Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses menjadi tua adalah tahap akhir dari perjalanan hidup manusia, yang
ditandai dengan penurunan semua fungsi alat-alat tubuh seseorang. Dengan
menurunnya fungsi alat-alat tubuh ini, seseorang akan menjadi sangat terbatas
atau mengalami keterlambatan dalam memenuhi kebutuhannya untuk
kehidupan sehari-hari. Akibat dari keadaan ini akan memberikan dampak
biopsikososial dan spiritual pada usia lanjut .
Pada lanjut usia terjadi perubahan atau penurunan baik secara fisik,
mental, sosial dan spiritual. Terjadinya perubahan pada persyarafan yaitu
daya ingat menurun. Demikian pula pada lanjut usia yang mengalami
penurunan fungsi kerja otak diperlukan latihan dan aktifitas otak agar
kemundurun fungsi tersebut dapat ditekan. Bila hal tersebut tidak dilakukan
bukan hanya kualitas hidup yang tidak optimal tetapi berbagai penyakit pikun
atau demensia lebih banyak dan lebih cepat menghinggap pada usia lanjut
nantinya. Otak memiliki plastisitas bahwa kita dapat membangun neurons
dan susunannya di dalam jaringan otak untuk mengembalikan fungsi-
fungsinya. Salah satu terapi aktivitas yang dapat melatih daya ingat dan
melindungi diri dari gejala demensia di masa usia lanjut yaitu dapat dengan
menyusun puzzle. Puzzle merupakan permainan yang membutuhkan
kesabaran dan ketekunan dalam merangkainya. Hal ini memberikan mereka
kesempatan untuk bersosialisasi dengan satu sama lain dan meningkatkan
kemampuan fisik dan mental mereka pada waktu yang sama
Puzzle game merupakan permainan yang tidak hanya berfungsi sebagai
hiburan, tetapi juga dapat melatih kemampuan otak. Berdasarkan penelitian
seorang ahli saraf bernama Ian Robertson, puzzel dapat meningkatkan
kemampuan mental. Selain itu, permainan ini juga dapat mencegah penyakit
Alzheimer dan hilang ingatan (Baras, 2010). Bermain puzzle menggunakan
objek yang dapat melatih kemampuan keterampilan yang diharapkan mampu
untuk berkreatif dan terampil dalam sebagai hal.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah mengikuti terapi aktifitas kelompok diharapkan warga binaan
sosial diruang edelweis mampu melatih otak sehingga dapat
meningkatkan daya ingat pada lansia.

1.2.2 Tujuan Khusus


Dengan mengikuti terapi bermain puzzle diharapkan dapat:
a. Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya
b. Menciptakan suasana rileks dan menyenangkan
c. Mempererat hubungan sosial sesama lansia.

1.3 Sasaran Terapi Aktivitas Kelompok


Penulisan proposal terapi aktivitas kelompok ini merupakan pembahasan
pemberian terapi bermain puzzle yang dilakukan pada bulan september 2018
pada warga binaan sosial yang ada diruang edelweis panti sosial tresna
werdha budhi mulia 1 Cipayung.
BAB II

DESKRIPSI KASUS

2.1 Karakteristik Sasaran


Sasaran pemberian terapi bermain puzzle pada warga binaan sosial usia > 45
tahun yang ada diruang edelweis:
1. Dapat berinteraksi dengan perawat dan mahasiswa.
2. Warga binaan sosial yang ada di ruang edelweiss.
3. Warga binaan sosial kooperatif dan berpartisipasi dalam terapi bermain
menyusun puzzle.

2.2 Prinsip Terapi Kognitif


1. Tidak banyak menggunakan energi.
2. Mempertimbangkan keamanan dan melatih daya ingat.
3. Permainan tidak bertentangan dengan pengobatan.
4. Melibatkan teman sesama warga binaan sosial.

2.3 Karakteristik Permainan


Terapi kognitif yang akan dilaksanakan yaitu menyusun puzzle, puzzle
merupakan salah satu bentuk permainan yang membutuhkan ketelitian,
melatih untuk memusatkan pikiran karena harus berkonsentrasi ketika
menyusun kepingan-kepingan puzzle tersebut hingga menjadi sebuah gambar
yang utuh dan lengkap, sehingga puzzle merupakan jenis permainan yang
memiliki nilai-nilai edukatif.
Puzzle adalah permainan yang terdiri dari potongan gambar-gambar, kotak-
kotak, bangun-bangun, huruf-huruf dan angka-angka yang disusun menjadi
sebuah permainan yang memiliki daya tarik. Sehingga permainan puzzle akan
membuat peserta didik menjadi termotivasi untuk mengikuti pembelajaran
dengan merangkai potongan puzzle secara tepat dan cepat. Puzzle tersebut
berbentuk geometri (persegi, persegi panjang, segitiga, dan trapesium).
Puzzle merupakan media yang terbuat dari kardus bekas atau karton atau
sterofoam, kepingan-kepingan puzzle tersebut dipotong berupa bentuk-bentuk
geometri dan dibuat semenarik mungkin. Dengan teknik permainan yaitu
harus mengelompokkan bentuk kepingan yang sama sebelum merangkai
puzzle untuk mempermudah mendapatkan gambar yang utuh. Jadi sebelum
bermain puzzle, terlebih dahulu harus mengenal dan mampu membedakan
tiap bentuk-bentuk pada kepingan puzzle yang akan dirangkai. Dengan
bermain puzzle lansia dapat mengekspresikan perasan pikiran dan fantasi.
Disamping itu, lansia tetap dapat mengembangkan kreatifitasnya serta agar
dapat beradaptasi lebih baik dalam mengahadapi stress.

