Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“Implementasi Metode inkuiri dan Saintifik dalam


Pembelajaran Berbasis Laboratorium”

DOSEN PENGAMPU :
Dra. Ida Wahyuni, M.Pd.

Disusun Oleh :
KELOMPOK 4
 Gustanta 4213121009
 Hidea oliva 4213121012
 Merry hana bangun 4213321006
 Rahcel ananta 4211121014
 Rodearsen sihombing 4213321009
 Syarifah aini harahap 4213121043

KELAS : PSPF 2021 A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan tugas ini.
Jika dalam penulisan makalah kami terdapat berbagai kesalahan dan kekurangan dalam
penulisannya ,maka kepada para pembaca,penulis memohon maaf sebesar- besarnya atas
koreksi- koreksi yang telah dilakukan .Hal tersebut semata-mata agar menjadi suatu evaluasi
dalam pembuatan tugas ini .
Mudah-mudahan dengan adanya pembuatan tugas ini dapat memberikan manfaat berupa
ilmu pengetahuan yang baik bagi penulis maupun bagi para pembaca.

Medan, 24 September 2023

Kelompok 4
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Laboratorium adalah tempat melakukan berbagai aktivitas atau kegiatan
praktikum/percobaan maupun penelitian (riset). Pratikum berasal dari kata praktik yang
artinya pelaksanaan secara nyata yang disebut dalam teori. Praktikum merupakan bagian dari
pengajaran yang bertujuan agar peserta didik mendapat kesempatan untuk menguji dan
melaksanakan di keadaan nyata, yang diperoleh dari teori dan pelajaran praktik (Pusat
Bahasa, 2001). Kegiatan yang dilakukan di dalam laboratorium dapat digunakan untuk
melatih dan mengembangkan keterampilan proses sains siswa. Keterampilan proses sains
siswa memberikan pengalaman langsung terhadap materi yang mereka kerjakan. Melalui
proses ilmiah dapat dikembangkan sikap ilmiah siswa. Sikap ilmiah tersebut mencakup sikap
ingin tahu, menghargai pembuktian, berpikir kritis, kreatif, berbicara berdasarkan kepada
bukti-bukti konkrit atau data, dan peduli terhadap lingkungan.
Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik
dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa
informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari
guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk
mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan
bukan hanya diberi tahu. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran perlu didukung dengan
metode pembelajaran yang tepat antara lain metode proyek dan metode eksperimen.
Kegiatan laboratorium menggunakan model pembelajaran inkuiri adalah proses
pembelajaran yang mengharuskan siswa menemukan konsep atau fakta yang belum diketahui
melalui kegiatan laboratorium atau eksperimen/praktikum, sehingga siswa dapat
mengembangkan kerja ilmiah selama kegiatan berlangsung. Kegiatan laboratorium
menggunakan model pembelajaran inkuiri ini memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi
gejala dan menyatakan permasalahan, mengusulkan jawaban sementara (hipotesis),
mendesain dan melaksanakan cara pengujian hipotesis, mengorganisasikan dan menganalisa
data yang diperoleh dan merumuskan simpulan (Roestiyah 2008). Kegiatan laboratorium ini
melatih siswa bekerja ilmiah untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap ilmiah.
Hasil penelitian Nikmah (2009) menunjukkan bahwa kegiatan laboratorium berbasis inkuiri
tersebut dapat menumbuhkan keterampilan proses sains siswadan meningkatkan hasil belajar
siswa.

