Anda di halaman 1dari 63

SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN


KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN DIABETES
MELITUS TIPE II DI PUSKESMAS II DENPASAR BARAT

GORDIANA EFRA MARNI

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2023
SKRIPSI
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN
KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN DIABETES
MELITUS TIPE II DI PUSKESMAS II DENPASAR BARAT

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)


Pada Institut Teknologi Dan Kesehatan Bali

Diajukan Oleh :
GORDIANA EFRA MARNI
1914201071

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2023

ii
iii
iv
v
vi
vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan
Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Diabetes Melitus
Tipe II Di Puskesmas II Denpasar Barat”.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan,
pengarahan, dan bantuan dari semua pihat sehingga skripsi ini bisa diselesaikan
tepat pada waktunya. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp.,M.Ng.,Ph.D selaku Rektor Institut
Teknologi dan Kesehatan Bali yang telah memberikan izin dan kesempatan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Ns. Ni Luh Putu Dina Susanti., S.Kep., M.Kep selaku Wakil Rektor I
yang telah yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis
menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Ns. I Ketut Alit Adianta, S.Kep., MNS selaku Wakil Rektor II yang
telah yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis
menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Ns. Ni Putu Kamaryati, S.Kep.,MNS selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Institut Teknologi dan Kesehatan Bali sekaligus pembimbing I yang telah
memberikan dukungan moral dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu A.A Ayu Yuliati Darmini, S.Kep.,Ns.,MNS selaku Ketua Program Studi
Sarjana Keperawatan Institut Teknologi dan Kesehatan Bali sekaligus penguji
I yang telah memberikan dukungan moral kepada penulis.
6. Ibu Ns. Ni Made Manik Elisa Putri, S.Kep.,M.S selaku pembimbing II yang
juga telah banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam penyelesaian
skripsi ini.

viii
7. Ibu Ns. Sri Dewi Megayanti, S.Kep.,M.Kep.Sp.MB selaku wali kelas B S1
Keperawatan Tingkat IV yang memberikan dukungan moral dan perhatian
kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
8. Ibu Dr. Lanawati, M. Kes selaku kepala Puskesmas II Denpasar Barat yang
telah memberikan izin untuk melakukan pengumpulan data di Puskesmas II
Denpasar Barat.
9. Seluruh keluarga tercinta terutama Bapak Fransiskus Naba, Mama Paulina
Hertin, dan adik - adik yang telah banyak memberikan dukungan serta
dorongan moral sehingga terselesaikannya skripsi ini.
10. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih belum sempurna,
untuk itu penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya konstruktif untuk
kesempurnaan skripsi ini.

Denpasar, 4 Juli 2023

Penulis

ix
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN
MINUM OBAT PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI
PUSKESMAS II DENPASAR BARAT

Gordiana Efra Marni


Program Studi Sarjana Keperawatan
Institut Teknologi dan Kesehatan Bali
Email : gordianaeframarni@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang. Data Dinas Kesehatan Provinsi Bali menyatakan pada tahun 2020 jumlah
penderita diabetes melitus di Bali sebanyak 52.282. Peningkatan prevalensi kasus diabetes
melitus dipengaruhi oleh ketidakpatuhan pasien mengkonsumsi obat dan kurangnya dukungan
keluarga menyebabkan pasien lupa kapan harus minum obat dan kapan harus mengontrol gula
darah. Tujuan. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat
pada pasien diabetes melitus tipe II di Puskesmas II Denpasar Barat. Metode. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian analitik korelatif dengan pendekatan cross – sectional dengan
sampel penelitian sebanyak 113 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode
secara convenience sampling. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner dukungan
keluarga yaitu kuesioner Hersering Diabetes Family Support Scare (HDFSS), sedangkan
kuesioner kepatuhan minum obat menggunakan kuesioner Morisky Medication Adherence Scare
(MMAS-8). Data dianalisis menggunakan uji Spearman’s Rho. Hasil. Penelitian ini menunjukan
bahwa dukungan keluarga dalam kategori baik sebanyak 113 (100%) responden dengan
kepatuhan minum obat dalam kategori tinggi sebanyak 73 (64,6%) responden. Berdasarkan
analisa statistik menggunakan uji Spearman’s Rho didapatkan hasil ada hubungan yang
signifikasi dengan kolerasi positif antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada
pasien diabetes melitus tipe II dengan (r = 0,447, p < 0,001). Simpulan. Semakin baik dukungan
keluarga, maka semakin tinggi kepatuhan minum obat pada diabetes melitus tipe II. Diharapkan
kepada keluarga mampu mengawasi dan mengingatkan pasien untuk patuh dalam mengkonsumsi
obat, sehingga kadar gula darah pasien stabil atau normal.

Kata Kunci : Diabetes Melitus Tipe II, Dukungan Keluarga, Kepatuhan Minum Obat.

x
THE CORRELATION BETWEEN FAMILY SUPPORT AND MEDICATION
ADHERENCE IN PATIENTS WITH DIABETES MELLITUS TYPE II
AT PUBLIC HEALTH CENTER II WEST DENPASAR

Gordiana Efra Marni


Faculty of Health
Bachelor of Nursing Program
Institute of Technology and Health Bali
Email : gordianaeframarni@gmail.com

ABSTRACT

Background: Data from the Bali Provincial Health Office in 2020 stated that the number of
people with diabetes mellitus in Bali was 52.282. The increase of diabetes mellitus prevalence
cases is influenced by patient non-adherence in taking medication and lack of family support
which causes patients to forget when to take medication and when to control blood sugar.
Purpose: To determine the correlation between family support and medication adherence in
patients with diabetes mellitus type II at Public Health Center II West Denpasar. Method: This
study employed analytic correlation study with cross-sectional approach. There were 113
respondents recruited as sample of the study which were selected by using convenience sampling.
The data of family support were collected by using Hersering Diabetes Family Support Scare
(HDFSS) and data of medication adherence were collected by using Morisky Medication
Adherence Scare (MMAS-8). The data were analyzed by using Spearman’s Rho. Result: The
finding showed that there were 113 respondents (100%) had good family support and there were
73 respondents (64.6%) had good medication adherence. There was a significant correlation
between family support and medication adherence in patients with diabetes mellitus type II (r =
0,447, p < 0,001). Conclusion: The better the family support, the higher the medication
adherence in patients with diabetes mellitus type II. It is expected that the family will be able to
monitor and remind patients to be obedient in taking the medicine, so that the blood sugar levels
are stable or normal.

Keywords: Diabetes Mellitus Type II, Family Support, Medication Adherence

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN ...................................................................... ii

HALAMAN SAMPUL DENGAN SPESIFIKASI ......................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................. iii

LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................................ iv

LEMBAR PERNYATAAN PENGESAHAN ..................................................v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK


KEPENTINGAN AKADEMIS ..................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................... viii

ABSTRAK ..........................................................................................................x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1

A. Latar Belakang ...........................................................................................1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................6

C. Tujuan Penelitian .......................................................................................6

D. Manfaat Penelitian .....................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................8

A. Konsep Diabetes Melitus ...........................................................................8

B. Konsep Kepatuhan Minum Obat .............................................................16

xii
C. Konsep Keluarga ......................................................................................17

D. Konsep Dukungan Keluarga ....................................................................19

E. Penelitian Terkait .....................................................................................22

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN VARIABEL


PENELITIAN ..................................................................................................26

A. Kerangka Konsep .....................................................................................26

B. Hipotesis ..................................................................................................27

C. Variabel Penelitian ...................................................................................28

BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................31

A. Desain Penelitian .....................................................................................31

B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................31

C. Populasi-Sampel-Sampling ......................................................................32

D. Pengumpulan Data ...................................................................................35

E. Rencana Analisa Data ..............................................................................39

F. Etika Penelitian ........................................................................................44

BAB V HASIL PENELITIAN........................................................................46

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................46

B. Karakteristik Responden ..........................................................................47

C. Hasil Penelitian Berdasarkan Variabel Penelitian ...................................48

D. Hasil Penelitian Variabel Bivariate..........................................................53

BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................55

A. Dukungan Keluarga pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II .....................55

B. Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II ..............58

C. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat pada


Pasien Diabetes Melitus Tipe II ...............................................................62

xiii
D. Keterbatasan Penelitian............................................................................63

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN .............................................................65

A. Simpulan ..................................................................................................65

B. Saran ........................................................................................................65

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................67

LAMPIRAN .....................................................................................................72

xiv
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum
Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II........................................................28
Tabel 4.1 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi..........................42
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, dan
Pekerjaan pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas II Denpasar
Barat.(n=113)....................................................................................................46
Tabel 5.2 Analisa Masing-Masing Pernyataan Dukungan Keluarga pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe II Di Puskesmas II Denpasar Barat (n=113).................................47
Tabel 5.3 Distribusi Kategori Dukungan Keluarga pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II
Di Puskesmas II Denpasar Barat (n=113).........................................................49
Tabel 5.4 Analisa Masing-Masing Pernyataan Kepatuhan Minum Obat pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas II Denpasar Barat
(n=113).............................................................................................................50
Tabel 5.5 Distribusi Kategori Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe
II Di Puskesmas II Denpasar Barat (n=113)....................................................51
Tabel 5.6 Tabel Silang Antara Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas II Denpasar
Barat.................................................................................................................52
Tabel 5.7 Uji Normalitas Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat
pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas II Denpasar
Barat.................................................................................................................52
Tabel 5.8 Kolerasi Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas II Denpasar
Barat.................................................................................................................53

xv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum
Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas II Denpasar
Barat...............................................................................................................25

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian


Lampiran 2. Instrumen Penelitian
Lampiran 3. Kisi-Kisi Kuesioner
Lampiran 4. Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 5. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 6. Lembar Penyerahan Ethical Clearance
Lampiran 7. Lembar Keterangan Kelaikan Etik
bLampiran 8. Surat Ijin Permohonan Penelitian dari Rektor Itekes Bali
Lampiran 9. Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Dinkes Kota Denpasar
Lampiran 10. Surat Rekomendasi dari Puskesmas II Denpasar Barat
Lampiran 11. Surat Keterangan dari Puskesmas II Denpasar Barat
Lampiran 12. Lembar Pernyataan Analisa Data
Lampiran 13. Hasil Analisa Data

xvii
DAFTAR SINGKATAN

ADA American Diabetes Association


CVI Content Validity Indeks
DM Diabetes Melitus
DINKES Dinas Kesehatan
DK Dukungan Keluarga
HDFSS Henserling Diabetes Family Support Scale
IDF International Diabetes Federation
MMAS 8 Morisky Medication Adherence Scale
NIDDM Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
RISKESDA Riset Kesehatan Daerah

xviii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan
adanya hiperglikemia yang terjadi karena pankreas tidak mampu mensekresi
insulin, gangguan kerja insulin, ataupun keduanya. Dapat terjadi kerusakan
jangka panjang dan kegagalan pada berbagai organ seperti mata, ginjal, saraf,
jantung, serta pembuluh darah apabila dalam keadaan hiperglikemia kronis
(American Diabetes Association, 2020). Diabetes melitus kerap disebut sebagai
killer dan sering kali menimbulkan berbagai komplikasi bagi penderitanya.
Komplikasi yang disebabkan oleh diabetes melitus dapat mengenai hampir
seluruh organ tubuh dan dapat terjadi secara akut maupun kronis (Rahayu,
2018).
Secara klinis terdapat 2 tipe Diabetes Melitus (DM) yaitu diabetes melitus
tipe I dan diabetes melitus tipe II. Diabetes melitus tipe I disebabkan karena
kurangnya insulin secara absolut akibat proses autoimun sedangkan diabetes
melitus tipe II merupakan kasus terbanyak (90-95% dari seluruh kasus diabetes)
yang umumnya mempunyai latar belakang kelainan diawali dengan resistensi
insulin. Diabetes melitus tipe II berlangsung lambat dan progresif, sehingga
tidak terdeteksi karena gejala yang dialami pasien sering bersifat ringan seperti
kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yg lama sembuh. Berbagai
komplikasi karena diabetes dapat terjadi pada semua sistem tubuh, misalnya
saraf, jantung, pembuluh darah, ginjal, mata dan otak. Kalau tidak ditangani
dengan cepat maka akan berdampak kematian (Arif, 2019).
International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan penderita
Diabetes melitus di dunia pada tahun 2019 sebesar 9,3% (483 juta) orang pada
usia 20-79 tahun, angka prevalensi diprediksi terus meningkat hingga mencapai
578 juta orang pada tahun 2030 dan 700 juta orang pada tahun 2045. Pada tahun
2019 Cina, India, dan Amerika Serikat menempati urutan tiga teratas dengan
jumlah penderita 116,4 juta, 77 juta, dan 31 juta orang. Menurut International

