Anda di halaman 1dari 9

PEMBELAJARAN KONSEP FISIKA BERBASIS RISET DENGAN PENDEKATAN

SCIENTIFIC PADA SISWA SMP NEGERI 1 TEUPAH BARAT

Aqilla Fadhilah Lubis, Rafita Nanda Sari

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Syiah Kuala

Email: aqillafadhilah11@gmail.com, merpatisimeulue@gmail.com

I. PENDAHULUAN

Salah satu upaya untuk mengatasi masalah ketuntasan belajar dan meningkatkan
literasi sains peserta didik, adalah mengembangkan modul pembelajaran fisika berbasis riset
dengan pendekatan scientific. Pembelajaran berbasis riset dengan pendekatan scientific
merupakan salah satu model dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
peserta didik dalam membangun pengetahuan, sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan
rasa ingin tahu peserta didik dalam proses pembelajaran. Wardoyo (2013) menjelaskan
bahwa pembelajaran berbasis riset merupakan pembelajaran yang menerapkan tahapan
riset (penelitian) dalam pelaksanaan pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan
implementasi perpaduan dari karakteristik penelitian dan pembelajaran. Dalam
pembelajaran berbasis riset, peserta didik dilatih menyelesaikan masalah dengan melihat
fakta yang ditemuinya. Pembelajaran berbasis riset dapat dilaksanakan dengan berbagai
macam metode pembelajaran, sehingga hasil belajar yang dimiliki oleh peserta didik berasal
dari sebuah riset sederhana yang mereka lakukan melalui praktikum dan studi lapangan
(Wardoyo, 2013; Griffith, 2008; Jyrhämä, 2008; Kynäslahti, 2006). Untuk mata pelajaran
fisika, pembelajaran berbasis riset cenderung dilaksanakan dalam bentuk kegiatan praktikum.
Dengan melakukan kegiatan praktikum diharapkan peserta didik memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan sikap ilmiah. Diah (2010) menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis
riset didasari filosofi konstruktivisme yang mencakup empat aspek yaitu: pembelajaran
yang membangun pemahaman peserta didik, pembelajaran dengan mengembangkan prior
knowledge, pembelajaran yang merupakan interaksi sosial, dan pembelajaran bermakna yang
dicapai melalui pengalaman nyata. Pembelajaran berbasis riset merupakan pembelajaran
yang menggunakan authentic learning (harus ada contoh nyata), problem-solving
(menjawab kasus dan konstektual), cooperative learning (bersama), contextual (hands on and
minds on), dan inquiry discovery approach (menemukan) yang didasarkan pada filosofi
konstruktivisme yaitu pengembangan diri peserta didik yang berkesinambungan dan
berkelanjutan. Arifin (2010) menyatakan tahapan model pembelajaran berbasis riset adalah:
exposure stage (tahap pengenalan), lecturing of core knowledge (tahap pemberian
referensi), experience stage (tahap tindakan), intern report for feedback (tahap diskusi),
presentation (tahap presentasi), dan final report (laporan akhir). Menurut Wardoyo (2013)
pembelajaran berbasis riset memiliki tujuh karakteristik yang terlihat dalam proses
pembelajaran, yaitu: sistematis, aktif, kreatif, inovatif, efektif, objektif, dan ilmiah.
Ketujuh karakteristik tersebut sesuai dengan hakikat pembelajaran Fisika pada
kurikulum 2013 dengan pendekatan scientific. Yahya (2010) menjelaskan keuntungan
dari model pembelajaran berbasis riset adalah memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk berlatih melakukan pengamatan, merumuskan hipotesis, mengumpulkan dan
menganalisis data, serta menyimpulkan. Pembelajaran berbasis riset dalam Fisika dapat
membantu peserta didik dalam mengkonstruksikan konsep-konsep atau prinsip-prinsip
Fisika, sehingga menjadikan pembelajaran menjadi lebih bermakna melalui penerapan
keterampilan proses sains. Hasil penelitian relevan yang sudah dilakukan menunjukkan
bahwa penerapan research base learning berorientasi life skill dapat meningkatkan
aktivitas dan penguasaan konsep esensial mahasiswa dalam mata kuliah Termodinamika
(Syakbaniah, dkk, 2013). Penggunaan lembar kegiatan peserta didik berbasis riset dalam
pembelajaran Fisika efektif untuk meningkatkan kompetensi peserta didik (Usmeldi, 2015).
Penerapan pembelajaran fisika berbasis riset efektif meningkatkan keterampilan proses
sains dan hasil belajar peserta didik (Usmeldi, 2016). Literasi sains dapat diartikan sebagai
pemahaman atas sains dan aplikasinya bagi kebutuhan masyarakat (Widyaningtyas,
2008). Holbrook (2009) menyatakan bahwa literasi sains adalah suatu penghargaan pada ilmu
pengetahuan dengan cara meningkatkan komponen-komponen belajar dalam diri dengan
tujuan agar berkesempatan berkontribusi dalam lingkungan sosial. Literasi sains
merupakan salah satu ranah studi PISA. Dalam konteks PISA, literasi sains didefinisikan
sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaaan dan
menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka memahami serta membuat
keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui
aktivitas manusia (Firman, 2007).

