Anda di halaman 1dari 14

TERAPI BERMAIN MENYUSUN PUZZLE

PADA ANAK YANG MENGALAMI HOSPITALISASI

DI RUANGAN HORAY

Di susun oleh :
Kelas Kecil C

Anggota :
Cecep Abdul Rahim AK.1.16.009 Lala Dwi Apriliana AK.1.16.28
Eliana Nurliayanti AK.1.16.015 Madaniawati Nurul Fitri AK.1.16.034
Fahrul Hikmah Rinaldy AK.1.16.019 Mellydianty AK.1.16.036
Fitri Suhaebah AK.1.16.021 M. Irsal Fadillah AK.1.16.033
Habib M Iqbal AK.1.16.023 N. Aneu Nuraeni AK.1.16.040
Intan Rahayu Delianty AK.1.16.025 Rati Apriani Bangun AK.1.16.044
Lani Ana Fauziah AK.1.16.030 Yuni Saputri AK.1.16.053

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan satuan acara “Terapi Bermain
Puzzle Pada Anak yang Mengalami Hospitalisasi” tepat pada waktunya.
Satuan acara ini kami susun agar ada panduan saat melaksanakan terapi
bermain puzzle bagi anak-anak sehingga acara dapat berjalan lancar dan tidak
melenceng dari kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh tiap-tiap orang dengan
pembagian job desk yang jelas.
Kami mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini.

Bandung, Desember 2018

Penulis

1
TERAPI BERMAIN MENYUSUN PUZZLE PADA ANAK USIA SEKOLAH

DI RUANG HORAY

RUMAH SAKIT PENUH KASIH SAYANG

A. Latar Belakang
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak
secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas
bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak.
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang
sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri.
Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena
menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu,
dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang
dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan
rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya
melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah
agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,
mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak
seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada
saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Puzzle game merupakan permainan yang tidak hanya berfungsi sebagai
hiburan, tetapi juga dapat melatih kemampuan otak. Berdasarkan penelitian
seorang ahli saraf bernamaIan Robertson, puzzel dapat meningkatkan
kemampuan mental. Selain itu, permainan ini juga dapat mencegah penyakit
Alzheimer dan hilang ingatan(Baras, 2010)

2
Berdasarkan pengamatan kami dirumah sakit Penuh Kasih Sayang Bandung
diruangan anak horay kronis dan akut didapatkan jumlah anak usia sekolah (6-
12 tahun) sebanyak 8 orang anak. Anak-anak dapat memainkan sesuatu dengan
tangannya yaitu dengan bongkar pasang yang bisa melatih kecerdasan otak anak
dan berpikir secara logis untuk menyelesaikan gambar yang bisa menjadi sesuatu
yang menarik seperi binatang atau orang.
Bermain ini menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan
keterampilan anak yang diharapkan mampu untuk berkreatif dan terampil dalam
sebagai hal. Sifat permainan ini adalah sifat aktif dimana anak selalu ingin
mencoba kemampuan dalam keterampilan tertentu seperti bermain dalam puzzel
gambar, disini anak selalu dipacu untuk selalu terampil dalam meletakkan
gambar yang telah di bongkar.
Alasan kami ingin melaksanakan terapi bermain puzzle adalah untuk
mengembangkan motorik halus, keterampilan kognitif dan kemampuan
berbahasa. Selain itu puzzle merupakan bentuk permainan yang membutuhkan
ketelitian dan konsentrasi, melatih untuk mengontrol diri, karena kita harus
berkonsentrasi ketika mengatur strategi saat bermain dan kita harus bekerjasama
dengan anggota kelompok dalam menyelesaikan penyusunan puzzle. Sehingga
bermain puzzle merupakan jenis permainan yang memiliki nilai-nilai edukatif.

