Anda di halaman 1dari 133

SKRIPSI

HUBUNGAN EFEK SAMPING KEMOTERAPI DENGAN


KUALITAS HIDUP PASIEN KANKER PAYUDARA
DI RUMAH SAKIT IBNU SINA
MAKASSAR

OLEH :

SURIANI SYAMSUDDIN

18.01.109

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG PRODI S1-
KEPERAWATAN
MAKASSAR
2020
HUBUNGAN EFEK SAMPING KEMOTERAPI DENGAN KUALITAS HIDUP
PASIEN KANKER PAYUDARA DI RS IBNU SINA MAKASSAR

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana


Keperawatan (S.Kep) Pada Program Studi S1 Keperawatan Stikes Panakkukang
Makassar.

Disusun oleh:

Suriani Syamsuddin

18.01.109

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG PRODI S1-
KEPERAWATAN
MAKASSAR
2020

i
ABSTRAK

Suriani Syamsuddin : Hubungan Efek Samping Kemoterapi Dengan Kualitas Hidup Pasien Kanker
Payudara Di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar.

Pembimbing: Muh. Yusuf Tahir Dan Makkasau Plasay (I-X+86halaman+10tabel+14gambar+12


lampiran)

Pendahuluan : Carcinoma Mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal


mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal yang berkembang biak dan menginfiltrasi
jaringan limfe dan pembuluh darah

Tujuan : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan efek samping kemoterapi dengan
kualitas hidup pasien kanker payudara.

Metode penelitian: penelitian ini yang bersifat survey analitik dengan pendekatan cross sectional,
dilaksanakan di ruangan ar-rahman rumah sakit ibnu sina makassar.

Hasil: efek samping kemoterapi pasien kanker payudara menunjukkan bahwa sebagian besar efek

samping kemoterapi pasien kanker payudara bersifat adaptif sedangkan kualitas hidup pasien

kanker payudara menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami kualitas hidup yang

baik. penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara efek samping kemoterapi dengan

kualitas hidup pasien kanker dengan nilai ρ value- 0,003 yang berarti dibawah <0,05

Kesimpulan Dan Saran: ada hubungan antara efek samping kemoterapi dengan kualitas hidup
pasien kanker payudara. disarankan untuk peneliti selanjutnya untuk meneliti variabel yang belum
diteliti dengan populasi yang banyak.

Kata Kunci: Kanker Payudara, Efek Samping Kemoterapi, Kualitas Hidup

Referensi: 25 (2014-2019) (10 Jurnal-15 Buku)

iii
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya yang tak terhingga sehingga penulis

dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Efek Samping

Kemoterapi Dengan Kualitas Hidup Pasien Dengan Kanker Payudara di Rumah

Sakit Ibnu Sina Makassar”. Penyusunan skripsi ini merupakan suatu syarat untuk

memperoleh gelar sarajana strata 1 (S1) pada program studi S1.Keperawatan

STIKES Panakkukang Makassar.

Dalam melakukan penelitian maupun penyusunan skripsi ini penulis telah

mendapatkan banyak masukan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang

sangat berguna dan bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh

karena itu pada kesempatan yang baik ini dengan berbesar hati penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya dan sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak H. Sumardin Makka, SKM,.M.Kes, selaku ketua Yayasan Perawat

Sulawesi Selatan.

2. Bapak Dr. Ns. Makkasau plasay, S.Kep.,M.Kes, M.EDM, selaku ketua

STIKES Panakkukang Makassar yang telah memberikan bimbingan,

pengarahan, kritik, saran dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak dr. Rachmat Faisal Syamsu, M.Kes selaku Pimpinan/Direktur RS

Ibnu Sina Makasssar.

iv
4. Bapak Ns. Muh. Zukri Malik, S.Kep. M.Kep, selaku ketua program studi

S1.Keperawatan yang telah memberikan bimbingan, arahan, kritik, saran

dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Ns. Muh Yusuf Tahir, M.kes., M.Kep, selaku pembimbing I yang

telah memberikan bibingan, kritik,saran, motivasi dalam penyusunan

skripsi.

6. Dr. Ns. Makkasau Plasay, S.Kep.,M.Kes., selaku pembimbing II yang

telah memberikan bibingan, kritik,saran, motivasi dalam penyusunan

skripsi.

7. Bapak Ns. Muh. Zukri Malik, S.Kep, M.Kep, selaku dosen penguji I yang

telah memberikan bimbingan dan petunjuknya dalam penyusunan skripsi.

8. Ibu Mikawati, S.Kp, M.Kes, selaku dosen penguji II yang telah

memberikan bimbingan dan petunjuknya dalam penyusunan skripsi.

9. Dosen di Prodi. S1.keperawatan yang telah dengan sabar memberikan

pengarahan yang tiada henti-hentinya dan dorongan baik spiritual maupun

materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Civitas akademika STIKES Panakkukang Makassar.

11. Teruntuk kedua orang tua saya bapak Syamsuddin dan ibu Rampe yang

telah memberikan saya motivasi, dukungan, doa, dorongan sehingga saya

menyelesaikan penyusunan skripsi ini

12. Sahabat-sahabatku tercinta yang telah memberikan bantuan, dukungan,

dorongan dan motivasi terutama Cewek Cantik, Ayumi Squad dan M

Nurdin Nasir yang telah menemani selama penulisan skripsi ini

v
13. Rekan-rekan mahasiswa khususnya Program Studi S1 Keperawatan

Angkatan 2018 “Konversi” yang senantiasa memberikan motivasi dan

dukungan serta selalu ada disaat suka maupun duka.

Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam melakukan

penelitian dan penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh

karena itu masukan yang berupa saran dan kritik yang membangun dari para

pembaca akan sangat membantu. Semoga proposal ini bisa bermanfaat bagi

kita semua dan pihak-pihak yang terkait.

Makassar, Januari 2020

Suriani Syamsuddin

vi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................ ii

ABSTRAK .............................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ............................................................................ iv

DAFTAR ISI ........................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. x

DAFTAR SINGKATAN ........................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah ....................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................ 6

C. Tujuan penelitian ................................................................ 6

D. Manfaat Penelitian ............................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjaun Pustaka Tentang Kanker Payudara .......................... 8

B. Tinjaun Pusataka Tentang Kemoterapi ................................. 32

C. Tinjauan Pustaka Tentang Efek Samping Kemoterapi .......... 40

D. Tinjauan Pustaka Tentang Kualitas Hidup ............................ 51

E. Tinjauan Penelitian Yang Terkait Hubungan Efek Samping

Kemoterapi Dengan Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara 55

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 57

vii
A. Kerangka Konseptual ........................................................... 57

B. Hipotesis Penelitian.............................................................. 58

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ................................................................. 59

B. Populasi, Sampel Dan Sampling Penelitian .......................... 59

C. Variable Penelitian ............................................................... 62

D. Defenisi Oprasional.............................................................. 62

E. Tempat Penelitian ................................................................ 63

F. Waktu Penelitian .................................................................. 63

G. Instrumen Pengumpulan Data .............................................. 63

H. Prosedur Pengumpulan Data ................................................ 65

I. Teknik Analisis Data ............................................................ 66

J. Etika Penelitian .................................................................... 68

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil ................................................................................... 70

B. Pembahasan ......................................................................... 77

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................... 86

B. Saran ................................................................................... 87

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kerangka Konsep...................................................................... 54

Tabel 4.1 Definisi Operasional ................................................................ 59

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Umur ........................................................ 71

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin ........................................... 71

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Agama ...................................................... 72

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan .................................................. 72

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pendidikan ................................................ 73

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Status Pernikahan...................................... 73

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Efek Samping Kemoterapi ....................... 74

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup .......................................... 75

Tabel 5.9 Hubungan Efek Samping Kemoterapi Dengan Kualitas Hidup Pasien

Kanker Payudara ...................................................................... 75

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1............................................................................................... 1

Gambar 2.2............................................................................................... 10

Gambar 2.3............................................................................................... 10

Gambar 2.4............................................................................................... 11

Gambar 2.5............................................................................................... 18

Gambar 2.6............................................................................................... 18

Gambar 2.7............................................................................................... 19

Gambar 2.8............................................................................................... 19

Gambar 2.9............................................................................................... 20

Gambar 2.10 ............................................................................................. 20

Gambar 2.11 ............................................................................................. 21

Gambar 2.12 ............................................................................................. 21

Gambar 2.13 ............................................................................................. 22

Gambar 2.14 ............................................................................................. 22

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker payudara (Carcinoma Mammae) merupakan suatu kelainan sel

yang bertumbuh secara tidak normal diakibatkan oleh adanya onkogen

sehingga sel pertumbuhan sel berubah menjadi sel kanker terutama pada

bagian payudara (Setiawan, Lestari dan Rachmawati, 2018).

Disebut kanker payudara ketika sejumlah sel didalam payudara

tumbuh dan berkembang dengan tidak terkendali. Kanker payudara

(Carcinoma Mammae) merupakan salah satu kanker yang sangat ditakuti oleh

kaum wanita setelah kanker serviks. Kanker payudara adalah suatu kondisi

dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya

sehingga terjadi pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali

yang terjadi pada jaringan payudara (Nina & Nuryani, 2017).

Kanker payudara penyakit kanker yang terbanyak kedua di dunia dan

paling sering terjadi pada wanita 1,67 juta kasus baru kanker payudara dan

522 ribu kematian yang diakibatkan oleh penyakit kanker payudara.

Indonesia juga merupakan negara kedua tertinggi di Asia-pasifik dengan

kasus kematian akibat kanker payudara (17%) setelah cina (41%) dan diikuti

oleh jepang (12%) (Putri, Adriani dan Estuningsih, 2015).

Kejadian kanker pada masa ini dirasakan semakin meningkat angka

kejadiaannya dibandingkan beberapa tahun, hal tersebut dapat dilihat dari

1
2

peningkatan jumlah laporan bahwa kanker lebih banyak menjadi penyebab

terbesar terjadinya kematian pada masa usia muda di dunia. Data dari

International Agency For Research On Cancer (IAFRC) Global Burden Of

Cancer (GLOBOCAN), diketahui bahwa pada tahun 2014 didunia terdata

bahwa kanker menjadi penyebab kematian 8.201.575 dari 14.067.894 kasus

baru kanker dan untuk wilayah Asia Tenggara, 1.1 juta orang lebih meningga l

akibat kanker setiap tahunnya (Setiawan, Lestari dan Rachmawati, 2018).

Insiden kanker payudara di Asia berdasarkan Age Standardizet Ratio

(ASR) menduduki tempat kedua setelah kanker serviks. Kementrian

Kesehatan Indonesia mencatat kanker payudara dan kanker leher Rahim

(Serviks) memliki kasus tertinggi di seluruh rumah sakit. Berdasarkan Sistem

Informasi Rumah Sakit (SIRS) jumlah pasien rawat jalan maupun rawat inap

di Indonesia untuk kanker payudara yaitu 12.014 orang (28,7%) dan kanker

serviks 5.349 orang (12,8%) (Khairani, Keban dan Afrianty, 2019).

Insiden kanker payudara angka kejadian tertinggi di Indonesia adalah

kanker payudara serta semakin tahun angka kejadiannya semakin meningkat

sering dengan berjalan waktu dengan jumlah kurang lebih 23.140 kasus baru

pasien kanker payudara setiap tahun dari 200 juta populasi yang ada di

Indonesia (Setiawan, Lestari dan Rachmawati, 2018).

Di Sulawesi selatan kasus kanker payudara menempati peringkat

pertama penyakit kanker yang banyak diderita oleh wanita. Berdasarkan Data

Profil Dinas Kesehatan Kota Makassar Tahun 2018 angka kejadian kanker

payudara 997 kasus (Azikin, Naisyah T, 2019)


3

Penatalaksanaan dari kanker payudara meliputi terapi kuratif,

penunjang, paliatif, dan simtomatis dengan penatalaksanaan medis dari

kanker payudara adalah operasi atau penyinaran yang dilaksanakan apabila

diperkirakan angka kesembuhannnya tinggi, dan dilanjutkan terapi penunjang

yaitu kemoterapi. Kemoterapi salah satu tindakan untuk menghentikan

pertumbuhan serta membunuh sel kanker dengan cara pemberi obat.

Kemoterapi secara berkesinambungan dan terjadwal sesuai dengan siklus dan

lama kemoterapi yang telah ditentukan untuk memperbaiki dan meningkatkan

angka kesembuhan pasien (Setiawan, Lestari dan Rachmawati, 2018).

Kemoterapi yang di jalani seorang pasien bekerja dengan cara

membunuh sel-sel kanker yang ada di tubuh, terapi ini umumnya tidak bisa

mengenali perbedaan antara sel kanker dengan sel sehat. Akibatnya,

kemoterapi menghancurkan sel-sel sehat baik pada sel rambut, kulit, tulang,

darah dan lainnya. Salah satu sel darah yang dapat dipengaruhi adalah sel

darah putih, karena itu neutropenia menjadi salah satu efek samping yang

kerap terjadi (Firmansyah et al., 2015).

Beberapa obat kemoterapi yang paling sering digunakan adalah

antimetabolite (metotreksat), senyawa interaktif DNA (cisplatin,

doxorubicin), senyawa antitubulin (taksan), hormon dan senyawa penarget

molekular. Senyawa alami menjadi salah satu pilihan dalam pencarian

sumber antikanker karena senyawa alami berkemungkinan untuk

menghasilkan obat antikanker dengan efek samping (Yugianto &

Sulistianingsih, 2017).
4

Beberapa hal yang diakibatkan oleh efek samping terapi tersebut

adalah rambut rontok bahkan sampai botak dapat terjadi selama pemberian

kemoterapi, gangguan pada sumsum tulang yaitu berkurangnya hemoglobin,

trombosit, dan sel darah putih membuat tubuh lemah, merasa lelah, sesak

napas, mudah mengalami perdarahan dan mudah terinfeksi, kulit

membiru/menghitam, kering, serta gatal pada mulut dan tenggorokan terdapat

sariawan terasa kering dan sulit menelan, adanya mual dan muntah, nyeri

pada perut saluran pencernaan, produksi hormon terganggu sehingga

menurunkan nafsu seks dan kesuburan. Berat ringannya efek samping

kemoterapi tergantung pada banyak hal, antara lain: jenis obat kemoterapi,

kondisi tubuh baik berat badan, usia, kondisi, psikis pasien (Khairani, Keban

dan Afrianty, 2019).

Obat efek samping kemoterapi lain juga mendukung penurunan nafsu

makan. Hal tersebut yang menyebabkan asupan energi dan protein pasien

kanker payudara setelah kemoterapi lebih rendah dibandingkan dengan

sebelum kemoterapi. Kebutuhan energi dan protein yang tidak terpenuhi

menyebabkan resiko terjadinya hiperkatabolisme sehingga meningkatkan

resiko masalah gizi. Hal tersebut dapat menghambat proses penyembuhan

pada pasien kanker payudara serta akan mempengaruhi kualitas hidup pasien

kanker payudara %) (Putri, Adriani dan Estuningsih, 2015).

Kanker sendiri memiliki berbagai jenis dengan berbagai akibat yang

muncul, berbagai macam ancaman selalu membayangi para penderita kanker

seperti kematian dan penurunan kualitas hidup. Kualitas hidup yaitu perasaan
5

dan pernyataan rasa puas seseorang individu akan kehidupan secara

menyeluruh dan secara status mental orang mengakui bahwa individu tersebut

hidup dalam kondisi yang nyaman, jauh dari ancaman dan secara adekuat

memenuhi kebutuhan dasar (Eda & Puguh, 2017).

Hal yang sangat penting untuk diperhatikan bagi penderita kanker

payudara adalah adanya mental psikologis penderita yang bisa saja akan

mengalami penurunan secara dramatis. Akibatnya, penderita akan mengalami

depresi dan bahkan bisa menurunkan kualitas hidup, kualitas yang

berhubungan dengan kesehatan dapat diartikan sebagai respon emosi dari

penderita terhadap aktivitas sosial, emosional, pekerjaan dan hubungan antar

keluarga, rasa senang atau bahagia, adanya kesusaian antara harapan dan

kenyataan yang ada, adanya kepuasaan dalam melakukan fungsi fisik, sosial

dan emosional serta kemampuan mengadakan sosialisasi dengan orang lain.

Kualitas hidup seseorang dikatakan tercapai apabila sesorang mendapatkan

hidup normal dan memiliki tingkat derajat kesehatan yang baik (Husni,

Romadoni dan Rukiyanti, 2015).