Riset merupakan sarana penting untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Pendidik


dapat memaparkan hasil penelitiannya sebagai contoh nyata dalam pembelajaran, yang
diharapkan dapat berfungsi membantu peserta didik dalam memahami ide, konsep, dan teori
dari penelitiannya. Dalam kegiatan ini nilai, etika, dan praktik penelitian yang sesuai dengan
bidang ilmu yang diajarkan dapat disampaikan untuk memberikan inspirasi kepada siswa.
Pembelajaran berbasis riset (PBR) merupakan salah satu metode student-centered learning
(SCL) yang mengintegrasikan riset di dalam proses pembelajaran. PBR bersifat multifaset
yang mengacu kepada berbagai macam metode pembelajaran. PBR memberi
peluang/kesempatan kepada siswa untuk mencari informasi, menyusun hipotesis,
mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan atas data yang sudah
tersusun; dalam aktivitas ini berlaku pembelajaran dengan pendekatan “learning by doing”.
Permendikbudristek Nomor 28 Tahun 2021 tentang “organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi adalah menimbang bahwa untuk
melaksanakan ketentuan Pasal 49 Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2021 tentang
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi”

Dari hal tersebut , dapat dipahami bahwa peserta didik diharapka n mampu memahami
ide, konsep dan teori pembelajaran konsep fisika berbasis riset yang valid, praktis, dan efektif
.Salah satu aspek yang penting dalam memahami konsep fisika berbasis riset yaitu adanya
kemampuan memahami konsep fisika , untuk mengetahui seberapa besar kemampuan peserta
didik dalam memahami konsep fisika, penulis mengangkat judul Pembelajaran Konsep
Fisika Berbasis Riset pada Siswa SMPN 1 Teupah Barat.

Penelitian yang relevan mengenai Pembelajaran Konsep Fisika Berbasis Riset pada
Siswa SMPN 1 Teupah Barat, telah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir., dalam
penelitiannya mengemukakan bahwa penggunaan media online dalam pembelajaran bahasa
seperti schoology terbukti lebih efisien untuk mendapatkan motivasi peserta didik Hapsari
Catur Hanandya (2016) . Dan e-learning adalah model pembelajaran yang ada dibuat dalam
format digital melalui peralatan elektronik dengan tujuan memperluas akses terhadap
pendidikan publik, sehingga belajar modul bisa diakses mudah tanpa ruang dan waktu
dibatasi, interaktif dan efektif Mohammad Yazdi (2016) .Yang nantinya mampu menjadi
referensi dalam pembuatan artikel ini.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah (1). Bagaimana cara menghasilkan perangkat pembelajaran fisika
berbasis riset dengan pendekatan scientific yang valid, praktis dan efektif ?, (2). Bagaimana
cara meningkatkan literasi dan numerasi sains dalam konsep fisika berbasis riset ? dan (3)
Bagaimana cara mengetahui karakter siswa terhadap pembelajaran konsep fisika berbasis
riset?.

