Anda di halaman 1dari 99

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PENGOLAHAN

MAKANAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA


USIA 3-5 TAHUN DI WILAYAH PUSKESMAS KALUKU
BODOA KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh program sarjana keperawatan


(S.Kep) pada Program studi S1 Keperawtab STIKES Panakkukang Makassar

OLEH:

SRY WAHYUNI MANSUR

17.01.027

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR
PRODI STUDI S1 KEPERAWATAN
2021
HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PENGOLAHAN


MAKANAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA
USIA 3-5 TAHUN DI WILAYAH PUSKESMAS KALUKU
BODOA KOTA MAKASSAR

Disusun Oleh :

Nama : Sry Wahyuni Mansur

NIM : 1701027

Telah Disetujui Untuk Diseminarkan

Pembimbing I, Pembimbing II

Mikawati,S.Kp.,M.Kes Ns. Muaningsih.,S.Kep.,M.Kep.,Sp.Kep.Mat


NIK. 093. 152.02.03.017 NIK. 093.152.0206118201

Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Ns. Muh Zukri Malik, M.Kep


NIK. 093.152.02.03.043

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya atas segala nikmat kesehatan,

kelancaran,keberanian,kesabaran serta ketenangan yang tak terhingga sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Perilaku Ibu

dalam Pengolahan Makanan dengan Kejadian Stunting Pada Balita 3-5

Tahun di Wilayah Puskesmas Kaluku Bodoa Kota Makassar”. Dengan baik,

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada baginda Muhammad SAW

serta para sahabatnya yang telah membawa ummatnya dari alam yang gelap gulita

menjadi alam yang terang benerang serta jalan yang selalu di ridhoi Allah swt.

Penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan kepada

keluarga khususnya orang tua yang sangat tercinta, Ibunda Sima dan Ayahanda

Mansur yang selalu memberikan dukungan,do’a serta kasih sayang yang tiada

henti selama ini sehingga bisa menempuh pendidikan perguruan tinggi dan saat

ini menyelesaikan tugas skripsi.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis tidak melakukannya dengan

sendiri, melainkan dari bantuan,bimbingan,motivasi dan semangat serta do’a dari

berbagai pihak. Oleh karena itu,penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak

terhingga kepada pihak :

1. H. Sumardin Makka, SKM.,M.Kes selaku Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu

iii
Kesehatan Panakkukang Makassar, yang telah memberikan fasilitas dan

motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Dr. Ns. Makkasau Plasay, M.Kes, selaku ketua STIKes Panakukkang

Makassar yang telah memberikan fasilitas dan motivasi dalam penyelesaian

skripsi ini.

3. Dr. Clara Janur, selaku Puskesmas kaluku Bodoa Kota Makassar yang telah

mengizinkan untuk melakukan penelitian dan telah memfasilitasi dalam

penyelesaian skripsi ini.

4. Hj. Andi Marwah, SKM, selaku Bagian Tenaga Pelaksanaan Gizi di

Puskesmas Kaluku Bodoa Kota Makassar yang telah mengizinkan untuk

melakukan penelitian dan telah memfasilitasi dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Ns. Muh. Zukri Malik, M.Kep, selaku Ketua Program Studi S! Keperawatan

STIKes Panakukkang Makassar yang telah memberikan fasilitas dan motivasi

dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Mikawati, S.Kp.,M.Kes, selaku wakil ketua satu bidang akademik sekaligus

pembimbing satu yang telah memberikan motivasi, bimbingan, pengarahan,

dan memfasilitasi hingga selesainya skripsi ini.

7. Ns Muaningsih, M.Kep., Sp.Kep.Mat, selaku pembimbing ua yang telah

memberikan motivasi, bimbingan,pengarahan,dan memfasilitasi hingga

selesainya skripsi ini.

8. Ns. Suryani., S.kep.,M.Kep selaku penguji satu yang telah memberikan

iv
motivasi dan pengarahan dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Ns. H. Hamzah Tasa, S.Kep.,M.Kep selaku penguji dua yang telah

memberikan motivasi dan pengarahan dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Panitia skripsi yang selalu memberikan motivasi serta memfasilitasi dalam

penyusunan sampai penyelesaian skripsi ini.

11. Para dosen STIkes Panakukkang Makassar yang telah memberikan ilmu

yang bermanfaat selama proses studi segenap staf Akademik Tata Usaha yang

banyak membantu penulis dalam berbagai urusan administrasi selama

perkuliahan hingga penyelesaian skripsi.

12. Kepala Dinas Penanaman Modal dan PTSP Provinsi Sulawesi Selatan,

Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, Kepala Dinas Kesehatan Kota

Makassar dan Puskesmas Kaluku Bodoa Kota Makassar yang telah

memberikan izin kepada saya untuk melakukan penelitian di wilayah kerja

Puskesmas Kaluku Bodoa Kota Makassar

13. Petugas Puskesmas bagian TU serta seluruh pegawai puskesmas yang telah

memberikan fasilitas saya dalam proses penelitian.

14. Seluruh kader posyandu yang telah banyak membantu serta dukungan dalam

proses penelitian.

15. Seluruh responden yang telah bersedia dan ikut berpartisipasi dalam

penelitian ini.

16. Kelima saudara saya (Herul,Ainun,Purnama,Hendra,Hasana) yang selalu

v
memberikan do’a dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

17. Seluruh keluarga besar tempat tinggal saya di makassar, ayah,ibu serta kakak

dan adik sepupu yang turut memberikan bantuan,motivasi serta do’a dalam

menyelesaikan skripsi ini.

18. Terima kasih for my friend M’Lovers (Ratna,Delvi,Ai’,Anamo,Febi,dan

Arisa) yang telah memberikan semangat,membantu serta saling support

dalam penyusunan skripsi ini.

19. Terima kasih juga untuk my pathner tim sukses di depertemen anak (Alya dan

Asni) yang telah memberikan motivasi,dukungan dan bantuan satu sama lain

dalam menyelesaikan skripsi ini.

20. Teman angkatan 2017 (1n7eks1) yang telah memberikan semangat,serta

memberikan support dalam penyusunan skripsi ini.

21. Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebut namanya satu persatu atas bantuan

dan dukungannya.

Dengan demikian atas segala kerendahan hati penulis menyadari dalam

penelitian ataupun penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. Olehnya itu

masukan berupa saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan oleh

pembaca. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, Juli 2021


Penulis

vi
Sry Wahyuni Mansur

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL........................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................x
DAFTAR SINGKATAN..............................................................................................xi
LAMPIRAN................................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................3
C. Tujuan....................................................................................................................3
D. Manfaat..................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka Mengenai Stunting.................................................................6
E. Tinjauan Pustaka Pengolahan Makanan..........................................................18
F. Tinjauan Teori Mengenai Perilaku...................................................................29
G. Tinjauan Pustaka Hubungan antar Variabel....................................................32
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kerangka Konsep...............................................................................................34
H. Hipotesis..............................................................................................................35
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian...............................................................................................36
B. Populasi,Sampel dan besar sampel...................................................................36
C. Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional..................................................39
D. Tempat penelitian ..............................................................................................40
E. Waktu Penelitian ...............................................................................................40

vii
F. Instrumen Penelitian..........................................................................................40
G. Uji Validitas dan Reabilitas...............................................................................43
H. Prosedur Pengumpulan Data.............................................................................45
I. Pengolahan data..................................................................................................46
J. Tehnik Analisa Data...........................................................................................48
K. Etika Penelitian...................................................................................................49
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian............................................................................................51
B. Pembahasan.................................................................................................55
I. Kekurangan dan Keterbatasan Penelitian....................................................58
J. Implikasi Keperawatan................................................................................60
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................................61
B. Saran....................................................................................................................61
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................62
LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL
2.1 Kategori Status Gizi Berdasarkan BAKU WHO- NCHS
4.1 Klasifikasi Variabel dan Definisi Oprasional
4.2 Tabel Hasil Uji Validitas Kuesioner Perilaku Ibu dalam Pengolahan
Makanan
4.3 Tabel Uji Reliabilitas
5.1 Tabel Distribusi Frekuensi Ressponden Berdasarkan Usia,Pendidikan
Terakhir, Pekerjaan dan Penghasilan.
5.2 Tabel Distribusi Frekuensi Balita Berdasarkan Usia,Pendidikan Terakhir
Pekerjaan dan Penghasilan.
5.3 Tabel Distribusi Frekuensi Perilaku Ibu dalam Pengolahan Makanan Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kaluku Bodoa.
5.4 Tabel Distribusi Frekuensi Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Kaluku
Bodoa
5.5 Tabel Analisis Hubungan Perilaku Ibu dalam Pengolahan Makanan
Dengan Kejadian Stunting Pada Balita 3-5 Tahun di Wilayah Kerja
Puskesmas Kaluku Bodoa

ix
DAFTAR SINGKATAN
AKI : Angka Kematian Ibu
AKB : Angka Kematian Bayi
ASI : Air Susu Ibu
BBLR : Berat Badan Lahir Rendah
BALITA : Bayi Lima Tahun
BAPPENAS : Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional
DINKES : Dinas kesehatan
GERMAS : Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
IQ : Intellegence Quotiont
KEMENKES : Kementrian Kesehatan
KEP : Kekurangan Energi Protein
PB/U : Panjang Badam menurut Umur
PSG : Pemantauan Surveilans Gizi
PUSKESMAS : Pusat Kesehatan Masyarakat
POSYANDU : Pos Pelayanan Terpadu
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
SEAR : South – East Asia Regional
SGBI : Status Gizi Balita Indonesia
SD : Standar Deviasi
TB/U : Tinggi Badan menurut Umur
UNICEF : United Nations Children’s Fand
WHO : World Health Organization
WHO-NCHS : World Health Organization Nasional Center for Health
Statistics

x
DAFTAR GAMBAR
3.1 Kerangka Konsep Hubungan Perilaku Ibu dalam Pengolahan Makanan
dengan Kejadian Stunting

xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Permohonan Izin Pengambilan Data Penelitian Stikes
Panakukkang Makassar
Lampiran 2 Permohonan Izin Pengambilan Data Penelitian Badan Koordinasi
Penanaman Modal Daerah Prov.Sul Sel Di Makassar
Lampiran 3 Permohonan Izin Pengambilan Data Penelitian Badan Kesatuan
Bangsa Dan Politik Prop, Sul-Sel Di Makassar
Lampiran 4 Permohonan Izin Pengambilan Data Dinas Kesehatan Kota
Makassar
Lampiran 5 Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 6 Lembar Informed Concent
Lampiran 7 Kuesioner Perilaku Ibu Dalam Pengolahan Makanan
Lampiran 8 Tabel Indicator TB/U
Lampiran 9 Tabulasi Perilaku Ibu Dalam Pengolahan Makanan
Lampiran 10 Uji Statistik

xii
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Stunting merupakan kekurangan gizi kronis yang diakibatkan

kurangnya asupan makanan dengan rentang waktu yang lama,bahan pangan

yang kurang baik,serta terjadinya tinggi badan tidak berdasarkan umurnya.

(Prakhasita, 2018). Stunting adalah kondisi balita yang mana memiliki

pertumbuhan tinggi badan pada anak kurang dari -2 SD menurut WHO

(Kemenkes RI, 2018).

Pada tahun 2021 menurut (Menkes,2020) ada enam isu kesehatan yang

menjadi focus Kemenkes yaitu: penurunan angka kematian Ibu (AKI) dan

Angka Kematian Bayi (AKB),Penurunan prevelensi angka stunting,

pengendalian penyakit menular dan tidak menular,penguatan health security

untuk penanganan pandemic, dan penguatan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

(GERMAS). Salah satu diantara fokus Kemenkes tahun 2021 yaitu penurunan

prevelensi angka stunting.

World Health Organization (WHO) pada tahun 2018 menyatakan

bahwa kejadian balita stunting di dunia mencapai sebesar 22,9% atau 154,8

juta balita. Jumlah kejadian stunting di Indonesia termasuk ke dalam lima

besar negara di dunia.(Sahroni et al., 2020). World Health Organization

(WHO) menyatakan Indonesia Negara kedua setelah Laos dengan Tingkat

tertinggi di regional Asia Tenggara/South-East Asia Regional (SEAR).


2

Sementara di Indonesia pada tahun 2005-2017 rata rata prevelensi stanting

yaitu 36,4 % setelah Laos 43,8% (Dayuningsih,2020)

Di Indonesia 1 dari 3 anak hadapi stunting 30, 8% menurut Riskesdas

2018 dan 27, 67% menurut SSGBI 2019). Walaupun telah hadapi penyusutan

dari angka 37, 2% di tahun 2013, tetapi pemerintah menargetkan persentase

stunting bisa turun jadi 14% di tahun 2024. (Bappenas, 2019) Hasil Studi

Kesehatan Dasar (Riskesdas) menampilkan kecenderungan Prevalensi Bayi

Pendek (Stunting) Provinsi Sulawesi Selatan hadapi trend fluktuasi. Tahun

2010 sebesar 36, 8% bertambah jadi 40, 9% di tahun 2013 serta hasil

Riskesdas tahun 2018 menampilkan Prevalensi Bayi Stunting hadapi

penyusutan yang lumayan sebesar 35, 6%. Sampai akhir tahun 2019 dari hasil

Pemantauan Surveilans Gizi (PSG) di Provinsi Sulawesi Selatan Prevalensi

Bayi Stunting kembali menyusut jadi 30, 09%. Dari data Kementerian

Koordinasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI tahun 2020 Angkanya

stunting 8,62 %, sedangkan angka stunting nasional tahun 2019 berada 27,67

%, dan Sulsel 30,5 %. (DinKes Makassar,2020).

Adapun data yang didapatkan pada peta balita Stunting 24 Kab/Kota

menurut (Riskesdas,2018) Kota Makassar dengan angka Stunting 25,3 %.

(Ilmiah & Hadju, 2021). Sementara data yang didapatkan terdapat 5

puskesmas dikota makassar yang memiliki angka kejadian Stunting tertinggi

di antaranya Puskesmas Kaluku Bodoa kedua tertinggi yaitu sebanyak 399

balita ( Dinas Kota Makassar,2019). Pada hasil kunjungan pengambilan data

awal diwilayah puskesmas di kota makassar tempat penelitian yaitu


3

Puskesmas kaluku bodoa didapatkan prevelensi stunting sebanyak 197 balita

atau sekitar 4,9 % pada tahun 2021.

