Anda di halaman 1dari 25

SATUAN ACARA PENYULUHAN TERAPI BERMAIN PADA ANAK

DI RUANG ASOKA (ANAK) RUMAH SAKIT UMUM


DEPATI HAMZAH PANGKALPINANG

Disusun Oleh :

1. Finda Yesiana (171440108)


2. Nur Rahma Dina (1714401)
3. Rio Syahputra (171440120)
4. Rizky (171440121)
5. Sherli (171440126)
6. Siti Aisyah (171440128)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES
PANGKALPINANG
TAHUN 2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Topik/Pokok Bahasan : Terapi Bermain Pada Anak “Menyusul Puzzle”


Hari/tanggal :Jumat, 17 Mei 2019
Pukul :10.00 WIB-10.35 WIB (35 menit)
Penyuluh :Finda Yesiana, Nur Rahma Dhina, Rio Syahputra, Rizky,
Sherli, Siti Aisyah
1. Moderator : Sherli
2. Leader : Rizky
3. Co. Leader : Siti Aisyah
4. Fasilitator : Finda Yesiana

Sasaran :
1. Anak usia 4-8 tahun
2. Anak yang dirawat diruang Asoka dan keluarga klien.
3. Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang dapat
menghalangi proses terapi bermain
4. Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai
5. Anak yang mau berpartisispasi dalam terapi bermain menyusun puzzle
Tempat : di Ruang Asoka (Anak), Rumah Sakit Depati Hamzah
Pangkalpinang

A. Analisa Situasi
Masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan
pengalaman traumatik, khususnya pada pasien anak yaitu ketakutan dan
ketegangan atau stress hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai faktor
diantaranya perpisahan dengan orang tua, kehilangan control, dan akibat dari
tindakan invasif yang menimbulkan rasa nyeri. Akibatnya akan menimbulkan
berbagai aksi seperti menolak makan, menangis, teriak, memukul, menyepak,
tidak kooperatif atau menolak tindakan keperawatan yang diberikan.
Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan
merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak
bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti
halnya makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain. Anak-anak memerlukan
berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik, mentaldan perkembangan
emosinya.
Untuk itu dengan melakukan permainan maka ketegangan dan stress
yang dialami akan terlepas karena dengan melakukan permainan rasa sakit
akan dapat dialihkan (distraksi) pada permainannya dan terjadi proses relaksasi
melalui kesenangannya melakukan permainan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Setelah mengikuti kegiatan terapi bermain pada anak, maka dapat
meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak.
2. Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti kegiatan terapi bermain pada anak, diharapkan:
a. Anak dapat menyusun dan menggabungkan puzzle dengan benar
b. Menurunkan tingkat kecemasan pada anak
c. Mengembangkan imajinasi pada anak
C. Metode
Bermain dengan anak (menyusun puzzle) yang telah disediakan.
D. Media :
1. Papan puzzle
2. Karpet

E. Pelaksanaan kegiatan :
No Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu
1. Pembukaan: 1. Membuka kegiatan 1. Menjawab salam 5 menit
1. Pembukaan dengan 2. Mendengarkan
2. Perkenalan mengucapkan 3. Memperatikan
diri salam. 4. Memperhatikan
3. Tujuan 2. Memperkenalkan
4. Kontrak diri.
waktu 3. Menjelaskan tujuan
dari terapi bermain.
4. Kontrak waktu
dengan anak dan
orang tua.
2. Pelaksanaan 1. Menjelaskan tata 1. Memperhatikan 15
cara pelaksanaan 2. Bertanya menit
terapi bermain 3. Antusias saat
menyusun menerima
puzzlepada anak peralatan
2. Memberikan menyusun puzzle
kesempatan kepada 4. Memulai untuk
anak untuk bertanya menyusun puzzle
jika belum jelas. 5. Menyusun
3. Membagikan kertas puzzledengan
bergambar dan warna yang
pensil warna kepada cocok
anak 6. Memperhatikan
4. Fasilitator
mendampingi anak
dan memberikan
motivasi kepada
anak.
5. Meminta anak untuk
menunjukkan
puzzzle yang telah
di susun.
6. Memberikan pujian
terhadap anak atas
apresiasi anak.
3. Evaluasi 1. Memotivasi anak 1. Menceritakan 10
untuk mewarnai 2. Gembira menit
gambar yang telah 3. Gembira
disediakan
2. Membagikan reward
kepada anak
4. Terminasi 1. Memberikan 1. Memperhatikan 5 menit
motivasi dan pujian 2. Gembira
kepada anak . 3. Mendengarkan
2. Mengucapkan 4. Menjawab salam
terima kasih kepada
anak dan orang tua
3. Mengucapkan salam
penutup

