik dilatih melakukan observasi,
terdiri dari berbagai format heterogen termasuk teks, menentukan prediksi, dan menarik kesimpulan.
hiperteks, suara, gambar, animasi, video dan grafik. Kegiatan seperti ini dapat melatih peserta didik
Keunggulan dari laboratorium virtual menurut [7] membuka pikirannya sehingga mampu membuat
yaitu kegiatan praktikum menjadi lebih efisien dan hubungan antara kejadian, objek atau kondisi dengan
murah karena setiap tahapan percobaan sudah kehidupan nyata.
tersedia dalam software pembelajaran, tidak Model pembelajaran inkuri merupakan
memerlukan biaya perawatan yang mahal, kegiatan kegiatan pembelajaran berbasis penyelidikan dimana
praktikum menjadi lebih aman dan tidak ada peserta didik mencari sendiri jawaban dari
kekhawatiran pada kerusakan alat laboratorium dan permasalahan yang dihadapi, hal ini sangat cocok
gangguan lainnya. Hasil penelitian [8], [9], [10] dan digabungkan dengan laboratorium virtual karena
[11] menyatakan bahwa penerapan laboratorium dengan laboratorium virtual peserta didik dapat
virtual mampu meningkatkan hasil belajar, melakukan percobaan secara mandiri berdasarkan
penguasaan konsep dan keterampilan proses sains petunjuk praktikum.
peserta didik. Labortorium virtual sebagai suatu bentuk
objek multimedia interaktif terdiri berbagai format
TINJAUAN PUSTAKA heterogen termasuk teks, hiperteks, suara, gambar,
Inkuiri berasal dari kata bahasa inggris animasi, video dan grafik [6]. Laboratorium virtual
Inquiry yang dapat diartikan sebagai proses bertanya merupakan objek multimedia interaktif yang
dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah kompleks dan termasuk bentuk digital baru, dengan
yang diajukannya. Pertanyaan ilmiah adalah tujuan pembelajaran implisit atau eksplisit.
pertanyaan yang mengarahkan pada kegiatan Pembelajaran dengan laboratorium virtual
penyelidikan terhadap obyek pertanyaan. Menurut menyebabkan peserta didik lebih mandiri, dapat