B. Rumusan masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan model pembelajaran inkuiri dan saintifik?
2. Bagaimana penggunaan model pembelajaran inkuiri dan saintifik laboratorium fisika
3. Apakah kelebihan dan kekurangan penggunaan model pembelajaran inkuiri dan
saintifik laboratorium fisika
C. Tujuan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan model pembelajaran inkuiri dan saintifik?
2. Mengetahui penggunaan model pembelajaran inkuiri dan saintifik laboratorium
fisika
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan penggunaan model pembelajaran inkuiri dan
saintifik laboratorium fisika

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian pembelajaran inkuiri dan saintifik


Model pembelajaran inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yangmemberikan
porsi keleluasaan ruang dan waktu terbesar kepada siswa. Inkuiri dapat diartikan sebagai
suatu pendekatan dalam pengajaran yang disusun sedemikian rupa sehingga siswa mengalami
prosesproses tertentu untuk menemukan konsepkonsep sains. Gross (2002) menyatakan
metode inkuiri akan membawa pikiran siswa untuk melakukan eksperimen dan
mengumpulkan data. Pembelajaran inkuiri yang didesaian secara baik akan menghasilkan
bentukbentuk pengetahuan yang dapat diaplikasikan secara luas. tugas guru dalam model ini
adalah membimbing/memelihara proses pembelajaran dengan menekankan pada proses
inkuiri dan mengajak7menggiring siswa untuk melakuka re"leksi terhadap proses itu
(indrawati,2000).
Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik
dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa
informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari
guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk
mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan
bukan hanya diberi tahu. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran perlu didukung dengan
metode pembelajaran yang tepat antara lain metode proyek dan metode eksperimen.
Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada siswa perorangan atau
kelompok untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Syaiful Bahri Djamarah
(2000). Metode eksperimen dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau
kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau
buku.Penggunaan metode eksperimen mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan
menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan
mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berpikir ilmiah. Dengan
eksperimen siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.
Paul Suparno, (2007:126) menjelaskan bahwa metode proyek merupakan pembelajaran
fisika atau sains ketika siswa dalam kelompok diminta membuat atau melakukan suatu
proyek bersama, dan mempresentasikan hasil dari proyek tersebut. Metode proyek
mempunyai ciri utama melakukan proyek, membuat laporan tertulis dan mempresentasikan
hasil proyek di depan kelas. Kreativitas belajar merupakan kemampuan untuk menciptakan
suatu yang baru sebagai kemampuan untuk melihat hubungan baru yang dapat dugunakan
untuk memecahkan masalah.Kreativitas seseorang dapat dilihat dari tingkah laku atau
kegiatannya yang kreatif.
Berpikir kritis (critical thinking) diperlukan dalam kehidupan, sehingga hal ini perlu
ditanamkan dalam pembelajaran.Untuk mengatasi hal ini diperlukan ketrampilan, salah
satunya kemampuan critical thinking yang harus dimilik siswa, agar mampu menghadapi
segala tantangan, dan permasalahan yang terjadi di masyarakat.
Penelitian eksperimen pada materi Induksi Magnet bertujuan untuk mengetahui adanya:
1. perbedaan hasil belajar antara pendekatan saintifik melalui metode proyek dan
eksperimen;
2. perbedaan nilaipengetahuan, sikap,dan keterampilan antara siswa yang
memilikikreativitas tinggi dan rendah;
3. perbedaan nilaipengetahuan, sikap, dan keterampilan antara siswa yang
memilikikemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah;
4. interaksi pembelajaran saintifik dengan metode proyek dan eksperimendengan
kreativitas terhadap prestasi belajar fisika;
5. interaksi pembelajaran saintifik dengan metode eksperimen dengan kemampuan
berpikir kritis terhadap prestasi belajar fisika;
6. interaksi antara kreativitas belajar dengan berpikir kritis terhadap prestasi belajar
fisika;
7. interaksi pembelajaran saintifik dengan metode proyek dan eksperimen dengan
kreativitas belajar dan berpikir kritis siswa terhadap prestasi belajar fisika