F. Evaluasi
a. Evaluasi Struktural :
a. Anak hadir di ruangan ada 3 orang.
1) Nama : An. S
Usia : 6 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Toboali
2) Nama : An. A
Usia : 5 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Riding Panjang
3) Nama : An. C
Usia : 6 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Parit Lalang
b. Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di ruang asoka (anak).
Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di ruang anak kelas 3.
c. Pengorganisasian penyelenggaraan terapi dilakukan sebelumnya.
1) Moderator : Sherli
2) Leader : Rizky
3) Co leader : Siti Aisyah
4) Fasilitator : Finda Yesiana
b. Evaluasi Proses :
a. An. S
An. M sangat antusias dan semangat dalam kegiatan menempelkan
puzzle, An. S menempelkan potongan puzzle dengan sendirinya.
b. An. A
An. A sangat antusias dalam menempelkan potongan puzzle , anak
dibantu oleh ibunya ketika menempelkan potongan puzzle . Anak
mengikuti acara dari awal sampai selesai.
c. An. C
An. C sangat antusias dalam mengikuti terapi bermain dengan
menempelkan potongan puzzle , anak sangat kooperatif, anak tidak
meninggalkan ruangan sampai terapi selesai.

4. Evaluasi hasil :
a. An. S
An. S terlihat senang dan gembira saat melaksanakan kegiatan yang
diselenggarakan, An. S dapat menempel puzzle pada tempat sesuai
dengan contoh yang diberikan sampai selesai.
b. An. A
An. A terlihat senang dan gembira saat melaksanakan kegiatan
yang diselenggarakan , An. A dapat menempel potongan puzzle
pada papan sampai selesai dibantu oleh ibunya.
c. An. C
An. C terlihat terlihat semangat saat menempel potongan puzzle
pada papan , An. C merasa gembira setelah selesai diadakan terapi
bermain , An. C juga dapat menyebutkan warna-warna karakter
pada puzzle.
LAPORAN TERAPI BERMAIN
DI RUANG ASOKA (ANAK)
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DEPATI HAMZAH
PANGKALPINANG

