Anda di halaman 1dari 209

SKRIPSI

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA


DENGAN METODE CERAMAH TERHADAP PENGETAHUAN DAN
SIKAP PADA SISWA SMK N 1 PONCOL KABUPATEN MAGETAN

Oleh :
Yuce Nilasari
( 201503096 )

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
Halaman Pernyataan

Yang telah bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Yuce Nilasari

NIM : 201503096

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan

di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam memperoleh gelar

sarjana di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan

yang diperoleh dari hasil penerbitan baik yang sudah maupun belum atau tidak

dipublikasikan, sumbernya dijelaskan dalam tulisan dan daftar pustaka.

Madiun, 27 April 2019

Yuce Nilasari

NIM. 201503096

ii
Daftar Riwayat Hidup

Nama : Yuce Nilasari

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat dan Tanggal Lahir : Magetan, 27 Desember 1998

Agama : Islam

Email : yucenila@gmail.com

Riwayat Pendidikan : 1. TK Handayani Tahun 2005-2006

2. SDN Belotan 1 Tahun 2006-2011

3. SMPN 2 Kawedanan Tahun 2011-2013

4. SMAN 2 Magetan Tahun 2013-2015

5. STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun Tahun

2015-sekarang

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Skripsi Ini Telah Disetujui Oleh Pembimbing Dan Telah

Dinyatakan Layak Mengikuti Seminar Hasil

SKRIPSI

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

DENGAN METODE CERAMAH TERHADAP PENGETAHUAN DAN

SIKAP PADA SISWA SMK N 1 PONCOL

KABUPATEN MAGETAN

Mengetahui, Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Suhadi Prayitno, S.KM., MM Hanifah Ardiani, S.KM., M.KM


NIDK. 2005 0008 NIS. 20160136

Mengetahui,

Ketua Prodi Kesehatan Masyarakat

Avicena Sakufa Marsanti, S.KM., M.Kes


NIS.20150114

iv
HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Tugas Akhir Skripsi dan dinyatakan

telah Memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Pada tanggal,

Dewan Penguji

1. Dewan Penguji Avicena Sakufa Marsanti, S.KM., M.Kes : (…………...)

2. Ketua Penguji 1 Suhadi Prayitno, S.KM., MM : (…………...)

3. Penguji II Hanifah Ardiani, S.KM., M.KM : (…………...)

Mengesahkan,

STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Ketua,

Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes

NIDN. 0217091701

v
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019

ABSTRAK

Yuce Nilasari

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA


DENGAN METODE CERAMAH TERHADAP PENGETAHUAN DAN
SIKAP PADA SISWA SMK N 1 PONCOL KABUPATEN MAGETAN

119 halaman + 12 tabel + 4 gambar + 21 lampiran


Masalah kesehatan reproduksi remaja di Indonesia adalah permasalahan
seputar Seksualitas, HIV dan AIDS, NAPZA dan aborsi. Rendahnya pengetahuan
remaja tentang kesehatan reproduksi akan berpengaruh terhadap sikap yang akan
dilakukan oleh remaja berhubungan dengan kesehatan reproduksi. Masalah
kesehatan reproduksi remaja terjadi karena kurangnya edukasi yang didapatkan
remaja mengenai kesehatan reproduksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi remaja dengan metode ceramah
terhadap pengetahuan dan sikap pada siswa SMK N 1 Poncol Kabupaten
Magetan.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan
menggunakan Pretest dan Posttest (One Group Pretest And Posttest Design).
Populasi penelitian sebanyak 115 siswa. Alat ukur dalam penelitian ini
menggunakan univariat dan bivariat, distribusi data non parametrik dengan uji
Wilcoxon.
Hasil penelitian dari uji Wilcoxon didapatkan hasil nilai Asymp.Sig. (2-
tailed) = 0,000 dengan taraf signifikan 0.05. Adapun criteria pengujian adalah
hipotesis H0 ditolak jika Asymp.Sig < 0,05. Karena hasil Asymp.Sig pengetahuan
dan sikap lebih kecil dari 0,05 berarti H0 ditolak jadi ada pengaruh penyuluhan
kesehatan reproduksi remaja dengan metode ceramah terhadap pengetahuan dan
sikap pada siswa.
Dalam penelitian ini berdasarkan analisis uji yang sudah dilakukan
terdapat pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi remaja terhadap pengetahuan
dan sikap responden setelah dilakukan intervensi.
Kesimpulan penelitian ini adalah kurangnya pengetahuan remaja terhadap
kesehatan reproduksi. Sehingga harus lebih sering diadakan penyuluhan kesehatan
repoduksi remaja.

Kata Kunci : penyuluhan kesehatan reproduksi, metode ceramah, pengetahuan,


sikap
Kepustakaan : 2010 - 2019

vi
Publich Health Program
Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun

ABSTRACT

Yuce Nilasari
The Influence Of Adolescent Reproductive Health Counseling With The
Method To The Knowledge And Attitudes Of Students In SMK N 1 Poncol
Magetan

119 pages + 12 tables + 4 pictures + 21 appendixs


Background : Reproductive health problems of adolscents in Indonesia are
problems around sexuality, HIV AIDS, drugs and abortion. The teenager’s low
knowledge about reproductive health will affect attitudes that will be carried out
by adolescents related to reproductive health. Adolescent reproductive health
problems occur because of the lack of education that adolescents get to
reproductive health. The study aims to determine the effect of adolescent
reproductive health counseling with the lecture method on students knowledge
and attitudes SMK N 1 Poncol Magetan Village.
The methods of this research : This type of research is an experimental study
using Pretest dan Posttest (One Group Pretest And Posttest Design). The study
population was 115 students. Measuring instrument in this univariat and
bivariate, non parametric data distribution with Wilcoxon test.
The results : Risk factors of the study of the Wilcoxon test obtained results
Asymp.Sig. (2-tailed) = 0,000 at significant rates 0,05. Because of the results
Asymp.Sig knowledge and attitude smaller than 0,05 means H0 rejected so there
is the influence of adolescent reproductive health counseling with the lecture
method on students knowledge and attitudes.
Analysis : In this study based on the analysis of the tests that have been carried
out there is the effect of adoslescent reproductive health counseling on the
knowledge and attitudes of respondents after intervention.
Discus and Conclusion : The conclusion of this study is the lack of adolescent
knowledge of reproductive health.

Keywords : Reproductive Health Counseling, Lecture Method, Knowledge,


Attitude
Literatures : 2010 - 2019

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DALAM ................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v

ABSTRAK ...................................................................................................... vi

ABSTRACT .................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xvi

KATA PENGANTAR .................................................................................... xviii

PERSEMBAHAN ........................................................................................... xx

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 7

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 7

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 8

1.5 Keaslian Penelitian............................................................................. 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan Reproduksi Pada Remaja ................................................. 13

viii
2.2 Alat Reproduksi ................................................................................. 14

2.3 Upaya Yang Berhubungan Dengan Kesehatan Reproduksi .............. 16

2.4 Persiapan Reproduksi yang Sehat Pada Remaja ................................ 20

2.5 Masa Remaja dan Permasalahan Remaja .......................................... 25

2.6 Infeksi Menular Seksual Remaja ....................................................... 28

2.7 Beberapa Alternatif Untuk Mencegah Remaja Melakukan Hubungan

Seksual Pranikah ................................................................................ 34

2.8 Pengertian Penyuluhan Kesehatan ..................................................... 36

2.8.1 Tujuan Penyuluhan Kesehatan ................................................. 38

2.8.2 Faktor Keberhasilan Dalam Penyuluhan .................................. 40

2.8.3 Media Penyuluhan .................................................................... 41

2.8.4 Peran Media Dalam Penyuluhan .............................................. 46

2.8.5 Media Penyuluhan Berdasarkan Fungsinya ............................. 46

2.8.6 Metode-Metode Dalam Penyuluhan ......................................... 48

2.8.7 Sasaran Promosi Kesehatan ...................................................... 51

2.8.8 Strategi Promosi Kesehatan ...................................................... 53

2.8.9 Pelaksanaan Promosi Kesehatan .............................................. 54

2.9 Perilaku Remaja Terhadap Kesehatan Reproduksi ............................ 57

2.10Pengertian Perilaku ............................................................................ 58

2.11Peran Promosi Kesehatan Dalam Perubahan Perilaku....................... 60

2.12Peran Promosi Kesehatan Dalam Pengetahuan dan Sikap ................ 61

2.13Faktor Pngaruh Pengetahuan dan Sikap Remaja Terhadap Kesehatan

Reproduksi ......................................................................................... 64

ix
BAB 3. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual Penelitian ........................................................ 77

3.2 Hipotesis Penelitian ........................................................................... 78

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Design Penelitian ............................................................................... 80

4.2 Populasi dan Sampel .......................................................................... 81

4.3 Tehnik Sampling ................................................................................ 82

4.4 Kerangka Kerja Penelitian ................................................................. 84

4.4.1 Kerangka Kerja Penelitian ........................................................ 84

4.4.2 Kerangka Langkah Kerja Penelitian ......................................... 85

4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .................................... 86

4.5.1 Variabel Penelitian ................................................................... 86

4.5.2 Definisi Operasional ................................................................. 88

4.6 Instrumen Penelitian .......................................................................... 90

4.6.1 Metode Penyuluhan ................................................................. 90

4.6.2 Media Penyuluhan .................................................................... 90

4.6.3 Kuesioner ................................................................................. 91

4.6.4 Uji Validitas.............................................................................. 92

4.6.5 Uji Reabilitas ............................................................................ 94

4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 95

4.7.1 Lokasi Penelitian ....................................................................... 95

4.7.2 Waktu Penelitian ....................................................................... 95

4.8 Prosedur Pengumpulan Data .............................................................. 97

x
4.8.1 Data Primer ............................................................................... 97

4.8.2 Data Sekunder ........................................................................... 99

4.9 Tehnik Pengelolaan Data .................................................................... 100

4.10 Analisis Data ............................................................................... 101

4.10.1 Analisis Univariat ................................................................... 101

4.10.2 Analisis Bivariat...................................................................... 101

4.11 Etika Penelitian ............................................................................... 103

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian ........................................... 106

5.2 Hasil Penelitian .................................................................................. 106

5.2.1 Analisis Univariat ..................................................................... 106

5..2.1.1 Data Demografi ........................................................... 106

5.2.2 Analisis Bivariat ....................................................................... 107

5.2.2.1 Hasil Analsisi Uji Wilcoxon Variabel Pengetahuan Dan

Sikap Responden Penyuluhan....................................... 108

5.3 Pembahasan........................................................................................ 111

5.3.1 Pengetahuan Responden Sebelum Diberikan Intervensi

Penyuluhan Dengan Metode Ceramah Tentang Kesehatan

Reproduksi RemajaKepada Siswa Kelas XI SMK N 1 Poncol

Kabupaten Magetan ............................................................... 111

5.3.2 Pengetahuan Responden Sesudah Diberikan Intervensi

Penyuluhan Dengan Metode Ceramah Tentang Kesehatan

xi
Reproduksi RemajaKepada Siswa Kelas XI SMK N 1 Poncol

Kabupaten Magetan ............................................................... 114

5.3.3 Sikap Responden Sebelum Diberikan Intervensi Penyuluhan

DenganMetode Ceramah Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja

KepadaSiswa Kelas XI SMK N 1 Poncol Kabupaten Magetan 117

5.3.4 Sikap Responden Sesudah Diberikan Intervensi Penyuluhan

DenganMetode Ceramah Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja

KepadaSiswa Kelas XI SMK N 1 Poncol Kabupaten Magetan 120

5.4 Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 124

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ........................................................................................ 126

6.2 Saran ................................................................................................. 127

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian........................................................................... 10

Tabel 4.1 Definisi Operasional ........................................................................ 89

Tabel 4.2 Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan .............................................. 93

Tabel 4.3 Uji Validitas Kuesioner Sikap ......................................................... 93

Tabel 4.4 Uji Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan Dan Sikap ......................... 94

Tabel 4.5Ganchart Kegiatan Penelitian Prodi S1 Kesehatan MasyarakatPeminatan

PromKes Di SMKN 1 Poncol Kabupaten Magetan ............................. 96

Tabel 5.1 Deskripsi Data Demografi Responden ............................................. 106

Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas Data Pengetahuan .......................................... 107

Tabel 5.3 Hasil Uji Normalitas Data Sikap ...................................................... 108

Tabel 5.4 Hasil Ranks Uji Wilcoxon Pengetahuan dan Sikap Responden ..... 108

Tabel 5.5 Hasil Analisis Uji Wilcoxon Variabel Pengetahuan ........................ 109

Tabel 5.6 Hasil Analisis Uji WilcoxonVariabel Sikap .................................... 110

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori Lawrence Green ................................................. 76

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian .................................................. 77

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian ........................................................... 84

Gambar 4.2 Keragka Langkah Kerja Penelitian .............................................. 85

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Pengambilan Data Awal Kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten Magetan ........................................................................... 129

Lampiran 2 Surat Izin Pengambilan Data Awal Kepada Kepala Sekolah

SMK N 1 Poncol Kabupaten Magetan............................................... 130

Lampiran 3 Surat Izin Uji Validitas Dan Reliabilitas Puskesmas Poncol

Kabupaten Magetan ........................................................................... 131

Lampiran 4 Surat Izin Uji Validitas Dan Reliabilitas SMK N 2 Magetan....... 132

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian SMK N 1 Poncol Kabupaten Magetan........ 133

Lampiran 6 Surat Keterangan Uji Validitas Dan Reliabilitas Puskesmas Poncol

Kabupaten Magetan ........................................................................... 134

Lampiran 7 Surat Keterangan Uji Validitas Dan Reliabilitas SMK N 2 Magetan135

Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian SMK N 1 Poncol Kabupaten Magetan136

Lampiran 9 Lembar Permohonan Menjadi Responden ................................... 137

Lampiran 10 Lembar Persetujuan Responden ................................................. 138

Lampiran 11 Lembar Kisi-Kisi Kuesioner Pretest Variabel Pengetahuan....... 139

Lampiran 12 Kuesioner Pretest Posttest Variabel Pengetahuan Penelitian ..... 140

Lampiran 13 Kuesioner Pretest Posttest Variabel Sikap Penelitian ................ 142

Lampiran 14 Power Point Penyuluhan ............................................................. 144

Lampiran 15 Leafleat Kesehatan Reproduksi Remaja ..................................... 148

Lampiran 16 Satuan Acara Penyuluhan (SAP) dan Planning Of Actoin (POA) 150

Lampiran 17 Tabulasi Data .............................................................................. 155

Lampiran 18 Hasil Output dengan Aplikasi Anlisis Data ................................ 162

xv
Lampiran 19 Kartu Bimbingan ........................................................................ 178

Lampiran 20 Foto Penelitian ............................................................................ 181

xvi
DAFTAR SINGKATAN

AIDS : Acquired Immuno Deficiency Syndrome

BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

BK : Bimbingan Konseling

ICPD : International Conference On Population And Development

IMS : Infeksi Menular Seksual

KTD : Kehamilan Yang Tidak Diinginkan

KS : Kurang Setuju

KTS : Konseling Tes HIV Sukarela

LCD : Liquid Crystal Display

mmHg : Millimeter Merkuri (Hydrargyrum)

PHBS : Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat

PIK KRR : Pusat Informasi Konsultasi Kesehatan Reproduksi Remaja

PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja

PMS : Penyakit Menular Seksual

PRECEDE :Predisposing Reinforcing Enabling Cause in Educational

Diagnosis and Evaluation

PROCEED :Policy Regulation Organitational and Enviromental Development

Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat

RI : Republik Indonesia

RT : Rukun Tetangga

RW : Rukun Warga

S : Setuju

xvii
Satpol PP : Satuan Polisi Pamong Praja

SDM : Sumber Daya Manusia

SMA : Sekolah Menengah Atas

SMK : Sekolah Menengah Kejuruan

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SPP : Sumbangan Pembinaan Pendidikan

SS : Sangat Setuju

STD : Sexually Transmitted Diseases

TRIAD KRR : Seksualitas, HIV dan AIDS serta NAPZA

TOMA : Tokoh Masyarakat

TOGA : Tokoh Agama

TS : Tidak Setuju

TV : Televisi

HPV : Human Papiloma Virus

HIV : Human Immunodeficiency Virus

xviii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, sehingga Skripsi Penelitian yang berjudul “

Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja Dengan Metode Ceramah

Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Pada Siswa Smk N 1 Poncol Kabupaten

Magetan”. Dapat terselesaikan dengan baik penulisan Proposal Skripsi Penelitian

ini telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dengan

kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Nahari Surur selaku Kepala Sekolah SMK N 1 Poncol Kabupaten

Magetan, yang telah memberikan saya izin untuk melakukan penelitian di

SMK N 1 Poncol Kabupaten Magetan.

2. Bapak Zaenal Abidin S.KM., M.Kes., selaku Ketua Sekolah Tinggi

Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun, yang telah memberi kesempatan

untuk dapat mengikuti pendidikan di Sekolah Tinggi Kesehatan Madiun

Prodi S1 Kesehatan Masyarakat Bhakti Husada Mulia.

3. Ibu Avicena Sakufa Marsanti, S.KM., M.Kes selaku Ketua Program Studi S1

Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Kesehtan Bhakti Husada Mulia

Madiun dan selaku Dewan Penguji Utama,.

4. Bapak Suhadi Prayitno, S.KM., MM., selaku dosen pembimbing I yang telah

meluangkan banyak waktu untuk membimbing saya dalam menyelesaikan

penyususnan skripsi penelitian ini.

xix
5. Ibu Hanifah Ardiani, S.KM., M.KM., selaku dosen pembimbing II yang telah

meluangkan banyak waktu untuk membimbing saya dalam menyelesaikan

penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh siswa siswi kelas XI SMK N 1 Poncol Kabupaten Magetan yang

telah bersedia menjadi responden dan membantu saya dalam pelaksanaan

penelitian skripsi ini.

7. Seluruh anggota keluarga saya Bapak, Ibu yang telah memberikan doa dan

semangat yang tiada henti sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh teman-teman yang sudah bersedia membantu dalam penelitian

skripsi saya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi penelitian ini

masih jauh dari sempurna, maka saran dan kritik yang konstruktif sangat

penulis harapkan demi perbaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga penelitian ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi penulis untuk dijadikan pedoman pelaksanaan penelitian.

Madiun, 16 Juli 2019

Penyusun

xx
PERSEMBAHAN

Dengan segala puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa dan atas

dukungan serta doa dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat saya

selesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, dengan rasa

bangga dan bahagia saya haturkan rasa syukur dan terimakasih saya kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat, ridho, dan berkah yang luar biasa

kepada saya sehingga mendapat kelancaran dan kemudahan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak dan Ibu saya, yang telah memberikan dukungan moril maupun materi

serta doa yang tiada henti untuk kesuksesan saya, karena tiada kata seindah

lantunan doa dan tiada doa yang paling khusuk selain doa yang terucap dari

orangtua. Ucapan terimakasih saja tidak akan pernah cukup untuk membalas

kebaikan orangtua, karena itu terimalah persembahan bakti dan cintaku dengan

gelar yang sudah berhasil saya raih semoga dapat sedikit membalas dan

membahagiakan Bapak dan Ibu.

3. Bapak Suhadi Prayitno, S.KM., MM dan Ibu Hanifah Ardiani, S.KM.,M.KM

selaku dosen pembimbing, yang selama ini telah tulus dan ikhlas meluangkan

waktu untuk menuntun dan mengarahkan saya, agar saya menjadi lebih baik

dan dapat menyelesaikan Skripsi saya dengan baik dan tepat waktu.

Terimakasih Bapak dan Ibu dosen Pembimbing atas semua ilmu yang sudah

diberikan kepada saya, jasa kalian akan selalu terpatri di hati.

xxi
4. Ibu Avicena Sakufa Marsanti, S.KM.,M.Kes selaku dosen penguji, terimakasih

Ibu sudah begitu banyak membantu selama ini, terimakasih telah memberikan

semangat, masukan, nasehat serta bantuan dalam penyelesaian Skripsi ini.

Kebaikan dan keiklasan Ibu akan selalu terukir di hati.

5. Temanku, Chyntia Devi, S.KM terimakasih sudah meluangkan waktunya untuk

membantu Skripsi saya mulai dari mencari data awal, validitas, sampai

penelitian. Serta teman-teman minat Promkes angkatan 2015, terimakasih atas

semangat dan dukungan dari kalian yang sangat membangkitkan semangat

saya untuk menyelesaikan Skripsi dengan tepat waktu. Terimkasih juga untuk

canda, tawa, tangis, dan perjuangan yang kita lewati bersama dan terimakasih

untuk kenangan manis yang telah terukir selama ini.

Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk kalian semua, akhir kata saya

persembahkan Skripsi ini untuk orangtua dan teman-teman semua. Dan semoga

Skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna untuk kemajuan ilmu pengetahuan di

masa yang akan datang. Amin..

xxii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Deskripsi kesehatan reproduksi yang ditetapkan dalam Konferensi

Internasional Kependudukan dan Pembangunan (international conference on

population and development/ICPD) adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental,

dan sosial yang utuh, bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan,

tetapi dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi

serta proses-prosesnya. Promosi kesehatan reproduksi pada remaja sering

dikonotasikan sebagai pendidikan seks di mana sebagian besar masyarakat

Indonesia masih mentabukan hal ini. Bahkan pada lembaga pendidikan formal

setingkat sekolah menengah yang masih ragu untuk melaksanakan penyuluhan

kesehatan reproduksi pada siswanya. Sementara itu, masa remaja adalah fase

pertumbuhan dan perkembangan saat individu mencapai usia 10-19 tahun.

Dalam rentang waktu ini terjadi pertumbuhan fisik yang cepat, termasuk

pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ reproduksi remaja. Dalam

siklus kehidupan, masa remaja merupakan masa keemasan.

Pada masa remaja terjadi banyak perubahan dan masalah, yang jika tidak

cepat ditangani akan menjadi masalah yang berkepanjangan dan berdampak

serius. Remaja yang sehat adalah remaja yang produktif sesuai dengan tingkat

perkembangannya. Masalah yang kemudian muncul adalah bagaimana

memahami kesehatan remaja (Poltekkes Depkes Jakarta 1, 2010). Remaja

dalam masa pertumbuhan dan mengalami banyak perubahan salah satunya

1
perubahan emosi, menjadikan remaja sebagai individu yang agresif dan mudah

bereaksi dan salah menentukan sikap terhadap rangsangan. Bila tidak didasari

dengan pengetahuan yang cukup, mencoba hal baru yang berhubungan dengan

kesehatan reproduksi bisa memberikan dampak yang akan menghancurkan

masa depan remaja dan keluarga.

Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada

tahun (2011) masalah yang menonjol di kalangan remaja adalah permasalahan

seputar TRIAD KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS serta NAPZA), rendahnya

pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja akan berpengaruh

terhadap sikap yang akan dilakukan oleh remaja berhubungan dengan

kesehatan reproduksi remaja. Dampak bila tidak diberikan edukasi mengenai

kesehatan reproduksi remaja lebih mudah melakukan perilaku seksual yang

berisiko (Setiowati, 2017). Perilaku yang tidak sehat pada remaja akan

menimbulkan masalah kesehatan reproduksi seperti, kehamilan yang tidak

diinginkan (KTD), aborsi, dan IMS (Syatawati, 2017).

Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2016 di Indonesia sebanyak 3,8%

remaja pernah melakukan hubungan seksual pranikah. Angka ini meningkat

cukup signifikan menjadi 9% pada tahun 2017. Telah terjadi peningkatan

angka kehamilan remaja, dari tahun 2016 sebanyak 3,7% menjadi 4,6% dari

jumlah ibu hamil pada tahun 2017. Peningkatan kejadian penyakit menular

seksual dari 10% tahun 2016 menjadi 17% dari kasus yang ditemukan pada

tahun 2017. Saat ini di Indonesia baru 32,4% remaja yang pernah mendapatkan

informasi kesehatan reproduksi.

2
Menurut survey Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Pusat

(BKKBN) tahun 2016, 63% remaja di Indonesia usia sekolah SMP dan SMA

sudah melakukan hubungan seksual diluar nikah atau seks bebas. Di Jawa

Timur tahun 2017 sedikitnya 38,266 (49,9%) remaja diduga pernah

berhubungan intim diluar nikah atau melakukan seks bebas dari 765,762

remaja (Agus, 2017).

Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan menunjukkan peningkatan

jumlah pasien yang terkena Infeksi Menular Seksual (IMS), dari tahun 2017

sebanyak 21 pasien, menjadi 31 pasien pada tahun 2018. Peningkatan jumlah

orang yang positif HIV melalui Konseling Tes HIV Sukarela (KTS), dari tahun

2017 sebanyak 30 pasien, menjadi 39 pasien pada tahun 2018. Terjadi

peningkatan jumlah pasien yang positif HIV, dari tahun 2017 sebanyak 36

pasien, menjadi 38 pasien pada tahun 2018 (Dinas Kesehatan Kabupaten

Magetan, 2019 ).

Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan di SMKN 1 Poncol

Kabupaten Magetan, pada hari Senin tanggal 18 Januari 2019, didapatkan data

siswa/siswi kelas XI sebanyak 115 orang, terdiri dari 42 pria dan 73 wanita,

diketahui bahwa masih kurangnya informasi yang didapatkan oleh siswa

tentang kesehatan reproduksi remaja. Dari hasil wawancara dengan 15 orang,

9 siswa dan 6 siswi, didapatkan hasil 9 (60%) dari mereka masih ragu

mengenai pengertian kesehatan reproduksi remaja, 11 (73,3%) dari mereka

ragu untuk menjawab mengenai penyakit yang berhubungan dengan kesehatan

reproduksi remaja. Sedangkan untuk sikap siswa dalam mendapat pengetahuan

3
mengenai kesehatan reproduksi remaja, 12 (80%) dari 15 responden menjawab

mereka mendapat informasi kesehatan reproduksi dari media elektronik seperti

handphone. Berdasarkan jawaban 15 siswa yang menjadi responden tersebut

dapat digambarkan bahwa masih kurangnya pengetahuan mereka terhadap

kesehatan reproduksi serta sikap yang kurang baik mengenai kesehatan

reproduksi remaja.

Kasus seputar reproduksi remaja sekarang semakin meningkat, disebabkan

ketidakpahaman remaja terhadap berbagai aspek reproduksi yang berhubungan

dengan dirinya sendiri. Permasalahan remaja mengenai seksualitas dan

kesehatan reproduksi kian lama dirasakan kian komplek dan memprihatinkan.

Disebabkan karena kurangnya pengetahuan remaja tentang kesehatan

reproduksi dan cara-cara melindungi dirinya terhadap risiko kesehatan

reproduksi, sehingga perlu mendapatkan perhatian yang lebih. Konsekuensi

dari rendahnya pengetahuan dan pemahaman remaja terhadap kesehatan

reproduksi adalah mudahnya remaja mengalami masalah yang berhubungan

dengan kesehatan reproduksi dan seksual (Sari, 2015). Dalam rangka mencari

pengetahuan mengenai seks, ada remaja yang melakukannya secara terbuka

bahkan mulai mencoba mengadakan eksperimen dalam kehidupan seksual.

Misalnya dalam berpacaran, mereka mengambil sikap dan mengekspresikan

perasaannya dalam bentuk-bentuk perilaku yang menuntut keintiman secara

fisik dengan pasangannya, seperti berciuman, bercumbu, dan lain-lain

(Ernawati, 2018).

4
World Health Organization merekomendasikan bahwa edukasi kesehatan

reproduksi dimasukkan dalam konteks promosi kesehatan di sekolah. Salah

satu upaya Kementerian Kesehatan RI untuk mengatasi masalah kesehatan

reproduksi adalah dengan membuat program Pelayanan Kesehatan Peduli

Remaja (PKPR) di Puskesmas yang mulai dilaksanakan sejak tahun 2003.

Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja ini diberikan di dalam maupun di luar

gedung yang ditujukan bagi kelompok remaja sekolah maupun masyarakat.

