FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2023
SKRIPSI
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN
KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN DIABETES
MELITUS TIPE II DI PUSKESMAS II DENPASAR BARAT
Diajukan Oleh :
GORDIANA EFRA MARNI
1914201071
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2023
ii
iii
iv
v
vi
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan
Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Diabetes Melitus
Tipe II Di Puskesmas II Denpasar Barat”.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan,
pengarahan, dan bantuan dari semua pihat sehingga skripsi ini bisa diselesaikan
tepat pada waktunya. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp.,M.Ng.,Ph.D selaku Rektor Institut
Teknologi dan Kesehatan Bali yang telah memberikan izin dan kesempatan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Ns. Ni Luh Putu Dina Susanti., S.Kep., M.Kep selaku Wakil Rektor I
yang telah yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis
menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Ns. I Ketut Alit Adianta, S.Kep., MNS selaku Wakil Rektor II yang
telah yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis
menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Ns. Ni Putu Kamaryati, S.Kep.,MNS selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Institut Teknologi dan Kesehatan Bali sekaligus pembimbing I yang telah
memberikan dukungan moral dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu A.A Ayu Yuliati Darmini, S.Kep.,Ns.,MNS selaku Ketua Program Studi
Sarjana Keperawatan Institut Teknologi dan Kesehatan Bali sekaligus penguji
I yang telah memberikan dukungan moral kepada penulis.
6. Ibu Ns. Ni Made Manik Elisa Putri, S.Kep.,M.S selaku pembimbing II yang
juga telah banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam penyelesaian
skripsi ini.
viii
7. Ibu Ns. Sri Dewi Megayanti, S.Kep.,M.Kep.Sp.MB selaku wali kelas B S1
Keperawatan Tingkat IV yang memberikan dukungan moral dan perhatian
kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
8. Ibu Dr. Lanawati, M. Kes selaku kepala Puskesmas II Denpasar Barat yang
telah memberikan izin untuk melakukan pengumpulan data di Puskesmas II
Denpasar Barat.
9. Seluruh keluarga tercinta terutama Bapak Fransiskus Naba, Mama Paulina
Hertin, dan adik - adik yang telah banyak memberikan dukungan serta
dorongan moral sehingga terselesaikannya skripsi ini.
10. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih belum sempurna,
untuk itu penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya konstruktif untuk
kesempurnaan skripsi ini.
Penulis
ix
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN
MINUM OBAT PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI
PUSKESMAS II DENPASAR BARAT
ABSTRAK
Latar Belakang. Data Dinas Kesehatan Provinsi Bali menyatakan pada tahun 2020 jumlah
penderita diabetes melitus di Bali sebanyak 52.282. Peningkatan prevalensi kasus diabetes
melitus dipengaruhi oleh ketidakpatuhan pasien mengkonsumsi obat dan kurangnya dukungan
keluarga menyebabkan pasien lupa kapan harus minum obat dan kapan harus mengontrol gula
darah. Tujuan. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat
pada pasien diabetes melitus tipe II di Puskesmas II Denpasar Barat. Metode. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian analitik korelatif dengan pendekatan cross – sectional dengan
sampel penelitian sebanyak 113 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode
secara convenience sampling. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner dukungan
keluarga yaitu kuesioner Hersering Diabetes Family Support Scare (HDFSS), sedangkan
kuesioner kepatuhan minum obat menggunakan kuesioner Morisky Medication Adherence Scare
(MMAS-8). Data dianalisis menggunakan uji Spearman’s Rho. Hasil. Penelitian ini menunjukan
bahwa dukungan keluarga dalam kategori baik sebanyak 113 (100%) responden dengan
kepatuhan minum obat dalam kategori tinggi sebanyak 73 (64,6%) responden. Berdasarkan
analisa statistik menggunakan uji Spearman’s Rho didapatkan hasil ada hubungan yang
signifikasi dengan kolerasi positif antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada
pasien diabetes melitus tipe II dengan (r = 0,447, p < 0,001). Simpulan. Semakin baik dukungan
keluarga, maka semakin tinggi kepatuhan minum obat pada diabetes melitus tipe II. Diharapkan
kepada keluarga mampu mengawasi dan mengingatkan pasien untuk patuh dalam mengkonsumsi
obat, sehingga kadar gula darah pasien stabil atau normal.
Kata Kunci : Diabetes Melitus Tipe II, Dukungan Keluarga, Kepatuhan Minum Obat.
x
THE CORRELATION BETWEEN FAMILY SUPPORT AND MEDICATION
ADHERENCE IN PATIENTS WITH DIABETES MELLITUS TYPE II
AT PUBLIC HEALTH CENTER II WEST DENPASAR
ABSTRACT
Background: Data from the Bali Provincial Health Office in 2020 stated that the number of
people with diabetes mellitus in Bali was 52.282. The increase of diabetes mellitus prevalence
cases is influenced by patient non-adherence in taking medication and lack of family support
which causes patients to forget when to take medication and when to control blood sugar.
Purpose: To determine the correlation between family support and medication adherence in
patients with diabetes mellitus type II at Public Health Center II West Denpasar. Method: This
study employed analytic correlation study with cross-sectional approach. There were 113
respondents recruited as sample of the study which were selected by using convenience sampling.
