Anda di halaman 1dari 58

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR USIA 2 JAM

DI RUANG BERSALIN
DI PUSKESMAS TANJUNG KARANG

Laporan Kelompok

Disusun oleh:

Kelompok I

1. Artika Utari 021030075


2. Baiq Alfi Sundari 021030077
3. Hafarah Sakinah 021030078
4. Isma Viyanti 021030079
5. Juraidah 021030080
6. Karlina 021030081

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM
2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR USIA 2 JAM


DI RUANG BERSALIN
DI PUSKESMAS TANJUNG KARANG

Laporan Kelompok Praktik Klinik Kebidanan I


Telah memenuhi persyaratan dan Disetujui
Tanggal…………..

Disusun oleh :

Kelompok I

1. Artika Utari 021030075


2. Baiq Alfi Sundari 021030077
3. Hafarah Sakinah 021030078
4. Isma Viyanti 021030079
5. Juraidah 021030080
6. Karlina 021030081

Mengetahui,

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

(Sri Maylani, SST) (Fidiya Rizka, S.S. T., M.Keb)

Ketua Program Studi

(Bq. Nova Aprilia Azamti., S.Si.T., M.Kes)


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan ini dengan judul "Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru
Lahir 2 jam di Puskesmas Tanjung Karang"
Dalam Penyusunan Laporan ini penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini
perkenankan penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. Chairun Nasirin M. Pd., MARS, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Mataram.
2. DR. Hadi Suryatno SE.,M.Kes. selaku Ketua Yayasan Al Amin.
3. Dr. Hj. Y. Nevy Lestari selaku kepala PUskesmas Tanjung Karang yang
telah mengizinkan kami melakuakan Praktik Laboratorium Klinik (PLK)
di Puskesmas Tanjung Karang.
4. Humaidah Lestari, S.ST.,M.Kes selaku Ketua Prodi DIV Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mataram.
5. Fidiya Rizka, S.ST., M. Keb selaku Pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam membuat Laporan.
6. Sri Maylani, SST selaku Pembimbing Lahan yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam membuat Laporan.
7. Dosen dan Staf Prodi DIV Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Mataram yang telah memberikan dorongan dan bantuan kepada penulis.
8. Seluruh Bidan Puskesmas Tanjung Karang yang telah membimbig kami
dengan sangat sabar selama Praktik Laboratorium Klinik (PLK).
Penulis menyadari keterbatasan Laporan ini untuk kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat penulis harapkan dan tercapainya kesempurnaan
dalam Laporan ini. Semoga Laporan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
penulis khususnva bagi pembaca pada umumnva.
Mataram, Januari 2023
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Tujuan.......................................................................................................... 3
C. Manfaat Penulisan........................................................................................ 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 5
A. Konsep Dasar Teori .................................................................................. 5
1. Pengertian........................................................................................... 5
2. Tanda Tanda Bayi Baru Lahir Normal............................................... 5
3. Refleks Pada Bayi Baru Lahir............................................................ 6
4. Nilai APGAR Score Pada Bayi Baru Lahir........................................ 7
5. Adaptasi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan Diluar Uterus......... 7
6. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir ...................................................... 12
7. Kebutuhan Bayi Baru Lahir................................................................ 22
8. Penilaian Bayi untuk Tanda Tanda Kegawatan.................................. 24
9. Masalah dan Penatalaksanaan Pada Bayi Baru Lahir......................... 25
10. Kunjungan Bayi Baru Lahir............................................................... 32
B. Konsep Dasar Teori Asuhan Kebidanan......................................................
BAB III. METODE STUDI KASUS............................................................. 33
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................... 41
BAB V. PENUTUP......................................................................................... 43
A. Kesimpulan.................................................................................................. 43
B. Saran ............................................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Upaya peningkatan derajat kesehatan ibu dan bayi merupakan salah satu
bentuk investasi di masa depan. Keberhasilan upaya kesehatan ibu dan bayi,
diantaranya dapat dilihat dari Indikator Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB). Menurut World Health Organization (WHO), setiap
hari pada tahun 2017 sekitar 810 wanita meninggal, pada akhir tahun mencapai
295.000 orang dari 94% diantaranya terdapat di negara berkembang. (WHO,
2019). Pada tahun 2018 angka kematian bayi baru lahir sekitar 18 kematian per
1.000 kelahiran hidup. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) disebabkan oleh komplikasi pada kehamilan dan
persalinan. (UNICEF 2019). Menurut Kemenkes RI (2018), Angka Kematian
Ibu di Indonesia secara umum terjadi penurunan dari 390 menjadi 305 per
100.000 kelahiran hidup, walau sudah cenderung menurun namun belum
berhasil mencapai target MDGs. Pada tahun 2015, MDGs menargetkan angka
kematian ibu 110 kematian per 100.000 kelahiran.. Angka Kematian Ibu (AKI)
di Provinsi Bali dalam 6 tahun terakhir berada di bawah angka nasional dan
dibawah target yang ditetapkan 100 per 1000 kelahiran hidup, namun setiap
tahunnya belum bisa diturunkan secara signifikan. Pada tahun 2018 AKI di
Provinsi Bali mencapai angka 52,2 per 100.000 kelahiran hidup, tahun ini
merupakan angka yang paling rendah dalam empat tahun terakhir (Dinkes
Provinsi Bali, 2018).
Menurut WHO Angka Kematian Ibu (AKI) disebabkan oleh komplikasi
selama dan setelah kehamilan dan persalinan. Komplikasi utama yang
menyebabkan hampir 75% dari semua kematian ibu yaitu perdarahan, infeksi,
tekanan darah tinggi selama kehamilan (pre-eklamsia dan eklamsia),
komplikasi dari persalinan aborsi yang tidak aman dan sisanya disebabkan oleh
kondisi kronis seperti penyakit jantung dan diabetes (WHO, 2019). Penyebab
utama kematian ibu di Indonesia termasuk Provinsi Nusa Tenggara Barat
didominasi oleh tiga faktor yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, dan
infeksi (Kemenkes RI, 2019). Secara nasional penyebab kematian ibu
terbanyak didominasi oleh perdarahan, kondisi yang paling sulit diatasi pada
kasus plasenta previa dan plasenta akreta. (Kemenkes RI, 2018)
AKB adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian bayi usia 0-11
bulan dari setiap 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu atau dapat dikatakan
juga sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun
(dinyatakan dengan per seribu kelahiran hidup). AKB Provinsi NTB telah
mengalami penurunan dalam kurun waktu 2003-2012, namun masih diatas
angka nasional. Menurut data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI), AKB Provinsi NTB pada tahun 2007 sebesar 72/1000 kelahiran hidup
mengalami penurunan menjadi 57/1000 sementara angka nasional pada tahun
yang sama adalah 35 dan 32 per 1000 kelahiran kelahiran hidup. Percepatan
penurunan AKB Provinsi NTB harus dilakukan melalui terobosan-terobosan
atau program-program yang mempunyai daya ungkit kuat untuk menurunkan
AKB. AKB berpengaruh signifikan terhadap Usia Harapan Hidup (UHH),
penurunan AKB akan meningkatkan UHH.
Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mencatat bahwa
jumlah kematian bayi tahun 2021 adalah 876 kasus, turun dibandingkan tahun
2020 dengan jumlah kasus kematian bayi adalah 953 kasus. Kematian bayi di
Provinsi NTB selama 5 (lima) tahun terakhir mengalami penurunan. Selama
periode tahun 2016-2019 terjadi penurunan jumlah kematian bayi di Provinsi
NTB, Kabupaten Lombok Barat tercatat kematian bayi sebanyak 28 bayi,
Lombok Tengah 230 bayi, Lombok Timur 226 bayi, Sumbawa 74 bayi, Dompu
43 bayi, Bima 79 bayi, Sumbawa Barat 17 bayi, Lombok Utara 87 bayi, Kota
Mataram 58 bayi, dan Kota Bima 24 bayi. Kematian bayi yang tercatat
sebanyak 866 bayi. Berdasarkan profil di NTB tahun 2021 jumlah penyebab
kematian neonatal (0-28 hari) karena BBLR sebanyak 265 bayi dan penyebab
kematian neonatal karena asfiksia sebanyak 204 bayi. (Dinas Kesehatan NTB,
2021).
Kasus kematian bayi tahun 2021 lebih rendah dibandingakan tahun 2020.
Kasus kematian bayi dilaporkan tahun 2020 sebesar 858 kasus dan menurun 47
kasus menjadi 811 kasus kematian bayi pada tahun 2021. Kasus kematian bayi
terbanyak tahun 2021 terjadi di Lombok Timur dan Lombok Tengah. Kedua
kabupaten tersebut menyumbang lebih dari setengah kematian bayi di NTB.
Selain secara absolut, proporsi angka kematian bayi (AKB) dilaporkan per
100.000 kelahiran hidup tertinggi terdapat dikedua kabupaten tersebut. Tiga
kabupaten/kota dengan proporsi AKB di atas angka provinsi terdapat
diKabupaten Lombok Utara sebesar 12,9 per 100.000 KH, Lombok Tengah
sebesar 9,66 per 100.000 KH dan Lombok Timur sebesar 9,65 per 100.000
KH.
Upaya menekan AKB di Provinsi NTB tidak bisa hanya dilakukan oleh
sector kesehatan namun memerlukan keterlibatan sektor lain baik pemerintah,
swasta dan masyarakat. Upaya yang sinergi dan saling mendukung serta
menguatkan diharapkan dapat mempercepat penurunan AKB. Upaya
mendekatkan dan memudahkan akses ke fasilitas pelayanan kesehatan bagi
masyarakat yang tersebar di wilayah yang tidak memiliki fasilitas kesehatan,
meningkatkan keterampilan tenaga kesehatan melalui pelatihan
berkesinambungan terutama tentang kesehatan reproduksi serta sosialisasi yang
lebih intens adalah beberapa upaya yang diharapkan dapat menekan kasus
kematian pada bayi.

B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk melaksanakan dan meningkatkan pengetahuan keterampilan
memberikan asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir Normal di Puskesmas
Tanjung Karang Kota Mataram dengan menerapkan 7 langkah varney.
2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi data subjektif pada ibu Bayi Baru Lahir di
Puskesmas Tanjung Karang Kota Mataram
2. Mengidentifikasi data objektif pada ibu Bayi Baru Lahir di Puskesmas
Tanjung Karang Kota Mataram
3. Mengidentifikasi interpretasi data (diagnosa, masalah dan kebutuhan)
pada Bayi Baru Lahir di Puskesmas Tanjung Karang Kota Mataram
4. Menegakkan diagnosa dan masalah potensial pada Bayi Baru Lahir di
Puskesmas Tanjung Karang Kota Mataram
5. Mengidentifikasi kebutuhan segera pada Bayi Baru Lahir di
Puskesmas Tanjung Karang Kota Mataram
6. Mengidentifikasi rencana tindakan kebidanan pada Bayi Baru Lahir di
Puskesmas Tanjung Karang Kota Mataram
7. Melakukan tindakan kebidanan Bayi Baru Lahir Puskesmas Tanjung
Karang Kota Mataram
8. Evaluasi asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir di Puskesmas
Tanjung Karang Kota Mataram.
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis Untuk perkembangan ilmu dan penerapan pelayanan
kebidanan pada bayi baru lahir.
2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Puskesmas
Dapat meningkatkan mutu dan pelayanan dalam pemberian asuahn
kebidanan pada bayi baru lahir normal.
b. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan acuan penelitian berikutnya serta referensi bagi
mahasiswa dalam memahami pelaksanaan asuhan kebidanan pada
bayi baru lahir normal.
c. Bagi Masyarakat
Sebagai informasi dan ilmu pengetahuan tentang asuhan kebidanan
pada bayi baru lahir normal,dan mengenai pelayanan kebidanan
pada bayi baru lahir.
d. Bagi Pasien
Meningkatkan pengetahuan pasien tentang pengalaman langsung
mengenai asuhan pada bayi baru lahir normal sehingga keaadan
pasien dapat lebih terpantau dan mengurangi komplikasi yang akan
terjadi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir


1. Pengertian
Bayi Baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia
kehamilan genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan
lahir 2500 - 4000 gram, dengan nilai apgar > 7 dan tanpa cacat
bawaan.
Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan
harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan
ekstra uterin. Tiga faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi dan
peoses vital neonatus yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi. Empat
aspek transisi pada bayi baru lahir yang paling dramatik dan cepat
berlangsung adalah pada sisem pernafasan, sirkulasi, kemampuan
menghasilkan glukosa (Jamil, 2017).