Selain solusi dari pemerintah dapat pula dilakukan Penyuluhan kesehatan

masyarakat (Public Health Education) secara rutin, yaitu suatu kegiatan atau

usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau

individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut masyarakat

atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih

baik, dan pengetahuan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap

perilakunya (Notoadmodjo, 2012).

Berbagai metode promosi kesehatan yang dilakukan biasanya dalam

bentuk seminar, ceramah, diskusi, bermain peran, buklet, leaflet, dan poster.

Dalam menyampaikan informasi kesehatan reproduksi pada remaja dapat

dilakukan dengan cara promosi kesehatan dengan menggunakan metode

ceramah. Metode ceramah merupakan salah satu metode yang efektif karena

antara penyuluh dan peserta penyuluhan dapat berinteraksi secara langsung.

Hal ini didukung oleh penelitian (Syatawati, 2017) Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat pengetahuan setelah dilakukan

promosi kesehatan dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi

5
dibanding dengan kelompok tanpa intervensi. Pemberian pengetahuan

mengenai kesehatan reproduksi perlu dilakukan dengan metode yang tepat agar

dapat meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi. Promosi kesehatan

dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi efektif untuk

meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja (Syatawati,

2017).

Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Poncol, yang merupakan satu-

satunya SMK di daerah Poncol Kabupaten Magetan yang berlokasi di daerah

Poncol, Kabupaten Magetan. Berdasar atas observasi SMK Negeri 1 Poncol

siswa kurang mendapatkan penyuluhan kesehatan reproduksi baik di sekolah

ataupun di luar sekolah, dan daerah tersebut terdapat beberapa tempat wisata

yang setiap hari ramai dikunjungi wisatawan, beberapa wisatawan tersebut

merupakan remaja-remaja yang berpasangan. Lokasi sekolah juga dekat

dengan beberapa sarana pariwisata seperti tempat penginapan. Kedekatan

sekolah dengan area wisata dan banyaknya sarana penginapan yang ada,

dikhawatirkan dapat mempengaruhi remaja secara negatif sehingga penting

dilakukan edukasi kesehatan reproduksi di sekolah tersebut sedini mungkin.

Berdasar atas hal tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian untuk

mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan dengan metode ceramah terhadap

pengetahuan dan sikap pada siswa tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).

Responden penelitian adalah siswa kelas XI, karena menurut keterangan pihak

sekolah, untuk kelas X ada kegiatan praktek di sekolah yang tidak bisa

6
ditinggalkan, sedangkan untuk kelas XII sudah tidak aktif di sekolah karena

sudah menjalani ujian nasional.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka rumusan masalah

penelitian Apakah ada pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi remaja

dengan metode ceramah terhadap pengetahuan dan sikap pada siswa SMK N

1 Poncol Kabupaten Magetan ?

1.3 Tujuan Penelitian

A. Tujuan Umum

Menganalisis Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja

Dengan Metode Ceramah Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Pada Siswa

SMK N 1 Poncol Kabupaten Magetan.

B. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pengetahuan remaja terhadap kesehatan reproduksi

pada siswa SMK N 1 Poncol Kabupaten Magetan sebelum diberikan

penyuluhan kesehatan reproduksi remaja.

2. Mengidentifikasi pengetahuan remaja terhadap kesehatan reproduksi

pada siswa SMK N 1 Poncol Kabupaten Magetan sesudah diberikan

penyuluhan kesehatan reproduksi remaja.

3. Mengidentifikasi sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi pada

siswa SMK N 1 Poncol Kabupaten Magetan sebelum diberikan

penyuluhan kesehatan reproduksi remaja.

7
4. Mengidentifikasi sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi pada

siswa SMK N 1 Poncol Kabupaten Magetan sesudah diberikan

penyuluhan kesehatan reproduksi remaja.

5. Menganalisis pengaruh pemberian penyuluhan kesehatan reproduksi

dengan metode ceramah terhadap pengetahuan pada Siswa SMK N 1

Poncol Kabupaten Magetan.

6. Menganalisis pengaruh pemberian penyuluhan kesehatan reproduksi

dengan metode ceramah terhadap sikap pada Siswa SMK N 1 Poncol

Kabupaten Magetan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi SMK N 1 Poncol, Kabupaten Magetan

Hasil penelitian dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kegiatan

BK (Bimbingan Konseling) sebagai tempat konseling bagi siswa jika

terjadi masalah serta dapat dijadikan referensi dalam rencana pelaksanaan

penyuluhan kesehatan reproduksi bagi siswa SMK N 1 Poncol, Kabupaten

Magetan.

2. Bagi Institusi Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun

Dapat dijadikan sebagai landasan dasar dalam meningkatkan

kreativitas bagi mahasiswa khususunya mahasiswa jurusan kesehatan

masyarakat Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun dalam melaksanakan

penyuluhan kesehatan reproduksi pada remaja, serta dapat meningkatkan

kepedulian terhadap sesama remaja.

8
3. Bagi Peneliti selanjutnya

Memberikan tambahan pengetahuan serta pengalaman khusus dalam

melakukan penelitian ilmiah terhadap pengetahuan dan sikap remaja

mengenai kesehatan reproduksi sebelum dilakukan penyuluhan serta

perubahan pengetahuan dan sikap remaja mengenai kesehatan reproduksi

setelah mendapatkan pendidikan kesehatan reproduksi melalui penyuluhan

kesehatan reproduksi bagi remaja yang sudah dilaksanakan.

1.5 Keaslian Penelitian

Dalam penelitian yang akan dilakukan, peneliti memanfaatkan beberapa

penelitian yang sudah pernah dilakukan untuk dijadikan sebagai bahan

referensi dan dijadikan sebagai keaslian penelitian. Peneliti membedakan

beberapa hal yang sudah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya.

Diantaranya judul penelitian, tempat penelitian, rancangan penelitian, serta

variabel penelitian.

9
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No. Judul Nama Tempat Rancangan Variabel Hasil
Penelitian Peneliti, Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian
Tahun
1. Pengaruh Yanti SMP N 4 kuantitatif Variabel Terdapat
Pendidikan Puspita Palembay dengan independen perbedaan
Kesehatan Sari, Lora ang. disain Pra pendidikan rata-rata
Reproduksi Desi Eksperimen kesehatan pengetahuan
Menggunakan Mulyanti, dengan reproduksi kesehatan
Metode Tuti rancangan remaja reproduksi
Mentoring Oktriani, one group dengan pada
Terhadap 2015 pretest- metode siswa/siswi
Pengetahuan posttest. mentoring SMP N 4
Remaja Tehnik dan variabel Palembayan
Tentang sampling dependen antara sebelum
Kesehatan multistage pengetahuan dan sesudah
Reproduksi random kespro. diberikan
sampling. pendidikan
kesehatan
reproduksi
dengan metode
mentoring
yaitu sebesar
16.41. Nilai p
value yang
didapatkan
dari uji
statistik adalah
0.000. Hal ini
menjelaskan
bahwa adanya
pengaruh
pendidikan
kesehatan
reproduksi
dengan metode
mentoring
terhadap
pengetahuan
keseha-tan
reproduksi
pada remaja
SMP N 4
Palembayan.

10
Lanjutan 1 Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No Judul Nama Tempat Rancangan Variabel Hasil
. Penelitian Peneliti, Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian
Tahun
2. Efektivitas Afifah MAN 3 Pra Variabel Ada
Penyuluhan Johariya Bantul Experinment independen perbedaan
Kesehatan h, Titik al Design : yang
Reproduksi Mariati, dengan pengetahua signifikan
Remaja 2018 menggunaka n terhadap
Dengan n rancangan Variabel perubahan
Pemberian One-Group dependen: pengetahuan
Modul Pretest- penyuluhan remaja
Terhadap Posttest. kesehatan sebelum dan
Perubahan Analisis data reproduksi setelah diberi
Pengetahuan dengan uji remaja. penyuluhan
Remaja Wilcoxon. kesehatan
reproduksi
remaja dengan
penyuluhan
kesehatan
reproduksi.
3. Pengetahuan Hery Desa di Kuantitatif Variabel Dengan
Kesehatan Ernawati Kabupaten dengan pengetahua menggunakan
Reproduksi , 2018 Ponorogo analisis data n kespro. Chi Square
Remaja Di uji chi square didapatkan 3
Daerah faktoryang
Pedesaan mempengaruh
i pengetahuan
kesehatan
reproduksi
remaja, yaitu
jenis kelamin,
jumlah
sumber
informasi dan
pemanfaatan
orang tua
sebagai
sumber
informasi
kesehatan
reproduksi
remaja.

11
Berdasarkan keterangan diatas, dapat diketahui beberapa hal yang

membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya diantaranya :

1. Variabel yang berbeda dengan peneliti sebelumnya yaitu variabel

Independen penyuluhan kesehatan reproduksi remaja dengan metode

ceramah, dan variabel Dependen sikap.

2. Tahun dalam pelaksanaan penelitian yaitu tahun 2019.

3. Tempat dalam penelitian yaitu SMKN 1 Poncol, Kabupaten Magetan.

4. Metode penelitian menggunakan metode Pra Experinmental Design

dengan menggunakan rancangan One-Group Pretest-Posttest. Analisis

data Univariat dan Bivariat, jika distribusi data normal dengan

menggunakan uji statistik t test berpasangan atau paired simple t test, jika

distribusi data tidak normal dengan menggunakan uji Wilcoxon.

12
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan Reproduksi Pada Remaja

Deskripsi kesehatan reproduksi yang ditetapkan dalm Konferensi

Internasional Kependudukan dan Pembangunan (international conference

on population and development/ICPD) adalah keadaan kesejahteraan fisik,

mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya tidak adanya penyakit atau

kelemahan, tetapi dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem

reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya. Guna mencapai kesejahteraan

yang berhubungan dengan fungsi dan proses sistem reproduksi, maka setiap

orang (khususnya remaja) perlu mengenal dan memahami tentang hak-hak

reproduksi dan seksual berikut ini (Supriyanto, 2015) :

1. Hak untuk hidup,

2. Hak mendapatkan kebebasan dan keamanan,

3. Hak atas kesetaraan dan terbebas dari segala hal bentuk diskriminasi,

4. Hak privasi,

5. Hak kebebasan berfikir,

6. Hak atas informasi dan edukasi,

7. Hak memilih untuk menikah atau tidak, serta untuk membentuk dan

merencanakan sebuah keluarga,

8. Hak untuk memutuskan apakah ingin dan kapan mempunyai anak,

9. Hak atas pelayanan dan proteksi kesehatan,

10. Hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan,

13
11. Hak atas kebebasan berserikat dan berpartisipasi dalam arena politik,

12. Hak untuk terbebas dari kesakitan dan kesalahan pengobatan.

Masa remaja adalah fase pertumbuhan dan perkembangan saat

individu mencapai usia 10-19 tahun. Dakam rentang waktu ini terjadi

pertumbuhan fisik yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan

dari fungsi organ reproduksi. Seiring dengan pertumbuhan fisik, remaja

juga mengalami perubahan jiwa. Remaja menjadi individu yang sensitive,

mudah menangis, mudah cemas, frustasi, tetapi juga mudah tertawa.

Perubahan emosi menjadikan remaja sebagai individu yang agresif dan

mudah bereaksi terhadap rangsangan. Remaja mulai mampu berpikir

abstrak, senang mengkritik, dan ingin mengetahui hal yang baru. Bila

tidak didasari dengan pengetahuan yang cukup, mencoba hal yang baru

berhubungan dengan kesehatan reproduksi bisa memberikan dampak yang

akan menghancurkan masa depan remaja dan keluarga (Poltekkes Depkes

Jakarta 1. 2010).

2.2 Alat reproduksi

Selain memahami hak-hak reproduksi dan seksual, remaja juga perlu

memahami anatomi alat reproduksi dan fungsinya. Di bawah ini dijelaskan

secara singkat mengenai alat reproduksi pria dan wanita dengan fungsi

fisiologisnya masing-masing.

14
A. Alat reproduksi pria

1) Testis

Pria memiliki dua buah testis untuk memproduksi sperma yang

dibungkus oleh lipatan kulit berbentuk kantungg yaitu skrotum.

Dimulai sejak masa puber, sepanjang masa hidupnya pria akan

memproduksi sperma. Selain itu, testis juga menghasilkan hormaon

testoteron. Di sisi belakang masing-masing testis terdapat epdidimis,

yaitu tempat sperma mengalami pematangan. Saluran selanjutnya

adalah vas deferens, saluran ini dan masuk ke vesika seminalis

sebagai tempat penampungan sperma.

2) Penis

Penis adalah alat reproduksi yang membawa cairan mani ke dalam

vagina. Di dalam penis ada saluran uretra. Jika ada rangsangan

seksual, maka darah di dalam penis akan terpompa. Akibatnya, penis

menjadi tegang dan mengeras, lalu cairan semen yang mengandung

sperma keluar dari vesika seminalis dan uretra terpancar keluar.

Proses tersebut dikenal dengan istilah ejakulasi.

B. Alat reproduksi wanita

1) Ovarium

Setiap wanita memiliki sepasang ovarium, yang setiap bulan secara

bergantian mengeluarkan satu sel telur (ovum) yang matang. Ovarium

juga menghasilkan hormone estrogen dan pprogesteron.

15
a. Tuba falopii

Sepasang tuba valopi menghubungkan ovarium dengan rahim

pada sisi kiri dan kanan.

b. Uterus

Uterus (rahim) adalah tertanamnya ovum yang telah dibuahi,

yang selanjutnya akan tumbuh dan berkembang menjadi janin. Bila

tidak terjadi pembuahan, maka ada lapisan dinding uterus yang

terkelupas dan terjadi perdarahan yang disebut menstruasi. Bagian

akhir dari uterus yang berhubungan dengan vagina disebut serviks.

c. Vagina

Vagina adalah saluran yang menghubungkan uterus dengan

alat reproduksi bagian luar. Vagina merupakan tempat masuknya

penis saat melakukan hubungan seksual.

2.3 Upaya Yang Berhubungan Dengan Kesehatan Reproduksi

Perlu disadari bersama bahwa kesehatan reproduksi tidak dapat

dipisahkan dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk

mempertahankan kondisi prima dalam hal kesehatan reproduksi harus

didukung oleh perilaku hidup bersih dan sehat. Misalnya, makan dengan

menu seimbang, adanya keseimbangan antara bekerja dan istirahat,

olahraga, rekreasi, dan lainnya. Memelihata kesehatan reproduksi

(Poltekkes Depkes Jakarta 1. 2010) :

16
a. Penggunaan pakaian dalam

Pakaian dalam yang digunakan sebaiknya yang terbuat dari

bahan yang menyerap keringat, misalnya katun atau kaus. Kain

yang tidak mnyerap keringat akan menimbulkan rasa panas dan

lembap. Kondisi ini akan menimbulkan keyidaknyamanan bagi

pemakai, serta sangat kondusif bagi pertumbuhan jamur. Pakaian

dalam yang dikenakan juga harus dalam keadaan bersih dan ukuran

yang tepat. Pakaian yang terlalu sempit atau penggunaan karet

yang berlebihanakan mengganggu kerja kulit dan menimbulkan

rasa gatal.

b. Penggunaan handuk

Masyarakat Indonesia masih menggunakan handuk sebagai

perlengkapan mandi yang dipakai secara berulang, bahkan ada

yang menggunkan satu handuk secara bersamaan dalam satu

keluarga. Tetapi yang perlu diperhatikan adalah handuk harus

selalu dijemur setiap kali selesai dipakai. Handuk dijemur agar

terkena sinar matahari, sehingga jasad renik yang ada pada handuk

mati dan tidak menimbulkan infeksi. Sebaiknya handuk tidak

digunakan lebih dari satu minggu atau bila sudah tidak nyaman

dipergunakan. Namun, walaupun dalam satu keluarga, penggunaan

handuk secara bersamaan hendaknya dihindari. Handuk yangv

digunakan secara bersamaan bisa menjadi media penularan

penyakit kulit dan kelamin, misalnya scabies dan pedikulosis pubis.

17
Scabies disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabies var.Hominis.

gejala scabies yang utama adalah pruritis pada malam hari, karena

aktivitas tungau meningkat pada suhu kulit yang lembab dan

hangat. Pedikulosis pubis disebabkan oleh kutu Pthirus pubis. Bila

kutu ini menggigit, maka tidak terilhat jelas bekas gigitannya.

Namun setelah 30 hari akan timbul pruritis, eritema, dan infeksi

sekunder.

c. Memotong bulu pubis

Alat kelamin pria dan perempuan ditumbuhi bulu. Guna

memelihara kebersihan dan kerapian, bulu-bulu pubis sebaiknya

dicukur. Bagi pemeluk agama Islam, disunahkan untuk mencukur

habis bulu-bulu pubis setiap 40 hari. Dengan mencukur bulu-bulu

pubis, kebersihan bulu-bulu pubis akan selalu terjaga, sehingga

tidak menjadi media kehidupan kutu dan jasad renik, serta aroma

yang tidak sedap. Bulu pubis yang terlalu panjang dan lebat

(khususnya bagi remaja putri) akan selalu terpapar oleh urine saat

buang air kecil.

d. Kebersihan alat kelamin luar

Bagi remaja putri, membiasakan diri untuk membersihkan vulva

setiap setelah buang air kecil atau buang air besar dan

mengeringkan sampai benar-benar kering sebelum mengenakan

pakaian dalam adalah perilaku yang benar. Tehnik membersihkan

vukva adalah dari arah depan kebelakang. Jika perlu, gunakan air

18
bersih yang hangat. Bersihkan vulva dengan tidak menggunakan

cairan antiseptik secara berlebihan, karena akan merusak flora

normal, yaitu bakteri Doderlain. Kuman ini mencegah glikogen

pada lender vagina menjadi asam (Ph ± 4,5) yang bersifat

bakterisida (membunuh kuman). Penggunaan antiseptik yang

berlebihan akan membunuh flora normal ini dan memberi

kesempatan bagi berkembang biaknya kuman patogenik, sehingga

tubuh akan rentan terhadap infeksi. Bagi remaja putra, glans penis

juga harus dibersihkan dari sisa urine setiap setelah buang air kecil.

Khusus bagi remaja putra yang tidak dilakukan sirkumsisi pada

preputiumnya, pada saat membersihkan preputium harus diretraksi

sehingga seluruh permukaan glans penis dapat dibersihkan. Hal ini

dilakukan karena cairan urine yang mengandung urea dapat

merusak selaput lender glans penis atau menimbulkan ulserasi pada

meatus uretrae.

e. Penggunaan pembalut wanita

Pada saat haid, remaja putri harus memakai pembalut wanita

yang bersih. Pilih pembalut yang tidak berwarna dan tidak

mengandung parfum (pewangi). Hal ini dilakukan untuk

mengurangi paparan zat kimia pad vulva. Setelah buang air kecil

atau buang air besar, ganti dengan pembalut yang bersih (baru).

Jenis ukuran pembalut disesuaikan dengan kebutuhannya, misalnya

pada saat menjelang haid dan mulai terasa ada keputihan yang

19
sifatnya fisiologis, bisa menggunakan pembalut yang berukuran

kecil (pantyliner).

f. Meningkatkan imunitas

Human Papiloma Virus (HPV) adalah jasad renik yang bersifat

onkogenik (menyebabkan kanker). Wanita yang terinfeksi HPV

umumnya akan menderita kanker serviks (kanker leher rahim)

dalam waktu 10-20 tahun, tetapi pada beberapa kasus ada yang

prosesnya berjalan sangat cepat yaitu hanya dalam waktu 1-2

tahun. Semua perempuan beresiko terkena kanker serviks, dan

risiko meningkat apabila telah melakukan kegiatan seksual aktif

pada usia muda (< 20 tahun), berganti-ganti pasangan,seering

mengalami kehamilan, merokok, dan menderita penyakit menular

seksual. Meningkatkan imunitas terhadap HPV melalui vaksinasi

merupakan salah satu upaya mencegah kanker serviks, yang sangat

efektif bila dilakukan oleh remaja putri sejak usia 10 tahun.

2.4 Persiapan Reproduksi Yang Sehat Pada Remaja

Adapun yang berhubungan dengan persipan berproduksi yang sehat

adalah sebagai berikut (Poltekkes Depkes Jakarta 1. 2010) :

a. Remaja pria

Pada remaja pria, dilakukan sirkumsisi. Sirkumsisi adalah

memotong atau membuang seluruh preputium pada alat reproduksi

pria. Sebaiknya setiap remaja pria melakukan sirkumsisi. Karena bila

sirkumsisi tidak dilakukan dan kebersihan penis tidak terpelihara,

20
maka dapat terjadi peradangan glans penis dan preputium

(balanopostitis). Hal ini terjadi karena sperma mengumpul di bawah

preputium yang menimbulkan terjadi bercak kemerahan dan

deskuamasi terutama yang berhubungan dengan korona, serta

menimbulkan rasa gatal. Peradangan ini bisa berlanjut dengan

komplikasi stenosis preputium, serta kontraksi frenulum atau

penyempitan meatus urinarius eksternus.

b. Remaja putri

Mencegah anemia, tekanan darah adalah kekuatan yang

dikeluarkan oleh darah pada dinding pembuluh darah. Satuan

pengukuran tekanan darah menggunakan standar millimeter air raksa

(mmHg). Pengukuran tekanan darah dilakukan pada arteri dekat

jantung. Tekanan darah normal adalah 100/60 sampai dengan 140/90

mmHg. Tekanan darah dikatakan tinggi bila sitolik ≥160 mmHg dan

diastolic ≥95 mmHg. Untuk mempersiapkan fungsi reproduksi yang

sehat, remaja putri perlu memonitor keadaan tekanan darahnya. Bila

tekanan darah mengalami peningkatan, segera konsultasi dengan

dokter agar mendapat pengobatan. Tekanan darah yang tinggi saat

bereproduksi akan memudahkan terjadinya kondisi kegawat daruratan

obstetric yaitu preeklamsia verat dan eklamsia. Preeklamsia berat

adalah hipertensi yang disertai dengan protein dalm urine, sedangkan

dikakatakan eklamsia bila kondisi tersebut disertai dengan kejang.

21
Untuk menjaga agar remaja putri tidak menderita hipertensi,

diantaranya dengan cara sebagai berikut :

1) Menjaga agar berat badan tidak berlebihan, yaitu berat badan

seimbang dengan tinggi badan. Berat badan yang berlebih

cenderung memiliki risiko tekanan darah tinggi.

2) Tidak minum alkohol, karena kadar alkohol yang tinggi dalam

minuman dan dikonsumsi secara terus menerus akan memicu

hipertensi.

3) Tidak merokok.

c. Tidak melakukan hubungan seksual pranikah

Hubungan seks adalah perilaku yang dilakukan sepasang individu

karena adanya dorongan seksual dalam bentuk penetrasi penis

kedalam vagina. Perilaku ini disebut juga koitus, tetapi juga ada

penetrasi ke mulut (oral) atau ke anus (anal). Koitus secara moralitas

hanya dilakukan oleh sepasang individu yang telah menikah.

Hubungan seks pranikah sangat merugikan bagi remaja.

d. Kerugian remaja bila melakukan hubungan seksual pranikah adalah

sebagai berikut :

1) Resiko menderita penyakit menular seksual, misalnya gonore,

sifilis, HIV/AIDS, herpes simpleks, herpes genitalis.

2) Remaja putri berisiko mengalami kehamilan yang tidak diinginkan.

Bila ini terjadi, maka berisiko terhadap tindakan aborsi yang tidak

aman dan resiko infeksi atau kematian karena perdarahan. Bila

22
kehamilan diteruskan, maka beresiko melahirkan bayi yang kurang

atau tidak sehat.

3) Trauma kejiwaan (depresi, rasa rendah diri, dan rasa berdosa

karena berzina).

4) Remaja putri yang hamil berisiko kehilangan kesempatan untuk

melanjutkan pendidikan.

e. Faktor yang menyebabkan remaja melakukan hubungan seksual

pranikah adalah :

1) Adanya dorongan biologis

Dorongan biologis untuk melakukan hubungan seksual

merupakan insting alamiah dari berfungsinya organ sistem

reproduksi dan kerja hormone. Dorongan dapat menimgkat karena

pengaruh dari luar, misalnya dengan membaca buku atau melihat

film atau majalah yang menampilkan gambar-gambar yang

membangkitkan erotisme. Di era teknologi informasi yang tinggi

sekarang ini, remaja sangat mudah mengakses gambar-gambar

tersebut melalui telepon genggam dan akan selalu dibawa dalam

setiap langkah remaja.

2) Ketidakmampuan mengendalikan dorongan biologis

Kemampuan mengendalikan dorongan biologis dipengaruhi

oleh nilai-nilai moral dan keimanan seseorang. Remaja yang

memiliki kuat tidak akan melakukan seks pranikah. Namun

keimanan ini dapat sirna tanpa tersisa bila remaja dipengaruhi oleh

23
obat-obatan misalnya psikotropika. Obat ini akan mempengaruhi

pikiran remaja sehingga pelanggaran terhadap nilai-nilai agama

dan moral dinikmati dengan tanpa rasa bersalah.

3) Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

Kurangnya pengetahuan atau mempunyai konsep yang salah

tentang kesehatan reproduksi pada remaja dapat disebabkan karena

masyarakat tempat remaja tumbuh memberikan gambaran sempit

tentang kesehatan reproduksi sebagai hubungan seksual. Biasanya

topik terkait reproduksi tabu dibicarakan dengan anak (remaja).

Sehinga saluran informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi

menjadi sangat kurang.

4) Adanya kesempatan melakukan hubungan seksual pranikah

Faktor melakukan hubungan seksual pranikah sangat penting

untuk dipertimbangkan, karena bila tidak ada kesempatan baik

ruang maupun waktu, maka hubungan seksual pranikah tidak akan

terjadi. Terbukanya kesempatan pada remaja untuk melakukan

hubungan seksual didukung oleh hal-hal sebagai berikut:

a) Kesibukan orang tua yang menyebabkan kurangnya perhatian

pada anak. Tuntutan kebutuhan hidup sering menjadi alasan

suami istri bekerja di luar rumah dan menghabiskan hari-harinya

dengan kesibukan masing-masing sehingga perhatian terhadap

anak remajanya terabaikan.

24
b) Pemberian fasilitas (termasuk ruang) pada remaja sering

berlebihan. Adanya ruang yang berlebihan membuka peluang

bagi remaja untuk membeli fasilitas, misalnya menginap di hotel

atau motel atau night club sampai larut malam. Situasi ini sangat

mendukung terjadinya hubungan seksual pranikah.

c) Pergeseran nilai-nilai moral dan etika di masyarakat dapat

membuka peluang yang mendukung hubungan seksual pranikah

pada remaja. Misalnya, dewasa ini pasangan remaja yang

menginap di hotel atau motel adalah hal yang biasa, sehingga

tidak ditanyakan atau dipersyaratkan untuk menunjukkan akte

nikah.

d) Kemiskinan mendorong terbukanya kesempatan bagi remaja

khususnya wanita untuk melakukan hubungan seksual pranikah.

Karena kemiskinan ini, remaja putri terpaksa bekerja. Namun,

sering kali mereka tereksploitasi, bekerja lebih dari 12 jam

sehari, bekerja di perumahan tanpa dibayar hanya diberi makan

dan pakaian, bahkan beberapa mengalami kekerasan seksual.