117
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume II No 3, Juli 2016

meningkatkan kemampuan berpikir dan kemampuan Sampel yang digunakan dipilih dengan menggunakan
mengkomunikasikan idenya. teknik cluster random sampling.
Konsep merupakan pemberian tanda pada Penelitian ini, untuk mengukur penguasaan
suatu obyek untuk membantu seseorang mengerti dan konsep digunakan tes berupa pilihan ganda sebanyak
paham terhadap obyek tertentu [13-10]. Kemampuan 22 soal. Sebelumnya tes pilihan ganda di uji
seseorang dalam menguasai tanda-tanda obyek validitasnya sehingga diperoleh 22 soal yang valid,
mengarah kemampuan dalam menguasai konsep. sedangkan untuk tes uraian divalidasi oleh para ahli
Penguasaan konsep tidak sekedar memahami secara kemudian diberikan kepada peserta didik. Uji F
sederhana, namun dapat pula dijabarkan sebagai digunakan untuk mengetahui homogenitas data dan
kemampuan mengerti, memahami, mengaplikasikan, uji normalitas untuk mengetahui apakah data
mengklasifikasikan, mengeneralisasikan, mensintesis terdistribusi normal atau tidak. Setelah itu, untuk
dan menyimpulkan obyek-obyek. Belajar konsep mengetahui peningkatan nilai kedua tes sebelum dan
merupakan hasil utama pendidikan, konsep sesudah diberi perlakuan digunakan uji t polled
merupakan batu pembangun berpikir. Konsep varians.
merupakan dasar bagi proses mental yang lebih tinggi
untuk merumuskan prinsip dan generalisasi. Untuk HASIL DAN PEMBAHASAN
memecahkan masalah, seseorang peserta didik harus Hasil penelitian berupa deskripsi hasil tes
mengetahui aturan-aturan yang relevan dan aturan- awal dan tes akhir dengan menggunakan uji
aturan ini didasarkan pada konsep-konsep yang homogenitas, uji normalitas, uji hipotesis (uji-t dua
diperolehnya. pihak) dan uji n-gain. Adapun hasil rekaptulasi nilai
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tes awal pada kelas kontrol dan kelas eksperimen
bermaksud melakukan penelitian dengan materi alat-alat optik dapat dilihat pada tabel berikut.
menggunakan model pembelajaran inkuiri berbantuan
laboratorium virtual. Peneliti berharap penggunaan Tabel 1 Rekaptulasi Nilai Tes Awal
model pembelajaran inkuiri mampu meningkatkan Kemampuan Awal
penguasaan konsep fisika peserta didik. Komponen Kelas Kelas
Kontrol Eksperimen
METODE PENELITIAN Jumlah Peserta 26 27
didik
Jenis penelitian yang digunakan adalah
Nilai Tertinggi 54 59
penelitian eksperimen dengan desain pre-test-post- Nilai Terendah 18 23
test control group design. Sebelum diberi perlakukan Rata-rata 38,25 39,04
kedua kelompok sampel diberikan tes awal untuk Standar Deviasi 10,86 9,42
mengukur kondisi awal. Selanjutnya kelas Uji Homogenitas Homogen
eksperimen diberikan perlakuan dengan model Uji Normalitas Normal Normal
pembelajaran inkuiri berbantuan laboratorium virtual
dan kelas kontrol diberi perlakuan berupa model Data hasil penelitian menunjukkan bahwa
pembelajaran konvensional. Sesudah perlakuan, rata-rata tes awal peserta didik pada kedua sampel
kedua kelas diberikan tes akhir. Dalam penelitian ini sebesar 38,25 untuk kelas kontrol dan 39,04 untuk
ada 3 variabel yaitu variabel bebas yaitu model kelas eksperimen. Pada Tabel 1, menunjukkan bahwa
pembelajaran inkuiri berbantuan laboratorium virtual, kelas kontrol dan kelas eksperimen homogen yang
variabel terikat yaitu penguasaan konsep, variabel berarti kedua kelas sampel memiliki kemampuan
kontrol yaitu materi ajar yang diajarkan, guru yang awal yang sama. Selain itu, hasil rata-rata tes awal
mengajar, dan instrumen penilaian pada kelas yang rendah disebabkan karena kedua kelas belum
eksperimen dan kontrol. memperoleh materi alat-alat optik sesuai dengan
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jenjang pendidikannya. Pengetahuan yang mereka
peserta didik kelas X MA DI Putri Nurul Hakim miliki hanya berupa pengetahuan dasar tentang
Kediri tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 5 pemantulan dan pembiasan cahaya yang diperoleh di
kelas. Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi. sekolah menengah pertama.

118
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume II No 3, Juli 2016

Tabel 2 Rekaptulasi Nilai Tes Akhir kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional
Kemampuan Awal seperti yang terlihat pada Tabel 2. Peningkatan nilai
Komponen Kelas Kelas rata-rata penguasaan konsep pada kelas eksperimen
Kontrol Eksperimen disebabkan karena tersedianya visualisasi konsep
Jumlah Peserta 26 27 dengan bantuan laboratorium virtual yang disajikan
didik
pada setiap materi membuat peserta didik pada kelas
Nilai Tertinggi 90 100
Nilai Terendah 50 54 eksperimen lebih mudah memahami materi yang
Rata-rata 71,50 82,48 dipelajari dibandingkan dengan kelas kontrol.
Standar Deviasi 8,79 11,16 Selanjutnya hasil tes akhir juga digunakan
Uji Homogenitas Homogen untuk perhitungan uji homogenitas dan uji normalitas
Uji Normalitas Normal Normal sehingga diperoleh bahwa kedua kelas setelah diberi
Uji Hipotesis thitung > ttabel , H0 ditolak Ha perlakuan memiliki varians yang homogen dan
diterima
terdistribusi normal. Setelah mengetahui homogenitas
dan normalitas kedua kelas kemudian dilakukan uji
Setelah dilakukan tes awal, selanjutnya kedua
hipotesis dengan taraf signifikan 5% dimana
kelas sampel diberi perlakuan yang berbeda dan
diperoleh thitung = 3,897 lebih besar dari ttabel = 2,032.
terakhir dilakukan tes akhir. Berdasarkan hasil tes
Hal ini berarti terdapat perbedaan penguasaan konsep
akhir peserta didik terjadi peningkatan nilai rata-rata
fisika menggunakan model pembelajaran inkuiri
tes akhir dari nilai rata-rata tes awal. Jika
berbantuan laboratorium virtual dengan pembelajaran
dibandingkan peningkatan nilai rata-rata tes akhir
konvensional pada peserta didik MA DI Putri Nurul
kedua kelompok sampel, terlihat bahwa peserta didik
Hakim Kediri tahun pelajaran 2015/2016. Sehingga
kelas eksperimen dengan model pembelajaran inkuiri
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri
berbantuan laboratorium virtual menunjukkan
berbantuan laboratorium virtual berpengaruh terhadap
peningkatan yang lebih tinggi daripada peserta didik
penguasaan konsep fisika peserta didik kelas X MA
DI Putri Nurul Hakim Kediri tahun pelajaran
100%
2015/2016.
80%
63%
Persentase

