Anda di halaman 1dari 43

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN

KEPATUHAN DIET DIABETES MELITUS PADA PASIEN


DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUANG RAWAT INAP RSU
KARSA HUSADA BATU

PROPOSAL

Oleh :
Chindy Surya Kencana
NIM: 1914314201007

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI
MALANG
2020

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit diabetes mellitus yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit

kecing manis merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya kian lama kian

meningkat. Diabetes Militus (DM) merupakan penyakit menahun yang dewasa

ini prevalensinya makin meningkat dan merupakan keadaan hiperglikemia kronik

disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang

menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh

darah, serta lesi membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop

elektro.Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang berhubugan dengan gaya

hidup, maka berhasil tidaknya pengelolaan DM sangat bergantung dari pasien

sendiri dalam mengubah perilakunya (Arifin, 2015; Rahayu, 2017)

Insiden penderita diabetes mellitus pada tahun 2015, sebanyak 415 juta

orang dewasa menderita, naik mencapai 4 kali lipat dari 108 juta. Menurut survei

yang dilakukan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun tahun 2010,

Indonesia menempati urutan ke-4 dengan penderitan DM terbanyak di dunia

setelah China, India, dan Amerika Serikat. Jumlah penderita diabetes millitus pada

tahun 2000, di Indonesia 8,4 juta orang dan diperkirakan jumlah bertambah

hingga 21,3 juta orang pada tahun 2030. Prevalensi diabetes millitus di Indonesia

sebesar 1,5%, dan prevalensi diabetes melitus meningkat sesuai dengan

bertambahnya umur, namun mulai umur ≥65 tahun cenderung menurun.

Prevalensi diabetes melitus tertinggi terjadi pada kelompok berjenis kelamin

2
3

perempuan (1,7%), berpendidikan tinggi (2,5%), pekerjaan wiraswasta (2,0%),

bertempat tinggal di perkotaan (2,0%) dan status ekonomi kelompok atas (2,6%)

(Arifin, 2015; Choirunnisa, 2018)

Penyakit diabetes yang banyak diderita di Indonesia merupakan DM tipe 2

yang merupakan jenis penyakit diabetes yang mencakup lebih dari 90% seluruh

populasi diabetes. Menurut American Diabetes Association (ADA), faktor risiko

DM tipe 2 adalah karena rendahnya kadar kolestrol HDL, yaitu >250 mg/dL (2,82

mmol/L). DM tipe 2 terjadi karena defek sekresi insulin atau resistensi insulin dan

kondisi DM berkembang ketika sekresi insulin sudah tidak adekuat (Astuti et al.,

2016)

Penanganan penyakit DM yang dapat dilakukan di antaranya: edukasi,

latihan fisik, diet DM, dan medikasi. Diet bertujuan untuk mencegah terjadinya

komplikasi DM, tetapi dalam prosesnya kemampuan untuk melaksanakan diet

merupakan tantangan besar bagi penderita untuk mencapai kualitas hidup yang

lebih sehat. Sebagian penderita DM mengeluh karena merasa bosan melaksanakan

diet DM secara terus menerus, namun adapula sebagian pasien sudah mengetahui

akan pentingnya melakukan diet DM, tapi mereka sengaja melanggar, karena

mereka beranggapan hal tersebut dapat di atasi cukup dengan minum obat saja.

Terjadinya ketidakpatuhan penderita DM dalam diet dipengaruhi oleh banyak

faktor daitaranya faktor internal seperti pendidikan dan pengetahuan, keyakinan

dan sifat positif juga kepribadian. faktor eksternal meliputi interaksi profesional

kesehatan dengan pasien, faktor lingkungn dan dukungan keluarga. Dukungan

keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggota


4

keluarga yang sakit. Keberhasilan terapi di rumah sakit maupun di rumah akan

menjadi sia-sia apabila tidak ditunjang oleh peran serta dukungan keluarga dalam

memperhatikan aktifitas terutama diet pasien penderita DM sehingga proses

pemulihan kesehatan sesuai yang diharapkan (Hisni et al., 2017a)

Keluarga merupakan salah satu aspek penting yang dapat mempengaruhi

pemberian pelayanan keperawatan dan penatalaksanaan pasien diabetes mellitus

dirumah sakit. Dukungan dan perilaku keluarga yang baik dapat mempengaruhi

kepatuhan pasien diabetes mellitus tipe 2 dalam pengobatan. Melibatkan keluarga

dalam pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai dengan yang telah disampaikan

dalam pedoman akreditasi rumah sakit Keterlibatan keluarga sejak awal dalam

memberikan motivasi dan dukungan kepada penderita DM merupakan langkah

yang harus ditempuh sehingga akan berdampak positif terhadap kelangsungan

pengobatan. Oleh karena itu, pengetahuan dan dukungan kerluarga sangat

mempengaruhi dalam menjalankan pengobatan maupun terapi DM. Pengetahuan

yang dimiliki pasien juga sangat bermanfaat untuk bisa mengetahui tentang

penyakitnya, dampak-dampak dari penyakitnya, serta berpengaruh dalam

pengobatan maupun terapi yang harus dilakukan (Astuti et al., 2016; Hisni et al.,

2017b; Yanto & Setyawati, 2017)

Berdasarkan data hasil studi pendahuluan di RSU Karsa Husada Batu pada

tanggal 15 juli yang dilakukan terhadap 3 pasien penderita Diabetes mellitus

(DM) diperoleh hasil, pemahaman keluarga dalam memberikan perhatian atau

dukungan terhadap diet menu makan pasien sangat rendah, bentuk dukungan yang

diberikan keluarga terhadap pasien penderita DM dengan cara mengingatkan


5

tentang pantangan diet DM, dengan membantu pasien membuat diet DM serta

mengawasi apapum yang dikonsumsi oleh pasien setiap harinya dirumah. Jika

pasien tidak patuh terhadap diet DM maka akan berdampak pada kadar gula

pasien yang meningkat dan kadar gulanya tidak stabil, hasil tersebut diperoleh

dari perbincangan antara peneliti dengan keluarga dimana keluarga mengatakan

tidak mengerti dan menyerahkan sepenuhnya kepada petugas dalam hal ini

perawat yang merawat pasien DM tersebut. Keluarga juga mengatakan diet yang

diberikan juga sesuai dengan apa yang disukai pasien. Berdasarkan data pada latar

belakang dan studi pendahuluan yang dilakukan sehingga perlu dilakukannya

penelitian tentang kepatuhan diet diabetes melitus pada pasien diabetes melitus

tipe 2 di Ruang Rawat Inap RSU Karsa Husada Batu

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian data dalam latar belakang dan studi pendahuluan maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, apakah ada hubungan dukungan

keluarga dengan kepatuhan diet diabetes melitus pada pasien diabetes melitus tipe

2 di ruang rawat inap RSU Karsa Husada Batu?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan

diet diabetes melitus pada pasien diabetes melitus tipe 2.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi dukungan keluarga terhadap pasien penderita DM tipe

2 di RSU Karsa Husada Batu.


