Anda di halaman 1dari 17

Satuan Acara Terapi Bermain

Ruang Thalasemia Rs. Ciputra Citra Raya

Profesi Ners STIKes Yatsi – Reguler


Anggota Kelompok :
1. Refy Melinda (21317104)
2. Reza Rizki Septian (21317107)
3. Risa Afifah (21317109)
4. Riska Agustina (21317110)
5. Rivka Dwi Lestari (21317112)
6. Rizal Alfackri (21317113)
7. Sahpitri (21317116)
8. Sari Lestari (21317120)
9. Sartiyah (21317121)
10. Selamita (21317122)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YATSI


TANGERANG
Jl. Arya Santika No 42 Margasari, Karawaci Kota Tangerang –
Banten 15113
LEMBAR PERSETUJUAN

Satuan Acara Penyuluhan Pemberian Terapi Bermain Puzzle Untuk Penurunan


Tingkat Kecemasan Pada Anak Di Ruang Thalasemia Rs. Ciputra Citra Raya
Tangerang Mahasiswa Profesi Ners STIKes Yatsi Tangerang

Mengetahui

Ketua Sekretaris

Sartiyah Selamita

Menyetujui

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Ns. Ria Setia Sari,M.Kep Theresia Tri Setiowati,


A.Md.Kep

BAB I
SATUAN ACARA PENYULUHAN PEMBERIAN TERAPI BERMAIN
PUZZLE DI RUANG THALASEMIA RS. CIPUTRA CITRA RAYA
TANGERANG
MAHASISWA NERS STIKes YATSI TANGERANG 2021

Hari / Tanggal : Jum’at, 31 Desember 2021


Waktu : 09.30 s/d selesai
Topik : Terapi Puzzle
Tempat : Ruang Thalasemia Rs. Ciputra Citra Raya
Tangerang

1.1 Latar Belakang Kegiatan


Penderita thalasemia satu-satu nya harus menjalani pengobatan yaitu
dengan transfusi darah secara terus-menerus atau rutin untuk mengatasi
masalah gejala penderita thalasemia. Penderita thalasemia baik sedang
maupun berat sangat membutuhkan tranfusi darah. Untuk mempertahankan
kadar hemoglobin dan sel darah merah nya para penderita. Selain efek
samping fisiologis yang dialami penderita Thalasemia, menjalani transfusi
darah secara terus menerus juga dapat menimbulkan dampak psikologis yaitu
timbulnya kecemasan.
Masa anak-anak merupakan dasar dari seluruh kehidupan seseorang.
Pengalaman kurang menyenangkan yang dialami oleh anak akan
memudahkan timbulnya gangguan dalam penyesuaian diri. Anak perlu
dilakukan intervensi untuk meminimalisir akibat dari pengalaman traumatik
yang dialami oleh anak ketika menjalani proses hospitalisasi. Anak
membutuhkan media untuk dapat mengekspresikan perasaan yang timbul
akibat pengalaman yang tidak menyenangkan , sehingga anak mampu
bekerja sama dengan petugas kesehatan selama dalam pengobatan.
Bermain adalah salah satu aspek terpenting dalam kehidupan anak dan alat
paling efektif untuk mengurangi cemas pada anak. Bermain juga penting
untuk kesehatan mental, emosional, dan sosial anak. Fungsi aktivitas bermain
di rumah sakit yaitu untuk membantu anak merasa lebih nyaman
dilingkungan asing, dan memberikan pengalihan atau relaksasi.
Walaupun anak penderita thalasemia melakukan transfusi darah seumur
hidupnya, dan secara berkali-kali tetap saja anak masih belum tenang, masih
merasa takut dengan tindakan invasif seperti transfusi darah karena anak
dilakukannya penusukan jarum suntik yang mereka anggap akan merusak
tubuhya. Kemudian anak yang tidak akan mengalami kecemasan dan harus
ditemani oleh keluarga nya, tetap saja anak merasa cemas sehingga
membutuhkan hiburan seperti bermain.
terapi bermain seperti puzzle dapat mengalihkan perhatian anak. Anak
akan menjadi lebih fokus terhadap objek permainannya, seluruh perhatian
akan tertuju dan tertuang sehingga anak akan mengabaikan hal-hal yang dapat
membuat mereka takut. ( vivi 2021 )

