Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KEGIATAN

F.2 Upaya Kesehatan Lingkungan

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI ADANYA


VEKTOR PENYAKIT DI LINGKUNGAN
PASIEN DBD

Disusun Oleh:
dr. Hanifah Astrid Ernawati

Puskesmas Kota Salatiga


Periode April 2016 -Juli 2016
Internsip Dokter Indonesia Kota Salatiga
Periode November 2015-November 2016
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM)
Laporan F.2 Upaya Kesehatan Lingkungan

Topik:
PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI ADANYA VEKTOR PENYAKIT DI
LINGKUNGAN PASIEN DBD

Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internsip


sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter
Indonesia di Puskesmas Kota Salatiga

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal Juni 2016

Mengetahui,
Dokter Internship, Dokter Pendamping

dr. Hanifah Astrid Ernawati dr. Galuh Ajeng Hendrasti


NIP. 19821014 201001 2 017

A. Latar Belakang

1
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegyti dan Aedes Albopictus. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian DBD sangat kompleks, antara lain iklim dan pergantian musim,
kepadatan penduduk, mobilitas penduduk, transportasi, sebaran nyamuk
penular DBD, kebersihan lingkungan yang tidak memadai serta faktor
keganasan virusnya. Berdasarkan kejadian di lapangan, dapat diidentifikasi
faktor utamanya adalah kurangnya perhatian sebagian masyarakat terhadap
kebersihan lingkungan tempat tinggal sehingga terjadi genangan air yang
menyebabkan berkembangnya nyamuk. Insiden dan prevalensi penyakit
DBD menimbulkan kerugian pada individu, keluarga dan masyarakat.
Kerugian ini berbentuk kematian, penderitaan, kesakitan, dan hilangnya
waktu produktif (Indra, 2003).
Kasus penyakit DBD di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun.
Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Departemen Indonesia, pada tahun
2005 terdapat 95.279 kasus DBD, tahun 2006 terdapat 114.656 kasus DBD
dan pada tahun 2007 terdapat 158.115 kasus DBD. Pada tahun 2008
sempat turun menjadi 137.469 (Insidence Rate = 59,02 per 100.000
penduduk) dengan jumlah kematian 1.187 orang (Case Fatality Rate/CFR
= 0,86%), namun meningkat lagi di tahun 2009 menjadi 154.855 dengan
jumlah kematian 1.384 orang (CFR = 0,89%).
Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 menduduki peringkat ketiga
kasus DBD terbanyak di Indonesia setelah Provinsi Jawa Barat dengan
jumlah 35.453 kasus DBD dan DKI Jakarta dengan jumlah 27.964 kasus
DBD.3 Penyakit DBD di Provinsi Jawa Tengah juga meningkat dari tahun
ke tahun. Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Provinsi Jawa tengah
pada tahun 2005 sebanyak 6.586 kasus DBD dengan jumlah kematian 149
orang, tahun 2006 sebanyan 6.616 kasus DBD dengan jumlah kematian
150 orang, tahun 2007 sebanyak 20.565 kasus DBD dengan jumlah
kematian 329 orang, tahun 2008 sebanyak 19.307 kasus DBD dengan
jumlah kematian 229 orang, dan pada tahun 2009 turun menjadi 18.728

2
kasus DBD, tetapi kasus yang meninggal meningkat lagi menjadi 264
orang.
Dari data di Dinas Kesehatan Kota (DKK) Salatiga di tahun 2014
ditemukan 9 kasus DBD, Tahun 2015 meningkat menjadi 26 kasus DBD ,
sedangkan untuk tahun 2016 sampai dengan pertengahan bulan Februari
saja sudah ada 11 kasus.
Pemutusan siklus penularan penyakit demam berdarah dengue
dilakukan dengan penyemprotan nyamuk dewasa khususnya pada wilayah
dengan indikasi adanya kasus. Menurut CDC (2003), beberapa negara
berhasi mengendalikan penyakit ini, sebagaimana pemberlakuan
destruction of disease bearing insect act di Singapura sejak tahun 1966.
Dengan undang-undang ini dilakukan inspeksi jentik dari rumah ke rumah,
dengan sanksi akan diterapkan pada rumah positif jentik.
Kemampuan deteksi dini, baik pada penderita maupun lingkungan
menjadi salah satu kunci keberhasilan pemberantasan demam berdarah.
Sebagai tenaga kesehatan masyarakat kita dituntut lebih profesional pada
aspek proses pencegahan penyakit dan surveillance.