B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti terapi bermain dengan puzzle diharapkan dapat
mengurangi dampak tress hospitalisasi pada anak.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Dengan mengikuti terapi bermain puzzle, diharapkan dapat :
a) Melatih kemampuan kognitif anak.
b) Melatih kemampuan motorik halus anak.
c) Melatih kemampuan sosial personal anak.

3
d) Melatih kemampuan berbahasa anak.
e) Melatih sosialisasi dengan teman sebaya dalam memecahkan suatu
permainan.

C. Sasaran
1. Anak usia sekolah ( 6-12 tahun).
2. Anak yang dirawat di ruang Horay.
3. Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang dapat
menghalangi proses terapi bermain.
4. Tidak sedang dipasang alat medis invasif.
5. Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai selama 30
menit.
6. Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain puzzle.

D. Jadwal Pelaksanaan
1. Hari/ Tanggal : Rabu, 12 Desember 2018
2. Waktu : 10.00 WIB / kondisional
3. Tempat : Ruangan Bermain di Ruang Horay Rumah Sakit Penuh Kasih
Sayang

E. Media
1. Puzzle
2. Karpet/ Tikar

F. Metode
1. Anak diberi penjelasan tentang prosedur pelaksanaan terapi bermain yang
meliputi waktu kegiatan, cara bermain, serta hal-hal lain yang terkait
program bermain.

4
2. Apabila ada anak yang ingin BAK/BAB di persilakan oleh leader 5 menit
sebelum acara.
3. Diawal permainan, anak diberikan set Puzzle.
4. Setelah itu dengan panduan leader, anak diminta untuk menyusun puzzle.
5. Fasilitator mendampingi dan mengarahkan anak dalam kelompok selama
bermain puzzle.
6. Terapi bermain puzzle ini bersifat lomba. Kelompok yang paling banyak
menyusun puzzle secara benar adalah kelompok pemenang, namun reward
diberikan kepada dua kelompok.
7. Waktu menyusun puzzle selama 15 menit dengan diiringi lagu anak-anak.
Apabila lagu berhenti maka anak-anak dipersilahkan untuk berhenti bermain
menyusun puzzle dan diberikan pujian atas keterlibatannya dalam terapi
bermain menyusun puzzle.
8. Observer melakukan pengamatan dan memberikan evaluasi terhadap
perilaku anak dan proses jalannya terapi bermain.
9. Evaluasi perasaan anak setelah selesai bermain puzzle, minimal ada 2 orang
anak dari kelompok yang berbeda yang bercerita di depan tentang
pengalamannya saat bermain puzzle.
10. Pada akhir kegiatan diberikan reward bagi anak yang sudah berpartisipasi
dalam terapi bermain.
11. Kemudian fasilitator mengambil kembali puzzle yang telah disusun oleh
anak-anak dan memberikan pujian kepada semua peserta sebagai reward.

G. Rencana Kegiatan
No Kegiatan Waktu Respon
1 Persiapan : H-1 Kegiatan Ruangan, alat, anak dan
1. Menyiapkan ruangan perawat siap
2. Mengundang anak dan keluarga

5
3. Menyiapkan alat-alat
4. Menyiapkan anak dan membagi
kelompok
2 Pembukaan : 8 menit 1. Mendengarkan
1. Mengucapkan salam dan kontrak
memperkenalkan diri 2. Mendengarkan tujuan
2. Menyampaikan tujuan dan dari kegiatan
maksud dari kegiatan 3. Mendengarkan
3. Menjelaskan kontrak waktu dan kontrak
mekanisme kegiatan bermain 4. Mendengarkan
4. Menjelaskan cara kegiatan apa instruksi
yang akan dilakukan
3 Pelaksaan : 15 menit Bermain bersama
1. Mengajak anak bermain puzzle dengan antusias
2. Fasilitator mendampingi anak
dan memberikan motivasi
kepada anak
3. Menanyakan kepada anak
apakah sudah selesai dalam
bermain
4. Memberitahu anak bahwa waktu
yang diberikan telah selesai
5. Memberikan pujian terhadap
anak yang mampu bermain
puzzle dengan baik
4 Evaluasi : 7 menit Anak mendengarkan dan
1. Melakukan review pengalaman merespon dengan
bermain puzzle menjawab kesan dan