Dari hasil dan observasi dan wawancara perawat, pasien yang

menjalani kemoterapi memiliki efek samping yang dirasakan berbeda-beda,

seperti mengalami kerontokan rambut, mual muntah, diare, mulut kering,

sariawan, dan kelelahan. Dengan perubahan pada tubuhnya yang dialami

membuat mereka tidak percaya diri, cemas, dan merasa malu.

Berdasarkan data yang didapatkan pada saat pengambilan data awal di

bagian rekam medis (Medical Record ) di Rumah sakit Ibnu Sina Makassar,
6

jumlah pasien kanker payudara pada tahun 2017 sebanyak 349 orang pasien.

Pada tahun 2018 pasien kanker payudara mengalami penurunan sebanyak 105

pasien. Pada tahun 2019 bulan Januari sampai Agustus mengalami

peningkatan sebanyak 292 pasien rawat inap kanker payudara yang menjalani

kemoterapi dan pasien rawat jalan pada bulan Januari-Agustus sebanyak 50

pasien kanker payudara dengan jumlah kunjungan 1400 (Medical Record,

2019).

Berdasarkan uraian diatas, menggambarkan data Kanker payudara

yang masih tinggi, maka peneliti tertarik melakukan penelitian untuk

mengetahui hubungan efek samping kemoterapi dengan kualitas hidup pasien

kanker payudara di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan data diatas maka rumusan masalah penelitian adalah

“Apakah ada hubungan efek samping kemoterapi dengan kualitas hidup

pasien kanker payudara di Rumah sakit Ibnu Sina Makassar?”

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Diketahuinya Hubungan Efek Samping Kemoterapi Dengan Kualitas

Hidup Pasien Kanker Payudara di Rumah sakit Ibnu Sina Makassar.

2. Tujuan khusus

a. Diketahuinya gambaran efek samping kemoterapi pada pasien kanker

payudara di Rumah sakit Ibnu Sina Makassar.

b. Diketahuinya gambaran kualitas hidup pada pasien kanker payudara

di Rumah sakit Ibnu Sina Makassar.


7

c. Diketahuinya hubungan efek samping kemoterapi dengan kualitas

hidup pasien kanker payudara di Rumah sakit Ibnu Sina Makassar.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis

Sebagai pengalaman yang berharga dalam rangka menambah wawasan

keilmuan serta pengembangan diri peneliti khususnya dibidang penelitian

lapangan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi institusi

Untuk meningkatkan pengetahuan tentang hubungan efek samping

kemoterapi dengan kualitas hidup pasien kanker payudara di Rumah

sakit Ibnu Sina Makassar.

b. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat digunakan sebagai penambah wawasan atau

pengetahuan bagi peneliti khususnya mengenai hubungan efek

samping kemoterapi dengan kualitas hidup pasien kanker payudara di

Rumah sakit Ibnu Sina Makassar

c. Manfaat Bagi Masyarakat

Penelitian ini di sajikan untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan

pemahaman bagi masyarakat mengenai hubungan efek samping

kemoterapi dengan kualitas hidup pasien kanker payudara di Rumah

sakit Ibnu Sina Makassar.


[BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka Tentang Kanker Payudara

1. Definisi

Gambar 2.1 Carsinoma mammae

Carcinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel

normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal yang

berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah

(Nurarif & Kusuma, 2015).

Kanker payudara merupakan keganasan yang berasal dari kelenjar,

saluran kelenjar, dan jaringan penunjang tidak termasuk kulit payudara.

Payudara secara umum terdiri dua tipe jaringan, jaringan glandular

(kelenjar) dan jaringan stromal (penopang). Sel kanker payudara yang

pertama dapat tumbuh menjadi tumor sebesar 1 cm dalam waktu 8-12

tahun. Sel-sel kanker payudara ini dapat menyebar melalui aliran darah ke

seluruh tubuh (Nina & Nuryani, 2017).

8
9

2. Jenis-jenis kanker payudara

Menurut Nina & Nuryani (2017), adapun beberapa jenis-jenis

kanker payudara:

a. Kanker payudara bersifat serangannya:

1) Kanker payudara invasif

Pada kanker payudara invasif, sel kanker merusak saluran

serta dinding kelenjar susu, menyerang lemak dan jaringan

konektif disekitarnya. Kanker dapat bersifat invasif atau

menyerang tanpa selalu menyebar (metastatik) ke simpul limfe dan

organ lain dalam tubuh.

2) Kanker payudara non-invasif

Sel kanker terkunci pada saluran susu dan tidak menyerang

lemak serta jaringan konektif di sekitarnya. Dustal Carsinoma In

Situ merupakan bentuk kanker payudara non-invasif yang paling

umum terjadi sedangkan Lobular Carsinoma In Situ lebih jarang

tetapi justru lebih diwaspadai karena merupakan tanda

meningkatnya resiko kanker payudara.

b. Kanker payudara berdasarkan tingkat prevalensi

1) Lobular Carsinoma In Situ (LCIS)

Pertumbuhan jumlah sel berada dalam kelenjar susu

(lobules). Pada pasien LCIS di monitor dengan ketat setiap empat

bulan sekali dengan melakukan uji klinis payudara.


10

Gambar 2.2 Lobular Carsinoma In Situ

2) Dustal Carsinoma In Situ (DCIS)

Tipe kanker payudara non invasif yang paling sering

terjadi. Dengan deteksi dini merata tingkat bertahan hidup

penderita mencapai 100% dengan catatan kanker tidak menyebar

dari saluran susu ke jaringan lemak payudara serta bagian lain dari

tubuh.

Gambar 2.3 Dustal Carsinoma In Situ

3) Infiltrating Lobular Carsinoma

Terjadi sekitar 10- 15 % dari seluruh kejadian kanker

payudara, mulai terjadi dalam kelenjar susu (lobules) payudara

tetapi sering menyebar ke bagian tubuh lain.


11

Gambar 2.4 Infiltrating Lobular Carsinoma Infiltrating Ductal Carsinoma

4) Infiltrating Ductal Carsinoma

Tipe kanker payudara yang paling umum terjadi sekitar

80%, terjadi dalam saluran susu payudara serta menjebol dinding

saluran, menyerang jaringan lemak payudara sehingga

kemungkinan terjadi pada bagian tubuh lain.

3. Etiologi

Menurut Subagja (2014), penyebab kanker payudara belum

diketahui secara pasti. Akan tetapi, ada beberapa faktor resiko yang

memungkinkan seorang wanita terserang kanker payudara, diantaranya

adalah:

a. Faktor reproduksi

Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan resiko

terjadinya kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada usia

muda, menopause pada usia lebih tua, dan kehamilan pada usia tua.

Resiko utama kanker payudara adalah bertambahnya usia. Periode

antara terjadinya haid pertama dengan usia saat kehamilan pertama


12

merupakan salah satu penyebab berkembangnya kanker payudara.

Secara anatomi dan fungsional, payudara akan mengalami atrofi

(penyusutan jaringan otot atau jaringan saraf), kurang dari 25 %

kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga

perkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya

perubahan klinis.

b. Penggunaan hormon

Hormon estrogen berhubungan erat dengan kanker payudara.

Laporan dari Harvard School Public Health menyatakan bahwa

pengguna terapi estrogen replacement, penyakit kanker payudara

meningkat secara signifikan.

c. Penyakit fibrokistik

Perubahan pada jaringan payudara ditandai dengan benjolan

payudara non kanker yang sering menyebabkan rasa tidak nyaman dan

bersifat periodik dengan pengaruh hormonal dari siklus menstruasi

yang disebut sebagai fibrokistik.

Pada wanita dengan adenosisi, fibra adenoma, dan fibrosis,

penyakit kanker payudara tidak mengalami peningkatan secara

signifikan. Sedangkan pada hiperplasis dan papilloma, kanker

payudara sedikit mengalami peningkatan anatar 1,5 sampai 2 kali.

Pada hiperplasia atipik, kanker payudara mengalami peningkatan

sebesar 5 kali.
13

d. Obesitas

Obesitas yang disebabkan oleh kurangnya aktivitas fisik bisa

juga menjadi faktor resiko terjadinya kanker payudara pada wanita

pasca menopause. Wanita dengan obesitas lebih mudah terserang

penyakit daripada wanita yang lebih kurus. Obesitas memiliki

hubungan dengan jumlah hormone estrogen yang disimpan pada

jaringan lemak. Semakin banyak lemak yang disimpan, semakin

banyak pulsa hormon estrogen yang terperangkap dalam jaringan

lemak yang merupakan bahan bakar utama pertumbuhan sel kanker

payudara.

e. Sering menkonsumsi makanan berlemak

Orang yang sering mengonsumsi makanan berlemak tinggi

juga berisiko terkena kanker payudara. Makanan yang lemaknya

tinggi seperti keju, mentega, yogurt, es krim dan makanan penutup

merupakan makanan yang bisa menimbulkan beragam masalah

kesehatan. Karena makanan yang diproduksi dengan pasokan susu

saat ini cenderung memiliki tingkat estrogen tinggi yang bisa

menggangu kesehatan.

f. Radiasi

Tingkat kemungkinan terburuk atau efek samping akan

dialami (eksposur) dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah

pubertas adalah meningkatnya resiko kanker payudara.


14

g. Riwayat keluarga dan faktor genetik

Riwayat keluarga merupakan komponen yang paling penting

dalam riwayat penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk

kanker payudara. Pada suatu genetik, ditemukan bahwa kanker

payudara berhubungan erat dengan gen tertentu. Apabila terdapat

BRCA1 (suatu gen rentan terhadap kanker payudara), peluang untuk

terjadinya kanker payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan

sebesar 85 % pada umur 70 tahun.

h. Wanita yang belum pernah hamil dan melahirkan

i. Kehamilan pertama terjadi setelah berumur 30 tahun

j. Menarche (menstruasi pertama pada usia dibawah 12 tahun) dan

menopause setelah usia 55 tahun

Apabila menarche dini terjadi maka wanita akan mengalami

sirkulasi hormon estrogen sepanjang hidupnya lebih lama. Hormon

estrogen bisa merangsang pertumbuhan duktus pertama dalam

kelenjar payudara. Menarche kurang dari 12 tahun memiliki risiko

1,7-3,4 kali lebih tinggi daripada wanita dengan menarche normal.

Wanita yang masa menopausenya terlambat memiliki resiko 2,5-5 kali

tinggi daripada wanita yang menopause kurang dari usia 55 tahun.

k. Pemakaian pil KB atau terapi sulih estrogen

l. Mengonsumsi alkohol

m. Wanita yang menggunakan DES (Dietilstilbestrol) untuk mencegah

keguguran memiliki resiko tinggi terserang penyakit kaknker

payudara.
15

4. Manifestasi klinis

Menurut Subagja (2014), ada beberapa gejala kanker payudara

yang perlu di waspadai, yaitu;

a. Adanya benjolan pada payudara yang bisa diraba.

Umumnya benjolan ini tidak terasa nyeri, awalnya benjolan

berbentuk kecil. Akan tetapi, semakin lama benjolan akan semakin

besar dan melekat pada kulit. Hal ini menimbulkan perubahan pada

kulit dan puting payudara.

b. Erosi/eksema puting susu

Kulit atau puting susu menajdi tertarik ke dalam (retraksi),

berwarna merah muda atau kecoklatan sampai menjadi edema

sehingga kulit payudara tampak seperti kulit jeruk (peau d’orange),

mengkerut dan timbul borok. Borok semakin lama akan semakin

melebar dan dalam sehingga bisa menghancurkan seluruh bagian

payudara, berbau busuk dan mudah berdarah. Ciri-cirinya yaitu:

1) Pendarahan pada puting susu, umumnya puting susu akan terasa

nyeri ketika tumor telah membesar, timbul borok dan muncul

metastasis ke tulang.

2) Membesarnya kelenjar getah bening pada ketiak, bengkak pada

lengan dan menyebarnya kanker ke seluruh tubuh.

3) Perubahan bentuk dan ukuran payudara.

4) Adanya luka di sekitar puting susu dan sekitarnya yang sukar

sembuh.
16

5) Keluarnya cairan berupa darah atau nanah berwarna kuning

sampai kehijauan dari puting susu (Nipple discharge) secara

spontan.

6) Perubahan pada puting susu seperti gatal, terasa terbakar, dan

tertarik ke dalam (retraksi).

7) Adanya kerutan-kerutan (seperti jeruk purut) pada kulit payudara

8) Pada stadium lanjut bisa muncul nyeri tulang, penurunan berat

badan, pembengkakan lengan atau ulserasi kulit.

5. Patofisiologi

Kanker payudara sering terjadi pada wanita di atas umur 40-50

tahun merupakan penyakit yang mempunyai banyak faktor terkait dan

tergantung pada tempat lokasi dan jaringan terserang. Penyebab tidak

dapat ditentukan dengan pasti. Ada tiga faktor yang dapat mendukung

yaitu hormon, virus, dan genetik. Kanker payudara dapat menjalar

langsung pada struktur tubuh terdekat atau berjarak oleh emboli sel

kanker yang dibawa melalui kelenjar getah bening atau pembuluh darah.

Kelenjar getah bening di axilla, supra claviculla atau mediastinal

merupakan tempat penyebaran pertama sedangkan struktur tubuh lain

adalah paru, hati, tulang belakang dan tulang pelvis (Yustiana & Mandri,

2013).

Menurut Nugroho (2014), sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel

normal dalam suatu proses rumit yang disebut transformasi yang terdiri

dari:
17

a. Fase insiasi

Pada tahap insiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik

sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan

genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen,

yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi, (penyinaran) atau sinar

matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama

terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan

lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentang

terhadap suatu karsinogen.

b. Fase promosi

Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi

akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi

tidak akan berpengaruh oleh promosi. Beberapa faktor untuk

terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu

karsinogen.

6. Pemeriksaan penunjang

a. Scan (misal: MRI, CT Scan, gallium) & ultrasound. Dilakukan untuk

diagnostik, identifikasi metastik dan evaluasi

b. Biopsy: untuk mendiagnosis adanya BRCA1 dan BRCA 2

1) Fine needle aspiration biopsy (FNA), biopsy ini menggunakan

jarum kecil yang dimasukkan melalui kulit payudara dari ujung

jarum. Digunakan untuk mengambil jaringan benjolan yang padat

atau berisi cairan


18

Gambar 2.5 Fine needle aspiration biopsy

2) Core needle biopsy (CNB), pemeriksaan ini menggunakan jarum

yang lebih besar dengan bentuk ujung khusus, jarum dimasukkan

menembus kulit sampai ke benjolan.

Gambar 2.6 Core needle biopsy

3) Stereotactic biopsy, pemeriksaan ini menggunakan sinar X tipe

khusus dengan jarum yang sama tipenya dengan Core needle

biopsy. Teknik ini dapat menemukan benjolan yang tidak dapat

dirasakan dengan rabaan tetapi terlihat saat pemeriksaan dengan

mammogram atau USG payudara.


19

Gambar 2.7 Stereotactic biopsy

c. Penanda tumor

d. Mammografi

e. Sinar X dada (Nurarif & Kusuma, 2015).

7. Stadium kanker payudara

Menurut Subagja (2014) ada beberapa stadium kanker payudara,

meliputi:

a. Stadium I

Gambar 2.8 Stadium I

Pada stadium ini, benjolan kanker berukuran tidak lebih dari 2

cm dan tidak bisa dideteksi dari luar. Perawatan yang sangat

sistematis dibutuhkan dalam stadium ini agar sel kanker tidak


20

menyebar dan tidak berlanjut pada stadium selanjutnya.

Kemungkinan, 70 % pasien bisa sembuh total pada stadium ini.

b. Stadium IIA

Gambar 2.9 Stadium IIA

Pada stadium ini, besarnya benjolan bisa mencapai 2 -5 cm

dan tidak penyebarannya sudah meluas sampai ke daerah ketiak.

Meskipun benjolan sudah mencapai 5 cm bisa jadi belum menyebar

kemana-mana.

c. Stadium II B

Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak melebihi 5 cm

yang telah menyebar pada titik-titik pembuluh getah bening ketiak.

Diameter tumor lebih lebar dari 5 cm tapi belum menyebar.

Gambar 2.10 Stadium IIB


21

d. Stadium III A

Sebanyak 87 % kanker payudara ditemukan pada stadium ini.

Benjolan sudah berukuran lebih dari 5 cm dan telah menyebar hingga

ke kelenjar limpe.

Gambar 2.11 Stadium III A

e. Stadium IIIB

Pada stadium ini, penyebaran sel kanker meliputi seluruh

bagian payudara bahkan bisa mencapai kulit dinding dada, tulang

rusuk, dan otot dada serta telah menyerang kelenjar limfa secara

menyeluruh.