6

2. Mengidentifikasi kepatuhan diet pasien penderita DM tipe 2 di RSU

Karsa Husada Batu.

3. Menganalisa hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet

diabetes melitus pada pasien diabetes melitus tipe 2 di RSU Karsa

Husada Batu.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Diharapkan pada penelitian ini mampu memberikan sumbangan teoritis

bagi masyarakat tentang hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet

diabetes melitus pada pasien diabetes melitus tipe 2.

1.4.2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pihak

instansi yang memberikan pelayanan kesehatan khususnya perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan untuk mengetahui pentingnya hubungan

dukungan keluarga dengan kepatuhan diet diabetes melitus pada pasien diabetes

melitus tipe 2. Bagi pihak lain penelitian ini juga diharapkan bisa membantu

dalam penyajian informasi untuk mengadakan penelitian serupa dan atau

membantu keluarga dalam memberikan dukungan kepada keluarga yang sedang

menderita DM sehingga diet diabetes melitus pada pasien diabetes melitus tipe 2

dapat terlaksana dengan benar.


7

1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1. Keaslian Penelitian


Nama Perbedaan dengan
No. Tahun Metode dan variabel Hasil
penulis/judul penelitian ini
1. 2015 Sri Astuti/ Desain penelitian Tidak ada Uji statistik
Tingkat deskriptif korelatif hubungan yang menggunakan
pengetahuan pendekatan cross signifi kan Kolmogorov-
dan dukungan sectional study, antara dukungan Smirnov,
keluarga tidak teknik purposive keluarga dengan penelitian
berhubungan sampling, variabel kepatuhan dilakukan di
dengan independen : responden Puskesmas
kepatuhan dukungan keluarga dalam menjalani Kasihan II Bantul
menjalani terapi Variabel dependen : diet DM tipe 2 Yogyakarta
diet penderita kepatuhan diet DM
diabetes
mellitus tipe 2
di Puskesmas
Kasihan II
Bantul
Yogyakarta
2. 2019 Rahmi Desain Penelitian Peran dukungan Uji statistic
Hidayatul/ quasi experimental keluarga dalam menggunakan
Peran dengan pre dan post mengatasi Wilcoxon tes,
Dukungan test control group, kekhawatiran penelitian
teknik simple dan beban experiment pre
Keluarga
random sampling, emosional post tes,
Dalam sampel 64, Uji pasien diabetes penelitian
Menurunkan Wilcoxon test, mellitus tipe ii dilakukan di
Diabetes variabel terbukti efektif Padang
Distress Pada independen: dalam
Pasien dukungan keluarga menurunkan
Diabetes Variabel dependen: tngkat diabetes
Mellitus Tipe Diabetes Distress distress.
II Pada Pasien
Diabetes Mellitus
Tipe II
3. 2018 Dwi Lestari/ Desain penelitian Dukungan Uji statistic
Kepatuhan deskriptif analitik keluarga Pearson Product
Diet pada pendekatan Cross- memiliki peran Moment
Klien Diabetes Sectional, sampel dalam Correlation
Melitus Tipe 2 114, teknik meningkatkan Coefficient,
Purposive Sampling kepatuhan diet Penelitian ini
Ditinjau dari uji Pearson Product pada klien dilakukan di
Dukungan Moment diabetes melitus Tangerang
Keluarga di Correlation tipe 2
Puskesmas Coefficient,
Cipondoh Variabel
Tangerang independen :
Dukungan keluarga
Variabel dependen :
Kepatuhan Diet
pada Klien Diabetes
Melitus Tipe 2
4. 2016 Dwi Yuniar Desai penelitian Tidak ada Teknik total
Ramadhani/ kuantitatif hubungan antara sampling, lokasi
8

Karakteristik, korelasional karakteristik penelitian


Dukungan pendekatan cross responden dilakukan di
Keluarga Dan sectional, sampel dengan efikasi Padangsari,
Efikasi Diri 104, teknik total diri, kecuali Semarang
Pada Lanjut sampling, uji jenis kelamin.
Usia Diabetes Pearson product
Mellitus Tipe 2 moment dan regresi
Di Kelurahan linier, Variabel
Padangsari, independen:
Semarang karakteristik
responden, variabel
dependen: efikasi
diri
5. 2017 Wahyu Adhitya Desain penelitian Terdapat Uji Chi square,
Prawirasatra/ analitik cross hubungan Mann Whitney
Hubungan sectional, sampel dukungan dan Analisis
Dukungan 74. Uji Chi square, keluarga dengan stratifikasi Mentel
Keluarga Mann Whitney dan kepatuhan Haenszel ,
Terhadap Analisis stratifikasi pasien dalam penelitian
Mentel Haenszel menjalankan 4 dilakukan di
Kepatuhan
Variabel pilar Rowosari
Pasien Dalam independen : pengelolaan DM Semarang
Menjalankan 4 Dukungan keluarga tipe 2. Dan
Pilar Variabel dependen : terdapat
Pengelolaan Kepatuhan Pasien pengaruh
Diabetes Dalam hubungan
Melitus Tipe 2 Menjalankan 4 (tingkat
Di Puskesmas Pilar Pengelolaan pendidikan,
Rowosari status ekonomi
Diabetes Melitus
dan komplikasi)
Tipe 2 yang
mempengaruhi
hubungan antara
dukungan
keluarga dengan
kepatuhan
pasien dalam
menjalankan 4
pilar
pengelolaan DM
tipe 2.
BAB II

TINAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diabetes Melitus

2.1.1 Pengertian Diabetes Melitus

Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan pada tahaun 2013 mengemukakan

bahwa diabetes melitus adalah gangguan metabolik yang ditandai dengan

peningkatan kadar gula darah akibat gangguan pada sekresi insulin, kerja insulin

atau keduanya (Komala sri, 2019). Sedangkan menurut Price & Wilson dan

American Diabetes Association (2005) dalam penelitian Delianty, diabetes

melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis

termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.

Jika telah berkembang penuh secara klinis, maka DM ditandai dengan

hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerotik dan penyakit vaskular

mikroangiopati, dan neuropati. DM juga merupakan suatu kelompok penyakit

metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi

insulin, kerja insulin atau keduan-duanya (Delianty et al., 2015). Diabetes Millitus

Tipe 2 menurut Soeyono, Waspadji, Soegondo, Soewondo, & Subeksti dkk pada

tahun 2013 mengemukakan DM tipe 2 adalah jenis penyakit diabetes millitus

yang ditandai dengan adanya resistensi insulin perifer, gangguan hepatic glucosa

production (HGP), dan penurunan fungsi sel β (betha), yang pada akhirnya akan

menuju kerusakan total sel β (betha) (Arifin, 2015).