2.5 Masa Remaja Dan Permasalahan Remaja

Sebuah masa yang tidak mudah, terutama ketika seorang anak yang

penuh semangat mencapai umur dua belas atau tiga belas tahun. Selama

ini orang lain senantiasa mengambil sebagian besar keputusan-keputusan

untuk mereka. Akan tetapi tiba-tiba keadaan berubah karena anak laki-

laki dan perempuan mulai tumbuh dengan cepat, dan tulang-tulang serta

25
otot-otot bertambah kuat. Saat itu pula pikiran mereka mulai berkembang,

dan masing-masing menjadi manusia yang mempunyai hak. Sekarang

remaja harus mengesampingkan sifat kekanak-kanakan dan menjadi

seorang dewasa, tetapi masa peralihan seperti itu tidak mudah. Perubahan-

perubahan yang sangat menarik perhatian itu selalu menimbulkan

persoalan-persoalan yang serius, karena baik orang tua maupun anak-anak

sering bingung dan tidak mengetahui apa yang harus dikerjakan. Anak

muda ini merasa sudah sanggup mengendalikan dirinya sendiri, tetapi

kebanyakan masih merindukan perlindungan di rumah tangga dan

bimbingan dari pikiran yang lebih tua dan lebih bijaksana.

Pada waktu yang sama remaja tidak mau menunjukkan kelemahan

seperti itu. Jadi remaja mulai berlagak dengan suara nyaring dan sering

bersifat menentang dan tidak masuk di akal, terutama terhadap anggota-

anggota keluarganya sendiri. Orang tua jangan terlalu susah mengenai hal

ini karena remaja sendiri hanya berusaha pindah kea lam dewasa.

Meskipun remaja bersemangat bebas, remaja mengetahui bahwa remaja

belum siap untuk memasuki kehidupan dewasa.Tetapi anak-anak belasan

tahun bukannya satu-satunya oran yang kadang-kadang berbuat yang

tidak masuk akal. Banyak orang tua juga bertindak tidak masuk akal dan

sering mengharapkan remaja itu mengerjakan hal-hal yang sebenarnya

diluar batas kesanggupannya. Tetapi jika ada suasana cinta dan

kepercayaan pada diri sendiri di rumah tangga, remaja yang sulit diatur

26
sekalipun akhirnya akan melalui tahub-tahun tanpa adanya kesusahan

yang terjadi.

Pertumbuhan yang cepat selama masa belasan tahun membawa banyak

perubahan yang lain, ada yang sering agak mengherankan. Anak laki-laki

yang biasanya tidak pernah menjaga kerapian rambut atau mencuci muka,

tiba-tiba mulai menyisir rambut duapuluh kali sehari dan malahan

mencuci bagian belakang telinga untuk pertama kalinya dalam hidup

mereka. Gadis-gadis belasan tahun selalu bercermin, membuat mode-

mode rambut yang baru, kebanyakan sering agak menggelikan, tetapi

akhirnya cenderung ke arah cara dewasa yang lebih menetap. Anak-anak

belasan tahun ingin sekali diterima oleh orang yang sebaya dengan

mereka, terlebih lagi oleh lawan jenis remaja. Semua perubahan ini

amatlah normal dan merupakan bagian dari pertumbuhan. Tetapi banyak

hal lain yang menggelikan terjadi selama umur belasan tahun yang

bersejarah ini. Tubuh mereka yang tumbuh dengan cepat ini sering kaku

dan tidak proposional.

Remaja seakan akan hanya terdiri dari lengan dan tungkai dan tidak

mengkoordinir diri mereka sendiri secara baik. Remaja sering terantuk

dimana-mana dan menyentuh barang-barang sehingga menjatuhkan dan

memecahkan apa saja yang mereka pegang. Sesungguhnya inilah taraf

yang amat menyusahkan, tetapi untungnya cepat berakhir. Orang tua

harus sabar, dengan mengingat bahwa mereka juga pernah mengalaminya

saat mereka sedang menjadi remaja. Remaja mereka memerlukan simpati

27
dan pengertian, sebagai ganti kriyik yang keras selama waktu yang penuh

ketegangan ini (Supriyanto, 2015).

2.6 Infeksi Menular Seksual Remaja

a. Pengertian Infeksi Menular Seksual

Penyakit kelamin ( veneral disease ) sudah lama di kenal dan

beberapa di antaranya sangat populer di Indonesia yaitu sifilis dan

gonorrea. Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan ,dan semakin

banyaknya penyakit–penyakit baru, sehingga istilah tersebut tidak

sesuai lagi dan diubah menjadi Sexually Transmitted Diseases ( STD )

atau Penyakit Menular Seksual (PMS). Kemudian sejak 1998, istilah

Sexually Transmitted Diseases (STD) mulai berubah menjadi Infeksi

menular seksual (IMS) agar dapat menjangkau penderitaan

asimptomatik. Infeksi menular Seksual ( IMS ) adalah berbagai

infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang yang lain

melalui kontak seksual. Semua teknik hubungan seksual baik lewat

vagina, dubur, atau mulut baik berlawanan jenis kelamin maupun

dengan sesama jenis kelamin bisa menjadi sarana penularan penyakit

kelamin. Sehingga kelainan ditimbulkan tidak hanya terbatas pada

daerah genital saja, tetapi dapat juga di daerah ekstra genital.

Kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular

IMS adalah kelompok remaja sampai dewasa muda sekitar usia (15-

24 tahun). Beberapa contoh penyakit IMS (Infeksi Menular Seksual) :

28
1. Chlamydia atau klamidia

Klamidia merupakan infeksi menular seksual yang bisa

menyerang dubur, tenggorokan, hingga mata, penularan virus

disebabakan oleh hubungan seksual lewat dubur, tidak

menggunakan pengaman saat berhubungan intim, atau air mani

yang mengenai mata dan tertelan hingga menyebabkan klamidia

di tenggorokan dan mata.

Jika tidak segeran ditangani, penyakit klamidia bisa

menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang seperti

kemandulan. Diagnose klamidia dilakukan dengan tes urin atau

menyeka cairan dari area yang terinfeksi untuk kemudian diberi

perawatan dengan antibiotic.

Gejala klamidia antara lain sakit atau rasa terbakar ketika

kencing, vagina atau penis mengeluarkan cairan yang bewarna

putih yang terasa panas, darah keluar sangat banyak saat haid,

rasa sakit pada bagian testis, hubungan seksual yang terasa sakit.

2. Kutil kelamin

Infeksi menular seksual kutil kelamin merupakan penyakit

yang menyerang area kemaluan dan dubur, yang disebabkan oleh

virus HPV (Human Papilloma Virus). Kutil kelamin biasanya

tidak menyebabkan sakit, namun akan merasakan gatal atau area

kemaluan menjadi kemerahan. Terjadang penyakit kutil kelamin

juga bisa menyebabkan perdarahan. Virus HPV tidak hanya

29
menular melalui hubungan seksual, tetapi bisa menyebar melalui

kontak kulit. Selain kutil kelamin, virus HPV juga bisa

menyebabkan kanker serviks.

3. Herpes Genital

Herpes genital disebabkan oleh herpes simplex virus (HSV).

Gejalanya bisa terlihat jika area kemaluan ada benjolan yang

melepuh dan terasa sakit. Gatal di area genital dan sakit kencing

juga merupakan salah satu tandanya.

4. Kencing nanah

Bakteri penyebab peyakit kencing nanah sangat mudah

ditularkan melalui hubungan intim. Gejalanya adalah sakit atau

rasa terbakar ketika kencing, cairan yang keluar dri vagina atau

penis berwarna putih kekuningan atau bahkan kehijauan, wanita

mengalami sakit di perut bagian bawah, perdarahan saat

berhubungan seksual, hingga keluar darah yang sangat banyak

ketika haid, sakit atau memar di bagian testis lelaki. Penyakit ini

juga bisa menyebabkan kemmandulan jika tidak segera ditangani.

5. Sifilis atau raja singa

Sifilis atau raja singa disebabkan oleh infeksi bakteri. Gejala

penyakit raja singa memiliki tiga tahapan setelah terinfeksi.

Tahapan pertama, tidak akan mengalami rasa sakit apapun.

Kemudian, mulai merasa nyeri di area kemaluan dan mulut. Rasa

sakitnya bisa bertahan selama 6 minggu sebelum hilang sama

30
sekali. Tehapan kedua terjadi gejala fisik berupa ruam, pilek, dan

rambut rontok. Tahapan terakhir biasanya terjadi setelah

bertahun-tahun terinfeksi dan semakin parah. Penyakit infeksi

menular seksual ini akan memunculkan komplikasi penyakit

lainnya seperti masalah jantung, kebutaan, hingga kelumpuhan.

Dengan memerikasakan diri sejak dini ketika gejala sifilis baru

pada tahap awal, komplikasi penyakit ini bisa dicegah.

6. HIV/AIDS

Virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) biasa menular

lewat hubungan seksual tanpa pengaman. Selain itu, juga bisa

tertular melalui kontak dengan darah yang terinfeksi, seperti

jarum suntik. Virus penyebab infeksi menular seksual ini

menyerang sistem kekebalan tubuh hingga membuatnya menjadi

lebih lemah. Hal ini menyebabkan penderitanya lebih rentan

terkena infeksi dan penyakit lain karena sistem imun yang lemah.

HIV tidak ada obatnya, namun dunia kedokteran telah

mengembangkan metode perawatan yang bisa membuat pengidap

HIV bosa hidup lebih lama dan memiliki kehidupan normal

seperti orang pada umumnya.

AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah

tahapan akhir dari infeksi virus HIV yang membuat tubuh

penderitanya tidak lagi bisa melawan virus mematikan. Orang

dengan HIV biasanya tidak menunjukkan gejala apapun.

31
7. Trichomoniasis

Penyakit ini disebabkan oleh parasite kecil yang disebut

trichomonas vaginalis (TV). Sangat mudah menular melalui

hubungan seksual dan banyak orang yang tidak menyadari bahwa

dirinya telah terinfeksi. Wanita yang mengalami trichomoniasis

akan mengalami rasa nyeri atau gatal di sekitar vagina dan sakit

ketika buang air kecil. Cairan vagina menjadi berwarna

kekuningan dan encer dengan bau tidak sedap. Pada pria, peyakit

ini jarang menampakkan gejalanya. Tetapi jika mengalami sakit

saat buang air kecil, cairan penis yang berwarna putih, atau kulup

yang bengkak, kemungkinan besar adalah gejala dari

trichomoniasis.

8. Kutu kelamin

Kutu kelamin biasanya ditemukan pada rambut kemaluan,

namun juga bisa ditemukan pada rambut ketiak, jenggot, hingga

alis. Kutu kemaluan merayap dari rambut ke rambut dan bisa

berpindah jika seseorang melakukan kontak dengan area genital

yang memiliki kutu. Gejala yang bisa terlihat adalah rasa gatal

dan ditemukan kutu atau telur kutu di rambut kemaluan. Kutu

rambut biasanya bisa diobati dengan krim khusus atau shampoo

medis untuk menghilangkannya sehingga tidak perlu mencukur

rambut kemaluan.

32
9. Kudis

Kudis disebabkan oleh tungau yang masuk kedalam lapisan

kulit. Menular lewat kontak fisik, pakaian, selimut atau handuk.

Kudis akan terasa sangat gatal ketika malam hari. Rasa gatalnya

bisa terjadi pada area kemaluan, diantara dua jari, ketiak,

payudara, hingga pergelangan tangan dan kaki.

b. Tanda dan gejala infeksi menular seksual

Gejala infeksi menular seksual ( IMS ) di bedakan menjadi:

1. Perempuan

a) Luka dengan atau tanpa rasa sakit di sekitar alat kelamin, anus,

mulut atau bagian tubuh ang lain, tonjolan kecil – kecil, diikuti

luka yang sangat sakit disekitar alat kelamin.

b) Cairan tidak normal yaitu cairan dari vagina bisa gatal,

kekuningan, kehijauan, berbau atau berlendir.

c) Sakit pada saat buang air kecil yaitu IMS pada wanita biasanya

tidak menyebabkan sakit atau burning urination.

d) Tonjolan seperti jengger ayam yang tumbuh disekitar alat

kelamin.

e) Sakit pada bagian bawah perut yaitu rasa sakit yang hilang

muncul dan tidak berkaitan dengan menstruasi bisa menjadi

tanda infeksi saluran reproduksi ( infeksi yang telah berpindah

kebagian dalam sistemik reproduksi, termasuk tuba fallopi dan

ovarium ).

33
f) Kemerahan yaitu pada sekitar alat kelamin.

2. Laki – laki

a) Luka dengan atau tanpa rasa sakit di sekitar alat kelamin, anus,

mulut atau bagian tubuh yang lain, tonjolan kecil – kecil, diikuti

luka yang sangat sakit di sekitar alat kelamin.

b) Cairan tidak normal yaitu cairan bening atau bewarna berasal

dari pembukaan kepala penis atau anus. Sakit pada saat buang

air kecil yaitu rasa terbakar atau rasa sakit selama atau setelah

urination. Kemerahan pada sekitar alat kelamin, kemerahan dan

sakit di kantong zakar (Puspita, 2017).

2.7 Beberapa Alternatif Untuk Mencegah Remaja Melakukan Hubungan

Seksual Pranikah :

A. Mengurangi besarnya dorongan biologis, menghindari membaca buku

atau melihat film atau majalah yang menanpilkan gambar yang

merangsang nafsu birahi, membiasakan mengenakan pakaian yang

sopan dan tidak merangsang, membuka kelompok-kelompok kegiatan

yang positif dan bermanfaat untuk mengembangkan diri, misalnya

teater, music, olahraga, bahasa, pramuka, menjahit, dan memasak,

B. Meningkatkan kemampuan mengendalikan dorongan biologis,

Meningkatkan agama dan budi pekerti, penerapan hokum-hukum

agama dalam kehidupa sehari-hari, misalnya menegakkan sholat dan

berpuasa, mengikuti kebaktian di gereja, sembahyang ke pura, dan

lain-lain,

34
C. Menghindari pengggunaan narkoba, karena hal ini akan

menghancurkan kemampuan remaja dalam pengendalian diri.

D. Orang tua dan guru menjadi model dalam kehidupan sehari-hari,

artinya orang tua tidak melakukan hubungan di luar pernikahan, selalu

setia pada pasangan, dan tidak melakukan perselingkuhan.

E. Membuka informasi kesehatan reproduksi bagi remaja. Pendidikan

kesehatan reproduksi jangan dilihat secara sempit sebagai sekedar

hubunga seksual saja. Ini perlu dilaksanakan pada remaja, bahkan bisa

dilakukan lebih dini. Penyampaian materi pendidikan seksual di

rumah sebaiknya dilakukan oleh kedua orang tua. Sementara itu,

disekolah juga harus dibuka informasi kesehatan reprduksi, melalui

penyuluhan secara klasikal, dan bimbingan secara individual oleh

guru bimbingan dan konseling (BK) sewaktu-waktu bila remaja

membutuhkan. Untuk penyuluhan secara klasikal, sekolah dapat

bekerja sama dengan instusi pendidikan kesehatan, misalnya

Politeknik Kesehatan atau Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan.

F. Menghilangkan kesempatan melakukan hubungan seksual pranikah.

Agar tercipta lingkungan yang kondusif bagi remaja sehingga tidak

melakukan hubungan seksual pranikah, perlu upaya dariorang tua dan

masyarakat, di anataranya, orang tua memberikan perhatian pada

remaja dalam arti tidak mengekang remaja, namun memberikan

kebebasan yang terkendali. Misalnya, bila remaja mengadakan pesta,

maka orang tua turut menghadiri pesta tersebut, pesta tidk dilakukan

35
sampai larut malam, dan tidak menggunakan cahaya yang remang-

remang. Orang tua tidak memberikan fasilitas (termasuk uang saku)

yang berlebihan. Penggunaan uang harus terminator oleh orang tua.

Orang tua mengarahkan dan memfasilitasi kegiatan yang positif

melalui kelompok sebaya sebagai wahana bagi pengembangan talenta

remaja.

G. Dukungan dari pemerintah juga diperlukan, misalnya melalui

pengawasan psasangan-pasangan remaja di tempat wisata, persyaratan

menunjukkan surat nikah bagi pasangan yang menginap di hotel atau

motel, penegakkan hukum dalam pemberantasan narkoba. Sementara

itu bagi remaja yang tidak mampu diberikan bebas biaya SPP.

Bila setiap orang tua, keluarga, dan pemerintah masing-masing

memberikan perhatian yang cukup pada remaja dan turut serta mendukung

terpeliharanya nilai-nilai moral dan etika, maka akan tercipta suasana sehat

bagi kehidupan remaja (Poltekkes Depkes Jakarta 1. 2010).

2.8 Pengertian Penyuluhan Kesehatan

Penyuluhan kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan

masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama

masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta

mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial

budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan

kesehatan (Kementerian Kesehatan, R.I., 2011). Penyuluhan merupakan

bagian dari program kesehatan, sehingga harus mengacu pada program

36
kesehatan yang sedang berjalan. Penyusunan perencanaan program

penyuluhan harus diperhatikan bahwa perencanaan yang dibuat harus

sesuai dengan kebutuhan sasaran, mudah diterima, bersifat praktis, dapat

dilaksanakan sesuai dengan situasi setempat, dan sesuai dengan program

yang ditunjang dan didukung oleh kebijaksanaan yang ada. Penekanan

konsep penyuluhan kesehatan lebih pada upaya mengubah perilaku

sasaran agar berperilaku sehat terutama pada aspek kognitif (pengetahuan

dan pemahaman sasaran), sehingga pengetahuan sasaran penyuluhan telah

sesuai dengan yang diharapkan oleh penyuluh kesehatan maka penyuluhan

berikutnya akan dijalankan sesuai dengan program yang telah

direncanakan.

Penyuluhan kesehatan juga suatu proses, dimana proses tersebut

mempunyai masukan (input) dan kelurahan (output). Di dalam suatu

proses pendidikan kesehatan yang menuju tercapainya tujuan pendidikan

yakni perubahan perilaku dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor

yang mempengaruhi suatu proses pendidikan disamping masukannya

sediri juga metode materi atau pesannya, pendidik atau petugas yang

melakukannya, dan alat-alat bantu atau alat peraga pendidikan. Agar

dicapai suatu hasil yang optimal, maka faktor-faktor tersebut harus

bekerjasama secara harmonis. Hal ini berarti, bahwa untuk masukan

(sasaran pendidikan) tertentu, harus menggunakan cara tertentu, materi

juga harus disesuaikan dengan sasaran, demikian juga alat bantu

pendidikan harus disesuaikan. Untuk sasaran kelompok metode,

37
metodenya harus berbeda dengan sasaran massa dan sasaran individual.

Untuk sasaran massa pun harus berbeda dengan sasaran individual dan

sebagainya (Notoatmodjo, 2011).

Pendidikan kesehatan adalah kegiatan kerja orang dengan orang untuk

memecahkan masalah dan meningkatkan kualitas hidup. Komunikasi

membantu melengkapi orang, dengan fakta, gagasan, dan sikap yang

dibutuhkan untuk mengambil keputusan mengenai kesehatannya.

Komunikasi terjadi bila sebuah pesan disampaikan dan diterima. Pesan

pada pendidikan kesehatan adalah sesuatu yang dianggap penting untuk

diketahui atau dilakukan oleh orang dalam masyarakat. Sumbernya

mungkin seorang petugas kesehatan setempat atau pemerintah, atau para

anggota masyarakat itu sendiri yang menginginkan perubahan. Pesan dapat

diteruskan dari orang ke orang dalam percakapan pribadi, atau dalam

pertemuan kelompok atau ceramah kesehatan, atau dengan cara tidak

langsung melalui siaran radio atau surat kabar. Hal yang penting adalah

apa yang terjadi setelah pesan tersebut mencapai orang yang dituju. Bila

mereka mendengar dan mengerti, pesan tersebut dan cenderung

mempercayainya, komunikasi yang baik telah terjadi (Irianto, 2014).

2.8.1 Tujuan Penyuluhan Kesehatan

Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan

kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi

dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia baik

secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk meningkatkan

38
kesadaran akan nilai kesehatan sehingga dengan sadar mau

mengubah perilakunya menjadi perilaku hidup sehat. Tujuan

penyuluhan kesehatan adalah tercapainya perubahan perilaku

individu, keluarga dan masyarakat dalm membina dan memelihara

perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif

dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal,

terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental

dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan

kematian.

Tujuan penyuluhan adalah mengubah perilaku masyarakat ke arah

perilaku sehat sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang

optimal, untuk mewujudkannya, perubahan perilaku yang

diharapkan setelah menerima pendidikan tidak dapat terjadi

sekaligus. Oleh karena itu, pencapaian target penyuluhan dibagi

menjadi tujuan jangka pendek yaitu tercapainya perubahan

pengetahuan, tujuan jangka menengah hasil yang diharapkan adalah

adanya peningkatan pengertian, sikap, dan keterampilan yang akan

mengubah perilaku ke arah perilaku sehat, dan tujuan jangka panjang

adalah dapat menjalankan perilaku sehat dalam kehidupan sehari-

harinya. Tujuan penyuluhan kesehatan pada hakekatnya sama

dengan tujuan pendidikan kesehatan diantaranya (Notoatmodjo,

2011) :

39
a. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat

dalam membina dan memelihara perilaku hidup sehat dan

lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan

derajat kesehatan yang optimal.

b. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental

dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan

kematian.

2.8.2 Faktor Keberhasilan Dalam Penyuluhan

Faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran dalam

keberhasilan penyuluhan kesehatan, antara lain :

a. Tingkat pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang

terhadap informasi baru yang diterimanya. Maka dapat

dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya,

semakin mudah seseorang menerima informasi didapatnya.

b. Tingkat sosial ekonomi

Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin

mudah pula dalam menerima informasi baru. Dan akan

memudahkan petugas kesehatan dalam menyampaikan materi

penyuluhan kesehatan.

40
c. Adat istiadat

Pengaruh dari adat istiadat dalam menerima informasi baru

merupakan hal yang tidak dapat diabaikan, karena masyarakat

kita masih sangat menghargai adat istiadat dan menganggap

sesuatu yang baru merupakan hal yang tabu.

d. Kepercayaan masyarakat

Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang

disampaikan oleh orang-orang yang sudah timbul kepercayaan

masyarakat dengan penyampaian informasi. Seperti contohnya

adalah tokoh agama, dan pejabat desa seperti lurah, rt, maupun

rw.

e. Ketersediaan waktu di masyarakat

Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan

tingkat aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran

masyarakat dalam kegiatan penyuluhan yang akan

disampaikan.

2.8.3 Media Penyuluhan

Media penyuluhan kesehatan adalah media yang digunakan untuk

menyampaikan pesan kesehatan karena alat tersebut digunakan untuk

mempermudah penerimaan pesan kesehatan bagi masyarakat yang

dituju. Menurut Notoatmodjo (2005), media penyuluhan didasarkan

cara produksinya dikelompokkan menjadi :

41
1. Media cetak

Suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual.

Media cetak terdiri dari :

a. Booket atau brosur

Merupakan suatu media untuk menyampaikan pesan

kesehatan dan bentuk buku, baik tulisan ataupun gambar,

merupakan barang cetakan yang berisikan gambar dan tulisan

(lebih dominan) yang berupa buku kecil setebal 10-25

halaman, dan paling banyak 50 halaman. Booket ini

dimaksudkann untuk mempengaruhi pengetahuan dan

keterampilan sasaran tetapi pada tahapan menilai, mencoba

dan menerapkan. Dalam penggunaan media cetak brosur ada

beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya :

1) Gaya bahasa, kata-kata dan istilah harus mudah

dimengerti kalimatnya ringkas dan jelas sesuai dengan

tingkat kemampuan sasaran.

2) Sebaiknya kata yang tetulis dilengkapi gambar atau foto

agar lebih jelas dan mudah dipahami.

3) Tulisan atau materi yang disajikan harus bermanfaat

nyata, baik dan menguntungkan sesuai dengan kebutuhan

sasaran.

42
4) Harus megandung daya penarik pembaca, kertas yang

baik, berwarna, bergambar, atau bentuknya menarik

untuk dibaca.

b. Leafleat atau folder

Suatu bentuk penyampaian informasi melalui lembar yang

dilipat. Isi informasi dapat berupa kalimat maupun gambar.

Sama halnya dengan pamphlet keduanya merupakan barang

cetakan yang juga dibagi-bagikan kepada sasaran

penyuluhan. Bedanya adalah umumnya dibagikan langsung

oleh penyuluh, leafleat selembar kertas yang dilipat menjadi

dua (4 halaman) sedangkan folder dilipat menjadi 3 (6

halaman) atau beih, leafleat dan folder lebih banyak berisikan

tulisan daripada gambarnya dan keduanya ditujukan kepada

sasaran untuk mempengaruhi pengetahuan dn ketrampilannya

pada tahapan minat, menilai dan mencoba.

c. Selebaran

Suatu bentuk informasi yang berua klaiat maupun

kombinasi. Selebaran yaitu barang cetakan yang berupa

selebar kertas bergambar atau bertulisan yang dibagi-bagikan

oleh penyuluh sacara langsung kepada sasarannya. Alat

peraga seperti ini dimaksudkan untuk menumbuhkan

kesadaran dan minat sasarannya meskipun demikian, jika

43
berisi informasi yang lebih lengkap dapat dimanfaatkan oleh

sasaran pada tahapan menilai dan mencoba.

d. Flip chart

Media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam

bentuk lembar balik berisi gambar dan dibaliknya berisi

pesan yang berkaitan dengan gambar tersebut. Sekumpulan

poster seleabar kertas karton yang digabungkan menjadi satu.

Masing-masing berisikan pesan terpisah yang digabungkan

menjadi satu. Masing-masing berisikan pesan terpisah yang

jika digabungkan akan merupakan satu kesatuan yang tidak

terpisahlan yang ingin disampaikan secara utuh. Flipcard

dimaksudkan untuk mempengaruhi sikap, pengetahuan, atau

keterampilan. Akan tetapi, karena biasa digunakan dalam

pertemuan kelompok, alat peraga ini lebih efekti dan efisien

untuk disediakan bagi sasaran pada tahapan minat, menilai,

mencoba.

e. Rubrik atau tulisan pada surat kabar mengenai bahasan suatu

masalah kesehatan.

f. Poster

Bentuk media cetak berisi pesan kesehatan yang biasanya

ditempel di tempat umum. Merupakan barang cetakan yang

ukurannya relative besar untuk ditempel atau direntangkan

dipinggir jalan. Berbeda dengan placard yang banyak

44
berisikan tulisan, poster justru lebih banyak berisikan tulisan,

poster justru lebih banyak berisi gambar. Keduanya

dimasudkan untuk mempengaruhi perasaan atau sikap dan

pengalaman pada tahapan sadardan minat.

g. Foto

Mengungkapkan informasi kesehatan yang berfungsi untuk

memberi informasi dan menghibur. Merupakan alat peraga

yang dimasudkan untuk mengenalkan inovasi atau

menunjukkan bukti-bukti keberasilan atau keunggulan satu

inovasi yang ditawarkan. Foto ini dimasudkan untuk

mempengaruhi skap dan pengetahuan sasaran pada tahapan

sadar, minat, menilai.

2. Media elektronik

Yaitu suatu media bergerak dinamis, dapat dilihat dan

didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu

elektronik. Adapun macam media elektronik diantaranya

televisi, radio, video, slide, film.

3. Luar ruangan

Yaitu media yang menyampaikan pesannya di luar ruangan

secara umum melalui media cetak dan elektronik secara stastis,

misalnya pameran, banner, tv layar lebar, spanduk, papan

reklame.

45
2.8.4 Peran Media Dalam Penyuluhan

Tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan didalam

pelaksanaan penyuluhan kesehatan antara lain :

1) Media dapat mempermudah penyampain informasi

2) Media dapat menghindari kesalahan persepsi

3) Media dapat memperjelas informasi

4) Media dapat mempermudah pengertian

5) Media dapat mengurangi komunikasi verbalistik

6) Media dapat menampilkan objek yang tidak dapt ditangkap

dengan mata.