Gambar 2.12 Stadium IIIB


22

f. Stadium III C

Sebagaimana stadium IIIB, tetapi telah menyebar ke titik-titik

pada pembuluh getah bening dalam group N3 (kanker telah menyebar

lebih dari 10 titik disalurkan getah bening dibawah tulang selangka.

Gambar 2.13 Stadium IIIC

g. Stadium IV

Pada stadium ini, sel-sel kanker sudah menyebar ke bagian

tubuh lainnya, seperti tulang, paru-paru, hati, dan otak. Sel-sel kanker

tersebut juga bisa menyerang kulit dan kelenjar limfa yang ada di

dalam leher sama seperti yang terjadi di stadium III.

Gambar 2.14 Stadium IV


23

Dalam melakukan pengobatan kanker payudara, biasanya

dokter akan mempertimbangkan berbagai faktor antara lain grade

kanker, status hormon reseptor, status HER2, dan kondisi spesifik

pasien seperti usia dan faktor menopause.

1) Grade kanker

Peningkatan grade kanker terdiri dari grade 1-3. Grade yang lebih

rendah berarti pertumbuhan kankernya lambat. Sebaliknya, grade

yang lebih tinggi berarti sel kanker lebih cepat berkembang.

2) Status hormon reseptor

Estrogen dan progesteron merupakan hormon yang sering melekat

pada reseptor dibeberapa sel kanker payudara sebagai bahan bakar

pertumbuhan sel.

3) Status HER2

Sekitar satu dari lima kanker payudara terlalu memiliki protein

yang disebut HER2. Sel-sel kanker disertai peningkatan HER2

disebut HER2-positif serta cenderung tumbuh dan menyebar lebih

cepat daripada jenis kanker payudara.

8. Penatalaksanaan

Menurut Nurarif & Kusuma (2015), ada beberapa penanganan

kanker payudara yang tergantung pada stadium klinik penyakitnya, yaitu: a.

Mastektomi

Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada 3

jenis mastektomi, yaitu:


24

1) Modified radial mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh

payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan

tulang iga, serta benjolan di sekitar ketiak. Total (simple)

mastectomy, yaitu pengangkatan di seluruh payudara saja, tetapi

bukan kelenjar ketiak.

2) Radical mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari

payudara. Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan

hanya pada bagian yang mengandung sel kanker, bukan seluruh

payudara.

b. Radiasi

c. Kemoterapi

d. Lintasan metabolism

Asam bifosfonat merupakan senyawa penghambat aktivitas

osteolas dan resorpsi tulang yang sering digunakan untuk melawan

osteoporosis yang diinduksi oleh overian suppression, hiperkalsemia

dan kelainan metabolisme tulang, menunjukkan efektivitas untuk

menurunkan metastasis sel kanker payudara menuju tulang.

9. Pengobatan

Menurut Nina & Nuryani (2017), pengobatan kanker tergantung

tipe dan stadium yang dialami penderita. Pada umumnya seseorang

diketahui menderita penyakit kanker payudara ketika sudah stadium

lanjut. Pengobatan kanker payudara meliputi pembedahan, kemoterapi,

terapi hormon, terapi radiasi dan yang terbaru adalah terapi imunologi
25

(antibody). Pengobatan ini bertujuan untuk memusnahkan kanker atau

membatasi perkembangan penyakit serta menghilangkan gejala-gejalanya.

Macam-macam pengobatan kanker payudara, yaitu:

a. Pembedahan

Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan.

Prosedur pembedahan yang dilakukan pada pasien kanker payudara

tegantung pada tahapan penyakit, jenis tumor, umur dan kondisi

kesehatan pasien secara umum. Tujuan dari pembedahan adalah

untuk meningkatkan harapan hidup dan pembedahan diikuti dengan

terapi tambahan seperti radiasi. Sedangkan mastektomi merupakan

operasi pengangkatan payudara. Ada 3 jenis mastektomi, yaitu:

1) Radical mastectomy, merupakan operasi pengangkatan sebagian

dari payudara (lumpectomy) dan operasi ini selalu diikuti dengan

pemberian radioterapi.

2) Total mastectomy, merupakan operasi pengangkatan seluruh

payudara bukan kelenjar di ketiak/ axilla.

3) Modified radical mastectomy, merupakan operasi pengangkatan

seluruh payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang

selangka, dan tulang iga serta benjolan disekitar ketiak.

b. Terapi radiasi

Terapi radiasi dilakukan dengan sinar X dengan intensitas

tinggi untuk membunuh sel kanker yang tidak terangkat saat

pembedahan. Terapi radiasi bertujuan untuk menyembuhkan atau


26

mengecilkan kanker pada stadium dini dan mencegah agar kanker

tidak muncul di area lain.

c. Terapi hormon

Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang

peka hormon dan dapat dipakai sebagai terapi pendamping setelah

pembedahan atau stadium akhir.

d. Kemoterapi

Kemoterapi yaitu proses pemberian obat-obatan anti kanker

dapat secara oral (diminum) dan intravenous (diinfuskan). Untuk oral

diberikan selama 2 minggu, istrahat 1 minggu dan kalau lewat infus 6

kali kemo jaraknya 3 minggu untuk full dosse.

1) Kemoterapi Adjuvant, diberikan setelah operasi pembedahan

untuk jenis kanker payudara yang belum menyebar dengan

tujuan untuk mengurangi risiko timbulnya kembali kanker

payudara.

2) Kemoterapi Neoadjuvant, kemoetrapi yang diberikan sebelum

operasi. Manfaat utama adalah untuk mengecilkan kanker yang

berukuran besar sehingga mereka cukup kecil untuk operasi

pengangkatan (lumpektomi).

Kemoterapi untuk kanker stadium lanjut, kemoterapi yang

digunakan sebagai pengobatan utama untuk wanita dengan kanker

yang telah menyebar di luar payudara dan daerah ketiak pada

waktu yang ditemukan atau jika kanker menyebar setelah


27

pengobatan pertama. Obat kemoterapi yang biasa digunakan

secara tunggal atau dikombinasikan yaitu (Capecitabine) anti

kanker oral yang di aktivitasi oleh enzim yang ada pada sel

kanker. Efek kemoterapi akan mengalami rasa mual, muntah,

rambut menjadi rontok karena pengaruh obat-obatan yang

diberikan ketika kemoterapi, hilangnya nafsu makan, perubahan

siklus haid mesntruasi, menjadi mudah lelah karena rendahnya

jumlah sel darah merah, terasa ngilu pada tulang-tulang serta kuku

dan kulit menghitam, kadang kulit kering.

e. Terapi imunologik

Ada sekitar 15-25 % tumor payudara menunjukkan adanya

protein pemicu pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan,

trastuzumab antibody secara khusus dirancang untuk menyerang

HER2 dan menghambat pertumbuhan tumor dapat terjadi pilihan

terapi. Terapi kanker ini berdasarkan fungsi sistem imun yang

tujuannya untuk mengenali dan menghancurkan sel yang berubah

sifat sebelum sel tumbuh menjadi tumor serta membunuh sel tumor

yang berbentuk. Prinsipnya adalah memperkuat sistem kekebalan

tubuh. Terapi imunologik ini dikembangkan aspek psikis pasien

kanker. Adapun beberapa jurnal mengatakan bahwa pasien kanker

yang depresi lebih sulit bertahan hidup dibandingkan yang tidak

depresi. Tubuh kita memproduksi sitokinin yang menghasilkan


28

antibody. Terapi sitokinin juga merusak fungsi tubuh dengan cara

mengeluarkan senyawa yang memicu mutasi sel kanker.

10. Diagnosis

Menurut Saraswati (2015), kanker payudara dapat diketahui

dengan cara pengambilan sampel jaringan sel payudara yang mengalami

pembenjolan. Tindakan ini disebut biopsy. Cara ini mampu mengetahui

jenis pertumbuhan sel yang terjadi bersifat tumor jinak atau tumor ganas

(kanker) dapat melakukan deteksi dini. Kanker payudara secara umum

akan menyebabkan hal-hal sebagai berikut:

a. Munculnya benjolan pada payudara.

b. Keluarnya cairan yang tidak normal dari puting susu. Cairan itu

berupa nanah, darah, dan cairan encer. Bisa juga keluarnya air susu

pada ibu yang tidak hamil atau tidak sedang menyusui.

c. Perubahan bentuk dan besarnya payudara.

d. Kulit puting susu melekuk ke dalam atau berkerut.

Kanker payudara pada tahap awal tidak menimbulkan gejala

apapun. Namun bersamaan dan berkembangnya penyakit akan muncul

gejala-gejala yang menyebabkan perubahan pada payudara.

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) setiap perempuan

dianjurkan untuk melakukan SADARI secara teratur sebulan sekali

setelah selesai haid. Tujuannya untuk mengenali tanda-tanda yang

dijelaskan di atas. Bagi perempuan yang telah menopause, hendaknya

SADARI dilakukan pada tanggal tertentu yang mudah diingat dari setiap
29

bulannya. Kedua, pemeriksaan payudara oleh tenaga medis seperti dokter

atau bidan. Ketiga, pemeriksaan radiologi menggunakan sinar X

(mammogram atau mammografi). Pemeriksaan ini dilakukan oleh sinar X

dengan mengambil gambar dari arah samping dan atas untuk masing-

masing payudara. Mamografi adalah senjata yang paling efektif untuk

deteksi dini kanker payudara karena dapat mendeteksi hampir 80-90 %

dari semua kasus kanker payudara.

11. Deteksi dini

Menurut Nina & Nuryani (2017), deteksi dini kanker payudara

dapat dilakukan dengan berbagai cara yang dapat dilakukan dengan cara

pemeriksaan secara klinis (pemeriksaan fisik) maupun dengan

pemeriksaan penunjang. Adapun deteksi dini kanker payudara, yaitu:

a. SADARI

Dengan melakukan pemeriksaan SADARI atau pemeriksaan

payudara sendiri , kanker payudara ditemukan secara dini serta

dengan dilakukannya pemeriksaan klinik dan pemeriksaan

mamografi. Adapun tahap-tahap melakukan SADARI, yaitu:

1) Tahap awal, berdirilah didepan ceriman, pandanglah kedua

payudara. Perhatikan kemungkinan adanya perubahan yang tidak

biasa seperti cairan dari puting, pengerutan, penarikan atau

pengelupasan kulit.

2) Angkatlah kedua tangan ke atas kepala. Perhatikan, apakah ada

kelainan pada kedua payudara atau puting.


30

3) Kedua tangan diletakkan di pinggang agak membungkuk ke arah

cermin sambil menarik bahu dan siku ke arah depan. Periksa

kembali, apakah ada perubahan atau kelainan pada kedua

payudara atau puting.

4) Angkatlah lengan kanan dengan menggunakan 3-4 jari tangan kiri

untuk memeriksa payudara kanan secara lembut, hati-hati dan

secara menyeluruh. Dimulai dari bagian tepi sisi luar, tekankan

ujung jari tangan membentuk lingkaran-lingkaran kecil dan

pindahkan lingkaran itu secara lambat seputar payudara. Secara

bertahap lakukan ke arah puting. Pastikan mencakup seluruh

payudara. Berikan perhatian khusus di daerah antara payudara

dengan ketiak, termasuk bagian ketiak sendiri. Rasakan untuk

setiap benjolan yang tidak biasa atau benjolan di bawah kulit.

5) Dengan kedua tangan, pijat puting payudara kanan dan tekan

payudara untuk melihat apakah ada cairan atau darah yang keluar

dari puting payudara. Lakukan hal yang sama pada payudara kiri.

6) Mengulangi langkah (4) dan (5) dengan posisi berbaring.

Berbaringlah di tempat dengan permukaan rata, berbaringlah

dengan lengan kanan dibelakang kepala dan bantal kecil atau

lipatan handuk diletakkan di bawah pundak. Posisi ini

menyebabkan payudara menjadi rata dan membuat pemeriksaan

lebih mudah. Lakukan gerakan melingkar yang sama seperti tahap

(4) dan (5). Lakukan pula pada payudara kiri.


31

b. Mammografi

Pemeriksaan menggunakan sinar-X dosis rendah (umumnya

berkisar 0.7 mSv). Metode mammografi, sinar X yang dipancarkan

sangat kecil sehingga metode ini relative aman dan peaksanaannya

relatif mudah. Mammografi merupakan suatu tes yang aman yang

bertujuan untuk melihat adanya masalah pada payudara wanita.

Mammografi biasanya digunakan untuk melihat beberapa tipe tumor

dan kista, dan telah terbukti dapat mengurangi mortalitas akibat

kanker payudara.

c. Biopsy

Suatu tes untuk mengambil sejumlah kecil jaringan dari

benjolan dan daerah sekitar benjolan. Untuk ditemukan pada

payudara dapat bersifat jinak (bukan kanker) dan bersifat ganas

(kanker) dan jika kanker payudara dapat lebih dini maka wanita

kemungkinan bertahan dari penyakit ini lebih baik serta banyak terapi

untuk kanker payudara.

B. Tinjauan Pustaka Tentang Kemoterapi

1. Definisi

Kemoterapi merupakan suatu pengobatan dimana obat yang

diberikan menyebar keseluruh tubuh dan dapat mencapai sel-sel kanker

yang telah menyebar . Tujuan kemoterapi adalah untuk membunuh DNA

didalam sel abnormal dan menyebabkan sel menghancurkan dirinya

sendiri (Eda & Puguh, 2017).


32

Kemoterapi adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker,

tidak seperti radiasi atau operasi yang bersifat lokal, kemoterapi

merupakan terapi sistemik yang berarti obat menyebar ke seluruh tubuh

dan dapat mencapai sel kanker yang telah menyebar jauh atau metastase

ke tempat lain (Rasjidi, 2014).

Kemoterapi disebut juga dengan istilah “Kemo” adalah

penggunaan obat-obatan sitotoksik dalam terapi kanker yang dapat

menghambat proliferasi sel kanker. Obat kemoterapi ini dapat diberikan

kepada pasien dalam bentuk intravena (IV), intraarteri (IA), per oral (OP),

intratekal (IT), intraperitoneal/pleural (IP), intramaskular (IM), dan

subkutan (SC) (Firmana, 2017).

2. Tujuan kemoterapi

a. Menyembuhkan kanker secara menyeluruh.

b. Mencegah kanker agar tidak menyebar.

c. Memperlambat pertumbuhan kanker itu sendiri.

d. Membunuh sel kanker yang mungkin telah menyebar ke bagian yang

lainnya.

e. Meredakan atau mengurangi gejala yang disebabkan oleh kanker

(Rasjidi, 2014)

3. Jenis-Jenis Kemoterapi

a. Kemoterapi Primer

Kemoterapi Primer pengobatan kemoterapi yang ditujukan

membasmi serta menghancurkan semua sel kanker yang ada di dalam


33

tubuh. Kemoterapi Primer yang diberikan sebelum tindakan medis

lainnya, seperti operasi dan radiasi.

a. Kemoterapi Adjuvant

Kemoterapi Adjuvant, yaitu kemoterapi yang diberikan

sesudah tindakan operasi atau radiasi. Tindakan ini ditujukan untuk

menghancurkan sel-sel kanker yang masih tersisa atau metastasis

kecil. Pada dasarnya adalah bagian dari operasi kuratif. Karena

banyak tumor pada waktu pra-operasi sudah memiliki mikro-

metastasis di luar lingkup operasi, maka setelah lesi primer dieksisi

tumor tersisa akan tumbuh semakin pesat, kepekaan terahadap obat

bertambah.

Pada umumnya tumor bila volume semkan kecil, ratio

pertumbuhan semakin tinggi terhadap kemoterapi semkain peka. Bila

tumor mulai diterapi semakin dini, semakin sedikit muncul sel tahan

obat. Oleh karena itu, terapi terhadap mikro-metastasis akan

menyebabkan efentivitas meningkat, kemungkinan resistensi obat

berkurang, peluang kesembuhan bertambah. Dewasa kanker payudara

dengan lesi primer sekitar ≥ 1 cm pasca operasi memakai regimen

CAF.

b. Kemoterapi Neonadjuvant

Kemoterapi Neoadjuvant, yaitu kemoterapi yang diberikan

sebelum tindakan operasi atau radiasi kemudian dilanjutkan kembali

dengan kemoterapi. Tindakan ini ditujukan untuk mengecilkan ukuran


34

massa kanker yang dapat mempermudah saat dilakukannnya tindakan

operasi atau radiasi.