Dengan ini kami menyatakan TELAH melakukan Terapi Bermain di


Ruang Asoka (Anak) Rumah Sakit Umum Daerah Depati Hamzah Pangkalpinang
dengan baik dan berjalan lancar yang dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Jumat/17 Mei 2019
Tempat : Kelas 3, Ruang Asoka (Anak)
Sasaran : Anak usia 4-8 tahun
Tema : Menyusun Puzzle
Jumlah Anak : 3 (tiga) orang
Daftar anak yang hadir :
No. Nama Umur Alamat Ruangan
1. An. S 6 tahun Toboali Kelas II
2. An. A 5 tahun Riding Panjang Kelas III
3. An. C 6 tahun Bukit Baru Kelas III
Laporan saat terapi bermain:
1. Jalannya acara :
a. Pembukaan : Moderator memakai waktu untuk pembukaan yaitu 5 menit
Dalam pembukaan moderator membuka kegiatan dengan
mengucapkan salam, memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan dari
terapi bermain dan kontrak waktu dengan anak dan orang tua.
b. Kegiatan inti : Leader, co. leader dan fasilitator memakai waktu dalam
kegiatan yaitu kurang lebih 30 menit.
Disini leader dan co. leader menjelaskan tata cara pelaksanaan
terapi bermain menyusun puzzle kepada anak, memberikan kesempatan
kepada anak untuk bertanya jika belum jelas, membagikan puzzle,
fasilitator mendampingi anak dan memberikan motivasi kepada anak,
menanyakan kepada anak apakah telah selesai menyusun puzzle,
memberitahu anak bahwa waktu yang diberikan telah selesai,
memberikan pujian terhadap anak yang mampu mewarnai gambar
sampai selesai.
Setelah kegiatan selesai leader dan co. leader memotivasi anak
dan membagikan reward kepada seluruh peserta
c. Penutup : Moderator menggunakan waktu 5 menit untuk penutupan
Moderator memberikan motivasi dan pujian kepada seluruh
anak yang telah mengikuti program terapi bermain, mengucapkan terima
kasih kepada anak dan orang tua dan mengucapkan salam penutup
kepada anak-anak dan orang tua klien.
2. Tujuan
Dalam acara terapi bermain ini tujuan kami kepada anak pun tercapai
yaitu:
a. Memberi kesempatan bagi anak-anak untuk berekspresi dan mencoba
sesuatu yang baru.
Dalam terapi ini juga dapat membuat anak bebas berekspresi
dan mencoba sesuatu yang baru
b. Menciptakan suasana aman bagi anak-anak untuk mengekspresikan
diri mereka
c. Menurunkan tingkat kecemasan pada anak akibat dampak hospitalisasi
Dalam terapi bermain ini juga untuk menurunkan tingkat
kecemas dan takut selama hospitalisasi karena anak merasa senang,
antusias, bahagia dan bersemangat dalam mengikuti acara ini.
d. Mengembangkan imajinasi pada anak
Dalam terapi bermain ini dapat meningkatkan imajinasi anak
untuk menempel potongan puzzle sesuai imajinasi mereka masing-
masing.
LAMPIRAN SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. DEFISINI
Bermain menurut Hughes, seorang ahli perkembangan anak dalam
bukunya children, play, and development, mengatakan bahwa permainan
merupakan hal yang berbeda dengan belajar dan bekerja. Suatu kegiatan
bermain harus ada lima unsur di dalamnya antara lain : Mempunyai tujuan
yakni untuk mendapatkan kepuasan, Memilih dengan bebas atas kehendak
sendiri tidak ada yang menyuruh ataupun memaksa, Menyenangkan dan
dapat menikmati, Menghayal untuk mengembangkan daya imajinatif dan
kreativitas, Melakukan secara aktif dan standar.
Hetherington & Parke mendefinisikan permainan sebagai “ a
nonserious and self containdes activity engages in for the sheer
sastisfaction it brings”. Jadi permainan bagi anak-anak adalah suatu
bentuk aktivitas yang menyenangkan yang dilakukan semata-mata untuk
aktivitas itu sendiri, bukan karena ingin memperoleh sesuatu yang
dihasilkan dari aktivitas tersebut.
Bruner dalam buku Hurlock menyatakan bahwa bermain adalah
aktivitas yang serius, selanjutnya ia menjelaskan bahwa bermain
memberikan kesempatan bagi banyak bentuk belajar. Dua diantaranya
yang sangat penting adalah pemecahan masalah dan kreativitas. Tanpa
bermain dasar kreativitas dan dasar pemecahan masalah tidak dapat
diletakkan sebelum anak mengembangkan kebiasaan untuk menghadapi
lingkungan dengan cara yang tidak kreatif.

B. TUJUAN TERAPI BERMAIN


Bermain merupakan aktivitas penting pada masa anak-anak. Berikut ini
adalah bererapa manfaat bermain pada anak-anak :
1. Perkembangan aspek fisik. Anggota tubuh mendapat kesempatan
untuk digerakkan, anak dapat menyalurkan tenaga (energi) yang
berlebihan, sehingga ia tidak merasa gelisah. Dengan demikian otot-
otot tubuh akan tumbuh menjadi kuat.
2. Perkembangan aspek motorik kasar dan halus.
3. Perkembangan aspek sosial. Ia akan belajar tentang sistem nilai,
kebiasaan-kebiasaan dan standar moral yang dianut oleh masyarakat.
4. Perkembangan aspek emosi atau kepribadian. Anak mendapat
kesempatan untuk melepaskan ketegangan yang dialami, perasaan
tertekan dan menyalurkan dorongan-dorongan yang muncul dalam
dirinya. Setidaknya akan membuat anak relaks.
5. Perkembangan aspek kognisi. Anak belajar konsep dasar,
mengembangkan daya cipta, memahami kata-kata yang diucapkan
oleh teman-temannya.
6. Mengasah ketajaman penginderaan, menjadikan anak kreatif, kritis
dan bukan anak yang acuh tak acuh terhadap kejadian disekelilingnya.
7. Sebagai media terapi, selama bermain perilaku anak-anak akan tampil
bebas dan bermain adalah sesuatu yang secara alamiah sudah dimiliki
oleh seorang anak.
8. Sebagai media intervensi, untuk melatih kemampuan-kemampuan
tertentu dan sering digunakan untuk melatih konsentrasi pada tugas
tertentu, melatih konsep dasar.

C. KATEGORI BERMAIN
1. Bermain Aktif
Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukan
anak, apakah dalam bentuk kesenangan bermain alat misalnya mewarnai
gambar, melipat kertas origami, puzzle dan menempel gambar. Bermain
aktif juga dapat dilakukan dengan bermain peran misalnya bermain dokter-
dokteran dan bermain dengan menebak kata.
2. Bermain Pasif
Dalam bermain pasif, hiburan atau kesenangan diperoleh dari
kegiatan orang lain.Pemain menghabiskan sedikit energi, anak hanya
menikmati temannya bermain atau menonton televisi dan membaca buku.
Bermain tanpa mengeluarkan banyak tenaga, tetapi kesenangannya hampir
sama dengan bermain aktif.

