Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan

Volume
Sukarso 6, Nomor(2021).
& Muslihatun 3, November 2021Profesi Pendidikan, 6 (3): 467 – 475
Jurnal Ilmiah
ISSN https://doi.org/10.29303/jipp.v6i3.268
DOI: (Print): 2502-7069; ISSN (Online): 2620-8326

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF, SIKAP DAN


KEMAMPUAN BEKERJA ILMIAH MELALUI PEMBELAJARAN PRAKTIKUM
PROYEK RISET OTENTIK

AA Sukarso 1 * & Muslihatun 2


1
Program Studi Pendidikan Biologi PMIPA FKIP Universitas Mataram , Indonesia
2
SMA Negeri 5 Mataram, Mataram, Indonesia
Corresponding Author : asukarso@unram.ac.id

Article History Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap efektivitas praktikum
Received : October 12th, 2021 yang dilakukan melalui proyek penelitian otentik dalam mengembangkan
Revised : October 28th, 2021 keterampilan berpikir kreatif, sikap ilmiah dan kemampuan bekerja ilmiah
Accepted : November 01th, 2021 siswa pada pembelajaran Biologi SMA. Sebanyak 34 orang siswa kelas X
Published : November 13th, 2021 MIPA dari salah satu SMA Negeri di Mataram, NTB melakukan kegiatan
praktikum proyek riset otentik dan 33 orang siswa lainnya dengan praktikum
verifikatif. Keterampilan berpikir kreatif dinilai dengan menggunakan tes
keterampilan berpikir kreatif yang disusun peneliti. Tes diberikan sebelum dan
setelah intervensi. Sikap ilmiah dinilai dengan menggunakan metode observasi
dan kemampuan bekerja ilmiah dinilai dengan menggunakan instrumen self dan
peer assessment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktikum proyek riset
otentik mendorong keterampilan berpikir kreatif, menstimulasi sikap ilmiah dan
kemampuan bekerja ilmiah siswa. Dari studi ini disimpulkan bahwa praktikum
proyek riset otentik memberikan wawasan tentang bagaimana praktikum
proyek riset otentik mendorong berpikir kreatif, menunjukkan manfaat dalam
menanamkan sikap ilmiah, meningkatkan kemampuan bekerja ilmiah siswa dan
keterbatasan pendekatan dalam studi ini.

Kata kunci: berpikir kreatif, bekerja ilmiah, praktikum penelitian otentik,


sikap ilmiah.

PENDAHULUAN terkait dengan pemikiran kreatif (Barrow, 2010).


Kreativitas sering dianggap sebagai kemampuan
Tuntutan sosial yang berubah saat ini untuk menghasilkan ide-ide baru dan orisinal
membutuhkan pengetahuan dan keterampilan (Amabile, 1996), juga dapat dipahami sebagai
yang dapat diterapkan sesuai kebutuhan. interaksi antara bakat, proses, dan lingkungan
Masyarakat modern dituntut memiliki kompetensi yang saling mendukung untuk terciptanya sesuatu
berpikir kritis, berpikir kreatif, kemampuan yang baru dan berguna (Plucker, 2004). Dengan
komunikasi dan kolaborasi. Dalam konteks ini, demikian, kreativitas adalah fenomena sosial
tuntutan kompetensi bukan hanya domain kolaboratif yang membutuhkan interaksi dan
pengetahuan, tetapi kapasitas untuk berpikir dan diskusi.
belajar, berkomunikasi, dan berkolaborasi Ilmu pengetahuan dibangun melalui
(Justice, et. al., 2009). Masyarakat yang terlatih komunikasi dan interaksi antar ilmuwan;
dalam pemikiran kreatif, pemecahan masalah, kuncinya adalah interdisipliner dan kolaboratif
mandiri, dapat bekerjasama, dan kemampuan (Rodríguez, et al., 2017). Kreativitas secara
tingkat tinggi lainnya diperlukan untuk mengatasi intrinsik terkait dengan hakikat sains dan
tantangan hidup yang kompleks (Millar, 2015; pengetahuan (Beghetto & Kaufman, 2013). Proses
Bosch & Casadevall, 2017). Oleh sebab itu, kreatif sains meliputi penemuan masalah ilmiah
pendidikan harus menekankan dan baru, merumuskan hipotesis berdasarkan
memperkenalkan pembelajaran yang melatihkan pengetahuan yang ada, merancang eksperimen
keterampilan berpikir kreatif agar lulusan dapat baru, mengevaluasi bukti, dan memverifikasi
menjawab tantangan tersebut. teori. Proses kreatif penting untuk menemukan
Kreativitas merupakan kunci utama proses solusi yang mungkin dilakukan dengan kombinasi
penelitian dan inovasi. Kreativitas penting untuk teknik dan pengetahuan baru (Scheffer et al.,
bagaimana merumuskan pertanyaan baru, 2017; Uzzi et al., 2013). Sistem pendidikan harus
penalaran deduktif dan induktif, dan memberi prioritas yang lebih untuk
menggabungkan pengetahuan yang tidak saling mengembangkan kreativitas. Hasil-hasil

