Wagner II Dan III terhadap Proses Penyembuhan Luka yang Ditinjau dari
Kadar Interleukin-1 (IL-1) dan Interleukin-10 (IL-10)
Tesis
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
2022
i
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh :
22010120420023
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. dr. M. Thohar arifin, Ph.D, PAK, Sp.BS(K) Prof. DR.H.Muhammad Nur, DEA
NIP.197404141999031013 NIP.195711261990011001
Mengetahui,
NIP. 197501242008011006
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri
dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh
gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi atau lembaga pendidikan lainnya, serta
dalam Permendiknas No.17 tahun 2010. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil
iii
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas
NIM : 22010120420023
Agama : Islam
B. Riwayat Pendidikan
C. Riwayat Pekerjaan
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
2.1.3 Patofisiologi.......................................................................................12
2.1.4 Klasifikasi..........................................................................................17
v
2.3 Konsep Ulkus Diabetikum dan Terapi Ozone.......................................35
2.8. Hipotesis.................................................................................................50
vi
3.7.3. Cara Kerja..........................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................68
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR SINGKATAN
AHT : Autohemoterapi
DM : Diabetes Melitus
IFN : Interferon
IL : Interleukin
IL1 : Interleukin-1
IL-1β : Interleukin-1 β
IL-4 : Interleukin-4
IL-6 : Interleukin-6
IL-10 : Interleukin-10
IL- 13 : Interleukin-13
IV : Intra Vena
x
MCP-1 : monocyte chemoattractant protein-1
M2 : makrofag efferositosis
O3 : Ozone
PRISMA : Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta Analyzes
xi
BAB I
PENDAHULUAN
melitus yang terjadi akibat proses penyembuhan yang memanjang (delay wound
healing). Ditandai ulserasi pada bagian tungkai bawah, dengan atau tanpa infeksi,
dari neuropati perifer yang menyebabkan hilangnya atau menurunnya sensasi nyeri
pada kaki, sehingga akan mengalami trauma, tanpa terasa trauma tersebut menjadi
ulkus. Gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atropi pada otot
pada pasien diabetes melitus yang terjadi dari waktu kewaktu dapat menyebabkan
kerusakan berbagai sistem tubuh terutama syaraf dan pembuluh darah, salah satu
Dampak dari ulkus kaki diabetik yang berakhir dengan tindakan amputasi
sampai sekarang masih menjadi ancaman bagi penderita diabetes melitus. Ulkus
yang tidak sembuh menjadi faktor risiko infeksi dan penyebab utama dilakukannya
Indonesia prevalensi resiko ulkus diabetik sangat tinggi, yaitu sebesar 12.0%,
dengan angka amputasi 30%, selain itu angka kematian 1 tahun pasca amputasi
sebesar 14,8%. Hal ini didukung oleh data Riskesdas tahun 2018, bahwa kenaikan
disebabkan oleh adanya biofilm pada luka. Berbagai jenis bakteri yang ditemukan
1
pada ulkus kaki diabetik yang dapat mengembangkan biofilm yaitu bakteri gram
negatif seperti Proteus spp, enterobacter spp, Pseudomonas spp, Escherichia coli
dan Citrobacter spp, dimana prevalensi patogen tersebut yang resisten terhadap
antibiotik masih cukup tinggi. Hal inilah yang menyebabkan prognosis buruk pada
pasien.4 Prognosis akibat adanya infeksi cukup buruk, seperti amputasi dan
infeksi.5
Ozone merupakan senyawa kimia yang terdiri dari tiga atom oksigen yang
dapat cepat terurai menjadi oksigen dan atom oksigen tunggal bertindak sebagai
antioksidan. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Izzadi dan Zeng Lu pada
tahun 2018 dan menunjukkan bahwa kombinasi perawatan luka modern dan terapi
ozone menurunkan luas ukuran luka dan waktu penyembuhan luka lebih cepat
dibandingkan hanya menggunakan perawatan luka modern. 6 Saat ini banyak terapi
menjadikan ozone sebagai salah satu terapi yang direkomendasikan. Terapi ozone
relatif lebih murah dari kedua terapi tersebut. Ozone merupakan molekul yang
sangat kuat yang dapat menginaktivasi bakteri, virus, jamur dan berbagai jenis
disebabkan oleh patogen yang resisten antibiotik yang dapat menghambat proses
dan dermal, deposisi kolagen yang lebih baik, dan peningkatan keratinisasi pada
2
stratum korneum. Dengan demikian, terapi ozone dapat menurunkan jumlah bakteri
dan biofilm dan mempercepat penyembuhan luka pada pasien ulkus kaki diabetik.7
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas dan belum adanya penelitian lebih
lanjut mengenai Efektivitas Terapi Adjuvant Ozon Bagging Pada Ulkus Kaki
Diabetik Wagner II dan III yang diitinjau dari Kadar Interleukin-1 dan Interleukin-
10, maka penulis ingin mengetahui lebih lanjut mengenai efektifitas ozon bagging
terhadap penyembuhan luka pad ulkus kaki diabetik ditinjau dari Kadar
yang bermanfaat mengingat tingginya prevalensi ulkus kaki diabetik dan dampak
Apakah pemberian ozon bagging pada ulkus kaki diabetic wagner II dan III
proses penyembuhan luka pada pasien luka kaki diabetic. Ditinjau dari
3
menggunakan Skala Bates-Jensen Wound Assessment Tool
(BWAT).
diabetic.