B. Permasalahan
Masih banyaknya kasus DBD yang terjadi di daerah Salatiga,
termasuk di Dukuh Krenceng Dusun Karangrejo RT 03 RW 03 Kelurahan
Mangunsari, menyebabkan keresahan di antara para warga. Kurangnya
pemahaman tentang penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang
benar serta tindakan pencegahan yang ideal di antara para warga
menyebabkan timbulnya persepsi-persepsi individual yang dapat semakin
menimbulkan keresahan pada warga di sekitarnya.
Dalamkurun waktu 1 bulan, puskesmas Mangunsari kotaSalatiga
mendapat laporan dari dinas kesehatan kota bahwa di Dukuh Krenceng
Dusun Karangrejo RT 03 RW 03 Kelurahan Mangunsari, Salatiga bahwa
telah ada 8 orang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Salatiga
yang diduga menderita Demam Berdarah Dengue (DBD). Puskemas
Mangunsari melakukan penyelidikan epidemiologi adakah pengaruh

3
vector penyakit terhadap angka kesakitan beberapa anak di lingkungan
tersebut.

C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


1. Kegiatan
Pentingnya peranan kesehatan lingkungan (Kesling) puskesmas
Mangunsari maka diadakan penyelidikan epidemiologi pada rumah-
rumah pasien penderita Demam Berdarah Dengue untuk melihat
beberapa aspek, antara lain sumber air minum, pembuangan sampah,
saluran pembuangan limbah, hygiene makanan, maupun jentik-jentik
nyamuk dan pembagian bubuk abate padawarga.
2. Menentukan Sasaran
Sasaran ini adalah sasaran primer yaitu warga Dukuh Krenceng Dusun
KarangrejoRT 03 RW 03 Kelurahan Mangunsari.
3. Menetapkan Tujuan
Tujuan umum adalah mengetahui ada tidaknya kasus DBD tambahan
serta terjadinya potensi meluasnya penyebaran penyakit pada wilayah
tersebut. Tujuan khusus adalah melakukan kunjungan rumah penderita
DBD, memberikan pengetahuan tentang penyakit DBD, potensi
perkembang biakan jentik dan penularan bagi keluarga yang tinggal
serumah dan tetangga.
4. Menetapkan Metode dan Saluran Komunikasi KIE
Penyuluhan disampaikan dengan metode langsung (direct
communication / face to face communication) dan pemeriksaan pada
sumber air minum, pembuangan sampah, saluran pembuangan limbah,
hygiene makanan, maupun tempat-tempat yang berpotensi sebagai
tempat perkembangbiakan jentik-jentik nyamuk

5. Penanggung Jawab
Penanggung jawab dari kegiatan ini terdiri dari dokter internsip dan
pemegang program kesehatan lingkungan puskesmas Mangunsari

4
D. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan : Penyelidikan epidemiologi adanya vector penyakit pada
pasien DBD dan penyuluhan secara langsung mengenai
penyakit DBD.
Tujuan : Meningkatkan pengetahuan warga tentang DBD
Peserta : Warga Dukuh Krenceng Dusun KarangrejoRT 03 RW
03 Kelurahan Mangunsari yang berada di rumah saat
dilakukan penyelidikan epidemiologi
Waktu dan Tempat: Pukul 09.00-10.30 WIB di beberapa rumah warga
penderita DBD
Metode : Penyuluhan disampaikan dengan metode langsung
(direct communication/ face to face communication) dan
pemeriksaan tempat yang berpotensi sebagai tempat
perkembang biakan jentik-jentik nyamuk
Penanggung Jawab: Dokter internsip dan pemegang program kesehatan
lingkungan puskesmas Mangunsari

E. Monitoring dan Evaluasi


Sesuai rekomendasi Depkes RI, setiap kasus DBD harus segera
ditindaklanjuti dengan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan lainnya
untuk mencegah penyebarluasan atau mencegah terjadinya KLB. Penyelidikan
epidemiologi demam berdarah dengue merupakan kegiatan pencarian penderita
atau tersangka lainnya, serta pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD dirumah
penderita atau tersangka dan rumah-rumah sekitarnya dalam radius
sekurangkurangnya 100 meter. Juga pada tempat umum yang diperkirakan
menjadi sumber penularan penyakit
Secara keseluruhan, penyelidikan epidemiologi pada 4 rumah pasien
DBD terlaksana dengan baik dan lancar. Sumber air minum rata-rata
menggunakan air sumur dan air minum isi ulang. Sedangkan untuk sumber air
keperluan yang lain menggunakan air sumur. Warga setempat menggunakan air
sumur dengan perantara pompa air. Rata-rata sumur warga sudah menggunakan
sumur tembok. Untuk kondisi jamban dalam kondisi baik, saluran pembuangan
rata-rata sudah mencapai 10 meter seperti yang diharuskan. Untuk saluran