B. Tahapan pembelajaran inkuiri dan saintifik


Esensi lain dari pembelajaran berbasis inkuiri adalah keterlibatan dalam pembelajaran
yang membawa pada pemahaman. Karli dan Sri (2003) menyatakan bahwa pendekatan
belajar dengan model inkuiri terdiri atas lima tahapan yaitu:
1. Tahap pertama adalah penyajian masalah atau menghadapkan siswa pada situasi teka-
teki. Pada tahap ini guru membawa situasi masalah dan menentukan prosedur inkuiri
kepada siswa. Permasalahan yang diajukan adalah masalah yang sederhana yang
dapat menimbulkan keheranan. Hal ini diperlukan untuk memberikan pengalaman
kreasi
2. Tahap ke dua mengumpulkan data informasi tentang yang mereka lihat atau alami.
3. Tahap ketiga adalah eksperimen. Pada tahap ini siswa melakukan eksperimen untuk
mengeksplorasi dan menguji secara langsung. Eksplorasi mengubah sesuatu untuk
mengetahui pengaruhnya, tidak selalu diarahkan oleh suatu teori atau hipotesis. Pada
tahap ini guru berperan untuk mengendalikan siswa bila mengasumsikan suatu
variabel yang telah ditangkalnya padahal pada kenyataannya tidak. Peran guru lainnya
pada tahap ini adalah memperluas informasi yang telah diperoleh. Selama verifikasi
siswa boleh mengajukan pertanyaan tentang obyek, ciri, kondisi, dan peristiwa.
Strategi pembelajaran inquiry akan efektif manakala:
• Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang
ingin dipecahkan.
• Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi
melainkan sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
• Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap segala sesuatu
• Jika guru akan mengajar kepada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemauan dan
kemampuan berpikir.
• Jika jumlah siswa yang belajar tidak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan guru
• Jika guru memiliki waktu yang cu
Langkah-langkah pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran meliputi mengamati
(observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting), mengolah data atau informasi
dilanjutkan dengan menganalisis, menalar (associating), dan menyimpulkan, menyajikan data
atau informasi (mengomunikasikan), dan menciptakan serta membentuk jaringan
(networking). Menurut Daryanto (2014), langkah-langkah pendekatan saintifik dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Mengamati (observasi)
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull
learning). Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta
didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode
observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis
dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.
b. Menanya
Pada kurikulum 2013 kegiatan menanya diharapkan muncul dari siswa. Kegiatan belajar
menanya dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak
dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan
tentang apa yang diamati.
c. Mengumpulkan informasi
Kegiatan mengumpulkan informasi adalah tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan
dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara.
Peserta didik dapat membaca berbagai sumber, memperhatikan fenomena atau objek yang
lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen.
d. Mengasosiasikan/mengolah informasi
Dalam kegiatan mengasosiasi/mengolah informasi terdapat kegiatan menalar dalam kerangka
proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam kurikulum 2013 untuk
menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Penalaran adalah
proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi
untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
e. Mengkomunikasikan
Pada pendekatan saintifik guru diharapkan memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui
menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi,
mengasosiasikan, dan menemukan pola.

C. Peran Guru dan Fase-fase Pembelajaran Inquiry serta Tahapan Langkah Dasar
Inquiry Laboratorium
- Peran Guru
Peran Guru dan SiswaPeran dan aktifitas guru dalam menyiapkan dan melaksanakan
pembelajaran yang menggunakan laboratorium dalam hal ini yaitu:
Upayakan pembelajaran yang bepusat pada siswa (student- centered), guru membangun
pengetahuan siswa dengan membawa dan mengembangkannya dari situasi belajar: guru
membantu siswa mengkonstruksi pengetahuannya dari pengalaman belajarnya; fokus pada
siswa sebagai penyelidik yang aktif dari pada sebagai penerima pengetahuan yang pasif;
pusatkan pada satu atau lebih pertanyaan bimbingan sebagai mode inquiry yang aktif
(pertanyaan bimbingan