D. JENIS PERMAINAN
1. Permainan bayi
Permainan sederhana oleh anggota keluarga dilakukan pada usia 0-1
tahun.Contoh: petak umpet, dakon, kejar-kejaran.
2. Permainan perorangan
Untuk menguji kecakapan, ada peraturan sedikit, dilakukan pada todler
danprasekolah. Contoh: menendang bola
3. Permainan tetangga
Permainan kelompok, pada prasekolah dan sekolah. Contoh: bermain
polisidan penjahat.
4. Permainan tim
Permainan terorganisir, punya aturan tertentu, dilakukan pada usia
sekolahdan remaja. Contoh: sepakbola, kasti, lari.
5. Permainan dalam ruang
Permainan pada anak sakit atau lelah, dilakukan pada cuaca buruk atau
hujan. Contoh: main kartu, tebak-tebakan, teka-teki.

E. CIRI-CIRI BERMAIN
1. Selalu bermain dengan satu atau dua benda
2. Selalu ada timbal balik interaksi
3. Selalu dinamis
4. Ada aturan tertentu
5. Menuntut ruangan tertentu

F. KLASIFIKASI BERMAIN
1. Berdasarkan isinya
a. Bermain afektif sosial (social affective play)
Permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang
menyenangkan antara anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan
mendapat kesenangan dan kepuasan dari hubungan yang menyenangkan
dengan orangtua dan orang lain. Permainan yang biasa dilakukan adalah
“cilukba”, berbicara sambil tersenyum/tertawa atau sekedar memberikan
tangan pada bayi untuk menggenggamnya tetapi dengan diiringi
berbicara sambil tersenyum dan tertawa.
b. Bermain untuk senang-senang (sense of pleasure play)
Permainan ini menggunakan alat yang bisa menimbulkan rasa senang
pada anak dan biasanya mengasyikkan. Misalnya dengan menggunakan
pasir, anak akan membuat gunung-gunung atau benda-benda apa saja
yang dapat dibentuk dengan pasir. Bisa juga dengan menggunakan air
anak akan melakukan bermacam-macam permainan seperti
memindahkan air ke botol, bak atau tempat lain.
c. Permainan Ketrampilan (skill play)
Permainan ini akan menimbulkan keterampilan anak, khususnya motorik
kasar dan halus. Misalnya, bayi akan terampil akan memegang benda-
benda kecil, memindahkan benda dari satu tempat ke tempat lain dan
anak akan terampil naik sepeda. Jadi keterampilan tersebut diperoleh
melalui pengulangan kegiatan permainan yang dilakukan.
d. Permainan simbolik atau pura-pura (dramatic play role)
Permainan anak ini yang memainkan peran orang lain melalui
permainannya. Anak berceloteh sambil berpakaian meniru orang dewasa.
Misalnya ibu guru, ibunya, ayahnya, kakaknya sebagai yang ingin ia tiru.
Apabila anak bermain dengan temannya, akan terjadi percakapan di
antara mereka tentang peran orang yang mereka tiru. Permainan ini
penting untuk memproses/mengindentifikasi anak terhadap peran
tertentu.
2. Berdasarkan jenis permainan
a. Permainan (Games)
Permainan adalah jenis permainan dengan alat tertentu yang
menggunakan perhitungan atau skor. Permainan ini bisa dilakukan oleh
anak sendiri atau dengan temannya. Banyak sekali jenis permainan ini
yang dimulai dari sifat tradisional maupun modern seperti ular tangga,
congklak, puzzle dan lain-lain.
b. Permainan yang hanya memperhatikan saja (unoccupied behaviour)
Pada saat tertentu anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum,
tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja, atau apa
saja yang ada di sekelilingnya. Anak melamun, sibuk dengan bajunya
atau benda lain. Jadi sebenernya anak tidak memainkan alat permainan
tertenty dan situasi atau objek yang ada di sekelilingnya yang digunakan
sebagai alat permainan. Anak memusatkan perhatian pada segala sesuatu
yang menarik perhatiannya. Peran ini berbeda dengan onlooker, dimana
anak aktif mengamati aktivitas anak lain.
3. Berdasarkan karakteristik sosial
a. Solitary play. Dimulai dari bayi (toddler) dan merupakan jenis permainan
sendiri atau independen walaupun ada orang lain disekitarnya. Hal ini
karena keterbatasan sosial, ketrampilan fisik dan kognitif.
b. Paralel play. Dilakukan oleh suatu kelompok anak balita atau prasekolah
yang masing-masing mempunyai permainan yang sama tetapi satu sama
lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung. Dan karakteristik
khusus pada usia toddler.
c. Associative play. Permainan kelompok dengan tanpa tujuan kelompok.
Yang mulai dari usia toddler dan dilanjutkan sampai usia prasekolah dan
merupakan permainan dimana anak dalam kelompok dengan aktivitas
yang sama tetapi belum teroganisir secara formal.
d. Cooperative play. Suatu permainan yang teroganisir dalam kelompok,
ada tujuan kelompok dan ada memimpin yang di mulai dari usia pra
sekolah. Permainan ini dilakukan pada usia sekolah dan remaja.
e. Onlooker play. Anak melihat atau mengobservasi permainan orang lain
tetapi tidak ikut bermain, walaupun anak dapat menanyakan permainan
itu dan biasanya dimulai pada usia toddler.
f. Therapeutic play. Merupakan pedoman bagi tenaga tim kesehatan,
khususnya untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis anak selama
hospitalisasi. Dapat membantu mengurangi stress, memberikan instruksi
dan perbaikan kemampuan fisiologis (Vessey & Mohan, 1990 dikutip
oleh Supartini, 2004). Permainan dengan menggunakan alat-alat medik
dapat menurunkan kecemasan dan untuk pengajaran perawatan diri.
Pengajaran dengan melalui permainan dan harus diawasi seperti:
menggunakan boneka sebagai alat peraga untuk melakukan kegiatan
bermain seperti memperagakan dan melakukan gambar-gambar seperti
pasang gips, injeksi, memasang infus dan sebagainya.