The data of family support were collected by using Hersering Diabetes Family Support Scare
(HDFSS) and data of medication adherence were collected by using Morisky Medication
Adherence Scare (MMAS-8). The data were analyzed by using Spearman’s Rho. Result: The
finding showed that there were 113 respondents (100%) had good family support and there were
73 respondents (64.6%) had good medication adherence. There was a significant correlation
between family support and medication adherence in patients with diabetes mellitus type II (r =
0,447, p < 0,001). Conclusion: The better the family support, the higher the medication
adherence in patients with diabetes mellitus type II. It is expected that the family will be able to
monitor and remind patients to be obedient in taking the medicine, so that the blood sugar levels
are stable or normal.
xi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..........................................................................................................x
xii
C. Konsep Keluarga ......................................................................................17
B. Hipotesis ..................................................................................................27
C. Populasi-Sampel-Sampling ......................................................................32
xiii
D. Keterbatasan Penelitian............................................................................63
A. Simpulan ..................................................................................................65
B. Saran ........................................................................................................65
LAMPIRAN .....................................................................................................72
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum
Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II........................................................28
Tabel 4.1 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi..........................42
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, dan
Pekerjaan pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas II Denpasar
Barat.(n=113)....................................................................................................46
Tabel 5.2 Analisa Masing-Masing Pernyataan Dukungan Keluarga pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe II Di Puskesmas II Denpasar Barat (n=113).................................47
Tabel 5.3 Distribusi Kategori Dukungan Keluarga pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II
Di Puskesmas II Denpasar Barat (n=113).........................................................49
Tabel 5.4 Analisa Masing-Masing Pernyataan Kepatuhan Minum Obat pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas II Denpasar Barat
(n=113).............................................................................................................50
Tabel 5.5 Distribusi Kategori Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe
II Di Puskesmas II Denpasar Barat (n=113)....................................................51
Tabel 5.6 Tabel Silang Antara Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas II Denpasar
Barat.................................................................................................................52
Tabel 5.7 Uji Normalitas Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat
pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas II Denpasar
Barat.................................................................................................................52
Tabel 5.8 Kolerasi Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas II Denpasar
Barat.................................................................................................................53
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum
Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas II Denpasar
Barat...............................................................................................................25
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
DAFTAR SINGKATAN
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan
adanya hiperglikemia yang terjadi karena pankreas tidak mampu mensekresi
insulin, gangguan kerja insulin, ataupun keduanya. Dapat terjadi kerusakan
jangka panjang dan kegagalan pada berbagai organ seperti mata, ginjal, saraf,
jantung, serta pembuluh darah apabila dalam keadaan hiperglikemia kronis
(American Diabetes Association, 2020). Diabetes melitus kerap disebut sebagai
killer dan sering kali menimbulkan berbagai komplikasi bagi penderitanya.
Komplikasi yang disebabkan oleh diabetes melitus dapat mengenai hampir
seluruh organ tubuh dan dapat terjadi secara akut maupun kronis (Rahayu,
2018).
Secara klinis terdapat 2 tipe Diabetes Melitus (DM) yaitu diabetes melitus
tipe I dan diabetes melitus tipe II. Diabetes melitus tipe I disebabkan karena
kurangnya insulin secara absolut akibat proses autoimun sedangkan diabetes
melitus tipe II merupakan kasus terbanyak (90-95% dari seluruh kasus diabetes)
yang umumnya mempunyai latar belakang kelainan diawali dengan resistensi
insulin. Diabetes melitus tipe II berlangsung lambat dan progresif, sehingga
tidak terdeteksi karena gejala yang dialami pasien sering bersifat ringan seperti
kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yg lama sembuh. Berbagai
komplikasi karena diabetes dapat terjadi pada semua sistem tubuh, misalnya
saraf, jantung, pembuluh darah, ginjal, mata dan otak. Kalau tidak ditangani
dengan cepat maka akan berdampak kematian (Arif, 2019).
International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan penderita
Diabetes melitus di dunia pada tahun 2019 sebesar 9,3% (483 juta) orang pada
usia 20-79 tahun, angka prevalensi diprediksi terus meningkat hingga mencapai
578 juta orang pada tahun 2030 dan 700 juta orang pada tahun 2045. Pada tahun
2019 Cina, India, dan Amerika Serikat menempati urutan tiga teratas dengan
jumlah penderita 116,4 juta, 77 juta, dan 31 juta orang. Menurut International
1
2
Diabetes Federation (IDF) tahun 2011, jika perkembangan diabetes melitus tipe
II terus terjadi, maka di tahun 2030, diperkirakan sebanyak 497 juta orang di
dunia akan mengalami Diabetes melitus tipe II.