467
Sukarso & Muslihatun (2021). Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 6 (3): 467 – 475
DOI: https://doi.org/10.29303/jipp.v6i3.268

penelitian menunjukkan penggunaan strategi berikut: 1) praktikum proyek penelitian otentik


pembelajaran aktif efektif dalam mempromosikan memberikan kebebasan kepada siswa untuk
pemikiran kreatif (Waldrop, 2015). Pendekatan membuat keputusan mengenai apa dan bagaimana
pedagogis berdasarkan interaksi, penyelidikan, mereka melakukan penyelidikan, 2) praktikum
pemecahan masalah, pemberian otonomi siswa proyek penelitian otentik memungkinkan siswa
mendorong munculnya tanggung jawab, bekerja sama sebagai cerminan kesamaan minat,
kemandirian, kerja kooperatif, dan meningkatkan dan 3) praktikum proyek penelitian otentik
retensi pengetahuan untuk jangka panjang merupakan teknik stimulasi untuk meningkatkan
(Criswell, 2012), dan mempromosikan perolehan dan mengembangkan keterampilan berpikir
keterampilan berpikir kreatif (Sukarso et al., kreatif dan keterampilan bekerja ilmiah.
2019; Widodo & Resik, 2012).
Pembelajaran yang berpusat pada siswa, METODE
seperti kegiatan laboratorium investigasi,
mendorong dan mempromosikan keterampilan Partisipan dan Model Praktikum
berpikir kreatif. Kegiatan laboratorium investigasi Kegiatan praktikum proyek ini
memodelkan proses investigasi yang biasa dilaksanakan sebelum masa pandemi Covid-19,
digunakan para ilmuwan. Dalam kegiatan pada salah satu SMA negeri di Kota Mataram
laboratorium investigasi, siswa memperoleh Nusa Tenggara Barat. Subjek penelitian sebanyak
keterampilan yang berbeda untuk menerapkan 67 orang siswa yang terbagi dalam 34 siswa kelas
pengetahuan dan menemukan solusi masalah yang eksperimen dan 33 siswa lainnya sebagai kelas
kompleks (Hofstein & Lunetta, 2004). Penelitian control. Siswa kelas eksperimen melakukan
investigasi meningkatkan keterampilan tingkat kegiatan praktikum berbasis proyek penelitian
tinggi, seperti berpikir kritis, kemampuan otentik dan kelas control melakukan praktikum
melakukan penyelidikan independen, dan rasa verifikatif. Model praktikum berbasis proyek
tanggung jawab untuk belajar, pertumbuhan penelitian otentik dilakukan siswa dalam bentuk
intelektual, dan kedewasaan (Chung & Behan, proyek penelitian yang dilakukan secara
2010). Praktikum investigasi mengintegrasikan berkelompok (kelompok kecil 4-5 orang) dengan
penelitian dan pengajaran di mana siswa dan guru seorang guru yang bertindak sebagai fasilitator
bertindak sebagai rekan belajar (Thomas, 2000). pembelajaran. Sintaks dari model praktikum
Kegiatan laboratorium berbasis proyek berbasis proyek penelitian otentik meliputi tujuh
penelitian otentik mengasumsikan bentuk langkah sebagai berikut: 1) Merumuskan/orientasi
pembelajaran praktikum dengan sifat permasalahan atau pertanyaan penelitian, 2)
penyelidikan dengan tingkat bimbingan pada Menetapkan bidang proyek penelitian otentik, 3)
skala prioritas pemberian otoritas pada siswa agar Mengajukan alternatif ide penelitian individu, 4)
mandiri, terampil dan bertanggungjawab. Menentukan alternatif untuk ide untuk proyek
Kegiatan laboratorium berbasis proyek penelitian penelitian kelompok, 5) Merancang dan
otentik dikondisikan sebagai aktivitas mengkomunikasikan rencana proyek penelitian
penyelidikan terbuka; guru memberikan otentik, 6) Melaksanakan praktikum proyek
permasalahan ill structured untuk merangsang penelitian otentik, 7) Melaporkan dan
dan mendorong inkuiri (Ulger, 2018). Inkuiri mengkomunikasikan hasil proyek penelitian
terbuka sangat memungkinkan siswa berlatih otentik. Siswa kelompok control melakukan
menumbuhkan keterampilan kreatifnya. praktikum dengan menggunakan petunjuk
Kreativitas siswa melalui kegiatan praktikum praktikum yang dibuat dan disiapkan guru.
proyek penelitian otentik, didorong melalui teknik
stimulasi seperti brainstorming, pemecahan Pengumpulan data dan instrumen
masalah, atau teknik pembimbingan oleh ahli. Penelitian deskriptif-evaluatif ini
Bekerja dalam kelompok dapat meningkatkan menggunakan kombinasi teknik statistik
kreativitas melalui berbagi sudut pandang dan kuantitatif dan kualitatif metode analisis isi untuk
pengalaman yang berbeda (Gupta, 2015). menganalisis data yang dikumpulkan dengan
Kami berhipotesis bahwa kegiatan mempertimbangkan tujuan penelitian. Untuk
praktikum berbasis proyek penelitian otentik menguji hipotesis bahwa praktikum berbasis
mendorong berkembangannya keterampilan proyek penelitian otentik mendorong dan
berpikir kreatif dan keterampilan bekerja ilmiah meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan
siswa. Untuk menguji hipotesis ini, kami keterampilan bekerja ilmiah, maka ada tiga aspek
merancang praktikum dengan unsur-unsur dinilai yakni: 1) Keterampilan berpikir kreatif
468
Sukarso & Muslihatun (2021). Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 6 (3): 467 – 475
DOI: https://doi.org/10.29303/jipp.v6i3.268