60% 54%
47% 49%
41% 44% 39% 40% 42%
36%
40%
18% 21%
20%

0%
C1 C2 C3 C4 C5 C6

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Gambar 1. Persentase Tes Awal pada Ranah Kognitif


100% 93% 89% 95% 90%
81% 85% 87% 84%
80% 71% 68%
Persentase

60% 60%
60%
40%
20%
0%
C1 C2 C3 C4 C5 C6

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Gambar 2. Persentase Tes Akhir pada Ranah Kognitif


119
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume II No 3, Juli 2016

Selain melakukan analisis pengujian Hal ini berarti sebaran ranah kognitif untuk kedua
hipotesis, peneliti juga ingin mengetahui peningkatan kelas cukup merata atau tidak telalu berbeda
pada setiap aspek kognitif yang mengacu pada signifikan. Berdasarkan Gambar 2, dapat diketahui
taksonomi Bloom. Indikator penguasaan konsep yang bahwa pada tes akhir ranah kognitif dari C1 sampai
digunakan yaitu mengingat, memahami, menerapkan, C6 lebih tinggi daripada tes awal. Hal ini dikarenakan
menganalisis, mengsintesis dan mencipta. Atau dapat kedua kelas telah diberikan perlakuan. Selain hal
disimbolkan mulai dari C1 hingga C6. Persentase diatas, peneliti ingin juga mengetahui sejauh mana
ranah kognitif tes awal peserta didik pada kedua kelas peningkatan yang dialami kedua kelas secara lebih
disajikan pada Gambar 1. terperinci terkait hubungan nilai kelas kontrol dan
Berdasarkan Gambar 1, dapat diketahui kelas eksperimen untuk persentase kenaikan
bahwa pada tes awal kedua kelas ranah kognitif C1 penguasaan konsep setiap sub materi. Perbandingan
(mengingat) lebih tinggi dari lima ranah lainnya yaitu peningkatan penguasaan konsep per sub materi alat-
54% untuk kelas kontrol dan 63% untuk kelas alat optik dalam Gambar 3. Materi optik dalam
eksperimen. Hal ini dikarenakan, pengetahuan yang penelitian ini dibatasi pada konsep optik geometri
dimiliki hanya pengetahuan dasar yang diperoleh dari yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi
jenjang sebelumnya. Untuk ranah kognitif C2 hingga 4 sub materi yaitu, cermin dan lensa, mata dan
C4 kelas kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan kacamata, kamera dan lup serta mikroskop dan
kelas eksperimen tetapi tidak terlalu signifikan, teropong. Setiap sub materi dianalisis
sedangkan ranah kognitif C5 dan C6 kelas ketercapaiannya berdasarkan perolehan skor tes awal
eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Hal ini dan tes akhir dan gain ternormalisasi. Perbandingan
berarti sebaran ranah kognitif untuk kedua kelas peningkatan penguasaan konsep per sub materi alat-
cukup merata atau tidak telalu berbeda signifikan. alat optik dalam Gambar 3.
Untuk ranah kognitif C2 hingga C4 kelas kontrol Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa
lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen perbedaan peningkatan penguasaan konsep di setiap
tetapi tidak terlalu signifikan, sedangkan ranah materi kedua kelas menunjukkan perbedaan tertinggi
kognitif C5 dan C6 kelas eksperimen lebih tinggi dari pada sub materi cermin dan lensa yaitu sebesar 81%
kelas kontrol. pada kelas eksperimen dan 60% pada kelas kontrol.