Kanker terlokalisir tertentu hanya dengan operasi atau

radioterapi sulit mencapai ketuntasan, jika berlebih dahulu kemoterapi

2-3 siklus dapat mengecilkan tumor memperbaiki pasokan darah

berguna bagi pelaksanaan operasi dan radioterapi selanjutnya. Pada

waktu bersamaan dapat diamati respons tumor terhadap kemoterapi

dan secara dini menterapi lesi metastatic subklinis yang mungkin

terdapat. Karena kemoterapi adjuvant mungkin menghadapi resiko

jika kemoterapi tidak efektif peluang operasi akan lenyap, maka harus

memakai regimen kemoterapi dengan cukup bukti efektif untuk lesi

stadium lanjut.

c. Kemoterapi kuratif

Kemoterapi kuratif harus memakai formula kemoterapi

kombinasi yang terdiri atas obat dengan mekanisme kerja berbeda,

efek toksik berbeda dan masing-masing efektif bila digunakan

tersendiri diberikan dengan banyak siklus untuk setiap obat dalam

formula tersebut diupayakan memakai dosis maksimun yang dapat di

toleransi tubuh, masa interval sedapat mungkin diperpendek agar

tercapai pembasmian total sel kanker dalam tubuh.

d. Kemoterapi paliatif

Kebanyakan kanker dewasa ini seperti kanker bykan sel kecil

paru, kanker hati, lambung, pangkreas, kolon,dll. Hasil kemoterapi


35

masih kurang memuaskan. Untuk kanker sperti itu dalam stadium

lanjut kemoterapi masih bersifat paliatif, hanya dapat berperan

mengurangi gejala, memperpanjang waktu survival.

e. Kemoterapi investigative

Kemoterapi investigative merupakan uji klinis dengan regimen

kemoterapi baru atau obat baru yang sedang diteliti. Untuk

menemukan obat atau regimen baru dengan efektivitas tinggi

toksisitas rendah.

f. Kemoterapi induksi, yaitu digunakan sebagai terapi pertama dari

beberapa terapi berikutya.

g. Kemoterapi kombinasi, menggunakan 2 atau lebih agen kemoterapi

(Firmana, 2017).

4. Siklus kemoterapi

Siklus kemoterapi adalah pasien yang sedang menjalani

kemoterapi, dihitung sejak awal hingga terakhir kali dilakukannya

kemoterapi. Siklus kemoterapi merupakan waktu yang diperlukan untuk

pemberian satu kemoterapi, satu siklus umumnya dilaksanakan setiap 3

atau 4 minggu sekali tetapi ada juga yang setiap minggu, efektifitas

kemoterapi hanya akan tercapai jika diberikan sesuai siklus/jadwal.

Siklus kemoterapi biasanya mencakup rangkaian pengobatan yang

bisa terdiri dari 4 sampai 8 siklus. Satu siklus biasanya terdiri dari

beberapa macam pengobatan. Setiap pengobatan bisa berlangsung

beberapa jam atau beberapa hari, tergantung dosis dan jenis obatnya.
36

Satu siklus kemoterapi berlangsung sekitar 3 minggu, yaitu dari

hari dimana pasien melakukan kemoterapi, diperlukan sekitar 3 minggu

untuk ke sesi kemoterapi berikutnya. Rata-rata siklus kemoterapi setiap

pasien ada yang 3 siklus 4, 6 bahkan 12, tergantung diagnosa dokter

tentang penyakit 3 jam pada umumnya. Pada beberapa orang dapat

berlangsung lebih lama (Rasjidi, 2015).

Kombinasi kemoterapi diberikan secara intermitten dengan

interval 3 sampai 4 minggu. Yang disebut sebagai pengobatan standar

adalah 6 siklus. Stadium lanjut pada kanker payudara adalah stadium 3

dan 4, yang termasuk stadium 3 kanker payudara adalah besar tumor

dengan diameter lebih dari 5 cm, atau tumor dengan invasi ke kulit atau

dinding thorax atau tumor yang terfiksasi. Pada kelompok ini, stadium 3

atau locally advanced, diobati dengan kemoterapi praoperasi atau

pengobatan hormonal, bedah dan radioterapi.

5. Cara pemberian kemoterapi

Menurut (Rasjidi, 2014) cara pemberian kemoterapi diantaranya:

a. Pemberian peroral diantaranya chlorambucil dan etoposide (VP-16).

b. Pemberian secara intra-muskulus, diantaranya yaitu bleomicin dan

methotrexate.

c. Pemberian secara intravena, diberikan secara infus/drip. Cara ini

merupakan cara pemberian yang paling umum dan banyak digunakan.

d. Pemberian secara intra-arteri. Cara ini jarang dilakukan karena

membutuhkan sarana yang cukup banyak, antara lain alat radiologi

diagnostik, mesin atau alat filter serta memerlukan keahlian tersendiri.


37

e. Pemberian secara intraperitoneal di indikasikan dan diisyaratkan pada

minimal tumor residu pada kanker ovarium.

6. Cara kerja kemoterapi

Menurut Rasjidi (2014), suatu sel akan berkembang mengikuti

siklus pembelahan sel yang teratur. Beberapa sel akan membelah diri dan

membentuk sel baru dan sel yang lain akan mati. Sel yang abnormal akan

membelah diri dan berkembang secara tidak terkontrol yang pada

akhirnya akan terjadi suatu massa yang dikenal tumor. Siklus sel secara

sederhana dibagi menjadi 5 tahap yaitu:

a. Fase G0, dikenal juga sebagai fase istirahat. Ketika ada sinyal untuk

berkembang, sel ini akan memasuki fase G1.

b. Fase G1, pada fase ini sel siap untuk membelah diri yang diperantai

oleh beberapa protein penting untuk berproduksi. Fase ini berlangsung

18-30 jam.

c. Fase S, disebut sebagai fase sintesis. Pada fase ini DNA sel akan di

kopi. Fase ini berlangsung 18-20 jam.

d. Fase G2, sintesis protein terus berlanjut. Fase ini berlangsung 2-10

jam.

e. Fase M, sel dibagi menjadi 2 sel bar. Fase ini berlangsung 30-60

menit.

7. Jenis-jenis obat kemoterapi

Menurut Firmana (2017), obat-obat kemoterapi ini ada yang

bekerja pada fase spesifik (fase M, S, G1, G2) dan ada juga yang bekerja
38

pada fase nonspesifik, yaitu pada semua fase dalam siklus sel. Obat-

obatan kemoterapi berdasarkan cara kerja obat pada fase siklus

pertumbuhan sel dibedakan menjadi:

a. Alkylating Agent ( Bususlfan, Carboplain, Carmustine, Chlorambusil,

Cisplatin, Cyclopshophamide, Ifosfamide, Procarbazine)

b. Golongan antimetabolite (fluorouracil, methotrexate, asparaginase,

azacitidine, cladribine, cytarabine, fludarabine, hydroxyurea,

mercaptopurine, pentostatin, ralitrexet, thioguanine)

c. Obat kemoterapi yang membunuh sel kanker dengan cara

menghalangi mitosis, secara inhibisi fungsi chromatin. Ada 2

golongan, yang pertama adalah golongan topoisomerase inhibitors

(Bleomycin, Dactinomycin, Daunorubicin, Doxorubicin, Epirubicin,

Etoposide, Gemcitabine, Idarubicin, irinotecan, Mitoxantrone,

Plicamycin, Teniposide, Topotecan). Golongan kedua adalah

penghambat microtubule (Doxetacel, Paclitaxel, Vinblastisme,

Vincristin)

d. Sebagai antibiotika yang mengikat DNA secara ikatan kompleks yang

dikenal sebagai golongan AntraCycline (Bleomycin, Doxorubicin,

Daunorubicin, Efirubicin, Mytoci C)

e. Sebagai hormone (estrogen, progesterone, androgen)

f. Golongan yang belum jelas kerjanya (Nitrosurea, Cisplatin)


39

8. Pemilihan obat kemoterapi

Menurut Firman ( 2017), dalam memberikan obat kemterapi,

harus memperhatikan:

a. Tepat indikasi

b. Tepat jenis obat

c. Tepat dosis

d. Tepat waktu

e. Tepat cara pemberian

f. Waspada efek samping obat

Pemberian kemoterapi membutuhkan waktu yang lama. Biasanya

dinamakan dengan istilah siklus. Satu siklus terdiri dari masa pemberian

obat, yang biasanya bervariasi antara 1-5 hari dan setelah itu dilanjutkan

dengan masa istirahat selama 3 minggu. Pemberian kemoterapi dapat

dilakukan sebanyak 4-8 siklus, sesuai dnegan tujuan pemberian

kemoterapi. Lamanya pemberian kemoterapi ditentukan oleh:

a. Tipe keganasan

b. Obat-obatan yang digunakan

c. Respon terhadap obat kemoterapi

Kemoterapi yang diberikan biasanya merupakan suatu kombinasi.

Salah satu tujuan utama pemberian kemoterapi kombinasi adalah utnuk

mencegah timbulnya sel kanker yang resisten. Resistensi terhadap obat-

obat kemoterapi dapat trejadi melalui berbagai cara, yaitu:


40

a. Terjadinya impermeabilitas dinding sel terhadap kemoterapi

b. Perubahan spesifisitas enzim di dalam sel sebagai sarana kemoterapi

c. Perubahan terhadap efek hambatan biokimiawi sitostatika

9. Pemeriksaan kemoterapi

Menurut Firmana (2017), terdapat beberapa pemeriksaan sebelum

dan sesudah pasien kemoterapi, sebagai berikut:

a. Darah tepi (hemoglobin, leukosit, hitung jenis, dan trombosit).

b. Fungsi hepar (SGOT, SGPT, alkali fosfat dan bilirubin).

c. Fungsi ginjal (ureum, kreatinin dan Creatinin Clearance Test jika ada

peningkatan serum kreatinin).

d. Audiogram (terutama jika pasien diberikan obat kemoterapi

Cisplatin).

e. Electrocardiography (terutama jika pasien diberikan obat kemoterapi

adriamisin atau epirubicin).

C. Tinjauan Pustaka Tentang Efek Samping Kemoterapi

Menurut (Firmana, 2017) ada beberapa efek samping kemoterapi yaitu:

1. Kerontokan rambut (Alopesia)

Kerontokan rambut merupakan salah satu konsekuensi bagi pasien

yang menjalani kemoterapi. Diketahui bahwa obat kemoterapi tidak

mampu membedakan sel sehat/ normal dengan sel yang berbahaya

(kanker), sehingga sel-sel folikel rambut ikut hancur dan terjadinya

kerontokan.

Selain itu, sel-sel folikel rambut ini merupakan salah satu

merupakan salah satu sel yang membelah dengan cepat di dalam tubuh
41

sehingga rambut akan tumbuh kembali setelah pasien selesai menjalani

program kemoterapi.

2. Mual dan muntah (CINV)

Chemotherapy-induced nausea and vomiting (CINV) disebabkan

oleh adanya rangsangan zat obat kemoterapi dan hasil metabolitnya

terhadap pusat mual dan muntah, yaitu vomiting center yang terdapat di

medulla oblongata dan Chemotherapy Trigger Zone (CTZ) yang terdapat

di area postrema (AP) batas belakang ventrikel keempat melalui serabut

saraf aferen. Selanjutnya rangsangan di respons melalui serabut saraf

eferen di nervus vagus dan secara bersamaan pusat muntah memberikan

stimulus reflex otonom dan reflex simpatis yang menyertai mual dan

muntah, yaitu berupa kontraksi otot abdomen dan diafragma, gerakan

balik peristaltic usus, vasokontriksi, takikardia, dan diaphoresis.

a. Acute

Mual muntah terjadi dalam satu sampai 24 jam pertama pasca

pemberian kemoterapi dan berakhir dalam waktu 24 jam. Mual muntah

ini terjadi akibat adanya stimulasi dopamine dan serotonin pada CTZ.

Biasanya agen cyclophosphamide dan carboplatin dapat menyebabkan

timbulnya efek mual dan muntah pada 8 sampai 10 jam pasca-

kemoterapi.

b. Delayed

Mual muntah yang muncul minimal 24 jam pertama hingga

lima hari pasca-kemoterapi. Mual muntah lambat ini dapat muncul


42

pada pasien yang memperoleh agen kemoterapi kombinasi. Terjadinya

mual muntah lambat dikarenakan faktor manajemen yang kurang

optimal pada mual muntah akut. Hal dikarenakan mual dan muntah

akut memiliki risiko terjadinya mual muntah lambat. Mual muntah fase

lambat dapat dicegah dengan penanganan pada gejala-gejala akut

kemoterapi.

c. Anticatory

Mual muntah yang muncul sebelum 12 jam dimulainya

kemoterapi. Hal ini terjadi pada pasien yang mengalami kegagalan

dalam mengontrol mual muntah pada kemoterapi sebelumnya dan

disebabkan oleh adanya stimulasi, seperti suasana, bau, dan suara dari

perawatan serta perawata yang memberikan kemoterapi.

3. Mulut kering, sariawan (stomatitis) dan sakit tenggorokan

Stomatitis atau mukositis adalah peradangan mukosa mulut dan

merupakan komplikasi utama pada kemoterapi kanker. Tanda dini

stomatitis adalah eritemia dan edema yang dapat berkembang menjadi

ulkus nyeri yang menetap dalam beberapa hari sampai seminggu atau

lebih. Eritematosa mukositis biasanya muncul 7 sampai 10 hari setelah

memulai terapi kanker dosis tinggi. Ulkus nyeri menyebabkan kesulitan

saat makan (disfagia) atau menelan (odoynophia). Hal ini berpengaruh

pada berkurangnya intake oral sehingga dapat terjadi dehidrasi dan

mulnutrisi.
43

4. Diare (Chemotherapy-Induced Diarrhea)

Fungsi normal dalam gastrointestinal track (GIT) adalah

keseimbangan antara metabolisme, sekresi, asupan oral, dan penyerapan.

Fungsi utama usus kecil adalah pencernaan, fungsi utama usus besar

adalah penyerapan kembali air melalui proses yang sangat diatur

melibatkan elektrolit dan zat terlarut.

Diare merupakan efek samping kemoterapi yang umum terjadi

terutama bagi pasien dengan kanker stadium lanjut. Inisiden CID telah

dilaporkan sekitar 50-80 % pasien yang diobati. Konsekuensi dari CID

yang tidak terkontrol dapat memberikan dampak secara fisik, psikologis,

dan menghancurkan ekonomi. Diare dapat menyebabkan dehidrasi,

ketidakseimbangan elektrolit, insufisensi ginjal, disfungsi kekebalan

tubuh, dan memungkinkan dapat menyebabkan kematian dalam kasus

yang ekstrem.

5. Pansitopenia

Beberapa jenis obat kemoterapi dapat memberikan toksisitas pada

jaringan atau organ tubuh lainnya, salah satu efek dari toksisitas yang

banyak ditemukan adalah pansitopenia. Salah satu obat antikanker yang

menyebabkan efek tersebut adalah alkylating. Golongan obat alkylating

ini memengaruhi kinerja sumsum tulang (supresi sumsum tulang) yang

menyebabkan terjadinya penurunan produksi sel darah (sel darah putih,

sel darah merah dan trombosit).


44

6. Alergi atau hipersensivitas

Terjadinya alergi dipicu oleh respons sistem kekebalan tubuh

pasien. Gejala reaksi alergi yang dapat timbul seperti gatal-gatal atau

ruam kulit, sulit bernapas, pembengkakan kelopak mata, dan

pembengkakan bibir atau lidah. Selain itu, alergi juga dapat

mengakibatkan terjadinya syok anafilaksis dan kematian.

7. Efek pada organ seksual

Kemoterapi dapat mempengaruhi organ seksual pria maupun

wanita. Hal tersebut dikarenakan obat kemoterapi ini dapat menurunkan

jumlah sperma, memengaruh ovarium dan memengaruhi kadar hormon,

sehingga dapat menyebabkan terjadinya menopause dan infertilitas yang

bersifat sementara atau permanen.

8. Saraf dan otot

Efek samping kemoterapi yang berpengaruh pada saraf dan otot

dapat menunjukkan gejala seperti kehilangan keseimbangan saat berdiri

atau jalan, gemetar, nyeri rahang, dan neuropati perifer (rasa nyeri, rasa

baal, atau kesemutan pada eksremitas atas atau bawah, lemah dan rasa

terbakar).

9. Masalah kulit

Kemoterapi dapat mengakibatkan terjadinya masalah kulit seperti

kulit kering, bersisik, pecah-pecah, terkelupas, ruam kulit serta

hiperpigmentasi kulit dan kuku. Terjadinya hiperpigmentasi akibat

kerusakan sel-sel basal pada jaringan epidermis.


45

10. Kelelahan

Kelelahan yang dialami pasien kemoterapi disebabkan oleh

adanya rasa nyeri, anoreksia (kehilangan nafsu makan), kurang

istirahat/tidur, dan anemia.