2. Tanda-tanda bayi baru lahir normal


Ciri-ciri bayi baru lahir normal menurut Siti Nurhasiyah Jamil dkk
(2017) yaitu :
1) Bayi baru lahir dikatakan normal jika usia kehamilan aterm antara
37- 42 minggu
2) BB 2500 gram – 4000 gram, panjang badan 48- 52 cm
3) Lingkar dada 30- 38 cm
4) Lingkar kepala 33- 35 cm 7
5) Lingkar lengan 11- 12 cm
6) Frekuensi DJ 120- 160 x permenit
7) Pernafasan ± 40- 60 x permenit
8) Kulit kemerahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup
9) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah
sempurna
10) Kuku agak panjang dan lemas
11) Nilai APGAR > 7
12) Gerakan aktif
13) Bayi langsung menangis kuat glukosa (Jamil, 2017).

3. Refleks Pada Bayi Baru Lahir


a. Reflek Moro
Bayi akan mengembangkan tangan lebar dan melebarkan jari, lalu
membalikkan dengan tangan yang cepat seakan-akan memeluk
seseorang. Diperoleh dengan memukul permukaan yang rata
dimana dekat bayi dibaringkan dengan posisi telentang.
b. Reflek rooting
Timbul karena stimulasi taktil pipi dan daerah mulut. Bayi akan
memutar kepala seakan mencari putting susu. Refleks ini
menghilang pada usia 7 bulan.
c. Reflek sucking
Timbul bersamaan dengan reflek rooting untuk mengisap putting
susu dan menelan ASI.
d. Reflek batuk dan bersin
untuk melindungi bayi dan obsmuksi pernafasan.
e. Reflek graps
Timbul jika ibu jari diletakkan pada telapak tangan bayi, lalu bayi
akan menutup telapak tangannya atau ketika telapak kaki digores
dekat ujung jari kaki, jari kaki menekuk.
f. Reflek walking dan stapping Reflek ini timbul jika bayi dalam
posisi berdiri akan ada gerakan spontan kaki melangkah ke depan
walaupun bayi tersebut belum bisa berjalan. Menghilang pada usia
4 bulan.
g. Reflek tonic neck Reflek ini timbul jika bayi mengangkat leher dan
menoleh kekanan atau kiri jika diposisikan tengkurap. Reflek ini
bisa diamati saat bayi berusia 3-4 bulan.
h. Reflek Babinsky Muncul ketika ada rangsangan pada telapak kaki,
ibu jari akan bergerak keatas dan jari-jari lainnya membuka,
menghilang pada usia 1 tahun.
i. Reflek membengkokkan badan (Reflek Galant) Ketika bayi
tengkurap, gerakan bayi pada punggung menyebabkan pelvis
membengkok ke samping. Berkurang pada usia 2-3 bulan.
j. Reflek Bauer/merangkak Pada bayi aterm dengan posisi tengkurap.
BBL akan melakukan gerakan merangkak dengan menggunakan
lengan dan tungkai. Menghilang pada usia 6 minggu (Sinta B,
2019).

4. Nilai AFGAR Score Pada Bayi Baru Lahir


Tabel AFGAR Score (Jamil, 2017)
Tanda Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2
Appearance Pucat/ biru Tubuh merah, Seluruh tubuh
(Warna Kulit) seluruh badan ekstremitas biru kemerahan
Pulse (Denyut Tidak ada < 100 < 100
Jantung)
Grimace (Tonus Tidak ada Ekstremitas Gerakan aktif
Otot) sedikit fleksi
Activity Tidak ada Sedikit gerak Langsung
(Aktifitas) menangis
Respiration Tidak ada Lemah/tidak Menangis
(Pernapasan) beraturan
Interpretasi :
a. Nilai 1-3 (asfiksia berat)
b. Nilai 4-6 (asfiksia ringan/sedang)
c. Nilai 7-10 (normal)

5. Adaptasi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan Di Luar Uterus


a. Sistem pernafasan
Masa yang paling kritis neonatus adalah ketika harus
mengatasi resistensi paru pada saat pernapasan janin atau bayi
pertama. Pada saat persalinan kepala bayi menyebabkan badan
khususnya toraks berada di jalan lahir sehingga terjadi kompresi
dan cairan yang terdapat dalam percabangan trakheobronkial
keluar sebanyak 10-28 cc. Setelah torak lahir terjadi mekanisme
balik yang menyebabkan terjadinya beberapa hal sebagai berikut
yaitu:
1) Inspirasi pasif paru karena bebasnya toraks dari jalan lahir
2) Perluasan permukaan paru yang mengakibatkan perubahan
penting: pembuluh darah kapiler paru makin terbuka untuk
persiapan pertukaran oksigen dan karbondioksida, surfaktan
menyebar sehingga memudahkan untuk menggelembungnya
alveoli, resistensi pembuluh darah paru makin menurun
sehingga dapat meningkatkan aliran darah menuju paru,
pelebaran toraks secara pasif yang cukup tinggi untuk
menggelembungkan seluruh alveoli yang memerlukan tekanan
sekitar 25 mm air.
3) Saat toraks bebas dan terjadi inspirasi pasif selanjutnya terjadi
dengan ekspirasi yang berlangsung lebih panjang untuk
meningkatkan pengeluaran lender (Sinta B 2019).
b. Sistem kardiovaskuler
Terdapat perbedaan prinsip antara sirkulasi janin dan
sirkulasi bayi yang sangat khas karena paru paru mulai
berkembang dan sirkulasi tali pusat putus.Bayi baru lahir
dilahirkan dengan nilai hematocrit atau hemoglobin yang tinggi.
Pada bayi baru lahir,darah bayi baru lahir harus melewati
paru paru untuk mengambil oksigen dengan mengandalkan
sirkulasi tubuh guna menghantarkan orsigen ke jaringan lainnya
sehingga harus terjadi hal penutupan fornamen ovale dan
penutupan duktus arteriotus antara arteri paru paru serta aorta
(Sinta B, 2019)

c. Pengaturan Suhu
kehilangan panas melalui empat cara, yaitu:
1) Konveksi: pendinginan melaui aliran udara di sekitar bayi.
Suhu udara di kamar bersalin tidak boleh kurang dari 20 C dan
sebaiknya tidak berangin. Tidak boleh ada pintu dan jendela
yang terbka. Kipas angin dan AC yang kuat harus cukup jauh
dari area resusitasi. Troli resusitasi harus mempunyai sisi untuk
meminimalkan konveksi ke udara sekitar bayi.
2) Evaporasi: kehilangan panas melalui penguapan air pada kulit
bayi yang basah. Bayi baru lahiryang dalam keadaan basah
kehilangan panas dengan cepat melalui cara ini. Karena itu,
bayi harus dikeringkan seluruhnya, termasuk kepala dan
rambut,sesegera mungkin setelah dilahirkan
3) Radiasi: melalui benda padat dekat bayi yang tidak berkontak
secara langsung dengan kulit bayi. Panas dapat hilang secara
radiasi ke benda padat yang terdekat,misalnya jendela pada
musim dingin. Karena itu , bayi harus diselimuti, termasuk
kepalanya, idealnya dengan handuk hangat.
4) Konduksi: melalui benda-benda padat yang berkontak dengan
kulit bayi (Prawirohardjo, 2013).
Cara Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi Normal adalah sebagai
berikut : Pencegahan kehilangan panas Bayi baru lahir tidak dapat
mengatur tubuhnya secara memadai, dan dapat dengan cepat
kedinginan jika kehilangan panas tidak segera dicegah.
a. Keringkan bayi secara seksama.
b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan
hangat.
c. Tutupi kepala bayi.
d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI.
e. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir,
lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian. 6
f. Jangan memandikan bayi setidak-tidaknya 6 jam setelah lahir.
Tempatkan bayi di lingkungan hangat.

d. Perubahan Sistem Gastro Intestinal


Sebelum lahir janin cukup bulan akan mulai menghisap dan
menelan. Refleks gumoh dan batuk yang matang sudah terbentuk
dengan baik pada saat lahir. Kemampuan menelan dan mencerna
selain susu bayi baru lahir cukup bulan masih 52 terbatas.
Hubungan antara esofagus bawah dan lambungmasih belum
sempurna yang menyebabkan gumoh pada bayi baru lahir dan
neonatus.
Kapasitas lambung sangat terbatas, kurang dari 30 cc untuk
bayi baru lahir cukup bulan. Waktu pengosongan lambung adalah
2,5-3 jam, itulah sebabmya bayi memerlukan ASI sesering
mungkin. Pada saat makanan masuk kelambung terjadilah gerakan
peristaltik cepat. Ini berarti bahwa pemberian makanan sering
diikuti dengan refleks pengosongan lambung. Bayi yang diberi ASI
dapat bertinja 8-10 kali sehari atau paling sedikit 2-3 kali sehari.
Bayi yang diberi minum PASI bertinja 4-6 kali sehari, tetapi
terdapat kecenderungan mengalami konstipasi.

e. Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh


Sistem imunitas bayi belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi.
Oleh karena itu, pencegahan terhadap mikroba dan deteksi dini
infeksi menjadi sangat penting. Kekebalan alami dari struktur
kekebalan tubuh yang mencegah infeksi. Jika bayi disusui ASI
terutama kolostrum memberi bayi kekebalan pasif.
f. Sistem Ginjal
Ginjal bayi belum matur sehingga menyebabkan laju filtrasi
glomerulus rendah dan kemampuan reabsorbsi tubular terbatas.
Urin pertama keluar dalam 24 jam pertama dan dengan frekuensi
yang semakin sering sesuai intake.

g. Sistem Pencernaan
Secara struktur sudah lengkap tapi belum sempurna,
mukosa mulut lembab dan pink. Lapisan keratin berwarna pink,
kapasitas lambung sekitar 15-30 ml, feses pertama berwarna hijau
kehitaman (Myles, 2009).

h. Perubahan Sistem Peredaran Darah Setelah lahir darah bayi baru


lahir harus melewati paru-paru untuk mengambil oksigen dan
mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen
ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik pada bayi baru
lahir terjadi dua perubahan besar:
1) Penutupan Foramen ovale pada atrium jantung
2) Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta
Perubahan siklus ini terjadi akibat perubahan tekanan pada
seluruh sistem pembuluh tubuh. Oksigenasi menyebabkan sistem
pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi atau
meningkatrkan resistensinya sehingga mengubah aliran darah. Dua
peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah,
adalah:
a. Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik
meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Tekanan atrium
kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium
kanan. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan
atrium tersebut. Kedua kejadian ini membantu darah dengan
kandungan oksigen sedikit mengalir ke poaru-paru untuk
menjalani proses oksigenasi ulang.
b. Pernafsan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah
paru-paru dan meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen
pada pernafasan pertama ini menimbulkan relaksasi dan sedikit
terbukanya sistem pembuluh darah paru-paru. Peningkatana
sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan volume
darah dan tekanan pada atrium kanan. Dengan peningkatan
tekanan atrium kanan dan penurunan tekanan pada atrium kiri,
foramen ovale secara fungsional akan menutup.