Penyakit diabetes melitus tipe II adalah masalah kesehatan yang besar. Hal
ini dikarenakan adanya peningkatan jumlah penderita diabetes melitus tipe II
dari tahun ke tahun yang disebabkan karena peningkatan jumlah populasi, usia,
prevalensi obesitas dan penurunan aktivitas fisik (WHO, 2016). Menurut
International Diabetes Federation (IDF, 2021), diabetes mempengaruhi sekitar
537 juta orang berusia 20-79 tahun. Populasi diabetes secara global
diperkirakan akan meningkat menjadi 643 juta pada tahun 2030 dan 783 juta
pada tahun 2045. Diabetes yang tidak terdiagnosis mempengaruhi hampir 1 dari
2 orang dewasa. Diabetes tipe 1 mempengaruhi lebih dari 1,2 juta bayi dan
remaja berusia 0-19 tahun. Sedangkan, sebanyak 541 juta orang berisiko lebih
tinggi terkena diabetes tipe II.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018), jumah penderita DM
tipe II di Indonesia yaitu + 12.191.564 jiwa, jumlah kasus diabetes melitus tipe
II diprediksi akan terus meningkat, dan juga diabetes melitus tipe II penyebab
kematian nomor 10. Secara spesifik, prevalensi kasus DM di Indonesia
meningkat dari 5,7 % menjadi 6,5% dalam 7 tahun dan sekitar 90% dari
keseluruhan kasus diabetes melitus adalah Diabetes Melitus Tipe II (DMT2).
Indonesia berada di peringkat ke -7 dengan jumlah penderita 10,7 juta orang.
Indonesia menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang memiliki
prevalensi tinggi, sehingga dapat diperkirakan besarnya kontribusi Indonesia
terhadap prevalensi kasus diabetes melitus di Asia tenggara (IDF, 2019).
Menurut data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Kota Denpasar (2017)
ditemukan bahwa diabetes melitus tipe 2 (usia> 40 tahun) merupakan urutan
ke-5 yang termasuk dalam 10 pola penyakit terbanyak di Puskesmas dengan
total 3.590 penderita. Berdasarkan dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali
didapatkan bahwa Kota Denpasar merupakan jumlah kunjungan penderita
diabetes melitus tertinggi ke dua di Bali tahun 2016. Menurut Dinas Kesehatan
Provinsi Bali (Dinkes Provinsi Bali, 2020), jumlah penderita diabetes melitus
3
di Bali tercatat sebanyak 52.282 orang. Salah satu Provinsi dengan jumlah
penderita diabetes melitus terbanyak di Bali adalah Denpasar dengan 14.353
kasus, disusul oleh Kabupaten Buleleng sebanyak 6.849 penderita, dan terakhir
Kabupaten Badung sebanyak 2.980 penderita. Pada tahun 2018, Kota Denpasar
memiliki 9.123 pasien dengan target penderita yang sudah mendapatkan
pelayanan sebanyak 2.312 orang. Kota Denpasar memiliki 11 Puskesmas yang
tersebar di empat kecamatan di Kota Denpasar. Puskesmas II Denpasar Barat
memiliki jumlah pasien diabetes melitus tertinggi dengan 2.173.06 pasien.
Kedua adalah Puskesmas I Denpasar Selatan dengan 2.048.01 pasien diabetes
mellitus. Peringkat ketiga adalah Puskesmas I Denpasar Barat dengan total
1.968.25 pasien (Dinkes Kota Denpasar, 2020).
Kurangnya dukungan keluarga akan mempengaruhi rutinitas penderita
diabetes melitus dalam mengkonsumsi obat. Kurangnya dukungan keluarga
menyebabkan penderita beranggapan sepele dan lupa kapan harus minum obat
dan kapan harus mengontrol gula darah. Dukungan keluarga seperti orang orang
di sekitar pasien (suami, istri, anak) yang turut serta memberikan informasi
mengenai pentingnya minum obat, memotivasi, mengawasi pasien dalam
minum obat juga mempengaruhi kepatuhan pasien untuk minum obat.
Kurangnya dukungan dapat mengurangi kepatuhan minum obat. Sertakan
keluarga terdekat untuk memantau cara minum obat yang benar dan pelajari
tentang efek penggunaan obat dapat membantu apabila terjadi kegawat -
daruratan diabetes yang mengancam nyawa (Arif, 2019).
Salah satu upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka komplikasi
diabetes melitus adalah dengan menggunakan empat pilar DM yaitu
perencanaan makan, latihan jasmani, pengobatan atau farmakologi, dan
edukasi. Salah satu parameter yang merupakan indikator keberhasilan
pengontrolan DM adalah pengobatan atau farmakologi (Arif, 2019). Segala
sesuatu yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan pengobatan, salah satunya
adalah kepatuhan minum obat. Kepatuhan adalah tingkat pasien melaksanakan
cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau oleh orang
lain. Kepatuhan penderita diabetes melitus dalam mengkonsumsi obat
4
yang tidak mendapatkan dukungan sama sekali (Gustianto dkk, 2019, dalam
Anggreani, 2022).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2021)
menunjukkan terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan
minum obat pasien DM, dimana sebagian besar pasien yang mendapat
dukungan keluarga patuh dalam meminum obat DM sebanyak 55 orang
(75,34%) dan sebagian kecil lainnya tidak patuh minum obat DM sebanyak 18
orang (24,66%). Sedangkan sebagian besar pasien yang tidak mendapat
dukungan keluarga tidak patuh dalam meminum obat DM sebanyak 23 orang
(85,19%) dan sebagian kecil lainnya patuh minum obat DM sebanyak 4 orang
(14,81%). Karena dukungan keluarga merupakan salah satu faktor terpenting,
sehingga dapat mempengaruhi kepatuhan pasien penderita DM untuk meminum
obat, dimana keluarga ini maupun keluarga besar berfungsi sebagai sebuah
sistem pendukung bagi anggota keluarganya.