9
10

2.1.2 Klasifikasi Diabetes Melitus

Menurut International Diabetes Federation tahun 2017, terdapat 3

klasifikasi DM (Choirunnisa, 2018), antara lain:

1. Diabetes tipe 1

Diabetes tipe 1 disebabkan oleh reaksi autoimun dimana sistem kekebalan

tubuh penyerang sel β yang menghasilkan insulin di gland pankreas. Sehingga

tubuh tidak dapat atau menghasilkan insulin yang sangat sedikit sehingga tubuh

kekurangan insulin. Diabetes tipe 1 ini dapat menyerang segala usia tetapi

paling banyak terjadi pada anak-anak dan remaja. Orang yang menderita

diabetes tipe 1 ini memerlukan suntikan insulin setiap hari agar dapat

mempertahankan kadar glukosa dalam kisaran yang tepat

2. Diabetes tipe 2

Diabetes tipe 2 ini merupakan diabetes yang paling umum, ada sekitar 90%

dari jumlah seluruh penderita diabetes. Pada diabetes tipe 2 ini, hiperglikemia

adalah hasil dari produksi insulin dan ketidakmampuan tubuh untuk merespon

sepenuhnya terhadap insulin atau bisa disebut juga resistensi insulin. Diabetes

tipe 2 ini sering terjadi pada dewasa tua, namun seiring berjalannya waktu

diabetes ini juga banyak terjadi pada anak-anak, remaja dan dewasa muda

karena meningktanya tingkat obesitas, pola makan yang buruk dan jarang

melakukan olahraga. Penyebab diabetes tipe 2 tidak sepenuhnya dipahami

namun ada kaitannya kuat dengan kelebihan berat badan (obesitas) dan dengan

bertambahnya usia serta riwayat kesehatan keluarga.

3. Hiperglikemia pada kehamilan

Hiperglikemia yang pertama kali terdeteksi selama kehamilan diklasifikasikan


11

sebagai DM gestasional (GDM) atau hiperglikemia pada kehamilan. Wanita

dengan kadar glukosa darah sedikit meningkat diklasifikasikan sebagai GDM

dan wanita dengan kadar glukosa darah yang meningkat secara substansial

diklasifikasikan sebagai wanita dengan hiperglikemia dalam kehamilan. GDM

adalah jenis diabetes yang mempengaruhi ibu hamil, biasanya selama trimester

kedua dan ketiga kehamilan meskipun bisa terjadi kapan saja selama

kehamilan. Pada beberapa wanita diabetes dapat didiagnosa pada trimester

pertama kehamilan namun pada beberapa kasus, diabetes kemungkinan ada

sebelum kehamilan namun tidak terdiagnosis.

2.1.3 Etiologi Diabetes Melitus

Penyebab dari diabetes melitus menurut Smeltzer tahun 2010 (Choirunnisa, 2018)

adalah:

1. Diabetes Melitus tergantung insulin

a. Faktor genetik Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri

tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetik ke arah

terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada

individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen)

tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas

antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.

b. Faktor imunologi Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon

autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada

jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang

dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.

c. Faktor lingkungan Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β


12

pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau

toksin tertentu dapat memicu proses autuimun yang dapat menimbulkan

destuksi sel β pankreas.

2.1.4 Manifestasi Klinis Diabetes Melitus

Beberapa gejala yang dikeluhkan penderita DM menurut Price & Wilson

tahun 2005 (Delianty et al., 2015) antara lain:

1. Poliuria Pasien dengan defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar

glukosa plasma puasa yang normal, atau toleransi glukosa setelah makan

karbohidrat. Jika hiperglikemianya berat dan melebihi ambang ginjal untuk zat

ini, maka timbul glukosuria. Glikosuria ini akan menyebabkan diuresis osmotik

yang meningkatkan pengeluaran urin.

2. Polidipsia Diuresis osmotik yang disebabkan oleh glikosuria mengakibatkan

klien merasa haus dan banyak minum (polidipsia).

3. Polifagia Rasa lapar yang semakin besar mungkin akan timbul sebagai akibat

kehilangan kalori. Pasien mengeluh lelah dan mengantuk.

Menurut International Diabetes Federation tahun 2017 (Choirunnisa,

2018), manifestasi klinis DM antara lain:

1. Diabetes tipe 1

a. Sering haus dan mulut terasa kering

b. Sering buang air kecil

c. Merasa cepat lelah dan tidak bertenaga

d. Mudah terasa lapar

e. Penurunan berat badan secara tiba-tiba


13

f. Penglihatan kabur

2. Diabetes tipe 2

a. Sering haus dan mulut terasa kering

b. Sering buang air kecil dan banyak

c. Kurang berenergi dan kelelahan yang berlebihan

d. Kesemutan atau mati rasa di tangan dan di kaki

e. Infeksi jamur yang berulang di kulit

f. Lambatnya penyembuhan luka

g. Penglihatan yang kabu

2.1.5 Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Penatalaksanaan diabetes mellitus menurut Smeltzer & Bare pada tahun

2002, mengemukakan bahwa terdapat lima komponen, diantaranya:

1. Diet Diet merupakan pilar utama dari penatalaksanaan DM. Standar diet yang

dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang antara zat gizi

karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral sesuai dengan kecukupan gizi

baik.

2. Latihan

Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya dapat

menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa

oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin dan mengurangi faktor resiko

kardiovaskular.

3. Pemantauan

Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri atau Self-monitoring of blood

glucose (SMBG) dapat membantu mengendalikan kadar glukosa darah secara


14

optimal. Cara ini memungkinkan deteksi terhadap terjadinya hipoglikemia dan

hiperglikemia.

4. Terapi

Pada diabetes melitus tipe 2, insulin mungkin diperlukan sebagai terapi jangka

panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat

hipoglikemia oral tidak berhasil mengontrolnya.

5. Pendidikan

Pendidikan pasien tentang penatalaksaan diabetes melitus sangat penting.

Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang memerlukan perilaku

penanganan mandiri yang khusus seumur hidup. Pasien bukan hanya harus

belajar untuk mengendalikan kadar glukosa darah, tetapi juga harus memiliki

perilaku preventif dalam gaya hidup untuk menghindari komplikasi diabetik

jangka panjang.

2.2 Konsep Dukungan Keluarga

2.2.1 Pengertian Dukungan Keluarga

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan

perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup baik spiritual, material

yang layak, bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan

seimbang antara anggota keluarga dengan masyarakat serta lingkungannya, sifat

dan jenis dukungan keluarga berbeda dalam tahap siklus kehidupan. Dukungan

keluarga dapat berupa dukungan sosial internal mauapun dukungan sosial

eksternal. Dukungan keluarga berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal.


15

2.2.2 Tugas Keluarga

Terdapat tujuh tugas pokok keluarga antara lain:

1. Pemeliharaan fisik keluarga dan anggota keluarga.

2. Pemeliharaan berbagai sumber daya yang ada dalam keluarga.

3. Pembagian tugas anggota keluarga sesuai dengan kedudukan masing- masing.

4. Sosialisasi antar anggota keluarga baik dari segi pengetahuan maupun dari segi

kesehatan.