siswa sebelum dan setelah intervensi, dinilai menunjukkan distribusi variabel normal dan
dengan memberikan tes keterampilan berpikir variansi kedua kelompok homogen. Data
kreatif berupa soal bentuk essai yang peningkatan keterampilan berpikir kreatif diolah
dikembangkan peneliti mengacu pada TTCT menggunakan skor gain yang dinormalisasi
(Torrance, 1977) pada materi Jamur. 2) Sikap (Hake, 1998) dan interpretasinya digunakan
ilmiah siswa yang dinilai dengan menggunakan kriteria dari Meltzer (2002). Untuk menganalisis
lembar observasi yang dilakukan oleh empat hasil observasi dan self assessment dan peer
orang observer (guru dan pembantu penelitian). 3) assessment kelompok fokus, kami menggunakan
Kemampuan bekerja ilmiah siswa yang dinilai Teknik analisis deskriptif.
dengan menggunakan teknik penilaian diri (self
assessment) dan penilaian sebaya (peer HASIL DAN PEMBAHASAN
assessment), dilakukan setelah intervensi.
Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa
Analisis data Keterampilan berpikir kreatif siswa setelah
Data kuantitatif berupa nilai keterampilan pembelajaran praktikum mengalami peningkatan
berpikir kreatif diolah dengan menggunakan baik untuk kelas praktikum berbasis proyek
perangkat lunak SPSS versi 23. Untuk penelitian otententik maupun praktikum
menentukan apakah nilai variabel berbeda antara verifikatif. Rangkuman hasil ditunjukkan pada
kelas eksperimen dan kelas control, kami Tabel 1 dan besar perubahan masing-masing
menggunakan uji-t karena kedua kelompok indicator berpikir kreatif pada Gambar 1.

Tabel 1 Rekapitulasi skor pretes, postes, dan N-gain keterampilan berpikir kreatif siswa

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


Komponen Pretes Postes Pretes Postes
Jumlah Siswa 34 34 33 33
Rata-rata Skor 21,4 60,8 19,5 37,9
Standar Deviasi 6,06 12,97 6,16 11,25
Skor Minimum 8 25 8 18
Skor Maksimum 33 82 32 60
Uji Normalitas 0,674 (Normal) 0,658 (Normal) 0,657 (Normal) 0,527 (Normal)
Uji Homogenitas 0,114 0,484 0,978 0,114
(Homogen) (Homogen) (Homogen) (Homogen)
N-gain 0,50 (sedang) 0,23 (rendah)
Uji Beda Rata-rata (Uji t') skor pretest keterampilan Sig. (2-tailed) 0,094 > 0,05
berpikir kreatif kelas eksperimen dan kelas kontrol H0 diterima
dengan signifikansi 0,05
Uji Beda Rata-rata (Uji t') skor postest keterampilan Nilai Sig. (2-tailed) = 0,000
berpikir kreatif kelas eksperimen dan kelas kontrol α > 0,05
dengan signifikansi 0,05 H0 ditolak