1
2

Diabetes Federation (IDF) tahun 2011, jika perkembangan diabetes melitus tipe
II terus terjadi, maka di tahun 2030, diperkirakan sebanyak 497 juta orang di
dunia akan mengalami Diabetes melitus tipe II.
Penyakit diabetes melitus tipe II adalah masalah kesehatan yang besar. Hal
ini dikarenakan adanya peningkatan jumlah penderita diabetes melitus tipe II
dari tahun ke tahun yang disebabkan karena peningkatan jumlah populasi, usia,
prevalensi obesitas dan penurunan aktivitas fisik (WHO, 2016). Menurut
International Diabetes Federation (IDF, 2021), diabetes mempengaruhi sekitar
537 juta orang berusia 20-79 tahun. Populasi diabetes secara global
diperkirakan akan meningkat menjadi 643 juta pada tahun 2030 dan 783 juta
pada tahun 2045. Diabetes yang tidak terdiagnosis mempengaruhi hampir 1 dari
2 orang dewasa. Diabetes tipe 1 mempengaruhi lebih dari 1,2 juta bayi dan
remaja berusia 0-19 tahun. Sedangkan, sebanyak 541 juta orang berisiko lebih
tinggi terkena diabetes tipe II.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018), jumah penderita DM
tipe II di Indonesia yaitu + 12.191.564 jiwa, jumlah kasus diabetes melitus tipe
II diprediksi akan terus meningkat, dan juga diabetes melitus tipe II penyebab
kematian nomor 10. Secara spesifik, prevalensi kasus DM di Indonesia
meningkat dari 5,7 % menjadi 6,5% dalam 7 tahun dan sekitar 90% dari
keseluruhan kasus diabetes melitus adalah Diabetes Melitus Tipe II (DMT2).
Indonesia berada di peringkat ke -7 dengan jumlah penderita 10,7 juta orang.
Indonesia menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang memiliki
prevalensi tinggi, sehingga dapat diperkirakan besarnya kontribusi Indonesia
terhadap prevalensi kasus diabetes melitus di Asia tenggara (IDF, 2019).
Menurut data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Kota Denpasar (2017)
ditemukan bahwa diabetes melitus tipe 2 (usia> 40 tahun) merupakan urutan
ke-5 yang termasuk dalam 10 pola penyakit terbanyak di Puskesmas dengan
total 3.590 penderita. Berdasarkan dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali
didapatkan bahwa Kota Denpasar merupakan jumlah kunjungan penderita
diabetes melitus tertinggi ke dua di Bali tahun 2016. Menurut Dinas Kesehatan
Provinsi Bali (Dinkes Provinsi Bali, 2020), jumlah penderita diabetes melitus
3

di Bali tercatat sebanyak 52.282 orang. Salah satu Provinsi dengan jumlah
penderita diabetes melitus terbanyak di Bali adalah Denpasar dengan 14.353
kasus, disusul oleh Kabupaten Buleleng sebanyak 6.849 penderita, dan terakhir
Kabupaten Badung sebanyak 2.980 penderita. Pada tahun 2018, Kota Denpasar
memiliki 9.123 pasien dengan target penderita yang sudah mendapatkan
pelayanan sebanyak 2.312 orang. Kota Denpasar memiliki 11 Puskesmas yang
tersebar di empat kecamatan di Kota Denpasar. Puskesmas II Denpasar Barat
memiliki jumlah pasien diabetes melitus tertinggi dengan 2.173.06 pasien.
Kedua adalah Puskesmas I Denpasar Selatan dengan 2.048.01 pasien diabetes
mellitus. Peringkat ketiga adalah Puskesmas I Denpasar Barat dengan total
1.968.25 pasien (Dinkes Kota Denpasar, 2020).
Kurangnya dukungan keluarga akan mempengaruhi rutinitas penderita
diabetes melitus dalam mengkonsumsi obat. Kurangnya dukungan keluarga
menyebabkan penderita beranggapan sepele dan lupa kapan harus minum obat
dan kapan harus mengontrol gula darah. Dukungan keluarga seperti orang orang
di sekitar pasien (suami, istri, anak) yang turut serta memberikan informasi
mengenai pentingnya minum obat, memotivasi, mengawasi pasien dalam
minum obat juga mempengaruhi kepatuhan pasien untuk minum obat.
Kurangnya dukungan dapat mengurangi kepatuhan minum obat. Sertakan
keluarga terdekat untuk memantau cara minum obat yang benar dan pelajari
tentang efek penggunaan obat dapat membantu apabila terjadi kegawat -
daruratan diabetes yang mengancam nyawa (Arif, 2019).
Salah satu upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka komplikasi
diabetes melitus adalah dengan menggunakan empat pilar DM yaitu
perencanaan makan, latihan jasmani, pengobatan atau farmakologi, dan
edukasi. Salah satu parameter yang merupakan indikator keberhasilan
pengontrolan DM adalah pengobatan atau farmakologi (Arif, 2019). Segala
sesuatu yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan pengobatan, salah satunya
adalah kepatuhan minum obat. Kepatuhan adalah tingkat pasien melaksanakan
cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau oleh orang
lain. Kepatuhan penderita diabetes melitus dalam mengkonsumsi obat
4

dipengaruhi oleh banyak faktor seperti usia, pendidikan, pekerjaan, informasi,


motivasi dan adanya dukungan dari anggota keluarga. Mulai dari pengobatan,
memantau gaya hidup dan pola makan pasien serta melakukan perawatan (Arif,
2019).
Strategi yang dapat dilakukan untuk membantu tatalaksana pengobatan
pasien diabetes melitus adalah dengan pendekatan orang terdekat yaitu
keluarga. Dukungan keluarga adalah sebuah sikap dan tindakan penerimaan
yang diberikan keluarga kepada anggota keluarga lainnya. Dukungan keluarga
bersifat interpersonal dimana terdapat hubungan antara keluarga dengan
anggota keluarga lainnya untuk memberikan sebuah perhatian (Friedman, 1998
dalam Febriyanti, 2017). Dukungan keluarga sangat penting dalam membantu
seseorang mengatasi penyakit kronisnya. Anggota keluarga membantu dengan
berbagi informasi tentang perawatan, meluangkan waktu untuk berbagi
perasaan, dan menyiapkan dana untuk perawatan medis. Individu termasuk
lansia dengan kondisi kronis seperti diabetes melitus, stroke atau hipertensi
membutuhkan dukungan dari berbagai sumber untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari (Kamaryati, 2020). Dukungan keluarga dapat membantu penderita
penyakit kronis seperti DM tipe 2 untuk beradaptasi dengan stres dan gaya
hidup baru akibat kondisi yang dialami akibat rejimen pengobatan yang
dijalaninya dan mengurangi hambatan penderita DM tipe 2 dalam melakukan
perilaku perawatan diri khususnya dalam pemantauan gula darah (Mahardika
dkk, 2021). Jika dukungan keluarga tidak ada maka diabetes melitus tipe II akan
tidak patuh, sehingga penyakit diabetes melitus tipe II tidak terkendali dan
terjadi komplikasi yaitu penyakit jantung, ginjal, kebutaan, aterosklerosis
bahkan sebagian tubuh dapat diamputasi. Dan apabila, dukungan keluarga baik
maka pasien diabetes melitus tipe II akan patuh dalam pelaksanaan tingkat
pengetahuan, sehingga penyakit diabetes melitus tipe II terkendali (Rahmat,
2015 dalam Magdalena et al, 2021). Secara umum orang yang menerima
perhatian dan pertolongan yang dibutuhkan dari orang terdekat atau
sekelompok orang cenderung untuk mengikuti nasihat medis dari pada mereka
5

yang tidak mendapatkan dukungan sama sekali (Gustianto dkk, 2019, dalam
Anggreani, 2022).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2021)
menunjukkan terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan
minum obat pasien DM, dimana sebagian besar pasien yang mendapat
dukungan keluarga patuh dalam meminum obat DM sebanyak 55 orang
(75,34%) dan sebagian kecil lainnya tidak patuh minum obat DM sebanyak 18
orang (24,66%). Sedangkan sebagian besar pasien yang tidak mendapat
dukungan keluarga tidak patuh dalam meminum obat DM sebanyak 23 orang
(85,19%) dan sebagian kecil lainnya patuh minum obat DM sebanyak 4 orang
(14,81%). Karena dukungan keluarga merupakan salah satu faktor terpenting,
sehingga dapat mempengaruhi kepatuhan pasien penderita DM untuk meminum
obat, dimana keluarga ini maupun keluarga besar berfungsi sebagai sebuah
sistem pendukung bagi anggota keluarganya.
Penelitian yang dilakukan oleh Damayanti (2021) menyatakan bahwa ada
55 orang (55%) menunjukkan kepatuhan minum obat rendah, kepatuhan minum
obat sedang sebanyak 27 orang (27%), dan kepatuhan minum obat yang tinggi
sebanyak 19 orang (19%). Sedangkan untuk dukungan keluarga rendah juga
sebanyak 53 orang (53%), dukungan keluarga sedang sebanyak 28 orang (28%)
dukungan keluarga yang tinggi sebanyak 19 orang (19%). Mayoritas dukungan
keluarga pada pasien diabetes melitus tipe II memiliki dukungan keluarga
kategori rendah yaitu (53%). Setelah melakukan study pendahuluan di
Puskesmas II Denpasar Barat didapatkan data penderita diabetes melitus tipe II
yang mengkonsumsi obat metformin dan glimiperid pada bulan Januari –
Desember tahun 2022 sebanyak 4.983 orang.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “
Hubungan Dukungan Keluarga dalam Kepatuhan Minum Obat pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas II Denpasar Barat”. Dengan harapan
adanya penelitian ini dapat meningkatkan semangat pasien untuk selalu patuh
dalam mengkonsumsi obat dan bagi keluarga agar selalu memberikan motivasi
pada pasien dengan membantu menyiapkan obat, dan selalu mengawasi pasien
6

saat minum obat (Damayanti et al, 2021). Kepatuhan pasien untuk meminum
obat memegang peranan sangat penting pada keberhasilan pengobatannya
untuk menjaga kadar glukosa darah dan tekanan darah dalam rentang normal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat dibuat rumusan
masalah dalam penelitian ini, yaitu “Apakah ada Hubungan Dukungan
Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe
II Di Puskesmas II Denpasar Barat?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan
kepatuhan minum obat pada pasien diabetes melitus tipe II di Puskesmas II
Denpasar Barat.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi dukungan keluarga kepada penderita diabetes melitus
tipe II dalam memberikan dorongan untuk mengkonsumsi obat.
b. Mengidentifikasi kepatuhan penderita diabetes melitus tipe II untuk
mengkonsumsi obat dengan teratur.
c. Menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum
obat pada pasien diabetes mellitus tipe II.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian dari pembahasan masalah tentang hubungan
dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien diabetes melitus
tipe II, sebagai berikut ;
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, dapat
bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia kesehatan, dan dapat
dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya berkaitan dengan diabetes
melitus tipe II.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pasien
7