6. Penatalaksanaan Pada Bayi Baru Lahir


1. Pencegahan Infeksi
a. Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan
dengan bayi
b. Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang
belum dimandikan
c. Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama
klem, gunting, penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat
telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril.
d. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang
digunakan untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikin
pula dengan timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop.
2. Melakukan penilaian
a. Apakah bayi cukup bulan/tidak
b. Apakah air ketuban bercampur mekonium/tidak
c. Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan
d. Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas Jika bayi tidak
bernapas atau bernapas megap–megap atau lemah maka segera
lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.

3. Pencegahan Kehilangan Panas Mekanisme kehilangan panas:


a. Evaporasi Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh
oleh panas tubuh bayi sendirikarena setelah lahir, tubuh bayi
tidak segera dikeringkan.
b. Konduksi Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung
antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin, seperti:
meja, tempat tidur, timbangan yang temperaturnya lebih
rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi bila
bayi diletakkan di atas benda–benda tersebut.
c. Konveksi Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar
udara sekitar yang lebih dingin, co/ruangan yang dingin,
adanya aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui
ventilasi, atau pendingin ruangan.
d. Radiasi Kehilangan panas yang terjadi karena bayi
ditempatkan di dekat benda–benda yang mempunyai suhu
tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi, karena benda–benda
tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak
bersentuhan secara langsung). Mencegah kehilangan panas
melalui upaya berikut:
1) Keringkan bayi dengan seksama Mengeringkan dengan
cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangantaktil
untuk membantu bayi memulai pernapasannya.
2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
Ganti handuk atau kain yang telah basah oleh cairan
ketuban dengan selimut atau kain yang baru (hanngat,
bersih, dan kering)
3) Selimuti bagian kepala bayi Bagian kepala bayi memiliki
luas permukaan yang relative luas dan bayi akan dengan
cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan
tubuh dan mencegah kehilangan panas. Sebaiknya
pemberian ASI harus dimulai dalam waktu satu 1 jam
pertama kelahiran
5) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru
lahir Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan
panas tubuhnya, sebelum melakukan penimbangan,
terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut
bersih dan kering.
4. Membebaskan Jalan Nafas
Dengan cara sebagai berikut yaitu bayi normal akan
menangis spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak langsung
menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara
sebagai berikut:
a. Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan
hangat.
b. Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga
leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala
diatur lurus sedikit tengadah kebelakang.
c. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi dengan
jari tangan yang dibungkus kassa steril.
d. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok
kulit bayi dengan kain kering dan kasar.
e. Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap
lainnya yang steril, tabung oksigen dengan selangnya harus
sudah ditempat
f. Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung
g. Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama (Apgar
Score)
h. Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau
mulut harus diperhatikan.
5. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
IMD adalah kontak dengan kulit segera setelah lahir dan
menyusu sendiri dalam 1 jam pertama setelah melahirkan.Kontak
kulit dengan kulit segera lahir dan menyusu sendiri 1 jam pertama
kehidupan sangat penting (Siti Nurhasiyah Jamil/ 2017)
a. Bagi Bayi :
1) Makanan dengan kualitas dan kuantitas yang optimal agar
kolostrum segera keluar yang disesuaikan dengan
kebutuhan bayi.
2) Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang
segera kepada bayi, kolostrum adalah imunisasi pertama
bagi bayi.
3) Meningkatkan kecerdasan
4) Membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan nafas
5) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi
6) Mencegah kehilangan panas
7) Merangsang kolostrum segera keluar
b. Bagi Ibu :
1) Rangsangan putting susu ibu, memberikan reflex
pengeluaran oksitosin kelenjar hipofisis, sehingga
pelepasan plasenta akan dapat dipercepat.
2) Pemberian ASI memepercepat involusi uterus menuju
keadaan normal.
3) Rangsangan putting susu ibu mempercepat pengeluaran
ASI, karena oksitosin bekerja sama dengan hormone
prolaktin.
6. Merawat Tali Pusat
1) Pengertian Tali Pusat
Tali pusat yaitu jembatan penghubung antara plasenta dan
bayi. Tali pusatlah yang berfungsi untuk menyalurkan darah,
nutrisi dan oksigen yang juga dibutuhkan oleh bayi. Setelah
masa kehamilan berakhir, maka tugas dan fungsi plasenta dan
tali pusat pun berakhir. Tali pusat adalah jaringan pengikat
yang menghubungkan plasenta (ari-ari) dengan janin. Bentuk
tali pusat sendiri seperti tali yang memanjang saat berada
didalam kandungan. Fungsi tali pusat adalah menjaga
kelangsungan hidup pertumbuhan janin didalam kandungan
dengan mengalirkan oksigen dan nutrisi dari ibu ke aliran darah
janin (Abata, 2015:91).
2) Anatomi Tali Pusat
Tali pusat bentuknya seperti tali. Biasanya melingkar-
lingkar dan mempunyai sekitar 40 puntiran spiral. Tali pusat
terlihat mengilap dan bewarna kebiru-biruan, yang
menunjukkan bahwa terdapat pembuluh darah di dalamnya.
Tali pusat merentang dari umbilicus (pusar) janin ke
permukaan plasenta dan mempunyai panjang normal kurang
lebih 50-55 cm, dengan ketebalan sekitar 1-2 cm. Tali pusat
dianggap berukuran pendek, jika panjangnya kurang dari 40 cm
(Riksani, 2012:3). Menurut Riksani (2012: 4-7) struktur tali
pusat yaitu sebagai berikut:
a. Cairan Ketuban
Cairan ketuban atau dikenal dengan sebutan amnion
menutupi tali pusat. Di bawah balutan cairan amnion ini
terlihat pembuluh-pembuluh darah yang terdapat dalam tali
pusat.
b. Pembuluh darah
Pembuluh darah adalah bagian dari sistem sirkulasi yang
mengangkut darah ke seluruh tubuh. Tali pusat
mengandung beberapa pembuluh darah yang berperan
menghubungkan antara janin dengan plasenta. Pembuluh
darah tersebut yaitu 2 pembuluh darah arteri dan 1
pembuluh darah vena. Ketiga pembuluh darah ini
membentuk pilinan di dalam tali pusat.
1) Pembuluh darah vena atau Vena Umbilicalis (Pembuluh
darah vena yang terdapat di tali pusat), berperan dalam
membawa oksigen dan nutrisi ke sistem peredaran
darah janin dari peredaran darah ibu.
2) Pembuluh darah arteri atau Arteri Umbilicalis
(Pembuluh darah arteri yang terdapat di tali pusat),
berperan dalam mengembalikan produk sisa dari janin
ke plasenta.
c. Jelly wharton
Jeli wharton merupakan zat yang terasa lengket. Jelly
wharton ini mengelilingi pembuluih darah, sekaligus
melindungi pembuluh darah tersebut dari tekanan.
Sehingga, keberlangsungan pemberian makanan dari ibu ke
janin dapat terjamin dan membantu mencegah terjadinya
penekukan tali pusat. Saat jelly wharton terkena udara, ia
akan mengembang. Tebal atau tipisnya tali pusat,
bergantung pada jumlah jelly wharton yang melapisinya.
3) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelepasan Tali Pusat
Menurut Sodikin (2009) faktor-faktor pelepasan tali pusat
dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah :
a) Timbulnya infeksi pada tali pusat
Salah satu penyebabnya karena tindakan atau perawatan
yang tidak memenuhi syarat kebersihan, misalnya
pemotongan tali pusat dengan bambu/gunting yang tidak
steril, atau setelah dipotong tali pusat dibubuhi abu, tanah,
minyak daun-daunan, kopi dan sebagainya.
b) Cara perawatan tali pusat
Penelitian menunjukkan bahwa tali pusat yang dibersihkan
dengan air, sabun, dikeringkan, diberikan ASI (Kolostrum)
dan dibiarkan terbuka (tidak menutup tali pusat
menggunakan kassa/pembalut) mampu memperepat
pelepasan plasenta.
c) Kelembaban tali pusat
Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun,
karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain
memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan
resiko infeksi.
d) Kondisi sanitasi lingkungan
Spora Clostridium Tetani yang masuk melalui luka tali
pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak
memenuhi syarat kebersihan.
e) Status Nutrisi
Bayi dengan BBLR dalam perawatan masa neonatal sering
mengalami penyulit dan memberikan risiko kematian
tinggi dikarenakan daya tahan tubuh yang rendah
mengakibatkan tali pusat lepas lebih lama, sehingga risiko
dapat menimbulkan koloni bakteri (Ratri, 2007).
4) Tanda Gejala Infeksi pada tali pusat
Tali pusat yang sudah dipotong, haruslah mendapatkan
perawatan yang baik agar terjaga kebersihannya dan terhindar
dari kemungkinan terjadinya infeksi. Upaya untuk mencegah
infeksi tali pusat sesungguhnya merupakan tindakan
sederhana, yang terpenting adalah tali pusat selalu dalam
keadaan bersih dan kering, serta selalu mencuci tangan dengan
menggunakan sabun sebelum merawat tali pusat. Apabila hal
ini tidak diperhatikan dapat menimbulkan kemungkinan
terjadinya infeksi pada tali pusat tersebut. Berikut merupakan
tanda dan gejala terjadinya infeksi pada tali pusat Bayi terlihat
gelisah dan rewel. Hal ini sesudah anda dipastikan bahwa
kegelisahan bayi tidak disebabkan oleh hal lain misalnya
karena pipis, pup, lapar, kepanasan, atau penyebab lainnya.
a. Terlihat adanya tanda kemerahan di sekitar pangkal tali pusat
dan perut bayi.
b. Daerah sekitar tali pusat tercium aroma bau dan mengeluarkan
nanah (nanah merupakan salah satu indikasi terjadinya infeksi).
c. Suhu tubuh bayi meningkat, tubuh terasa hangat atau panas.
Untuk lebih akurat, bisa menggunakan termometer untuk
mengukur suhu tubuh bayi. Jika suhu tubuh melebihi 38˚ C
maka bayi sudah terkena demam (Riksani, 2012).
5) Perawatan Tali Pusat
Perawatan tali pusat adalah suatu usaha untuk mencegah
terjadinya infeksi neonatorum yang terjadi pada bayi pada
kehidupan pertama setelah kelahiran. Perawatan tali pusšat
pada saat kelahiran dan setelah kelahiran dianggap suatu usaha
yang efektif untuk mencegah terjadinya infeksi tali pusat dan
tetanus neonatorium, Perawatan tali pusat dilakukan dengan
teknik aseptik, dengan demikian tali pusat tidak
terkontaminasi. Saat persalinan, tangan harus dicuci dengan
sabun dan air bersih sebelum persalinan dan sekali lagi pada
saat sebelum memotong dan mengikat tali pusat, bayi baru
lahir diletakkan ditempat yang bersih perut ibu dan tali pusat
harus dipotong dengan alat yang steril. Perawatan tali pusat
adalah perbuatan merawat atau memelihara pada tali pusat bayi
setelah tali pusat dipotong atau sebelum puput (Paisal, 2008).
Perawatan tali pusat adalah pengobatan dan pengikatan tali
pusat yang menyebabkan pemisahan fisik terakhir antara ibu
bayi, kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan steril, bersih,
kering, puput dan terhindar dari infeksi tali pusat. Perawatan
tali pusat, meliputi kepatuhan ibu dalam membersihkan sisa
tali pusat setiap hari, kebenihan ibu dalam merawat sisa tali
pusat dan frekwensi ibu dalam mengganti popok. Banyak
pendapat tentang cara terbaik dalam merawat tali pusat. Telah
dilaksanakan beberapa uji klinis untuk membandingkan cara
perawatan tali pusat agar tidak terjadi peningkatan infeksi,
diantaranya yaitu dengan membiarkan luka tali pusat terbuka,
ditutup đengan kassa steril, diberikan alcohol, dan di berikan
ASI.
6) Mempertahankan suhu tubuh bayi
Pada waktu lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu
badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk
membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus di bungkus
hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolok ukur kebutuhan akan
tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil.
Suhu bayi harus dicatat (Sinta B, 2019).
Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya
secara memadai dan dapat dengan cepat kedinginan jika
kehilangan panas tidak segera dicegah. Bayi yang mengalami
kehilangan panas (hipotermi) beresiko tinggi untuk jatuh sakit
atau meninggal, jika bayi dalam keadaan basah atau tidak
diselimuti mungkin akan mengalami hipoterdak, meskipun
berada dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur atau
berat lahir rendah sangat rentan terhadap terjadinya hipotermia.
Pencegah terjadinya kehilangan panas yaitu dengan:
a. Keringkan bayi secara seksama · Selimuti bayi dengan
selimut atau kain bersih, kering dan hangat
b. Tutup bagian kepala bayi
c. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya
d. Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian
e. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. (Sinta B,
2019)