5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.

6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.

7. Membangkitkan dorongan dan motivasi pada anggota keluarga.

2.2.3 Jenis-jenis Dukungan Keluarga

Terdapat tiga dimensi utama dari dukungan keluarga yaitu; dukungan

informasional, dukungan instrumental, serta dukungan emosional dan harga diri,

adalah sebagai berikut.

1. Dukungan informasional

Dukungan ini merupakan dukungan yang diberikan keluarga kepada anggota

keluarganya melalui penyebaran informasi. Seseorang yang tidak dapat

menyelesaikan masalahnya maka dukungan ini diberikan dengan cara

memberikan informasi, nasehat dan petunjuk tentang cara penyelesaian

masalah. Keluarga sebagai tempat dalam memberi semangat serta pengawasan

terhadap kegiatan harian misalnya klien DM yang harus melakukan kontrol

rutin sehingga keluarga harus senantiasa mengingatkan klien untuk kontrol.

2. Dukungan instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit. Tujuan


16

dari jenis dukungan ini adalah meringankan beban bagi anggota keluarga yang

mengalami masalah kesehatan melalui bantuan fasilitas.

3. Dukungan emosional dan harga diri

Dukungan ini mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian dari

orang yang bersangkutan kepada anggota keluarga yang mengalami masalah

kesehatan. Keluarga merupakan tempat yang aman untuk istirahat dan

pemulihan dari penguasaan emosi. Keluarga bertindak sebagai pembimbing

atau umpan balik serta validator identitas keluarga yang ditunjukkan melalui

penghargaan positif misalnya penghargaan untuk klien DM, persetujuan

dengan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif pada klien

DM dengan klien lainnya seperti orang lain dengan kondisi yang lebih buruk

darinya. Hal tersebut dapat menambah harga dirinya. Dukungan emosional dan

harga diri juga dapat memberikan semangat dalam berperilaku kesehatan,

sebagai contohnya adalah dukungan ini dapat diberikan pada klien DM dalam

menjalani pengobatan

2.2.4 Faktor-fakttor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah kelas sosial

ekonomi keluarga. Kelas sosial ekonomi keluarga meliputi tingkat pendidikan dan

tingkat pendapatan. Keluarga tingkat kelas menengah lebih mungkin menjalani

hubungan yang lebih demokratis dan adil, sementara itu dalam keluarga kelas

menengah kebawah hubungannya lebih otoritas dan otokrasi. Orang tua dengan

kelas sosial menengah memiliki tingkat dukungan yang lebih tinggi daripada

orang tua dengan kelas sosial bawah


17

2.2.5 Peran Keluarga Dalam Perawatan Penderita DM

Peran keluarga dalam perawatan DM sangatlah penting untuk

meminimalkan terjadinya komplikasi yang mungkin muncul, memperbaiki kadar

gula darah serta meningkatkan kualitas hidup penderita. Peran keluarga dibagi

dalam berbagai aspek yaitu penyuluhan, perencanaan makan, latihan jasmani,

terapi farmakologi, monitoring kadar gula darah serta perawatan luka DM. hal

tersebut sangatlah penting sehingga tenaga kesehatan menganjurkan kepala

anggota keluarga penderita DM untuk mempertahankan, memotivasi dan

meningkatkan perannya dalam perawatan penderita DM.

2.3 Konsep Kepatuhan

2.3.1 Pengertian Kepatuhan

Kepatuhan menurut Niven dan susan tahun 2002, kepatuhan berasal dari

kata patuh yang artinya disiplin atau taat. Kepatuhan pasien didefinisikan sebagai

sejauh mana perilaku individu yang sesuai dengan aturan yang diberikan oleh

petugas kesehatan literatur keperawatan-kesehatan mengemukakan bahwa

kepatuhan berbanding lurus dengan tujuan yang akan dicapai pada pengobatan

yang telah ditentukan. Kepatuhan terhadap program kesehatan merupakan

perilaku yang dapat diobservasi dan dapat diukur secara langsung (Choirunnisa,

2018).

2.3.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketidakpatuhan berdasarkan teori

Carpenito tahun 2006 mengemukakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi


18

tingkat kepatuhan seorang individu, antara lain:

1. Pemahaman tentang instruksi

Seseorang akan tidak paham dalam menangkap instruksi jika seseorang

tersebut salah persepsi terhadap instruksi yan diberikan kepadanya. Hal ini

dapat disebabkan karena kegagalan tenaga professional kesehatan dalam

memberikan informasi, penggunaan istilah medis dan memberikan instruksi

yang banyak yang harus diingat oleh pasien.

2. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi kepatuhan seseorang,

selama pendidikan itu merupakan pendidikan yang aktif dan diperolehnya

secara mandiri yang melewati tahapan-tahapan tertentu. Semakin tua umur

seseorang maka semakin baik proses perkembangan mentalnya, akan tetapi

pada umur-umur tertentu proses perkembangan mental tidak secepat pada saat

berumur belasan tahun, jadi dapat disimpulkan bahwa faktor usia seseorang

akan mempengaruhi tingkat pengetahuan mereka dan akan mengalami

puncaknya pada umur tertentu dan kemampuan mengingat sesuatu akan

menurun seiring dengan bertambahnya usia.

3. Kesakitan dan pengobatan

Tingkat kepatuhan seseorang akan lebih rendah untuk penyakit kronis

(dikarenakan tidak ada akibat yang buruk yang segera dirasakan seseorang),

saran mengenai gaya hidup dan kebiasaan lama seseorang, pengobatan yang

kompleks, pengobatan yang memiliki efek samping, perilaku yang tidak

pantas.
19

4. Dukungan keluarga

Dukungan sebuah keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh

dalam menentukan nilai kesehatan seorang individu dan menentukan program

pengobatan yang akan dijalani.

5. Tingkat ekonomi

Tingkat ekonomi merupakan kemampuan seseorang untuk memenuhi segala

kebutuhan hidupnya tetapi ada saatnya individu yang sudah pension dan sudah

tidak bekerja memiliki sumber keuangan yang lain yang dapat digunakan untuk

biaya berobat dan perawatan sehingga belum tentu tingkat ekonomi menengah

ke bawah akan mengalami ketidakpatuhan begitupun sebaliknya.

6. Dukungan social

Keluarga dan teman dapat membantu seseorang untuk mengurangi ansietas

yang disebabkan oleh penyakit tertentu. Dukungan sosial dapat menghilangkan

godaan pada ketidakpatuhan dan seringkali bisa menjadi kelompok pendukung

untuk mencapai kepatuhan. Dukungan sosial dirasa efektid untuk Negara

Indonesia yang memiliki status sosial yang kuat dibandingkan Negara barat.