4
1.5 Orisinalitas Penelitian
No Penelitian Variabel Desain Hasil Perbedaan
1 Kasmawati Kadir. 2020. Penyembuhan luka Eksperimental non Tidak ada perbedaan Penelitian ini
Ozone Therapy on Ozon terapi randomized signifikan dalam antara meninjau efektifitas
Reduction of Bacterial Terapi ulkus kaki diabetic controlled study. kelompok perawatan luka terapi ozon terhadap
Colonies and Acceleration standar Kelompok control standar dengan terapi penyembuhan ulkus
of Diabetic Foot Ulcer dan kelompok ozon, namun gabungan kaki diabetic yang
Healing perlakuan keduanya mampu teramati, dari tinjauan
mengurangi jumlah jumlah koloni pada
bakteri tetapi tidak luka
memberikan efek Sedangkan penelitian
signifikan pada ini akan dilakukan
penyembuhan luka. pengamatan
efektifitas ozon
bagging pada proses
penyembuhan luka
terhadap ulkus kaki
diabetic ditinjau dari
Kadar Interleukin-1
5
dan Interleukin-10
2 Izadi., 2019. Efficacy of Experimental. terapi ozon secara Penelitian ini
● Terapi ozon
comprehensive ozone Control group signifikan mengurangi meninjau efektifitas
therapy in diabetic foot ● Wound healing design CRP dan ESR. ESR terapi ozon terhadap
ulcer healing adalah faktor diagnostik penyembuhan ulkus
● Terapi ulkus kaki diabetic yang kuat berkaitan kaki diabetic yang
https://doi.org/10.1016/
standar dengan kejadian teramati, melalui
j.dsx.2018.11.060
osteomielitis dan infeksi kadar CRP dan ESR
berat. Kadar CRP yang Sedangkan penelitian
tinggi dapat menjadi ini akan dilakukan
faktor risiko prognostik pengamatan
terjadinya amputasi kaki efektifitas ozon
pada DFU. Setiap metode bagging pada proses
penggunaan lokal dan penyembuhan luka
sistemik memiliki efek terhadap ulkus kaki
menguntungkan khusus diabetic ditinjau dari
pada diabetes. Kadar Interleukin-1
Penggunaan terapi ozon dan Interleukin-10
(lokal dan sistemik) pada
6
penyembuhan DFU
mencapai hasil positif
3 Jing Zhang. 2014. Increased True experimental. Terapi ozon secara Penelitian ini
● Wound healing (VEGF, TGF-
Growth Factors Play a Control group signifikan meningkatkan meninjau efektifitas
beta, PDGF)
Role in Wound Healing tingkat efektif awal terapi ozon terhadap
Promoted by Noninvasive ● Ozon terapi penyembuhan luka pada penyembuhan ulkus
Oxygen-Ozone Therapy in hari ke-20 pada pasien kaki diabetic yang
● Ulkus kaki diabetik
Diabetic Patients with DFU. Ozon teramati, melalui
Foot Ulcers mengaktifkan Kadar Kadar VEGF, TGF- 𝛽
VEGF, TGF-𝛽, dan dan PDGF
PDGF yang secara Sedangkan penelitian
signifikan lebih tinggi ini akan dilakukan
pada kelompok ozon pengamatan
daripada pada kelompok efektifitas ozon
kontrol. Hasil bagging pada proses
menunjukkan bahwa penyembuhan luka
terapi ozon efektif untuk terhadap ulkus kaki
penyembuhan DFU diabetic ditinjau dari
7
mungkin sebagian karena Kadar Interleukin-1
peningkatan faktor dan Interleukin-10
pertumbuhan endogen
pada luka lokal, yang
belum pernah dilaporkan
sebelumnya.
4 Shanin. 2016. The acute Histopatologi surgical wound True experimental Tingkat TNF-alfa dan IL- Penelitian ini
effects of preoperative Cytokine faktor pre and post test 6 secara signifikan lebih meninjau efektifitas
ozone theraphy on Terapi ozon with control group rendah dibandingkan terapi ozon terhadap
surgical wound healing design dengan kelompok penyembuhan luka
kontrol, pada kelinci post op yang
yang diobati dengan teramati, melalui
ozon. Peningkatan gambaran histologi
angiogenesis, penurunan dan cytokine faktor
jumlah sel inflamasi, Sedangkan penelitian
regenerasi epidermis dan ini akan dilakukan
dermal, deposisi kolagen pengamatan
yang lebih baik, dan efektifitas ozon
8
peningkatan keratinisasi bagging pada proses
pada stratum korneum penyembuhan luka
diamati pada terhadap ulkus kaki
pemeriksaan diabetic ditinjau dari
histopatologi. Ditentukan Kadar Interleukin-1
bahwa penyembuhan dan Interleukin-10
luka terasa dipercepat
pada kelompok ozon.
5 Borges. 2017. In vitro Zona hambat bakteri True experimental Ozon tidak menunjukkan Penelitian ini
evaluation of wound Terapi ozon pre and post test sitotoksisitas untuk garis meninjau efektifitas
healing and antimicrobial Wound healing with control group sel, sementara terapi ozon sebagai
potential of ozone therapy design klorheksidin secara nyata antimicrobial yang
mengurangi viabilitas sel. potensial terhadap
Meskipun tidak ada penyembuhan luka
perbedaan signifikan yang teramati,
antara kontrol dan sel melalui gambaran
yang diberi perlakuan zona hambat, dan
ozon yang diamati kultur bakteri
pengamatan pertama,
9
peningkatan yang cukup Sedangkan penelitian
besar dalam migrasi ini akan dilakukan
fibroblas terlihat pada sel pengamatan
yang diobati dengan efektifitas ozon
larutan ozon 8 g/mL. bagging pada proses
Ozon saja tidak penyembuhan luka
menghambat terhadap ulkus kaki
pertumbuhan diabetic ditinjau dari
mikroorganisme; Namun, Kadar Interleukin-1
hubungannya dengan dan Interleukin-10
klorheksidin
menghasilkan aktivitas
antimikroba. Studi ini
mengkonfirmasi
penyembuhan luka dan
potensi antimikroba dari
terapi ozon yang
memberikan efek
10
biologis tersebut.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
puasa ≥ 126 mg/dL dan atau glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dL) yang
risiko yang sangat tinggi untuk mengalami infeksi. Penyebab dari risiko
infeksi ini adalah karena adanya luka ganggren dan perawatan luka
ganggren yang kurang tepat. Risiko infeksi ini juga disebabkan karena
jamur.8
pada area kaki dengan kondisi luka mulai dari luka superficial, nekrosis
kulit, sampai luka dengan ketebalan penuh (full thickness), yang meluas
sensasi nyeri pada luka di kaki dan mengakibatkan trauma tanpa terasa
12
yang bisa mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki. Bila hiperglikemia
masuk ke dalam luka dan dapat menyebabkan terjadinya infeksi bila tidak
Trauma hal ini berhubungan dengan tekanan yang terlalu tinggi pada
pada plantar
jaringan mengalami
perawatan kaki
13
2.1.3 Patofisiologi
berbagai perubahan pada bagian kulit dan otot yang kemudian dapat
luas. Faktor aliran darah yang tidak cukup juga menjadikan semakin
deformitas pada kaki dan redistribusi tekanan pada kaki hal tesebut yang
distensi vena. Kondisi itu memintas bantalan kapiler pada bagian yang
kebutuhan nutrisi dan metabolisme di area tersebut tidak tercukupi dan tidak
dapat mencapai daerah tepi atau perifer. Efek ini mengakibatkan gangguan
14
pada kulit yang menjadi kering dan mudah rusak sehingga mudah untuk
Pada saat terjadinya luka dan infeksi maka akan memicu terjadinya
proses pro-inflamasi. Proses inflamasi ini terbagi ada 2 fase yaitu fase awal
(hemostasis) dan fase inflamasi akhir. Pada inflamasi awal (hemostasis) saat
(retraksi) dan reaksi hemostasis. Saat reaksi hemostasis akan terjadi karena
darah yang keluar dari kulit yang terluka akan memicu kontak dengan
sama lain dan membentuk massa (clotting). Massa ini akan mengisi
akan terjadi migrasi sel leukosit dan trombosit ke jaringan luka yang telah
membentuk scaffold tadi. Migrasi sel leukosit dan trombosit juga dipicu
membran sel terhadap ion Ca2+ dan mengaktivasi kolagenase dan elastase,
15
serta merangsang migrasi sel tersebut ke matriks provisional yang telah
merupakan sel yang pertama kali mencapai daerah luka. Fungsi utama dari
sel tersebut yaitu, melawan infeksi dan membersihkan debris matriks seluler
intraseluler yaitu jalur NFκβ dan MAPK. Ketika jalur ini diaktifkan akan
menghasilkan Kadar gen yang terdiri dari sitokin dan kemokin pro-inflamasi
menarik sel yang akan memfagosit debris, bakteri, dan jaringan yang rusak,
16
serta pelepasan sitokin yang akan memulai proliferasi jaringan. Leukosit
terdeteksi pada luka dalam 24 jam sampai dengan 36 jam setelah terjadi
luka, lalu sel ini membuang jaringan mati dan bakteri dengan fagositosis.
Proses inflamasi akhir dimulai segera setelah terjadinya trauma sampai hari
ke-5 pasca trauma. Tujuan utama fase ini yaitu menyingkirkan jaringan
yang mati, dan pencegahan kolonisasi maupun infeksi oleh agen mikrobial
patogen. Setelah hemostasis tercapai, sel radang akut serta neutrofil akan
ditandai dengan cardinal symptoms, yaitu tumor, kalor, rubor, dolor dan
persisten pada luka dapat menyebabkan luka sulit untuk mengalami proses
menjadi luka kronis. Pada hari ke tiga luka, monosit berdiferensiasi menjadi
anti inflamasi seperti IL-4, IL-10, IL- 13. Makrofag mensekresi proteinase
17
yang digunakan untuk mendegradasi matriks ekstraseluler (ECM) dan
2.1.4 Klasifikasi
Derajat Lesi
Grade 0 Tidak terdapat ulkus pada kaki yang beresiko tinggi
Grade 1 Ulkus superfisial yang melibatkan seluruh bagian
lapisan kulit tanpa menyebar ke bagian jaringan
18
Grade 2 Ulkus dalam, menyebar sampai ligament, otot, tapi
tidak ada keterlibatan dengan tulang serta
pembentukan abses
Grade 3 Ulkus dalam disertai oleh pembentukan abses atau
selulitis sering disertai dengan osteomyelitis
Grade 4 Gangren pada satu lokasi kaki
Grade 5 Gangren melebar hingga seluruh kaki
yang masih tersisa pada dasarnya masih aktif tetapi sekresi insulinya
19
perifer dan kelenturan jaringan juga menurun sehingga akan
fisura. Saat terjadi mikrotrauma keadaan kaki yang rentan retak akan
20
mempengaruhi terakit terjadinya hiperglikemia dan menghambat
proses penyembuhan.
5. Kontrol glikemik buruk atau kadar glukosa darah yang sangat tidak
terkontrol (GDP lebih dari 100 mg/dl dan GD2JPP lebih dari 144
Masalah yang sering timbul pada area kaki yaitu kapalan, mata ikan,
pecah-pecah, luka karena kutu air dan kutil pada telapak kaki.
7. Penggunaan alas kaki yang tidak tepat pada pasien diabetes dapat
kaki untuk pasien DM harus sesuai dengan ukuran dan nyaman saat
21
digunakan, lalu untuk ruang di dalam sepatu yang cukup untuk jari-
1. Fase Hemostasis
2. Fase Inflamasi
3. Fase Proliferasi
4. Fase Remodeling.
penyembuhan ulkus kaki diabetik memerlukan waktu yang lebih lama pada
Infeksi pada luka dan luka yang sudah mengarah dalam keadaan
22
luka karena zat inflamasi dalam luka kronis lebih tinggi dari pada
luka akut.
setiap kejadian luka akan melibatkan kerusakan pembuluh darah yang harus
darah menyebabkan adanya gangguan pada dinding endotel kapiler, hal ini
basal endotel kapiler yang menebal pada penderita diabetes. Kadar glukosa
darah yang tinggi juga berpengaruh pada fungsi enzim aldose reduktase
yang berperan dalam konversi jumlah glukosa yang tinggi menjadi sorbitol
pada luka normal, pada luka normal fase proliferasi berakhir dengan
23
pembentukan jaringan granulasi dan kontraktur yang sudah terjadi,
pembuluh darah yang baru menyediakan titik masuk ke luka pada sel-sel
seperti makrofag dan fibroblast. Epitelisasi akan menjadi fase awal dan
kontraksi pada luka. Pada fase proliferasi ulkus kaki diabetik mengalami
terlebih dahulu pada dasar luka, granulasi akan mengisi celah yang kosong
dan epitelisasi akan menjadi bagian terakhir pada fase ini. Hal ini juga
sebagai pemicu aktivitas dari makrofag. Epitelisasi pada luka ini juga
tahun. 19,20
2. Stres
24
3. Kurang tidur/ istirahat
6. Infeksi
8. Radiasi
9. Anemia
10. Usia
12. Rokok
Ozon berasal dari bahasa Yunani Ozein yang berarti smell/bau. Ozon
merupakan molekul yang terdiri dari tiga atom oksigen dan memiliki sifat
(32,00) adalah 48,00. Penting untuk diketahui bahwa kelarutan ozon dalam
100 ml air (pada 0 OC) adalah sepuluh kali lebih tinggi dibandingkan dengan
oksigen. Baik ozon atau oksigen masing-masing adalah 49,0 ml atau 4,89.
25
dengan senyawa larut dan biomolekul hadir dalam cairan biologis. Ozon
merupakan oksidan kuat ketiga setelah fluor dan persulfat, sebuah fakta
3,20
yang menjelaskan reaktivitasnya yang tinggi . Oleh sebab itu ozon
sehingga dapat digunakan sebagai agen terapi klinis untuk luka kronis,
seperti ulkus tropik, ulkus iskemik dan luka diabetes 15. Penggunaan topikal
26
Pada tahun 1896, Nikola Tesla mematenkan generator ozon
pertamanya, dan menjual mesin ozon serta minyak zaitun berozon ke dokter
untuk penggunaan medis. Pada tahun 1902, J.H. Clarke dari London,
Austria Dr. Erwin Payr. Aubourg dan Dr. Lacoste (1934-1938) merupakan
Medis: Produksi, Dosis dan Metode Aplikasi Klinis" pada tahun 1938. Dia
"Selama 80 tahun sejarah penggunaan ozon dalam skala besar, tidak pernah
ada kematian manusia yang dikaitkan dengan itu". Ditahun yang sama Dr.
Minor. Prosedur teknik AHT adalah volume darah diambil dari vena lengan
untuk AHT Mayor dan 5-10 ml untuk AHT Minor. Paparan darah ke
27
pencampuran darah harus lembut untuk menghindari berbusa. Karena darah
ozon. Manfaat teknik EBOO antara lain: Tungkai iskemik kritis dan tidak
dapat dioperasi (stadium III dan IV, Leriche Fontaine) ketika amputasi tetap
serebral akut, hepatitis HCV kronis pada pasien yang resisten IFN atau
udara dan sinar ultraviolet (UV) matahari atau melalui metode lucutan
atom oksigen yang bersifat radikal (O*) kemudian bereaksi dengan diatomik
28
oksigen membentuk ozon. Reaksi ini reversible (kembali ke keadaan
awal/bentuk semula), yang berarti bahwa ozon terurai secara spontan dan
oleh karena itu hampir tidak dapat disimpan. Ozon memiliki half life
ozon klinis yang mengatur aliran ozon medis menggunakan sistem Double
29
3. Laju aliran oksigen : ini dinyatakan sebagai volume liter per menit (l /
dan sebaliknya 4.
a. Total volume campuran gas yang terdiri dari oksigen dan ozon.
Total Dosis Ozon adalah setara dengan Volume Gas (ml) Dikalikan
dengan Konsentrasi Ozon (mcg / ml). Volume Gas sendiri merupakan Laju
aliran gas oksigen (L/min) dikalikan dengan waktu pemaparan ozon (min).
yang setara (rasio 1: 1) dengan konsentrasi ozon 40 mcg / ml, dosis ozon
iodometri yang dianggap sebagai standar yang paling baik. Ketika ozon
bereaksi dengan larutan KI, iodin dihasilkan dan larutan yang tadinya tidak
30
Perhitungan konsentrasi ozon adalah sebagai berikut (Masschelein, 1998;
Rajbarath, 2005):
(1)
osteomielitis, luka yang terinfeksi, bisul kronis luka diabetik, infeksi virus
dan luka bakar apalagi ketika dikombinasikan dengan terapi topikal, yaitu
27.
terapi yang bersifat lokal dalam bentuk minyak terozonasi Interaksi ozon
menyebutkan saat ini diketahui bahwa ozon dapat larut dalam air, serum
atau salin fisiologis dan menghasilkan Radical Oxygen Species (ROS) dan
biokimia maupun imunologis. Semua faktor ini yang terlibat dalam proses
31
mengenai terapi ozon. Dosis ozon faktor yang sangat penting dalam terapi
serbaguna dimana ozon dapat diberikan sebagai gas, dilarutkan ke dalam air
manfaat terapeutik.
a. Ozon gas
bentuk gas dengan konsentrasi tertentu. Ozon gas ini dapat diaplikasikan
b. Ozonated water
media air. Secara teknik ozon gas dialirkan ke dalam air. Ozon akan menjadi
32
gelembung gas kemudian akan terikat oleh media pelarutnya. Molekul O 3
akan diikat sementara oleh air sampai waktu tertentu. Air berozon pada suhu
menjadi oksigen. Umur ozon dalam larutan tergantung dari suhu larutannya.
Semakin tinggi suhunya, semakin cepat ozon kembali menjadi oksigen. Air
topikal atau untuk prosedur asepsis peralatan medis. Air berozon juga
dilarutkan atau dipaparkan ozon dengan dosis tertentu dan waktu pemaparan
tertentu sehingga memiliki kandungan nilai peroxide yang lebih tinggi. Nilai
18
peroxide memiliki efek farmakologis dalam pengobatan ozon sistemik .
Minyak yang biasa digunakan adalah Virgin Coconut Oil (VCO), Virgin
Tabel 2.4 Konsentrasi dan dosis ozon untuk diaplikasikan di bidang medis
(Viebahn and Hansler, 2012)
Application Ozone Ozone Dosage/ Ozone
Concentration Volume Amount Per
Range Treatment
Systemic
Treatment
Major
autohemotherapy
Rectal insufflation
33
Minor
autohemotherapy
Topical Treatment
Wound cleansing
Wound healing
Injection in pain
Syndrome
atau ke dalam cairan ekstraseluler, atau ke dalam lapisan tipis air yang
menutupi kulit dan terutama mukosa dari saluran pernapasan, usus, vagina,
dll. Pada suhu normal dan tekanan atmosfer, karena kelarutannya yang
tinggi dan tergantung pada tekanan relatifnya, ozon larut ke dalam air,
tetapi, tidak seperti oksigen, ozon tidak meninggalkan sisa dalam fase gas.
Hal ini terjadi karena ozon, sebagai oksidator yang kuat, bereaksi segera
dengan sejumlah ion dan biomolekul hadir dalam cairan biologis, yaitu
antioksidan, protein, karbohidrat dan, yang lebih disukai, asam lemak tak
jenuh ganda (PUFA) yang terikat dengan albumin. Faktanya fosfolipid dan
proses mendasar yang terjadi pada saat yang sama: beberapa dosis ozon
tidak dapat dihindari dikonsumsi selama oksidasi asam askorbat dan urat,
34
"Lipid Peroksidasi". Dalam lingkungan plasma hidrofilik, satu mol olefin
tak jenuh (terutama asam arakidonat yang diangkut oleh albumin atau ada
dalam trigliserida dan kilomikron plasma) dan satu mol ozon menimbulkan
(R-3)
imunologis 3.
99% O2 16,18. Kisaran therapeutic window adalah 20-80 μg/ml ozon per gram
35
Tabel 2.4. Dosis pemakaian terapi ozon Untuk Penyembuhan Luka
(Sastroasmoro dkk, 2004)
mengalami infeksi. Penyebab dari resiko infeksi tersebut antara lain karena
36
adanya luka gangrene dan perawatan luka ganggren yang kurang tepat.
Kondisi itu memintas bantalan kapiler pada bagian yang terkena dan
dan metabolisme di area tersebut tidak tercukupi dan tidak dapat mencapai
daerah tepi atau perifer. Efek ini mengakibatkan gangguan pada kulit yang
Pada saat terjadinya luka dan infeksi maka akan memicu terjadinya
Factor (VEGF). Pada saat yang bersama juga respon juga dikeluarkan oleh
sitokin anti-inflamasi yaitu Th1, Th2 dan Th17 yang secara bersamaan
37
Fungsi utama dari sel tersebut yaitu, melawan infeksi dan
symptoms, yaitu tumor, kalor, rubor, dolor dan functio laesa. Netrofil
dilakukan terhadap luka pun menjadi buruk 27,28. Keberadaan neutrofil yang
persisten pada luka dapat menyebabkan luka sulit untuk mengalami proses
yang terdiri atas 3 polipeptida 178 asam amino 5, berat molekul kira-kira
antara 17kD, 18kD, 19kD dan 20kD yang terukur dengan menggunakan
produksi sitokin oleh Th1 termasuk IL-2 dan IFNγ. Fungsi utamanya
38
perkembangan dan diferensiasi sel B, sel NK, sel Th, sel CD8, mastosit,
induksi mikroba yang berupa virus atau jamur dari luar tergantung
terhadap jumlah mikroba yang masuk. Apabila yang masuk dalam jumlah
rendah produksi ini dapat langsung menghambat kinerja virus yang masuk.
Kasus selanjutnya apabila mikroba yang masuk dalam jumlah sedang maka
yang sedikit sesuai dengan kebutuhan. Jika mikroba yang masuk dalam
jumlah besar maka akan langsung dihambat oleh makrofag dengan Kadar
39
tinggi juga dalam menanggapi mikroba yang masuk untuk menstabilkan
imun yang diberikan sangat berpengaruh dalam proses imun yang terjadi
gas ozone juga baik digunakan terutama untuk kasus bakteri resisten. 24
Penelitaian pada hewan dan study in vitro yang lain juga menunjukkan
Sebuah study kasus juga menunjukkan bahwa luka yang tidak mengalami
melihat kombinasi dari dressing modern dan terapi ozone bagging memiliki
efek pada proses penyembuhan luka, dan juga memiliki efek signifikan pada
40
2.4 Eksudat Luka
2.4.1. Definisi
Eksudat luka atau wound excudates adalah material yang terdiri dari
serum, fibrin, dan sel darah putih yang keluar ke daerah luka superfisial atau
(31)
area peradangan . Pada ulkus kronis, cairan luka didefinisikan sebagai
eksudat dengan viskositas dan kandungan protein yang tinggi (>30 mg/mL)
fisiologis penyembuhan (baik dari aliran darah dan dari sel lokal dan
dalam eksudat luka. Selain itu, teknik yang ideal harus mudah digunakan
41
merupakan teknik yang paling umum untuk mendapatkan eksudat dalam
32
studi luka kronis .
pasien puasa selama 8 jam, menutup luka dengan occlusive dressing selama
mengambil cairan dalam jumlah yang sedikit dari pembalut oklusif, cairan
32
luka diperoleh kembali dengan membilas luka dengan larutan NaCl .
33
Metode serupa dilaporkan pada penelitian lain . Secara singkat, ulkus
dicuci dengan air steril sebelum mengumpulkan cairan luka, diikuti dengan
sampel wound excudate adalah swab. Teknik swabs seperti dalam penelitian
pada ulkus dekubitus yang sembuh dan tidak sembuh. Teknik swabs ini
sedikit PBS untuk mencegah penguapan. Protein kemudian dielusi dalam air
42
2.4.3. Cara Penyimpanan dan Pengelolaan Sampel Eksudat Luka
cocok untuk penyelidikan kami karena teknik lain, seperti yang melibatkan
disimpan dengan teknik aliquot dan disimpan pada suhu -80 derajat Celsius
33
. Disarankan bahwa pembekuan dan pencairan sampel yang berulang harus
sampel uji klinis dalam kaitannya dengan suhu dan durasi penyimpanan.
Hasil dari 35 uji klinis rutin menggunakan sampel yang disimpan dalam
perlahan. Sampel serum yang disimpan pada suhu -80C stabil hingga 7 hari.
43
2.4.4. Interleukin-1 dan Interleukin-10 pada Eksudat luka yang akan
di Evaluasi
menyatakan, IL-1 dan TNF-α adalah sitokin pro inflamasi yang sangat
30
penting peranannya pada fase awal penyembuhan luka .
PAI-3, Protease, Nexin. Hasil aktivitas ini melalui sistem kaskade koagulasi
dan TGF-β.
dapat bekerja sama dengan sitokin lain untuk merangsang proliferasi. Dua
44
fungsi utama IL-10 adalah menghambat produksi beberapa jenis sitokin lain
2.5.1. Definisi
sejauh mana keadaan luka. BWAT (Bates Jensen Wound Assesment Tool )
atau pada asalnya dikenal dengan nama PSST (Pressure Sore Status Tool)
kondisi luka kronis khususnya luka tekan. Nilai yang dihasilkan dari skala
kondisi luka berdasarkan tingkat keparahan luka. Semakin besar score yang
diperoleh semakin parah kondisi luka. Berikut ini instrument (Bates Jensen
45
1. Ukuran luka
1 = P x L < 4 cm
2 = P x L < 16 cm
3 = P x L 16 < 36 cm
4 = P x L 36 < 80 cm
5 = P x L > 80 cm
2. Kedalaman
yang hilang)
atas)
subkutan)
5 = necrosis wound
3. Tepi luka
4. GOA
1 = tidak ada
46
3 = goa 2 – 4 cm < 50% pinggir luka
1 = tidak ada
2 = puth abu-abu jariugan mati atau slough yang tidak lengket (mudah
dihilangkan)
4 = lengket lembut dan ada jaringan parut palsu berwarna hitam (black
eschar)
1 = tidak tampak
7. Tipe eksudat
1 = tidak tampak
2 = bloody(berdarah)
4 = serous (bening)
5 = purulent (pus/nanah)
8. Jumlah eksudat
47
1 = kering
2 = basah/lembab
3 = sedikit
4 = sedang
5 = banyak
1 = tidak ada
3 = pengerasan 2 – 4 cm menyebar
48
1 = kulit utuh atau stage 1
4 = granulasi 25%
13. Epitelisasi
1 = 100% epitelisasi
3 = 50%-75% epitelisasi
(BWAT)
49
2.6 Kerangka Teori
50
2.7. Kerangka Konsep
2.8. Hipotesis
peningkatan Sitokin anti inflamasi Interleukin-10 pada hari ke-12 dan dilihat
51
2.8.2 Hipotesis Minor
III yang mendapatkan terapi standard dan terapi ozon bagging pada
Interleukin-1 lebih besar pada penderita ulkus diabetic wagner II dan III
III yang mendapatkan terapi standard dan terapi ozon bagging sebagai
adjuvant.
52
BAB III
METODE PENELITIAN
53
3.4.2. Populasi Terjangkau
informed consent
Pasien ulkus diabetic wagner II dan III yang memiliki 1 atau lebih
(1)
kriteria berikut :
Pasien hipertiroidisme
Hamil
54
Memiliki Riwayat penyakit liver
consent.
kadar HbA1c, dan Hb. Calon responden yang kadar HbA1c >
55
Setelah penilaian awal, calon responden yang dinyatakan lolos
dan diakan dibuat aliquot lalu disimpan pada suhu -80 derajat
56
3.4.5. Besar Sampel
[ ]
2
( Zα + Zβ ) . S
n=2
X 1− X 2
n = besar sampel, sampel dua kelompok sama besar (n1=n2)
Zα = batas atas nilai konversi pada distribusi normal untuk
badsxzatas kemaknaan 0,05 yakni sebesar 1,64
Zβ = batas bawah nilai konversi pada distribusi normal untuk
batas kemaknaan 0,05 yakni sebesar 1,64
S = standar deviasi perkiraan perbedaan sebesar 10,90
X1-X2 = mean deviasi perbedaan, diperkirakan sebesar 13.
57
3.5.2. Variabel Tergantung
kelompok control
58
adjustment high Interleuki
dose, dengan durasi n-1 dan
treatment 15 menit, Interleuki
dan flowmeter 1,5 n-10 pada
L/min. hari ke-12
2. Terapi ke 2-7 terapi.
dengan konsentrasi
adjustment low dose,
dengan durasi
treatment 15 menit,
dan flowmeter 1,5
L/min.
3. Terapi dilakukan
setiap 4 hari sekali
selama 7 sesi (28
hari).
59
terapi.
Interleukin Salah satu marker sitokin pro ELISA Rasio Kadar
-1 inflamasi yang dibutuhkan di Interleukin-1
proses wound healing. dalam pg/mL
60
Generator ozon medis (M-Ozone)
sebagai berikut:
61
ozon bagging.
3. Pilih dosis yang akan diberikan. GOM ini terdapat dua pilihan dosis
yakni : dosis rendah (LOW) dan dosis tinggi (HIGH). Dosis tinggi
(80-100 mg/l) digunakan pada saat perlakuan awal. Dosis rendah (25-
yang diberikan.
Terapi Standar
62
3.7.2. Jenis Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer yaitu data
Tahap Persiapan
Undip, dan Fatchull Wound Care Healing, dan juga permohonan izin
Technologi.
Tahap Intervensi
intervensi/ control.
63
kepada para responden penelitian. Para responden penelitian juga
penelitian.
64
dan Interleukin-10.
65
3.8. Alur Penelitian
Pretest menilai makroskopis luka dan Pretest menilai makroskopis luka dan
pengambilan eksudate luka kelompok pengambilan eksudate luka kelompok
control
Penerapan Intervensi Terapi Ozon Bagging dan Penerapan perawatan luka lembab (moist)
perawatan luka lembab (moist) setiap 4 hari sesuai standard perawatan luka setiap 4 hari
Pada hari ke-12 dilakukan pengambilan sampel Pada hari ke-12 dilakukan pengambilan sampel
eksudate luka kembali untuk pemeriksaan eksudate luka kembali untuk pemeriksaan
INTERLEUKIN-1 dan INTERLEUKIN-10 lalu INTERLEUKIN-1 dan INTERLEUKIN-10 lalu
dilanjutkan terapi hingga 7 sesi / 28 hari dilanjutkan terapi hingga 7 sesi / 28 hari
Post test menilai makroskopis luka kelompok Post test menilai makroskopis luka kelompok
intervensi pada hari ke 28/ sesi ke 7 penelitian kontrol pada hari ke 28/ sesi ke 7 penelitian
66
3.9. Pengelolaan dan Analisis Data
program SPSS statistics version 20. Analisis data dalam penelitian ini
dengan uji Wilcoxon dan Mann-Whitney Test sebagai analisis bivariat. Uji
Penelitian ini juga meminta izin dan kesediaan dari instansi yang akan
Penelitian ini juga meminta izin dan kesediaan dari subjek dalam
67
Penelitian tidak bersifat memaksa dan identitas responden dijaga
kerahasiaannya.
68
3.11. Jadwal Penelitian
Bulan
No Kegiatan Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agust Sept
22 22 22 22 22 22 22 22 22
1. Pembuatan
proposal
2. Seminar
proposal
3. Revisi
proposal
4. Pengurusan
Ethical
Clearens
Pengurusan
5. Izin
Penelitian ke
Instansi
terkait
6. Pengambilan
data
7. Pengolahan
dan analisis
data
8. Pembuatan
laporan hasil
penelitian
9. Seminar hasil
penelitian
10. Revisi
laporan hasil
penelitian
69
DAFTAR PUSTAKA
70
1
International Diabetes Federation. (2017). IDF Diabetes Atlas (Eighth edi). Retrieved from
www.diabetesatlas.org
2
Haryanto, H., Arisandi, D., Suriadi, S., Imran, I., Ogai, K., & Sanada, H. (2016). Relationship
Between Maceration and Wound Healing on diabetic foot ulcers in Indonesia: a prospective Study. 1–
7. https://doi.org/http://doi.org/10.111/iwj. 12638
3
Indonesia KK. Laporan Nasional RISKESDAS 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. 2018.
4
Game FL, Apelqvist J, Attinger CE, Hartemann A, Hinchliffe RJ, Löndahl M, Price PE, Jeffcoate WJ,
International Working Group on the Diabetic Foot (IWGDF). Effectiveness of interventions to enhance
healing of chronic ulcers of the foot in diabetes: a systematic review. Diabetes/metabolism research and
reviews. 2016 Jan;32:154-68.
5
Alavi A, Sibbald RG, Mayer D, Goodman L, Botros M, Armstrong DG, Woo K, Boeni T, Ayello EA,
Kirsner RS. Diabetic foot ulcers: Part I. Pathophysiology and prevention. Journal of the American
Academy of Dermatology. 2014 Jan 1;70(1):1-e1.
6
Song M, Zeng Q, Xiang Y, Gao L, Huang J, Huang J, Wu K, Lu J. The antibacterial effect of topical
ozone on the treatment of MRSA skin infection. Molecular medicine reports. 2018 Feb 1;17(2):2449-
55.
7
Rahayu UM, Ramlan D, Anwar MC, Sri RR, Pujiastuti E. Combination of modern dressing and
bagging ozone therapy for speed up the process of wound healing of grade II diabetic ulcer patients.
International Journal of Multidisciplinary Education and Research. 2018;3(5):1-5.
8
Davies, M. J., D’Alessio, D. A., Fradkin, J., Kernan, W. N., Mathieu, C., Mingrone, G., & Buse, J. B.
(2018). Management of hyperglycaemia in type 2 diabetes, 2018. A consensus report by the American
Diabetes Association (ADA) and the European Association for the Study of Diabetes
(EASD). Diabetologia, 61(12), 2461-2498.
9
Wijaya, Andra Saferi dan Mariza Putri, Y. (2013). Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan
Dewasa).Yogyakarta:Nuha Medika. Yogyakarta: Nuha Medika.
10
Veviandy, S. C. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Komplikasi Ulkus Diabetik Pada
Pasien Diabetes Melitus Di Rsi Siti Khadijah Palembang Tahun 2015 (Doctoral dissertation,
Universitas Katolik Musi Charitas).
11
Syabariyah, S., & Nurachmah, E. (2015). Vibration Adjuvant Wound Therapy Enchances The
Healing Of Diabetic Foot Ulcers: An Interim Analysis Of 31 Patients. Jurnal Keperawatan dan
Kesehatan, 6(3), 126-138.
12
Chuan, F., Tang, K., Jiang, P., Zhou, B., & He, X. (2015). Reliability and validity of the perfusion,
extent, depth, infection and sensation (PEDIS) classification system and score in patients with diabetic
foot ulcer. PloS one, 10(4), e0124739.
13
Primadina, N., Basori, A., & Perdanakusuma, D. S. (2019). Proses penyembuhan luka ditinjau dari
aspek mekanisme seluler dan molekuler. Qanun Medika-Medical Journal Faculty of Medicine
Muhammadiyah Surabaya, 3(1), 31-43.
14
Landén, N. X., Li, D., & Ståhle, M. (2016). Transition from inflammation to proliferation: a critical
step during wound healing. Cellular and Molecular Life Sciences, 73(20), 3861-3885.
15
Jain, A. K. C., & Viswanath, S. (2013). Distribution and analysis of diabetic foot. OA Case
Reports, 2(21), 117.
16
Roza, R. L., Afriant, R., & Edward, Z. (2015). Faktor risiko terjadinya ulkus diabetikum pada pasien
diabetes mellitus yang dirawat jalan dan inap di RSUP Dr. M. Djamil dan RSI Ibnu Sina
Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(1).
17
Hidayat, A. R., & Nurhayati, I. (2014). Perawatan kaki pada penderita diabetes militus di
rumah. Jurnal Permata Indonesia, 5(2), 49-54.
18
Washilah, W. Hubungan Lama Menderita Diabetes Melitus dengan Pengetahuan Pencegahan Ulkus
Diabetik di Puskesmas Ciputat Tahun 2013
19
Sinno, H., & Prakash, S. (2013). Complements and the wound healing cascade: an updated
review. Plastic surgery international, 2013
20
Syabariyah, S., & Nurachmah, E. (2015). Vibration Adjuvant Wound Therapy Enchances The
Healing Of Diabetic Foot Ulcers: An Interim Analysis Of 31 Patients. Jurnal Keperawatan dan
Kesehatan, 6(3), 126-138.
21
Nurhanifah, D. (2017). Faktor-faktor yang berhubungan dengan ulkus kaki diabetik di poliklinik kaki
diabetik. Healthy-Mu Journal, 1(1), 32-41.
22
Sukmana, M., Sianturi, R., Sholichin, S., & Aminuddin, M. (2020). Pengkajian Luka Menurut
Meggit-Wagner dan Pedis Pada Pasien Ulkus Diabetikum. Jurnal Kesehatan Pasak Bumi
Kalimantan, 2(2), 79-88.
23
Zeng, J., & Lu, J. (2018). Mechanisms of action involved in ozone-therapy in skin
diseases. International immunopharmacology, 56, 235-241.
24
Boch, T., Tennert, C., Vach, K., Al-Ahmad, A., Hellwig, E., & Polydorou, O. (2016). Effect of
gaseous ozone on Enterococcus faecalis biofilm–an in vitro study. Clinical oral investigations, 20(7),
1733-1739.
25
Zhang, J., Guan, M., Xie, C., Luo, X., Zhang, Q., & Xue, Y. (2014). Increased growth factors play a
role in wound healing promoted by noninvasive oxygen-ozone therapy in diabetic patients with foot
ulcers. Oxidative medicine and cellular longevity, 2014.
26
Kadir, K., Syam, Y., Yusuf, S., & Zainuddin, M. (2020). Ozone therapy on reduction of bacterial
colonies and acceleration of diabetic foot ulcer healing. Home Healthcare Now, 38(4), 215-220.
27
Temu S, Sujianto U, Nur M. Pengaruh Terapi Ozon Bagging Terhadap Proses Penyembuhan Ulkus
Kaki Diabetik (Doctoral dissertation, Diponegoro University).
28
Bocci VA, Zanardi I, Travagli V. Ozone acting on human blood yields a hormetic dose-response
relationship. Journal of translational medicine. 2011 Dec;9(1):1-1.
29
Campanati A, De Blasio S, Giuliano A, Ganzetti G, Giuliodori K, Pecora T, Consales V, Minnetti I,
Offidani A. Topical ozonated oil versus hyaluronic gel for the treatment of partial-to full-thickness
second-degree burns: A prospective, comparative, single-blind, non-randomised, controlled clinical
trial. Burns. 2013 Sep 1;39(6):1178-83.
30
Valacchi G, Zanardi I, Lim Y, Belmonte G, Miracco C, Sticozzi C, Bocci V, Travagli V. Ozonated
oils as functional dermatological matrices: Effects on the wound healing process using SKH1 mice.
International Journal of Pharmaceutics. 2013 Dec 15;458(1):65-73.
31
Elvis AM, Ekta JS. Ozone therapy: A clinical review. Journal of natural science, biology, and
medicine. 2011 Jan;2(1):66.
32
Jenkins V, Fallowfield L, Saul J. Information needs of patients with cancer: results from a large study
in UK cancer centres. British journal of cancer. 2001 Jan;84(1):48-51.
33
Bocci V. Oxygen-ozone therapy: a critical evaluation. Springer Science & Business Media; 2002 Apr
30.
34
Fang Z, Qiu Y, Sun Y, Wang H, Edmund K. Experimental study on discharge characteristics and
ozone generation of dielectric barrier discharge in a cylinder–cylinder reactor and a wire–cylinder
reactor. Journal of Electrostatics. 2008 Jul 1;66(7-8):421-6.
35
Facta M, Hermawan, Salam Z, Buntat Z, Smith IR. Theoretical analysis for ozone yield of a high
frequency silent discharge. InAIP Conference Proceedings 2017 Mar 9 (Vol. 1818, No. 1, p. 020073).
AIP Publishing LLC.
36
Chasanah U, Yulianto E, Zain AZ, Sasmita E, Restiwijaya M, Kinandana AW, Arianto F, Nur M.
Evaluation of Titration Method on Determination of Ozone Concentration Produced by Dielectric
Barrier Discharge Plasma (DBDP) Technology. InJournal of Physics: Conference Series 2019 Feb 1
(Vol. 1153, No. 1, p. 012086). IOP Publishing.
37
Zain AZ, Restiwijaya M, Hendrini AR, Dayana B, Yulianto E, Kinandana AW, Arianto F, Sasmita E,
Azam M, Sumariyah S, Nasrudin N. Development of ozone reactor for medicine base on dielectric
barrier discharge (DBD) plasma. InJournal of Physics: Conference Series 2019 Feb 1 (Vol. 1153, No.
1, p. 012089). IOP Publishing.
38
Sung TL, Teii S, Liu CM, Hsiao RC, Chen PC, Wu YH, Yang CK, Teii K, Ono S, Ebihara K. Effect
of pulse power characteristics and gas flow rate on ozone production in a cylindrical dielectric barrier
discharge ozonizer. Vacuum. 2013 Apr 1;90:65-9.
39
Dianawati RI, Wahyuningsih NE, Nur M. Efektivitas Ozon Dalam Menurunkan Kadar Tss Dan Nilai
Ph Limbah Cair Rumah Sakit Dr. Adhyatma, Mph Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip).
2017 Oct 1;5(5):815-23.
40
Masschelein WJ, Blaich L, Langlais B, Thieben E, Bell J, Reading A. Ozone science & engineering
special issue on quality assurance in ozone practice. Ozone: science & engineering. 1998 Jan
1;20(6):433-87.
41
Panneerselvam R. Utilization of double dielectric barrier discharge (DBD) plasma reactor in the
destruction of Escherichia coli and Bacillus subtilis. Oklahoma State University; 2005.
42
Valdenassi L, Franzini M, Richelmi P, Bertè F. Ossigeno-ozono terapia. ATTI. 2003 Dec:116.
43
Viebahn-Hänsler R, León Fernández OS, Fahmy Z. Ozone in medicine: the low-dose ozone concept
—guidelines and treatment strategies. Ozone: science & engineering. 2012 Nov 1;34(6):408-24.
44
Bocci V, Di Paolo N. Oxygen-ozone therapy in medicine: an update. Blood purification.
2009;28(4):373-6.
45
Travagli V, Zanardi I, Valacchi G, Bocci V. Ozone and ozonated oils in skin diseases: a review.
Mediators of inflammation. 2010 May;2010.
46
Destiara F, Cahyono T. Efektifitas Sterilisasi Metode Ozon Di Ruang Perawatan Edelwis Dan Vk
Bersalin Rsud Banyumas Tahun 2016. Buletin Keslingmas. 2017 Jun 30;36(2):158-61.
47
Yuniati R, Subchan P, Riawan W, Khrisna MB, Restiwijaya M, Dyan NS, Nur M. Topical ozonated
virgin coconut oil improves diabetic ulcer wound healing in diabetic mice model. InJournal of Physics:
Conference Series 2020 Apr 1 (Vol. 1524, No. 1, p. 012127). IOP Publishing.
48
Zeng, J., & Lu, J. (2018). Mechanisms of action involved in ozone-therapy in skin
diseases. International immunopharmacology, 56, 235-241.
49
Saraiva M, O'garra A. The regulation of IL-10 production by immune cells. Nature reviews
immunology. 2010 Mar;10(3):170-81.
50
Bhurani V, Dalai SK. Therapeutic Potentials of IL-10 versus IL-12. InImmunoregulatory Aspects of
Immunotherapy 2018 Aug 1. IntechOpen.
51
Cañedo-Dorantes L, Cañedo-Ayala M. Skin acute wound healing: a comprehensive review.
International journal of inflammation. 2019 Oct;2019.