Asuhan Kebidanan BBL 2023 Kelompok Baru 666
Asuhan Kebidanan BBL 2023 Kelompok Baru 666
DI RUANG BERSALIN
DI PUSKESMAS TANJUNG KARANG
Laporan Kelompok
Disusun oleh:
Kelompok I
Disusun oleh :
Kelompok I
Mengetahui,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya peningkatan derajat kesehatan ibu dan bayi merupakan salah satu
bentuk investasi di masa depan. Keberhasilan upaya kesehatan ibu dan bayi,
diantaranya dapat dilihat dari Indikator Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB). Menurut World Health Organization (WHO), setiap
hari pada tahun 2017 sekitar 810 wanita meninggal, pada akhir tahun mencapai
295.000 orang dari 94% diantaranya terdapat di negara berkembang. (WHO,
2019). Pada tahun 2018 angka kematian bayi baru lahir sekitar 18 kematian per
1.000 kelahiran hidup. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) disebabkan oleh komplikasi pada kehamilan dan
persalinan. (UNICEF 2019). Menurut Kemenkes RI (2018), Angka Kematian
Ibu di Indonesia secara umum terjadi penurunan dari 390 menjadi 305 per
100.000 kelahiran hidup, walau sudah cenderung menurun namun belum
berhasil mencapai target MDGs. Pada tahun 2015, MDGs menargetkan angka
kematian ibu 110 kematian per 100.000 kelahiran.. Angka Kematian Ibu (AKI)
di Provinsi Bali dalam 6 tahun terakhir berada di bawah angka nasional dan
dibawah target yang ditetapkan 100 per 1000 kelahiran hidup, namun setiap
tahunnya belum bisa diturunkan secara signifikan. Pada tahun 2018 AKI di
Provinsi Bali mencapai angka 52,2 per 100.000 kelahiran hidup, tahun ini
merupakan angka yang paling rendah dalam empat tahun terakhir (Dinkes
Provinsi Bali, 2018).
Menurut WHO Angka Kematian Ibu (AKI) disebabkan oleh komplikasi
selama dan setelah kehamilan dan persalinan. Komplikasi utama yang
menyebabkan hampir 75% dari semua kematian ibu yaitu perdarahan, infeksi,
tekanan darah tinggi selama kehamilan (pre-eklamsia dan eklamsia),
komplikasi dari persalinan aborsi yang tidak aman dan sisanya disebabkan oleh
kondisi kronis seperti penyakit jantung dan diabetes (WHO, 2019). Penyebab
utama kematian ibu di Indonesia termasuk Provinsi Nusa Tenggara Barat
didominasi oleh tiga faktor yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, dan
infeksi (Kemenkes RI, 2019). Secara nasional penyebab kematian ibu
terbanyak didominasi oleh perdarahan, kondisi yang paling sulit diatasi pada
kasus plasenta previa dan plasenta akreta. (Kemenkes RI, 2018)
AKB adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian bayi usia 0-11
bulan dari setiap 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu atau dapat dikatakan
juga sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun
(dinyatakan dengan per seribu kelahiran hidup). AKB Provinsi NTB telah
mengalami penurunan dalam kurun waktu 2003-2012, namun masih diatas
angka nasional. Menurut data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI), AKB Provinsi NTB pada tahun 2007 sebesar 72/1000 kelahiran hidup
mengalami penurunan menjadi 57/1000 sementara angka nasional pada tahun
yang sama adalah 35 dan 32 per 1000 kelahiran kelahiran hidup. Percepatan
penurunan AKB Provinsi NTB harus dilakukan melalui terobosan-terobosan
atau program-program yang mempunyai daya ungkit kuat untuk menurunkan
AKB. AKB berpengaruh signifikan terhadap Usia Harapan Hidup (UHH),
penurunan AKB akan meningkatkan UHH.
Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mencatat bahwa
jumlah kematian bayi tahun 2021 adalah 876 kasus, turun dibandingkan tahun
2020 dengan jumlah kasus kematian bayi adalah 953 kasus. Kematian bayi di
Provinsi NTB selama 5 (lima) tahun terakhir mengalami penurunan. Selama
periode tahun 2016-2019 terjadi penurunan jumlah kematian bayi di Provinsi
NTB, Kabupaten Lombok Barat tercatat kematian bayi sebanyak 28 bayi,
Lombok Tengah 230 bayi, Lombok Timur 226 bayi, Sumbawa 74 bayi, Dompu
43 bayi, Bima 79 bayi, Sumbawa Barat 17 bayi, Lombok Utara 87 bayi, Kota
Mataram 58 bayi, dan Kota Bima 24 bayi. Kematian bayi yang tercatat
sebanyak 866 bayi. Berdasarkan profil di NTB tahun 2021 jumlah penyebab
kematian neonatal (0-28 hari) karena BBLR sebanyak 265 bayi dan penyebab
kematian neonatal karena asfiksia sebanyak 204 bayi. (Dinas Kesehatan NTB,
2021).
Kasus kematian bayi tahun 2021 lebih rendah dibandingakan tahun 2020.