Penelitian yang dilakukan oleh Damayanti (2021) menyatakan bahwa ada
55 orang (55%) menunjukkan kepatuhan minum obat rendah, kepatuhan minum
obat sedang sebanyak 27 orang (27%), dan kepatuhan minum obat yang tinggi
sebanyak 19 orang (19%). Sedangkan untuk dukungan keluarga rendah juga
sebanyak 53 orang (53%), dukungan keluarga sedang sebanyak 28 orang (28%)
dukungan keluarga yang tinggi sebanyak 19 orang (19%). Mayoritas dukungan
keluarga pada pasien diabetes melitus tipe II memiliki dukungan keluarga
kategori rendah yaitu (53%). Setelah melakukan study pendahuluan di
Puskesmas II Denpasar Barat didapatkan data penderita diabetes melitus tipe II
yang mengkonsumsi obat metformin dan glimiperid pada bulan Januari –
Desember tahun 2022 sebanyak 4.983 orang.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “
Hubungan Dukungan Keluarga dalam Kepatuhan Minum Obat pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas II Denpasar Barat”. Dengan harapan
adanya penelitian ini dapat meningkatkan semangat pasien untuk selalu patuh
dalam mengkonsumsi obat dan bagi keluarga agar selalu memberikan motivasi
pada pasien dengan membantu menyiapkan obat, dan selalu mengawasi pasien
6
saat minum obat (Damayanti et al, 2021). Kepatuhan pasien untuk meminum
obat memegang peranan sangat penting pada keberhasilan pengobatannya
untuk menjaga kadar glukosa darah dan tekanan darah dalam rentang normal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat dibuat rumusan
masalah dalam penelitian ini, yaitu “Apakah ada Hubungan Dukungan
Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe
II Di Puskesmas II Denpasar Barat?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan
kepatuhan minum obat pada pasien diabetes melitus tipe II di Puskesmas II
Denpasar Barat.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi dukungan keluarga kepada penderita diabetes melitus
tipe II dalam memberikan dorongan untuk mengkonsumsi obat.
b. Mengidentifikasi kepatuhan penderita diabetes melitus tipe II untuk
mengkonsumsi obat dengan teratur.
c. Menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum
obat pada pasien diabetes mellitus tipe II.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian dari pembahasan masalah tentang hubungan
dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien diabetes melitus
tipe II, sebagai berikut ;
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, dapat
bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia kesehatan, dan dapat
dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya berkaitan dengan diabetes
melitus tipe II.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pasien
7
8
9
c. Usia
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologi yang secara
drastis menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun dan muncul setelah
seseorang memasuki usia yang rawan, terutama setelah usia 45 tahun
pada mereka yang berat badan berlebih sehingga tubuhnya tidak peka
lagi terhadap insulin untuk metabolisme glukosa (Rendy, 2014 dalam
Dewiyanti, 2022).
d. Makanan
Seringnya mengkonsumsi makanan/ minuman manis akan
meningkatkan risiko kejadian DM tipe II karena meningkatkan
konsentrasi glukosa dalam darah. Riwayat pola makan yang kurang baik
juga menjadi faktor resiko penyebab yang tinggi terhadap terjadinya
DM pada wanita usia produktif. Makanan yang dikonsumsi diyakini
menjadi penyebab meningkatnya gula darah, perubahan diet, seperti
mengonsumsi makanan tinggi lemak menjadi penyebab terjadinya DM
(Rendy, 2014 dalam Dewiyanti, 2022).
e. Olahraga
Pada orang yang jarang berolahraga, zat makanan yang masuk ke
dalam tubuh tidak dikelola melainkan ditimbun tubuh sebagai lemak dan
gula, jika insulin tidak mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi
energi maka akan timbul penyakit diabetes melitus (Kemenkes RI,
2018).
Adapun beberapa penyebab diabetes melitus dari mulai jenis
kelamin yang mana pada perempuan lebih rentan mengalami diabetes
melitus. Diabetes melitus menunjukkan peningkatan dengan
bertambahnya umur penderita yang mencapai puncaknya pada usia 45-
79 tahun, semakin tinggi umur maka semakin besar resiko untuk
mengalami diabetes. Selain itu makanan dan aktivitas fisik sangat
berpengaruh pada diabetes melitus, jika penderita tidak patuh dengan
pola makan dan melakukan aktivitas fisik seperti olahraga maka akan
13
C. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2016) mendefinisikan
keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut Friedman
(2014) keluarga adalah sekumpulan orang yang bersama-sama bersatu
dengan melakukan pendekatan emosional dan mengidentifikasi dirinya
sebagian dari keluarga. Menurut Bakri (2017) keluarga secara universal
diartikan sebagai landasan dasar unit sosial ekonomi terkecil dari seluruh
institusi dalam warga.