Penelitian ini diharapkan sebagai acuan pasien bahwa dukungan


keluarga sangat penting perannya dalam memotivasi untuk
mengkonsumsi obat.
b. Bagi Keluarga
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan bagi keluarga
pasien dalam memberikan dukungan pada pasien diabetes melitus tipe
II dalam kepatuhan minum obat.
c. Bagi Petugas Kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam
memberikan sosialisasi, pelayanan dan penyuluhan tentang dukungan
keluarga dalam kepatuhan minum obat pada pasien diabetes melitus tipe
II.
d. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu referensi
penelitian selanjutnya dalam melakukan penelitian tentang dukungan
keluarga dalam kepatuhan minum obat pada pasien diabetes melitus tipe
II.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Diabetes Melitus


1. Definisi Diabetes Melitus
Diabetes merupakan suatu penyakit kronis karena pankreas tidak
dapat menghasilkan insulin yang lebih (hormon yang mengatur gula darah)
ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang dihasilkannya secara
efektif. Diabetes melitus ini menjadi salah satu dari keempat penyakit tidak
menular. Diabetes melitus merupakan masalah kesehatan bagi masyarakat
yang sangat penting dan jumlah kasus penderita diabetes melitus terus
mengalami peningkatan (World Health Organization, 2016). Diabetes
melitus adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan adanya
hiperglikemia yang terjadi kare na pankreas tidak mampu mensekresi
insulin, gangguan kerja insulin, ataupun keduanya. Dapat terjadi kerusakan
jangka panjang dan kegagalan pada berbagai organ seperti mata, ginjal,
saraf, jantung, serta pembuluh darah apabila dalam keadaan hiperglikemia
kronis (American Diabetes Association, 2020).
Diabetes Melitus adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh
ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena
penggunaan yang tidak efektif dari produksi insulin ( RI, 2018). Diabetes
melitus adalah penyakit kronik, progresif yang dikarakteristikan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak,
dan protein awal terjadinya hiperglikemia (Damayanti, 2015).
2. Klasifikasi Diabetes Melitus
Terdapat beberapa jenis dari DM dan klasifikasi DM menurut
International Diabetes Federation (IDF, 2019) sebagai berikut:
a. Diabetes Melitus tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Melitus / IDDM)
DM Tipe 1 disebabkan oleh reaksi autoimun yang mana sistem
kekebalan tubuh menyerang sel beta penghasil insulin di pankreas.
Akibatnya, menghasilkan insulin yang sangat sedikit dengan defisiensi

8
9

insulin relatif atau absolut. Kombinasi kerentanan genetik dan pemicu


lingkungan seperti infeksi virus, racun. Penyakit ini bisa berkembang
pada semua umur tapi DM tipe I paling sering terjadi pada anak-anak
dan remaja. Orang dengan DM tipe memerlukan suntikan insulin setiap
hari untuk mempertahankan tingkat glukosa dalam kisaran yang tepat
dan tapa insulin tidak akan mampu bertahan (IDF, 2019).
b. Diabetes Melitus tipe II (Non-Insulin Dependent Diabetes Melitus /
NIDDM)
Diabetes melitus tipe II adalah jenis DM yang paling umum,
terhitung sekitar 90% dari semua kasus DM. Pada diabetes melitus tipe
II, hiperglikemia adalah hasil dari produksi insulin yang tidak adekuat
dan ketidakmampuan tubuh untuk merespon insulin secara sepenuhnya,
didefinisikan sebagai resistensi insulin. Selama keadaan resistensi
insulin, insulin tidak bekerja secara efektif dan oleh karena itu pada
awalnya mendorong peningkatan produksi insulin untuk mengurangi
kadar glukosa yang meningkat namun seiring waktu, suatu keadaan
produksi insulin yang relatif tidak memadai dapat berkembang. DM tipe
II paling sering terlihat pada orang dewasa yang lebih tua, namun
semakin terlihat pada anak- anak, remaja dan orang dewasa muda.
Penyebab DM tipe II ada bertambahnya usia serta riwayat keluarga. Di
antara faktor makanan, bukti terbaru juga menyarankan adanya
hubungan antara konsumsi tinggi minuman manis dan risiko diabetes
melitus tipe II (IDF, 2019).
c. Diabetes Melitus Gestasional DM
Diabetes melitus gestasional adalah jenis DM yang mempengaruhi
ibu hamil biasanya selama trimester kedua dan ketiga kehamilan meski
bisa terjadi kapan saja selama kehamilan. Pada beberapa wanita DM
dapat didiagnosis pada trimester pertama kehamilan namun pada
kebanyakan kasus, DM kemungkinan ada sebelum kehamilan, namun
tidak terdiagnosis. Diabetes melitus gestasional timbul karena aksi
insulin berkurang (resistensi insulin) akibat produksi hormon oleh
10

plasenta (IDF, 2017). Diabetes yang didiagnosis pada trimester kedua


atau ketiga kehamilan dan tidak mempunyai riwayat diabetes sebelum
kehamilan (ADA, 2020).
3. Manifestasi Klinis Diabetes Melitus Tipe II
Manifestasi klinis pada penderita DM biasanya tergantung dari
tingkat hiperglikemia yang telah dialami oleh pasien. Manifestasi klinis
yang dapat muncul pada seluruh tipe diabetes pada DM tipe II mempunyai
gejala yang perlahan-lahan bahkan tidak disadari hingga secara tak sengaja
diperiksa kadar glukosa darah. Gejala yang mungkin timbul pada awal
menderita hiperglikemi (kadar gula darah tinggi) adalah cepat lelah, kondisi
tidak fit atau merasa sakit, sering kencing (Poliuria), cepat haus (Polidipsia),
lapar terus (Polifagia), penurunan berat badan yang tiba–tiba, peningkatan
nafsu makan, dan pandangan kabur (Sunaryati, 2016).
Gejala – gejala yang paling umum dikenal dengan 3P antara lain :
a. Polifagia (Banyak makan)
Polifagia merupakan keadaan yang mana penderita mengalami
kurangnya jumlah insulin yang mengakibatkan terganggunya fungsi
insulin maka glukosa yang dihasilkan dari metabolisme makanan tidak
dapat diserap dengan baik oleh tubuh. Pasien akan merasa lapar atau
nafsu makan mereka meningkat, tetapi berat dari pasien tidak meningkat
melainkan berat badan mereka menurun. Pada saat itu, otak akan
memberikan respon dengan mengartikan adanya rasa lapar sehingga
penderita diabetes akan lebih banyak makan. Jika rasa lapar tersebut
diikuti dengan banyak makan maka akan memperparah kesehatan
karena gula darah akan semakin meningkat (Sunaryati, 2016).
b. Polidipsia (Banyak minum)
Polidipsia merupakan keadaan yang mana penderita merasakan haus
yang berlebih. Pada orang sehat, dianjurkan untuk minum 8 gelas dalam
sehari. Pada penderita diabetes merasakan haus yang lebih sering
sehingga akan minum dalam jumlah lebih banyak. Haus yang dirasakan
tersebut merupakan akibat dari ginjal yang menarik air dari dalam sel
11

sehingga terjadi dehidrasi sel. Dehidrasi sel ini menyebabkan mulut


menjadi kering dan sering merasakan haus. Glukosa yang terjebak
dalam darah menyebabkan tingkat osmolaritas meningkat. Karena
glukosa darah perlu diencerkan, inilah yang menyebabkan respon haus
ke otak (Sunaryati, 2016).
c. Poliuria (Banyak kencing/sering kencing di malam hari)
Poliuria adalah keadaan di mana pasien mengalami perasaan ingin
buang air kecil yang berlebihan. Kondisi ini terjadi ketika osmolaritas
darah tinggi, sehingga perlu dibuang oleh ginjal. Jika kadarnya lebih
tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan
sejumlah besar glukosa yang hilang. Ginjal menghasilkan urin dalam
jumlah berlebihan, maka penderita sering buang air dalam jumlah
banyak Ketika glukosa darah dibuang itu membutuhkan air untuk
menurunkan osmolaritas dari glukosa darah, inilah yang memicu
terjadinya poliuria (Sunaryati, 2016).
4. Etiologi Diabetes Melitus Tipe II
a. Jenis Kelamin
Pada diabetes melitus tipe II jenis kelamin merupakan salah satu
faktor dalam perkembangan penyakit diabetes melitus tipe II karena
secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks massa tubuh
yang lebih besar daripada laki - laki. Pasca menopause yang membuat
distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses
hormonal tersebut sehingga wanita berisiko menderita diabetes melitus
tipe II lebih besar (Susanto, 2017).
b. Obesitas (Kegemukan)
Obesitas merupakan salah satu faktor penyebab dari insiden diabetes
melitus tipe II. Obesitas membuat sel tidak sensitif terhadap insulin
(resisten insulin). Semakin banyak jaringan lemak pada tubuh, maka
tubuh semakin resisten terhadap kerja insulin, terutama bila lemak tubuh
terkumpul di daerah sentral atau perut (Susanto, 2017).
12

c. Usia
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologi yang secara
drastis menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun dan muncul setelah
seseorang memasuki usia yang rawan, terutama setelah usia 45 tahun
pada mereka yang berat badan berlebih sehingga tubuhnya tidak peka
lagi terhadap insulin untuk metabolisme glukosa (Rendy, 2014 dalam
Dewiyanti, 2022).
d. Makanan
Seringnya mengkonsumsi makanan/ minuman manis akan
meningkatkan risiko kejadian DM tipe II karena meningkatkan
konsentrasi glukosa dalam darah. Riwayat pola makan yang kurang baik
juga menjadi faktor resiko penyebab yang tinggi terhadap terjadinya
DM pada wanita usia produktif. Makanan yang dikonsumsi diyakini
menjadi penyebab meningkatnya gula darah, perubahan diet, seperti
mengonsumsi makanan tinggi lemak menjadi penyebab terjadinya DM
(Rendy, 2014 dalam Dewiyanti, 2022).
e. Olahraga
Pada orang yang jarang berolahraga, zat makanan yang masuk ke
dalam tubuh tidak dikelola melainkan ditimbun tubuh sebagai lemak dan
gula, jika insulin tidak mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi
energi maka akan timbul penyakit diabetes melitus (Kemenkes RI,
2018).
Adapun beberapa penyebab diabetes melitus dari mulai jenis
kelamin yang mana pada perempuan lebih rentan mengalami diabetes
melitus. Diabetes melitus menunjukkan peningkatan dengan
bertambahnya umur penderita yang mencapai puncaknya pada usia 45-
79 tahun, semakin tinggi umur maka semakin besar resiko untuk
mengalami diabetes. Selain itu makanan dan aktivitas fisik sangat
berpengaruh pada diabetes melitus, jika penderita tidak patuh dengan
pola makan dan melakukan aktivitas fisik seperti olahraga maka akan
13