7) Pencegahan infeksi
a. Memberikan vitamin K Untuk mencegah terjadinya
perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru
lahir normal atau cukup bulan perlu di beri vitamin K per
oral 1 mg/hari selama 3 hari, dan bayi beresiko tinggi di
beri vitamin K parenteral dengan dosis 0,5–1 mg IM.
b. Memberikan obat tetes atau salep mata Untuk pencegahan
penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual)
perlu diberikan obat mata pada jam pertama persalinan,
yaitu pemberian obat mata eritromisin 0.5 % atau
tetrasiklin 1 %, sedangkan salep mata biasanya diberikan
5 jam setelah bayi lahir.
1) Perawatan mata harus segera dikerjakan, tindakan ini
dapat dikerjakan setelah bayi selesai dengan
perawatan tali pusat
2) Yang lazim dipakai adalah larutan perak nitrat atau
neosporin dan langsung diteteskan pada mata bayi
segera setelah lahir · Bayi baru lahir sangat rentan
terhadap infeksi, pastikan untuk melakukan
tindakanpencegahan infeksi berikut ini:
a. Cuci tangan secara seksama sebelum dan setelah
melakukan kontak denganbayi.
b. Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani
bayi yang belum dimandikan.
c. Pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem
gunting dan benang tali pusat telah didinfeksi
tingkat tinggi atau steril, jika menggunakan bola
karet penghisap, pakai yang bersih dan baru.
d. Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut
serta kain yang digunakan.
e. Pastikan bahwa timbangan, pipa pengukur,
termometer, stetoskop dan benda- benda lainnya
yang akan bersentuhan 27 dengan bayi dalam
keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci setiap
setelah digunakan).
8) Identifikasi bayi
1. Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi
perlu di pasang segera pasca persalinan. Alat pengenal
yang efektif harus diberikan kepada bayi setiap bayi
baru lahir dan harus tetap ditempatnya sampai waktu
bayi dipulangkan.
2. Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu
tersedia di tempat penerimaan pasien, di kamar bersalin
dan di ruang rawat bayi.
3. Alat yang digunakan, hendaknya kebal air, dengan tepi
yang halus tidak mudah melukai, tidak mudah sobek
dan tidak mudah lepas.
4. Pada alat atau gelang identifikasi harus tercantum nama
(bayi, nyonya), tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin,
unit, nama lengkap ibu.
5. Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan
mencantumkan nama, tanggal lahir, nomor identifikasi.
(Sinta B, 2019)
7. Kebutuhan Bayi Baru Lahir
a. Pemberian Asi
Memberikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan ibu
(jika payudara penuh) dan tentu saja ini lebih berarti pada
menyusui sesuai kehendak bayi atau kebutuhan bayi setiap 2-3
jam (paling 75 sedikit setiap 4 jam), bergantian antara payudara
kiri dan kanan. Seorang bayi yang menyusu sesuai dengan
permintaannya bisa menyusu sebanyak 12- 28 15 kali dalam 24
jam. Biasanya, ia langsung mengosongkan payudara pertama
dalam beberapa menit. Frekuensi menyusui itu dapat diataur
sedemikian rupa dengan membuat jadwal rutin, sehingga bayi
akan menyusu sekitar 5-10 kali dalam sehari (jamil, 2017).

b. Kebutuhan Buang Air Besar (BAB) Pada Bayi Baru Lahir


Bayi yang minum ASI ekslusif sebaliknya bisa saja tidak
BAB selama 2-4 hari bahkan bisa 7 hari sekali, bukan berate
mengalami gangguan sembelit tapi bisa saja karena memang tidak
ada ampas makanan yang harus dikeluarkan. Semuanya dapat
diserap dengan baik, feses yang keluar setelah itu juga harus tetap
normal seperti pasta. Tidak cair yang disertai banyak lender atau
berbau busuk dan disertai demam dan penurunan berat badan bayi.
Jadi yang penting lihat pertuumbuhannya pakah anak tidak rewel
dan minumnya bagus, kalau 3 hari belum BAB, dan bayinya
anteng-anteng saja mungkin belum waktunya BAB.
Bayi yang pencernaannya normal akan BAB pada 24 jam
pertama setelah lahir. BAB pertama ini disebut mekonium.
Biasanya berwarna hitam kehijauan dan lengket seperti aspal yang
merupakan produk dari sel-sel yang diproduksi dalam saluran
cerna selama bayi berada dalam kandungan. BAB pertama dalam
24 jam penting artinya, karena menjadi indikasi ataukah
pencernaanya normal atau tidak. Frekuensi BAB yang sering
bukan berarti pencernaanya terganggu. Waspadai nilai warnanya
putih atau disertai darah (Jamil, 2017).

c. Kebutuhan Buang Air Besar (BAK) Pada Bayi Baru Lahir


Bayi baru lahir cenderung sering BAK yaitu 7-10 x sehari.
Untuk menjaga bayi tetap bersih, hangat dan kering maka setelah
BAK harus diganti popoknya. Bayi mulai memiliki fungsi ginjal
yang sempurna selama 2 tahun pertama kehidupannya.
Biasanya terdapat urine dalam jumlah yang kecil pada
kandungan kemih bayi saat lahir, tetapi ada kemungkinan urine
tersebut tidak dikeluarkan selama 12-24 jam. Jika urine pucat,
kondisi ini menunjukan masukan cairan yang cukup. Umumnya bayi
cukup bulan akan mengeluarkan urine 15-16 ml/kg/hari. Untuk
menjaga bayi tetap bersih, hangat dan kering, maka setelah BAK
harus diganti popoknya minimal 4-5/hari (Jamil, 2017).

d. Kebutuhan Istirahat
Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering
tidur, bayi baru lahir sampai usia 3 bulan rata-rata tidur selama 16
jam sehari. Pada umumnya bayi terbangun samapai malam hari
sampai usia 3 bulan. Sebaiknya ibu selalu menyediakan selimut dan
ruangannya yang hangat, serta memastikan bayi tidak terlalu panas
atau terlalus diingin. Jumlah waktu tidur bayi akan berkurang seiring
dengan bertambahnya usia bayi. Pola tidur bayi masih belum tertur
karena jam biologis yang belum matang. Tetapi perlahan-lahan kan
bergeser 30 sehingga lebih banyak waktu tidur dimalam hari
dibandingkan dengan siang hari (Jamil,2017).

8. Penilaian bayi untuk tanda-tanda kegawatan


Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda
kegawatan/kelainan yang menujukan suatu penyakit. Bayi baru
lahir dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau beberapa
tanda antra lain: Sesak nafas, Frekuensi pernafasan 60 kali/menit,
gerak retraksi didada, malas minum, panas atau suhu badan bayi
rendah, kurang aktif, berat lahir rendah (500- 2500gram) dengan
kesulitan minum.
Tanda-tanda bayi sakit berat, apabila terdapat salah satu atau
lebih tanda seperti: sulit minum, sianosis setral (lidah biru), perut
kembung, priode apneu, kejang/priode kejang-kejang kecil,
merintih, perdarahan, sangat kuning, berat badan lahir < 1500
gram. Sebelum menangani bayi baru lahir, pastikan penolong
persalinan telah melakukan upaya pencegahan infeksi seperti
berikut:
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan bayi.
b. Pakai sarung tangan bersih saat menangani bayi yang belum
dimandikan
c. Semua peralatan dan perlengkapan yang akan digunakan telah
di DTT atau steril. Khusus bola karet penghisap lendir jangan
diapakai untuk lebih dari satu bayi.
d. Handuk, pakaian atau kain yang akan digunakan dalam
keadaan bersih. (demikian juga dengan timbangan, pita
pengukur, thermometer, stetoskop dll).
e. Dekontaminasi dan cuci setelah digunakan.