Hasil penelitian juga menunjukkan nilai praktikum berbasis proyek penelitian otentik
awal keterampilan berpikir kreatif siswa baik pada cenderung lebih baik dalam membangun
kelompok eksperimen maupun control tidak keterampilan berpikir kreatif siswa dibandingkan
berbeda signifikan. Kedua model praktikum pada kegiatan praktikum verifikatif. Selanjutnya
dasarnya mendorong peningkatan keterampilan diketahui pula bahwa berdasarkan capaian skor N-
berpikir kreatif siswa walaupun pada derajat gain keterampilan berpikir kreatif, peningkatan
peningkatan yang berbeda. Hasil uji-t pada tingkat pada kelas eksperimen dua kali lebih tinggi
signifikasi 0,05 menunjukkan nilai Sig. (2-tailed) (kategori sedang) dari kelas control (kategori
0,000 > 0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang rendah). Selengkapnya peningkatan setiap
signifikan antara skor postes keterampilan indicator keterampilan berpikir kreatif antara
berpikir kreatif kelas eksperimen dengan kelas kelas eksperimen dan kelas control dapat dilihat
control. Hal ini mengindikasikan bahwa kegiatan pada Grafik 1.

469
Sukarso & Muslihatun (2021). Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 6 (3): 467 – 475
DOI: https://doi.org/10.29303/jipp.v6i3.268

0,70

0,60 0,56 0,57

0,50 0,47
Rata-rata N-gain
0,42
0,40

0,30 0,24
0,23
0,20 0,14 0,13
0,10

0,00
Fluency Flexibility Elaboration Originality
(Indikator Berpikir Kreatif Torrance)

Kelas kontrol Kelas eksperimen

Grafik 1. Peningkatan keterampilan berpikir kreatif pada indicator fluency,


flexibility, elaboration dan originality siswa

Indikator keterampilan berpikir kreatif Sikap ilmiah selama praktikum


yang mengalami peningkatan paling tinggi
ditunjukkan pada dua indicator yakni berpikir Sikap ilmiah siswa dinilai berdasarkan hasil
fleksibel (flexibility) dan berpikir lancar (fluency) asessmen formatif melalui observasi; penilaian
serta paling rendah pada indicator berpikir orisinal observer terlatih selama kegiatan praktikum.
(originality). Fenomena ini berlaku untuk kedua Gambaran rerata sikap ilmiah siswa untuk setiap
kelompok kelas penelitian. indicator diperlihatkan pada Grafik 2.

100

90

79,3 80,0
Rerata skor

78,2 77,1 77,4


80
74,0 74,4
72,0
70

60

50
Kejujuran Ketelitian Keterbukaan Kerjasama
Indikator sikap ilmiah

kelas kontrol kelas eksperimen

Grafik 2. Rerata skor ketercapaian indicator skor sikap ilmiah

Berdasarkan Gambar 2 di atas, tidak ada menunjukkan angka paling tinggi dibandingkan
skor yang rendah untuk semua indicator yang tiga indicator lainnya. Hasil penelitian juga
diukur untuk kedua kelompok kelas. Skor sikap menunjukkan sikap ilmiah siswa memperlihatkan
ilmiah siswa kelas eksperimen cenderung lebih pola yang sama pada kedua kelas.
tinggi dari kelas control. Skor indikator kerjasama

470
Sukarso & Muslihatun (2021). Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 6 (3): 467 – 475
DOI: https://doi.org/10.29303/jipp.v6i3.268

Keterampilan bekerja ilmiah Berdasarkan hasil penilaian diri dan peer


Penilaian terhadap keterampilan bekerja asessmen diperoleh data kemampuan bekerja
ilmiah hanya diambil dari kelas eksperimen, ilmiah siswa kelas eksperimen selama
mengingat kelas control hanya melakukan pelaksanaan praktikum berbasis proyek penelitian
praktikum yang sifatnya verifitatif saja. otentik seperti Grafik 3.

100
90
80 76,8 74
Rerata skor asesmen

70
60
50
40
30
20
10
0
self assessmen peer assessmen
Penilaian

Grafik 3. Rerata skor kemampuan bekerja ilmiah siswa kelas eksperimen


Berdasarkan Gambar 3 di atas, rerata skor penilaian diri sendiri (self
assessment) kemampuan bekerja ilmiah lebih tinggi dibandingkan penilaian
sebaya (peer assessment).