7) Media dapat memperlancar komunikasi

2.8.5 Media Penyuluhan Berdasarkan Fungsinya

Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan kesehatan, media

penyuluhan dibagi menjadi 3 diantaranya :

1. Media cetak

Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya

terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata

warna. Yang termasuk dalam media ini adalah booklet, leafleat,

fliyer (selebaran), flip chart (lembar balik), rubric atau tulisan

pada surat kabar atau majalah, poster, foto yang mengungkapkan

informasi kesehatan. ada beberapa kelebihan media cetak antara

lain tahan lama, mencakup banyak orang, biaya rendah, dapat

46
dibawa kemana-mana, tidak perlu listrik, mempermudah

pemahaman dan dapat meningkatkan gairah belajar. Media cetak

juga memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menstimulus efek

gerak dan efek suara dan mudah terlipat.

Dalam penelitian yang akan dilaksanakan, mengenai

penyuluhan kesehatan reproduksi remaja di SMK N 1 Poncol

Kabupaten Magetan, peneliti akan menggunakan media cetak

berupa leafleat, dengan materi yang berhubungan dengan

kesehatan reproduksi remaja.

2. Media elektronik

Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis,

dapat dilihat dan didengar dan penyampainnya melalui alat bantu

elektronik. Yang termsuk dalam media cetak, media elektronik ini

memiliki kelebihan antara lain lebih mudah dipahami, lebih

menarik, sudah dikenal masyarakat, bertatap muka, mengikut

sertakan seluruh panca indera, penyajiannya dapat dikendalikan

dan diulang-ulang serta jangkauannya lebih besar. Sedangkan

kelemahan dari media elektronik ini adalah biayanya yang lebih

tinggi, sedikit rumit, perlu listrik dan alat canggih untuk

produksinya, perlu persiapan matang, peralatan selalu

berkembang dan berubah, perlu keterampilan penyimpanan dan

ketrampilan untuk mengoperasikannya.

47
Dalam penelitian yang akan dilaksanakan, mengenai

penyuluhan kesehatan reproduksi remaja di SMK N 1 Poncol

Kabupaten Magetan, peneliti akan menggunakan media elektronik

berupa laptop untuk menampilkan materi dalam Power Point,

LCD untuk penayangan materi Power Point, audio berupa sound

dan mic untuk pengeras suara.

3. Media luar ruang

Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui

media cetak maupun media elektronik misalnya papan reklame,

spanduk, pameran, banner dan televisi layar lebar. Kelebihan dari

media ini adalah lebih mudah dipahami, lebih menarik, sebagai

informasi umum dan hiburan, bertatap muka, mengikutsertakan

seluruh panca indera, penyajian dapat dikendalikan dan

jangkauannya relatif lebih besar. Kelemahan dari media ini adalah

biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu alat canggih untuk

produksinya, persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan

berubah, memerlukan ketrampilan penyimpanan dan keterampilan

untuk mengoperasikannya.

2.8.6 Metode-Metode Dalam Penyuluhan

Metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan penyuluhan

kesehatan adalah (notoadmodjo, 2012) :

48
a. Metode ceramah

Adalah sutu cara dalam menerangkan dan menjelaskan

suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok

sasaran sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan.

b. Metode diskusi kelompok

Adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah

dipersiapkan tentang suatu topik pembicaraan diantara 5-20

peserta (sasaran) dengan seorang pemimin diskusi yang telah

dtunjuk.

c. Metode curah pendapat

Adalah suatu bentuk pemecahan masalah dimana setiap

anggota mengusulkan semua kemungkinan pemecahan masalah

yang terpikirkan oleh masing-masing peserta, dan evaluasi atas

pendapat-pendapat tadi dilakukan kemudian.

d. Metode panel

Adalah pembicaraan yang telah direncanakan didepan

pengunjung atau peserta tentang sebuah topik diperlukan 3 orang

atau leih panelis dengan seorang pemimpin.

e. Metode bermain peran

Adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan

manusia dengan tanpa diadkan latihan, dilakukan oleh dua orang

atau lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh

kelompok.

49
f. Metode demostrasi

Adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide an

prosedur tentang suatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti

untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu

tindakan, adegan dengan menggunakan alat peraga. Metode ini

digunakan terhadap kelompok yang tidak terlalu besar

jumlahnya.

g. Metode simposium

Adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 sampai

5 orang dengan topik yang berlebihan tetapi saling berhubungan

erat.

h. Metode seminar

Adalah suatu cara dimana sekelompok orang berkumpul

untuk membahas suatu masalah dibawah bimbingan seorang ahli

yang menguasai bidangnya.

Dalam penelitian yang akan dilaksanakan berkaitan dengan

penyuluhan kesehatan reproduksi remaja akan menggunakan metode

ceramah. Metode ceramah dipilih karena efektif untuk menyampaikan

pesan kesehatan secara langsung kepada responden. Responden juga

dapat secara langsung menanyakan kepada pemateri perihal materi

apa yang belum dipahami.

50
2.8.7 Sasaran Promosi Kesehatan

Dalam pelaksanaan promosi kesehatan dikenal adanya 3 jenis

sasaran, yaitu (a) sasaran primer, (b) sasaran sekunder dan (c) sasaran

tersier.

a. Sasaran Primer

Sasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan

sesungguhnya adalah pasien, individu sehat dan keluarga (rumah

tangga) sebagai komponen dari masyarakat. Mereka ini diharapkan

mengubah perilaku sehat dalam menjaga dan merawat kesehatan

reproduksi, agar terhindar dari berbagai jenis penyakit reproduksi.

Akan tetapi disadari bahwa mengubah perilaku bukanlah sesuatu

yang mudah. Perubahan perilaku pasien, individu sehat dan

keluarga (rumah tangga) akan sulit dicapai jika tidak didukung

oleh: Sistem nilai dan norma-norma sosial serta norma-norma

hukum yang dapat diciptakan/dikembangkan oleh para pemuka

masyarakat, baik pemuka informal maupun pemuka formal.

Keteladanan dari para pemuka masyarakat, baik pemuka

informal maupun pemuka formal, dalam membuat peraturan yang

berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja misalnya

melarang remaja membawa tamu lawan jenis sampai tengah malam

di rumah. Suasana lingkungan sosial yang kondusif (social

pressure) dari kelompok-kelompok masyarakat dan pendapat

umum (public opinion). Sumber daya dan atau sarana yang

51
diperlukan bagi terciptanya peraturan yang dibuat dapat dipatuhi

remaja setempat, yang dapat diupayakan atau dibantu

penyediaannya oleh mereka yang bertanggung jawab dan

berkepentingan (stakeholders), khususnya perangkat pemerintahan

dan dunia usaha.

Remaja merupakan bagian dari masyarakat yang masuk

dalam sasaran primer, usia remaja merupakan usia dimana rasa

ingin tau tinggi, dan masuk dalam usia sekolah SMP dan SMA.

Berdasarkan beberapa kasus seputar reproduksi banyak remaja

yang menjadi korban. Sehingga penting untuk sasaran primer yaitu

remaja, mendapat penyuluhan kesehatan reproduksi.

b. Sasaran Sekunder

Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik

pemuka informal (misalnya pemuka adat, pemuka agama dan lain-

lain) maupun pemuka formal (misalnya petugas kesehatan, pejabat

pemerintahan dan lain-lain), organisasi kemasyarakatan dan media

massa. Mereka diharapkan dapat turut serta dalam upaya

meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan

reproduksi, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan

cara: Berperan sebagai panutan dalam mengingatkan untuk terus

menjaga kesehatan reproduksi. Turut menyebarluaskan informasi

tentang kesehatan reproduksi dan menciptakan suasana yang

52
kondusif bagi remaja. Berperan sebagai kelompok penekan

(pressure group) guna mengurangi angka pasien HIV dan IMS.

c. Sasaran Tersier

Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang

berupa peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan

bidang-bidang lain yang berkaitan serta mereka yang dapat

memfasilitasi atau menyediakan sumber daya. Mereka diharapkan

turut serta dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam

menjaga kesehatan reproduksi, individu sehat dan keluarga (rumah

tangga) dengan cara, memberlakukan kebijakan/peraturan

perundangundangan yang tidak merugikan kesehatan masyarakat

dan bahkan mendukung dengan tujuan menyadarkan remaja untuk

tidak melakukan hubungan seksual pranikah dan kesehatan

masyarakat, membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana

dan lain-lain) yang dapat mempercepat penurunan angka kesakitan

pada penyakit HIV dan IMS di kalangan pasien, individu sehat dan

keluarga (rumah tangga) pada khususnya serta masyarakat luas

pada umumnya.

2.8.8 Strategi Promosi Kesehatan

Menyadari rumitnya hakikat dari perilaku, maka perlu

dilaksanakan strategi promosi kesehatan paripurna yang terdiri dari (a)

pemberdayaan, yang didukung oleh (b) bina suasana dan (c) advokasi,

serta dilandasi oleh semangat kemitraan.

53
a. Pemberdayaan adalah pemberian informasi dan pendampingan

dalam mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan, guna

membantu individu, keluarga atau kelompok-kelompok masyarakat

menjalani tahap-tahap tahu, mau dan mampu mempraktikkan cara

menjaga dan merawat kesehatan reproduksi.

b. Bina suasana adalah pembentukan suasana lingkungan sosial yang

kondusif dan mendorong semangat dan kepercayaan masyarakat

khusunya remaja agar dapat menjaga kesehatan reproduksi mereka,

serta menciptaan panutan-panutan dalam menyampaikan pesan

kesehatan reproduksi dan melestarikannya.

c. Sedangkan advokasi adalah pendekatan dan motivasi terhadap

pihak-pihak tertentu yang diperhitungkan dapat mendukung

keberhasilan penyampaian pesan kesehatan reproduksi baik dari

segi materi maupun non materi.

2.8.9 Pelaksanaan Promosi Kesehatan

Memperhatikan strategi promosi kesehatan tersebut di atas, maka

dapat dikatakan bahwa terdapat dua kategori pelaksana promosi

kesehatan, yaitu (1) setiap petugas kesehatan dan (2) petugas khusus

promosi kesehatan (disebut penyuluh kesehatan masyarakat).

a. Setiap Petugas Kesehatan

Setiap petugas kesehatan yang melayani pasien dan ataupun

individu sehat (misalnya dokter, perawat, bidan, tenaga gizi,

petugas laboratorium dan lain-lain) wajib melaksanakan promosi

54
kesehatan. Namun demikian tidak semua strategi promosi

kesehatan yang menjadi tugas utamanya, melainkan hanya

pemberdayaan. Pada hakikatnya pemberdayaan adalah upaya

membantu atau memfasilitasi pasien/klien, sehingga memiliki

pengetahuan, kemauan dan kemampuan untuk mencegah dan atau

mengatasi masalah kesehatan yang dihadapinya (to facilitate

problem solving).

Tantangan pertama dalam pemberdayaan adalah pada saat

awal, yaitu pada saat meyakinkan seseorang bahwa suatu masalah

kesehatan (yang sudah dihadapi atau yang potensial) adalah

masalah bagi yang bersangkutan. Sebelum orang tersebut yakin

bahwa masalah kesehatan itu memang benar-benar masalah bagi

dirinya, maka ia tidak akan peduli dengan upaya apa pun untuk

menolongnya. Tantangan berikutnya datang pada saat proses sudah

sampai kepada mengubah pasien/klien dari mau menjadi mampu.

Ada orang-orang yang walaupun sudah mau tetapi tidak mampu

melakukan karena terkendala oleh sumber daya (umumnya orang-

orang miskin). Ada juga orang-orang yang sudah mau tetapi tidak

mampu melaksanakan karena malas. Orang yang terkendala oleh

sumber daya (miskin) tentu harus difasilitasi dengan diberi bantuan

sumber daya yang dibutuhkan. Sedangkan orang yang malas dapat

dicoba rangsang dengan “hadiah” (reward) atau harus “dipaksa”

menggunakan peraturan dan sanksi (punishment).

55
b. Petugas Khusus Promosi Kesehatan

Petugas khusus promosi kesehatan diharapkan dapat

membantu para petugas kesehatan lain dalam melaksanakan

pemberdayaan, yaitu dengan: Menyediakan alat bantu/alat peraga

atau media komunikasi guna memudahkan petugas kesehatan

dalam melaksanakan pemberdayaan. Menyelenggarakan bina

suasana baik secara mandiri atau melalui kemitraan dengan pihak-

pihak lain. Menyelenggarakan advokasi dalam rangka kemitraan

bina suasana dan dalam mengupayakan dukungan dari pembuat

kebijakan dan pihak-pihak lain (sasaran tersier). Dalam

keterbatasan sumber daya manusia kesehatan, sehingga belum

dimungkinkan adanya petugas khusus promosi kesehatan di setiap

Puskesmas, maka di dinas kesehatan kabupaten/kota harus tersedia

tenaga khusus promosi kesehatan. Tenaga ini berupa pegawai

negeri sipil dinas kesehatan kabupaten/kota yang ditugasi untuk

melaksanakan promosi kesehatan. Petugas ini bertanggung jawab

membantu pelaksanaan promosi kesehatan di Puskesmas.

Oleh karena itu, agar kinerja mereka baik, seyogianya di

dinas kesehatan kabupaten/ kota terdapat lebih dari seorang tenaga

khusus promosi kesehatan (jumlahnya disesuaikan dengan

kemampuan setiap orang untuk membantu jumlah Puskesmas yang

ada). Jika tidak mungkin diperoleh dari pegawai negeri sipil dinas

kesehatan kabupaten/kota , untuk tenaga khusus promosi kesehatan

56
ini dapat direkrut tenaga-tenaga dari organisasi kemasyarakatan

yang ada (seperti Aisyiyah, Perdhaki dan lain-lain) melalui pola

kemitraan (Kementerian Kesehatan. R.I., 2011).

2.9 Perilaku Remaja Terhadap Kesehatan Reproduksi

Jumlah remaja yang tidak sedikit itu merupakan potensi yang sangat

berarti dalam melanjutkan pembangunan Indonesia. Akan tetapi adanya

ketidakseimbangan upaya pembangunan yang dilakukan terutama terhadap

remaja akhirnya menimbulkan masalah bagi pembangunan itu sendiri.

Salah satu dampak ketidakseimbangan pembangunan itu adalah terjadinya

perubahan mendasar yang menyangkut sikap dan perilaku seksual

pranikah di kalangan remaja. Dan perubahan tersebut telah menjadi salah

satu masalah yang memprihatinkan masyarakat Indonesia. Berbagai kasus

dan hasil penelitian menunjukkan adanya kecenderungan pergeseran nilai-

nilai tersebut.

Adanya perubahan sikap dan perilaku seksual remaja pranikah itu

tentu akan memberikan dampak terhadap kehidupan mereka, terutama

kesehatan reproduksinya. Hamil dan melahirkan anak diusia muda atau

melakukan aborsi, tertular penyakit seksual, dan di sidang dalam

pengadilan sosial masyarakat merupakan dampak dari perilaku seksual

remaja pranikah yang harus diterima remaja. Adanya dampak tersebut

menyebabkan remaja yang semula diharapkan menjadi subjek

pembangunan justru akan menjadi beban dari pembangunan itu sendiri.

Oleh karena itu, dampak yang ditimbulkan oleh perilaku seksual remaja

57
pranikah dan juga perilakuu seksual remaja pranikah itu sebagai akar

masalah yang harus segera diatasi. Melihat jumlah remaja yang cukup

besar tersebut tidak tertutup kemungkinan perilaku seksual remaja

pranikah dan dampak yang ditimbulkannya (dalam hal ini dampak

terhadap kesehatan reproduksinya) akan menjadi salah satu masalah

kesehatan masyarakat di Indonesia (Notoadmojdo, 2011).

Tidak tepat dan tidak benarnya informasi mengenai seksual dan

reproduksi yang diterima oleh remaja akan semakin membuat masalah

perilaku seksual remaja pranikah semakin meningkat lagi. Karena remaja

millennial seperti sekatang ini lebih banyak mendapatkan ilmu atau

informasi seksual dan tentang kesehatan reproduksi melalui internet

dengan media elektronik.

2.10Pengertian Perilaku

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori perilaku “ PRECED

PROCED ” teori ini dikembangkan oleh Lawrence Green, yang dirintis sejak

tahun 1980. Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari

tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua

faktor pokok yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor luar perilaku

(non-behavior causes). Selanjutnya perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor

utama, yang dirangkum dalam akronim PRECEDE yaitu Predisposing,

Enabling, Reinforcing. Preced ini merupakan arahan dalam menganalisis

mengdiaknosis dan evaluasi dalam perilaku untuk intervensi pendidikan

kesehatan. Preced adalah fase diagnosis masalah. Sedangkan PROCEED

58
Policy, Regulatory, Organitational Construct In Educational And

Enviromental, adalah arahan dalam perencanaan, implementasi, evaluasi

pendidikan promosi kesehatan. Apabila preceed merupakan fase diagnosis

masalah, maka proceed merupakan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dalam

promosi kesehatan. Lebih lanjut Precede model ini dapat diuraikan bahwa

perilaku itu sendiri ditentukan atau dibentuk oleh 3 faktor, yakni

(Notoadmodjo, 2011) :

a) Faktor Predisposisi (Predisposing Factors) yang teruwujud dalaM

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan

sebagainya.

b) Faktor Pemungkin (Enabling Factors) yaitu terwujud dalam

lingkungan fisik yang sehat, tersedianya atau tidak tersedianya sarana

dan prasarana kesehatan. Misalnya : Puskesmas, obat-obatan, alat

kontrasepsi, tempat sampah, jamban dan sebagainya.

c) Faktor Pendorong atau Penguat (Reinforcing Factors) yang terwujud

dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang

merupakan kelompok reference dari perilaku masyarakat.

Disimpulkan bahwa masalah pokok yang ada pada proses awal

kesehatan dari orang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh

pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau

masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu ketersediaan sarana dan

prasarana fasilitas kesehatan perilaku para petugas kesehatan juga akan

mendukung terbentuknya perilaku.

59
2.11 Peran Promosi Kesehatan Dalam Perubahan Perilaku

Promosi kesehatan dlam arti pendidikan, secara umum adalah

segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik

individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa

yang diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi kesehatan.

Dan batasan ini tersirat unsur-unsur :

a. Input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok,

masyarakat), dan pendidik pelaku pendidikan,

b. Proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang

lain),

c. Output (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku).

Hasil (output) yang diharapkan dari suatu promosi atau

pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif. Perubahan

perilaku yang belum atau tidak kondusif ke perilaku yang kondusif ini

mengandung berbagai dimensi sebagai berikut (Notoadmodjo, 2012) :

1. Perubahan perilaku

Perubahan perilaku masyarakat yang tidak sesuai dengan

nilai-nilai kesehatan menjadi perilaku yang sesuai dengan nilai-

nilai kesehatan, atau dari perilaku negative ke perilaku yang

positif. Perilaku yang merugikan kesehatan yang perlu diubah,

misalnya merokok, minum-minuman keras, menggunakan tato,

60
menindik bagian tubuh, dan sebagainya, menjadi perilaku yang

positif.

2. Pembinaan perilaku

Pembinaan terutama ditujukan kepada perilaku masyarakat

yang sudah sehat agar tetap dipertahankan kesehatannya, artinya

masyarakat yang sudah mempunyai perilaku hidup sehat (healty

life style) tetap dilanjutkan atau dipertahankan. Misalnya,

olahraga teratur, makan dengan menu seimbang, menguras bak

mandi secara teratur, membuang sampah ditempatnya, dan

sebagainya.

3. Pengembangan perilaku

Pengembangan perilaku sehat ini terutama ditujukan untuk

membiasakan hidup sehat bagi anak-anak. Perilaku sehat bagi

anak seyogyanya dimulai sedini, karena kebiasaan perawatan

terhadap anak, termasuk kesehatan yang diberikan oleh orang tua,

akan langsung berpengaruh kepada perilaku sehat anak

selanjutnya.

2.12 Peran Promosi Kesehatan Dalam Pengetahuan dan Sikap

Promosi kesehatan mempunyai fokus utama yaitu perubahan perilaku,

namun selain perubahan perilaku promosi kesehatan juga mempunyai

pengaruh penting dalam pengetahuan dan sikap masyarakat. Melalui

promosi kesehatan, masyarakat mendapatkan banyak pengetahuan tentang

kesehatan yang sebelumnya belum pernah dipelajari atau diterima.

61
Perubahan perilaku yang dimaksudkan dalam promosi kesehatan bukan

semata-mata perilaku masyarakat saja (sasaran primer), melainkan juga

tokoh masyarakat (sasaran sekunder), dan tidak kalah pentingnya perilaku

para pembuat keputusan (sasaran tersier), di berbagai jenis maupun tingkat

institusi baik di pemerintahan maupun non pemerintahan. Dimensi

perubahan perilaku diharapkan terhadap ketiga sasaran tersebut (primer,

tersier, sekunder) memang sedikit berbeda, antara lain, untuk masyarakat

(sasaran primer) diharapkan mempunyai pemahaman (pengetahuan) yang

benar tentang kesehatan, dan selanjutnya diharapkan akan terjadi

perubahan dalam menentukan sikap dan perilaku. Perubahan perilaku

disini mempunyai dua makna, antara lain bagi yang belum mempunyai

perilaku sehat diharapkan (diubah) agar berperilaku, dan bagi yang sudah

mempunyai perilaku atau berperilaku sehat tetap berperilaku sehat

(misalnya yang tidak merokok tetap tidak merokok) (Notoadmodjo, 2012).

Untuk tokoh masyarakat (sasaran sekunder), perubahan sikap yang

diharapkan juga seperti pada sasaran primer, yakni mereka ini dapat

menentukan sikap sehingga dapat berperilaku sehat di tengah-tengah

masyarakat. Dengan adanya tokoh masyarakat yang berperilaku sehat di

tengah-tengah masyarakat ini merupakan “role model” atau perilaku

contoh bagi masyarakat sekitarnya. Hal ini sesuai dengan budaya

“paternalistik” bangsa Indonesia pada umumnya. Masyarakat selalu

memandang tokoh masyarakat (formal dan informal) sebagai panutannya

atau acuannya. Artinya, apa pun yang dilakukan tokoh masyarakat,

62
termasuk perilaku kesehatan akan ditiru atau dicontoh oleh masyarakat

sekitarnya. Misalnya, ibu-ibu akan mengimunisasikan anak balitanya,

apabila ibu-ibu tokoh atau istri-istri tokoh masyarakat telah

mengimunisasikan anaknya.

Untuk para penentu kebijakan atau para pejabat pemerintahan setempat

(sasaran tersier), perilaku yang diharapkan mencakup tiga hal, yakni

(Notoadmodjo, 2012). :

1) Berperilaku sehat, untuk kepentingan dirinya sendiri.

2) Para pejabat yang berperilaku sehat ini dengan sendirinya juga akan

menjadi contoh bagi masyarakat yang lain. Karena para pejabat pada

hakikatnya adalah juga merupakan tokoh masyarakat (formal).

3) Sikap dan perilaku yang sangat penting diharapkan adalah berkaitan

dengan otoritasnya sebagai penguasa yang mempunyai kewenangan

untuk membuat kebijakan-kebijakan publik yang berwawasan

kesehatan. diharapkan para pejabat ini mengeluarkan kebijakan-

kebijakan publik yang dampaknya dapat mempengaruhi peningkatan

kesehatan masyarakatnya. Misalnya mengalokasikan aggaran yang

cukup untuk kesehatan, membuat program-program sarana dan

prasarana untuk menujang kesehatan, misalnya pengadaan air bersih,

sanitasi lingkungan, peningkatan pendapatan keluarga, dan

sebagainya. Tidak kalah pentingnya adalah mengeluarkan kebijakan-

kebijakan yang berwawasan kesehatan (healthy public policy).

63
Promosi kesehatan ini diharapkan bukan hanya sebagai teori dan

konsep yang dapat meningkatkan pengetahuan saja, melainkan dapat

diimplementasikan atau diaplikasikan dalam menentukan sikap dalam

menjalani kegiatan sehari-hari (Notoadmodjo, 2012).

2.13 Faktor Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Remaja Terhadap

Kesehatan Reproduksi

Berdasarkan teori perilaku Lawrance Green, dengan tiga faktor

penyebab terbentuknya faktor yang mempengaruhi perilaku tersebut

(Green 1980), maka seharusnya pengetahuan dan siap remaja melalui

kegiatan penyuluhan kesehatan juga ditujukan kepada tiga faktor

berikut (Notoadmodjo, 2012) :

a. Promosi kesehatan dalam faktor-faktor predisposisi (predisposing

factors)

1) Tradisi Masyarakat

Tradisi masyarakat seperti melakukan perjodohan untuk

remaja putri, hal tersebut sudah dianggap sebagai hal yang

wajar. Alasan masyarakat melakukan perjodohan adalah status

ekonomi yang kurang. Namun masyarakat kurang mengetahui

dampak buruknya yang akan membahayakan kesehatan remaja

putri, dalam hal ini dapat dikatakan kurangnya kesempatan bagi

remaja putri untuk melewati masa pertumbuhan dengan teman

sebaya nya karena harus mengurus keluarganya. Kesehatan

64
masyarakat akan terwujud apabila terjadi kesempatan yang sama

untuk hidup sehat bagi semua orang (Notoatmodjo, 2012).

Tradisi masyarakat seperti ini akan menjadi salah satu

faktor bagaimana pengetahuan masyarakat khususnya remaja

akan terbentuk. Untuk mengatasinya perlu dilakukan kegiatan

penyuluhan kesehatan terutama dalam hal kesehatan reproduksi

remaja. Bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada

masyarakat tentang bahayanya pernikahan dini untuk kesehatan

reproduksi remaja. Sehingga dapat sedikit merubah masyarakat

dalam menentukan sikap, karena masih banyak cara lain untuk

mengatasi permasalahan ekonomi keluarga tanpa harus

melakukan perjodohan dan pernikahan dini bagi remaja.

Menurut Notoatmodjo (2012) penyuluhan kesehatan berupaya

agar masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana cara

memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau

mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka dan

kesehatan orang lain.

Didukung hasil penelitian (Syatawati, 2017) Perbedaan

pengetahuan kesehatan reproduksi antara sebelum dan sesudah

promosi kesehatan dengan metode ceramah dan diskusi pada

kelompok intervensi tersebut didapatkan bahwa terdapat

perbedaan pengetahuan yang bermakna sebelum dan sesudah

edukasi. Berdasar atas data yang diperoleh, gambaran

65
pengetahuan kesehatan reproduksi pada siswa SMP Negeri

tersebut sebelum diberikan edukasi sudah memiliki pengetahuan

yang cukup. Setelah diberikan edukasi siswa SMP tersebut

memiliki pengetahuan yang baik. Adapun perbedaan tingkat

pengetahuan kesehatan reproduksi antara sebelum dan sesudah

edukasi pada kelompok kontrol tidak terlalu menunjukkan

peningkatan antara sebelum dan sesudah edukasi. Tingkat

pengetahuan kesehatan reproduksi sebelum dan sesudah edukasi

dengan metode ceramah dan diskusi pada kelompok intervensi

terdapat peningkatan yang bermakna setelah diberikan edukasi.

Hal tersebut menunjukkan terdapat peningkatan pengetahuan

kesehatan reproduksi pada siswa kelas 7 SMP tersebut setelah

dilakukan promosi kesehatan reproduksi.

2) Kepercayaan

Kepercayaan dapat menjadi salah satu faktor dalam

meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap suatu hal.

Kepercayaan masyarakat dapat berubah dengan adanya kegiatan

penyuluhan kesehatan, dengan kepercayaan tersebut akan

menentukan masyarakat mau atau tidak menerima apa yang

akan disampaikan melalui kegiatan penyuluhan. Dalam hal ini

remaja merupakan salah satu sasaran penting dalam kegiatan

penyuluhan kesehatan, karena remaja merupakan generasi

penerus bangsa yang harus terus mendapatkan banyak

66
pengetahuan tentang kesehatan. Dalam hal ini, penyuluhan

kesehatan yang dapat diberikan kepada remaja adalah kesehatan

reproduksi. Remaja seharusnya dapat mendapat bimbingan serta

informasi mengenai kesehatan reproduksinya dari orang tuanya

sendiri. Namun banyak orang tua yang merasa malu dan tidak

menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan repoduksi

(Supriyanto, 2015). Mereka mempercayai bahwa pendidikan

reproduksi belum waktuya diberikan kepada remaja.

