Disusun Oleh :
Sasaran :
1. Anak usia 4-8 tahun
2. Anak yang dirawat diruang Asoka dan keluarga klien.
3. Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang dapat
menghalangi proses terapi bermain
4. Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai
5. Anak yang mau berpartisispasi dalam terapi bermain menyusun puzzle
Tempat : di Ruang Asoka (Anak), Rumah Sakit Depati Hamzah
Pangkalpinang
A. Analisa Situasi
Masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan
pengalaman traumatik, khususnya pada pasien anak yaitu ketakutan dan
ketegangan atau stress hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai faktor
diantaranya perpisahan dengan orang tua, kehilangan control, dan akibat dari
tindakan invasif yang menimbulkan rasa nyeri. Akibatnya akan menimbulkan
berbagai aksi seperti menolak makan, menangis, teriak, memukul, menyepak,
tidak kooperatif atau menolak tindakan keperawatan yang diberikan.
Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan
merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak
bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti
halnya makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain. Anak-anak memerlukan
berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik, mentaldan perkembangan
emosinya.
Untuk itu dengan melakukan permainan maka ketegangan dan stress
yang dialami akan terlepas karena dengan melakukan permainan rasa sakit
akan dapat dialihkan (distraksi) pada permainannya dan terjadi proses relaksasi
melalui kesenangannya melakukan permainan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Setelah mengikuti kegiatan terapi bermain pada anak, maka dapat
meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak.
2. Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti kegiatan terapi bermain pada anak, diharapkan:
a. Anak dapat menyusun dan menggabungkan puzzle dengan benar
b. Menurunkan tingkat kecemasan pada anak
c. Mengembangkan imajinasi pada anak
C. Metode
Bermain dengan anak (menyusun puzzle) yang telah disediakan.
D. Media :
1. Papan puzzle
2. Karpet
E. Pelaksanaan kegiatan :
No Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu
1. Pembukaan: 1. Membuka kegiatan 1. Menjawab salam 5 menit
1. Pembukaan dengan 2. Mendengarkan
2. Perkenalan mengucapkan 3. Memperatikan
diri salam. 4. Memperhatikan
3. Tujuan 2. Memperkenalkan
4. Kontrak diri.
waktu 3. Menjelaskan tujuan
dari terapi bermain.
4. Kontrak waktu
dengan anak dan
orang tua.
2. Pelaksanaan 1. Menjelaskan tata 1. Memperhatikan 15
cara pelaksanaan 2. Bertanya menit
terapi bermain 3. Antusias saat
menyusun menerima
puzzlepada anak peralatan
2. Memberikan menyusun puzzle
kesempatan kepada 4. Memulai untuk
anak untuk bertanya menyusun puzzle
jika belum jelas. 5. Menyusun
3. Membagikan kertas puzzledengan
bergambar dan warna yang
pensil warna kepada cocok
anak 6. Memperhatikan
4. Fasilitator
mendampingi anak
dan memberikan
motivasi kepada
anak.
5. Meminta anak untuk
menunjukkan
puzzzle yang telah
di susun.
6. Memberikan pujian
terhadap anak atas
apresiasi anak.
3. Evaluasi 1. Memotivasi anak 1. Menceritakan 10
untuk mewarnai 2. Gembira menit
gambar yang telah 3. Gembira
disediakan
2. Membagikan reward
kepada anak
4. Terminasi 1. Memberikan 1. Memperhatikan 5 menit
motivasi dan pujian 2. Gembira
kepada anak . 3. Mendengarkan
2. Mengucapkan 4. Menjawab salam
terima kasih kepada
anak dan orang tua
3. Mengucapkan salam
penutup
F. Evaluasi
a. Evaluasi Struktural :
a. Anak hadir di ruangan ada 3 orang.
1) Nama : An. S
Usia : 6 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Toboali
2) Nama : An. A
Usia : 5 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Riding Panjang
3) Nama : An. C
Usia : 6 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Parit Lalang
b. Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di ruang asoka (anak).
Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di ruang anak kelas 3.
c. Pengorganisasian penyelenggaraan terapi dilakukan sebelumnya.
1) Moderator : Sherli
2) Leader : Rizky
3) Co leader : Siti Aisyah
4) Fasilitator : Finda Yesiana
b. Evaluasi Proses :
a. An. S
An. M sangat antusias dan semangat dalam kegiatan menempelkan
puzzle, An. S menempelkan potongan puzzle dengan sendirinya.
b. An. A
An. A sangat antusias dalam menempelkan potongan puzzle , anak
dibantu oleh ibunya ketika menempelkan potongan puzzle . Anak
mengikuti acara dari awal sampai selesai.
c. An. C
An. C sangat antusias dalam mengikuti terapi bermain dengan
menempelkan potongan puzzle , anak sangat kooperatif, anak tidak
meninggalkan ruangan sampai terapi selesai.