Stunting merupakan kegagalan dalam pertumbuhan, dimana usianya

dengan pertumbuhan tinggi badan tidak sesusai yang dinilai menggunakan z-

score tinggi menurut umur (TB/U) Standar Pertumbuhan Anak Organisasi

Kesehatan Dunia (Dayuningsih, 2020). Beberapa faktor terjadinya Stunting

adalah sanitasi lingkungan, pengolahan makanan,dan pengetahuan ibu

terhadap stunting.

Menurut Prabatini (2010) bahwa berbagai cara memasak atau dalam

pengolahan makanan dapat mempengaruhi kandungan nutrisi makanan yang

akan dimasak. Sementara menurut (Rahmawati, 2016) Proses pengolahann

pangan atau makanan memberikan beberapa keuntungan, misalnya

memperbaiki nilai gizi dan daya cerna, memperbaiki cita rasa maupun aroma,

serta memperpanjang daya simpan. (Yati, 2018).

Hal yang perlu diperhatikan dalam mengolah bahan makanan

disamping kebersihannya juga penyiapannya, misalnya dalam membuat

potongan bahan makanan. Hal ini disebabkan karena proses mengunyah dan

refleks menelan balita belum sempurna sehingga anak mudah tersedak.

Pemakaian bumbu yang merangsang tidak dianjurkan, karena membahayakan

saluran pencernaan balita (Rahmawati, 2016).

Dari uraian diatas kadar gizi yang kurang membuat asupan protein,

vitamin, mineral dan zat besi pada makanan kurang di serap oleh tubuh balita

sehingga tumbuh kembang menjadi menurun dan menyebabkan masalah gizi


4

kurang dan stunting. Selain itu juga, berdasarkan data prevelensi stunting

tertinggi kedua di kota makassar adalah Puskesmas Kaluku Bodoa. Adapun

hasil wawancara dengan salah satu pegawai puskesmas yang menjelaskan

bahwa kejadian stunting pada balita belum berhasil diturunkan angka

prevelensinya karena kurangnya perilaku ibu dalam pengetahuan sikap, serta

tindakan dari orang tua terutama ibu dalam memperhatikan masalah kesehatan

pada balita khususnya dalam pengolahan makanan. Maka dari itu peneliti

berkeinginan untuk meneliti hubungan perilaku ibu dalam pengolahan

makanan dengan kejadian stunting.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan perilaku pengolahan makanan yang dilakukan

ibu dengan kejadian stunting ?

C. Tujuan

1. TUJUAN UMUM

Diketahuinya hubungan perilaku ibu dalam pengolahan makanan

dengan kejadian stunting pada balita

2. TUJUAN KHUSUS

a) Diketahuinya perilaku ibu dalam pengolah makanan.

b) Diketahuinya kejadian stunting pada balita usia 3-5 tahun.

c) Diketahuinya hubungan antara perilaku dalam pengolahan makanan

dengan kejadian stunting

D. Manfaat
5

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang

perilaku ibu mengenai pengelolaan makanan pada anak stunting

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Petugas di Puskesmas

Digunakan sebagai media informasi dan pertimbangan tentang

hubungan perilaku ibu dalam pengolahan makanan dengan

kejadian Stunting. Dengan demikian mampu melakukan asuhan

keperawatan dalam mengurangi stunting.

b. Bagi ibu

Memberikan informasi mengenai hubungan perilaku dalam

pengolahan makanan dengan kejadian stunting. Dengan demikian

ibu mampu melakukan perilaku dalam pengolahan makanan untuk

balita.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai bahan referensi tambahan dalam perkembangan

pengetahuan sehingga dapat mengembangkan penelitian tentang

hubungan perilaku ibu dalam pengolahan makanan dengan kejadia

stunting pada anak balita.

d. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat dan menambahn

kepustakaan.
6

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka Mengenai Stunting

1. Pengertian

Stunting adalah kondisi balita yang mana memiliki pertumbuhan tinggi

badan pada anak kurang dari -2 SD menurut WHO (Kemenkes RI, 2018).

Stunting adalah suatu gambaran gagalnya pertumbuhan yang menjadi

akibat dari kurangnya asupan zat gizi dalam kurung waktu yang lama.

Adapun standart stunting didasarkan pada indeks panjang badan dibanding

umur (PB/U) atau tinggi badan dibanding umur (TB/U) dengan batas (z-

score) kurang dari -2 SD Menurut WHO Child Growth. Sebagaimana

diketahui bahwa asupan zat gizi yang optimal menunjang tumbuh –

kembang balita baik secara fisik, psikis maupun motoric atau dengan kata

lain, asupan zat gizi yang optimal pada saat ini merupakan gambaran

pertumbuhan dan perkembangan yang optimal pula di hari depan.Status

kesehatan bayi kaitannya dengan pola makan.

Permasalahan stunting (anak pendek) menggambarkan salah satu kasus

gizi yang dialami dunia, biasanya di negara- negara miskin, Stunting jadi

kasus kesehatan sebab berhubungan dengan resiko terjadinya kesakitan

serta kematian, pertumbuhan otak suboptimal, sehingga perkembangan

motorik terlambat serta terhambatnya perkembangan mental. mengenai hal

ini jadi ancaman sungguh- sungguh terhadap keberadaan kanak- kanak


7

selaku generasi penerus sesuatu bangsa. Anak pendek ialah prediktor

buruknya mutu sumber energi manusia yang diterima secara luas, yang

berikutnya merendahkan keahlian produktif sesuatu bangsa dimasa yang

hendak tiba( Unicef, 2013).

Stunting merupakan keadaan kandas berkembang pada anak bayi

akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak sangat pendek buat umurnya.

Stunting diakibatkan oleh Aspek Multi Ukuran. Intervensi sangat

memastikan pada 1. 000 HPK( 1000 Hari Awal Kehidupan). Stunting ialah

permasalahan kurang gizi kronis yang diakibatkan oleh konsumsi gizi

yang kurang dalam waktu lumayan lama akibat pemberian masakan yang

tidak cocok dengan kebutuhan gizi. Menurut bagi Eko( 2018), didalam

novel saku desa penindakan stunting.

Tubuh pendek pada masa kanak- kanak( Chilhood stunting)

merupakan akibat kekurangan gizi kronis atau kegagalan perkembangan di

masa yang akan datang serta digunakan sebagai Indikator jangka panjang

buat gizi kurang pada anak. Chilhood stunting berhubungan dengan

kendala pertumbuhan neurokognitif serta resiko mengidap penyakit tidak

memyebar di masa depan([Kemenkes RI] Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 2015).

Stunting ialah permasalahan kurang gizi kronis yang diakibatkan oleh

konsumsi gizi yang kurang dalam waktu yang lumayan lama akibat

pemberian masakan yang tidak cocok dengan kebutuhan gizi. Stunting

terjadi mulai anak masih dalam kandungan serta baru terlihat saat anak
8

berumur 2 tahun. Meningkatnya angka kematian balita serta anak terjalin

sebab kekurangan gizi pada umur dini yang bisa menimbulkan pengidap

gampang sakit serta mempunyai bentuk badan badan tidak optimal dikala

berusia( MCA, 2013).

Stunting merupakan tinggi badan yang rendah untuk usia anak pada

umumnya, anak yang mengalami stunting cenderung mengalami

penurunan produktivitas mental dan fisik.(Akanda, 2020).

2. Dampak Stunting

Berdasarkan laporan UNICEF pada tahun 2010, mengungkapkan ada

beberapa fakta mengenai stunting dan dampaknya (Encyclopedia, 2019)

yaitu:

a. Stunting yang terjadi pada anak lebih awal yaitu sebelum usia enam

bulan, maka akan mengalami stunting lebih berat menjelang usia dua

tahun. Keparahan Stunting, mengalami jangka panjang dalam

perkembangan fisik dan mental yang akan memberikan dampak

kurang mampu untuk belajar secara maksimal di sekolah ketimbang

anak dengan tinggi badan normal. Stunting sangat berpengaruh

penting dalam kesehatan dan perkembangan anak. Faktor yang paling

dasar penyebab stunting dapat menganggu pertumbuhan dan

perkembangan intelektual.Adapun penyebab lain dari stunting adalah

bayi berat lahir rendah, ASI yang kurang, makanan tambahan yang

tidak sesuai, diare berulang, dan infeksi pernapasan. Berdasarkan

penelitian sebagian besar anak dengan stunting mengkonsumsi


9

makanan yang berbeda di bawah ketentuan rekomendasi kadar gizi,

berasal dari keluarga banyak, bertempat tinggal di wilayah pinggiran

kota dan komunitas pedesaan.

b. Pada usia dini pengaruh gizi pada anak yang mengalami stunting

dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang

kurang. stunting pada usia lima tahun cenderung menetap sepanjang

hidup, kegagalan pertumbuhan usia dini berlanjut pada masa remaja

dan kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa yang stunting dan

mempengaruhi secara langsung pada kesehatan dan produktivitas,

sehingga meningkatkan peluang melahirkan BBLR.

c. Stunting pada usia lima tahun cenderung menetap sepanjang hidup,

kegagalan pertumbuhan usia dini berlanjut pada masa remaja dan

kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa yang stunting dan

mempengaruhi secara langsung pada kesehatan dan produktivitas,

sehingga meningkatkan peluang melahirkan BBLR.

d. Stunting berpengaruh besar pada anak perempuan sebab lebih

cenderung menghambat dalam proses pertumbuhan dan berisiko lebih

besar meninggal.

e. Akibat yang lain kekurangan gizi/stunting terhadap pertumbuhan

sangat merugikan performance anak. Bila keadaan kurang baik terjalin

pada masa golden period pertumbuhan otak( 0- 2 tahun) hingga tidak

bisa tumbuh serta keadaan ini susah pulih kembali. Perihal ini

diakibatkan sebab 80- 90% jumlah sel otak tercipta sejak masa dalam
10

isi hingga umur 2 tahun. Apabila kendala tersebut terus berlangsung

penyusutan skor uji Intelligence Quotient(IQ) sebesar 10- 13 point.

Penyusutan pertumbuhan kognitif, kendala pemusatan atensi serta

manghambat prestasi belajar dan produktifitas menyusut sebesar 20-

30%, yang hendak menyebabkan terbentuknya loss generation,

maksudnya anak tersebut hidup namun tidak dapat berbuat banyak

baik dalam bidang pembelajaran, ekonomi serta yang lain. Generasi

demikian cuma hendak jadi beban warga serta pemerintah, sebab

teruji keluarga serta pemerintah wajib menghasilkan bayaran

kesehatan yang besar akibat warganya gampang sakit.( Supariasa,

2011). Stunting ialah bentuk dari terdapatnya kendala perkembangan

pada badan. Otak ialah salah satu organ yang kilat hadapi resiko.

Perihal tersebut disebabkan di dalam otak ada sel- sel saraf yang

berkaitan dengan reaksi anak tercantum dalam memandang,

mendengar, serta berpikir sepanjang proses belajar( Picauly and Toy,

2013).

3. Ciri-ciri Stunting

Ciri-ciri fisik pada anak stunting yaitu :

a. tinggi badan dibawah rentang normal (> -2,0 SD)

b. hambatan pertumbuhan,

c. perhatian dan daya ingat rendah,

d. Wajah anak tampak lebih mudah dari anak seusianya

e. Mudah terserang berbagai penyakit


11

Stunting juga diakibatkan oleh kondisi kurang gizi di usia balita

dan berat badan lahir rendah (BBLR). Penghapusan masalah stunting

di Indonesia penting dilakukan terutama untuk menekankan pada

langkah-langkah pencegahan dini dengan gerakan perbaikan asupan

gizi pada remaja, wanita usia subur, ibu hamil dan balita. Upaya

khusus pada balita meliputi pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan,

pemberian pola asuh yang baik, dan pemantauan status pertumbuhan

dan perkembangan anak pada 1000 hari pertama kelahiran. Masalah

gizi pendek diakibatkan oleh keadaan yang berlangsung lama, maka

ciri masalah gizi yang ditunjukan oleh anak pendek adalah masalah

gizi yang sifatnya kronis (Gibney, 2009).

4. Factor factor yang mempengaruhi stunting

Status gizi pada dasarnya didetetapkan oleh dua perihal ialah: masakan

yang dimakan serta kondisi kesehatan. Mutu serta kuantitas makanan

seseorang bergantung pada isi zat gizi makanan tersebut, terdapat tidaknya

pemberian makanan bonus di keluarga, energi beli keluarga serta ciri ibu

tentang makanan serta kesehatan. Kondisi kesehatan pula berhubungan

dengan ciri ibu terhadap masakan serta kesehatan, daya beli keluarga,

terdapat tidaknya penyakit peradangan serta jangkauan terhadap pelayanan

kesehatan( Pramuditya SW, 2010).

Menurut (UNICEF FRAMEWORK, 2007), Beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi stunting diantaranya:

a. Factor individu
12

1) Asupan gizi kurang

Kekurangan gizi menjadi masalah yang terjadi pada balita

adalah tidak seimbangnya antara jumlah asupan makan atau zat

gizi yang diperoleh dari makanan dengan kebutuhan gizi yang

dianjurkan pada balita misalnya Kekurangan Energi Protein (KEP)

(Puspasari and Andriani, 2017).

2) Penyakit Infeksi

Peristiwa peradangan ialah indikasi klinis suatu penyakit pada

anak yang dapat mempengaruhi pada penurunan nafsu makan

anak., sehingga konsumsi makanan anak hendak menurun. Apabila

terjalin penyusutan konsumsi makan dalam waktu yang lama serta

diiringi keadaan muntah serta diare, hingga anak hendak hadapi zat

gizi serta cairan. Hal ini hendak berakibat pada penyusutan berat

tubuh anak yang semula mempunyai status gizi yang baik sebelum

hadapi penyakit peradangan jadi status gizi kurang. Apabila

keadaan tersebut tidak termanajemen dengan baik hingga anak

hendak hadapi gizi kurang baik( Yustianingrum serta Adriani,

2017). Peristiwa penyakit peradangan yang kesekian tidak cuma

berdampak pada menyusutnya berat tubuh ataupun rendahnya nilai

penanda berat tubuh bagi usia, namun berakibat pada penanda

besar tubuh bagi usia( Welasasih serta Wirjatmadi, 2008).

3) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)


13

Berat badan lahir dikategorikan menjadi dua yaitu,BBLR dan

normal sementara panjang badan lahir dikategorikan pendek dan

normal. Balita masuk dalam kategori BBLR (Berat Badan Lahir

Rendah), jika balita tersebut memiliki berat badan lahir kurang dari

2500 gram sedangkan kategori panjang badan lahir kategori

pendek jika balita memiliki panjang badan lahir kurang dari 48 cm

(Ngaisyah, 2016).

b. Factor Pengasuh Orang Tua

1) Pengetahuan dan sikap

Pengetahuan gizi yang kurang ataupun minimnya

mempraktikkan pengetahuan gizi dalam kehidupan tiap hari bisa

memunculkan permasalahan gizi pada seorang. Tingkatan

pengetahuan gizi seorang hendak sangat mempengaruhi terhadap

perilaku serta aksi dalam memilah makanan yang hendak

mempengaruhi terhadap gizi. Pengetahuan tentang gizi orang tua

paling utama ibu sangat mempengaruhi terhadap tingkatan

kecukupan gizi yang diperoleh oleh bayi. Pengetahuan gizi ibu

yang baik hendak meyakinkan ibu untuk membagikan aksi yang

pas buat penuhi kebutuhan gizi bayi, paling utama yang berkaitan

dengan isi zat- zat dalam makanan, melindungi kebersihan

makanan, waktu pemberian makan serta menu makan yang

monoton atau cara pengolahan bahan makanan, sehingga

pengetahuan yang baik hendak menolong bunda ataupun orang tua


14

dalam memastikan opsi mutu serta kuantitas makanan( Fatimah,

Nurhidayah dan Rakhmawati, 2008; Rahmatillah, 2018).

Sikap merupakan respon seseorang terhadap suatu stimulus

atau objek. Sikap ibu adalah termasuk salah satu faktor yang tidak

langsung yang dapat mempengaruhi status gizi balita (Rahmatillah,

2018).

2) Ketahanan pangan

Akses pangan buat penuhi kebutuhan gizi dipengaruhi oleh

pemasukan yang rendah. Upaya kenaikan pemasukan ataupun

kemampuan daya beli pada kelompok terkategori rentan pangan

ialah kunci buat tingkatkan akses terhadap pangan( Jayarni serta

Sumarmi, 2018).

3) Pola Asuh

Pola asuh anak ialah sikap yang dipraktikkan oleh penjaga anak

dalam pemberian makan, pemeliharaan kesehatan, pemberian

stimulasi, dan sokongan emosional yang diperlukan anak buat

proses berkembang kembangnya. Kasih sayang serta tanggung

jawab orang tua juga termasuk pola asuh anak( Asrar, Hamam

serta Dradjat, 2009).

c. Faktor Lingkungan

1) Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan yang baik pada bayi hendak tingkatkan

mutu perkembangan serta pertumbuhan bayi, baik pelayanan


15

kesehatan kala sehat ataupun dikala dalam keadaan sakit.

Pelayanan kesehatan anak bayi ialah pelayanan kesehatan untuk

anak berusia 12– 59 bulan yang mendapatkan pelayanan sesuai

standar, meliputi pemantauan perkembangan minimun 8 kali

setahun, pemantauan pertumbuhan minimun 2 kali setahun,

pemberian vit A 2 kali setahun( Kemenkes, 2016).

Keaktifan bayi ke posyandu sangat besar pengaruhnya

terhadap pemantauan status gizi. Kedatangan bayi ke posyandu

jadi penanda terjangkaunya pelayanan kesehatan pada bayi, sebab

bayi hendak memperoleh penimbangan berat tubuh, pengecekan

kesehatan bila terjalin permasalahan, pemberian makan bonus serta

penyuluhan gizi dan dan menemukan imunisasi serta program

kesehatan lain semacam vit A serta kapsul yodium. Bayi yang

memperoleh program kesehatan dasar hingga diharapkan

perkembangan serta perkembangannya terpantau, sebab pada masa

bayi terjalin rawan/ rentan terhadap peradangan serta rentan

terserang penyakit gizi. Anak yang sehat bukan sebab anak terus

menjadi gendut namun anak yang pula hadapi peningkatan sebab

pertambahan besar( Welasasih serta Wirjatmadi, 2008)

2) Sanitasi

Akses terhadap air bersih serta sarana sanitasi yang kurang

baik bisa tingkatkan peristiwa indeksi yang bisa membuat tenaga

untuk perkembangan teralihkan kepada badan perlawanan badan


16

mengalami peradangan, gizi susah diserap oleh badan serta

terhambatnya perkembangan( Kemenkes, 2016).

Aspek sanitasi serta kebersihan area mempengaruhi pada

tumbuh kembang anak, sebab pada umur kanak- kanak rentan

terhadap bermacam peradangan serta penyakit. Paparan terus

menerus terhadap kotoran manusia serta fauna bisa menimbulkan

peradangan kuman kronis. Peradangan tersebut diakibatkan oleh

aplikasi sanitasi serta kebersihan yang kurang baik yang membuat

gizi susah diserap oleh badan. Salah satu faktor kendala saluran

pencernaan ialah sanitasi serta kebersihan area yang rendah.

Perihal tersebut membuat tenaga buat perkembangan teralihkan

kepada perlawanan badan mengalami peradangan( MCA, 2013).

5. Tingkatan Stunting

Stunting ditetapkan dengan membandingkan pengukuran besar tubuh

bagi usia( TB/ U) pada kanak- kanak dengan populasi pada buku pedoman

perkembangan, dimana kanak- kanak yang terletak di bawah 5 persentil

ataupun kurang dari- 2 SD( Standar Deviasi) pada pedoman besar tubuh

bagi usia digolongkan stunting, tanpa mencermati alibi apapun. Selaku

penanda status gizi, perbandingan pengukuran besar tubuh bagi usia pada

kanak- kanak pada kurva perkembangan bisa membagikan hasil yang

berbeda antara pengukuran kanak- kanak selaku populasi dengan kanak-

kanak selaku orang( Almatsier, 2009).( Azvia, 2019).


17

Tujuan mengukur besar tubuh bagi usia( TB/ U) merupakan buat

mengenali apakah anak tersebut dalam kondisi wajar, besar, sangat besar,

pendek maupun sangat pendek. Bila hasil pengukuran z- score TB/ U

seseorang anak lebih rendah dibanding standar, hingga anak tersebut

dikatakan“ pendek”( shortness). Secara patologis, kala seseorang anak

mempunyai indeks TB/ U yang rendah, hingga hendak terjalin kandas

berkembang ataupun tidak tercapainya perkembangan linear optimal.

Keadaan ini diucap selaku“ stunting”( Gibson, 2005).

Adapun peraturan berdasarkan keputusan atau ketetapan kesehatan

Republik Indonesia (2010). Penilaian status gizi dengan indicator TB/U

dapat dilakukan sesuai standar WHO-NCHS guna untuk menyatakan

apakah anak tersebut termasuk dalam golongan status normal,pendek atau

sangat pendek. Dilihat dari table 2.1 berikut

Tabel 2.1
KATEGORI STATUS GIZI BERDASARKAN BAKU WHO-NCHS
Indikator Status Gizi Keterangan
Tinggi Badan Sangat pendek (severe z-score < -3 SD

menurut Umur stunted) z-score


Pendek (stunted) z-score ≥ -3 SD s/d < -2 SD
(TB/U) Normal Tinggi z-score -2 SD ≤ + 2 SD
z-score z-score > +2 SD
Sumber : Kemenkes (2010)Rumus perhitungan Z-score sebagai berikut :

nilai individu subjek−nilai median baku rujukan


zcore=
nilai simpangan buku rujukan

Pengukuran tinggi badan yang dilakukan dengan benar adalah

sebagai berikut:
18

1. Alat yang digunakan microtoice

2. Pengukuran dilakukan dengan cara menggantungkan microtoice pada

dinding dengan ketinggian 2 meter dari dasar lantai.

3. Anak yang diukur berdiri tegak tanpa alas kaki dan pandangan lurus

kedepan

B. Tinjauan Pustaka Pengolahan Makanan

1. Pengertian Pengolahan Makanan

Menurut (Depkes RI,2004) dalam (Arisna, 2013) Pengolahan

makanan merupakan suatu proses mengubah bahan makanan dari bahan

makanan mentah di proses menjadi makanan yang siap di konsumsi.

Adapun proses pengolahan makanan itu sendiri perlu memperhatikan

prinsip kebersihan. Tujuan proses pengolahan makanan yang sesuai

standar kesehatan, rasa serta bentuk yang mengugah daya tarik makan.

Dalam proses pengolahan juga perlu memperhatikan kebersihan peralatan

masak yang digunakan dan tempat pengolahan.

Menurut ((Nurarif & Kusuma, 2013) pengolahan makanan adalah

kumpulan beberapa metode atau tehnik yang digunakan dalam proses

pengubahan bahan mentah atau pengubahan bentuk lain menjadi makanan

yang siap untuk di konsumsi.

2. Persiapan bahan makanan

Sebagian besar bahan makanan merupakan sesuatu yang dapat diubah

atau diolah menjadi makanan. Nah hal tersebut dapat dikategorikan

menjadi tiga kelompok berdasarkan sumbernya, yaitu:


19

a. Bahan makanan nabati yang berasal dari tumbuh-tumbuhan

Bahan makanan yang sumbernya dari tumbuhan yang terdapat

kandungan protein, lemak, vitamin, mineral,garam merupakan bahan

makanan nabati. Yang dikelompokkan menjadi:

1) sayuran daun seperti bayam, kangkung,ubi,kelor dll.

2) sayuran buah seperti labu siang,terong,tomat dll.

3) sayuran bunga seperti kembang kol,brokoli dll

4) sayuran tuna seperti: kacang kedelai,rebung dll

5) sayuran akar/umbi seperti wortel,kentang dll

b. Bahan makanan yang berasal dari binatang atau hewan termasuk telur.

Bahan makanan hewani merupakan bahan makanan yang berasal

dari hewan yang pada biasanya dimakan sebagai bahan makanan yang

banyak memiliki protein besar yang sangat diperlukan oleh manusia

serta pula sangat disenangi oleh bakteri. Bahan pangan yang

bersumber protein dari hewani contohnya seperti daging, ikan ayam,

telur maupun susu yang mempunyai kandungan protein tinggi (lebih

dari 40% bahan kering) dibandingkan dengan protein nabati selain

kacang kacangan terdapat kadar protein kurang dari 15 %. Pangan

sumber protein ini terdapat asam amino esensial lengkap. Asam amino

esensial merupakan asam amino yang tidak dapat diperoleh dari tubuh

melainkan dari bahan makanan. Adapun asam amino yang diperlukan

balita yakni: lisin, leusin, isoleusin, valin, treonin, fenilalanin, tirosin,

metionin, sistin, triptopan, histidine dan arginine. Nah untuk


20

mengetahui protein yang baik itu dilihat dari kandungan asam amino

esensial lengkap yang dibutuhkan untuk sintesi sel baru untuk

meregenerasi jaringan yang rusak.

Bahan makanan hewani bisa dikelompokan jadi tiga kelompok

yaitu:

1) Ikan (fish) Ikan adalah binatang laut yang mempunyai lapisan

lendir pada kulitnya dan sebagian mempunyai sisik dan

mempunyai tekstur daging yang lembut.

2) Daging (meat) Daging adalah serat-serat otot tubuh hewan potong

berkaki empat yang dapat dimakan, seperti;, daging sapi, daging

domba dsb.

3) Telur (eggs) Telur adalah sumber protein hewani yang berasal

dari unggas dan dapat dikonsumsi oleh manusia, seperti; telur

ayam, telur bebek, dan telur puyuh.

c. Bahan makanan hasil olah dari hewani dan nabati, termasuk susu dan

keju.

1) Sosis merupakan bahan makanan yang berbentuk bulat panjang

dan terbuat dari daging sapi, dan ayam.

3. Pengolahan bahan makanan

Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan

mentah menjadi makanan jadi/masak atau siap saji, dengan meperhatikan

kaidah cara pengolahan makanan yang baik yaitu :(Putri, 2019)


21

a. Tempat pengolahan makanan atau dapur harus memenuhi persyaratan

teknis hygiene sanitasi untuk mencegah resiko pencemaran terhadap

makanan dan dapat mencegah masuknya lalat, kecoa, tikus dan hewan

lainnya.

b. Menu disusun dengan memperhatikannya.

c. Pemilihan bahan sortir untuk memisahkan/membuang bagian bahan

yang rusak dan untuk menjaga mutu dan keawetan makanan serta

mengurangi resiko pencemaran makanan.

d. Peracikan bahan, persiapan bumbu, persiapan pengolahan dan prioritas

dalam memasak harus dilakukan sesuai tahapan dan harus hygiene dan

semua bahan yang siap dimasak harus dicuci dengan air mengalir.

e. Persiapan pengolahan harus dilakukan dengan menyiapkan semua

peralatan yang akan digunakan dan bahan makanan yang akan diolah

sesuai urutan prioritas.

f. Prioritas dalam memasak

1) Dahulukan memasak makanan yang tahan lama seperti goreng-

gorengan yang kering.

2) Makanan rawan seperti makanan berkuah dimasak paling akhir.

3) Simpan bahan makanan yang belum waktunya dimasak pada

kulkas/lemari es.

4) Simpan makanan jadi/masak yang belum waktunya dihidangkan

dalam keadaan panas.


22

5) Perhatikan uap makanan jangan sampai masuk ke dalam makanan

karena akan menyebabkan kontaminasi ulang.

6) Tidak menjamah makanan jadi/masak dengan tangan tetapi harus

menggunakan alat seperti penjepit atau sendok.

7) Mencicipi makanan menggunakan sendok khusus yang selalu

dicuci.

g. Higiene penanganan makanan.

1) Memperlakukan makanan secara hati-hati dan seksama sesuai

dengan prinsip hygiene sanitasi makanan.

2) Menempatkan makanan dalam wadah tertutup dan menghindari

penempatan makanan terbuka dengan tumpang tindih kerena akan

mengotori makanan dalam wadah dibawahnya.