7. Perilaku Sehat

Perilaku sehat dapat dipengaruhi oleh kebiasaan seseorang, oleh karena itu

perlu dikembangkan strategi yang bukan hanya untuk merubah perilaku

seseorang tetapi juga yang dapat mempertahankan perubahan tersebu

8. Dukungan profesi keperawatan (kesehatan)

Dukungan kesehatan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tingkat

kepatuhan seseorang. Dukungan itu berguna pada saat seseorang menghadapi

kenyataan bahwa perilaku yang sehat itu sangat penting. Mereka juga dapat
20

mempengaruhi perilaku seseorang dengan cara memberikan tindakan yang

optimal dan professional, dan memberikan pengobatan yang efektif bagi

penderita yang telah mampu beradaptasi dengan pengobatannya

2.4 Aspek-aspek kepatuhan diet

Berdasarkan Tjokropawiro (1994) dalam kepatuhan diet diabetes

mellitus ada 3J yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh penderita DM

diabetes mellitus, yaitu jumlah makanan, jenis makanan dan jadwal

makanan. Berikut ini uraian mengenai ketiga hal tersebut:

a. Jumlah Makanan

Jumlah makanan yang diberikan disesuaikan dengan status

gizi penderita DM, bukan berdasarkan tinggi rendahnya gula darah.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) juga telah

menetapkan standar jumlah gizi pada diet diabetes mellitus,

dimana telah ditetapkan proporsi yang ideal untuk zat makanan

seperti karbohidrat, protein, lemak, kolesterol, serat, garam dan

pemanis dalam satu porsi makanan utama.

b. Jenis Makanan

Pasien diabetes mellitus harus mengetahui dan memahami

jenis makanan apa yang boleh dimakan secara bebas, makanan

yang mana harus dibatasi dan makanan apa yang harus dibatasi

secara ketat. Makanan yang mengandung karbohidrat mudah

diserap seperti sirup, gula, sari buah harus dihindari. Sayuran

dengan kandungan karbohidrat tinggi seperti buncis, kacang


21

panjang, wortel, kacang kapri, daun singkong, bit dan bayam harus

dibatasi. Buah-buahan berkalori tinggi seperti pisang, pepaya,

mangga, sawo, rambutan, apel, duku, durian, jeruk dan nanas juga

dibatasi. Sayuran yang boleh dikonsumsi adalah sayuran dengan

kandungan kalori rendah seperti oyong, ketimun, kol, labu air, labu

siam, lobak, sawi, rebung, selada, toge, terong dan tomat .

Cukup banyak pasien DM mengeluh karena makanan yang

tercantum dalam daftar menu diet kurang bervariasi sehingga

sering terasa membosankan. Untuk itu agar ada variasi dan tidak

menimbulkan kebosanan, dapat diganti dengan makanan penukar

lain. Perlu diingat dalam penggunaan makanan penukar,

kandungan zat gizinya harus sama dengan makanan yang

digantikannya (Suyono, 1996 dalam Abdillah 2016).

c. Jadwal Makan

Pasien diabetes mellitus harus membiasakan diri untuk

makan tepat pada waktu yang telah ditentukan.Penderita diabetes

mellitus makan sesuai jadwal, yaitu 3 kali makan utama, 3 kali

makan selingan dengan interval waktu 3 jam. Hal ini dimaksudkan

agar terjadi perubahan pada kandungan glukosa darah penderita

DM, sehingga diharapkan dengan perbandingan jumlah makanan

dan jadwal yang tepat maka kadar glukosa darah akan tetap stabil

dan penderita DM tidak merasa lemas akibat kekurangan zat gizi.

Jadwal makan standar yang digunakan oleh penderita DM diabetes

mellitus yakni; pukul 07.00 jadwal makan pagi, pukul 10.00


22

selingan, pukul 13.00 jadwal makan siang, pukul 16.00 jadwal

selingan makan, pukul 19.00 jadwal makan malam dan pukul 21.00

jadwal makan selingan. Instansi Gizi Perjan RS Dr. Cipto

Mangunkusumo Asosiasi Diabetus Indonesia (2010) menjelaskan

jenis diet dan indikasi pemberian diet yang digunakan sebagai

bagian dari penatalaksanaan diabetus mellitus dikontrol

berdasarkan kandungan energi, protein, lemak, dan karbohidrat.

Jenis diet diabetus mellitus menurut kandungan energi, protein,

lemak, dan karbohidrat dapat diihat pada tabel berikut 1 dan 2.

Tabel 1
Kandungan energi, protein, lemak, dan karbohidrat
Jenis Energi Protein g Lemak g Karbohidrat
Diet kkal
I 1100 43 30 172
II 1300 45 35 192
III 1500 51,5 36,5 235
IV 1700 55,5 36,5 275
V 1900 60 48 299
VI 2100 62 53 319
VII 2300 73 59 369
VIII 2500 80 62 396

Tabel 2

Jumlah bahan makanan sehari menurut Standar Diet Diabetus Mellitus


(dalam satuan penukar II)
Golongan Standar Diet
Bahan Makanan 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500
Kkal Kkal Kkal Kkal Kkal kkal Kkal Kkal
Nasi atau 2⅓ 3 4 5 5⅓ 6 7 7⅓
Penukar
23

Ikan atau 2 2 2 2 2 2 2 2
Penukar
Daging atau 1 1 1 1 1 1 1 1
Pennukar
Tempe atau 2 2 2⅓ 2⅓ 3 3 3 3
Penukar
Sayuran atau S S S S S S S S
penukar A
Sayuran atau 2 2 2 2 2 2 2 2
penukar B
Buah atau 4 4 4 4 4 4 4 4
Penukar
Susu atau - - - - - - 1 1
Penukar
Minyak atau 3 4 4 4 6 7 7 7
Penukar

Tabel 3

Pembagian makanan sehari tiap standar diet Standar Diet Diabetus


Mellitus dan Nilai Nizi (dalam satuan penukar II)
Energi (kkal) 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500

Pagi
1 1
Nasi ⅓ 1 1⅓ 1⅓ 1⅓ 2
1 1
Ikan 1 1 1 1 1 1
⅓ ⅓
Tempe - - 1 1 1 1
S S
Sayuran S S S S S S
1 1
Minyak 1 1 2 2 2 2
Pukul 10.00
Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
Susu - - - - - - 1 1

Siang
3
Nasi 1 1 2 2 2 2⅓ 3
1
Daging 1 1 1 1 1 1 1
1
Tempe 1 1 1 1 1 1 2
S
Sayuran A S S S S S S S
1
Sayuran B 1 1 1 1 1 1 1
1
Buah 1 1 1 1 1 1 1
3
Minyak 1 2 2 2 2 3 3
Tempe atau penukar 2 2 2⅓ 2⅓ 3 3 3 3
Sayuran atau penukar A S S S S S S S S
Sayuran atau penukar B 2 2 2 2 2 2 2 2
Buah atau penukar 4 4 4 4 4 4 4 4
Susu atau penukar - - - - - - 1 1
Minyak 3 4 4 4 6 7 7 7
Pukul 16.00
Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
Malam
Nasi 1 1 1 2 2 2 2⅓ 2⅓
Ikan 1 1 1 1 1 1 1 1
Tempe 1 1 1 1 1 1 1 2
Sayuran A S S S S S S S S
Sayuran B 1 1 1 1 1 1 1 1
Buah 1 1 1 1 2 2 2 2
Nilai Gizi (kkal) 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500
24