100%
90% 81%
80% 74%
70% 60% 63%
58%
Persentase

60% 52% 55%


50%
40% 30%
30%
20%
10%
0%
Cermin dan Lensa Mata dan Kacamata Kamera dan Lup Mikroskop dan
Teropong

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Gambar 3. Perbandingan Rata-rata Skor N-gain Setiap Sub Materi

120
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume II No 3, Juli 2016

Hal ini berarti informasi yang diterima oleh peserta didik yang belajar pada kelas eksperimen dirangsang
didik di kedua kelas sampel mengenai konsep cermin secara aktif untuk mempelajari konsep yang ada.
dan lensa cukup merata, selain itu sub materi cermin
dan lensa merupakan materi awal dalam PENUTUP
penyampaiannya dan materi ini juga merupakan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang
materi yang pernah diajarkan ditingkat sebelumnya. telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa model
Hal yang menarik pada sub materi mikroskop dan pembelajaran inkuri berbantuan laboratorium virtual
teropong, presentase kelas kontrol lebih besar 3% berpengaruh terhadap penguasaan konsep fisika
dibandingkan dengan kelas eksperimen. Hal ini peserta didik MA DI Putri Nurul Hakim Kediri Tahun
disebabkan karena beberapa faktor eksternal yang Pelajaran 2015/2016. Adapun saran yang dapat
tidak bisa peneliti kontrol yaitu pada pertemuan ke- diberikan bagi guru fisika adalah model pembelajaran
empat yang merupakan pertemuan terakhir dalam inkuiri berbantuan laboratorium virtual dapat
proses pembelajaran, sehingga pada fase-8 (menarik dijadikan alternatif model pembelajaran yang dapat
kesimpulan) tidak bisa sepenuhnya dilaksanakan, hal diterapkan dalam mengajar fisika. Namun, dalam
ini terjadi karena mendekati jam istirahat. Selain itu, penerapannya memerlukan perencanaan dan
selama pembelajaran pada kelas eksperimen waktu persiapan yang matang sebelum diterapkan dikelas
lebih banyak terbuang pada fase-7 (menganalisis agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai
data) sehingga guru belum sempat memberikan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
latihan Sedangkan untuk penelitian selanjutnya, model
soal agar peserta didik lebih memahami materi pembelajaran inkuiri berbantuan laboratorium virtual
mikroskop dan teropong. Sejalan dengan hal dapat dilakukan pada materi yang berbeda dengan
tersebut, Ornek dalam [3] menyatakan bahwa subjek peneliitian yang lebih luas.
kesulitan peserta didik dalam menguasai konsep
fisika disebabkan oleh kurang bekerja keras dalam UCAPAN TERIMA KASIH
proses pembelajaran. Keadaan inilah yang Terima kasih disampaikan kepada Tim Hibah
memungkinkan proses belajar dan konsentrasi peserta Penelitian Strategis Nasional Kemenristek Dikti
didik kurang maksimal. Adapun penelitian Tahun 2016 yang telah melibatkan kami dalam
sebelumnya yang mendukung penelitian ini penelitiannya, membimbing dan mengajarkan banyak
menunjukkan bahwa pembelajaran inkuri terbimbing hal, serta memfasilitasi semua proses hingga
integrasi peer instruction dapat meningkatkan publikasi ilmiah bersama.
penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis
peserta didik [3]. Selain itu [5] dan [2] menyatakan REFERENSI
bahwa model pembelajaran inkuiri mampu [1] Sanjaya, W. 2011. Strategi Pembelajaran
meningkatkan hasil belajar, penguasaan konsep, Berorientasi Standar Proses Pendidikan..
kemampuan berpikir kristis dan kreatif serta Jakarta: Kencana Prenada Media.
[2] Umami, R., dan Jatmiko, B. 2013. Penerapan
meingkatkan sikap ilmiah peserta didik. Selanjutnya
Model Pembelajaran Inkuiri dengan
dalam penelitian yang berkaitan dengan laboratorium Pendekatan SETS (Science, Environment,
virtual menunjukkan bahwa penggunaan multimedia Technology and Society) pada Pokok Bahasan
interaktif dalam pembelajaran fisika berpengaruh Fluida Statis untuk Meningkatkan
positf terhadap penguasaan konsep [14]. Sejalan Keterampilan Berpikir Kritis. Jurnal Inovasi
dengan itu, hasil penelitian [8] dan [11] menyatakan Pendidikan Fisika. Vol 2 No. 3 : 61-69.
bahwa penerapan laboratorium virtual mampu [3] Kurniawati, I.D., Wartono, dan Diantoro, M.
2014. Pengaruh Pembelajaran Inkuiri
meningkatkan hasil belajar, penguasaan konsep dan
Terbimbing Integrasi Peer Instruction terhadap
keterampilan proses sains. Selain itu, [10] Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir
menyatakan bahwa pembelajaran dengan Kritis Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika
menggunakan laboratorium virtual dapat Indonesia. Vol 1 Nomor 10 ; 36-46.
meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan [4] Wijayanti, P.I., Mosik, dan Hindarto, N. 2010.
berpikir kreatif, hal ini disebabkan karena peserta Eksplorasi Kesulitan Belajar Siswa pada Pokok
Bahasan Cahaya dan Upaya Peningkatan Hasil
Belajar Melalui Pembelajaran Inkuiri
121
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume II No 3, Juli 2016