9. Masalah dan penatalaksanaan pada bayi baru lahir


a. Bayi Baru Lahir Rendah
1. Definisi
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang
berat badan saat lahir kurang dari 2500 gram. Istilah BBLR
sama dengan prematuritas. Namun, BBLR tidak hanya terjadi
pada bayi prematur, juga bayi yang cukup bulan dengan BB <
2.500 gram (Profil Kesehatan Indonesia, 2014).
2. Epidemiologi
Hasil Riskesdas tahun 2013 menyatakan bahwa persentase
balita (0-59 bulan) dengan BBLR sebesar 10,2%.
3. Klasifikasi BBLR
BBLR : Berat Badan Bayi Rendah (< 2500 gr)
BBLSR : Berat Badan Bayi Sangat Rendah (< 1500 gr)
BBLER : Berat Badan Bayi Ekstrem Rendah (< 1000 gr)
(IDAI, 2016)

4. Etiologi BBLR
1) Faktor ibu
a. < Gizi saat hamil
b. Usia < 20 th/> 35 th
c. Penyakit menahun ibu (hipertensi, jantung, gangguan
pembuluh darah)
d. Faktor Kehamilan
e. Hamil dengan hidramnion
f. Hamil ganda
g. Perdarahan antepartum
h. Komplikasi hamil: PE/E, KPD
2) Faktor Janin
a. Cacat bawaan
b. Infeksi dalam Rahim
5. Tatalaksana
Pengaturan Suhu Tubuh BBLR :
a. Cepat kehilangan panas = hipotermi oleh karena pusat
pengaturan panas tubuh belum berfungsi optimal,
metabolism rendah, dan permukaan tubuh relatif luas =
Rawat dalam inkubator.
b. Pencegahan infeksi
c. Intake nutrisi

b. Hipotermi
a. Definisi
Hipotermi adalah suhu tubuh bayi baru lahir yang tidak
normal (<36ºC) pada pengukuran suhu melalui aksila,
dimana suhu tubuh bayi baru lahir normal adalah 36,5ºC-
37,5ºC (suhu aksila). Hipotermi merupakan suatu tanda
bahaya karena dapat menyebabkan terjadinya perubahan
metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan kegagalan
fungsi jantung paru dan kematian (Sinta B, 2019).
b. Klasifikasi
1) Stres dingin suhu antara 35,5-36,4°CàBila tubuh
teraba hangat tapi ekstremitas teraba dingin maka
berarti bayi mengalami
2) Hipotermia sedang suhu antara 32-35,4°C
Sedangkan bila tubuh dan ekstremitas teraba dingin
berarti bayi mengalami
3) Hipotermia berat apabila suhu kurang dari 32°C
(IDAI, 2016).
c. Penyebab
Menurut (Sinta B, 2019) mekanisme kehilangan panas
pada bayi barulahir dapat melalui 4 cara, yaitu:
1) Radiasi yaitu dari bayi ke lingkungan dingin terdekat.
2) Konduksi yaitu langsung dari bayi ke sesuatu yang
kontak dengan bayi
3) Konveksi yaitu kehilangan panas dari bayi ke udara
sekitar.
4) Evaporasi yaitu penguapan air dari kulit bayi.
d. Penanganan
1) Bayi stres dingin: cari penyebabnya apakah popok
yang basah, suhu pendingin ruangan yang terlalu
rendah, tubuh bayi basah, setelah mandi yang tidak
segera dikeringkan atau ada h
2) Bila diketahui hal-hal ini maka segera atasi
penyebabnya tersebut. Untuk menghangatkan bayi
dilakukan kontak kulit ke kulit antara bayi dan ibu
sambil disusui, dan ukur ulang suhu bayi setiap jam
sampai suhunya normal. Bila suhunya tetap tidak naik
atau malah turun maka segera bawa ke dokter.
3) Bayi dengan suhu kurang dari 35,5°C mengalami
kondisi berat yang harus segera mendapat penanganan
dokter. Sebelum dan selama dalam perjalanan ke
fasilitas kesehatan adalah terus memberikan air susu
ibu (ASI) dan menjaga kehangatan.Tetap memberikan
ASI penting untuk mencegah agar kadar gula darah
tidak turun.
4) Apabila bayi masih mampu menyusu, bayi disusui
langsung ke payudara ibu.Namun, bila bayi tidak
mampu menyusu tapi masih mampu menelan, berikan
ASI yang diperah dengan sendok atau cangkir.
5) Menjaga bayi dalam keadaan hangat dilakukan
dengan kontak kulit ke kulit, yaitu melekatkan bayi di
dada ibu sehingga kulit bayi menempel langsung pada
kulit ibu,dan ibu dan bayi berada dalam satu pakaian.
Kepala bayi ditutup dengan topi (IDAI, 2016)

e. Pencegahan
1) Menutup kepala bayi dengan topi Pakaian yang
kering. Diselimuti · Ruangan hangat (suhu kamar
tidak kurang dari 25°C)
2) Bayi selalu dalam keadaan kering
3) Tidak menempatkan bayi di arah hembusan angin
dari jendela/pintu/pendingin ruangan. 24 Buku
Ajar— Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi
dan Balita
4) Sebelum memandikan bayi perlu disiapkan baju,
handuk, dan air hangat. Setelah dimandikan, bayi
segera dikeringkan dengan handuk dan dipakaikan
baju (IDAI, 2016).
c. Kejang
1) Definisi
Kejang merupakan gerakan involunter klonik atau tonik
pada satu atau lebih anggota gerak. Biasanya sulit di
kenali dan terjadi pada usia 6 bulan – 6 tahun.
2) Penyebab kejang:
a. Serebral hipoksia, trauma lahir, malformasi
kongenital.
b. Metabolik
c. Sepsis
d. Obat-obatan
e. Perubahan suhu yg cepat dantiba-tibademam (Sinta B,
2019)
3) Faktor penyebab kejang
Komplikasi pada saat kehamilan dan kelahiran
a. Ibu tidak imunisasi TT
b. Perdarahan saat usia kehamilan 28 tahun,
menyebabkan hiposia janin
c. Gawat janin pada masa kehamilan dan persalinan
yang mengharuskan induksi persalinan
d. Alat yang digunakan tidak steril
e. Persalinan dengan tindakan dapat menyebabkan
trauma susunan saraf pusat
f. Perdarahan intracranial
g. Ibu hamil dengan DM 8. Kelainan metabolism seperti
hipoglikemia, hipokalasemia,hipomagnesemia, dll
4) Penatalaksanaan kejang
a. Periksa Jalan nafas (air)
b. Periksa pernafasan (breathing)
c. Periksa sirkulasi (circulation)
d. Periksa adanya hipoglikemia (Sinta B, 2019).
d. Gangguan Nafas
1) Definisi
Sindrom gawat nafas adalah syndrome gawat nafas yang
disebabkan defisiensi surfaktan terutama pada bayi yang
lahir dengan masa gestasi kurang.

2) Etiologi
Obstruksi jalan napas. Misalnya: trakemolasia
a. Penyakit parenkim paru. Misalnya: penyakit membran
hialin
b. Penyakit jaringan organ. Misalnya: hernia
diafragmatika
c. Diluar paru paru, payah jantung

3) Tanda gelaja Klasifikasi:


a. Ringan: frek.nafas 60-90x/menit. Adanya tanda
tarikan dinding tanpa merintih saat ekspirasi/sianosis
sentral
b. Sedang: frek.nafas 60-90x/menit. Adanya tarikan
dinding dada/merintih saat ekspirasi tetapi tanpa
sianosis sentral
c. Berat: frek.nafas 60-90x/menit. Dgn sianosis sentral
dan tarikan dinding dada/ merintih saat ekspirasi

4) Patofisiologi
Disebabkan karena alveoli masikh kecil sehingga sulit
berkembang, pengembangan kurang sempurna karena
dinding thorax masih leemah, produksi surfaktan
berkurang. Kekurangan surfaktan mengakibatkan kolaps
pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal ini
menyebabkan perubahan fisiologis pada paru.

5) Komplikasi
a. Ruptur alveoli: bila dicurigai terjadi kebocoran udara
b. Infeksi
c. Perdarahan intracranial
d. Kurangnya oksigen ke otak
e. Bronchopulmonary Dysplasia
f. Retinopathy premature

6) Penatalaksanaan Tatalaksana awal:


a. Menjaga jalan nafas tetap bebas
b. Pencegahan terjadinya hipoksia
c. Penanganan/tindakan (beri O2, bersihkan jalan nafas
dan ASI tetap diberikan
d. Pengobatan antibiotika ampisilin dan gentamisin
e. Rujuk.

e. Perdarahan tali pusat


Perdarahan tali pusat dapat disebabkan oleh trauma, ikatan tali
pusat yang longgar, atau kejanggalan pembentukan thrombus
yang normal. Kemungkinan lain sebab perdarahan adalah
penyakit perdarahan pada neonatus dan infeksi lokal maupun
sistemik. Tali pusat harus diawasi terus menerus pada hari-hari
pertama agar perdarahan yang terjadi dapat di tanggulangi
secepatnya. Perdarahan tali pusat dapat disebabkan oleh
robekan umbilikus. Komplikasi persalinan ini masih dijumpai
akibat masih terjadinya partus presipitatus dan tarikan berlebih
pada lilitan atau pendeknya tali pusat pada partus normal.

f. Asfiksia Neonatorum
Asfiksia atau mati lemas adalah suatu keadaan berupa
berkurangnya kadar oksigen (O2) dan berlebihnya kadar
karbon dioksida (CO2) secara bersamaan dalam darah dan
jaringan tubuh akibat gangguan pertukaran antara oksigen
(udara) dalam alveoli paru-paru dengan karbon dioksida dalam
darah kapiler paru-paru. Kekurangan oksigen disebut hipoksia
dan kelebihan karbon dioksida disebut hiperkapnia. Asfiksia
berarti hipoksia yang progresif karena gangguan pertukaran gas
serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan
dalam persediaan O2 dan kesulitan mengeluarkan CO2, saat
janin di uterus hipoksia.
Asfiksia neonartum ialah suatu keadaan dimana bayi tidak
dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir.
Hal ini oleh karena hipoksia janin intra uterin dan hipoksia ini
berhubungan dengan factor-faktor yang timbul di dalam
kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir (Jamil, 2017).
g. Ikterus
Ikterus adalah menguningnya sklera, kulit atau jaringan lain
akibat penimbunan bilirubin dalam tubuh atau akumulasi
bilirubin dalam darah lebih dari 5 mg/dl dalam 24 jam, yang
menandakan terjadinya gangguan fungsional dari hepar, sistem
biliary atau sistem haematologi. Ikterus dapat terjadi baik
karena peningkatan bilirubin indirek (unconjugated) dan direk
(conjugated).

10. Bayi Usia 0-42 Hari


a. Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir normal merupakan bayi yang lahir dalam keadaan
presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat,
pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu,
dengan berat badan baru lahir 2500-4000 gram. Nilai apgar >7
dan tanpa cacat bawaan (Sulistyawati, 2013).
b. Komponen Asuhan Bayi Baru Lahir
Adapun komponen asuhan bayi baru lahir menurut JNPK-KR
(2017), adalah sebagai berikut:
1) Penilaian Bayi Baru Lahir
Segera setelah bayi lahir, jaga kehangatan bayi dan
lakukan penilaian bayi yaitu bayi lahir langsung menangis,
tubuh bayi kemerahan, bayi bergerak aktif. Berat badan
normal 2500-4000 gram.
2) Perawatan Tali Pusat
Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali
pusat dalam minggu pertama secara bermakna mengurangi
insiden infeksi pada neonatus. Hal yang terpenting dalam
perawatan tali pusat adalah menjaga agar tali pusat tetap
kering dan bersih. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih
sebelum merawat tali pusat.
3) Pencegahan Infeksi
Bayi Baru Lahir (BBL) sangat rentan terhadap infeksi
mikroorganisme yang terpapar atau terkontaminasi selama
persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir.
4) Pencegahan Kehilangan Panas
Mekanisme pengaturan temperature tubuh pada
BBL belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak
segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh
maka BBL dapat mengalami hipotermi. Bayi dengan
hipotermia, sangat beresiko tinggi untuk mengalami sakit
berat atau bahkan kematian.
5) Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
IMD dilakukan segera setelah bayi lahir, setelah tali
pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan
kulit bayi kontak ke kulit ibu. Biarkan kontak kulit ke kulit
ini menetap selama setidaknya 1 jam bahkan lebih sampai
bayi dapat menyusui sendiri. Bayi diberi topi dan selimut.
6) Pencegahan Infeksi Mata
Salep mata untuk mencegah infeksi mata diberikan
setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusui.
Pencegahan infeksi tersebut mengandung antibiotika atau
Tetraksiklin 1%. Salep antibiotika harus tepat diberikan pada
waktu 1 jam setelah kelahiran. Upaya pencegahan infeksi
mata tidak efektif bila diberikan lebih dari 1 jam setelah
kelahiran.
7) Pemberian Vitamin K1
Semua bayi baru lahir harus diberikan Vitamin K
(phytomenadione), injeksi 1 mg intramuscular setelah 1 jam
kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusui untuk
mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi Vitamin K yang
dapat dialami oleh sebagian BBL.
8) Pemberian Imunisasi Bayi Baru Lahir
Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi
Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu ke
bayi. Imunisasi Hepatitis B pertama diberikan 1 jam setelah
pemberian Vitamin K, pada saat bayi berumur 2 jam. Untuk
bayi yang lahir di fasilitas kesehatan dianjurkan diberikan
BCG pada saat sebelum bayi pulang dari tempat persalinan.
9) Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir
Hari pertama kelahiran bayi sangat penting, banyak
perubahan yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri
dari kehidupan di dalam rahim ke kehidupan di luar rahim.
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini
mungkin jika terdapat kelainan pada bayi. Risiko terbesar
kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan,
sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat
dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama
24 jam pertama.