G. FUNGSI BERMAIN
Adapun fungsi bermain:
1. Perkembangan sensorik-motorik: aktivitas sensorik-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting
untuk perkembangan fungsi otot.
2. Perkembangan intelektual: anak melakukan eksplorasi dan manipulasi
terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama
mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur, dan membedakan objek.
Misalnya, anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya terlepas dan
annak dapat memperbaikinya maka anak telah belajar memecahkan
masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai
kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya
semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan eksplorasi, akan
melatih kemampuan intelektualnya.
3. Perkembangan sosial: perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan
berinteraksi dengan lingkugannya. Melalui kegatan bermain, anak akan
belajar memberi dan menerima. Bermain denganorang lain akan membantu
anak untuk mengembangkan hubungan sosial dan belajr memecahkan dari
hubungan tersebut. Saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar
berinteraksi dengan teman, memahami lawan bicara, dan belajar tentang
bilai sosial yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada anak
usia sekolah dan remaja.
4. Perkembangan kreativitas: berkreasi adalah kemampuan untuk
menciptakan sesuatu dan mewujudkannya ke dalam bentuk objek dan atau
kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar
dan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya.
5. Mempunyai nilai terapeutik : bermain dapat menjadikan diri anak lebih
senang dan nyaman sehingga dapat terhindar dari stres dan , mengingat
bermain dapat menghibur diri anak terhadap dunianya.
6. Perkembangan kesadaran diri: melalui bermain, anak akan
mengembangkan kemampuannya dalam mengatur tingkah laku. Anak juga
akan belajar mengenal kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru
dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain. Dalam hal
ini, peran orang tua sangat penting untuk menannamkan nilai moral dan
etika, terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk memahami
dampak positif dan negatif dari perilakunya terhadap orang lain. Nilai-niali
moral: anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya,
terutama dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain,
anak akan mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut
sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri
dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya.
7. Bermain sebagai terapi: pada saat anak dirawat di rumah saki, anak akan
mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan seperti:
marah, takut, cemas, sedih dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak
dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa sterssor
yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan
permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stres yang dialaminya
karena dengan melakukan permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa
sakitnya pada permainan (distraksi).

H. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS


BERMAIN
1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan
2. Status kesehatan, anak sakit  perkembangan psikomotor kognitif
terganggu
3. Jenis kelamin
4. Lingkungan  lokasi, negara, kultur
5. Alat permainan  senang dapat menggunakan
6. Intelegensia dan status sosial ekonomi

I. TAHAP PERKEMBANGAN BERMAIN


1. Tahap Eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain.
2. Tahap Permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap perminan.
3. Tahap Bermain Sungguhan
Anak sudah ikut dalam perminan.
4. Tahap Melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

J. KARAKTERISTIK BERMAIN SESUAI TAHAP PERKEMBANGAN


1. Bayi (1 bulan)
a. Visual: permainan dapat dilihat dengan jarak dekat (20-25 Cm),
gantungkanbenda yang terang dan menyolok.
b. Auditori: bicara dengan bayi, menyanyi, musik, radio, detik jam.
c. Taktil: memeluk, menggendong, memberi kehangatan.
d. Kinetik: mengayun, naik kereta dorong.
2. Bayi (2-3 bulan)
a. Visual : buat ruangan menjadi terang, gambar, cermin ditembok, bawa
bayike ruangan lain, letakkan bayi agar dapat memandang disekitar.
b. Auditori : bicara dengan bayi, beri mainan bunyi, ikut sertakan dalam
pertemuan keluarga.
c. Taktil : memandikan, mengganti popok, menyisir rambut dengan
lembut,gosok dengan lotion/bedak.
d. Kinetik : jalan dengan kereta, gerakan berenang, bermain air.
3. Bayi (4-6 bulan)
a. Visual : bermain cermin, anak nonton TV, beri mainan dengan
warnaterang.
b. Auditori : anak bicara, ulangi suara yang dibuat, panggil nama,
remaskertas didekat telinga, pegang mainan berbunyi didekat telinga.
c. Taktil : beri mainan lembut/kasar, mandi cemplung/cebur.
d. Kinetik : bantu tengkurap, sokong waktu duduk.
4. Bayi (6-9 bulan)
a. Visual : mainan berwarna, bermain depan cermin,”ciluk ….ba”, beri
kertasuntuk dirobek-robek.
b. Auditori : panggil nama “Mama …Papa, dapat menyebutkan bagian
tubuh,beri tahu yang anda lakukan, ajarkan tepuk tangan dan beri
perintahsederhana.
c. Taktil : meraba bahan bermacam-macam tekstur, ukuran, main
airmengalir, berenang.
d. Kinetik : letakkan mainan agak jauh lalu suruh anak untuk
mengambilnya.
5. Bayi (9-12 bulan)
a. Visual : perlihatkan gambar dalam buku, ajak pergi ke berbagai
tempat,bermain bola, tunjukkan bangunan agak jauh.
b. Auditori : tunjukkan bagian tubuh dan sebutkan, kenalkan dengan
suarabinatang.
c. Taktil : beri makanan yang dapat dipegang, kenalkan dingin, panas
danhangat.
d. Kinetik : beri mainan yang dapat ditarik dan didorong.
Mainan yang dianjurkan untuk bayi 6-12 bulan:
a. Blockies warna-warni jumlah, ukuran.
b. Buku dengan gambar menarik.
c. Balon, cangkir dan sendok.
d. Boneka bayi.
e. Mainan yang dapat didorong dan ditarik.
6. Todler (2-3 tahun)
a. Mulai berjalan, memanjat, berlari.
b. Dapat memainkan sesuatu dengan tangannya.
c. Senang melempar, mendorong, mengambil sesuatu.
d. Perhatiannya singkat.
e. Mulai mengerti memiliki “ Ini milikku ….”
f. Karakteristik bermain “Paralel Play”
g. Toddler selalu bertengkar saling memperebutkan mainan/sesuatu.
h. Senang musik/irama.
Mainan untuk toddler:
a. Mainan yang dapat ditarik dan didorong.
b. Alat masak.
c. Malam, lilin.
d. Boneka, blockies, telepon, gambar dalam buku, bola, dram yang
dapatdipukul, krayon, kertas.
7. Pra Sekolah (4-5 tahun)
a. Dapat melompat, berlari, bermain dan bersepeda.
b. Sangat energik dan imaginatif.
c. Mulai terbentuk perkembangan moral.
d. Mulai bermain dengan jenis kelamin dan bermain dengan kelompok.
e. Karakteristik bermain: assosiative play, dramatic play, skill play.
f. Laki-laki aktif bermain di luar, perempuan didalam rumah.
Mainan untuk pra sekolah:
a. Peralatan rumah tangga.
b. Sepeda roda tiga.
c. Papan tulis/kapur.
d. Lilin, boneka, kertas.
e. Drum, buku dengan kata sederhana, kapal terbang, mobil, truk.
8. Usia Sekolah (6-12 tahun)
a. Bermain dengan kelompok yang berjenis kelamin sama
b. Dapat belajar dengan aturan kelompok.
c. Belajar independent, cooperative, bersaing, menerima orang lain.
d. Karakteristik “Cooperative Play”.
e. Laki-laki: Mechanical, perempuan : Mother Role.
Mainan untuk anak usia sekolah:
a. 6-8 tahun
Kartu, boneka, robot, buku, alat olah raga, alat untuk melukis,
mencatat,sepeda
b. 8-12 tahun
Buku, mengumpulkan perangko, uang logam, pekerjaan tangan,
kartu,olah raga bersama, sepeda, sepatu roda
9. Remaja (13-18 tahun)
a. Bermain dalam kelompok seperti sepak bola, basket, bulutangkis.
b. Senang mendengarkan musik, melihat TV, mendengarkan radio.
c. Membaca majalah, buku.