11. Konstipasi

Obat kemoterapi dapat menyebabkan konstipasi, terutama obat

kemoterapi golongan vinca-alkaloid yang dapat memengaruhi suplai saraf

ke usus kondisi konstipasi akan semakin memburuk jika mengonsumsi

obat analgesik secara bersamaan, dikarenakan obat analgesik juga dapat

memberikan efek samping konstipasi.

Efek samping dari kemoterapi meliputi, anemia, trombositopenia,

leucopenia, mual dan muntah, alopesia (rambut rontok), stomatitis,

reaksialergi, neurotoksik, dan ekstravasasi (keluarnya obat vesikan atau iritan

ke jaringan subkutan yang berakibat timbulnya rasa nyeri, nekrosis jaringan,

dan ulserasi jaringan) (Rasjidi,2014).

Menurut Rasjidi (2014), efek samping kemoterapi terbagi atas 2,

yaitu:

1. Efek Kemoterapi Fisik

Kemoterapi memiliki dampak dalam berbagai bidang kehidupan

antara lain dampak terhadap fisik dan psikologis kemoterapi memberikan

efek nyata kepada fisik pasien, setiap orang memiliki variasi yang berbeda

dalam merespon obat kemoterapi, efek fisik yang tidak diberikan

penanganan yang baik dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien, adapun


46

dampak fisik kemoterapi adalah sebagai berikut:

a. Mual dan muntah

b. Konstipasi

c. Neuropati perifer

d. Toksisitas kulit

e. Kerontokan rambut (Alapecia)

f. Penurunan berat badan

g. Kelelahan (Fatigue)

h. Penurunan nafsu makan

i. Perubahan rasa dan nyeri

2. Efek Samping Psikologi

a. Ketidakberdayaan

Ketidakberdayaan adalah kondisi psikologis yang disebabkan

oleh gangguan motivasi, proses kognisi, dan emosi sebagai hasil

pengalaman di luar kontrol organisme. Ketidakberdayaan pada

penderita kanker bisa terjadi karena proses kognitif pada penderita

yang berupa pikiran bahwa usahanya selama ini untuk

memperpanjang hidupnya atau mendapatkan kesembuhan, ternyata

menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan (perasaan mual,

rambut rontok, diare kronis, kulit menghitam, pusing, dan kehilangan

energi).

Efek samping yang tidak diinginkan ini dapat muncul berupa

proses emosi dimana penderita tersebut merasa bahwa mereka hanya


47

dijadikan sebagai objek uji coba dokter. Proses kognisi dan emosi

inilah seorang penderita melakukan suatu reaksi penolakan sebagai

gangguan dalam hal motivasi.

Munculnya ketidakberdayaan ini mampu menimbulkan suatu

bentuk tingkah laku yang dapat dilihat oleh semua orang (overt

behavior). Bentuk tingkah laku ini bisa seperti marah dan seolah

mencoba mengontrol lingkungan untuk menerima keberadaan mereka.

Ketidakberdayaan dapat meyebabkan penderita kanker mengalami

dampak psikologis lain yaitu depresi.

b. Kecemasan

Kecemasan adalah keadaan psikologis yang disebabkan oleh

adanya rasa khawatir yang terus-menerus ditimbulkan oleh adanya

inner conflict. Dampak kecemasan yang muncul pada penderita

kanker adalah berupa rasa takut bahwa usianya akan singkat

(berkaitan dengan inner conflict).

Inner conflict berupa kegiatan untuk menjalani pengobatan

agar bisa sembuh tetapi tidak mau menerima adanya risiko bagi

penampilannya. Risiko disini dapat berupa rambut rontok dan kulit

menghitam akibat kemoterapi, atau hilangnya payudara akibat operasi.

Kecemasan dapat digolongkan dalam bentuk covert behavior, karena

merupakan keadaan yang ditimbulkan dari proses inner conflict.

Kecemasan dapat pula muncul sebagai reaksi terhadap

diagnosis penyakit parah yang dideritanya. Sebagai seseorang yang


48

awalnya merasa dirinya sehat, tiba-tiba diberitahu bahwa dirinya

mengidap penyakit yang tidak dapat disembuhkan, tentu saja muncul

penolakan yang berupa ketidakpercayaan terhadap diagnosa.

Penolakan yang penuh kecemasan ini terjadi karena mungkin ia

memiliki banyak rencana akan masa depan, ada harapan pada

kemajuan kesehatannya dan itu seolah terhempas.

c. Rasa malu

Rasa malu merupakan suatu keadaan emosi yang kompleks

karena mencakup perasaan diri yang negatif. Perasaan malu pada

penderita kanker muncul karena ada perasaan dimana ia memiliki

mutu kesehatan yang rendah dan kerusakan dalam organ.

d. Harga diri

Sebagai penderita penyakit terminal seperti kanker, disebutkan

bahwa pada diri penderita mengalami perubahan dalam konsep diri.

Harga diri merupakan bagian dari konsep diri maka bila konsep diri

menurun diartikan bahwa harga dirinya juga menurun. Terjadinya

penurunan harga diri sejalan dengan memburuknya kondisi fisik, yaitu

pasien tidak dapat merawat diri sendiri dan sulit menampilkan diri

secara efektif.

Ancaman paling berat pada psikologisnya adalah kehilangan

harga diri. Penurunan dan kehilangan harga diri ini merupakan reaksi

emosi yang muncul pada perasaan penderita kanker.


49

e. Stres

Stres yang muncul sebagai dampak pada penderita kanker

memfokuskan pada reaksi seseorang terhadap stressor. Stressor dalam

hal ini adalah penyakit kanker. Stres yang muncul ini merupakan

bentuk manifestasi perilaku yang tidak muncul dalam perilaku yang

nampak (covert behavior). Stres ini dipengaruhi oleh beberapa hal,

salah satunya adalah dukungan sosial. Dukungan sosial sangat

berguna untuk menjaga kesehatan seseorang dalam keadaan stres.

f. Depresi

Depresi adalah satu masa terganggunya fungsi manusia yang

berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya,

termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,

konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa, dan tidak berdaya, serta

gagasan bunuh diri. Salah satu akibat dari kecemasan yang berupa

usianya akan singkat, menjadikan perasaan putus asa dalam diri

penderita kanker. Ketidakberdayaan yang menjadi dampak psikologis

memicu timbulnya perasaan depresi. Penderita kanker payudara

umumnya mengalami depresi dan hal ini tampak nyata terutama

disebabkan karena rasa nyeri yang tidak teratasi dengan gejala sebagai

berikut: penurunan gairah hidup, perasaan menarik diri,

ketidakkemampuan, dan gangguan harga diri. Somatis berupa berat

badan menurun drastis dan insomnia, rasa lelah dan tidak memiliki

daya kekuatan.
50

g. Amarah

Seseorang yang mengalami reaksi fisiologis, dapat muncul

suatu ekspresi emosional tidak sengaja yang disebabkan oleh

kejadianyang tidak menyenangkan dan disebut sebagai amarah.

Semua suasana sensori ini dapat berpadu dalam pikiran orang dan

membentuk suatu reaksi yang disebut marah. Reaksi amarah yang

muncul ini tentu saja dapat terjadi pada penderita kanker, karena suatu

penyakit merupakan suatu hal yang tidak menyenangkan. Munculnya

reaksi marah pada penderita kanker dapat muncul karena perasaan

bahwa banyak kegiatan hariannya yang di interupsi oleh penyakit

yang membuatnya tidak berdaya. Reaksi marah yang muncul bisa

berupa reaksi motoric (overt behavior) seperti tangan mengepal,

perubahan raut muka seperti alis mengkerut.

Efek samping kemoterapi dapat dipengaruhi oleh:

1. Masing-masing agen memiliki toksisitas yang spesifik terhadap organ

tubuh tertentu.

2. Dosis

3. Jadwal pemberian

4. Pemberian (IV, IM, Op, per drip infus)

5. Faktor individual pasien yang memiliki kecenderungan efek toksisitas

pada organ tertentu.


51

D. Tinjauan Pustaka Kualitas Hidup

1. Definisi

Kualitas hidup (quality of life) yaitu perasaan dan pernyataan rasa

puas seseorang individu akan kehidupan secara menyeluruh dan secara

status mental orang mengakui bahwa individu tersebut hidup dalam

kondisi yang nyaman, jauh dari ancaman dan secara adekuat memenuhi

kebutuhan dasar (Eda & Puguh, 2017).

World Health Organization (WHO) mendefinisikan kualitas hidup

atau quality of life sebagai persepsi individu terhadap kehidupannya di

masyarakat dalam konteks budaya dan norma yang ada, dan berkaitan

dengan tujuan, harapan, standar, dan kepedulian selama hidupnya.

Beberapa faktor yang menentukan kualitas hidup yaitu usia, lama

menopause, gejala menopause, status pernikahan, tingkat pendidikan,

penghasilan, pekerjaan, status kesehatan, asuransi kesehatan dan paritas

(Trysetiyaningsih, 2015).

Kualitas hidup (quality of life) merupakan konsep analisis

kemampuan individu untuk mendapatkan hidup yang normal terkait

dengan persepsi secara individu mengenai tujuan, harapan, standard dan

perhatian secara spesifik terhadap kehidupan yang dialami dengan

dipengaruhi oleh nilai dan budaya pada lingkungan individu tersebut

berada. Kualitas hidup (quality of life) digunakan dalam bidang pelayanan

kesehatan untuk menganalisis emosional seseorang, faktor sosial dan

kemampuan untuk memenuhi tuntunan kegiatan dalam kehidupan secara


52

normal dan dampak sakit dapat berpotensi untuk menurunkan kualitas

hidup terkait kesehatan (Nursalam, 2017)

2. Dimensi Kualitas Hidup

Menurut World Health Organizationqualit Of Life Bref

(WHOQOL-BREF) dalam Nursalam (2017), ada empat dimensi yang

dijadikan parameter, yaitu:

a. Domain kesehatan fisik, yang dijabarkan dalam beberapa aspek,

sebagai berikut:

1) Kegiatan kehidupan sehari-hari

2) Ketergantungan pada bahan obat dan bantuan medis

3) Energi dan kelelahan

4) Mobilitas

5) Rasa sakit dan ketidaknyamanan

6) Tidur dan istirahat

7) Kapasitas kerja

b. Domain psikologis, yang dijabarkan dalam beberapa aspek sebagai

berikut:

1) Bentuk dan tampilan tubuh

2) Perasaan negatif

3) Perasaan positif

4) Penghargaan diri

5) Spritualitas agama atau keyakinan pribadi

6) Berpikir, belajar, memori dan konsentrasi


53

c. Domain hubungan social, yang dijabarkan dalam beberapa aspek

sebagai beriku:

1) Hubungan pribadi

2) Dukungan sosial

3) Aktivitas sosial

d. Domain lingkungan, yang dijabarkan dalam beberapa aspek sebagai

berikut:

1) Sumber daya keuangan

2) Kebebasan, keamanan dan kenyamanan fisik

3) Kesehatan dan kepedulian sosial: aksebilitas dan kualitas

4) Lingkungan rumah

5) Peluang untuk memperoleh informasi dan keterampilan baru

6) Partisipasi dan kesempatan untuk rekreasi dan keterampilan baru

7) Lingkungan fisik (polusi/kebisingan/lalu lintas/ iklim)

8) Transportasi

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hdiup

Menurut Angriyani dalam Gazali Rahman (2017),

mengemukakan bahwa terdapat delapan faktor yang memengaruhi

kualitas hidup seseorang, yaitu:

a. Kontrol, berkaitan dengan kontrol terhadap perilaku yang dilakukan

oleh seseorang , seperti pembatasan terhadap kegiatan untuk menjaga

kondisi tubuh.

b. Kesempatan yang potensial, berkaitan dengan seberapa besar

seseorang dapat melihat peluang yang dimilikinya.


54

c. Sistem dukungan, termasuk didalamnya dukungan yang berasal dari

lingkungan keluarga, masyarakat, maupun sarana-sarana fisik seperti

tempat tinggal atau rumah yang layak dan fasilitas-fasilitas yang

memadai sehingga dapat menunjang kehidupan.

d. Keterampilan, berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan keterampilan lain yang mengakibatkan ia dapat

mengembangkan dirinya, seperti mengikuti suatu kegiatan atau kursus

tertentu.

e. Kejadian dalam hidup, hal ini terkait dengan tugas perkembangan dan

stress yang diakibatkan oleh tugas tersebut. Kejadian dalam hidup

sangat berhubungan erat dengan tugas perkembangan yang harus

dijalani dan terkadang kemampuan seseorang untuk menjalani tugas

tersebut mengakibatkan tekanan tersendiri.

f. Sumber daya, terkait dengan kemampuan dan kondisi fisik seseorang.

Sumber daya pada dasarnya adalah apa yang dimiliki oleh seseorang

sebagai individu.

g. Perubahan lingkungan, berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada

lingkungan sekitar seperti rusaknya tempat tinggal akibat bencana.

h. Perubahan politik, berkaitan dengan masalah Negara seperti krisis

moneter sehingga menyebabkan orang kehilangan pekerjaan/mata

pencaharian.

Sedangkan menurut (Lindstrom dalam Gazali Rahman, 2017)

kualitas hidup dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:


55

a. Mekanisme koping sangatlah penting untuk menyelesaikan masalah

dan menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi.

b. Status ekonomi merupakan gambaran tentang keadaan atau kedudukan

seseorang yang ditinjau.

c. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang

atau masyarakat untuk menyerap informasi dan mengimplementasikan

perilaku dan gaya hidup.

d. Kebutuhan Supportive care berupa layanan yang mencakup secara

keseluruhan termasuk fisik, sosial, budaya, emosional, psikologis dan

spiritual

E. Tinjauan Penelitian Yang Terkait Hubungan Efek Samping Kemoterapi

Dengan Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara

Pasien kanker payudara menjalani kemoterapi mengalami berbagai

efek samping. Efek samping yang terjadi akibat kemoterapi pada pasien

kanker payudara diantaranya alopesia, perubahan warna kuku, neuropati,

kardimiopati, lemas, peningkatan resiko leukemia, diare, mual, muntah, indra

pengecap (Putri et al., 2019 ).

Penurunan nafsu makan tidak hanya dipengaruhi secara langsung oleh

obat kemoterapi tetapi efek samping kemoterapi lain juga mendukung

penurunan nafsu makan. Hal tersebut yang menyebabkan asupan energi dan

protein pasien kanker payudara setelah kemoterapi lebih rendah dibandingkan

dengan sebelum kemoterapi. Kebutuhan energi dan protein yang tidak

terpenuhi menyebabkan resiko terjadinya hiperkatabolisme sehingga


56

meningkatkan resiko masalah gizi. Hal tersebut dapat menghambat proses

penyembuhan pada pasien kanker payudara serta akan mempengaruhi

kualitas hidup pasien kanker payudara (Putri., 2019).

Pada penderita kanker payudara keadaan mental psikologis bisa saja

mengalami penurunan secara dramatis. Akibatnya, penderita akan mengalami

depresi dan bahkan bisa menurunkan kualitas hidup. Kualitas hidup yang

berhubungan dengan kesehatan dapat diartikan sbegai respon emosi dari

penderita terhadap aktivitas sosial, emosional, pekerjaan dan hubungan antar

harapan dan kenyataan yang ada, adanya kepuasan dalam melakukan fungsi

fisisk, sosial dan emosional dan kemampuan mengadakan sosialisasi dengan

orang lain (Husni, 2015).

Diagnosis kanker payudara mempengaruhi dampak yang besar bagi

penderitanya, baik aspek fisik, psikologis, seksual dan aspek kehidupan

lainnya. Hal tersebut dapat mempengaruhi kualitas hidup pada pasien kanker

payudara. Kualitas hidup adalah perasaan dan pernyataan rasa puas seseorang

individu akan kehidupan secara menyeluruh dan secara status mental orang

mengakui bahwa individu tersebut hidup dalam kondisi yang nyaman, jauh

dari ancaman dan secara adekuat memenuhi kebutuhan dasar (Nurhikmah et

al., 2018).
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan ketertarikan

antara vairabel (baik variabel yang diteliti dan tidak di teliti). Kerangka

konsep akan membantu penelitian menghubungkan hasil penelitian dengan

teori (Nursalam, 2017).

Variabel Indipenden Variabel Dependen

Efek Samping
Kemoterapi

Tingkat pengetahuan
Kualitas hidup penderita
kanker payudara
Tingkat kecemasan

Status Ekonomi

Gambar 3.1

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel dependen

: Hubungan antara variabel

: Variabel yang tidak diteliti

57
58

B. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pertanyaan penelitian. Hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang

hubungan antara dua atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab

suatu pertanyaan dalam penilitian (Nursalam, 2017).