Tujuan Penelitian ini adalah (1). Untuk menghasilkan perangkat pembelajaran fisika
berbasis riset dengan pendekatan scientific yang valid, praktis dan efektif, (2).Mengetahui
kemampuan dan meningkatkan literasi dan numerasi sains dalam konsep fisika berbasis riset
pada tiap butir soal dan (3). Mengetahui karakter siswa terhadap pembelajaran konsep fisika
berbasis riset pada siswa/i Kelas VII SMPN 1 Teupah Barat.

II. METODEOLOGI

Metode penelitian yaitu, penelitian dan pengembangan (research and development).


Sugiyono (2011) mengemukakan bahwa penelitian dan pengembangan adalah metode
penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan
produk tersebut. Kegiatan research dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang
kebutuhan pengguna (needs assessment) sedangkan kegiatan development dilakukan untuk
menghasilkan modul pembelajaran berbasis riset dengan pendekatan scientific. Model
pengembangan yang digunakan adalah model 4D oleh Thiagarajan. Menurut
Thiagarajan (Trianto, 2010) tahap model 4D adalah pendefinisian (define), perancangan
(design), pengembangan (develop), dan penyebaran (disseminate). Subyek penelitian
adalah modul pembelajaran fisika untuk peserta didik SMA. Responden penelitian adalah
peserta didik dan guru fisika di SMPN 1 Teupah Barat. Instrumen penelitian adalah
panduan wawancara, lembar observasi, lembar validasi modul pembelajaran, angket respon
guru, angket respon peserta didik, dan lembar penilaian literasi sains. Data dianalisis secara
kualitatif. Data pelaksanaan pembelajaran dianalisis secara kualitatif dengan merevisi
keterbacaan dan langkah kegiatan dalam konsep pembelajaran. Revisi dilakukan berdasarkan
catatan peneliti, hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran, dan pendapat dari
penimbang ahli.

Manfaat penelitian ini antara lain , (1) Bagi Guru dan Calon Guru Hasil penelitian ini
dapat diimplementasikan dalam pembelajaran untuk pencapaian konsep fisika berbasis riset,
(2) Bagi Peserta Didik Dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa khususnya dalam
meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi , (3) Bagi Peneliti Selanjutnya ,Penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian yang berhubungan dengan masalah ini,
sehingga hasilnya dapat lebih luas dan mendalam dan (4) Bagi Penulis Dapat memberikan
gambaran tentang model pembelajaran yang tepat dari pembelajaran konsep fisika sehingga
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Sehingga kemampuan pemecahan masalah fisika siswa dapat di tingkatkan.
III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Numerasi adalah kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan


alat matematika untuk memecahkan masalah kontekstual pada kehidupan sehari - hari yang
sesuai untuk individu sebagai warga yang baik (Mendikbud 2020). Kemampuan numerasi
dapat dijadikan modal bagi siswa dalam menguasai mata pelajaran lainnya (Nehru 2019).
Literasi numerasi berarti pengetahuan dan kecakapan untuk (1) memperoleh,
menafsirkan, menggunakan, dan mengomunikasikan berbagai macam angka dan simbol
matematika untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai konteks kehidupan; (2)
menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk untuk mengambil
keputusan (Pangesti 2018).
Karakteristik siswa adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa yang
terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar kemampuan berfikir, dan kemampuan
awal yang dimiliki (Hamzah. B. Uno 2007)
Dalam penelitian ini konsep pembelajaran fisika berbasis riset ditinjau dari
peningkatan literasi dan numeresi sains serta karakteristik peserta didik. Literasi dan
numerasi sains serta karakteristik siswa dinilai dari beberapa aspek yaitu: Proses sains dan
Aktive learning, pengetahuan sains/ingkuiri based learning, aplikasi sains dan program
based learning, dan sikap atau karakteristik (peer intruktion) peserta didik terhadap konsep
fisika berbasis riset. Dimensi proses sains peserta didik menunjukkan adanya peningkatan
pada setiap pertemuan yaitu dengan nilai proses sains yang di capai peserta didik rata-rata 80
dan persentase ketercapaian klasikal adalah 85%. Nilai rata-rata pengetahuan peserta didik
adalah 82,1 dan persentase ketercapaian klasikal adalah 87,1%. Nilai rata-rata aplikasi sains
peserta didik adalah 86,5 dan persentase ketercapaian klasikal adalah 87,6%. Sikap peserta
didik terhadap sains termasuk kategori baik untuk semua peserta didik dengan rata-rata 79,3
Lebih dari 87% peserta didik telah memenuhi tingkat ketercapaian klasikal yang ditetapkan.
Literasi dan numerasi sains peserta didik meningkat pada setiap pertemuan. Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa konsep pembelajaran fisika berbasis riset dengan
pendekatan scientific efektif untuk meningkatkan literasi sains peserta didik.

Tabel literasi dan numerasi peserata didik dan karakter peserta didik

Literasi dan
Karakteristik
Numerasi
Rata-rata Rata-rata
Penge Sikap Ingkuiri Program Peer
Proses Aplikasi Active
tahuan peserta Bases Based Intruc kategori
Ket sains sains learning
sains didik learning learning tion
Sebelum
73,67
(capaian 80% 82,1% 86,5% 79,8% 63,72% 75,63% 73,20% Baik
%
)
Sesudah
91,26 Sangat
(capaian 85% 87,1% 87,6% 87% 76,86% 83,65% 85,26%
% Baik
)
Berdasarkan hasil analisis yang tersaji pada tabel di atas, ternyata semua
pembelajaran yang terhimpun dalam Pembelajaran Berbasis Riset mampu meningkatkan