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
 Untuk mengetahui efektivitas terapi bermain puzzle terhadap
kecemasan pada pasien yang menjalani pengobatan thalasemia.
 Untuk mengetahui pengaruh terapi bermain puzzle terhadap
kecemasan pada anak dengan thalasemia.
 Untuk mengurangi kecemasan pada anak dengan pengobatan
dengan thalasemia.
2. Tujuan Khusus
 Menjadi pengetahuan yang baik untuk orang tua dalam
menghadapi kecemasan pada anak dengan thalasemia.
 Mampu mengaplikasikan terapi bermain puzzle Pada anak dengan
thalasemia.

1.3 Sesi Yang Digunakan


Untuk mengontrol kecemasan anak terhadap Tindakan keperawatan.
1.4 Klien
1. Karakteristik / Kriteria Klien
a. Klien yang takut / cemas
b. Klien yang bisa diajak berinteraksi
c. Klien yang sudah bisa berbicara
d. Sudah melakukan kontrak dengan keluarga pasien
e. Sudah mendapat izin dari kepala ruangan
1.5 Pengorganisasian
1. Pelaksanaan
a. Hari / Tanggal : Jum’at, 31 Desember 2021
b. Waktu : Pukul 09.30 WIB s/d Selesai
c. Tempat : Ruang Thalasemia Di Ciputra Hoapital
2. Tim terapi
a. Leader : Sartiyah
b. Co Leader : Selamita
c. Fasilitator : Rizal Al-Fackri, Risa Afifah, Refy Melinda
d. Observer : Sari Lestari, sahpitri, Reza Rizky
Septian, Rivka Dwi Lestari.
e. Moderator : Riska Agustina
3. Penguraian Tugas
a. Leader : Sartiyah
Uraian Tugas :
1. Memimpin jalannnya terapi aktivitas kelompok
2. Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannnya terapi
aktivitas terapi puzzle anak
3. Menyampai materi sesuai tujuan TAK
4. Memimpin diskusi terapi Puzzle
b. Co Leader : Selamita
Uraian Tugas :
1. Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
2. Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
3. Membantu memipin jalannnya kegiatan
4. Menggantikan leader jika terhalang tugas.
c. Fasilitator : Rizal Al-Fackri, Risa Afifah, Refy Melinda
Uraian tugas :
1. Memotivasi peserta dalam kegiatan bernain puzzle
2. Memotivasi kegiatan dalam ekspresi perasaan setelah
melakukan kegiatan bermain puzzle
3. Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk
melaksanakan kegiatan bermain puzzle
4. Membimbing kelompok selama melakukan kegiatan bermain
puzzle
5. Membantu leader melaksanakan kegiatan
d. Observer : Sari Lestari, Riska Agustina, Reza Rizky
Septian, Rivka Dwi Lestari
Uraian tugas :
1. Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format
yan telah tersedia)
2. Menjalankan aktivitas kelompok dari mulai persiapan, proses,
tugas kelompok
3. Mengamati proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu,
tempat dan jalanya acara
4. Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota
kelompok dengan evaluasi kelompok.
c. Moderator : Riska Agustina
Uraian tugas : pembawa acara jalannnya kegiatan.

1.6 Setting waktu


No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. 5 menit Pembukaan : - Menjawab salam
- Memberi salam - Mendengarkan dan
- Memperkenalkan diri memperhatikan
- Menjelaskan tujuan
pembelajaran
2. 15 menit Pelaksanaan : Mengajarkan dan
- Bermain Puzzle adalah mendampingi anak untuk
suatu kegiatan yang melakukan kegiatan
baik untuk bermain puzzle
meningkatkan daya
ingat anak dan
menggerakan motorik
halus
- Menyampaikan Teknik
bermain puzzle dengan
Bahasa yang sederhana
agar anak dapat
memahami
3 5 menit Evaluasi : Melihat hasil puzzle peserta
- Melihat pemahaman yang telah diberikan
peserta setelah
dilakukan Tindakan
- Memberikan masukan
- Menyimpulkan hasil
penyuluhan
4. 3 menit Penutup : Menjawab salam
- Mengucapkan
terimakasih dan
mengucapkan salam