( ) : Ada hubungan efek samping kemoterapi dengan kualitas hidup pasien

kanker payudara.

( ) : Tidak ada hubungan efek samping kemoterapi dengan kualitas hidup

pasien kanker payudara.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang bersifat survey analitik dengan pendekatan Cross

sectional, yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu

pengukuran/observasi data variabel independen dan variabel dependen hanya

satu kali pada satu saat (Nursalam, 2017). Pada penelitian ini variabel

independen adalah efek samping kemoterapi dan variabel dependen adalah

kualitas hidup pasien kanker payudara. Pada variabel penelitian dilakukan

untuk menganalisis hubungan efek samping kemoterapi dengan kualitas

hidup pasien kanker payudara.

B. Populasi, Sampel Dan Sampling Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sujarweni, 2014). Pada penelitian ini populasinya adalah

semua pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di Ruangan

Ar-Rahman Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar yang berjumlah 342 pasien

terhitung dari bulan Januari-Agustus 2019, rata-rata setiap bulannya itu 43

pasien. Jadi populasi dalam penelitian ini adalah 43 pasien.

59
60

2. Sampel

Sampel adalah terdiri atas bagian populasi yang terjangkau yang

dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling

(Nursalam, 2017).

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang yang menjalani

kemoterapi sesuai dengan kriteria inklusi. Penentuan pengambilan sampel

tersebut dengan menggunakan rumus slovin sebagai berikut:

n=
(

Keterangan :

N : besar populasi

n : besar sampel

d : tingkat kepercayaan atau ketepatan diinginkan dengan nilai 0,05

Jadi jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah:

n=
( )

n=
)

n=

n=

n = 39
61

Berdasarkan rumus di atas maka jumlah sampel yang akan

diambil dari populasi adalah 39 pasien. Namun tidak menutup

kemungkinan jumlah sampel tersebut akan berkurang sehubungan

dengan kriteria sampel yang diajukan oleh peneliti. Adapun kriteria

sampel yaitu:

a. Kriteria inklusi pada penelitian:

1) Pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi minimal siklus

ke-3.

2) Pasien kanker payudara yang kooperatif.

3) Pasien kanker payudara yang bersedia jadi responden

b. Kriteria eklusi pada penelitian:

1) Pasien yang tidak menyelesaikan menjawab kuesioner

3. Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat

mewakili populasi yang ada. Teknik sampling merupakan cara-cara yang

ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang

benar-benar sesuai dengan keseluruhan penelitian (Nursalam, 2017).

Teknik sampel dalam penelitian ini adalah Nonprobability

sampling yakni pendekatan Purposive Sampling yaitu memilih responden

berdasarkan pada pertimbangan subyektifnya, bahwa responden dapat

memberikan informasi yang memadai untuk menjawab pertanyaan

penelitian.
62

C. VariabelPenelitian

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai

beda terhadap sesuatu. Jenis variabel diklasifikasikan menjadi:

1. Variabel Independen (bebas)

Variabel independen adalah variabel yang memengaruhi atau

nilainya menentukan variabel yang lain (Nursalam, 2017). Variabel

independen dalam penelitian ini adalah Efek samping kemoterapi.

2. Variabel Dependen (terikat)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi nilainya

ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2017). Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah Kualitas hidup pasien kanker payudara.

D. Defenisi Operasional

Tabel 4.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi operasional Parameter Alat ukur Skala Skor


Ukur
Variabel Efek samping Pasien mampu Alat ukur Ordinal Dikatakan
independen kemoterapi dalam berbicara yang adaftif jika
(Efek samping penelitian ini adalah kepada orang digunakan skor ≥ 50
kemoterapi) pasien kanker lain, mau adalah dan
payudara yang menerima kuesioner dikatakan
menjalani kemoterapi penyakitnya, maladaftif
mengalami berbagai harapan, jika skor
efek samping. Efek memecahkan <50.
samping yang terjadi masalah dan
pada pasien kanker aktivitasnya
payudara diantaranya: baik.
mengalami kelelahan,
mual, muntah, diare,
kerontokan
rambut, mulut
kering dan
sariawan, adanya
masalah pada kulit
dan mengalami
Variabel dependen konstipasi.
Kualitas hidup dalam Ada empat Alat ukur Ordinal Kualitas
(Kualitas hidup) penelitian ini adalah dimensi yang yang hidup baik
pada penderita kanker dijadikan digunakan skor ≥ 75,
payudara parameter adalah Sedangkan
mempengaruhi untuk kuesioner dinyatakan
63

dampak yang besar mengetahui kualitas


bagi penderita baik kualitas hidup hidup buruk
aspek fisik, menggunakan jika skor
psikologis, seksual WHOQoL- <75
dan aspek kehidupan. BREF, yaitu
Dapat diartikan dimensi fisik,
sebagai respon emosi dimensi
dari penderita psikologis,
terhadap aktivitas dimensi social,
social, emosional, dan dimensi
pekerjaan dan lingkungan.
hubungan antar
harapan dan
kenyataan yang ada,
adanya kepuasaan
dalam melakukan
fungsi fisik, dan
kemampuan
mengadakan
sosialisasi dengan
orang lain.

E. Tempat Penelitian

Tempat penelitian telah dilakukan di ruangan Ar-Rahman Rumah

sakit Ibnu Sina Makasssar

F. Waktu Penelitian

Telah dilakukan pada bulan Januari 2020.

G. Instrumen Pengumpulan Data

1. Kuisioner A (Efek samping Kemoterapi)

Kuisioner yang digunakan adalah skala likert. Skala ini,

digunakan untuk mengukur sikap, penegtahuan, persepsi tentang gejala

atau masalah yang di masyarakat atau yang dialaminya. Beberapa bentuk

jawaban pertanyaan atau pernyataan yang masuk dalam kategori sebagai

berikut: dikatakan adaftif jika nilai tidak pernah=4, kadang-kadang =3,

jarang=2, sering=1. Sedangkan dikaatakan maladaftif jika nilai sangat

sering =1, jarang=2, kadang-kadang=3, tidak pernah=4. Dikatakan adaftif


64

jika skor ≥ 50 dan dikatakan maladaftif jika skor < 50, yang dibuktikan

dengan rumus:

(jumlah soal x skor tertinggi) (jumlah soal x skor terendah)


2

(20 x 4) (20 x 1)
2
80 20
2
100 = 50
2

2. Kuisioner B (Kualiats hidup/Quality Of life)

Pada kualitas hidup (Quality Of Life) menggunakan Rating Scale

yang terdiri dari 26 pertanyaan, pertanyaan yang terkait dengan Quality

Of life yang memiliki 4 domian yaitu: domain kesehatan fisik, domain

psikologis, domain hubungan social, dan domain lingkungan. Dikatakan

kualitas hidup baik jika skor ≥75 dan dikatakan kualitas hidup buruk atau

kurang baik jika skor < 75 yang dapat dibuktikan dengan rumus:

(jumlah soal x skor tertinggi) (jumlah soal x skor terendah)


2

(30x 4) (30x 1)
2
120 30
2

150 = 75
2
65

H. Prosedur Pengumpulan Data

1. Jenis Sumber Data

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui

kuisioner, kelompok fokus, dan panel atau juga data hasil wawancara

peneliti dengan narasumber (Sujarweni, 2014). Responden akan

diberikan lembar kuesioner, kuesioner A yaitu efek samping

kemoterapi dan kuesioner B yaitu kualitas hidup. Setelah responden

mengisi dengan benar dan telah dikoreksi kelengkapannya oleh

peneliti, data akan dikumpulkan untuk diolah.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang dapat dari catatan, buku,

majalah berupa laporan, buku sebagai teori (Sujarweni, 2014). Data

sekunder dalam penelitian ini adalah pengambilan data di Rumah sakit

Ibnu Sina Makassar.

2. Pengumpulan data

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Mengobservasi

responden dalam mengisi kuesioner yang telah diberikan.

b. Kuesioner atau angket

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis


66

kepada para responden untuk dijawab. Kuisioner merupakan

instrument pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan

pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan

dari para responden (Sujarweni, 2014). Kuesioner yang diberikan

kepada responden adalah kuesioner efek samping dengan kualitas

hidup pasien kanker payudara.

I. Teknik Analisis Data

1. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer

dengan program SPSS (Statistical Package For Social Science) untuk

memeriksa jawaban pada kuisioner sudah lengkap, jelas dan relevan

(Sujarweni, 2014).

Setelah semua data diperboleh kemudian diolah melalui tahap-

tahap sebagai berikut:

a. Tahap editing, yaitu memeriksa kejelasan dan kelengkapan pengisian

instrument pengumpulan data.

b. Tahap koding, yaitu proses identifikasi dan klasifikasi dari setiap

pertanyaan yang terdapat dalam instrument penelitian pengumpulan

data menurut variabel.

c. Tahap tabulasi data, yaitu mencatat atau entri data ke dalam table

induk penelitian.

d. Tahap pengujian kualitas data, yaitu menguji validitas dan realibitas

instrument pengumpulan data.


67

e. Tahap mendeksripsikan data, yaitu tabel frekuensi atau diagram serta

berbagai ukuran terdensi sentral, maupun ukuran disperse. Tujuannya

memahami karakteristik data sampel penelitian.

f. Tahap pengujian hipotesis, yaitu tahap pengujian terhadap proposisi

yang dibuat apakah proposisi tersebut di tolak atau di terima.

2. Analisa data

a. Analisa univariat

Pada analisa univariat ini dilakukan terhadap tiap variabel dari

hasil penelitian dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi

sehingga menghasilkan distribusi dan presentase data setiap variabel

penelitian.

b. Analisa bivariat

Analisa data ditunjukkan untuk menjawab tujuan penelitian

dan menguji hipotesis penelitian untuk mengetahui adanya hubungan

variabel dependen dengan menggunakan uji statistic Chi Square (X )

nilai kemaknaan
dengan menggunakan (α=0,05)Chi(Hastono,
uji statistic 2016).
Square (X ) jikaData dianalisa
memenuhi
syarat, jika tidak menggunakan uji statistic fisher’s exact test.

Analisa bivariat uji statistic Chi Square (X ) dengan syarat

alternative, uji hipotesa dengan taraf kesalahan (alpha) yang

digunakan yaitu 5 % atau 0,05 maka penelitian hipotesa yaitu: apabila

p≤α=0,05, maka Ha (Hipotesis penelitian) diterima yang berarti ada

hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Sedangkan bila


68

p≥α=0,05, maka Ha (Hipotesis penelitian) ditolak yang berarti tidak

ada hubungan antara variabel terikat.

J. Etika Penelitian

Menurut (Hidayat, 2018) penelitian apapun khususnya yang

menggunakan manusia sebagai subjek tidak boleh bertentangan dengan etika.

Oleh karena itu, setiap peneliti menggunakan subjek untuk mendapatkan

persetujuan dari subjek yang diteliti.

Peneliti memperhatikan aspek etika responden dengan menekankan

masalah etika yang meneliti:

1. Lembar persetujuan (Informed Consed)

Informed Consed merupakan llembar persetujuan antara peneliti

dan responden yang diberikan sebelum penelitian. Tujuan Informed

Consed yaitu responden yang dapat mengerti maksud dan tujuan

penelitian. Bila responden tidak bersedia maka peneliti harus

menghormati hak responden.

2. Tanpa nama (Anonimity)

Anonimity adalah memberikan jaminan dalam penggunaan subjek

peneliti dengan cara tidak memberikan atau tidak mencantumkan nama

responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada

lembaran pengumpulan data.


69

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Confidentiality adalah semua informasi yang dikumpulkan

dijamin kerahasiannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang

dilaporkan pada hasil riset.


BAB V

HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Ar-Rahman Rumah Sakit Ibnu

Sina Makassar. Jenis penelitian yang digunakan desain survey analitik dengan

pendekatan cross sectional study. Jumlah populasi penderita kanker payudara

adalah 43 orang. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan

teknik Purposive Sampling dengan jumlah sebesar 39 orang.

Instrument penelitian data dilakukan mulai 4 Januari-17 Januari 2020.

Data terkumpul selanjutnya di editing, coding, tabulasi dan dianalisis. Hasil

penelitian ini berupa hasil analisis univariat dari masing-masing variabel yang

diteliti, analisis bivariat berupa korelasi antara masing-masing variabel

dependen dan variabel independen.

1. Karakteristik Responden

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di ruang Ar-Rahman Rumah Sakit

Ibnu Sina Makassar maka diperoleh data terkait karakteristik responden

yaitu, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, pendidikan dan status

perkawinan sebagai berikut:

70
71

a. Distribusi frekuensi berdasarkan umur responden

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden
Di Ruang Ar-Rahman Ibnu Sina Makassar

Umur n %
26-35 thn 9 23.1
36-45 thn 17 43.6
46-55 thn 9 23.1
56-65 thn 3 7.7
> 65 thn 1 2.6
Total 39 100
Sumber: Data Primer, Januari 2020

Berdasarkan tabel 5.1 diatas diperoleh data dari responden

umur 36-45 tahun memiliki distribusi sebanyak 17 responden (43,6

%) dan umur >65 tahun memiliki distribusi sebanyak 1 responden

(2,6%).

b. Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin responden

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden
Di Ruang Ar-Rahman Ibnu Sina Makassar

Jenis Kelamin n %
Laki-Laki 2 5,1
Perempuan 37 94,9
Total 39 100
Sumber : Data Primer, Januari 2020

Berdasarkan tabel 5.2 diatas diperoleh data dari responden

berjenis kelamin perempuan memiliki distribusi sebanyak 37

responden (94,9%) dan laki-laki memiliki distribusi sebanyak 2

responden (5,1%).
72

c. Distribusi frekuensi berdasarkan agama responden

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Agama Responden
Di Ruang Ar-Rahman Ibnu Sina Makassar

Agama n %
Islam 37 94,9
Kristen 2 5,1
Total 39 100
Sumber : Data Primer, Januari 2020

Berdasarkan tabel 5.3 diatas diperoleh data dari responden

berjenis agama islam memiliki distribusi sebanyak 37 responden

(94,9%) dan agama kristen memiliki distribusi sebanyak 2

responden (5,1%).

d. Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan responden

Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Responden
Di Ruang Ar-Rahman Ibnu Sina Makassar

Pekerjaan n %
PNS/POLRI/TNI 10 25,6
Peg. Swasta 4 10,3
Wirawasta 3 7,7
Guru/Honorer 5 12,8
IRT 15 38,5
Penjahit 2 5,1
Total 39 100
Sumber : Data Primer, Januari 2020

Berdasarkan tabel 5.4 diatas diperoleh data pekerjaan dari

responden IRT memiliki distribusi sebanyak 15 responden (38,5%)

dan Penyanyi memiliki distribusi sebanyak 2 responden (5,1%).


73

e. Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan responden

Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Responden
Di Ruang Ar-Rahman Ibnu Sina Makassar

Pedidikan n %
SD 2 5,1
SMP 6 15,4
SMA 21 53,8
Perguruan Tinggi 10 25,6
Total 39 100
Sumber : Data Primer, Januari 2020

Berdasarkan tabel 5.3 diatas diperoleh data pendidikan

dari responden SMA sebanyak 21 responden (53,8%), dan SD

sebanyak 2 responden (5,1%).

Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Pernikahan
Responden Di Ruang Ar-Rahman Ibnu Sina
Makassar

Status Pernikahan n %
Menikah 37 94,9
Belum Menikah 2 5,1
Total 39 100
Sumber : Data Primer, Januari 2020

Berdasarkan tabel 5.6 diatas diperoleh data status

pernikahan responden yang telah menikah sebanyak 37 responden

(94,9%) dan yang belum menikah memiliki distribusi sebanyak 2

responden (5,1%).

2. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel yang diteliti. Pada analisa


74

univariat ini data kategori dapat dijelaskan dengan angka atau nilai jumlah

data persentase setiap kelompok.

a. Distribusi frekuensi berdasarkan efek samping kemoterapi responden

Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Efek Samping Kemoterapi
RespondenDi Ruang Ar-Rahman Ibnu Sina Makassar

Efek Samping Kemoterapi n %


Adaptif 24 61,5
Maladaptif 15 38,5
Total 39 100
Sumber : Data Primer, Januari 2020

Berdasarkan tabel 5.7 diatas diperoleh data efek samping

kemoterapi yang adaptif sebanyak 26 responden (61,5%) sedangkan

responden efek samping kemoterapi yang maladaptif sebanyak 15

responden (38,5%).

b. Distribusi frekuensi berdasarkan kualitas hidup responden

Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kualitas Hidup Responden Di
Ruang Ar-Rahman Ibnu Sina Makassar

Kualitas Hidup n %
Baik 21 53,8
Buruk 18 46,2
Total 39 100
Sumber : Data Primer, Januari 2020

Berdasarkan tabel 5.8 diatas peroleh data responden yang

memiliki kualitas hidup yang baik 21 responden (53,8%)

sedangkan responden yang memiliki kualitas hidup yang buruk

sebanyak 15 responden (46,2%).