Keamanan pangan untuk balita tidak hanya menjaga kebersihannya

saja,tetapi proses pengolahan makanan juga perlu diperhatikan. Proses

pengolahan makanan memberikan beberapa keuntungan, misalnya

memperbaiki nilai gizi dan daya cerna, memperbaiki cita rasa maupun

aroma, serta memperpanjang daya simpan (Sundari dkk., 2015). Cara

pengolahan makanan yang tidak tepat dapat menyebabkan makanan

menjadi rusak (Nugraheni, 2015). (Noviyanti, 2019)

Hal yang perlu diperhatikan dalam mengolah bahan makanan

disamping kebersihannya juga penyiapannya, misalnya dalam

membuat potongan bahan makanan. Hal ini disebabkan karena proses

mengunyah dan refleks menelan balita belum sempurna sehingga anak


23

mudah tersedak. Pemakaian bumbu yang merangsang tidak dianjurkan,

karena membahayakan saluran pencernaan balita (Rahmawati, 2016).

Pengolahan makanan yang baik untuk dikonsumsi balita sebaiknya

menghasilkan tekstur lunak yang memiliki kandungan air yang tinggi,

yang mana pada pengolahanya bisa dengan direbus, diungkep ataupun

dikukus. Adapun pengolahan makanan dengan metode dipanggang

atau digoreng dapat menghasilkan tekstur keras dapat dikenalkan pada

balita tetapi dalam batasan sewajarnya. Selain itu pengolahan makanan

juga dapat dilakukan dengan metode kombinasi atau campuran,

misalnya makanan dipanggang terlebih dahulu ataupun direbus

terlebih dahulu setelah itu digoreng.(Juliati, 2017) dalam (Noviyanti,

2019)

Adapun Metode pengolahan bahan makanan yang tepat dan benar

untuk setiap jenis bahan makanan adalah sebagai berikut :

1) Sayuran dan buah

Dalam sayur dan buah biasanya masih masih mengandung

bahan kimia protein,yaitu untuk pembasmi tanaman. Hal ini terjadi

karena petani penanaman buah dan sayur melindungi tanamanya

dari gangguan hama dengan menggunakan peptisida. Untuk itu,

buah atau sayuran sebelum diolah atau dikonsumsi harus dicuci

bersih dahulu. Dalam memilih bahan sayuran yang harus

diperhatikan adalah ciri-ciri fisik sayuran yang baik adalah sebagai

berikut:
24

a. Sayuran yang tampak bersih tidak dalam keadaan kotor.

b. Daun sayuran tampak segar,tidak layu,kering atau memar,dan

tidak tampak adanya serangan hama.

c. Berwarnah cerah,tidak menguning dan berpenampilan segar.

Demikian pula dengan buah, buah yang baik memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

a) Buah tampak segar,kulit permukaan tidak berkerut.

b) Kulit buah tidak cacat,sehingga dipastikan buah tidak

terserang hama.

Adapun pengolahan sayur dan buah yaitu:

a) Pilih metode memasak yang sesuai dengan menggunakan

metode memasak yang tepat, dapat mengurangi jumlah

nutrisi yang hilang karena proses pemasakan. (1)

Mengukus sayuran Metode memasak dengan cara dikukus

adalah metode memasak yang paling baik untuk sayuran,

terutama untuk sayuran yang mengandung vitamin larut

air. (2) Merebus sayuran Metode ini tergolong mudah dan

cepat dilakukan. Cara merebus sayuran tunggu air sampai

mendidih baru masukkan sayuran kedalamnya

( Veratamala, 2017).

b) Cuci sayuran dengan air mengalir, jangan direndam Cuci

sayuran pada air mengalir dan jangan merendamnya.


25

Merendam sayuran akan membuat kandungan nutrisi

hilang.

c) Gunakan sedikit air untuk merebus

d) Air sisa rebusan jangan dibuang tapi gunakan untuk yang

lain seperti sup.

e) Sayur dimasukkan setelah air perebusan mendidih,hal ini

untuk menghindari berkurangnya zat gizi yang dikandung

sayuran seminimal mungkin.

f) Sayur yang dipotong akan mengalami oksidasi,sebaiknya

segera diolah.

g) Memotong sayuran jangan terlalu kecil agar kandungan

zat gizinya tidak banyak yang teroksidasi.

h) Hindari memasak sayuran dengan alat perebus yang

terbuat dari besi,tembaga karena secara tidak langsung

akan merusak vitamin.

i) Pemberian garam yodium pada sup atau sayur,sebaiknya

diberikan pada saat makanan matang dan dingin,karena

yodium akan rusak pada suhu tinggi.

j) Sayuran yang terlalu lama menjalani proses pengolahan

juga akan mengakibatkan banyaknya kandungan nutrisi

seperti Vitamin dan mineral banyak yang hilang atau rusak

karena proses pemasakan tersebut.

2) Daging
26

Daging merupakan bahan yang mudah rusak,karena komposisi

gizinya yang baik untuk manusia juga baik bagi mikroorganisme,

sehingga mudah terjadi pencemaran permukaan daging oleh

mikroorganisme. Penyimpanan pada suhu rendah mampu

memperlambat kecepatan berkembangnya pencemaran pada

daging.

a) Pemilihan daging yang baik

Daging yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut: warna

merah cerah dan ada lapisan lemak,semakin tua warna daging

semakin alot teksturnya, baunya segar,tidak busuk,tekstur

daging yang lunak dan elastis,pori pori tulang terisi cairan

daging warna merah muda.

b) Pengolahan daging

Pengolahan daging biasa dipanggang,dibakar atau dimasak

Metode tersebut sangat tepat digunakan dalam pengolahan

daging. Adapun yang hal hal yang harus diperhatikan dalam

proses pengolahan tersebut yaitu:

(a) Pada saat proses pengolahan untuk daging yang banyak

mengandung cairan sebaiknya tidak dimasak terlalu lama

supaya tekstur daging tidak menjadi keras.

(b) Pada saat proses pengolahan daging dengan cara panggang

sebaiknya tidak sering ditekan menggunakan spatula karena


27

dapat mengguluarkan cairan yang membuat kelembutan daging

tersebut hilang.

(c) Dalam memanggang daging alangkah baiknya tidak langsung

mengenai sumber panas karena itu kurang baik untuk

kesehatan kita

3) Ikan

Tingkat kesegaran ikan yang akan dimasak sangat berpengaruh

terhadap hasil masakan,baik penampilan, rasa, tekstur, maupun

nilai gizinya.

a. Pemilihan ikan

Pemilihan ikan yang segar harus dilakukan apabila kita

akan mengkonsumsi ikan sebagai berikut: mata

cembung,selaput mata jernih,dan pupil berwarnah hitam,insang

berwarna merah,tidak berlendir,tidak berbau busuk,warna kulit

belum pudar,sisi melekat kuat,dagingnya terasa kenyal,bila

ditekan segera pulih,berbau khas ikan segera,tidak

anyir/pesing.Adapun cara pengolahannya yaitu:

(a) Ikan untuk anak balita sebaiknya jangan digoreng,tetapi

dikukus atau direbus agar kandungan asam lemak pada

ikaan yang sangat bermanfaat bagi tumbuh kembang otak

si kecil tidak rusak. Nutrisi ikan akan rusak apabila

dipanaskan dengan penambahana lemak seperti minyak.


28

(b) Proses pengolahan dengan memasak menggunakan cairan

bumbu untuk ikan pada saat memasak keadaan air

sebaiknya mendidih meletup-letup tidak dibiarkan terlalu

lama.karena gelumbuh didih akan menghancurkan daging

ikan tersebut.

4) Telur

Telur merupakan salah satu bahan makanan yang bergizi

tinggi dikarenakan kandungan proteinnya, terdapat vitamin A dan

juga terdapat kandungan vitamin D. vitamin D dari telur

merupakan bagian terpenting juga yang dibutuhkan oleh tubuh.

Olehnya itu telur yang baik dilihat dari isinya seperti:

a. Kuning telur bulat sempurna

b. Putih telur tampak kental.

Telur dan ikan merupakan bahan makanan yang mempunyai

kandungan protein yang tinggi. Maka dari itu yang perlu

diperhatikan agar nilai gizinya tidak menurun yaitu tidak

menggunakan tehnik memasak dengan suhu yang tinggi.

C. Tinjauan Teori Mengenai Perilaku

1. Pengertian

Perilaku merupakan suatu tindakan ataupun aktivitas dari diri manusia itu

sendiri, yang mempunyai bentangan yang sangat luas seperti:

berbicara,berjalan, tertawa,bekerja dan sebagainya. Maka dari itu disimpulkan


29

bahwa perilaku manusia merupakan keseluruhan suatu aktivitas atau kegiatan

baik yang diamati langsung maupun tidak langsung (Notoatmodjo, 2010,

p.20) dalam (Goleman, Daniel; Boyatzis, Richard; Mckee, 2019)

2. Macam-macam perilaku

a. Perilaku tertutup

Perilaku tertutup terjadi apabila respon dari rangsangan tersebut

belum dapat diamati oleh orang lain (dari luar) secara jelas. Respon

sesorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, persepsi,

pengetahuan dan sikap terhadap rangsangan yang bersangkutan.

b. Perilaku terbuka

Perilaku terbuka terjadi apabila reson terhadap rangsangan sudah

berupa tindakan atau praktik yang dapat diamati langsung oleh orang

lain dari luar.

3. Domain Perilaku

a. Pengetahuan

1) Tahu (know) Tahu merupakan mengingat kembaali materi yang

pernah diajarkan atau dipelajari setiap individu sebelumnya.

2) Memahami (comprehension) Merupakan suatu objek bukan

sekedar tahu tetapi juga mampu menjelaskan untuk memberikan

suatu gambaran secara benar tentang objek yang diketahui.

3) Aplikasi (application) Merupakan bagian dari memahami suatu

objek yang dapat digunakan atau dipraktekkan sesuai prinsip yang

sudah diketahui pada situasi tertentu.


30

4) Analisis (analysis) Adalah pengetahuan individu atau seseorang

dalam mengelompokkan ataupun memisahkan setelah itu mencari

tahu tentang hubungan antara komponen yang terdapat dalam suatu

masalah yang diketahui. Yang mana dapat dibuktikan apabila

seseorang mampu membedakan atau memisahkan, mengelompo

kkan terhadap pengetahuan atas objek.

5) Sintesis (syntesis) merupakan kemampuan seseorang untuk

merangkum dalam satu hubungan yang logis dari komponen–

komponen pengetahuan yang dimiliki.

6) Evaluasi (evaluation) merupakan evaluasi yang berkaitan dengan

kemampuan seseorang untuk melakukan suatu penilaian terhadap

objek tertentu.

b. Sikap

a) Pengertian

Menurut salah seorang ahli psikologi sosial mengemukakan

bahwa sikap merupakan kesedian dalam melakukan sesuatu.

(Notoatmodjo, 2010, p.29) dalam (Goleman, Daniel; Boyatzis,

Richard; Mckee, 2019)

b) Komponen

(a) Komponen kognitif yaitu berisikan suatu kepercayaan

seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar

pada objek sikap tersebut. Sekalipun kepercayaan sudah

terbentuk, pengetahuan seseorang mengenai apa yang


31

diharapkan pada objek tertentu merupakan menjadi hal dasar.

Dengan demikian interaksi kita dengan pengalaman yang

akan datang dan prediksi kita mengenai pengalaman tersebut

akan mempunyai arti keteraturan. (Azwar, 2010, p.25)

(b) Komponen efektif berkaitan dengan masalah emosional

subjektif seseorang individu dengan objek sikap. Reaksi

emosional ini merupakan termasuk komponen afektif yang

banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau yang dipercaya

hal kebenarannya dan berlaku pada objek yang terkait.

(Azwar, 2010, p.26-27).

(c) Komponen perilaku atau komponen konatif yaitu sikap yang

ditunjukkan sebagaimana perilaku dalam diri seseorang

berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Hal ini

didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan

banyak dipengaruhi oleh perilaku.

c. Tindakan atau sikap

Tindakan atau praktik Sikap belum dapat dikatakan terwujud

dalam tindakan, sebab dalam terwujudnya suatu tindakan dipengaruhi

factor lain diantaranya: adanya fasilitas atau sarana prasarana. Hal ini

dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan yakni:

(a) Praktik terpimpin (guided response) Apabila seseorang telah

melakukan sesuatu tetapi didasari pada tuntunan ataupun

menggunakan suatu panduan.


32

(b) Praktik secara mekanisme (mechanism) Apabila seseorang

melakukan atau mengaplikasikan sesuatu secara otomatis maka

itu disebut tindakan mekanis.

(c) Adopsi (adoption) merupakan tindakan atau praktik yang telah

berkembang. Maksudnya apa yang dilakukan tidak hanya sebagai

rutinitas ataupun mekanisme saja, melainkan telah dimodifikasi

dengan perilaku yang berkualitas.

D. Hubungan antar variabel

1. Hubungan Perilaku ibu dalam Pengolahan Makanan dengan Kejadian

Stunting

Pengetahuan serta keahlian mengelola makanan sehat buat bayi

merupakan sesuatu perihal yang amat berarti. Makanan yang bisa penuhi

standar gizi bayi wajib dengan pola makan yang balance, maksudnya

makanan tersebut wajib memiliki jatah yang pas, tidak kelewatan serta

disesuaikan dengan kebutuhan badan bayi ( Proverawati serta

Kusumawati, 2011).

Keamanan pangan buat bayi tidak cuma melindungi kebersihan namun

pula butuh dicermati sepanjang proses pengolahan. Proses pengolahann

pangan membagikan sebagian keuntungan, misalnya membetulkan nilai

gizi serta energi cerna, membetulkan cita rasa ataupun aroma, dan

memperpanjang energi simpan( Rahmawati, 2016).


33

Anak stunting pada sebagian riset sebagian besar dimiliki oleh ibu

ataupun keluarga yang melaksanakan metode pengolahan makan serta

penyajian makan secara tidak benar serta kurang menarik. Dalam

membagikan makanan kepada bayi, keamanan pangan baik dari segi

kebersihan serta pengolahan butuh dilindungi dengan baik. Metode

pengolahan makan yang tidak pas hendak bisa mengganggu isi gizi

makanan yang terdapat didalamnya( Nugraheni, 2015).

BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
34

Sugiyono (2017:60) mengemukakan bahwa, kerangka berpikir

merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan

dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang

penting.