lebih banyak dalam pembelajaran di kelas dibandingkan dengan pembelajaran di


laboratorium).
• Upayakan siswa untuk berpikir dan bertanya.
• Giring siswa agar muncul debate dan diskusi diantara mereka.
• Siapkan tahapan dan langkah-langkah yang variatif dalam penyelidikan.
• Bertindak sebagai mentor dan pembimbing yang memberikan sedikit arahan yang mungkin
diperlukan.
• Pelihara atmosfir kelas yang kondusif untuk inquiry.
• Tanamkan kebiasaan siswa untuk bertanya “Bagaimana aku bisa tahu materi pelajaran ini?”
Dari pada bertanya “Apa yang harus ku
tahu dari pelajaran ini?”
• Berikan respons atau penghargaan untuk apa yang telah dikatakan
atau dilakukan siswa yang berkontribusi pada pelajaran. Sedangkan peran dan aktifitas siswa
dalam pembelajaran inquiry yang menggunakan laboratorium adalah:
• Membuat pengamatan dan pengumpulan data.
• Menformulasikan ramalan (prediksi) berdasarkan pengamatan dan
mengkreasikan serta melaksanakan eksperimen dalam rangka
mendapatkan dan menvalidasi kesimpulan.
• Mencari hubungan sebab dan akibat.
• Menghubungkan variabel bebas dan variabel terikat untuk
menyatakan hubungan yang bermakna.
• Menggunakan kemampuan bernalar.
• Membuat keputusan dan menuliskan kesimpulan-kesimpulan
berdasarkan data.
• Menginterpretasikan hasil pengamatan atau data yang terkumpul.

- Fase-fase Pembelajaran Inquiry


Standar Nasional Pendidikan Sains dan Inquiry Illionis University (Carl J. Wenning,
2007) mengajukan sejumlah komponen pembelajaran berbasis inquiry, berupa fase-fase yang
esensial berdasarkan siklus belajar:
Fase-1: Siswa diperhadapkan dengan suatu pertanyaan yang ilmiah, kejadian, atau fenomena.
Ini berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui, ciptakan kebimbangan dengan ide-
ide mereka sendiri, dan/atau dorong mereka untuk belajar lebih jauh lagi.
Fase 2: Siswa mengeksplorasi ide-ide melalui pengalaman hands-on, menformulasi dan
menguji hipotesis, memecahkan masalah, dan mengemukakan penjelasan-penjelasan untuk
apa yang mereka amati. Fase 3: Siswa menganalisis dan menginterpretasi data,
mensintesiskan ide-ide mereka, membuat model, dan mengklarifikasi konsep dan eksplorasi
dengan guru dan sumber-sumber pengetahuan ilmiah lainnya.
Fase 4: Siswa menunjukkan pemahaman dan kemampuan mereka dan menerapkan apa yang
telah mereka pelajari pada situasi-situasi yang baru.
D.Keunggulan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Inquiry dan saintifik
- Inquiry
1) Keunggulan
a. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembe-lajaran
yang menekankan kepada perkembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara
seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
b. Strategi pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai
dengan gaya belajar mereka
c. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan
perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan
tingkah laku berkat adanya pengalaman.
d. Strategi belajar ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-
rata.
2) Kelemahan
a. Jika strategi pembelajaran inkuiri digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit
mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
b. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan
kebiasaan siswa dalam belajar
c. Memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan
waktu yang telah ditentukan.
d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi
pelajaran, maka strategi pembelajaran inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

- Saintifik

Kelebihan pendekatan saintifik menggunakan pembelajaran discovery learning adalah


sebagai berikut:
1 Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan- keterampilan dan
proses-proses kognitif.
2 Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena
menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer.
3 Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
4 Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya
dan motivasi sendiri.
5 Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan
bekerjasama denagn yang lainnya.
6 Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan.
7 Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
8 Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
9 Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik.
10 Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
11 Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia
seutuhnya.
12 Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.
13 Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.
14 Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu. Kemendikbud, 2014: 32 Secara
umum pendekatan saintifik mempunyai banyak kelebihan yang sangat bermanfaat bagi
perkembangan siswa dalam hal pengetahuan kognitif, sikap afektif, dan keterampilan
psikomotor, sebagai bekal siswa untuk diterapkan dalam kehidupan nyata di lingkungannya
Kekurangan Pendekatan Saintifik