5
pembuangan baik. Ventilasi dan pencahayaan maupun di ketujuh rumah yang
diperiksa dalam kondisi baik. Higienitas makanan pun sudah baik karena rata-
rata sudah sadar akan pentingnya higienitas makanan terhadap kesehatan.
Pembuangan sampah masih menjadi faktor yang menentukan kesehatan
lingkungan karena masih banyak warga sekitar yang membuang sampah di
halaman dan dibakar yang tentunya mengganggu pernapasan. Banyak dari
mereka membakar sampah adalah hal yang lebih praktis daripada harus susah
payah membawa sampah ke tempat yang disediakan pemerintah. Aspek adanya
jentik-jentik nyamuk memperlihatkan bahwa 2 dari 4 rumah terdapat jentik-
jentik nyamuk. Kurangnya perhatian warga terhadap tempat-tempat yang
mungkin tidak terpikirkan menjadi tempat perkembangbiakan jentik-jentik
nyamuk seperti tempat penampungan air pada dispenser atau kulkas bagian
belakang dapat menjadi faktor bertambahnya vector, khususnya nyamuk.
Setelah dilakukan penyelidikan epidemiologi terhadap vektor penyakit
DBD dapat ditarik kesimpulan bahwa kondisi lingkungan setempat
berpengaruh terhadap angka kesakitan pasien. Vektor penyakit yang dalam hal
ini adalah nyamuk dapat berkembang karena kondisi lingkungan yang
mendukung. Solusi yang dapat ditawarkan adalah pemberian bubuk abate pada
penduduk (dan sudah diberikan), perbaikan saluran irigasi warga agar air
selokan dapat lancar, dan penyuluhan pembuangan sampah pada tempatnya.
Dengan adanya 2 diantara 4 rumah positif jentik nyamuk dan 8 pasien Demam
Berdarah Dengue, akan diajukan sebagai pertimbangan untuk dilakukan
fogging yang diharapkan dapat mematikan vektor nyamuk. Pemberian abate
harus tetap dilakukan mengingat fogging tidak dapat membunuh stadium telur.
Hasil penyelidikan epidemiologi akan menentukan langkah selanjutnya
dalam pemberantasan penyakit DBD. Dinas Kesehatan akan melakukan
tindakan seperti fogging atau tidak fogging, dan pokja DBD serta masyarakat
melakukan PSN-DBD dengan gerakan 3 M. Tindakan penanggulangan KLB
dilakukan bersama kegiatan penyelidikan epidemiologi, penggerakan PSN
DBD dengan abatisasi, fogging focus dan fogging massal

6
F. Tinjauan Pustaka
Demam Berdarah Dengue (DBD)
1. Virus Dengue
Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD)
disebabkan virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne
Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus,
famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu: DEN-1, DEN2,
DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi
terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk
terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan
perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang
yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4
serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan
di berbagai daerah di Indonesia. Di Indonesia, pengamatan virus dengue
yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa rumah sakit menunjukkan
bahwa keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun.
Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan
banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat.
2. Cara Penularan
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan
infeksi virus dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Virus
dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies yang
lain dapat juga menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang
kurang berperan. Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus dengue
pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian
virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari
(extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada
manusia pada saat gigitan berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk betina
dapat ditularkan kepada telurnya (transovanan transmission), namun
perannya dalam penularan virus tidak penting. Sekali virus dapat masuk

7
dan berkembangbiak di dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat
menularkan virus selama hidupnya (infektif). Di tubuh manusia, virus
memerlukan waktu masa tunas 4-6 hari (intrinsic incubation period)
sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk
hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang
mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah
demam timbul.
3. Epidemiologi
Epidemic sering terjadi di Amerika, Eropa, Australia, dan Asia
hingga awal abad 20. Sekarang demam dengue endemik pada Asia Tropis,
Kepulauan di Asia Pasifik, Australia bagian utara, Afrika Tropis, Karibia,
Amerika selatan dan Amerika tengah. Demam dengue sering terjadi pada
orang yang bepergian ke daerah ini. Pada daerah endemik dengue, orang
dewasa seringkali menjadi imun, sehingga anak-anak dan pendatang lebih
rentan untuk terkena infeksi virus ini.2