sulit sekali dalam mengendalikan diabetes melitus tersebut (Dewiyanti,


2022).
5. Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe II
Pada diabetes melitus tipe II terjadi penurunan sensitivitas jaringan
terhadap insulin (resistensi insulin). Hal ini diperberat oleh bertambahnya
usia yang mempengaruhi berkurangnya jumlah insulin dari sel-sel beta,
lambatnya pelepasan insulin dan atau penurunan sensitivitas perifer
terhadap insulin. Resistensi insulin berhubungan dengan faktor eksternal
seperti gaya hidup yang salah dan obesitas. Gaya hidup utamanya pola
makan yang tidak seimbang dan pola latihan fisik yang tidak rutin dan
teratur. Peningkatan kadar glukosa dalam darah menyebabkan osmolaritas
darah meningkat sehingga menyebabkan perpindahan cairan dari ekstra
vaskuler ke intravaskuler dan terjadi dehidrasi pada sel. Peningkatan
volume diuresis akan meningkatkan dan frekuensi berkemih akan
meningkat (poliuria).
Peningkatan osmolaritas sel akan merangsang hipotalamus untuk
mensekresi ADH (mengontrol jumlah air yang diserap oleh ginjal) sehingga
menyebabkan peningkatan rasa haus yang disebut polidipsia. Penurunan
transport glukosa ke dalam sel menyebabkan sel kekurangan glukosa untuk
proses metabolisme sehingga mengakibatkan starvasi sel. Penurunan
penggunaan dan aktivitas glukosa dalam sel (glukosa sel) akan merangsang
pusat makan sehingga timbul peningkatan rasa lapar dan disebut polifagia
(Susanto, 2017 dalam Dewiyanti, 2022).
6. Komplikasi Diabetes Melitus Tipe II
Menurut Darmayanti (2015) dalam Marlinda (2019) komplikasi
diabetes melitus tipe II dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Komplikasi akut
a) Hipoglikemia, merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang
dapat terjadi secara berulang dan dapat memperberat penyakit
diabetes bahkan menyebabkan kematian. Hipoglikimia diabetes
(insulin reaction) terjadi karena peningkatan insulin dalam darah dan
14

penurunan kadar glukosa darah yang diakibatkan oleh terapi insulin


yang tidak adekuat.
b) Hiperglikemia, adalah apabila kadar gula darah meningkat secara
tiba-tiba, dapat berkembang menjadi keadaan metabolisme yang
berbahaya, antara lain ketoacidosis diabetic, Koma Hiperosmolar
Non Ketotik (KHNK), dan kemo lakto asidosis.
b. Komplikasi Kronis
a) Komplikasi makro vaskuler, komplikasi ini diakibatkan karena
perubahan ukuran diameter pembuluh darah. Pembuluh darah akan
menebal, sklerosis dan timbul sumbatan akibat plaque yang
menempel. Komplikasi makro vaskuler yang sering terjadi adalah,
penyakit arteri koroner, penyakit serebrovaskuler, dan penyakit
vaskuler perifer.
b) Komplikasi mikro vaskuler, melibatkan kelainan struktur dalam
membran pembuluh darah kecil dan kapiler. Kelainan pada
pembuluh darah ini menyebabkan dinding pembuluh darah menebal,
dan mengakibatkan penurunan fungsi jaringan. Komplikasi mikro
vaskuler terjadi di retina yang menyebabkan retinopati diabetes dan
ginjal menyebabkan nefropati diabetik.
7. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe II
Menurut konsensus Perkeni tahun 2015 tentang pencegahan dan
pengelolaan diabetes melitus tipe II di Indonesia, terdapat 4 pilar
penatalaksanaan DM yang terdiri dari edukasi, terapi nutrisi medis, latihan
jasmani, dan terapi farmakologis.
a. Edukasi
Pemberdayaan penyandang diabetes memerlukan partisipasi aktif
pasien, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasien
dalam menuju perubahan perilaku sehat. Untuk mencapai keberhasilan
perubahan perilaku, diperlukan edukasi yang komprehensif dan upaya
peningkatan motivasi. Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah
mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia, serta cara mengatasinya harus
15

diberikan kepada pasien. Pemantauan kadar gula darah dapat dilakukan


secara mandiri, setelah mendapatkan pelatihan khusus (Perkeni, 2015).
b. Terapi Nutrisi Medis
Prinsip pengaturan makan pola penyandang diabetes melitus hampir
sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan
yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-
masing individu. Penyandang diabetes melitus perlu diberikan
penekanan mengenai pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis dan
jumlah kandungan kalori, terutama pada mereka yang menggunakan
obat yang meningkatkan sekresi insulin atau terapi insulin itu sendiri
(Perkeni, 2015).
c. Latihan Jasmani
Latihan jasmani merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan
diabetes melitus tipe II apabila tidak disertai adanya nefropati. Kegiatan
jasmani sehari-hari dan latihan jasmani dilakukan secara teratur
sebanyak 3-5 kali per minggu selama sekitar 30-45 menit, dengan total
250 menit per minggu. Jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-
turut. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum
latihan jasmani (Perkeni, 2015).
d. Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan
dan latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari
obat oral dan bentuk suntikan. Obat Hipoglikemik Oral (OHO) dapat
diklasifikasikan menjadi lima golongan menurut cara kerjanya,
diantaranya pemacu sekresi insulin, peningkat sensitivitas terhadap
insulin, penghambat absorpsi glukosa di saluran pencernaan,
penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-IV), penghambat SGLT-2
(Sodium Glucose Co-transporter 2) (Perkeni, 2015).
16

B. Konsep Kepatuhan Minum Obat


1. Definisi Kepatuhan
Kepatuhan adalah bentuk aplikasi seseorang terhadap pengobatan
yang harus dijalani dalam kehidupannya. Terdapat beberapa terminologi
yang menyangkut kepatuhan minum obat yaitu konsep compliance dan
konsep adherence. Konsep compliance merupakan tingkatan yang
menunjukkan perilaku pasien dalam mentaati sarana ahli medis. Konsep
adherence merupakan perilaku mengkonsumsi obat sesuai kesepakatan
antara pasien dengan pemberi resep (selly, 2020 dalam Pradana, 2021).
Kepatuhan pengobatan menurut World Health Organization (WHO)
merupakan sejauh mana perilaku pasien untuk dapat menaati dan mengikuti
instruksi yang direkomendasikan dan disepakati oleh penyedia layanan
kesehatan (Jinil el al., 2018)
2. Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat Pasien Diabetes
Melitus Tipe II
Menurut Nenny.T et al, (2020) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kepatuhan minum obat pada pasien diabetes melitus tipe II yaitu :
a. Sikap
Sikap dapat didefinisikan sebagai reaksi seseorang atau sebagai
bentuk evaluasi atau sikap memberikan suatu respon kepada seseorang
pada objek atau situasi yang berkaitan dengannya dan sebelumnya telah
didapatkan sisipan mental yang diatur dari pengalamannya.
b. Motivasi
Motivasi dalam pengobatan bagi pasien diabetes melitus adalah
adanya keinginan pasien untuk sembuh atau menghindari komplikasi
yang mungkin terjadi akibat penyakit DM tipe II sehingga pasien tidak
merasa terpaksa atau terbebani dalam mengkonsumsi obat antidiabetes
oral.
c. Dukungan Keluarga
Dukungan Keluarga dalam membantu mengingatkan dalam
pemberian obat kepada pasien.
17

C. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2016) mendefinisikan
keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut Friedman
(2014) keluarga adalah sekumpulan orang yang bersama-sama bersatu
dengan melakukan pendekatan emosional dan mengidentifikasi dirinya
sebagian dari keluarga. Menurut Bakri (2017) keluarga secara universal
diartikan sebagai landasan dasar unit sosial ekonomi terkecil dari seluruh
institusi dalam warga.
2. Tipe Keluarga
Friedman (2014) mengatakan setiap keluarga memerlukan layanan
kesehatan yang mana pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan
perkembangan sosial masyarakat sehingga keluarga memiliki tipe-tipe agar
dapat mengembangkan derajat kesehatannya antara lainnya :
a. Keluarga Inti
Keluarga inti merupakan transformasi demografi dan sosial yang
paling signifikasi yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Ayah bekerja
untuk mencari nafkah dan ibu yang sebagai pengurus rumah tangga.
b. Keluarga Adopsi
Keluarga adopsi adalah suatu cara untuk membentuk keluarga
dengan cara menyerahkan tanggung jawab orang tua kandung kepada
orang tua adopsi secara sah dan saling menguntungkan satu sama lain.
Keluarga adopsi ini dilakukan karena berbagai alasan seperti pasangan
yang tidak dapat memiliki keturunan tapi ingin menjadi orang tua
sehingga mereka mengadopsi anak dari pasangan lain.
c. Keluarga Asuh
Keluarga asuh adalah suatu layanan yang diberikan untuk mengasuh
anaknya ketika keluarga kandung sedang sibuk dan keluarga asuh akan
memberikan keamanan dan kenyamanan pada anak. Anak yang diasuh
18

oleh keluarga asuh umumnya memiliki hubungan kekerabatan seperti


kakek dan neneknya.
d. Keluarga Orang Tua Tiri
Keluarga Orang tua tiri terjadi bila pasangan yang mengalami
perceraian dan menikah lagi. Anggota keluarga termasuk anak harus
melakukan penyesuaian diri lagi dengan keluarga barunya. Kekuatan
positif dari keluarga tiri adalah menikah lagi merupakan bentuk yang
positif dan suportif karena meningkatkan kesejahteraan anak-anak,
memberikan anak-anak perhatian, dan kasih sayang serta sebagai jalan
keluar dari perbaikan kondisi keuangan.
3. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (2010) dalam Reni (2018) adalah :
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif merupakan hubungan sosial yang positif berhubungan
dengan hasil kesehatan yang lebih baik, umur panjang, dan penurunan
tingkat stres. Sebaliknya, kehidupan keluarga juga dapat menimbulkan
stres dan koping disfungsional dengan akibat yang dapat mengganggu
kesehatan fisik (misal tidur, tekanan darah tinggi, penurunan respon
imun).
b. Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi adalah proses perkembangan atau perubahan yang
terjadi atau dialami seseorang sebagai hasil dari interaksi dan
pembelajaran peran sosial. Sosialisasi di mulai dari sejak lahir dan
keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi.
c. Fungsi Reproduksi
Fungsi sosial adalah fungsi keluarga untuk meneruskan
kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia
d. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, seperti makanan, pakaian, perumahan, dan lain-lain.
19