2.4 Tata tertib Dan Antisipasi Masalah


1. Tertib pelaksanaan TAK
a. Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK sampai dengan selesai.
b. Peserta berpakaian rapih, bersih dan sudah mandi.
c. Peseta tidak diperkenankan makan, minum, merokok selama kegiatan
TAK berlangsung.
d. Jika ingin mengajukan/menjawab pertanyaan, peserta mengangkat
tangan kanan dan berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin.
e. Peserta yang mengacaukan jalannya acara akan dikeluarkan dari
permainan
f. Peserta dilarang meninggalkan tempat sebelum acara TAK selesai.
g. Apabila waktu yang ditentukan untuk melaksanakan TAK telah habis,
sedangkan permainan belum selesai, maka pemimpin akan meminta
persetujuan anggota untuk memperpanjang waktu TAK kepada
anggota.
2. Antisipasi kejadian yang tidak diinginkan pada proses TAK
a. Penanganan lansia yang tidak aktif saat aktifitas kelompok
b. Memberi kesempatan kepada lansia tersebut untuk menjawab sapaan
perawat atau lansia yang lain
c. Bila lansia meninggalkan permainan tanpa pamit: Panggil nama lansia
tanya alasan klien meninggalkan permainan
d. Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan
pada klien bahwa klien dapat melaksanakan keperluannya setelah itu
klien boleh kembali lagi
3. Bila ada lansia lain ingin ikut
a. Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada lansia yang
telah dipilih
b. Katakan pada lansia lain bahwa ada permainan lain yang mungkin dapat
diikuti oleh klien tersebut
c. Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak
memberi peran pada permainan tersebut.

2.5 Langkah-Langkah Kegiatan


1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan lansia yang sesuai indikasi
b. Mempersiapkan alat dan tempat (lansia duduk melingkar dalam suasana
ruang yang tenang dan nyaman)
2. Orientasi
a. Mengucapkan salam terapeutik dan masing-masing memakai name tag
b. Menanyakan perasaanlansia hari ini
c. Menjelaskan tujuan kegiatan
d. Menjelaskan aturan main :
1) Pasien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
2) Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis
3) Lama kegiatan 25 menit
3. Kerja
a. Terapis menjelaskan langkah berikutnya : leader menjelaskan aturan
permainannya, handphone akan dinyalakan dengan musik supaya
suasana rileks. Kemudian fasilitator membagikan puzzle kepada lansia,
leader menjelaskan sebelum gambar puzzle dipisah-pisah, tunjukkan
kelansia gambar puzzle yang dimaksud, kemudian ajak dan dampingi
lansia untuk menyusun puzzle. Beri contoh bagaimana cara menyusun
puzzle, seperti dimulai dipojok dahulu atau bagian samping terlebih
dahulu.
4. Terminasi
a. Menanyakan perasaan lansia setelah mengikuti TAK
b. Memberi pujian atas keberhasilan lansia
5. Evaluasi dan dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses tak berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Askep yang dievaluasi adalah kemampuan pasien sesaui
dengan tujuan TAK.

2.6 Keterampilan yang Diperlukan


Tim terapis dapat memberikan arahan dan memimpin jalannya kegiatan serta
dapat memotivasi lansia untuk mau mengikuti kegiatan terapi aktivitas
kelompok.
BAB III

TERAPI MODALITAS

3.1 Deskripsi Puzzle

Menurut Patmonodewo (Misbach, Muzamil, 2010) kata puzzle berasal dari


bahasa Inggris yang berarti teka-teki atau bongkar pasang, media puzzle
merupakan media sederhana yang dimainkan dengan bongkar pasang.
Berdasarkan pengertian tentang media puzzle, maka dapat disimpulkan
bahwa media puzzle merupakan alat permainan edukatif yang dapat
merangsang kemampuan berfikir yang dimainkan dengan cara membongkar
pasang kepingan puzzle berdasarkan pasangannya.