Kerangka konsep merupakan gambaran dari arahan asumsi mengenai

variabel-variabel yang akan diteliti, atau memiliki arti hasil sebuah

sintesisi dari proses berfikir dedukatif maupun induktif kemudian dengan

kemampuan kreatif dan inovatif diakhiri konsep atau ide baru. (Hidayat,

2017).

Variabel Independen Variabel Dependen

Hubungan Perilaku ibu STUNTING

dalam Pengolahan makanan (3-5 tahun)

Kerangka Konsep Hubungan Perilaku Ibu dalam Pengolahan Makanan

dengan Kejadian Stunting

Gambar.3.1

Keterangan:

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Hubungan Antar Variabel


35

E. Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu pernyataan asumsi tentang hubungan

antara dua variabel atau lebih yang diharapkan bisa menjawab pertanyaan

dalam penelitian (Nursalam, 2017) :Ada hubungan perilaku ibu dalam

pengolahan makanan dengan kejadian stunting

BAB IV

METODE PENELITIAN
36

A. Desain penelitian

Menurut (Putra,2016) Desain penelitian merupakan bagian dari salah satu

tahapan penelitian yang sangat penting dan memerlukan perhatian dengan

sebaik mungkin, supaya penelitian mampu dilaksanakan sesuai tujuan

penelitian degan baik dan tepat. Desain penelitian yang digunakan pada

penelitian kali ini yaitu penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional.

Pendekatan cross sectional ini merupakan jenis penelitian mengkaji

hubungan antar variabel yang digunakan peneliti untuk melakukan

pengukuran atau penelitian dalam satu waktu yang bersamaan untuk

memperoleh semua variabel (Nursalam, 2017) yang di kutip dari (Irlane Maia

De Oliveira, 2017). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui adanya hubungan perilaku ibu dalam pengolahan makanan

dengan kejadian stunting di Puskesmas Kaluku Bodoa kota Makassar.

B. Populasi ,Sampel, dan Sampling

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek ataupun individu yang akan

dijadikan sebagai sumber sampel yang akan dipilih (Hasmi,2016). Pada

penelitian ini didapatkan populasi yaitu sebanyak 197 balita stunting

tetapi untuk usia 3-5 tahun sebanyak 82 balita di wilayah Puskesmas

Kaluku Bodoa kota Makassar.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari keseluruhan karakteristik yang terdapat

pada populasi tersebut apabila populasi besar dan peneliti tidak mampu
37

mempelajari keseluruhan dari populasi maka dari itu peneliti bisa

menggunakan sampel dengan alasan tenaga dan waktu terbatas,dan yang

masuk dalam sampel tersebut bisa dipelajari dengan syarat sampel yang

digunakan dari populasi yang representatif (sugiono,2009) dikuti dari

buku (Hasmi,2016). Pada sampel penelitian ini yaitu mencakup seluruh

anak balita Stunting yang ada di Puskesmas Kaluku Bodoa Kota

Makassar.

Untuk menentukan ukuran sampel dari suatu populasi menggunakan

metode Slovin dengan rumus:

N
n= 2
1+ N ( d)

Keterangan:

n = Besar Sampel

N = Besar Poulasi

d = Tinggi signifikansi (p)

jadi, jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah:

N
n=
1+ N . d 2

82
n=
1+82( 0,05)2

82
n=
1+197 (0,0025)❑
38

82
n=
1+0,205

82
n=
1,205

n=68

Berdasarkan penentuan ukuran sampel diatas yang menggunakan

rumus metode slovin didapatkan sampel dari populasi adalah 68.

Namun, tidak menutup kemungkinan sampel tersebut akan berkurang

jumlah sampel tersebut akan berkurang sehubungan dengan keadaan

pandemic covid-19 yang menjadi hambatan dalam melakukan

penelitian. Untuk itu adapun kriteria sampel pada penelitian yang akan

dilakukan yaitu ibu yang mempunyai balita Stunting. Adapun kriteria

yang terdapat pada penelitian yaitu:

a) Kriteria Inklusi

1) Ibu yang mempunyai balita stunting

2) Ibu yang tinggal serumah dengan balita stunting

3) Ibu yang bersedia menjadi responden

b) Kriteria Ekslusi

1) Ibu yang mempunyai balita dengan penyakit menular

2) Ibu yang tidak bisa membaca dan menulis

3. Tehnik Sampling

Sampling merupakan suatu proses untuk menyeleksi jumlah dari

populasi untuk mewakili suatu populasi. Sementara tehnik sampling


39

adalah suatu cara yang digunakan dalam pengambilan sampel, agar

sampel yang didapatkan sesuai dengan jumlah keseluruhan subjek

penelitian (Nursalam,2017) dikutip dari (Prakhasita, 2018). Pengambilan

sampel yang digunakan peneliti mengunakan metode Non Probability

Sampling dengan tehnik Purposive sampling. Purposive Sampling

merupakan tehnik pengambilan sampel dengan cara memilih sampel

diantara populasi sesuai dengan yang dihendaki peneliti.

C. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional

A. Variabel Penelitian

a) Variabel bebas (independen variabel) adalah suatu variabel yang

mempengaruhi atau nilainya menyebabkan variabel lain (Variabel

dependent). (Nursalam, 2017). Adapun variabel pada penelitian ini

yaitu: Perilaku ibu dalam pengolahan makanan.

b) Variabel terikat (dependent variabel) adalah suatu variabel yang

nilainya disebabkan oleh variabel lain (Variabel independen)

(Nursalam, 2017). Adapun variabel dalam penelitian ini

yaitu:Kejadian Stunting

B. Definisi Operasional

Klasifikasi variabel dan definisi operasional dibuat dalam bentuk

tabel dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 4.1 Klasifikasi variabel dan definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Hasil ukur Skala


Penelitia Ukur Ukur
n
40

Variabel 1. Pengolahan Pengolahan Kuesione Skor Ordin


independ makanan adalah makanan r Perilaku al
en: kumpulan ibu
Perilaku beberapa metode dalam
ibu atau tehnik yang Pengolah
dalam digunakan dalam an
pengolah proses makanan
an pengubahan a. Selalu
makanan bahan mentah :4
atau pengubahan b. Sering
bentuk lain :3
menjadi makanan c. Jarang
yang siap untuk :2
di konsumsi. d. Tidak
pernah
:1
20-50
=kurang
baik
51-80 =
baik
Variabel Stunting adalah 1. Pendek Penguku 1. Pende Ordin
depende kondisi balita yang 2. Sangat ran k= al
n mana memiliki pendek langsung -3,0
1. Stunti pertumbuhan tinggi : tinggi s/d <-
ng badan pada anak badan 2,0
kurang dari -2 SD diukur SD
menurut WHO menggun 2. Sanga
(Kemenkes RI, 2018). akan alat t
ukur Pende
tinggi k=<
badan -3,0
yaitu SD
microtise

D. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah Puskesmas Kaluku Bodoa kota

Makassar

E. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13-21 juli 2021


41

F. Instrument Penelitian

Instrument penelitian merupakan suatu alat ukur yang akan digunakan oleh

peneliti untuk mengobservasi, mengukur atau menilai suatu fenomena.

(Dharma,2011).Instrument penelitian akan menggunakan lembaran kuesioner

dan pengukuran langsung terkait tinggi badan balita stunting.

a) Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui perilaku ibu dalam pengolahan

makanan. Kuesioner ini dalam bentuk pernyataan yang terdiri dari 20

pernyataan menggunakan skala pengukuran yaitu skala likert dengan

pilihan jawaban yaitu selalu, sering, jarang dan tidak pernah. Dengan

rincian sebagai berikut:

a. Pernyataan positif

Selalu :4

Sering :3

Jarang :2

Tidak pernah : 1

b. Pernyatan negatif

Selalu :1

Sering :2

Jarang :3

Tidak pernah : 4

c. Perhitungan rentang nilai dengan 20 pernyataan, nilai tertinggi

dikalikan dengan 4 dan nilai terendah dikalikan dengan 1, sehingga:

20 x 4 = 80
42

20 x 1 = 20

Maka interval sebesar ((80-20)/2) = 30 sehingga penulis menentukan

kriterianya sebagai berikut:

1) Nilai 20-50 dirancang untuk kriteria ( kurang baik)

2) Nilai 51-80 dirancang untuk kriteria (baik)

b) Alat ukur atau instrument stunting pada balita yang dimana pada

penelitian ini untuk mengetahui terkait informasi stunting pada balita

maka menggunakan microtoise yang hasilnya akan disesuaikan dengan

standar deviasi dari WHO.

Rumus Z-score TB/U:

nilai individu subjek−nilai median baku rujukan


z−score=
nilai simpangan buku rujukan

Maka akan diperoleh kategori:

1. Sangat pendek : Zcore < -3,0 SD

2. Pendek : Zcore -3,0 s/d < -2,0 SD

G. Uji validitas dan Reabilitas

Instrumen penelitian yang bersifat valid dan reliabel dalam pengumpulan

data merupakan syarat untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan

reliabel sehingga perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas (Setiadi, 2007).

Uji validitas dan reliabilitas membutuhkan responden sejumlah 30 orang

untuk memperoleh distribusi nilai hasil pengukuran yang mendekati normal

(Notoatmodjo, 2018). Uji validitas dan reliabilitas dilaksanakan di salah satu

Puskesmas Kabupaten Enrekang dengan jumlah 30 responden. Uji validitas

dan reliabilitas di lakukan pada bulan Juni 2021.


43

a. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur penelitian

dapat mengukur apa yang diukur. Uji validitas dilakukan dengan

menggunakan uji korelasi pearson product moment (r) yaitu

membandingkan antara skor nilai setiap item pernyataan dengan skor

total kuesioner. Nilai korelasi pernyataan signifikan dapat dilihat melalui

perbandingan r hitung dengan r tabel pada tingkat kemaknaan 5%. Dasar

pengambilan keputusan instrumen itu dikatakan valid jika r hitung lebih

besar dari r tabel atau pernyataan dikatakan valid jika skor variabel

berkorelasi signifikan dengan skor total tersebut (Hastono, 2007).

Langkah yang dilakukan selanjutnya, peneliti merevisi item pernyataan

yang dikatakan tidak valid.

Apabila terdapat pernyataan tidak valid maka perlu dilakukan uji

validitas sebanyak dua kali berturut-turut untuk menentukan pernyataan

mana saja yang valid. Kuesioner yang digunakan yaitu kuesioner

perilaku ibu dalam pengolahan makanan di katakan valid jika r hitung > r

tabel (r=0,361) dengan signifikansi 5% dan nilai N = 30. Uji validitas

pada kuesioner perilaku ibu dalam pengolahan makanan dikatakan tidak

valid jika r hitung < r tabel (r=0,361) dengan signifikansi 5% dan nilai N

= 30.

Berikut adalah tabel r hitung kuesioner, yaitu:

4.2 Tabel hasil uji validitas kuesioner perilaku


ibu dalam pengolahan makanan
Item pernyataan r hitung r tabel (5%) keterangan
44

P1 0,580  ≥ 0,361 Valid


P2  0,584 ≥ 0,361 Valid
P3  0,575 ≥ 0,361 Valid
P4  0,469 ≥ 0,361 Valid
P5  0,429 ≥ 0,361 Valid
P6  0,399 ≥ 0,361 Valid
P7  0,428 ≥ 0,361 Valid
P8  0,602 ≥ 0,361 Valid
P9  0,599 ≥ 0,361 Valid
P10  0,583 ≥ 0,361 Valid
P11  0,393 ≥ 0,361 Valid
P12  0,534 ≥ 0,361 Valid
P13  0,648 ≥ 0,361 Valid
P14  0,437 ≥ 0,361 Valid
P15  0,600 ≥ 0,361 Valid
P16  0,454 ≥ 0,361 Valid
P17  0,449 ≥ 0,361 Valid
P18  0,536 ≥ 0,361 Valid
P19  0,475 ≥ 0,361 Valid
P20  0,457 ≥ 0,361 Valid

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana hasil

pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran berulang terhadap

gejala yang sama dengan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2018). Uji

reliabilitas ini dilakukan usai hasil uji validitas dinyatakan valid. Pada

kuesioner perilaku ibu dalam pengolahan makanan peneliti

membandingkan nilai r hasil yang merupakan nilai alpha cronbach

dengan r tabel. Dasar dari pengambilan keputusan dari uji tersebut yaitu

pernyataan dikatakan reliabel jika nilai r alpha lebih besar dari r tabel

(Hastono, 2007). Kuesioner dikatakan reliabilitas jika nilai cronbach

alpa >0,6 sedangkan menunjukan tidak reliabel apabila <0,6


45

(Sujarweni,2014). Sehingga dari uji reliabilitas didapatkan nilai

cronbach alpa hasilnya 0,847 sehingga kuesioner tersebut dikatan

reliabilitas.

5.3 Tabel uji Reliabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's N of Items
Alpha

.847 20

H. Prosedur Pengumpulan data

a. Data Primer

Pengumpulan data primer dilakukan secara formal kepada responden

menggunakan kuesioner, yang terdapat beberapa pernyataan kepada

responden untuk dijawab kemudian melakukan pengukuran langsung

kepada balitanya. Peneliti melakukan suatu penelitian dengan cara datang

di rumah kader dan tempat posyandu sesuai data balita stunting yang

diperoleh saat pengambilan data awal di wilayah Puskesmas Kaluku

Bodoa.

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan mengumpulkan data awal dari buku

laporan data Balita stunting diwilayah Puskesmas Kaluku Bodoa dan

profil Puskesmas Kaluku Bodoa,peneliti melakukan permohonan

pengambilan data awal melalui pihak STIKES Panakukkang Makassar


46

yang kemudian di proses menuju tempat yang akan dijadikan spot

penelitian di wilayah puskesmas Kaluku Bodoa kota Makassar.

I. Pengolahan data

Pengolahan data yang digunakan secara menual yaitu:

a. Editing

Editing adalah suatu kegiatan bertujuan untuk meneliti kembali

apakah isian pada lembar pengumpulan data sudah cukup baik sebagai

upaya menjaga kualitas data agar dapat diproses lebih lanjut.

b. Coding

Coding adalah tahap kedua setelah editing dimana penelitian

mengklasifikasikan hasil kuesioner menurut kriteria tertentu.