Kasus kematian bayi dilaporkan tahun 2020 sebesar 858 kasus dan menurun 47
kasus menjadi 811 kasus kematian bayi pada tahun 2021. Kasus kematian bayi
terbanyak tahun 2021 terjadi di Lombok Timur dan Lombok Tengah. Kedua
kabupaten tersebut menyumbang lebih dari setengah kematian bayi di NTB.
Selain secara absolut, proporsi angka kematian bayi (AKB) dilaporkan per
100.000 kelahiran hidup tertinggi terdapat dikedua kabupaten tersebut. Tiga
kabupaten/kota dengan proporsi AKB di atas angka provinsi terdapat
diKabupaten Lombok Utara sebesar 12,9 per 100.000 KH, Lombok Tengah
sebesar 9,66 per 100.000 KH dan Lombok Timur sebesar 9,65 per 100.000
KH.
Upaya menekan AKB di Provinsi NTB tidak bisa hanya dilakukan oleh
sector kesehatan namun memerlukan keterlibatan sektor lain baik pemerintah,
swasta dan masyarakat. Upaya yang sinergi dan saling mendukung serta
menguatkan diharapkan dapat mempercepat penurunan AKB. Upaya
mendekatkan dan memudahkan akses ke fasilitas pelayanan kesehatan bagi
masyarakat yang tersebar di wilayah yang tidak memiliki fasilitas kesehatan,
meningkatkan keterampilan tenaga kesehatan melalui pelatihan
berkesinambungan terutama tentang kesehatan reproduksi serta sosialisasi yang
lebih intens adalah beberapa upaya yang diharapkan dapat menekan kasus
kematian pada bayi.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk melaksanakan dan meningkatkan pengetahuan keterampilan
memberikan asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir Normal di Puskesmas
Tanjung Karang Kota Mataram dengan menerapkan 7 langkah varney.
2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi data subjektif pada ibu Bayi Baru Lahir di
Puskesmas Tanjung Karang Kota Mataram
2. Mengidentifikasi data objektif pada ibu Bayi Baru Lahir di Puskesmas
Tanjung Karang Kota Mataram
3. Mengidentifikasi interpretasi data (diagnosa, masalah dan kebutuhan)
pada Bayi Baru Lahir di Puskesmas Tanjung Karang Kota Mataram
4. Menegakkan diagnosa dan masalah potensial pada Bayi Baru Lahir di
Puskesmas Tanjung Karang Kota Mataram
5. Mengidentifikasi kebutuhan segera pada Bayi Baru Lahir di
Puskesmas Tanjung Karang Kota Mataram
6. Mengidentifikasi rencana tindakan kebidanan pada Bayi Baru Lahir di
Puskesmas Tanjung Karang Kota Mataram
7. Melakukan tindakan kebidanan Bayi Baru Lahir Puskesmas Tanjung
Karang Kota Mataram
8. Evaluasi asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir di Puskesmas
Tanjung Karang Kota Mataram.
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis Untuk perkembangan ilmu dan penerapan pelayanan
kebidanan pada bayi baru lahir.
2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Puskesmas
Dapat meningkatkan mutu dan pelayanan dalam pemberian asuahn
kebidanan pada bayi baru lahir normal.
b. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan acuan penelitian berikutnya serta referensi bagi
mahasiswa dalam memahami pelaksanaan asuhan kebidanan pada
bayi baru lahir normal.
c. Bagi Masyarakat
Sebagai informasi dan ilmu pengetahuan tentang asuhan kebidanan
pada bayi baru lahir normal,dan mengenai pelayanan kebidanan
pada bayi baru lahir.
d. Bagi Pasien
Meningkatkan pengetahuan pasien tentang pengalaman langsung
mengenai asuhan pada bayi baru lahir normal sehingga keaadan
pasien dapat lebih terpantau dan mengurangi komplikasi yang akan
terjadi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
c. Pengaturan Suhu
kehilangan panas melalui empat cara, yaitu:
1) Konveksi: pendinginan melaui aliran udara di sekitar bayi.
Suhu udara di kamar bersalin tidak boleh kurang dari 20 C dan
sebaiknya tidak berangin. Tidak boleh ada pintu dan jendela
yang terbka. Kipas angin dan AC yang kuat harus cukup jauh
dari area resusitasi. Troli resusitasi harus mempunyai sisi untuk
meminimalkan konveksi ke udara sekitar bayi.
2) Evaporasi: kehilangan panas melalui penguapan air pada kulit
bayi yang basah. Bayi baru lahiryang dalam keadaan basah
kehilangan panas dengan cepat melalui cara ini. Karena itu,
bayi harus dikeringkan seluruhnya, termasuk kepala dan
rambut,sesegera mungkin setelah dilahirkan
3) Radiasi: melalui benda padat dekat bayi yang tidak berkontak
secara langsung dengan kulit bayi. Panas dapat hilang secara
radiasi ke benda padat yang terdekat,misalnya jendela pada
musim dingin. Karena itu , bayi harus diselimuti, termasuk
kepalanya, idealnya dengan handuk hangat.
4) Konduksi: melalui benda-benda padat yang berkontak dengan
kulit bayi (Prawirohardjo, 2013).
Cara Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi Normal adalah sebagai
berikut : Pencegahan kehilangan panas Bayi baru lahir tidak dapat
mengatur tubuhnya secara memadai, dan dapat dengan cepat
kedinginan jika kehilangan panas tidak segera dicegah.
a. Keringkan bayi secara seksama.
b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan
hangat.
c. Tutupi kepala bayi.
d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI.
e. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir,
lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian. 6
f. Jangan memandikan bayi setidak-tidaknya 6 jam setelah lahir.