Protein (g) 43 45 51,1 55,5 60 62 73 80


Lemak (g) 30 35 36,5 36,5 48 53 59 62
KH(g) 172 192 235 275 299 319 369 396
Keterangan:S= sekehendak

Berdasarkan aspek dari Tjokrpawiro (1994) dan Instansi Gizi Perjan RS

Dr. Cipto Mangunkusumo Asosiasi Diabetus Indonesia (2010) tersebut, dapat

diambil kesimpulan bahwa aspek kepatuhan diet meliputi; jenis, jumlah, jadwal.

Mengacu pada pendapat kedua tokoh tersebut, peneliti memilih menggunakan

aspek dari Tjokropawiro (1994) sebab dapat lebih mengukur kepatuhan diet

pasien DMT2 secara kuantitatif, tanpa menggunakan analisis kualitatif terkait

kandungan gizi yang dilakukan oleh pakar gizi kesehatan.


25
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESISI

3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Pasien DM

Input Pasien dating dari IGD Pasien datang dari Poli

Pasien masuk di
rawat inap

DAHLIA SERUNI AMARILIS

Proses

Dukungan Keluarga: Kepatuhan diet : Factor-faktor yang


1. Dukungan informasional 1. Jumlah mempengaruhi
makan kepatuhan diet:
2. Dukungan instrumental
2. Jam makan 1. Pemahaman tentang
3. Dukungan emosional instruksi
dan harga diri 3. Jenis 2. Tingkat pendidikan
3. Kesakitan dan
pengobatan
4. Dukungan keluarga
5. Tingkat ekonomi
6. Dukungan social
Output 7. Perilaku Sehat
Dukungan Kepatuhan 8. Dukungan profesi
keluarga : diet: keperawatan
(kesehatan)
1.baik 1. Patuh

2. Tidak
2.cukup
patuh
3.kurang baik

26
27

Keterangan:
: Diteliti
: Tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet
Diabetes Melitus Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Ruang Rawat Inap RSU
Karsa Husada Batu

Dari kerangka konsep diatas dapat dijabarkan bahwa dalam

penelitian ini dijabarkan melalui 3 proses yaitu input, proses, dan

output. Input disini berawal dari mulai pasien masuk yaitu bisa dari

IGD ataupun dari POLI yang kemudian di rawat inap di ruang

Dahlia,Seruni ataupun di Amarilis. Proses disini akan dinilai tingkat

kepatuhan pasien diet DM yaitu antara lain mengenai ketepatan

jumlah diet yang dikonsumsi, ketepatan jam makan, dan ketepatan

jenis makanan yang dikonsumsi serta untuk dukungan yang diberikan

keluarga terhadap pasien komponen yang akan dinilai adalah

mengenai dukungan informasional, dukungan instrumental, dukungan

emosional dan harga diri. Pada output akan didapatkan hasil dari

pasien patuh atau tidak patuh terhadap diet DM dan untuk dukungan

keluarga akan didapatkan hasil baik, cukup , tidak baik serta dapat

diketahui apakah terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan

kepatuhan diet diabetes melitus pada pasien diabetes melitus tipe 2 di

Ruang Rawat Inap RSU Karsa Husada Batu


28

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis disusun sebelum penelitian dilaksanakan karena hipotesis bisa

memberikan petunjuk pada tahap pengumpulan, analisis, dan interpretasi

data (Nursalam, 2015).

H1: Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diet

diabetes melitus pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Ruang Rawat

Inap RSU Karsa Husada Batu


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Desain yang digunakan penelitian ini adalah desain penelitian analitik

observasional. Penelitian survei adalah suatu penelitian yang mengamati suatu

fenomena dan mencari hubungan antar variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012).

Desain penelitian adalah survei analitik dengan rancangan cross sectional, yaitu

suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko

dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus

pada satu saat (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini peneliti ingin

mengetahui tentang “hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diet

diabetes melitus pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Poli Penyakit Dalam RSU

Karsa Husada Batu”.

4.2. Populasi, Sampel Dan Teknik Sampling

4.2.1. Populasi

Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah

ditetapkan (Nursalam, 2015). Populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien Diabetes

Melitus Tipe 2 di Ruang Rawat Inap RSU Karsa Husada Batu.

29
30

4.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2011). Nursalam (2011), menjelaskan Rumus

yang digunakan dalam penentuan sampel yaitu:

Cara perhitungan:

Keterangan:
n = Besar sampel
N = Besar populasi
d = Tingkat signifikansi (p)

Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 29 orang.

4.2.2.1 Kriteria Sampel

4.2.3. Teknik sampling

Teknik sampling adalah cara pengambilan sejumlah sampel agar dapat

mewakili jumlah dan karakteristik populasinya (Sugiyono, 2011). Penelitian ini

dalam pengambilan sampel menggunakan cara Simple Random Sampling, yaitu

teknik pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak

tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi (Sugiono 2019).

4.2.4. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSU Karsa Husada Batu pada tangga 1

November 2020–1 Desember 2020.


31

4.3. Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah konsep dari berbagai level

abstrak yang didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran dan

atau manipulasi suatu penelitian (Nursalam, 2016)

4.3.1 Variabel Independent (Bebas)

Variabel Independent adalah variabel yang mempengaruhi atau

nilainya menentukan variabel lain (Nursalam, 2016). Variabel independen

pada penelitian ini adalah Dukungan Keluarga.

4.3.2 Variabel Dependent (Terikat)

Variabel dependent adalah variabel yang atau nilainya ditentukan

oleh variabel lain (Nursalam, 2016). Variabel dalam penelitian adalah

Kepatuhan Diet DM Pada Pasien DM Tipe 2 Di Ruang Rawat Inap.

4.4. Definisi Operasional

Definisi operasional penelitian merupakan suatu definisi yang

diberikan pada suatu variabel dengan cara memberikan arti. Definisi

operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari

sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2016).