Klasifikasi pada umumnya ditandai dengan kode tertentu yang

biasanya berupa angka. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

beberapa kode pada bagian tertentu untuk mempermudah waktu

pentabulasi dana analisa data. Pemberian kode pada penelitian ini

meliputi:

1) Perilaku ibu dalam pengolahan makanan

a. Pernyataan positif

Selalu :4

Sering :3

Jarang :2

Tidak pernah : 1

b. Pernyatan negatif
47

Selalu :1

Sering :2

Jarang :3

Tidak pernah : 4

c. Scoring

Scoring merupakan hasil yang didapatkan dari perhitungan skor

berdasarkan setiap jawaban yang diisi oleh responden. Tahap ini

dilakukan oleh peneliti apabila responden telah memberikan jawaban

dari pertanyaan yang terdapat pada kuesioner. (Natoatmodjo,Soekidjo.

2018)

d. Tabulating

Tabulasi yakni membuat tabel tabel data,sesuai dengan tujuan

penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti.(Notoatmodjo

soekidjo,2018)

J. Teknik Analisa Data

Analisis data adalah suatu cara yang diilakukan untuk mengelompokkan data

berdasarkan variabel dan jenis responden,menyajikan data tiap variabel yang

diteliti, melakulan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan

melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan

(Sugiyono S,2013). Adapun analisa data ini menggunakan analisis univariat

dan analisis bivariat.

a. Analisis univariate
48

Analisis univariate merupakan analisis yang dilakukan pada sebuah

variabel. Pada suatu penelitian yang dilakukan baik yang didapatkan

melalui wawancara,observasi,kuesioner maupun dokumentasi,analisis

univariate dapat disajikan dalam bentuk:tendensi sentral,distribusi

frekuensi dan nilai sebar variabel. (Hasmi,2016)

b. Analisis bivariate

Analisis bivariate adalah analisis yang dilakukan pada dua variabel.

Adapun jenis uji yang digunakan dapat berupa uji hubungan. Uji

perbedaan dan besarnya risiko. Pada analisis bivariate ini dilakukan

untuk menghubungkan variabel bebas dan variabel terkait. Dalam

penelitian ini analisis bivariate untuk mengetahui hubungan perilaku ibu

dalam pengolahan makanan dengan kejadian Stunting pada balita

puskesmas Kaluku Bodoa kota makassar.analisis ini akan dilakukan

melalui program spss 21.0 for windows. Sedangkan uji data

menggunakan uji chi squere yang dimana uji tersebut merupakan salah

satu uji kompratif nonparametris yang dilakukan pada dua

variabel,dimana data kedua variabel menggunakan skala ordinal.

K. Etika Penelitian

Kode etik penelitian merupakan suatu pedoman etika yang sangat

diperlukan seorang yang akan melakukan kegiatan penelitian yang berkaitan

antar pihak peneliti,pihak yang akan diteliti dan masyarakat yang akan

memperoleh dampak dari sebuah penelitian. Etika penelitian ini merupakan


49

sebuah perilaku peneliti ataupun perlakuan peneliti terhadap subjek

penelitian.(Hamis,2016).

Dalam melakukan sebuah penelitian, hal yang perlu diperhatikan peneliti

yaitu adanya permohonan izin kepada pihak yang bersangkutan: setelah

mendapatkan persetujuan maka peneliti harus mengetahui masalah etika

penelitian seperti:

a. Informed Consent

Lembar pesetujuan diberikan kepada responden di Wilayah

Puskesmas Kaluku Bodoa agar mengetahui maksud dan tujuan

penelitian. Apabila subjek yang akan dijadikan responden penelitian

menyetujui,maka responden akan diberikan lembar pernyataan kesedian

kemudian menandatagani lembar tersebut. Apabila subjek menolak maka

peneliti tidak akan memaksa keputusannya.

b. Anonymity (tanpa nama)

Dalam menjaga kerahasian responden seorang peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden. Peneliti akan menggunakan kode

(inisial).

c. Confidentiality

Informasi atau data yang didapatkan peneliti menjaga kerahasiannya.

Data yang didapatkan hanya disajikan pada kelompok yang bersangkutan

dalam penelitian.

d. Justice (keadilan)
50

Semua sampel yang diperoleh akan mendapatkan perlakuan yang

sama oleh peneliti tanpa berpihak diantaranya.

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kaluku Bodoa.

Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan cross

sectional. Jumlah populasi Balita stunting yang ada di wilayah kerja Puskesmas

Kaluku Bodoa Kota makassar adalah 197 balita tetapi untuk Populasi Balita

Stunting usia 3-5 tahun adalah 82 balita.

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode Non

Probability Sampling dengan tehnik Purposive sampling. Dan jumlah sampel

pada penelitian ini adalah 68. Instrument penelitian ini menggunakan kuesioner

yang dibagikan kepada ibu secara langsung yang datang ditempat posyandu dan

dirumah kader,dan dikarenakan kondisi covid-19 yang tidak memungkinkan

untuk bertemu semua responden maka dari itu sebagian kuesioner dalam bentuk

lembaran dan google form dititipkan ke kader posyandu untuk disebar kemudian

di isi ibu yang mempunyai balita stunting. Pengumpulan data dilakukan mulai

tanggal 13-21 juli 2021. Data yang terkumpul kemudian di

editing,koding,tabulasi dan analisis. kemudian ditentukan frekuensi dan


51

presentasinya dalam bentuk tabel dan dianalisis sesuai variabel yang telah

ditentukan.

Hasil penelitian ini merupakan hasil analisi univariate sesuai dengan

variabel yang sudah diteliti dan analisis bivariate untuk mengetahui hubungan

antara variabel yang ada. Kemudian hasil pengumpulan data diolah menggunakan

bantuan program SPSS versi 21.0 for windows disajikan dengan tabel yang

kemudian disertai dengan penjelasan. Analisa data menggunakan Uji Chi Square

dengan nilai kemaknaan ( α = 0,05), bila hasil Uji p < α= 0,05, maka Ho ditolak

dan Ha diterima.

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Kaluku Bodoa kota Makassar berdiri pada tahun 1986 yang

merupakan Puskesmas Non keperawatan. Yang berlokasi di jalan Butta-butta

Caddi. Wilayah kerja Puskesmas Kaluku Bodoa terdiri atas 6 kelurahan, 34

RW dan 205 RT dengan luas wilayah 2,80 km2. Batas wilayah kerja

Puskesmas Kaluku Bodoa yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan

Tallo Lama Kecamatan Tallo,sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan

Bontoala, Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Rappo Jawa

Kecamatan Tallo,dan sebelah barat berbatasan dengan kecamatan ujung

tanah. Adapun jumlah penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Kaluku

Bodoa pada tahun 2020 adalah 74.505 jiwa dan sebagian besar pekerjaan

buru harian.
52

2. Data Umum Responden

a) Karakteristik responden di wilayah kerja Puskesmas Kaluku Bodoa kota

Makkassar.

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi Responden berdasarkan usia,


Pendidikan terakhir, Pekerjaan dan Penghasilan.

Kategori Frekuensi %

Usia

19 – 27 tahun 11 16,2

28 – 35 tahun 31 45,6

36 – 43 tahun 26 38,2

Total 68 100,0

Pendidikan terakhir

SD 34 50,0

SMP 21 30,9

SMA/SMK 12 17,6

D3 1 1,5

Total 68 100,0

Pekerjaan

IRT 65 95,6

Analis 1 1,5

Wiraswasta 2 2,9

Total 68 100,0
53

Penghasilan

Rp500- Ro1.600.000 22 32,4

Rp 1.700.000- Rp 2.600.000 35 51,5

Rp 2.700.000 – Rp 3.600.000 10 14,7

Rp 3.700.000 – Rp 5.000.000 1 1,5

Total 68 100.0

Sumber data primer,2021

Berdasarkan tabel 5.1 di atas diketahui bahwa terdiri dari 68 responden,

yang diperoleh data frekuensi berdasarkan umur dengan usia tertinggi yaitu 26-35

tahun sebanyak 31 responden (45,6 %). Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir,

tertinggi yaitu SD sebanyak 34 responden (50,0 %). Berdasarkan

pekerjaan,tertinggi yaitu IRT sebanyak 65 responden (95,5 %). Berdasarkan

Penghasilan, tertinggi yang mana penghasilan ini merupakan penghasilan bersama

suami yaitu Rp 1.700.000 – Rp 2.600.000 sebanyak 35 responden (51,5 %).

b) Karakteristik Balita di wilayah kerja Puskesmas Kaluku Bodoa kota

Makkassar.

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi berdasarkan usia,jenis kelamin dan tinggi


badan Balita.

Kategori Frekuensi %

Usia

36 – 40 34 50,0
54

41 – 45 18 26,5

46 – 50 11 16,2

51 – 55 2 2,5

56 – 60 3 4,4

Total 68 100,0

Jenis Kelamin

Laki-laki 37 54,4

Perempuan 31 45,6

Total 68 100,0

Tinggi Badan

75 – 80 11 16,2

81 – 85 25 36,8

86 – 90 23 33,8

91 – 95 7 10,3

96 – 100 2 2,9

Total 68 100,0

Sumber data primer 2021

Berdasarkan hasil frekuensi tabel mengenai karakteristik balita yang terdiri

dari 68 balita didapatkan kelompok balita dengan kategori usia tertinggi yaitu 36 –

40 bulan sebanyak 34 balita (50,0 %). Kelompok balita dengan kategori jenis

kelamin tertinggi yaitu laki – laki sebanyak 37 (54,4 %) balita. Dan untuk
55

kelompok balita dengan kategori tinggi badan tertinggi yaitu 81- 85 cm sebanyak

25 (57,4 %).

3. Data Khusus

a. Analisis Univariat

1) Perilaku Ibu dalam Pengolahan Makanan

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi Perilaku Ibu dalam Pengolahan


Makanan di wilayah kerja Puskesmas Kaluku Bodoa Kota Makassar

Kategori Frekuensi Present (%)

Kurang baik 42 61,8

Baik 26 67,6

Total 68 100,0

Sumber Data Primer,2021

Berdasarkah hasil tabel diatas di dapatkan sebagian besar perilaku ibu

dalam pengolahan makanan di wilayah kerja Puskesmas Kaluku Bodoa dalam

kategori kurang baik yaitu sebanyak 42 responden (61,8 %) dari total 68

responden.

2) Kejadian Stunting

Tabel 5.4 distribusi Kejadian Stunting di wilayah kerja Puskesmas Kaluku


Bodoa Kota Makassar

Kategori Frekuensi Present(%)

Pendek 22 32,4

Sangat pendek 46 67,6


56

Total 68 100,0

Sumber Data Primer 2021

Berdasarkan hasil tabel diatas mengenai Kejadian Stunting di wilayah

kerja Puskesmas Kaluku Bodoa Kota Makassar sebagian besar balita dalam

kategori sangat pendek dengan jumlah 46 balita (67,6 %).

b. Analisis Bivariat

1) Hubungan antara Perilaku Ibu dalam Pengolahan Makanan dengan Kejadian

Stunting.

Tabel 5.5 Analisis Hubungan Perilaku Ibu Dalam Pengolahan


Makanan Dengan Kejadian Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kaluku Bodoa Kota Makassar.

Perilaku Ibu dalam Kejadian Stunting Total


Pengolahan
Makanan Pendek % Sangat %
Pendek

Kurang Baik 9 21,4 33 70,6 42 100,0

Baik 13 50,0 13 50,0 26 100,0

Total 22 32.4 46 67.6% 68 100,0


%

Uji Chi Square p= 0,014

Sumber data Primer 2021

Berdasarkan hasil tabel 5.6 mengenai analisis hubungan perilaku ibu

dalam pengolahan makanan dengan kejadian stunting didapatkan sebagian besar

perilaku ibu dalam pengolahan makanan kurang baik dengan kejadian stunting

berdasarkan kategori sangat pendek sebanyak 33 balita dan pendek 9 balita.


57

Dari hasil analisis menggunakan uji chi square berdasarkan hasil

crosstabulation Chi Square adalah sebesar 0,014 karena diketahui 0,014 < 0,05,

maka dari itu berdasarkan hasil pengambilan keputusan disimpulkan bahwa Ho di

tolak dan Ha di terima. Olehnya itu dapat diartikan bahwa ada hubungan Perilaku

Ibu dalam Pengolahan Makanan dengan Kejadian Stunting di Wilayah Kerja

Puskesmas Kaluku Bodoa.

B. Pembahasan

Perilaku Ibu dalam Pengolahan Makanan dengan Kejadian Stunting di

Wilayah Kerja Kaluku Bodoa.

Berdasarkan hasil uji crosstabulation chi Square didapatka P = 0,014

(α) < 0,05 yang artinya bahwa ada hubungan antara Perilaku Ibu dalam

Pengolahan Makanan dengan Kejadian Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas

Kaluku Bodoa. Dilihat dari tabel 5.6 Perilaku Ibu dalam Pengolahan makanan

dengan jumlah sebanyak 68 responden terdapat 42 responden (70,6)

melakukan pengolahan makanan secara kurang baik, dimana sebagian besar

kejadian stuntingnya berada dalam kategori sangat pendek yaitu sebanyak 33

balita dan pendek sebanyak 9 balita. Yang artinya perilaku ibu dalam

pengolahan makanan yang kurang baik lebih cenderung mengalami balita

dengan kategori sangat pendek.

Stunting merupakan kekurangan gizi kronis yang diakibatkan

kurangnya asupan makanan dengan rentang waktu yang lama, bahan pangan

yang kurang baik,serta terjadinya tinggi badan tidak berdasarkan umurnya.

(Prakhasita, 2018)
58

Menurut (Prabatini 2010) dalam melakukan pengolahan makanan

memiliki berbagai macam cara yang masing-masing memiliki atau

mempengaruhi kandungan nutrisi yang ada dalam makanan yang akan diolah

seperti dikukus,merebus,memanggang maupun menggoreng. Sayuran salah

satu makanan yang mengandung banyak nutrisi dan sangat dibutuhkan oleh

tubuh, sehingga dalam proses pengolahannya harus dilakukan secara benar

maka dari itu yang harus diperhatikan dalam pengolahannya yaitu: tidak

mencuci sayuran dengan cara direndam melainkan dicuci dibawah air

mengalir, tidak membiarkan sayur dimasak telalu lama, dan tunggu air

mendidih kemudian memasukkan sayurannya.(Yati, 2018). Selain itu juga

pemberian garam yodium juga perlu di perhatikan karena Yodium dengan

mudah akan mengalami teroksidasi apabila berada dalam media yang bersifat

asam, KIO3 akan membebaskan I2 yang mengandung gas ke udara bebas.

