Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS ARJASA
Jln. Raya Banyuwangi No. 222 Lamongan Telp. (0338)453354
ARJASA 68371- SITUBONDO
Email: pkm.arjasa.stbd@gmail.com
I. PENDAHULUAN
Penyelidikan Epidemiologi DBD adalah kemampuan deteksi dini, baik pada
penderita maupun lingkungan menjadi salah satu kunci keberhasilan pemberantasan
demam berdarah. Setiap di ketahui adanya penderita DBD segera di tindak lanjuti dengan
kegiatan penyelidikan epidemiologi (PE) sehingga kemungkinan penyebaran DBD dapat
di batasi dan kejadian luar biasa (KLB) dapat dicegah. Dalam melaksanakan kegiatan
pemberantasan DBD sangat diperlukan peran serta masyarakat , baik untuk membantu
kelancaran pelaksanaan kegiatan pemberantasan maupun dalam memberantas jentik
nyamuk penularnya.
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak-anak dan dapat
berakibat fatal bila tidak ditangani secara cepat tepat, akurat dan benar. Keberhasilan
penanganan penyakit ini sangat tergantung pencegahan, pengobatan, ketepatan dan
kecepatan diagnosa penyakit demam berdarah. Sampai sekarang pemberantasan infeksi
dengue di dasarkan pada kontrol terhadap nyamuk penyebar dengue yaitu Aedes aegypti
dan Aedes albopictus.
Epidemiologi Demam Berdarah Dengue Penyebab penyakit demam berdarah
dengue adalah Virus Dengue yang termasuk group B Arthropod Borne Viruses
(Arbovirosis), terdiri dari 4 tipe (tipe 1, 2, 3, 4). Serotipe virus dominan di Indonesia
adalah tipe 3 yang tersebar di berbagai daerah dan menyebabkan kasus yang berat Daerah
yang terdapat lebih dari satu serotipe berkosirkulasi atau daerah mengalami epidemi
secara berurutan yang disebabkan oleh serotipe yang berbeda maka akan ditemukan
infeksi yang berat dan dikenal sebagai dengue shock sindrome (DSS). Studi
epidemiologis menunjukkan DHF/DSS sebagian besar terjadi pada penderita yang
terinfeksi untuk ke dua kalinya oleh virus dengan serotipe berbeda dari infeksi virus yang
pertama kalinya. Infeksi virus DBD dapat asimtomatis dan simptomatis.
Kriteria diagnosis klinik DBD menurut WHO berupa panas mendadak 2-7 hari
tanpa sebab jelas, tanda-tanda perdarahan atau pembesaran hati, jumlah trombosit
<100.000/mm3 (modifikasi Depkes < 150.000/mm3) dan hematokrit meningkat lebih
atau sama dengan 20 %. Menurut Depkes RI, kasus DBD adalah semua penderita DBD
dan tersangka DBD. Penderita penyakit DBD adalah penderita dengan tanda-tanda yang
memenuhi kreteria WHO dan tersangka DBD yang hasil pemeriksaan serologis
(haemaglutination inhibition test atau dengue blot) positif.
III. TUJUAN
a. Tujuan umum
Memantau penyebaran penyakit DBD di wilayah kerja Puskesmas Arjasa.
b. Tujuan khusus
1. Mengetahui penyebaran penyakit DBD di wilayah kerja Puskesmas Arjasa.
2. Memfokuskan tempat atau lokasi penyebaran penyakit DBD.
3. Mencegah pertambahan penderita DBD di wilayah kerja Puskesmas Arjasa
IX. BIAYA :
Kegiatan dibebankan pada anggaran BOK Tahun 2019.
Transport : 2 orang x @ Rp 35.000, x 3 kasus = Rp 210.000,-