1.7 Metode Dan Media


1. Metode
Bermain dengan tekhnik menyatukan puzzle
2. Media
a. Puzzle
1.8 Alat Yang Digunakan
1. Puzzle
2. Alas Lantai
1.9 Seting Tempat
1.10 Rencana Evaluasi Kegiatan
Evaluasi
1. Struktur
Rencana kegiatan dipersiapkan 5 hari sebelumnya dan informasi ke
pengurus 2 hari.
2. Proses
a. Peserta yang hadir 100 %
b. Tempat di Ruang Thalasemia Rs. Ciputra Citra Raya Tangerang.
c. 90 % peserta aktif dalam kegiatan terapi bermain puzzle
3. Hasil
1. Setelah kelompok melakukan terapi bermain reaksi anak terhadap
kecemasannya dapat berkurang karena anak saat dilakukan terapi
bermain sedang menyimak apa yang dilakukan oleh kelompok.
2. Selain menurunkan cemas pada anak, orang tua pun mendapatkan
pengetahuan baru tentang terapi bermain puzzle dapat menurunkan
tingkat kecemasan anak akibat dari pengobatan thalasemia.
BAB II
MATERI PENYULUHAN

2.1 Cemas
1. Pengertian Cemas
Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas ditandai
dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya. Faktor yang
mempengaruhi kecemasan antara lain jenis kelamin, pengalaman
individu, dan usia. Usia memegang peranan penting dalam
mempengaruhi kecemasan, karena semakin muda usia seseorang,
kecenderungan semakin meningkat kecemasnnya dalam
menghadapi masalah yang dihadapi. Perasaan tersebut dapat timbul
karena sesuatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya,
rasa tidak aman dan tidak nyaman, perasaan kehilangan sesuatu
yang biasa dialaminya, dan sesuatu yang dirasakan menyakitkan.
(Anggi,2021 )

2. Etiologi
a. Faktor predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam
kehidupan yang yang dapat menimbulkan kecemasan.
Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa :
1) Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya
kecemasan berkaitan dengan krisis yang dialami individu
baik krisis perkembangan atau situasional
2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak
terselesaikan dengan baik. Konflik antara id dan
superego atau antara keinginan dan kenyataan yang
menimbulkan kecemasan pada individu
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidak
mampuan individu berpikir secara realitas sehingga akan
menimbulkan kecemasan
4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidak berdayaan untuk
mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena
merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat
mempengaruhi konsep diri individu
6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga
menangani stress akan mempengaruhi individu dalam
berespon terhadap konflik yang dialami karena pola
mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam
keluarga
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan
mempengaruhi respon individu dalam berespon terhadap
konflik dan mengatasi kecemasan
8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan
adalah pengobatan yang mengandung benzodizepin,
karena benzodizepin dapat menekan neurotransmiter
gama amino butyric acid (GABA) yang mengontrol
aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab
menghasilkan kecemasan.
b. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi adalah ketegangan dalam kehidupan yang
dapat mencetuskan tibulnya kecemasan. Stressor presipitasi
kecemasan dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1) Ancaman terhadap intregitas fisik.Ketegangan
yang mengancam integritas fisik yang meliputi :
a) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme
fisiologis sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan
biologis normal (misalnya hamil).
b) Sumber eksternal meliputi paparan terhadap infeksi
virus dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan,
kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal

2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber eksternal


dan internal
a) Sumber internal, kesulitan dalam
berhubungan interpersonal dirumah dan tempat
kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai
ancaman terhadap intergritas fisik juga dapat
mengancam harga diri.
b) Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai,
perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan
kelompok, sosial budaya . (Eko Prabowo, 2014).