hasil belajar, mulai dari yang terendah 64% sampai yang tertinggi 91% (inquiri based
learning), dengan rata-rata 82,5%
Pembelajaran berbasis riset dalam bentuk IBL (inquiry based learning) mampu
meningkatkan hasil belajar siswa 91%; Paul A. Kirschner, John Sweller, Richard E. Clark,
(2006) menyimpulkan bahwa kebanyakan guru yang (mengajar ilmu sesuai mata pelajaran)
merasa bahwa pembelajaran berbasis riset, sifatnya memberikan nilai tambah yang begitu
penting. Namun sebaliknya pembelajaran langsung (teacher centered), tidak menyebabkan
pemahaman yang lebih baik tentang dasar-dasar ilmu yang dipelajarinya. Jika kedua mode
mencakup aspek pengalaman dan aplikasi, dan jika penyelidikan difokuskan dan dipandu
dengan baik maka benar bahwa pendidikan langsung (teacher centered) lebih efisien
daripada 'penemuan terbuka/inkuiri based learning'
Seperti hasil analisis yang tersaji pada tabel di atas, ternyata pembelajaran berbasis
masalah mampu meningkatkan hasil belajar mulai dari 64% sampai 91%. Model ini
memang dikembangkan untuk membantu peserta didik mengembangkan kemampuan
berpikir, pemecahan masalah, keterampilan intelektual, belajar berperan berbagai orang
dewasa melalui pelibatan peserta didik dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi
selfregulated kearner (Insih Wilujeng. 2011). Metoda pembelajaran ini sejak awal peserta
didik dihadapkan pada suatu masalah, kemudian diikuti oleh proses pencarian informasi
yang bersifat student-centered. Temuan menunjukkan bahwa PBL unggul ketika datang ke
retensi jangka panjang, pengembangan keterampilan dan kepuasan siswa dan guru. Temuan
ini jelas memberi koreksi atas temuan Paul A. Kirschner, John Sweller, Richard E. Clark
(2006).
Pada akhirnya, sangat menarik temuan Paul A. Kirschner, John Sweller, Richard
E. Clark, (2006) yang menyatakan bahwa ketika siswa memperoleh pemahaman yang salah,
atau tidak lengkap atau tidak teratur pengetahuannya itu akan menjadi kendala serius bagi
pengembangan inspirasi dalam pembelajaran, baik yang langsung atau teacher centered, apa
lagi student centered. Peserta didik yang mempunyai kepercayaan diri dan motivasi yang
tinggi akan mempunyai skor kemampuan yang tinggi. Peserta didik yang memperoleh skor
tes sains tinggi cenderung mempunyai sikap yang lebih positif terhadap sains. Hasil tersebut
memperlihatkan kesesuaian dengan temuan Patrick et al. (2007), Glynn et al. (2007) yang
menyatakan bahwa motivasi sangat mempengaruhi prestasi belajar sains. Selain itu, hasil ini
juga konsisten dengan temuan dari studi international TIMSS 1999 dan TIMSS 1995
(House, 2004). Papanastasiou dan Zembylas (2004) menyatakan bahwa prestasi sains yang
jelek dapat diperbaiki melalui stimulasi sikap positif peserta didik terhadap sains.