6
2. Mengidentifikasi kejadian yang pengalamannya selama
berkesan selama bermain bermain puzzle
3. Menganalisi kesan yang didapat
oleh anak
4. Menyimpulkan kegiatan acara

H. Pengorganisasian
Pembimbing Mata Kuliah Keperawatan Jiwa : Rizki Muliani, M.Kep
Leader : N. Aneu Nuraeni
Co-Leader : M. Irsal Fadhillah
Fasilitator : Yuni Saputri, Cecep Abdul Rahim
Observer : Lani Ana Fauziah, Fitri Suhaebah

I. Job Description
1. Leader
Bertanggungjawab terhadap terlaksananya terapi bermain, secara garis
besar bertugas dalam membuka dan menutup pelaksanaan kegiatan terapi
bermain menyusun puzzle.
2. Co-Leader
Menjelaskan penatalaksanaan dan mendemonstrasikan aturan dan cara
bemain dalam terapi bermain.
3. Fasilitator
Tugas dari fasilitator yaitu memfasilitasi anak untuk bermain, membimbing
anak bermain, memperhatikan respon anak saat ermain, mengajarkan anak
untuk bersosialisasi dengan temannya.
4. Observer
Tugas seorang observer dalam kegiatan ini adalah mengawasi jalannya
permainan, mencatat proses permainan disesuaikan dengan rencana, dan

7
mencatat situasi penghambat dan pendukung selama proses pelaksanaan
kegiatan terapi bermain menyusun puzzle.

J. Setting Tempat

Keterangan :
: Pasien/ peserta

: Fasilitator

: Observer

: Leader

: Co-Leader

8
K. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a) Kesiapan media dan tempat.
b) Kegiatan terapi bermain yang di rencanakan dapat terlaksana tepat waktu,
tempat.
2. Evaluasi Proses
a) Leader dapat memimpin jalannya permainan, dilakukan dengan tertib dan
teratur.
b) Co. Leader dapat membantu tugas leader dengan baik.
c) Fasilitator dapat memfasilitasi dan memotivasi anak dalam permainan.
d) Anak dapat mengikuti permainan secara aktif dari awal sampai akhir
acara.
3. Evaluasi Hasil
a) Peserta memahami permainan yang telah dimainkan.
b) Anak telah belajar memecahkan masalah melalui eksplorasi alat
mainannya.
c) Anak dapat memgembangkan hubungan sosial, komunikasi dan belajar
sabar serta saling menghargai.
d) Anak merasa terlepas dari ketegangan dan stress selama hospitalisasi,
anak dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainan (distraksi dan
relaksasi)
e) Anak dapat berinteraksi denga anak lain dan perawat.
f) Jumlah peserta 8 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok.

9
L. Lembar Observasi Pelaksanaan Terapi Bermain
No Aspek yang Dinilai Ya/Tidak Keterangan
I Struktur Terapi Bermain
1 Persiapan media terapi bermain
1. Set Puzzle
2. Karpet/ Tikar
2 Kelengkapan jumlah mahasiswa :
1. Leader (1)
2. Co- Leader (1)
3. Fasilitator (2)
4. Observer (2)
II Proses Terapi Bermain
1. Pembukaan Leader :
a) Membuka acar terapi bermain dengan
mengucapkan salam
b) Memperkenalkan diri dan meminta peserta
menyebutkan nama
c) Menjelaskan kontrak waktu
d) Menjelaskan permainan apa yang akan dilakukan
dan tujuan terapi bermain
e) Memberikan contoh kepada peserta cara bermain
puzzle
f) Memimpin jalannya permainan dari awal sampai
akhir
g) Memutar lagu sebagai pengiring saat permainan
berlangsung
2 Pelaksanaan
Co-Leader :