3. Tingkat Kecemasan
a. Ansietas Ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan peristiwa
kehidupan sehari-hari. Lapang persepsi melebar dan orang
akan bersikap hati-hati dan waspada. Orang yang mengalami
ansietas ringan akan terdorong untuk menghasilkan kreativitas.
Responsrespons fisiologis orang yang mengalami ansietas
ringan adalah sesekali mengalami napas pendek, naiknya
tekanan darah dan nadi, muka berkerut, bibir bergetar, dan
mengalami gejala pada lambung. Respons kognitif orang yang
mengalami ansietas ringan adalah lapang persepsi yang
melebar, dapat menerima rangsangan yang kompleks,
konsentrasi pada masalah dan dapat menjelaskan masalah
secara efektif. Adapun respons perilaku dan emosi dari orang
yang mengalami ansietas adalah tidak dapat duduk tenang,
tremor halus pada tangan, suara kadangkadang meninggi.

b. Ansietas Sedang
Pada ansietas sedang tingkat lapang persepsi pada
lingkungan menurun dan memfokuskan diri pada hal-hal
penting saat itu juga dan menyampingkan hal-hal lain. Respons
fisiologis dari orang yang mengalami ansietas sedang adalah
sering napas pendek, nadi dan tekanan darah naik mulut
kering, anoreksia, diare, konstipasi dan gelisah. Respon
kognitif orang yang mengalami ansietas sedang adalah lapang
persepsi yang menyempit, rangsangan luar sulit diterima,
berfokus pada apa yang menjadi perhatian. Adapun respons
perilaku dan emosi adalah gerakan yang tersentak-sentak,
meremas tangan, sulit tidur, dan perasaan tidak aman.

c. Ansietas Berat
Pada ansietas berat lapang persepsi menjadi sangat
sempit, individu cenderung memikirkan hal-hal kecil dan
mengabaikan hal-hal lain. Individu sulit berpikir realistis dan
membutuhkan banyak pengarahan untuk memusatkan perhatian
pada area lain. Respons-respons fisiologis ansietas berat adalah
napas pendek, nadi dan tekanan darah darah naik, banyak
berkeringat, rasa sakit kepala, penglihatan kabur, dan
mengalami ketegangan. Respon kognitif pada orang yang
mengalami ansietas berat adalah lapang persepsi sangat sempit
dan tidak mampu untuk menyelesaikan masalah. Adapun
respons perilaku dan emosinya terlihat dari perasaan tidak aman,
verbalisasi yang cepat, dan blocking.
d. Panik
Pada tingkatan panik lapang persepsi seseorang sudah
sangat sempit dan sudah mengalami gangguan sehingga tidak
bisa mengendalikan diri lagi dan sulit melakukan apapun
walaupun dia sudah diberikan pengarahan. Respons-respons
fisiologis panik adalah napas pendek, rasa tercekik, sakit dada,
pucat, hipotensi dan koordinasi motorik yang sangat rendah.
Sementara respons-respons kognitif penderita panik adalah
lapang persepsi yang sangat pendek sekali dan tidak mampu
berpikir logis. Adapun respons perilaku dan emosinya terlihat
agitasi, mengamuk dan marah-marah, ketakutan dan berteriak-
teriak, blocking, kehilangan kontrol diri dan memiliki persepsi
yang kacau (Herry Zan Pieter, 2011).

4. Faktor -Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan


faktor yang berkonstribusi terjadinya kecemasan meliputi
ancaman pada:
a. Konsep diri
b. Personal security system
c. Kepercayaan, lingkungan
d. Fungsi peran, hubungan interpersonal, dan
e. Status kesehatan.