Terbimbing. Jurnal Pendidikan Fisika pada program studi pendidikan fisika hingga meraih
Indonesia. Nomor 6: 1-5. gelar sarjana pendidikan pada tahun 2016.
[5] Hafsyah, N. 2012. Penerapan Model Inkuiri
Terstruktur dengan Media Virtual Lab pada
Pembelajaran Fisika di SMP. Jurnal
Pembelajaran Fisika FKIP UNEJ, Vol I
Nomor 2 : 158-16
[6] Budhu, M. 2002. Virtual Laboratories for
Engineering Education. Paper presented at
International Conference on Engineering
Education. Manchester, U.K,. August 18-21
[7] Gunawan. 2015. Model Pembelajaran Sains
Berbasis ICT. Mataram : FKIP UNRAM.
[8] Budiyono. 2009. Penerapan Laboratorium Riil
dan Virtual pada Pembelajaran Fisika melalui
Metode Eksperimen ditinjau dari Gaya
Belajar. Tesis pada Prodi Pendidikan Sains.
Universitas Sebelas Maret Surakarta: tidak
diterbikan.
[9] Dwi, I.M., Arif, H., dan Sentot, K. 2013.
Pengaruh Strategi Problem Based Learning
Berbasis ICT terhadap Pemahaman Konsep
dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika.
Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. Nomor 9 :
8-17
[10] Hermansyah, Gunawan dan Heryanti, L. 2015.
Pengaruh Penggunaan Laboratorium Virtual
terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa pada Materi Getaran
dan Gelombang. Jurnal Pendidikan Fisika dan
Teknologi. Vol I Nomor 2.
[11] Bulan, S.N., Maharta, N., dan Ertikanto, C.
2015. Pengaruh Kemampuan Inkuiri terhadap
Hasil Belajar Fisika berbantuan Virtual
Laboratory. Jurnal Pendidikan Fisika FKIP
UNILA.
[12] Joyce, B., Weil, M., dan Calhoun, E. 2003.
Model of Teaching. Chicago : University of
Chicago Press.
[13] Hermawanto, Kusairi, S., dan Wartono. 2013.
Pengaruh Blended Learning terhadap
Penguasaan Konsep dan Penalaran Fisika
Peserta Didik Kelas X. Jurnal Pendidikan
Fisika Indonesia FMIPA UNM. Vol I Nomor 9
: 67-76
[14] Gunawan, Harjono, A., Sahidu, H., dan Sutrio.
2015. Penggunaan Multimedia Interaktif
Pembelajaran Fisika dan Implikasinya pada
Penguasaan Konsep Mahasiswa. Jurnal Pijar
MIPA. Vol.IX Nomor 1 : 15-19.

Biografi Penulis
Mahesti Kusdiastuti, lahir di Alas 11 Juni 1995.
Tahun 2012 lulus di SMAN 5 Mataram dan
melanjutkan pendidikan S-1 di Universitas Mataram

122

Anda mungkin juga menyukai