Adapun kelemahan dari pendekatan scientific adalah sebagai berikut:


1 Menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang
pandai, akan mengalami kesilitan abstrak atau berpikir atau mengungkapkan hubungan antara
konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
2 Tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang
lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
3 Harapan-harapan yang terkandung dalam model ini dapat buyar berhadapan dengan siswa
dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
4 Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan aspek
konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
5 Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang akan ditemukan.
Kemendikbud, 2014: 32-33 Berdasarkan pernyataan di atas peneliti berpendapat bahwa
semua pendekatan pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Pendekatan saintifik juga
mempunyai kelemahan yaitu: tidak semua siswa siap berpikir sehingga bagi siswa yang
kurang pandai akan mengalami banyak hambatan. Selain itu kurang efektif jika jumlah siswa
banyak karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu siswa dalam menemukan
teori atau pemecahan masalah.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Inquiry ilmiah adalah cara yang ampuh untuk memahami kontenilmu pengetahuan.
Siswa belajar bagaimana mengajukan pertanyaan dan menggunakan bukti untuk memberikan
jawaban. Dalam proses belajar dengan strategi inquiry ilmiah, siswa belajar untuk melakukan
penyelidikan dan mengumpulkan bukti-bukti dari berbagai sumber, mengembangkan
penjelasan dari data, dan berkomunikasi serta mempertahankan kesimpulan mereka.
Pendekatan saintifik merupakan bagian dari pendekatan pedagogis yang menerapkan
metode ilmiah dalam pembelajaran. Pengertian pendekatan saintifik tidak hanya fokus pada
bagaimana mengembangkan kompetensi siswa dalam melakukan observasi atau eksperimen,
tetapi juga mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berpikir untuk mendukung
aktivitas kreatif dalam berinovasi atau berkarya. Bagi siswa, pendekatan saintifik berfungsi
sebagai bentuk titian emas perkembangan dan pengembangan sikap (ranah afektif),
keterampilan (ranah psikomotorik), dan pengetahuan (ranah kognitif). Melalui pendekatan ini
diharapkan siswa dapat menjawab rasa ingin tahunya melalui proses yang sistematis
sebagaimana langkah-langkah ilmiah. Proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik harus
dipandu dengan kaidah-kaidah yang menonjolkan dimensi pengamatan, penalaran,
penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran, serta menghindari intuisi,
akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis. Implementasi
pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan siswa secara aktif untuk mengonstruksi
konsep, hukum, atau prinsip melalui kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan data,
mengasosiasi, dan mengomunikasikan hasil penyelidikan.

B. Saran
Guru dan calon guru yang nantinya akan melakukan pembelajaran di kelas mau pun
melakukan praktikum di laboratorium semoga dengan membaca makalah ini guru dan calon
guru lebih selektif dalam menentukan model pembelajaran yang akan di
implementasikannya. Pemilihan model pembelajaran harus di sesuaikan dengan kurikulum,
siswa, dan sarana dan prasarana sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Admoko, Setyo, and S. Supriyono. "Workshop Peningkatan Kemampuan Merancang
Kegiatan Laboratorium Berorentasi pada Pendekatan Saintifik Bagi Guru Fisika Sidoarjo."
Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA) 6.1 (2016): 34-42.

Daryanto. (2014). Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava


Media.

Musfiqon, H. M. & Nurdyansah. (2015). Pendekatan Pembelajaran Saintifik. Sidoarjo:


Nizamia Learning Center.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2014
tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Prihadi, B. (2014). Penerapan Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik


dalam Kurikulum 2013. Makalah disampaikan pada In House Training Implementasi
Kurikulum 2013 di SMPN 8 Kota Pekalongan tanggal 23 – 24 Mei 2014.

Suma, K.2005. Efektivitas kegiatan laboratorium konstruktivis dalam meningkatkan


penguasaan konsep-konsep arus searah mahasiswa calon guru. Eurnal Pendidikan dan
Pengajaran. 38(2),159-171

Anda mungkin juga menyukai