32

Tabel 4.1 Definisi Operasional Penelitian


Defenisi Parameter Alat Kategori dan
No Variabel Skala
Operasional Ukur skoring
1. Variabel Pengukuran tingat Tingkat Kuesioner Ordinal 1. baik :
independen pengetahuan pengetahuan 2. cukup :
Dukungan keluarga keluarga pasien (..............). 3. kurang :
sejumlah Pertanyaan
yang diberikan
peneliti kepada
pasien DM untuk
mengukur
bagaimana penilaian
mengenai dukungan
informasional,
dukungan
instrumental,
dukungan emosional
dan harga diri yang
diberikan oleh
keluarga terhadap
dirinya.
2. Variabel dependen Pengukuran tingat 1. Ketepata 1. timban Ordinal 1. baik :
Kepatuhan diet DM pengetahuan pasien n jumlah gan 2. cukup :
pada pasien DM Hasil dari makan makan 3. kurang :
tipe 2 pengukuran yang pasien an/pne
dilakukan oleh dengan gukura
peneliti dengan cara cara n.......
observasi langsung menguku 2. jam
kepada pasien DM r apakah peneliti
pada saat pasien diet yang 3. p
mendapatkan jadwal diberikan anduan
makan (pagi, siang, dari diet DM
sore) dan peneliti timGizi berdasar
akan menilai RS sudah buku......
ketepatan jumlah dihabiska
makan, ketepatan n sesuai
jam makan, dengan
ketepatan jenis yang
makanan disajikan,
2. ketepatan
waktu
makan
pasien
apakah
sesuai/te
pat jam
makan
3. ketepatan
jenis
yang
dinilai
adalah
apakah
jenis
makanan
yang
dimakan
33

pasien
sudah
sesuai
dengan
yang
dianjurka
n oleh
petugas
gizi RS
4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagi berikut :

1. Pengukuran dukungan keluarga menggunakan kuesioner tingkat

pengetahuan menggunakan kuesioner yang dibuat peneliti

2. Pengukuran kepatuhan diit pasien dengan cara observasi langsung

menggunakan kuesioner tingkat pengetahuan lembar observasi yang

dibuat peneliti

4.6. Validasi dan reabilitas

4.7. Prosedur Penelitian Dan Pengumpulan Data

4.7.1. Prosedur Penelitian

Pengumpulan data adalah proses pendekatan kepada subjek dan proses

pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian. Data

yang digunakan adalah data sekunder. Prosedur pengumpulan data adalah suatu

proses mengamati variabel yang akan di teliti dengan metode observasi

(Notoatmodjo, 2012). Prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan data

selengkapnya sebagai berikut:


34

1. Tahap persiapan

a. Peneliti melakukan permohonan ijin kepada pihak institusi STIKES

Maharani untuk dapat memberikan rekomendasi berupa surat pengantar

untuk melakukan penelitian di RSU Karsa Husada Batu.

b. Peneliti mengajukan surat pengantar, persetujuan dan ijin kepada Kepala

Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Batu, meminta ijin untuk

melakukan penelitian di RSU Karsa Husada Batu.

c. Peneliti mengajukan surat pengantar, persetujuan dan ijin kepada Kepala

Dinas Kesehatan Kota Batu, meminta ijin untuk melakukan penelitian di

RSU Karsa Husada Batu.

d. Peneliti mengajukan surat pengantar, persetujuan dan ijin kepada

pimpinan RSU Karsa Husada Batu, meminta ijin untuk melakukan

penelitian di RSU Karsa Husada Batu

e. Peneliti mendapatkan ijin untuk melakukan penelitian dan peneliti

menjelaskan terlebih dahulu kepada kepala dan staf ruang rawat inap

penyakit dalam.

f. Persiapan responden yakni, peneliti memberikan penjelasan singkat

tentang rencana kegiatan penelitian dan tujuan penelitian kepada

responden dan keluarga responden.

2. Tahap pelaksanaan

Sebelum melakukan observasi, peneliti meminta izin kepada petugas yang

sedang dinas. Observasi dilakukan setelah pasien di periksa oleh dokter agar

tidak mengganggu proses pemeriksaan. Observasi dilaksanakan dengan rekan

peneliti sebanyak 1 orang, sebelum melakukan obsevasi peneliti melakukan


35

briefing terlebih dahulu kepada rekan tentang tugas dan apa saja yang

dilakukan saat penelitian. Observasi membutuhkan waktu setidaknya 5 menit

untuk setiap responden. Peneliti selanjutnya mengumpulkan data, meliputi :

a. Peneliti mendatangi pasien di ruang perawatan masing-masing

b. Peneliti memberi salam dan memperkenalkan diri serta memberi

penjelasan kepada responden, meminta izin dan memberikan informed

concent sebelum dimulai observasi.

4.6.2 Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk

memperoleh data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah

dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan informasi yang

diperlukan (Arikunto, 2012). Proses pengolahan data dalam penelitian melalui

tahapan sebagai berikut:

1. Editing

Melakukan koreksi data untuk melihat kebenaran dengan memeriksa

daftar observasi yang telah diisi jika ada ketidak lengkapan pengisian.

2. Coding

Memberikan tanda berupa kode pada jawaban dengan angka yang telah

ditentukan untuk mempermudah saat analisis:

a. Responden

R1 : Responden 1
36

R2 : Responden 2

R3 : Responden 3, dst

b. Umur

1 : 20-29 tahun

2 : 30-39 tahun

3 : 40-49 tahun

4 : 50-59 tahun

5 : > 60 tahun

c. Jenis Kelamin

1 : Laki – laki

2 : Perempuan

d. Tingkat pengetahuan keluarga responden

1 : >67 = Baik

2 : 34-67 = Cukup

3 : < 33 = Kurang

e. Tingkat pengetahuan responden

1 : >67 = Baik

2 : 34-67 = Cukup

3 : < 33 = Kurang

3. Tabulating

Merupakan suatu proses pemasukan data dalam komputer untuk

selanjutnya dilakukan Analisa data dengan menggunakan Microsoft

excel.

4. Cleaning.
37

Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah

dimasukkan ada kesalahan atau tidak.

4.8. Analisis Data

Teknik Analisis data yang digunakan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu

untuk membuktikan adanya hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet

diabetes melitus pada pasien diabetes melitus tipe 2. Dalam penelitian ini

dilakukan uji statistik dengan metode analisa uji kolerasi spearman rank untuk

menentukan hubungan dua variabel yang keduanya merupakan data ordinal

dengan menggunakan bantuan SPSS 17.0 for windows dengan taraf signifikan (α

= 0,05) dengan interpretasi apabila α < 0,05 artinya diterima H1 yaitu hubungan

dukungan keluarga dengan kepatuhan diet diabetes melitus pada pasien diabetes

melitus tipe 2.