5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kecemasan pada tahap pencegahan dan
terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat
holistik, yaitu mencakup fisik ( somatik ) , psikologik atau
psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkapnya seperti
pada uraian berikut :
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan
cara :
1) Makan makanan yang bergizi dan seimbang.
2) Tidur yang cukup.
3) Olahraga yang cukup
4) Tidak merokok
5) Tidak meminum minuman keras
b. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas
dengan memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan
fungsi gangguan neurotransmiter ( sinyal penghantar
syaraf ) di susunan saraf pusat otak ( limbic system ). Terapi
psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas
(anxiolitic), yaitu diazepam, clobazam, bromazepam,
lorazepam, buspironeHCl, meprobamate dan alprazolam.
c. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik ( somatik ) sering dijumpai
sebagai gejala ikutan atau akibat dari kecemasan yang
berkepanjangan Untuk menghilangkan keluhan-keluhan
somatik ( fisik ) itu dapat diberikan obat-obatan yang
ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu,
antara lain:
1) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi
semangat atau dorongan agar pasien yang bersangkutan
tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta
percaya diri.
2) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang
dan koreksi bila dinilai bahwa ketidak mampuan
mengatasi kecemasan
3) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksutkan
memperbaiki (re-konstruksi) kepribadian yang telah
mengalami
goncangan akibat stressor.
4) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif
pasien yaitu kemampuan untuk berpikir secara rasional,
konsentrai dan daya ingat.
5) Psikoterapi psikodinamik, untuk menganalisa dan
menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat
menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu
menghadap stressor psikososial sehingga mengalami
kecemasan.
6) Psikoterapi keluarga untuk memperbaiki
hubungan
kekeluargaan agar faktor keluarga tidak lagi menjadi
faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan
sebagai faktor pendukung .
7) Terapi psikoreligius
untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat
hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan dalam
menghadapi berbagai problem kehidupan yang
merupakan stressor psikososial. (Eko Prabowo, 2014)
e. Napas Dalam
Napas dalam yaitu bentuk latihan napas yang terdiri atas
pernapasan abdominal (diafragma)
Prosedur :
1) Atur posisi yang nyaman
2) Fleksikan lutut klien untuk merelaksasi otot abdomen
3) Tempatkan 1 atau 2 tangan pada abdomen, tepat dibawah
tulang iga.
4) Tarik napas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap
tertutup. Hitung sampai 3 selama inspirasi.
5) Hembuskan udara lewat bibir seperti meniup secara
perlahan – lahan.

6. Skor Kecemasan
Skor cemas menurut Hars :
1. Kurang dari 14 : Tidak ada kecemasan
2. 14-20 : Kecemasan Ringan
3. 21-27 : Kecemasan Sedang
4. 28 – 41 : Kecemasan Berat

2.2 Terapi Bermain Puzzle


1. Terapi Bermain
Terapi bermain merupakan proses penyembuhan dengan
metode bermain yang digunakan pada anak yang mempunyai
masalah emosi, khususnya pada anak usia prasekolah, dengan
tujuan mengubah tingkah laku anak yang tidak sesuai menjadi
tingkah laku yang diharapkan. (Nuroktavia 2021)
Bermain adalah salah satu kebutuhan anak. Tahap
perkembangan yang dijalani tidak lepas dari bermain. Ketika
bermain, anak anak tidak hanya mengerahkan tenaga secara
fisik saja tetapi juga melibatkan seluruh emosi, perasaan dan
pikirannya. Demikian pula pada anak yang sakit, bermain
menjadi media psikoterapi karena kegiatan ini dapat membuat
anak mengatasi berbagai macam perasaan yang tidak
menyenangkan dalam dirinya (Nuroktavia,2021)
Bermain puzzle dapat membantu perkembangan psikososial
pada anak. Puzzle merupakan permainan yang dapat memfasilitasi
permainan asosiatif dimana pada usia prasekolah ini anak senang
bermain dengan anak lain sehingga puzzle dapat dijadikan sarana
bermain anak sambil bersosialisasi (Ghazali et al., 2021). Saat
anak bermain, maka perhatian anak teralihkan dari kecemasan
yang sedang dirasakannya. Penggunaan metode bermain dengan
menggunakan puzzle disamping manfaatnya yang banyak, juga
dapat memberikan kesenangan kepada anak saat memainkannya
sehingga kecemasan yang dirasakan oleh anak dapat menurun.
Bermain puzzle juga bermanfaat untuk membantu meningkatkan
keterampilan motorik halus pada anak . Puzzle juga dapat
membantu perkembangan mental dan kreativitas pada anak ( Vivi
2021 )

Anda mungkin juga menyukai