2. Tipe Keluarga
Friedman (2014) mengatakan setiap keluarga memerlukan layanan
kesehatan yang mana pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan
perkembangan sosial masyarakat sehingga keluarga memiliki tipe-tipe agar
dapat mengembangkan derajat kesehatannya antara lainnya :
a. Keluarga Inti
Keluarga inti merupakan transformasi demografi dan sosial yang
paling signifikasi yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Ayah bekerja
untuk mencari nafkah dan ibu yang sebagai pengurus rumah tangga.
b. Keluarga Adopsi
Keluarga adopsi adalah suatu cara untuk membentuk keluarga
dengan cara menyerahkan tanggung jawab orang tua kandung kepada
orang tua adopsi secara sah dan saling menguntungkan satu sama lain.
Keluarga adopsi ini dilakukan karena berbagai alasan seperti pasangan
yang tidak dapat memiliki keturunan tapi ingin menjadi orang tua
sehingga mereka mengadopsi anak dari pasangan lain.
c. Keluarga Asuh
Keluarga asuh adalah suatu layanan yang diberikan untuk mengasuh
anaknya ketika keluarga kandung sedang sibuk dan keluarga asuh akan
memberikan keamanan dan kenyamanan pada anak. Anak yang diasuh
18
d. Dukungan Emosional
Dukungan emosional yaitu keluarga sebagai tempat yang aman dan
damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan
terhadap emosi.
3. Manfaat Dukungan Keluarga
Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuat
terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh
dari sakit, fungsi kognitif, fisik, dan kesehatan emosi. Di samping itu,
pengaruh positif dari dukungan sosial keluarga adalah pada penyesuaian
terhadap kejadian dalam hidup yang penuh dengan stres. Secara lebih
spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuat terbukti berhubungan
dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit dan di
kalangan kaum tua, fungsi kognitif, fisik, dan kesehatan emosi (Ryan dan
Austin dalam Friedman, 1998 dalam Marlinda, 2019).
4. Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga
Menurut Susanti (2013), efektivitas dukungan keluarga dipengaruhi
oleh beberapa hal diantaranya adalah faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor internal meliputi :
a) Tahap perkembangan yang artinya dukungan dapat ditentukan oleh
faktor usia dalam hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan,
dengan demikian setiap rentang usia memiliki pemahaman dan
respon terhadap perubahan kesehatan yang ada.
b) Pendidikan atau tingkat pengetahuan dikarenakan keyakinan
seseorang terhadap adanya bentuk dukungan terbentuk oleh variabel
intelektual yang terdiri dari pengetahuan dan pengalaman masa lalu.
c) Faktor emosi, seseorang yang mengalami respon stress dalam setiap
perubahan hidupnya cenderung berespon terhadap berbagai tanda
sakit, mungkin dilakukan dengan cara mengkhawatirkan bahwa
penyakit tersebut dapat mengancam kehidupannya.
d) Faktor spiritual, bagaimana seseorang menjalani kehidupannya,
mencangkup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan.
22
kepatuhan minum obat yang tinggi. Hasil uji hipotesis Chi Square dua sisi
(2-sided) diperoleh nilai p = 0,000, ada hubungan yang signifikan antara
dukungan informasi keluarga yang baik dengan kepatuhan minum obat.
Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR= 41,00, artinya responden yang
mendapatkan dukungan informasi keluarga yang baik berpeluang 41 kali
memiliki kepatuhan minum obat yang tinggi dibandingkan dengan yang
kurang mendapatkan dukungan informasi keluarga. Nilai OR 41,00 berarti
kemungkinan dukungan informasi keluarga yang baik akan membuat
kepatuhan responden dalam minum obat sebesar 97,62% dari pada
responden yang kurang mendapatkan dukungan informasi keluarga [p =
OR/(1+OR)]. dan Hasil menunjukkan ada hubungan dukungan keluarga
dengan kepatuhan minum obat pada pasien DM tipe II yang dilihat dari 4
dimensi yaitu dukungan penghargaan, dukungan emosional, dukungan
informasi dan dukungan instrumental.
5. Pada penelitian (Anggraeni, 2022) yang berjudul “hubungan dukungan
keluarga dengan kepatuhan minum obat pasien dm di poli penyakit dalam
rsud. R. Syamsudin, s.h. kota sukabumi”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat pada
pasien DM tipe II. Penelitian ini adalah korelasional dengan pendekatan
Cross sectional. Sampel yang digunakan sebanyak 100 orang dengan
menggunakan Accidental sampling. Analisis data menggunakan univariat
dan bivariat dengan statistik uji chi square. Alat pengumpulan data yang
digunakan yaitu kuesioner. Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian
besar responden mendapat dukungan keluarga sebanyak 75 orang (75%),
sebagian besar responden patuh minum obat DM sebanyak 59 orang (59%).
Hasil uji chi square menunjukan nilai p-value= 0,000 menyatakan adanya
hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pasien
DM di Poli Penyakit Dalam RSUD. R. Syamsudin, S.H. Kota Sukabumi.