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ernawati

(2018), Orang tua di daerah pedesaan masih menganggap bahwa

membicarakan mengenai reproduksi dengan remaja masih di

anggap tabu, bahwa orang tua bukan menjadi sumber informasi

kesehatan reproduksi remaja di desa Sidoharjo Kecamatan

Pulung, sehingga akan berdampak mengenai kebenaran

informasi yang didapat oleh remaja. Pada penelitian lain

disebutkan bahwa ada beda pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi pada siswa SMU yang berasal dari pedesaan dan

perkotaan. hal ini dikarenakan pada perbedaan jumlah sumber

informasi, status sosial ekonomi dan pendidikan orang tua.

3) Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang. Semakin tinggi

pendidikan seseorang, maka pengalaman akan lebih luas,

67
sedangkan semakin tua usia seseorang maka pengalaman juga

akan semakin banyak. Dalam hal ini masyarakat yang menjadi

panutan seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, serta pemangku

kebijakan yang mempunyai pengalaman yang tinggi serta

menjadi tokoh yang dipercayai masyarakat yang lain,

diharapkan mampu memberikan infromasi mengenai kesehatan

reproduksi kepada warganya sesuai dengan pengetahuan yang

sudah didapatkan. Bertujuan agar masyarakat terus berperilaku

sehat dan mampu bersikap positif dalam hal merawat kesehatan

reproduksi (Afridah, 2017).

4) Usia

Usia seseorang dapat mempengaruhi pengetahuan

seseorang tersebut. Usia dapat berkaitan dengan pengalaman.

Usia dapat mempengaruhi terhadap daya pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya

tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin baik. Diharapkan orang tua dapat

memberikan pengetahuan yang benar berkaitan dengan

kesehatan reproduksi kepada anak mereka. Karena penting

sekali bagi anak untuk mendapatkan pengetahuan mengenai

kesehatan reproduksi sedini mungkin. Dengan tujuan dengan

semakin bertambahnya usia anak tersebut, mampu untuk

menjaga diri dari hal-hal negative yang berhubungan dengan

68
reproduksi yang akan merugikan dirinya sendiri dan bahkan

orang lain dan keluarganya sendiri (Afridah, 2017).

b. Promosi kesehatan dalam faktor-faktor pemungkin (enabling)

1) Sarana Prasarana Kesehatan

Karena faktor pemungkin (enabling) ini berupa fasilitas

atau sarana dan prasarana kesehatan, maka bentuk pendidikan

kesehatan adalah memberdayakan masyarakat agar masyarakat

mampu mengadakan sarana dan prasarana kesehatan bagi

mereka. Hal ini bukan berarti memberikan sarana dan

prasarana kesehatan dengan cuma-cuma tetapi memberikan

kemampuan dengan cara bantuan tehnik (pelatihan dan

bimbingan), memberikan arahan, dan cara-cara mencari dana

untuk pengadaan sarana dan prasarana. Pemberian fasilitas ini

dimungkinkan hanya sebagai percontohan (pilot project).

Tersedia atau tidaknya sarana prasarana akan

mempengaruhi pengetahuan seseorang. Seseorang dapat

mendapatkan informasi secara luas adalah dari tersedianya

sarana prasarana, seperti adanya poster-poster yang berisikan

informasi kesehatan, iklan yang berisiskan informasi

kesehatan. Selain itu penggunaan sarana dan prasarana juga

penting untuk kegiatan penyuluhan, karena akan

mempengaruhi hasil dari kegiatan penyuluhan yang sudah

69
dilaksanakan. Maka dari itu penting untuk memperhatikan

sarana dan prasarana yang akan digunakan.

Didukung hasil penelitian (Khoirunisa. 2015) yang

memberikan hasil bahwa sarana prasarana penyuluhan akan

mempengaruhi keberhasilan penyuluhan. Sebetulnya pondok

pesantren intervensi memiliki sumber daya manusia yang

sudah baik sebagai fasilitator, dan sudah mendapat sertifikat

resmi sebagai Ketua Pusat Informasi Konsultasi Kesehatan

Reproduksi Remaja (PIKKRR) serta sudah mengikuti

pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah.

Namun fasilitas sarana dan prasarana untuk menunjang metode

dan media promosi kesehatan masih kurang. Metode ceramah

yang digunakan sudah baik, namun perlu diberikan tambahan

metode yang lebih bervariasi. Dengan adanya sarana dan

prasarana yang mendukung dapat meningkatkan santri untuk

mengikuti kegiatan promosi kesehatan, serta perubahan sikap

dan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi seperti yang

diharapkan dapat terwujud.

2) Adanya Petugas Kesehatan Sebagai Penyuluh

Dalam rangka mewujudkan paradigma kesehatan perlu

adanya SDM (Sumber Daya Manusia) yang kompeten di

bidangnya sehingga dapat menjadi petugas penyuluh dalam

kegiatan penyuluhan kesehatan, dengan tujuan agar

70
pelaksanaan kegiatan penyuluhan kesehatan dapat diterima

masyarakat. Maka dari itu perlu adanya peningkatan SDM

(Sumber Daya Manusia) untuk menjadi penyuluh kesehatan.

Ada atau tidaknya petugas kesehatan sebagai penyuluh di

satu daerah akan mempengaruhi kegiatan penyuluhan

kesehatan. Karena jika kegiatan penyuluhan kesehatan tidak

disampaikan oleh petugas kesehatan akan mempengaruhi

penyampaian pesan penyuluhan kepada masyarakat. Sehingga

adanya petugas kesehatan sebagai penyuluh kesehatan dapat

menjadi faktor dalam terlaksananya kegiatan penyuluhan

kesehatan.

Sesuai dengan penelitian Nuraida Syatawati (2017)

dengan hasil Perbandingan efektivitas promosi kesehatan

dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi pada

kelompok siswa-siswi kelas 7 SMP Negeri di salah satu Kota

Bandung Tahun 2017 menunjukkan bahwa peningkatan

pengetahuan kesehatan reproduksi rata-rata lebih tinggi pada

kelompok yang mendapatkan edukasi dibanding dengan

kelompok kontrol. Hal ini berarti promosi kesehatan melalui

metode ceramah dan diskusi dengan dukungan petugas

penyuluhan yang kompeten dapat dikatakan efektif terhadap

peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi pada siswa

kelas 7 SMP tersebut dengan nilai p<0,001 (p≤0,05).

71
c. Promosi kesehatan dalam faktor pendorong (reinforcing)

Karena faktor ini menyangkut sikap dan perilaku tokoh

masyarakat (toma) dan tokoh agama (toga), serta petugas, termasuk

petugas kesehatan, maka promosi kesehatan yang paling tepat

adalah dalam bentuk pelatihan bagi toga, toma, dan petugas

kesehatan sendiri. Tujuan utama dari pelatihan ini adalah agar sikap

dan perilaku petugas dapat menjadi teladan. Misalnya acuan bagi

masyarakat tentang hidup sehat (berperilaku hidup sehat).

Disamping itu upaya-upaya agar pemerintah, baik pusat

maupun daerah (Provinsi, Kabupaten, Kecamatan, Kelurahan)

mengeluarkan undang-undang atau peraturan-peraturan yang dapat

menunjang perilaku hidup sehat bagi masyarakat. Misalnya,

undang-undang perkawinan merupakan faktor reinforcing terhadap

para remaja untuk menunda perkawinannya sampai umur yang

cukup memenuhi persyaratan untuk kesehatan. Selain tokoh

masyarakat (toma) dan tokoh agama (toga), serta petugas, termasuk

petugas kesehatan, dukungan keluarga teman sekolah serta

dukungan guru disekolah juga dapat mempengaruhi pengetahuan

dan sikap remaja dalam hal kesehatan reproduksi remaja.

1) Dukungan Guru Sekolah

Karena yang akan menjadi sasaran dalam penelitian

adalah remaja sekolah, maka guru merupakam salah satu

faktor penting dalam meningkatkan pengetahuan siswanya

72
serta terlaksana atau tidaknya kegiatan penyuluhan kesehatan

yang akan dilakukan. Dukungan guru sekolah sangat penting

karena guru merupakan tokoh yang sangat penting dan sangat

berperan dalam lingkungan sekolah. Siswa juga sangat

mematuhi apa yang dikatakan oleh guru nya. Oleh karena itu

bekerja sama dengan guru sekolah menjadi hal yang sangat

penting dengan tujuan agar penyuluhan kesehatan dapat

terlaksana di lingkungan sekolah dan pesan yang akan

disampaikan dapat diterima oleh responden atau para siswa

yang ada di sekolah tersebut.

2) Dukungan teman sekolah, keluarga, dan tokoh masyarakat

Teman sekolah, keluarga, dan tokoh masyarakat

merupakan tokoh yang dekat dan mempunyai faktor penting

dalam kehidupan sehari-hari remaja. Remaja akan

mendapatkan informasi atau pengetahuan pertama kali adalah

dari keluarga, pengetahuan tersebut yang akan memberikan

arahan kepada mereka bagaimana mereka akan menentukan

sikap terutama dalam hal kesehatan reproduksinya. Sedangkan

teman sekolah merupakan orang terdekat setelah keluarga yang

ditemuai hampir setiap hari. Dalam masa pertumbuhan remaja

akan mengalami fase dimana ingin mencoba hal baru untuk

mencari jati diri mereka, sehingga teman sekolah mempunyai

faktor penting dalam masa pertumbuhan remaja tersebut,

73
dukungan teman sekolah akan mempengaruhi sikap yang akan

mereka lakukan terutama dalam hal kesehatan reproduksi

(Supriyanto, W. 2015).

Selain dukungan dari keluarga dan dukungan dari teman

sekolah, tokoh masyarakat juga mempunyai faktor penting,

tokoh masyarakat merupakan orang-orang yang ada di

lingkungan remaja tumbuh. Dukungan masyarakat seperti

adanya peringatan jika remaja melakukan hal yang salah, dan

tokoh masyarakat merupakan tokoh yang berwenang dalam

menciptakan aturan-aturan di daerah remaja tinggal, aturan

tersebut bertujuan agar remaja tidak melakukan hal negative

diluar batasan mereka sebagai remaja.

Hal ini didukung dengan hasil penelitian (Nurmansyah.

2014) Responden melakukan konsultasi mengenai sikap yang

harus dilakukan mengenai kesehatan reproduksi kepada teman,

ibu, bapak, saudara kandung, keluarga, petugas kesehatan,

pemuka agama dan guru atau dosen. Mayoritas responden

menanyakan hal tersebut kepada teman dibanding dengan yang

lain. Sebanyak 40,4 persen responden telah mengunjungi

pertemuan masarakat mengenai kesehatan reproduksi. Dari

seluruh responden, hanya 21 responden (15,4%) yang tahu

mengenai organisasi yang fokus pada kesehatan reproduksi, 14

responden (10,3%) tahu keberadaan organisasi dan 6

74
responden (4,4%) yang telah mengunjunginya. Penyebaran

informasi mengenai kesehatan reproduksi juga terdapat pada

media cetak maupun elektronik. Namun hanya sedikit

responden yang memanfaatkan. Berdasarkan hasil tersebut

dapat disimpulkan bahwa terdapat peran keluarga, masyarakat

dan media dalam penyediaan informasi kesehatan reproduksi

walaupun peran teman lebih dominan daripada informan

lainnya dalam menentukan sikap remaja terhadap kesehatan

reproduksi.

Dalam hal ini penyuluhan atau promosi kesehatan ditujukan untuk

menggugah kesadaran, memberikan atau meningkatkan pengetahuan

masyarakat tentang pemeliharaan dan peningkatan kesehatan baik bagi

dirinya sendiri, keluarganya, maupun masyarakatnya. Di samping itu,

dalam konteks ini promosi atau penyuluhan kesehatan dapat memberikan

pengaruh dalam pengetahuan, melalui pengetahuan tersebut dapat

mempengaruhi sikap responden atau sasaran dalam kegiatan penyuluhan

kesehatan yang dilaksanakan. Sederhananya, melalui kegiatan penyuluhan

kesehatan, dapat memberikan pengaruh dalam hal menambah pengetahuan

masyarakat yang menjadi responden, dari pengetahuan tersebut

masyarakat atau responden dapat merubah sikap yang belum baik dalam

hal menjaga kesehatannya menjadi sikap yang lebih baik, sehingga dengan

perubahan sikap tersebut kesehatan masyarakat dapat terjaga dengan baik

dan masyarakat dapat hidup dengan produktif.

75
Sikap Remaja
Kepercayaan Terhadap
Metode
Predisposing Pendidikan Kesehatan Ceramah
Factors Reproduksi
Usia MetodeDiskusi
Kelompok
Sarana Prasarana Metode Curah
Kesehatan Pendapat
Penyuluhan Metode
Adanya Petugas Kesehatan Penyuluhan Metode Panel
Enabling
Kesehatan Sebagai
Factors Penyuluh Reproduksi Metode
Bermain Peran

Dukungan Guru Metode


Sekolah Demostrasi
Dukungan Teman Pengetahuan Metode
Reinforcing Sekolah Simposium
Remaja Terhadap
Factors Dukungan Keluarga
Kesehatan Metode
Seminar
Dukungan Tokoh Reproduksi
Masyarakat
2.1 Gambar Kerangka Teori

Keterangan : Garis panah menggambarkan kontribusi pengaruh.


Sumber : Teori Perilaku Lawrance Green Dalam Notoadmodjo, 2012

76
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Dengan mengacu pada kerangka teori sebagai alur piker dalam

penelitian, peneliti mencoba membuat kerangka konsep secara sistematis

untuk memahami secara mendalam mengenai pengetahuan dan sikap

remaja (siswa SMK N 1 Poncol) terhadap kesehatan reproduksi remaja.

Kerangka konseptual penelitian merupakan suatu uraian dan

visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang

lain dari masalah yang ingin diteliti. Konsep sendiri adalah suatu abstraksi

yangdibentuk dengan menggenarolisasikan suatu pengertian. Oleh sebab

itu konsep tidak dapat diukur dan diamati secara langsung. Agar dapat

diamati dan dapat diukur maka konsep tersebut harus dijabarkan ke dalam

variabel-variabel. Dari variabel tersebut, konsep dapat diamati dan diukur

(Nursalam, 2013).
PRETEST (O1) PERLAKUAN (X) POSTEST (O2)

Pengetahuan Penyuluhan Pengetahuan


Kesehatan
Reproduksi
Remaja dengan
Sikap Metode Sikap
Ceramah

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

80
Keterangan :

: Diteliti

: Berpengaruh

Pada gambar 3.1 menjelasakan bahwa pengetahuan dan sikap

sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan reproduksi dengan

menggunakan metode ceramah akan memberikan pengaruh yang berbeda.

Sebelum dilakukan penyuluhan kesehatan reproduksi menggunakan

metode ceramah remaja belum mengerti pengertian kesehatan reproduksi

secara benar dan belum mengetahui bahayanya jika tidak memperhatikan

kesehatan reproduksi, setelah dilakukan penyuluhan kesehatan reproduksi

pengetahuan remaja akan lebih baik mengenai kesehatan reproduksi.

Sedangkan untuk sikap, sebelum dilakukan penyuluhan kesehatan

reproduksi belum mengetahui cara menjaga kebersihan alat reproduksi

dengan benar, setelah dilakukan penyuluhan kesehatan reproduksi remaja

akan merubah sikap dengan lebih menjaga kebersihan alat reproduksi

mereka. Berdasarkan hal tersebut penyuluhan kesehatan reproduksi remaja

dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap remaja.

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu pernyataan atau asumsi tentang hubungan

antara dua variabel atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab

suatu pertanyaan dalam penelitian. Setiap hipotesis terdiri atas satu atau

bagian dari permasalahan (Nursalam, 2013).

81
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H1 : Ada Pengaruh Pemberian Penyuluhan Kesehatan Reproduksi

Remaja Dengan Metode Ceramah Terhadap Pengetahuan Remaja.

H1 : Ada Pengaruh Pemberian Penyuluhan Kesehatan Reproduksi

Remaja Dengan Metode Ceramah Terhadap Sikap Remaja.

82
BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Design Penelitian

Penelitian ini merupakan kegiatan penelitian dengan menerapkan

sebuah konsep pemberian penyuluhan dengan metode ceramah terhadap

sikap dan pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi remaja.

Maka penelitian ini menggunakan metode eksperimen, eksperimen yang

dimaksud adalah rancangan pra eksperimen dengan menggunakan (one

group pretest and posttest design), karena penelitian ini hanya

menggunakan satu sampel kelompok saja tanpa adanya sampel kelompok

pembanding.

Metode eksperimen yakni membandingkan antara hasil awal dan

hasil akhir pra eksperimen, metode eksperimen merupakan penelitian yang

hanya menggunakan satu kelompok subjek, pengukuran dilakukan

sebelum dan setelah diberi perlakuan. Berbedaan kedua hasil pengukuran

dianggap sebagai efek perlakuan (Harun, 2013).

Dalam penelitian ini materi tes awal yaitu mengetahui

pengetahuan, dan sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi remaja.

Tujuan diadakan tes ini adalah untuk mengetahui sejauh mana

pengetahuan dan sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi remaja.

Dengan demikian penyuluhan kesehatan reproduksi remaja dengan metode

ceramah ini dapat berpengaruh ataupun tidak terhadap kesehatan

reproduksi remaja. Dalam penelitian ini peneliti melakukan eksperimen

83
sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah perlakuan dengan

menggunakan pretest dan setelah perlakuan menggunakan posttest.

1 (x) 2

Keterangan :

O1 – O2 = Pretest dan Postest. X : Perlakuan atau treatment

4.2 Populasi Dan Sampel

Populasi merupakan seluruh objek atau subjek yang mempunyai kualitas

yang akan di teliti atau objek penelitian (Sugiono, 2013). Populasi penelitian

ini adalah seluruh siswa kelas XI di SMK N 1 Poncol Kabupaten Magetan.

Dengan jumlah populasi siswa kelas XI keseluruhan adalah 115 siswa terbagi

laki-laki 42 siswa dan perempuan 73 siswi.

Sampel merupakan bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiono, 2013). Dan yang menjadi sampel penelitian adalah siswa

kelas XI di SMK N 1 Poncol Kabupaten Magetan.

Dalam pemilihan sampel penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu

kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Kriteria inklusi adalah karakteristik

umum subjek penelitian pada populasi terjangkau. Kriteria eksklusi adalah

sebagian subjek yang memenuhi kriteria inklusi tetapi harus dikeluarkan

karena sesuatu hal (Sugiono, 2013).

1. Kriteria Inklusi :

a. Responden yang mampu berkomunikasi dengan baik.

84
2. Kriteria Eksklusi :

a. Responden sakit atau tidak ada di tempat saat sedang

diadakan pengambilan data.

b. Responden tidak bersedia untuk dijadikan sebagai

responden.

4.3 Tehnik Sampling

Sampling adalah cara pengambilan sejumlah sampel agar dapat mewakili

karakteristik dan jumlah populasinya (Supardi, 2013). Penelitian yang akan

dilaksanakan merupakan penelitian dengan menggunakan metode eksperimen

dengan rancangan pra eksperimen one group pretest posttest. Yang akan

dilaksanakan di SMK N 1 Poncol Kabupaten Magetan. Siswa terbagi dalam 4

jurusan yaitu multimedia, akuntansi, tata boga, dan tata busana.

Sesuai dengan teori perilaku PRECEDE PROCEED, dengan hasil kriteria

evaluasi sarana dan prasarana kegiatan penyuluhan menyatakan bahwa untuk

jumlah responden sebesar 115 siswa dengan sarana berupa ruangan dengan

ukuran yang minimalis maka peneliti akan menggunakan sampel untuk

menentukan jumlah responden. Dengan menggunakan jumlah sampel

diharapkan penyuluhan yang akan disampaikan dapat diterima dengan baik

oleh responden atau peserta penyuluhan dengan menyesuaikan sarana berupa

ruangan yang sudah ada.

Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus

slovin. Besar sampel dihitung berdasarkan rumus slovin (Sugiyono, 2011).

85
N
n=
1 + N(d)2

Keterangan :

n : Besar Sampel

N : Besar Populasi

D : Tingkat Signifikasi p (0,1)

Jadi besar sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

N
n=
1 + N (d)2
115
n =
1 + 115 (0,01)2
115
=
2,15

= 53,49 = 54

Berdasarkan hasil pengukuran sampel dengan menggunakan rumus

slovin, dari total populasi dengan jumlah 115 siswa setelah diukur

menggunakan rumus slovin sampel menjadi 54 siswa. Tehnik

pengambilan sampel menggunakan tehnik Non Probability Sampling

dengan jenis tehnik Purposive Sampling. Tehnik Purposive Sampling

adalah tehnik pengambilan sampel dengan cara menggunakan kriteria

yang telah ditentukan peneliti. Kriteria pemilihan sampel terbagi menjadi

kriteria Inklusi dan kriteria Eksklusi.

86
4.4 Kerangka Kerja Penelitian

4.4.1 Kerangka kerja penelitian ini terdiri dari :

Populasi :
Siswa kelas XI SMK N 1 Poncol dengan jumlah siswa 115 siswa

Sampel :
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 54 siswa

Design Penelitian :
Kuantitatif Dengan Menggunakan Metode Pra Eksperimen (Rancangan One
Group Pretest Dan Postest)

Pengumpulan Data :
Kuesioner Dan Observasi

Pretest Posttest

Pengetahuan Dan Sikap Remaja Pengetahuan Dan Sikap Remaja

Pengelolaan Data :
Editing, Scoring, Entry, Tabulating

Analisis Data :
Univariat, Bivariat Dan Menggunakan Uji T Test Berpasangan

Penyajian Hasil Dan Kesimpulan

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian

87
4.4.2 Kerangka langkah kerja penelitian terdiri dari :

Pembukaan : sambutan dari pihak sekolah dilanjutkan


sambutan peneliti sekaligus menjelaskan tujuan kegiatan.

Pembagian kuesioner Pretest kepada seluruh responden


penelitian.

Pengumpulan hasil kuesioner Pretest.

Penyampaian penyuluhan kesehatan reproduksi remaja dengan


metode ceramah dan memberikan pertanyaan secara langung / kuis

Pembagian kuesioner Postest kepada seluruh responden


penelitian.

Pengumpulan hasil kuesioner Postest.

Penutup dengan ucapan terimakasih dengan pembagian


cinderamata dan materi penyuluhan berupa media cetak
leafleat.

Gambar 4.2 Kerangka Langkah Kerja Penelitian

88
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

4.5.1 Variabel Penelitian

Varibel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013).

Dalam penelitian yang akan dilakukan yaitu dengan menerapkan metode

eksperimen dengan rancangan pra ekperimen one group pretest posttest,

penelitian eksperimen merupakan penelitian dimana peneliti memanipulasi

variabel bebas atau variabel independen untuk dijadikan “faktor perlakuan

(x)” atau treatment factor atau faktor intervensi. Faktor tersebut dengan

sengaja dimanipulasi oleh peneliti sehingga merupakan manipulated

factor. Dengan memanipulasi faktor, diharapkan dapat memberikan

pengaruh terhadap variabel terikat atau variabel dependen. Dengan

demikian, pada penelitian eksperimen, hubungan antara faktor dengan

variabel dependen merupakan hubungan sebab akibat.

a) Variabel Independen (manipulated factor)

Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus dan sering

disebut variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi penyebab perubahannya (Sugiyono,

2013). Dalam penelitian dengan metode eksperimen rancangan one

group pretest posttest ini variabel independen (manipulated factor)

adalah penyuluhan kesehatan reproduksi remaja dengan menggunakan

metode ceramah.

89
b) Variabel Dependen

Variabel ini sering disebut variabel output. Dalam Bahasa

Indonesia sering disebut variabel terikat. Variabel terikat merupakan

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

variabel bebas (Sugiyono, 2013). Dalam penelitian ini variabel

dependen nya adalah pengetahuan dan sikap remaja terhadap

kesehatan reproduksi.

90
4.5.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel

yang bersangkutan (Sugiyono, 2013).

Tabel 4.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Skor


Data

Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil Pertanyaan yang ada di Kuesioner pretest dan Rasio Vaforable
siswa pemikiran seorang untuk kuesioner pretest dan posttest Benar : 1
terhadap memahami suatu objek. posttest berjumlah 10 Salah : 0
kesehatan pertanyaan yang
reproduksi. berhubungan dengan Unvaforable
kesehatan reproduksi Benar : 0
remaja. Salah : 1

Skala Likert

91
Lanjutan Tabel 4.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Skor


Data
Vaforable:
Sikap siswa Sikap adalah pemikiran Pertanyaan yang ada di Kuesioner pretest dan Rasio -Sangat
terhadap dan perasaan yang kuesioner pretest dan posttest setuju
kesehatan mendorong seseorang posttest berjumlah 10 (SS): 4
reproduksi bertingkah laku ketika pertanyaan dalam jenis - Setuju
remaja. sedang menyukai atau pernyataan yang (S): 3
- Kurang
tidak menyukai sesuatu. berhubungan dengan
setuju
kesehatan reproduksi (KS): 2
remaja. - Tidak
setuju
(TS): 1
Unvaforable:
- Sangat
setuju
(SS): 1
- Setuju
(S): 2
- Kurang
setuju
(KS): 3
- Tidak
setuju
(TS): 4
SkalaLikert

92
4.6 Instrument Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

4.6.1 Metode Penyuluhan

Setiap kegiatan penyuluhan pasti akan menerapkan salah satu

metode yang sesuai dengan penyuluhan yang akan dilaksanakan.

Beberapa metode penyuluhan seperti metode ceramah, metode diskusi

kelompok, metode curah pendapat, metode panel, metode bermain

peran, metode demostrasi, metode symposium, dan metode seminar.

Dalam penelitian yang akan dilaksanakan di SMK N 1 Poncol

Kabupaten Magetan, dengan responden siswa kelas XI. Penyuluhan

kesehatan reproduksi dengan responden siswa SMK maka metode

yang akan digunakan adalah metode ceramah. Karena dengan

menggunakan metode ceramah, responden dapat merespon secara

langsung apa yang disampaikan oleh pemateri.

4.6.2 Media Penyuluhan

Kegiatan penyuluhan selain menerapkan salah satu metode

penyuluhan juga harus menggunakan media, bertujuan agar

penyuluhan yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik sehinga

pesan yang ingin disampaikan dapat diterima responden dengan

mudah, sehingga penyuluhan yang dilakukan dapat menambah

pengetahuan seta dapat merubah perilaku masyarakat yang semula

negative menjadi perilaku yang positif. Beberapa macam media yang

dapat di gunakan dalam kegitan penyuluhan adalah media cetak, media

93
elektronik, dan media luar ruang. Dalam penelitian yang akan

dilakukan yaitu penyuluhan kesehatan reproduksi remaja dengan

responden siswa SMK N 1 Poncol Kabupaten Magetan, menggunakan

media cetak yaitu leafleat dengan materi yang berhubungan dengan

kesehatan reproduksi remaja. Dan menggunakan media elektronik

berupa laptop, LCD, dan audio sebagai pengeras suara, yang akan

digunakan agar mempermudah penyampaian materi.

4.6.3 Kuesioner

Kuesioner untuk variabel Dependen yaitu pengetahuan dan sikap

mengenai kesehatan reproduksi remaja dengan beberapa soal

pertanyaan, indikatornya meliputi pengertian kesehatan reproduksi,

cara menjaga dan merawat organ reproduksi, cara-cara merawat organ

reproduksi, beberapa penyakit yang berhubungan dengan reproduksi.

Selanjutnya dalam kuesioner untuk variabel pengetahuan dengan

jenis pernyataan, setiap butir pertanyaan disediakan 2 alternatif

jawaban yaitu Benar dan Salah. Jika jawaban benar diberi nilai 1 dan

jika jawaban salah diberi nilai 0, apabila seluruh pertanyaan dijawab

dengan benar oleh responden, maka nilainya berdasarkan jumlah soal.