Tempatkan bayi di lingkungan hangat.
g. Sistem Pencernaan
Secara struktur sudah lengkap tapi belum sempurna,
mukosa mulut lembab dan pink. Lapisan keratin berwarna pink,
kapasitas lambung sekitar 15-30 ml, feses pertama berwarna hijau
kehitaman (Myles, 2009).
7) Pencegahan infeksi
a. Memberikan vitamin K Untuk mencegah terjadinya
perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru
lahir normal atau cukup bulan perlu di beri vitamin K per
oral 1 mg/hari selama 3 hari, dan bayi beresiko tinggi di
beri vitamin K parenteral dengan dosis 0,5–1 mg IM.
b. Memberikan obat tetes atau salep mata Untuk pencegahan
penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual)
perlu diberikan obat mata pada jam pertama persalinan,
yaitu pemberian obat mata eritromisin 0.5 % atau
tetrasiklin 1 %, sedangkan salep mata biasanya diberikan
5 jam setelah bayi lahir.
1) Perawatan mata harus segera dikerjakan, tindakan ini
dapat dikerjakan setelah bayi selesai dengan
perawatan tali pusat
2) Yang lazim dipakai adalah larutan perak nitrat atau
neosporin dan langsung diteteskan pada mata bayi
segera setelah lahir · Bayi baru lahir sangat rentan
terhadap infeksi, pastikan untuk melakukan
tindakanpencegahan infeksi berikut ini:
a. Cuci tangan secara seksama sebelum dan setelah
melakukan kontak denganbayi.
b. Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani
bayi yang belum dimandikan.
c. Pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem
gunting dan benang tali pusat telah didinfeksi
tingkat tinggi atau steril, jika menggunakan bola
karet penghisap, pakai yang bersih dan baru.
d. Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut
serta kain yang digunakan.
e. Pastikan bahwa timbangan, pipa pengukur,
termometer, stetoskop dan benda- benda lainnya
yang akan bersentuhan 27 dengan bayi dalam
keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci setiap
setelah digunakan).
8) Identifikasi bayi
1. Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi
perlu di pasang segera pasca persalinan. Alat pengenal
yang efektif harus diberikan kepada bayi setiap bayi
baru lahir dan harus tetap ditempatnya sampai waktu
bayi dipulangkan.
2. Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu
tersedia di tempat penerimaan pasien, di kamar bersalin
dan di ruang rawat bayi.
3. Alat yang digunakan, hendaknya kebal air, dengan tepi
yang halus tidak mudah melukai, tidak mudah sobek
dan tidak mudah lepas.
4. Pada alat atau gelang identifikasi harus tercantum nama
(bayi, nyonya), tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin,
unit, nama lengkap ibu.
5. Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan
mencantumkan nama, tanggal lahir, nomor identifikasi.
(Sinta B, 2019)
7. Kebutuhan Bayi Baru Lahir
a. Pemberian Asi
Memberikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan ibu
(jika payudara penuh) dan tentu saja ini lebih berarti pada
menyusui sesuai kehendak bayi atau kebutuhan bayi setiap 2-3
jam (paling 75 sedikit setiap 4 jam), bergantian antara payudara
kiri dan kanan. Seorang bayi yang menyusu sesuai dengan
permintaannya bisa menyusu sebanyak 12- 28 15 kali dalam 24
jam. Biasanya, ia langsung mengosongkan payudara pertama
dalam beberapa menit. Frekuensi menyusui itu dapat diataur
sedemikian rupa dengan membuat jadwal rutin, sehingga bayi
akan menyusu sekitar 5-10 kali dalam sehari (jamil, 2017).
d. Kebutuhan Istirahat
Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering
tidur, bayi baru lahir sampai usia 3 bulan rata-rata tidur selama 16
jam sehari. Pada umumnya bayi terbangun samapai malam hari
sampai usia 3 bulan. Sebaiknya ibu selalu menyediakan selimut dan
ruangannya yang hangat, serta memastikan bayi tidak terlalu panas
atau terlalus diingin. Jumlah waktu tidur bayi akan berkurang seiring
dengan bertambahnya usia bayi. Pola tidur bayi masih belum tertur
karena jam biologis yang belum matang. Tetapi perlahan-lahan kan
bergeser 30 sehingga lebih banyak waktu tidur dimalam hari
dibandingkan dengan siang hari (Jamil,2017).