K. MANFAAT BERMAIN
Manfaat yang didapat dari bermain, antara lain:
1. Membuang ekstra energi.
2. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti tulang, otot dan
organ-organ.
3. Aktivitas yang dilakukan dapat merangsang nafsu makan anak.
4. Anak belajar mengontrol diri.
5. Berkembanghnya berbagai ketrampilan yang akan berguna sepanjang
hidupnya.
6. Meningkatnya daya kreativitas.
7. Mendapat kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang ada disekitar
anak.
8. Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran, iri hati dan
kedukaan.
9. Kesempatan untuk bergaul dengan anak lainnya.
10. Kesempatan untuk mengikuti aturan-aturan
11. Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya.

L. ALAT PERMAINAN EDUKATIF


Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat
perkembangannya, serta berguna untuk:
1. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang
atau merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik kasar dan
halus. Contoh alat bermain motorik kasar : sepeda, bola, mainan yang
ditarik dandidorong, tali, dll. Motorik halus : gunting, pensil, bola, balok,
lilin, dll.
2. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat
yang benar.Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, majalah,
radio, tape, TV, dll.
3. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran,
bentuk. Warna, dll. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita,
puzzle, boneka, pensil warna, radio, dll.
4. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan
interaksi ibu dan anak, keluarga dan masyarakat.Contoh alat permainan :
alat permainan yang dapat dipakai bersama, misal kotak pasir, bola, tali, dan
lain-lain.

M. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM BERMAIN


1. Bermain atau alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan anak dan minat anak.
3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat
pada keterampilan yang lebih majemuk.
4. Jangan memeaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain.
5. Jangan memberikan alat permanian terlalu banyak atau sedikit.

N. TUJUAN TERAPI BERMAIN KETIKA ANAK HOSPITALISASI


Tujuan kegiatan terapi bermain pada anak:
1. Memberikan informasi
2. Memicu normalisasi
3. Menggunakan sistem pendukung yang dikenal
4. Mengidentifikasi teknik koping

O. PRINSIP BERMAIN DI RUMAH SAKIT


Agar anak dapat lebih efektif dalam bermain di rumah sakit, perlu
diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Permainan tidak banyak menggunakan energi, waktu bermain lebih singkat
untuk menghindari kelelahan dan alat-alat permainannya lebih sederhana.
2. Mainan harus relatif aman dan terhindar dari infeksi silang. Permainan
harus memperhatikan keamanan dan kenyamanan. Anak kecil perlu rasa
nyaman dan yakin terhadap benda-benda yang dikenalnya, seperti boneka
yang dipeluk anak untuk memberi rasa nyaman dan dibawa je tempat tidur
di malam hari, mainan tidak membuat anak tersedak, tidak mengandung
bahan berbahaya, tidak tajam, tidak membuat anak terjatuh, kuat dan tahan
lama seta ukurannya menyesuaikan usia dankekuatan anak.
3. Sesuai dengan kelompok usia: pada rumah sakit yang mempunyai tempat
bermain, hendaknya perlu dibuatkan jadwal dan dikelompokkan sesuai usia
karena kebutuhan bermain berlainan antara usia yang lebih rendah dan
yang lebih tinggi
4. Tidak bertentangan dengan terapi: terapi bermain harus memperhatikan
kondisi anak. Bila program terapi mengahruskan anak untuk istirahat, maka
aktivitas bermain hendaknya dilakukan ditempat tidur. Permainan tidak
boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang dijalankan anak.
Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih permainan yang dapat
dilakukan ditempat tidur, dan ank tidak boleh diajak bermain dengan
kelompoknya di tempat bermain khusus yang ada di ruang rawat.
5. Perlu keterlibatan orang tua dan keluarga: Wong tahun 2009 menyatakan,
keterlibatan orang tua dalam terapi adalah sangat penting, hal ini
disebabkan karena orangtua mempunyai kewajiban untuk tetap
melangsungkan upaya stimulus tumbuh kembang pada anak walaupun
sedang dirawat di rumah sakit. Anak yang dirawat di rumah sakit
seharusnya tidak dibiarkan sendiri. Keterlibatan orang tua dalam perawatan
anak di rumah sakit digharapkan dapat mengurangi dampak hospitalisasi.
Keterlibatan orang tua dan anggota keluarga tidak hanya mendorong
perkembangan kemampuan dan ketrampilan sosial anak, namun juga akan
memberikan dukungan bagi perkembangan emosi positif, kepribadian yang
adekuat serta kepedulian terhadap orang lain.