Sedangkan dalam kuesioner untuk variabel sikap setiap butir

pertanyaan disediakan alternative jawaban sangat setuju (SS), setuju

(S), tidak setuju (TS), dan Sangat tidak setuju (STS). Masing-masing

alternative jawaban sudah ditentukan skor penilaiannya. Jika

menjawab sangat setuju (SS) diberi nilai 4, setuju (S) diberi nilai 3,

94
tidak setuju (TS) diberi nilai 2, dan tidak setuju (TS) diberi nilai 1.

Dengan demikian skala datanya adalah rasio.

4.6.4 Uji Validitas

Validitas (kesahihan) adalah suatu pengukuran merujuk kepada

suatu keadaan dimana alat ukur mengukur karakteristik yang peneliti

ingin mengukurnya. Dengan kata lain validitas mempersoalkan akurasi

peneliti dalam mengamati, megukur, mewawancarai,

menginterprestasi, mencatat, mengolah informasi yang diperoleh dari

subyek peneliti (Saryono, 2011).

Uji validitas pada penelitian ini dilakukan 2 kali pengukuran.

Pengukuran pertama dilakukan uji validitas materi yang akan

disampaikan pada saat penelitian, uji validitas materi penyuluhan

dilakukan di Puskesmas Poncol dengan sasaran petugas Promkes dan

Bidan di Puskesmas Poncol dengan jumlah responden 5 petugas

puskesmas. Pengukuran kedua dilakukan uji validitas kuesioner yang

akan diujikan pada saat penelitian, uji validitas kuesioner dilakukan di

sekolah yang setara dengan tempat penelitian yaitu SMK N 2

Magetan, uji validitas dilakukan dengan 20 responden dengan sasaran

yang sama dengan penelitian yaitu siswa kelas XI. Pengujian validitas

kuesioner pada penelitian ini, peneliti menggunakan software SPSS

versi 16.0. untuk mengetahui bahwa item-item pernyataan pada

kuesioner tersebut jika r hitung > r tabel product moment person. Nilai

r tabel dapat diperoleh melalui tabel r product moment, jika responden

95
berjumlah 20 orang untuk r tabel nya adalah 0,444. Hasil menunjukkan

bahwa dari 20 item pertanyaan pada kuesioner pengetahuan dan

kuesioner sikap, menunjukkan bahwa kuesioner benar-benar valid.

Berdasarkan uji validitas, didapatkan hasil 20 instrument yang benar

benar valid diantaranya:

Tabel 4.2 Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan


No rxy rtotal 5% (20) Keterangan
Item
1 0,658 0,444 Valid
2 0,562 0,444 Valid
3 0,645 0,444 Valid
4 0,476 0,444 Valid
5 0,486 0,444 Valid
6 0,595 0,444 Valid
7 0,446 0,444 Valid
8 0,499 0,444 Valid
9 0,527 0,444 Valid
10 0,486 0,444 Valid
Sumber : Pengolahan Data Primer Menggunakan SPSS

Tabel 4.3 Uji Validitas Kuesioner Sikap


No rxy rtotal 5% (20) Keterangan
Item
1 0,639 0,444 Valid
2 0,514 0,444 Valid
3 0,496 0,444 Valid
4 0,515 0,444 Valid
5 0,479 0,444 Valid
6 0,504 0,444 Valid
7 0,468 0,444 Valid
8 0,453 0,444 Valid
9 0,641 0,444 Valid
10 0,515 0,444 Valid
Sumber : Pengolahan Data Primer Menggunakan SPSS
Berdasarkan data hasil uji validitas yang didapatkan, maka

semua pertanyaan dalam kuesioner dapat dijadikan sebagai instrument

penelitian.

96
Sedangkan untuk hasil uji validitas materi penyuluhan yang

dilakukan dengan 5 responden di Puskesmas Poncol, didapatkan hasil

bahwa materi yang disampaikan mengenai kesehatan reproduksi

remaja sudah sesuai dengan buku pedoman yang dipakai Puskesmas

Poncol Kabupaten Magetan. Mulai dari pengertian kesehatan

reproduksi remaja, macam-macam penyakit infeksi menular seksual,

cara-cara menjaga kesehatan reproduksi diusia remaja.

4.6.5 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan sejumlah mana

hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali

atau lebih alat ukurnya, pertanyaan dikatakan reabilitas jika jawaban

seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu

ke waktu.

Uji reliabilitas dapat dilakukan setelah melakukan uji validitas. Uji

reliabilitas dapat dilihat dari nilai Crombach’Alpha, jika nilai

Alpha>0,444 maka instrument pertanyaan yang merupakan dimensi

variabel adalah reliable. Jadi item-item kuesioner pada semua variabel

adalah reliable.

Tabel 4.4 Uji Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan Dan Sikap


Variabel rxy rtotal 5% (20) Simpulan
Pengetahuan 0,726 0,444 Reliabel
Sikap 0,646 0,444 Reliabel
Sumber : Pengolahan Data Primer Menggunakan SPSS

97
Berdasarkan data hasil uji reliabilitas yang didapatkan, maka

semua pertanyaan dalam kuesioner konsisten serta dapat dijadikan sebagai

instrument penelitian.

4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.7.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMK N 1 Poncol Kabupaten Magetan.

4.7.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian secara jelas dibuat dalam bentuk tabel Ganchart.

98
Tabel 4.5 Ganchart Kegiatan Penelitian Prodi S1 Kesehatan Masyarakat
Peminatan PromKes Di SMKN 1 Poncol Kabupaten Magetan

REALISASI PELAKSANAAN PENELITIAN


No.
Kegiatan Tanggal, Bulan, Tahun

1. ACC Judul 12 Februari 2019

2. Penyusunan dan Konsul Proposal Skripsi 19 Februari – 12 April 2019


Bab 1-4
3. Seminar Proposal Skripsi 27 April 2019

4. Revisi dan ACC Proposal Skripsi 3 April 2019

5. Uji Validitas 17 Mei – 20 Mei 2019

6. Penelitian 18 Juni 2019

7. Entry Data dan Penyusunan Laporan 24 Juni – 29 Juni 2019


Skripsi
8. Konsul Hasil BAB 5-6 4 Juli – 6 Juli 2019

9. Pelaksanaan Ujian Skripsi 16 Juli 2019

10. Revisi Laporan Skripsi 18 Juli – 25 Juli 2019

11. ACC Skripsi 27 Juli 2019

99
4.8 Prosedur Pengumpulan Data

4.8.1 Data Primer

a) Test

Merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan

seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Test

adalah tehnik pengumpulan data yang efisien. Penelitian ini

menggunakan test tertutup untuk dibagikan kepada seluruh responden

(Sugiyono, 2013).

Dalam penelitian ini rencana kerja penelitian adalah peneliti akan

mengikuti mengadakan penyuluhan di sekolah SMK N 1 Poncol

Kabupaten Magetan, sebelumnya peneliti akan meminta ijin kepada

Kepala Sekolah SMK N 1 Poncol Kabupaten Magetan dengan

membawa surat keterangan penelitian dari Sekolah Tinggi Bhakti

Husada Mulia Madiun, kemudian menentukan waktu yang tepat untuk

dilakukan kegiatan penyuluhan kesehatan reproduksi agar tidak

bertepatan dengan acara di sekolah SMK N 1 Poncol Kabupaten

Magetan, dengan tujuan agar siswa yang akan menjadi responden

dapat hadir mengikuti penyuluhan kesehatan reproduksi. Setelah

mendapatkan ijin penelitian, peneliti akan melakukan penelitian.

Peralatan yang dipersiapkan oleh peneliti berupa LCD, proyektor,

lembar kerja pretest dan posttest.

Peneliti memberikan dua kali test dengan menggunakan kuesioner

kepada responden, yaitu pretest dan posttest. Pretest adalah tes yang

100
dilakukan sebelum responden mendapatkan treatment penyuluhan dan

posttest adalah test yang akan dilakukan setelah responden

mendapatkan treatment penyuluhan. Hasil pretest dan posttest

kemudian dikumpulkan lagi kepada peneliti dan di analisis oleh

penulis sehingga tidak ada kecurangan pada hasil tes. Setelah

perhitungan selesai maka hasil dari perhitungan itu adalah nilai yang

diperoleh oleh masing-masing responden.

b) Tahap Pelaksanaan

1. Tahap Persiapan

a) Mengurus ijin penelitian dengan membawa surat dari STIKES

Bhakti Husada Mulia Madiun kepada Dinas Kesehatan

Kabupaten Magetan.

b) Mengurus ijin penelitian dengan membawa surat dari STIKES

Bhakti Husada Mulia Madiun kepada pihak SMK N 1 Poncol

Kabupaten Magetan, untuk mengadakan penelitian.

c) Memberikan penjelasan kepada calon responden bahwa akan

diadakan penelitian di sekolah SMK N 1 Poncol Kabupaten

Magetan.

d) Memberi pengarahan tentang kegiatan yang akan dilakukan

berkaitan dengan penelitian kepada subyek selama penelitia

berlangsung.

e) Memvalidasi LCD, Laptop, Alat tulis dan Lembar test.

101
2. Tahap Pengambilan Data Awal

Pada tahap pengambilan data awal peneliti menjelaskan maksud

dari penelitiannya tersebut dan akan diberikan lembar pretest

kepada responden agar diisi menurut kemampuan dan pengetahuan

responden masing-masing.

3. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah semua data awal pretest dari masing-masing subyek

dikumpulkan selanjutnya responden akan diberi perlakuan

(treatment) penyuluhan.

4. Tahap Pengambilan Data Akhir

Setelah mendapatkan treatment berupa penyuluhan responden

diberikan lembar test posttest dengan pertanyaan yang sama dengan

pretest untuk dijawab sesuai pengetahuan masing-masing

responden. Setelah diisi semua lembar test dikembalikan kepada

peneliti dan akan dilakukan penilaian.

5. Tahap Penutup

Pada tahap akhir melakukan pengolahan data, analisa, dan

membuat laporan hasil penelitian.

4.8.2 Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang tidak didapat langsung dari

sumbernya, melainkan didapat dari pihak lain. Data sekunder dalam

penelitian ini diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan dan data

dari SMKN 1 Poncol Kabupaten Magetan.

102
4.9 Tehnik Pengelolaan Data

Penelitian menggunakan tehnik pengumpulan data menggunakan test.

Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti dimana responden

penelitian ditentukan saat menentukan jumlah sampel. Tahap pengambilan

pada penelitian diawali dengan perizinan ke pihak SMK N 1 Poncol

Kabupaten Magetan, kemudian peneliti menjelaskan maksud dan tujuan

penelitian yang akan dilakukan. Setelah melakukan penyuluhan dan

penyebaran kuesioner peneliti selanjutnya melakukan pengolahan data

dengan cara (Saryono, 2011) :

1. Editing

Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan

oleh para pengumpul data. Tujuannya adalah mengurangi kesalahan

atau kekurangan yang ada di daftar pertanyaan.

2. Scoring

Scoring adalah memberikan penilaian terhadap item-item yang

perlu diberi penilaian skor dari jawaban responden tentang

pengetahuan dan sikap.

3. Entry

Entry adalah kegiatan memasukkan data kedalam program

computer untuk pengambilan hasil dan keputusan.

4. Tabulating

Tabulating adalah pekerjaan membuat tabel. Jawaban-jawaban

yang telah diberi kode kemudian dimasukkan ke dalam tabel. Langkah

103
terakhir dari penelitian ini adalah melakukan analisa data. Selanjutnya

data dimasukkan ke computer dan dianalisa secara statistik.

4.10 Analisis Data

4.10.1 Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendiskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian

(Notoatmoodjo, 2012). Analisa univariat atau variabel yang dianalisis

dalam penelitian ini adalah penyuluhan kesehatan reproduksi dengan

metode ceramah terhadap pengetahuan dan sikap siswa SMK N 1

Poncol Kabupaten Magetan.

4.10.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk

menganalisis hubungan (baik bersifat correlational, causal). Untuk

mengetahui pengaruh pemberian penyuluhan dengan metode ceramah

terhadap pengetahuan dan sikap siswa SMK N 1 Poncol Kabupaten

Magetan, dapat dihitung menggunakan uji statistik. Menggunakan t

test berpasangan atau paired simple t test. Paired simple t test

merupakan analisis dengan melibatkan dua pengukuran pada subjek

yang sama terhadap suatu pengaruh atau perlakuan tertentu (Harun,

2010). Pada uji beda paired simple t test, peneliti menggunakan

sampel yang sama, tetapi pengujian terhadap sampel dilakukan

sebanyak dua kali. Dalam penelitian biasanya test yang diberikan

104
disebut dengan pretest (tes yang dilakukan sebelum diberikan

perlakuan) dan posttest (setelah sampel diberikan perlakuan).

Setelah memperoleh data pretest peneliti akan memberikan

penyuluhan dengan media ceramah kepada siswa yang telah mengisi

soal pretest. Setelah selesai penyuluhan peneliti memberikan posttest

kepada siswa. Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah H1 = ada

pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi dengan metode ceramah

terhadap pengetahuan siswa SMK N 1 Poncol dan H1 = ada pengaruh

penyuluhan kesehatan reproduksi dengan metode ceramah terhadap

sikap siswa SMK N 1 Poncol Kabupaten Magetan.

Data dari hasil pretest dan posttest selanjutnya diolah dengan

menggunakan uji paired simple t test. Selanjutnya dicari nilai korelasi

antara dua variabel tersebut, bila angka signifikannya (2-tailed) dari < 0.05

artinya ada pengaruh dengan demikian hipotesa diterima. Apabila syarat

parametrik tidak terpenuhi, maka dapat menggunakan uji non parametrik,

untuk alternatif uji paired simple t test adalah uji Wilcoxon (Dahlan,

2014).

Syarat data untuk uji paired simple t test adalah :

a) Data untuk tiap pasang yang diuji dalam skala interval atau rasio.

b) Data berdistribusi normal.

c) Menggunakan subjek penelitian yang sama dan dilakukan

pengukuran secara berulang.

105
4.11 Etika Penelitian

Peneliti dalam melakukan penelitian hendaknya memegang teguh sikap

ilmiah (scientific attitude) serta berpegang teguh pada etika penelitian,

diantarananya yaitu (Notoatmodjo, 2012) :

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian

(responden) untuk mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti

melakukan penelitian. Disamping itu, peneliti memberikan kebebasan

kepada subjek untuk memberikan informasi atau tidak memberikan

informasi. Sebagai ungkapan, peneliti menghormati harkat dan martabat

subjek penelitian, peneliti seyogyanya mempersiapkan formulir

persetujuan subjek (inform consent) yang mencakup :

a) Penjelasan manfaat penelitian.

b) Penjelasan kemungkinan resiko dan ketidaknyamanan yang

ditimbulkan.

c) Penjelasan manfaat yang didapatkan.

d) Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang

diajukan subjek penelitian berkaitan dengan prosedur penelitian.

e) Persetujuan subjek dapat mengundurkan diri sebagai objek

penelitian kapan saja.

f) Jaminan anonimitas dan kerahasiaan terhadap identitas dan

informasi yang diberikan oleh responden.

106
2. Menghormati privasi dan kerahasian subjek penelitian (respect for

privacy and confidentiality)

Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk

privasi dan kebebasan individu dalam memberikan informasi. Peneliti

tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan kerahasian

identitas subjek. Peneliti cukup menggunakan coding sebagai pengganti

identitas respinden.

3. Keadilan dan inklusivitas atau keterbukaan (respect for justice and

inclusiveness)

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan

kejujuran, keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan

penelitian perlu dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan,

yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan

menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh perlakuan dan

keuntungan yang sama, tanpa membedakan gender, agama, etnis, dan

sebagainya.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harms and benefits)

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal

mungkin bagi masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada

khususnya.

107
BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di SMK N 1 Poncol Kabupaten Magetan.

Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni 2019 dengan respondennya

adalah siswa kelas XI semua jurusan mulai dari jurusan tata boga,

multimedia, tata busana, akuntansi. Peneliti memberikan perlakuan yang

sama yaitu dengan memberikan penyuluhan dengan materi kesehatan

reproduksi remaja. Responden penelitian 76 siswa terbagi menjadi 28 siswa

laki-laki dan 48 siswa perempuan yang menjadi responden. Jumlah

responden penelitian melebihi jumlah quota sampling yang sudah dihitung.

Kegiatan penelitian berlangsung pada hari selasa tanggal 18 Juni dari jam

09.30 WIB sampai 11.30. penelitian dilakukan sesuai dengan alur yang

sudah dirancang oleh peneliti.

Dalam bab ini penyajian data dibagi menjadi dua yaitu data umum

dan data khusus. Data umum berisi karakteristik responden meliputi usia

dan jenis kelamin yang disajikan dalam hasil analisis univariat pada data

demografi. Data khusus yang disajikan berdasarkan pengukuran variabel,

yaitu variabel pengetahuan dan sikap pada siswa kelas XI SMK N 1 Poncol

Kabupaten Magetan. Data yang didapat dari hasil kuesioner pre-test dan

kuesioner post-test akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan

presentase. Yang disajikan dalam hasil analisis bivariat berdasarkan

perhitungan dengan aplikasi analisis data yang sudah dilakukan.

108
5.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di SMK N 1 Poncol Kabupaten Magetan,

tepatnya di Jl.Raya Genilangit, Kelurahan Alastuwo, Kecamatan Poncol,

Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Jumlah siswa kelas XI sebanyak 115 siswa

terbagi menjadi 42 siswa laki-laki dan 73 siswa perempuan. Sarana dan

prasarana yang dimilki oleh SMK N 1 Poncol Kabupaten Magetan terdiri dari

ruang kelas pembelajaran, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang

perpustakaan, ruang UKS, ruang aula pertemuan, musholla, ruang BK,

koperasi, dan kantin.

5.2 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini terdiri dari data umum dan data khusus. Data umum

meliputi usia dan jenis kelamin yang disajikan dalam hasil analisis univariat

pada data demografi. Sedangkan data khusus terdiri dari hasil pengukuran

variabel pengetahuan dan sikap yang disajikan dalam hasil analisis bivariat.

5.2.1 Analisis Univariat

5.2.1.1 Data Demografi

Pada data demografi ini terdiri dari data usia dan jenis kelamin

responden penelitian, yang dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 5.1 Deskripsi Data Demografi Responden


Pertanyaan Jawaban Jumlah Persentase (%)
Jenis kelamin laki-laki 28 36,8
perempuan 48 63,5
Usia 17 tahun 53 66,7
18 tahun 23 30,2
Sumber : Data Primer 2019

109
Berdasarkan hasil dari tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 76

responden penelitian menunjukkan jenis kelamin perempuan lebih

dominan dengan jumlah persentase 63,5%, sedangkan untuk usia

responden lebih dominan pada usia 17 tahun dengan persentase 66,7%.

5.2.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hipotesis penelitian

apakah ada pengaruh dari intervensi yang dilakukan berupa penyuluhan

dengan metode ceramah terhadap pengetahuan dan sikap siswa kelas X1

SMK N 1 Poncol Kabupaten Magetan. Pengujian hipotesis dilakukan

dengan menguji perbedaan rerata skor pengetahuan dan sikap sebelum

dan sesudah diberikan intervensi pada responden siswa kelas XI SMK N

1 Poncol Kabupaten Magetan.

Analisis yang digunakan menggunakan uji non parametrik, karena

distribusi data tidak normal, dengan menggunakan uji Wilcoxon. Uji

normalitas data menggunakan Kolmogorov-Smirnov karena jumlah

responden >50 responden. Dengan perhitungan, apabila nilai sig. < alpha

0,05 maka data berdistribusi tidak normal. Jika nilai sig. > alpha 0,05

maka data berdistribusi normal. Berikut ini merupakan hasil yang

diperoleh setelah dilakukan perhitungan uji normalitas data :

Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas Data Pengetahuan


Kolmogorov-Smirnov
Statistic Df Sig.
Pengetahuan sebelum 183 76 000
intervensi
Pengetahuan sesudah 183 76 000
intervensi
Sumber : Data Primer Menggunakan Aplikasi Analisis Data, 2019

110
Tabel 5.3 Hasil Uji Normalitas Data Sikap
Kolmogorov-Smirnov
Statistic Df Sig.
Sikap sebelum 140 76 001
intervensi
Sikap sesudah 140 76 001
intervensi
Sumber : Data Primer Menggunakan Aplikasi Analisis Data, 2019
Berdasarkan tabel 5.2 dan tabel 5.3 menunjukkan hasil distribusi

data tidak normal karena nilai sig. < alpha 0,05. Sehingga analisis data

menggunakan uji non parametrik, dengan menggunakan uji Wilcoxon.

Uji Wilcoxon dilakukan untuk menguji perbedaan rerata skor

pengetahuan dan sikap responden sebelum dan sesudah diberikan

intervensi. Uji statistik pada perhitungan ini menggunakan tingkat

kemaknaan 95% (alpha 0,05).

5.2.2.1 Hasil Analisis Uji Wilcoxon Variabel Pengetahuan dan Sikap Responden

Penyuluhan

Tabel 5.4 Hasil Ranks Uji Wicoxon Pengetahuan dan Sikap Responden
Wilcoxon Signed Ranks
Variabel Ranks N
Pengetahuan Sebelum – Negative Ranks 0
Pengetahuan Sesudah Positive Ranks 76
Ties 0
Total 76
Sikap Sebelum – Sikap Sesudah Negative Ranks 0
Positive Ranks 76
Ties 0
Total 76
Sumber: Data Primer Menggunakan Aplikasi Analisis Data, 2019
a. Post Test < Pre Test
b. Post Test > Pre Test
c. Post Test = Pre Test

111
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan hasil penelitian Pre-test Post-

test menggunakan intervensi penyuluhan dengan metode ceramah tentang

kesehatan reproduksi remaja, untuk hasil nilai negative ranks pada

variabel pengetahuan dan sikap menunjukkan hasil 0. Nilai 0 ini

menunjukkan tidak adanya penurunan dari nilai pre test ke nilai post test

pada hasil intervensi variabel pengetahuan dan sikap responden

penyuluhan.

Positive ranks antara hasil pengetahuan dan sikap responden

penyuluhan kesehatan reproduksi remaja untuk pre test dan post test nilai

N 76 data positif, yang artinya 76 responden mengalami peningkatan

pengetahuan dan sikap terhadap kesehatan reproduksi remaja dari nilai pre

test ke nilai post test.

Ties adalah kesamaan nilai pre test dan post test, hasil nilai ties

adalah 0, sehingga tidak ada nilai yang sama antara pre test dan post test

responden penyuluhan kesehatan reproduksi remaja pada variabel

pengetahuan dan sikap.

Tabel 5.5 Hasil Analisis Uji Wilcoxon Variabel Pengetahuan


Variabel N Median Nilai p
(Minimun-Maksimum)
Pengetahuan Sebelum 76 2 (1-4) 0,000
Pengetahuan Sesudah 76 8 (6-9)
Uji Wilcoxon, 76 Responden Mengalami Peningkatan Pengetahuan
Sumber : Data Primer menggunakan Aplikasi Analisis Data, 2019

Berdasarkan tabel 5.5 setelah dilakukan uji Wilcoxon didapatkan

hasil bahwa 76 responden penelitian mengalami peningkatan nilai. Hasil

pengujian data diatas menunjukkan hasil nilai p (Asymp.Sig. (2-tailed)) =

112
0,000 < α (0.05), maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang

signifikan antara pengetahuan siswa kelas XI SMK terhadap intervensi

yang diberikan yaitu penyuluhan kesehatan reproduksi remaja pada hasil

nilai pre-test dan post-test.

Tabel 5.6 Hasil Analisis Uji Wilcoxon Variabel Sikap


Variabel N Median Nilai p
(Minimun-Maksimum)
Sikap Sebelum 76 15 (10-19) 0,001
Sikap Sesudah 76 25 (21-30)
Uji Wilcoxon, 76 Responden Mengalami Peningkatan Sikap
Sumber : Data Primer menggunakan Aplikasi Analisis Data, 2019

Berdasarkan tabel 5.6 setelah dilakukan uji Wilcoxon didapatkan

hasil bahwa 76 responden penelitian mengalami peningkatan nilai. Hasil

pengujian data diatas menunjukkan hasil nilai p (Asymp.Sig. (2-tailed)) =

0,000 < α (0.05), maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang

signifikan antara sikap siswa kelas XI SMK terhadap intervensi yang

diberikan yaitu penyuluhan kesehatan reproduksi remaja pada hasil nilai

pre-test dan post-test.

113
5.3 Pembahasan

5.3.1 Pengetahuan Responden Sebelum Diberikan Intervensi Penyuluhan

Dengan Metode Ceramah Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja

Kepada Siswa Kelas XI SMK N 1 Poncol Kabupaten Magetan.

Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji Wilcoxon diketahui

bahwa hasil pre-test sebelum diberikan intervensi penyuluhan

kesehatan reproduksi remaja dengan metode ceramah, nilai median

hanya menghasilkan nilai 2. Berdasarkan hasil tersebut,

menggambarkan bahwa pengetahuan remaja di SMK N 1 Poncol

Kabupaten Magetan masih sangat kurang mengenai kesehatan

reproduksi remaja. Responden banyak yang salah dalam memberikan

jawaban pre-test mengenai kesehatan reproduksi remaja. Sehingga

perlu untuk segera diberikan intervensi, salah satu intervensi yang tepat

adalah memberikan penyuluhan dengan metode ceramah mengenai

kesehatan reproduksi remaja. Penelitian akan dilakukan di SMK N 1

Poncol Kabupaten Magetan dengan sasaran siswa kelas XI. Penelitian

dilakukan di daerah Poncol karena, lokasi sekolah berdekatan dengan

beberapa tempat wisata, yang dilengkapi dengan sarana prasarana

seperti tempat peginapan, warung makan. Sehingga penting sekali

untuk diberikan penyuluhan kesehatan reproduksi remaja, dengan

tujuan untuk meningkatkan pengetahuan remaja mengenai kesehatan

reproduksi.

114
Hal ini didukung oleh penelitian Afridah (2017), dalam

penelitiannya menyatakan bahwa Pendidikan merupakan salah satu

faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Semakin

tinggi pendidikan seseorang, maka pengalaman akan lebih luas,

sedangkan semakin tua usia seseorang maka pengalaman juga akan

semakin banyak. Dalam hal ini masyarakat yang menjadi panutan

seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, serta pemangku kebijakan yang

mempunyai pengalaman yang tinggi serta menjadi tokoh yang

dipercayai masyarakat yang lain, diharapkan mampu memberikan

infromasi mengenai kesehatan reproduksi kepada warganya sesuai

dengan pengetahuan yang sudah didapatkan. Bertujuan agar masyarakat

terus berperilaku sehat dan mampu bersikap positif dalam hal merawat

kesehatan reproduksi.

Menurut observasi secara langsung yang dilakukan oleh peneliti,

bahwa pengunjung tempat wisata didominasi oleh kalangan remaja

yang berpasangan. Remaja tersebut mengujungi tempat wisata disaat

hari libur, dengan pasangan mereka masing-masing. Jika remaja tidak

dibekali atau diberikan pengetahuan yang lebih khususnya tentang

kesehatan reproduksi, akan berpengaruh terhadap sikap mereka. Remaja

akan mudah terpengaruh dengan hal-hal negative yang berhubungan

dengan kesehatan reproduksi jika tidak memiliki pengetahuan yang

lebih. Kesehatan reproduksi merupakan hal harus dipelajari oleh remaja

115
sedin mungkin untuk menghindari hal – hal negative yang tidak

diinginkan remaja.