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN VARIABEL PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep (conceptual framework) adalah model pendahuluan dari
sebuah masalah penelitian, dan merupakan refleksi dari hubungan variabel-
variabel yang diteliti (Swarjana, 2015). Adapun kerangka konseptual pada
penelitian ini adalah :
Dukungan Keluarga:
1. Dukungan Informasional
2. Dukungan Penilaian
3. Dukungan Instrumental Kepatuhan Minum Obat
4. Dukungan Emosional
5. Dukungan Emosional
Keterangan :
: Variabel Yang Diukur
: Variabel Yang Tidak diukur
: Alur Pikir
26
27
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini memberikan kerangka kerja untuk mengumpulkan
serta menganalisa data. Pemilihan desain riset merefleksikan tentang prioritas
yang akan memberikan berbagai dimensi dalam proses penelitian, termasuk
menghubungkan adanya sebab akibat dari variabel-variabel penelitian
(Swarjana, 2015). Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
penelitian analitik korelatif, dengan metode pendekatan cross-sectional. Desain
penelitian analitik korelatif merupakan penelitian yang menghubungkan
variabel satu dan variable lainnya, selanjutnya diuji secara statistik (uji
hipotesis) atau dikenal dengan uji korelasi yang menghasilkan koefisien
korelasi (Swarjana, 2015). Metode pendekatan cross sectional merupakan
penelitian yang pada tahap pengumpulan data dilakukan pada satu titik waktu
(at one point in time), fenomena yang diteliti adalah selama satu periode
pengumpulan data (Swarjana, 2015). Pada penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada
pasien diabetes melitus tipe II di Puskesmas II Denpasar Barat.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas II Denpasar Barat.
Dilaksanakan di Puskesmas II Denpasar Barat karena menurut data (Dinkes
kota, 2020) menyatakan Puskesmas II Denpasar Barat menduduki urutan
pertama terbanyak jumlah pasien diabetes melitus. Sehingga saya tertarik
untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum
obat pada pasien diabetes melitus tipe II di Puskesmas II Denpasar Barat.
2. Waktu Penelitian
Pengurusan izin penelitian pada bulan Maret sampai April.
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti pada tanggal 21 April 2023 - 6
Mei 2023.
31
32
C. Populasi-Sampel-Sampling
1. Populasi
Populasi adalah kumpulan dari individu atau objek atau fenomena
yang secara potensial dapat diukur sebagai bagian dari penelitian (Mazhindu
and Scot, 2005 dalam Swarjana, 2015). Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah seluruh pasien yang terdiagnosa diabetes melitus tipe
II yang mengkonsumsi obat tablet metformin dan glimiperid yang berada
di Puskesmas II Denpasar Barat dengan jumlah 4.983 responden.
2. Sampel
Sampel adalah kumpulan individu atau objek yang dapat diukur yang
mewakili populasi. Sampel yang diambil hendaknya sampel yang dapat
mewakili populasi (Mazhindu and Scot, 2005 dalam Swarjana, 2015).
a. Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien diabetes militus tipe 2
yang mengkonsumsi obat tablet metformin dan glimiperid di
Puskesmas II Denpasar Barat. Berikut merupakan pengukuran besar
sampel dengan Slovin (Swarjana, 2022).
𝑁
𝑛 =
(1 + 𝑁𝑒 2 )
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Besar sampel
e = Batas kesalahan yang di kehendaki atau batas kesalahan toleransi
(e = 0,1).
Jumlah populasi dalam penelitian ini berjumlah 4.983 orang, maka
untuk mengetahui besar sampel dalam penelitian dapat dihitung dengan
sebagai berikut :
33
4983
𝑛 =
(1 + 4983 (0,1)2 )
4983
𝑛 =
1 + 4983 (0,01)
4983
𝑛 =
51
𝑛 = 98
Berdasarkan perhitungan dengan rumus Slovin, didapatkan besar
sampel sebanyak 98 responden. Hasil tersebut ditambahkan 15% untuk
menghindari dropout, sehingga jumlah yang didapatkan yaitu:
𝑛 = 98 + 15%
𝑛 = 113
Jadi, jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 113 responden.
b. Kriteria sampel
a) Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari
suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti (Nursalam,
2017). Sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel
dalam penelitian ini memiliki kriteria inklusi yaitu :
1) Penderita diabetes melitus tipe II yang mengkonsumsi obat
tablet metformin dan glimiperid di Puskesmas II Denpasar
Barat.
2) Penderita dapat membaca dan menulis.
3) Penderita diabetes melitus tipe II yang bersedia menjadi
responden dan telah menandatangani informed consent.
34
b) Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan
subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai
sebab (Nursalam, 2017). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu:
1) Pasien yang menggunakan injeksi insulin.
2) Pasien yang tidak dirawat oleh keluarganya.
3) Pasien DM tipe II yang memiliki penyakit lain, seperti;
hipertensi, stroke, dll.
3. Sampling
Sampling adalah sebuah strategi yang digunakan untuk memilih
elemen atau bagian dari populasi atau proses untuk memilih elemen
populasi untuk diteliti. Tujuan dari sampling adalah untuk melakukan
generalisir terhadap keseluruhan populasi penelitian (Swarjana, 2015).