11. Kunjungan pada bayi baru lahir


Asuhan yang tepat dapat dengan melakukan kunjungan bayi baru
lahir minimal 3 kali kunjungan yang bertujuan untuk mengidentifikasi
gejala dan tanda tanda bahaya pada bayi baru lahir dan memberikan
pendidikan serta mendukung orang tua bayi.
Kunjungan neonatal Ke-1 (KN1) dilakukan pada kurun waktu 6-48
jam setelah lahir,kunjungan neonatal ke-2 (KN2) dilakukan pada kurun
waktu 3-7 hari setelah lahir,dan kunjungan neonatal ke-3 (KN3)
dilakukan pada kurun waktu 8-28 hari setelah lahir,kunjunagn
dilakukan baik dari fasilitas kesehatan maupuun kunjungan rumah
(Dinkes,2012 dalam Zuraida,2016).
B. Konsep Dasar Teori Asuhan Kebidanan
1. Managemen asuhan kebidanan varney Managemen kebidanan adalah
pendekatan yang dilakukan oleh bidan dalam penerapan metode
pemecahan masalah secara sistematis,mulai dari pengkajian,analisis
data,diagnose kebidanan,perencanaan,pelaksanaan evaluasi (Varney,
2007). Berikut 7 langkah varney :
I. Pengkajian data
Pengkajian adalah langkah pertama pengkajian awal pasien dan
merupakan proses berkelanjutan untuk memperoleh informasi
yang berkelanjutan untuk memberikan asuhan dan nilai keadaan
pasien secara keseluruhan, baik data subjektif maupun objektif
ataupun penunjang.
A. DATA SUBYEKTIF
a) Identitas pasien (1) Nama anak : untuk mengidentifikasi
pasien (2) Tempat,tanggal lahir : untuk kejelasan
mengenai data diri pasien (3) Jenis kelamin : untuk
mengisi data diri pasien 41 (4) Usia : untuk menentukan
waktu kelahiran pasien (5) Anak ke : untuk mengetahui
jumlah anak Identitas orang tua : (1) Nama : untuk
mengidentifikasi pasien (2) Pekerjaan : untuk
menentukan jenis pengobatan yang akan diberikan (3)
Umur ibu : untuk mrnrntukan prognosa (4) Agama :
untuk mrnrntukan jenis bimbingan doa sesuai dengan
agama dan kepercayaan pasien tersebut (5) Pendidikan :
untuk mengetahui latar belakang pendidikan pasien (6)
Alamat : sebagai data untuk bidan melakukan kunjungan
rumah
b) Riwayat kesehatan (1) Riwayat kesehatan yang lalu
Untuk mengetahui penyakit yang pernah di derita
ibu,yang dapat memperburuk keadaan bayi. (2)
Riwayang kesehatan sekarang Untuk mengetahhui
penyakit penyakit yang di derita saat ini. (3) Riwayat
kesehatan keluarga Untuk mengetahui penyakit penyakit
yang di derita keluarga
c) Riwayat kehamilan Untuk mengetahui riwayat kesehatan
kehamilan ibu pada trimester 1,trimester II hingga
trimester III dan berapa kali ibu memeriksakan
kehamilannya (ANC).
d) Riwayat persalinan Untuk mengetahui riwayat persalinan
ibu dalam batas normal : Lamanya persalinan : 30 menit
Kala 1 : 10 – 15 jam Kala II : 25 – 30 Menit Kala III : 5
– 10 menit Kala IV : 2 Jam Keadaan air ketuban :
jernih/keruh Jenis persalinan : spontan/normal
Episiotomy : tidak dilakukan
B. DATA OBYEKTIF
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) TTV N : 110-160 x/menit
S : 36,5-37,5 C
P : 40-60x/menit
d) Antropemetri PB : 48-52 cm
BB : 2500 – 4000 gr
LD : 30-38 cm
LK : 33-35 cm
e) AFGAR Score : NORMAL
Tanda Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2
Appearance Pucat/ Tubuh Seluruh
(Warna biru merah, tubuh
Kulit) seluruh ekstremitas kemerahan
badan biru
Pulse Tidak <100 <100
(Denyut ada
Jantung)
Grimace Tidak Ekstremitas Gerakan
(Tonus Otot) ada sedikit fleksi Aktif
Activity Tidak Sedikit Langsung
(Aktifitas) ada Bergerak Menangis
Respiration Tidak Lemah/tidak Menangis
(Pernapasan) ada beraturan

Apgar score dihitung daari menit ke 1 – 5 stelah


persalinan/kelahiran bayi,score terbaik adalah 10, namun
score 7,8,9 masih dalam batas normal.

f) Pemeriksaan fisik
10) Kepala : Ubun-ubun tidak ada
molase,rambut
berwarna hitam bersih,tidak ada
pembengkakan,tidak ada kelainan.
11) Mata : Simetrs,tidak ada oedema,kemerah
merahan,tidak ada bercak hitam
pada mata.
12) Hidung : Simetris,tidak ada
pernapasan
cuping hidung dan pengeluaran.
13) Mulut : Bibir merah muda, bibir tidak
sumbing, langit langit tidak
terbelah,
reflex rooting (+),reflex sucking
(+).
14) Telinga : Simetris,tidak ada
pengeluaran,tidak
ada kelainan.
15) Dada : Pernafasan teratur,tidak ada retraksi
dada,tidak ada kelainan.
16) Abdomen : Tidak ada kelainan,tidak ada
benjolan dan tidak ada perdarahan
tali pusat.
17) Punggung : fleksibilitas tulang punggungnya
baik,tidak ada kelainan pada tulang
punggung,tidak ada benjolan yang
abnormal.
18) Genetalia : Labia mayora menutupi labia
minora,klitoris menonjol (pada bayi
perempuan),testis telah turun ke
skrotum (pada bayi laki laki).
19) Anus : Terdapat lubang anus
20) Ekstermitas : Atas : simetris,jari jari lengkap,
pergerakan tangan aktif,
refleks moro (+), refleks
grasping (+), (Normal).
Bawah : simetris,jari jari lengkap,
pergerakan tangan aktif,
reflek moro (+), refles
grasping (+)
II. Interpretasi data
Pada langkah ini dilakukan interpretasi dari data menjadi masalah
atau diagnosa yang teridentifikasi secara spesifik. Kata masalah
dan diagnosa keduanya digunakan seperti halnya beberapa
masalah tidak dapat diidentifikasi sebagai diagnosis tetapi
dibutuhkan sebagai pertimbangan dalam mengembangkan
rencana perawatan yang komprehensif kepada pasien.
1) Diagnosa Kebidanan
Adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup
praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
diagnosa kebidanan (Mufdlilah, 2012)
Diagnosa kebidanan pada kasus ini yaitu “Neonatus Dini usia
2 jam”
2) Masalah
Adalah pernyataan yang menggambarkan masalah spesifik
yang berkaitan dengan keadaan kesehatan seseorang dan
didasarkan pada penilaian asuhan kebidanan
Masalah kebidanan pada kasus ini yaitu “Tidak ada”
3) Kebutuhan
Hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi dalam
diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan analisis data
(Mufdlilah, 2012).
Kebutuhan neonatus dini pada yaitu :
1) Menjaga suhu tubuh bayi
2) Memandikan bayi setelah 2 jam
3) Melakukan perawatan tali pusat
4)
5) Menjaga keamanan bayi
6) Menjemur bayi
7) Melakukan pemeriksaan fisik
8) Konseling tentang menyusui bayi terhadap ibu
9) Konseling tentang PENKES tanda bahaya bayi baru
lahir.
III. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan seperangkat masalah dan diagnosa terbaru adalah
suatu hal untuk antisipasi, pencegahan jika mungkin, penantian dan
pengawasan penuh, dan persiapan untuk kejadian apapun.
Masalah potensial pada kasus ini yaitu : “Tidak ada”
IV. Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera
Mengevaluasi kebutuhan segera dari bidan atau dokter serta
untuk konsultasi atau manajemen kolaboratif dengan anggota tim
kesehatan lain. Seperti yang didasarkan pada kondisi pasien.
Kebutuhan segera pada kasus ini “Tidak ada”.
V. Perencanaan / Intervensi
Pada langkah ini yaitu mengembangkan suatu rencana
perawatan komprehensif yang didukung oleh penjelasan yang
rasional dan valid sebagai dasar atas pengambilan keputusan serta
didasarkan pada Langkah-langkah sebelumnya.
Intervensi dalam asuhan neonatus dini yaitu :
1) Menjaga kehangatan tubuh bayi
2) Melakukan pemeriksaan fisik
3) Melakukan perawatan tali pusat dengan menjaga tali pusat
tetap kering bersih, terbuka dan mengoleskan ASI pada
pangkal dan ujung tali pusat.
4) Menjaga keamanan bayi
5) Mengajarkan ibu tekhnik menyusui yang benar
6) Mengajarkan ibu untuk melakukan IMD
7) Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin
8) Memberitahukan kepada ibu bayi sudah diberikan Vit. K
9) Memberitahukan kepada ibu bayi sudah diberikan salep mata
10) Memberitahukan kepada ibu bayi sudah diberikan HB0
11) Memberikan PENKES tentang tanda bahaya bayi baru lahir
kepada ibu.
VI. Pelaksanaan / Implementasi
Pada langkah ini bidan mengatur atau melaksanakan
rencana perawatan secara efisien dan amanah. Hal ini biasa
dilakukan seluruhnya oleh bidan, sebagian lagi oleh klien, atau
anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukannya
sendiri, dia bertanggung jawab atas pengarahan pelaksanaannya,
misalnya mengamati bahwa hal ini telah dilaksanakan.
“Implementasi dilakukan sesuai intervensi/ perencanaan yang
dibuat”.