e. Fungsi Perawatan Keluarga


Fungsi untuk menyediakan makanan, pakaian, perlindungan, dan
asuhan kesehatan/keperawatan. Kemampuan keluarga melakukan
asuhan keperawatan atau pemeliharaan kesehatan mempengaruhi status
kesehatan keluarga individu.
D. Konsep Dukungan Keluarga
1. Definisi Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah sebuah sikap dan tindakan penerimaan
yang diberikan keluarga kepada anggota keluarga lainnya. Dukungan
keluarga bersifat interpersonal dimana terdapat hubungan antara keluarga
dengan anggota keluarga lainnya untuk memberikan sebuah perhatian
(Friedman, 1998 dalam Febriyanti, 2017). Dukungan keluarga adalah uluran
tangan yang diberikan oleh keluarga kepada anggota yang membutuhkan.
Bantuan ini dapat disampaikan oleh orang tua, dan atau anak-anak termasuk
dukungan informasional, emosional, dan instrumental (Kamaryati, dan
Malathum, 2020).
Definisi keluarga menurut Kamaryati dan Malathum (2020) disebut
sebagai :
a) Kelompok yang terdiri dari dua orang tua dan anakanak mereka yang
hidup bersama sebagai satu kesatuan,
b) Sekelompok orang yang memiliki hubungan darah atau perkawinan, dan
sekelompok orang yang berhubungan satu sama lain, terutama seorang
ibu, seorang ayah dan anak-anaknya.
Istilah dukungan dari kamus didefinisikan sebagai :
a) Untuk membantu seseorang secara emosional atau dengan cara praktis,
b) Menanggung semua atau sebagian dari beban atau menahan,
c) Dan memberikan bantuan kepada, terutama keuangan.
Oleh karena itu, dukungan keluarga disebut sebagai pemberian bantuan,
seperti emosional, finansial kepada individu yang hidup bersama sebagai
anggota keluarga. Dalam jurnal penelitian Mahardika et al., (2021)
mengatakan berdasarkan teori yang dikemukakan bahwa dukungan
20

keluarga berpengaruh positif terhadap kepatuhan penderita DM dalam


melakukan manajemen diri yang meliputi pemantauan dan pengobatan gula
darah secara mandiri (Yamin & Sari, 2018). Dukungan keluarga dapat
membantu penderita penyakit kronis seperti DM tipe II untuk beradaptasi
dengan stres dan gaya hidup baru akibat kondisi yang dialami akibat rejimen
pengobatan yang dijalaninya dan mengurangi hambatan penderita DM tipe
II dalam melakukan perilaku perawatan diri khususnya dalam pemantauan
gula darah.Syahid (2021), terungkap bahwa kepatuhan pasien DM
meningkat karena rendahnya tingkat konflik dalam keluarga, kedekatan
antar anggota keluarga, dan komunikasi yang baik antar anggota keluarga.
2. Jenis Dukungan Keluarga
Keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggota keluarga
lainnya. Menurut Susanti (2013), keluarga terdiri dari beberapa jenis
dukungan diantaranya.
a. Dukungan Informasional
Dukungan informasional yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah
kolektor dan desiminator (penyebar) informasi tentang dunia.
Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat
digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini
adalah dapat menentukan munculnya suatu stress karena informasi yang
diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada
individu.
b. Dukungan Penilaian
Dukungan penilaian yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah
bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan
masalah, sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga
diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian.
c. Dukungan Instrumental
Contoh konkret dukungan instrumental dalam keluarga dapat berupa
sebuah pelayanan ataupun bantuan secara finansial. Keluarga memenuhi
kebutuhan anaknya seperti membelikan keperluan perawatan diri.
21

d. Dukungan Emosional
Dukungan emosional yaitu keluarga sebagai tempat yang aman dan
damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan
terhadap emosi.
3. Manfaat Dukungan Keluarga
Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuat
terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh
dari sakit, fungsi kognitif, fisik, dan kesehatan emosi. Di samping itu,
pengaruh positif dari dukungan sosial keluarga adalah pada penyesuaian
terhadap kejadian dalam hidup yang penuh dengan stres. Secara lebih
spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuat terbukti berhubungan
dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit dan di
kalangan kaum tua, fungsi kognitif, fisik, dan kesehatan emosi (Ryan dan
Austin dalam Friedman, 1998 dalam Marlinda, 2019).
4. Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga
Menurut Susanti (2013), efektivitas dukungan keluarga dipengaruhi
oleh beberapa hal diantaranya adalah faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor internal meliputi :
a) Tahap perkembangan yang artinya dukungan dapat ditentukan oleh
faktor usia dalam hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan,
dengan demikian setiap rentang usia memiliki pemahaman dan
respon terhadap perubahan kesehatan yang ada.
b) Pendidikan atau tingkat pengetahuan dikarenakan keyakinan
seseorang terhadap adanya bentuk dukungan terbentuk oleh variabel
intelektual yang terdiri dari pengetahuan dan pengalaman masa lalu.
c) Faktor emosi, seseorang yang mengalami respon stress dalam setiap
perubahan hidupnya cenderung berespon terhadap berbagai tanda
sakit, mungkin dilakukan dengan cara mengkhawatirkan bahwa
penyakit tersebut dapat mengancam kehidupannya.
d) Faktor spiritual, bagaimana seseorang menjalani kehidupannya,
mencangkup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan.
22

b. Sedangkan faktor eksternal meliputi:


a) Praktik di keluarga berupa cara bagaimana keluarga memberikan
dukungan biasanya mempengaruhi penderita dalam melaksanakan
kesehatannya.
b) Faktor sosial dan psikososial, yaitu faktor sosial dan faktor
psikososial dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit dan
dapat mempengaruhi cara seseorang mengidentifikasikan dan
bereaksi terhadap penyakitnya.
c) Latar belakang budaya, latar belakang budaya mempengaruhi
keyakinan, nilai, dan kebiasaan individu, dalam memberikan
dukungan termasuk cara pelaksanaan kesehatan pribadi.
E. Penelitian Terkait
1. Pada penelitian (Arif, 2018) yang berjudul “hubungan dukungan keluarga
dengan kepatuhan minum obat pada pasien diabetes melitus tipe II di ruang
poli penyakit dalam rsud dr. Achmad mochtar bukittinggi tahun 2017”.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan dukungan keluarga
dengan kepatuhan minum obat pada pasien DM tipe II di Ruang Poli
Penyakit Dalam RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2017.
Sampel dalam penelitian ini adalah 35 orang responden. Teknik sampling
yang digunakan yaitu purposive sampling. Analisa data ini menggunakan
uji Chi Square. Alat pengumpulan data yang digunakan dengan
menggunakan Kuesioner. Dari 35 Orang tentang Dukungan Penilaian
terdapat 14 orang tidak memberikan dukungan, diantaranya (78,6%) orang
responden tidak patuh minum obat, dan (21,4%) orang responden patuh
minum obat Penilaian terdapat 21 orang yang memberikan Dukungan,
diantaranya terdapat (19%) orang responden tidak patuh minum obat, (81%)
orang responden patuh minum obat. Hasil uji statistik diperoleh nilai p
value = 0,002 (p<α) maka dapat disimpulkan adanya hubungan yang
signifikan dukungan Penilaian dengan kepatuhan minum obat pada pasien
dm tipe II di Ruang Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi tahun 2017. Dari hasil analisis diperoleh OR= 15,58 artinya
23

responden yang memberikan dukungan Penilaian memiliki peluang 15,58


kali pasien diabetes melitus patuh minum obat dibandingkan dengan yang
tidak memberikan dukungan penilaian.
2. Pada penelitian (Damayanti et al., 2021) yang berjudul “hubungan
dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pasien diabetes melitus
tipe II di puskesmas muara wis”. Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui
hubungan antara dukungan keluarga dan kepatuhan minum obat pada
penderita diabetes melitus tipe II di Puskesmas Muara Wis. Penelitian ini
merupakan penelitian Non-eksperimental yang menggunakan desain
deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam
penelitian ini sebanyak 100 responden dari jumlah populasi 1.108 pasien
diabetes mellitus tipe II yang berobat di puskesmas Muara Wis. Teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sampling.
Analisis data menggunakan uji spearman rank dari program SPSS untuk
mengetahui apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan
minum obat pasien diabetes mellitus tipe II di puskesmas Muara Wis. Alat
pengumpulan data yang digunakan yaitu kuesioner. Berdasarkan dari
penelitian yang dilakukan didapatkan hasil sig (p) 0,000 (p <0,05) nilai
tersebut lebih kecil dari pada nilai = 0,05. Artinya, hal tersebut
menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan
minum obat. Nilai koefisien korelasi (r) 0,847 bermakna bahwa terjadi
hubungan yang sangat kuat (0,80 – 1,000) antara dukungan keluarga dengan
kepatuhan minum obat. Maka dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga
sangat berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat pasien diabetes melitus
tipe II.
3. Pada penelitian (Gustianto et al., 2020) yang berjudul “hubungan dukungan
keluarga dalam program prolansi dengan kepatuhan minum obat pasien
diabetes melitus tipe II di puskesmas rawat inap banjarsari kota metro tahun
2019”. Penelitian ini bertujuan untuk hubungan dukungan keluarga dalam
program prolanis dengan kepatuhan minum obat pasien Diabetes Melitus
tipe II. Penelitian ini adalah kuantitatif desain analitik dengan pendekatan
24

cross sectional. Sampel pada penelitian ini sebanyak 45 penderita. Teknik


pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan random sampling.
Analisis data menggunakan Univariat dan Bivariat. Berdasarkan hasil
penelitian Kepatuhan Minum Obat Pasien Diabetes Melitus Tipe II
menunjukkan bahwa sebagian besar pasien diabetes melitus tipe II tidak
patuh dalam minum obat yaitu sebanyak 26 pasien (57,8%). Hasil ini
menggambarkan bahwa masih banyak pasien diabetes melitus tipe II di
Puskesmas Rawat Inap Banjarsari Kota Metro tidak patuh dalam minum
obat. Selain itu juga, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar
pasien diabetes melitus tipe II memiliki kadar gula darah buruk yaitu
sebanyak 26 pasien (57,8%) . 26 pasien diabetes melitus tipe II yang kadar
gula darah buruk adalah pasien tidak patuh dalam minum obat. Dari hasil
analisis juga diperoleh OR = 4,5, artinya pasien diabetes melitus tipe II yang
memiliki dukungan keluarga kurang dalam program prolanis berpeluang 4,5
kali lebih besar untuk tidak patuh dalam minum obat dibandingkan dengan
diabetes melitus tipe II yang memiliki dukungan keluarga baik dalam
program prolanis.
4. Pada penelitian (Sulistyowati, 2020) yang berjudul “dukungan keluarga
terhadap kepatuhan minum obat pada pasien dm tipe II”. Penelitian ini
bertujuan Untuk mengetahui dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum
obat pada pasien DM tipe II. Penelitian ini menggunakan desain descriptive
correlational dengan menggunakan pendekatan cross sectional study.
Sampel pada penelitian ini adalah 100 responden yang mengidap Diabetes
mellitus tipe II dengan usia berada pada rentang 36 – 55 tahun, tinggal
bersama keluarga dan mendapat terapi obat. Analisis data menggunakan
bivariat dengan statistik uji chi square. Alat pengumpulan data
menggunakan kuesioner. Hasil analisis hubungan dukungan informasi
keluarga dengan kepatuhan minum obat diperoleh bahwa sebanyak 45
responden (90%) mendapatkan dukungan informasi keluarga yang baik
memiliki kepatuhan yang tinggi. Sedangkan 9 responden (18%) yang
kurang baik mendapatkan dukungan informasi keluarga memiliki
25