4. Etiologi BBLR
1) Faktor ibu
a. < Gizi saat hamil
b. Usia < 20 th/> 35 th
c. Penyakit menahun ibu (hipertensi, jantung, gangguan
pembuluh darah)
d. Faktor Kehamilan
e. Hamil dengan hidramnion
f. Hamil ganda
g. Perdarahan antepartum
h. Komplikasi hamil: PE/E, KPD
2) Faktor Janin
a. Cacat bawaan
b. Infeksi dalam Rahim
5. Tatalaksana
Pengaturan Suhu Tubuh BBLR :
a. Cepat kehilangan panas = hipotermi oleh karena pusat
pengaturan panas tubuh belum berfungsi optimal,
metabolism rendah, dan permukaan tubuh relatif luas =
Rawat dalam inkubator.
b. Pencegahan infeksi
c. Intake nutrisi
b. Hipotermi
a. Definisi
Hipotermi adalah suhu tubuh bayi baru lahir yang tidak
normal (<36ºC) pada pengukuran suhu melalui aksila,
dimana suhu tubuh bayi baru lahir normal adalah 36,5ºC-
37,5ºC (suhu aksila). Hipotermi merupakan suatu tanda
bahaya karena dapat menyebabkan terjadinya perubahan
metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan kegagalan
fungsi jantung paru dan kematian (Sinta B, 2019).
b. Klasifikasi
1) Stres dingin suhu antara 35,5-36,4°CàBila tubuh
teraba hangat tapi ekstremitas teraba dingin maka
berarti bayi mengalami
2) Hipotermia sedang suhu antara 32-35,4°C
Sedangkan bila tubuh dan ekstremitas teraba dingin
berarti bayi mengalami
3) Hipotermia berat apabila suhu kurang dari 32°C
(IDAI, 2016).
c. Penyebab
Menurut (Sinta B, 2019) mekanisme kehilangan panas
pada bayi barulahir dapat melalui 4 cara, yaitu:
1) Radiasi yaitu dari bayi ke lingkungan dingin terdekat.
2) Konduksi yaitu langsung dari bayi ke sesuatu yang
kontak dengan bayi
3) Konveksi yaitu kehilangan panas dari bayi ke udara
sekitar.
4) Evaporasi yaitu penguapan air dari kulit bayi.
d. Penanganan
1) Bayi stres dingin: cari penyebabnya apakah popok
yang basah, suhu pendingin ruangan yang terlalu
rendah, tubuh bayi basah, setelah mandi yang tidak
segera dikeringkan atau ada h
2) Bila diketahui hal-hal ini maka segera atasi
penyebabnya tersebut. Untuk menghangatkan bayi
dilakukan kontak kulit ke kulit antara bayi dan ibu
sambil disusui, dan ukur ulang suhu bayi setiap jam
sampai suhunya normal. Bila suhunya tetap tidak naik
atau malah turun maka segera bawa ke dokter.
3) Bayi dengan suhu kurang dari 35,5°C mengalami
kondisi berat yang harus segera mendapat penanganan
dokter. Sebelum dan selama dalam perjalanan ke
fasilitas kesehatan adalah terus memberikan air susu
ibu (ASI) dan menjaga kehangatan.Tetap memberikan
ASI penting untuk mencegah agar kadar gula darah
tidak turun.
4) Apabila bayi masih mampu menyusu, bayi disusui
langsung ke payudara ibu.Namun, bila bayi tidak
mampu menyusu tapi masih mampu menelan, berikan
ASI yang diperah dengan sendok atau cangkir.
5) Menjaga bayi dalam keadaan hangat dilakukan
dengan kontak kulit ke kulit, yaitu melekatkan bayi di
dada ibu sehingga kulit bayi menempel langsung pada
kulit ibu,dan ibu dan bayi berada dalam satu pakaian.
Kepala bayi ditutup dengan topi (IDAI, 2016)
e. Pencegahan
1) Menutup kepala bayi dengan topi Pakaian yang
kering. Diselimuti · Ruangan hangat (suhu kamar
tidak kurang dari 25°C)
2) Bayi selalu dalam keadaan kering
3) Tidak menempatkan bayi di arah hembusan angin
dari jendela/pintu/pendingin ruangan. 24 Buku
Ajar— Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi
dan Balita
4) Sebelum memandikan bayi perlu disiapkan baju,
handuk, dan air hangat. Setelah dimandikan, bayi
segera dikeringkan dengan handuk dan dipakaikan
baju (IDAI, 2016).
c. Kejang
1) Definisi
Kejang merupakan gerakan involunter klonik atau tonik
pada satu atau lebih anggota gerak. Biasanya sulit di
kenali dan terjadi pada usia 6 bulan – 6 tahun.
2) Penyebab kejang:
a. Serebral hipoksia, trauma lahir, malformasi
kongenital.
b. Metabolik
c. Sepsis
d. Obat-obatan
e. Perubahan suhu yg cepat dantiba-tibademam (Sinta B,
2019)
3) Faktor penyebab kejang
Komplikasi pada saat kehamilan dan kelahiran
a. Ibu tidak imunisasi TT
b. Perdarahan saat usia kehamilan 28 tahun,
menyebabkan hiposia janin
c. Gawat janin pada masa kehamilan dan persalinan
yang mengharuskan induksi persalinan
d. Alat yang digunakan tidak steril
e. Persalinan dengan tindakan dapat menyebabkan
trauma susunan saraf pusat
f. Perdarahan intracranial
g. Ibu hamil dengan DM 8. Kelainan metabolism seperti
hipoglikemia, hipokalasemia,hipomagnesemia, dll
4) Penatalaksanaan kejang
a. Periksa Jalan nafas (air)
b. Periksa pernafasan (breathing)
c. Periksa sirkulasi (circulation)
d. Periksa adanya hipoglikemia (Sinta B, 2019).
d. Gangguan Nafas
1) Definisi
Sindrom gawat nafas adalah syndrome gawat nafas yang
disebabkan defisiensi surfaktan terutama pada bayi yang
lahir dengan masa gestasi kurang.