Pembahasan dan kreatif untuk meningkatkan dan terlibat dalam


Bagaimana keterampilan berpikir kreatif, pertanyaan yang menarik perhatiannya
sikap ilmiah dan keterampilan penelitian telah (Llewellyn, 2002). Kreativitas dapat dipupuk dan
dikembangkan? Penelitian ini mengkaji ditingkatkan melalui penggunaan alat dan strategi
pengembangan keterampilan berpikir kreatif, (Park dan Seung, 2008). Hasil penelitian kami
sikap ilmiah dan keterampilan bekerja ilmiah mengkonfirmasi bahwa kegiatan praktikum
melalui kegiatan praktikum berbasis proyek berbasis proyek penelitian otentik yang diterapkan
penelitian otentik. Siswa menunjukkan hasil telah memposisikan siswa dalam melakukan
peningkatan pada ketiga keterampilan ini setelah praktikum sebagai suatu kegiatan penelitian.
penelitian. Selanjutnya, hasil capaian yang lebih Analisis kuantitatif menemukan peningkatan yang
tinggi keterampilan berpikir kreatif siswa pada signifikan keterampilan berpikir kreatif dengan N-
kelas eksperimen mengindikasikan bahwa gain perubahan pada kategori sedang. Hasil ini
penerapan model praktikum berbasis proyek mengindikasikan kegiatan praktikum berbasis
penelitian otentik telah memicu dan proyek penelitian otentik merangsang pemikiran
mengkondisikan siswa untuk ingin tahu tentang kreatif, menumbuhkan kebebasan untuk
sesuatu, berkeinginan untuk mengajukan memutuskan apa yang harus dilakukan dan
pertanyaan dan menemukan jawaban, dan mampu bagaimana melakukannya, menumbuhkan ide-ide
membuat keputusan yang masuk akal tentang baru yang orisinal, memperkuat kemampuan
masalah ilmiah yang dihadapinya. Llewellyn siswa untuk menghasilkan rencana penelitian.
(2002) menyebutnya bahwa semua proses ini Hasil ini menguatkan penelitian sebelumnya
membutuhkan pemikiran kreatif. Dalam banyak bahwa pembelajaran inkuiri terbuka dan
kasus, berpikir kreatif dapat ditingkatkan dengan berorientasi penyelidikan merupakan model
mempelajari konten pengetahuan dan inkuiri yang paling baik dalam meningkatkan
berpartisipasi dalam penyelidikan ilmiah (Ersoy hasil belajar tingkat tinggi, termasuk definisi
& Baser, 2014). Penelitian sebagai proses masalah ilmiah, desain metode studi yang tepat,
eksplorasi ilmiah menjembatani para peneliti dan kapasitas untuk melakukan penelitian
menggunakan keterampilan berpikir kritis, logis, (Spronken-Smith & Smith, 2010).
471
Sukarso & Muslihatun (2021). Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 6 (3): 467 – 475
DOI: https://doi.org/10.29303/jipp.v6i3.268