3.2 Alat dan Proses Bermain


1. Handphone
2. Puzzle
Permainan ini membutuhkan pendampingan petugas dan diupayakan
puzzle yang lebih besar agar lansia mudah menyusun dan memegangnya.
Pilih gambar puzzle yang tidak rumit, sebelum gambar puzzle dipisah-
pisah, tunjukkan kelansia gambar puzzle yang dimaksud, kemudian ajak
dan dampingi lansia untuk menyusun puzzle. Beri contoh bagaimana cara
menyusun puzzle, seperti dimulai dipojok dahulu atau bagian samping
terlebih dahulu.

3.3 Waktu Pelaksanaan

No Waktu Terapy Lansia


1 5 menit Pembukaan :
1. Co-Leader membuka dan mengucapkan  Menjawab salam
salam
2. Memperkenalkan diri terapi  Mendengarkan
3. Memperkenalkan pembimbing  Mendengarkan
4. Memperkenalkan lansia satu persatu  Mendengarkan
5. Kontrak waktu dengan lansia  Mendengarkan
6. Mempersilahkan Leader  Mendengarkan
2 15 menit Kegiatan bermain :
1. Leader menjelaskan cara permainan  Mendengarkan,
2. Menbagikan permainan
3. Leader ,co-leader, dan Fasilitator  Menerima permainan
memotivasi lansia  Bermain
4. Fasilitator mengobservasi lansia
menanyakan perasaan lansia  Mengungkapkan perasaan
3 5 menit Penutup :
1. Leader Menghentikan permainan  Selesai bermain
2. Menanyakan perasaan lansia  Mengungkapkan perasaan
3. Menyampaikan hasil permainan  Mendengarkan
4. Memberikan hadiah pada lansia yang  Senang
cepat menyelesaikan gambarnya dan
bagus
5. Membagikan snack pada semua lansia  Senang
yang bermain
6. Menanyakan perasaan lansia  Mengungkapkan perasaan
7. Co-leader menutup acara  Mendengarkan
8. Mengucapkan salam  Menjawab salam
.
3.4 Seting Tempat

P CI

L Co
O

WBS WBS

F WBS WBS F

WBS WBS

Keterangan:
L : Leader O : Observer P :P. Akademik
Co : Co-Leader WBS : Lansia CI :P. Klinik
F : Fasilitator
3.5 Pengorganisasian
a. Leader (Bangkit Satrio Pamungkas)
 Mengkoordinasi jumlah peserta yang telah ditentukan
 Mampu mengatasi masalah yang timbul dalam kelompok
 Menjelaskan tujuan bermain
b. Co Leader (Masitoh Anggraini)
 Membantu tugas dari leader
 Mengatasi masalah yang muncul bersama leader
 Mempersiapkan segala yang akan diperlukan bersama pelaksana yang
lain dan Memimpin perkenalan
c. Fasilitator (Rain Andesta)
 Memfasilitasi anak dalam bermain/melaksanakan kegiatan
 Membimbing dan mengarahkan anak
 Membantu meningkatkan rasa kepercayaan diri anak
 Memotivasi anak untuk menyelesaikan kegiatan
 Mengevaluasi kondisi anak selama kegiatan
d. Observer (Astri Candra Wiranti)
 Mengevaluasi selama kegiatan terapi bermain berlangsung
 Memberikan laporan evaluasi setelah terapi bermain selesai
 Memberikan informasi tambahan diakhir terapi bermain

3.6 System Evaluasi


1. Evaluasi struktur yang diharapkan
a. Alat-alat yang digunakan lengkap
b. Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
2. Evaluasi proses yang diharapkan
a. Terapi dapat berjalan dengan lancar
b. Lansia dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
c. Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
d. Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai
tugasnya
3. Evaluasi hasil yang diharapkan
a. Lansia dapat mengikuti kegiatan dengan baik
b. Lansia merasa senang
c. Lansia mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas
bermain
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kondisi gangguan kognitif pada lanjut usia seperti mudah lupa, disorientasi
terutama dalam hal waktu, gangguan pada kemampuan pendapat dan
pemecahan masalah, gangguan dalam berinteraksi antar lansia.
Terapi aktifitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang
dilakukan perawat kepada kelompok lansia yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok
digunakan sebagai target asuhan.

4.2 Saran
1. Panti Sosial
Sebagai tempat pelayanan sosial, sebaiknya terus memberikan terapi
aktivitas secara terjadwal agar dapat mengopitimalkan, melatih daya ingat
dan melindungi diri dari gejala demensia di masa usia lanjut
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

http://dwaney.wordpress.com/2011/10/09/tak-lansia/2013/5/8

Maryam, R.Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta :

Salemba Medika

http://khwanul-khair.blogspot.com/.../terapi-aktifitas-kelom/2013/5/8

Mubarak, wahit ikbal. 2006. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Komunitas 2.

Jakarta:Sagung seto

Anda mungkin juga menyukai