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-
probability sampling yaitu dengan cara convinience sampling. Teknik
convinience sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
menetapkan sampel dengan mencari subjek atas dasar hal-hal yang
menyenangkan atau mengensankan peneliti. Teknik convinience sampling
yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan cara peneliti kebetulan
menemukan pasien diabetes melitus tipe II yang sesuai dengan kriteria
inklusi, peneliti langsung menetapkan subjek tersebut untuk dilakukan
pengambilan data sampai jumlah sampel yang dibutuhkan terpenuhi serta
berdasarkan waktu pengumpulan data yang diperlukan. Dalam penelitian ini
aplikasi teknik convenience sampling untuk memenuhi target minimal
sampel penelitian yaitu 113 responden. Pengambilan sampel berdasarkan
kriteria inklusi dengan penderita diabetes melitus tipe II di Puskesmas II
Denpasar Barat.
35
D. Pengumpulan Data
1. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini dibutuhkan data yang akurat, karena data yang
didapatkan akan mempengaruhi hasil penelitian (Swarjana, 2015). Adapun
metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan
kuesioner. Kuesioner variabel dukungan keluarga menggunakan skala likert
dan kuesioner kepatuhan minum obat menggunakan kuesioner MMAS-8
(Morisky Medication Adherence Scale). Kuesioner diisi oleh responden
setelah diberikan penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian, serta
menandatangani lembar permohonan menjadi responden dan lembar
persetujuan menjadi responden (informed concent).
2. Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, alat pengumpulan data yang digunakan adalah
kuesioner dukungan keluarga menunggunak kuesioner Henserling Diabetes
Family Support Scale (HDFSS) dengan skala likert dan kuesioner
kepatuhan minum obat menggunakan kuesioner MMAS-8 (Morisky
Medication Adherence Scale). Alat pengumpulan data dalam penelitian ini
dijabarkan sebagai berikut :
a. Data Demografi Responden
Kuesioner berisikan tentang identitas responden, meliputi nama
(inisial), umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan.
b. Kuesioner Dukungan Keluarga
Kuesioner Henserling Diabetes Family Support Scale (HDFSS)
pemiliknya atas nama (Hensarling, 2009). Kuesioner HDFSS mencakup
4 dimensi yaitu dukungan informasi terdiri dari 3 item (pernyataan
nomor 1, 2, 3), dukungan emosional 8 item (pernyataan nomor 4, 5, 6,
7, 8, 9, 10, 11), dukuang penghargaan 7 item (pernyataan nomor 12, 13,
14, 15, 16, 17, 18), dan dukungan instrumentas 7 item (pernyataan
nomor 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25). Kuesioner Henserling Diabetes
Family Support Scale (HDFSS) merupakan skala likert yang terdiri dari
25 pernyataan dengan alternatif jawaban untuk pernyataan positif
36
b. Coding
Coding merupakan pemberian kode numerik (angka) terhadap data
yang terdiri dari beberapa kategori. Peneliti mengklasifikasikan jawaban
yang ada menurut macamnya. Pada penelitian ini, peneliti
mengklasifikasikan kode pada karakteristik responden berdasarkan:
1) Karakteristik berdasarkan jenis kelamin
a) Kode 1 untuk laki – laki
b) Kode 2 untuk perempuan
2) Karakteristik berdasarkan pendidikan
a) Kode 1 untuk Tidak Sekolah
b) Kode 2 untuk SD
c) Kode 3 untuk SMP
d) Kode 4 untuk SMA/SMK
e) Kode 5 untuk Perguruan Tinggi
3) Karakteristik berdasarkan pekerjaan
a) Kode 1 untuk Pegawai Negeri Sipil
b) Kode 2 untuk Karyawan Swasta
c) Kode 3 untuk Wiraswasta
d) Kode 4 untuk Ibu Rumah Tangga
e) Kode 5 untuk TNI/POLRI
f) Kode 6 untuk Petani
g) Kode 7 untuk Buruh
h) Kode 8 untuk Pensiun
i) Kode 9 Pekerjaan lainnya
4) Kuesioner Dukungan Keluarga
a) Kode 1 untuk dukungan keluarga buruk (25 – 62)
b) Kode 2 untuk dukungan keluarga baik ( 63 - 100)
5) Kuesioner Kepatuhan Minum Obat
a) Kode 1 untuk Kepatuhan Tinggi (Skor 8)
b) Kode 2 untuk Kepatuhan Sedang (Skor 7 atau 6)
c) Kode 3 untuk Kepatuhan Rendah (Skor 6)
41
c. Entry Data
Data yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang
dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukan ke dalam program
atau “software” komputer. Software komputer ini bermacam-macam,
masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Salah satu
paket program yang sering digunakan untuk “entri data” penelitian
adalah paket program SPSS for window (Notoatmodjo, 2018).
d. Tabulating
Tabulating dalam penelitian ini yaitu pembuatan tabel data sesuai
dengan tujuan yang diinginkan peneliti, lalu data yang dientry
dicocokkan dan diperiksa kembali.
e. Cleaning
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-
kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan
sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini
disebut pembersihan data atau data cleaning (Notoatmodjo, 2018).