4.9. Etika Penelitian

Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak subyek antara lain

menjamin kerahasiaan identitas, hak privasi dan martabat responden. Dalam

penelitian ini peneliti 7 prinsip etika penelitian yang meliputi :(CIOMS, 2016)

4.8.1 Nilai Sosial atau Klinis

Penelitian ini memenuhi standar nilai sosial atau klinis, minimal terdapat

satu diantara 5 (lima) nilai berikut ini:

1. Terdapat novelty (kebaruan)

2. Sebagai upaya mendesiminasikan hasil

3. Sebagai informasi untuk memahami intervensi


38

4. Memberikan kontribusi promosi kesehatan

5. Menghasilkan alternatif cara mengatasi masalah

4.8.2 Nilai Ilmiah

Desain penelitian mengikuti logika ilmiah yang menjelaskan secara rinci

meliputi:

1. Desain penelitian

2. Tempat dan waktu penelitian

3. Jenis sampel, tata cara pengambilan sampel, besar sampel, kriteria

inklusi dan eksklusi

4. Variabel penelitian dan definisi operasional

5. Instrumen penelitian

6. Prosedur penelitian

7. Intervensi yang diberikan atau dilakukan

8. Cara pencatatan selama penelitian, termasuk efek samping dan

komplikasi bila ada

9. Rencana analisis data

4.8.3 Pemerataan Beban dan Manfaat

Dalam pertimbangan pemilihan subyek dilakukan berdasarkan

pertimbangan ilmiah, dan tidak berdasarkan status sosial ekonomi, atau

karena mudahnaya subyek dimanipulasi atau dipengaruhi untuk

mempermudah proses maupun pencapaian tujuan penelitian, jikapun

dilakukan pemilihan berdasarkan sosial ekonomi, itu juga karena

pertimbangan etis dan ilmiah.


39

4.8.4 Potensi Resiko dan Manfaat

Resiko kepada subyek seminimal mungkin dengan keseimbangan

memadai atau tepat dalam kaitannya dengan prospek potensial manfaat

terhadap individu, nilai sosial dan ilmiah suatu penelitian.

4.8.5 Bujukan/ Eksploitasi/Iducement

1. Terdapat penjelasan tentang insentif bagi subyek, dapat berupa uang,

hadiah, layanan gratis jika diperlukan, atau lainnya.

2. Insentif pada penelitian yang beresiko luka fisik, atau lebih berat dari itu,

diuraikan insentif yang lebih detail, termasuk asuransi, bahkan kompensasi

jika terjadi disabilitas, bahkan kematian.

4.8.6 Rahasia dan Privasi

1. Meminta persetujuan baru ketika ada indikasi munculnya masalah

kesehatan baru selama penelitian (yang sebelumnya tidak ada)

2. Peneliti mendesak subyek agar melakukan konsultasi lanjutan ketika

peneliti menemukan indikasi penyakit serius dengan tetap menjaga

hubungan peneliti subyek

3. Peneliti harus netral terhadap temuan baru, tidak memberikan pendapat

sekaitan temuannya, menyerahkan kepada tenaga ahlinya

4. Peneliti menjaga kerahasiaan temuan tersebut, jika terpaksa maka peneliti

membuka rahasia setelah menjelaskan kepada subyek tentang

keharusannya peneliti menjaga rahasia dan seberapa besar peneliti telah

melakukan pelanggaran atas prinsip ini dengan membuka rahasia tersebut

4.8.7 PSP atau Informed Consent


40

1. Terdapat lembar informed consent beserta daftar penjelasan (PSP) yang

akan disampaikan kepada partisipan

2. Terdapat penjelasan proses mendapatkan persetujuan, mempergunakan

prosedur yang layak (kelayakan cara mendapatkan persetujuan subyek)

3. Disertakan rincian isi naskah penjelasan yang akan diberikan kepada calon

subyek dengan bahasa naskah yang mudah dipahami.


41

4.9 Kerangka Operasional

RSU Karsa Ruang Penyakit


Husada Batu Dalam

Populasi
Penderita DM tipe 2 yang dirawat di ruang rawat
inap RSU Karsa Husada Batu

Teknik sampling: Simple


Random Sampling

Sampel: Penderita DM tipe 2


sebanyak 29 orang

Variabel independen Variabel dependen


Dukungan keluarga Kepatuhan diet DM tipe 2

Analisa data : spearman rank

Interpretasi hasil

Gambar 4.1 Kerangka Operasional Penelitian Penelitian Hubungan Antara Dukungan Keluarga
Dengan Kepatuhan Diet Diabetes Melitus Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di
Poli Penyakit Dalam RSU Karsa Husada Batu
42

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, S. D. (2015). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet


Diabetes Melitus Tipe 2 Di Poli Penyakit Dalam RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoroklaten. Jurnal Keperawatan Respati, II(September), 1–18.

Astuti, S., Paratmanitya, Y., & Wahyuningsih, W. (2016). Tingkat pengetahuan


dan dukungan keluarga tidak berhubungan dengan kepatuhan menjalani
terapi diet penderita diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kasihan II Bantul
Yogyakarta. Jurnal Gizi Dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of
Nutrition and Dietetics), 3(2), 105.
https://doi.org/10.21927/ijnd.2015.3(2).105-112

Choirunnisa, L. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan


Melakukan Kontrol Rutin Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Surabaya. In
Universitas Airlangga Surabaya.

Delianty, A. P., Studi, P., Keperawatan, I., Kedokteran, F., Ilmu, D. A. N., Negeri,
U. I., & Jakarta, S. H. (2015). Hubungan Antara Dukungan Pasangan
Terhadap Kepatuhan Diet Pada Penderita DM Tipe II Di Wilayah Kerja
Puskesmas Munjul. Jurnal Keperawatan Keperawatan.

Hisni, D., Widowati, R., & Wahidin, N. (2017a). Hubungan Dukungan Keluarga
Dengan Kepatuhan Diet Diabetes Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di
Wilayah Puskesmas Limo Depok. Jurnal Ilmu Dan Budaya,
40,no.57/2(jurnal ilmu dan budaya), 6659–6668.
http://journal.unas.ac.id/ilmu-budaya/article/view/429

Hisni, D., Widowati, R., & Wahidin, N. (2017b). Hubungan Dukungan Keluarga
Dengan Kepatuhan Diet Diabetes Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di
Wilayah Puskesmas Limo Depok. Jurnal Ilmu Dan Budaya, 6659–6668.
http://journal.unas.ac.id/ilmu-budaya/article/view/429

Komala sri, S. (2019). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan


Diet Pada Pasien Diabetes Melitus Type-2 Di Unit Pelayanan Diabetes
Terpadu Rsup Persahabatan Jakarta Tahun 2019.

Notoatmodjo, S. (2012). Metode Penelitian Kesehatan (2nd ed.). Rineka cipta.

Nursalam. (2015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan :Pendekatan Praktis.


In Salemba Medika. https://doi.org/10.1007/0-387-36274-6_24

Rahayu, N. (2017). Hubungan Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus Dengan Tingkat


43

Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Klinik Penyakit Dalam
RSUD Dr.Sayidiman Magetan. In Jurnal Sains dan Seni ITS (Vol. 6, Issue
1). https://doi.org/10.12962/j23373520.v6i1.22451

Yanto, A., & Setyawati, D. (2017). Dukungan Keluarga Pada Pasien Diabetes
Mellitus Tipe 2 Di Kota Semarang. September, 45–49.

Anda mungkin juga menyukai