2) Etiologi
Obstruksi jalan napas. Misalnya: trakemolasia
a. Penyakit parenkim paru. Misalnya: penyakit membran
hialin
b. Penyakit jaringan organ. Misalnya: hernia
diafragmatika
c. Diluar paru paru, payah jantung
4) Patofisiologi
Disebabkan karena alveoli masikh kecil sehingga sulit
berkembang, pengembangan kurang sempurna karena
dinding thorax masih leemah, produksi surfaktan
berkurang. Kekurangan surfaktan mengakibatkan kolaps
pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal ini
menyebabkan perubahan fisiologis pada paru.
5) Komplikasi
a. Ruptur alveoli: bila dicurigai terjadi kebocoran udara
b. Infeksi
c. Perdarahan intracranial
d. Kurangnya oksigen ke otak
e. Bronchopulmonary Dysplasia
f. Retinopathy premature
f. Asfiksia Neonatorum
Asfiksia atau mati lemas adalah suatu keadaan berupa
berkurangnya kadar oksigen (O2) dan berlebihnya kadar
karbon dioksida (CO2) secara bersamaan dalam darah dan
jaringan tubuh akibat gangguan pertukaran antara oksigen
(udara) dalam alveoli paru-paru dengan karbon dioksida dalam
darah kapiler paru-paru. Kekurangan oksigen disebut hipoksia
dan kelebihan karbon dioksida disebut hiperkapnia. Asfiksia
berarti hipoksia yang progresif karena gangguan pertukaran gas
serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan
dalam persediaan O2 dan kesulitan mengeluarkan CO2, saat
janin di uterus hipoksia.
Asfiksia neonartum ialah suatu keadaan dimana bayi tidak
dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir.
Hal ini oleh karena hipoksia janin intra uterin dan hipoksia ini
berhubungan dengan factor-faktor yang timbul di dalam
kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir (Jamil, 2017).
g. Ikterus
Ikterus adalah menguningnya sklera, kulit atau jaringan lain
akibat penimbunan bilirubin dalam tubuh atau akumulasi
bilirubin dalam darah lebih dari 5 mg/dl dalam 24 jam, yang
menandakan terjadinya gangguan fungsional dari hepar, sistem
biliary atau sistem haematologi. Ikterus dapat terjadi baik
karena peningkatan bilirubin indirek (unconjugated) dan direk
(conjugated).
f) Pemeriksaan fisik
10) Kepala : Ubun-ubun tidak ada
molase,rambut
berwarna hitam bersih,tidak ada
pembengkakan,tidak ada kelainan.
11) Mata : Simetrs,tidak ada oedema,kemerah
merahan,tidak ada bercak hitam
pada mata.
12) Hidung : Simetris,tidak ada
pernapasan
cuping hidung dan pengeluaran.
13) Mulut : Bibir merah muda, bibir tidak
sumbing, langit langit tidak
terbelah,
reflex rooting (+),reflex sucking
(+).
14) Telinga : Simetris,tidak ada
pengeluaran,tidak
ada kelainan.
15) Dada : Pernafasan teratur,tidak ada retraksi
dada,tidak ada kelainan.
16) Abdomen : Tidak ada kelainan,tidak ada
benjolan dan tidak ada perdarahan
tali pusat.
17) Punggung : fleksibilitas tulang punggungnya
baik,tidak ada kelainan pada tulang
punggung,tidak ada benjolan yang
abnormal.
18) Genetalia : Labia mayora menutupi labia
minora,klitoris menonjol (pada bayi
perempuan),testis telah turun ke
skrotum (pada bayi laki laki).
19) Anus : Terdapat lubang anus
20) Ekstermitas : Atas : simetris,jari jari lengkap,
pergerakan tangan aktif,
refleks moro (+), refleks
grasping (+), (Normal).
Bawah : simetris,jari jari lengkap,
pergerakan tangan aktif,
reflek moro (+), refles
grasping (+)
II. Interpretasi data
Pada langkah ini dilakukan interpretasi dari data menjadi masalah
atau diagnosa yang teridentifikasi secara spesifik. Kata masalah
dan diagnosa keduanya digunakan seperti halnya beberapa
masalah tidak dapat diidentifikasi sebagai diagnosis tetapi
dibutuhkan sebagai pertimbangan dalam mengembangkan
rencana perawatan yang komprehensif kepada pasien.
1) Diagnosa Kebidanan
Adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup
praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
diagnosa kebidanan (Mufdlilah, 2012)
Diagnosa kebidanan pada kasus ini yaitu “Neonatus Dini usia
2 jam”
2) Masalah
Adalah pernyataan yang menggambarkan masalah spesifik
yang berkaitan dengan keadaan kesehatan seseorang dan
didasarkan pada penilaian asuhan kebidanan
Masalah kebidanan pada kasus ini yaitu “Tidak ada”
3) Kebutuhan
Hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi dalam
diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan analisis data
(Mufdlilah, 2012).