VII. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektikan dari
asuhan yang sudah diberikan secara efektif kepada pasien atau
bayi dan memastkan pasien mengerti tentang asuhan yang sudah
diberikan oleh tenaga kesehatan atau bidan.
1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang sudah
dilakukan bidan terhadap bayinya seperti jenis kelamin,beerat
badan,dan panajng badan bayi.
2. Menganjurkan ibun untuk mulai menyusui bayinya dengan
asi tanpa di beri makanan atau minuman yang lain dan yang
fungsinya penting bagi daya tahan tubuh dan pertumbuhan
pada bayi.
3. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara on
demend atau kapan saja tanpa di jadwal
4. Memberitahu ibu untuk menjaga kebersihan pada area tali
pusat bayinya dan tetap menjaganya agar tetap kering.
5. Memberikan penjelasan pada ibu dan keluarga tentang tanda
bahaya bayi baru lahir yaitu bayi tidak mau menyusu,suhu
tubuh bayi tinggi bahkan sampai menggili,tali pusat
berdarah,dan belum mengeluarkan BAB dalam 24 jam
terakhir,bila mendapati salah satu hal tersebut ibu diharapkan
segera melaporkan kepada bidan.
6. Menganjurkan ibu untuk menjaga kehangatan bayinya seperti
jangan menempatkan bayi di tempat yang dingin dan terpapar
langsung dengan udara yang dingin agar tidak terjadi
hipotermi pada bayi .
7. Menganjurkan ibu harus selalu menjaga kebersihan bayiya
atau personal hygiene pada bayinya seperti mengganti popok
bayi pada saat setelah BAB atau BAK.
8. Memberitahu ibu bahwa bayinya sudah diberikan vitamin K
dilakukan secara im pada bagian paha atas bayinya untuk
menjaga agar tidak terjadi perdarahan pada bayinya dengan
dosisi 0,1 mg.
9. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa bayi sudah diberikan
salep mata oxy tetracycline 1% untuk mencegah infeksi
dengan cara dioleskan pada mata bagian dalam kemudiam
menuju ke luar pada mata kanan dan mata kiri bayi tesebut.

BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR USIA 2 JAM
DI RUANG BERSALIN
DI PUSKESMAS TANJUNG KARANG

Tanggal masuk : 16-01-2023


Pukul : 21.00 WITA
Tempat : Ruang Bersalin
TGL/JAM : 17-01-2023/ 01.15

PENGUMPULAN DATA DASAR


I. DATA SUBYEKTIF (S)
A. Identitas Klien
1. IdentitasBayi
Nama : By. Ny. N
Umur : 2 jam
Tanggal lahir : 17-01-2023
Jam lahir : 01.15 WITA
2. Identitas Orang Tua/Wali
Nama : Ny. N
Umur : 24 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Suku/bangsa : Sasak
Alamat : Sembalun tanjung karang

B. Anamnesa
1. Riwayat Kehamilan

Hamil : kedua
Frekuensi ANC : 7 kali
Imunisasi TT : Ibu mengatakan sudah melakukan imunisasi
TT
2x
BB : Sebelum Hamil : 65 kg
Sesudah Hamil : 69, 7 kg
Kenaikan : 5,7 kg
Usia Kehamilan : 39-40 minggu
Kejadian waktu Hamil : Ibu mengatakan sering mual muntah dan sering
buang air kecil

Riwayat penyakit/kehamilan
a. Perdarahan : Ibu mengatakan tidak pernah
mengalami
pendarahan
b. Eklamsia : Ibu mengatakan tidak pernah
mengalami
eklamsia
c. Pre eklamsi : Ibu mengatakan tidak pernah
mengalami pre
eklamsia
d. Penyakit Kelamin : Ibu mengatakan tidak pernah
mengalami
penyakit kelamin
e. Penyakit Lain : Ibu mengatakan tidak ada penyakit lain

Kebiasaan waktu hamil


a. Makanan : Ibu mengatakan sering mengonsumsi makanan
yang bergizi
b. Obat-obatan/jamu : Ibu mengatakan tidak mengonsumsi obat
obatan
atau jamu
c. Merokok : Ibu mengatakan tidak merokok

Komplikasi Persalinan
Ibu : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami
komplikasi
2. Riwayat persalinan
a. Lama kala I : 4 jam
b. Lama Kala II : 15 menit
c. Lama Kala III : 15 menit
d. Lama Kala IV : 2 jam
e. Warna air ketuban : Jernih
f. Jenis persalinan : Spontan
g. Penolong : Bidan
h. Jam/tgl/lahir : 01.15 tanggal 17-01-2023

II. DATA OBYEKTIF


1. Pemeriksaan Umum

KU : Baik
Kesadaran : Composmetis
Jenis Kelamin : Laki -Laki
BB : 2900 gram
PB : 48 cm
Tanda – tanda vital
Denyut Jantung : 130 x/menit
Respirasi : 42 x/menit
Suhu : 36,8 C

2. Pemeriksaan Fisik
Muka : Tidak ada Ikterik, tidak ada sianosis
Kulit : Verniks kaseosa ada
Kepala : Ubun ubun : cekung
Sutura : Jelas
Hematoma : Tidak ada
Mata : Sclera putih, tidak ikterik, mata bisa terbuka dengan baik
Hidung : Tidak ada pengeluaran lendir
Bibir : tampak kemerahan, tidak ada sumbing
Telinga : simetris antara letak mata dan kepala
Leher : tidak teraba pembengkakan dan benjolan
Dada : bentuk simetris, bunyi nafas normal
Tali pusat : tidak ada tanda-tanda infeksi
Punggung : adanya bercak mongol
Genetalia : skrotum turun dan penis berlubang
Anus : berlubang dan sudah ditandai dengan BAB
Ekstremitas : Atas : simetris,jari jari lengkap, pergerakan tangan aktif, refleks
moro (+), refles grasping (+) (normal).
Bawah : simetris,jari jari lengkap,pergerakan kaki aktif, reflek
moro (+), refles grasping (+)
3. Reflek
Reflek Moro : Bayi merespon tiba tiba/ kaget jika ada suara atau
gerakan yang mengejutkan.
Reflek Rooting : Bayi akan mengikuti jari yang diletakkan didekat
mulutnya
Reflek Walking : Bayi tampak melangkah saat ditopang dalam posisi
berdiri dengan kaki menyentuh permukaan padat
Reflek Grasping : Bayi secara otomatis mencekram ketika telapak
tangannya diusap
Reflek Sucking : Bayi secara otomatis menghisap benda yang
ditempatkan dimulutnya
Reflek Tonik neck : Bayi secara otomatis memiringkan kepalanya dan
meletangkan tangannya

4. Keadaan bayi baru lahir (APGAR SCORE)


KRITERIA 1-5 MENIT Score 5-10 MENIT Score
1. Denyut jantung > 100x menit 2 > 100x menit 2
2. Usaha nafas Teratur 2 Teratur 2
3. Tonus otot ½ fleksi 1 ½ fleksi 1
4. Reflek Menyeringai 1 Menangis 2
5. Warna kulit eks biru 1 Kemerahan 2
TOTAL 7 9

5. Antropometri
Lingkar kepala : 32 cm
Lingkar dada : 30 cm
Lingkar lengan : 10 cm

6. Eliminasi
Miksi : Bayi sudah BAK
Defekasi/ Pengeluaran mekonium : Sudah

III. INTERPRETASI DATA DASAR


1. Diagnosa Kebidanan : Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan umur
2 jam
Data Dasar :
DS : Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal 17-01-2023 jam 01:15, berjenis
kelamin laki laki
DO : Bayi menangis kuat
BB : 2900 gram, PB : 48 cm, LD : 30 cm, LK : 32 CM, LILA : 10 cm,
Suhu : 36,8 C, R : 42 x/menit, DJB : 130 x/menit

2. Masalah : Tidak ada


3. Kebutuhan
Hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan
masalah yang didapatkan dengan analisis data (Mufdlilah, 2012).
Kebutuhan neonatus dini pada yaitu :
a) Menjaga suhu tubuh bayi
b) Memandikan bayi setelah 6 jam
c) Melakukan perawatan tali pusat
d) Menjaga keamanan bayi
e) Menjemur bayi
f) Melakukan pemeriksaan fisik
g) Konseling tentang menyusui bayi terhadap ibu
h) Memberikan vaksin hepatitis B
i) Konseling tentang PENKES tanda bahaya bayi baru lahir.

IV. MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSA /MASALAH POTENSIAL


Tidak ada masalah potensial

V. RENCANA ASUHAN YANG MENYELURUH


1. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang keadaan umum bayinya bahwa
bayi dalam keaadaan sehat
2. Memberitahu Konseling dan Edukasi tentang kehangatan bayi kepada ibu
3. Memberitahu Konseling dan Edukasi tentang Pemberian ASI kepada ibu
4. Memberikan Konseling dan Edukasi tentang tanda bahaya pada bayi kepada ibu
5. Memberikan Konseling dan Edukasi tentang pendekatan ibu dan bayi
6. Memberitahu kepada ibu bahwa bayinya akan diberikan salep mata dan Vit.K
7. Memberikan Konseling dan Edukasi tentang merawat tali pusat kepada ibu
8. Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan IMD
9. Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan Kunjungan ulang pada tanggal
yang sudah ditentukan

VI. PELAKSANAAN ASUHAN


1. Memberitahu ibu tentang keadaan bayinya bahwa bayi lahir dengan selamat dan
sehat dengan jenis kelamin laki-laki, BB: 2900 gr, PB: 48 cm, Lika: 32 cm,
Lida: 30 cm, Lila: 10 cm, ( TTV: DJB: 130 x/menit, Respirasi: 42 x/menit,
Suhu: 36,8 C.
2. Menjaga kehangatan bayi agar bayi tidak hipotermi dengan membedong bayi
dengan kain kering,ganti segera mungkin jika pakaian atau popok basah.
3. Memberikan ASI sedini mungkin kepada bayi agar bayi mendapatkan kolotrum
yaitu ASI yang keluar pertama kali yang berwarna kekuningan dan kental.
Cairan ini banyak mengandung banyak gizi dan zat-zat pertahanan tubuh.
4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya BBL pada ibu seperti :
Bayi Tidak mau menyusu, kejang, sesak nafas 60 kali permenit, merintih, pusar
kemerahan sampai dinding perut, demam, mata bayi bernanah banyak, kulit
bayi terlihat kuning. Jika ibu menemukannya, segera bawa ke tenaga
kesehatan.
5. Melakukan bounding attachment dengan selalu memberikan kasih sayang yang
cukup pada bayi dan menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya.
6. Memberitahu ibu bahwa bayinya akan diberikan salep mata oxytetracycline 1%
pada kedua mata bayi untuk mencegah infeksi pada mata bayi, dan akan
disuntikkan vit K 1 mg pada ⅓ paha kiri secara IM untuk mencegah
perdarahan pada otak bayi.
7. Memberitahu ibu cara merawat tali pusat bayi:
a. Selalu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir sebelum dan
sesudah memegang bayi.
b. Jangan diberikan apapun pada tali pusat.
c. Rawat tali pusat dengan terbuka dan kering.
d. Bila tali pusat kotor, cuci dengan air bersih dan sabun mandi, kemudian
keringkan dengan kain bersih.
8. Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan IMD
9. Ibu akan melalukan Kunjungan Ulang pada tanggal yang sudah ditentukan

VII. EVALUASI HASIL ASUHAN


1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan bayinya.
2. Ibu telah mengetahui tentang perlindungan thermal pada
bayinya.
3. Ibu telah melakukan IMD pada bayinya.
4. Ibu mengerti tentang tanda bahaya pada bayi.
5. Bounding attachment telah dilakukan.
6. Ibu mengizinkan dan salep mata dan vit K sudah
diberikan.
7. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan bidan
tentang merawat tali pusat dengan bener.
8. Ibu mengerti dan bersedia melakukan IMD
9. Ibu mengerti dan bersedia melakukan Kunjungan Ulang

BAB IV
PEMBAHASAN

Asuhan kebidanan yang dilakukan pada By Ny. N dengan tali pusat terbuka
dilakukan dengan manejemen 7 langkah varney.