KESIMPULAN
Literasi dan numerasi sains dinilai dari empat Aspek, yaitu: Proses sains,
pengetahuan sains, aplikasi sains, dan sikap peserta didik terhadap sains. Pembelajaran
saintifik atau berbasis riset juga dapat di dapat dari beberapa aspek yaitu: Aktive Learning,
Inquiry-Based Learning, Problem-Based Learning, dan Peer Instruction mampu
mewujudkan pembelajaran efektif yang inspiratif; mampu meningkatkan hasil belajar, mulai
dari yang terendah 64% sampai yang tertinggi 91% dengan rata-rata 82,5%. Dalam
implementasinya, Pembelajaran berbasis riset ini sebetulnya bisa dilakukan secara langsung
dengan bimbingan guru yang lebih banyak, mengingat siswa harus benar memahami materi
dan prosedur pembelajaran yang benar untuk menghindari ketidakefektifan/kegagalan. Maka
dari itu, peran guru memonitor dan memastikan siswa memperoleh pemahaman yang benar
tentang materi maupun prosedur pembelajaran menjadi sangat penting dan menentukan
keberhasilan siswa; Jika didapati siswa mengalami kesulitan, guru segera memberi
pertolongan untuk solusinya.

DAFTAR PUSTAKA
Utami, K. dan Mustadi, A. (2017). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Tematik dalam
Peningkatan Karakter, Motivasi, dan Prestasi Belajar Siswa
Antoro, Billy. 2018. 21st Century Educator: Menyongsong Transformasi Pendidikan 4.0.
KEMENDIKBUD: Jakarta
Kemendikbud. 2017. Materi Pendukung Literas Numerasi. KEMENDIKBUD: Jakarta
Kemendikbud. 2020. Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran. KEMENDIKBUD: Jakarta
Mahmud, Muhammad Rifki. Pratiwi,Inne Marthyane. 2019. Literasi Numerasi Siswa Dalam
Pemecahan Masalah Tidak Terstruktur. Jurnal Kalamatika. 04 (01): 69 – 88
Saomah, Aas. 2005. Implikasi Teori Belajar Terhadap Pendidikan Literasi. Naskah
elektronik dikutip dari
file.upi.edu/PEND_DANTEORI_BELAJAR_DALAM_PENDIDIKAN_
LITERASI.pdf diakses [22 Desember 2020]
Ghan, Salakhuddin, and Mustafid Zharfa. 2020. “Pengaruh Penghapusan Ujian Nasional
Terhadap Motivasi Belajar Perserta Didik Di Masa Pandemi.” Jurnal Pendidikan
Tematik 1(3): 184–96.
Mendikbud. 2020. Pusat Asesmen Dan Pembelajaran Badan Penelitian Dan Pengembangan
Dan Perbukuan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan AKM Dan Implikasinya
Pada Pembelajaran (Rohim, Dhina et.al.) 62.
Mirzaqon, Abdi, and Budi Purwoko. 2018. “Studi Kepustakaan Mengenai Landasan Teori
Dan Praktik Konseling Expressive Writing Library.” Jurnal BK UNESA 3(1): 1–8.
Nanda Novita, Dkk. 2021. “Asesmen Nasional: Pengetahuan Dan Persepsi Calon Guru.”
Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan Vol.5, No.(January): 174.
Nehru, Nio Awandha. 2019. “Asesmen Komptenesi Sebagai Bentuk Perubahan Ujian
Nasional Pendidikan Indonesia: Analisis Dampak Dan Problem Solving Menurut
Kebijakan Merdeka Belajar.” Journal of Chemical Information and Modeling 53(9):
1689–99.
Pangesti, FitraningTyas Puji. 2018. “Menumbuhkembangkan Literasi Numerasi Pada
Pembelajaran Matematika Dengan Soal Hots.” Indonesian Digital Journal of
Mathematics and Education 5(9): 566–75.
Resti, Y, and E S Kresnawati. 2020. “Peningkatan Kemampuan Numerasi Melalui Pelatihan
Dalam Bentuk Tes Untuk Asesmen Kompetensi Minimum Bagi Guru Sdit Auladi
Sebrang Ulu Ii Palembang.” Jurnal Pendidikan (November 2020): 18–19. Sari, Ayang
et al. 2021. “Penghapsan Ujian Nasional Tahun 2021 Dalam Perspektif Guru SMA Di
Kota Tebing Tinggi.” In , 213–20.
Sujana, I Wayan Cong. 2019. “Fungsi Dan Tujuan Pendidikan Indonesia.” Adi Widya:
Jurnal Pendidikan Dasar 4(1): 29.
Aini., Albertus & Sri. (2018). Hasil Belajar, Minat Dan Kreativitas Siswa Sma Pada
Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Project Based Learning Dengan
Memanfaatkan Bahan Bekas. Jurnal Pembelajaran Fisika. 7(1). 1-7.
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPF/article/download/7218/5218
Anggraini, Putri Dewi. (2020). Analisis Penggunaan Model Pembelajaran Project Based
Learning Dalam Peningkatan Keaktifan Siswa. Jurnal Pendidikan Administrasi
Perkantoran. 9(2). 292-295. https://journal.unesa.ac.id/index.php/jpap
Delianti., Yeka & Rizkayeni. (2018). Pengembangan Bahan Ajar Mata Kuliah Pemrograman
Visual Dengan Menggunakan Project Based Learning. Jurnal Teknologi Informasi dan
Pendidikan. 11(2). 50-54. http://tip.ppj.unp.ac.id Dewi, N.Pt.C., I Gusti., & I Ngh.
(2017). Pengaruh Model Project Based Learning Berbasis Outdoor Study Terhadap
Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V. eJournal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD. 5(2). 13- 23.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/view/10738
Izati, Silmy Nauli, dkk. (2018). Project Based Learning Berbasis Literasi untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Tematik. Jurnal Pendidikan: Teori, Pengertian dan
Pengembangan. 3(9). 1122-1127.
http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/11508
Kusuma & I Gusti. (2018). Penerapan Model PjBL Berbantuan Media Audiovisual Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPA. Jurnal Ilmiah Pendidikan Profesi Guru. 1(1). 29-38.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JIPPG/article/view/14263
Laksono, Ademas Dwi. (2018). Keektifan Model Project Based Learning (PjBL) Terhadap
Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Kelas V SDN Sumberejo 2 Bonang. Jurnal Sekolah.
2(2). 69-75. https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/js/article/view/9516
Liawati., Sri & Dewi (2017). Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning (Pjbl)
Pada Kompetensi Dasar Melakukan Dasar Pengawetan Pada Olahan Susu Segar.
Edufortech. 2(2). 115-122. http://ejournal.upi.edu/index.php/edufortech/index
Natty, R.A., Firasalia & Indri. (2019). Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar Siswa
Melalui Model Pembelajaran Project Based Learning Pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal
Basic Edu. 3(4). 1082-1092 http://jbasic.org/index.php/basicedu/article/view/262
Niswara., Muhajir & Mei. (2019). Pengaruh Model Project Based Learning Terhadap High
Order Thinking Skill. Mimbar PGSD Undeksha. 7(2). 85- 90.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/view/17493
Sari, Dewi Puspita. (2018). Meningkatkan Kreativitas Belajar Siswa Menggunakan Model
Pembelajaran Project Based Learning Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas VB SD Negeri
34/I Teratai. Jambi. https://repository.unja.ac.id/2872/2/ARTIKEL%20DEWI.pdf
Sunita., Eka & Lesdyantari. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning
Terhadap Minat Belajar Dan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik. Widyadari. 20(1).
127-145. https://ojs.ikippgribali.ac.id/index.php/widyadari/article/view/372
Surya, A.P., Stefanus & Agustina. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Project Based
Learning (PjBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kreatifitas Siswa Kelas III SD
Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga. Jurnal Pesona Dasar. 6(1). 41-54.
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/PEAR/article/view/10703
Utami, T., Firasalia & Indri. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning
(PjBL) Untuk Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 3 SD.
Jurnal Mitra Pendidikan. 2(6). 541-552. http://www.e-
jurnalmitrapendidikan.com/index.php/e-jmp/article/view/345
Wulandari, Yulia., & Misbahul Jannah. (2018). Penerapan Model Project Based Learning
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di Kelas V Min 38 Aceh Besar. Prodising
Seminar Nasional Biotik. 5(1). 793-797. https://jurnal.ar-
raniry.ac.id/index.php/PBiotik/article/view/4332
Amin, M. (2017). Sadar Berprofesi Guru Sains, Sadar Literasi: Tantangan Guru di Abad 21.
Prosiding Seminar Nasional, 9-18.
Tantri, N. R. (2018). Kehadiran Sosial Dalam Pembelajaran Daring Berdasarkan Sudut
Pandang Pembelajar Pendidikan terbuka dan Jarak Jauh. Jurnal Pendidikan Terbuka dan
Jarak Jauh, XIX(1), 19-30.
Hanana, A. Yesi Puspita, Revi Marta dan Novi Elian. (2017). Pendidikan Media Literacy
pada Siswa/Siswi SMPN 10 Padang. Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat.
1(2).
Nasrullah, R., Aditya, W., P, T. I. S., Nento, M. N., Hanifah, N., Mifahussururi, & Akbari,
Q. S. (2017). Materi Pendukung Literasi Digital. Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Ahmad, I. W., Rahmawati, L. D., & Wardhana, T. H. (2018). Demographic Profile, Clinical
and Analysis of Osteoarthritis Patients in Surabaya. Biomolecular and Health Science
Jurnal, 1(1): 34 - 39.
Irawan, B. (2018). Pengembangan Media Pembelajaran Online Berbasis Website Pada
Materi Listrik Dinamis. Artikel Penelitian Pendidikan Fisika.
Nurfalah, E. (2019). Optimalisasi E-Learning berbasis Virtual Class dengan Google
classroom sebagai Media Pembelajaran Fisika. Physics Education Research Journal,
1(1), 46.

Anda mungkin juga menyukai