Kebutuhan neonatus dini pada yaitu :
1) Menjaga suhu tubuh bayi
2) Memandikan bayi setelah 2 jam
3) Melakukan perawatan tali pusat
4)
5) Menjaga keamanan bayi
6) Menjemur bayi
7) Melakukan pemeriksaan fisik
8) Konseling tentang menyusui bayi terhadap ibu
9) Konseling tentang PENKES tanda bahaya bayi baru
lahir.
III. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan seperangkat masalah dan diagnosa terbaru adalah
suatu hal untuk antisipasi, pencegahan jika mungkin, penantian dan
pengawasan penuh, dan persiapan untuk kejadian apapun.
Masalah potensial pada kasus ini yaitu : “Tidak ada”
IV. Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera
Mengevaluasi kebutuhan segera dari bidan atau dokter serta
untuk konsultasi atau manajemen kolaboratif dengan anggota tim
kesehatan lain. Seperti yang didasarkan pada kondisi pasien.
Kebutuhan segera pada kasus ini “Tidak ada”.
V. Perencanaan / Intervensi
Pada langkah ini yaitu mengembangkan suatu rencana
perawatan komprehensif yang didukung oleh penjelasan yang
rasional dan valid sebagai dasar atas pengambilan keputusan serta
didasarkan pada Langkah-langkah sebelumnya.
Intervensi dalam asuhan neonatus dini yaitu :
1) Menjaga kehangatan tubuh bayi
2) Melakukan pemeriksaan fisik
3) Melakukan perawatan tali pusat dengan menjaga tali pusat
tetap kering bersih, terbuka dan mengoleskan ASI pada
pangkal dan ujung tali pusat.
4) Menjaga keamanan bayi
5) Mengajarkan ibu tekhnik menyusui yang benar
6) Mengajarkan ibu untuk melakukan IMD
7) Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin
8) Memberitahukan kepada ibu bayi sudah diberikan Vit. K
9) Memberitahukan kepada ibu bayi sudah diberikan salep mata
10) Memberitahukan kepada ibu bayi sudah diberikan HB0
11) Memberikan PENKES tentang tanda bahaya bayi baru lahir
kepada ibu.
VI. Pelaksanaan / Implementasi
Pada langkah ini bidan mengatur atau melaksanakan
rencana perawatan secara efisien dan amanah. Hal ini biasa
dilakukan seluruhnya oleh bidan, sebagian lagi oleh klien, atau
anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukannya
sendiri, dia bertanggung jawab atas pengarahan pelaksanaannya,
misalnya mengamati bahwa hal ini telah dilaksanakan.
“Implementasi dilakukan sesuai intervensi/ perencanaan yang
dibuat”.
VII. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektikan dari
asuhan yang sudah diberikan secara efektif kepada pasien atau
bayi dan memastkan pasien mengerti tentang asuhan yang sudah
diberikan oleh tenaga kesehatan atau bidan.
1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang sudah
dilakukan bidan terhadap bayinya seperti jenis kelamin,beerat
badan,dan panajng badan bayi.
2. Menganjurkan ibun untuk mulai menyusui bayinya dengan
asi tanpa di beri makanan atau minuman yang lain dan yang
fungsinya penting bagi daya tahan tubuh dan pertumbuhan
pada bayi.
3. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara on
demend atau kapan saja tanpa di jadwal
4. Memberitahu ibu untuk menjaga kebersihan pada area tali
pusat bayinya dan tetap menjaganya agar tetap kering.
5. Memberikan penjelasan pada ibu dan keluarga tentang tanda
bahaya bayi baru lahir yaitu bayi tidak mau menyusu,suhu
tubuh bayi tinggi bahkan sampai menggili,tali pusat
berdarah,dan belum mengeluarkan BAB dalam 24 jam
terakhir,bila mendapati salah satu hal tersebut ibu diharapkan
segera melaporkan kepada bidan.
6. Menganjurkan ibu untuk menjaga kehangatan bayinya seperti
jangan menempatkan bayi di tempat yang dingin dan terpapar
langsung dengan udara yang dingin agar tidak terjadi
hipotermi pada bayi .
7. Menganjurkan ibu harus selalu menjaga kebersihan bayiya
atau personal hygiene pada bayinya seperti mengganti popok
bayi pada saat setelah BAB atau BAK.
8. Memberitahu ibu bahwa bayinya sudah diberikan vitamin K
dilakukan secara im pada bagian paha atas bayinya untuk
menjaga agar tidak terjadi perdarahan pada bayinya dengan
dosisi 0,1 mg.
9. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa bayi sudah diberikan
salep mata oxy tetracycline 1% untuk mencegah infeksi
dengan cara dioleskan pada mata bagian dalam kemudiam
menuju ke luar pada mata kanan dan mata kiri bayi tesebut.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR USIA 2 JAM
DI RUANG BERSALIN
DI PUSKESMAS TANJUNG KARANG
B. Anamnesa
1. Riwayat Kehamilan
Hamil : kedua
Frekuensi ANC : 7 kali
Imunisasi TT : Ibu mengatakan sudah melakukan imunisasi
TT
2x
BB : Sebelum Hamil : 65 kg
Sesudah Hamil : 69, 7 kg
Kenaikan : 5,7 kg
Usia Kehamilan : 39-40 minggu
Kejadian waktu Hamil : Ibu mengatakan sering mual muntah dan sering
buang air kecil
Riwayat penyakit/kehamilan
a. Perdarahan : Ibu mengatakan tidak pernah
mengalami
pendarahan
b. Eklamsia : Ibu mengatakan tidak pernah
mengalami
eklamsia
c. Pre eklamsi : Ibu mengatakan tidak pernah
mengalami pre
eklamsia
d. Penyakit Kelamin : Ibu mengatakan tidak pernah
mengalami
penyakit kelamin
e. Penyakit Lain : Ibu mengatakan tidak ada penyakit lain
Komplikasi Persalinan
Ibu : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami
komplikasi
2. Riwayat persalinan
a. Lama kala I : 4 jam
b. Lama Kala II : 15 menit
c. Lama Kala III : 15 menit
d. Lama Kala IV : 2 jam
e. Warna air ketuban : Jernih
f. Jenis persalinan : Spontan
g. Penolong : Bidan
h. Jam/tgl/lahir : 01.15 tanggal 17-01-2023
KU : Baik
Kesadaran : Composmetis
Jenis Kelamin : Laki -Laki
BB : 2900 gram
PB : 48 cm
Tanda – tanda vital
Denyut Jantung : 130 x/menit
Respirasi : 42 x/menit
Suhu : 36,8 C
2. Pemeriksaan Fisik
Muka : Tidak ada Ikterik, tidak ada sianosis
Kulit : Verniks kaseosa ada
Kepala : Ubun ubun : cekung
Sutura : Jelas
Hematoma : Tidak ada
Mata : Sclera putih, tidak ikterik, mata bisa terbuka dengan baik
Hidung : Tidak ada pengeluaran lendir
Bibir : tampak kemerahan, tidak ada sumbing
Telinga : simetris antara letak mata dan kepala
Leher : tidak teraba pembengkakan dan benjolan
Dada : bentuk simetris, bunyi nafas normal
Tali pusat : tidak ada tanda-tanda infeksi
Punggung : adanya bercak mongol
Genetalia : skrotum turun dan penis berlubang
Anus : berlubang dan sudah ditandai dengan BAB
Ekstremitas : Atas : simetris,jari jari lengkap, pergerakan tangan aktif, refleks
moro (+), refles grasping (+) (normal).
Bawah : simetris,jari jari lengkap,pergerakan kaki aktif, reflek
moro (+), refles grasping (+)
3. Reflek
Reflek Moro : Bayi merespon tiba tiba/ kaget jika ada suara atau
gerakan yang mengejutkan.
Reflek Rooting : Bayi akan mengikuti jari yang diletakkan didekat
mulutnya
Reflek Walking : Bayi tampak melangkah saat ditopang dalam posisi
berdiri dengan kaki menyentuh permukaan padat
Reflek Grasping : Bayi secara otomatis mencekram ketika telapak
tangannya diusap
Reflek Sucking : Bayi secara otomatis menghisap benda yang
ditempatkan dimulutnya
Reflek Tonik neck : Bayi secara otomatis memiringkan kepalanya dan
meletangkan tangannya
5. Antropometri
Lingkar kepala : 32 cm
Lingkar dada : 30 cm
Lingkar lengan : 10 cm
6. Eliminasi
Miksi : Bayi sudah BAK
Defekasi/ Pengeluaran mekonium : Sudah
BAB IV
PEMBAHASAN
Asuhan kebidanan yang dilakukan pada By Ny. N dengan tali pusat terbuka
dilakukan dengan manejemen 7 langkah varney.
Berdasarkan data Subjektif, dan hasil pengkajian didapatkan dari bayi Ny. N
lahir pada tangaal 17 januari 2023 dengan keadaan yang normal dan sehat serta
tanpa kelainan apapun, bayi lahir dengan tali pusat yang telah dilakukan
pemotongan sepanjang 3 cm serta bayi menangis keras saat lahir dan telah
berkemih dan mengeluarkan mekonium sebelum usia bayi 2 jam.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1) Setelah dilakukan asuhan selama 7 hari diperoleh data subjektif pada
kasusus tersebut yaitu Ny. N umur 24 tahun bersalin dan melahirkan anak
pertamanya dalam keadaan sehat dan selamat tanpa kurang suatu apapun
dan di dapat data obyektif bayi dalam keadaan yang sehat dan normal, yaitu
keadaan umum baik, Kesadaran Composmentis, TTV normal dan bayi
menyusui dengan baik dan aktif, kontraksi ibu uterus baik teraba bulat dan
keras, TFU pertenganhan pusat da air susu ibu keluar dengan lancar dan
banyak tidak ada masalah yang terjadi pada bayi dan ibu serta keluarga
merasa terbantu dan merasa senang.
2) Berdasarakan data subjektif dan data objektif dapat ditegakkan diagnosa By
Ny.N usia 2 jam. Dengan asuhan bayi baru lahir normal.
3) Tidak ditemukan masalah potensial pada bayi, dimulai dari usia bayi 2 jam
pertama .
4) Kebutuhan segera pada bayi tidak dilakukan karena tidak terdapat data yang
mendukung untuk diperlukannya tindakan atau kebutuhan segera pada bayi
baru lahir mulai dari 2 jam pertama hingga bayi pulang.