Berdasarkan data Subjektif, dan hasil pengkajian didapatkan dari bayi Ny. N
lahir pada tangaal 17 januari 2023 dengan keadaan yang normal dan sehat serta
tanpa kelainan apapun, bayi lahir dengan tali pusat yang telah dilakukan
pemotongan sepanjang 3 cm serta bayi menangis keras saat lahir dan telah
berkemih dan mengeluarkan mekonium sebelum usia bayi 2 jam.

Hasil pengkajian data objektif didapatkan keadaan umum bayi baik,


Kesadaran bayi : Composmentis, Pemeriksaan, Pernapasan : 42 kali/menit, Nadi :
130 kali/menit, Suhu : 36,8 C. Hasil pemeriksaan fisik dalam batas normal dan
tidak ada kelainan kelainan yang abnormal, serta tali pusat bayi dalam keadaan
normal dan kering tanpa adanya tanda dan gejala bahaya atau infeksi tali pusat
pada bayi baru lahir.
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diperoleh By Ny. N usia 2 jam,
bayi dengan tali pusat terbuka. Kebutuhan bayi adalah penjelasan mengenai
perawatan tali pusat terbuka tanpa menggunakan kasa atau kain dan tanpa di
bungkus dengan kasa atau kain, sehingga membuat tali pusat terhindar dari tanda
dan gejala infeksi tali pusat, KIE tantang tanda-tanda infeksi pada tali pusat bayi,
KIE tentang nutrisi untuk bayi baru lahir, KIE mengenai waktu istrirahat,
konseling tantang ASI ekslusif dan teknik menyusui dengan benar, mengajarkan
pada ibu cara menjaga kebersihann tali pusat bayi dengan membiarkannya selalu
dalam keadaan kering atau vulva hygiene, ajarkan cara menjaga kebersihan
bayinya dengan memandikan bayi sekali sehari,membersihkan dan tidak
membiarkan popok bayi dalam keadaan lembab, hal tersebut untuk mencegah
terjadinya penularan penyakit dan kuman serta infeksi pada bayi dan pada tali
pusat bayi dan apabila tali pusat bayi menunjukan bahwa kondisi tali pusat bayi
yang lembab, berbau dapat menyebapkan timbulnya infeksi pada tali pusat bayi.
Penatalaksanaan yang dilakukan mengajarkan cara merawat bayi dan tali
pusat bayi dengan selalu menjaga kebersihan bayi dan membiarkan tali pusat
dalam keadaan kering dan terbuka, mengganti pakaian bayi apabila lembab atau
terkena kencing dan fases bayi saat BAK dan BAB, peneliti juga mengajarkan dan
menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene kebersihan dirinya selain
bayinya untuk mencegah terjadinya penularan penyakit dan kuman dari ibu
kepada bayi baru lahir karena bayi baru lahir sangatlah rentan terhadap penyakit
dan bakteri serta kuman di luar, tidak memberikan bedak atau pun salep pada
kemaluan dan tali pusat bayi selama bayi masih dalam keadaan rentan,untuk
mencegah terjadinya infeksidan kemerahan pada pantat dan kemaluan bayi, juga
mengingatkan ibu untuk manjaga nutrisinya dan bayinya untuk kelancaran asinya,
menganjurkan untuk beristirahat setiap ada kesempatan untuk beristirahat
misalnya saat bayi sedang tertidur.
Dari pembahasan diatas yang telah dilakukan dengan menggunakan
pendekatan menejemen 7 langkah varney, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan praktik yang mulai dari pengkajian sampai evaluasi
dan pendokumentasian dengan metode varney.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1) Setelah dilakukan asuhan selama 7 hari diperoleh data subjektif pada
kasusus tersebut yaitu Ny. N umur 24 tahun bersalin dan melahirkan anak
pertamanya dalam keadaan sehat dan selamat tanpa kurang suatu apapun
dan di dapat data obyektif bayi dalam keadaan yang sehat dan normal, yaitu
keadaan umum baik, Kesadaran Composmentis, TTV normal dan bayi
menyusui dengan baik dan aktif, kontraksi ibu uterus baik teraba bulat dan
keras, TFU pertenganhan pusat da air susu ibu keluar dengan lancar dan
banyak tidak ada masalah yang terjadi pada bayi dan ibu serta keluarga
merasa terbantu dan merasa senang.
2) Berdasarakan data subjektif dan data objektif dapat ditegakkan diagnosa By
Ny.N usia 2 jam. Dengan asuhan bayi baru lahir normal.
3) Tidak ditemukan masalah potensial pada bayi, dimulai dari usia bayi 2 jam
pertama .
4) Kebutuhan segera pada bayi tidak dilakukan karena tidak terdapat data yang
mendukung untuk diperlukannya tindakan atau kebutuhan segera pada bayi
baru lahir mulai dari 2 jam pertama hingga bayi pulang.
5) Rencana yang di buat meliputi : rawat bayi dengan baik, observasi keadaan
umum dan vital sign bayi setiap 6 jam, berikan lingkungan yang baik,
adanya ventilasi dan sinar matahari yang cukup, pertahankan suhu tubuh
bayi agar tetap hangat, rawat tali pusat menggunakan kassa steril 2 kali
setelah mandi, beri nutrisi yang adekuat, ajarkan ibu Teknik menyusu
dengan benar, observasi BAB dan BAK
6) Implementasi yang dilakukan tindakan kebada bayi baru lahir diantaranya 1-
2 jam pertama yaitu menjaga kehangatan bayi baru lahir kemudian
memberikan salep mata pada bayi dan memberikan penyuntikan vitamin K
pada bayi, selanjutnya menimbang berat badan bayi baru lahir serta
mengukur tinggi badan bayi, kemudian mengukur lingkar dada dan
dilingkar kepala bayi, setelah itu kita harus menjaga kehangatan tubuh bayi
baru lahir dengan cara memakaikan pakaian, bedong dan memakaikan topi
pada kepala bayi, serta menjaga suhu di sekitar bayi agar bayi tetap merasa
hangat dan terhindar dari hipotermia, serta menjaga tali pusat bayi agar tetap
kering dan tidak basah karna air ketuban dan membiarkan tali pusat bayi
tetap terbuka tanpa di berikan apapun ataupun di bungkus dengan kassa,
kemudian setelah 2 jam peneliti memberikan imunisasi pada bayi yaitu
imunisasi HB0 yang di suntikkan di paha atas bayi, selanjutnya memberikan
bayi kepada ibunya untuk melakukan teknik skin to skin untuk memper erat
hubungan antara ibu dan bayinya serta memberiitahu ibu untuk segera
menyusui bayinya meskipus air susu ibu belum banyak keluar tetapi bayi
harus tetap di susui, memberikan KIE tentang pentingnya ASI eksklusif dan
kolostrum bagi bayinya yang akan keluar pada hari ke 1-3 setelah
melahirkan hal ini di lakukan sebagai bentuk dukungan bidan terhadap
pasien ,menyampaikan juga pada ibu bahwa frekuensi menyusui bayinya
sebaiknya setiap 2 jam sekali atau secara on demend tanpa batas waktu
supaya bayi dapat mendapatkan nutrisi yang sempurnya dan lengkap dari asi
yang diberikan oleh ibu.
7) Setelah melakukan implementasi dilanjutkan dengan melakukan evaluasi
dan di dapat Hasil pengkajian data objektif didapatkan keadaan umum bayi
baik, Kesadaran bayi : Composmentis, Pemeriksaan, Pernapasan : 42
kali/menit, Nadi : 130 kali/menit, Suhu : 36,8 C. Hasil pemeriksaan fisik
dalam batas normal dan tidak ada kelainan kelainan yang abnormal, serta
tali pusat bayi dalam keadaan normal dan kering tanpa adanya tanda dan
jegala bahaya atau infeksi tali pusat pada bayi baru lahir, dan ibu sudah bisa
merawat bayinya dengan baik dan benar tanpa ada masalah sedikitpun, serta
keluarga pasien juga sudah bisa membanti ibu merawat bayinya dengan
benar, bayi menyusu dengan baik dengan air susu ibu ynag banyak sehingga
bayi mendapatkan nutrisi yang cukup dari ibunya.

B. Saran
1) Bagi Puskesmas
Dengan mengetahui permasalahan yang dapat timbul pada bayi baru lahir,
diharapkan intitusi pendidikan dapat meningkatkan mutu dan kualitas serta
perkembangan sesuai prosedur dalam memberikan asuhan dan dalam
pelaksanaan manajemen asuhan kebidanan dalam memecahkan suatu
masalah kebidanan.

2) Bagi Masyarakat
b. Diharapkan kepada ibu ibu supaya mampu melakukan perawatan pada
bayinya dengan baik terutama perawatan pada tali pusat bayinya agar
terhindar dari bahaya infeksi tali pusat dan tetanus neonaturum.
c. Perlunya dukungan dan ketelibatan suami dalam melakukan perawatan
dalam pertumbuhan dan perkembangan anak atau bayinya,seperti
perlunya kasih saying dan perhatian untuk bayi dan ibu.

3) Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat melaksanakan program pendidikan untuk
melakukan manajemen asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal
dengan perawatan tali pusat terbuka.

4) Bagi Pasien
Meningkatkan pengetahuan pasien tentang pengalaman langsung mengenai
asuhan pada bayi baru lahir normal sehingga keaadan pasien dapat lebih
terpantau dan mengurangi komplikasi yang akan terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat, Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia 2012, Mataram, Tahun 2019.

Dewi, VN. 2010. “Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita”. Jakarta : Selemba
Medika

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota se-Provinsi NTB, Profil Kesehatan


Kabupaten/Kota 2021,Tahun 2021.
Jamil,Sukma & Hamidah. (2017). Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi, Balita
dan Anak Pra Sekolah.Jakarta:Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah.

Mufdlilah,dkk. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika

Muslihatun, WN. 2010. “Asuhan Neonatus Bayi dan Balita”. Yogyakarta :


Fitramaya

Prawihardjo,S. (2018).Pelayanan Kebidanan Maternal Neonatal.Jakarta: PT Bina


Pustaka Sarwono Prawihardjo.

Setiyani,Sukesi & Esyuananik.(2016).AsuhanKebidananNeonatus,Bayi,Balita,


dan Anak Pra Sekolah.Jakarta Selatan:Pusdik SDM Kesehatan.

Sinta B,Andriani ,Yulizawati & Insani. (2019). Asuhan Kebidanan pada


Neonatus, Bayi dan Balita. Sidoarjo: Indomedia Pustaka.

Sodikin. 2009. “Buku Saku Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Panduan untuk
Dokter, Perawat dan Bidan”. Jakarta : ECG

Sondakh Jenny J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir .
Erlangga

Trijayanti Wiwid Ria, dkk. 2020. ―Perbedaan Perawatan Tali Pusat Tertutup dan
Terbuka Terhadap Lama Pelepasan Tali Pusat” . Midwifery Care Journal
Vol.No .2-2020.Semarang : Poltekkes Kemenkes Semarang.

Varney,Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai