Anda di halaman 1dari 147

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PERNIKAHAN DINI PADA REMAJA PUTRI
DI KECAMATAN KEDUNGGALAR
KABUPATEN NGAWI

Oleh :
BELLA SETYA HASWATI
NIM : 201503057

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN


PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PERNIKAHAN DINI PADA REMAJA PUTRI
DI KECAMATAN KEDUNGGALAR
KABUPATEN NGAWI

Oleh :
BELLA SETYA HASWATI
NIM : 201503057

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN


PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019

i
SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN


DENGAN PERNIKAHAN DINI PADA REMAJA
PUTRI DI KECAMATAN KEDUNGGALAR
KABUPATEN NGAWI

Diajukan untuk memenuhi


Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)

Oleh :
BELLA SETYA HASWATI
NIM : 201503057

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN


PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih


dan Penyayang atas ridho-Nya karena telah memberikan kekuatan dan senantiasa
mengiringi dalam setiap langkahku dapat berjuang dan menyelesaikan skripsi ini
dengan lancer dan tepat waktu. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada
seluruh pihak yang terlibat dan telat membantu saya, Skripsi ini saya
persembahkan kepada :

1. Ayahanda tercinta dan Ibunda yang sangat saya sayangi, yang selalu
senantiasa memberikan Doa dan semangat agar saya menjadi orang
yang sukses, berguna bagi nusa dan bangsa, serta mendidik saya untuk
selalu berdoa, sabar, jujur, percaya diri, bertanggung jawab dan
berusaha dalam setiap langkah yang saya hadapi.

2. Ibu Riska Ratnawati S.KM.,M.Kes dan Ibu Avicena Sakufa Marsanti


S.KM., M.Kes , selaku dosen pembimbing yang selalu saya kagumi,
selalu memberikan motivasi, semangat senantiasa sabar, tulus dan
ikhlas membimbing saya dan memberikan ilmu serta wawasan
banyak yang sangat bermanfaat sehingga saya dapat mengerti, dalam
setiap bimbingan skripsi.Terimaksih Banyak

3. Ibu Hanifah Ardiani S.KM.,M.KM selaku dosen penguji yang selalu


sabar, yang telah memberikan semangat dan keinginan saya untuk
belajar dengan tekun sebelum ujian, dan membuat saya menjadi lebih
memahami dan mendalami tentang ilmu statistika, Terimakasih
Banyak.
4. Seluruh dosen kesehatan masyarakat yang telah memberikan pelatihan
ilmu, soft skill, dan pengalaman yang bermanfaat untuk kedepannya.
Terimaksih.

5. Sahabatku (Nissa, Rifka, Lely, Ivo, Nep, dan Azizah) terimakasih


banyak untuk selalu menemani disaat suka dan duka, bertukar pikiran,
membangkitkan semangatku untuk proses penyusunan skripsi hingga
selesai, semoga kita selalu didekatkan dan di pertemukan dalam setiap
langkah dan waktu berikutnya, terimakasih.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : BELLA SETYA HASWATI


Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Ngawi, 18 Oktober 1995
Agama : Islam
Alamat : Desa Walikukun. Kec.Widodaren Kab.Ngawi
Email : bellasetya76@gmail.com
Riwayat Pendidikan : 1. TK TUNAS RIMBA II Walikukun
(2001-2002)
2. SDN Widodaren 6 (2003-2008)
3. SMPN 1 Widodaren (2009-2011)
4. SMAN 1 Widodaren (2011-2014)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat terselesaikannya Skripsi ini yang
berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pernikahan Dini Pada
Remaja Putri Di Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi” sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.

Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak – pihak yang telah memberikan bimbingan serta turut membantu kelancaran
pelaksanaan penyusunan Skripsi ini, yaitu :

1. Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes selaku ketua STIKES Bhakti Husada Mulia
Madiun.
2. Riska Ratnawati, S.KM., M.Kes selaku Waka Akademik STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun dan Dosen Pembimbing 1.
3. Avicena Sakufa Marsanti, S.KM., M.Kes selaku ketua Program Studi S1
Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun dan Dosen
Pembimbing 2.
4. Hanifah Ardiani, S.KM., M.KM selaku Ketua Dewan Penguji.
5. Bahrudin, S.Ag selaku Kepala Kantor Urusan Agama yang telah
memberikan ijin dalam pencarian data sekunder.
6. Semua pihak yang telah membantu penyusunan pelaksaan penelitian skripsi
ini.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih ada kekurangan baik isi maupun
penyajiannya, semoga Skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak dan dapat
digunakan sebagai awal dalam melakukan penelitian.

Madiun, 01 Agustus 2019

Bella Setya Haswati


Program Studi Kesehatan Masyarakat
Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
Tahun 2019

ABSTRAK
Bella Setya Haswati

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI


PADA REMAJA PUTRI DI KECAMATAN KEDUNGGALAR KABUPATEN
NGAWI

128 halaman + 24 tabel+ 12 gambar dan lampiran

Pernikahan usia dini merupakan pernikahan dibawah usia yang


seharusnya belum siap untuk melaksanakan pernikahan. Batasan usia pernikahan
adalah usia 25 tahun untuk laki-laki, dan 20 tahun untuk perempuan. Tujuan
Penelitian untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan
pernikahan usia dini pada remaja putri di Kecamatan Kedunggalar Kabupaten
Ngawi.
Jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain case control.
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 72 responden. 36 responden kasus dan 36
responden kontrol. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner. Analisis data
dilakukan secara univariat dan bivariat dengan uji chi-square (α=0,05).

Hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan


dengan pernikahan dini (p-value=0,005, Nilai OR= 0,180, tingkat pendapatan
orang tua (p-value= 0,001) OR= 5,90, tingkat pendidikan responden (p-value=
0,002) OR= 5,50. Variabel yang tidak berhubungan dengan pernikahan usia dini
yaitu tingkat kepercayaan orang tua (p-value=0,806) OR= 1,45.

Saran untuk KUA memberikan informasi kepada pasangan baru


terkait dampak pernikahan usia dini, selain itu untuk masyarakat yaitu pemberian
informasi pendidikan kesehatan bagi remaja.

Kata Kunci : Pernikahan usia dini, tingkat pendapatan orangtua, tingkat


pendidikan responden, tingkat kepercayaan orang tua.
Public Health Study
Program Stikes Bhakti Husada
Mulia Madiun
2019

ABSTRACT

Bella Setya Haswati

FACTORS RELATED TO YOUNG WOMEN TO EARLY MARRIAGE IN


KEDUNGGALAR DISTRICT OF NGAWI

128 pages + 24 tables + 12 pictures and enclosures


The young marriage is a marriage under the age should not yet ready to
marriages. The limit age for marriage is 25 years for men, and 20 years for
women. The purpose of this study was to analyze the factors related to early
marriage in young women in Kedunggalar District, Ngawi Regency.

This type of quantitative research using case control design. The sample in
this study amounted to 72 respondents. 36 case respondents and 36 control
respondents. The instrument used was a questionnaire. Data analysis was
performed univariately and bivariately with chi-square test (α = 0.05).
From the results gaired that the factors associated with early marriage is
a knowledge factor(p-value=0,005, OR= 0,180, parents income(p-value= 0,001)
OR= 5,90, education level of respondents (p-value= 0,002) OR= 5,50. Have no
relation with early marriage is parents faith (p-value=0,806) OR= 1,45.

Suggestions for KUA to provide information to new partners related to


the impact of early marriage, in addition to the community, namely providing
information on health education for adolescents.

Keywords: Early marriage, parent’s income level, respondent's education level,


parental trust level.
DAFTAR ISI

Sampul Depan..................................................................................................i
Sampul Dalam................................................................................................ii
Lembar Persetujuan.......................................................................................iii
Lembar Pengesahan.......................................................................................iv
Lembar Persembahan......................................................................................v
Halaman Pernyataan.....................................................................................vii
Daftar Riwayat Hidup..................................................................................viii
Kata Pengantar...............................................................................................ix
Abstrak............................................................................................................x
Abstrack.........................................................................................................xi
Daftar Isi.......................................................................................................xii
Daftar Tabel.................................................................................................xiv
Daftar Gambar..............................................................................................xv
Daftar Lampiran..........................................................................................xvi
Daftar Singkatan.........................................................................................xvii
Daftar Istilah..............................................................................................xviii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................8
1.5 Keaslian Penelitian.........................................................................10

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Pernikahan Dini............................................................12
2.2 Pengertian Anak di bawah umur....................................................14
2.3 Remaja............................................................................................16
2.4 Faktor-faktor yang berhubungan dengan pernikahan dini..............21
2.5 Syarat-syarat Perkawinan...............................................................34
2.6 Dampak Pernikahan Usia Dini.......................................................36
2.7 Kerangka Teori…...........................................................................44

BAB 3. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN


3.1 Kerangka Konseptual.....................................................................45
3.2 Hipotesis Penelitian........................................................................46

BAB 4. METODE PENELITIAN


4.1 Desain Penelitian............................................................................48
4.2 Populasi dan Sampel.......................................................................49
4.3 Teknik Sampling.............................................................................53
4.4 Kerangka Kerja Penelitian..............................................................55
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel..................56
4.6 Instrumen Penelitian.......................................................................59
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian..........................................................63
4.8 Prosedur Pengumpulan Data..........................................................63
4.9 Teknik Pengolahan dan Analisis Data............................................64
4.10 Etika Penelitian...............................................................................69

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian...............................................72
5.2 Hasil Penelitian...............................................................................73
5.3 Pembahasan.....................................................................................80

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan......................................................................................94
6.2 Saran.................................................................................................96

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian....................................................................10


Tabel 4.1 Nilai Odds Ratio.........................................................................51
Tabel 4.2 Kriteria Inklusi Dan Eksklusi.....................................................52
Tabel 4.3 Definisi Operasional...................................................................57
Tabel 4.4 Data Validitas.............................................................................60
Tabel 4.5 Data Validitas Variabel Kepercayaan.........................................61
Tabel 4.6 Nilai Alpha Cronbach.................................................................62
Tabel 4.7 Data Reliabilitas Variabel Pengetahuan.....................................62
Tabel 4.8 Data Reliabilitas Variabel Kepercayaan Orang Tua...................62
Tabel 4.9 Waktu Penelitian........................................................................63
Tabel 4.10 Coding Variabel Penelitian........................................................65
Tabel 5.1 Distribusi Responden Menikah Dini berdasarkan Usia.............74
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan responden.........74
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi berdasarkan pendapatan orangtua.............75
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan responden...........75
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi berdasarkan kepercayaan orangtua............75
Tabel 5.6 Crostab Hubungan Pengetahuan Dengan Pernikahan Dini.......76
Tabel 5.7 Crostab Hubungan Pendapatan Orangtua Dengan
Pernikahan dini..........................................................................77
Tabel 5.8 Crostab Hubungan Pendidikan Dengan Pernikahan Dini..........78
Tabel 5.9 Crostab Hubungan Kepercayaan Orangtua Dengan
Pernikahan Dini.........................................................................79
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori Faktor-faktor yang mempengaruhi


pernikahan dini pada remaja putri........................................44
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian.................................................46
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian Case Control......................................49
Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian…..................................................54
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 = Surat Izin Pengambilan Data Awal………………….. 100


Lampiran 2 = Surat Izin Validitas…………………………………... 101
Lampiran 3 = Surat Izin Penelitian KUA………………………….... 102
Lampiran 4 = Surat Izinn Penelitian Kantor Desa………………….. 103
Lampiran 5 = Lembar Persetujuan………………………………….. 104
Lampiran 6 = Uji Analisis Distribusi Frekuensi (Output)…………... 105
Lampiran 7 =Uji Analisis ChiSquare……………………………….. 107
Lampiran 8 = Kuesioner……………………….................................. 115
Lampiran 9 = Kartu Bimbingan…………………..………………….. 120
Lampiran 10 = Dokumentasi Hasil Penelitian …………………........... 123
DAFTAR SINGKATAN

BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional


BPS : Badan Pusat Statistik
HIV : Human Imun Virus
IMS : Infeksi Menular Seksual
KUA : Kantor Urusan Agama
KUHP : Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
N-Ach : Need Of Achievement
NAPZA : Narkoba, Psikotropika,Zat Adiktif
PA : Pengadilan Agama
PMS : Penyakit Menular Seksual
SD : Sekolah Dasar
SMA : Sekolah Menengah Akhir
SMP : Sekolah Menengah Pertama
TK : Taman Kanak-Kanak
TV : Televisi
UMK : Upah Minimum Kota/Kabupaten
UNICEF : United Nations Children’s
UU : Undang-undang
WHO : World Health Organitation
DAFTAR ISTILAH

Role Model : Panutan


Minderjarig : Di Bawah Umur
Early Adolescene : Remaja Awal
Middle Adoelescence : Remaja Pertengahan
Late Adoelescene : Remaja Akhir
Menarche : Menstruasi Pertama
Predisposing Factors : Faktor Predisposisi
Enabling Factors : Faktor Pemungkin
Reinforcing Factors : Faktor Pendorong Atau Penguat
Independent Variabel : Variabel Bebas
Dependent Variabel : Variabel Terikat
Simple Random Sampling : Sampel Acak
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pernikahan merupakan peristiwa penting dalam kehidupan. Dengan

pernikahan, seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia pernikahan ideal

pada perempuan yaitu 21-25 tahun dan pada laki-laki 25-28 tahun. Pada

usia tersebut organ reproduksi perempuan secara fisiologis sudah

berkembang secara baik dan kuat serta siap melahirkan keturunan secara

fisik sudah mulai matang. Sementara pada laki-laki yang berusia 25-28

tahun kondisi psikis dan fisiknya sangat kuat, sehingga mampu menopang

kehidupan keluarga untuk melindungi baik secara psikis emosional,

ekonomi dan sosial. (Irianto, 2015).

Undang-undang perkawinan No.1 tahun 1974 memperbolehkan

seorang perempuan usia 16 tahun dapat menikah, sedangkan Undang-

undang Kesehatan No.36 Tahun 2009 memberikan batasan 20 tahun,

karena hubungan seksual yang dilakukan pada usia di bawah 20 tahun

beresiko terjadi kanker serviks serta penyakit menular seksual. United

Nations Children’s Fund (UNICEF) berpendapat pernikahan usia dini

adalah pernikahan yang dilaksanakan secara resmi atau tidak resmi yang

dilakukan sebelum usia 18 tahun (UNICEF,2014). Fenomena pernikahan

usia dini pada dasarnya merupakan satu siklus fenomena yang terulang dan

1
tidak hanya terjadi di daerah pedesaan, tetapi terjadi juga di

wilayah perkotaan yang secara tidak langsung dipengaruhi oleh role model

dari dunia hiburan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan dini

diantaranya karena faktor ekonomi,kemiskinan, pendidikan dan budaya.

Hal ini terbukti dalam penelitian Joar Svanemyr (2012) bahwa ekonomi

dan kemiskinan berkorelasi dengan tingkat yang lebih tinggi sebagai faktor

pernikahan usia dini.

Indonesia sebagai negara dengan jumlah perkawinan usia muda

terbesar ke-37 di seluruh dunia dari 158 negara dan juga menempatkan

Indonesia sebagai negara tertinggi kedua di Asia Tenggara.(Mariyam,

2014). Tingginya kasus pernikahan usia muda di Indonesia, sebenarnya

cenderung terjadi di pedesaan. Hal ini dikarenakan masyarakat yang

tinggal di pedesaan masih rendah pengetahuannya tentang bahaya

melakukan pernikahan di usia dini (BPS, 2015). Badan Koordinasi

Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyimpulkan bahwa angka

pernikahan usia muda di pedesaan lebih besar dibandingkan di perkotaan.

Perbandingan yang didapatkan untuk kelompok yang menikah di usia

muda (umur 15-19 tahun) sebanyak 5,28% terjadi di perkotaan dan

11,88% terjadi pedesaan. Pernikahan usia tersebut paling banyak

dilakukan pada perempuan-perempuan berstatus pendidikan rendah dan

juga berasal dari keluarga berstatus ekonomi rendah (BKKBN,2012).

2
Pernikahan dini menjadi masalah yang bisa dikaakan serius.

Hukum perkawinan di indonesia mengacu pada Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan, yang mana salah satu poin dalam

undang-undang tersebut mensyaratkan batas usia pernikahan adalah

minimal 16 tahun untuk perempuan, Undang-undang perkawinan tersebut

bertabrakkan dengan kampanye Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana (BKKBN) dan Badan penasihat Perkawinan dan Perceraian

Kementrian Agama yang justru mengkampanyekan bahwa usia siap

menikah ialah pada usia 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk

laki-laki. Pernikahan pada usia dini di daerah pedesaan makin meningkat

dibandingkan wilayah perkotaan. Seperti halnya di wilayah Kabupaten

Ngawi angka pernikahan dini terlihat mengalami peningkatan yang cukup

signifikan dari tahun ke tahun, di mulai dari tahun 2014 dari 602

permohonan pernikahan tercatat 31 kasus diantaranya merupakan

pernikahan dini serupa yang didasari surat dispensasi dari Pengadilan

Agama (PA) Kabupaten Ngawi. Rata-rata disebabkan karena hamil di luar

nikah, laki-laki ber usia di bawah 18 tahun dan yang perempuan di bawah

16 tahun, selain faktor kehamilan pra nikah juga didasari pemahaman

tentang nikah dari para orang tua sendiri.

Secara spesifik, lemahnya ketahanan keluarga terlebih melupakan

fungsi-fungsi keluarga menjadi salah satu indikator melonjaknya

pernikahan dini. Peran keluarga sangat penting, karena mereka terlibat


langsung terhadap pembentukan karakter anak ketika dirumah, namun

tidak menutup kemungkinan lemahnya pendidikan karakter disekolah

menjadi pemicu moral anak zaman sekarang. Menurut data yang ada di

Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi,

Tercatat jumlah pernikahan selama Januari-Desember tahun 2018

sebanyak 415 pasang. Diantara pernikahan tersebut, dari tahun 2017

sampai dengan tahun 2018 mengalami peningkatan, diketahui remaja putri

yang melakukan pernikahan usia dini 16-20 tahun sebanyak 97 orang,

tidak jauh berbeda dari tahun 2017 bahwa remaja putri yang melakukan

pernikahan dini yaitu sebanyak 84 orang.

Fenomena kehamilan pranikah dan di luar nikah di kalangan

remaja frekuensinya semakin meningkat. Frekuensi ini di pengaruhi oleh

faktor yang sangat kompleks, antara lain informasi seks dan kurangnya

pemahaman terhadap nilai dan norma agama. Informasi seks melalui

media massa yang sangat vulgar, menonton film dan membaca buku

bacaan yang mengandung unsur pornografi yang relatif sering termasuk

berbagai tayangan acara di TV yang semakin vulgar belakangan ini dapat

membentuk perilaku seks yang menyimpang dan perbuatan seks pra nikah.

Disamping itu lingkungan sekitar dimana banyak teman-teman yang

memberikan informasi tentang seks yang salah dan tidak dapat

dipertanggung jawabkan karena mereka sendiri sebenarnya juga kurang

paham mengenai seks, yang sampai akhirnya terjadi kehamilan pra nikah

yang berujung ke pernikahan di bawah umur. Dampak pernikahan ini


berlangsung tanpa kesiapan mental dari pasangan berakhir dengan

perceraian,kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), kesehatan

perempuan,organ reproduksi yang belum siap sehingga bisa menyebabkan

kesakitan, trauma seks berkelanjutan, pendarahan, keguguran, bahkan

sampai yang fatal, kematian ibu saat melahirkan, perempuan yang

menikah dini juga kehilangan masa kanak-kanaknya, masa pertumbuhan ,

masa-masanya untuk menuntut ilmu yang lebih tinggi, karena biasanya

anak yang menikah dini akhirnya putus sekolah. (Intan Arimurti, 2017).

Faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan dini yang sering

kita jumpai di masyarakat yaitu karena faktor ekonomi, pernikahan dini

terjadi karena hidup digaris kemiskinan sehingga untuk meringankan

beban orang tuanya maka anaknya dinikahkan dengan orang yang

dianggap mampu, faktor pendidikan, rendahnya tingkat pendidikan

maupun pengetahuan orang tua, anak, dan masyarakat menyebabkan

adanya kecenderungan menikahkan anaknya yang masih dibawah umur,

faktor orang tua, orang tua khawatir terkena aib karena anak

perempuannya berpacaran dengan laki-laki yang sangat dekat sehingga

berkeinginan segera menikahkan anaknya, faktor media massa dan

internet, gencarnya ekspose seks di media massa menyebabkan remaja

modern kian Permisif terhadap seks, faktor adat istiadat, perkawinan usia

muda terjadi karena orang tuanya takut anaknya dikatakan perawan tua

sehingga segera dikawinkan, dan faktor hamil diluar nikah terjadi karena
mudahnya mengakses video-video porno dan pergaulan bebas sehingga

remaja merasa penasaran. (Ika Syarifatunisa, 2017)

UU perkawinan di Indonesia khususnya UU No. 1 tahu 1974 yaitu

untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasakan Ketuhanan Yang Maha Esa. Kesadaran masyarakat masih

kurang dalam memahami tujuan perkawinan yang ada pada UU

perkawinan tersebut, Menikah di usia dini tinggi dengan angka kematian

ibu dan bayi karena melahirkan di usia muda. Saat hamil perempuan yang

masih muda menjadi lebih beresiko kekurangan gizi, keguguran,

melahirkan bayi cacat, dan yang paling fatal adalah kematian pada saat

melahirkan. Sistem reproduksi yang belum siap juga bisa menyebabkan

trauma seks berkelanjutan dan meningkatkan resiko mengidap kanker

serviks. Pernikahan usia dini dapat di cegah salah satunya dengan

memberikan informasi agar mengetahui dampaknya pernikahan dibawah

umur. Hingga saat ini belum adanya penyuluhan tentang pengetahuan bagi

remaja tentang pernikahan dini, karena masyarakat menganggap hal yang

biasa. (Siti Salamah,2010).

Dari hal tersebut diatas terdapat suatu aspek yang menarik untuk

dikaji yaitu tentang Faktor apakah yang berhubungan dengan pernikahan

dini, maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan

mengambil judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pernikahan

Dini Pada Remaja Putri Di Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi”.


1.2 Rumusan Masalah

Adanya permasalahan seperti pada identifikasi masalah di atas, maka

dalam penelitian ini di rumuskan masalahnya sebagai berikut :

“ Apa saja Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pernikahan

Dini Pada Remaja Putri Di Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum Penelitian

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-

faktor yang berhubungan dengan pernikahan dini pada remaja putri di

Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi.

1.3.2 Tujuan Khusus Penelitian

1. Mengidentifikasi pengetahuan responden, tentang pernikahan dini

pada remaja putri di Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi.

2. Mengidentifikasi tingkat pendapatan orang tua di Kecamatan

Kedunggalar Kabupaten Ngawi.

3. Mengidentifikasi tingkat pendidikan responden di Kecamatan

Kedunggalar Kabupaten Ngawi.

4. Mengidentifikasi tingkat kepercayaan orang tua terhadap

pernikahan dini orang tua di Kecamatan Kedunggalar Kabupaten

Ngawi.
5. Mengidentifikasi kejadian pernikahan dini pada remaja putri di

Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi.

6. Menganalisis hubungan pengetahuan responden terhadap

pernikahan dini pada remaja putri di Kecamatan Kedunggalar

Kabupaten Ngawi.

7. Menganalisis hubungan tingkat pendapatan orang tua di Kecamatan

Kedunggalar Kabupaten Ngawi.

8. Menganalisis hubungan tingkat pendidikan terhadap pernikahan

dini di Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi.

9. Menganalisis hubungan tingkat kepercayaan orang tua terhadap

pernikahan dini pada remaja putri di Kecamatan Kedunggalar

Kabupaten Ngawi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi KUA Kecamatan Kedunggalar.

Memberikan informasi, penyuluhan, kepada pasangan baru terkait

pernikahan usia dini.

1.4.2 Bagi Masyarakat

Diharapkan berguna bagi masyarakat khususnya bagi kalangan remaja

dan orang tua sebagai bahan pertimbangan usia saat melakukan

pernikahan dan lebih memikirkan dampak yang ditimbulkan akibat

pernikahan dini
1.4.3 Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui dampak apa saja yang

dapat timbul akibat pernikahan usia dini, khususnya kesehatan

reproduksi, psikologi dan sosial.


1.5 Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Peneliti Sebelumnya

No Perbedaan Peneliti
Sri Anggraini W Intan Arimurti Umi Fahati

1. Judul Hubungan tingkat Analisis pengetahuan Hubungan dukungan orang tua Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan
kejadian pernikaan dini perempuan terhadap dengan kesiapan menjadi
Pernikahan Dini Pada
dengan peran orang tua perilaku melakukan orang tua pada remaja yang Remaja Putri
pada perempuan di pernikahan usia dini menikah dini
bawah usia 21 tahun
2. Tahun 2016 2017 2015 2019
3. Tempat Desa Sidoarum Kecamatan Wonosari Dusun Tanuditan Trirenggo Di Kecamatan
Kedunggalar Kabupaten
Kecamatan Godean Kabupaten Bondowoso Bantul Yogyakarta
Ngawi.
Kabupaten Sleman
Yogyakarta

10
4. Variabel Variabel Bebas: Variabel Terikat : Variabel Bebas: Variabel Bebas:
Kepercayaan,.
Tingkat kejadian Pengetahuan. Dukungan Orang Tua
pernikahan dini. Variabel Terikat :
Variabel Bebas : Variabel Terikat : Pernikahan Dini
Variabel Terikat: Pendidikan orang tua, Kesiapan menjadi orang tua.
-Peran orang tua lingkungan, media massa
-Pendidikan

Lanjutan Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Peneliti Sebelumnya

No Perbedaan Peneliti
Sri Anggraini W Intan Arimurti Umi Fahati

Rancangan Kuantitatif desain Kualitatif, menggunakan Kuantitatif Korelasional,


Penelitian analitik korelatif, cross cara Purposive pendekatan
sectional Cross Sectional
Hasil Ada hubungan tingkat Ada hubungan rendahnya Adanya hubungan dukungan
kejadian pernikahan dini pengetahuan tentang orang tua dengan kesiapan
dengan peran orangtua pernikahan dini pada menjadi orang tua pada remaja
perempuan memiliki yang menikah dini. Kategori
hubungan dengan cukup yaitu 36 (75,0%), baik
rendahnya pendidikan yaitu 12 (25,0%). Sedangkan
orang tua, keluarga, kesiapan menjadi orang tua
lingkungan ,media massa ada remaja kategori baik yaitu
14 (29,2%), cukup 30 (62,5
%), kurang yaitu 4 (8,3%).
Hasil uji kendall tau 0,631
diperoleh nilai signifikan 0,00
(p=0,00<0,05).
125

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pernikahan Dini

2.1.1 Definisi Pernikahan Dini

Dalam pasal 7 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 yakni calon

suami sekurang-kurangnya berumur 19 tahun dan calon isteri sekurang-

kurangnya berumur 16 tahun. Bagi calon mempelai yang belum mencapai

umur 21 tahun harus mendapat izin dari kedua orang tua. Anak yang

belum mencapai umur 19 tahun bagi pria dan belum berumur 16 tahun

bagi wanita tidak boleh melangsungkan perkawinan sekalipun diizinkan

oleh kedua orang tua, kecuali ada izin dispensasi dari pengadilan atau

pejabat lain yang ditunjuk oleh orang tua pria maupun wanita, hal ini

sesuai dengan pasal 7 Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 Jadi

dalam pengertian perkawinan dibawah umur dapat disimpulkan bahwa

suatu perkawinan yang dilakukan oleh seorang laki-laki dan perempuan

dimana masing-masing pihak belum mencapai umur 21 tahun dan masih

dibawah pengawasan orang tua.

Pernikahan usia dini adalah pernikahan yang di lakukan pada usia

remaja 16 tahun pada wanita dan 19 tahun pada pria. Pernikahan usia dini

selain mencerminkan rendahnya status wanita, juga merupakan tradisi


sosial yang menyebabkan periode melahirkan yang dihadapi oleh

pengantin remaja relatif lebih panjang, disamping itu resiko persalinan

yang semakin tinggi karena secara fisik mereka belum siap melahirkan

(Romauli,S. 2012).

Pernikahan merupakan suatu proses awal terbentuknya kehidupan

keluarga dan merupakan awal dari perwujudan bentuk-bentuk kehidupan

manusia. Kehidupan sehari-hari manusia yang berlainan jenis kelaminnya

yang di ciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa laki-laki dan perempuan

secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara yang satu dengan

yang lain untuk berbagi kasih sayang dalam mewujudkan suatau

kehidupan bersama atau dapat dikatakan ingin membentuk ikatan lahir dan

batin untuk mewujudkan suatu keluarga atau rumah tangga yang bahagia,

rukun dan kekal. Menurut UU No.1 Tahun 1974 yang pernikahan adalah

ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami

istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan

kekal berdasarkan Yang Maha Esa.

Pernikahan usia dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh

sepasang laki-laki dan perempuan yang masih remaja. Pasal 6 ayat 2 UU

No. 1 Tahun 1974 menyatakan bahwa untuk melangsungkan suatu

perkawinan seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun harus

mendapat izin dari kedua orang tua. Pasal 7 UU No. 1 Tahun 1974 di

Indonesia tentang perkawinan menetapkan bahwa perkawinan di izinkan

14
bila pria berusia 19 tahun dan wanita berusia 16 tahun.(Kumalasari &

Andhyantoro, 2012).

2.2 Pengertian Anak di bawah umur

Berdasarrkan pasal 45 KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana) pengertian anak adalah orang yang belum cukup umur

(minderjarig), maksud dari belum cukup umur ini adalah mereka yang

melakukan perbuatan sebelum umur 16 tahun. Sedangkan menurut pasal

1 ayat 2 Undang-Undang No.4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak

merumuskan bahwa anak adalah seorang yang belum mencapai usia 21

tahun dan belum pernah menikah.

Dalam penjelasan tersebut disebutkan pula batas usia 21 tahun

karena berdasarkan pertimbangan kematangan kepentingan usaha sosial,

kematangan pribadi dan kematangan anak dicapai pada usia tersebut.

Sedangkan menurut Agama Islam anak adalah manusia yang belum

mencapai akil baliq (dewasa), laki-laki disebut dewasa ditandai dengan

mimpibasah, masturbasi jika tanda-tanda tersebut sudah nampak maka

orang tersebut sudah tidak dikategorikan sebagai anak-anak. Dalam Islam

seseorang yang sudah mencapai akil baliq mereka dikatakan sudah tidak

anak-anak lagi, biasanya seseorang akan mencapai akil baliq saat usia 9-

16 tahun. Dapat disimpulakan uraian tersebut diatas bahwa pengertian

anak dibawah umur adalah seorang anak yang belum mencapai usia 21
tahun yang masih berada dibawah kekuasaan orang tua dan belum dapat

mempertanggung jawabkan perbuatannya secara hukum.

2.2.1 Tujuan Batas Usia Pernikahan

Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 batas usia

untuk melangsungkan pernikahan yaitu pada saat usia 19 tahun untuk laki-

laki dan usia 16 tahun untuk perempuan. Hal ini dilakukan demi

mewujudkan tujuan pernikahan, namun apabila pada kenyataanya suatu

tujuan pernikahan itu tidak terwujud atau tidak sesuai yang diinginkan

maka hal ini bisa saja terjadi karena kurang siapnya mental, sosial,

ekonomi pasangan suami istri, dan untuk mencegah terjadinya hal yang

tidak di inginkan sehingga Undang-Undang pernikahan menentukan batas

usia pernikahan.

Sesuai dinyatakan dalam Undang-Undang Perkawian No. 1 Tahun

1974 bahwa tujuan pernikahan adalah untuk membentuk suatu keluarga

(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang

Maha Esa, maka demi terwujudnya suatu tujuan pernikahan telah

dilakukan bermacam upaya yang salah satunya adalah mengenai bebas

usia minimal seseorang untuk melangsungkan pernikahan. Apabila

seorang calon suami ataupun istri jika akan melangsungkan pernikahan

harus siap secara lahir dan batinnya, agar dapat mewujudkan tujuan

pernikahan dengan baik dengan membina keluarga yang harmonis dengan

memiliki keturunan yang baik tanpa berakhir dengan perceraian. Untuk itu
harus dicegah adanya pernikahan usia dini, selain itu untuk menjaga

kesehatan antara calon suami dan istri dan keturunan mereka maka perlu

ditetapkan batas-batas pernikahan.

2.3 Remaja

2.3.1 Definisi Remaja

Remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang dari saat

pertama kali menunjukkan tanda-tanda social seksual sekunder sampai

mencapai kematangan seksual. Individu mengalami perkembangan

psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanan menjadi dewasa. Terjadi

peralihan dari ketergantungan social ekonomi yang penuh pada keadaan

yang relatif lebih mandiri. Masa remaja merupakan masa pemeliharaan

dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang telah mencapai usia 10

sampai 19 tahun dengan terjadinya perubahan fisik, mental dan psikologi

yang cepat dan berdampak pada berbagai aspek kehidupan selanjutnya.

Menurut WHO, masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-

kanak menuju dewasa, dimana pada masa itu terjadi 9 pertumbuhan yang

pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya

perubahan-perubahan perkembangan, baik secara fisik, mental, maupun

peran social. (Saryono & Anggraeni,MD 2010).

Pasangan usia muda merasa sudah saling mencintai dan adanya

pengaruh media, sehingga mereka terpengaruh untuk melakukan

pernikahan usia muda. Adanya keinginan seseorang melakukan pernikahan

karena faktor keterkaitan mempunyai pasangan untuk hidup di dalam


masyarakat dari dalam dirinya sendiri. Alasan orang tua menikah adalah

distimulasi oleh dorongan-dorongan romantis, hasrat untuk mendapatkan

kemewahan hidup, ambisi besar untuk mencapai status sosial yang tinggi,

keinginan untuk mendapat asuransi hidup, untuk mendapatkan kepusan

seks dengan patner, hasrat untuk mendapatkan diri dari belenggu

kungkungan keluarga.

2.3.2 Batasan Remaja

Remaja dibagi atas 3 kelompok usia tahap perkembangan yaitu:

a. Early Adolescene (Remaja Awal)

Berada pada rentang usia 12 sampai 15 tahun, merupakan masa

negative, karena pada masa ini terdapat sikap dan sifat negatif yang

belum terlihat dalam masa kanak-kanak, individu merasa bingung

dan cemas, takut dan gelisah. Biasanya pada masa ini terjadi haid

pertama kali. (Hurlock B,Elizabet, 2013)

b. Middle Adoelescene (Remaja Pertengahan)

Dengan rentang usia 15 sampai 18 tahun pada masa ini individu

menginginkan atau menandakan sesuatu dan mencari-cari sesuatu,

merasa sunyi dan merasa tidak dapat mengerti oleh orang lain.

(Hurlock B,Elizabet, 2013).


c. Late Adoelescene (Remaja Akhir).

Berkisar pada usia 18 sampai 21 tahun. Pada masa ini individu mulai

stabil mulai memahami arah hidup dan menyadari dari tujuan

hidupnya. Mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu pola yang

jelas. (Hurlock B,Elizabet, 2013).

2.3.3 Karakteristik masa remaja

Perubahan fisik remaja berhubungan dengan karakteristik

fisik remaja, perubahan hormonal remaja, tanda kematangan seksual

dan reaksi terhadap menarche. Menarche merupakan tanda-tanda dari

kematangan fungsi seksual pada wanita, hal ini telh dikemukakan,

karakteristik remaja (adoelescene) adalah tumbuh menjadi dewasa,

secara fisik, remaja ditandai dengan cirri-ciri perubahan pada

penampilan fisik dan fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan

kelenjar seksual, hal ini telah di kemukakan. (Yanti,E 2012).

2.3.4 Karakteristik perubahan fisik remaja wanita

Perubahan fisik remaja yaiut terjadinya perubahan secara biologi yang

ditandai dengan kematangan organ seks primer dan sekunder, kondisi

tersebut dipengaruhi oleh kematangan hormone seksual, seperti :

1. Pertumbuhan payudara, terjadi pada anak yang telah mencapai usia

7 sampai 13 tahun.
2. Pertumbuhan rambut kemaluan, terjadi pada anak yang telah

mencapai usia 7 sampai 14 tahun.

3. Pertumbuhan badan atau tubuh, terjadi pada anak yang telah

mencapai usia 9,5 sampai 14,5 tahun.

4. Menarche, pada anak yang telah berusia 10 tahun sampai 16,5

tahun.

5. Pertumbuhan bulu ketiak, terjadi 1 sampai 2 tahun setelah

tumbuhnya rambut pubis (pubic hair).

Remaja wanita memiliki kematangan organ-organ seks yang

ditandai dengan berkembangannya rahim, vagina dan ovarium (indung

telur). Ovarium menghasilkan ovum dan mengeluarkan hormone-

hormone yang diperlukan untuk kehmilan, menstruasi dan perkembangan

seks sekunder. Ciri-ciri sekunder remaja wanita, yaitu :

a. Tumbuh rambut pubis disekitar kemaluan dan ketiak

b. Bertamah besar buah dada

c. Bertambah besarnya pinggul

d. Kulit halus

e. Suara melenting tinggi


2.3.5 Karakteristik perubahan hormonal remaja

Perubahan hormonal merupakan awal dari masa pubertas

remaja yng terjadi sekitar usia 11 sampai 12 tahun. Pengaruh hormonal

perkembangan organ-organ tubuh remaja wanita yaitu, menambah lemak

tubuh, memperkuat kematangan organ tubuh dan memperbesar payudara,

hal ini telah dikemukakan. (Yanti, E.2012).

2.3.6 Kebutuhan masa remaja

Kebutuhan fisik, sosial, ekonomi dan emosional pada remaja antara

lain adalah sebagai berikut :

1. Kebutuhan kasih sayang

Kebutuhan kasih sayang meliputi menerima kasih sayang dari

keluarga/orang lain, pujian atau sambutan hangat dari teman-teman,

menerima penghargaan atau aspirasi dari guru.

2. Kebutuhan ikut serta dan diteruma kelompok.

Menyatakan afeksi kepada kelompok, turut memikul tanggung jawab

kelompok, serta menyatakan keseiaan dan kesetiaan pada kelompok.

3. Kebutuhan diri sendiri.

Remaja membutuhkan pengakuan dari lingkungan bahwa ia mampu

melaksanakan tugas-tugas seperti yang dilakukan oleh orang dewasa,

serta dapat bertanggung jawab atas sikap dan perbuatan yang

dikerjakan.

4. Kebutuhan untuk berprestasi


Yang di kenal dengan N-Ach (Need Of Achievement) yang

berkembang karena dorongan untuk mengembangkan potensi yang

dimiliki dan sekaligus menunjukkan kemampuan psikologisis.

5. Kebutuhan pengakuan dari orang tua

Kebutuhan untuk mendpaatkan simpati dan pengakuan dari pihak lain.

Remaja membutuhkan pengakuan akan kemampuannya.(Mansur

Herawati 2014).

2.4 Faktor- faktor yang berhubungan dengan terjadinya pernikahan dini

Terdapat berbagai alasan yang menyebabkan terjadinya pernikahan

dini yang sering di jumpai di lingkungan masyarakat kita.

Dari faktor-faktor dibawah ini yang akan dijelaskan tentang 4 (empat)

variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Pengetahuan,

Pendapatan Orang Tua, Tingkat Pendidikan dan Tingkat Kepercayaan

Orang Tua, berdasarkan teori Lawrence Green, lebih lanjut model preced

(Policy, Regulatory, Organitational Construct in Educational and

Enviromental) yang merupakan arahan dalam perencanaan, implementasi,

dan evaluasi pendidikan promosi kesehatan, hal ini diuraikan bahwa

perilaku ditentukan atau dibentuk oleh 3 faktor yang dihubungan

berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan dini pada

remaja putri, yakni (Notoatmodjo, 2011) :


2.4.1 Faktor Predisposisi (Predisposing Factors).

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang

berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang di anut masyarakat. Faktor

ini meliputi :

1. Pengetahuan

Pengetahuan perempuan tentang pernikahan usia dini meliputi

definisi, faktor yang menyebakan,dampak terhadap kesehatan reproduksi,

psikologis dan kehidupan dalam berkeluarga. Faktor yang berpengaruh

terhadap pengetahuan seseorang.

Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka remaja akan semakin

mudah menerima informasi tentang pernikahan dini, sehingga remaja akan

lebih cepat faham tentang bagaimana resiko yang terjadi dari dampak

pernikahan dini baik dari segi kesehatan maupun sosial serta remaja dapat

lebih menyesuaikan dengan hal-hal yang bermanfaat dengan kesehatannya.

Remaja yang mempunyai banyak sumber informasi dapat memberikan

peningkatan terhadap tingkat pengetahuan remaja tersebut. Informasi

tersebut dapat diperoleh melalui media massa seperti majalah, koran, berita

televisi dan salah satunya juga dapat diperoleh dari penyuluhan dan

pendidikan kesehatan. Pengalaman merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi pengetahuan yang berkaitan dengan umur dan pendidikan

individu. Hal ini mengandung maksud bahwa semakin bertambahnya umur


dan pendidikan yang tinggi maka pengalaman seseorang akan jauh lebih

luas. (Notoatmodjo, 2010).

2. Tingkat Pendapatan Orang Tua

Seluruh pendapatan yang diterima oleh seorang baik yang berasal

dari keterlibatan langsung dalam proses produksi atau tidak, yang dapat

diukur dengan uang dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan bersama

maupun perserorangan pada suatu keluarga dalam satu bulan, status sosial

ekonomi keluarga dapat diukur melalui tingkat pendidikan, perbaikan

lapangan pekerjaan, dan tingkat penghasilan keluarga. Indikator status sosial

adalah kasta, umur, pendidikan, status perkawinan, aspirasi pendidikan

partisipasi sosial, hubungan organisasi pembangunan, kepemilikan lahan,

pemilikan sarana pertanian, serta penghasilan sebelumnya.(Kumalasari &

Andhyantoro, 2012).

Perkawinan usia dini terjadi karena faktor keluarga yang hidup di

garis kemiskinan, untuk mengurangi beban orang tua maka anak di

kawinkan dengan orang yang dianggap mampu alasan lain yaitu orang tua

mempunyai dorongan segera mengawinkan anak gadisnya yaitu terdapat

dua keuntungan, pertama tanggung jawab ekonomi akan berkurang, kedua

dengan perkawinan akan diperoleh tenaga kerja tambahan yaitu menantu.

Tingkat pendapatan keluarga akan mempengaruhi terjadinya pernikahan

usia dini. Hal tersebut di karenakan pada keluarga yang berpendapatan

rendah di bawah UMR maka pernikahan anaknya berarti lepasnya beban


dan tanggung jawab untuk membiayai anaknya. (Ginting, F & Wantania,J

2011).

Masalah pada keluarga sering kali mendorong orang tua untuk

cepat-cepat menikahkan anaknya, karena orang tua yang tidak mampu

membiayai hidup dan sekolah terkadang membuat anak memutuskan untuk

menikah di usia dini dengan alasan beban ekonomi keluarga jadi berkurang

dan dapat membantu perekonomian keluarga, karena menurut orang tua

anak perempuan yang sudah menikah tanggaung jawab suaminya. Hal

tersebut sering banyak di jumpai di pedesaan tetapi sekarang ini banyak juga

di perkotaan, tanpa peduli usia anaknya yang belum menginjak usia dewasa.

(BKKBN,2016).

Masalah ekonomi merupakan salah satu faktor terjadinya

pernikahan usia dini. Hal ini berkaitan dengan masalah ekonomi keluarga

adalah salah satu sumber ketidak harmonisan keluarga. Umumnya masalah

keluarga disebabkan karena masalah ekonomi keluarga. Dimana keluarga

dengan kondisi ekonomi rendah memiliki kecenderungan untuk menikahkan

anak di usia dini atau muda. Disisi lain remaja yang menikah diusia dini

seringkali akan mengalami kesulitan ekonomi.

Pada sisi lain, terjadinya pernikahan dini juga dapat disebabkan

karena pengaruh paksaan orang tua. Ada beberapa alasan orang tua

menikahkan anaknya secara dini, karena khawatir anaknya terjerumus

dengan pergaulan bebas dan berakibat negatif, karena ingin melanggengkan

hubungan dengan relasinya dengan cara menjodohkan anaknya dengan


relasi atau anaknya relasinya, menjodohkan anaknya dengan anaknya

saudara dengan alasan agar harta yang dimiliki tidak jatuh ke orang lain,

tetapi tetap dipegang oleh keluarga. (BKKBN, 2010).

3. Tingkat Pendidikan Responden

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan secara umum dapat di definisikan adalah suatu usaha

pembelajaran yang di rencanakan untuk mempengaruhi individu ataupun

kelompok sehingga mau melaksanakan tindakan-tindakan untuk

menghadapi masalah-masalah dan meningkatkan kesehatannya. Berkaitan

dengan definisi tersebut, maka pendidikan dibedakan atas jenis yaitu

pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan nonformal.

Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di

sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang

pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah,

sampai pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di

luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan

berjenjang. Pendidikan nonformal paling banyak terdapat pada usia dini,

serta pendidikan dasar, adalah TPA, atau Taman Pendidikan Al Quran,yang

banyak terdapat di Masjid dan Sekolah Minggu, yang terdapat di semua


Gereja. Selain itu, ada juga berbagai kursus, diantaranya kursus musik,

bimbingan belajar dan sebagainya. Pendidikan informal adalah jalur

pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara

mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab. Hasil

pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal

setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.

Semakin muda usia menikah, maka semakin rendah tingkat

pendidikan yang dicapai oleh seorang anak. Pernikahan anak seringkali

menyebabkan anak tidak lagi bersekolah, karena kini iya mempunyai

tanggung jawab baru, yaitu sebagai seorang istri dan sebagai calon ibu.

Kurangnya pendidikan dan pengetahuan menyebabkan terjadinya

pernikaahan dini. Padahal pernikahan dini dapat memutuskan pendidikan

sehingga tidak dapat melanjutkan pendidikannya. Hal ini disebabkan karena

kurangnya wawasan terhadap pengetahuan sehingga tidak dapat berfikir

panjang dampak dan akibat dari pernikahan dini (Sardi, 2016)

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang harus dimiliki dalam

berkeluarga, karena pendidikan merupakan penopang dan sumber untuk

mencari nafkah dalam upaya memenuhi segala kebutuhan dalam rumah

tangga. Orangtua yang memiliki tingkat pendidikannya rendah seringkali

menyebabkan anak remajanya tidak lagi bersekolah dikarenakan biaya

pendidikan yang tidak terjangkau .Sehingga menyebabkan banyaknya

perempuan berhenti sekolah dan kemudian dinikahkan untuk mengalihkan

beban tabggungjawab orangtua. Dengan demikian semakin muda usia


menikah, maka semakin rendah tingkat pendidikan remaja maka semakin

besar kemungkinan mereka untuk menikah diusia muda (BKKBN,2012).

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang salah satu aspek yang

harus dimiliki dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Pendidikan

merupakan penopang dan sumber untuk mencari nafkah dalam memenuhi

segala kebutuhan dalam rumah tangga. Dengan pernikahan usia dini

menyebabkan remaja tidak lagi bersekolah. Semakin muda usia menikah,

maka semakin rendah tingkat pendidikan yang akan dicapai oleh seorang

anak. Pernikahan anak sering kali menyebabkan anak tidak lagi bersekolah,

karena kini ia mempunyai tanggung jawab. Pernikahan usia dini sangat

berhubungan dengan derajat pendidikan yang rendah. Menunda usia

pernikahan merupakan salah satu cara agar anak dapat mengenyam

pendidikan yang lebih tinggi (BKKBN,2012).

4. Tingkat Kepercayaan Orang Tua

Faktor kepercayaan juga berpengaruh terhadap pengetahuan

beberapa keluarga , dapat dilihat ada yang memiliki tradisi atau kebiasaan

menikahkan anaknya pada usia muda, dan hal ini berlangsung terus

menerus, sehingga anak-anak yang ada pada keluarga tersebut secara

otomatis akan mengikuti tradisi tersebut. Pada keluarga yang menganut

kebiasaan ini, biasanya didasarkan pada pengetahuan dan informasi yang

diperoleh bahwa dalam Islam tidak ada batasan usia untuk menikah, yang
penting adalah sudah mumayyis (baligh) dan berakal, sehingga sudah

selayaknya dinikahkan.

Merupakan keadaan psikologis pada saat seseorang menganggap

suatu yang benar. Faktor budaya juga turut mengambil andil yang cukup

besar, karena kebudayaan ini diturunkan dan sudah mengakar layaknya

kepercayaan. Dalam budaya setempat mempercayai apabila anak

perempuannya tidak segera menikah, sudah di anggap hal yang bisasa dalam

keluarga karena dianggap tidak laku dalam lingkungannya. Atau jika ada

orang yang secara finansial dianggap sangat mampu dan meminang anak

mereka, dengan tidak memandang usia atau status pernikahan, kebanyakan

orang tua menerima pinangan tersebut karena beranggapan masa depan anak

akan lebih cerah, dan tentu saja ia diharapkan bisa mengurangi beban orang

tua.

Tak lepas dari hal tersebut, tentu saja banyak dampak yang terpikir

oleh mereka sebelumnya, selain itu pernikahan sering terjadi karena sejak

kecil anak di jodoh kan oleh kedua orang tuanya. Bahwa pernikahan anak

untuk segera merealisasikan ikatan hubungan antara kerabat mempelai

perempuan yang memang telah lama mereka inginkan bersama, semuanya

supaya hubungan kekeluargaan mereka tidak putus. Perempuan muda

dianggap suatu solusi untuk melepaskan diri dari kemiskinan. Pernikahan

dini bertujuan untuk meningkatkan taraf ekonomi keluarganya dengan

mendapatkan mas kawin dari pihak laki-laki. Pola perkaiwnan masyarakat

sesuai dengan budaya dan norma yang berlaku di masyarakat. Faktor


budaya erat dengan kebiasaan setempat. Di berbagai daerah masih

ditemukan adanya pandangan dan kepercayaan yang salah, misalnya

kedewasaan seseorang dinilai dari status pernikahan, adanya anggapan

bahwa status janda lebih baik dari pada perawan tua.

Adat istiadat yang di yakini masyarakat tertentu semakin

menambah prosentase pernikahan dini di Indonesia. Misalnya keyakinan

bahwa tidak boleh menolak pinangan seseorang pada putrinya walaupun

masih dibawah usia 18 tahun terkadang dianggap menyepelekan dan

menghina menyebabkan orang tua menikahkan putrinya. Hal menarik dari

prosentase pernikahan dini di Indonesia adalah terjadinya perbandingan

yang cukup signifikan antara di pedesaan dan perkotaan. (Mubasyaroh,

2016).

2.4.2 Faktor Pemungkin (enabling factors).

Faktor yang memungkinkan individu berperilaku seperti yang

terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedia fasilitas-

fasilitas atau sarana prasarana kesehatan.

Faktor ini meliputi Ketersediaan sarana,prasarana kesehatan dan

Keterjangauan fasilitas kesehatan bagi masyarakat yang mencakup dan

terjangkaunya fasititas serta ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan

bagi masyarakat setempat (Polindes,Puskesmas). Dalam penyediaan sarana

dan prasarana polindes atau puskesmas harus memenuhi syarat utama

yaitu kelengkapan penyediaan alat medis, tersediannya tempat yang bersih,


serasi dengan lingkungan perumahan di desa serta tersediannya tenaga

bidan di desa. (Mubarak, Wahit Iqbal 2012).

2.4.3. Faktor Pendorong atau Penguat (reinforcing factors).

Faktor ini mencakup Ketersediaan Pelayanan Kesehatan, Pola Pikir

Masyarakat, Faktor Hamil di Luar Nikah, Sikap dan Perilaku Petugas

Kesehatan, Sikap dan Perilaku Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama.

1. Faktor Pola Pikir Masyarakat

Kehidupan di wilayah-wilayah yang padat penduduknya biasanya

ditandai dengan hubungan saling pengaruh-mempengaruhi yang sangat

menentukan dari para tetangga. Pola kehidupan ditandai dengan keinginan

untuk campur tangan dalam kehidupan keluarga-keluarga lain, yang tidak

mustahil akan menjadi dampak yang sangat serius akibatnya.

Orientasi pada pola kehidupan tetangga sangat besar dan bahkan

sering kali dijadikan patokan. Oleh karena keadaan keluarga yang rata-rata

besar, maka afeksipun tertuju pada anak-anak secara menyeluruh, sehingga

kadang-kadang penanganan khusus yang diperlukan 30 oleh anak-anak

tertentu, terlepas dari pusat perhatian. Salah satu akibatnya adalah bahwa

salah seorang anak yang lebih banyak memerlukan perhatian, merasa

dirinya tidak diacuhkan. Dampak pola pendidikan keluarga tetangga

kadang- kadang berpengaruh berat dan mungkin kecil. Hal ini sangat

tergantung pada pola kehidupan bersama dalam wilayah tersebut, dan

sampai sejauh mana pengaruh tetangga diterima.


Pengaruh yang buruk atau dampak tersebut akan dapat

ditanggulangi, apabila menjalin hubungan yang serasi dengan tetangga

dapat terpelihara. Artinya kadang-kadang hubungannya harus erat dan

kadang-kadang renggang. Kalau masalahnya menyangkut kegiataan tolong

menolong maka hubungan yang erat adalah wajar, namun apabila masalah

menyangkut pola pendidikan keluarga yang sifatnya pribadi, maka

hubungan harus agak direnggangkan.

Pola pikir masyarakat dan kurangnya pengetahuan tentang menikah

muda dalam pernikahan sering terjadi misalnya adannya kekhawatiran

orang tua kepala anak perempuannya yang sudah menginjak remaja

walaupun usia anaknya belum mencapai dewasa atau masih di bawah

umur, biasannya orang tua yang tinggal baik di pedesaan maupun

perkotaan apabila anak perempuannya tidak lagi bersekolah dan tidak

mempunyai kegiatan yang positif maka pada umumnya akan menikahkan

anaknya tersebut cepat-cepat karena takut akan menjadi perawan tua.

Sehingga terkadang orang tua akan segera menikahkan anaknya dengan

begitu orang tua tidak merasa malu lagi karena anaknya sudah laku dan

apabila terdapat orang yang belum menikah sampai di usia 25 tahun keatas

maka akan menjadi bahan gunjingan karena dianggap tidak laku. .

(Soerjono Soekanto 2009).


2. Faktor Hamil di Luar Nikah

Fenomena hamil diluar nikah saat ini sudah banyak di temui di

masyarkat sekitar, karena hampir setiap hari di media TV maupun surat

kabar menyajikan berita-berita mengenai seks, seperti berita pemerkosaan,

pelecehan seksual, dll.

Berkembangnya informasi secara cepat membuat video-video porno

dapat ditonton anak remaja dengan mudah. Beredarnya penjualan video

porno maupun dengan mengakses di internet secara mudah didapatkan anak

remaja sekarang. Apabila anak tidak mempunyai bekal kecerdasan

emosional, maka anak akan merasa penasaran dan anak akan mencoba hal-

hal baru seperti contohnya hubungan seks diluar nikah.

Kurangnya kasih sayang dan perhatian dalam keluarga juga menjadi

salah satu penyebab anak terjerumus dalam seks diluar nikah. Anak remaja

yang membutuhkan kasih sayang dan perhatian, apabila tidak ditopang

dengan keluarga yang harmonis maka anak akan mudah melampiaskan

dengan melakukan perbuatan yang di langgar oleh norma dan agama, seperti

hubungan seks di luar nikah.

Adapula faktor karena orang yang sudah hamil diluar nikah yang

terpaksa harus dinikahkan untuk menghinndari aib keluarga mereka,

walaupun masih di bawah umur tetap dinikahkan karena anak

perempuannya yang terlanjur hamil duluan. Selain itu gaya hidup dan

perilaku seks yang bebas mempercepat peningkatan kejadian kehamilan

pada remaja, hal ini disebabkan oleh cepatnya pertembuhan dan


perkembangan remaja yang dirangsang oleh banyaknya media yang

mempertontonkan kehidupan seks.

3. Sikap dan Perilaku Petugas Kesehatan

Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masayarakat tentang

kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan

sebagainya dari orang atau masyarakat. Disamping itu, ketersediaan

fasilitas, sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga

akan mendukung dan memperkuat terbentukknya perilaku atau bisa juga

karena fasilitas-fasilitas dan sarana-sarana kesehatan. Termasuk juga disini

undang-undang, peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun pemerintahan

daerah, yang berkaitan dengan kesehatan.(Notoadmodjo, 2012)

4. Sikap dan Perilaku Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama

Keberadaan peran tokoh dalam masyarakat desa sangat

dibutuhkan, hal ini sebagai wujud dari partisipasi masyarakat sebagai titik

sentral dalam perwujudan desa yang baik sudah barang tentu keberadaannya

sangat dibutuhkan dalam upaya pengembangan desa yang baik. Sebab

keberadaan tokoh serta perannya sangat berpengaruh dalam perkembangan

sebuah wilayah desa. Tokoh masyarakat disini lebih diutamakan orang yang

dainggap memiliki usia yang lebih dituakan, berilmu dan memiliki jabatan

khusus seperti contoh : Kyai, Lurah, Guru, Ketua RT/RW dan lain

sebagainya. (Kusnadi, Edi 2017).


2.5. Syarat-Syarat Perkawinan

Pasal 14 Rukun dan Syarat untuk melaksanakn perkawinan, yaitu:

1) Calon Suami; 2) Calon Isteri; 3) Wali Nikah 4) Dua orang saksi dan; 5)

Ijab dan Kabul. Syarat dan Rukun Perkawinan merupakan sebagian

hakikat perkawinan yang meliputi: 1) Calon pengantin laki-laki dan

perempuan ; 2) wali dari pengantin perempuan ; 3) Saksi 4) Singhat (aqad

nikah/ijab dan qabul). Elmubarok (2013: 162).

Semuanya itu adalah sebagaian dari hakikat perkawinan dan tidak

akan terjadi perkawinan itu kalau tidak ada semua unsur tersebut,

walaupun hanya kruang sedikit saja maka perkawinan tidak dapat

dilaksanakan, adapun syarat perkawinan adalah sesuatu yang mesti ada

dalam perkawinan tapi tidak termasuk salah satu bagian dari hakikat

perkawinan itu seperti syarat wali : laki-laki, baligh, berakal, adil, merdeka

dan sebagainya.

Kebebasan suatu perkawinan merupakan suatu hal sangat prinsipil,

karena berkaitan erat dengan akibat-akibat perkawinan, baik yang

menyangkut dengan anak (keturunan) maupun yang berkaitan dengan

harta . Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkaiwnan telah

merumuskan kriteria kebebasan suatu perkawinan, yang diatur dalam Pasal

2, sebagai berikut : 1). Pekawinan adalah sah apabila dilakukan menurut

hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu; 2) Tiap-tiap

perkawinan dicatat menurut peraturan undang-undang yang berlaku.

Anshary (2015: 5).


a. Menurut UU No. 1 Tahun 1974 syarat-syarat perkawinan tercantum pada

Pasal 6 dan Pasal 7 adalah sebagai berikut :

1. Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon

mempelai.

2. Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai

umur 21 tahun harus mendapat izin kedua orang tua.

3. Dalam hal salah seorang dari kedua orang tua telah meninggal

dunia atau dalam keadaan tidak mampu menyatakn kehendaknya,

maka izin dimaksud ayat (2) pasal ini cukup diperoleh dari orang

tua yang masih hidup atau dari orang tua yang mamou menyatakan

kehendaknya.

4. Dalam hal kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam

keadaan tidak mampu untuk menyatakan kehendaknya, maka izin

diperoleh dari wali, orang yang memelihara atau keluarga yang

memounyai hubungan darah dalam garis keturunan lurus ke atas

selama mereka masih hidup dan dalam keadaan dapat menyatakan

kehendaknya.

5. Dalam hal ada perbedaa pendapat antara orang-orang yang disebut

dalam ayat (2), (3) dan (4) pasal ini, atau salah seorang atau lebih

diantara mereka tidak menyatakan pendapatnya, maka Pengadilan

dalam daerah hukum tempat tinggal orang yang akan

melangsungkan perkawinan atas permintaan orang tersebut dapat


memberikan izin setelah lebih dahulu mendengar orang-orang

tersebut dalam ayat (2), (3), dan (4) pasal ini,

6. Ketentuan tersebut ayat (1) sampai dengan ayat (5) pasal ini

berlaku sepanjang hukum masing-masing agamanya dan

kepercayaannya itu dari yang bersangkutan tidak menentukan lain.

b. Syarat-syarat perkawinan menurut pasal 7 UU No.1 Tahun 1974 yaitu :

1. Perkawinan hanya di izinkan jika pihak pria sudah mencapai umur

19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun.

2. Dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini dapat

meminta dispensasi kepada pengadilan atau pejabat lain yang

ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun pihak wanita.

3. Ketentuan-ketentuan mengenai keadaan salah seorang atau kedua

orang tua tersebut dalam pasal 6 ayat (3) dan (4) UU ini, berlaku

dalam hal permintaan dispensasi tersebut ayat (2) pasal ini dengan

tidak mengurangi yang dimaksud dalam pasal 6 ayat (6).

2.6. Dampak Pernikahan Usia Dini

Dampak yang ditimbulkan akibat pernikahan dini pada umumnya

lebih banyak dialami oleh perempuan. Diantaranya yaitu komplikasi pada

saat kehamilan, hilangnya kesempatan mendapatkan pendidikan,

kekerasan dalam rumah tangga dan kemiskinan. Selain itu pernikahan usia

dini memiliki beberapa dampak dari aspek kesehatan, aspek psikologis,


aspek sosial dan aspek kependudukan (BKKN, 2012). Aspek–aspek

tersebut dikarenakan pernikahan usia dini belum siap secara fisik dan

psikis.

Beberapa dampak terhadap aspek tersebut sebagai berikut :

2.6.1 Aspek Kesehatan

Pernikahan usia dini merupakan pernikahan yang dilakukan

dibawah usia 20 tahun pada perempuan. Menurut WHO batas usia

remaja usia yaitu 10-20 tahun. Sedangkan menurut Departemen

Kesehatan adalah mereka yang berusia 10-19 tahun dan belum kawin.

Perempuan apabila di usia 10-20 tahun yang sudah menikah dapat

berpengaruh pada kesehatan remaja tersebut, hal ini dikarenakan pada

masa ini terjadi suatu perubahan fisik yang cepat disertai banyak

perubahan, termasuk didalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi

(Organ seksual) untuk mencapai kematangan yang ditunjukan dengan

kemampuan melaksanakan fungsi Reproduksi. (Kumalasari,

Andhyantoro, 2012).

Beberapa risiko terhadap kesehatan perempuan dan risiko apabila

mengalami kehamilan diantaranya:

1) Berat Bayi Lahir Rendah

Peningkatan risiko berat badan lahir rendah merupakan

aspek medis yang paling penting pada kasus kehamilan pada remaja.

Makin muda usia remaja yang hamil maka semakin besar

kemungkinan akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah.


Selain berat badan lahir rendah banyak faktor diyakini menjadi

penyebab peningkatan kematian dan kesakitan bayi dan para ibu

remaja, seperti jarak kelahiran anak, status sosial ekonomi, ras,

tingkat pendidikan, ketersedian sarana prasarana kesehatan.

(Sharoon J.Reeder, 2011).

2) Anemia

Anemia adalah masalah kesehatan dengan prevalensi

tertinggi pada wanita hamil. Prevalensi anemia pada ibu hamil di

Indonesia 70 %, atau 7 dari 10 wanita hamil yang menderita anemia

(Arief, 2008). Anemia pada ibu hamil diusia muda disebabkan oleh

kurangnya pengetahuan ibu akan pentingnya gizi pada saat hamil

diusia muda. Hal ini disebabkan seorang ibu yang mengalami

anemia memerlukan tambahan zat besi dalam tubuh, fungsinya untuk

meningkatkan jumlah sel darah merah dalam membentuk sel darah

merah janin dan plasenta. Sehingga lama kelamaan seorang yang

kehilangan sel darah merah akan menjadi anemia. (Rohan dan

Siyoto, 2013).

Risiko anemia pada ibu hamil apabila dianggap sepele dapat

menyebabkan antara lain keguguran, persalinan yang lama,

pendarahan pasca melahirkan, bayi lahir prematur, dan kemungkinan

bayi lahir dengan cacat. Gejala yang dirasakan oleh ibu hamil

apabila terkena anemia diantaranya cepat lelah, kulit pucat, badan


sering gemetar, mudah mengantuk, mata berkunang-kunang dan

kepala sering pusing. (Zerlina Lalage, 2013)

3) Persalinan Sulit

Persalinan yang lama disebabkan karena adanya komplikasi

ibu maupun janin. Penyebab dari persalinan lama dipengaruhi oleh

kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan kekuatan his saat

melahirkan. Hal ini dikarenakan reproduksi perempuan belum siap

menerima kehamilan sehingga dapat menimbulkan berbagai

kompikasi. (Rohan,Siyoto, 2013).

4) Kanker Serviks

Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah kanker

yang banyak menyerang wanita di seluruh dunia. Salah satu faktor

yang berhubungan dengan kanker mulut rahim adalah aktivitas

seksual yang terlalu muda (<16 Tahun). Sel kolumnar serviks lebih

peka terhadap metaplasma selama usia dewasa dengan demikian,

wanita yang berhubungan seksual sebelum usia 18 tahun akan

berisiko terkena kanker serviks lima kali lipat (Rasjidi Imam, 2010).

Perilaku seksual merupakan faktor risiko kanker serviks

ini dikarenakan berhubungan seks dengan laki-laki berisiko tinggi,

atau laki-laki yang mengidap penyakit kandiloma Akuminatum di

penisnya (Widyastuti,2009).
Sebesar 25% responden melakukan aktivitas seksual

pada usia dini atau sebelum usia 20 tahun. Hubungan seksual

seseorang idealnya dilakukan setelah seseorang wanita benar-benar

matang. Kematangan yang dimaksud bukan hanya dilihat dari sudah

menstruasi atau belum. Kematangan juga bergantung pada sel-sel

mukosa baru matang setelah wanita berusia 20 tahun ke atas.

(Ridhaningsih, Djannah Siti Nur, 2011).

5) Penyakit Menular Seksual

Penyakit menular seksual adalah IMS (Infeksi Menular

Seksual) adalah penyakit-penyakit yang timbul atau ditularkan

melalui hubungan seksual dengan manifestasi klinis berupa

timbulnya kelainan-kelainan terutama pada alat kelamin.

(Widoyono, 2008).

Keterlambatan deteksi dini PMS dapat menimbukan

berbagai komplikasi misalnya kehamilan diluar kandungan, kanker

anogenital, infeksi bayi yang baru lahir atau infeksi pada kehamilan.

Gejala-gejala umum PMS pada wanita diantaranya keluarnya cairan

pada vagina atau terjadi peningkatan keputihan, rasa perih dan nyeri

atau panas saat kencing, adanya luka basah disekitar kemaluan,

gatal-gatal disekitar alat kelamin, sakit saat berhubungan seks,

mengeluarkan darah setelah berhubungan seks.Mudanya usia saat


melakukan hubungan seksual pertama kali dapat meningkatkan

resiko tertularnya infeksi menular seksual. (Marmi, 2014).

2.6.2 Aspek Psikologis

Kesiapan psikologis diartikan sebagai kesiapan individu dalam

menjalankan peran sebagai suami atau istri kesiapan psikologis sangat

diperlukan dalam memasuki kehidupan perkawinan agar pasangan siap

dan mampu menghadapi berbagai masalah yang timbul dengan cara yang

bijak, tidak mudah bimbang dan putus asa. Kematangan emosi merupakan

salah satu aspek psikologis yang sangat penting untuk menjaga

kelangsungan pernikahan. Hal tersebut yang menjadi salah satu alasan

perempuan menikah pada usia minimal 20 tahun dan bagi laki-laki 25

tahun karena hal ini dapat mendukung pasangan untuk dapat menjalankan

peran baru dalam keluarga yang akan dibentuknya agar perkawinan yang

dijalani selaras, stabil dan pasangan dapat merasakan kepuasan

dalam perkawinannya (BKKBN, 2013).

Pengaruh perubahan psikologis pada ibu hamil terhadap

bayi yang dikandung. Masalah psikologis ibu berpengaruh pada kondisi

janin yang dikandungnya. Jika masalah ini terjadi saat trisemester pertama

akan berpengaruh fatal pada proses pembentukan organnya. Selain itu

trauma dan stress berkepanjangan akan menyebabkan anak hiperaktif dan

dapat memicu kelahiran prematur dan tidak berkembangnya janin. (Hasan

Hasdianah dan Rohan,2013).


2.6.3 Aspek Sosial

Fenomena sosial ini berkaitan dengan faktor usia budaya

dalam masyarakat patriarki yang bias gender yang menempatkan

perempuan pada posisi yang rendah dan hanya dianggap pelengkap seks

laki-laki saja. Kondisi ini sangat bertentangan dengan ajaran & norma

apapun termasuk agama. Kondisi ini hanya akan melestarikan budaya

patriarki yang bias gender yang akan melahirkan kekerasan terhadap

perempuan. Seringnya terjadi pertengkaran biasanya banyak dialami oleh

pasangan suami istri tidak hanya yang masih muda melainkan bagi yang

telah berpengalaman sekalipun. Namun, dalam perjalanannya pertengkaran

yang sering terjadi biasanya lebih kepada hal-hal pribadi seperti kurang

sepaham dalam pengambilan keputusan dalam menentukan sesuatu.

Adapun penyebab terjadinya pertengkaran itu sendiri dilatar belakangi

beberapa hal diantranya:

a) Tidak adanya pengalaman hidup berumah tangga.

b) Kedua belah pihak memiliki harapan yang terlampau tinggi.

c) Saling berprasangka buruk.

d) Hasrat untuk berkuasa dan mendominasi.

e) Tidak adanya ketegaran.

f) Tidak adanya saling pengertian.

g) Tujuan dan sebab-sebab material.

h) Tutur kata yang buruk.


i) Hilangnya kemesraan.

Dari beberapa latar belakang terjadinya pertengkaran dalam rumah

tangga, dapat saya uraikan dengan lebih rinci yaitu mulai dari tidak adanya

pengalaman hidup berumah tangga. Hal ini dilatarbelakangi karena

ketidaktahuan masyarakat akan pentingnya pernikahan dan kematangan

dalam merangkai keinginan untuk hidup berumah tangga secara harmonis.

a. Terjadinya Perceraian

Melihat dari kesiapan mempelai sebuah pernikahan yang dilakukan

banyak mengandung unsur negatif karena tidak adanya kesiapan dari

kedua pihak, baik kesiapan mental, materi, dan biologis. Perceraian itu

sendiri merupakan perbuatan yang sangat dibenci oleh Allah. Hal ini

dapat dilihat pada sabda Rasulullah SAW bahwa talak atau perceraian

adalah perbuatan halal tetapi sangat dibenci oleh Allah.

b. Dampak terhadap Anak-Anaknya

Sebagian besar masyarakat yang melakukan pernikahan muda atau

pernikahan dibawah umur akan membawa dampak terhadap buah hati

kedepannya. Bagi wanita yang melangsungkan perkawinan dibawah

usia 20 tahun, akan mengalami gangguan-gangguan pada

kandungannya yang dapat membahayakan kandungan dari mempelai

putri.
125

Pengetahuan Responden

Tingkat Pendapatan Orang Tua

Faktor Predisposisi Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat Kepercayaan Orang Tua Pernikahan Dini Pada Remaja Putri

Ketersediaan sarana,prasarana kesehatan(Puskesmas,Polindes,Po syandu Remaja,Karang Taruna)

Faktor Pemungkin (Enabling)

Keterjangkauan fasilitas kesehatan bagi masyarakat

Faktor Pola Pikir Masyarakat Dampak : Aspek Kesehatan Aspek Psikologis


Faktor Pendorong (Reinforcing) Aspek Sosial
Faktor Hamil Diluar Nikah

Sikap dan Perilaku Tokoh masyarakat dan Tokoh Agama

Sikap dan Perilaku Petugas Kesehatan


Sumber: (Modifikasi Teori Lawrence Green
dalam Notoadmojo, 2011)

Gambar 2.1 Kerangka teori Faktor-faktor


yang mempengaruhi pernikahan dini
pada remaja putri.
125

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep disajikan dalam bentuk bagan yang berisi suatu

rangkaian konstruk atau konsep, definisi dan proposisi yang saling

berhubungan yang menyajikan pandangan sistemastis tentang suatu

fenomena dengan mencirikan hubungan antara variabel-variabel dengan

tujuan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena tersebut.

Kerangka konsep adalah hubungan antara konsep-konsep yang

ingin diamati dan di ukur melalui penelitian. Kerangka konsep terdiri dari

variabel bebas dan variabel terikat. Kerangka konsep dari peneliti ini yang

berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pernikahan Dini Pada

Remaja Putri Di Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi” sebagai

berikut :
Variabel Bebas Variabel terikat
(independent (dependent variabel)
variabel)

Pengetahuan Responden

Tingkat Pendapatan Orang Tua


Pernikahan Dini Pada Remaja Putri
Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat Kepercayaan Orang Tua

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Pada gambar 3.1 dijelaskan bahwa variabel bebas yang akan di

teliti meliputi empat diantaranya yaitu, Pengetahuan, Tingkat pendapatan

orang tua, Tingkat Pendidikan, Tingkat Kepercayaan Orang Tua. Sedangkan

variabel terikat yaitu Pernikahan Dini Pada Remaja Putri.

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah pernyataan dugaan tentang hubungan antara dua

variabel atau lebih yang menghubungkan variabel satu dengan variabel lain

(Rosjidi, 2013). Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah

penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis

menyatakan hubungan apa yang kita cari atau ingin kita pelajari. Hipotesis

adalah keterangan sementara dari hubungan fenomena yang kompleks, oleh

karena itu hipotesis menjadi sangat penting dalam sebuah penelitian

(Nasir,2011).

47
Ditinjau dari operasi rumusannya, ada dua jenis hipotesis yaitu:

1. Hipotesis nol atau hipotesis nihil, hipotesis ini dituliskan dengan “Ho”

adalah hipotesis yang meniadakan perbedaan antar kelompok atau

meniadakan hubungan sebab akibat antar variabel.

2. Hipotesis Ha, hipotesis ini ditulis dengan “Ha”. Hipotesis ini digunakan

untuk menolak atau menerima hipotesis nihil (nol). Hipotesis ini

menyatakaannya adanya hubungan antar variabel.

Dari penjelasannya diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Ha : Ada hubungan antara pengetahuan responden terhadap

pernikahan dini pada remaja putri di Kecamatan Kedunggalar

Kabupaten Ngawi.

2. Ha : Ada hubungan antara tingkat pendapatan orang tua di

Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi.

3. Ha : Ada hubungan antara tingkat pendidikan responden di

Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi.

4. Ha : Ada hubungan antara tingkat kepercayaan orang tua terhadap

pernikahan dini pada remaja putri di Kecamatan Kedunggalar

Kabupaten Ngawi.
BAB IV

METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian adalah cara mengetahui sesuatu untuk menemukan,

mengembangkan atau menguji kebenaran secara sistematik, logis dan empiris

menggunakan metode ilmiah. Secara singkat dikatakan metodologi penelitian

adalah ilmu yang mempelajari metode (cara) penelitian (Supardi, Surahman,

2014).

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang disusun sedemikian

rupa sehingga memberikan arah bagi peneliti untuk dapat memperoleh jawaban

terhadap pertanyaan atau masalah penelitian (Rosjidi, Isro’in, Wahyuni, 2017).

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif dengan desain studi case control. Pada studi case control, observasi

atau pengukuran terhadap variabel bebas dan terikat tidak dilakukan dalam satu

waktu, melainkan variabel terikat dilakukan pengukuran terlebih dahulu, baru

meruntut ke belakang untuk mengukur variabel bebas (Setiawan, Saryono, 2011).

Desain penelitian ini disebut juga penelitian retrospektif yaitu penelitian yang

berusaha melihat ke belakang (backward looking) artinya pengumpulan data

dimulai dari efek atau akibat yang telah terjadi (Notoatmodjo, 2012).
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian Case Control
Sumber : Notoatmodjo, 2010

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi Penelitian

Populasi (universe) adalah keseluruhan unit analisis yang

karakteristiknya akan diduga (Korompis, 2012). Populasi dalam

penelitian ini terdiri dari populasi kasus dan populasi kontrol yang

selanjutnya diambil sampel. Populasi keseluruhan remaja putri di

Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi yaitu sebanyak 1.167.

1) Populasi Kasus

Populasi kasus dalam penelitian ini yaitu remaja putri usia 16-20

tahun yang sudah melakukan pernikahan di kecamatan kedunggalar

kabupaten ngawi sejumlah 97 kasus pada bulan Januari-Desember

2018.
2) Populasi Kontrol

Populasi kontrol dalam penelitian ini adalah Remaja Putri yang

tidak menikah dini yang tinggal di sekitar rumah kasus pernikahan

dini.

4.2.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi yang ciri-cirinya diselidiki atau

diukur (Korompis, 2012). Besar sampel dihitung dengan menggunakan

rumus besar sampel uji hipotesis perbedaan dua proporsi menurut

Lameshow, 1997 dalam Awal, 2009 sebagai berikut :

(Z1− α⁄2 √2P2 (1 − P2 ) + Z 1− β √P 1 (1 − P 1 ) + P 2 (1 − P2 )) ²


n=
(P1 − P2 )²
Keterangan :
n = Besar sampel minimum.
Z1− α⁄
2 = Deviat baku alfa, nilai 1,96 (nilai Zα pada CI 95%, α = 0,05).
Z 1− β = Deviat baku beta, nilai 0,842 (nilai Zβ pada power 80%).
P2 = Proporsi paparan kelompok kontrol.
(OR) P2
P1 = (OR) P + (1− P )
2 2

= Proporsi paparan kelompok kasus


OR = Odds Ratio berdasarkan faktor resiko penelitian sebelumnya.

Jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan tingkat

kepercayaan 95% (α = 0,05) sehingga α sebesar 1,96 dengan power sebesar


80%, untuk β sebesar 0,862. Nilai OR dan P 2 diperoleh dari beberapa

penelitian sebelumnya. Perhitungan sampelnya sebagai berikut

Tabel 4.1 Nilai Odds Ratio Faktor-faktor yang Berhubungan dengan

Pernikahan Dini pada Remaja Putri.

No Variabel P2 OR P1 ∑ Sampel
1. Pengetahuan 0,50 3,92 0,80 29
Tingkat Pendapatan Orang
2. 0,52 6,42 0,87 21
Tua
3. Tingkat Pendidikan 0,31 4,54 0,67 23
Tingkat Kepercayaan Orang
4. 0,20 8,51 0,68 13
Tua

Perhitungan sampel dilakukan pada jumlah perhitungan yang

paling besar yaitu variabel Pengetahuan dengan nilai OR = 3,92

(berdasarkan penelitian Siti Salamah, 2016) sehingga diperoleh

perhitungan sebagai berikut :

(OR) P2
P1 =
(OR) P2 + (1 − P2 )
(3,92)0,50
P 1=
(3,92) 0,50 + (1 − 0,50)
P 1 = 0,80

Sehingga diketahui P 2 = 0,50 P 1 = 0,80

(Z1− α⁄ √2P 2 (1 − P 2 ) + Z 1− β √P 1 (1 − P 1 ) + P 2 (1 − P 2 )) ²
2
n =
(P 1 − P 2 )²

(1,96 √2. 0,50(1 − 0,50) + 0,842 √0,80(1 − 0,80) + 0,50(1 − 0,80)) ²


n=
(0,80 − 0,50)²

n = 36

Dari perhitungan diatas didapatkan jumlah sampel minimum kasus yang

harus diambil sebanyak 36 orang, dengan perbandingan besar sampel antara


kasus : kontrol = 1 : 1, dimana sampel terdiri dari 36 responden sebagai

kelompok kasus dan 36 responden sebagai kelompok kontrol. Sehingga jumlah

sampel secara keseluruhan adalah 72 sampel.

Dalam menentukan sampel responden, peneliti memerlukan beberapa

kriteria sebagai berikut:

1) Kriteria inklusi.

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang harus dipenuhi setiap

masing-masing anggota populasi yang akan dijadikan sampel (Notoatmodjo,

2012).

2) Kriteria eksklusi.

Kriteria eksklusi adalah kriteria atau ciri-ciri anggota populasi yang tidak

bisa dijadikan sebagai sampel penelitian (Notoatmodjo, 2012).

Tabel 4.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Sampel Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi


Kasus 1. Responden Mampu 1. Responden Mengalami
Berkomunikasi. gangguan jiwa.
2. Orang tua atau keluarga 2. Responden sakit atau tidak
bersedia menjadi subjek berada di tempat saat
penelitian dengan menanda- pengambilan data.
tangani lembar persetujuan. 3. Responden tidak berdomisili
di Kecamatan Kedunggalar
Kabupaten Ngawi.

Kontrol 1. Responden Mampu 1. Responden Mengalami


Berkomunikasi gangguang jiwa.
2. Orang tua atau keluarga 2. Responden sakit atau tidak
bersedia menjadi subjek berada di tempat saat
penelitian dengan menanda- pengambilan data.
tangani lembar persetujuan. 3. Responden tidak berdomisili
di Kecamatan Kedunggalar
Kabupaten Ngawi.
4.3. Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan cara-cara yang di tempuh dalam

pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai

dengan keseluruhan subjek penelitian.

Teknik sampling atau cara pengambilan sampel akan di lakukan

dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode Simple Random

Sampling, pengambilan sampel secara Simple Random Sampling

diharapkan setiap anggota sub populasi memiliki kesempatan yang sama

untuk menjadi sampel, sehingga sampel yang di pilih dapat mewakili sub

populasi yang ada. (Notoadmodjo,S. 2010).

Simple random sampling adalah pengambilan sampel dengan cara

acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi. Cara

ini dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen, sebagai contoh

bila populasi homogen kemudian sampel diambil secara acak, maka akan

didapatkan sampel yang representative. Simple (sederhana) karena

pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2009).


Langkah – langkah simple random sampling yang dilakukan dengan

cara undian, adalah sebagai berikut :

a. Mendaftar semua anggota populasi

b. Kemudian masing – masing anggota populasi diberi nomor di sebuah

kertas kecil

c. Kertas – kertas kecil yang sudah diberi nomor kemudian digulung

d. Kertas yang sudah digulung dimasukkan kedalam suatu wadah (kotak

atau kaleng) yang dapat digunakan untuk mengundi sehingga tersusun

secara acak

e. Kemudian peneliti mengundi kertas yang sudah digulung satu persatu di

keluarkan dari wadah

f. Kemudian peneliti mencatat angka dari kertas yang satu persatu keluar

kemudian di kembalikan lagi kedalam wadah untuk diundi kembali, dan

seterusnya sampai memenuhi jumlah responden yang dibutuhkan.


4.4 Kerangka Kerja Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini kerangka kerja penelitian sebagai

berikut :

Populasi :
. Populasi Kasus, yaitu Remaja Putri usia 16-20 yang melakukan pernikahan
dini, Populasi Kontrol, Remaja putri yang tidak melakukan pernikahan dini di
Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi

Sampel:
Sampel penelitian berjumlah 72 sampel dengan
pembagian 36 responden sebagai kelompok kasus dan
36 responden sebagai kelompok kontrol

Teknik Sampling : simple random sampling

Desain penelitian kuantitatif dengan


menggunakan metode Case Control

Pengumpulan data menggunakan


kuesioner

Pengolahan data menggunakan


Editing,Coding,Entry Data, Cleaning, Tabulating,
dengan uji chi square

Penyajian hasil dan kesimpulan

Gambar 4.2. Kerangka Kerja Penelitian


4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

4.5.1 Variabel Penelitian

Variabel sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran

yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tantang sesuatu

konsep pengertian tertentu.

Penjelasan variabel-variabel tersebut adalah :

1. Variabel Bebas (Variabel Independent)

Variabel Independent merupakan variabel yang menjadi sebab

timbulnya atau berubahnya variabel dependent (terikat). Sehingga

variabel Independent dapat dikatakan sebagai variabel yang

mempengaruhi (Ria Puspitasari,2016).

Variabel Independent dalam penelitian ini adalah pengetahuan

responden,tingkat pendapatan orang tua, tingkat pendidikan responden,

tingkat kepercayaan orang tua.

2. Variabel Terikat (Variabel Dependent)

Variabel terikat (dependent) merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel

independent (bebas). Variabel dependent dalam penelitian ini adalah

Pernikahan Dini Pada Remaja Putri di Kecamatan Kedunggalar

Kabupaten Ngawi.
4.5.2 Definisi Operasional Variabel.

Definisi operasional dari setiap variabel penelitian ini dapat dilihat pada

tebel berikut :

Tabel 4.3 Definisi Operasional Variabel

Variab
Skal
el Alat
Definisi Operasional Parameter a Coding
Peneliti Ukur
an data
1 2 3 4 5 6
Indepe Pengetahuan adalah hasil 1. Pengetahuan
ndent : penginderaan manusia, atau masyarakat dikatakan 0=
Pengeta hasil tahu seseorang terhadap Baik jika ≥ 50% Pengetahuan
huan obyek melalui indera yang jawaban benar Rendah
dimilikinya (mata, hidung,
telinga dan sebagainya). 1=
2. Pengetahuan
Sehingga dapat disimpulkan Pengetahuan
masyarakat
bahwa pengetahuan Baik
dikatakan Rendah No
masyarakat adalah hasil dari Kuesi
jika < 50% jawaban min
pengindraan yang oner
benar (Sunyoto, al
menghasilkan pengetahuan
Danang, 2013).
serta mempengaruhi intensitas
perhatian dan persepsi
terhadap objek yaitu terkait
dengan pernikahan usia dini di
Kecamatan Kedunggalar
Kabupaten Ngawi
(Notoatmodjo, 2010).
Tingkat Upah yang diterima orang tua Peraturan Melih
Pendap dari hasil bekerja di suatu gubernur jatim at dari 0 = Di Bawah
atan instansi pemerintah, (Nomor 72 tahun pengh UMK
Orang swasta,dan berwiraswasta 2014 tentang asilan
Tua UMK) di orang 1 = Di Atas
kabupaten ngawi tua No UMK
tahun 2018 perbul min
Rp.1.196.000,00 an, al
dari
jawab
an
kuesi
oner
Variab
Skal
el Alat
Definisi Operasional Parameter a Coding
Peneliti Ukur
data
an
1 2 3 4 5 6
Tingkat Sekolah formal 1. Pendidikan Melih Kurang 0= SD-
Pendidi terakhir yang dasar at dari SMP
kan pernah ditempuh (SD/Sederajat ijazah
oleh seseorang SMP/ terakh Baik 1= SMA,
Sederajat) ir Perguruan
No
2. Pendidikan respo Tinggi.
min
Menengah nden
al
(SMA/Sederajat).
3. Perguruan
Tinggi

Tingkat Keyakinan 0= Percaya


Keperc seseorang 1= Tidak
ayaan terhadap apa yang Percaya
Orang dipercayai tentang
Tua pernikahan usia
Bagian psikologis yang terdiri
dini (mitos/budaya
dari keadaan pasrah untuk
setempat) No
menerima kekurangan Kuesi
Percaya min
berdasarkan harapan positif oner
Jika Total skor > al
bagi pengambilan keputusan
mean
perilaku orang lain
2.Tidak percaya
jika total
skor < mean
Mean : 0,64

Variab Pernikahan yang di lakukan Melih


1. Menikah Dini
el oleh sepasang laki-laki dan at dari 0 = Kasus
usia 16-20 tahun.
Depend perempuan. Perempuan buku (Menikah Dini
(Kasus)
ent: dikatakan melakukan nikah Usia 16-20
pernikahan usia dini apabila respo Tahun)
2.Tidak Menikah No
Pernika menikah dibawah usia 20 nden
= Remaja usia dini min
han tahun. (BKKBN,2013) dan 1 = Kontrol
yg belum menikah al
Dini dari (Tidak Menikah
di Kecamatan
jawab Dini Usia 16-20
Kedunggalar.
an Tahun).
(Kontrol)
Kuesi
oner
125

4.6. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik (cermat, lengkap dan sistematis) sehingga lebih mudah

diolah (Ria Puspitasari, 2016).

Dalam penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa

kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya atau hal-hal yang di ketahui, dalam pengisian kuesioner terdapat

beberapa instrumen yang dibutuhkan, adapun instrumen yang dibutuhkan

adalah sebagai berikut :

1. Kuesioner atau angket, yaitu yang digunakan sebagai alat ukur atau

instrumen pengumpulan data oleh peneliti.

2. Buku Catatan, yaitu digunakan untuk menuliskan hal – hal penting yang

dapat dijadikan sebagai point dalam penelitian

3. Alat Rekam, bisa terdiri dari kamera, video, atau perekam suara, alat

rekam akan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data dengan

persetujuan respondem untuk direkam.

4. Bolpoin, yang digunakan untuk menjawab atau mengisi kuesioner.

5. Peneliti, yaitu merupakan instrumen penelitian yang sangat penting bagi

berjalannya sebuah penelitian.

Sebelum kuesioner digunakan dalam penelitian ini, kuesioner diuji coba

terlebih dahulu dengan mengukur validitas dan reabilitas kuesioner tersebut.


4.6.1. Pengukuran Uji Validitas

Melakukan uji validitas instrumen menggunakan rumus korelasi

product moment. Penentuan kevalidan suatu instrumen diukur dengan

membandingkan r hitung dengan r tabel. Adapaun penentuan disajikan

sebagai berikut :

1. r hitung > r tabel = Valid

2. r hitung< r tabel = Tidak Valid

Melakukan uji validitas pada penelitian ini dengan melibatkan 20

responden masyarakat Kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi dengan

kuesioner sejumlah 16 butir pertanyaan. Maka nilai r tabel diperoleh yaitu

0,444. Butir pertanyaan dikatakan valid jika r hitung > r tabel. Dapat

dilihat dari hasil output analisis dibawah ini sesuai variabel yang

digunakan :

1. Variabel Pengetahuan Responden

Tabel. 4.4 Data Validitas Variabel Pengetahua Responden.


Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
P1 0,573 0,444 Valid
P2 0,555 0,444 Valid
P3 0,729 0,444 Valid
P4 0,538 0,444 Valid
P5 0,599 0,444 Valid
P6 0,685 0,444 Valid
P7 0,649 0,444 Valid
P8 0,599 0,444 Valid

61
Sumber : Data primer uji validitas instrumen penelitian.

2. Variabel Kepercayaan Orang Tua

Tabel 4.5 Data Validitas Variabel Kepercayaan Orang Tua.

Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan


P1 0,772 0,444 Valid
P2 0,581 0,444 Valid
P3 0,606 0,444 Valid
P4 0,563 0,444 Valid
P5 0,630 0,444 Valid
P6 0,651 0,444 Valid
P7 0,548 0,444 Valid
P8 0,692 0,444 Valid
Sumber : Data primer uji validitas instrumen penelitian.

Di simpulkan dari kedua tabel diatas bahwa keseluruhan dari 16

pertanyaan kuesioner dinyatakan valid semua dan dinyatakan layak untuk

digunakan sebagai alat pengumpulan data pada sumber penelitian yang akan

dilakukan.

4.6.2. Pengukuran Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dapat dilihat dari cronbach alpha, jika nilai alpha >0,60

maka kontruk pernyataan yang merupakan dimensi variabel adalah reliabel.

Perhitungan menggunakan reliabilitas α-Cronbach, dengan koefisien

reliabilitas α yang angkanya berada dalam rentang 0-1,00. Semakin tinggi

koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti reliabel (Notoadmodjo,

2012).
Tabel 4.6 Nilai Alpha Cronbach’s
Nilai Alpha Cronbach’s Kualifikasi Nilai
0,00-0,20 Kurang reliabel
0,21-0,40 Lumayan reliabel
0,41-0,60 Cukup reliabel
0,61-0,80 Reliabel
0,81-1,00 Sangat reliabel
Sumber: Hair er al, 2010
Melakukan uji reliabel pada penelitian ini dengan melakukan

analisis pada 16 pertanyaan yang valid dapat dilihat dari hasil analisis

output dibawah ini :

1) Variabel Pengetahuan Reponden


Tabel 4.7 Data Reliabilitas Variabel Pengetahuan Responden
Crobanch alpha r tabel Keterangan
0,768 0,444 Reliabel
Sumber : Data primer uji reliabilitas instrumen penelitian.

2) Variabel Kepercayaan Orang Tua


Tabel 4.8 Data Reliabilitas Variabel Kepercayaan Orang Tua
Crobanch alpha r tabel keterangan
0,799 0,444 Reliabel
Sumber : Data primer uji reliabilitas instrumen penelitian.

Disimpulkan dari tabel diatas diperoleh hasil dari r hitung > r tabel

maka dinyatakan valid. Berdasarkan uji reliabilitas didapatkan hasil cronbach

alpha sebesar 0,768 dan 0,799 yang artinya reliabel.


Sehingga 16 pertanyaan dalam kuesioner penelitian ini yang telah

dinyatakan valid dalam uji validitas dan reliabilitas dinyatakan layak dan dapat

digunakan sebagai alat pengumpulan data pada sasaran sampel penelitian yang

akan dilakukan.

4.7. Lokasi dan Waktu Penelitian

A. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi.

B. Waktu Penelitian

Berikut jadwal kegiatan penelitian yang akan dilakukan adalah

berikut:

Tabel 4.9 Waktu Penelitian di Kecamatan Kedunggalar Kabupaten


Ngawi.

No. Kegiatan Waktu


1. Pengajuan Judul 24 Januari 2019
Diterima
2. Penyusunan BAB 1 15 Februari 2019
3. Penyusunan BAB 2 & 27 Maret 2019
3
4. Penyusunan BAB 4 12 April 2019
5. Ujian Proposal 30 April 2019
6. Uji Validitas 22 Mei 2019
7. Penelitian 21 Juni 2019
8. Penyusunan BAB 5&6 10 Juli 2019
9. Seminar Hasil 01 Agustus 2019

4.8 Prosedur Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adala data primer dan data

sekunder.
1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya, data

primer ini diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner kepada responden

remaja putri yang sudah menikah dengan usia 16-20 tahun di

Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi, Penyebaran kuesioner ini

dilakukan dengan menyusun daftar pertanyaan, dengan cara responden

cukup menjawab pertanyaan pada kolom pengetahuan, tingkat

pendapatan orang tua, tingkat pendidikan, tingkat kepercayaan orang

tua.

2. Data sekunder yaitu data yang tidak didapat langsung dari sumbernya

melainkan di dapat dari pihak lain, data sekunder dalam penelitian ini di

peroleh dari KUA Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi.

4.9. Teknik Pengolahan Data dan Teknik Analisis Data

A. Teknik Pengolahan Data

Menurut (Notoatmodjo, 2012) langkah – langkah pengolahan data secara

manual pada umumnya adalah sebagai berikut :

1. Editing

Hasil wawancara, atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan

melalui kuesioner perlu disunting terlebih dahulu. Apabila masih ada data

atau informasi yang tidak lengkap dan tidak mungkin dilakukan

wawancara ulang, maka kuesioner tersebut dikeluarkan (drop out).

2. Coding
Setelah sekian kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya

dilakukan peng “kodean” atau “coding”, yakni mengubah data

berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

Pemberian kode pada data adalah menterjemahka data ke dalam kode-

kode yang biasanya dalam bentuk angka.

Tabel 4.10 Coding variabel penelitian


No. Variabel Coding Kategori
1. Pengetahuan 0 Rendah
1 Baik
2. Tingkat Pendapatan 0 Di Bawah UMK
Orang Tua 1 Di Atas UMK
3. Tingkat Pendidikan 0 Kurang
1 Baik
4. Tingkat Kepercayaan 0 Percaya
Orang Tua 1 Tidak Percaya
5. Pernikahan Dini 0 Kasus
1 Kontrol

3. Entry Data

Entry adalah jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang

dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program

atau “software” computer. Salah satu paket program yang paling sering

digunakan untuk “entry data” penelitian adalah paket program SPSS

for Windows.

4. Cleaning
Cleaning adalah apabila semua data dari setiap sumber data atau

responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat

kemungkinan - kemungkinan adanya kesalahan - kesalahan kode,

ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan

atau koresi.

5. Tabulating

Tabulating adalah pekerjaan membuat tabel. Semua jawaban yang

telah diberi kode kemudian dimasukkan ke dalam tabel. Untuk

selanjutnya data dibuat dalam bentuk tabel untuk mendeskripsikan hasil

perhitungan, setelah itu membuat interpretasi hasil pengolahan tersebut

dalam bentuk naratif sesuai hasil perhitungan data.

B. Teknik Analisis Data

Analisis Data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel

dan jenis responden, mentabulasikan data berdasarkan dari variabel seluruh

responden, menyajikan data tiap variabel yang di teliti, melakukan

perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diujikan (Sugiyono, 2009).

Penelitian ini menggunakan system computer SPSS dalam

perhitungannya. Adapun analisis data dalam penelitian ini meliputi :

1. Analisa Univariat

Analisa univariate bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya


dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase

dari setiap variabel .(Notoatmodjo, 2010)

Analisis ini digunakan untuk menggambarkan distribusi dan

presentase dari tiap-tiap variabel yaitu, Pengetahuan, Tingkat Pendapatan

Orang tua, Tingkat Pendidikan, dan Tingkat Kepercayaan Orang tua.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dengan menggunakan uji untuk mengetahui hubungan

yang signifikan antar masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat.

Pada analisis bivariat terdapat 2 uji yaitu parametrik dan non parametrik

(Saryono, 2013).

Syarat – syarat yang terdapat pada Uji Chi Square adalah sebagai

berikut :

a. Sampel dipilih secara acak

b. Setiap sel paling sedikit berisi frekuensi harapan sebesar 1. Sel – sel dengan

frekuensi harapan kurang dari 5 tidak melebihi 20% dari total sel

c. Besar sampel sebaiknya > 40

Syarat yang terdapat pada uji chi-square apabila tidak memenuhi syarat

digunakan uji alternatif yaitu uji fisher exact (Dahlan, 2017)

d. Untuk tabel 2x2 gunakan chi-square dengan korelasi Yates (Chi Square

with continuity correction).

e. Bila tabel 2x2, dan ada nilai E<5 maka uji yang dipakai adalah Fisher’s

Excat Test.
f. Bila tabelnya lebih dari 2x2 maka digunakan uji Pearson Chi Square.

Analisis data dilakukan menggunakan proses SPSS. Keputusan hasil uji

statistik dengan membandingkan nilai p (p-value) dan nilai α(0,05),

ketentuan yang berlaku adalah sebagai berikut :

1) Jika p-value ≤ 0,05 berarti H0 ditolak H1 diterima sehinga antara kedua

variabel ada hubungan yang bermakna

2) Jika p-value > 0,05 berarti H0 diterima H1 ditolak,sehingga antara kedua

variabel tidak ada hubungan yang bermakna.

Jika dengan Uji Chi Square (x2) terbukti terdapat hubungan, untuk

menentukan kuatnya hubungan dapat dianalisis dengan pendekatan

Confisien contingency dan Odds Ratio. Penulis menyarankan untuk

memakai pendekatan analisis Odds Ratio (OR) karena kuatnya hubungan

dapat dilihat secara nyata. Odds Ration (OR) dihitung dengan cara

membagi prevalens efek pada kelompok dengan faktor risiko dengan

prevalen efek pada kelompok tanpa faktor risiko.

Cara memberi makna terhadap perhitungan nilai OR : Interpretasi

nilai OR harus disertai nilai interval kepercayaan (confidence interval)

sesuai yang dikehendaki. Nilai interval kepercayaan (IK) menentukan

apakah OR bermakna atau tidak. Cara menghitung IK dapat dilihat

dibuku-buku statistika dan tersedia pada program computer, yang

terpenting IK harus dihitung dan diinterpretasikan dengan benar.

Interpretasi hasil OR sebagai berikut :


a) Apabila nilai OR (Odds Ratio) = < 1, artinya faktor yang diteliti

merupakan faktor tidak beresiko untuk kejadian efek.

b) Apabila nilai OR > 1, artinya faktor yang diteliti merupakan faktor

resiko.

c) Apabila nilai OR = 1, artinya faktor yang diteliti bukan merupakan

faktor resiko dan justru merupakan faktor protektif (mengurangi

kejadian penyakit).

d) Derajat kepercayaan (Confidence Interval 95%), batas kemaknaan

α = 0,05 (5%).

a) Jika CI melewati angka 1 artinya faktor yang diteliti merupakan

bukan faktor resiko.

b) Jika CI tidak melewati angka 1 artinya faktor yang diteliti faktor

resiko.

4.10. Etika Penelitian

4.10.1 Etika Penelitian

Peneliti dalam melakukan penelitian hendaknya memegang teguh sikap

ilmiah (scientific attitude) serta berpegang teguh pada etika penelitian,

diantaranya yaitu :

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity).

Peneliti perlu memeprtimbangkan hak-hak subjek penelitian

(responden) untuk mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti

melakukan penelitian. Disamping itu, penelitian memberikan kebebasan

kepada subjek untuk memberikan informasi atau tidak membrikan


informasi. sebagai ungkapan, peneliti menghormati harkat dan martabat

subjek penelitian, peneliti seyogyanya mempersiapkan formulir

persetujuan subjek (inform consent).

a. Penjelasan manfaat penelitian.

b. Penjelasan kemungkinan resiko dan ketidak nyamanan yang di

timbulkan

c. Penjelasan manfaat yang di dapatkan.

d. Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang

diajukan subjek penelitian berkaitan dengan prosedur penelitian.

e. Pesetujuan subjek dapat mengundurkan diri sebagai objek

penelitian kapan saja .

f. Jaminan anonimitas dan kerahasiaan terhadap identitas dan

informasi yang diberikan oleh reponden.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for

privacy and confidentiality) .

Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi

dan kebebasan individu dalam memberikan informasi. peneliti tidak boleh

menampilkan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan identitas

subjek. Peneliti cukup menggunakan coding sebagai pengganti identitas

responden.

3. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice and

inclusiveness).
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan

kejujuran, keterbukaan dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan penelitian

perlu dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan,

menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan menjamin bahwa semua

subjek penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa

membedakan gender, agama, etnis, dan sebagainya.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harms and benefits).

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal

mungkin bagi masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada

khususnya. (Notoadmojdo, S. 2010).


BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Berdasarkan data di kantor Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi

secara administartif Kecamatan Kedunggalar terdiri dari 12 desa, yaitu Desa

Bangunrejo Kidul, Desa Begal, Desa Gemarang, Desa Jatigembol, Desa

Jenggrik, Desa Katikan, Desa Kawu, Desa Kedunggalar, Desa Pelang Lor,

Desa Wonokerto, Desa Wonorejo. Luas Wilayah Kecamatan Kedunggalar

Kecamatan Kedunggalar merupakan Kecamatan yang memiliki wilayah

paling luas yaitu sebesar 138,29 km2 atau 10,67 persen dan 129,65 km2 atau

(10,00%)

Sumber : Data Primer 2018

Letak geografis Kecamatan Kedunggalar berbatasan dengan:


Sebelah : Kecamatan Widodaren
Barat
Sebelah : Kecamatan Pitu
Utara
Sebelah : Kecamatan Paron
Timur
Sebelah : Kecamatan Jogorogo dan Kecamatan
Selatan Ngrambe
Kantor Urusan Agama (KUA), Kecamatan Kedunggalar terletak di Jalan

Slamet Riyadi Desa Kedunggalar KabupatenNgawi. Penelitian ini di

laksanakan pada tanggal 29 Juni - 04 Juli 2019 di seluruh desa di Kecamatan

Kedunggalar. Penelitian dilakukan dengan kunjungan dari satu rumah ke

rumah yang lain . Pengambilan data dilakukan dengan melakukan pengisian

kuesioner oleh responden dan observasi. Populasi keseluruhan remaja putri di

Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi yaitu sebanyak 1.167. Populasi

kasus dalam penelitian ini yaitu remaja putri usia 16-20 tahun yang sudah

melakukan pernikahan di kecamatan kedunggalar kabupaten ngawi sejumlah

97 kasus pada bulan Januari-Desember 2018. Sampel dalam penelitian ini yaitu

sampel kasus sebanyak 36 responden dan sampel kontrol sebanyak 36

responden.

5.2 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten

Ngawi. Waktu Penelitian berlangsung selama kurang lebih 5 bulan yang

dimulai dengan tahap persiapan, pembuatan proposal penelitian, sampai

dengan penyajian hasil penelitian. Penelitian dilakukan dengan kunjungan

dari satu rumah ke rumah yang lain. Pada penelitian ini dimana sampel

terdiri dari 36 responden sebagai kelompok kasus dan 36 responden sebagai

kelompok kontrol. Sehingga jumlah sampel secara keseluruhan adalah 72

sampel remaja usia 16-20 tahun yang berada di 12 desa di Kecamatan

Kedunggalar Kabupaten Ngawi. Pengambilan data dilakukan dengan


melakukan pengisian kuesioner oleh responden dan observasi. Adapun hasil

penelitian dapat di uraikan sebagai berikut :

5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia.


Tabel 5.1 Distribusi Responden Menikah dini Berdasarkan Usia.
No. Usia Frekuensi (%)
1. 16 6 8,3
2. 17 7 9,7
3. 18 4 5,6
4. 19 24 33,3
5. 20 31 43,1
Total 72 100,0
Sumber : Data Primer 2018
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa mayoritas usia menikah dini

yaitu pada usia 20 tahun sebanyak 31 orang (43,1%), sedangkan yang

terkecil yaitu pada usia 18 tahun sebanyak 4 orang (5,6%).

5.2.2 Analisis Univariat


1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Pengetahuan Responden di Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi
Tahun 2018.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Responden
Pengetahuan Frekuensi (%)
Rendah 50 69,4
Baik 22 30,6
Total 72 100,0
Sumber : Data Primer 2018
Berdasarkan tabel 5.2 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki

pengetahuan rendah yaitu sebanyak 50 orang (69,4%)


2. Distribusi Karakteristik Berdasarkan Pendapatan
Orang Tua.
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendapatan Orang Tua.
Pendapatan Orang Tua Frekuensi (%)
Di BawahUMK 37 51,4
Di Atas UMK 35 48,6
Total 72 100,0
Sumber : Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 5.3 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden

memiliki pendapatan dibawah UMK yaitu sebanyak 37 orang (51,4%)

3. Distribusi Karakteristik Berdasarkan Pendidikan Responden.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Responden.


Pendidikan Responden Frekuensi (%)
Kurang 42 58,3
Baik 30 41,7
Total 72 100,0
Sumber : Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 5.4 diatas di ketahui bahwa sebagian besar responden

memiliki pendidikan kurang yaitu sebanyak 42 orang (58,3%)

4. Distribusi Karakteristik Berdasarkan Kepercayaan Orang Tua.


Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kepercayaan Orang Tua.
Kepercayaan Orang Tua Frekuensi (%)
Tidak Percaya 22 61,1
Percaya 14 38,9
Total 72 100,0
Sumber : Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 5.5 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden tidak

percaya yaitu sebanyak 22 orang (61,1%)

5.2.3 Analisis Bivariat


Untuk menguji hubungan variabel bebas dengan variabel terikat digunakan uji

uji Chi-square dan untuk mengetahui besar faktor risiko digunakan analisis

Odds Ratio (OR). Berdasarkan Hasil Penelitian di kecamatan Kedunggalar

Kabupaten Ngawi diperoleh hasil bivariat dari masing-masing faktor risiko

kejadian pernikahan dini pada kasus dan kontrol sebagai berikut:

1. Hubungan antara Pengetahuan Responden dengan Pernikahan dini :


Tabel 5.6 Crostab Hubungan antara Pengetahuan dengan Pernikahan dini
Kasus Kontrol
Pengetahuan p-value OR 95% CI
n % n %
Rendah 31 86,1 19 52,8
0,005 0,180 0,057-0,569
Baik 5 13,9 17 47,2
Total 36 100,0 36 100,0

Berdasarkan tabel 5.6 diatas diketahui bahwa prosentase pengetahuan

responden masih rendah pada kelompok kasus sebanyak 31 orang (86,1%),

lebih besar dari kelompok kontrol yang hanya 19 orang (52,8%). Sedangkan

prosentase pengetahuan yang sudah baik pada kelompok kasus sebanyak 5

orang (13,9%), lebih kecil dari kelompok kontrol sebanyak 17 orang (47,2%).

Berdasarkan hasil Chi-Square yang sudah dilakukan, dilihat koreksi

(continuity correction) dengan (p-value 0,005) < 0,05 yang berarti ada

hubungan antara pengetahuan responden terhadap pernikahan dini di


Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi dengan nilai OR sebesar 0,18

memiliki resiko 0,18 kali lebih besar terhadap kejadian pernikahan dini pada

remaja dibandingkan dengan pengetahuan responden yang sudah baik (95%

CI = 0,057-0,569)

2. Hubungan Antara Pendapatan Orang Tua dengan Pernikahan dini

Tabel 5.7 Crostab Hubungan antara Pendapatan dengan Pernikahan dini

Kasus Kontrol
Pendapatan p-value OR 95% CI
n % n %
Dibawah UMK 25 69,4 10 27,8
0,001 5,909 2,137-16,342
Diatas UMK 11 30,6 26 72,2
Total 36 100,0 36 100,0

Berdasarkan tabel 5.7 diatas diketahui bahwa prosentase pendapatan

orangtua masih dibawah UMK pada kelompok kasus sebanyak 25 orang

(69,4%), lebih besar dari kelompok kontrol yang hanya 10 orang (27,8%).

Sedangkan prosentase pendapatan orang tua yang berada di atas UMK pada

kelompok kasus sebanyak 11 orang (30,6%), lebih kecil dari kelompok

kontrol sebanyak 26 orang (72,2%). Berdasarkan hasil Chi-Square yang

sudah dilakukan, dilihat koreksi (continuity correction) dengan (p-value

0,001) < 0,05 yang berarti ada hubungan antara pendapatan orang tua

terhadap pernikahan dini di Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi

dengan nilai OR sebesar 5,909 memiliki resiko 5,9 kali lebih besar terhadap
kejadian pernikahan dini pada remaja dibandingkan dengan pendapatan orang

tua yang sudah di atas UMK (95% CI = 2,137-16,342).

3. Hubungan antara Pendidikan Responden dengan Pernikahan dini


Tabel 5.8 Crostab Hubungan antara Pendidikan Responden dengan
Pernikahan dini.
Kasus Kontrol
Pendidikan p-value OR 95 % CI
n % N %
Kurang 22 61,1 8 22,2
0,002 5.500 1,958-15,447
Baik 14 38,9 28 77,8
Total 36 100,0 36 100,0

Berdasarkan tabel 5.8 diatas diketahui bahwa prosentase pendidikan

responden masih kurang pada kelompok kasus sebanyak 22 orang (61,1%),

lebih besar dari kelompok kontrol yang hanya 8 orang (22,2%). Sedangkan

prosentase pendidikan responden yang sudah baik pada kelompok kasus

sebanyak 14 orang (38,9%), lebih kecil dari kelompok kontrol sebanyak 28

orang (77,8%). Berdasarkan hasil Chi-Square yang sudah dilakukan, dilihat

koreksi (continuity correction) dengan (p-value 0,003) < 0,05 yang berarti

ada hubungan antara pendidikan responden terhadap pernikahan dini di

Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi dengan nilai OR sebesar 5,500

memiliki resiko 5,5 kali lebih besar terhadap kejadian pernikahan dini pada

remaja dibandingkan dengan pendidikan responden yang sudah baik (95% CI

= 1.958-15.447).
4. Hubungan antara Kepercayaan Orang Tua dengan Pernikahan dini

Tabel 5.9 Crostab Hubungan antara Kepercayaan Orang Tua dengan


Pernikahan dini.

Kasus Kontrol
Kepercayaan p-value OR CI(95%)
n % N %
Tidak Percaya 22 61,1 24 66,7
0,806 1,273 0,485-3,337
Percaya 14 38,9 12 33,3
Total 36 100,0 36 100,0

Berdasarkan tabel 5.9 diatas diketahui bahwa prosentase kepercayaan

orang tua dengan tingkat tidak percaya pada kelompok kasus sebanyak 22

orang (61,1%), lebih kecil dari kelompok kontrol yang 24 orang (66,7%).

Sedangkan prosentase kepercayaan orang tua yang memiliki tingkat percaya

pada kelompok kasus sebanyak 14 orang (38,9%), lebih besar dari kelompok

kontrol sebanyak 12 orang (33,3%). Berdasarkan hasil Chi-Square yang

sudah dilakukan, dilihat koreksi (continuity correction) dengan (p-value

0,806) < 0,05 yang berarti tidak ada hubungan antara kepercayaan orangtua

terhadap pernikahan dini di Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi

dengan nilai OR sebesar 1,273 memiliki resiko 1,2 kali lebih besar terhadap

kejadian pernikahan dini pada remaja dibandingkan dengan orangtua yang

percaya dengan pernikahan dini. (95% CI =1.958-15.447).


5.3 Pembahasan

5.3.1 Hubungan Pengetahuan Responden dengan Pernikahan Dini di

Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi.

Berdasarkan hasil penelitian dari 72 responden, diketahui

prosentase pengetahuan responden masih rendah pada kelompok kasus

sebanyak 31 orang (86,1%), lebih besar dari kelompok kontrol yang hanya

19 orang (52,8%). Sedangkan prosentase pengetahuan yang sudah baik

pada kelompok kasus sebanyak 5 orang (13,9%), lebih kecil dari

kelompok kontrol sebanyak 17 orang (47,2%).

Hasil analisis uji Chi Square dapat diketahui nilai p-value =

(0,005) < α (0,05) maka H1 diterima H0 ditolak, maka hasilnya adalah ada

hubungan antara pengetahuan responden dengan pernikahan dini pada

remaja putri di Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi.

Dengan Nilai OR= 0,180 dan CI (95%)= 0,057-0,569 (faktor yang

diteliti merupakan faktor protektif resiko), artinya bahwa remaja yang

memiliki pengetahuan rendah merupakan faktor protektif beresiko 0,18

kali untuk melakukan pernikahan dini dibandingan dengan remaja yang

memiliki pengetahan baik

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aditya Risky

Dwinanda (2015), yang menyatakan ada hubungan antara pengetahuan


responden dengan pernikahan usia dini yaitu responden yang memiliki

pengetahuan rendah memiliki resiko untuk melakukan pernikahan usia

dini sebesar 4 kali di bandingkan responden yang memiliki pengetahuan

tinggi. Hal ini sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan oleh

Khomsatun (2012) menyatakan ada hubungan yang bermakna antara

pengetahuan remaja putri menikah dini tentang kehamilan dan kecemasan

menghadapi kehamilan di Kecamatan Pulosari Kabupaten Pemalang.

Penelitian ini juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh

Sumardi Rahardjo (2013) menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan

antara pengetahuan dengan pernikahan usia dini (p-value = 0,001) dan

nilai OR 3,71. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa responden

yang berpengetahuan kurang memiliki risiko melakukan pernikahan usia

3,71 kali lebih besar di bandingkan dengan responden yang

berpengetahuan baik.

Menurut Notoatmodjo (2011) pengetahuan adalah hasil “tahu” dan

ini terjadi setelah orang mengadakan pengindraan tehadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui pancaindra manusia,

yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahun manusia di peroleh melalui mata dan telinga.

Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka remaja akan semakin

mudah menerima informasi tentang pernikahan dini, sehingga remaja akan

lebih cepat faham tentang bagaimana resiko yang terjadi dari dampak

pernikahan dini baik dari segi kesehatan maupun sosial serta remaja dapat
lebih menyesuaikan dengan hal-hal yang bermanfaat dengan

kesehatannya. Remaja yang mempunyai banyak sumber informasi dapat

memberikan peningkatan terhadap tingkat pengetahuan remaja tersebut.

Informasi tersebut dapat diperoleh melalui media massa seperti majalah,

koran, berita televisi dan salah satunya juga dapat diperoleh dari

penyuluhan dan pendidikan kesehatan. Pengalaman merupakan salah satu

faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan yang berkaitan dengan

umur dan pendidikan individu. Hal ini mengandung maksud bahwa

semakin bertambahnya umur dan pendidikan yang tinggi maka

pengalaman seseorang akan jauh lebih luas. (Notoatmodjo, 2010).

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar sampel kasus

tingkat pengetahuan responden dalam kategori kurang hal ini disebabkan

karena kebanyakan responden hanya lulus sekolah formal sampai dengan

sekolah menengah pertama, diketahui faktor hamil diluar nikah sebanyak 5

orang yang menjadi pemicu pernikahan dini, sedangkan responden

pengetahuan baik tetapi masih melakukan pernikahan dini , hal ini

dikarenakan faktor ekonomi keluarga yang mengharuskan anaknya

menikah di usia dini. Sebagian besar pengetahuan responden rendah tetapi

tidak melakukan pernikahan dini, hal ini di karenakan faktor lain yaitu

pendidikan yg masih kurang,dan dari didikan orang tua. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa pengetahuan seseorang mempengaruhi pola

pikir, pengalaman, hubungan sosial untuk bertukar informasi dalam

membuat keputusan didalam hidupnya.


5.3.2 Hubungan Tingkat Pendapatan Orang Tua dengan Pernikahan dini

di Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi.

Berdasarkan hasil penelitian dari 72 responden prosentase pendapatan

orangtua masih dibawah UMK pada kelompok kasus sebanyak 25 orang

(69,4%), lebih besar dari kelompok kontrol yang hanya 10 orang (27,8%).

Sedangkan prosentase pendapatan orang tua yang berada di atas UMK

pada kelompok kasus sebanyak 11 orang (30,6%), lebih kecil dari

kelompok kontrol sebanyak 26 orang (72,2%).

Hasil analisis uji Chi Square dapat diketahui nilai p-value = (0,001) <

α (0,05) maka H1 diterima H0 ditolak, maka hasilnya adalah ada hubungan

antara pendapatan orangtua dengan pernikahan dini pada remaja putri di

Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi.

Dengan Nilai OR= 5,909 dan CI (95%)= 2,137-16,342 faktor yang

diteliti merupakan faktor resiko), artinya bahwa orangtua yang memiliki

pendapatan dibawah UMK memiliki resiko 5,9 kali kelompok kasus

sekitar 2-16 kali untuk melakukan pernikahan dini dibandingan dengan

orangtua yang memiliki pendapatan diatas UMK.

Menurut Penelitian Norma Yuni Kartika ada hubungan bermakna

antara status ekonomi rumah tangga dengan pernikahan usia dini, hasil

penelitian menunjukan bahwa status ekonomi rumah tangga yang rendah

berisiko 3,2 kali melakukan pernikahan usia dini di bandingkan dengan

ekonomi rumah tangga yang tinggi. Hal ini juga sesuai dengan penelitian
UNICEF (2001) bahwa faktor utama perkawinan anak adalah kemiskinan,

dengan perkawinan anak sering dilihat sebagai strategi untuk bertahan

hidup. Seorang anak perempuan dianggap sebagai beban ekonomi dan

menikahinya dengan pria merupakan suatu solusi.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Umbi Sumbulah dan Faridatul Jannah (2012) menyatakan bahwa salah

satu faktor pernikahan usia dini adalah untuk mengurangi beban keluarga.

Adanya pernikahan dini yang ada di Desa Pandan disebabkan oleh kondidi

keluarga yang kurang mampu. Para orang tua menikahkan anaknya pada

usia muda menganggap bahwa menikahkan anaknya di usia muda, maka

beban ekonomi akan berkurang satu. Bahkan orangtua berharap jika

anakanya sudah menikah, maka akan membantu kehidupan orangtuanya.

Hasil penelitian yg dilakukan oleh Siti Salamah 2016 menunjukan

bahwa sebagian responden yang melakukan pernikahan usia dini salah

satunya karena di sebabkan oleh faktor ekonomi. Sebagian dari mereka

memutuskan untuk menikah bukan karena dari dirinya masing-masing, ada

sebagian karena keputusan orangtua. Orangtua menganggap bahwa mereka

tidak mampu untuk menyekolahkannnya dengan demikian orangtua

memutuskan untuk menikahkan anaknya karena dianggap dapat

meringankan beban orangtua

Menurut BKKBN (2016) Masalah pada keluarga sering kali

mendorong orang tua untuk cepat-cepat menikahkan anaknya, karena

orang tua yang tidak mampu membiayai hidup dan sekolah terkadang
membuat anak memutuskan untuk menikah di usia dini dengan alasan

beban ekonomi keluarga jadi berkurang dan dapat membantu

perekonomian keluarga, karena menurut orang tua anak perempuan yang

sudah menikah tanggaung jawab suaminya. Hal tersebut sering banyak di

jumpai di pedesaan tetapi sekarang ini banyak juga di perkotaan, tanpa

peduli usia anaknya yang belum menginjak usia dewasa.

Pada sisi lain, terjadinya pernikahan dini juga dapat disebabkan karena

pengaruh paksaan orang tua. Ada beberapa alasan orang tua menikahkan

anaknya secara dini, karena khawatir anaknya terjerumus dengan

pergaulan bebas dan berakibat negatif, karena ingin melanggengkan

hubungan dengan relasinya dengan cara menjodohkan anaknya dengan

relasi atau anaknya relasinya, menjodohkan anaknya dengan anaknya

saudara dengan alasan agar harta yang dimiliki tidak jatuh ke orang lain,

tetapi tetap dipegang oleh keluarga. (BKKBN, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian di Kecamatan Kedunggalar, Mayoritas

pendapatan responden dibawah UMK Ngawi. Oleh sebab itu masyarakat

memilih untuk menikah agar mendapatkan nafkah dan jaminan ekonomi

dari suami, serta dapat meningkatkan status ekonomi keluarga. masyarakat

seringkali memilih perkawinan sebagai jalan keluar untuk mengatasi

kesulitan ekonomi. Hal ini dilatarbelakangi alasan kemiskinan dan

berharap setelah menikah perekonomian keluarga akan lebih baik , tetapi

masih ada masyarakat dengan UMK tinggi yang masih menikah kan
anaknya di bawah umur hal ini dipengaruhi oleh faktor terjadinya hamil di

luar nikah yang mengharuskan pernikahan dini di lakukan.

5.3.3 Hubungan Tingkat Pendidikan Responden dengan Pernikahan dini di

Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi.

Berdasarkan hasil penelitian dari 72 responden prosentase pendidikan

responden masih kurang pada kelompok kasus sebanyak 22 orang

(61,1%), lebih besar dari kelompok kontrol yang hanya 8 orang (22,2%).

Sedangkan prosentase pendidikan responden yang sudah baik pada

kelompok kasus sebanyak 14 orang (38,9%), lebih kecil dari kelompok

kontrol sebanyak 28 orang (77,8%).

Hasil analisis uji Chi Square dapat diketahui nilai p-value = (0,002) <

α (0,05) maka H1 diterima H0 ditolak, maka hasilnya adalah ada

hubungan antara pendidikan responden dengan pernikahan dini pada

remaja putri di Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi.

Dengan Nilai OR= 5,500 dan CI (95%)= 1,958-15,447 faktor yang

diteliti merupakan faktor resiko), artinya bahwa orangtua yang memiliki

pendidikan kurang beresiko 5,5 kali kelompok kasus sekitar 1-15 kali

untuk melakukan pernikahan dini dibandingan dengan remaja yang

memiliki pendidikan baik.

Penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Sumardi

Rahardhjo (2013) menyatakan adanya hubungan pendidikan responden

dengan pernikahan dini di kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung

Selatan tahun 2012 dengan nilai OR= 2,23. Dengan demikian bahwa
responden yang berpendidikan rendah memiliki risiko melakukan

pernikahan dini 2,23 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang

berpendidikan menengah.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Irne W.Desiyanti,

yang menyatakan terdapat hubungan antara pendidikan Responden dengan

kejadian pernikahan usia dini dengan nilai (p-value 0.001) ;OR 4,59,

dengan demikian dapat disimpulkan responden yang pendidikan rendah

berisiko 4,59 kali lebih besar berisiko melakukan pernikahan usia dini di

banding responden dengan pendidikan tinggi. Menurut alfiyah (2010)

tingkat pendidikan maupun pengetahuan anak yang rendah dapat

menyebabkan adanya kecenderungan melakukan pernikahan usia dini.

Sehingga peran pendidikan dalam hal ini sangat penting dalam mengambil

keputusan individu.

Penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh

Sumardi Rahardhjo (2013) menyatakan adanya hubungan pendidikan

responden dengan pernikahan usia dini di kecamatan Kalianda Kabupaten

Lampung Selatan tahun 2012 dengan nilai OR= 2,23. Dengan demikian

bahwa responden yang berpendidikan rendah memiliki risiko melakukan

pernikahan usia dini 2,23 kali lebih besar dibandingkan dengan responden

yang berpendidikan menengah.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Astri Yunita yang berjudul

FaktorFaktor yang Berhubungan dengan Kejadian Pernikahan Usia Muda

pada Remaja Putri di Desa Pagerejo Kabupaten Wonososbo menyatakan


bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan remaja putri dengan

kejadian Pernikahan Usia Dini dengan Odds Ratio yaitu 9,75 artinya

remaja dengan pendidikan dasar memiliki peluang melakukan pernikahan

usia muda 9,750 kali lebih besar dibanding remaja berpendidikan

menengah

Menurut Notoatmojo (2010) menyatakan bahwa semakin tinggi

pendidikan seseorang maka akan semakin banyak pengetahuan yang

didapatkan. Remaja yang berlatarbelakang pendidikan tinggi lebih kecil

berisiko melakukan pernikahan dini. Hal ini dikarenakan dengan tingginya

tingkat pendidikan remaja, maka remaja akan semakin mudah menerima

informasi tentang dampak pernikahan dini terhadap kesehatan dan sosial

Menurut (BKKBN 2012)Pendidikan merupakan salah satu aspek yang

salah satu aspek yang harus dimiliki dalam mengarungi bahtera rumah

tangga. Pendidikan merupakan penopang dan sumber untuk mencari

nafkah dalam memenuhi segala kebutuhan dalam rumah tangga. Dengan

pernikahan usia dini menyebabkan remaja tidak lagi bersekolah. Semakin

muda usia menikah, maka semakin rendah tingkat pendidikan yang akan

dicapai oleh seorang anak. Pernikahan anak sering kali menyebabkan anak

tidak lagi bersekolah, karena kini ia mempunyai tanggung jawab.

Pernikahan usia dini sangat berhubungan dengan derajat pendidikan yang

rendah. Menunda usia pernikahan merupakan salah satu cara agar anak

dapat mengenyam pendidikan yang lebih tinggi .


Berdasarkan hasil penelitian di Kecamatan Kedunggalar didapatkan

pada yaitu sebagian besar pendidikan terakhir responden kasus yang

melakukan pernikahan usia dini yaitu lulus sekolah menengah pertama

(SMP), dimana rata-rata usia ketika remaja baru lulus menempuh

pendidikan sekolah menengah pertama (SMP) yaitu usia 16 sampai 18

tahun . Menurut Undang-Undang no 20 tahun 2003 pendidikan sekolah

menengah pertama merupakan pendidikan yang termasuk kategori

pendidikan dasar. Sedangkan pendidikan pada responden kontrol yaitu

sebagian besar responden dengan pendidikan terakhir sekolah menengah

atas dan perguruan tinggi. berdasarkan penelitian responden dengan

tingkat pendidikan baik tetapi masih melakukan pernikahan dini hal ini

dikarenakan faktor di pergaulan yang disalah gunakan sehingga

menyebabkan hamil diluar nikah. Sedangkan pendidikan rendah tetapi

tidak melakukan pernikahan dini hal ini dikarenakan, faktor keluarga dan

pergaulan yang baik sehingga responden tidak melakuakn pernikahan dini.

5.3.4 Hubungan Tingkat Kepercayaan Orang Tua dengan Pernikahan dini

di Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi.

Berdasarkan hasil penelitian dari 72 responden prosentase

kepercayaan orang tua dengan tingkat tidak percaya pada kelompok kasus

sebanyak 22 orang (61,1%), lebih kecil dari kelompok kontrol yang 24

orang (66,7%). Sedangkan prosentase kepercayaan orang tua yang


memiliki tingkat percaya pada kelompok kasus sebanyak 14 orang

(38,9%), lebih besar dari kelompok kontrol sebanyak 12 orang (33,3%).

Hasil analisis uji Chi Square dapat diketahui nilai p-value =

(0,806) < α (0,05) maka H1 ditolak H0 diterima, maka hasilnya adalah

tidak ada hubungan antara kepercayaan orangtua dengan pernikahan dini

pada remaja putri di Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi.

Dengan Nilai OR= 1,273 dan CI (95%)= 0,485-3,337 faktor yang

diteliti merupakan faktor resiko), artinya bahwa orangtua yang memiliki

percaya beresiko 1,2 kali sekitar 0-3 kali untuk melakukan pernikahan dini

dibandingan dengan orangtua yang memiliki tidak percaya.

Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahardjo

diperoleh nilai p-value= 0,331 artinya tidak ada hubungan signifikan

antara kepercayaan dengan pernikahan usia dini di kecamatan kalianda

Kabupaten Lampung Selatan tahun 2013. Menurut Puspitasari (2015)

menambahkan faktor adat terjadinya pernikahan usia dini disebabkan

ketakutan orangtua terhadap gunjingan tetangga dekat, orangtua merasa

takut anaknya dikatakan perawan tua. Hal ini dikarenakan lebih di

kecamatan Pulokulon tidak ada kebiasaan menikah dini, tetapi apabila

remaja sudah tidak sekolah dan bekerja akhirnya akan menikah dini

sebelum mereka dewasa.

Merupakan keadaan psikologis pada saat seseorang menganggap

suatu yang benar. Faktor budaya juga turut mengambil andil yang cukup

besar, karena kebudayaan ini diturunkan dan sudah mengakar layaknya


kepercayaan. Dalam budaya setempat mempercayai apabila anak

perempuannya tidak segera menikah, sudah di anggap hal yang bisasa

dalam keluarga karena dianggap tidak laku dalam lingkungannya. Atau

jika ada orang yang secara finansial dianggap sangat mampu dan

meminang anak mereka, dengan tidak memandang usia atau status

pernikahan, kebanyakan orang tua menerima pinangan tersebut karena

beranggapan masa depan anak akan lebih cerah, dan tentu saja ia

diharapkan bisa mengurangi beban orang tua.(Siti S,2016)

Tak lepas dari hal tersebut, tentu saja banyak dampak yang terpikir

oleh mereka sebelumnya, selain itu pernikahan sering terjadi karena sejak

kecil anak di jodoh kan oleh kedua orang tuanya. Bahwa pernikahan anak

untuk segera merealisasikan ikatan hubungan antara kerabat mempelai

perempuan yang memang telah lama mereka inginkan bersama, semuanya

supaya hubungan kekeluargaan mereka tidak putus. Perempuan muda

dianggap suatu solusi untuk melepaskan diri dari kemiskinan. Pernikahan

dini bertujuan untuk meningkatkan taraf ekonomi keluarganya dengan

mendapatkan mas kawin dari pihak laki-laki. Pola perkaiwnan masyarakat

sesuai dengan budaya dan norma yang berlaku di masyarakat. Faktor

budaya erat dengan kebiasaan setempat. Di berbagai daerah masih

ditemukan adanya pandangan dan kepercayaan yang salah, misalnya

kedewasaan seseorang dinilai dari status pernikahan, adanya anggapan

bahwa status janda lebih baik dari pada perawan tua. (Ria P, 2016)
Adat istiadat yang di yakini masyarakat tertentu semakin

menambah prosentase pernikahan dini di Indonesia. Misalnya keyakinan

bahwa tidak boleh menolak pinangan seseorang pada putrinya walaupun

masih dibawah usia 18 tahun terkadang dianggap menyepelekan dan

menghina menyebabkan orang tua menikahkan putrinya. Hal menarik dari

prosentase pernikahan dini di Indonesia adalah terjadinya perbandingan

yang cukup signifikan antara di pedesaan dan perkotaan. (Mubasyaroh,

2016).

Kepercayaan Orang Tua di Kecamatan Kedunggalar Kabupaten

Ngawi, berdasarkan hasil penelitian di dapatkan responden tidak percaya

tetapi masih melakukan pernikahan dini, hal ini dikarenakan faktor lain

diantaranya faktor pendidikan kurang,pergaulan bebas, dan pendapatan

yang kurang. Sedangkan responden yang percaya tetapi tidak melakukan

pernikahan dini dikarenakan faktor pendidikan yang lebih, dan pergaulan

yang baik sehingga pernikahan dini tidak terjadi.

Hasil Penelitian berdasarkan Kepercayaan Orang Tua di

Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi dapat diambil kesimpulan

bahswa ada atau tidaknya responden yang memiliki tingkat kepercayaan

tidak mempengaruhi usia pernikahan. Seperti yang ditemukan pada

peneliti sebelumnya mengatakan bahwa sifat kolot orang jawa tidak mau

menyimpang dari ketentuan adat hal ini merupakan penyebab utamanya.

Kebanyakan orang jawa mengawinkan anaknya di usia muda karena

mengikuti adat kebiasaan.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan

pada bab sebelumnya, maka hasilnya dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden

pengetahuan rendah 50 orang (69,4%), sedangkan pengetahuan baik

sebanyak 22 orang (30,6%).

2. Berdasarkan hasil penelitian pendapatan orang tua dibawah UMK

sebanyak 37 orang (51,4%), sedangkan pendapatan orang tua diats UMK

yakni sebanyak 35 orang (48,6%).

3. Berdasarkan hasil penelitian pendidikan kurang sebanyak 42 orang (58.3.

%) sedangkan pendidikan baik sebanyak 30 orang (41,7%).

4. Berdasarkan hasil penelitian responden tidak percaya terhadap pernikahan

dini yakni 22 orang (61,1%), sedangkan responden percaya terhadap

pernikahan dini yakni 14 orang (38,9%).

5. Ada hubungan antara pengetahuan responden dengan pernikahan dini di

Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi. Dengan nilai p-value =

(0,005) < α (0,05) OR= 0,180 dan CI (95%)= 0,057-0,569.

6. Ada hubungan antara pendapatan orang tua dengan pernikahan dini pada

remaja putri di Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi, dengan nilai

p-value = (0,001) < α (0,05), OR= 5,909 dan CI (95%)= 2,137-16,342 .


7. Ada hubungan antara pendidikan responden dengan pernikahan dini pada

remaja putri di Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi, dengan nilai

p-value = (0,002) < α (0,05), OR= 5,500 dan CI (95%)= 1,958-15,447.

8. Tidak ada hubungan antara kepercayaan orang tua pernikahan dini pada

remaja putri di Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi, dengan nilai

p-value = (0,806) < α (0,05) , OR= 1,273 dan CI (95%)= 0,485-3,337.


6.2 Saran

1. Bagi pihak KUA Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi

Dari hasil penelitian ini diharapkan pihak KUA :

Memberikan upaya informasi, pengetahuan, kepada pasangan baru

terkait pernikahan usia dini dilakukan secara berkala (terprogram), baik

melalui media cetak maupun elektronik, seminar, pengajian, khutbah

nikah, dan media lainnya.

2. Kepada Masyarakat.

Dari hasil penelitian diharapkan Perlunya lebih meningkatkan

keinginan untuk menggali informasi dan pendidikan kesehatan bagi

remaja tentang pernikahan. Serta memberikan motivasi dan kegiatan

yang bermanfaat untuk pengembangan remaja sejak di Sekolah dasar

maupun pada orangtua didik.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dari hasil penelitian diharapkan lebih aktif mencari informasi,

menambah pengetahuan, lebih meneliti pada faktor hamil diluar nikah

yang menyebabkan pernikahan dini, dampak pernikahan usia dini

terhadap kesehatan reproduksi baik dari kegiatan yang dilakukan oleh

petugas kesehatan maupun media elektronik baik televisi, surat kabar

maupun media online.


DAFTAR PUSTAKA

Danang Fadlulah Zuhri. 2017. Faktor-Faktor Pendorong Pernikahan Usia Dini


Dan Dampaknya Di Desa Sidoharjo Kecamatan Bawang Kabupaten
Batang. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Semarang

Durado, Angelita A, 2013. Hubungan Dukungan Orang Tua Dengan Konsep Diri
pada Remaja di SMA Manada Tahun 2013. Ejurnal keperawatan (e-
Kp) Volume 1. Diakses Tanggal 18 Februari 2019.

Elmubarok, Zain. 2013. Islam Rahmatan Lil’alamin. Semarang: UNNES PRESS.

Ginting, F & Wantania, J, 2011. Pengetahuan Sikap dan Perilaku Remaja Yang
Hamil Tentang Kehamilan Remaja di Mando, Artikel Ilmiah, Bagian
Obstetri dan Ginelogi, Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratualangi, RSUP Prof, Dr, R.D Kandau Manado (9 Februari 2016).

Harun Rosjidi,Cholik. Isro’in, Laily. Sri Wahyuni, Nurul. 2017. Penyusunan


Proposal dan Laporan Penelitian Step by Step. Ponorogo : Unmuh
Ponorogo Press.

Hurlock.B,Elizabet, 2013, Psikologi Perkembangan, Edisi 5, Erlangga

Ika Syarifatunisa, 2017, Faktor-Faktor Penyebab Pernikahan Dini Di Kelurahan


Tunon Kecamatan Tegal Selatan Kota Tegal. Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang (diakses, 18 maret 2019).

Intan Arimurti, 2017. Analisis pengetahuan perempuan terhadap perilaku


melakukan pernikahan usia dini di kecamatan wonosari kabupaten
bondowoso. Universitas Airlangga.

Kumalasari & Andhyantoro, 2012. Kesehatan Reproduksi Mahasiswa Kebidanan


& Keperawatan, edisi 1, Salemba Medika, Jakarta.
Kusnadi, Edi. 2017. Peranan Tokoh Masyarakat Dalam Membangun Partisipasi
Kewarganegaraan Pemuda Karang Taruna. Skripsi. Yogyakarta :
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Mansur, Herawati. 2009. Psikologi Ibu dan Anak Untuk Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika.
Mies Grinjns, Hoko Horii, Sulistyowati Irianto, dan Pinky Saptandari, 2018.
Menikah Muda di Indonesia Suara, Hukum, dan Praktik. Edisi I.
Jakarta : Yayasann Pustaka Obor Indonesia.

Nasir, Abd, Abdul Muthin, M.E.I deputri. 2011. Metodologi Penelitian


Kesehatan,Konsep Pembatan Karya Tulis dan Thesis untuk Mahasiswa
Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Notoatmodjo, Soekijo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : PT


Rineka Cipta

Notoatmodjo,Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT.


Rineka Cipta.

Ria Puspita. 2016. Hubungan Pendapatan Orang Tua, Pendidikan,Dan


Kepercayaan Terhadap Terjadinya Pernikahan Dini Pada Remaja
Putri Di Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun.Skripsi. Stikes
Bhakti Husada Mulia Madiun.

Saryono & Anggraeni, MD 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Bidang


Kesehatan,, Nuha Medika, Yogyakarta

Saryono, 2010. Metodologi Peneltiian Kesehatan Penuntun Praktis Bagi Pemula.


Yogyakarta : Mitra dan Penerbitan UNSOED

Setiawan Ari, Saryono. 2011. Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Nuha Medika.


Siti Salamah, 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pernikahan Usia
Dini Di Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan.Skripsi,
Universitas Negeri Semarang.

Sri Anggraini W, 2016. Hubungan Tingkat Kejadian Pernikahan Dini Dengan


Pernah Orang Tua Pada Perempuan Dibawah Usia 21 Tahun Di Desa
Sidoarum Kecamatan Godean Kabupaten Sleman, Skripsi, Universitas
Aisyiyah, Yogyakarta

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif Kualitatif dan R & D,


Bandung : CV. ALFABETA

Sunyoto, Danang. 2013. Metodologi Penelitian Akuntansi. Bandung : PT.Refika


Aditama Anggota Ikapi.

Umar Fahmi Achmadi. 2013, Kesehatan Masyarakat : Teori dan Aplikasi.


Jakarta: Rajawali Pers.

Umi Fahati Kurnia. 2017, Hubungan Dukungan Orang Tua Dengan Kesiapan
Menjadi Orang Tua Pada Remaja yang Menikah Dini Di Dusun
Tanduitan Trirenggo Bantul. Skripsi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Aisyiyah, Yogyakarta (diakses 12 Maret 2019)

Undang-Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974 Kompilasi Hukum Islam (Hukum


Perkawinan, Kewarisan, dan Perwakafan). 2012. Bandung: CV. Nuansa
Aulia

Undang-undang R.I Nomor 1 Tahun Tentang Perkawinan & Komplikasi Hukum


Islam. Bandung : Citra Umbara. Hal 02-06

Wawan, Dewi M. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Manusia. Cetakan II. Yogyakarta : Nuha Medika.

Yanti, E.2012, Gambaran Pengethauan Remaja Putri Tentang Resiko


Perkawinan Dini Dalam Kehamilan di Kelurahan Medan, Laporan
Karya Tulis Ilmiah, Universitas Prima Indonesia, Medan (diakses 9
februari 2019).
Surat Izin Pengambilan Data Awal
Lampiran 2

Surat Izin Validitas


Lampiran 3

Surat Izin Penelitian KUA


Lampiran 4

Surat Izin Penelitian Kantor Desa


Lampiran 5

LEMBAR PERSETUJUAN

(INFORMED CONSENT)

Setelah mendapatkan penjelasan serta mengetahui manfaat penelitian


dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pernikahan Dini
Pada Remaja Putri Di Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi”. saya
menyatakan setuju diikut sertakan dalam penelitian ini dengan catatan bila
sewaktu-waktu dirugikan dalam bentuk apapun berhak membatalkan persetujuan.
Saya percaya apa yang saya buat dijamin kerahasiaannya.

Kedunggalar, 21 Juni 2019


Responden

(……………………….)
Lampiran 6
HASIL OUTPUT

Uji Analisis Distribusi Frekuensi

Umur 16-20

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 16 6 8.3 8.3 8.3

17 7 9.7 9.7 18.1

18 4 5.6 5.6 23.6

19 24 33.3 33.3 56.9

20 31 43.1 43.1 100.0

Total 72 100.0 100.0

1. Pengetahuan Responden
PENGETAHUAN RESPONDEN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid rendah 50 69.4 69.4 69.4

baik 22 30.6 30.6 100.0

Total 72 100.0 100.0

2. Pendapatan Orang Tua

pendapatan orang tua

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid dibawah UMK 37 51.4 51.4 51.4

diatas UMK 35 48.6 48.6 100.0

Total 72 100.0 100.0


3. Pendidikan Responden

pendidikan responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang 42 58.3 58.3 58.3

Baik 30 41.7 41.7 100.0

Total 72 100.0 100.0

4. Kepercayaan Orang Tua

Kepercayaan Orang Tua

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid percaya 26 36.1 36.1 36.1

tidak percaya 46 63.9 63.9 100.0

Total 72 100.0 100.0


Lampiran 7
Uji Analisis Chi -Square

1. Pengetahuan Responden dengan Pernikahan Dini

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


Pengetahuan Responden *
72 100.0 0 .0% 72 100.0%
Pernikahan Dini
%

Pengetahuan Responden * Pernikahan Dini Crosstabulation

Pernikahan Dini

Kasus Kontrol Total

Pengetahua Renda Count 19 31 50


h
n
Expected Count 25.0 25.0 50.0
Responden
% within Pengetahuan Responden 38.0% 62.0% 100.0%

% within Pernikahan Dini 52.8% 86.1% 69.4%

% of Total 26.4% 43.1% 69.4%

Baik Count 17 5 22

Expected Count 11.0 11.0 22.0

% within Pengetahuan Responden 77.3% 22.7% 100.0%

% within Pernikahan Dini 47.2% 13.9% 30.6%

% of Total 23.6% 6.9% 30.6%

Total Count 36 36 72

Expected Count 36.0 36.0 72.0

% within Pengetahuan Responden 50.0% 50.0% 100.0%

% within Pernikahan Dini 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df Sig. (2- (2- sided) sided)
sided)

Pearson Chi-Square 9.425a 1 .002


b
Continuity Correction 7.920 1 .005
Likelihood Ratio 9.825 1 .002
Fisher's Exact Test
.004 .002
Linear-by-Linear
9.295 1 .002
Association
N of Valid Casesb 72

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Pengetahuan


.180 .057 .569
Responden (Rendah / Baik)
For cohort Pernikahan Dini =
.492 .323 .749
Kasus

For cohort Pernikahan Dini =


2.728 1.225 6.074
Kontrol

N of Valid Cases 72
2. Tingkat Pendapatan Orang Tua dengan Pernikahan Dini

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pendapatan Orang Tua


72 100.0 0 . 72 100.0%
* Pernikahan Dini % 0%

Pendapatan Orang Tua * Pernikahan Dini Crosstabulation

Pernikahan Dini

Kasus Kontrol Total

Pendapata Di Bawah UMK Count 25 10 35


n Orang Expected Count 17.5 17.5 35.0
Tua
% within Pendapatan Orang Tua 71.4% 28.6% 100.0%

% within Pernikahan Dini 69.4% 27.8% 48.6%

% of Total 34.7% 13.9% 48.6%

Di Atas UMK Count 11 26 37

Expected Count 18.5 18.5 37.0

% within Pendapatan Orang Tua 29.7% 70.3% 100.0%

% within Pernikahan Dini 30.6% 72.2% 51.4%

% of Total 15.3% 36.1% 51.4%

Total Count 36 36 72

Expected Count 36.0 36.0 72.0

% within Pendapatan Orang Tua 50.0% 50.0% 100.0%

% within Pernikahan Dini 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df (2- sided) (2- sided) sided)

Pearson Chi-Square 12.510a 1 .000


b
Continuity Correction 10.897 1 .001
Likelihood Ratio 12.901 1 .000
Fisher's Exact Test
.001 .000
Linear-by-Linear
12.336 1 .000
Association
N of Valid Casesb 72

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.50.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Pendapatan


Orang Tua (Di Bawah UMK / 5.909 2.137 16.342
Di Atas UMK)
For cohort Pernikahan Dini =
2.403 1.403 4.114
Kasus

For cohort Pernikahan Dini =


.407 .231 .715
Kontrol

N of Valid Cases 72
3. Tingkat Pendidikan Responden dengan Pernikahan Dini

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pendidikan Responden *
72 100.0 0 . 72 100.0%
Pernikahan Dini % 0%

Pendidikan Responden * Pernikahan Dini Crosstabulation

Pernikahan Dini

Kasus Kontrol Total

Pendidikan Kurang Count 22 8 30


Responde Expected Count 15.0 15.0 30.0
n
% within Pendidikan Responden 73.3% 26.7% 100.0%

% within Pernikahan Dini 61.1% 22.2% 41.7%

% of Total 30.6% 11.1% 41.7%

Baik Count 14 28 42

Expected Count 21.0 21.0 42.0

% within Pendidikan Responden 33.3% 66.7% 100.0%

% within Pernikahan Dini 38.9% 77.8% 58.3%

% of Total 19.4% 38.9% 58.3%

Total Count 36 36 72

Expected Count 36.0 36.0 72.0

% within Pendidikan Responden 50.0% 50.0% 100.0%

% within Pernikahan Dini 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df (2- sided) (2- sided) sided)

Pearson Chi-Square 11.200a 1 .001


b
Continuity Correction 9.657 1 .002
Likelihood Ratio 11.551 1 .001
Fisher's Exact Test
.002 .001
Linear-by-Linear
11.044 1 .001
Association
N of Valid Casesb 72

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Pendidikan


5.500 1.958 15.447
Responden (Kurang / Baik)
For cohort Pernikahan Dini =
2.200 1.363 3.552
Kasus

For cohort Pernikahan Dini =


.400 .213 .752
Kontrol

N of Valid Cases 72
4. Tingkat Kepercayaan Orang Tua dengan Penikahan Dini

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kepercayaan Orang Tua


72 100.0 0 . 72 100.0
* Pernikahan Dini % 0% %

Kepercayaan Orang Tua * Pernikahan Dini Crosstabulation

Pernikahan Dini

Kasus Kontrol Total

Kepercayaa Percaya Count 14 12 26


n Orang Tua Expected Count 13.0 13.0 26.0

% within Kepercayaan Orang Tua 53.8% 46.2% 100.0%

% within Pernikahan Dini 38.9% 33.3% 36.1%

% of Total 19.4% 16.7% 36.1%

Tidak Percaya Count 22 24 46

Expected Count 23.0 23.0 46.0

% within Kepercayaan Orang Tua 47.8% 52.2% 100.0%

% within Pernikahan Dini 61.1% 66.7% 63.9%

% of Total 30.6% 33.3% 63.9%

Total Count 36 36 72

Expected Count 36.0 36.0 72.0

% within Kepercayaan Orang Tua 50.0% 50.0% 100.0%

% within Pernikahan Dini 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df Sig. (2- (2- sided) sided)
sided)

Pearson Chi-Square .241a 1 .624


Continuity Correctionb .060 1 .806
Likelihood Ratio .241 1 .623
Fisher's Exact Test
.806 .403
Linear-by-Linear
.237 1 .626
Association
N of Valid Casesb 72

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Kepercayaan


Orang Tua (Percaya / Tidak 1.273 .485 3.337
Percaya)
For cohort Pernikahan Dini =
1.126 .706 1.795
Kasus

For cohort Pernikahan Dini =


.885 .537 1.457
Kontrol

N of Valid Cases 72
KUESIONER
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN
DINI PADA REMAJA PUTRI DI KECAMATAN KEDUNGGALAR
KABUPATEN NGAWI
A. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama :

2. Alamat :

3. Tempat Tanggal Lahir :

4. Pendidikan : a. SMP
b. SD
c. SMA/SMK

5. Pekerjaan : a. Ibu Rumah Tangga


b. Swasta
c. Wiraswasta
d. PNS
e. Tidak Bekerja

6. Pendapatan Orang Tua

Status Anggota
No. Pekerjaan Pendapatan
Keluarga
1. Ayah
2. Ibu

B. KUESIONER

PENGETAHUAN RESPONDEN TENTANG PERNIKAHAN USIA

DINI DAN DAMPAK TERHADAP KESEHATAN.

1. Apa yang dimaksud dengan perkawinan menurut UU Nomor 1 tahun

1974 ?........

a. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan

seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga

(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang

Maha Esa.

b. Perkawinan adalah ikatan lahir dan bathin antara seorang laki-laki

dengan seorang perempuan dengan tujuan untuk mendapatkan

keturunan.

c. Perkawinan adalah ikrar antara laki-laki dan perempuan yang

didasarkan saling suka.

d. Perkawinan adalah ikatan antara laki-laki dan perempuan yang sah di

depan penghulu.

2. Tujuan seseorang melakukan pernikahan adalah?…

a. Untuk mendapat rezeki

b. Untuk mendapatkan keturunan dan membentuk keluarga yang sejahtera


c. Untuk meringankan beban orang tua

d. Untuk mendapatkan keuntungan

3. Menurut Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 usia pernikahan

yang ideal wanita adalah......

a. 16 tahun

b. 19 tahun

c. 20 tahun

d. 25 tahun

4. Menurut saudara yang dimaksud dengan pernikahan usia dini adalah …

a. Pernikahan yang terjadi pada usia <20 tahun

b. Pernikahan yang terjadi pada usia >20 tahun

c. Pernikahan yang terjadi pada usia >25 tahun

d. Pernikahan yangn terjadi pada usia >30 tahun

5. Usia yang baik bagi perempuan untuk melahirkan, sehingga dapat

menurunkan resiko kematian ibu dan bayi adalah...

a. 15 tahun - 20 tahun

b. 20 tahun - 35 tahun

c. 35 tahun - 40 tahun

d. 40 tahun keatas

6. Berikut merupakan faktor yang dapat menyebabkan pernikahan usia dini,

kecuali....

a. Faktor ekonomi keluarga


b. Faktor keturunan

c. Putus Sekolah

d. Kehamilan di luar nikah

7. Menikah usia dini dapat menimbulkan masalah kekerasan dalam rumah

tangga dan perceraian hal ini disebabkan oleh...

a. Belum matangnya emosional

b. Tuntutan dalam berkeluarga

c. Salah satu pasangan yang belum dewasa

d. Pendidikan yang rendah

8. Berikut ini dampak pernikahan usia dini apabila mengalami kehamilan

dilihat dari aspek kesehatan, kecuali...

a. Kebutaan

b. BBLR, Anemia

c. Persalinan Sulit,Kanker Serviks

d. Penyakit Menular Seksual

C. KUESIONER TINGKAT KEPERCAYAAN ORANG TUA

TERHADAP PERNIKAHAN DINI

1. Apakah anda percaya bahwa melakukan pernikahan di usia <20 tahun

(menikah muda) sebagian masyarakat akan menganggap bahwa

perempuan tersebut akan menjadi perawan tua?....


a. Percaya

b. Tidak Percaya

Alasannya ………………………………………………………………

2. Apakah anda percaya apabila seorang perempuan yang menikah di usia

<20 tahun berisiko terhadap kesehatan reproduksinya?…

a. Percaya

b. Tidak percaya

Alasanya……………………………………………………………

3. Apakah anda percaya pernikahan usia dini itu merupakan tradisi

yang turun temurun?..

a. Percaya

b. Tidak Percaya

Alasannya…………………………………………………………

4. Apakah anda percaya jika memiliki anak perempuan harus segera

mencarikan jodoh sejak lahir, hal ini di karenakan jika memiliki anak

perempuan belum memiliki calon, merupakan aib keluarga ?.....

a. Percaya

b. Tidak Percaya

Alasannya…………………………………………………………
5. Apakah anda percaya apabila lingkungan tempat tinggal banyak yang

menikah di usia dini, kemungkinan hal ini akan mempengaruhi anda

untuk menikahkan anaknya?....………

a. Percaya

b. Tidak Percaya

Alasannya…………………………………………………………

6. Apakah anda percaya apabila menihkahkan anak saat usia dini < 20

tahun akan meringankan beban ekonomi keluarga ?...............

a. Percaya

b. Tidak Percaya

Alasannya…………………………………………………………

7. Apakah anda percaya apabila menikahkan anak pada usia dini akan

menjauhkan dari pergaulan bebas?.............

a. Percaya

b. Tidak Percaya

Alasannya…………………………………………………………

8. Apakah anda percaya apabila anak perempuan sudah mendapatkan

mestruasi sebagai tanda kedewasaan, orang tua akan segera

menikahkan anaknya ?
a. Percaya

b. Tidak Percaya

Alasannya…………………………………………………………

D. KUESIONER PERNIKAHAN DINI PADA REMAJA PUTRI DI

KECAMATAN KEDUNGGALAR KABUPATEN NGAWI.

MENIKAH TIDAK MENIKAH

Tahun Menikah : …………….

Usia Menikah : …………….


Lampiran 10

Dokumentasi Hasil Penelitian

Gambar 7.1 Pengambilan Data Awal di Gambar 7.2. Wawancaradengan


KUA KecamatanKedunggalar Orang TuaRespondenKasus

Gambar 7.3 Gambar 7.4


Wawancaradengan Orang WawancaradenganResponden
TuaRespondenKontrol
Gambar 7.5 Gambar 7.6
WawancararespondenKontrol WawancararespondenKasus

Gambar 7.7
WawancararespondenKasus
125

DATA REMAJA KECAMATAN KEDUNGGALAR

Responden USIA Pendidikan Keterangan


1 16 SMP TIDAK MENIKAH DINI
2 17 SMP TIDAK MENIKAH DINI
3 16 SMP MENIKAH DINI
4 17 SMP TIDAK MENIKAH DINI
5 18 SMP MENIKAH DINI
6 17 SMP MENIKAH DINI
7 16 SMP TIDAK MENIKAH DINI
8 19 SMP TIDAK MENIKAH DINI
9 17 SMP MENIKAH DINI
10 16 SMP MENIKAH DINI
11 18 SMP TIDAK MENIKAH DINI
12 18 SMA MENIKAH DINI
13 19 SMP MENIKAH DINI
14 20 SMA MENIKAH DINI
15 19 SMP TIDAK MENIKAH DINI
16 20 SMA MENIKAH DINI
17 20 SMA MENIKAH DINI
18 20 SMA MENIKAH DINI
19 19 SMP TIDAK MENIKAH DINI
20 19 SMP MENIKAH DINI
21 19 SMP TIDAK MENIKAH DINI
22 20 SMA MENIKAH DINI
23 19 SMA TIDAK MENIKAH DINI
24 20 SMA TIDAK MENIKAH DINI
25 19 SMA TIDAK MENIKAH DINI
26 20 SMA TIDAK MENIKAH DINI
27 19 SMA TIDAK MENIKAH DINI
28 20 SMA TIDAK MENIKAH DINI
29 19 SMA TIDAK MENIKAH DINI
30 20 SMA TIDAK MENIKAH DINI
31 19 SMA TIDAK MENIKAH DINI
32 20 SMA TIDAK MENIKAH DINI
33 19 SMA TIDAK MENIKAH DINI
34 20 SMA TIDAK MENIKAH DINI
35 19 SMA MENIKAH DINI
36 19 SMA MENIKAH DINI
37 16 SMP MENIKAH DINI
38 16 SMP MENIKAH DINI
126

39 20 SMA TIDAK MENIKAH DINI


40 19 SMA MENIKAH DINI
41 20 SMA TIDAK MENIKAH DINI
42 19 SMA MENIKAH DINI
43 20 SMA TIDAK MENIKAH DINI
44 19 SMA MENIKAH DINI
45 20 SMA TIDAK MENIKAH DINI
46 19 SMA MENIKAH DINI
47 20 SMA TIDAK MENIKAH DINI
48 20 SMA TIDAK MENIKAH DINI
49 19 SMA MENIKAH DINI
50 20 SMA TIDAK MENIKAH DINI
51 19 SMA MENIKAH DINI
52 19 SMA MENIKAH DINI
53 20 SMA MENIKAH DINI
54 20 SMA TIDAK MENIKAH DINI
55 20 SMA MENIKAH DINI
56 20 SMA TIDAK MENIKAH DINI
57 20 SMA TIDAK MENIKAH DINI
58 20 SMA MENIKAH DINI
59 20 SMA MENIKAH DINI
60 20 SMA TIDAK MENIKAH DINI
61 20 SMA TIDAK MENIKAH DINI
62 20 SMA MENIKAH DINI
63 20 SMP TIDAK MENIKAH DINI
64 20 SMP MENIKAH DINI
65 20 SMP TIDAK MENIKAH DINI
66 19 SMA MENIKAH DINI
67 19 SMA MENIKAH DINI
68 19 SMA MENIKAH DINI
69 18 SMP MENIKAH DINI
70 17 SMA MENIKAH DINI
71 17 SMA TIDAK MENIKAH DINI
72 17 SMP MENIKAH DINI
127

LEMBAR PERSETUJUAN PERBAIKAN SKRIPSI


128

Anda mungkin juga menyukai