75

3. Analisa Bivariat
Tabel 5.9
Hubungan efek samping kemoterapi dengan kualitas
hidup pasien kanker payudara Di Ruang
Ar-Rahman Ibnu Sina Makassar

Kualitas Hidup
Efek Samping Baik Buruk Total ρ value
Kemoterapi (n) (%) (n) (%) (n) (%)
Adaptif 18 46,2 6 15,4 24 61,5
Maladaptif 3 7,7 12 30,8 15 38,5 0.003
Total 21 53,8 18 46,2 39 100
Uji Chi-Square

Berdasarkan tabel 5.9 diatas diperoleh data responden

menunjukkan bahwa 39 responden yang merasakan efek samping

kemoterapi yang bersifat adaptif dengan kualitas hidup yang baik

sebanyak 18 responden (46,2%), sedangkan responden yang memiliki

efek samping adaptif dengan kualitas yang buruk sebanyak 6 responden

(15,4%), dan untuk efek samping kemoterapi yang bersifat maladaptif

dengan kualitas hidup yang baik sebanyak 3 responden (7,7%) sedangkan

efek samping kemoterapi yang bersifat maladaptif dengan kualitas hidup

yang baik sebanyak 12 responden (30,8%).

Berdasarkan hasil analisis uji statistik dengan menggunakan uji

Chi-Square dengan nilai ρ value = 0.003 jika dibandingkan dengan α =

0.05 maka ρ value < 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Ha diterima.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini terdapat

ada hubungan efek samping kemoterapi dengan kualitas hidup pada pasien

kanker payudara.
76

B. Pembahasan

Berdasarkan analisis data secara statistik dengan menggunakan uji

Chi-Square didapatkan hasil terdapat 0 cells (0%) yang mempunyai expected

count >5 didapatkan nilai ρ-value = 0,003 < nilai α (0,05) dapat diartikan

bahwa ada hubungan efek samping kemoterapi dengan kualitas hidup pasien

kanker payudara di Ruangan Ar-Rahman Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar.

Berdasarkan tabel 5.9 menunjukkan bahwa Efek samping kemoterapi

responden kanker payudara didapatkan bahwa 39 responden yang mengalami

efek samping kemoterapi yang bersifat adaptif dengan kualitas hidup yang

baik sebanyak 18 (46,2) responden dengan distribusi frekuensi efek samping

yang adaptif 24 (61,5%) responden dan kualitas hidup baik 21 (53,8%)

responden, efek samping kemoterapi adaptif dengan kualitas hidup yang

buruk sebanyak 6 (15,4%) responden dengan distribusi frekuensi efek

samping adaptif 24 (61,5%) responden dengan kualitas hidup yang buruk 18

(46,2%) responden, efek samping kemoterapi maladaptif dan kualitas hidup

yang baik sebanyak 3 (7,7%) responden dengan distribusi frekuensi efek

samping yang bersifat maladaptif sebanyak 15 (38,5%) responden dengan

kualitas hidup yang baik sebanyak 21 (53,1%) responden, efek samping

kemoterapi maladaptif dan kualitas hidup yang buruk 12 responden (30,8%)

dengan distribusi frekuensi efek samping kemoterapi maladaptif 15 (38,5%)

dan kualitas hidup yang buruk 18 responden (46,2%).

Menurut Angraini (2018) Kanker payudara pada umumnya

menyerang pada kaum wanita, tetapi tidak menutup kemungkinan laki-laki


77

tidak dapat diserang oleh kanker payudara walaupun perbandingan 1:1000.

Kemungkinan resiko yang lebih besar untuk terjadinya kanker payudara

adalah pada seorang perempuan yang berusia 30 tahun dan resiko akan

bertambah meningkat ketika mencapai usia 50 tahun atau setelah menopause,

semakin bertambahnya usia maka insiden kanker payudara akan semakin

meningkat. Separuh total keseluruhan pasien kanker payudara ditemukan

pada usia 30-50 tahun. Salah satu alasannya karena pada saat usia ini

kebanyakan wanita melakukan mammografi pada program pemeriksaan

payudara. Pada usia 30 tahun atau lebih dan belum pernah melahirkan anak

pertama, maka resiko terkena kanker payudara akan lebih meningkat.

Menurut Rizky Abdullah (2015) masyarakat dengan tingkat

pendidikan yang rendah beresiko memliki mempunyai kualitas yang kurang

dibandingkan dengan masyarakat yang berpendidikan yang tinggi. Pekerjaan

pada pasien dengan IRT membuat gaya hidup yang kurang sehat, aktivitas

yang terbatas serta gaya hidup yang tidak baik dapat memicu macam penyakit

salah satunya kanker payudara karena kebanyakan IRT melakukan kegiataan

rutin seperti memasak dan membersihkan rumah. Setelah kegiatan selesai

masih ada waktu yang tersisa dalam sehari, menggunakan waktu luangnya

menonton TV dan mengkonsumsi makanan atau cemilan berlebih dapat

menyebabkan obesitas. Pada wanita menikah di usia yang cukup tua akan

memiliki resiko terkena kanker payudara lebih besar. Hormone progesterone

dan estrogen pada ibu meningkat setelah melahirkan, jika ibu tidak menyusui

maka kadar hormon tersebut menjadi tidak stabil dan berisiko besar kanker
78

payudara. Semakin tua memiliki anak pertama, maka semakin besar terkena

kanker payudara.

Menurut Eda dan Puguh (2017) salah satu terapi sistemik pada kanker

payudara adalah kemoterapi. kemoterapi adalah pemberian obat untuk

membunuh sel kanker. Kanker sendiri memiliki berbagai jenis berbagai

akibat yang muncul, berbagai macam ancaman selalu membayangi para

penderita kanker seperti kematian dan penurunan kualitas hidup.

Menurut Khairani (2019) beberapa efek samping yang tidak

diinginkan akan timbul selama kemoterapi. Efek samping kemoterapi timbul

karena obat-obat kemoterapi sangat kuat dan tidak hanya membunuh sel-sel

kanker tetapi juga menyerang sel-sel yang sehat terutama sel-sel yang

membelah secara cepat. Efek samping kemoterapi adalah efek samping yang

terjadi akibat pemakaian obat yang tidak diinginkan dan memunculkan

beberapa efek yang sangat sering dirasakan oleh pasien yang telah menjalani

kemoterapi yaitu kelelahan, mual, muntah, tidak ada nafsu makan, sakit

persendian, diare, sulit menelan, alergi, gatal, adanya luka pada mulut dan

sembelit. Efek samping fisik yang ditimbulkan oleh kanker payudara serta

pengobatannya memberikan dampak psikologis yang dapat berpengaruh

terhadap konsep diri pada pasien kanker payudara seperti menyebabkan rasa

tidak nyaman, cemas, takut, perasaan berduka, marah, sedih, takut untuk

beraktivitas bahkan sampai menarik diri dari lingkungan.

Menurut Angraini (2018) Efek samping obat kemoterapi pada setiap

siklus berbeda-beda hal ini disebabkan karena kemoterapi mempengaruhi


79

setiap pasien berbeda-beda dengan cara yang berbeda. Beberapa pasien

memiliki efek samping yang lebih banyak dari yang lain, beberapa orang ada

yang memiliki pengaruh sangat sedikit terhadap kemoterapi. Pada siklus

pertama kemoterapi yang terjadi lebih banyak dibandingkan pada siklus

berikutnya karena sudah ada perbaikan dari siklus pertama jadi pada siklus

keenam jenis efek samping yang terjadi lebih sedikit dibanding siklus

pertama sampai kelima. Menurut Setiawan (2018) mengatakan frekuensi

dalam pemberian kemoterapi diberikan secara berulang (bersiklus) dengan

artian pasien akan menjalani kemoterapi dengan beberapa siklus, dalam setiap

siklus terdapat proses pengobatan dengan pemberian obat kemoterapi disertai

dengan masa pemulihan kemudian dilanjutkan dengan masa pengobatan

kembali dengan begitu seterusnya sesuai dengan protocol obat kemoterapi

yang telah ditentukan untuk meningkatkan kualitas hidup.

Menurut Wakhid & Rosalina (2018) Mekanisme koping sangatlah

penting untuk menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dari perubahan dan

respon terhadap situasi yang mengancam. Masalah yang muncul pada

penderita kaker payudara meliputi masalah psikososial, body image,

penurunan harga diri, gangguan hubungan dengan pasangan yang dapat

menurunkan kualitas hidup perempuan dengan kanker payudara.

Menurut Nurhikmah (2018) kualitas hidup adalah perasaan dan

pernyataan rasa puas seseorang individu akan kehidupan secara menyeluruh

dan secara status mental orang yang mengakui bahwa individu tersebut hidup

dalam kondisi yang nyaman, jauh dari ancaman dan secara adekuat
80

memenuhi kebutuhan dasar. Menurut Critiani dalam Nurhikmah (2018)

mengatakan kualitas hidup seseorang pada indicator pendapatannya di

pengaruhi dari semkain penghasilan akan semakin tinggi pula taraf hidupnya.

Kualitas hidup dengan indicator kesehatan dicapai melalui kombinasi dari

kesehatan, mental, dan kesehatan ekonomi social, semakin tinggi tingkat

pendidikan yang dicapai maka kualitas hidupnya baik, pekerjaan yang

menghasilkan memenuhi kebutuhannya semkain tinggi penghasilan maka

kualitas hidup semakin meningkat. Kualitas hidup yang diukur pada

lingkungan dan perumahan dilihat pada tempat tinggal yang layak,

lingkungan yang bersih dan air yang bersih, kualitas hidup yang dinilai dari

stabilitas social yaitu dukungan dan pengakuan yang positif dari lingkungan

maupun keluarga.

Menurut Husni (2015) faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas

hidup dibagi menjadi beberapa bagian yaitu lamanya menjalani terapi,

stadium penyakit, dan penatalaksanaan medis yang dijalani. Selain itu,

dukungan keluarga sangat mempengaruhi kualitas hidup pasien, dukungan

keluarga sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas hidup pasien kanker

payudara. Pasien kanker payudara dapat memiliki kualitas hidup yang baik

apabila melakukan pengobatan secara teratur, sehingga dengan melakukan

pengobatan dengan teratur kemungkinan untuk sembuh sangat besar, dengan

demikian pasien kanker payudara bisa sembuh dan dapat melakukan aktivitas

untuk memenuhi kebutuhannya tanpa ketergantungan dengan orang lain.


81

Sehingga dapat mandiri secara emosional, sosial, kesejahteraan fisik

pasien akan dengan mudah mencapai kualitas hidup yang baik. Hal ini terjadi

karena tujuan terapi pengobatan kanker payudara awal dan local tingkat lanjut

adalah kesembuhan, tujuan terapi kanker payudara metastatic untuk

memperbaiki gejala, memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

Dukungan keluarga dalam merawat pasien dapat menurunkan kecemasan,

meningkatkan semangat hidup dan kualitas hidup pasien, dukungan keluarga

dapat mempengaruhi kepuasaan seseorang dalam menjalani kehidupan sehari -

hari termasuk kepuasaan seseorang dalam menjalani kehidupan sehari-hari

termasuk kepuasaan status kesehatannya. Dukungan keluarga pada pasien

kanker payudara terdiri dari dukungan emosional, dukungan penghargaan,

dukungan materi dan dukungan informasi. Dukungan diberikan sepanjang

hidup pasien apabila dukungan semacam ini tidak ada, maka keberhasilan

penyembuhan atau pemulihan sangat berkurang dan adanya yang sangat kuat

dukungan keluarga maka penyembuhan atau pemulihan akan meningkatkan

kualitas hidup pasien.

Hal ini sejalan dengan penelitia‟n oleh Sasmita (2016) yang

menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara umur, pendidikan,

pekerjaan, stadium dan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien

kanker payudara. Berdasarkan hasil penelitian oleh Angraini (2018) diketahui

bahwa gejala yang dikeluhkan oleh responden adalah fatique sering pada 10

orang dan nausea selalu pada 21 orang, gejala yang tidak ada pada sebagian

responden penelitian adalah nyeri 13 orang, nafsu makan menurun dan


82

konstipasi tidak sama sekali masing-masing 23 orang, diare 22 orang,

kesulitan tidur 21 orang, sesak napas 18 orang dan kesulitan finansial 19

orang. Serta untuk kualitas hidup keseluruhan responden penelitian sebagian

besar masuk dalam skala sangat baik (15,4%), baik (46,2%), agak baik

(42,3%), dan sedang (7,7%).

Hasil penelitian Muhammad husein (2015) menyatakan terdapat

dukungan yang sangat kuat antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup

pasien kanker payudara. Hasil analisis oleh Nurhikmah (2018) menjelaskan

mekanisme pasien kanker payudara kategori adaptif sebanyak 36 dari 55

responden (65,5%) dengan kualitas hidup pasien kanker payudara kategori

buruk yaitu sebanyak 29 dari 55 responden (52,7%), ada hubungan

mekanisme koping dengan kualitas hidup pada pasien kanker payudara yang

menjalani kemoterapi. Hasil penelitian oleh Khairani (2019) yang dilakukan

50 pasien yang telah menjalani kemoterapi tentang kualitas hidup pasien

terhadap kecemasan pasien kanker payudara mengatakan terdapat 58,22%

pasien mengalami kualitas hidup rendah dan 24,63% pasien mnegalami

kualitas hidup sedang. Penelitian sejenis juga dilakukan terhadap 33 orang

pasien kanker payudara setelah kemoterapi mengalami kualitas hidup yang

rendah sebanyak 57,6 %.

Berdasarkan hasil penelitian Husni (2015) analisa bivariate 8

responden menyatakan dukungan keluarganya sangat baik didapatkan 87,5 %

yang kualitas hidup yang baik, adapun sebanyaka 33,3 dari 34 responden

yang menyatakan dukungan keluarganya kurang baik. Ada hubungan yang


83

signifikan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien kanker

payudara. Hal ini berkaitan dengan hasil penelitian oleh Husni,dkk (2015)

mengatakan bahwa hasil analisis univariat dari 32 responden yang menjalani

rawat inap RSUP Dr. Mohammad Hosein Palembang jumlah responden yang

memiliki kualitas hidup kurang lebih banyak yaitu (53,1). Berdasarkan hasil

uji statistic oleh Mardiana (2015) dengan menggunakan uji chi-square dapat

disimpulkan ada hubungan mekanisme koping dengan kualitas hidup pada

pasien kanker payudara. Berdasarkan hasil analisis oleh Setiawan adanya

hubungan lama kemoterapi dengan konsep diri pasien kanker payudara yang

menjalani kemoterapi di RSUD Ulin Banjarmasin.

Menurut asumsi peneliti responden yang memiliki efek samping

kemoterapi adaptif dengan kualitas hidup yang baik, hal ini disebabkan

karena sebagian besar responden memiliki pendidikan terakhir tinggi yaitu

SMA dan S1 serta memiliki pekerjaan PNS dan pengawai swasta. Oleh

karena itu responden memiliki wawasan yang baik sehingga pengetahuan dan

informasi yang didapatkan semakin banyak maka responden tetap merasa

tenang, percaya, dengan melakukan kemoterapi saya bisa sembuh dan lebih

mudah menerima kondisinya serta mendapatkan dukungan dari keluarga dan

memiliki tujuan hidup yang baik.

Asumsi peneliti terhadap responden yang memiliki efek samping

kemoterapi yang adaptif dengan kualitas hidup yang buruk disebabkan karena

beberapa pasien pada saat menjalani kemoterapi berbeda siklus dan efek

samping yang dirasakan berbeda-beda. Beberapa responden menyatakan


84

bahwa dapat menerima keadaan yang dialami setelah menjalani kemoterapi

akan tetapi tidak mampu memenuhi segala kebutuhannya karena faktor

ekonomi, kurangnya bersosialisasi dengan orang lain dan kurangnya

dukungan keluarga serta merasa perannya sebagai wanita berkurang dan

merasa malu.