Gambar 1. Distribusi Dengue di Dunia (CDC, 2009)


Keterangan: Biru : area infestasi Aedes aegypti,
Merah : area infestasi Aedes aegypti dan epidemik dengue
4. Demam Berdarah Dengue
Infeksi virus dengue tergantung dari faktor yang mempengaruhi
daya tahan tubuh dengan faktor-faktor yang mempengaruhi virulensi virus.
Dengan demikian infeksi virus dengue dapat menyebabkan keadaan yang
bermacam-macam, mulai dari tanpa gejala (asimtomatik), demam ringan
yang tidak spesifik (undifferentiated febrile illness), Demam Dengue, atau
bentuk yang lebih berat yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD) dan
Sindrom Syok Dengue (SSD).

8
Perubahan patofisiologis pada DBD adalah kelainan hemostasis dan
perembesan plasma. Kedua kelainan tersebut dapat diketahui dengan
adanya trombositopenia dan peningkatan hematokrit.
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila
semua hal dibawah ini dipenuhi:
Demam atau riwayat demam akut, antara 2 7 hari, biasanya
bifasik
Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut:
- Uji bendung positif
- Petekie, ekimosis, atau purpura
- Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan
gusi)
- Hematemesis atau melena
Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ul)
Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran
plasma) sebagai berikut:
- Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai
dengan umur dan jenis kelamin
- Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan,
dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya
- Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites atau
hipoproteinemi.
Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat:
Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-
satunya manifestasi perdarahan adalah uji tourniquet.
Derajat II : Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di
kulit dan atau perdarahan lain.
Derajat III : Didapatkan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat
dan lambat, tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau
hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan lembab, dan
anak tampak gelisah.
Derajat IV : Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat
diraba dan tekanan darah tidak terukur.
5. Penatalaksanaan DBD

9
Pengobatan DBD bersifat suportif. Tatalaksana didasarkan atas
adanya perubahan fisiologi berupa perembesan plasma dan perdarahan.
Perembesan plasma dapat mengakibatkan syok, anoksia, dan kematian.
Deteksi dini terhadap adanya perembesan plasma dan penggantian cairan
yang adekuat akan mencegah terjadinya syok. Perembesan plasma
biasanya terjadi pada saat peralihan dari fase demam (fase febris) ke fase
penurunan suhu (fase afebris) yang biasanya terjadi pada hari ketiga
sampai kelima. Oleh karena itu pada periode kritis tersebut diperlukan
peningkatan kewaspadaan. Adanya perembesan plasma dan perdarahan
dapat diwaspadai dengan pengawasan klinis dan pemantauan kadar
hematokrit dan jumlah trombosit. Pemilihan jenis cairan dan jumlah yang
akan diberikan merupakan kunci keberhasilan pengobatan. Pemberian
cairan plasma, pengganti plasma, tranfusi darah, dan obat-obat lain
dilakukan atas indikasi yang tepat.
6. Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue
Pencegahan penyakit DBD dapat dilakukan dengan berbagai
metode yaitu:
a. Lingkungan
Yaitu dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan
sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil
samping kegiatan manusia, perbaikan desain rumah, dan yang paling
penting ialah 3M (menguras, menutup, dan mengubur) tempat
penampungan air.
b. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan
jentik
c. Kimiawi
Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion),
berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas
waktu tertentu.
Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat
penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah
dengan mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan 3M