Dalam pre-test yang sudah diberikan kepada siswa mengenai

kesehatan reproduksi remaja, banyak dari mereka yang belum

mengetahui tentang beberapa hal yang berhubungan dengan kesehatan

reproduksi remaja, seperti mereka sebagai remaja belum mengetahui

cara menjaga dan merawat organ reproduksi mereka dengan benar,

responden belum mengetahui hal-hal yang tidak boleh dilakukan dan

hal-hal yang boleh dilakukan yang berhubungan dengan kesehatan

reproduksi remaja. Untuk remaja putri banyak dari responden yang

tidak mengetahui arti dari menstruasi, tidak mengetahui proses

terjadinya menstruasi, tidak mengetahui larangan saat menstruasi, dan

tidak menjaga kebersihan organ reproduksi yang benar saat menstruasi.

Sedangkan untuk remaja laki-laki banyak dari mereka yang tidak

mengetahui makna dari terjadinya wet dream atau mimpi basah. Banyak

dari remaja laki-laki yang menganggap bahwa yang dikeluarkan saat

terjadinya mimpi basah adalah urin.

Berdasarkan beberapa fakta tersebut dan didukung dengan hasil

pretest yang sudah dilakukan sebelum intervensi penyuluhan kesehatan

reproduksi pada responden remaja, maka penting sekali untuk diberikan

penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi remaja untuk meningkatkan

pengetahuan remaja. Dengan penyuluhan yang diberikan diharapkan

dapat meningkatkan pengetahuan responden sehingga remaja tersebut

116
dapat bertanggung jawab dengan dirinya sendiri. Karena diusia remaja

jika remaja tidak memiliki pengetahuan yang lebih, remaja akan mudah

terpengaruh ke hal-hal negative yang akan merugikan remaja, bahkan

keluarga remaja tersebut.

5.3.2 Pengetahuan Responden Sesudah Diberikan Intervensi Penyuluhan

Dengan Metode Ceramah Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja

Kepada Siswa Kelas XI SMK N 1 Poncol Kabupaten Magetan.

Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji Wilcoxon diketahui

bahwa hasil pretest sebelum diberikan intervensi penyuluhan dengan

metode ceramah, responden memiliki pengetahuan yang kurang

mengenai kesehatan reproduksi. Hal ini berbeda dengan hasil posttest

mengenai kesehatan reproduksi remaja setelah diberikan intervensi.

Hasil nilai median pretest dan posttest yang mengalami peningkatan,

sehingga dapat menjadi tolak ukur peningkatan pengetahuan responden

mengenai kesehatan reproduksi remaja. Dilihat dari nilai median pretest

yang hanya menghasilkan nilai 2, mengalami peningkatan pada nilai

median posttest yang menghasilkan nilai 8. Hasil posttest setelah

diberikan intervensi nilai median responden mengalami peningkatan

yang signifikan. Remaja mengalami peningkatan pengetahuan setelah

diberikan intervensi berupa penyuluhan kesehatan reproduksi remaja.

Hasil dalam uji wilcoxon yang sudah dilakukan, semua responden tidak

ada yang mengalami penurunan nilai, semua responden juga mengalami

peningkatan nilai, sehingga dengan demikian terdapat pengaruh yang

117
signifikan antara sebelum dan sesudah dilakukannya intervensi

penyuluhan dengan metode ceramah tentang kesehatan reproduksi

remaja. Intervensi penyuluhan dengan metode ceramah tentang

kesehatan reproduksi remaja sangat mempengaruhi peningkatan

pengetahuan siswa kelas XI di SMK N 1 Poncol Kabupaten Magetan

terhadap kesehatan reproduksi remaja karena tidak ada penurunan nilai

sebelum dan sesudah dilakukannya intervensi sesuai dengan nilai

negative ranks pada hasil analisis Wilcoxon yang sudah dilakukan.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

penyuluhan kesehatan reproduksi remaja terhadap pengetahuan

responden atau remaja.

Menurut Notoatmojdo (2011), penyuluhan kesehatan adalah

mengubah perilaku masyarakat ke arah perilaku sehat sehingga tercapai

derajat kesehatan masyarakat yang optimal, untuk mewujudkannya,

perubahan perilaku yang diharapkan setelah menerima pendidikan tidak

dapat terjadi sekaligus. Ada beberapa faktor keberhasilan dalam

penyuluhan kesehatan salah satunya adalah penggunaan media dan

metode yang sesuai dengan sasaran dan materi yang akan disampaikan

kepada responden. Metode yang dipilih dalam penelitian ini adalah

metode ceramah. Menurut Notoatmojdo (2012) metode ceramah adalah

satu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide, pengertian

atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga

memperoleh informasi tentang kesehatan. Dengan menerapkan metode

118
ceramah dalam intervensi penyuluhan yang dilakukan, dapat

meningkatkan pemahaman responden terhadap materi yang

disampaikan dalam penyuluhan, karena dengan menerapkan metode

ceramah interaksi antara responden dengan pemateri adalah secara

langsung, jika ada materi yang belum jelas dapat ditanyakan langsung

kepada pemateri.

Pernyataan ini sesuai dengan penelitian Syatawati (2017) dengan

judul penelitian “Efektivitas Metode Promosi Kesehatan dalam

Meningkatkan Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Siswa SMP

Negeri”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode

promosi kesehatan dengan metode ceramah sangat efektif untuk

meningkatkan pengetahuan responden. Pemberian pengetahuan

mengenai kesehatan reproduksi perlu dilakukan dengan metode yang

tepat agar dapat meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi.

Simpulan, promosi kesehatan dengan menggunakan metode ceramah

dan diskusi efektif untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan

reproduksi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terdapat perbedaan

antara sebelum dan sesudah diberikan intervensi penyuluhan dengan

metode ceramah. Dimana dengan menerapkan metode ceramah,

responden dapat lebih memahami materi intervensi penyuluhan yang

disampaikan.

Dalam penelitian ini pengetahuan responden meningkat karena

materi yang disampaikan merupakan materi yang disukai oleh remaja

119
dan dengan menerapkan metode ceramah interaksi antara responden

dan peneliti menjadi lebih menyenangkan. Setelah diberikan

penyuluhan kesehatan reproduksi remaja, respnden mengalami

peningkatakn pengetahuan mulai dari materi mengetahui hal yang perlu

dilakukan dan hal kebiasaan yang tidak perlu dilakukan oleh remjaa

yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja. Bagi remaja

putri, mengetahui cara menjaga organ reproduksi saat menstruasi,

sedangkan untuk remaja laki-laki mengetahui makna dari setelah

terjadinya mimpi basah, dan mengerti cara merawat dan manjaga orga

reproduksinya. Berdasarkan hal tersebut responden akan lebih

memperhatikan secara langsung penyampaian materi, tidak hanya itu

suasana yang kondusif juga mendukung peningkatan pengetahuan

dengan penyampaian intervensi dengan metode ceramah.

5.3.3 Sikap Responden Sebelum Diberikan Intervensi Penyuluhan Dengan

Metode Ceramah Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Kepada

Siswa Kelas XI SMK N 1 Poncol Kabupaten Magetan.

Berdasarkan hasil pengukuran sebelum diberikan intervensi

penyuluhan kesehatan reproduksi remaja yaitu pengukuran pretest

diketahui bahwa nilai median yang didapat responden masih rendah

yaitu 15. Hal ini menandakan bahwa sikap remaja di SMK N 1 Poncol

Kabupaten Magetan masih sangat rendah mengenai kesehatan

reproduksi remaja. Selain dapat dilihat dari nilai median, sikap remaja

yang kurang baik mengenai kesehatan reproduksi dapat tergambarkan

120
melalui pertayaan-pertanyaan yang ada di kuesioner pretest sikap yang

dibagikan. Dalam kuesioner tersebut mencakup bagaimana sikap remaja

terhadap kesehatan reproduksinya, dan semuanya dapat diketahui

melalui jawaban yang sudah dikerjakan responden melalui pertanyaan

pretest. Pertanyaan sikap yang ada di kuesioner tersebut diantaranya

bagaimana remaja dalam menjaga organ reproduksinya, bagaimana

remaja perempuan saat menstruasi, bagaimana kebiasaan remaja setiap

harinya dalam menjaga kesehatan reprduksinya, bagaimana remaja

mengatasi masalah jika berhubungan dengan kesehatan reproduksi

remaja.

Berdasarkan beberapa pertanyaan sikap yang sudah diberikan yang

berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja, banyak responden yang

masih memiliki sikap kurang baik terhadap kesehatan reproduksinya.

Selain berdasarkan dari pertanyaan sikap mengenai kesehatan

reproduksi remaja tersebut, berdasarkan data observasi banyak remaja

yang sudah memilki pasangan atau berpacaran, berdasarkan hasil

observasi tersebut jika remaja tidak memiliki sikap yang baik untuk

kesehatan reproduksinya dikhawatirkan akan menimbulkan hal- hal

negative yang akan merugikan remaja itu sendiri. Remaja akan mudah

terpengaruh dengan hal-hal negative. Dalam pernyataan ini diperkuat

dengan adanya sarana dan prasarana yang ada didaerah poncol, seperti

banyaknya tempat wisata yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas

seperti adanya tempat penginapan.

121
Berdasarkan penelitian Ernawati (2018) Masa remaja merupakan

masa transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa. Remaja pada

tahap ini belum mencapai kematangan mental dan sosial sehingga

remaja harus menghadapi banyak tekanan emosi dan sosial yang saling

bertentangan. Remaja akan mengalami perubahan fisik yang cepat

ketika remaja memasuki masa puber. Salah satu dari perubahan fisik

tersebut adalah kemampuan untuk melakukan proses reproduksi. Tetapi

banyak fenomena memperlihatkan sebagian remaja belum mengetahui

dan memahami tentang kesehatan reproduksi, misalnya tentang

menstruasi dan terjadinya kehamilan. Orang tua di daerah pedesaan

masih menganggap bahwa membicarakan mengenai reproduksi dengan

remaja masih di anggap tabu, hal ini di dukung oleh penelitian Ernawati

bahwa orang tua bukan menjadi sumber informasi kesehatan reproduksi

remaja di desa, sehingga akan berdampak mengenai kebenaran

informasi yang didapat oleh remaja. Pada penelitian lain disebutkan

bahwa ada beda sikap tentang kesehatan reproduksi pada siswa SMU

yang berasal dari pedesaan dan perkotaan. hal ini dikarenakan pada

perbedaan jumlah sumber informasi, status sosial ekonomi dan

pendidikan orang tua. Remaja yang berasal dari daerah pedesaan perlu

untuk diberian informasi tentang kesehatan reproduksi, selain agar

remaja mendapatkan kejelasan mengenai alat reproduksinya dengan

benar, juga dapat membantu mereka mengenal dirinya sendiri, sehingga

remaja bisa lebih bertanggung jawab pada kesehatan reproduksinya.

122
Dapat disimpulkan bahwa, berdasarkan hasil pertanyaan pretest

yang berhubungan sikap remaja mengenai kesehatan reproduksinya,

berdasarkan hasil observasi secara langsung kepada responden remaja

di daerah Poncol Kabupaten Magetan, dan didukung dengan penelitian

yang dilakukan Ernawati (2018) mengenai pengetahuan dan sikap

remaja di pedesaan mengenai kesehatan reproduksi remaja, sikap

remaja terhadap kesehatan reproduksi dapat dilihat dari bagaimana hasil

mereka dalam menjawab pertanyaan pretest. Remaja di daerah Poncol

memiliki sikap yang kurang terhadap kesehatan reproduksinya sehingga

penting sekali untuk diberikan edukasi atau informasi yang

berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja, contohnya seperti

penelitian yang akan dilakukan yaitu dengan memberikan intervensi

kepada remaja di SMK N 1 Poncol Kabupaten Magetan mengenai

kesehatan reproduksi remaja.

5.3.4 Sikap Responden Sesudah Diberikan Intervensi Penyuluhan Dengan

Metode Ceramah Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Kepada

Siswa Kelas XI SMK N 1 Poncol Kabupaten Magetan.

Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji Wilcoxon diketahui

bahwa hasil pretest sebelum diberikan intervensi penyuluhan dengan

metode ceramah, responden memiliki sikap yang kurang mengenai

kesehatan reproduksi. Hal ini berbeda dengan hasil posttest mengenai

kesehatan reproduksi remaja setelah diberikan intervensi. Hasil nilai

median pretest dan posttest yang mengalami peningkatan, sehingga

123
dapat menjadi tolak ukur peningkatan sikap responden mengenai

kesehatan reproduksi remaja. Dilihat dari nilai median pretest yang

hanya menghasilkan nilai 15, mengalami peningkatan pada nilai median

posttest yang menghasilkan nilai 25.

Peningkatan sikap remaja juga dapat dilihat dari hasil pengukuran

uji Wilcoxon dengan hasil yaitu nilai p (Asymp.sig.(2-tailed)) pada

intervensi penyuluhan dengan metode ceramah memperoleh nilai 0,000

yang artinya dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penyuluhan

kesehatan reproduksi dengan hasil perbedaan antara pre-test dan post-

test karena nilai sig (2-tailed) lebih kecil dari α yakni 0,005. Setelah

dilakukan intervensi berupa penyuluhan dengan metode ceramah sikap

siswa kelas XI SMK N meningkat karena tidak ada penurunan nilai

sebelum dan sesudah dilakukannya intervensi sesuai dengan nilai

negative ranks pada hasil analisis Wilcoxon yang sudah dilakukan,

sehingga terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah

diberikan intervensi penyuluhan dengan metode ceramah terhadap sikap

siswa kelas XI SMK N 1 Poncol.

Pengukuran sikap dengan menggunakan instrument penelitian

berupa kuesioner pretest dan posttest, secara langsung dapat

menunjukkan hasil bagaimana pengaruh intervensi terhadap perubahan

sikap responden yang dalam penelitian ini adalah sasaran primer yaitu

remaja. Dengan menjawab pertanyaan dalam kuesioner tersebut dapat

digambarkan bagaimana sikap remaja sebelum mendapat intervensi dan

124
sesudah mendapat intervensi berupa penyuluhan kesehatan reproduksi

remaja. Perubahan sikap remaja dapat terjadi jika remaja tersebut

mendapatkan edukasi dan informasi yang dalam hal ini adalah

kesehatan reproduksi remaja. Dalam penelitian ini akan mengukur

bagaimana pengaruh intervensi penyuluhan kesehatan reproduksi

remaja terhadap pengetahuan dan sikap remaja. Pengukuran dilakukan

2 kali sebelum dan sesudah diberikan intervensi, dengan menggunakan

instrument penelitian yaitu kuesioner pretest dan posttest. Berdasarkan

pengukuran yang sudah dilakukan dalam penelitian, didapatkan hasil

peningkatakan nilai baik dari pengetahuan responden ataupun sikap

responden. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dari

intervensi yang dilakukan yaitu penyuluhan kesehatan reproduksi

remaja.

Perbandingan nilai sikap responden dapat dijadikan tolak ukur

dalam perubahan sikap remaja, karena dalam hal ini pengetahuan

remaja yang mendapat intervensi juga meningkat. Dengan peningkatan

pengetahuan responden mengenai kesehatan reproduksi secara tidak

langsung dapat mempengaruhi sikap remaja. Remaja akan mengetahui

kebiasaan apa saja yang boleh dilakukan dan kebiasaan apa saja yang

tidak boleh dilakukan yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi

remaja. Perubahan sikap responden dalam penelitian dapat dilihat dari

hasil kuesioner pretest dan hasil kuesioner posttest karena instrument

pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner tersebut merupakan

125
pertanyaan yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja,

untuk kuesioner sikap, pertanyaan berhubungan dengan kebiasaan

bagaimana remaja dalam merawat organ reproduksinya, instrument

pertanyaan juga sudah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas dengan

sasaran remaja dengan kategori yang sama dengan responden penelitian

yaitu siswa SMK N kelas XI. Berdasarkan uji validitas dan uji

reliabilitas instrument pertanyaan yang diajukan valid dan reliable.

Sehinga dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan kuesioner

penelitian, dan sesuai dengan perbandingan hasil nilai pretest dan

posttest responden, dapat dijadikan tolak ukur perubahan sikap remaja

dalam hal kesehatan reproduksi remaja. Karena, dalam penelitian ini

juga dilakukan pengukuran pengetahuan. Jika pengetahuan remaja

mengalami peningkatan, ini juga akan mempengaruhi bagaimana

remaja akan bersikap.

Menurut Notoatmojdo (2011) sikap secara nyata menunjukkan

konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Hal ini

selaras dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh khoirunisa

(2015) dengan judul penelitian “Dampak Pemberian Pendidikan

Kesehatan Reproduksi Terhadap Pengetahuan Sikap Dan Praktek Santri

Pondok Pesantren Di Semarang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan yang terjadi antara sikap sebelum diberikan

intervensi dan setelah diberikan intervensi, mengenai kesehatan

reproduksi santri. Menurut peneliti, perubahan sikap terjadi karena

126
penambahan pengetahuan yang telah diterima oleh responden, dalam

hal ini perubahan sikap menunjukkan perubahan kearah yang lebih

baik, dimana mengalami peningkatan sebesar 10,29.

Kesimpulannya, intervensi yang diberikan yaitu penyuluhan

dengan metode ceramah dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap

responden yang lebih baik. Saat intervensi penyuluhan dengan metode

ceramah dengan materi kesehatan reproduksi remaja diterapkan semua

responden siswa kelas XI SMK N 1 Poncol memperhatikan dan

mengikuti alur yang telah disepakati.

Dengan hasil yang sudah didapatkan sikap remaja mangalami

peningkatan, mulai dari tidak tahunya remaja bagaimana cara merawat

organ reproduksinya, setelah mengikuti intervensi berupa penyuluhan

kesehatan reproduksi remaja dan berdasarkan hasil posttest remaja

mengalami peingkatan nilai. Hal ini menandakan bahwa telah terjadi

perubahan sikap pada responden penelitian yang dalam penelitian ini

adalah sasaran primer yaitu remaja. Perubahan sikap juga diperkuat

dengan hasil peningkatan pengetahuan pada responden penelitian.

5.4 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian yang dilakukan terdapat beberapa keterbatasan yang

dialami selama melakukan penelitian antara lain :

1. Dalam penelitian ini pemilihan subjek yang menjadi responden penelitian

hanya siswa kelas XI secara menyeluruh, tidak adanya tambahan

127
responden dari tingkat kelas yang lain. Sehingga hasilnya belum dapat

digeneralisasikan pada kelompok subjek yang lain.

2. Masih terdapat jawaban kuesioner yang tidak konsisten menurut

pengamatan peneliti. Karena responden yang cenderung kurang teliti,

serta kurangnya sikap kepedulian dan keseriusan terhadap pertanyaan

yang ada sehingga terjadi tidak konsisten terhadap jawaban kuesioner.

Hal ini bisa diantisipasi peneliti dengan cara mendampingi dan

mengawasi responden dalam memilih jawaban agar responden fokus

dalam menjawab pertanyaan yang ada.

3. Penelitian ini hanya menggunakan sampel sebanyak 76 responden. Dari

115 total populasi.

Keterbatasan penelitian yang terjadi merupakan kondisi yang terjadi pada

saat penelitian akan dilaksanakan, dengan waktu penelitian yang sudah

disepakati oleh pihak sekolah. Cara mengatasi beberapa masalah tersebut

adalah dengan tetap melaksanakan penelitian sesuai dengan jumlah responden

yang hadir, dengan waktu yang sudah disediakan pihak sekolah, dan dengan

menggunakan sarana yang sudah disediakan pihak sekolah.

128
BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh

penyuluhan kesehatan reproduksi remaja dengan metode ceramah terhadap

pengetahuan dan sikap pada siswa SMK N 1 Poncol Kabupaten Magetan

maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Berdasarkan penelitian, dari 76 responden didapatkan hasil nilai

median variabel pengetahuan sebelum diberikan intervensi cenderung

sangat rendah yaitu 2.

2. Berdasarkan penelitian, dari 76 responden setelah diberikan intervensi

didapatkan hasil nilai median variabel pengetahuan sangat meningkat

yaitu 8.

3. Berdasarkan penelitian, dari 76 responden nilai median variabel sikap

sebelum diberikan intervensi cenderung kurang baik yaitu 15,

menggambarkan bahwa banyak responden belum merawat kesehatan

reproduksi dengan benar.

4. Berdasarkan penelitian, dari 76 responden nilai median sesudah

diberikan intervensi mengalami peningkatan yaitu 25, menggambarkan

adanya perubahan sikap yang lebih baik.

5. Ada pengaruh antara penyuluhan kesehatan reproduksi remaja dengan

pengetahuan, diketahui hasil p (Asymp.Sig. (2-tailed)) = 0,000 < α

(0.05), dengan nilai Mean sebelum penyuluhan 2 (minimum 1,

129
maksimum 4), nilai Mean sesudah penyuluhan 8 (minimum 6,

maksimum 9).

6. Ada pengaruh antara penyuluhan kesehatan reproduksi remaja dengan

sikap, diketahui hasil p (Asymp.Sig. (2-tailed)) = 0,000 < α (0.05),

dengan nilai Mean sebelum penyuluhan 15 (minimum 10, maksimum

19), nilai Mean sesudah penyuluhan 25 (minimum 21, maksimum 30).

6.2 Saran

1. Bagi Institusi SMK N 1 Poncol Kabupaten Magetan

a) Diharapkan untuk pihak guru di sekolah SMK N 1 Poncol Kabupaten

Magetan dapat menyediakan sarana dan prasarana seperti disediakan

beberapa media tambahan untuk sarana belajar siswa seperti

disediakan beberapa leafleat yang berhubungan kesehatan

reproduksi, agar dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

siswa.

b) Diharapkan untuk pihak guru di sekolah SMK N 1 Poncol Kabupaten

Magetan dapat meningkatkan dan mengefektifkan ruangan BK

sebagai wadah para siswa untuk mendiskusikan segala macam

masalah yang dialami yang dalam hal ini contohnya adalah masalah

kesehatan reproduksi remaja, sehingga siswa yang mempunyai

masalah mendapatkan tempat dan ruang untuk bercerita dan

mendapat solusi yang tepat untuk setiap masalah siswa.

c) Diharapkan pihak sekolah dapat menjalin kerjasama dengan beberapa

instansi seperti dinas kesehatan, dan BKKBN Kabupaten Magetan,

130
untuk bersama meningkatkan program penyuluhan kesehatan

reproduksi remaja.

2. Bagi Institusi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Diharapkan dapat mendukung penuh setiap penelitian yang dilakukan

oleh mahasiswa.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat melakukan penelitian dengan variabel yang berbeda.

Sehingga dapat diketahui dari faktor lain yang dapat meberikan

pengaruh dari dilaksanakannya penyuluhan kesehatan reproduksi

remaja dengan sasaran siswa sekolah di SMA/SMK sederajat. Dalam

penelitian selanjutnya dapat dihubungkan dengan variabel lain seperti

peran keluarga dalam membantu remaja memahami masa pubertas.

Penelitian kualitatif juga diperlukan untuk penelitian selanjutnya supaya

dapat lebih mendalami kasus yang di angkat serta mendapatkan hasil

yang lebih maksimal.

131
DAFTAR PUSTAKA

Afridah, W., Ratna, F. 2017. Tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi pada


siswa SMA Kanjeng sepuh gresik. Vol. 1 No. 1. Dalam
http://journal.unusa.ac.id/index.php/mhsj/article/download/225/194.
(Diakses pada 30 Maret 2019).
Agus, Susilo. 2017. Pengaruh Focus Group Discussion Tentang Kesehatan
Reproduksi Terhadap Persepsi Seks Bebas Remaja Pada Siswa Kelas X
Di SMK N Kebonagung Pacitan Tahun 2017. Dalam
https://eprin.umpo.ac.id/3445/. (Diakses 13 Februari 2019).
Dahlan, M. Sopiyudin, 2014. Statistik Untuk Kesehatan Dan Kesehatan :
Deskriptif, Bivariate, Dan Multivariate. Jakarta : Epidemiologi Indonesia
Ernawati, Hery. 2018. Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Daerah
Pedesaan. Vol 02 No 01. Dalam
http://journal.umpo.ac.id/index.php/IJHS/article/view/820. (Diakses 12
Februari 2019).
Harun, Eulis. 2013. Panduan Penyusunan Proposal Dan Laporan Penelitian
Untuk Mahasiswa Kesehatan. Ponorogo : Nurul L.
Irianto, Koes. 2014. Ilmu kesehatan masyarakat. Bandung: Alfabeta.

Khoirunisa, H., Z. Shaluhiyah, PN. Prabamurti. 2015. Dampak Pemberian


Pendidikan Kesehatan Reproduksi Terhadap Pengetahuan Sikap Dan
Praktek Santri Pondok Pesantren Di Semarang. Vol. 3 No. 3.
Dalam https://media.neliti.com/media/publications/18660-ID-dampak
pemberian pendidikan kesehatan-reproduksi-terhadap-pengetahuan
sikap-dan.pdf. (Diakses 13 Maret 2019).
Notoadmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Nurmansyah, MI., Al-Aufa, B. Amran, Y. 2014. Peran Keluarga, Masyarakat
Dan Media Sebagai Sumber Informasi Kesehatan Reproduksi
Pada Mahasiswa. Dalam
https://media.neliti.com/media/publications/107221-ID-peran-keluarga
masyarakat-dan media-seba.pdf. (Diakses 13 Maret 2019)
Nursalam.2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.

132
Sari, YP., LD. Mulyanti, dan T. Oktriani. 2015. Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Reproduksi Menggunakan Metode Mentoring Terhadap
Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi. Vol
11 No 1. Dalam
http://ners.fkep.unand.ac.id/index.php/ners/article/download/17/14.
(Diakses 12 Januari 2019).
Saryono, 2011. Metode Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Setiowati, Tri Ayu. 2017. Perbedaan Perilaku Kesehatan Reproduksi Antara
Remaja Yang Mengikuti Dan Tidak Mengikuti Pusat Informasi Dan
Konseling Remaja Di Sma 1 Sewon. Dalam
http://digilib.unisayogya.ac.id/2481/1/Naskah%20Publikasi.pdf. (Diakses
23 Januari 2019).
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif Dan R Dan D.
Bandung : Alfabeta.
Supriyanto, W. 2015. Agar anak tumbuh sehat dan berkembang cerdas.
Yogyakarta: Cahaya Ilmu.
Syatawati, N., T. Respati, DS. Rosyada. 2017. Efektivitas Metode Promosi
Kesehatan dalam Meningkatkan Pengetahuan Tentang Kesehatan
Reproduksi Siswa SMP Negeri. Vol. 1 No. 1. Dalam
http://proceeding.unisba.ac.id/index.php/BaMGMH/article/download/918
pdf. (Diakses 12 Februari 2019).
Poltekkes Depkes Jakarta 1. 2010. Kesehatan Remaja Problem Dan Solusinya.
Jakarta: Salemba Medika.
Puspita, Ikke Mega. 2017. Infeksi Menular Seksual. Dalam
https://drive.google.com/file/d/1l4GRv2hXYbMBb1dURxRcZZEzX_vk
hg7/view. (Diakses 21 Februari 2019).
Kementerian Kesehatan, R.I., 2011. Promosi Kesehatan Di Daerah Bermasalah
Kesehatan Panduan bagi Petugas Kesehatan di Puskesmas. Jakarta.
Dalam
https://drive.google.com/file/d/1l4GRv2hXYbMBb1dURxRcZZEzX_vk
hg7/view. (Diakses 21 Februari 2019).