kepatuhan minum obat yang tinggi. Hasil uji hipotesis Chi Square dua sisi
(2-sided) diperoleh nilai p = 0,000, ada hubungan yang signifikan antara
dukungan informasi keluarga yang baik dengan kepatuhan minum obat.
Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR= 41,00, artinya responden yang
mendapatkan dukungan informasi keluarga yang baik berpeluang 41 kali
memiliki kepatuhan minum obat yang tinggi dibandingkan dengan yang
kurang mendapatkan dukungan informasi keluarga. Nilai OR 41,00 berarti
kemungkinan dukungan informasi keluarga yang baik akan membuat
kepatuhan responden dalam minum obat sebesar 97,62% dari pada
responden yang kurang mendapatkan dukungan informasi keluarga [p =
OR/(1+OR)]. dan Hasil menunjukkan ada hubungan dukungan keluarga
dengan kepatuhan minum obat pada pasien DM tipe II yang dilihat dari 4
dimensi yaitu dukungan penghargaan, dukungan emosional, dukungan
informasi dan dukungan instrumental.
5. Pada penelitian (Anggraeni, 2022) yang berjudul “hubungan dukungan
keluarga dengan kepatuhan minum obat pasien dm di poli penyakit dalam
rsud. R. Syamsudin, s.h. kota sukabumi”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat pada
pasien DM tipe II. Penelitian ini adalah korelasional dengan pendekatan
Cross sectional. Sampel yang digunakan sebanyak 100 orang dengan
menggunakan Accidental sampling. Analisis data menggunakan univariat
dan bivariat dengan statistik uji chi square. Alat pengumpulan data yang
digunakan yaitu kuesioner. Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian
besar responden mendapat dukungan keluarga sebanyak 75 orang (75%),
sebagian besar responden patuh minum obat DM sebanyak 59 orang (59%).
Hasil uji chi square menunjukan nilai p-value= 0,000 menyatakan adanya
hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pasien
DM di Poli Penyakit Dalam RSUD. R. Syamsudin, S.H. Kota Sukabumi.
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN VARIABEL PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep (conceptual framework) adalah model pendahuluan dari
sebuah masalah penelitian, dan merupakan refleksi dari hubungan variabel-
variabel yang diteliti (Swarjana, 2015). Adapun kerangka konseptual pada
penelitian ini adalah :

Faktor Yang Mempengaruhi


Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat
Dukungan Keluarga : Diabetes Melitus Tipe II:
1. Faktor Internal 1. Sikap
2. Faktor Eksternal 2. Motivasi

Dukungan Keluarga:
1. Dukungan Informasional
2. Dukungan Penilaian
3. Dukungan Instrumental Kepatuhan Minum Obat
4. Dukungan Emosional
5. Dukungan Emosional

Gambar 3.1 : Kerangka Konsep Hubungan Dukungan Keluarga Dengan


Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II.

Keterangan :
: Variabel Yang Diukur
: Variabel Yang Tidak diukur
: Alur Pikir

26
27

Penjelasan kerangka konsep :


Diabetes mellitus yaitu penyakit yang memiliki ciri-ciri kandungan
gula darah yang abnormal, hal ini dapat menyebabkan kecacatan bahkan
kematian pada yang terkena (IDF, 2017). Diabetes melitus memerlukan
penanganan yang kompleks dan memerlukan dukungan keluarga
sebagai support sistem untuk mengatasi kecemasan dan tekanan
emosional akibat penyakit tersebut (Fisher et al., 2010).
Dukungan keluarga juga bisa berupa keterlibatan serta keluarga
yang berperan aktif dalam membantu pasien mengurangi permasalahan
emosi stres penderita diabetes (Soewondo, 2018). Dukungan keluarga
dapat berupa dukungan internal dan dukungan eksternal. Adanya
dukungan keluarga dapat berpengaruh terhadap kepatuhan klien dalam
mengkonsumsi obat.
Kepatuhan adalah perubahan perilaku yang mengikuti anjuran yang
disediakan dokter berbentuk terapi olahraga, diet, dosis serta
manajemen penyakit (Srikartika et al., 2016). Kepatuhan pengobatan
adalah hal penting dalam mengelola penyakit kronis (Rasdianah, 2016).
Kepatuhan pasien untuk meminum obat memegang peranan sangat
penting pada keberhasilan pengobatannya untuk menjaga kadar glukosa
darah dan tekanan darah dalam rentang normal.
B. Hipotesis
Hipotesis adalah hasil yang diharapkan atau hasil yang diantisipasi dari
sebuah penelitian (Swarjana, 2015). Hipotesis adalah jawaban sementara
penelitian, patokan duga atau dalil sementara, yang kebenaranya akan
dibuktikan dalam penelitian tersebut. Setelah melalui pembuktian dari hasil
penelitian maka hipotesis ini dapat benar atau salah, dapat diterima atau ditolak
(Notoadmodjo, 2010). Hipotesis dalam penelitian ini adalah dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Ha : Ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada
pasien diabetes melitus tipe II di Puskesmas II Denpasar Barat.
28

Ho : Tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat


pada pasien diabetes melitus tipe II di Puskesmas II Denpasar Barat.
C. Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terikat.
1. Variabel Bebas (Independen)
Variabel bebas atau disebut juga independent variable adalah
variabel yang menyebabkan adanya suatu perubahan terhadap variabel
lainnya (Swarjana. 2015). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
dukungan keluarga.
2. Variabel Terikat (Dependen)
Variabel terikat atau disebut juga dependent variable adalah variabel
yang mengalami perubahan sebagai akibat dari perubahan variabel bebas.
Variabel terikat adalah variabel yang dikenal sebagai akibat (effect) adalah
variabel yang berubah akibat dari perubahan variabel yang lain (Swarjana.
2015). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepatuhan minum obat.
3. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel adalah fenomena observasional yang
memungkinkan peneliti untuk mengujinya secara empiris apakah outcome
yang diprediksi tersebut benar atau salah (Thomas et al., 2010 dalam
Swarjana, 2015). Variabel yang diteliti dibedakan ke dalam dua kategori,
yang pertama yaitu variabel bebas atau independent variable (variabel
berpengaruh) adalah dukungan keluarga dan variabel terikat atau dependent
variabel (variabel terikat) yaitu kepatuhan minum obat. Definisi operasional
variabel, skala pengukuran, cara dan hasil pengukuran variabel dalam
penelitian ini dijabarkan untuk memberikan batasan yang operasional, untuk
menghindari kerancuan pengukuran, analisis dan kesimpulan. Adapun
definisi operasional dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut :
29

Tabel 3.1 : Definisi Operasional Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan


Minum Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas II
Denpasar Barat.

Variabel Definisi Operasional Cara dan Alat Hasil Pengukuran Skala


Pengumpulan Data Ukur
Variabel Bentuk dukungan yang Kuesioner Henserling Rentang skor 25-100: Ordinal
Independen diberikan oleh keluarga Diabetes Family Support a. Semakin tinggi nilai
: Dukungan terhadap penderita Scale (HDFSS) dengan yang didapatkan
Keluarga diabetes melitus tipe II skala likert yang terdiri mengartikan bahwa
meliputi : dari 25 pernyataan. semakin baik
a. Dukungan informasi a) Pernyataan dukungan keluarga
b. Dukungan Favourable/positif pada klien DM tipe
penghargaan/penilaia 1) Selalu = 4 II.
n 2) Sering = 3 b. Semakin rendah
c. Dukungan 3) Jarang = 2 nilai yang
instrumental 4) Tidak Pernah = 1 didapatkan
d. Dukungan emosional b) Pernyataan mengartikan bahwa
kepercayaan untuk Unfavourable/negatif semakin buruk
melakukan 1) Tidak pernah = 4 dukungan keluarga
pengobatan pada 2) Jarang = 3 pada klien DM tipe
penderita diabetes 3) Sering = 2 II.
melitus tipe II. 4) Selalu = 1 Selanjutnya total skor
tiap responden
dikategorikan sebagai
berikut :
a) Dukungan keluarga
buruk = 25 - 62
b) Dukungan keluarga
baik = 63 – 100
30

Variabel Definisi Operasional Cara dan Alat Hasil Pengukuran Skala


Pengumpulan Data Ukur
Variabel Kepatuhan pasien DM Kuesioner kepatuhan Rentang skor 0 - 8 : Ordinal
Dependen : tipe II terhadap edukasi penggunaan obat a. Semakin rendah
Kepatuhan yang diberikan. Deskripsi MMAS-8 menggunakan skor, maka semakin
Minum hasil pengukuran tingkat skala Guttman dan skala rendah kepatuhan
Obat kepatuhan atau likert dengan jumlah 8 minum obat.
kedisiplinan yang telah butir pernyataan. b. Semakin tinggi skor,
diterapkan pasien DM Pernyataan no 1 – 7 maka semakin tinggi
tipe II dalam hal menggunakan skala kepatuhan minum
mengkonsumsi obat- Guttman dan pernyataan obat.
obatan yang sudah no 8 menggunakan skala
Selanjutnya total skor
diresepkan. likert.
dari semua item
a. Untuk pernyataan
pernyataan MMAS-8
positif (5)
dikategorikan sebagai
Ya = 1
berikut :
Tidak = 0.
1. Kepatuhan Tinggi
b. Pernyataan negatif
(8)
(1, 2, 3, 4, 6, 7, dan 8)
2. Kepatuhan Sedang
1) Pernyataan no. 1, 2, 3,
(7 atau 6)
4, 6, dan 7.
3. Kepatuhan Rendah
Ya = 0
(6) (Tan, C. dkk.,
Tidak = 1.
2016).
2) Pernyataan 8
Tidak pernah = 1
Sesekali = 0,75
Kadang-kadang = 0,5
Biasanya = 0,25
Selalu/Sering= 0
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini memberikan kerangka kerja untuk mengumpulkan
serta menganalisa data. Pemilihan desain riset merefleksikan tentang prioritas
yang akan memberikan berbagai dimensi dalam proses penelitian, termasuk
menghubungkan adanya sebab akibat dari variabel-variabel penelitian
(Swarjana, 2015). Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
penelitian analitik korelatif, dengan metode pendekatan cross-sectional. Desain
penelitian analitik korelatif merupakan penelitian yang menghubungkan
variabel satu dan variable lainnya, selanjutnya diuji secara statistik (uji
hipotesis) atau dikenal dengan uji korelasi yang menghasilkan koefisien
korelasi (Swarjana, 2015). Metode pendekatan cross sectional merupakan
penelitian yang pada tahap pengumpulan data dilakukan pada satu titik waktu
(at one point in time), fenomena yang diteliti adalah selama satu periode
pengumpulan data (Swarjana, 2015). Pada penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada
pasien diabetes melitus tipe II di Puskesmas II Denpasar Barat.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas II Denpasar Barat.
Dilaksanakan di Puskesmas II Denpasar Barat karena menurut data (Dinkes
kota, 2020) menyatakan Puskesmas II Denpasar Barat menduduki urutan
pertama terbanyak jumlah pasien diabetes melitus. Sehingga saya tertarik
untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum
obat pada pasien diabetes melitus tipe II di Puskesmas II Denpasar Barat.
2. Waktu Penelitian
Pengurusan izin penelitian pada bulan Maret sampai April.
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti pada tanggal 21 April 2023 - 6
Mei 2023.