Olehnya itu, makanan diberikan garam youdium setelah dimasak. Sementara

pada suhu panas yodium lebih mudah terhidrolisis. Sehingga kandungan

yodium akan berkurang selama proses pengoahan terutama untuk pengolahan

sayuran. (SYAHRAINI, 2013)

Selain itu adapun hal yang perlu diperhatikan dalam pengolahan

makanan disamping kebersihanya pemakaian bumbu yang merangsang

sebaiknya dihindari karena dapat menyebabkan saluran pencernaan pada

balita tidak baik .(Yati, 2018)

Hasil penelitian (Adriany et al., 2021) mengatakan bahwa ibu yang

kurang baik dalam pengolahan makanan balitanya akan beresiko untuk


59

mengalami stunting. Dan juga berdasarkan hasil penelitian wawancaranya

didapatkan bahwa rata-rata ibu memasak sayuran terlalu lama dengan waktu

diatas 10 menit.yang mana sayuran terlalu lama di masak akan mengurangi

kadar gizi dalam sayuran tersebut. Sehingga kadar gizi yang kurang tidak

dapat diserap langsung oleh tubuh akibatnya tumbuh kembang balita menjadi

menurun dan resiko terjadinya masalah gizi kurang dan terjadinya Stunting.

Hasil dari penelitian didapatkan bahwa perilaku ibu dalam pengoahan

makanan sebagian besar masih kurang baik,hal ini sesuai hasil pengisian

kuesioner dengan pernyataan negatif dengan pilihan jawaban

(selalu,sering,jarang dan tidak pernah) seperti saya mencuci sayuran dan buah

dengan cara merendamnya sebagian besar mengisi selalu (51,5%), saya

menggunakana waktu diatas 5 menit saat memasak sayur sebagian besar

mengisi sering (48,5%),menggunakan penyedap rasa sebagian besar mengisi

selalu (61,8%),dan saya memberikan garam yodium saat sayur belum matang

dan kompor belum di matikan sebagian besar mengisi selalu (67,6 %).

Dengan demikian dimana mencuci sayur dengan cara merendamnya dan

menggunakan waktu yang lama dapat mengakibatkan kandungan nutrisi pada

makanan yang sangat dibutuhkan balita untuk memenuhi kebutuhan

nutrisinya hilang atau rusak begitupun dengan pemberian garam saat sayur

belum matang mengakibatkan kandungan yodium bisa rusak dalam suhu yang

tinggi yang mana yodium ini sangat dibutuhkan tubuh dalam mengubah

makanan menjadi energy karena merupakan salah satu sumber mineral

esensial.
60

Selanjutnya hasil pengisian kuesioner pada pernyataan negatif saya

masih mengolah telur yang ketika dituang di dalam wadah kuning telurnya

tidak bulat sempurna dan tidak kental sebagian besar memilih selalu (54,4%),

Dengan demikian pemilihan atau ketahanan pangan juga mengakibatkan

kandungan gizi itu hilang sementara telur sangat dibutuhkan oleh tubuh balita

karena kadar proteinya tinggi. Begitupun dengan pernyataan saya lebih

memilih mengolah ikan dengan cara digoreng dibanding dimasak sebagian

besar memilih selalu (41,2 %) dan saya membiarkan kuah air ikan mendidih

diatas 10 menit memilih sering (42,2%). Dimana sebaiknya pengolahan ikan

untuk balita itu dimasak dan tidak menggunakan waktu yang lama agar

menghasilkan tekstur yang lunak dan kandungan air yang tinggi selain itu

juga agar kandungan asam lemak pada ikan yang sangat bermanfaat bagi

tumbuh kembang otak balita tidak rusak.

Pandangan peneliti terhadap perilaku ibu dalam pengolahan makanan

dengan kejadian stunting ini ada hubungannya. Dimana dalam perilaku ibu

dalam pengolahan makanan ini didapatkan masih banyak yang berperilaku

kurang baik, olehnya itu ibu harus memperhatikan pengolahan makanan yang

baik karena salah satu agar kandungan gizi dalam makanan tetap terjaga

adalah dalam proses pengolahanya.

C. Kelemahan dan Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan hasil pengamatan langsung peneliti sangat mengalami banyak

kelemahan dan kekurangan. Maka dari itu peneliti tentunya memiliki

hambatan dalam proses penelitian. Adapun keterbatasanya yaitu:


61

1. Dalam situasi saat ini adanya pandemic covid-19 dengan program

pemerintah PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan masyarakat),

mengakibatkan peneliti tidak dapat bertemu semua responden di tempat

posyandu atau rumah kader. Melainkan pengambilan data dengan

kuesioner berupa google form dan lembaran disebar melalui perantara

kader, yang menyebabkan pengumpulan data cukup lama. Untuk peneliti

selanjutnya diharapkan melakukan pengambilan data lebih banyak

berkoordinasi dengan kader posyandu yang ada diwilayah puskesmas.

2. Pada saat pengambilan data langsung di rumah kader hanya mendapatkan

sedikit responden yang belum sesuai dengan kriteria sampel yang

dibutuhkan oleh peneliti. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan

melakukan pengambilan data lebih banyak berkoordinasi dengan kader

posyandu yang ada diwilayah puskesmas.

D. Implikasi Keperawatan

1. Implikasi untuk institusi

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang perilaku ibu

dalam pengolahan makanan dengan kejadian stunting untuk

pengembangan system untuk kegiatan pembelajaran , sekaligus sebagai

bahan bacaan di perpustakaan

2. Implikasi untuk Puskesmas

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan acuan dalam

merencanakan asuhan keperawatan kepada ibu yang memiliki anak balita


62

seperti melakukan penyuluhan kepada ibu mengenai perilaku dalam

pengolahan makanan yang tepat untuk balita.

BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang “ Hubungan Perilaku Ibu dalam

Pengolahan makanan dengan Kejadian Stunting pada Balita 3-5 tahun di

Wilayah Kerja Puskesmas Kaluku Bodoa dapat disimpulkan bahwa :

1. Perilaku ibu dalam pengolahan makanan di dapatkan sebagian besar

dalam kategori kurang baik yaitu sebanyak 42 responden (61,8 %)

2. Kejadian stunting sebagian besar balita dalam kategori sangat pendek

dengan jumlah 46 balita (67,6 %)

3. Terdapat hubungan Perilaku ibu dalam Pengolahan Makanan dengan

kejadian stunting pada balita 3-5 tahun di wilayah kerja puskesmas

kaluku bodoa yang dibuktikan dengan uji chi square dengan tingkat

kemaknaan α = 0,05 (P < α ) didapatkan nilai P = 0,014. Hal ini

menunjukkan bahwa Ha diterima.

B. SARAN
63

1. Untuk kader posyandu sebaiknya mengadakan penyuluhan kesehatan

kepada ibu cara pengolahan makanan yang baik dan tepat untuk

memenuhi kebutuhan balitanya

2. Untuk ibu sebaiknya lebih memperhatikan kebiasan pengolahan

makanan yang tepat yang akan diberikan kepada balita dan juga

menumbuhkan rasa ingin tahu terhadap pengolahan makanan yang

tepat untuk balita.

3. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan mampu mengembangkan

penelitian perilaku ibu dalam pengolahan makanan ditempat yang

lain.
64

DAFTAR PUSTAKA
(Nurarif & Kusuma, 2016). (2013). Metode dan Teknik Pengolahan Makanan.
Jurnal TIBBES Teknology Industri Boga Dan Busana, 53(9), 1689–1699.
Akanda, M. A. S. (2020). Understanding Stunting and the Common
Characteristics of Households with a Stunted Child. SSRN Electronic
Journal, November. https://doi.org/10.2139/ssrn.3602558
Arisna, D. (2013). Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Skripsi Oleh : Derni
Arisna Nim : 08C10104043 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Teuku Umar Meulaboh - Aceh Barat.
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. 2019. Laporan Kinerja (LKJ)
Organisasi Perangkat Daerah tahun 2019.
http://dinkes.sulselprov.go.id/uploads/info/1c68c8cfb9c43fc7e553b4c04708f
f17.pdf (Diakses pada tanggal 29 April 2021)
Database Kesehatan Indonesia BAPPENAS. 2019. Stunting. http://data-
kesehatan.bappenas.go.id/ (Diakses pada tanggal 29 April 2021)
Dinas Kesehatan Kota Makassar. 2020. Angka Stunting di Makassar Lebih
Rendah Dibanding Sulsel dan Nasional. https://makassar.terkini.id/angka-
stunting-di-makassar-lebih-rendah-dibanding-sulsel-dan-nasional/ (Diakses
pada tanggal 29 April 2021)
Encyclopedia. (2019). Stunting pada anak. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 16,17,22,24.
Goleman, Daniel; Boyatzis, Richard; Mckee, A. (2019). Perilaku Kesehatan.
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Ilmiah, O., & Hadju, P. V. (2021). Peran Petugas Kesehatan terhadap Biodata
singkat : Sistematika Presentasi • Strategi Nasional Percepatan Penurunan •
Peran Petugas Kesehatan dalam Pencegahan. 1–20.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Situasi Balita Pendek (Stunting) di
Indonesia. Jakarta : Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI; 2018
65

Karina,Sa'diah dan Endeng Titi Amriati.(2017).Buku Ajar Gizi.Pengembangan


Kuliner. Jakarta:Kemenkes RI
Noviyanti, L. A. (2019). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Pemberian
Makan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kencong. Universitas Jember.
http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/89968
Notoatmodjo,Soekidjo. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta:Rineka
Cipta
Prakhasita, R. C. (2018). Hubungan Pola Pemberian Makan Dengan Kejadian
Stunting Pada Balita Usia 12-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tambak
Wedi Surabaya. Skripsi, 1–119.
Putri, Y. S. (2019). Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. UJI DAYA ANTIFUNGI
MINYAK ATSIRI BUNGA CENGKEH (Syzygium Aromaticum L.)
TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Aspergillus Flavus SECARA IN
VITRO, 4(2), 2–3. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/239/
Sahroni, Y. A., Trusda, S. A. D., & Romadhona, N. (2020). Tingkat Pengetahuan
Ibu tentang Asupan Gizi Tidak Berhubungan dengan Derajat Stunting pada
Balita. Jurnal Integrasi Kesehatan & Sains, 2(2), 145–149.
https://doi.org/10.29313/jiks.v2i2.5870
SYAHRAINI. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan
Garam Beryodium Ibu Rumah Tangga Di Kelurahan Pallengu Kecamatan
Bangkala Kabupaten Jeneponto. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.
Yati, D. Y. (2018). Hubungan Pola Pemberian Makan Dengan Stunting Pada
Balita Usia 36- 59 Bulan Di Desa Mulo Dan Wunung Di Wilayah Hubungan
Pola Pemberian Makan Dengan Stunting Pada Balita Usia 36- 59 Bulan Di.
Universitas Aisyiyah Yogyajarta, 1–14.
66

Lampiran 1 Permohonan Izin Pengambilan Data Penelitian Stikes


Panakukkang Makassar
67

Lampiran 2 Permohonan Izin Pengambilan Data Penelitian Badan


Koordinasi Penanaman Modal Daerah Prov.Sul Sel Di
Makassar
68

Lampiran 3 Permohonan Izin Pengambilan Data Penelitian Badan


Kesatuan Bangsa Dan Politik Prop, Sul-Sel Di Makassar
69

Lampiran 4 Permohonan Izin Pengambilan Data Dinas Kesehatan Kota


Makassar
70

Lampiran 5 Lembar Permohonan Menjadi Responden


71
72

Lampiran 6 Lembar Informed Concent


73

Lampiran 7 Kuesioner Perilaku Ibu Dalam Pengolahan Makanan


1. Identitas ibu
Nama (initial) :
Usia :
Pekerjaan :
2. Identitas balita
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Tinggi Badan :

Petunjuk pengisian: berilah tanda centang (√) pada kolom jawaban yang tersedia.

No Pernyataan Selalu Sering Jarang Tidak


Pernah
1. Saya memperhatikan ciri fisik sayuran
seperti (tampak segar,tidak layu,dan tidak
tampak adanya serangan hama) sebelum
diolah
2. Saya memilih buah yang tampak segar dan
kulit tidak cacat yang akan diolah
3. Sebelum mengolah ikan saya memperhatikan
ciri fisiknya seperti mata tampak jernih dan
tekstur badan masih keras.
4. Saya memilih daging yang tampak merah
cerah dan ada lapisan lemak serta bau yang
segar yang akan diolah
5. Saya mencuci tangan dengan sabun dibawah
air mengalir sebelum mengolah bahan
makanan
6. Saya mencuci sayuran terlebih dahulu
kemudian memotong motongnya
7. Saya memastikan kuning telur sudah matang
saat memasak telur.
8. Saya membersihkan ikan dari insang dan
sisiknya terlebih dahulu kemudian diolah.
74

9. Ketika memanggang daging saya tidak


menekannya menggunakan spatula secara
berulang kali agar cairan tidak hilang yang
membuat kelembutan hilang.
10 Saya menilai keberhasilan mengolah daging
. dengan teksturnya.
11 saya masih mengolah telur yang ketika
. dituang didalam wadah kuning telurnya tidak
bulat sempurnah dan putih telur tidak kental.
12 saya mencuci sayuran dan buah dengan cara
. merendamnya terlebih dahulu.
13 Saya memasukkan sayuran sebelum kuah/air
. sayur mendidih.
14 Saya menggunakan waktu diatas 5 menit saat
. memasak sayur.
15 Saya menggunakan waktu diatas 5 menit
. dengan api yang tinggi saat
mendadar/menggoreng telur.
16 Saya menggunakan penyedap rasa saat
. memasak.
17 Saya membiarkan sayur yang sudah dimasak
. didalam panci sebelum dimakan
18 Saya lebih memilih mengolah ikan dengan
. cara digoreng dibanding dimasak.
19 Saya membiarkan kuah/air ikan mendidih
. diatas 10 menit.
20 Saya memberikan garam yodium saat sayur
. belum matang dan kompor belum dimatikan.