Praktikum berbasis proyek penelitian dalam kegiatan dan berupaya memberikan


otentik yang dilakukan dalam penelitian ini kontribusi yang sangat berarti bagi kelompoknya.
membuka ruang kebebasan berekspresi; siswa Hasil ini mendukung temuan penelitian
merasa bebas untuk mengekspresikan ide-idenya, sebelumnya bahwa kolaborasi, pertukaran ide,
lebih kondusif untuk pengembangan proyek dan perspektif yang berbeda meningkatkan
penelitian daripada praktikum verifikatif. pemikiran kreatif dan pengembangan
Kebebasan dan fleksibilitas dalam situasi di mana keterampilan penelitian (Tessier & Penniman,
siswa perlu menerapkan pengetahuan dan 2006). Dalam konteks kolaboratif peserta
memecahkan masalah adalah kunci untuk membangun ide satu sama lain melalui negosiasi
pengembangan kreativitas ilmiah (Hu et al., kritis dan konstruktif terhadap ide masing-masing
2013), Meskipun demikian, hasil yang diperoleh untuk mencapai pemahaman yang sama (Zhou,
secara kualitatif masih belum mencapai kriteria 2015).
hasil yang tergolong baik. Kami menyadari bahwa Keterampilan bekerja ilmiah siswa
membangun keterampilan berpikir kreatif menggambarkan kemampuan untuk bertindak
membutuhkan waktu dan perlu pembiasaan yang seolah-olah mereka sebagai ilmuwan. Dalam
terus menerus. Mengembangkan keterampilan penelitian ini penilaian dilakukan menggunakan
berpikir kreatif, sikap dan keterampilan bekerja Teknik self assessment dan peer asessmen yang
ilmiah dapat dibatasi oleh hubungan antara teman dilakukan selama pelaksanaan praktikum berbasis
sebaya, keterbukaan dan waktu, serta kesulitan proyek penelitian otentik, hasilnya menunjukkan
selama proyek penelitian. Pengembangan rata-rata kedua penilaian tersebut tidak
kreativitas ilmiah membutuhkan toleransi dan menunjukkan skor yang jauh berbeda. Hal ini
lingkungan yang aman dan demokratis (Kay et al., menunjukkan bahwa setiap individu merasa
1995). Aktivitas siswa dalam brainstorming dirinya terlibat penuh dalam setiap kegiatan
mendorong visual siswa untuk menganalisis praktikum mulai dari merumuskan masalah,
elemen yang berbeda untuk sebuah proyek. mengajukan pertanyaan, melakukan observasi,
Interaksi antara anggota kelompok merancang dan melaksanakan penyelidikan,
mempromosikan kreativitas dengan mendorong menganalisis dan interpretasi data, membuat
peserta untuk mengembangkan dan berbagi ide kesimpulan dan mengkomunikasikan hasil
dan koneksi, merangsang pemunculan ide-ide, penyelidikan. Keterampilan bekerja ilmiah siswa
mempromosikan pemikiran alternatif, koneksi tak bisa dilihat berdasarkan solusi siswa untuk
terduga, pemikiran kelompok paralel, dan masalah sains dan ciri-ciri yang mendefinisikan
pemecahan masalah (Roessingh & Chamber, keterampilan ilmiah terwujud dalam skor tinggi
2011). Penelitian sebelumnya dan hasil kami siswa (Hu et al., 2002). Siswa yang terlibat dalam
menunjukkan bahwa teknik ini merangsang inkuiri ilmiah akan memiliki keyakinan dan
pemikiran kreatif, tetapi membutuhkan waktu kepercayaan diri yang tinggi sebagai pebelajar
untuk menjadi lebih efektif. Oleh karena itu, kami sains (NRC, 1996).
merekomendasikan untuk memperkenalkan Nilai siswa menunjukkan hasil belajar yang
teknik ini dalam dalam membangun keterampilan diinginkan dicapai dengan jelas pada semua
berpikir kreatif. indicator yang dipromosikan, menguatkan temuan
Kegiatan praktikum membina sikap ilmiah penelitian sebelumnya bahwa inkuiri bebas seperti
siswa (Millar, 2004). Aktivitas praktikum praktikum investigasi tidak hanya merangsang
membangun kejujuran yaitu objektivitas terhadap minat, tetapi juga memberikan pengetahuan yang
hasil pengamatan, membangun keterbukaan mendalam (Chelang, 2014; Puttick et al., 2015),
terhadap saran atau masukan, memelihara meningkatkan perolehan pengetahuan dan
kerjasama dan disiplin kerja serta membentuk keterampilan dan meningkatkan keinginan siswa
idividu yang tekun dan teliti dalam bekerja. Aspek untuk belajar, menjadikannya strategi yang lebih
sikap ilmiah yang dihasilkan dalam penelitian ini, efektif untuk pendidikan sains daripada
ditunjukkan oleh skor tinggi yang ditunjukkan pembelajaran tradisional (Ural, 2016; Sari et al.,
siswa selama bekerja menjalankan praktikum. 2017, Kim et al., 2018). Siswa puas dengan
Hasil tertinggi ditunjukkan oleh indicator praktikum proyeknya, memungkinkan mereka
kerjasama dan displin kerja, mengindikasikan untuk mempelajari keterampilan yang berguna
bahwa selama kegiatan praktikum siswa untuk kegiatan akademik dan profesi masa
menunjukkan sikap ilmiah sebagai ilmuwan yang depannya. Keterampilan dan pengetahuan yang
senantiasa memerlukan berkolaborasi sesama diperoleh akan dipertahankan. Hasil temuan
anggota kelompok, melibatkan diri secara penuh sebelumnya bahwa ikuiri bebas yang
472
Sukarso & Muslihatun (2021). Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 6 (3): 467 – 475
DOI: https://doi.org/10.29303/jipp.v6i3.268