Efek samping kemoterapi maladaptif dengan kualitas hidup yang baik,

hal ini disebabkan karena beberapa pasien memiliki pendidikan terakhir yang

rendah yaitu SD dan SMP serta memiliki pekerjaan sebagai IRT. Oleh karena

itu, responden mengalami kesulitan mengenai informasi dan merasa malu

terhadap perubahan yang dialami pada dirinya tetapi bisa memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari dan mendapatkan dukungan yang baik dari

keluarga. Efek samping kemoterapi yang bersifat maladaptif dengan kualitas

hidup buruk disebabkan karena rendahnya pendidikan terakhir sehingga

responden mengalami kesulitan dalam menyerap informasi, kurangnya

motivasi, tidak percaya diri, merasa malu terhadap perubahan yang ada dalam

dirinya, dan tidak dapat bersosialisasi di lingkungan sekitar karena lebih

nyaman menetap di rumah. Salah satu upaya mencapai kualitas hidup yang

baik pada pasien kanker payudara tidak hanya pasangan saja yang

memberikan motivasi namun dukungan keluarga besar dan lingkungan

masyarakat sangat berperan penting untuk meingkatkan kualitas hidup dalam

penyembuhan kanker.
85

C. Implikasi Dalam Keperawatan

Pada penelitian ini untuk memberikan informasi mengenai efek

samping kemoterapi adaptif dengan kualitas hidup buruk pasien kanker

payudara bahwa sangat diharapkan dukungan keluarga sangat penting untuk

kesembuhan pasien kanker dan diharapkan menjadi masukan untuk dunia

keperawatan sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan, khususnya

pada pasien kanker payudara yang telah menjalni kemoterapi sangat

membutuhkan dukungan untuk meningkatkan kualitas hidup.

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan ilm iah,

namun demikian masih memiliki keterbatasan. Adanya keterbatasan

penelitian yaitu dalam pengisian kuesioner. Karena dalam pengisian

kuesioner terkadang responden memberikan jawaban yang tidak jujur dan

data yang dihasilkan kemungkinan belum dapat mengukur keadaan yang

sebenarnya. Namun peneliti sudah berusaha membantu responden dengan

menjelaskan dan mengarahkan dalam pengisian kuesioner dengan jelas dan

menyampaikan hal-hal yang belum dimengerti oleh responden.


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Ibnu Sina

Makassar dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Efek samping kemoterapi pasien kanker payudara sebagian besar

responden adaptif sebanyak 24 (61,5)%.

2. Kualitas hidup pasien kanker payudara sebagian besar responden

mengalami kualitas hidup yang baik 21 (53,8%).

3. Ada hubungan antara efek samping kemoterapi dengan kualitas hidup

pasien kanker payudara.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, peneliti dapat memberikan saran:

1. Bagi pihak Rumah Sakit

Perawat lebih berperan aktif dan focus, hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai informasi tambahan dan pedoman bagi perawat

memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan scera

holistic untuk meningkatkan kualitas hidup pasien kanker payudara

khususnya domain kesehatan fisik.

2. Bagi keluarga

Keluarga harus selalu memotivasi dan memberikan dukungan kepada

responden yang telah menjalani kemoterapi dengan beberapa efek

samping yang dirasakan untuk meningkatkan kualitas hidup yang baik .

86
87

3. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan hasil penelitian ini

dengan jumlah populasi yang kebih besar, sehingga peneliti dapat lebih

mencari tahu apakah ada hubungan efek samping kemoterapi dengan

kualitas hidup pasien kanker payudara dan dapat melakukan penelitian

lebih mendalam sehingga informasi yang didapatkan lebih banyak


DAFTAR PUSTAKA

Angraini, Dkk. 2018. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup


(Quality Of life) Penderita Kanker Payudara Di Kota Padang. Jurnal
Endurance 3 (3) Oktober 2018 (562-567).
http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php /endurance/article/view/3094.

Eda, Puguh. 2017. Kualitas Hidup (Quality Of life) Pasien Kanker Payudara
Pasca Kemoterapi Di Smc Rstelogorejo.
http://ejournal.stikestelogorejo.ac. id/index.php/jikk/article/view/744
Firmana, Dicky. 2017. Keperawatan Kemoterapi . Jakarta: Salemba Medika

Firmasnyah, Dkk. 2015. Kejadian Neutropenia Pada Pasien Kanker Payudara


Yang Mendapat Kemoterapi. MKA, Volume 38 Nomor 1, Jan-Apr 2015.
http://jurnalmka.fk.unannd.ac.id

Gazali, Rahman. 2017. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas


Hidup Tuberculosis Paru Di Puskesmas Yang Berada Di Kecamatan Selat
Kabupaten Kapuas. Skripsi Thesis, Universitas Airlangga.

Hastono, Dkk. 2016. Analis Data Pada Bidang Kesehatan. Jakarta: Rajawali
Pers.

Husni M, Dkk. 2015. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup


Pasien Kanker Payudara Di Instalasi Rawat Inap Bedah Rsup Dr.
Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2012. Jurnal Keperawatan
Sriwijaya. 2015; 2(2): 77 –83.
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jk_sriwijaya/article/view /2334

Hidayat. A. A. A. 2018. Metodelogi Keperawatan Dan Kesehatan I.


Jakarta: Salemba Medika

Kemenkes RI. 2016. Info DATIN Kanker Payudara

Khairani, Dkk. 2019. Evaluasi Efek Samping Obat Kemoterapi Terhadap Quality
Of Life (Qol) Pasien Kanker Payudara Di Rumah Sakit X Jakarta.
Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia, April 2019, Hlm 9-13.
http://farmasi.unipancasila.ac.id

Medical Record. 2017. Data Pasien Kanker Payudara : Rumah Sakit


Ibnu Sina Makassar
Nina & Nuryani. 2017. Kanker Payudara Dan PMS Pada Kehamilan. Yogyakarta:
Nuha Medika

Nugroho. 2014. Asi Dan Tumor Payudara Dilengkapi Lostrum Dan Gizi
Seimbang Ibu Menyususi. Yogyakarta: Medical Book

Nurhikmah, Dkk. Hubungan Mekanisme Koping Dengan Kualitas Hidup


Pada Pasien Kanker Payudara. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 1
No 1, Hal 38-27 Mei 2018 Issn 2621-2978.
https://journal.ppnijateng.org/index.php/jikj/ article/download/35/12

Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta:
Mediaction

Nursalam. 2017. Metedeologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika

Putri, Dkk. 2019. Hubungan Antara Nafsu Makan Dengan Asupan Energy
Dan Protein Pada Pasien Kanker Payudara Post Kemoterapi. Putri Et Al
MediaGizi Indonesia. https://e-journal.unair.ac.id/MGI/article/view/9939.

Putra, S. R. 2015. Buku Lengkap Kanker Payudara Panduan Lengkap


Mengenal, Mendiganosis, Menangani, Dan Mencegah Kanker
Payudara. Yogyakarta:Laksana

Rasjidi. 2014. Kemoterapi Kanker Ginekologi Dalam Praktik Sehari-


Hari. Jakarta: Sagung Seto

Saraswati, S. 2015. Mencegah Dan Mengobati 52 Penyakit Yang Sering


Diderita Perempuan. Jogjakarta: Katahati

Subagja, H. P. 2014. Waspadai Kanker-Kanker Ganas Pembunuh Wanita.


Jakarta: Flashbooks

Sujarweni. 2014. Metedologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta: Gava Medika

Setiawan, Dkk. 2018. Hubungan Lama Kemoterapi Dengan Konsep Diri


Pasien Kanker Payudara Yang Menjalani Kemoterapi Di Rsud Ulin
Banjarmasin.Dinamika Kesehatan Vol 9 No.2 Desember 2018.
https://ojs.dinamikakesehatan.unism.ac.id/index.php/dksm/article/ view/35
6.

Yustiana & Mendri. 2014. Kanker Payudara Dan Sadari. Yogyakarta: Nuha
Medika

Yogianto & Sulistianingsih. 2017. Obat Herbal Penanganan Kemoterapi Dan


Efek Samping. Farmaka Volume 15 No 4 31 Desember 2017.
http://jurnal.unpad. ac.id/farmaka/article/view/14750
L
A
M
P
I
R
A
N
Kuesioner Respon Efek Samping Kemoterapi Kanker Payudara

Petunjuk pengisian:

1. Bacalah pernyataan dengan benar.

2. Pada bagian I isilah pertanyaan sesuai data pribadi anda

3. Pada bagian II dan (√)


checklist/centrang III mengisi data Kuesioner
pada kotak dengan
jawaban yang andamemberi tanda
anggap sesuai.
4. Berilalah tanda checklist/centrang (√) pada kolom SS = Sangat Setuju, S =

Setuju, TS = Tidak Setuju, STS = Sangat Tidak Setuju. Jika ada kesalahan dan

ingin diperbaiki, jawaban yang salah silahkan dicoret dan tulis jawaban yang

baru.

I. Data Demografi

1. Nama :

2. No. RM :

3. Jenis Kelamin :

4. Umur

5. Agama

6. Ruang :

7. Pekerjaan :

8. Pendidikan :
9. Status pernikahan

II. Efek Samping Kemoterapi

No. Respon (SS) (S) (TS) (TST)

1. Saya mengalami mukositis


(sariawan, radang tenggorokan,
sariawan pada lidah) pada hari ke-
5 s/d hari ke-7.
2. Saya mengalami penurunan nafsu
makan pada saat terjadi sariawan.
3. Saya merasa lelah seetelah
menajalni kemoterapi
4. Saya merasa terganggu dengan
sariawan tersebut, membuat saya
tidak percaya diri jika berbicara
dengan orang lain.
5. Saya mengalami mual sampai
dengan muntah pada 1x24 jam
setelah menjalankan kemoterapi.
6. Mual dan muntah yang Saya
alami mengakibatkan terjadinya
penurunan berat badan yang
drastis.
7. Saya merasa sangat terganggu
bila sedang berbicara tiba-tiba
saya muntah
8. Saya merasa setalah kemoterapi
saya mengalami diare
9. Saya mengalami kerontokan
rambut selama menjalankan
kemoterapi
10 Kerontokan rambut ini
mempengaruhi penampilan Saya
11. Kerontokan rambut yang saya
alami membuat saya menjadi
minder jika berada ditengah-
tengah orang banyak
12. Kerontokan rambut terjadi pada >
2 minggu sampai > 3 minggu
setelah Saya kemoterapi
13. Selama Saya menjalani
kemoterapi terjadi perubahan
warna kulit secara berangsur-
angsur
14. Saya mengalami perubahan warna
kulit terjadi pada minggu ke-3
kemoterapi
15. Setelah kemoterapi saya
mengalami gatal-gatal
16. Saya mengalami kesemutan pada
saat setelah kemoterapi
17. Saya merasa tidak percaya diri
dengan warna hitam yang timbul
dikulit akibat obat kemoterap
18. Saya merasakan ada perubahan
pada diri saya selama saya
menjalankan kemoterapi
19. Saya mulai menerima perybahan
pada diri saya selama saya
menjalankan kemoterapi
20. Saya berfikir dengan melakukan
kemoterapi saya bisa sembuh dan
efek samping kemoterapi
nantinya akan hilang setelah saya
selesai menjalankan kemoterap
Sumber: https://digilib.esaunggul.ac.id/
III. Kualitas Hidup ( Quality Of Life)

INSTRUMENT UNTUK MENILAI KUALITAS HIDUP

WORLD HEALTH ORGANIZATION QUALITY OF LIFE

(WHOQOL-BREF)

No. Responden:

Pertanyaan berikut ini menyangkut perasaan anda terhadap kualitas hidup, kesehatan

dan hal-hal lain dalam hidup anda. Pilihlah jawaban yang menurut anda paling

sesuai. Berilah tanda chekslist (√) pada salah satu kolom yang anda pilih. Jika

anda tidak yakin tentang jawaban yang akan anda berikan terhadap pertanyaan yang

berikan, pikiran pertama yang muncul pada benak anda seringkali merupakan

jawaban yang terbaik. Camkanlah dalam pikiran anda segala standar hidup, harapan,

kesenangan dan perhatian anda. Hal yang anda pikirkan tentang kehidupan anda pada

empat minggu terakhir.

1. Dimensi Fisik

No. Pertanyaan Sangat buruk Buruk Biasa-biasa saja Baik Sangat baik

1. Bagaimana menurut
anda kualitas hidup
anda?

No. Pertanyaan Tidak Sedikit Sedang Sering Berlebihan


2. Seberapa sering anda
membutuhkan terapi
medis untuk dpt berfungsi
dlm kehidupan sehari-hari
anda?
3. Seberapa jauh rasa sakit
fisik anda mencegah anda
dalam beraktivitas sesuai
kebutuhan anda?

No. Pertanyaan Sangat tdk Tidak Biasa-biasa Memuaskan Sangat


memuaskan memuaskan saja memuaskan
4. Seberapa puas anda
terhadap kesehatan anda?
5. Seberapa pataskah anda
dengan tidur anda?
6. Seberapa puaskah anda
dengan kemampuan anda
untuk bekerja?
7. Seberapa puaskah anda
dengan kemampuan anda
menampilkan aktivitas
kehidupan anda sehari-
hari?

No. Pertanyaan Tdk sama Sedikit Sedang Seringkali Sepenuhnya


sekali dialami
8. Apakah anda memeiliki
vitalitas yang cukup untuk
beraktivitas sehari-hari?

2. Dimensi psikologis
No. Pertanyaan Tdk sama Sedikit Sedang Seringkali Sepenuhnya
sekali dialami
9. Seberapa jauh anda
menikmati hidup anda?
10. Seberapa jauh anda
merasa hidup anda berarti
11. Seberapa jauh anda
mampu berkonsentrasi?
12. Apakah anda dapat
menerima penampilan
tubuh anda?

No. Pertanyaan Sangat tdk Tidak Biasa-biasa Memuaskan Sangat


memuaskan memuaskan saja memuaskan
13. Seberapa puaskah anda
terhadap diri anda?

No. Pertanyaan Tidak Jarang Cukup sering Sering Selalu


pernah
14. Seberapa sering anda
memiliki perasaan negatif
seperti „feeling blue‟
(kesepian), putus asa,
cemas dan depresi?

3. Dimensi Sosial

No. Pertanyaan Sangat buruk Buruk Biasa-biasa saja Baik Sangat baik

15. Seberapa baik


kemampuan anda
dalam bergaul?

No. Pertanyaan Sangat tdk Tidak Biasa-biasa Memuaskan Sangat


memuaskan memuaskan saja memuaskan
16. Seberapa puaskah anda
dengan hubungan
personal / sosial anda?
17 Seberapa puaskah anda
dengan kehidupan seksual
anda?
18. Seberapa puaskah anda
dengan dukungan yg anda
peroleh dr teman anda?

4. Dimensi Lingkungan
No. Pertanyaan Tdk sama Sedikit Sedang Seringkali Sepenuhnya
sekali dialami
19 Seberapa aman anda
rasakan kehidupan
anda sehari-hari?
20.. Seberapa sehat
lingkungan dimana
anda tinggal berkaitan
dengan sarana dan
prasarana?
21. Apakah anda memiliki
cukup uang utk
memenuhi kebutuhan
anda
22. Seberapa jauh
ketersediaan informasi
bagi kehidupan anda
dari hari ke hari?
23. Seberapa sering anda
memiliki kesempatan
untuk
bersenangsenang
/rekreasi?
No. Pertanyaan Sangat tdk Tidak Biasa-biasa Memuaskan Sangat
memuaskan memuaskan saja memuaskan
24. Seberapa puaskah anda
dengan kondisi tempat
anda tinggal saat ini?

25. Sberapa puaskah anda


dengan akses anda pada
layanan kesehatan?
26. Seberapa puaskah anda
dengan transportasi yang
harus anda jalani?
Sumber: WHOQoL-BREF
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Identitas
Nama : Suriani Syamsuddin
Tempat/Tanggal Lahir : Bulukumba, 04 April 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jln. Sultan Alauddin 2 Lor 10
No. Hp : 081354865698
Email : Surianisyamsuddin44@Gmail.Com
Nama Ayah : Syamsuddin
Nama Ibu : Rampe
2. Pengalaman Organisasi
a. NGC (New Generation Club)
b. Ketua Devisi Sanggar Seni Dupa
3. Riwayat Pendidikan
a. SDN 255 Paranglohe Lulus Tahun 2009
b. SMP Negeri 24 Bulukumba Lulus Tahun 2012
c. SMA Negeri 6 Bulukumba Lulus Tahun 2015
4. Riwayat Pendidikan Tambahan
Akper Anging Mammiri Pemprov Sulsel Makassar Lulus Tahun 2018
Terdaftar Di Stikes Panakkukang Makassar Tahun 2018-Sekarang.

Anda mungkin juga menyukai