4. Evaluasi hasil :
a. An. S
An. S terlihat senang dan gembira saat melaksanakan kegiatan yang
diselenggarakan, An. S dapat menempel puzzle pada tempat sesuai
dengan contoh yang diberikan sampai selesai.
b. An. A
An. A terlihat senang dan gembira saat melaksanakan kegiatan
yang diselenggarakan , An. A dapat menempel potongan puzzle
pada papan sampai selesai dibantu oleh ibunya.
c. An. C
An. C terlihat terlihat semangat saat menempel potongan puzzle
pada papan , An. C merasa gembira setelah selesai diadakan terapi
bermain , An. C juga dapat menyebutkan warna-warna karakter
pada puzzle.
LAPORAN TERAPI BERMAIN
DI RUANG ASOKA (ANAK)
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DEPATI HAMZAH
PANGKALPINANG
C. KATEGORI BERMAIN
1. Bermain Aktif
Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukan
anak, apakah dalam bentuk kesenangan bermain alat misalnya mewarnai
gambar, melipat kertas origami, puzzle dan menempel gambar. Bermain
aktif juga dapat dilakukan dengan bermain peran misalnya bermain dokter-
dokteran dan bermain dengan menebak kata.
2. Bermain Pasif
Dalam bermain pasif, hiburan atau kesenangan diperoleh dari
kegiatan orang lain.Pemain menghabiskan sedikit energi, anak hanya
menikmati temannya bermain atau menonton televisi dan membaca buku.
Bermain tanpa mengeluarkan banyak tenaga, tetapi kesenangannya hampir
sama dengan bermain aktif.
D. JENIS PERMAINAN
1. Permainan bayi
Permainan sederhana oleh anggota keluarga dilakukan pada usia 0-1
tahun.Contoh: petak umpet, dakon, kejar-kejaran.
2. Permainan perorangan
Untuk menguji kecakapan, ada peraturan sedikit, dilakukan pada todler
danprasekolah. Contoh: menendang bola
3. Permainan tetangga
Permainan kelompok, pada prasekolah dan sekolah. Contoh: bermain
polisidan penjahat.
4. Permainan tim
Permainan terorganisir, punya aturan tertentu, dilakukan pada usia
sekolahdan remaja. Contoh: sepakbola, kasti, lari.
5. Permainan dalam ruang
Permainan pada anak sakit atau lelah, dilakukan pada cuaca buruk atau
hujan. Contoh: main kartu, tebak-tebakan, teka-teki.
E. CIRI-CIRI BERMAIN
1. Selalu bermain dengan satu atau dua benda
2. Selalu ada timbal balik interaksi
3. Selalu dinamis
4. Ada aturan tertentu
5. Menuntut ruangan tertentu
F. KLASIFIKASI BERMAIN
1. Berdasarkan isinya
a. Bermain afektif sosial (social affective play)
Permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang
menyenangkan antara anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan
mendapat kesenangan dan kepuasan dari hubungan yang menyenangkan
dengan orangtua dan orang lain. Permainan yang biasa dilakukan adalah
“cilukba”, berbicara sambil tersenyum/tertawa atau sekedar memberikan
tangan pada bayi untuk menggenggamnya tetapi dengan diiringi
berbicara sambil tersenyum dan tertawa.
b. Bermain untuk senang-senang (sense of pleasure play)
Permainan ini menggunakan alat yang bisa menimbulkan rasa senang
pada anak dan biasanya mengasyikkan. Misalnya dengan menggunakan
pasir, anak akan membuat gunung-gunung atau benda-benda apa saja
yang dapat dibentuk dengan pasir. Bisa juga dengan menggunakan air
anak akan melakukan bermacam-macam permainan seperti
memindahkan air ke botol, bak atau tempat lain.
c. Permainan Ketrampilan (skill play)
Permainan ini akan menimbulkan keterampilan anak, khususnya motorik
kasar dan halus. Misalnya, bayi akan terampil akan memegang benda-
benda kecil, memindahkan benda dari satu tempat ke tempat lain dan
anak akan terampil naik sepeda. Jadi keterampilan tersebut diperoleh
melalui pengulangan kegiatan permainan yang dilakukan.
d. Permainan simbolik atau pura-pura (dramatic play role)
Permainan anak ini yang memainkan peran orang lain melalui
permainannya. Anak berceloteh sambil berpakaian meniru orang dewasa.
Misalnya ibu guru, ibunya, ayahnya, kakaknya sebagai yang ingin ia tiru.
Apabila anak bermain dengan temannya, akan terjadi percakapan di
antara mereka tentang peran orang yang mereka tiru. Permainan ini
penting untuk memproses/mengindentifikasi anak terhadap peran
tertentu.