mempromosikan pengembangan keterampilan Barrow L. (2010). Encouraging creativity with


transversal, pengetahuan pada domain khusus, scientific inquiry. Creat Educ. 2010; 1:1–6.
refleksi diri, otonomi, mengambil tanggung jawab Beghetto R, Kaufman J. (2013). Fundamentals of
untuk pembelajaran sendiri, kerja kooperatif, creativity. Educ Leadersh. 2013; 70(5):10–
berpikir kritis, memiliki retensi pengetahuan 5.
dalam jangka waktu panjang (Spronken-Smith &
Smith, 2010). Bosch G, Casadevall A. (2017). Graduate
Tutor memainkan peran penting dalam biomedical science education needs a new
praktikum berbasis proyek penelitian otentik. philosophy. MBio. 2017; 8(6):25–9
Idealnya tutor ideal harus memiliki pengalaman
sebagai fasilitator, harus bertindak sebagai Chelang, C. (2014). Effects of practical
pemandu, bukan hanya figur evaluatif, dan harus investigation on scientific creativity
menemukan keseimbangan antara pemberian amongst secondary schools biology
kebebasan siswa dan mengarahkan situasi ketika students in Kericho district , Kenya .
diperlukan untuk meningkatkan kreativitas. Journal of Education and Practice, 5(8),
Fasilitator dalam pendekatan yang berpusat pada 43–51.
siswa harus menciptakan lingkungan yang aman,
bebas, fleksibel, terbuka untuk meningkatkan Criswell, B. (2012). Framing inquiry in high
pemikiran kreatif (Daud et al., 2012). Oleh sebab school chemistry: Helping students see the
itu, guru harus memandu proses pembelajaran dan bigger picture. Journal of Chemical
memberikan pembekalan menyeluruh pada akhir Education, 89(2), 199–205.
pengalaman belajar, mengubah peran dari guru
sebagai pemberi pengetahuan menjadi tutor Daud AM, Omar J, Turiman P, Osman K.
sebagai pengelola dan fasilitator pembelajaran. Creativity in science education. Procedia
Hal terpenting yang perlu mendapat perhatian Soc Behav Sci. 2012; 59:467–74.
guru adalah tugas yang terlalu mudah atau terlalu
menantang sering mengakibatkan penurunan Ersoy, E., & Başer, N. (2014). The Effects of
konsentrasi dan keterlibatan siswa. Dalam Problem-based Learning Method in Higher
pembelajaran aktif, siswa memiliki perasaan Education on Creative Thinking. Procedia
positif terkait motivasi dan keterlibatan, serta - Social and Behavioral Sciences, 116,
emosi negatif terkait kecemasan dan stres. Emosi 3494–3498.
seringkali bergantung pada keseimbangan antara
tantangan dan kompetensi siswa (Litmanen et al., Gupta, S. (2015). Development of Creativity :
2012); keseimbangan yang baik memperkaya Interplay of Biological, Psychological and
proses belajar. Social Factors. International Journal of
Research in Education and Science, 3(12),
KESIMPULAN 195–202.

Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa Hadzigeorgiou Y, Fokialis P, Kabouropoulou M.


praktikum proyek penelitian otentik dapat Thinking about creativity in science
meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa education. Creat Educ. 2012; 3(5):603–11.
pada kategori peningkatan sedang, menstimulasi
berkembangnya sikap ilmiah dan berperan positif Hake, R. R. (1998). Interactive-engagement
dalam menumbuhkan kemampuan bekerja ilmiah versus traditional methods: A six-thousand-
siswa. Dengan demikian model praktikum ini student survey of mechanics test data for
memiliki potensi dan dapat diterapkan untuk introductory physics courses. American
mendorong pengembangan kreativitas ilmiah dan Journal of Physics, 66(1), 64–74.
mengajarkan keterampilan penelitian siswa.
Hofstein, A., & Lunetta, V. N. (2004). The
REFERENSI Laboratory in Science Education:
Foundations for the Twenty-First Century.
Amabile TM. (1996). Creativity in context. Science Education, 88(1), 28–54.
London: Routledge; 1996. p. 317.
Hu W, Wu B, Jia X, Yi X, Duan C, Meyer W, et
al. (2013). Increasing students’ scientific
473
Sukarso & Muslihatun (2021). Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 6 (3): 467 – 475
DOI: https://doi.org/10.29303/jipp.v6i3.268