2. Teknik Analisa Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa
univariat dan bivariat.
a. Analisa Univariat
Analisa univariat merupakan analisis data yang paling sederhana
(Swarjana, 2016). Analisis data yang digunakan adalah descriptive
statistic yang bertujuan untuk mencari distribusi frekuensi dan proporsi.
Beberapa perhitungan descriptive statistic meliputi nilai terbesar
(maksimum), nilai terkecil (minimum), range (perbedaan nilai terbesar
dan nilai terkecil dari frekuensi distribusi), dan central tendency yang
mencakup tiga perhitungan yaitu mean (nilai rata-rata), median (nilai
tengah), modus (nilai yang paling sering muncul) (Swarjana, 2015).
Hasil analisis yang didapatkan yaitu identifikasi hubungan dukungan
keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien diabetes melitus
42
tipe II. Variabel yang diteliti pada analisa univariat ini adalah dukungan
keluarga dan kepatuhan minum obat.
Untuk variabel dukungan keluarga jumlah pernyataan yaitu 25
pernyataan (24 pernyataan positif dan 1 pernyataan negatif) dengan
menggunakan skala Likert dengan empat pilihan jawaban yaitu selalu,
sering , jarang, dan tidak pernah. Pada pernyataan positif (+) dengan
empat pilihan jawaban berupa selalu dengan skor 4, sering dengan skor
3, jarang dengan skor 2, tidak pernah dengan skor 1. Pada pernyataan
negatif (-) dengan empat pilihan jawaban berupa selalu dengan skor 1,
sering dengan skor 2, jarang dengan skor 3, tidak pernah dengan skor 4.
Kemudian semua skor yang diperoleh dijumlahkan. Persepsi dukungan
keluarga buruk bila skor atau nilai 25 - 62, sedangkan persepsi dukungan
keluarga baik bila skor atau nilai 63 – 100. Variabel kepatuhan minum
obat menggunakan kuesioner kepatuhan penggunaan obat MMAS-8
yang terdiri dari 8 item pernyataan dengan pernyataan no. 1 – 7
menggunakan skala Guttman dan pernyataan no. 8 menggunakan skala
likert. Pernyataan no. 1 – 7 pilihan jawabannya ya atau tidak, sedangkan
pernyataan no. 8 pilihan jawabannya tidak pernah dengan nilai 1,
sesekali dengan nilai 0,75, kadang – kadang dengan nilai 0,5, biasanya
dengan nilai 0,25, dan selalu/sering dengan nilai 0. Persepsi kepatuhan
tinggi dengan skor 8, kepatuhan sedang dengan skor 7 atau 6,
kepatuhan rendah dan skor 6.
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat merupakan analisa data yang terkait dengan
pengukuran dua variabel pada waktu tertentu (Swarjana, 2016). Analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik inferensial. Analisa
bivariat pada penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan
dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien diabetes
melitus tipe II di Puskesmas II Denpasar Barat. Dalam penelitian ini,
dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov
Smirnov, didapatkan hasil distribusi tidak normal yaitu p < 0,05
43
F. Etika Penelitian
Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat
penting dalam penelitian. Sebelum mengajukan penelitian, peneliti harus
mengajukan surat study pendahuluan yang ditandatangani oleh Rektor ITIKES
Bali agar dapat disampaikan ke Puskesmas II Denpasar Barat.
Menurut Swarjana (2015) beberapa etika penelitian yang harus diperhatikan
adalah :
1. Informed Consent
Informed consent berarti partisipan mempunyai informasi yang
adekuat tentang penelitian, mampu memahami informasi, bebas
menentukan pilihan, memberikan kesempatan pada mereka untuk ikut atau
tidak dalam berpartisipasi dengan memberikan lembar persetujuan untuk
menjadi responden. Tujuan yaitu agas subjek mengerti maksud dan tujuan
penelitian serta mengetahui dampaknya. Jika responden bersedia maka
harus menandatangani lembar persetujuan, jika responden tidak bersedia
maka peneliti harus menghormati hak responden. Terdapat beberapa
informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut adalah partisipasi
pasien, tujuan penelitian, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur
pelaksanaan, potensial masalah yang akan diteliti, manfaat dan kerahasiaan.
Dalam penelitian ini respon dengan teliti menanyakan apa maksud dan
tujuan dari penelitian ini, setelah mendapatkan jawaban dari peneliti
responden menyetujui dan menandatangani lembar persetujuan untuk
menjadi responden.
2. Anonymity (tanpa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan kepada responden dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembaran alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
akan disajikan. Dalam penelitian ini di minta agar responden memberikan
nama inisial di data umum untuk menjaga privasi responden dalam
menjawab pernyataan di kuesioner tersebut.
45
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika yang memberikan jaminan
kerahasiaan hasil peneliti baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh
peneliti, karena hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil riset. Data penelitian ini akan disimpan, diolah dan hanya dapat diakses
oleh peneliti dan akan dimusnahkan jika proses penelitian ini dinyatankan
telah selesai, dengan waktu minimal lima tahun setelah penelitian.