10
a) Membantu leader menjelaskan cara bermain
b) Membantu leader memberikan contoh kepada
peserta cara bermain puzzle
c) Memberikan kesempatan pada peserta untuk ikut
memulai permainan
d) Mengatur waktu permainan
Fasilitator :
a) Mengarahkan peserta untuk bermain
b) Memotivasi peserta dalam menyelesaikan
permainan
c) Membantu leader dalam mengkondisikan peserta
agar fokus pada jalannya permainan
Pelaksanaan terapi bermain berlangsung tepat waktu
3 Evaluasi : Observer
a) Memberikan check list dan keterangan mengenai
evaluasi kegiatan di lembar observasi pelaksanaan
terapi bermain
b) Memberikan penilaian kemampuan anak terhadap
permainan
c) Peserta menceritakan tentang pengalamannya
bermain puzzle
4 Terminasi :
a) Memberikan reward kepada peserta kelompok
pemenang permainan dan semua peserta oleh
leader dan fasilitator
b) Leader mengucapkan terimakasih
III Hasil Terapi Bermain
1 Peserta Terapi Bermain :

11
a) Peserta terapi bermain antusias mengikuti kegiatan
terapi bermain
b) Peserta mengikuti terapi bermain sampai dengan
selesai
c) Peserta mampu menyelesaikan setidaknya
menyusun semua kepingan pada tahap sulit, dan
mempu menyusun setidaknya separo kepingan
ringan dan sedang dalam waktu yang telah
ditentukan

M. Lampiran Alur Cerita


Di Rumah Sakit Penuh Kasih Sayang terdapat ruangan bernama Ruang Horay
dimana ruangan tersebut khusus untuk pasien anak baik penyakit akut maupun
kronis. Usia anak bervariasi dari usia 6-8 tahun atau dalam masa sekolah. Anak-
anak tersebut mengalami dampak hospitalisasi terlihat dari saat pengkajian
ataupun pemeriksaan anak-anak tersebut terlihat diam, lesu, tidak bersemangat,
dan nampak terlihat kurang semangat dalam menjalani aktivitas.
Saat dikaji, banyak dari anak-anak tersebut mengatakan bahwa diirnya merasa
bosan harus berdiam diri di ruangan hanya untuk tidur dan makan, sedangkan
orangtuanya mengatakan bahwa anak-anak yang sakit tidak perlu bermain karena
kondisinya tidak sehat dan takut memperparah kondisi penyakitnya. Namun
anak-anak tersebut ingin bermain sebuah permainan dimana bisa menghilangkan
rasa bosan ketika harus menjalani rawat inap di rumah sakit. Perawat
menyarankan kepada orangtua permainan puzzle dimana permainan ini
menggunakan teknik berfikir dan sedikit tenaga sehingga anak-anak tidak perlu
kelelahan dalam menjalani terapi bermain. Orangtua anak- anak itu menyetujui
diadakannya permainan menyusun puzzle. Disamping itu anak-anak ingin
orangtua nya tidak ikut karena takut dibatasi dan ingin agar permainan puzzle ini

12
dilakukan secara bersama-sama dengan yang lainnya sehingga perawat
menyarankan kembali untuk melakukan terapi bermain menyusun puzzle secara
berkelompok dimana terdapat 2 kelompok yang masing-masing terdiri dari 4
peserta, 1 observer, 1 fasilitator. Dan anak-anak pun setuju dengan usul tersebut.
Maka dengan segera perawat menyusun satuan acara kegiatan terapi bermain
menyusun puzzle.

N. Bentuk Puzzle

DAFTAR PUSTAKA

https://sheviwidy.wordpress.com/2015/01/10/satuan-acuan-bermain/
http://ayubellanasta.blogspot.com/2015/08/proposal-terapi-bermain-anak.html

13

Anda mungkin juga menyukai