2. Berdasarkan jenis permainan
a. Permainan (Games)
Permainan adalah jenis permainan dengan alat tertentu yang
menggunakan perhitungan atau skor. Permainan ini bisa dilakukan oleh
anak sendiri atau dengan temannya. Banyak sekali jenis permainan ini
yang dimulai dari sifat tradisional maupun modern seperti ular tangga,
congklak, puzzle dan lain-lain.
b. Permainan yang hanya memperhatikan saja (unoccupied behaviour)
Pada saat tertentu anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum,
tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja, atau apa
saja yang ada di sekelilingnya. Anak melamun, sibuk dengan bajunya
atau benda lain. Jadi sebenernya anak tidak memainkan alat permainan
tertenty dan situasi atau objek yang ada di sekelilingnya yang digunakan
sebagai alat permainan. Anak memusatkan perhatian pada segala sesuatu
yang menarik perhatiannya. Peran ini berbeda dengan onlooker, dimana
anak aktif mengamati aktivitas anak lain.
3. Berdasarkan karakteristik sosial
a. Solitary play. Dimulai dari bayi (toddler) dan merupakan jenis permainan
sendiri atau independen walaupun ada orang lain disekitarnya. Hal ini
karena keterbatasan sosial, ketrampilan fisik dan kognitif.
b. Paralel play. Dilakukan oleh suatu kelompok anak balita atau prasekolah
yang masing-masing mempunyai permainan yang sama tetapi satu sama
lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung. Dan karakteristik
khusus pada usia toddler.
c. Associative play. Permainan kelompok dengan tanpa tujuan kelompok.
Yang mulai dari usia toddler dan dilanjutkan sampai usia prasekolah dan
merupakan permainan dimana anak dalam kelompok dengan aktivitas
yang sama tetapi belum teroganisir secara formal.
d. Cooperative play. Suatu permainan yang teroganisir dalam kelompok,
ada tujuan kelompok dan ada memimpin yang di mulai dari usia pra
sekolah. Permainan ini dilakukan pada usia sekolah dan remaja.
e. Onlooker play. Anak melihat atau mengobservasi permainan orang lain
tetapi tidak ikut bermain, walaupun anak dapat menanyakan permainan
itu dan biasanya dimulai pada usia toddler.
f. Therapeutic play. Merupakan pedoman bagi tenaga tim kesehatan,
khususnya untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis anak selama
hospitalisasi. Dapat membantu mengurangi stress, memberikan instruksi
dan perbaikan kemampuan fisiologis (Vessey & Mohan, 1990 dikutip
oleh Supartini, 2004). Permainan dengan menggunakan alat-alat medik
dapat menurunkan kecemasan dan untuk pengajaran perawatan diri.
Pengajaran dengan melalui permainan dan harus diawasi seperti:
menggunakan boneka sebagai alat peraga untuk melakukan kegiatan
bermain seperti memperagakan dan melakukan gambar-gambar seperti
pasang gips, injeksi, memasang infus dan sebagainya.
G. FUNGSI BERMAIN
Adapun fungsi bermain:
1. Perkembangan sensorik-motorik: aktivitas sensorik-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting
untuk perkembangan fungsi otot.
2. Perkembangan intelektual: anak melakukan eksplorasi dan manipulasi
terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama
mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur, dan membedakan objek.
Misalnya, anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya terlepas dan
annak dapat memperbaikinya maka anak telah belajar memecahkan
masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai
kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya
semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan eksplorasi, akan
melatih kemampuan intelektualnya.
3. Perkembangan sosial: perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan
berinteraksi dengan lingkugannya. Melalui kegatan bermain, anak akan
belajar memberi dan menerima. Bermain denganorang lain akan membantu
anak untuk mengembangkan hubungan sosial dan belajr memecahkan dari
hubungan tersebut. Saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar
berinteraksi dengan teman, memahami lawan bicara, dan belajar tentang
bilai sosial yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada anak
usia sekolah dan remaja.
4. Perkembangan kreativitas: berkreasi adalah kemampuan untuk
menciptakan sesuatu dan mewujudkannya ke dalam bentuk objek dan atau
kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar
dan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya.
5. Mempunyai nilai terapeutik : bermain dapat menjadikan diri anak lebih
senang dan nyaman sehingga dapat terhindar dari stres dan , mengingat
bermain dapat menghibur diri anak terhadap dunianya.
6. Perkembangan kesadaran diri: melalui bermain, anak akan
mengembangkan kemampuannya dalam mengatur tingkah laku. Anak juga
akan belajar mengenal kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru
dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain. Dalam hal
ini, peran orang tua sangat penting untuk menannamkan nilai moral dan
etika, terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk memahami
dampak positif dan negatif dari perilakunya terhadap orang lain. Nilai-niali
moral: anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya,
terutama dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain,
anak akan mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut
sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri
dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya.