Lampiran 8 Tabel Indicator TB/U


Tabel Standar Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) Anak Laki-
Laki Umur 24-60 Bulan

Panjang Badan (cm)


Umur
(bulan) -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
75

24 * 78.0 81.0 84.1 87.1 90.2 93.2 96.3


25 78.6 81.7 84.9 88.0 91.1 94.2 97.3
26 79.3 82.5 85.6 88.8 92.0 95.2 98.3
27 79.9 83.1 86.4 89.6 92.9 96.1 99.3
28 80.5 83.8 87.1 90.4 93.7 97.0 100.3
29 81.1 84.5 87.8 91.2 94.5 97.9 101.2
30 81.7 85.1 88.5 91.9 95.3 98.7 102.1
31 82.3 85.7 89.2 92.7 96.1 99.6 103.0
32 82.8 86.4 89.9 93.4 96.9 100.4 103.9
33 83.4 86.9 90.5 94.1 97.6 101.2 104.8
34 83.9 87.5 91.1 94.8 98.4 102.0 105.6
35 84.4 88.1 91.8 95.4 99.1 102.7 106.4
36 85.0 88.7 92.4 96.1 99.8 103.5 107.2
37 85.5 89.2 93.0 96.7 100.5 104.2 108.0
38 86.0 89.8 93.6 97.4 101.2 105.0 108.8
39 86.5 90.3 94.2 98.0 101.8 105.7 109.5
40 87.0 90.9 94.7 98.6 102.5 106.4 110.3
41 87.5 91.4 95.3 99.2 103.2 107.1 111.0
42 88.0 91.9 95.9 99.9 103.8 107.8 111.7
43 88.4 92.4 96.4 100.4 104.5 108.5 112.5
44 88.9 93.0 97.0 101.0 105.1 109.1 113.2
45 89.4 93.5 97.5 101.6 105.7 109.8 113.9
46 89.8 94.0 98.1 102.2 106.3 110.4 114.6
47 90.3 94.4 98.6 102.8 106.9 111.1 115.2
48 90.7 94.9 99.1 103.3 107.5 111.7 115.9
49 91.2 95.4 99.7 103.9 108.1 112.4 116.6
50 91.6 95.9 100.2 104.4 108.7 113.0 117.3
51 92.1 96.4 100.7 105.0 109.3 113.6 117.9
52 92.5 96.9 101.2 105.6 109.9 114.2 118.6
76

53 93.0 97.4 101.7 106.1 110.5 114.9 119.2


54 93.4 97.8 102.3 106.7 111.1 115.5 119.9
55 93.9 98.3 102.8 107.2 111.7 116.1 120.6
56 94.3 98.8 103.3 107.8 112.3 116.7 121.2
57 94.7 99.3 103.8 108.3 112.8 117.4 121.9
58 95.2 99.7 104.3 108.9 113.4 118.0 122.6
59 95.6 100.2 104.8 109.4 114.0 118.6 123.2
60 96.1 100.7 105.3 110.0 114.6 119.2 123.9

Tabel Standar Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) Anak


perempuan Umur 24-60 Bulan
Tinggi Badan (cm)
Umur
(bulan) -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 +3 SD
SD
24* 76.0 79.3 82.5 85.7 88.9 92.2 95.4
25 76.8 80.0 83.3 86.6 89.9 93.1 96.4
26 77.5 80.8 84.1 87.4 90.8 94.1 97.4
27 78.1 81.5 84.9 88.3 91.7 95.0 98.4
28 78.8 82.2 85.7 89.1 92.5 96.0 99.4
29 79.5 82.9 86.4 89.9 93.4 96.9 100.3
30 80.1 83.6 87.1 90.7 94.2 97.7 101.3
31 80.7 84.3 87.9 91.4 95.0 98.6 102.2
32 81.3 84.9 88.6 92.2 95.8 99.4 103.1
33 81.9 85.6 89.3 92.9 96.6 100.3 103.9
34 82.5 86.2 89.9 93.6 97.4 101.1 104.8
35 83.1 86.8 90.6 94.4 98.1 101.9 105.6
36 83.6 87.4 91.2 95.1 98.9 102.7 106.5
37 84.2 88.0 91.9 95.7 99.6 103.4 107.3
38 84.7 88.6 92.5 96.4 100.3 104.2 108.1
39 85.3 89.2 93.1 97.1 101.0 105.0 108.9
40 85.8 89.8 93.8 97.7 101.7 105.7 109.7
77

41 86.3 90.4 94.4 98.4 102.4 106.4 110.5


42 86.8 90.9 95.0 99.0 103.1 107.2 111.2
43 87.4 91.5 95.6 99.7 103.8 107.9 112.0

Tinggi Badan (cm)


Umur
(bulan) -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 +3 SD
SD
44 87.9 92.0 96.2 100.3 104.5 108.6 112.7
45 88.4 92.5 96.7 100.9 105.1 109.3 113.5
46 88.9 93.1 97.3 101.5 105.8 110.0 114.2
47 89.3 93.6 97.9 102.1 106.4 110.7 114.9
48 89.8 94.1 98.4 102.7 107.0 111.3 115.7
49 90.3 94.6 99.0 103.3 107.7 112.0 116.4
50 90.7 95.1 99.5 103.9 108.3 112.7 117.1
51 91.2 95.6 100.1 104.5 108.9 113.3 117.7
52 91.7 96.1 100.6 105.0 109.5 114.0 118.4
53 92.1 96.6 101.1 105.6 110.1 114.6 119.1
54 92.6 97.1 101.6 106.2 110.7 115.2 119.8
55 93.0 97.6 102.2 106.7 111.3 115.9 120.4
56 93.4 98.1 102.7 107.3 111.9 116.5 121.1
57 93.9 98.5 103.2 107.8 112.5 117.1 121.8
58 94.3 99.0 103.7 108.4 113.0 117.7 122.4
59 94.7 99.5 104.2 108.9 113.6 118.3 123.1
60 95.2 99.9 104.7 109.4 114.2 118.9 123.7
78

Lampiran 9 Tabulasi Skor Perilaku Ibu Dalam Pengolahan Makanan


79

No P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 T0TAL
1 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 1 56
2 3 3 4 3 3 2 2 3 2 3 1 1 1 2 2 1 1 2 2 2 43
3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 4 3 1 1 2 1 1 1 2 2 43
4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 52
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 1 4 2 3 1 3 3 3 2 65
6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1 1 3 2 1 1 1 1 53
7 3 3 3 3 1 2 3 3 3 3 2 2 4 3 2 2 1 2 2 2 49
8 1 4 4 2 3 3 2 3 1 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 41
9 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 55
10 3 2 3 3 4 3 4 3 3 3 2 2 4 1 1 1 1 3 1 1 48
11 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 1 2 2 1 2 2 2 1 56
12 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 4 60
13 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 53
14 4 3 4 2 4 4 4 4 3 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 44
15 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 51
16 3 4 3 2 2 2 4 4 3 3 1 2 1 2 3 1 1 2 2 1 46
17 3 3 3 2 2 2 4 3 2 2 2 2 2 1 3 1 1 3 2 1 44
18 3 3 3 2 1 1 2 3 3 3 1 1 2 2 3 2 1 1 1 2 40
19 3 3 3 3 1 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 1 1 2 3 1 44
20 3 2 2 3 1 2 3 4 2 2 2 1 1 2 3 1 1 1 3 1 40
21 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 1 2 2 2 3 1 1 1 1 1 41
22 3 3 3 3 2 2 3 4 3 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 1 43

24 4 4 3 3 2 2 3 2 2 3 3 1 1 1 1 2 2 2 2 1
25 4 4 3 3 4 2 4 3 3 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2
26 3 4 4 4 4 4 3 4 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2
27 4 4 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 1 2 2 1 2 3 3 1
28 3 3 4 3 3 4 4 4 3 2 2 1 1 1 2 1 2 1 2 2
29 3 4 4 3 4 3 4 4 2 3 2 3 3 2 3 1 1 2 3 1
30 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 1 1 3 2 3 1 1 1 1 1
31 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
32 4 3 3 2 2 2 3 3 2 3 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1
33 4 3 3 4 4 3 3 3 2 2 1 1 3 2 3 1 1 2 3 1
34 4 3 3 2 2 2 3 3 3 3 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1
35 3 3 2 4 2 3 3 4 2 3 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1
36 4 4 3 3 3 3 2 4 2 3 1 2 2 2 3 1 2 3 2 1
80

37 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 60
38 4 4 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 1 1 2 3 1 49
39 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 43
40 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 39
41 4 3 3 1 3 3 2 4 2 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 40
42 4 4 4 3 3 2 2 4 1 1 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 50
43 4 3 3 2 2 2 3 2 3 3 4 4 3 3 2 2 2 3 1 1 52
44 3 3 4 4 3 2 2 3 3 1 1 1 1 2 3 1 1 1 1 1 41
45 4 4 3 3 3 4 4 3 2 4 2 2 2 2 3 3 3 1 1 1 54
46 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 2 2 3 3 2 2 2 1 3 1 58
47 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 1 1 2 3 2 2 54
48 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 1 1 1 1 1 3 2 3 1 1 48
49 3 2 2 3 3 3 2 2 4 4 1 1 1 3 3 3 2 2 2 1 47
50 2 4 4 4 4 3 3 3 4 4 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 53
51 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 1 1 1 1 1 3 3 2 2 2 54
52 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 52
53 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 50
54 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 49
55 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 4 4 4 2 3 3 3 3 68
56 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 51
57 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 50
58 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 1 1 1 1 1 1 2 3 1 1 51
59 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 50
60 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 48
61 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 55
62 3 2 2 3 3 2 2 4 3 4 1 1 2 2 2 1 3 1 3 3 47
63 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 2 3 2 4 1 1 1 2 2 58
64 4 3 2 3 3 4 3 4 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 1 55
65 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 49
66 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 1 2 1 2 2 2 3 1 2 1 49
67 3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 1 1 2 2 1 3 3 2 45
68 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 1 48

Lampiran 10 Statistik
81

Distribusi frekuensi Responden di wilayah Kerja Puskesmas Kaluku Bodoa


Kota Makassar

Statistics

Usia Pendidikan_Ter Pekerjaan Penghasilan


akhir

Valid 68 68 68 68
N
Missing 0 0 0 0

Frequency Table
Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

19-25 tahun 11 16.2 16.2 16.2

26-35 tahun 31 45.6 45.6 61.8


Valid
36-45 tahun 26 38.2 38.2 100.0

Total 68 100.0 100.0

Pendidikan_Terakhir

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

SD 34 50.0 50.0 50.0

SMP 21 30.9 30.9 80.9

Valid SMA/SMK 12 17.6 17.6 98.5

D3 1 1.5 1.5 100.0

Total 68 100.0 100.0

Pekerjaan
82

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

IRT 65 95.6 95.6 95.6

Analis 1 1.5 1.5 97.1


Valid
Wiraswasta 2 2.9 2.9 100.0

Total 68 100.0 100.0

Penghasilan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Rp 500-Rp 1.000.000 22 32.4 32.4 32.4

Rp 1.500.000 - Rp 2.000.000 35 51.5 51.5 83.8

Valid Rp 2.500.000 - Rp 3.000.000 10 14.7 14.7 98.5

Rp 3.500.000 - Rp 5.000.000 1 1.5 1.5 100.0

Total 68 100.0 100.0

Distribusi frekuensi Balita di wilayah Kerja Puskesmas Kaluku Bodoa Kota


Makassar

Statistics

Usia Jenis_Kelamin Tinggi_Badan

Valid 68 68 68
N
Missing 0 0 0

Frequency Table
Usia
83

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

36-40 bulan 34 50.0 50.0 50.0

41-45 bulan 18 26.5 26.5 76.5

46-50 bulan 11 16.2 16.2 92.6


Valid
51-55 bulan 2 2.9 2.9 95.6

56-60 bulan 3 4.4 4.4 100.0

Total 68 100.0 100.0

Jenis_Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Laki-laki 37 54.4 54.4 54.4

Valid Perempuan 31 45.6 45.6 100.0

Total 68 100.0 100.0

Tinggi_Badan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

75-80 cm 11 16.2 16.2 16.2

81-85 cm 25 36.8 36.8 52.9

86-90 cm 23 33.8 33.8 86.8


Valid
91-95 cm 7 10.3 10.3 97.1

96-100 cm 2 2.9 2.9 100.0

Total 68 100.0 100.0


84

ANALISIS UNIVARIAT
a. Perilaku Ibu dalam Pengolahan Makanan

Frequency Table

Perilaku Ibu dalam Pengolahan Makanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Kurang Baik 42 61.8 61.8 61.8

Valid Baik 26 38.2 38.2 100.0

Total 68 100.0 100.0

b. Kejadian Stunting

Kejadian Stunting

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Pendek 22 32.4 32.4 32.4

Valid Sangat Pendek 46 67.6 67.6 100.0

Total 68 100.0 100.0

ANALISIS BIVARIAT
Perilaku Ibu dalam Pengolahan Makanan dengan Kejadian Stunting pada
Balita 3-5 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kaluku Bodoa
Crosstabs
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Perilaku Ibu dalam 68 100.0% 0 0.0% 68 100.0%


Pengolahan Makanan *
Kejadian_stunting
85

Perilaku Ibu dalam Pengolahan Makanan * Kejadian_stunting Crosstabulation

Kejadian_stunting

pendek sangat pendek

Count 9 33

kurang baik
% within Perilaku Ibu dalam 21.4% 78.6%
Pengolahan Makanan
Perilaku Ibu dalam
Pengolahan Makanan
Count 13 13

Baik
% within Perilaku Ibu dalam 50.0% 50.0%
Pengolahan Makanan

Count 22 46

Total
% within Perilaku Ibu dalam 32.4% 67.6%
Pengolahan Makanan

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 5.990a 1 .014

Continuity Correctionb 4.755 1 .029

Likelihood Ratio 5.924 1 .015

Fisher's Exact Test .018 .015

Linear-by-Linear Association 5.902 1 .015

N of Valid Cases 68

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.41.

b. Computed only for a 2x2 table


86

Lampiran 11. Dokumentasi Penelitian


87

Anda mungkin juga menyukai