5) Rencana yang di buat meliputi : rawat bayi dengan baik, observasi keadaan
umum dan vital sign bayi setiap 6 jam, berikan lingkungan yang baik,
adanya ventilasi dan sinar matahari yang cukup, pertahankan suhu tubuh
bayi agar tetap hangat, rawat tali pusat menggunakan kassa steril 2 kali
setelah mandi, beri nutrisi yang adekuat, ajarkan ibu Teknik menyusu
dengan benar, observasi BAB dan BAK
6) Implementasi yang dilakukan tindakan kebada bayi baru lahir diantaranya 1-
2 jam pertama yaitu menjaga kehangatan bayi baru lahir kemudian
memberikan salep mata pada bayi dan memberikan penyuntikan vitamin K
pada bayi, selanjutnya menimbang berat badan bayi baru lahir serta
mengukur tinggi badan bayi, kemudian mengukur lingkar dada dan
dilingkar kepala bayi, setelah itu kita harus menjaga kehangatan tubuh bayi
baru lahir dengan cara memakaikan pakaian, bedong dan memakaikan topi
pada kepala bayi, serta menjaga suhu di sekitar bayi agar bayi tetap merasa
hangat dan terhindar dari hipotermia, serta menjaga tali pusat bayi agar tetap
kering dan tidak basah karna air ketuban dan membiarkan tali pusat bayi
tetap terbuka tanpa di berikan apapun ataupun di bungkus dengan kassa,
kemudian setelah 2 jam peneliti memberikan imunisasi pada bayi yaitu
imunisasi HB0 yang di suntikkan di paha atas bayi, selanjutnya memberikan
bayi kepada ibunya untuk melakukan teknik skin to skin untuk memper erat
hubungan antara ibu dan bayinya serta memberiitahu ibu untuk segera
menyusui bayinya meskipus air susu ibu belum banyak keluar tetapi bayi
harus tetap di susui, memberikan KIE tentang pentingnya ASI eksklusif dan
kolostrum bagi bayinya yang akan keluar pada hari ke 1-3 setelah
melahirkan hal ini di lakukan sebagai bentuk dukungan bidan terhadap
pasien ,menyampaikan juga pada ibu bahwa frekuensi menyusui bayinya
sebaiknya setiap 2 jam sekali atau secara on demend tanpa batas waktu
supaya bayi dapat mendapatkan nutrisi yang sempurnya dan lengkap dari asi
yang diberikan oleh ibu.
7) Setelah melakukan implementasi dilanjutkan dengan melakukan evaluasi
dan di dapat Hasil pengkajian data objektif didapatkan keadaan umum bayi
baik, Kesadaran bayi : Composmentis, Pemeriksaan, Pernapasan : 42
kali/menit, Nadi : 130 kali/menit, Suhu : 36,8 C. Hasil pemeriksaan fisik
dalam batas normal dan tidak ada kelainan kelainan yang abnormal, serta
tali pusat bayi dalam keadaan normal dan kering tanpa adanya tanda dan
jegala bahaya atau infeksi tali pusat pada bayi baru lahir, dan ibu sudah bisa
merawat bayinya dengan baik dan benar tanpa ada masalah sedikitpun, serta
keluarga pasien juga sudah bisa membanti ibu merawat bayinya dengan
benar, bayi menyusu dengan baik dengan air susu ibu ynag banyak sehingga
bayi mendapatkan nutrisi yang cukup dari ibunya.
B. Saran
1) Bagi Puskesmas
Dengan mengetahui permasalahan yang dapat timbul pada bayi baru lahir,
diharapkan intitusi pendidikan dapat meningkatkan mutu dan kualitas serta
perkembangan sesuai prosedur dalam memberikan asuhan dan dalam
pelaksanaan manajemen asuhan kebidanan dalam memecahkan suatu
masalah kebidanan.
2) Bagi Masyarakat
b. Diharapkan kepada ibu ibu supaya mampu melakukan perawatan pada
bayinya dengan baik terutama perawatan pada tali pusat bayinya agar
terhindar dari bahaya infeksi tali pusat dan tetanus neonaturum.
c. Perlunya dukungan dan ketelibatan suami dalam melakukan perawatan
dalam pertumbuhan dan perkembangan anak atau bayinya,seperti
perlunya kasih saying dan perhatian untuk bayi dan ibu.
3) Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat melaksanakan program pendidikan untuk
melakukan manajemen asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal
dengan perawatan tali pusat terbuka.
4) Bagi Pasien
Meningkatkan pengetahuan pasien tentang pengalaman langsung mengenai
asuhan pada bayi baru lahir normal sehingga keaadan pasien dapat lebih
terpantau dan mengurangi komplikasi yang akan terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat, Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia 2012, Mataram, Tahun 2019.
Dewi, VN. 2010. “Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita”. Jakarta : Selemba
Medika
Sodikin. 2009. “Buku Saku Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Panduan untuk
Dokter, Perawat dan Bidan”. Jakarta : ECG
Sondakh Jenny J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir .
Erlangga
Trijayanti Wiwid Ria, dkk. 2020. ―Perbedaan Perawatan Tali Pusat Tertutup dan
Terbuka Terhadap Lama Pelepasan Tali Pusat” . Midwifery Care Journal
Vol.No .2-2020.Semarang : Poltekkes Kemenkes Semarang.