7. Bermain sebagai terapi: pada saat anak dirawat di rumah saki, anak akan
mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan seperti:
marah, takut, cemas, sedih dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak
dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa sterssor
yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan
permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stres yang dialaminya
karena dengan melakukan permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa
sakitnya pada permainan (distraksi).
K. MANFAAT BERMAIN
Manfaat yang didapat dari bermain, antara lain:
1. Membuang ekstra energi.
2. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti tulang, otot dan
organ-organ.
3. Aktivitas yang dilakukan dapat merangsang nafsu makan anak.
4. Anak belajar mengontrol diri.
5. Berkembanghnya berbagai ketrampilan yang akan berguna sepanjang
hidupnya.
6. Meningkatnya daya kreativitas.
7. Mendapat kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang ada disekitar
anak.
8. Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran, iri hati dan
kedukaan.
9. Kesempatan untuk bergaul dengan anak lainnya.
10. Kesempatan untuk mengikuti aturan-aturan
11. Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya.
P. BERMAINMENYUSUN PUZZLE
Puzzle berasal dari bahasa Inggris yang berarti teka-teki atau bongkar
pasang, media puzzle merupakan media sederhana yang dimainkan dengan
bongkar pasang. Puzzle merupakan alat permainan edukatif yang dapat
merangsang kemampuan matematika anak, yang dimainkan dengan cara
membongkar pasang kepingan puzzle berdasarkan pasangannya.
Ada beberapa jenis puzzle, antara lain :
1. Puzzle kontruksi : Puzzle rakitan (contruction puzzle) merupakan
kumpulan potongan-potongan yang terpisah, yang dapat digabungkan
kembali menjadi beberapa model. Mainan rakitan yang paling umum
adalah blok-blok kayu sederhana berwarna-warni.
2. Puzzle lantai : puzzle lantai tebuat dari bahan sponge (karet/busa)
sehingga baik untuk alas bermain dibanding harus bermain di keramik.
Puzzle lantai dapat merangsang kreativitas dan melatih koordinasi mata
dengan tangan, melatih mototrik halus serta menstimulasi kerja otak.
3. Puzzle transportasi : transportasi merupakan permainan bongkar pasang
yang memiliki gambar berbagai macam kendaraan darat, laut, dan udara.
Fungsinya selain melatih motorik anak, juga untuk stimulasi otak
kanandan otak kiri. Anak akan lebih mengetahui macam-macam
kendaraan.
4. Puzzle angka : anak dapat melatih kemampuan berfikir logisnya dengan
menyususun angka sesuai urutannya. Selain itu, puzzle angka
bermanfaat untuk melatih koordinasi mata dengan tangan, melatih
motorik halus serta menstimulasi kerja otak.
5. Puzzle logika : merupakan puzzle gambar yang dapat mengembangkan
keterampilan srta anak akan berlatih untuk memecahkan masalah.
Puzzle ini dimainkan dengan cara menyusun kepingan puzzle hingga
membentuk suatu gambar yang utuh.
6. Puzzle geometri : merupakan puzzle yangdapat mengembangkan
keterampilan mengenali bentuk geometri (segitiga, lingkaran, persegi
dan lainnya), selain itu anak akan dilatih untuk mencocokkan kepingan
puzzle geometri sesuai dengan papan puzzelnya.
7. Puzzle penjumlahan dan pengurangan : Puzzle penjumlahan dan
pengurangan merupakan puzzle yang dapat mengembangkan
kemampuan logika matematika anak. Dengan puzzle penjumlahan dan
pengurangan anak memasangkan kepinganpuzzle sesuai dengangambar
pasangannya.
Fungsi Puzzle :
1. Melatih konsentrasi, ketelitian dan kesabaran
2. Melatih koordinasi mata dan tangan
3. Memperkuat daya ingat
4. Mengenalkan anak pada konsep hubungan
5. Dengan memilih gambar bentuk , dapat melatih anak untuk berfikir
matematis (menggunakan otak kiri).
Q. SUMBER PUSTAKA
Saputro Heri dan Fazrin Intan. 2017. Anak Sakit Wajib Bermain di Rumah
Sakit: Penerapan Terapi Bermain Anak Sakit; Proses, Manfaat dan
Pelaksanaannya. Ponorogo:Forum Ilmiah Kesehatan(FORIKES)
Adang, dkk. 2014. Satuan Acara Penyuluhan Terapi Bermain.
https://olhachayo.files.wordpress.com/2014/11/satuan-acara-
penyuluhan-anak-wirosaban.doc diakses pada tanggal 14 Mei 2019
Dwi Siska. 2016. Satuan Acara Penyuluhan Terapi Bermain.
https://www.academia.edu/10984703/Terapi_bermaindiakses pada 14
Mei 2019