10
Plus, yaitu menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan
beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida,
menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot
dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk,
memeriksa jentik berkala, dll.
Kesadaran masyarakat sangat penting dalam usaha pencegahan
DBD di suatu wilayah. Setiap anggota masyarakat harus saling
bekerjasama sehingga akan tercipta lingkungan yang bersih dan terhindar
dari suatu penyakit
Praktik PSN 3M plus dapat dikatakan berjalan dengan baik adalah
apabila seseorang telah melaksanakan kegiatan PSN 3M plus di
lingkungan rumahnya secara rutin dan berkesinambungan. Pergerakan
pemberantasan sarang nyamuk adalah kunjungan ke rumah/tempat umum
secara teratur sekurang-kurangnya setiap 3 bulan untuk melakukan
penyuluhan dan pemeriksaan jentik. Kegiatan ini bertujuan untuk
menyuluh dan memotivasi keluarga dan pengelola tempat umum untuk
melakukan PSN secara terus menerus sehingga rumah dan tempat umum
bebas dari jentik nyamuk Aedes aegypti. Kegiatan PSN meliputi menguras
bak mandi/wc dan tempat penampungan air lainnya secara teratur
sekurang-kurangnya seminggu sekali, menutup rapat TPA, membersihkan
halaman dari kaleng, botol, ban bekas, tempurung, dll sehingga tidak
menjadi sarang nyamuk, mengganti air pada vas bunga dan tempat minum
burung, mencegah/mengeringkan air tergenang di atap atau talang,
menutup lubang pohon atau bambu dengan tanah, membubuhi garam
dapur pada perangkap semut, dan pendidikan kesehatan masyarakat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. Pemkot Salatiga gencarkan PSN,


http://www.krjogja.com/web/news/read/291462/pemkot_salatiga_gencar
kan_psn
CDC. 2003. Dengue Fever. Division of Vector-Borne Infectious Diseases
Depkes RI 1992. Petunjuk Teknis Pengamatan Penyakit Demam Berdarah Dengue
Depkes RI. 2004. Dengue Dengan Permasalahannya. Jakarta: Dirjen PP&PL.
Depkes RI. 2005. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Denguedi
Indonesia. Jakarta: Dirjen PP&PL.
Faziah, A., Siregar. 2004. Epidemiologi dan Pemberantasan Demam Berdarah
Dengue di Indonesia. Dalam: http://www.library.usu.co.id.
Indra, C., 2003. Pemberantasan Vektor Demam Berdarah di Indonesia. Dalam:
http://www.library.usu.co.id.
PAPDI. 2007. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen IPD FKUI.
Sisilia, P., 2005. Demam Berdarah Dengue. Dalam: http://www.Pdat.co.id.

12
Suroso T., Umar, A.I. 2000. Epidemiologi dan Penanggulangan Penyakit DBD,
FK UI. Jakarta
Suroso T, dkk,. 2003. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengue
dan Demam Berdarah Dengue. Depkes
RI

Lampiran
PENGENDALIAN VEKTOR TERPADU
Pengendalian vektor terpadu dilaksanakan secara bersama dari beberapa metode,
meliputi pengendalian fisik, biologi, kimia dan pemberdayaan masyarakat

Pengendalian Fisik
Pengendalian fisik lebih dikenal dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan melakukan
3M Plus
Menguras tempat-tempat penampungan air secara teratur seminggu sekali
Menutup rapat-rapat tempat penampungan air.
Mengubur/menyingkirkan barang bekas yang dapat menampung
Melipat pakaian, jangan menggantung pakaian.
Memakai kelambu
Memasang kawat kassa pada jendela

Pengendalian Biologi
Pengendalian biologi dapat berupa penebaran ikan dan Ba-cillus thur-ingiensis serta predator
larva lainnya.

Pengendalian Kimia
Pengendalian kimia dapat meng-gunakan kelambu berinsektisida, indoor residual spray, repellent
(lotion anti nyamuk), in-sektisida rumah tangga dan penaburan larvasida, fogging, dan abatisasi.

13
ALUR PELAKSANAAN PENYELIDIKAN
EPDEMIOLOGI

14
Menerima Melapor ke
Laporan Kades/
adanya Lurah dan
Ada
penderita Ketua
penderita
Puskes Penyelid
DBD RT/RW
DBD Pelacakan
mas ikan
setempat
Akanpenderita/tersangka
Ru dilaksana Epidemi
Rumah DBD lainnya
ju ologi
Sakitk kanPemeriksaan
PE jentik
nyamuk penular DBD
Dinas di rumah tersangka
kesehata dan tempat umum
n yang dicurigai
Kabupat Lapor Hasilsumber
menjadi
en/Kota PE
penyebaran dalam
Koordinasi dan PE
radius 100 PE
m
ditindaklanjuti Fogging
positif negatif
Penyuluhan
Kades/ ,Penyuluhan,
, PSN,
Lurah PSN,
Larvasidasi
Larvasidasi
selektif
selektif

15

Anda mungkin juga menyukai