133
Lampiran 1 Surat Izin Pengambilan Data Awal Kepada Kepala Dinas

Kesesahatan Kabupaten Magetan

134
Lampiran 2 Surat Izin Pengambilan Data Awal Kepada Kepala Sekolah

SMK N 1 Poncol Kabupaten Magetan

135
Lampiran 3 Surat Izin Uji Validitas Dan Reliabilitas Puskesmas Poncol

Kabupaten Magetan

136
Lampiran 4 Surat Izin Uji Validitas Dan Reliabilitas SMK N 2 Magetan

137
Lampiran 5 Surat Izin Penelitian SMK N 1 Poncol Kabupaten Magetan

138
Lampiran 6 Surat Keterangan Uji Validitas Dan Reliabilitas Puskesmas

Poncol Kabupaten Magetan

139
Lampiran 7 Surat Keterangan Uji Validitas Dan Reliabilitas SMK N 2

Magetan

140
Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian SMK N 1 Poncol Kabupaten

Magetan

141
Lampiran 9 Lembar Permohonan Menjadi Responden

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada

Yth. Calon Responden Penelitian

Di Tempat

Dengan Hormat,

Saya mahasiswi Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat di STIKES


Bhakti Husada Mulia Madiun. Saya mengadakan penelitian ini sebagai salah satu
kegiatan untuk menyelesaikan tugas akhir Program Studi Sarjana Kesehatan
Masyarakat di STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui “ Pengaruh


Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja Terhadap Pengetahuan Dan
Sikap Pada Siswa SMK N 1 Poncol Kabupaten Magetan”.

Saya berharap jawaban yang saudara berikan sesuai dengan kenyataan


yang ada. Saya menjamin kerahasiaan jawaban saudara serta informasi yang
diberikan hanya akan dipergunakan untuk mengembangkan ilmu kesehatan
masyarakat dan tidak digunakan untuk maksud lain.

Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat bebas, artinya saudara


bebas ikut atau tidak tanpa sanksi apapun. Apabila saudara setuju terlibat dalam
penelitian ini dimohon menandatangani lembar persetujuan yang telah disediakan.
Atas perhatian dan kesediaanya saya ucapkan terimakasih.

Hormat saya,
Peneliti

Yuce Nilasari
NIM. 201503096

142
Lampiran 10 Lembar Persetujuan Responden

LEMBAR PERSETUJUAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Usia :

Kelas :

Alamat :

Setelah mendapatkan penjelasan serta mengetahui manfaat penelitian, Saya


menyatakan setuju diikutsertakan dalam penelitian ini dengan catatan bila
sewaktu-waktu dirugikan dalam bentuk apapun berhak membatalkan persetujuan.
Saya percaya apa yang saya buat dijamin kerahasiannya. Saya menyatakan setuju
dengan suka rela menjadi responden dan bersedia membantu mahasiswa :

Nama : Yuce Nilasari

Pendidikan : Mahasiswa semester VII program studi S1 Kesehatan Masyarakat


di STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Judul Penelitian: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja Terhadap


Pengetahuan Dan Sikap Pada Siswa SMK N 1 Poncol
Kabupaten Magetan

Demikian surat pernyataan ini saya setuju tanpa adanya paksaan dari pihak lain
manapun.
Penulis,
Magetan, April 2019

Responden
Yuce Nilasari
( )
NIM. 201503096

143
Lampiran 11 Lembar Kisi-Kisi Kuesioner Pretest Variabel Pengetahuan

Kisi-Kisi Kuesioner Penelitian

No. Variabel Dan Pertanyaan No Soal Jawaban


1. Pengetahuan 1 Salah
a. Pengertian kesehatan
reproduksi remaja.
b. Mimpi basah merupakan 2 Benar
karakter seksual primer.
c. Jerawat merupakan karater 3 Salah
seksual primer.
d. Menstruasi merupakan 4 Salah
karakter seksual sekunder.
e. Pengertian mimpi basah. 5 Salah
f. Pengertian menstruasi. 6 Benar
g. Akibat PMS (Penyakit 7 Benar
Menular Seksual).
h. Merokok salah satu penyebab 8 Salah
timbulnya PMS (Penyakit
Menular Seksual).
i. Gonore salah satu contoh 9 Benar
penyakit PMS (Penyakit
Menukar Seksual).
j. Hepatitis B merupakan salah 10 Benar
satu contoh penyakit PMS
(Penyakit Menular Seksual).

144
Lampiran 12 Kuesioner Pretest Posttest Variabel Pengetahuan Penelitian

Kuesioner Pretest Posttest

Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja

A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Kelas & Jurusan :
3. Alamat :
Petunjuk Pengisian

Jawablah Pertanyaan Di Bawah Ini Dengan Sejujur-Jujurnya, Dengan


Memberikan Tanda (√) Pada Kolom Benar Atau Salah !

B. Variabel Pengetahuan
No. Pertanyaan Benar Salah
1. Pengertian dari kesehatan
reproduksi adalah sehat secara
fisik yang berkaitan dengan
sistem, reproduksi yang
dimiliki oleh remaja.
2. Mengalami mimpi basah (Wet
Dream) merupakan karakter
seksual primer pada remaja
laki-laki.
3. Timbulnya jerawat merupakan
salah satu karakter seksual
primer.
4. Menstruasi pada remaja,
merupakan salah satu ciri dari
karakter seksual sekunder.
5. Mengeluarkan urin pada saat
tidur merupakan pengertian
dari mimpi basah.
6. Menstruasi terjadi karena sel
telur yang diproduksi ovarium
tidak dibuahi oleh sel sperma
dalam rahim.

145
Lanjutan Pertanyaan

No. Pertanyaan Benar Salah


7. IMS (Infeksi Menular
Seksual) merupakan salah satu
akibat jika kita tidak menjaga
kesehatan organ reproduksi.
8. Merokok dapat menjadi salah
satu penyebab timbulnya IMS
(Infeksi Menular Seksual)
9. Gonore merupakan salah satu
contoh penyakit IMS (Infeksi
Menular Seksual)
10. Hepatitis B merupakan salah
satu contoh penyakit IMS
(Infeksi Menular Seksual)

146
Lampiran 13 Kuesioner Pretest Posttest Variabel Sikap Penelitian

Kuesioner Pretest Posttest Sikap

Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja

A. Petunjuk : Jawablah Pertanyaan Dibawah Ini Dengan Sejujur


Jujurnya, Memilih Jawaban Dengan Memberikan Tanda (√) Pada Kolom
jawaban !
B. Keterangan : Keterangan Pilihan Jawaban
Singkatan Keterangan Skor Penilaian
Vaforable (+) Unvaforable (-)
SS Sangat Setuju 4 1
S Setuju 3 2
KS Tidak Setuju 2 3
STS Sangat Tidak Setuju 1 4

C. Variabel Sikap :
No. Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
1. Sering dilakukan kegiatan penyuluhan
kesehatan reproduksi remaja oleh petugas
kesehatan baik di sekolah ataupun di luar
sekolah.
2. Apabila tidak memperhatikan kebersihan pada
organ reproduksi akan menimbulkan berbagai
macam penyakit.
3. Mengkonsumsi sayur dan buah dapat
membantu menjaga kesehatan organ
reproduksi kita.

147
Lanjutan Pertanyaan

No. Pernyataan Jawaban


SS S TS STS
4. Dengan berolahraga rutin dapat menjaga
kesehatan organ reproduksi kita.
5. Masalah reproduksi hanyalah masalah
kesehatan sebatas hamil dan melahirkan.
6. Informasi mengenai kesehatan reproduksi
hanya dapat diketahui melalui media
elektronik seperti handphone saja.
7. Berpacaran dengan melakukan sentuhan,
pegangan tangan, sampai ciuman dapat
mempengaruhi kesehatan reproduksi.
8. Jika membersihkan organ reproduksi dengan
menggunakan sabun pembersih akan menjaga
kesehatan organ reproduksi kita.
9. Penyakit HIV/AIDS dapat tertular jika
melakukan hubungan seksual.
10. Beraktifitas terlalu berat dapat mempengaruhi
kesehatan organ reproduksi.

148
Lampiran 14 Power Point Penyuluhan

149
150
151
152
Lampiran 15 Leafleat Kesehatan Reproduksi Remaja

153
154
Lampiran 16

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) dan Planning Of Actoin (POA)

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Program Studi : S1 Kesehatan Masyarakat


Pokok Bahasan : Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja
Hari / Tanggal : April 2019
Waktu : 08.00 – Selesai
Tempat : Aula SMK N 1 Poncol Kabupaten Magetan
Sasaran : Siswa Kelas XI SMK N 1 Poncol Kabupaten Magetan
Penyuluh : Yuce Nilasari

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Mengetahui pengertian kesehatan reproduksi, mengetahui berbagai macam
penyakit yang berhubungan dengan reproduksi remaja, mengetahui cara
menjaga dan merawat alat reproduksi dengan baik. Dan setelah mendapatkan
penyuluhan ini diharapkan siswa dapat merubah perilaku yang negative yang
berhubungan dengan reproduksi remaja.
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah memberikan penyuluhan tentang pengaruh penyuluhan kesehatan
reproduksi remaja diharapkan :
1. Mengetahui pengertian kesehatan reproduksi remaja.
2. Mengetahui berbagai macam penyakit yang berhubungan dengan
reproduksi remaja.
3. Mengetahui cara menjaga dan merawat alat reproduksi remaja dengan
baik.
C. MATERI
Materi yang akan disampaikan pada saat penyuluhan adalah :
1. Pengertian kesehatan reproduksi.
2. Jenis penyakit yang berhubungan dengan reproduksi remaja.

155
3. Cara menjaga dan merawat alat reproduksi remaja dengan baik.
D. METODE
Metode yang akan diterapkan dalam kegiatan penyuluhan adalah :
1. Metode Ceramah
2. Tanya Jawab
E. MEDIA
Media yang akan dipakai dalam kegiatan penyuluhan adalah :
1. Proyektor dan LCD
F. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a) Semua responden yang diundang datang dalam acara penyuluhan
kesehatan reproduksi remaja.
b) Pemateri menyampaikan materi secara langsung sesuai metode yang
akan diterapkan dan sesuai media yang akan digunakan.
2. Evaluasi Proses
a) Responden mendengarkan materi dengan baik .
b) Responden datang dan mengikuti acara penyuluhan hingga selesai.
c) Responden mampu mengisi lembar pertanyaan pretest dan posttest
dengan baik.
3. Evaluasi Hasil
a) Responden mampu menjawab lembar pretest dengan baik dan benar.
b) Setelah mendapat penyuluhan tentang kesehatan reproduksi,
responden mampu menjawab lembar posttest dengan lebih baik dan
lebih benar.
c) Setelah mendapat penyuluhan kesehatan reproduksi remaja,
diharapkan responden mengerti cara menjaga dan merawat kesehatan
reproduksi dengan baik sehingga terhindar dari PMS (Penyakit
Menular Seksual).

156
G. JADWAL MATERI DAN ALOKASI WAKTU
NO. WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN
PESERTA
1. 15 Menit Pembukaan :
- Membuka kegiatan dengan - Menjawab salam.
mengucapkan salam.
- Memperkenalkan diri. - Mendengarkan.
- Menjelaskan tujuan dari - Memperhatikan.
penyuluhan - Memperhatikan
- Menyebutkan materi yang
akan diberikan.
2. 35 Menit Pelaksanaan : - Mengerjakan
- Membagikan soal Pretest. Pretest
- Menjelaskan pengertian - Memperhatikan
kesehatan reproduksi
remaja. - Memperhatikan
- Menjelaskan cara merawat
dan menjaga organ - Memperhatikan
reproduksi remaja.
- Menjelaskan macam- - Memperhatikan
macam PMS (Penyakit
Menular Seksual).
- Membagikan soal posttest.
3. 10 Menit Penutup : - Mengikuti aturan
- Pembagian dorprize kedapa pembagian
responden. dorprize.
- Ucapan terimakasih kepada - Mendengarkan.
pihak sekolah SMK N 1
Poncol Kabupaten Magetan
dan responden penyuluhan
siswa kelas XI. - Menjawab salam.
- Salam.

157
H. SETTING TEMPAT

Keterangan :

: Banner

: Moderator

: Penyuluh

: Audien

158
PLANNING OF ACTION (POA)
PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA KEPADA
SISWA KELAS XI SMK N 1 PONCOL KABUPATEN MAGETAN

Jenis Tujuan Sasara Indikato Wak Tempa Angga Sum Pj


Kegiat n r tu t ran ber
an Keberha Dana Dana
silan
NON
FISIK
Pember Meningka Remaj 95% Apri Sekola Rp. Priba Yuce
ian tkan a, peserta l h SMK 350.00 di Nilas
materi pengetah siswa antusias 2019 N 1 0 ari
penyulu huan, kelas dan Poncol
han kesadaran XI memaha Kabup
tentang remaja SMK mi materi aten
kesehat tentang N 1 penyuluh Mageta
an kesehatan Poncol an n.
reprodu reproduks Kabup tentang
ksi i remaja. aten kesehatan
remaja. Mageta reproduks
n i remaja.
FISIK
Pembag Mengetah Siswa 95% Apri Sekola Rp. Priba Yuce
ian ui kelas peserta l h SMK 250.00 di Nilas
kuesion pengaruh XI dapat 2019 N 1 0 ari
er pelaksana SMK mengerja Poncol
pretest an N 1 kan Kabup
dan penyuluh Poncol kuesioner aten
posttest an Kabup dengan Mageta
, materi kesehatan aten baik, dan n.
tentang reproduks Mageta didapatka
kesehat i remaja. n. n
an perbedaa
reprodu n hasil
ksi pretest
remaja. dan
posttest.

159
Lampiran 17 Tabulasi Data

Skor Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan

No Nomor Butir Kuesioner Total Skor


Resp. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
3 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 5
4 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9
6 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 5
7 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 7
8 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 5
9 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 8
10 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 4
11 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 3
12 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
13 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 2
14 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 5
15 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9
16 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 4
17 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 7
18 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 7
19 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 3
20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

160
Skor Hasil Kuesioner Pengetahuan Penelitian Penyuluhan Kesehatan
Reproduksi Remaja

No. Hasil Kuesioner Pengetahuan Penelitian Penyuluhan


Kesehatan Reproduksi Remaja
Hasil Pretest Hasil Posttest
1 4 6
2 3 7
3 4 6
4 3 7
5 3 7
6 2 8
7 1 9
8 4 6
9 3 7
10 3 7
11 2 8
12 1 9
13 3 7
14 4 6
15 2 8
16 3 7
17 4 6
18 1 9
19 3 7
20 2 8
21 1 9
22 4 6
23 3 7
24 1 9
25 2 8

161
Lanjutan tabel

No. Hasil Kuesioner Penelitian Penyuluhan Kesehatan Reproduksi


Remaja
Hasil Pretest Hasil Posttest
26 3 7
27 4 6
28 2 8
29 1 9
30 4 6
31 2 8
32 3 7
33 1 9
34 4 6
35 3 7
36 1 9
37 3 7
38 2 8
39 4 6
40 3 7
41 1 9
42 1 9
43 2 8
44 1 9
45 1 9
46 2 8
47 2 8
48 2 8
49 1 9
50 1 9

162
Lanjutan tabel

No. Hasil Kuesioner Penelitian Penyuluhan Kesehatan Reproduksi


Remaja
Hasil Pretest Hasil Posttest
51 2 8
52 2 8
53 3 7
54 1 9
55 1 9
56 4 6
57 3 7
58 1 9
59 1 9
60 2 8
61 3 7
62 2 8
63 1 9
64 4 6
65 3 7
66 3 7
67 4 6
68 4 6
69 2 8
70 4 6
71 1 9
72 3 7
73 2 8
74 1 9
75 3 7
76 2 8

163
Skor Hasil Kuesioner Sikap Penelitian Penyuluhan Kesehatan Reproduksi

Remaja

No. Hasil Kuesioner Sikap Penelitian Penyuluhan Kesehatan


Reproduksi Remaja
Hasil Pretest Hasil Posttest
1 18 22
2 13 27
3 15 25
4 12 28
5 18 22
6 15 25
7 17 23
8 14 26
9 16 24
10 18 22
11 13 27
12 10 30
13 12 28
14 18 22
15 14 26
16 16 24
17 17 23
18 13 27
19 19 21
20 16 24
21 11 29
22 15 25
23 16 24
24 19 21
25 12 28

164
Lanjutan tabel

No. Hasil Kuesioner Sikap Penelitian Penyuluhan Kesehatan


Reproduksi Remaja
Hasil Pretest Hasil Posttest
26 16 24
27 14 26
28 16 24
29 14 26
30 13 27
31 15 25
32 15 25
33 14 26
34 18 22
35 13 27
36 11 29
37 12 28
38 19 21
39 17 23
40 12 28
41 17 23
42 18 22
43 13 27
44 15 25
45 12 28
46 17 23
47 15 25
48 19 21
49 12 28
50 11 29

165
Lanjutan tabel

No. Hasil Kuesioner Sikap Penelitian Penyuluhan Kesehatan


Reproduksi Remaja
Hasil Pretest Hasil Posttest
51 13 27
52 12 28
53 14 26
54 16 24
55 13 27
56 17 23
57 12 28
58 11 29
59 18 22
60 14 26
61 19 21
62 13 27
63 12 28
64 16 24
65 17 23
66 18 22
67 13 27
68 12 28
69 18 22
70 14 26
71 17 23
72 16 24
73 15 25
74 19 21
75 12 28
76 13 27

166
Lampiran 18 Hasil Output Dengan Aplikasi Analisis Data

A. Output Hasil Validitas Pengetahuan Di SMK N 2 Magetan

B. Correlations

no_1 no_2 no_3 no_4 no_5 no_6 no_7 no_8 no_9 no_10 total_

no_1 Pearson * * **
1 .179 .390 .285 .082 .553 .050 .192 .492 .287 .658
Correlation

Sig. (2-tailed) .450 .089 .223 .731 .011 .833 .418 .027 .220 .002

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

no_2 Pearson * * **
.179 1 .560 -.023 .043 .157 .419 .179 .471 .043 .562
Correlation

Sig. (2-tailed) .450 .010 .924 .858 .508 .066 .450 .036 .858 .010

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

no_3 Pearson * ** **
.390 .560 1 -.023 .257 .157 .157 -.032 .685 .257 .645
Correlation

Sig. (2-tailed) .089 .010 .924 .274 .508 .508 .895 .001 .274 .002

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

no_4 Pearson * *
.285 -.023 -.023 1 .134 .218 .491 .285 -.089 .356 .476
Correlation

Sig. (2-tailed) .223 .924 .924 .574 .355 .028 .223 .709 .123 .034

167
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

no_5 Pearson * *
.082 .043 .257 .134 1 .102 .102 .492 .167 .167 .486
Correlation

Sig. (2-tailed) .731 .858 .274 .574 .669 .669 .027 .482 .482 .030

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

no_6 Pearson * **
.553 .157 .157 .218 .102 1 .375 .302 .102 .357 .595
Correlation

Sig. (2-tailed) .011 .508 .508 .355 .669 .103 .196 .669 .122 .006

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

no_7 Pearson * *
.050 .419 .157 .491 .102 .375 1 .050 -.153 .102 .446
Correlation

Sig. (2-tailed) .833 .066 .508 .028 .669 .103 .833 .519 .669 .048

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

no_8 Pearson * *
.192 .179 -.032 .285 .492 .302 .050 1 .082 .082 .499
Correlation

Sig. (2-tailed) .418 .450 .895 .223 .027 .196 .833 .731 .731 .025

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

no_9 Pearson * * ** *
.492 .471 .685 -.089 .167 .102 -.153 .082 1 -.042 .527
Correlation

Sig. (2-tailed) .027 .036 .001 .709 .482 .669 .519 .731 .862 .017

168
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

no_10 Pearson *
.287 .043 .257 .356 .167 .357 .102 .082 -.042 1 .486
Correlation

Sig. (2-tailed) .220 .858 .274 .123 .482 .122 .669 .731 .862 .030

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

total_ Pearson ** ** ** * * ** * * * *
.658 .562 .645 .476 .486 .595 .446 .499 .527 .486 1
Correlation

Sig. (2-tailed) .002 .010 .002 .034 .030 .006 .048 .025 .017 .030

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

169
B.Hasil Output Validitas Sikap SMKN 2 Kabupaten Magetan

Correlations

no_1 no_2 no_3 no_4 no_5 no_6 no_7 no_8 no_9 no_10 total_

no_1 Pearson * * ** **
1 .426 .452 .487 .25 -.059 .257 .193 .700 .126 .639
Correlation

Sig. (2-tailed) .061 .046 .029 .362 .806 .275 .415 .001 .596 .002

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

no_2 Pearson * *
.426 1 .398 .131 .092 -.067 -.125 .137 .474 .438 .514
Correlation

Sig. (2-tailed) .061 .082 .583 .701 .780 .600 .565 .035 .053 .020

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

no_3 Pearson * * *
.452 .398 1 .054 -.215 .157 .293 .193 .536 .054 .496
Correlation

Sig. (2-tailed) .046 .082 .821 .362 .509 .209 .415 .015 .821 .026

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

no_4 Pearson * *
.487 .131 .054 1 .209 .044 .287 .396 .208 -.010 .515
Correlation

Sig. (2-tailed) .029 .583 .821 .376 .854 .220 .084 .380 .966 .020

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

170
no_5 Pearson *
.215 .092 -.215 .209 1 .399 .103 -.158 .043 .336 .479
Correlation

Sig. (2-tailed) .362 .701 .362 .376 .081 .665 .505 .856 .147 .033

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

no_6 Pearson *
-.059 -.067 .157 .044 .399 1 .200 .000 .100 .263 .504
Correlation

Sig. (2-tailed) .806 .780 .509 .854 .081 .397 1.000 .674 .262 .023

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

no_7 Pearson *
.257 -.125 .293 .287 .103 .200 1 .292 .187 .082 .468
Correlation

Sig. (2-tailed) .275 .600 .209 .220 .665 .397 .211 .429 .731 .037

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

no_8 Pearson *
.193 .137 .193 .396 -.158 .000 .292 1 .411 .108 .453
Correlation

Sig. (2-tailed) .415 .565 .415 .084 .505 1.000 .211 .072 .651 .045

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

no_9 Pearson ** * * **
.700 .474 .536 .208 .043 .100 .187 .411 1 .208 .641
Correlation

Sig. (2-tailed) .001 .035 .015 .380 .856 .674 .429 .072 .380 .002

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

171
no_10 Pearson *
.126 .438 .054 -.010 .336 .263 .082 .108 .208 1 .515
Correlation

Sig. (2-tailed) .596 .053 .821 .966 .147 .262 .731 .651 .380 .020

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

total_ Pearson ** * * * * * * * ** *
.639 .514 .496 .515 .479 .504 .468 .453 .641 .515 1
Correlation

Sig. (2-tailed) .002 .020 .026 .020 .033 .023 .037 .045 .002 .020

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

172
C. Hasil Output Reliabilitas Data Pengetahuan

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0


a
Excluded 0 .0

Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.726 10

Item-Total Statistics
Reliability Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
Cronbach's Alpha N of Items
no_1 5.95 5.208 .522 .681
no_2 .726 5.85 10 5.503 .410 .701
no_3 5.85 5.292 .512 .684
no_4 5.80 5.747 .318 .715
no_5 5.90 5.674 .317 .716
no_6 5.70 5.589 .477 .693
no_7 5.70 5.905 .306 .716
no_8 5.95 5.629 .328 .714
no_9 5.90 5.568 .364 .708
no_10 5.90 5.674 .317 .716

173
D. Hasil Output Reliabilitas Data Sikap

Case Processing Summary

N % Reliability Statistics

Cases Valid 20 100.0

Excluded
a
0 .0 Cronbach's Alpha N of Items

Total 20 100.0 .646 10

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item-Total Cronbach's Alpha if


Deleted Item Deleted Correlation Item Deleted

no_1 24.70 7.589 .508 .583

no_2 25.05 7.839 .326 .618

no_3 25.10 8.095 .337 .617

no_4 24.95 8.155 .377 .611

no_5 26.25 7.776 .238 .644

no_6 26.00 7.474 .225 .658

no_7 27.00 8.316 .327 .620

no_8 26.15 8.029 .240 .639

no_9 24.45 8.682 .595 .615

no_10 25.95 8.155 .377 .611

174
E. Output Normalitas Data Pengetahuan

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pengetahuan sebelum
75 98.7% 1 1.3% 76 100.0%
penyuluhan

pengetahuan sesudah
75 98.7% 1 1.3% 76 100.0%
penyuluhan

Descriptives

Std.
Statistic Error

pengetahuan sebelum Mean 2.39 .127


penyuluhan
95% Confidence Lower Bound 2.13
Interval for Mean Upper Bound 2.64

5% Trimmed Mean 2.37

Median 2.00

Variance 1.213

Std. Deviation 1.102

Minimum 1

Maximum 4

Range 3

Interquartile Range 2

Skewness .109 .277

Kurtosis -1.309 .548

pengetahuan sesudah Mean 7.61 .127


penyuluhan
95% Confidence Lower Bound 7.36
Interval for Mean Upper Bound 7.87

5% Trimmed Mean 7.63

Median 8.00

Variance 1.213

Std. Deviation 1.102

175
Minimum 6

Maximum 9

Range 3

Interquartile Range 2

Skewness -.109 .277

Kurtosis -1.309 .548

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

pengetahuan sebelum
.178 75 .000 .859 75 .000
penyuluhan

pengetahuan sesudah
.178 75 .000 .859 75 .000
penyuluhan

a. Lilliefors Significance Correction

176
177
F. Output Normalitas Data Sikap

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

sikap sebelum
76 100.0% 0 .0% 76 100.0%
penyuluhan

sikap sesudah
76 100.0% 0 .0% 76 100.0%
penyuluhan

Descriptives

Statistic Std. Error

sikap sebelum Mean 14.86 .286


penyuluhan 95% Confidence Interval Lower Bound 14.29
for Mean Upper Bound 15.42

5% Trimmed Mean 14.85

Median 15.00

Variance 6.205

Std. Deviation 2.491

Minimum 10

Maximum 19

Range 9

Interquartile Range 4

Skewness .090 .276

Kurtosis -1.171 .545

sikap sesudah Mean


25.14 .286
penyuluhan

95% Confidence Interval Lower Bound 24.58


for Mean Upper Bound 25.71

5% Trimmed Mean 25.15

Median 25.00

Variance 6.205

Std. Deviation 2.491

Minimum 21

178
Maximum 30

Range 9

Interquartile Range 4

Skewness -.090 .276

Kurtosis -1.171 .545

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

sikap sebelum penyuluhan .140 76 .001 .942 76 .002

sikap sesudah penyuluhan .140 76 .001 .942 76 .002

a. Lilliefors Significance Correction

179
180
G. Output Hasil Uji Wilcoxon Pengetahuan
Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
Post Test - Pre Test Negative Ranks 0 .00 .00
b
Positive Ranks 76 38.50 2926.00
c
Ties 0

Total 76

a. Post Test < Pre Test

b. Post Test > Pre Test

c. Post Test = Pre Test

b
Test Statistics

Post Test - Pre


Test
a
Z -7.636

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

173
H. Hasil Output Uji Wilcoxon Sikap

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
post test - pre test Negative Ranks 0 .00 .00
b
Positive Ranks 76 38.50 2926.00
c
Ties 0

Total 76

a. post test < pre test

b. post test > pre test

c. post test = pre test

b
Test Statistics

post test - pre


test
a
Z -7.588

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

174
Lampiran 19 Kartu Bimbingan

175
176
177
Lampiran 20 Foto Penelitian

Kegiatan Uji Validitas Dan Uji Reliabilitas di SMK N 2 Magetan

Penandatanganan Surat Keterangan Sudah Melakukan Uji Validitas dan Uji

Reliabilitas Kuesioner Penelitian di SMK N 2 Magetan Oleh Ibu Wakil Kepala

Sekolah

178
Kegiatan Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Di Puskesmas Poncol Kabupaten
Magetan Oleh Petugas Promkes

Kegiatan Kegiatan Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Di Puskesmas Poncol


Kabupaten Magetan Oleh Ibu KaBag Promkes

179
Kegiatan Penelitian Penyampaian Intervensi Penyuluhan Kesehatan Reproduksi
Remaja di SMK N 1 Poncol Kabupaten Magetan

Kegiatan Penelitian Pendampingan Menjawab Kuesioner Penyuluhan Kesehatan


Reproduksi Remaja di SMK N 1 Poncol Kabupaten Magetan

180
181
182

Anda mungkin juga menyukai