creativity: the “learn to think” intervention


program. J Creat Behav. 2013; 47(1):3–21. Rodríguez G, Zhou C, Carrio M. (2017).
Justice C, Rice J, Roy D, Hudspith B, Jenkins H. Creativity in biomedical education: senior
(2009). Inquiry-based learning in higher teaching and research staff’s
education: administrators’ perspectives on conceptualization and implications for
integrating inquiry pedagogy into the pedagogy development. Int J Eng Educ.
curriculum. High Educ. 2009; 58(6):841– 2017; 33(1):30–43.
55.
Roessingh, H., & Chambers, W. (2011). Project-
Kay, S. B., Montgomery, D., & Baloche, L. Based Learning and Pedagogy in Teacher
(1995). Teaching Creativity at the College Preparation: Staking Out the Theoretical
Level: A Synthesis of Curricular Mid-Ground. International Journal of
Components Perceived as Important by Teaching and Learning in Higher
Instructors. Creativity Research Journal, Education, 23(1), 60–71.
8(1), 83–89.
Sari, D. K., Permanasari, A., & Supriyanti, F. M.
Kim, G., Yoon, N., & Lay, F. (2018). T. (2017). Profile of students’ creative
Investigating the Effect of Stress-Coping thinking skills on quantitative project-based
Abilities on Stress in Practicum Training. protein testing using local materials. Jurnal
The Asia-Pacific Education Researcher. Pendidikan IPA Indonesia, 6(1), 71–75.
https://doi.org/10.1007/s40299-018-0390-5
Scheffer, M., Baas, M., & Bjordam, T. K. (2017).
Litmanen T, Lonka K, Inkinen M, Lipponen L, Teaching originality? Common habits
Hakkarainen K. (2012). Capturing teacher behind creative production in science and
students’ emotional experiences in context: arts. Ecology and Society 22(2):29.
does inquiry-based learning make a
difference? Instr Sci. 2012; 40(6):1083– Spronken-Smith R, Walker R. (2010). Can
101. inquiry-based learning strengthen the links
between teaching and disciplinary
Meltzer, D. E. (2002). The relationship between research? Stud High Educ. 2010;
mathematics preparation and conceptual 35(6):723–40.
learning gains in physics: A possible
“hidden variable” in diagnostic pretest Tessier, J. T., & Penniman, C. A. (2006). An
scores. American Journal of Physics, inquiry-based laboratory design for
70(12), 1259–1268. microbial ecology. Bioscene, 32(4), 6–11.

Millar, R. (2004). The Role of Practical Work in Thomas, J. W. (2000). A Review of Research on
the Teaching and Learning of Science. Project-Based Learning.
Paper prepared for the Committee: High http://www.bie.org/research/study/review_
School Science Laboratories: Role and of_project_based_learning_2000
Vision.
Torrance, E. P. (1974). Torrance tests of creative
Miller ER. Improve undergraduate science thinking. Lexington, MA: Personnel Press.
education. Nature. 2015; 523(7560):282–4.
Ulger, K. (2018). The effect of problem-based
Plucker JA, Beghetto RA, Dow GT. (2004). Why learning on the creative thinking and critical
Isn’t Creativty more important to thinking disposition of students in visual
Eduactional psychologists? Potentials, arts education. Interdisciplinary Journal of
pitfalls, and future directions in creativity Problem-based Learning, 12(1), 3–6.
research. Educ Psychol. 2004; 39(2):83–96.
Ural, E. (2016). The Effect of Guided-Inquiry
Puttick, G., Drayton, B., Cohen, E., & Cohen, E. Laboratory Experiments on Science
(2015). A Study of the Literature on Lab- Education Students’ Chemistry Laboratory
Based Instruction in Biology. The Attitudes, Anxiety and Achievement.
American Biology Teacher, 77(1), 12–18. Journal of Education and Training Studies,
474
Sukarso & Muslihatun (2021). Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 6 (3): 467 – 475
DOI: https://doi.org/10.29303/jipp.v6i3.268

4(4), 217–227.

Uzzi, B., Mukherjee, S., Stringer, M., & Jones, B.


(2013). Atypical combinations and
scientific impact. Science, 342(6157), 468–
472.

Waldrop M. (2015). The science of teaching


science. Nature. No. 523: 272–4.

Widodo, Ari, & Resik Ajeng Maria, A. F. (2012).


Peranan Praktikum Riil Dan Praktikum
Virtual Dalam Membangun Kreatifitas
Siswa. Jurnal Pengajaran MIPA, 21(1),
92–102.

475

Anda mungkin juga menyukai