31
32

C. Populasi-Sampel-Sampling
1. Populasi
Populasi adalah kumpulan dari individu atau objek atau fenomena
yang secara potensial dapat diukur sebagai bagian dari penelitian (Mazhindu
and Scot, 2005 dalam Swarjana, 2015). Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah seluruh pasien yang terdiagnosa diabetes melitus tipe
II yang mengkonsumsi obat tablet metformin dan glimiperid yang berada
di Puskesmas II Denpasar Barat dengan jumlah 4.983 responden.
2. Sampel
Sampel adalah kumpulan individu atau objek yang dapat diukur yang
mewakili populasi. Sampel yang diambil hendaknya sampel yang dapat
mewakili populasi (Mazhindu and Scot, 2005 dalam Swarjana, 2015).
a. Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien diabetes militus tipe 2
yang mengkonsumsi obat tablet metformin dan glimiperid di
Puskesmas II Denpasar Barat. Berikut merupakan pengukuran besar
sampel dengan Slovin (Swarjana, 2022).

𝑁
𝑛 =
(1 + 𝑁𝑒 2 )

Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Besar sampel
e = Batas kesalahan yang di kehendaki atau batas kesalahan toleransi
(e = 0,1).
Jumlah populasi dalam penelitian ini berjumlah 4.983 orang, maka
untuk mengetahui besar sampel dalam penelitian dapat dihitung dengan
sebagai berikut :
33

4983
𝑛 =
(1 + 4983 (0,1)2 )

4983
𝑛 =
1 + 4983 (0,01)

4983
𝑛 =
51

𝑛 = 98
Berdasarkan perhitungan dengan rumus Slovin, didapatkan besar
sampel sebanyak 98 responden. Hasil tersebut ditambahkan 15% untuk
menghindari dropout, sehingga jumlah yang didapatkan yaitu:

𝑛 = 98 + 15%
𝑛 = 113
Jadi, jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 113 responden.
b. Kriteria sampel
a) Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari
suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti (Nursalam,
2017). Sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel
dalam penelitian ini memiliki kriteria inklusi yaitu :
1) Penderita diabetes melitus tipe II yang mengkonsumsi obat
tablet metformin dan glimiperid di Puskesmas II Denpasar
Barat.
2) Penderita dapat membaca dan menulis.
3) Penderita diabetes melitus tipe II yang bersedia menjadi
responden dan telah menandatangani informed consent.
34

b) Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan
subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai
sebab (Nursalam, 2017). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu:
1) Pasien yang menggunakan injeksi insulin.
2) Pasien yang tidak dirawat oleh keluarganya.
3) Pasien DM tipe II yang memiliki penyakit lain, seperti;
hipertensi, stroke, dll.
3. Sampling
Sampling adalah sebuah strategi yang digunakan untuk memilih
elemen atau bagian dari populasi atau proses untuk memilih elemen
populasi untuk diteliti. Tujuan dari sampling adalah untuk melakukan
generalisir terhadap keseluruhan populasi penelitian (Swarjana, 2015).
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-
probability sampling yaitu dengan cara convinience sampling. Teknik
convinience sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
menetapkan sampel dengan mencari subjek atas dasar hal-hal yang
menyenangkan atau mengensankan peneliti. Teknik convinience sampling
yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan cara peneliti kebetulan
menemukan pasien diabetes melitus tipe II yang sesuai dengan kriteria
inklusi, peneliti langsung menetapkan subjek tersebut untuk dilakukan
pengambilan data sampai jumlah sampel yang dibutuhkan terpenuhi serta
berdasarkan waktu pengumpulan data yang diperlukan. Dalam penelitian ini
aplikasi teknik convenience sampling untuk memenuhi target minimal
sampel penelitian yaitu 113 responden. Pengambilan sampel berdasarkan
kriteria inklusi dengan penderita diabetes melitus tipe II di Puskesmas II
Denpasar Barat.
35

D. Pengumpulan Data
1. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini dibutuhkan data yang akurat, karena data yang
didapatkan akan mempengaruhi hasil penelitian (Swarjana, 2015). Adapun
metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan
kuesioner. Kuesioner variabel dukungan keluarga menggunakan skala likert
dan kuesioner kepatuhan minum obat menggunakan kuesioner MMAS-8
(Morisky Medication Adherence Scale). Kuesioner diisi oleh responden
setelah diberikan penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian, serta
menandatangani lembar permohonan menjadi responden dan lembar
persetujuan menjadi responden (informed concent).
2. Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, alat pengumpulan data yang digunakan adalah
kuesioner dukungan keluarga menunggunak kuesioner Henserling Diabetes
Family Support Scale (HDFSS) dengan skala likert dan kuesioner
kepatuhan minum obat menggunakan kuesioner MMAS-8 (Morisky
Medication Adherence Scale). Alat pengumpulan data dalam penelitian ini
dijabarkan sebagai berikut :
a. Data Demografi Responden
Kuesioner berisikan tentang identitas responden, meliputi nama
(inisial), umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan.
b. Kuesioner Dukungan Keluarga
Kuesioner Henserling Diabetes Family Support Scale (HDFSS)
pemiliknya atas nama (Hensarling, 2009). Kuesioner HDFSS mencakup
4 dimensi yaitu dukungan informasi terdiri dari 3 item (pernyataan
nomor 1, 2, 3), dukungan emosional 8 item (pernyataan nomor 4, 5, 6,
7, 8, 9, 10, 11), dukuang penghargaan 7 item (pernyataan nomor 12, 13,
14, 15, 16, 17, 18), dan dukungan instrumentas 7 item (pernyataan
nomor 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25). Kuesioner Henserling Diabetes
Family Support Scale (HDFSS) merupakan skala likert yang terdiri dari
25 pernyataan dengan alternatif jawaban untuk pernyataan positif
36

meliputi selalu : 4, Sering : 3, Jarang : 2, Tidak pernah : 1, sedangkan


untuk pernyataan negatif yaitu selalu : 1, Sering : 2, Jarang : 3, Tidak
pernah : 4. Skor terendah adalah 25 dan skor tertinggi 100. Semakin
tinggi nilai yang didapatkan mengartikan bahwa semakin baik dukungan
keluarga pada klien DM tipe II.
c. Kuesioner Kepatuhan Minum Obat
Kuesioner ini diambil dari jurnalnya Srikartika., dkk (2016) yang
sudah diterjemahkan dalam bahasa indonesia. Pada kuesioner kepatuhan
penggunaan obat menggunakan kuesioner MMAS-8 (Morisky
Medication Adherence Scale) yang menggunakan skala Guttman dan
skala Likert dan terdiri dari 8 item pernyataan dengan 5 item pilihan
jawaban. Nilai akhir MMAS-8 menunjukkan responden “Kepatuhan
tinggi”, nilai akhir 7 atau 6 menunjukkan responden “Kepatuhan
sedang” dan nilai akhir 6 menunjukkan responden “Kepatuhan rendah”
dalam penggunaan obat. Pada pernyataan nomor 8 terdapat lima pilihan
jawaban yaitu; Tidak pernah (nilai = 1), Sesekali (nilai = 0,75), Kadang-
kadang (nilai = 0,5), Biasanya (nilai = 0,25), dan Selalu/sering (nilai =
0). Pernyataan positif jawaban Ya = 1 dan Tidak = 0, sedangkan
pernyataan negatif jawaban Ya = 0 dan Tidak = 1.
d. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui alat ukur yang digunakan
sudah valid atau tidak. Uji validitas adalah derajat di mana instrument
mengukur apa yang seharusnya diukur, yang dapat dikategorikan
menjadi logikal (face validity), content validity, criterion, dan construct
validity (Swarjana, 2015). Kuesioner yang digunakan sudah
menggunakan kuesioner baku yang sudah di validitas sebelumnya.
1) Kuesioner Dukungan Keluarga
Kuesioner Hensarling Diabetes Family Support Scale
(HDFSS) yang dikembangkan oleh Hensarling (2009) mengatakan
pengujian awal kuesioner ada 29 item pernyataan, kemudian
dikembangkan dalam studi percobaan yang dilakukan oleh enam
37

reviewer untuk di evaluasi dan masukan, sehingga menjadi 25 item


pernyataan dengan content validity indeks (CVI) adalah 1,00. Hasil
uji validitas yaitu total correlations ranging adalah r = 0,31 - 0,93
dengan r tabel = 0,58.
2) Kuesioner Kepatuhan Minum Obat
Dalam jurnal Srikartika., dkk (2016) mengatakan kuesioner
kepatuhan penggunaan obat MMAS-8 telah tervalidasi. Kuesioner
ini sudah diterjemahkan dalam versi bahasa Indonesia. Validitas
kuesioner MMAS-8 diujikan kepada 30 responden, dan berdasarkan
hasil uji validitas kuesioner MMAS-8 diperoleh hasil bahwa untuk
item 1 sampai 8 memiliki nilai Rhitung lebih besar dari Rtabel
(Rhitung > 0,361), maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner
MMAS-8 yang terdiri dari 8 item pernyataan adalah semuanya valid.
e. Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan kemampuan dari alat ukur untuk
menghasilkan hasil yang sama ketika dilakukan pengukuran secara
berulang (Swarjana, 2015). Uji reliabilitas dalam penelitian ini
dilakukan setelah pengumpulan data.
1) Variabel dukungan keluarga dengan 25 item pernyataan dengan 4
pilihan jawaban yaitu selalu, sering, jarang dan tidak pernah. Nilai
Cronbach Alpha yang diperoleh sebesar 0,96 yang dimana
instrumen dinyatakan reliabel.
2) Variabel kepatuhan minum obat, berdasarkan nilai Reliability
Statistic kuesioner MMAS-8 yang terdiri dari 8 item pernyataan
menunjukkan bahwa nilai Cronbach Alpha sebesar 0,703 > 0,6.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan yang perlu diperhatikan adalah hal-hal sebagai
berikut :
1) Peneliti mempersiapkan materi dan konsep yang mendukung
penelitian.
38

2) Peneliti menyusun proposal yang telah disetujui oleh kedua


pembimbing.
3) Peneliti mengajukan surat izin Ethical Clearance di Komisi Etik
Institut Teknologi dan Kesehatan Bali (ITEKES BALI)
4) Peneliti telah mengajukan surat izin penelitian ditandatangani oleh
Rektor ITEKES Bali yang akan di serahkan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kota Denpasar dengan nomor surat DL.
02.02.1127.TU.III.2023.
5) Peneliti mendapatkan izin dari Dinas Kesehatan Kota Denpasar
dengan nomor surat 070 / 2814 / Dinkes.
6) Peneliti mendapatkan izin penelitian dari Kepala Puskesmas II
Denpasar Barat dan telah disetujui untuk melakukan penelitian,
diberikan surat rekomendasi dengan nomor surat 070 / 646 / Pusk.
II D. B
7) Peneliti mempersiapkan lembar persetujuan untuk menjadi
responden (informed consent).
8) Peneliti menyiapkan alat-alat yang digunakan dalam penelitian yaitu
form demografi, kuesioner dukungan keluarga, dan kuesioner
kepatuhan minum obat.
b. Tahap Pelaksanaan
Setelah izin untuk melakukan study pendahuluan dan beberapa hal
telah dipersiapkan, dilanjutkan ke tahap pelaksanaan yaitu :
1) Peneliti menentukan sampel dengan jumlah sampel sebanyak 113
responden.
2) Peneliti menentukan sampling dengan teknik non-probability
sampling dengan pendekatan consecutive sampling yaitu peneliti
datang langsung ke Puskesmas II Denpasar Barat yang dipilih sesuai
kriteria tertentu.
3) Peneliti mengikuti kegiatan Paguyuban untuk pasien diabetes yang
dilaksanakan di Puskesmas II Denpasar Barat pada tanggal 21 Apri
2023 dan 6 Mei 2023.
39

4) Peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan manfaat dan tujuan


penelitian. Apabila bersedia menjadi responden, calon responden
wajib menandatangani informed consent.
5) Peneliti memberikan kuesioner yang berisikan pernyataan mengenai
demografi responden, dukungan keluarga, dan kepatuhan minum
obat.
6) Peneliti menjelaskan kepada responden agar responden mengisi atau
menjawab kuesioner sesuai dengan petunjuk pengisian.
7) Setelah responden selesai mengisi kuesioner, selanjutnya peneliti
mengumpulkan kuesioner yang telah dijawab oleh responden dan
memeriksa kelengkapan jawaban dari masing-masing pernyataan.
8) Peneliti mengucapkan terima kasih kepada responden karena telah
bersedia mendukung penelitian ini dan meluangkan waktunya.
9) Selanjutnya setelah data terkumpul, peneliti melakukan pengolahan
dan analisa data.
E. Rencana Analisa Data
Rencana analisa data adalah salah satu tahapan penelitian yang sangat
penting yang harus dikerjakan dan dilihat oleh seorang peneliti. Analisa data
yang tepat akan mendapatkan data yang akurat (Swarjana, 2015).
1. Teknik Pengolahan Data
Menurut Swarjana (2015) langkah-langkah dalam proses pengolahan data
adalah sebagai berikut :
a. Editing
Editing merupakan pengecekan atau memeriksa kembali kebenaran
data yang diperoleh atau dikumpulkan melalui instrumen penelitian.
Peneliti melakukan pemeriksaan data antara lain kesesuaian jawaban
dan kelengkapan pengisian lembar kuesioner ketika data telah
terkumpul. Dalam proses editing ini, tidak dilakukan penggantian atau
penafsiran jawaban.
40

b. Coding
Coding merupakan pemberian kode numerik (angka) terhadap data
yang terdiri dari beberapa kategori. Peneliti mengklasifikasikan jawaban
yang ada menurut macamnya. Pada penelitian ini, peneliti
mengklasifikasikan kode pada karakteristik responden berdasarkan:
1) Karakteristik berdasarkan jenis kelamin
a) Kode 1 untuk laki – laki
b) Kode 2 untuk perempuan
2) Karakteristik berdasarkan pendidikan
a) Kode 1 untuk Tidak Sekolah
b) Kode 2 untuk SD
c) Kode 3 untuk SMP
d) Kode 4 untuk SMA/SMK
e) Kode 5 untuk Perguruan Tinggi
3) Karakteristik berdasarkan pekerjaan
a) Kode 1 untuk Pegawai Negeri Sipil
b) Kode 2 untuk Karyawan Swasta
c) Kode 3 untuk Wiraswasta
d) Kode 4 untuk Ibu Rumah Tangga
e) Kode 5 untuk TNI/POLRI
f) Kode 6 untuk Petani
g) Kode 7 untuk Buruh
h) Kode 8 untuk Pensiun
i) Kode 9 Pekerjaan lainnya
4) Kuesioner Dukungan Keluarga
a) Kode 1 untuk dukungan keluarga buruk (25 – 62)
b) Kode 2 untuk dukungan keluarga baik ( 63 - 100)
5) Kuesioner Kepatuhan Minum Obat
a) Kode 1 untuk Kepatuhan Tinggi (Skor 8)
b) Kode 2 untuk Kepatuhan Sedang (Skor 7 atau 6)
c) Kode 3 untuk Kepatuhan Rendah (Skor 6)
41

c. Entry Data
Data yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang
dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukan ke dalam program
atau “software” komputer. Software komputer ini bermacam-macam,
masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Salah satu
paket program yang sering digunakan untuk “entri data” penelitian
adalah paket program SPSS for window (Notoatmodjo, 2018).
d. Tabulating
Tabulating dalam penelitian ini yaitu pembuatan tabel data sesuai
dengan tujuan yang diinginkan peneliti, lalu data yang dientry
dicocokkan dan diperiksa kembali.
e. Cleaning
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-
kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan
sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini
disebut pembersihan data atau data cleaning (Notoatmodjo, 2018).
2. Teknik Analisa Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa
univariat dan bivariat.
a. Analisa Univariat
Analisa univariat merupakan analisis data yang paling sederhana
(Swarjana, 2016). Analisis data yang digunakan adalah descriptive
statistic yang bertujuan untuk mencari distribusi frekuensi dan proporsi.
Beberapa perhitungan descriptive statistic meliputi nilai terbesar
(maksimum), nilai terkecil (minimum), range (perbedaan nilai terbesar
dan nilai terkecil dari frekuensi distribusi), dan central tendency yang
mencakup tiga perhitungan yaitu mean (nilai rata-rata), median (nilai
tengah), modus (nilai yang paling sering muncul) (Swarjana, 2015).
Hasil analisis yang didapatkan yaitu identifikasi hubungan dukungan
keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien diabetes melitus
42

tipe II. Variabel yang diteliti pada analisa univariat ini adalah dukungan
keluarga dan kepatuhan minum obat.
Untuk variabel dukungan keluarga jumlah pernyataan yaitu 25
pernyataan (24 pernyataan positif dan 1 pernyataan negatif) dengan
menggunakan skala Likert dengan empat pilihan jawaban yaitu selalu,
sering , jarang, dan tidak pernah. Pada pernyataan positif (+) dengan
empat pilihan jawaban berupa selalu dengan skor 4, sering dengan skor
3, jarang dengan skor 2, tidak pernah dengan skor 1. Pada pernyataan
negatif (-) dengan empat pilihan jawaban berupa selalu dengan skor 1,
sering dengan skor 2, jarang dengan skor 3, tidak pernah dengan skor 4.
Kemudian semua skor yang diperoleh dijumlahkan. Persepsi dukungan
keluarga buruk bila skor atau nilai 25 - 62, sedangkan persepsi dukungan
keluarga baik bila skor atau nilai 63 – 100. Variabel kepatuhan minum
obat menggunakan kuesioner kepatuhan penggunaan obat MMAS-8
yang terdiri dari 8 item pernyataan dengan pernyataan no. 1 – 7
menggunakan skala Guttman dan pernyataan no. 8 menggunakan skala
likert. Pernyataan no. 1 – 7 pilihan jawabannya ya atau tidak, sedangkan
pernyataan no. 8 pilihan jawabannya tidak pernah dengan nilai 1,
sesekali dengan nilai 0,75, kadang – kadang dengan nilai 0,5, biasanya
dengan nilai 0,25, dan selalu/sering dengan nilai 0. Persepsi kepatuhan
tinggi dengan skor 8, kepatuhan sedang dengan skor 7 atau 6,
kepatuhan rendah dan skor 6.
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat merupakan analisa data yang terkait dengan
pengukuran dua variabel pada waktu tertentu (Swarjana, 2016). Analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik inferensial. Analisa
bivariat pada penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan
dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien diabetes
melitus tipe II di Puskesmas II Denpasar Barat. Dalam penelitian ini,
dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov
Smirnov, didapatkan hasil distribusi tidak normal yaitu p < 0,05
43

sehingga menggunakan uji alternatif yaitu uji non parametrik spearman


rho (Dahlan, 2009; Nursalam, 2015).
1) Analisa Koefisien Korelasi
Analisis koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui arah
dan kuatnya hubungan antar dua variabel atau lebih. Arah
dinyatakan dalam bentuk hubungan positif dan negatif, sedangkan
kuat atau lemahnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien
korelasi (Sugiyono, 2018).
Koefisien korelasi (r) menunjukkan derajat korelasi antara
variabel independen dan variabel dependen. Nilai koefisien korelasi
harus terdapat dalam batas-batas -1 hingga +1 (-1< r ≤ +1) yang
menghasilkan beberapa kemungkinan, antara lain sebagai berikut :
Koefisien korelasi mempunyai nilai -1 ≤ r ≤ +1 dimana:
a) Apabila r = +1, maka korelasi antara kedua variabel dikatakan
sangat kuat dan searah, artinya jika X naik sebesar 1 maka Y
juga akan naik sebesar 1 atau sebaliknya.
b) Apabila r = 0, maka hubungan antara kedua variabel sangat lebar
atau tidak ada hubungan sama sekali.
c) Apabila r = -1, maka korelasi antara kedua variabel sangat kuat
dan berlawanan arah, artinya apabila X naik sebesar 1 maka Y
akan turun sebesar 1 atau sebaliknya.
Untuk memberikan interpretasi koefisien korelasinya maka
penulis menggunakan pedoman sebagai berikut:
Tabel 4.1: Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono (2018:274)
44

F. Etika Penelitian
Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat
penting dalam penelitian. Sebelum mengajukan penelitian, peneliti harus
mengajukan surat study pendahuluan yang ditandatangani oleh Rektor ITIKES
Bali agar dapat disampaikan ke Puskesmas II Denpasar Barat.
Menurut Swarjana (2015) beberapa etika penelitian yang harus diperhatikan
adalah :
1. Informed Consent
Informed consent berarti partisipan mempunyai informasi yang
adekuat tentang penelitian, mampu memahami informasi, bebas
menentukan pilihan, memberikan kesempatan pada mereka untuk ikut atau
tidak dalam berpartisipasi dengan memberikan lembar persetujuan untuk
menjadi responden. Tujuan yaitu agas subjek mengerti maksud dan tujuan
penelitian serta mengetahui dampaknya. Jika responden bersedia maka
harus menandatangani lembar persetujuan, jika responden tidak bersedia
maka peneliti harus menghormati hak responden. Terdapat beberapa
informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut adalah partisipasi
pasien, tujuan penelitian, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur
pelaksanaan, potensial masalah yang akan diteliti, manfaat dan kerahasiaan.
Dalam penelitian ini respon dengan teliti menanyakan apa maksud dan
tujuan dari penelitian ini, setelah mendapatkan jawaban dari peneliti
responden menyetujui dan menandatangani lembar persetujuan untuk
menjadi responden.
2. Anonymity (tanpa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan kepada responden dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembaran alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
akan disajikan. Dalam penelitian ini di minta agar responden memberikan
nama inisial di data umum untuk menjaga privasi responden dalam
menjawab pernyataan di kuesioner tersebut.
45

3. Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika yang memberikan jaminan
kerahasiaan hasil peneliti baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh
peneliti, karena hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil riset. Data penelitian ini akan disimpan, diolah dan hanya dapat diakses
oleh peneliti dan akan dimusnahkan jika proses penelitian ini dinyatankan
telah selesai, dengan waktu minimal lima tahun setelah penelitian.

Anda mungkin juga menyukai