P. BERMAINMENYUSUN PUZZLE
Puzzle berasal dari bahasa Inggris yang berarti teka-teki atau bongkar
pasang, media puzzle merupakan media sederhana yang dimainkan dengan
bongkar pasang. Puzzle merupakan alat permainan edukatif yang dapat
merangsang kemampuan matematika anak, yang dimainkan dengan cara
membongkar pasang kepingan puzzle berdasarkan pasangannya.
Ada beberapa jenis puzzle, antara lain :
1. Puzzle kontruksi : Puzzle rakitan (contruction puzzle) merupakan
kumpulan potongan-potongan yang terpisah, yang dapat digabungkan
kembali menjadi beberapa model. Mainan rakitan yang paling umum
adalah blok-blok kayu sederhana berwarna-warni.
2. Puzzle lantai : puzzle lantai tebuat dari bahan sponge (karet/busa)
sehingga baik untuk alas bermain dibanding harus bermain di keramik.
Puzzle lantai dapat merangsang kreativitas dan melatih koordinasi mata
dengan tangan, melatih mototrik halus serta menstimulasi kerja otak.
3. Puzzle transportasi : transportasi merupakan permainan bongkar pasang
yang memiliki gambar berbagai macam kendaraan darat, laut, dan udara.
Fungsinya selain melatih motorik anak, juga untuk stimulasi otak
kanandan otak kiri. Anak akan lebih mengetahui macam-macam
kendaraan.
4. Puzzle angka : anak dapat melatih kemampuan berfikir logisnya dengan
menyususun angka sesuai urutannya. Selain itu, puzzle angka
bermanfaat untuk melatih koordinasi mata dengan tangan, melatih
motorik halus serta menstimulasi kerja otak.
5. Puzzle logika : merupakan puzzle gambar yang dapat mengembangkan
keterampilan srta anak akan berlatih untuk memecahkan masalah.
Puzzle ini dimainkan dengan cara menyusun kepingan puzzle hingga
membentuk suatu gambar yang utuh.
6. Puzzle geometri : merupakan puzzle yangdapat mengembangkan
keterampilan mengenali bentuk geometri (segitiga, lingkaran, persegi
dan lainnya), selain itu anak akan dilatih untuk mencocokkan kepingan
puzzle geometri sesuai dengan papan puzzelnya.
7. Puzzle penjumlahan dan pengurangan : Puzzle penjumlahan dan
pengurangan merupakan puzzle yang dapat mengembangkan
kemampuan logika matematika anak. Dengan puzzle penjumlahan dan
pengurangan anak memasangkan kepinganpuzzle sesuai dengangambar
pasangannya.

Fungsi Puzzle :
1. Melatih konsentrasi, ketelitian dan kesabaran
2. Melatih koordinasi mata dan tangan
3. Memperkuat daya ingat
4. Mengenalkan anak pada konsep hubungan
5. Dengan memilih gambar bentuk , dapat melatih anak untuk berfikir
matematis (menggunakan otak kiri).
Q. SUMBER PUSTAKA
Saputro Heri dan Fazrin Intan. 2017. Anak Sakit Wajib Bermain di Rumah
Sakit: Penerapan Terapi Bermain Anak Sakit; Proses, Manfaat dan
Pelaksanaannya. Ponorogo:Forum Ilmiah Kesehatan(FORIKES)
Adang, dkk. 2014. Satuan Acara Penyuluhan Terapi Bermain.
https://olhachayo.files.wordpress.com/2014/11/satuan-acara-
penyuluhan-anak-wirosaban.doc diakses pada tanggal 14 Mei 2019
Dwi Siska. 2016. Satuan Acara Penyuluhan Terapi Bermain.
https://www.academia.edu/10984703/Terapi_bermaindiakses pada 14
Mei 2019

Anda mungkin juga menyukai